1 | Timestamp | TEKS BAHASA ARAB | TEKS BAHASA MALAYSIA | SAHABAT PERAWI | BAB | KATA KUNCI | STATUS | KOMENTAR ULAMA/PENGKAJI HADIS | ULAMA/PENGKAJI HADIS | RUJUKAN | No |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
2 | 08/04/2018 20:26:31 | من نام بعد العصر فاختلس عقله فلا يلومن إلا نفسه | Barangsiapa tidur sesudah asar kemudian akalnya terganggu, maka jangan menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri. | Aisyah r.a | Bab Agama | Selepas asar, tidur, | Lemah | Ini hadits dha'if. Hal itu diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari sanad Khalid bin al-Qasim dari al-Laits bin Sa'd dari Aqil. Ibnul Jauzi mengatakan dalam kitab Hadits-hadits Maudhu'at bahwa itu bukan hadits sahih. Khalid adalah penipu atau pendusta. Ia mengambil hadits dari Ibnu Luhai'ah yang menisbatkannya kepada Laits. Sedang Ibnu Luhai'ah hafalannya sangat lemah. Ibnu Adi dalam al-Kamil I/211, mengisahkan bahwa Marwan (perawinya) mengatakan: "Aku tanyakan kepada Laits sedang ia tengah tidur sehabis Ashar pada bulan Ramadhan: 'Wahai Abu Harits, mengapa engkau tidur sehabis shalat ashar? Tidakkah engkau dengar hadits Luhai'ah?' Dengan santai ia menjawab: 'Aku tidak akan meninggalkan amalan yang bermanfaat bagiku karena hadits Luhai'ah dari Aqil.'" Jawaban Laits ini sungguh menakjubkan sekaligus menunjukkan ketinggian ilmu dan fiqihnya.Tak mengherankan sebab Laits adalah imam kaum muslimin dan fuqaha yang sangat terkenal. Dan kini saya banyak menyaksikan syekh-syekh yang meninggalkan tidur setelah ashar, sekalipun mereka sangat perlu melakukannya. Bila dinyatakan kepada mereka bahwa hadits tersebut lemah, dengan serentak mereka akan"menjawab, "Kita lebih baik mengamalkan hadits dha'if dalam keutamaan amalan.", Karena itu perhatikanlah perbedaan antara fiqihnya salafus saleh dengan ilmunya khalaf. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0039 |
3 | 08/04/2018 20:34:23 | عليكم بالقرع فإنه يزيد في الدماغ، وعليكم بالعدس فإنه قدس على لسان سبعين نبيا | Hendaknya kalian makan labu karena labu dapat menambah kecerdasan. Hendaknya kalian'makan adas (sebangsa kacang-kacangan, penj.) sebab adas telah disucikan melalui ucapan tujuh puluh orang nabi. | - | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Buah labu, a'das, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Ath-Thabrani meriwayatkannya dari sanad Amr bin Husain dan juga as-Suyuthi bahwa Amr dan gurunya tertolak riwayatnya. Dalam kitab al-Maudhu'at, Ibnul Jauzi menyingkap hadits tersebut dengan beberapa sanadnya, kemudian semuanya divonis maudhu'. Ibnu Qayyim dalam kitab al-Manar halaman 20 juga menyatakannya sebagai hadits maudhu'. Hal itu dikuatkanoleh pernyataan Ali al-Fari dalam deretan hadits-hadits maudhu'. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0040 |
4 | 08/04/2018 20:42:09 | من أصاب مالا من نهاوش أذهبه الله في نهابر | Barangsiapa mendapat harta dari tempat yang tidak halal, Allah akan menghilangkan harta tersebut pada jalan kebinasaan. | - | Bab Harta | Harta tidak halal, kebinasaan, | Tidak sahih | Hadits tersebut tidak sahih. Al-Qidha'i meriwayatkannya dalam musnad asy-Syihab II/37 dari sanad Amr bin Husain. Menurut saya, sanadnya gugur sebab Amr adalah pendusta. Bahkan as-Sakhawi dalam kitabnya al-Maqashid dengan nomor hadits 1061 menyatakan ditolak riwayatnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0041 |
5 | 09/04/2018 14:03:58 | الأنبياء قادة، والفقهاء سادة، ومجالسهم زيادة | Para nabi adalah pembimbing, fuqaha adalah pemimpin, sedangkan majlis mereka adalah penambah kebajikan. | Ali bin abi talib r.a | Bab Kelebihan, Bab Nabi dan Kenabian, Bab Pemimpin | Nabi pembimbing, fuqaha pemimpin | Palsu | Ini hadits maudhu'. Ad-Daru Quthni telah meriwayatkan dalam Sunan halaman 322 dan al-Qidha'i dalam musnad asy-Syihab I/23, dari sanad Abi Ishaq dari Harits. Hadits ini sanadnya sangat lemah. Al-Harits adalah Ibnu Abdullah al-Hamdani yang telah dinyatakan lemah oleh jumhur ulama. Bahkan oleh Ibnul Mudaini dinyatakan sebagai pendusta. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0042 |
6 | 09/04/2018 14:52:11 | شهر رمضان معلق بين السماء والأرض، ولا يرفع إلى الله إلا بزكاة الفطر | Bulan Ramadhan tergantung antara langit dan bumi, tidak diangkat ke hadirat Allah kecuali oleh zakat fitrah. | - | Bab Agama, Bab Puasa | Puasa, zakat fitrah, | Lemah | Ini hadits dha'if. Ibnul Tauzi meriwayatkannya dalam deretan hadits-hadits yang tidak jelas, seraya mengatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Ubaid al-Bashri, yang tidak dikenal di kalangan para pakar hadits. Hadits tersebut sangat sering saya dengar terutama pada bulan Ramadhan yang digunakan sebagai materi kajian dalam majelis taklim atau pengajian. Inilah salah satu bentuk kebiasaan menyederhanakan masalah yang saya khawatirkan. Padahal, mestinya setiap insan terutama para ustadz berhati-hati mengutarakannya. Kalau kita anggap hadits tersebut sahih, berarti puasa Ramadhan tergantung pada zakat fitrah. Siapa saja yang mengeluarkan zakat fitrah diterima puasanya,sedangkan yang tidak menunaikan zakat fitrah puasanya tidak diterima. Saya kira tidak satu pun dari ulama shalihin yang berpendapat demikian. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0043 |
7 | 09/04/2018 15:01:45 | من أحدث ولم يتوضأ فقد جفاني، ومن توضأ ولم يصل فقد جفاني، ومن صلى ولم يَدْعُني فقد جفاني، ومن دعاني فلم أجبه فقد جفيته، ولست برب جاف | Barangsiapa berhadas dan tidak berwudhu, ia telah berpaling dan menjauhi-Ku. Barangsiapa berwudhu tetapi tidak solat, ia telah berpaling dan menjauhi-Ku. Barangsiapa solat tetapi tidak mendoa'kan aku (selesai solat), ia telah berpaling dan menjauhi-Ku. Dan barangsiapa yang mendo'akan aku tetapi Aku tidak menjawabnya, berarti Aku telah menjauhinya. Dan Aku bukan pengatur yang suka menjauhi. | - | Bab Solat, Bab Wudhu, Bab Zikir dan Doa | Solat, wudhu', | Palsu | Ash-Shaghani dan lain-lain menyatakan bahwa ini adalah hadits maudhu'. Yang menunjukkan bahwa hadits ini maudhu' ialah bahwasanya wudhu seusai berhadats, berwudhu tanpa mengerjakan shalat adalah pekerjaan yang mustahab (disenangi) dan disunatkan. Sedangkan makna semua hadits di atas itu menunjukkan suatu kewajiban. Dalilnya yaitu "berarti ia telah menyimpang dan menjauhkan dari-Ku." Padahal, dalam syariat, pernyataan demikian tidak dapat diutarakan dalam masalah yang mustahab. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0044, |
8 | 09/04/2018 15:09:45 | من حج البيت ولم يزرني فقد جفاني | Barangsiapa menunaikan ibadah haji tetapi tidak menziarahi kuburku berarti ia telah menjauhiku. | Ibnu umar r.a | Bab Haji, Bab Ziarah Kubur | Haji, ziarah kubur, | Palsu | Ini hadits maudhu'. Hal ini telah ditegaskan oleh adz-Dzahabi dalam kitab al-Mizan III/237, juga oleh ash-Shaghani dalam kitab al-Ahadits al-Maudhu'iyyah halaman 46. Yang menunjukkan bahwa riwayat tersebut maudhu' adalah bahwa menjauhi dan menyimpang dari ajaran Rasulullah saw. adalah dosa besar. Kalau tidak, termasuk kafir. Dengan demikian, berarti makna hadits tersebut siapa saja yang dengan sengaja meninggalkan atau tidak pergi berziarah ke makam Rasulullah saw., berarti telah melakukan perbuatan dosa besar. Dengan demikian, berarti pula ziarah adalah wajib seperti ibadah haji. Barangkali tidak seorang pun kaum mukmin yang berpendapat demikian. Sekalipun ziarah ke makam Rasulullah suatu amalan yang baik, hal itu tidak lebih dari amalan yang mustahab. Inilah pendapat jumhur ulama. Lalu bagaimana mungkin orang yang meninggalkannya dinyatakan sebagai orang yang menyimpang dan menjauhi Rasulullah saw.? | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0045 |
9 | 09/04/2018 20:24:54 | من زارني وزار أبي إبراهيم في عام واحد دخل الجنة | Barangsiapa menziarahiku dan menziarahi moyangku Ibrahim dalam satu tahun, ia masuk syurga. | - | Bab Nabi dan Kenabian, Bab Ziarah Kubur | Moyangku ibrahim, | Palsu | Ini hadits maudhu'. Az-Zarkasyi dalam kitab al-La'ali al-Mantsurah menyatakan, "Hadits tersebut maudhu' dan tak seorang pun pakar hadits yang meriwayatkannya." Bahkan oleh Ibnu Taimiyah dan Imam Nawawi dinyatakan maudhu' dan tak ada sumbernya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0046 |
10 | 09/04/2018 20:32:43 | من حج فزار قبري بعد موتي كان كمن زارني في حياتي | Barangsiapa menunaikan ibadah haji kemudian menziarahi kuburku sepeninggalku, ia seperti menziarahiku ketika aku masih hidup. | Ibnu umar r.a | Bab Haji, Bab Kelebihan, Bab Ziarah Kubur | Haji, ziarah kuburku, | Palsu | Ini juga hadits maudhu'. Ath-Thabrani telah meriwayatkan dalam al-Mu'amul-Kabir II/203 juga ad-Daru Quthni dalam Sunan halaman 279 dan Imam Baihaqi V/246 dan semuanya dari sanad Hafsh bin Sulaiman dari Laits bin Abi Sulaim. Menurut saya, sanad ini sangat lemah. Sebabnya : Lemahnya Laits bin Abi Sulaim, karena terbukti mencampur-aduk hadits. Hafsh bin Sulaiman yang dinamakan juga al-Gadhri sangat lemah seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib, bahkan Ibnu Muin menyatakan sebagai pendusta dan pemalsu hadits. Syekhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa seluruh hadits yang berkenaan dengan ziarah ke makam Rasulullah sangat lemah sehingga tidak dapat dijadikan hujjah. Karena itu, tidak ada satu pun pakar hadits yang meriwayatkannya. Lebih jauh Ibnu Taimi'yah mengatakan bahwa kebohongan hadits ini sangat jelas. Sebab, siapa saja yang menziarahi Rasulullah saw. semasa hidupnya dan dia seorang mukmin, berarti ia sahabat beliau. Apalagi bila ia termasuk orang yang hijrah bersama beliau atau berjihad bersamanya. Maka telah dinyatakan oleh beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: "Janganlah kalian mencaci maki sahabat-sahabatku. Demi Zat yang aku ada di tangan-Nya, seandainya seorang di antara kalian ada yang membelanjakan hartanya berupa emas sebesar Gunung Uhud, itu tidak akan mencapai secupak jasa-jasa mereka atau bahkan separonya." Jadi, siapa pun orangnya setelah generasi sahabat tidaklah dapat menandingi apalagi melebihi derajat keutamaan sahabat, terutama dalam menjalankan ibadah yang bersifat wajib. Peringatan: Banyak orang menyangka bahwa Ibnu Taimiyah dan umumnya kaum salafiyah melarang berziarah ke makam Rasul. lni dusta dan merupakan tuduhan palsu. Orang yang menelusuri dan membaca karya atau kitab-kitab karangannya akan mengetahui dengan pasti bahwa ia sangat menganjurkan dan menyetujui ziarah kubur Rasulullah saw., selama tidak dibarengi dengan amalan-amalan bid'ah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0047 |
11 | 09/04/2018 20:39:15 | الولد سر أبيه | Anak adalah rahsia ayahnya. | - | Bab Anak | Anak, rahsia ayahnya, | Tidak ada sumbernya | Hadits tersebut tidak ada sumbernya. Demikianlah pernyataan as-Sakhawi, as-Suyuthi, az-Zarkasyi serta ash-Shaghawi dalam deretan kitabnya al-Ahadits al-Maudhu'ah. Kemudian, dari segi maknanya tidaklah merupakan keharusan. Sebab, di kalangan para nabi sendiri, ada yang ayahnya musyrik, seperti Azar ayah Nabi Ibrahim. Juga ada yang anaknya musyrik, seperti Kan'an anak Nabi Nuh a.s. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0048 |
12 | 09/04/2018 20:44:26 | من زار قبر أبو يه أو أحدهما في كل جمعة غفر له وكتب برا | Barangsiapa menziarahi makam kedua orang tuanya atau salah seorang dari mereka pada setiap hari Jum 'at, terampuni dosanya dan dicatat sebagai orang yang berbakti. | Abu hurairah r.a, | Bab Ziarah Kubur | Kubur orang tuanya, hari jumaat, | Palsu | Ini hadits maudhu' sebab dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Nu'man dan Yahya bin al-Ala. Jumhur ulama hadits sepakat bahwa keduanya adalah pendusta dan pemalsu hadits. Ini pernyataan Imam Ahmad, Waqi, Ibnu Adi, dan lain-lain. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0049, |
13 | 09/04/2018 23:38:08 | من زار قبر والديه كل جمعة، فقرأ عندهما أو عنده {يس} غفر له بعدد كل آية أو حرف | Barangsiapa menziarahi makam kedua orang tuanya pada setiap Jum' at kemudian pada makamnya membaca surat Yasin, akan diampuni dosanya sesuai jumlah ayat atau huruf yang dibacanya. | Abu bakar as siddiq r.a | Bab Ziarah Kubur | Ziarah kubur hari jumaat, | Palsu | Ini hadits maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi I/286, juga oleh Abu Na'im dalam kitab Akhbar al-Ashbahan II/344 dari sanad Yazid bin Khalid dari Amr bin Ziyad. Kemudian Ibnu Adi mengatakan, "Riwayat yang batil dan tidak ada sumbernya dengan sanad tersebut. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0050 |
14 | 10/04/2018 09:43:39 | الْحَدِيْثُ فِي الْمَسْجِدِ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ الْبَهَائِمِ الْحَشِيْشَ | Berkata-kata di dalam masjid menghapuskan kebaikan-kebaikan sebagaimana binatang ternakan memakan rumput | - | Bab Masjid | masjid, rumput, | Tidak ada asal | -Imam Al-Hafiz Al-’Iraqi berkata : Aku belum menemui sumbernya. -Imam Abdul Wahab bin Taqiyuddin as-Subki mengatakan: Aku tidak menemui sanadnya. -Sheikh Al-Albani mengatakan : Hadis ini tidak ada asalnya. Di antara ulama hadis lain yang menyatakan bahawa hadis ini adalah palsu ialah Imam al-Zubaidi, Imam Fairuz al-Abadi, Imam Al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani, dan Sheikh Al-Al-Allamah Abdul Fattah Abu Ghuddah Hukum bercakap di dalam Masjid : Para alim ulama membahagikan hukum bercakap atau berkata-kata di dalam masjid kepada tiga pendapat : 1) Percakapan yang diharamkan Percakapan yang diharamkan di sini bermaksud: Mengumpat, mengadu domba, mencarut, memaki hamun manusia lebih-lebih lagi dengan suara yang tinggi. Hal ini berdasarkan firman ALLAH SWT : (فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ) Maksudnya : "Di rumah-rumah ibadat yang diperintahkan oleh Allah supaya dimuliakan keadaannya dan disebut serta diperingati nama Allah padanya; di situ juga dikerjakan ibadat mensucikan dan memuji Allah pada waktu pagi dan petang” Al-Hafiz Al-Imam Ibnu Kathir ketika mentafsirkan ayat ini berkata: ALLAH memerintahkan untuk memuliakan masjid dengan menyucikannya daripada segala kotoran, perkara yang sia-sia juga perkataan atau perbuatan yang tidak berkait dengannya. Ini juga pendapat Abdullah bin Abbas, Ikrimah, Al-Dhahak, dan ramai lagi daripada kalangan ulama tafsir (Tafsir Ibnu Kathir 6/62) 2) Percakapan yang dianjurkan Ia mengandungi semua perbuatan yang baik seperti membaca al-Quran, berzikir, berselawat, majlis ilmu dan lain-lain lagi yang selari dengan kehendak Syara’. 3) Percakapan yang diharuskan Boleh berkata-kata di dalam masjid berkaitan hal keduniaan selagi mana tidak menggangu orang yang sedang beribadat dan tidak meninggikan suara. Hal ini berdasarkan suatu hadis yang sahih bahawa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bangun dari tempat solat subuhnya sehinggalah matahari naik. Apabila matahari naik Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pun bangun dan para sahabat bercakap-cakap tentang hal ehwal mereka semasa zaman Jahiliyyah dan mereka pun tertawa dan Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pun tersenyum ( HR Muslim) | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | 1/31 |
15 | 11/04/2018 23:14:17 | إن الله يحب عبده المؤمن الفقير المتعفف أبا العيال | Sesungguhnya Allah menyukai hamba-Nya yang mukmin, fakir tidak suka meminta-minta, dan banyak anaknya. | - | Bab Agama, Bab Anak | Banyak anak, fakir | Lemah | Ini hadits dha'if. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/529 dan al-Uqaili dalam ash-Shafa halaman 361 bahwa dalam sanadnya terdapat al-Qasim bin Mahran al-Uqaili. Ia mengatakan, "Terbukti tidak benar bahwa hadits itu diriwayatkan dari Imran bin Hushain tetapi dari Musa bin Ubaidah, yakni orang yang tidak diterima riwayatnya atau matruk." Menurut saya, hadits tersebut mempunyai empat cacat. Dua diantaranya dinyatakan al-Uqaili yakni tentang terputusnya sanad dan lemahnya Ibnu Ubaidah. Adapun yang ketiga yaitu majhulnya Ibnu Mahran seperti dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam at-Taqrib. Dan keempat, Hamad bin Isa yaitu al-Wasithi juga lemah, seperti yang dinyatakan Ibnu Hajar. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0051 |
16 | 11/04/2018 23:21:44 | إذا استصعبت على أحدكم دابته أوساء خلق زوجته أو أحد من أهل بيته فليؤذن في أذنه | Bila di antara kalian ada yang mendapati binatang tunggangannya membandel, atau keburukan akhlak istrinya atau salah seorang dari anggota keluarganya, maka berazanlah pada telinga mereka. | - | Bab Azan | Azan di telinganya, | Lemah | Ini hadis dha'if. Telah diriwayatkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin II/195, seraya memastikan menisbatkannya kepada Rasulullah saw. Al-Iraqi berkata, "Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh ad-Dailami dalam musnad al-Firdaus dengan sanad yang lemah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0052 |
17 | 13/04/2018 23:55:32 | عليكم بدين العجائز | Hendaklah kalian berpegang pada agama wanita-wanita tua. | Ibnu umar r.a | Bab Wanita | Wanita tua, | Tiada sumber asalnya. | Hadits ini tidak ada sumbernya. Demikianlah yang dinyatakan dalam kitab al-Maqashid dan juga oleh ash-Shaghani alam Ahadits al-Maudhu'at halaman 7. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0053 |
18 | 14/04/2018 06:11:15 | إذا كان في آخر الزمان، واختلفت الأهواء، فعليكم بدين أهل البادية والنساء | Bila di akhir zaman nanti terjadi perbedaan hawa nafsu, maka hendaklah kalian berpegang pada agama orang-orang badui dan kaum wanita. | Ibnu umar r.a | Bab Wanita | Hawa nafsu, agama badui, | Palsu | Ini adalah hadits maudhu'. Ibnu Thahir menyatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Ibnu Bilimani seorang yang termasuk deretan perawi hadits yang tertuduh (pendusta). Dari sanad Ibnu Hibban, oleh Ibnul Jauzi dimasukkan ke dalam deretan hadits-hadits maudhu'. Tampak di situ adanya aib lain yaitu orang yang meriwayatkan dari al-Bilimani bernama Muhammad bin Harits. Orang ini dha'if. Bahkan oleh Ibnu Adi dikatakan bahwa seluruh perawinya sangat lemah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0054 |
19 | 14/04/2018 06:23:48 | سرعة المشي تذهب بهاء المؤمن | Berjalan cepat menghilangkan kecemerlangan seorang mukmin. | Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. | Bab Adab | Hawa nafsu, kecemerlangan, | Munkar | Hadits ini munkar sekali. Sanadnya dari Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. Adapun sanad dari Abu Hurairah mempunyai tiga kelemahan: Ibnul Ashma'i salah seorang perawim ajhul. Ini ditegaskan oleh al-Khatib. Muhammad bin Ya'qub al-Farji tidak diketahui biografinya dalam deretan perawi hadits. Tidak ada saksi atas jarh (kecaman) dan ta'dil (pengakuan baik)-nya. Yang demikian termasuk kriteria kelemahan. Abu Ma'syar yang dikenal dengan nama Najih bin Abdur Rahman oleh para pakar hadits divonis lemah (dha'if). Adapun sanad dari Ibnu Umar di dalamnya ada seorang perawi bernama Umar bin Shahban yang lemah sekali. Bahkan oleh Imam Bukhari dinyatakan sebagai hadits munkar. Adapun sanad dari Anas bin-Malik, dari seluruh perawi tidak ada yang dikenal sebagai perawi kuat. Bahkan di dalamnya ada perawi yang bernama Aban yang oleh Imam Ahmad riwayatnya dinyatakan matruk (ditinggalkan). Bahkan Syu'bah telah mengecamnya dengan kecaman yang pedas sekali seraya mengataka, "Zina lebih baik daripada meriwayatkan hadits Aban." Allahu Akbar. Menurut saya, rasanya tidak layak menyatakan sesuatu dengan ucapan semacam itu kecuali pada orang yang sangat dikenal penipu dan pemalsu hadits. Karena Syu'bah mengucapkan pernyataan itu sambil bersumpah, boleh jadi Aban ini sangat dikenal melakukan pemalsuan hadits dengan sengaja. Ihwal sanad dari Ibnu Abbas telah dinyatakan oleh as-Suyuthi dalam kitab al-Jami' bahwa dirinya tidak menemukan sanadnya yang bersambung. Dari yang dikemukakan di atas tampaklah dengan jelas bahwa semua sanad hadits tersebut mengambang dan tidak dapat dijadikan hujjah dengan alasan satu sama lain saling menguatkan. Dengan demikian, vonis dha'if adalah yang terbaik. Ini dari segi sanadnya. Adapun dari segi maknanya, cukup satu alasan yaitu bahwa setelah diteliti hadits tersebut adalah ucapan az-Zuhri, jadi bukan sabda Rasulullah saw. yang justru menyalahi dan bertentangan dengan hadis sahih dari Rasulullah saw. bahwa beliau senang berjalan cepat. Begitu juga Umar bin Khattab r.a. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0055 |
20 | 14/04/2018 20:34:57 | لولا النساء لعبد الله حقا حقا | Kalau saja bukan karena wanita, pastilah Allah akan disembah dengan sungguh-sungguh. | Umar bin al khattab r.a | Bab Wanita | Kerana wanita, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Riwayatnya mempunyai dua sanad. Dari Muhammad bin Imran al-Hamazani. Ibnu Adi menyatakan hadits ini munkar.Semua riwayat Abdur Rahim bin Zaid al-Ami tidak diterima para perawi tsiqah. Bahkan Imam Bukhari mengatakan bahwa ahli hadits sepakat meninggalkan seluruh riwayatnya. Dari Bisyir bin Husain. Orangi ni pendusta dan ditinggalkan riwayatnya. Bahkan oleh Ibnu Iraq dalam kitab asy-Syari'ah II/204 dinyatakan sebagai pendusta dan pemalsu hadits. Karena itu, semua riwayatnya tidaklah sah untuk dijadikan sebagai Penguat. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0056 |
21 | 14/04/2018 20:44:55 | اختلاف أمتي رحمة | Perselisihan di antara umatku adalah rahmat. | - | Bab Agama, Bab Ilmu | Perselisihan pendapat, | Tiada sumber asalnya | Hadits ini tidak ada sumbernya. Para pakar hadits telah berusaha mendapatkan sumbernya dengan meneliti dan menelusuri sanadnya, namun tidak menemukannya. As-Subuki mengatakan, "Hadits tersebut tidak dikenal di kalangan para pakar hadits dan saya pun tidak menjumpai sanadnya yang sahih, dha'if ataupun maudhu'. Pernyataan itu ditegaskan dan disepakati Syeikh Zakaria al-Anshari dalam mengomentari tafsir al-Baidhawi II/92. Di situi a mengatakan, "Dari segi maknanya terasa sangat aneh dan menyalahi apa yang diketahui para ulama peneliti." Ibnu Hazem dalam al-Ahkam fi Ushulil-Ahkam, V/64 menyatakan, "Ini bukan hadits." Barangkali ini termasuk sederetan ucapan yang paling merusak dan membawa bencana. Bila perselisihan dan pertentangan merupakan rahmat, pastilah kesepakatan dan kerukunan itu merupakan kutukan. Ini tidak mungkin diucapkan apalagi diyakini oleh kaum muslimin yang berpikir tenang dan teliti. Masalahnya, hanya dua alternatif yakni bersepakat atau berselisih,yang berarti pula rahmat atau kutukan (kemurkaan). Menurut saya, kata-kata ini akan berdampak negatif bagi umat Islam dari masa ke masa. Perselisihan yang disebabkan perbedaan antar mazhab benar-benar telah mencapai klimaksnya, bahkan para pengikut mazhabyang fanatik tidak segan-segannya mengafirkan pengikut mazhab lain.Anehnya, jangankan para pengikut mazhab, para pemimpin atau para ulamanyapun yang mengetahui syariat dan ajaran Islam tak seorang pun yang berusaha kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabawiyah yang sahih padahal,itulah yang diperintahkan oleh para imam mazhab yang mereka ikuti. Imam-imam yang menjadi panutan mereka itu telah dengan tegas berpegang hanya pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, ijma,dan qiyas. Karena itulah para imam dengan tegas pula menyatakan secara bersama, "Bila hadits itu shahih, maka itulah mazhabku. Dan bila ijtihad atau pendapatku betentangan dengan al-Qur'an dan Sunnah yang shahih, ikutilah Qur'an dan Sunnah serta campakanlah ijtihad dan pendapatku." Itulah mereka. Ulama kita dewasa ini kendatipun mengetahui dengan pasti bahwa perselisihan dan perbedaan tidak mungkin dapat disatukan kecuali dengan mengembalikan kepadasumber dalilnya, menolak yang menyalahi dalil dan menerima yang sesuai dengannya, namun tak mereka lakukan. Dengan demikian, mereka telah menyandarkan perselisihan dan pertentangan ada dalam syariat.Barangkali ini saja sudah cukup menjadi bukti bahwa itu bukan datang dari Allah, kalau saja mereka itu mau benar-benar mengkaji dan mempelajari Al-Qur'an serta mencamkan firman Allah dalam suratan-Nisa' ayat 82, yang artinya: "... Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (anNisa': 82) Ayat tersebut menerangkan dengan tegas bahwa perselisihan dan perbedaan bukanlah dari Allah. Kalau demikian,bagaimana mungkin perselisihan itu merupakan ajaran atau syariat yang wajib diikuti apalagi merupakan suatu rahmat yang diturunkan Allah? La haula wala quwwata illa billah! Karena adanya ucapan itulah, banyak umat Islam setelah masa para imam --khususnya dewasa ini -- terus berselisih dan berbeda pendapat dalam banyak hal yang menyangkut segi akidah dan amaliah. Kalau saja mereka mau mengenali dan mencari tahu bahwa perselisihan itu buruk dan dikecam Al-Qur'an dan Sunnah, pastilah mereka akan segera kembali ke persatuan dan kesatuan. Ringkasnya, perselisihan dan pertentangan itu dikecam oleh syariat dan yang wajib adalah berusaha semaksimal mungkin untuk meniadakan dan menjauhkannya dari umat Islam sebab hal itu menjadi penyebab utama melemahnya umat Islam seperti yang difirmankan Allah: "Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu..." (al-Anfal: 46) Adapun merasa rela terhadap perselisihan dan menamakannya sebagai rahmat jelas sekali menyalahi ayat Qur'an dan hadits-hadits sahih. Dan nyatanya ia tidak mempunyai dasar kecuali ucapan di atas yang tidak bersumber dari Rasulullah. Barangkali muncul pertanyaan: para sahabat Rasulullah telah berselisih pendapat, padahal mereka adalah seutama-utamanya manusia. Lalu apakah rnereka juga termasuk yang dikecam Al-Qur'an dan Sunnah? Pertanyaan semacam itu dijawab oleh Ibnu Hazem: Tidak! Sama sekali, tidak! Mereka tidak termasuk yang dikecam Al-Qur'an dan Sunnah, sebab mereka masing-masing benar-benar mencari mardhatillah dan demi untuk-Nya semata. Di antara mereka ada yang mendapat satu pahala karena niat yang baik dan kehendak demi kebaikan. Sungguh telah ditiadakan dosa atas mereka karena kesalahan yang telah mereka lakukan. Mengapa? Karena mereka tidak sengaja dan tidak bermaksud (berselisih) dan tidak pula meremehkan dalam mencari (kebenaran). Bagi mereka yang mendapat kebenaran baginya dua pahala. Begitulah umat Islam hingga hari kiamat nanti. Adapun kecaman dan ancaman yang ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah ditujukan bagi mereka yang dengan sengaja meninggalkan Qur'an dan sunnah setelah keduanya sampai di telinga mereka dan adanya dalil-dalil yang nyata di hadapan mereka serta kepada mereka yang menyandarkan pada si Fulan dan si Fulan, bertaklid dengan sengaja demi satu ikhtilaf, mengajak pada fanatisme sempit ala jahiliah demi menyuburkan firqah. Mereka sengaja menolak Al-Qur'an dan Sunnah Nabawiyah. Kecaman dan ancaman tadi khusus untuk mereka yang bila isi Qur'an dan Sunnah sesuai dengan hawa nafsu dan keinginannya lalu mereka ikuti; tetapi bila tidak sesuai, mereka kembali pada ashabiyah jahiliahnya. Karena itu, berhati-hati dan waspadalah terhadap semua itu bila Anda mengharap keselamatan dan kesuksesan pada hari yang tiada guna harta dan keturunan kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Lihat al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam, V/67-68). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0057 |
22 | 14/04/2018 20:58:22 | أصحابي كالنجوم، بأيهم اقتديتم اهتديتم | Sahabat-sahabatku bagaikan bintang-bintang. Yang mana saja kalian jadikan ikutan, kalian akan mendapat petunjuk. | Jabir r.a, | Bab Kelebihan Para Sahabat | Sahabat sahabatku, bintang, | Palsu | Hadits ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam kitab Jami'ul 'Ilmi II/91, dan oleh Ibnu Hazem dalam kitab al-Ahkam VI/82, dari sanad Salam bin Sulaim. Ibnu Abdil Bar berkata, "Sanad ini tidak dapat dijadikan hujjah. Al-Harits bin Ghushain itu majhul." Sedang Ibnu Hazem berkata, "Riwayat ini gugur, sebab Abu Sufyan sangat lemah. Al-Harits bin Ghushain itu adalah Abu Wahab ats-Tsaqafi. Dan Salam bin Su'aim telah meriwayatkan hadits-hadits maudhu'. Inilah salah satunya." Semua peneliti hadits menyatakan Salam bin Sulaim atau Ibnu Sulaiman itu dhai'f. Pernyataan itu telah menjadi kesepakatan para pakar hadits. Oleh Ibnu Hibban ia dinyatakan sebagai pendusta, karena telah meriwayatkan hadits maudhu | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0058 |
23 | 14/04/2018 21:08:40 | مهما أوتيتم من كتاب الله فالعمل به، لا عذر لأحدكم في تركه، فإن لم يكن في كتاب الله، فسنة مني ماضية، فإن لم يكن سنة مني ماضية، فما قال أصحابي، إن أصحابي بمنزلة النجوم في السماء، فأيها أخذتم به اهتديتم، واختلاف أصحابي لكم رحمة | Apa pun yang diperoleh dari Kitabullah, yang utama adalah pengamalannya. Tidak ada alasan bagi kalian untuk meninggalkannya. Bila tidak ada dalam Kitabullah, sunnahku berlaku. Bila dalam sunnahku tidak ada, hendaknya kalian mengamalkan apa yang dikatakan para sahabatku. Sesungguhnya sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang di langit. Yang mana saja dari mereka kalian ikuti, pasti kalian akan terbimbing. Dan perselisihan antara sahabat-sahabatku adalah rahmat bagi kalian. | Ibnu abbas r.a | Bab Adab, Bab Kelebihan Para Sahabat | Sahabatku bintang, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Ia telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam kitab al-Kifayah fi 'Ilmir-Riwayah, juga oleh Abul Abbas al-Asham dengan nomor hadits 142, juga Ibnu Asakir dari sanad Sulaiman bin Abi Karimah, dari Zubair. Menurut saya, hadits ini sanadnya lemah sekali. Abi Hatim menyatakan, Sulaiman bin Abi Karimah sangat lemah. Sedangkan Zuwaibir adalah Ibnu Said al-Uzdi, seorang di antara para perawi yang ditinggalkan riwayatnya oleh para pakar hadits. Kemudian Dhahak yaitu Ibnu Muzahim al-Hilali belum pernah bertemu dengan Ibnu Abbas r.a. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0059 |
24 | 16/04/2018 20:11:52 | سألت ربي فيما اختلف فيه أصحابي من بعدي، فأوحى الله إلي يا محمد إن أصحابك عندي بمنزلة النجوم في السماء، بعضها أضوأ من بعض، فمن أخذ بشيء مما هم عليه من اختلافهم فهو عندي على هدى | Aku tanyakan kepada Tuhanku tentang perselisihan para sahabatku sepeninggalku, maka Ia mewahyukan padaku, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya kedudukan para sahabatmu di sisiku bagaikan bintang-bintang di langit, sebagian lebih terang sinarnya dari yang lain. Siapa saja yang mengambil teladan dari apa yang mereka perselisihkan, maka di sisi-Ku berarti mengikuti petunjuk. | Umar al khattab r.a | Bab Kelebihan Para Sahabat | Sahabat²ku bintang, | Palsu | Hadits ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Batthah dalam kitab al-Ibanah, juga oleh Khatib Nizamul Mulk dalam kitab al Amali II/I3, Ibnu Asakir I/303, dari sanad Naim bin Hamad dari Abdur Rahim bin Zaid al-Ami. Sanad hadits tersebut maudhu'. Naim bin Hamad itu dha'if. Al-Hafizh berkata, "Ia banyak melakukan kesalahan, sedangkan Abdur Rahim al-Ami adalah pendusta." Ibnul Jauzi dalam kitab al-Ilal berkata, "Riwayat tersebut tidak sahih sebab Naim itu tercela. Sedangkan Abdur Rahim oleh Ibnu Muin dinyatakan sebagai pendusta." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0060 |
25 | 16/04/2018 20:18:14 | إنما أصحابي مثل النجوم فأيهم أخذتم بقوله اهتديتم | Sesungguhnya para sahabatku adalah bagaikan bintang-bintang. Dari yang mana saja kalian mengambil pendapatnya, berarti telah mendapat petunjuk. | Ibnu umar r.a | Bab Kelebihan Para Sahabat | Ashaabi nujum, | Palsu | Hadits ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dan Ibnu Hazem dari sanad Abi Syihab al-Hanath dari Hamzah al-Jazri. Kemudian Ibnu Abdil Bar berkata, "Sanad hadits ini tidak sahih dan tidak ada satu pun perawinya yang meriwayatkan dari Nafi' yang dapat dijadikan hujjah." Hamzah ini adalah Ibnu Abi Hamzah yang oleh Daru Quthni dinyatakan ditinggalkan riwayatnya. Kemudian Ibnul Adi menyatakan bahwa semua riwayatnya adalah maudhu'. Ibnu Hibban berkata, "Ia selalu menyalahi perawi-perawi tsiqah (kuat; dipercaya) seolah-olah ia sengaja meriwayatkan hadits-hadits maudhu'. Karena itu, tidak sah meriwayatkan darinya." Ibnu Hazem dalam al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam berkata, "Telah nyata bahwa riwayat ini tidak benar, bahkan tidak ragu lagi merupakan riwayat palsu sebab Allah telah menyatakan mengenai sifat nabi-Nya bahwa apa yang diucapkannya bukan menurut hawa nafsunya, tetapi firman yang diwahyukan kepadanya (an-Najm: 3-4)." Bila telah terbukti bahwa segala yang diucapkannya adalah syariat yang hak, berarti semuanya dari Allah. Karenanya, tidak akan bertentangan dengan apa yang difirmankan-Nya dalam surat an-Nisa': 82. Allah SWT telah melarang keras berselisih seperti dalam firman-Nya, "Walaa tanaa za'u." (al-Anfal: 46). Karena itu, merupakan sesuatu yang mustahil bila Rasululah saw. memerintahkan mengikuti setiap yang dilakukan dan diucapkan oleh setiap sahabat, padahal di antaranya ada yang menghalalkan sesuatu sedang yang lain mengha-ramkannya. Bila itu dibenarkan, berarti menjual khamr itu halal karena mengikuti Samurah bin Jundub, sementara sahabat yang lain menyatakan haram. Lebih lanjut Ibnu Hazem menyatakan, "Sebenarnya apa yang wajib bagi kita hanyalah mengikuti apa yang ada dalam Al-Qur'an yang telah disyariatkan bagi kita dan apa yang datang dengan sahih dari Rasulullah saw. yang Allah perintahkan untuk menjelaskan perihal agama atau syariat." Ia mengakhiri pernyataannya dengan berkata bahwa hadits tersebut adalah kabar dusta, maudhu' yang tak ada kesahihannya sama sekali. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0061 |
26 | 16/04/2018 20:25:03 | أهل بيتي كالنجوم، بأيهم اقتديتم اهتديتم | Ahli Baitku adalah bagaikan bintang-bintang. Dari yang mana saja kalian minta bimbingan, kalian akan mendapat petunjuk. | نبيط بن شريط رضي الله عنه، | Bab Ahlu Bayt | Ahli keluargaku bintang, | Palsu | Hadits ini maudhu', bahkan dalam lembaran Ahmad bin Nabith dinyatakan dusta. Saya telah mendapatkan bahwa hadits tersebut berasal dari Abu Naim al-Ashbahan, dari Abu Hasan Ahmad bin al-Qasim, dari Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim. Adz-Dzahabi menyatakan bahwa riwayat Ahmad bin Ishaq tidak dapat dijadikan hujjah karena ia pendusta. Pernyataan ini dikuatkan oleh al-Hafizh dalam kitab al-Lisan. Di samping itu, Ahmad bin al-Qasim itu lemah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0062 |
27 | 16/04/2018 20:43:56 | إن البرد ليس بطعام ولا بشراب | Sesungguhnya hujan ais bukanlah makanan dan bukan pula minum. | Anas bin malik r.a | Bab Makan dan Minum | Hujan ais, makan, minum, | Munkar | Hadits ini munkar. Telah diriwayatkan oleh ath-Thahawi dalam kitab Musykilul Atsar II/347, oleh Abu Ya'la dalam musnadnya II/ 191, oleh Ibnu Asakir II/313, serta oleh as-Salafi dalam kitab ath-Thuyuriyyat dari sanad All bin Zaid bin Jid'an dari Anas. Riwayat tersebut sanadnya lemah karena Ali bin Zaid bin Zid'an memang lemah. Demikian pernyataan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab at-Taqrib. Syu'bah bin al-Hajjaj berkata, "Ali bin Zaid memberitahukan kepada kami dan ia itu melakukan kesalahan, sambil menyambungkan sanad hadits ini yang hakikatnya adalah sanad yang mauquf (terhenti sampai sahabat)." Inilah kelemahan riwayat ini yakni karena perawi kuat meriwayatkannya hanya sampai pada Anas bin Malik r.a. saja yaitu dalam riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya II1/279, dan juga Ibnu Asakir 11/3 13. Adapun sanad mauquf yang diriwayatkan oleh perawi kuat, adalah dari Syu'bah, dari Qatadah dan Humaid, dari Anas bin Malik r a , ia berkata : "Suatu ketika pada bulan puasa turunlah hujan salju. Kemudian Abu Talhah yang sedang berpuasa mengambil butiran salju tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Kami katakan padanya, 'Engkau memakan salju padahal engkau tengah berpuasa.' Maka ia pun menjawab: 'Sesungguhnya ini adalah berkah.'" Sanad riwayat ini adalah sahih menurut kriteria persyaratan sahihan, dan oleh Ibnu Hazem ditetapkan kesahihannya. Hadits ini mauquf dan tidak ada sebutan nama Nabi saw. Menurut Alhafizh, sanadnya lemah. As-Suyuthi mencantumkannya dalam buntut hadits-hadits maudhu dan berkata kalau hadits ini benar, maka orang yang makan butiran salju tidak batal puasanya. Hal ini tidak bisa dibenarkan oleh kaum muslimin masa kini. Said Ibnul Musayyab tidak menyukai hadits ini. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0063 |
28 | 17/04/2018 10:57:50 | نعم أو نعمت الأضحية الجذع من الضأن | Sebagus-bagus binatang korban adalah domba yang muda. | Abu hurairah r.a | Bab Makan dan Minum | Binatang korban, | Lemah | Hadits ini dha'if. Telah diriwayatkan oleh Tirmidzi II/555, oleh Baihaqi IX/271, dan oleh Imam Ahmad II/444 dari sanad Usman bin Waqid, dari Kadam bin Abdur Rahman dari Abi Kabasi. Tirmidzi berkata bahwa hadits ini gharib (asing). Maksudnya, dha'if. Kelemahan hadits tersebut juga dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathhul Bari X/12 dengan berkata bahwa hadits tersebut lemah sanadnya. Bahkan oleh Ibnu Hazem dalam al-Muhalla VII/365 dinyatakan bahwa Utsman bin Waqid dan Kadam bin Abdur Rahman adalah majhul. Imam Bukhari berkata bahwa selain Utsman bin Waqid ada yang meriwayatkan hadits senada secara mauquf sanadnya sampai kepada Abu Harairah r.a. Lafazhnya menyatakan (artinya), "Telah datang Jibril kepadaku pada hari raya Qurban. Maka kutanyakan kepadanya, 'Bagaimana engkau lihat peribadatan kami?' Jibril menjawab, 'Sungguh sangat menggembirakan Ahlus-Sama' (para malaikat, penj.). Dan ketahuilah wahai Muhammad, bahwasanya domba jantan itu lebih baik daripada unta betina ataupun lembu. Kalau saja diketahui Allah ada yang lebih baik daripadanya (domba jantan lagi muda) pastilah Ibrahim akan berkurban dengannya.'" Kemudian ia menyatakan bahwa dalam sanadnya terdapat Ishaq bin Ibrahim al-Hunaini. Menurut Imam Baihaqi, orang ini meriwayatkan secara tunggal dan dha'if. Bahkan oleh para pakar hadits telah disepakati lemahnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0064 |
29 | 17/04/2018 20:30:25 | يجوز الجذع من الضأن أضحية | Kambing@ biri biri berumur satu tahun boleh dijadikan korban. | - | Binatang korban, | Binatang korban, | Lemah | Hadits ini dha'if. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/275, Baihaqi dan Imam Ahmad dari sanad Muhammad bin Abu Yahya, dari ibunya, dari Ummu Bilal binti Hilal, dari ayahnya. Sanad tersebut sangat lemah karena Ummu Muhammad dan Ummu Bilal adalah majhul (asing) Demikian yang dinyatakan oleh Ibnu Hazem dalam al-Muhalla VII/365. Pernyataan Ibnu Hazem tersebut ditanggapi oleh ad-Dumairi dengan menyatakan, "Ibnu Hazem benar dalam mendha'ifkan Ummu Muhammad. Namun dalam menilai dha'if terhadap Ummu Bilal ia salah, sebab Ummu Bilal dikenal di kalangan sahabat seperti disebutkan oleh Ibnu Mundih dan Abu Naim serta Ibnu Abdil Bar." Menurut saya, yang benar adalah Ibnu Hazem, sebab Ummu Bilal tidak dikenal kecuali dalam riwayat ini. Di samping itu, tidak ada kejelasan bahwa dia telah bergaul dengan sahabat. Jadi dalam sanadnya ada kemajhulan. Ringkasnya, hadits riwayat di atas tidak sahih. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Nasa'i dan Hakim serta Imam Ahmad dari sanad Ashim, dari ayahnya, dari sanad Jabir bin Abdilah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, adalah sahih. Karena itu, hendaknya kita mengamalkan hadits yang lebih sahih dalam bab ini. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0065 |
30 | 17/04/2018 21:05:40 | من قرأ في الفجر بـ {ألم نشرح} و {ألم تر كيف} لم يرمد | Barangsiapa pada shalat fajar membaca surat Alam Nasyrah dan Alam Tara Kaifa, maka ia tidak akan terkena penyakit opthalmia (radang mata). | - | Bab Quran | Penyakit opthalmia | Tiada sumber asalnya | Hadits di atas tidak ada sumbernya. As-Sakhawi berkata bahwa itu hadits palsu dan tidak ada sumbernya sama sekali, baik yang dimaksud di sini adalah shalat subuh maupun shalat sunnah sebelum subuh. Riwayat ini jelas bertentangan dengan sunnah yang terbukti kesahihannya bahwa Rasulullah saw. dalam shalat sunnah sebelum fajar membaca surat al-Kafirun dan surat al-Ikhlas. Sedang dalam shalat (fardu) subuh beliau membaca lebih dari enam puluh ayat. Yang berkeinginan lebih luas mengetahui bagaimana shalat Rasulullah saw. hendaknya merujuk buku kami yang sengaja kami susun dari kumpulan hadits-hadits sahih dengan judul Sifat Shalat Rasulullah saw. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0067 |
31 | 17/04/2018 21:11:04 | قراءة سورة {إنا أنزلناه} عقب الوضوء | Hendaknya surat Innaa anzalnaahu dibaca setiap selesai berwudhu. | - | Bab Quran | bacaan selepas berwuduk, | Tiada sumber asalnya, | Menurut as-Sakhawi riwayat ini tidak ada sumbernya. Kemudian ia berkata, "Saya melihat kalimat tersebut dalam mukadimah yang dinisbatkan kepada Imam Abi Laits. Tampaknya kalimat tersebut dimasukkan orang lain. Dan ini berarti telah menghilangkan sunnah nabawiyah." Menurut saya, maksudnya adalah menghilangkan doa yang disunnahkan untuk dibaca setiap usai berwudhu, yaitu: Asyhadu an laa ilaaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu. Wahai Allah, jadikanlah diriku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah diriku termasuk golongan orang-orang yang suci (HR. Muslim, dan lain-lainnya.) | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid, 0068 |
32 | 18/04/2018 10:33:14 | مسح الرقبة أمان من الغل | Mengusap leher waktu berwudhu dapat menyelamatkan dari belenggu pada hari kiamat kelak. | - | Bab Wudhu | Sapu leher, | Palsu | Ini hadits maudhu'. Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab I/465, berkata, "Ini adalah hadits maudhu' dan bukan dari sabda Rasulullah saw. Ibnu Hajar dalam kitab Talkhish al-Habir I/433, berkata, "Abu Muhammad al-Juwaini menyatakan bahwa para pakar hadits tidak meridhai dan tidak menerima sanadnya." Menurut saya, semua hadits tentang keharusan membasuh leher saat berwudhu adalah munkar. Di samping lemahnya sanad dan kemajhulan perawinya, juga sangat jelas hal itu bertentangan dengan hadits-hadits sahih yang mengisahkan tentang bagaimana Rasulullah saw. berwudhu, yang tidak satu pun di antaranya menyebutkan bahwa beliau mengusap lehernya tatkala berwudhu. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0069 |
33 | 18/04/2018 10:43:44 | من أطعم أخاه خبزا حتى يشبعه، وسقاه ماء حتى يرويه، بعده الله عن النار سبع خنادق، بعد ما بين خندقين مسيرة خمس مئة سنة | Siapa saja yang memberi makan saudaranya dengan roti hingga kenyang dan memberinya minum hingga cukup, Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh tujuh khandaq. Jarak antara dua khandaq adalah perjalanan lima ratus tahun. | Amru bin asr r.a, | Bab Makan dan Minum | Bagi makan roti, tujuh kandaq, | Palsu | Ini hadits maudhu' yang telah diriwayatkan oleh al-Hakim, I/ 95, juga oleh Ibnu Asakir II/115, dari sanad Idris bin Yahya al-Khaulani, dari Raja bin Abi Atha. Ada kemusykilan dalam riwayat ini. Pada satu sisi al-Hakim berkata sanadnya sahih seperti juga disepakati oleh adz-Dzahabi, namun pada sisi lain ia berkata bahwa Raja ini tidak ada yang mempercayainya, bahkan termasuk orang yang tertuduh. Kemudian, dengarkan apa yang dikatakan oleh adz-Dzahabi dalam kitab al-Mizan, "Shuwailih telah dikatakan oleh al-Hakim sebagai seorang perawi hadits maudhu'." Pernyataan seperti itu juga diungkapkan oleh Ibnu Hibban. Jadi, di satu pihak Ibnu Hibban memvonis hadits tersebut sebagai hadits maudhu', sedangkan di pihak lain al-Hakim memvonis sebagai riwayat yang sahih sanadnya. Kini, saya benar-benar merasa tidak mengetahui, bagaimana menyatukan dua vonis peneliti sekaligus perawi hadits itu. Saya juga tidak mengetahui bagaimana menyatukan pernyataan adz-Dzahabi tentang Shuwailih dengan kesepakatan akan pernyataan al-Hakim. Menurut saya, hadits tersebut telah dikecam oleh al-Haitsami dalam kitab al-Mujma' II/130. Ath-Thabrani dalam kitab al-Kabir juga berkata, "Dalam sanadnya terdapat Raja bin Abi Atha. Dia sangat lemah." Sungguh pernyataan al-Hakim itu merupakan kekaburan yang mengkhawatirkan. Inilah yang mendorong saya untuk mengumpulkan riwayat-riwayat maudhu' dan dha'if dengan penyelidikan yang mendetail, agar dapat mencegah tergelincirnya umat dalam menyebarkan kedustaan yang disandarkan kepada Rasulullah saw. Semoga kita terjaga dari keterjerumusan itu dengan keutamaan dan taufik-Nya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0070 |
34 | 18/04/2018 10:49:28 | التكبير جزم | Takbir (Allahu Akbar) itu diperpanjang. | - | Bab Azan | Allahu akbar, takbir, | Tiada sumber asalnya. | Ibnu Hajar dan as-Sakhawi menyatakan bahwa riwayat ini tidak ada sumbernya. As-Suyuthi juga berpendapat demikian seraya berkata bahwa itu adalah ucapan Ibrahim an-Nakha'i. Di samping itu, hadits tersebut tidak mempunyai sumber marfu'. Dilihat dari segi maknanya pun, yang dimaksud adalah takbir dalam shalat, seperti yang dapat dipahami dari keterangan as-Sayuthi yang pernah ia ungkapkan dalam kitab khusus yang berkenaan dengan hadits maudhu' ini, yang diberinya judul al-Hawi lii Fatawa II/71. Jadi, bukanlah termasuk takbir dalam azan seperti yang dipahami oleh sekelompok firqah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0071 |
35 | 18/04/2018 10:54:17 | أدبني ربي فأحسن تأديبي | Rabbi telah mendidikku dan membaikkan adabku. | - | Bab Adab | Rabbi mendidikku, | Lemah | Hadits ini dha'if. Demikian pernyataan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu'ah ar-Rasa'ilul-Kubra II/336. Maknanya memang sahih, tetapi tidak dikenal adanya sanad yang pasti. Pernyataan yang demikian dikuatkan dan disepakati oleh as-Sakhawi dan as-Suyuthi. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0072 |
36 | 18/04/2018 11:00:30 | مسح العينين بباطن أنملتي السبابتين عند قول المؤذن: أشهد أن محمدا رسول الله ... إلخ وأن من فعل ذلك حلت له شفاعته صلى الله عليه وسلم | Barangsiapa mengusap kedua mata dengan ujung bagian dalam kedua telunjuk ketika muazin mengucapkan "asyhadu anna Muhammadan Rasulullah..." dan seterusnya, ia berhak mendapatkan syafaat Rasulullah saw. | Abu bakar as siddiq r.a | Bab Azan | Sapu mata, dapat syafaat nabi, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh ad-Dailami bahwa hadits ini tidak sahih. Ibnu Thahir berkata. "Tidak benar." Bahkan asy-Syaukani telah meriwayatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu'. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0073 |
37 | 19/04/2018 07:35:43 | عجلوا بالصلاة قبل الفوت، وعجلوا بالتوبة قبل الموت | Segerakanlah shalat sebelum terlambat dan segerakanlah taubat sebelum wafat. | - | Bab Solat, Bab Taubat | Taubat, solat segera, | Palsu | Ini hadits maudhu'. Ash-Saghani meriwayatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu', halaman 4-5. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0075 |
38 | 19/04/2018 07:42:16 | الناس كلهم موتى الا العالمون، والعالمون كلهم هلكى الا العاملون والعاملون كلهم غرقى الا المخلصون، والمخلصون على خطر عظيم | Semua orang ibarat mayat, kecuali orang-orang alim. Dan orang-orang alim semuanya binasa, kecuali orang-orang yang mengamalkan. Dan orang-orang yang mengamalkan semuanya tenggelam, kecuali orang-orang yang mukhlish. Dan orang-orang yang mukhlis semuanya dalam bahaya yang sangat besar. | - | Bab Ikhlas | Ibarat mayat, | Palsu | Ini hadits maudhu'. Ash-Saghani meriwayatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu' halaman 5. Ia berkata, "Hadits ini benar-benar buatan orang-orang bodoh yang mengada-ada. Sebab, dari susunan bahasannya saja sudah dapat dilihat. Mestinya yang benar secara i'rabnya (uraian kalimatnya) adalah al-alimin, al-amilin, dan al-mukhlisin." Menurut saya, riwayat ini persis ucapan kaum sufi. Lihatlah apa yang diucapkan Sahl bin Abdullah at-Tastari: "Semua manusia mabuk, kecuali para ulama. Dan ulama semuanya dalam keraguan, kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0076 |
39 | 19/04/2018 07:48:38 | لا مهدي إلا عيسى | Tidak ada al-Mahdi kecuali Isa a.s. | Anas bin malik r.a | Bab Akhirat | Imam mahdi, nabi isa, | Munkar | Hadits ini munkar. Ia telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/ 495, juga oleh al-Hakim IV/441, Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya Jami' al-Ilmi I/155, dari sanad Muhammad bin Khalid al-Jundi, dari Ibnu Aban biin Shaleh, dari al-Hasan, dari Anas. Menurut saya, sanad ini sangat lemah. Kelemahannya terletak pada tiga hal, yaitu: 'An 'anah (maksudnya yang sanadnya dengan menggunakan kata 'an Fulan, 'an Fulan dan seterusnya). Hasan Basri, terbukti telah dengan sengaja pernah mencampur-aduk riwayat. Kemajhulan perawi Muhammad bin Khalid seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib. Perselisihan dan perbedaan sanadnya. Al-Baihaqi berkata, "Al-Hafizh Abu Abdullah menyatakan bahwa Muhammad bin Khalid adalah majhul, tidak dikenal di kalangan pakar hadits." Adz-Dzahabi berkata, "Riwayat ini munkar sambil mengutarakan hadits serupa dengan sanad dari Ibnu Abi Ayyasyi dari Hasan secara mursal (terhenti sanadnya sampai kepada tabiin atau sahabat; penj.)." Ringkasnya, hadits-hadits yang menyatakan akan munculnya al-Mahdi di akhir zaman nanti adalah sahih. Diriwayatkan oleh seluruh ashabus sunan dan sahihain. Hadits dha'if yang oleh ash-Shaghani dan Asy Syaukani bahkan dinyatakan maudhu' ini adalah riwayat yang dijadikan landasan dalil bagi firqah Ahmadiyah dalam usahanya menguatkan anggapan mereka (para pengikutnya) bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi. Kemudian ia mendakwa sebagai Isa, atas dasar hadits tersebut tadi. Dakwaan Mirza ini telah banyak menggoyahkan iman kaum dhuafa' yang pengetahuan agamanya sangat minim. Dan seperti biasa, para penyeru ajakan yang batil selalu hanya diikuti oleh orang-orang yang lemah imannya dan sangat minim pengetahuan agamanya. Wallahul musta'an. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0077 |
40 | 24/04/2018 11:23:51 | سؤر المؤمن شفاء | Bekas minuman orang mukmin adalah ubat. | Ibnu Abbas r.a | Bab Makan dan Minum, Bab Ubat dan Perubatan | Bekas Minuman, Ubat, | Tiada sumber asalnya. | Riwayat ini tidak ada sumbernya. Bahkan dengan tegas Syekh Ahmad al-Ghazi menyatakannya sebagai bukan hadits. Pernyataan tersebut disepakati oleh Syekh al-Ajluni. Adapun pernyataan Syekh Ali al-Qari dalam kitab al-Maudhu'at halaman 45 bahwa hadits tersebut sahih dari segi maknanya karena ada riwayat lain seperti dari Daru Quthni dalam al-Afrad, adalah tidak benar sama sekali. Sebab, hadits yang dijadikan penguat makna hadits nomor 78, juga tidak sahih. Mari kita lihat hadits yang dijadikan sebagai penguat itu. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0078 |
41 | 24/04/2018 11:22:26 | من التواضع أن يشرب الرجل من سؤر أخيه، ومن شرب من سؤر أخيه ابتغاء وجه الله تعالى رفعت له سبعون درجة، ومحيت عنه سبعون خطيئة، وكتب له سبعون درجة | Adalah termasuk sikap tawadhu' seseorang yang mau minum dengan gelas bekas saudaranya. Barangsiapa yang meminum bekas saudaranya hanya semata mengharap keridhaan-Nya, maka Allah akan mengangkat baginya tujuh puluh derajat, menghapus tujuh puluh kesalahannya dan mencatat baginya tujuh puluh derajat kebaikan. | Ibnu Abbas r.a | Bab Adab, Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Bekas Minuman, Sikap Tawadhu', | Palsu | Hadits ini maudhu'. Ibnul Jauzi meriwayatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu', dengan perawi Daru Quthni dan sanad dari Nuh bin Abi Maryam, dari Ibnu Juraij, dari Atha, dari Ibnu Abbas. Ibnul Jauzi berkata, "Nuh bin Abi Maryam meriwayatkan hadits ini secara tunggal, sedangkan dikenal di-kalangan pakar hadits sebagai orang yang ditinggalkan riwayatnya." Itulah riwayat yang dijadikan sebagai penguat hadits nomor 78, yang dinyatakan oleh Ali al-Qari, padahal hadits ini (yakni hadits nomor 79) juga dha'if. As-Suyuthi menyanggah, seraya berkata bahwa hadits riwayat Ibnu Juraij mempunyai penguat, yaitu riwayat dengan sanad di antaranya Abul Hasan. Padahal, terbukti bahwa Abul Hasan adalah perawi hadits-hadits munkar. Demikianlah yang dinyatakan Ibnu Abi Hatim dalam kitab Jarh wat-Ta'dil, setelah dinyatakan oleh ayahnya bahwa ia majhul. Kemudian, Nuh bin Abi Maryam dahulu dikenal sebagai penuntut ilmu dan dinyatakan cekatan dalam mengumpulkan fiqih Abu Hanifah. Namun, ia termasuk orang yang tertuduh atau diragukan dalam riwayat. Bahkan oleh Abu Ali an-Naisaburi dinyatakan sebagai orang yang memalsu riwayat. Yang lebih pasti sebagai bukti akan kelemahan hadits tersebut adalah apa yang dinyatakan secara rinci oleh Daru Quthni sendiri dalam kitab at-Tandzib, "Hindarilah pencampuradukan dan pemalsuan riwayat yang dilakukan oleh Ibnu Juraij karena sesungguhnya ia sangat jahat dalam memalsu. Ia tidak memalsu kecuali apa yang didengarnya dari perawi-perawi tercela, seperti Ibrahim bin Abi Yahya, Musa bin Abi Ubaidah, dan lain-lain." Kemudian, bila hadits ini selamat dan terlepas dari aib Ibnu Abi Maryam dan al-Hasan bin Rasyid maka ia tidak akan terbebas dari aib Ibnu Juraij | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0079 |
42 | 24/04/2018 11:20:05 | المهدي من ولد العباس عمي | Al-Mahdi adalah anak dari keturunan al-Abbas pakcikku. | Saidina Usman bin Affan r.a | Bab Ahlu Bayt, Bab Pemimpin | Al-Mahdi, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Daru Quthni dalam kitab al-Afrad. Ia berkata, "Riwayat ini dengan sanad tunggal Muhammad bin al-Walid. Karena itu, merupakan riwayat yang gharib (asing)." Menurut saya, ia itu termasuk sederetan perawi yang tertuduh. Bahkan Ibnu Adi menyatakannya sebagai pemalsu (hadits). Sebagai bukti kepalsuannya, hadits tersebut telah menyalahi makna hadits sahih, di mana Rasulullah saw. bersabda, "Al-Mandi adalah keturunan dari anak Fatimah." (HR Abu Daud, 11/207, Ibnu Majah, II/ 519, al-Hakim, IV/557, dari sanad Ziyad bin Bayan, dan seterusnya yang semuanya tsiqah). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0080 |
43 | 24/04/2018 11:16:43 | يا عباس إن الله فتح هذا الأمر بي، وسيختمه بغلام من ولدك يملؤها عدلا كما ملئت جورا، وهو الذى يصلي بعيسى | Wahai Abbas, sesungguhnya Allah telah membuka perkara ini dengan keberadaanku, kelak akan disudahi oleh seorang anak laki-laki dari keturunanmu, yang bakal menyebar keadilan sebagaimana tersebarnya kezaliman. Dialah yang akan menjadi imam kala shalat bersama Nabi Isa a.s. | Ammar bin Yasir r.a | Bab Ahlu Bayt, Bab Kelebihan | Imam Mahdi, Sebar Keadilan, | Palsu | Hadits ini maudhu' dan telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam kitab Tarikh Baghdad IV/177, dengan sanad dari Ahmad bin al-Hajaj bin Shalt, dari Said bin Sulaiman dari Khalaf bin Khalifah dari Mughirah dari Ibrahim dari al-Qamah dari Amar bin Yasir r.a. Menurut saya, semua sanadnya masyhur dan tsiqah dari deretan perawi-perawi yang digunakan Imam Muslim, kecuali Ahmad bin al-Hajjaj. Ia telah tercela, seperti yang dinyatakan oleh adz-Dzahabi. Kemudian hadits tersebut telah dirangkum oleh Ibnul Jauzi dalam keterangan hadits-hadits maudhu'. Adapun bahwa Imam Mahdi shalat dan menjadi imam bagi Nabi Isa ketika turun kelak adalah benar adanya seperti yang tertera dalam banyak hadits sahih, dalam Kutubus Sunan. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1,0081 |
44 | 24/04/2018 11:13:59 | ألا أبشرك يا أبا الفضل؟ إن الله عز وجل افتتح بي هذا الأمر، وبذريتك يختمه | Maukah aku beri kabar gembira wahai Abul Fazl (al-Abbas)? Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah membuka bagiku perkara ini dan Ia akan mengakhirinya dari keturunanmu. | Abu Hurairah r.a | Bab Ahlu Bayt, Bab Kelebihan Para Sahabat | Keturunan Abbas r.a, | Palsu | Ini hadits maudhu' dan telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah I/35 dari sanad Lahij bin Ja'far at-Taimi, dari Abdul Azis bin Abdus Samad al-Ami, dari Ali bin Zaid bin Jad'an, dari Said bin Musayyab, dari Abu Hurairah r.a. Menurut saya, Lahij bin Ja'far tercela. Ibnu Adi berkata bahwa ia adalah perawi dari Baghdad yang majhul yang telah meriwayatkan dari perawi tsiqah (kuat; dapat dipercaya) dengan mencampur-aduk dengan riwayat-riwayat munkar. Bahkan adz-Dzahabi berkata, "Demi Allah, riwayat ini merupakan hadits-hadits maudhu' yang sangat besar dustanya. Dan semoga Allah mengutuk siapa saja yang tidak menyukai Ali." Satu hal yang perlu diperhatikan oleh para penuntut ilmu, jika telah mengetahui kelemahan dan kepalsuan hadits-hadits ini dan yang sebelumnya, tidak perlu bersusah payah menentukan hadits sahih yang baru saya sebutkan tadi bahwah al-Mahdi adalah anak keturunan Fatimah. Wallahu Waliyyut Taufiq | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1 , 0082 |
45 | 24/04/2018 11:18:36 | نعم المذكر السبحة، وإن أفضل ما يسجد عليه الأرض، وما أنبتته الأرض | Sebaik-baik pengingat (untuk berzikir) adalah tasbih. | Saidina Ali bin Abi Talib r.a | Bab Zikir dan Doa | Tasbih, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh ad-Dailami dalam kitabnya Musnad al-Firdaus. Menurut saya, sanad hadits tersebut dari awal hingga akhir semuanya gelap, sebagian majhul dan sebagiannya lagi tercela. Kemudian Ummu al-Hasan binti Ja'far tidak ada biografinya, sedangkan Abdu Samad bin Musa telah disebutkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab al-Mizan seraya mengutip pernyataan al-Khatib yang berkata bahwa para ulama telah menyatakannya sebagai perawi yang lemah. Kemudian lebih jauh adz-Dzahabi berkata, "Abdus Samad juga terbukti telah meriwayatkan hadits-hadits munkar dari kakeknya, Muhammad bin Ibrahim." Menurut saya, barangkali itulah kelemahan hadits ini dari segi sanadnya. Adapun maknanya adalah batil. Alasannya sebagai berikut: Tasbih (rosario: alat yang digunakan untuk bertasbih, tahmid, atau takbir; penj.) itu tidak dikenal di zaman Rasulullah saw. Jadi, merupakan sesuatu yang baru dan hal yang sangat mustahil jika Rasulullah memerintahkan (menganjurkan) sesuatu pekerjaan dengan menggunakan alat yang beliau dan para sahabatnya tidak mengetahuinya. Lagi pula kata itu asing dalam bahasa Arab. Riwayat tersebut sangat bertentangan dengan hadits sahih yang mengisahkan bahwa Rasulullah bertasbih dengan tangan kanannya, dan dalam riwayat lain disebutkan dengan menggunakan jari-jemarinya. Ada sebuah polemik tentang penggunaan tasbih ini. Dikemukakan oleh asy-Syaukani bahwa terbukti ada hadits yang menerangkan bahwa penggunaan batu kecil untuk menghitung dalam bertasbih telah diriwayatkan oleh para sahabat dan dibenarkan oleh Rasulullah saw. Jadi, berarti tidak ada perbedaan bertasbih dengan menggunakan tasbih, bebatuan (batu kecil), tangan atau jari-jemari. Menurut saya, kita akan segera membenarkannya dengan menerima pernyataan itu, bila terbukti hadits-hadits yang dijadikan landasan itu sahih. Singkatnya, kedua hadits yang dijadikan landasan oleh asy-Syaukani itu diriwayatkan oleh as-Suyuthi dalam risalahnya. Dikisahkan dari Saad bin Abi Waqash bahwa suatu ketika ia bersama Rasulullah saw. menjumpai seorang wanita tengah menghitung-hitung batu-batu kecil di tangannya, kemudian Rasulullah saw. bertanya, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mudah bagimu dari ini atau yang lebih afdal?" Lalu beliau bersabda, "Ucapkanlah Subhanallah sebanyak mungkin ... dan seterusnya." (HR Abu Daud, Tirmidzi, al-Hakim, dari sanad Umar bin Harits dari Said bin Hilal dari Huzaimah). Tirmidzi berkata, "Hadits hasan." Sedang al-Hakim berkata, "Hadits ini sahih sanadnya." Mulanya adz-Dzahabi menyepakati pernyataan kedua rawi, namun ternyata salah. Sebab dalam kitab al-Mizan, adz-Dzahabi menyatakan bahwa Khuzaimah itu majhul. Kami tidak mengetahui tepatnya sebab ia meriwayatkan secara tunggal dari Said bin Hilal. Pernyataan demikian juga diutarakan Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib. Bahkan oleh Imam Ahmad telah dinyatakan (bahwa Khuzaimah) sebagai tukang campur aduk riwayat. Kalau begitu, mana kesahihan ataupun kehasanan hadits tersebut? Hadits yang diriwayatkan dari Shafiyah. Dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. masuk ke rumah menjumpai Shafiyah, istrinya yang di tangannya ada empat ribu batu kecil. Kemudian beliau bertanya, "Apa gerangan yang ada di tanganmu wahai kekasihku?" Aku (Shafiyah) menjawab, "Aku gunakan untuk bertasbih." Beliau bersabda, "Sungguh aku bertasbih lebih dari jumlah yang ada padamu itu." Aku katakan pada beliau, "Kalau begitu, ajarilah aku wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Ucapkanlah Subhanallah sebanyak makhluk yang telah diciptakan Allah (maksudnya sebanyak mungkin; penj.)" (HR Tirmidzi, al-Hakim, dan lain-lain). Kemudian Tirmidzi berkata, "Hadits ini gharib (asing). Kami tidak mengetahuinya kecuali hanya satu sanad." Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib berkata, "Hadits ini dha'if, dan Kunanah (seorang sanadnya) majhul (tidak dikenal) serta tidak ada yang menguatkannya kecuali Ibnu Hibban (yang dikenal di kalangan pakar hadits sebagai orang yang ringan dalam menguatkan hadits. penj.)" Selanjutnya, sebagai bukti akan kelemahan kedua hadits tadi adalah karena ia bertentangan dengan hadits sahih yang warid dalam sahih Muslim, 83-84, Tirmidzi IV/274, dengan mensahihkannya, dan Ibnu Majah 1/23, serta musnad Imam Ahmad, 6, 325, 429. Di samping itu, terbukti kesahihan hadits yang ada dalam kitab Ash-Shihah bahwa sahibul kisah adalah Juwairiyah, bukannya Shafiyah. Kedua, sebutan batu-batu kecil tidak ada, alias munkar. Khulashah polemik ini ialah bahwa unsur bid'ah ingin dikuatkan dan lebih ditonjolkan kemoderanannya, dengan maksud meninggalkan sunnah. Pada prinsipnya, satu alasan saja untuk menyanggah mereka telah lebih dari cukup, yakni, bukankah apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. jauh lebih afdhal ketimbang ajaran buatan manusia biasa, siapa pun orangnya? Subhaanallaah | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0083 |
46 | 24/04/2018 11:11:06 | كلكم أفضل منه | Kalian semuanya lebih utama darinya. | - | Bab Kelebihan, Bab Kelebihan Para Sahabat | Lebih Utama, | Lemah | Hadits ini dha'if. Saya tidak mendapatkan dalam semua kitab hadits. Namun, saya dapatkan riwayat dari Ibnu Qutaibah dalam kitab Uyun al-Akhbar 1/26, dengan sanad yang sangat lemah yaitu dari Muhammad bin Ubaid, dari Muawiyah bin Umar,dari Abi Ishaq, dari khalid al-Hidza, dari Abi Qalabah, dari Muslim bin Yasar. Dikisahkan dalam riwayat itu bahwasanya serombongan orang tengah bepergian. Ketika bertemu dengan Rasulullah saw. mereka berkata, "Wahai Rasulullah, sesunggguhnya kami tidak melihat manusia yang lebih utama setelah engkau daripada si Fulan. Ia selalu berpuasa di tengah harinya, di tengah malam selalu menjalankan shalat, sampai kami beranjak pergi. "Beliau kemudian bertanya, "Siapakah dari kalian yang bekerja untuknya (melayaninya)?" Mereka menjawab, "Kami semua, wahai Rasulullah." Rasul kemudian bersabda, "Sungguh kalian lebih utama darinya." Riwayat ini sanadnya sangat lemah. Kendatipun kebanyakan perawinya tsiqah, namun hadits ini mursal. Abi Qalabah sendiri adalah orang yang suka mencampur-aduk perawi antara yang dijumpainya dengan yang tidak dijumpainya, sekalipun ia merupakan seorang faqih tabi'in yang baik. Karena itu, ia pun dimasukkan oleh Burhanuddin al-Halabi dalam kitabnya at-Tabi'in li Asmaa'il-Mudallisin halaman 21. Ibnu Hajar dalam kitabnya Thabaqat al-Mudallisin berkata, "Telah dinyatakan lemah oleh adz-Dzahabi dan al-Ala'i | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0084 |
47 | 24/04/2018 09:12:09 | يقتل عند كنزكم ثلاثة كلهم ابن خليفة، ثم لا يصير إلى واحد منهم، ثم تطلع الرايات السود من قبل المشرق فيقتلونكم قتلا لم يقتله قوم، ثم ذكر شيئا لا أحفظه فقال: فإذا رأيتموه فبايعوه ولوحبوا على الثلج، فإنه خليفة الله المهدي - وفي رواية - إذا رأيتم الرايات السود خرجت من قبل خراسان فأتوها ولو حبوا.. إلخ | Ada tiga orang yang akan dibunuh dalam kejayaan kalian, dan semuanya anak khalifah, tetapi tidak seorang pun yang terkena. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur membunuh kalian dengan pembunuhan yang belum pernah dilakukan oleh suatu kaum. Kemudian mereka menyebutkan sesuatu yang aku tidak menghafalnya. Kemudian beliau bersabda, 'Bila kalian melihatnya, baiatlah ia sekalipun kalian harus merangkak di atas salju karena sesungguhnya ia itu khalifah Tuhan, al-Mahdi.' Kemudian dalam riwayat lain, 'Bila kalian melihat bendera-bendera hitam dari arah Khurasan, datangilah biarpun dengan merangkak,' ... dan seterusnya." | - | Bab Jihad, Bab Pemimpin, Bab Peperangan | Bendera Hitam, dari Khurasan, | Munkar | Hadits ini munkar. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah 518, dan al-Hakim IV/463-464 dari sanad Khalid al-Hidza dari Abi Qalabah. Adapun Ahmad dan al-Hakim telah mengeluarkannya dengan sanad dari Ali bin Zaid. Kemudian Imam Ahmad menyatakan lemahnya hadits tersebut. Juga Ibnul Jauzi menempatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu'. Adz-Dzahabi berkata, "Aku lihat hadits ini adalah munkar." Sebenarnya hadits tersebut benar maknanya, namun yang benar adalah tanpa tambahan kalimat "karena ia merupakan khalifah Tuhan" . Tambahan inilah yang dimaksud oleh adz-Dzahabi sebagai munkar, karena dalam syariat memang tidak dibenarkan berkata manusia sebagai khalifah Tuhan. Karena itu, Ibnu Taimiyah telah menjelaskan panjang lebar dalam kitabnya al-Fatawa al-Qubra II/ 416, dengan berkata, "Sungguh banyak orang yang menyangka secara salah seperti Ibnul Arabi bahwa yang dimaksud dengan khalifah adalah khalifah Tuhan, yakni sebagai wakil Tuhan. Allah tidaklah mempunyai wakil. Karena itu, Abu Bakar dengan tegas membantah ketika ditanya dengan kalimat, 'Wahai Khalifatullah'. Dengan segera ia menjawab, 'Aku bukanlah khalifah Tuhan, akan tetapi khalifah Rasulullah saw. Cukuplah itu." Kemudian, justru sebaliknyalah, bahwa Tuhan itu adalah sebagai khalifah bagi selain-Nya. Rasul bersabda (berupa doa bepergian), "Allaahumma anta as-shahibu fis-safari wal-khalitfatu fil-ahli. Allaahumma ashibnaa flu safarinaa wakhlifnaa flu ahlinaa". Akhirnya, Ibnu Taymiyah mengakhiri fatwanya itu dengan berkata, "Barangsiapa yang menjadikan-Nya mempunyai khalifah, orang itu berarti telah menyekutukan-Nya, yakni musyrik." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0085 |
48 | 24/04/2018 06:43:17 | الطاعون وخز إخوانكم من الجن | Wabak penyakit itu tikaman saudara-saudara kalian dari kalangan jin. | Abu Musa Al Ashaari r.a | Bab Iblis dan Syaitan | Wabak Penyakit, Jin, | Tiada sumber asalnya. | Hadits dengan lafazh dan matan seperti ini tidak ada sumbernya. Telah diriwayatkan oleh Ibnul Atsir dalam kitabnya an-Nihayah dalam bab wakhaza, yang mengikuti al-Harawi. Ibnu Hajar berkata, "Saya tidak menjumpai hadits dengan lafazh yang demikian walaupun saya telah menyelidikinya sedetail mungkin, baik dari segi sanad maupun matannya, baik dalam kitab-kitab masyhur maupun kitab lainnya." Menurut saya, hadits yang senada terdapat dalam kitab Musnad Imam Ahmad IV/hadits ke-395, 413, dan 417. Juga dalam kitab al-Mu'jam ash-Shaghir halaman 71 dan al-Hakim 1/50, dengan sanad dari Abu Musa al-Asy'ari secara marfu dengan matan: Ath-Tha'un wakhzu a'daaikum minal jinni. Artinya: "Wabah sampar itu tikaman musuh-musuhmu dari kalangan jin". Ini adalah hadits sahih. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0086 |
49 | 24/04/2018 06:40:07 | إذا صعد الخطيب المنبر، فلا صلاة ولا كلام | Bila khatib telah menaiki mimbar pada shalat Jum'at, maka tidak diperkenankan shalat ataupun berbicara. | Ibnu Amru r.a | Bab Agama, Bab Solat | Khatib naik Mimbar, Tiada Solat, | Batil | Riwayat ini batil. Ath-Thabrani telah meriwayatkannya dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir. Dalam sanadnya terdapat seorang bernama Ayub bin Nuhaik yang dinyatakan dha'if oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitabnya al-Jarh wat-Ta'dil I/259. Saya memvonis batil riwayat tersebut, sebab di samping sanadnya dha'if, maknanya pun bertentangan dengan hadits-hadits sahih lagi sangat masyhur. Silakan merujuk kitab Shahihain dan Kutubus Sunan bab shalat Jum'ah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0087 |
50 | 24/04/2018 06:36:55 | الزرع للزارع، وإن كان غاصبا | Tanaman adalah bagi si penanam, sekalipun ia memperoleh dengan cara merampas | - | Bab Harta | Tanaman, cara Merampas, | Batil | Hadits ini batil dan tidak ada sumbernya. Demikian pernyataan ash-Shau'ani dalam kitabnya Subulus Salam III/60, seraya menambahkan, "Tidak ada satu pun pakar hadits dan ahlus sunan yang meriwayatkannya." Ketika menyelidikinya, saya tidak menemukan sumbernya, bahkan saya menemukan hadits-hadits sahih yang menyanggahnya. Misalnya hadits man ahyaa ardhan maitatan fahiya lahu wa laisa li araqin zhalimin haqqun (barang siapa menghidupkan tanah yang mati, tanah itu menjadi hak miliknya, dan tidak ada hak bagi yang mengeluarkan keringat dengan zalim). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1,0088 |
51 | 24/04/2018 06:29:57 | صاحب الشيء أحق بحمله إلا أن يكون ضعيفا يعجز عنه فيعينه أخوه المسلم | Pemilik sesuatu barang lebih berhak membawanya, kecuali jika ia lemah atau tidak mampu membawa sendiri. Ketika itu, hendaknya saudaranya sesama muslim membantunya. | Abu Hurairah r.a | Bab Hak Pembantu | Saudara Muslim membantunya, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Ibnul Arabi dalam al-Mu'jam I/235, juga Ibnu Basyran dalam al-Amali II/53-54, dengan sanad dari Yusuf bin Ziyad al-Bashri, dari Abdur Rahman bin Ziyad bin An'am. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam deretan hadits maudhu', sambil menegaskan bahwa Yusuf bin Ziyad sangat kondang dengan pemalsuannya dan seringnya meriwayatkan hadits batil. Adapun al-Hakim, al-Iraqi, dan Ibnu Hajar menyatakan, riwayat tersebut dha'if. As-Sakhawi menyatakan dha'ifsekali. Sedangkan Ibnu Hibban berkata, "Yusuf bin Ziyad ini tukang palsu riwayat, walaupun mengambil hadits dari perawi-perawi yang kuat." Barangkali dengan ini saja cukuplah vonis tentang kelemahan atau kepalsuan hadits ini. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0089 |
52 | 24/04/2018 06:28:10 | عليكم بلباس الصوف تجدوا حلاوة الإيمان في قلوبكم، وعليكم بلباس الصوف تجدوا قلة الأكل، وعليكم بلباس الصوف تعرفون به في الآخرة، وإن لباس الصوف يورث القلب التفكر، والتفكر يورث الحكمة، والحكمة تجري في الجوف مجرى الدم فمن كثر تفكره قل طعمه، وكل لسانه، ورق قلبه، ومن قل تفكره كثر طعمه، وعظم بدنه، وقسا قلبه، والقلب القاسي بعيد من الجنة، قريب من النار | Hendaknya kalian memakai pakaian dari bulu, niscaya kalian akan merasakan manisnya iman dalam hati kalian. Hendaknya kalian memakai pakaian dari bulu, niscaya akan berkurang makan kalian. Hendaknya kalian memakai pakaian dari bulu, karena dengannya akan dikenal kelak di hari kiamat. Sesungguhnya pakaian dari bulu itu membuahkan hati bertafakur, sedangkan tafakur membuahkan hikmah, dan hikmah akan berjalan di dalam tubuh bersamaan dengan peredaran darah. Barangsiapa banyak bertafakur; akan sedikit makannya, tidak jelas kata-katanya dan menjadi lembut hatinya. Dan barangsiapa sedikit berpikirnya, akan banyak makannya, besar badannya, mengeras hatinya, sedangkan hati yang keras jauh dari surga dan dekat kepada neraka. | Abu Umamah r.a | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum, Bab Perhiasan | Pakaian dari Bulu, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar bin an-Naqur dalam kitab al-Fawa'id I/147-148, dan Ibnul Jauzi dalam kitabnya Ahadits al-Maudhu'at, dari sanad al-Khathib dari Muhammad bin Yunus al-Kadaimi, sambil berkata, "Riwayat al-Kadaimi tidak sahih. Dia tukang palsu hadits dan gurunya tidak dapat dijadikan hujjah." Pernyataan Ibnul Jauzi disepakati oleh as-Suyuthi dalam kitabnya al-La'ali II/264, dengan menyatakan bahwa dalam hadits di atas terdapat idraaj (memasukkan kata tambahan dalam matan hadits. penj.) Imam Baihaqi berkata: "Tambahan itulah yang menjadikan hadits tersebut munkar." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0090 |
53 | 24/04/2018 06:26:49 | لأن أحلف بالله وأكذب، أحب إلي من أن أحلف بغير الله وأصدق | Bersumpah dengan nama Allah padahal aku berdusta lebih aku sukai ketimbang bersumpah dengan nama selain Allah, sekalipun aku benar | Ibnu Mas'ud r.a | Bab Agama, Bersumpah, | Bersumpah nama Allah, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitabnya al-Haliyyah VII/267, dari sanad Muhammad bin Muawiyah dari Amr bin Ali al-Maqdami dari Mus'ar. Ia berkata, "Muhammad bin Muawiyah telah meriwayatkan secara tunggal. Sedangkan banyak orang yang meriwayatkan secara mauquf." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0091 |
54 | 24/04/2018 06:25:11 | ثلاث من كن فيه نشر الله عليه كنفه وأدخله الجنة: رفق بالضعيف، والشفقة على الوالدين، والإحسان إلى المملوك | Tiga hal, bila ada pada diri seseorang, maka Allah akan menyebarkan naungan atasnya dan memasukkannya ke dalam surga. (Ketiga hal itu) adalah: belas kasih kepada orang-orang lemah, kasihan kepada kedua orang tuanya, dan berbuat baik kepada para budak | Jabir r.a | Bab Adab, Bab Anak, Bab Dunia dan Keduniaan | Tiga perkara, belas Kasih, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Tirmidzi III/316 dari sanad Abdullah bin Ibrahim al-Ghiffari, dari ayahnya dari Abi Bakar bin al-Munkadir, dengan berkata, "Hadist ini gharib." Menurut saya, Abdullah bin Ibrahim ini oleh Ibnu Hibban telah dinisbatkan kepada golongan perawi tukang palsu riwayat. Dan al-Hakim pun berkata, "Telah meriwayatkan dari sekelompok perawi dha'if yang tidak diriwayatkan oleh pakar hadits." Kemudian ayahnya (Abdullah bin Ibrahim) juga dinyatakan majhul (asing) oleh para pakar hadits dan tidak dikenal telah meriwayatkan hadits sahih. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0092 |
55 | 24/04/2018 06:23:34 | يصف الناس يوم القيامة صفوفا، فيمر الرجل من أهل النار على الرجل فيقول: يا فلان أما تذكر يوم استسقيت، فسقيتك شربة؟ قال: فيشفع له، ويمر الرجل فيقول: أما تذكر يوم ناولتك طهورا؟ فيشفع له، ويمر الرجل فيقول: يا فلان أما تذكر يوم بعثتني في حاجة كذا وكذا فذهبت لك؟ فيشفع له | Pada hari kiamat nanti, semua manusia berdiri berbaris. Lalu lewatlah seorang dari ahli neraka seraya berkata kepada seseorang, 'Wahai Fulan! Ingatkah ketika engkau meminta air minum, lalu aku memberimu minuman?' Maka ia diberi syafaat. Kemudian ia berkata kepada yang lain, 'Wahai Fulan! Ingatkah engkau ketika aku memberi air suci untuk berwudhu?' Maka ia diberi syafaat Kemudian ia berkata kepada yang lain lagi, 'Wahai Fulan! Ingatkah kau ketika menyuruhku mengerjakan keperluan ini dan keperluan itu kemudian aku mendatangimu memenuhi permintaanmu?' Maka ia diberi syafaat. | Anas bin Malik r.a | Bab Akhirat, Bab Makan dan Minum | Diberi Syafaat, | Lemah | Hadits ini dha'if. Telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/394, dari sanad Yazid ar-Raqasyi. Ibnu Hajar berkata, "Yazid ar-Raqasyi adalah Ibnu Aban yang dikenal dha'ifnya oleh pakar hadits." (at-Taqrib II/50-51). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1,0093 |
56 | 24/04/2018 06:21:57 | عرى الإسلام وقواعد الدين ثلاثة، عليهن أسس الإسلام، من ترك واحدة منهن فهو بها كافر حلال الدم: شهادة أن لا إله إلا الله، والصلاة المكتوبة، وصوم رمضان | Tali penguat Islam dan tiang-tiang agama ada tiga. Di atasnya berdirilah asas Islam. Barangsiapa meninggalkan salah satunya, ia menjadi kafir dan halal darahnya. (Tiga hal itu) adalah syahadat laa ilaaha illallah, shalat fardhu, dan puasa pada bulan Ramadhan. | Ibnu Abbas r.a | Bab Agama, Bab Puasa, Bab Solat | Tali penguat Islam, Tiang Agama, | Lemah | Hadits ini dha'if. Telah diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam Musnadnya II/126, juga oleh al-Lalika'i dalam as-Sunnah I/202, dari sanad Muammal bin Ismail dari Hamad bin Zaid dari 'Amr bin Malik an-Nakri dari Abil Jauza dari Ibnu Abbas. Adapun al-Mundziri dengan mengikuti pendapat al-Haitsimi berkata, "Hadits ini sanadnya hasan." Menurut saya, pendapat yang mengatakan sanadnya hasan itu perlu ditilik kembali, sebab tak seorang pun dan para pakar hadits menganggap Amr bin Malik ini tsiqat, kecuali Ibnu Hibban. Padahal, kita sangat mengenal Ibnu Hibban ini sebagai orang yang sangat gampang mengakui kekuatan rawi. Jadi, dalam hal ini Ibnu Hibban tidak menenteramkan hati. Terlebih Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Tahdzib II/212, mengutip Ibnu Hibban tentang Malik ini sambil berkata, "Banyak salah." Zahir hadits tersebut tampak sangat bertentangan dengan hadits sahih yang telah disepakati seluruh pakar hadits akan kesahihannya yaitu bahwa Islam dibangun atas lima dasar. Jadi, kelemahan riwayat di atas dapat terlihat dan dua hal. Hadits yang sahib menyatakan rukun Islam ada lima, sedangkan menurut hadits di atas hanya ada tiga. Hadits yang sahih tidak menyebutkan siapa saja yang meninggalkan salah satu rukunnya dikategorikan sebagai orang kafir, sedang hadits di atas menyatakan kafir orang yang meninggalkan salah satu dari tiga rukun tersebut. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0094 |
57 | 21/04/2018 07:32:08 | التائب حبيب الله | Orang yang bertaubat adalah kecintaan Allah | - | Bab Taubat | Taubat | Tiada sumber asalnya | Riwayat dengan lafazh (matan) yang demikian ini tidak ada sumbernya. Telah diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin IV/434, dengan nada memastikan nisbatnya kepada Rasulullah saw. Syekh as-Subuki dalam kitab at-Thabaqat IV/170, menyatakan, "Saya tidak menjumpai sanadnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0095 |
58 | 24/04/2018 06:35:19 | إن الله يحب العبد المؤمن المفتن التواب | Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang mukmin, yang tertimpa fitnah, yang banyak bertaubat. | - | Bab Kekacauan (fitnah), Bab Taubat | Ditimpa Fitnah, banyak Bertaubat, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Zawa'id al-Musnad, dengan nomor 605, dan 810, juga oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah III /178-179, dengan sanad dari Abi Abdillah Musalmali ar-Razi, dari Abi Amr al-Bajali, dari Abdul Malik bin Sufyan ats-Tsaqafi. Sanad ini maudhu'. Dalam biograftnya, Abu Abdillah ar-Razi tidak dikenal sebagai perawi. Inilah pernyataan Ibnu Hajar. Sedangkan Abu Amr al-Bajali adalah Ubaidah. Ibnu Hibban berkata, "Tidak dibenarkan riwayatnya untuk dijadikan dalil." Kemudian Abdul Malik bin Sufyan telah dinyatakan oleh al-Husaini sebagai perawi majhul (tak dikenal). Pernyataaan al-Husaini dibenarkan oleh al-Iraqi. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0096 |
59 | 24/04/2018 06:19:03 | إن الله يحب الشاب التائب | Sesungguhnya Allah mencintai pemuda yang bertaubat. | Anas bin Malik r.a | Bab Taubat | Pemuda bertaubat, | Lemah | Hadits ini dha'if. Al-Iraqi berkata dalam at-Takhrij IV/4-5, "Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab at-Taubah dan Abu Syekh dalam kitab ats-Tsawab, dari hadits Anas bin Malik dengan sanad yang dha'if. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0097 |
60 | 23/04/2018 23:24:05 | إن الله يحب الشاب الذي يفني شبابه في طاعة الله عز وجل | Sesungguhnya Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya dalam ketaatan kepada Allah. | Ibnu Umar r.a | Bab Agama | Pemuda Taat pada Allah, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh Abu Naim V/360 dari sanad Muhammad bin Fadhl bin Athiyah, dari Salim al-Afthas, dari Umar bin Abdul Aziz, dari Abdullah bin Umar r.a. Sanad hadits ini adalah maudhu' sebab Muhammad bin Fadhl adalah pendusta. Inilah kelemahan hadits ini. Saya khawatir sanadnya terputus antara Umar bin Abdul Aziz dengan Abdullah bin Umar r.a., sebab pada saat Abdullah bin Umar r.a. wafat, usia Umar bin Abdul Aziz baru sekitar tiga belas tahun. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0098 |
61 | 23/04/2018 23:20:38 | إن الله يحب الناسك النظيف | Sesungguhnya Allah mencintai orang yang beribadah dan bersih | Jabir r.a | Bab Adab, Bab Kelebihan, Kebersihan. | Suka Kebersihan, | Palsu | Hadits ini maudhu'. Telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam at-Tarikh II/11-12, dari sanad Abdullah bin Ibrahim al-Ghiffari, dari al-Munkadir bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir. Sanad tersebut adalah maudhu', sebab al-Ghiffari tertuduh suka memalsu riwayat. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0099 |
62 | 23/04/2018 23:18:52 | حسنات الأبرار سيئات المقربين | Kebaikan orang yang banyak berbakti sama dengan keburukan orang-orang muqarrabin (didekatkan Allah). | - | Bab Agama, Bab Kelebihan | Banyak berbakti, Muqarrabin, | Batil | Hadits ini batil dan tidak ada sumbernya. Telah diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya IV/44, dengan redaksi: "Telah berkata orang-orang yang benar dan seterusnya." As-Subuki berkata, "Tidak diketahui siapakah yang dimaksud oleh al-Ghazali sebagai orang-orang yang benar." Menurut saya, barangkali al-Ghazali tidak bermaksud menyatakannya sebagai hadits. Karena itu, al-Iraqi tidak menyebutkannya dalam kitabnya Takhriij Ahadits al Ihya, namun hanya mengisyaratkan bahwa pernyataan al-Ghazali itu adalah dari ucapan Abi Said al-Kharaz, seorang sufi. Menurut hemat saya, makna riwayat tersebut tidak benar, sebab bagaimanapun juga yang namanya kebaikan tidak mungkin akan berubah menjadi kekejian, siapapun yang melakukannya. Hanya saja sesuatu amal akan berbeda hasil dan bentuknya jika si pelaku berbeda. Itu pun dalam hal amal yang mubah (dibolehkan) dan tidak ada pujian ataupun celaan. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. http://media.isnet.org/kmi/hadits/index.html. | Jilid 1, 0100 |
63 | 27/06/2018 08:04:09 | أما إني لا أنسى، ولكن أنسى لأشرع | Aku tidaklah lalai, akan tetapi dilalaikan agar aku membimbing (merintis) jalan. | - | Bab Adab, Bab Agama, Bab Kelebihan | Membimbing, | Palsu | ”Telah disebutkan oleh Imam Malik dalam kitabnya al-Muwaththa sebagai penyampaian (hanya berita) tanpa dibarengi sanad.” Begitu juga yang dinyatakan oleh Hamzah al-Kinani. Menurut saya, barangkali zahir makna hadits adalah bahwa Rasulullah saw. tidak lupa (lalai) ditinjau sebagai manusia, akan tetapi dilalaikan oleh Allah SWT dalam rangka merintis jalan (amalan). Bila maknanya demikian, maka dapat dipastikan sebagai riwayat yang tertolak, sebab nyata bertentangan dengan hadits-hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Ashhabush Sunan, dan' Abdullah bin Mas’ud r.a yang bersabda: ”Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah manusia, yang lupa sebagaimana kalian lupa. Karena itu bila aku lupa, ingatkanlah!". Jadi, jelaslah bahwa hadits di atas bertentangan dengan hadits sahih tadi. Artinya, kemungkaranlah riwayat yang dimuat al-Ghazali dalam Ihya-nya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 101 |
64 | 28/06/2018 00:04:56 | الناس نيام فإذا ماتوا انتبهوا. | Manusia itu dalam keadaan tertidur; bila mereka mati, maka berubahlah mereka (sadar). | Saidina Ali bin Abi Talib r. a | Bab Agama | Lalai, Mati, Sedar, | Hadits ini tidak ada sumber aslinya. | Telah diriwayatkan oleh alGhazali dalam Ihya IV/ 20, seraya memarfu’kannya kepada Rasulullah saw. Karena itu, al-Iraqi dalam kitabnya Takhrij ahadits al-Ihya IV/170 berkata, ”Saya tidak mendapati hadits tersebut bersanad marfu’ hingga Rasulullah saw., akan tetapi menganggap berasal dari Ali bin Abi Thalib r.a. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 102 |
65 | 27/06/2018 09:09:11 | جالسوا التوابين فإنهم أرق أفئدة | Gaulilah orang-orang yang banyak bertaubat, karena merekalah sesungguhnya orang yang paling lembut hatinya. | - | Bab Adab, Bab Taubat | Gauli, Taubat, Orang yang Lembut | Tidak ada sumber aslinya. | Telah diriwayatkan oleh alGhazali dalam Ihya seraya menyatakan nisbatnya kepada Rasulullah saw.. Adapun al-Iraqi dalam Takhrij-nya berkata, ”Saya tidak menjumpai sanadnya marfu’ hingga Rasulullah saw., namun ucapan tersebut adalah kata-kata Aun bin Abdullah, dan telah diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 103 |
66 | 27/06/2018 09:16:36 | من لم يكن عنده صدقة فليلعن اليهود | Barangsiapa tidak memiliki sesuatu yang dapat disedekahkan, hendaknya melaknat orang-orang Yahudi. | Ali bin Hussain | Bab Sedekah | Sedekah, Laknat Yahudi, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam Tarikh Baghdad XIV/270, dari sanad Ali bin Husain Ibnu Hibban. Ibnu Muin berkata, ”Ini adalah riwayat dusta dan batil. Sungguh tidak ada seorang perawi waras yang meriwayatkan hadits yang tidak masuk akal ini.” Ibnul Jauzi meriwayatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu’, dan dia berkata, ”Sanad dari Ya'qub bin Muhammad, telah dinyatakan oleh Imam Ahmad sebagai perawi sanad yang tidak dapat diterima.” Adapun adz-Dzahabi dalam mengetengahkan biografi Ya'qub bin Muhammad ini berkata, ”Sungguh salah, barangsiapa berkata bahwadia telah meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah. Sebab, Ya’qub bin Muhammad tidak menjumpai Hisyam, bahkan ketika Hisyam meninggal, Ya'qub bin Muhammad belum pula lahir.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 104 |
67 | 27/06/2018 09:37:18 | من وافق من أخيه شهو ة غفر الله له | Barangsiapa dapat memenuhi keinginan saudaranya, Allah mengampuni dosanya. | Abu Darda' r. a. | Bab Kelebihan | Keinginan Saudaranya, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Uqaili dalam deretan hadits~hadits dha’if, halaman 436~437, juga oleh Abu Naim dalam kitab Akhbar Ashbuhan 11/66, dari sanad Nashr bin Nujaih al-Bahili, dari Umar Abu Hafhs, dari Ziyad an-Numairi. Al-Uqaili berkata, ”Nashr dan Umar adalah majhul, dan haditsnya tidak dihafal (dijaga).” Bahkan Ibnul Jauzi dalam al~Maudhuat menyatakan riwayat tersebut adalah maudhu', dan Umar Abu Hafsh adalah matruk (ditinggalkan) riwayatnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 105 |
68 | 27/06/2018 09:50:41 | من أطعم أخاه المسلم شهو ته حرمه الله النار | "Barangsiapa memberi makan saudaranya hingga memenuhi keinginannya, Allah haramkan neraka atasnya". | Abu Hurairah R. a. | Bab Adab, Bab Kelebihan | Jamu Makan Saudaranya, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Baihaqi Syib'ul Iman dengan sanad Muhammad bin Salam dari Abdullah bin Mukhalid bin Khalid at-Tamimi, kemudian berkata, ”Sanad yang demikian adalah munkar.” Menurut saya, kelemahannya adalah karena Muhammad bin Salam. Ia adalah Ibnu Nu`man. Ibnu Adi berkata, ”Dia termasuk sederetan orang-orang yang menghalalkan dusta.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 106 |
69 | 27/06/2018 23:12:54 | من لذذ أخاه بما يشتهي كتب الله له ألف ألف حسنة، ومحى عنه ألف ألف سيئة، ورفع له ألف ألف درجة وأطعمه الله من ثلاث جنات: جنة الفردوس، وجنة عدن، وجنة الخلد | "Barangsiapa memberikan kelazatan kepada saudaranya apa yang dihasratinya, maka AlIah tuliskan baginya beribu-ribu hasanah (kebaikkan ), menghapus beribu-ribu kesalahannya, mengangkat beribu-ribu derajatnya, dan memberinya makanan dari tiga surga yakni surga Firdaus, Adn, dan al-Khuld". | - | Bab Kelebihan | Kelazatan saudaranya, Menghapuskan Dosa, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya II/ll, dengan menisbatkannya kepada Rasulullah saw. as-Subuki dalam ath-Habaqat berkata, ”Saya tidak mendapatkan sanadnya. Adapun al-Iraqi dalam Takhrij al ihya berkata, ”Hadits tersebut telah dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam deretan hadits maudhu' dengan sanad dari Muhammad bin Naim, dari Abi Zubair, dari Jabir. Imam Ahmad berkata, ”Ini adalah riwayat dusta dan batil.” Pernyataan Imam Ahmad itulah yang dikutip oleh shahibul kitab alMizan dan alLisan. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 107 |
70 | 27/06/2018 23:21:01 | كان يأكل العنب خرطا | "Rasulullah saw. memakan buah anggur dengan memetik dari pohonnya." | Ibnu Abbas r. a | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Anggur, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi dalam kitabnya al-Kamil fit-Tarikh 1/280 dengan sanad dari Sulaiman bin Rabi' dari Kadih bin Rahmah, kemudian berkata, ”Umumnya riwayat Kadih tidak hafizh dan tidak memperhatikan sanad serta matannya.” Adapun Ibnul Iauzi dalam kitabnya al-Maudhu'at telah mengeluarkan sanad dari Ibnu Adi sambil berkata, ”Sulaiman telah dinyatakan lemah oleh Daru Quthni, sedangkan Kadih adalah pendusta dan Husain bukan perawi tsiqah." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 108 |
71 | 27/06/2018 23:58:40 | عمل الأبرار من الرجال من أمتي الخياطة، وعمل الأبرار من أمتي من النساء المغزل | "Pekerjaan orang-orang yang banyak berbakti di kalangan kaum laki-laki dari umatku adalah menjahit. Sedangkan kaum wanitanya memintal benang dari wol atau kapas (dan menenun)". | Sahl bin Saad | Bab Lelaki, Bab Pekerjaan, Bab Wanita | Lelaki Menjahit, Wanita Menenun Kapas | Palsu | Diriwayatkan oleh Ibnu Adi dalam alKamil I/153, juga oleh Abu Naim dalam Akhbar Ashbaban 1/303 serta Ibnu Asakir I/261 dengan sanad dari Abi Daud an-Nakha'i Sulaiman bin Amr. Kemudian Ibnu Adi berkata, ”Inilah (salah-satu) dari sekian banyak riwayat yang dipalsukan oleh Sulaiman atas Ali bin Hazim.” Al-Manawi dalam syarah kitab ul-Jami’ush-Shaghir berkata, ”Abi Daud adalah salah seorang pendusta dan pemalsu hadits yang kondang dan bahkan merupakan pendusta paling terulung.” Pernyataan seperti itu diutarakan juga oleh adz-Dzahabi. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 109 |
72 | 28/06/2018 13:46:33 | لوخشع قلب هذا خشعت جوارحه | ”Kalau hati orang ini khusyu' , maka anggota badannya pasti khusyu' pula". | Abu Hurairah r. a | Bab Agama, Khusyuk. | Hati Khusyuk, | Palsu | Syekh Zakaria al-Anshari dalam komentarnya di tafsir al-Baidhawi II/202 menyatakan bahwa sanadnya sangat lemah. Lebih dari itu pensyarah kitab al-Manawi' menyebutkan bahwa dalam sanadnya terdapat Sulaiman bin Amr. Dia adalah Abi Daud anNakha'i yang telah disepakati oleh para pakar hadits sebagai pendusta. Pernyataan senada diungkapkan pula dalam kitab alMughni. Menurut saya, ini diriwayatkan dengan sanad yang mauquf sampai kepada Said bin Abdullah bin Mubarak dalam kitab az-Zuhud I/ 213. Di samping itu, sanadnya sangat lemah karena banyak perawi majhul (tidak dikenali). Jadi, kelemahan hadits tersebut di samping maudhu' dari kemarfu’annya, juga dha’if karena mauquf (terhenti) sanadnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 110 |
73 | 28/06/2018 13:55:20 | كذب النسابون، قال الله تعالى: وقرونا بين ذلك كثيرا | ”Dustalah para pengurai nasab. Sesungguhnya Allah telah berfirman.." dan banyak lagi generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.” (al-Furqan: 38). | Ibnu Abbas r. a | Bab Anak, Nasab, | Nasab, Pendusta. | Palsu | Diriwayatkan oleh as-Suyuthi dalam alJami'ush-Shaghir dari riwayat Ibnu Saad, dan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas. Tetapi pensyarah al-Manawi tidak mengomentarinya, seolah tidak mendapati sanadnya. Ibnu Saad dalam kitabnya ath-Thabaqat 1/28 telah mengeluarkan riwayat tersebut dengan sanad dari Hisyam, dari ayahnya, dari Abi Shaleh dari Ibnu Abbas r.a. Menurut saya, Hisyam ini adalah Muhammad bin as~Saib al-Kalbi, seorang tukang ramal. Oleh Daru Quthni ia dinyatakan sebagai orang yang ditinggalkan (tidak diterima) riwayatnya. Begitu juga anaknya yang bernama Muhammad bin as-Saib ini, telah mengaku bahwa dirinya adalah pendusta. Pernyataan tersebut telah diungkapkan oleh Imam Bukhari dengan sanad yang sahih dari Sufyan ats-Tsauri, seraya berkata, ”AlKalbi telah berkata kepadaku, 'Semua yang aku sampaikan dari Abi Shaleh adalah dusta.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 111 |
74 | 28/06/2018 14:16:19 | الجراد نثرة حوت في البحر | "Belalang adalah penyebar ikan paus di laut". | Jabir dan Anas Radiyallahu Anhuma. | Bab Haiwan. | Belalang, Ikan Paus. | Palsu | Diriwayatkan oleh Ibnu Majah II/ 292 dengan sanad dari Ziyad bin Abdullah bin Alatsah, dari Musa bin Muhammad bin Ibrahim, dari ayahnya, dari Jabir dan Anas. Menurut saya, sanadnya lemah sekali sebab Musa bin Muhammad adalah at-Taimi al-Madani, salah seorang perawi hadits-hadits munkar. Inilah yang dinyatakan oleh Imam Nasa'i dan adz-Dzahabi serta para pakar hadits lainnya. Ibnul Jauzi telah menempatkan seluruh riwayat Musa bin Muhammad ini dalam deretan kitabnya al-Maudhu’at dengan berkata, ”Seluruh riwayatnya tidak dapat diterima.” Pernyataan Ibnul Jauzi di atas disepakati pakar hadits, di antaranya as-Suyuthi dalam kitab al-La'ali 11/333 | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 112 |
75 | 29/06/2018 13:05:15 | اتقوا مواضع التهم | "Jauhilah olehmu tempat-tempat yang mengundang tuduhan buruk". | - | Bab Kekacauan (fitnah), Bab Pekerjaan | tempat Buruk, | Tiada Sumber Asal | Riwayat ini tidak ada sumbernya dan telah diriwayatkan oleh alGhazali dalam Ihya 111/ 31. Sementara itu, peneliti kitab Ihya' iaitu al~Iraqi berkata, ”Saya tidak mendapatkan sumbernya.” Pernyataan senada juga diutarakan oleh as~Subuki dalam kitab ath-Thabaqat IV/ 162. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 113 |
76 | 29/06/2018 13:17:50 | من ربى صبيا حتى يقول: لا إله إلا الله لم يحاسبه الله عز وجل | "Barangsiapa yang memelihara seorang anak hingga dia dapat mengucapkan laa ilaaha illallah, maka Allah tidak akan menghisabnya". | Siti Aishah R. a | Bab Agama, Bab Anak | Anak, Tidak dihisab. | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Kharaithi dalam kitab Makarimul-Akhlaq halaman 75, juga oleh Ibnu Adi 11/ 162, Ibnu Najjar dalam kitab Tarikh Baghdad II/163, dengan sanad dari Abi Umair Abdul Kabir bin Muhammad bin Abdullah, dari Isa bin Yunus, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dan' Aisyah r.a. Menurut saya, sanadnya maudhu' sebab Abdul Kabir adalah pemalsu, sedangkan gurunya juga tertuduh sebagai pemalsu (pendusta). Riwayat ini telah dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dan ditempatkannya dalam deretan hadits-hadits maudhu'. Ibnu Hajar dan adz-Dzahabi menyatakannya sebagai hadits munkar | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 114 |
77 | 30/06/2018 00:07:34 | أذيبوا طعامكم بذكر الله والصلاة، ولا تناموا عليه فتقسوا قلوبكم | "Cernakan makanan kalian dengan berzikir kepada Allah dan berdoa, jangan biarkannya bermalam yang dapat membuat hati kalian menjadi keras". | Siti Aishah r. a | Bab Zikir dan Doa | Hati, Menjadi Keras. | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Nashr dalam kitab Qiyamul-Laili halaman 19-20, al-Uqaili dalam adh-Dhuafa’ halaman 57, Ibnu Adi dalam al-Kamil 11/40, Abu Naim dalam Akhbar Ashbahan I/96, Ibnu Sunni dalam Amalul-Yaumi wal Lailati halaman 156 dengan sanad dari Bazi’ Abil Khalil, dari Hisyambin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a. Menurut saya, hadits ini adalah maudhu'. Al-Uqaili berkata, ”Bazi' tidak mengurai sanad dan riwayatnya.” Kemudian Ibnul Iauzi mengeluarkan riwayat di atas dalam kitabnya al-Maudhu'at sambil berkata, ”Ini adalah riwayat maudhu', dan Bazi’ ditinggalkan riwayatnya oleh ahlul hadits, sedangkan Ashram adalah pendusta. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 115 |
78 | 30/06/2018 00:15:10 | تعشوا ولوبكف من حشف، فإن ترك العشاء مهرمة | "Bersantap malamlah kalian sekalipun dengan segenggam kurma kering, karena sesungguhnya meninggalkan santap malam menyebabkan lemahnya badan". | Anas bin Malik r. a | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Santap, Kurma kering. | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh Tirmidzi II/ 100, dan oleh al-Qudha'i 1/ 63, dengan sanad dari Anbasah bin Abdur Rahman al-Quraisyi, dari Abdul Malik bin Alaq, dari Anas r.a.. Kemudian Tirmidzi berkata, ”Ini adalah hadits mungkar. Kami tidak mengenalnya kecuali dari sanad ini. Anbasah itu dha’if, sedangkan Abdul Malik bin Alaq adalah majhul (tidak dikenali).” Menurut saya, Anbasah telah dinyatakan oleh Abu Hatim sebagai pemalsu hadits. Begitu pula yang dinyatakan adz-Dzahabi dalam kitab al-Mizan. Hadits serupa telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab alHaliyyah VIII/214-215, dan al-Khathib III/396 yang juga dengan sanad dari Anbasah bin Abdur Rahman. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 116 |
79 | 30/06/2018 07:24:55 | من أحب أن يكثر الله خير بيته فليتوضأ إذا حضر غداؤه وإذا رفع | Barangsiapa yang menginginkan agar Allah membanyakkan kebaikan bagi rumahnya, hendaklah ia berwudhu ketika tiba makan siang dan ketika makanan disingkirkan. | Anas bin Malik r. a | Bab Makan dan Minum, Bab Wudhu | Berwudhu', Banyak Kebaikan | Munkar | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan nomor hadits 3260, Abu Syekh dalam Akhlaqun-Nabi wa Adabuhu halaman 235, Ibnu Adi dalam al-Kamil 1/275, dengan sanad dari Katsir bin Sulaim, dari Anas. Ibnu Adi menyebutkan biografi Katsir bin Sulaim dan meriwayatkan hadits-hadits darinya yang bersumber kepada Anas r.a. dengan berkata, ”Riwayat-riwayat ini umumnya tidak dikenal para pakar hadits karena tidak terjaga uraian sanadnya.” Menurut saya, para ahli hadits telah sepakat menyatakan dha'ifnya Katsir bin Sulaim. Bahkan an-Nasa'i mengatakan ia perlu ditinggalkan riwayatnya. Sedangkan al-Buwaishiri dalam kitab az-Zawa'id mencelanya dengan pernyataan, ”Jabbarah dan Katsir itu dha’if.” Abu Zar’ah dengan tegas mengatakan, ”Ini adalah riwayat mungkar walaupun di kalangan pakar hadits masyhur sebagai hadits dha'if. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 117 |
80 | 30/06/2018 07:36:51 | لا تنتفعوا من الميتة بشيء | Janganlah mengambil keuntungan (manfaat) apa pun dari bangkai. | Jabir r. a | Bab Pekerjaan, Bab Perniagaan | Untung, Bangkai. | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Wahbin dalam Musnadnya, dengan sanad dari Zam'ah bin Shaleh, dari Abi Zubair dari Jabir r.a. Dan Zam’ah ini diragukan oleh pakar hadits. Demikianlah yang sangat tegas dinyatakan dalam kitab Nashabur Rayah I/1 22. Menurut saya: ath-Thahawi meriwayatkan hadits serupa, juga dengan sanad dari Ibnu Wahbin, dalam kitab Syahrul-Ma'anil-Atsar 1/271. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 118 |
81 | 30/06/2018 10:38:48 | إن الله يسأل عن صحبة ساعة | Sungguh Allah akan menanyakan tentang pergaulan sekalipun hanya sejenak. | - | Bab Adab, Bab Akhirat | Pergaulan, | Tiada sumber asalnya | Ucapan di atas sangat masyhur, namun dengan lafazh yang demikian saya tidak mendapatkan sumbernya. Dan yang pasti maknanya hampir sama dengan hadits yang berikutnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 123 |
82 | 30/06/2018 10:52:19 | ما من صاحب يصحب صاحبا ولوساعة من نهار إلا سئل عن صحبته هل أقام فيها حق الله أم أضاعه؟ | Tidak ada seorang pun yang menemani kawannya sekalipun hanya sejenak kecuali akan ditanyakan tentang persahabatan tersebut, apakah dalam pergaulan itu dia menegakkan hak Allah atau menghilangkannya. | - | Bab Adab, Bab Akhirat | Pergaulan, Persahabatan. | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya 11/154, seraya memastikan nisbatnya kepada Rasulullah saw. Adapun al-Iraqi sang pengurai hadits-hadits yang ada dalam kitab Ihya' berkata, ”Saya tidak mendapatkan sumber aslinya.” Pernyataan serupa juga dinyatakan oleh as-Subuki dalam ath-Thalmqat IV/ l 56. Saya telah mendapatkan sumber aslinya, namun merupakan hadits maudhu' sebab dalam sanadnya terdapat Ahmad bin Muhammad bin Umar bin Yunus al-Yamani, yang Ibnu Abi Hatim nyatakan sebagai pendusta ulung. Pernyataan itu juga dikemukakan adz-Dzahabi dalam al-Mizan. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 124 |
83 | 30/06/2018 11:02:44 | سوء الخلق ذنب لا يغفر، وسوء الظن خطيئة تفوح | Keburukan Akhlak merupakan dosa yang tidak terampuni, sedangkan berburuk sangka adalah kesalahan yang menyebar. | - | Bab Adab, Bab Agama, Bab Akhirat | Berburuk Sangka, Akhlak. | Hadits Batil yang tidak ada sumbernya. | Telah diriwayatkan oleh Imam Ghazali dalam Ihya 11/45, sambil memastikan nisbatnya kepada Rasulullah saw. sebagai hadits beliau. Menurut saya, mungkin saja Ghazali tidak mengetahui segi kebatilan sanadnya. Namun, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui kebatilan hadits tersebut dari segi fiqih (hukumnya), karena begitu mencolok bertentangan dengan firman Allah surat an-Nisa' ayat 48 dan 116. Barangkali hal ini dapat dijadikan ibrah bagi siapa pun yang menganggap sepele meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah saw. tanpa terlebih dahulu melakukan penelitian tentang sejauh mana kesahihannya seperti yang dilakukan oleh para pakar hadits menurut metodenya yang super khas itu. Hadits di atas juga telah diriwayatkan oleh as-Subuki dalam ath~Thabaqat IV/ 162 tanpa sanad. Sedangkan al-Iraqi dalam mengurai hadits-hadits yang ada dalam kitab Ihya mengikuti hadits yang berikut ini (no. 126). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 125 |
84 | 06/07/2018 07:21:13 | ما من شيء إلا له توبة، إلا صاحب سوء الخلق، فإنه لا يتوب من ذنب إلا عاد في شر منه | "Tidak ada sesuatu dosa kecuali (tanpa) ada taubatnya, kecuali orang yang berakhlak buruk. Dia tidak akan bertaubat dari dosanya dan akan kembali mengulangi yang lebih keji lagi". | Siti Aishah r. a | Bab Agama, Bab Taubat | Taubat, | Palsu | - | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 126 |
85 | 05/09/2018 21:40:04 | خيركم من لم يترك آخرته لدنياه، ولا دنياه لآخرته، ولم يكن كلًّا على الناس | ”Sebaik-baik kalian adalah yang tidak meninggalkan urusan akhiratnya untuk kepentingan dunianya, dan tidak pula meninggalkan kepentingan dunianya untuk kepentingan akhiratnya, dan tidak menjadi beban bagi manusia" Hadits ini maudhu. Telah dikeluarkan oleh Abu Bakar alUzdiya dalam al-Hadithnya (1/5) dan al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (IV/221) dengan sanad dari Naim bin Salim bin Qunbur, dari Anas bin Malik r.a. Sanad riwayat hadits ini maudhu. Sebab Yughnam bin Salim (dalam riwayat lain namanya tertera demikian, sedangkan dalam riwayat ini tertulis Naim bin Salim, tetapi yang lebih dikenal kalangan muhadditsin adalah Yughnam) disebutkan oleh Abu Hatim sebagai perawi sanad yang dha'if. Sedangkan Ibnu Hibban mengatakan, ”Dia pernah memalsukan sanad yang dinisbatkan kepada Anas bin Malik r.a. Ibnu Yunus juga mengatakan: ”Dia meriwayatkan dari Anas yang sebenarnya dia berdusta.” Wallahu allam. | Anas bin Malik ra | Bab Akhirat, Bab Dunia dan Keduniaan, Bab Pekerjaan | keduniaan, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Abu Bakar alUzdiya dalam al-Hadithnya (1/5) dan al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (IV/221) dengan sanad dari Naim bin Salim bin Qunbur, dari Anas bin Malik r.a. Sanad riwayat hadits ini maudhu. Sebab Yughnam bin Salim (dalam riwayat lain namanya tertera demikian, sedangkan dalam riwayat ini tertulis Naim bin Salim, tetapi yang lebih dikenal kalangan muhadditsin adalah Yughnam) disebutkan oleh Abu Hatim sebagai perawi sanad yang dha'if. Sedangkan Ibnu Hibban mengatakan, ”Dia pernah memalsukan sanad yang dinisbatkan kepada Anas bin Malik r.a. Ibnu Yunus juga mengatakan: ”Dia meriwayatkan dari Anas yang sebenarnya dia berdusta.” Wallahu allam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 501 |
86 | 05/09/2018 21:57:58 | كفى بالموت واعظا، وكفى باليقين غنى، وكفى بالعبادة شغلا | Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah keyakinan sebagai kekayaan, dan cukuplah ibadah sebagai kesibukan. | Ammar ra | Bab Adab, Bab Agama | kematian ,Nasihat | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Abu Said bin al-A'rabi dalam aI-Mu'jam (1/97), al-Qudha'i (1/114), al-Qasim bin Asakir di dalam kitab Ta'zyatul-Muslim (II / 216), dan yang lainnya, dengan sanad dari Rabi` bin Badr, dari Yunus bin Ubaid, dari al-Hasan, dari Ammar r.a. Menurut saya, sanad riwayat ini sangat lemah (dha'if), sebab nama Rabi' bin Badr oleh jumhur muhadditsin (ulama ahli hadits) ditinggalkan periwayatannya atau tidak diterima. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 502 |
87 | 05/09/2018 22:12:00 | من أعان على قتل مؤمن بشطر كلمة - لقي الله عز وجل مكتوب بين عينيه آيس من رحمة الله | Barangsiapa membantu membunuh seorang mukmin meskipun dengan satu ucapan, maka dia akan menjumpai Allah 'Azza wa jalla dengan tulisan di antara kedua matanya: "Orang yang putus asa terhadap rahmat Allah. | Abu Hurairah ra | Bab Agama, Bab Akhirat, Bab Hukuman | Putus Asa | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Majah (II /134), diriwayatkan oleh alQuaili dalam kitab adh-Dhu'afa (hlm. 457), dan diriwayatkan oleh al-Baihaqi (VIII/22) dengan sanad dari Yazid bin Ziad asy-Syami, dari asZuhri, dari Said bin Musayyab, dari Abu Hurairah ra. AI-Uqaili mengatakan, ”Yazid bin Ziad ini menurut Imam Bukhari dinyatakan sebagai perawi mungkar." Adapun Imam Baihaqi sendiri sebagai salah seorang perawi hadits tersebut menyatakan, ”Yazid bin Ziad itu mungkar haditsnya atau riwayatnya.” Menurut saya --seperti yang sangat masyhur di kalangan pakar hadits-- pernyataan Imam Bukhari ”mungkar riwayat atau haditsnya” berarti tidak boleh meriwayatkan darinya. Sebab menurut beliau, perawi yang dimaksud berarti merupakan salah seorang perawi sanad yang tertuduh. Sementara itu, adz-Dzahabi ketika mengutarakan biografi Yazid bin Ziad menukil pernyataan Abu Hatim yang mengatakan bahwa riwayat Yazid ini (maksudnya hadits No. 503) adalah batil dan maudhu'. Pernyataan ini juga disepakati oleh lbnul Jauzi yang memasukkan hadits ini dalam deretan al-Maudhu'atnya sambil menukil pernyataan Imam Ahmad: ”Ini bukanlah hadits sahih.” Menurut saya, hadits ini mempunyai banyak riwayat yang bisa dijadikan sebagai penguat, namun ternyata dalam seluruh sanadnya ditemukan perawi-perawi yang berbeda~beda. Di antaranya ada yang dha'if, ada yang majhul (asing/ tidak dikenali), bahkan oleh kalangan pakar hadits ada juga yang menyatakannya sebagai pendusta. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 503 |
88 | 06/09/2018 06:38:02 | نعم الطعام الزبيب يشد العصب ويذهب بالوصب ويطفئ الغضب ويطيب النكهة ويذهب بالبلغم ويصفي اللون. وذكر خصالا تمام العشرة لم يحفظها الراوي | Sebaik-baik makanan adalah kismis, dapat menguatkan otot-otot, menghilangkan kesakitan atau kepenatan, meredakan emosi, mengharumkan bau mulut, menghilangkan riak, mengheningkan warna. | - | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Buah Kismis | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab al-Majruhin atau lebih dikenal dengan adh-Dhu'afa (1/324, cetakan India), diriwayatkan juga oleh Abu Naim dalam kitab ath- Thibb (I/9), juga oleh Ibnu Asakir (1/115), dan lainnya dengan sanad dari Said bin Ziad bin Faqid bin Ziad bin Abi Hind, dari ayahnya, dan kakeknya, dari bapak kakeknya. Menurut saya, riwayat ini maudhu' (palsu). Sebab Said ini telah dinyatakan oleh al-Uzdi sebagai perawi sanad yang matruk (tidak diterima) riwayatnya. Adapun Ibnu Hibban sebagai salah seorang perawi dalam riwayat ini mengatakan, "Saya sendiri tidak mengetahui dengan pasti di manakah kelemahan riwayat ini. Apakah pada Said, ayahnya, ataukah pada kakeknya. Sebab ayah dan kakek Said tidak dikenal riwayat hidupnya oleh kalangan pakar hadits, dan keduanya tidak meriwayatkan hadits kecuali hadits pada Said ini.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 504 |
89 | 06/09/2018 06:52:50 | قال الله تبارك وتعالى: من لم يرض بقضائي، ويصبر على بلائي، فليلتمس ربا سوائي | "Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi: 'Barangsiapa yang tidak rela dengan qadha (keterapan)-Ku, dan tidak pula bersabar terhadap cubaan-Ku, maka hendaklah ia mencari tuhan selain Aku". | - | Bab Agama, Bab Iman | Redho dengan Qodo' dan Qodar' | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam aI-Majruhin (1/324), diriwayatkan pula oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam al-Kabir, juga oleh Ibnu Asakir (1/115), dan lainnya, dengan sanad dari Said bin Ziad sama seperti sanad di atas (hadits no. 504; Penj). AI-Haitsami dalam al-Majma az-zawaid (VII/207) menyatakan: ”Dalam sanadnya terdapat Said bin Ziad bin Hind sedangkan ia ditolak riwayatnya oleh jumhur muhadditsin.” Sementara itu, al Manawi mengutip pendapat al-Hafizh al Iraqi dengan menyatakan: ”Riwayat ini sangat dha'if.” Barangkali pernyataan al-Manawi ini lebih mendekati kebenaran. Wallahualam bish- shawab. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 505 |
90 | 06/09/2018 13:51:47 | من لم يرض بقضاء الله، ويؤمن بقدر الله، فليلتمس إلها غير الله | Barangsiapa tidak rela dengan qadha Allah, dan tidak mengimani (sepenuhnya) takdir Allah. maka hendaknya ia mencari tuhan selain Allah. | Anas bin Malik ra | Bab Agama, Bab Iman | Cari Tuhan selain Allah | Sangat lemah | Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam Mu'jam ash Shaghir (hlm. 187). Kemudian dari sanadnya juga diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab Akhbar al ashbahan (ll/228), juga al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (ll/227), dengan sanad dari Suhail bin Abdullah, dari Khalid al-Khidza, dari Abu Qilabah, dari Anas bin Malik r.a. Ath-Thabrani mengatakan, "Tidak ada yang meriwayatkan dari Khalid al-Khidza kecuali hanya Suhail.” Menurut saya, nama lengkap Suhail adalah bin Abi Hazm. Dan dia dinyatakan dha`if oleh jumhur ahli hadits. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 506 |
91 | 06/09/2018 13:59:29 | إذا كان يوم القيامة أنبت الله لطائفة من أمتي أجنحة فيطيرو ن من قبورهم إلى الجنان، يسرحون فيها ويتنعمون فيها كيف شاءوا، فتقول لهم الملائكة: هل رأيتم الحساب؟ فيقولون: ما رأينا حسابا. فتقول لهم: هل جزتم الصراط؟ فيقولون: ما رأينا صراطا. فتقول لهم: هل رأيتم جهنم؟ فيقولون: ما رأينا شيئا. فتقول لهم الملائكة: من أمة من أنتم؟ فيقولون: من أمة محمد صلى الله عليه وسلم. فتقول: ناشدناكم الله حدثونا ما كانت أعمالكم في الدنيا؟ فيقولون: خصلتان كانتا فينا فبلغنا هذه المنزلة بفضل رحمة الله. فيقولون: وما هما؟ فيقولون: كنا إذا خلونا نستحي أن نعصيه، ونرضى باليسير مما قسم لنا، فتقول الملائكة: يحق لكم هذا | Bila saat kiamat tiba, maka Allah SWT menumbuhkan sayap pada sebahagian umatku sehingga mereka dapat terbang dari dalam kuburnya, menuju surga. Di dalamnya mereka berkeliaran dengan bebas dan menikmati segalanya dengan leluasa. Berkatalah para malaikat kepada mereka, 'Sudahkah kalian melihat hisab?' Mereka menjawab, 'Kami tidak melihat hisab apa pun.' Para malaikat bertanya, 'Apakah kalian telah melewati shirath (titian)?' Mereka menjawab, 'Kami tidak melihat shirath sama sekali.' Para malaikat bertanya, 'Apakah kalian telah melihat neraka Jahanam?' Mereka menjawab, 'Kami tidak melihat apa pun.' Para Malaikat bertanya, 'Dari umat siapakah kalian?' Mereka menjawab, 'Kami dari umat Muhammad saw.' Para malaikat berkata, 'Demi Allah, kami menyukai kalian. Ceritakanlah kepada kami apa amalan kalian sewaktu di dunia?' Mereka menjawab, 'Ada dua hal yang dahulu selalu ada pada kami, hingga kami mencapai derajat ini dengan keutamaan rahmat Allah.' Para malaikat bertanya, 'Apa kedua hal itu?' Mereka menjawab, 'Dahulu, bila tengah menyendiri, kami merasa malu untuk berbuat maksiat kepada-Nya, dan kami selalu merasa puas dan rela dengan apa yang diberikan-Nya kepada kami walaupun sedikit.' Para malaikat berkata, 'Memang kalian berhak atas ini. | Anas bin Malik ra | Bab Agama, Bab Akhirat | menumbuhkan Sayap | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya'Ulumuddin (III/295). Adapun penelitinya, al-Iraqi, mengatakan, "Riwayat tersebut telah diriwayatkan Ibnu Hibban dan ditempatkan pada kitabnya adh-Dhu'afa." Selain itu, dalam sanadnya terdapat Humaid bin Ali al-Qaisi yang dianggap rusak. Para pakar hadits menganggap Humaid sebagai perawi sanad yang tidak baik. Bukan hanya itu, hadits ini juga tergolong munkar karena bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur an dan hadits-hadits sahih yang ada. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 507 |
92 | 07/09/2018 06:52:06 | عليكم بالهندباء، فإنه ما من يوم إلا وهو يقطر عليه قطرة من قطر الجنة | Hendaknya kalian menggunakan al-hindiba (nama sayuran:andewi), karena sesungguhnya tidak sehari pun kecuali pastilah menitik titisan dari surga. | Ibnu Abbas ra | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Sayur Al Hindiba | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam ath-Thibb) dengan sanad dari Muhammad bin Abi Yahya, dari Shalih bin Sahl, dari Musa bin Mu'adz, dari Umar bin Yahya bin Abi Salamah, dari Ummu Kultsum binti Abi Salamah, dari Ibnu Abbas r.a. Menurut saya, sanad ini sangat lemah sebab Musa bin Mu`adz dan Umar bin Yahya telah dinyatakan dha'if oleh ad-Daruquthni. Bahkan oleh Abu Naim sendiri, Umar bin Yahya dinyatakan sebagai perawi sanad yang ditinggalkan atau tidak ditcrima riwayamya oleh para ahli hadits. Adapun mengenai rijal (perawi) sanad yang di bawah keduanya tidaklah dikenali atau majhul bahkan as-Suyuthi dalam kitabnya, al Aali, menyatakan bahwa semua rijal sanad riwayat ini adalah rusak. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 509 |
93 | 07/09/2018 06:59:54 | عليكم بالقرع فإنه يزيد بالدماغ، عليكم بالعدس فإنه قدس على لسان سبعين نبيا | Hendaklah kalian memakan getah sayur-sayuran karena hal itu dapat menambah kecerdasan otak. Dan hendaknya kalian memakan Adas (bijian seperti kekacang), karena Adas telah disucikan melalui lisan tujuh puluh nabi. | - | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Makan Adas | Palsu | Telah diriwayatkan nieh Abu Musa alMadaini juga oleh Abu Naim dalam ath-Thibbnya, dengan sanad dari Amr bin Hushain, dari Muhammad bin Abdullah bin Alatsah, dari Tsaur bin Yazid, dari Makhul, dari Warsilah Ibnul Asqa'. Sanad riwayat ini maudhu sebab Amr bin Hushain termasuk pendusta terulung, sedangkan gurunya iaitu Muhammad bin Abdullah bin Alatsah sangat dha'if. Hadits serupa sangat banyak diriwayatkan dengan sanad yang bermacam-macam. Akan tetapi tidak ada satu pun yang sahih. Di antara rijal sanadnya memiliki pelbagai kelemahan, ada yang dha'if, majhul (tidak dikenal), mursal (terputus sanadnya, tidak sampai kepada Nabi), pendusta dan sebagainya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 510 |
94 | 07/09/2018 07:27:27 | قلوب بني آدم تلين في الشتاء وذلك لأن الله خلق آدم من طين، والطين يلين في الشتاء | Hati anak cucu Adam akan melunak pada musim dingin, karena Allah SWT menciptakan Adam dari tanah, dan tanah itu akan melembek ketika musim dingin | Muaz bin Jabal ra | Bab Kelebihan | Adam As dari Tanah | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam al-Haliyyah (V/216), dengan sanad dari Umar bin Yahya, dari Syu'bah al-Hajjaj, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Mu'adz Ibnul Jabal. Kemudian Abu Naim berkata, "Secara tunggal, yang memarfu'kan riwayat/sanad ini kepada Nabi hanyalah Umar bin Yahya, padahal ia termasuk perawi sanad yang tidak diterima riwayatnya oleh jumhur ulama hadits." Sementara itu, adz-Dzahabi dalam mengutarakan biografi Umar bin Yahya menyatakan bahwa perawi sanad ini terbukti telah memberitakan berita maudhu' (palsu). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 511 |
95 | 07/09/2018 07:35:54 | كلوا الزيت وادهنوا به، فإنه شفاء من سبعين داء، منها الجذام | Makanlah (makanan) yang berminyak, dan gunakanlah (minyak) untuk menggosok, karena sesungguhnya minyak itu dapat menyembuhkan tujuh puluh penyakit, di antaranya adalah kusta. | Abu Hurairah ra | Bab Kelebihan, Bab Makan dan Minum | Makanan Berminyak | Munkar | Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam ath-Thibb, dengan sanad dari ath-Thabrani, dari Yahya bin Abdul Baqi, dari Ahmad bin Muhammad bin Abi Bazzah, dari Ali bin Muhammad ar-Rahhal, dari al-Auza'i, dari Makhul, dari Abu Malik, dari Abu Hurairah r.a.. Menurut saya, riwayat hadits ini munkar karena terdapat nama Yahya bin Abdul Baqi, yang mempunyai julukan al-Udzni. Sedangkan nama Ibnu Abi Bazzah adalah Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim bin Abi Bazzah al-Makki, yang oleh Abu Hatim dinyatakan sebagai perawi yang dha'if. Lebih jauh Abu Hatim mengatakan, "Saya tidak pernah meriwayatkan darinya karena ia telah meriwayatkan hadits-hadits munkar." Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 512 |
96 | 07/09/2018 10:53:26 | غسل الإناء وطهارة الفناء، يورثان الغنى | Membersihkan alat dapur dan halaman rumah bisa menyebabkan kekayaan. | Anas bin Malik ra | Bab Dunia dan Keduniaan, Bab Kelebihan, Bab Perhiasan | Menjadi Kaya, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (XII/92) dan as-Salafi dalam ath-Thuyurat (II/ 105), dengan sanad dari Ali bin Muhammad az-Zuhri, dari Abu Ya'la al Maushali dengan sanadnya dari Anas bin Malik r.a.. Al-Khathib mengatakan, "Saya tidak mendapatkan riwayat ini dan tidak pula mengutipnya kecuali dari Ali bin Muhammad az-Zuhri, sedangkan ia dikenal sebagai pendusta." Oleh karena itu, riwayat ini oleh Ibnul Jauzi ditempatkan dalam urutan hadits-hadits maudhu'. Selain itu, ditegaskan pula oleh as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Aali (II/4). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 513 |
97 | 07/09/2018 18:22:05 | لن تهلك الرعية وإن كانت ظالمة مسيئة إذا كانت الولاة هادية مهدية، ولن تهلك الرعية وإن كانت هادية مهدية إذا كانت الولاة ظالمة مسيئة | Tidaklah rakyat akan binasa sekalipun zalim dan bejat morainya apabila para penguasanya membimbing dan terbimbing. Dan tidaklah rakyat itu akan binasa apabila mereka membimbing dan terbimbing, meskipun para penguasanya zalim dan bejat moralnya. | Ibnu Umar ra | Bab Dunia dan Keduniaan, Bab Pemimpin | Pemimpin dan Rakyat, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam Fadhilatul~Adilin, dengan sanad dari Muhammad bin Hasan as-Samu', dari Abu Utsman Abdullah bin Zaid, dari al-Auza'i, dari Hasan bin Athiyah, dari Ibnu Umar r.a. Sanad riwayat ini dha'if disebabkan as-Samti ini, yang menurut sebagian pakar hadits dikatakan tsiqah, sedangkan oleh sebagian lain dinyatakan sebagai dhaif. Di antara mereka ialah ad-Daruquthni, yang mengatakan, ”Dia sebenarnya tsiqah (kuat dan dapat dipercayai), namun telah meriwayatkan dari para perawi sanad yang dhaif." Menurut saya, lebih dari itu, kelemahan riwayat ini juga terdapat pada guru as-Samti, yaitu Abdullah bin Zaid, yang menurut majoriti (bahkan seluruh) ulama ahli hadits dinyatakan sebagai perawi dhaif. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 514 |
98 | 07/09/2018 18:28:36 | اذكروا الله ذكرا يقول المنافقون: إنكم تراءون | Berzikirlah kepada Allah, sehingga berkatalah para munafik: 'Sesungguhnya kalian hanyalah mencari pamrih (riya)' . | Ibnu Umar ra | Bab Zikir dan Doa | Zikir, Riya', | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani (1/77) dan diriwayatkan juga oleh Abu Naim dalam kitabnya, al-Haliyyah (III/80-81), dengan sanad dari Said bin Sufyan al-Jahdari, dari al-Hasan bin Abi Ja`far, dari Uqbah Ibnu Abi Tsubait ar-Rasibi, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a.. Kemudian ia mengatakan, ”Riwayat ini gharib (asing), dan tidak ada yang menyambungkan sanadnya (maksudnya menyatakan bahwa sanad ini tersambung/muttashil-penj) kecuali hanya Said dari al-Hasan.” Menurut saya, al-Hasan termasuk sangat dha'if. Hal ini telah disebutkan oleh adz Dzahabi sambil mengutarakan beberapa hadits riwayatnya, dan menyatakannya sebagai bencana buatannya (al-Hasan). Adapun Said bin Sufyan dinyatakan oleh Ibnu Hibban sebagai pembuat kesalahan dalam sanad riwayat ini. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 515 |
99 | 07/09/2018 18:38:23 | أكثروا ذكر الله حتى يقول المنافقون: إنكم مراءون | Perbanyaklah berzikir kepada Allah hingga orang-orang munafik mengatakan, 'Sesungguhnya kalian hanyalah mencari pamrih (riya). | Abu Jauza ra | Bab Zikir dan Doa | Riya' dan Zikir | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhud (l/204) dan lainnya, dengan sanad dari Said bin Zaid, dan Amr bin Malik, dari Abul Jauza. Sanad riwayat ini dha'if. Kelemahannya karena sanadnya mursal (terputus, tidak sampai kepada Rasulullah saw.) dan karena dhaifnya Said bin Zaid. Sesungguhnya yang diriwayatkan oleh Abul Jauza dari Ibnu Abbas (hadits no. 515) adalah muttashil (tersambung sanadnya), tetapi sanadnya sangat dha'if. Kemudian, hadits serupa juga diriwayatkan dengan sanad lain, tetapi juga sangat dha'if. Riwayat yang dimaksud adalah yang tertulis pada nombor berikut.. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 516 |
100 | 08/09/2018 00:02:51 | أكثروا ذكر الله حتى يقولوا: مجنون | Perbanyaklah berzikir kepada Allah hingga mereka mengatakan '(Sesungguhnya) kalian gila'. | Said Al Khudri ra | Bab Zikir dan Doa | Zikir, gila, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh al-Hakim (1/499), Imam Ahmad (III/68), dan lainnya dengan sanad dari Daraj Abi as-Samh, dari Abu al-Haitsam, dari Abu Said al-Khudri r.a. Dalam hal ini al-Hakim mengatakan, “Riwayat ini sahih sanadnya.” Namun begitu, saya dapatkan adz-Dzahabi dalam Talkhishnya tidak secara jelas mengomentari riwayat ini. Ia tidak mencelanya, dan tidak pula mengakuinya. Tetapi menurut hemat saya, adz-Dzahabi lebih cenderung mencelanya, disebabkan dua hal: Pertama, adz-Dzahabi banyak menyatakan riwayat Daraj ini sebagai perawi hadits-hadits munkar. Kedua, dalam kitabnya al-Mizan ia mengutarakan tentang biografi Daraj bin Abi as-Samh, ”Imam Ahmad telah berkata, 'Hadits riwayatnya sebagian besar mungkar dan sangat lunak.” Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 517 |
101 | 08/09/2018 00:09:42 | من اعتكف عشرا في رمضان كان كحجتين وعمرتين | Barangsiapa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka baginya pahala dua ibadah haji dan dua ibadah umrah. | Husein bin Ali ra | Bab Agama, Bab Kelebihan | i'ktikaf, Ramadhan, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syi'b, dengan sanad dari Husein bin Ali r.a.. Al-Baihaqi berkata, "Sanad riwayat ini dha'if, sebab salah seorang perawinya yang bernama Muhammad bin Zadan ditolak riwayatnya oleh jumhur ahli hadits." Imam Bukhari juga menyatakan mengenai Muhammad bin Zadan ini, "Riwayat yang dibawanya tidaklah diterima dan tidak ada yang mencatatnya." Selain itu, perawi sanad yang lain, Anbasah bin Abdur Rahman, dinyatakan oleh jumhur muhadditsin sebagai tukang memalsukan hadits. Di antaranya Imam Bukhari sendiri menyatakan, "Tidak ada satu pun ulama ahli hadits yang menerima riwayatnya." Mengenai Anbasah, Abu Hatim dengan tegas menyatakannya sebagai pemalsu riwayat. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 518 |
102 | 08/09/2018 00:18:11 | إن هاتين صامتا عما أحل الله، وأفطرتا على ما حرم الله عز وجل عليهما، جلست إحداهما إلى الأخرى، فجعلتا تأكلان لحوم الناس | Sesungguhnya dua orang wanita telah berpuasa terhadap apa yang Allah halalkan, dan berbuka dengan apa-apa yang diharamkan Allah atas keduanya, kemudian yang satu bergabung pada yang lain, maka jadilah keduanya menggunjing orang lain. | - | Bab Adab, Bab Kelebihan, Bab Puasa | Berpuasa, Mengunjing, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad (V/431), dengan sanad dari seseorang dari Ubaid bekas hamba Rasulullah saw. Hadits ini merupakan jawaban Rasulullah saw. terhadap suatu kejadian yang diberitakan oleh seorang sahabat beliau, yakni tentang kisah dua orang wanita yang memaksakan diri berpuasa hingga nyaris maut menghampiri mereka. Pada akhirnya keduanya dengan terpaksa memakan daging manusia untuk menghindari kematian. Menurut saya, sanad riwayat ini dhaif disebabkan adanya perawi sanad yang majhul. Demikianlah yang dinyatakan al-Hafizh al-Iraqi (1/211). Adapun yang diriwayatkan oleh ath-Thayalisi (1/188), yang sanadnya bersumber dari Anas r.a di dalamnya terdapat dua perawi sanad, yaitu Rabi bin Shahih dan Yazid bin Aban. Yang pertama (yakni Rabi') termasuk dha'if, sedangkan yang kedua riwayatnya tidak diterima oleh jumhur ulama ahli hadits. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 519 |
103 | 08/09/2018 00:25:37 | من أحيا ليلة الفطر وليلة الأضحى، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب | "Barangsiapa menghidup-hidupkan malam hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha, maka tidak akan mati hatinya pada hari ketika hati manusia umumnya mati.” | Ubadah bin Shamith ra | Bab Bulan-bulan Islam, Bab Kelebihan | Hidupkan malam Eidul Fitri, Eidul Adha, | Palsu | Disebutkan oleh al-Haitsami dalam al-Majma' (II/198), ”Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir dengan sanad dari Ubadah bin Shamith r.a. Dalam sanad tersebut terdapat pcrawi yang bernama Umar bin Harun al-Balakhi, dan nama ini menurut jumhur muhadditsin dinyatakan sebagai perawi sanad yang dha'if. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 520 |
104 | 08/09/2018 11:31:06 | من قام ليلتي العيدين محتسبا لله، لم يمت قلبه يوم تموت القلوب | Barangsiapa menyemarakkan malam dua hari raya hanya semata-mata mengharap ridha Allah, maka hatinya tidak akan mati di hari ketika hati manusia mati. | Abu Umamah ra | Bab Iblis dan Syaitan, Bab Ikhlas, Bab Kelebihan | Redho Allah, | Sangat lemah | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Majah (1/542) dengan sanad dari Buqyah bin al-Walid, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Abu Umamah r.a. Sanad riwayat ini dha'if disebabkan Buqyah dikenal sebagai orang yang suka mencampur aduk perawi, demikianlah yang dinyatakan al-Hafizh al-Iraqi dalam Takhrij aI-Ihyanya (1/ 328). Menurut saya, bahkan Buqyah ini telah terbukti banyak meriwayatkan dari pendusta dan pemalsu. Ia juga mengambil riwayat dari para perawi kuat yang kemudianya dicampuradukkan, termasuk menghilangkan atau menambah perawi sanad yang ada. Salah satu di antaranya adalah riwayat ini. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 521 |
105 | 08/09/2018 11:47:17 | من أحيا الليالي الأربع وجبت له الجنة، ليلة التروية وليلة عرفة وليلة النحر وليلة الفطر | Barangsiapa menyemarakkan malam yang empat, maka dia berhak masuk syurga: malam tamiyah, malam wuquf di Arafah. malam penyembelihan kurban dan malam hari raya Idul Fitri. | Muaz bin Jabal ra | Bab Kelebihan | Hidupkan empat malam, Masuk Syurga, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Nashr aI-Maqdisi dalam bagian kitab al-Amah` (II/186), dengan sanad dari Suwaid bin Said, dari Abdur Rahim bin Zaid al-Ammi, dari bapaknya, dari Wahab bin Munabbah, dari Mu'adz bin Jabal r.a. Sanad riwayat ini maudhu'. Telah diutarakan oleh as-Suyuthi dalam kitab al-Jami' ash-Shaghir, kemudian pensyarahnya (al-Manawi) menyatakan, ”Hadits ini dinyatakan oleh al-Hafzh Ibnu Hajar dalam Takhtij al-Adzkar sebagai hadits gharib (asing). Sedangkan Abdur Rahim bin Zaid ditinggalkan riwayatnya, dengan kata lain tidak diterima oleh jumhur ulama ahli hadits. Bahkan Ibnul Jauzi dengan menukil pernyataan Yahya mengatakan bahwa Abdur Rahim adalah pendusta. Menurut saya, selain keterangan itu juga Suwaid bin Said tergolong dhaif. Maka sanad riwayat ini berarti benar-benar “gelap”. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 522 |
106 | 08/09/2018 22:12:49 | من أحسن منكم أن يتكلم بالعربية فلا يتكلمن بالفارسية، فإنه يورث النفاق | Barangsiapa di antara kalian yang dapat berbicara dengan bahasa Arab secara baik maka janganlah menggunakan bahasa Persia, kerana sesungguhnya yang demikian itu dapat mengakibatkan kemunafikan. | Ibnu Umar ra | Bab Kelebihan | Cakap Arab, cakap Persia, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Hakim (IV/87) dengan sanad dari Umar bin Harun, dari Usamah bin Zaid al-Laitsi, dari Nafi', dari Ibnu Umar ra. Al-Hakim tidak memberikan komentar tentang riwayat tersebut, akan tetapi adz-Dzahabi menanggapinya, ”Umar bin Harun telah dinyatakan sebagai pendusta oleh Ibnu Muin dan jumhur muhadditsin tidak menerima riwayatnya.” Sementara itu, as-Suyuthi telah mengotori kitabnya, al-Jami' ash-Shaghir, karena memuat riwayat tersebut. Dalam hal ini ia berlaku tidak konsisten terhadap apa yang dikatakannya dalam mukadimah kitabnya itu bahwa ia tidak akan memuat hadits maudhu`. Oleh sebab itu, al-Manawi sebagai pensyarah kitab itu mengatakan, ”Seharusnya pengarangnya tidak memuat riwayat ini. Atau kalaupun memuatnya, hendaklah kedudukan riwayat hadits itu dijelaskan.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 523 |
107 | 09/09/2018 11:31:49 | ما أنفقت الورق في شيء أحب إلى الله عز وجل من نحيرة تنحر في يوم عيد | Tidaklah perak itu dinafkahkan untuk sesuatu (keperluan), melainkan lebih disukai Allah 'Azza wa Jalla yang untuk menyembelih binatang kurban pada hari Eid. | Ibnu Abbas ra | Bab Sedekah | Duit Perak, Qurban, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitabnya, al-Majruhin (l / 88), dan oleh ath-Thabrani (1/102), dan lainnya dengan sanad dan Ibrahim bin Yazid aI-Khauzi, dari Amr bin Dinar, dari Thawus, dari Ibnu Abbas. Al-Haitsami mengatakan, "Hadits ini telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan sumber sanad dari Ibnu Abbas, namun dalam sanadnya terdapat Ibrahim bin Yazid, sedangkan dia dhaif.” Menurut saya, bahkan sangat dhaif. Ibnu Hibban telah menyatakan Ibrahim bin Yazid sebagai perawi hadits-hadits munkar yang jumlahnya sangat banyak. Selain daripada itu, ada beberapa pernyataan Imam Bukhari dalam menanggapi Ibrahim bin Yazid ini yang diutarakan oleh ulama ahli hadits. Hal ini rasanya perlu untuk saya utarakan agar lebih memperluas wawasan para pembaca dalam mengenali dunia ilmu riwayah dan dirayah. Al-Baraqi menukil pernyataan Imam Bukhari yang menanggapi riwayat ini dengan mengatakan, ”Sakatuu' anhuu.” Ibnu Katsir menjelaskan seperti berikut, ”Bila Imam Bukhari menanggapi satu riwayat/perawi sanad menggunakan lafazh demikian (yakni sakatuu' anhuu atau fihin nazhar, hal ini berarti hadits tersebut memiliki derajat paling rendah dan paling hina menurutnya. Inilah rahsia kehalusan redaksi Imam al-Muhadditsin dalam menanggapi perawi sanad/riwayat.” Selain itu, pensyarah kitab Ikhtishar Ulumul-Hadits, Syeikh Ahmad Syakir, mengatakan, ”Begitu juga pernyataan Imam Bukhari dengan menggunakan lafazh 'munkarul hadits' Maka yang beliau maksudkan adalah bahwa perawi sanad itu termasuk deretan pendusta." Adapun dalam kitab al-Mizan al-I'tidal, karangan adz~Dzahabi, dinukilkan pernyataan Imam Bukhari yang dikisahkan oleh Ibnu Qaththan, dalam hal ini beliau (Bukhari) mengatakan: ”Siapa saja yang saya sebutkan dengan kata-kata 'mungkarul-hadits', maka tidaklah dihalalkan untuk mengambil riwayat darinya.” Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 524 |
108 | 09/09/2018 11:37:40 | ما عمل ابن آدم في هذا اليوم أفضل من دم يهراق، إلا أن تكون رحما توصل | "Tidaklah ada amalan anak Adam pada hari ini (Aidil Adha) yang lebih utama daripada menumpahkan darah binatang kurban, kecuali amalan silaturahim yang disambungnya." | Ibnu Abbas ra | Bab Agama, Bab Kelebihan | Silaturahim, Sembelih Qurban, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh ath -Thabranl dalam kitabnya, al-Kabir, dengan sumber sanad dari Ibnu Abbas r.a. dan dalam sanadnya terdapat Yahya bin al-Hasan al-Khasyni, yang saya tidak kenali keadaannya, demikianlah apa yang dinyatakan al-Mundziri rahimahullah. Sedangkan al-Haitsami mengatakan, "Sebenarnya Yahya bin al-Hasan tergolong dhaif, terapi banyak perawi yang mengatakan bahwa dia adalah kuat.” Menurut saya, apa yang pernah saya utarakan dalam majalah at-Tamuddun Al-Islami dahulu juga sama demikian (menguatkannya). Namun, setelah saya banyak memperoleh tambahan pengetahuan karena lebih banyak merujuk kutubur-rijal dan membacanya dengan lebih detail, maka di dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir karya ath-Thabrani (1/104), saya mendapati sanadnya adalah dari al-Hasan bin Yahya al-Khasyni, dari Ismail bin Ayyasy, dari Laits, dari Thawus, dari Ibnu Abbas r.a. Jadi, semakin yakinlah saya akan kedhaifan hadits tersebut disebabkan adanya perawi sanad yang bernama Ismail bin Ayyasy ini. Belum lagi, Laits yang dimaksud di dalam sanad itu adalah Ibnu Abi Salim, perawi sanad yang identik dengan para perawi dhaif. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 525 |
109 | 10/09/2018 06:39:20 | ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إرهاق الدم، إنه ليأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها، وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع على الأرض، فطيبوا بها نفسا | ”Tidak ada amalan seorang manusia yang lebih disenangi Allah pada Hari Nahar (penyembelihan korban) selain menumpahkan darah hewan korban. Sesungguhnya akan mendatanginya kelak pada hari kiamat dengan tanduknya, bulunya, dan kuku-kukunya. Pahala dari Allah akan sampai kepadanya sebelum darah itu menyentuh tanah, maka berbahagialah kalian dengan merelakannya". | Siti Aishah ra | Bab Agama, Bab Kelebihan | Haiwan Qurban, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh atTirmidzi (ll/352), alHakim (IV/221-222), dan al-Baghawi dalam Syarah asSunnah (1/129), dengan sanad dari Abul Mutsanna Sulaiman bin Yazid, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah. Menurut saya, riwayat ini dinyatakan oleh at-Tirmidzi sebagai hadits hasan. Sedangkan al Hakim mengatakan, "Hadits ini sahih sanadnya!” Padahal, al-Baghawi telah menyatakan, "Hadis ini telah dinyatakan Abu Hatim sebagai hadits yang sangat dhaif.” Selanjutnya, dalam mengomentari sanad hadits tersebut adz-Dzahabi mengatakan, ”Sulaiman bin Yazid telah dipertanyakan. Bahkan sebagian pakar hadits meninggalkan riwayatnya.” Sementara itu, al Mundziri dalam kitab at-Tharghib 11/101) mengatakan, ”Semua sanad yang ada berasal dari Abul Mutsanna, sedangkau ia dipertanyakan." Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 526 |
110 | 10/09/2018 06:51:39 | الأضاحي سنة أبيكم إبراهيم، قالوا: فما لنا فيها؟ قال: بكل شعرة حسنة، قالوا: فالصوف؟ قال: بكل شعرة من الصوف حسنة | Berkurban adalah sunnah datuk kalian Ibrahim.' Para sahabat bertanya, 'Apa yang kita dapatkan dari melakukannya?' Baginda menjawab, 'Pada setiap bulu binatang korban itu ada pahala. Mereka bertanya lagi, 'Lalu bagaimana dengan bulu kambing (wol)? 'Baginda menjawab, 'Pada setiap bulu kambing (wol) juga pahala. | - | Bab Agama, Bab Kelebihan | Sunnah Nabi Ibrahim, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Majah (II/ 273) dan al-Hakim (II/389), dengan sanad dari Aidzillah bin Abdullah al-Mujasyi'i, dari Abu Daud as-Subai'i, dari Zaid bin Arqam. Al-Hakim berkata, ”Riwayat ini sahih sanadnya!” Namun adz-Dzahabi menyanggahnya, ”Tidak. Sebab Abu Hatim mengatakan bahwa Aidzillah adalah mungkar haditsnya.” Selain itu, ada perawi sanad lain yang mengotori sanad ini, iaitu Abu Daud as-Subai'i. Perawi ini menurut Ibnu Hibban dinyatakan tidak boleh diterima riwayatnya, sebab ia termasuk pemalsu hadits. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 527 |
111 | 10/09/2018 14:05:45 | يا فاطمة! قومي إلى أضحيتك فاشهديها، فإنه يغفر لك عند أول قطرة من دمها كل ذنب عملتيه، وقولي: (قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذلك أمرت وأنا من المسلمين) . قال عمران بن حصين: قلت: يا رسول الله! هذا لك ولأهل بيتك خاصة وأهل ذاك أنتم - أم للمسلمين عامة؟ قال: لا، بل للمسلمين عامة | Wahai Fatimah, bangkitlah dan saksikan binatang korbanmu. Karena sesungguhnya setiap dosa yang engkau lakukan akan terampuni pada titisan pertama dari darahnya. Maka ucapkanlah: 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, tak ada sekutu bagi-Nya, demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk dari golongan orang-orang Islam. 'Berkatalah Imran bin Hushain. 'Wahai Rasulullah, ini khusus bagi engkau dan keluargamu saja ataukah untuk kaum muslim pada umumnya? 'Baginda menjawab. 'Tidak, itu untuk seluruh kaum muslim. | Saidina Hussin ra | Bab Agama, Bab Kelebihan | Binatang Qurban, Gugur Dosa, | Munkar | Telah dikeluarkan oleh al-Hakim (IV/222) (dengan sanad dari an-Nadhr bin lsmail al-Bajali, dan Abu Hamzah ats-Tsamali, dari Said bin Jubeir, dari Imran bin Hushain r.a. Mengenai riwayat ini al Hakim berkata, ”Riwayat ini sahih sanadnya." Akan tetapi menurut adz-Dzahabi ianya disanggah, “Tidak, kerana Abu Hamzah itu sangat dhaif, sedangkan Nadhr bin Ismail tidaklah kuat.” Al-Hakim berusaha menguatkan riwayat ini dan mengeluarkan hadits serupa dengan sanad lain dari Athiyah dari Abu Said al-Khudri r.a. namun ternyata ianya dhaif juga disebabkan Athiyah ini menurut jumhur para pakar hadits dipersoalkan. Demikianlah yang dinyatakan adz-Dzahabi. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 528 |
112 | 11/09/2018 00:15:40 | من ضحى طيبة بها نفسه، محتسبا لأضحيته، كانت له حجابا من النار | "Barangsiapa yang berkorban dengan rela hati dan dengannya mengharapkan redha-Nya, maka akan menjadi pencegah baginya dari api neraka. | - | Bab Agama, Bab Kelebihan | Qurban, relahati, jauh dari Api Neraka, | Palsu | Al-Haitsami mengatakan dalam kitabnya, Majma' az-Zawaid (IV/17), “Hadits ini telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam Syarah al-Kabir dan dalam sanadnya terdapat Sulaiman bin Amr an-Nakha'i, sedangkan ia adalah pendusta.” Menurut saya, Ibnu Hibban juga menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr an-Nakha'i ini secara zahir adalah mantan orang saleh namun ia dikenali oleh para pakar hadits sebagai pemalsu riwayat/hadits. Wallahu Alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 529 |
113 | 11/09/2018 00:22:53 | أيها الناس ضحوا، واحتسبوا بدمائها، فإن الدم وإن وقع في الأرض، فإنه يقع في حرز الله عز وجل | Wahai manusia, berkorbanlah dan berharaplah (pahala) dari darahnya. Kerana sesungguhnya darahnya itu meskipun tertumpah ditanah, namun tertampung pada tempat/penjagaan Allah 'Azza wa jalla. | Saidina Ali bin Abi Talib ra | Bab Agama, Bab Kelebihan | Darah Qurban, Pahala Qurban, | Palsu | Berkatalah al-Haitsami, "Hadits ini telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam aI-Ausathnya, sedangkan dalam sanadnya terdapat Amr bin Hushain al-Uqaili, yang riwayatnya tidak diterima oleh jumhur ulama ahli hadits. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 530 |
114 | 11/09/2018 07:09:46 | يخرج قوم هلكى لا يفلحون قائدهم امرأة، قائدهم في الجنة | Akan muncul suatu kaum yang binasa dan tidak akan beruntung karena pemimpinnya adalah seorang wanita dan pendampin mereka masuk surga. | - | Bab Pemimpin, Bab Wanita | Pemimpin Wanita, | Munkar | Telah diriwayatkan oleh Abu Said bin al-Arabi dalam kitab al-Mu'jam (1/77), dengan sanad dari ash-Shaghani, dari Abu Naim, dari Abdul Jabbar bin alAbbas, dari Atha' bin as-Saib, dari Umar bin al Hajanna', dari Abu Bakrah. Menurut saya, ada beberapa kelemahan dalam riwayat ini disebabkan adanya beberapa --bahkan hampir semua-- rijal sanadnya yang dihukum para ulama ahli hadits secara variatif. Sebagian dari mereka ada yang dihukum majhul seperti al-Hajanna. Sebagian lain lagi dihukum sebagai pemalsu hadits. Sedangkan sebagian perawi sanad yang lain dihukum oleh muhadditsin sebagai perawi yang ditinggalkan riwayatnya atau ditolak. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 531 |
115 | 11/09/2018 07:20:51 | إن الله نظر في قلوب العباد فلم يجد قلبا أنقى من أصحابي، ولذلك اختارهم، فجعلهم أصحابا، فما استحسنوا فهوعند الله حسن، وما استقبحوا فهو عند الله قبيح. | Sesungguhnya (ketika) Allah memperhatikan hati para hamba-Nya maka Dia tidak mndapatkan hati yang lebih bersih dari hari para sahabatku. Karena itulah Allah memilih mereka dan menjadikan (mereka) sebagai sahabatku. Maka, apa yang dilihat oleh mereka sebagai sesuatu yang baik, baik pula di sisi Allah, akan apa yang dianggap oleh mereka buruk, buruk pula di sisi Allah. | Anas bin Malik ra | Bab Kelebihan Para Sahabat | Kelebihan Sahabat Nabi saw, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Khathib (IV/ 165), dengan sanad dari Sulaiman bin Amr an-Nakha'i, dan Aban bin Abi Ayyasy dan Humaid ath-Thawill, dari Anas r.a. Kemudian al-Khathib berkata, ”Riwayat ini secara tunggal diambil oleh an-Nakha'i.” Menurut saya, Sulaiman bin anNakha'i adalah pendusta, seperti telah saya nyatakan berulang kali. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 532 |
116 | 11/09/2018 07:35:23 | ما رأى المسلمون حسنا فهو عند الله حسن، وما رآه المسلمون سيئا فهو عند الله سيء. | Apa yang dianggap (dipandang) baik oleh kaum muslimin, maka disisi Allah pun baik dan apa yang dianggap oleh kaum muslimin itu buruk, maka di sisi Allah pun buruk. | Ibnu Mas'ud ra | Bab Kelebihan | Pandangan Muslimin, | Tiada Sumber Asalnya | Hadits ini tidak ada sumber aslinya dan marfu'. Riwayat ini mauquf (terhenti) sanadnya sampai kepada Ibnu Mas'ud r.a. Sanad yang mauquf sampai kepada Ibnu Mas'ud r.a ini telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan nomor hadits 3600, juga dikeluarkan oleh ath-Thayalisi dalam musnadnya (hlm. 23) dan Abu Said Ibnul A'rabi dalam al-Mu'jam-nya (II/84), dengan sanad dari Ashim dari Zirr bin Hubaisy, dari Ibnu Mas'ud r.a. Menurut saya, seluruh sanad yang meriwayatkan hadits ini yang menyatakan mauquf sampai kepada ibnu Mas'ud adalah sahih. Inilah yang dinyatakan oleh jumhur muhadditsin. Adapun para perawi yang berusaha memarfu'kan sanadnya hingga Rasulullah saw adalah tidak benar sebab dalam sanadnya terdapat rijal sanad yang pendusta. Satu hal yang perlu saya ketengahkan di sini karena hal ini menyangkut masalah akidah yang sangat mendasar bahwa berdasarkan riwayat mauqaf ini sebagian ulama (terlebih lagi kaum awam) menyatakan bahwa dalam agama ada istilah bidaah hasanah. Mereka berlandaskan dengan alasan bahwa apa yang dianggap baik oleh majoriti kaum muslim, maka yang demikian berarti baik pula menurut Allah! Subhanallah! Mereka dengan sangat berani, mungkin karena kejahilannya tidak menghiraukan beberapa hal yang sangat penting, di antaranya: 1. Hadits ini mauquf (terhenti sanadnya sampai pada sahabat). Karena itu tidak boleh dijadikan sebagai hujjah dikarenakan bertentangan dengan nash yang sharih. Dalam sebuah hadits sahih Rasulullah saw menyatakan: ”Setiap bid'ah adalah sesat.” 2. Kalaupun sebagai misal riwayat tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah karena tidak bertentangan dengan nash yang sharih (jelas dan tegas), maka maksud riwayat tersebut adalah ijmaknya para sahabat pada masalah tertentu, sebagaimana yang tampak dari redaksi riwayat itu. Hal ini dilandaskan pada pernyataan Ibnu Mas'ud atas ijmak (kesepakatan) para sahabat Rasulullah saw. dalam memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama seperti yang dijelaskan dalam banyak riwayat. Jadi, jelaslah bahwa huruf "al" yang ada dalam kata al-muslimun dalam riwayat itu bukanlah dimaksudkan keseluruhan umat Islam seperti yang dipahami mereka (para pendakwanya). 3. Kalaupun --juga sebagai misal-- huruf "al” di sini dimaksudkan untuk seluruh kaum muslim, yang pasti bukanlah setiap individu muslim, termasuk mereka yang sama sekali tidak mengetahui ilmu-ilmu agama. Dengan demikian, maksud dalam riwayat itu harus ditakwilkan ”hanya orang-orang yang alim (berilmu)”. Apabila kita anggap takwil itu benar (saya kira sangat tepat;-penj), lalu siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang berilmu? Apakah termasuk pula para pentaklid (pengikut) yang dengan sengaja menutup pintu ijtihad dalam masalah fiqih? Atau termasukkah mereka yang menganggap bahwa pintu ijtihad itu telah tertutup? Tentu tidak. Sekali lagi bukanlah mereka. Inilah penjelasannya. Pastikanlah! Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya, jami' al-'ilmi (ll/3637), mengatakan sebagai berikut, "Batas minimal bahwa sesuatu disebut sebagai 'ilmu' menurut ulama ialah apa yang dapat engkau yakini kejelasannya. Siapa saja yang telah dapat meyakini sesuatu dan mengetahui kejelasannya, berarti dia telah memperolehi ilmu.” Dengan demikian, barangsiapa yang belum meyakini sesuatu secara jelas --tetapi hanya mengutamakan akalnya secara taklid-- berarti orang tersebut belum mempunyai ilmu. Perlu diketahui di sini bahwa taklid (sikap mengikut membutatuli) berbeda dengan “mengikut”. Sebab, ”mengikut” berarti mengikuti pernyataan seseorang yang telah diketahui --oleh sang pengikut-- kebenaran pendapat atau ucapannya. Sedangkan taklid berarti engkau mengucapkan apa yang diutarakan seseorang, padahal engkau tidak mengetahuinya, tidak pula mengetahui alasannya, serta tidak mengetahui maknanya. Inilah yang menjadi landasan pernyataan seluruh ahli ilmu! [1] [1]Pernyataan para ulama tentang peibedaan “taklid' dengan "mengikuti" agar diperhatikan. Hendaklah dipegang kuat-kuat sebab hal ini termasuk perkara yang tidak banyak diketahui oleh manusia termasuk para pemegang gelaran doktor dalam ilmu syariah sekalipun. Lebih-lebih lagi bagi kalangan awam. Maka bagi yang berkehendak untuk mengetahui lebih detail, silakan merujuk kitab Bid 'atut- Ta ashuh Madzhabii karangan al-ustadz Muhammad Id Abbasi. Atas dasar itulah, maka as-Suyuthi mengatakan, ”Pentaklid tidaklah dapat dikatakan sebagai orang alim.” Pernyataan demikian merupakan pendapat seluruh ulama tanpa kecuali, termasuk para imam yang menjadi panutan. Pembahasan masalah ini sangatlah panjang. Kalau saja tidak khawatir membosankan, maka akan saya utarakan secara terperinci. Barangkali cukuplah apa yang saya isyaratkan ini dan bagi yang berkeinginan untuk mengetahui masalah taklid, ijtihad dan mengikuti silakan merujuk kitab yang saya sebutkan dalam catatan tadi.[1] Secara ringkas saya katakan bahwa riwayat tersebut mauqufnya Ibnu Mas'ud yang tidak boleh dijadikan landasan bagi suatu amalan bid'ah. Sebab mana mungkin hal itu terjadi padahal Ibnu Mas'ud termasuk sosok sahabat yang paling gigih memberantas amalan-amalan bid'ah dan melarang siapa pun untuk mengikutinya. Tentang keterangan ini telah sangat masyhur dan di antara kitab yang memuatkan masalah ini ialah Sunan ad-Darimi dan aI-HaliyyatuI-Auliya'. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslim berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah saw yang sahih sehingga mendapatkan petunjuk yang benar dan selamat dari kesengsaraan di dunia dan akhirat. Wallahul-musta'an. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 533 |
117 | 11/09/2018 07:40:58 | الهر سبع | Kucing adalah jenis binatang buas. | Abu Hurairah ra | Bab Haiwan | Kucing, Buas, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad (11/442), al-Uqaili (hlm. 331), al-Baihaqi (1/251-252), dengan sanad dari Isa bin al-Musayyab, dari Abu Zar`ah. dari Abu Hurairah r.a. Sanad riwayat ini dhaif disebabkan adanya lsa bin al-Musayyab. Ia dinyatakan dhaif oleh Ibnu Muin, Abu Zar'ah, an-Nasa'i, ad-Daruquthni dan lainnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 534 |
118 | 11/09/2018 07:47:05 | حمل العصا علامة المؤمن، وسنة الأنبياء | Membawa tongkat adalah tanda seorang mukmin dan sunnah para nabi. | Anas ra | Bab Kelebihan | Tongkat, Sunnah Para Nabi, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus (II/97), dengan sanad dari Yahya bin Hasyim al-Ghassani, dari Qatadah, dan Anas r.a. Menurut saya, sanad riwayat ini maudhu. Sekalipun asSuyuthi, di dalam Fatwanya (II/201) tidak memberikan komentar terhadapnya, tetapi pensyarahnya yaitu al-Manawi mengatakan, "Adz-Dzahabi telah menyatakan bahwa al-Ghassani adalah sangat dhaif, bahkan terbukti termasuk dalam deretan para pemalsu riwayat. Wallahu Alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 535 |
119 | 12/09/2018 06:25:54 | كان للأنبياء كلهم مخصرة يتخصرون بها تواضعا لله عز وجل | Semua nabi menggunakan tongkat yang digunakan untuk menyangga, sebagai sikap tawaduk mereka kepada Allah SWT. | Ibnu Abbas ra | Bab Adab, Bab Kelebihan | Tongkat, Tawadhu, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh ad Dailami dengan sanad dari Warsimah bin Musa, dari Salamah bin Fadhl, dari Muhammad bin Ishaq, dan az-Zuhri, dari Said bin al-Musayyab, dari Ibnu Abbas r.a. Riwayat ini telah disebutkan oleh as-Suyuthi dalam Fatwanya tetapi tanpa memberikan penjelasan tentang martabat periwayatannya! Adapun Watsimah telah dinyatakan oleh lbnu Abi Hatim dalam kitabnya, al-Jarh wat-Ta'dil, ”Watsimah telah meriwayatkan dari Salamah yang banyak sekali haditsnya palsu.” Menurut saya, seluruh hadits yang menyatakan tentang tongkat ini tidak ada yang sahih. Sebab yang kita ketahui, menggunakan tongkat adalah persoalan adat yang tidak ada kaitannya dengan masalah peribadatan. Wallahu Alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 536 |
120 | 12/09/2018 06:33:02 | من شم الورد الأحمر، ولم يصل علي، فقد جفاني | Barangsiapa mencium bunga mawar merah dan tidak berselawat kepadaku, maka berarti dia telah menjauhi aku. | - | Bab Selawat | Bunga Mawar, | Palsu | As-Suyuthi telah menempatkan riwayat ini dalam kitab Dzailul-Ahadits al-Maudhu'ah (hlm. 85) dan mengatakan bahwa riwayat ini adalah hadits palsu yang dibuat oleh sebagian penduduk Maghribi (Maroko). Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 537 |
121 | 12/09/2018 06:37:48 | من وجد ماله في الفيء قبل أن يقسم فهو له، ومن وجده بعدما قسم فليس له شيء | Barangsiapa mendapatkan bahagian harta rampasan perang sebelum dibagi-bagikan, maka itu miliknya. Adapun bila ditemukannya setelah dibagi-bagikan, maka tidak ada hak untuk mengambilnya. | Ibnu Umar ra | Bab Harta, Bab Peperangan | Harta rampasan Perang, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh ad-Daruquthni (hlm. 472) dengan sanad dari Ishaq bin Abdullah, dari Ibnu Syihab, dari Salim, dari ayahnya, dari Ibnu Umar r.a. Kemudian ia mengatakan, "Ishaq ini adalah Ibnu Abi Farwah, yang ditinggalkan (tidak diterima) riwayatnya.” Menurut saya, hadits serupa ada diriwayatkan dengan sanad lain, namun di dalamnya terdapat perawi bernama Rasyid bin Sa'd dan dia adalah dhaif. Kemudian ada lagi yang diriwayatkan dengan sanad lain dan di dalamnya terdapat al-Hasan bin Ammarah yang dikenali oleh para pakar hadits sebagai pemalsu hadits. Bagi pembaca yang berkeinginan mengetahui lebih detail dan lebih jelas tentang masalah ini, silakan merujuk pada khutubush sunan dan kutubush shahah. Sebab di kalangan fuqaha terjadi perbedaan pendapat mengenai persoalan tentang pembagian hasil rampasan perang ini. Di antaranya ada yang berdasarkan riwayat serupa yang sanadnya mauquf dari Umar lbnul Khattab r.a. Oleh karena itu, hendaklah pembaca merujuk pada kitab-kitab tersebut. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 538 |
122 | 12/09/2018 06:45:03 | لا تذكروني عند ثلاث: تسمية الطعام، وعند الذبح، وعند العطاس | Janganlah kalian sebut-sebut aku pada tiga keadaan: ketika membaca basmalah waktu hendak makan, ketika hendak menyembelih dan ketika bersin. | - | Bab Makan dan Minum, Bab Selawat | Ketika Makan, Sembelih, Bersin | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi (IX/286), dengan sanad dari Sulaiman bin Isa dari Abdur Rahim bin Zaid al-Ami dari ayahnya yang dimarfu'kan. Kemudian al-Baihaqi berkata, ”Sanad riwayat ini terputus. Sedangkan Abdur Rahim dan ayahnya adalah dhaif. Bahkan Sulaiman bin Isa termasuk dalam deretan pemalsu hadits.” Sementara itu, lbnu Hibban mengatakan tentang Abdur Rahimseperti berikut, "Dia telah meriwayatkan dari ayahnya kisah-kisah aneh yang tidak diragukan lagi bahwa itu merupakan kisah buatan.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 539 |
123 | 12/09/2018 06:52:44 | نهينا عن صيد كلب المجوسي وطائره | Kita dilarang berburu dengan anjing milik orang Majusi dan burung miliknya. | Jabir bin Abdillah ra | Bab Adab, Memburu | Anjing Majusi, Burung, Larangan Memburu, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Tirmidzi (ll/341 ) dan al-Baihaqi (IX/245) dengan sanad dari Syuraik, dari alHajjaj, dari al-Qasim bin Abi Bazzah, dari Sulaiman al-Yasykuri, dari Jabir bin Abdillah r.a. Riwayat ini dinyatakan dhaif oleh Tirmidzi sebagaimana komentarnya, ”Riwayat asing, yang tidak kami ketahui kecuali dari sanad ini.” Adapun Imam al-Baihaqi menyatakan dhaifnya riwayat ini dengan kata-kata, ”Dalam sanadnya terdapat perawi sanad yang tidak dapat dijadikan hujjah." Menurut saya, Syuraik ini adalah Ibnu Abdullah al-Qadhi yang dhaif segi hifizhnya (hafalannya). Sedangkan yang lain, al-Hajjaj bin Arihah, dikenali oleh ahli hadits sebagai orang yang sering kali mencampur aduk perawi sanad dan terbukti telah meriwayatkan dengan 'an 'anah. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 540 |
124 | 12/09/2018 14:09:53 | ثلاث من أخلاق الإيمان: من إذا غضب لم يدخله غضبه في باطل، ومن إذا رضي لم يخرجه رضاه من حق، ومن إذا قدر لم يتعاط ما ليس له | Tiga hal dan akhlak iman: orang yang marah, tetapi kemarahannya tidak menimbulkan kebatilan; orang yang merasa rela, tetapi kerelaannya tidak menyimpangkannya dari kebenaran orang yang dikurangi rezekinya, lalu tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. | Anas ra | Bab Adab, Bab Iman | Tanda Iman, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jam ash-Shaughir (hlm. 31), Abu Naim dalam Akhbar al-Ashbahan (1/132) dan Ibnu Basyran dalam kitab al-Amali al-Fawai'id ( ll/133), semuanya dengan sanad dari Hajjaj bin Yusuf bin Qutaibah al-Hamadani, dari Bisyr bin aI-Husein, dari az-Zubeir bin Adi, dari Anas r.a. Kemudian ath-Thabrani mengatakan, ”Tidak ada yang meriwayatkan dari az-Zubeir bin Adi kecuali hanya Bisyr bin Husein.” Saya berpendapat, Bisyr bin al-Husein ini dikenal oleh ulama ahli hadits sebagai pendusta seperti telah saya singgung pada halaman sebelumnya. Sedangkan al-Hamadani adalah majhul (asing), tidak dikenai riwayat hidupnya oleh kalangan muhadditsin. Demikianlah yang dinyatakan oleh Ibnu Mudaini. Wallahu Alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 541 |
125 | 12/09/2018 14:15:07 | حجوا، فإن الحج يغسل الذنوب كما يغسل الماء الدرن. | Berhajilah kalian, karena sesungguhnya ibadah haji itu membersihkan dosa, sebagaimana air membersih kotoran. | - | Bab Haji | Haji Membersih Dosa, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Abul Hajjaj bin Yusuf bin Khalil dalam as-Suhai'yyat (1/18), dengan sanad dari Ya'la bin al-Asydaq, dari Abdullah bin Jai-ad secara marfu dan mauquf. Dengan sanad seperti ini, telah dikeluarkan pula oleh ath- Thabrani dalam Mu'jam al-Ausath dan juga dalam al-Majma'. Kemudian al-Haitsami mengatakan, ”Dalam sanadnya terdapat Ya'la bin al-Asydaq yang dikenali oleh kalangan muhadditsin sebagai pendusta.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 542 |
126 | 12/09/2018 14:19:56 | حجوا قبل أن لا تحجوا: يقعد أعرابها على أذناب أو ديتها، فلا يصل إلى الحج أحد | Berhajilah kalian, sebelum kalian tidak dapat berhaji. Akan duduk orang-orang Arab Badwi di tepi tebing-tebing gunung, hingga tidak ada satu pun (dari mereka) yang sampai menunaikan haji. | Abu Hurairah ra | Bab Haji | Tunaikanlah Haji, | Batil | Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab Akhbar al~Ashbahan (II/76 77), al-Baihaqi (IV/341), dan al-Khathib dalam at-Talkhish-nya (ll/96), dengan sanad dan Abdullah bin Isa bin Buhair, dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. Menurut saya, Abdullah ini adalah aJanadi yang telah dikemukakan oleh aI-Uqaili dalam deretan perawi sanad adh-dhu'afa. Bahkan adz-Dzahabi menyatakannya dengan lebih tegas, ”Hadits ini mungkar dan sanadnya benar-benar 'gelap' [2]. [2] Maksudnya banyak perawi sanad yang majhul (-penj). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 543 |
127 | 12/09/2018 14:25:19 | حجوا قبل أن لا تحجوا، فكأني أنظر إلى حبشي أصمع، أفدع، بيده معول يهدمها حجرا حجرا | Berhajilah kalian sebelum kalian tidak dapat berhaji. Seolah aku melihat seorang dari bangsa Habsyah (Ethiopia) yang kecil telinganya, kakinya bengkok, dan di tangannya kapak (linggis penghancur batu), dengannya menghancurkan batu demi batu. | Ali bin Abi Talib ra | Bab Haji | Haji, Habsyah, Kapak, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh al-Hakim (1/148), Abu Naim (IV/131), dan al Baihaqi (IV/340), dengan sanad dari Yahya bin Abdul Hamid al Himani, dari Hushain bin Umar al Ahmasi, dari al-A’masy, dari Ibrahim at Taimi, dari al-Harits bin Suwaid, dari Ali bin Abi Thalib r.a. Al Hakim tidak menghukum kedudukan riwayat ini, namun adzDzahabi mengatakan, ”Hushain ini tidak tentu (dipertanyakan), sedangkan Yahya al Himani tidak dapat diandaikan.” Menurut saya, Hushain ini bahkan pendusta, seperti yang ditegaskan oleh Ibnu Harrasy dan lainnya. Ibnu Hibban pun telah menyatakan bahwa Hushain terbukti telah meriwayatkan hadits hadits maudhu. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 544 |
128 | 12/09/2018 14:31:25 | من غش العرب لم يدخل في شفاعتي، ولم تنله مودتي | Barangsiapa menipu (mengkhianati) bangsa Arab, maka bukanlah termasuk orang-orang yang akan mendapat syafaatku dan tidak pula memperoleh kecintaanku. | Utsman bin Affan ra | Bab Adab, Bab Kelebihan, Bab Syafaat | Menipu Arab, Syafaat Nabi, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh at Tirmidzi (IV/ 376) dan Imam Ahmad (nomor hadits 519), dengan sanad dari Hushain bin Umar, dari Mukhariq bin Abdullah, dari Thariq bin Syihab, dari Utsman bin Affan r.a. Dalam hal ini Tirmidzi mengatakan, ”Ini riwayat gharib, yang tidak kami kenali sanadnya kecuali dari Hushain bin Umar, sedangkan ia di kalangan ahli ilmu hadits dinyatakan tidak kuat.” Menurut saya, dia bahkan dikenali sebagai pendusta besar. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 545 |
129 | 12/09/2018 22:49:22 | للإمام سكتتان، فاغتنموا القراءة فيهما بفاتحة الكتاب | Bagi imam dua kali saktah (diam sejenak). Karena itu manfaatkanlah kedua kesempatan itu untuk membaca surat al-Fatihah. | Abdul Rahman bin Auf ra | Bab Kelebihan, Bab Solat | Baca Fatihah, Solat, Imam, | Tiada sumber asalnya | Hadits ini tidak ada sumber aslinya yang marfu'. Namun telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam ”Bab al-Qira`ah” (hlm. 33), dengan sanad dari Abu Salamah bin Abdir Rahman bin Auf. Bukhari menyatakan, ”Sanad ini mauquf.” Menurut saya, sanadnya adalah hasan (baik). Namun, meski berbagai riwayat telah dikeluarkan oleh (hampir) seluruh ahli hadits, ternyata seluruh sanad itu pada prinsipnya mauqufat para sahabat. Mengenai bacaan makmum di belakang imam ini telah saya uraikan secara detail dan saya sertakan pula hadits-hadits sahih yang berkenaan dengannya dalam kitab Sifat-Sifat Shalat Nabi Saw yang telah saya terbitkan. Di dalam kitab tersebut tampak riwayat yang tidak sahih dari yang sahih, termasuk riwayat riwayat mauquf yang dijadikan landasan oleh sebagian pentaklid buta terhadap mazhabnya, yang tidak mau mendengar kebenaran, sekalipun amalan mereka nyata nyata telah bertentangan dengan nash-nash shahih (jelas dan nyata kuatnya). Adapun di antara yang menjadi pegangan mereka adalah hadits berikut ini. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 546 |
130 | 13/09/2018 06:42:58 | كان للنبي صلى الله عليه وسلم سكتتان، سكتة حين يكبر، وسكتة حين يفرغ من قراءته | Adalah bagi Rasulullah saw. melakukan dua saktah (diam sejenak) dalam shalatnya. Saidah ketika usai bertakbir dan saktah seusai dari bacaannya. | - | Bab Solat | Dua Saktah dalam Solat, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam ”qu al-Qira`ah”, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad dari al-Hasan al-Bashri, dari Samrah bin Jundub. Sanad riwayat ini dha’if. Hal ini dinyatakan oleh ad-Daruquthni dalam sunannya (hlm. 138), ia menyebutkan kelemahannya, yaitu terputus sanadnya. Ia juga berkata, ”Oleh kalangan muhadditsin, al-Hasan diragukan mendengarnya secara langsung dari Samrah bin Jundub, karena al-Hasan dikenal hanya sekali saja mengambil hadits dari Samrah bin Jundub, yaitu hadits yang menjelaskan tentang akikah.” Menurut saya, bahkan di kalangan muhadditsin --sekalipun yang tinggi martabat kedudukan ilmunya-- al-Hasan dikenali sebagai pencampur aduk rawi (istilah dalam ulumul-hadits disebut mudallas -Penj). Selain itu, riwayat ini juga mempunyai kelemahan lain, yaitu idhthirah (tidak pasti) matannya. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa saktah kedua adalah setelah usai membaca (maksudnya, al-Fatihah maupun surat), sedangkan dalam riwayat kedua (yang lain) saktah kedua adalah setelah usai membaca al-Fatihah dan pada riwayat lain saktahnya adalah seusai membaca al-Fatihah dan seusai membaca surah ketika hendak melakukan rukuk. Jadi, bila pembaca telah mengetahui akan kelemahan riwayat tersebut, maka hendaknya jangan menganggap ucapan siapa pun yang menyatakannya sebagai hadits hasan. Karena itulah Abu Bakar alJashshash menegaskan, ”Hadits ini tidaklah mantap kepastiannya.” Satu hal yang perlu saya tegaskan di sini ialah bahwa bila kita telah mengetahui martabat hadits ini (no. 547), maka tidaklah benar apa yang dipahami oleh ulama mazhab Syafie yang meng-ishtihbabkan berdiamnya imam sejenak sekadar memberi kesempatan para makmum membaca surat al-Fatihah. Alasannya sebagai berikut: 1. Riwayat ini sanadnya dhaif. 2. Matan (lafazh redaksi)-nya mudhtharib (tidak pasti). 3. Yang benar adalah saktah sejenak setelah usai membaca surah alFatihah dan suraj. Jadi, bukan hanya setelah usai membaca surat al-Fatihah. 4. Kalaupun sebagai misal-kita anggap benar saktah itu setelah usai membaca al-Fatihah, maka tidaklah terlalu lama hingga para makmum dapat membaca surat al-Fatihah. Karena itulah, sebagian peneliti menyatakan bahwa saktah panjang adalah bid'ah. Syekhul Islam lbnu Taimiyah di dalam kitab al-Fatawa-nya (II 146-147) mengatakan sebagai berikut, ”Dalam mazhab Imam Ahmad tidaklah disukai bagi imam untuk melakukan saktah agar sang makmum dapat membaca surat al-Fatihah. Namun, meskipun demikian sebagian sahabat beliau menyukainya. Sangatlah maklum, apabila memang Rasulullah saw melakukan demikian, maka pastilah akan ada banyak riwayat sahih yang diriwayatkan oleh para sahabat ridhwanullahi ’alaihim. Tetapi, ketika ternyata tidak ada satu pun dari para sahabat baginda saw yang meriwayatkannya, berarti baginda saw memang tidak melakukannya.” Syekhul Islam menambahkan, ”Selain itu, tidak ada satu pun riwayat dari para sahabat beliau saw yang menunjukkan bahwa mereka melakukan demikian. Satu hal yang sangat mendasar dalam masalah ini ialah bahwa kalau amalan seperti ini merupakan atau termasuk ajaran syar'i, maka pasti para sahabatlah orang-orang yang paling pertama mengetahui dan mengenalinya dibandingkan lainnya, termasuk kita semua. Jadi, karena hal itu tidak terbukti, maka pastikanlah bahwa amalan demikian merupakan bid'ah.” Demikian apa yang diutarakan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahi`mahullah. Bagi yang ingin mengetahuinya secara lebih detail dan tepat silakan merujuk pada kitab Fatwanya, atau dapat juga dibaca dalam kitab karva saya Sifat-sifat Shalat Nabi Saw. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 547 |
131 | 13/09/2018 06:48:59 | لئن أظهرني الله عليهم (يعني كفار قريش الذين قتلوا حمزة) لأمثلن بثلاثين رجلا منهم | Kalau saja Allah SWT berkenan memenangkan kami atas mereka (yakni kaum Quraisy yang membunuh Hamzah), sungguh akan saya perlakukan tiga puluh orang dari mereka secara sadis. | - | Bab Peperangan | Quraisy, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam kitab sirahnya dengan sandaran sanad dari sebagian sahabatnya dari Atha bin Yasar. Al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan dan menyatakan kedhaifannya, ”Sanad riwayat ini mursal dan di dalamnya terdapat perawi sanad yang tidak disebutkan. Tetapi ada diriwayatkan dengan sanad lain yang muttashil (bersambung).” Menurut saya, sanad yang tersambung itu juga terdapat kelemahan (dhaif), seperti yang akan saya sebutkan berikut ini. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 548 |
132 | 13/09/2018 06:55:34 | لئن ظفرت بقريش لأمثلن بثلاثين رجلا منهم، فأنزل الله عز وجل في ذلك: (وإن عاقبتهم فعاقبوا) إلى قوله: (يمكرون) | Kalau saja kami menang atas orang-orang Quraisy, sungguh akan aku perbuat pada tiga puluh orang dari mereka, seperti apa yang mereka perbuat (terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib r.a.) Maka Allah pun kemudian menurunkan ayat: 'Dan jika kamu memberikan balasan maka balaslah dengan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. (an-Nahl: 126). | Ibnu Abbas ra | Bab Hukuman, Bab Peperangan | Jika Allah beri kemenangan atas Quraisy, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani (III / 107), dengan sanad dari Ahmad bin Ayyub bin Rasyid al-Bashri, dari Abdul A'la, dari Muhammad bin Ishaq, dari Muhammad bin Ka`ab alQurzhi dan al-Hakam bin Utaibah, dari Muqsiin dan Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. Menurut pendapat saya, sanad riwayat ini dhaif. Al Haitsami mengatakan, ”Dalam sanadnya terdapat Ahmad bin Ayyub bin Rasyid, sedangkan dia dhaif.” Hadits serupa telah diriwayatkan juga oleh al-Mahamli dalam kitab al-Amali (VII/No.2), dengan sanad dari Abdul Aziz bin Imran, dari Aflah bin Said, dari Muhammad bin Ka’ab, dari Ibnu Abbas r.a. Sanad ini bahkan sangat dhaif. Al-Hafizh mengatakan, ”Abdul Aziz bin Imran adalah seorang perawi yang ditinggalkan riwayatnya oleh kalangan ulama ahli hadits. Seluruh kitab yang dimilikinya telah terbakar, kemudian orang-orang mengambil hadits dan menghafal darinya, maka makin besarlah kesalahannya.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 549 |
133 | 13/09/2018 07:05:07 | رحمة الله عليك إن كنت ما علمت لوصولا للرحم، فعولا للخيرات، والله لولا حزن من بعدك عليك لسرني أن أتركك حتى يحشرك الله من بطون السباع - أو كلمة نحوها - أما والله على ذلك لأمثلن بسبعين كمثلتك. فنزل جبريل عليه السلام على محمد صلى الله عليه وسلم بهذه السورة وقرأ: (وإن عاقبتهم فعاقبوا بمثل ما عوقبتم به) إلى آخر الآية، فكفر رسول الله صلى الله عليه وسلم (يعني عن يمينه) ، وأمسك عن ذلك | Semoga rahmat Allah terlimpah kepadamu, kalau saja aku tidak tahu bahwa engkau adalah penyambung silaturahmi, dan senang melakukan kebaikan, demi Allah, kalau saja bukan karena kesedihan {belasungkawa) sesudahmu kepadamu, pastilah akan aku biarkan engkau, hingga Allah membangkitkanmu kembali dari dalam perut binatang buas (atau ucapan yang semisalnya). Adapun yang demikian, demi Allah aku akan melakukan penyiksaan terhadap tujuh puluh orang seperti yang menyiksamu secara sadis." Kemudian turunlah Jibril a.s. kepada Rasulullah saw dan membacakan kepada baginda ayat ini: ’Dan jika kamu memberikan balasan maka balaslah dengan yang ditimpakan kepadamu hingga akhir ayat (an-Nahl: 126). Karena itu Rasulullah saw. kemudian membayar kafarat ( denda) atas sumpahnya itu, dan mengurungkan tekadnya untuk membalas dendam (atas kematian Hamzah dan perbuatan sadis terhadap mayatnya). | Abu Hurairah ra | Bab Adab, Bab Hukuman, Bab Peperangan | Rahmat, Belasungkawa, Balas Dendam, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar Asy Syafi'iy dalam kitab ”al-fawaaid”, dan juga oleh Al-Haakim III 197, dengan sanad dari Shaaleh Al-Marriy dari Sulaiman At Taymiy dari Abi Utsmaan An Nahdiy dari Abu Humyrah r.a. Al Haakim tak menjelaskan kedudukan hadits tersebut, namun Adz Dzahabi mengomentarinya seraya berkata: Shaaleh adalah ngambang. Ibnu Katsiir mengatakan: Dalam riwayat ini sanadnya adalah dha’if. Sebab Shaaleh, yaitu Ibnu Basyiir Al Marriy di nyatakan dhaif oleh kalangan muhadditsin. Menurut saya, pernyataan dhaif juga diutarakan oleh al Haitsami dalam kitabnya, al-Majma’ az-Zawa’id (VI 119). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 550 |
134 | 13/09/2018 14:01:01 | جلس صلى الله عليه وسلم على مرفقة حرير | Rasulullah saw pernah duduk bersandarkan bantal yang terbuat dari sutra. | - | Bab Perhiasan | Bantal Sutra, | Tiada sumber asalnya | Inilah yang ditegaskan oleh al Hafizh az Zaila’i dalam kitab Nashabur-Rayah (IV / 227). Hadits ini dijadikan landasan oleh mazhab Hanafi untuk membolehkan memakai sutra bagi kaum laki laki, seperti yang diutarakan oleh penulis kitab al-Hidayah. Menurut saya, cukuplah menyatakan kemungkaran riwayat tersebut dengan alasan karena bertentangan dengan hadits sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Ashabus Sunan lainnya, dengan sumber sanad dari Hudzaifah r.a., ia mengatakan, ”Rasulullah saw telah melarang kita untuk makan dan minum dengan menggunakan tempat (gelas dan piring) yang terbuat dari emas dan perak. Beliau juga melarang kita menggunakan pakaian yang terbuat dari sutra dan melarang kita untuk duduk duduk di atasnya.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 552 |
135 | 13/09/2018 14:11:07 | عادي الأرض لله وللرسول، ثم لكم من بعد، فمن أحيا أرضا ميتة فهي له، وليس لمحتجر حق بعد ثلاث سنين | Kembalikanlah hak pemilikan kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian barulah bagi kalian. Siapa saja yang menghidupkan tanah mati (tanah tidak bertuan), maka baginyalah hak kepemilikannya. Dan tidak ada hak bagi orang yang memagarinya setelah tiga tahun (tanpa digarap). | Umar al Khattab ra | Bab Dunia dan Keduniaan, Bab Harta | Tanah Pemilikan, | Munkar | Hadits ini munkar, dengan lafazh seperti ini. Telah dikeluarkan oleh Abu Yusuf dalam kitab al Kharaj (hlm. 77), dengan sanad dari Laits dari Thawus. Menurut saya, sanad riwayat ini dhaif, dikarenakan adanya tiga kelemahan: 1. Sanadnya mursal. Sebab Thawus adalah tabi'in. 2. Lemahnya Laits, yang nama lengkapnya adalah Laits bin Abi Sulaim, seperti telah saya kemukakan di bagian awal. 3. Abu Yusuf ada kedhaifannya dalam segi hifizh-nya. AlFalas berkata, ”Ia termasuk orang yang benar dan dapat dipercayai, namun banyak melakukan kesalahan.” Selain itu, ia dinyatakan dha’if oleh Bukhari dan yang lainnya. Tetapi dinyatakan tsiqah (dapat dipercayai) oleh Ibnu Hibban dan lainnya. Wallahu a’lam. Menurut saya, yang sahih sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah saw hanyalah kalimat ”man ahyaa ardhan maitah fahiya lahu”. Kalimat ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Daud, dan lainnya. Sedangkan tambahannya (yakni selain kalimat ini) sebagian ada yang sahih sanadnya, namun mauquf (terhenti) sampai kepada Umar bin Khattab r.a. Yaitu, bagian pertama dari matan riwayat ini ”'aadiyyul-ardha lillaahi walir-rasuuli tsumma lakum min ba’dihi faman ahyaa ardhan..” tanpa susunan kalimat terakhir. Kemudian, selain sanad yang sampai kepada Umar adalah dhaif, juga dikarenakan adanya beberapa perawi sanad yang berbeda-beda. Ada yang dhaif dan cukuplah dhaifnya riwayat ini dikarenakan mursalnya sanad tersebut. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 553 |
136 | 13/09/2018 14:18:06 | إن حادينا نام فسمعنا حاديكم فملت إليكم، فهل تدرون أنى كان الحداء؟ قالوا: لا والله، قال: إن أباهم مضر خرج إلى بعض رعاته، فوجد إبله قد تفرقت، فأخذ عصا فضرب بها كف غلامه، فعدا الغلام في الوادي وهو يصيح: يا يداه يا يداه! فسمعت الإبل فعطفت عليه، فقال مضر: لواشتق مثل هذا لانتفعت به الإبل واجتمعت، فاشتق الحداء | Sesungguhnya penggembala kami tengah tidur, dan kami mendengar suara (nyanyian) penggembala kalian, karena itu aku mendatangi kalian. Apakah kalian mengetahui dari mana nyanyian itu?” Mereka menjawab, "Tidak, demi Allah." Baginda bersabda, ”Sesungguhnya tuan mereka dari kabilah Mudhar, suatu ketika mendatangi tempat penggembalaan, maka ia mendapati unta-untanya telah berpencar di sana-sini. Ia pun kemudian mengambil tongkat seraya memukulkannya pada tangan budaknya. Sang budak berlari sambil mengaduh kesakitan di suatu lembah, 'Aduh tanganku, aduh tanganku.' Unta-unta tadi mendengar aduhan itu dan merasa hiba padanya." Berkatalah orang itu (yakni dari kabilah Mudhar), "Kalau menyanyi separo saja seperti itu tentu dimanfaatkan oleh unta~unta dan berkumpul, lalu anak penggembala itu nyanyi separo (suara). | - | Bab Dunia dan Keduniaan, Bab Pekerjaan, Bab Sirah Nabi | Nyanyian Pengembala, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitab Talbis Iblis (hlm. 238), dengan sanad dari Abul Bukhturi Wahb, dari Thalhah al-Makki, dari sebagian ulama mereka. Menurut saya, riwayat ini di samping mursal (apa vang disandarkan seorang tabi'in kepada Rasulullah saw tanpa menyertakan sahabat. Misalnya, seorang tabi’in mengatakan "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, atau Rasulullah saw bersabda" -Penj.) sanadnya pun palsu (maudhu). Yang tertuduh dalam riwayat ini adalah Abul Bukhturi. Ibnu Muin mengatakan, ”Ia termasuk pendusta besar, dan merupakan musuh Allah.” Sementara itu, Imam Ahmad menyatakan tentang Abul Bukhtuti "yang nama aslinya Wahb bin Wahbin al-Madani sebagai berikut, ”Dia telah memalsukan sejumlah hadits palsu.” Kemudian, yang palsu dalam riwayat ini seluruhnya kecuali susunan matan pada awalnya. Sebab yang ini mempunyai riwayat penguat, meskipun sanadnya mursal. Demikianlah apa yang dinyatakan Ibnu Sa’d dalam kitabnya ath-Thabaqat al-Kubra (II /hlm 1). Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 554 |
137 | 13/09/2018 22:26:28 | من فقه الرجل المسلم أن يصلح معيشته، وليس من حبك الدنيا طلب ما يصلحك | Termasuk pengetahuan seorang muslim adalah membaguskan penghidupannya. Dan bukanlah termasuk mencintai keduniaan, apa-apa yang engkau cari demi kemaslahatan dan kebaikanmu. | Ibnu Umar ra | Bab Dunia dan Keduniaan | Keduniaan, | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi (I/ 175), dengan sanad dari Said bin Sinan, dan Abuz Zahiriyah, dari Abu Syajarah, dari Abdullah bin Umar r.a. Ibnu Adi berkata, ”Hampir seluruh riwavat Said bin Sinan tidak terjaga.” Menurut saya, dalam kitab at-Taqrib disebutkan sebagai berikut: ”Riwayatnya ditinggalkan. Bahkan oleh ad-Daruquthni dan lainnya dia dituduh sebagai pemalsu hadits.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 555 |
138 | 14/09/2018 06:43:23 | من فقه الرجل رفقه في معيشته | Termasuk pengetahuan seseorang adalah berlaku berhati-hati dalam penghidupannya (membaikkan mata pencariannya). | Abu Darda ra | Bab Dunia dan Keduniaan, Bab Pekerjaan | Harta pencarian, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad (V /194}, Ibnu Adi (II /37), Ibnu Asakir (I /375), dan lainnya, dengan sanad dari Abu Bakar bin Abi Maryam, dari Dhamrah bin Hubaib, dari Abud Darda r.a. Ibnu Adi mengatakan, ”Riwayat Abu Bakar banyak diwarnai dengan hadits-hadits gharib (asing), dan sedikit sekali disepakati oleh para perawi kuat. Selain itu, dia pun termasuk deretan perawi sanad yang tidak dapat dijadikan landasan, namun riwayatnya dikutip para perawi.” Menurut saya, di samping itu sanad riwayat ini juga terputus. Sebab Dhamrah tidak terbukti telah mendengar langsung dari Abud Darda, seperti yang dinyatakan oleh adz-Dzahabi. Karena jarak antara wafatnya Abud Darda dengan Dhamrah lebih dari seratus tahun. Selain itu, dalam riwayat serupa terdapat juga para perawi sanad yang berbeda-beda. Ada yang tertuduh sebagai pendusta, seperti Said bin Sinan. Sedangkan yang lainnya tergolong dhaif, dikarenakan adanya Faraj bin Fadhalah. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 556 |
139 | 14/09/2018 06:49:06 | خذوا من القرآن ما شئتم لما شئتم | Ambillah (kegunaan) dari alQuran apa yang kalian kehendaki, untuk (keperluan) yang kalian kehendaki. | - | Bab Kelebihan, Bab Quran | Ambil dari Quran, | Tiada sumber asalnya. | Riwayat ini tidak ada sumber aslinya. As-Sayid Rasyid Ridha dalam al-Manar (jld. 28, hlm. 660) mengatakan, ”Saya tidak menemui penjelasan sesuatu apa pun dalam kitab-kitab hadits.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 557 |
140 | 14/09/2018 07:13:16 | ليس بكريم من لم يتواجد عند ذكر الحبيب | Bukanlah termasuk orang yang mulia barangsiapa yang tidak bergembira ketika mengingati orang yang dicintainya. | - | Bab Adab, Bab Kelebihan | Mulia, Bergembira, | Palsu | Telah disebutkan oleh Muhammad bin Thahir al-Maqdasi dalam kitab Shafwatut~Tashawwuf. Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Hadits ini maudhu’ (palsu) seratus persen, seperti yang disepakati oleh seluruh pakar ilmu hadits. Karena ucapan seperti ini sudah dapat dipastikan keluar dari mulut seseorang yang tidak mengerti sama sekali tentang keadaan Rasulullah saw dan para sahabatnya serta orang-orang yang sesudahnya dalam memahami iman dan Islam.” Saya telah mencarinya di dalam kitab Shahaatut-Tashawwuf itu, tetapi saya tidak menjumpai riwayat tersebut. Hanya saja disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar dalam Lisanul-Mizan dan menyebutkan keberadaan riwayat ini ada dalam kitab lain yakni as-Sima’. Dalam kitab al-Awarif dirincikan sanadnya, yaitu dari Abu Bakar Ammar bin Ishaq, dari Said bin Amir bin Syu'bah, dari Abdul Aziz bin Shuhaib, dari Anas r.a. Ternyata, sumber kelemahan riwayat ini adalah Ammar bin Ishaq. Adz-Dzahabi mengatakan, ”Pemalsu kisah ini adalah Ammar bin Ishaq. Sedangkan yang lainnya kuat.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 558 |
141 | 14/09/2018 07:20:24 | كان يقرأ في صلاة المغرب ليلة الجمعة (قل يا أيها الكافرون) ، و (قل هو الله أحد) ، ويقرأ في العشاء الآخرة ليلة الجمعة (الجمعة) ، و (المنافقين) | Rasulullah saw pada setiap shalat magrib malam Jumaat membaca surat 'qul yaa ayyuhal-kaafirun dan 'qul huwallaahu ahad', sedang kan pada shalat isya baginda saw membaca surat 'al-Jumu'ah dan ”al-Munafiqun. | - | Bab Solat | Surah Al Ikhlas, Al Kaafirun, Al Jumu'ah, Al Munafiqin, | Sangat lemah | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Hibban (hlm. 552) dan al Baihaqi (II /391). Bagian pertamanya bersanad dari Said bin Sammak bin Harb, dari Abi Sammak bin Harb, dari Jabir bin Samrah. Menurut saya, ini merupakan sikap plin-plan Ibnu Hibban. Sebab, dari satu segi ia mengetahui ke-mursal-an sanad ini dan menjelaskan ketidaksahihan tersambungnya sanad itu kepada Jabir bin Samrah. Namun, di segi lain ia kemukakan riwayat ini dalam sahihnya dengan sanad yang bersambung (maushul). Selain itu, kelemahan riwayat ini ada pada Said bin Sammak. Ibnu Abi Hatim mengatakan, ”Orang ini ditinggalkan riwayatnya. Inilah jawaban dari ayahku ketika aku menanyakannya." | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 559 |
142 | 14/09/2018 07:34:02 | كان يصلي في شهر رمضان في غير جماعة بعشرين ركعة والوتر | Rasulullah saw melakukan shalat pada bulan Ramadhan --tidak berjamaah--sebanyak dua puluh rakaat dan witir. | Ibnu Abbas ra | Bab Solat | Solat Tarawih berjamaah, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syibah dalam aI-Mushannif-nya (II/ 90), Abdun bin Humaid dalam kitab alMuntakhah minal-Musnad (I / 73), ath-Thabrani dalam alKabirnya (II / 148), dan lainnya. Semuanya dengan sanad dari Abu Syibah Ibrahim bin Utsman, dari al-Hakam, dari Muqsim, dari Ibnu Abbas ra. Kemudian ath-Thabrani mengatakan, ”Tidak ada yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a kecuali hanya dengan sanad ini.” Menurut saya, al-Haitsami dalam kitab al-Mujma' az-Zuwa'id (III / 172) menyatakan bahwa Abu Syibah adalah dhaif. Sedangkan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul-Bari (IV / 205) mengatakan, ”Sanad riwayat ini dhaif.” Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh al-Hafizh Zaila'i dalam kitab Nashabur-Rayah (ll / 153). Bahkan, ia menambahkan pengingkarannya dari segi matan dan mengatakan bahwa riwayat tersebut bertentangan dengan hadits sahih dari Aisyah dan Jabir r.a. yang diriwayatkan oleh Syaikhani. "Rasulullah saw melakukan shalat pada bulan Ramadhan dan pada bulan lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat". Karena itulah al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, ”Mengenai hal ini Aisyah lebih mengetahui tentang keadaan beliau saw baik pada siang hari maupun malamnya.” Selain itu, masih banyak sederetan hadits sahih yang bertentangan dengan hadits ini (hadits no. 560). Berkaitan dengan ini, ada satu hal yang perlu diberikan perhatian secara khusus, yaitu bahwa hadits Aisyah dan Jabir menunjukkan akan perlunya melakukan shalat tarawih berjamaah dengan hanya sebelas rakaat, termasuk shalat witirnya. Bagi yang berkeinginan mengetahui masalah ini lebih detail, silakan merujuk buku yang berjudul Audhahul-Bayaan fii Maa Tsabata fis-Sunnati fii Qiyaamir-Ramadhan, karangan al-Ustadz Nasib ar-Rifa'i. Kitab tersebut memang mendapat sanggahan dari para pembela shalat tarawih dua puluh rakaat. Para penyanggah ini menerbitkan buku dengan judul al-Ishabah fil-Intishar lil-Khulaafa’ ar-Rasyidin wash-Shahabah. Namun, kitab ini banyak sekali memuatkan hadits-hadits dhaif, bahkan ada yang maudhu). Sanggahan inilah yang menggugah hati saya untuk menulis risalah sangat sederhana dengan tujuan menangkis sekaligus mengingatkan mereka yang membela pendapat bahwa shalat tarawih adalah dua puluh rakaat. Risalah tersebut saya beri judul Tasdiid al-Ishabah ilaa Man Za’ama nushratul-Khulafa’ ar-Rasyidin wash-Shahabah. Inilah barangkali yang perlu saya utarakan berkenaan dengan hadits-hadits maudhu di atas. Mudah mudahan bermanfaat, khususnya bagi pencari kebenaran. Wallahu waliyyut-taufiq. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 560 |
143 | 14/09/2018 20:18:11 | إن الله لم يأذن لمترنم بالقرآن | Sesungguhnya Allah SWT tidak mengizinkan untuk melagukan AIQuran. | - | Bab Quran | Melagukan Quran, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu 'jam al-Ausath, dengan sumber sanad dari Jabir. Al Haitsami dalam al-Majma az-Zawaid (VII / 170) mengatakan: ”Dalam sanad riwayat ini terdapat perawi bernama Daud asy-Syadzkuni. Dia adalah pendusta”. Menurut saya, satu dalil saja sebenarnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa riwayat ini palsu. Yaitu bahwa riwayat ini bertentangan dengan hadits-hadits sahih. Bagi yang ingin mengetahui lebih detail, silakan merujuk kitab saya, Sifat Shalat Nabi Saw. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 561 |
144 | 15/09/2018 07:06:59 | كان يمكن جبهته وأنفه من الأرض، ثم يقوم كأنه السهم لا يعتمد على يديه | Rasulullah saw. ketika bershalat selalu memantapkan dahi dan hidungnya menempel pada tanah, kemudian berdiri dengan cepat seperti anak panah, tanpa bersandar pada kedua tangannya. | Muaz bin Jabal ra | Bab Solat | Dahi, sujud, | Palsu | Al-Haitsami dalam al-Mujma’ az-Zawa’id (Il / 135) mengatakan, ”Hadits ini telah diriwayatkan oleh athThabrani dengan sumber sanad dari Mu`adz bin Jabal r.a. Sedangkan dalam sanadnya terdapat al-Khashib bin Jahdar yang dikenali oleh para ahli hadits sebagai pendusta.” Menurut saya, riwayat ini jelas sekali kedustaannya, disebabkan sangat bertentangan dengan dua belas hadits sahih yang diriwayatkan oleh seluruh Ashabus-Sunan. Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut, silakan merujuk kitab Sifat Shalat Nabi Saw. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 562 |
145 | 15/09/2018 07:13:29 | ادفنوا موتاكم وسط قوم صالحين، فإن الميت يتأذى بجار السوء، كما يتأذى الحي بجار السوء | Kuburlah mayat-mayat kalian di tengah-tengah kaum Solihin, karena sesungguhnya mayat itu akan terganggu oleh tetangga yang jahat, sebagaimana orang yang hidup terganggu oleh tetangga yang buruk. | Abu Hurairah ra | Bab Jenazah | Mayat, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Qadhi Abu Abdillah al-Falaki dalam kitab alFawaaid (I / 91) dan Abu Naim dalam alHuliyyah (VI / 354), dengan sanad dari Sulaiman bin Isa, dari Malik bin Anas, dari pamannya yaitu Abu Suhail, dari bapaknya, dari Abu Hurairah r.a. Abu Naim berkata, ”Ini merupakan hadits yang asing dari riwayat Malik bin Anas yang tidak dikenal muhadditsin kecuali hanya sanad ini.” Menurut saya, di samping itu Sulaiman bin Isa adalah pendusta terulung seperti telah banyak saya utarakan sebelumnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 563 |
146 | 15/09/2018 07:19:44 | الفقر أزين على المؤمن وأحسن من العذار على خد الفرس | Kefakiran lebih indah bagi seorang mukmin dan lebih baik daripada tali kendali yang melekat pada pipi kuda. | - | Bab Harta, Bab Kelebihan | Kebaikan Fakir, | Lemah | Hadits ini dha'if yang mempunyai banyak sanad. Dalam sanad pertama, terdapat perawi bernama Ibnu An’am yang oleh Ibnu Hibban dinyatakan sebagai pemalsu. Dalam sanad yang kedua, terdapat perawi sanad yang bernama Ibnu Ammar. Oleh ad Daruquthni dikatakan, ”la termasuk perawi sanad yang tidak diterima riwayatnya. Bahkan oleh penulis kitab al Mizan dinyatakan sebagai perawi mungkar. Sedangkan dalam sanad yang ketiga terdapat nama Syadad bin Aus, dan diriwayatkan oleh ath Thabrani. Kemudian al Hafizh al Iraqi mengatakan, ”Yang dikenali oleh kalangan muhaddits adalah bahwa riwayat ini merupakan ucapan Abdur Rahman bin Ziad bin An’am (Ibnu An’am) sang pendusta/pemalsu.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 564 |
147 | 15/09/2018 07:26:13 | من اتخذ مغفرا ليجاهد به في سبيل الله غفر الله له، ومن اتخذ بيضة بيض الله وجهه يوم القيامة، ومن اتخذ درعا كانت له سترا من النار يوم القيامة | Barangsiapa mengenakan pakaian perang untuk berperang fi sabilillah, Allah akan mengampuninya; barangsiapa memakai topi baja, Allah akan menjadikan wajahnya cemerlang di hari kiamat nanti; dan barangsiapa menggunakan baju besi, maka akan menjadi pelindung dari api neraka di hari kiamat. | - | Bab Jihad, Bab Peperangan | Pakaian perang, Topi baja, Baju Perisai, | Munkar | Telah dikeluarkan oleh al-Khathib (VII / 128), dengan sanad dari Bisyran bin Abdul Malik al-Baghdadi, dari Abu Abdur Rahman Dahtsam bin Junah, dari Ubaidillah bin Dhirar, dari ayahnya, dari al-Hasan al-Bashri. Al-Khathib berkata, ”Riwayat ini sangat mungkar, selain sanadnya mursal.” Adapun mengenai Ubaidillah bin Dhirar, adz-Dzahabi mengatakan, ”Tidak dapat dijadikan sebagai hujjah, bahkan ia merupakan perawi hadits yang tidak mempunyai kemuliaan.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 565 |
148 | 15/09/2018 07:30:50 | إن لي حرفتين اثنتين، فمن أحبهما فقد أحبني، ومن أبغضهما فقد أبغضني: الفقر والجهاد | Sesungguhnya aku mempunyai dua pekerjaan, barangsiapa mencintainya maka berarti mencintaiku dan barangsiapa membencinya maka berarti membenciku, yaitu kefakiran dan jihad. | - | Bab Harta, Bab Jihad | Jihad, Fakir, | Tiada sumber asal. | Hadits ini tidak ada sumber aslinya. Al-Hafizh al-Iraqi dalam kitab Takhrij al-Ihya (IV / 168) mengatakan, ”Saya tidak temui sumber aslinya.” Menurut hemat saya, riwayat ini sangat mungkar. Yang sahih adalah bahwa baginda saw telah berdoa memohon perlindungan dari Allah akan kefakiran. Lalu, bagaimana mungkin masuk akal bila beliau sangat mencintai kefakiran dan bahkan menganjurkan umatnya agar menjadi fakir?! | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 566 |
149 | 15/09/2018 07:36:51 | خير هذه الأمة فقراؤها، وأسرعها تضجعا في الجنة ضعفاؤها | Sebaik-baik manusia dari umat ini (yakni umat Islam) adalah kaum yang fakir dan yang paling cepat berbaring di surga adalah kaum yang lemah (dhu ’afa). | - | Bab Harta, Bab Kelebihan | Suka Fakir, Dhu'afa', | Tiada sumber asal. | Hadits ini tidak ada sumber aslinya. Al-Hafizh alIraqi dalam kitab Takhrij al-Ihya (IV / 168) mengatakan, ”Riwayat ini tidak saya temui sumber aslinya.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 567 |
150 | 15/09/2018 07:42:56 | من رفع يديه في الصلاة فلا صلاة له | Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka tidak ada shalat baginya. | - | Bab Solat | Angkat Tangan, Solat, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Thahir dalam kitab Tadzkiratul-Maudhua'at (hlm. 87), dan dia berkata, ”Dalam riwayat ini sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Ma’mun bin Ahmad al Harawi, yang dikenal di kalangan muhadditsin sebagai dajjal tukang pcmalsu hadits.” Adapun adz Dzahabi mengatakan, ”Terbukti bahwa Ma’mun bin Ahmad adalah pemalsu hadits yang sangat masyhur.” Pernyataan serupa juga diutarakan oleh hampir seluruh muhadditsin. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 568 |
151 | 15/09/2018 07:52:38 | من قرأ خلف الإمام ملئ فوه نارا | Barangsiapa membaca (al-Fatihah) di belakang imam, maka mulutnya akan dipenuhi dengan api neraka kelak pada hari kiamat. | - | Bab Quran, Bab Solat | Al Fatihah, | Palsu | Kelemahannya sama seperti hadits sebelumnya, iaitu dikarenakan adanya perawi sanad bernama Ma’mun bin Ahmad al Harawi vang dikenal isebagai dajjalnya pemalsu hadits. Inilah yang dinyatakan oleh seluruh muhadditsin, seperti yang dimuat oleh Ibnu Thahir dalam kitabnya, Tadzkiratul-Maudhu'at (hlm. 88). Wallahu a'lam. Menurut saya, masalah membaca al-Fatihah di belakang imam adalah masalah khilafiyah sejak dahulu hingga sekarang. Dan dalam persoalan ini terbagi menjadi tiga pendapat: 1. Mewajibkan membaca surat al-Fatihah, baik pada shalat jahriyah; (dibaca nyaring) ataupun shalat sirriyah (tidak dibaca nyaring). 2. Mewajibkan diam tidak membacanya baik pada shalat sirriyah ataupun jahriyah. 3. Mewajibkan membaca al-Fatihah pada shalat sirriyah dan mewajibkan tidak membacanya pada shalat Jahriyah. Menurut hemat saya, barangkali pendapat yang ketiga inilah yang lebih mendekati kepada kebenaran, sebagai hasil dari menyatukan dalil dan dalih kedua belah pihak, antara mewajibkan membacanya dengan mewajibkan tidak membacanya. Dan pendapat ketiga inilah yang merupakan pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 569 |
152 | 15/09/2018 08:05:51 | يكون في أمتي رجل يقال له محمد بن إدريس أضر على أمتي من إبليس، ويكون في أمتي رجل يقال له أبو حنيفة هو سراج أمتي | Akan ada di kalangan umatku kelak seorang yang bernama Muhammad bin Idris, yang lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Dan akan ada di kalangan umatku seorang bernama Abu Hanifah, ia bagaikan lentera umatku. | Anas bin Malik ra | Bab Kelebihan | Muhammad bin Idris, Abu Hanifah, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya, al-Maudhu'at (I / 457), dengan sanad dari Maimun bin Ahmad as-Sulami, dari Ahmad bin Abdullah al-Juwaibari, dari Abdullah bin Ma’dan al-Uzdi, dari Anas bin Malik r.a. lbnul Jauzi berkata, ”Hadits ini maudhu dan saya tidak tahu secara pasti siapakah di antara kedua dajjal yang memalsukannya, Ma’mun ataukah al-Juwaibari.” Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 570 |
153 | 15/09/2018 21:59:09 | كم من حوراء عيناء ما كان مهرها إلا قبضة من حنطة، أو مثلها من تمر | Berapa banyak wanita yang cantik jelita, namun mahar (yang diterima)-nya tidak lebih dari segenggam gandum, atau yang sepertinya dari buah kurma. | Ibnu Umar ra | Bab Nikah Kahwin, Bab Wanita | Mahar, Segenggam Gandum, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh alUqaili dalam adhDhua'fa (hlm. 13), Ibnul Jauzi dalam kitabnya, al-Maudhu'at (III / 253), dan Ibnu Hibban, semuanya dengan sanad dari Aban bin alMuhbir, dari Nafi dari Ibnu Umar r.a. Dalam mengemukakan riwayat hidup Aban, al-Uqaili berkata, `"Dari perawi-perawi negeri Syam dan mungkar haditsnya.” Sementara Ibnu Hibban mengatakan, ”Telah terbukti meriwayatkan dari perawi-perawi tsiqah (kuat) namun bukan dari hadits-hadits mereka. Tidak pelak lagi bagi orang yang mendalami ilmu ini (yakni ulum-hadits) akan mengetahui bahwa tidak dibenarkan menerima riwayat dari orang seperti dia, apalagi menjadikannya sebagai hujjah. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 571 |
154 | 15/09/2018 22:38:18 | ثلاث من كن فيه أظله الله تحت ظل عرشه يوم لا ظل إلا ظله، الوضوء على المكاره، والمشي إلى المساجد في الظلم، وإطعام الجائع | Tiga hal, bila terkumpul pada seseorang maka pastilah Allah S WT akan menaunginya kelak di hari kiamat di bawah naungan 'Arasy (singgasana)-Nya, ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Melakukan wudhu dari akibat perbuatan yang tidak disenangi, berjalan menuju ke masjid di kegelapan malam dan memberi makan orang yang kelaparan. | Jabir ra | Bab Kelebihan | naungan A'rasy, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Jami’ ash-Shaghir dengan sumber sanad dari Jabir r.a. Menurut saya, dalam hal ini al-Manawi telah lalai karena tidak menghukum hadits ini ketika menjelaskannya di dalam syarah kitab al-jami' ash-Shaghir. Padahal riwayat ini sama seperti yang ada di dalam riwayat Imam Tirmidzi, yang olehnya dinyatakan sebagai riwayat (hadits) maudhu. Jadi, semestinya al-Manawi pun menghukum hadits ini sebagai hadits maudhu. Inilah salah satu kecuaian al-Manawi. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 572 |
155 | 15/09/2018 22:43:14 | من صلى خلف عالم تقي، فكأنما صلى خلف نبي | Barangsiapa shalat di belakang orang alim dan bertakwa, maka seolah-olah ia shalat di belakang Nabi. | - | Bab Iman, Bab Kelebihan, Bab Solat | Solat, Imam bertaqwa, | Tiada sumber asalnya | Hadits ini tidak ada sumber aslinya. Oleh al-Hafizh az-Zaila'i dalam kitabnya, Nashabur-Rayah (II / 26) dinyatakan sebagai hadits gharib (tidak dikenali). Menurut saya, pernyataan seperti itu merupakan kebiasaan alHafizh az-Zaila’i apabila beliau menjumpai hadits yang betderajat ”tidak ada sumber aslinya”, yang beliau tulis di dalam kitab alHidayah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 573 |
156 | 16/09/2018 07:14:13 | إنما يفعل هذا (يعني تقبيل اليد) الأعاجم بملوكها، وإني لست بملك، إنما أنا رجل منكم | Sesungguhnya kebiasaan itu (yakni mencium tangan) merupakan kebiasaan yang dilakukan orang Ajam (non-Arab) terhadap raja rajanya. Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja, aku adalah seorang laki-laki dari kalian. | - | Bab Adab | Cium Tangan, Orang Ajam, | Palsu | Dari segi sanad, hadits ini merupakan bagian dari hadits no. 89 (lihat jilid 1 -Penj). Yang perlu ditekankan dalam persoalan ini adalah adanya banyak bukti tentang hadits sahih yang menjelaskan bahwa sebagian sahabat mencium tangan beliau saw dan beliau tidak mengingkarinya. Hal ini berarti menunjukkan diperbolehkan mencium tangan orang alim. Begitu juga adanya para salat ash-Shalih yang melakukannya kepada ashabul-fadhl dari kalangan ulama mereka. Keterangan lebih lanjut ada di dalam kitab Adabul-Mufrad (Imam Bukhari) dan kitab al-Qublu wul-Mu'anaqah karya Abu Said Ibnul A’rabi (murid Imam Abu Daud). Meskipun demikian, bukan berarti para kiai diperbolehkan untuk menjadikan cium tangan sebagai adat kebiasaan yang harus dilakukan murid-muridnya, atau siapa saja yang biasa menghormatinya --seperti yang lazim dilakukan dewasa ini. Hal seperti ini jelas-jelas bertentangan dengan petunjuk beliau saw. Sebab kebiasaan melakukan cium tangan tidak dilakukan kecuali oleh beberapa sahabat yang jarang menjumpai Rasulullah saw. --karena jarang bertemu, mereka tidak mengetahui secara tepat petunjuk Rasulullah saw yang memang lebih suka untuk berjabat tangan. Oleh sebab itu, tidak ada satu riwayat pun yang mengisahkan para sahabat dekat baginda yang mencium tangan baginda saw termasuk sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Pastikanlah hal ini baik-baik. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 574 |
157 | 16/09/2018 07:19:22 | ما تلف مال في بر ولا بحر إلا بحبس الزكاة | Tidak akan musnah suatu harta di darat maupun di laut kecuali kalau tidak dikeluarkan zakatnya. | - | Bab Harta | Musnah Harta, Zakat, | Munkar | Hadits ini mungkar. Al-Haitsami dalam kitabnya, al-Majmu ’ azZawa’id (III / 63), mengatakan, ”Hadits ini telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani, dan dalam sanadnya terdapat Umar bin Harun yang dinyatakan sangat dhaif.” Menurut saya, Umar bin Harun bahkan dikenal sebagai pendusta, seperti telah banyak saya utarakan pada hadits-hadits terdahulu. Selain itu, hadits ini mempunyai sanad lain, seperti diutarakan oleh Ibnu Abi Hatim dalam alIal (I / 220), di dalamnya terdapat ’Urak bin Khalid yang dinyatakan oleh Abu Hatim sebagai perawi mungkar. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 575 |
158 | 16/09/2018 07:27:50 | إنما أتي داود عليه السلام من النظرة | Sesungguhnya Daud a.s ketika berbuat dosa bermula dari pandangan. | - | Bab Nabi dan Kenabian | Nabi Daud a. s, pandangan mata, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Ali al Ma’dal dalam kitab al-Amali' (1 / 12) dan Abu Naim, dengan sanad dari Abu Ishaq, dari Ibrahim bin Nabith, dari Nabith yang dimarfu'kannya. Dalam hal ini adz Dzahabi mengatakan, ”Sungguh merupakan riwayat yang membahayakan dan Ahmad bin Ishaq tidak boleh dijadikan hujjah dikarenakan ia dikenal oleh muhadditsin sebagai pendusta terulung.” Menurut saya, riwayat ini pasti kemaudhu'annya, seperti telah saya jelaskan dalam hadits no. 312 terdahulu. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 576 |
159 | 16/09/2018 07:33:35 | إذا رأيتم أمتي تهاب الظالم أن تقول له: إنك أنت ظالم، فقد تودع منهم | Jika kalian melihat umatku takut kepada orang zalim untuk mengucapkan kepadanya, 'Anda seorang yang zalim' maka dia terputus dari mereka. | Abdullah bin Umar r. a | Bab Pemimpin | Pemimpin yang Zalim, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad (nomor hadits 6520) dan al Hakim (IV / 96), dengan sanad dari Abu Zubeir dari Abdullah bin Umar r.a. Al Hakim kemudian mengatakan, ”Sahih sanadnya, dan disepakati oleh adz Dzahabi.” Menurut hemat saya, riwayat ini tidak sahih. Sebab Abu Zubeir tidak terbukti telah mendengar langsung dari Ibnu Umar r.a seperti yang ditegaskan oleh Ibnu Muin dan Abu Hatim. Tampaknya al Hakim kemudian menyadari kesalahan pernyataannya itu, hal itu terbukti dengan diriwayatkannya kembali hadits ini pada jilid IV / 445, lalu dia mengatakan, ”Jika Abu Zubeir mendengar langsung dari Ibnu Umar, maka sanad ini adalah sahih.” Selain dari itu, riwayat ini banyak diriwayatkan dengan sanad lain, namun keseluruhannya dhaif. Hampir pada setiap sanadnya terdapat perawi yang dhaif, atau bahkan sebagian di antara mereka ada yang mungkar dan ditinggalkan riwayatnya oleh para ahli hadits. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 577 |
160 | 16/09/2018 07:48:48 | أحبوا العرب وبقاءهم، فإن بقاءهم نور في الإسلام، وإن فناءهم ظلمة في الإسلام | Cintailah keabadian bangsa Arab, karena keabadian mereka merupakan cahaya dalam Islam dan binasanya mereka merupakan kegelapan dalam Islam. | Abu Hurairah r. a | Bab Adab, Bab Bangsa | Bangsa Arab, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam Naskah Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim bin Syarith (1 / 108), dengan sanad dari Abu Ishaq, dari Ibrahim bin Nabith, dari datuknya (Nabith). Menurut saya, naskah (lembar tulisan) tersebut di atas banyak sekali memuat berita bencana. Namun riwayat tersebut mempunyai sanad lain yang diriwayatkan oleh Abu Syeikh dalam "Kitab ats` Tsawab wa fadha`ilul-A'mal”. Sanadnya dari Ahmad bin Muhammad bin al-Ja’d, dari Manshur bin Abi Muzahim, dari Muhammad bin al-Khattab, dari Atha` bin Abi Maimunah, dari Abu Hurairah r.a. Selain itu, telah disebutkan oleh al-Hafizh al-Iraqi dalam kitab Mahajjatul-Qarbi ilaa Mahbbatil-Arabi (II / 5), beliau mengatakan, ”Dalam sanad itu tidak ada yang perlu dicurigai kecuali hanya Muhammad bin 'al-Khattab, yang disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitabnya, alJarh wat-Ta’dil, ketika ditanyaman ayahnya, maka dia menjawab, 'Saya tidak mengenalinya.` Sedangkan al-Uzdi berkata, 'Mungkar haditsnya.” Menurut saya, Muhammad bin al-Khattab inilah yang metiwayatkan hadits serupa, yang saya sebutkan dalam hadits no. 163. Sebenarnya, riwayat ini mempunyai mutaba'ah (rentetan), namun semuanya tidak tertentu dikarenakan perawi-perawinya dikenali oleh kalangan ahli hadits sebagi perawi sangat dhaif. Bahkan Ibnu Hibban menyatakan sebagian perawi sanadnya (maksudnya Abdush Shamad bin Jabir adh-Dhabi) banyak melakukan kesalahan, karena itu tidak dapat dianggap. Wallahu allam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 578 |
161 | 16/09/2018 07:54:17 | هذا أول يوم انتصف فيه العرب من العجم. يعني يوم ذي قار | Hari ini adalah hari pertama bangsa Arab memperoleh keadilan dari 'Ajam (non-Arab}. Yakni hari Dzii Qaar. | - | Bab Bangsa | Arab, Ajam, Dzii Kor, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Qani’ dalam kitab Mu’jam ash-Shahabah (II / 12), dengan sanad dari Sulaiman bin Daud al Manqari, dari Yahya bin Yaman, dari Abu Abdillah at Taimi, dari Abdullah bin al Akhrum, dari ayahnya. Menurut pendapat saya, sanad ini maudhu'. Sebab, Sulaiman bin Daud ini adalah asy Syadzkuni yang dikenal sebagai pendusta. Sedangkan Yahya bin Yaman adalah dha’if. Ringkasnya, riwayat ini mempunyai dua kelemahan: mursal sanadnya dan majhul perawinya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 579 |
162 | 16/09/2018 17:21:08 | ما من امرئ مسلم يرد عن عرض أخيه إلا كان حقا على الله أن يرد عنه نار جهنم يوم القيامة، ثم تلا هذه الآية: (وكان حقا علينا نصر المؤمنين) | Tidaklah seorang muslim yang membela kehormatan saudaranya, kecuali pastilah wajib bagi Allah untuk mencegahnya dari neraka Jahanam pada hari kiamat. Lalu baginda membacakan ayat 'Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman'. (ar-Rum: 47). | Abu Darda r. a | Bab Hak Pembantu | Membela kehormatan, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanad dari Laits, dari Syahr bin Hausyab, dari Ummu Darda, dari Abud Darda. Dengan sanad tersebut, juga diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (III / 436), namun beliau tidak memberikan komentar. Hal seperti ini biasanya disebabkan munculnya kedhaifan di kemudian harinya. Dalam kaitan ini terbukti dengan pernyataan jumhur muhadditsin yang menghukum Syahr bin Hausyab sebagai perawi dhaif. Begitu juga dengan Laits, yaitu Ibnu Abi Sulaim. Kemudian Abdullah bin Abi Ziad, dinyatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya, at-Taqrib, bahwa dia bukanlah perawi kuat. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 580 |
163 | 16/09/2018 17:28:46 | إذا استشاط السلطان تسلط الشيطان | Bila seorang sultan (penguasa) berlaku tidak adil maka yang berkuasa adalah setan. | - | Bab Pemimpin | Sultan, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad (IV / 226) dengan sanad dari Urwah bin Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya yang dimarfukannya. Menurut hemat saya, sanad riwayat ini dha’if disebabkan Muhammad dan ayahnya adalah majhul riwayat hidupnya. Selain itu, tidak ada yang menganggap tsiqah kecuali Ibnu Hibban, berdasarkan kaedahnya yang sangat memudahkan dalam hal memberikan kesaksian ta'dilnya. Dalam hal ini, ketika pada awalnya al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa riwayat yang dibawanya (yakni oleh Urwah bin Muhammad) dapat diterima, maksudnya bila terbukti ada yang ikut menyelusuri beritanya itu. Sedangkan pernyataan Ibnu Hajar mengenai ayah Urwah sebagai perawi ”yang benar”, maka menurut hemat saya bila pernyataan itu dibalikkan justru ianya lebih mendekati kebenaran. Sebab, adz-Dzahabi dalam mengetengahkan biografi ayah Urwah menulis seperti berikut, ”Dalam riwayat hadits ini hanya secara tunggal menerimanya, yaitu Urwah bin Muhammad saja. Bila nyata demikian, lalu bagaimana mungkin dapat diterima dan dinyatakan sebagai perawi yang benar, lebih lebih lagi tidak ada satu pun dari pakar hadits yang membenarkan dan mempercayainya, kecuali hanya Ibnu Hibban, yang jika menurut jumhur muhadditsin pernyataan ta’dil (penguatan dan pembenaran)-nya tidak dianggap? Adapun mengenai Urwah, ia telah banyak yang mengambil dan meriwayatkan darinya beberapa ahli hadits, namun tidak ada satu pun yang menyatakan penguatan terhadapnya kecuali Ibnu Hibban.” Ada satu hal yang perlu untuk diketahui oleh para pembaca berkaitan dengan riwayat ini, yakni jangan sampai terpengaruh atau terkecoh oleh pernyataan alHaitsami yang mengatakan sebagai berikut, ”Hadits ini telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ath-Thabrani, dan seluruh rijal sanadnya dapat dipercaya. Pernyataan tersebut maksudnya adalah dapat dipercayai menurut Ibnu Hibban. Jadi, tetaplah para perawi itu majhul adanya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 581 |
164 | 17/09/2018 06:28:26 | إن الغضب من الشيطان، وإن الشيطان خلق من النار، وإنما تطفأ النار بالماء، فإذا غضب أحدكم فليتوضأ | Sesungguhnya marah itu dari setan. Dan setan itu diciptakan (Allah) dari api. Api itu dapat dipadamkan dengan air, karena itu bila seorang dari kalian sedang marah, maka segeralah berwudhu. | Muawiyah bin Abi Sufyan r. a | Bab Wudhu | Marah, Wudhu, | Lemah | Hadits ini dha’if. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad persis seperti hadits tersebut (hadits nomor 581). Juga telah dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam at-Tarikh, Abu Daud (11/ 287), dan Ibnu Asakir (II / 337). Menurut saya, riwayat tersebut ada dua kemajhulan perawinya, sebagaimana telah saya kemukakan sebelumnya. Selain itu, hadits serupa juga ada diriwayatkan oleh sebagian perawi hadits dengan sumber sanad dari Muawiyah bin Abi Sufyan r.a. Namun dalam sanadnya terdapat banyak sekali rijal sanad yang majhul. Di antara mereka adalah Yasin bin Abdullah bin Urwah yang tidak diketahui biografinya. Kemudian selain Yasin adalah Abdul Majid bin Abdul Aziz yang dikenali dikalangan ulama ahli hadits sebagai perawi sanad yang dha’if. Bahkan Ibnu Hibban sangat tegas dalam mengecamnya, seraya mengatakan: ”Abdul Majid bin Abdul Aziz adalah mungkar sekali riwayatnva, suka memutarbalikkan berita, telah terbukti banyak meriwayatkan kisah-kisah mungkar, karena itu wajib untuk di tinggalkan.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 582 |
165 | 17/09/2018 06:41:34 | أترعون عن ذكر الفاجر؟! اذكروه بما فيه يحذره الناس | Apakah kalian segan untuk menyebut seseorang itu fajir? Utarakanlah keburukannya agar manusia waspada terhadapnya. | - | Bab Agama | Fajir, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh alUqaili dalam kitab adh-Dhua'fa (hlm. 72), Ibnu Hibban (I / 215), Abul Hasan dalam kitab al-Amaalii (I / 245), Ibnu Adi (II / 260), dan lainnya dengan sanad dari al-Jarud bin Yazid, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya. Al-Uqaili berkata, ”Hadits dengan sanad dari Bahz ini tidak ada sumber aslinya dan tidak pula dari lainnya. Bahkan riwayat serupa ini tidak ada satu pun yang menyelidiki dan menelusurinya. Sementara itu, Ibnu Hibban menyatakan seperti berikut, ”Berita tersebut batil, dan semua sanad yang ada tidak bersumber.” Diriwayatkan pula dari Imam Bukhari bahwa beliau mengatakan, ”AlJarud bin Yazid ini munkar riwayatnya. Bahkan Abu Usamah telah menuduhnya sebagai pendusta.” Pernyataan serupa juga diutarakan Abu Hatim seperti yang termaktub dalam kitab alMizan yang dikutip oleh adz-Dzahabi. Karena itulah riwayat hadits ini oleh Ibnu Thahir ditempatkan dalam deretan hadits-hadits maudhu, seperti diutarakannya dalam kitab al-Maudhu'at seraya mengecam dan menyatakan bahwa al-Jarud adalah salah seorang pemalsu hadits. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 583 |
166 | 17/09/2018 06:46:10 | ليس لفاسق غيبة | Tidak berdosa mencaci orang fasik. | - | Bab Agama | Fasik, Tiada Dosa, | Batil | Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam alMu’jam al-Kabir, Abu Syeikh dalam at-Tarikh (hlm. 236), Ibnu Adi (II / 61), dan lainnya. Kesemua sanadnya dari Ja`dabah bin Yahya al-Laitsi, dari Ala bin Bisyr, dari Sufyan, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari datuknya. Menurut hemat saya, sanad riwayat ini sangat dha’if. Ja’dabah telah dinyatakan oleh ad-Daruquthni sebagai perawi sanad yang ditinggalkan tidak diterima oleh jumhur ulama hadits. Sedangkan Ala bin Bisyr dinyatakan sangat dha’if oleh alUzdi. Adapun alManawi telah menukil pernyataan Imam Ahmad dalam mengomentari riwayat di atas seraya mengatakan, ”Ini hadits munkar.” Di samping itu, riwayat ini mempunyai sanad lain yang diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab Akhbar al-Asbaahan (ll 239 240), dan dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Ya’qub yang oleh Abu Naim sendiri dikemukakan biografinya, namun tanpa menyebutkan jarh dan ta'dil atasnya. Sedangkan kelemahan lainnya adalah didapatinya Ibrahim bin Salam yang tidak diketahui riwayat hidupnya atau majhul. AdDaruquthni dan alKhathib mengatakan, "Riwayat ini telah dikeluarkan oleh banyak mushannif (penulis), namun seluruh sanadnya yang beraneka ragam itu batil. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 584 |
167 | 17/09/2018 07:03:27 | من ألقى جلباب الحياء فلا غيبة له | Barangsiapa yang mencampakkan 'jilbab' penutup malu, maka tidaklah berdosa mencacinya. | - | Bab Agama | Jilbab, Dosa, | Sangat lemah | Telah dikeluarkan oleh Isa bin Ali alWazir dalam kitab Sittatul-Majalisi (II / 193), Abul Qasim alMahrawani dalam kitab al-Fawajidul-Munthakhibah (I / 41), alBaihaqi dalam sunannya (I / 220), dan lainnya. Dengan sanad (semuanya) dari Rawwad bin al-Jarrah Abi Isham al-Asqalani, dari Abu Sa’d as-Sa’idi, dari Anas r.a. Kemudian al-Baihaqi mengatakan, ”Sanad riwayat ini tidak kuat.” Saya berpendapat, riwayat ini mempunyai dua kelemahan. Pertama, tentang Rawwad, ia telah dinyatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya at-Taqrib sebagai perawi sanad yang dapat dipercayai (benar) namun pada akhirnya mencampur adukkan hingga akhirnya riwayat yang dibawanya tidak diterima atau ditinggalkan para pakar hadits. Sedangkan haditsnya yang diterima dari Tsaur sangat dha’if. Kedua, tentang Abu Sa'd as-Sa’idi. Adz-Dzahabi dalam kitab al-Mizan mengatakan, ”Ia bukanlah termasuk deretan perawi sanad yang dapat dipercayai.” Lebih jauh adz-Dzahabi mengungkapkan pernyataan Ali bin Ahmad as-Sulaimani tentang Abu Sa`d dan menempatkannya dalam deretan pemalsu. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 585 |
168 | 17/09/2018 14:09:22 | ليس مني ذوحسد ولا نميمة ولا كهانة، ولا أنا منه، ثم تلا هذه الآية (والذين يؤذون المؤمنين المؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبينا) | Bukanlah termasuk dari aku orang yang bersifat pendengki, pengumpat ( penyebar permusuhan ) dan pelaku perdukunan dan aku pun bukan termasuk dari mereka. Kemudian beliau membaca ayat: 'Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (al-Ahzab: 58). | - | Bab Adab, Bab Agama | Pendengki, Pengumpat, pedukun, | Palsu | Telah dikemukakan oleh alHaitsami (VIII / 91) dengan sanad dari Abdullah bin Bisr AlHaitsami mengatakan "Hadits ini telah diriwayatkan oleh ath Thabrani dan dalam sanadnya terdapat Sulaiman bin Salamah al-Khabairi yang dikenali sangat masyhur oleh muhadditsin sebagai perawi yang tidak diterima riwayatnya. Menurut pendapat saya, yang demikian itu disebabkan Sulaiman bin Salamah adalah tertuduh. Ibnul Junaid menyatakan, ”Sungguh Sulaiman bin Salamah itu terbukti telah berdusta.” Kemudian adzDzahabi mengutarakan hadits tersebut dan berkata, ”Ini hadits maudhu.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 586 |
169 | 18/09/2018 06:36:13 | ثلاثة من كن فيه آواه الله في كنفه، وستر عليه برحمته، وأدخله في محبته، من إذا أعطى شكر، وإذا قدر غفر، وإذا غضب فتر | Tiga hal, siapa saja yang memilikinya pastilah Allah akan melindunginya, akan ditutupi kekurangannya dengan rahmat-Nya, dan dimasukkannya ke dalam surgaNya iaitu orang yang bila diberi dia bersyukur, bila mampu untuk membalas (dendam) ia memaafkan, dan bila ia marah maka ia berlaku lunak. | Ibnu Abbas r. a | Bab Adab, Bab Agama | Bersyukur, Dendam, Marah, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam adhDhua'fa (II / 93), al-Hakim (I / 125), dan al-Khathib dalam kitab at-Talkhish (II / 76), dengan sanad dari Umar bin Rasyid, dari Muhammad bin Abdur Rahmaan bin Abi Dzi’b alQuraisyi, dari Hisyam bin Urwah, dari Muhammad bin Ali, dari Ibnu Abbas r.a. Dalam hal ini al-Hakim mengatakan, ”Riwayat ini sahih sanadnya.” Namun, adz-Dzahabi menyanggahnya seraya mengatakan, ”Tidak, sama sekali tidak sahih. Sebab Umar bin Rasyid telah dinyatakan oleh Abu Hatim, 'Saya dapatkan hadits riwayatnya itu dusta belaka.” Menurut saya, julukannya adalah Abu Hafsh alJari, yang menurut Ibnu Hibban, telah dinyatakan, ”Orang ini terbukti telah memalsukan hadits, dan menyandarkan riwayatnya kepada para perawi kuat.” Sungguh tidak dibenarkan untuk menempatkan riwayatnya di dalam kitab, kecuali untuk dikecam! | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 587 |
170 | 18/09/2018 06:41:43 | من دفع غضبه دفع الله عنه عذابه، ومن حفظ لسانه ستر الله عورته، ومن اعتذر إلى الله قبل عذره | Barangsiapa yang menahan kemarahannya, maka Allah akan menahan azab-Nya atasnya, dan barangsiapa yang menjaga lisannya, maka Allah akan menutupi kelemahannya, dan siapa saja yang memohon ampun kepada Allah, maka la pasti menerima pemohonan maafnya. | Anas r. a | Bab Agama | Marah, Menjaga Lisan, memohon Ampun, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Abu Naim dalam kitab Akhbar alAshbahan (II / lll), dengan menggantungkan pada Abdus Salam bin Hasyim, dari Khalid bin Bard, dari ayahnya, dari Anas r.a. Menurut hemat saya, sanad riwayat ini didustakan. Yang tertuduh dalam sanad ini adalah Abdus Salam. Dinyatakan oleh Umar bin Ali al-Falas, ”Sungguh, aku tidak memastikan seseorang sebagai pendusta, kecuali kepadanya itu.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 588 |
171 | 18/09/2018 06:51:41 | لا يحل لثلاثة نفر يكونون بأرض فلاة إلا أمروا عليهم أحدهم | Tidaklah halal bagi tiga orang yang berada di tanah yang tidak bertuan, kecuali haruslah mengangkat seorang diantara mereka menjadi pemimpin. | Abdullah bin Amr r. a | Bab Harta, Bab Pemimpin | Tanah, Angkat pemimpin, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad (nomor hadits 6647), dengan sanad dari Ibnu Luhai'ah, dari Abdullah bin Hubairah, dari Abi Salim al-laisyani, dari Abdullah bin Amr r.a. Menurut pendapat saya, sanad ini dhaif dikarenakan Ibnu Luhai’ah dinyatakan dha’if oleh jumhur muhadditsin. Sedangkan yang paling sahih tentang riwayat serupa adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunannya dan lainnya dengan sumber sanad dari Abu Hurairah r.a. ”Bila tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin." Riwayat Abu Daud ini sanadnya hasan, dan mempunyai banyak kesaksian penguat. Bagi yang ingin mengetahui lebih luas dan lebih detail silakan merujuk kitab al Majma’ (V /255). Di dalamnya tidak terdapat lafazh laa yahillu, namun justru semua riwayat yang ada dengan menggunakan lafazh amar (perintah). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 589 |
172 | 18/09/2018 06:59:34 | من أمر بمعروف فليكن أمره بمعروف | Barangsiapa melakukan amar ma’ruf, maka hendaklah melakukannya dengan ma’ruf. | - | Bab Agama | Ma'aruf, | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh Abul Abbas al-Asham dalam kitab bagian dari hadits-hadits kumpulannya (1/ 193), dan juga oleh Adh-Dhiya dalam kitab al-Muntaqa (1 / 42), dan lainnya, semuanya dengan sanad dari Salam bin Maimun al Khawash, dari Zafir bin Sulaiman, dari al-Mutsanna bin Shabah, dari Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari datuknya. Menurut saya, sanad riwayat ini sangat dha’if. AI Manawi mengatakan, ”Salam bin Maimun telah ditempatkan oleh adz Dzahabi dalam deretan perawi sanad yang lemah” Bahkan Ibnu Hibban mengatakan, ”Tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.” Adapun Abu Hatim menegaskan, ”Seluruh riwayat yang dibawanya tidak layak untuk ditulis apalagi dibukukan.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 590 |
173 | 18/09/2018 15:16:28 | من صلى ركعة لم يقرأ فيها بأم القرآن فلم يصل، إلا وراء الإمام | Barangsiapa shalat dan tidak membaca al-Fatihah, maka ia tak shalat, kecuali bila ia shalat di belakang imam (yakni menjadi makmum). | Jabir r. a | Bab Agama, Bab Solat | Baca Fatihah, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh al-Qadhi Abu Hasan alKhal'i dalam kitab al-Fawa'id (I / 47), dengan sanad dari Yahya bin Salam, dari Malik bin Anas, dari Wahh bin Kisan, dari Jabir r.a. Saya berpendapat, Yahya bin Salam telah dinyatakan dhaif oleh ad-Daruquthni, seperti yang diungkapkan dalam kitab al-Mizan. Yang benar riwayat ini adalah mauquf, seperti diriwayatkan oleh alKhala’i dari aI-Qa’nabi dan Baihaqi. Kemudian, hadits sahih yang berkenaan dengan membaca Ummul Qur'an adalah hadits yang diriwayatkan dengan sumber sanad dari Ubadah bin Shamith, oleh Imam Bukhari dan Muslim tanpa tambahan ”illaa waraa’al-imaam”. Sedangkan mengenai tambahan ini, makna yang benar adalah hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh banyak perawi Ahlus-Sunan dengan berbagai sanad, iaitu sabda beliau ”man kaana lahu imaam, fuqira’atul imaam lahu qiraa'ah” (barangsiapa menjadi makmum, maka bacaan imam baginya merupakan bacaan). Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jelas tentang hadits yang berkenaan dengan masalah bacaan alFatihah bagi makmum, hendaklah merujuk kitab~kitab fikih, dengan berbagai khilafiyah yang ada di dalamnya. Sedangkan bagi yang ingin mengetahui segi tarjihnya, silakan merujuk kitab alFatawa al-Kulim karya Ibnu Taimiyah rahimahullah. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 591 |
174 | 18/09/2018 21:27:29 | أسست السموات السبع والأرضون السبع على (قل هو الله أحد) | Dilandasi bangunan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi atas dasar `qul huwallaahu ahad '. | Anas bin Maik r. a | Bab Kelebihan | Tujuh lapis langit, Bumi, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Abul Hasan alKhala'i dalam al-Fuwa'aid (II / 53), dengan sanad dari Musa bin Muhammad bin Atha, dari Syihab bin Khirasy alHausyabi yang mendengar dari Qaradah, dari Anas bin Malik r.a. Menurut saya, sanad riwayat ini maudhu'. Musa bin Muhammad ini mempunyai julukan ad-Dimyati al~Muqdisi, yang oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitabnya alJarh'u wat-Ta’dili (I / 161) sebagai berikut, ”Saya bertanya kepada ayahku mengenai Musa bin Muhammad, kemudian ayahku menjawab, "Dia adalah pendusta, dan banyak menceritakan riwayat batil!” Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Ibnu Hibban. Bahkan Musa bin Sahl ar-Ramli menyatakan dengan tegas, ”Aku bersaksi atasnya, bahwa dia (yakni Musa bin Muhammad) adalah pendusta,” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 592 |
175 | 19/09/2018 07:22:13 | الجنة تحت أقدام الأمهات، من شئن أدخلن، ومن شئن أخرجن | Syurga berada di bawah telapak kaum ibu. Barangsiapa dikehendakinya maka dimasukkannya, dan barangsiapa dikehendaki maka dikeluarkan darinya. | Abdullah Ibnu Abbas r. a | Bab Wanita | Bawah kaki Ibu, Syurga, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi (1 / 325) dan juga oleh al-Uqaili dalam adh-Dhu’afa dengan sanad dari Musa bin Muhammad bin Atha', dari Abul Malih, dari Maimun, dari Abdullah Ibnu Abbas r.a. Kemudian al-Uqaili mengatakan bahwa hadits ini mungkar. Bagian pertama dari riwayat tersebut mempunyai sanad lain, namun majoriti rijal sanadnya majhul. Untuk mengetahui makna yang sahih dari kandungan makna hadits tersebut, saya kira cukuplah dengan riwayat sahih yang di keluarkan oleh Imam Nasa'i dan Thabrani dengan sanad hasan. Iaitu kisah seseorang yang datang menghadap Rasulullah saw seraya meminta izin untuk ikut berjihad bersama beliau saw,maka baginda bertanya, ”Adakah engkau masih mempunyai ibu?” Orang itu menjawab, ”Ya, masih.” Baginda pun kemudian bersabda, ”Baik-baiklah dalam bergaul dengannya, karena sesungguhnya syurga itu berada di bawah kedua kakinya.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 593 |
176 | 19/09/2018 13:56:56 | هدية الله إلى المؤمن السائل على بابه | Hadiah Allah kepada seorang mukmin adalah adanya pengemis yang menunggu pemberian di depan pintunya. | Ibnu Umar r. a | Bab Agama, Bab Kelebihan | Pengemis, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Abu Tamam dalam kitab alFawaaid (II / 167) dan adh Dhiya, dengan sanad dari Abu Ayyub Sulaiman bin Salamah alKhabairi, dari Said bin Musa, dari Malik, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. Hadits ini telah di keluarkan oleh as-Suyuthi dalam kitab alJami’ ashShaghir. Pensyarahnya menyatakan dengan menukil pernyataan al Khathib yang berkata, ”Said adalah majhul! (tidak dikenali), sedangkan al Khabairi sangat masyhur di kalangan muhaddits sebagai perawi sanad yang dhaif.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 594 |
177 | 19/09/2018 14:02:19 | إذا مدح الفاسق غضب الرب واهتز لذلك العرش | Bila orang fasik dipuji, murkalah Allah dan bergoncanglah singgasana. | Anas bin Malik r. a | Bab Adab, fasik | Fasik dipuji, Goncang, | Munkar | Telah diriwayatkan oleh Abu Syeikh dalam kitab al-Awali 1 / 32) dan al-Khathib dalam tarikhnya (VII / 298),dengan sanad dari Abu Khalaf, khadam Anas bin Malik r.a. Mengenai Abu Khalaf, adz Dzahabi mengatakan, ”Yahya mengatakan bahwa Abu Khalaf adalah pendusta.” Sedangkan Abu Hatim menyatakannya sebagai perawi sanad yang mungkar. Adapun Ibnu Hajar dalam Fathul-Bari hanya mengomentari secara singkat dengan menghukum bahwa sanad riwayat ini adalah dhaif. Wallah hu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 595 |
178 | 19/09/2018 14:29:37 | الناس كأسنان المشط، وإنما يتفاضلون بالعافية، والمرء كثير بأخيه يرفده ويحمله، ولا خير في صحبة من لا يرى لك مثل ما ترى له | Manusia itu bagaikan gigi sikat, namun saling dilebihkan antara satu dari yang lain dengan kesihatan dan afiat. Seseorang menjadi banyak karena saudaranya menolongnya dan menanggungnya, dan tidak ada kebaikan dalam bersahabat dengan orang yang tidak menghargai (memandang) kamu sebagaimana kamu memandang (menghargai) dia. | Anas bin Malik | Bab Adab | Gigi Sikat, Bersahabat, Penghargaan, | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi (Il / 153), dengan sanad dari Musayyab bin Wadhib, dari Sulaiman bin Amr, dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah, dari Anas bin Malik yang dimarfu'kannya. Kemudian Ibnu Adi berkata, ”Hadits ini palsu yang dibuat oleh Sulaiman kepada Ishaq bin Abdullah.” Selain itu, dari Ibnu Adi diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya, alMaudhu’at (III / 80), dan lainnya, dan dalam sanadnya terdapat Bukkar bin Syu'aib. Ibnu Hibban mengatakan tentang Bukkar seperti berikut, ”Bukkar telah mengambil riwayat dari para perawi kuat yang hakikatnya bukanlah riwayat mereka. Yang pasti, tidak di perbolehkan berhujjah dengan riwayat darinya.” Ada pula yang diriwayatkan oleh sebagian muhadditsin dengan sanad yang mursal (yang dinisbatkan seorang tabi’in kepada Nabi). Sebagai misalan, apa yang dikemukakan oleh al-Khathib dalam kitabnya (VII / 57), dalam sanadnya terdapat perawi bernama Bisyr bin Ghiyats. Adz Dzahabi mengemukakan tentang perawi ini dengan mengatakan, ”Pembuat bid’ah yang sesat. Maka tidak sepatutnya mengambil riwayat darinya, apalagi menghormatinya.” Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh al-Uzdi. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 596 |
179 | 19/09/2018 22:01:20 | نعم، خصال أربع: الدعاء لهما، والاستغفار لهما، وإنفاذ وعدهما، وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من قبلهما. قاله لمن سأله: هل بقي من بر أبو ي شيء بعد موتهما أبرهما به | Ya, ada empat hal: mendoakan keduanya, memohon ampunan bagi keduanya, menunaikan apa yang dijanjikan keduanya, serta menyambung tali silaturahmi yang engkau tidak dapat menyambungnya kecuali dari jalan keduanya. (Hal ini baginda sabdakan ketika menjawab seorang sahabat yang menanyakan padanya, 'Apakah masih ada kebaikan yang harus aku lakukan kepada kedua orang tuaku sepeninggal mereka?). | - | Bab Adab, Bab Anak | Ibubapa, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syibah dalam ”Bab al-Adab” (I / 151), al-Wahidi (ll / 153), al-Khathib dalam alMuwadhdhah (I 41-42), dan lainnya, dengan sanad dari al-Fadhil bin Dukain, dari Ibnu Ghasil, dari Usaid bin Ali, dari ayahnya ia mendengar Rasulullah saw bersabda. Menurut pendapat saya, sanad riwayat ini dhaif, meskipun seluruh rijal sanadnya dapat dipercayai, kecuali hanya Ali (maula Abi Usaid) yang tidak ada satu pun dari kalangan muhadditsin menganggap ia tsiqah (kuat dan dapat dipercayai) --selain Ibnu Hibban. Di samping itu, tidak ada perawi sanad lain yang mengambil hadits ini kecuali hanya Usaid anak sendiri. Karena itu, adz-Dzahabi menyatakan sebagai riwayat majhul. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 597 |
180 | 19/09/2018 22:06:50 | لما قدم المدينة جعل النساء والصبيان والولائد يقلن: طلع البدر علينا من ثنيات الوداع وجب الشكر علينا ما دعا لله داع | Ketika Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, para wanita Anshar dan anak-anak mereka menyanyikan syair sebagai berikut, ’Telah muncul rembulan di atas kita, dari celah bukit Tsaniyyatil wada'. Wajiblah atas kita untuk bersyukur, akan segala seruan untuk Allah oleh sang penyeru (Rasulullah). | - | Hijrah | Hijrah, Madinah, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Abul Hasan al-Khal'i dalam al-Fawa’id (II / 59), Imam Baihaqi dalam kitab Dala’il an-Nubuwwah (II / 233), dengan sanad dari Fadhl bin al-Hibab yang mendengar dari Abdullah bin Muhammad bin Aisyah mengatakan seperti itu. Sanad riwayat ini dha’if. Meskipun rijal sanadnya kuat, tetapi mu’dhal atau tidak bersambung (gugur) dua atau tiga rijal sanadnya. Ibnu Aisyah ini adalah salah seorang guru Imam Ahmad. Dalam riwayat ini ia telah meng-irsal-kan (menisbatkan riwayat ini kepada Nabi). Inilah yang dinyatakan oleh al-Hafizh Iraqi dalam mengecam sanad riwayat ini. Ada satu polemik di kalangan para penyelidik tentang syair penyambutan kedatangan Rasulullah saw di darul-hijrah (yakni Madinah al-Munawwarah) ini. Bagi yang berkeinginan untuk mengetahuinya, silakan merujuk kitab Zadul-Ma'ad karangan Ibnul Qayyim (jld. III, hlm. 13). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 598 |
181 | 19/09/2018 23:03:00 | إذا مات الرجل منكم فدفنتموه فليقم أحدكم عند رأسه، فليقل: يا فلان ابن فلانة! فإنه سيسمع، فليقل: يا فلان ابن فلانة! فإنه سيستوي قاعدا، فليقل: يا فلان ابن فلانة، فإنه سيقول: أرشدني أرشدني رحمك الله، فليقل: اذكر ما خرجت عليه من دار الدنيا: شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن الساعة آتية لا ريب فيها، وأن الله يبعث من في القبور، فإن منكرا ونكيرا يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه ويقول له: ما تصنع عند رجل قد لقن حجته؟ فيكون الله حجيجهما دونه | Bila salah seorang dari kalian meninggal dan telah dikebumikan, hendaklah salah seorang diantara kalian berdiri di bagian kepalanya dan berkata, 'Wahai fulan anak fulan.' maka dia akan mendengar. Kemudian berkata lagi. 'Wahai fulan anak fulanah' Dia pun akan duduk dengan tegak. Dan hendaknya berkata lagi, 'Wahai fulan anak fulanah.' Dia pun akan menjawab. 'Tuntunlah aku, tuntunlah aku, semoga Allah SWT memberimu rahmat.' Juga hendaklah berkata. 'Ingatlah apa yang telah mengeluarkanmu dari kehidupan dunia, bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagiNya, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan hari kiamat pasti akan tiba tanpa ada keraguan sedikit pun dan Allah pasti akan membangkitkan (seluruh) isi kubur.' Maka (malaikat) Munkar dan Nakir masing-masing memegang tangannya (sang mayat) seraya berkata, ’Apa yang mesti kami perbuat terhadap mayat yang telah ditalqini hujjahnya? 'Maka cukuplah Allah yang menjadi hujjah bagi kedua malaikat itu tanpa menyoalnya. | - | Bab Agama, Bab Jenazah | Kematian, Talqin, | Munkar | Telah dikeluarkan oleh al-Qadhi al-Khala'i dalam kitab al-Fawaiid (II / 55) dengan sanad dari Abud Darda Hasyim bin Muhammad al-Anshari, dari Urbah bin Sakan, dari Abu Zakaria, dari Jabir bin Sa’d al-Uzdi. Menurut saya, sanad riwayat ini sangat dha’if, disebabkan tidak ada satu pun perawi yang sanadnya dikenali kecuali hanya Utbah bin Sakan. Ad-Daruquthni mengatakan tentang Utbah, ”Utbah bin Sakan ditinggalkan riwayatnya oleh para ahli hadits.” Bahkan menurut al-Baihaqi, dia dikatakan sebagai perawi karut yang cenderung disebut sebagai pemalsu riwayat. Selain itu, seluruh riwayat yang ada tentang makna hadits tersebut oleh jumhur muhadditsin dinyatakan dha’if. Begitu juga oleh para penyidik, dalam hal ini mereka sepakat menyatakannya sebagai hadits mauquf yang bersumber dari para tabi’in. Karena itu tidaklah pantas untuk dinisbahkan atau dimarfu’kan kepada Nabi. Ini merupakan kesepakatan para penyelidik. Oleh karenanya, penulis kitab Subulus Salam mengatakan, ”Secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa seluruh ulama hadits menyepakati tentang kedha'ifan hadits tersebut, dan mengamalkannya berarti bid'ah. Maka janganlah terkecoh hanya karena banyaknya orang yang mengamalkan hadits itu.” Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 599 |
182 | 19/09/2018 23:10:01 | جبلت القلوب على حب من أحسن إليها، وبغض من أساء إليها | Telah dipastikan (difitrahkan) bahwa hati menyukai siapa saja yang berbuat baik kepadanya dan membenci siapa yang berbuat buruk kepadanya. | Abdullah bin Mas'ud r. a | Bab Adab, Hati, | Hati, Fitrah, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnul A`rabi dalam al-Mu'jam (II / 21 22), Ibnu Adi, dan lainnya, dengan sanad dari Ismail bin Aban, dari al A'masy, dari Haitmah, dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Kemudian Abu Naim berkata, `Ini adalah riwayat asing yang tidak kami kutip kecuali hanya dengan sanad ini.” Pernyataan serupa juga diutarakan oleh banyak pakar hadits, termasuk Ibnu Adi sang perawi, dengan menambahkan, ”Riwayat ini sangat terkenal hanya bersumber dari ucapan al A'masy.” Kemudian, mengenai Ismail ini, Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban dengan kalimat berbeda sepakat menyatakannya sebagai pemalsu hadits. Wallahu allam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 600 |
183 | 04/10/2018 13:54:15 | إن الله يحب أن تقبل رخصه، كما يحب العبد المغفرة ربه. | "Sesungguhnya Allah senang bila diterima keringanan-keringananNya seperti senangnya seorang hamba mendapat ampunan Tuhannya". | Anas r. a | Bab Agama | Ampunan Tuhannya, | Batil | Hadits ini batil dengan lafazh seperti disebutkan. Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mujam al-Ausath (l/ 104), dengan sanad dari alFadhl bin Abbas, dari Ismail bin Isa al-Aththar, dari Amr bin Abdul Jabbar, dan Abdullah bin Yazid bin Adam, dari Abud Darda dan Abu Umamah dan Anas serta Wailah bin al-Asqa. Kemudian dia berkata, ”Tidak ada yang meriwayatkan dari keempat sahabat tadi kecuali hanya Ismail bin Isa al-Aththar, dan hanya dengan sanad ini.” Menurut saya, Ismail bin Isa itu tsiqah (dapat dipercaya), hanya saja kelemahan sanad ini pada syeikhnya, yaitu Amr bin Abdul Jabbar. Ibnu Adi mengatakan, ”Orang ini telah meriwayatkan dari pamannya hadits-hadits mungkar.” Sedangkan Imam Ahmad menyatakan bahwa kelemahan sanad riwayat tersebut adalah pada gurunya, yaitu Abdullah bin Yazid. Abdullah ini telah meriwayatkan hadits-hadits maudhu'. Di samping itu, riwayat tersebut dengan lafazh seperti itu telah dinyatakan batil oleh muhadditsin. Namun demikian, ada riwayat serupa dengan sanad yang berbeda yang tergolong sahih. Di antara matannya seperti berikut: ”Innallaha yuhibbu an tu' taa rukhashuhu kamaa yakrahu an tu' taa ma'shiyatuhu.” Dalam riwayat lain disebutkan “kamaa yuhibbu an tu'taa azza `imuhu”. Maksudnya, bahwasanya Allah menyukai hamba yang menjalankan setiap rukhshah dari Nya, sebagaimana halnya Allah juga menyukai mereka yang menjalankan perintah-perintah-Nya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 508 |
184 | 16/10/2018 23:48:44 | اتخذوا السراويلات فإنه من أستر ثيابكم، وخصوا بها نساءكم إذا خرجن | ”Kenakanlah celana, karena itu yang paling baik bagi aurat, dan khususkanlah (celana itu) bagi kaum wanita bila mereka keluar rumah." | Ali bin Abi Talib ra | Bab Adab, Bab Agama, Bab Perhiasan, Bab Wanita | Celana, Aurat, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Uqaili (hlm. 18), Ibnu Adi (I / 4), ad-Dailami (II / 200), dan Ibnu Asakir (II / 380), dengan sanad dari Ibrahim bin Zakaria adh-Dharir al-Ajali (dari Bashrah), diceritakan oleh Hammam dari Qatadah, dari Qudamah bin Wabrah, dari al-Ashbagh bin Nabatah, dari Ali r.a. Al-Uqaili ketika menjelaskan biografi Ibrahim bin Zakaria menuturkan, ”Orang ini banyak mengisahkan riwayat mungkar dan banyak melakukan kesalahan.” Di samping itu, mengenai riwayat tersebut tidak diketahui oleh jumhur muhadditsin kecuali dengan sanad ini, dan tidak ada yang menelusurinya. Dari sanad Ibnu Adi, Ibnul Jauzi meriwayatkannya dalam kitabnya al-Maudhu'at dengan mengatakan, ”Riwayat ini maudhu’, dan yang tertuduh dalam sanadnya ialah Ibrahim yang biasa merekacipta kisah-kisah mungkar.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 601 |
185 | 17/10/2018 06:30:20 | إن الله عز وجل يقول: أنا الله لا إله إلا أنا، ملك الملوك، ومالك الملوك، قلوب الملوك بيدي، وإن العباد أطاعوني حولت قلوب ملوكهم عليهم بالرأفة والرحمة، وإن العباد عصوني حولت قلوب ملوكهم بالسخط والنقمة فساموهم سوء العذاب، فلا تشغلوا أنفسكم بالدعاء على الملوك، ولكن اشغلوا أنفسكم بالذكر والتضرع أكفكم مولككم | ”Allah SWT berfirman: 'Akulah Allah yang tiada tuhan selain Aku. Maha Raja dari seluruh raja dan Maha Penguasa dari seluruh penguasa. Seluruh hati para penguasa ada di tangan Ku. Bila para hamba patuh taat kepada-Ku, maka Aku akan ubah hari para penguasa mereka menjadi penuh kasih sayang dan rahmat, dan bila para hamba bermaksiat terhadap titah Ku, maka aku ubah hati para penguasa mereka menjadi bengis dan kejam sehingga menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih. Karena itu janganlah kalian menyibukkan diri dengan mengutuk para penguasa, akan tetapi persibukkanlah diri kalian dengan zikir dan rendah diri ( kepada Allah ), maka Aku akan jamin menjaga kalian dari kebengisan dan kekejaman penguasa kalian.'" | Abu Darda ra | Bab Agama, Bab Akhirat, Bab Zikir dan Doa | Tiada Tuhan selain Allah, Penguasa, | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh ath Thabrani (darinya juga diriwayatkan oleh Abu Naim), dengan sanad dari Abu Amr al Maqdam bin Daud, dari Ali bin Ma'had, dari Wahb bin Rasyid, dari Malik bin Dinar, dari Hallas bin Amr, dari Abud Darda. Menurut pendapat saya, sanad ini sangat dha'if. Sebab al Maqdam oleh Imam Nasa'i dinyatakan sebagai perawi sanad yang tidak kuat (tidak dapat dipercayai). Sedangkan mengenai Wahb bin Rasyid Ibnu Adi mengatakan, ”Seluruh hadits yang diriwayatkannya tidaklah lurus. Semua riwayat yang dibawanya perlu untuk diselidiki.” Bahkan Ibnu Hibban menyatakan dengan tegas, ”Tidaklah dapat dijadikan hujjah seluruh riwayat yang dibawanya.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 602 |
186 | 17/10/2018 06:41:01 | إن لله تعالى مجاهدين في الأرض أفضل من الشهداء، أحياء مرزوقين، يمشون على الأرض، يباهي الله بهم ملائكة السماء، وتزين لهم الجنة كما تزينت أم سلمة لرسول الله صلى الله عليه وسلم، هم الآمرون بالمعروف والناهون عن المنكر، والمحبون في الله، والمبغضون في الله، والذي نفسي بيده إن العبد منهم ليكون في الغرفة فوق غرف الشهداء، للغرفة منها ثلاثمائة ألف باب، منها الياقوت والزمرد الأخضر، على كل باب نور، وإن الرجل منهم ليتزوج بثلاثمائة ألف حوراء، قاصرات الطرف عين، كلما التفت إلى واحدة منهن فنظر إليها تقول له: أتذكر يوم كذا وكذا أمرت بالمعروف، ونهيت عن المنكر؟ كلما نظر إلى واحدة منهن ذكرت له مقاما أمر فيه بمعروف، ونهى فيه عن منكر . | Allah mempunyai para mujahid di muka bumi ini yang lebih utama derajatnya daripada para syuhada. Mereka hidup dan diberi rezeki, berjalan di muka bumi. Allah membanggakan mereka di hadapan para malaikat penghuni langit. Syurga dihiasi bagi mereka, seperti Ummu Salamah berhias untuk Rasulullah saw. Mereka adalah orangorang yang selalu melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar, saling mencintai karena Allah dan membenci karena Allah pula. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya seorang hamba di antara mereka akan menghuni kamar di atas kamar-kamar (yang ada dalam syurga), di atas kamar-kamar para syuhada. Pada setiap kamar, terdapat tiga ratus ribu pintu. Ada yang dibuat dari yaqut dan zamrud hijau, di atas tiap pintu terdapat cahaya. Setiap orang dari mereka akan mengawini tiga ratus ribu bidadari cantik bermata jelita. Setiap kali melihat kepada salah seorang dari bidadari itu, maka bidadari itu mengatakan kepadanya, 'Ingatkah engkau pada hari itu dan saat itu engkau telah melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar?' Dan setiap kali melihat kepada salah seorang dari bidadari itu, ia akan mengingatkannya pada hari dan saat melakukan amar ma'ruf nahi mungkar. | - | Bab Agama, Bab Kelebihan | Mujahidin, Bidadari, | Tiada sumber asalnya. | Riwayat ini tidak ada sumber aslinya. Telah diungkapkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya (II / 237), dengan sumber sanad dari Abu Dzar al-Ghiffari r.a. Penyelidiknya, yaitu al-Hafizh al-Iraqi mengatakan, ”Saya tidak menjumpai sumber aslinya, atau dengan kata lain tidak mendapatkan asal-usulnya, dan kisah riwayat ini adalah mungkar.” Bahkan saya berpendapat bahwa tanda-tanda kemungkarannya sangat tampak dan nyata. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 603 |
187 | 17/10/2018 06:51:10 | السلطان ظل من ظل الرحمن في الأرض، يأو ي إليه كل مظلوم من عباده، فإن عدل كان له الأجر، وعلى الرعية الشكر، وإن جار، أو حاف، أو ظلم كان عليه الإصر، وعلى الرعية الصبر، وإذا جارت الولاة قحطت السماء، وإذا منعت الزكاة هلكت المواشي، وإذا ظهر الربا (وفي نسخة: الزنا) ظهر الفقر والمسكنة، وإذا أخفرت الذمة أديل للكفار. | Penguasa adalah naungan dari naungan-naungan Allah di muka bumi, sebagai tempat pengaduan para hamba-Nya yang teraniaya. Bila mereka (para pemimpin) itu adil, maka baginya pahala dan bagi rakyat merupakan mensyukuri meskipun penguasa itu berlaku zalim atau menyimpang, maka baginya dosa dan bagi rakyat adalah kesabaran. Apabila para penguasa berlaku zalim maka tidak akan turun hujan, dan apabila zakat tidak ditunaikan maka akan binasalah binatang ternak. Dan apabila riba muncul di kalangan masyarakat (dalam naskah lain tertulis zina), maka akan tersebarlah kefakiran dan kemiskinan. Dan apabila perjanjian telah dilanggar, maka mereka akan dikuasakan kepada kaum kafir. | Abdullah bin Umar ra | Bab Agama, Bab Pemimpin | Penaung, Pemimpin, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Tamam dalam kitab al-Fawa’id (V / 80-81), juga dalam naskah lbnu Adi dalam alKamil fit-Tarikh (1 / 175), dan lainnya, dengan sanad dari Said bin Sinan dari Abu Zahiriyah, dari Katsir bin Murrah, dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah saw. Menurut saya, sanad riwayat ini maudhu' (palsu), sebab Said bin Sinan adalah Abu Mahdi al-Himshi yang telah dinyatakan oleh Imam Bukhari sebagai ”mungkar hadits / riwayatnya”. Demikian pula jumhur muhadditsin menyatakan hal yang sama. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 604 |
188 | 17/10/2018 07:01:54 | لوقيل لأهل النار: إنكم ماكثون في النار عدد كل حصاة في الدنيا سنة لفرحوا بها، ولوقيل لأهل الجنة: إنكم ماكثون في الجنة عدد كل حصاة في الدنيا سنة لحزنوا، ولكنهم خلقوا للأبد والأمد . | Kalau dikatakan kepada para penghuni neraka, 'Kalian akan menetap di dalam neraka sesuai dengan banyaknya batu di dunia dan tiap batu satu tahun, maka pastilah mereka akan bergembira dengan berita itu. 'Dan jika dikatakan kepada para penghuni surga, 'Kalian akan menetap di dalam surga sesuai dengan jumlah batu di dunia dan tiap batu satu tahun, maka pastilah mereka akan bersedih.' Namun, mereka diciptakan untuk kekal dan abadi. | Ibnu Mas'ud ra | Bab Agama, Bab Akhirat, Bab Hukuman | Penghuni Neraka, Syurga, Kekal abadi, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani (II / 75) dan Abu Naim (IV / 168), dengan sanad dari al-Hakam bin Zhahir, dari as Sidi, dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud. Abu Naim berkata, ”Riwayat ini hanya secara tunggal dikisahkan dan diambil dari al-Hakam bin Zhahir." Menurut saya, alHakam ini dikenal sebagai pendusta di kalangan ulama ahli hadits. Inilah pernyataan Ibnu Hibban, Abu Hatim, Ibnu Muin, dan yang lainnya. Kepalsuannya dalam riwayat ini sangat menonjol dikarenakan hadits tersebut bermakna kekalnya para penghuni neraka, sedangkan ayat qur’aniyah dan hadits-hadits sahih menyatakan tidak demikian, hanya orang orang yang menyekutukan Allah saja yang kekal di dalam neraka. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 605 |
189 | 17/10/2018 14:12:24 | ليأتين على جهنم يوم تصفق أبوابها، ما فيها من أمة محمد أحد | "Akan tiba saatnya ketika neraka Jahanam ditutup rapat pintu-pintunya dan di dalamnya tidak ada seorang pun dari umat Muhammad saw. | Anas bin Malik ra | Bab Akhirat | Neraka tertutup, Umat Nabi Muhammad saw, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi dengan sanad dari Ala bin Zaidil, dari Anas r.a. Menurut pendapat saya, mengenai Ala ini, adz Dzahabi menyatakannya sebagai perawi sanad yang rosak. Bahkan Ibnul Madani menempatkannya dalam deretan perawi sanad yang memalsukan riwayat. Lebih jauh Ibnu Hibban dalam sahihnya (11 / 169) mengatakan, ”Al Ala telah meriwayatkan banyak hadits dari Anas bin Malik tetapi seluruhnya palsu. Maka sungguh sangat tidak pantas untuk diutarakan kecuali jika untuk mengecamnya.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 606 |
190 | 17/10/2018 14:17:44 | ليأتين على جهنم يوم كأنها زرع هاج، وآخر تخفق أبوابها | "Akan tiba (suatu saat nanti), neraka Jahanam seolah~olah tanaman yang meronta~ronta dan yang lain terbanting pintu pintunya." | Abu Umamah ra | Bab Akhirat | Neraka, tanaman meronta-ronta, | Batil | Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani bagian dari haditsnya-dengan perawi Abu Naim (I / 28). Iuga dikeluarkan oleh al-Khathib dalam Tarikh Baghdad (IX / 122) dengan sanad dari Abdullah bin Mus’ir bin Kadam, dari Jaffar, dari al-Qasim, dari Abu Umamah yang dimarfu'kannya. Riwayat tersebut telah disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam kitabnya, al-Maudhu'at (III / 268), dengan sanad serupa, lalu ia menyatakan, ”Hadits ini maudhu. Ja’far adalah Ibnu aZ-Zubeir yang dinyatakan oleh jumhur muhadditsin sebagai perawi sanad yang tidak diterima riwayatnya.” Bukan hanya itu, pernyataan lbnul Jauzi juga disepakati oleh asSuyuthi dan Ibnu Iraq. Wallahu a'lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 607 |
191 | 17/10/2018 14:27:20 | ليؤمكم أحسنكم وجها، فإنه أحرى أن يكون أحسنكم خلقا، وقوا بأموالكم عن أعراضكم، وليصانع أحدكم بلسانه عن دينه | Hendaklah yang terbaik paras mukanya yang menjadi imam di antara kalian, karena mungkin dia adalah yang terbaik akhlaknya di antara kalian. Dan jagalah kehormatan kalian dengan harta kalian, dan hendaklah berpura-pura dengan menggunakan lidahnya untuk (kepentingan) agamanya. | Siti Aishah ra | Bab Adab, Bab Agama, Bab Kelebihan | Baik paras mukanya, Imam, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi (II / 97) dan Ibnu Asakir (I / 64), dengan sanad dari Husein bin al-Mubarak athThabrani, dari Ismail bin Ayyasy, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a. Ibnu Adi berkata, ”Husein ini telah banyak mengeluarkan hadits dari penduduk Syam dengan sanad dan matan yang mungkar". Adz-Dzahabi, ketika menukil riwayat dari Ibnu Adi ini menyatakan Husein bin al-Mubarak sebagai perawi sanad yang tertuduh, sedangkan hadits riwayat tersebut adalah dusta. Adapun Ibnul Jauzi, ketika mengungkapkan riwayat tersebut dalam kitabnya, al-Maudhu'at (I / 100), dengan sanad dari al-Hidzrami, mengatakan, ”Riwayat ini maudhu dan al-Hidzrami adalah majhul (tidak dikenali), sedangkan Muhammad bin Marwan adalah pendusta. Wallahu a’lam. Menurut pendapat saya, dalam hal ini tidak ada kaitannya sama sekali antara paras yang bagus dengan budi pekerti yang baik. Sebab, boleh jadi memang keduanya terdapat pada diri seseorang, dan boleh pula salah satunya, atau bahkan tidak ada. Dengan redaksi lain, kedua sifat tadi bisa berkumpul pada diri seseorang, dan bisa pula tidak terkumpul. Imam Ahmad dalam musnadnya (III / 492) telah meriwayatkan bahwa Abu Lahab yang sangat gigih menganiaya Rasulullah saw adalah sosok yang sangat tampan paras mukanya. Bahkan Ibnu Katsir mengatakan, ”Dinamakannya Abu Lahab adalah karena kecemerlangan wajahnya. Meskipun demikian dia bahkan mempunyai sifat yang sangat buruk.” Saya kira cukup untuk membuktikan kepalsuan riwayat tersebut dengan hanya menukil hadits sahih yang isinya bertentangan dengannya, yakni yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ashabus-Sunan lainnya, ketika Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya Allah SWT tidak akan memperhatikan paras, bentuk tubuh, dan harta benda kalian, akan tetapi Allah SWT hanya akan memperhatikan hati dan amalan kalian.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 608 |
192 | 17/10/2018 20:03:35 | إذا كانوا ثلاثة فليؤمهم أقرؤهم لكتاب الله، فإن كانوا في القراءة سواء، فأكبرهم سنا، فإن كانوا في السن سواء فأحسنهم وجها | Bila ada tiga orang, hendaklah yang paling mahir membaca AlQuran yang menjadi imam mereka. Bila dalam hal itu sama, maka yang lebih tua usianya, dan bila usianya sama, maka yang lebih indah paras mukanya (yang menjadi imam). | Abu Zaid Ansari ra | Bab Adab, Bab Agama, Bab Solat | Imam, Mahir Al Quran, | Munkar | Kelemahan riwayat ini terletak pada Abdul Aziz yang ditempatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitabnya, ats-Tsiqat, kemudian ia mengingkari riwayat ini dengan mengatakan, ”Ini adalah riwayat mungkar tidak ada sumbernya.” Sedangkan menurut pendapat saya, sebenarnya kelemahan riwayat tersebut sangat banyak, kalau saja tidak akan menjenuhkan niscaya akan saya utarakan seluruhnya dalam buku ini cukup saya nukilkan sebuah hadits sahih sebagai bukti bahwa kita tidak perlu memperhatikan hadits palsu tersebut, apalagi untuk mengamalkannya. Rasulullah saw. bersabda: ”Hendaklah yang mengimami suatu kaum orang yang paling mengetahui Kitabullah. Apabila dalam bacaan sama, hendaklah yang paling mengetahui As-Sunnah; bila dalam pengetahuan Sunnah sama, maka hendaklah yang lebih dahulu berhijrah; dan bila dalam berhijrah sama, maka hendaklah yang lebih tua usianya.” (HR Muslim dan lainnya dari Abu Mas'ud al-Badri r.a.) | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 609 |
193 | 17/10/2018 20:48:07 | ما من مؤمن يعزي أخاه بمصيبة إلا كساه الله سبحانه من حلل الكرامة يوم القيامة | Tidaklah seorang mukmin bertakziah atas musibah saudaranya, kecuali Allah SWT akan mengenakan padanya pakaian kemuliaan pada hari kiamat. | - | Bab Adab, Bab Agama, Bab Kelebihan | Takziah, Musibah, | Sahih | (UNTUK MAKLUMAN - HADIS INI TELAH DISAHIHKAN KEMBALI OLEH SYEIKH ALALBANI DLM ASH SHAHIHAN 1 / 195) | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 610 |
194 | 18/10/2018 06:33:12 | ما خاب من استخار، ولا ندم من استشار، ولا عال من اقتصد | Tidak akan kecewa orang yang beristikharah, tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah, dan tidak akan menjadi sengsara orang yang berlaku hemat. | Anas bin Malik ra | Bab Adab, Bab Agama, Bab Kelebihan | Istikharah, Musyawarah, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh ath Thabrani dengan sanad dari Abdul Quddus bin Abdus Salam bin Abdul Quddus, dari ayahnya, dari datuknya (yakni Abdul Quddus bin Habib), dari al Hasan, dari Anas bin Malik r.a. Ath Thabrani berkata, ”Tidak ada yang meriwayatkan dari al Hasan kecuali hanya Abdul Quddus, kemudian diberitakannya hanya kepada anaknya.” Menurut saya, Abdul Quddus (yakni sang datuk) adalah pendusta. Sedangkan anaknya, oleh Ibnu Hibban dinyatakan sebagai perawi sanad yang tertuduh. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 611 |
195 | 18/10/2018 06:38:27 | الأكل مع الخادم من التواضع، فمن أكل معه اشتاقت إليه الجنة | Makan bersama pembantu (pelayan) termasuk dari sikap rendah hati. Barangsiapa yang makan bersamanya, maka ia dirindukan oleh surga. | Ummu Salamah ra | Bab Adab | Khadam, Rendah diri, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh ad-Dailami (II / 268), dengan sanad dari Abu Ali bin Asy'at, dari Syuraih bin Abdul Karim, dari Ja’far bin Muhammad bin Ja'far bin Muhammad bin Ali al-Husaini Abul Fadhl, dari Muhammad bin Katsir al-Quraisyi, dari al-Auza’i, dari Yahya bin Abil Katsir, dari Abu Salamah, dari Ummu Salamah r.a. yang dimarfu’kan. Menurut saya, Imam Ahmad mengatakan tentang Muhammad bin Katsir al-Qurasyi seperti berikut, ”Semua hadits yang didapati darinya kami bakar." Sedangkan Imam Bukhari mengatakan, ”Hadits yang diberitakannya adalah mungkar.” Di samping itu, hadits tersebut telah ditempatkan oleh as-Suyuthi dalam kitab Dzail-Ahadits al-Maudhu’ah (hlm. 195) dengan mengatakan, ”Ibnul Asy’at dinyatakan sebagai perawi sanad pendusta oleh kalangan muhadditsin.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 612 |
196 | 18/10/2018 06:43:28 | ادفنوا موتاكم وسط قوم صالحين، فإن الميت يتأذى بجار السوء كما يتأذى الحي بجار السوء | Kuburkanlah mayat kalian di tengah~tengah kaum saleh karena mayat akan terganggu oleh tetangga yang buruk sebagaimana orang yang hidup terganggu oleh tetangga yang buruk perangainya. | Abu Hurairah ra | Bab Adab, Bab Jenazah | Mayat, Tetangga, Kuburkan, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah (VI / 354) dan Abu Abdillah al-Falaki dalam kitab alFawa’id (I / 91), dengan sanad dari Sulaiman bin Isa, dari Malik, dari pakciknya Abu Suhail bin Malik, dari Abu Hurairah r.a. Abu Naim berkata, ”Riwayat ini gharib (asing) yang tidak kami dapatkan sumbernya kecuali hanya dari sanad ini.” Menurut saya, bahkan riwayat ini adalah maudhu dan kelemahannya karena adanya Sulaiman bin Isa. Dia adalah as-Sajzi yang dinyatakan sebagai pendusta oleh para pakar hadits, di antaranya ialah Abu Hatim. Bahkan Ibnu Adi menegaskan, ”Dia terbukti telah memalsukan hadits.” Karena itu Ibnul Jauzi menempatkan riwayat di atas dalam deretan hadits~hadits maudhu” dengan menyebutkan kelemahannya sebagai berikut, ”Riwayat ini tidak sahih, dan Sulaiman adalah pendusta.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 613 |
197 | 18/10/2018 06:47:34 | إن لله تعالى في كل يوم جمعة ستمائة ألف عتيق من النار، كلهم قد استوجبوا النار | Sesungguhnya Allah SWT setiap hari Jumaat memiliki enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari neraka, padahal mereka adalah orang-orang yang seharusnya masuk neraka. | Anas bin Malik ra | Bab Hukuman, Bab Kelebihan | Hari Jumaat, Neraka, | Munkar | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab al-Majruhin (I / 169), at-Tammam dalam al-Fawaid (I / 236), Ibnu Adi dalam al-Kamil (II / 29), dan sebagainya. Dengan sanad dari Yahya bin Sulaim ath-Thaili, dari al-Azwar bin Ghalib, dari Sulaiman at-Taimi, dari Tsabit al-Banani, dari Anas bin Malik r.a. lbnu Adi dan Ibnu Hibban ketika mengetengahkan biografi alAzwar ini mengatakan, ”Ia dikenali kalangan ahli hadits sangat sedikit meriwayatkan hadits dan banyak melakukan kesalahan, Karena memang tidak banyak diteliti, maka menjadikan riwayat yang diberita kalinya tidak dapat diterima dan tidak pula dapat dijadikan hujjah oleh jumhur muhadditsin bila ternyata tidak ada perawi sanad lain yang juga meriwayatkan hadits serupa dengan riwayat Azwar.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 614 |
198 | 18/10/2018 06:52:25 | التائب من الذنب كمن لا ذنب له، وإذا أحب الله عبدا لم يضره ذنب | Orang yang bertaubat dari dosa, sama seperti orang yang tidak punya dosa. Dan bila Allah mencintai seorang hamba, maka ia tidak akan terkena dampak suatu dosa. | Anas bin Malik ra | Bab Agama, Bab Taubat | Bertaubat, Hapus dosa, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh al-Qusyairi dalam kitab ar-Risalah (hlm. 59), dengan sanad dari Abu Bakar Muhammad bin al-Husein bin Faurak, dari Ahmad bin Mahmud bin Khardzadz, dari Muhammad bin al-Fudhail bin Jabir, dari Said bin Abdullah, dari Ahmad bin Zakaria, dari ayahnya yang telah mendengar Anas bin Malik r.a. mengatakannya. Menurut pendapat saya, sanad riwayat ini sangat gelap. Selain Anas bin Malik r.a. tidak ada satu pun yang dikenali biografinya. Dikecualikan dalam hal ini adalah Ibnu Khardzadz, sebab dia merupakan salah seorang syuyukh (mahaguru) Imam ad-Daruquthni. Namun demikian, Daruquthni sendiri, ketika meriwayatkan hadits serupa dengan sanad yang sama mengatakan sebagai berikut, ”Dengan sanad demikian, riwayat ini batil. Seluruh rijal sanad yang ada di bawah Imam Malik semuanya dhaif.” Inilah barangkali kelemahan riwayat ini. Bagian pertama dari hadits tersebut mempunyai kesaksian (penguat), iaitu hadits dari Abdullah Ibnu Mas`ud r.a. dan juga hadits dari Abu Said al-Anshari. Maka secara ringkas dapat dikatakan bahwa hadits riwayat ini (hadits no. 615) dengan bentuk yang demikian adalah dhaif. Sedangkan bagian pertamanya adalah hasan dikarenakan adanya penguat. Demikianlah yang dinyatakan as-Sakhawi yang menukil pernyataan gurunya, lbnu Hajar. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 615 |
199 | 18/10/2018 13:52:44 | التائب من الذنب كمن لا ذنب له، والمستغفر من الذنب وهو مقيم عليه كالمستهزئ بربه، ومن آذى مسلما كان عليه من الأثم مثل منابت النخل | Orang yang bertaubat dari suatu dosa bagaikan orang yang tidak punya dosa; orang yang beristighfar (mohon ampunan) dari suatu dosa sedang ia tetap melakukannya seperti orang yang mengejek Tuhannya; dan barangsiapa yang menganiaya seorang muslim, maka baginya dosa seperti tempat tumbuhnya pohon kurma. | Ibnu Abbas ra | Bab Adab, Bab Agama, Bab Taubat | Taubat, Dosa, Istighfar, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh al~Baihaqi dalam asy-Syi’ih (I / 373) dan Ibnu Asakir dalam al-Amali (I / 4), dengan sanad dari Salam bin Salim dari Said alHimshi, dari Ashim al-Judzami, dari Atha` dari Ibnu Abbas r.a dimarfukan. Menurut hemat saya, sanad riwayat ini dha’if. Salam bin Salim adalah al-Balakhi, yakni seorang ahli zuhud yang ditempatkan oleh adz-Dzahabi dalam deretan perawi sanad dhaif. Bahkan Imam Ahmad dan Imam Nasa'i dengan tegasnya menyatakan bahwa al-Balakhi memang dha'if. Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 616 |
200 | 18/10/2018 13:57:58 | استرشدوا العاقل ترشدوا، ولا تعصوه تندموا | Mintalah petunjuk kepada orang yang berakal, niscaya kalian akan terbimbing; dan janganlah membantahnya karena kalian akan menyesal kemudian. | Abu Hurairah ra | Bab Adab, Bab Hak Pembantu, Bab Kelebihan | Berakal, Terbimbing, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh al-Khathib, dengan sanad dari Sulaiman bin Isa, dari Malik, dari pakciknya (Abu Suhail) bin Malik, dari Abu Hurairah r.a. Sulaiman bin Isa adalah pendusta, seperti telah dikemukakan sebelumnya (lihat, hadits nomor 613). Kemudian, riwayat tersebut dinyatakan dengan tegas oleh adz-Dzahabi sebagai riwayat yang palsu. Di samping itu, hadits serupa diriwayatkan juga dengan sanad lain dengan sumber dari Abu Hurairah r.a dan dalam sanadnya terdapat dua orang perawi sanad bernama Daud bin Muhabbar dan Ibad bin Katsir yang oleh jumhur muhadditsin dikenali sebagai pendusta. Satu hal yang perlu saya kemukakan di sini ialah bahwasanya hadits palsu ini sangat terkenal dan menjadi buah bibir para ulama yang kemudian dihafal oleh majoriti murid mereka. Maka sengaja di sini saya ketengahkan hadits palsu ini untuk mengingatkan segenap kaum muslim yang beranggapan akan kemurnian akidahnya dan senantiasa menjaganya. Juga dengan harapan semoga saja di kemudian hari akan berhenti menisbatkannya kepada Rasulullah saw hingga mereka selamat dari bahaya azab neraka. Mudah-mudahan. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 617 |
201 | 18/10/2018 14:03:21 | مثل الذي يتعلم العلم في صغره كالنقش في الحجر، ومثل الذي يتعلم العلم في كبره كالذي يكتب على الماء | Perumpamaan orang yang menuntut ilmu di masa kecil bagaikan mengukir pada batuan dan perumpamaan orang yang menuntut ilmu di masa (setelah) tua bagaikan orang menulis di atas air | - | Bab Ilmu, Bab Kelebihan | Ilmu, Batu, Atas Air, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh as-Suyuthi dalam al-jami' ash-Shaghir dengan perawi ad-Daruquthni. Kemudian pensyarahnya, al-Manawi, mengatakan sebagai berikut, ”Dalam kitab ad-Durar penulisnya mengatakan bahwa sanad riwayat tersebut dhaif.” Bahkan al-Haitsami menambahkan, ”Dalam sanadnya terdapat Marwan bin Salim asy-Syami yang telah ditegaskan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Hatim sebagai rijal sanad yang sangat dhaif.” Menurut saya, bahkan dalam pernyataannya, Imam Bukhari mengatakan bahwa Marwan bin Salim adalah mungkar haditsnya. Dan telah banyak saya kemukakan pada halaman sebelumnya bahwa setiap pernyataan Imam Bukhari ”mungkar” maka tidak diperbolehkan untuk menerima apalagi meriwayatkannya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 618 |
202 | 19/10/2018 09:25:50 | مثل الذي يتعلم العلم في صغره كالنقش في الحجر، ومثل الذي يتعلم العلم في كبره كالذي يكتب على الماء | Perumpamaan orang yang menuntut ilmu di masa kecil bagaikan mengukir pada batuan dan perumpamaan orang yang menuntut ilmu di masa (setelah) tua bagaikan orang menulis di atas air | - | Bab Adab, Bab Ilmu | Menuntut Ilmu, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh as-Suyuthi dalam al-jami' ash-Shaghir dengan perawi ad-Daruquthni. Kemudian pensyarahnya, al-Manawi, mengatakan sebagai berikut, ”Dalam kitab ad-Durar penulisnya mengatakan bahwa sanad riwayat tersebut dhaif.” Bahkan al-Haitsami menambahkan, ”Dalam sanadnya terdapat Marwan bin Salim asy-Syami yang telah ditegaskan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Hatim sebagai rijal sanad yang sangat dhaif.” Menurut saya, bahkan dalam pernyataannya, Imam Bukhari mengatakan bahwa Marwan bin Salim adalah mungkar haditsnya. Dan telah banyak saya kemukakan pada halaman sebelumnya bahwa setiap pernyataan Imam Bukhari ”mungkar” maka tidak diperbolehkan untuk menerima apalagi meriwayatkannya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 618 |
203 | 19/10/2018 09:31:30 | من تعلم العلم وهو شاب كان بمنزلة وسم في حجر، ومن تعلمه بعد كبر فهو بمنزلة كتاب على ظهر الماء | Barangsiapa menuntut ilmu ketika berusia muda, maka bagaikan mengukir di atas batu; dan barangsiapa menuntut ilmu setelah tua usianya, maka bagaikan tulisan di permukaan air. | Abu Hurairah ra | Bab Adab, Bab Ilmu | Ilmu, ukir atas batu, atas air, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh lbnul Jauzi dalam kitabnya, al-Maudhu'at (I / 218), dengan sanad dari Hanad bin Ibrahim an-Nasafi, dari Buqyah bin al-Walid, dari Mu’ammar, dari az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. Kemudian lbnul Jauzi berkata, ”Riwayat ini tidak sahih, Hanad bin Ibrahim tidak kuat (tidak dipercayai), sedangkan Buqyah bin al-Walid adalah pencampur aduk riwayat.” Menurut pendapat saya, riwayat ini mempunyai kesaksian (penguat), namun seluruhnya mursal (terputus sanadnya hanya sampai tabi'in). Riwayat inilah yang diungkapkan Imam Baihaqi dengan sumber sanad dari Abud Darda r.a. seraya menyebutnya sebagai riwayat yang mursal. Padahal, pada hakikatnya diletakkan permasalahan riwayat tersebut pada Ismail bin Rafi sebab Ismail bukanlah seorang tabi'in. Dengan demikian, apa yang diungkapkan Imam Baihaqi adalah tidak benar. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 619 |
204 | 19/10/2018 09:38:57 | من أصبح يوم الجمعة صائما، وعاد مريضا، وأطعم مسكينا، وشيع جنازة، لم يتبعه ذنب أربعين سنة | Barangsiapa berpuasa pada hari Jumaat, menjenguk orang sakit, memberi makan orang miskin dan mengiring jenazah, maka dia tidak akan diikuti dosa selama empat puluh tahun. | A'bit ra | Bab Jenazah, Bab Puasa | Puasa hari Jumaat, Mengiring Jenazah, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil (ll / 122) dan Ibnul Jauzi dalam kitab al-Maudhu'at (II / 107), dengan sanad dari Amr bin Hamzah al-Bashri, dari Khalil bin Mas'rah, dari Ismail bin Ibrahim, dari Atha' bin Abi Rabah, dari )abit r.a. Ibnul Jauzi mengatakan, ”Riwayat ini maudhu. Amr dan Ismail bin Ibrahim keduanya dihukum oleh para pakar hadits sebagai perawi sanad yang dha’if dan tercela.” Namun demikian, pernyataan Ibnul Jauzi disanggah oleh as Suyuthi seperti berikut, ”Meskipun demikian, tidak berarti riwayat tersebut menunjukkan sebagai riwayat yang maudhu'. Sebab al Khalil telah dinyatakan oleh Abu Zar'ah sebagai perawi sanad yang dapat dipercayai.” Menurut hemat saya, yang pasti Imam Bukhari telah mengecamnya (Khalil) sebagai perawi sanad yang mungkar riwayatnya. Dan seperti kita ketahui bahwa jika Imam Bukhari memberikan pernyataan seperti ini kepada perawi tertentu, maka hal ini menunjukkan ketidakbolehan kita dalam meriwayatkan ”hadits” yang diberitakan oleh perawi tersebut. Segi lain yang perlu diketengahkan di sini ialah bahwa pernyataan para pakar hadits terdahulu dan sekarang tentang kepalsuan riwayat tersebut bukan hanya dilihat dari segi sanad, tetapi juga dari segi matan (redaksi) riwayat itu. Sebab, amalan amalan yang disebutkan dalam riwayat tersebut sekalipun merupakan af’al al-Khair (kebaikan) yang sangat baik jika diamalkan, namun tidak berarti menyebabkan si pelakunya tidak terkena impak dosa selama empat puluh tahun. Hal demikian sangatlah bertentangan dengan kaidah kaidah syariah dan nash nash hadits sahih yang ada. Karena itu saya tegaskan di sini bahwa apa yang dikemukakan Imam as-Suyuthi tentang riwayat kesaksian sebagai penguat tidaklah dapat dibenarkan dan tidak dapat diterima. Khususnya dengan redaksi terakhir yang menyatakan bahwa si pelakunya akan terbebas dari impak dosa selama empat puluh tahun. Alhasil, riwayat ini tertolak disebabkan ketidaksahihan maknanya di samping kelemahan segi sanadnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 620 |
205 | 21/10/2018 14:22:49 | من أغاث ملهو فا كتب الله له ثلاثا وسبعين مغفرة، واحدة فيها صلاح أمره كله، وثنتان وسبعون له درجات يوم القيامة | Barangsiapa menolong orang yang kehilangan harta. maka Allah SWT mencatat baginya tujuh puluh tiga ampunan, satu di antaranya adalah kebaikan segala urusannya, Sedangkan yang tujuh puluh dua lainnya berupa derajat baginya kelak di hari kiamat. | Anas bin Malik ra | Bab Harta, Bab Kelebihan | Harta, 73 Ampunan, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam at-Tarikh (II / 320), Ibnu Abid Dunya dalam Qadha al-Hawa’ij (hlm. 38 dan 95) serta Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil (II / 143), dan lainnya, dengan sanad dari Ziad bin Abi Hasan dari Anas r.a. Ibnul Jauzi menempatkan riwayat di atas dalam kitabnya alMaudhu’at (II / 172) dan berkomentar ”Ini riwayat maudhu' dan kelemahannya ada pada Ziad.” Ibnu Hibban juga berkata, ”Ziad termasuk dalam deretan perawi sanad yang banyak meriwayatkan riwayat mungkar dan ngawur (tidak pasti).” Riwayat tersebut juga ada yang dikeluarkan oleh al-Khathib dan dalam sanadnya terdapat Dinar, khadam Anas bin Malik, yang dikenal oleh kalangan pakar hadits sebagai pendusta. Ibnu Hibban menyatakan tentang Dinar, ”Dinar banyak meriwayatkan hadits maudhu yang dinisbatkannya dari Anas,” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 621 |
206 | 22/10/2018 07:43:53 | ما جبل ولي الله إلا على السخاء وحسن الخلق | Tidaklah terbiasa seorang wali Allah kecuali dengan sifat dermawan dan baik budi pekertinya. | Siti Aisyah ra | Bab Adab, Bab Kelebihan, Bab Sedekah | Wali Allah, dermawan, baik pekerti, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Abul Qasim alQusyairi dalam al-Arba’in, al-Qadhi Abu Abdillah al-Falaki dalam kitab al-Fawaid (I / 89), dan Ibnu Asakir (I / 407), dengan sanad dari Yusuf bin as Safar Abil Faidh, dari al-Auza’i, dari az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah r.a. yang dimarfu'kan. Menurut saya, sanad riwayat ini memiliki dua macam kepalsuan. Kelemahannya ada pada Ibnus Safar, yang dikenali oleh kalangan pakar hadits dan dihukum sebagai pendusta. Riwayat ini juga telah dikemukakan oleh Ibnul Jauzi dan ditempatkan dalam kitabnya, al-Maudhu’at (II / 179), seraya mengungkapkan pernyataan ad-Daruquthni, ”Yusuf terbukti berdusta dan riwayat ini tidak terbukti kesahihannya.” Wallahu u’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 622 |
207 | 22/10/2018 07:52:32 | من أفطر يوما في شهر رمضان في الحضر فليهد بدنة، فإن لم يجد فليطعم ثلاثين صاعا من تمر المساكين | Barangsiapa tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan sedangkan dia dalam keadaan bermukim (tidak dalam bepergian), maka hendaknya dia menyembelih seekor unta betina. Apabila tidak memilikinya maka hendaklah dia memberi makan fakir miskin tiga puluh kati kurma. | Jabir ra | Bab Puasa | puasa, bermukim, sembelih Unta, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitab al-Maudhu`at dengan perawi ad-Daruquthni dengan sanad dari Khalid bin Amr al-Himshi, dari ayahnya, dari al-Harits bin Ubaidah al-Kala'i, dari Muqatil bin Sulaiman, dari Atha bin Abi Rabah, dari Jabir r.a. lbnul Iauzi berkata, "Muqatil itu pendusta, sedangkan alHarits adalah dhaif”. Pernyataan Ibnul Jauzi disepakati oleh as-Suyuthi dan diutarakannya dalam kitabnya, al-Aali (II / 106). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 623 |
208 | 22/10/2018 08:03:17 | من اكتحل بالإثمد يوم عاشوراء لم يرمد أبدا | Barangsiapa menggunakan celak mata dengan batu celak pada hari Asyura, maka dia tidak akan terkena penyakit mata selama lamanya. | Ibnu Abbas ra | Bab Kelebihan | Celak, hari Asyura, | Palsu | Telah diutarakan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya, alMaudhu’at, dengan sanad dari al-Hakim, dari Juwaibir, dari adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas r.a. Al-Hakim mengatakan, ”Saya terbebas (tidak bertanggung jawab) atas segala yang dilakukan oleh Juwaibir.” Berbeda halnya dengan Syekh Ali al-Qari yang dalam kitabnya, al-Maudhu’at, menukil pernyataan Ibnul Qayyim, ketika dia menegaskan, ”Hakikatnya, hadits-hadits yang menjelaskan tentang memakai sipat, memakai wangi-wangian pada hari-hari bulan Asyura semuanya buatan para pemalsu hadits. Kemudian kebalikan dari mereka adalah adanya firqah yang menganjurkan bersedih dan bersakit-sakitan di bulan Asyura. Ketahuilah bahwa kedua kelompok itu adalah ahli bid’ah yang keluar dari jalur Ahli Sunnah. Adapun pemahaman Ahli Sunnah, pada bulan Asyura hendaklah banyak melakukan apa yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw berupa ibadah puasa dan menjauhkan dari segala yang diada-adakan atau umumnya aturan dan seruan setan.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 624 |
209 | 22/10/2018 08:09:27 | الإيمان نصفان، نصف في الصبر، ونصف في الشكر | Iman itu dua bahagian, separuh di dalam sabar dan separuh lainnya di dalam syukur. | Anas bin Malik ra | Bab Ikhlas, Bab Iman | Iman, Sabar, Ikhlas, | Sangat lemah | Telah diriwayatkan oleh al-Kharaithi dalam kitab Fadhilatusy-Syukr (I/129) dan ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus (I / 361), dengan sanad dari Yazid ar-Ruqqasyi, dari Anas bin Malik r.a. Menurut saya, sanad riwayat ini sangat dha`if Sebab, Yazid ini adalah Ibnu Aban yang dinyatakan oleh jumhur muhadditsin sebagai perawi sanad yang tidak diterima riwayat yang diberitakannya. Inilah yang dinyatakan oleh Imam Nasa’i juga oleh alManawi yang menukil pernyataan adz-Dzahabi dan lainnya. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 625 |
210 | 22/10/2018 08:17:47 | من رابط فواق ناقة حرمه الله على النار | Barangsiapa berjaga-jaga (dari musuh) selama waktu orang memerah susu unta, maka Allah haramkan atasnya api neraka.” Artinya berjaga-jaga dan waspada dijalan Allah terhadap musuhmusuh agama Islam. | Siti Aisyah ra. | Bab Kelebihan | Perah Susu Unta, | Munkar | Telah diriwayatkan oleh al-Uqaili dalam kitab adh-Dhua'fa (hlm. 6) dan oleh al-Khathib (VII / 203),dengan sanad dari Muhammad bin Humaid, dari Anas bin Abdul Hamid, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah. Al-Uqaili berkata, ”Ini hadits yang mungkar.” Kemudian dia menyebutkan tentang biografi Anas dan berkata, ”Perawi ini bukanlah termasuk deretan perawi yang dapat dipercayai.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 626 |
211 | 22/10/2018 08:26:40 | من صبر على سوء خلق امرأته أعطاه الله من الأجر مثل ما أعطى أيوب على بلائه، ومن صبرت على سوء خلق زوجها أعطاها الله مثل ثواب آسية امرأة فرعون | Barangsiapa yang berlaku sabar dalam menghadapi keburukan akhlak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayub a.s. Dan barangsiapa dari (kaum wanita) yang berlaku sabar dalam menghadapi keburukan akhlak suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti apa yang Dia berikan kepada Asiyah (istri Fir 'aun ). | - | Bab Agama, Bab Kelebihan | Sabar, Akhlak, suami, isteri, | tiada sumber asal | Riwayat ini tidak ada sumber aslinya. Demikianlah yang dikemukakan oleh al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin (II / 39). Penyelidik hadits-haditsnya, al-Hafiz al-Iraqi, mengatakan sebagai berikut, ”Saya tidak mendapatkan sumber aslinya.” Selain itu, pernyataan serupa juga dikemukakan oleh pensyarah kitab tersebut, yaitu az-Zubaidi. Saya telah menemukan redaksi pertama dari riwayat ini, tetapi ternyata palsu, yaitu telah diriwayatkan oleh al-Harits bin Abi Usamah dalam musnadnya. Riwayat itu tertulis dalam dua belas halaman, yang tiap halamannya sangat lebar dan terdiri dari banyak rakaman hadits, di antaranya adalah bahagian riwayat ini. Kemudian al-Hafizh Ibnu Hajar mengomentari riwayat tersebut, ”Hadits (riwayat) ini semuanya, dari awal hingga akhir, adalah maudhu’ (palsu).” Demikianlah pernyataan Ibnu Hajar dalam kitab al-Mathalibul-'Aliyah yang dinukil dan ditegaskan serta disepakati oleh as-Suyuthi dalam kitabnya, al-Aali (II / 361). | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 627 |
212 | 23/10/2018 13:54:33 | تنقه، وتوقه | Fahamilah dan taatlah. | Abdullah bin Umar ra | Bab Adab | Faham, Taat, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh al-Uqaili dalam kitab adhDhu’afa (hlm. 222), ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, Abu Naim dan lainnya, dengan sanad semuanya dari Abdullah bin Mis’ar bin Kaddam, dari Wabrah, dari Abdullah bin Umar r.a. yang dimarfu'kannya. Al-Uqaili mengatakan, ”Mengenai riwayat ini tidak ada seorang pun dari muhadditsin kuat yang menelusurinya, dan tidak dikenali di kalangan mereka kecuali hanya dari Abdullah bin Mus’ir bin Kaddam. Padahal, Abu Hatim telah menyatakannya sebagai perawi sanad yang tidak diterima jumhur. Selain itu, pernyataan serupa juga dinyatakan oleh adz-Dzahabi, ”Dia termasuk perawi sanad yang rusak.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 628 |
213 | 23/10/2018 13:59:16 | من بات على طهارة ثم مات من ليلته مات شهيدا | Barangsiapa tidur dalam keadaan berwudhu, kemudian dia meninggal pada malam harinya, berarti dia mati syahid. | Anas bin Malik ra | Bab Wudhu | Berwudhu, Tidur, Mati Syahid, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnus Sunni dalam ’Amalul-Yaumi wal-Lailah (nomor 729), dengan sanad dari Sulaiman bin Salamah, dari Yunus bin Atha` bin Utsman bin Said bin Ziad bin al-Harits ash-Shada i, dari Salamah al-Laitsi dan Syuraik bin Abi Namir keduanya berkata, ”Telah memberitakan kepada kami Anas bin Malik r.a.” Menurut saya, sanad riwayat ini maudhu’. Sulaiman bin Salamah ini telah dinyatakan oleh Ibnul Iunaid sebagai perawi sanad yang terbukti telah banyak berdusta. Sedangkan Yunus bin Atha' dinyata kan oleh Ibnu Hibban sebagai orang yang banyak meriwayatkan kisah-kisah yang aneh. Karena itu Ibnu Hibban berkomentar, ”Tidak dibenarkan bagi siapa pun untuk berhujjah dengan riwayat yang diberitakannya.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 629 |
214 | 23/10/2018 14:05:51 | قال الله تعالى: الإخلاص سر من سري، استودعته قلب من أحببت من عبادي | Allah berfirman: 'Ikhlas merupakan rahsia dari sekian banyak rahsia~Ku, yang Aku tempatkan (titipkan) dalam hati siapa saja dari hamba-Ku yang Aku sukai. | - | Bab Ikhlas | Ikhlas, rahsia Allah, | Lemah | Telah dikemukakan oleh Imam Ghazali da|am kitabnya, Ihya Ulumuddin (IV / 322), dengan sumber sanad dari alHasan. Al-Hafizh al-Iraqi mengatakan, ”Kami telah meriwayatkannya dalam Silsilah ul-Qazwaini yang dalam sanadnya terdapat Ahmad bin Atha` dan Abdul Wahid bin Zaid. Sedangkan riwayat yang diberitakan keduanya oleh para ahli hadits tidak diterima.” Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 630 |
215 | 25/10/2018 06:46:05 | ثلاثة ليس عليهم حساب فيما طعموا إذا كان حلالا، الصائم، والمتسحر، والمرابط في سبيل الله | Tiga golongan manusia yang tidak ada hisabnya dari apa yang di makannya bila makanan itu halal. Orang yang berpuasa, orang yang bersahur, dan orang yang dalam kewaspadaan (berjaga-jaga) dalam peperangan fisabilillah. | Ibnu Abbas ra | Bab Jihad, Bab Peperangan, Bab Puasa | Berpuasa, bersahur, peperangan Fisabilillah, | Palsu | Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani (11 / 143), dengan sanad dari Abdullah bin Ishmah, dari Abu Shabah, dari Abu Hasyim, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. Menurut saya, sanad riwayat ini maudhu’. Al-Manawi telah menukilkan apa yang dikatakan oleh alHaitsami, ”Abdullah bin Ishmah dan Abu Shabah keduanya tidak dikenali oleh kalangan muhadditsin.” Ketahuilah bahwa Abu Shabah tidaklah majhul, akan tetapi dia dikenali oleh kalangan ulama ahli hadits sebagai pemalsu riwayat. Yahya bin Muin mengatakan tentang Abu Shabah sebagai perawi sanad yang riwayatnya tidak dianggap. Sedangkan Ibnu Hibban menyatakan dengan tegas bahwa dia adalah sebagai pemalsu hadits, dan mengharamkan untuk menulis berita yang dibawanya kecuali bila untuk memberi peringatan dan merasa hairan. Lebih dari itu, Imam Bukhari dan juga Ibnu Adi menyatakan bahwa Abu Shabah adalah perawi sanad yang mungkar. Satu hal yang perlu diketengahkan di sini ialah bahwa salah satu dari pengaruh buruk yang diakibatkan riwayat maudhu' ini ialah banyaknya kaum muslim dewasa ini yang tidak beranjak dari tempat hidangan --pada waktu tengah berbuka puasa-- kecuali setelah mendekati waktu shalat isya tiba, karena banyaknya jenis makanan yang harus dia lahap. Bagaimana mereka akan merasa khawatir dengan keadaan seperti itu, sebab apa pun yang mereka lakukan tidak memberikan impak negatif berupa dosa. Inilah kenyataan yang sangat mengemaskan, semua ini tidak dapat kita hindari kecuali bila kita merujuk dan kembali kepada pangkuan ajaran Al-Qur'an dan AsSunnah yang sahih. Keadaan seperti itu, di samping jelas-jelas melakukan perbuatan tahdzir (berlebih-lebihan) --yang sangat dikecam oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah-- juga melakukan satu bentuk amalan yang dilarang dalam Islam, yaitu menta`khirkan shalat maghrib. Barangkali alasan ini cukup menjadi bukti akan kepalsuan dan kedustaan riwayat di atas. Wallahu alam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 631 |
216 | 25/10/2018 06:51:57 | أول من يدعى إلى الجنة الحمادون الذين يحمدون الله في السراء والضراء | Yang pertama akan dipanggil untuk memasuki syurga adalah orang orang yang banyak memuji Allah ketika senang dan ketika susah. | Ibnu Abbas ra | Bab Adab, Bab Zikir dan Doa | Memuji Allah, senang, susah, | Lemah | Telah dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jam ash-Shaghir (hlm. 57), Abu Syeikh dalam koleksi hadits haditsnya (II / 16), Abu Naim, dan yang lainnya, dengan sanad dari Ali bin Ashim, dari Qais bin Rabi`, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Said bin Jubeir, dari Ibnu Abbas. Ath-Thabrani dan Abu Naim berkata, ”Tidak ada yang meriwayatkannya dari Habib kecuali hanya Qais bin Rabi' dan Syu’bah bin al-Hajjaj.” Menurut saya, pada sanad tersebut ada tiga kelemahan. Pertama, Ali bin Ashim adalah dha’if. Kedua, Qais bin Habib juga dha’if, yang dinyatakan oleh jumhur muhadditsin. Sedangkan ketiga, riwayat tersebut adalah 'an 'anah Habib bin Tsabit yang dikenal oleh para ulama ahli hadits sebagai perawi sanad yang suka mencampur aduk (mudallas). Wallahu a’lam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 632 |
217 | 25/10/2018 06:58:27 | من نظر في الدنيا إلى من هو دونه، ونظر في الدين إلى من هو فوقه كتبه الله صابرا وشاكرا، ومن نظر في الدنيا إلى من هو فوقه وفي الدين إلى من هو دونه لم يكتبه الله صابرا ولا شاكرا | Barangsiapa dalam hal keduniaan memandang orang yang berada di bawahnya, dan dalam hal keagamaan (ukhrawi) memandang ke pada yang lebih tinggi darinya, maka Allah mencatatnya sebagai (hamba) yang sabar dan bersyukur Dan barangsiapa yang dalam keduniaan memandang orang yang lebih tinggi darinya sedangkan dalam hal keagamaan (ukhrawi) memandang kepada yang lebih rendah darinya, maka Allah tidak mencatatnya sebagai (hamba) yang sabar dan bersyukur. | - | Bab Dunia dan Keduniaan | Hal Keduniaan, Sabar, bersyukur, | Tiada sumber asalnya | Riwayat ini tidak ada sumber aslinya. Telah diutarakan oleh Imam Ghazali dalam Ihya (IV / l 08). Namun, al Hafizh al Iraqi menyampaikan makna hadits serupa yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanad dari Mutsanna bin Shabah, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya. Perlu untuk ditekankan di sini, Imam Tirmidzi sendiri ketika meriwayatkan hadits serupa menyatakannya sebagai hadits dha’if dengan pernyataannya yang masyhur, ”Ini adalah riwayat yang gharib (tidak dikenali).” Menurut saya, kelemahan riwayat Tirmidzi itu dikarenakan adanya al Mutsanna bin Shabah. Dalam hal ini ai Iraqi mengatakan, ”Al Mutsanna itu dha’if.” Secara ringkas dapat dikatakan, cukuplah kita berpegang pada hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan Imam Bukhari, yaitu sabda Rasulullah saw: "Tengoklah orang orang yang di bawah kalian, dan janganlah kalian melihat orang orang yang di atas kalian.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 633 |
218 | 25/10/2018 07:03:11 | إنكم لا تسعون الناس بأموالكم، فليسعهم منكم بسط الوجه، وحسن الخلق | Sesungguhnya kalian tidak akan mampu memenuhi keperluan manusia dengan harta kalian, namun hendaknya kalian memenuhi (memuaskan) mereka dengan keceriaan muka dan budi pekerti yang baik. | Abu Hurairah ra | Bab Adab, Bab Dunia dan Keduniaan | memenuhi keperluan manusia, bersifat baik, | Lemah | Telah diriwayatkan oleh Ali bin Harb ath-Tha'i dalam kumpulan haditsnya (I / 81) dan Abu Naim, dengan sanad dari Abdullah bin Said al-Maqbari, dari datuknya, dari Abu Hurairah r.a. Menurut saya, al Haitsami telah mengeluarkannya dalam kitabnya al-Majma’ az-Zawa’id (VIII / 22) dengan perawi Abu Ya'la dan alBanar, dia berkata, ”Dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Said al Maqbari yang dikenal sebagai perawi sanad yang dha’if.” Di samping itu, Imam Bukhari dan ad Daruquthni menyatakan sebagai berikut, ”Seluruh riwayat yang diberitakan Abdullah bin Said al-Maqbari ditinggalkan para ahli hadits.” | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 634 |
219 | 25/10/2018 07:08:10 | ذروا العارفين المحدثين من أمتي، لا تنزلوهم الجنة ولا النار، حتى يكون الله الذي يقضي فيهم يوم القيامة | Munculnya dari umatku para cerdik pandai (ilmuwan) dan ahli hadits yang tidak bisa dimasukkan surga atau neraka sehingga Allah yang memutuskannya kelak pada hari kiamat. | - | Bab Ilmu | para Ilmuan, ketentuan Allah swt, | Palsu | Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi (I / 208) dan ats Tsaqafi dalam Tarikh Baghdad (VIII / 292), dengan sanad dari Ayub bin Suwaid, dari Sufyan bin Khalid bin Abi Karimah, dari Abdullah bin Maisur, dari Muhammad bin al-Hanafiyah, dari ayahnya yang memarfu’kannya. Sanad riwayat ini palsu, dan yang tertuduh dalam sanadnya adalah Abdullah bin Maisur. Dikatakan dalam kitab al-Mizan, ”Imam Ahmad dan muhadditsin lainnya menyatakan bahwa hadits-hadits yang diriwayatkan Abdullah adalah palsu.” Pernyataan serupa juga diutarakan Imam Bukhari. Adapun an Nasa`i menyatakan bahwa Abdullah bin Maisur adalah salah seorang perawi sanad pendusta yang terulung. Wallahu allam. | Al-Albānī (wafat 1420H) | Muhammad Nashruddin al-Albani. Silsilatul-Ahaadiits Adh-Dhaifah Wal Maudhu’ah Wa Atsaruhas-Sayyi’ Fil-Ummah. Edited by Imam Sahardjo HM. Translated by A.M. Basamalah. Jakarta: Gema Insani Press, 1994. | 635 |