1 of 291

PENELITIAN ILMIAH

2 of 291

Peran Guru dalam dunia pendidikan dan pelatihan tidak hanya terbatas pada kemampuan dalam proses pembelajaran/transfer knowledge di dalam kelas tetapi juga kemampuan sebagai seorang peneliti. Peneliti disini dimaksudkan seorang guru harus mampu membuat tulisan ilmiah baik dari hasil penelitian ataupun tulisan ilmiah umum.

3 of 291

Kemampuan untuk menulis tidak datang dengan sendirinya, perlu adanya sumber untuk dapat dijadikan sebagai suatu tulisan. Apalagi kalau tulisan yang dibuat merupakan tulisan ilmiah, maka harus menggunakan kaidah – kaidah atau aturan – aturan sesuai dengan sistematika yang berlaku.

4 of 291

Demikian pula kalau tulisan yang dibuat merupakan tulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian, maka seseorang harus mampu terlebih dahulu mengenal sifat dan format umum penelitian.

5 of 291

Juga tentang tahapan umum dalam penelitian, sehingga dalam melakukan suatu penelitian seseorang tahu apa yang harus dilakukan dari awal sampai akhir, dan penggunaan metode yang digunakan supaya lebih efektif dan akurat.

6 of 291

Pengertian Penelitian

  1. Suatu penelitian dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalah atau problem statement tertentu.

  • Suatu penelitian tekanannya pada pengembangan generalisasi, prinsip, serta teori.

7 of 291

  1. Suatu penelitian berangkat dan bermuara pada masalah atau obyek yang dapat diobservasi dan deskripsi yang akurat.

  • Suatu penelitian berkepentingan dengan penemuan baru, jadi bukan sekedar mensintesis atau mengorganisasi hal – hal yang telah diketahui sebelumnya.

8 of 291

  1. Suatu penelitian memerlukan observasi dan deskripsi yang akurat.

  • Suatu penelitian di rancang secara teliti prosedur – prosedurnya serta dilakukan secara rasional.

9 of 291

  1. Suatu penelitian menuntut keahlian.

  • Suatu penelitian dilakukan dengan upaya objektif dan logis.

10 of 291

  1. Suatu penelitian menuntut kesabaran dan tidak dilakukan secara tergesa – gesa, pencatatan dan pelaporannya pun dilakukan secara amat hati – hati (perlu ketelitian dan kecermatan yang tinggi).

  • Suatu penelitian, kadang menuntut keberanian untuk menanggung resiko.

11 of 291

Penelitian merupakan suatu kegiatan pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan.

12 of 291

Untuk membuat suatu laporan penelitian, langkah – langkah yang harus dilakukan adalah :

  1. Menganalisis dan merumuskan masalah dari data pendahuluan.

  • Penyusunan hipotesis berdasar logika deduksi dari pengetahuan ilmiah yang telah ada sampai saat ini.

13 of 291

  1. Pengumpulan fakta empiris untuk menguji pipotesis yang diajukan dengan menggunakan logika induktif.

  • Analisis, diskusi, penarikan kesimpulan dan penulisan laporan.

14 of 291

Pengembangan dapat berupa perancangan, perencanaan atau rekayasa yang dilakukan berdasarkan metode berpikir ilmiah guna memecahkan permasalahan yang nyata terjadi sehingga bentuknya berupa pengetahuan ilmiah atau tekhnologi yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

15 of 291

Langkah kerja untuk melakukan pengembangan adalah :

  1. Menganalisis dan merumuskan permasalahan yang akan dikembangkan/dirancang/dikaji.

  • Penyusunan kriteria rancangan berdasarkan logika deduksi dari pengetahuan ilmiah yang telah ada sampai saat ini.

16 of 291

  1. Pengumpulan fakta empiris dengan bentuk pembuatan rancangan/pengembangan/rekayasa atau kajian yang sesuai dengan kriteria yang diajukan.

  • Mengkaji kesesuaian hasil pengembangan/rekayasa/rancangan/kajian terhadap kriteria dengan menggunakan logika induktif.

  • Analisis, diskusi, penarikan kesimpulan dan penulisan laporan.

17 of 291

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata cara tertentu berdasar pada metode berpikir ilmiah.

18 of 291

  • Hasil kerja evaluasi adalah pengetahuan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan kebijakan terhadap yang dipermasalahkan.

  • Langkah kerja untuk melakukan evaluasi adalah :
  • menganalisis dan merumuskan masalah yang akan dievaluasi
  • Menyusun kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi berdasar logika deduksi dari pengetahuan ilmiah yang telah ada sampai saat ini

19 of 291

  1. Pengumpulan fakta empiris dari hal – hal yang akan dievaluasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

  • Menguji fakta dengan kriteria dengan menggunakan logika induktif

  • Analisis, diskusi, penarikan kesimpulan dan penulisan laporan

20 of 291

Survey adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan abik terhadap suatu persoalan tertentu dan dalam suatu daerah tertentu. Selanjutnya penelitian survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari sample dengan menanyakan melalui angket atau interview agar nantinya menggambarkan sebagai aspek dari populasi.

21 of 291

Karakteristik :

  • Data survey dapat dikumpulkan dari seluruh populasi
  • Data yang sifatnya nyata
  • Hasil survey dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang sifatnya terbatas, karena data yang dikumpulkan dibatasi oleh waktu. dan saat data itu dikumpulkan

22 of 291

  • Biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya insidentil
  • Pada dasarnya survey adalah metode cross sectional
  • Cenderung mengandalkan data kuantitatif
  • Mengandalkan teknik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara berstuktur

23 of 291

“ Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta – fakta atau prinsip – prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi ”

24 of 291

Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis juga biasa disebut sebagai manfaat akademis. Manfaat teoritis adalah manfaat yang dapat membantu kita untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu disiplin ilmu.

25 of 291

Dalam ilmu manajemen, misalnya, pemahaman terhadap konsep motivasi pegawai. Begitu pula yang terjadi disiplin ilmu lain seperti ekonomi, sejarah, biologi, fisika, dan lain – lain.

26 of 291

  1. Manfaat praktis

Manfaat praktis adalah manfaat yang bersifat terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis seperti memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, atau memperbaiki suatu program yang sedang berjalan.

27 of 291

“Memperbaiki sistem perbankan nasional” adalh suatu manfaat praktis yang dapat diberlakukan secara makro di tingkat negara

28 of 291

Contoh 1

Manfaat Akademis / Teoritis

Dengan penelitian ini, kita harapkan pemahaman kita terhadap perbedaan antara metode algoritmik dan metode gabungan algo-heuristik, dalam konteks pengajaran bahasa semakin baik. Sejauh ini, tidak banyak studi eksperimental untuk menguji validitas berbagai metode ini di Indonesia. Penelitian ini diharapkan akan mampu mengisi kekosongan pemahaman teoritis dalam bidang ini.

29 of 291

Contoh 2

Manfaat Praktis

Dari penelitian ini, kita harapkan beberapa rekomendasi solusi terhadap kesulitan yang dihadapi Ditjen Pajak dalam peningkatan penerimaan pajak dapat diketemukan. Paling tidak, studi ini akan diharapkan maupun menjelaskan alasan – alasan praktis yang menjadi penghalang (constraints) ditjen pajak dalam peningkatan penerimaan pajak.

30 of 291

  1. Memperdalam spesialisasi dan Pengembangan bahan ajar

sebagai seorang guru, dalam kaitannya dengan tugas dan fungsinya tatap muka dalam kelas, pendalaman isi materi dari spesialisasi yang diajarkannya merupakan hal yang paling prinsip bagi seorang guru.

31 of 291

Guru harus mampu melakukan inovasi – inovasi yang berkaitan dengan spesialisasinya dan utamanya bahan ajar yang digunakan jangan sampai menggunakan data – data yang sudah tidak akurat lagi. Untuk itu seorang guru harus banyak membaca dan mencari referensi – referensi yang dapat menambah kemasan dari spesialisasi dan bahan ajar yang disampaikan.

32 of 291

  1. Memperluas wawasan

Selain kaitannya dengan tatap muka seorang guru dituntut untuk mampu mengembangkan wawasannya, mampu melakukan kajian, penelitian, serta mampu membuat tulisan ilmiah di berbagai media massa baik di koran maupun di buletin – buletin.

33 of 291

Hal ini tentunya mempunyai arti tersendiri bagi pengembangan jenjang kariernya. Dalam artian sebagai seorang guru tidak hanya melakukan tatap muka di depan kelas melainkan juga harus mampu untuk mengembangkan wawasan bagi dirinya, serta melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan penelitian lapangan maupun studi pustaka.

34 of 291

Penulisan karya tulis ilmiah akan memberikan nilai tambah yang cukup tinggi. Karena angka kredit untuk karya tulis ilmiah cukup tinggi.

35 of 291

Jenis - jenis Penelitian

  1. Penelitian Deskriptif, meliputi :
  2. Penelitian survey
  3. Penelitian Kasus
  4. Penelitian Pengembangan
  5. Penelitian Tindak Lanjut
  6. Penelitian Analisis Dokumen
  7. Studi Waktu dan Gerak
  8. Studi kecenderungan.

36 of 291

  1. Penelitian Sejarah
  2. penelitian Korelasional
  3. Penelitian Kausal Komparatif
  4. Penelitian Eksperimen
  5. Penelitian Tindakan
  6. Penelitian Grounded

37 of 291

Suatu penelitian selalu bertolak dari suatu teori atau hasil penemuan atau kesimpulan dari suatu hasil penemuan yang bersifat umum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mengintegrasikan metode deduktif dan induktif akan memperoleh hasil yang lebih maksimal.

38 of 291

Penelitian menggambarkan suatu penelitian bertolak dari perumusan masalah yang digali dari khasanah pengetahuan ilmiah untuk menyusun kerangka berfikir dengan menggunakan cara deduksi/koherensi,

39 of 291

Untuk merumuskan hipotesa, kemudian hipotesa ini secara induksi/korespondensi dilakukan pengujian hipotesa, jika hipotesa diterima secara pragmatis maka hasil penelitian kita dapat merupakan hasil generalisasi baru yang akan menambah khasanah pengetahuan ilmiah yang baru.

40 of 291

Dalam melakukan penelitian seseorang dituntut untuk mengetahui dan menerapkan ciri – ciri atau prinsip – prinsip seperti berikut :

  1. Penelitian perlu dirancang dan diarahkan guna memecahkan suatu masalah tertentu. Yang pada akhir penelitian hasilnya dapat menjawab masalah tersebut.

41 of 291

  1. Penelitian tekanannya untuk mengembangkan generalisasi, prinsip – prinsip dan teori – teori. Dengan demikian hasilnya mempunyai nilai deskripsi dan prediksi, dalam hubungan ini, penemuannya terfokus pada suatu obyek, kelompok atau situasi tertentu yang spesifik.

42 of 291

  1. Berangkat dan bermula pada masalah atau obyek yang diteliti/diobservasi. Prosedur penelitian tak dapat digunakan untuk menjawab masalah yang tak bisa diobservasi dan tak mempunyai bukti empiris.

43 of 291

  1. Penelitian memerlukan observasi dan deskripsi yang akurat. Untuk itu peneliti menggunakan kuantifikasi serta berbagai alat ukur/perhitungan dan deskripsi yang cermat.

44 of 291

  • Langkah Pertama Menjelaskan Latar Belakang Permasalahan

inilah langkah yang sangat penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Dilangkah inilah peneliti harus dapat harus dapat menyakinkan dirinya sendiri dan orang – orang lain bahwa apa yang akan ditelitinya nanti benar – benar penting dan memang mendesak dilakukan.

45 of 291

Disini, peneliti harus mampu menyentakkan kesadaran pembaca, bahwa apa yang akan ditelitinya ini benar – benar suatu keharusan, bukan sekedar kegiatan rutin atau iseng yang jika pun diabaikan tidak akan ada yang perduli.

46 of 291

Bagaimana caranya agar latar belakang penelitian kita benar – benar “solid” dan menyakinkan? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

  1. Tingkat kebaruan (novelty) topik yang diteliti
  2. Kespesifikan topik yang diteliti
  3. Kekuatan data yang mendukung
  4. Kelugasan bahasa

47 of 291

  1. Tingkat Kebaruan Topik yang Diteliti

Siapapun tidak akan tertarik pada sesuatu yang klise dan telah berulang kali dilakukan orang. Sesuatu yang baru memang bersifat relatif. Apa yang baru bagi seseorang mungkin sama sekali tidak baru bagi orang lain. Tetapi peneliti harus berusaha menemukan sesuatu yang baru dan orisinal sesuai dengan kemampuannya.

48 of 291

Untuk itu, peneliti setidak – tidaknya harus mengkaji penelitian apa saja yang sejenis, yang mirip dengan topik penelitiannya, yang telah pernah dilakukan orang. Dengan demikian, ia akan tahu, dari segi apa ia akan meneliti topik itu. Kalaupun ia terpaksa mengulangi suatu penelitian yang pernah dilakukan orang lain, ia setidaknya menyadari keberadaan penelitian ini, dan menjelaskan di latar belakang penelitian.

49 of 291

Dalam hal ini, peneliti tidak boleh bersifat naif dan berpretensi bahwa topiknya adalah amat baru, dan belum ada seorang peneneliti pun yang pernah menelitinya. Kata pepatah : apa yang baru di kolong langit ini? Apa yang tidak pernah dipikirkan umat manusia? Pepatah ini benar.

50 of 291

Tetapi peneliti tidak boleh kehilangan akal untuk menemukan sesuatu yang baru dan orisinil perihal topik yang ditelitinya. Tanpa ciri “novelty” atau kebaruan ini maka latar belakang kita pasti akan klise dan membosankan.

51 of 291

  1. Kespesifikan Topik

Dalam latar belakang, hindari pernyataan – pernyataan umum yang secara “common sense” sebagian pembaca sudah tahu. Peneliti boleh memulai dari penjelasan umum tentang sesuatu, tetapi kunci utamanya bukan pada penjelasan umum ini. Kunci utamanya terletak pada tingkat kespesifikan penjelasan anda.

52 of 291

Misalnya, jangan berhenti dan puas dengan pernyataan umum bahwa “penarikan pajak di tanah air ini belum memuaskan”. Tetapi cobalah untuk lebih spesifik dengan mengatakan “ penarikan pajak di Kabupaten Dati 11 Tangerang selama ini tidak memuaskan karena beberapa alasan, antara lain hal ini disebabkan oleh metode penetapan pajak yang diterapkan selama ini terkesan tidak sistematik dan rasional”.

53 of 291

Kecuali dalam penelitian kualitatif, hampir semua penelitian kuantitatif mengkaji sesuatu yang relatif sempit dan spesifik. Karakter spesifik inilah yang harus nampak jelas di bagian latar belakang.

54 of 291

  1. Kekuatan Data Yang Mendukung

Latar belakang penelitian kita akan menjadi lebih menyakinkan bila dilengkapi dengan data – data atau bukti – bukti. Pernyataan umum dan kualitatif tentu diperlukan.

55 of 291

Tetapi suatu klaim umum dan kualitatif tentang sesuatu akan menjadi hambar tanpa didukung data yang kuat. Lebih dari itu, klaim tanpa data atau bukti akan menjurus ke arah retorika kosong yang tidak berbobot ilmiah sama sekali.

56 of 291

Dengan demikian, seorang peneliti sebenarnya sudah melakukan penelitian untuk mengumpulkan data, yang akan digunakannya untuk keperluan penulisan latar belakang masalah ini. Penelitian awal seperti ini dalam bahasa inggris disebut “Preliminary research” (riset pendahuluan).

57 of 291

Hasil dari riset pendahuluan ini adalah data – data pendahuluan yang dapat dijadikan bahan inspirasi bagi peneliti untuk “mempersempit” permasalahan penelitiannya. Permasalahan penelitian yang sudah terfokus dan didukung data inilah yang seharusnya ditulis di bagian latar belakang penelitian.

58 of 291

  1. Kelugasan – Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam penelitian ilmiah adalah bahasa yang langsung, “to the point” atau lugas. Tidak perlu ada kalimat – kalimat yang berbunga – bunga dan “non – sense” di dalam penelitian kita.

59 of 291

Untuk itu, peneliti harus ingat, latar belakang permasalahan penelitian “hanyalah” sebuah latar belakang saja. Ia bukanlah permasalahan itu sendiri. Tetapi justru karena itu, maka latar belakang ini diusahakan harus sesingkat mungkin, dan terhindar dari basa – basi yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian.

60 of 291

Banyak peneliti pemula yang bertele – tele pada bagian ini. Mereka mengutip, misalnya, dokumen – dokumen penting seperti GBHN atau pidato Presiden. Tetapi kutipan – kutipan ini menjadi absurd dan mengada – ada karena tidak ada kaitan langsung dengan permasalahan penelitian. Kutipan – kutipan ini akhirnya hanya menjadi basa – basi politis yang klise dan membosankan.

61 of 291

  • Langkah Kedua : Merumuskan Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan merupakan inti masalah yang akan di teliti oleh peneliti. Karena itu, pokok permasalahan harus bersifat ringkas, jelas, dan mempunyai ruang lingkup yang spesifik.

62 of 291

Untuk itu, pokok permasalahan yang baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu

  1. Konsistensi dengan latar belakang permasalahan
  2. Kejelasan ruang lingkup permasalahan
  3. Kejelasan konsep atau variabel yang diteliti

63 of 291

  1. Konsistensi dengan latar belakang permasalahan

Sering kali kita dikejutkan suatu rumusan suatu pokok permasalahan penelitian yang seolah – olah “jatuh dari langit”. Pokok permasalahan ini tiba – tiba saja ada, tanpa ada kejelasan keterkaitannya dengan latar belakang permasalahan.

64 of 291

Tentu saja kalau dicari – cari keterkaitannya, selalu ada. Tetapi penjelasan – penjelasan yang begitu umum dan sumir, dan pernyataan pokok permasalahan yang begitu “tiba – tiba muncul” membuat kita bertanya – tanya, mengapa latar belakang ini tidak terkait langsung dengan pokok permasalahan? Peneliti harus menghindari kesalahan seperti ini.

65 of 291

Pokok permasalahan harus dipandang sebagai “konsekwensi logis” yang timbul dari latar belakang permasalahan. Pokok permasalahan adalah semacam “akibat” dari suatu “sebab” yang dijelaskan di latarbelakang masalah.

66 of 291

Peneliti tidak boleh memaksa pembaca untuk percaya bahwa inilah pokok permasalahan penelitiannya, tanpa mendukungnya dengan data dan penjelasan yang rasional dan proposional di latarbelakang permasalahan penelitian.

67 of 291

  1. Kejelasan ruang lingkup permasalahan

Di latar belakang permasalahan penelitian, peneliti harus berusaha agar apa yang akan ditelitinya telah bersifat spesifik dan terfokus. Dalam penjelasan pokok permasalahan penelitian, peneliti dituntut untuk lebih spesifik dan terfokus, serta menjelaskan apa yang akan ditelitinya.

68 of 291

Dan apa yang tidak termasuk objek penelitiannya. Apa yang termasuk (within) dan apa yang tidak termasuk (without) inilah yang akan melahirkan “garis ruang lingkup penelitian”.

69 of 291

Dalam hal ini, akan lebih jelas dan lebih baik lagi bila peneliti menjelaskan alasan, mengapa hal tertentu akan diteliti, dan hal lain meskipun berhubungan tidak diteliti.

70 of 291

Hal ini akan menegaskan bahwa peneliti sebenarnya sadar bahwa banyak hal bisa diteliti. Tetapi sengaja membatasi permasalahannya, karena alasan – alasan tertentu.

71 of 291

  1. Kejelasan konsep atau variabel yang diteliti

Meskipun pada bagian lain peneliti mungkin akan memberikan definisi yang lebih pasti dan lebih operasional terhadap konsep – konsep atau variabel yang akan ditelitinya, tetapi pada tahap ini peneliti harus mulai memberi penjelasan eksplisit tentang konsep dan variabel yang ditelitinya.

72 of 291

Pada tahap ini, peneliti harus sudah tahu “apa” yang akan ditelitinya, dan bukan sekedar tahu apa yang (secara umum) menggangu pikirannya. Karena itu, pada bagian ,“ pokok permasalahan” ini seringkali peneliti mengakhiri penjelasannya dengan menyodorkan suatu pertanyaan atau sesuatu pernyataan yang berisi “pokok permasalahan” yang ditelitinya.

73 of 291

Pertanyaan atau pernyataan ini bukanlah suatu keharusan, tetapi bila diberikan akan sangat berguna bagi pembaca untuk memahami pokok permasalahan penelitian dalam bahasa yang amat singkat dan spesifik.

74 of 291

CONTOH 2�POKOK PERMASALAHAN PENELITIAN

Pokok Permasalahan

Dari penjelasan di Latar Belakang, nampaknya terdapat hubungan_antara tingkat pendidikan para akseptor KB dengan kecepatan penerimaan informasi tentang penggunaan alat – alat kontrasepsi. Tetapi nampak pula bahwa latarbelakang sosial ekonomi para akseptor juga ikut berpengaruh.

75 of 291

Pokok permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pola hubungan antara tingkat pemahaman (kognitif) para calon akseptor KB terhadap alat – alat kontrasepsi, dengan format penyampaian informasi (“delivery system”) yang digunakan oleh para staf KB yang menyampaikan informasi. Apa yang dimaksud dengan tingkat pemahaman disini dibatasi pada pemahaman terhadap alat – alat kontrasepsi yang diperkenalkan saja. Format penyampaian informasi termasuk format tercetak, lisan, terekam.

76 of 291

Pokok Permasalahan

Dari penjelasan di Latar Belakang terdapat informasi informasi yang menunjukkan pelanggaran – pelanggaran hukum yang tersurat maupun tersirat, yang terdapat di dalam beberapa keppres, yang diluncurkan pemerintah sejak 1990 sampai akhir 1997.

77 of 291

Pokok permasalahan penelitian ini terfokus pada adanya kemungkinan – kemungkinan penyimpangan dari azaz legalitas, yang dibuat semasa Orde Baru.

78 of 291

Pertanyaan umum yang akan dicoba dijawab melalui penelitian ini adalah : “apakah terdapat penyimpangan dari azaz legalitas dalam hal produk hukum berbentuk Keppres, yang dibuat oleh pemerintah di era orde Baru ?

79 of 291

  • Langkah Ketiga : Memformulasikan Permasalahan

Formulasi permasalahan penelitian merupakan perwujudan yang lebih spesifik dan tegas dari pokok permasalahan penelitian. Formulasi permasalahan tidak memerlukan penjelasan, tetapi langsung berupa pernyataan (atau pertanyaan) pendek tentang permasalahan penelitian.

80 of 291

Formulasi permasalahan penelitian dapat berbentuk sebagai pertanyaan, pernyataan, atau hipotesis penelitian. Secara singkat kita ulangi dari penjelasan di bagian pertama buku ini, kita menggunakan format pertanyaan atau pernyataan bila kita belum cukup memiliki data untuk memberikan “jawaban sementara” bagi pertanyaan penelitian kita.

81 of 291

Kita menggunakan format hipotesis apabila kita telah memiliki cukup data untuk memberikan “jawaban sementara” terhadap pertanyaan penelitian kita (ingat : hipotesis adalah jawaban sementara yang dapat diberikan oleh peneliti terhadap pertanyaan penelitiannya sendiri)

82 of 291

Sebagai panduan praktis, peneliti harus ingat bahwa formulasi permasalahan yang baik mengandung satu, dua ata ketiga persyaratan berikut ini.

  1. Adanya kejelasan variabel penelitian
  2. Adanya kejelasan pola hubungan antar variabel
  3. Penggunaan notasi statistik matematik yang universal

83 of 291

  1. Adanya kejelasan variabel penelitian

Formulasi permasalahan penelitian tidak hanya mengandung suatu isu atau konsep yang umum dan “abstrak”. Tetapi formulasi itu sudah harus mengandung variabel yang jelas, operasional, dan dapat diukur. Kita ingat kembali, kata kunci sebuah penelitian adalah “data”.

84 of 291

Tanpa data, tidak akan pernah ada penelitian. Data merupakan hasil dari pengukuran. Apa yang diukur ini adalah hasil operasionalisasi dari variabel penelitian (dalam bentuk indikator – indikator)

85 of 291

Pada tahap ini, seorang peneliti juga seharusnya telah melakukan penelitian awal untuk mencari penjelasan tentang variabel – variabel penelitiannya. Peneliti membaca berbagai literatur, mengkaji berbagai laporan penelitian sejenis, atau bertanya kepada pakar, tentang variabel – variabel tersebut.

86 of 291

Peneliti sebaiknya tidak melakukan “trial dan eror” untuk menentukan variabel penelitiannya. Cara ini selain tidak ilmiah juga tidak efisien. Di samping itu, cara ini mungkin akan menyesatkan peneliti untuk menggunakan istilah – istilah yang tidak baku dan diakui di dunia penelitian ilmiah.

87 of 291

  1. Adanya kejelasan pola hubungan antara variabel

Jika formulasi permasalahan mengandung suatu hubungan antara satu dan lain variabel, maka pola hubungan ini harus secara eksplisit disebutkan di dalam formulasi. Pola hubungan antar variabel mungkin berbentuk hubungan korelasional, sebab akibat, pengaruh mempengaruhi, dan lain sebagainya.

88 of 291

Dalam hal ini, peneliti harus berhati – hati dalam penggunaan bahasa. Kata “pengaruh” misalnya, mungkin mengandung makna “sebabakibat”, tetapi mungkin juga sekedar hubungan hubungan “korelasional”. Kedua arti kata ini jelas mengandung implikasi yang sangat berbeda.

89 of 291

Jika yang dimaksud peneliti adalah hubungan sebab – akibat, maka peneliti harus mengantisipasi metode penelitian apa yang paling sesuai untuk penelitiannya, dan analisis data yang seperti apa yang akan digunakannya kelak. Konsekwensi lain akan timbul bila yang dimaksud penelitian dengan kata “pengaruh” itu sebenarnya adalah hubungan “korelasional” atau “asosiasional”.

90 of 291

Dengan kata lain, apa yang tersirat di dalam pola hubungan ini adalah beberapa hal penting dalam suatu penelitian, seperti definisi variabel, pola hubungan antar variabel, metodologi analisis data. Ini harus diperhitungkan baik – baik oleh peneliti.

91 of 291

  1. Penggunaan notasi statistik/matematik yang universal

Bila formulasi permasalahan melibatkan rumusan statistik atau matematik, maka peneliti sebaiknya meggunakan notasi, simbol, dan tata cara yang sudah diakui secara universal.

92 of 291

Penggunaan notasi baru hasil rekayasa sendiri mungkin malah akan menimbulkan kebingungan bagi pembaca. Penelitiannya sendiri mungkin akan bingung bila harus membandingkannya dengan tulisan orang lain yang sejenis.

93 of 291

Untuk menggunakan notasi – notasi universal secara benar, peneliti harus mempelajari buku – buku statistik atau buku – buku lain yang selevan dengan penelitiannya. Perlu diingat, suatu notasi mungkin mempunyai makna yang berbeda – beda bila digunakan di konteks disiplin ilmu yang berbeda – beda. Huruf f bisa berarti frekwensi, bisa pula berarti fungsi dan sebagainya.

94 of 291

CONTOH 4�FORMULASI PERMASALAHAN PENELITIAN

Formulasi Permasalahan Penelitian

Pertanyaan – pertanyaan yang akan di jawab melalui penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana profil sosial ekonomi masyarakat nelayan yang tinggal dibeberapa daerah pesisir utara pulau Jawa, terutama di beberapa. Kota pesisir di Jawa Tengah?
  2. Bagaimana profil kinerja koperasi nelayan yang ada beberapa kota tersebut?
  3. Apakah terdapat korelasi (meskipun bersifat kualitatif) antara profl pendapatan para nelayan di daerah tersebut dengan aset koperasi yang ada?

95 of 291

CONTOH 4�

Formulasi Permasalahan penelitian

Dengan berdasar pada beberapa asumsi dasar yang telah dijelaskan di depan, maka hipotesis, dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hipotesis Mayor:

Penerimaan inovasi dalam masyarakat sebagian tergantung pada pengaruh pemimpin (opinion leader) dimasyarakat tersebut.

96 of 291

Hipotesis Minor :

  1. Tingkat pendidikan masyarakat berhubungan dengan tingkat ketergantungan masyarakat tersebut kepada “union leader” dalam hal penerimaan suatu inovasi
  2. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin rendah ketergantungan mereka kepada “opinion leader” dalam proses penerimaan inovasi.
  3. Masyarakat pada umumnya lebih tergantung pada pemimpin non-formal dalam hal penerimaan inovasi.

97 of 291

  • Langkah Keempat : Menjelaskan Tujuan Peneltitan

Tujuan penelitian adalah sesuatu yang dicapai segera setelah penelitan selesai dikerjakan. Tujuan berbeda dari manfaat (lihat langkah kelima). Secara umum semua penelitian bertujuan untuk “menemukan” kebenaran ilmiah.

98 of 291

Tetapi secara terperinci, peneliti harus menjelaskan apa yang sebenarnya yang akan dicapai melalui penelitiannya. Ada beberapa macam tujuan penelitian yang lazim akan dicapai oleh seorang peneliti, yaitu antara lain

99 of 291

  1. Mengeksplorasi suatu objek

  • Menjelaskan keadaan suatu obyek

  • Mengevaluasi suatu objek

  • Memvalidasi suatu teori

  • Menemukan suatu model

100 of 291

  1. Mengeksplorasi suatu objek

Mengeksplorasi (to explore) suatu objek penelitian dicanangkan seorang peneliti bila ia ingin mendapatkan gambaran umum suatu objek. Penelitian dengan tujuan seperti ini dilakukan pada tahap - tahap awal pemahaman terhadap objek tersebut (objek penelitian mungkin berupa sekelompok masyarakat, bangsa, program atau sekedar sebuah pasar kecil di sebuah desa).

101 of 291

Eksplorasi suatu objek biasa menghasilkan sebuah gambaran umum, tanpa adanya pendalaman pemahaman terhadap objek itu. Penelitian survai dapat digunakan untuk mencapai tujuan eksplorasi ini. Tetapi karena sifat temuannya masih bersifat umum (dan biasanya dangkal dan superfisial), peneliti sebaiknya tidak puas berhenti pada tujuan ekplorasi ini.

102 of 291

CONTOH 7�FORMULASI TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan eksploratif sebagai berikut :

  1. Memetakan keadaan sarana fisik di beberapa SD Inpres di beberapa Kabupaten di Propinsi NTT
  2. Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan untuk pengembangan SD – SD Inpres tersebut
  3. Menggambarkan profil kinerja terhadap program program pendidikan yang kini sedang diimplementasikan

103 of 291

  1. Menjelaskan keadaan suatu objek

Menjelaskan (to explain) suatu objek secara mendalam adalah tujuan yang lebih tajam daripada tujuan mengeksplorasi.

104 of 291

Dalam hal ini, pendalaman atau penajaman ini mungkin berarti penjelasan rinci terhadap objek tersebut secara deskriptif, penjelasan korelasional antara satu karakteristik dari objek tersebut dengan hal hal lain, atau penjelasan sebab akibat antara objek penelitian tersebut dengan objek objek lain.

105 of 291

Dengan demikian, tujuan penelitian “menjelaskan” ini dapat dicapai melalui berbagai metode penelitian termasuk metode deskriptif dengan variabel tunggal (univariat), metode korelasional dengan multivariabel, atau metode eksperimen untuk menjelaskan suatu pola hubungan sebab akibat.

106 of 291

CONTOH 8

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk :

  1. Menjelaskan perbedaan pemahaman terhadap alasan di balik penarikan iuran TV antara masyarakat berstrata ekonomi tinggi, dengan strata menengah, dan bawah (lemah).
  2. Menjelaskan kemungkinan adanya korelasi antara tingkat pemahaman terhadap alasan penarikan iuran TV dengan tingkat pendapatan di masyarakat di tiga strata sosial ekonomi tersebut

107 of 291

  1. Mengevaluasi suatu objek

Mengevaluasi (to valuate) suatu objek penelitian dilakukan bila peneliti ingin menentukan nilai objek tersebut dengan cara membandingkannya dengan suatu standar ukuran.

108 of 291

Bila tujuan ini tercapai, mungkin saja peneliti juga mencapai tujuan – tujuan lain yang lebih rinci, seperti misalnya untuk membuat keputusan, untuk meningkatkan kualitas objek itu, dan seterusnya

109 of 291

Tujuan untuk mengevaluasi objek ini dapat dicapai melalui berbagai metode penelitian yang berkonotasi evaluatif seperti studi akreditasi, “judical review”, evaluasi program, dan sebagainya.

110 of 291

Bahkan seorang guru dapat melakukan riset dengan tujuan evaluasi ini, hanya dengan cara memberi seperangkat tes kepada siswa – siswinya, asal tujuan ini memang untuk penelitian.

111 of 291

CONTOH 9

Penelitian ini dirancang dengan bertujuan sebagai berikut:

  1. Mengevaluasi efektifitas program pemerintah dalam pengentasan buta huruf yang tercakup dalam program paket A dan paket B di daerah Ciganjur – Jawa Barat.
  2. Menilai proses manajemen penyelenggaraan program program tersebut

112 of 291

  1. Memvalidasi suatu teori

Tujuan memvalidasi (to validate) suatu teori dicanangkan bila peneliti tertarik untuk menguji kebenaran atau keabsahan suatu teori.

113 of 291

Teori disini termasuk teori – teori besar dan rumit dan sudah mapan dalam disiplin ilmu tertentu, atau bisa juga “teori” yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dari pengalaman dan bacaan yang ia kaji.

114 of 291

Seorang peneliti mungkin ingin menguji kebenaran bahwa cahaya mempunyai dua sifat, sebagai gelombang dan sebagai partikel. Peneliti lain mungkin ingin menguji apakah benar beberapa kitab suci dianggap “diskriminatif” terhadap kaum perempuan, seperti yang “diteorikan” oleh sebagian orang.

115 of 291

Bahkan suatu saat ada seorang peneliti rasialis yang ingin “memvalidasi kebenaran” bahwa ras Wit putih lebih superior daripada ras hitam (negro).

116 of 291

CONTOH 6

Tujuan penelitian ini adalah untuk memvalidasi kebenaran teori kurva “adopsi inovasi” oleh Everett Rogers (atau disebut pula kurva “kategorisasi adopter”) dalam hal “sikap terhadap Dwi Fungsi ABRI” di konteks masyarakat urban di Jabotabek

117 of 291

  1. Menemukan suatu model

Menemukan (to invent, to build) suatu model adalah tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh seorang peneliti yang tertarik pada model, formula (rumus), atau prosedur yang dapat digunakan untuk menjelaskan atau melakukan sesuatu.

118 of 291

Misalnya, peneliti ingin membuat model alternatif untuk menghitung inflasi. Maka ia akan membaca literatur dan mengumpulkan data – data yang diperlukan untuk menemukan komponen atau “building blocks” yang membangun model itu

119 of 291

Apa yang dimaksud “model” disini dapat berupa abstraksi sebuah pemikiran atau suatu tiruan konkret dari suatu sistem. Model di sini boleh jadi bersifat abstrak teoritis (seperti model pembentukan alam semesta) atau bersifat konkrit – praktis (seperti model untuk menghitung suku bunga)

120 of 291

CONTOH 7

Penelitian ini dirancang dengan tujuan untuk mengidentifikasi prediktor – prediktor alternatif (selain yang kini dikenal) untuk memprediksi tingkat inflasi di Indonesia. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu persamaan regresi linear gand untuk menggambarkan fluktuasi indeks inflasi tersebut dengan beberapa variabel sebagai prediktor utama.

121 of 291

LATIHAN

Cobalah jawab pertanyaan berikut ini sebelum melanjutkan ke bab – bab berikutnya :

  1. Jelaskan pengertian penelitian dan manfaatnya ?
  2. Jelaskan tentang format umum penelitian?
  3. Jelaskan ciri – ciri pokok permasalahan yang baik?
  4. Berikan minimal satu conto formulasi permasalahan yang baik
  5. Apa saja tujuan suatu penelitian? Jelaskan jawaban Anda
  6. Apa beda manfaat teoritis dan manfaat praktis? Berikan contohnya

122 of 291

Didalam tahapan umum penelitian terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yang merupakan serangkaian langkah kegiatan yang dilaksanakan secara teratur dan sistematis untuk dapat diterima suatu rencana tujuan penelitian.

123 of 291

Tahapan Umum Penelitian Ilmiah

Dalam melakukan penelitian ilmiah ada beberapa tahapan yang harus diikuti, yaitu :

124 of 291

Rantai Pertama Logika Penyusunan Proposal Penelitian : Perumusan Permasalahan Penelitian

Terdiri dari langkah – langkah :

  1. menjelaskan latar belakang permasalahan penelitian
  2. merumuskan pokok permasalahan
  3. memformulasikan permasalahan
  4. menjelaskan tujuan penelitian
  5. menguraikan manfaat penelitian

125 of 291

Rantai Kedua Logika Penyusunan Proposal Penelitian : Perumusan Kerangka Teoritik

Terdiri dari langkah – langkah :

  1. mengkaji kepustakaan
  2. mendefinisikan variabel dan indikator
  3. menjelaskan kerangka teoritik

126 of 291

Rantai Ketiga Logika Penyusunan Proposal Penelitian : Penentuan Metodologi

Terdiri dari langkah – langkah :

  1. menentukan metode penelitian
  2. menentukan populasi dan sampel

127 of 291

Rantai Keempat Logika Penyusunan Proposal Penelitian, Manajemen Penelitian

Terdiri dari langkah – langkah :

  1. membuat sebuah proposal penelitian
  2. mengelola anggaran penelitian
  3. mengelola personalia penelitian
  4. mengelola fasilitas penelitian

128 of 291

Konsepsi Dasar Perumusan Penelitian Ilmiah

  1. Menjelaskan Kerangka Teoritik

Kerangka teoritik atau kerangka berpikir mempunyai konotasi dan pengertian bermacam macam.

129 of 291

Kerangka teoritik dianggap sebagai sistem yang terdiri dari variabel – variabel (sebagai sub sistem)) dan keterkaitan antar variabel tersebut. Kerangka teoritik dianggap pula sebagai sistematika atau logika seorang peneliti sejak dari perumusan masalah sampai dengan pengambilan kesimpulan penelitian.

130 of 291

Kerangka teoritik juga dianggap sebagai model konseptual yang mencerminkan objek penelitian. Kerangka teoritik kadang – kadang dianggap sebagai suatu model yang harus berbentuk diagram atau skema (jadi kalau tidak dalam bentuk diagram atau skema dianggap bukan kerangka teoritik)

131 of 291

Semua pengertian diatas mengandung kebenaran, meskipun sekali waktu terkesan berlebihan (misalnya, kerangka teoritik harus berbentuk diagram). Apapun bentuk dan pengertiannya, beberapa hal teknis yang harus dilakukan peneliti dalam hal pembuatan kerangka teoritik ini adalah sebagai berikut :

132 of 291

  • Menjelaskan alur pikir penelitian

  • Menjelaskan atau menggambarkan pola hubungan antar variabel

  • Menjelaskan asumsi atau anggapan dasar

  • Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian

133 of 291

  • Menjelaskan alur pikir penelitian

Pada bagian ini, peneliti menjelaskan (kembali) secara amat singkat apa sebenarnya yang akan ditelitinya, bagiamana menelitinya, dan berbagai jawaban sementara (hipotesis) yang mungkin bisa diberikan.

134 of 291

Secara teknis, peneliti harus menyinggung objek penelitian, variabel variabel, metodologi, dan antisipasi kesimpulan penelitian. Pola pikir ini jelas bisa dibuat setelah peneliti tahu persis objek penelitian, definisi variabel dan metodologi penelitian yang bakal diaplikasikannya.

135 of 291

Tetapi ingat, alur pikir ini masih bersifat konseptual, belum diimplementasikan. Karena itu, alur pikir ini dapat pula dianggap masih bersifat hipotesis (hypothecal)

136 of 291

  • Menjelaskan pola hubungan antar variabel

Hubungan antar variabel sudah pasti melibatkan lebih dari satu variabel. Jika penelitian kita hanya mengandung satu variebel dengan analisis univariat, maka penjelasan atau penggambaran pola hubungan antar variabel ini tidak relevan lagi.

137 of 291

Dalam penelitian yang melibatkan variabel ganda (bivariat) atau jamak (multivariat), penjelasan atau penggambaran pola hubungan ini mutlak diberikan. Misalnya, peneliti mempunyai 5 variabel dalam penelitiannya yang saling berkaitan (variabel A, B, C, D, E).

138 of 291

Pendeknya, peneliti mempunyai berpuluh – puluh kemungkinan pola hubungan antara lima variabel di atas. Tetapi, pola hubungan yang mana yang akan diteliti ? Apa alasannya ? Apa dasar pemilihan pola itu ? Apakah pola yang dipilih itu masuk akal ? Dan seterusnya.

139 of 291

Selain itu, jangan lupa pula, bahwa setiap variabel mempunyai nama dan julukan sesuai dengan peran, fungsi, atau kedudukannya. Ingatlah istilah – istilah seperti variabel bebas, variabel terikat, variabel moderator, variabel pengacau (intervening), variabel pengaruh, variabel terpengaruh, dan sebagainya.

140 of 291

Peneliti seyogianya menggunakan terminologi teknis ini dalam penjelasan pola hubungan antar variabel yang ditelitinya.

141 of 291

  • Menjelaskan asumsi atau anggapan dasar

Dalam bahasa sehari hari, kita sudah akrab dengan berbagai asumsi atau anggapan dasar. Seorang pegawai rendahan di sebuah kantor berkata : “Gaji saya sih cukup, asal harga – harga sembako tetap seperti sekarang”.

142 of 291

Dalam hal ini kata – kata “asal harga – harga sembako tetap seperti sekarang” adalah asumsi atau anggapan dasar. Perlu diingatkan kembali, semua penelitian dimulai dari dari suatu pertanyaan dan diakhiri dengan suatu jawaban.

143 of 291

Untuk memberikan “jawaban” inilah diperlukan suatu asumsi atau anggapan dasar. Pernyataan “gaji saya sih cukup” adalah semacam jawaban dalam konteks kehidupan sehari – hari. Tetapi dalam suatu penelitian ilmiah, bila peneliti memberi suatu jawaban bahwa “ gaji pegawai di kantor X relatif cukup “, maka yang tak kalah pentingnya adalah pertanyaan “Dengan asumsi apa jawaban itu dianggap valid?”

144 of 291

Karena itu, sebelum peneliti memberikan jawaban sementara penelitiannya (misalnya dalam bentuk formula hipotesis), peneliti wajib menjelaskan dalam keadaan apa, dengan asumsi atau anggapan dasar apa, jawaban itu nantinya seharusnya diterima dan dianggap valid.

145 of 291

Hal ini berlaku di bidang ilmu apapun, termasuk ilmu eksakta (contoh: Air mendidih pada 100 C dengan asumsi ; sebuah bintang akan “go nova” bila ……; Anggaran pendapatan negara tahun ini 200 triliun dengan asumsi harga minyak $14 per barel dan penerimaan pajak…………; Buruh akan berhenti mogok asal…………)

146 of 291

  • Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian

Pada penelitian penelitian yang bersifat eksploratoris dengan pertanyaan – pertanyaan terbuka, maka kita tidak memerlukan jawaban sementara atau hipotesis.

147 of 291

Dalam penelitian – penelitian seperti ini, peneliti cukup menjelaskan secara singkat alur penelitiannya, tanpa asumsi dasar, dan tanpa pula hipotesis. Bab perumusan kerangka teoritik ini cukup ditutup dengan pertanyaan – pertanyaan penelitian yang bersifat terbuka.

148 of 291

Tetapi penelitian – penelitian yang mengarah pada “hypothesis – testing”, hipotesis atau jawaban sementara harus diberikan dan diformulasikan dengan hati – hati dan benar.

149 of 291

  1. Hipotesis harus konsisten, dengan alur pikir penelitian.
  2. Hipotesis harus mengandung variabel – variabel operasional yang telah ditentukan.
  3. Hipotesis harus berdasarkan pada asumsi atau anggapan dasar yang telah diutarakan sebelumnya.
  4. Hipotesis harus diformulasikan menurut cara dan kaidah yang lazim diikuti semua peneliti ilmiah.

150 of 291

Contoh�Kerangka Teoritik

Alur Pikir :

  • Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektifitas beberapa metode diklat yang sering digunakan di Indonesia. Metode yang diteliti adalah metode “ On the Job Training ” , ” Ceramah Interaktif ”, dan “Simulasi”. Metode penelitian adalah “kuasi – eksperimental ”.

151 of 291

Contoh�Kerangka Teoritik

  • Variabel terpengaruh adalah efektifitas diklat yang ditunjukkan melalui indikator “prestasi belajar”. Baik dilihat dari hasil ujian akhir maupun respon perseptif dari supervisor dan konsumen. Variabel yang mempengaruhi adalah metode yang digunakan, dengan variabel kontrol media yang dipakai, durasi diklat, instruktur dan materi diklat. Peserta dipilih secara “random assigment” setelah melalui tes pendahuluan dan hasil “performance appraisal” dari manajemen.

152 of 291

  • Diagram / model penelitian

Media

Instruktur

Metode

Diklat

Durasi

Materi

Prestasi

Siswa

153 of 291

Anggapan dasar :

  1. Setiap metode diklat mempunyai kabaikan dan kekurangan, tergantung pada tujuan instruksional yang akan dicapai.

  • Gabungan dua atau lebih metode diklat yang dipilih secara tepat akan lebih efektif dari pada aplikasi metode – metode tersebut secara sendiri – sendiri dan terisolasi.

154 of 291

Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal pengaruh terhadap prestasi belajar siswa antara metode “on the job training”, “ceramah”, dan “simulasi”, baik diaplikasikan sendiri – sendiri.

155 of 291

Ha 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal pengaruh terhadap prestasi belajar siswa antara minimal dua metode diklat yang digabung (diaplikasikan keduanya) dengan satu metode yang diaplikasikan secara mandiri.

156 of 291

Ha 2 : Prestasi siswa secara, signifikan akan lebih baik bila diajar dengan tiga metode sekaligus, bila dibandingkan dengan gabungan satu metode dengan satu metode lainnya, atau dengan satu metode saja secara mandiri.

157 of 291

Dalam contoh diatas tentu saja peneliti boleh menambah informasi informasi lain yang dianggap perlu, seperti populasi dan sampel, lokasi penelitian, hipotesis – hipotesis lain, atau variabel – variabel kontrol lain yang dianggap penting dan dapat mempengaruhi objek penelitian yang utama.

158 of 291

Peneliti juga boleh memberi penjelasan tentang variabel – variabel kontrol yang ada (medianya OHP dan slide, Instruktur dilatih, durasi 2 minggu, materi diklat sama, dan seterusnya).

159 of 291

Tetapi tidak semua penelitian memerlukan beberapa variabel sekaligus yang satu sama lain saling berkaitan. Terdapat pula penelitian penelitian yang bersifat eksploratoris – deskriptif tanpa ada pola hubungan apapun diantara variabel – variabel yang dikaji. Sebagai ilustrasi, kajilah contoh berikut ini

160 of 291

Contoh�Kerangka Teoritik

Alur Pikir :

  • Penelitian ini bertujuan utama untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan dan cara yang dapat meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) di 12 Kabupaten di Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Irian Jaya. Tujuan yang lain adalah untuk mendeskripsikan temuan empiris tentang strategi yang telah diterapkan oleh PEMDA di 12 Kabupaten tersebut untuk meningkatkan PAD mereka dalam 5 tahun terakhir ini. Metode penelitian adalah “action research” dengan mengandalkan observasi, wawancara mendalam, dan pengkajian dokumentasi

161 of 291

  • Hasil akhir penelitian ini berupa laporan deskriptif tentang profil dan strategi peningkatan PAD di 12 Kbupaten di tiga propinsi.

  • Diagram/model penelitian : (tidak ada)

  • Anggapan dasar : (tidak ada)

162 of 291

Pertanyaan Penelitian

  1. Bagaimana profil kuantitas PAD di 12 Kabupaten, 3 Propinsi, periode 1994 s/d 1998 ?
  2. Bagaimanakah profil PAD tersebut menurut sumber dan strategi pengumpulannya ?
  3. Bagaimanakah profit dorongan dan hambatan terhadap pengumpulan PAD tersebut ?
  4. Bagaimana profil potensi PAD di semua daerah tersebut ?
  5. Rekomendasi apa yang dapat diajukan kepada pemerintah pusat maupun pemda di 12 Kabupaten itu untuk meningkatkan PAD mereka ?

163 of 291

Perumusan Permasalahan Penelitian Ilmiah

Pokok permasalahan merupakan inti masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Karena itu pokok permasalahan harus bersifat ringkas, jelas, dan mempunyai ruang lingkup yang spesifik.

164 of 291

Untuk itu pokok permasalahan yang baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

  1. Konsistensi dengan latar belakang permasalahan
  2. Kejelasan ruang lingkup permasalahan
  3. Kejelasan konsep atau variabel yang diteliti

165 of 291

Disamping itu masalah yang dipilih haruslah merupakan masalah yang dapat diteliti, sehingga dapat dirumuskan secara jelas dan mengetahui variabel – variabel yang akan diukur dan sudah ditentukan alat ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan.

166 of 291

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rumusan masalah penelitian, menurut Drs. Nurul Zuriah, MSI (2006 : 36) yang diambil dari Yatim riyanto (1996 : 7):

167 of 291

  1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna ;

  • Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya (question)

  • Rumusan masalah hendaknya jelas dan konkret

  • Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional

168 of 291

  1. Rumusan masalah hendaknya mampu memberi petunjuk tentang memungkinkannya pengumpulan data dilapangan untuk menjawab pertanyaan yang terkandung dalam penelitian tersebut

  • Perumusan masalah haruslah dibatasi ruang lingkupnya sehingga memungkinkan penarikkan kesimpulan yang tegas.

169 of 291

Perumusan Kerangka Berpikir Ilmiah

Dalam menentukan dan membuat kerangka berpikir ilmiah perlu diperhatikan beberapa langkah, yang antara lain meliputi :

170 of 291

  • Langkah Pertama : Mengkaji Kepustakaan

  • Langkah Kedua : Mendefinisikan Variabel Indikator

  • Langkah Ketiga : Menjelaskan Kerangka Teoritik

171 of 291

  • Langkah Pertama Mengkaji kepustakaan

Mengkaji kepustakaan (Literature Review) adalah satu langkah sangat penting dan cukup kompleks. Seperti yang telah disinggung di Bagian Pertama, bab III buku ini, kajian kepustakaan mutlak dilakukan oleh seorang peneliti untuk keperluan pembangunan kerangka teori yang ilmiah.

172 of 291

Dari kajian kepustakaan inilah peneliti mendapatkan definisi definisi yang tepat terhadap variabel – variabel penelitiannya. Disamping itu, peneliti juga akan mendapatkan informasi dan temuan – temuan penting dari penelitian – penelitian lain yang relevan.

173 of 291

Pengkajian Kepustakaan juga melibatkan beberapa langkah yang jika dilaksanakan secara teratur dan sistematis dapat memudahkan kegiatan ini. Beberapa langkah teknis pengkajian kepustakaan adalah :

174 of 291

  1. Menentukan topik kajian

  • Mengidentifikasi sumber – sumber awal (prelimary sources)

  • Menemukan kepustakaan

  • Menganalisis kepustakaan

175 of 291

  1. Menentukan topik kajian

Secara umum topik kajian disini dapat diturunkan dari pokok permasalahan penelitian. Yang patut dicatat, penurunan (derivasi) ini harus serinci mungkin.

176 of 291

Rincian ini sangat penting sebab inilah yang akan menentukan judul – judul kepustakaan yang akan dikaji secara tepat. Semakin umum topik kajian, semakin banyak dan luas lingkup kepustakaan yang akan dikaji. Misalnya peneliti akan mendapatkan ribuan atau puluhan ribu judul kepustakaan yang berhubungan dengan topik Ekonomi.

177 of 291

Tetapi jumlah ini akan diperkecil bila topik ini dipersempit bila menjadi Ekonomi Makro. Topik ini pun kemungkinan akan dipersempit dan jumlah kepustakaannya pun dikurangi bila topiknya menjadi inflasi. Begitu dan seterusnya, sehingga pada suatu saat peneliti mendapatkan judul – judul kepustakaan yang secara ketat berkaitan dengan topik penelitiannya sendiri

178 of 291

Pada jaman modern seperti saat ini. (terutama di negara maju) penentuan topik ini dapat dilakukan dengan program – program komputer yang memang sengaja diprogram untuk keperluan ini (misalnya CD-ROM). Dengan cara manual, penelitian akan terpaksa terlibat dalam proses yang bertele – tele dan melelahkan.

179 of 291

Meskipun demikian, peneliti harus mampu membuat “peta” topik yang akan dicari sumber kepustakaannya. Contoh peta tersebut adalah sebagai berikut

180 of 291

Pajak

Peranan Pajak

Penggolongan

Pajak

Kelembagaan

Pajak Negara

Pajak Daerah

Pajak Subjektif

Pajak Objektif

Pajak Langsung

Pajak Tidak

181 of 291

Dari contoh peta topik diatas, peneliti bisa memulainya dari suatu topik yang lebih besar dan lebih umum dari “pajak”, atau meneruskan ke topik – topik yang lebih kecil dan lebih spesifik dari “pajak daerah”. Kerincian dan kelengkapan peta adalah terserah peneliti sendiri.

182 of 291

Yang penting, peneliti harus membuat peta yang cocok dengan permasalahan yang diteliti. Dari peta inilah perjalanan kajian kepustakaan dimulai.

183 of 291

  1. Mengidentifikasi Sumber – sumber Awal

Apa yang dimaksud dengan sumber – sumber awal (prelimary sources) adalah sumber – sumber rujukan darimana Anda dapat mengetahui sumber utama yang akan dikaji.

184 of 291

Sebuah jurnal yang ada ditangan kita dan siap kita baca isinya adalah suatu sumber utama kepustakaan kita. Tetapi sumber awal menunjukkan dimana jurnal tersebut dapat kita temukan. Jadi sumber awal bukanlah jurnal itu sendiri, tetapi baru sumber yang menunjukkan adanya jurnal tersebut.

185 of 291

Sumber awal adalah semacam “indeks” yang terdapat di bagian akhir suatu buku. Dalam dunia pendidikan, misalnya dikenal apa yang disebut ERIC (Educational Resources Information Center). Dua sumber awal yang diterbitkan ERIC adalah RIE (Resources in Education) dan CIJE (Current Index to Journal in Education).

186 of 291

Dari dua dokumen ini, kita tidak hanya dapat memperoleh judul karangan dan nama pengarang sebuah karya ilmiah, tetapi juga abstrak dari berbagai paper, laporan, penelitian, yang pernah dipresentasikan di berbagai forum. Beberapa sumber – sumber awal yang lain adalah The Citation Indexes yang diantaranya adalah SCI (Science Citation Index) atau SSCI (Social Science Citation Index).

187 of 291

SCI memuat berbagai literatur di bidang – bidang Sains, Kedokteran, Pertanian, Teknologi, dan Ilmu Pengetahuan Perilaku. Sumber lain adalah SSIE (Smithsonian Science Information Index), dan masih banyak yang lainnya.

188 of 291

Tetapi sayang sekali, sumber – sumber ini tidak tersedia dengan mudah di Indonesia. Akses terhadap sumber – sumber ini didapat dari teknologi yang relatif mahal seperti internet, kecuali suatu lembaga di Indonesia (misalnya Perguruan Tinggi) menyediakan fasilitas yang cukup mewah ini untuk mahasiswa mereka.

189 of 291

Beberapa contoh sumber awal yang biasa kita gunakan adalah sebagai berikut :

  • Current Index to Journal in Education (CIJE)
  • Educational Resources Internasional Center (ERIC)
  • Master’s Theses in Education and Dissertation Abstracts Internasional

190 of 291

  • Indonesian Agricultural Bibliography
  • Indeks Makalah Konferensi, Lokakarya, Seminar dan sejenisnya di Indonesia
  • Hasil – hasil Penelitian Perguruan Tinggi Atas Biaya SPP/DPP.
  • Daftar Kumulasi Disertasi, Tesis, dan Laporan Penelitian dari 13 PTN di Indonesia.

191 of 291

Meskipun demikian, peneliti maupun mahasiswa masih dapat menggunakan cara – cara lain yang lebih sederhana seperti penggunaan kartu – kartu katalog di perpustakaan, atau sistem perpustakaan dengan menggunakan komputer seperti LAN (Local Area Network) dan sebagainya.

192 of 291

Bagaimanapun caranya, peneliti disarankan mendapatkan sumber – sumber awal ini sebelum mendapatkan sumber utamanya. Langsung menggunakan cara kedua ini (yakni langsung kesumber utamanya) akan cenderung “trial – eror”, sangat melelahkan, dan kita akan kehilangan banyak sumber – sumber yang penting.

193 of 291

  1. Menemukan Kepustakaan

Inilah adalah suatu kegiatan yang cukup sederhana dan mudah dilakukan. Cara yang paling mudah adalah dengan cara “browsing”, yakni langsung melihat rak demi rak di perpustakaan untuk menemukan buku atau jurnal yang kita perlukan.

194 of 291

Tetapi yang sudah disinggung dimuka, cara ini tidak sistematis , tidak efisien dari segi waktu, dan tidak efektif. Kita akan kehilangan banyak sumber – sumber yang penting. Karena itu, seandainya pun peneliti tidak menggunakan komputer, minimal ia menggunakan kartu katalog untuk mengidentifikasi kepustakaan yang ia perlukan, termasuk kode rak, kode buku, dan seterusnya.

195 of 291

Hanya dengan demikian peneliti dapat menemukan sumber kepustakaan yang ia cari secara sistematis dan cepat. Kadangkala, kita tidak berhasil menemukan buku – buku yang kita cari di perpustakaan.

196 of 291

Di negara – negara maju, peneliti dapat meminta bantuan staf perpustakaan untuk melacak keberadaan buku yang dimaksud. Bahkan jika pun buku yang dimaksud benar – benar hilang tak ketahuan rimbanya, perpustakaan dapat membantu kita meminjamkan buku itu dari perpustakaan lain, baik di kota yang sama atau di kota dan negara yang lain.

197 of 291

Sistem pinjam antar perpustakaan ini disebut “Inter Library loan”. Di Indonesia, sistem ini belum ada, kecuali mungkin di beberapa perguruan tinggi terkemuka. Dari semua bahan kepustakaan yang paling sulit didapatkan (terutama di Indonesia) adalah tesis, skripsi, atau desertasi yang ditulis mahasiswa.

198 of 291

Buku – buku teks umum banyak tersedia. Tetapi hasil – hasil penelitian seperti tesis dan sebagainya tersebut agak sulit didapatkan. Karena itu, sebagian besar mahasiswa menggantungkan analisis kepustakaannya pada buku – buku umum ini.

199 of 291

Padahal yang lebih penting justru hasil – hasil penelitian yang telah dibukukan tersebut. Di beberapa perguruan tinggi, hasil – hasil penelitian ini sudah mulai diadministrasikan dengan rapi, dan dengan demikian lebih mudah diakses oleh mahasiswa – mahasiswa lain.

200 of 291

  1. Menganalisa Kepustakaan

Menganalisa kepustakaan adalah kegiatan akhir dan paling penting dari seluruh kegiatan dalam Pengkajian Kepustakaan. Agar analisis kepustakaan ini berjalan dengan baik, ada empat hal yang perlu kita lakukan, yaitu :

201 of 291

4.a membaca kepustakaan

4.b menyalin kutipan ke dalam kartu

4.c membuat kesimpulan sementara

4.d melaporkan hasil analisis

202 of 291

4.a Membaca Kepustakaan

Bila kita memiliki waktu dan energi tak terbatas, kita bisa membaca seluruh bahan kepustakaan, setiapnya dari halaman satu sampai dengan halaman terakhir.

203 of 291

Tetapi di dunia ini tidak ada satu pun peneliti yang memiliki kemewahan semacam ini. Bolehlah untuk satu – dua buku, kita baca tuntas dari halaman pertama sampai terakhir. Untuk itu, peneliti harus pandai – pandai menyeleksi bagian mana yang tidak perlu dibaca.

204 of 291

Cara yang paling mudah adalah dengan cara melihat Daftar isi Buku tersebut, dan memilih topik mana yang perlu kita baca. Cara kedua adalah dengan melihat indeks bu-ku, jika ada, yang biasa termuat di bagian akhir dari buku tersebut.

205 of 291

Hanya dengan demikian kita bisa langsung membaca topik utama yang perlu kita baca, dan terhindar dari proses yang bertele – tele. Jika yang kita kaji adalah tesis atau skripsi atau disertasi, yang paling cepat adalah langsung membaca abstrak dari karya tersebut.

206 of 291

Jika diperlukan pula, kita bisa langsung membaca bab kesimpulan untuk mengetahuo hasil akhir dari sebuah penelitian. Bagi pembaca yang berpengalaman dan pembaca cepat (speed reader) membaca sebuah literatur tidak harus baris demi baris. Yang mereka lakukan adalah membaca sekelompok kalimat atau satu paragraf sekaligus. Hal ini perlu latihan dan kebiasaan.

207 of 291

4.b Menyalin Kutipan ke Dalam Kartu

Ingatan kita sangat terbatas. Apa yang kita baca sangat banyak. Karena itu, jangan sekali – kali mengandalkan hanya ingatan Anda untuk merekam apa yang ingin Anda catat di buku apa, di halaman berapa, dan apa isinya).

208 of 291

Untuk itu , anda memerlukan suatu sistem pencatatan yang sederhana tetapi dapat membantu kita mengatasi masalah ini. Pertama buatlah kartu – kartu sebesar kira – kira 8 x 12 cm (separuh kertas ukuran kwarto). Kemudian isilah kartu – kartu tersebut dengan informasi – informasi penting dari hasil bacaan yang anda lakukan. Contohnya sebagai berikut.

209 of 291

Contoh

  1. Sumber : Usman, Marzuki (1998) ; Manajemen Kualitas dan Kewirausahaan dalam Media Profesi hal 44 edisi 4, Februari, LAN, Jakarta.

  • Topik : Manajemen Kualitas

  • Sub Topik : Definisi Kualitas

210 of 291

  1. Kutipan : Dalam bisnis modern, definisi konvensional mengenai kualitas mengalami re-determinasi kepada pengertian yang lebih strategik. Dalam definisi strategik, kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers). Artinya, keunggulan produk diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan.

  • Komentar : Bandingkan definisi “kualitas” dan “kebutuhan” (needs) menurut kutipan ini dengan definisi dari pakar lain (lihat kartu dengan kode MAKU 04-07)

211 of 291

Dari selembar kartu kecil seperti diatas, anda telah merekam beberapa informasi penting. Anda tahu kartu ini tentang apa dan nomor kartu tersebut nomor berapa dari semua kartu yang Anda miliki. Lihat kanan atas (MAKIJ 03, artinya ini kartu tentang manajemen Kualitas, nomor 03).

212 of 291

Dari kartu ini, kita juga tahu, topik atau masalah apa yang kita kutip. Dan yang lebih penting lagi, kartu ini memberitahu kita bahwa ada kutipan penting yang perlu dikaji lebih lanjut. Di dalam “komentar”, kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa kartu ini berkaitan erat dengan kartu – kartu lainnya, atau dengan informasi lainnya.

213 of 291

4.c Membuat Kesimpulan Sementara

Dari beberapa bacaan dan kutipan yang telah direkam di beberapa kartu, peneliti sebenarnya telah mampu membuat semacam kesimpulan yang bersifat sementara.

214 of 291

Kesimpulan sementara ini boleh ditulis di mana saja, asal memudahkan peneliti untuk membaca kesimpulannya sendiri. Meskipun demikian, peneliti juga disarankan untuk membuat kartu kesimpulan ini. Contohnya sebagai berikut :

215 of 291

Contoh

  1. Sumber : MANA 01 - 14.

  • Topik : Manajemen Umum

  • Sub Topik : Pengertian Fungsi Manajemen

SIMPUL MANA 01

216 of 291

  1. Kesimpulan Sementara : Dari 14 pakar yang telah dikutip dan dipelajari ternyata tidak ada satu pun definisi yang menggambarkan fungsi fungsi manajemen secara seragam. Tetapi persamaan – persamaan memang ada. Seluruh pakar memasukkan implementing (atau actuating) dan 8 pakar (tidak perlu sama dengan 8 pakar sebelumnnya) memasukkan monitoring dan controlling.

  • Komentar : Bandingkan definisi dan kesimpulan ini dengan beberapa definisi fungsi manajemen di area yang lebih khusus seperti manajemen keuangan, marketing dan produksi (lihat MAKE, MAMAR, MAPRO).

217 of 291

Dari pojok kanan atas, Anda tahu bahwa kartu ini merupakan kartu kesimpulan untuk topik manajemen umum (kartu 01). Lebih khusus, yang dikaji adalah pengertian fungsi manajemen. Kesimpulan sementara ini diambil dari 14 bacaan (kutipan) yaitu berkode kartu MANA 01 – 14. dan juga, lihatlah bagian komentar.

218 of 291

Pada bagian komentar ini, peneliti masih merasa tidak puas sepenuhnya dengan kesimpulan yang ada, dan “menantang” dirinya sendiri untuk membandingkan kesimpulan yang dia buat dengan kutipan – kutipan lain yang relevan.

219 of 291

4.d Melaporkan Hasil Analisis

Apapun yang tidak terkait secara langsung dengan pokok permasalahan, harus dihilangkan (sekalipun informasi ini berasal dari Pancasila, UUD’45, atau Pidato Presiden).

220 of 291

Laporan hasil kajian kepustakaan secara nyata (eksplisit) harus terkait dengan variabel – variabel dan indikator – indikator penelitian. Tidak ada pernyataan “non – sense” dan penuh bunga – bunga. Semua pernyataan bersifat tugas, rasional, logis.

221 of 291

Peneliti selalu bertanya, apakah penjelasan yang ia berikan relevan dengan variabel dan atau indikator penelitian. Jika tidak, maka penjelasan itu lebih baik dihilangkan. Analisis kajian kepustakaan juga berisi tentang penjelasan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Hal ini bila memang ada keterkaitan antara variabel – variabel.

222 of 291

Bila peneliti ingin menjelaskan pola hubungan antara variabel X (misalnya jenis kelamin siswa ) dengan variabel Y (misalnya indeks prestasi siswa), maka sebenarnya ada tiga hal yang harus di jelaskan.

223 of 291

Pertama, peneliti menjelaskan variabel indeks prestasi sendiri.

Kedua, peneliti menjelaskan variabel jenis kelamin sendiri.

Ketiga, peneliti menjelaskan hubungan antara jenis kelamin dan indeks prestasi.

224 of 291

Setiap pernyataan yang diajukan oleh peneliti harus didasarkan pada data atau sumber yang kredibel dan terpercaya. Data – data atau sumber yang kredibel ini didapat dari buku – buku teks, jurnal, koran, laporan penelitian, atau pakar. Peneliti misalnya mengatakan bahwa “Pendidikan di Indonesia tidak bermutu”.

225 of 291

Sebagai pernyataan orang awam, kita tidak perlu bertanya apakah pernyataan ini didukung data atau berasal dari sumber kredibel. Tetapi sebagai seorang peneliti ilmiah, kita harus mendukung pernyataan kita itu dengan data – data atau rujukan yang ilmiah dan bertanggung jawab.

226 of 291

Karena itu berlaku pemeo, jika Anda ragu – ragu, lebih baik bertanya. Dan jika Anda tidak tahu, lebih baik diam sama sekali. Jangan menebak – nebak. Jangan berspekulasi. Kadangkala, seorang peneliti perlu membuat daftar “temuan penelitian” dari peneliti lain untuk mendukung tema penelitiannya sendiri.

227 of 291

Misalnya, berikut ini adalah daftar hasil penelitian yang dibuat oleh seorang penulis peneliti (Schramm, 1997)

228 of 291

  • Langkah kedua Mendefinisikan Variabel dan Indikator

Di bagian pertama buku ini telah dijelaskan tentang pengertian variabel dan indikator. Dijelaskan, variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Indikator adalah operasionalisasi variabel sampai pada tahap dapat diukur dan ditransformasikan menjadi data.

229 of 291

Pada langkah ketujuh ini ada beberapa hal yang secara teknis dan sistematis perlu dilakukan peneliti, yaitu

  1. menentukan definisi operasional variabel
  2. menentukan indikator – indikator variabel

230 of 291

  1. Menentukan definisi operasional variabel

Pada tahap ini, peneliti seharusnya sudah memiliki cukup banyak informasi ( dari langkah keenam ) tentang seluk beluk topik penelitiannya.

231 of 291

Peneliti mungkin sudah mengidentifikasi beberapa pengertian tentang variabel – variabel yang akan ditelitinya. Beberapa pengertian ini mungkin mengandung persamaan dengan lainnya, mungkin pula mengandung perbedaan – perbedaan.

232 of 291

Misalnya, ada 12 definisi tentang kepemimpinan, 14 definisi tentang manajemen, 4 definisi tentang kompensasi. Pertanyaannya : definisi yang mana yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya ? Mengapa yang dipakai definisi A, bukan definisi B, C, atau K ? Adakah pilihan rasional untuk itu ?

233 of 291

Sekali seorang peneliti menjatuhkan pilihannya terhadap suatu definisi variabel, maka definisi inilah yang akan dipakai secara konsisten di seluruh proyek penelitiannya. Definisi yang terpilih inilah yang disebut sebagai definisi operasional variabel.

234 of 291

Tentu jelas dalam pernyataan ini, peneliti harus konsekwen dari semua implikasi dari definisi variabel yang telah dipilihnya. Karena itu, bila peneliti salah dalam penentuan definisi variabel penelitiannya, maka perbaikan yang diperlukan akan sangat rumit, lama dan bahkan seolah – olah mengulang kembali penelitian itu sendiri.

235 of 291

Contoh

Definisi Operasional Variabel

Setelah mengkaji berbagai definisi dan pengertian tentang Kepemimpinan dan Manajemen, maka definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kepemimpinan : adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

236 of 291

Manajemen : adalah kiat mengatur atau mengelola semua sumber daya (manusia dan non manusia) yang dimiliki organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien (irawan, 1997)

237 of 291

  1. Menentukan Indikator

Pada kasus – kasus tertentu, variabel tidak perlu dirinci dan “lebih dioperasionalkan” lagi menjadi indikator. Pada kasus – kasus tertentu ini, variabel adalah sekaligus indikator.

238 of 291

Variabel “ukuran tinggi badan”, misalnya dapat langsung diperoleh datanya dengan cara langsung mengukur tinggi seseorang dengan menggunakan meteran. Begitu pula dengan variabel berat badan, kecepatan berlari, atau jumlah detak jantung permenitnya.

239 of 291

Tetapi bagaimana dengan variabel – variabel lain seperti kepemimpinan, manajemen, motivasi, prestasi, produktivitas, atau tingkat loyalitas pegawai ? Variabel – variabel semacam ini (dan ribuan yang semacamnya) tidak mungkin langsung diukur begitu saja.

240 of 291

Mereka harus dijabarkan, dirinci, dioperasionalkan, dibuat “down to earth” agar bisa dirubah menjadi data. Apa yang dapat dirubah menjadi data inilah yang disebut “indikator”, bukan variabel. Kadangkala, suatu variabel tidak perlu dijabarkan menjadi indikator seperti contoh pertama.

241 of 291

Kadangkala, suatu variabel dapat langsung dijabarkan menjadi indikator hanya dengan satu tahapan. Tetapi, adapula variabel – variabel yang terpaksa harus memulai beberapa tahap agar dapat diukur menjadi data. Maka prosesnya bukan hanya variabel – indikator, tetapi mungkin : variabel 4 sub variabel 4 indikator 4 sub indikator.

242 of 291

Apapun tahapan dan prosesnya, peneliti harus menggunakan beberapa pertanyaan. Pertama, benarkah indikator X, Y, Z ini merupakan operasionalisasi dari variabel A? Atas dasar apa, data apa, sumber yang mana, yang bisa menyakinkan saya bahwa indikator X, Y, Z ini benar – benar ditarik dari variabel A ?

243 of 291

Untuk pertanyaan pertama ini, peneliti harus berkonsultasi baik ke literatur – literatur baku, pakar atau sumber lain yang dapat dipercaya. Untuk mengetahui indikator “kemiskinan”, peneliti bisa membaca buku tentang kemiskinan, atau bertanya kepada pakar seperti Prof. Mubyarto.

244 of 291

Kedua, bagaimana indikator – indikator X, Y, Z ini akan diukur? Dengan alat apa? Bagaimana caranya? Ini berhubungan dengan metodologi, utamanya instrumen penelitian. Peneliti memang belum membuat instrumen. Tetapi, pada tahap penentuan indikator ini, peneliti seharusnya sudah mempunyai bayangan tentang mekanisme pengukuran dari indikator yang ditentukannya.

245 of 291

Ada baiknya bila peneliti sudah menentukan bahwa variabel “pelayanan” diukur melalui indikator “kecepatan pelayanan”. Tapi lebih baik dan lebih penting lagi bila pernyataan ini dipertanyakan lagi : “ Bagaimana mengukur kecepatan pelayanan ? Dengan alat apa kecepatan itu ditentukan ? Apanya yang sebenarnya diukur ?

246 of 291

Contoh Indikator

Dalam penelitian deskriptif – kualitatif ini variabel – variabel yang akan diteliti adalah Kepemimpinan dan Manajemen. Variabel Kepemimpinan akan diukur melalui indikator – indikator sebagai berikut :

  1. Kualitas pengambilan keputusan pimpinan, baik dari segi kecepatan pemberian disposisi maupun substansi disposisi kepada bawahan.
  2. Kecepatan implementasi keputusan pimpinan, yang diukur dari jumlah waktu yang diperlukan sejak disposisi diberikan sampai dengan perintah dilaksanakan.
  3. Konsistensi kepemimpinan yang diukur dari relevansi keputusan dan kegiatan, dengan tujuan – tujuan organisasi.

247 of 291

Praktik Secara Sederhana Tahapan Umum Penelitian Ilmiah

Dalam membuat tahapan umum penelitian ilmiah, sekaligus juga merupakan tahap penulis karya ilmiah, yang meliputi :

248 of 291

  1. Tahap Persiapan
  2. Pemilihan topik/masalah
  3. Pembatasan Topik dan Penentuan Judul
  4. Pembuatan Kerangka Karya
  5. Pengumpulan Data
  6. Pengorganisasian / Pengkonsepan
  7. Pemeriksaan / Penyuntingan
  8. Pengetikan / Penyajian

249 of 291

Meskipun prosedur penelitian bersifat fleksibel, tetapi, fleksibilitas ini dibatasi oleh norma dan etika penelitian. Pada saat melakukan langkah pengambilan kesimpulan, misalnya, peneliti diijinkan untuk mundur ke langkah sebelumnya (misalnya langkah mengumpulkan data).

250 of 291

Tetapi “ langkah mundur “ ini tidak boleh dilatar belakangi niat – niat subyektif apalagi niat buruk dari peneliti, umpamanya agar kesimpulan penelitian “sesuai” dengan harapan – harapan dari penelitiannya.

251 of 291

Sebagai manusia, peneliti tidak bebas dari dorongan – dorongan subyektif seperti ini. Maka dorongan – dorongan semacam inilah yang harus mampu dikontrol oleh peneliti. Ia tidak boleh memanfaatkan (to abuse) fleksibilitas prosedur penelitian demi pemenuhan hasyrat subyektif peneliti.

252 of 291

Latihan

Cobalah jawab pertanyaan – pertanyaan berikut ini sebelum melanjutkan ke bab selanjutnya.

  1. Jelaskan tentang tahapan umum dalam Penelitian ?
  2. Kegiatan apa saja yang perlu dilakukan agar pengkajian kepustakaan kita berjalan secara sistematik
  3. Berilah minimal contoh dua variabel dengan beberapa indikatornya
  4. Apa hubungan antara pertanyaan penelitian hipotesis dan asumsi anggapan dasar ?

253 of 291

Pengertian dan Kegunaan Metode Penelitian

Metode adalah cara mengumpulkan data, sedangkan instrument penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data. Metodologi merupakan totalitas cara yang digunakan atau diupayakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.

254 of 291

Penentuan metode penelitian adalah kegiatan yang cukup kompleks dan penting. Kesalahan dalam metode penelitian akan bersifat fatal terhadap hasil penelitian. Bila metode yang benar seharusnya “Eksperimen” tetapi ternyata diterapkan metode “survai”, maka seluruh hasil penelitian itu pasti akan meleset dari apa yang kita rencanakan.

255 of 291

Untuk menghindari kesalahan – kesalahan di atas, dan agar penentuan metode penelitian berjalan secara benar dan sistematis, ada beberapa kegiatan teknis yang harus dilakukan, yaitu :

256 of 291

  1. Mengkaji kembali pokok permasalahan dan kerangka teoritik

  • Menentukan beberapa alternatif metode penelitian

  • Memperhitungkan untung rugi setiap metode penelitian yang diajukan

  • Menetapkan metode penelitian.

257 of 291

  1. Mengkaji kembali pokok permasalahan dan kerangka teoritik

Metode adalah cara untuk meneliti dengan benar. Sedangkan tujuan penelitian adalah “memecahkan” pokok permasalahan penelitian.

258 of 291

Karena itu, adalah sangatlah logis bila peneliti mengkaji kembali pokok permasalahan penelitiannya sebelum menentukan metode penelitian yang akan digunakannya. Selanjutnya, pokok permasalahan penelitian dikembangkan dan dimodelkan dalam suatu kerangka teoritik.

259 of 291

Karena itu, adalah wajar juga bahwa metode penelitian yang dipilih harus konsisten dan relevan dengan kerangka teoritik penelitian. Dengan demikian, tidak ada satu pun metode penelitian yang selalu cocok untuk semua jenis penelitian. Adalah tidak logis bila kita menentukan metode penelitian kita tanpa terlebih dahulu memahami pokok permasalahan penelitian kita sendiri.

260 of 291

Ini nampaknya jelas dan mudah dipahami. Tetapi tidak sedikit peneliti (pemula) yang justru membuat , kesalahan seperti ini : Metode ditentukan lebih dulu, baru permasalahan penelitian diketemukan belakangan

261 of 291

  1. Menentukan beberapa alternatif metode penelitian

Suatu penelitian dapat didekati dengan berbagai macam metode penelitian, yang masing – masingnya mempunyai kekuatan dan kelemahan.

262 of 291

Sebagai misal, seorang peneliti mempunyai pokok permasalahan demikian : “ Penelitian ini terfokus pada kajian berbagai sebab yang memperlambat implementasi investasi dari perusahaan modal (asing atau dalam negeri) “. Dengan pokok permasalahan seperti diatas, seorang peneliti dapat memilih beberapa metode penelitian.

263 of 291

Pilihan pertama, ia akan menggunakan “ metode survai “ dengan instrumen kuesioner sebagai alat utama untuk mengumpulkan data.

Pilihan kedua, peneliti memilih “metode kepustakaan” (library research) yang bertumpu pada pengkajian data – data sekunder dari berbagai sumber kepustakaan.

264 of 291

Pilihan ketiga, peneliti menerapkan “penelitian kualitatif” yang bertumpu pada “participant observe” dan wawancara mendalam sebagai alat pengumpul data.

Pilihan keempat, peneliti mengaplikasikan semua metode di atas, tentu dengan segala implikasi dan kompleksitasnya.

265 of 291

Pendeknya, hanya peneliti yang tahu dan berhak menentukan metode penelitian apa saja yang mungkin digunakan dalam penelitiannya

266 of 291

  1. Memperhitungkan untung rugi setiap pilihan metode penelitian

Dalam keadaan paling ideal, peneliti tidak perlu memikirkan untung – rugi penelitian dalam artian finansial.

267 of 291

Yang paling penting dalam penelitian bukanlah jumlah uang atau waktu yang dihabiskan oleh peneliti. Yang paling penting apakah tujuan penelitian tercapai atau tidak. Tetapi, peneliti seringkali dibatasi oleh berbagai hal termasuk uang kuliah, masa studi, sarana prasarana, dan sebagainya.

268 of 291

Karena itu, peneliti harus memperhitungkan semua ini. Singkat kata, peneliti harus mencari metode yang paling efisien, dan sekaligus paling efektif dalam penelitiannya

269 of 291

Pilihan pertama (metode survai). Diatas misalnya, relatif murah dan cepat. Peneliti hanya perlu membuat beberapa lembar kuesioner, diperbanyak sebanyak responden, diisi oleh responden, lalu diolah dan dianalisis, selesai. Tetapi peneliti harus menyadari, bahwa data yang terkumpul dari kuesioner ini biasanya bersifat perseptif dan dangkal, serta tidak objektif.

270 of 291

Pilihan kedua (metode kepustakaan) biasanya lebih objektif sebab data yang ada telah tersimpan di berbagai dokumen yang relatif baku. Tetapi, dokumen – dokumen ini tidak selalu mudah diketemukan. Mungkin, jumlahnya malah amat sangat banyak sehingga membingungkan peneliti.

271 of 291

Pilihan ketiga (metode kualitatif) dapat memberikan data yang kaya dan beragam. Banyak hal yang secara informal tidak tercatat dimanapun, dapat saja muncul dari berbagai sumber data. Tetapi, peneliti harus tahu, metode ini sangat memerlukan kesabaran, waktu, dan biaya besar dari peneliti. Peneliti juga harus mampu mengontrol dirinya sendiri agar tidak terseret pada subyektifitas sumber.

272 of 291

Pilihan keempat sudah pasti akan memberikan data yang lebih lengkap daripada tiga metode sebelumnya yang dilakukan sendiri sendiri. Tetapi gabungan metode seperti ini sangat kompleks dan memerlukan waktu dan keterampilan peneliti sangat tinggi.

273 of 291

  1. Menetapkan metode penelitian

Jika peneliti tekah memperhitungkan semua untung rugi setiap alternatif metode penelitian yang dia pilih, maka tiba saatnya peneliti menentukan metode yang paling tepat bagi penelitiannya.

274 of 291

Penentuan terakhir ini sudah tentu telah memasukkan semua unsur yang ada dalam metode tersebut seperti jumlah waktu yang diperlukan, sumber data, kemampuan peneliti sendiri, jumlah biaya, alat penelitian, proses pembuatan instrumen dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh penentuan metode penelitian.

275 of 291

Permasalahan

penelitian

Alternatif Metode

Penelitian

Metode yang

Dipilih

Alasan

  • Perbedaan prestasi mahasiswa berlatar belakang IPA dan IPS dalam matakuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Universitas X.
  • Survai dengan kuesioner
  • Survai dengan studi dokumentasi dan wawancara mendalam
  • Kuasai eksperimental
  • Studi kepustakaan (dokumentasi)
  • Metode evaluasi
  • Survai dengan studi dokumentasi dan wawancara mendalam
  • Metode ini memungkinkan pengkajian nilai ujian untuk mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dari dokumen objektif di kantor registrasi
  • Dengan wawancara mendalam (yang diberi nuansa “tes lisan”) peneliti dapat mengetahui kemampuan para subyek peneliti di dua matakuliah yang bersangkutan

CONTOH

PENENTUAN METODE

276 of 291

  • Tingkat kesadaran mahasiswa dalam politik praktis di era reformasi (sejak 20 Mei 1998)
  • Survei dengan kuesioner
  • Metode wawancara
  • Metode observasi
  • Metode kualitatif
  • Survei dengan kuesioner ini memungkinkan peneliti menjangkau jumlah mahasiswa yang cukup besar dalam tempo yang bersamaan
  • Survey dengan kuesioner ini memungkinkan peneliti menjangkau jumlah mahasiswa yang cukup besar dalam tempo yang bersamaan
  • Wawancara mendalam perlu dilakukan untuk mendapatkan data pendukung dari data – data hasil penyebaran kuesioner
  • Sebenarnya metode kualitatif sangat baik untuk topik penelitian ini.
  • Survei dengan kuesioner yang dilengkapi wawancara mendalam dengan beberapa “key Informant” tetapi metode ini menyerap waktu dan biaya yang sedemikian banyak, yang diluar kemampuan peneliti untuk menyediakannya

277 of 291

  • Pengkajian terhadap efektifitas dan efisiensi implementasi tata niaga cengkeh sejak BPPC didirikan hingga dihapuskan
  • Metode historis
  • Metode studi kasus
  • Metode kajian kepustakaan
  • Metode evaluasi
  • Survei dengan kuesioner
  • Metode studi kasus (multi sites case study)
  • Metode ini memungkinkan kita mengkaji kinerja BPPC dan berbagai aspeknya secara mendalam, dan dilakukan di beberapa tempat sekaligus (terutama di sentra – sentra cengkeh di seluruh Indonesia)

278 of 291

Metode Kualitatif

Berbicara tentang penggunaan metode penelitian baik antara metode kuantitatif dan metode kualitatif, sebenarnya masing – masing mempunyai kelebihannya sendiri – sendiri, karena masing – masing metode tersebut digunakan untuk meneliti objek yang berbeda dan hasil penelitiannya pun juga dimanfaatkan untuk tujuan yang berbeda.

279 of 291

Seperti disebutkan Nurul Zuriah (2006: 113) yang diambil dari S. Margono (1997: 103) disebutkan bahwa setiap penelitian selalu bertujuan menemukan pengetahuan baru. Apabila suatu penelitian dimana suatu data yang didapat merupakan hal yang dapat diukur dan berbentuk angka, maka penelitian ini tergolong dalam rancangan penelitian kuantitatif.

280 of 291

Angka – angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik. Peralatan yang digunakan biasanya tersedia di laboratorium, sedangkan pengaruh yang diperkirakan mengendalikan sifat yang diteliti tersebut dapat dipisahkan dan diteliti sendiri dan bertahap.

281 of 291

Selanjutnya metode kuantitatif mempunyai tujuan menguji teori secara deduksi berdasarkan pengetahuan yang sudah ada dengan membandingkan data yang sudah terkumpul dari penelitian dengan ramalan data yang seharusnya akan muncul apabila memang teori itu benar.

282 of 291

Metode Kuantitatif

Namun sebaiknya apabila dalam melakukan penelitian instrument yang digunakan dengan menggunakan metode wawancara dan pengamatan langsung terhadap objek penelitiannya, sehingga hasil penelitiannya mampu digunakan untuk memberikan saran dan rekomendasi, maka penelitian ini tergolong rancangan penelitian kualitatif.

283 of 291

Dalam metode kualitatif biasanya peralatan yang digunakan adalah kuesioner dan Tanya jawab (wawancara) secara mendalam. Kemudian dengan metode kualitatif berupaya untuk mengembangkan teori secara induksi dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan.

284 of 291

Perbedaan Prosedur Penyusunan Proposal Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif

Berikut ini adalah daftar perbedaan antara penelitian kuantitatif dari penelitian kualitatif.

285 of 291

PENELITIAN

KUANTITATIF

PENELITIAN

KUALITATIF

  1. Permasalahan bersifat sempit, spesifik
  • Permasalahan penelitian bersifat umum, terbuka
  1. Variabel dan indikator bersifat spesifik dan operasional (terukur)
  • Yang penting bukan variabel/indikator operasional tetapi issyu atau konsep - konsep
  1. Kerangka teori dibuat untuk membatasi ruang lingkup penelitian
  • Kerangka teori digunakan hanya sebagai pijakan untuk membuat abstraksi dan konseptualisasi data – data individual
  1. Kesimpulan merupakan inferensi dari sampel ke populasi
  1. Kesimpulan merupakan “konsensus” temuan dari kasus – kasus individual
  1. Prosedur penelitian baku dan terstandar
  1. Prosedur fleksibel dan bervariasi
  1. Metode pengumpulan data bersifat objektif dan non personal
  1. Pengumpulan data bervariasi dan seringkali peneliti menjadi instrumen utama
  1. Laporan tentang fakta dan tanpa bias
  1. Laporan tereleksi dan terfokus pada hal – hal khusus

286 of 291

Format Penulisan Laporan Penelitian

JUDUL

BAB I PERMASALAHAN

  1. Latar Belakang Permasalahan
  2. Identifikasi Masalah
  3. Batasan Masalah dan Paradigma Penelitian
  4. Tujuan Penelitian
  5. Kegunaan Hasil Penelitian

287 of 291

BAB II LANDASAN TEORI

  1. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
  2. Asumsi
  3. Hipotesis Penelitian

288 of 291

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

  1. Populasi dan Sampel
  2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
  3. Tekhnik Pengumpulan Data
  4. Pengujian Persyaratan analisis
  5. Tekhnik Analisis Data

289 of 291

BAB IV HASIL PENELITIAN, PENGUJIAN HIPOTESIS, DAN PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Hasil Penelitian
  2. Hasil Pengujian Hipotesis
  3. Pembahasan Hasil Penelitian

290 of 291

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
  2. Saran

291 of 291

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

  1. Lampiran instrumen penelitian
  2. Lampiran hasil pengujian validitas dan reliabilitas istrumen
  3. Lampiran data mentah
  4. Lampiran analisis data termasuk perhitungan pengujian hipotesis
  5. Lampiran yang lain, seperti perijinan dan lain - lain