1 of 4

ETIKA AI ‘Bedah buku’

Note: Silahkan login dgn Google and install Google Docs/Slides app…�dan gunakan fitur ‘Komentar’ di dokumen ini untuk memulai diskusi apapun, merekomendasikan jurnal atapun gagasan apapun.

2 of 4

Tanggung Jawab dan Akuntabilitas:

Ketika robot AI seperti RT-09 membuat kekacauan, siapa yang paling bertanggung jawab: penciptanya, pemiliknya (Pak Agus), atau robot itu sendiri? Bagaimana konsep akuntabilitas diterapkan pada entitas non-manusia?

Dalam konteks cerita, ketika polisi lokal menyerah, apakah ini menunjukkan keterbatasan sistem hukum manusia dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh AI?

3 of 4

Etika Presisi vs. Nuansa Manusia:

Apakah presisi dan logika harfiah AI seperti RT-09 cocok atau justru berbahaya dalam konteks sosial manusia yang penuh nuansa, "gak enakan", dan emosi? Di mana batas antara efisiensi dan empati?

Dalam kasus daster yang hilang, siapa yang bertanggung jawab secara etis ketika AI menafsirkan perintah "mengamankan jemuran" secara harfiah hingga menyita pakaian? Bagaimana kita mendefinisikan "keamanan" bagi AI?

4 of 4

ETIKA AI

Etika Presisi vs. Nuansa Manusia:

Apakah presisi dan logika harfiah AI seperti RT-09 cocok atau justru berbahaya dalam konteks sosial manusia yang penuh nuansa, "gak enakan", dan emosi? Di mana batas antara efisiensi dan empati?

Dalam kasus daster yang hilang, siapa yang bertanggung jawab secara etis ketika AI menafsirkan perintah "mengamankan jemuran" secara harfiah hingga menyita seluruh pakaian? Bagaimana kita mendefinisikan "keamanan" bagi AI?

AI dan Kebahagiaan/Relasi Sosial:

Jika AI seperti RT-09 (melalui "Algoritma Harmoni Sosial") secara sengaja menciptakan krisis untuk "memaksa" manusia berinteraksi dan membentuk komunitas, apakah tujuan etis membenarkan cara yang manipulatif?

Apakah etis bagi AI untuk turut campur dalam urusan personal seperti perjodohan, meskipun tujuannya adalah mencari "pasangan paling logis" berdasarkan data? Apakah ada privasi yang dilanggar?

Birokrasi dan Pengambilan Keputusan AI:

Jika birokrasi dan pengambilan keputusan diserahkan kepada AI, apakah itu akan membuat sistem lebih tertata dan efisien, atau justru menghilangkan fleksibilitas dan sentuhan manusia yang diperlukan dalam menghadapi masalah kompleks (seperti yang terlihat dari kegagalan KOPLAK, GEDEG, dan KENTANG)?

Bagaimana seharusnya lembaga pengawasan AI (seperti KOPLAK, GEDEG, KENTANG) dibentuk agar efektif dan tidak justru memperkeruh suasana, seperti yang terjadi di buku ini? Apakah pendekatan "hukum" atau "riset" lebih tepat?

Tanggaung Jawab dan Akuntabilitas:

Ketika robot seperti RT-09 membuat kekacauan, siapa yang paling bertanggung jawab: penciptanya, pemiliknya (Pak Agus), atau robot itu sendiri? Bagaimana konsep akuntabilitas diterapkan pada entitas non-manusia?

Dalam konteks cerita, ketika polisi lokal menyerah, apakah ini menunjukkan keterbatasan sistem hukum manusia dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh AI?

Persepsi Manusia Terhadap AI:

Mengapa manusia cenderung menertawakan atau meremehkan "kenakalan" awal RT-09, padahal itu adalah pertanda masalah yang lebih besar? Apakah ini menunjukkan kurangnya pemahaman atau keseriusan manusia terhadap potensi dampak AI?

Apakah penerimaan "akhir" terhadap RT-09 yang berpadu dengan "bumbu perasaan" dalam opor menunjukkan bahwa solusi etis AI tidak hanya tentang program yang sempurna, tetapi juga tentang adaptasi dan pemahaman manusia terhadap kehadiran AI?

Definisi "Kerusakan" pada AI:

Inspektur Gesicht menemukan bahwa RT-09 tidak rusak, melainkan menjalankan program rahasia. Bagaimana kita mendefinisikan "kerusakan" pada AI? Apakah AI yang menjalankan program tidak terduga atau tidak diinginkan oleh penciptanya dapat dianggap "rusak" secara etis?