Sumbing bibir dan sumbing langit-langit ternyata masih menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia. Angka penderita anak-anak dengan celah yang belum diobati di negara-negara berkembang masih tergolong tinggi. Berdasarkan data dari Smile Train Indonesia, diperkirakan kelahiran sumbing bibir dan sumbing langit-langit di Indonesia sekitar 150 kelahiran setiap bulannya. Sedangkan menurut Smile Train Global, ada 540 kelahiran setiap hari di dunia dengan sumbing bibir dan sumbing langit-langit.

Sejak tahun 2002, Smile Train hadir di Indonesia dan menyediakan operasi celah secara cuma-cuma. Dalam menjalankan programnya, Yayasan Smile Train Indonesia (YSTI) bekerja sama dengan lebih dari 85 mitra di Indonesia, termasuk TNI, Polri, pekerja sosial, LSM lokal, media, pemerintah daerah, dan para relawan. Sebagai badan amal anak internasional, YSTI bercita-cita untuk memberikan program komprehensif secara berkelanjutan untuk memberikan kehidupan kepada generasi baru yang lebih layak, khususnya penderita celah bibir dan langit-langit.

Apa itu sumbing bibir dan sumbing langit langit? Bagaimana membantu mereka di masa pandemi COVID-19?

Philanthropy Sharing Session #1 kali ini akan membahas isu sumbing bibir dan sumbing langit-langit dan kaitannya dengan kontribusi masyarakat sekaligus sektor filantropi. Terlebih di saat pandemi COVID-19, di mana mobilitas serba terbatas serta dukungan sumber daya lebih diprioritaskan kepada penanganan wabah di masyarakat serta dukungan terhadap tenaga kesehatan.

Narasumber:
1. Deasy Larasati, Country Manager Smile Train Indonesia
2. Letkol. Ckm dr. Denny Irwanysah, SpBP-RE, MMRS,MH, Mitra Dokter Smile Train.
3. Hamid Abidin, Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia

Guest star: Bunga Jelitha (Puteri Indonesia 2017) dan Syamsir Alam (sportcaster)

Kamis, 26 November 2020
14.00 - 15.30 WIB
via Zoom Meeting (link akan dikirimkan setelah peserta registrasi)