Published using Google Docs
Sinopsis Tamra The Island Ep 1-8
Updated automatically every 5 minutes

Episode 01

Sekitar tiga ratus tujuh puluh tahun yang lalu, sekitar tahun 1640 Masehi. Selama dinasti Chosun berkuasa dan Ketika Raja In Jo memerintah. Chosun dikenal sebagai kerajaan tersendiri yang menjaga pintu perbatasan yang tertutup ke negara lain dan tidak dekat negara lain.

Namun, negara-negara tetangga suka berlayar ke negara lain untuk berdagang dengan barang yang mereka butuhkan bahkan saling merampok  satu sama lain. Chosun adalah satu-satunya negara tidak bergabung dalam lingkaran perdagangan itu.

Apa yang menjadi pokok permasalahannya? Nan Jauh di Eropa sana, banyak orang menjadi penasaran tentang Asia. William, seorang pemuda cantik di Inggris, rasa ingin tahunya yang kuat. Tapi apa yang dia coba lakukan dengan pispot? menebak seseorang? (pembuka drama ini penjelasannya pakai peta yang diatasnya ada aneka gambar manusia, kapal, ikan di lautan mirip kartun hehehe*emang diadaptasi dr manhwa ^_^)

1640 Di Brighton, Inggris. Di sebuah rumah seorang bangsawan Inggris seorang pemuda cantik (William) dan peramal tua sedang mengadakan sebuah ritual menggunakan sebuah porselen putih.

"Gelap...gelap malam, sebuah ritual yang dilakukan secara rahasia, tanpa diketahui orang lain, aku mata-mata orang. Siapa yang cukup asyik dan diam" seru peramal tua itu sambil mengusap-usap porselen putih itu lalu melanjutkan membaca mantranya lagi.

"Oh! Oh! perasaan pembebasan, Ini seperti cincin terang dari bel. Penderitaan sangat tersembunyi di dalamnya." lanjut si peramal (btw lagi nggak ada yang lagi makan kan?, ketika peramal membaca mantra ini di atas porselen itu muncul orang dalam bentuk animasi gitu lagi nahan BAB karena nggak tahan akhirnya di BAB di porselen itu wkwkkwkwkwk habis itu lega banget ntu animasi hahahaha).

Lalu peramal itu berkata kembali, "Akhirnya mencurahkan!" sambil menyerahkan porselen itu ke William (mirip penyerahkan mahkota ke kepala raja). Lalu William pun menerimanya dan memakainya dikepalanya sambil dipeganginya.

"Aku rasa aku bisa merasakan suatu kekuatan tertentu dari Timur Jauh. Jadi menyegarkan." ujar William.

"Anda benar-benar bisa merasakan itu, Tuan?" tanya peramal.

Tapi tiba-tiba terdengar suara sepatu wanita yang berjalan mendekati kamar William. William pun segera memasukkan porselen itu dikolong mejanya. Lalu membuka jendela kamarnya dan menarik peramal tua itu mendekat ke depan jendela (maksudnya menyuruh peramal itu meloncat dari jendela). Peramal tua itu pun menengok ke bawah tapi langsung berubah jadi ciut.

"Apa yang kamu tunggu?" tanya William.

"Apa" pekik peramal. Suara sepatu itu pun berhenti sebentar lalu terdengar teriakan peramal itu (seperti di dorong William sampai jatuh ke bawah wkwkkw).

Suara sepatu pun semakin mendekat dengan terburu-buru William pun kembali duduk di mejanya. Pintu pun terbuka seorang wanita masuk yang tak lain adalah ibunya William.

Ternyata William duduk dikursi meja sambil pura-pura membaca sebuah buku hahaha.

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, cari dan kamu akan menemukan. Ketoklah, maka pintu akan dibukakan untukmu." seru William membaca sebuah buku (ini mah secara tidak sengaja nyindir ibunya yang main masuk kamarnya hahaha).

William pun menghentikan bacaannya dan menoleh ke arah ibunya, "Ibu! Senang sekali melihatmu." serunya,  Ibunya pun hanya mengangguk lalu mulai mendekati sebuah lemari. William pun memperhatikan ibunya yang membuka lemarinya seperti mencari sesuatu.

"Apakah.. Apakah ada yang salah?" tanya William. Ibunya hanya melirik ke arah William penuh selidik.

"Kamu bersantai sepanjang hari dan mengelilingi dirimu dengan hal-hal aneh, tidak bisakah kamu menjadi seperti sepupumu Antonio?" seru ibunya William sambil memperhatikan ruangan William yang penuh benda-benda aneh, ada patung kepala Buddha juga lho hehehe.

"Dia menjadi kaya dengan berdagang bubuk lada" lanjutnya.

"Fantastic!" seru William sambil menutup bukunya dan berdiri dengan antusias.

"Jadi dia bisa membantuku mendapatkan lebih banyak Tembikar Oriental" (=Tembikar China), mungkin di Indonesia namanya gerabah.

"Apa!" teriak ibu William lalu mengambil sebuah geta (sandal Jepang) dan melemparkannya ke arah William tapi dengan sigap William menangkapnya.

"Aduh rasanya sakit" seru William.

"Omong-omong, temanmu ada disini si pelaut Jepang" ujar ibunya lalu melangkah keluar.

Tiba-tiba seorang masuk.

"Yan!" seru William. Lalu William mengambil porselen itu dan berjalan menuju ke dekat Yan.

"Yan, aku akhirnya tahu untuk apa ini, ini adalah tembikar energi spiritual, kan?" ujar William sambil memperlihatkan porselen itu. Yan pun hanya menoleh tersenyum lalu mengambil sebuah gulungan jenis-jenis tembikar.

Yan pun membentang gulungan itu, "semua ini adalah dari Nagasaki" serunya.

William pun memperhatikan dengan seksama, "Nagasaki" ujarnya.

Yan pun memperhatikan sebuah peta letak Nagasaki, lalu ia berkata, "Segera rute Laut akan menghubungkan Jepang dan Belanda. Jalan keramik seperti jalan sutra air. Membawa seni Timur ke Eropa, era laut telah tiba, temanku!" serunya.

"Ah.. ada harta karun yang besar di luar sana, hanya menunggu untuk ditemukan" ujar William yang ikut Yan memandang keluar jendela. Yan pun menoleh tersenyum ke arah William.

Lalu tiba-tiba William sudah berada di lautan luas, ia pun merenggangkan tangannya untuk merasakan hembusan angin di atas kapal.

Di dekat Chosun Jeju 1640 (Injo tahun 18).

Sementara itu di sebuah kapal lain ada beberapa penumpang yang muntah karena mabuk laut hehe.

Di kapal itu juga ada seorang narapidana yang dikawal dua orang opsir pengawal.

"Minum air!" seru salah opsir pengawal menawarkan minuman ke narapidana itu. Namun narapidana itu menolak. "Oi, berikan kepadaku" seru opsir yang lain. Lalu diberikannya air itu kepadanya.

"Sepertinya orang sepertimu tidak akan mabuk laut" seru opsir yang menawarkan minuman tadi.

"Kau tahu mereka mengatakan bangsawan tidak mengemis makanan walaupun kelaparan selama tiga hari" ujar opsir yang lain.

Lalu tiba-tiba kedua penumpang lain yang mabuk lautan itu meminta air ke opsir yang dikasih air sama temannya tadi.

"Dapatkah kau memberi kami air?!" seru salah satu penumpang.

"Silahkan! Silahkan!" ujar opsir pengawal itu, penumpang itu pun mengambil air itu dan membawanya pergi yang diikuti penumpang lain yang juga membutuhkan air.

Tiba-tiba narapidana itu tidak tahan lagi lalu muntah, kedua opsir pengawal yang disampingnya pun segera menjauhinya (mungkin ngak tahan bau muntahan).

Narapidana pun berdiri sambil memegangi perutnya tiba-tiba ia mual kembali ingin muntah, kedua opsir pun bergidik menjauh lalu narapidana itu pun muntah ke laut, ia pun menyuruh kedua opsir itu menjauh dengan tangannya hahaha.

Di Pulau Jeju (Jeju-do)

Ikan lumba-lumba beterbangan, dan di dalam lautan beraneka macam ikan seorang wanita penyelam melambaikan tangan ke arah ikan-ikan itu. Wanita penyelam itu pun mencari sesuatu di balik bebatuan dibongkar-bongkarnya bebatuan itu (yang mereka cari itu abalone=tiram). Ia pun kesal karena tidak menemukan apa-apa, lalu ia kembali ke permukaan. Di permukaan pun banyak penyelam wanita yang lain sambil memegangi tempat hasil tiram.

"Hei, Jang Beo Jin, apa yang kamu lakukan sekarang? mendorong kepalamu kembali ke dalam air! Apakah kau datang untuk menyelam atau mencuci muka?" seru salah satu temannya.

Dengan enggan Beo Jin pun menyelam ke dalam air lagi. Lalu seorang penyelam wanita tua berseru, "Ayo kita kembali bekerja!" serunya. "Woooooooh.." seru penyelam lain sambil mengacungkan pisaunya lalu mulai menyelam satu persatu. Mereka pun mulai mencari-cari tiram di bebatuan (backsound ostnya keren ditambah keindahan bawah lautnya kerennnnnn jadi pengen ke Pulau Jeju*ngarep).

Mereka pun mulai menemukan tiram, teman yang menyela Beo Jin tadi pun juga menemukan tiram, sedangkan Beo Jin masih mencari-cari. Akhirnya Beo Jin pun menemukan tiram di batu yang ada rerumputannya dicungkilnya tiram itu lalu diambilnya dan naik ke permukaan.

Ternyata para penyelam ini berkompetisi untuk mendapatkan tiram yang paling banyak untuk upacara ritual, mereka pun saling beradu memperlihatkan hasil masing-masing yang ditengahi seorang pemimpin penyelam.

"Seperti yang kalian sudah tahu, kerang yang digunakan untuk ritual tradisional dari penyelam peringkat rendah. Penyelam peringkat rendah yang menangkap tiram terbaik akan diberikan poin lebih dalam tes kemajuan. Ingatlah itu dalam pikiran penyelam peringkat rendah!" seru pemimpin penyelam.

Lalu empat orang penyelam dengan peringkat rendah membawa keranjang masing-masing yang berisi tiram tangkapan mereka. Lalu pemimpin penyelam itu melihat ke keranjang masing-masing orang.

"Lihatlah ini.. Hari ini Kkeut Boon (orang yang mencela Beo Jin gara-gara cepat naik ke permukaan tadi) mendapat tiram terbesar. Semua orang harus bertepuk tangan" seru pemimpin penyelam.

Semua orang pun bertepuk tangan dan dua orang maju (sepertinya ibunya) mendekati Kkeut Boon yang bangga memperlihatkan hasil tangkapannya.

"Ini bahkan bahwa tidak hari ini kualitas yang hebat" seru Beo Jin. "Ini putriku" seru ibunya .

Pemimpin penyelam pun pergi mengecek ke penyelam lain, ia mengecek ke keranjang Beo Jin.

Penyelam itu mengambil salah satu tiram yang kecil sambil berkata, "apakah semua ini yang kamu punya?" tanyanya.

"Apa ini?" seru seseorang yang ikut melihat tiram itu yang diikuti penyelam lain.

"Apakah ini suatu abalone atau hanya sebuah kerang kecil? Aku tidak mengatakan sama sekali" lanjutnya. Beo Jin pun mengambil tiram tadi dari tangan wanita itu dan memasukkan ke keranjangnya.

"Anak siapakah dia?" tanya wanita tadi.

"Apakah aku menangkap seekor gurita? Mengapa begitu lengket?" seru pemimpin penyelam (yang tak lain adalah ibunya Beo Jin).

Dengan tegas pemimpin penyelam berkata, "aku bilang kita perlu abalone segar untuk upacara sehingga kamu harus mencoba yang terbaik." pada Beo Jin. Beo Jin pun hanya mengangguk.

"Apa ini, kita punya Kkeut Boon untuk itu, jangan khawatir" seru ibunya Kkeut Boon. Kkeut Boon pun bangga dibilang begitu.

"Yeah. Benar! yang di angguki penyelam lain. Sedangkan Beo Jin matanya sudah berkaca-kaca mau menangis.

Lalu pemimpin penyelam mengambil keranjang tiram Kkeut Boon lalu menyerahkan ke Beo Jin.

"Ambil ini dan bawa ke upacara dan jangan lupa untuk membawa kembali Jinsangpae (Jingsangpae=medalion pengurangan pajak )" seru pemimpin penyelam. Beo Jin pun kaget dia tengok kanna kiri, "Aku?" tanyanya.

"Mintalah orang lain untuk pergi" ujar Beo Jin.

"Cepat!" teriak pemimpin penyelam.

"Ya! ujar Beo Jin yang bergegas lari ke upacara.

Semua orang pun tertawa. Lalu pemimpin penyelam berseru, "Mari kita bergegas dan pergi ke ladang bawang putih." Semua orang pun mengeluh tapi tetap pergi. Sementara itu kapal yang ditumpangi oleh narapidana dan dua opsir pengawal sudah berlabuh dipelabuhan.

"Apa yang kamu lihat sampai begitu tajam sampai bola mata akan keluar? Kamu akan sering melihat ini. Kamu akan bosan dengan ini. Kami ingin kamu ikut turun!" seru salah satu opsir pada narapidana.

Lalu narapidana itu pun berpaling dan akan turun namun tiba-tiba ia berjalan sempoyongan mau muntah kembali hehehe. "Ambilkan air!" seru narapidana. Namun dua opsir tidak bergegas pergi, narapida pun menoleh seolah-olah mau muntah ke arah mereka, mereka dengan cepat pun menghindar.

"Aku bilang untuk mengambilkan air" ujar narapidana.

"Apa yang orang ini katakan?" tanya salah satu opsir.

"Kamu berbicara tidak hormat." ujar narapidana. Namun kedua opsir malah memeloti narapidana yang diasingkan oleh Raja.

"Tidak apa-apa aku seorang yang diasingkan Raja. Kekasaran akan menyebabkan masalah bagi Raja. Kemana aku harus pergi? Membimbingku ke tempat tujuan sekarang" seru narapidana itu. Lalu ia bergegas pergi duluan.

Sementara itu Beo Jin berlari-lari ke tempat upacara walaupun kelelahan. Di tempat upacara seorang wanita memanggil pemimpin upacara, "Tuan Jang Gi" serunya.

"Ya" jawab Tuan Jang Gi.

"Kamu harus menyiapkan banyak makanan untuk semua orang" lanjutnya.

"Ya, saya mengerti tuan." jawab wanita itu.

"Ahjuma" teriak Beo Jin.

"Ya, itu datang. Itu datang" seru wanita tadi sambil bergegas menuju Beo Jin.

"Sungguh, ke mana kau pergi, kau harusnya datang dari tadi? Kamu tidak biasa datang dengan cepat dan kau terlambat." seru wanita itu. Beo Jin pun hanya tersenyum.

Upacara ritual pun dimulai. Tiram terbaik yang dibawa Beo Jin pun disajikan dalam upacara ritual. Tetua Jang Gi pun memulai upacaranya. Beo Jin melihat upacara ritual itu pun di barisan depan.

"Ahhhh! Bau minyak ini menyenangkan." seru Beo Jin mencium aroma ritual.

Lalu seorang staf Tuan Jang Gi memberikan sebuah medali Jinsangpae ke Beo Jin.

"Oh Yeah, aku hampir lupa. Kau tahu berapa banyak tiram untuk mendapatkan Jinsangpae ini." seru Beo Jin sambil menerima Jinsangpae.

Ternyata narapidana dan kedua opsir pengawalnya berjalan melewati tempat acara ritual walaupun dari kejauhan.

"Apa itu di sana?" tanya narapidana.

"Ah, aku pikir kapal ikan berangkat hari ini. Sepertinya ritual hampir berakhir. Kita harus pergi ke sana dan makan." jawab salah satu opsir.

"Mari kita pergi!" seru opsir yang memberi air dikapal tadi (karena belum tahu namanya dinamain opsir gendut dan kurus aja ya, yang gendut yang ngasih air yang kurus yang satunya lagi).

"Apakah kita akan pergi? Kalau kita sedikit terlambat tidak akan ada yang tahu?" seru opsir kurus.

Narapidana pun berteriak mengingatkan.

"Bagaimana ini bertanggung jawab! Kalian berdua harus lebih mengkhususkan pekerja kalian." serunya lalu ia melangkah pergi . Kedua opsir walaupun kesal akhirnya mengikutinya juga.

Sementara itu ditempat upacara ritual sudah selesai.

"Pergilah! dan Makan!" seru tetua Jang Gi. Semua rakyat yang datang ke acara ritual pun segera menyerbu makanan yang disediakan untuk upacara ritual. Ada buah-buahan , lauk-pauk, tiram, dll.

Beo Jin pun berebut makanan juga di tangan kanannya penuh makanan dan ditangan kirinya ada Jinsangpae. Ternyata narapidana juga ada datang ke acara ritual itu, ia ingin mengambil makanan juga tapi melihat mejanya penuh sesak begitu ia pun mengurungkan niatnya. Dan hanya melihatnya saja. Tak puas dengan yang ada di tangan kanan, ia pun mengambil beberapa makanan lagi pakai tangan kirinya.

Lalu Beo Jin berlari pergi, karena berlari tanpa melihat sekelilingnya Beo Jin pun menabrak narapidana. Sampai-sampai barang bawaan narapidana jatuh dan juga makanan yang ditangan Beo Jin jatuh.

Narapidana pun menoleh ke arah Beo Jin, tapi Beo Jin hanya tersenyum sambil tetap mengunyah makanannya. "Maafkan aku" ujar Beo Jin akhirnya.

Narapidana itu pun hanya berdehem sambil merapikan bajunya dan Beo Jin meneruskan makannya yang masih tersisa di tangannya (lho kok Jinsangpae di tangan Beo Jin sudah nggak ada ya?).

Lalu Beo Jin mencoba membantu mengambil tas bawaan narapidana tapi dengan cepat dihalau narapidana, narapidana itu mengambil tas bawaannya sendiri. Beo Jin hanya diam dengan kecut dan narapidana melihatnya dengan jijik, narapidana mungkin nggak mau tasnya kotor kalau di pegang Beo Jin soalnya tangan Beo Jin penuh makanan.

Tiba-tiba banyak anak berlari ke arah Beo Jin yang membuat Beo Jin sempoyongan hampir jatuh, tangan Beo Jin mau menyentuh baju narapidana tapi dengan cepat tangannya ditepuk narapida dengan kipas hingga Beo Jin jatuh menubruk meja ritual yang penuh makanan. Beo Jin pun merasa kesakitan dan narapidana hanya melihatnya dengan cuek.

Di lain tempat, kumpulan wanita penyelam yang berada di kebun lading bawang putih sibuk membersihkan ladang. Lalu tiba-tiba ibunya Kkeut Boon datang melapor.

"Aigoo...bagaimana ini bisa baik. Aku mendengar dia membalik meja ritual." serunya pada salah satu ibu-ibu di ladang itu.

"Apa? Siapa?" tanya wanita di ladang itu.

"Itu putri Choi Beo Jin" jawab ibu Kkeut Boon sambil melirik ke arah ibunya Beo Jin.

Kedua wanita yang di dekat Kkeut Boon pun melongo ke arah ibunya Beo Jin.

"Siapa?" tanya wanita lain yang ada di dekat ibu Kkeut Boon.

"Ini Beo Jin. Apa gunanya berbicara? Itu hanya akan menyakiti mulutku." jawab ibu Kkeut Boon.

Ibu Beo Jin yang dari tadi mendengarkannya pun menjadi gerah, dengan penuh amarah ia pun pergi.

Sementara itu Beo Jin berjalan dengan gontai, tiba-tiba terdengar teriakan ibunya di depan jalan, "Jang Beo Jin!"

Beo Jin pun ketakutan melihat ibunya mendekat ke arahnya.

"Ibu! Aku tidak melakukannya dengan sengaja!" seru Beo Jin lalu bergegas kabur.

Ibunya pun mengejar Beo Jin. "Jika kamu memiliki kekuatan untuk membalik meja ritual, cobalah menjadi penyelam yang baik. Kemudia kamu akan menangkap sesuatu." seru ibunya.

Ny. Choi (ibu Beo Jin) pun kelelahan ia berhenti sebentar dan berteriak, "Jang Beo Jin!.

Sementara itu William ditangkap salah satu suku bar-bar. William dalam posisi terikat dikelilingi banyak orang , orang-orang itu pun seperti mau memakan William. Salah satu dari mereka memecut William dan William pun berteriak-teriak.

"Stop" seru seseorang yang tiba-tiba datang ke arah mereka. Orang itu laki-laki yang berewokan dengan tampang jutek

"Tolong, bantu aku!" pinta William.

"Ada jalan keluar. Semua teman-temanku telah dikuliti kepalanya. Tapi aku selamat!" ujar laki-laki itu.

Lalu ia menoleh ke sampingnya yang sudah berdiri banyak anak-anak kecil.

"Ini adalah putri cantik. Mengorbankan tubuhmu adalah satu-satunya cara untuk tetap hidup." seru laki-laki itu lalu tertawa.

Orang yang mengelilingi William pun ikut tertawa. William pun ketakutan dan berteriak keras sekali.

Dan ternyata semua itu hanya mimpinya William wkwkwkw. William masih di atas kapal bersama Yan dan teman-temannya.

"Melihat Pulau di sana?" seru salah satu teman William sambil menunjuk ke arah pulau tersebut.

"Itu Eight Island. Aku hampir tidak selamat ditempat itu sendiri. Yang pasti 28 tahun yang lalu." cerita orang itu.

Lalu semua teman yang ada di kapal itu tertawa dan melempari laki-laki yang bercerita itu.

"Mari kita minum! Kita hampir ke Nagasaki" seru teman yang bercerita itu. Semua yang di atas kapal itu pun toss bersama .

Sementara itu Yan yang tidak ikut bergabung dengan yang lainnya mengambil sesuatu seperti dua buah batangan emas dari kantong, ia memperhatikannya lalu tersenyum dan dimasukkannya kembali ke kantong. Lalu ia mengambil sebuah gulungan dan teringat sesuatu.

Flashback, ternyata sebelum Yan ikut William berangkat ia menemui William. "William telah pergi ke Nagasaki. Tapi aku bisa menemukannya dalam waktu singkat." ujar Yan pada ibunya William. "Ini ketiga uangnya" seru ibunya William sambil menyerahkan kantong. Berarti batangan emas dan gulungan peta tadi pembayaran dari ibunya William untuk Yan supaya membawa kembali William pulang. "Dan di mana kontraknya?" tanya ibunya William. "Kamu akan mendapatkan sisanya ketika kamu membawa William kembali dengan aman sebelum pernikahan." jawab ibu William.

Flashback selesai.

Kembali ke Yan, tiba-tiba William memanggilnya.

"Yan!" seru William. Mendengar suara William dengan cepat Yan menyembunyikan kantong emas dan gulungan peta. Lalu ia mengambil teropong dan mulai meneropong. William pun sampai di tempat Yan berdiri.

"Dapatkah kamu melihat sesuatu dalam gelap? Apakah kamu pernah mendengar tentang Eight Island? Bukankah itu menakutkan" tanya William.

"Kau tidak jauh dari Nagasaki sekarang." ujar Yan lalu menoleh ke arah William.

"Kamu tidak ingin tinggal di sana terlalu lama. Kau tahu, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu." lanjut Yan.

"Apa omong kosong. Setidaknya aku ingin melihat sesuatu sebelum kita kembali." ujar William dalam bahasa Belanda.

"Kapan kau belajar bahasa Belanda dengan sangat baik?" tanya Yan.

"Berapa hari setelah aku berada di kapal ini? Itu bukan apa-apa" jawab William.

"Seperti yang aku pikir, kamu luar biasa" ujar Yan sambil menepuk pundak William dan melangkah pergi.

Lalu di dalam kapal itu datang seorang laki-laki yang berpakaian seperti wanita dan memakai wig rambut panjang, semua orang pun menggodanya mencabut wignya dan menyiram kepalanya dengan air hahaha. Semua orang sudah mabuk dan tertidur pulas.

Lalu William mengambil porselen yang disembunyikannya.

"Aku sangat merindukanmu. Hartaku.." ujar William sambil mengelu-elus porselennya.

Di lain tempat Beo Jin sedang merenung sendirian.

"Jika aku pulang, ibuku akan membunuhku. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bias berhenti melakukan ini untuk hidup?" gumannya.

"Apakah ada orang yang bisa menyelamatkanku dari pulau ini? Aku akan senang jika hanya ada satu orang yang akan datang" pikirnya tiba-tiba.

Setelah Bo Jin berkata seperti itu tiba-tiba ada petir dan di lautan hujan deras yang mengakibatkan badai.

Di atas kapal semua orang panik, lonceng kapal tanda bahaya di bunyikan. "Cepat dan bergerak!" seru salah satu awak kapal. Namun kapal tetap terombang-ambing. Yan yang berada di dalam kapal segera melihat lewat jendela menyadari terjadi badai ia pun segera naik mencari William. "William!" teriak Yan. Mendengar suara Yan William pun keluar dari persembunyiannya, begitu ia menyundulkan kepalanya ia terguyur hujan. Dilihatnya Yan, Yan pun melihatnya namun tiba-tiba gelombang laut terlalu besar membuat tempat yang dipakai buat William sembunyi jatuh menggelinding ke laut bersama William yang masih di dalamnya.

Keesokan harinya, ternyata Beo Jin belum juga pulang ke rumah, ia menunggu di depan rumah tetua Jang Gi.

"Kamu berada di sini, Beo Jin?" tanya staf tetua Jang Gi yang memberikan Jinsangpae ke Beo Jin kemarin.

"Hyang Dol oppa!" ujar Beo Jin (oooo namanya Hyang Dol)

"Apakah kamu menemukan Jinsangpae setelah membersihkan tempat ritual kemarin?" ujar Beo Jin.

"Membalik meja ritual tidak cukup, kamu kehilangan Jinsangpae itu?" ujar Hyang Dol.

"Pernahkah kamu melihat atau tidak melihatnya?" desak Beo Jin.

"Aku tidak melihat itu. Seseorang mungkin sudah mengambilnya." Hyang Dol.

Beo Jin pun mendesah lalu dengan gontai meninggalkan tempat itu. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu ketika menabrak narapidana dan mencoba membantu mengambilkan tas bawaannya. Lalu ia berbalik dan berseru, Oppa!" serunya.

"Apakah kamu ingat kemarin? "orang muda" dengan mata sipit, tinggi dan terlihat seperti ikan pedang pendek berlendir" tanya Beo Jin sambil menjelaskan cirri-cirinya. (ckckckkckck cakep-cakep dibilang ikan pedang pendek wkwkkwkw).

Hyang Dol mencoba mengingat-ngingat, "Ahh, orang yang diasingkan!" serunya.

"Orang yang diasingkan?" tanya Beo Jin.

Lalu Beo Jin pergi ke tempat kepolisian.

"Permisi, apakah bukan orang yang diasingkan datang ke sini kemarin? Uh? tanya Beo Jin pada dua orang opsir yang bersama narapida yang diasingkan kemarin. Dua orang opsir itu hanya menoleh ke dalam, tiba-tiba Beo Jin mau menerobos masuk tapi segera dihalau salah satu opsir, hingga terdorong ke belakang. Beo Jin pun memikirkan sesuatu. Sementara itu narapidana yang diasingkan itu sedang duduk asyik membaca buku. Ternyata Beo Jin masuk ke dalam secara diam-diam lewat pintu samping yang dijaga dua opsir tadi. Beo Jin pun berlari kearah narapidana, narapidana pun menghentikan bacaannya.

"Apakah kamu ingat saya kemarin?" tanya Beo Jin. Namun narapidana itu hanya diam dan mencoba mengingat-ingat.

"Kemarin di ritual, kamu menjatuhkan tasmu, ketika aku mengambil itu aku kehilangan Jinsangpaeku" jelas Beo Jin. Namun narapidana itu belum ingat apapun.

"Ah,ssi..berikan Jinsangpaeku" seru Beo Jin sambil menyodorkan tangannya.

"Apa yang kamu bicarakan?" tanya narapidana itu.

"Ah..itu di dalam tasmu" jawab Beo Jin.

"Kau tampak seperti orang biasa. Bagaimana kamu berbicara kepadaku seperti itu? Bahkan jika kamu tidak berpendidikan ada perbedaan antara kelas pria dan wanita" jelas narapidana itu.

"Aku tidak tahu tentang hal-hal seperti itu. Jadi, berikan Jinsangpae itu padaku." seru Beo Jin kesal sambil mendekat ke arah narapidana itu. Beo Jin pun mengambil tas narpidana itu.

"Apa yang kau lakukan?" teriak narapidana itu. Lalu terjadilah tarik menarik tas itu.

"Aku hanya akan melihat" seru Beo Jin.

Narapidana itu menarik tas dengan kencang hingga membuat Beo Jin terpelanting jatuh ke pelukan narapidana itu, yang akan membuat orang melihatnya akan salah paham wkkwkw. Kedua opsir penjaga pun mendekat ke arah mereka dan kaget. Beo Jin pun segera berusaha melepaskan diri.

"Kebisingan apa semua ini?" teriak seseorang yang tiba-tiba datang.

Kedua opsir pengawal pun segera berdiri dalam keadaan siap, sepertinya orang itu kepala polisi. Beo Jin pun sudah berdiri kembali.

"Bagaimana kamu bisa membuat begitu banyak keributan setelah kamu tiba? Kamu masih belum belajar dari pelajaranmu. Kamu telah mempermalukan keluargamu bila kamu main mata dengan wanita. Maka kamu harus menunjukkan penyesalan" seru kepala polisi itu.

Kedua opsir menahan tawanya. Beo Jin pun diam dengan kesal.

Ternyata Beo Jin di usir keluar oleh kedua opsir pengawal. Beo Jin pun kesal menahan amarah.

Beo Jin pulang ke rumah. Ternyata dia dihukum oleh ibunya, merangkak di tanah dengan membawa keranjang tiram dipunggungnya.

"Kita lihat apa yang terjadi, kau benar-benar akan mendapatkannya." seru ibu Beo Jin.

"Ini bukan salahku. Ini salah orang yang diasingkan itu. Kehilangan Jinsangpae dan membalik meja ritual. Itu semua salahnya. Mari kita pergi melihatnya" seru Beo Jin.

"Tenang! bentak ibunya. Beo Jin pun terdiam dan menangis.

"Membalik meja ritual tidak cukup. Tidur di tempat lain tanpa izin. Malas sepanjang hari, pulang ke rumah saat matahari terbenam. Lalu apa? Kau berteriak karena kamu tidak tahu bahwa 5 Jinsangpae bernilai pengurangan 100 tiram. Bagaimana mungkin kamu menghilangkan itu?" seru ibunya.

Beo Jin pun memasang muka melas pada ayahnya.

"Kamu makan, ini makan malammu terakhir" seru ibunya.

"Beo Jin mama, itu cukup. Beo jin tahu apa yang dia lakukan salah" ujar ayah Beo Jin.

"Ibu, tolong berhenti . Mereka mengatakan bahwa bahkan tikus ketika datang untuk mendorong ke penyorongan tahu yang dilakukan salah" ujar adik Beo Jin ikut menolong kakaknya. Ibunya hanya menoleh ke arahnya mendengar penjelasannya.

"Lihat. Beo Seol berpikir begitu" ujar ayahnya.

Beo Jin pun tersenyum senang lalu bergegas akan berdiri namun segera ditahan ibunya.

"Jang Beo Jin!" teriak ibunya. Ayahnya dan adiknya pun ketakutan mereka pun terdiam.

"Siapa yang bilang kepadamu, kamu bisa berdiri?" seru ibu Beo Jin. Beo Jin pun sudah kembali ke posisi sebelumnya dan hanya bisa menangis.

Sementara itu narapidana yang tidur di penjara dibangunkan oleh kedua opsir pengawalnya.

"Hey. Ini cukup. Ayo keluar." seru salah satu opsir.

Ternyata narapidana itu diajak menemui kepala polisi.

"Kirim dia ke rumah Jang di kota San-bang, untuk memberinya pelajaran!" perintah kepala polisi.

"Hanyang(Seoul) telah kehilangan moral public sejak aku meninggalkan kota itu" gumannya lalu melangkah pergi.

"Mulai hari ini kamu akan hidup dengan rakyat umum" ujar Yi Bang. (Orang yang memergoki narapidana dengan Beo Jin).

"Aku tidak ingin menjadi beban keluarga biasa itu. Kirim aku ke suatu tempat yang aku bisa hidup sendiri" ujar narapidana.

"Seorang pria mulia dari Hanyang. Kau akan hidup sendiri?" ujar Yi Bang dengan sinis.

"Bahkan jika aku di pengasingan. Aku masih lahir mulia. Bagaimana aku bisa hidup di antara rakyat umum?" seru narapidana.

"Apa masuk akal! Jika kamu lupa bahwa kamu diasingkan dan jika ada lagi kejadian seperti kemarin, kamu akan dipagari rumah. Ingat ini!" seru Yi Bang

"Mengirimnya ke kediaman Jang di kota San-bang" perintah Yi Bang pada kedua opsir pengawal.

Narapidana itu pun dikawal kedua opsir yang selalu mengawalnya ke desa San-bang di Jeju.

Sementara itu di rumahnya, Kkeut Boon sedang mengaduk-aduk sesuatu dibantu ibunya.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi di rumah Beo Jin? Ada polisi disana" tanya ayahnya.

Ibunya Kkeut Boon pun segera melihat ke rumah Beo Jin, "Polisi?" serunya, yang diikuti Kkeut Boon.

Ternyata narapidana tadi sudah sampai di rumah Beo Jin. Rumah Beo Jin pun sudah dikurumumi para tetangganya. Ny. Choi (ibunya Beo Jin) mendekat ke arah narapidana.

"Seorang yang diasingkan berpakaian resmi, bagaimana tidak lucu. Anda pikir sedang berlibur?" ujar Ny. Choi pada narapidana. "Apakah aku harus celaka, orang lain menonton dia?" ujar Ny. Choi pada salah satu opsir pengawal.

"Bagaimana anda tidak begitu sopan, beraninya kau memanggilku seperti itu?" bentak narapidana.

"Lalu haruskah kesemek busuk yang jatuh dari pohon dilayani di atas nampan perak?" ujar Ny. Seo penuh percaya diri lalu semakin mendekat ke arah narapidana.

"Setiap orang yang diasingkan masuk ke rumahku harus mendengarkan apa yang aku katakan!" bentak Ny. Choi. "Dari mana kau datang dan bertindak begitu tinggi dan perkasa?" lanjutnya. Narapidana pun ciut lalu hanya pasang muka masam.

"Pejabat secara khusus memerintahkan bahwa dia tinggal dengan anda. Apakah anda memberinya makan atau dia kelaparan, itu nasib orang yang diasingkan tidak berharga ini. Terserah apa yang anda inginkan" ujar salah satu opsir.

"Apa?" seru narapidana.

"Anda tidak dapat melakukan ini kepada kami. Bekerja keras sebagai penyelam setiap hari, dan bahkan beberapa hari tidak mengeringkan tubuh kita. Ini cukup sulit untuk menyiapkan Jinsangpoom (Jingsangpoom=bahan dikenakan pajak, mungkin yang dimaksud tiram, tiram dikenakan pajak). Daripada para pejabat membantu kita mereka meninggalkan yang lain, mulut cacing untuk makan?" ujar Ny. Choi.

"..mulut cacing untuk makan?" seru narapidana terbata-bata, syok dia hahaha.

"Beritahu secara resmi, sampaikan pesan ini. Aku tidak bisa menerimanya dengan gratis. Sebagai imbalannya, mengurangi Jinsangpoom di kota San-bang kami. Mengurangi 3 kotak (300 abalone/tiram). Maka aku akan mengarahkan orang yang diasingkan ini" ujar Ny. Choi.

"Bagaimana kalau dikurangi 1 kotak (100 abalone)" ujar salah satu opsir.

"2 kotak (200 abalone)?" ujar Ny. Choi.

"jangan terlalu kaku. Ah kemudian.." seru opsir yang lain.

"bawa dia kembali dengan kalian" bentak Ny.Choi tiba-tiba sambil mengusir ketiga orang ini.

"Ok, aku akan menyampaikan pesan ini" ujar salah satu opsir lalu mengajak temannya pergi.

"Mari kita pergi" ajak salah satu opsir pada temannya. Jadilah tinggal narapidana dan Ny. Choi yang di tonton oleh banyak tetangganya.

Narapidana pun berdehem sambil menoleh ke belakang yang dilihatnya banyak orang tersenyum menggoda ke arahnya wkkwkwkw. Terutama Kkeut Boon merapikan bajunya biar terlihat seksi yang dibantu oleh ibunya. Narapidana pun hanya mendesah dan geleng-geleng kepala.

"Tempat ini tidak sesuai bagi seseorang untuk hidup" gumannya sambil melihat ke sekelilingnya.

Narapidana pun memperhatikan Tn. Jang (ayah Beo Jin) yang duduk di dipan. Tapi Tn. Jiang diam saja. Seorang kakek tua memperhatikan narapidana ini bersama kerumunan tetangga Ny. Choi.

"Dimana ruang tamu?" tanya narapidana. "Aku selesai melakukan perjalanan yang melelahkan, aku akan beristirahat" ujar narapidana lalu melepaskan tas bawaannya dan menyerahkannya ke Ny. Choi namun Ny. Choi diam saja malah bersedekap. Jadi tasnya jatuh ke tanah deh wkwkkw. Narapidana pun tersenyum masam ke arah Ny. Choi.

"Dengan wajah yang tampak kurus, kamu tidak harus makan banyak" ujar Ny. Choi.

"Bangsawan Hanyang." seru narapidana.

"Hanyang?" tanya Ny. Choi lalu menendang tas narapidana sambil mendekat ke arah narapidana.

"Di sini Tamna Island (Jeju-do). Lupakan Hanyang! Jika kamu ingin makan, kamu harus bekerja! Apa arti bangsawan di sini? Lupakan semua itu disini!" seru Ny. Choi pada narapidana.

Narapidana pun tidak bisa melawan hahaha, lalu Ny. Choi menoleh ke belakang dilihatnya para tetangganya masih menonton. "Apa yang kalian lihat?" serunya lalu mereka pun berpamitan bubar.

"Sebelum terlambat, penyelam harus berangkat" seru Ny. Choi.

Perut narapidana pun berbunyi, yang sepertinya mulas karena sakit perut, dia pun memegangi perutnya. Lalu Beo Seol (adiknya Beo Jin) sudah berada di dekatnya, narapidana pun kaget dilihatnya adik kecil itu. Ternyata Beo Sol mengajak narapidana ke ruangannya. Dia pun membukakan pintu kamarnya, narapidana pun kaget begitu pintu terbuka dilihatnya ruangan itu seperti gudang hahaha.

"Untuk apa ruangan ini digunakan? Apakah manusia hidup di kamar ini?" tanya narapidana pada Beo Seol.

"Haruskah seorang sarjana diasingkan berharap selimut sutra?" seru Beo Sol lalu melangkah pergi meninggalkan narapidan. Narapidana pun tersenyum. Lalu dilihatnya ruangan itu ada belalang melompat hahaha. Ia pun kesal dan menyentik topi di kepalanya aneh wkwkkw.

Sementara itu Beo Jin pulang dari menyelam mengendap-endap. Begitu dilihatnya tidak ada orang ia pun lega lalu meletakkan keranjang tiramnya.

"Aku tidak perlu menyelam hari ini" gumannya. Tiba-tiba jerami melayang ke tubuh Beo Jin ketika menunduk mengambil keranjang tiramnya.

"Oh!Ibu! Aku sedang dalam perjalanan ke laut" serunya sambil menoleh ke arah lemparan jerami, begitu dilihatnya orang yang melempar jerami bukan ibunya tapi orang yang diasingkan Beo Jin pun kaget.

"Kamu!" seru Beo Jin.

"Troubemaker?" seru narapidana.

"Apa? kamu kenapa kau di sini? Kamu.." ujar Beo Jin.

"Aku pikir rumah ini adalah sesuatu yang lain, ini tidak mengherankan kau putri pemilik rumah ini" ujar narapidana.

Beo Jin pun tersenyum, "Jadi, kamu datang ke rumah kami?" serunya lalu ia teringat sesuatu.

"Ah, benar! Jinsangpae, bergegas ambil dan berikan padaku" ujar Beo Jin sambil menyodorkan tangannya.

"Aku sudah bilang bahwa aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Kenapa kau terus bertanya hal yang sama seperti ikan mas?" seru narapidana.

"Ikan mas?" seru Beo Jin lalu melangkah maju ke arah narapidana mau mengeledah narapidana.

"Apa yang akan kau lakukan jika ada di sini?" seru Beo Jin.

"itu cukup. Kenapa kau diam saja? Ambil sampah ini dan pergi dengan cepat!" seru narapidana lalu melangkah pergi.

Tapi tiba-tiba Beo Jin mencengkram baju narapidana.

"Kau" seru Beo Jin lalu ia melepaskan cengkramannya.

"Bagaimana kau tidak sopan! Seseorang yang rendah, kau tidak harus menyentuh tubuh ini" seru narapidana.

"Tentu saja. Hanya wanita Hanyang yang diizinkan untuk menyentuh tubuh itu" seru Beo Jin sambil menunjuk ke arah narapidana.

"Bagaimana kau begitu kurang ajar!" bentak narapidana. Tanpa mereka ketahui Tn. Jang (ayah Beo Jin) melihatnya karena sudah kembali ke rumah.

"Hentikan!" teriak Tn. Jang, habis teriak Tn. Jang lalu memegang dadanya kesakitan. Beo Jin pun berlari ke ayahnya dan memegangi ayahnya.

"Ayah, itu dia. Orang yang mengambil Jinsangpae kita" adu Beo Jin.

"Tuan Sarjana?" tanya ayahnya sambil menunjuk kearah narapidana.

"Itu cukup. Dimana selimut?" ujar narapidana.

Beo Jin pun berlari ke arahnya lalu menendang jerami yang mengenainya tadi. "Apa yang kau pikirkan?" bentak Beo Jin.

"Tuan sarjana, mengapa anda membuang alas tidurmu di sini. Sehingga semuanya menjadi kotor. Meskipun disini hangat. Ketika kamu tidur di lantai yang dingin mulutmu akan memutar seperti ini" ujar Tn. Jang sambil memperagakan mukanya membengkok. Narapidana pun dia berpikir.

"Beo Jin, keranjangmu kosong tidak ada tiram" tanya ayahnya ketika dilihatnya keranjang tiram Beo Jin masih kosong.

"Artinya, aku akan pergi dan setidaknya mengumpulkan rumput laut" jawab Beo Jin.

Ayahnya pun mendesah lalu berkata, "ibumu mengira kau masih menyelam sekarang. Jika dia tahu kau ada di sini hanya berkeliaran di sekitar" kata ayahnya yang tiba-tiba dipotong Beo Jin.

"Ayah! aku akan ke laut" seru Beo Jin lalu mengambil keranjang tiramnya dan bergegas pergi.

"Pastikan ayah mendapatkan Jinsangpae dari orang yang diasingkan ini!" pesan Beo Jin.

Setelah Beo Jin pergi tinggallah berdua narapidana dan ayah Beo Jin.

"yah.." ujar narapidana membuka obrolan.

"Apakah kamu punya sesuatu yang akan ditanyakan kepadaku?" tanya Tn. Jang.

Tiba-tiba terdengar bunyi klukuk dari perut narapidana (alias kebelet mau bab), narapidana pun hanya tersenyum sambil memegangi perutnya.

Ternyata sama ayahnya Beo Jin narapidana itu diajak ke kandang babi, hueksss (baca episode 1 jangan sambil makan wkwkkwkw).

"Ayo sini...datang ke sini. Di sini kandang babi" ajak Tn. Jang. Begitu narapidana melongo melihat ke bawah di pun mual serasa mau muntah.

"Ups, bangsawan Hanyang tidak bisa sekaligus" ujar Tn. Jang begitu melihat narapidana mau muntah.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Lalu..." gumannya sambil berpikir, ia pun mengajak narapidana pergi ke suatu tempat.

Ternyata Tn. Jang mengajak narapidana ke sungai (disuruh bab ke sungai kwkwkwkwk).

"Ketika penyelam tidak ada disini, kau dapat melihat pemandangan besar ini" serunya, lalu ia berkedip kearah narapidana dan menyiapkan sebuah papan dan bersiap bab, Tn. Jang pun bab di papan dan di samping narapidana, narapidana pun melihatnya dengan aneh. Narapidana pun jijik melihat pup Tn. Jang di papan (pup disensor lho tapi tetap aja ya ampun gelo nonton drama ini wkwkwkwk).

Lalu Tn. Jang mengampil papan yang ada pupnya dan bersiap melemparkannya ke laut.

"Berpegang pada papan ini dengan ringan, menggunakan kekuatan dalam pergelangan tanganmu" ujar Tn. Jang lalu melemparkannya bersama papannya ke laut. "Euh..ah" teriak narapidana takut terkena papan itu. Tapi hebatnya dayung ini pasti nggak akan hilang di laut soalnya dayungnya diikat tali, jadi walaupun dayung terlempar tetap bias ditarik kembali dan tentu saja dayung kembali dalam keadaan bersih.

Sementara itu Beo Jin dilaut bersiap untuk menyelam, namun tiba-tiba ia terhenti ketika melihat wig berwarna pirang. "Apa ini?" gumannya sambil mengambil wig itu. Beo Jin pun mengamati wig itu.

"Rumput laut yang terbuat dari emas?" gumannya dengan penuh kegirangan.

"Aku 8 tahun sebagai seorang penyelam, aku akhirnya berhasil, bagaimana aku bias menemukan rumput laut berharga seperti ini?" serunya penuh kegirangan. Lalu ia akan melanjutkan menyelam tapi pandangan terhenti ketika melihat rumput laut emas lain di atas bebatuan.

"Apa itu?" teriak Beo Jin sambil mendekat kearah bebatuan itu. Beo Jin pun mengambil rambut itu dan memotongnya dengan pisau, namun tidak bias lalu diangkatnya ternyata kepala orang yang tak lain dan tak bukan adalah William. Mereka pun bertemu pandang dan saling berteriak kaget.

"Ini sangat menakjubkan. Kamu, rambutmu..adalah emas!" ujar Beo Jin lalu mendekat kearah William mau memegang rambutnya tapi tiba-tiba ia menoleh mendengar suara rombongan penyelam yang dipimpin ibunya. Ia pun kaget dan bingung lalu berpikir sebentar dan tiba-tiba ia menyeret William masuk ke dalam air.

Ternyata di dalam air William kehabisan nafas, lalu Beo Jin pun memberinnya nafas buatan hehehe. Setelah itu membawanya ke permukaan. Beo Jin memapah William ke daratan dan mereka terjatuh. William terbatuk-batuk.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Beo Jin sambil memegang pundak William. Namun William menghindar karena ketakutan. Lalu Beo Jin memegang hidung William yang mancung dan memegang hidungnya sendiri untuk membandingkan. Beo Jin melihat ada rumput laut menyangkut di kaki William, ia pun mengambil pisaunya untuk memotong rumput itu, William pun mundur selangkah karena ketakutan.

"Mohon! Mohon!" pintanya (dalam bahasa Inggris yang Beo Jin tidak ketahui hahaha, untuk sekarang William masih berkomunikasi dalam bahasa Inggris.). William pun teringat mimpi saat ia terdampar dan akan dijadikan korban.

"Mohon..tolong jangan membunuhku" pintanya lagi. "Oh Tuhan..ini Eight Island" gumannya.

"Kamu..apa yang kau katakan?" tanya Beo Jin.

"Apakah ini Eight Island?" tanya William.

Beo jin tertawa mencoba mengulang kata-kata William, "Ae..ae...apa?" ujarnya.

"Apakah ini Jepang?" tanya William lagi.

"Ja..." ujar Beo Jin.

"ya, Jepang" seru William.

"Ja..Panng?!" ujar BEo Jing mengulang kata-kata William.

Tapi Beo Jin salah tafsir , "Ya!apakah kau mencoba mengatakan kau lapar? Tunggu" serunya lalu Beo Jin pun menyelam ke dalam laut. Dan William pun lega ia merebahkan dirinya ke pasir. Tiba-tiba Beo Jin dtg dengan beberapa ikan yang tertancap di pisaunya. Ia pun memperlihatkannya pada William.

Ia pun membakar ikan tangkapannya itu, lalu mengambil satu dan meniup-niupnya lalu menyerahkannya pada William. William pun menerimanya dan memakannya.

"Rambut emas, kau sangat lapar?" tanya Beo Jin ketika melihat William makan ikan dengan lahap.

"Bagaimana kau bisa terlihat seperti ini?" lanjut Beo Jin. Tiba-tiba datang kakek tua langsung duduk dihadapan mereka. William pun kaget dan reflex geser ke belakang sedikit. Kakek tua itu mengambil satu ikan dan langsung memakannya.

"Apa yang kamu lakukan? Kakek tua, apakah kau datang setelah mencium makanan? Kau memiliki hidung seperti anjing" ujar Beo Jin pd kakek tua itu.

Kakek tua itu hanya tersenyum dan tetap makan ikannya dengan lahap.

"Makan sedikit..dia sangat lapar" ujar Beo Jin sambil menunjuk ke arah William.

Kakek tua itu pun memperhatikan William dan berkata, "anak bermata biru."

"Hah" ujar Beo Jin.

"Bermata biru, nak!" ulang kakek tua.

"Kakek, kakek apakah kau melihat seseorang seperti dia sebelumnya? Lihatlah rambutnya. Ini terbuat dari emas. Emas" ujar Beo Jin sambil menarik-narik rambut William untuk menunjukkan.

"Bagaimana emas keluar dari kepala anak laki-laki? Ini sulit dipercaya" lanjut Beo Jin.

"Rambut keemasan jika kamu tertangkap, kamu sudah mati" ujar kakek tua.

"Benarkah? Ayeee,,,, kakek, kau berbohong lagi?" ujar Beo Jin.

"Jika orang menemukan dia, mereka akan membawanya ke Hanyang. Lalu ia akan mati" tegas kakek tua, lalu kakek tua itu melakukan gerakan memotong leher yang secara refleks membuat William bergidik ketakutan lalu menoleh ke arah Beo Jin. Beo Jin memikirkan sesuatu lalu ia mengajak William pergi. "Anak bermata biru! Bangun! Kita harus pergi ke suatu tempat" ujar Beo Jin sambil menarik tangan William pergi.

Ternyata Beo Jin mengajak William bersembunyi di sebuah gua. Beo Jin pun menyalakan api, dan menaruh wig rambut pirang disebelahnya.

"Ini adalah tempat persembunyian rahasiaku, mulai sekarang kamu bisa tinggal di sini" ujar Beo Jin.

William pun mendengarkan perkataan Beo Jin dengan seksama, "Kamu bisa tidur di sini" ujar Beo Jin sambil mendorong William agar duduk.

"Cham ah! Aku Beo Jin. Beo Jin" seru Beo Jin .

Tapi William salah tangkap wkwkkwkw, "Virgin?" ujar William

"Ikutilah setelah aku mengatakannya, Beo Jin" seru Beo Jin lagi.

Lalu William berpikir sebentar, "Apakah kamu mengatakan padaku kau masih perawan?" ujar William salah paham.

Eee Beo Jin malah mengangguk karena dengar kata-kata "Virgin" dalam bahasa Inggris mirip Beo Jin.

"Kamu?" tanya Beo Jin.

"Aku?" tanya William.

"Siapa namamu? Namamu!" seru Beo Jin.

"Yeah..aku juga (Me Too)" ujar William, William kira Beo Jin tanya apa William juga masih "Virgin" wkwkwkw.

"Aku juga (Me Too), namamu adalah "Me Too" pikir Beo Jin lalu duduk disebelah William.

"Namamu adalah Me Too?" ulang Beo Jin.

"Jika seseorang datang untuk membawamu , gunakan pisau ini untuk memotong tenggorokan mereka" ujar Beo Jin pada William sambil memperagakan yang membuat William agak takut.

"Tapi, kamu tidak perlu memotong tenggorokan mereka. Lalu gunakan ini untuk menikam terlebih dahulu, lari jauh. Di sana, ke arah gunung itu. Mengerti?" jelas Beo Jin. William pun mengangguk.

Lalu Beo Jin menyerahkan pisaunya. "Dan ini adalah hal yang paling berharga bagiku Jangan pernah kehilangan itu" ujar Beo Jin lalu menyerahkan pisaunya pada William. William pun mengangguk. Lalu Beo Jin bersiap pergi.

"Sekarang aku akan membawa sesuatu untuk dimakan besok. Ingat apa yang aku katakan. Pastikan untuk menyembunyikan diri. Mengerti itu, "Me Too"? ujar Beo Jin, William pun hanya bisa mengangguk padahal nggak ngerti apa yang dibilang Beo Jin hahaha.

Beo Jin pun melangkah keluar dari gua, namun baru beberapa langkah ia menoleh ke belakang dan berkata, "Kau benar-benar tidak harus keluar" ujar Beo Jin mengingatkan yang membuat William kaget, lalu Beo Jin melangkah pergi.

Sementara itu narapidana belum juga bab ia masih menahannnya sampai sakit berjalan pun sakit perut, Orang-orang yang melihatnya pun tertawa, "Bangsawan yang dibuang?" ujar Kkeut boon ketika melewati narapidana itu. Lalu Kkeut Boon mencium sesuatu lalu ia mengendus-endus baju narapidana itu. Narapidana itu kesal menahan sakit perutnya melangkah pergi.

"Apakah kalian melihatnya? Dia jatuh padaku dan menatapku sekarang" ujar Kkeut Boon pada kedua temannya.

"Benar" ujar salah satu temannya.

"Tentu saja. Bahkan seorang bangsawan yang dibuang memiliki mata, bagaimana bisa dia mengabaikanku?" seru Kkeut Boon.

"ia diasingkan karena dia main mata dengan wanita, dia benar-benar menyukai wanita" ujar salah satu temannya.

"Di Hanyang ada banyak janda mulia yang menyerahkan iman mereka karena dia" ujar teman yang lainnya.

"Apakah orang itu orang biasa atau bangsawan ia selalu membayar ketampanannya" seru Kkeut Boon.

"Itu benar. Itu benar" ujar kedua teman.

"Mari kita pergi" ajak Kkeut Boon.

Beo Jin pulang ke rumah dengan cara mengendap-endap, ia pun meletakkan perlengkapan menyelamnya dg lega karena tidak ada orang di rumah.

"Tidak ada orang di rumah" gumannya, lalu tatapan matanya berubah melihat ke arah ruangan narapidana.

Ternyata Beo Jin masuk ke kamar narapidana itu, dan membongkar isi tasnya dan ia hanya menemukan sebuah buku.

"Apa ia seorang pria konyol, hanya ada buku-buku di sini" gumannya.

Tiba-tiba pintu terbuka, "Troublemaker!" seru narapidana lalu masuk ke kamarnya. Beo Jin pun kaget lalu ia berdiri sambil memegangi bukunya.

"Apa yang kamu lakukan sekarang?" tanya narapidana.

"Aku sedang mencari Jinsangpaeku. Mengapa?" jawab Beo Jin lantang.

"Bagaimana mungkin seorang gadis biasa rendah memasuki ruangan seorang bangsawan dan menyentuh barang-barangnya?" seru narapidana.

"Huh..ruangan bangsawan? Kamar yang mana? Kamar ini?" ejek Beo Jin.

"Untuk seorang pria tinggal di gudang penyimpanan kami secara gratis, Ok .. itu sudah cukup, cepat aku mengambil Jinsangpaeku" ujar Beo Jin lalu menyodorkan tangannya meminta Jinsangpaenya diberikan.

"Jin Sang..Jin Sang, Kau benar-benar yang menyebabkan "Jin sang" (perilaku yang tidak pantas di luar aturan). Berhenti. Cukup sudah. Berikan bukuku" ujar narapidana.

Beo Jin pun terpikirkan sesuatu, lalu ia berlari keluar lewat kolong jalan tembus keluar sepertinya dapur. Lalu ia menodongkan buku itu di atas api. Narapidana pun kaget dan syok.

"Ambilkan Jinsangpaeku, jika tidak, aku akan membuang buku ini ke dalam api" ujar Beo Jin sambil menaruh buku itu tepat di atas api.

"Oh..ini terlalu banyak orang biasa mengancam seorang bangsawan?" seru narapidana.

Akhirnya Beo Jin malah memasukkan buku tersebut ke dalam api, buku itu pun terbakar narapidana itu pun mengambil bukunya dan mencoba mematikan apinya, dibawanya buku itu keluar , karena tidak tahan panasnya, ia pun melemparkan buku yang terbakar itu ke atas tumpukan jaring yang ada disampingnya yang otomatis jaring itu ikut terbakar dan api makin membesar. Beo Jin pun kaget melihat itu, "Apa yang kamu lakukan? cepat keluarkan buku itu" bentak narapidana. Beo Jin pun panik lalu ia mengambil air untuk memadamkan air yang mulai membesar. Narapidana pun membantu dengan menciprat-cipratkan air ke api itu. "Bukuku, oh, tidak." ujar narapidana.

Beo Jin pun mengambil sapu dan memukul-mukulkannya ke api dan narapidana menyiramkan air akhirnya apinya pun padam.

Narapidana pun kesal, lalu ia mengambil bukunya yang setengahnya sudah terbakar dan Beo Jin melihat jaring ikan yang terbakar padahal susah payah dibuat ayahnya. Kedua orang ini pun saling berpandangan tidak ada yang mau mengaku salah. Tiba-tiba kedua orang tua Beo Jin datang melihat semuanya.

Narapidana pun melihat Ny. Choi yang memeloti keduanya lalu narapidana pun menunjuk ke arah Beo Jin.

Narapidana pun duduk di kamarnya membersihkan bukunya yang terbakar.

"Aku butuh semusim untuk merajut jaring ikan ini, bukan untuk dibakar seperti ini" ujar Tn. Jang memperhatikan jaring yang sudah terbakar di tangannya.

"Ayah.. Maaf. Jika bukan karena orang diasingkan itu semua ini tidak akan terjadi" ujar Beo Jin dengan lemah.

Mendengar ia disalahkan narapidana pun membela diri.

"Itu, kurang ajar.. kamu merusak buku berhargaku" serunya.

"Jang Beo Jin" ujar Ny. Choi

"Ya" ujar Beo Jin.

"Mulai hari ini, orang yang di asingkan menjadi tanggung jawabmu. Mulai sekarang, apakah orang yang diasingkan berkelakuan baik atau tidak baik. Semua itu menjadi tanggung jawabmu. Ingat itu" seru ibunya.

"Ah...Ibu...itu tidak masuk akal. Itu tidak adil" keluh Beo Jin. Narapidana pun hanya melongo lalu Ny. Choi mendekat ke arah narapidana.

"Bahkan ikan teri memiliki wajah, ikan perak memiliki mata, sebagai seorang yang diasingkan, kamu tidak boleh menganggu" ujar Ny. Choi.

"Itu terlalu tidak sopan, bagaimana anda begitu berani meremehkanku, aku Park Kyu?" seru narapidana (mulai sekarang narapidana itu dipanggil park kyu aja ya kasian banget dari tadi saia panggil narapidana padahal orang yang diasingkan wkwkwkwk). Park Kyu pun langsung terdiam saat Ny. Choi hanya melotot ke arahnya.

Malam harinya, Beo Jin mengisi air di gentong, sepertinya hukuman untuk kekacauan yang dia buat tadi. Dan Park Kyu di kamarnya masih membersihkan bukunya. Lalu ia mengambil buku yang tersisa di tasnya, lalu ketika tumpukan buku itu dibuka dilihatnya Jinsangpae terselip di antara buku-buku itu. Ia pun mengambil Jinsangpae itu dan teringat saat Beo Jin ngotot minta Jinsangpaenya dikembalikan. Dia terdiam sebentar lalu membuang Jinsangpae itu ke dalam gentong hingga terdengar bunyi klontang dari luar. Beo Jin mencibir ke arah ruangan Park Kyu.

Sementara itu William merebahkan dirinya dipasir pantai sambil memikirkan ciuman Beo Jin saat Beo Jin memberinya nafas buatan. Ia pun duduk menikmati pemandangan malam pantai pulau Jeju.

"Nagasaki, Yan! Mama.." gumannya. Ia pun teringat saat meninggalkan sebuah surat dan sepatu Geta buat mamanya, Flashback.

Mamanya William melihat secarik kertas di atas sepatu Geta, "Ini adalah sepatu jepang yang disebut geta. Aku benci melihat gaunmu terkena basah saat hujan. Semoga dengan ini menjaganya dari air hujan. Aku akan merindukanmu. Mama, aku berjanji tidak akan lama" bunyi surat itu.

Flashback end.

Kembali ke William yang masih merenung ditepi pantai. "Dimana aku?" gumannya.

Keesokan paginya, Ny. Choi membuka pintu kamar Beo Jin yang masih tertidur pulas padahal sudah siang. Lalu ia berpindah membuka kamar park Kyu dilihatnya juga masih tertidur pulas padahal sudah bangun.

"Apa kelemahan disiplin! Ayo keluar sekarang!" teriak Ny. Choi.

Mendengar ibunya berteriak Beo Jin pun bangun. "Aku bangun, aku bangun...aku terbangun" ujar Beo Jin bangun dari tempat tidurnya dan keluar kamar. Sedangkan Park Kyu masih dikamarnya walaupun sudah bangun.

"Hari ini, pergi ke kebun jeruk dan pupuk semua pohon. Kita akan mengambil buah sebagai pajak, sehingga pupuk itu dengan merata dan hati-hati" seru ibunya pada Beo Jin. Lalu Ny. Choi menoleh ke arah Park Kyu, "Jika kamu tidak pergi, kau tahu apa yang akan terjadi, ok?" serunya lalu pergi.

Beo Jin pun mengajak Park Kyu dengan isyarat tangannya.

Akhirnya mereka pergi berdua ke kebun jeruk, tapi semua barang bawaan di gendong Beo Jin padahal Beo Jin tampak keberatan sedangkan Park Kyu berjalan melenggang tanpa membawa apa-apa, "Kamu ambil ini sekarang" ujar Beo Jin meminta Park Kyu membantunya membawa barang-barang.

"Bagaimana sopan, bagaimana pengacau menyuruhku melakukan ini dan itu?" protes Park Kyu yang tetap melenggang dengan kipasnya.

"Jika kamu tidak mendengarkan, aku akan memberitahu ibuku" ancam Beo Jin.

"Itu cukup. Aku tidak ingat pernah mendengar hal seperti itu. Kecuali. Aku hanya mendengar pergi ke kebun" ujar Park Kyu menjelaskan lalu melangkah pergi duluan.

"Kemudian, kamu harus membantu memupuk" ujar Beo Jin.

Di kebun jeruk Beo Jin mulai memupuk sedangkan Park Kyu duduk dengan santai sambil kipas-kipas.

Tiba-tiba Beo Jin teringat sesuatu lalu berlari ke arah Park Kyu yang duduk santai.

"Hey,giliranmu sekarang" seru Beo Jin sambil menyodorkan pupuknya.

"Apa pula ini?" ujar Park Kyu ketika mencium bau pupuk.

"Omong kosong" guman Beo Jin.

"Omong kosong, kamu tidak tahu itu?" tanya Beo Jin.

"Omong kosong" ulang Park Kyu,lalu ia langsung berdiri.

Beo Jin pun iseng mau menjahili Park Kyu, "kamu harus menyebarkannya seperti ini, sehingga pohon dapat tumbuh subur" seru Beo Jin sambil mengajarkan caranya.

"Bagaimana tidak sopan!" bentak Beo Jin yang menghindari Beo Jin takut ama bau pupuk wkkwk.

Tiba-tiba perutnya mulas kembali ia pun melangkah pergi.

"Kemana kau akan pergi? Kau akan merayu gadis-gadis lagi" tanya Beo Jin.

Park Kyu pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Beo Jin. "Aku bertanya-tanya mengapa kau mengikutiku di sini, kaulah yang tidak sopan!" teriak Beo Jin, tapi Park Kyu tidak membalas apa-apa keburu mulasnya kambuh hahaha, ia pun melangkah pergi.

Beo Jin memetik 3 buah jeruk yang ranum-ranum yang akan diberikan ke William (pengen jeruknya hahaha). Beo Jin membawa jeruk itu bersama beberapa kue, ia membuka bekalnya dan memberikannya ke William. "Makan dengan cepat! Seseorang hidup perlu makanan untuk kekuatan" ujar Beo Jin sambil menyerahkan sepotong kue.

William pun memakanannya dengan lahap, melihat Beo Jin tidak makan William pun mengambil satu kue diberikannya pada Beo Jin, tapi Beo Jin menolakkany disodorkannya kembali kue itu. "Me Too" kau haris makan banyak, aku sudah makan beberapa" ujar Beo Jin.

"Makan beberapa" ujar William mengulang.

Beo Jin pun akhirnya makan kue juga yang diambilnya. William melihat Beo jin makan dilihatnya tangan Beo Jin terluka, dipegangnya tangan yang terluka itu dan diperhatikannya.

"Ini baik-baik saja,ok!" ujar Beo Jin. William pun tersenyum masih sedikit khawatir.

"Aku bilang tidak apa-apa" ulang Beo Jin. William pun tersenyum lalu meniup tangan Beo Jin yang terluka. Beo Jin pun tersenyum.

Sementara itu Park Kyu mencoba bab di wc tradisional.

"Baiklah, aku juga bisa melakukannya apa yang orang primitive di sini bisa lakukan tidak ada alasan mengapa aku tidak bisa melakukannya, kan?" pikirnya. Lalu ia bersiap bab, tapi ketika ia mendengar suara babi dibawahnya ia pun tidak jadi dan keluar dari WC itu wkwkwkkw. Ketika ia menoleh ia pun berteriak ketika disampingnya muncul Beo Seol.

Akhirnya Park Kyu pergi ke laut, di sana ia mencoba bab. William pun juga pergi ke laut. Tiba-tiba Park Kyu memperhatikan suatu benda yang tak lain dan tak bukan adalah porselen milik William.

Ia pun tersadar akan sesuatu dan tersenyum bahagia. William yang berjalan di atas bebatuan pun memperhatikan porselen itu. Ia pun tersenyum bahagia dan berlari kea rah porselen itu. "Hartaku" guman William sambil berlari kearah porselen. Di lain arah Park Kyu pun berlari ke arah porselen itu.

Nah siapakah yang akan mendapatkan porselen berharga itu?

Episode 02

Saat sedang duduk mau bab Park Kyu dari jauh melihat porselen mirip pispot. Tak Jauh dari tempat itu William yang berjalan-jalan di sekitar situ pun melihat porselen miliknya. William pun berlari ke arah porselen itu sebaliknya di lain arah Park Kyu juga berlari ke arah porselen itu.

Tapi di tengah jalan William dihadang oleh kakek tua yang makan ikan bersama kemarin. Park Kyu pun bahagia mendapatkan porselen itu. Ia pun berteriak kegirangan. William pun mau teriak namun dibekap oleh kakek tua. Park Kyu melihat ke sekelilingnya dilihatnya nggak ada orang dibawanya porselen itu. William pun hanya bisa melihat hartanya dibawa pergi Park Kyu dengan lemah di sekapan kakek supaya William nggak berteriak.

Ternyata Park Kyu menjadikan porselen itu sebagai pispot, ia pun membuang babnya dikandang babi.

Dengan senyum penuh percaya diri ia berkata, "itu benar, itu benar. Bagaimana rasanya ini adalah milik bangsawan?" serunya (huekssssss mual-mual saia wkkwkw).

Park Kyu pun menyimpan pispot itu dalam kamarnya dengan hati-hati.

Sementara itu William bersama kakek tua duduk bersama. Kakek tua menakut-nakuti William menggunakan topengnya. Ia pun menepuk-nepuk William dan memperagakan orang dipotong lehernya.

"Sampai sekarang belum ada orang asing meninggalkan Chosun(Korea) dalam keadaan hidup" ujarnya. Tapi William nggak ngerti apa yang dibicarakan kakek tua itu. Lalu kakek tua itu menoleh dan dilihatnya wig rambut pirang. "Oh!apa ini?" tanyanya sambil mengambil wig itu.

Lalu kakek tua itu memperhatikan wig itu mirip rambut William lalu ia mencoba mencari tahu cara pakainya, ia pun memakainya. William pun tertawa kecil diikuti kakek tua itu. Lalu kakek tua itu memberikan topengnya ke William.

"Ambil ini, aku akan mengambil ini" ujar kakek tua sambil memegang kepalanya yang sudah memakai wig, ceritanya jadi barter nih wig buat kakek, topeng buat William hahaha.

"Ini adalah pertukaran yang adil" serunya.

William masih memperhatikan topeng itu, lalu kakek menyentuh topeng itu dan berkata, "Ini adalah topeng raja, orang-orang tak peduli siapa pun ingin menjadi raja bahkan dengan membunuh ayahnya sendiri dan bahkan membunuh saudaranya sendiri" ujarnya. Kakek tua William mana tahu apa yang kakek bilang hahaha. Sementara itu di pos ronda penjaga upeti untuk istana di lembah Sanbang tertidur pulas. Seorang pencuri datang membuka kandang kuda yang akan jadikan upeti. Semua kuda terbaik yang sudah disiapkan untuk upeti itu pun dibawa semua oleh pencuri.

Keesokan paginya di rumah keluarga Jang. Ny. Choi mencampur makanan di dipan luar tengah. Park Kyu melihatnya dengan agak jijik. "Apakah itu benar-benar makanan untuk manusia? Apa yang berbeda dari makanan untuk babi?" gumannya. Lalu ia berdiri untuk menyaksikan langsung makanan itu. Ny. Choi, Tn. Jang, Beo Seol pun memakan makanan itu bersama, Ny. Choi menengok ke arah Park Kyu yang diikuti Tn. Jang. "Ingin makan sedikit juga? Jika kamu ingin makan, bekerjalah. Di sini tanganmu diam, maka mulutmu juga akan diam. Mengerti?" seru Ny. Choi.

"Bagaimana tidak sopan menyuruhku untuk bekerja. Aku tidak mau makan bahkan jika anda memintaku untuk memakannya. Yang tampak seperti makanan untuk babi begitu" seru Park Kyu lantang, berdehem lalu melangkah pergi.

"Dia belum cukup lapar" ujar Ny. Choi meneruskan makannya.

"Seberapa kuat..sepertinya sejak dia datang ke sini, dia tidak makan apa pun" ujar Tn. Jang.

"Lemah... yah! Dia bukan orang yang dipengasingan kita, kita sudah banyak menampung mereka. Orang-orang yang kaku lehernya awalnya perlu kelaparan untuk membuat leher mereka lentur seperti daging dari landak laut" seru Ny. Choi mendebat suaminya. Tn. Jang pun ngambek lalu istrinya Ny. Choi menyuwirkan ikan dan menaruh disendok Tn. Jang. Tn. Jang pun tersenyum lalu sepertinya minta disuapin.

Begitu menengok dilihatnya anaknya Beo Seol memperhatikan kedua orang tuanya ini dengan jutek. Beo Seol pun kesal lalu menaruh sendoknya. "Aku akan meninggalkan kalian sendirian, sehingga kalian dapat melanjutkan apa yang kalian lakukan" serunya lalu mengambil tas perlngkapan tulisnya dan melanngkah pergi.

Tinggallah berdua kedua orang tua ini, lalu Tn. Jang bersiap disuapi dia pun menyerahkan sendoknya pada istrinya. "Makan sendiri" ujar istrinya, namun Tn. Jang tetap meminta istrinya menyuapinya, istrinya pun akhirnya menyuapi suaminya. Mereka pun tersenyum.

Di lain tempat penjaga yang semalam berjaga di pos ronda dibawa ke kantor kepolisian.

"Tuan! Tunggu sebentar" teriak istri penjaga. Akhirnya istri penjaga itu menghadang kedua opsir yang membawa suaminya.

"Beri kami satu hari lagi, kami pasti akan menemukan kudanya" pintanya.

"kami tidak bisa melakukan apa-apa. Pejabat itu memerintahkan kami untuk membawanya segera.." seru opsir kurus.

"Dia bahkan tidak bisa tidur untuk melindungi kuda-kuda yang dijadikan upeti! Dan sekarang dia harus ditangkap dan dihukum?" protes istri penjaga.

Dari jauh Park Kyu memperhatikan dan mendengarkan percakapan orang-orang ini.

"Ah! apakah kamu tahu kejahatan besar itu adalah membiarkan upeti dicuri?" seru opsir gendut.

"Hanya memberi kami satu hari lagi! Satu hari lagi!" rengek istrinya memohon, tapi kedua opsir penjaga ini tidak mengindahkan permintaan istri penjaga upeti. Kedua opsir pun menerobos istri penjaga yang menghadang dan membawa penjaga pergi. "Tuan, tuan!" teriak istrinya. Park Kyu pun melihat orang itu di bawa pergi .

Di kantor kepolisian, kepala kepolisian memperintahkan menghukum penjaga yang menghilangkan barang upeti tadi. "Hukum orang yang bersalah karena kejahatannya!" teriaknya. Lalu Yi Bang pun mengingatkan lagi karena belum juga dihukum.

"Apa yang kalian lakukan?" serunya. Penjaga itu pun ditengkurapkan dalam papan dan disiram air lalu mulai dipukul pantatnya secara bergantian oleh dua orang algojo. Penjaga itu hanya bisa berteriak kesakitan setiap dipukul.

Di luar gerbang istrinya memohon supaya suaminya dilepaskan.

"Ayahnya Yang Son bisa mati!" teriak istrinya mencoba menerobos masuk namun dihadang 2 opsir pengawal. Istrinya terdakwa itu pun terdorong jatuh oleh kedua opsir. Banyak orang yang melihat kejadiaan ini tanpa mampu berbuat apa-apa, ternyata Park Kyu juga ada, mungkin ia mengikutinya tadi seperti ia berpikir ada yang tidak beres dengan kejadiaan ini makanya dia mengikuti.

"Aigoo, ini sangat tidak adil! Tidak adil!" protes istrinya. Park Kyu pun melihat ketidakadilan ini.

Malamnya Park Kyu memperhatikan sebuah peta, sepertinya peta daerah Tamna ini, ia berpikir kemana kuda-kuda itu akan dibawa lewat peta tersebut. Ia mencoba menulis kata kuda dalam peta itu. "Kuda" (dalam bahasa Cina "Ma", Korea "Mal") tulisnya

Keesokan paginya, berbekal peta semalam Park Kyu berkunjung ke sebuah pos penjaga upeti di Lembah Dae Jung Hyun. Ia ingin mengecek apakah kuda-kuda yang dicuri semalam ada di tempat itu.

Sesampainya di pos penjagaan yang dijaga seorang laki-laki tua, buru-buru penjaga itu menemui Park Kyu. Penjaga itu siap mengayunkan kayunya "Siapa Anda?" tanyanya.

"Aku orang yang tinggal di pengasingan di desa Sanbang. Aku datang hanya untuk melihat kuda-kuda" jelas Park Kyu pada penjaga.

"Kehidupan di pengasingan apakah begitu santai" ujar penjaga.

"Aku mendengar tempat ini...memegang kuda upeti untuk raja, tetapi kuda-kudanya agak banyak..." seru Park Kyu.

"Itulah yang aku katakan, kuda-kuda untuk raja hilang" ujar penjaga.

"Apakah kamu mengatakan bahwa kamu sedang dirampok?" tanya Park Kyu.

"Hanya sehat dan kuat yang diperuntukkan bagi raja, diambil tikus dan burung tanpa memperhatikan peternak dari sini dan ada yang diambil oleh polisi" jawabnya.

"Aku tidak bisa tidur malam ini, aku terus mengawasi mereka" lanjut penjaga itu lalu melangkah pergi. Park Kyu pun mendengarkannya dengan seksama dan berpikir.

Sementara itu William di laut mengawasi para wanita menyelam yang sedang bercakap-cakap.

"Di rumahku semua kue beras dalam toples benar-benar menghilang kemarin" seru salah seorang penyelam.

"Kue beras hilang tidak masalah, kalian tahu bahwa kuda yang diperuntukkan bagi raja hilang" seru Ny. Choi. Salah seorang penyelam gemuk sedang menguliti ikan segar.

"Tapi, apa yang sebenarnya terjadi? Kita dikenal tidak memiliki pencuri di desa kita" tanya Ny. Choi pemimpin penyelam.

William yang melihat salah seorang penyelam mengguliti ikan segar dengan pisau dan memakannya mentah-mentah bergidik ketakutan.

"Aigoo, rasanya benar-benar segar!" ujar salah seorang penyelam setelah makan ikan yang dikulitinya mentah-mentah (huekssss).

Penyelam lainnya dan Ny. Choi pun mengambil ikan dan memakannya. "Ikan terbaik adalah ketika kalian memakannya langsung setelah menangkapnya" seru Ny. Choi lalu memasukkan ikan mentah ke mulutnya.

William yang melihatnya dari jauh pun kaget dan merasa jijik lalu mundur ke belakang yang menimbulkan bunyi. Dengan sigap ketiga wanita penyelam ini mengambil pisaunya dan melangkah menuju asal suara. William yang melihatnya pun langsung pergi meninggalkan tempat persembunyiannya itu. Dan ketika ketiga penyelam ke tempat itu sudah tidak ada siapa-siapa.

"Kurasa aku mendengar sesuatu..." ujar seorang penyelam. "Aku juga mendengarnya" ujar penyelam gendut menimpali. "Oh, mungkin ada babi liar?" pikirnya. Ia dan penyelam gendut pun antusias bersiap menangkapnya.

"Kita harus menghemat energi kita untuk menyelam ke dalam laut" seru Ny. Choi lalu melangkah pergi, penyelam gendut pun mengikutinya.

Malam hari Beo Jin dan William duduk di pinggir pantai, Beo Jin mengajari William tidur memakai selimut dari anyaman daun kelapa.

"Jika kamu kedinginan di malam hari, kamu dapat menutup diri dengan ini" seru Beo Jin sampil mempraktekannya.

"Kesepian di tempat asing mungkin membuatmu merasa lebih kedinginan" tanya Beo Jin.

"Penutup?" tanya William sambil mempraktekkannya. Beo Jin pun mengangguk. (Beginilah nasib dua orang yang tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa yang sama, bahasa isyarat pun jadi hahahaha).

"Me Too.. darimana kau berasal? Seberapa jauh kau datang?" tanya Beo Jin.

"Aku juga" ujar William sambil menunjuk dirinya.

"Me Too, kau. Kau darimana datang ke sini?" ulang Beo Jin. Sepertinya William mulai menyadari kesalahapaham ini, William mulai menyadari Beo Jin menganggap namanya "Me Too" ia pun mengklarisikasinya.

"Tidak, tidak, aku William, William J. Spencer" jelas William sambil menunjuk ke arahnya sendiri.

"Dari mana kau datang, bahwa kamu tidak tahu bagaimana berbicara dengan bahasa kami?" ujar Beo Jin sambil memperhatikan William. Beo Jin pun mengambil tangan William dan memegangnya.

"Aku ingin tahu sedikit, tapi itu baik-baik saja. Percaya saja. Karena kita berteman sekarang Me Too... Aku akan melindungimu" ujar Beo Jin menjelaskan.

Lalu tiba-tiba William terpikir sesuatu mengambar untuk menceritakan kejadian William bisa terdampar di pulau itu. "Aku datang dari lautan di Inggris, terus menjauh dari ibuku yang menakutkan dan jauh dari tunanganku karena aku takut bersamanya. Dengan sahabatku Yan, aku berangkat ke Nagasaki untuk mencari keramik yang indah. Setelah perjalan panjang, kami hampir dekat dengan Nagasaki tapi karena tiba-tiba terjadi badai, aku jatuh ke laut. Aku pikir aku akan mati". Untungnya aku William selamat, seorang anak laki-laki yang beruntung! Sekarang aku masih hidup dan jatuh ke pulau ini yang indah di Asia Timur. Aku bahkan bertemu dengan seorang putri duyung yang cantik. Dan itu adalah...." ujar William sambil menggambarkan ilustrasinya di atas pasir.

"Apakah itu aku? Benarkah?" tanya Beo Jin. "Namaku Beo Jin" ujar Beo Jin sambil menujuk ke dirinya sendiri. William pun terdiam masih belum mengerti apa yang dibicarakan Beo Jin, lalu Beo Jin terpikir ia pun menuliskan namanya di pasir pakai hangul. "Tunggu apakah ini benar?" guman Beo Jin lalu menambah huruf lagi. "apakah ini?" gumannya (Beo Jin kamu nulis benar atau salah William juga nggak tahu hahahaha).

"Anyway..namaku Beo Jin. Beo Jin." seru Beo Jin terpatah-patah mengejanya.

"Beo Jin" ulang William. Beo Jin pun mengangguk. "Jadi itu namamu?" seru William lalu ia akhirnya ngeh. "Ah..aku..William" lanjut William terputus-putus.

"Will...i...am" ulang Beo Jin.

"William. Wi-li-am" ujar William terputus-putus supaya Beo Jin bisa mengikutinya.

"Wi...li..am" ulang Beo Jin. William pun mengangguk.

"Namamu William? Aku pikir namamu adalah..Me Too" seru Beo Jin tertawa.

"Itu benar-benar nama yang aneh. William, William, William" ulang Beo Jin sambil tertawa menghafal nama William. William pun tertawa lalu mereka menikmati pemandangan malam di tepi pantai.

Keesokan paginya Beo Jin bertugas mengambil air di sumur bersama.

"Hei, semua!" sapa beo Jin sambil melambaikan tangannya. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Beo Jin yang sudah mendekat ke arah Kkeut Boon dan kedua temannya.

"Seseorang yang beruntung bahwa ia adalah putri seseorang" jawab Kkeut Boon.

"aku mendengar kamu dalam perjalanan menyelam?" tanya salah satu teman Kkeut Boon.

"Kenapa aku?" tanya Beo Jin melongo.

"Ibumu.. kamu bahkan bukan seorang penyelam yang terampil tetapi kamu bisa pergi juga. Kamu beruntung" jawab teman Kkeut Boon tadi.

"itu tidak masuk akal" ujar Beo Jin.

"Alih-alih Kkeut Boon yang merupakan penyelam terbaik. Beo Jin mungkin akan mempromosikan kelompok kita yang pertama" ujar teman Kkeut Boon yang lain.

Beo Jin pun panik dia segera kembali pulang tidak jadi ngambil air. Kkeut Boon yang kesal dengan Beo Jin langsung meminum air langsung dari gayung yang dipakai untuk mengambil airnya dan membantingnya kwkwk.

Sesampainya di rumah Beo Jin langsung menghadap ibunya.

"Ibu, aku benar-benar akan ikut menyelam ke dalam laut dalam? Mengapa aku harus ikut pergi?" tanya Beo Jin. "Ibu, kau sudah tahu keterampilan menyelamku. Penyelam akan mengalami banyak kesulitan dalam perjalanan ini, bagaimana aku bisa mengatasinya?" keluh Beo Jin.

Lalu tiba-tiba ibunya Kkeut Boon datang dan menyela, "Siapa yang tidak tahu? Tidak apa-apa kau tidak pergi" Lalu Ibunya Kkeut Boon ikut duduk dan berkata, "Ibumu ingin kau pergi supaya kamu memahami kekurangan dalam dirimu. Kita akan lihat besok. Kita bahkan mungkin harus menangkap untuk kehidupan atau mati dilaut" ujar ibunya Kkeut Boon. Beo Jin pun hanya mendengarkan dengan masam.

"Itu hanya bicara yang tidak masuk akal..pergi dan bersiap-siap untuk besok" bentak Ny. Choi pada ibunya Kkeut Boon. Lalu tiba-tiba Tn. Jang keluar rumah, segera ibunya kkeut Boon berdiri dan menyerahkan makanan yang dibawanya.

"Oppa!" serunya sambil menyerahkan makanannya dan Tn. Jang pun menerimanya.

"Aku..aku akan dalam perjalanan menyelam dan besok akan kembali" lanjutnya.

"Selamat jalan" seru Tn. Jang.

"Kau satu-satunya orang yang mengkhawatirkanku" seru ibunya Kkeut Boon.

"Apakah kau tidak pergi?" tanya Ny. Choi melihat suaminya digoda wanita lain cemburulah. Ibunya Kkeut Boon tersenyum lalu melangkah pergi. Ny. Choi pun melihat isi klenting Beo Jin masih kosong, sebelum dimarahi dengan sigap Beo Jin pun mengambilnya dan bergegas lari.

"Itu,..anak itu...bahwa....bahwa.." omel ibunya sambil mau mengajar Beo Jin tapi ditahan ibunya.

"Sayang, Aaakh..." seru Tn. Jang sambil mengambil makanan yang dibawanya untuk disuapkan ke mulut istrinya. Tn. Jang pun menyuruh istrinya membuka mulut untuk disuapi. Istrinya pun menerima suapan suaminya.

Ternyata ibunya Kkeut Boon belum pulang ke rumah, ia masih bersembunyi dibalik batu ketika dilihat makanan yang sengaja dibuatkan untuk Tn. Jang diberikan pada istrinya apalagi dengan mesra begitu, ibunya Kkeut Boon pun cemburu dan marah. "Oppa!!!" teriaknya. Ny. Choi pun kaget dan salting lalu ia menghambur pergi yangdiikuti suaminya kwkwk.

Keesokannya penyelam yang sudah terbagi dalam 3 grup berangkat menyelam. Beo Jin pun ikut serta.

Kkeut Boon dan kedua temannya melihatnya dari jauh. "Beo jin sangat beruntung!" puji salah satu teman Kkeut Boon. Dengan wajah kesal Kkeut Boon mengusap pisaunya. (wahhh nggak luka ntu hahaha).

Sementara itu di rumah Tn. Jang, Park Kyu meminum langsung air dari gentong penyimpanan air sesaji.

"Apakah Anda tahu air apa itu?" tanya Beo Seol didepan pintu.

"Apakah ini air kotor?" ujar Park Kyu.

"Ini air baru yang diambil untuk nenek Sulmoondae dimana kami berdoa untuk kesejahteraan penyelam kami" seru Beo Seol menjelaskan.

"Lalu ini harus bersih?" tanya Park Kyu.

"Apakah itu semua yang dapat anda pikirkan?" tanya Beo Seol.

"Apa yang kamu maksud dengan ini?" ujar Park Kyu.

Lalu tiba-tiba Tn. Jang menanyakan ke Park Kyu apakah ia baru saja meminum air sesaji itu dengan isyarat karena suara Tn. Jang hilang, lalu ia berdehem suaranya pun kembali.

"Kami tidak ingin nenek Sulmoondae marah..." ujar Tn. Jang lalu ia terpikir sesuatu.

"Itu baik-baik saja... Aku akan pergi mengambil air" serunya sambil melangkah pergi.

"Ayah, aku yang akan mengambil air" ujar Beo Seol merasa kasian dengan kondisi ayahnya lalu mulai menggendong tempat air yang biasa dipakai Beo Jin. Ayahnya melarang Beo Seol tapi Beo Seol kekeuh di gendongnya tempat itu lalu bersiap pergi.

"Itu cukup" seru Park Kyu lalu melangkah keluar menghampiri Beo Seol.

"Aku akan pergi dan mengambil air" serunya lalu mengambil klenting (bingung mau dinamain apa ari namain klenting aja biasanya dijawa gitu ini agak mirip jadi namain klenting aja hahahaha) dari gendongan Beo Seol lalu melangkah pergi.

"Seperti yang diharapkan, rakyat jelata percaya pada takhyul" guman Park Kyu sambil berjalan.

Tn. Jang yang mendengar pun berkomentar, "Bangsawan, tentu saja ningrat berbeda karena anda akan tetap pergi dan bawa banyak air supaya tidak pergi untuk kedua kalinya, bawa banyak air untuk minum dan untuk mencuci beras" ujar Tn. Jang menjelaskan. Park Kyu pun menoleh ke arah Tn. Jang dengan penuh tanda tanya, Tn. Jang pun berkedip tersenyum, Park Kyu pun berdehem dan melanjutkan langkahnya.

Sementara itu di tempat pengambil air bersama sudah banyak orang mengantri mengambil air.

"Orang yang diasingkan itu!" ujar teman Kkeut Boon, Park Kyu melihat seorang ibu-ibu kecapean membawa airnya, tidak tega ia pun meletakkan klentingnya dan membantu membawakan klenting ibu itu ke atas.

"Biarkan aku membantumu" ujar Park Kyu lalu mengambil klenting ibu itu dan membawanya ke atas.

"Biarkan aku membantumu...biarkan aku membantumu" bisik teman Kkeut Boon pada temannya.

Setelah selesai membantu ibu tadi Park Kyu kembali tapi begitu ia kembali, banyak wanita sudah mengantri minta ditolong wkkwkwkw. Mereka mengeluh sakit punggungnya , mau tak mau Park Kyu pun membantu mengangkatkan klenting mereka satu persatu. Begitu seterusnya, dan dihitung oleh kedua teman Kkeut Boon yang duduk santi di depan barisan pengantri.

Selesai membantu mengangkat sebanyak 3 kali, begitu Park Kyu kembali disana ada Kkeut Boon duduk di atas batu dengan menggoda.

"Capek, bukan?" tanya Kkeut Boon. Lalu Kkeut Boon berdiri sambil berkata, "haruskah kita pergi ke suatu tempat sambil minum teh?" tanya Kkeut Boon menggoda. Park Kyu pun hanya tersenyum dan bersiap melanjutkan pekerjaannya. Kkeut Boon melihat rayuannya tidak berhasil pun tidak kehilangan akal.

"Ah,dia malu..." ujarnya lalu mulai mendekati Park Kyu dan mengendus-ngedusnya (mirip anjing hahaha).

"Setiap orang seperti itu di awal.." kata Kkeut Boon. Park Kyu tidak mengindahklan rayuan Kkeut Boon, ia melangkah pergi namun tangannya segera di tarik Kkeut Boon.

"Jangan takut!" ujar Kkeut Boon sambil memeluk Park Kyu.

Tiba-tiba terdengar Yi Bang datang melihat semua itu. "Hei, kau..." teriak Yi Bang.

Kkeut Boon dan semua wanita yang mengantri tadi pun menghambur pergi.

"Aku sudah bilang untuk memperbaiki caramu.. dan kamu masih belum belajar? Bagaimana mungkin kamu berjalan di sekitar dimana ada banyak perempuan tanpa pakaian lengkapmu sebagai bangsawan?" seru Yi Bang.

"Berhati-hatilah dari apa yang anda katakan?" ujar Park Kyu.

"Kau pikir bercanda dengan wanita masih ok?" tanya Yi Bang.

"Anda harus memperhatikan diri anda dengan kebiasaan desa. Meskipun penduduk desa bekerja tanpa lelah kehidupan mereka yang menyedihkan! Bukankah ini tanggung jawab bagi mereka yang bertanggung jawab?" seru Park Kyu menjelaskan.

"Bagaimana kamu bisa berkata kasar seperti itu? Bagaimana orang di pengasingan begitu mudah berbicara tentang orang lain begitu?" ujar Yi Bang tidak percaya.

"Aku...aku berada di tengah-tengah pekerjaanku. Anda harus memaafkanku" ujar Park Kyu lalu melangkah melanjutkan tugasnya.

Sementara itu di pinggir laut para penyelam bersiap-siap dengan melakukan pemanasan. Mereka melakukan beberapa gerakan menyelam. (ngakak ni nontonnya lucu hahahaha). Beo Jin yang ikut dalam pemanasan itu berguman "William pasti lapar". Beo Jin pikirannya dimana tapi jiwanya ada bersama para penyelam .

Di lain tempat William mencari-cari ikan di laut dengan bambu runcing sebagai senjata. Ia kesal karena tidak mendapatkan satu ekor ikan pun.

Para penyelam pun sudah mulai penyelam, tiba-tiba dua orang penyelam berteriak ke permukaan bahwa mereka menemukan kerang besar, "itu raja kerang! raja kerang!" seru dua orang penyelam. Ketua penyelam (ibunya Beo Jin) pun menyelam ke dalam air, Beo Jin yang kesal pun mau tak mau ikut menyelam.

Para penyelam pun menyelam menuju kerang yang disebutkan tadi, Ibunya Beo Jin dan ibunya Kkeut Boon berusaha mengeluarkan kerang besarnya, Beo Jin yang datang berusaha membantu diusir hehehe. (mereka menyelam diiringi ost keren banget, tim ost dan lyric request ya, lagi susah ngudek-udek google saia). Beo Jin pun kembali ke permukaan.

Kerang besar tadi diangkat dengan tambang. Akhirnya kerang itu pun berhasil muncul ke permukaan. Para penyelam pun pun bersorak kegirangan.

Sementara itu Park Kyu berjalan-jalan sambil menyelidiki jejak pencurian. Dia pun menyentuh jejak kuda dan terbesit suatu pikiran.

Ternyata Park Kyu masuk ke dalam hutan. Dan di dalam hutan itu ada William yang sedang mencari makanan yang bisa dimakan. William yang baru memetik beberapa buah langsung pergi ketika melihat Park Kyu. Park Kyu yang menoleh menyadari ada dahan pohon bergoyang pun menghampirinya, dilihatnya ada bekas batang baru saja patah, ia pun menyentuhnya lalu berpikir.

Kembali ke para penyelam. Para penyelam membakar sebagian ikan yang diperoleh. Beo Jin kembali sambil membawa kayu bakar.

"Apakah kau belajar sesuatu, kamu hanya terampil menyelam di air yang dangkal dan mengumpulkan rumput laut. Kamu seharusnya tidak ikut bersama kami. Bagaimana kau bisa ikut dalam perjalanan menyelam ini?" protes ibunya Kkeut Boon. Lalu ibunya Beo Jin pemimpin penyelam datang dan duduk bersama .

"Dengan mendengarkan semua pembicaraan ini, kamu harus masih memiliki sisa kekuatan. Aku ingin menyelam lagi besok untuk Raja kerang lain. Bagaimana?" seru Ny. Choi.

"Oh, gee! Meninggalkan penyelam terburuk, putri seseorang sendirian dan tidak membiarkan kita beristirahat" protes ibunya Kkeut Boon.

"eee..dari hal tampilan, bahkan kamu tidak bisa menyelam dengan baik" bentak Ny. Choi pada Beo Jin. Beo Jin pun matanya sudah kembang kempis mau nangis.

"Ketika kita pulang besok, kau harus pergi menyelam ke tempat dangkal, setidaknya untuk belajar menyelam kali ini" lanjut ibunya.

"Bu, tidak bisakah kamu melihat betapa sulitnya ini untukku?" tanya Beo Jin yang sudah tidak dapat menahan tangisnya.

"Jika kamu menginginkan sesuatu yang lebih besar begitu banyak di sekitar kita. Anda hanya menggantinya dengan sapi!" protes Beo Jin.

"Apa itu! Ini..ini...mulutmu! jika kamu adalah orang pertama yang datang menyelam mendalam dengan kami, kamu harusnya berhati bangga. Kamu telah mengerjakan yang paling sulit" ujar Ny. Choi pada Beo Jin.

Beo Jin pun menangis dengan keras. "Aku bukan seperti itu. Siapa bilang aku ingin menjadi seorang penyelam" protes Beo Jin sambil menangis.

"Jika kamu lahir di Tamna, kamu ditakdirkan untuk menjadi seorang penyelam. Mengapa kau menangis?" seru ibunya.

"Mengapa aku lahir sebagai putrimu?" protes Beo Jin lalu bergegas pergi. "aish....aish..." guman ibunya menghadapi kekeras kepalaan Beo Jin.

Beo Jin menyendiri di tepi laut sambil melihat matahari terbenam. (kerennnnnn).

Sementara itu Park Kyu yang sedang membaca buku di kamar mendengar seseorang berteriak ada pencuri.

"Tangkap pencuri, Semua orang keluar!" teriak orang yang datang. Semua rang pun telah berkumpul.

"Apa yang terjadi? Tenang. Apa itu?" ujar Tn. Jang pada pembawa berita itu.

"Aku sedang tidur, kemudian aku mendengar sesuatu. Perlahan aku keluar bayangan gelap masuk dan mengambil sesuatu" jelas pembawa berita itu.

"Mungkinkah seekor babi hutan? Mungkin?" tanya salah seorang warga.

"Tidak, bukan itu...aku melihat hati-hati, itu manusia!" jelas pembawa berita.

Tiba-tiba Yi Bang datang mengagetkan semua orang. "Sudah larut malam, keributan apa ini?" seru Yi Bang.

"Tuan, apa yang terjadi pada larut malam ini..." ujar salah seorang warga.

"Aku tanya keributan apa ini?" tanya Yi Bang lagi.

"Pencuri datang ke rumahku" jawab pembawa berita tadi.

"Apakah kau mengatakan pencuri? Apakah seseorang mencuri barang yang dikenakan pajak lagi?" tanya Yi Bang.

"Bukan itu.. hanya beberapa tiram kering. Bukan barang kena pajak. Mengambil pisauku.. bahkan telur rebus yang ingin kumakan" jawab pembawa berita tadi.

"Bahkan rumah kami, beras yang telah disiapkan untuk acara ritual juga hilang" ujar salah seorang warga.

"Itu tidak masuk akal. Pencurian kecil semacam itu harus dilaporkan ke polisi dengan tenang. Semua kekacauan ini akan mengkhawatirkan orang lain? Kembali ke rumah masing-masing. Cepat!" seru Yi Bang.

Park Kyu pun mendengarkan dengan seksama di dekat orang-orang itu.

Sementara itu para penyelam sudah kembali dari penyelamannya. Beo Jin yang sejak awal enggan ikut, kembali dengan ketus ditambah dengan pertengkarannya dengan ibunya, ketika ibunya menoleh ke arahnya dengan segera Beo Jin membuang muka. Para penyelam pun turun ke dermaga di sambut para suaminya.

"Ibu Kkeut Boon, aku disini" teriak ayah Kkeut Boon. Dengan segera ibunya Kkeut Boon berlari kearah suaminya. Beo Jin yang beradu pandang dengan ibunya memasang muka jutek lalu melangkah pergi. Ibunya hanya keheranan melihat tingkah laku Beo Jin. "Itu...gadis itu.. apa yang telah membuatmu menjadi marah?" teriak ibunya.

Di lain tempat William duduk di gua sendirian memainkan topengnya. Tiba-tiba Beo Jin datang dan duduk di sebelahnya. "Beo Jin" seru William. Melihat Beo Jin duduk dengan lesu dan sedih William berkata, "Beo Jin, kau baik-baik saja?" tanyanya.

Beo Jin pun menoleh ke arah William dan berkata, "William, kamu akan pergi dari sini, kan?"

William menatap Beo Jin penuh tanda tanya. "Kamu harus membawaku bersamamu. Kau mengerti? Jangan lupa untuk membawaku bersamamu, kamu harus" pinta Beo Jin sungguh-sungguh.

William yang tidak mengerti apa maksud Beo Jin hanya terdiam mendengarkan kata-kata Beo Jin dengan seksama, lalu Beo Jin mengambil tangan William. Lalu Beo Jin mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking William sehingga jempol saling bertemu untuk mengikat janji.

"Janji, bahwa kau tidak akan meninggalkan aku sendiri. Bahwa kamu pasti akan membawaku bersamamu" ujar Beo Jin. Tapi tetap saja William nggak ngerti hahaha.

"Mulai sekarang William tidak bisa pergi sendiri, jika kamu melanggar janji yang dibuat dengan jari-jari seperti ini kamu akan di seret ke bawah dalam gelombang laut oleh nenek Young Deung" jelas Beo Jin.

"Mengerti?" tanya Beo Jin. William pun mengangguk padahal nggak ngerti apa maksudnya Beo Jin ntu wkwkkw. Beo Jin pun melepaskan jari-jarinya, ia mulai curhat pada William, tentu saja dengan bahasa yang William tidak dimengerti William.

"Aku benar-benar ingin meninggalkan tempat ini. Jika ada orang yang lebih banyak sepertimu, maka dunia akan luar biasa dan berbeda. Tapi mengapa aku harus terjebak di Tamna untuk sisa hidupku?" keluh Beo Jin yang mulai hampir menangis. Melihat Beo Jin begitu sedih dan hampir menangis William pun menguatkan Beo Jin, ia menggengam tangan Beo Jin dan tersenyum mengangguk kearah Beo Jin. (mungkin ikatan batin kali ya William juga tertekan dengan sikap ibunya begitu pula Beo Jin hehehe).

"Meskipun kamu tidak mengerti, mampu mengatakan hal-hal seperti ini kepadamu hatiku merasa lebih baik. Terima kasih, William" ujar Beo Jin tersenyum ke arah William. William pun tersenyum padanya.

Lalu Beo Jin melihat topeng yang ada dipangkuan William dan mengambilnya.

"Tetapi mengapa ini di sini?" tanya Beo Jin.

"Apakah kamu suka? Lihatlah.." ujar William sambil mengambil topengnya dari tangan Beo Jin lalu memakainya. "Huarggggggg" seru William sambil memakai topeng itu diwajahnya untuk menaku-nakuti Beo Jin. Beo Jin pun tertawa kecil dan tersenyum ke arah William. William pun membalas senyumnya.

Beo Jin pulang ke rumah dengan mengendap-endap, ia pun menaruh peralatan selamnya dengan hati-hati dan merasa lega karena tidak ada siapapun. Lalu ia melangkah, baru beberapa langkah ia berhenti dan menoleh ke arah ruangan Park Kyu, ia berjalan mendekati ruangannya sambil memelet-meletkan lidahnya untuk mengejek.

Tapi Beo Jin sedang tidak beruntung ternyata yang di ejek diluar kamar dan memergokinya wkwkkwkw. Sepertinya Park Kyu baru kembali dari tempat biasanya (?????), Park Kyu mendekat ke arah Beo Jin sambil membawa porselen di belakang tubuhnya. Beo Jin kaget saat menoleh dilihatnya Park Kyu berdiri disampingnya.

"Kau seperti gadis sebesar kuda poni, kamu seharusnya takut mengendap-endap dalam gelap" seru Park Kyu.

"Jika kau tahu gelap menakutkan, dari mana saja kau sampai sekarang?" selidik Beo Jin. Park Kyun pun membentak Beo Jin, lalu Beo Jin memperhatikan kalau Park Kyu menyembunyikan sesuatu, ia pun ingin melihatnya.

"Kamu, ada..apa itu?" tanya Beo Jin sambil menyelidiki apa yang dibelakang Park Kyu.

"Itu bukan urusanmu" seru Park Kyu

"Tidak, ini sangat kebetulan...apakah Jinsangpae!?" seru Beo Jin lalu menghampur ke arah park Kyu mau mengambil apa yang disembunyikan di belakangnya. Park Kyu pun menahan kepala Beo Jin lalu terjadilah perebutan.

"Biarkan aku lihat" teriak sambil berusaha melihat apa yang dibelakang Park Kyu.

"Uh Huh! Bisakah kamu mengendalikan diri?" teriak Park Kyu balik. Mendengar suara berisik diluar ibunya Beo Jin pun membuka pintu. Mereka bedua pun kaget. Di lihatnya ibunya melotot kearah mereka berdua karena dilihatnya posisi Beo Jin dan Park Kyu membuat salah paham orang kwkwkw.

Beo Jin pun menatap ke arah ibunya lalu melepaskan pegangan tangannya di pinggang Park Kyu, dan menaboknya lalu melangkah pergi. Park Kyu menoleh ke arah NY. Choi yang masih memperhatikannya lalu ny. Choi dengan masih tanda tanya menutup pintunya. Park Kyu pun kaget lalu berdehem.

Tapi tiba-tiba Beo Jin membuka pintunya, Park Kyu pun kaget dikiranya Ny. Choi yang membukanya wkkwk. "Pencuri" omel Beo Jin di depan pintunya lalu menutup pintunya dengan keras. Park Kyu pun mendesis dengan kesal. (couple yang aneh wkkwk).

Sementara itu William di atas batuan melihat pemandangan yang indah dengan taburan kerlap-kerlip kunang-kunang. "Ini indah" guman William. Angin pun berhembus sepoi-sepoi William sangat menikmati suasa itu. (Tamna-Jeju Island pulau yang sangat indah seRF fams?)

Di lain tempat Park Kyu sedang bersiap-siap pergi, ia merapikan dan memakai topinya. Lalu meniup lampu dikamarnya dan bersiap menyelediki kasus pencurian yang terjadi kemarin malam.

Kembali ke William yang berjalan-jalan di hutan memakai topengnya. Tiba-tiba dilihatnya dua buah pahatan patung dilepasnya topengnya dan ia pun menghampiri kedua buah patung tersebut. Tiba-tiba terdengar ocehan orang mabuk buru-buru William memakai topengnya kembali dan bersembunyi.

Orang mabuk tersebut kebelet pipis (namanya belum tahu tapi orangnya sama kayak yang rumahnya kecurian itu). Orang mabuk tadi ternyata malah pipis di tempat William bersembunyi yaitu di depan dua buah patung pahatan. Ketika sedang enak-enaknya pipis orang mabuk tadi melihat di tengah-tengah patung itu ada sesuatu yang lain, tapi dia belum ngeh.

"Jangan salahkan aku, aku kebanyakan minum" gumannya. Lalu tiba-tiba ia ngeh di tengah-tengah kedua patung itu ada sesuatu yang lain. "Omo" gumannya, woalah ternyata patung itu yang buat orang mabuk ini hahaha. Ia pun memperhatikan kedua patungnya dangan yang ditengah beda.

"Keduanya ini aku yang buat, apa yang satu ini?" gumannya lalu mulai mengambil topeng William.

Begitu ditariknya topeng itu terlihatlah wajah William, orang mabuk tadi pun mengedipkan matanya dikiranya mimpi, lalu dibukanya matanya dan diperhatikannya kembali wajah William yang tidak berkedip. Ia pun menutup matanya kembali tidak percaya, lalu dibukanya pelan-pelan matanya dan dilihatnya William berkedip. Spontan dia pun berteriak dan lari terbiri-birit. "Itu goblin!" teriaknya.

William yang masih di hutan pun melihat botol arak orang tadi tertinggal, botol itu pun di ambil William. "porselen putih!" guman William. Lalu memakai topeng kembali dan membawanya pergi botol itu.

William yang membawa botol arak tadi dengan hati-hati ke suatu tempat, ketika dia mengendap-endap tiba-tiba dari belakang Park Kyu menodongkan pisau ke lehernya. "Siapakah kamu?" tanya Park Kyu. Tapi tidak ada jawaban dari William, "Aku bertanya siapa kamu?" seru Park Kyu.

"Lepaskan topeng aneh itu" perintah Park Kyu. William pun pura-pura mau melepaskan topengnya tapi ia malah menghempaskan tangan Park Kyu dan melarikan diri. Park Kyu pun mengejarnya sehingga terjadilah pertarungan sengit antara keduanya.

Park Kyu berhasil melukai William, ia menendang William dengan jurusnya, sehingga ketika William berdiri topengnya terlepas.

Park Kyu pun kaget ketika dilihatnya William itu orang barat.

"Orang Barat..?" guman Park Kyu. Dengan gesit William melempar botol arak ke arah Park Kyu dan melarikan diri. Park Kyun pun dapat menghindarinya ia pun segera mengejar William yang tengah berlari. Hampir terkejar William pun membuang topengnya di jalan lalu terus berlari dan Park Kyu mengejarnya. Tapi akhirnya Park Kyu pun kehilangan jejaknya. Dan juga Park Kyu pun tidak mengetahui bahwa topeng William tertinggal ditanah sampingnya.

Keesokan harinya, seperti biasa para penyelam wanita yang telah selesai menyelam memakan masakan sup yang dimasak di pinggir laut oleh anak-anak mereka yang tidak menyelam.(hebat euy masak dipinggir laut hehe)

"Ini mulai mendidih dengan baik" seru penyelam yang bertugas memasak.

Ibunya Kkeut Boon, ibunya teman Kkeut Boon dan Ny. Choi (ibunya Beo Jin) kembali dari menyelam dengan hasil tangkapannya.

"Apakah kamu dapat banyak?" tanya Ny. Choi pada ibunya Kkeut Boon sambil meletakkan hasil tangkapannya dan duduk di samping ibu Kkeut Boon. Melihat banyaknya hasil tangkapan Ny. Choi ibunya Kkeut Boon iri dan sinis melihatnya namun berubah ceria saat terdengar teriakan dari Kkeut Boon.

"Ibu, makan ini!" seru Kkeut Boon yang melangkah ke arah ibunya sambil membawa semangkuk sup. Yang diikuti kedua temannya.

"Oh anakku yang manis" ujar Ibu Kkeut Boon.

Tak kalah Beo Jin pun memberikan semangkuk sup kepada ibunya.

"Sup selera yang terbaik ketika kalian makan di tepi pantai" ujar ibu Kkeut Boon.

Ny. Choi pun meminum sup yang dibawakan Beo Jin.

Lalu tiba-tiba ibunya salah satu teman Kkeut Boon berseru, "Di sana, bukankah itu ayah Beo Jin?" ujarnya sambil menunjuk arah orang-orang yang membawa gerobak yang berisi orang yang terluka parah.

Ibunya Kkeut Boon kaget dengan segera membuang mangkuk supnya dan berlari ke arah ayah Beo Jin.

Yang diikuti oleh Ny. Choi dan yang lainnya mereka pun mengerumi orang yang terluka itu. Sepertinya orang yang digerobak itu penjaga yang bertugas menjaga barang upeti tapi terjadi pencurian lalu dia dihukum pukul itu, kasian banget ampe luka-luka gitu.

"Pasti sangat keras. Apa yang di dunia.. bisnis apa ini?" ujar Ny. Choi pada istri orang yang terluka itu.

Istri penjaga itu pun menangis dipelukan Ny. Choi, "Ibu Beo Jin" serunya. Ibu Beo Jin pun menenangkannya.

Tiba-tiba orang yang semalam mabuk datang dan berteriak, "aku melihatnya!."

"Aku melihatnya" serunya. Semua orang yang berkerumun tadi pun melihat ke arah orang yang mabuk semalam.

"Apa yang terjadi?" tanya Tn. Jang (ayah Beo Jin).

"Pencuri itu mengambil semuanya. Dia mengambil semua upeti" serunya. Semua orang pun melongo mendengar cerita orang itu.

"Apa? Dia mengambil semuanya?" tanya ibu Kkeut Boon. Orang yang mabuk pun mengangguk.

"Siapa itu? Kita harus menangkapnya" ujar istri penjaga lalu menangis tertunduk sedih.

"Aku melihatnya. Dia hanya muncul di tengah hutan" seru orang mabuk semalam. Semua orang pun serius mendengarkan penjelasannya.

"Matanya biru, ketinggiannya kira-kira 100 chunck (30meter). Rambutnya melambai-lambai di mana-mana seperti rumput laut. Ia harus!" jelas orang mabuk semalam. Semua orang pun ngeri mendengarnya namun tetap ingin mengetahui siapa orangnya.

"Goblin!" lanjutnya. Semua yang tadi serius mendengarkannya pun jadi tidak percaya pada orang yang mabuk semalam.

"Siapa sih yang coba kamu bohongi?" teriak Ny. Choi. Orang yang semalam mabuk pun terdiam berpikir bagaimana mau menjelaskannya.

"Mari kita pergi. Mari kita pergi" seru Tn. Jang mengajak orang-orang membawa gerobak yang berisi orang yang terluka tadi.

Orang yang mabuk semalam tetap mau menjelaskannya , tapi tidak digubris.

Sementara itu Park Kyu mendatangi tempat yang semalam, tempat dimana dia kehilangan jejak William. Ia pun memeriksa seksama disekitar tempat itu.

Di lain tempat Beo Jin dan William di dalam hutan mengejar kelinci. Ketika Beo Jin berhasil menangkap kelinci tiba-tiba dilihatnya tempat itu seperti bekas tempat di huni manusia ada bekas makanan dan banyak jeruk. Tiba-tiba orang datang membungkam mulut Beo Jin, tapi Beo Jin memberontak melepaskan diri, ia pun menginggit tangan orang itu dan berlari memanggil-manggil nama William.

"William" teriak Beo Jin sambil berlari ke arah William. "Beo Jin" teriak William yang juga berlari ke arah Beo Jin.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Beo Jin memerikasa kondisi William.

"Ini buruk, mereka datang untuk menangkapmu" seru Beo Jin lalu menarik tangan William untuk segera lari. William terjatuh mereka pun berhenti dan bersembunyi di balik pohon.

"William berhati-hatilah!" pinta Beo Jin pada William yang akan melihat siapa yang datang.

William memperhatikan orang yang datang itu dengan seksama, lalu ia berseru, "Yan?"

Lalu orang itu menoleh kearah William dan ternyata orang itu jreng..jreng....jreng... Lee Ann.. *gubraks* maksudnya Yan Kuwabara hehehe.

William pun tersenyum senang, "Yan!" serunya. Yan pun tersenyum dan Beo Jin hanya bisa terbengong-bengong hehehe.

William menemani Yan yang mandi di air sungai. William duduk di tepi sungai. "Kau tahu aku tidak bisa percaya kau bersamaku di sini. Dan aku pikir aku yang satu-satunya jatuh dari kapal" ujar William.

"Siapa gadis itu?" tanya Yan.

William tersenyum menjelaskan. "Yah.... dari mana aku harus mulai? Dia telah menyelamatkanku dan melindungiku dan memberiku makanan... Yan, aku jamin dia bisa dipercaya. Maksudku, aku pasti sudah benar-benar hilang dan dan tidak tahu apa-apa di sini tanpa dia" jelas William.

"Sebaliknya akan hilang dan tidak mengerti, itu bisa cukup berbahaya" ungkap Yan. William pun hanya tersenyum.

Kembali ke Park Kyu yang menelusuri hutan untuk mencari jejak William. "Bagaimana dia melarikan diri di hutan ini begitu cepat? Hal ini tidak bisa menjadi yang pertama kali, bagaimana bisa orang asing" gumannya.

Tiba-tiba seorang kakek menyahut, "Luar biasa. Ini luar biasa, aku melihat bahwa hutan ini sangat indah. Tapi jangan kau pikir ini terlalu dini untuk seorang guru muda ke siaga waktunya jauh dengan alam" ujar kakek tua itu. (kakek tua ini yang makan ikan bersama William dan menukar topengnya ke William dengan wig rambut pirang).

"Dari logat, aku rasa anda tidak berasal dari sini?" seru Park Kyu.

Kakek tua itu pun melompat ke depan Park Kyu. "Siapa namamu?" tanya kakek tua.

"Park" jawab Park Kyu. Kakek tua itu masih menatap Park Kyu yang minta disebutkan nama lengkapnya.

"Park Kyu" tegas Park Kyu. Tiba-tiba kakek tua itu memberi kode diam dan mereka bersembunyi karena ada yang datang.

Ternyata yang datang Yi Bang dia juga menyelediki kasus pencurian itu. Yi Bang menemukan sesuatu benda lalu ia menyimpannya di dalam bajunya. Park Kyu pun mengawasinya dari jauh bersama kakek tua tadi. Setelah mengambil benda yang ditemukan Yi Bang pun bergegas pergi, sedangkan Park Kyu seperti memikirkan sesuatu, ia pun menoleh ke sebelahnya mencari kakek tua tadi namun kakek itu sudah tidak ada.

Di lain tempat William dan Yan mengobrol berdua.

"Bagaimana kamu mengatur untuk membawa semua ini keluar dari air? Oh ini menakjubkan." seru William yang memperhatikan barang-barangnya selamat dari badai. Lalu William mengambil jam pasir, "Wow, bagus" gumannya.

Dari atas batu karang Yan meneropong bintang yang ditemani William.

"Yah, lihat. Sisi utara di sana" seru William.

"33 derajat lintang utara, ini terlalu jauh ke selatan untuk Chosun" ujar Yan.

"Jadi,..Di mana kita sekarang?" tanya William.

"Pulau Tamra!Tentu saja!" jawab Yan.

"Ta-ta..apa?" ulang William.

"Pulau Tamra. Di Eropa mereka menyebutnya Quelpart. Itu sebuah pulau di ujung selatan Chosun" jelas Yan.

"Tamra... Chosun. Fantastik! Laut ini di isi dengan tanah yang eksostis" ujar William.

"Lebih baik kita segera pergi. Negara ini jauh lebih tertutup dari Jepang. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang terjadi jika orang-orang setempat menemukan kita" jelas Yan lalu melangkah pergi.

"Tidak, aku tidak bisa pergi sekarang. Tidak seperti ini" seru William. Yan pun menoleh kembali ke arah William.

"Maksudku, tidak sampai aku menemukan harta berhargaku kembali" ujar William.

"Tidak ada yang lebih penting daripada keluar dari sini dalam satu waktu. Kita harus pergi ke Nagasaki sebelum Hollandia 2 kali meninggalkan" jelas Yan lalu melangkah pergi.

William terdiam ia pun mengingat bagaimana harta karunnya (porselen yang disimpan Park Kyu) diambil Park Kyu di laut. Bagaimana Beo Jin menyelamatkannya dengan memberinya nafas buatan.

Keesokan paginya, Beo Jin keluar dapur mengendap-endap. Ia pun kaget saat pintu terbuka. Makanan yang dibungkusnya pun terjatuh ke tanah. Dan yang ternyata membuka pintu Park Kyu hehe.

"Kau membuatku kaget! Kamu harus memberitahu kedatanganmu" omel Beo Jin.

"Lihatlah kesalahan bicaramu dan perilakumu yang tidak bijaksana. Aku melihat caramu terkejut, kamu seperti telah melakukan dosa" ujar Park Kyu.

Spontan Beo Jin menengok kanan kirinya, "Dosa apa?" tanya Beo Jin.

"Lupakan tentang hal itu. Ambilkan aku air" seru Park Kyu.

"Oh, tentu saja, aku harus membawakanmu air" ujar Beo Jin lemah lembut. Park Kyu pun senang mendengar ucapan Beo Jin.

"Tapi, nanti" lanjut Beo Jin sambil menjulurkan lidahnya ke arah park Kyu dan berlari pergi.

"Itu...itu" omel Park Kyu. Lalu ia melihat Ny. Choi keluar ruangan.

"lihat di sini, kepala penyelam" seru Park Kyu. Ny. Choi pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Park Kyu.

"Apakah anda pernah melihat sesuatu yang aneh dengan air? Kau tahu.. seseorang dengan hidung yang mengarah ke langit, dengan kulit pucat seperti kertas" terang Park Kyu pada Ny. Choi (Park Kyu menjelaskan ciri-ciri William siapa tahu Ny. Choi pernah bertemu dengannya di laut).

Ny. Choi yang tidak tahu apa-apa pun hanya berdecak aneh. "Aku kasihan padamu. Jika kamu bosan, bantu dengan membuat jaring" omel Ny. Choi lalu melangkah pergi.

"Anda sedang berbicara kasar" seru Park Kyu. Ny. Choi pun menghentikan langkahnya lalu melotot kearah Park Kyu, Park Kyu yang melihat dipeloti jadi diam. Setelah Ny. Choi pergi ke dapur park Kyu pun ngedumel dengan menjejakkan kakinya ke tanah.

Ny. Choi yang memeriksa dapur melihat makanannya sudah tidak ada buru-buru keluar mengambil sapu dan akan memukulkannya ke Park Kyu. Park Kyu pun refleks mundur ke belakang.

"Berapa banyak makanan yang kamu makan hingga tempat makanan kami kosong?" teriak Ny. Choi.

Park Kyu yang tidak tahu apa-apa berpikit, "(beras?apa yang..!)" gumannya kesal. (malang nasibnya ni jadi salah sangka ibunya Beo Jin mengira Park Kyu yang memakannya padahal dibawa ama Beo Jin hahaha).

Sementara itu Beo Jin mengunjungi William, ia pun membangunkan William.

"William, ayo bangun. Aku datang" serunya. William pun mulai membuka matanya, ketika dilihatnya itu Beo Jin ia pun tersenyum.

"Beo Jin?" ujar William.

"Cepat, bangun. Kamu harus sarapan. Kau Japang, kan? (Japang=lapar?)" ujar Beo Jin.

"Makan ini" lanjutnya sambil menyerahkan bungkusan makanannya. Ketika Beo Jin menoleh Yan kembali ke dalam gua.

"Dia diberkati, datang di waktu yang baik ketika ada makanan" ujar Beo Jin pada William. William pun tersenyum lalu Beo Jin mempersilahkan Yan ikut sarapan bersama William. "Yan, datang ke sini" seru Beo Jin. Tapi Yan diam saja, ia malah duduk di dekat api unggun.

"Aku harus pergi sekarang, aku datang lebih awal karena takut kamu Japang(lapar). Lain kali aku akan membawa banyak. Aku pergi" ujar Beo Jin lalu melangkah pergi.

Tapi William menahan tangan Beo Jin. "Tunggu..tunggu sebentar" seru William dalam bahasa korea.

Beo Jin pun terkaget saat William bicara dalam bahasa korea. "Apa? Apa yang kamu katakan?" tanya William.

Lalu William mengambil sebuah pisau yang sudah terpasangi kepangan rambut emas William dan menyerahkannya pada Beo Jin.

"Ini..bukankah ini rambut emasmu? Ini cukup panjang" ujar Beo Jin senang menerima hadiah itu.

Sementara itu Yan tertawa sinis melihat percakapan kedua orang ini.

"Apakah ini, untukku supaya menjagaku?" tanya Beo Jin.

"Aku baik-baik saja?" jawab William dalam bahasa Korea. Beo Jin pun merasa senang.

"Kamu belajar dari semua yang aku katakan?" ujar Beo Jin. Lalu Beo Jin berniat mengajari sedikit kata-kata dalam bahasa Korea pada William.

"Itu benar, ok. Aku harus mengajari sedikit sebelum aku pergi. Petama, salam pagi" ujar Beo Jin.

"Apakah kamu telah sarapan?" pandu Beo Jin sambil memperagakannya. "Katakan seperti yang aku katakan" ajak Beo Jin.

"Apakah kamu telah sarapan?" ulang William.

"Kau melakukannya dengan baik, William" puji Beo Jin.

"Apakah kamu sudah sarapan, William?" ulang Beo Jin.

"Apakah kamu..sudah ..sarapan... Beo Jin?" ulang William terpatah-patah.

"Aku sudah sarapan" jawab Beo Jin, lalu ia bertanya ke Yan.

"Yan, kau sudah sarapan?" tanya Beo Jin pada Yan. Namun Yan tidak menjawab dia malah melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.

Beo Jin kesal mau memukul Yan tanpa diketahui Yan.

Saat selesai menyelam, Beo Jin dengan bangga memperlihatkan hasil tangkapannya, yang ditangkap dengan pisau yang sudah dipasangi jimat pemberian William.

"Hey! Hey kalian! Lihatlah tiram ini! Aku menangkapnya. Bukankah ini benar-benar besar?" seru Beo Jin memamerkan hasil tangkapannya.

Tiba-tiba Kkeut Boon datang merebut pisau Beo Jin yang ada jimat pemberian William.

"Apa ini? Apakah ini emas?" tanya Kkeut Boon yang sudah merebut pisau itu dari tangan Beo Jin sambil mencoba menggigit kepangan rambut pirang.

"Yah, berikan kepadaku. Ini milikku?" seru Beo Jin sambil merebut kembali pisaunya. Beo Jin berhasil merebutnya kembali.

"Tampaknya sedikit menarik. Di mana kau menemukan sesuatu seperti itu di pulau ini?" tanya Kkeut Boon.

Tiba-tiba sahabat Kkeut Boon yang selalu bersamanya berkata, "Hal itu, orang yang dipengasingan itu bukan yang memberikannya? Aku benar. Bukan?" tanyanya.

Beo Jin pun kaget tidak tahu harus bilang apa.

"Hal seperti itu hanya berasal dari Hanyang (Seoul).. Beo Jin ah.. Apakah itu benar?" lanjut teman Kkeut Boon.

"Benarkah? apakah orang yang dipengasingan yang memberikannya padamu?" tanya Kkeut Boon.

"Ini...orang dipengasingan.." jawab Beo Jin terpatah-patah. Kkeut Boon pun kesal dia mendorong Beo Jin lalu bergegas pergi.

Beo Jin yang tidak memahami sikap Kkeut Boon yang cemburu padanya berguman, "apa yang dia lihat pada diri orang yang diasingkan itu?"

Sementara itu Park Kyu mengikuti Yi Bang yang bertemu dengan seorang petugas. Petugas itu member informasi rahasia pada Yi Bang. Park Kyu pun terus mengikuti Yi Bang yang melangkah pergi.

Baru beberapa langkah menyusul Yi Bang, Park Kyu sudah dihadang Kkeut Boon. Seperti biasa Kkeut Boon mengeluarkan jurus rayuannya dengan cepat menggoda Park Kyu.

"Kenapa kau terus mengikutiku?" tanya Kkeut Boon (wahh kepedean ni Kkeut Boon bukannya dia yang terus mengikuti Park Kyu, pengen disate ni wkwkwk). Park Kyu tidak terkena rayuan Kkeut Boon dia tidak menjawab satu pertanyaan pun dari Kkeut Boon.

"Aku mendengar kau memberikan string emas untuk Beo Jin benar itu? Yang satu melekat pada pisau tiram? Apakah kamu benar-benar mencoba mendapatkan perhatian Beo Jin?" tanya Kkeut Boon penuh selidik. Park Kyu hanya menatap Kkeut Boon tanpa menjawab apa-apa lalu ia menoleh ke sana-sini mencai Yi Bang.

"Apakah kau punya juga untukku? Kamu bisa saja tidak hanya membawa satu dari Hanyang?" tanya Kkeut Boon.

Tiba-tiba Park Kyu menarik Kkeut Boon untuk bersembunyi. Ternyata Yi Bang kembali ke tempat Park Kyu berdiri karena mungkin merasa diikuti. Yi Bang pun melihat ke sekelilingnya dilihatnya tidak ada orang dia pun bergegas pergi.

Kembali ke Park Kyu dan Kkeut Boon yang bersembunyi, ternyata Park Kyu bersembunyi dengan cara berdiri sambil memeluk Kkeut Boon dan menutupinya dengan kipasnya. Kkeut Boon yang terlalu geer bersiap dicium Park Kyu, ketika Park Kyu menoleh dilihatnya Kkeut Boon bersikap itu segera dilepaskannya Kkeut Boon lalu bergegas kabur.

Yi Bang menemui kepala pemerintahan Jaejung-Hyun di jeju, ia menyerahkan hasil temuannya di hutan.

"Di mana kau menemukan ini?" tanya petugas.

"Di jalan hutan menuju Samigol" jawab Yi Bang.

"Benarkah? Apakah kau menemukan hal-hal lain?" tanya petugas.

"Kami melihat di sekitarnya, tetapi tidak ada yang lain" jawab Yi Bang.

"Samigol, yang kamu katakan..." guman petugas.

"Untuk saat ini kami telah mengumpulkan cukup bukti" ujar Yi Bang.

"Omong-omong, kamu harus mengisi dengan barang kena pajak. Bahkan jika mereka memiliki kehidupan yang keras, mereka tidak dapat membantu membawa keluar jika kamu menekan dengan keras" jelas petugas.

"Ya, aku mengerti" jawab Yi Bang.

Lalu petugas itu menyerahkan sebuah kertas. "Ini dari Hanyang (Seoul). Mereka akan mengirim seorang simpatisan, kita diperintahkan untuk bekerja sama dengan dia" seru petugas.

Yi Bang pun kaget. "Mulai sekarang, kita perlu berhati-hati" seru petugas.

"Aku ingin menyelesaikan masalah ini secara diam-diam. Ini akan sulit" guman Yi Bang.

Keesokan harinya, Beo Jin menemukan topeng milik William. Beo Jin pun mengambil topeng itu, dia berpikir William ada disekitar situ.

"William" panggil Beo Jin. Karena tidak ada jawaban ia pun melangkah pergi namun di depannya sudah ada Park Kyu yang juga ke tempat itu untuk kembali menyelidiki William.

Beo Jin melihat Park Kyu dengan sinis. "Ini merupakan topeng yang menarik" seru Park Kyu lalu mengambil topeng yang ada di tangan Beo Jin.

"Topeng digunakan seseorang yang harus menyembunyikan wajahnya... Apakah ada seseorang yang membutuhkan ini untuk hidup dengan menyembunyikan wajahnya di balik topeng di kota ini?" tanya Park Kyu penuh selidi.

"Aku.. aku tidak tahu" jawab Beo Jin lalu mencoba mengambil topengnya kembali. Tapi Park Kyu tidak mudah memberikannya begitu saja, semakin Beo Jin mencoba meraihnya Park Kyu mengangkat topeng itu lebih tinggi.

"Itu milikku!" seru Beo Jin. Lalu Park Kyu seperti melihat pisau Beo Jin yang terpasang kepangan rambut pirang. Dengan sigap Park Kyu menyerahkan topeng tadi ke Beo Jin, karena Beo Jin lengah Park Kyu pun segera mengambil pisau itu. Beo Jin pun terlonjak kaget.

"Apakah ini? Apa yang telah kamu beritahukan pada orang lain bahwa aku yang telah memberikannya padamu? Kamu tampaknya membawa banyak hal yang menarik. Di mana kau mendapatkan ini?" tanya Park Kyu penuh selidik.

Beo Jin pun segera menetralisir sikapnya agar tidak terlihat panik, ia pun berusaha merebut pisaunya.

"Kamu orang yang diasingkan, sekarang kamu bahkan mencuri sesuatu" seru Beo Jin sambil mencoba merebut pisaunya.

"Aku bahkan tidak memberikan ini kepadamu. Ini sangat aneh?" pikir Park Kyu. Beo Jin pun merebut berhasil pisaunya.

"Apa ini (topeng) terkait dengan pisau? Secara ada kebetulan, itu rambut manusia?" tanya Park Kyu. Lalu ia mengintari Beo Jin sambil mengintrogasinya.

"Sama seperti rambut dari orang asing.." seru Park Kyu di dekat telinga Beo Jin.

"Orang asing? Apa itu.." tanya Beo Jin pura-pura tidak tahu.

"Ah benar, aku harus pergi ke kebun untuk bekerja. Yangdari, (bahasa korea orang yang diasingkan, bener nggak ya?) aku akan pergi sekarang. Jika aku tertangkap ibuku. Aku akan mendapatkan masalah karena tidak bekerja" ujar Beo Jin member alasan lalu segera pergi.

Sementara itu William memasang uluran belukar supaya bisa mendekteksi orang jika ada yang datang. Sedangkan Yan membuka-buka buku peta.

Tiba-tiba uluran belukar yang terpasang kerang-kerang berbunyi tanda ada orang yang datang, William dan Yan pun segera bersembunyi. Ternyata yang datang Beo Jin tertatih-tatih karena terkena perangkap yang William pasang wkwwk.

"Siapa yang mencoba menangkap babi? Menyiapkan perangkat" keluhnya. Lalu ia memanggil nama William.

"William" panggil Beo Jin.

"Beo Jin" seru William lalu menghampiri Beo Jin. Yan pun keluar dari persembunyiannya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya William.

"William. Kau pergi ke kota?" tanya Beo Jin sambil menunjukkan topeng yang ditemukan Beo Jin.

William pun tidak bisa menjawab apa-apa karena itu benar.

"William, kamu tidak bisa pergi ke kota. Kamu akan dalam kesulitan besar jika kau tertangkap. Aku harus melakukan sesuatu . Bagaimana jika mendapatkan hal yang lebih berbahaya?" jelas Beo Jin.

Lalu Beo Jin berpikir sebentar lalu ia terpikir mengajari William agar berhati-hati.

"Lihatlah aku hati-hati, kamu tidak bisa. Berbahaya. Kota" ujar Beo Jin sambil memperagakan ilustrasinya.

"Kota" ulang William.

"Kota Sanbang" jelas Beo Jin.

"Kota Sanbang" ulang William.

Tanpa mereka sadari Park Kyu ternyata mengikuti Beo Jin sampai ke dalam gua itu. Ia pun mendengarkan percakapan mereka.

"Kamu tidak bisa pergi, itu berbahaya" seru Beo Jin.

"Kamu tidak bisa pergi, itu berbahaya" ulang William. Lalu Yan bersiap akan pergi.

"Itu bagus, William" puji Beo Jin. Dan ketika William menoleh dilihatnya Park Kyu yang mendekat kearah mereka. Beo Jin terlonjak kaget.

"Yandari" serunya. Yan pun menoleh kembali ke belakang.

Episode 03

Beo Jin yang menemui William dan mengajarinya agar berhati-hati tanpa mereka ketahui Park Kyu mengikuti Beo Jin dan mendengar pelajaran yang diberikan Beo Jin. Dan saat William menengok ke arah luar gua dilihatnya Park Kyu mendekat ke arahnya. Beo Jin yang ikut menoleh pun terlonjak kaget dan beseru, "Yandari". Mendengar seruan Beo Jin Yan pun menghentikan langkahnya.

"Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" tanya Beo Jin.

Dengan santai Park Kyu menjawab, "orang yang terbuang (terdampar?)" ujar Park Kyu pada William seraya bersedekap.

"Kamu...harta karunku!" seru William (dalam bahasa Inggris)seraya menghampiri Park Kyu namun di tahan Beo Jin.

Yan pun segera berlari ke arah Park Kyu dengan membawa pisau. Namun Beo Jin menghalanginya.

"Tidak, jangan! hentikan!" teriak Beo Jin seraya menghalangi Yan maju ke depan.

"William, tidak apa-apa. Dia buka orang yang jahat, dia seseorang yang aku kenal. Ini baik-baik saja William" ujar Beo Jin pada William seraya menenangkan William.

"Tidak, dia mengambil hartaku" seru William (dalam bahasa Inggris, entah apa yang terjadi seandainya William tahu hartanya dijadiin pispot wkwkwkw).

"Mencuri makanan dari dapur,berkeliaran sampai larut malam dan mereka membawa benda-benda aneh di sekelilingnya (jebakan yang di pasang William). Aku tahu ada sesuatu yang terjadi . Apa kau tidak tahu kesulitan apa yang akan kau dapatkan jika ketahuan menyembunyikan orang asing? Jika kau tidak melaporkan keberadaan orang asing, aku akan melakukannya sendiri ke kantor pemerintah provinsi" seru Park Kyu pada Beo Jin.

"William adalah orang yang baik! Kau tidak dapat melaporkan dia!" teriak Beo Jin. Park Kyu diam mendengar pembelaan Beo Jin.

"Aku tidak ingin William mati. Pria bermata biru tidak jahat" ujar Beo Jin membela William.

"Bagaimana kau tahu itu saat kau tidak bisa berkomunikasi dengan dia?" bentak Park Kyu.

"Aku tahu! Meskipun aku tidak tahu bahasanya, aku bisa tahu! Ini tidak seperti ia melakukan kejahatan dan dikirim ke sini sepertimu. Dia hanya terdampar di sini setelah perahunya tenggelam" ujar Beo Jin.

"Aku menemukannya di pantai, jadi aku tahu" lanjut Beo Jin seraya mendekap William.

"Aku ingin hartaku kembali" seru William seraya melangkah maju.

"William" seru Yan seraya menahan punggung William.

Suasana pun menjadi hening lalu Beo Jin melangkah maju untuk memperkenalkan kedua orang asing ( William dan Yan) pada Park Kyu.

"Orang bermata biru ini namanya William. William" ujar Beo Jin seraya menunjuk kearah William lalu ia menunjuk ke arah Yan.

"Dan ini adalah..." ucap Beo Jin namun Beo Jin tidak meneruskan kata-katanya karena Beo Jin lupa namanya hehe.

"Yan dari Nagasaki" ujar William (dalam bahasa Inggris).

"Oh begitu, Yan. Dia adalah Yan" lanjut Beo Jin seraya menunjuk ke arah Yan kembali.

"Nagasaki? Apakah itu berarti dia orang Jepang?" tanya Park Kyu.

Beo Jin pun terlonjak kaget, "Yan" gumannya.

"Apakah kau orang Jepang?" tanya Beo Jin. Namun Yan tidak menjawab pertanyaan Park Kyu maupun Beo Jin.

Lalu Beo Jin melangkah maju memperkenal Park Kyu pada William dan Yan.

"Dan orang yang di asingkan ini adalah Park Kyu" ujar Beo Jin seraya menunjuk ke arah Park Kyu.

"Fuck You?" ulang William (ucapan Beo Jin Park Kyu terdengar sama William seperti pelafalan Fuck You wkwkkwkw).

"Ya, Park Kyu" ucap Beo Jin seraya mengangguk.

"Benarkah?" tanya William (dikira namanya benar-benar Fuck You wkwkwk).

William pun menoleh ke arah Park Kyu. "Namamu adalah Fuck You?" seru William. Beo Jin pun menoleh ke arah Park Kyu. Park Kyu pun tak terima namanya dilafalkan dengan keras oleh William apalagi salah hahaha.

"Beraninya kau memanggil namaku dengan lantang!" teriak Park Kyu.

William pun tertawa lalu menoleh ke arah Yan.

"Fuck You? Itu lucu" bisik William pada Yan (dalam bahasa Inggris).

Melihat tingkah William seperti Park Kyu pun memasang muka cemberut. William pun terdiam namun tidak dapat menahan tawanya. Dia pun tertawa, Beo Jin pun ikut tersenyum. Park Kyu berdehem. Lalu bergegas pergi. William mau menyusul namun di tahan Beo Jin.

"Jangan khawatir. Tinggal di sini, oke?" ujar Beo Jin menenangkan William.

Beo Jin menyusul Park Kyu yang sudah berjalan duluan.

"Tunggu sebentar" seru Beo Jin.

"Hei, Yandari. Tunggu sebentar" lanjut Beo Jin.

Beo Jin pun akhirnya bisa menyusul Park Kyu ia menahan Park Kyu.

"Tak bisakah kau merahasiakannya? Mereka terdampar terkena badai. Kakek (kakek tua yang makan ikan bersama waktu di pinggir laut) mengatakan bahwa pria bermata biru akan di bunuh" ujar Beo Jin memberi alasan seraya memelas hampir mau menangis.

"Aku harus melaporkan ini. Beri jalan" tegas Park Kyu lalu melangkah pergi. Beo Jin pun menahan tangan Park Kyu dan memohon.

"Harap jaga rahasia ini, aku akan melakukan apapun yang kau minta" rengek Beo Jin.

Park Kyu pun berpikir sebentar dan tersenyum, "itu adalah idemu bahwa kau akan melakukan apapun yang aku minta" jelas Park Kyu. Beo Jin pun mengangguk.

"Aku akan melihat bagaimana kau menjaganya dengan tawaran ini dan memutuskan" seru Beo Jin seraya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya.

"Baiklah" ucap Beo Jin lemah.

"Ho ho apa yang kau katakan, tidak bisakah lebih hormat?" teriak Pak Kyu.

"Aku mengerti" ulang Beo Jin seraya membungkuk. Park Kyu pun menoleh menghindari muka Beo Jin dan tersenyum puas.

Saat penyiksaan untuk Beo Jin (wkwkkw sadis).

Beo Jin pun mengambil alih tugas mengambil air, sedangkan Park Kyu asyik membaca buku seraya berkipas-kipas di dipan halaman rumah. Beo Jin pun meletakkan klenting airnya di dipan karena sudah capek. Ia pun beristirahat sebentar.

"Ini sangat sulit" gumannya.

"apakah sulit?" tanya Park Kyu. Beo Jin pun menoleh ke arah Park Kyu.

"Lalu aku akan pergi ke poli.." ujar Park Kyu seraya bangkit dari duduknya.

Beo Jin pun segera mencegah Park Kyu berdiri. Lalu Beo Jin pun segera mengepel lantai dan Park Kyu melanjutkan membaca buku sambil kipas-kipas. Saat mengepel lantai, Beo Jin mengibas-ngibaskan kain pel ke arah Park Kyu hahahaha lucu.

Selesai mengepel Beo Jin membereskan jerami yang di dipan samping Park Kyu. Beo Jin pun memasang tampang lelah. Park Kyu pun semakin menganggu Beo Jin.

"Mari kita pergi ke kebun" ajak Park Kyu. Beo Jin pun hanya bisa menahan kesal seraya menghentak-hentakkan jerami yang sudah di susunnya.

Di kebun Beo Jin memetik jeruk-jeruk yang sudah matang (lihatnya ngiler kayaknya enak tuh), sedangkan Park Kyu mengajari Beo Seol (adiknya Beo Jin) di pondokan sera kipas-kipas (puas banget ngerjain Beo Jin hahaha).

"Apakah persembahan itu juga untuk raja juga?" tanya Park Kyu pada Beo Seol.

"Bukan, itu bukan. Tapi kita harus memilih yang terbaik dan di kirim ke petugas. Mereka akan menggunakannya untuk berbagai acara dan ritual" jawab Beo Seol.

"Hmm.. tentang Yi Bang dari Daejunghyun?" tanya Park Kyu lagi. Mendengar Yi Bang, Beo Jin yang mencicipi jeruk pun menyahut.

"Yi Bang?" tanya Beo Jin lalu berdiri menghadap ke arah Park Kyu.

"Bahwa orang tidak terlihat seperti dia ada sekitar sini" ujar Park Kyu.

"Hmmm, kapan itu?" guman Beo Jin seraya mengingat-ngingat.

"Bagaimanapun, mereka mengatakan ia datang luar ketika pemerintah melarang perpindahan orang ke luar kota. Mungkin itu sebabnya dia tidak memiliki simpati untuk orang, bahkan sedikit" jelas Beo Jin.

"Seperti orang lain yang aku tahu" lanjut Beo Jin seru menunjuk ke arah Park Kyu.

"Aku kira dia dari Bibyunsa (salah satu aparat sipil atau militer)" terang Park Kyu.

"Apa? Bi Byun?.. Byun (feses)?" tanya Beo Jin.

"Sudahlah. Pergi selesaikan apa yang kau lakukan" jawab Park Kyu (dijelasin panjang lebar juga Beo Jin g bakalan ngerti hehehe). Beo Jin pun melanjutkan merapikan jeruk-jeruk yang sudah dipetiknya.

Sementara itu Kkeut Boon dan kedua sahabatnya (mulai sekarang kedua sahabat Kkeut Boon ini karena kakak adik ari sebut kakak dan adik saja) melewati kebun jeruk juga. Mereka memetik jeruk lalu memakannya, dan ketika Kkeut Boon menengok ke arah pendopokan dilihatnya Park Kyu dan Beo Jin bersama langsung berubah jadi kesal. Park Kyu turun dari pendopokan melihat kerja Beo Jin.

"Dia benar-benar lucu. Dia selalu mengatakan bahwa dia membenci orang yang di asingkan tapi dia selalu dengan dia... Dasar rubah!" ujar adik sahabat Kkeut Boon.

"Ingatlah ketika ia membuat keributan besar saat dia mengambil Jingsapae, orang yang di asingkan yang dituduhnya?" tanya kakak sahabat adik Kkeut Boon.

"Itu yang aku maksud" jawab adik sahabat Kkeut Boon.

Kkeut Boon yang kesal segera meludah ditelapak tangannya lalu mengusap kepalanya dengan telapak tangannya itu maksudnya biar rambutnya kelimis wkkwkw.

Dia pun berteriak "Beo Jin!" agar Park Kyu menoleh ke arahnya seraya berpose menggoda (Kkeut Boon lihat mukamu aja udah pengen ketawa apalagi gayamu wkkwkw). Namun Park Kyu maupun Beo Jin tidak menoleh sama sekali karena tidak mendengar. Kkeut Boon pun kesal.

Di tepi laut William duduk memperhatikan jam pasir yang telah diisi kunang-kunang sebagai cahaya di temani Yan.

"Kita tidak bisa menundanya lagi. Ini cukup dekat (Nagasaki), kita dapat berlayar di atas perahu kecil" seru Yan.

"Apakah kita benar-benar harus buru-buru?. Aku belum mengambil hartaku" ujar William.

"Lupakan saja!" teriak Yan.

"Satu orang telah melihat kita. Tidak akan lama sebelum mereka menemukan kita" jelas Yan.

William memandang ke arah laut lalu merebahkan diri di pasir. Lalu ia mengucapkan bahasa korea yang di ajarkan Beo Jin.

"Bap Mugutsooka (apakah kau sudah makan?) Salpyu Gapsuh (berhati-hatilah!)" ucapnya lalu memakai topeng pemberian kakek tua.

Di tempat Seorin Sangdan di Hanyang ( Sangdan=kelompok pedagang).

Kelompok pedagang itu di pimpin seorang wanita. Dan saat itu kelompok itu sedang mengeksekusi dua orang yang berkhianat.

Pemimpin wanita itu masuk ke ruang eksekusi .

"Aku yang menyelamatkan kalian... Kalian...yang tak punya tempat untuk pergi. Bagaimana kalian bisa menusuk dari belakang?" tanya pemimpin itu.

"Kami tidak akan pernah menyentuh barang lagi" jawab salah satu pengkhianat mohon ampun.

"Mulai sekarang kalian harus menghadapi hukuman atas nama Seorin Sangdan bukan Chosun" seru pemimpin Seorin.

"Hamba telah melakukan dosa besar" ujar salah satu pengkhianat.

"Lihatlah akhir hukumanmu atas nama Sangdan kami" seru pemimpin Seorin lalu mengambi pedang pengawalnya lalu menebas tali penyeimbang yang dikalungkan di leher kedua penghianat. Secara otomatis kedua pengkhianat pun terseret ke atas dan tergantung.

Pemimpin Seorin pun keluar bersama pengawalnya, ketika ia menengok ia melihat petugas yang memeriksa barang, ia pun menghampirinya. Dan mengambil catatan petugas.

"Bagaimana masing-masing provinsi memiliki cara yang berbeda untuk menandai dagangan mereka?" tanya pemimpin.

"Setia provinsi memiliki pengukuran yang berbeda..untuk menimbang, menghitung, dll" jawab petugas.

"Barang yang di datangkan ke sini harus ada standarisasi dalam pengukuran dan kembali dihargai berdasarkan hitungan itu" jelas pemimpin lalu mengembalikan catatan ke petugas.

"Lakukan hal yang sama untuk barang yang keluar dari sini" lanjut pemimpin seraya berjalan melihat barang-barang.

"Ya, Aku akan melakukannya" jawab petugas.

Pemimpin Seorin pun mengecek tiram yang ditunjukkan salah satu petugas.

"Itu adalah abalone kering yang baru saja datang hari ini dari Jeju. Ini adalah produk terbaik terbuat dari abalone kualitas terbaik yang di temukan dan di jemur oleh penyelam perempuan Jeju" jelas petugas pencatat. Pemimpin Seorin pun meletakkan kembali abalone dan menoleh ke arah kuda dan menghampirinya.

"Ini juga dari Jeju, kuda kualitas tertinggi. Hal ini karena permintaan yang besar dari Jepang dan Cina, dan ini pesanan mereka. Karena penyelidikan lebih intes, itu sulit untuk mengeluarkan barang tanpa menambah kecurigaan" jelas petugas pencatat. (berarti kuda-kuda yang dicuri itu di bawa ke sini).

Pemimpin Seorin berbicara di ruang kerjanya bersama pengawalnya.

"Apakah tidak ada penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan pencuri yang mencuri barang yang disiapkan untuk raja di Jeju? Aku pikir kau akan pergi ke Jeju" tanya pemimpin Seorin.

"Maksud Anda Jeju?" jawab pengawal. Pemimpin Seorin pun hanya tersenyum penuh arti seraya meminum tehnya.

Di Tamra petugas dari pemerintahan datang mengumumkan akan mengambil Jingsangpoom (barang pajak untuk Raja). Semua orang pun bersiap mengambil barang-barang yang telah disiapkan dan mengumpulkannya di sebuah papan. Ada jeruk, biji-bijian dan lain-lain.

"Pertama, kita akan meninjau aturan untuk cara menjaga penyimpan untuk Jingsangpoom tersebut. Pemimpin penyelam akan bertanggung jawab hal itu dari hari ini sampai akhir bulan ini. Untuk selanjutnya, kalian akan mengambil 5 hari bergantian. Karena ada pencuri di sekitar sini, kalian harus lebih berhati-hati" jelas Yi Bang.

"Ya" jawab warga serempak.

"Lalu kita akan memeriksa barang untuk kualitas" lanjut Yi Bang. Yi Bang pun mulai memeriksa satu-satu barang untuk Raja tersebut. Namun ia melihat ada barang yang tidak ada.

"Apa ini? Di mana abalonenya?" teriak Yi Bang.

"Bulan ini penyelam tidak bisa menemukan banyak abalone. Kami akan menggunakan semua Jinsangpae untuk pengurangan pajak" ujar ibu Kkeut Boon seraya mengambil Jinsangpae di kantongnya.

"Apakah kalian sudah mengumpulkan Jinsangpae banyak?" tanya Yi Bang.

Ibu Kkeut Boon pun menghitung Jinsangpae namun hanya ada empat.

"Hei, Beo Jin. Apa yang kau lakukan? Berikan Jinsangpae dari acara ritual" ujar ibu Kkeut Boon lalu menyerahkan Jinsangpae yang ada di tangannya pada Yi Bang.

"Apa yang kau tunggu?" senggol Kkeut Boon pada Beo Jin, orang-orang yang di sekitar Beo Jin pun menoleh ke arah Beo Jin. Namun Beo Jin hanya terdiam.

"Yang kau hilangkan sebelumnya, kau belum juga menemukannya?" tanya Kkeut Boon.

"Apa itu? Kau kehilangan itu?" tanya ibu Kkeut Boon dan Ibu kedua sahabat Kkeut Boon.

"Bukan begitu" ujar Beo Jin lemah. Ibu Kkeut Boon menarik Beo Jin dengan kasar ke hadapan Yi Bang.

"Beo Jin yang menghilangkan Jinsangpae itu" ujar ibu Kkeut Boon pada semua orang.

"Apakah kau kehilangan Jinsangpae itu?" tanya Yi Bang. Beo Jin pun hanya menangis seraya mengangguk.

"Sangat sulit mendapatkan Jinsangpae dan kau berani menghilangkannya?" bentak ibu kedua sahabat Kkeut Boon.

"Apa yang kau lakukan sekarang" seru ibu Kkeut Boon seraya mentoyor kepala Beo Jin hingga menunduk. Park Kyu pun melihat kejadian itu dari belakang barisan petugas.

"Maaf..Maafkan aku..Maafkan aku" ujar Beo Jin seraya menangis dan menunduk-nundukkan kepalanya.

"Apakah menurutmu minta maaf cukup? Ini bukan hanya sekali atau dua kali.. kau membuat masalah sebelumnya ketika kita pergi menyelam juga. Apa yang akan kau lakukan sekarang" teriak ibu Kkeut Boon. Park Kyu pun mendengarkannya seraya berpikir.

Tiba-tiba ibu dan ayahnya Beo Jin datang sambil membawa dua keranjang abalone.

"Aku akan bertanggung jawab" seru Ny. Choi. Beo Jin pun menghampiri ibunya dan menghormat untuk minta maaf.

"Aku akan menambahkan abalone ke tumpukan untuk mengganti apa yang hilang" ujar Ny. Choi.

"Oke" seru Tn. Jang.

"Ibu..." guman Beo Jin. Park Kyu pun bergegas pergi duluan.

Di rumah keluarga Jang, Ny. Choi bersiap pergi menyelam. Beo Jin pun ikut bersiap juga.

"Tinggal di rumah" ujar Ny. Choi pada Beo Jin.

"Tidak, ibu. Aku siap. Aku akan bekerja keras" jawab Beo Jin.

"Jangan berpikir mengikutiku, tinggal di rumah saja" seru ibunya.

"Ibu.." guman Beo Jin.

"Kau tidak harus melakukan pekerjaan apapun, hanya tidak membuat masalah" tegas ibunya lalu bergegas pergi menyelam.

"Ibu" guman Beo Jin sedih. Ayahnya pun mencoba mengiburnya.

"Beo Jin" ujar ayahnya menenangkan Beo Jin seraya menepuk-nepuk pundaknya.

Tanpa mereka ketahui Park Kyu mengintip mereka dari dalam kamarnya. Park Kyu menutup pintunya lalu berpikir.

"Aku seharusnya memberikan padanya sebelumnya.. apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumannya.

Ternyata Park Kyu pergi ke rumah tetua Jang Gi yang memimpin ritual. "Kenapa kau datang mengunjungiku?" tanya tetua Jang Gi pada Park Kyu.

"Aku menemukan ini di jalan, ini terlihat penting" jawab Park Kyu seraya menyerahkan Jinsangpae.

"Jinsangpae. Kau harusnya menyerahkannya pada kantor pemerintah provinsi langsung" ujar tetua Jang Gi.

"Karena aku di asingkan, tidak terlihat baik bagiku jika terlihat keluar masuk kantor pemerintah. Itu sebabnya aku datang menemui Anda tetua" jawab Park Kyu.

"Terima kasih... untuk memikirkan warga" ucap tetua Jang Gi.

Sementara itu Beo Jin di dapur menyiapkan makanan untuk di bawa ke William.

"Aku sangat lelah bekerja karena orang yang di asingkan (Park Kyu). Aku tidak bisa mengujungi William. Aku ingin tahu apakah mereka kelaparan" gumannya lalu ia menaruh nasi yang sudah dikepal-kepal dalam bungkusan dan bergegas pergi.

Beo Jin pun berlari dengan cepat tanpa memperhatikan jalan, tiba-tiba William yang memakai topeng menahannya. William pun melepaskan topengnya.

"William! Bukankah aku memberitahumu bahwa jika kau pegi kau akan mendapatkan masalah besar?" seru Beo Jin agak marah.

"Apakah kau sudah makan?" tanya William dalam bahasa Korea (namun sepertinya salah pengucapan, ia malah memberi ucapan salam pagi). Beo Jin pun tertawa.

Lalu mereka duduk di tempat pewarnaan kain. Lalu Beo Jin menyerahkan bekal yang dibawanya untuk dimakan William. William pun memakannya lalu ia memperhatikan kain-kain yang di warnai sedang di jemur.

"It..s pretty" seru William.

"Pretty" ulang Beo Jin.

"Indah, sungguh indah" ujar William .

"Apakah kau suka? Apakah kau ingin aku menunjukkan kepadamu bagaimana hal itu dilakukan?" tanya Beo Jin seraya memegang kain yang di jemur itu. Tanpa mereka ketahui Park Kyu memperhatikan mereka berdua. Park Kyu pun bergegas pergi setelah memastikan bahwa Beo Jin baik-baik saja.

Beo Jin dan William mengambil buah sebesar jeruk (nggak tahu namanya) lalu menumbuk-numbuknya sampai halus, lalu memasukkan hasil tumbukan itu ke air. Dan memasukkan kain yang berwarna putih ke dalam air itu, William dan Beo Jin pun mencelup-celupkan kain itu ke dalam air sampai kain tersebut berubah warna mejadi orange kemerahan dan mengeringkannya di jemuran. Mereka berdua pun tertawa senang, tiba-tiba Beo Jin memberi tanda pada William untuk bersembunyi karena ada orang yang lewat.

Park Kyu berjalan ke dalam gua tempat tinggal William, ia memeriksa gua tersebut dilihatnya ada sisa telur dan buah-buahan. "Mereka adalah pencuri kecil di sekitar kota" gumannya.

Di pelabuhan 3 orang yang berpakaian serba hitam lengkap dengan capingnya (topi-red) turun dari kapal. Dan ternyata orang itu menemui Yi Bang.

"Saya telah menerima pesan bahwa anda sedang dalam perjalanan" ujar Yi Bang.

"Apa, kau akan pergi menyebarkan bahwa penyelidik datang?" tanya orang misterius itu.

"Pemerintah pusat sudah tahu tentang kasus ini?" ujar Yi Bang.

"Itu sebabnya aku di sini.. untuk mengurus hal itu. Bagaimana kau mengelola ini dengan buruk?" seru orang misterius itu. Yi Bang hanya terdiam lalu orang misterius itu melangkah pergi. Namun beberapa langkah ia menghentikan langkahnya.

"Kau harus menjaga identitas asliku bersembunyi di Tamna, dan kantor provinsi harus mengikuti apa pun yang aku perintahkan" ujar orang misterius itu. Yi Bang pun membungkuk memberi hormat.

Di rumah Beo Jin menjahit baju yang sepertinya dari kain yang selamam. Selesai menjahit ia mengukurnya dengan mengepas di punggung Park Kyu yang duduk di dipan sambil membaca. Park Kyu menoleh, "Apa yang kau lakukan?" tanya Park Kyu.

"Hanya tinggal meletakkan sejenak. Aku mencoba untuk mengukur ini" jawab Beo Jin. Park Kyu un meneruskan membaca buku seraya kipas-kipas.

"Aku pikir ini akan cocok" ucap Beo Jin setelah mengepas baju untuk William di punggung Park Kyu.

"Siapa yang akan memakai pakaian dengan model seperti itu? Pakaian harus sesuai dengan baik antara bahu dan leher agar dipakai nyaman. Aku memiliki kulit terang. Aku tidak yakin pakaian berwarna akan tampak bagus untukku" ujar Park Kyu acuh. (padahal baju itu untuk William, cemburu ya wkwkkw).

Tiba-tiba Yi Bang datang ke rumah Beo Jin. "Apakah Daesanggoon (pemimpin penyelam-ibu Beo Jin-red) di rumah?" tanya Yi Bang.

Beo Jin berlari menghampiri Yi Bang. "Tidak" jawab Beo Jin seraya memberi hormat.

"Dia akan segera kembali" lanjutnya. Yi Bang memperhatikan Park Kyu yang duduk di dipan asyik membaca buku seraya kipas-kipas.

"Aku rasa kau benar-benar seorang sarjana. Aku pikir kau hanya tahu cara bagaimana mengejar perempuan" seru Yi Bang pada Park Kyu.

"Kata-katamu terlalu kasar" ujar Park Kyu setengah teriak.

"Harap kau beritahu dia (Ibunya Beo Jin). Kami telah menerima Jinsangpae yang hilang. Jika ia membawa sisa Jinsangpae yang kalian akan diberikan pengurangan untuk sisa Jinsangpoom (barang pajak untuk Raja)" jelas Yi Bang.

"Bagaimana anda menemukannya?" tanya Beo Jin.

"Dari tetua Han. Ia menerima itu dari sarjana yang di asingkan ini" jawab Yi Bang.

"Tolong katakan padanya" lanjut Yi Bang lalu bergegas pergi. Beo Jin pun memberi hormat sedangkan Park Kyu kecang mengibas-ngibaskan kipasnya. (takut kena marah Beo Jin?).

"Apakah kau benar-benar ingin mati?" tanya Beo Jin seraya menata tajam ke arah Park Kyu.

"Tetap tenang" ujar Park Kyu salah tingkah.

"Kau bicara tetap ..tenang..?" seru Beo Jin seraya mendekat ke arah Park Kyu. Melihat sikap Beo Jin marah Park Kyu pun segera berdiri dan menghindar.

"Ayo sini sekarang" teriak Beo Jin seraya menaruh baju yang dibuatnya tadi lalu mengejar Park Kyu. Sehingga terjadilah kejar-kejaran, "Apa? Apakah kau mengatakan bahwa kau tidak memiliki Jinsangpae?" terik Beo Jin seraya terus mengejar park Kyu dan melemparinya dengan benda yang ada disekitarnya.

"Tidak, tidak!" ujar Park Kyu seraya melindungi diri dan mengindari kejaran Beo Jin.

"Kau bersalah padaku, kau tahu bahwa.." teriak Beo Jin.

"Tidak" ujar Park Kyu kekeuh

"Kau membuatku bersalah. Betapa aku susahnya mencari Jinsangpae?" teriak Beo Jin lalu melempar Park Kyu dengan gayung gentong.

"Bukan" seru Park Kyu seraya berlari menghindar.

Tiba-tiba ibunya Beo Jin sudah ada di depan mereka, Park Kyu pun berhenti mendadak dan Beo Jin menabraknya. Ibunya Beo Jin pun menghampiri mereka dengan tatapan tajam. Keduanya pun ketakutan.

"Apakah kalian kelebihan energi?" sindir Ny. Choi.

"Apa artinya?" tanya Park Kyu polos.

"Berlari-lari seperti orang gila" jawab Ny. Choi.

"Bu, bukan seperti itu. Orang ini, Jinsangpae kita" ucap Beo Jin membela diri namun Park Kyu segera menghentikan Beo Jin melanjutkan kata-katanya.

"Gua" bisik Park Kyu sebagai ancaman untuk Beo Jin (Park Kyu mengancam Beo Jin mengenai William yang di gua).

"Gua?" tanya Ny. Choi. Beo Jin segera tersadar. Ia pun tertawa kecil diikuti Park Kyu.

Park Kyu dan Beo Jin akan menulis perjanjian. Mereka berdua duduk di dipan depan rumah dengan segala peralatannya. "Oke, sebaliknya aku akan mengajarimu bagaimana menulis dalam huruf Hangeul (huruf korea). Salin apa yang aku tulis" ujar Park Kyu lalu memulai menulis.

Beo Jin pun mendengarkan dengan kecut.

"Gi-ug.." seru Park Kyu seraya menuliskan hurufnya di kertas. Beo Jin pun segera mengikutinya dan Park Kyu memperhatikannya.

"Ni-Eum" lanjut Park Kyu. Beo Jin pun mengikutinya.

"D-Gud" seru Park Kyu, dan seterusnya Beo Jin mengikutinya. Namun tulisan Beo Jin nggak ada yang benar, banyak yang salah dan berlembar-lembar kertas berserakan di depan Beo Jin. Namun Beo Jin masih percaya diri bahwa ia bisa.

"Sekarang aku akan mengatakan katanya dan kau akan menuliskannya?" perintah Park Kyu. Beo Jin pun mengangguk setuju dengan penuh percaya diri.

"Mang-a-jee(pengacau)" ujar Park Kyu memulai. Beo Jin mencibir ke arah Park Kyu dan memulai menulisnya. Namun sepertinya Beo Jin tidak tahu cara menulisnya ia pun mengingat-ngingatnya. "Boong-uh(ikan mas *kok artinya gini ya*)" lanjut Park Kyu.

Beo Jin pun menulisnya kembali, namun sepertinya tulisannya salah karena Park Kyu mengusap-ngusap keningnya hahahaha.

"Aku sudah mengajarimu lebih dari satu jam. Kau masih tidak tahu itu?" seru Park Kyu setengah berteriak.

"Kau benar-benar berotak ikan mas" guman Park Kyu.

"Apa itu?" tanya Beo Jin. "Tidak peduli apa, aku baik mengajar berbicara Korea! Aku tidak peduli, aku tidak peduli. Aku tidak akan belajar" seru Beo Jin kesal lalu meletakkan penanya. "Kau benar-benar seperti ikan mas" guman Park Kyu. Beo Jin hanya mendengarnya dengan kesal.

Sementara itu malam hari telah tiba, orang misterius yang menemui Yi Bang menemui seseorang warga di sebuah pondok.

"Hal ini pada akhir bulan ini. Apakah kapal siap?" tanya orang misterius (yang tak lain adalah pengawal pemimpin Seorin) itu.

"Tentu saja. Untungnya kapal menuju pantai Yongmuri (kepala naga). Apakah orang jepang dapat dipercaya? " ujar warga yang ditemuinya. Pengawal Seorin menatap tajam ke orang itu, orang itu pun segera menunduk mohon maaf.

"Perhatikan apa yang kau katakana" seru pengawal Seorin lalu menjatuhkan sekantong uang pada warga yang ditemuinya.

Warga itu pun mengambil kantong uang itu dan tertawa. Tanpa mereka ketahui Yan mendengarkan percakapan kedua orang ini di balik jaring ikan.

Di pantai Yongmuri.

Ternyata Yan, mendatangi pantai Yongmuri. Ia menyelediki keadaan di sekitar pantai itu dengan teropongnya.

Pengawal Seorin menemui Yi Bang kembali.

"Apakah anda mengatakan bahwa ada bisnis di diluar jalur?" tanya Yi Bang.

"Kita harus menangkap mereka tanpa kesalahan. Bahkan jika kita kehilangan salah satu dari mereka, mereka akan memindahkan basis mereka ke tempat lain" jawab pengawal Seorin lalu malangkah pergi.

"Tuanku" seru Yi Bang, pengawal Seorin pun menghentikan langkahnya.

"Bagaimana Anda menemukan bahwa ada bisnis di luar jalur?" tanya Yi Bang kembali.

"Sebagai seorang pegawai kantor pemerintah, sebelum kau bertanya kepadaku tentang hal itu. Kau harusnya merasa malu tidak bisa menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu" jawab pengawal Seorin seraya tersenyum sinis lalu bergegas pergi.

Di tempat penyimpanan barang kena pajak di Sanbanggol.

Ayah Beo Jin berjaga terkantuk-kantuk, tanpa ia ketahui ada seseorang datang memasukkan obat tidur ke dalam gentong penyimpanan air yang ada di dekatnya. Tiba-tiba Beo Jin datang membawa makanan untuk ayahnya.

Beo Jin pun membangunkan ayahnya. "Ayah. Ayah" seru Beo Jin seraya mengoyang-goyangkan badan ayahnya.

"Jangan pergi seperti itu" igau ayah Beo Jin. "Mimpi macam apa itu?" gumannya.

"Ayah" seru Beo Jin.

"Oh, Beo Jin, kau di sini" ujar ayahnya.

"Tetap terjaga, apa yang akan terjadi jika kau tertidur?" seru Beo Jin.

Lalu Beo Jin mengambil air di gentong yang telah diisi obat tidur. Beo Jin meminumnya terlebih dahulu, baru mengisi gayungnya dengan air lalu menyerahkan ke ayahnya.

"Ayah minum ini dan tetap terjaga" ujar Beo Jin seraya menyerahkan air di gayung.

"Terima kasih" ucap ayahnya lalu meminumnya.

Di dalam hutan Yan dan William akan pergi ke suatu tempat.

"Yan. Kemana kita akan pergi?" tanya William.

"Ini akan menjadi kesempatan terbaik untuk melarikan diri dari sini. "Ikuti saja aku" jawab Yan lalu bergegas pergi.

"Apa? Yan!" panggil William seraya mengikuti Yan dari belakang.

Ternyata Yan dan William mendatangi pantai Yongmuri. Di pantai sedang ada penyelundupan barang-barang, Yan dan William mengintainya. Yan pun menyusup masuk dan William menunggu di balik batu.

Di dalam ruangan telah berkumpul pedagang, Yan pun penuh percaya diri masuk seorang diri.

Pedagang itu menoleh ke arah Yan dan dengan sigap penjaga lain menodongkan pedang ke leher Yan dari belakang. Dan ternyata orang-orang yang mereka datangi ini pedagang dari Jepang jadi mereka berkomunikasi dalam bahasa Jepang.

"Baju apa yang kau kenakan? Siapa kamu?" tanya pedagang itu.

"Jangan khawatir, aku tinggal di Jepang sekarang di Jeju. Jangan khawatir aku terdampar di pulau Jeju. Aku orang Jepang" jawab Yan penuh percaya diri dalam bahasa Jepang keren. Pengawal yang menodongkan pedang pun menarik pedangnya.

"Apakah anda tahu Ishida dari Nagasaki?" tanya Yan. Pedagang Jepang itu mencoba mengingat-ngingat.

"Aku dari sana" lanjut Yan.

"Ishida?" tanya pedagang Jepang itu.

Tiba-tiba datang pasukan polisi dari pemerintah.

"Serangan, polisi datang! polisi" teriak salah satu penjaga.

Pedagang Jepang yang mendengar itu menoleh ke arah Yan seakan menyerangnya namun dengan cepat Yan menendangnya terlebih dahulu. Sehingga terjadilah pertarungan antara pedagang Jepang dan polisi. Yan pun berusaha meloloskan diri. Ia pun berlari dan dikejar para polisi yang mengira ia komplotan pedagang itu. Yan yang berlari ke tempat William bersembunyi berteriak, "William, lari." William pun bergegas lari.

Kembali ke Beo Jin dan ayahnya. Karena meminum air yang telah ditaburi obat tidur. Beo Jin dan ayahnya pun tertidur pulas. Tanpa mereka sadari para pencuri mengambil gentong-gentong yang berisi barang-barang pajak yang akan diserahkan pada Raja.

William terus berlari ke dalam hutan di ikuti di belakangnya Yan.

"Lari!" teriak Yan pada William. "Tangkap mereka" teriak polisi yang mengejarnya.

Karena William terus berlari seraya menoleh ke belakang ia tidak memperhatikan jalan ia pun terjatuh ke jurang. Ia pun segera merapat agar para polisi yang mengejarnya tidak melihatnya. Ketika William menoleh ke belakang hutang dilihatnya 3 orang pencuri yang keluar mengendap-endap dari dalam gua. William pun mengecek masuk ke dalam gua. Dilihatnya banyak gentong-gentong yang berisi barang-barang yang disiapkan untuk raja.

William pun mencoba membuka beberapa gentong, dilihatnya jeruk, abalone, dll. William pun tersenyum melihat isi itu.

Di tempat penjagaan barang pajak, Beo Jin terbangun ia melihat sudah siang. Ia pun membangunkan ayahnya yang masih tertidur.

"Ayah, ini sudah pagi" seru Beo Jin seraya mengoncang-goncangkan ayahnya.

Ayahnya yang terbangun dan sadar mencoba mengingat-ngingat. "Apakah kau berjaga semalaman?" tanyanya. Beo Jin pun mengangguk.

"Aigoo. Terima kasih, Beo Jin" ucap ayahnya (lho padahal kan Beo Jin juga ikutan tidur hehehe).

"Pulanglah duluan dan bantu ibumu" ujar ayahnya. Beo Jin pun mengangguk.

Beo Jin membantu ibunya mengangkat barang yang perlu di jemur, ia mengangkat di kepalanya. Ia berhenti sejenak dan menguap, Park Kyu yang keluar kamar melihatnya tersenyum.

"Apa sekarang? Yanban, tidakkah mereka juga menguap?" ujar Beo Jin seraya menurunkan tampah di kepalanya.

"Kupikit kau hanya pembuat masalah tapi kau sangat perhatian mengurus keluargamu" puji Park Kyu. Di puji seperti itu Beo Jin hanya bisa tersenyum kecut.

"Dengan seperti itu, kamu akan membawa air untukku?" lanjut Park Kyu.

"Tentu saja... Selalu ada tipuan. Selalalu memerintahku sekitar malam atau siang" guman Beo Jin seraya menaruh tampah di dipan samping Park Kyu duduk.

Beo Jin pun pergi mengambil air dan menyerahkannya ke Park Kyu, namun belum di terima Park Kyu terdengar suara teriakan tetangga.

"Ayah Beo Jin di tangkap. Ayah Beo Jin sedang di bawa pergi" teriak seorang tetangga.

"Astaga apa yang terjadi" guman orang tadi seraya bergegas pergi melihat ayah Beo Jin diikuti tetangga lainnya.

Beo Jin pun melangkah pergi melihat dan menjatuhkan gayung air minumnya. Ny. Choi pun keluar dari dapur.

Beo Jin melihat ayahnya yang sudah di seret polisi dan dikerubungi warga.

"Ayah.." teriak Beo Jin. Beo Jin pergi mengejar ayahnya yang di seret polisi.

"Mengapa ayahku? Mengapa kalian menangkap ayahku?Jangan menangkap ayahku! Tolong hentikan. Mengapa kalian menangkapnya" seru Beo Jin seraya berusaha melepaskan ayahnya dari kungkungan 2 polisi, namun teman polisi datang mereka pun membantu mengusir Beo Jin sehingga Beo Jin terjatuh. Ibu Beo Jin pun hanya bisa melihat suaminya dibawa pergi tanpa tahu masalah apa yang membuat suaminya dibawa pergi.

"Beo Jin, jangan lakukan itu" ujar ayahnya tak tega melihat Beo Jin berusaha menolongnya tapi terjatuh karena dorongan dari petugas polisi. Walaupun terjatuh Beo Jin tetap berusaha melepaskan ayahnya.

"Beo Jin, Beo Jin! Jangan khawatir. Hanya pergi Beo Jin, ayah baik-baik saja. Kau juga (ibunya Beo Jin), akan baik-baik saja" ujar ayah Beo Jin yang diseret kedua petugas polisi. Beo Jin pun menangis dipelukan ibunya yang juga tak mampu berbuat apa-apa.

"Ayah, ayah, apa yang bisa kita lakukan?" guman Beo Jin seraya menangis.

Park Kyu memperhatikan Beo Jin yang bersedih di dipan.

"Jika aku tidak tertidur, jika aku tidak tertidur... Ini tidak akan terjadi. Siapapun pencurinya.. aku akan memastikan aku yang akan menangkapnya. Jika aku menangkapnya , aku akan... Aku tidak akan meninggalkan mereka sendiri!" keluh Beo Jin seraya menangis.

Park Kyu menghampiri Beo Jin dan berkata, "Ada suatu tempat, kau harus pergi denganku. Kau bilang ingin menangkap pencuri sebenarnya kan? Cepat dan ikuti aku" serunya lalu bergegas pergi. Beo Jin pun menyusulnya.

Ternyata mereka berjalan ke arah gua tempat William tinggal.

"Itu tidak masuk akal! William tidak akan melakukan hal semacam itu" seru Beo Jin tiba-tiba.

"Mereka sebelumnya telah mencuri makanan" ujar Park Kyu.

"Yandari, Ini tidak seperti itu" ucap Beo Jin penuh kepercayaan pada William.

"Mereka memiliki pisau penduduk desa dan mangkuk. Bagaimana kau bisa menyangkalnya bila kau melihat buktinya?" seru Park Kyu lalu bergegas melanjutkan langkahnya. Dengan enggan Beo Jin pun menyusulnya.

Park Kyu dan Beo Jin pun sampai di dalam gua, dan malang bagi William, saat ia sedang sedang memakan makanan yang di ambilnya di gua saat ia dikejar-kejar polisi.

"Beo Jin" seru William melihat Beo Jin datang.

Beo Jin pun langsung melongo tidak percaya saat melihat abalone yang sedang di bakar lalu ia melihat kearah William yang memegang abalone, tapi William malah menawarinya makan.

"Ini, makan" ujar William seraya menyerahkan abalone matang yang ada di tangannya.

Beo Jin pun kesal lalu menghempaskan tangan William hingga abalone jatuh.

"Bagaimana kau bisa?" teriak Beo Jin seraya memukul-mukul William lalu duduk menangis.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" guman Beo Jin seraya menangis. Melihat Beo Jin menangis tersedu-sedu William mencoba bertanya, "apa yang salah?".

"Apakah kau tahu apa yang kau curi itu? Mereka adalah barang yang terkumpul dari keringat pekerja. Karena apa yang kau lakukan, penduduk desa harus membayar harganya" seru Park Kyu.

Namun karena tidak mengerti bahasa yang diucapkan Park Kyu, William hanya bisa melihat sedih ke arah Beo Jin yang tidak berhenti menangis, sedangkan Yan mengamati abalone yang ada di tangannya.

"Ada alternatif. Berdiri! Aku akan melaporkan kalian" seru Park Kyu lalu bergegas pergi.

Namun Beo Jin menghentingkan langkahnya, "apa yang kau bicarakan? Melaporkan mereka? Kamu tidak bisa!" seru Beo Jin.

"Apakah kau akan membiarkan ayahmu mati seperti ini?" tanya Park Kyu setengah berteriak.

"Lalu apa yang bisa kita lakukan?" jawab Beo Jin seraya menangis.

"Dia pikir kita adalah pencuri. Kita lebih baik membawanya ke gua" ujar Yan pada William bisa menerka duduk permasalahannya.

William pun mengerti lalu ia bergegas lari, "Beo Jin, ikuti aku" ujarnya lalu bergegas pergi. Yan pun menyusulnya.

"Kalian mau pergi ke mana?" seru Park Kyu lalu menyusulnya.

William dkk, masuk ke dalam hutan, ia mencoba mengingat-ngingat letak gua itu.

"Berapa kali kita akan berjalan di jalan yang sama? Bagaimana pria yang tak tahu arah seperti ini menemukan jalan ke Chosun?" keluh Park Kyu.

"Berhati-hatilah dari tanaman berduri!" pinta Beo Jin. Yan dapat menghindarinya namun tidak dengan William, lengannya terkena tanaman berduri. Beo Jin pun segera menghampirinya.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Beo Jin seraya mengecek lengan William.

"Aku baik-baik saja" jawab William. Yan mencoba mengingat-ngingat gua itu. Lalu sepertinya William sudah ingat letaknya.

"Oh, aku tahu! Di sana!" serunya seraya menunjuk ke arah yang disebut. William pun segera berlari ke arah itu di susul Beo Jin yang diikuti Yan dan Park Kyu. Mereka pun sampai di dalam gua, namun gua itu sudah kosong.

William pun menjelaskan dengan memperagakannya bahwa di tempat itu ada tumpukan barang-barang. "Di sini.. ada banyak... Barang..di sini?" jelas William dengan bahasa kalbu dan body language hahaha.

"Kendi?" tanya Beo Jin.

Park Kyu yang juga telah sampai memeriksa tanah lalu ia menemukan sebuah selampek berwarna kuning. Ia memperhatikannya lalu membuangnya kembali.

"Ini adalah tempat pencuri menempatkan barang-barang mereka untuk sementara waktu" jelas Park Kyu. Beo Jin pun kaget dengan penjelasan Park Kyu.

"Bersiap-siap" ujar Park Kyu lalu lalu melangkah pergi. Beo Jin menahan langkahnya. "Apa yang kau katakan?" tanya Beo Jin.

"Apa yang aku maksud? Kau harus menyiapkan abalone lebih banyak sebagai pengganti" jawab Park Kyu.

"Mereka tidak mungkin mencari abalone!" ujar Beo Jin.

"Sekarang kau harus mengkhawatirkan keselamatan ayahmu bukan mereka!" seru Park Kyu pada Beo Jin.

"Meskipun kalian tidak mungkin mencuri barang. Kalian masih mengambilnya dan memakannya, sehingga kalian memiliki tanggung jawab" seru Park Kyu pada William dan Yan lalu bergegas pergi.

Beo Jin menoleh ke arah William dengan sendu. "Beo Jin, tidak apa-apa" ucap William seraya tersenyum. Beo Jin pun tersenyum.

Beo Jin mencari abalone sebagai pengganti bersama William di di dalam laut. Beo Jin pun menemukan abalone dan membawanya ke permukaan. Beo Jin senang dengan tangkapan mereka. "Kita telah menemukan satu William!" seru Beo Jin pada William yang juga menemukan satu.

Di pinggir pantai Park Kyu dan Yan menunggu Beo Jin dan William menyelam. Setelah Beberapa saat menunggu Yan pun pergi terlebih dahulu.

Beo Jin dan William kembali dengan hasil tangkapan masing-masing. Park Kyu pun mengeceknya.

Di lihatnya abalone yang ada di keranjang Beo Jin lalu mengambilnya satu.

"Ini terlalu kecil. Dan satu ini kosong! Kita tidak bisa menggunakan salah satu dari ini" ujar Park Kyu, lalu ia mengecek keranjang William dan mengambil salah satunya.

"Ini lebih baik dari ukuran dan kualitas. Kau lebih baik dari penyelam" puji Park Kyu. William yang tidak mengerti maksudnya hanya menjawab, "oke?" dengan bahasa isyarat. Mereka pun menaruh abalone yang ada di keranjang William ke 2buah keranjang yang telah tersedia. Namun kedua keranjang itu belum terisi penuh. "Karena hanya terisi seperempat, sebaiknya kau cepat" seru William.

William yang tidak mengerti maksud Park Kyu, Park Kyu pun menjelaskan dengan bahasa isyarat untuk menyelam kembali lucu (gayanya wkkwkw). William pun mengerti lalu mengambil keranjangnya dan pergi menyelam.

"Dia mendapat abalone labih baik dariku" guman Beo Jin seraya mengambil keranjangnya dan melangkah pergi. Namun baru beberapa langkah ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Park Kyu. Park Kyu pun memberinya isyarat pergi menyelam namun Beo Jin mengucapkan terima kasih.

"Yandari, terima kasih. Untuk menjaga rahasia tentang William dan untuk hal-hal yang..." Ucap Beo Jin tapi tidak meneruskan kata-katanya. "Terima kasih" lalu bergegas pergi. Padahal Park Kyu sudah senang tuh tadi pas Beo Jin bilang terimakasih tapi pas lanjutannya William mukanya berubah jadi masam hahaha. Tapi akhirnya dia tersenyum melihat Beo Jin semangat menyelam lagi untuk membantu ayahnya.

Sore hari telah tiba, mereka pun menyelam sampai matahari tenggelam. William dan Beo Jin membawa tangkapan mereka dan Park Kyu pun melihatnya.

"Jika kita melakukan sedikit lebih banyak, kita akan melakukannya" seru Beo Jin pada William.

"Ini sedikit kurang tapi mari kita kembali sekarang" ujar Park Kyu seraya melihat keranjang Beo Jin.

Beo Jin pun menahannya, "Kita bisa berbuat lebih banyak" serunya.

"Hal bodoh apa yang kau katakan, hari hampir malam" ujar Park Kyu.

"Jika kita berhenti sekarang..semuanya akan sia-sia" ucap Beo Jin. Park Kyu pun menarik tangan Beo Jin seraya berkata, "kau tahu lebih baik sebagai penyelam wanita, apakah kau tahu betapa berbahayanya laut di saat gelap?"

"Kami..memiliki pekerjaanyang harus diselesaikan. Ini perlu dilakukan" ujar William memotong.

Lalu William menarik tangan Beo Jin yang satu. "Beo Jin..Jangan pergi" ujar William dalam bahasa korea. Beo Jin pun menoleh ke arah Park Kyu dan melepaskan tangannya dari genggaman Park Kyu. Park Kyu kesal melihat ulah Beo Jin ini."Jika kau ingin pergi, pergi sendiri. Aku akan menyelesaikan mencari abalone bersama William" ujar Beo Jin pada William.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan" seru Park Kyu menahan kesal lalu bergegas pergi.

"Kita bisa melakukannya. Tunggu sebentar" ujar William pada Beo Jin lalu bergegas pergi.

Ternyata William pergi tadi mengambil jam pasir yang berisi kunang-kunang, jam itu digunakan untuk penerangan di dalam laut.

William dan Beo Jin pun mencari abalone bersama William di laut yang gelap dengan penerangan jam pasir yang berisi kunang-kunang (bascksoundnya keren ^___^).

Di dalam kamar Park Kyu membaca buku dengan tidak tenang, ia hanya membuka-buka lembaran halaman-halaman buku. Lalu ia teringat saat Beo Jin lebih memilih William dan melepaskan genggaman tangannya (benih-benih cinta tumbuh kah?). Ia membuka pintu kamar namun dilihatnya Beo Jin juga belum pulang.

Sementara itu Beo Jin dan William selesai mencari abalone, ia beristirahat di gua bersama William.

Setelah selesai meletakkan keranjang Beo Jin merebahkan dirinya di atas tumpukan jerami yang di susun William.

"Aneh, walaupun kita tidak bisa berkomunikasi, aku merasa nyaman saat aku bersamamu. Ketika aku bersamamu, aku merasa seperti berada di dunia yang baru" ujar Beo Jin .

"Sebuah dunia yang berbeda?" tanya William dalam bahasa Korea (sepertinya William sedikit demi sedikit dah mulai ngerti bahasa Korea hehehe).

"Laut ini sama seperti yang aku lihat setiap hari. Tetapi ketika aku denganmu itu berbeda. Jika aku menutup mataku dan kemudian buka seperti ini, aku merasa seperti aku tidak perlu menyelam lagi dan hidup bebas" ujar Beo Jin lalu tertidur pulas. William pun tertidur disampingnya.

Sedangkan Park Kyu menunggu kepulangan Beo Jin dengan gelisah di halaman rumah. Sedih ya kenapa tadi ninggalin pergi hehehehe.

Keesokan paginya, Park Kyu menunggu kedatangan Beo Jin dan William di dekat gua.

"Orang asing tidak bisa pergi lebih jauh" seru Park Kyu.

"William, dari sini dia bilang kau tidak bisa pergi lebih jauh" ujar Beo Jin pada William.

William yang sepertinya mengerti maksud Beo Jin meletakkan keranjang yang dibawanya ke tanah.

"Aku akan membiarkanmu hanya kali ini saja. Jangan pernah mencuri dari orang-orang lagi" ujar Park Kyu pada William.

Beo Jin mencairkan suasana dengan memperlihatkan hasil tangkapannya.

"Kami masih agak ragu-ragu dengan hasil tangkapan kami. Apakah baik-baik saja?" seru Beo Jin pada Park Kyu.

"Hal ini tidak bisa membantu" ujar Park Kyu seraya mengambil keranjang William dan bergegas pergi.

"Aku akan segera kembali. Pergi dan tinggallah" pesan Beo Jin dan William. William pun mengangguk lalu Beo Jin segera menyusul Park Kyu.

Park Kyu dan Beo Jin tiba di kantor kepolisian ia kaget saat melihat ibunya Beo Jin juga datang membawa sekeranjang abalone besar-besar.

"Ibu!" seru Beo Jin seraya menghampiri ibunya dan meletakkan keranjang abalonenya.

Ny. Choi pun melongo kaget saat melihat Park Kyu juga membawa sekeranjang abalone. Ny. Choi hanya melihat aneh ke Park Kyu dan Beo Jin, Park Kyu dan Beo Jin pun hanya membalasnya dengan senyuman. Tn. Jang pun di bebaskan, Beo Jin menghambur ke ayahnya dengan senang.

"Ayah" serunya seraya memeluk ayahnya. Ayahnya pun memeluk Ibunya Beo Jin. Dan para tetanggga serta ibu Kkeut Boon menjemput ayah Beo Jin dengan gembira. Park Kyu pun senang melihat keluarga ini berkumpul kembali.

Malam harinya di rumah Beo Jin di adakan pesta perayaan bebasnya ayahnya. Ibu-ibu tetangga menabuh keranjang yang biasa mereka gunakan untuk tempat abalone saat menyelam. Kkeut Boon dan kedua sahabatnya menari ( lihat gaya tarian Kkeut Boon ngakak lucu banget mirip gaya berenang gaya kupu-kupu,mukanya gitu lagi wkkwk). Ny. Choi dan ibu-ibu yang lain menyiapkan bahan-bahan untuk masakan mengiris-iris sayuran dll, mirip kalau kita mau hajatan hehehe.

Park Kyu yang duduk di dipan sendirian di tawari makanan oleh Beo Jin yang menghampirinya bersama kakek tua.

"Yandari, kau mau makan ini?" serunya seraya mengulurkan makanannya.

"Tidak apa-apa, kau makan saja" ujar Park Kyu.

"Kalau begitu, aku saja yang memakannya" seru kakek tua seraya mengambil makanan dari kakek tua.

"Ini hari yang bagus. Aku pergi" seru kakek seraya bergegas pergi.

"Terima kasih, Kami berutang banyak!" seru Tn. Jang pada Park Kyu.

"Ayah Beo Jin, kau orang beruntung. Memiliki seorang anak gadis yang baik, melakukan semua itu untuk ayahnya" puji para tetangganya silih berganti (istri yang suaminya juga dituduh pencuri dan ibunya si kedua sahabat Kkeut Boon*masih belum tahu namanya). Beo Jin yang dipuji seperti itu tersenyum bangga.

"Tapi aku sangat ingin tahu tentang sesuatu.. Beo Jin adalah seperti seorang penyelam yang buruk, bagaimana dia melakukan itu? Dan hanya dalam satu malam? Mungkin"." selidik ibu Kkeut Boon. Mendengar ucapan ibu Kkeut Boon, Beo Jin dan Park Kyu pun jadi was-was.

"Tutup mulutmu!" teriak Ibu Beo Jin.

"Aku hanya ingin tahu..." ujar Ibu Kkeut Boon tapi tidak meneruskan kata-katanya lalu melangkah pergi.

"Di mana putri Tn. Jang?" tanya Yi Bang yang tiba-tiba datang.

"Itu aku.." jawab Beo Jin.

"Apakah kau gadis yang bekerja keras untuk ayahnya?" tanya Yi Bang. Beo Jin pun tersenyum mengiyakan.

"Kau mencari semua abalone sendiri?" selidik Yi Bang. Beo Jin pun agak salah tingkah.

"Dua keranjang bukan jumlah yang kecil. Bagaimana kau melakukan itu?" tanya Yi Bang yang tidak percaya dengan hasil abalone Beo Jin.

"Ya..hal tersebut... Karena aku melakukannya siang dan malam" jawab Beo Jin.

"Katakan yang sebenarnya sekarang" perintah Yi Bang.

"Dia tidak melakukannya sendirian" ujar Park Kyu tiba-tiba, Beo Jin jadi cemas takut rahasia William terbongkar.

"Dia bekerja denganku dari jam pagi sampai tengah malam. Aku melakukannya bersama-sama dengannya" ujar Park Kyu menjelaskan.

Semua orang pun terlonjak kaget.

"Bagaimana tidak pantas untuk melakukannya dengan seorang gadis muda di malam hari" seru Yi Bang.

"Aku membantu karena aku hidup bersama mereka, ini yang paling tidak bisa aku lakukan. Jadi aku hanya mengambil kesempatan untuk membantu mereka" tegas Park Kyu.

"Betapa sulitnya pada malam hari..." selidik Yi Bang.

"Aku kira itu semua berkat roh Sulmoondae" jawab Park Kyu penuh percaya diri.

Mendengar jawaban itu seperti Yi Bang percaya, ia pun bergegas pergi.

"Mereka melakukannya bersama-sama?" seru ibu sahabat Kkeut Boon. Keeut Boon pun semakin kesal dan jengkel.

"Itu tidak apa-apa, jangan khawatir" ujar ibu Kkeut Boon menenangkan.

Kkeut Boon yang kesal dan jengkel segera mengambil sebotol soju di depannya dan meminumnya. Lalu Kkeut Boon bergegas pergi dengan kesal. Semua orang hanya melihatnya dengan aneh hahaha. Beo Jin bergegas pergi. Sedangkan Park Kyu kembali duduk di dipan.

Ny. Choi yang sedari tadi memperhatikan Park Kyu mengajak Park Kyu bersulang soju. Ia menyerahkan cawan pada Park Kyu dan menuangkan soju ke cawan tersebut. Park Kyu pun meminumnya. Begitu sebaliknya bergantian giliran Park Kyu yang menuangkan soju ke cawan ibunya Beo Jin dan ibunya Beo Jin pun meminumnya. Tn. Jang dan para tetangganya pun tertawa bahagia.

Keesokan paginya, seorang tetangga Tn. Jang berteriak.

"Ada orang tua gila. Ibu Kkeut Boon!, ada goblin disana!" seru tetangga itu menunjukkan dapur keluarga Kkeut Boon.

"Orang tua itu mencuri makanan lagi!" seru Kkeut Boon lalu mengambil sapu dan menyeret kakek tua dan memukulnya dengan sapu. Kakek tua itu pun terjatuh di dipan lalu dipukulinya dengan sapu oleh ibu Kkeut Boon. Para tetangganya pun segera mengerubunginya.

"Apa yang kau lakukan dengan makanan kamu?" seru ibu Kkeut Boon seraya memukul-mukul kakek tua itu dengan sapu.

"Hentikan" ujar kakek tua seraya menangkis pukulan ibu Kkeut Boon dengan tongkatnya.

"Anda koki yang buruk, itu mengerikan juga! (ternyata makanannya ga enak wkwkkw)!" seru kakek tua.

"Jadi mengapa mencurinya?" omel ibu Kkeut Boon seraya memukul kakek tua tadi dengan sapu. Beo Jin pun datang melindungi kakek tua.

"Jangan seperti itu. Ini tidak benar memperlakukan orang tua seperti ini" ujar Beo Jin seraya melindungi kakek tua.

"Astaga, apa yang akan kita lakukan dengamu!" ujar istri yang ditunduh pencuri pertama kali.

"Yang seperti rumput laut kering, dengan topi konyol, orang tua gila!" maki ibu Kkeut Boon.

"Aku rasa kau juga yang mencuri beras kami" ujar ibu sahabat kkeut Boon.

"Kau, kau dan kau... Makanan kalian semua hambar" protes kakek tua.

"Berhenti bertele-tele kau pengemis tua gila!" omel ibu Kkeut Boon seraya bersiap dengan sapunya.

"Makanan dari Samigolnama (desa) yang lezat" ujar kakek tua.

"Pergi makan banyak makanan di sana!" omel ibu kkeut Boon seraya berusaha memukul kakek tua dengan sapu namun di halagi Beo Jin.

"Hentikan ini!" teriak Ny. Choi, ibu Kkeut Boon pun pergi dan berkumpul dengan warga lainnya.

"Kau pikir ia mencuri karena itu menyenangkan?" tanya Ny. Choi pada ibu Kkeut Boon.

Kakek tua pun tersenyum lalu mengambil air yang di bawanya dan meminumnya.

"Kau mencuri makanan namun kau membawa air sendiri!" seru Ibu Kkeut Boon.

"Kau harus berhati-hati dari apa yang kalian minum, air yang paling berbahaya... Berhati-hatilah dengan apa yang kalian minum" pesan kakek tua pada ibu Kkeut Boon dkk. Ibu kkeut Boon dkk hanya melongo mendengar kakek tua itu sedangkan kakek tua tertawa dan meminum airnya kembali.

Lalu kakek tua itu pergi di antar Beo Jin. "Hati-hati pada apa yang kau minum!" pesan kakek tua pada Park Kyu yang di luar halaman. Beo Jin pun menarik kakek tua untuk segera pergi.

"Berhati-hatilah pada air.." pesan kakek tua lagi.

Mendengar kata-kata kakek tua itu, Park Kyu teringat saat Tn. Jang menceritakan kejadian malam saat terjadinya pencurian. Bahwa setelah minum air ia mengantuk dan tertidur.

Park Kyu datang ke tempat ayah Beo Jin jaga malam. Di sana ada seorang penjaga juga. Park Kyu mengamati sekitar tempat itu lalu ia melihat sebuah gentong air.

"Untuk apa gentong ini?" tanya Park Kyu pada penjaga seraya menunjuk gentong.

"Ini adalah gentong berisi air minum. Air itu hanya untuk penjaga saja. Mengapa semua penjaga tertidur selama shif mereka" jawab penjaga.

Park Kyu yang mencerna penjelasan penjaga itu segera membuka penutup gentong dan dilihatnya di bibir gentong tertinggal serbuk putih. Ia meraba dan berpikir.

"Apa yang kau lakukan?" tanya penjaga. Park Kyu pun mencoba mencium bau air itu lalu mengaduk-aduk air dalam gentong.

"Apa yang kau lakukan dengan air minum?" tanya penjaga mencegah Park Kyu merusak air minum itu. Lalu penjaga itu mengambil botol airnya dan mengisinya dengan air yang ada dalam gentong itu. Park Kyu pun segera merebut botol air yang dibawa penjaga itu.

"Aku akan meminjam botol ini darimu untuk sementara waktu" ujar Park Kyu lalu begegas pergi.

"Apa? Apa ini?" seru penjaga .

Park Kyu pun menghentingkan langkahnya lalu kembali ke arah gentong. Ia mengambil kayu yang tersandar di samping gentong dan memukul gentong itu dengan kayu sampai pecah. Penjaga pun ketakutan. Park Kyu pun menghempaskan kayu ke tanah.

Spoiler Episode 3

Yi Bang yang masih curiga pada Beo Jin, mengikuti Beo Jin yang membawa baju jahitannya ke gua, Yi Bang pun memergokinya dan mengintrogasinya. Beo Jin dipaksa untuk mengakui kebenarannya.

Episode 4

Park Kyu merebut kendi air yang dia curigai dari sang penjaga dan membawanya pergi, tapi sebelumnya dia juga menghancurkan gentong air yang merupakan sumber air tersebut. Si penjaga terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Park Kyu.

Di kamarnya, Park Kyu mengadakan percobaan dengan mengeringkan air itu dan mengambil sedikit sampel. Esoknya dia membawa sampel air tersebut ke seorang penjual obat.

Park Kyu: "Aku rasa ini merupakan semacam obat tidur anestis. Ketika aku merebus air, warnanya berubah menjadi seperti itu. Apa anda pikir anda tahu apa ini?"

Tukang obat: "Aku tidak bisa mengatakannya, tetapi aku akan mencari tahu dari apoteker yang lain."

Yan dan William sedang berada di pantai dan tengah mengamati sebuah rakit. Rupanya Yan berniat untuk segera membawa William meninggalkan pulau Tamra menuju Nagasaki. Meskipun William sendiri meragukan hal tersebut, tetapi Yan tetap bersikeras mencobanya. Namun tiba-tiba dua orang wanita muncul menuju rakit. Yan dan William pun bergegas pergi dari tempat tersebut (takut ketahuan kayaknya).

Park Kyu yang melintas di hutan bertemu dengan kakek tua. Sang kakek berkata kalau dia menemukan seekor tikus mondok. Park Kyu bertanya kepada si kakek mengenai siapa sebenarnya dirinya itu, tapi si kakek tidak menjawab pertanyaannya dan hanya bilang dirinya mau makan daging (what the??? Itu mah makan tikus kakek!).

Yan akhirnya berinisiatif untuk membuat rakit sendiri. Tapi tetep si William masih ragu dan menanyakan kembali mengenai niat mereka untuk pergi.

William: "Yan, apa kau yakin kita akan sampai dengan rakit ini?"

Yan: "Terus apa usulmu? Apa kita harus tinggal dan tidak melakukan apa-apa?"

Tiba-tiba seorang anak laki-laki (namanya Phi Lip) muncul. Melihat ada dua orang asing di depannya, Phi Lip pun langsung mengambil langkah seribu alias kabur sambil berteriak-teriak minta tolong. Otomatis Yan dan William mengejarnya.

Kemudian mereka pun bertemu dengan Park Kyu bersama si kakek tua (gara-gara tuh anak sembunyi di balik sang kakek, hehehe).

Park Kyu: "Kalian rupanya. Apa kabar?"

Phi Lip: "Bagaimana seorang asing bisa sampai di sini?"

William: "Orang asing?" (wah, dia gak sadar, wkwkwk)

Phi Lip menanyakan kembali hal tersebut pada Park Kyu, tapi justru Park Kyu sendiri menanyakan identitas Phi Lip karena curiga kenapa anak itu bisa tahu tentang orang asing.

Belum selesai bertanya, mereka dikagetkan dengan kehadiran dua orang pedagang yang sedang melintas di hutan. Dalam sekejap mereka semua langsung sembunyi. Setelah kedua orang itu pergi, Phi Lip mengajak Park Kyu, William dan Yan untuk mengikutinya ke tempat persembunyiannya.

Melihat Park Kyu dan William sudah pergi duluan, tiba-tiba sang kakek menarik tangan Yan dan menanyakan tentang dirinya yang sebenarnya (semuanya pada nanya niy, cari di google aja, wkwkwk).

Kakek: "Siapa kau? Melihatmu sepertinya kau merada dalam situasi yang sama dengan si mata biru (William)."

Yan tidak menjawab. Lalu si kakek menyuruhnya agar berhati-hati agar jangan sampai tertangkap atau akan.. Kek! (maksudnya dihukum mati). Kakek itu memberikan Yan semacam pakaian penduduk setempat dan dia pun pergi.

Di persembunyian (markas rahasianya Phi Lip) Park Kyu kembali bertanya kepada bocah tersebut tentang orang asing karena selain dirinya tidak ada lagi yang tahu (kecuali Beo Jin).

Park Kyu: "Nak, bagaimana kau tahu tentang orang asing?"

Phi Lip: "Nak? Aku punya nama, Phi Lip. Han Phi Lip (nama yang unik, hahaha). Aku adalah anak buah seorang pelaut yang bekerja di bawah serikat dagang yang sangat besar. Ketika kau berlayar ke sana kemari, orang asing menjadi hal yang sangat biasa."

Gantian kali ini si Phi Lip yang bertanya kepada Park Kyu mengenai alasannya menyembunyikan William dan Yan (si William lagi sibuk ngamatin benda-benda yang ada di situ, xixixi) dan bagaimana kalau pemerintah sampai tahu tentang hal tersebut. Park Kyu yang enggak mau ngasih tahu malah mengalihkan topik pembicaraan dengan balik bertanya kepada Phi Lip.

Park Kyu: "Lalu kenapa kau di sini?"

Phi Lip: "Itu karena tunanganku ada di sini di Tamra. Jika kau tahu, dia merupakan gadis tercantik di San Bang Gol." (jadi penasaran kayak apa ya tunangannya? Beo Seol kah? Hehehe)

Berhasil mengalihkan pembicaraan, kini giliran Park Kyu bertanya kepada William tentang Yan. Sayang, William sendiri rupanya juga tidak tahu apa yang dipikirkan oleh temannya itu. Park Kyu yang tidak mengerti sama bahasa William cuma bisa manggut-manggut (secara dia ngomong masih pake English, wkwkwk).

Yan sendiri ternyata sudah berada di gua tempat persembunyiannya dan kaget pas tahu William datang bersama Park Kyu beserta Phi Lip yang membawakannya beberapa lembar pakaian. Kontan saja Yan marah dan mengusir mereka pergi. Dia juga bilang kalau mereka tidak butuh benda itu. Phi Lip yang juga tidak mengerti ucapan Yan (masih pakai English) malah menyuruh Yan dan William memakai pakaian yang dia bawa. Namun saat melihat Yan, Phi Lip pun bingung karena dia belum pernah melihat orang asing berambut hitam. Park Kyu langsung menjawab kalau Yan adalah orang Jepang.

Phi Lip: "Dia memakai baju Belanda, tetapi rambutnya tidak seperti itu."

Park Kyu: "Dia orang Jepang."

Phi Lip: "Ya, aku rasa juga begitu. Aku juga pernah melihat orang Jepang."

Park Kyu: "Dia seorang pelaut sepertimu"

Phi Lip: "Benarkah?"

Park Kyu: "Dia berasal dari serikat dagang yang sangat besar, tidak sepertimu."

Mendengar kata-kata Park Kyu yang menyudutkan dirinya (hampir membongkar identitasnya), Yan lalu beranjak pergi meninggalkan mereka.

Rupanya Yan tengah mencari sebuah pisau yang berada di tangan Park Kyu. Seperti biasa, Park Kyu mencecarnya dengan bermacam pertanyaan meski yang bersangkutan tidak menjawab.

Park Kyu: "Kau mencari ini? Aku sudah tahu kalau kau bisa berbahasa Korea dan berhentilah mempermainkan kami. Aku dengar tentang para pedagang dari pedagang Cina. Apakah di sana ada orang Jepang juga sepertimu?"

Sudah muak kayaknya, Yan akhirnya menjawab semuanya dalam bahasa Korea (coz udah ketahuan, hohoho).

Yan: "Itu semua hanya di masa lalu. Sekarang aku hanya seorang warga negara Belanda."

Park Kyu tampaknya belum puas dengan jawaban Yan dan masih curiga kenapa Yan bisa berbicara Korea dengan sangat baik. Lalu Yan pun bilang kalau di kampung halamannya di Nagasaki ada sebuah desa Korea bernama Do Gok dan dia mempelajarinya di sana. Park Kyu kembali bertanya kepada Yan mengenai dirinya karena dia tidak yakin jika Yan benar-benar terdampar. Lalu Yan berkata kalau seperti itulah resiko kehidupan seorang pelaut yang berlayar mengelilingi dunia.

Yan: "Kenapa harus ada alasan datang ke Cho Sun yang membuat kami sulit keluar. Kami tidak punya alasan untuk tinggal di sini. Kami akan segera pergi. Jadi tolong kau jaga hal ini sampai dikemudian hari."

Puas mendengar jawaban Yan, Park Kyu pun mengembalikan pisau miliknya dan berharap juga Yan bisa pergi secepatnya tanpa diketahuai oleh yang lain. Lalu saat Park Kyu pergi, Yan mengambil pisau itu dan kemudian membukanya. Ternyata itu adalah pisau milik VOC (serikat dagang milik Belanda) dan bisa ditebak kalau Yan merupakan salah satu anggota dari VOC.

Di tempat lain, Seo Rin (lady in red) sedang merencanakan untuk mengambil alih pulau Jeju agar dia bisa berpartner dengan VOC. Untuk memuluskan hal itu, Seo Min berniat menemui pejabat desa, Hong Gu Rak.

Hong Gu Rak pun datang memenuhi undangan Seo Rin yang sudah menyambutnya di depan pintu rumahnya dan meminta maaf kepada tuan Hong yang sudah jauh-jauh datang.

Seo Rin: "Pasti sulit bagi anda untuk datang kemari, tuan Hong. Kau bukanlah orang yang mudah untuk ditemui, jadi saya perlu mencari tempat yang sesuai untuk anda. Saya minta maaf karena telah membuat anda datang ke sini. Tolong dimaafkan."

Di dalam rupanya sudah ada banyak tamu pejabat lainnya yang menunggu kehadiran tuang Hong. Melihat hal itu, tuan Hong memuji Seo Rin yang dinilainya sebagai serikat pedagang yang bisa mengontrol ekonomi Cho Sun. Agar tujuannya tidak diketahui, Seo Rin pun berdalih kalau dia tidak mempunyai maksud apa-apa mengundang mereka semua ke tempatnya (ah, yang bener ahjumma?). Namun tuan Hong tetap curiga dengan Seo Rin, meski pada akhirnya dia dipaksa juga untuk bersenang-senang. Seo Rin tersenyum melihat rencananya berhasil (licik nyo).

Park Kyu yang baru kembali kemudian bertemu Beo Jin di tengah jalan. Beo Jin bertanya pada Park Kyu kemana saja dia seharian ini bukannya membantu ayahnya bekerja.

Beo Jin: "Yandari! Dari mana saja kau? Seharusnya kau kan membantu ayahku, kau pergi kemana saja?"

Park Kyu hanya menghela nafas dan tidak menjawab pertanyaan Beo Jin. Melihat ada Park Kyu yang merupakan laki-laki alias tenaga bantuan berpura-pura keberatan dengan gembolan yang dibawanya (jyah, itukan cuma sandal jerami doang). Sayang, Park Kyu bukannya menolongnya malah pergi meninggalkan si Beo Jin (hahaha).

Beo Jin: "Aigoo.. Aigoo.. Beratnya."

Park Kyu: "Benar."

Tanpa sepengetahuan mereka berdua, diam-diam seseorang bertopeng mengikuti mereka dari belakang. Sampai di rumah, Beo Jin kembali marah-marah karena kesal si Park Kyu tidak membantu dirinya.

Beo Jin: "Aku dengar sebelumnya kau membantu semua wanita yang ada di desa, tapi kenapa kau tidak pernah membantuku? Apakah dia mendiskriminasi aku? Aku rasa begitu, tidak heran dia Yandari."

Orang bertopeng yang mengikuti Beo Jin ternyata adalah William. Mengetahui temannya datang, Beo Jin pun cemas. Tapi William rupanya lebih cemas lagi setelah tahu kalau Park Kyu tinggal bersama dengan pujaan hatinya itu.

William: "Beo Jin.."

Beo Jin: "Kenapa kau datang kemari? Sudah kubilang nanti bisa ada masalah kalau kau datang ke sini."

William: "Kenapa Park Kyu ada di sini?"

Belum sempat dijawab, Beo Jin panik saat melihat kedua orang tuanya datang. Beo Jin pun terpaksa menyembunyikan William ke tempat Park Kyu. Sudah tentu si Park Kyu kaget setengah mati pas lihat si William tiba-tiba masuk ke kamarnya (wkwkwkwk).

Di luar, si Beo Jin juga kaget pas tahu ternyata ibunya sudah ada di belakang dirinya. Ibunya curiga melihat Beo Jin di depan kamar Park Kyu, tapi bukan Beo Jin namanya kalau dia enggak bisa ngeles, hehehe.

Jang Myeo: "Apa yang kau lakukan di sini?"

Beo Jin: "Tidak ada. Ibu, kau tidak tidur?"

Jang Myeo: "Aku harus merapikan semua sepatu."

Di kamar, Park Kyu berusaha berkomunikasi dengan William dan secara mengejutkan si William sudah bisa berbahasa Korea walau masih sedikit (wkwkwk, niy bule lama-lama lebih pinter dari si Beo Jin). William meminta kembali hartanya yang berharga dari Park Kyu, tapi Park Kyu tidak tahu menahu soal itu. Melihat sikap Park Kyu, William berinisiatif mencarinya sendiri yang malah menimbulkan kegaduhan. Ibu Beo Jin yang masih ada di luar pun curiga dan berupaya menyelidiki kamar Park Kyu sebelum akhirnya dihalangi Beo Jin. Bukan itu saja, si ibu menduga kalau di kamar tersebut Park Kyu sedang menyembunyikan seorang wanita (padahal mah kagak).

Beo Jin: "Ibu, ibu. Kau mau kemana?"

Jang Myeo: "Aku rasa ada seseorang di sana. Orang terasing ini.. Aku dengar kau tidak pernah bisa memperbaiki kebiasaanmu, kau masih belum bisa belajar sebagai seorang pengasingan."

Beo Jin berusaha membela Park Kyu dengan mengatakan kalau mungkin dia sedang olah raga (aja aja ada). Sayang, hal itu malah membuat ibunya jadi tambah curiga dengan hubungan Beo Jin dan Park Kyu.

Beo Jin: "Tidak, bukan itu. Aku tadi melihatnya sedang olah raga."

Jang Myeo: "Di tengah malam seperti ini?"

Beo Jin: "Aku rasa dia sedang melatih tenaganya."

Jang Myeo: "Kau tahu.. ..itu.. dengan baik. Apa yang harus aku ketahui? Kau belum cukup umur untuk membicarakan hal ini!" (emang yang cukup umur berapa bu?)

Beo Jin pun kena dijitak sang ibu gara-gara hal tersebut (wkwkwk) dan kembali sang ibu berusaha masuk ke kamar Park Kyu, tapi gagal karena Beo Jin lebih dulu menyeretnya masuk.

Gara-gara berisik (selain itu namanya juga jadi jelek, hehehe), Park Kyu memarahi William yang dinilainya tidak tahu sopan santun. William enggak mau tahu dan tetap mencari harta berharganya itu dan betapa kagetnya Park Kyu pas tahu pispot yang dia gunakan selama ini adalah benda yang dicari William (ih jijay!). Mereka pun berebut pispot tersebut.

Secara tiba-tiba Beo Jin masuk ke kamar Park Kyu yang kaget banget setengah mati. Rupanya Beo Jin ingin tahu alasan William datang ke tempatnya. William menjawab kalau dia datang untuk mengambil kembali hartanya dari Park Kyu. Pada akhirnya mereka pun berdebat dan lagi-lagi menimbulkan kegaduhan.

Beo Jin: "William, kenapa kau datang ke sini?"

William: "Aku datang mencari hartaku."

Park Kyu: "Berani sekali! Kau pikir ini dimana? Kenapa kau sangat kasar setelah menggangguku di sini!"

Ibu Beo Jin kembali memanggilnya. Tanpa pikir panjang Beo Jin langsung memaksa Park Kyu keluar kamar sebelum ibunya masuk.

Hal itu tentu saja mengagetkan si ibu (hati-hati udah umur, hehehe). Melihat Park Kyu yang keluar tanpa alas kaki membuat ibu Beo Jin semakin curiga dan bertanya apakah Beo Jin ada di kamarnya atau tidak.

Park Kyu lalu membantah hal tersebut dan bilang apa alasannya sampai-sampai si ibu bisa menuduhnya seperti itu. Dengan santai ibu Beo Jin menjawab kalau si Park Kyu punya catatan melakukan hal tersebut (waha, kasian Park Kyu dari tadi dijadiin kambing hitam mulu sama si Beo Jin).

Jang Myeo: "Apa Beo Jin ada di sana?"

Park Kyu: "Apa maksudmu? Kenapa kau mencarinya di kamarku?"

Jang Myeo: "Karena catatan masa lalumu."

Park Kyu: "Apa? Aku juga punya standar." (maksudnya dalam memilih cewek)

Jang Myeo: "Apa dirimu dalam situasi untuk memilih siapapun yang kamu suka?"

Park Kyu: "Kenapa kau masih melakukan hal ini?"

Jang Myeo: "Beo Jin benar-benar tidak ada di sana? Kemana dia pergi selarut ini?"

Sementara Park Kyu mengalihkan perhatian ibunya. Beo Jin pun membawa William pergi dari rumahnya sebelum ketahuan. Apes, rupanya suara keras pintu kembali membuat ibunya curiga dengan kamar Park Kyu.

Kali ini giliran Park Kyu yang berusaha menghalangi ibu Beo Jin masuk ke kamarnya dan kembali menegaskan kalau Beo Jin tidak ada di sana. Save by the bell. Saat ibunya masuk, dia tidak menemukan apa-apa di kamar tersebut (kamar pembawa bencana, wkwkwkwk). Yup, Beo Jin berhasil kabur dengan William dan tidak ketinggalan tentunya si pispot eh harta berharga, hehehe.

Beo Jin kembali memperingatkan William agar tidak datang kembali ke rumahnya karena pasti akan timbul masalah. William pun mengerti dan berkata kalau dia tidak akan mengulanginya lagi. Sebagai gantinya Beo Jin akan membawakannya makanan ke tempat William juga mengajak cowok itu untuk mendaki gunung Han Ra.

Beo Jin: "William, akan sangat berbahaya untukmu jika kau datang ke desa. Sesuatu yang buruk akan terjadi. Mengerti?"

William: "Oke. Sekarang tidak akan ada lagi masalah (sambil menunjukkan hartanya)."

Beo Jin: "Jangan datang ke desa. Walaupun begitu, lain kali aku akan membawakanmu makanan enak dan kita bersama-sama mendaki gunung Han Ra."

William: "Gunung Han Ra?"

Beo Jin: "Iya, ayo pergi."

Keesokkan harinya, Park Kyu mendatangi pasar dan bertanya kepada sang pendagang tentang stok abalone yang dia jual.

Park Kyu: "Apa ini semua abalone yang kau punya?"

Pedagang: "Semua yang abalone bagus sudah diserahkan sebagai upeti. Sisanya hanya tinggal ini. Meski jarang. Kau mau membelinya atau tidak?

Tidak jauh dari lapak itu, Kkeut Boon juga sedang berbelanja dan sedang melakukan tawar menawar dengan si penjual. Park Kyu lalu mendatangi kios tersebut. Dia memperingati sang penjual agar tidak menipu pembeli hanya karena ini adalah Jeju (Tamra).

Kkeut Boon: "Walau pun begitu, 5 Nyang terlalu mahal."

Penjual: "Tidak juga kok."

Park Kyu: "Hanya karena ini Jeju, kau jangan coba-coba menipunya."

Penjual: "Apa maksudmu menipu?"

Park Kyu: "Di Han Yang (Seoul), harganya hanya sekitar 2 Nyang. Mustahil bisa 5 Nyang."

Penjual: "Baik kalau begitu.. Beri aku 3 Nyang saja."

Akhirnya sang penjual pun menyerah setelah Park Kyu menyudutkannya. Kkeut Boon pun merasa senang karena udah ditolong oleh pujaan hatinya itu, tidak lupa dia pun mengucapkan terima kasih pada Park Kyu dan seperti biasa Kkeut Boon kembali agresif kepadanya (aigooo, niy cewek sok kecakepan, wkwkwk). Park Kyu hanya bisa menghela nafas melihat ulahnya, hehehe.

Di perkebunan, Kkeut Boon datang dengan riang gembira. Teman-temannya yang heran lalu bertanya apa yang membuatnya bahagia. Kkeut Boon hanya menjawab karena hari ini cuacanya bagus dan rumput-rumput berwarna hijau (lha emang warna apa?).

Kemudian Kkeut Boon menghampiri Beo Jin yang juga ada di sana. Dia bertanya kepada Beo Jin tentang kejadian tempo lalu di malam Beo Jin menyelam.

Kkeut Boon: "Antara yandari dan kau, apakah terjadi sesuatu pada malam itu? Kau tahu, malam ketika kau pergi menyelam."

Beo Jin: "Tentu saja tidak!"

Kkeut Boon: "Aku tahu itu!"

Takut kejadian yang sebenarnya diketahui, Beo Jin mengalihkan pembicaraan. Akibatnya Kkeut Boon malah mencap Beo Jin sebagai tukang main, lalu Kkeut Boon yang lagi good mood pun menari-nari kegirangan (awas, patah hati).

Di pantai, Yan bersama William sedang sibuk membuat rakit. Sebenarnya ada yang mau William bicarakan, tapi tidak jadi pas lihat Yan lagi serius dan dia pun pergi.

Beo Jin dan ayahnya sedang takjub melihat cermin yang dibawa Phi Lip (bapaknya Beo Jin juga main di Cruel Temptation, baru sadar euy). Bukan hanya itu, Phi Lip kemudian memberikan Beo Jin pewarna bibir. Park Kyu yang baru datang langsung terkejut pas tahu kalau tunangan Phi Lip adalah Beo Jin! (tenang Park Kyu, si Beo Jin juga gak serius kok)

Phi Lip: "Ini gadis yang akan kunikahi.."

Beo Jin: "Kau.. Berhentilah bercanda.."

Park Kyu: "Sanbanggol.. Gadis tercantik???" (wkwkwk, ekspresinya gak nahan)

Bapaknya Beo Jin (namanya Won Bin) juga kaget kalau ternyata Park Kyu dan Phi Lip sudah saling kenal.

Namun penjelasan Phi Lip hampir membongkar semua gara-gara dia ngomong tentang "orang asing".

Won Bin: "Bok Man, eh Phi Lip. Ini bukan pertama kalinya kalian bertemu?"

Phi Lip: "Tidak, sebelumnya aku pernah bertemu dia dengan orang asing."

Jang Myeo: "Apa itu?"

Phi Lip: "Maksudku.. Aku.. Tidak.." (mulutnya lemes..)

Takut ditanya macam-macam, Park Kyu lalu bergegas masuk ke kamarnya meninggalkan ibu Beo Jin yang bingung (curiga lebih tepatnya).

Kim Yi Bang beserta anak buahnya menemukan gua persembunyian William dan Yan setelah diberitahu oleh seorang pria misterius yang mengaku sebagai polisi rahasia.

Kim Yi Bang: "Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?"

Pria misterius: "Apa kau tidak pernah mendaki gunung? Saat kau melihat sebuah tempat asing, hal yang pertama kau lakukan adalah berusaha menemukan tempat tertinggi. Kau bisa melihat apa yang tidak bisa kau lihat dari bawah. Jika kau menemukan sebuah tempat yang tersembunyi oleh pepohonan dan bebatuan, apa kau juga akan datang ke sini? Sudah pasti mereka telah bersembunyi di tempat ini."

Kim Yi Bang: "Maksudmu para pencuri jinsangpoom?"

Lelaki itu hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Kim Yi Bang yang sedang bingung antara kaitan gua tersebut dengan kasus yang sedang dia selidiki.

Di luar, Yan dan William tengah bersembunyi. Lalu Yan berkata pada William agar mereka tidak lagi buang-buang waktu dan secepatnya pergi dari Tamra.

Yan: "Kau lihat mereka? Sudah tidak ada waktu lagi, kita harus pergi sekarang juga."

Beo Jin sedang sibuk menyelesaikan pakaian yang dia jahit untuk William dan dengan segera dia pun beranjak pergi menuju tempat William.

Park Kyu yang sedang membaca di luar rumah menanyakan tujuan Beo Jin pergi, walau dia tahu Beo Jin mau kemana. (ckckck, nekat malem-malem pergi)

Park Kyu: "Mau kemana kau selarut ini?"

Beo Jin: "Bukan urusanmu. Apa yang kau lakukan di sini malam-malam?"

Park Kyu: "Apa kau akan menemui orang asing?"

Beo Jin: "Diamlah.. Bagaimana kalau seseorang mendengarmu."

Park Kyu: "Konyol.. Apa yang akan kau lakukan pada orang asing yang akan segera pergi?"

Beo Jin: "Tidak. William berjanji kalau dia tidak akan pergi meninggalkanku."

Park Kyu: "Kau percaya dengan janji itu?" (mulai cembokor niy, hehehe)

Beo Jin tidak menjawab pertanyaan terakhir Park Kyu, dia lalu bergegas pergi.

Beralih ke pantai, Yan rupanya sudah tidak sabar untuk secepatnya pergi dari pulau tersebut. Sayang, William belum siap berangkat. Dia ingin berpamitan dengan Beo Jin sebelum pergi.

William: "Aku tidak bisa pergi begitu saja."

Yan: "Kenapa tidak? Kau sudah mendapatkan kembali harta karunmu bukan?"

William: "Tidak. Bukan harta karun itu. Beo Jin.. Dia merupakan harta karunku yang paling berharga. Aku tidak bisa pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal padanya."

Yan langsung mencegah William, tapi William sendiri tetap bersikeras dan bilang kalau dia dan Beo Jin telah berjanji bersama pergi ke gunung Han Ra. Maka dari itu sebelum pergi paling enggak dirinya ingin pamitan. Yan pun berusaha membujuk William dan bilang kalau mereka udah enggak punya banyak waktu lagi. Beo Jin yang tidak tahu apa-apa sedang dalam perjalanan menuju tempat William. William akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Yan (setelah sebelumnya dipaksa). Beo Jin yang sudah sampai mendapati gua William telah kosong. Meski udah di atas rakit, kesedihan tetap terpancar dari raut wajah William. Melihat hal itu, Yan hanya menyuruhnya untuk tidak menengok kembali.

Yan: "Tidak perlu menengok kembali. Lagi pula kita juga tidak tinggal di sini."

William: "Tetapi paling tidak harus mengucapkan selamat tinggal.."

Mendengar perkataan William, Yan pun mengalihkan pembicaraan dengan bilang kalau air pasang sedang bagus dan mereka mungkin akan segera sampai di Nagasaki dalam beberapa hari (yakin kakak?).

William hanya diam dan duduk, lalu dia pun menyadari kalau rakit yang mereka naiki terbelah! Mereka pun langsung jatuh ke dalam air. Nasib malang menimpa Beo Jin. Di saat yang sama, Kim Yi Bang yang sedang menyelidiki gua temuannya bertemu dengan dirinya.

Kim Yi Bang: "Kau.. Bukankah kau putri keluarga Jang di Sanbanggol? Bagaimana kau bisa ada di sini?"

Beo Jin: "Tuan.."

Kim Yi Bang makin mencurigai Beo Jin dengan apa yang dibawa gadis itu. Lalu dia pun merebutnya dari Beo Jin yang ternyata adalah pakaian pria (buat si William). Kim Yi Bang lantas menyuruh Beo Jin mengatakan hal yang sebenarnya.

Kim Yi Bang: "Jawab dengan jujur!"

Beo Jin: "Itu bukan.."

Kim Yi Bang: "Kau pernah berbicara pada pencuri jinsangpoom?"

Beo Jin: "Apa? Tidak, apa maksudmu dengan pencuri jinsangpoom? Mereka bukan pencuri jinsangpoom!" (jyah, kebablasan deh)

Kim Yi Bang: "Lalu apa!? Siapa mereka? Mereka yang telah bersembunyi di sini, mereka yang telah kau sembunyikan!?"

Beo Jin yang ketakutan pun berusaha kabur, malang dia malah tertangkap oleh pengawal Kim Yi Bang.

William dan Yan berhasil menyelamatkan diri dari rakitnya yang rusak. Yan sangat kesal dengan hal tersebut, tetapi tidak dengan William yang justru senang (kan bisa ketemu Beo Jin, hehehe). Gantian deh sekarang giliran William yang membujuk Yan (wkwkwk).

Yan: "Aish, sial!"

William: "Yan, sudahlah. Mengarungi sepanjang jalan ke Nagasaki toh juga di luar jangkauan. Ini adalah sesuatu yang baik bahwa.. Kita kembali."

Akhirnya Yan mengalah, walaupun masih kesel. Kemudian dia menyuruh William buat cepat-cepat pergi dari pantai biar tidak ketahuan dan untuk pertama kalinya Yan berbicara bahasa Korea di hadapan William (biasa pake English).

William: "Yan, kau.."

Yan: "Aku bekerja pada perusahaan Hindia Belanda yang berpergian ke berbagai tempat di dunia. Bahasa Chosun (Korea)? Sangat mudah untukku (kalau ini pake English). Ayo."

Sementara itu Beo Jin yang tertangkap dimasukkan ke penjara oleh Kim Yi Bang. Meski sudah dipaksa buka mulut, Beo Jin tetap mengaku kalau dia tidak tahu mengenai pencuri Jinsangpoom yang mereka maksud. Dia pun berteriak memanggil sang penjaga. Sayang, ternyata dia tidak sendiri di dalam penjara.

Gara-gara berisik, penghuni lain jadi ikut bangun dan memarahinya (bingung mau ketawa atau sedih, huhuhehe).

Beo Jin lalu menangis dan memanggil nama "William" Park Kyu yang tidak tahu keadaan Beo Jin terus menunggu gadis itu pulang.

Ya, Park Kyu menunggu Beo Jin hingga pagi hari sampai dia sendiri enggak tidur (aw, sweet~!). Tiba-tiba, Park Kyu dikejutkan dengan kedatangan para petugas Kim Yi Bang yang datang untuk menggeledah rumah keluarga Jang.

Park Kyu: "Apa yang kalian lakukan!?"

Penjaga: "Yandari, kau jangan ikut campur."

Lalu orang tua Beo Jin yang juga kaget ikut keluar dan mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Jang Myeo: "Apa yang kalian lakukan!? Apa-apaan ini??"

Won Bin: "Apa yang terjadi?"

Salah satu penjaga mengabarkan kalau anak mereka Beo Jin telah ditahan karena tuduhan menyembunyikan pencuri. Mendengar hal tersebut, Park Kyu pun murka. Dia juga marah dengan orang asing yang menurutnya sudah menyebabkan masalah.

Park Kyu: "Orang-orang itu.. Kalian telah menciptakan sebuah masalah.."

Di kantor pemerintahan, Beo Jin yang diikat di kursi tengah diintrogasi oleh Kim Yi Bang. Dia bertanya pada Beo Jin tentang apa yang dia sembunyikan di gua itu. Namun Beo Jin menolak memberitahu dan bersikeras kalau dia tidak menyembunyikan apapun di sana.

Kim Yi Bang: "Orang yang kau sembunyikan di gua, siapa mereka?"

Beo Jin: "Tidak ada siapa pun di sana.. Itu hanya.. Sebuah tempat yang biasa aku datangi ketika aku tidak mau pergi menyelam.. Untuk bersembunyi dan istirahat.. Itu benar! Tidak ada yang mengetahui tempat itu kecuali aku.."

Kemudian Kim Yi Bang memperlihatkan barang bukti yang dibawa Beo Jin berupa pakaian pria. Dia lalu kembali bertanya pada Beo Jin mengenai barang tersebut.

Kim Yi Bang: "Lalu ini milik siapa?"

Beo Jin: "Itu.. Maksudku.. Itu milikku."

Kim Yi Bang tahu kalau Beo Jin berbohong dan mengambil pakaian tersebut. Dia berkata kalau itu merupakan milik laki-laki dan kembali mendesak Beo Jin untuk berbicara jujur atau dengan terpaksa dia akan menyiksa gadis itu sampai mengaku. Beo Jin ketakutan, tapi tetap dia tidak mengaku (hmm, salut buat Beo Jin).

Kim Yi Bang: "Apa kau akan bicara setelah kau disiksa? Aku tanya sekali lagi.. Siapa yang kau sembunyikan di gua itu? Katakan! Bila tidak, aku akan membuatmu.."

Di depan pintu gerbang kantor tersebut, orang tua Beo Jin bermaksud menjenguk putrinya. Rupanya suara tangisan Beo Jin mengurungkan niat mereka (tidak tega ngeliat anaknya).

Park Kyu melihat gua orang asing dijaga oleh banyak anak buah Kim Yi Bang.

Yan dan William mendatangi tempat Phi Lip. Apes buat Yan, kali ini dia kena jebakkan yang dipasang Phi Lip di pintu masuk.

Phi Lip: "Siapa di sana? Kau.. Kau kan orang asing Jepang itu. Kenapa kau tergantung di sana?"

Bukannya nolongin, Phi Lip malah asyik melepas kangen sama William (wkwkwk, dikacangin si Yan).

Kemudian Phi Lip bertanya tentang apa yang terjadi dengan mereka, dia heran kenapa ada banyak polisi di sana. Tanpa mengidahkan kata-kata Phi Lip, Yan memutuskan untuk sementara tinggal di tempat Phi Lip yang langsung diprotes oleh bocah itu

Yan: "Tempat ini cukup besar untuk kita bertiga.."

Phi Lip: "Apa yang kau bicarakan?"

Yan: "Namaku bukan ..orang asing.... Aku Yan."

Phi Lip: "Jangan lakukan itu.. Bila kalian lakukan, maka tamatlah riwayatku."

Mungkin takut tempatnya didatangin sama polisi, makanya si Phi Lip nolak. Saat sedang memohon pada Yan yang lagi megang pisau. Phi Lip terkejut, karena di pisau itu ada lambang VOC. Buat para pelaut dan pedagang pada waktu itu sudah pasti tahu tentang VOC, perusahaan dagang yang sangat besar dan berpengaruh. Karuan saja Phi Lip langsung berbalik dan memanggil Yan dengan sebutan "hyungnim" alias kakak, hehehe.

Park Kyu mendatangi kantor pemerintah. Di sana dia bertemu dengan Kim Yi Bang. Park Kyu berkata pada Kim Yi Bang mengenai sikapnya yang telah menahan orang yang tidak bersalah. Kim Yi Bang curiga dan berbalik bertanya pada Park Kyu, bagaimana dia bisa tahu kalau Beo Jin tidak bersalah.

Park Kyu: "Bagaimana bisa kau menahan orang yang tidak bersalah?"

Kim Yi Bang: "Putri Jang? Apa kau ke sini untuk menemuinya?"

Park Kyu: "Dia tidak bersalah.. Jadi, lepaskan dia."

Kim Yi Bang: "Bagaimana kau tahu dia tidak bersalah? Untuk menghakimi seseorang bersalah atau tidak merupakan bidang dari Gwan. Ini bukan tempatmu untuk memutuskannya."

Park Kyu: "Walaupun aku seorang pengasingan, aku mengikuti yang benar. Bagaimana bisa aku mengabaikan kebenaran yang ada di depanku?"

Kim Yi Bang: "Ini merupakan kejahatan yang berat bila mencuri sesuatu yang menjadi hak raja."

Park Kyu tetap membela Beo Jin mati-matian dihadapan Kim Yi Bang dan kembali menegaskan kalau gadis itu tidak bersalah. Namun Kim Yi Bang tidak mempercayainya, lalu menyuruh para penjaga untuk tidak mengizinkan siapa pun memasuki kantornya dan meninggalkan Park Kyu.

Di rumah keluarga Jang, Kkeut Boon dan ibunya melakukan kudeta terhadap ibu Beo Jin. Mereka menilai Beo Jin telah berbuat kejahatan. Maka dari itu ibu Beo Jin harus turun dari kursi kepemimpinannya sebagai pemimpin dari kelompok penyelam wanita.

Ban Soon: "Bagaimana bisa kau tinggal di desa yang sama dan berbuat suatu kejahatan? Melihat semua kesulitan yang kita hadapi, bagaimana bisa dia menyembunyikan pencuri? Kita tidak bisa hanya duduk diam oleh.."

Di tengah provokasi mereka, ibu Beo Jin pun datang. Lalu dia balik bertanya kepada ibu Kkeut Boon tentang apa yang telah mereka tuduhkan pada Beo Jin.

Jang Myeo: "Apa kau lihat dengan mata kepalamu sendiri kalau dia menyembunyikan pencuri jinsangpoom? Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu dengan mulutmu!?"

Ibu Kkeut Boon pun berdalih dan terus memprovokasi yang lainnya agar ibu Beo Jin turun dari jabatan pemimpin. Mereka mendesak untuk mengadakan pemilihan pemimpin yang baru. Ibu Beo Jin pun pasrah dan menyuruh mereka melakukan apa yang mereka suka.

Jang Myeo: "Silahkan.. Lakukan apa yang kalian inginkan.."

Han Soon: "Apa yang aku inginkan??? Apa maksudmu dengan itu?"

Jang Myeo: "Lakukan saja!"

Mendengar pernyataan ibu Beo Jin tersebut, para penyelam wanita lainnya (kecuali Kkeut Boon dan ibunya) pun kaget dan karena masalahnya sudah selesai, ibu Beo Jin lalu menyuruh mereka semua pergi dari rumahnya (alias ngusir).

Di saat yang sama Park Kyu yang baru kembali dari kantor pemerintah. Dia pun langsung disambut dengan pertanyaan dari ibu Beo Jin yang khawatir dengan nasib putrinya. Mendengar curahan hati si ibu, Park Kyu pun tersentuh (sama, hiks..).

Jang Myeo: "Bagaimana keadaan Beo Jin? Aku rasa dia tidak diperlakukan cukup baik di penjara. Terakhir dia pernah mengalami hal yang berat mungkin ketika kami semua pergi ke pulau Tae Yuk. Dia bertanya, ..kenapa ibu tidak melahirkan seekor sapi saja?... Gadis aneh dan periang seperti dirinya pasti merasa hidup di Tamra seperti terpenjara dalam neraka.

Ini bukan berarti aku tidak tahu dengan apa yang dirasakannya saat ini, tetapi apa yang bisa kami perbuat? Menyelam di lautan tanpa henti merupakan takdir kami sebagai penyelam. Jika kamu tidak bisa menerimanya, maka kau tidak bisa tinggal di Tamra."

Lalu sang ibu pun meminta ide Park Kyu yang dinilainya sebagai orang yang berasal dari Han Yang dan pastinya dia lebih pintar dari mereka semua. Ibu Beo Jin akan sangat senang bila Park Kyu bisa menolongnya walau hanya sedikit. Sambil memohon ibu Beo Jin juga berkata jika nanti terjadi sesuatu pada anaknya, si orang tua pasti akan merasa bersalah lalu dia pun pergi meninggalkan Park Kyu (uwah, sampe segitunya ya. Sumpah, bikin nangis.. Omoni, saranghe!).

Beo Seol yang merasa kasihan meminta izin pada sang ibu untuk pergi ke tempat tetua adat. Dia bermaksud untuk meminta bantuan padanya. Ibunya hanya bisa mengeluas kepala putri kecilnya itu dan pergi (jadi inget sama Shin Yun Bok kecil, hehehe).

Tiba-tiba Park Kyu memanggil Beo Seol. Rupanya Park Kyu mempunyai sebuah ide untuk menyelamatkan Beo Jin.

Kemudian Beo Seol mendatangi kantor pemerintah seorang diri (lucu, hehehe). Para penjaga merasa heran dengan kehadiran gadis kecil itu yang lalu memanggil mereka.

Penjaga: "Hei, nak. Ada urusan denganku?"

Beo Seol memberi isyarat pada salah satu penjaga dan membisikkan sesuatu kepadanya.

Ternyata si penjaga disuruh untuk menemui Park Kyu di sebuah tempat makan. Tak lama kemudian sang penjaga pun datang, lalu Park Kyu menanyakan kabar Beo Jin yang ditahan karena tuduhan telah menyembunyikan pencuri kepada sang penjaga.

Penjaga: "Kau mencariku?"

Park Kyu: "Bagaimana Beo Jin?"

Penjaga: "Dia sangat ceroboh dan masih belum mengatakan apapun. Kita semua tahu kalau dia bukan seorang gadis yang akan menyembunyikan seorang pencuri. Meski demikian bagaimana Yi Bang bisa tahu semuanya? Kira-kira siapa yang disembunyikan Beo Jin. Dia sangat pendiam.."

Sang penjaga juga bilang kalau mereka menemukan beberapa pakaian pria di gua tersebut dan Beo Jin tetap bersikeras bahwa itu semua adalah miliknya. Hal ini menyebabkan masalah besar dalam penyelidikkan dan pada akhirnya Yi Bang akan menghukum Beo Jin bila dia tidak juga mengaku.

Penjaga: "Yi Bang bilang jikalau sampai jam 5 sore Beo Jin tidak juga mengaku, maka dia akan dihukum."

Park Kyu: "Jam 5 sore?"

Penjaga: "Ya, kau harus segera melakukan sesuatu atau dia akan mati. Kau harus membujuk Beo Jin untuk mengatakan yang sebenarnya. Pemerintah sangat waspada dengan polisi rahasia akhir-akhir ini."

Park Kyu: "Polisi rahasia?"

Park Kyu langsung teringat dengan seorang pria ber-sakat (topi caping) hitam yang dia temui beberapa waktu lalu.

Di rumah, Beo Seol memberitahu Phi Lip kalau kakaknya sekarang sedang ditahan di kantor pemerintah. Dia pun langsung berlari meninggalkan Beo Seol (awas cemburu lho, kekeke).

Phi Lip lalu bergegas mencari Park Kyu untuk menanyakan kebenaran kabar tersebut. Park Kyu yang melihat Phi Lip kemudian menarik bocah tersebut ke hadapannya. (hadoh, gak tahu otaknya lagi butek apa ya?).

Phi Lip: "Kakak, apa benar Beo Jin ditangkap?"

Park Kyu: "Saat mereka menemukan gua orang asing, Beo Jin dipersalahkan karena telah menyembunyikan para pencuri di sana."

Phi Lip: "Apa yang akan terjadi pada Beo Jin?"

Park Kyu: "Sekarang orang-orang asing tersebut telah pergi, kita tidak punya jalan untuk membelanya."

Tapi dugaan Park Kyu meleset karena ternyata William dan Yan masih berada di pulau tersebut gara-gara rakit yang mereka naiki rusak (udah keburu kebelah duluan, wkwkwk). William yang memakai topeng nekat datang ke desa. Yang juga melihat orang buang air besar di kandang babi (aigooo! Gak nahan euy). Saat lagi bersembunyi, William dikejutkan oleh kehadiran si kakek tua (yang lagi pake wig-nya William, hehehe) yang lalu membawanya pergi ke suatu tempat dimana terdapat patung-patung batu besar kesukaannya William.

Si kakek berkata kalau patung tersebut mirip dengan wajah William yang maksudnya dia merupakan orang yang berbahaya.

Kakek: "Ini wajahmu."

William: "Ini aku? Tidak, tidak mungkin."

Kakek: "Di sini kau adalah orang yang berbahaya."

Mendengar pernyataannya, William pun berdalih kalau dirinya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti orang. Dia datang hanya ingin bertemu Beo Jin dan bingung kenapa tidak ada yang mempercayainya.

William: "Aku tidak bermaksud untuk menakuti orang. Beo Jin. Aku datang untuk bertemu Beo Jin. Kenapa orang-orang tidak mempercayaiku."

Tiba-tiba orang yang tadi buang air melintas, tapi pas melihat ada sosok berambut kuning dia pun kabur ketakutan karena disangkanya si kakek itu monster, hehehe (ya, maklumlah mereka blm pernah ngeliat orang asing). Park Kyu dan Phil Lip yang mendengar jeritan orang tersebut langsung menghampirinya. Mereka lalu diajak untuk melihat si monster yang bukan lain adalah si kakek, wkwkwk (Williamnya udah kabur).

Di laut, para penyelam wanita terlihat menderita semenjak pergantian kepemimpinan. Yup, sejak ditinggalkan oleh ibunya Beo Jin, para penyelam diforsir untuk lebih giat lagi mencari abalone yang akibatnya salah satu di antara mereka jatuh sakit (muntah-muntah gitu). Mereka lalu menyalahkan si pemimpin baru yaitu ibunya Kkeut Boon yang dinilai kurang memperhatikan mereka sebagai anak buahnya.

Penyelam A: "Kau akan baik-baik saja bila naik dengan pelan-pelan. Sejak kau merasa baik akhir-akhir ini, kau melupakan aturan keselamatan dan berenang terlalu cepat.

Han Soon: "Ketika menyelam sangat dalam kau akan berenang ke permukaan dengan cepat dan itu merupakan hal yang wajar. Untuk kalian mungkin akan merasa mual dan pusing dengan hal itu."

Penyelam A: "Oleh karena itu kau harus berhati-hati. Bukan hanya satu atau dua orang penyelam yang meninggal karena hal tersebut."

Penyelam B: "Ibu Beo Jin pasti sudah mengetahui semua resikonya dan akan berenang secara perlahan saat naik ke permukaan. Sementara itu, ibu Kkeut Boon hanya sibuk memikirkan diri sendiri dibanding menjaga para penyelam lainnya."

Ban Soon: "Apa yang kalian katakan padaku? Ka.. Kapan aku melakukannya? Kalian menyalahkan orang yang tidak bersalah. Kang Jae bisa beristirahat di sini. Sisanya ikut aku ke tempat berikutnya. Ayo, cepat!"

Kkeut Boon dan ibunya pun pergi meninggalkan para penyelam tersebut. Mereka tidak habis pikir dengan kelakuan pimpinan barunya itu (hmm, sudah tahu salah tetep aja ngeles si ibu).

Sementara itu Phi Lip terus bertanya kepada Park Kyu mengenai nasib Beo Jin. Phi Lip beranggapan kalau polisi hanya salah paham karena telah mengira Beo Jin menyembunyikan para pencuri yang mencuri hasil pajak, sedang yang dia tahu Beo Jin tidak ada hubunganya dengan hal tersebut dan dia hanya seorang penyelam. Park Kyu lalu menjelaskan alasan kenapa Beo Jin ditahan.

Phi Lip: "Apa menurutmu polisi salah paham karena menuduh Beo Jin menyembunyikan pencuri yang mencuri hasil pajak? Bukankah Beo Jin hanya seorang penyelam?"

Park Kyu: "Aku dengar bahwa pakaian orang-orang asing dan barang-barang milik mereka ditemukan di dalam gua."

Phi Lip: "Tidak mungkin, itu semua milikku! Itu adalah pakaian dan selimut yang kupungut saat berlayar. Aku memberikan semuanya kepada mereka."

Mendengar pengakuan Phi Lip, Park Kyu teringat dengan kejadian di gua dimana pada saat itu Phi Lip memang membawa pakaian untuk orang asing tersebut. Bagi Park Kyu, hal ini bisa menjadi bukti untuk membebaskan Beo Jin yang tidak bersalah. Kemudian dia pun bergegas menuju kantor pemerintah.

William yang sedang bersembunyi hanya bisa melihat Park Kyu dari kejauhan dan dia pun merasa bersalah karena mengira telah menyebabkan gadis itu ditahan.

Beo Jin lagi-lagi tengah diintrogasi dan kembali dicecar berbagai pertanyaan, tapi Beo Jin hanya diam.

Petinggi Yi Bang: "Aku Tanya sekali lagi. Siapa orang-orang yang kau tampung di tempat itu?"

Kim Yi Bang: "Sekarang katakan!"

Para penjaga merasa kasihan dengan Beo Jin dan tidak bisa berbuat apa-apa. Melihat Beo Jin yang tidak kunjung mengaku, akhirnya sang petinggi memutuskan untuk menghukum gadis itu dengan 30 kali pukulan (aigooo, pasti sakit banget tuh).

Namun keberuntungan rupanya masih memihak Beo Jin, karena Park Kyu datang tepat waktu. Park Kyu kemudian menyuruh Phi Lip untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

Akibatnya yang kena hukuman adalah si Phi Lip, bukan Beo Jin (wkwkwk, kasian si Phi Lip). Ibu Beo Jin tidak habis pikir kenapa Phi Lip bisa melakukan hal tersebut.

Jang Myeo: "Dasar anak nakal! Jangan pernah membuat sebuah kehebohan tentang hal-hal yang sepele. Kau tahu Beo Jin mengalami kondisi yang sulit gara-gara kau!?"

Walau pun Phi Lip habis dimarahi, tapi dia bahagia melihat Beo Jin berterima kasih padanya. Ibu Beo Jin yang masih kesal lalu kembali memukul kepala Phi Lip yang dilihatnya bermain mata dengan Beo Jin.

Secara tidak terduga, Beo Seol meyuapi Phi Lip (kakakak, cinta monyet).

Sebagai gantinya, Phi lip memberikan Beo Seol sebuah pena bulu (kayaknya siy gitu) dan dia pun senang dengan pemberian Phi Lip.

Sayang, hal tersebut tidak berlangsung lama. Saat para tetangga datang menjenguk, mereka menganggap kalau Beo Jin dan Phi Lip mempunyai hubungan dekat. Phi Lip tentu saja senang, tapi tidak dengan Beo Seol yang kesal dan langsung pergi dari hadapannya (wkwkwk, lucu). Hal tersebut juga dibantah oleh ibu Beo Jin.

Jang Myeo: "Tidak ada apa-apa di antara mereka. Beo Jin hanya melindunginya karena merasa kasihan pada seorang anak laki-laki yang selalu tinggal sendirian."

Setelah mendengar penjelasan ibu Beo Jin, para tetangga lalu beralih membicarakan Park Kyu. Mereka berkata Beo Jin bisa saja nanti menikah dengan Park Kyu setelah tinggal bersama seperti ini. Tidak lama kemudian Park Kyu pun keluar dari kamarnya dan pergi (kayaknya dia denger tuh obrolan ibu-ibu, hehehe).

Beo Jin pun bergegas mengejar Park Kyu. Rupanya dia ingin menanyakan tentang William.

Beo Jin: "Yandari. Dimana William bersembunyi?"

Park Kyu hanya diam dan menatap apa yang dibawa oleh Beo Jin. Beo Jin lalu bilang kalau itu adalah pakaian yang dijahit dengan kesemek (maksudnya buat warnain tuh baju) dan beruntung pegawai pemerintah mengembalikan pakaian itu padanya. Beo Jin sekali lagi bertanya pada Park Kyu tentang William, tapi hal ini malah bikin Park Kyu marah.

Beo Jin pun menduga kalau Park Kyu cemburu pada William (yang langsung dibantah oleh Park Kyu, hehehe).

Park Kyu: "Aku telah melepaskanmu dari kantor polisi. Aku rasa aku telah membuat kesalahan. Bagaimana kau bisa berbuat sembarang setelah apa yang terjadi?"

Beo Jin: "Yandari, apa kau cemburu kepadanya?"

Park Kyu: "Cemburu? Apa kau menjadi gila setelah berada selama beberapa hari di penjara? Bagaimana bisa kau membandingkan diriku dengan orang asing? Kau sepertinya tidak tahu tentang diriku lagi pula kau hanya seorang gadis biasa. Aku adalah Park Kyu."

Beo Jin: "Benar. Kau Park Kyu. Yandari. Terus kenapa?"

Park Kyu tampak kesal dengan sikap Beo Jin yang kelewat polos (alias telmi). Beo Jin pun pergi meninggalkan Park Kyu dan bergegas menuju tempat Phi Lip yang dia anggap William pasti ada di sana. Kkeut Boon secara tidak sengaja lewat situ juga kesal melihat pujaan hatinya sedang berduaan dengan Beo Jin. Bisa ditebak dia pun patah hati, wkwkwk.

Ibu Kkeut Boon yang malu karena telah menuduh keluarga Jang yang tidak-tidak merasa sungkan untuk menjenguk. Melihatnya datang, ibu Beo Jin lantas menawarkannya untuk minum-minum bersama dirinya. Dia juga menanyakan kabar ibu Kkeut Boon mengenai jabatan barunya.

Jang Myeo: "Kau mau minum? Teguk ini. Apa kau bahagia menjadi kepala penyelam?"

Han Soon: "Iya. Mari minum."

Lalu mereka pun menjadi akrab kembali. Di tempat Phi Lip, William sedang diikat tangannya (kayaknya sama si Yan). Beo Jin pun segera melepaskan ikatan tersebut. Willian rupanya merasa bersalah terhadap Beo Jin karena gara-gara dia Beo Jin harus masuk penjara.

Beo Jin: "William. Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

William: "Aku baik-baik saja. Beo Jin.. Gara-gara aku.."

Beo Jin: "Tidak, itu tidak masalah untukku. Aku dapat makan gratis dan tidak harus mengerjakan apapun. Aku malah punya waktu untuk beristirahat di sana."

Mendengar penjelasan Beo Jin, William menjadi tenang. Lalu Beo Jin menunjukkan pakaian yang dibuat untuk William dan menyuruh William mencobanya. Sayang, mereka tidak menyadari keberadaan Park Kyu yang memperhatikan dari luar (dengan pandangan penuh kecemburuan, hahay)..

Episode 05

William tampak sangat bahagia memakai pakaian yang dibuat oleh Beo Jin. Begitu juga gadis itu yang kemudian membantu William merapikannya (ohho, mesra sekali). Sementara itu Park Kyu yang juga ada di sana tengah berbicara serius dengan Yan. Park Kyu rupanya menginginkan mereka untuk cepat pergi dari pulau Tamra karena dirinya khawatir mereka akan menyebabkan lebih banyak masalah terutama si William (are you sure? not jealous?).

Park Kyu: "Kau tidak akan menyerah hanya karena kau gagal sekali bukan?"

Yan: "Tentu saja."

Park Kyu: "Apa kau punya rencana?"

Yan: "Aneh, kau tampak lebih cemas daripada kami. Padahal kamilah yang sedang dalam bahaya. Harusnya kau tidak perlu khawatir dengan apa yang terjadi pada kami."

Park Kyu: "Kau tidak tahu apa bahaya apa yang bisa kau sebabkan. Aku hanya tidak ingin melihat orang-orang di sini mendapat masalah lebih lanjut dikarenakan dirimu. Cepatlah, orang asing bodoh itu pastinya akan menyebabkan masalah besar."

Yan: "Lalu apa kau akan menolong kami?" Park Kyu hanya diam tidak menjawab pertanyaan Yan dan hanya memandanginya.

Hari sudah malam, Beo Jin dan Park Kyu baru kembali dari tempat William. Di perjalanan Beo Jin mengucapkan terima kasih kepada Park Kyu. Seperti biasa, Park Kyu menanggapi hal itu dengan jaim (padahal mah seneng tuh, hahaha) dan malah menyuruh Beo Jin untuk berjalan hati-hati dikarenakan sudah malam alias gelap. Beo Jin kesal dengan sikap Park Kyu dan sekali lagi dengan berteriak dia pun mengucap terima kasih lalu bergegas pergi. Tidak lama kemudian apa yang dikatakan Park Kyu terbukti. Beo Jin yang mencoba berlari akhirnya terpeleset dan terjatuh.

Sudah tentu Park Kyu langsung membantunya berdiri dan juga memarahinya.

Park Kyu: "Kau ini. Apa yang barusan aku bilang padamu?"

Beo Jin: "Aku tahu kok!"

Beo Jin lalu mengelus-ngelus pantatnya yang sakit. Melihat hal tersebut, Park Kyu dengan malu-malu mengulurkan tangannya (buat pegangan si Beo Jin biar tidak jatuh). Beo Jin yang awalnya ragu akhirnya hanya memegang lengan baju Park Kyu.

Sambil mengucapkan terima kasih (lagi) kepada Park Kyu mereka pun kembali berjalan pulang (aw, so sweet~!).

Sesampainya di rumah, Park Kyu yang sedang berada di kamar menulis surat kepada keluarganya untuk mengabari kalau dirinya baik-baik saja. Bukan hanya itu, dia juga minta dikirimin duit (tetep ya, hehehe).

Park Kyu: "Apa kalian baik-baik saja? Jeju sangat berbeda dari Hanyang. Meski begitu, kabarku baik-baik saja. Tolong jangan khawatir. Maafkan aku, tetapi aku membutuhkan uang. Bisakah kalian mengutus orang untuk mengirimkannya"

Kemudian Park Kyu membuka sedikit jendela kamarnya dan melihat Beo Jin yang sedang berada di luar dengan polosnya mencoba menangkap kunang-kunang (hmm, di sini udah enggak ada..). Park Kyu hanya tersenyum. Beo Jin lalu melepaskan kembali kunang-kunang yang dia tangkap sambil memperhatikan kunang-kunang tersebut terbang tinggi meninggalkan Beo Jin menuju seorang gadis kecil (Seo Rin kecil).

Saat sedang menangkap kunang-kunang seorang pria tua berbicara padanya. Pria tersebut menyuruhnya untuk melepaskan kunang-kunang itu.

Pria tua misterius: "Kau harus mengikuti kunang-kunang itu. Dia akan kehilangan semua sinarnya saat fajar. Kenapa kau tidak melepaskannya, jadi dia bisa terbang dengan bebas." Gadis itu pun menuruti kata-katanya.

Adegan beralih saat dirinya yang sedang sembunyi bersama salah satu pengawalnya menyaksikan pembantaian ayahnya oleh sekelompok pria misterius.

Seo Rin pun berteriak, rupanya dia mengalami mimpi buruk tentang masa lalunya yang kelam. Salah seorang pelayannya yang berada di luar lalu menanyakan keadaan Seo Rin. Tapi Seo Rin hanya mencemaskan kakaknya yang tidak kunjung kembali membawa surat dari Jeju.

Pelayan: "Anda baik-baik saja nona?"

Seo Rin: "Tidak apa-apa. Aku hanya bermimpi buruk..Apakah sudah ada kabar dari Jeju?"

Pelayan: "Belum, saya belum mendapat kabar."

Seo Rin: "Kenapa kakakku lama sekali? Kita memerlukan surat itu secepatnya!!"

Merasa tidak tenang, Seo Rin pun beranjak dari tempat tidurnya dan memberi perintah kepada pelayannya untuk menuju jemulpo (pelabuhan). Namun sang pelayan mengingatkan nonanya itu kalau hari belum fajar. Seo Rin hanya diam mendengar hal tersebut dan sepertinya dia teringat perkataan pria misterius waktu dia kecil tentang kunang-kunang.

Sementara itu, Jeon Chi Yong (si pria bercaping hitam) yang merupakan orang suruhan Seo Rin (yang dipanggil kakak oleh Seo Rin) untuk menyelidiki Jeju tidak sengaja bertemu dengan si kakek yang sedang makan. Dia pun terkejut melihat kakek tersebut dan kemudian memanggilnya "Yang Mulia". Mereka lalu terlibat sebuah percakapan serius dimana intinya si kakek sudah tahu perbuatan Seo Rin dan memberinya sebuah peringatan kepada wanita tersebut.

Kakek: "Raja tinggal di Hanyang. Kenapa kau memanggil diriku .. Yang Mulia..? Kau pasti masih belum sadar."

Chi Yong: "Nonaku mengirimkan sepucuk surat untuk Anda."

Kakek: "Katakan padanya apa yang kukatakan. Aku tahu apa yang telah dia lakukan di pulau Tamra dan jangan lagi menyebabkan bahaya apapun."

Chi Yong: "Yang Mulia, Anda pasti mengerti apa yang nonaku inginkan!? Mohon pertimbangkan aspirasinya."

Kakek: "Itu semua tidak berguna! Pergilah! Jangan hancurkan kedamaianku yang datang terlambat ini. Aku memutuskan akan meninggal di sini."

Rahasia pun terkuak, identitas si kakek yang sebenarnya adalah Gwang Hae Gun, raja Chosun (Korea) ke-15 yang digulingkan oleh pemerintah pendukung raja ke-16, In Jo. Meski sudah ditolak, namun Chi Yong tetap memberikan surat tersebut kepada sang "Raja".

Chi Yong yang kali ini memakai topi caping hitam mendatangi sebuah gua yang merupakan tempat persembunyian barang-barang berharga (atau upeti pajak yang digelapin ya?). Dia kemudian memperingati anak buahnya untuk lebih memperketat penjagaan.

Chi Yong: "Sejak para polisi terus mengawasi gerak-gerik kita, campurkan barang-barang penting dengan dengan barang-barang yang akan dikirim ke daratan."

Penjaga: "Ya."

Chi Yong: "Itu semua akan dikirim menuju pasar di Hanyang. Pindahkan tanpa ada masalah."

Penjaga: "Baik, akan saya ingat."

Selesai memberikan instruksi kepada sang penjaga, dia lalu pergi. Sayang, si penjaga yang dia percaya malah mencuri salah satu barang berharga yaitu sebuah tanduk rusa.

Keesokkan harinya tidak disangka Park Kyu mengunjungi rumah judi. Dengan percaya diri dia mempertaruhkan (hampir?) semua uangnya di atas meja judi (jangan ditiru!).

Sementara itu, Beo Jin mengunjungi ayahnya yang sedang menjual sandal jerami buatan tangannya. Gadis tersebut bermaksud membantu sang ayah. Tidak lama kemudian seorang pria datang dan marah-marah kepada mereka. Rupanya pria tersebut kesal karena kalah berjudi dengan Park Kyu dan menuduh ayah Beo Jin telah mengajarkan sebuah trik kepadanya.

Pria penjudi: "Apa yang telah kau ajarkan kepada Yandari itu?"

Won Bin: "Apa yang kau bicarakan?"

Pria penjudi: "Si brengsek itu memenangkan semua uang kami!"

Beo Jin dan ayahnya pun terkejut mendengarnya. Tentu saja mereka tidak percaya Park Kyu bisa melakukan hal tersebut (judi maksudnya, kekeke).

Park Kyu yang menang besar juga menuai protes dari para penjudi lainnya.

Wanita penjudi: "Apa ini?! Apakah kau ini seorang idiot yang tidak tahu bagaimana caranya menghitung semua uang taruhanmu?"

Park Kyu: "Aku tidak bertaruh dengan menghitung, tetapi aku bertaruh dengan kesadaran."

Wanita itu pun kesal dan menyuruh salah seorang penjudi untuk membagikan kartunya. Di tengah permainan, perhatian Park Kyu teralihkan kepada seorang penjudi (si penjaga suruhan Chi Yong). Park Kyu lalu mencurigai pria tersebut karena membawa sebuah tanduk rusa sebagai ganti uang taruhan yang telah habis dia gunakan untuk berjudi. Semua orang di tempat itu pasti tahu betapa berharganya barang tersebut.

Kemudian dia pun menukarkannya menjadi sejumlah uang di kasir rumah judi. Park Kyu lalu mendatangi si kasir dan menyuruhnya menjual tanduk itu kepadanya.

Park Kyu: "Jual tanduk itu kepadaku."

Kasir judi: "Oh, kau punya mata yang jeli. Bagaimana kau tahu ini barang kualitas terbaik?"

Beo Jin yang datang mencari Park Kyu ke tempat itu langsung menghampirinya begitu menemukan cowok itu. Kedatangan Beo Jin yang tiba-tiba kontan aja mengagetkan Park Kyu. Melihat gadis itu datang, Park Kyu lantas menyuruh Beo Jin untuk segera pergi dari rumah judi.

Beo Jin: "Apa yang kau lakukan di sini? Yandari, apa kau telah menyerah dengan hidupmu?"

Park Kyu: "Kau tak seharusnya berada di tempat ini. Pergilah!"

Walau pun diusir oleh Park Kyu, Beo Jin tetap tidak mau pergi. Beo Jin yang menganggap Park Kyu telah menyerah pada hidupnya mencoba memperingatinya.

Beo Jin: "Tidak! Apa kau tidak pernah dengar kalau setiap penjudi pada akhirnya akan hidup menjadi seorang pengemis?"

Di samping itu si kasir kembali bertanya pada Park Kyu, apakah dirinya jadi membeli tanduk tersebut atau tidak. Park Kyu tahu kalau Beo Jin sudah salah paham kepadanya dan kembali menyuruhnya pergi, tapi gadis itu tidak peduli. Dia malah terus saja menasehati Park Kyu.

Park Kyu: "Keluarlah dari sini, aku juga akan pergi secepatnya dari tempat ini."

Beo Jin: "Yandari, harapan tidak akan sirna. Kau bisa sukses lagi bila dirimu kembali ke Hanyang."

Park Kyu tampak mulai stress dengan kelakuan Beo Jin dan mendadak suasana di tempat itu pun berubah menjadi kepanikan saat para polisi tiba-tiba datang mengadakan penggeledahan. Beo Jin langsung bergegas membawa Park Kyu yang hanya berdiam diri di hadapannya lalu kabur.

Ternyata Chi Yong lah dalang dari semua itu. Si penjaga penjudi yang melihat dirinya datang pun menjadi ketakutan dengan tatapan maut dari pria tersebut. Para pengawal lantas membawa si penjaga penjudi pergi.

Beo Jin yang sedang bersembunyi bersama Park Kyu juga takut dengan tatapan Chi Yong dan kembali bersembunyi. Lagi-lagi Beo Jin menasehati Park Kyu dengan memberitahu hukuman apa yang akan laki-laki itu dapatkan bila dirinya tertangkap nanti. Kemudian Park Kyu menjelaskan kepada Beo Jin kalau dirinya mempunyai alasan berada di tempat tersebut.

Beo Jin: "Sejak dirimu seorang Yandari, bila kau tertangkap, kau akan dipukuli lebih dari 100x."

Park Kyu: "Aku punya beberapa alasan berada di tempat ini. Tunggu di sini."

Setelah menyuruh Beo Jin untuk tenang, Park Kyu menyaksikan Chi Yong membawa kabur tanduk rusa. Hal ini membuat Park Kyu mencurigai pria itu.

Di penjara, si penjaga penjudi kedatangan seorang misterius yang kemudian membunuhnya (kayaknya si Chi Yong).

Keesokan harinya, Kim Yi Bang mendapati tawanannya itu telah tewas. Kim Yi Bang pun memarahi para penjaga yang dianggapnya telah lalai menjalankan tugas.

Kim Yi Bang: "Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bagaimana bisa!?"

Penjaga: "Saya layak dihukum, tuan. Pada waktu itu saya sakit perut dan pergi ke toilet."

Kim Yi Bang: "Bodoh!!! Kalian semua harus menutup mulut kalian. Pastikan hal ini jangan sampai tersebar. Kalian mengerti?"

Para Penjaga: "Baik!"

Di luar, Park Kyu terus menyelidiki kecurigaannya dan menanyai para penjaga yang ketakutan dengan kehadiran Park Kyu.

Penjaga A: "Kenapa kau keluyuran di tempat ini?"

Park Kyu: "Apa kalian yakin tidak ada satu orang pun yang ditahan kemarin?"

Para penjaga yang memang ditugaskan merahasiakan apa yang terjadi pun membantah dan berkata kepada Park Kyu bahwa mereka tidak menahan siapapun kemarin. Mereka lantas menyuruh Park Kyu segera pergi agar tidak diketahui oleh Yi Bang. Meski masih curiga, Park Kyu akhirnya pergi.

Seperti biasa Beo Jin dan para penyelam lainnya sedang menyelam mencari ikan dan kerang di laut. Saat Beo Jin kembali ke darat, sang ibu menghampiri putrinya itu. Namun lagi-lagi si Kkeut Boon pamer dengan hasil kerja kerasnya yang membawa pulang banyak kerang. Tidak ketinggalan ibu Kkeut Boon juga menyindir Beo Jin.

Kkeut Boon: "Aw, berat sekali. Aku kembali karena jalaku sudah terlalu berat. Aku juga belum lelah, wow!!"

Ban Soon: "Walau pun dia putriku, dia sangat brilian!! Dia berbeda sekali dengan putri dari seseorang (maksudnya Beo Jin)."

Mendengar ejekan itu, ibu Beo Jin tidak membalas dan hanya menyuruh Beo Jin memperlihatkan jalanya kepadanya. Melihat putrinya hanya membawa pulang kerang, ibunya pun menanyakan alasannya. Beo Jin lalu berdalih kalau dirinya tidak bisa melihat bila sedang menyelam.

Jang Myeo: "Angkat jalamu dan perlihatkan padaku. Bagaimana kau hanya bisa mengambil kerang-kerang saja?"

Beo Jin: "Ibu, itu karena terlalu sulit buatku untuk membuka mataku di dalam air."

Ibu Beo Jin pun marah mendengar penjelasan Beo Jin dan menyuruh putrinya itu kembali menyelam. Dengan muka masam Beo Jin menuruti perintah ibunya itu (hahaha, dia manyun).

Pada saat kelompok penyelam Sanbanggol (pimpinan ibunya Beo Jin) sedang beristirahat, kelompok penyelam wanita dari Seomootgol datang menghampiri mereka.

Pemimpin Seomootgol: "Sudah lama tidak bertemu denganmu!"

Han Soon: "Ada apa ini? Apa yang membawa para penyelam dari Semootgol ke sini, Sanbanggol? Oh, kau datang pasti untuk memata-matai kami karena kompetisi penyelam. Apa kau datang untuk memeriksa putriku, Kkeut Boon?"

Ocehan ibu Kkeut Boon hanya menjadi angin lalu. Rupanya mereka ingin memberitahukan tempat kompetisi penyelam diadakan yaitu di selat Boo Reung. Namun kedatangan mereka justru disambut dingin oleh ibu Beo Jin dan malah mengira mereka takut dikalahkan oleh kelompoknya (wah, niy ibu berani amat ya, ngajak perang duluan).

Pemimpin Seomootgol: "Selat Boo Reung akan menjadi tujuan kita tahun ini."

Jang Myeo: "Kau pasti sangat cemas dengan kemampuan kami. Apa kau begitu takut dengan kami?"

Pemimpin Seomootgol: "Tidak mungkin. Kau lebih baik benar-benar bersiap-siap bila kau tidak ingin malu. Penyelam yang mewakili kami merupakan penyelam terbaik dari yang pernah ada."

Jang Myeo: "Berani sekali kau membual di sini? Sekarang seekor kura-kura membuat kehebohan dengan menyuruh seekor singa laut untuk berjalan cepat?"

Pemimpin kelompok Seomootgol hanya tersenyum (lebih tepatnya senyum mengejek) mendengar hal itu dan mereka pun pergi.

Lalu ibu Beo Jin berteriak memanggil putrinya.

Jang Myeo: "Jang Beo Jin!"

Beo Jin: "Ya."

Jang Myeo: "Kau akan menjadi perwakilan kami untuk kompetisi."

Sudah tentu semuanya kaget mendengar pernyataan ibu Beo Jin (termasuk si Beo Jin, hehehe). Ibu Kkeut Boon pun bereaksi dengan pilihan ibu Beo Jin dan kembali menanyakannya. Apa lagi si KKeut Boon yang langsung marah-marah karena dia kira dirinya lah yang bakalan kepilih. Melihat putrinya seperti itu, ibu Kkeut Boon pun menuduh ibu Beo Jin hanya memikirkan kepentingan pribadi.

Han Soon: "Lagi??? Dia hanya peduli dengan putrinya saja! Tidakkah kau lihat kemampuannya saat ekspedisi??? Dia telah menyebabkan banyak masalah! Kkeut Boon!!!"

Ibu Kkeut Boon lalu mengejar anaknya yang pergi karena kecewa. Meski diprotes, namun ibu Beo Jin tampaknya tetap pada pendiriannya dan menatap Beo Jin yang menolak dicalonkan.

Di padang rumput (waah, keren banget pemandangannya) William menatap Beo Jin yang tertidur di sampingnya. Kemudian laki-laki itu pun mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kacamata selam. William meletakkan kacamata tersebut pada kedua mata Beo Jin dan Beo Jin pun terbangun, menyadari sesuatu di wajahnya. Dia terkejut kagum melihat benda pemberian William.

Beo Jin: "Ini terlihat sangat menakjubkan."

William: "Di dalam air, bukankah matamu sakit?" (niy bule sudah mulai pake bahasa Korea, wkwkwk)

Beo Jin: "William, aku.. Sungguh berat buatku untuk membuka mata di dalam air. Itulah mengapa aku sangat tidak suka menyelam."

William tersenyum dan berkata pada Beo Jin bahwa gadis itu baginya adalah "dalam air" yang maksudnya dia seperti seorang "mermaid" alias putri duyung (jago juga niy ngegombalnya, hehehe). Sayang, William kali itu kembali berbicara dengan bahasa Inggris yang Beo Jin sendiri tidak tahu artinya.

Beo Jin: "Mer..ma.. Apa? Apa maksudmu?"

William: "Mermaid? Uh.. Mermaid adalah seorang penyelam cantik yang tinggal di dalam air."

Meski William terbata-bata dengan bahasa Korea-nya, Beo Jin akhirnya mengerti dengan maksud perkataannya. Sebagai gantinya, Beo Jin menganggap kalau William merupakan hadiah dari "Sulmoondae Halmang" atau dewi laut (ada gitu yang bule?).

Lalu dengan malu-malu Beo Jin kembali bertanya kepada William tentang arti "haeng bok" (kebahagian maksudnya) bagi dirinya.

Beo Jin: "William, apa kau tahu apa artinya "haeng bok"?"

William: "Haeng bok?" (belum ngerti dia).

Beo Jin: "Aku sangat bahagia ketika bersama dengan dirimu, William."

Sambil berpikir, William akhirnya mengerti dengan maksud Beo Jin dan berkata kepadanya kalau dirinya juga senang ketika berada di dekat Beo Jin dan kemudian William menaruh tangan kanan Beo Jin ke dada kirinya untuk merasakan detak jantung laki-laki itu.

William: "Lihat, jantungku berdetak sangat cepat. Itu artinya aku sangat bahagia. Ketika aku bersama Beo Jin, jantungku selalu berdetak seperti ini."

Beo Jin lalu melakukan hal yang sama, dia pun merasakan detak jantungnya juga berdetak kencang.

Beo Jin: "Jantungku juga berdetak sangat cepat."

Mereka berdua hanya tersenyum. Beo Jin takjub dengan apa yang dia rasakan, sementara William memandangi gadis tersebut.

Hari kompetisi pun tiba antara kelompok Sanbanggol pimpinan ibu Beo Jin melawan kelompok Seomootgol. Kkeut Boon yang masih belum menerima kenyataan dengan diam-diam memasukkan sebuah serbuk putih yang dia beli di pasar (kayaknya siy obat pelangsing) ke mangkok yang berisi minuman. Pertandingan pun dimulai dan babak pertama dimenangkan oleh kelompok Sanbanggol.

Sementara itu, Kkeut Boon berusaha menawarkan minuman kepada Beo Jin. Melihat Beo Jin yang ragu, Kkeut Boon berdalih kalau minuman tersebut merupakan minuman spesial buatannya untuk Beo Jin.

Kkeut Boon: "Ini cobalah. Ambillah! Aku membuatnya dengan mencampurkan berbagai tanaman herbal yang baik untuk kesehatan. Minumlah untuk menambah stamina dan pastikan kau memenangkan kompetisi."

Beo Jin: "Terima kasih Kkeut Boon."

Kkeut Boon: "Minum! Minum terus! Cepat! Pelan-pelan!"

Beo Jin yang polos akhirnya meminum minuman tersebut sampai tuntas dan merasakan kalau dirinya bertambah kuat gara-gara minuman Kkeut Boon (ow yeah???). Lalu Beo Jin beranjak menuju tempat kompetisi dan William dengan diam-diam mengamati dari jauh. Di babak selanjut, giliran kelompok Seomootgol yang unggul dan nilai menjadi seri.

Tiba saatnya babak penentuan yang diwakili oleh Beo Jin. Ibu Beo Jin kemudian memberikan sebuah pisau kepadanya sebagai tanda kepercayaannya kepada putrinya itu.

Jang Myeo: "Ini adalah kesempatan terakhir yang aku berikan padamu. Lakukan."

Beo Jin: "Ibu.."

Jang Myeo: "Pergilah."

Kompetisi babak akhir akan segera dimulai, Beo Jin mulai merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya. Dia terus memegangi perutnya.

Beo Jin: "Oh uh? Apa ini karena aku lapar?"

Di sampingnya sang lawan terlihat 2x lebih besar dari pada Beo Jin dan terlihat sangat percaya diri. Penonton pun terkejut melihatnya. Namun, Phi Lip yang juga sedang menonton memberi semangat kepada Beo Jin agar gadis itu tidak gentar.

Phi Lip: "Apa kita berenang hanya dengan ukuran badan?! Penyelam terbaik di Sanbanggol, Jang Beo Jin!"

Beo Jin pun menjadi sedikit lega dengan dukungan Phi Lip. Selain Phi Lip, Park Kyu rupanya juga menonton kompetisi itu dan terus memperhatikan Beo Jin. Sebelum menyelam, Beo Jin memakai kacamata renang pemberian William. Lawannya yang merasa aneh dengan penampilannya lantas menanyakan benda tersebut.

Penyelam lawan: "Apa itu?"

Beo Jin: "Ini penutup mata!"

Penyelam lawan: "Ha!! Apa ini.."

William tampak senang ketika tahu Beo Jin memakai barang pemberiannya dan pertandingan dimulai! Di lain tempat, Kkeut Boon sedang sibuk melakukan pemanasan (berharap bisa menggatikan Beo Jin) yang lalu ditanyakan oleh teman-temannya.

Teman A: "Kkeut Boon! Apa yang sedang kau lakukan?"

Kkeut Boon: "Ti..tidak ada, aku hanya merenggangkan badan karena merasa tidak enak badan."

Teman B: "Apa kau bermaksud menggantikan Beo Jin jika dia tidak ikut bertanding?"

Kkeut Boon pun langsung membantah hal tersebut dan berdalih kalau dirinya tidak peduli dengan Beo Jin (aigooo, you’re lying). Kkeut Boon lalu berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Di dalam air, Beo Jin mulai merasakan reaksi dari minuman yang diberikan Kkeut Boon, sedang di darat, para pendukung Sanbanggol mulia khawatir dengan keadaan Beo Jin yang tidak kunjung menampakkan diri. Kesempatan ini pun dimanfaatkan ibu Kkeut Boon untuk menyalahkan ibu Beo Jin yang memilih Beo Jin sebagai wakil mereka.

Han Soon: "Lihat apa yang terjadi! Aku tahu hal ini pasti terjadi. Walau pun kita semua mengerti bagaimana perasaan penyelam Choi (ibu Beo Jin), tidak mungkin menjadikan Beo Jin sebagai perwakilan penyelam tingkat terendah."

Kekhawatiran juga hinggap dalam pikiran Park Kyu yang juga merasakan ada yang tidak beres dengan Beo Jin. Dia pun menanyakan keganjilan tersebut kepada ibu Beo Jin, tapi ibu Beo Jin meyakinkan kalau putrinya baik-baik saja.

Park Kyu: "Apa kau pikir dia baik-baik saja tidak muncul dari air dengan waktu selama ini?"

Beo Jin: "Jangan khawatir. Beo Jin kami tidak selemah itu."

Walau demikian, Park Kyu tetap cemas dengan gadis itu. William yang menonton dari kejauhan juga merasakan hal sama seperti Park Kyu.

Pengaruh obat membuat Beo Jin kehilangan konsentrasi dan mual. Tidak lama kemudian dia pun pingsan di dalam air dan menjatuhkan pisaunya. William akhirnya memutuskan untuk mencari Beo Jin.

Provokasi dari ibu Kkeut Boon semakin memperparah keadaan, dia menakut-nakuti ibu Beo Jin dengan perkataannya.

Han Boon: "Apa kau ingat? Salah satu dari para penyelam tidak muncul ke permukaan karena kakinya tersangkut di antara bebatuan!"

Mendengar hal itu, ibu Beo Jin lantas bergegas mencari anaknya.

Sementara itu, William akhirnya berhasil menyelamatkan Beo Jin. Park Kyu yang juga cemas ikut mencari keberadaan Beo Jin di tempat lain dan dia terkejut melihat apa yang telah William lakukan kepada gadis itu (William sedang memberi nafas buatan). Melihat apa yang terjadi di depannya, Park Kyu yang salah paham langsung memukul William yang dia pikir telah bertindak tidak sopan kepada Beo Jin.

Park Kyu: "Apa yang kau lakukan?! Kau tidak menyadari kalau dirimu berhutang kepada Beo Jin, meski dia sangat perhatian padamu."

Namun William tidak punya waktu untuk meluruskan itu semua, yang dia inginkan hanyalah menyelamatkan Beo Jin. Park Kyu kemudian meminta William untuk tidak menemui Beo Jin lagi sebelum akhirnya dia menyuruh laki-laki itu untuk pergi saat mendengar suara para penduduk yang juga mencari Beo Jin

Park Kyu: "Sekarang pergilah! Meski bila kau tertangkap oleh mereka, aku tidak akan berupaya untuk menyelamatkanmu."

Park Kyu pun membawa Beo Jin pergi begitu juga dengan William ketika melihat para penduduk.

Beo Jin akhirnya siuman dan mendapati dirinya sudah ada di rumahnya ditemani orang tuanya dan adiknya. Ayahnya yang khawatir menanyakan keadaan Beo Jin.

Won Bin: "Kau sudah sadar sekarang?"

Beo Jin: "Ayah.."

Won Bin: "Jika kau tidak kuat, mestinya kau keluar. Kau tidak harus mempertaruhkan hidupmu untuk sebuah tempat memancing. Hidupmu jauh lebih penting. Bila kau mati, kau pikir kami bertiga bisa hidup di bawah kesedihan?!"

Beo Jin: "Maafkan aku.."

Beo Jin kemudian menatap ibunya yang duduk di sebelahnya. Beo Jin berkata kepada sang ibu kalau dirinya menyesal karena tidak bisa menjadi seorang penyelam hebat seperti ibunya. Mendengar perkataan Beo Jin ibunya hanya diam. Lalu sang ayah menyuruh Beo Jin untuk kembali beristirahat dan dia juga memberitahu kalau Park Kyu lah yang telah menyelamatkannya (padahal mah si William).

Won Bin: "Berhenti berkata yang bukan-bukan, jaga dirimu. Jika bukan karena sarjana (Park Kyu), hal ini bisa menjadi sebuah bencana."

Ibu Beo Jin tetap diam dan keluar dari kamar putrinya. Rupanya di luar para penduduk juga sedang mengkhawatirkan keadaan Beo Jin. Salah seorang dari mereka menanyakan keadaan Beo Jin. Ibu Beo Jin memberitahu kalau keadaan putrinya baik-baik saja.

Jang Myeo: "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia akan segera sembuh setelah beristirahat selama beberapa hari."

Kkeut Boon yang merasa bersalah berusaha mengakui perbuatannya kepada Beo Jin. Sayang, belum sempat mengaku, ibu Kkeut Boon malah memotong pembicaraan dan kembali menyalahkan keputusan ibu Beo Jin karena pada akhirnya mereka kalah dan kehilangan tempat mencari ikan.

Han Soon: "Memilih perwakilan yang salah merupakan masalah yang mendasar. Bila Kkeut Boon yang bertanding, dia pasti bisa mengalahkan wanita yang besar itu dengan sekejap. Sejak kita kehilangan selat Poo Reung karena Beo Jin, dimana rencananya kau akan mencari ikan tahun ini?"

Perkataan ibu Kkeut Boon membuat Kkeut Boon makin merasa bersalah dan lalu pergi meninggalkan ibunya itu.

Sementara itu para penduduk pun lega mendengar kondisi Beo Jin dan bertanya kepada Park Kyu bagaimana cara pria itu menolong Beo Jin. Mereka malah menyuruh agar Park Kyu menikahi Beo Jin yang langsung diprotes oleh putri dari mereka masing-masing karena menurut mereka itu mustahil.

Wanita A: "Bagaimana sarjana bisa menolong Beo Jin lagi?"

Wanita B: "Sunbinim, kenapa kau tidak menikahi Beo Jin dan hidup bersama di sini?"

Gadis B: "Oh ibu. Yandari masih punya standar."

Gadis A: "Benar."

Gadis B: "Itulah yang aku maksudkan. Bagaimana bisa dia bersama gadis jelek seperti Beo Jin?"

Tidak lama kemudian sang tetua pun datang untuk menjenguk Beo Jin. Melihatnya datang, ibu Beo Jin menjadi tidak enak karena pria itu juga memberikan obat-obatan untuk Beo Jin.

Jang Myeo: "Apa ini?"

Tetua: "Ini obat untuk melindungi tubuh saat merasa lemah. Aku memberikan ini untukmu."

Jang Myeo: "Anda memberikan kami obat yang berharga ini. Terima kasih tuan."

Di tempat Phi Lip, William memegang bibirnya yang berdarah akibat dipukul oleh Park Kyu. Dia masih mencemaskan keadaan Beo Jin dan terus menerus menanyakannya kepada Yan (jadi tempat sampah niy abang, hehehe).

William: "Beo Jin. Aku harap dia baik-baik saja, dia pasti baik-baik saja kan? Apa dia baik-baik saja? Pastinya dia tidak seperti akan mati! Aku bahkan tidak melihatnya dia membuka mata."

Yan: "Kebodohan cenderung akan hidup lebih panjang." (maksudnya itu si Beo Jin, wkwkwk)

Lalu kekhawatiran William beralih pada Park Kyu. Dia menduga Park Kyu telah salah paham kepadanya dengan apa yang telah dia perbuat kepada Beo Jin. Meski William membela dirinya, tapi Yan mengingatkan William kalau para penduduk sekali pun tidak akan mengerti maksud perbuatan William.

William: "A..aku hanya mencoba untuk menyelamatkan Beo Jin.. tapi.."

Yan: "Jangan menyangka kalau para penduduk akan mengerti apa yang kau lakukan. Kau bukan apa-apa, tetapi seorang makhluk asing bagi mereka."

William pun bingung dan bertanya kenapa penduduk setempat begitu membencinya. Kemudian Yan menjelaskan kepada William kalau Chosun telah menjadi sebuah negara yang tertutup dan para penduduk akan takut dengan orang yang berbeda warna kulit dengan mereka dan mereka akan mencoba membunuh orang-orang asing. Meski dijelaskan oleh Yan, William tetap tidak mengerti karena apa yang dimaksud Yan tidak ada dalam diri Beo Jin.

William: "Aku tidak mengerti. Beo Jin tidak seperti mereka."

Yan: "Beo Jin, dia seorang gadis yang aneh."

William: "Tidak. Dia bukan orang aneh."

Yan: "Pada akhirnya kau akan menetap di sini. Lebih baik untukmu untuk tidak melampirkan dirimu kepada siapa pun yang tidak berkepentingan. Aku akan mencari cara bagaimana kita pergi dari sini secepatnya. Kau lebih baik melupakannya."

William hanya diam mendengar perkataan Yan.

Lalu Phi Lip muncul untuk menyuruh Yan ikut dengannya. Rupanya Phi Lip mengantar Yan menuju sebuah kapal yang bisa dia tumpangi ke Nagasaki. Yan dan pemilik kapal pun terlibat negosiasi.

Pemilik kapal: "Nagasaki?"

Yan: "Benar. Bila saya menyiapkan uangnya, bisakah Anda membawa kami ke sana?"

Pemilik kapal: "Tentu saja! Pergi ke Nagasaki bukan hal yang sulit. Dengan kapal, jarak perjalanan sama saja dengan Thusima atau Nagasaki."

Walaupun tidak menjawab, raut muka Yan tampak senang karena akhirnya mereka bisa pergi meninggalkan Tamra.

Di tempat lain, Chi Yong sedang berdiskusi dengan seorang pria yang merupakan kaki tangan si tetua di desa Tamra (ternyata eh ternyata).

Kaki tangan tetua: "Hari ini, saya akan melakukan sebuah aksi penentuan."

Chi Yong: "Kau harus menanggung beban untuk menarik perhatian para polisi."

Kaki tangan tetua: "Jangan khawatir, saya telah mempersiapkan orang terpercaya untuk mengerjakan hal ini."

Chi Yong: "Aku percaya dengan kepercayaan dirimu tetapi bukankah kau yang membuatku datang ke Tamra ini?"

Kaki tangan tetua: "Mohon maaf tuan."

Laporan dari Chi Yong-orrabuni membuat Seo Rin puas karena pada akhirnya mereka bisa mengalihkan perhatian para polisi dan dengan tenang bisa mengirim barang-barang pajak yang digelapkan.

Di kantor polisi, Kim Yi Bang terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Chi Yong. Ya, Chi Yong memberitahu Kim Yi Bang kalau para penyelundup akan membawa barang-barang pajak dari Tamra dan menyuruh Kim Yi Bang beserta anak buahnya untuk menangkapnya (buat ngalihin perhatian polisi dari Seo Rin).

Kim Yi Bang: "Maksudmu saat pagi-pagi sekali pada tanggal 8?"

Chi Yong: "Sebuah kapal dagang akan pergi pagi-pagi sekali. Kau harus menangkap mereka ketika mereka membawa barang. Kau harus membasmi para penyelundup sebelum kapal mereka meninggalkan pelabuhan."

Kim Yi Bang: "Apa kau yakin mereka merupakan para pencuri barang-barang pajak?"

Chi Yong hanya menatap tajam Kim Yi Bang yang masih ragu dengan kata-katanya (tatapan maut). Kemudian diperlihatkan kalau ternyata yang dimaksud kapal penyelundup oleh Chi Yong adalah kapal yang akan ditumpangi oleh Yan. Dengan licik, mereka mengatur siasat untuk menjadikan kapal tersebut sebagai sebuah umpan alias kambing hitam.

Di rumah keluarga Jang, Ibu Beo Jin menjamu Park Kyu yang dianggap telah menyelamatkan Beo Jin.

Jang Myeo: "Terima kasih."

Park Kyu: "Bukankan salah memaksanya mengikuti kompetisi, meski dia sendiri tidak menginginkannya."

Jang Myeo: "Apa kau di sini hanya sebagai seorang yandari sejak kau ingin menjadi salah satunya? Seseorang cenderung hidup menuruti suatu keadaan. Tidak ada pilihan untuk hidup sebagai seorang penyelam bila dia dilahirkan sebagai seorang gadis di pulau Tamra."

Park Kyu menganggap keputusan ibu Beo Jin menyuruh putrinya berkompetisi adalah hal yang salah, tapi rupanya ibu Beo Jin punya alasan tersendiri kenapa dia memilih putrinya itu.

Park Kyu: "Daesanggoon (pimpinan penyelam), kau tidak bisa membuat seekor kucing menjadi seekor macan meskipun kau mengirimya ke gunung."

Jang Myeo: "Aku tidak mencoba membuatnya menjadi sehebat macan. Dia bisa mendukung suami dan keluarganya dengan menyelam. Jika aku bisa mendukung dirinya seumur hidup, aku tidak akan pernah mengirim Beo Jin melakukan pekerjaan seperti menyelam."

Penjelasan ibu Beo Jin akhirnya membuat Park Kyu mengerti, ternyata sang ibu juga memikirkan masa depan Beo Jin.

Sementara itu, William rupanya diam-diam datang untuk menjenguk Beo Jin. Sedangkan Beo Jin sendiri tengah tertidur dan mengigau memanggil nama William (awas ngiler, wkwkwk).

Keesokan harinya, William yang sedang memandangi patung batunya terkejut kedatangan si kakek yang memanggilnya dengan "si mata biru". William lalu bertanya kepada sang kakek tentang dirinya.

William: "Apa aku terlihat menakutkan bagi mereka seperti patung ini? Menyedihkan.."

Lalu si kakek mencoba menghibur William yang menurutnya kesepian karena jauh dari negerinya, tapi penjelasannya sulit dipahami oleh William (maksudnya gak nyambung, hehehe).

Kakek: "Apa pun itu, dia pasti merasa kesepian jika dia meninggalkan kampung halamannya."

William: "Tapi aku punya Beo Jin di sini. Putri duyungku, Beo Jin.. Apakan Beo Jin baik-baik saja?"

Kondisi Beo Jin sudah tampak membaik, dia lalu meminum obat pemberian dari tetua untuknya. Setelah habis meminumnya, sang adik menanyakan keadaan Beo Jin.

Beo Seol: "Eonni, apakah kau merasa dirimu seperti mendapatkan kekuatan lebih?"

Beo Jin: "Ya! Aku merasa seperti aku bisa berenang ke sepanjang pulau (hiperbasket niy, wkwkwkwk)."

Merasa kurang adil, Beo Jin menyuruh Beo Seol juga ikut meminum obat tersebut, tapi ditolak oleh Beo Seol karena dia ingin melihat sang kakak cepat sembuh (adik yang baik). Kemudian Beo Seol pergi ke dapur.

Saat sedang beristirahat, Beo Jin terkejut dengan sang adik yang akan pergi mengambil air. Beo Jin pun berusaha membantu Beo Seol, namun Beo Seol malah melarangnya dan menyuruh sang kakak untuk kembali beristirahat.

Beo Jin: "Oh, Beo Seol!"

Beo Seol: "Eonni, kau beristirahat saja. Aku yang akan mengambil air."

Beo Jin: "Tidak, aku yang akan pergi."

Beo Seol: "Tidak bisa. Kau perlu banyak istirahat."

Beo Jin tidak bisa apa-apa dan hanya melihat sang adik berlalu.

Saat menatap kamar Park Kyu, Beo Jin teringat dengan ayahnya yang berkata kalau Park Kyu telah menyelamatkannya. Sebagai ucapan terima kasih, Beo Jin lantas memasakkan sesuatu untuk laki-laki itu (kayaknya enak, ngiler euy). Setelah selesai, Beo Jin memanggil Park Kyu untuk keluar menemuinya.

Beo Jin: "Oi, yandari! Keluarlah sebentar."

Karena tidak ada respon, Beo Jin akhirnya nekat menerobos kamar Park Kyu dan mendapati kamar itu kosong. Beo Jin lalu dikagetkan oleh Park Kyu yang ternyata ada di belakangnya (dia baru datang).

Park Kyu: "Apa yang sedang kau lakukan di kamarku? Pembuat masalah, apa kau tidak punya sopan santun?"

Beo Jin yang tertunduk hanya menyerahkan kue buatannya kepada Park Kyu.

Beo Jin: "Cobalah, ini bingdduk." (kue tradisional Jeju yang terbuat dari tepung soba dan campuran lobak)

Park Kyu: "Kau yang membuatnya? Mungkin lebih membantu lagi jika aku tidak jatuh sakit setelah memakannya."

Meski Park Kyu menyindir bingdduk buatan Beo Jin toh tetap dia memakannya. Sambil menemani Park Kyu menghabiskan kue buatannya, Beo Jin mengajukan beberapa pertanyaan seputar Park Kyu telah menyelamatkannya.

Beo Jin: "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu. Kata mereka semua kaulah yang telah menyelamatkanku, benarkah?"

Park Kyu kontan aja tersendak mendengar pertanyaan Beo Jin (sampe batuk-batuk saking kagetnya, wkwkwk) dan bingung menjawabnya. Sedangkan Beo Jin mengira Park Kyu seperti itu karena telah memakan kue buatannya. Beo Jin pun mencoba mencicipinya. Gara-gara makannya Beo Jin belepotan, Park Kyu lalu membersihkan mulut gadis itu yang langsung bingung dengan apa yang dilakukan Park Kyu (salting, hahahaha).

Di pelabuhan terlihat seorang pria (namanya Bong Sam) muntah-muntah setelah turun dari kapal (mabok laut dia). Pria itu pergi menuju desa Sanbanggol dan di perjalanan dia bertemu dengan Kkeut Boon berserta kawannya yang habis mengambil air. Pandangan Bong Sam langsung tertuju kepada bagian betis mereka yang lalu menyamakannya dengan lobak.

Bong Sam: "Apakah itu mereka itu betis ataukah tanaman lobak yang tumbuh di kebun?"

Sadar seseorang telah berkomentar di belakang mereka, Kkeut Boon dan kawannya lalu menatap Bong Sam dengan tajam (wkwkwk, serem!).

Kkeut Boon: "Apa yang kau katakan barusan?"

Bong Sam yang ketakutan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keberadaan Park Kyu kepada mereka. Tapi malah dijawab sinis oleh mereka.

Bong Sam: "Hey kau, dimana tuan muda Kyu?"

Kkeut Boon: "Siapa?"

Bong Sam: "Park Kyu!" (gak tahu kenapa rasanya pengen banget nampar niy orang, kekeke)

Kkeut Boon dkk: "SIAPA???"

Kemudian Bong Sam menjelaskan kepada mereka seperti apa tuan yang dia cari dengan lebay-nya dan tampaknya tidak menyadari kemarahan Kkeut Boon dan teman-temannya.

Bong Sam: "Dia terlihat sangat keren meski dari jauh. Sekali dia tersenyum, semua gadis di kota menjadi terpesona. Apa kalian wanita tidak pernah tahu?"

Ggeut Boon: "Siapa yang memanggil kami biadab?! Seseorang yang tampak bodoh sepertimu!!!"

Bong Sam pun menjadi marah mendengar ejekan Kkeut Boon dan mencoba menampar wanita itu.

Apes, Bong Sam keburu terjatuh dan tanpa sengaja menaruk tali jeogori hanbok Kkuet Boon yang juga juga jatuh menimpanya. Kedua teman Kkeut Boon terkejut dengan apa yang terjadi, begitu juga dengan Ggeut Boon yang langsung menampar Bong Sam karena telah berbuat kurang ajar pada Kkeut Boon juga berusaha menginjak selangkangan Bong Sam yang cepat diantisipasi oleh laki-laki itu (untung cepet, kalau enggak.. aigooo). Kkeut Boon yang murka pun meninggalkan Bong Sam yang kesakitan akibat tamparan Kkeut Boon.

Bong Sam akhirnya sampai ke rumah keluarga Jang dan bertemu dengan Beo Jin yang sedang makan. Beo Jin bertanya lalu bertanya ada keperluan apa pria itu datang ke rumahnya.

Beo Jin: "Apa yang membawamu kemari?"

Melihat Beo Jin yang menurut Bong Sam jorok, pria itupun berasumsi kalau Park Kyu pasti tidak mungkin berada di tempat itu. Saat akan pergi, tidak sengaja Bong Sam mendengar suara Park Kyu yang sedang memuji gambar Beo Seol yang lalu dia sebut sebagai "manhwa" alias komik (ada gitu? Who know? hahaha).

Bong Sam pun mendatangi sumber suara tersebut dan berteriak memanggil Park Kyu yang terkejut dengan kedatangan pria itu.

Bong Sam: "Tuan muda! Ini saya! Bong Sam!"

Park Kyu: "Kau.. Bong Sam!"

Bong Sam: "Tuan Muda! Anda pasti hidup susah di sini."

Lalu mereka pun berbicara di kamar Park Kyu. Bong Sam memberikan Park Kyu buku-buku, dia juga bilang kalau ibu Park Kyu juga menyiapkan banyak barang untuk diberikan kepada Park Kyu.

Bong Sam: "Nyonya menyiapkan banyak barang untuk Anda. Ibumu membungkuskan rusa muda, ginseng liar, wine ular dan sebagainya untuk dibawa, tetapi semuanya disita oleh tuan (ayah Park Kyu). Walau bagaimana pun, pada akhirnya saya tetap membawakan ini, gingseng liar yang berumur ratusan tahun!!!"

Park Kyu: "Pastinya ada sesuatu yang lainnya dari ini bukan!?"

Rupanya bukan benda tersebut yang diinginkan oleh Park Kyu, tetapi yang lain dan Bong Sam paham dengan apa yang dimaksud oleh tuan mudanya itu (duit, hehehe). Bong Sam lalu berusaha mengeluarkan uang yang dia bawa di dalam celananya (ye????).

Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan kedatangan ibu Beo Jin. Bong Sam yang tidak tahu siapa wanita itu kemudian mengomel dan menuduhnya tidak sopan.

Bong Sam: "Beraninya kau membuka pintu dengan kencang di kamar tuan mudaku?!"

Tanpa mendengar protes Bong Sam, ibu Beo Jin masuk ke kamar dan menanyakan siapa Bong Sam. Park Kyu yang cemas langsung menjelaskan semuanya sebelum identitasnya terbongkar.

Jang Myeo: "Bagaimana bisa ada muka baru di sini?"

Park Kyu: "Dia datang dari Hanyang (Seoul). Dia pelayanku."

Jang Myeo: "Itu berarti ada satu orang lagi yang harus diberi makan?!"

Bong Sam yang tidak tahu apa-apa makin memperparah suasana (nyiram minyak ke api) dengan kembali memprotes sikap ibu Beo Jin terhadap Park Kyu.

Bong Sam: "Permisi! Berani sekali kau berbicara tidak sopan kepada tuan muda yang paling terhormat. Kau tahu siapa tuan muda?"

Jang Myeo: "Tentu, aku tahu pasti tentang dirinya. Dia telah melecehan wanita.."

Park Kyu lalu memotong pembicaraan sebelum ibu Beo Jin berkata lebih lanjut dan berkata kalau pembantunya tidak tinggal di rumah keluarga Jang, tetapi dia akan menginap di motel. Mendengar hal tersebut ibu Beo Jin senang karena baginya sudah cukup dengan adanya kehadiran Park Kyu di rumah mereka (intinya nambah orang, nambah juga makannya, wkwkwk).

Jang Myeo: "Itu ide yang bagus. Jangan pernah berpikir tentang memberikannya makanan kami. Sejak kau makan sangat banyak, persediaan beras kami selalu habis. Aku bertanya-tanya jika ada sebuah lubang di tempat persediaan."

Lagi Bong Sam yang belum sadar dengan posisi Park Kyu di sana kembali memprotes ibu Beo Jin dan menanyakan apa maksud dari perkataan wanita tersebut. Yang dibalas bentakan dari ibu Beo Jin (kakakak, pada kaget).

Bong Sam: "Apa? Apa yang kau bicarakan? Tuan mudaku telah kehilangan banyak berat badannya."

Jang Myeo: "Lalu, maksudmu seekor kucing liar mencuri makanan kami???"

Ibu Beo Jin lalu keluar kamar, sebelum pergi dia berkata kalau Bong Sam adalah orang yang jelek (saking keselnya kali tuh ibu, hehehe) dan Park Kyu hanya terdiam. Beo Jin yang melihat apa yang terjadi bertanya kepada ibunya tentang pelayan Park Kyu.

Beo Jin: "Ibu, apakah pelayan yandari akan tinggal di rumah kita?"

Jang Myeo: "Kenapa dia tinggal di rumah kita? Kau bilang kau akan menyelam mulai hari ini. Cepat bersiap untuk menyelam."

Ibu Beo Jin pun pergi dan tidak lama Bong Sam keluar dari kamar Park Kyu yang lalu mempersiapkan sepatu tuannya itu sebelum Park Kyu pergi. Melihat hal itu, Beo Jin menanyakan kemana Park Kyu akan pergi. Bong Sam yang mendengar Beo Jin berbicara tidak sopan kepada Park Kyu (karena dipanggil "yandari") langsung memperingati gadis itu untuk menjaga omongannya.

Beo Jin: "Yandari! Apa kau mau pergi ke suatu tempat?"

Bong Sam: "Hey! Kau cewek! Kau panggil apa dia? Yandari?!"

Park Kyu pun menghentikan Bong Sam (wah, kalau aku jadi Park Kyu mah si Bong Sam udah aku pecat, sok tahu siy). Beo Jin lagi-lagi beranggapan kalau Park Kyu akan pergi ke tempat Phi Lip dan meminta Park Kyu membawakan titipannya untuk William. Hal itu tentu aja ditolak Park Kyu yang masih marah gara-gara kejadian kemarin (or jealous ya? Hehehe).

Park Kyu: "Jangan pernah membicarakan tentang orang itu di hadapanku! Pastikan kau tidak pernah menemuinya lagi!"

Melihat Park Kyu yang marah, Beo Jin mengingatkan kalau sikap Park Kyu itu salah karena baginya William hanya sekedar teman saja.

Beo Jin: "Yandari. Aku hargai dirimu telah menyelamatkan hidupku, tapi ini tidak benar. Lagi pula William membutuhkannya, ini biasa dimana aku harus perhatian dan menjaganya seperti seorang teman."

Saking kesalnya Park Kyu hampir saja memberitahukan Beo Jin apa yang sebenarnya terjadi dan William lakukan pada gadis itu. Hal ini tentu saja membuat Beo Jin penasaran dan terus mendesak Park Kyu untuk menceritakannya.

Beo Jin: "Apa yang kau bicarakan? Katakan padaku! Ada apa dengan William? Apa yang telah dia coba lakukan padaku?!"

Namun Park Kyu hanya terdiam dan pergi meninggalkan Beo Jin. Bong Sam juga bingung dengan sikap Park Kyu kepada gadis itu yang dinilainya aneh.

Bong Sam: "Ini sesuatu yang aneh."

Park Kyu: "Apa maksudmu?"

Bong Sam: "Maksud saya dirimu. Bagaimana bisa kau berbicara dengan gadis biasa? Ketika Anda berada di Hanyang, Anda bahkan tidak melihat gadis-gadis cantik itu, membiarkan sendiri berbicara dengan mereka. Tuan muda, jangan katakana pada saya kalau Anda mempunyai perasaan kepada gadis penyelam itu."

Mendengar perkataan pelayannya itu Park Kyu pun langsung menatap tajam Bong Sam. Bong Sam tentu saja tahu arti tatapan tuannya itu dan mengoreksi kembali kata-katanya. Kemudian Park Kyu menyuruh Bong Sam untuk pergi, tapi Bong Sam menolak dan memaksa untuk bersama Park Kyu. Meski demikian akhirnya ong Sam pun menurut dan membiarkan tuannya itu pergi.

Rupanya tujuan Park Kyu adalah tempat William, dia datang untuk menyerah sejumlah uang kepada Yan dengan maksud membantu mereka agar segera pergi secepatnya dari Tamra.

Park Kyu: "Pergi menjauh dari sini!"

Yan: "Ini mengejutkan dimana kau begitu mengingin kami untuk pergi."

Park Kyu: "Bukankah sudah kubilang sebelumnya, Aku hanya ingin menyingkirkan para pembuat masalah."

Yan: "Jangan khawatir aku pun telah menemukan kapal untuk pergi dari tempat ini besok."

Park Kyu: "Ini terakhir kalinya aku membantu kalian."

Mengakhiri penjelasannya, Park Kyu pun pergi dari tempat tersebut.

Ternyata tujuan Park Kyu selanjutnya adalah rumah judi. Tampaknya Park Kyu masih penasaran dengan seseorang (Chi Yong) yang telah mengambil tanduk rusa dari tempat itu beberapa hari yang lalu. Park Kyu datang kembali untuk menyelidikinya dengan berpura-pura berjudi, dia menanyai para penjudi di sana.

Park Kyu: "Saat aku datang terakhir kali ke sini, aku teringat dengan tanduk rusa muda yang berkualitas tinggi."

Penjudi A: "Aku juga melihatnya dan benda itu sangat bagus."

Park Kyu: "Kalian tahu siapa yang telah mengambil tanduk itu?"

Penjudi A: "Aku dengar dia adalah seorang pedagang dari pulau utama."

Park Kyu: "Bila dia seorang pedagang, dia pasti tinggal di motel."

Penjudi A: "Dia tinggal di gibang." (rumah gisaeng)

Park Kyu: "gibang?"

Penjudi B: "Haewol Gwan merupakan gibang yang bagus untuk dikunjungi. Aku tidak ingat kapan terakhir kalinya aku bertemu dengan Ae Hyang."

Penjudi C: "Aku dengar beberapa hari ini Ae Hyang melayani seseorang secara khusus."

Penjudi A: "Aku rasa pria itu adalah pedagang dari pulau utama! Dia melarikan diri tanpa membayar sepeser uang pun dan Ae Hyang menjadi sangat marah."

Penjudi B: "Jahat sekali orang itu!"

Dari percakapan tersebut, Park Kyu akhirnya mendapat petunjuk. Dia lalu menanyakan letak Haewol Gwang kepada mereka dan bergegas pergi ke gibang itu untuk bertemu Ae Hyang (jadi inget Jeong Hyang, tidak!!!). Kemudian Park Kyu mencoba memancing Ae Hyang dengan berbagai pertanyaan.

Ae Hyang: "Saya telah menantikan kunjungan Anda. Saya dengar Anda terkenal dengan bakat bercinta Anda yang sangat hebat di Hanyang. Saya merasa terhormat untuk melayani orang seperti Anda."

Park Kyu: "Aku dengar Ae Hyang itu sudah milik seseorang."

Ae Hyang: "Apa Anda mengirim telah orang? Saya kira dia akan kembali seperti halnya dia meninggalkan barang bawaannya di sini, tetapi dia tidak juga muncul dalam waktu yang lama."

Park Kyu: "Oh hoh, maksudmu..dia kabur dengan meninggalkan barang bawaannya di sini?"

Ae Hyang: "Dia berhutang banyak uang pada saya seperti sewa kamar, minuman dan sebagainya."

Mendengar keterangan Ae Hyang, Park Kyu lantas berdiri dan meminta sang gisaeng untuk menemaninya memeriksa barang-barang orang tersebut agar mereka bisa mendapatkan petunjuk dengan dalih untuk menangkapnya.

Park Kyu: "Ayo pergi."

Ae Hyang: "Kemana?"

Park Kyu: "Jika kita memeriksa barang bawaannya, kita mungkin akan mendapatkan sebuah petunjuk. Kita harus pastikan untuk menangkap orang ini sebagai bentuk kedisiplinan di gibang."

Sementara itu, Chi Yong-orrabun juga berada di gibang tersebut dan sedang menyusup masuk ke sebuah kamar untuk mencari sesuatu. Namun sayang, Chi Yong kepergok oleh Park Kyu dan Ae Hyang saat akan pergi. Ae Hyang pun langsung berteriak menyangka Chi Yong seorang pencuri dan berlari memberitahu penjaga. Park Kyu lalu curiga melihat benda yang disembunyikan Chi Yong dan dugaannya ternyata benar.

Park Kyu: "Aku kira kau seorang inspektur kerajaan, tapi ternyata kau tak lebih dari seorang pencuri!"

Kata-kata Park Kyu tidak dijawab oleh Chi Yong. Kemudian tanpa basa-basi sang orrabun pun menyerang Park Kyu dengan pedangnya..

Episode 06

Chi Yong yang sedang menyelinap di gibang kepergok oleh Park Kyu dan Ae Hyang. Ae Hyang yang panik kemudian berlari memanggil para penjaga. Namun tidak dengan Park Kyu, dia dengan tenang menatap curiga dengan apa yang dipegang oleh pria itu. Selain itu ternyata benar dugaan Park Kyu tentang Chi Yong mengenai identitasnya yang menyamar sebagai seorang inspektur kerajaan.

Park Kyu: "Aku kira kau seorang inspektur kerajaan, tapi ternyata kau tak lebih dari seorang pencuri!"

Mendengar kata-kata Park Kyu, tanpa basa-basi sang orrabun langsung mencabut pedangnya dan menyerang Park Kyu. Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Namun karena takut menarik perhatian orang-orang yang ada di sana, Chi Yong mencoba kabur. Sayangnya, Park Kyu tidak semudah itu melepaskan Chi Yong dan terus memburunya. Secara tidak sengaja. Chi Yong menjatuhkan sebuah papan logo (seperti stempel tanda gitu deh). Melihat benda yang dijatuhkan oleh pria tersebut, Park Kyu berupaya untuk mencegah Chi Yong merebutnya kembali. Mereka pun kembali bertarung (Chi Yong pakai pedang, Park Kyu pakai pedang kecil yang dia bawa di lengan bajunya). Park Kyu akhirnya berhasil melukai Chi Yong.

Sementara itu, Yi Bang beserta anak buahnya telah datang di gibang (dipanggil Ae Hyang). Chi Yong pun bergegas kabur meninggalkan Park Kyu. Kemudian Park Kyu mengambil benda curian Chi Yong yang terjatuh tadi dan sambil menenangkan diri dan menemui Yi Bang.

Park Kyu: "Anda rajin sekali, Yi Bang. Anda bahkan mendatangi gibang di sore hari ini."

Ae Hyang langsung menghampiri Yi Bang saat tahu mereka sudah datang dan melaporkan tentang pencurian yang terjadi.

Ae Hyang: "Tuan, seorang pencuri baru saja memasuki tempat kami."

Mendengar keluhan sang gisaeng, Yi Bang lalu memerintahkan anak buahnya untuk mencari si pencuri. Ae Hyang juga melaporkan kalau tidak hanya pencuri yang berbuat seperti itu, tetapi juga seorang pelaut juga kabur tanpa membayar kepada si gisaeng (makanya jangan gampang percaya mbak). Seperti biasa, Yi Bang juga mencurigai Park Kyu yang juga sedang berada di gibang.

Yi Bang: "Menjauhlah, aku sedang dalam tugas resmi. Seorang yandari adalah pelanggar hukum dan apakah hukum nasional memungkinkan seorang pendosa bisa mengunjungi rumah gisaeng?"

Park Kyu: "Tdk ada hukum yang seperti itu yg memperbolehkan seorang pendosa utk pergi ke gibang, tetapi tdk ada hukum yang juga melawannya."

Perdebatan mereka akhirnya berhenti setelah anak buah Yi Bang melaporkan kalau mereka tidak menemukan apa pun di gibang tersebut. Mendengar hal itu, Park Kyu pun beranjak pergi tapi Yi Bang menghentikannya. Pria itu tetap curiga dengan keberadaan Park Kyu dan kembali menginterogasinya.

Yi Bang: "Berhenti. Apa yang membuat sarjana sepertimu mampir ke ruangan?"

Park Kyu: "Ada begitu banyak ruangan di gibang. Apakah ada masalah dimana ruangan tempat saya minum?"

Lalu Park Kyu pun meninggalkan Yi Bang dan juga Ae Hyang yang kecewa dengan sikap Park Kyu yang telah berjanji padanya untuk menangkap buronan. Mendengar perkataan si gisaeng, membuat Yi Bang tambah mencurigai Park Kyu (awalnya aku benci sama niy ahjusshi, tapi seiring cerita jadi suka, hehehe).

Di sebuah rumah terlihat Chi Yong yang kesakitan sedang mengobati lukanya (wuih, lukanya lumayan tuh), sedangkan Park Kyu tengah menyelidiki papan yang hampir dicuri oleh Chi Yong dengan melapisi papan tersebut dengan tinta dan kemudian mempresnya ke sebuah kertas untuk mengetahui gambar lambang dari papan tersebut yang ternyata.. (kita liat nanti, hohoho).

Sementara itu di Hanyang tepatnya di tempat perdagangan milik Seo Rin, terlihat seorang pedagang Cina sedang marah-marah kepada pegawainya dan meminta kembali uangnya.

Pedagang Ching: "Kembalikan uang kami! Berani sekali kau menipu kami? Aku tidak akan memaafkanmu!"

Seo Rin lalu menghampiri salah satu pegawainya untuk menanyakan apa yang terjadi.

Seo Rin: "Ini sudah larut malam, ada apa?"

Pegawai: "Pedagang dari Ching mengaku kalau perusahaan kita telah menjual barang-barang yang salah kepada mereka dan meminta untuk menarik kembali dan uang kompensasi."

Pedagang Cina tersebut juga komplain dengan perusahaan Seo Rin yang dinilainya telah menjual barang berkualitas rendah kepada mereka. Seo Rin lalu mengecek barang-barang tersebut dan menyatakan kalau itu semua bukan barang milik mereka.

Seo Rin: "Ini bukan produk kami."

Pedagang Ching: "Jadi sekarang kau mengatakan kalau ini bukan barang-barangmu???"

Kemudian Seo Rin menunjukkan sebuah papan lambang kepada mereka (sama dengan apa yang diselidiki Park Kyu) dan menjelaskan lambang tersebut.

Seo Rin: "Kau tahu apa ini? Apakah kau sebelumnya pernah melihatnya?"

Pedagang Ching: "A..apa itu?"

Seo Rin: "Ini lambang dari perusahaan dagang Seo Rin. Jika ini kali pertama kau melihatnya, maka kau telah ditipu oleh pedagang penipu yang telah berbohong dan mengklaim kalau barang-barang ini berasal dari perusahaan dagang Seo Rin."

Setelah menjelaskan panjang lebar kepada para pedagang Ching, Seo Rin menyuruh pegawainya untuk mengganti kerugian dari barang-barang mereka. Namun salah satu pegawainya memprotes hal tersebut karena dia takut perusahaan Seo Rin akan mengalami kerugian. Namun rupanya Seo Rin mempunyai maksud tertentu dan menyikapi kecemasan pegawainya itu dengan tenang (licik, kekekeke).

Pegawai: "Daehang sunim (nyonya)! Bukan hanya itu semua bukan produk kita, tetapi juga mereka bukan pedagang yang bertransaksi dengan kita. Lalu bagaimana bisa.."

Seo Rin: "Sekali mereka membeli produk kita, mereka tidak akan bisa berbisnis dengan pedagang lainnya."

Para pedagang Ching tentunya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Seo Rin (makanya bawa kamus, wkwkwkwk). Lalu Seo Rin sekali lagi menunjukkan papan lambang dari perusahaan dagang miliknya kepada mereka.

Seo Rin: "Pastikan untuk mengingat lambang ini! Ini membuktikan jika produk berasal dari Seo Rin Sagdan (perusahaan dagang)."

Yup, sekarang akhirnya bisa diketahui kalau tanda tersebut merupakan lambang dari Seo Rin Sangdan dan lambang yang sama dengan lambang yang diselidiki oleh Park Kyu.

Chi Yong-orrabun tengah menunggang kuda menuju sebuah tempat dimana sang kaki tangan tetua menyambutnya. Namun tiba-tiba Chi Yong teringat dengan perkataan Seo Rin yang menyuruhnya untuk tidak mempercayai pria tersebut.

Seo Rin: "Kau tidak boleh mempercayainya! Pada akhirnya pria itu akan menguasai Jeju."

Sambil mengingat peringatan dari Seo Rin, Chi Yong datang untuk menemui tetua desa (sudah tua bukannya tobat kek kakek..). Mereka lalu terlibat sebuah percakapan.

Tetua: "Bukankah sudah kubilang kalau kau datang ke sini dengan menyamar sebagai inspektur kerajaan? Akhirnya aku bisa bertemu denganmu."

Chi Yong: "Sejak saya mengganggu para polisi, tolong jaga hal tersebut dengan baik sehingga sangdan kami tidak perlu telibat dengan urusan ini secara langsung. Saya takut Anda akan mengkhianati kami."

Tetua: "Urusan Tamra ada di bawah kendaliku. Katakan pada gadis itu untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan yang dia janjikan."

Mendengar Seo Rin dipanggil secara sembarangan, Chi Yong langsung menegur sang tetua untuk memanggilnya Nyonya Daehaengsu. Namun tetua menolak karena baginya panggilan itu hanya berlaku jika berada di Hanyang dan Seo Rin juga belum pernah menduduki Tamra. Chi Yong hanya diam dengan perkataan sang tetua tentang Seo Rin dan kemudian dia pun pamit untuk undur diri.

Chi Yong: "Saya percaya pada Anda dan sekarang saya pamit undur diri."

Kepergian Chi Yong hanya disambut dengan tatapan kemarahan sang tetua.

Esoknya, Park Kyu yang sedang berdiri di pantai dihampiri oleh sang tetua yang juga melewati tempat itu.

Tetua: "Ketika aku masih muda, aku juga tinggal di pulau utama selama beberapa tahun tetapi tidak ada tempat seperti Tamra. Orang dari pulau utama berpikir kalau Tamra adalah sebuah tempat yang sulit untuk ditinggali dan tempat untuk para pengasingan. Itu karena mereka tidak tahu banyak tentang Tamra." (nyindir si Park Kyu niy)

Kemudian sang tetua menunjuk ke arah para penyelam wanita yang sedang mencari tiram di laut Tamra.

Tetua: "Lihat di sana. Tiram-tiram yang diambil dari laut oleh para penyelam merupakan barang-barang berkualitas tinggi yang tidak bisa kau temukan di Chosun. Bagaimana dengan kuda-kuda dari Tamra? Aku dengar bahwa sangat sulit untuk membeli sebuah kuda meski kau menukarnya dengan 8 karung beras."

Park Kyu yang mendengar penjelasan dari tetua merasa takjub dengannya karena ternyata orang tua itu tahu banyak mengenai pulau Tamra.

Park Kyu: "Anda cukup tahu banyak tentang Tamra."

Lalu tetua kembali melanjutkan pembicaraannya mengenai pulau tersebut yang mana dia bilang kalau Tamra merupakan harga berharga dari Chosun (pastinya, situ kan mau nguasain). Setelah itu tetua pun pergi meninggalkan Park Kyu.

Di kantor polisi, Yi Bang dan pimpinannya sedang membahas penyelidikan tentang tewasnya salah satu tahanan di penjara yang sangat misterius.

Pimpinan Yi Bang: "Jadi bagaimana? Apakah kau sudah menemukan identifikasi dari orang yang tewas di penjara?"

Yi Bang: "Untuk menemukan jejaknya, saya telah memeriksa gibang dimana dia tinggal. Saya tiba di sana setelah seseorang telah terlebih dahulu mengambil petunjuk."

Pimpinan Yi Bang: "Lalu, bukankah itu artinya mereka masih tinggal di sana?"

Yi Bang: "Saya telah mengatakan kalau sebuah kapal telah berangkat sebelum fajar esok hari dan para pencuri jinsangpoom (barang-barang pajak) menggunakan kapal tersebut."

Pimpinan Yi Bang: "Apa???"

Yi Bang: "Inspektur kerajaan telah memerintahkan untuk melakukan penyerangan ke kapal."

Yi Bang juga mengatakan kepada pimpinannya kalau mereka semua harus waspada dengan Park Kyu yang dicurigai olehnya terkait dengan apa yang mereka selidiki.

Yi Bang: "Kelihatanya ada seseorang yang harus kita amati."

Pimpinan Yi Bang: "Dan siapa itu?"

Yi Bang: "Seorang yandari bernama Park Kyu."

Pimpinan Yi Bang: "Park Kyu?"

Tidak lama kemudian Yi Bang beserta anak buahnya mendatangi rumah keluarga Jang. Rupanya dia datang untuk menahan Park Kyu. Tentu saja hal tersebut ditolak mentah-mentah olehnya.

Park Kyu: "Ada apa ini?"

Yi Bang: "Ku pikir kau lebih tahu daripada aku tentang alasannya. Kau ditahan."

Park Kyu: "Ditahan?!"

Ibu Beo Jin yang bingung dengan apa yang terjadi lalu meminta penjelasan dari Yi Bang mengenai alasan penahanan Park Kyu.

Jang Myeo: "Maaf tuan, apa maksud Anda dengan hal itu?"

Yi Bang pun menjelaskan bahwa Park Kyu telah mengganggu moral sosial dari Jeju dengan telah mendatangi gibang dan membuat keributan di tempat tersebut padahal dia masih dalam status pengasingan (wkwkwk, kasian Park Kyu). Beo Jin dan ibunya terkejut mendengarnya. Mereka tidak menyangka Park Kyu bisa berbuat seperti itu dan mereka pun memarahi Park Kyu (sudah jatuh ketiban tangga lagi, aw)

Beo Jin: "Gibang?"

Jang Myeo: "Gibang? Jadi, maksud Anda orang ini telah sering mengunjungi gibang? Bagaimana bisa kau tidak melakukan sebagai mana yang aku minta? Apa yang telah kau lakukan? Alasanmu tidak bekerja dan keluyuran setiap hari adalah untuk bersenang-senang dengan gisaeng?"

Ibu Beo Jin terus saja mengomel tanpa memberi kesempatan Park Kyu untuk membela diri. Sementara itu Yi Bang akhirnya memutuskan untuk menghukum Park Kyu dengan menjadi tahanan rumah.

Yi Bang: "Pendosa! Mulai sekarang kau tidak diperbolehkan untuk pergi dari rumah ini barang selangkah pun. Bila kau meninggalkan rumah tanpa izin dari kantor pemerintah, kalian semua akan dihukum seperti dirinya. Mengerti?!"

Setelah selesai memberikan vonis pada Park Kyu, Yi Bang beserta anak buahnya lalu pergi. Mendengar keputusan sang Yi Bang tentu saja Beo Jin dan ibunya menjadi kesal terhadap Park Kyu dan yang bersangkutan tidak bisa berbuat apa-apa.

Di tempat persembunyian, Phi Lip kembali mengingatkan Yan untuk tidak datang terlambat ke pelabuhan saat fajar. William yang bingung kemudian bertanya kepada Yan. Rupanya dia tidak tahu dengan rencana Yan yang berniat pergi dari Tamra.

William: "Sampai saat fajar? Kenapa ke pelabuhan?"

Yan: "Kita akan pergi besok."

William: "Besok? Pergi besok?"

Yan: "Kita akan pergi pagi-pagi sekali, lebih baik kau memberesi barang-barangmu dan pergi tidur lebih cepat."

Namun William hanya mengambil topeng di atas meja. Mengetahui apa yang dipikirkan oleh William, Yan langsung menghampirinya dan melarang William pergi (pastinya dia mau ketemu Beo Jin).

Yan: "Apa yang kau lakukan, William?"

William: "Kita harus pergi dengan Beo Jin!"

Yan: "Tidak, tidak bisa!"

William: "Aku yang akan bertanggung jawab. Beo Jin bilang dia akan pergi denganku juga."

Yan mulai kesal dengan tingkah laku William yang terus saja memikirkan Beo Jin. Dia lalu menarik kerah baju William dan menasehatinya untuk tidak bertindak macam-macam.

Yan: "Dengar baik-baik, William. Aku kehilangan semuanya. Aku harus kembali ke VOC secepatnya. Aku mempunyai tanggung jawab untuk mengembalikan dirimu ke kampung halamanmu. Jangan hancurkan hal ini untukku."

Sayangnya William sudah terlanjur jatuh cinta kepada Beo Jin dan dia tidak mau meninggalkan gadis tersebut. Perkataannya pun disambut kemarahan dari Yan dan dia kembali membujuk William.

William: "Yan, jantungku..berdetak. Setiap saat aku memikirkan tentang Beo Jin.. Aku tidak akan pergi..tanpa dirinya!"

Yan: "Sadarlah pada dirimu! Pikirkan tentang kenapa kau datang ke sini pertama kali! Nagasaki-lah yang ada di mata kita! Di sana terdapat harta karun yang selalu kau inginkan!"

William lalu melepaskan tangan Yan dari kerah bajunya dan mengambil pot kesayangnya. Tanpa diduga, pot tersebut dibanting oleh William. Yan yang melihatnya pun terkejut dengan sikap William. Kali ini dengan marah William kembali menjelaskan kepada Yan apa yang dia lakukan.

William: "Sudah kukatakan padamu sebelumnya.. Itu.. berarti ..bukan apa-apa.. untukku."

Dan William pun pergi meninggalkan Yan. Di luar dia berlari menuju rumah Beo Jin dengan memakai topeng.

Sedang Beo Jin sendiri tampak gelisah dan tanpa disadarinya Park Kyu memperhatikan gadis itu dari jendela kamarnya. Park Kyu lalu teringat dengan kesepakatannya dengan Yan dimana dia memberikannya uang untuk digunakan Yan pergi dari Tamra.

Dua penjaga yang diperintahkan Yi Bang untuk menjaga rumah Beo Jin heran dengan tingkah laku Beo Jin yang terlihat mencemaskan sesuatu (kayaknya siy nunggu si William).

Penjaga A: "Beo Jin, apa yang kau lakukan?"

Penjaga B: "Apa kau sedang menunggu seseorang?"

Beo Jin: "Tidak.. Tidak ada.."

William yang hampir sampai di rumah Beo Jin, mendadak bersembunyi ketika melihat ada dua penjaga sedang berjaga di depan rumah Beo Jin. Agar bisa bertemu dengan Beo Jin, William lalu bersiul sebagai tanda kalau dia datang. Beo Jin mendengar suara siulan tersebut dan langsung menyadari kehadiran William. Dia pun bergegas menuju ke arah siulan itu dan bertemu dengan William.

Beo Jin: "William, kau akan dalam masalah besar jika datang ke sini sekarang."

Namun William tidak mengidahkan perkataan Beo Jin, baginya sudah cukup asalkan Beo Jin baik-baik saja. Beo Jin pun senang mendengar William mencemaskan dirinya.

William: "Terima kasih Tuhan. Beo Jin, kau baik-baik saja kan?"

Beo Jin: "Apa kau tahu tentang aku? Seorang penyelam membuat semacam kesalahan, aku merasa sangat malu.."

William: "Aku sangat mencemaskan tentang dirimu sampai tidak bisa tidur."

Beo Jin: "Aku juga merasa senang bisa bertemu denganmu lagi William."

Dengan ragu, William memberitahu Beo Jin kalau besok dirinya akan pergi pagi-pagi sekali. Tapi Beo Jin tidak mengerti maksud dari perkataan William (bebel amat niy cewek, kekekek). Lalu William mencoba menjelaskan sekali lagi kepada Beo Jin, dia berkata jika Tamra adalah tempat yang sangat berbahaya untuk dirinya dan mengajak Beo Jin untuk pergi bersamanya. Beo Jin tentu aja kaget dengan hal itu (belum siap pergi dari kampung) dan tidak bisa menjawab apa-apa. Lalu William juga memperingatkan gadis itu konsekuensinya jika Beo Jin ikut dengannya.

William: "Jika kita pergi besok, kita mungkin tidak akan pernah kembali ke sini lagi."

Beo Jin pun terdiam dan mulai menangis. Dia rupanya memikirkan akan nasib keluarganya dan merasa berat jika harus meninggalkan mereka. Namun ternyata Beo Jin malah memilih untuk ikut William (jyah gubrak!)

Beo Jin: "Bila aku berpikir tentang keluargaku..hatiku sakit.. Maafkan aku, tetapi..aku sangat.. Aku seorang gadis yang tidak berguna di Tamra.. Aku akan..mengikutimu, William."

Mendengar jawaban dari keputusan Beo Jin, William lalu memberikannya sebuah kalung salib miliknya dan memakaikannya kepada Beo Jin.

Beo Jin: "Ini.."

William: "Benda ini telah tersemat sepanjang waktu. Bahkan ketika aku makan dan ketika aku tidur..selalu.. Besok kita bertemu di pelabuhan."

Sambil menggenggam kalung pemberian William, Beo Jin pun mengangguk tanda mereka sepakat dengan keputusannya dan berjanji bertemu esok hari. Kemudian Beo Jin memegang tangan William dan membuat isyarat janji tangan khas Korea (bingung ngejelasinnya, kalau di Jepang nyebutnya "yubikiri"). William hanya tersenyum dan menggenggam tangan Beo Jin dengan kedua tangannya. Mereka pun saling memandang.

Sesampainya di rumah, Beo Jin langsung disambut oleh Park Kyu yang terlihat menunggu dirinya di luar kamar.

Park Kyu: "Apa kau menemui orang asing?"

Beo Jin terkejut dengan pertanyaan Park Kyu dan hanya menggelengkan kepalanya. Agar Park Kyu tidak curiga, Beo Jin buru-buru menyembunyikan kalung William. Sebelum pergi dari hadapan Park Kyu, Beo Jin kembali memberi nasehat kepada Park Kyu agar tidak lagi melakukan tindakan yang merugikan dirinya.

Beo Jin: "Yandari.. Pastikan kau untuk membuka lembaran baru. Jangan berjudi, jangan pergi ke rumah gisaeng.. Selalu..pastikan dirimu menjadi orang yang lain dan kembali ke Hanyang."

Park Kyu tertegun mendengar ucapan Beo Jin yang kemudian meninggalkannya. Park Kyu merasa ada yang tidak beres dengan Beo Jin (seakan mengucapkan selamat tinggal secara tidak langsung ya bang Kyu).

Sementara itu di tempat lain terlihat Phi Lip, Yan dan William tengah mempersiapkan barang-barang yang akan mereka bawa. Sedangkan Beo Jin juga tampak akan segera meninggalkan rumahnya secara diam-diam setelah menyelimuti adiknya yang imut. Sebelum pergi, Beo Jin berkata pada dirinya sendiri kalau dia nantinya harus kembali meskipun dia merasa dirinya tidak berguna di Tamra.

Beo Jin: "Pastinya, kau harus kembali. Selain itu aku tidak berguna di sini.."

Lalu Beo Jin kembali menatap halaman rumahnya dan membayangkan aktifitas rutin keluarganya dimana sang ayah sedang sibuk menyiapkan bahan untuk membuat sandal jerami, adiknya Beo Seol sedang menyapu, dan tentu ibunya. Melihat itu semua, Beo Jin kemudian mempersiapkan sarapan untuk keluarganya sebelum dia benar-benar pergi (itu nasi emang enggak jadi beras lagi yak? Kekekek).

Sayangnya Park Kyu memergoki Beo Jin yang akan pergi. Hal itu tentu saja membuatnya terkejut. Dengan dingin Park Kyu bertanya padanya apakah Beo Jin akan pergi bersama orang asing (William maksudnya). Beo Jin mencoba mengelak ketika Park Kyu menghampirinya.

Beo Jin: "Aku tidak pergi kemana-mana. Aku punya sesuatu yang harus kukerjakan.."

Park Kyu terus menatap Beo Jin tajam dan ketika gadis itu akan pergi, Park Kyu menarik tangannya. Meski Beo Jin terus meronta-ronta mencoba melepaskan genggaman tangan Park Kyu, tapi pemuda itu tidak bersedia melepasnya.

Beo Jin: "Lepaskan! Aku harus segera pergi. Sudah kubilang lepaskan aku!!!"

Park Kyu: "Jangan pergi.. Aku tidak ingin dirimu pergi!"

Beo Jin terkejut mendengar perkataan Park Kyu yang lantang melarangnya pergi (selain dia juga takut suaranya Park Kyu ngebangunin keluarganya, hehehe). Namun Beo Jin tetap bersikeras untuk pergi, meski Park Kyu bilang dirinya tidak suka Beo Jin pergi bersama orang asing (LOL, pernyataan cinta tak langsung niy, kakakak).

Semua usaha Park Kyu menahan Beo Jin sia-sia karena Beo Jin terus berusaha memohon agar Park Kyu melepaskannya dan tanpa sadar membuatnya menangis. Dengan wajah sedih dan tidak rela, akhirnya Park Kyu pun membiarkan Beo Jin pergi. Beo Jin berlari meninggalkannya sendiri (bertiga sama penjaga yang lagi tidur).

Beo Jin terus berlari hingga dia berada jauh dari Park Kyu (I love this bgm, so sad..) dan kemudian berhenti. Beo Jin kembali teringat dengan kata-kata sang ayah.

Woo Bin: "Hidupmu bukan hanya untukmu saja. Jika kau pergi ke sana, apa kau pikir kami bertiga tidak akan sedih dengan kematianmu yang tinggal tanpa masalah?"

Pikiran Beo Jin menjadi flashback mengingat kenangan bersama keluarganya yang begitu mencemaskan Beo Jin, bersama William ketika cowok itu memberinya sebuah kacamata renang dan saling mendengarkan dengup jantung mereka masing-masing.

Hingga yang terakhir adalah Park Kyu, yang dengan terus terang menyatakan ketidaksukaannya jika Beo Jin pergi dengan orang asing. Di saat yang sama, Park Kyu akhirnya nekat menerobos menjagaan para pengawal dan berlari untuk mengejar Beo Jin (pengawalnya dudul, wkwkwk).

Beo Jin terus menangis sambil memegang kalung pemberian William yang dia pakai di lehernya yang kemudian kembali melanjutkan perjalanannya. Sesaat di belakangnya terlihat Park Kyu yang berlari untuk menghentikan Beo Jin sambil dikejar oleh dua orang penjaganya. Sayang Beo Jin sudah tidak ada di situ dan Park Kyu menghentikan langkahnya menyadari Beo Jin sudah benar-benar pergi dan dia pun menangis sambil dibawa paksa oleh dua penjaganya.

Keesokkan harinya para ABK (jadi inget berita di tipi, xixixixi) sibuk menyiapkan muatan. Sang pemilik kapal yang tidak menyangka dengan kehadiran William lalu memarahi Phi Lip.

Pemilik kapal: "Yah, kau bocah. Kau pasti sudah gila. Apa yang tengah diperbuat si kepala kuning di sana? Jika mereka melihat kita dengan orang asing, kita semua akan dibunuh. Kau idiot! Kenapa mereka menumpang kapal ini untuk pergi?"

Phi Lip: "Kenapa kau sangat khawatir? Kapal ini kan akan segera berangkat dan mereka bisa pergi ke Nagasaki dengan kapal."

Mendengar ucapan Phi Lip yang tidak mengerti pokok masalahnya, sang pemilik kapal langsung memukul kepala Phi Lip dan meninggalkannya. Phi Lip kemudian berusaha meyakinkan sang pemilik kapal dan merayunya. Mau tidak mau akhirnya pemilik kapal pun menyuruh Yan dan William untuk segera naik ke kapalnya karena mereka akan segera berangkat.

Mendengar ucapan pemilik kapal, Yan mengajak William yang sedang menunggu Beo Jin untuk bersiap.

Yan: "William, ini sudah terlambat. Beo Jin tidak akan datang."

William: "Tidak. Dia pasti datang."

William kembali menunggu Beo Jin yang saat itu tengah lari menuju tempat William, tapi kemudian Beo Jin terjatuh (si Beo Jin lari dari semalem kok gak nyampe-nyampe yak?). Tahu waktunya tidak banyak, Beo Jin berusaha bangkit dan jatuh lagi.

Sementara itu di dermaga tempat kapal yang ditumpangi oleh Yan dan William tiba-tiba kedatangan para polisi. Phi Lip langsung berteriak memberi peringatan kepada yang lainnya dan bergegas menuju Yan dan William.

Phi Lip: "Ada polisi! Kita harus sembunyi sekarang!"

Yan mencoba melihat dan ternyata apa yang dikatakan oleh Phi Lip benar. Dia harus segera membawa William pergi atau mereka akan tertangkap. Karena polisi yang semakin mendekat, mereka tidak punya pilihan lain selain terjun ke laut. Beo Jin yang baru tiba di dermaga terkejut melihat ada banyak polisi di kapal William. Beo Jin lantas bersembunyi dan menyaksikan banyak dari ABK yang ditahan oleh mereka, termasuk Phi Lip. Rupanya operasi tersebut dipimpin oleh Kim Yi bang. Beo Jin hanya bisa menangis menyesali dirinya yang datang terlambat.

Di lain pihak, Park Kyu sedang berusaha merayu para penjaganya agar dirinya tidak dibawa ke kantor polisi.

Park Kyu: "Apa kalian yakin kita harus pergi ke kantor polisi? Jika kalian menutup mata untukku, aku tidak akan pernah menyusahkan kalian lagi."

Penjaga A: "Kami juga merasa berat. Tolong berhenti memohon. Seseorang harus mengawasimu. Bila Yi Bang mengetahui hal ini, kami akan mendapat masalah besar."

Mendadak langkah mereka pun terhenti karena melihat rombongan polisi yang membawa para ABK dan lalu Yi Bang yang juga melihat Park Kyu berserta bawahannya menghampiri (what happen aya naon eta?).

Di pantai, William dan Yan berusaha mencapai tepian setelah akhirnya mereka berhasil lolos dari para polisi. Yan tentu saja marah melihat rencananya untuk pergi dari Tamra gagal lagi dan kali ini dia benar-benar menyalahkan Beo Jin. Mendadak secara tiba-tiba mereka bertemu dengan salah seorang penduduk wanita yang sedang berada di sana juga. Dengan spontan dia pun berteriak dan ternyata muncullah teman-temannya yang ternyata mereka merupakan para wanita penyelam yang sedang mencari kerang (wkwkwkwk, apes!). Sudah pasti mereka dikejar oleh para wanita perkasa tersebut. Maka dimulailah adegan kejar-kejaran, kekekeke.

Sayang, pada akhirnya William dan Yan tertangkap. Melihat ada orang asing di depan mata mereka timbul pula banyak pertanyaan.

Ibu Kkeut Bon: "Apa ini? Apakah ini sejenis manusia atau seekor hewan?"

Sapaan William yang ingin menjelaskan kepada mereka malah dibalas dengan teriakan histeris (kaget denger orang bule ngomong hangul, kakakakak).

Sementara itu Beo Jin yang merasa bersalah karena menyangka William telah ditangkap mendatangi tempat persembunyian William yang sekarang telah kosong dan menangis sambil menggenggam kalung pemberian William.

Pindah ke desa, para penduduk yang baru pertama kali melihat ada orang asing (terutama bule) berkumpul untuk menonton Wiliam dan Yan. Pertanyaan datang silih berganti dari mereka. Agar tidak dicurigai terus-terusan (gara-gara disangka dokaebi alias setan jejadian, kekeke), Yan akhirnya angkat bicara dengan mengarang sebuah cerita, namun hal itu diragukan oleh ibu Kkeut Bon.

Yan: "Aku..aku sedang membersihkan diriku di laut dan melepaskan pakaianku. Orang ini kabur dengan membawa pakaianku dan aku mengejarnya untuk menangkapnya. Tiba-tiba para wanita itu berkumpul bersama-sama. Ah, mereka sangat mengintimidasi."

Ibu Kkeut Bon: "Jika itu benar, kenapa kau tidak mengatakan apapun sampai sekarang?"

Namun mendengar dari cerita Yan, penduduk lain malah lebih percaya kepada perkataan Yan. Mereka menuding ibu Kkeut Boon bersikap sudah keterlaluan. Ibu Kkeut Boon tentu saja marah dengan tuduhan tersebut. Kemudian ibu Beo Jin mengambil keputusan yang cukup mengejutkan dengan menyuruh para penduduk untuk melepaskan Yan (tidak termasuk William).

Yan pun akhirnya dibawa pergi oleh ibu Kkeut Bon meninggalkan William sendiri. Secara tidak diduga Beo Sul yang melihat William menjawab apa yang dipertanyakan oleh para penduduk dan membuat mereka tercengang (ini bocah pinter, beda sama kakaknya yg oon, wkwkwkwk).

Beo Sul: "Aku rasa si mata biru itu merupakan orang."

Ayah Beo Jin: "Orang?"

Tapi langsung disangkal oleh salah seorang penduduk yang tetap bersikukuh mengatakan bahwa William adalah dokaebi (jd inget sama alat pengocok di Leejel Home Shopping yg namanya juga dokaebi, kakakakak). Debat pun terjadi dan sebelum menjadi tambah runyam, ibu Beo Jin berpendapat kalau sebaiknya mereka melaporkan William kepada polisi yang langsung disetujui oleh penduduk tersebut.

Di kantor polisi, ternyata Park Kyu tengah ditahan oleh Yi Bang atas tuduhan keluar rumah tanpa izin secara dia masih dalam status tahanan rumah.

Yi Bang: "Kau meninggalkan rumah tanpa izin. Kemana kau bersikeras pergi? Para pencuri Jinsangpoom (barang-barang pajak) telah ditangkap di sebuah dermaga kecil pagi ini. Apakah kau dan putri dari Daesanggon (pimpinan penyelam yg enggak lain maksudnya si Beo Jin) mencoba untuk pergi ke tempat tersebut?"

Park Kyu: "Omong kosong apa yang kau bicarakan?"

Yi Bang: "Terakhir kali, putri dari Daesanggoon menjadi tersangka sebagai seseorang yang menyembunyikan para pencuri."

Park Kyu: "Itu adalah kesalahpahaman!!"

Mendengar perkataan Park Kyu, Yi Bang menjadi semakin marah. Dia terus menuduh Park Kyu memiliki kaitan erat dengan Han Bok Man, salah satu dari tersangka dan juga menudung Park Kyu ada hubungan khusus dengan Beo Jin. Park Kyu terus membantah tuduhan Yi Bang, hingga akhirnya Yi Bang yang murka menyuruh anak buahnya untuk menangkap Beo Jin.

Terpaksa deh Park Kyu buka suara dan bilang kalau alasan dia kabur adalah karna mengikuti Beo Jin dan (pura-pura) mengakui antara dirinya dan Beo Jin memang ada hubungan yang spesial.

Park Kyu: "Sebenarnya.. Putri kepala penyelam dan aku adalah.. Kau tahu.. Berpacaran. Sekali seorang pria dan wanita jatuh cinta, cinta menjadi sangat bergairah."

Yi Bang: "Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?"

Park Kyu: "Meski aku dalam pengasingan, aku masih seorang yang terhormat. Bagaimana bisa aku terang-terang mengatakan hubungan itu kepada orang biasa?"

Meski sudah mengakui, Park Kyu tetep aja kena hukuman pukul pantat sebanyak 10x dari Yi Bang sebagai "hadiah" karena kelakuan Park Kyu yang dinilainya memalukan karena udah berpacaran tapi tetep main ke Gibang (buah simalakama, kekeke).

Setelah menjalani hukuman Park Kyu pun dibebaskan, namun saat keluar dari kantor polisi, Beo Jin ternyata telah berada di depan pintu gerbang. Para penjaga menyangka Beo Jin datang untuk menjemput Park Kyu dan menyuruhnya membawa Park Kyu pulang. Tidak lupa mereka menjelaskan alasan Park Kyu berada di kantor polisi gara-gara ngikutin si Beo Jin yang langsung membuat Beo Jin takut dan merasa bersalah. Saat akan menanyakan keadaan Park Kyu, mereka kedatangan seorang pria yang bilang kalau para penduduk telah menangkap makhluk liar dengan rambut kuning dan mata biru.

Pria: "Beo Jin! Kami telah menangkap seekor makhluk liar dengan rambut kuning dan mata biru."

Beo Jin: "Apa katamu?"

Pria: "Aku telah diberitahu kalau kita bisa mendapatkan sebuah vocer untuk barang pajak jika kami melaporkan hal ini ke polisi."

Beo Jin pun langsung khawatir dan buru-buru mengejar pria tersebut, tapi langkah gadis itu dihalangi oleh Park Kyu. Rupanya Park Kyu tidak ingin Beo Jin terlibat lebih jauh (takut dicurigai gitu) dan lantas berhasil menghentikan langkah pria tersebut yang menuju kantor polisi dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya.

Park Kyu: "Maaf. Apakah makhluk berkepala kuning ini mengatakan sesuatu?"

Pria: "Dia bilang ..selamat pagi.. sambil menatap kami. Aku sangat terkejut."

Park Kyu: "Apakah dia mengatakan hal yang lain? Seperti dia melihat seseorang atau tinggal di suatu tempat?"

Pria: "Aku tidak mendengar yang lainnya."

Park Kyu: "Apa kau telah mendiskusikan hal ini dengan tetua?"

Pria: "Belum."

Mendengar jawaban dari pria itu, Park Kyu mencoba memberitahunya kalau apa yang dia lakukan nantinya hanya akan membuat tetua mereka merasa kecewa karena para penduduk lebih mengutamakan melapor polisi dibanding tetua mereka sendiri.

Akhirnya pria tersebut kembali dan bilang kepada yang lainnya agar mereka tidak menentukan hal itu tanpa mengatakannya kepada tetua mereka (kemakan bujukkan maut Park Kyu, kekekek). Awalnya mereka terlibat adu pendapat hingga Beo Sul kembali dengan kata-kata bijaknya yang mengatakan kalau mereka lebih baik melaporkannya kepada tetua dan perkataannya pun langsung disetujui oleh yg lainnya (gila, niy anak bakat jadi kepala desa, semua pada tunduk, wkwkwkwk).

William akhirnya dibawa menuju kediaman sang tetua. Park Kyu dan Beo Jin datang terlambat dan Beo Jin yang khawatir dengan William bergegas ke rumah tetua namun dilarang oleh Park Kyu.

Beo Jin: "Aku.. akan pergi menemui William."

Park Kyu: "Kau tidak boleh pergi! Penduduk desa mungkin akan mengetahui bahwa kau telah menyembunyikan orang-orang asing sejauh ini. Kau juga akan terluka."

Beo Jin: "Aku tahu, aku tahu tetapi.. Bagaimana bisa aku hanya tinggal di sini tanpa melakukan apapun? Aku akan pergi memeriksanya dengan hati-hati."

Beo Jin akhirnya tetap pergi menemui William dan meninggalkan Park Kyu seorang diri (sabar ya bang").

Di kediaman tetua, William mulai menjelaskan siapa dirinya dengan bahasa hangul yang sangat lancar untuk ukuran orang asing. William berkata bahwa dirinya juga merupakan seorang manusia seperti para penduduk lainnya dan menerangkan bagaimana asalnya dia bisa terdampar di Tamra. Melihat William bisa bahasa mereka, para penduduk pun menjadi takjub.

Kemudian sang tetua menanyakan kepada William tentang siapa yang telah mengajarinya bahasa hangul. Mungkin karena khawatir tentang Beo Jin, William mengalihkan pembicaraan dengan berkata bahwa dia juga bisa beberapa bahasa asing lainnya seperti bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Sayangnya lagi-lagi William malah dituduh sebagai dokaebi gara-gara hal tersebut.

Beberapa saat kemudian Beo Jin pun tiba ke tempat William ditahan. Namun rupanya sang tetua telah memutuskan untuk melaporkan William kepada polisi karena dirinya merasa tidak mampu menangani masalah ini. Mendengar perkataan tetua, Beo Jin menjadi sangat gelisah dan khawatir akan nasib William. Tiba-tiba Park Kyu datang menyusul Beo Jin dan kembali menolong William demi Beo Jin.

Park Kyu: "Tuan! Kita harus menunjukkannya pengampunan. Beberapa dari pelaut kita telah terdampar ke Daemado atau Vietnam. Aku dengar kalau orang-orang tersebut bisa kembali ke Jeju dengan bantuan dari warga negara itu."

Tetua: "Itu benar! Dulu kala, beberapa penduduk Tamra terdampar ke Yooguguk karena sebuah badai, namun mereka kembali dengan selamat."

Park Kyu: "Kita harus menolong para orang asing yang terdampar sebagaimana yang telah mereka lakukan pada orang-orang kita."

Bukan hanya Park Kyu yang berusaha membujuk sang tetua, ayah Beo Jin yang iba juga mencoba menolong William dengan mengatakan meski William aneh, tetapi pastinya dia seorang manusia karena dia juga bisa berbicara bahasa mereka dengan baik. Park Kyu juga menambahkan kalau di Hanyang (Seoul) juga ada orang asing yang menolong tentara Chosun membuat senjata. Hal itu dibenarkan oleh sang tetua dan akhirnya setelah perdebatan panjang, tetua pun memutuskan untuk tidak melaporkan William kepada polisi. Beo Jin lega mendengarnya (thanks to Park Kyu dunks, hehehe), apalagi ibunya sendiri juga bilang kepada semua penduduk untuk merahasiakan William dari polisi. Kemudian para penduduk membubarkan diri. Beo Jin yang berniat segera bertemu William tetap mendapat larangan dari Park Kyu karena menurutnya bukan saat yang tepat dan dengan terpaksa Park Kyu menyeret Beo Jin pergi bersamanya. Sementara itu dikejauhan Yan mengamati William yang sekarang "ditahan" di tempat tetua, dia terlihat sangat khawatir.

Di penjara, Phi Lip terus menyalahkan sang pemilik kapal karena dirinya ditahan oleh polisi. Bocah itu pun menganggap pria tersebut salah seorang dari jingsangpoom. Sang pemilik kapal pun marah dengan tuduhan Phi Lip dan berkata meski dia menyelundupkan sesuatu yang dilarang dari Jepang, namun dia bersumpah tidak pernah menjadi pencuri pajak.

Phi Lip: "Pemilik kapal! Aku sangat kecewa padamu! Aku pikir kau seorang yang terhormat yang mana tahu tentang semua hal mengenai sungai Tamra! Apakah kau mencuri dan menjual semua barang-barang pajak??"

Pemilik kapal: "Apa? Kau anak kurang ajar!!! Walaupun aku mengimpor sesuatu yang buruk dari Jepang, bagaimana bisa aku mencuri produksi yang telah dikerjakan orang-orang di sini dengan hasil keringat mereka? Ini merupakan kejahatan yang salah!!!"

Phi Lip kembali bertanya kenapa dirinya juga ikut tertangkap olehnya dan sang pemilik menjelaskan kalau semua itu dilakukannya untuk melindungi bocah itu juga. Sebab seandainya mereka ketahuan bersembunyi bersama orang asing tentunya mereka akan dibunuh dan Phi Lip pun mengerti.

Sayangnya Yi Bang mendatangi sel mereka dan berkata kalau mereka akan dihukum mati jika terbukti menyelundupkan barang pajak kecuali memberitahu tentang adanya orang lain yang ikut serta dalam kegiatan yang mereka lakukan (mancing info tentang orang asing). Apes, Phi Lip tidak sengaja keceplosan ngomong ada orang lain selain mereka yang ikut gara-gara ketakutan dengan ancaman Yi Bang.

Yi Bang: "Jika kau mengatakan padaku yang sebenarnya, aku bisa mengurangi hukumanmu. Apa kau pernah membuat kontak dengan seseorang yang mencurigakan?"

Phi Li: "Ada! Dia bukan seseorang yang mencurigakan tetapi seseorang yang berasal dari kota lain."

Orang yang dimaksud oleh Phi Lip adalah Bong Man, pembantu Park Kyu yang baru datang dari Hanyang (kekeke, sial niy orang jadi kambing hitam). Phi Lip lantas menjelaskan lebih lanjut siapa Bong Man kepada Yi Bang yang mulai mengalihkan kecurigaannya kepada Park Kyu beserta pembantunya itu.

Sedangkan Bong Man sendiri saat ini lagi bertanya kepada dua orang penjaga. Dia stress dengan tuannya yang disangkanya masih ditahan di kantor polisi. Kedua penjaga semakin bingung serta kaget dengan identitas Park Kyu karena Bong Man bilang kalau tuannya itu sangat terkenal di Hanyang dengan berhasil menyelamatkan nyawa Raja dan juga menjadi peringkat pertama yang lulus tes kerajaan (ember niy mulut si pembokat, wkwkwk).

Scene pun berganti dengan adegan dimana Park Kyu diceritakan berhasil menggagalkan usaha pembunuhan Raja yang dilakukan oleh seorang utusan yang menyamar sebagai pemusik istana. Rupanya itu semua sia-sia karena kedua penjaga tersebut hanya menganggapnya cerita itu karangan Bong Man aja (lagian ceritanya lebay, kakakak).

Mereka pun mengolok-ngoloknya meski Bong Man bersumpah kalau itu semua kenyataan.

Penjaga A: "Pembohong! Apa kau saat ini sedang menulis novel?"

Penjaga B: "Kenapa kau tidak sekalian menambahkan .. dia tidak bisa menyebut ayahnya, ..ayah..?!"

Penjaga A: "Lalu, yandari seperti Hong Gil Dong (Robin Hood-nya Korea) di Hanyang?"

Bong Man: "Aku mengatakan kepada kalian yang sebenarnya! Apa kalian selalu seperti ini setiap waktu?!"

Penjaga B: "Aigoo, itu Hong Gil Dong (nyindir Park Kyu) datang kemari!"

Kedua penjaga itu menunjuk ke arah Park Kyu yang datang bersama Beo Jin.

Bong Man langsung menghampiri tuannya itu. Dia mencemaskan Park Kyu yang habis kena hukuman pukul pantat, namun Park Kyu menyuruh Bong Man agar tidak khawatir padanya. Sikap pembantunya yang terlalu over membuat Park Kyu kesal, apa lagi karena ada Beo Jin di sampingnya (malu tapi jaim, kekeke). Beo Jin yang masih terdiam pun meninggalkan Park Kyu setelah melihat pandangan Park Kyu yang mengisyaratkannya agar pergi. Setelah gadis itu berlalu, Park Kyu memberi sebuah tugas kepada Bong Man untuk menyelidiki kasus penangkapan pencuri pajak.

Park Kyu: "Para pencuri barang pajak telah tertangkap pagi tadi. Pergi selidiki apa yang terjadi untuk lengkapnya."

Bong Man: "Mereka tertangkap? Lalu tuan, apakah Anda akan kembali ke Hanyang?"

Pertanyaan Bong Man yang sama terus menerus makin membuat Park Kyu kesal dan langsung menyuruh pembantunya itu segera pergi melaksanakan tugasnya. Kemudian Park Kyu kembali ke rumah keluarga Jang dan disambut oleh kedua penjaga dan tatapan dari ibu Beo Jin yang rupanya sudah menunggu kedatangan Park Kyu. Salah seorang penjaga hanya berkata kalau mereka telah menjelaskan tentang semuanya. Park Kyu tentu saja bingung dengan maksud perkataan penjaganya itu (ini tentang kebohongan Park Kyu yang bilang dia pacaran sama Beo Jin). Ibu Beo Jin lantas mamaksanya duduk dan menginterograsi Park Kyu guna mendapatkan konfirmasi yang sebenarnya.

Ibu Beo Jin: "Apakah Beo Jin melakukan sesuatu kepadamu yang mengharuskannya bertanggung jawab?"

Park Kyu: "Hah?"

Ibu Beo Jin: "Apakah Beo Jin melakukan sesuatu kepadamu yang mengharuskannya bertanggung jawab?"

Park Kyu: "Anda lancang sekali! Beraninya berkata omong kosong seperti itu?!"

Ibu Beo Jin hanya diam menatapnya curiga dan kemudian beralih memandangi Beo Jin. Sang ibu hanya berkata dalam hati melihat putrinya yang menurutnya tidak begitu cantik, bukan penyelam yang handal juga mempunyai tubuh yang lemah (ngeremehin anak sendiri, kejamnya, kakakak). Lalu membandingkannya dengan Park Kyu yang dia nilai tidak bisa apa-apa tetapi mempunyai badan yang tinggi juga lumayan ganteng. Lalu ibu Beo Jin pun tersenyum setelah menimbang-nimbang keputusannya yang akhirnya merestui "hubungan" Park Kyu dengan Beo Jin yang membuat keduanya heran sekaligus bingung dengan maksud senyumannya itu (nah lho? Wkwkwkwk)..

Episode 07

Berawal dari flashback kisah episode 6, ketika Wiiliam meminta Beo Jin berjanji untuk selalu bersama. Kemudian Park Kyu yang melarang Beo Jin pergi. William dan Yan tertangkap oleh para wanita penyelam.

Episode 7

Beo Jin dan Park Kyu pulang bersama ke rumah. Ny. Choi yang sudah menunggu, lalu mengamati mereka berdua yang duduk berseberangan. Ia melihat putrinya dan berkata dalam hati, "buruk sebagai penyelam, wajahnya tidak cantik, dan tubuhnya juga lemah... Menarik nafas berat dan melanjutkan, "Ia pasti tidak akan menikah di Tamna."

Lalu gantian memandang Park Kyu. "walaupun tidak baik dalam pekerjaan apapun, namun dia tinggi, bening dan sedap dilihat." Ia menimbang-nimbang sambil gantian melirik Park Kyu dan Beo Jin. Mereka berdua tentu saja heran.

"Baiklah, walaupun aku sedikit khawatir mengenai penyebab dia diasingkan karena menggoda wanita, itu bisa diatasi dengan memberinya sedikit pelajaran." Lalu ia tersenyum pada Park Kyu. Park Kyu merasa tidak enak, "apa yang kau pikirkan?" tanyanya. Namun Ny.Choi malah menghampiri Beo Jin dan menanyakan penyebab putrinya melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan, seperti menyediakan sarapan dan keluar malam hari. Ny.Choi curiga bahwa Beo Jin ingin lari bersama Park Kyu. "ah, tak salah lagi kau menggodanya, benarkan?." Beo Jin menyangkal dan langsung pergi. Sementara Park Kyu salah tingkah dan masuk ke kamarnya.

Seorang lelaki terbahak sambil mengatakan, "aku kira dia hanya vendor rokok, namun ternyata dia juga menilap donasi untuk ke istana. Ckck. Kirim para pencuri ini ke kantor Provinsi Jeju besok!" perintahnya. Ini berguna juga untuk memperbaiki imejnya di depan pemerintah Jeju. (Anis belum tahu siapa laki-laki ini, seragamnya seperti polisi). Namun Yi Bang mengatakan bahwa ada hal yang aneh dengan bukti-bukti yang ada di kapal. Namun lelaki itu bersikeras mengirimkan para pencuri ke pemerintah Jeju. Yi Bang akhirnya berkutat dengan kecurigaannya sendiri.

Beo Jin mengunjungi rumah tetua tempat William disembunyikan. Hyang Dol menyambutnya ramah. Beo Jin sempat menyebut nama William, kemudian dengan cepat mengoreksinya dengan lelaki bermata biru. Hyang Dol mempersilahkannya namun terlihat curiga dengan kalung yang dikenakan Beo Jin. Beo Jin memandang William sedih. Beo Jin datang untuk melihat kondisi William dan mengatakan bahwa ia datang pada hari itu, namun polisi sudah berada di sana. William tersentuh. (btw, hanboknya Beo Jin lucu deh). Hyang Dol menyatakan kecurigaannya pada tetua. Melihat kalung itu kemungkinan besar William dan Beo Jin sudah saling mengenal sebelumnya.

Park Kyu dan pembantunya berdiskusi tentang pencuri kuda. Namun meraka belum menemukan titik terang tentang petunjuk pencurian kuda. Isi kargo yang diangkut hanya berisi seafood. Tapi tak ada tanda-tanda kuda sama sekali. Park Kyu semakin curiga dan mengatakan bahwa Yi Bang salah menangkap pencuri.

William makan malam bersama tetua. Ia mencoba mengambil makanan dengan sumpit tapi tidak berhasil. Akhirnya ia menusukkanya begitu saja. Hahaha. Tetua bertanya apakah ia pelaut. William menyangkal dan mengatakan bahwa temannya lah yang seorang pelaut. Saat itu Yan sedang mengendap-endap untuk masuk ke dalam rumah tetua. Ia melompati dinding dan ketahuan oleh Hyang Dol. Mereka sempat baku hantam namun dihentikan oleh tetua. Tetua menyatakan bahwa Yan tidak perlu khawatir karena tempatnya adalah teraman di pulau Jeju (Tamna). Yan tidak suka berbelit-belit dan menanyakan maksud tetua. Yan menawarkan pertukaran.

Park Kyu menyuruh pembantunya pulang dan menitipkan sebuah surat ke Hanyang. Beo Jin keluar dari dapur menawarkan herba untuk menyembuhkan luka. Park Kyu sedikit enggan dan Beo Jin bangkit membawa herbanya kembali. Namun Park Kyu menarik tangannya, "Jangan membuat kekacauan dan memutuskan secara emosional, seperti yang kau lakukan sebelumnya."

"Tak peduli kemana saja, tak ada hal yang ingin ataupun dapat kulakukan di Tamna. Tak pernah ada yang terjadi dalam hidupku hingga sekarang. William orang pertama yang membuatku bahagia, jadi aku akan pergi kemana saja. Asal bukan di Tamna."

"Meski begitu kau tak dapat begitu saja pergi dan mengkhianati keluargamu. Walaupun sulit, ini adalah hidupmu."

"Kau tidak mengerti perasaanku." Sambil melanjutkan menumbuk herba. "Tapi, kenapa kau mengatakan kau tidak menyukai aku pergi dengan William?"

Park Kyu salah tingkah ketika ia mengingat apa yang dikatakannya malam hari sebelum Beo Jin pergi. "Tentu saja, jika kau pergi ketua penyelam akan membuatku melakukan hal-hal kecil yang seharusnya jadi tanggung jawabmu." (ngeleess,wkwkwk). Beo Jin terlihat kecewa. (hayoo, ngarep apa cobaa). Beo Jin meninggalkan Park Kyu. (obatnya ikut dibawa, loh?!?)

William berlatih memegang sumpit. Yan datang dan mengatakan bahwa ia akan pergi dalam beberapa hari. Tetua mengatakan nenek Sulmooondae telah memberikan hadiah pada mereka terkait dengan Tamna. Tetua berencana berkerja sama dengan VOC dan membuang Seorin Sangdan. Mereka berdua berpandangan penuh arti.

Sementara itu di Hanyang, Seorin Sangdan, sedang menjamu beberapa petinggi dengan gisaeng-gisaeng. Seorin memberikan sebuah kotak yang berisi hadiah (barang-barang) dari VOC. Di bawah kotak itu terdapat banyak koin perak. (Anis masih belum ngeh ekspresi apa yang ditunjukkan para petinggi, mereka seperti orang yang abis ketahuan mencuri). Seorin bertemu dengan Chi Yong yang baru kembali dari menemui tetua. Ia menyampaikan pesan tetua pada Seorin. Seorin mengatakan tetua mulai menunjukkan wajah aslinya, begitu juga kita akan mulai bergerak, namun sebelumnya Seorin ingin ke Nagasaki. Ketika akan pergi Seorin menangkap keresahan di wajah Chi Yong. Ia berhenti untuk mendengar kabar lainnya dari Chi Yong. Chi Yong dengan gusar memberitahu bahwa ada seorang yang diasingkan namun sibuk dengan investigasi ke sana kemari. Ia menyarankan Seorin untuk menyelidiki latar belakangnya.

Yi Bang mengunjungi Park Kyu. Ia akhirnya membebaskan Park Kyu dari tahanan rumah. Namun ia tetap memerintahkan seorang pengawal untuk tetap mengawasi Park Kyu.

Sementara itu Beo Jin kembali mengunjungi William. William menunjukkan lukisan yang diberikan tetua padanya. Ia mengatakan Beo Jin tampak berbeda dari perempuan-perempuan di lukisan. Beo Jin mendesah. William mengatakan ia yang tercantik, lebih cantik dari lukisan. Beo Jin tersenyum senang dan mengupaskan jeruk untuk William. Sementara itu Hyang Dol mengawasi mereka dari balik pepohonan.

Seorin tampaknya sudah kembali dari Nagasaki. Chi Yong memberikan laporan mengenai identitas Park Kyu. Hasilnya bahwa tidak ada catatan Park Kyu sebagai orang yang diasingkan. Park Kyu mendapat nilai terbaik dalam ujian Negara. Dan anak tunggal dari Park Chul, seorang Yejopanseo (pejabat pemerintahan). Seorin tersenyum, sepertinya ia menyusun rencana.

Sementara itu di kediaman Park Chul, Seorin datang menghadap Ibu Park Kyu. Seorin memberikan hadiah kepada Ny. Park. Ny. Park tampak senang dengan hadiahnya, namun menyembunyikan ekspresinya. Tentu saja Seorin menangkap ekspresi senang tersebut.

Yang penting adalah Seorin mendapatkan informasi tentang Park Kyu langsung dari Ibunya sendiri. Ia tersenyum puas.

Park Kyu meneruskan investigasinya ke pedagang-pedagang pasar. Pengawal mengikutinya. Investivigasi yang dilakukan Park Kyu mengarah ke pelayan tetua. Pengawal tersebut melaporkan temuannya ke Yi Bang. Kkeut Boon menemukan kotak di dasar laut. Ia membawanya ke desa. Para wanita penyelam membukanya dan melihat isinya. Bungkusan kopi. Mereka tidak familiar dengan kopi dan meninggalkannya begitu saja.

Beo Jin mengambilnya dan membawanya ke William. Saat itu Park Kyu juga tiba di rumah tetua yang diikuti oleh Yi Bang. William mengatakan bahwa yang ditemukan Kkeut Boon adalah kopi. Sejenis teh dari Eropa. Mereka saling berpandangan hingga Beo Jin salah tingkah dan memakan biji kopi. William mengatakan bukan begitu caranya sambil mengusap bibir Beo Jin. Ia mendekat. Beo Jin makin grogi dan menjauhkan kepalanya hingga terbentur tiang. Ia lalu berlari dan mengatakan ibunya menunggunya.

Park Kyu entah bagaimana sudah di dalam ruangan tetua. Tanpa ia tahu Beo Jin melihatnya masuk ke dalam ruangan tetua. Park Kyu memeriksa barang-barang di dalam ruangan dan menemukan serbuk yang sama dengan yang dilihatnya di bibir gentong air milik warga. Kemudian ia menyadari seseorang masuk ke dalam ruangan dan langsung menyerangnya dengan pisau. Ternyata itu Beo Jin. Park Kyu lalu menyuruhnya pergi. Namun terdengar suara orang akan membuka pintu. Ia langsung menggendong Beo Jin dan bersembunyi di lemari. Beo Jin tidak mau diam dan ia melakukan segala cara untuk menutup mulut Beo Jin. Hingga terjadilah ciuman tak langsung :D .

Tetua masuk dan menyadari beberapa barangnya berubah tempat. Park Kyu tidak memiliki cara lain. Ia menutup mulut Beo Jin dengan mulutnya. Beo Jin terdiam sementara. Namun akhirnya sadar dan berusaha melepaskan diri. Setelah terlepas Beo Jin berteriak kecil dan tetua menyadarinya. Ia hampir membuka lemari, Hyang Dol keburu memanggilnya. Ternyata Yi Bang datang untuk memeriksa rumah tetua.

Terlambat! Park Kyu, Beo Jin dan William sudah berada di samping dinding. Mereka berusaha melompatinya. Berhasil! Namun dihadapan mereka ada Yi Bang. Yi Bang datang tepat saat Beo Jin dan Park Kyu sedang berpelukan. Tak lama kemudian muncul William dari balik tembok. Mereka berempat terkejut.

NB: tidak banyak hal yang menegangkan di episode ini. mayoritas adalah scene antara Beo Jin-William dan Beo Jin-Park Kyu. But still this drama interesting. Awalnya aneh ngeliat busana wanita penyelam. Kayak pake popok. Tapi karena ditugasin bikin sinop ini jadi suka sama dramanya. Drama ini mengeksplor keindahan pulau Jeju. So Far, it’s Good. Happy Reading. Salam Hangat (Akang Park Kyu)

Episode 08

Dibuka dengan adegan Yi Bang yang memergoki Park Kyu sedang membantu Beo Jin turun dari tembok sebuah rumah yang mereka panjat (rumahnya tetua). Melihat hal tersebut, tentu saja yang terlintas dipikiran pria itu adalah perbuatan Park Kyu yang dinilai amoral. Dirinya menyangka mereka berdua sedang akan berbuat mesum. (Separah itukah Park Kyu di mata Yi Bang??? Parah abis, muhahaha " tapi dimataku tidak aru, oppa sangat baik muhaha^^-iis)

"Untuk seorang bangsawan, caramu bermain wanita telah menjadi sebuah kebiasaan. Atas dasar apa kau memanjat tembok ke rumah itu? Apa kau mencoba mencari tempat untuk bermesraan?" tanya Yi Bang sinis.

Belum sempat Park Kyu menjawab, William sudah keburu turun dari tembok itu. Alhasil, Yi Bang pun terkejut melihat ada orang asing dihadapannya. Keadaan berubah menjadi buruk. Beo Jin berusaha melindungi William dari Yi Bang dengan mengatakan kalau William bukan orang jahat. Beo Jin memohon agar Yi Bang tidak menangkapnya.

"Omong kosong apa ini! Apa yang kalian berdua lakukan dengan menyembunyikan orang asing?!". Yi Bang pun murka karena menganggap Park Kyu dan Beo Jin telah menyembunyikan hal ini dari dirinya. "Aku akan hukum kalian bertiga! Bersiaplah, kalian tidak akan bisa lari lagi kali ini" ancam Yi Bang.

"Tidak, jangan!" Beo Jin memohon sambil menangis.

Saat Yi Bang mencoba mendekati William, Park Kyu berusaha menghalangi Yi Bang. Meski pria paruh baya itu menyuruhnya minggir, dia tetap berusaha mencegah Yi Bang menangkap William. Bahkan dirinya berani menyentuh bahu polisi itu.

"Ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Anda" Perlahan Park Kyu melepaskan genggaman tangannya dari bahu Yi Bang.

Yi Bang hanya diam dan memandang Park Kyu dengan rasa curiga.

Akhirnya Park Kyu mau tidak mau mengambil sesuatu dari dalam bajunya dan memperlihatkannya kepada Yi Bang. Pria itu pun terkejut karena ternyata benda itu adalah sebuah medali emas yang menandakan bahwa Park Kyu adalah seorang inspektur rahasia kerajaan. (Ih waw!)

Beo Jin membawa kembali William ke rumah tetua. Di sana mereka bertemu dengan pembantu setia sang tetua. Beo Jin pun bertanya tentang keberadaan Yi Bang.

"Apakah Yi Bang sudah pergi?" tanya Beo Jin panik.

"Apa kau salah seorang yang menyembunyikannya (William)?"

"Aku bisa katakan dia akan serta merta menggeledah ruangan" jelas Beo Jin.

"Kau melakukannya dengan baik.. puji pria itu. ..Ini sudah larut, kau harus segera pulang sekarang".

"Baik".

Lalu Beo Jin segera menyuruh William kembali ke tempatnya. Sebelum mereka berpisah, Beo Jin memberikan isyarat kepada William itu untuk diam. William pun mengangguk tanda dia mengerti.

Di sebuah tempat makan, Park Kyu dan Yi Bang terlibat sebuah percakapan yang serius dimana Park Kyu akhirnya memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya kepada Yi Bang.

"Saya telah melakukan tindakan yang tidak termaafkan dan tidak memperhatikan pangkat Anda sebelumnya" kata Yi Bang yang kemudian menundukkan kepalanya pada Park Kyu. Yi Bang merasa bersalah karena telah memperlakukan Park Kyu dengan buruk.

Park Kyu juga mengerti kondisinya saat itu dan memaklumi perbuatan Yi Bang. Dia lalu menyuruh polisi itu duduk. Park Kyu akhirnya menjelaskan alasannya menyembunyikan identitas dirinya yang sebenarnya.

"Karena pemerintah yang mengirimku, aku tidak bisa mengungkapkan identitasku begitu saja. Aku pikir andalah pelakunya, bahkan kita".

"Apakah Anda kemudian melihat saya?"

"Tindakanmu mencurigakan dan membuatku menghubungkanmu dengan para pencuri, itulah kecurigaanku" ucap Park Kyu penuh wibawa. (biasa diintimidasi mulu sama Yi Bang, wkwkwkwk)

"Ketika saya pergi mengawasi barang-barang yang dikirim kepada tetua, saya melihat Anda diam-diam masuk ke sana" kata Yi Bang polos.

Sadar perkataannya takut menyinggung Park Kyu, Yi Bang langsung meminta maaf. Park Kyu hanya tersenyum, dia mengerti alasan Yi Bang mencurigainya saat itu. Park Kyu juga lega karena sekarang dia tahu kalau Yi Bang berada di pihaknya. Topik pembicaraan pun beralih kepada William.

"Apa rencana Anda pada orang asing itu?" tanya Yi Bang.

"Jika kita kita mencemaskan mereka sekarang, ini hanya akan menyulitkan kita untuk fokus pada masalah saat ini. Jadi aku memintamu untuk mengabaikannya. Saat aku kembali, aku akan membawanya bersamaku".

Yi Bang hanya bisa menuruti kata-kata pemuda itu. Lagi pembicaraan mereka beralih. Kali ini Yi Bang menyinggung tentang hubungan antara Park Kyu dan Beo Jin. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan segera dirinya menjelaskan kepada pria tersebut bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa-apa (padahal dalam hati mah ngarep, kekeke). Itu semua dia lakukan hanya untuk menutupi identitasnya yang sebenarnya, bukan karena dirinya punya perasaan khusus pada gadis itu. Tapi sayangnya, Yi Bang hanya bermaksud menanyakan apakah Beo Jin tahu mengenai identitas Park Kyu yang sebenarnya atau tidak. Cowok itu menjadi salah tingkah mendengarnya dan mencoba menutupinya dengan berpura-pura memanggil pelayan. (Ow ow aku ketahuan lalala~, wkwkwkwk)

Beo Jin sedang duduk sendirian dengan memegang sekuntum bunga. Tidak lama, Park Kyu melintas dihadapannya dan dengan segera gadis itu menghampirinya. Namun rupanya Park Kyu masih kesal dengan perbuatan Beo Jin tadi dan tidak mengindahkan gadis itu. Beo Jin pun segera mengejar Park Kyu yang sudah pergi meninggalkannya kembali menuju rumah keluarga Jang.

Melihat kedatangan putrinya dengan Park Kyu menuai pertanyaan dari kedua orang tua Beo Jin yang sedang menganyam sepatu jerami.

"Dari mana saja kau bersamanya selarut ini?" tanya ayahnya penasaran.

"Ada apa? Ada apa dengan ekspresimu?". Sang ayah kembali bertanya.

Ibu Beo Jin yang masih menyangka mereka berdua berpacaran mencoba membelanya.

"Apakah dia tidak pernah punya ekspresi bahagia sebelumnya? Aku rasa kita harus masuk. Ayo. Ayo" ajak istrinya menyuruh suaminya itu masuk ke rumah.

"Pastikan untuk membicarakannya" kata sang ibu sebelum pergi.

Setelah orang tuanya berlalu, Beo Jin langsung mencecar Park Kyu dengan beberapa pertanyaan. Gadis itu masih bingung dengan tindakan Yi Bang yang tidak jadi membawa Willian dan mendengarkan perkataan Park Kyu. Dia juga ingin tahu apa yang dibicarakan oleh mereka berdua. Park Kyu berusaha mengalihkan topik pembicaraan Beo Jin dengan menanyakan keadaan William, tapi yang ada gadis itu malah meragukan status Park Kyu sebagai seorang "yandari" (orang yang diasingkan). Park Kyu terus mengelak yang akhirnya membuat Beo Jin kesal. Gadis itu tetap ingin Park Kyu memberitahukan yang sebenarnya.

"Kenapa kau datang ke Tamra? Kau pasti bukan benar-benar seorang yandari kan?! Kau hanya datang untuk mengurusi bisnis dan berencana pergi setelahnya!" cecar Beo Jin.

"Itu tidak benar" jawab Park Kyu kalem. (kalem??? Bahasa tahun berapa yak, muhahaha)

"Apa itu benar?" tanya Beo Jin tidak percaya.

"Iya, sekarang kau masuklah dan istirahat". Park Kyu menenangkannya.

"Jangan beritahu yang lain tentang apa yang terjadi hari ini. Bila kau membocorkannya, maka orang pertama yang dalam bahaya adalah William. Hati-hati dengan apa yang kau ucapkan" pesan Park Kyu sambil memperingatkannya.

Beo Jin pun mengangguk tanda mengerti dan seketika memegang bibirnya sebagai tanda dia tutup mulut, tapi yang ada gadis itu malah jadi ingat dengan kejadian ketika Park Kyu menciumnya (kekekeke). Akibatnya Beo Jin kemudian menyindir Park Kyu atas perbuatannya itu.

"Siapa di dunia ini yang menutup mulut seseorang dengan mulutnya?"

"Kau pikir aku melakukannya karena aku menginginkannya?". Park Kyu menjadi salah tingkah. "Itu hanya tindakan untuk mencegahmu menciptakan masalah" ucapnya membela diri.

"Meski demikian.."

Belum menyelesaikan perkataannya, Beo Jin langsung berlari menuju kamarnya meninggalkan Park Kyu yang hanya tersenyum. Sesampai di kamar, Beo Jin kembali senewen mengingat ciumannya dengan Park Kyu, sedangkan Park Kyu sendiri terlihat membuka suatu kotak kecil berisi bubuk putih yang berkilauan. (Whats that?)

Keesokkan harinya di kantor polisi, salah satu petinggi Yi Bang memarahi Yi Bang yang telah tanpa izin memasuki kediaman tetua. Pria itu pun segera bersujud dan meminta maaf kepada orang tua tersebut yang juga sedang berada di sana. Sang pimpinan menilai pria itu sudah bertindak seenaknya dan melanggar peraturan. Oleh karena itu untuk sementara waktu kekuasaan Yi Bang dicabut. Dia lalu menyuruh Yi Bang untuk kembali ke rumahnya sampai menunggu kabar darinya lebih lanjut. (Kasian si om..)

Di tempat lain, Beo Jin yang masih curiga dengan Park Kyu berusaha membuntutinya tapi sayangnya ketahuan. Meski sudah diketahui, Beo Jin tetap saja berpura-pura. Park Kyu tidak ambil pusing dan langsung menanyakan alasan gadis itu mengikutinya.

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Semalam aku benar-benar memikirkan tentang itu, tapi ada sesuatu yang aneh"

"Apa itu?" tanya Park Kyu bingung.

"Bisakah kau mengatakan padaku yang sebenarnya? Yi Bang.."

"Tidakkah aku sudah memberitahumu kalau aku tidak punya apa-apa lagi untuk kukatakan kepadamu?", potong Park Kyu karena dirinya sudah memberitahukan semuanya pada Beo Jin.

"Terakhir aku mengatakan padamu yang sebenarnya! Jadi bagaimana bisa kau katakan itu kepadaku?" Beo Jin bersikeras menganggap Park Kyu tidak berkata yang sebenarnya.

Merasa kesal dengan ulah Beo Jin, Park Kyu memutuskan pergi meninggalkan Beo Jin yang juga kesal padanya.

Adegan berpindah ke kota Nagasaki, Jepang di mana Seo Rin melakukan tindakan yang tidak disangka-sangka yaitu membanting guci-guci. Ternyata hal itu dilakukannya untuk memberi peringatan kepada salah satu kliennya tentang nilai dari barang-barang asal Cina di dunia barat. Wanita itu juga berkata kalau Chosun (Korea) merupakan tempat terbaik mendapatkan semua barang-barang itu dan dia pun kembali membanting kembali guci-guci itu. Namun belum sempat membanting, sang klien yang merupakan orang Jepang menghentikannya. Seo Rin berhasil membujuk pria itu untuk berbisnis padanya dan untuk lebih meyakinkannya dia juga menjamin kalau yang mereka peroleh hanyalah keuntungan. Sebagai tanda sepakat, orang Jepang itu menyerahkan sekotak besar berisi batang-batang perak kepada Seo Rin.

Setelah itu, salah seorang pegawai Seo Rin rupanya khawatir dengan tindakan sang bosnya itu. Dia berpesan agar Seo Rin tidak menjadi musuh kliennya itu. Pegawainya juga menjelaskan akibatnya bila wanita itu mencoba berkhianat. Mendengar hal itu, Seo Rin tampak tidak takut sedikit pun. Dirinya beranggapan kalau semakin besar bahaya dalam berbisnis maka semakin besar juga keuntungan yang akan diperolehnya (matre!) dan kadang mereka perlu menggandeng tangan musuhnya itu.

Beberapa saat kemudian sang orabunni, Chi Young datang melapor kalau ada kliennya yang berusaha memutuskan kerja sama dengan Seo Rin dan menjalin kerja sama dengan "sangdan" selain milik wanita itu.

"Ada kabar kalau perusahaan Dong In Do berencana bekerja dengan perusahaan lain selain perusahaanku. Apa itu benar?" tanya Seo Rin.

"Jika kalian meninggalkan kami dan bekerja dengan yang lain, rencana kalian untuk menggunakan Jeju (Tamra) sebagai pusat perdagangan tidak akan terjadi". Wanita itu memperingatkan kliennya.

"Rencana kami adalah untuk bekerja sama dengan Anda, Seo Rin Sangdan, hanya saja apa pun yang dibicarakan oleh yang lainnya itu hanya sekedar rumor".

"Jika kalian mengkhianati perusahaan dagang kami, kalian harus ingat bahwa Ding In Do tidak akan menapakkan kakinya di pulau Chosun".

Setelah mengancam kliennya itu, Seo Rin pun langsung berlalu. Yan rupanya ikut mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Dia beranggapan kalau mereka tidak akan kehilangan apa pun meski berencana berbisnis dengan dua sumber yang berbeda. (Kya~! Yan so cool. xD)

Seo Rin sendiri tampak sangat kesal dengan kliennya itu. Untuk mencegah pengkhianatan itu terjadi, wanita itu menyuruh Chi Young kembali ke Tamra untuk bertemu sang tetua dan mengawasi utusan resmi pemerintah yaitu Park Kyu (So she knew the truth).

Di sebuah tempat persembunyian terlihat sekelompok pria tengah berlatih mengayunkan tombak dan secara mengejutkan si tetua juga berada di sana. Rupanya orang tua itu berniat mendirikan negaranya sendiri di tanah Tamra.

Kemudian scene beralih diaman sang orabunni Chi Young dan Yan ternyata berada dalam satu kapal yang sepertinya menuju pulau Tamra.

Beralih ke Tamra, tepatnya di kediaman tetua desa tempat William sementara tinggal. Di sana rupanya Beo Jin sedang menengoknya dan senang karena William membuatkannya sebuah boneka (aih, gak nyangka, kekeke).

"William, ini bagus sekali! Kau sangat berbakat ya?" tanya Beo Jin pada William yang sedang menyangrai biji kopi.

"Sejak batu berpori, tidak akan sulit membuatnya" katanya sambil tersenyum. (ow, jadi itu boneka dari batu toh)

Tidak beberapa lama, tetua pun muncul dihadapan mereka dan menyapa Beo Jin. Dia rupanya penasaran dengan apa yang dimasak oleh William setelah mencium aroma yang asing. William menjelaskan kalau itu adalah kopi, bawaannya dari Inggris yang sudah seperti teh di negaranya. Pemuda asing itu dengan senang hati akan membagikannya kepada tetua bila dia menginginkannya. Akhirnya agar adil, orang tua itu menyuruh Beo Jin dan William untuk mengumpulkan para penduduk agar mereka juga bisa menyicipi kopi William. Beo Jin tentu saja senang melihat William diizinkan keluar rumah meski hanya sebentar. (maklum, tahanan rumah statusnya).

Sementara itu di desa, Park Kyu yang ikut membantu para penduduk mengangkat barang diam-diam diperhatikan oleh ibu Beo Jin (calon menantu yg rajin, wkwkwkwk). Melihat hal tersebut membuat wanita itu menjadi bersemangat. Kemudian di tengah kesibukkan, tetua dan pengawal setianya menghampiri mereka.

"Aku telah menyiapkan makanan untuk kalian semua yang telah bekerja keras" ucap pria tua itu penuh wibawa. Mendengar hal itu tentu saja para penduduk sangat senang karena dijamu.

"Kita semua harus pergi."

Namun para polisi menggoda penduduk dan berkata kalau mereka harus segera mengantar barang-barang pajak tersebut ke kantor Jeju. Mereka hanya tertawa mendengar leluconnya. Setelah itu perhatian tetua terfokus kepada Park Kyu yang juga turut mengundangnya.

"Kenapa kau tidak ikut saja bersama kami?"

Park Kyu tidak menjawab. Di hadapannya secara sembunyi-sembunyi, sang Yibang ternyata juga ikut mengawasi tetua dan ini sepertinya atas perintah Park Kyu.

Di tempat lain, William yang sementara bisa bebas sedang meracik kopi dibantu oleh Beo Jin dan adiknya untuk disajikan kepada para penduduk desa. Teman-teman Beo Jin satu persatu mendatangi mereka dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh gadis itu.

"Beo Jin, apa ini semua?" tanya Ibu Kkeut Bon.

"Ini kopi."

"Ko-pi..?" ujar mereka bertiga bebarengan dengan nada penasaran.

"Ini adalah teh yang kami minum di Inggris, ini sangat baik jadi pastikan semua ikut mecobanya." ucap William memberi penjelasan singkat kepada ketiga wanita tersebut.

Akhirnya para penduduk pun ikut menyicipi minuman unik tersebut dimulai dari Ibu Kkeut Bon. Wanita itu baru pertama kali meminumnya dan disusul dengan penduduk lainnya. Karena belum terbiasa, ada yang langsung memuntahkannya.

"Bagaimana rasanya?"

"Ini sangat pahit." kesan Ibu Kkeut Bon pada minuman kopi. (ya iyalah, orang gak pake gula)

"Ini pasti seperti sejenis obat!" teriak wanita satu lagi. Tanpa ragu dia pun meminumnya dan akhirnya semuanya ikut mencicip.

Tidak lupa Beo Jin menyuruh para penduduk untuk berterima kasih kepada William yang telah membagi-bagikan minuman tersebut secara gratis dimana yang lainnya langsung menyerbu mereka (denger gratisan, wkwkwkwk). Sementara itu, tidak jauh dari tempat pembagian kopi, tetua sedang bercakap-cakap dengan orang tua Beo Jin beserta Park Kyu.

"Aku ingin berterima kasih kepada semuanya." Ucap si tetua memulai pembicaraan.

"Karena bantuan Anda, tahun ini menjadi lebih mudah." Ibu Beo Jin mencoba merendah.

"Sayangnya kita tidak bisa menyimpan barang-barang ini untuk Tamra. Jika saja kita bisa menggunakannya untuk kepentingan para penduduk, kita mungkin akan mendapat hidup yang lebih baik." Kata sang tetua lagi. Yang lain hanya bisa diam dan Park Kyu sesekali memandang pria tua itu. "Saat kita tidak dipajak oleh Chosun, hidup kita di sini lebih kaya. Bila Tamra mengingat Tamra, mungkin kita akan lebih baik." Rupanya secara diam-diam tetua mencoba menghasut mereka dengan omongannya tersebut.

"Jika barang tersebut bukan untuk jinsangpoom (pencuri barang pajak), kita tidak harus menjalankan hidup yang sulit." Ternyata Ayah Beo Jin memiliki pandangan berbeda darinya.

"Jinsangpoom yang sangat besar bisa jadi beban tetapi Tamra masih milik Chosun." Tambah Park Kyu. "Barang-barang itu bisa digunakan dengan baik untuk menolong kekuatan negara kita. Jika saja mereka tidak sering mencuri, mungkin tidak akan berdampak pada hidup para penduduk." Pemuda itu secara tidak langsung menyinggung sang tetua.

"Kau berpikir seperti seorang berpendidikan dari luar negeri yang berbeda dengan kami." Balas si tetua pada Park Kyu. Pemuda itu tidak menjawab karena dia masih menyembunyikan identitas yang sebenarnya.

Yi Bang menghampiri kedua anak buahnya dan menyuruh untuk bersiap-siap (sepertinya mau menyerbu markas para jinsangpoom).

Park Kyu yang telah selesai berurusan dengan tetua, kemudian menghampiri Beo Jin dan William yang sedang membagi-bagikan kopi. Beo Jin lalu memberikan semangkuk kecil minuman itu untuk dicicipi Park Kyu. Alhasil, Park Kyu sama seperti yang lain pas pertama kali meminumnya (mukanya gak nahan, wkwkwkwk) alias terkejut dengan rasanya yang pahit. Melihat hal tersebut, Beo Seol menawarkan madu untuk dicampur ke kopi Park Kyu agar tidak terasa begitu pahit. Seperti biasa, Kkeut Boon yang juga berada di situ langsung menempel pada Park Kyu. Gadis genit itu memesan semangkuk besar kopi dengan banyak madu. Sebelumnya William kembali mengingatkannya agar tidak meminum terlalu banyak atau dia akan kesulitan tidur (like me, kekeke).

Salah satu penduduk rupanya tertarik dengan patung boneka beruang kecil yang dibuat oleh William. Pria itu sangat terkesan dengan hasil kerajinan William dan mengakui bakatnya sebagai seorang seniman (gak penting). Ibu Beo Jin mendatangi anaknya yang sedang membagikan kopi.

"Apakah ini yang disebut..kopi?" tanya wanita itu.

"Ibu, kau juga harus mencobanya." Kata Beo Jin sambil memberikan semangkuk kopi.

"Aku baik-baik saja tanpa ini, tetapi pastikan untuk menyisakannya buat Park-songbae (mgkn artinya kurang lebih kyk..guru..)." Pesan ibunya.

"Park-songbae?" ucap Beo Jin bingung.

"Yandari.. Kita perlu memanggilnya dengan nama yang tepat."

"Ibu, kenapa kau bersikap seperti ini belakangan?" Beo Jin kembali heran dengan tingkah ibunya yang kelihatan sangat mempedulikan Park Kyu. Namun sang ibu tidak memberinya penjelasan.

"Jaga dia baik-baik." Kata wanita itu yang lalu pergi meninggalkan putrinya yang masih tidak mengerti. Kemudian Beo Jin segera menatap Park Kyu yang masih berada di situ. Sedang perhatiannya beralih ke gerak-gerik tetua dan pengawal setianya yang makin mencurigakan.

Adegan beralih ke tengah hutan dimana para petugas Yi Bang sedang mengawal barang-barang pajak untuk diserahkan ke kantor Jeju. Tiba-tiba diperjalanan, mereka dihadang oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai polisi Jeju yang bertugas untuk mengamankan barang pajak.

"Kami Polisi Jeju datang ke sini untuk mengamankan barang-barang pajak." Kata salah satu dari mereka.

Petugas Yi Bang tentu saja curiga dengan kedatangan para polisi tersebut.

"Kenapa kalian semua datang kemari? Lagi pula kami akan mengantarkannya ke sana."

"Karena pencurian akhir-akhir ini, kami dikirim ke sini untuk mengamankannya." Polisi itu memberi alasan agar para petugas Yi Bang tidak curiga. Akhirnya para Yi Bang mempercayai ucapannya dan menyerahkan semua barang-barang pajak kepada mereka. Tidak jauh dari tempat itu, Yi Bang secara diam-diam mengawasi. Rupanya ini sebuah pancingan yang diperintahkan oleh Park Kyu agar dia bisa mengetahui markas mereka dan dengan sengaja menyuruh anak buahnya berbuat demikian. Sementara Park Kyu mengikuti sang tetua pergi dan kemudian pemuda itu tanpa sadar diikuti oleh Beo Jin secara diam-diam (ini apa siy? Malah ikut-ikutan gini, kekeke).

Yi Bang akhirnya berhasil menemukan markas rahasia para pencuri itu yang tidak lain menyamar sebagai Polisi Jeju tadi. Park Kyu yang sedang mengawasi si tetua terkejut setengah mati saat Beo Jin tiba-tiba ada di belakangnya. Dia segera menyuruh gadis itu untuk segera pulang, tapi Beo Jin berdalih kalau dia mengikuti Park Kyu karena perintah ibunya. Park Kyu tetap memaksa Beo Jin pulang dan akibatnya Beo Jin secara tidak langsung malah membuat keributan yang hampir membuat mereka berdua ketahuan. Melihat sasarannya pergi, Park Kyu sekali lagi berusaha membujuk Beo Jin untuk kembali.

"Beo Jin, dengarkan aku baik-baik. Apa pun yang terjadi, kau tidak boleh meninggalkan Sanbanngol." Kata Park Kyu dengan raut serius sembari memegang bahu gadis itu. "Dan juga kau tidak boleh pergi ke rumah ritual tetua."

"Kenapa?" tanya Beo Jin tidak mengerti. "Apa alasannya?"

"A..Aku tidak ingin sesuatu terjadi kepadamu. Berjanjilah!" Park Kyu menatap tajam Beo Jin. Gadis itu pun menjadi salah tingkah dan lalu melepaskan tangan Park Kyu dari bahunya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku akan menemui William. Yandari, kau juga harus berhati-hati." Beo Jin berpesan sebelum dirinya kemudian pergi. Setelah itu dengan segera Park Kyu menyusul si tetua tapi sayang dia sudah kehilangan jejaknya. Tidak lama, pemuda itu melihat sebuah asap yang mengepul ke udara.

Tetua yang baru tiba di markas rahasianya juga menyadari hal itu dan mencurigai. Dia pun menyuruh pengawalnya untuk menyelidiki asap itu.

Ternyata asap yang dilihat tetua dan Hyang Dol adalah berasal dari kayu yang dibakar Yi Bang. Yi Bang merasakan sesuatu mendekat. Seseorang tiba-tiba mengarahkan pedang tepat di leher Yi Bang. Yi Bang sontak terkejut namun dengan cepat dan diam-diam mengambil sebuah kayu panjang yang tergeletak tepat disampingnya. Perkelahian pun tak bisa terhindarkan. Yi Bang kewalahan bahkan hingga terjatuh ke tanah. Pria tersebut sudah siap menusuk Yi Bang tepat di dadanya, namun Park Kyu yang sedari tadi membuntuti tetua datang pada saat yang tepat.

"Tuan" ucap Yi Bang pada Park Kyu yang datang menolongnya.

"Anda tidak apa-apakah?" tanya Park Kyu khawatir.

"Ya" jawab Yi Bang singkat dan dengan cepat mematikan kayu yang sedang dibakarnya agar tidak menimbulkan kecurigaan lagi.

Sementara Park Kyu terus mengamati pria yang sudah tidak berdaya di tanah dan mempunyai sebuah ide.

Yi Bang dan Park Kyu melihat tempat rahasia Tetua.

"Dalam gunung terpencil seperti ini ternyata masih ada tempat seperti ini" ucap Park Kyu.

"Aku mendengar kalau tukang besi sudah ditangkap, tidak disangka ternyata begitu" ucap Yi Bang memberitahukan informasi yang diketahuinya kepada Park Kyu.

"Aku tidak menyangka dia memiliki banyak tentara, aku akan tinggal lebih lama lagi di sini, sebaiknya anda kembali ke desa saja dan bersiap-siap" ucap Park Kyu.

"Bersiap?" tanya Yi Bang heran.

Tetua dan Hyang Dol melihat gudang penyimpanan barang.

"Barang sekarang telah sangat penuh, sekarang tinggal menunggu transaksi dengan Tim Dong Yin Du, asalkan transaksi berjalan lancar kita akan bisa pergi jauh" ucap Tetua senang dan kemudian pergi. Hyang Dol memeriksa tempat penyimpanan barang dan sangat terkejut saat mengetahui di dalamnya yang tersisa hanya cangkang sementara isi dari tiram sendiri sudah tidak ada. Begitupun dengan guci-guci yang lainnya hanya berisikan kayu saja.

Tetua yang baru saja keluar dari pintu terkejut melihat ekspresi Hyang Dol dari sela-sela dinding dan kayu yang sedang dipegang Hyang Dol. Tetua pun dengan cepat memeriksa sebuah guci yang berada tepat dihadapannya dan sama terkejutnya dengan Hyang Dol saat mengetahui isi dari guci tersebut adalah batu.

"Cepat cari orang yang pergi memeriksa asap tadi" ucap Tetua emosi pada Hyang Dol.

Hyang Dol ditemani dengan beberapa pekerja mulai mencari ke dalam hutan keberadaan orang yang disuruh memeriksa tadi. Hyang Dol melihat seseorang terikat di pohon dan memakai jubah putih. Di sampingnya kayu yang menimbulkan asap tadi masih mengeluarkan sedikit asap. "Cepat cari, mereka pasti belum jauh" perintah Hyang Dol pada yang lainnya. Rupanya Park Kyu sengaja melakukannya dan memakaikan jubah putihnya kepada orang yang hendak membunuh Yi Bang, sementara dirinya memakai pakaian orang tersebut.

Yi Bang mulai berlarian kembali ke desa sementara itu Park Kyu mulai mengamati Tetua dari kejauhan. Para pekerja sepertinya sengaja dilatih semaksimal mungkin, buktinya mereka sangat ahli dalam hal memanah.

Yi Bang terus berlari hingga berulang kali terjatuh karena Hyang Dol dan para tentara semakin dekat. Park Kyu mulai berbaur dengan pekerja lainnya.

Beo Jin dan William berjalan bersama. William tiba-tiba bertanya sesuatu kepada Beo Jin yang membuatmu Beo Jin sedikit terkejut.

"Beo Jin, menurutmu Park Kyu itu orang seperti apa?."

"Mana ada pertanyaan seperti itu? Dia tinggal di rumahku dan tidak mengerjakan apapun" jawab Beo Jin sedikit emosi.

"Aku juga ingin tinggal di rumahmu Beo Jin" ucap William

"Apa yang kau katakan, tinggal di rumah Tetua adalah hal yang terbaik" ucap Beo Jin sedih.

"Tapi di sana tidak ada Beo Jin" ucap William (Oh William, kan ada aku, hehehehe).

Beo Jin terkejut dan berhenti berjalan. Sekarang muka Beo Jin memerah seperti kepiting rebus karena ucapan William tadi, Beo Jin melihat tangannya yang sedari tadi digenggam William dan dengan cepat menariknya.

"Kamu berbicara seperti itu, mukaku jadi memerah" ucap Beo Jin memegang mukanya kemudian memukul lengan William.

"Ada cara apa lagi, hatiku ya seperti ini" ucap William tersenyum dan melihat Beo Jin. Beo Jin yang sedang menggigiti kukunya saking groginya tersenyum kepada William.

"Sudahlah William, kita sudah susah untuk keluar, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu" ucap Beo Jin.

Beo Jin mengajak William ke sebuah tempat, "Bagus kan" ucap Beo Jin ketika memperlihatkan sebuah tempat penampungan air yang terbuat dari batu dan kayu.

"Di tempatku juga ada alat seperti ini, kami sering menggunakannya untuk menampung air" ucap William senang.

"Benarkah, aku tidak percaya, walaupun wajah kita berbeda tetapi pemikiran kita sama, Wiliam ayo kita ke sana, masih ada hal yang menarik lagi, kita lihat apakah di tempatmu juga ada hal seperti itu" ucap Beo Jin.

Baru saja Beo Jin dan William meninggalkan tempat itu, Yi Bang tiba-tiba muncul dan berlari ketakutan. Yi Bang seketika terhenti saat melihat segerombolan orang datang menghadang dirinya dari dua sisi sekaligus. Yi Bang kewalahan menghadapi mereka, apalagi dirinya sama sekali tidak memiliki senjata apapun sebagai tameng.

Yi Bang terduduk lemas sambil memegang lengannya yang mulai mengeluarkan darah karena sabetan pedang para pekerja Tetua. Hyang Dol muncul, Yi Bang dengan sisa kekuatan yang dimilikinya berusaha berdiri.

"Kamu bisa mengerti Tamra berapa banyak? berani memutuskan akar nyawa kami" ucap Hyang Dol dan menatap tajam Yi Bang.

"Mencuri barang yang masuk bukan kesalahan biasa, kalian mungkin mengerti kan? Terhadap rakyat Tamra yang percaya dan mengikuti kalian adalah penipuan, mereka pasti tidak akan mengampuni kalian" ucap Yi Bang tak kalah emosinya.

Beo Jin dan William yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian terkejut ketika mendengar suara ribut-ribut. Mereka diam-diam memperhatikan apa yang sedang terjadi dari kejauhan.

Hyang Dol yang tidak ingin kejahatan yang dilakukannya bersama Tetua diketahui oleh rakyat Tamra mengeluarkan pedangnya dan mengibas tubuh Yi Bang hingga Yi Bang kembali terluka dan terjatuh ke dalam sungai.

Beo Jin dan William sontak terkejut melihatnya. Beo Jin tanpa sengaja mengeluarkan suara pekikan yang memancing rasa keingin tahuan dari Hyang Dol dan para pekerja.

Hyang Dol dan para pekerja berhasil menemukan suara pekikan tersebut dan para pekerja dengan cepat mengejar William dan Beo Jin. Hyang Dol berjalan ke tempat persembunyian Beo Jin dan William. Hyang Dol menemukan sebuah pisau yang biasa digunakan Beo Jin untuk mengambil tiram.

Beo Jin dan William berlari dengan cepat. Namun sayang Beo Jin terjatuh.

"Beo Jin" ucap William.

"William, cepat pergi" teriak Beo Jin histeris. Para pekerja mulai mendekat dan menghalangi mereka agar tidak bisa pergi lebih jauh lagi.

"Tidak Beo Jin" ucap William. Salah satu dari pekerja siap-siap membunuh Beo Jin namun William dengan cepat berlari ke arah Beo Jin dan melindunginya dari sabetan pedang. William merintih kesakitan.

"William" panggil Beo Jin sedih dan mulai menangis. Hyang Dol sudah berdiri di belakang mereka dan siap-siap untuk mengarahkan pedang ke arah Beo Jin dan William lagi.

"Abang" mohon Beo Jin sambil menangis.

"Apa yang kamu lakukan?" teriak Tetua yang tiba-tiba muncul. Hyang Dol menurunkan pedangnya dan memberi hormat kepada Tetua.

"Jika kau membunuh orang asing, transaksi kita dengan Dong Yi Du akan gagal" tambah Tetua. "Tapi Tetua, orang asing dan Beo Jin sudah melihat semuanya" ucap Hyang Dol berusaha membela diri.

"Mereka masih bisa diperalat dan belum saatnya untuk membunuh mereka, cepat kurung mereka" perintah Tetua. Beo Jin dan William semakin ketakutan mendengarnya.

Park Kyu menyembunyikan baju penjaga yang dipakainya tadi. Park Kyu sama sekali tidak menyadari kehadiran Chi Young yang diam-diam mengikutinya.

Pria yang selalu mabuk dan pernah mendapati William memakai topeng dan menyangkanya adalah hantu buang air kecil di sungai. Dia mulai bernyanyi dan bersiul-siul ringan. Pandangannya kemudian tertuju pada sosok seseorang yang tergeletak di pinggir sungai. "Arrrrgggggghhhhhhhhhh" teriak pria tersebut ketakutan dan berlarian.

"Tolong, semuanya datang ke sini, Tuan Yi Bang telah mati".(ketawa ngakak setiap melihat pria ini, hehehehe).

Para warga dan penjaga mulai berkumpul. Mereka bersama-sama mengangkat tubuh Yi Bang ke atas.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" ucap penjaga sedih. Para warga yang lain pun terkejut dan tidak menyangka jika Yi Bang, sosok polisi yang terkenal kuat dan tegas akan tewas dengan cara yang mengenaskan.

Park Kyu yang baru saja kembali ke desa dan tidak sengaja melintas di tempat tersebut berlarian ketika mendengar ribut-ribut. Park Kyu memeriksa denyut nadi Yi Bang namun penjaga dengan cepat mengusirnya.

"Kenapa bisa seperti ini, ayo cepat angkat" perintah penjaga pada temannya yang lain. Park Kyu mulai menjauh dan hal itu menimbulkan rasa penasaran dari ke dua penjaga yang merupakan anak buah setia Yi Bang.

"Ada apa?" tanya ke dua penjaga heran.

"Dia masih hidup" ucap Park Kyu.

"Apa?" teriak penjaga bersamaan. Park Kyu berusaha menenangkan mereka dan menyuruh mereka diam.

"Harus memikirkan cara mengantarkannya ke tabib agar bisa diobati, mungkin saja masih ada harapan".

"Benarkah? Tuan Yi Bang masih hidup" ucap ke dua penjaga senang.

"Satu hal lagi, kalian harus berjanji padaku satu hal, katakan Tuan Yi Bang telah mati dan sebarkan hal itu ke seluruh desa" tambah Park Kyu.

"Aapa, bukannya katanya masih hidup kan? Kenapa tiba-tiba harus mengatakan kepada semuanya kalau Yi Bang sudah meninggal?" tanya salah satu penjaga heran.

"Aku tahu kalian sudah mencuri barang hasil desa" ucap Park Kyu.

"Itu adalah perintah Tuan Yi Bang" ucap penjaga ketakutan.

"Lain kali kalian akan tahu semuanya, sekarang lakukan apa yang aku perintahkan sudah tidak ada waktu" ucap Park Kyu.

Ke dua penjaga berlarian menuju mayat Yi Bang yang sudah digotong. Mereka mulai menangis dan meneriakkan jika Yi Bang sudah meninggal. Warga yang lainnya kembali berdatangan dan terkejut mendengar berita tersebut.

"Tuan Yi Bang benarkah sudah meninggal?" tanya salah satu warga yang tak percaya.

"Kamu tidak lihat darah yang mengalir, sebenarnya siapa yang sudah melakukannya, dia sangat kejam" ucap warga lainnya.

"Banyak yang tidak suka dengan Yi Bang bukan cuma seorang" tambah yang lainnya.

"Sudahlah" ucap penjaga dan kembali menggotong mayat Yi Bang.

Park Kyu melihatnya dari kejauhan dan tidak menyadari kehadiran Ibu Beo Jin disampingnya. "Kau tadi bersama dengan Beo Jin, dia masih belum pulang. Aku memang pernah mengatakan kepadanya untuk tidak terlalu jauh darimu dan selalu mengikutimu". Park Kyu yang mendengarnya terkejut.

"Atau dia bersama si mata biru yang tinggal di rumah Tetua, dasar gadis ini" ucap Ibu Bo Jin emosi dan berlalu pergi. Ibu Beo Jin sengaja melakukannya agar Park Kyu merasa bersalah, namun Park Kyu tidak menyadari maksud Ibu Beo Jin. Park Kyu hanya terdiam dan mulai memikirkan kemana perginya Beo Jin.

Park Kyu teringat sesuatu dan dengan cepat berlari ke tempat Yi Bang ditemukan. Park Kyu melihat boneka panda buatan William dan hal itu membuatnya terkejut.

William terus menerus merintih kesakitan sedangkan Beo Jin terus menangis melihat keadaan William.

"William, kamu tidak apa-apa?" tanya Beo Jin sedih. Beo Jin tidak bisa berbuat apa-apa, mendekati William saja dirinya tidak bisa. Tangan dan tubuh Beo Jin diikat. Hyang Dol tiba-tiba masuk dan melihat keadaan mereka.

"Abang, tolong lepaskan kami, aku berjanji tidak akan mengatakan kepada siapapun. Kakak adalah orang yang baik, itu yang ada dipikiranku, kenapa mau melakukan seperti ini?" ucap Beo Jin sedih.

"Akan terjadi sesuatu yang besar pada Tamra dan kamu akan berterima kasih padaku nanti. Aku tidak tahu apa kamu bisa hidup sampai saat itu tiba nanti" ucap Hyang Dol dan segera berlalu pergi.

"Abang" panggil Beo Jin.

"Abang" panggil Beo Jin sekali lagi, namun Hyang Dol sama sekali tidak bergeming dan kembali mengunci ruangan tempat Beo Jin dan William dikurung.

"William kamu tidak apa-apa kan?" tanya Beo Jin lagi pada William. William sama sekali tidak menjawab dan tiba-tiba pingsan.

"William" panggil Beo Jin dan berusaha melepaskan diri.

Park Kyu dengan emosi segera menuju ke rumah Pejabat pemerintahan. Penjaga yang berdiri di depan pintu menahan Park Kyu.

"Lepaskan, aku ingin bertemu dengan Pejabat pemerintahan hari ini juga" teriak Park Kyu. Seseorang tiba-tiba keluar, "ada apa ini?".

"Aku ingin bertemu dengan Tuan" jawab Park Kyu.

"Kelihatannya hukuman waktu itu masih tidak cukup untukmu" ucap Pejabat itu.

"Ada hal yang penting" ucap Park Kyu dan berjalan ke depan ingin mendekat namun para penjaga menghalanginya dengan menyilangkan ke dua tombak mereka.

"Tunggu apa lagi, usir dia" perintah pejabat. Para penjaga mulai memegangi kedua tangan Park Kyu. Park Kyu dengan emosi melepaskan tangan para penjaga dan ingin mengeluarkan lencananya. Namun Park Kyu dengan cepat mengurungkan niatnya saat melihat Hyang Dol tiba-tiba keluar dari rumah Pejabat.

"Aku pulang dulu" ucap Hyang Dol pada Pejabat.

"Oh baiklah" ucap Pejabat pada Hyang Dol. Park Kyu dengan cepat memasukkan kembali lencananya ke dalam jubahnya. Park Kyu merasa ada yang tidak beres, Pejabat dan Hyang Dol pasti bersekongkol. Sekarang siapa yang harus dipercayainya lagi?

Hyang Dol berjalan melewati Park Kyu dan tanpa sengaja menjatuhkan pisau Beo Jin. Park Kyu melihatnya dan Hyang Dol dengan cepat menunduk memungut pisau tersebut dan segera pergi.

Yan sudah kembali dari Jepang dan membawa surat perjanjian transaksi antara dirinya dan Tetua.

"Ini adalah surat perjanjian transaksi kita, jika saya dan William sampai di Nagasaki, Perusahaan Dong Yin Du akan mengirimkan sebuah kapal kemari".

"Bagaimana jika kapal tidak dikirim sementara kalian sudah sampai ke Nagasaki? aku ingin barang dikirim pertama" ucap Tetua.

"Jadi kamu bermaksud ingin menahan William sebagai sandera?" tanya Yan dan menatap tajam Tetua.

"Saya ingin berhati-hati saja" ucap Tetua.

"Aku ingin memastikan keselamatan William" ucap Yan dan pergi.

Di depan kamar Tetua, Yan berpapasan dengan Hyang Dol. Yan sama sekali tidak menyapa Hyang Dol dan kembali berjalan. Hyang Dol masuk dan menemui Tetua.

"Orang desa San Fang datang mencari anda" lapor Hyang Dol.

"Apa?" tanya Tetua terkejut.

Matahari sudah menunjukkan dirinya dan Beo Jin sama sekali belum pulang ke rumah. Hal itu membuat Ayah dan Ibu Beo Jin semakin khawatir, "apa Beo Jin sudah pulang?" tanya Ayah Beo Jin pada Beo Seol, adik Beo Jin. Beo Seol menggeleng.

"Desa sedang kacau, anak ini pergi ke mana?" keluh Ibu Beo Jin.

"Jangan terlalu khawatir, dia pasti akan baik-baik saja" ucap Ayah Beo Jin berusaha menenangkan istrinya.

"Kemarin melihatnya bersama rambut kuning, aku merasakan pasti akan terjadi masalah" tambah Ibu Beo Jin.

"Orang asing itu bukan orang jahat" ucap Ayah Beo Jin.

"Kalau begitu kenapa dia belum pulang juga?" tanya Ibu Beo Jin dan berlalu pergi sambil memanggil nama Beo Jin.

"Aigooo, Beo Jin ah". Ayah Beo Jin dan adik Beo Jin hanya bisa diam melihat sikap Ibu Beo Jin. Mereka juga sama khawatir dengan Ibu Beo Jin, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Park Kyu berjalan berkeliling. Kedua penjaga masih tetap mengikuti Park Kyu dan menunggu perintah selanjutnya dari Park Kyu. Park Kyu mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya kepada ke dua penjaga, "antarkan ini ke pejabat pemerintahan" perintah Park Kyu.

"Bagaimana kami bisa membawanya ke sana dengan identitas kami seperti ini?" tanya salah satu penjaga.

"Perlihatkan dia ini dan dia akan bertemu kalian" ucap Park Kyu dan mengeluarkan lencananya. Para penjaga saling berpandangan dan tiba-tiba memekik terkejut.

William terbangun dari pingsannya. William melihat Beo Jin yang sedang tidur. William berusaha mendekati Beo Jin, namun lukanya masih terasa sakit. Beo Jin terbangun mendengar rintihan William dan sadar kalau hari sudah pagi.

"William" panggil Beo Jin.

"Aku tidak apa-apa, aku tidak ingin melihatmu terluka" ucap William. Beo Jin kembali menangis "Mana mungkin tidak apa-apa" teriak Beo Jin.

"Aku benar tidak apa-apa Beo Jin, kita pasti akan keluar dengan selamat" ucap William berusaha menenangkan. Beo Jin berhenti menangis mendengar ucapan William. William mendekat ke dinding yang terbuat dari kayu. William kemudian berteriak melalui sela-sela dinding dalam bahasa inggris, "di luar ada orang? tolong bantu kami".

"Tidak ada gunanya William, waktu ditangkap aku sudah melihat kita berada di hutan yang sangat dalam. Yandari pernah mengatakan kepadaku untuk berhati-hati, jangan bepergian dari desa dan jangan pergi sembarangan. Yandari mungkin tahu kalau hal ini akan terjadi dan sudah menaruh kecurigaan terhadap Tetua" ucap Beo Jin sedih.

"Park Kyu? Tidak perlu khawatir, Park Kyu pasti akan datang menolong kita" ucap William antusias dan optimis.

"Iyakah? William juga berpikiran seperti itu? Benar, dia pasti akan datang" ucap Beo Jin tak kalah antusiasnya dan berusaha percaya pada ucapan William. William berusaha melemahkan ikatan tali ditangannya dengan menggesekkannya pada bebatuan. Beo Jin yang melihatnya mencoba hal yang sama seperti yang dilakukan William.

Park Kyu kembali ke markas rahasia Tetua. Kali ini Park Kyu menyamar dengan menggunakan kumis dan jenggot palsu. Sementara itu penjaga membukakan gerbang untuk Yan yang datang dengan menaiki kuda.

Tetua mulai mengumpulkan para penjaga. "Malam ini harus dilaksanakan dan tidak ada kesempatan yang lebih baik dari hari ini. Yandari mungkin adalah utusan dari Chong Ying, kalian tidak perlu khawatir, karena malam ini adalah hari kematiannya" ucap Tetua dan tanpa disadarinya Park Kyu sudah berdiri di sana, bergabung dengan para penjaga dan mendengarkan ucapannya.

Hyang Dol mengumpulkan para penjaga dan mulai memerintahkan mereka untuk mempersiapkan alat-alat. Park Kyu dan salah satu penjaga yang berdiri di belakang Hyang Dol mendapat perintah untuk memindahkan William dari gudang ke gudang selatan. Park Kyu dan penjaga bergegas pergi. Hyang Dol tiba-tiba merasakan suatu keanehan dan merasa tidak asing dengan wajah salah satu penjaga yang tak lain adalah Park Kyu.

William masih berusaha melemahkan tali dan berhasil. Beo Jin terkejut dan senang melihatnya. William kemudian melepaskan tali yang melilit Beo Jin.

"William, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Beo Jin khawatir.

"Hussshhh, jangan mengeluarkan suara, mereka ada di luar" jawab William. William kemudian mengintip melalui celah-celah kayu dan melihat dua penjaga datang.

"Mereka datang" teriak William.

Park Kyu dan penjaga berjalan menuju tempat penyekapan William dan Beo Jin. Penjaga mulai membuka pintu dan tiba-tiba dari arah belakang Park Kyu mencekik lehernya hingga mati. Park Kyu masuk ke tempat penyekapan William dan disambut dengan pukulan dari William yang sedari tadi bersembunyi. Beo Jin juga tidak tinggal diam dan ikut memukuli Park Kyu. Park Kyu berusaha melepaskan dari dari tikar yang dilemparkan Beo Jin ke arahnya.

"Hush, ini aku" ucap Park Kyu dan melepaskan kumisnya.

"Park Kyu?" tanya William tidak percaya melihat kehadiran Park Kyu yang datang menolong dirinya dan Beo Jin.

"Yandari" ucap Beo Jin sedih dan mulai menangis.

Bersambung ke Episode 9 ...