Peranan Ekonomi Kerakyatan dalam Penyerapan Tenaga Kerja
di Kabupaten Banjarnegara
Oleh:
Anisur Rosyad
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRACT
Indonesia has a strength or potency in micro, small and middle business that is significant. This kind of potency is located on the very high amount, moderatly extensive distribution ond having comparative excellence in labor absorption and distribution compared to big business. Micro, small and middle business are more recognized as people economy, namely the economy consisting of a number of small business, by attempt orientation which is still around fulfillment in subsistence needs, managed by people, their capital and accumulation are limited, technology and management are traditional, full work and production output are given for people.
This research was a survey in Banjarnegara Regency concerning with absorption of labors by small, middle, and house hold industries that formed industrial sectors of people economy business. Data used were secondary data taken from data source of the Regency Statistic Office, and supporting data taken from related offices. Analysis used in this research descriptive analysis by retrieving time series data within periode of 2005-2008.
Results of the research performed that the house hold industry was an industrial sector capable to absorb the greatest labors when compared to small and middle industries. Agricultural processing industries become a business sector that mostly absorbed the labor compared to various, metal, and chemical industries. Within period of 2005-2008 a reduction occorred in labor absorption at small and middle industries, meanwhile there was an increase at house hold. Fluctuation in the labor absorption on that industry related linearly to number of effort unit.
Key words : labor absorption, small and middle business
PENDAHULUAN
Program pembangunan nasional 2000-2004 mencanangkan bahwa pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Pada era otonomisasi saat ini, konsep pengembangan ekonomi kerakyatan diterjemahkan dalam bentuk program operasional berbasiskan ekonomi domestik pada tingkat kabupaten dan kota dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Pengembangan ekonomi kerakyatan harus dikembangkan dalam perspektif regional yang di dalamnya terintegrasi kesatuan potensi, keunggulan, peluang, dan karakter sosial budaya.
Pendekatan model alternatif pembangunan ekonomi Indonesia dapat dilakukan melalui salah satu strategi, yaitu revitalisasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha kecil dan Menengah yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha yang jumlah asetnya kurang dari Rp2 juta dan jumlah omset perhari kurang dari Rp500 ribu. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset di luar tanah dan bangunan sama atau lebih kecil dari Rp200 juta dengan omset tahunan hingga Rp1 miliar, sedangkan usaha menengah adalah usaha yang kepemilikan kekayaannya paling besar Rp200 juta dan memiliki omset tahunan sampai Rp 10 milyar. Badan Pusat Statistik dalam mendefinisikan UMKM menggunakan kategori jumlah tenaga kerja. Usaha mikro mempekerjakan lima orang termasuk pekerja keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil mempekerjakan 5 sampai 10 orang, sedangkan usaha menengah mempekerjakan 20 sampai 99 orang tenaga kerja.
Fredrik Benu (2002) menyatakan bahwa sebenarnya dalam usaha mengembangkan usaha kecil, menengah dan koperasi yang harus ada yaitu pemberian kesempatan untuk berkembang dalam suatu mekanisme pasar yang sehat, bukan berupa bantuan uang (cash money). Jika pemahaman ini tidak dibangun sejak awal, maka dikhawatirkan keberpihakan yang salah selama masa orde baru kembali akan terulang. Akibat dari keberpihakan yang salah yaitu tidak terjadi proses pendewasaan (maturity) dalam bisnis usaha kecil-menengah dan koperasi. Bahkan mungkin terjadi suatu proses yang Beberapa kajian empiris menunjukkan bahwa permasalahan umum yang dihadapi oleh UKM dan Koperasi adalah keterbatasan akses terhadap sumber-sumber permbiayaan dan permodalan, keterbatasan penguasaan teknologi dan informasi, keterbatasan akses pasar, keterbatasan organisasi dan pengelolaannya (Asy’arie, 2001). Komitmen keberpihakan pemerintah pada UKM dan Koperasi di dalam perspektif ekonomi kerakyatan harus benar-benar diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah yang disebut di atas. Program pengembangan ekonomi kerakyatan memerlukan adanya program-program operasional di tingkat bawah, bukan sekedar jargon-jargon politik yang hanya berada pada tataran konsep. Hal ini perlu ditegaskan, agar pembahasan tentang ekonomi kerakyatan tidak hanya berhenti pada suatu konsep abstrak, tetapi perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan program-program operasional yang diarahkan untuk mengatasi persoalan keterbatasan akses kebanyakan rakyat kecil.
Usaha mikro, kecil dan menengah yang jumlahnya sangat banyak dan distribusi cukup luas memiliki keunggulan dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan usaha besar. Selain itu UMKM memiliki sejumlah keunggulan, antara lain: (a) sebagai penyedia barang-barang murah, (b) efisiensi dan fleksibilitas usaha yang tinggi, (c) sumber penghasil wirausaha baru, (d) semangat berusaha yang tinggi, (d) profitabilitas yang tinggi, dan (e) kemampuan pengembalian pinjaman yang tinggi. Adapun kelemahannya terletak pada kemampuan manajerial yang rendah, teknologi bersifat tradisional, dan modal yang terbatas (Rustiani, 1996).
Mengacu pada keunggulan UMKM tersebut, maka diperlukan upaya revitalisasi pembangunan ekonomi Indonesia yang berbasis ekonomi kerakyatan (community based economic development) untuk memantapkan fundamental ekonomi Indonesia. Pilihan pada ekonomi kerakyatan sangat strategis karena secara empiris telah teruji selama masa krisis multidimensional dan sebagai instrumen pemerataan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penduduk Kabupaten Banjarnegara sampai dengan akhir tahun 2008 berjumlah 917.630 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun tersebut mencapai 858 jiwa per Km2. Pertumbuhan penduduk dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 secara umum mengalami penurunan. Jumlah penduduk yang meningkat menuntut meningkatnya penyediaan adanya lapangan kerja yang lebih banyak dan luas. Jika pemerintah tidak mampu memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat, maka timbul masalah pengangguran yang dapat berakibat masalah sosial yang lebih komplek. Jika dilihat dari jumlah pencari kerja, untuk Kabupaten Banjarnegara menunjukkan adanya penurunan sebesar 13,03 % untuk kurun waktu tahun 2003-2007. Keadaan ini mungkin saja terjadi sebagai akibat dari berkembangnya usaha sektor swasta terutama sektor usaha kecil dan menengah yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survey. Kabupaten Banjarnegara dalam hal ini dipandang sebagai kesatuan wilayah ekonomi. Pemilihan lokasi berdasarkan asumsi bahwa di daerah Kabupaten Banjarnegara terdapat cukup banyak usaha kecil dan industri rumah tangga yang merupakan representasi dari usaha ekonomi rakyat. Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Sumber data berupa data statistik kabupaten, dan data penunjang dari instansi terkait.
Analisis dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif dengan menampilkan data time series tentang penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil, menengah dan rumah tangga. Melalui tabulasi dan interpretasi data selanjutnya dilakukan pembahasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penduduk di suatu wilayah dapat merupakan beban jika pemerintah tidak mampu memberikan sumber mata pencaharian yang cukup bagi mereka. Jumlah penduduk yang meningkat selain menyebabkan meningkatnya penyediaan fasilitas untuk kehidupan yang layak seperti perumahan, penyediaan air dan sarana yang lain, juga berarti menuntut adanya lapangan kerja yang lebih banyak dan luas. Jika pemerintah tidak mampu memperluas kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat, maka timbul masalah pengangguran yang dapat berakibat masalah sosial yang lebih komplek.
Penduduk merupakan potensi sumberdaya manusia yang sangat penting dalam kaitan dengan pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, pengembangan sumberdaya manusia mutlak perlu dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Upaya tersebut harus bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Penduduk Kabupaten Banjarnegara sampai dengan akhir tahun 2008 berjumlah 917.630 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun tersebut mencapai 858 jiwa per Km2. Pertumbuhan penduduk dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 secara umum mengalami penurunan. Untuk setahun terakhir saja dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan 0,05 persen. Penduduk Kabupaten Banjarnegara bekerja pada berbagai bidang atau sektor yang meliputi industri sebanyak 39.378 jiwa, sektor perdagangan 70.450 jiwa, dan di sektor pertanian sebanyak 206. 032 jiwa.
Tabel 1. Banyaknya Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Yang Bekerja Pada Berbagai Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Banjarnegara, Tahun 2008
No | Lapangan Usaha | Jenis Kelamin | Total | |
Laki-laki | Perempuan | |||
1 2 3 4 5 6 7 8 9 | Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan Transportasi dan komunikasi Keuangan Jasa | 129.889 3.276 12.581 116 28.829 31.879 12.408 2.852 34.993 | 76.143 917 26.797 - - 38.571 45 1.487 21.534 | 206.032 4.193 39.378 116 28.829 70.450 12.453 4.339 56.527 |
Jumlah | 256.823 | 165.494 | 422.317 |
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2008
Dari data yang tersaji di atas dapat dilihat bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja relatip lebih banyak dibandingkan sektor lain, yaitu mencapai 48,79 %, sedangkan sektor industri menyerap tenaga kerja 9,32 % dan sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebanyak 16,68 %. Jumlah pencari kerja menunjukkan adanya penurunan sebesar 13,03 % untuk kurun waktu tahun 2003-2007. Penurunan ini mungkin terjadi karena adanya penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak oleh sektor swasta terutama sektor usaha kecil dan menengah, mengingat sektor ini terus mengalami perkembangan.
Tabel 2. Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Banjarnegara, 2008
No | Pendidikan Yang Ditamatkan | Jumlah Pencari Kerja | Total | Persentase | |
Laki-laki | Perempuan | ||||
1 2 3 4 5 6 7 | Buta huruf, Tak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA D1/D2 Tamat Sarjana Muda Tamat Sarjana | - 185 513 2.635 657 250 821 | - 155 463 1.980 1.570 477 1.188 | - 340 976 4.615 2.227 727 2.009 | - 3.12 8.96 42.36 20.44 6.67 18.44 |
Jumlah | 5.061 | 5.833 | 10.894 | 100 |
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2008
Pencari kerja di Kabupaten Banjarnegara didominasi oleh kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTA. Kelompok ini merupakan kelompok masyarakat yang biasanya tidak memiliki keterampilan khusus, kecuali sebagian dari mereka yang berasal dari pendidikan kejuruan menengah. Seperti halnya di daerah lain, di daerah ini tampak pula bahwa golongan masyarakat dengan pendidikan sarjana cukup banyak sebagai pencari kerja.
Sektor riil merupakan sektor yang dominan dalam menyerap tenaga kerja. Usaha mikro, kecil dan menengah dengan jumlahnya yang relatip banyak dan terdistribusi cukup luas, memiliki keunggulan dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan usaha besar. Oleh karena itu, perkembangan sektor ini penting untuk diperhatikan, mengingat sektor usaha ini sangat berkaitan dengan perekonomian rakyat pada umumnya. Penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha atau industri untuk skala rumah tangga, usaha kecil dan sedang di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap Sektor Industri, Di Banjarnegara, Tahun 2005-2008
Tahun | Jumlah Tenaga Kerja Terserap Pada Industri | ||||||
Kecil | Rumah Tangga | Sedang | Total | ||||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | ||
2005 | 2.346 | 4.60 | 48.017 | 94,25 | 582 | 1.14 | 50.945 |
2006 | 2.309 | 4,51 | 48.047 | 93,83 | 850 | 1,65 | 51.206 |
2007 | 2.311 | 4,53 | 48.060 | 94,33 | 578 | 1,13 | 50.949 |
2008 | 2.250 | 4,43 | 48.047 | 94,55 | 517 | 1,01 | 50.814 |
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka tahun 2008
Industri rumah tangga merupakan industri yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak dibandingkan industri kecil dan sedang. Pada tahun 2008 industri rumah tangga mampu menyerap tenaga kerja sampai dengan 94,55 % dari total tenaga kerja yang terserap di sektor industri, sementara itu industri kecil dan sedang masing-masing menyerap 4,43 % dan 1,01 %.
Selama kurun waktu 2005-2008 penyerapan tenaga kerja oleh sektor industri di Kabupaten Banjarnegara mengalami sedikit penurunan terutama di sektor industri kecil dan industri sedang, adapun pada industri rumah tangga mengalami peningkatan. Fluktuasi jumlah tenaga kerja terserap berbanding lurus dengan jumlah unit usaha pada sektor industri tersebut (lihat tabel 4). Artinya bahwa penambahan ataupun pengurangan jumlah tenaga kerja yang terserap pada masing-masing industri lebih disebabkan oleh pengurangan ataupun penambahan jumlah unit industri dan bukan karena faktor lain misalnya adanya penambahan investasi.
Tabel 4. Jumlah Industri dan Tenaga Kerja yang Terserap di Kabupaten Banjarnegara, Tahun 2005-2008
Tahun | Industri Kecil | Industri Rumah Tangga | Industri Sedang | |||
Jumlah Industri | Jumlah Tenaga Kerja | Jumlah Industri | Jumlah Tenaga Kerja | Jumlah Industri | Jumlah Tenaga Kerja | |
2005 | 422 | 2.346 | 23.456 | 48.017 | 18 | 582 |
2006 | 425 | 2.309 | 23.041 | 48.047 | 29 | 850 |
2007 | 426 | 2.311 | 23.050 | 48.060 | 17 | 578 |
2008 | 424 | 2.250 | 23.000 | 48.047 | 15 | 517 |
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka tahun 2008
Gambar 1. Diagram Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri, Tahun 2005-2008
Terdapat sepuluh jenis usaha pada industri hasil pertanian yang meliputi tujuh buah industri pengolahan makanan dan tiga buah kerajinan serta pengolahan kayu. Usaha pembuatan gula kelapa merupakan usaha dengan jumlah unit yang paling banyak, diikuti oleh usaha kerajinan anyaman bambu. Namun demikian, usaha ini seperti halnya usaha pengolahan makanan pada umumnya menyerap tenaga kerja sedikit untuk tiap unit usaha, yakni dua orang untuk tiap unit usaha. Keadaan demikian dapat dipahami mengingat usaha tersebut pada umumnya merupakan industri rumah tangga.
Tabel 5. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Hasil Pertanian 2008
No. | Jenis | Jumlah Unit | Jumlah Tenaga Kerja | Rerata Tenaga Kerja/Unit |
1. | Gula kelapa | 11.280 | 22.568 | 2,0 |
2. | Anyaman Bambu | 10.450 | 20.900 | 2,0 |
3. | Tempe kedelai | 2.598 | 6.302 | 2,4 |
4. | Gula Aren | 351 | 702 | 2,0 |
5. | Kerupuk ketela | 142 | 2.168 | 15,3 |
6. | Makanan lain | 125 | 304 | 2,4 |
7. | Tepung tapioka | 19 | 625 | 32,9 |
8. | Tahu | 80 | 272 | 3,4 |
9. | Kerajinan dari kayu |
| 125 | 2,3 |
Jumlah | 25.104 | 54.891 |
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka tahun 2008
Usaha pengolahah tepung tapioka yang pada umumnya merupakan industri kecil, mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak untuk tiap unitnya, yaitu rata-rata 32,89 orang per unit usaha. Usaha lain hanya mampu menyerap rata-rata 2 hingga 15 orang tenaga kerja per unit usaha. Hampir semua industri tersebut merupakan industri rumah tangga.
4. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Aneka
Penyerapan tenaga kerja pada industri aneka dari empat macam usaha mencapai 1.682 orang pada tahun 2006. Industri aneka hampir semuanya merupakan industri rumah tangga. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri aneka berkisar 1 sampai 7,5 orang per unit usaha. Usaha pembuatan sepatu mampu menyerap rata-rata 7,5 orang tenaga kerja per unit usaha, dan usaha batik tulis hanya menyerap 1 orang tenaga kerja per unit usaha.
Tabel 6. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Aneka, Tahun 2008
No. | Jenis | Jumlah Unit | Jumlah Tenaga Kerja | Rerata Tenaga Kerja/Unit |
1. | Pakaian jadi/penjahit | 732 | 1.464 | 2 |
2. | Percetakan/Fotokopi | 42 | 126 | 3 |
3. | Batik tulis | 62 | 62 | 1 |
4. | Sepatu/Sendal | 4 | 30 | 7,5 |
Jumlah | 840 | 1.682 |
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2008
Penyerapan tenaga kerja pada industri logam, mesin dan kimia mencapai 2.476 orang yang tersebar 595 unit usaha. Usaha kerajinan keramik merupakan usaha yang paling tinggi menyerap tenaga kerja per unitnya yang mencapai rata-rata 20,59 orang. Jenis usaha yang banyak ditemukan dalam kelompok industri ini adalah industri batu bata atau bata merah.
Tabel 7. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Logam, Mesin, Kimia, 2008
No. | Jenis | Jumlah Unit | Jumlah Tenaga Kerja | Rerata Tenaga Kerja/Unit |
1. | Kerajinan keramik | 24 | 326 | 13,58 |
2. | Bata merah | 316 | 697 | 2,20 |
3. | Genteng | 176 | 653 | 3,70 |
4. | Pande besi | 24 | 207 | 8,63 |
5. | Tegel/ruster | 21 | 91 | 4,33 |
6. | Pande tembaga | 30 | 86 | 2,87 |
7. | Vulkanisir ban | 4 | 16 | 4,0 |
Jumlah | 595 | 2.476 |
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka, maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Saran
1. Perlu diberikan perhatian yang lebih besar lagi terhadap usaha ekonomi rumah tangga, usaha kecil dan menengah oleh pemerintah, terutama dalam pembinaan teknologi, pemasaran, dan bantuan permodalan.
2. Perlunya untuk terus mengembangkan sektor pertanian dan industri pengolahannya, mengingat sektor ini mampu memberikan sumbangan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musa, 2001. Keluar dari Krisis Multi Dimensi. Lembaga Studi Filsafat Islam, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara, 2008. Kabupaten Banjarneggara Dalam Angka. BPS Kabupaten Banjarnegara dan BAPPEDA Kabupaten Banjarnegara.
Fredy Benu, 2002. Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Suatu Kajian Koseptual., Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel Th I No. 10 Desember
Kartasasmita, G., 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Cides, Jakarta
Kleden, Ignas, 2000. Persepsi dan Mispersepsi Tentang Pemulihan Ekonomi Indonesia. PT Kompas Media Nusantara, Jakarta
Rustiani, F.F, (ed) 1996. Masalah, Peluang, dan Strategi Praktis. Prosiding Dialog Nasional dan Lokakarya Pengambangan Ekonomi Rakyat Dalam Era Globalisasi. Yayasan Akatiga dan Yapika