Klasifikasi Tanah Gambut
Berdasarkan faktor pembentukannya:
- Gambut Ombrogen; terbentuk dari sisa-sisa hutan seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
- Gambut Topogen; terbentuk dalam depresi topografi rawa seperti Rawa Pening, Jatiroto, Tanah payau Deli.
- Gambut Pegunungan; terbentuk pada depresi-depresi daerah pegunungan yang tidak aktif (kawah yang merupakan rawa) seperti Gunung Papandayan, dataran tinggi Dieng.
Berdasarkan batuan induk yang membentuknya:
- Gambut endapan; tanaman yang mudah dihumifikasikan, koloidal, padat dan kenyal.
- Gambut berserat; berserat, mempunyai kapasitas menahan air tinggi.
- Gambut kayuan; sisa-sisa pohon, semak atau vegetasi rawa.
Berdasarkan ketebalannya :
- Gambut dangkal kedalaman < 50 – 100 cm
- Gambut sedang kedalaman 100 - 200 cm
- Gambut dalam kedalaman 200 – 300 cm
- Gambut sangat dalam kedalaman > 300 cm
Berdasarkan kematangannya:
- Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau telah sedikit mengalami dekomposisi.
- Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang.
- Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi lanjut.
Secara teknis tanah gambut tidak baik sebagai dasar konstruksi bangunan karena mempunyai kadar air sangat tinggi, kompresibilitas atau kemampatannya tinggi serta daya dukung sangat rendah.