Published using Google Docs
PLG_MODELPEMB_SD.pdf
Updated automatically every 5 minutes


MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR

A. PENGANTAR

Istilah model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam konseks pembelajaran, Joyce dan Weil (Udin S.Winataputra, 2001) mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Jadi, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Di dalam literatur ditemukan berbagai macam model pembelajaran. Beberapa diantara model pembelajaran tersebut diasumsikan dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan pembelajaran di SD. Untuk memilih/menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu, perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan prinsip-prinsip belajar,(seperti kecepatan belajar, motivasi, minat, keaktivan siswa dan umpan balik/penguatan), serta yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa pemilihan model-model pembelajaran seyogianya berbasis pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada konsep pembelajaran mutakhir

B. PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI BASIS DALAM PENGEMBANGAN

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF

1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual

Salah satu kecenderungan pemikiran yang berkembang dewasa ini berkaitan dengan proses belajar anak adalah bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Menurut kecenderungan pemikiran ini, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), menurut Nurhadi, dkk. (2004) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran akan berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuana dari guru.Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan,berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu ,, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

2. Pengertian dan Karakteristiuk Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya. Dari pengertian pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran kontekstual sebagai berikut :

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

115



> Kerjasama > Saling menunjang > Menyenangkan, tidak membosankan > Belajar dengan bergairah > Pembelajaran terintegrasi > Menggunakan berbagai sumber > Siswa aktif > Sharing dengan teman

3. Kecenderungan Pemikiran tentang Belajar

Beberapa kecenderungan pemikiran dalam teori belajar yang mendasari filosofi pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut : a. Pemikiran tentang Belajar

1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan

dibenak mereka sendidi 2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari

pengetahuan baru 3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter) 4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang

terpisah tetapi mencerminkan ketarampilan yang dapat diterapkan 5) Manusia mempunyai tingkatan yang vberbeda dalam menyikapi situasi baru 6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

dirinya dan bergelut dengan ide-ide 7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus

seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. b. Transfer Belajar

1) Pembelajaran kontekstualembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secaraibel dapat diterapkan/ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. 2) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain 3) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit),

sedikit demi sedikit 4) Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar dan bagaimana ia menggunakan

pengetahuan dan keterampilan itu. c. Siswa sebagai Pembelajar

1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang

anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru 2) Strategi itu belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.

Akan tetapi untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting 3) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang

sudah diketahui 4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi meraka sendiri

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

116



4. Pentingnya Lingkungan Belajar

1) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru ”akting di depan kelas, siswa menonton” ke ”siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan” 2) Pengajaran harus berpusat pada ’bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan

baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya 3) Umpan balik amat penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian (assessment)

yang benar 4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

No. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Tradisional

1. Pemilihan informasi berdasarkan

kebutuhan siswa

Pemilihan informasi ditentukan oleh guru 2. Siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi

3. Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis

4. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Memberikan tumbukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan 5. Cenderung mengintegrasikan

beberapa bidang

Cenderung berfokus pada satu bidang

6. Siswa menggunakan waktu

belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

Waktu belajar siswa sebagian besar dip[ergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)

7. Perilakuk dibangun atas kesadaran

sendiri

Perilaku dibangun atas kebiasaan

8. Keterampilan dikembanagkan atas

dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan 9. Hadiah dari perilaku baik adalah

kepuasan

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilaio (angka) rapor 10. Siswa tidak melakukan hal yang

buruk karena sadar hal tersebut keliru danmerugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman

11. Perilaku baik berdasarkan motivasi

intrinsik

Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik 12. Pembelajaran terjadi di berbagai

tempat, kontesks dan setting

Pembelajaran hanaya terjadi dalam kelas 13. Hasil belajar diukur melalui

penerapan penilaian autentik

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

117



5. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual

Terdapat tujuah komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual , yaitu :

a. Konstruktrivisme b. Inkuiri c. Bertanya d. Masyarakat Belajar e. Pemodelan f. Refleksi g. Assesmen autentik

6. Penyusunan Rencana Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan autentic assessmen. Dalam kaitan ini, program yang dirancang guru benar-benar merupakan rencana pembelajaran yang bersifat kondisional tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar antara format program pembelajaran kontekstual dengan program oembelajaranb konvensional. Yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lwbih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, rambu utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :

a. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara : Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Pencapaian Hasil Belajar b. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya c. Rincian media untuk mendukung kegiatan itu d. Buatlah skenario kegiatan siswa tahap demi tahap e. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati

partisipasinya dalam pembelajaran

7. Contoh Skenario Pembelajaran Kontekstual (dalam mp. Sains) a. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil a 4-5 orang b. Masing-masing kelompok menghadap meja yang diatasnya telah tersedia 1 toples berisi air dan ikan, penggaris, termometer, dan kertas manila masing-masing 1 buah, dan kertas quarto sesuai yang dibutuhkan c. Selama empat puluh menit, kelompok siswa mengamati ikan yang ada dalam toples. Siswa diminta mmengamati ikan tersebut, mencatat semua aspek yang mereka amati : ukuran, warna, perkiraan beratnya, perilaku ikan, dsb. d. Siswa menyajikan hasil pengamatan di kertaston. Kreativitas dalam menyajikan hasil pengamatan sangat dihargai : boleh dengan gambar, bagan atau verbal. Juga siswa diharapkan mampu membedakan antara data kuantitatif dengan data kualitatif yang mereka temukan e. Setiap kelompok mempresentasikan/menyajikan hasil kelompok mereka. f. Syaring pendapat berkenaan dengan temuan/hasil pengamatan kelompok g. Sebaiknya diberikan reionforcement/penghargaan bagi kelompok yang memperoleh hasil terbaik (baik dari segi kelengkapan temuan maupun dari segi kualitas laporan dan presentasi)

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

118



C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF BERBASIS PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL.

Terdapat sejumlah model pembelajaran efekktif berbasis kontekstual yang dapat diguanakan dalam proses pembelajaran di SD, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipenya, (seperti Student-Teams Achievement Divisions/STAD (Tim Siswa Kelompok Prestasi), JIGSAW (Model Tim Ahli) dan GI (Group Investigation), think-pair and share, numbered head together, picture and picture, examples non examples, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis tugas/proyek (Project based learning), demonstration, role playing, pemodelan (modelling), dsb.

Dalam naskah ini hanya akan dibahas tiga diantaranya secara singkat, yaitu :

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah, menurut Ibrahim dan Nur (2002) dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teaching (Pembelajaran berbasis Project), Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentic). Danm Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peranan guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dan bagaimana peranan nguru di dalamnya dapat digambarkan sbb.

Tahapan Tingkah laku Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelasakan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih Tahap 2 Mengorganisir siswa untuk

Belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dsb.) Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah Tahap 4 Mengembangkan dan menanyakan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai sperti laporan, dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang mereka gunakan.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

119



2. Model Student Teams Achievement Division (STAD)

Model Student Teams Achievement (Tim Siswa Kelompok Prestasi) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan- kawannya. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan pembelajaran STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal manupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim masing- masing terdiri atas 4 atau 5 orang anggota kelompok yang bersifat heterogen (baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun potensi akademik/kemampuannya). Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesame anggota kelompok. Secara periosik. Dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan mereka (baik individual maupun kelompok) terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Setiap siswa atau tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skorvsempurna diberi reinforcement.

Secara singkat langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri atas: a. Mmembentuk kelompok heterogen a 4-5 orang anggotanya b. Guru menyajikan pelajaran c. Guru memberi tugas d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada csaat menjawab kuis, tidak

dibolehkan siswa saling membantu. e. Memberi evaluasi f. Kesimpulan

3. Model Jigsaw (Model Tim Ahli)

Model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dan kawan-kawannya dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Seperti halnya pada m,odel STAD, pada model Jigsawpun, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok/tim a 4-5 orang anggotanya yang bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai kelompok/tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan tertsebut. Kelompok siswa yang dimaksud disebut ”kelompok pakar (expert group)”. Sesudah kelompok pakar berdiskusi dan menyelesaikan tugas, maka anggota dari kelompok pakar ini kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar (membuat mengerrti) anggota lain dalam kelompok semula tersebut.

Secara sinbgkat, langkah-langkah pembelajaran Jigsaw terdiri atas : a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok heterogen a 4-5 orang b. Tim anggota dalam kelompok/tim diberi bagian materi yang berbeda c. Anggota dari tim tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka d. Jika kelompok ahli selesai mendiskusikan tugasnya, maka anggota kelompok kembali ke kelompok asal/semula (home teams) untuk mengajar anggota lainnya dalam kelompok semula e. Tiap kelompok/tim ahli mempresentasikan hasil diskusi f. Guru memberi evaluasi g. Kesimpulan/penutup

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

120



4. Model Group Investigation (GI)

Dasar-dasar metode group investigation (investigasi kelompok) dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawan-kawannya. Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, group investigation merupakan model pembelajaran yang lebih kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Pada model group investigation, sejak awal siswa dilibatkan mulai dari tahap perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Dalam pelaksanaanya, mempersyaratkan para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil a 5-6 orang dapat bersifat heterogen dan dapat juga didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti/melakukan investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan

Secara singkat langkah-langkah group investigation adalah sbb. : a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas

yang berbeda dari kelompok lain d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang

bersifat penemuan e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikanhasil pembahasan kelompok f. Guru mwmbwri penjelasan singkat dan sekaligus memberikan kesimpulan g. Penutup.

D. PENUTUP

Disamping mnode-model pembelajaran yang dikemukakan di atas, dalam konteks pembelajaran masih tersedia cukup banyak model-model pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru di kelas. Sebagai guru yang profesional, seyogianya setiap guru selalu berupaya mengembangkan/meningkatkan kemampuannya dengan mengkaji berbagai model pembelajaran tersebut dan yang tidak kurang pentingnya adalah menuntut komitmen dari setiap guru untuk senantiasa memilih dan menerapkan model pembelajaran yang terbaik untuk kepentingan peserta didik.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

121



MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas I, II & III) berada dalam rentangan usia dini. Pada usia dini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan anak (IQ, EQ dan SQ) tumbuh dan berkembang sangat luar biasa cepat sehingga usia ini sering disebut usia emas (golden age) dalam perkembangan anak.

Dalam aspek perkembangan kognitif (berdasarkan teori/tahap perkembangan kognitif Piaget), anak usia ini berada pada tahap transisi dari tahap pra operasi ke tahap operasi konkrit. Piaget, dalam hal ini, menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap berbagai obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Proses belajar anak tidak sekedar menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajar dimaknai sebagai proses interaksi dari anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal- hal yang konkrit, yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba dan dibaui. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruksivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan ini tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak. Sejalan dengan tahapan perkembangan dan karakteristik cara anak belajar tersebut, maka pendekatan pembelajaran siswa SD kelas-kelas awal adalah pembelajaran tematik.

Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Tematik.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sebagai salah satu pendekatan pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki sejumlah ciri/karakteristik, yaitu : 1. Berpusat pada siswa 2. Memberikan pengalaman langsung 3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran 5. Bersifat fleksibel 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik 1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan 2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester 3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.

Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan, dibelajarkan dengan cara tersendiri. 4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu, harus tetap diajarkan baik

melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri. 5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung

serta pemahaman nilai-nilai moral 6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan dan daerah

setempat.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

122



Pengertian dan Jenis-Jenis Tema

Yang dimaksud dengan tema menurut Poerwadarminta (1983) adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Penggunaan tema dimaksudkan sebagai wadah/alat agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara lebih utuh, bermakna, mudah dan jelas. Dalam konteks pembelajaran di SD tersedia berbagai jenis tema yang dapat dipilih, seperti diri sendiri, keluarga, lingkungan, transportasi, kesehatan, kebersihan dan keamanan, hewan dan tumbuh-tumbuhan, pekerjaan, gejala alam dan peristiwa, rekreasi, negara dan alat komunikasi.

Prinsip Pemilihan Tema

Pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut : 1. Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari yang terdekat kepada tema yang

semakin jauh dari kehidupan anak 2. Kesederhanaan, tema hendaknya dipilih mulai dari yang mudah/sederhana sampai

kepada yang lebih rumit bagi anak 3. Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih tema yang menarik minat anak 4. Kekonkritan, artinya tema yang dipilih hendaknya bersifat konkrit. 5. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

Alokasi Waktu Pembelajaran Tematik Alokasi waktu yang tersedia untuk pembelajaran tematik adalah 27 jam pelajaran dalam satu minggu, dengan jatah waktu untuk masing-masing mata pelajaran adalah : 1. 15% untuk agama 2. 50% untuk membaca, menulis dan berhitung (calistung) 3. 35% untuk Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, Pengetahuan Alam, Kertakes dan Penjas. Perlu diketahui bahwa untuk kelas I, II dan III tidak dikenal penjadualan mata pelajaran. Jika terdapat indikator dalam berbagai matapelajaran yang tidak dapat dipadukan dalam tema maka guru dapat membuat tema khusus untuk indikator tersebut. Matapelajaran agama yang memiliki karaktristik khusus dapat diserahkan kepada guru agama, demikian pula mata pelajaran pendidikan jasmani.

Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Persiapan pelaksanaan pembelajaran tematik terdiri atas beberapa tahap, yaitu : 1. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai matapelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah: a. Penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar ke dalam indikator

Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap matapelajaran ke dalam indikator, dengan memperhatikan hal-hal berikut : 1) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik 2) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran 3) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diamati b. Penentuan tema, dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :

1) Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai 2) Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari berbagai matapelajaran yang

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

123



cocok dengan tema yang telah ada. Untuk menentukan tema tersebut guru dapat bekerjasama dengan siswa sehingga sesuai dengan minat siswa. c. Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator 2. Menetapkan Jaringan Tema

Pembuatan jaringan tema dilakukan dengan cara menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap matapelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema (contoh jaringan tema dapat dilihat pada lampiran 1 di halaman 6 -8) 3. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian. (contoh silabus pembelajaran tematik dapat dilihat pada lampiran 2 di halaman 9-11) 4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan realisasi yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen RPP tematik meliputi : a. Identitas Mata Pelajaran yaitu nama matapelajaran yang akan dipadukan, kelas,

semester, dan waktu/banyaknya jam pelajaran yang dialokasikan b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai

kompetensi dasar dan indikator d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini terdiri atas kegiatan pembukaan, inti dan penutup e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan) untuk menilai pencapaian belajar peserta didikserta tindak lanjut hasil penilaian (Contoh RPP tematik dapat dilihat pada lampiran 3.

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

124