Manajemen Sistem Pertanian Berbasis Organik

Oleh

Saepudin

Penyuluh Pertanian  BP3K  Bansari Temanggung Jateng

I.    Pendahuluan

                            Hasil dari adanya input teknologi intensifikasi yang tinggi yaitu revolusi hijau yang didukung dengan penggunaan benih unggul, benih hibrida, pemupukan pupuk anorganik dosis tinggi, penggunaan pestisida dan herbisida kimia, pengairan dengan sumur pantek dan mekanikasi pertanian selama kurun waktu 50 tahun terakhir ini mampu meningkatkan produksi pertanian yang sangat tinggi

                      Namun Club Of Rome meramalkan akan terjadinya dampak dari revolusi hijau tersebut, yaitu akan timbulnya kesuraman dan malapetaka produksi pangan dunia yang disebabkan pencemaran bahan kimia yang akan merusak ekosistem dunia berupa penurunan pH tanah, peningkatan salinitas lahan dan keracunan mineral Boron akibat akumulasi sumur pantek, Pencemaran nitrat sumber air dan penguapan gas NO2/NO karena pemupukan pupuk N dosis tinggi dan kesalahan aplikasi menjadi salah satu penyebab pemanasan iklim bumi, pemupukan pupuk P dosis tinggi berdampak pada terikatnya hara mikro Zink (Zn) yaitu precursor phyto hormone auksin (IAA = Indole Acetic Acid) dan precursor enzymatic untuk proses respirasi. Dari komponen-komponen pendukung revolusi hijau berdasarkan penelitian para ahli hal tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi lahan

         Dengan pelestarian lahan yang berkelanjutan merupakan usaha untuk meningkatkan terlaksananya konservasi tanah dan mengurangi dampak degradasi tanah di lahan pertanian. Menejemen system pertanian berbasis organic merupakan bagian terpenting dalam mendukung hal di atas, karena dalam pertanian organic pemupukan dengan menggunakan pupuk organic mutlak dibutuhkan, terutama pupuk organic padat yang berasal dari hewan memamah biak besar yang kaya derivate lignindan mikroba penyubur tanah.

II.  Pelestarian Lahan Berkelanjutan

              Degradasi lahan pertanian merupakan factor utama penyebab penurunan daya dukung lahan yang berdampak pada penurunan produktivitas lahan. Penyebab degradasi lahan pertanian adalah :

  1. Erosi tanah dan bahan organic tanah oleh angin, hujan dan perubahan fisik kimia serta biologi tanah.

2.          Perubahan iklim global yang menyebabkan peningkatan temperature bumi.

3.          Pengolahan tanah yang tidak mengikuti metode pengolahan tanah konservasi.

Ada 2 jenis degradasi lahan yaitu :

  1. Degradasi Irreversible

a.   Degradasi yang disebabkan oleh erosi tanah permukaan.

          Terjadi akibat run off aliran air hujan dipermukaan tanah yang menghanyutkan tanah permukaan hingga yang tertinggal hanya partikel pasir dan kerikil.

      Dampak degradasi ini dapat diperkecil dengan cara :

1)          Membuat terasering di tanah marginal dengan kemiringan 300

2)          Olah tanah dengan system strip cropping atau bupper strip cropping yang disesuaikan dengan kontur lahan

3)          Membuat sumur resapan

b.          Degradasi yang disebabkan oleh perubahan temperature global.

Degradasi ini tidak dapat diperbaharui hanya dapat diantisipasi dampaknya, degradasi ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, Karena :

1)          Temperatur yang tinggi meningkatkan penguapan air dari permukaan daun dan tanah.

2)          Temperatur bumi meningkat menyebabkan resfirasi tanaman juga meningkat.

3)          Evaporasi air tanah yang meningkat menyebabkan tanah retak, sehingga tanaman rentan kekeringan produksinya akan rendah.

Antisipasi dampak dari degradasi ini adalah :

1)          Antisipasi kelayuan daun menjelang siang akibat temperature bumi :

a)          Untuk tanaman di dataran tinggi biasanya temperature rendah sehingga daun tanaman akan lebih tebal dan tidakmudah layu.

b)          Untuk dataran rendah karena temperature tinggi daun menjadi tipis dan sangat mudah layu, antisipasinya diperlukan metode hardening dinding daun agar lebih menjadi tebal dan tidak mudah layu, yaitu dengan menyemprotkan PPC Organik (Contoh : Bio Fert Plus, Bio Mamboo, Bio Emponil dll)

2)          Antisipasi Penguapan tanah yang tinggi :

a)          Penanaman dengan system mulsa

-             Mulsa Jerami

-             Mulsa Sekam

-             Mulsa plastic hitam perak

-             Covering crop

b)          Penyiraman dengan irigasi atau pompanisasi

c)          Pembuatan sumur resapan :

                    Terutama pada lahan tadah hujan dan lahan marginal yaitu untuk menyimpan curahan air hujan sebagai tandon air tanah untuk penyedia air dimusim kemarau (terjadi penguapan tanah yang tinggi) sehingga tanaman tidak mengalami kekeringan.

          d)  Pemupukan dengan pupuk organic untuk memperbaiki tekstur dan agregat tanah

2.    Degradasi Reversible

           a. Degradasi Organik Tanah yang hanyut karena erosi permukaan tanah

               Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan pupuk organic padat yang bertujuan untuk :

1)          Meningkatkan pelapukan batuan induk secara biological weathering dalam proses genesistanah yang secara alami berjalan lambat.

2)          Meningkatkan Nilai Tukar Kation (NTK) sehingga meningkatkan daya dukung tanah

3)          Menyediakan sumber hara yang mendukung proses fisiology pertumbuhan dan produksi tanaman

4)          Meningkatkan kandungan organic tanah yang berdampak pada tersedianya hara mineral bagi akar tanaman

5)          Dekomposisi residu pestisida kimia dalam tanah

6)          Meminimalisir serangan organisme pengganggu

7)          Membentuk dan menstabilkan kondisi tanah

8)          Meningkatkan kemampuan tanah mengikat air

9)          Menetralkan pH tanah

10)  Memacu pertumbuhan dan kemampuan akar mengikat air

11)  Mengoptimalkan jumlah kandungan organic

        b. Degradasi Kimia Tanah, meliputi :

                1)   Penurunan pH tanah, cara mengatasi :

Ø          Pemupukan dengan kapur pertanian / Dolomit

Ø          Pemupukan dengan pupuk organic

Ø          Perubahan pola tanam dari lahan kering menjadi lahan basah (sawah)

2)   Peningkatan pH tanah, cara mengatasi :

Ø          Pemupukan dengan pupuk yabf mengandung sulfat

Ø          Pemupukan dengan pupuk organic

Ø          Perubahan pola tanam dari lahan basah menjadi lahan kering

3)          Dampak dari pertanian intensif Input dan Output tinggi, praktek ini sangat rentan terhadap degradasi produktivitas lahan yang terutama disebabkan degradasi hara makro, mikro dan carbon organic tanah. Kekahatan hara tersebut dapat diperbaharui dengan pengelolaan pemupukan berimbang.

4)           Kekeringan saat musim kemarau dan Erosi tanah karena aliran air akibat lebihnya air dipermukaan tanah saat musim hujan, hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan resapan lahan melalui pembuatan sumur resa

                      Teknologi Sumur Resapan

          Ada teknologi sumur resapan yang cukup efektip, murah dan mudah untuk dikerjakan oleh para petani, yaitu :

a)          Berupa kombong anyaman bambu dengan ukuran lebar 80 cm dan dalam 2,5 m – 3 m.

b)          Kombong dilapisi ter atau oli bekas agar lebih awet.

c)          Sumur dibuat disebelah drainase masuk kedalam guludan

d)          Pembuatan menjelang musim hujan.

e)          Minimal dibuat 2 sumur resapan untuk setiap luasan 0,10 ha ( 1000 m2)

Skema Cara Kerja Sumur Resapan Dari Kombong Anyaman Bambu

 Manfaat sumur resapan dari kombong anyaman bambu yaitu Air yang tertampung dalam sumur resapan pada awal musim hujan mampu penetrasi ke dalam dan ke samping tanah, sehingga akan terjadi proses kapilerisasi air yang mendesak udara di dalam kapiler ke permukaan, dampaknya bila datang hujan deras, air sudah mampu penetrasi ke dalam tanah, karena kapiler tanah sudah tidak terhambat oleh udara, sehingga aliran air di permukaan sudah dapat dikurangi,  hasilnya akan mampu meminimalkan terjadinya run off penyebab erosi.

Ingat…..Jangan membuat sumur resapan di lereng bukit terjal karena bisa memacu longsor.

III. Manejemen Sistem Pertanian berbasis Organik

           Standart Pertanian Organik oleh FAO ialah Pertanian berbasis organic yang mampu mengganti 40% kebutuhan hara yang berasal dari pupuk organic dengan pupuk organic pula.

Ada 3 sistem pertanian berbasis organic :

  1. Pertanian Organik, ciri-cirinya :

a.           Anti intervensi input, termasuk anti bibit unggul, pupuk kimia dan pestisida kimia. Yang dikehendaki adalah benih plasma nutfah (non intensif input) yang lebih efisien akan kebutuhan unsur hara.

b.          Penggunaan pupuk organic dosis tinggi, proses permentasi dan atau dekomposisi secara alami.

c.           Produksi rendah, biaya produksi tinggi

d.          Merupakan green produck

e.           Tidak mampu mendukung ketahanan pangan Nasional

  1. Pertanian Manipulasi Organik, cirri-cirinya :

a.           Menganut prinsip pemupukan pupuk organic dosis tinggi, proses permentasi dan atau dekomposisi sudah menggunakan teknologi penggunaan decomposer tanpa memperhatikan standart C/N dan kandungan hara N.

b.          Memanfaatkan sisa pupuk anorganik didalam tanah dan penggunaan pestisida secara terkendali ( mengutamakan pestisida Organik/Nabati )

c.           BEP lebih rendah dari pada pertanian organic Karena produktivitas lebih tinggi

d.      Merupakan green produck

e.           Tidak mampu mendukung ketahanan pangan Nasional

  1. Pertanian LEIOA ( Low External Input Organic Agricultura / Pertanian organik dengan input eksternal rendah ), ciri-cirinya :

a.           Penggunaan pupuk organic dengan dosis disesuaikan, karena perlakuan pupuk organic sudah melalui proses teknologi permentasi dan atau proses dekomposisi dengan menggunakan decomposer yang sudah memperhatikan standart C/N maksimal 15 dan kandungan N minimal 1,8 %

b.          Menggunakan pestisida secara terkendali ( mengutamakan pestisida Organik/Nabati )

c.           Produksi Optimal dengan BEP rendah

d.          Merupakan green produck

e.           Mampu mendukung ketahanan pangan Nasional

IV. Kesimpulan

          Manejemen Sistem Pertanian Berbasis Organik dengan Input Eksternal rendah yang berorientasi Agrbisnis merupakan pendukung Pelestarian Lahan berkelanjutan :

          A.   Pertanian berbasis Organik :

1.          Sebagai Soil Condisioner, mampu meningkatkan konservasi air dan tanah

2.          Sebagai buffer tanah, penstabil pH tanah

3.          Meningkatkan populasi mikroba penyubur tanah

4.          Meningkatkan NTK

5.          Meningkatkan daya tahan tanaman

6.          Mengandung precursor sebagai hormon tanaman

7.          Mengandung organic pembentuk agregat tanah

8.          Mampu mendegradasi residu pestisida dalam tanah

9.          Menghasilkan green produck, sehingga bisa masuk ke pasar moden dengan nilai harga tinggi

10.  Ramah lingkungan

11.  Meningkatkan daya dukung lahan

12.  Optimalisasi produksi yang berkelanjutan

       B. Berorientasi Agribisnis :

                Bertani Sistem Pertanian berbasis Organik Low External Input Organic Agriculture  mrupakan Manejemen Pertanian berbasis Organik yang berorientasi Agribisnis, karena dapat mengurangi asupan pupuk organic  dengan produktivitas optimal. dan menghasilkan produk bersih memenuhi standar kesehatan  (green produck) serta mempunyai  harga jual tinggi.

           C. Pelestarian Lahan Berkelanjutan :

                Sebagai daerah tangkapan air sehingga menjamin ketersediaan air. Kondisi ini mendukung  pertanian off season , terutama untuk tanaman hortikultura saat musim hujan dan musim kemarau.

Orientasi yang kami uraikan merupakan orientasi agribisnis on-farm yang mampu ditangani oleh petani sendiri,. Sistem bertani off-season membutuhkan rekayasa teknologi yang mampu mendukung keberhasilan