TUGAS ILMU BAHAN MAKANAN

TALAS

Oleh:

Nama: Ayu Puspita Febrindari

NIM: 22030111130060

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro

2011/2012


  1. MACAM-MACAM TALAS
  1. Talas Bogor

Gambar 1 Talas Bogor

Salah satu jenis talas yang digemari orang ialah Colocasia esculenta L. Schoott atau talas Bogor. Bedanya dengan kimpul jenis ini mempunyai daun yang berbentuk hati dengan ujung pelepah daunnya tertancap agak ketengah helai daun sebelah bawah. Warna pelepah bermacam-macam. Bunga terdiri atas tangkai seludang dan tongkol. Bunga betinanya terletak di pangkal tongkol, bunga jantan di sebelah atasnya, sedang di antaranya terdapat bagian yang menyempit. Pada ujung tongkolnya terletak bunga-bunga yang mandul, umbinya berbentuk silinder sampai agak membulat. Sistem perakarannya serabut, liar dan pendek.

Talas Bogor ini mengandung kristal berupa asam perusi (asam biru atau HCN) yang menyebabkan rasa gatal. Terdapat keanekaragaman pada bentuk daun, warna pelepah, bentuk dan rasa umbi serta kandungan kristal. Untuk pertumbuhan talas yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus dan berdrainase baik[1].

Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas Bentul dan Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbulu halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki umbinya lebih besar dengan warna batang yang lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul dapat dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda kekuning-kuningan. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung), karena batang dan daunnya berwarna ungu gelap.

Jenis talas lain biasanya tidak dikosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal. Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan. Sedangkan talas Bolang memiliki rasa yang gatal dengan batang dan daun yang bertotol-totol[2].

  1. Talas Belitung (Kimpul)

Gambar 2 Talas Belitung

Talas belitung dengan nama ilmiah Xanthosoma sagitifolium ini termasuk famili Areacea dan merupakan tumbuhan menahun yang mempunyai umbi batang maupun batang palsu yang sebenarnya adalah tangkai daun[3]. Daging umbi berwarna putih, merah jambu, atau kuning[4]. Umbinya digunakan sebagai bahan makanan dengan cara direbus ataupun digoreng. Di Benua Afrika bagian barat, di daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat telah dibudidayakan secara teratur oleh para petani. Pada umumnya tanaman ini diusahakan petani di pekarangan sekitar rumah dan di kebun-kebun[5].

  1. Talas Padang

Gambar 3 Talas Padang

Talas padang, Colocasia gigantea Hook F., hampir sama dengan jenis lainnya yang semarga, ialah Colocasia esculenta. Perbedaannya ialah pada ukuran pohonnya yang lebih besar, bisa mencapai tinggi 2 meter dan tangkai daunnya yang ditutupi lapisan lilin putih, serta urat-urat daunnya yang lebih kasar. Umbi induknya cukup besar, akan tetapi tidak enak dimakan. Salah satunya yang telah dibudidayakan mempunyai ukuran pohon yang lebih kecil untuk digunakan daunnya, kultivar ini dikenal dengan nama talas Padang.

Jenis ini berasal dari Malaysia. Tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan (25-1.500 m dpl), pada hutan campuran, hutan jati, rawa-rawa dan pada padang alang-alang. Menyenangi tempat yang agak terlindung dan lembab. Di Jawa terdapat dari barat sampai ke timur. C. gigantea yang dibudidayakan, dimanfaatkan tangkai dan daunnya saja. Umbinya, menurut analisa mengandung 0,8 % protein kasar. Buahnya yang baunya mirip laja (Alpinia malaccensis) dapat dimakan[6].

  1. PEMBUDIDAYAAN TALAS

  1. Syarat Tumbuh Tanaman Talas

Tanaman talas tidak menuntut syarat tumbuh yang khusus untuk pertumbuhannya. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan berbagai kondisi lahan, baik lahan becek (talas bogor) maupun lahan kering.

Tanah yang memiliki kandungan humus dan air yang cukup dengan pH antara 5,5-6,5 sangat cocok untuk budidaya tanaman talas. Tanaman talas dapat tumbuh pada ketinggian optimal antara 250-1.100 meter dpl. Talas juga dapat ditanam di berbagai kondisi curah hujan. Namun, pertumbuhan tanaman akan lebih baik lagi apabila ditanam pada tempat-tempat yang hampir selalu dalam keadaan lembab dengan curah hujan rata-rata 1.000 mm per tahun. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman talas adalah antara 210 hingga 270 C.

Dalam mengusahakan tanaman talas terdapat hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu bahwa tanaman ini harus mendapat penyinaran matahari secara penuh selama pertumbuhannya. Oleh karena itu, tanaman talas ditanam di tempat-tempat yang terbuka karena jika ditanam pada tempat yang terlindung dimana tidak mendapat penyinaran matahari, tanaman talas tidak akan tumbuh dengan baik dan produksinya tidak akan optimal. Penyinaran matahari secara penuh minimum 11 jam per hari adalah sangat baik untuk pertumbuhan tanaman talas[7].

  1. Pembibitan

Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi[8].

Perbanyakan yang umum dilakukan petani adalah secara vegetatif yaitu dengan menggunakan bibit yang berasal dari anakan yang tumbuh di sekitar umbi pokok[9]. Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas yang berumur 5-7 bulan. Anakan tersebut setelah dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat yang lembab, untuk digunakan pada musim tanam berikutnya[10].

Perbanyakan secara vegetatif juga dapat dilakukan dengan menggunakan sulur atau dengan menggunakan pangkal umbi yang berada di bawah pelepah daun dengan cara mengikutsertakan sebagian tangkai daunnya[11].

Apabila bibit tanaman yang akan digunakan berasal dari anakan atau sulur maka setelah anakan/sulur tersebut dipisahkan dari umbi induknya jangan langsung ditanam, tetapi ditanam di persemaian terlebih dahulu dengan jarak tanam yang agak rapat. Kemudian bibit pada persemaian dirawat seperlunya sampai umbinya mulai terbentuk[12].

Bila bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dengan berat masing-masing 75-150 gram dan tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu disemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah[13].

Pertanaman yang bibitnya berasal dari persemaian biasanya pertumbuhannya lebih seragam sebab daya tumbuhnya umumnya sama[14].

  1. Pengolahan Media Tanam

  1. Peyiapan lahan

Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur dan lepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pengolahan tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman sayuran.

Pengolahan tanah setelah tanam padi mulai dengan pembabatan jerami. Jerami tersebut kemudian ditumpuk kemudian di bakar. Tanah dibiarkan beberapa hari, baru kemudian dicangkul, dihaluskan dan dibuat bedeng-bedengan dan pemupukan dasar.

Pengolahan tanah jika talas di tanam setelah tanaman sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul, membuat bedeng-bedengan dan pemupukan dasar.

  1. Pembentukan bedengan

Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan dengan jarak 45 cm atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang lain.

Bedengan sekaligus dibuat untuk saluran pemasukan maupun pengeluaran air.

  1. Pengapuran

Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil tinggi, tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik, tetapi harus harus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.

  1. Pemupukan

Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk buatan seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk yang diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan dua genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman. Setelah dipupuk, di atasnya kemudian ditambahkan tanah yang dicampur dengan jerami[15].

  1. Teknik Penanaman

Saat bertanam talas yang tepat di lahan pekarangan atau tegalan adalah pada musim penghujan karena penanaman pada musim hujan yang dilakukan di pekarangan/tegalan, kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman akan selalu tercukupi. Sedangkan bertanam di lahan sawah dilakukan pada musim kemarau namun pada daerah- daerah yang mempunyai curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun, penanaman talas dapat dilakukan setiap saat.

Jika pengolahan tanah untuk bertanam talas telah selesai, maka kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat lubang-lubang tanam dengan ukuran kurang lebih 40 x 40 x 40 cm yang digunakan sebagai tempat penanaman bibit.

Isilah lubang tanam dengan pupuk kandang atau kompos yang sudah matang, kemudian diaduk dengan tanah melebihi permukaan guludan/ bedengan. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan jenis/varietas talas yang akan ditanam.

Ukuran yang optimal untuk mendapatkan hasil maksimal adalah dengan jarak tanam sekitar 30 x 30 cm atau sekitar 10-11 tanaman untuk setiap meter persegi. Namun, jarak tanam yang dilakukan dapat disesuaikan dengan jenis/varietas yang digunakan sehingga jarak tanam dapat bervariasi misalnya 100 x 50 cm, 75 x 75 cm, dan 100 x 25 cm. Jarak tanam juga dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah dan keadaan musim.

Setelah bibit ditanam, kemudian lubang tanaman ditutup kembali dengan tanah. Tinggi timbunan tanah sekitar 7 cm sehingga lubang tanah tidak seluruhnya tertutup tanah. Usahakan agar bibit yang akan ditanam pada suatu areal lahan tertentu, ukurannya seragam agar nantinya pertumbuhan tanaman menjadi serempak dan saat panen juga bisa bersamaan[16].

  1. Pemupukan Tanaman

Pemberian pupuk organik dalam bentuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 1 kaleng per lubang tanaman sangat dianjurkan pada tanaman talas apalagi jika kondisi tanahnya padat dan keras. Hal ini dikarenakan jenis pupuk tersebut berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Pupuk organik yang sudah matang tersebut diberikan pada saat pengolahan tanah atau pada lubang tanaman.

Pada umumnya petani belum terbiasa menggunakan pupuk anorganik buatan pabrik dalam membudidayakan tanaman talas, padahal pemberian pupuk anorganik dapat memberikan peningkatan hasil secara mencolok.

Jenis pupuk anorganik yang dianjurkan adalah Urea, SP36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100 kg per hektar. Sebagian pupuk anorganik diberikan pada waktu tanam dan bagian lainnya pada saat tanaman berumur 3-4 bulan. Pemberian pupuk adalah dengan cara ditugal sedalam 5 cm pada jarak 5 cm dari pangkal tanaman[17].

Manfaat pupuk anorganik yang mengandung unsure Nitrogen (N) pupuk Urea, Phospor (P) seperti pupuk SP36 dan Kalium seperti pupuk KCl untuk pertanaman talas dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Nitrogen (N): umumnya tanaman talas responsif terhadap pemupukan N baik pada pertanaman di lahan tegalan maupun sawah.
  2. Fosfor (P): penambahan unsur P diperlukan terutama pada tanah yang kekurangan P karena penambahan unsur P ini akan menstimulir pertumbuhan anakan[18].

  1. Pemeliharaan Tanaman

Dalam pemeliharaan tanaman talas yang perlu diperhatikan diantaranya meliputi:

  1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan paling lambat 15 hari setelah tanam dengan menggunakan bibit yang berukuran sama dengan bibit yang digunakan sebelumnya[19].

  1. Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila populasi gulma cukup tinggi sehingga dengan adanya sejumlah gulma diperkirakan akan dapat menurunkan hasil serta menjadi sumber berkembangnya hama dan penyakit. Biasanya penyiangan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada umur 1 bulan, 75 hari dan 5 bulan setelah tanam.

Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan cangkul, mencabut atau membabat dan dapat juga secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida[20].

  1. Pemangkasan daun

Pemangkasan daun biasanya dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanaman berumur 3 bulan, 4 bulan dan 5 bulan. Tujuan dari pemangkasan daun adalah untuk meningkatkan produksi umbi talas serta memperoleh hasil sampingan berupa daun, tangkai dan pelepah talas yang dapat digunakan sebagai sayuran atau bahan pakan ternak.

Untuk mendapatkan hasil umbi yang optimal sebaiknya pemangkasan daun yang dilakukan adalah pemangkasan ringan yaitu dengan memangkas daun-daun tua dan menyisakan sekurang-kurangnya 4 (empat) daun termuda[21].

  1. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan secara bertahap dengan cara meninggikan tanah yang berada disekitar pangkal tanaman talas yang dilakukan pada setiap bulan sekali sampai pada fase berumbi (keluarnya umbi).

Pembumbunan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah anakan yang terjadi yang dapat menjadi saingan bagi tanaman induk dalam memperebutkan makanan. Dengan demikian umbi yang akan dihasilkan memiliki ukuran yang besar, mutunya baik dan tingkat produksinya juga optimal[22].

  1. Pengurangan anakan dan sulur

Anakan dan sulur pada tanaman talas selalu terbentuk dan timbul di sekitar tanaman induk. Jumlah anakan dan sulur harus dilakukan pengurangan karena jika dibiarkan akan menjadi tumbuhan talas baru yang akan menjadi saingan tanaman induk dalam memperebutkan makanan sehingga umbi yang diperoleh tanaman induk ukurannya akan lebih kecil, dan hasil per hektarnya akan berkurang.

Supaya tanaman induk tidak mengalami kerusakan pada saat mengambil anakan atau sulur maka cara mengambil anakan atau sulur tersebut harus dilakukan secara hati-hati yaitu dengan menggali tanah sekitar anakan dengan menggunakan sabit. Selanjutnya anakan atau sulur tersebut dipotong dengan mengikut sertakan umbi dan sebagian akarnya, tapi jangan sampai merusak akar dari tanaman induknya. Setelah anakan diambil, galian ditimbun kembali dengan tanah sekaligus sambil membersihkan gulma yang tumbuh disekitarnya.

Pengurangan anakan dan sulur kecuali dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman induk tidak terganggu, juga dimaksudkan sebagai penyediaan bibit dan untuk mendapatkan bahan-bahan sayuran[23].

  1. Pengairan

Talas yang diusahakan di kebun, tegalan dan di lahan sawah pada musim kemarau harus diperhatikan agar bisa mendapat air secara cukup. Pemberian air biasanya dilakukan dengan cara penyiraman. Pada tanaman talas yang diusahakan di kebun pada musim hujan maka pengairan tidak menjadi masalah. Namun, yang terpenting adalah harus dijaga agar dapat membuang air secara tuntas (tanah jangan tergenang). Oleh karena itu pembuatan saluran pembuangan di sekeliling maupun di bagian tengah lahan harus dilakukan.

Tanaman talas yang diusahakan di lahan sawah, pemberian air pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram air dari got yang berada di sekitar lahan atau dapat juga dengan cara menggenangi selama sehari semalam, kemudian air dibuang kembali sampai tuntas melalui saluran drainase[24].

  1. Hama dan Penyakit

  1. Hama
  1. Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)

Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu, yang dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah dingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga menyerang melon, timun, labu-labuan serta kapas[25].

  1. Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)

Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga, sehingga tanaman menjadi gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman kacang hijau, ubi jalar dan gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara tropika dan sub tropika, Australia dan Pasifik[26].

  1. Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)

Ulat ini makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul. Selain tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar dan gulma[27].

  1. Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)

Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun, sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di kepulauan Pasifik, Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland[28].

  1. Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)

Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Selain talas, B. tabaci juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu, terung-terungan dan kacang-kacangan lain[29].

  1. Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae)

Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun. Defoliasi yang disebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agrius convolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan. Di antara inang tersebut, daun talas yang paling disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan[30].

  1. Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)

Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning, karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak banyak sekali tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan bawah daun. Tunggau disebarkan oleh manusia dan angin[31].

  1. Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)

Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-10 cm dan diisi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut. Tanaman yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering. Serangan meningkat apabila petani menggunakan pupuk kandang[32].

  1. Penyakit

Tanaman talas yang seringkali menderita gangguan penyakit adalah pada pertanaman yang diusahakan di lahan-lahan yang becek; sedangkan pada lahan yang kering umumnya hampir tidak pernah ditemukan adanya gangguan penyakit. Jenis penyakit yang biasanya menyerang pertanaman talas adalah: penyakit bercak daun, penyakit kering pada daun.

  1. Penyakit bercak daun

Pada permukaan bagian atas daun yang terserang penyakit ini kelihatan adanya bercak-bercak berwarna merah coklat yang pada awalnya hanya berupa titik ungu yang kadang-kadang dikelilingi seperti bentuk cincin yang berwarna kuning. Semakin lama titik yang berwarna kuning tersebut semakin melebar dan mengeluarkan cairan kental, akhirnya daun menjadi kering dan daun yang terserang penyakit nampak seperti disobek.

Cara pengendaliannya adalah dengan membuang bagian daun yang terserang, kemudian dibakar; atau dapat juga secara kimiawi yaitu dengan menggunakan fungisida[33].

  1. Penyakit kering pada daun

Pada permukaan bagian atas atau tepi daun yang terserang mula-mula nampak bintik-bintik berwarna coklat muda. Kemudian bintik-bintik tersebut berubah menjadi bercak-bercak tanpa dikelilingi semacam cincin sebagaimana yang terjadi pada serangan penyakit bercak daun. Lama kelamaan bercak akan semakin melebar. Bercak-bercak yang letaknya berdekatan akan menyatu dan akhirnya daun menjadi kering. Jika serangan dimulai dari tepi daun maka pada tepi daun tersebut akan nampak terlipat ke atas[34].

  1. Panen

Umbi talas mulai dapat dipanen setelah tanaman berumur antara 7-9 bulan yang ditandai dengan mengeringnya daun. Pemanenan talas pada umumnya dilakukan dengan cara memangkas daun dan menyisakan pelapahnya sepanjang 30 cm. Kemudian tanaman dibongkar dengan cara menggali tanah di sekitarnya.

Pembongkaran tanah harus dilakukan secara hati-hati agar umbi tidak terluka, karena jika terluka dapat mempercepat kerusakan pada saat umbi dalam penyimpanan. Pada talas belitung cara panen dilakukan tanpa membongkar pohonnya. Caranya adalah dengan menggali tanah di sekitar tanaman dan melepaskan umbi anaknya dari induknya. Kemudian tanaman ditimbun lagi untuk kembali tumbuh setelah 3-4 bulan dan panen pada talas belitung ini tidak bermusim.

Apabila karena sesuatu hal tanaman talas yang sudah saatnya dipanen ternyata belum dapat dipanen; maka panen dapat ditunda dengan cara membiarkan umbi tetap di pertanaman. Namun, seluruh pelepah daun tanaman yang belum akan dipanen dipotong. Tanaman talas yang dibiarkan di tempat seperti ini tanpa dibongkar tetapi hanya dipotong pelapah daunnya saja, dapat tahan sampai musim tanam berikutnya tanpa merusak umbi.

Cara penyimpanan dengan membiarkan umbi tetap berada di pertanaman seperti ini harus dilakukan secara hati-hati dan dengan penuh perhitungan karena apabila terlalu lama umbi disimpan, maka umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru sehingga kualitasnya akan menurun baik kandungan gizinya maupun rasa umbinya.

Hasil rata-rata per hektar dari talas bogor yang dipanen pada saat tanaman berumur antara 6-8 bulan mencapai sekitar 5-7 ton umbi basah sedangkan jika panen antara umur 9-10 bulan hasilnya dapat mencapai 8-10 ton umbi basah. Sedangkan Sente dan Kimpul dengan umur panen antara 4-5 bulan hasil yang diperoleh adalah antara 4-5 ton umbi basah per hektar[35].

  1. Pascapanen

  1. Pengumpulan dan penyimpanan

Umbi talas yang sudah dipanen mudah rusak, talas yang sudah terlanjur dipanen tidak bisa bertahan lama tanpa pengolahan dan bila kita ingin menyimpan umbi selama beberapa waktu lamanya kita harus menjaganya dari kerusakan mekanis dan diusahakan ruang penyimpanan tetap kering. Di Mesir umbi talas disimpan selama 3,5 bulan pada suhu 70C.

Untuk jenis kimpul, umbi dapat disimpan didalam gudang sampai sekitar 2 bulan. Di pedesaan gudang penyimpanan dapat berupa kolong lumbung atau kolong balai-balai di dapur. Pada sekitar 6 minggu dalam penyimpanan umbi mulai bertunas, namun bila suhu cukup tinggi tunas-tunas ini akan mati[36].

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan[37].

  1. Penyortiran dan penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi[38].

  1. Pengemasan dan pengangkutan

Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar[39].

  1. MANFAAT TANAMAN

  1. Peluang dan Kandungan Gizi Talas

Talas di Indonesia pada umumnya merupakan makanan tambahan yaitu sebagai makanan di luar nasi dan sebagai bahan pembuat kue, sayur atau lauk pauk. Namun, di Irian Jaya umbi ini merupakan salah satu makanan pokok, juga di beberapa Pulau Pasifik seperti Melanesia, Fiji, Samoa dan Hawai. Di Hawai talas disajikan sebagai bahan makanan pokok yang disebut poi yaitu talas yang dibuat getuk dan dicampur air kemudian difermentasikan sebelum dimakan. Talas merupakan bahan pembuat kue di Filipina dan Kolumbia, sedang di Brazil talas dibuat menjadi roti. Di Indonesia daun talas biasanya dibuat sayur yang disebut buntil. Penggunaan daun dan tangkai talas sebagai bahan sayuran biasanya dijumpai di pedesaan.

Talas merupakan sumber pangan yang penting karena selain merupakan sumber karbohidrat, protein dan lemak, talas juga mengandung beberapa unsur mineral dan vitamin sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan. Sebagai pengganti nasi, talas mengandung banyak karbohidrat dan protein yang terkandung dalam umbinya sedangkan daunnya dipergunakan sebagai sumber nabati. Berikut kandungan gizi yang terkandung dalam 100 gram talas dapat dilihat dari Tabel 1

Selain digunakan sebagai bahan pangan talas juga digunakan untuk minuman. Akar rimpangnya jika difermentasikan dan ditambah gula serta semacam jagung (Kaffir corn) dan air akan menjadi sejenis bir.

Penggunaan talas sebagai obat tradisional adalah pembuatan bubur akar rimpang talas yang dipercaya sebagai obat encok. Selain itu cairan akar rimpang sebagai obat bisul, sementara getah daunnya sering digunakan untuk menghentikan pendarahan karena luka dan sebagai obat untuk bengkak. Pelepah dan tangkai daun yang dipanggang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi gatal-gatal. Pelepah daun juga diyakini mampu mengobati gigitan kalajengking. Bangsa Swati di Afrika biasa menanam talas di belakang gubuk mereka untuk mencegah serangan rayap.

Sebagai sumber pakan, daun, tangkai dan pelepahnya dapat digunakan sebagai pakan babi. Daun, tangkai dan pelepah yang dipangkas secara berkala dipotong-potong, direbus sampai lunak bersama katul dan sisa makanan lainnya, kemudian diberikan kepada ternak tersebut setelah dingin.[40]

  1. Hasil Olahan Talas

Talas berpotensi untuk diolah menjadi berbagai jenis olahan antara lain:

  1. Sebagai makanan pokok

Talas dibeberapa daerah Indonesia merupakan makanan pokok pengganti nasi seperti Mentawai (Propinsi Sumatera Barat), Sorong (Propinsi Irian Jaya). Selain Indonesia, di beberapa negara juga digunakan sebagai makanan pokok seperti di Melanesia, Fiji, Samoa, Hawai, Kolumbia, Brasil, Filipina. Di Hawai talas disajikan sebagai makanan pokok yang disebut poi yaitu talas yang dibuat getuk dan dicampur air dan kemudian difermentasikan sebelum dimakan sedangkan di Brasil talas dibuat jadi roti.

Di dalam program diversifikasi pangan, talas disebut sebagai salah satu tanaman sumber penghasil karbohidrat nonberas dari golongan umbi-umbian selain ubi kayu dan ubi jalar yang memiliki peranan cukup penting untuk penganekaragaman pangan. Kita mengetahui bahwa kebutuhan karbohidrat dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan sebagai akibat meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk. Penyediaan karbohidrat yang hanya bersumber dari beras saja tidak dapat mencukupi kebutuhan sehingga untuk mewujudkan ketahanan pangan perlu didukung melalui usaha peningkatan produksi umbi-umbian; dan salah satu di antaranya talas.

Umbi talas sangat bermanfaat sebagai bahan makanan tambahan maupun sebagai penyangga bahan pangan bagi daerahdaerah pada saat terjadinya kelangkaan pangan (musim paceklik) misalnya yang diakibatkan oleh terjadinya kemarau panjang dan sebagainya[41].

  1. Sebagai sayuran

Selain itu bagian tanaman yang lain seperti daun dan batangnya juga dapat digunakan sebagai sayuran seperti buntil. Sedangkan akar rimpang maupun getah pada pelepahnya dapat juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional[42].

Gambar 4 Buntil daun talas

  1. Sebagai olahan home industry (industry rumah tangga)

Tanaman talas telah dikenal lama oleh masyarakat luas sebagai bahan makanan dan bahkan telah menjadi komoditas perdagangan. Di beberapa daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya umbi talas telah menjadi industri rumah tangga (home industry) dalam bentuk ceriping, talas goreng, talas rebus, kolak dan sebagainya sehingga memiliki nilai ekonomi yang baik dan menguntungkan bagi para petani maupun pedagang yang mengusahakannya[43].

  1. Sebagai obat tradisional

Manfaat talas lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional. Seperti bubur akar rimpang talas dipercaya sebagai obat encok; cairan akar rimpang digunakan obat bisul; serta getah daunnya sering digunakan untuk menghentikan pendarahan karena luka dan obat bengkak. Pelepah dan tangkai daunnya yang telah dipanggang dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal-gatal, bahkan pelepah daunnya juga dapat sebagai obat gigitan kalajengking. Bangsa Sawati di Afrika biasa menanam talas di belakang gubuk untuk mencegah serangan rayap.

Umbi talas dapat sebagai penguat gigi. Hal ini dapat dibuktikan pada orang Melanesia ternyata giginya lebih kuat dan bagus (mencegah kerusakan gigi) daripada mereka yang makanan pokoknya sagu dan biji-bijian. Hal ini dikarenakan makanan umbi talas menyebabkan kebasaan lebih tinggi. Sedangkan keasaman adalah salah satu biang keladi rusaknya lapisan gigi. Jadi dengan tingginya kebasaan kemungkinan rusaknya lapisan pelindung gigi menjadi lebih kecil sehingga gigi menjadi tetap kuat, sehat dan bagus[44].

  1. Sebagai pakan ternak

Talas ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan babi, terutama bagian daun, tangkai dan pelepah. Bagian yang dipangkas secara berkelanjutan tersebut dapat digunakan sebagai makanan tambahan untuk babi. Cara menggunakannya yaitu daun dan tangkai dipotong-potong lalu direbus sampai lunak bersama bekatul dan makanan lainnya[45].

  1. Tepung talas

Dewasa ini tepung talas sudah cukup banyak dijumpai di pasaran. Hal ini menunjukkan makin berkembangnya aneka ragam makanan di masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang menempatkan talas sebagai salah satu bahan dasar pembuatan makanan.

Cara pembuatan tepung talas ini dengan menggunakan talas bentul, talas ketan dan talas lampung adalah sebagai berikut; talas yang telah dipanen dikupas sampai bersih, kemudian dicuci menggunakan air. Setelah bersih umbi dirajang tipis-tipis dan dimasukkan ke larutan bahan kimia (natrium metabisulfit, asam sitrat dan asam askorbat) selama 20 menit. Selanjutnya hasil rajangan dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Setelah kering, rajangan digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung talas[46].

  1. Enyek-enyek talas

Enyek-enyek merupakan makanan ringan berbentuk seperti kerupuk dan popular di kalangan masyarakat Sunda. Namun, jenis makanan ini kemungkinan besar juga dapat dijumpai di seantero tanah air dengan nama yang berbeda.

Bahan yang diperlukan meliputi tepung talas (1 kg), air (875 ml), bawang bakung (50 gr), bawang merah (100 g), cabai merah (75 g), ketumbar (10g), telur (1 butir), garam halus (20 g) dan gula halus (30g). Sedangkan alat yang diperlukan adalah mangkok, sendok, alat pengocok, alat pengukus dan kompor.

Cara pembuatannya adalah tepung talas ditambah air untuk membuat adonan. Kemudian bumbu-bumbu seperti bawang bakung (50 g), bawang merah (100 g), cabai merah (75 g), ketumbar (10 g), telur (1 butir), garam halus (20 g) dan gula halus (30 g) ditambahkan ke adonan, dicetak, lalu dikukus. Tahap terakhir adalah memotong-motong hasil kukusan sesuai selera[47].

  1. Dodol talas

Hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia mengenal jenis makanan ini. Dodol berbahan dasar talas ini juga mempunyai citarasa yang tidak berbeda dengan dodol pada umumnya yaitu manis dan agak lengket.

Bahan yang diperlukan adalah tepung talas (200 g), kelapa 1 butir, garam dapur (4 g), gula pasir (300 g), gula merah (120 g), mentega (5 g), coklat (25 g), vanili (secukupnya) dan air (1 liter), gula halus (30 g). Sedangkan alat yang diperlukan adalah mangkok, sendok, alat pengocok, alat pengukus dan kompor.

Pembuatan dodol talas adalah santan kelapa encer dicampur dengan tepung talas dan garam dapur. Campuran tersebut kemudian ditambah dengan santan kelapa pekat. Selanjutnya gula pasir, gula merah, coklat, susu, vanili dan margarin. Adonan lalu dicetak dan didinginkan selama 1 malam. Sesudah itu, adonan dipotong-potong[48].

  1. Cheese stick talas

Cheese stick merupakan jenis makanan yang berasal dari luar Indonesia yang menempatkan keju sebagai pembentuk citarasa.

Bahan yang perlu disiapkan adalah tepung talas 450 g, keju 250 g, telur 4 butir, soda kue 1 sendok teh, garam 1 sendok teh, dan air 50 cc.

Pembuatannya adalah tepung talas dicampur dengan garam dan soda kue, diaduk dan ditambahkan keju parut, telur dan air. Selanjutnya dicetak dalam cetakan mie, dipotong-potong dan digoreng[49].


[1] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 3

[2] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 2

[3] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 5

[4]  Xanthosoma sagittifolium Schott [Internet] 2011 [25 Desember 2011]. Tersedia di http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=499

[5] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 5

[6] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 6

[7] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 7

[8] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 4

[9] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 8

[10] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 4

[11] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 8

[12] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 8

[13] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 4

[14] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 9

[15] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 4-5

[16] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 10-11

[17] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 11-12

[18] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 12

[19] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 12

[20] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 13

[21] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 13

[22] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 13-14

[23] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 14-15

[24] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 15

[25] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 6

[26] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 7

[27] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 7

[28] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 7

[29] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 7

[30] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 7-8

[31] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 8

[32] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 8

[33] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 16-17

[34] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 17

[35] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 18-19

[36] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 19-20

[37] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 9

[38] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 9

[39] Warung Informasi Teknologi. Talas. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia; Februari 2000. Halaman 10

[40] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 20-22

[41] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 22-23

[42] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 23

[43] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 23

[44] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 24

[45] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 24-25

[46] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 25

[47] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 25-26

[48] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 26-27

[49] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi-umbian (Talas). Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia; Januari 2011. Halaman 27