Episode-1        

Suasana mencekam..

odeScene berawal dari sebuah lokasi, tempat, gelap, seperti gudang terlihat dua orang cewek dan cowok yang sedang berseteru, dan tiba saat mereka sama-sama maju untuk berduel. Si cewek menangkap tangan si cowok dengan tepat memanfaatkan momen tersebut dan membanting cowok tersebut sehingga cowok yang tidak beruntung itu jatuh tergeletak di tanah. Hmm, apa yang terjadi?

"Playball,. Panggilan wasit di awal permainan bisbol. Secara umum berarti telah dimulainya sesuatu."

Oke, sekarang mari kita kenalan. Cowok tersebut adalah Park Muyeol, pemain bisbol terkenal, dan terlihat pula Kim Taehwan, Manajer Public Relation tim Bisbol Red Dreamers (kita sebut manajer Kim), menunjukkan sesuatu di IPADnya, menanyakan asal muasal munculnya video itu di internet.

Muyeol: "Darimana kau dapat video itu?"

Manajer Kim: "Internet."

Muyeol: "Siapa yang berani merekam video itu?"

Manajer Kim: "Sebenarnya apa yang terjadi?"

Di tempat berbeda pada waktu yang bersamaan, si cewek, Yoo Eunjae, juga sedang ditanyai atasannya, Kevin Jang (kita sebut Direktur), pimpinan di kantor yang membuka jasa bodyguard dan tentu saja Eunjae adalah seorang bodyguard.

Direktur: "Katakan ada apa sebenarnya! Ini kau kan?"sembari menunjukkan video yang ditayangkan di layar monitornya.

Eunjae mengiyakan, "Sepertinya itu aku".

Direktur mengatakan bahwa bagaimana mungkin seorang bodyguard menyerang seseorang dan video itu sudah beredar lama di internet. Dia menekankan bahwa reputasi adalah segalanya bagi seorang bodyguard sehingga Eunjae harus selalu berhati-hati dalam bertindak. Eunjae pernah berjanji dan belum 2 hari malah melakukan kejadian ini. Dia pun menginterogasi Eunjae, sementara di tempat lain Manajer Kim pun menanyakan hal yang sama, asal muasal kejadian tersebut.

Direktur: "Kau tahu dampak dari kejadian ini?", Eunjae semakin tertunduk.

Manajer Kim: "Untuk pertama kalinya orang yang membenci Park Muyeol di internet meningkat 152%. Para orang tua telah memilihmu sebagai teladan yang buruk bagi anak-anak."

Muyeol: "Terus mau bagaimana? Kau mau aku bagaimana?". Muyeol terlihat cuek dengan rumor yang beredar, dia lebih terlihat 'ya sudahlah, yang penting sekarang mau bagaimana'. (Hee, aku suka ngelihat lehernya Muyeol. Its 'gyupta'. :))

Manajer Kim: "Kau telah bertengkar di bar lalu dikalahkan oleh seorang gadis?". Muyeol menyangkal, bahwa kejadian itu ada di tempat karaoke. Manajer Kim lebih menekankan, "Para wartawan sedang menuju ke sini, apa yang akan kau katakan pada mereka? Siapa dia?"

Muyeol: "Sudah kubilang belum pernah bertemu dengannya. Bagaimana bisa kutahu?"

Direktur: "Siapa itu Park Muyeol? Siapa dia? Apa masalahnya?"

Eunjae: "Dia pemain Bisbol. Panggilannya "Preman Lapangan" tim The Dreamers.

Direktur pun memarahinya, "Bagaimana mungkin kau tetap melakukannya walaupun dia itu terkenal?" Dia pun mendesak Eunjae untuk jangan mengarang dan menceritakan apa adanya. "Ini di mana?"sembari menunjuk layar monitor.

Muyeol: "Itu tempat karaoke. Semalam, aku ke tempat karaoke."

Manajer Kim: "Yang mana?"

Muyeol: "Sekitar Gong Moon Dong".

Manajer Kim: "Kenapa ke sana?"

Muyeol: "Entahlah, aku tidak tahu." Dan, manajer Kim pun terdiam.

Eunjae: "Itu hari ulang tahun ayahku. Kami akan makan malam bersama. Ayahku memaksa menyanyikan lagu itu." Eunjae menceritakannya penuh emosi sedangkan Direktur tidak serius mendengarkan seolah tahu Eunjae banyak membesar-besarkan cerita. Eunjae ragu melanjutkan, "Dia kan tidak bisa nyanyi."

Direktur: "Kau minum berapa banyak?" Awalnya, Eunjae menyangkalnya, namun akhirnya mengakui, "Aku minum tidak banyak. Hanya satu-dua..", dan dengan pandangan Direktur, dia meralatnya, "..mungkin tiga atau empat." (Hahaha, Eunjae lucu banget.)

Direktur melanjutkan, "Soju?" Eunjae menyangkalnya dan mengatakan hanya bir, namun kembali dia mengakui, "..dicampur soju."

Okay, lets Flashback..

Scene terlihat Eunjae dengan ayahnya, Yoo Younggil, dan adiknya, Yoo Changho. Mereka sedang nyanyi di tempat karaoke. Kocak banget gaya ketiganya waktu menyanyi, lalu masuk pelayan yang membawakan botol bir, Eunjae langsung duduk dan begitu pelayan itu keluar, Eunjae mengangkat botol soju, membuka dan mencampurnya dengan bir. (Cara Eunjae buka botol dengan mengkaitkan dua tutup botol, unik. Aku pernah lihat ini sebelumnya. Praktis.)

Lalu, terlihat Muyeol datang ke tempat karaoke yang sama, dia datang menemui seorang wanita. (Siapa dia? Wajahnya sendu.)

Manajer Kim: "Siapa dia? Kau tidak mungkin ke karaoke sendirian." (Setelah beberapa kali melihat, kayaknya manajer Kim ini tipe orang yang workaholic, yang introvert, muka datar, ngga bisa mengekspresikan apapun, mimik wajahnya akan begitu terus sampai akhir episode. Hee.)

Muyeol: "Tidak dengan siapa-siapa." Muyeol bersikeras untuk tidak melibatkan tentang seseorang itu meski manajer Kim mengatakan bahwa mereka membutuhkan saksi.

Manajer Kim: "Lanjutkan."

Scene kembali memperlihatkan Eunjae dan adiknya sedang ekspresif menyanyi. Sementara ayahnya baru kembali dan ternyata salah masuk ruangan, dia malah masuk ke ruang di mana ada Muyeol sedang berbicara dengan seorang wanita, wanita itu terlihat sedang menghapus air matanya. (Kayaknya dua orang ini sedang dalam masalah serius. Seperti, pertengkaran kekasih.)

Muyeol yang tidak ingin diganggu pun memintanya pergi, setelah minta maaf ayahnya pun keluar dari ruang itu kembali ke ruang karaoke yang ada Eunjae dan adiknya. Adiknya masih melanjutkan menyanyi, Eunjae keluar ruangan dan memberikan mic yang dipegangnya pada ayahnya. Saat ayahnya akan menyanyi, dia teringat sesuatu, wajah yang barusan ditemui dan langsung berteriak, "PARK MUYEOL!" (dengan plesetan F**k Muyeol.)

Direktur: "F**k Muyeol?" Dan, dengan ekspresif benci yang mendalam, Eunjae, mengatakan, "F**k Muyeol. Nama yang melambangkan sifatnya."

Scene kembali memperlihatkan Muyeol dengan seorang wanita terlihat dalam pembicaraan serius. Kemudian datang ayah dan adik Eunjae mengintip mereka.

Ayah Eunjae: "Itu, itu dia."

Adik Eunjae: "Benar, iya, itu dia."

Mulai serius mendengarkan, Direktur menyela, "Tunggu sebentar, keluarganya mengenal Park Muyeol? Kalian punya hubungan?"

Muyeol: "Mereka antifans Park Muyeol."

Scene kembali, Muyeol yang melihat keluarga itu mengintip, dia keluar menemui keduanya, "Kalian mau apa?"

Terlihat ayah Eunjae seperti menahan emosi, berteriak, "Kau, F**k Muyeol!" Muyeol enggan menanggapi keduanya dan meminta mereka kembali ke urusan masing-masing. Namun, keduanya menuduh Muyeol, "Dasar, kau pencuri!" dan siap menyerang.

Cerita kembali disela Direktur, "Tunggu, Tunggu sebentar. Sebenarnya, apa yang dia curi?"

Eunjae: "Argh. Dia mencuri kemenangan Seagulls."

"Mereka antifans Park Muyeol dan fans berat Seagulls," terang Muyeol.

Kembali ke scene, dengan berapi-api Ayah Eunjae mengatakan, "Kemenangan harusnya milik kami!"

Adik Eunjae menambahkan, "Milik Seagulls kita!"

Ayah Eunjae: "Benar."

Adik Eunjae: "Itu kejuaraan dalam 12 tahun!"

Ayah Eunjae: "Argh. Karena tipuan kotormu, mimpi kami.."

Adik Eunjae menegaskan, "Mimpi 12 tahun kami.." dan mereka pun berpelukan menangis.

Manajer Kim: "Kenapa kau bertengkar dengan orang mabuk?"

"Aku tidak begitu," kata Muyeol pada manajer Kim.

Tapi kenyataannya,

Muyeol: "Tutup mulutmu. Mereka sama sekali bukan tandingan kami. Kemi menang memang karena kami lebih baik. Seagulls-mu memang pantas kalah. Lalu kalian mau apa?". Muyeol malah terlihat menantang mereka.

Mereka pun terpancing, ayah Eunjae mencengkeram kerah Muyeol dan mendorongnya ke tempat yang lebih luas, depan kasir. Sementara itu, wanita yang tadi ditemui Muyeol, diam-diam keluar dari tempat itu. Di pintu dia sempat bersenggolan dengan Eunjae dan segera berlalu. Sementara Muyeol dan kedua keluarga Eunjae masih berseteru, ada yang menyebarkan kabar 'Ada perkelahian' di handphone.

Muyeol melepaskan genggaman ayah Eunjae dari kerahnya, dan hal itu membuat ayah dan adik Eunjae terdorong hingga terjatuh di depan meja kasir.

Melihat ayah dan adiknya terduduk di lantai, Eunjae masih mengira mereka jatuh karena mabuk, namun setelah keduanya menjelaskan dan menunjuk ke arah Muyeol, seraya menunjuk ke arah Muyeol, dia berteriak, "Non Gae Park!" (Ngga tahu pasti artinya apa, tapi kayaknya nama ejekan Muyeol.)

Dan, terjadilah hal sebagaimana yang kita ketahui... hehee.

Terekamlah, Muyeol yang ngga tahu mau bagaimana, tergeletak pasrah, sedangkan Eunjae sekeluarga tertawa puas kegirangan menyanyikan nama tim Bisbol kebanggaan mereka, "Blue Seagulls..cacaracacca".

"Itulah awal dan akhir kejadian itu. Kalau aku melakukan kesalahan, aku tidak mampu melakukan apapun di depan ayahku yang jatuh terdorong." Eunjae melanjutkan argumentasinya dengan reaksi yang meyakinkan.

Seakan tidak terpengaruh, Direktur bertanya, "Siapa Non Gae Park?"

Eunjae menjelaskan bahwa itu si F**k Muyeol, Direkturnya masih belum mengerti kenapa nama bisa lebih dari satu, maka Eunjae pun menjelaskan asal muasalnya, berawal dari pertandingan Final Korean Series.

"Itu putaran ke-7 dengan skor 2 : 1. Seagulls sudah menang banyak." kata Eunjae.

Pertandingan dimana Muyeol sebagai pemukul dan Son Dongyul dari tim Seagulls sebagai pelempar.

Eunjae : "Saat pertandingan, bola pun dilempar. Son Dongyul kami." Dia bercerita menggebu-gebu.

Atas instruksi rekannya, Dongyul melempar bola dan nyaris mengenai Muyeol.

Hal itu terjadi dua kali hingga Muyeol terjatuh menghindari bola yang nyaris mengenai wajahnya. Muyeol pun terpancing. Dan ketiga kalinya,

Eunjae: "Lalu, si F**k Muyeol itu.."

Tepat setelah bola dilempar dan lewat begitu saja, Muyeol melempar pemukulnya hingga nyaris mengenai Dongyul kalau dia ngga tiarap.

Hal ini memicu keduanya untuk berantem di tengah lapangan, baik Dongyul, Muyeol, rekan tim masing-masing, semuanya mengarah ke tengah lapangan, dan terjadilah kekacauan itu. Kedua suporter tim pun bereaksi akan hal itu, termasuk keluarga Yoo, Eunjae sekeluarga.

Keputusan wasit keluar, "Park Muyeol, kamu keluar." Muyeol dan rekan timnya mempertanyakan keputusan wasit, sedangkan Eunjae sekeluarga pun merayakan keputusan itu.

Namun, tidak hanya sampai disitu karena ternyata wasit juga memutuskan, "Son Dongyul, keluar."

Dan mendengar keputusan itu sontak Dongyul dan rekan satu timnya juga bereaksi, termasuk keluarga Yoo. Eunjae dan adiknya berguling, menangis dan saling memukul kesal, bahkan ayahnya, menendang televisi dengan cueknya berlalu.

Lenyaplah harapan kemenangan Seagulls.

Eunjae masih bercerita dengan ekspresif, mengelus dadanya karena hasil akhir pertandingan yang mengecewakan dan Direkturnya hanya menggelengkan kepala, "Ini semua terjadi hanya karena pertandingan Bisbol." Eunjae membalas, "Hanya pertandingan?!"

(Hahaha, gak bisa menang deh dengan fanatik.)

Di lain tempat, Muyeol mengakui dia ada di pihak yang salah. Dia yang memulai perkelahian.

Tapi tetap saja Muyeol merasa kali ini dia adalah korbannya, dia bahkan memperlihatkan bekas memar dari lemparan judo itu. Dia heran dengan sikap manajer Kim yang sama sekali tidak bereaksi melihat bekas lukanya, dia bertanya, "Apa tidak kau foto, sebagai bukti? Kita memerlukannya, kita akan membuat tuntutan."

Namun, masih dengan ekspresi datarnya, manajer Kim mangatakan, "Buat apa? Tidak perlu tahu siapa yang memulai dan siapa yang salah, begitu semua orang tahu kau dikalahkan seorang gadis, maka hancurlah hidupmu." (Hahaha, aku suka manajer Kim.)

Di tempat lain, Direktur Jang pun menyarankan pada Eunjae, "Dengar baik-baik. Pemain Bisbol atau bukan, orang baik atau bukan, jika seorang bodyguard menyerang saat mabuk, maka habislah dia." Dia pun menekankan, "Kau pemain Judo tingkat 5 kan?" (Wuahh, keren.) "Kau tahu, kemampuanmu akan sangat berbahaya bila sudah mendapatkan sabuk hitam?" tegasnya.

Eunjae menunduk, "Aku tahu."

Manajer Kim mengatakan pada Muyeol, "Kita harus segera menyelesaikan masalah ini."

Sedangkan, Direktur berkata yang sebaliknya pada Eunjae, "Kita harus meredakan masalah ini."

Manajer Kim: "Untuk itu.."

Direktur Jang: "Untuk itu.."

Manajer Kim: "Kita harus menemukan dia."

Direktur Jang: "Mereka tidak boleh tahu kau siapa."

Dan kedua orang yang diberi saran pun mengangguk.

Manajer Kim dan Muyeol keluar menuju parkiran. Manajer Kim, mengatakan, "Kau tidak boleh menjawab panggilan telepon apapun dan mematikan handphonenya. Tinggallah di rumah Jin Dongsu, aku akan menghubungimu di sana."

Sementara, Eunjae segera menghubungi adiknya yang sedang bekerja di restoran mereka, agar adiknya dan ayahnya tidak memberitahu siapapun tentang keberadaannya.

Muyeol tiba di rumah rekannya, Jin Dongsu menyambutkan, "Wow, kau ngetop sekali di internet. Pertama, kau Park Muyeol. Kedua, lemparan judo. Dan ketiga, Park Muyeol dipermalukan." Dia bahkan mengatakan, "Kudengar kau diserang istri gangster. Kata internet tangisanmu lebih keras daripada peluit kapal." :)

Muyeol kesal, melempar bantal sofa ke arah Dongsu, "Kalaupun benar, kau tak seharusnya menertawakanku," kemudian cuek saja berlalu, dia menanyakan keberadaan Noona, dan Dongsu mengatakan bahwa dia sedang keluar. Dengan santainya, Muyeol mengambil makanan, dan mengatakan, "Manajer Kim menelponku dari pagi sekali dan karena aku tidak mengangkatnya, dia datang ke tempatku."

Dongsu: "Bersyukurlah. Kalau dia tidak menunjukkan ini, kau bahkan takkan tahu sampai sekarang.

Sementara Dongsu masih membaca pemberitaan di internet mengenai Muyeol, Muyeol pun melahap makanannya. Saat itu pun, Dongsu mendapatkan telpon dari wartawan Koh, dia mengatakan tentang pemberitaan Muyeol di internet dan menanyakan keberadaan Muyeol, Dongsu berpura-pura tidak tahu dan mendengarkan dengan baik. Muyeol dengan cuek menanggapi bahwa manajer Kim akan mengurus semuanya.

Kalo melihat wartawan Koh ini, namanya Koh Jaehyo, tipe orang yang gigih banget, paparazzi ulet yang paling dibenci artis 'bermasalah', tapi di sini aku ngga suka karakternya yang kuprediksi bakal jadi si sangat nyebelin.

Wartawan Koh dan wartawan-wartawan saat ini sedang menunggu di apartemen Muyeol. Begitu seorang wanita yang katanya hanya bekerja (kita sebut saja, ahjumma) di apartemen Muyeol, semua wartawan mengerumuninya ingin mendapatkan informasi mengenai Muyeol.

Dan, kalo melihat sosok ahjumma ini, entah kenapa aku tidak begitu suka.

Manajer Kim datang ke suatu tempat, dia mencoba membuka pintunya namun terkunci, dia pun melihat-lihat dokumen yang ada di lantai depan pintu, dan menemukan alamat di salah satu surat dan hendak menelponnya.

Ngga beruntung, Eunjae datang ke tempat yang sama, dan karena ngga tahu kondisinya, dia malah menemui manajer Kim.

Eunjae salah mengira dan mengatakan, "Apakah kau pemilik tempat ini?" Eunjae langsung mengoceh mengenai pelunasan pembayaran yang dilakukannya kemaren dengan kredit ingin dia batalkan dan sekarang dia akan membayar langsung tunai, dia pun memberikan amplop yang dimaksud.

Manajer Kim seolah ingin mencerna apa yang dikatakan Eunjae, dia menutup telponnya. Dia tidak mempedulikan uang yang diberikan Eunjae, dia malah mengatakan, "Lemparan Judo."

Eunjae terpaku, kaget, dia mengatakan, "Kau melihatnya?"

Manajer Kim pun memberikan kartu namanya, "Aku ingin bicara banyak denganmu, dimana sebaiknya kita bicara?"

Eunjae gelisah, di kantornya manajer Kim sedang berbicara dengan Direktur Jang.

Dengan berbagai upaya, dia ingin ikut mendengarkan apa yang dibicarakan manajer Kim dan Direkturnya.

Manajer Kim mengawali pembicaraan dengan menanyakan asal mula nama kantor jasa bodyguard mereka, Kevin Jang, Kabinnya Kevin. Manajer Kim mengatakan dia suka nama itu, Direktur senang karena biasanya orang-orang mengatakan nama itu lebih cocok untuk nama kafe atau hotel. (Kurasa itu cuma trik manajer Kim untuk mempermudah komunikasi sebelum pembicaraan lebih serius.)

Direktur beralasan bahwa kabin adalah suatu tempat yang hangat, jadi pemilihan nama itu dirasa sesuai. Manajer Kim mengatakan bahwa nama itu cukup unik dan mudah diingat.

Dia lalu menyinggung, "Beberapa waktu yang lalu, aku melihat di berita. Ada insiden di gedung konser, insiden pendorongan salah satu anak sekolah sehingga lengannya patah." Eunjae kesal diungkit hal itu lagi.

Akhirnya, manajer Kim memutuskan untuk langsung membicarakan ke pokok permasalahan.

Sementara di tempat lain, Muyeol sedang melihat berita di internet dan Dongsu membersihkan sarung tangan bisbol dan bolanya, dia sedang berlatih. Muyeol kesal dan membantah setiap komentar yang ada di internet, simak ya..

Komentar: "Aku sudah tahu akan begini, aku sudah melihat tanda-tandanya.."

Muyeol mengangguk-angguk kesal, "Rupanya ada tukang ramal disini."

Komentar: "Preman Bisbol sekarang tinggal preman 'si tukang pukul' saja.."

Muyeol: "Sini, kau yang akan kupukul duluan."

Komentar: "Kau bahkan bertengkar dengan seorang gadis? Dasar, tidak tahu malu!"

Muyeol menggerutu, "Kau yang tidak tahu malu, jangan banyak omong kalau tidak tahu masalahnya."

Komentar: "Aku melihatnya sendiri, dia memang pecundang."

Muyeol mulai marah, "Mau bertarung satu lawan satu?"

Komentar: "Dia adalah mimpi buruk bagi Red Dreamers!"

Komentar: "Kenapa tidak pakai pakaian perempuan saja.."

Komentar: "Pahlawan karaoke, akan kubawakan kau pizza besar.."

Muyeol benar-benar kesal.

Dongsu berkomentar, "Kau masochist ya?"

(Masochist itu kelainan mental kan? Kalau ngga salah, kelainan yang menyebabkan kita semakin mendekati hal-hal yang sudah kita ketahui akan menyakiti diri sendiri. :)

Dongsu: "Kau tetap membacanya meski kau tahu akan membuatmu tersinggung? Ouwh, ya ampun.."

Ngga lama, Dongsu mendapat telpon dari manajer Kim yang ingin berbicara dengan Muyeol. Dongsu pun memberikan telpon itu pada Muyeol.

Muyeol: "Bagaimana itu?" Manajer Kim mengatakan sesuatu, dan tanggapan Muyeol, "Apa.."

Sementara setiap wartawan yang sedari tadi masih menunggu mendapat telpon dan mereka segera bergegas, begitu pula wartawan Koh.

Lain halnya Muyeol, dengan ogah-ogahan dia tetap menuruti usul manajer Kim dan mengenakan pakaian resmi.

Begitu pula dengan Eunjae, dia masih ingin Direktur mempertimbangkan rencana mereka. Namun karena Eunjaelah yang melakukan kesalahan dan ini merupakan kesempatan terakhir bagi mereka, Eunjae tidak dapat berkutik lagi. Dengan kesal dia terpaksa menurutinya.

Sepertinya akan ada konferensi pers, wartawan sudah berkumpul, termasuk wartawan Koh. (Dia orang yang humble, mudah beradaptasi dengan orang baru sehingga mudah diterima. Tapi dari tawanya, mencurigakan, kayak ada dendam trauma sehingga senyumnya kunilai kurang tulus. Hee, maaf ngga penting ya. :)

Sementara di luar, terlihat Direktur dan Eunjae sudah menunggu, lalu muncul manajer Kim bersama Muyeol keluar dari satu ruangan.

Baik Muyeol dan Eunjae sama-sama ogah-ogahan menjalani rencana ini, masih tersirat benci mendalam dari masing-masing mereka.

Direktur Jang dan manajer Kim berjalan lebih dulu di depan, Muyeol dan Eunjae berjalan menyusul di belakang. Mau tidak mau mereka berbincang.

Muyeol: "Kau seorang bodyguard? Seluruh keluargamu itu preman ya."

Dengan malas Eunjae menanggapi, "Gak usah ngomong.."

Muyeol melanjutkan, "Sang ayah yang memulai pertengkaran, sang putri yang melempar."

Eunjae: "Kau duluan yang mendorong ayahku.."

Muyeol: "Dia yang lebih dulu menarik kerah bajuku."

Eunjae: "Kau yang duluan melempar pemukul pada Son Dongyul!" Mungkin maksudnya, karena kesalahan Muyeol sehingga Blue Seagulls kalah sehingga ayahnya kesal teramat dalam.

Muyeol: "Kau tidak ingat bagaimana ia melempar bola ke arahku?"

Eunjae: "Tidak kena kok. Cuma nyariiiis saja!"

Muyeol: "Jadi, menurutmu itu hanya 'nyariiiis'..? Bola itu mengenai hidungku!"

Eunjae: "Kalau penakut tidak usah main Bisbol!"

Muyeol: "Kau tidak mengerti perasaan orang, ahjumma." (Ahjumma, panggilan untuk wanita yang cukup tua, ibu-ibu. Siapa yang ngga kesal dipanggil begitu.)

Eunjae: "Siapa yang kau panggil ahjumma?"

Muyeol: "Di internet banyak yang mengatakan begitu. 'Pahlawan Ahjumma'. Lihat saja rambutmu." Sambil menunjuk ke arah rambut Eunjae. (Emang sih, style rambutnya ngga banget. :)

Eunjae kesal, "Hey, preman Bisbol!" Mendengar panggilan itu, Muyeol tersentak. Eunjae melanjutkan, "Semua orang menyebutmu begitu. Di internet."

Muyeol melihat ke arahnya, "Minta maaf..minta maaf dulu sebelum Konferensi Pers dimulai!"

Eunjae: "Apa.. Ogah. Ngga mau!" Dia berteriak.

Muyeol juga kesal, "Baiklah." Dia balas berteriak, "Aku juga TIDAK MAU." Tepat saat manajer Kim membuka pintu ruang Konferensi, sontak dia terpaku, dan wartawan melihat ke arah pintu, dia pun kembali menutup pintu dan melihat ke arah Muyeol dan Eunjae. Hahaha.

Direktur Jang segera menghampiri Eunjae dan menariknya, manajer Kim pun datang menghampiri Muyeol.

Eunjae bahkan masih memberontak saat ditarik kerahnya oleh Direktur Jang. Dia bersikeras bahwa dia tidak mau minta maaf pada Muyeol. Dia merasa yakin Muyeol lah yang salah.

Begitu pula dengan Muyeol yang terpancing amarahnya, "Baiklah, terserah. Jangan kembali lagi!" Dia berlaku seolah ingin melempar Eunjae dengan sesuatu. Manajer Kim hanya diam menatap Muyeol bertingkah seperti itu.

Melihat reaksi manajer Kim yang biasa saja, Muyeol meyakinkan bahwa tindakannya benar. Manajer Kim menyebutkan sejumlah nama.

Manajer Kim: "Cho Sungwon, Kim Kilyim, Sung Intek, Shin Joonsuk.."

Muyeol melihat manajer Kim, manajer Kim melanjutkan, "Mereka berhenti dari Bisbol karena karakter buruknya mengalahkan bakatnya. Kau ingin aku meneruskan namamu?"

Muyeol menghela nafas, mencoba bersabar, mengontrol dirinya.

Eunjae bersikeras bahwa dia tidak salah, Muyeol lah yang salah.

Eunjae: "Kau melihatnya kan? Dia yang memulai duluan. Hhh, kau mengerti kenapa aku membencinya kan?

Direktur pun akhirnya mengalah, "Baiklah. Kita pulang saja."

Melihat reaksi Direktur, Eunjae mengatakan, "Apakah aku dipecat."

Direktur: "Lupakan saja. Bisnis kita sudah tamat. Sudah tidak ada gunanya lagi.."

Direktur Jang pun melangkah pergi, Eunjae yang tersentuh pun mengubah keputusannya.

Konferensi pers dimulai. Awalnya, manajer Kim mengarahkan wartawan untuk melihat dokumen yang sudah dibagikan pada masing-masing wartawan.

Setelah melihat dokumen, wartawan bereaksi seolah melihat hal yang mengerikan, bahkan ada yang berteriak ketakutan.

Ternyata dokumen tersebut berisikan surat-surat kaleng diantaranya foto Muyeol dengan coret dan goresan, dan berbagai ancaman dari orang yang membencinya.

Manajer Kim mengatakan bahwa Muyeol sering menerima surat kaleng, dan belakangan mereka sadar bahwa itu semua bukan sekedar bercanda. Hal ini semakin parah setelah kemenangan Red Dreamers di kejuaraan Korean Series baru-baru ini. Muyeol mengaku dia pernah di lempar mangkuk dan ditarik kerahnya saat di warung. Wartawan banyak yang menanyakan apa hal ini sudah diadukan ke pihak yang berwajib. Atau, apa yang dilakukan manajerial menanggapi masalah ini.

Wartawan Koh akhirnya ikut bertanya, "Hidup ini memang keras kan?", dengan sikap yang meremehkan.

Hal itu mengalihkan pandangan dan perhatian Muyeol, tampangnya pun jadi bete.

Dia tersenyum sinis dan bersikap seolah ingin melempar botol, praktis wartawan Koh bereaksi mencoba menangkis.

Muyeol pun menekankan, "Biarpun kau tidak terluka, tapi menakutkan juga kan?"

Masih tetap dengan tanpa reaksi, manajer Kim mengalihkan pembicaraan, "Polisi tidak dapat melakukan penyelidikan apabila tidak ada bukti kekerasan."

Wartawan Koh tidak mau kalah, "Bagaimana reaksimu ketika dilempar mangkuk mie? Kau bukan tipe orang yang cepat bereaksi. "kata-katanya memojokkan Muyeol.

Manajer Kim mencoba menengahi, "Harap tidak menyimpang dari permasalan."

Muyeol: "Aku tidak terluka, karena aku..menghindar." Dia memiringkan kepalanya menunjukkan bahwa reaksinya cukup cepat. Wartawan yang lain tertawa melihat tingkah Muyeol. Suasana pun mencair.

Seorang wartawan menanyakan apakah video yang beredar berkaitan dengan pembenci Muyeol, tapi yang tidak mereka mengerti mengapa bisa bertarung dengan seorang wanita.

Manajer Kim menyela, "Sebentar ya." Dia menjelaskan, "Asosiasi Bisbol menyarankan untuk menghubungi polisi. Tapi kami telah menyewa agen bodyguard swasta untuk melindungi pemain kita." Dan Direktur Jang masuk bersama Eunjae menyusul di belakangnya.

Awalnya, tidak ada yang memperhatikan. Namun akhirnya, ada yang melihat bahwa Eunjae, sang bodyguard lah wanita yang ada di video itu.

Seperti orang linglung, Eunjae hanya menunduk melihat ke arah wartawan yang mengambil gambarnya.

Pemberitaan itu langsung terupdate di internet, diiringi video 'lemparan judo' yang sudah gempar sebelumnya. Pemberitaan ini juga dilihat Dongsu. Pemberitaan menuliskan, "Itu video tentang pengajaran teknik Judo kepada Park Muyeol."

Wartawan masih bertanya, "Kenapa kau pilih bodyguard wanita?" Meski manajer Kim menekankan bahwa pertanyaan itu mengarah pada dikriminasi gender, wartawan masih melanjutkan, "Maksudku wanita mempunyai keterbatasan dibandingkan pria, dan.."

Muyeol menyela, "Ketika aku berbelanja dengan pria, aku dibilang gay. Jadi aku harus melakukan ini."

Akhirnya, pertanyaan beralih, "Bodyguard tapi pakaiannya berbeda di rekaman video."

Baik Direktur Jang maupun Eunjae tidak tahu mau berkata apa, akhirnya manajer Kim mengatakan, "Dia orangnya rendah hati. dia lebih suka berpakaian santai bila sehari-hari."

Muyeol dengan cueknya menambahkan, "Gaya berpakaiannya memang aneh. Dia masih harus banyak belajar memperbaiki penampilannya." Mendengar hal itu, Eunjae pun tertawa menutupi rasa kesalnya.

Seorang wartawan ada yang menanyakan, "Bantingan di video begitu meyakinkan, apakah itu tidak berbahaya?"

Ketika semua tidak bermaksud berbicara, Eunjae menjawab, "Ohh, aku merasa itu tidak begitu kencang." Dia melirik ke arah Muyeol dan melanjutkan, "Lagipula, dia kan seorang atlet." Hahaha, semua kembali tertawa, Muyeol pun terpaksa tertawa.

Pemberitaan di Internet pun berubah, "Park Muyeol menerima ratusan surat kaleng setelah Korean Series." Dan, komentar negatif pun perlahan menghilang.

Muyeol sedang treadmil di apartemennya saat mendapat telpon dari Dongsu, "Kau sudah melihat di internet? Komentar miringnya sudah banyak berkurang." Dia pun menanyakan sampai berapa lama bodyguardnya. Muyeol hanya menanggapi dengan pasrah, "Sampai rumornya selesai." Itu berarti akan sangaaaaaaaaaaaaat lama.

Di rumah Eunjae, suasana sangat mencekam. Ayah Eunjae menuangkan bir dan memulai pembicaraan, "Biarpun tubuhmu ada bersamanya, tapi jiwamu tetap biru." Eunjae dan adiknya mengangguk menghayati. Dengan bersedih, ayahnya memulai theme song yang mengagung-agungkan tim Bisbol Blue Seagulls.

Adiknya bertanya, "Noona, kau benar-benar menjadi bodyguardnya?" Eunjae pun lemas mendengarnya.

Ayahnya lalu mendapat ide, dia mengusulkan bagaimana kalau Eunjae memplintir tangan Muyeol, tidak usah terlalu fatal, setidaknya dia tidak bisa main Bisbol lagi. Eunjae awalnya berpura-pura menyetujuinya, "Lalu aku akan di penjara." Ayahnya mengatakan bahwa itu semua demi Seagulls. Eunjae pun menyimpulkan, "Ayah, kau jelmaan Shim Bongsa di masa lalunya yang rela mengorbankan putrinya." Ayahnya kesal dan berlalu dengan menginjak keset yang bergambar Muyeol. (Kok mau ya, Muyeol, gambarnya dibuat keset. :)

Dengan gelisah dan malas, Eunjae menunggu Muyeol di dekat apartemennya. Hal yang sama di ekspresi Muyeol, dia mengacuhkan keberadaan Eunjae. Setelah melihat Eunjae, dia tetap melangkah menuju lift.

Dalam bayangannya, Eunjae yang kesal ingin menghajar Muyeol. Namun kenyataannya, dia berjalan ke arah Muyeol, menunduk dan berdiri di sampingnya.

Muyeol mengendarai mobil dan Eunjae duduk di sampingnya, "Apa yang akan kau lakukan hari ini?"

Muyeol bertanya, "Memangnya kenapa?"

Menahan emosi, Eunjae mengatakan, "Sebagai bodyguard, aku harus tahu."

Muyeol: "Bodyguard, lupakan saja. Kau lah orang yang paling berbahaya bagiku. Kendalikan dirimu jangan sampai kau memukulku dari belakang." katanya mengejek.

Eunjae menutup bukunya, mengangguk kesal dan menurunkan kursinya sehingga dia dapat membaringkan punggungnya.

Melihat hal itu, Muyeol kesal, "Apa aku supirmu?"

Eunjae: "Kau menyuruhku untuk tidak menjagamu."

Muyeol: "Bukan berarti kau bisa berbaring."

Eunjae: "Aku tidak berbaring, aku hanya duduk agak ke belakang." Eunjae mengumpat. Melihat Muyeol yang kesal dan mencoba melirik ke arahnya, Eunjae mengingatkan, "Di depan ada lampu merah."

Dan, dengan sorot mata mencurigakan, Muyeol mempunyai rencana, saat akan tiba di garis lampu merah, dia mengerem mobilnya dengan mendadak sehingga Eunjae pun terperosok ke bawah.

Muyeol puas, "Lihat, kau sekarang berbaring kan?"

Tidak mau kalah dan lihat saja tingkah Eunjae. Hee. Dia menginjak dashboard di depannya dan membenarkan posisinya. Muyeol semakin kesal karena itu.

Sebelum turun, dengan pandangan marah yang dipendam, Muyeol meminta Eunjae membersihkan kotoran yang ditinggalkan Eunjae di dashboard, Eunjae yang kesal nggak mau kalah. Dia tetap membersihkan, namun dengan 'cara'nya.

Dia mengangkat kakinya, melepaskan sepatunya, dan membersihkannya dengan kaos yang masih melekat di kakinya. Hee.

Mau tak mau, Muyeol menanggapinya dengan tertawa terpaksa.

Saat akan keluar, ide baru pun muncul, Muyeol meminta Eunjae keluar lebih dahulu, "Bukankah tugas bodyguard, keluar dan melihat bahaya di sekeliling, lalu membukakan pintu."

Dengan ogah-ogahan Eunjae menuruti, dia keluar dan membukakan pintu.

Lalu, Muyeol mengambil barang-barangnya dari mobil dan memberikan Eunjae untuk membawakannya. Dia mengatakan, "Bukankah itu tugas seorang bodyguard?" (Wuah, Muyeol benar-benar nyebelin nih.)

Nggak mau kalah, tiba-tiba Eunjae menjatuhkan barang yang dibawanya dan mendorong Muyeol hingga merunduk di kap mobilnya. Mungkin terlihat seolah bodyguard yang sedang melindungi klien, namun ada maksud tersembunyi dari yang dilakukan Eunjae. :)

Bahkan saat teman tim Muyeol dan wartawan Koh lewat di depan, Eunjae menganggapnya sebagai ancaman. Mereka pun berlalu, melewati Eunjae dan Muyeol.

Muyeol terlihat teramat sangat kesal karena dipermalukan sedemikian rupa.

Saat latihan, Muyeol terlihat sempurna karena pukulan-pukulannya, namun yang sebenarnya, dia menganggap bola yang dipukulnya menampilkan wajah Eunjae. Hahaha.

Mobil yang dikendarai Muyeol melewati tol dan berjalan jauh, sebentar-sebentar Eunjae melirik ke arah Muyeol dan akhirnya menanyakan kemana mereka menuju sekarang. Muyeol mengatakan akan menemui seseorang dan dia melihat kesal ke arah Eunjae.

Mobil mereka pun tiba di suatu lokasi villa di puncak.

Setelah menelpon seseorang, Muyeol menyuruh Eunjae pulang. Eunjae berkeras untuk menunggu Muyeol, namun dengan senyum ejekan Muyeol mengusir Eunjae. Dia tertawa kegirangan. Eunjae yang kesal, menendang mobil Muyeol sebelum dia pergi.

Eunjae pun lari tunggang langgang meninggalkan, Muyeol yang marah karena hal itu.

Kasihan Eunjae berjalan kaki dengan cuaca dingin dari villa di puncak karena memang jarang ada kendaraan yang melewati jalur itu, bahkan dapat dikatakan tidak ada kendaraan yang lewat sama sekali. Dia hanya mampu tertawa mewakili rasa kesalnya.

Beruntung, tiba-tiba ada kendaraan yang lewat, dia pun menghentikannya. Namun, si wanita yang dimintai tolong menolak mengantarnya ke jalan utama.

Eunjae pun teringat wajah si wanita, "Perempuan itu ada di mana-mana." (Yup, wanita yang di karaoke bersama Muyeol.)

Wanita itu pun berlalu dengan mobilnya.

Eunjae menyimpulkan, tentu saja di villa Muyeol tidak mungkin sendirian melainkan bertemu dengan seorang wanita. Ngga lupa dia menyumpahi karir Bisbol Muyeol segera berakhir di sepanjang perjalanan.

Eunjae pun pulang berjalan kaki kedinginan.

Setibanya di rumah, dia langsung menulis komentar buruk mengenai Muyeol, "Kudengar dia tidak bisa tidur kalau tidak ditemani perempuan."

Temannya, Kim Dongah, datang membawakannya obat, kasihan si Eunjae pilek dan batuk karena kedinginan dalam perjalanan tadi. Di sela bersin-bersin, dia masih menyumpahi Muyeol dengan semua hal buruk, "Tuhan pun pasti mengutuknya. Kalau kau mengenalnya, dia pecundang nomor satu di seluruh dunia."

Keesokan harinya, ada temu penggemar yang diadakan Red Dreamers. Eunjae pun ada di sana mendampingi Muyeol.

Eunjae berdiri di belakang Muyeol, masih kurang enak badan, dia mencoba menahan bersin, Muyeol berkomentar dan mengejek, "Kau sakit? Awas kalau kau sampai menulariku."

Semua pihak berjaga, bersiaga di sana, termasuk Direktur Jang.

Banyak fans Muyeol dan datang mengantri tanda tangan di sana. Setiap komentar pujian untuk Muyeol dibalas ejekan Eunjae dalam hati.

Fans: "Oppa, kau sangat keren!" Muyeol tersenyum.

(Panggilan untuk cowok yang lebih tua atau disukai, kalo di kita 'mas' atau 'abang'.)

Eunjae: "Kau salah lihat ya?"

Fans: "Kau ganteng sekali."

Eunjae: "Ganteng dari Hongkong."

Fans: "Aku cinta padamu, Oppa."

Eunjae: "Urgh."

Ada fans yang histeris bertemu Muyeol.

Eunjae: "Jangan berisik.."

Ada seorang pemuda yang mengelu-elukan Muyeol dengan pujian.

Eunjae: "Sebaiknya kau pulang belajar, Nak."

Seorang Bapak memberi Muyeol semangat, berharap Muyeol menang lagi tahun ini.

Eunjae: "Tidak mungkin."

Tiga siswa menyanyikan mars lagu Red Dreamers.

Eunjae pun memfokuskan pikirannya menyanyikan mars Blue Seagulls.

Direktur Jang mengintruksinya, mengatakan bahwa ada orang yang mencurigakan, dia menyimpulkan ada dua orang yang terlihat mencurigakan, "Dia membawa tas biru. Berhati-hatilah." Eunjae pun melihat sekeliling dan dia pun melangkah ke depan.

Dua siswi memuji Muyeol dan menjelek-jelekkan Blue Seagulls.

Siswi: "Aku jatuh cinta padamu sejak Korean Series. Ketika kau melempar pemukul itu. Aku tahu Sun Dongyul yang memulainya. Tapi kau yang dikeluarkan!"

Eunjae mau tak mau mendengarkan, dia menjadi kesal. Sementara Muyeol tertawa senang mendengar hal itu.

Siswi: "Wasitnya sudah gila!" Muyeol mengangguk-angguk.

Siswi: "Dia (Dongyul) bahkan menangis."

Muyeol: "Tidak apa-apa, hidup memang kadang begitu."

Eunjae: "B1 (Direktur Jang), periksa si rambut keriting itu."

Direktur Jang pun bergerak.

Kedua siswi tersebut terus memancing Eunjae, "Sun Dongyul itu pecundang, kan?"

Eunjae bereaksi dan melihat kesal ke arah mereka. Muyeol pun menambahkan, "Ya, sedikit." Muyeol pun mengejek ke arah Eunjae.

Karena senang, Muyeol mengajak foto bersama kedua siswi tersebut, Jung Jiyun dan Youngmin.

Direktur sedang menuju ke arah orang yang mencurigakan, namun dihalangi oleh seorang yang awalnya juga dicurigai, dia menginstruksi Eunjae, "S1 (Eunjae), cek si rambut keriting, arah jam 7." Dan akhirnya pria yang menghalanginya diseret keluar.

Muyeol foto bersama dua fans spesialnya.

Mereka masih menjelek-jelekkan tim Bisbol Blue Seagulls.

Nayun: "Memangnya Seagulls tahu cara bermain Bisbol?"

Youngmin: "Benar. Aku membenci mereka!"

Muyeol tertawa senang menanggapi keduanya, "Kau sangat membencinya?"

Sementara Eunjae yang terpaksa mendengarnya semakin mencoba menahan kesal.

Nayun: "Tentu saja. Mereka aib bagi tim Bisbol."

Muyeol yang teramat sangat senang, tertawa mengejek, "Aib? Hahaha."

Nayun: "Iya, dan mereka menganggap kita mencuri kemenangan mereka. Mereka itu pecundang. Ihh."

Muyeol tertawa terbahak, puas mendengarnya, sementara Eunjae teramat sangat kesal mendengarkan mereka.

Dan, pria yang dicurigai itu pun datang semakin mendekat. Eunjae semakin waspada.

Pria itu pun melempar sesuatu ke arah Muyeol. Telur!

Eunjae antara kebimbangan untuk melindungi Muyeol atau tidak, sementara Muyeol masih terbahak mentertawakan Dongyul dan tim Bisbol kesayangannya, Bule Seagulls.

Akhirnya, secara refleks Eunjae memiringkan kepalanya menghindari telur itu sehingga telur itu pun pecah tepat di dahi Muyeol yang masih tertawa.

Semua kaget melihat hal itu.

Setelah kejadian itu, Muyeol seolah tidak bereaksi terdiam. Setelah beberapa saat, rekan dan manajerialnya mendekatinya, melindunginya, dia mulai berontak marah dan kesal. Dia pun berlalu dibawa manajer Kim dan teman timnya.

Internet cepat sekali mengupdate pemberitaan tentang Muyeol.

Manajer Kim melihat pemberitaan itu di laptopnya, sementara dari kamar mandi terdengar teriakan Muyeol, "Brengsek!" Dia teramat sangat kesal dan marah.

Sementara, setibanya di rumah, Eunjae disambut gembira oleh ayahnya, adiknya dan Dongah. Ayahnya bahkan sudah membeli sashimi, makanan yang tak seharusnya mereka beli. Eunjae memarahi ayahnya yang boros. Ayahnya mengatakan bahwa hal itu tidak berarti apapun dibandingkan apa yang telah dilakukan Eunjae.

Adiknya mengatakan bahwa ayahnya malahan sebenarnya ingin membeli kepiting jumbo namun dia menghalanginya. Eunjae mengejek Dongah yang tidak tahu ada perayaan karena apa, dia hanya ikut berpesta. (Dongah ini memang tipe yang super duper cuek dan ngga peduli apapun.)

Ayah: "Dia melempar telur tepat ke arah musuh." Dia tertawa senang, "Bagaimana dengan si pemberani itu?"

Eunjae: "Sudah dibebaskan."

Ayah: "Kenapa tidak kita beri hadiah?"

Adik: "Apa sebaiknya dia kukirimkan potongan sashimi?"

Ayah: "Ohh." Pertanda setuju. Dan mereka pun berpesta.

Eunjae terbawa suasana dan dengan kocaknya dia merekaulang kejadian insiden pelemparan telur itu dan mereka pun merayakannya.

Scene memperlihatkan sebuah ruangan yang gelap. Dindingnya dipenuhi gambar Muyeol dalam berbagai pose.

Pemberitaan radio mengabarkan, reporter mengatakan, "Banyak insiden terjadi pada Park Muyeol belakangan ini." Suara lain membenarkan, "Dia telah menyewa seorang bodyguard karena masalah surat kaleng." Reporter itu mengatakan, "Masalahnya serius."

Sebuah tangan muncul memukul-mukul foto wajah Muyeol dengan penuh kebencian. Hmm, mencurigakan.

Keesokan paginya, di kantor, Eunjae mengatakan bahwa dia harus segera pergi. Dengan gelisah Direktur menanyakan apakah kemarin Eunjae sengaja menghindari telur itu. Eunjae bersikeras bahwa dia tidak mungkin melakukan itu. Aktingnya sangat sempurna sampai dia berpura-pura menangis. Namun Direkturnya tidak bisa dikibuli, dia mengatakan, "Baik, kau harus mengatakan itu bila ada yang bertanya. Tapi kalau kenyataannya berbeda, kau akan kubunuh dengan tanganku sendiri."

Eunjae menunggu Muyeol yang datang tidak lama kemudian. Muyeol meregangkan otot kakinya, seolah bersiap untuk sesuatu. Eunjae bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan?" Muyeol hanya melihatnya dengan pandangan sinis.

Ternyata Muyeol mengajaknya jogging dan dia meminta Eunjae ikut berlari tidak jauh darinya, "Kau tahu tugas bodyguard, jangan jauh-jauh. Ingat kejadian kemaren. Dilindungi oleh bodyguard."

Eunjae tahu kata-kata Muyeol itu bermaksud menyinggungnya. Dia pun ikut berlari di dekat Muyeol.

Muyeol membahas kejadian kemarin, "Kau sengaja kan?" Eunjae pura-pura tidak mengerti. Lanjut Muyeol, "Kau sengaja menghindari telur itu kan?" Eunjae bersikeras mengatakan dia tidak melakukan itu, "Aku seorang bodyguard." Meskipun Muyeol membujuknya mengatakan yang sebenarnya karena dia pandai menjaga rahasia. Muyeol juga berjanji memaafkannya bila dia mengakunya. Eunjae berkeras bahwa dia tidak melakukannya.

Lalu, Muyeol mengatakan, "Baiklah. Kalau kau ternyata sengaja melakukannya, Seagulls akan kalah 20 poin di kejuaraan mendatang. Bersumpahlah." Mendengar hal itu, Eunjae lari melambat. Muyeol melanjutkan, "Kau melakukannya dengan sengaja kan?"

Dia akhirnya mengakui, "Aku tak sengaja menghindarinya."

Mendengar pengakuan Eunjae, Muyeol spontan marah, "Sudah kuduga. Aku tahu itu yang terjadi."

Eunjae mengatakan, "Kau tadi bilang akan memaafkanku."

Eunjae menanyakan, "Kau marah?" Muyeol menanggapi hal lain, "Sebenarnya apa yang akan kau gunakan? Bicara formal atau nonformal, pilih salah satu!"

Eunjae: "Bolehkah? (dia menggunakan bicara nonformal)"

Muyeol: "Awas saja."

Masih dengan amarahnya dia mempercepat larinya, membiarkan Eunjae bingung dengan ucapan Muyeol.

Setelah berjalan cukup jauh, Eunjae bertanya, "Sebenarnya kita mau lari kemana?"

Muyeol: "Kau sudah capek?"

Eunjae mengatakan, "Tidak." Lalu, Muyeol mempercepat larinya. Tidak mau kalah Eunjae pun melaju lebih kencang ke depan Muyeol.

Saling tidak mau kalah, mereka berlari sekuatnya berlomba berada lebih depan dari yang lain.

Bahkan melewati Distrik Banpo setelah 7 km dengan kecepatan penuh.

Berlari lebih kencang diantara barisan orang yang sedang pemanasan berlari.

Setelah melewati Distrik Janwon berlari sejauh 9 km dengan kecepatan yang melambat.

Mereka masih berupaya melangkahkan kakinya berlari di Distrik Jamshil sejauh 16 km. mereka saling bersikeras mengatakan belum capek dan masih mampu berlari hingga stadion. Mau tak mau keduanya berlari menahan rasa capek teramat sangat.

Malam pun tiba, mereka masih berusaha melaju di Distrik Misari sejauh 32 km.

Tubuh Eunjae akhirnya tidak bisa diajak berbohong, dia pun muntah, masuk angin. Muyeol mengejeknya, "Kau kalah kan? Kau kalah. Seharusnya kau mengakui sudah capek sedari tadi." Tapi kemudian dia pun nyaris muntah. Eunjae hanya mampu menangis.

Keduanya sudah merasa teramat sangat lelah karena ini.

Muyeol berdiri menatap di kejauhan, dia baru tersadar mereka sudah berlari teramat sangat jauh dan bingung bagaimana akan pulang, selain itu angin sore teramat sangat dingin berhembus. Hahaha.

Eunjae mencoba menghentikan mobil yang dikendarai sepasang muda-mudi, namun karena ketakutan mobil itu justru memperkencang lajunya di hadapan Eunjae.

Muyeol justru memarahi Eunjae, Eunjae membalas kenapa tidak Muyeol yang berusaha membantunya menyetop mobil yang lewat. Muyeol berkilah bahwa itu sudah tugas seorang bodyguard. Eunjae kesal dan mengatakan apa bodyguard itu pembantu dan menyalahkan Muyeol yang tidak membawa Muyeol kesal, "Dasar keras kepala."

Dia menyarankan mereka untuk berjalan saja.

Dengan kesal, Eunjae masih tetap menunggu dan benar saja lewat sebuah mobil yang dikendarai seorang pria akan berhenti setelah Eunjae mencoba menghentikannya.

Melihat hal itu, Muyeol pun mendekat ke arah Eunjae, dan dengan seketika mobil itu kembali melajukan mobilnya meninggalkan mereka berdua.

Eunjae marah, "Karena kau datang, dia jadi pergi."

Muyeol: "Nggak mungkin, dia pergi setelah melihat tampangmu."

Eunjae menantang, "Memangnya kenapa dengan tampangku?"

Muyeol: "Kau tidak tahu? Wajah sepertimu sering terpampang di daftar pencarian kepolisian."

Mereka saling mengejek.

Eunjae tertawa, "tapi yang jelas bukan aku yang ditangkap. Yang berantem di karaoke. Yang menyerang wartawan. Kau lebih cocok jadi tukang pukul profesional!"

Muyeol: "Kenapa? Karena tanpa aku, Seagulls akan menang?"

Eunjae membalas, "Jangan terlalu bangga. Kau melempar pemukulmu karena kau tidak mampu!"

Muyeol berhenti melangkah, mulai marah, "Apa?"

Eunjae: "Apa.. Apa..". Eunjae menantang Muyeol.

Muyeol mengatakan, "Son Dongyul yang melempar bolanya lebih dulu, brengsek!"

Eunjae juga membalasnya dengan teriakan, "Sudah tugasnya melempar bola, tolol!"

Muyeol maju memelototi Eunjae. Eunjae tidak mau kalah, melepaskan tudung jaketnya dan balas memelototi Muyeol, "Kau mau memukulku?"

Eunjae pun berlalu lebih dahulu. Muyeol terlihat menahan emosinya dan dengan itu Eunjae semakin menantangnya. Mereka berjalan kaki pulang.

Setiba di rumah, Eunjae kembali menuliskan komentar menjelekkan Muyeol, "Tuhan menciptakan dia menjadi seorang pemalas." Dia seolah menyentil tulisan komentar itu.

Dan, langsung diterima Muyeol.

Muyeol pun langsung balas menuliskan, "Siapa yang peduli, dia pemain Bisbol yang hebat."

Menerima komentar itu, Eunjae langsung seolah menghapusnya.

Eunjae menuliskan, "Sebentar lagi tim nya akan terpuruk." Dan tulisan pesan kali ini disundulnya. (Haha, kocak banget.)

Muyeol menerima pesan ini dengan tersenyum, dia menepisnya dan menuliskan, "Kudengar dia bisa menjaga dirinya sendiri."

Eunjae yang menerima tulisan Muyeol, meniup menghapusnya. Dia menuliskan, "Kau pasti fansnya. Sana menyingkir sebelum celaka!" Mulai emosi, Eunjae terlihat seolah memukul tulisan itu.

Muyeol menerima tulisan itu dengan senyuman dan kembali menangkisnya, dia balas menuliskan, "Kau hanya menuliskan sembarangan, kau tidak melihat kenyataan dia hebat."

Eunjae tertawa mengejek menerima tulisan yang diterima, dia menghapusnya dengan kakinya, dia mempertanyakan maksud kata 'hebat'?

Dia pun membalas, "Aku lebih mengenal dia dari pada kau. Jauh lebih mengenalnya. Aku sangat mengenalnya dibanding kau!" Tulisan kali ini seolah dikirimkannya dengan menghembuskan tisu dari hidungnya.

Muyeol seolah menghindar lemparan tulisan itu dan terpaku melihat komentar yang diterimanya. Dia penasaran, menuliskan, "Kau, siapa?"

Eunjae terpancing, "Siapa?" Dia menyundul tulisan itu, dan menuliskan, "Aku AYAHMU." Tulisan kali ini dia meniupkan tulisan itu dengan penuh emosi.

Muyeol kesal menerima tulisan itu dan meninjunya, dia mengatakan, "Brengsek." Dia balas menuliskan, "Akan kucekik kau." Eunjae membaca tulisan itu dan tertawa senang. Dia meniupkan tulisan itu untuk menyingkirkannya.

Eunjae menuliskan, "Jangan ngamuk dong, tolol." Tulisan itu dikirimnya dengan kakinya.

Muyeol semakin emosi dan sebutan 'tolol' (I Nyangban) ditangkap dengan tangannya.

Kata itu sangat familiar di telinganya. Dia langsung mengirimkan tulisan, "Kau si brengsek, kan?" (Brengsek, 'Kikochong')

Eunjae kaget terpaku menerima tulisan itu.

Muyeol melanjutkan, "Hey Brengsek, ini kau kan!"

Eunjae terdiam dan mematikan komputernya. Dan, nickname itu pun log off. Muyeol terlihat sangat kesal.

Eunjae terdiam takut. Muyeol kesal teramat sangat.

Episode-2        

Melihat sekilas episode sebelumnya, Eunjae dan Muyeol perang komentar di Internet. Eunjae menjelek-jelekkan Muyeol di hadapan seorang yang dikiranya fans Muyeol. Dengan ekspresif, seolah setiap komentar benar-benar dikirimnya dengan dorongan, pukulan, tendangan, tiupan, hembusan..

Eunjae: "Tuhan menciptakan dia menjadi seorang pemalas."

Muyeol: "Siapa yang peduli, dia pemain Bisbol yang hebat."

Eunjae: "Sebentar lagi timnya akan terpuruk."

Muyeol: "Kudengar dia bisa menjaga dirinya sendiri."

Eunjae: "Kau pasti fansnya. Sana menyingkir sebelum celaka!"

Muyeol: "Kau hanya menuliskan sembarangan, kau tidak melihat kenyataan dia hebat."

Eunjae: "Aku lebih mengenal dia dari pada kau. Jauh lebih mengenalnya. Aku sangat mengenalnya dibanding kau!"

Muyeol: "Kau, siapa?"

Eunjae: "Aku AYAHMU."

Muyeol: "Akan kucekik kau."

Eunjae: "Jangan ngamuk dong, tolol."

Muyeolmenangkap sebutan 'tolol' (I Nyangban) dengan tangannya.

Muyeol: "Kau si brengsek, kan?" (Brengsek, 'Kikochong'). Hey Brengsek, ini kau kan!"

Eunjae terdiam, name id keluar. Muyeol merasa amat sangat kesal.

Eunjae: "Apa ini? Apa dia si preman itu? Kenapa dia bisa ada disitu?"

Dia terdiam, menutup laptopnya, kaku berjalan ke arah kasur, berbaring, dan menarik selimut. Ngga berapa lama, dia tersengal-sengal seperti seorang asma, sesak nafas. Dia terlihat sangat kuatir.

"Kombinasi keystone terburuk. Kombinasi keystone adalah dasar pertahanan dalam bisbol, tempat pemberhentian basement kedua. Secara umum berarti suatu hubungan yang membutuhkan kerjasama."

Paginya, Eunjae dan Muyeol, di lift, Muyeol menyinggung perseteruannya di internet semalam, Eunjae masih bersikap seolah tidak mengerti apa yang dikatakan Muyeol. Muyeol terus mendesak Eunjae, dia menekankan bahwa seorang dokter harus menyimpan rahasia pasiennya, begitu pula profesi bodyguard. Mereka kembali bertengkar, Muyeol menggebrak lantai lift dengan kakinya, lift pun berhenti.

Eunjae menyalahkan Muyeol, Muyeol pun ngga mau kalah, lalu terdengar suara operator lift yang tidak memperbolehkan sesseorang meloncat di dalam lift, dan menyarankan mereka bersikap tenang hingga lift berjalan dengan sendirinya.

Muyeol mengumpat dengan bisikan, "Apa yang membuatku sial, terkurung bersama dengannya di lift. Dia bisa merubah surga menjadi neraka."

Eunjae menutup telinganya, "Ya Tuhan, lebih baik aku disambar petir." Muyeol mengejek, mengaminkan.

Dengan rasa kesal yang mendalam Eunjae mencorat-coret poster dinding bergambar Muyeol, sembari tersenyum senang dia menggambarkan kumis, jenggot, gigi berlubang, goresan di pipi, menuliskan 'Preman Bisbol'. Dia kemudian menambahlan coretan beberapa gigi hitam, dan coretan pada gambar hidung dan mata Muyeol, "Dosa apa yang telah kuperbuat sampai harus bertemu denganmu. Aku benar-benar membenci merah sehingga tidak makan semangka."

Lalu, datang seorang yang mengenalnya sebagai bodyguard Muyeol, memberikan hadiah dari para penggemar Muyeol untuk dititipkan melalui Eunjae. Eunjae masih menutupi poster Muyeol yang telah dicoretnya hingga staf Red Dreamers itu berlalu.

Muyeol datang menenteng kamera dan melihat ke arah banyak hadiah, Eunjae mengatakan itu dari fans Muyeol, tersirat senyum puas dari Eunjae, dia berusaha menahannya. Muyeol melihat-lihat hadiah yang diberikan penggemarnya, ada bantal dengan gambar wajahnya, dia mulai curiga dengan senyuman Eunjae, "Apa? Kenapa kau tertawa." Eunjae menjawab, "Oh, aku hanya panik, aku takut ada yang isinya bom."

Muyeol lanjut membuka kotak demi kotak, sembari bertanya, apa Eunjae juga sering memberi Son Dongyul (atlet tim Bisbol Blue Seagull, idola Eunjae) hadiah. Eunjae mengatakan itu bukan urusan Muyeol. Muyeol mengangguk dan membuka sebuah kotak berisikan daleman hitam, "Kau juga menghadiahkan ini? Argh, apa yang mereka fantasikan tentangku?" Dia kemudian menawarkan itu untuk Eunjae, namun langsung menahannya, "Tidak, ini kebesaran."

Eunjae melihat apa yang dimaksud Muyeol, dia kesal, lalu balas melihat ke arah bawah Muyeol.

Muyeol bertanya, "Hei, apa yang kau lihat?

Eunjae: "Kau melihatku lebih dulu."

Hahaha, Muyeol bersikap seolah menutupinya.

Scene berganti suasana dengan gemerlap diskotik, beberapa wanita masuk ke ruangan yang sudah ada Muyeol dengan beberapa temannya, Eunjae yang berjaga di luar pintu mengumpat, "Haruskah kufoto dan posting di Internet?"

Di dalam ruangan, seorang wanita ada yang bertanya, "Siapa wanita yang berdiri di depan pintu? Apa pekerjaan kalian?" Sekilas dijawab, "Bodyguard', dan saat minuman sudah dituangkan di gelas tersusun itu, Muyeol dan semuanya berteriak, "Pesta dimulai!"

Saat seorang wanita tadi keluar ke kamar kecil, dia melewati Eunjae dan menanyakan pekerjaan pria-pria di dalam ruangan, namun Eunjae tidak menjawabnya, setelah berlalu, di ujung lorong, wanita itu mengatakan, "Mereka sudah mengatakan siapa kamu." Eunjae menjadi kesal setelah mendengarnya.

Mereka pulang, berpasang-pasangan, dan kemudian, Muyeol mengusir Eunjae dan meminta wanita yang dikencaninya menunggu sementara dia mengambil mobil.

Eunjae tidak melewatkan kesempatan itu, dia memperingati si wanita sebaiknya melihat dalam mobil, ada kamera, senjata (alat pukul), dan pakaian dalam wanita.

Mobil Muyeol pun datang, Eunjae segera berlalu, Muyeol meminta si wanita masuk mobil. Si wanita melihat jok belakang mobil, dan benar sebagaimana yang dikatakan Eunjae, memang ada kamera (memang dibawa Muyeol), alat pukul (tongkap bisbol Muyeol, padahal biasanya disarung), dan bra (kado dari fansnya tadi, tidak tertutup kotak).

Si wanita membayangkan Muyeol dengan kejam memaksanya memakai pakaian dalam tersebut dan merekam adegan itu dengan kameranya. Spontan si wanita ketakutan dan berlari menyetop taksi yang lewat, dia semakin ketakutan dengan Muyeol yang heran dan mengejarnya hingga ke taksi. Hahaha, kasian melihat tampangnya Muyeol.

Muyeol curiga dan langsung menelpon Eunjae yang sudah berada di dalam Bus, dengan santai Eunjae mengatakan, "Aku mengatakan kebenaran." Dia menegaskan, "Seagulls akan menang tahun ini." Tanpa mengindahkan Muyeol, dia menutup telponnya.

Muyeol benar-benar kesal dibuatnya, "Kita lihat saja, siapa yang akan tertawa pada akhirnya."

Di sebuah resto, Dongsu bertemu seseorang yang mengurus tim mereka. Pria itu mengatakan terus terang bahwa kemampuan Dongsu sudah menurun drastis, meski Dongsu meyakinkan bahwa dia tidak dalam kondisi sakit dan masih cukup muda, pria itu mengatakan bahwa mereka sudah memberi kesempatan Dongsu tetap bertahan dalam tim namun masih belum melihat perubahan berarti. Pria itu menyarankan Dongsu untuk mencari alternatif pekerjaan lain karena kontraknya akan selesai.

Sementara dengan suasana berbeda, Muyeol ditemani Manajer Kim makan malam dengan pemilik klub Red Dreamers.

Di kantornya, Direktur Jang mencetak pemberitaan tentang keberhasilannya menangkap perusuh saat temu penggemar tim bisbol Red Dreamers beberapa saat lalu. Dia menandai tulisan nama dan kantornya dan bangga akan pemberitaan tersebut.

Lalu, datang Eunjae yang meminta dicarikan penggantinya sebagai bodyguard Muyeol. Eunjae mengatakan banyak hal sial sudah dilaluinya meski baru 3 hari dengan Muyeol, dari nyaris mati beku di gunung, hampir mati 4 jam marathon, dan kemarin mereka terjebak di dalam lift, Dengan berbagai alasan, Direktur Jang mengiyakan, dia mengatakan kejadian di lift mungkin bukan tidak sengaja, dia meminta Eunjae lebih waspada, bila Eunjae dan kliennya terluka hingga harus dirawat di rumah sakit, dia akan mencarikan pengganti Eunjae.

Eunjae berpikir dan menemui Muyeol di tempat latihan sedang berbincang dengan Dongsu mengenai Muyeol yang baru saja bertemu pemilik klub karena takut Muyeol bergabung dengan tim lain. Muyeol lalu menanyakan pengajuan kenaikan gaji Dongsu. Muyeol tidak tahu, Dongsu justru sedang berpikir bagaimana bila kontraknya diputus.

Eunjae datang, dan dengan kesal Muyeol berbisik, "Bila suatu waktu kau menemukan aku sudah tiada. Cari dan tangkap dia!" Hahaha, masa sih segitunya. :)

Eunjae mengajak Muyeol ke tempat lain karena ada yang harus mereka bicarakan. Meski kesal, "Dia sudah mulai mengaturku." Muyeol tetap mengikuti Eunjae. Di suatu sudut, Muyeol berdiri diam memperhatikan sementara Eunjae menjelaskan dan memperagakan banyak hal.

Sepeninggal Muyeol, wartawan Koh datang menghampiri Dongsu dan menanyakan Muyeol. Dongsu memintanya untuk tidak mengusik Muyeol. Wartawan Koh berkilah, dia melanjutkan cerita mengenai kejadian waktu ditempat karaoke, ngga mungkin Muyeol datang sendiri, dia mengkaitkan dengan hubungan Muyeol dan seorang artis wanita, Shin Songhee yang sempat terdengar dekat. Dongsu berkilah dan melanjutkan latihannya.

Dengan mengendarai mobilnya sendiri Muyeol tiba di sebuah pedesaan, terlihat ilalang dan tambak tergenang air. Dia masuk ke dalam gudang dan melihat sekeliling, bila diperhatikan ini persis penggambaran lokasi dimana Muyeol dan Eunjae bertarung di awal episode satu. Lokasi yang menyeramkan. Kemudian, datang seseorang berdiri di belakang Muyeol, Muyeol merunduk memungut koran di lantai, sebuah tangan hendak mengayunkan tongkat, dan kemudian.

Muyeol berbalik dan menghentikannya, "Tunggu sebentar."

Ternyata orang itu Eunjae, "Hei, kenapa berhenti. Ada apa lagi?"

Muyeol menanyakan apa dia memang harus benar-benar dipukul, Eunjae mengatakan mereka membutuhkan bukti yang kuat sebagai alasan. Rupanya mereka sedang menjalankan ide Eunjae agar terlihat ada seorang yang memukul Muyeol hingga harus dirawat di RS, sedangkan luka Eunjae dapat dilakukan nanti karena setelah Judo tulang bahunya lebih mudah lepas dan hal itu membutuhkan perawatan di rumah sakit setidaknya empat minggu, sehingga setelahnya akan dicarikan pengganti Eunjae sebagai bodyguard. Mereka berdua pun akan senang. Mau tak mau Muyeol pun berbalik siap dipukul, mereka pun saling mendukung, agar ide tersebut berjalan lancar.

Malang bagi mereka, seorang pria pemilik lahan datang dan menutup pintu gudang, tanpa tahu di dalamnya masih ada orang.

Sesaat setelah Eunjae memukul Muyeol dengan tongkat bisbol, mereka mendengar pintu gudang ditutup seseorang dari luar, mereka pun berteriak histeris. Sementara si pemilik gudang sudah berlalu dengan motor butut yang suaranya sangat kencang menutupi teriakan keduanya.

Di apartemen Muyeol, ahjumma nya memasak makan malam untuk Muyeol sementara Muyeol belum tentu akan pulang malam ini. (Kalau melihat ini ahjumma, aku ngerasa ada kesan yang aneh dari perannya, kayak ada aura hitam gitu. hee, mungkin hanya feeling :)

HP Muyeol ketinggalan. Ada telpon masuk ke HP Muyeol, dan ahjumma itu melihatnya, telpon itu dari seorang wanita yang pernah ditemui Muyeol di tempat karaoke dan villa di gunung.

Eunjae mencoba mendobraknya, namun tidak bisa. Eunjae lalu mengeluarkan HP nya, Muyeol menanyakan bukankah saran Eunjae HP harus ditinggal. Eunjae mengatakan bahwa HP Muyeol ada GPS nya, dia kuatir rencana itu gagal, Muyeol kesal menyalahkan dirinya sendiri yang telah mengikuti saran Eunjae yang ngga tahu bahwa GPS nya bisa di nonaktifkan. Sementara Eunjae mengeluhkan, ternyata di sana ngga ada sinyal. Keduanya saling melihat, bingung dan takut, lantas harus bagaimana.

Suara Dongah mengatakan, "Antara dua insan yang mengalami ketakutan mendalam yang sama akan terjalin ikatan emosional yang sama." Dia ternyata sedang membaca sebuah buku, lanjutnya, "Semakin kuat rasa takut itu, semakin kuat ikatan yang terjadi. Inilah alasan mengapa dua insan menjadi semakin intim setelah mengalami bencana. Bagian dari otak manusia akan merancukan antara rasa 'takut' dan 'cinta'".

"Tutup mulutmu." teriak Park Muyeol.

Muyeol dan Eunjae masih saling menyalahkan mengapa mereka bisa terjebak di gudang dan lokasi yang ngga ada sinyal, sementara Eunjae masih berusaha mengarahkan HP nya mencari-cari sinyal. Saat sinyal mulai terlihat dia menghubungi manajer Kim. Suara mereka terputus-putus, dan karena Muyeol juga berebut ingin berbicara dengan manajer Kim, sinyalnya hilang lagi. Eunjae menyalahkan Muyeol.

Manajer Kim mencoba menghubungi kembali namun tidak tersambung, dia lalu menghubungi Dongsu yang mengatakan tidak mengetahui keberadaan mereka.

Di gudang, Eunjae lalu memiliki ide untuk mendapatkan sinyal lebih baik. Hahaha.

Mau tidak mau, Muyeol memanggul Eunjae ke jendela di atas agar mendapat sinyal lebih baik.

Mereka pun terhubung dengan manajer Kim, dengan sebisanya Eunjae mengarahkan keberadaan mereka di Bo Ryung, sebuah gudang dekat pantai. Namun dengan angin yang kencang, suara Eunjae pun terputus-putus. Mungkin karena dorongan angin, dinding yang terbuat dari kayu terdorong dan menjatuhkan beberapa kardus, karena kaget Muyeol yang masih memanggul Eunjae di bahunya, terjatuh. Keduanya terjatuh dan saling menyalahkan, ditambah kepanikan Eunjae karena HP yang dipegangnya sedari tadi terlepas dan jatuh di luar gudang. Hahaha, sial banget.

Manajer Kim mencoba menghubungi kembali namun nomor yang dihubungi tidak aktif. Dia pun datang ke rumah Yoo Eunjae dan bertemu Dongah yang membukakan pintu. Dongah terpana melihat seorang pria tampan datang mencari Eunjae, begitu pula ayah dan adik Eunjae yang mengetahui ada seorang pria datang mencari Eunjae. Ayahnya melihat manajer Kim dari atas hingga bawah, dengan senang dia mempersilahkan manajer Kim masuk, bahkan berniat menghidangkan kopi untuknya. Namun setelah manajer Kim memperkenalkan diri dan memberikan mereka kartu namanya, keduanya langsung berbalik mengusir manajer Kim setelah mendengar kata 'Red Dreamers'. :D

Manajer Kim pun menyadari, "Ohh, Blue Seagulls."

Ayah dan adik Eunjae menyuruh manajer Kim segera keluar dari rumah mereka. Mereka tidak mengindahkan pertanyaan manajer Kim tentang lokasi daerah asal mereka dari daerah Bo Ryung dan tidak mau mendengar kemungkinan Eunjae sedang dalam masalah. Dongah lalu menengahi dan memperjelas bahwa ayah Eunjae tidak berhak mengusir tamu, karena rumah itu pada dasarnya adalah rumah Dongah, sedangkan keluarga Eunjae hanya penyewa di sini. Dia lalu menawarkan diri untuk mengantar manajer Kim ke lokasi tersebut. sementara ayah Eunjae masih terpaku dengan kata-kata 'penyewa'.

Muyeol dan Eunjae kedinginan dan mulai mengantuk, Muyeol terjatuh, lalu Muyeol berdiri, meregangkan ototnya dan bertanya, "Kau dulu tinggal di sini, kapan kau pindah ke Seoul?"

Eunjae: "Kenapa kau bertanya?"

Muyeol menekankan bahwa dia melakukannya bukan karena ingin tahu, dia hanya mengusulkan untuk mulai mengobrol agar tidak terjatuh karena rasa kantuknya.

Eunjae balas bertanya, "Musim dingin yang lalu kenapa kau memukul wartawan?"

Muyeol: "Dia yang memukulku lebih dulu dengan kameranya."

Eunjae: "Artis yang bersamamu adalah Shin Songhee?"

Muyeol: "Bagaimana kau tahu?' (Hmm, memang, seseorang yang memiliki rasa suka atau bahkan benci teramat sangat dengan suatu sosok, dia akan menjadi seorang yang paling mengerti tentang sosok itu. Makanya jangan terlalu suka maupun benci seseorang karena batas benci dan suka itu, tipis.

Eunjae: "Sudah putus? Kau diputuskan olehnya? Kau diputuskan olehnya." Meski Muyeol mengelak dan membantah, Eunjae tetap mengatakan demikian, Muyeol pun terpancing dan dengan nada tinggi dia menyatakan, "Dia berselingkuh, dan karena aku pun tidak memiliki rasa, mengerti?"

Dengan mengangguk-angguk Eunjae menyimpulkan keheranannya, "Dia berselingkuh namun masih bisa bersikap baik?"

Muyeol: "Kau pikir siapa? Itu bukan urusanmu."

Seekor burung hantu datang dan bertengger di jendela yang tadi tempat Eunjae mencari sinyal dan kehilangan HP nya. Mereka berdua terkaget, Muyeol mengejek Eunjae dengan mengatakan gerakan Eunjae sigap juga, Eunjae balas mengatakan Muyeol lebih terlihat sedang ketakutan.

Dalam perjalanan mereka, Dongah memuji ketampanan manajer Kim, dengan dingin manajer Kim mengatakan sebenarnya peta saja sudah cukup, namun terimakasih karena Dongah sudah ikut. Dongah mengatakan dengan yakin bahwa hidup ini mudah bagi orang tampan namun akan lebih mudah bila bersamaku.

Saat di persimpangan, dengan yakin Dongah menyarankan manajer Kim membelokkan mobilnya ke arah kanan, namun Manajer Kim justru membelokkan mobilnya ke arah kiri, Dongah berteriak mempertanyakannya.

Manajer Kim: "Kau melihat petanya terbalik."

Setelah melihat petanya yang terbalik, Dongah diam.

Manajer Kim kembali mengatakan, "Peta saja sudah cukup." Hahaha.

Burung hantu itu lalu terbang pergi.

Muyeol memperhatikan jendela dan mulai berpikir dengan idenya, dia menyarankan Eunjae keluar gudang melewati jendela itu, dia mengatakan hal itu karena kepala Eunjae lebih kecil daripada kepalanya. Eunjae tersenyum dengan menganggap itu sebagai pujian. Namun Muyeol melanjutkan, "Karena tidak ada isinya."

Dengan kesal, Eunjae menerima ide Muyeol dan naik ke pundak Muyeol, sembari mengatakan, "Kepalamu besar karena penuh dengan kotoran." (Mereka saling tidak mau kalah.)

Eunjae dipanggul hingga dapat meraih jendela tersebut. jendela yang begitu kecil, Eunjae pun kesulitan untuk mengeluarkan badannya. Awalnya hanya tangan kanan dan kepalanya, kemudian dengan berbagai upaya tangan kirinya pun dapat keluar, namun tidak dengan pinggulnya, hingga Eunjae hanya berhenti di tengah itu, dia menyerah, dia kesakitan dan meminta Muyeol menariknya kembali.

Dengan kecewa Muyeol menariknya, namun dasar Muyeol ngga punya perasaan, dia langsung menarik kaki Eunjae begitu saja, otomatis Eunjae teriak menangis kesakitan dan menendang Muyeol hingga terjatuh.

Sementara di rumahnya, ayahnya menangisi Eunjae dan Changwoo karena pernyataan Dongah tentang dia yang hanya penyewa di rumah itu.

Di gudang, Eunjae masih tetap tertahan sebagian badan sudah keluar sebagian masih di dalam gudang dan karena tekanan yang mendalam dia tertawa menghadapi masalah yang dialaminya. Muyeol yang bingung mau bagaimana lalu mendobrak pintu dengan menendangnya. Eunjae yang heran karena gudang bergetar bertanya ada apa, dia pun berteriak kesakitan karena dobrakan Muyeol juga menyebabkan guncangan di jendela dimana dia masih tertahan. Muyeol pun menghentikan usahanya. (Muyeol ini nyebelin banget, dia melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu dampak buruk yang mungkin terjadi. Kasian Eunjae.)

Lalu, Eunjae berseru kegirangan melihat ada sinar sorotan mobil ke arah mereka, "Ada orang di sini, ohh, orang..orang!" Terutama begitu orang yang keluar dari mobil dikenalnya, dia merasa sangat senang. Dongah keluar dari mobil dan melihat Eunjae nangkring di atas jendela mencoba menahan tawanya. Manajer Kim yang keluar berikutnya menanyakan keberadaan Muyeol dan dari dalam gudang Muyeol berteriak, "Manajer Kim, aku di sini!"

Manajer Kim membuka kaitan di pintu gudang dan Muyeol pun keluar lega dia memeluk manajer Kim. Manajer Kim bertanya, "Apa yang terjadi? Mengapa kalian di sini? Mengapa kamu terkurung dan Eunjae tersangkut di atas jendela?" Muyeol hanya melangkah berlalu tanpa menjawabnya.

Dongah tidak mampu bertahan lama dan terbahak melihat Eunjae dalam posisi itu, Eunjae kesal dan memarahinya. Dongah berkilah tak ada seorang pun yang tidak tertawa melihat Eunjae saat ini. (Hee, termasuk aku.)

Eunjae mengatakan, "Manajer Kim tidak tertawa!" Mendengar itu, Dongah mendekati manajer Kim dan meletakkan jari telunjuknya di pipi manajer Kim, "Aku bertanya-tanya kau ini robot atau bukan." Mungkin dia heran kenapa manajer Kim tidak tertawa. (Kurasa, manajer Kim memang seorang yang sulit mengekspresikan sesuatu. Entah kapan dia bisa berekspresi.)

Manajer Kim tetap diam tanpa ekspresi dan suara ditelpon yang dihubungi menanyakan keperluan dia menghubungi 911 dan lokasi mereka.

Akhirnya bala bantuan datang, keterangan manajer Kim menyatakan Eunjae sendiri ke gudang itu dan seterusnya. (Ya tentu saja, ngga boleh sampai ada yang tahu di sana tadi juga ada Muyeol.)

Eunjae kedinginan, diberi selimut dan minuman hangat. Namun dasar Dongah, dia mulai memperkirakan kemungkinan-kemungkinan dari bahan bacaanya sebelumnya, "Dalam keadaan seperti itu, pria dan wanita akan saling jatuh cinta setelah bertengkar hebat! Itu sudah umum terjadi." Hahaha, langsung saja Eunjae terpancing emosinya, dia berteriak histeris kesal dengan ucapan Dongah. Dongah berusaha menghindari pengejaran Eunjae yang masih menahan rasa dinginnya. Petugas yang mencatat pun menyimpulkan itu reaksi dari stress yang baru saja dialaminya dan menyarankan bila kondisi memburuk mereka harus menghubungi RS.

Setibanya di apartemen (Aku suka melihat apartemen Muyeol, putih hitam, paduan yang menarik.), Muyeol berjalan lunglai dan mendapati amplop di depan pintu yang berisikan foto dirinya dengan kata-kata ancaman dan goresan lubang dibagian mata, dengan cuek dia melemparkannya ke dalam kardus sampah.

Keesokan paginya, ayah Eunjae sedang memberi makan Tummy, anjing Dongah, suasana hatinya berubah ketika ditegur Dongah, dia kembali menyebut kata 'penyewa' yang diucapkan Dongah semalam. Dia menyebutkan umurnya dan kekecewaannya belum bisa membeli rumah. Sepertinya dia dongkol banget. (Ini rumah yang ditinggali Dongah dan keluarga Eunjae.)

Di mobil, Muyeol kesal dan mengatakan dia semalam hanya bisa tidur selama 4 jam. Eunjae balas mengatakan sedangkan dia hanya bisa tidur 3 jam.

Muyeol: "Memangnya kau yang akan diwawancara? Apakah wajahmu dan aku sama?"

Mungkin karena kelelahan, Eunjae hanya diam ngga membalas ocehan Muyeol.

Saat wawancara dilakukan, Muyeol terlihat sangat mengantuk dan beberapa kali diinstruksi manajer Kim dari jauh untuk tetap terjaga.

Di sisi lapangan, beberapa teman Muyeol berdiri melihat wawancara Muyeol, beberapa dari mereka merasa iri dengan Muyeol dan dua temannya yang sedang diwawancara. Di sana juga ada Dongsu yang melihat dari kejauhan, entah apa yang dipikirkannya, aku merasa kasihan dan ada kemungkinan dia memiliki rasa iri melebihi siapapun di sana. Eunjae duduk melihat Muyeol sembari menahan kantuk, sempat tertidur sesaat sebelum dihampiri wartawan Koh yang berusaha mencaritahu informasi mengenai kedekatan Muyeol dengan seorang wanita, terutama saat berada di tempat karaoke, "Shin Songhee orangnya, benar kan?" Eunjae ngga menjawab. Dan sesaat kemudian, Muyeol memanggilnya dan Eunjae pun pergi meninggalkan wartawan Koh. (Kalau melihat wartawan Koh ini, dia sosok yang menyebalkan, ngga disukai siapapun. Orang yang bisa buat kita emosi tingkat tinggi.)

Salah seorang teman Muyeol di tim Red Dreamers, Choi Hyeonwoo datang dengan yang lain, mereka masih membahas soal wawancara tadi, setelah di ruangan dia melihat botol minuman Muyeol dan diam-diam meminumnya.

Di perjalanan keluar lapangan, Muyeol menanyakan apa yang Eunjae bicarakan dengan guru Koh, itu julukan Muyeol untuk wartawan Koh. Sebenarnya Eunjae masih belum mengerti sebutan 'guru' yang dikatakan Muyeol untuk wartawan Koh.

Eunjae mengatakan, "Dia menanyakan dengan siapa Muyeol datang ke tempat karaoke? Dia mengatakan dia tahu semuanya." Eunjae meyakinkan Muyeol bahwa dia seorang bodyguard yang mampu menjaga rahasia kliennya. Muyeol meragukan dan mengatakan bahwa mulut Eunjae lebih cepat dari pikirannya. Eunjae balas mengatakan, "Oh, dan pukulanmu lebih cepat dari pikiranmu." Ngga semangat atau apa, Muyeol ngga meladeni ledekan Eunjae, "Kau orangnya tidak mau kalah." Dia menyarankan Eunjae untuk berhati-hati karena sepertinya guru Koh kini mengawasi Eunjae.

Obrolan ringan masih dilakukan beberapa rekan tim dengan wartawan dan manajer Kim. Hyeonwoo terlihat sedang tidak enak badan dan merasa sakit pada bagian dadanya. Sesaat kemudian dia berlari keluar ruangan menuju kamar mandi dan muntah. Muyeol dan Eunjae melihatnya sekilas. Salah satu manajer membantunya di wastafel, dia memuntahkan semuanya dan jatuh pingsan.

Sementara di ruangan, manajer Kim melihat ke arah botol minuman Muyeol, mengambilnya dan mencium aromanya. Dengan sigap, wartawan Koh hendak mengambil gambar namun segera disembunyikan manajer Kim. Muyeol datang dan mengatakan bahwa botol itu miliknya. Manajer Kim menanyakan apa isinya, dan Muyeol mengatakan, "Itu hanya ramuan herbal. Kenapa?" Manajer Kim mengatakan pada semuanya, "Hyeonwoo alergi Hwangi." Mungkin sejenis tanaman obat. Semua pun lega, namun tidak dengan tatapan manajer Kim, meskipun Muyeol sempat bergurau.

Hyeonwoo harus diinfus dan dia masih saja terus berusaha menahan muntah.

Di sebuah ruangan, manajer Kim meminta Muyeol dan Eunjae untuk lebih waspada. Muyeol menanyakan kenapa alergi harus ditangani serius begini. Manajer Kim mengatakan bahwa Hyeonwoo tidak memiliki alergi apapun, dia mengatakan demikian karena tadi ada wartawan, dia tidak ingin berita ini tersebar dan menimbulkan kepanikan tersendiri. Muyeol bertanya, "Lalu, apa yang sebenarnya diminumnya?" Manajer Kim mengatakan, "Sudah kukirim ke laboratorium untuk diteliti."

Muyeol menanyakan bagaimana kondisi Hyeonwoo bersamaan dengan Eunjae yang menyarankan untuk menghubungi polisi. Manajer Kim menjawab, "Dia meminum tidak banyak dan sudah dimuntahkan sehingga tidak ada yang serius dan besok dia sudah boleh pulang. Dan, ini terjadi di dalam tim, sampai kita tahu siapa pelakunya, kita harus tutup mulut terlebih dahulu."

Dia melanjutkan, "Ini bukan lagi hanya surat kaleng atau corat-coretan gambarmu. Seseorang kini ingin mencelakakan anda, Park Muyeol. Kita benar-benar membutuhkan seorang bodyguard."

Suasana menjadi lebih mengerikan, dengan backsound yang tepat, suasana menegangkan terasa pada scene ini dan beberapa scene berikutnya.

Scene kembali memperlihatkan sebuah ruangan yang dipenuhi foto Muyeol dengan berbagai pose, gelap hanya dengan satu sorotan sinar

Keesokan paginya, Eunjae berlatih ditemani direktur Jang, memperkuat daya tahan tubuh dan meningkatkan kemampuannya bertarung.

Eunjae menjadi lebih protektif dan mendalami perannya sebagai bodyguard Park Muyeol. Ada adegan di mana terdengar suara barang berjatuhan, dan keduanya yang baru turun dari mobil, merunduk. Ternyata itu hanya tumpukan galon kosong yang berjatuhan karena belum terkait kuat. Eunjae bersikap seolah menenangkan Muyeol, dia menepuk-nepuk pundak Muyeol dan mengatakan, "Jangan khawatir. Sekarang, aku serius." Dia membawakan barang-barang Muyeol tanpa disuruh dan berjalan di depan seolah mewaspadai bila ada bahaya yang mungkin datang menyerang Muyeol.

Dia menekankan bahwa ini bukan keinginannya. Dia melakukannya karena memang tugasnya sebagai seorang bodyguard. "Bila pelakunya sudah tertangkap, kau dan aku dapat berpisah. Jadi kau tenang saja." Muyeol mengangguk-angguk mengiyakan, "Aku sangat lega sekarang. Lewat sini." Hahaha, ternyata Eunjae ngga ingat di mana arah ruang latihan Muyeol.

Setibanya di ruang ganti, Muyeol mengatakan, "Kau tidak perlu melakukan apa-apa, kalau ada apa-apa kau tidak perlu ikut campur."

Eunjae menegaskan, "Hei, kau tidak tahu, aku pejudo, tingkat 5!"

Muyeol membalas, "Aku pemain bisbol profesional, tingkat 9!"

Eunjae menyatakan bahwa bisbol ngga berguna dalam perkelahian. Muyeol balas bertanya, "Kau pernah bermain bisbol? Kau tahu berapa kecepatannya? 90 mph! Aku bisa memukul pukulan sebegitu cepatnya." Dia bahkan memperagakan kecepatan dengan tinjunya.

Beberapa teman tim yang baru saja mandi (hanya mengenakan handuk) ngga jadi masuk karena ada Eunjae di sana.

Eunjae menegaskan, "Bola dan pukulan yang sebenarnya ngga sama!"

Muyeol merasa tertantang, "Hanya bola? Kau tidak akan sanggup."

Eunjae pun merasa ini kesempatannya, "Kalau aku sanggup?"

Muyeol: "Akan kupanggil kau, Noona." (Noona = kakak perempuan)

Dengan senyum rasa senang, Eunjae mengiyakan, "Home Run. Kalau begitu aku coba." Dia pun mulai melakukan pemanasan otot tangannya.

Muyeol tertawa mengejek melihatnya.

Eunjae mulai bersiap dengan pemukulnya, Muyeol bersiap dengan bola dan berlatih melempar dengan rekannya. Ngga lama kemudian, Dongsu datang, dia menanyakan apa yang sedang mereka lakukan. Eunjae mengatakan mereka sedang bertaruh, bila Eunjae menang Muyeol akan mengenakan pakaian perempuan. Muyeol pun menjawab, bila Eunjae yang kalah, Eunjae akan mengenakan pakaian wanita. Dia menegaskan dengan senyum mengejek, "Pakaian yang akan kupilih sendiri dan pergi ke tempat yang kupilih."

"Aku takkan kalah!" teriak Eunjae, Muyeol hanya tersenyum.

Dongsu menanyakan aturan permainanya, Eunjae menjawab, "Seperti biasa, bila tiga kali pukulan strike maka aku kalah, 4 pukulan bertahan maka aku menang." Dongsu mengatakan hal itu akan sangat sulit. Eunjae mengatakan bahwa setiap bola yang kena itu sudah termasuk hitungan (alias ngga harus Home Run). Dia juga menambahkan bahasa lagu Seagulls sudah lama menjadi lagu nina bobonya sedangkan dia pun belajar matematika dari strategis bisbol Seagulls.

Muyeol menanyakan Dongsu berada di pihak mana. Dengan santai Dongsu mengatakan bahwa dia ingin melihat Muyeol dengan pakaian wanita. Semua rekan tim yang menonton pun ikut bersorai setuju. Muyeol kesal.

Pertandingan akan dimulai, namun belum ada wasit. Diantara rekan tim dinilainya ngga akan sportif, dan begitu manajer Kim lewat, dia pun meminta manajer Kim menjadi wasit pertandingan itu. Hahaha, ada-ada saja.

Pertandingan dimulai, Muyeol melempar bola dengan kekuatan penuh, 80 mph, dan bola terlewat begitu saja tanpa mampu dipukul Eunjae. Manajer Kim menyerukan, "Strike!"

Eunjae berdiri terpaku, gemetaran, mungkin ini perasaan sebenarnya seolah akan menerima pukulan yang teramat sangat cepat. Dongsu pun meminta time out. Dia menenangkannya dan memberi Eunjae semangat. Entah berapa lama mereka habiskan untuk timeout, Muyeol berkata, "Aku boleh tidur sejenak kan?"

Setelah dinilai siap, Eunjae bersiap melanjutkan pertandingan dan mengingat kata-kata Dongsu.

Dengan kecepatan yang lebih rendah Muyeol memukul bola dan lagi, meski Eunjae meletakkan pemukul terlebih dahulu di arah bola, tetap saja bola belum dapat terpukul oleh tongkat pemukul Eunjae. Muyeol mengejek, "Kau tahu sebentar lagi, dengan strike sekali lagi kau akan kalah?"

Eunjae menarik nafas, dan berusaha meyakinkan diri bahwa dia bisa. Dongsu pun ikut menarik nafas khawatir. Muyeol memanas-manasi, "Kau bisa tenang. Aku tidak akan memintamu mengenakan bikini."

Manajer Kim menyela, "Peringatan untuk pelempar!" (Maksudnya, Muyeol.)

Muyeol teriak kesal pada manajer Kim yang benar-benar mematuhi peraturan.

Pertandingan dilanjutkan, dengan kekuatan sangat penuh Muyeol melempar bola. Entah apa yang dipikirkan Eunjae, dia membalikkan badan dan menempatkan punggungnya pada arah lemparan bola. Bola pun tepat mengena pundaknya bagian belakang. Urgh, rasa sakit mendalam terlihat dari rautnya termasuk orang-orang yang melihatnya melakukan itu, tidak terkecuali Muyeol.

Kemudian, Eunjae berusaha bangkit dan tersenyum puas. Namun, manajer Kim berseru, "Tiga Strike. Selesai!"

Terang saja, Eunjae kecewa. Dongsu menyalahkan manajer Kim, namun manajer Kim menegaskan bahwa memang itu peraturannya, "Bola yang kena badan pemukul juga termasuk Strike." Tampak Eunjae lemas antara kecewa, sedih dan rasa sakit menjadi satu. Berkebalikan dengan raut muka Muyeol. Sementara rekan yang lain mengkhawatirkan kondisi Eunjae.

Kembali ke cerita, sesuai taruhan Eunjae harus berpakaian sesuai apa yang diinginkan Muyeol dan pergi ke tempat yang diinginkan Muyeol.

Dengan senang Muyeol keluar dan meminta Eunjae keluar bersamanya. Eunjae enggan dan masih mengunci pintu mobil. Muyeol memintanya menurunkan kaca dan Muyeol mengancamnya dengan mendoakan kekalahan Seagulls tahun ini. Otomatis Eunjae langsung menurut membuka pintu mobil dan keluar. (Muyeol sepertinya sudah tahu bagaimana mengatasi Eunjae. Dia tahu kelemahan Eunjae dengan mengancam tim bisbol kesayangannya.)

Sebelum masuk ke resto, sekali lagi Eunjae memohon pada Muyeol. Namun Muyeol tidak bergeming dan dengan tersenyum dia memberikan gandengan tangan untuk Eunjae. (Bila dilihat, bajunya bagus banget, badan Eunjae juga oke, tapi ngga didukung dengan tatanan rambut dan makeup sehingga Eunjae kelihatan aneh dan kolokan.)

Akhirnya, Eunjae pun melangkah masuk tidak mengindahkan Muyeol dan pandangan beberapa pelayan hingga tamu undangan bahkan pemilik resto yang melihat aneh dengan pakaian yang dikenakan Eunjae.

Dengan olokan Muyeol mengatakan, "Dia memang tidak pandai berdandan." Dia tersenyum puas mengejek.

Ditambah lagi, ada seorang anak kecil dengan pakaian bak putri seperti yang dikenakannya melihat aneh ke arahnya. Eunjae mengusirnya. Namun anak kecil itu baru bergerak setelah ditarik ibunya untuk pergi dari depan Eunjae.

Eunjae merasa tertekan, dia meyakinkan dalam dirinya, "Aku tidak terlihat. Tidak apa-apa, mereka tidak melihatku." Dia mengulangnya beberapa kali. (Hahaha, sama sepertiku bila merasa tidak sedang berada di tempat dan waktu yang tepat. Ini solusi bagus untuk menetralisir suasana hati dan membangkitkan semangat diri. :)

Kemudian, Dongsu datang menghampirinya, "Eunjae-shi."

Eunjae kaget dan menanyakan, "Kau bisa melihatku?" (Hahaha, ngga segitunya kalee.)

Dongsu merasa apa yang dikenakan Eunjae tidak buruk dan dia memujinya. Suasana sedikit mencair, Dongsu mengenalkan Eunjae pada seorang wanita, "Kenalkan, ini istriku."

Dengan menunduk Eunjae berdiri, "Maaf, pakaianku terlihat sedikit aneh."

Si wanita tersenyum, "Annyeonghaseo. aku, Oh Sooyoung." (Tunggu sebentar. Ingat wajah itu?)

Terang saja, Eunjae terpaku dan mengingat kembali, itu wajah yang sama dengan orang yang berpapasan dengannya di tempat karaoke dan orang yang menolak mengantarnya saat dia berjalan kaki diusir Muyeol di villa di gunung. Orang yang bersama Park Muyeol? orang yang dikenalkan Dongsu sebagai istrinya? Wuahh.

Sooyoung tersenyum, dia dan Dongsu tersenyum seolah ngga terjadi apa-apa. Bagaimana dengan Muyeol? Dia juga tertawa bercanda dengan yang lain. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Dongsu ngga tau apa yang dilakukan Muyeol dan istrinya di belakangnya? Oh my God.

Episode-3        

Bean Ball (bola yang dilempar ke arah wajah untuk menakuti)

Eunjae mengamati Dongsu dan Sooyung yang sedang bermesraan. Eunjae teringat pertemuan-pertemuannya dengan Sooyung. Dia menghela nafas, berpikir sesuatu. Muyeol kesal melihatnya karena helaan nafas Eunjae membuat kertas terbakar oleh api lilin.

Dongsu dan Muyeol sedang asyik berbicara tentang baseball sampai tiba-tiba Eunjae berteriak. "Kembar, kau kembar kan?" tanyanya pada Sooyung. Sooyung berkata tidak. "Kau punya saudara perempuan? Apa dia mirip denganmu?" tanyanya lagi. Sooyung membenarkan semua pertanyaan Eunjae. Eunjae lega, dia berkesimpulan kalau yang dia lihat dan temui saat itu bukan Sooyung. Tetapi semua pemikiran Eunjae terbantahkan karena adik Sooyung ada di Kanada, dan mungkin ke sini untuk melahirkan.

Eunjae berpikir kalau Muyeol sedang berselingkuh dengan Sooyung. Saking stresnya Eunjae yang menyadari kalau yang dia temui memang benar Sooyung, dia sampai salah mengambil gelas anggurnya. Muyeol mengatai Eunjae karena tingkah lakunya.

Ketika akan pulang, mereka berempat sedang menunggu mobil. Eunjae melihat Muyeol sedang berbicara dengan Sooyung. Eunjae mendengar Muyeol mengatakan kalau dia akan menghubungi Sooyung.

Eunjae curiga, dia mendongakkan lehernya agar bisa mendengar lebih jelas. Manager Kim datang melihat tingkah Eunjae. "Oh tidak, ini tidak bagus. Kau punya leher kura-kura." kata Manager Kim. Eunjae bingung. Manager Kim memperagakan ketika Eunjae mendongakkan lehernya. "Kurasa lehermu harus diberi perawatan." katanya lagi. Manager Kim lalu meminta maaf ke Eunjae karena telah memberi kabar buruk. Lihat Manager Kim yang mendongakkan lehernya ngikutin Eunjae lucu banget.

Eunjae melihat dirinya di cermin, membetulkan bajunya yang terus melorot.

Mobil datang, Dongsu meminta Muyeol mengantarkan Eunjae. Awalnya Muyeol menolak, tapi kemudian mau setelah Dongsu yang akan mengantarkan Eunjae.

Di mobil, Muyeol ngomel-ngomel, klien apa yang memberikan tumpangan pada bodyguardnya? Eunjae memandangi Muyeol. Dia bertanya tentang hubungan Muyeol dengan Dongsu, Muyeol menjawab bahwa mereka sudah seperti saudara, dan mereka sudah bertemu sejak di bangku kuliah. "Dongsu orang yang sangat baik. Kalau aku tidak mengantarmu, pasti dia yang akan mengantarmu pulang. Kalau bukan karena dia, mungkin sudah lama aku menyerah main bisbol." kata Muyeol lagi. Muyeol marah-marah karena Eunjae cerewet sekali. Eunjae beralasan kalau dia penasaran kenapa orang baik seperti dia punya teman seperti ini. "Seperti ini? Seperti apa? Keren? tampan? Nice guy?", Muyeol ketawa ngakak.

Kemudian Muyeol mengusir Eunjae keluar dari mobilnya. "Baiklah, sifat jelekmu keluar lagi." ternyata Muyeol mengusir Eunjae karena mereka sudah sampai di depan rumah Eunjae.

Di rumah, Dongah dan Changho sedang makan malam. Changho sepertinya pintar masak. "Berikan saudaramu kepadaku, akan kujaga dia sepanjang hidupku" kata Dongah kepada Eunjae yang baru masuk. "Kau akan peras dia sepanjang hidupmu." kata Eunjae. "Benar-benar hebat, kau seharusnya masuk dalam perlindungan Negara." kata Dongah ke Changho. Lebay ah si Dongah.

Dongah menggoda Eunjae tentang acaranya, apa dengan pakaian itu dia jatuh hati padamu? Seperti dalam cerita cerita, si pria sadar betapa cantiknya dirimu.

Eunjae curhat, apabila ada seorang laki-laki dan seorang wanita, mereka saling kenal tapi tidak pacaran. Tapi mereka datang secara terpisah ke sebuah villa di puncak gunung, ada apa itu?

Changho pas, tidak tahu. Dongah jawab, mereka bekerja di sana. Changho menambahkan, mereka hendak menemui pemilik villa.

Dongah: "Itu pertemuan rahasia, mereka itu mata-mata".

Teng.!!! Teng..teng..teng.!!! salah semua. Ini bukan sinetron, mereka hanya orang biasa. Eunjae mengeluh ada banyak sekali kemungkinan mengapa mereka ke sana.

Dongah berkata lebih gak masuk akal lagi, mereka mencari tempat keramat, wanita itu dukun dan yang pria sudah diguna-guna. Eunjae yang kesal langsung pergi dari tempat itu. Ingat gunung kidul ya, hihihi.

Manager Kim mendapatkan laporan senyawa yang terkandung di minuman herbal. Ternyata minuman itu terkandung formaldehyde atau metanal yang dapat menyebabkan kebutaan (ada kesalahan pengucapan, si aktor (petugas lab) berkata kalau itu metanol. Metanol dan metanal dua senyawa yang berbeda. Kalau laporannya tertulis formaldehyde, berarti itu adalah metanal).

Petugas lab heran mengapa senyawa itu ada di minuman herbal, dia curiga ini ada hubungannya dengan tim baseball, tapi manager Kim membantahnya.

Di lapangan semua anggota tim berlatih seperti biasanya.

Di ruang tunggu tim Dreamers, Eunjae makan mi instan sendirian. Lalu datang wartawan Koh. Wartawan itu mulai mencari-cari informasi tentang Muyeol dan skandal di tempat karaoke itu. Eunjae berpura-pura tidak dengar.

Dongsu melewati ruangan tempat Eunjae dan wartawan Koh ngobrol. Eunjae melihat Dongsu yang sedang muram. Eunjae mencari tahu tentang Dongsu dari wartawan Koh yang katanya adalah spesialis Park Muyeol. "Apa benar Park Muyeol bisa bertahan di bisbol karena Jin Dongsu?" tanya Eunjae.

Wartawan Koh tidak ingin memberikan informasi begitu saja. Dia ingin bertukar informasi, barter. Eunjae menyanggupinya.

Wartawan Koh: "Selama kuliah Park Muyeol tidak punya teman. Seperti yang kau tahu, dia itu angkuh. Dulu dia lebih parah. Tidak ada yang baik dari dirinya. Tidak ada senior yang menyukainya. Biarpun dia pantas dihajar, tapi tak ada yang melakukannya. Tak ada yang melempar kepadanya. Kau kan tidak bisa main baseball sendirian. Bahkan pelatihnya pun tidak peduli keadaannya. Kemudian Park Muyeol tidak tahan lagi, dia memukuli senior-seniornya. Ketika Jin Dongsu datang, kedua temannya sudah memar berdarah. Lalu Jin Dongsu tiba-tiba menyerang Park Muyeol dan tidak ada yang bisa menghentikan dia. Sekolah tidak bisa mentoleransi hal ini. Park Muyeol tetap dianggap sebagai yang bersalah. Lalu, Jin Dongsu berkata, kalau Park Muyeol tidak main, akupun tidak mau main. Setelah kejadian itu teman-teman satu timnya baru mau menerimanya".

Eunjae tidak percaya Dongsu bisa melakukan hal itu.

Wartawan Koh kemudian bertanya tentang keadaan di karaoke. Eunjae ngeles dan mencari-cari alasan agar dia tidak memberikan informasi apapun. kemudian dia pergi meninggalkan wartawan Koh sendirian. Hahaha, kasian wartawan Ko ketipu.

Dongsu habis berbelanja dengan Wooyoung, anaknya. Sepertinya mereka sedang menyiapkan sebuah pesta ulang tahun. Anaknya Dongsu ini imut sekali.

Dongsu pergi ke kamarnya, di tempat sampah dia melihat tespek (alat tes kehamilan) yang menunjukan dua strip merah (artinya positif hamil).

Di tempat lain, Muyeol sedang memilih perhiasan. Eunjae melihatnya dengan kesal.

Muyeol dan Eunjae pergi ke tempat Dongsu. Awalnya Eunjae tidak ingin ikut, tapi Dongsu memintanya untuk masuk.

Muyeol sebal Eunjae ikut masuk juga. Dia bilang seharusnya Eunjae tidak ikut masuk.

Ternyata hari itu ada pesta ulang tahun Sooyung. Melihat Muyeol yang begitu senang, Eunjae curiga. Sooyung mendapatkan hadiah 'gambar ibu' dari Wooyoung. Dan mendapat kalung dari Muyeol. Kalung ini yang dibeli Muyeol bersama Eunjae tadi. Muyeol juga membantu memasangkan kalung itu di leher Sooyung.

Eunjae kesal sekaligus marah melihat Muyeol dan Sooyung. Dan melihat Dongsu dengan tatapan tajam. Eunjae bertanya di mana mereka bertemu?. Dongsu meenjawab di kampus. "Ah, cinta pertama? Bagaimana kalian bertemu?" tanyanya lagi. "Dia memperkenalkan aku kepadanya" jawab Dongsu sambil menunjuk Muyeol. "Mungkin itu satu-satunya hal baik yang pernah dia lakukan." tambah Dongsu. Eunjae kaget, jadi sebelum itu Muyeol dan Sooyung sudah saling kenal.

Muyeol dan Sooyung hanya saling berpandangan. Eunjae bertanya lagi, bagaimana kalian saling mengenal? Belum mereka menjawab, Muyeol memotong, tidak mau diwawancarai lagi.

Saat Muyeol akan mengambil kue, Sooyung memegang lengan Muyeol agar bajunya tidak kotor kena kue. Eunjae melihatnya dengan jijik.

Eunjae dimarahi oleh Wooyoung, soalnya kue dihadapannya tidak dimakan. Eunjae makan dengan kesal.

Setelah itu Eunjae jadi baby sitter Wooyoung. Mereka main robot-robotan di kamar Wooyoung, dan sesekali melirik ke ruangan di mana tiga orang yang lain sedang berbincang.

Ketika Dongsu pergi untuk menerima telpon, Sooyung berbisik-bisik dengan Muyeol. Terlihat seperti berbicara mesra. Eunjae sampai diprotes Wooyoung karena gak konsen ke permainan robotnya.

Eunjae berpura-pura sedang sekarat saat ditembak oleh Wooyoung. Eunjae main sambil teriak-teriak.

Membuat Dongsu, Muyeol dan Sooyung bengong melihat Eunjae. "Kenapa dia?" tanya Dongsu. "Permainan penyihir dan pangeran, sepertinya Wooyoung bisa akrab dengan Eunjae." jawab Sooyung. "Otak Eunjae memang selevel Wooyoung." kata Muyeol

Eunjae kemudian menidurkan Wooyoung yang capek bermain. Dia tersenyum melihat foto Wooyoung beserta kedua orang tuanya. Sooyung masuk dan mengucapkan terima kasih sudah menjaga Wooyoung. Eunjae berharap semoga Sooyung tetap bahagia selamanya.

Di perjalanan pulang, Muyeol sedang melamunkan kenangan lama tentang dirinya, Dongsu dan Sooyung. Muyeol mabuk, dan dia terlihat sedang sedih. Eunjae berkata dia ingin Dongsu berbahagia. Tapi ketika masalah muncul, orang baik selalu menderita. Sama seperti ayah Eunjae yang diam-diam masih memikirkan ibu mereka.

Di kedai ayah Eunjae, ayah Eunjae masih membelai foto keluarganya yang masih lengkap. Changho hanya bisa memandangi ayahnya sambil terus bekerja.

Kemudian wartawan Koh datang sebagai pelanggan. Dia terheran-heran melihat keadaan kedai yang penuh dengan pernak pernik team Segulls. Wartawan Koh memuji-muji tim Seagulls, sampai akhirnya dia diberi makanan gratis. Mereka bertiga ngobrol sangat seru. Karena dia wartawan, dia juga hafal lagu kebangsaan Seagulls.

Kesokan harinya, Eunjae diperintahkan Muyeol agar langsung pergi ke gym, tidak usah ke rumah dulu, dia sudah berangkat, padahal Eunjae sudah hampir sampai rumah Muyeol.

Ternyata Sooyung datang ke rumah Muyeol. Sooyung curhat tentang kehamilannya yang sudah diketahui oleh Dongsu.

Sesampainya di tempat latihan, Eunjae bertemu dengan manager Kim. Melihat Eunjae sendirian, manager Kim menanyakan Muyeol. Eunjae berkata kalau Muyeol lah yang menyuruhnya berangkat duluan.

Manager Kim mengajaknya berbicara tentang berita di koran yang isinya bahwa keluarga Eunjae adalah fans Blue Seagulls, dan Eunjae adalah admin forum pembenci 'Fark' Muyeol. Kerjaannya wartawan Koh nih. Di koran itu juga ditanyakan mengapa menyewa bodyguard yang membenci kliennya, dan tentang peristiwa karaoke.

Eunjae berkata bukan dia yang menyebarkan itu. Manager Kim juga memberitahukan kalau di dalam minuman itu mengandung metanal.

Pemilik klub sedang berbicara dengan Dongsu mengenai kontrak. Karena merasa sudah banyak anak baru dan muda-muda, Dongsu berkata dia akan pensiun. Ekspresi Dongsu sedih ketika membicarakan hal itu.

Dia kemudian berpapasan dengan Eunjae dan Eunjae mengajaknya minum kopi. Dongsu bercerita, "sudah lama aku menyukainya, tapi dia tidak membalas cintaku, kupikir dia akan menyukaiku kalau aku berusaha keras". Eunjae berpikir Dongsu membicarakan Sooyung, tapi Dongsu berkata kalau itu tentang bisbol.

Setelah mendapatkan telpon, Dongsu langsung buru-buru pergi. Eunjae menyusulnya sambil membawa jaketnya yang tertinggal. Dongsu sudah masuk mobil dan dengan terburu-buru menyalakan mobilnya. Saking paniknya, saat mundur dia menabrak tumpukan box di belakang mobilnya. Ternyata Wooyoung kecelakaan. Oh, no.

Mereka berdua pergi ke rumah sakit bersama-sama. Wooyoung tidak apa-apa, hanya sedikit memar.

Dongsu memeluknya penuh sayang. Eunjae melihatnya dengan penuh keprihatinan.

Masih di rumah sakit, Dongsu bermain dengan anak-anak lainnya. Wooyoung memamerkan ayahnya yang seorang pemain bisbol dan tahun lalu memenangkan pertandingan. Anak-anak yang lain terkagum-kagum, sampai ada yang minta tanda tangan di topinya.

Kemudian Sooyung datang, dia panik mencari Wooyoung. Sooyung datang bersama Muyeol.

Anak-anak sekarang mengerubungi Muyeol.

Dia malah mengusir anak-anak itu. Wooyoung tidak suka Muyeol lebih popular dari ayahnya. Muyeol bertanya mana yang sakit pada Wooyoung, tapi Wooyoung malah lari menghampiri ayahnya, dan kemudian memeluknya. Kasian.

Muyeol pulang bersama Eunjae. Dia protes kenapa Muyeol datang bersama Sooyung. Muyeol bertanya apa Eunjae sedang menginterogasinya?. "Interogasi, apa kau merasa salah?" jawabnya.

Sesampai di rumah Muyeol, Muyeol menunjukan artikel koran yang memberitakan Eunjae. Eunjae menyangkal kalau itu perbuatannya.

Kemudian Muyeol menyuruhnya untuk membuang koran dan sampahnya ke lantai 1. Eunjae membuang sampah itu sambil bergumam, kalau dia itu bodyguard, bukan pembantu.

Tak sengaja Eunjae melihat ada dua buah gelas di atas meja. Salah satu gelas ada bekas lipstick. Eunjae teringat lipstick yang dipakai oleh Sooyung. Dia semakin marah pada Muyeol yang bertemu diam-diam dengan Sooyung.

Eunjae ngomel-ngomel ditemani Dongah. Dia marah melihat Muyeol yang berselingkuh dengan istri sahabatnya sendiri. Saking kesalnya Eunjae mencorat-coret foto Muyeol.

Salah satu foto yang dicoret-coret Eunjae adalah foto dari gadis peneror Muyeol. Di belakang foto itu ada puisi Jepang yang mengisahkan seseorang yang bunuh diri dengan minum racun, setelah tahu kekasihnya berselingkuh. Bunuh diri? Racun? Eunjae teringat racun yang ada di minuman herbal itu.

Eunjae melaporkan temuannya pada manager Kim. Manager Kim membantahkan teori Eunjae, karena Park Muyeol tidak punya kekasih, jadi tidak ada yang bisa dicemburui. Eunjae berkata gadis peneror itu benar-benar sudah gila, lihat saja fotonya. Eunjae memastikan pada manager Kim kalau kontraknya berakhir saat peneror itu ditemukan. Eunjae sudah tidak tahan dengan Muyeol.

Di mobil Muyeol marah-marah karena Eunjae terlambat datang. Eunjae memberikan foto teror itu. Muyeol membaca pesan di bagian belakangnya. Eunjae meminta Muyeol mengingat siapa saja yang pernah dia khianati, siapa yang bisa jadi tersangka, mengingat hubungan Muyeol dengan wanita sangat rumit. Muyeol malah meledek Eunjae kalau dia sudah mengkhianati Seagulls.

Eunjae marah-marah, "Harusnya kau takut, wanita itu ingin mengambil jantungmu." Muyeol menjawab, "biarkan saja, aku tak kenal orang ini."

"Kau punya banyak pacar," kata Eunjae

"Tidak," seru Muyeol. "Iya," Eunjae berkata lagi.

"Kau! Kau yang paling dekat denganku. Tapi bagiku kau bukan wanita." ledek Muyeol.

Eunjae marah-marah dikatai seperti itu.

Muyeol memberitahukan bahwa dia akan ke Jepang minggu depan, dan Eunjae bisa libur.

Mereka berdua pergi untuk menemui Sooyung dan Wooyoung. Eunjae hanya berdiri dan menghela nafas, kemudian pergi memperhatikan Wooyoung yang sedang bermain.

Eunjae kemudian menyelinap mendekati meja Muyeol dan Sooyung kemudian mendengar pembicaraan mereka berdua tentang pergi ke Jepang. Lalu mereka menyebutkan pemandian air panas. Dan banyak lagi obrolan mereka yang membuat Eunjae pusing, membayangkan semua rencana mereka. Kata-kata yang Muyeol dan Sooyung bertebaran di udara, hihi.

Eunjae ketahuan oleh Wooyoung. dia dimarahi lagi sama Muyeol, Eunjae lebih marah lagi. Sampai megang pisau lho. Sooyung sampai heran.

Sesampainya di rumah, ditemani Dongah yang bermain dengan anjing, Eunjae latihan tinju sambil marah-marah gara-gara Muyeol dan Sooyung. Dia juga mengibaratkan sansak sebagai Muyeol, sansak itu dipukuli pakai pemukul bisbol. Dia heran kenapa Muyeol gak sadar-sadar atas kesalahannya.

Dongah menyarankan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Dongsu, Eunjae bilang tidak bisa. Dia melihat ayahnya yang sedang memeluk guling di dalam rumah. Eunjae takut Dongsu akan jadi seperti ayahnya yang ditinggalkan istrinya.

Dongah bilang itu rencana yang bagus, keduanya bisa masuk penjara, kemudian Park Muyeol akan kehilangan karirnya, dan kemudian Eunjae dan ayahnya akan berbahagia. Eunjae mengingat lagi peraturan bodyguard. No. 1 bodyguard selalu menyimpan rahasia kliennya. Eunjae bertekad segera menemukan penguntit itu agar dia bisa terlepas dari semua urusan Muyeol.

Muyeol berbicara dengan manager tim tentang kontrak Dongsu. Muyeol memaksa ketua tim untuk memasukkan Dongsu,kalau tidak dia akan keluar mencari tim lain. Hihi, ngancem dia. Tapi ketua tim sudah mengeluarkannya, dan menyarankan Dongsu untuk pensiun.

Dongsu berlatih sendiri, terlihat tangannya mulai kesakitan ketika terus-terusan memukul bola.

Dongsu bertemu junior-juniornya ketika dia keluar dari ruang ganti sambil membawa barang-barang. Dia memberikan tongkat baseballnya ke juniornya itu. Sedih ngeliat Dongsu.

Di tengah jalan dia berpapasan dengan Eunjae. Eunjae mengambilkan barang Dongsu yang terjatuh. Tanpa sengaja dia melihat botol yang bertuliskan metanal. Lho??

Eunjae pun bertanya-tanya. Dia teringat perkataan Dongsu tentang cinta tak berbalas, teringat teror yang menimpa Muyeol, teringat manager Kim yang memberitahukan racun itu. Teringat cerita Dongah tentang seorang yang bunuh diri minum racun karena kekasihnya selingkuh. Teringat Sooyung yang sering bersama Muyeol.

Lamunan Eunjae dibuyarkan oleh kedatangan Muyeol yang berbicara pada Dongsu. Ternyata Dongsu juga akan ikut ke Jepang. Mereka bertiga akan pergi ke Jepang. Eunjae bingung bagaimana ini bisa terjadi.

Eunjae yang sedang menunggu bosnya pijat menelpon Dongah bertanya tentang kisah wanita yang minum racun karena kekasihnya selingkuh. Dongah yang sedang membaca novel cuman bilang "Siapa ini?". Gubrak.

Di tempat pijat Muyeol dan Dongsu membicarakan soal kontrak Dongsu. Dongsu sudah bertekad pensiun dari baseball meskipun dia belum tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Eunjae mengkonfirmasi lagi ke manager Kim soal metanal itu. Manager Kim berkata bahwa senyawa itu bisa mengakibatkan kematian atau kebutaan kepada yang meminumnya.

Dongah sedang mencari novel yang ditanyakan oleh Eunjae. Wah, koleksi novelnya Dongah banyak banget, pengen punya perpustakaan kecil kaya gitu

Muyeol sedang melakukan wawancara karena dia mendapatkan penghargaan. Si pewawancara juga menanyakan soal antifans (pembenci) Park Muyeol. Muyeol hanya berkomentar, "Apa kalian sedang menyaksikan aku, 'Fark' Muyeol? Kalian menangis berguling-guling pun aku akan terus maju." sambil menoleh ke Eunjae yang ada di belakangnya.

Manager Kim ingin pernyataan tadi di edit, tapi produser acaranya menolaknya.

Eunjae kemudian mendapatkan telpon dari Dongah. Sambil bergeser dia mencari tempat untuk mengangkat telpon. Dongah menceritakan tentang kisah wanita yang tahu kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya itu. Dia bercerita, setelah wanita itu tahu, wanita itu kemudian mengajak sahabat dan kekasihnya ke sebuah penginapan. Dia lalu membubuhkan racun ke dalam 3 gelas yang disediakan. Tapi hanya dia sendiri yang meminumnya.

Eunjae terdiam mendengarnya. Eunjae mengingat foto keluarga Dongsu, teringat masa kecilnya yang telah ditinggal oleh ibunya. Meskipun adik Eunjae menangis memanggil ibunya, ibunya tetap tidak kembali. Dia teringat Dongsu dan Wooyoung. Dia tidak ingin nasib ayah dan anak itu seperti keluarganya.

Saat istirahat, Muyeol menoleh pada Eunjae, bingung mengapa dia seperti itu.

Si pewawancara menanyakan kebenaran kalau Eunjae adalah antifans Park Muyeol, dan bagaimana perasaannya menjadi bodyguard orang yang dibenci. Eunjae menjawab, "Ya saya memang membenci Park Muyeol, tapi itu pertanyaan yang menghina bodyguard. Bodyguard melindungi kliennya tanpa menghiraukan perasaan pribadi. Kalau perlu, kami melindungi dengan mengorbankan nyawa kami." Semua yang mendengarnya terpesona, termasuk Muyeol. "Aku yakin Park Muyeol mengerti tentang ini. Mungkin karena itu dia mengajakku menemaninya ke Jepang." lanjut Eunjae. Muyeol kaget. Ini namanya pemaksaan, hahaha.

Eunjae dipuji-puji oleh Direktur Jang atas pernyataannya tadi. Eunjae berkata semua yang dia lakukan barusan bukan untuk menyelamatkannya, tapi menyelamatkan orang lain.

Di luar, Eunjae diinterogasi oleh Muyeol soal dia akan pergi ke Jepang. Eunjae berkilah kalau dia hanya salah bicara. Muyeol mengatakan bahwa ini bukan untuk liburan, mereka ada urusan penting. Eunjae bilang dia tahu, tinggal menambahkan satu orang lagi untuk konsumsi dan akomodasi kan tidak susah. Muyeol tetap melarang dia untuk ikut. Tapi Eunjae tetap bersikeras akan ikut.

Eunjae membereskan barang-barangnya dibantu oleh Dongah. Eunjae harus pergi demi Dongsu, dan Wooyoung. Hanya itu cara satu-satunya untuk memperingatkan Dongsu.

Di bandara terjadi sedikit masalah. Paspor Eunjae sudah habis masa berlakunya. Muyeol senang dia tidak bisa berangkat. Tapi ternyata ada cara untuk mengakalinya. Caranya, Eunjae duduk di kelas eksekutif.

Muyeol marah-marah, masa bodyguard naik di kelas eksekutif, klien di kelas ekonomi. Hahaha, kasian banget. Apalagi Muyeol harus duduk dempet-dempetan sama orang, trus kepentok kursi waktu orang di depannya mundurin sandaran kursinya.

Sesampainya di Jepang, mereka menyewa taksi. Muyeol ngomel-ngomel karena Eunjae membawa koper gede, sampai-sampai bagasi taksinya hampir tidak muat.

Tidak cuma koper di bagasi taksi aja yang sempit-sempitan, orangnya juga. Muyeol, Eunjae dan Sooyung duduk sempit-sempitan di kursi belakang. Sampai-sampai untuk bergerak saja mereka kesusahan.

Taksi terus berjalan melintasi gunung lewati lembah (kaya theme song kartun).

Mereka sudah sampai di penginapan. Ruangannya bergaya Jepang (ya iyalah, orang di Jepang). Mereka ditemani pengurus penginapan yang juga bergaya Jepang, yaitu pake kimono, trus rambutnya dikucir dua. Eh, rambut dikucir dua emang gaya khas Jepang? Gak penting, lanjut..

Pengurus penginapan sedang menjelaskan kamar-kamar yang akan mereka tempati, Eunjae malah lompat-lompatan di sofa. Muyeol yang melihat itu langsung memarahi Eunjae. Haha, sudah kaya bapak marahin anaknya.

Dongsu dan Sooyung mendapat kamar di atas. Muyeol tidur di bawah, dan Eunjae? Eunjae tidur di gudang.

Waktu makan tiba, makanan yang dihidangkan banyak sekali, dan kelihatannya enak-enak. *penulis ngiler.. Eunjae pun senang melihat makanan itu, tapi langsung diam setelah dipelototi Muyeol.

Bibi pengurus penginapan masih menemani. Dalam bahasa Jepang dia bertanya pada Dongsu dan Sooyung apa mereka sudah menikah. Muyeol membenarkan. Lalu ibu itu bertanya kepada Muyeol dan Eunjae yang asik makan dengan pertanyaan yang sama. Muyeol marah-marah sampai membentak bibi itu. Si bibi kaget dan meminta maaf sampai membungkuk-bungkuk. Dongsu dan Sooyung bingung, Eunjae menjelaskan kalau bibi bertanya apa dia dan Muyeol pasangan suami istri.

Muyeol ingin menjelaskan pada bibi kalau Eunjae adalah bodyguarnya. Tapi dia tidak tahu bahasa Jepangnya bodyguard, dan si bibi pun tidak mengerti apa itu bodyguard. Muyeol bertanya pada Eunjae, Eunjae malah asik makan dan bertanya "apa bahasa Jepangnya 'minta tambah lagi'?" Muyeol langsung meledak "Tutup mulutmu." Si bibi langsung minta maaf lagi, dikira dia yang salah.

Di luar penginapan, Muyeol sedang berlatih memukul. Dia masih kesal karena dikira berpacaran dengan Eunjae. Eunjae melihatnya dari belakang sambil komat-kamit sendiri.

Kemudian dia melihat ke dalam rumah. Di dalam rumah ada Dongsu yang sedang mencampurkan segelas minuman dengan sesuatu obat atau ramuan. Kemudian datang Sooyung. Eunjae berpikir kalau minuman itu adalah ramuan racun. Eunjae panik melihatnya.

Apakah benar minuman itu adalah racun? Apakah Sooyung akan meminumnya dan kemudian mati?

Episode-4        

Melihat sekilas episode sebelumnya,

Eunjae sedang menghirup udara segar di luar, di sisi lain Park Muyeol sedang berlatih dengan tongkat pemukul baseball. Di dalam ruangan Eunjae melihat Dongsu mencampurkan bubuk ke dalam gelas dan mengaduknya. Dia lalu mendorong gelas itu ke depan Sooyoung. Melihat situasi yang mulai tidak terkontrol, Eunjae segera berlari ke arah mereka. Muyeol yang melihat tingkah Eunjae mondar-mandir di depan beranda, cuek dan melanjutkan latihannya.

Keadaan semakin tidak mendukung. Pintu geser itu tidak bisa dibuka, macet. Dongsu yang melihat Eunjae kesulitan membuka pintu, datang ke arah Eunjae dan berusaha menggeser pintu itu, namun sulit. Sementara di dalam ruangan, Sooyoung terlihat berpikir keras akan meminumnya atau tidak namun dia ternyata tetap berniat meminumnya. Melihat hal itu Eunjae berlari berniat masuk lewat pintu belakang. Sayangnya, Sooyoung segera menenggak minuman yang dipegangnya, dan Eunjae hanya bisa jatuh tersungkur melihat Sooyoung meminumnya.

Eng..ing..eng. Dengan tanpa rasa bersalah Sooyoung melihat aneh ke arah Eunjae, Sooyoung mengatakan apa yang diminumnya pahit. Dia melanjutkan, "Tenggorokanku sakit, jadi aku meminum ramuan herbal ini." Pandangan aneh Sooyoung dan suaminya, Dongsu: "Tapi, kau kenapa?" melihat Eunjae tertidur di lantai.

Eunjae yang bingung hanya mengatakan, "Toilet." Seraya menunjuk ke arah belakang. Mungkin dia beralasan terburu-buru karena ingin ke belakang. Dia lalu menggeser badannya ke belakang, kayak ngesot.

Eunjae kesal karena sudah salah paham, apalagi dia terluka (lecet) di tangannya karena hal yang sia-sia. Dia mengatakan, "Argh, seperti menari di ladang ranjau." Maksudnya, setiap gerakan jadi serba salah, diam pun salah.

"Terkadang terjadi Bone Head Play. Istilah ini berarti seorang pemain yang bermain bodoh dengan membuat kesimpulan yang salah."

Muyeol masih berlatih dengan pemukulnya hingga dirasa cukup lalu dia berjalan membawa pakaian ganti.

Di kolam pemandian air panas sudah ada Sooyoung berendam di sana, disusul Eunjae juga masuk ke tempat yang sama.

Di kolam pemandian air panas terlihat pula Muyeol mulai masuk ke air. Dongsu yang telah lebih dulu berendam menyipratkan air ke arah Muyeol. Mereka masih kekanakan. Muyeol berteriak, "Jangan, jangan!" Dia kepanasan.

Teriakannya itu terdengar oleh Sooyoung dan Eunjae yang ternyata kolam pemandian tempat cewek dan cowok bersebelahan. Pelan-pelan Eunjae bergeser ke arah pembatas antar kolam mereka, dia bermaksud menguping pembicaraan Muyeol dan Dongsu.

Dongsu menceritakan keberhasilan teman mereka Junghong dalam berbisnis, dan kekhawatirannya bagaimana cara berhasil seperti itu karena bisbol sepertinya sudah tidak bisa dilakukannya. Dongsu lalu mengatakan bahwa kolam mereka dan kolam untuk wanita hanya dibatasi oleh sehelai tirai, dia menggoda Muyeol untuk ke sana. Muyeol tertawa dan berbalik menggoda Dongsu.

Sementara di kolam sebelah, Sooyoung melihat aneh ke arah Eunjae. Eunjae menyadarinya dan berusaha membenarkan posisinya.

Mengawali pembicaraan mereka, Sooyooung mengatakan bentuk badan Eunjae bagus karena sering latihan, dia pun berniat untuk mulai latihan. Eunjae mengatakan bentuk badan Sooyoung tidak jelek, terutama bagi seorang ibu yang sudah memiliki seorang anak. Dia menekankan pengucapannya saat mengatakan kata IBU. Entah apa makna tersirat di sana. Sooyoung menyangkalnya, dia mengaku perutnya sedikit membesar belakangan ini. Eunjae yang sepertinya salah mengerti melihat ke arah dada Sooyoung, dengan peragaan tangannya dia mengatakan, "Kau harus membesarkannya agar kelihatan bagus." Sooyoung tidak mengerti, dia lalu mengatakan, "Tapi dada kecil membuatmu kelihatan bagus." Eunjae senang mendengarnya. Namun Sooyoung melanjutkan, "Ketika kau mengenakan t-shirt." Eunjae yang kesal karena diejek secara tidak langsung, berteriak, "Ini karena belakangan ini berat badanku menurun, biasanya lebih bagus dari ini!"

Di kolam sebelah, keduanya tersentak mendengar teriakan Eunjae.

Eunjae balas bertanya, "Kau menyusu?" Sooyoung mengiyakan. Eunjae lalu menyimpulkan, "Kudengar kalau wanita menyusukan bayi, payudaranya akan mengendur." Sooyoung kesal mendengarnya, dia membantah, "Ini karena aku membungkuk, bukan mengendur!" Dia menegaskan, bahwa tidak ada kaitan antara menyusukan dan mengendur. Menurutnya elastistitasnya tidak berubah.

Dongsu dan Muyeol mulai tidak nyaman mendengar pembicaraan Sooyoung dan Eunjae, mereka memutuskan untuk beranjak keluar dari kolam. Hahaha, mereka makin terkaget saat Sooyoung meminta Eunjae memegang dadanya. Hahaha.

Eunjae benar-benar kesal dan mengumpat Sooyoung yang sangat merawat diri. Apalagi Sooyooung yang tidak setia melakukannya untuk teman baik suaminya.

Malam itu, Muyeol yang sedang tertidur didatangi seorang wanita. Sooyoung!!! Dia memegang pundak Muyeol, Muyeol yang terbangun menarik Sooyoung ke balik selimut! Wuahhh.

Lalu masuk Dongsu yang membawa pemukul bisbol. Dia memergoki keduanya dan akan memukul mereka yang tidak setia. Namun, dihalangi Eunjae. Eunjae bergelut dengan Dongsu, dan akhirnya Eunjae tertimpa di lantai. lalu, Muyeol ikut menimpanya, dan Sooyoung pun ikut menimpanya. Ini aneh.

Eunjae yang merasa keberatan berteriak.

Ohh, dia ternyata tertimpa tas koper besar yang dibawanya. Hahaha. Dia mimpi.

Keesokan paginya, Eunjae bangun dan melihat Dongsu berdiri sendirian di luar rumah. Dia pun berbicara dengan Dongsu. Dia mengatakan apa yang dikuatirkan Dongsu saat ini merupakan hal yang sama juga pernah dialami ayahnya. Jadi dia pun tahu pasti gimana perasaan Dongsu saat ini.

Pemandangannya bagus banget.

Muyeol yang baru terbangun melihat Eunjae dan Dongsu berbicara berdua di luar, dia pun mendekati keduanya. Tepat di saat Eunjae memberi semangat dan saran untuk Dongsu bertahan pada sikap logis menghadapi kenyataan yang berat, Muyeol menggeser pintu dan mengintruksi mereka, "Memang ayahmu kenapa?" Eunjae kesal dibuatnya, dia berjalan menjauh dan memelototi Muyeol.

Seorang wanita berpakaian bak artis yang sedang berjalan di luar dan ingin menyembunyikan jati dirinya, wanita itu berjalan cepat masuk ke sebuah restoran dan duduk di hadapan Kim Taehwan. Yupp, wanita itu Dongah. Dia cantik.

Tapi tunggu dulu, setelah duduk dia melepas kacamata, syal bulu, topi dan jaket, lalu terlihatlah aslinya Dongah yang berantakan. Dia bahkan mengenakan t-shirt bertuliskan huruf S di depannya. Manajer Kim yang melihat itu, sepertinya ilfil, termasuk beberapa pelanggan cafe itu saat Dongah yang menaikkan sebelah kakinya dan tanpa sengaja menjatuhkan sepatu bootsnya.

Mereka membicarakan beberapa surat kaleng yang dibawa manajer Kim.

Muyeol dan Dongsu mendaki, Muyeol bertanya mengenai apa yang dibicarakan Dongsu dan Eunjae tadi pagi. Dongsu mengatakan bahwa apa yang dialami Dongsu saat ini pernah juga dialami ayah Eunjae. Dia menyimpulkan ayah Eunjae pernah melewati masa-masa krisis ekonomi sepertinya yang baru saja keluar dari Bisbol, dan Eunjae pun pernah mengalami dampaknya saat tidak bisa melanjutkan Judo. Muyeol merasa aneh alasan Eunjae menceritakan banyak hal pada Dongsu.

Di belakang mereka, Eunjae dan Sooyoung juga sedang mendaki tempat yang sama. Keempatnya sedang refreshing mendaki gunung. Lalu ada peta petunjuk jalan yang menyatakan ada dua jalan menuju puncak. Jalur yang satu lebih cepat namun sulit dilalui, jalur itu dikenal jalur tempat beberapa orang bunuh diri. Sedangkan jalur yang satunya ke arah kanan lebih mudah tapi jauh.

Awalnya Eunjae juga bermaksud memilih jalan yang sama dengan Dongsu dan Sooyoung. Dia terpengaruh kata-kata Muyeol tentang 'bunuh diri'. Dia takut sesuatu terjadi bila dia membiarkan keduanya sendiri, namun akhirnya Eunjae mendaki arah yang sama dengan Muyeol sedangkan Dongsu melalui jalur yang sama dengan istrinya.

Sepanjang jalan Muyeol curiga pada Eunjae, dia mengatakan mereka harus membiarkan kedua suami istri itu waktu untuk berduaan, mereka butuh waktu untuk bicara. Eunjae tidak merasa itu usul yang bagus, dia masih kuatir. Sementara dua orang yang dikuatirkan Eunjae, berjalan dan bercanda bersama. Mereka terlihat bahagia.

Muyeol dan Eunjae sudah tiba lebih dulu di puncaknya. Sembari berjongkok, Eunjae terus saja meloncat-loncat tidak tenang. Dia terlihat sangat kuatir. Muyeol curiga dengan tingkah Eunjae. dia menyimpulkan ada motif tersembunyi dari sikap Eunjae.

Eunjae yang selama ini tidak betah berdekatan dengan Muyeol, memilih untuk ikut perjalanan ke Jepang. Menurutnya Eunjae punya rencana tersembunyi.

Eunjae tidak menjawabnya, dan saat Sooyoung dan Dongsu datang ke arah mereka, Eunjae langsung berdiri menyambutnya dengan gembira. Muyeol semakin berpikir tentang ini. Aku tahu, kalau di posisi Eunjae, kegembiraannya itu lebih ke arah perasaan lega karena kekhawatirannya tidak terjadi. Sedangkan Muyeol berpikir bahwa sikap Eunjae didasari karena kesenangan dapat bertemu lagi dengan seorang yang disukainya.

Manajer Kim mengantar Dongah pulang ke rumah, sebelum Dongah turun manajer Kim menanyakan nomor Hp Dongah. Anehnya, Dongah yang kunilai ngga memiliki rasa malu langsung menanyakan apa alasan manajer Kim adalah untuk pe-de-ka-te. Manajer Kim mengatakan tidak.

Sedangkan Muyeol dan yang lainnya sedang menyusuri jalan di malam hari dengan panduan sebuah peta. Mereka akhirnya menemukan sebuah toko yang dikenal menyajikan makanan yang enak.

Saat makan, Dongsu memberikan potongan daging pada Sooyoung. Melihat hal itu ekspresi wajah Eunjae dari rasa tidak senang hingga sedih. Pantas saja, Muyeol semakin membenarkan prasangkanya, dia lalu memberikan sepotong daging ke mangkuk makan Eunjae. Awalnya Eunjae ragu dan menduga sikap Muyeol itu didasari keusilannya, namun akhirnya daging itu langsung dimakannya juga.

Malang bagi Eunjae, dia merasakan sakit perut akibat cara makannya yang berlebihan. Mungkin perutnya jengah. Sooyoung lalu membantunya dengan metode akupunktur, beberapa jarum ditancapkan di telapak tangan Eunjae, Eunjae merasa takut dan sebelah tangannya yang bebas membantunya menutup mata karena ketakutan.

Dongsu ke belakang untuk mengambilkan kotak obat, Sooyoung pun meninggalkan mereka setelah melakukan akupunktur.

Saat itu Muyeol kembali mengorek-ngorek kebenaran dugaannya. Dia memuji-muji Sooyoung yang memiliki banyak keahlian. Selain akupunktur, Sooyoung juga mampu memasak, menjahit, pijat dan semuanya berlisensi. Eunjae tidak mau kalah dia juga memiliki kemampuan Judo tingkat 5 dan itupun bersertifikat. Dia mengatakan alasan Sooyoung melakukannya adalah karena rasa cintanya pada Dongsu. Sooyoung bahkan meninggalkan keluarga dan membuang semua mimpinya untuk bisa bersama Dongsu. Muyeol menekankan bahwa tak ada apapun yang dapat memisahkan mereka. Dongsu terlahir hanya untuk Sooyoung dan Sooyoung pun terlahir hanya untuk Dongsu. Eunjae lantas balik bertanya, dia merasa aneh, setelah Muyeol tahu akan hal itu namun Muyeol dan Sooyoung masih melakukannya, berselingkuh di belakang Dongsu.

Entah mengapa Eunjae memilih untuk mengatakan sebaliknya, mungkin bermaksud menyindir perselingkuhan mereka. Dia mengatakan, "Hidup hanya untuk menjadi istri seseorang itu bodoh. Bagaimana dengan hidupnya, kenapa harus hidup untuk suaminya. Orang seperti itu hanya akan menyalahkan orang lain bila hidupnya sengsara. Aku juga tak suka dengan orang yang bilang hidupnya hanya untuk anaknya."

Sayangnya, pernyataan Eunjae itu terdengar oleh Sooyoung, dia pun tertegun.

Sooyoung segera memberikan obat untuk diminum setelah akupunktur, dia lalu berlari ke luar rumah. Muyeol kesal dengan Eunjae dan mengejar Sooyoung, meninggalkan Eunjae yang terlihat merasa bersalah dan bingung bagaimana melepaskan jarum yang masih tertancap di telapak tangannya.

Muyeol menemui Sooyoung dan mengatakan bahwa apa yang dikatakan si 'Bodoh' ngga harus di dengar. Sooyoong mengatakan sebaliknya.

Di kamarnya, Dongah membaca beberapa lembar surat kaleng yang diberikan manajer Kim padanya. Dia membaca puisi yang tertera di sana. Dia pun menandai beberapa kata di lembaran tersebut. Sepertinya dia menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Terlihat sebuah tangan menunjuk dan menggeser di dinding bertempelkan foto Muyeol berbagai pose di sebuah ruangan gelap. Si misterius ini berhenti pada sebuah foto poster besar dengan gambar yang telah tertusuk di bagian mata.

Eunjae terbangun setelah agak siangan dan hanya menemukan Muyeol yang masih kesal dengan sikap Eunjae semalam. Apalagi saat Eunjae gelisah mengetahui Dongsu dan Sooyoung sedang keluar berduaan.

Dongsu dan Sooyoung berjalan berduaan menyusuri embun pagi di tepi sungai atau danau. Pemandangannya bagus banget.

Dongsu bertanya mengenai kemenangan mendapatkan lotre. Dia merasa Sooyoung tidak pernah merasakannya dan lebih sering salah dalam memilih. Dia minta maaf karena dia merasa tidak mampu membahagiakan Sooyoung, setelah apa yang dipilih Sooyoung. Memilihnya dan meninggalkan keluarga maupun lukisan yang sangat disukai Sooyoung.

Dongsu mengatakan, "Saat aku berhasil mendapatkanmu adalah saat terbaikku." Mungkin maksudnya saat itulah dia memenangkan sebuah lotre namun karena ketidakmampuannya, Sooyoung harus menderita bersamanya.

Sooyoung menggenggam tangan Dongsu.

Dongsu mengatakan dia membawa Sooyoung karena berpikir dia akan semakin baik. Bila dia tahu bahwa kenyataannya akan seperti ini mungkin dia tidak akan melakukannya.

Sooyoung meyakinkan Dongsu bahwa pada dasarnya bukan Dongsu yang membawanya pergi dari keluarga maupun mimpinya, tapi dia yang lebih memilih mengikuti Dongsu. Dia tidak menyesal dan memastikan tidak akan menyesal. Mereka berbicara dari hati ke hati.

Eunjae semakin gelisah karena keduanya tidak kunjung pulang, dia bermaksud menyusul mereka namun Muyeol menghentikannya. Dia melanjutkan apa yang ingin dikatakannya semalam. Dia mengatakan Eunjae tidak boleh seperti itu lagi. Meski dia tahu apa yang dirasakan Eunjae pada Dongsu karena sikap baik Dongsu. Namun Dongsu memang baik ke semua orang. Meskipun Eunjae memiliki perasaan cinta yang tulus, Eunjae tetap harus mempertimbangkan kondisi Dongsu sudah berkeluarga dan memiliki istri.

Eunjae yang disalahpahami berbalik mengatakan hal yang sama pada Muyeol, "Lalu, kenapa kau melakukannya? Aku suka pada Dongsu, jangan sembarangan bicara. Kau pikir semua orang sepertimu? Aku ngga tahu ada apa kalian di masa lalu." Muyeol mencoba memahami apa yang dikatakan Eunjae.

Eunjae melanjutkan, "Kau bilang dia teman baikmu. Kau dan Oh Sooyoung! Apa kau manusia, kau teman di depannya namun kau selingkuh di belakangnya. Kau pikir aku tidak tahu. Kau musuh dalam selimut!"

Aku rasa reaksi Muyeol lambat sekali. Dia marah setelah sekian detik Eunjae mengungkapkan tuduhan tentang perselingkuhannya dengan Sooyoung.

Muyeol yang terbakar api kemarahan karena tuduhan Eunjae melempar sesuatu ke arah Eunjae yang sigap menghindarinya. Lalu mereka berantem saling banting. Berkat teknik Judo yang dipelajarinya, Eunjae mampu mengimbangi perlawanan tenaga Muyeol yang kuat. Pertarungan berlangsung sengit, mereka saling cengkeram dan banting. Eunjae bahkan sempat mengunci tubuh dan lengan Muyeol tak bisa berkutik. Lengan Muyeol bisa saja patah bila Muyeol bersikeras melawannya.

Di sela-sela pertarungannya, Muyeol masih sering bertanya pernyataan Eunjae tentang dia dan Sooyoung yang berselingkuh, namun dia tidak mengatakan itu benar atau salah. Eunjae mengatakan dia tahu itu karena dia telah melihatnya sendiri.

Sementara Dongsu dan Sooyoung terlihat berjalan bergandengan semakin mesra setelah mereka saling mengungkapkan isi hati. mereka tidak tahu apa yang terjadi di penginapan.

Muyeol yang tidak peduli akan lengannya yang kemungkinan akan patah bila melawan kuncian Eunjae, tetap melawan dan Eunjae-lah yang melemaskan kaitannya, sehingga dia terlihat pasrah saja saat Muyeol mencengkeramnya dan menyudutkannya di tiang rumah. Kondisi semakin genting, Muyeol mencekik Eunjae dengan lengannya.

Beruntung tidak berapa lama kemudian Dongsu tiba dan menarik Muyeol memisahkan keduanya. Muyeol yang marah karena tuduhan Eunjae masih berusaha melawan dan memukul Eunjae, hingga setelah beberapa saat Muyeol baru mampu mengendalikan emosi dan melemaskan kekuatannya.

Dia mengatakan, "Ini semua karena kalian. Aku sudah disalahpahami karena kalian. Dia," Muyeol menunjuk ke arah Eunjae yang masih kesakitan karena tercekik.

Muyeol: "Kalian tahu apa yang dikatakan si 'brengsek' itu?" Dia terlihat kesal dan berlalu.

Eunjae lalu menjelaskan sepertinya dia telah salah paham. Dia mengatakan sering melihat Muyeol dan Sooyoung di beberapa tempat bersama, salah satunya tempat karaoke lalu di villa. Menangkap kata villa, Sooyoung mengatakan dia memang ingin ke sana karena ingin tahu apa yang dilakukan Dongsu dengan vila. Dongsu mengatakan dia sedang ingin mencoba bisnis baru dengan seorang teman di sana.

Oh, jadi jelas bahwa Muyeol selama ini sedang membantu kesenggangan antara kedua suami istri ini perihal kondisi ekonomi mereka yang semakin sulit karena Dongsu yang tidak lagi berkarir dalam bisbol.

Muyeol mengemasi pakaian dan membawa kopernya pergi. Melihat itu Eunjae bangkit membereskan kopernya dan mengejar Muyeol.

Muyeol mengarah ke bandara, dia meminta penerbangan pertama ke Korea. Eunjae yang tidak mengerti bahasa Jepang mengatakan apa yang diinginkannya sebagaimana yang dilakukan Muyeol. Dia mengatakannya dengan bahasa Inggris dan Jepang seadanya.

Sepanjang jalan dia mencoba minta maaf namun tidak mampu terucap. Sehingga meski duduk bersebelahan, mereka hanya diam. Muyeol larut dengan emosinya. Eunjae larut dalam rasa bersalahnya.

Setelah tiba di bandara, Eunjae merasa bersalah dan mengakui kesalahannya, namun Muyeol tidak mau mendengarkan dan memecat Eunjae, dia menekankan bahwa dia tidak ingin melihat Eunjae lagi, dengan lemas Eunjae hanya bisa tertunduk.

Muyeol kembali ke rumahnya, si ahjumma menanyakan kepulangannya karena seharusnya dia pulang baru keesokan harinya. Muyeol menanyakan apakah dia terlihat seperti seorang yang brengsek. Ahjumma tidak menjawabnya.

Muyeol mengatakan dia lupa membelikan oleh-oleh jadi dia hanya memberikan batu pada ahjumma dan mengatakan ini hatiku. Dengan bercanda ahjumma mengatakan Muyeol benar brengsek. Muyeol berjanji lain kali dia akan memberikannya oleh-oleh. Si ahjumma mengantongi batu itu.

Di rumahnya, Dongah sedang bermain dan melatih anjingnya. Dia menyambut kepulangan Eunjae dengan gembira, namun setelah Eunjae mengatakan tidak membawa oleh-oleh apapun Dongah menjadi terdiam dan kesal. Dia tidak menyangka setelah perjalanan jauh ke Jepang Eunjae tidak membawa apapun. Sementara Eunjae masih menyalahkan dirinya yang bisa salah paham pada Muyeol dan Sooyoung. Apalagi setelah ayah dan Changho, adiknya pulang dengan gembira. Mereka akhirnya terlihat kecewa saat mendengar Eunjae tidak membawa apapun dari Jepang. Eunjae melihat tampang sedih keduanya melalui pantulan di jendela.

Di kantor mereka, Direktur Jang mengatakan mimpinya memiliki perusahaan dan kantor yang bagus dan semua berawal dari pekerjaan mereka mengawal Park Muyeol.

Eunjae mengatakan, "Direktur, bukan aku yang mengundurkan diri. Tapi aku telah dipecat."

Tetap saja Direktur Jang tidak mendengarkan dan mengatakan tentang mimpinya membuka kantor cabang hingga ke manca negara dan Whitney Houston menjadi salah satu klien mereka.

Meski Eunjae berusaha menolak, Direktur Jang tetap menginginkan Eunjae memohon lagi pada Muyeol.

Sementara di kantornya, manajer Kim masih menjelaskan tentang kejadian di tempat karaoke dan banyak hal terutama adanya ancaman baru dari orang tak dikenal yang mengirimkan foto Muyeol dengan puisi dan banyak coretan, alasan Muyeol membutuhkan seorang bodyguard.

Muyeol mengatakan bodyguard ngga harus si 'bodoh'. Manajer Kim pun mengatakan akan mencari seorang bodyguard yang baru. Dengan pandangan menyelidik Muyeol melihat ke arah manajer Kim yang mengiyakan permintaannya.

Seorang wanita, keluar dari kamarnya (apartemen) menghirup udara segar. Wanita itu memiliki tato di dekat lehernya. Dia menemukan sebuah amplop di lantai depan pintu. Amplop itu berisikan foto Muyeol dengan tusukan pada gambar mata dan tulisan di bagian belakangnya.

Terlihat sebuah panggung catwalk seperti akan diadakan peragaan busana. Beberapa model bersiap melakukan gladi resik penampilan mereka sebelum acara dimulai. Beberapa staf pun bersiap membereskan panggung untuk pertunjukan beberapa saat lagi.

Mobil Muyeol tiba dan keluarlah Direktur Jang yang kemudian membukakan pintu untuk Muyeol. Hahaha, ternyata masih mereka juga.

Di lift Muyeol dan Direktur Jang bertemu seorang kenalannya dan Eunjae yang bekerja sebagai pengawal kenalannya itu. Muyeol seolah tidak menyadari keberadaan Eunjae, dia terlihat akrab dengan kenalannya itu. Namun setelah kenalannya itu masuk lebih dulu ke kamar, dia mengumpat kesal karena kenalannya itu menggunakan kata-kata banmal (kurang sopan) pada Muyeol yang lebih tua.

Pentas dimulai, berurutan model keluar menampilkan pakaian sporty yang dikenakannya. Termasuk kenalan Muyeol dan Muyeol sendiri.

Sementara itu, Direktur Jang dan Eunjae berjaga di sisi ruangan.

Muyeol hanya berjalan lurus, kaku, tanpa ekspresi, berjalan cepat dan tanpa bergaya langsung berbalik ke belakang panggung. Hahaha, lucu.

Pesta setelah pentas pun dimulai, seorang wanita misterius, cantik datang ke arah Muyeol, Muyeol terpana padanya, dia membisikkan sesuatu. Sementara itu, Direktur Jang dan Eunjae berjaga di kejauhan.

Wanita itu melintas di depan Eunjae, dia menelpon seseorang dan mengatakan, "Dia termakan umpan. Jam 12?" Sekilas Eunjae melihat tato pada leher si wanita. Berhubung backsound juga berganti, kita patut mencurigai ini.

Eunjae lalu mengantar kliennya hingga ke mobil, dia melihat Muyeol berjalan bergandengan dengan seorang wanita dan masih dikawal Direktur Jang.

Setelah kliennya berangkat, Eunjae meregangkan otot leher dan mendapatkan sms dari Direktur Jang yang memintanya menunggunya untuk pulang bersama. Eunjae kembali masuk ke hotel dan beristirahat di sofa.

Ngga lama kemudian, seorang pria duduk di bangku di seberangnya. Pria itu menghubungi seseorang di telponnya dan mengatakan, "Jam 12 kan?"

Eunjae memperhatikan pria itu, pria yang mengenakan pakaian aneh dengan jaket kulit ular dan memiliki tato besar memanjang di bagian kiri lehernya. Eunjae menjadi teringat dengan ucapan seorang wanita bertato sebelumnya yang juga mengucapkan hal yang sama, mengenai jam 12.

Pria yang tahu Eunjae melihat padanya mengedipkan matanya.

Eunjae lalu beranjak ke arah resepsionis, Direktur Jang telah selesai dan dengan kode tangan dia mengatakan Muyeol sudah aman di kamar bersama seorang wanita.

Eunjae bertanya Direktur Jang memarkirkan mobil di mana, namun ternyata Direktur Jang tidak membawa mobil. Dia bermaksud pulang bersama Eunjae dengan bus. Meski kesal, Eunjae mengikuti Direktur Jang keluar dan pulang. Namun langkahnya terhenti dan dia kembali masuk ke dalam hotel.

Di kamar hotel, terlihat Muyeol yang baru selesai mandi dan wanita itu memberikan HP Muyeol yang sedari tadi bunyi. Dia lalu masuk ke kamar mandi.

Muyeol yang tahu telpon itu dari Eunjae, kesal dan mematikannya.

Eunjae sempat melihat si pria bertato yang baru saja menerima sms dan mengatakan, "Sekarang waktunya." Si pria bertato bangkit dan Eunjae memercepat langkahnya, namun HP Muyeol tidak lagi aktif. Eunjae menekan tombol di lift dengan cepat dan berjalan ke arah resepsionis hotel. Dia sempat berpapasan dengan pria bertato itu.

Dia bertanya ke resepsionis nomor kamar Muyeol namun awalnya resepsionis tidak berkenan memberikannya. Setelah rekannya menunjukkan foto Eunjae saat di karaoke itu, Eunjae lalu berlari menaiki tangga. Sementara pria bertato sudah naik lift, Eunjae mengejar waktu dengan menaiki anak tangga. Bayangkan 17 lantai!

Dengan santai, Muyeol sedang mengeringkan rambutnya, ngga tahu bahaya apa yang sedang mengancamnya.

Lalu, ada ketukan di pintu, Muyeol mengira itu dari cleaning service. Namun itu ternyata Eunjae yang langsung menerobos masuk dan membereskan pakaian Muyeol. Muyeol yang sempat menolak diajaknya segera keluar, ditarik di handuk yang masih dikenakan Muyeol, mau tidak mau Muyeol bergeser mengikuti Eunjae yang menariknya keluar kamar. Namun sayang, kalung Muyeol tertinggal.

Langkah mereka bahkan dipercepat ketika lift berbunyi pertanda seseorang akan keluar dan tiba di lantai itu, kemungkinan besar itu di pria bertato. Kasihan Muyeol harus berjalan mundur karena ditarik Eunjae.

Muyeol sempat kesal, namun Eunjae mengatakan, "Dia di sini." Muyeol melihat ke arah apa yang dilihat Eunjae. Si pria misterius keluar dari lift dan berjalan dengan santainya menuju kamar yang baru saja Muyeol tempati. Pria itu memasukkan kunci dan benar saja, pintu kamar pun terbuka.

Si pria masuk kamar dan melihat-lihat tidak ada seorang pun di sana. Saat si wanita keluar kamar mandi dan memanggil, "Sayang." Si pria mengejeknya dan menanyakan kemana perginya sasaran mereka, si wanita tersenyum sinis.

Sembunyi-sembunyi Eunjae mengawasi dan memberikan kode pada Muyeol saat kondisi dinilainya aman. Mereka di parkiran. Muyeol yang masih hanya mengenakan handuk berjalan terseret-seret ke arah mobilnya.

Di mobil, Eunjae menyindir Muyeol yang bisa tertipu dengan rayuan di pertemuan pertama. Dia menekankan bahwa dia sudah bukan bodyguardnya sehingga dia bisa mengatakan demikian. Muyeol yang kesal mendengar ucapan Eunjae, menepikan mobil dan memintanya keluar. Eunjae menilai Muyeol tidak tahu terimakasih dan mereka masih saja bertengkar, Muyeol mengatakan bila orang sedang marah hanya biarkan saja hingga marahnya reda.

Suara dering telpon mengintruksi mereka. Muyeol menyuruh Eunjae menjawab HP nya. Eunjae mengatakan, "Itu punyamu!"

Muyeol menunjukkan Hpnya dan mengatakan, "Ini punyaku." Eunjae juga menunjukkan Hpnya. Keduanya baru tersadar dering HP itu bukan milik mereka. HP itu ada di jok belakang.

Di hotel, pria bertato masih menelpon HP dan bunyi itu sebagaimana HP yang ada di mobil Muyeol. Si wanita dengan tenangnya mengambil botol minuman di dalam kulkas dan meminumnya.

Eunjae mengambil HP itu dan menyuruh Muyeol menjawabnya. Muyeol menolak, "Bagaimana kalau mereka merekam suaraku."

Akhirnya dering HP itu berhenti dengan sendirinya.

Pria bertato menyimpulkan bahwa HP itu dibawa mereka, memang benar namun bukan dibawa tapi terbawa. Si pria memberikan pakaian si wanita dan menyuruhnya mengenakannya. Dia juga mengatakan kemungkinan mereka telah dilaporkan ke polisi. Masih dengan sikap tenang, si wanita mengenakan pakaiannya dan dia menemukan..kalung itu. Sebuah untaian kalung dengan dua cincin terikat sebagai bandulnya.

Dia terlihat tersenyum, mengerikan.

Muyeol mencoba berbagai tombol kombinasi untuk membuka pasword HP si wanita misterius. Namun semuanya gagal.

Eunjae melarangnya menekan tombol sembarangan. Muyeol tetap mencobanya. Hingga akhirnya dia menyerah dan berpikir tentang orang yang mungkin memecahkan kode itu.

Eunjae memikirkan sesuatu.

Mereka menemui Dongah. Dongah mengenali Muyeol sebagai si menyebalkan, julukan oleh Eunjae.

Eunjae lalu mengenalkan Dongah pada Muyeol, "Dia teman sekolahku, pemilik tempat ini. Penulis. Kim Dongah."

Muyeol memperhatikan Dongah dan bertanya, "Dia Kim Dongah? Seseorang yang kau katakan mirip Oh Sooyoung?" Hahaha, ingat ngga waktu pesta perayaan di mana Eunjae harus mengenakan gaun wanita setelah kalah dari Muyeol. Di pesta itu, Dongsu datang bersama istrinya yang diduga Eunjae sering jalan bersama Muyeol. Eunjae beralasan pernah bertemu seseorang yang sangat mirip dengan istri Dongsu. Dia menggunakan nama Dongah.

Muyeol menambahkan, "Kau tidak bisa mengenali wajah orang? Apa kau bisa mengenali wajahku?"

Dongah yang tidak mengerti apa-apa bertanya pada Eunjae dan Eunjae mengatakan Muyeol hanya asal ngomong. Eunjae lalu bertanya mengenai kemampuan Dongah memecahkan kode misteri, setelah membaca Da Vinci Code. Dia lalu meminta Dongah memecahka kode di HP tadi.

Dongah berpikir lama memandangi HP itu. Kukira apa, ternyata dia tidak mengerti cara mengaktifkan layarnya. Hahaha.

Setelah itu muncul permintaan 4 kombinasi huruf atau angka, Dongah mengatakan, "Kode 4 digit dari angka 0 sampai 9. Harus menggunakan faktor pengulangan. Ini paling dasar dalam pengkodean."

Dongah meminta alat tulis dan dia mulai menghitung. Eunjae membanggakan apa yang dikatakan Dongah.

Dongah lalu mengatakan, "10000 kemungkinan." Dan dia berniat mencobanya satu persatu.

Mendengar hal itu, Muyeol pasrah, dia kesal pada Eunjae karena saat dia tadi mau mencobanya namun dilarang, sekarang Dongah mengatakan akan mencobanya 10000 kali.

By the way, emang ngga ada batas minimal kesalahan pengetikan password ya.

Muyeol hendak keluar, Eunjae pun mengatakan agar Dongah menghubunginya bila sudah diperoleh kombinasi kodenya, Dongah lalu mengatakan, "Dapat." Keduanya pun langsung kembali mendekati Dongah. Dongah mengatakan, "Kodenya 0000."

Muyeol kesal, "Untuk apa dia pake password kalo angkanya itu." Hahaha, suka-suka dia dong.

Muyeol berebut dengan Eunjae untuk melihat isi HP itu. Muyeol mendapat satu pukulan di dada karena teriakannya kemungkinan terdengar ayah dan adik Eunjae di lantai bawah.

Benar saja, adiknya menyadari ada suara pria di lantai atas. Namun ayahnya yang sedang melirik ke arah HP di depannya tidak mengindahkannya. Dia justru kuatir karena dua gadis yang dikenalnya, putrinya dan Dongah masih saja belum terlihat bersama dengan seorang pria.

HP itu berisi foto kedekatan wanita itu bersama pria. Bahkan ada videonya. Eunjae bahkan sempat menyindir, "Kau terpedaya oleh seorang yang profresional."

Muyeol yang merasa tdak berkepentingan lagi di sana, berpamitan namun tidak diindahkan keduanya. Dia kesal dan mengatakan, "Paling tidak kau melihatku sebentar."

Eunjae lalu melihat Muyeol dan menanyakan, "Kau tidak lupa sesuatu?"

Muyeol memeriksa kantongnya dan merasa tidak melupakan apapun.

Eunjae mengatakan, "Aneh. Seharusnya ada 'Terimakasih?' atau 'Kau sudah berjasa padaku?'"

Mendengar itu Muyeol berlalu. Eunjae mengatakan, "Anggap saja kita impas ya?" Dengan ogah, Muyeol mengiyakannya.

Dongah yang masih melihat ke HP mengatakan, "Sepertinya aku pernah melihatnya." Eunjae membantahnya, hal itu tidak mungkin karena gaya hidup mereka berbeda. Dongah pun mengiyakan.

Saat Muyeol keluar, ayah Eunjae yang sedang menelpon seseorang, melihat Muyeol. Dia tahu ada seorang pria dari lantai atas yang baru saja turun. Dia menyangka Dongah diam-diam sudah berpacaran.

Keesokan paginya, Muyeol menyadari hilangnya kalung yang biasanya dikenakan. Dia mencari-cari dan menanyakan pada ahjumma namun tidak ditemukan. Dia teringat pada malam insiden di hotel dan menyadari kalungnya tidak terbawa saat dia diseret Eunjae.

Di kantor, Eunjae sedang melihat-lihat HP dan menghubungi nomor-nomor yang ada di HP. Tidak banyak, nomor yang paling akhir menelpon dihubungi namun tidak aktif. Nomor lain yang dihubungi, si penerima telpon marah dan mengatakan bahwa si wanita sudah berjanji tidak akan menghubungi jadi dia menyuruh jangan menghubunginya lagi lalu menutup telponnya. Eunjae yang kesal membuang HP itu ke tong sampah.

Sementara itu, Muyeol mencoba kembali mencari di hotel namun pelayan hotel mengatakan tak ada barang yang tertinggal, dia mengatakan kemungkinan barang itu sudah dibawa temannya yang semalam menginap juga di sana. Muyeol lalu teringat Eunjae. Direktur Jang yang ditanyainya ngga tahu panggilan si 'bodoh' itu untuk Eunjae. Muyeol sendiri yang langsung menghubungi Eunjae.

Saat itu Eunjae sedang di deretan pertokoan. Dia berjalan tersenyum senang. Rupanya dia memegang sejumlah uang dan menciumnya.

Muyeol menghubunginya menanyakan dimana HP itu karena dia butuh nomor telpon yang menghubungkan dia dengan si wanita misterius.

Namun sayang, HP itu telah terjual dan saat Eunjae kembali ke toko tempat dia menjual HP itu, si penjual mengatakan HP itu baru saja telah diformat ulang. Wuahhh.

Eunjae beralasan karena HP itu sudah tidak ada yang punya, yang punya pun tidak peduli lagi, dia pun tidak bisa menemukan pemiliknya, sehingga apa harus dibuang, jadi dia menjualnya.

Muyeol marah karena Eunjae bertindak seenaknya tanpa bilang dulu pada Muyeol. Muyeol kesal dibuatnya.

Eunjae menanyakan harga kalung itu, dia menyodorkan uang hasil penjualan HP itu pada Muyeol untuk membeli kalung yang baru.

Muyeol dengan lemas mengatakan, "Ini bukan masalah uang. Itu sesuatu yang sangat berharga buatku. Kau tidak punya sesuatu yang seperti itu?"

Hmm, sesuatu yang lebih berharga dari sejumlah uang berapa pun jumlahnya. Tentu setiap orang memilikinya.

Sementara di rumahnya, Eunjae membelanjakan uang hasil HP itu dengan membeli banyak makanan. Mereka makan bersama, Eunjae, ayah, adik dan Dongah. Ayahnya sempat menyindir Dongah yang mulai nakal, maksudnya sudah berani membawa masuk seorang pria ke dalam kamarnya semalam.

Di tempat lain, Muyeol hadir di sebuah tempat pemberi penghargaan buat anak-anak berbakat (sepertinya). Dengan wajah lesu Muyeol hanya duduk terdiam ikut serta di sana. Dia memegang bagian lehernya dan merasa kehilangan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya.

Episode-5        

Rundown (tempat lari diantara 2 base. Artinya, situasi yang membuatmu tak dapat mundur atau keluar

Eunjae teringat kembali perkataan Muyeol, "tak punyakah kau sesuatu yang tak ternilai harganya dan kau tak ingin kehilangannya?"

"Tidak, aku tidak punya" katanya sambil memalingkan muka dan kembali tidur.

Muyeol kembali ke rumahnya bersama dengan direktur Jang, wajahnya tampak sangat lesu.

Muyeol mendatangi rumah Dongsu. Keluarga Dongsu kaget melihat kedatangan Muyeol, Dongsu pikir setelah kejadian di Jepang dia tidak mau menemui mereka lagi. Mereka bertiga minum bersama, wajah Muyeol tampak muram.

Dongsu bertanya ada apa, tapi Muyeol hanya menjawab bahwa hal di dunia ini akan pergi satu persatu.

Setelah mengantar Muyeol pergi, Dongsu dan Sooyung berbincang sebentar. Sooyung menyimpulkan, dengan melihat wajah Muyeol, sepertinya dia memikirkan Jonghee.

Sooyung benar, di taksi, Muyeol memikirkan kalungnya yang hilang. Dia meraba lehernya, tempat kalung itu biasa tersimpan.

Eunjae datang ke tempat Dongsu dan Sooyung. Dengan membawa buket bunga dia ingin meminta maaf kepada Sooyung atas kesalahpahamannya. Sooyung akhirnya menerima bunga itu. Eunjae menyesal sekali. Sooyung kemudian bercerita, sahabatnya dan Muyeol berpacaran di kampus, itulah bagaimana Sooyung dan Dongsu bisa bertemu. Sejak itu mereka berempat selalu pergi bersama.

Eunjae baru mengerti perkataan Muyeol saat di mobil, ketika dia teringat masa lalu. Ternyata masa lalu itu adalah dengan pacarnya (bukan dengan Sooyung). Cincin yang ada di kalung Muyeol yang sekarang hilang juga ada hubungannya dengan pacar pertama Muyeol.

Eunjae baru mengerti kalau cincin itu sangat berharga, tapi bagaimana bisa dia berkencan dengan banyak gadis, bahkan ditipu oleh seorang wanita?

Manager Kim datang ke rumah Dongah untuk berdiskusi dengannya. Dongah berkata, sesuai surat itu, dan foto yang merusak gambar mata, penguntit itu punya pola. Semuanya tentang mata. Manager Kim membenarkan, juga soal metanal. Akibat dari metanal adalah kebutaan.

Manager Kim merasa Dongah pantas diberi honor, karena dia sudah bekerja keras. "Apa yang kau inginkan?"

Apa yang kau inginkan? Dongah berpikir sebentar, "...sayangku? Ihihihihi.." lalu dia tertawa. Ni Dongah ketawa nya serem, rada-rada ni orang. Manager Kim bengong. Bengong apa takut lihat tingkah Dongah, manager Kim?

Ternyata Dongah teringat dengan wanita yang menjebak Muyeol. Dongah merasa pernah melihat perempuan itu di suatu film. Filmnya berjudul "Lust and caution". Tiga tahun lalu, dia ingin menjadi penulis film bergenre itu (waduh..).

Ternyata manager Kim belum tahu kalau Muyeol pernah dijebak oleh seorang wanita.

Akhirnya manager Kim dan Dongah menonton film itu. Film itu memang dibintangi oleh si wanita penjebak.

Kemudian datang Eunjae. Dia kaget melihat manager Kim, dan lebih kaget lagi melihat manager Kim dan Dongah yang sedang menonton film aneh. Dia salah faham, mengira manager Kim dan Dongah sedang melakukan sesuatu. Eunjae pun mundur teratur.

Tapi manager Kim memanggilnya, dia ingin bertanya tentang wanita penjebak itu

Dongah mengantarkan manager Kim pulang, sebelumnya dia memerintahkan Eunjae untuk menonton film itu. "Kau sudah gila? Jangan bilang dia kalau kita suka nonton itu!" kata Eunjae. Ahahaha..

Dengan santai Dongah berkata kalau wanita penjebak itu ada di dalam film.

Eunjae: "Apa?"

Eunjae datang ke rumah Muyeol pagi-pagi sekali dan langsung menunjukan film itu. "Idiot!! Kau sudah gila?" itulah reaksi Muyeol. Tapi akhirnya mereka berdua menontonnya. Muyeol menyuruh Eunjae mencari nama pemeran perempuannya, tapi ternyata bukan nama asli yang dipakai.

Kemudian Tuan Jang datang. Dia heran kenapa Eunjae ada di situ. Tuan Jang juga melihat gambar aneh di tv (jiah, salah paham kaya Eunjae nih) lalu menyuruh Eunjae keluar. Di luar tuan Jang mengingatkan lagi peraturan bodyguardnya yaitu tidak boleh mempunyai perasaan khusus kepada kliennya.

Muyeol kemudian datang dan meminta Eunjae untuk menjadi bodyguardnya kembali. Muyeol beralasan harus mereka yang menyelesaikan kasus dengan wanita penjebak itu. Eunjae berkilah, "Selesaikan saja sendiri, aku hanya memberi petunjuk." Muyeol menimpali, kalau ponsel itu tidak kau jual, kasus ini pasti sudah selesai.

Eunjae dan Muyeol menunggu Dongah yang sedang mencari informasi di suatu PH.

"Ku dengar cincin itu milik mantan pacarmu." kata Eunjae. Muyeol bertanya darimana dia tahu, Eunjae hanya berkata kalau dia punya informan. "Kau masih belum bisa melupakannya?" tanya Eunjae lagi. Muyeol tidak mau menjawab, dia malah mengalihkan pembicaraan. Eunjae malah meledek Muyeol yang tersipu-sipu.

Akhirnya Dongah datang juga. Dia tidak mendapatkan kontak dari produser itu, tapi dia mendapatkan film lain.

Mereka bertiga pergi ke rumah Muyeol untuk melihatnya.

Dongah sudah mengingatkan sejak awal kalau film ini sangat membosankan.

Kemudian film itu menampilkan dua pasangan remaja yang sedang bersepeda di bawah guguran daun. Eunjae dan Muyeol masih konsentrasi nonton. Dongah sudah nguap lebar sekali.

Beberapa waktu kemudian, Eunjae sudah mulai ngantuk. Muyeol bete berat mukanya. Dongah sudah klesetan (bahasa indonesianya klesetan apa ya?)

Waktu berlalu, tiga-tiganya mulai teler. Tapi wanita itu belum muncul di film.

Manager Kim datang. Awalnya dia datang membawa dokumen untuk Muyeol, tapi akhirnya ikut bergabung nonton bareng.

Mereka nonton sambil makan. Manager Kim yang melihat rok Dongah yang super mini kemudian menutupinya dengan jasnya (Oh, so sweet..) dan berkata. Aku suka film ini. *ding* semua diam. Muyeol: "jangan lihat filmnya, perhatikan wajahnya!"

Dongsu termenung membuka album foto yang berisi kenangan saat muda, saat dia bermain baseball. Kemudian dia membereskan isi lokernya. Bersiap untuk pergi.

Di tempat lain, waktu yang sama, Muyeol sedang menandatangani kontrak baru dengan Red Dreamers. Semuanya bersukacita, kontras dengan keadaan Dongsu.

Wartawan Koh datang dan melihat Dongsu yang sedang bersedih. "Setelah permainan terakhir, jika kau bersandar di lokermu, dan air matamu menetes, berarti dia benar-benar mencintai baseball." katanya memberi semangat pada Dongsu.

Dongsu mencabut kertas bertuliskan namanya yang tertempel di pintu loker. Itu perpisahan terakhir Dongsu. "Apa sudah 20 tahun?" tanya reporter Koh. Dongsu membenarkan, 25 tahun. "Kau sudah bermain dengan bagus" kata reporter Koh lagi. Dongsu tersenyum mendengarnya.

Eunjae bertanya pada Muyeol berapa nilai kontrak yang dia dapatkan. "1 juta?", Muyeol hanya tersenyum. "2 juta?", Muyeol senyum lagi. "3 juta? Lebih?", Muyeol hanya menjawab, "itu kan bukan uangmu, mengapa kau peduli".

Ternyata Park Muyeol dikontrak 5 juta untuk 5 tahun. Wanita penjebak menonton itu di tv. Wanita penjebak itu juga mempunyai foto Muyeol yang bagian matanya dirusak, dan kalung Muyeol juga ada di sana.

Pada jumpa fans anggota Red Dreamers, wanita penjebak juga datang. Eunjae mengenali wanita itu. Si wanita penjebak langsung mendatangi Muyeol. Muyeol kaget melihatnya, Eunjae langsung berdiri dibelakang Muyeol.

Sambil mengedipkan mata, wanita itu menyapa Muyeol, "Anyeong.." Muyeol hanya menatapnya. Si wanita itu bertanya mengapa malam itu dia pergi begitu saja. Muyeol beralasan dia ketinggalan sesuatu. "Apa itu, ya?" tanya wanita itu sambil mengeluarkan kalung Muyeol yang dipakainya. Ish, nyebelin banget ni orang.

Muyeol dan Eunjae shock melihatnya. Muyeol ingin mengambilnya, tapi ditahan oleh Eunjae karena di sekelilingnya ada banyak wartawan.

Hal ini juga tidak luput dari perhatian wartawan Koh. Dengan terpaksa Muyeol menuliskan nomor telponnya pada bola baseball dan memberikannya pada wanita itu.

Wanita itu pergi bersama laki-laki bertato. Wartawan Koh sempat memotret plat nomer mobil yang mereka naiki.

Wartawan Koh bertanya pada polisi kenalannya. Polisi itu menjawab sambil menunjukan foto laki-laki bertato yang sama. "Mengancam dan memeras. Dia sudah melakukan tiga pemerasan." kata polisi itu "Dia germo dari wanita penjebak itu". Wartawan Koh kaget mendengarnya.

Di rumahnya, Muyeol dan Eunjae menunggu telpon dari wanita penjebak itu. Mereka berdua duduk dan memandangi ponselnya Muyeol. Wajah mereka berdua tegang sekali.

Di tempat lain, laki-laki bertato sedang mempersiapkan lokasi penjebakan. Mereka akan merekam pertemuan Park Muyeol dengan wanita penjebak. Park Muyeol benar-benar akan dijebak.

Si laki-laki bertato bertanya kepada wania penjebak, apa dia punya dendam dengan Park Muyeol, mengapa dia bersemangat sekali menjebaknya. Si wanita beralasan hanya menginginkan uangnya.

Akhirnya si wanita penjebak menelponnya.

Di tempat parkir, wartawan Koh juga mengawasi Muyeol. Dia melihat-lihat foto di kameranya. Dia menangkap saat Muyeol menuliskan nomor ponselnya di bola baseball.

Muyeol dan Eunjae pergi menemui wanita itu. Wartawan Koh mengikuti mereka berdua.

Muyeol dan Eunjae datang ke tempat yang sudah wanita itu tentukan. Laki-laki bertato sudah menunggu mereka, dan menyuruh mereka masuk ke sebuah kamar. Sepertinya itu tempat karaoke. Ada lampu disko nya soalnya.

Eunjae melihat tempat itu. Moyeol langsung meminta cincinnya kembali. Si wanita penjebak menyuruhnya minum sediki terlebih dahulu. Muyeol ingin buru-buru. Tapi wanita itu masih menahannya.

Wanita penjebak menanyakan tentang asal usul cincin itu. Sepertinya Muyeol tidak ingin Eunjae mengetahuinya, jadi dia menyuruh Eunjae keluar.

Eunjae jelas menolak. Dia berkata, "jangan pedulikan aku, aku hanya tembok. Aku tidak melihat dan mendengar apa-apa". Tapi Muyeol tetap menyuruhnya keluar.

Dengan frustasi, Eunjae akhirnya keluar juga.

Wanita penjebak itu mencoba berbasa-basi dengan Muyeol. Muyeol menanggapinya dengan ogah-ogahan. Wania penjebak itu berkata sebenarnya dia tidak menyukai Muyeol. Tapi pada suatu wawancara Muyeol terlihat begitu bersinar, dan dia tidak menyukai sesuatu yang bersinar. "Kalau melihatnya, aku ingin menenggelamkannya ke dalam lumpur. Kurasa kau tidak tahu perasaan ini." katanya. Muyeol berkata "Tidak. Jadi kembalikan cincin itu padaku."

Wanita penjebak itu mencopot kalungnya, tempat cincin itu tergantung. Ambillah.

Muyeol langsung bangkit dari kursi dan mengambil kalung itu. Dia memegangi tangan si wanita penjebak. Tapi wanita penjebak tetap menggenggam kalung itu, tidak mau melepaskannya. Tanpa sengaja Muyeol mendorongnya ke sofa. Dan dengan sengaja wanita penjebak itu menariknya juga. Sekarang mereka berdua dalam posisi seperti Muyeol akan memperkosa wanita itu. Dan mereka masuk dalam area kamera. Terekamlah semua.

Sudah dalam posisi yang bagus, si wanita penjebak kemudian menjerit. Tingkah lakunya benar-benar seperti wanita yang akan diperkosa. Muyeol bingung kenapa dia bertingkah seperti itu.

Orang-orang yang ada di luar ruangan mendengar teriakan wanita itu. Eunjae langsung masuk ke ruang karaoke. Si wanita penjebak meminta tolong. Muyeol mendapatkan cincinnya. Tapi si wanita masih berbaring di sofa. Semua orang mengintip lewat pintu yang terbuka. Si wanita penjebak tersenyum menang.

Muyeol sadar dia dijebak. "Bukan aku." katanya.

"Apa yang kau lakukan?" kata laki-laki bertato yang sudah di depan pintu.

Eunjae langsung memukul laki-laki itu kemudian menutup pintunya. Setelah itu dia menarik sofa agar pintu susah dibuka. Laki-laki bertato dan beberapa orang lain yang tidak tahu apa-apa ada diluar berteriak agar pintu dibuka. Datang juga pelayan karaoke.

Muyeol dan Eunjae menduduki sofa tersebut agar pintu tidak bisa dibuka. Si wanita penjebak diam saja. laki-laki bertato masih mencoba menggedor-gedor pintu.

"Kenapa?" tanya wanita penjebak. Matanya berkaca-kaca. "Hentikanlah." kata Eunjae

"Kau tidak tertipu?" kata wanita itu lagi. "Dari mana kau tahu? Apa aktingku buruk?"

"Tidak, aktingmu bagus." kata Eunjae sambil tetap menahan pintu. "Aku kenal dengan pria ini. Dia tidak seburuk itu. Dia cuma egois, brengsek, dan sedikit jahanam. Dia juga temperamental. Makanya dia tak mungkin melakukan ini.". (Eunjae ini memuji Muyeol sambil menghinanya, hahaha)

Muyeol protes dan mengeplak kepala Eunjae. Dia bertanya apa yang harus mereka lakukan sekarang.

Eunjae mengambil ponselnya dan menelpon direktur Jang. Eunjae meminta direktur Jang yang sedang tidur menggunakan baju tidur yang ada topi kaya baju tidur cewek Eropa, mengumpulkan beberapa orang dalam waktu 15 menit. Direktur Jang sangsi bisa melakukannya. Tapi Eunjae membujuknya dengan kantor yang ada elevatornya. "Kalau kau bisa sampai di sini sebelum polisi datang, klien kita (baca:Muyeol) akan bersedia membantu!" kata Eunjae lagi. Lagi-lagi Eunjae membuat keputusan sendiri. Hahaha..

Situasi semakin genting, Muyeol dan Eunjae sudah mulai maju ke depan. Tidak kuat menahan pintu lagi.

Direktur Jang berhasil mengajak beberapa orang ikut dengannya. Direktur Jang sudah membayangkan kantornya yang dilengkapi dengan AC dan pemanas. Kantor yang sangat pewe pokoknya.

Sesampainya di TKP, direktur Jang langsung menggedor pintu. Dia mengirimkan pesan kepada Eunjae kalau mereka sudah datang. Pintu terbuka. Beberapa orang direktur Jang masuk ke dalam, yang lainnya berjaga di depan pintu.

Semua orang yang ada dikamar itu dibawa keluar. Termasuk si wanita penjebak. Eunjae berakting seperti dia habis dipukuli. Ckckck..

Ada salah satu orang yang mengambil mobil Muyeol. Wartawan Koh melihat itu dan bertanya-tanya ada apa di dalam. Akhirnya dia masuk. Di dalam sudah ada polisi yang ngomel-ngomel karena ternyata mereka terlambat datang.

Laki-laki bertato itu masuk kembali ke kamar unuk mengambil kamera videonya.

Wartawan Koh mencari-cari apa yang terjadi, tapi dia tidak menemukan apa-apa. Wartawan Koh berselisih jalan dengan laki-laki bertato itu.

Muyeol, Eunjae dan yang lain berhenti di pinggir jalan. Muyeol berbicara dengan wanita penjebak. Direktur Jang memastikan pada Eunjae, dia tidak akan ditangkap polisi karena berlagak jadi polisi.

"Biasanya aku takkan bilang begini, tapi apa kau biasa hidup seperti ini?" tanya Muyeol. "Aku hanya tahu bisbol, jadi aku akan ambil contoh bisbol. Kau baru berada di inning ke-5 atau ke-6. Hanya karena satu kesalahan, tidak berarti kau menyerah."

"Lupakan saja kuliahmu itu" si wanita penjebak menimpali dan melangkah pergi.

"Hey! Penulis surat!" panggil Muyeol. Si wanita penjebak berhenti

Muyeol mengeluarkan sesuatu dari jaketnya, yaitu kaset film yang pernah ditonton Muyeol, Eunjae, Dongah dan manager Kim. "Sungguh sulit mencarimu." kata Muyeol lagi.

"Aku hanya muncul sedikit." kata wanita penjebak lagi

"Aku tahu. Tapi kau banyak berubah sampai aku nyaris tak mengenalimu". Si wanita mengiyakan, sebelum operasi, dia agak sedikit kuno. Muyeol memujinya, dia memang hebat, makanya Muyeol tidak mengenalinya. "Sebaiknya kita tidak pernah bertemu lagi." kata-kata terakhir Muyeol.

Di mobil, Eunjae ngeluh kedinginan, kenapa Muyeol lama sekali. Muyeol diam kemudian dengan lirih dia berkata "Terimakasih". Reaksi pertama Eunjae "Hah?" sambil mendekatkan telinganya ke Muyeol. "Apa aku mendengar sesuatu? Bisa kau mengucapkannya sekali lagi dengan sedikit keras.". perkataan Eunjae ini mendapat balasan keplakan dari Muyeol. "Beginikah kau memperlakukan penyelamatmu?" tanya Eunjae sambil membuka kupingnya. "Terima kasih" kata Muyeol lagi sekarang lebih keras. Eunjae tersenyum mendengarnya.

Di tempat si wanita penjebak, dia sedang menonton filmnya yang diberikan Muyeol. Ternyata wanita itu memang hanya muncul sebentar. Hanya satu kalimat, 'Hey, mohon baca ini' ke pemeran utama pria.

Laki-laki bertato datang dan ikut nonton. Si wanita memberitahukan bahwa yang barusan itu adalah dirinya. Si laki-laki bertato ingin memberitahu bahwa rekaman video yang ada ditangannya merupakan rejeki besar.

Si wanita meminta rekaman video itu. Si laki-laki memberikannya tapi berpesan agar hati-hati. Si wanita jalan ke balkon dan kemudian membuang rekaman itu. Si laki-laki kaget melihatnya. Dia berteriak ke wanita dan memukulnya sampai babak belur. (Meskipun aku sebel sama perempuan ini, tapi kasihan juga liat dia babak belur dipukuli gitu)

Si laki-laki bertanya kenapa dia begitu bodoh? "Apa mimpimu?" tanya si wanita. Si laki-laki menertawakan perkataan si wanita, apa itu mimpi? Tidak ada hal seperti itu. Si wanita menjawab, "Kau ingin menjadi seorang penipu, kan? Aku heran, kemana saja aku tersesat selama ini?" si wanita menyesali jalan yang selama ini dia pilih.

Dongsu dan Sooyung sedang menunggu Wooyoung di rumah ibu Sooyung. Ibu Sooyung menyinggung soal Dongsu yang berhenti main bisbol. Sooyung langsung berdiri dari tempat duduknya. Wooyoung juga langsung mendekat ke kaki ayahnya. Dongsu mengiyakan pertanyaan ibu Sooyung. Ibu Sooyung mempertanyakan masa depannya, tapi Sooyoung memotong pertanyaan ibunya dan mengajak mereka berdua pergi.

Kecil-kecil gitu Wooyoung sudah ngerti ada yang gak beres di antara nenek dan orang tuanya. Dia bertanya mengapa ibunya tidak dekat dengan nenek padahal Wooyoung dekat dengan ibu. Sooyung tidak bisa menjawab, dia hanya memeluk Wooyoung. Dongsu juga sedih mendengar perkataan anaknya itu.

Eunjae sedang mencari berita di internet tentang Muyeol dan perempuan penjebak. Muyeol ngomel "'Perempuan penjebak' sudah jadi 'yang paling dicari' di internet karena kau." Eunjae beralasan kalau dia hanya khawatir. Dia juga berkata kalau dia sudah menyelamatkan Muyeol berkali-kali, intinya Eunjae minta imbalan atau barang tanda terima kasih.

Muyeol masuk ke kamarnya dan kembali sambil membawakan ponsel untuk Eunjae. Eunjae termenung melihatnya, kemudian memanggil Muyeol dengan sebutan "Tuan..."

"aku cinta padamu, tuan" sambil memeluk Muyeol, ralat, yang benar gelantungan di Muyeol. Hahaha.. "Ah, aku menyesal melakukan ini. Minggir, jangan rese" kata Muyeol tapi tetap membiarkan Eunjae bergelantungan di badannya.

Sepanjang jalan Eunjae senyum-senyum sambil mengelus ponsel barunya. "Kau senang?" tanya Muyeol terkekeh melihat tingkah Eunjae.

Ternyata si wanita penjebak sudah menunggu di sebelah mobil Muyeol. Wanita itu berkata ada yang ingin dia sampaikan. Muyeol mengelak, dia tidak akan dibodohi untuk yang kedua kalinya. Muyeol masuk ke dalam mobil. Si wanita mengikutinya dan masuk juga. Mobil Muyeol ganti, bukan sedan sport merah lagi.

Si wanita berkata bahwa pertemuan mereka itu disengaja. Dia menerima foto Muyeol yang matanya dirusak dari seseorang. Eunjae masuk ke mobil. Si wanita mendapatkan foto itu dua hari sebelum mereka bertemu. Di belakang foto itu bertuliskan 'Jan 7. Park Muyeol sendirian dan 'garis lurus'. Si wanita mengingatkan Muyeol lagi kata pertama saat mereka bertemu "Kau adalah 'garis lurus' makanya semua orang tak menyukaimu". Si wanita berpikir kalau itu hanya bercanda. Muyeol bertanya apa dia tahu siapa yang mengirimkan foto itu, si wanita menjawab tidak tahu. Tapi dia bilang mungkin seseorang yang Muyeol kenal. Muyeol berpikir.

Si wanita melihat pergelangan tangan Muyeol yang lecet akibat sering latihan memukul dengan pemukul. Dia menyadari, begitulah seharusnya yang dilakukan kalau punya impian, terus kerja keras sampai impian tercapai. "Aku mungkin tidak tahu siapa yang mengirimkan itu, tapi aku tahu satu hal. Hargai 'garis lurus'." Muyeol kebingungan dengan perkataan wanita itu. Lalu kemudian wanita itu mencium Muyeol dibibir. Whooaa.. tepat di depan mata Eunjae. Setelah itu si wanita langsung pergi.

Eunjae benar-benar shock melihatnya.

Go back dikit, garis lurus mungkin maksudnya gini, Muyeol adalah tipe orang yang kekeuh terhadap cita-citanya. Sekalinya dia punya keinginan, dia akan maju terus, gak peduli di kanan kirinya ada apa. Mungkin itu juga yang membuat dia tidak bisa bergaul. Dia sibuk mengejar cita-cita sampai tidak mempedulikan orang lain, sehingga bikin dia dijauhi orang lain.

Back to sinopsis.

Setelah insiden kissu itu, Eunjae jadi sering melihat bibir Muyeol. Bwahahaha. Sampai kebawa mimpi. Dia mimpi Muyeol dengan bibirnya yang monyong-monyong mau mencium Eunjae. Tapi Eunjae menghindar, meskipun mulut Eunjae ikut monyong-monyong juga sih. Hahaha

Eunjae bangun dan akhirnya latihan tinju untuk mengalihkan pikirannya.

Dongsu sedang menjemput Wooyoung. Di dekat sekolah Wooyoung ada lapangan yang sedang dipakai anak-anak untuk main bisbol. Dongsu termenung melihatnya, sampai akhirnya Wooyoung datang.

Sooyoung sedang ada di sekolah melukis. Sepertinya dia akan menjadi guru lukis. Kenalannya mengenalkan Sooyoung ke Nyonya Ahn yang sepertinya merupakan kepala sekolah lukis itu. Nyonya Ahn sedang hamil tua. Sooyoung melihatnya.

Dongsu sedang bermain dengan Wooyoung ketika Sooyoung datang. Sooyoung mengabarkan bahwa dia akan mulai bekerja mulai minggu depan. Dongsu tidak terlalu senang mendengarnya. Dan Dongsu juga memberi tahu Sooyoung bahwa dia ingin jadi manager tim Red Dreamers. Sooyoung juga tidak menyukainya, meskipun begitu dia tetap tersenyum.

Eunjae sedang menganalisis siapa saja yang bisa jadi tersangka, orang yang membenci Muyeol.

Calon tersangka pertama, atlet senior. Bisa terjadi perebutan posisi. Calon tersangka berikutnya, wartawan. Park Muyeol terkenal tidak ramah kepada wartawan. Musuh di mana-mana.

Wartawan Koh melihatnya dan mendatangi Eunjae. Eunjae tidak suka wartawan itu mendatanginya. Wartawan Koh mengajaknya minum, karena Eunjae sepertinya suka minum dengan ayahnya. Baru ketahuan lah kalau artikel itu adalah buatan wartawan Koh.

Eunjae ngomel, gara-gara wartawan itu dia jadi kerepotan. Wartawan Koh menyangkalnya, dia bahkan menyebut Eunjae pahlawan. Akhirnya wartawan itu pergi juga setelah dipanggil oleh rekannya.

"Dia diurutan pertama." gumam Eunjae sambil menuliskan nama wartawan Koh di catatannya.

Muyeol sudah berdiri tepat dibelakang Eunjae. Dekat sekali. "Apa yang kau lakukan?" tanya Muyeol ditelinga Eunjae. Eunjae kaget setengah mati, dan tanpa sengaja menyikut dada Muyeol. Ouch, sakit tuh. Sampai Muyeol guling-guling di tanah. "Kenapa kau meniup kupingku?" kata Eunjae polos.

Manager Kim datang melihat mereka berdua. "Manager Kim, dia orangnya, dia yang mau mencoba membunuhku." kata Muyeol sambil menunjuk Eunjae. Manager Kim yang ekspresinya amat sangat datar seperti ingin ketawa.

Manager Kim berbicara dengan Eunjae dan Muyeol. Dia memastikan insiden penguntitan Park Muyeol cukup mereka berempat saja yang tahu. Park Muyeol percaya meskipun banyak yang tidak dia suka, tapi mereka tidak mungkin akan mencelakakannya. Eunjae mengelaknnya, mereka semua membencimu. Manager Kim setuju dengan Eunjae. Manager Kim menambahkan karena Muyeol adalah selebriti, jadi akan lebih banyak orang yang membencinya. "Qabil membunuh Habil hanya karena iri hati". Ingat kan, Qabil dan Habil adalah putra Nabi Adam as. Reaksi Muyeol: "siapa mereka? Apa mereka pemain bisbol?".

Eunjae: "ah, dasar kau tolol".

Muyeol: "Apa? Kau kenal? Siapa mereka? Kau pasti juga tidak tahu".

Eunjae: "paling tidak aku tahu mereka bukan pemain bisbol". Bwahahahaha.

Manager Kim yang masih waras melanjutkan. Intinya kita sudah tahu, dia merubah dari serangan langsung ke serangan tak langsung.

Di luar, Muyeol dan Eunjae masih membahas masalah Qabil dan Habil. Eunjae menertawakan Muyeol. Muyeol mendekat ingin memukulnya. "Jangan dekat-dekat! Nanti aku tertular ketololan mu." kata Eunjae. Muyeol langsung merangkul leher Eunjae dengan bercanda. Eunjae yang salah tingkah langsung melepaskan tangan Muyeol, marah-marah kemudian pergi. Muyeol melihatnya dengan terbengong-bengong.

Kemudian mereka berdua melihat Dongsu yang sedang menurunkan barang-barang tim dari mobil. Muyeol bingung, kenapa Dongsu yang harus menurunkan barang-barang.

Di mobil, Muyeol sedang menelpon sedangkan Eunjae senyum-senyum sendiri sambil memegang lehernya. Muyeol protes kenapa Eunjae senyum-senyum sendiri, itu menakutkkan. Hihihi.

Muyeol melakukan sesi foto dengan seorang model seksi. Eunjae hanya mondar-mandir sambil ngomel-ngomel melihat Muyeol yang dipeluk-peluk oleh model itu. Eunjae akhirnya ngomel-ngomel di toilet.

Model yang melakukan pemotretan mengenali Eunjae sebagai bodyguardnya Park Muyeol. Si model itu memberikan no. telponnya pada Eunjae untuk diberikan pada Muyeol. Eunjae menyimpannya disaku celananya.

Muyeol meminta no telpon si model pada Eunjae. Eunjae tidak mau memberikannya. Akhirnya mereka rebutan kertas itu. Eunjae menyimpan kertas itu di saku belakang celananya. Muyeol berhasil mengambil kertas itu (dengan demikian tidak langsung menyentuh bokong Eunjae). Tidak terima bokongnya dipegang, Eunjae menjegal kaki Muyeol dan mendorongnya ke kolam renang. Keceburlah Muyeol di kolam renang. Muyeol baik-baik aja, tapi nggak dengan kertas no telp itu. Tulisannya hilang karena kena air. Haha, karena itu Muyeol marah-marah ke Eunjae.

Dongsu masih di lapangan bisbol, sedang membereskan peralatannya. Termenung sebentar kemudian dia mengambil tongkat bisbol dan mengayunkannya. Wartawan Koh datang melihatnya. Dongsu melihat cara wartawan Koh memegang bola bisbol. Sepertinya wartawan Koh pernah bermain bisbol.

Gara-gara kecebur di kolam renang, Muyeol jadi kena demam.

Dongah sedang baca novel ketika Eunjae mendatanginya. Eunjae bertanya, "Kapan kau melihat seorang pria itu menarik?". Dongah berkata setiap saat. Dongah kemudian menutup bukunya dan bertanya, "Siapa dia? Siapa yang menyalakan api asmara di hati Eunjae?" tanya Dongah tepat sasaran. Eunjae berkelit kalau itu bukan tentang dia. Dongah tidak percaya begitu saja.

Eunjae datang ke kedai ayahnya yang ternyata tutup. Ternyata mereka sedang menyiapkan makanan untuk anggota Blue Seagulls.

Eunjae melihat ayahnya yang sedang senyum-senyum sendiri. Changho berkata kalau ayahnya sedang punya pacar. Eunjae senang melihatnya.

Changho dan ayah Eunjae memberikan makanan pada anggota Seagulls, ternyata makanannya kurang satu. Ada anggota Seagulls yang tidak kebagian.

Eunjae datang ke rumah Muyeol. Bibi bilang kalau Muyeol sudah baikan, tapi tidak bisa diganggu. Aku tak ingin dia tambah parah (bibi mengusir Eunjae secara halus). Muyeol akhirnya keluar kamar dan menyuruh Eunjae masuk.

Eunjae membawa makanan (makanan untuk anggota Seagulls ternyata pindah ke rumah Muyeol). Muyeol menyukainya, dan kemudian menyuruh si bibi pulang.

Eunjae bertanya tenang bibi pengurus rumah pada Muyeol. Muyeol sudah mempekerjakan bibi selama 10 tahun. "Wow, dia pasti dewa. Bisa tahan hidup denganmu selama 10 tahun" komentar Eunjae. Eunjae dilempar tisu oleh Muyeol.

Eunjae membawakan Muyeol air panas untuk minum. Muyeol meminumnya. Eunjae tersenyum melihatnya. "Kenapa kau senyum-senyum, kau habis pakai narkoba ya?" ledek Muyeol. Eunjae mau menarik lagi nasi yang dia berikan. Tapi Muyeol menahannya.

Dongsu bertemu wartawan Koh di suatu pertemuan. Wartawan Koh bertanya tentang Muyeol yang habis dijebak oleh perempuan. Dongsu tidak mengatakan apa-apa. Kemudian ada pemain bisbol yang juga kenal dengan wartawan Koh, ternyata dia teman bermain bisbol wartawan Koh di SMA. (ternyata benar, wartawan Koh bisa main bisbol).

Di tempat lain, dalang semua kejadian yang menimpa Muyeol mengambil salah satu foto Myeol. Ruang yang dia tempati dipenuhi oleh foto-foto Muyeol yang ditempel di dinding.

Eunjae membuatkan teh jahe untuk Muyeol. Tapi Muyeol sudah terlanjur tidur. dipanggil-panggil Muyeol tetap tidak mau bangun. Akhirnya Eunjae mengambil selimut di dalam kamar dan menyelimutinya.

Eunjae menatap wajah Muyeol. Jantung Eunjae berdebar keras sekali. Sekarang Eunjae menatap bibir Muyeol. Eunjae kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Muyeol.

Apa yang akan terjadi?

Episode-6        

Muyeol tertidur setelah kenyang dan minum obat. Dia tertidur di sofa. Eunjae membawakan dia air minum namun Muyeol sudah tertidur, lalu dia mengambil selimut dan menyelimuti Muyeol dengan selimut yang diambilnya.

Eunjae teringat ciuman si wanita penjebak sebelumnya, dan saat itu matanya terfokus pada bibir Muyeol yang sedang tertidur. Perlahan dia seperti terhipnotis akan mencium Muyeol.

Oh my God, tiba-tiba saja mata Muyeol terbuka dan melihat wajah Eunjae yang bergerak mendekatinya. Eunjae pun diam terpaku.

Hhh, untung saja Muyeol kembali menutupkan mata dan memalingkan wajahnya.

Eunjae yang masih dilanda shock bergegas mengambil barang-barangnya dan keluar dari apartemen Muyeol.

Eunjae: "Kau bodoh Yoo Eunjae." Eunjae terduduk lemas di dekat pintu lift.

Eunjae terlihat seakan menyesal akan apa yang tadi dilakukannya.

"Pergantian Pitcher. Dengan kata lain, mengeluarkan Pitcher dari lapangan, terlepas dia mau atau tidak."

Sepeninggalan Eunjae, Muyeol terbangun sejenak dan menyangka apa yang baru saja dia lihat sebagai mimpi. Dia pun bangkit dan melangkah menuju kamar.

Pagi yang cerah, Changho memberikan makanan untuk anjingnya Dongah.

Sayang, pagi itu kegalauan sedang melanda Eunjae, dia sudah tiba di depan pintu apartemen Muyeol, dia masih ragu untuk menekan bel, beberapa kali dia harus melompat dan menarik nafas untuk membuat tubuhnya lebih rileks, hahaha.

Saat dia benar-benar sedang membulatkan tekad untuk membuka pintu, dia terantuk pintu yang dibuka Muyeol.

Muyeol menertawakannya. Saat Muyeol ingin melihat kepala Eunjae yang kesakitan, Eunjae menepisnya.

Benih-benih cinta mulai tumbuh.

Saat menuju lift, Eunjae menanyakan kondisi Muyeol akibat flu yang dideritanya kemarin, Muyeol mengatakan, "Sudah baikan. Kapan kau pulang semalam?"

Eunjae terkaget.

Muyeol: "Obat flunya kuat sekali, aku seperti habis disuntik anestesi."

Eunjae: "Begitu.." Eunjae merasa lega.

Di lapangan bisbol, beberapa pemain menemui Dongsu sebagai manajer mereka. Mereka menanyakan bagaimana dengan permintaan mereka sebelumnya. Namun, Dongsu belum dapat memastikan. Dia meminta mereka bersabar, masih ada kemungkinan permintaan mereka akan dikabulkan manajemen. Pemain pun mengeluh karena menurut mereka permintaan mereka tidak banyak. Sepertinya mereka minta pertimbangan kenaikan gaji (honor).

Choi Yeonwoo dan temannya melewati lapangan dan berhenti sebentar menunduk memberi hormat pada Dongsu yang pernah menjadi seniornya. Sembari berlalu, Yeonwoo masih melihat ke arah Dongsu dan yuniornya yang masih berbicara.

Yeonwoo: "Aku merasa tidak nyaman sejak dia ada di sini."

Temannya mengatakan hal yang sama, "Kalau Dongsu menjadi manajer kita, kita sulit meluangkan waktu bersantai seperti dulu. Kemarin dia senior kita. Hari ini dia manajer kita."

Yeonwoo berpikir, "Apa mungkin perusahaan mencoba memperingatkan kita? 'Ini jadinya kalau kalian macam-macam!' seperti itu."

Obrolan mereka didengar Muyeol. Dia pun menemui Dongsu yang sedang memasang pengumuman di papan. Dia menanyakan waktu Dongsu selesai dengan pekerjaannya, dia mengajak Dongsu ke cafe Marylin malam ini. Hal itu didengar wartawan Koh yang saat itu juga sedang berada tidak jauh dengan mereka.

Wartawan Koh datang ke sebuah cafe.

Oh, cafe Marylin yang disebutkan Muyeol barusan. Dia membawa sebuah kotak (tart) bersamanya. Saat itu cafe belum buka. Si Nyonya pemilik Cafe masih berdandan, pelayan cafe, sebut saja namanya Seo Yunyeok masih membersihkan lantai.

Wartawan Koh beralasan sebagai supir pengantar, dia ditugaskan membawakan memo berkualitas tinggi. Nyonya itu pun mengijinkan wartawan Koh melanjutkan tugasnya. Wartawan Koh memberikan satu memo di meja depan dan bergegas ke salah satu ruangan, sepertinya VIP yang sudah di reservasi oleh Muyeol. Dia manyiapkan sejenis alat penyadap/perekam di bawah meja dan menunggu di mobilnya. Di mobil dia mencoba tes mengaktifkan sensor penerima alat perekam itu dan terdengar suara Yunyeok yang menanyakan tentang pergantian bunga. Dia bersiap agar dia bisa mendengar langsung apa yang dibicarakan Muyeol dan Dongsu nantinya.

Dia melihat foto wanita penjebak saat jumpa fans Red Dreamers baru-baru ini. Dia yakin wanita itu memiliki hubungan khusus dengan Muyeol. Dia sangat berharap, apa yang akan didengarnya mampu dijadikan bukti hubungan Muyeol dengan si wanita penjebak.

Malam pun tiba, Muyeol datang lebih dulu ke cafe bersama Eunjae. Eunjae sempat melirik ke arah pemuda pelayan cafe, Yunyeok yang juga kunilai cukup keren.

Dalam ruangan Muyeol memperhatikan Eunjae yang bibirnya berdarah, dia menyindir Eunjae yang seharusnya lebih merawat diri karena bagaimanapun Eunjae tetap seorang wanita. Eunjae bergumam kenapa tidak Muyeol yang membelikannya bila dia merasa terganggu. Muyeol tidak mendengar hal itu, dia mulai bosan menunggu kedatangan Dongsu.

Tidak berapa lama kemudian, Dongsu pun terlihat memasuki cafe, wartawan Koh menunduk agar tidak terlihat, dia segera menyiapkan alat perekam dan mendengarkan apa yang dibicarakan Muyeol dan Dongsu.

Dongsu tiba, dia meminta maaf karena keterlambatannya. Dia pun menanyakan mengenai penggunaan Excel, sepertinya posisi manajer tim membutuhkan kemampuan mengaplikasan data dengan Ms Excel.

Lalu, Muyeol meminta Eunjae meninggalkan mereka dan menunggu di luar ruangan, sepertinya mereka akan membicarakan sesuatu yang privasi.

Saat itu, wartawan Koh pun sudah tidak sabar menunggu pembicaraan mereka mengenai si wanita.

Setelah Eunjae keluar, Muyeol mulai membicarakan sesuatu yang serius.

Muyeol mengharapkan Dongsu mundur sebagai manajer. Karena belakangan ini dia merasa itu sulit untuk pemain lain dan sulit juga untuk Dongsu sendiri. Muyeol menawarkan sebuah pekerjaan dari sponsor sepatu yang sekarang membuka cabang baru. Dongsu menolaknya, lalu Muyeol menanyakan, "Apakah karena uang?"

Dongsu mengatakan dia mampu menangani masalah keuanganya. Namun hal ini dipilihnya karena dia menyukainya. Dia menyukai Bisbol sehingga meskipun tidak lagi menjadi pemain, dia sangat berharap tetap dekat dengan Bisbol sebagai manajer tim.

Sementara di luar, wartawan Koh kecewa dengan apa yang didengarnya. Hal itu tidak sesuai dengan prasangkanya. Dia melepaskan earphone yang menghubungkan hasil rekaman alat penyadap di dalam ruangan.

Dongsu merasa semua yang terjadi akan berlalu dengan baik-baik saja. Dia tetap bertahan akan keputusannya meskipun Muyeol masih menawarkan pekerjaan dari perusahaan itu. Dongsu pun pamit, dia beralasan masih ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Tinggallah Muyeol sendiri masih minum di dalam ruangan.

Eunjae asik dengan HP nya, dia tidak melihat kepergian Dongsu.

Melihat Dongsu yang baru keluar dari cafe, Wartawan Koh menyapanya, "Hyung." Namun Dongsu terlihat tidak ingin diganggu, dia hanya diam dan berlalu.

Yunyeok membawa nampan yang sepertinya berisi kertas bill tagihan, masuk ke dalam ruangan Muyeol. Sementara itu, Eunjae asik dengan kamera di HP nya, dia mencoba bergaya imut di depan kameranya.

Entah apa yang terjadi di dalam ruangan, terdengar gelas atau barang berbahan kaca pecah. Eunjae bergegas masuk ke dalam ruangan dan terlihat Muyeol dengan emosi tinggi memukul si pelayan, Yunyeok. Dia melerai keduanya dan menarik Muyeol menjauh dari Yunyeok. Ada beberapa orang yang melihat namun tidak berani ikut melerai.

Wartawan Koh bersiap akan menjalankan mobilnya, namun di depannya tiba-tiba berhenti sebuah mobil dan beberapa polisi berlari masuk ke dalam cafe. Tidak berapa lama terlihat Muyeol yang masih memberontak dibawa keluar sejumlah polisi. Tidak membuang waktu wartawan Koh mengambil gambar peristiwa itu.

Yunyeok yang terluka parah dibantu Nyonya pemilik cafe berjalan keluar dari dari cafe. Mereka akan membantu Yunyeok memeriksa lukanya di rumah sakit. Wartawan Koh menawarkan bantuan dengan mobilnya.

Muyeol ditahan di kantor polisi. Eunjae yang menunggunya, duduk bersebelahan dengan seorang pemabuk yang mengeluhkan tentang seorang wanita di masa lalunya. Eunjae berdiri merasa terganggu. Dia melihat ke arah Muyeol yang sedang diinterogasi.

Polisi bertanya, "Namamu?"

Muyeol tidak menjawabnya. Sepertinya dia masih kesal dengan kejadian tadi dan berusaha mengingat-ingat sesuatu. Pikirannya tidak sedang diinterogasi di kantor polisi.

Polisi itu menjawab sendiri dan mengetiknya, "Park Muyeol." Dia melanjutkan pertanyaannya, "Pekerjaan." Melihat Muyeol yang masih saja diam, dia menuliskan, "Pemain Bisbol Profesional."

Polisi: "Kasus penyerangan pegawai cafe, pukul 20.14. Bagaimana dengan motifnya?" Dia menanyakan alasan pemukulan itu. Muyeol masih saja bungkam, polisi itu mengatakan, "Kau harus memberitahukannya kepada kami, kenapa kau memukulnya?"

Muyeol akhirnya bersuara, "Si brengsek itu, mengusikku lebih dulu."

Di tempat lain, dalam perjalanannya mengantar Yunyeok ke rumah sakit, wartawan Koh menanyakan alasan Muyeol memukulnya. Yunyeok merasa dia tidak tahu apa-apa. Wartawan Koh pun kaget, "Tanpa alasan apapun?"

Yunyeok: "Iya. Saat itu aku sedang membersihkan meja. Lalu dia..." Yunyeok berbicara sambil menahan rasa sakit dari lukanya. Wartawan Koh merasa aneh dengan sikap Park Muyeol itu, namun dia terlihat senang mendengarnya.

Muyeol keluar dari kantor polisi. Eunjae menanyakan alasan tidak memberitahu manajer Kim mengenai permasalahan ini. Muyeol mengatakan, "Untuk apa? Kau ingin aku dipecat?"

Bersama Eunjae dia mendatangi cafe itu lagi.

Nyonya pemilik cafe itu menyesalkan apa yang telah dialaminya dan berapa kerugiannya akibat peristiwa itu. Muyeol datang dan mengatakan akan mengganti semua kerugiannya. Dia menanyakan keberadaan Yunyeok pada Nyonya. Nyonya itu menanyakan keperluan Muyeol menanyakan Yunyeok. Muyeol mengatakan, "Aku akan menanyakan kebutuhannya dan ada yang ingin kutanyakan padanya."

Di rumah sakit, Yunyeok sedang diperiksa dan dirontgen. Sementara itu, wartawan Koh melihat hasil jepretannya yang menggambarkan Muyeol yang sedang dibawa paksa beberapa polisi. Terdengar dering HP, wartawan Koh mencarinya dan itu ternyata dering HP Yunyeok dari nyonya cafe, panggilan itu dimatikannya.

Nyonya cafe mengatakan pada Muyeol, kalau Yunyeok tidak mengangkat HP nya. Muyeol lantas berpesan agar Nyonya itu menghubunginya bila Yunyeok menghubungi.

Keesokan paginya, wartawan Koh menemui Yunyeok di kamar rawat inap rumah sakit menanyakan kabarnya. Yunyeok mengatakan tulang iganya patah, dia dirawat sekitar 4-5 minggu. Saat Yunyeok mengambil HP nya, Wartawan Koh mengambil HP nya. Dia memberitahu Yunyeok untuk tidak menghubungi siapa pun. Dia mengatakan bahwa dia bukan supir pengantar sebagaimana diberitahu sebelumnya, dia memberi kartu namanya dan mengenalkan diri sebagai seorang wartawan olahraga.

Wartawan Koh menanyakan berapa banyak yang diinginkan Yunyeok bila dia ditawarkan ganti rugi. Yunyeok tidak mengetahui mengenai hal itu, dia hanya menginginkan pembayaran uang rumah sakit dan permintaan maaf. Wartawan Koh menertawainya, dia berjanji akan membantunya menangani masalah ini.

Setibanya di apartemennya, Muyeol masih diam termenung. Eunjae menghampirinya dan menanyakan, "Apa kau menyesalinya?" Sepertinya Muyeol tidak mendengar apa yang dikatakan Eunjae, Eunjae melanjutkan, "Kenapa kau memukuli orang padahal kau bukan preman?"

Muyeol menyuruhnya pergi. Eunjae menyarankan agar Muyeol jangan hanya mengeluarkan otot, namun pertimbangan dari otaknya, "Bila tidak, otakmu akan berkerut." Muyeol yang merasa letih, tidak ingin mendengarnya. Eunjae pun pamit pulang.

Wartawan Koh keluar dari rumah sakit, sembari berjalan dia menghubungi Editornya, "Editor. Belum turun cetak kan? Beri aku 30 menit! Ini sesuatu yang besar. Sebuah headline dengan gambar nyang bagus!" Sepertinya dia ingin segera menerbitkan tentang pemberitaan kasus pemukulan yang dilakukan Muyeol.

Sementara, Ayah Eunjae yang baru saja membaca koran, kegirangan mengetahui pemberitaan Muyeol di koran.

Manajer Kim menunjukkan koran yang meliput pemberitaan di koran, "Apa ini?"

Muyeol yang awalnya malas-malasan bangkit dan melihat fotonya yang digiring polisi terpampang besar di halaman depan koran. Dia melihat penulisnya, Koh Jaehyo.

Muyeol: "Si brengsek itu. Darimana dia tahu?"

Majaner Kim: "Aku tidak tahu. Tapi sekarang ceritakan dengan rinci." Dia membuka buku catatannya.

Di luar apartemen, Eunjae baru datang dan sudah dikerumuni banyak wartawan ingin mencari berita. Eunjae diombang-ambing dorongan wartawan yang mendesak Eunjae menjawab pertanyaan mereka mengenai Muyeol. Dia pun berteriak. Dia mengecoh wartawan sebelum membuka pintu dan masuk. Kasihan Eunjae.

Eunjae masuk dengan ngos-ngosan, dia bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Muyeol mengatakan, "Bagaimana aku tahu."

Manajer Kim: "Masalah terbesar adalah alasan pemukulan itu. Apa yang terjadi?"

Sementara di rumah sakit, wartawan Koh kembali menjenguk Yunyeok dan menanyakan kondisinya. Dia juga mengkonfirmasi catatan mengenai kejadian pemukulan itu sebelumnya. Muyeol menyerang Yunyeok tanpa alasan. Yunyeok mengiyakannya.

Sementara di tempat lain, Muyeol menjawab pertanyaan manajer Kim, "Kau pikir aku gila? Kenapa aku memukul sesorang tanpa alasan?

Yunyeok menjawab pertanyaan wartawan Koh, "Karena dia mabuk."

Muyeol: "Aku tidak minum terlalu banyak. Hanya satu-dua gelas."

Wartawan Koh: "Park Muyeol mengatakan dia memukulmu karena kau mengatakan sesuatu yang mengusiknya."

Yunyeok: "Benarkah?"

Muyeol: "Dia menghinaku."

Yunyeok bertanya apa yang dikatakan Muyeol tentang ucapannya.

Muyeol: "Dia memakiku."

Yunyeok: "Mengapa aku memaki orang yang tidak kukenal?"

Muyeol: "Mungkin dia pernah mengenaliku."

Manajer Kim menemui wartawan dan mengatakan bahwa tak mungkin penyerangan dilakukan Muyeol tanpa alasan. Dia mengatakan kadar alkohol dalam darah Muyeol hanya 0,05.

Wartawan bertanya keberadaan korban dan bagaimana mengenai ganti rugi korban. Manajer Kim mengatakan, "Kami belum dapat menghubungi korban. Ini aneh kan?"

Wartawan Koh, masih bersama Yunyeok, melihat pemberitaan di HP nya, "Kadar alkohol dalam darah sangat kecil. Terlalu sedikit untuk menyebabkannya mabuk memukul orang."

Yunyeok tertawa, "Benarkah?"

Wartawan Koh menyukai pose Yunyeok dan dia memotretnya, dia mengatakan, "Kau sangat fotogenik. Kau seharusnya menjadi model." Yunyeok tertawa.

Wartawan Koh menanyakan, "Siapa yang akan membiayai rumah sakit? Orang tuamu?" Yunyeok terdiam. Dia mengatakan, "Mereka sudah tiada.

Muyeol dan Eunjae melihat ke monitor dan terlihat banyak wartawan masih menunggu Muyeol di depan pintu.

Muyeol: "Argh. Apa mereka tidak ada kerjaan lain? Sampai kapan mereka akan berada di sana?" Eunjae mengangkat bahunya, dia menghela nafas, sepertinya wartawan akan bertahan seharian penuh bahkan lebih.

Lalu datang seorang pengantar makanan yang masih mengenakan helm, wartawan yang awalnya berniat mengerumuni, membiarkannya lewat masuk ke apartemen Muyeol.

Wartawan yang masih tidak diijinkan bertemu Muyeol kecewa, "Korban bersembunyi, penyerang tidak bisa ditemui."

Seorang wartawan menduga ini keterlibatan wartawan Koh, "Korban pasti disembunyikan oleh si brengsek Koh."

Temannya mengatakan, "Brengsek apanya? Aku dan kau akan melakukan yang sama bila ada di posisinya."

Wartawan ini membantahnya, "Hey, sesama wartwaan harus saling toleransi. Berita itu harus dibagi, bukan disimpan sendiri."

Mereka dikagetkan oleh seseorang yang keluar dari apartemen Muyeol. Orang itu si pengantar makanan, kali ini dia juga mengenakan kacamata hitam untuk bermotor. Beberapa wartawan curiga dan mengikutinya hingga ke depan lift.

Namun, samaran Muyeol sebagai pengantar makanan berhasil. Setiba di lantai dasar, parkiran, dia melepaskan jaket dan helm si pengantar makanan begitu saja. Dia mengendarai mobil dan berlalu tanpa disadari para wartawan.

Tak berapa lama kemudian, si pengantar makanan yang asli keluar dari apartemen Muyeol dengan mengenakan jaket merah Red Dreamers. Hahaha. wartawan yang telah dikibuli berusaha mengejar Muyeol yang sudah pergi.

Setelah suasana dirasa cukup tenang, Eunjae keluar dari apartemen Muyeol, dengan menutupi wajahnya dia mengendap-endap menuju mobil Muyeol.

Muyeol kesal, "Arr, Kenapa lama sekali? Aku hampir saja meninggalkanmu."

Eunjae: "Manajer Kim menyuruh kita untuk tetap di dalam rumah."

Muyeol tetap menjalankan mobilnya.

Mereka datang ke rumah Dongsu.

Dongsu: "Aku sudah baca artikelnya. Kenapa kau memukulinya? Mereka simpati padanya karena dia berkelakuan baik."

Muyeol menanyakan apa Dongsu mengenal orang itu karena menurutnya meski Muyeol yakin tidak pernah mengenalnya, orang itu mengetahui masa lalu Muyeol.

Pembicaraan itu terputus, saat si kecil Wooyoung baru pulang dijemput ibunya dan berteriak memanggilnya, "Paman! Tante!"

Muyeol: "Ohh, Wooyoung sudah pulang?"

Eunjae yang dipanggil 'ahjumma' merasa tertegun dengan kata-kata itu, dia hanya menanggapinya dengan tersenyum.

Sooyoung menyampaikan, "Muyeol-shi. Kurasa di depan ada wartawan."

Muyeol tertegun.

Benar saja, beberapa wartawan menanyakan alamat apartemen Jin Dongsu pada sekuriti di sana. Muyeol dan Eunjae mengendap-endap berlari keluar dari apartemen itu.

Sementara itu, wartawan Koh mengunjungi rumah Seo Yunyeok. Dia bertemu seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai neneknya. Awalnya nenek Yunyeok melarang wartawan Koh masuk ke rumah terutama kamar Yunyeok. Namun memang sikap dasar sebagai wartawan yang ngeyel dan keras kepala, dia tidak mengindahkannya dan masuk begitu saja. Dia mengaku cukup dekat dengan Yunyeok. Dia melihat isi kamar Yunyeok dan memotretnya.

Wartawan Koh bertanya mengenai orang tua Yunyeok. Dengan raut sedih neneknya mengatakan bahwa ayah Yunyeok sudah meninggal 10 tahun yang lalu, dia tidak menjawab saat wartawan Koh menanyakan mengenai ibu Yunyeok.

(Mianhe, gambar yang itu kurang artistik, tapi kurasa gambar itu cukup penting untuk ditampilin.)

Manajer Kim berjalan menuju kantornya, dia menanyakan perkembangan kasus Muyeol.

Salah satu staf mengatakan ada cukup fakta mengenai pengaruh tingkat alkohol yang cukup berperan dalam kasus pemukulan itu.

Salah satu staf wanita memanggilnya. Dia menunjukkan pemberitaan mengenai korban pemukulan Muyeol di internet. 'Korban adalah seorang siswa sekolah elit yang sedang cuti untuk mengumpulkan uang sekolah.'

Seperti biasa, artikel itu ditulis si wartawan super duper nyebelin dan extra ngeselin, Koh Jaehyo.

Manajer Kim diam melihat artikel itu. entah apa yang ada dipikirannya.

Di suatu tempat, Eunjae baru saja keluar dan merasakan dinginnya udara malam. Dia menuju mobil yang masih dikendarai Muyeol.

Eunjae menyarankan mereka untuk segera pergi. Muyeol tidak tahu akan pergi kemana karena kemanapun mereka pergi (hotel atau penginapan) semua orang mengenalinya.

Muyeol mengeluhkan, "Kenapa ini terjadi padaku?"

Eunjae: "Ada gula ada semut." Muyeol tidak mengerti peribahasa itu. Eunjae menyesali keterlibatannya, dia menyalahkan Muyeol, "Kau selalu mencaci maki, harusnya kau sudah terbiasa dengan itu."

Muyeol mengangguk mengiyakan, "Kalau aku yang dimaki, aku tidak akan begitu."

Lantas Eunjae bertanya siapa orang yang dijelek-jelekkan Yunyeok. Muyeol hanya diam.

Eunjae mengatakan "Siapapun itu, seharusnya kau lebih bisa mengontrol, tidak usah cepat naik darah begitu."

Muyeol berpikir dan mengatakan, "Son Dongyul tolol."

Eunjae langsung bereaksi, "APA!"

Muyeol tertawa sinis, "Kau juga?" Eunjae juga mudah terpancing emosi walau hanya dengan cacian. Eunjae pun terdiam. Hahaha, itu kan spontanitas, wajar saja bila demikian. Dia mengalihkan, "Bagaimana kalau nanti kau tidak bisa bermain Bisbol lagi hanya karena ini?" Eunjae menilai Muyeol tidak bisa apapun selain Bisbol, "Paling kau hanya akan menjadi preman."

Muyeol tertawa mendengarnya, dia menyebutkan ungkapan Babe Ruth, "Katanya, 'Kalau bukan karena Bibsol, aku mungkin sudah di penjara atau mati.' Jadi posisiku sekarang sama seperti dia kan?"

Mereka bahkan sempat bercanda dengan plesetan nama si pebisbol yang disebutkan Muyeol.

Eunjae lantas bertanya, "Sampai kapan kita diam di sini?". Keduanya terdiam.

Solusinya..

Eunjae dan Muyeol mengendap-endap di pintu sebuah rumah. Yup, itu rumah Eunjae.

Saat memasuki pintu gerbang Muyeol menggesekkan kakinya di tanah, ungkapan rasa kesalnya harus memasuki rumah Eunjae lagi. Eunjae memintanya diam dan segera menyeretnya ke dalam.

Di kantor Red Dreamers, manajer Kim berbicara dengan Dongsu, dia mengatakan bahwa bagaimanapun Muyeol akan bertemu dengan Komite. Saat Dongsu menanyakan kemungkinan hukuman yang akan diterima Muyeol, manajer Kim mengatakan, "Kalau bukan denda, kemungkinan melakukan pelayanan masyarakat."

(Hukuman jenis 'pelayanan masyarakat' kurasa cukup bagus untuk memberikan efek jera dan malu pada pelaku kriminal. Kalau saja ada juga di Indonesia.)

Dongsu: "Kupikir dia akan melalui hari ini tanpa kesalahan." Dia lalu bertanya mengenai Yunyeok si korban. Manajer Kim belum mengetahuinya, dia mengatakan kemungkinan besar wartawan Koh menahan segala sesuatu tentang Yunyeok.

Manajer Kim bertanya, "Apakah ada sesuatu antara wartawan Koh dan Park Muyeol sebelumnya?" Dia curiga ada perseteruan diantara keduanya. (Yup, aku juga menduga hal yang sama.)

Dongsu mengatakan kemungkinan permasalahan dari pertengkaran dua tahun yang lalu namun manajer menyangka hal yang jauh sebelum itu.

Muyeol dipinjami baju Changho untuk ganti. Muyeol melihat baju itu dengan aneh, baju bergambar kartun dan bertuliskan Blue Seagulls, dia mengatakan lebih memilih bugil daripada mengenakannya.

Dengan raut tidak bersalah, Dongah berparas polos membayangkan sesuatu dan mengatakan itu ide yang bagus. Terang saja, Muyeol tidak lagi membantah dan memilih mengenakannya. Dasar, saat seperti ini, sikap Dongah berguna juga meski dia jujur mengatakan demikian.

Tak lama kemudian datang manajer Kim ke sana. Dia juga melihat aneh dengan pakaian yang dikenakan Muyeol, membuat Muyeol semakin kesal.

Manajer Kim mengabarkan bahwa dia akan mencari keberadaan Yunyeok dengan menyisirnya di semua rumah sakit untuk membicarakan mengenai upaya perdamaian. Muyeol sempat mempertanyakan pengucapan kata 'keberadaan' (where about), kemungkinan kata itu merupakan istilah yang tidak lazim digunakan. Manajer Kim harus mengulang pengucapannya agar lebih dimengerti Muyeol. (Muyeol itu ahli di Bisbol namun minim di pelajaran lain.)

Muyeol mengangguk-angguk mengerti, dia merasa lapar dan memutuskan untuk memesan makanan. Dengan sigap Eunjae mengambil telpon dan menghubungi delivery makanan.

Malang bagi mereka, saat delivery datang, ayah dan Changho pulang, Eunjae kaget apalagi setelah ayahnya tahu mereka memesan chinese food dan yakin keduanya tidak akan mampu menghabiskannya.

Saat ayah dan Changho bersama si pengantar delivery mulau menaiki tangga ke lantai dua, dari bawah Eunjae memberi isyarat bahwa ayahnya akan ke atas. Dengan segera, Dongah melempar sepatu Muyeol dan manajer Kim dan meminta mereka bersembunyi, "Musuh datang." Keduanya pun langsung mengerti dan bersembunyi di balik rak buku.

(Btw, rak bukunya unik. Tinggi menjangkau langit kamar, namun dapat digeser-geser, menata rapi sejumlah besar buku dan DVD film. :) aku pengen punya.)

Malang bagi Muyeol, saat Eunjae dan Dongah ternyata ngga punya uang untuk membayar makanannya, Eunjae meminta paksa dompet Muyeol.

Sementara ayah, Changho dan Dongah menikmati makanan yang tersaji, kedua orang di balik rak buku kelaparan dan diperparah dengan pilihan buku yang diambil manajer Kim untuk mengusir waktu. Buku resep makanan, hahaha.

Meski enggan, Eunjae juga ikut menyantap makanan.

Ayah dan Changho memulai obrolan mereka mengenai Muyeol yang lagi-lagi berkasus, mereka mencacinya. Muyeol yang ikut mendengarnya kesal karena mereka sedang menyantap makanan yang dibelinya namun mengisi pembicaraan dengan menjelekkan namanya. Eunjae berusaha untuk tidak memihak karena dia tahu Muyeol dan manajer Kim mendengar apa yang mereka bicarakan. Changho curiga, dia menuduh Eunjae telah memihak pada Red Dreamer setelah sekian waktu lebih sering bersama Muyeol. Dia pun meminta Eunjae untuk menjelek-jelekkan nama Muyeol. Ayahnya pun ikut memanas-manasi. Saat itu Muyeol juga memasang telinganya, penasaran akan apa yang akan dikatakan Eunjae. Untung saja Dongah menginterupsi pembicaraan itu. entah dia mengerti atau tidak, fokus pembicaraan mereka terputus dan hal ini sangat membantu Eunjae. Meski mereka bersulang merayakan sikap Muyeol yang semakin memperburuk citranya. Dengan enggan Eunjae ikut minum dan merayakan bersama ayah, Changho dan Dongah.

Di sebuah tempat fitnes, Dongsu datang menemui Dongyul. Dia yang pernah melihat keakraban antara Dongyul dan wartawan Koh mencaritahu segala sesuatu tentang wartawan Koh. Bila mereka pernah dalam tim yang sama dan memilikki kemampuan yang baik dalam Bisbol, alasan apa yang menyebabkan wartawan Koh tidak lagi berkecimpung dalam pertandingan Bisbol.

Dongyul mengatakan bahwa alasannya ialah karena adanya kecelakaan motor yang naas karena seorang anak kecil yang menyeberang sembarangan dan wartawan Koh yang saat itu tidak mampu mengendalikan motornya terluka parah dan mengharuskan luka sobekan besar di otot bahunya. Hal itu menyebabkan wartawan Koh tidak lagi mampu bermain bola, bahkan dia kesulitan dalam menggerakkan tangannya.

Sementara di rumah sakit, wartawan Koh sedang menjenguk Yunyeok. Wartawan dengan bangga mengatakan bahwa berkat dialah Yunyeok tidak diganggu ketenangannya oleh wartawan lain yang ingin meliput berita tentangnya.

Dongsu menghubungi wartawan Koh untuk mengajaknya minum bersama, meski wartawan Koh merasa aneh karena biasanya Dongsu sangat sulit bila ingin diajak minum bersama, namun dia memenuhi ajakan Dongsu.

Di sebuah tempat minum bir, mereka makan dan minum bersama. Fokus utama Dongsu adalah untuk mendekati wartawan Koh secara naluri. Dia menceritakan asal muasal Muyeol dan keterpurukan Muyeol di masa lalu yang pada akhirnya menganggap Bisbol adalah segalanya. Muyeol pernah memiliki gangguan mental karena perpisahaan kedua orang tuanya. Muyeol dipaksa ibunya untuk mengikuti banyak pelajaran, bahkan semasa kecil dia pernah disekolahkan di luar negeri untuk mempelajari bahasa Inggris lebih cepat. Dengan berbagai tekanan itu, Muyeol kecil menjadi seorang yang introvert, tidak bisa berkomunikasi dan sakit ingin menyakiti diri sendiri. Dengan saran dokter Muyeol diminta untuk lebih sering melakukan kegiatan di luar ruangan. Seperti Bisbol. Namun, saat Muyeol mulai sembuh dan mencintai Bisbol, ibunya meminta Muyeol memilih antara ibunya dan Bisbol. Dengan berat, Muyeol kecil lebih memilih Bisbol dan menjauh dari ibunya.

Sementara di rumah Eunjae, meski sudah tengah malam, Muyeol masih berlatih mengayuhkan pemukul Bisbolnya. Suara kayuhan itu terdengar oleh Eunjae yang terbangun ingin mengambil minum, dia kuatir dan berniat memarahi Muyeol bilamana suara itu dapat membangunkan ayahnya dan Changho. Namun Eunjae mengurungkan niatnya setelah melihat keseriusan Muyeol yang sedang berlatih. Dia berjongkok tidak jauh melihat Muyeol yang giat berlatih.

Kembali ke warung minum. Dengan menceritakan itu, Dongsu yakin wartawan Koh yang juga amat mencintai Bisbol mampu menempatkan diri sebagaimana Muyeol dan berhenti mencari pemberitaan buruk mengenai Muyeol. Namun perkiraannya meleset, boro-boro mengerti, wartawan Koh mengatakan bahwa ini sudah menjadi takdir yang harus dilalui Muyeol sebagaimana dia dipaksa mengakhiri kecintaannya pada Bisbol dengan adanya insiden ulah sembarangan anak kecil yang menyeberang jalan. Dia pun meninggalkan Dongsu lebih dulu.

Muyeol yang selesai berlatih kaget menyadari keberadaan Eunjae yang sedang jongkok melihatnya berlatih. Eunjae beralasan bahwa dia kuatir dengan tindakan Muyeol berlatih, bilamana ayahnya atau Changho terbangun. Muyeol mengatakan bahwa dia tidak bisa tidur bila belum melakukannya. (Hm, perhatikan, meski Muyeol benci banget dengan Seagulls, dia terpaksa meminjamnya untuk berlatih. Kecintaannya pada Bisbol menepis kebencian pada Seagulls.)

Eunjae memberikan handuk untuk Muyeol menyeka keringatnya. Muyeol melihat handuk berlogo Seagulls itu. Dia menanyakan asal muasal Eunjae dan keluarganya menjadi fans fanatik Blu Seagulls, padahal mereka berasal dari daerah lain yang juga memiliki tim Bisbol diunggulkan.

Eunjae pun bercerita bahwa suatu ketika di mana mereka sekeluarga memiliki masa keterpurukan, mereka menonton pertandingan Seagulls yang saat itu sudah kalah jauh. Dengan tekad mereka meyakini diri bahwa kehidupan mereka akan menjadi lebih baik bila Seagulls mampu memperbaiki keadaan. Hal itu terwujud, Seagulls menang dan mereka menjadi benar-benar terpacu akan semangat itu.

Eunjae merasa alasannya memang kekanak-kanakan, namun Muyeol membenarkan. Menurutnya, Bisbol memang dapat memberikan kehidupan bagi setiap mereka. Dia mengelus rambut Eunjae dan berlalu. Meski merasa aneh, Eunjae terlihat senang dan memegang bagian rambut yang baru saja disentuh Muyeol. :)

Malam itu, Wartawan Koh selesai mandi, dia masih merasakan sakit di bekas lukanya saat mengenakan pakaian. Dengan semangat dia melanjutkan mengetik menyusun bahan pemberitaan untuk Muyeol.

Keesokan paginya terjadi kehebohan. Dengan tergesa-gesa Changho menunjukkan pemberitaan di koran pada Eunjae. Setelah melihatnya Eunjae menemui Muyeol dann meminta Muyeol untuk merilekskan diri dan bersiap terlebih dahulu. Dia memberikan koran itu pada Muyeol dan spontan Muyeol berteriak kesal dengan hasil karya tulis wartawan Koh. Koran itu berjudulkan 'Park Muyeol: Gangguan mental?'.

Dengan sigap Eunjae membungkam mulut Muyeol dan memintanya menahan amarah. Dia khawatir keberadaan Muyeol diketahui ayahnya yang belum berangkat kerja. Dia menahan mulut Muyeol hingga terbaring di lantai bersama Muyeol yang masih saja memberontak.

Dongah baru terbangun, lewat dan melihat mereka, namun tetap berlalu. Dengan santai dia mengatakan, "Tenang saja aku tidak akan salah paham, kalian sedang bertengkar." Padahal kalau aku ada di posisi Dongah mungkin saja aku akan salah paham dengan pose Muyeol dan Eunjae saat itu.

Wartawan sudah banyak menunggu di depan pintu apartemen Muyeol. Ahjumma yang akan masuk ke apartemen pun tidak luput dari permintaan wartawan untuk diwawancara. Begitu pula Direktur Jang yang tidak henti-hentinya ditelpon menanyakan keberadaan Muyeol.

Di kantor, manajer Kim mendapat kabar terbaru mengenai lokasi RS tempat Yunyeok berada. Dia segera menemui Muyeol dan Eunjae. Dia menambahkan bahwa pemberitaan yang telah beredar pagi ini memperburuk keadaan dan kekuatiran akan semakin bertambahnya petisi massa yang memboikot Muyeol.

Muyeol ditemani manajer Kim dan Eunjae menemui Yunyeok yang sedang sendirian di rumah sakit. Meski kaget Yunyeok menerima kedatangan mereka. Namun Muyeol yang kelihatannya masih dikuasai dendam menatap tajam Yunyeok.

Manajer Kim langsung menerangkan maksud kedatangan mereka dan memberikan lembar untuk ditandatangani Yunyeok yang diselaraskan dengan sebuah cek dengan sejumlah angka tertera. Uang dalam jumlah besar yang sempat mengagetkan Yunyeok. Saat Yunyeok akan menerimanya, cek itu direbut Muyeol. Dia masih ingin menanyakan bagaimana Yunyeok dapat mengucapkan apa yang telah diucapkannya sebelumnya. Apakah dia sudah mengenal Muyeol sebelumnya.

Namun belum Yunyeok menjawab, segerombolan wartawan datang dan menyalahkan manajer Kim yang melakukannya secara diam-diam. Mereka ingin mengambil pose yang bagus dan meminta Muyeol mengulang permintaan maaf di hadapan mereka.

Manajer Kim memberikan minuman yang mereka bawa sebagai buah tangan kepada Muyeol. Muyeol yang masih dibayang-bayangi peristiwa malam itu. Yunyeok membisikkan sesuatu yang membuatnya naik darah. Dia meletakkan botol minuman itu begitu saja dan berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Baik manajer Kim maupun Eunjae menyalahkan perilaku Muyeol yang meninggalkan wartawan begitu saja. Menurut mereka, hal ini akan memperburuk keadaan. Muyeol bersikukuh dan marah karena menurutnya Yunyeok tidak pantas menerima permintaan maaf darinya. Dia pulang dengan suasana hati yang buruk. Dia menilai manajer Kim bahkan tidak pernah sekalipun menganggap ada alasan yang benar dari tindakannya. Manajer Kim tidak percaya padanya.

Setelah mengantar Muyeol ke apartemennya, sesaat sebelum Eunjae pulang Muyeol juga menanyakan hal yang sama, "Apa kau juga tidak pernah berpikir alasan aku melakukannya? Apakah aku hanya terbawa emosi dan memukulnya begitu saja? Apa aku tidak ada sedikit pun percaya padaku?" Meski terlihat Eunjae ingin mengucapkan kata-kata yang akan menenangkannya, Eunjae tidak sempat mengatakan apapun. Dengan lemah Muyeol menyimpulkan Eunjae beranggapan sama seperti kebanyakan orang beranggapan, dia meminta Eunjae segera pulang. Di depan pintu apartemen, sudah banyak wartawan yang menunggu dan mencoba menginterviewnya, Eunjae hanya diam terdorong-dorong. Di dalam lift, Eunjae menyenderkan kepala, terlihat ada yang ingin disampaikan namun tidak tersampaikan.

Keesokan harinya pemberitaan di koran semakin dahsyat saja. Muyeol semakin terpuruk. Liputan pun berkembang, banyak orang yang diwawancara dan menjelekkan nama Muyeol.

Dongsu datang ke apartemen Muyeol. Saat itu Muyeol sedang emosi dihubungi ibunya yang kemungkinan menerima pemberitaan mengenainya dan menyalahkannya. Kedatangan Dongsu untuk meminta maaf karena apa yang telah dibicarakannya malam itu bersama wartawan Koh menjadikan pemberitaan Muyeol berkembang memburuk.

Muyeol marah dengan apa yang telah dilakukan Dongsu. Dia kesal dengan tindakan Dongsu yang mempercayai wartawan Koh.

Dongsu meminta maaf dan mengatakan penyesalannya karena pada dasarnya dia hanya ingin menarik simpati wartawan Koh yang juga mencintai Bisbol. Dia tidak menyangka akan berkembang seperti ini. Dia meyakinkan bahwa tindakannya tidak lain adalah untuk membantu Muyeol. Dia pun pergi meninggalkan Muyeol.

Dengan lemas Muyeol masih memantau perkembangan pemberitaannya di koran hingga internet. Fans semakin fanatik saja. Mobil Red Dreamers dicoret dengan tulisan yang menjelekkan nama Muyeol. Akhirnya manajerial perusahaan pun menghubungi manajer Kim dan meminta Muyeol untuk hadir pada rapat khusus.

Pada pertemuan itu, Muyeol dipojokkan karena tindakan pemukulan yang baru-baru ini dilakukannya. Muyeol tidak menceritakan alasan pemukulan yang dilakukannya. Sikap diamnya ini memperburuk keadaan.

Muyeol berlalu melewati manajer Kim dan Eunjae tanpa mengeluarkan sepatah kata pun setelah keluar dari persidangan itu.

Di luar, sudah banyak wartawan dan antifans yang menunggunya keluar dari gedung. Muyeol tetap berjalan dengan mata terpaku. Seolah dia tidak peduli apa yang akan terjadi di sekitarnya. Dia bahkan tetap berjalan meski dilempari balon berisi air hingga sampah ke arahnya. Eunjae berusaha melindunginya dan membimbingnya untuk segera masuk ke dalam mobil. Eunjae bahkan terluka di keningnya, dia berusaha menutupi darah dan luka agar tidak terlihat oleh Muyeol.

Setelah mengantar Muyeol dengan aman ke apartemennya dan Eunjae mengecek keseluruhan ruangan, Eunjae ditarik Muyeol untuk duduk di sofa. Muyeol sudah mengambil kotak P3K dan mengobati luka Eunjae. Bagaimana pun ternyata Muyeol seorang yang care pada lingkungannya. Meski Eunjae telah menutupinya, dia menyadari luka Eunjae.

Eunjae merasa tersentuh dan menangis. :( Musiknya sedih..

Episode-7        

Back-up play (bergerak ke barisan belakang atau ke celah pertahanan untuk membantu pertahanan tim).

Eunjae mencoba melindungi Muyeol dari lemparan benda-benda sampai dahinya terluka. Muyeol merasa bersalah, dan kemudian mengobati dahi Eunjae. Eunjae diam saja saat Muyeol mengobatinya. Ada rasa berterima kasih juga di pandangan Muyeol ke Eunjae.

Eunjae pulang sambil memegangi dahinya.

Muyeol membuka lagi barang-barang lamanya, di situ dia menemukan catatannya.

Pagi-pagi sekali Muyeol datang ke rumah Dongsu. Dia hanya menunggu di depan rumah Dongsu. Muyeol berpesan ke Dongsu agar tidak membencinya. Meskipun orang lain tidak menyukaiku, membenciku atau bahkan ingin membunuhku, aku bisa menanggungnya. Tapi jika sampai kau mulai membenciku, aku merasa aku ini adalah sampah. Muyeol memang kasar, temperamental tapi dia tuh kesepian, dia cuman punya Dongsu sebagai teman, kakak dan seniornya. Jadi kalau Dongsu juga membencinya, bisa stress berat tu orang.

Awalnya Dongsu bingung kenapa Muyeol bertingkah aneh seperi itu, dia baru mengerti setelah membaca harian pagi. Mengejutkan! Park Muyeol dilarang bermain bisbol.

Eunjae datang ke rumah Muyeol, dia disambut oleh bibi. Bibi melaporkan Muyeol menghilang. Eunjae bergegas ke kamar Muyeol. Kamar itu sudah berantakan. Kotak berisi barang-barang lama Muyeol terbuka. Isinya bertebaran di mana-mana.

Flashback, Muyeol membaca catatan lamanya. Ternyata itu adalah diary Muyeol kecil. Muyeol kecil menuliskan dia sangat suka dengan bisbol. Diary itu juga berisi catatan latihan bisbolnya. Antara bisbol dan ibu, aku lebih memilih bisbol. Kalau aku tidak boleh bermain bisbol, lebih baik aku mati saja. flashback end.

Eunjae juga membaca catatan yang sama. Di sebelahnya Dongsu mencoba melacak keberadaan Muyeol dengan menelpon orang-orang yang dia kenal. Bibi berinisiatif untuk menelpon polisi. Tapi Dongsu melarangnya. Kalau berita tentang hilangnya Muyeol tersebar, para wartawan akan ikut campur. Kalau hal itu terjadi, Muyeol tidak akan bisa kembali.

Wartawan Koh dan Seo Yunyeok juga membaca berita di koran tentang Muyeol. Direktur Jang, orang kantor Red Dreamers, manager Kim, semua pusing dengan adanya berita ini.

Tapi ada yang sedang pesta pora dengan berita Muyeol dilarang main bisbol, yaitu keluarga Eunjae. Ayah Eunjae, Changho, dan Dongah sedang pesta.

Eunjae berpikir cara mengatasi masalah ini. Dia teringat Muyeol yang bertanya apa Eunjae juga menganggap dia gila? Dengan lirih Eunjae menjawab tidak. Dongsu menyebutkan lagi kalau Muyeol akan mati kalau dia tidak bisa bermain bisbol, kalau begitu kita harus membawanya kembali untuk bermain.

Dongsu mencoba membujuk seniornya di kantor untuk membela Muyeol. Tapi seniornya itu menolaknya. Dongsu berkata mungkin berita itu tidak seluruhnya benar, mungkin yang sesungguhnya adalah yang dikatakan Muyeol. Itu masalahnya, Muyeol sama sekali tidak mengatakan apa-apa.

Eunjae juga sedang berusaha untuk membantu Muyeol. Caranya? Dengan mengundang para antifans Muyeol. *lho? Ada 3 orang yang ditemui Eunjae, dua diantaranya adalah pelempar telur di jumpa fans waku itu. Ketiga orang itu mengenal Eunjae sebagai nona bodyguard. Eunjae mengenalkan diri sebagai antifans Muyeol juga.

Setelah berbasa-basi yang panjang dan lebar, akhirnya Eunjae mengungkapkan mengapa mereka bertiga dipanggil "Siapa yang akan kita maki saat menonton bisbol kalau tidak ada Park Muyeol lagi? Ada dua alasan kenapa aku menonton bisbol, yang pertama adalah karena The Seagulls, dan yang lainnya adalah si bajingan Red Dreamers. Sangat menyenangkan memaki seseorang saat menonton bisbol, bukan begitu?" Salah satu dari mereka menyetujui pendapat Eunjae, yang lain tidak, dengan atau tanpa Park Muyeol tidak ada bedanya, akan muncul bajingan baru.

"itulah sebabnya, kenapa tidak kita bentuk gerakan untuk membawa Park Muyeol kembali?" tanya Eunjae. Mereka bertiga kaget. "Tanpa Park Muyeol, forum kita juga akan musnah. Tidak aka nada pengurus, anggota-anggotanya juga akan terpecah. Ah, bagaimana ini." kata Eunjae lagi mendramatisir.

"Tapi apa bedanya yang kita lakukan di internet?" tanya salah satu antifans. "Mengejutkan! Antifans Park Muyeol memulai suatu gerakan demi mengaktifkannya kembali. Ini akan jadi opini publik. Harus kita yang menjatuhkan Park Muyeol." kata Eunjae berapi-api. Ketiga orang itu cuman mengangguk-angguk. Akhirnya mereka merencanakan sesuatu.

Eunjae membawa kotak Muyeol ke hadapan Dongah. Eunjae meminta Dongah mencari petunjuk dari catatan yang ditulis Muyeol, terutama tempat-tempat yang mungkin dikunjungi Muyeol. Dongah bertanya mengapa Eunjae mencarinya. Eunjae berkata karena dia adalah pengawalnya. Dongah tidak percaya begitu saja, pasti ada alasan lain. "Yoo Eunjae..apakah Park Muyeol..tahu rahasia yang memalukan tenang dirimu?" *ding, tebakannya Dongah gak elit banget.

Dongsu juga sedang bekerja, Sooyung bertanya bagaimana perkembangannya. Dongsu berkata mereka akan mengajukan keberatan, tapi akan sedikit sulit, jadi kita harus meminta bantuan manager Kim.

Manager Kim yang lagi jalan tiba-tiba berhenti. Ngerasa ada yang ngomongin. Haha..

Eunjae juga punya pikiran yang sama dengan Dongsu. Dia bingung gimana cara membujuk manager Kim.

Dongah: "Membujuk manager Kim? Gampang. Robot dijalankan dengan baterai (maksudnya?)"

Eunjae yang mendengar temannya sudah ngaco, mau kabur. "Masih ada cara lain untuk menarik dia ke pihak kita." Dongah menambahkan.

Mereka berempat (Dongsu, Eunjae, Dongah dan manager Kim) bertemu di suatu cafe. Dongsu langsung ke inti pembicaraan. Dia bertanya kapan tim akan mengajukan keberatan. Manager Kim berkata bahwa itu akan sia-sia saja. "Bagaimana kau tahu kalau tak mencobanya?" tanya Dongsu. "Lebih dari 30 ribu orang mendukung pemecatan Park Muyeol, itu tertinggi saat ini." jawab manager Kim. Eunjae nimbrung "Karena alasan tersebut jugalah seharusnya tim lebih melindungi anggotanya. Pada saat damai, dia adalah pemainmu. Pada saat perang, dia adalah musuhmu. Apa ini masuk akal?". "Tim bisbol bukanlah sebuah sekolah. Ini bukan tempat di mana seorang pemain mendapat dukungan penuh." kata manager Kim.

"Apa tidak bisa jadi seperti itu? Kalau itu Seagulls kami..". manager Kim memotong perkataan Eunjae. "Itulah kenapa pemain Seagulls adalah pemain kelas dua." Wah, nyiram api pake bensin nih manager Kim.

Manager Kim akan pergi, tapi Dongah berkata, "Biarkan kujelaskan dengan cara yang sederhana. Ini adalah sebuah investasi jika tim membantu Park Muyeol mengajukan keberatan. Profit yang didapatkan dari keberhasilan itu akan menjadi keuntungan bulat. Kegagalan adalah resikonya. Bandingkan keuntungan dan resikonya. Menurutku, resiko ini layak diambil." Manager Kim mulai tertarik.

Manager Kim menyampaikan pendapatnya ke atasannya. Dia beralasan, jika usulan itu diterima mereka punya dua keuntungan. Pertama, pitcher hebat seperti Park Muyeol bermain di timnya. Kedua reputasi baik dimana tim berjuang untuk melindungi pemainnya. Dan ini akan meningkatkan loyalitas Park Muyeol dan juga semua anggota tim. Atasan manager Kim setuju.

Tapi juga ada 2 kerugian jika mereka gagal. Yaitu kerugian secara materi, dan citra buruk karena melindungi pemainnya. Apa yang mereka putuskan? Mereka memutuskan mengajukan keberatan atas pemecatan Park Muyeol.

Eunjae bertanya soal permintaannya pada Dongah untuk mencari tempat yang mungkin dikunjungi Muyeol. Dongah memberikannya. Dongah mengeluh, catatan Muyeol hanya berisi bisbol. Berapa kali dia memukul berapa kali dia melempar, target untuk besok.

Subuh-subuh Eunjae diam-diam pergi untuk mencari Muyeol.

Di kantor Dongsu mencoba mencari tanda tangan untuk membantu Muyeol. Pemain yang ditemuinya enggan untuk memberikan tanda tangan. Dongsu melakukan segala cara, sampai mengancamnya juga.

Di tengah jalan Dongsu bertemu dengan wartawan Koh. Wartawan Koh berkata sia-sia saja Dongsu membuat petisi untuk Muyeol, karena semuanya sudah berakhir. Dongsu menyebutnya brengsek. Wartawan Koh tahu dan mengerti bagaimana rasanya berhenti main bisbol ditengah jalan, tapi masih saja menulis artikel seperti itu. Wartawan Koh beralasan kalau dia hanya mengungkap kebenaran. "Kau yakin tidak punya dendam apapun terhadap Park Muyeol?" tanya Dongsu.

"Aku hanya menemukan alasan kenapa Park Muyeol berbohong." jawab wartawan Koh. "Muyeol tidak akan berbohong." kata Dongsu. "Memangnya aku tak kenal Park Muyeol?" tanya wartawan Koh. "Mengenai Park Muyeol, aku jauh lebih mengenalnya dari pada kau." jawab Dongsu. "Seo Yunyeok juga bukan orang yang bisa melecehkan orang lain. Jika kau melihatnya..." kata-kata wartawan Koh dipotong oleh Dongsu. "Jadi, kau percaya dengan apa yang kau lihat? Aku percaya pada apa yang ku tahu."

Eunjae mencari Muyeol dengan catatan yang dibuat oleh Dongah. Tempat pertama yang Eunjae kunjungi adalah SD Myeong Bong, sekolahnya Muyeol. Eunjae jalan mengendap-endap. Salah satu petugas sekolah datang menegurnya. Eunjae bertanya pada orang itu, apa dia pernah melihat orang asing. "Ya, pernah."

"Kapan?" tanya Eunjae.

"Kau." kata penjaga itu sambil cekikikan. Eunjae menyebutkan ciri-ciri Muyeol. Tapi orang itu tidak pernah melihatnya.

Wartawan Koh kembali ke bar tempat Seo Yunyeok bekerja. Dia bertemu wanita pemilik bar. Dia bertanya ke wanita itu bagaimana sifat Seo Yunyeok. Wanita pemilik bar berkata kalau Yunyeok adalah anak yang ramah, pekerja keras dan cerdas. Dia bahkan tidak bisa menggunakan banmal (bahasa non-formal Korea). Wartawan Koh memastikan kalau Seo Yunyeok adalah anak baik-baik.

Wanita pemilik bar bercerita tentang orang-orang bertanya apa di situ ada CCTV atau tidak. Wartawan Koh baru ingat dia menempatkan penyadap di ruangan itu. Oalah wartawan Koh kalau sadar lebih awal ceritanya pasti nggak begini.

Wartawan Koh memutar kembali rekamannya, rekaman percakapan Muyeol dengan pelayan Seo Yunyeok. Wartwan Koh menyadari ada yang salah.

Dongsu juga pergi ke bar menanyakan Seo Yunyeok. Wanita pemilik bar berkata ada orang lain juga yang bertanya hal yang sama (wartawan Koh).

Eunjae masih mencari Muyeol, sekarang dia di daerah pegunungan. Dari kejauhan dia melihat seorang laki-laki memakai jaket kulit. Dari jauh laki-laki itu memang mirip Muyeol. Eunjae langsung mengarahkan tendangan ke arah orang iu. Tapi setelah orang itu berbalik, ternyata dia bukan Muyeol. Eunjae lari tunggang langgang karena sudah salah orang. Laki-laki yang jatuh itu kebingungan.

Orang kantor menyebarkan catatan Muyeol kecil. Anak-anak kecil pencinta bisbol terkagum-kagum membacanya. Guru sekolah Muyeol juga diwawancara, dia menceritakan Muyeol kecil yang sudah pandai di bidang olahraga, tapi nilai akademisnya juga bagus. Bibi juga ikut diwawancarai.

Eunjae sekarang berada di Cheong Ryang Sa. Dia terus berjalan mencari Muyeol. Hari sudah semakin gelap.

Muyeol sepertinya berada di daerah yang sama sedang berlatih memukul.

Dongsu pulang ke rumah dengan kelelahan dan terkena flu. Sooyung tidak senang suaminya seperti itu, dia bertanya mengapa Dongsu sangat baik kepada Muyeol. Dongsu menjawab dengan bijak, "Kalau kau punya van Gogh disampingmu yang bisa melukis potret diri dan bunga matahari. Tapi mendadak dia tidak bisa melukis lagi, apa yang kau lakukan?". Sooyung diam, setelah suaminya pergi dia bergumam, "Apa benar seperi itu?"

Muyeol berlatih memukul sampai malam, sampai dia kelelahan dan tangannya terluka.

Kemudian tidak sengaja dia bertemu Eunjae yang sedang duduk. Sepertinya dia tersesat. "Bagaimana kalau aku benar-benar tersesat? Ini bukan gunung Everest, ini hanya gunung kecil. Benar-benar menakutkan. Kenapa gelap sekali? Tapi di mana baterainya? Aku rasa sudah mengepaknya." Eunjae duduk di bawah pohon sambil mencari baterai untuk ponselnya.

"Idiot?" Muyeol mengagetkan Eunjae. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Eunjae yang kedinginan, ketakutan karena gelap dan stress mencari Muyeol. Dikagetkan seperti itu langsung bikin dia nangis. Muyeol kebingungan melihat Eunjae nangis. "Hei idiot, kenapa kau nangis?".

"Aku sudah hampir mati ketakutan masih juga kau kageti." jawabnya masih dengan air mata bercucuran. Karena kasian melihatnya, Muyeol memeluk Eunjae untuk menenangkan. Beberapa saat kemudian, Eunjae berhenti menangis, sadar dia ada dipelukan Muyeol. "Sepertinya kau sudah selesai menangis, sudah boleh kau lepaskan aku?" tanya Muyeol. Eunjae begeser. "Kalau kau melakukannya lagi, aku benar-benar akan..." Eunjae tidak melanjutkan kata-katanya. "Seorang idiot sepertimu bisa ketakutan juga?" ledek Muyeol. Muyeol mengecek bajunya yang basah, "Hei apa ini basah-basah? Ini air matamu atau ingusmu?". Masih sempet ya nanya kaya gitu..

Muyeol berdiri, dia akan pergi, tapi Eunjae menahan bajunya. "Bagaimana kalau aku tersesat lagi? Ini gelap." Muyeol menarik tangannya sehingga pegangan Eunjae terlepas. Aku kira Muyeol akan meninggalkannya. Tapi kemudian dia menarik tangan Eunjae dan menggandengnya.

Wartawan Koh menemui Yeonyuk di rumah sakit. Yeonyuk sedang disuntik oleh suster. Yeonyuk senang akan kedatangan wartawan Koh. Tapi raut muka wartawan Koh tidak menunjukan hal yang sama.

Muyeol dan Eunjae berjalan ke tempat menginap Muyeol. Tempat itu biasa digunakan Biksu untuk beristirahat. Jadi dalam rumah kecil itu ditengah-tengah ada lubang untuk menyalakan api, sehingga penghuninya tidak kedinginan. Muyeol bertanya bagaimana Eunjae tahu dia di sini. Eunjae berkata kalau dia membaca buku harian Muyeol.

"Apa-apaan ini, kabur di usia setua ini?" tanya Eunjae. "Aku pergi karena aku sedang sedih." jawab Muyeol. "Memangnya hanya kamu saja yang sedih?" tanya Eunjae lagi. "Lalu, siapa lagi yang akan merasa sedih selain aku?" Eunjae sepertinya ingin menjawab 'aku! Aku yang sedih!' tapi dia malah berkata, "Dongsu sunbae juga sedih. Begitu juga dengan bibi."

"Kalau kau? Mungkin kau yang gembira." tebak Muyeol "Keluargamu mengadakan pesta makan malam?". Eunjae yang kesal menjawab "Ya, kami makan besar. Sampai mau muntah.". gak tau aja si Muyeol ni..

"Apa yang kau lakukan di sini?"t anya Eunjae. "Aku merasa dunia ini fana, karena itu aku mau menjadi biksu." jawab Muyeol. Eunjae meledek Muyeol yang pasti akan menjadi bencana kalau jadi biksu. Kau begitu memuja wanita, bagaimana bisa kau menjadi seorang biksu?"

"Kau bilang kau hanya punya bisbol, dan kau akan mati tanpa bisbol. Kalau begitu kau harus berjuang. Berjuang sampai mati. Jangan pedulikan omongan orang itu. Berjuanglah dengan seluruh kemampuanmu!" Muyeol hanya diam mendengar kata-kata Eunjae itu.

Eunjae bertanya kenapa dia tidak bilang apa yang dikatakan orang itu. Muyeol berkata dia ingin mengatakannya, tapi dia tidak punya saksi dan bukti. Akan banyak terjadi kekacauan gara-gara ini. "Aku tidak bisa menyeret orang itu ke dalamnya." Siapa orang itu? Jonghee. Eunjae terdiam mendengarnya.

Di rumah sakit, wartawan Koh bertanya kepada Seo Yunyeok siapa Kang Jonghee? Yunyeok kaget mendengar pertanyaan itu. "Kau ini benar-benar hebat. Aktingmu layak mendapatkan academy award." Yunyeok tidak mengerti yang dimaksud wartawan Koh. Wartawan Koh berkata dia sudah tahu semuanya. Yunyeok bertanya darimana dia tahu.

"Apa-apaan ini, kenapa kau melakukan hal ini kepada Park Muyeol? Bukankah kau bilang kalian tidak saling kenal?" tanya wartawan Koh. "Hal ini menjadi besar setelah kau melibatkan diri. Rencana awalku adalah mengambil uangnya lalu melanjutkan hidup. Dia mendapat 5 juta hanya dari bermain bisbol. Dia sangat bodoh di sekolah makanya dia mulai bermain bisbol. Saking bodohnya dia mungkin tidak bisa menghitung dari 1 sampai 10 dalam bahasa Inggris. Tapi, dia berpikir kalau dia adalah yang terbaik di dunia. Dia sangat arogan. Tapi 5 juta? Wah, itu terlalu berlebihan. Aku belajar mati-matian agar bisa diterima di fakultas hukum, kau tahu berapa gaji seorang jaksa? Hanya 3 atau 4 ribu. Apa itu masuk akal?"

Wartawana Koh berkata sinis, 'hanya dengan main bisbol..' tapi, pernahkah kau mengalami situasi di mana kau harus mempertaruhkan hidupmu. Bukan hanya hidupmu tapi juga orang lain, kelangsungan hidup seluruh tim adalah taruhannya, pernah? Pernahkah kau mengayunkan bat hingga kulit tanganmu melepuh? Rasanya sangat sakit sampai kau harus mencuci mukamu dengan punggung tangan? Pernahkah kau mengalami jutaan orang yang menangis dan tertawa karenamu? Jika kau pernah mengalami nya kau layak mendapatkan 5 juta itu." Wartawan Koh akhirnya pergi.

Yunyeok melihat lagi gambar Muyeol yang dia dapatkan. Foto Muyeol dengan bagian mata dirusak dan dibelakangnya ada tulisan 'Kalau kau berani macam-macam dengan Kang Jonghee, Park Muyeol pasti akan ngamuk'.

Muyeol bertanya lagi kenapa Eunjae mencarinya. Eunjae memberitahukan bahwa tim mengajukan keberatan. Dia berkata kalau Muyeol tidak berkata apa-apa, Muyeol tidak akan bisa bermain bisbol lagi. Muyeol berkata dia bisa bermain di mana saja. di Amerika atau di Jepang. Dia juga bisa mengganti namanya, "Bagaimana dengan 'Central'? Central Park". Kok gak sekalian sama Mal Taman Anggrek nya ya, hihihi.

Eunjae masih mencoba membujuk Muyeol untuk mengatakan semuanya, tapi Muyeol kekeuh tidak mau. Kemudian Muyeol menyuruhnya tidur. Eunjae tidak percaya, Muyeol segitu kekeuhnya tidak mau melibatkan Jonghee dalam masalah ini.

Keesokan harinya dengan wajah pucat Eunjae menyuruh Muyeol bersiap untuk pergi karena besoknya ada pertemuan yang harus dihadiri Muyeol. Muyeol memegang dahi Eunjae. Eunjae demam. Awalnya Eunjae berkata bisa menahannya, tapi dia memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum berangkat. Eunjae tertidur. Muyeol menyelimutinya dengan jaket.

Beberapa waktu kemudian Muyeol membangunkan Eunjae untuk makan dan minum obat. Eunjae marah karena Muyeol tidak membangunkannya lebih awal. Muyeol berkata mereka tidak bisa pergi dengan keadaan Eunjae seperti itu. Eunjae yang setengah menangis berkata mereka harus bisa. Itu alasannya dia datang jauh-jauh ke sana. Tapi bangun saja Eunjae tidak bisa. Muyeol juga tidak mau membantunya. "Aku bilang pada mereka kalau aku akan membawamu kembali." kata Eunjae putus asa. Muyeol tersentuh atas kegigihan Eunjae ini.

Dia mengeluarkan catatan Eunjae. Melihat tempat-tempat yang sudah didatangi Eunjae untuk mencari Muyeol.

Dongsu mencoba menghubungi Eunjae, tapi ponsel Eunjae mati. Wartawan Koh berpapasan dengan Dongsu, tapi Dongsu langsung melengos tak memperdulikan Wartawan Koh.

Bibi sedang merapihkan kasur Muyeol. Dia berdoa dengan khusuk agar Muyeol kembali.

Eunjae masih demam, sepertinya demamnya tambah parah. "Sedikit, hanya sedikit sakit." katanya. "Lalu kenapa kau menyusulku?" Muyeol kemudian memeluk Eunjae agar dia tidak merasa kedinginan. "Terima kasih, Idiot." kata Muyeol.

Mereka akhirnya pergi dari gunung.

Semua wartawan sudah hadir dalam konferensi pers itu. Sekali lagi Dongsu mencoba menghubungi Eunjae tapi tidak bisa. Eunjae sedang dalam perjalanan dengan Muyeol juga mencoba menghidupkan ponselnya.

Dongsu mendapat telpon dari wanita pemilik bar yang mengabarkan kalau dia menemukan sesuatu. Wanita itu berkata dia menemukan penyadap dibawah mejanya. Dongsu teringat dia bertemu wartawan Koh sesaat setelah bertemu Muyeol di hari perkelahian itu. Dongsu mencari wartawan Koh diantara kerumunan wartawan tapi tak menemukannya. Dia menelpon wartawan Koh. Wartawan Koh memintanya datang.

Di perjalanan Eunjae gelisah dan selalu melihat jamnya. Muyeol kesal dengan tingkah Eunjae. Sebenarnya Muyeol juga gelisah, akhirnya Eunjae melontarkan guyonan yang gak lucu. Tapi dia berkata punya satu ekspresi lucu. Dia membalikkan badannya dan menampilkan muka seperti di atas.

Muyeol bukannya pengen ketawa, tapi mukanya malah pengen marah. Hahaha.

Dongsu menemui wartawan Koh di lapangan bisbol. "Kau kan yang memasang penyadap itu di bawah meja." Dongsu langsung to the point . wartawan Koh menyangkalnya. Emosi Dongsu naik, karena ini berkaitan dengan bisa tidaknya Park Muyeol kembali main bisbol. "Kalau begitu beri aku satu alasan kenapa Park Muyeol harus bermain bisbol." kata wartawan Koh. Dongsu emosi, langsung menarik kerah baju wartawan Koh. "Kalau begitu apa alasan Park Muyeol untuk berhenti bermain bisbol?" Dongsu bertanya balik. "Itu yang aku maksud, tidak ada alasan sama sekali." Dongsu lebih marah lagi. Wartawan Koh bertanya kenapa Dongsu begitu melindungi Muyeol, seharusnya dia berpihak pada wartawan Koh. "Mata ini bisa mengenali bakat, bukan mata yang mengenal kecemburuan."

Wartawan Koh bercerita dia bermimpi berdiri di lapangan bisbol. Bermain bisol dan memperoleh kemenangan. Wartawan Koh memperagakannya, sambil berkomentar seperti komentator, "Pitcher Koh Jaehyun akan melakukan lemparan. Atlit ini sangat meyakinkan. Mari kita lihat lemparan yang tinggi. Sang pitcher tidak mampu mengangkat lengannya. Apa yang terjadi?"

Dongsu tidak ingin bercanda lagi dengan wartawan Koh, dan beranjak pergi. Wartawan Koh menghentikannya, dan memberinya kaset rekaman.

Semua orang menunggu dimulainya konferensi pers. Termasuk manager Kim.

Dongsu menelpon manager Kim untuk mengulur waktu rapat petinggi sampai dia tiba di sana. Ini kaya rapat komite persatuan bisbol seluruh Korea gitu kali ya.

Manager Kim masuk ke ruang rapat. Dia berkata ingin mengucapkan beberapa kata atas nama Park Muyeol dan Red Dreamers. Mulailah dia bercerita tentang asal usul bisbol, dan perjalanan bisbol di Korea. Para petinggi itu mulai kesal, mereka menyuruh manager Kim langsung ke intinya saja.

Manager Kim sudah keringatan, dan mengambil botol air di depannya dan meminumnya. Manager Kim masih saja berputar-putar, sampai dia akan diusir oleh orang-orang itu. Akhirnya Dongsu datang juga. Dia membawa kaset rekaman Park Muyeol dengan Seo Yunyeok. Isi kaset itu adalah Yunyeok yang menjelekkan Jonghee, dan berkata bahwa Jonghee adalah pelacur.

Rapat selesai, komite berbicara dengan wartawan bahwa mereka mendapatkan bukti yang bertentangan dengan kabar kekerasan Park Muyeol.

Eunjae dan Muyeol tiba di Seoul. Di tempat lain, di bandara seseorang wanita cantik berambut panjang juga tiba di Seol. Sebelum pulang Eunjae makan dulu dan mencharge ponselnya.

Di tempat Sooyung, ada sesorang yang mencarinya, orang itu wanita yang di bandara tadi. Sooyung kaget melihatnya.

Eunjae dan Muyeol masuk ke sebuah cafe. Di situ sudah ada orang-orang yang menyambut kedatangannya dengan pesta. Eunjae kaget apa yang sedang terjadi. "Hukuman kerja sosial selama 24 jam dan diskors 3 bulan dari bisbol." seru manager Kim. Muyeol kaget mendengar berita itu. Muyeol memeluk Dongsu dan berterima kasih karena sudah membantunya. Dongah juga ada di tempat itu.

Muyeol juga memeluk Eunjae. Mereka senang sekali karena masalah telah selesai. Si robot manager Kim juga dipeluk Muyeol. Dongah juga akan dipeluk Muyeol kalau gak dihalangi Eunjae.

Muyeol bertanya bagaimana dengan rekaman itu. Dongsu menjawab tidak tahu. Tiba-tiba ada suara memanggil Muyeol. "hei Park Muyeol."

Di belakangnya ada Sooyung bersama wanita di bandara. Wanita itu langsung berlari memeluk Muyeol. Eunjae mendekati mereka, berniat menarik wanita itu, tapi tangan Muyeol menahannya. Semua terdiam.

Wanita itu melepaskan pelukannya. "Aku rindu padamu, Park Muyeol."

Muyeol: "Kang Jonghee?". Yeah, selamat datang Jessica SNSD.

Muyeol dan Jonghee berpelukan lagi. Eunjae melihatnya dengan nanar.

Episode-8        

Lemparan Pick-off yang sia-sia - (Pick-off maksudnya menjaga runner di markas atau menangkap bola yang dilemparkan oleh defender. Umumnya digunakan untuk merintangi satu sama lain).

Muyeol kaget melihat Jonghee yang datang bersama Sooyung. Jonghee langsung memeluknya, Eunjae lalu tahu kalau orang itu adalah Kang Jonghee-nya Muyeol.

Dongsu mengenalkan Sooyung dan Jonghee pada semua yang ada di situ.

Eunjae shock berat melihat Jonghee ada di sana, sampai-sampai dia nggak sadar sudah menekan bel untuk memanggil pelayan.

Dongsu yang juga kaget akan kedatangan Jonghee bertanya apa yang terjadi. "Aku rindu pada kalian semua. Tidak boleh ya?" jawab Jonghee. 'Tidak boleh', kata Eunjae dalam hati. Muyeol masih meragukan alasan Jonghee, "Benarkah? Apa karena kebetulan?" tanyanya. "Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini." Eunjae menimpali nya dari dalam hati.

"Sebenarnya aku membaca berita di internet." jawab Jonghee. "Tuh kan?" Eunjae masih nimbrung (dalam hati). Jonghee melihat berita di internet tentang Park Muyeol menganiaya orang, Park Muyeol mengamuk, dan Park Muyeol di skors. "Sebenarnya apa yang kau lakukan?"

Eunjae yang dari tadi sudah gak senang, menggebrak meja dengan gelasnya. Semuanya kaget dan melihat Eunjae. Eunjae lebih kesal lagi melihat Jonghee yang sok imut. Dongsu bercerita Jonghee kuat sekali minum arak. Akhirnya Eunjae menantang Jonghee untuk minum. Segelas.. Muyeol menyuruh Jonghee minum pelan-pelan saja. Eunjae megiyakan, "betul! Mungkin masih jet lag. Jangan paksa dirimu." Sekarang giliran Jonghee yang menuangkan arak, "Melihat penampilanmu, kelihatannya kau baru datang dari tempat yang jauh." kata Jonghee. Eunjae tidak mempedulikan dan terus minum. Muyeol keheranan melihat tingkah mereka berdua.

Eunjae pergi ke toilet bersama Dongah yang sedang muntah-muntah. Yang kuat-kuatan minum Eunjae, kenapa yang muntah Dongah. Dongah memuji Jonghee yang yang ternyata benar-benar kuat minum walaupun terlihat begitu kalem dan tenang. Eunjae kesal dan menendang pintu toilet yang didalamnya ada Dongah.

Eunjae memapah Dongah yang KO karena minum. Dari jauh dia melihat Muyeol yang ngobrol berdua dengan Jonghee.

"Sudah lama tidak bertemu denganmu, kau sudah bertambah tua." kata Jonghee.

"Cuma hari ini saja." jawab Muyeol. "Jadi biasanya kau tampan?" ledek Jonghee. "Tampan sekali." Muyeol menjawab Jonghee yang sudah mabuk.

Eunjae tidak tahan lagi melihat Muyeol dan Jonghee, dia melempar Jonghee kemudian berjalan melewati tengah-tengah mereka berdua sambil teriak memanggil taksi. Hahaha. Eunjae menyuruh Jonghee masuk. Sooyung dan Dongsu juga masuk taksi yang sama.

Sebelum taksinya pergi, Muyeol mendekati Jonghee terlebih dahulu, "Jonghee, pulanglah dulu. Aku akan.." belum sempat Muyeol menyelesaikan kata-katanya, Eunjae sudah menutup pintu taksi. Dan menyuruh taksinya pergi. Muyeol ngomel karena tingkah Eunjae ini.

Sesampainya di rumah, Eunjae masih marah-marah. Lalu dia melihat adiknya yang sedang mengintip ayahnya. Ayahnya sedang telepon, tapi tingkah ayahnya itu seperti orang pacaran yang sedang telpon-telponan. "Hati yang sudah kesepian selama 10 tahun, akhirnya menemukan cinta juga." komentar Eunjae. Changho heran mendengar kata-kata Eunjae barusan. Eunjae lalu membuka pintu kamar, dan berteriak menyemangati ayahnya agar pantang mundur. Ayah terbengong-bengong karena kaget.

Saat mencuci tangan, Eunjae melihat pantulan wajahnya di cermin, dan berkata "Cinta adalah hal yang misterius". Eunaje kemudian mencari buku di rak buku Dongah. Di buku itu ada gambar seorang wanita cantik. Sepertinya Eunjae mau mempermak dirinya. Pertama, dia mulai dengan mencukur alisnya, alis kanan aman. Tapi alis kirinya tercukur banyak, alisnya jadi botak. Lalu, Eunaje menggunakan hair dryer untuk rambutnya. Di-blow gitu.. eh malah alisnya yang kepotong kelihatan, akhirnya rambutnya dilepekin lagi. Lalu, dia mengambil bedak, sekalinya nemplokin bedak, Eunjae malah bersin-bersin. Hahaha..

Dan keesokan harinya, terciptalah penampilan baru Eunjae..

Wah, Eunjae pake lipstick. Mana rambutnya lurus. Dia juga bergaya genit dengan menyampirkan rambut ke belakang telinganya (ngerti nggak maksud aku?)

Muyeol juga berpenampilan baru. Keduanya kaget saat bertemu. Eunjae heran, kemana kumis Muyeol. Muyeol juga, dia cuma ngeliatin Eunjae dari atas ke bawah lalu pergi dengan wajah bertanya-tanya.

Sebelum berangkat bibi menghampiri Eunjae, "Terima kasih sudah menemukan Muyeol kami. Aku sangat berterimakasih kepadamu." kata bibi. Eunjae hanya tertawa menanggapinya. Kemudian Eunjae pergi menyusul Muyeol.

Di lift Eunjae berkomentar kalau parfum Muyeol terlalu menyengat. Muyeol mengecek bau di tangan dan di jasnya. "Kenapa kau bercukur?" tanya Eunjae. "Oh, untuk memulai awal yang baru. Tak ada yang istimewa." jawab Muyeol. "Awal baru macam apa.." gerutu Eunjae. "Bagaimana menurutmu? Aku keren tidak?" tanya Muyeol lagi. "Lumayan, rapi. Seperti manusia pada layaknya." jawab Eunjae. Giliran Muyeol yang bertanya, kenapa dengan rambut Eunjae? Eunjae berkata merapikannya sedikit, "Bagaimana menurutmu?" tanya Eunjae malu-malu. "Lumayan. Keren seperti tomboy." jawab Muyeol. Eunjae gak senang dengan jawaban ini. Lalu Muyeol menyadari ada yang salah dengan alis Eunjae. Eunjae cepat-cepat menutupinya dengan sebelah tangan. Tapi Muyeol langsung menarik tangan Eunjae, "Hei separuh alismu hilang."

Manager Kim memberikan jadwal untuk Muyeol. Manager Kim juga mengabarkan rumor kalau pembatalan pencekalan Park Muyeol dikarenakan sponsor tim. Manager Kim ingin merilis rekaman itu tanpa menyebutkan nama Kang Jonghee, tapi Muyeol menolaknya. Akhirnya manager Kim dan Muyeol sepakat mereka merahasiakan kasus ini. "Sebelum badai ini reda, aku harap kau bisa lebih berhati-hati." saran manager Kim.

Dongsu sedang ngobrol bersama wartawan Koh saat Muyeol dan Eunjae masuk ke kantin. Awalnya Muyeol gembira melihat Dongsu, tapi berubah saat melihat ada wartawan Koh di situ. "Muyeol, bukankah ada sesuatu yang ingin kau katakan pada wartawan Koh?" tanya Dongsu. Muyeol tidak mengerti maksud Dongsu. Dongsu juga berkata kalau wartawan Koh juga mau berbicara dengannya. Dongsu meminta mereka berdua bicara sendiri. Dengan sedikit keterpaksaan, akhirnya Muyeol buka suara, "Itu... wartawan Koh... Ini tidak adil! Dia memasang penyadap." Dongsu langsung menghardiknya, "Park Muyeol!".

"Terima kasih." kata Muyeol. "Dia bilang terima kasih wartawan Koh, giliranmu." wartawan Koh juga dengan sedikit terpaksa dan jaim mulai berkata, "Itu.. mungkin aku telah menyinggungmu dalam beberapa hal. Aku juga melakukan beberapa hal yang buruk. Aku minta maaf." Lalu Dongsu menyuruh mereka untuk bersalaman. Seperti anak kecil yang malu-malu akhirnya mereka bersalaman. Salamannya juga cuman menyentuhkan ujung tangan mereka berdua. "Ya ampun.." kata Muyeol langsung pergi. Eunjae ketawa terbahak-bahak. Dongsu juga ikut ketawa.

Eunjae sedang bergaya di depan ponselnya sambil menunggu Muyeol yang ganti baju untuk mulai pemanasan. Lalu dia menerima telepon dan kemudian berbalik arah dan mengganti bajunya lagi.

Muyeol ternyata janjian dengan Jonghee. Muyeol bertanya pada Eunjae, "bagaimana penampilannya, apa ada yang tersangkut di giginya" tanya Muyeol sambil nyengir. Eunjae tidak mau menjawabnya.

Muyeol duduk terpisah dengan Eunjae, tapi Eunjae mendengarkan pembicaraan mereka.

"Bagaimana bisa kau begitu tampan?" tanya Jonghee. 'Apa itu? Menggelikan!' Eunjae berkata dalam hati. "Bukannya selalu? Bagaimana tidurmu?" tanya Muyeol.

"Tidak juga." Jonghee menimpali. 'Kalau begitu pulang sana! Tidur! Untuk apa kemari?' kata Eunjae.

Jonghee bertanya siapa Seo Yunyeok. Muyeol kaget. Jonghee mendengar dari Dongsu dan Sooyung kalau Seo Yunyeok menjelek-jelekannya. Jonghee juga bertanya dimana dia sekarang, dia ingin tahu siapa dia sebenarnya.

Yunyeok akan keluar dari rumah sakit. Dia membawa bunga yang sepertinya didapat dari suster-suster yang naksir dia. Jonghee melihat Yunyeok yang sedang berjalan. Muyeol bertanya apa Jonghee mengenal orang itu. Jonghee menjawab dia tidak kenal orang itu sama sekali. "Aku pasti tak akan lupa pria ganteng seperti itu kalau aku pernah bertemu dengannya sebelumnya." Jonghee menambahkan.

Jonghee kemudian menghampiri Yunyeok, "Keluar dari rumah sakit ya? Selamat!" kata Jonghee ke Yunyeok. Yunyeok menoleh ke Jonghee, "Ya. Terima kasih."

"Kau kenal aku, tidak?" tanya Jonghee.

"Tidak yakin, aku tidak ingat." jawab Yunyeok. "Sepertinya begitu. Kita tidak saling kenal, kan? Tapi kenapa kau berbuat seperti itu?" Yunyeok bingung. Tanpa babibu Jonghee mengambil setangkai mawar dari rangkaian mawar yang Yunyeok bawa dan menamparkannya ke wajah Yunyeok. Yunyeok dan suster kaget, "Kenapa dengan wanita itu?" begitu pula dengan Eunjae dan Muyeol.

Muyeol memperingatkan Jonghee untuk tidak mendekati orang itu lagi, karena dia berbahaya. Jonghee menggoda Muyeol, "Apa kau mencemaskanku?".

"Serius!!" jawab Muyeol. Jonghee lalu menggigit tangan Muyeol. "Mengapa kau jadi marah?" tanya Jonghee sambil cemberut. "Aku tidak marah, aku khawatir kau terluka. Janji kau tidak melakukannya lagi." jawab Muyeol. "Baik. Kalau begitu kita pergi makan." Jonghee sudah tidak marah lagi.

Di kursi belakang Eunjae hanya diam dan menundukan kepalanya. Patah hati.

Mereka bertiga pergi makan. Eunjae duduk terpisah dari mereka berdua dan terus melihat Jonghee dengan tatapan tajam. Jonghee merasa tidak enak dilihatin terus, "Kenapa dia terus melihat ke arah sini?" tanya Jonghee ke Muyeol. Muyeol langsung membalikan badannya ke arah Eunjae. Eunjae tidak langsung membuang muka agar tidak ketahuan. Dia pelan pelan menggerakan kepalanya agar tidak menatap ke arah mereka lagi. "Dia memang seperti itu." kata Muyeol mengomentari sikap Eunjae. Jonghee bertanya apa Muyeol tidak merasa terganggu? Awalnya begitu, tapi sekarang sudah terbiasa. Jonghee pamit ke kamar mandi.

Muyeol menoleh ke Eunjae, bertanya pendapatnya tentang Jonghee. "Sepertinya Jonghee menyukaiku." kata Muyeol. 'Yang jelas kau yang tergila-gila padanya.'batin Eunjae. "Mana aku tahu???" kata Eunjae. "Coba pikir. Kau juga seorang perempuan."

 "Bukannya tadi kau bilang aku bukan perempuan." keluh Eunjae. "Okelah kau seorang wanita. Jadi, bagaimana menurutmu?" Muyeol memaksa. Eunjae diam saja, lalu dia berkata memang Jonghee orang yang lumayan menarik, "Cantik, rendah hati, bergaya, dan kuat minum. Tapi bagaimana mungkin gadis secantik dia masih jomblo sampai sekarang? Negara asing dimana penduduknya bebas nikah sepanjang tahun. Negara dimana hubungan bebas adalah lazim. Entah itu Tom atau Michael, mungkin dia sudah berpacaran dengan mereka." Eunjae membuat Muyeol down.

Mereka bertiga pergi ke supermarket. Jonghee sedang memilih mug. Muyeol memperhatikan Jonghee, melihat jari tangannya lebih tepatnya. Jonghee bertanya apa Muyeol hari ini tidak ada jadwal? 'Apa hubungannya dengamu' lagi-lagi Eunjae membatin. Ni lama-lama Eunjae bakal jadi ahli kebatinan deh. Muyeol menjawab kalau dia memang ada latihan, tapi itu bisa ditunda. 'sepertinya ada orang yang bakal berprestasi jelek tahun depan' komentar Eunjae. Jonghee dan Muyeol memilih mug untuk mereka. Kemudian Jonghee melihat ada sandal dengan gambaar beruang, Muyeol mengambil sandal dengan gambar harimau. Mereka berdua main-main dengan sandal itu. "Ah, benar-benar.." kata Eunjae. Mereka berdua berhenti bermain dan langsung menatapnya. Hahaha.. "Cuekin saja! aku hanya berpikir secara lantang." kata Eunjae lagi.

Muyeol dan Jonghee jalan-jalan di supermarket, beberapa orang melihat ke arah mereka. Mereka berdua saling bercaanda. Lalu Jonghee bertanya sambil bercanda, "Park Muyeol punya pacar? Berpegangan tangan pun tidak boleh?" Eunjae yang ada dibelakang mereka mengangguk-anggukan kepalanya. "Seharusnya tidak masalah. Berpegangan tangan bolehlah. Lalu, bagaimana denganmu? Tidak apa-apa dekat denganku? Kau tidak punya pacar yang bernama Tom atau Michael?". Jonghee menjawab sambil tertawa, "Sudah kuputuskan, karena mereka terlalu menjengkelkan." Lalu mereka berdua bergandengan tangan.

Di rumahnya, lagi-lagi Eunjae melihat cermin. Dongah yang sedang membaca mengomentari temannya itu. "Lucu? Apa lucu memelototi wajah sendiri?" Eunjae mengeluh seandainya dia lebih cantik. Dongah memberi semangat, tidak ada yang mustahil. Eunjae beandai-andai alangkah baik kalau dia lebih cantik, lebih lembut. Dongah berkata kalau itu adalah suatu reinkarnasi.

Eunjae bertanya pada Dongah, kalau Dongah laki-laki, apa dia akan tertarik pada Eunjae? Dongah menjawab dengan bergumam, hmm. Eunjae bertanya dalam segi apa dia akan menyukai nya? "Pertanyaan subjektif ya (pertanyaan yang membutuhkan alasan). Kupikir itu adalah pertanyaan benar atau salah." Hahaha... Dongah bertanya siapa orangnya? Pria macam apa dia? Eunjae manyangkalnya. "Apa kau pikir aku takkan tahu meski kau tak mengatakannya?" Dongah menebak perubahan Eunjae pasti dikarenakan oleh cinta. Tebakan pertama Dongah adalah Park Muyeol, tapi ternyata bukan. Eunjae bereaksi ketika nama Park Muyeol disebut. Kim Taehan (manager Kim) adalah punyaku. Dan Jin Dongsu adalah pria beristri. Jadi hanya ada satu jawaban, wartawan Koh.

Wartawan Koh bersin trus kupingnya gatal, karena diomongin sama mereka berdua. bwahaha, ini adegan paling lucu di episode ini.

Eunjae menyerah. "Sudahlah.." tapi Dongah tetap kekeuh ingin Eunjae cerita. Eunjae menolaknya mentah-mentah. Dongah berkata dia tahu segalanya tentang cinta dari buku. Eunjae malah lebih pusing dengar Dongah. Dongah bertanya apa Eunjae sudah mengutarakan perasaannya? Belum. "Kenapa? Tidak pernah dengar serangan lebih dulu?".

"Aku tahu, tapi aku tidak percaya diri sebagai seorang perempuan." kata Eunjae dengan sedih. Dongah melihat Eunjae dari atas ke bawah, dan menghiburnya bahwa cinta tak serumit itu. Cinta adalah ketertarikan terhadap pesona seseorang. Kau juga punya sisi yang sangat menarik. Berusahalah mencari sesuatu yang tidak dimiliki wanita lain. Eunjae membandingkan dirinya dengan Jonghee, dan dia merasa tidak sebanding sama sekali.

Dongah tetap menyemangati Eunjae, bahwa dia pasti punya sesuatu yang bagus.

Muyeol senyum-senyum sendiri mengingat ketika dia dengan Jonghee, dan membuat dia lebih serius berlatih beban.

Ada bunyi ponsel, Muyeol cepat-cepat mengecek ponselnya. Tapi ternyata ponsel Hyunwoo yang bunyi. Muyeol kesal, langsung menyuruh Hyunwoo mengganti nada deringnya.

Muyeol sedang mencari alasan agar dia bisa bertemu dengan Jonghee, tapi tak ada acara khusus di tanggal terdekat.

Akhirnya Muyeol pergi ke rumah Dongsu dengan Wooyoung sebagai alasan. "Selamat atas kelulusanmu, nak." kata Muyeol sambil memberikan hadiah kepada Wooyoung. "Aku tidak mengikuti kelulusan." kata Wooyuong polos. Bukankah kau lulus dari TK? Padahal Wooyoung hanya pindah dari kelas bulan ke kelas matahari. Maksudnya, dari nol kecil ke nol besar gitu kali ya. Jonghee dan Eunjae ketawa melihat Muyeol dan Wooyoung. Muyeol malu, kalau begitu hadiahnya akan ku ambil lagi. Wooyoung tidak mau, dia mau hadiahnya.

Muyeol menelpon Dongsu kalau dia ada di rumah Dongsu. Dongsu langsung menyampaikan ke istrinya. "Sudah ku bilang kan kalau dia pasti akan datang dalam beberapa hari ini. Dongsu dan Sooyung berbicara tentang Muyeol dan Jonghee. Alasan mereka putus bukan karena mereka tidak cinta lagi.

Muyeol menemani Jonghee yang bermain dengan kucingnya. Kucing Jonghee tidak boleh dikeluarkan dari kandang karena Wooyoung alergi.

Eunjae bermain dengan Wooyoung. Wah adegan kaya gini terulang lagi. Eunjae membuka pintu kamar Wooyoung untuk mendengar apa yang Muyeol dan Jonghee bicarakan. Jonghee ingin pindah, dia meminta Muyeol kalau di rumahnya ada kamar lebih, bisa disewakan pada Jonghee.

Eunjae langsung berteriak, "Perempuan jalang, beraninya kau menentangku." Wooyoung bingung apa itu perempuan jalang. Hahaahaa..

Jonghee merasa tidak enak tinggal di rumah Sooyung, tapi tinggal di hotel atau motel juga tidak bisa. Muyeol bertanya sampai kapan Jonghee di Korea. Jonghee juga tidak tahu, "Atau, aku tidak usah kembali saja?" candanya.

"Hentikan! Sebelum kusobek mulutmu yang bicara sembarangan." Eunjae teriak-teriak lagi. Wooyoung jadi ketakutan.

Dongsu datang. Mereka semua makan bersama. Muyeol menyarankan agar Jonghee pindah ke apartemennya saja. Eunjae marah mendengar hal ini.

Muyeol dan Jonghee sedang melihat apartemen ditemani oleh pengelola apartemen. Pengelola mengira kalau Jonghee dan Muyeol sudah menikah.

Jonghee senang di apartemen itu, karena hewan peliharan juga diperbolehkan masuk. Jonghee menamai kucingnya 'short' yang kata Muyeol itu mengartikan dirinya. "Shortstop, itu aku." kata Muyeol bahagia. Eunjae memberi semangat dengan sinis pada Muyeol. Muyeol bertanya ada apa dengan Eunjae, dulu begitu cepat marah, tapi akhir-akhir ini jadi semakin parah. Eunjae tidak menjawab pertanyaan Muyeol, dan meninggalkannya saat lift sampai di lantai yang dituju.

Eunjae juga murung ketika berada di kantor direktur Jang. Eunjae bertanya apa direkturnya pernah melanggar peraturan no. 5 tentang tidak boleh jatuh hati kepada kliennya. Direktur berkata pernah. Bercerita lah direktur Jang tentang wanita itu. Eunjae bukannya jadi lebih baik, malah jadi lebih sedih.

Muyeol sedang makan ketika Jonghee datang. Bibi agak sedikit shock melihat kedatangan Jonghee.

Muyeol mengajaknya makan karena Jonghee belum punya peralatan apapun di kamarnya. Muyeol tersenyum melihat Jonghee yang sedang makan. Bibi juga memperhatikan mereka. Ada yang yang salah sama pandangan si bibi.

Eunjae menunggu Muyeol di gym, ternyata Muyeol sedang melamun. Eunjae tersenyum melihatnya, lalu memalingkan muka waktu Muyeol memergokinya sedang memandangi Muyeol.

Muyeol bertanya tentang cinta pertama Eunjae. Muyeol meledek pasti Eunjae tidak punya cinta pertama. Eunjae emosi, "Itu oppa seniorku di kelas sepuluh. Dia memberiku les tambahan. Kulitnya putih dan berkacamata. Dia sepertinya memiliki IQ lebih dari 150 dan mirip Song Jong Ki. Tahu Song Joong Ki kan? Yang jadi Gu Yong Ha di drama Sunkyungkwan Scandal, wah jadi kangen oppa ganteng satu itu ^^. Muyeol ingin tahu bagaimana kelanjutannya. Eunjae bilang kalau itu pribadi. "Diputusin?". Eunjae protes bukan seperti itu.

Flashback ke masa Eunjae muda, Eunjae sedang bermain ice skating bersama oppa-yang mirip Song Joong Ki. Masa itu masa indah buat Eunjae. Setelah ice skating-an mereka berdua makan dan saling suap-suapan. Si cowok pamit ke kamar mandi, dan lama gak keluar-keluar. Eunjae menyusulnya ke toilet, dia menemukan oppa nya sedang dikeroyok. Tanpa basa-basi dia langsung menghajar orang-orang itu. Si oppa jadi takut melihat Eunjae.

Muyeol tertawa ngakak mendengar cerita Eunjae. Cerita selanjutnya bisa ditebak Muyeol. Si oppa gak muncul dihadapan Eunjae lagi. Satu nasihat dari Muyeol. "Hei, idiot, kalau kau bertemu seorang pria lagi, jangan kau pamerkan kejantananmu. Paham?"

Muyeol ingin bercerita tentang cinta pertamanya, tapi Eunjae tidak mau mendengarkan. Tapi Eunjae penasaran kenapa Jonghee dan Muyeol putus. Sekarang giliran Muyeol yang diam saja.

Eunjae berkata, semuanya akan sia-sia meskipun dia kembali. Gelas yang patah meskipun dilem lagi, dalam waktu singkat pasti akan bocor lagi. Hal ini membuat Muyeol kesal.

Seo Yunyeok membuka bar nya. Manager Kim dan Dongah ada di dalam mobil mengamati Yunyeok dan bar itu. Manager Kim: Sudah dikonfirmasi bahwa Seo Yunyeok tidak mengenal Kang Jonghee. Berarti, seseorang yang mengenal Park Muyeol telah memberinya informasi tentang Jonghee. Berarti, kita punya alasan lebih untuk tetap mengawasinya. Manager Kim lalu menoleh ke Dongah yang dari tadi dandan mulu. Manager Kim berkata kalau Dongah sepertinya sudah berlebihan. "Benarkah, apa warnanya terlalu menyolok?" tanya Dongah. "Bukan itu, aku agak tidak mengerti mengapa kau mau bersusah payah seperti ini. Hal ini sama sekali tak ada hubungannya denganmu." Dongah menjawab karena ini menyenangkan. Dia berpendapat itulah yang dilakukan pengangguran seperti dirinya. Dia harus terlibat dalam segala hal.

Dongah meminta bantuan manager Kim untuk memasangkan bulu mata palsu. Manager Kim agak takut awalnya, tapi kemudian memasangkannya juga. Manager Kim menghela nafas lega setelah Dongah keluar mobil, dia juga mengelap dahinya yang basah oleh keringat. Berinteraksi dengan perempuan segitu dekatnya sepertinya bikin manager Kim panas dingin.

Dongah salah kostum, dia berpenampilan seperti wanita bar dengan rok mini dan stoking jaringnya. Tapi yang dibutuhkan bar adalah karyawan dapur. Hahaha. Dongah tak peduli apa pekerjaannya yang penting dia bisa diterima. Pemilik bar mengetes Dongah dengan mengupas apel. Dongah sama sekali gak bisa mengupas apel, akhirnya Yunyeok yang melakukannya. Tunggu, Yunyeok kok jadi ganteng...???

Muyeol teringat masa lalu, saat Jonghee meminta putus darinya. Jonghee merasa hanya membawa kesusahan untuk Muyeol. Kalau hal yang sama terus terulang, lambat laun kau akan membenciku. Mereka berdua putus, meskipun saling mencintai.

Eunjae akhirnya bertanya pada Dongsu soal alasan kenapa Jonghee dan Muyeol putus. Dongsu bercerita kala Jonghee punya penyakit depresi ringan. Di saat kumat dia bahkan tidak bisa makan dengan baik. Pernah suatu kali ketika Muyeol akan berangat ke camp latihan, Jonghee mendadak kumat. Jonghee kabur. Muyeol akhirnya meninggalkan pelatihannya dan mencari Jonghee. Karena hal ini juga, pelatih ngamuk padanya. Untuk tidak melibatkan Muyeol pada situasi seperti ini, Jonghee minta putus.

Muyeol terus saja berlari di treadmill, Eunjae datang membawakan handuk. Eunjae hanya bisa menghela nafas melihat Muyeol.

Ada seseorang yang mengikuti Jonghee.

Ada seseorang juga yang mengikuti Eunjae. Setelah Eunjae berhenti dan berbalik, orang itu membekap mulutnya dan menariknya masuk. Muyeol yang semula ada didepannya berhenti, berbalik melihat Eunjae, disitu juga ada Jonghee yang tersenyum. Mereka berdua membalikan badan dan berjalan bergandengan meninggalkan Eunjae yang dibekap. Ternyata itu hanya mimpi buruk Eunjae.

Eunjae bangun dan melihat wajah ayahnya yang bersih tanpa brewok. Eunjae kaget sampai jadi gagap.

Ayahnya berkaca dan memakai topi Changho ( berlagak seperti anak muda). Changho marah topinya dipakai. Sebelum ayah Eunjae pergi kencan Eunjae memberi semangat kepadanya, ayah fighting. Dia merasa kalau semuanya rencana ayahnya lancar, berarti ada harapan juga baginya.

Malam natal, Muyeol bosan di rumah sendirian nonton home alone. Habis nonton dia baca buku, lalu tertidur. Muyeol lalu menelpon Eunjae yang sedang tidur. Muyeol menyuruh Eunjae datang ke rumahnya buat menemani dia.

Eunjae awalnya sok jual mahal, padahal dia senang banget Muyeol menyuruhnya datang. Sebelum berangkat Eunjae dandan dulu.

Sesampainya di tempat Muyeol. Muyeol sudah membelikan beberapa makanan. Muyeol melihat ada sesuatu di bibir Eunjae, lalu memegangnya. "Lipstik?" Muyeol kaget. Eunjae beralasan karena ini malam natal, jadi dia ingin tampil beda.

Muyeol diam saja di sofanya. Eunjae senyum-senyum melihat Muyeol. "Idiot, kau tidak kangen oppa cinta pertama mu?" Eunjae bilang tidak, karena dia pasti sudah bahagia di suatu tempat. Eunjae menanyakan Jonghee. Muyeol tidak tahu dimana Jonghee.

Jonghee sedang di rumahnya mengecat sebuah pajangan. Tiba-tiba ada sebuah surat masuk masuk dari bawah pintunya.

Eunjae bertanya mengapa tidak menelpon Jonghee. Muyeol balik bertanya, "Percayakah kau pada takdir? Orang bilang ada benang merah di diri kita yang akan menyatukanmu dengan orang yang ditakdirkan untuk hidup bersamamu."

"Bagaimana dengan Elizabeth Tylor? Apakah berarti dia mempunyai 4 atau 5 benang?" Eunjae menimpali.

Bukan tentang berapa kali kau menikah atau berkencan, atau jatuh cinta. Tapi perasaan bahwa dia adalah belahan jiwamu.

Eunjae merasa ini tentang Jonghee lagi. Muyeol merasa semua ini belum berakhir. "Tidak ada hal seperti itu. Itu cuma perasaan yang tertinggal." kata Eunjae. "Kalaupun iya itu bukanlah takdir. Bertemu ya bertemu. Putus ya putus. Apa hubungannya dengan takdir? Baik cinta atau dendam, semuanya akan sirna ditelan waktu." Eunjae sedikit emosi.

Muyeol meledek Eunjae tahu apa dia soal cinta. Eunjae berkata tahu tentang cinta. "Dari umur 9 tahun aku sudah tahu kalau cinta adalah sebuah wabah yang mematikan."

Muyeol tertawa mendengar perkataan Eunjae, dia mengira Eunjae pernah dicampakan seseorang. "Ibuku kabur dengan lelaki lain. Keluargaku hancur." Muyeol berhenti menertawakan Eunjae. "Ibu-ibu menyerbu rumah kami dan menjambak rambut ibuku. Benar-benar memalukan sekali. Tapi ayah berkata sanggup memaafkan ibu sepenuh hati, karena cintanya pada ibu. Tapi ibu berkata ia tidak butuh apapun juga, termasuk anak-anaknya. Jadi ibu pergi dari rumah." mata Eunjae mulai berkaca-kaca, "kau pikir aku tidak tahu apapun soal cinta? Aku telah mewarisi gen yang hanya mengerti tentang cinta. Ibuku yang percaya takdir dan menduakan ayahku, akhirnya putus juga dengan lelaki itu. Ayahku menunggu selama 15 tahun sebelum mulai berkencan dengan wanita lain. Kau masih belum melewati 7 atau 8 tahun dan kau bilang itu takdirmu?" Eunjae mulai menangis.

Muyeol merasa tidak enak, dia bertanya pada Eunjae ada apa dengannya. "Aku cuma mau bilang, mencintai seseorang hingga ke liang kubur itu benar-benar merana." kata Eunjae. "Apa?" tanya Muyeol.

"Aku tidak tahu awalnya kapan, aku suka padamu." Muyeol diam, mencoba mencerna perkataan Eunjae. Eunjae juga diam sesaat. "Aku suka padamu. Jika takdir itu nyata, takdir itu adalah kamu."

Muyeol kaget mendengarnya

Episode-9        

Siapa yang bersalah? Texas Hit (mengacu pada kegagalan memukul bola yang berubah menjadi pukulan yang menguntungkan). Tentunya, ini kejadian yang tidak menguntungkan pihak pertahanan.

"Aku tak tahu kapan hal ini mulai terjadi. tapi aku menyukaimu. Jika takdir itu ada. Takdirku adalah kau". Muyeol tidak berkomentar apapun mendengar pengakuan Eun Jae.

Jonghee datang membawa kado untuk Muyeol. Melihat ekspresi Eunjae, Jonghee merasa dia mengganggu mereka berdua. Eunjae tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menyuruh mereka mendekat sementara Eunjae menelpon Dongah. "Dongah, aku kalah. Aku ketawa sampai kaki tanganku lemas. Kau boleh ambil uangnya." Dongah yang sedang tidur bingung apa yang Eunjae bicarakan.

Muyeol juga bingung dengan kelakuan Eunjae. Eunjae bilang dia sedang taruhan dengan Dongah, taruhan menyatakan cinta pada seseorang. Seseorang itu adalah Park Muyeol. Jonghee bertanya apa jawaban Muyeol? Muyeol menjawab, "Kau gila ya, jawaban seperti itu." Jonghee bertanya mengapa dia melakukan taruhan seperti itu, bukankah itu agak tidak sopan. "Apa yang terjadi kalau Park Muyeol bilang iya?" tanyanya. "Oh, Jonghee mungkin tidak tahu, tapi hubungan kami adalah hubungan 'Aku ingin kau mati'." jawab Eunjae. Muyeol ogah-ogahan menjawabnya.

Eunjae mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Muyeol membuka kado yang diberikan Jonghee. Kadonya berupa kotak musik. Muyeol memutarnya dan Jonghee menari-nari mengikuti irama musik. Muyeol mengamati Jonghee sambil tersenyum. Eunjae melihatnya dengan sedih.

Muyeol juga memberikan hadiah pada Jonghee, hadiahnya parfum. Eunjae juga menuntut hadiah pada Muyeol. Muyeol berkata hadiahnya sudah dikirimkan lewat pengiriman ekspres. Eunjae bingung kado macam apa itu.

Changho sedang membuka bungkusan berisi daging sapi Korea.

Muyeol beralasan, karena kemarin Eunjae sakit, maka ia membelikannya daging sapi Korea. For information, di Korea daging sapi local tuh jauh lebih mahal dan lebih enak daripada daging sapi import. Eunjae sepertinya ingin dibelikan barang-barang seperti yang dibelikan Muyeol ke Jonghee. Muyeol berkata, kalau tidak mau kembalikan saja.

Muyeol mengabarkan ke Jonghee kalau Sooyung akan mengajar di akademi. Sooyung berkata itu pas karena ketika dia masih kuliah, dia belajar lebih banyak dari dia dibandingkan dari professor.

Setelah Jonghee pergi, tinggal Muyeol dan Eunjae berdua. Eunjae mengeluh kenapa yang dilihat hanya Jonghee, dia tidak dilihat sama sekali. Muyeol bertanya, "Kau mabuk?".

"Apa ini kau sebut mabuk?" jawab Eunjae. "Kau ini mengajak berantem saja.." Muyeol ingin mengacak-acak rambut Eunjae seperti biasa, tapi dia teringat akan pengakuan Eunjae tadi, akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Eunjae menunggu taksi ditemani Muyeol. Muyeol terus memandang Eunjae. Kemudian berkata, "Hei idiot, tadi kau benar-benar serius, ya kan."

Eunjae tidak menjawab karena taksinya sudah datang. Muyeol membuka pintu untuknya dan mengantarnya pulang. Muyeol terdiam melihat Eunjae pulang. Ada apa ini? Sudah mulai tumbuh benih benih cinta kah di hati Muyeol?

Di taksi Eunjae marah-marah tanpa suara. Dia membenturkan kepalanya ke kursi mobil. Sampai-sampai pak sopir akan menepikan mobilnya mengira Eunjae kenapa-kenapa.

Eunjae pulang dengan lesu. Ayah dan adiknya sudah menunggu. Eunjae ingin langsung pergi ke kamarnya, tapi ayahnya menahan. Ayahnya berkata ada kiriman dari si bajingan Park Muyeol. Eunjae mengabaikan ayahnya dan pergi ke kamar.

Ayah Eunjae terheran-heran kenapa Muyeol mengirim daging sapi itu. Awalnya ayah Eunjae ingin menolaknya. Tapi Changho berkata kalau daging ini kualitas premium. "Kalau ini cuma babi atau daging lainnya, sudah pasti aku buang langsung." kata ayah. "Ayah, meskipun Park Muyeol bersalah, tapi daging ini tidak." kata Changho. Akhirnya mereka mengambilnya.

Masih dengan lesu, Eunjae keluar kamar. Dia bertanya kepada Changho tentang ayahnya yang akan mengatakan cinta. Melihat tingkah lakunya yang sangat girang sepertinya semuanya lancer-lancar saja. "Dalam satu keluarga, setidaknya harus ada satu yang beruntung." kata Eunjae. Changho melihat kakaknya seperti orang yang baru saja ditolak.

Muyeol tidak bisa tidur karena memikirkan kata-kata pengakuan Eunjae tadi. "Apa aku sudah gila, kenapa seperti ini?" katanya.

Eunjae datang ke rumah Muyeol disambut oleh bibi. Eunjae melihat syal yang dipakai bibi, karena tidak biasa bibi memakai syal di rumah. Bibi berkata itu hadiah natal dari Muyeol. Muyeol keluar kamar, melihat Eunjae tanpa berkata apa-apa.

Muyeol berlatih di lapangan, tapi dia tidak konsentrasi. Pukulannya banyak yang meleset. Eunjae melihatnya dari jauh. Dongsu datang mengingatkan janji mereka sore nanti.

Ternyata bukan hanya Dongsu dan Muyeol, tapi juga ada Sooyung dan Jonghee. Mereka pergi nonton. Eunjae juga ikut nonton. Di bioskop Jonghee sering bisik-bisik ke Muyeol, itu bikin Eunjae kesal. Alhasil dia makan popcorn dengan berisik, sampai orang di sebelahnya terganggu.

Setelah itu mereka main game. Eunjae benar-benar gak dipedulikan oleh mereka. Dua pasangan itu asik main, sementara Eunjae hanya melihat dari jauh atau dari belakang mereka. Setelah puas bermain, mereka pergi ke tempat makan. Eunjae mengawasi Muyeol yang sedang memberikan tanda tangan untuk anak-anak.

Jonghee bertanya pada Dongsu apa dia tidak cemburu pada Muyeol yang sekarang sudah jadi public figure? Dongsu diam saja. Jonghee bercerita dengan semangat ketika anak-anak itu mengejar Dongsu untuk meminta tanda tangan, Muyeol akan mencoba untuk merampasnya. Dongsu dan Sooyung tertawa mendengarnya. Tapi ekspresi Sooyung menyiratkan hal lain, sedih.

Dongsu pergi mengambil pesanan mereka. Eunjae menghampirinya. "Jonghee kan jauh lebih muda, tapi mengapa dia memanggilmu hanya dengan nama saja?" Dongsu menjawab Jonghee memanggil orang-orang yang dia sukai dan dekat dengannya dengan nama saja, terlepas dari umur mereka. Di sisi lain, dia sangat sopan pada orang yang tidak begitu disukainya.

Jonghee membagikan makanan. Dia memanggil Dongsu, Sooyung dan Muyeol dengan nama. Tapi memanggil Eunjae dengan nona. Hihihi..

Sooyung bertanya kapan Jonghee kembali ke Inggris. Jonghee berkata tidak tahu, karena kemungkinan dia tidak akan kembali ke sana. Jonghee berkata kalau dia berhenti melukis. Tidak benar-benar berhenti, lebih seperti tidak punya inspirasi. Mungkin kreativitasku sudah hilang. Sooyung kaget mendengarnya.

Di mobil, Sooyung masih memikirkan kata-kata Jonghee yang bilang berhenti melukis. Sooyung berkata bahwa dia berhenti melukis karena Jonghee. "Boleh dibilang karena ibuku, tapi secara bersamaan karena Jonghee juga. Jonghee mampir ke sekolah ku saat dia kelas 9. Agak sedikit terlambat baginya untuk mulai melukis pada umur itu. Aku mulai belajar melukis sejak TK dari ibuku. Perasaanku saat melihat lukisan Jonghee pada saat itu aneh. Aku tahu dari dulu bahwa dia tidak akan berhasil. Masih mending kalau hanya aku saja yang merasa begitu, ibu juga melihat lukisannya, dan memiliki perasaan yang sama. Itu sebabnya aku merasa sedih sekarang." Dongsu ingin mencoba menghibur istrinya, "Awalnya kukira kau berhenti gara-gara aku. Aku merasa bersalah." kata Dongsu bercanda.

Dongah terus mengawasi Yeonyuk di cafe. Ada seorang wanita yang memberikan secari kertas pada Yeonyuk. Dongah langsung melihatnya ingin tahu apa isi kertas itu. Yeonyuk membuang kertas itu ke tempat sampah. Dongah memungutnya. Ternyata isi kertas itu adalah nomor telepon si wanita. Dongah ngomel-ngomel ke Manager Kim di mobil ketika pulang kerja. Manager Kim hanya memandangi Dongah.

Sebelum turun Dongah memberikan kartu ucapan selamat tahun baru ke manager Kim. Dia bilang itu buatannya sendiri. Dongah berpesan, "Ada fotoku memakai bikini. Boleh kau pajang di mejamu".

Manager Kim bengong, dengan perlahan membuka kartu nya. Di kartu itu ada perempuan berambut panjang mengenakan bikini. Perempuan itu adalah Dongah kecil, ahahaha. Kartu itu bertuliskan 'Entah itu tahun baru atau bukan, bergembira lah setiap hari. Dongah mu.'. manager Kim senang menerima kartu itu. Ekspresinya senang, tapi aku kecewa, manager Kim senyumnya tipiis banget. Buset dah ni orang, gak inget cara nya senyum kali ya.

Eunjae bersiap untuk tidur, Dongah masuk memberikannya kartu tahun baru. Dongah bercerita memberikan Manager Kim foto bikininya. "Tahun baru perlu gebrakan baru." kata Dongah. Eunjae menanyakan perkembangan kasus Seo Yunyeok. Dongah bercerita, anak itu sungguh beruntung dalam hal wanita, dia jago mengupas apel, dan jari-jarinya sangat panjang. "Kau naksir dia?" tanya Eunjae. "Sedikit, tapi hatiku hanya milik manager Kim seorang. Kau sendiri? Bagaimana dengan wartawan Koh?". Eunjae gak nyambung awalnya, tapi kemudian wajah Eunjae menyiratkan kalau semua kacau balau (dengan Muyeol, bukan dengan wartawan Koh). Dongah memberinya nasihat agar lebih agresif. Eunjae hanya menganggap perkataan Dongah itu angin lalu. "Kau ini bukan wanita cantik. Bagaimana kau hanya menunggu cinta datang mengetuk pintu mu? Bahkan jika kau yang pertama melakukan pendekate, masih belum tentu berhasil." Dongah to the point banget. "Orang yang kucintai membalas cintaku, bagaimana rasanya ya?" tanya Eunjae. Dongah menjawab rasanya seperti keajaiban, menurut buku.

Dongsu mengawasi orang-orang mengangkati kardus-kardus berisi peralatan bisbol. Muyeol berbincang dengan pelatih. Pelatih melihat Dongsu yang membawa kardus juga. Muyeol dan Dongsu pergi ke lapangan untuk melihat junior-juniornya berlatih, sambil bernostalgia masa lalu mereka. Dongsu bertanya tentang Jonghee, sepertinya Muyeol tidak bisa melupakan Jonghee meskipun mereka sudah putus.

Dongsu berkata kalau depresi Jonghee sembuh mereka berdua tidak akan memiliki masalah sama sekali. Eunjae mendengar pembicaraan mereka dari belakang. "Menurutku, jauh lebih baik sekarang daripada dulu. Kau juga bukan Park Muyeol yang dulu." kata Dongsu lagi. Muyeol melihat Eunjae di belakangnya, kemudian mengambil salah satu kopi yang dia pegang. Dongsu juga akan mengambil kopi yang dibawakan Eunjae, tapi karena kesal Eunjae meminum kopi itu. Hahaha..

Jonghee ada di rumah Sooyung memperhatikan cara dia memasak. Jonghee berkomentar, dulu Sooyung sama sekali tidak bisa memasak. "Kalau aku sudah menikah apa aku harus melakukan hal-hal seperti ini?" tanyanya. Sooyung bertanya apa Jonghee benar-benar akan berhenti melukis. Jonghee berkata bukannya dia tidak mau, tapi dia tidak bisa. "Kau begitu gampang menyerah." kata Sooyung. "Gampang? Aku orang yang penuh pertimbangan." kata Jonghee sambil makan. Lalu apa yang akan Jonghee lakukan. "Ada dua hal yang ingin aku lakukan. Pertama adalah melukis. Yang kedua adalah menjadi istri Park Muyeol".

Di cafe, Dongah mencoba mencari tahu isi tas Yeonyuk. Yeonyuk mulai curiga ketika Dongah yang sedang mencuci piring tidak mematikan keran air. Yeonyuk akan masuk ke tempat penyimpanan tas di mana Dongah sedang membuka tas Yeonyuk. Tapi untung Dongah diselamatkan oleh pemilik cafe yang memanggilnya, ada tamu untuknya.

Wartawan Koh datang menemui Yeonyuk. Mereka berdua berbasa-basi sebentar. Dongah masih memperhatikan. Wartawan Koh kemudian mengeluarkan sebuah foto. Dengan sengaja menjatuhkan foto itu. Ternyata itu adalah foto Muyeol yang matanya dirusak. Dongah kaget melihat itu. Dia ingin bertanya kepada kedua orang itu, tapi pemilik cafe menyuruh Dongah menyapu halaman depan. Dongah melakukannya dengan kesal.

Wartawan Koh masih berada di cafe melihat Yeonyuk bekerja. Sambil bekerja Yeonyuk berbincang dengannya,. Apa itu kerjaan wartawan Koh? Aku penasaran siapa yang memberikan foto itu. "Kenapa kau memberikannya padaku? Atau mungkin kau memberikan itu pada beberapa orang lainnya". Yeonyuk mendapatkan foto seperti itu juga tanpa tahu siapa yang mengirimkan. Wartawan Koh bertanya apa yang tertulis dibalik foto. Yeonyuk tidak mau memberi tahu. Wartawan Koh pergi dari cafe itu dan berpapasan dengan Dongah yang penasaran terhadap foto itu.

Dongah melapor kepada manager Kim yang sudah menunggunya di coffee shop. "Aku menemukan sesuatu." katanya. Dia bercerita tentang seorang pria yang berbincang cukup lama dengan Yeonyuk (wartawan Koh) yang juga mempunyai foto Muyeol dengan mata bolong. Dongah mencoba menggambar sketsa wajah wartawan Koh diatas kertas tisu. Gambar wajahnya aneh.

Wartawan Koh memasuki coffee shop itu. Dongah ketakutan, dia kira orang itu mengikutinya. dia meminta manager Kim untuk berpura-pura sedang bermesraan dengannya. Wartawan Koh datang langsung ke tempat manager Kim dan Dongah. "Manager Kim?" sapa wartawan Koh.

Manager Kim mengenalkan Dongah kepada wartawan Koh. Begitu juga sebaliknya. "Aku barusan melihatmu di cafe, benarkan?" tanya wartawan Koh. Dongah bingung. Manager Kim menjelaskan bahwa wartawan Koh juga berpartisipasi dalam penyelidikan Seo Yeonyuk.

Dongah sedikit marah karena manager Kim tidak memberitahunya ada orang lain di tim mereka. Manager Kim beralasan kalau semua itu dadakan.

Wartawan Koh melihat gambar itu, dan bertanya gambar apa ini? Gambar orang? Kau gambar orang? Dongah mengambil gambar itu dengan paksa. Kesel.

Manager Kim bertanya kepada wartawan Koh tentang pertemuannya dengan Yeonyuk. Wartawan Koh melapor kalau dugaan mereka benar. Yeonyuk menerima foto yang sama. "Kau yakin dia tidak tahu siapa pengirimnya?" tanya manager Kim. "Awalnya dia mengira akulah yang mengirimnya. Sepertinya pelaku mengenal Yeonyuk. Bukankah kau sudah mengamatinya?" tanya wartawan Koh.

Kesal, Dongah menaruh gelas minumannya dengan sedikit bertenaga (baca: dibanting). Manager Kim dan wartawan Koh hanya melihatnya tanpa komentar. "Jujur, cerdas.." kata manager Kim. Wartawan Koh membenarkan. "Seorang mahasiswa dari universitas favorit. Sebelum aku mendengar rekaman itu, tak pernah terpikirkan olehku Yeonyuk bisa bicara seperti itu. Tapi, tersangka mengenalnya dengan sangat baik. Bagaimana dia bisa tahu?". Manager Kim sependapat, tersangka pasti sudah mengamatinya cukup lama. "Betul. Berarti orang itu ada didekatnya." tambah wartawan Koh.

Manager Kim bertanya apa rencana wartawan Koh selanjutnya. "Pertama, aku harus memastikan apa orang itu si penipu atau bukan." seru wartawan Koh. Dongah tiba-tiba memotong pembicaraan wartawan Koh, karena teringat sesuatu, "Wartawan Koh? Wartawan Koh yang itu?" wartawan Koh bingung apa yang diomongin Dongah. Dongah mengulanginya lagi, "Wartawan Koh nya Eunjae?"

Eunjae sedang menunggu Muyeol latihan sampai terkantuk-kantuk. Dua junior Muyeol datang melewati Eunjae dan memberi salam padanya. Tingkah kedua orang itu aneh tapi Eunjae tidak menyadarinya.

Di ruang loker, salah satu dari dua orang tadi bertanya kepada Muyeol, apa Eunjae sudah punya pacar?. "Idiot? Mana mungkin.." kata Muyeol. Ternyata Hyeonwoo naksir dengan Eunjae. Muyeol heran, kok bisa? Hyeonwoo berkata karena Eunjae imut. "Imut? Apanya?". "Saat dia tertawa" kata Hyeonwoo lagi. "Seperti ini?" Muyeol memperagakan tawa babi Eunjae. Teman Hyeonwoo menambahkan, setiap kali ia tertawa seperti itu, jantungnya hampir copot. Hyeonwoo meminta Muyeol membantunya menjadi makcomblang. Hahaha...

Muyeol pergi mencari Eunjae. Dibalik kaca dia melihat Eunjae yang sedang berlatih menjadi perempuan. Latihan cara ketawa seperti perempuan, ralat, latihan biar mirip Jonghee. Muyeol tersenyum melihatnya. Mereka berhenti ketika Hyeonwoo dan temannya berjalan mendekati mereka.

Manager Kim, wartawan Koh dan Dongah masih membahas Yeonyuk. Sekarang Dongah memandang wartawan Koh dengan mata berbinar-binar. Kemudian Dongah ngacung, dia punya pertanyaan. Pertanyaannya adalah, "Wartawan Koh, tipemu sperti apa? Maksudku, bagaimana tipe wanita yang kau sukai?". Wartawan Koh bingung, dia melirik ke arah manager Kim. "Hah? Kenapa kau tanya?". Dongah berkilah, kalau mereka satu tim, seharusnya saling mengenal secara lebih mendalam. Dongah mau bantuin Eunjae, tapi kok ya salah sasaran..

Wartawan Koh cengar-cengir gak bisa jawab. Muka manager Kim sudah kaya mau makan orang, matanya melihat dengan tajam (oke, itu asumsi ku aja. Bener-bener susah menerangkan ekspresi manager Kim. Ekspresinya sedatar triplek.). "Gadis seksi? Gadis imut? Gadis polos? Atau gadis manja?". Dongah menyebutkan semua tipe. Dia menyimak dengan seksama jawaban wartawan Koh, "Tentang itu..aku agak kolot..karena itu.. seorang gadis yang bisa bergantung kepadaku." Dongah bertanya contohnya? "Saat aku melakukan kesalahan, atau sedang marah, dia bisa tahan denganku." Dongah menghela nafas tanda mengerti. Manager Kim mulai curiga, soalnya Dongah bersikap seolah-olah dia yang naksir wartawan Koh.

"Seorang gadis yang tahan denganmu? Sepertinya agak susah." Dongah bicara sendiri. Tiba-tiba manager Kim menjawab, "Aku suka gadis yang jujur. Kalau marah, ya marah..." kata-kata manager Kim dipotong oleh Dongah, "Oke, oke, apa saja..". teeng..bener kan manager Kim mengeluarkan aura-aura jeleous nya.

"Wartawan Koh, apa pendapatmu tentang gadis tomboy?". Dongah tetep cari informasi. Wartawan Koh, tidak menjawab. Kamera berfokus ke manager Kim yang sepertinya udah pengen kabur aja dari coffee shop itu.

Eunjae berpamitan dengan Muyeol, tapi sebelum pergi Muyeol bertanya pada Eunjae apa pendapatnya tentang Jo Hyeonwoo? Eunjae menjawab, dia atlet yang lumayan, lumayan keren. seandainya dia bisa memukul dengan lebih baik. Muyeol berkata bukan tentang itu. Muyeol nyerah, dan menyuruh Eunjae pergi.

Saat Eunjae pergi, datanglah Jonghee membawa anggur. Jonghee ingin minum anggur itu dengan Muyeol. Pergi lah Eunjae dengan muka kesal. Di luar, dia ngomel-ngomel, "Apa-apaan ini? Minum anggur tengah malam? Apa kau ingin bermesraan? Perilaku semacam itu sangat tidak bisa diterima." kata Eunjae yang kemudian menempelkan telinganya di pintu Muyeol, berharap mendengar sesuatu.

Muyeol sedang membuka botol ketika terganggu short, kucing Jonghee, yang sedang ngeang-ngeong di depan pintu depan. Si kucing tahu kalau masih ada orang di luar. Muyeol menyalakan kamera depan rumahnya, melihat Eunjae masih berdiri di situ. Eunjae kaget tiba-tiba kameranya menyala. "Hei idiot, sedang apa kau?" tanya Muyeol. Eunjae lebih kaget lagi mendengar suara Muyeol. Eunjae beralasan kalau kamera rumahnya sedikit kotor. Dan kemudian dia pergi.

Di bis, Eunjae melanjutkan marah-marahnya. "Apa yang sebenarnya mereka lakukan?" di depannya ada pasangan yang sedang mesra-mesraan langsung duduk tegak begitu mendengar teriakan Eunjae. Dikiranya Eunjae neriakin mereka berdua kali ya. Eunjae benar-benar gelisah.

Muyeol ngobrol santai dengan Jonghee. Jonghee melihat kalung Muyeol yang ada bandul cincinnya. Jonghee bertanya mengapa dia menyimpan cincinnya juga? Jonghee berkata punyanya sudah hilang, tapi Muyeol berkata tidak, dia menemukannya di kotak suratnya. Jonghee kemudian memakai cincinnya kembali. Jonghee bertanya, apa pernah Muyeol merasa ingin berhenti main bisbol? "Pernah, sekali, saat kau bilang ingin putus denganku." jawab Muyeol. "Aku merasa seperti ingin mati." Jonghee turut bersedih untuk saat berat Muyeol waktu itu.

"Kenapa kau melakukannya?" tanya Muyeol. "Bagaimana perasaanmu?" Jonghee balas bertanya. Muyeol diam, hanya memandangi Jonghee. Mereka berdua saling pandang. Dan kemudian mereka kissu..

Eunjae yang stress melampiaskannya dengan sit-up di kamarnya. Dongah datang, melaporkan kalau wartawan Koh juga melakukan penyelidikan. Dia juga memberitahu Eunjae kalau wartawan Koh suka gadis yang tenang dan jujur, kau harus berubah!!. "Saat pertama aku jatuh cinta padanya, aku ingin berubah. Pada saat yang sama aku bertanya tidak bisakah dia menyukaiku apa adanya?" kata Eunjae. Dongah memberi saran untuk melupakan wartawan Koh dan menunggu seseorang muncul, kalau begitu.

Bibi melihat dua gelas bekas anggur milik Muyeol dan Jonghee.

Muyeol masuk lift bersama Eunjae, terganggu melihat wajah Eunjae yang lesu dan tidak semangat. Eunjae berkata tidak apa-apa.

Seharusnya mereka turun di lantai bawah, karena mobil di parkir di sana. Tetapi Muyeol ingin ke lobi terlebih dahulu. Ternyata Muyeol menunggu Jonghee.

Mereka bertiga masuk lift bersama. Jonghee yang menekan tombol liftnya, dan terlihat cincin di jari Jonghee oleh Eunjae. Eunjae kaget, dan sedih. Benar-benar sedih.

Mereka bertiga pergi ke sebuah tempat di mana hampir semua dindingnya dicoret-coret oleh lukisan.

Muyeol dan Jonghee mendekati sebuah dinding, dimana mereka pernah melukis di sana. Lukisan itu masih ada meskipun dindingnya sudah terkelupas dan kotor. Di dinding bawah terdapat cap dua tangan. Yang satu tangan Jonghee dan yang satu tangan Muyeol.

Flashback, beberapa tahun yang lalu, malam-malam Muyeol dan Jonghee mendatangi tempat itu. Muyeol mengeluarkan cat dan kuas. Jonghee mulai melukis, Muyeol menyinarinya dengan senter. Mereka berdua tertawa bersama, dan membuat dua cap tangan itu. Muyeol juga menuliskan sesuatu di sana. 'Aku bertemu denganmu untuk jatuh cinta padamu'. Tiba-tiba ada petugas datang mau menggerebek mereka, mereka pun lari.

Wajah Eunjae benar-benar patah hati. Bisa membayangkan gimana perasaan Eunjae saat itu. Di depan matanya sendiri, cintanya harus tercabik-cabik.

Muyeol bertanya kenapa kelakuan Eunjae seperti itu, kau agak menyeramkan saat diam seperti ini. "Karena aku terluka." jawab Eunjae dengan lirih. Muyeol bertanya mana yang sakit?. "Menyakitkan saat melihat sesuatu." jawab Eunjae. Muyeol mengira Eunjae kena flu. "Rasanya ingin mati saja." tambahnya. "Lalu kenapa kau datang?" tanya Muyeol lagi. "Karena aku ingin." jawab Eunjae.

Jonghee melewati toko yang menjual alat lukis. Dia berhenti di depannya dan memandanginya sebentar.

Sooyung juga sedang termenung di depan kanvas nya. Dia memikirkan Jonghee. Woyoung datang bersama ibu Sooyung. Ibu Sooyung bertanya tentang kedatangan Jonghee. "Kenapa kau tidak memberitahuku?" Jonghee ingin kedatangannya dirahasiakan. Ibu Sooyung meminta Jonghee untuk menelponnya. Sooyung memberitahu ibunya kalau Jonghee berhenti melukis. "Kalau tidak melukis, mau jadi apa dia?" tanya ibu Sooyung lagi. "Siapa yang tahu. Mungkin bagi ibu melukis adalah duniamu. Bagi Jonghee, ada banyak hal lain disamping lukisan."

Eunjae diam-diam memperhatikan Muyeol yang sedang berlatih fisik. Dongsu datang memberitahukan Eunjae jadwal kerja sosial Muyeol. "Sunbaenim, apa kau percaya takdir?" tanya Eunjae, "saling bertemu lagi setelah bertahun-tahun, dan bersatu kembali adal ah takdir." Dongsu mengerti Eunjae membicarakan Muyeol dan Jonghee. Dongsu menyebut mereka berdua makhluk yang unik.

Direktur Jang sedang melihat-lihat tempat baru untuk kantornya, saat Eunjae menelponnya ingin bicara. Ternyata biaya sewa kantor baru itu sangat mahal, jadi direktur Jang gak jadi nyewa.

Saat akan memasuki mobil, Eunjae membuka pintu mobil untuk Muyeol. Agak aneh buat Muyeol karena Eunjae gak pernah melakukan itu. Di mobil Eunjae juga diam saja. Eunjae ingat masa-masa dia bersama Muyeol. And it's soundtrack time. Masa-masa sebal saat awal ketemu, masa bahagia, sampai masa gelap Eunjae yang melihat Muyeol bersama Jonghee.

Melihat wajah Eunjae yang pucat Muyeol memerintahkannya untuk mengenakan pakaian yang lebih tebal keesokan harinya.

Sebelum pulang Eunjae ingin mengatakan sesuatu, "Jaga dirimu baik-baik." katanya. "Ada apa? Kelakuanmu seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi." Eunjae tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung keluar. Di luar dia menangis sedih.

Episode-10        

Keheningan Yogi berra (saat pertandingan Yankees, tidak hanya tim lawan, tapi juga penonton ikut merasakan kebisingan, tapi juga ada saat hening Yogi Berra)

Eunjae berpamitan dengan sedih. Muyeol heran mengapa dia bertingkah seperti itu. Setelah Eunjae keluar dari rumah Muyeol, dia menangis sebenarnya tidak rela meninggalkan Muyeol.

Keesokan harinya Muyeol kaget mengapa direktur Jang yang datang, bukannya Eunjae.

Muyeol marah-marah ke manager Kim atas penggantian Eunjae dengan direktur Jang. Manager Kim beralasan bahwa insiden di karaoke itu sudah terlupakan oleh publik, sehingga tidak ada alasan Eunjae disamping Muyeol. Muyeol protes mengapa Eunjae berhenti tanpa persetujuannya. Manager Kim bertanya apa ada alasan khusus kenapa Eunjae tidak bisa digantikan? Muyeol tidak bisa menjawabnya.

Muyeol bertanya pada direktur Jang tentang Eunjae, dia pasti senang akan digantikan, begitu pikir Muyeol.

Direktur Jang menceritakan yang sebenarnya. Malam-malam Eunjae datang ke rumah direktur Jang (direktur Jang masih pake topi tidur nya, lho..) Eunjae meminta direktur Jang mengijinkannya untuk tidak mengawal Muyeol lagi. Direktur Jang awalnya menolak, karena Eunjae tidak memberitahukan alasannya. Tapi Eunjae mengancam akan mengundurkan diri kalau direktur menolaknya.

Eunjae duduk dengan sedih di kedai ayahnya, sementara ayah dan adiknya membersihkan kedai. Ayah dan adik Eunjae menyadari kesedihan Eunjae. Changho menebak mungkin Eunjae sudah kehilangan pekerjaannya makanya dia seperti itu. Ayahnnya menyuruh Changho menanyakan langsung pada Eunjae apa yang terjadi, tapi Changho menolak, takut diomelin sama Eunjae.

Tiba-tiba Eunjae menanyakan kabar percintaan ayahnya. Ayah Eunjae hanya ketawa-ketawa aja menanggapi pertanyaan anaknya itu. Eunjae bertanya apa ayahnya bahagia?. "Aku keberatan. Kau tidak boleh menikah lagi selama aku masih hidup." kata Eunjae. Shocklah ayahnya Eunjae. "Aku hanya bercanda." Eunjae menambahkan sambil ketawa.

Eunjae menanyakan seperti apa ahjumma yang berkencan dengan ayahnya? Kerja apa dia? Ayahnya berkata kalau bibi itu membuka toko kecil. Eunjae ingin ayahnya mengenalkan bibi itu kepadanya. Ayahnya berkata dia bisa melakukannya kapan saja. "Kenapa kau bertanya?" tanya ayahnya. "Tidak! Karena ayah sangat keren." Eunjae menyemangati ayahnya. Eunjae bener-bener stress tingkat tinggi, di sedih berat tapi wajahnya ketawa-ketawa.

Dongsu bertanya kenapa Muyeol marah sekali. Muyeol beralasan karena Eunjae membuat keputusan tanpa berkonsultasi dulu padanya. "Bukannya kau yang selalu mengoceh untuk menyuruhnya digantikan?" tanya Dongsu. "Bisbol adalah olahraga mental. Bagaimana aku bisa berkonsentrasi dengan lingkungan disekitarku yang terus berubah-ubah?" Muyeol beralasan. Dongsu meledek memangnya Muyeol tahu apa arti mental? Hwahaha..

"Dan si idiot itu, seberapa buruk hubungan kami pun, dia semestinya tidak pergi seperti itu." kata Muyeol. Dongsu juga penasaran kenapa Eunjae diganti. Muyeol hanya tahu kalau itu sesuatu soal rotasi.

Dongsu menemukan sarung tangan baseball untuk Woyoung dan mengajak Woyoung bermain bisbol musim semi nanti. Woyoung tidak mau, "Aku takut.." Muyeol ikut nimbrung, "apa yang harus ditakutkan? Memangnya kau bukan laki-laki?". Woyoung menjawab Muyoel dengan melet, adegan ini gak penting sebenernya, tapi lucu. Hihihi

Dongsu menanyakan tentang hubungan Muyeol dengan Jonghee. "Sudah sejauh mana hubungan kalian?" tanyanya. Dongsu bertanya bagaimana perkembangan hubungan Muyeol dengan Jonghee. Muyeol berkata hubungan mereka yang terakhir kali cukup membahayakan. Ketika Muyeol kissu dengan Jonghee, mereka hampir saja melewati batas. Untung ada Short kucingnya Jonghee yang mengeong-ngeong.

Dongsu melihat ada sesuatu yang mengganggu pikiran Muyeol. "Aku sangat menyukai Jonghee. Bersamanya sangat menyenangkan. Dan saat tidak melihatnnya, aku merindukannya. Tapi, saat kami bertemu, kami hanya membicarakan soal masa lalu kami. Memang menyenangkan, tapi saat kita diam, akan terasa sangat janggal." Dongsu berpendapat kalau itu karena mereka telah berpisah selama bertahun-tahun.

Sooyung ke rumah Jonghee sambil membawa makanan. Sooyung melihat cincin Jonghee. Jonghee mengatakan kalau itu hanya aksesoris saja. Sooyung juga menyampaikan kalau ibunya ingin bertemu dengan Jonghee. Ibu Sooyung kaget saat diberitahu kalau Jonghee berhenti melukis. "Ibumu pasti akan lebih kaget lagi kalau aku hidup seperti Oh Sooyung." Jonghee berkomentar. Sooyung diam saja mendengar komentar Jonghee, Sooyung juga memandang Jonghee dengan pandangan aneh.

Sesampainya di rumah, Sooyung disambut oleh Dongsu yang langsung mengajaknya ke sebuah ruangan yang bisa dipakai Sooyung untuk melukis. Sooyung sekali lagi berkata kalau dia berhenti melukis bukan karena Dongsu. Dongsu tahu itu, tapi dia menyayangkan kalau Sooyung berhenti melakukan hal-hal yang dari dulu sudah dia lakukan.

Yeonyuk sedang bersiap-siap di ruang ganti, sampai dia melihat tas Dongah. Yeonyuk membukanya, mengambil dompetnya dan melihat kartu identitasnya.

Yeonyuk melihat Dongah yang kesulitan mengupas apel, kemudian membantunya. Mereka berbincang-bincang. Yeonyuk bertanya mengapa Dongah kerja di cafe itu, karena dia tidak seperti orang yang kekurangan uang. "Aku tidak kesulitan finansial. Orang tuaku meninggal dalam kecelakaan, mereka meninggalkan uang asuransi. Orang yang menabraknya juga memberikan kompensasi yang banyak. Jadi aku menjadi seorang yatim piatu tanpa kekhawatiran." Yeonyuk berkata tidak memiliki orang tua lebih baik daripada memiliki orang tua yang menelantarkan anaknya.

Di coffee shop manager Kim menunggu Dongah dengan cemas. Apalagi ada orang yang tidak sengaja berkata kalau mereka melihat kecelakaan. Manager Kim semakin cemas, dia hampir akan menyusul Dongah tepat saat Dongah datang.

Dengan perasaan masih cemas manager Kim bertanya kenapa Dongah gak punya ponsel. Dengan santainya Dongah menjawab agar manager Kim mencemaskannya saat dia terlambat. Manager Kim menyuruh Dongah berhenti jadi mata-mata karena sepertinya tidak ada perkembangan. Tapi Dongah malah mengusulkan sebuah ide. Dia ingin menggunakan jebakan wanita. Dongah akan menggunakan pesonanya untuk menggoda Yeonyuk, karena sepertinya Yeonyuk menyukai Dongah. Manager Kim langsung menolak rencana itu mentah-mentah. Kenapa? Manager Kim berpikir sebentar, "Karena nona Dongah tidak cantik." bwahahaha... bisa dibayangkan gimana rekasi Dongah. Akhirnya Dongah diam saja waktu di mobil dalam perjalanan pulang.

Manager Kim mencari-cari alasan biar bisa bertamu ke rumah Dongah. Akhirnya mereka minum teh bersama. Dongah bertanya bagaimana rasa tehnya, manager Kim menjawab baik-baik saja. Ah, syukurlah. Teh itu sudah kadaluarsa selama 3 bulan." waduh..

Manager Kim jujur kalau dia mampir bukan untuk minum teh. "Aku datang untuk merayumu." Dongah ketawa mendengarnya, aku juga. "Maukah kau berkencan denganku?" tanya manager Kim. Wuahh, mimpi Dongah terwujud. Dongah diam saja, lalu mencubit pipinya. Yakin kalau itu bukan mimpi., Dongah mengucapkan terima kasih pada manager Kim sambil membungkuk. "Sama-sama." balas manager Kim. ini tandanya mereka jadian?? Pasangan ini pasangan yang aneh, hihihi. Tapi aku suka^^.

Eunjae di rumah melihat foto-foto keluarganya. Dongah dengan girang masuk ke kamarnya dan menceritakan apa yang dia bicarakan dengan manager Kim semalam. Dongah menyuruh Eunjae untuk ikut dengannya untuk bertemu wartawan Koh. Eunjae dengan kesel berkata bahwa dia sudah menyerah dengan wartawan Koh. Dongah tidak percaya Eunjae menyerah begitu saja.

Park Muyeol mulai melakukan kerja sosialnya. Di tempat itu juga sudah berkumpul para fans dan wartawan. Muyeol terganggu dengan fans yang datang, dia melirik ke direktur Jang yang diam saja melihat Muyeol dikerubuti fans. Kalau Eunjae pasti sudah menghalangi fans itu dan berkomentar pedes, pikirnya. Muyeol menelfon Eunjae, tapi Eunjae tidak menjawabnya.

Eunjae memandangi ponselnya, dan karpet rumahnya yang bergambar Park Muyeol sambil menguatkan hatinya. Eunjae juga mencuci karpet bergambar Muyeol itu sampai bersih. Eunjae akan menghapus nomer Muyeol dari ponselnya, tapi tidak jadi.

Eunjae pergi ke sebuah toko bunga. Bibi pemilik toko itu adalah ibu Eunjae, tapi sepertinya bibi itu belum menyadarinya. Eunjae memesan sebuah buket bunga krisan, bunga untuk pemakaman. Eunjae memesan dengan wajah ketus. Bibi baru menyadari kalau itu Eunjae setelah dia selesai membuat satu buket bunga. Ibu Eunjae bertanya bagaimana dia bisa tahu kalau ibunya ada di situ. Eunjae berkata kalau dia ingin menemukan sesuatu dia pasti bisa menemukannya. Sama dengan ibunya, kalau ia ingin menemukan seseorang dia pasti menemukannya.

Eunjae datang untuk melihat keadaan ibunya, juga mengabarkan kalau ayahnya sudah punya pacar. "Kau sakit hati, kan? Meskipun kau sudah mencampakannya, kau tidak rela dia diambil orang lain?" ibu Eunjae hanya diam saja, lalu bertanya apa yang sebenarnya ingin Eunjae katakan. Eunjae hanya berkata kalau dia tidak bisa memahami ibunya. Melihat wajah Eunjae yang pucat dan ingin menangis, ibu bertanya apa yanng mengganggu pikirannya? Eunjae memberikan uang untuk buketnya kemudian akan beranjak pergi saat ibunya berkata, "Meski aku tidak memahami situasimu, jangan jadikan aku sebagai alasanmu." ibunya menyuruh Eunjae membawa bunganya. Eunjae berkata kalau bunga itu untuk bibi saja, karena ibunya sudah lama meninggal. Tapi meskipun begitu, baru sekarang hatinya merasa sedih.

Ibu Eunjae melihat kepergian Eunjae dengan sedih, lalu menelpon ayah Eunjae untuk membatalkan sesuatu. Ayah Eunjae kaget.

Eunjae menemui direktur Jang karena ada tugas menunggu Eunjae. Eunjae menanyakan kabar Muyeol. Direktur Jang berkata kalau Muyeol baik-baik saja. Eunjae memperingatkan kalau penguntit itu bisa bertindak tiba-tiba jadi direktur harus hati-hati.

Direktur Jang berkata pada Muyeol kalau Eunjae terkena flu. Muyeol bertanya pada direktur Jang sudah berapa lama dia mengenal Eunjae, direktur Jang berkata kalau dia mengajari Eunjae judo saat SMP. Direktur Jang bercerita ketika kelas 1 SMP Eunjae berkelahi dengan seorang anak laki-laki dari regu sepak bola. Karena anak laki-laki itu badannya lebih besar, maka Eunjae menggigit tangannya. Akhirnya, anak laki-laki itu yang menangis.

Eunjae sedang mengantarkan klien yaitu seorang wanita ketika Muyeol dan direktur Jang membicarakannya.

Kembali ke direktur Jang dan Muyeol. Muyeol juga menanyakan tentang orang yang Eunjae taksir. Direktur Jang heran kenapa Muyeol menanyakannya.

Eunjae mengantarkan wanita itu ke pengadilan. Mereka bertemu dengan seorang laki-laki.. sepertinya laki-laki itu suami si wanita. Mereka sepertinya akan melakukan persidangan. Gaya dan wajah laki-laki ini tengil banget, nyebelin. Si wanita sempat takut sama si laki-laki.

Dongsu melihat juniornya yang sedang latihan. Junior itu mengebaskan tangannya, kesakitan. Saat berpapasan di ruang ganti Dongsu menanyakan kondisi tangan si junior. Dongsu memberi saran jangan mengayunkan bat seperti itu, itu akan membuat pergelangan tangan sakit, kau perlu memperbaikinya. Di depan Dongsu junior itu mengiyakan, tapi dibelakangnya nggrundel. Dia ngomel ke teman-temannya kalo Dongsu tuh bukan lagi sunbae (senior) nya, masih mau sok menggurui. "Kalau aku jadi dia lebih baik jadi pengemis. Terlalu malu untuk tetap tinggal di sini." junior-junior yang lain hanya diam saja.

Ternyata Dongsu mendengar semuanya, dia ingin mendatangi junior itu. Tapi Muyeol keburu datang. Dongsu akhirnya pergi dengan Muyeol.

Manager Kim dan Dongah membicarakan tentang syarat-syarat perkencanan mereka. Pertama, karena ponsel memancarkan gelombang elektromagnetik yang dapat merusak kesehatan, maka gak usah pakai ponsel. Syarat kedua, panggilan sayang, manager Kim menolak melakukan itu. Dongah tidak mau, itu harus dilakukan. "Itu benar-benar tidak boleh dicoret." manager Kim pasrah.

Yunyeok melihat Dongah dijemput dengan mobil bagus ketika dia pulang tadi. Dan ternyata dia juga mengikuti mereka sampai depan rrumah. Yeonyuk tahu siapa yang ada di mobil itu.

Fans Muyeol berfoto dan menciumi foto Muyeol. Muyeol geli melihat kelakuan mereka, dia menoleh sambil berbicara apa kau juga memeluk foto Song Dongyul dan menciumnya? Muyeol terbiasa ada Eunjae di dekatnya. Song Dongyul itu pemain favoritnya Eunjae.

Muyeol bertanya pada direktur Jang apa kegiatan Eunjae. Direktur Jang berkata Eunjae agak sibuk, tapi sekarang mungkin sudah selesai.

Eunjae menunggu kliennya di pengadilan, kemudian mengantarnya sampai mobil. Tiba-tiba mobil klien Eunjae dicegat oleh laki-laki (suami klien). Eunjae menghampiri mereka. Eunjae memiting tangan si laki-laki, menyeretnya menepi agar mobil si wanita bisa jalan lagi.

Si laki-laki marah. "Beraninya kau menyentuhku. Akan kutuntut kau." Eunjae tidak takut dengan ancaman orang itu. "Dasar gembel. Siapa kau mencampuri urusan kami. Tunggu, ada hubungan apa kau dengan istriku?" Eunjae makin emosi karena laki-laki ini malah mencurigai wanita. Si laki-laki menarik kerah baju Eunjae dan akan memukulnya.

Muyeol datang dan menarik orang itu. Sekarang Muyeol yang menarik kerah tu orang. "Apa yang mau kau lakukan dengan tanganmu?". Dengan ketakutan laki-laki itu menjawab, "Tidak, wanita jalang itu..." Muyeol makin naik darah, "Wanita jalang? Siapa kau berani-beraninya bicara begitu padanya? Kau mau mati?". Orang itu ketakutan setengah mati. Muyeol jadi emosi tingkat tinggi, gak terima Eunjae dikatain seperti itu.

Sekarang gantian Eunjae yang diomelin Muyeol. Kenapa Eunjae tidak membalasnya, biasanya kalau Muyeol yang mengatainya, Eunjae pasti membalas. "Kau yang selalu memanggilku idiot." Muyeol ngomel-ngomel, "Hanya aku yang boleh mengganggumu, yang lain tidak boleh. Bikin jengkel saja." Muyeol tidak tahan untuk ngacak-ngacak rambut Eunjae, seperti yang dia biasa lakukan. Eunjae gak mau rambutnya diacak-acak. Tapi Muyeol tetap maksa, ngerangkul lalu mengacak-acak rambut Eunjae.

Muyeol bertanya kenapa Eunjae tidak menjawab telponnya. Eunjae ngeles, dia tidak pernah tidak menjawab telpon. Muyeol lalu mengajak Eunjae makan malam bersama. Eunjae dengan terpaksa menurut.

Awalnya Eunjae merasa tidak nyaman bersama Muyeol, tapi Muyeol berkata dia menjadikan Eunjae tamunya. Jadi Eunjae duduk terpisah dengan direktur Jang.

Bibi pembantu Muyeol berpapasan dengan Jonghee di lift. Jonghee menanyakan Muyeol. Bibi melihat cincin yang ada di jari Jonghee.

Muyeol menyuruh Eunjae makan yang banyak karena Eunjae baru sembuh dari sakit. "Lihatkan, aku memikirkanmu yang tak pernah memikirkanku sedikitpun." keluh Muyeol. Eunjae bertanya kenapa Muyeol datang. Muyeol menjawab hanya ingin melihat Eunjae. Eunjae tidak percaya. "Beri aku alasan. Kenapa tiba-tiba kau bersikap dingin padaku?" tanya Muyeol.

Jonghee sedang beberes rumah, lalu melepaskan kucingnya agar main di luar rumahnya.

Kembali ke Eunjae dan Muyeol. "Kita memang tidak dekat, tapi setidaknya masih ada yang namanya perasaan." Eunjae diam saja. Muyeol benar-benar heran dengan tingkah Eunjae yang aneh.

"Memangnya ada pengawal yang mendaki gunung untuk mencari kliennya? Kita punya ikatan. Katakan yang sejujurnya, kau suka aku kan?" Muyeol berkata. Eunjae masih diam saja. Aku juga menyukaimu." Eunjae tidak percaya. "Ya. Pada awalnya aku berfikir kau itu aneh. Tapi lama-lama kau terlihat imut. Jadi mulai sekarang sepertinya menyenangkan punya adik sepertimu. Jadi katakan dengan jujur, kau marah padaku kan? Anggap saja aku sebagai oppa-mu (oppa=kakak laki-laki)."

Eunjae marah, "Aku tidak butuh oppa sepertimu. Aku tidak mau kau menjadi oppa ku." Muyeol bingung apa salahnya. "Kau selalu berfikir kau sangat sempurna. Aku tidak butuh oppa yang tidak sopan. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri." Muyeol memotong kalimat Eunjae, tapi Eunjae tetap bicara, "Kita sudah berakhir, jadi mari kita akhiri semuanya dengan benar." Muyeol ikutan kesal. "Hei, lupakan saja. Aku juga tak menginginkanmu. Lupakan saja kata-kataku. Aku tak ingin bertemu denganmu, apalagi menjadikanmu adikku. Kau pikir kau bisa membuat orang-orang melakukan semua keinginanmu?" Muyeol akhirnya bangun dan pergi.

Setelah Jonghee selesai beberes, dia memanggil kucingnya. Tapi ternyata kucingnya tidak ada. Dia turun ke bawah bertanya pada pengawas apartemen. Akhirnya Jonghee dan pengawas apartemen mencari kucing Jonghee ke taman di luar apartemen, tapi tidak juga ditemukan.

Jonghee kembali ke kamarnya, di depan pintu dia menemukan sebuah kotak.

Muyeol masih marah dengan Eunjae. "Kau memang seorang idiot." Eunjae berkata ini buang-buang waktu saja. Direktur Jang menegur Eunjae karena sikapnya. "Musuh yang mulai duluan.." kata Eunjae. Muyeol tersinggung dia dipanggil musuh. "Apa, kau bukan klienku lagi"

"Aku bukan pesuruhmu lagi." kata Eunjae hampir menangis. Muyeol menyuruh Eunjae agar jangan sampai dia melihat Eunjae lagi. Eunjae setuju. Kemudian Muyeol menerima telepon dari Jonghee. Eunjae tambah sedih. Di telepon Jonghee tidak mengatakan apapun. Muyeol panik.

Jonghee shock. Dia terduduk di dekat pintu rumahnya. Telpon masih tersambung dengan Muyeol. Muyeol tahu ada yang tidak beres. Dia menyuruh Jonghee tenang sementara dia jalan pulang.

Jonghee berteriak histeris. Muyeol dan semua orang di dalam mobil mendengarnya. Tetangga Jonghee juga keluar melihat apa yang terjadi. Jonghee masih berteriak histeris. Orang-orang semakin banyak yang mendekat. Salah satu dari mereka membuka box yang ada di sebelah Jonghee. Orang itu juga kaget melihat isi kotak itu.

Seseorang sudah mencelakai Short. Sepertinya orang yang sama yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa Muyeol. Orang itu membuka sarung tangan yang kotor oleh noda darah. Di atas meja ada cutter yang juga kotor oleh darah.

Jonghee masih ketakutan.. Muyeol datang tepat waktu. Dia membawa Jonghee masuk dan membaringkannya di kamarnya. Jonghee gelisah terus-terusan sambil menggigit tangannya. Muyeol menenangkan Jonghee dan menarik tangan Jonghee agar dia tidak menyakiti dirinya sendiri.

Eunjae melihatnya, antara cemburu dan kasihan melihat Jonghee.

Direktur Jang membuka kotak itu. Kotak itu memang berisi Short yang sudah mati.

Muyeol masih menenangkan Jonghee yang masih meronta-ronta. Muyeol merelakan tangannya untuk digigit oleh Jonghee. Eunjae melihatnya, kemudian beranjak pergi.

Polisi datang memeriksa.

Muyeol menjaga Jonghee semalaman. Dia marah pada orang yang melakukan itu semua kepada Jonghee.

Eunjae juga terbangun semalaman. Berbaring pun tidak bisa tidur.

Manager Kim mencari informasi kepada pengawas apartemen. Dongsu dan Soyoung menunggu dengan cemas. Manager Kim memberi tahu mereka bahwa tidak ada rekaman CCTV di koridor, jadi mereka tidak bisa melihat siapa yang meninggalkan kotak kucing itu. Dan polisi juga tidak bisa berbuat banyak soal ini.

Muyeol meminta jadwal hari itu ditunda, tapi manager Kim berkata tidak bisa.

Eunjae sedang tidur ketika Muyeol telepon ingin berbicara dengannya dan dia sudah ada di depan rumah Eunjae. Eunjae panik, rambutnya masih berantakan. Wajahnya juga masih berantakan. Dia menyuruh Muyeol menunggu sementara dia bebenah (cuci muka, nyari baju yang pantes dan sedikt dandan mengompres matanya yang bengkak. Repot banget..).

Eunjae menyuruh Muyeol masuk. Muyeol heran melihat rumah Eunjae yang semuanya biru. Eunjae juga menyembunyikan karpet bergambar Muyeol.

Eunjae bertanya bagaimana keadaan Jonghee. Muyeol berkata kalau dia cemas sekali.

"Kenapa kau kemari? Bukannya kau bilang tak mau melihatku lagi?" tanya Eunjae. Eunjae akan menerima jawaban sekaligus permintaan yang amat gak masuk akal buat Eunjae.

"Kau, jadilah pengawal Jonghee!" pinta Muyeol.

Episode-11        

Muyeol meminta Eunjae untuk menjadi pengawal Jonghee. Eunjae keberatan, kenapa harus dia, masih banyak pengawal-pengawal yang lain, direktur Jang juga bisa. Muyeol tidak mau pengawal yang lain, karena satu-satunya pengawal yang dia percaya hanya Eunjae.

Muyeol menelpon manager Kim untuk membatalkan latihannya, karena Eunjae tidak mau menjaga Jonghee. Manager Kim tidak megijinkan Muyeol absen.

Di kamarnya Jonghee, melukis sepasang mata kucing dengan lipstik. Sooyoung melihatnya dengan kaget. Sooyoung akhirnya menghentikan Jonghee dan menyuruhnya makan. Jonghee tetap mogok makan dan terus diam.

Eunjae datang menggantikan Sooyoung menjaga Jonghee. Akhirnya Eunjae mau juga menjaga Jonghee. Sooyoung pergi karena ada kelas.

Eunjae diam saja melihat Jonghee yang juga hanya diam saja.

Muyeol akhirnya berangkat ke pusat latihan, Dongsu juga ikut.

Muyeol terus saja smsan denga Eunjae menanyakan Jonghee. Eunjae hanya membalas semua pertanyaan Muyeol dengan 'Ya!'. Hahaha..

Karena kesel dengan Muyeol yang terus terusan mengirim sms, akhirnya Eunjae gak bales sms nya Muyeol, lalu Muyeol sms lagi 'Idiot, ada masalah apa? Jawab aku!' belum sempet Eunjae beres menghela nafas, Muyeol sms lagi, 'Hey, idiot!'.

Muyeol dan tin Red Dreamers sedang mengikuti kelas yoga. Suasananya tenang, sepi. Muyeol gak bisa diam seperti itu, akhirnya dia ambil ponsel nya lalu mau mengirim sms ke Eunjae. Tapi Eunjae keburu menelpon Muyeol. "Hei, sekarang aku sedang.." belum sempat Muyeol ngomong, di seberang sana Eunjae teriak-teriak, "Yaa..bukannya kau bilang kau percaya padaku? Kalau kau tidak percaya padaku kau saja yang kerja. Awas saja kalau kirim sms lagi, aku akan tutup pintu dan pulang ke rumahku. Mengerti! TUTUP!!!". Terdengarlah suara Eunjae ke seluruh penjuru ruang latihan yoga Muyeol. Padahal di ruangan itu sudah tertulis dilarang menggunakan ponsel. Jeng jeng, semua mata tertuju pada Muyeol. Hwahahaha..

Eunjae masih kesal setelah menutup ponselnya. "Hooh, benar-benar bikin orang naik darah! Belum sempat aku menarik nafas sudah ding dong ding dong (bunyi ponselnya Eunjae). Memangnya cuma dia saja yang pacaran?". Jonghee memandang Eunjae, takjub kali ya, kok ada orang kaya gini.

Saat makan, Dongsu berkata kalau dia pikir Muyeol itu seperti anak kecil, tapi sekarang saat Jonghee sakit, Muyeol setengah mati memikirkan Jonghee. Muyeol berkata kalau sekarang dia punya Eunjae, jika terjadi sesuatu si idiot itu tahu bagaimana menanggulanginya.

Makanan Eunjae datang, Eunjae makan dengan lahap dengan sesekali mengatakan kalau makannya enak sekali. Tapi Jonghee tetap diam dengan wajah sedih dan pandangan lurus ke depan.

Wartawan Koh menemui manager Kim, bertanya apa ada perkembangan baru tentang kasus mereka? Manager Kim membuat sebuah catatan siapa-siapa saja yang mungkin jadi tersangka. Park Muyeol, Yoo Eunjae, Jin Dongsu, istri Jin Dongsu, Kim Taehan (manager Kim), bibi. Kejadian terakhir TKP-nya di rumah Kang Jonghee, dan tidak banyak yang tahu kalau dia sudah kembali ke Korea, jadi tersangkanya adalah orang-orang yang tahu kalau Jonghee ada di Korea. Tapi mereka tidak punya bukti apapun. Wartawan Koh menunjuk satu nama sebagai orang yang patut dicurigai, Kim Taehan . "Motif, manager humas Park Muyeol, dengan kata lain orang yang tahu segala gerak-gerik Park Muyeol.".

"Jika ini bisa dikatakan motif, buat apa membuatnya jadi serumit ini? Aku bisa saja mengumumkan semua rahasia Park Muyeol." jawab Manager Kim. Dia yang nulis nama dia sendiri, trus dibantah sendiri. hadeeh..

Wartawan Koh menambahkan, kalau soal motif, ada orang yang mempunyai motif paling kuat, Jin Dongsu. Apa ada motif yang lebih besar dari rasa iri. Dari SMP sampai kuliah dia adalah yang paling hebat, dia juga yang pertama main di timnas, dia yang pertama mendapat nilai kontrak tertinggi. Saat kuliah tidak ada yang kenal Park Muyeol, para pencari bakat juga tidak tertarik padanya. Tapi sekarang...? Manager Kim diam saja memikirkan kata-kata wartawan Koh.

Muyeol dan Dongsu sedang jalan menuju tempat latihan. Muyeol berhenti sebentar untuk mengirim sms pada Eunjae. Tiba-tiba dari belakang ada mobil yang melaju tepat ke arah Muyeol. Dongsu melihatnya, dia cepat-cepat berlari ke arah Muyeol dan menarik Muyeol ke pinggir. Mereka berdua terjatuh, tangan Dongsu terluka.

Jonghee masih mogok makan, Eunjae sampai terkantuk-kantuk menjaga Jonghee yang masih seperti patung. Bibi datang membawakan makanan. Bibi menyuruhnya makan, bagaimana nanti kalau dia pingsan. Bibi juga terlihat kesal dengan tingkah Jonghee.

Eunjae sudah habis kesabarannya, benar-benar kesal dengan kelakuan Jonghee. Mogok makan, sedih terus. "Untuk apa? agar orang-orang menjadi sibuk gara-gara kau? Kalau kau adikku, sudah kuhajar kau dari tadi." kata Eunjae. Eunjae berkata kalau di dunia ini ada yang lebih menderita dari Jonghee, ada yang lebih sedih, ada yang lebih ingin mati. "Lalu, kucingmu mati kenapa? Kalau memang kau begitu sedih, sekalian saja ikut mati."Eunjae sudah hilang kesabaran.

Jonghee ngamuk mendengar kata-kata Eunjae, Eunjae menahannya, menindihnya di atas sofa. Jonghee meronta-ronta minta dilepaskan. Eunjae yang terlanjur kesal berkata kalau gara-gara Jonghee, Muyeol hampir hancur. Tidak gampang baginya untuk bangkit kembali. Dan kau bertingkah seperti ini? lebih baik kau tidak usah kembali ke sini. Jonghee kesal sekali dengan Eunjae.

Manager Kim datang karena mendengar Dongsu terluka. Manager Kim, Dongsu dan Muyeol akhirnya membicarakan tentang peneroran Muyeol dan orang yang mungkin memberikan foto itu.

Jonghee akhirnya mau makan, meskipun makannya seperti 'Eunjae, nih liat, aku makan!' Muyeol kaget melihatnya. Eunjae hanya berkata, makannya wanita itu tidak boleh terlalu dimanjakan. Melayanglah sendok Jonghee ke Eunjae. Yah, ngambek lagi tuh Jonghee. Muyeol minta maaf atas kelakuan Jonghee. Muyeol memuji Eunjae karena telah berusaha. Eunjae juga minta maaf sudah berbuat sedikit kesalahan, "Aku memiting dia sedikit." Muyeol ngambek, "Kenapa kau piting dia? Dia sudah kurus. Kenapa kau berbuat seperti itu?" Eunjae mengancam Muyeol kalau dia terus marah-marah, Eunjae tidak mau jadi pengawal lagi. Muyeol nyerah diancam seperti itu. Hahaha, good job Eunjae.

Muyeol membelikan makanan untuk Eunjae. Eunjae bercerita tentang Dongah yang membuntuti Yunyeok. Muyeol berpesan agar Dongah berhati-hati, karena Yunyeok sangat berbahaya.

Dongah masih terus mengikuti Yunyeok. Yunyeok menyadari Dongah yang terus mengawasinya. Dongah pun tertangkap basah. Dongah berhasil mencari alasan, akhirnya mereka berdua bisa berbincang-bincang sambil jalan-jalan.

Dongah dan Yunyeok akhirnya sampai di puncak bukit, dimana mereka bisa melihat kota Seoul. Yunyeok bercerita tentang masa kecilnya yang suram. Dongah merasa tidak enak mereka hanya berdua di atas situ, dia berlari untuk turun. Yunyeok menghalanginya. Dia langsung bertanya kenapa Dongah selalu menguntitnya. Dongah beralasan kalau dia menyukai Yunyeok.

Dongah tak tahu lagi bagaimana cara dia pergi dari tempat itu, akhirnya Dongah menjerit. Tapi tempat itu jauh dari pemukiman. Sekali lagi Yunyeok bertanya apa yang dia dan manager tim Read Dreamers cari tentang dirinya. Saking ketakutannya Dongah tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Yunyeok lalu memukul perut Dongah. Dongah roboh. Akhirnya Dongah mengaku kalau mereka mencari siapa pengirim foto Muyeol yang matanya dirusak.

Dengan menggunakan sisa tenaga, Dongah lari dari tempat itu sambil berteriak minta tolong. Tapi Yunyeok berhasil menangkapnya lagi. Lalu tiba-tiba ada suara sirine. Yunyeok yang mengira itu sirine polisi dan kabur.

Ternyata yang membunyikan sirine itu adalah seorang ibu-ibu. Dan ibu-ibu itu adalah bibi pengurus rumah Muyeol. Bibi kasihan dengan kondisi Dongah, lalu membantunya. Bibi menawarkan telponnya agar Dongah bisa menelpon seseorang untuk menjemputnya. Dongah menelpon manager Kim.

Manager Kim lari pontang panting untuk menjemput Dongah.

Bibi melewati rumah Yunyeok, lalu dia memutuskan untuk masuk ke dalam. Bibi berbincang dengan nenek Yunyeok. Dia meminta pada nenek kalau ada yang bertanya pada nenek soal dia, jawab saja nenek tidak tahu. Bibi juga memastikan kalau Yunyeok tidak kenal dengan dirinya.

Muyeol ngobrol dengan Eunjae soal pendapat manager Kim yang berkata kalau pelakunya kemungkinan orang yang dekat dengannya. Muyeol heran apa ada orang dekat yang ingin dia mati? Muyeol bertanya pada Eunjae, apa ada orang di dekatnya yang ingin dia mati? "Ada," kata Eunjae. "Yang pasti, aku tidak dekat denganmu." jawab Muyeol, tahu maksud Eunjae. "Oh, kalau begitu, tidak ada." (Aku ketawa ngakak liat percakapan ini.)

Eunjae menyuruh Muyeol pulang, tapi Muyeol tidak mau, dia ingin menjaga Jonghee. Sekali lagi Eunjae harus melihat rasa sayangnya Muyeol terhadap Jonghee.

Manager Kim tiba di tempat Dongah. Dongah baru keluar dari supermarket. Manager Kim bertanya apa yang terjadi, dengan santainya Dongah berkata kalau dia hampir saja mati, lalu masuk ke mobil manager Kim. Di mobil Dongah terus aja ngomong, cerita dengan santai gimana Yunyeok tadi memperlakukannya. Manager Kim emosi tingkat tinggi. Manager Kim marah ke Dongah, dia berpikir Dongah menganggap situasi ini lucu, "Apa kau benar-benar tidak merasa apa-apa? Mendengar ceritamu saja aku marah dan tidak tahu harus berbuat apa. Apa kau sangat senang? kau pikir ini petualangan? Kau pikir ini lelucon? kau punya pikiran tidak?" Dongah sedikit senang ketika manager Kim marah, berarti dia khawatir. Tapi manager Kim kali ini benar-benar, dan benar marah. (Aku ngerti perasaan manager Kim, dia khawatir banget dengan Dongah. Tapi ternyata Dongah dengan santai terus nyerocos ngomong dan ngomong lagi, seolah-olah gak terjadi apa-apa.)

Malam itu Dongah tidur bersama Eunjae. Dongah ingin bercerita kalau dia sedih dan ketakutan melihat manager Kim yang marah.

Muyeol terus menjaga Jonghee. Saat Jonghee akhirnya bangun, dia melihat Muyeol tidur di sofa. Muyeol terbangun melihat Jonghee. Jonghee kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Muyeol. Dan tepat saat itu, Eunjae datang melihat mereka berdua.

Muyeol melakukan kerja sosialnya lagi. Manager Kim ikut mengawasi, tapi dia marah-marah terus dengan asisten-asistennya. Moodnya manager Kim masih jelek banget.

Eunjae menemani Jonghee makan. Bibi melihat mereka berdua, ralat, bibi melihat Jonghee dengan pandangan misterius. Jonghee mau balapan banyak-banyakan makan dengan Eunjae, tapi akhirnya Jonghee malah muntah-muntah gara-gara kebanyakan makan.

Jonghee terus berjalan menyusuri trotoar. Eunjae terus mengikutinya dari belakang. Jonghee menemukan seekor kucing liar, dia terus mencarinya. Eunjae bertanya apa yang dia cari, Jonghee tidak menjawab.

Manager Kim mencoba menelpon Dongah. Tapi Dongah sakit, dia sama sekali tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Sampai malam Eunjae terus mengikuti Jonghee. Eunjae sedang ditelpon Muyeol ketika segerombolan anak badung nyari gara-gara dengan Jonghee. Jonghee tidak sengaja menabrak salah satu anak itu, Eunjae sudah meminta maaf tapi anak-anak badung itu gak mau, mereka minta ganti rugi. Jonghee memukulkan tasnya ke salah satu anak yang mencoba memegang tasnya. Anak-anak itu tambah ngamuk.

Bibi sedang memikirkan Yunyeok saat dia sedang menuangkan sayur panas. Lalu tanpa sengaja bibi menjatuhkan mangkuk, dan kuah panas mengenai kakinya. Muyeol merawat sedikit kaki bibi. Diam-diam bibi merasa senang dengan perhatian Muyeol ini.

Kembali ke Eunjae dan Jonghee yang dikeroyok anak-anak badung. Anak-anak itu mencoba memukul mereka berdua tapi Eunjae berhasil menangkisnya. Karena Eunjae dan Jonghee kalah jumlah akhirnya mereka memutuskan buat lari.

Eunjae lari sambil menggandeng tangan Jonghee. tapi karena Jonghee sakit, jadi mereka tidak bisa lari jauh. Anak-anak itu berhasil menyusul. Eunjae menyuruh Jonghee lari duluan sementara Eunjae memblokir mereka. Sekarang Eunjae benar-benar dikeroyok oleh preman-preman itu.

Muyeol bertamu sebentar di rumah bibi. Kode sandi rumah bibi sama dengan kode sandi di rumah Muyeol. Bibi menyuruh Muyeol menunggu sementara dia masuk ke kamar. Bibi dandan. (Dandan? Bibi dandan buat siapa? Muyeol?)

Eunjae babak belur dikeroyok, lalu Jonghee datang bersama polisi yang membubarkan mereka.

Muyeol menemukan foto bibi di masa muda. Bibi cantik sekali di masa mudanya. Muyeol berbincang dengan bibi, lalu Jonghee menelponnya. Bibi gak suka Muyeol pergi karena Jonghee.

Muyeol datang, melihat Jonghee yang mukanya tergores membuat dia marah pada Eunjae. Muyeol marah besar dan menyalahkan Eunjae yang membiarkan Jonghee terluka. Jonghee memberitahu kalau Eunaje juga terluka, Muyeol tidak percaya. "Mana yang luka? Buktinya dia baik-baik saja." kata Muyeol. Eunjae diam saja. Dia langsung berdiri dan pergi.

Karena dikeroyok tadi, jalan Eunjae jadi terpincang-pincang. Muyeol menyadari dia salah. Jonghee dan Muyeol menyusul Eunjae. "Kau terluka? Bilang saja kalau terluka. Apa susahnya?" kata Muyeol. Eunjae diam saja terus berjalan. (Aku emosi lihat Muyeol. Gak tahu kejadiannya seperti apa udah nyalah-nyalahin orang. Ini kan sebenernya salahnya Jonghee, tapi Eunjae yang harus kena keroyok. Gitu juga masih dikata-katain sama Muyeol. Haish... Oke tenang, tarik nafaass...hembuskan..)

Muyeol merasa bersalah, dia akan mengantarkan Eunjae pulang. Eunjae menghempaskan tangan Muyeol, "Lepaskan!" Sambil berjalan pergi, Eunjae berkata, "Jangan menangis..jangan menangis Yoo Eunjae.." sambil menangis.

Tanpa bicara lagi Muyeol menggendong Eunjae yang sedang menangis ke dalam mobil. Jonghee melihatnya, rasa khawatir dan menyesal terlihat di matanya.

Bibi memasuki sebuah ruangan di rumahnya. Ruangan itu penuh berisikan foto Muyeol. Ruangan ini adalah ruangan yang biasa dipakai pelaku buat merusak foto Muyeol. Jadi bibi adalah si pelaku??

Episode-12        

Muyeol dan Jonghee menunggu Eunjae di rumah sakit. Setelah Eunjae keluar, Muyeol langsung menghampirinya. Eunjae tidak suka sikap Muyeol yang khawatir terhadapnya.

Muyeol dan Jonghee membawa alat-alat lukis yang dibeli oleh Jonghee. Muyeol lega Jonghee mau melukis lagi. Proses pemulihan Jonghee juga cepat. Muyeol berencana memulangkan Jonghee ke Inggris kalau dia tidak juga membaik. "Kau pikir aku akan pulang meskipun kau suruh pulang?" tanya Jonghee. "Kalau situasinya memang harus memulangkanmu, bagaimana pun caranya pasti kau akan ku pulangkan." jawab Muyeol. Muyeol lebih suka dibenci daripada melihat Jonghee menderita.

Jonghee menyuruh Muyeol pulang, tapi Muyeol ingin menjaganya. Jonghee marah, "Jika kau terus-terusan seperti ini, lambat laun aku akan menjadi bebanmu. Dengan begitu, perlahan-lahan kita akan merasa kelelahan. Seperti dulu." mendengar perkataan Jonghee akhirnya Muyeol mau pulang.

Ketika bangun pagi Eunjae melihat ayahnya, lalu bertanya jam berapa semalam ayahnya pulang. Ayah tidak bisa menjawab, dan mengajukan pertanyaan apa Eunjae pergi mencari ibunya. Eunjae heran bagaimana ayahnya tahu. "Aku tidak akan bertemu dengannya lagi, kau tidak usah khawatir." katanya.

Eunjae keluar bertemu dengan Dongah di depan rumah. Eunjae menanyakan kabar temannya itu yang habis sakit. Eunjae juga menanyakan apa manager Kim sudah menelpon Dongah apa belum. Dongah menjawab belum, dan dia tidak mau menelepon manager Kim duluan. Eunjae tanya alasan Dongah. "Tahukah kau kenapa hanya sekali dalam sehari aku bermain dengan Gomi (anjingnya)? Karena kalau terlalu sering dia akan jadi manja. Bukan Gomi, tapi aku. Kalau aku terlanjur memiliki perasaan yang mendalam terhadapnya, aku akan semakin sedih kalau suatu hari aku tidak dapat menyentuhnya lagi. Maka dari itu, semua macam hubungan harus berada di ruang lingkup yang dapat aku kendalikan." Ada rasa ketakutan di nada bicara Dongah. Takut kehilangan.

Eunjae mencoba membantu Dongah dengan bicara dengan manager Kim. Eunjae berkata kalau manager Kim sudah salah paham. Manager Kim tidak mengerti salah paham seperti apa. Eunjae berkata kadang bercanda Dongah memang keterlaluan, pada situasi serius juga dia masih bercanda. Manager Kim tidak tahan dengan Dongah yang susah diprediksi. "Bukankah kau suka dia karena dia seperti itu? Dongah berbeda dengan orang lain."

Manager Kim: Lebih berbeda daripada yang kusangka. Hampir saja mati tapi masih bisa bercerita dengan begitu santai. Kurasa aku tak sanggup menanganinya.

Eunjae: Dia bukannya ketakutan. Dia sangat ketakutan. Dia ketakutan dan tidak ingin mengingat hal itu. Karena begitu dia mulai memikirkannya, dia tidak akan sanggup berhenti. Dia akan melampiaskannya ke orang-orang sekitarnya. Pada saat kedua orang tua Dongah meninggal secara bersamaan, dia berbicara terus menerus sampai mulutnya kering. Kalau tidak begitu, mungkin dia akan jadi gila. Kenapa Dongah sangat suka membaca? Karena tragedi di dalam buku tidak akan ada hubungannya dengan dirinya."

Manager Kim bertanya pada Eunjae apa yang seharusnya dia lakukan. Kalau traumanya sangat serius, lebih baik diobati. Manager Kim pergi. Eunjae menghela nafas. Sepertinya caranya tidak berhasil.

Bibi pengurus rumah Muyeol datang dan langsung membereskann kamar Muyeol. Muyeol sedang mandi. Dia melihat ponsel Muyeol yang tergeletak di atas kasur, lalu membukanya. Si bibi tahu password kunci ponselnya Muyeol, lho. Dia membuka nomor siapa saja yang sudah Muyeol hubungi, lalu sms dari siapa saja yang masuk ke ponselnya. Trus bibi juga membaca diarynya Muyeol. Bibi satu ini gak sopan buanget.

Direktur Jang datang. Muyeol cepat-cepat keluar dikira Jonghee yang datang. Bibi bertanya mau kemana Muyeol dengan Jonghee. Bukannya Jonghee sakit parah, apa boleh keluar. Muyeol berkata kalau proses penyembuhan Jonghee sangat cepat. Ajaib, kan. Bibi kesal sekali melihat Jonghee.

Jonghee datang bersama Eunjae. Mereka berempat pergi ke pusat perbelanjaan. Ternyata Muyeol membawa Eunjae ke tempat peluncuran buku Lee. Jonghee tidak mau ikut dengan mereka. Direktur menyuruh Eunjae mengikuti Jonghee. Eunjae jelas gak mau. Akhirnya direktur Jang yang mengikuti Jonghee.

Muyeol menyapa semua pemain Blue Seagulls. Muyeol lalu memanggil Eunjae. Muyeol mengenalkan Eunjae sebagai pengawal pribadinya yang fanatik dengan Blue Seagulls. Eunjae girang banget.

"Keren sekali." kata Eunjae sambil menunggu pemain Seagulls menandatangani bukunya. "Yang mana yang keren?" tanya Muyeol dalam hati. Woo, giliran Muyeol nih yang melakukan komunikasi kebatinan. "Benar-benar dilihat dari manapun juga keren..".

"Aigoo...".

"Tahun depan harus menang  ya!"

"Itu tidak mungkin." salah satu anggota Seagulls mengenali Eunjae, dia minta salaman dengan Eunjae, Eunjae senang sekali bisa salaman dengan idolanya. Lalu mereka foto bersama. Eunjae menyuruh Muyeol memoto mereka berdua. Muyeol memoto mereka dengan kesal. Tapi yang difoto Muyeol bukan wajah Eunjae dengan idolanya, tapi cuman wajah idolanya Eunjae saja. Eunjae merengek kembali ke tempat tadi mau foto lagi sama idolanya. Ini adegan paling lucu di episode ini, cara Eunjae merengek lucu banget.

Jonghee sedikit cemburu melihat keakraban Muyeol dengan Eunjae. Jonghee yang sedang melihat-lihat sepatu kets memutuskan membeli satu. Beberapa saat perhatian Muyeol teralihkan dari Jonghee ke Eunjae. Eunjae melihat Jonghee dengan iri, karena Muyeol membetulkan tali sepatunya.

Di rumah, Jonghee bertanya pada Eunjae sejak kapan dia menyukai Park Muyeol? Eunjae menyangkalnya. "Baiklah, tidak dapat menyatakan perasaan, berarti masih belum terlalu suka." Komentar Jonghee atas penyangkalan Eunjae. Eunjae pergi dengan hati hancur. "Kau belum tahu." keluh Eunjae.

Wartawan Koh dan manager Kim datang ke kafe. Di kafe, pemilik kafe ngomel-ngomel karena Dongah keluar begitu saja. Dia memuji Yunyeok yang ada di sebelahnya yang selalu rajin bekerja.

Yunyeok kaget melihat wartawan Koh yang datang bersama manager Kim. Situasi semakin tegang. Wartawan Koh mencoba membujuk Yunyeok untuk memberikan informasi siapa kemungkinan yang bisa mengirimkan foto itu. Yuyeok menolaknya, dia merasa tidak tahu apa-apa. Dia tidak mau bekerjasama dengan mereka.

Manager Kim diam saja sebelum Yunyeok menyinggung soal karyawan dapur mereka yang mendadak tidak masuk kerja. Manager Kim mengerti siapa yang dimaksud Yunyeok. Detik itu juga manager Kim mengambil serbet yang ada di depannya lalu dengan sekuat tenaga menebaskannya pada Yunyeok. Manager Kim sudah emosi sejak masuk ke dalam cafe itu. "Ini hukumanmu, kau keparat. Ini semuanya? Semua yang ingin kau katakan kepada wanita itu? Mendadak berhenti bekerja?" baru pertama kali ini manager Kim bicara pake bahasa non formal.

Wartawan Koh kaget melihat reaksi manager Kim, lalu menariknya keluar dari tempat itu. "Apa kau tahu betapa ketakutannya dia karena perbuatanmu? Karena kau, wanita yang kau lukai itu..." manager Kim masih teriak ke Yunyeok. Manager Kim bener-bener daebak. Keren pisan.

Pemilik cafe bertanya ke Yunyeok apa itu tadi. Dan seperti manager Kim, ini pertama kalinya Yuyeok bicara gak sopan. "Kau tidak perlu tahu.". Yunyeok juga shock sebenarnya atas perlakuan manager Kim barusan.

Di luar, wartawan Koh marah ke manager Kim. "Dibujuk saja dia belum tentu mau. Apa ini karena nona Dongah?". Manager Kim hanya bisa meminta maaf.

Sooyung bersama ibunya datang ke tempat Jonghee. Eunjae menyambutnya dan memberitahukan kala Jonghee sedang melukis. Sooyung heran, bukannya dia berhenti melukis.

"Punya bakat seperti ini, mau dilepaskan juga tidak bisa." kata ibu Sooyung. Ibu Sooyung sepertinya menyindir Sooyung.

Mereka berdua pergi melihat Jonghee di kamarnya. Jonghee diam saja melihat mereka berdua. Dia pergi keluar ruangan melukisnya. Ibu Sooyung menyuruhnya untuk melihat lukisan Jonghee. "Kalau matamu masih bisa menilai, maka kau pasti bisa merasakannya." kata ibu sinis. Sooyung melihatnya dengan sedih.

Jonghee bertanya mengapa ibu Sooyung datang ke tempatnya. Ibu Sooyung berencana untuk memamerkan lukisan-lukisan Jonghee di galerinya. Akan dibuka pameran memorial, ada beberapa lukisan dari Inggris yang dipamerkan. Ibu Sooyung dan Jonghee membicarakan tentang pameran itu. Sooyung merasa sangat tertekan. Dia memutuskan untuk kembali terlebih dulu. Eunjae memperhatikan Sooyung.

Sooyung pergi tanpa persetujuan ibunya. Ibunya tidak suka dengan kelakuan Sooyung. Dan aku juga tidak suka dengan ibunya Sooyung *abaikan!

Dengan lunglai dan wajah pucat Sooyung masuk ke lift. Dibawah dia bertemu bibi. Sooyung tidak sadar kalau dia sudah sampai di lantai bawah. Sooyung gontai, hampir saja jatuh. Bibi menolongnya, membawanya ke rumah Muyeol. Bibi bertanya ada apa dengan Sooyung. Sooyung menggelengkan kepalanya. "Ya, kadang bisa mendadak terasa lemas. Aku hampir mati lemas karena masalahku. Tidak ada yang tahu, juga tidak bisa memberitahu siapapun. Kadang aku ingin mengeluh, tapi orang yang paling bersalah adalah aku." kata bibi. Sooyung bukannya tenang, dia malah menangis. Bibi memeluknya. "Kenapa dia berbuat sesuka hatinya. Dia sudah bilang tidak akan melukis lagi." kata Sooyung sambil menangis. Sepintas bibi seperti ingin menenangkan Sooyung, tapi sebenarnya dia justru malah ngompori Sooyung, malah bikin Sooyung lebih tertekan.

Saking bosannya nungguin Jonghee yang sedang melukis, Eunjae sit up di ruang tengah. Ayah Eunjae menelpon, mengajak Eunjae bertemu dengan teman wanita ayahnya.

Jonghee keluar dari ruang melukisnya. Dia senyum-senyum lalu menghampiri Eunjae dan menggigitnya. Wew, digigit? "Ayo kita bikin pesta." ujarnya.

Eunjae, Jonghee dan Muyeol pergi ke supermarket. Muyeol heran kenapa Jonghee tiba-tiba jadi lebih gembira. "Aku tidak tahu kalau lebih gembira, yang pasti jadi lebih ganas. Bisa menggigit orang lagi." kata Eunjae. Muyeol heran mendengarnya. Jonghee mulai suka dengan Eunjae. Jonghee suka menggigit orang yang dia suka. Wohoho..

Bibi kaget melihat mereka datang dengan membawa belanjaan. Muyeol berkata Jonghee bisa mengatasi ini semua (masak, maksudnya). Jonghee mengambil celemek di laci bawah. Bibi melihatnya dengan pandangan tidak suka. Apalagi Muyeol juga menyuruh bibi pulang.

Eunjae diperintahkan Jonghee mengupas bawang. Eunjae mengupas bawang sampai nangis-nangis. Sementara Jonghee menyiapkan yang lain. Jonghee meminta tolong pada Muyeol untuk membuka tutup saosnya. Eunjae bilang dia bisa membukanya. Percobaan pertama, Eunjae gagal. Muyeol bilang biar dia saja yang membuka. Eunjae tidak mau memberikannya. Percobaan kedua, sudah dibuka dengan sekuat tenaga, pake kain lap, diketok-ketok, diapain juga gak bisa kebuka tuh tutup botol. Muyeol sampe heran dengan kelakuan Eunjae. Lalu, "Yeah...kebuka. lihat! Kebuka, kan?" Muyeol memuji Eunaje yang yang keras kepala sambil mengacak-ngacak rambutnya. Jonghee memperhatikan mereka.

Semuanya sudah berkumpul. Mereka bertiga saling berebut ikut andil dalam memasak. Jonghee protes, Eunjae hanya buka tutup botolnya doang. Hahaha.

Mereka makan bersama dengan gembira. Kontras benget dengan bibi yang makan sendirian di rumahnya.

Setelah semua selesai makan. Eunjae membantu Muyeol membersihkan piring. Eunjae dan Muyeol saling becanda. Jonghee melihat ini dari belakang, cemburu mulai tumbuh d hati Jonghee.

Jonghee memikirkan sesuatu, lalu Jonghee mengajak Muyeol untuk jadian lagi. Semuanya kaget. Jonghee sudah memikirkan hal ini, "Lagipula, aku juga merasa sedikit tidak tenang. Entah kenapa, tapi rasanya kali ini akan lebih baik dibanding dulu." Muyeol diam saja, lalu menoleh ke Eunjae yang sedang memotong apel. Semua diam saja. Lalu tiba-tiba Sooyung merasa sakit diperutnya. Dongsu dan Muyeol membawanya ke rumah sakit.

Jonghee bertanya pendapat Eunjae, jawaban apa yang mungkin Muyeol berikan. Melihat cincin yang dipakai Jonghee, dia sudah menganggap mereka berdua pacaran. Jonghee mengelak, ini hanya aksesoris. Waktu putus dulu dia tidak berniat mengembalikannya.

Dongsu menunggui istrinya di rumah sakit. Sooyung tidak apa-apa.

Dongsu mengucapkan selamat pada Muyeol, karena Jonghee sudah menyatakan cinta padanya. Dongsu bertanya bagaimana dengan Muyeol. Muyeol bingung harus menjawab apa. Dia juga bercerita tentang kata-kata di bawah lukisan yang dulu pernah mereka buat. Meskipun sedikit naif, tapi terdengar tulus. Berpisah begitu lama, tapi tak pernah berniat untuk mengakhirinya. Jonghee dan Muyeol tidak mungkin berakhir begitu saja. Itulah keyakinan Muyeol dulu. Tapi setelah ketemu lagi, dia sadar kalau semuanya memang sudah berakhir.

Sebelum masuk rumah, Eunjae menemui Dongah dulu. Dongah masih saja baca novel. Dia juga mengacuhkan pertanyaan Eunjae apa manager Kim belum juga menelpon. Eunjae menyeletuk, "Jadi manusia itu benar-benar susah.'Dongah baru nengok, karena temannya itu baru mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia katakan sebelumnya. Dia menceritakan Jonghee yang begitu berani menyatakan cintanya pada Muyeol di depan banyak orang. Benar-benar berani. Dia menang mutlak.

Dongah merasa kalau dirinya juga seperti itu. "Kalau kau namanya ceroboh." Eunjae menimpali. Eunjae beranjak pergi dan melihat Dongah yang tetap saja membaca. Eunjae. Eujae bertanya apa dia baik-baik saja. Dongah tidak menimpalinya.

Eunjae dan Changho mempersiapkan pertemuan mereka dengan ahjuma pacar ayah mereka. Mereka berdua penasaran seperti apa orang itu. Eunjae hanya menjawab, seperti apapun asal dia sayang ayah itu sudah cukup. Ayah mereka masuk dengan membawa perempuan yang akan dikenalkan pada anak-anaknya yang ternyata itu adalah ibu mereka.

Wajah Eunjae berubah setelah tahu wanita itu adalah ibunya. Changho yang tidak terlalu mengingat ibunya memberi salam. Ibu Eunjae ingin pergi dari situ, tapi ditahan oleh ayah Eunjae.

Eunjae tidak tahan dan pergi dari situ. Ayah menyusulnya. Eunjae kesal terhadap ayahnya yang tetap setia terhadap ibunya, tidak bisa melihat perempuan lain selain ibunya. "Apa kau tidak sakit hati" tanyanya. Ayah hanya meminta maaf. "Setelah diperlakukan sedemikian rupa, kenapa masih tetap seperti ini?" tanya Eunjae putus asa.

Changho sedikit salah tingkah melihat wanita di depannya. Dia meminta maaf atas kakaknya, dari rumah dia memang sudah tidak enak badan. Ibu menatap Changho lekat-lekat, lalu memanggilnya. "Ya, namaku Changho." jawab Changho. Ibu menyebutkan namanya, mengenalkan diri. Eun Ji Soo. Sesaat kemudian Changho sadar kalau itu adalah ibunya.

Eunjae pergi ke markas nya, latihan tinju. Eunjae mengingat lagi pertemuan dengan ibunya.

Muyeol bingung, apa yang harus dia jawab kepada Jonghee. Dia membayangkan menikah dengan Jonghee, mempunyai anak, lalu menjadi keluarga yang bahagia. Muyeol bingung masalahnya ada di mana sampai dia bimbang seperti itu. Muyeol lalu menelpon Eunjae.

Muyeol mendatangi Eunjae di markasnya.

Muyeol ada di luar, dia memandangi Eunjae dari luar. Sesampainya di dalam, dia terus memandangi Eunjae yang masih memukuli sansak sampai dia kecapaian. Muyeol membawakannya handuk.

Eunjae tanya apa yang dilakukan Muyeol di sini. Muyeol menjawab, dia juga pusing, kesana untuk melepas stres. Eunjae menyuruh Muyeol push up saja. "Setelah melihat tampang tololmu itu, aku serasa sudah menemukan jalan keluarnya." kata Muyeol. Eunjae kesel tampangnya dibilang tolol.

Muyeol bertanya apa masalah Eunjae samapi dia stres begitu? "Kau tidak perlu tahu." kata Eunjae. Ganti Eunjae yang bertanya kenapa Muyeol juga punya masalah yang sebelumnya tidak ada? "Kenapa kau mau tahu?" jawab Muyeol.

Muyeol mengambil sarung tinju yang ada di situ, memakainya, dan memukulkannya ke Eunjae. Eunjae bertanya kenapa dia memukulnya. "Kau bilang sudah berlatih selama 4 tahun tapi tidak bisa menghindar." kata Muyeol. Eunjae mencoba memukulnya di depan wajah tapi tidak kena. Lalu Eunjae memukul Muyeol di perut. "Kena telak, kan." kata Eunjae sambil ketawa-tawa.

Mereka berdua akhirnya bertarung tinju. Eunjae menyuruh Muyeol memakai pengaman. Muyeol ngomel kalau itu tidak perlu. Muyeol berkata dia tidak akan mengalah meskipun Eunjae perempuan. Eunjae juga berkata dia tidak akan mengalah meskipun Muyeol adalah pemula. Tidak boleh curang, sampai orang yang kalah mengaku kalah. Yang menang mendapatkan apa yang diinginkannya. Mulai..!!

Baru mulai, Eunjae langsung memukul kepala Muyeol. Eunjae girang. Muyeol mencoba menyerang, tapi Eunaje lebih mahir, dia bisa ngeles. Akhirnya Muyeol bisa memukul Eunjae. Eunjae yang tersudut mendorong Muyeol. Dalam beberapa saat Eunjae ada dipelukan Muyeol. Eunjae menjauh. Muyeol bersiap memukul Eunjae. Eunjae bersiap mengelak. Tapi pukulan Muyeol tertahan di udara. Dia diam saja melihat Eunjae. Lalu menurunkan tangannya. Eunjae heran kenapa Muyeol jadi bengong. Eunjae lalu memukulnya sampai Muyeol jatuh terguling.

Muyeol teringat kenangan-kenangannya dengan Eunjae.

Eunjae panik karena Muyeol gak bangun-bangun. Akhirnya Muyeol bangun juga.

Muyeol memuji pukulan Eunjae yang cukup keras. "Orang pingsan lalu tiba-tiba nyengir itu menakutkan." Eunjae protes pada Muyeol. "Jadi apa keinginanmu?" tanya Muyeol. Eunjae ketawa-ketawa. "Kau tidak boleh menyuruhku melakukan hal yang bisa merusak nama baikku." tambah Muyeol.

Eunjae bingung, sebenarnya dia ingin Muyeol jatuh cinta kepadanya. Tapi akhirnya Eunjae hanya menyuruh Muyeol mengikat tali sepatunya yang longgar. Muyeol melakukannya. Eunjae senang sekali. Eunjae bertanya kalau tadi Muyeol yang menang, apa yang dia minta? Muyeol ingin saat dia bertanding dengan Blue Seagulls, dia menjadi suporter Muyeol. Eunjae ngomel, untung saja tidak kesampaian.

Muyeol selesai mengikat tali di salah satu sepatu, tapi yang sebelah lagi belum. Eunjae ingin Muyeol mengikat keduanya. Muyeol berkata sambil mengacak-acak rambut Eunjae kalau dia akan mengikatkannya lain waktu.

Jonghee masih saja melukis mata. Sooyung juga sedang melukis. Dia sedang melukis dirinya sendiri. Ketika teringat Jonghee dia langsung mengambill cat lalu menambahkan warna merah pada matanya. Woyoung datang menyadarkannya. Woyoung memeluk ibunya, lukisan ibunya sangat menyeramkan. "Katakan padaku kau baik-baik saja." kata Woyoung. Sooyung meminta maaf dan berkata kalau dia baik-baik saja. Woyoung berkata bukan dia, tapi adik kecil pasti sangat ketakutan juga. Sooyung memeluk Woyoung lagi.

Dongsu ditemani makan malam oleh Sooyung. Mereka berdua kemudian membahas tentang kursus Dongsu. Sooyung takut Dongsu malu karena belajar dengan anak-anak yang lebih muda. Dongsu mengaku kalau dia sedikit malu. "Kalau begitu cari kerja lain saja." Dongsu kaget mendengarnya. Sooyung juga mengusulkan untuk pindah ke sebuah pedesaan. Sooyung akan mengajar anak-anak desa menggambar di sekolah. Dongsu mengajari mereka bermain bisbol. Woyoung bisa bermain-main. Alangkah baiknya kalau seperti itu. Tidak usah membanding-bandingkan keadaan kita dengan orang lain.

Dongsu menyadari kalau istrinya punya masalah. Dongsu merasa karena dialah Sooyung menderita. Awalnya Dongsu jadi harapan keluarga, tapi ternyata dia melepaskan bisbol. Dongsu meminta Sooyung bersabar, semuanya akan menjadi lebih baik. Dan juga ada Jonghee di sini, jadi bisa pergi bersama-sama. Itu sangat bagus kan? Sooyung hanya mengangguk.

Hmm, sepertinya ini alasan kenapa Sooyung stres berat waktu ibunya berkata mau buat pameran lukisan dengan Jonghee. Sooyung yang sudah belajar melukis sejak lama selalu dibanding-bandingkan dengan Jonghee yang memang telat belajar tapi punya bakat. Oleh ibunya pasti Sooyung selalu direndahkan terhadap Jonghee.

Bibi ada di ruangan yang penuh dengan foto Muyeol. Kebongkar sekarang ternyata bibi yang punya ruangan itu. Jadi si bibi biang keroknya. Tapi foto yang dia dipegang sekarang bukan foto Muyeol, tapi foto Jonghee yang matanya juga dirusak.

Sooyung berbaring di kamarnya, sakit. Woyoung menemaninya sebelum berangkat sekolah.

Saat mengambil minum dia melihat ada sebuat amplop. Dibukannya amplop itu, ternyata isinya foto Jonghee yang matanya dirusak. Sudah tahu kan siapa pengirimnya. Sooyung shock melihat foto itu. Dia bergegas keluar melihat siapa yang mengirim amplop itu. Tapi diluar tidak ada siapa-siapa. Sooyung membalik foto, dibelakangnya terdapat tulisan 'Siapa yang jahat?'. Sooyung kaget setengah mati.

Apa yang akan terjadi dengan Sooyung selanjutnya?

Episode-13        

Setelah Dongsu dan Woyoung keluar rumah, bibi menyelipkan sebuah amplop ke bawah pintu rumah Dongsu dan Sooyung.

Sooyung membuka amplop itu. Dia kaget sekali saat melihat isi amplop itu adalah foto Jonghee yang matanya dirusak. Dibelakang foto itu bertuliskan 'Siapa yang jahat???????'. Sooyung melihat ke luar rumah men\cari seseorang yang mungkin meletakkannya di sana. Tapi tidak ada seorangpun yang Sooyung temui. Sooyung menyobek foto itu lalu membuangnya ke tempat sampah.

Sooyung menelfon Eunjae menanyakan kabar Jonghee. Eunjae berkata kalau Jonghee baik-baik saja. Sooyung khawatir terjadi sesuatu pada Jonghee.

Mereka memasang kamera CCTV di depan pintu apartemen Jonghee. Eunjae protes kenapa kameranya besar sekali, apa gak ada yang lebih kecil, dengan begitu mereka bisa menjebak penjahat itu bukan saja mencegahnya. "Penjahatnya tidak tahu ada kamera di situ, lalu.." 'bbrraakk' kepala Eunjae kepentok tangga yang dipakai membetulkan kamera. Muyeol langsung panik melihat Eunjae yang kesakitan sambil memegang kepalanya. "Awas dulu tangannya, harus diperiksa dulu lukanya seperti apa." kata Muyeol sedikit membentak Eunjae. Eunjae masih memegangi kepalanya, protes pada Muyeol yang marah-marah ke orang sakit.

Muyeol melihat luka di dahi Eunjae. Eunjae sudah panik aja takut kepalanya berdarah, padahal memar aja nggak. "Tidak ini tidak memar, makanya hati-hati. Kau selalu saja ceroboh, seruduk sana seruduk sini." kata Muyeol sambil mengusap-usap kepala Eunjae. Muyeol udah mulai suka nih sama Eunjae.

Eunjae merasa ada yang aneh dengan tingkah Muyeol. Dia langsung berdiri dan bilang kalau dia tidak apa-apa.

Bibi menyuguhkan minuman untuk Dongsu saat dia sedang menginstall software kamera. Jadi sekarang bibi tahu kalau di depan apartemen Jonghee ada kameranya.

Eunjae mencoba kamera itu dengan berdiri di depannya. Muyeol geli melihat kelakuannya lalu menelfon Eunjae sambil senyam-senyum. Dongsu curiga dengan tingkah Muyeol ini, "Kau menyukai Eunjae ya?" Muyeol tanya bagaimana Dongsu bisa tahu. "Jelas-jelas tertulis di kepalamu, besar lagi!" jawab Dongsu.

Muyeol: Benarkah?.

Dongsu bertanya sejak kapan Muyeol menyukai Eunjae?. "Aku juga tidak tahu." jawab Muyeol. Lalu bagaimana dengan Jonghee? Muyeol akan memberitahunya, tapi bukan sekarang.

Dongsu berkata kalau orang lain melihat, mereka akan berpikir kalau Muyeol ingin dua-duanya. Muyeol berkata kalau itu hanya kebetulan situasinya seperti itu. "Sepertinya orang yang berselingkuh juga memiliki pemikiran yang sama." Hahaha..Dongsu menyarankan Muyeol agar cepat-cepat menyelesaikan masalahnya ini karena Eunjae dan Jonghee selalu bersama, akan rumit kalau Jonghee tahu duluan.

Wartawan Koh makan malam dengan manager Kim sambil membahas tentang Yunyeok. Wartawan Koh memberi info sepertinya penguntit itu sering menghubungi Yunyeok, karena ketika wartawan Koh datang, nenek Yunyeok langsung mengusirnya. Manager Kim berpendapat mungkin penguntitnya tahu mereka sedang mengawasi Yunyeok.

Kemudian datang Dongah, mukanya senyum-senyum saja tidak menyiratkan rasa sedih dan habis sakit. Manager Kim bengong melihat Dongah ada di situ. Manager Kim juga terus memandangi Dongah selama wartawan Koh berbicara tentang teorinya soal penguntit itu. Dongah menunduk mengaduk-aduk mie pesanannya.

Dongah baru mengangkat wajahnya saat wartawan Koh meminta pendapat Dongah. Semuanya kaget ketika Dongah mendongak, air mata nya menetes. Dongah udah tertekan dari awal saat ketemu manager Kim, dan dia udah gak bisa menahannya lagi.

Dongah meminta maaf karena dia jadi seperti itu, "Aneh sekali, mungkin rasa simpatik ku kumat...." kata Dongah, lalu dia mulai terus bicara gak berhenti-berhenti. Manager Kim memotong bicaranya. Wartawan Koh juga bingung. Dongah berkata jangan khawatir, ini tidak berbeda dengan ingusan dan bla bla bla..

Dongah berhenti bicara lalu berdiri ingin pergi ke toilet. Tapi manager Kim menghalangi jalannya. "Tolong minggir, aku ingin membetulkan make-up ku.." Manager Kim tetap menghalangi Dongah. Manager Kim memegang lengannya, "Dongah-ssi, apa yang kau takutkan sampai membuatmu begitu kacau? Apa yang kau takutkan sehingga kau merancau seperti ini?" tanya manager Kim. Masih dengan menangis Dongah menjawab, "Aku takut manager Kim membenciku. Aku seharusnya tidak seperti ini. Karena takut..." Manager Kim langsung memeluk Dongah, "Aku minta maaf, sebenarnya akulah yang takut dan tidak tahu harus bagaimana. Tenang saja, semuanya baik-baik saja." Adegan ini sweeet banget, tapi sayang kenapa wartawan Koh ada di situ. Hmm, mengurangi keromantisan pasangan Dongah-manager Kim.

Eunjae pamit pulang. Di lift dia melihat tampangnya sendiri yang kacau balau. Lalu Muyeol masuk ke dalam lift. Melihat Eunjae yang sedang membenarkan rambutnya, Muyeol membantunya dengan mengacak-acak rambut Eunjae sambil memegang wajahnya. Keadaan berubah canggung. Muyeol sepertinya menyadari tindakannya, lalu mendorong Eunjae keluar lift. Muyeol cekikikan melihat Eunjae yang kesel. Di dalam lift, Muyeol menenangkan dirinya sendiri.

Yunyeok memandangi lagi foto Muyeol yang diberikan oleh penguntit. Teringat kata-kata wartawan Koh kalau di sekitarnya pasti ada orang yang hubungannya dekat dengan Park Muyeol. Dia juga melihat bibi ada di rumahnya. Dia menanyakan bibi itu ke neneknya, neneknya membenarkan kalau bibi itu kerja di rumah seorang atlet.

Junior Muyeol yang naksir Eunjae menanyakan apa Muyeol ganti pengawal lagi? Jadi Eunjae tidak akan datang ke sini lagi? Lalu bagaimana dengan makcomblangnya? Apa kata Eunjae? Muyeol menjawab kalau dia (juniornya) tidak lulus. Si idiot suka pria yang tinggi, bermata besar, dan berkulit putih. Junior Muyeol kesel Muyeol ngomong seperti itu.

Di tengah jalan Muyeol melihat Eunjae yang pulang sendirian. Dia langsung memutarkan mobilnya dan mendatangi Eunjae. Muyeol menyuruh Eunjae masuk mobilnya, dia akan mengantarkan Eunjae pulang. "Kenapa?" tanya Eunjae bingung. Muyeol berkata bukan 'kenapa?' tapi 'terima kasih'lah yang seharusnya diucapkan seseorang kalau diberi tumpangan. "Itu karena aku tidak biasa kau seperti ini." kata Eunjae. "Biasakanlah." jawab Muyeol. Tambah bingunglah Eunjae. Muyeol menyuruhnya naik, duduk di depan. Itu berarti pengusiran secara halus kepada direktur Jang yang dari tadi duduk di depan mengawal Muyeol.

Awalnya Muyeol basa-basi dengan nanya keadaan Jonghee, lalu dia nanya seperti apa pria idaman Eunjae? Eunjae heran kenapa Muyeol nanya seperti itu. "Aku lebih suka pria yang tidak memiliki sejarah percintaan." akhirnya Eunjae menjawab. Muyeol protes, gak ada pria seperti itu. "Kalaupun dia pernah pacaran sebelumnya, walaupun cuma bohong dia harus bilang kalau aku yang pertama dan terakhir untuknya. Pria seperti itulah pria idamanku."

Muyeol mengejek, kriteria macam apa itu.. "Apa urusannya denganmu. Aku yang menentukan pria idamanku itu seperti apa." kata Eunjae. hahaha. Sesampainya di depan rumah Eunjae, Muyeol memperhatikan Eunjae sampai dia masuk ke rumah, sambil ngedumel. "Kenapa juga pria idamannya seperti itu? Dasar idiot!"

Saat masuk rumah, ayahnya sudah menunggu, tapi Eunjae tidak mau ngomong dengan ayahnya. Dia masih ngambek dengan ayahnya.

Changho juga mencoba merayu kakaknya. Eunjae bertanya apa Changho tidak merasa aneh, orang yang berkencan dengan ayahnya adalah ibunya sendiri. "Aku tidak ingat sama sekali wajah ibu seperti apa. Sebenarnya aku tidak keberatan sama sekali. Asalkan ayah bahagia." kata Changho. Eunjae kesel karena ucapan adiknya itu memang benar.

Jonghee mengajak Muyeol kencan. Muyeol sepertinya memikirkan lagi hubungannya dengan Jonghee. Eunjae terpesona melihat pakaian Muyeol yang sangat rapi. Jonghee juga berdandan sangat cantik. Awalnya mereka berempat akan pergi bersama, tapi Muyeol menyuruh Eunjae tetap tinggal. Sepertinya Muyeol akan melakukan sesuatu yang mungkin bisa bikin Eunjae tidak enak.

Muyeol dan Jonghee akhirnya makan malam bersama. Setelah selesai makan, Muyeol memandangi Jonghee yang sedang makan eskrim. Lalu Muyeol menyampaikan maksudnya, "Cerita tentang kita, sampai di sini saja." Jonghee terdiam mendengar kata-kata Muyeol, "Jadi, permintaanku sebelumnya, kau menolaknya?" Muyeol mengiyakan, "aku minta maaf" Jonghee tertunduk lalu pamit pergi dari situ.

Muyeol menawarkan diri untuk mengantarnya, Jonghee menolak. Jonghee tidak ingin bersama dengan Muyeol. Kalau begitu Muyeol menyarankan Jonghee membawa mobilnya. "Tidak butuh. kau sudah mengakhiri hubungan denganku, tapi kenapa masih baik padaku?" tanya Jonghee. "Biarpun kita sudah berakhir, aku tetap tidak mau kau pulang sendiri." jawab Muyeol. "Kau mungkin tidak merasakan apa-apa, tapi bagaimana denganku? kalau begitu panggil Eunjae, panggil bodyguard ku."

Saat Eunjae datang, Jonghee langsung pergi. Sesampainya di rumah, Jonghee langsung masuk kamar, tidak memperdulikan Eunjae yang bertanya ada apa sebenarnya antara Jonghee dan Muyeol.

Muyeol meminta Eunjae tetap menemani Jonghee. Sebenarnya Muyeol juga tidak ingin kejadiannya seperti ini, tapi dia tetap harus ambil keputusan. Muyeol melepaskan kalung yang ada cincin pasangan nya. Ini berarti Muyeol sudah benar-benar melepaskan Jonghee.

Eunjae menemani Jonghee sampai ketiduran. Eunjae panik saat melihat tempat tidur Jonghee kosong. Ternyata Jonghee ada di ruang melukis. Sedangkan Muyeol melepaskan stress nya dengan treadmill di gym.

Wartawan Koh menyarankan Dongsu jadi guru saja, melihat bagaimana Dongsu menasehati Muyeol. Wartawan Koh bertanya kenapa Dongsu memilih bisbol?. "Itu karena ayahku, Ayahku selalu memujiku saat bermain bisbol. Karena ayahku meninggal terlalu cepat, hanya itu satu-satunya pujian yang pernah aku terima."

Sooyung mendatangi Jonghee untuk mengkonfirmasikan lukisannya yang sudah sampai di galeri. Jonghee memberikan katalog lukisannya pada Sooyung, dan menyuruh Sooyung saja yang memeriksanya. Sooyung dengan halus menolaknya. "Ya sudah, tidak usah kalau begitu." kata Jonghee sambil membuang katalog lukisannya. "Aku juga akan membatalkan pameran ini. Siapa peduli lukisannya sampai atau tidak. Oh Sooyung juga sudah berubah. Kenapa semua orang berubah?" Jonghee mood nya masih jelek gara-gara Muyeol kemarin.

Sooyung sedih mendengar perkataan Jonghee itu. Lalu mengambil buku katalog Jonghee. Dengan setengah hati dia melakukan apa yang dipinta Jonghee.

Sooyung pergi ke galeri. Petugas galeri mengantarkan Sooyung ke tempat lukisan Jonghee disimpan. Satu persatu Sooyung memeriksa lukisan Jonghee. Sooyung mulai merasa ada yang tidak beres dengan badannya. Tiba-tiba petugas galeri melihat darah mengalir di kaki Sooyung. Sooyung keguguran.

Ibu Sooyung menjaga anaknya di rumah sakit. Dongsu datang dan bertanya kenapa sampai begini, tadi pagi dia masih baik-baik saja. "Baik-baik saja? Dari luar kelihatannya dia baik-baik saja. Pada saat darah mengalir di kakinya, dia juga masih kelihatan baik-baik saja. Seperti itu maksudmu baik-baik saja?" kata Ibu Sooyung sinis. (Buk'e, Sooyung gitu gara-gara Buk'e.) Ibu Sooyung juga menyalahkan Dongsu, sejak dia menikah dengan Dongsu seharusnya dia lebih bahagia. Dongsu sedih ibu mertuanya berkata seperti itu.

Ibu Sooyung terus menangis saat perjalanan pulang.

Dongsu terus menjaga istrinya sambil menangis. Sooyung sadar, melihat Dongsu yang menangis dia meminta maaf karena Dongsu pasti sedih sekali. "Sooyung-ah, jangan menanggung semuanya sendiri. Aku tidak keberatan jika kau menginginkan sesuatu. Lakukan apa yang ingin kau lakukan." kata Dongsu.

Muyeol datang ke rumah sakit dengan panik. Dia meminta maaf karena belum memberitahu Jonghee keadaan Sooyung. Sooyung berkata tidak apa-apa.

Muyeol kembali ke rumahnya. Bibi sudah menunggu Muyeol. Bibi bertanya bagaimana keadaan Sooyung, Muyeol menjawab ya seperti itu. Muyeol kasihan dengan Dongsu dan Sooyung. Bibi juga kasihan, "Tapi itu bukan sepenuhnya hal yang buruk. Saat orang yang kita sayangi sakit, walaupun kita merasa sedih dan khawatir, tapi ada juga perasaan yang manis. Bisa berada disisi orang yang kita sayangi dan menjaganya. Melindunginya. Jika orang yang kita sayangi bergantung hanya pada kita, semakin kita merasa bahwa orang itu hanya milik kita. Apa kau tidak pernah merasakan hal ini?" tanya bibi. Muyeol bingung gak ngerti maksud bibi. Muyeol tanya apa dia pernah punya perasaan seperti itu? siapa orang itu? Bibi langsung pamit pulang.

Orang-orang seapartemen Jonghee ribut di depan kamarnya karena Jonghee membunyikan musik keras sekali. Eunjae datang dan mematikan musiknya. Dia melihat jonghee yang sedang menangis. "Yoo Eunjae, karena kau kan?" tanya Jonghee. Eunjae bingung, mereka yang berantem, aku yang disalahkan.

Eunjae bertemu Muyeol di lobi apartemen saat dia mau ke supermarket. Muyeol tanya keadaan Eunjae. Eunjae bertanya apa kalian bertengkar? Muyeol tidak pernah menelfon dan datang ke tempat Jonghee akhir-akhir ini. Muyeol mengelak. Eunjae tidak percaya. Eunjae menyuruhnya baikan dengan Jonghee, tidak seharusnya kau menentang takdirmu. Tengil banget Eunjae waktu ngomong gini. Intinya sekarang ini Jonghee sedang sedih. Muyeol menyuruh Eunjae beli eskrim buat Jonghee, Muyeol akan memberikan uangnya. "Kau saja yang beli, dia akan memaafkanmu." kata Eunjae. Muyeol cuman bergumam kalau orang ini tidak tahu keadaan yang sebenarnya.

Muyeol malah bertanya apa mau Eunjae? Eunjae bingung. "Jika kau bertengkar dengan pacarmu, apa yang harus dia kasih agar kau memaafkannya?". Eunjae balik nanya kenapa Muyeol bertanya seperti itu. "Daging sapi korea?" tebak Muyeol. Eunjae menghela nafasnya, "Aku juga suka dikasih kue dan eskrim. Aku juga suka dikasih bunga. Daging sapi?" Eunjae gak percaya dengan pikiran Muyeol. "Kau pasti lebih suka dapat daging sapi dibandingkan dengan kue. Dibandingkan dengan bunga, kau lebih suka daging kan?" goda Muyeol. "Tsah..benar sih.." Eunjae dan Muyeol ketawa.

Eunjae: Memang bunga bisa diapakan?

Muyeol: Mending bisa dimakan..hahaha. Eunjae meminta uang untuk membeli eskrim pada Muyeol. Muyeol memberikannya tapi menyuruh bilang ke Eunjae kalau itu Eunjae yang beli.

Eunjae datang membawa eskrim saat Jonghee masih melukis. Eunjae menyuruh Jonghee cepat memakannya, ini Muyeol yang beli. Jonghee membukanya, tidak mungkin Muyeol membelikannya, Muyeol tahu dia tidak suka stroberi. Eunjae mau menukarkannya. Jonghee menghentikan Eunjae, "Tidak apa-apa. Kita makan sama-sama saja." Jonghee menyuruh Eunjae duduk. Jonghee berkata kalau dia sedih. Eunjae bersimpati pada Jonghee, setiap pasangan pasti pernah bertengkar. "Aku putus dengan pria yang sama dua kali." kata Jonghee. Eunjae tidak percaya, berpisah selama 8 tahun bukan berarti putus. "Kalau tahu begini jadinya, aku seharusnya tidak kembali ke sini. Jika aku tidak kembali, Park Muyeol tidak akan sanggup melupakan ku hingga mati. Eunjae bengong mendengarnya.

Sooyung sudah boleh pulang dari rumah sakit. Selama perjalanan dia diam saja. Sooyung tiba di rumah dan disambut oleh Woyoung.

Eunjae menemui Dongah dulu sebelum masuk rumah. Dia curhat tentang Jonghee, terkadang Jonghee sangat menyebalkan, tapi kadang orangnya sangat manis. "Aku sama sekali tidak bisa bersaing dengannya."

"Memangnya kapan kalian pernah bersaing?" tanya Dongah. Eunjae juga berkata, kalau dia laki-laki pasti akan menyukainya. Dongah mulai berpikir kalau Eunjae jadi pindah haluan, jadi suka sama perempuan. Gubraak..

Eunjae kesel dengan Dongah, seharusnya manager Kim tahu siapa kau sebenarnya. "Eunjae, dalam percintaan, kesan lebih penting daripada diri yang sebenarnya. Setelah putus dengan manager Kim, setiap kali aku melihat besi aku teringat dengannya. Bagiku, manager Kim memberiku kesan dingin bagaikan besi." kata Dongah. Dongah lalu telpon-telponan dengan manager Kim. Eunjae akhirnya pergi dari situ.

Dongsu sedang memandikan Woyoung. Sooyung melihat sampah kertas, lalu turun ke lantai bawah untuk membuangnya. Dia melihat gambar Woyoung, lalu melihat foto Jonghee yang telah dia sobek dan dia buang.

Sooyung kembali, tapi wajahnya terlihat aneh. Saat akan tidur, Dongsu melihat istrinya bergetar ketakutan. Dongsu langsung memeluk Sooyung. "Ada apa?" tanya Dongsu. "Aku takut.." Sooyung masih gemetar ketakutan. Dongsu menanyakan apa yang dia takutkan, Sooyung bilang tidak tahu. Ini aneh sekali. "Ada aku di sini.. Ada aku di sini..." Dongsu tetap memeluk Sooyung.

Eunjae dan Jonghee datang ke galeri membawa lukisan terakhirnya. Ibu Sooyung (Kurator Oh) senang Jonghee datang. Tapi saat masuk ke tempat penyimpanan, mereka kaget karena tempat itu berantakan, dan lukisan Jonghee rusak semua.

Apa yang terjadi?

Episode-14        

Flashback sedikit akhir episode 13. Jonghee, kurator Oh (ibunya Sooyoung), juga Eunjae pergi melihat lukisan-lukisan Jonghee yang akan dipamerkan. Tidak disangka, ada orang yang merusak semua lukisan Jonghee. Ternyata yang merusak semua lukisan Jonghee adalah Sooyoung. (Aku pikir yang ngerusak lukisan si bibi, ternyata Sooyoung :(. )

Malam-malam, Sooyoung pergi ke galeri dengan berpakaian hitam-hitam dia merusak semua lukisan. Memotong lukisannya dengan cutter, lalu menyiramkan cat merah ke seluruh lukisan. Di salah satu lukisan yang bergambar potret Jonghee, Sooyoung merusaknya di bagian mata, seperti gambar yang dia terima. Tidak ada ekspresi di wajah Sooyoung ketika melakukan itu semua, seolah-olah bukan Sooyoung yang melakukan itu.

Jonghee tidak percaya melihat semua lukisannya yang amburadul, apalagi melihat lukisan dirinya yang berlubang dibagian mata.

Sooyoung di rumahnya sedang menyiapkan sarapan. Dongsu bertanya apa Sooyoung baik-baik saja, mengingat malam sebelumnya Sooyoung sangat ketakutan. Sooyoung tidak mengerti maksud Dongsu. Dongsu beranggapan kalau Sooyoung baik-baik saja.

Kurator Oh marah dengan karyawannya, bagaimana pertanggung jawaban mereka atas insiden ini. Salah seorang karyawan merasa aneh, kalau perusak, seharusnya semua lukisan di galeri itu dirusak. Tapi kenapa hanya lukisan ini yang rusak. Karyawan yang lain juga mengatakan ketika dia datang, pintu juga masih terkunci. Kurator Oh teringat sesuatu. Malam sebelumnya, Sooyoung datang ke rumahnya, dengan ekspresi dingin dia meminta kunci galeri dengan alasan dia harus memastikan sesuatu dilukisan Jonghee.

Kurator menanyakan tentang CCTV di tempat itu. Karyawannya berkata kalau CCTV nya dimatikan karena ada perbaikan. tapi ada satu di luar yang masih berfungsi. Kurator Oh mulai khawatir.

Jonghee marah besar, dia terus saja jalan pergi. Eunjae yang tidak bisa menghentikannya menelfon Muyeol. Muyeol yang sedang bersama direktur Jang senyam senyum melihat siapa yang menelfon. Muyeol langsung berubah ketika tahu apa yang terjadi, dia langsung pergi dengan mobilnya meninggalkan direktur Jang.

Muyeol datang ke tempat yang sudah diberitahu Eunjae. Muyeol panik sekali. Setelah bertemu, Muyeol dipukul oleh Jonghee. "Ini gara-gara kau. Semua ini gara-gara kau!" Jonghee terus memukul Muyeol. Eunjae memegang Jonghee yang sudah mulai lepas kendali. "Lepaskan aku! Lepaskan aku!", Muyeol menyuruh Eunjae melepaskan Jonghee. "Ini semua gara-gara kau! Short mati juga gara-gara kau! lukisanku rusak karena kau juga! Park Muyeol, apa yang akan kau lakukan?" Jonghee histeris sambil terus memukul Muyeol.

Eunjae bertanya pada Muyeol, apa dia baik-baik saja? Muyeol menjawab rasanya sakit sekali. Dia sangat ingin menangkap bajingan itu.

Kurator Oh sedang melihat rekaman CCTV. Benar saja, Sooyoung terlihat memasuki galeri dengan pakaian hitam. Kurator Oh stres melihatnya. Dia meminta karyawannya itu untuk menghapus rekaman CCTV itu.

Polisi datang memeriksa tempat itu. Kayaknya lukisannya ada yang hilang satu. Tapi para karyawan berkata kalau itu semua lukisan yang rusak. Polisi juga bertanya tentang CCTV di ruangan itu. Nihil.

Kurator Oh bertemu dengan Dongsu. Dongsu bingung melihat ibu mertuanya panik. Dongsu tidak yakin dengan apa yang dikatakan ibu mertuanya. "Kamera CCTV menampilkan wajahnya. Jadi, bukti apa yang bisa lebih kuat?" Dongsu baru menyadari, jadi karena itu, malam itu istrinya sangat ketakutan.

Sooyoung sedang bermain dengan Wooyoung. Dia kelihatan senang sekali. Dongsu bingung apa yang harus dia lakukan. Dongsu pergi ke kamar, mencari-cari sesuatu. Apapun yang bisa dijadikan petunjuk. Dia menemukan foto Jonghee yang matanya dirusak, yang telah disobek-sobek di saku baju Sooyoung. Dongsu bertanya kemana Sooyoung pergi kemarin, saat Dongsu sedang memandikan Wooyoung? Sooyoung menjawab dia seharian di rumah, kecuali saat dia pergi membuang sampah.

Jonghee yang sedang marah jalan terus dan terus, sampai malam. Akhirnya dia kecapekan, Muyeol dan Eunjae mengantarnya pulang.

Dengan serius Muyeol bertanya pada Eunjae bagaimana mereka bisa menangkap penjahat itu, bagaimana caranya mereka membuat penjahat itu menderita. Eunjae hanya diam melihat Muyeol yang begitu khawatir terhadap Jonghee.

Eunjae pulang dan bertemu ayahnya yang sedang menjahit. Eunjae mulai membicarakan ibunya. Bagaimana ayahnya begitu mencintainya setelah ibunya begitu jahat. "Entah kau mencintai atau membenci seseorang, itu bukan hal yang bisa kau kontrol." jawab ayahnya, Eunjae membenarkan karena dia pun juga mengalaminya. Akhirnya Eunjae merestui ayahnya berkencan lagi dengan ibunya. Ayah Eunjae senang sekali, "Sebagai gantinya, kau tidak boleh keberatan dengan pria manapun yang mungkin akan kubawa ke rumah." pinta Eunjae. Ayah Eunjae setuju.

Dongsu memberitahu ibu mertuannya tentang apa yang ia temukan. Ibu mertua Dongsu juga mengeluarkan lukisan rusak Jonghee yang dia ambil dari galeri. Ibu takut ada orang yang melihatnya, jadi menyembunyikan lukisan itu. Dongsu berkata Sooyoung tidak mengatakan apapun soal ini, sepertinya dia tidak ingat sudah melakukan semuanya.

Polisi menyadari ada hal yang ditutupi dari kejadian ini. Para polisi itu bertemu dengan wartawan Koh. Wartawan Koh langsung meminta semua informasi tentang kejadian di galeri. Wartawan Koh juga bertemu Dongsu yang sedang memasukkan sesuatu ke dalam bagasi mobilnya. wartawan Koh bertanya apa Dongsu pergi ke rumah Muyeol, karena sepertinya semua akan berkumpul di sana. Dongsu mengiyakan.

Dongah memakai baju yang seksi. Dongah datang bersama manager Kim, bertemu dengan wartawan Koh yang datang bersama Dongsu. Wartawan Koh berkata kalau Dongah sangat seksi. "Benar! Seharusnya ini adalah reaksi orang kebanyakan." kata Dongah kepada manager Kim. Manager Kim mengacuhkan perkataan Dongah dan menyuruhnya memakai mantel, karena cuacanya dingin. Dongah cemberut sambil memakai mantelnya.

Mereka berempat masuk lift, Dongah bertanya kalau motif macan dia tidak suka, lalu kostum apa yang manager Kim suka, "Bagaimana kalau seragam? Mungkin seragam perawat, atau pramugari? Seragam pelaut?" cecar Dongah. Dengan lempeng manager Kim bilang kalau dia tidak punya selera semacam itu. Beda dengan wartawan Koh yang semangat, sampai-sampai wartawan Koh ngira manager Kim punya kelainan soalnya gak punya fantasi dengan cewek-cewek hahaha.

Di rumah Muyeol, mau tidak mau bibi bertemu dengan Dongah. Dongah juga menyadari dia pernah bertemu dengan bibi. Tapi bibi mengelak pernah bertemu dengan Dongah.

Muyeol, Dongsu, wartawan Koh, manager Kim serta Dongah rapat mengenai masalah ini. Bibi mendengarkan mereka semua dari dapur sambil membersihkan sayuran.

Polisi sedang menginvestigasi masalah ini, tapi belum ada perkembangan lebih lanjut. Wartawan Koh juga membawa foto-foto TKP. Mereka menyimpulkan orang yang melakukan teror saat ini bukan orang sama dengan yang melakukan teror yang lalu, karena tidak ada gambar mata yang dirusak. Ya, mereka menyimpulkan seperti itu karena gambar Jonghee yang matanya dirusak sudah disembunyikan oleh ibu Sooyoung. Dan sebenarnya pelaku semuanya secara langsung memang berbeda. tapi biang kerok nya ya the one and only.

Wartawan Koh juga memberi informasi kalau pelaku mencurigai orang dalam, tapi mengapa polisi menduga seperti itu, wartawan Koh juga tidak tahu. Dongsu mengamati diskusi mereka dengan diam. Mereka membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dijadikan bukti, seperti sidik jari, tapi itu semua tidak berguna karena mereka belum mempunyai tersangka yang pasti. "Saat ini, yang terpenting adalah mengetahui apakah kejadian ini berkaitan dengan kasus kita." kata wartawan Koh.

Dongah menanyakan do-rog, atau katalog lukisan. jadi mereka bisa membandingkan lukisan dengan katalog, mungkin dari situ mereka bisa menemukan sesuatu.

Dalam perjalanan pulang dengan manager Kim, Dongah berpendapat kalau kali ini pelakunya mungkin seseorang yang dekat dengan Jonghee. "Pelaku kali ini? kau tidak berpikir kalau pelakunya adalah orang yang sama?" tanya manager Kim. Dongah belum tahu. "Tapi coba pikirkan, seseorang sedang mencoba melukaimu jadi mereka pasti ingin menghancurkanku karena aku penting bagimu. Ini bisa dimengerti. Tapi mencoba untuk melukai manager Kim dengan menghancurkan bukuku yang paling berharga? Itu aneh sekali." pikir Dongah. Manager Kim menyimpulkan, jadi pelaku menghancurkan lukisan itu bukan karena dia adalah kekasih Park Muyeol, tapi dia adalah Kang Jonghee. Out of topic, Dongah masih menanyakan apa manager Kim benar-benar tidak berpikiran macam-macam dengan motif macan tutul? Dengan pasti manager Kim mengiyakan pertanyaan Dongah. "Daripada motif macan tutul, aku lebih suka hanbook." kata Manager Kim. Manager Kim kemudian menyuruh Dongah melupakan apa yang baru saja dia katakan.

Eunjae mengamati Jonghee yang tertidur dengan sangat pulas. Saking pulasnya Eunjae harus ngecek nafasnya, apa Jonghee masih bernafas atau tidak hahaha. Muyeol datang, dia menanyakan pada Eunjae apa dia tahu soal Do-rog, Muyeol mencarinya. Eunjae ikut membantu mencari walaupun dia sama sekali gak ngerti do-rog itu seperti apa.

Muyeol terduduk lemas karena ternyata mereka tidak bisa menemukan katalog lukisan itu. "Bersemangatlah!" perintah Eunjae. "Kalau kau dalam posisiku apa kau masih bisa bersemangat? Kejadian itu terjadi pada Jonghee karena aku." kata Muyeol lemas. Eunjae berkata itulah alasannya mengapa Muyeol harus lebih bersemangat. Dengan begitu dia akan bisa menangkap si pelaku dan juga menjaga Jonghee. Eunjae menganalogikan permainan ini dengan bisbol, ini masih inning ke 9, kau harus bersemangat. Eunjae menyemangati Muyeol dengan mengacak-acak rambut Muyeol seperti yang dilakukan Muyeol kepada Eunjae.

Muyeol ngambek. "Jangan lakukan itu." Eunjae gak mau berhenti, mau balas dendam dia. Muyeol kemudian memegang lengan Eunjae agar Eunjae berhenti, lalu menariknya mendekat. Akhirnya Eunjae berada dalam posisi seperti dipeluk oleh Muyeol. "Aku menyerah. Kubilang, aku menyerah." kata Eunjae. Awalnya Muyeol tidak mau melepaskannya, tapi akhirnya dilepaskan juga. Muyeol menyuruh Eunjae tetap mencari buku itu, agar mereka dapat membandingkan dengan lukisan aslinya. Eunjae baru sadar kalau dia pernah melihat buku seperti itu, Sooyoung mengambilnya.

Muyeol mengambil do-rog itu dari Sooyoung. Sooyoung bertanya mengapa dia memerlukan do-rog? Ada masalah apa? Muyeol tidak menjawab, dia menyuruh Sooyoung bertanya pada Dongsu saja. (sepertinya Sooyoung bener-bener gak inget kejadian pengerusakan itu.)

Dongsu termenung sendirian di lapangan latihan. Manager Kim datang bertanya ada apa. Dongsu tidak menjawab, dia kemudian melanjutkan pekerjaannya membetulkan suatu alat. Manager Kim bertanya apa Jonghee sudah sadar, dia harus sadar secepatnya untuk mengkonfirmasi lukisannya.

Jonghee bangun dari tidurnya. Eunjae baru keluar dari kamar mandi ketika melihat pintu kamar Jonghee terbuka dan Jonghee tidak ada di kamarnya. Eunjae mencarinya keluar, dan menemukannya duduk sendiri di taman. Jonghee sedang melihat seekor kucing yang lari ketika Eunjae mendekat. Jonghee ingin kucing itu. Jonghee meminta Eunjae menangkapnya. "Baiklah.." Eunjae terpaksa menurutinya.

Ketika mereka akan masuk ke dalam, mereka berpapasan dengan bibi. Jonghee sedikit ketakutan melihat wajah bibi.

Bibi menunggu bus nya datang, ketika Yunyeok datang menyapanya. Bibi kaget bagaimana Yunyeok mengenalinya. "Kau tidak mengenaliku? Aku cucu dari nenek di Peongcheondong. Aku melihat anda datang beberapa kali ke rumah." kata Yunyeok. Bibi tidak bisa mengelak lagi. Yunyeok ingin bertemu dengan bibi karena dia pikir mereka dekat. Yunyeok mengeluarkan foto Muyeol yang matanya dirusak. "Cukup dekat untuk memberikanmu sesuatu seperti ini?" Bibi mengelak, dia tidak tahu apa yang Yunyeok bicarakan. Lalu cepat-cepat pergi ketika ada bus yang datang. Yunyeok semakin curiga.

Muyeol mengamati foto lukisan dengan katalog, tapi stress karena sepertinya dia tidak menemukan apa-apa. Muyeol istirahat lalu pergi ke gym. Dari atas gym, dia melihat Eunjae di taman. Lalu menghampirinya.

Eunjae sedang mencoba menangkap kucing liar itu dengan menggunakan perangkap jaring. Muyeol datang mengagetkannya. Muyeol mengingatkan, bukannya Eunjae yang bilang jangan terlalu memanjakan Jonghee. "Aku bisa saja begitu. Awalnya aku tidak suka padanya, tapi lambat laun aku menyadari kalau dia hanya bersikap jujur." Muyeol membenarkan perkataan Eunjae. "Jika dia marah, dia benar-benar marah. Jika dia menyesal, dia akan minta maaf. Jika dia menyukai seseorang dia akan langsung mengatakannya. Tidak sepertiku. Aku orang yang sulit untuk dihadapi." tambah Eunjae. Muyeol heran apa Eunjae baru menyadarinya sekarang? Eunjae ngambek. Seharusnya disaat seperti itu Muyeol mengatakan hal yang baik tentangnya. "Mengatakan apa?" tanya Muyeol. Eunjae mencontohkan, 'Kau yang sekarang sudah baik'. "Benar, Kau yang sekarang ini sudah sangat imut." seru Muyeol serius. Eunjae jadi ketawa mendengar Muyeol. Muyeol yang awalnya serius ikutan ketawa juga.

Mereka berdua berhenti ketawa. Tiba-tiba Muyeol mendekatkan diri ke Eunjae, mendekat seperti Muyeol mau mencium Eunjae. Eunjae panik, "Tunggu, sadarkan dirimu. Aku tahu setelah apa yang terjadi, kau tidar bisa tidur dengan nyenyak. Aku ini Yoo Eunjae. Idiot.." Tanpa menjauhkan dirinya Muyeol menghela nafas, "Aku tahu." katanya. Muyeol tetap ingin mencium Eunjae.

Di detik-detik terakhir... "Tunggu.. Aku menangkapnya, aku menangkapnya.." kata Eunjae sambil mendorong Muyeol sampai Muyeol terguling-guling. Muyeol protes. Sebelum Muyeol berkata-kata, Eunjae sudah memotongnya, "Hati-hati nanti kucingnya kabur. Kucing itu terlihat galak. Aku akan bilang pada Jonghee kalau kita sudah menangkap kucingnya. Oh, aku sangat sibuk." Muyeol ingin menghentikan Eunjae yang ingin pergi, tapi Eunjae sudah kabur duluan. Eunjae salah tingkah sepertinya. Eunjae masuk ke rumah Jonghee sambil geleng-geleng kepala. Jonghee bingung dengan tingkah Eunjae.

Di lift Muyeol memikirkan tingkah Eunjae. Dia baru sadar kalau Eunjae berpikir dia sedang mabuk jadi bertingkah seperti itu. Muyeol memberikan kucing itu pada Jonghee sambil melirik Eunjae. Woah, pandangannya bisa membakar hati. Eunjae kabur dengan pamit pulang lebih awal.

Muyeol menemani Jonghee yang membersihkan kucing barunya. Jonghee berkata kalau saat ini dia hanya ingin kucing itu saja, meskipun Short cemburu juga tidak akan membantu karena dia sudah mati. "Sepertinya ada hal-hal yang tidak dapat ku kontrol. Kalau kucingmu mati, kau mendapatkan kucing baru. Kalau kau putus dengan seseorang, kau akan bertemu dengan seseorang yang baru. Kalau lukisanmu rusak, kau akan melukis yang baru. Benarkan?" Jonghee berencana akan kembali ke Inggris, secepatnya.

Eunjae ngomel-ngomel atas kelakuan Muyeol padanya tadi, tapi dalam hati dia juga senang. Lalu di depan rumahnya, dia melihat Dongah dengan manager Kim sedang berciuman.

Keesokan harinya, bibi melihat foto-foto lukisan Jonghee yang rusak. "Semuanya ada 24 kan?" Muyeol mengiyakannya dengan malas. Tapi lalu ia sadar, seharusnya ada 25 lukisan. Muyeol melaporkannya pada polisi. Polisi mengkonfirmasinya dengan galeri seni.

Muyeol dengan semangat memberi tahu Dongsu bahwa salah satu lukisan Jonghee hilang. "Perusak itu mengambil lukisan diri Jonghee. Polisi juga mengkonfirmasi ulang kalau mereka salah menghitung jumlah lukisan. Detektif juga bilang kalau ni adalah pekerjaan orang dalam, atau seseorang yang dibantu orang dalam." Dongsu hanya berkomentar, 'Benarkah?'

Dongsu kemudian membereskan barang-barang dimejanya, lalu membawanya ke dalam mobil. Wartawan Koh menghampirinya membantu Dongsu membawa barang-barang. Dia kemudian melihat sesuatu seperti lukisan di dalam bagasi mobil Dongsu.

Dongsu melihat istrinya bermain dengan Wooyoung. Dongsu mengajak keduanya bermain di taman. Dongsu bermain lempar tangkap dengan Woyoung. Sooyoung melihatnya dengan senang. Dari jauh, wartawan Koh mengamati keluarga itu.

Wartawan Koh memastikan sesuatu kepada manager Kim. Pegawai galeri bertemu dengan Dongsu, lalu istri Dongsu adalah teman Jonghee. Manager Kim bertanya mengapa, tapi wartawan Koh berkata kalau dia belum yakin.

Jonghee mencari susu di kulkasnya, tapi ternyata habis. Eunjae mengajukan diri untuk membelinya. Di lift, Eunjae berpapasan dengan Muyeol. Eunjae kaget lalu memalingkan muka. Muyeol kesal dengan sikap Eunjae, lalu dia bergeser mendekati Eunjae. Eunjae bergeser menjauh. Muyeol gak tahan, "Kenapa kau bersikap seperti ini?" Eunjae bertanya, seperti apa? Muyeol juga kesel kenapa Eunjae tidak mengangkat telfonnya. Eunjae ngeles, kapan dia tidak mengangkat telfon dari Muyeol. Eunjae lalu kabur saat lift berhenti.

Muyeol lari mengejarnya. "Ayo bicara." Eunjae berkata bicara saja di sini. Eunjae meminta Muyeol jangan bertindak kekanak-kanakan seperti itu. Juga jangan bersandar terlalu dekat padanya. Karena nanti aku bisa bingung. "Bingung kenapa?" tanya Muyeol. "Aku bisa mengira kalau kau menyukaiku."

Muyeol menyuruh Eunjae untuk tetap berpikir seperti itu, "Karena itulah kenyataannya." kata Muyeol. Eunjae diam saja karena kaget. Muyeol menyebut Eunjae bodoh. Eunjae marah, "Apa itu masuk akal? Lalu Kang Jonghee?" Dengan enteng Muyeol berkata kalau dia sudah putus dengan Jonghee. "Aku ingin menunggu lebih lama sebelum mendekatimu, kau benar-benar idiot atau tidak. Itulah sebabnya, aku bisa melakukan apapun kepadamu. Aku bisa melakukan ini (ngacak-ngacak rambut Eunjae). Ini juga bisa (mencubit pipi Eunjae). Juga bisa yang lainnya kalau kau tidak keberatan. Apa jawabanmu?" Eunjae jelas kaget dengan pengakuan Muyeol ini, dia kabur. Muyeol mengejarnya. Kejar-kejaran dua insan ini (bahasaku..) menarik perhatian petugas. Setipe dengan Satpol PP gitu kali ya.

Muyeol kesel dengan kelakuan Eunjae. "Kenapa kau kabur? Kalau kau tidak suka denganku bilang saja tidak suka." Eunjae hampir menangis ini rasanya seperti mimpi. "Aku sangat bahagia, tapi aku juga takut." Muyeol kemudian memegang tangan Eunjae, akan menciumnya. Lalu.. priiit.. petugas satpol pp datang, dikira mereka Muyeol akan macam-macam dengan Eunjae.

Dongsu membawa Sooyoung dan Wooyoung ke rumah ibu Sooyoung. Sooyoung bingung tapi dia tetap menurut. Dongsu pamit pergi lagi karena ada pekerjaan yang harus dia lakukan.

Dongsu pergi. Wartawan Koh mengikutinya. Dongsu tahu dia diikuti.

Muyeol mengantarkan Eunjae pulang. Di mobil Eunjae senyum-senyum gak jelas. "Ah, kenapa kau begitu salah tingkah? Aku tidak akan melahapmu." kata Muyeol. Eunjae masih senyum-senyum. Lagi seneng dia.

Sesampainya di rumah, Eunjae bilang kalau Muyeol tidak perlu mengantarnya sampai rumah, karena biasanya juga tidak seperti itu. "Itu karena dulu kau tidak punya hubungan apa-apa denganku. Eunjae makin terbang tinggi. Lucu banget kelakuan orang ini. Sebelum pergi Muyeol ingin menciumnya, tapi tiba-tiba datang ayah dan adiknya. Eunjae langsung mendorong Muyeol supaya pergi. Gagal maning rencana Muyeol mencium Eunjae..

Dongsu pergi ke basecamp Red Dreamers. Wartawan Koh masih terus mengikutinya. Wartawan Koh mengikutinya sampai di loker pemain. Dia melihat Dongsu berdiri di depan loker Muyeol, lalu menaruh sebuah gambar. Wartawan Koh memotretnya. Wartawan Koh mendatangi loker itu, ternyata memang sebuah foto. Foto Muyeol yang matanya dirusak, dan dibelakangnya bertuliskan 'Semuanya sudah berakhir'. Wartawan Koh menelfon manager Kim lagi memberitahukan apa yang dia temukan. Tapi tiba-tiba Dongsu memukulnya dari belakang sampai dia pingsan. Dongsu juga menemukan kamera yang berisi foto dirinya, tapi dia tidak menghapusnya.

Dongsu kemudian menelfon Muyeol, menyuruhnya datang ke kantor Tim.

Muyeol menelfon Eunjae. Eunjae genit banget waktu di telfon Muyeol, ckckckc. Eunjae bertanya apa dia sekarang sudah sampai rumah. Muyeol berkata dia akan menemui Dongsu dulu, jadi Eunjae tidak boleh tidur dulu dan menunggunya telfon lagi. Huaa.. Eunjae bener-bener kegirangan.

Muyeol datang ke lapangan. Ada telfon masuk ke ponsel Muyeol, sepertinya manager Kim mau memberitahu soal Dongsu. Tapi tiba-tiba sebuah bola meluncur tepat mengenai badannya. Lalu ada lagi dan lagi. Pasti sakit sekali bola dengan kecepatan seperti itu kena badan. Ternyata bola-bola itu berasal dari pelempar bola otomatis yang dijalankan oleh seseorang. Muyeol sudah terkapar kesakitan. Orang itu lalu mengambil tongkat pemukul dan berjalan ke depan Muyeol. Barulah Muyeol menyadari kalau itu adalah Hyung nya.

Apa yang akan dilakukan Dongsu?

Episode-15        

Episode ini diawali dengan suasana mencekam. Backsound yang mendukung, terlihat aktor aktris memerankan dengan baik.

Sooyoung berbaring menidurkan Wooyoung, terlihat memikirkan sesuatu. Dongah hanya tiduran di kamarnya. Jonghee yang bermain dengan kucingnya dan termenung saat menemukan bingkai foto kucingnya yang telah tiada. Ahjumma Yangson pun termenung di kamar gelap tempat dia menempelkan gambar Muyeol memenuhi dinding kamar.

Sementara itu, wartawan Koh tergeletak pingsan di sebuah toilet/gudang setelah dipukul Dongsu. Dia mulai tersadar dan perlahan mencoba berdiri bertahan dari rasa pusing yang menderanya.

Dengan mengendarai mobilnya, manajer Kim melaju mobilnya dengan kencang. Eunjae pun berlari kencang dari rumahnya.

Kini terlihat jelas siapa yang membawa pemukul dan memukul Muyeol. Yup, meski kecewa sudah dapat diduga, Dongsu.

Muyeol kaget dengan apa yang dilakukan Dongsu padanya. Dia masih mempertanyakan perihal sebab Dongsu melakukan hal itu padanya. Dongsu yang telah dianggap kakak baginya. Dongsu yang telah menyelamatkan karirnya. Dongsu yang banyak membantunya hingga saat ini.

Dongsu memintanya berdiri di posisinya agar mengerti, dia beralasan bahwa selama ini dia sudah cukup merasa tertekan dengan perolehan besar yang ada pada Muyeol sementara dia tidak memiliki apapun. Hal itulah yang menyebabkannya melakukan pemukulan ini.

Muyeol mengkonfirmasi semua kejadian buruk yang pernah menimpanya. Dongsu mengatakan kebenaran bahwa dialah pelakunya selama ini. Kucing Jonghee yang mati, dan menaruh methanol dalam botol air minumnya.

Muyeol terkejut, "Hyung, kenapa?"

Dongsu: "Makanya cobalah berdiri di posisiku untuk sekali saja dan pikirkan tentang itu!"

Lanjutnya, "Park Muyeol, kaulah penyebab kegagalanku. Kau tahu itu?"

Dia menceritakan awal permainannya dalam tim nasional, saat dia terdaftar sebagai pemain profesional pada putaran pertama, sedangkan Muyeol saat itu masih berumur tujuh-delapan tahun yang belum bisa apa-apa, bahkan tidak diperhitungkan. Sedangkan saat ini dia merasa semua itu tidak adil. Saat ini dia hanya merasa sebagai seorang pria 34 tahun yang telah mengakhiri karir bisbolnya. Dongsu menegaskan dia menganggap Muyeol selama ini sebagai plak yang mengusiknya.

Muyeol masih tidak percaya, "Tidak, Hyung, ini bukan kau." Dia sangat tertekan. Sementara Dongsu tersenyum. Dia menarik kerah Muyeol dan menegaskan, "Kenapa aku tidak bisa melakukan itu? Kenapa aku tidak bisa membencimu?"

"Karena kau bukan orang yang seperti itu!" Muyeol berteriak. Tanpa daya dia kembali dipukul Dongsu yang sedang dilanda emosi. Muyeol tidak melawan sedikit pun. Atau bahkan tak mampu menggerakkan badannya karena tekanan rasa percaya tidak percaya yang saat ini dideritanya (mental sangat berpengaruh pada fisik. Aku juga tak bisa membayangkan bila suatu saat salah satu sahabatku akan mengatakan hal itu).

Dongsu terus memukul dan menendang Muyeol. Muyeol hanya terbaring tanpa daya melawan. Dongsu mengambil tongkat bisbol dan hendak memukul Muyeol dengan tongkat itu.

Tepat di saat yang kritis, muncul Eunjae menarik Dongsu dan mendorongnya terjatuh. Terjadi perkelahian antara Eunjae dan Dongsu, Muyeol hanya melihatnya dengan lemas. Apa daya tenaga Eunjae hanya seorang wanita yang lebih lemah dari Dongsu. Hingga saat Eunjae sangat terdesak, dia tercekik dan pandangan Dongsu yang langsung menatap kejam pada Muyeol, Muyeol akhirnya bangkit dan balas memukul Dongsu. Dongsu tidak melawan. Muyeol akhirnya tak sanggup memukul Dongsu, dia hanya dapat menangis merebahkan kepalanya di dada Dongsu, "Ini tak seharusnya begini. Kumohon."

Lampu di lapangan menyala. Meski terbaring tak berdaya, Dongsu teersenyum puas. Sementara Muyeol masih bersedih dan Eunjae masih terbaring.

Beberapa orang masuk ke lapangan, diantaranya manajer Kim, polisi dan beberapa petugas. Mereka menarik Dongsu dan menahannya.

Di jalan arah keluar, mereka berpapasan dengan wartawan Koh yang sudah siap dengan kemeranya, namun melihat ekspresi Dongsu yang menyedihkan, dia tidak jadi mengabadikan gambar itu.

Muyeol mengejar dan memanggil, "Hyung." Dongsu berhenti sejenak dan segera berlalu tanpa melihat ke arah Muyeol sedikit pun.

Di rumahnya, Sooyoung ditanyai ibunya yang merasa aneh Sooyoung mengenakan mantelnya seakan mau keluar. Sooyoung mengatakan akan ke rumah dan ibunya menghalanginya. Meskipun Sooyoung berniat pulang untuk menemui suaminya, ibunya dapat memastikan bahwa Sooyoung tidak akan bisa bertemu dengannya, "Dia saat ini berada di kantor polisi. Dia mengambil kesalahan yang seharusnya kau akui."

Sooyoung tidak mengerti, "Apa yang kau katakan? Kejahatan apa yang telah kulakukan?" Sepertinya Sooyoung sendiri tidak menyadari saat melakukannya. Ibunya mengatakan, "Kaulah yang telah menghancurkan lukisan-lukisan Jonghee." Sooyoung kaget mendengarnya.

"Aku?"

Sementara di kantor polisi, Dongsu mengakui segala yang dituduhkan padanya, dia mengakuinya atas dasar rasa kecemburuan pada keberhasilan Muyeol sehingga menimbulkan teror pada kehidupan Muyeol dan orang-orang di sekitarnya, Jonghee. Dia pun di penjara. Dia melihat cincin di jemarinya dengan penuh makna.

Musiknya sendu banget, membuat merinding, sedih.

Muyeol duduk sendirian di kamarnya yang gelap, dia mengingat kisah mereka di awal persahabatan. Kisah yang pernah diceritakan wartawan Koh. Muyeol yang sulit didekati selalu memukul teman-temannya. Akhirnya, Dongsu yang memukul Muyeol habis-habisan. Dongsu yang disegani banyak pemain, memukulnya untuk membalaskan kekesalan pemain lainnya pada Muyeol. Akibat kejadian itu Muyeol akhirnya diterima oleh teman satu timnya dan dapat terus berlatih bisbol di tim itu hingga berhasil seperti sekarang.

Muyeol menangis mengingat kejadian itu, kebaikan Dongsu padanya, tidak seperti apa yang baru saja dirasakan saat ini.

Eunjae datang ke apartemen Muyeol, ahjumma Sunhee membuka pintu dan mengatakan bahwa Muyeol sedang tidak bisa ditemui. Dia meyakinkan Eunjae bahwa Muyeol sedang tidak ingin dilihat siapapun sehingga Eunjae pun dengan kecewa beranjak pulang. Tanpa rasa bersalah ahjumma justru merasa senang mengetahui Muyeol yang masih terpuruk tidak mau makan.

Wartawan Koh melihat hasil jepretannya. Di sana sekilas terlihat Dongsu yang melihat loker dan meletakkan sesuatu di dalamnya. Manajer Kim menemuinya yang sedang duduk di salah satu ruang di Red Dreamers, "Terimakasih."

Wartawan Koh melihat ke arah manajer Kim, "Untuk apa?"

Manajer Kim: "Untuk menahan wartawan lain tidak menulis beritanya."

Wartawan Koh tidak merasa membantu apapun. Dia hanya menganggap Dongsu memang sudah memiliki reputasi yang bagus. Dia masih sulit percaya apa yang baru saja diketahuinya.

Beberapa wartawan lain membicarakan kasus ini. Salah satu wartawan menyimpulkan bahwa seorang penguntit, biasanya berjenis kelamin beda, bagaimana mungkin Jin Dongsu melakukannya?

Di tempat yang sama, pemuda cafe yang pernah dipukul Muyeol, Seo Yunyeok mendengar pembicaraan mereka.

Di tempat berbeda, Jonghee ditemani Eunjae menemui seorang wanita. Jonghee menandatangani lembar hasil pemeriksaan pengrusakan lukisan-lukisannya yang akan digunakan sebagai bahan pameran. Dia sempat menanyakan mengenai Direktur Yin (Ibunda Sooyoung) yang merancang awal pameran lukisan itu sebelumnya. Wanita yang mereka temui mengatakan Direktur Yin sudah mengundurkan diri karena merasa bertanggungjawab pada kejadian itu. Jonghee terhenyak mendengarnya.

Dalam perjalanan pulang, Eunjae menanyakan kemungkinan Jonghee datang mengunjungi Direktur Yin namun Jonghee merasa tidak tahu harus bagaimana di hadapannya dan dia pun yakin mereka juga tidak tahu harus bagaimana.

Di tempat lain, Sooyoung berusaha keras ingin melukiskan sesuatu di depan kanvasnya namun tak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya diam menatap cermin yang ada di hadapannya.

Di apartemen Jonghee, Eunjae membantu mengepak barang Jonghee. Jonghee memberikannya hadiah sebuah lukisan. Eunjae yang tidak mengerti lukisan berpura-pura senang menerimanya. Jonghee kecewa dan mengatakan mereka tidak akan bertemu lagi, Eunjae pun mengiyakan. Jonghee menunjukkan rasa senangnya akan persahabatan mereka dengan memberikan sebuah gigitan di lengan Eunjae.

Eunjae bertanya, "Kau tidak mau menemui Park Muyeol? Kudengar beberapa hari ini dia tidak mau keluar kamar."

Jonghee hanya tersenyum dan menyarankan Eunjae yang datang mengunjungi Muyeol. Eunjae beralasan Muyeol sebelumnya mengatakan tidak ingin bertemu dengannya. Jonghee menyalahkan Eunjae yang egois hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia menilai Eunjae takut merasa sakit karena penolakan Muyeol namun tidak peduli dengan kondisi Muyeol.

Muyeol masih saja berdiam diri di kamarnya dalam kondisi gelap gulita. Ahjumma Sunhee membawakannya makanan dan menyampaikan maksud kedatangan manajer Kim yang baru saja berharap Muyeol dapat mengikuti latihan musim semi dalam waktu dekat. Ahjumma merasa Muyeol tidak dapat melakukannya dalam waktu dekat ini. Dia menenangkan Muyeol dan menyemangatinya. Dia mengatakan tahu dan mengerti segala sesuatu tentang Muyeol yang tak seorang pun dapat melakukannya, jadi Muyeol jangan pernah merasa sendirian. Muyeol pun mengangguk, masih dengan tampang kakunya. Ahjumma pamitan dan mengatakan bahwa besok dia akan datang lagi. Muyeol mengatakan terimakasih padanya, dan terlihat raut wajah senang di mimik ahjumma itu.

Ahjumma keluar namun dia terlupa dengan sarung tangannya.

Terlihat Eunjae memasuki lift. Meski awalnya ragu, dia akhirnya memilih mengunjungi Muyeol di lantai 25 gedung yang sama dengan Jonghee.

Eunjae membunyikan bel beberapa kali namun tidak ada jawaban. Dia pun masuk dan melihat sekilas ruangan yang sebelumnya sangat akrab dengannya. Di depan pintu kamar Muyeol, dia mengatakan kedatangannya namun tidak juga ada jawaban dan dia pun memutuskan masuk ke dalam kamar Muyeol.

Dia menemukan Muyeol masih saja terduduk diam di kamarnya yang gelap. Eunjae mengatakan dia akan segera pergi bila Muyeol tidak tidak menginginkan kedatangannya. Dia hanya berniat duduk di sebelah Muyeol. Dengan diamnya Muyeol, Eunjae duduk dan mendekat di sebelah Muyeol. Muyeol masih saja diam.

Tidak begitu lama, Muyeol merebahkan kepalanya di pundak Eunjae, dia mengatakan, "Mengapa begitu lama?" (Ohh, sepertinya Muyeol sudah sangat mengharapkan kedatangan Eunjae sejak lama.)

Eunjae justru mengucapkan terimakasih karena Muyeol mau bersandar padanya.

Terlihat di lobi, ahjumma menyadari sarung tangannya tertinggal. Dia pun kembali berbalik.

Saat mengambil sarung tangannya yang tertinggal, dia menemukan lukisan tergeletak di dekat pintu dan menyadari ada sepasang sepatu olahraga wanita, pertanda ada seseorang yang datang menemui Muyeol. Dia pun mengintip ke kamar Muyeol dan terdengar suara Muyeol yang dengan semangatnya menceritakan kisah lamanya bersama Dongsu saat awal bergabungnya di tim bisbol. Dongsu sang bintang lapangan yang dihormatinya.

Begitu tiba di rumahnya, dengan kesalnya ahjumma langsung menuju kamar yang berisi tempelan foto Muyeol dan merobek beberapa foto yang ditempel. Dia terlihat begitu kesal.

Muyeol juga menceritakan kisah pemukulan yang dilakukan Dongsu padanya yang akhirnya mengawali persahabatan diantara mereka. Dia mengatakan tak ada satu hal pun yang mampu memisahkan mereka dari bisbol, bahkan sekeras apapun upaya yang pernah dilakukan Muyeol saat tahu karir Dongsu sebagai pemain bisbol tidak dapat dilanjutkan. Muyeol menyadari, "Bukan dia yang melakukannya." Dengan yakin Muyeol menyimpulkan hal itu. Dongsu yang sangat mencintai bisbol tidak mungkin melakukan hal yang diakuinya saat ini. Pasti ada penjelasannya.

Di rumahnya ahjumma mendapat kunjungan dari orang yang mengetahui perbuatannya selama ini. Awalnya orang tersebut menyelipkan foto dengan tusukan-tusukan di bagian mata Muyeol sebagaimana yang sering dilakukan ahjumma pada foto-foto Muyeol. Orang tersebut mengetahui ahjumma yang tak lain seorang penguntit Muyeol.

Ahjumma segera membuka pintu dan menemukan Yunyeok di sana. Awalnya ahjumma tidak mengijinkan Yunyeok masuk, namun Yunyeok mengatakan bila ahjumma merasa terganggu, ahjumma bisa menghubungi polisi, dan mendengar kata-kata 'polisi' ahjumma terhenyak dan membiarkan Yunyeok memasuki rumahnya.

Yunyeok memutuskan akan duduk dan setelah duduk dia mulai menyinggung pemberitaan yang mengatakan bahwa penguntit Muyeol telah ditangkap, dan dia menanyakan bagaimana pendapat ahjumma mengenai hal itu.

Yunyeok menanyakan sebab ahjumma melakukan hal itu (menguntit) Muyeol. Apa karena Muyeol pernah melakukan kejahatan padanya. Atau karena uang? Ahjumma tersenyum yang dapat diartikan tidak.

Yunyeok: "Kalau begitu..apa karena cinta?" Dia tertawa saat mengatakan hal itu. Menurutnya hal itu sangat sulit dibayangkan kebenarannya. Mungkin hal ini yang menyebabkan ahjumma tersinggung padanya.

Ahjumma memutuskan akan mengatakan semuanya pada Yunyeok dan sebelumnya dia akan membuatkan teh untuk Yunyeok. Saat membuatnya, ahjumma memasukkan suatu cairan dalam teh Yunyeok.

Di tempat lain, Muyeol dan Eunjae memutuskan akan mengumpulkan bukti Dongsu tidak bersalah. Namun Muyeol sempat bingung bagaimana melakukannya, dia menyimpulkan untuk menemukan pelaku yang sebenarnya, dan kemudian dia kembali bingung bagaimana caranya. Dia menyimpulkan kebuntuan otaknya karena dia sudah lama tidak makan, sehingga dia memutuskan untuk makan sebelum lanjut berpikir.

Kembali di rumah ahjumma, ahjumma menyajikan teh dan Yunyeok meminumnya sesaat sebelum ahjumma mulai menceritakan kisah pertemuannya dengan Muyeol.

Mereka bertemu 12 tahun yang lalu saat Muyeol kelas 2 SMA. Saat itu Muyeol sudah berada dalam keluarga yang berantakan, dia tidak lagi bicara dengan ibunya sedangkan ayahnya berselingkuh. Saat Muyeol masuk kuliah, ayahnya menikah lagi dan Muyeol memutuskan keluar dari rumahnya. Sejak itu, ahjumma-lah satu-satunya keluarga terdekat dengannya. Entah sebagai Ibu atau bibi?

Cairan yang dibubuhkan di teh itu mulai bereaksi, Yunyeok mulai pusing dan terjatuh terbaring dan mulai tidak sadarkan diri, sementara ahjumma masih meneruskan ceritanya tanpa peduli kondisi Yunyeok.

Dia menceritakan dimana suatu hari Muyeol pernah demam tinggi, suhu tubuh bahkan sampai 40 derajat celsius, hingga ke kamar mandi pun Muyeol tidak mampu. Saat itulah dia menyimpulkan Muyeol membutuhkannya. Dia senang karenanya dan menyadari bahwa dia juga membutuhkan Muyeol.

Ahjumma: "Kalau bukan cinta, apalagi?"

Dia menanyakannya dengan Yunyeok seolah Yunyeok yang sekarat masih bisa diajak berkomunikasi.

Ahjumma melanjutkan, "Kau boleh bilang aku gila atau menjijikkan. Kau boleh menyimpulkan ini bukan cinta."

Tatapan ahjumma mengerikan, melihat ke arah Yunyeok yang diam dalam masa kritisnya.

Muyeol: "Seo Yunyeok!"

Dia senang karena setelah makan dia dapat berpikir jernih. Eunjae kesal karena menurutnya hal itu belum dapat menyimpulkan apapun.

Muyeol melanjutkan penjelasannya, dia mengatakan bahwa manajer Kim pernah menyampaikan mengenai penguntit yang sebelumnya sudah lama mengincar Seo Yunyeok untuk mengatakan sesuatu tentang Jonghee dan menyebabkan terjadinya pemukulan itu.

Jadi, Muyeol menyimpulkan langkah awal yang dapat mereka lakukan adalah menyelidiki keterkaitan Dongsu dengan Seo Yunyeok. Dia pun menghubungi Yunyeok.

Saat itu tubuh Yunyeok yang sudah sekarat diseret ahjumma ke dalam kamarnya. Dering HP yang dihubungi Muyeol tidak mampu dijawab Yunyeok. Yunyeok hanya mampu mengenang masa kecilnya yang suram. Yunyeok kecil sering kali menatap gemerlap lampu kota di malam hari dari gedung dan rumah mewah. Kenangan itu sejenak menguatkan dirinya sebelum dia akhirnya tak mampu melawan racun dalam tubuhnya dan menutupkan mata tidak bergerak.

Manajer Kim bersama Dongah, Eunjae dan Muyeol, mereka berempat membicarakan permasalahan yang saat ini menimpa Dongsu. Manajer Kim mengutarakan banyak hal yang sudah menjadi bukti dan memberatkan Dongsu, keberadaan Dongsu di tempat kejadian hingga pengakuan Dongsu. Selain itu, tak ada benang merah yang menjadi petunjuk siap penguntit yang sebenarnya. Namun Muyeol bersikeras Dongsu bukan pelakunya. Dia yakin Dongsu tidak bersalah. Eunjae pun mendukungnya.

Namun Dongah berpendapat berbeda. Menurutnya, banyak hal yang dapat menjadikan seseorang menjadi penguntit, iri adalah salah satunya. Manajer Kim setuju dengannya.

Eunjae kesal mendengarnya, dan menanyakan bagaimana penjelasanan sikap Dongsu yang selama ini selalu menolong Muyeol bahkan di saat terkritisnya.

Karena berbeda pendapat, Muyeol memutuskan untuk menentukan langkah mereka dengan undian gunting-batu-kertas. Pasangan Muyeol-Eunjae memang kekanakan. Haha.

Manajer Kim menyinggung masalah Yunyeok yang masih sulit dihubungi. Muyeol pun membenarkan. Ahjumma baru saja datang dan mengangguk menyapa ke empatnya. Manajer Kim mengusulkan untuk mencari Yunyeok langsung di rumahnya, dia tahu alamat rumah Yunyeok.

Tiba-tiba Dongah teringat, dia berteriak dari kejauhan pada ahjumma, dia yakin pernah bertemu ahjumma di sekitar rumah Yunyeok. Ahjumma pernah menolongnya dengan bunyi peluit saat dia terdesak oleh Yunyeok di daerah Bungchundong. Dia sangat berterimakasih padanya. Namun ahjumma menyangkalnya, dia mengatakan kemungkinan Dongah salah mengenalinya. Dongah tidak yakin dengan ucapan ahjumma, dia sangat yakin tidak salah mengenalinya.

Muyeol meminta Dongah untuk kembali fokus. Dia mengatakan agar hal ini dirahasiakan, jangan sampai ketahuan oleh penguntit yang sebenarnya. Ahjumma mendengar apa yang dikatakan Muyeol dan terhenyak.

Muyeol tersenyum tertawa menyadari dirinya yang pintar menyimpulkan hal ini.

Manajer Kim menanyakan mengenai Jonghee, hal ini tentu tidak aman bila meninggalkan Jonghee sendirian tanpa keamanan. Dongah tersenyum memberikan tanda 'jempol' yang menunjukkan manajer Kim pun cukup pintar. Manajer Kim bangga dan bersikap seolah membenarkan posisi kacamatanya.

Direktur Jang menunggu di dalam mobil di halaman apartemen. Dari dalam mobil dia memantau CCTV yang telah dipasang Muyeol sebelumnya yang diletakkan di depan pintu apartemen Jonghee sehingga terpantau orang-orang yang datang dan pergi di apartemen Jonghee.

Muyeol dan Eunjae mengunjungi perpustakaan dan mencari-cari keberadaan Yunyeok. Mereka juga bertanya pada beberapa orang teman sekampus Muyeol, namun tak ada yang mengetahui keberadaannya.

Sedangkan pasangan manajer Kim dan Dongah. (Hiks, aku iri dengan Dongah.)

Mereka menemui neneknya Yunyeok dan menunjukkan foto Dongsu. Mereka bertanya apakah nenek itu pernah melihat Dongsu sebelumnya dan nenek justru menanyakan siapa orang yang ada di foto. Manajer Kim pun memperlihatkan foto Sooyoung yang juga tidak dikenali nenek. Manajer Kim menjawab pandangan penasaran Dongah, dia mengatakan bila benar Dongsu tidak bersalah tentu dia menutupi kesalahan orang yang disayangnya, menurutnya Sooyoung-lah orang yang paling disayangi Dongsu. Mereka pun berpamitan. Namun sebelum berpamitan, nenek itu menanyakan keberadaan Yunyeok, dia khawatir karena sejak semalam Yunyeok tidak pulang.

Keduanya keluar dari supermarket yang pernah disinggahi Dongah. Di bangku yang sama, Dongah duduk melamunkan sesuatu. Sikap diam Dongah mengkhawatirkan manajer Kim. Dia menenangkan Dongah dan meyakinkannya bahwa mereka pasti akan menemukan siapa penguntit sebenarnya. Dongah menyela dengan mengatakan keyakinannya pernah bertemu ahjumma itu sebelumnya. Dia merasakan ada yang aneh dengan ahjumma. Dia pun meminta manajer Kim menghubungi nomor telpon yang ada di list nomor yang pernah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Saat itu, Dongah meminjam HP ahjumma untuk menghubungi manajer Kim, sesaat setelah ahjumma itu menolongnya dari Yunyeok.

Benar saja, ahjumma itu menerima telponnya dan membenarkan bahwa dia ahjumma di rumah Park Muyeol.

Dongah: "Benar. Dia ahjumma yang pernah menyelamatkanku."

Manajer Kim: "Lalu, kenapa dia berbohong?" Mereka saling pandang belum memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Ahjumma terdiam di apartemen Muyeol. Dia sudah merasakan beberapa hal yang sudah di luar kendalinya. Ingatan Dongah mengenai dirinya, rencana Muyeol untuk menemukan penguntit sebenarnya, dan telpon dari orang yang tidak dikenal. Dia pun berpikir dan memutuskan sesuatu.

Direktur Jang melihat di layar yang menghubungkannya dengan CCTV depan apartemen Jonghee. Di sana tidak ada seorang pun yang datang dan berarti Jonghee dalam keadaan aman. Tidak berapa lama, Direktur Jang waspada melihat ada seorang pemuda yang datang mendekati pintu untuk menempelkan selebaran, dia pun lega. Sesaat kemudian, datang ahjumma! Oh NO.

Direktur Jang tidak mengkhawatirkannya dan ahjumma masuk ke apartemen Jonghee. Dia keluar mobil dan menggerakkan badannya, melepaskan rasa pegal.

Saat itu Jonghee sedang mengepak barang. Ahjumma menanyakan keberangkatan Jonghee hari ini. Jonghee membenarkannya, sebentar lagi taksinya akan datang. Ahjumma menegaskan, "Begitukah? Berarti waktumu tidak lama lagi?" Dia menarik jemari tangan Jonghee yang masih mengenakan cincin pasangan dari Muyeol.

Ahjumma: "Cincin ini, sekali lagi ada di tanganmu."

Jonghee merasa aneh dan berusaha melepaskan genggaman ahjumma.

Ahjumma melanjutkan, "Aku sudah bersusah payah mengambilnya darimu." Jonghee tidak mengerti dengan apa yang dikatakan ahjumma. Ahjumma menarik Jonghee dan seketika itu juga Jonghee tergeletak karena setruman yang dibawa ahjumma. Mengerikan.

Neneknya Yunyeok kedatangan pasangan manajer Kim-Dongah lagi. Kali ini manajer Kim menunjukkan foto ahjumma dari ponselnya. Dengan ketakutan nenek itu bergegas menghindar. Dongah menghentikannya, "Seo Yunyeok mungkin.. dia mungkin saat ini sedang dalam bahaya besar. Nenek itu pun terkejut.

Ahjumma keluar masuk lift dengan mendorong sebuah tas besar, bahkan kunilai sangat besar. Awalnya dia ke lantai dasar, namun melihat Direktur Jang yang menunggu di halaman depan apartemen, dia berbalik dan menuju lantai paling atas gedung apartemen dengan susah payah mendorong tas berukuran besar.

Di sebuah cafe, manajer Kim dan Dongah sudah duduk menunggu kedatangan Muyeol dan Eunjae yang muncul tidak lama kemudian.

Muyeol bertanya mengenai hasil penyelidikan mereka yang tidak bisa disampaikan melalui telpon, namun manajer Kim memintanya menunggu sejenak karena dia juga masih menunggu kabar berita dari seseorang.

Seseorang itu adalah wartawan Koh yang datang menemui Mi Jin (Yuumi, si wanita penjebak) yang sekarang sudah membuka sebuah butik. Mi Jin terlihat tidak senang mengetahui kedatangan wartawan Koh. Wartawan Koh langsung menunjukkan selembar foto (ahjumma) dan bertanya, "Mi Jin, kau mengenalinya?" Dengan ogah-ogahan Mi Jin melihat sekilas ke lembar foto itu.

Wartawan Koh menegaskan, "Ini penting dan berkaitan dengan Park Muyeol. Kau kenal wajah ini?" Mi Jin melihat dan akhirnya mengenalinya, "Oh, itu ahjumma yang pernah bekerja di rumahku."

Wartawan Koh pun langsung menghubungi manajer Kim dan menyampaikan hal itu.

Manajer Kim terlebih dahulu meminta Muyeol untuk tidak kaget akan apa yang disampaikannya. Dia mengatakan bahwa ada beberapa bukti yang berhasil mereka kumpulkan.

Agak cukup lama manajer Kim terdiam. Dongah mengawali, "Nenek Seo Yunyeok mengenali ahjumma pembantumu (Muyeol)."

Manajer Kim menambahkan, "Mi Jin pun mengenalinya."

Muyeol bertanya, "Lalu?"

Eunjae mulai mencari benang merah apa yang disampaikan keduanya. Dia pun terhenyak dengan apa yang terlintas di pikirannya.

Muyeol mencoba menyimpulkan, dengan berat dia mengatakan, "Jadi, penjahatnya bukan Dongsu.. melainkan ahjummaku? Kalian mencurigai semua orang terdekatku?!"

Memang pukulan berat bagi Muyeol.

Semuanya terdiam, bingung bagaimana harus menanggapi pertanyaan Muyeol.

Scene menunjukkan lorong ke arah kolam renang dimana ahjumma sedang berdiri di tepi kolam dan Jonghee tergeletak tidak jauh dari sana.

Muyeol masih tidak percaya, "Apa kalian sudah gila?" Muyeol emosi dengan apa yang disimpulkannya, "Banyak hal kebetulan di dunia ini. Aku pertama bertemu dengannya di kawasan rest area jalan tol. Ini hanya sebuah kebetulan."

Eunjae terdiam, dan mengutarakan satu nama, "Kang Jonghee." Dia berpikir, "Bila bibi adalah penguntitnya, maka Jonghee.."

Tanpa harus mendengar lanjutan kalimat Eunjae, Muyeol segera berlari diikuti ketiganya.

Di dalam mobil, Eunjae menghubungi Direktur Jang dan menanyakan keberadaan Jonghee. Direktur Jang meyakini bahwa Jonghee tidak keluar ke mana pun. Eunjae pun dapat bernafas lega saat Direktur Jang mengatakan tidak ada seorang pun yang datang mengunjungi Jonghee. Namun, kelegaan itu berakhir saat Direktur Jang melanjutkan kalimatnya, "Kecuali ahjumma."

Muyeol semakin panik dan takut saat mengetahuinya. Dia mempercepat laju mobilnya.

Begitu tiba di depan gedung apartemen, Muyeol dan Eunjae bergegas masuk, tidak mengindahkan Dongah yang masih tertinggal di dalam mobil Muyeol dan Direktur Jang yang mengejar mereka-heran dengan apa yang dikejar keduanya sehingga begitu panik.

Setiba di dalam apartemen, Muyeol semakin panik karena tidak menemukan Jonghee di manapun. Dia frustasi, terduduk dan terisak sedih. Eunjae hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Di kolam renang, HP di sebelah Jonghee berdering. Park Muyeol menghubunginya. Ahjumma hanya melihat dan membiarkan hingga dering itu berhenti.

Tidak berapa lama, Muyeol menghubungi HP ahjumma. Ahjumma hanya melihat dan membiarkan HP berdering. Dering HP itu membangunkan Jonghee. Jonghee pun siuman, "Ahjumma."

Ahjumma itu menarik lengan Jonghee sehingga Jonghee bisa terduduk. Dia mengatakan, "Namaku bukan ahjumma (immo), bukan.." Jonghee menatap aneh padanya.

Ahjumma menegaskan, "Namaku Yang Sunhee. Semakin aku tua, tak ada lagi yang menyebut namaku. Dulu, aku dipanggil Sunhee, sama sepertimu yang dipanggil Jonghee saat ini. Kau tidak akan tahu bahagianya saat nama panggilanmu disebut."

Jonghee melihat sekeliling dan baru menyadari dimana dia berada. Dia terlihat ketakutan.

Ahjumma mengelus pipi Jonghee dan mengatakan, "Kau masih begitu muda. Kau takkan melihat sedih saat bercermin. Tak ada wajah tua, keriput, warna yang memudar, namun aku sudah tua sekarang. aku tidak dapat menyatakan rasa cinta pada orang yang kucintai." Dia memegang pipinya sendiri, "Kenapa aku bisa setua ini?"

Manajer Kim mendatangi kantor keamanan dan ingin melihat rekaman CCTV.

Dari apartemennya, Muyeol mengesalkan apa yang baru saja dilihatnya dari CCTV depan apartemen Jonghee. Di sana terlihat ahjumma yang masuk dan keluar apartemen tidak lama kemudian dengan menyeret tas berukuran besar yang entah apa isinya.

Dongah menyimpulkan, "Bila tas itu berisi manusia, dia tidak akan bisa berjalan jauh, kira-kira kemana dia akan pergi?" Baik Muyeol dan Eunjae tidak tahu apa jawabannya.

Muyeol berdiri, "Rumah Ahjumma."

Di depan apartemen, Eunjae berhenti sesaat. Dongah menanyakan, "Kenapa?"

Eunjae mengatakan perasaannya yang serba salah, "Kenapa aku merasa cemburu?" Dia pun bergegas. Dongah menanyakan kemana Eunjae akan pergi. Eunjae memilih untuk mencari di sekitar tak jauh dari apartemen.

Wartawan Koh mendatangi kantor polisi dan ingin bertemu dengan Dongsu, namun tidak diijinkan karena waktu berkunjung telah usai. Wartawan Koh bersikeras karena saat ini keadaaan darurat. Dia pun menerobos masuk menemui Dongsu.

Awalnya Dongsu tidak peduli dengan kedatangan wartawan Koh.

Wartawan Koh menyampaikan maksud kedatangannya, "Kau tidak bisa terus begini, Hyung. Penjahat yang sebenarnya telah beraksi." Dongsu terhenyak. Wartawan Koh melanjutkan, "Jonghee menghilang."

Wartawan Koh mengatakan, "Kalau ini terus berlanjut, Kang Jonghee dan Park Muyeol akan berada dalam bahaya."

Dongsu bertanya, "Jonghee menghilang?"

Wartawan Koh: "Itu bukan kau, 'kan?" Dongsu hanya terdiam.

Eunjae mencari-cari di sekitar taman, dia teringat saat Muyeol akan menciumnya di tempat yang sama, namun lamunannya juga mengingat saat Muyeol jatuh terduduk karena frustasi memikirkan Jonghee. Kecemburuan dan rasa tidak percaya diri membuatnya menghela nafas. Ragu akan pilihan Muyeol padanya.

Dia melihat lampu di lantai paling atas gedung apartemen menyala. Dia pun bergegas melihatnya.

Di tempat lain, Muyeol dan Direktur Jang berlari masuk ke arah rumah ahjumma. Sementara Eunjae berjalan menyusuri lorong ke arah kolam. Di dinding tertulis, 'Tutup Selama Liburan.' Lantas, kenapa lampunya menyala? Eunjae mengitari lorong melewati pintu ruang gym yang juga ditempeli tulisan yang sama.

Di kolam, ahjumma menceritakan kisahnya yang nyaris mati karena sakit meningitis yang pernah dideritanya di usia 17 tahun. Dia merasa lebih baik mati di usia muda dan cantik, sehingga tidak perlu melihat wajah tua seperti saat ini.

Dia mengatakan, "Jonghee seharusnya senang kalau bisa mati di usia muda, agar Muyeol dapat mengenang wajah muda Jonghee."

Jonghee bertanya, "Kenapa kau ingin membunuhku?"

Ahjumma mengatakan, "Kau telah mencuri tempatku. Muyeol tampak serasi berdampingan denganmu dibandingkan aku. Muyeol bahagia saat bersamamu. Muyeol yang bahagia bukan milikku. Muyeol milikku saat merasa terluka di sudut ruangan, terpojok dan menyendiri, ada tempat untukku dan Muyeol. Lalu, kau mencurinya dariku kemarin."

Dia pun berniat mendorong Jonghee, Jonghee menegaskan, "Aku tidak bertemu Muyeol kemarin. Aku sudah putus dengan Park Muyeol."

Ahjumma memastikan, "Lantas siapa yang bersamanya kemarin?" Mereka terhenti saat terdengar suara pintu terbuka pertanda seseorang masuk ke ruang yang sama.

Muyeol menekan bel berkali-kali dan menggedor pintu rumah ahjumma, namun tidak ada jawaban sama sekali. Sesaat Muyeol teringat ucapan ahjumma yang pernah mengatakan bahwa pasword rumahnya sama dengan pasword apartemen Muyeol, dan BENAR SAJA. Pintu dapat dibuka.

Sementara, Eunjae memasuki pintu kolam renang dan berjalan mengitari sisi kolam. Dia kurang waspada, sehingga dia langsung jatuh tergeletak oleh setruman yang dibawa ahjumma. Jonghee hanya dapat melihat tanpa mampu melakukan apapun, tangan terikat dan mulut tertutup rapat. Ahjumma menyadari sepatu yang digunakan Eunjae persis sama dengan sepatu yang kemarin datang mengunjungi Muyeol.

Di dalam rumah ahjumma, Direktur Jang menemukan jasad Yunyeok yang tergeletak di lantai salah satu kamar. Sedangkan, Muyeol shock saat memasuki sebuah kamar yang dipenuhi dengan gambar dirinya. Dia baru tersadar, ahjumma yang selama ini dikenalinya tak lain adalah seorang maniak, penguntit.

Tak lama kemudian, dia mendapat telpon dari manajer Kim yang menyampaikan bahwa ahjumma masih berada di dalam gedung apartemen karena ahjumma tidak terlihat di CCTV luar apartemen.

Di kolam renang, ahjumma berbicara pada Eunjae dan Jonghee yang telah dipakaikan pakaian yang tertukar, "Sekarang aku tanya pada kalian. Siapa pacar Muyeol?" Tak ada yang menjawab. Dia melanjutkan, "Siapa yang bersama Muyeol tadi malam?" Eunjae yang menjawabnya, "Aku."

Ahjumma kembali bertanya, "Lalu, kenapa Kang Jonghee masih mengenakan cincinnya?" Keduanya kembali hanya diam.

Sejenak ahjumma melihat ke arah luar, di halaman dia melihat Muyeol telah kembali dengan mobil merahnya dan berlari ke dalam apartemen.

Dari CCTV manajer Kim dan Dongah ditemani operator CCTV melihat ahjumma masuk dan keluar dari lift menuju lantai satu. Namun tidak berapa lama ahjumma kembali masuk lift dan keluar di lantai paling atas apartemen. Mereka pun bergegas dan berpapasan dengan Muyeol, "Lantai empat."

Di kolam, Jonghee dan Eunjae ditutup mulutnya dengan lakban hijau dan kepala ditutup dengan kain hitam. Tunggu, dengan PAKAIAN TERTUKAR..?!

Ahjumma mengatakan, "Siapa kekasih Park Muyeol akan segera terungkap."

Keduanya diberdirikan. Tambahan, dengan tangan dan kaki terikat..!

Ahjumma berdiri diantara keduanya, "Sebaiknya kalian berdua diam, kalau tidak aku akan membunuh kalian sebelum Muyeol tiba.

Muyeol tiba lebih dulu dan menyusuri lorong sekitar kolam. HP nya berdering, ahjumma menghubunginya menggunakan HP Jonghee. Ahjumma memintanya tidak menutup telpon dan meminta Muyeol datang ke kolam renang.

Ahjumma: "Aku tidak bisa menyakitimu. Bagaimana bisa aku menyakitimu? Kau begitu berharga sampai aku tidak bisa bebas menemuimu. Aku ingin bertanya satu hal padamu.."

Muyeol terhenyak, "Bibi, bagaimana bisa kau.."

Ahjumma melanjutkan, "Haruskah kuakhiri disini?" HP pun dimatikan.

Muyeol segera berlari dan sembari berlari dia menghubungi manajer Kim, "Manajer Kim. Kolam renang.. Kolam renang!"

Setibanya Muyeol di sisi seberang kolam renang, dia shock melihat dari kejauhan dua orang berdiri di sisi ahjumma dengan tangan dan kaki terikat dan kepala ditutup kain hitam.

Ahjumma: "Yang mana kekasihmu?"

Muyeol: "Bibi.."

Ahjumma melanjutkan, "Mulai sekarang seumur hidupku aku akan kesepian. Aku ingin tahu siapa yang akan kubenci.

Muyeol mencoba menghentikan niat ahjumma, "Bibi, jangan.."

Ahjumma mulai tidak sabar, "Katakan padaku, siapa yang kaucintai?" Dia pun mulai mendorong Jonghee yang berpakaian ala Eunjae dan dilanjutkan Eunjae dengan pakaian Jonghee.

Keduanya tenggelam. Muyeol segera terjun mencoba menyelamatkan mereka. Namun siapa yang diselamatkan lebih dulu? Siapa yang akhirnya harus mati? Bagaimana kisah mereka di episode akhir? Kita tunggu saja.

Episode-16 Tamat        

Scene memperlihatkan detil apa yang dilakukan ahjumma setelah Eunjae disetrumnya dan pingsan sementara Jonghee hanya mampu diam melihatnya dengan mulut tertutup lakban hijau, tangan dan kaki terikat.

Baju keduanya ditukar. Jonghee mengenakan baju Eunjae, sedangkan Eunjae dipakaikan baju yang tadi dikenakan Jonghee. Eunjae yang masih pingsan tetap diperlakukan sama seperti Jonghee, mulutnya direkatkan lakban, kedua tangan dan kaki terikat tali kuat.

Ngga lama kemudian Eunjae tersadar.

Ahjumma tetap santai melihatnya. Dari arah jendela dia melihat sedan merah Muyeol baru kembali dan Muyeol langsung berlari ke arah apartemen, "Muyeol akan segera datang. Dia hanya akan menyelamatkan satu di antara kalian. Siapa yang akan diselamatkannya?"

Dengan upaya keras, dengan tangan dan kaki terikat, Eunjae berusaha bangkit dari posisi awal yang dibiarkan tertelungkup di lantai, dia terduduk. Dia kaget dengan apa yang kini dapat dilihatnya, mereka ada di kolam renang apartemen, baik dia maupun Jonghee terikat tanpa daya melawan. Dengan tatapan sinisnya, Ahjumma menjawab ekspresi kaget Eunjae.

Ahjumma mendekati mereka, "Pikiran memiliki beberapa lapisan. Terkadang kau tak dapat mengerti apa yang kau pikirkan sendiri. Ketika menghadapi kematian, barulah terungkap pikiran seseorang sebenarnya. Siapa di antara kalian yang dicintainya, akan segera terungkap." Dia menutup kepala Eunjae dan Jonghee dengan kain hitam.

Dia lanjut mengatakan, "Mungkin dia (Muyeol) awalnya tidak akan mengerti, wanita yang dicintainya akan mati. Wanita yang tidak dicintainya akan selamat. Sehingga, wanita yang mati seharusnya bahagia. Wanita itu akan dicintainya selamanya. Muyeol akan kesepian. Muyeol yang kesepian adalah milikku. Muyeol yang merana."

Dia membopong Eunjae dan Jonghee berdiri, "Kau mau mati? Atau mau hidup? Aku? Sudah hampir mati ratusan kali." Eunjae mulai tidak sabar berusaha melepaskan ikatannya, ahjumma melanjutkan, "Sebaiknya kau tidak bergerak, kalau tidak, aku akan membunuhmu sebelum Muyeol sampai di sini." Mengerikan.

Muyeol berlari dan dia menerima telpon dari Jonghee, ternyata ahjumma yang menggunakan HP Jonghee, memintanya tidak banyak bertanya dan segera datang ke kolam renang, lanjutnya, "Aku tidak mungkin menyakitimu. Bagaimana aku bisa menyakitimu. Kau begitu berharga sampai aku sulit menemuimu. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu, .."

Muyeol kaget dengan kenyataan yang baru saja diketahuinya. Sesuai praduga manajer Kim dan Dongah, "Bibi, bagaimana kau?" Muyeol masih merasa seakan sulit mempercayainya.

Ahjumma melanjutkan, "Kau mau aku mengakhirinya di sini?" HP dimatikannya.

Muyeol pun bergegas lari ke arah kolam renang seraya menelpon Manajer Kim memberitahu lokasi keberadaan Jonghee, kolam renang.

Muyeol tiba di ruang kolam renang. Argh. Sungguh tidak menguntungkan. Posisi Muyeol berada berseberangan dengan posisi Eunjae dan Jonghee yang akan didorong ahjumma. Gawat.

Ahjumma : "Aku ingin menanyakan sesuatu, tapi aku tak punya waktu. Siapa wanita yang kau cintai di antara keduanya?"

Lanjutnya, "Mulai sekarang aku akan kesepian. Aku harus tahu siapa yang akan kubenci." (Gila bener nih ahjumma)

Tanpa daya Muyeol mencoba menahan rencana gila ahjumma di tempatnya berdiri, "Bibi, jangan. Bibi, Jangan lakukan itu."

Ahjumma semakin terpancing, "Sekarang beritahu aku, siapa orangnya?" Dia mendorong Jonghee dan Eunjae dalam waktu yang bersamaan.

Dengan segera Muyeol meluncur dan menolong salah satu di antara mereka. Siapakah orangnya?

Yup, Eunjae. Sedari awal memang Muyeol ingin menyelamatkan seseorang yang menggunakan rok (Eunjae).

Tidak berapa lama kemudian, manajer Kim pun terlihat berenang menyelamatkan Jonghee yang berpakaian Eunjae.

Muyeol membuka penutup kepala wanita yang diselamatkannya. Dia melihat wanita itu, Eunjae dengan penuh arti. Dan tidak lama kemudian, dia melihat ke arah wanita yang sedang diselamatkan manajer Kim, tak lain adalah Jonghee. Panik yang terlihat di wajah Muyeol memperlihatkan kekhawatiran mendalam Muyeol pada kondisi Jonghee. Mungkinkah?

Muyeol pun membantu manajer Kim mengangkat Jonghee ke tepi kolam. Jonghee sudah tidak sadarkan diri. Muyeol membantu memberikan nafas buatan, sementara dua raut wajah berbeda terlihat miris dari Eunjae dan ahjumma.

Eunjae yang semakin meragu. Ahjumma yang puas mengetahui kebenarannya.

Langkah kaki berlari terdengar mendekat, ahjumma ditahan karena tindakannya. Tanpa perlawanan ahjumma mengikuti perintah polisi.

(Backsound-nya sedih banget. Scene memperlihatkan ahjumma yang sedang digiring pihak kepolisian. Jonghee yang tidak sadarkan diri. Muyeol yang melihat ke arah Jonghee yang dibawa masuk ke ambulans, dan tatapan Muyeol saat beradu pandang dengan ahjumma. Dan, raut wajah Eunjae saat melihat semuanya termasuk saat Muyeol menemani Jonghee di ambulans. Entah apa yang ada di pikiran mereka.

Tidak berapa lama ambulans berangkat, Eunjae pun pingsan. (Beban pikiran mampu mengalahkan kesempurnaan kondisi fisik so keep it right.)

Dalam kondisi setengah sadar, Eunjae mengingat apa yang dikatakan ahjumma, wanita yang dicintai Muyeol akan mati sedangkan wanita yang tidak dicintainya akan selamat. Lalu? Dia pun tersentak. Bangun dari pingsan (tidur)-nya. Di salah satu ruangan kamar rumah sakit itu sudah ada Dongah, ayah dan adik Eunjae.

Ayahnya menanyakan apa yang dirasakannya dan apa yang diinginkannya. Eunjae tidak mengindahkannya dan menanyakan, "Di mana Park Muyeol?"

Iya, ya. Muyeol tidak ada saat dia sadar dari pingsannya. Apakah Eunjae tidak cukup berarti bagi Muyeol?

Eunjae pun melangkah di lorong rumah sakit menuju satu ruang. Kamar Jonghee sedang dirawat. Dengan menghela nafas dia melihat ke arah Jonghee yang masih tertidur.

Di area masih sekitar ruangan rumah sakit, Muyeol dan manajer Kim berjalan dan membicarakan kelanjutan kasus itu.

Manajer Kim: "Kami menemukan nomor Jung Youngman di catatan bibi. Orang yang kau pukul di bar 5 tahun yang lalu." Oh My God. (So, keterpurukan Muyeol 5 tahun lalu itu pun disebabkan si ahjumma?)

Scene memperlihatkan foto-foto Muyeol yang sudah ditusuk-tusuk bagian matanya.

Terdengar suara ahjumma, "Aku tidak suka mata Muyeol. Aku tak suka saat Muyeol melihat wanita lain. Aku juga tak suka saat dia melihatku (sebagaimana ungkapan 'mata tak pernah bohong'). Biarpun aku mengharapkan Muyeol dapat melihatku, namun aku malu dan tak ingin tahu pandangannya saat melihatku. Muyeol yang muda. Aku yang tua dan jelek. Namun saat Muyeol terpuruk, dan tak ada seorang pun yang melihatnya, aku akan ada di sana." Pikiran yang menyesatkan. Dia melanjutkan, "Apakah aku nenek sihir? Nenek sihir pun dulunya adalah seorang putri. Seorang putri yang jatuh cinta adalah sebuah kisah cinta. Nenek sihir yang jatuh cinta adalah kutukan?

Ahjumma menceritakan apa yang dirasakannya pada Muyeol sementara seorang polisi mencatatnya dan melihatnya miris. Dia sedang berada di ruang interogasi.

Saat ini terlihat jelas si ahjumma yang 'sakit' karena rasa cintanya yang berlebihan. Seperti diketahui. Jangan terlalu berlebihan termasuk dalam hal memberikan cinta.

Eunjae menatap Jonghee yang sedang terbaring di rumah sakit. Akankah dia juga 'sakit' karena cinta? Kumohon jangan.

Kembali ke ruangan interogasi, polisi menanyakan apa yang ingin disampaikannya pada korban. Ahjumma melihat ke arah kaca, tempat Muyeol dan manajer Kim menyaksikan masa interogasi, "Katakan pada Muyeol. Maafkan aku, karena telah berani mencintainya." Wajahnya terlihat tulus. Muyeol pun tidak sanggup melihatnya dan pergi.

Sementara di tempat lain, rumah ibu Sooyoung, seorang polisi datang menanyakan keberadaan Sooyoung. Ibunya mencoba menahan polisi tersebut. di waktu bersamaan, Sooyoung keluar dan mengatakan, "Ibu, aku sudah ingat." Terlihat senyum tulus dari wajahnya, seolah mengatakan, "Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja, aku hanya harus bertanggungjawab akan apa yang sudah kulakukan."

Senyum tulus itu pun terukir indah pada lukisan wajahnya di kanvas yang dilukisnya.

Dongsu dibebaskan sementara saat berjalan keluar, dia berpapasan dengan istrinya yang akan ditahan. Miris melihatnya. Namun ketegaran keduanya, aku iri akan cinta tulus mereka.

Di luar, Muyeol sudah menunggu Dongsu. Dongsu tidak mengindahkan kehadiran Muyeol, dia berjalan berlalu. Muyeol memanggil dan mendekatinya. Dongsu mengatakan, "Kau bodoh?" Muyeol menanggapinya, "Kau tahu benar kan?" Masih tanpa gairah Dongsu mengatakan, "Dan kau bangga dengan itu?"

Muyeol mengajaknya makan bersama. Makan tofu sebagaimana mitos Korea untuk keamanan setelah melewati musibah atau nasib buruk, 'keluar dari penjara'. Dongsu menanggapinya dengan tersenyum. Muyeol memberinya motivasi, menghiburnya dan meyakinkannya bahwa Sooyoung akan baik-baik saja.

Di rumah sakit Eunjae masih melihat Jonghee yang kini sedang diperiksa seorang perawat. Jonghee masih terlihat tenang dalam tidurnya. Dia menggenggam tangan Jonghee dan melihat cincin pasangan yang masih dikenakan Jonghee. Dia kembali teringat kata-kata ahjumma yang membuatnya menarik nafas panjang.

Tidak berapa lama, suara Muyeol mengagetkannya, "Kenapa menarik nafas begitu dalam?" Muyeol pun mendekatinya dan menanyakan, "Kenapa kau kaget begitu?" Dengan gaya khasnya Eunjae menjawab, "Kau bukan ninja kenapa muncul tiba-tiba?"

Muyeol mengelus kepala Eunjae dan menanyakan keadaan Eunjae. Dia lalu melihat ke arah Jonghee dan menanyakan kondisinya, tidur sepanjang hari.

Eunjae menceritakan apa yang didengarnya, kondisi Jonghee baik, dia tadi terbangun untuk makan dan langsung tertidur, hanya makan dan tidur seperti bayi.

Muyeol memakluminya, "Dia sangat menderita. Dia tidak punya kekuatan."

Eunjae terlihat tidak ingin mendengarnya, dia berbisik, "Aku pun diceburkan ke air."

Melihat hal itu, Muyeol merangkul Eunjae dan mengatakan, "Kau itu si kepala burung, sekuat Byun Kang Shey (casanova)." Terlihat raut wajah mau namun enggan di wajah Eunjae.

Eunjae dan Muyeol duduk di kursi ruang tunggu pasien. Eunjae bertanya, "Kemana saja selama ini?" Muyeol mengatakan banyak yang harus diurusnya dan dokumen yang harus ditandatangani, dia mengatakannya sambil lalu. Eunjae pun terlihat kecewa dengan tanggapan Muyeol.

Muyeol merebahkan kepalanya di atas kursi, dia berkesah, "Tak ada waktu untuk berpikir." Eunjae bergurau, "Aku baru tahu kau bisa berpikir." Muyeol pun tertawa. Eunjae kembali teringat ekspresi Muyeol saat pertama kali menyelamatkannya di kolam renang. Eunjae ingin bertanya, namun Muyeol terlebih dahulu mengatakan, "Bodoh, ke sini sebentar." Meskipun bingung Eunjae mendekat ke arah Muyeol.

Muyeol memintanya memeluknya. Eunjae sempat ragu dan melihat situasi sekitar. Saat itu tengah malam dan suasana gelap. Tak ada seorang pun. Muyeol gemas dan berdiri merentangkan kedua tangannya, "Peluk aku dengan erat."

Eunjae melangkah dan perlahan memeluk Muyeol. Muyeol pun mengatakan, "Ini belum erat." Eunjae pun mengikuti instruksi Muyeol memeluk lebih erat dan benar-benar erat.

Dengan backsound romantis, suasana mendukung, Muyeol pun membalas pelukan Eunjae.

Dengan raut wajah Eunjae yang bingung dan ragu. Dengan raut kelegaan, Muyeol mengatakan, "Mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan tapi terkadang menghadirkan ketakutan."

Scene memperlihatkan ahjumma di dalam sel tahanan, dia tercenung mengingat kata-katanya saat diinterogasi mengenai perbedaan cinta seorang putri dan nenek sihir.

Di rumah sakit, Eunjae bersiap keluar dari rumah sakit. Saat sedang membereskan barang-barangnya, Muyeol datang ke depan pintu dan bertingkah agar dilihat Eunjae. Eunjae pun meminta ayah dan adiknya untuk berangkat lebih dulu, "Nanti aku akan menyusul." Dia beralasan harus menandatangani beberapa dokumen rumah sakit dan berpura-pura akan ke kamar kecil.

Eunjae menemui Muyeol. Muyeol mengucapkan selamat atas keluarnya dari rumah sakit. Eunjae terlihat senang, dia segera teringat, "Bagaimana dengan Jonghee?"

Muyeol menjawab, "Besok."

Senyum simpul penuh arti terlihat dari wajah Eunjae. Eunjae mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana dengan latihan musim semi?" Muyeol mengatakan, "Dia akan segera menyusul besok lusa."

Dia melanjutkan, "Kita tidak akan bertemu satu setengah bulan." Eunjae terlihat sedih. Muyeol pun mengajaknya. Eunjae menanggapi dengan gurauan seperti biasa, "Kau tidak keberatan mendapat reputasi buruk tahun ini? Atau, kau memang ingin membantu Seagulls memenangkan kejuaraan tahun ini." (Hahaha, lama nama kedua tim bisbol Seagulls dan Dreamer ngga terdengar. :( )

Eunjae tertawa lepas, Muyeol tersenyum kesal dan memegang ujung topi Eunjae.

Melihat timing yang dirasa tepat, Eunjae berniat menanyakan keraguan dalam hatinya, "Waktu itu, saat di kolam renang.." Dia terkaget melihat ayah dan adiknya menatap mereka dari kejauhan.

Eunjae mendorong Muyeol dan seolah berpamitan, "Terimakasih." Seraya membungkukkan badan, "Selamat tinggal." Dia pun berlari ke arah ayah dan adiknya.

Muyeol mencoba menyapa dengan melambaikan tangan dan menundukkan kepala, namun keduanya masih menatapnya dengan sinis.

Sebelum Yoo Family beranjak, Muyeol berteriak memanggil Eunjae, namun diurungkannya melihat tatapan tidak bersahabat ayah Eunjae.

Ayah dan adik Eunjae bertanya mengenai apa yang baru saja mereka lihat, Eunjae mengatakan tidak ada apa-apa, adiknya pun dijitaknya berkali-kali, "Terserah aku dong."

Di kamarnya, Jonghee sedang menatap kosong saat Muyeol datang mengunjunginya. Muyeol mengatakan, "Kau baik-baik saja? Perawat mengatakan kau hanya makan dan tidur sepanjang hari."

Jonghee melihat ke arah Muyeol, "Kau siapa? Kau mengenalku?" Muyeol terkaget. Apakah Jonghee amnesia? Lama suasana mencekam.

Jonghee tersenyum, Muyeol pun terkaget lega, Jonghee mencoba menipunya. Hahaha.

Jonghee: "Kau kaget?"

Muyeol: "Tentu saja."

Jonghee mengatakan, "Haruskah aku mundur dari seni lukis dan beralih ke seni peran?" Muyeol menanggapinya dengan senyuman, dia menanyakan, "Bagaimana keadaanmu?"

Jonghee mengatakan, "Bagaimana menurutmu?" Dengan pandangan menggoda (gurau), "Setelah beberapa hari yang lalu kau memutuskanku, apakah aku akan baik-baik saja?" Mereka pun tersenyum.

Jonghee teringat dan bertanya, "Park Muyeol. Mengapa kau menyelamatkanku?"

(Aku suka peran Jonghee, dia mudah berterus terang tanpa menunggu waktu dan tertunda.)

Muyeol masih belum mengerti, Jonghee menjelaskan, "Kenapa kau menyelamatkan Yoo Eunjae yang mengenakan pakaianku?" Sementara orang disangkanya saat ini disukai Muyeol adalah Eunjae.

Muyeol berpikir sejenak, "Lalu, memangnya kenapa?" Dia masih bingung dengan arah pertanyaan Jonghee.

Scene beralih ke rumah Dongah, Dongah kesal karena merasa telah dibohongi. Dia telah salah mengira pria yang dicintai Eunjae adalah wartawan Koh sedangkan kenyataannya tak lain adalah Muyeol. Dia pun berniat membalasnya. Caranya?

Dongah berteriak di jendela, "Ahjussi! Kangho! Eunjae menyukai Park Muyeol!"

Dengan segera Eunjae membekap mulut Dongah, mereka pun bergulat. Dongah mempertanyakan, "Memang sampai kapan kau akan merahasiakannya? Selamanya?"

Eunjae tercenung dan mengiyakan, "Baiklah, tapi bagaimana dengan tadi?" Eunjae menceritakan tentang penyelamatan di kolam renang, sikap Muyeol padanya dan kebimbangan perasaannya. Dongah menyarankan, "Bagaimana kalau bertanya langsung?" . (Dongah ini setipe dengan Jonghee dalam kemasan yang berbeda.)

Eunjae bimbang, "Bagaimana kalau ternyata dia bukan hendak menyelamatkanku?" Eunjae takut kecewa.

Benar kata Dongah, meskipun berat, cepat atau lambat kenyataan akan segera terungkap, sepahit apapun itu. Eunjae mengesalkan tidak sempat menanyakannya langsung sewaktu masih di rumah sakit.

Tidak berapa lama Muyeol menghubunginya namun dibiarkannya saja. Telpon Muyeol masuk ke kotak rekam suara. Dia tercenung dan memilih mengirimkan pesan melalui sms, "Hubungi aku, ada yang ingin kubicarakan."

Saat melihat apron yang biasa digunakan ahjumma, dia menghela nafas dan memilih membuangnya ke tong sampah.

Malam itu, Muyeol masih mencoba menelpon Eunjae, dan Eunjae memilih membiarkannya dan bergegas tidur.

Keesokan paginya, setelah membasuh muka, Eunjae melihat pesan dari Muyeol, dia mempertanyakan kata 'menunggu' dari sms Muyeol. Sesaat terdengar pula, kata-kata ahjumma 'yang dicintai akan mati', Eunjae menepiskannya, tidak ingin menghiraukannya. Dia menelpon balik Muyeol.

Namun waktu yang kurang tepat, Muyeol sedang mengantar Jonghee keluar dari RS.

Muyeol mengangkatnya, dia mengatakan,"Kenapa telponku kemarin tidak diangkat?"

Eunjae mengatakan tidak melihat ada telpon darinya. Muyeol mengatakan ada yang perlu ditanyakannya, dia akan menghubunginya nanti. Eunjae menyadari Muyeol sedang sibuk, dia menanyakan keberadaan Muyeol.

Muyeol mengatakan, "Di RS, Jonghee sedang keluar dari RS." Terlihat raut kecewa dari wajah Eunjae. Muyeol pun menutup telponnya.

Jonghee melihat ke arah Muyeol dan menanyakan, "Yoo Eunjae belum mengetahuinya?"

Muyeol beralasan belum ada kesempatan. Jonghee menyarankannya segera mengatakannya, "Kau selalu merasa semua orang menyukaimu. Itu masalahmu. Aku tidak mau tahu." Dia pun berlalu.

Mereka berhenti di depan sebuah kotak amal. Mungkin itulah pilihan yang terbaik.

Muyeol menanyakan, "Apakah kamu yakin?" Jonghee mengiyakan, "Ini lebih baik daripada bunuh diri di sungai Han." Hahaha.

Jonghee melepaskan cincin pasangan yang selama ini dikenakannya. Muyeol pun mengambil cincin serupa dari sakunya, "Bila dulu tidak kau simpan di kotak surat, sudah sedari lama kukembalikan padamu." Jonghee heran karena merasa tidak pernah melakukannya. Namun dia segera teringat kejadian di mana ahjumma menarik tangannya melihat cincin yang dikenakannya, sebelum kejadian buruk di kolam renang. Dia mungkin berpikir kemungkinan besar ini ada kaitannya dengan ahjumma.

Muyeol menanyakan apa yang dipikirkannya. Jonghee menepis pikirannya dan mengatakan, "Kalau takdir yang mempertemukan kita, maka takdir juga yang memisahkan kita, benar kan?" Keduanya memasukkan kedua cincin itu di kotak amal.

Muyeol mengantar Jonghee ke taksinya. Jonghee akan berangkat kembali ke luar negeri dengan pesawat beberapa saat lagi. Muyeol menanyakan kemungkinan pertemuan mereka kembali. Jonghee tersenyum dan mengatakan, "Sebaiknya kita tidak bertemu untuk yang ketiga kalinya." Dia tersenyum dan masuk ke taksi.

Lama tidak terlihat senyuman Jonghee, Jonghee melihat kembali ke arah Muyeol, "Dan terimakasih juga." Pandangan Muyeol mengantar perpisahan mereka dan taksinya pun berlalu.

Eunjae terlihat kesal, dia latihan tinju dengan penuh semangat. Terlihat banyak sekali beban di pikirannya. Pikirannya kembali mengingat Muyeol yang begitu dalam mencintai Jonghee. Dia masih merasa cinta Muyeol masih hanya akan untuk Jonghee. Perasaan sakit dan takutlah yang memenuhi pikirannya sehingga dia pun menolak Muyeol yang ingin mengunjungi ke rumahnya.

Muyeol merasa ada yang aneh, dia pun menepikan mobil dan kembali menghubungi Eunjae yang saat itu sudah berada di kamar. Eunjae tidak sanggup mengangkatnya, dia pun membiarkan dering berbunyi tanpa menghiraukannya. Muyeol pun memutuskan menjalankan mobilnya.

Sementara itu, Dongah memikirkan sesuatu, "Seseorang yang mencintai dan mudah merasakan cemas dan kuatir. Karena orang itu sangat berharga, kau tak mau kehilangan dirinya. Kecemasan itulah yang akan membuatmu berpikir hal-hal yang tidak ingin terjadi. Apakah ini terjadi? Apakah itu yang terjadi?"

Dongah mengamati manajer Kim. Manajer Kim heran, "Mengapa kau melihat padaku?"

Dongah mendekat dan mengambil sehelai rambut dari jas yang dikenakan manajer Kim, "Ini rambut siapa?" dengan pandangan menginterogasi.

Dengan lega, tenang manajer Kim menghentikan mobilnya (lampu merah), dia mengatakan, "Itu rambutmu, Dongah-sshi."

Dongah kaget dan mengecek kesamaan helai rambut itu dengan rambutnya, dan mengiyakan, "Bagaimana bisa ada di sana?"

Suasana agak kaku, manajer Kim mengatakan, "Bukankah tadi?" Dongah pun terlihat mengiyakan, dia menanyakan tanggal berapa hari ini dan berniat mencatatnya, Hari Pertama Kali Dia Merasakan Cemburu. Wakakak. Manajer Kim pun tersipu.

Dengan langkah lesu, Eunjae melangkah ke ruang makan. Di sana ada ayah dan adiknya yang sudah mempersiapkan makan malam. Eunjae terlihat makan dengan lesu. Ayahnya berusaha membujuknya makan lebih banyak. Ayahnya menduga Eunjae masih ada trauma setelah kejadian di kolam renang.

Tidak berapa lama, bel di pintu pun berbunyi. Changho dengan malas melangkah ke arah pintu karena diminta ayahnya melihat siapa yang datang.

Changho berteriak histeris melihat siapa yang datang. Ternyata Muyeol. Dia pun berteriak histeris memanggil ayahnya keluar. Dengan kesal, ayahnya pun keluar melihatnya.

Ayahnya pun berteriak histeris mengusir Muyeol, dia semakin marah mendengar Muyeol berteriak memanggil Eunjae dengan sebutan 'Khulthong' (Otak Ayam atau Bodoh). Eunjae yang mendengar teriakan keduanya melangkah keluar dan melihat Muyeol yang sedang dipaksa keluar ayah dan adiknya. Dia meminta keduanya melepaskan cengkeramannya. Keduanya pun menuruti Eunjae.

Muyeol menanyakan kondisi Eunjae yang terlihat benar-benar sakit. Ayah dan adiknya yang menjawabnya, "Apa pedulimu!"

Muyeol menyampaikan pada Eunjae, "Besok, aku akan berangkat latihan musim semi."

Kembali keduanya yang menjawabnya, "Terus kenapa? Pergi saja sana!"

Muyeol terlihat kesal, dia mengatakan, "Apakah kita akan berbicara di sini?"

Eunjae pun meminta ayah dan adiknya untuk masuk ke dalam rumah, meski awalnya keduanya menolak, namun akhirnya keduanya menuruti permintaan Eunjae. Keduanya melangkah masuk dan dengan cepat mengintip dari arah jendela.

Setelah tinggal berdua, Muyeol memperhatikan Eunjae dan menanyakan alasan Eunjae tidak mengangkat telponnya, "Apa tak mau berbicara denganku?" Muyeol merasa Eunjae punya pertanyaan yang ingin dikatakan padanya, "Kenapa tak kau tanyakan?" Eunjae melihat ke arah Muyeol.

Eunjae kembali mengingat kejadian penyelamatan di kolam renang. Saat Muyeol membuka penutup kepalanya dan orang yang diselamati adalah Eunjae, bukannya Jonghee sebagaimana pakaian yang dikenakan Eunjae saat itu.

Muyeol mengatakan, "Kau tidak penasaran?"

Eunjae menjawab dengan emosional, "Penasaran, aku sangat penasaran. Penasaran setengah mati!"

Muyeol: "Lalu kenapa tidak kau tanyakan?"

Eunjae: "Karena aku takut!"

Muyeol: "Apa yang kau takutkan?"

Eunjae mengatakan, "Aku takut mendengar jawabanmu. Takut kau akan menjawab orang yang sebenarnya ingin diselamatkan adalah Kang Jonghee. Dan kekecewaanmu karena yang diselamatkan ternyata adalah aku. Karena kau masih mencintainya, dan kau telah melakukan kesalahan."

Muyeol menghela nafas, "Apa kau bodoh? Sudah kubilang aku menyukaimu. Aku suka padamu!"

Ayah dan adik Eunjae yang juga mendengar teriakan Muyeol tersentak kaget.

Muyeol mengatakan, "Kau masih meragukanku?" Eunjae mengatakan tidak tahu. Dia masih merasa tidak yakin. Dia bertanya, "Kenapa kau selamatkan aku?"

Muyeol terdiam beberapa saat, dia terlihat sedikit emosional dan meminta Eunjae bertanya dengan cara yang lain, "Bukan itu pertanyaannya. Tanyakan lagi."

Mereka pun bertengkar seputar masalah itu. Eunjae masih terkunci dengan pertanyaan itu, Muyeol bersikeras Eunjae bertanya dengan pertanyaan yang lain. Eunjae menanyakan cinta Muyeol padanya, apakah melebihi Jonghee. Muyeol pun balik bertanya cinta Eunjae padanya, bila ada rasa cinta bukankah seharusnya ada rasa percaya. Eunjae mengatakan ingin mempercayai Muyeol namun ada banyak hal. Muyeol akhirnya berteriak, "Aku ini Park Muyeol!" Keduanya terdiam.

Muyeol merasa tak ada gunanya berbicara saat ini, "Bagaimanapun kau akan tetap curiga. Tidak ada gunanya berbicara denganmu saat ini. Kau, tidak bisa begini padaku." Eunjae melihat ke arah Muyeol. Muyeol melanjutkan, "Berpikirkah lagi. Kuberi kau waktu. Kalau kau benar menyukaiku, seberapa besar kau mempercayaiku, kita akan membicarakannya lagi nanti." Muyeol berbalik. Eunjae berteriak, "Kenapa kau menyelamatkanku!"

Muyeol balas berteriak, "Aku tak mau menjawab pertanyaan ini." Dia pun segera beranjak, menuju mobilnya, meninggalkan Eunjae terisak dalam tangisannya.

Akhirnya Muyeol pergi meninggalkan Eunjae yang terduduk menangis, ayah dan adiknya keluar menghampirinya namun bingung bagaimana harus berbuat agar Eunjae berhenti menangis.

Ayahnya mengejar Muyeol yang sudah berada dalam mobilnya dan melajukan mobilnya. Ayah Eunjae hanya bisa berteriak, "Park Muyeol! Beraninya kau menyukai putriku! Beraninya kau menyakiti putriku! Tidak akan kurestui!!!" Namun, Muyeol sudah jauh berlalu.

Muyeol membenahi barangnya, dia sempat termenung memikirkan permasalahannya. Sementara Eunjae yang dipikirkannya lebih memilih berbaring di kasurnya, menangisi permasalahan yang dideritanya. (Soundtracknya sedih banget. :( )

Beberapa waktu lamanya telah berlalu.

Di dalam sel penjara, Ahjumma masih terpaku dalam kata-katanya sendiri mengenai kisah cinta seorang putri dan nenek sihir. Dia tersenyum.

Scene memperlihatkan suasana di kebun buah strawberry. Seorang ibu yang memanen buah menceritakan pendapatnya tentang seorang wanita yang bernama Yang Sunhee. Seorang wanita cantik dengan kulit putih bersih, idaman banyak pria semasa sekolah dan SMA nya dulu. Menurut cerita ibu itu, bahkan ada pria aneh yang sampai nekad berniat bunuh diri bila cintanya ditolak Yang Sunhee. Wartawan Koh bergumam, "Ohh, dia cantik." Dia lanjut menanyakan sembari memetik dan memakan langsung strawberry, "Bagaimana dia berhenti sekolah?"

Ternyata wartawan Koh sedang menyelidiki segala sesuatu tentang ahjumma-nya Muyeol.

Berdasarkan cerita ibu itu, ahjumma yang sangat jelita itu tidak banyak yang menyukainya. Di suatu ketika muncul rumor dirinya hamil. Kemungkinan keluarganya membawanya pindah dari Seoul. Rumor yang begitu hebat. Isu dia berpacaran dengan seorang pria kampung tetangga, hingga kehamilannya membuatnya harus keluar dari Seoul. Apalagi ahjumma yang pendiam hanya suka menulis puisi tanpa bergaul sehingga banyak yang tidak menyukainya.

Wartawan Koh tercenung kata 'puisi'.

Di dalam penjara pun ahjumma terlihat sedang asik membaca buku yang mungkin berisi puisi hasil karyanya.

Wartawan Koh masih ingin mengobrol banyak dengan ibu di kebun buah. Dia berniat mengambil buah yang baru saja dipetik dari dalam keranjang. Ibu itu pun menepisnya, "Kau mungkin sudah memakan buah sejumlah 10 Dollar."

Ibu pemanen strawberi menanyakan alasan wartawan Koh bertanya tentang Yang Sunhee. Wartawan Koh mengatakan dia sedang menulis kisah hidup seorang pemain bisbol ternama dan kisah Yang Sunhee termasuk salah satu bagian penting kisahnya.

(Hmm, Park Muyeol? :) )

Sementara di tempat lain, Yoomi (Yoo Mijin) sedang berlatih membaca dialognya. Setelah selesai melayani pembeli di butiknya. Dia bersiap pulang dan dalam perjalanan pulang dia dihampiri pria yang dulu bersamanya menipu Muyeol. Pria itu datang dengan mobilnya. Pria yang kaku itu ternyata berniat menjadi manajernya dan saat ini mereka sedang berlatih demi kelancaran casting Yoomi. Yoomi berniat memulai segalanya dari awal lagi. :)

Neneknya Yunyeok sedang membersihkan lantai dan kamar Yunyeok. Dia mengingat Yunyeok dan kamarnya masih terlihat bersih sebagaimana kepergiannya dulu.

Di suatu tempat, ayah dan ibu Eunjae sedang bermain perosotan di sebuah arena ski. Mereka bersenang-senang meski terjatuh dan terguling-guling. Setibanya mereka di penginapan mereka, Changho sedang belajar karena akan ikut tes. Ayah dan anak itu bercanda dan mereka semua pun tertawa riang.

Sooyoung melapor ke administrasi tentang kunjungan selanjutnya minggu depan, dan tidak jauh dari sana terlihat suaminya, Dongsu dan anaknya, Woyoung menunggu kedatangannya. Dongsu mengajak keluarganya pindah ke luar kota untuk menenangkan dan berlibur di sana.

Dongsu berniat mengisi lowongan sebagai pelatih bisbol di sana. Dia juga memimpikan kehidupan yang tenang bersama keluarga kecilnya di sana.

Direktur Jang berdiri di antara kardus peralatan kantornya yang baru dibenahi. Kantor mereka baru saja pindah ke kantor baru.

Sementara itu, manajer Kim sedang duduk di sebuah tempat makan dan merasa aneh dengan banyak pandangan mata yang mengarah padanya. Sebagaimana dugaannya, Dongah datang dengan keunikannya. Dia memakai hanbok (pakaian kebesaran Korea) lengkap. Setibanya Dongah di depannya, dia meminta Dongah untuk duduk. Seperti biasa, Dongah banyak berkomentar mengenai apa yang kali ini dinilainya menarik. Segala sesuatu tentang hanbok. Tali kaitannya yang terbuat dari sutra, hingga akhirnya dia mencoba melepas kaitannya sendiri dan kebingungan, tidak tahu cara mengikatkannya kembali. Akhirnya manajer Kim membantu mencarikan caranya di internet Hpnya dan bahkan membantunya mengkaitkannya.

Dalam perjalanan mereka pulang, Dongah banyak bercerita mengenai fantasinya setelah memakai pakaian hanbok, dia ingin mengetahui fantasi manajer Kim. Manajer Kim kaget dan meminta waktu segera memarkirkan mobilnya sebelum Dongah melanjutkan pertanyaannya.

Ternyata fantasi yang dimaksud itu, bukan fantasi manajer Kim saat membantunya mengikatkan tali hanbok. Namun fantasi lain bilamana manajer Kim mengenakan baju besi seperti seorang Iron man. Dongah mengatakan dia memiliki kesan seperti itu saat pertama kali dia melihat manajer Kim. :)

Di suatu tempat, seorang anak kecil memperkenalkan nama dan cita-citanya. Bong Gijun yang ingin menjadi seorang pegawai kantoran. Yoo Jina yang ingin menjadi seorang dokter. Ada pula, Lee Hara yang ingin menjadi 'Taekwondo'. Ada yang ingin seperti Alien. Ada yang ingin menjadi pemain sepakbola. Terakhir, Cho Donghee, dia mengatakan tidak mau bekerja. Wakakak. Spontan saja banyak orang tua murid yang menertawakannya. Di sana ada Eunjae yang ternyata saat ini sedang ditugasi menjaga seorang anak TK, Cho Donghee.

Pulangnya mereka makan makanan cepat saji. Eunjae mengungkit apa yang baru saja dikatakan Donghee saat di kelas. Ternyata anak itu melihat apa yang dilakukan kedua orang tuanya. Orang tuanya sibuk karena bekerja dan hampir tak punya waktu untuknya. Eunjae mengatakan dia juga mengenal seseorang yang sangat sibuk bekerja. Obrolan mereka terpotong karena ibunya Donghee sudah datang menjemputnya, "Kita mengobrol lagi nanti." Saat itu sangat terlihat keakraban Donghee pada Eunjae.

Tidak berapa lama, Eunjae mendapat telpon dari Direktur Jang. Dia diminta menjemput seseorang di bandara dengan titel, 'Dia sudah kembali!'. Meski kesal Eunjae menurutinya. Semua mata melihat papan nama yang dibawa Eunjae, Eunjae mengumpat karenanya.

Muncullah rombongan Red Dreamers dan salah satu diantaranya terlihat Muyeol di sana. Eunjae kaget melihatnya. Muyeol menghampiri Eunjae dan mengkonfirmasi, "Pengawal?" Entah apa yang ada dipikiran keduanya. Mereka terdiam namun pandangan mata menyiratkan ribuan kata.

Mereka tiba di apartemen Muyeol. Eunjae membawakan koper dan tas Muyeol. Setelah meletakkan barang Muyeol di salah satu ruangan kecil, Eunjae berniat pulang namun Muyeol mengatakan dia sudah memesan jasa bodyguard untuk seharian penuh. Muyeol memintanya untuk duduk sementara dia berjalan ke arah kamar. Tidak berapa lama Muyeol keluar dengan pakaian olahraga, bisbol dan kelengkapan berlatih, dia mengajak Eunjae menemaninya berlatih dan mereka pun datang ke sebuah taman.

Muyeol yang pertama kali melempar bola dan ditangkap Eunjae dan begitu sebaliknya. Bersamaan dengan itu, keduanya berbicara.

Eunjae menanyakan alasan Muyeol berbicara formal dengannya. Muyeol mengatakan awalnya dia hanya ingin bercanda namun ternyata keterusan. Eunjae mengangguk mengerti. Muyeol melanjutkan, "Lihatlah, betapa menyenangkan bila pertanyaan kita terjawab." Sepertinya ini menyinggung tindakan Eunjae padanya selama ini. Lanjutnya, "Tapi kau berpikir sendiri dan muncul kecurigaan, kecemburuan. Kau tahu, aku rindu padamu setengah mati."

Eunjae ingin mengatakan hal yang sama, namun dia teringat sesuatu dan tersenyum, mengkonfirmasi, "..setengah mati?"

Muyeol membenarkannya, dia merindukan Eunjae setengah mati, "Benar. Aku merindukanmu setengah mati. Kau senang?"

Eunjae bertanya, "Lantas, kenapa kau tidak menghubungiku?"

Muyeol mengatakan, "Agar kau dapat berpikir tenang."

Eunjae terlihat sedikit kesal. Mungkin menurutnya bukan itu solusinya.

Muyeol melanjutkan, "Mulai sekarang, kalau ada yang melintas dalam pikiranmu, buang saja jauh-jauh. Biar aku yang menangkapnya dan kulempar lagi padamu. Jangan dipendam sendiri." Eunjae mengiyakan. Muyeol juga mengatakan, 'Aku takkan berbohong padamu." Eunjae kembail mengiyakan.

Muyeol kembali mengungkit pertanyaan di hari itu. Dia meminta Eunjae menanyakannya kembali, dengan rasa percaya akan cinta mereka, cinta Muyeol padanya.

Perlahan tapi pasti, Eunjae mengatakan, "Waktu itu, di kolam renang, darimana kau tahu bahwa itu aku?"

Hm, pertanyaan serupa namun beda makna. :)

Pertanyaan itu membuat Muyeol tersenyum dan berjalan ke arah Eunjae, begitu tiba di hadapan Eunjae, Muyeol menunduk dan melihat ikatan tali sepatu Eunjae yang agak longgar. Dia melepaskannya dan mengikatkannya kembali.

Ternyata benar, saat itu, sepatu yang dikenakan Eunjae-lah yang menunjukkan Eunjae sebenarnya berada. Muyeol melihat detail keseluruhan dari diri Eunjae, hingga sepatu yang dikenakannya.

Muyeol mengatakan, "Meski meminta banyak maaf pada Jonghee, tapi waktu itu perhatianku hanya ada padamu." Eunjae tersenyum. Muyeol mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah Eunjae, "Sekarang, kau masih curiga padaku?"

Eunjae melihat ke arah Muyeol dan ikut berjongkok berhadapan dengan Muyeol.

Eunjae mengatakan dia memiliki pertanyaan dan menanyakan, "Kau suka padaku?" Muyeol mengiyakannya dengan pasti. Eunjae menanyakan, seberapa besar Muyeol menyukainya. Muyeol menjawab, "Menyukaimu sampai mati." Dengan jawaban pasti, suasana mendukung, mereka pun 'kissing'.

Closing scene yang bagus banget. :)

Pertandingan yang dinanti akhirnya tiba, Blue Seagulls yang didukung ayah dan adik Eunjae dengan Red Dreamer yang didukung manajer Kim dan Dongah. Eunjae berada diantara kedua tim. Ayahnya memintanya untuk segera memutuskan akan mendukung siapa. Eunjae hanya tersenyum dan bertingkah kocak sebagaimana dirinya.

Muyeol ada di lapangan hijau. Dia mencari sosok Eunjae di bangku pendukung tim Red Dreamer, namun hanya terlihat Dongah yang baru saja menempati kursi penonton. Dengan kesal, secepatnya dia mengalihkan pandangan melihat bangku penonton pendukung tim Blue Seagulls, namun di sana juga hanya ada ayah dan adik Eunjae.

Tidak berapa lama terdengar teriakan khas yang cukup familiar. Benar saja, Eunjae berdiri di base penonton tersendiri, berdiri di antara kedua base penonton pendukung kedua tim. Dia memakai perlengkapan kedua tim, dan berteriak sorak sorai mendukung kedua tim yang akan bertanding. Muyeol pun tersenyum senang melihat polah tingkah Eunjae. Eunjae mendukungnya, "Park Muyeol! Park Muyeol Fighting! Pemain terbesar di jagat raya! Park Muyeol! Park Muyeol!" :)

=====TAMAT====