TEKNOLOGI PEMANFAATAN GANYONG SEBAGAI PANGAN POKOK
ALTERNATIF SUMBER KARBOHIDRAT1)
Oleh :
Dian Histifarina
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
Jl. Kayu Ambon No. 80, Lembang, Bandung 40391
ABSTRAK
Pangan lokal merupakan produk yang strategis baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu sebagai makanan pokok pengganti beras dan andalan/penyangga pangan, serta komoditi bisnis. Salah satu pangan lokal sumber karbohidrat alternatif selain beras, ubi jalar, ubi kayu, garut adalah ganyong. Ganyong merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian minor yang telah lama dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat. Dalam setiap 100 g umbi ganyong mengandung air (75 g), karbohidrat (22,6 g), protein (1 g), lemak (0,1 g), kalsium (2 mg), fosfor (70 mg), vitamin B 90,1 mg) dan vitamin C (10 mg). Saat ini pemanfaatan ganyong masih sangat terbatas yaitu direbus dan dibuat kerupuk. Berbagai teknologi telah dikembangkan dalam rangka peningkatan potensi umbi ganyong sebagai alternatif sumber karbohidrat. Seiring dengan perkembangan zaman, ganyong telah dapat diolah menjadi berbagai bentuk aneka olahan makanan, agar mampu memiliki nilai lebih di masyarakat dan dikonsumsi sebagai pangan pokok. Beberapa jenis olahan dari ganyong yang digunakan sebagai makanan pokok antara lain adalah mie, cake, cookies, roti, cendol, kue dan lain-lain. Tulisan ini adalah merupakan hasil rangkuman dari beberapa hasil penelitian maupun pengkajian.
Kata Kunci : Canna edulis; pangan pokok alternatif
PENDAHULUAN
Masalah pangan merupakan masalah yang kompleks, karena pangan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan makanan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan, yaitu tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri atau sumber lainnya.
Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak asasi setiap insan. Oleh sebab itu upaya pemenuhan kebutuhan pangan harus dilaksanakan secara adil dan merata bagi seluruh penduduk (Sawit, 2000). Adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya dan ketergantungan masyarakat terhadap produk pangan impor sumber karbohidrat terutama terigu, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan untuk menjaga kestabilan ketahanan pangan. Selain itu selama tahun 2008 kedepan harga terigu cenderung akan terus naik, akibat trend konversi gandum menjadi biofuel dan kebutuhan pangan juga meningkat. Menurut Sadjad (2000) dalam Widowati (2003), bahwa walaupun di beberapa wilayah di Indonesia, penduduk masih mengkonsumsi pangan alternatif seperti gaplek, beras jagung, sagu ataupun ubi jalar, namun fakta yang dihadapi menunjukkan bahwa terigu lebih adaptif dan adoptif daripada pangan domestik. Gejala tersebut bukan saja bagi golongan menengah keatas, tetapai juga dari kalangan bawahpun sudah terbiasa menyantap mie, jajanan, roti atau kue yang berbahan baku terigu. Oleh sebab itu penganekaragaman konsumsi pangan berbasis komoditas lokal (umbi-umbian) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan ketergantungan terhadap produk impor dan tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup dengan harga terjangkau.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi umbi-umbian dan serealia yang beragam sebagai sumber karbohidrat sekaligus bahan baku tepung lokal, antara lain yaitu ubi jalar, ubi kayu, gembili, garut, ganyong dan lain-lain. Ditinjau dari segi nutrisi, tanaman umbi-umbian mempunyai nilai nutrisi yang rendah dibandingkan dengan beras maupun kacang-kacangan, terutama kandungan protein dan lemak, namun cukup tinggi pada kandungan karbohidratnya. Pemanfaatan tepung umbia-umbian sebagai pengganti tepung terigu maupun beras sangatlah tidak mudah. Berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah potensi dan penyimpanan pasca panennya serta pola konsumsi masyarakat yang lebih menyukai bahan makanan berbasis terigu. Oleh sebab itu perlu adanya proses penelitian dan pengembangan secara komprehensif.
Salah satu jenis umbi-umbian yang bisa dijadikan bahan alternatif sumber karbohidrat untuk menunjang ketahanan pangan adalah ganyong. Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat dan termasuk jenis tanaman umbi-umbian minor. Hasilnya selain dapat digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting sebagai bahan dasar industri. Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan, tapi sekarang tanaman ini telah tersebar dari Sabang sampai Merauke. Terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, tanaman ini telah diusahakan penduduk walaupun secara sampingan. Biasanya ganyong ditanam sebagai tanaman sela bersama jagung sesudah panen padi (Rukmana, 2000).
Rimpang ganyong tidak hanya dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan saja, tapi bisa diproses lebih lanjut menjadi tepung yang dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan tepung terigu (ditjentan.deptan.go.id). Ganyong juga dapat dibuat gaplek seperti halnya singkong, dan bahan makanan sejenis ini sangat bermanfaat bagi warga pedesaan di saat paceklik. Manfaat lain dari tepung ganyong adalah untuk makanan ternak, pembuatan kue dari tepung ganyong (cendol, ongol-ongol, tiwul, papais), dan untuk bahan campuran pembuatan sohun yang bahan utamanya biasanya dari tepung aren.
MENGENAL GANYONG
Tanaman ganyong berasal dari Amerika Selatan dan telah tersebar ke Asia, Australia dan Afrika. Umbi mudanya di Amerika Selatan dimanfaatkan sebagai sayuran dan pencuci mulut. Tanaman ini dapat tumbuh di segala jenis tanah dan suhu udara serta tahan terhadap naungan. Namun demikian ganyong tidak tahan tumbuh di tempat yang terbuka dengan terpaan angin yang kuat. Hal ini disebabkan karena ganyong termasuk tanaman herba atau terna hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap hembusan angin (Anonimous, 2000).
Di Indonesia ganyong dikenal 2 jenis ganyong yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya berwarna merah atau ungu. Sedangkan ganyong putih ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya hijau serta sisik umbinya kecoklatan (Lingga dkk., 1986).
Ganyong umumnya dipanen sesuai dengan tujuan penggunaannya. Apabila untuk umbi rebus yang langsung dimakan, ganyong dipanen pada umur 6-8 bulan, sedangkan jika akan digunakan untuk pembuatan produk pati atau tepung dapat dipanen tua yaitu pada umur ± 10 bulan. Bila dipanen terlalu tua, umbinya akan menjadi keras dan kandungan patinya berkurang (Flach dan Rumawas, 1996).
Saat ini sentra produksi ganyong ada di dua provinsi yaitu Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan Purworejo) dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang dan Karawang). Produktivitas ganyong per hektar juga cukup tinggi bila dibandingkan dengan jenis umbi lainnya (Tabel 1).
Tabel 1. Produktivitas Ganyong dan Beberapa Jenis Umbi lainnya
No. | Tanaman | Produktivitas /ha (ton) | Daerah Tumbuh |
1. | Ganyong | 60 | 0-250 meter dpl |
2. | Gandum | 9 | 600 dpl., suhu 22 - 24°C |
3. | Ubi Jalar | 30 – 60 | 500 m dpl |
4. | Ubi Kayu | 9,8 – 80 | 150 ml dpl., suhu 25 - 27°C |
5. | Sorgum | 1,5 – 3 ton | Daerah kering dan panas |
6. | Garut | 11- 17 | 500 – 1500 dpl. |
Kadungan gizi ganyong berbeda-beda tergantung dari varietas, umur dan iklim tempat tumbuh umbi. Kandungan karbohidrat ganyong cukup tinggi, setara dengan umbi-umbi yang lain, sehingga cocok dijadikan sebagai sumber energi. Kandungan karbohidrat ganyong berkisar antara 22,6% sampai 24,6%, namun lebih rendah dibandingkan dengan ubi kayu. Umbi ganyong juga merupakan salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi terutama kandungan kalsium, fosfor dan karbohidrat ( Harmayanti, 2008).
Setiap 100 gram yang dapat dimakan, umbi ganyong mengandung kira-kira air 75 gram, protein 1 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 22,6 gram, kalsium 21 mg, fosfor 70 mg, besi 1,9 mg, vitamin B 0,1 mg, vitamin C 10 mg. Karbohidrat terdiri dari lebih 90% tepung dan 10 % gula (glukosa dan sukrosa). Untuk lebih jelasnya, kandungan gizi ganyong dan umbi-umbi yang lain dapat dilihat Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan gizi dan kalori ganyong dibandingkan dengan jenis pangan lainnya per 100 g bahan
Bahan | Kalori (kal) | Karbohidrat (g) | Protein (g) | Lemak (g) | Kalsium (mg) | Fosfor (mg) | Besi (mg) | Vitamin C (mg) |
Ganyong | 95 | 18,8-34,3 | 1,3-1,4 | 0,1-0,8 | 21 | 70 | 20 | 10 |
Beras | 360 | 78,9 | 6,8 | 0,7 | 6 | - | - | 0 |
Ubi jalar | 123 | 27,9 | 1,8 | 0,7 | 30 | - | - | 22 |
Ubi kayu | 154 | 36,8 | 1,2 | 0,3 | 33 | 40 | 1,10 | 30 |
Sumber : diolah dari berbagai sumber & Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1992)
PEMANFAATAN GANYONG
Umbi ganyong mempunyai manfaat cukup banyak dan merupakan tanaman pekarangan sebagai sumber karbohidrat. Pemanfaatan ganyong meliputi pemanfaatan sebagai bahan pangan dan bahan non pangan. Manfaat ganyong sebagai bahan pangan cukup banyak, diantaranya adalah umbinya dapat dimakan baik dibakar, direbus maupun disayur; tanaman muda dapat dimakan sebagai sayuran hijau; umbinya dapat juga dibuat gaplek dan pati dan tepung ganyong dapat diolah menjadi beraneka macam makanan seperti dodol, cendol, enyek-enyek, mie kering, soun, bahan makanan campuran bayi dan lain-lain. Mengingat karakteristik tepung ganyong mendekati tepung terigu, maka tepung ganyong mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan dan dapat dibuat untuk berbagai bentuk olahan lainnya seperti untuk bahan pembuatan cake, roti dan cookies. Manfaat umbi ganyong sebagai bahan non pangan diantaranya adalah dapat dibuat untuk bioetanol dan makanan ternak. Manfaat lain dari tanaman ganyong yaitu sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat dimanfaatkan sebagai kompos, sedangkan pucuk dan tangkai daun muda dapat dipakai untuk pakan ternak.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN ½ JADI
Pengolahan produk ½ jadi merupakan salah satu cara pengawetan hasilpanen, terutama untuk komoditas yang berkadar air tinggi, seperti umbi-umbian dan buah-buahan. Keuntungan lain dari pengolahan produk setengah jadi adalah sebagai bahan baku yang fleksibel untuk industri pengolahan lanjutan, aman dalam distribusi seta menghemat ruang dan biaya penyimpanan. Teknologi ini mencakup tehnik pembuatan tepung ganyong dan pati ganyong.
Pengolahan ganyong menjadi tepung diharapkan dapat memperluas pembuatan jenis makanan berbahan baku tanaman ganyong. Dalam hal kandungan karbohidrat, tepung ganyong setara dengan tepung ubi kayu maupun tepung garut, dan lebih tinggi dibandingkan dengan tepung lainnya (Tabel 3).
Tabel 3. Komposisi kimia beberapa jenis tepung per 100 gram Bahan
No. | Bahan Pangan | Energi (kkal) | Protein (g) | Lemak (g) | Karbohidrat (g) | Kalsium (mg) | Fosfor (mg) | Besi (mg) |
1. | Tepung ganyong | - | 0,74-1,29 | 0,28-0,0 | 85.97-87,76 | - | - | - |
2. | Tepung beras | 364.0 | 7.0 | 0.5 | 80.0 | 5.0 | 140.0 | 0.8 |
3. | Tepung terigu | 365.0 | 8.9 | 1.3 | 77.3 | 16.0 | 106.0 | 1.2 |
4. | Tepung jagung | 355.0 | 9.2 | 3.9 | 73.7 | 10.0 | 256.0 | 2.4 |
5. | Tepung ubi kayu | 363.0 | 1.1 | 0.5 | 88.2 | 84.0 | 125.0 | 1.0 |
6. | Tepung garut | 355.0 | 0.7 | 0.2 | 85.2 | 8.0 | 22.0 | 1.5 |
Sumber : diolah dari berbagai sumber & Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
Tepung ganyong dapat dimanfaatkan sebagai tepung komposit atau campuran dalam pembuatan produk pangan bila ditinjau dari sifat fungsional dan komposisi kimia. Menurut Widowati (2001), cookies dari tepung ganyong 100% mempunyai flavor yang spesifik dan dapat dibedakan dengan jenis produk yang sama dari bahan tepung umbi-umbi lainnya. Pemanfaatan tepung ganyongpada berbagai jenis produk dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pemanfaatan tepung ganyong pada berbagai jenis produk makanan
Jenis Produk | Komposisi (%) | |
Tepung ganyong | Terigu/tepung lain | |
Cookies | 75 -100 | 0 - 25 |
Makanan bayi | 75 -100 | 0 -25 |
Jenang | 100 | 0 |
Cake | 50 -100 | 0 -50 |
Mie | 20 – 30 | 70 -80 |
Roti | 10 – 20 | 80 -90 |
Sumber : Widowati (2001)
Secara garis besar pembuatan tepung ganyong (Widowati dkk., 1999) adalah sebagai berikut : umbi ganyong dicuci dan dibersihkan, lalu dikupas dan diiris tipis-tipis secara melintang atau menurut arah serat. Selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari sampai irisan ganyong mudah dipatahkan (± 10 hari), tumbuk dan tepung yang dihasilkan diayak. Kemudian ditumbuk lagi sampai halus dari sisa yang masih ada dan terakhir diayak (Lampiran 1).
Pati ganyong dibuat dari ganyong yang sudah tua, sehingga dapat diperoleh pati yang halus dengan rasa seperti tepung hunkwe. Sama halnya seperti tepung, pati ganyong juga dapat dimasak sebagai campuran dalam pembuatan makanan seperti mie atau bihun, cendol atau bubur pati ganyong.
Menurut Suismono (2000) dalam Djuwardi (2008), berdasarkan sifat amilografnya diketahui bahwa bahan baku dengan viskositas puncak < 500 Bu sesuai untuk produk basah, viskositas puncak 500-1000 BU sesuai untuk produk semi basah dan viskositas puncak > 1000 BU sesuai untuk produk ekstruksi (produk yang mekar) seperti chiki, kerupuk, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Damayanti (2001), pati ganyong yang mempunyai nilai VP (viskositas puncak) diatas 1000 BU akan menghasilkan produk yang lebih renyah (sesuai untuk produk kering seperti kerupuk).
Tabel 5. Karakteristik amlograf pati ganyong, ubi jalar dan garut
Sifat Fisik | Varietas Ganyong | |||
KEB | CMS | KGM | LWD | |
WG (menit) | 26 | 28 | 27 | 26,5 |
SG (°C) | 69 | 72 | 70,55 | 69,75 |
WGP (menit) | 43,5 | 43,5 | 43,5 | 43,5 |
SGP (°C) | 95,25 | 95,25 | 95,25 | 95,25 |
VP (BU) | 1130 | 1071 | 760 | 1110 |
Sumber : Damayanti (2001)
Ket. : WG = waktu gelatinisasi; SG = suhu gelatinisasi; WGP = waktu gelatinisasi puncak; puncak; VP = viskositas puncak; KEB = Kebumen; CMS = Ciamis; KGM = Karang gayam; LWD = Leuwi damar
Secara garis besar pembuatan pati ganyong adalah sebagai berikut : ganyong dibersihkan, dicuci dan dikupas kulitnya. Lalu diparut sampai lembut, dan ditambah air sambil diremas-remas dan diaduk-aduk, kemudian disaring. Hasil saringan selanjutnya diendapkan dan dijemur hingga kering, digiling dan diayak (Lampiran 2).
PRODUK OLAHAN BERBAHAN DASAR TEPUNG DAN PATI GANYONG
Cookies atau kue kering merupakan salah satu produk bakery yang sudah populer di masyarakat. Bahan pembuatan cookies adalah terigu, gula pasir, margarin, skim dan telur. Sedangkan bahan tambahan lainnya adalah gara, susu bubuk dan soda kue. Terigu dapat disubstitusi dengan jenis tepung lainnya, seperti tepung ubi jalar, tepung singkong, tepung beras, tepung kedelai atau tepung ganyong. Hasil penelitian Rufaidah dan Dwiyitno (2000), tepung ganyong dapat mensubstitusi terigu sampai 75%, namun yang paling dapat diterima oleh konsumen dan menghasilkan cookies yang bermutu baik adalah substitusi ganyong dibawah 50%. Proses pembuatan cookies ganyong adalah sebagai berikut : margarin, gula, telur dan garam dicampurkan dengan mixer sampai adonan menjadi berwarna lebih putih, lalu ditambahkan terigu, tepung ganyong, dan soda kue. Pengadukan dilakukan sampai adonan kalis, kemudian dicetak dengan pencetak khusus cookies diatas loyang. Panggang dalam oven bersuhu 150oC selama 20 menit. Untuk meningkatkan penampakan cookies, sebelum dipanggang bagian atas cookies diolesi dengan kuning telur. Cookies yang dihasilkan disimpan dalam toples dan ditutup rapat (Lampiran 3).
Cendol ganyong terbuat dari tepung ganyong 100%. Hal ini karena pati ganyong mengandung amilopektin cukup tinggi, sehingga cepat membentuk gel. Proses pembuatan cendol ganyong sama dengan pembuatan cendol biasa, hanya tepung yang digunakan adalah tepung ganyong. Bahan yang dibutuhkan adalah tepung ganyong, kelapa, gula merah, gula pasir, pasta pandan, nangka, garam dan beberapa gelas air dingin.
Proses pembuatan cendol ganyong adalah sebagai berikut : tepung ganyong 100% ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 2 dan pasta pandan 1%, kemudian diaduk sampai merata. Masak adonan sampai kental dan bening, kemudian dicetak menggunakan cetakan cendol. Cendol ganyong siap dihidangkan dengan santan yang telah diberi bumbu (Lampiran 4).
Bahan-bahan yang diperlukan pada pembuatan roti tawar bisanya adalah terigi, yeast, air, gula, garam, shortening dan susu. Terigu merupakan bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan roti, karena terigu mengandung gluten yang cukup tinggi yaitu sekitar 80% dari total proteinnya. Untuk pembuatan roti menggunakan tepung ganyong, pada prinsipnya sama dengan pembuatan roti biasa, hanya bahan baku menggunakan substitusi tepung ganyong. Bahan-bahan yang diperlukan adalah tepung ganyong 400g, tepung terigu 600g, telur 12.5%, gula pasir 11%, ragi roti (yeast) 1.5%, margarin 8%, garam 1.5%, skim 4% dan air 55% (ket : persen dari jumlah seluruh tepung = 1 kg). Produksi roti meliputi tahap proses pencampuran bahan basah yaitu telur, margarin, dan gula menjadi krim (creaming), kemudian ditambahkan pada bahan kering (tepung ganyong, terigu, yeast, skim dan garam) yang sudah dicampurkan, dilakukan pengadonan (mixing) sampai kalis, relaksasi adonan selama 30 menit, pemotongan adonan (dividing) dengan ukuran 60g, pembulatan (rounding), pembuangan gas (moulding), pembetukan roti, fermentasi akhir (proofing) selama 45 menit pada suhu 45oC RH 85% dan pemanggangan (baking) di oven bersuhu 300oF selama 15 menit (Lampiran 5).
Cake ganyong juga hampir sama cara pembuatannya dengan cake biasa, hanya ditambah tepung ganyong sebagai bahan bakunya. Bahan yang diperlukan adalah tepung terigu, tepung ganyong, gula halus, telur, TBM, baking powder, dan mentega. Cara pembuatannya yaitu gula halus dan telur dikocok hingga mengembang, kemudian tambahkan TBM dan baking powder, masukkan campuran tepung terigu dan tepung ganyong,. Sementara itu mentega dicairkan terlebih dahulu lalu dicampur dengan adonan tadi. Setelah itu tuang dalam cetakan dan dipanggang pada suhu 180°C hingga matang, ± 30 menit (Lampiran 6).
Sohun merupakan salah satu jenis mie yang sudah populer, namun produksinya di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan mie dari bahan jenis lainnya. Karena bahan baku utamanya yaitu pati aren makin langka. Menurut Lii dan Chang dalam Lilis Suryani (2001), bahwa jenis pati ideal yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sohun adalah pati yang berkadar amilosa tinggi. Pati ganyong merupakan salah satu jenis pati yang mengandung kadar amilosa cukup tinggi yaitu 39,30%. Substitusi pati ganyong dengan pati ubi jalar (50:50) dan pati ganyong dengan pati garut (75:25) dapat menghasilkan sohun dengan sifat-sifat lebih baik (Tabel 6).
Tabel 6. Sifat fisik sohun sebelum dan sesudah diseduh
Jenis pati | Breaking strenght (N) | Swelling Indexs (%) | Tensille strenght (N/mm2) | Texture (N) | Cooking loss (%bk) |
Kontrol | 4,63 d | 642,42 ab | 0,79 c | 3,59 e | 5,54 e |
Ganyong : ubi jalar | |||||
100 : 0 75 : 25 50 : 50 25 : 75 0 : 100 | 7,37 a 6,09 b 5,26 c 3,39 e 3,22 e | 410,29 d 514,27 c 560,44 bc 558,37 c 586,87 bc | 1,57 a 1,13 b 0,79 c 0,79 c 0,79 c | 11,05 a 8,28 b 7,12 bc 5,88 cd 3,44 e | 2,14 i 4,18 h 4,62 g 6,49 d 10,79 c |
Ganyong : Garut | |||||
100 : 0 75 : 25 50 : 50 25 : 75 0 : 100 | 7,28 a 4,47 d 3,22 e 2,26 f 1,57 g | 410,29 d 528,28 c 515,74 c 549, 40 c 668,85 a | 1,57 a 1,13 b 0,79 c 0,79 c 0,79 c | 11,05 a 8,28 b 4,68 de 3,34 e 3,64 e | 2,14 i 4,93 f 5,40 e 11,23 b 12,24 a |
Sumber : Lilis Suryani (2001)
Secara garis besar pembuatan sohun adalah sebagai berikut ; Pati campuran dicampur dengan air dingin sebanyak 120 ml, setelah tercampur lalu dituang dalam air panas(T = 85°C) sambil terus diaduk. Total air yang digunakan adalah 400 ml/100 gram pati kering. Adonan diaduk terus sampai kental, mengkilat dan transparan. Gel yang dihsilkan selanjutnya dimasukkan pada alat pencetak sohun dan dicetak menjadi utasan-utasan sohun basah, kemudian dikeringkan dalam pengering kabinet pada suhu 50°C selama 1 jam, lalu dikeringanginkan selama 2 jam. Sohun yang diperoleh kemudian dikemas menggunakan kemsan plastik (Lampiran 7).
f. Nugget Ikan
Tepung/pati ganyong juga dapat dibuat sebagai bahan substitusi pembuatan nugget ikan. Hasil penelitian Dwiyitno dan Rufaidah (2000), bahwa penggunaan tepung ganyong pada nugget ikan dapat menggantikan tepung tapioka hingga 100%. Hal ini karena sifat fisik dari tepung ganyong tidak berbeda jauh dengan tepung tapioka.
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut : daging ikan lumat ditambah bumbu-bumbu berupa campuran bawang merah bawang putih dan jahe dengan perbandingan 15:3:1 sebanyak 2%, garam 2,5%, lada 0,25%, telur ayam 1butir/1kg daging ikan dan mentega 2%. Penambhan tepung komposit (campuran tapioka dan ganyong) sebanyak 20%, Seluruh bahan diaduk sampai rata hingga membentuk adonan. Adonan kemudian dibentuk sekitar 10 gram per buah dan dicelupkan kedalam kocokan telur untuk kemudian dilumuri tepung panir hingga merata. Selanjutnya dikukus selama 15 menit setelah air mendidih hingga siap disimpan dalam lemai pendingin atau langsung digoreng untuk dikonsumsi Llampiran 8).
PENUTUP
Umbi ganyong merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat yang kaya mineral terutama fosfor dan kalsium, sehingga cocok sebagai bahan pangan alternatif yang bergizi.
Ganyong sebagai substitusi bahan pangan mempunyai peranan penting dalam upaya penganekaragaman pangan dan dapat mengurangi konsumsi beras maupun terigu. Selanjutnya pada saat paceklik, ganyong dapat berperan sebagai bahan alternatif sumber karbohidrat dalam mengatasi kelangkaan pangan.
Pengembangan dan pemasyarakatan tepung ganyong akan berdampak pada peningkatan ketersediaan bahan sebagai sumber karbohidrat lokal dan variasi bahan baku industri pangan dan secara tidak langsung meningkatkan pendapatan petani. Selain itu tanaman ganyong dapat ditumbuh dengan baik di lahan pekarangan, sehingga penanaman ganyong dapat sebagai lumbung pangan keluarga yang secara langsung dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga.
Tepung maupun pati ganyong dapat diolah lebih lanjut untuk substitusi terigu dalam pembuatan mie, aneka kue (cookies), roti, cendol, cake, dodol, dan lain-lain. Tepung ganyong juga dapat dimanfaatkan untuk gula cair, dekstrin dan bahan pengental.
PUSTAKA
Anonimous. 2000. Buku Profil Pangan Lokal Sumber Karbohidrat. Kerjasama Jur.Gii Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, FAPERTA IPB dengan Proyek Diversifikasi Pangan dan Gizi. DEPTAN.
Damayanti, N. 2001. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung ganyong (Canna edulis Kerr.) dan kesesuaiannya untuk produk pangan. Dalam Himpunan Makalah Seminar Nasional Teknologi Pangan (Buku A : Teknologi Pangan dan Rekayasa). Semarang .
Dwiyitno dan V.W. Rufaidah. 2000. Evaluasi kesesuaian tepung ganyong untuk substitusi tepung tapioka pada pembuatan nugget ikan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Industri Pangan Vol. 1. Surabaya. PATPI.
Djuwardi, a. 2008. Optimalisasi potensi tepung kasava, Prospek Bisnis dan Peluangnya”. Makalah disampaikan pada Seminar Teknologi Pendukung Pengembangan Industri Tepung Umbi-Umbian. Bandung.
Flach, M. dan F. Rumawas. 1996. Plant resources of south eat asia. Backhuys Publ. London.
http://ditjentan.deptan.go.id. 2008.
Harnowo, D., S.S. Antarlina, dan H. Mahagyosuko. 1994.. Pengolahan ubi jalar guna mendukung diversifikasi pangan dan agroindustri. Dalam Winarto, A., Y. Widodo, S.S. Antarlina, H. Pudjosantosa dan Sumarno (Eds.). Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi Jalar mendukung Agroindustri. Balittan Malang.
Harmayanti, E. 2008. Pengembangan ‘Ganyong” untuk atasi gizi buruk. http://www.ugm.ac.id. Diakses tanggal 25 juli 2008.
Lilis Suryani. 2001. Karakteristik amilografi pati ganyong putih, ubi jalar dan garut serta sifat-sifat fsisik sohun yang dihasilkan. Dalam Himpunan Makalah Seminar Nasinal Teknologi Pangan (Buku C : Pangan dan Gizi). Semarang .
Lingga, P., B. Sarwono, F. Rahardi, P.C. Rahardja, J.J. Anfiastini, Rini W., dan W.H. Apriadji. 1986. Bertanam umbi-umbian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 200. Ganyong. Budidaya dan pascapanen. Penerbit Kanisisus. Jakarta.
Rufaidah, V.W. dan Dwiyitno. 2000. Evaluation on capability ganyong strarches flour substitute on cookies. Dalam Prosiding Seminar Nasional Industri Pangan Vol. 1. Surabaya. PATPI.
Sawit, M.H. 2000. Arah pembangunan pangan dan Gizi. Makalah pada diskusi Peningkatan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Widowati, S.Tehnik produksi aneka tepung dan pati dari bahan pangan sumber karbohidrat serta potensi pemanfaatannya. Makalah disampaikan pada ”Alih Teknologi Produksi Aneka Tepung dan Pemanfaatannya dalam Menunjang Ketahanan pangan”. BALITKABI.
Widowati, S. 2003. Prospek tepung sukun untuk berbagai produk makanan olahan dalam upaya menunjang diversifikasi pangan. http://rudyct.topcities.com. Diakses pada tanggal 3 September 2005.
1
1) Makalah disampaikan pada acara Lokakarya Pengembangan Ketersediaan Pangan Ganyong Sebagai Pangan Alternatif Sumber Karbohidrat, Bandung 7-9 Agustus 2008