MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI BOARD GAME UNTUK KELAS DELAPAN SMP

CHAPTER I

INTRODUCTION 

A. Latar Belakang Studi. Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan bahasa manusia akan mengekspresikan ide, emosi, dan keinginannya, serta digunakan sebagai media untuk berinteraksi satu sama lain, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. . Bahasa Inggris telah menjadi bahasa yang paling penting dalam komunikasi internasional. Orang-orang di seluruh dunia berbicara bahasa itu ketika mereka bertemu satu sama lain di setiap pertemuan, lokakarya, atau konferensi internasional. Semua negara di dunia telah menetapkan bahasa sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di sekolah. Bahasa Inggris memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagaimana tertuang dalam kurikulum 2004 bahwa bahasa Inggris adalah sarana bagi siswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni, dan tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah siswa diharapkan menguasai keempat keterampilan tersebut. bahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Proses belajar mengajar akan berhasil jika didukung oleh beberapa faktor seperti metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Inggris, kelengkapan fasilitas pengajaran, media yang menarik, dan kondisi lingkungan sekolah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga telah menetapkan kurikulum pendidikannya dengan memasukkan bahasa Inggris w belajar bahasa Inggris selama lebih dari setahun, tetapi mereka masih tidak dapat menggunakan bahasa Inggris dalam berinteraksi dengan guru mereka di kelas.

Berbicara penting bagi mereka untuk melatih kemampuan dan pemahaman mereka, bagaimana mengirim ide, dan bagaimana mengeja kata dengan baik; dalam hal ini motivasi dan minat siswa sangat dibutuhkan untuk mempermudah proses pemahamannya. Karena materi pelajaran bahasa Inggris sangat beragam, maka guru wajib memilih pendekatan, strategi, dan metode yang sesuai agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan mudah, dan media akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. Guru yang mampu menyajikan materi dengan mudah akan menjadi idola siswa. Guru dapat menggunakan beberapa metode dalam proses belajar mengajar untuk membantu pemahaman siswa tentang materi yang dijelaskan. Dalam menerapkan metode, guru harus mempersiapkan banyak hal seperti; materi ajar, pengelolaan kelas, dan banyak aspek lainnya karena penggunaan teknik yang tidak tepat dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan guru dan itu berarti guru mungkin gagal dalam mengajar mereka. Untuk membuat siswa memiliki minat yang kuat dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran berbicara, guru harus mengambil pendekatan, metode, dan strategi yang terbaik. Kemudian, guru dapat menggunakan media dalam pengajaran bahasa Inggris, metode yang digunakan untuk membantu siswa berbicara untuk membuat interaksi antara guru dan siswa. Selanjutnya, guru harus mempersiapkan alat bantu yang tertarik sebelum proses belajar mengajar dilakukan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan board game sebagai metode dalam proses belajar mengajar. Guru dapat menggunakan permainan papan sebagai metode dalam proses belajar mengajar. Menurut (Hornby; 1995, p. 486) permainan adalah kegiatan yang Anda lakukan untuk bersenang-senang. Board game dapat diartikan sebagai sesuatu atau instrumen yang digunakan untuk menarik motivasi siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar karena board game dapat membuat siswa lebih fokus dalam belajar, karena tidak merasa dipaksa untuk belajar. Mereka juga memungkinkan pelajar untuk memperoleh pengalaman baru dalam bahasa asing yang tidak selalu mungkin selama pelajaran biasa. Board game dapat menjadi metode yang akan memberikan banyak keuntungan baik bagi guru maupun siswa.

Metode harus dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, khususnya dalam berbicara bahasa Inggris. Dan, metode harus mampu memanipulasi, seeable, listeningable, dan readable. Akhirnya guru berharap metode tersebut dapat memotivasi siswanya untuk berbicara bahasa Inggris untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka khususnya di kelas dan dalam kebutuhan sehari-hari mereka pada umumnya. Permainan papan sebagai metode jalinan dapat membangun motivasi siswa dan memperkuat keterampilan bahasa apa pun seperti berbicara dan mendengarkan. Para siswa bermain board game di dalam kelas hanya untuk pembelajaran bahasa dan membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan berbicara mereka yang dapat mereka terapkan di luar kelas. Komunikasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi bahasa dalam masyarakat sebagai alat untuk melaksanakan urusan. Siswa tidak mudah berbicara bahasa Inggris dengan lancar jika mereka hanya belajar di sekolah pada umumnya, mereka akan mendapatkannya dalam kehidupan nyata dengan mendengarkan penutur asli. Namun, jika sekolah memiliki aturan tertentu dan memiliki kondisi lingkungan sekolah yang baik, maka siswa juga dapat berbahasa Inggris. Berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang merupakan fungsi dasar bahasa sebagai alat komunikasi. Siswa yang belajar di sekolah yang menggunakan bahasa tertentu akan menjadi pembicara yang baik, berbeda dengan siswa yang belajar di sekolah lain. Mereka akan mendapatkan kesulitan dalam menggunakan bahasa Inggris untuk berbicara satu sama lain; Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan sekolah dan media yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.

B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penelitian ini dibatasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui board game. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs NW Majidi tahun ajaran 2012/2013.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana board game dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada siswa kelas VIII MTs NW Majidi tahun ajaran 2012/2013?''

D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran board game dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIII MTs NW Majidi tahun ajaran 2012/2013.

E. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui strategi peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui board game. 2. Praktis a. Guru 1) Guru dapat menggunakan materi lebih mudah dan dia akan memiliki metode baru untuk mengajar berbicara dengan menggunakan permainan papan. 2) Guru dapat menjadikan metode ini sebagai metode yang menarik agar siswa mudah memahaminya dalam belajar berbicara bahasa Inggris. b. Siswa 1) Siswa akan mudah memahami tentang cara mengatakan sesuatu. 2) Ini akan meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara. c. Peneliti 1) Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi. 2) Dapat mencari variabel yang sama.

CHAPTER II

REVIEW OF LITERATURE AND ATION HYPOTHESIS

A. Kemampuan Berbicara Dalam bab ini akan dibahas tentang hakikat berbicara, pengertian berbicara, fungsi berbicara, aspek kemampuan berbicara, dan keterampilan makro dan mikro kemampuan berbicara.

1. Sifat Kemampuan Berbicara

Brown (dalam Islamiyah, 2007, hlm. 14) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan produktif yang dapat diamati secara langsung dan empiris, pengamatan tersebut selalu dibatasi oleh ketepatan dan kelancaran. Sementara, ia juga menyatakan bahwa berbicara adalah produk konstruksi kreatif dari string linguistik, pembicara membuat pilihan leksikon, struktur, dan wacana.

Poerdarminta (dalam Islamiyah, 2007, hlm. 14) menyatakan bahwa makna klasik berbicara adalah kemampuan berbicara, dan berbicara. Tujuan utama berbicara adalah untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicara atau untuk dapat mengomunikasikan sesuatu dalam bahasa dan dipahami oleh seseorang yang menjadi pendengar.

Tarigan (dalam Islamiyah, 2007, hlm. 14) menyatakan bahwa berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa dalam bentuk lisan untuk mengungkapkan gagasan penutur kepada orang lain. Sedangkan, berbicara adalah pertukaran informal pemikiran dan informasi dengan kata-kata yang diucapkan.

2. Pengertian Kemampuan Berbicara.

Kemampuan berbicara terdiri dari dua kata yaitu berbicara dan kemampuan. Untuk menghindari kesalahpahaman tentang pengertian kemampuan berbicara, maka akan dijelaskan satu persatu. Menurut Poerwadarminta (1985, hlm. 109). Disebutkan pula oleh Hornby (1990, hlm. 51) bahwa ability's potential capacity of power untuk melakukan sesuatu secara fisik atau mental. Uraian tersebut dapat menyimpulkan bahwa kemampuan adalah kemampuan manusia yang identik dengan kemampuan. Menurut Djiwandono (dalam Munir, 2005, hlm. 16) berbicara adalah kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.

Berbicara adalah artikulasi suara untuk mengungkapkan pikiran. Tarigan (1990, p.15), mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi atau kata untuk mengungkapkan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan” pendapat dan keinginan. Ahli lain mengatakan bahwa berbicara adalah berbicara atau berbicara (Haryanto dalam Sunardi, 2004, hlm. 13). Jika berbicara dan kemampuan digabungkan, maka itu berarti kemampuan mengucapkan artikulasi suara untuk mengungkapkan atau menyampaikan pikiran, pendapat, dan keinginan kepada orang lain.

3. Aspek Kemampuan Berbicara

Darmodihardjo dalam Fauzi (2012, p. 7) menyebutkan tentang aspek-aspek berbicara yaitu “syarat-syarat berbicara efektif seperti: intonasi, transkripsi fonetik dan ekspresi lingkungan” Pendapat di atas menjelaskan bahwa, untuk mampu berkomunikasi secara efektif, harus diperhatikan situasi tuturan, pengucapan dan fisiknya. Di sisi lain, Valetto dalam Fauzi (2012, h. 7) mengatakan bahwa “Elemen-elemen yang ada dalam berbicara meliputi transkripsi fonetik, tata bahasa, kosa kata, efektif dan berbicara” Sementara itu, Haris dalam Fauzi (2012, h. 7) menjelaskan sebagai berikut: “Seperti menulis, berbicara adalah keterampilan kompleks yang membutuhkan penggunaan simultan dari jumlah kemampuan yang berbeda yang sering dikembangkan dengan tingkat yang berbeda, baik empat dari lima komponen umumnya dikenali dalam analisis proses berbicara: (a) pengucapan menyimpulkan fitur segmental vokal , dan konsonan, kosa kata, tekanan dan pola intonasi aliran bicara, (b) tata bahasa, (c) kosa kata, (d) kelancaran (kasus dan kecepatan bicara). Pemecahannya mungkin bisa ditambahkan, (e) pemahaman untuk komunikasi lisan tentu membutuhkan respons subjek untuk berbicara serta peniruan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kemampuan berbicara dalam penelitian ini adalah: (a) kompetensi pengucapan, (b) kemampuan tata bahasa, (c) penguasaan kosakata, (d) kelancaran berbicara, dan ( e) pemahaman tentang topik pembicaraan.

5.             Macro and Micro Skill of Speaking Ability

a)             Macro Skills of Speaking

(Sharma, 2010, P. 5). Here are the skills that should be implemented in speaking activities:

  1. Appropriately accomplish communicative functions according to situations, participants, and goals.
  2. Use appropriate styles, registers, implicative, redundancies, pragmatic conventions, conversion rules, floor keeping and yielding, interrupting, and other sociolinguistic features in face-to-face conversations.
  3. Convey links and connections between events and communicate such relations as focal and peripheral ideas, events and feeling, new information and given information, generalisation and exemplification.
  4. Convey facial features, kinesics, body language, and other nonverbal cues along with verbal language.
  5. Develop and use a battery of speaking strategies, such as emphasizing key words, rephrasing, providing a context for interpreting the meaning of words, appealing  for help, and accurately assessing how well your interlocutor is understanding you.

b)        Micro Skill of Speaking

Here are some of the micro skills involved in speaking. The speaker has to:

  • Pronounce the distinctive sounds of a language clearly enough so that people can distinguish them. This includes making tonal distinctions.
  • Use stress and rhythmic patterns, and intonation patterns of the language clearly enough so that people can understand what is said.
  • Use the correct forms of words. This may mean, for example, changes in the tense, case, or gender.
  • Put words together in correct word order.
  • Use vocabulary appropriately.
  • Use the register or language variety that is appropriate to the situation and the relationship to the conversation partner.
  • Make clear to the listener the main sentence constituents, such as subject, verb, object, by whatever means the language uses.
  • Make the main ideas stand out from supporting ideas or information.
  • Make the discourse hang together so that people can follow what you are saying. (Carol J. Orwig 1999, P. 23).

C.  Relevant Study

            The studies that have relevant with this study are: first this study which has relevance with this research was conducted by Nugroho Noto Susanto (2007 / 2008) on the Contribution of Speaking Practice with The Native Speaker Toward  Students’ Speaking Capability: A Case Study at Second Year of SMAN 7 Mataram in Academic Year  of  2007 / 2008.

            The  problem of his study, those were: What Contributions can the Native Speaker Provide to the Students’ Speaking Capability through Study Tour Program in the Second Year Students of SMAN 7 Mataram?

           The researcher used in his study was Experimental design in which his divided the sample into two groups that is Experimental group and Control group with a test formula and the result of his research showed that the mean scores of critical value test equals to 2.851, this critical value is higher than that of degrees of freedom 400-60 at confidence level 0.05 (95 %) with 1.67 and at confidence level 0.01 (99 %) equal to 2.39.

          Furthermore, the difference of his research can be seen on the design used. He used Experimental Design and the Present researcher used class room action research.Meanwhile, the similarity of this research is the reseacher same discuses about Speaking Ability.

          Second. Nurul Hidayah (2008/2009) on the Effect of English Speaking Club (ESC) towards the Students’ Speaking Ability for the Second Year Students of SMA NW Pancor in the School Year of 2008/2009.

           The problem of her study, those were: Does the of English Speaking Club (ESC)towards the Students’ Speaking Ability for the Second Year of SMA NW Pancor in the School Year of 2008-2009? To what extent English Speaking Club (ESC) as the best program to optimize Teaching Speaking Ability for the second year of SMA NW Pancor in the school year 2008/2009.

         The research used in her study was Quantitative design by using Ex-post FactoResearch. The result of his study shown in testing the hypothesis the researcher used t-test 3.55 on significance level 0.05 (df=38) was 0.320 (3.55>0.320) it means that Ha (Alternative Hypothesis) was accepted.

           Furthermore, the differences of her research can be seen on the design used. She used Quantitative design by using Ex-Post Facto and the Present researcher used class room action research. Meanwhile, the similarity of this research is the researcher the methodin teaching and learning process.

D.  Theoretical Framework

Based on the relevant studies result can be proposed the theoretical framework of the research, that may used as a basic of hypothesis formulation and to comprehend the inter variable relation.

Speaking is one of language component that is function to express feeling, opinion, ideas, and emotion. One of strategy to increase speaking is discussion. By board game is one method in teaching speaking which encourage students to speak as much as possible.

According to (Hornby, 1995, p. 486). The definition of game is an activity that you do to have some fun. Therefore, board game can be defined as something or an instrument that is used to attract students’ motivation to follow the teaching and learning process because board game can make the students more focus in learning, because they do not feel that they are forced to learn. They also enable learners to acquire new experiences within a foreign language which are not always possible during a typical lesson. Board game can be method that will give many advantages for teacher and the students either.

Based on the statement above, board game is as method may help the students in learning English especially in speaking ability. Likewise, the writer wants to investigate increasing students’ speaking ability through board game.

E.   Action Hypothesis

The hypothesis of the result study is formulated as follows:” the implementation of board game can increase students’ ability in speaking for the eighth graders of MTs NW Majidi in the school year 2012 / 2013.

CHAPTER III

RESEARCH METHODOLOGY

A. Research Design

The present researcher categorized into a classroom action research. Classroom action research design to help a teacher to find out what is happening in his or her classroom, and to use that information to make the wise decisions for the future. The approach used in the classroom action research can be qualitative or quantitative, descriptive or experimental. According to Kurt Lewin (in suharsimi, 2002), there are four components of action research, they are, planning, acting, observing, and reflecting. Action research is categorized, as qualitative research although the data collect can be in a form of quantitative. Meanwhile, Kemmis (in suharsimi, 2002, p. 84). States that action research is a form of self-reflective inquiry under taken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and of (a), their own social or educational practices justice, (b) their understanding of their practice, and (c) situations on which practice are carried out. Because this study is an action research, than this study focuses on practical, not statistical significance and present raw data

                                        Reflection

                                                                  Planning

 


                               Acting & Observing

                                                              Planning

                               Reflection

  

                                                  Acting & Observing

Research is design as the attempt to plan and de term ne all of the possibilities and the material that be need in a qualitative research. Research design is used in this research is the classroom action research. According to suharsimi, (2002, p. 82) that action research is a solving problem strategy which is use the real action in form of innovative development process in detecting and solving problem.

The procedure of the classroom action research consists of cycles. The cycle is administrated based on the progress being achieved. To identify the students’ ability in English pronunciation, the students were given diagnostic test functioning as initial evaluation. This initial observation is conducted in order to determine appropriate action in increasing English. Form evaluation and the observation, it is determine in the reflection that to increase students English pronunciation in reading aloud focusing on the narrative text.

In classroom action research design, there are four components that will be done, there are planning, action, observing and reflecting (Lewin in suharsimi 2002, p. 83), in the same page, Kammis and Mc Teggart united the second and third component, those are acting and observing. Then the components show cycles or the ongoing activities that can be seen in this component below: 

1.    Planning

Before beginning the first cycle, however at the very beginning step as the preliminary, a diagnostic evaluation was done to investigate the degree of the students’ English pronunciation in reading aloud focusing on the narrative text. It is done by applying a pre-test to the students. The result of pre-test is telling the researcher how far the students’ ability.

The details of the research planning can be describe as follows; before implementing the determined action, the teacher will prepare all need and supportive material as well as the steps applied. They are:

a.    Making the lesson plan i, e, the step of presenting the teacher material based on the there-phase technique and the activity as done by the students.

b.    Preparing all facilities and supportive material in presenting the teaching materials, such as; English pronunciation in reading aloud focusing on the narrative text.

c.    Designing a test to find out the increase implementation of English pronunciation in reading aloud focusing on the narrative text.

The research will be using analytic scoring rubric to score students work. The students can be at “pass” level if their score have achieved equal or more that 6 of the range that lays from 0 to 10. The students result will be analyzed using following formula.

The students score = 

2.    Acting

In implementing the action the research is assisted by his collaborator the research acted as the teacher who is taught how the students’ increases English pronunciation in reading aloud focusing on the narrative text.

The main stops in the students and learning activated were designed as follows;

a)    Pre-activity

1)   The teacher greets the students and checks the students’ attendance.

2)   The teacher asking for the students’ attention by giving some questions about their last week activities.

3)   The teacher tells the students about the objective of the lesson.

b)   While-activity

1)   The teacher introduces some pronunciation in peaking ability to the students’.

2)   The teacher explanation how the way of speaking easily.

3)    The teacher asks the students in difficulties to speaking easily.

c)    Post-activity

1)   The teacher makes reflection on the students’ activities.

2)   Distributed the students test.

3)   Check the students’ works.

3.    Observing

Observing the action is the process of recording and gathering all relevant data about any aspects that was happening during the teaching and learning process. In classroom action research, the observation is focus on collecting what the data relating with the treatment activity this observation took an important role in this research since what happens within the process of treatment may influence the result of this research.  

4.    Reflection

Reflection is an activity to think what is has been done, how the result, and what is has not been completely done. The result of this reflection will become the standard of determining the following steps until the objectives of the research were achieved. The result of reflection may show either the action is successful or not, then follow up can be plan after, if the reflection result tells the action is successful, the cycle is over, but if is not, the next cycle must be plan with is any improvement.

B.  Setting of the Study

       The setting of the study refers to the place and time to conducting the study. This study will be conducted at the first semester of the eighth graders of MTs NW Majidi in the school year 2012 / 2013. The researcher did classroom action research during the months (October to November) in the school year of 2012/2013. The following time table of the research was listed in detail to Table 3.1.

Table 3.1

No

Activities

Months/weeks

October

November

1

2

3

4

1

2

3

4

5

1

Research preparation

Making lesson plan

Preparing material

Writing instrument

2

Research action

Teaching and learning

Observation

Evaluation and reflection

Data analysis

3

Reporting

4

Writing

 C. Subject of the Study

The subject of the study is all students of the eighth graders of MTs NW Majidi in the school year of 2012/2013. The number of the students consists of 3 classes, that are VIIIA which consists of 27 students, VIIIwhich consists of 28 students, and VIIC which consists of 25 students, So, the number of subject is 80 students. The present researcher will take VIIA  as a subject of the study.

D.  Data Collection

1. Indikator Kinerja Tindakan serta penelitian yang dilakukan dapat dikatakan berhasil apabila prestasi belajar siswa kelas VIIA MTs NW Majidi tahun pelajaran 2012/2013 minimal 70 secara individual dan 80% secara klasikal. Persentase ditentukan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan di sekolah. Dapat dikatakan bahwa jika seorang siswa memperoleh 70 prestasi belajar, maka ia mencapai ketuntasan belajar. Kemudian, jika 80% siswa dalam kelas mendapat 70, berarti kelas tersebut mencapai ketuntasan belajar dan peneliti tidak akan melanjutkan ke siklus berikutnya, berdasarkan tindakan yang direncanakan di atas.

2. Teknik Pengumpulan Data Seorang peneliti akan menggunakan berbagai macam pengumpulan data seperti angket, wawancara, atau tes. Perlu dicatat, bahwa semua metode pengumpulan data harus objektif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah data kuantitatif: Dalam hal ini, penelitian ini hanya menggunakan hasil peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui permainan papan.

3. Instrumen Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah (1) tes evaluasi pertama, (2) tes akhir, dan (3) kertas observasi. 1) Tes evaluasi pertama Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam memahami pengertian dan ciri-ciri teks naratif. 2) Tes akhir Tes ini diberikan dalam bentuk permainan acak-acakan yang disusun dengan aturan-aturan tertentu. Skor maksimum adalah 100 dan skor minimum adalah nol jika tidak ada jawaban yang benar. Dilakukan oleh seluruh siswa yang dibagi menjadi enam kelompok. 3) Kertas Observasi Kertas observasi adalah alat observasi yang terdiri dari nama-nama subjek dan faktor-faktor yang diamati. Dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data proses pembelajaran.

E. Analisis Data Setelah data terkumpul maka data tersebut diklasifikasikan kembali untuk dilakukan identifikasi. Hasil identifikasi data diklasifikasi berdasarkan kemampuan berbicara siswa. Untuk menganalisis data melalui metode wawancara dan observasi yaitu menggunakan metode deskriptif, Dalam hal ini penulis menggunakan teknik observasi, wawancara dan tes pidato sebagai teknik analisis data. .

REFERENCES

Buckby, Michael. 1994. Games for Language Learning. Australia: Cambridge  University Pres.

Carly, Schuna. 2010. The Advantages of Learning Games for Kids. Internet essol. http://w.w.w. livestrong.com

Carol J, Orwig. 1999. Speaking Skill. Internet Tessol. http://w.w.w. Sil. org.

Dewar, Gwen. 2009. Board Game for Kids: Do they make kids smarter?. Internet Tessol. http:// w.w.w. Board game for kids. html

Fauzi, Ahmad. 2012. Productive Vocabulary Mastery and Speaking Ability for the Ten Students of MA NW Pancor in the School Year 2011/2012. STKIP Hamzanwadi Selong. Unpublished. S-1 Thesis

Hamond, Dan. 2011. Design Jurnal#01: The Concept of Board Game. Internet Tessol, http: //Board Gamegek. Com.

Hornby A. S 1990. Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford University Pres.

Hornby A. S. 1995. Oxford Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford University Pres.

Islamiyah, Suaibatul. 2007. Teaching Speaking Through VCD for the Second Year Students of SMPN 1 Labuan Haji in the School Year 2006/2007. STKIP Hamzanwadi Selong. Unpublished. S-1 Thesis

Jones, Deborah.____. How to Teach English With Fun Learning Games. Internet Tessol,http://w.w.w. Ehow. Com.

Kartono. 2012. Increasing Students’ Ability in Writing Descriptive Text by Using Students’ Photos for the Seventh Graders of SMPN 1 Labuan Haji in the School Year 2011/2012.  STKIP Hamzanwadi Selong. Unpublished. S-1 Thesis

Munir, Ahmad. 2005. Communication Strategies Toward Students’ Speaking Ability: A Classroom Study of Speaking. Selong STKIP Hamzanwadi. S-1 Thesis. Unpublished.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penelitian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPTE.

Poerwadarminta, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sharna, Robina.____. Macro Skill of Speaking. Intrenet Tessol, http://w.w.w. Ehow. Com.

Suharsimi Arikunto. (2002). Manajemen Penelitian. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.

Sunardi. 2004. Productive Vocabulary Mastery and Speaking Ability of The Second Year Students of MA Mu’allimin NW Pancor. In the school year 2003/2004. Selong STKIP Hamzanwadi. S-1 Thesis. Unpublished

Tarigan, Henry Guntur, 1990. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: PT Aksara.

Tarigan, Henry Guntur. 1997. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. PT Angkasa Bandung.