PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TELUKAN 03 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Titik Suharyati
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya melalui metode eksperimen pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Subjek dalam penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 27 siswa yaitu 15 laki-laki dan 12 perempuan.
Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data, data kualitatif hasil pengamatan aktivitas belajar dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriftif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 Semester II tahun pelajaran 2010/2011. Aktivitas belajar IPA dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek pengetahuan (nilai rata-rata 3,1 menjadi 4,5, meningkat 1,4; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek sikap (nilai rata-rata 3,2 menjadi 4,5, naik 1,3; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek praktek (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,6, meningkat 1,1; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, dari 12 siswa (44%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 27 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 15 siswa (56%) dan nilai rata-rata kelas dari 59,8 menjadi 80,9, meningkat sebesar 21,1.
Kata Kunci : Aktivitas dan hasil belajar IPA. Enegi dan Perubahannya. Metode eksperimen
Latar Belakang Masalah
Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, di daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat. Realitanya hasil belajar siswa dalam materi IPA belum menunjukkan hasil yang diinginkan.
Salah satu Standar kompetensi yang masih rendah hasil capaiannya adalah materi energi dan perubahannya. Dari dua standar kompetensi yang ada pada standar kompetensi ini, kompetensi dasar yang perlu ditingkatkan kualitas pembelajarannya adalah menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. Kondisi itulah yang terlihat di dalam hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03.
Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada satu kali ulangan harian dan satu kali nilai tugas yang diadakan guru dengan kompetensi dasar Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik menunjukkan 56% siswa (15 orang) mendapatkan nilai kurang dari 65. Hasil nilai tersebut dikatakan rendah karena belum bisa mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 65. Nilai -nilai tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar tersebut relatif masih rendah.
Sebelum penelitian ini dilakukan, guru memang belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang bervariasi yang bisa meningkatkan kualitas hasil belajar siswa pada kompetensi dasar tersebut. Guru sebatas menggunakan metode ceramah serta penugasan kepada siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar guru hanya memberikan paparan materi dan contoh-contoh di papan tulis, kemudian memberikan tugas untuk mengerjakan soal.
Dari uraian diatas, tanpa disadari siswa dan guru hanya melakukan rutinitas yang sama setiap belajar IPA, karena guru belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan yang bisa memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa, sehingga kualitas pembelajaran IPA masih belum bisa memuaskan. Salah satu cara yang bisa memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa sehingga nantinya diharapkan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada kompetensi dasar menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran eksperimen.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan metode Eksperimen sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan menetapkan judul“ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Energi dan Perubahannya Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendiskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA di kelas VI SD. Manfaat bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki pembelajaran mata pelajaran IPA, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPA dan dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di kelas VI SD. Manfaat bagi sekolah dan pendidikan secara umum penelitian ini memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran IPA di kelas VI SD, menanggulangi kesulitan pembelajaran IPA di kelas VI dan menciptakan kerjasama yang kondusif antara peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran IPA.
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002:10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih dsb) supaya mendapat suatu kepandaian (Purwadarminta, 2001:109)
Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran IPA.
Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata, yakni hasil dan belajar. Antara hasil dan belajar memiliki arti yang berbeda. Hasil ialah wujud pencapaian dan suatu tujuan yang dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Hasil tak akan pernah didapat selama seseorang tidak melakukan suatu tindakan. Sedangkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menuju suatu perubahan. Dengan demikian dapat dipahami makna hasil belajar merupakan wujud tujuan yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan pada diri individu dalam aktivitas kemandirian hidup. (Djamarah. 1994:1-5). Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana,1991:22)
Sudjana (1991:56-57) Hasil yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: 1) Kepuasaan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsif pada diri siswa. Motivasi intrinsif adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dan dalam diri siswa itu sendiri, siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan siswa akan berjuang lebih keras lagi utuk memperbaikinya, sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang telah dicapainya. 2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya siswa tahu kemampuan dirinya dan percaya siapa punya potensi yang tak kalah dari orang lain apabila siswa berusaha sebagaimana harusnya. Siswa juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai bila siswa berusaha sesuai dengan kesanggupannya. 3) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi diri siswa, seperti makan tahan lama dilihatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri serta dapat mengembangkan kreativitas. 4) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif atau sikap yang apresiasif, serta ranah psikomotorik, ketrampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah afektifnya dan psikomotorik diperolehnya sebagai efek samping yang tidak dilaksanakan dalam pembelajaran. 5) Keterampilan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menerima hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dari usaha belajarnya. Siswa tahu dan sadar bahwa tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapaiannya tergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:34) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:35) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
IPA Materi Energi Listrik dan perubahannya
Penggunaan energi listrik bergantung pada daya listrik berbagai peralatan yang digunakan. Jika digunakan bersamaan, maka peralatan listrik yang berdaya besar membutuhkan energi listrik yang besar pula dibandingkan dengan peralatan yang sejenis yang berdaya kecil. Selain bergantung pada daya listrik, besar energi listrik juga bergantung pada lamanya peralatan itu digunakan. Jika semakin lama peralatan digunakan, maka energi listrik yang diperlukan juga semakin besar.
Berdasarkan uraian di atas maka energi listrik dapat dirumuskan:
W = P × t
mengingat P = V × I, maka:
W = V × I × t
Karena V = I × R, maka persamaan di atas dapat pula ditulis:
W = I2 × R × t
dengan W= energi listrik …………………………… Joule (J)
P = daya ………………………………………. watt (W)
t = waktu ……………………………………. sekon (s)
I = kuat arus ……………………………….. ampere (A)
R = hambatan ………………………………. ohm (Ω)
Untuk penggunaan sehari-hari, biasanya daya diukur dalam satuan kilowatt (kW), dan waktu diukur dalam satuan jam (hour, disingkat h). Jika satuan-satuan ini yang digunakan, maka energi listrik bersatuan kilowatt jam (kWh).
Perubahan-perubahan dalam energi listrik adalah sebagai berikut.
1. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Cahaya
Hasil dari perubahan ini dapat kamu lihat secara nyata dari peristiwa menyalanya lampu yang dihubungkan dengan jaringan listrik PLN. Kamu juga dapat melihat macam-macam bentuk lampu yang ada di sekitarmu. Dan lampu yang menyala karena adanya filamen yang ada didalamnya, hingga lampu yang menyala karena adanya proses ionik akibat adanya beda potensial di dalam ruang lampu tersebut.
2. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Gerak
Proses perubahan ini dapat kamu saksikan ketika kamu menghidupkan kipas angin. Mengapa kipas tersebut dapat berputar? Kipas tersebut dapat berputar karena adanya energy listrik yang diubah oleh komponen-komponen magnet di dalam kipas tersebut menjadi energi gerak.
3. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Panas
Perubahan energi listrik menjadi energi panas dapat kamu lihat pada peralatan-peralatan rumah tangga. Seterika, kompor listrik, dan solder merupakan contoh-contohnya. Peralatan ini memanfaatkan kawat yang memiliki hambat jenis besar, misalnya kawat nikelin atau nikrom.
4. Energi Listrik Diubah Menjadi Energi Kimia
Penyepuhan memanfaatkan bentuk perubahan energy listrik menjadi energi kimia melalui proses-proses kimiawi. Secara sederhana, penyepuhan dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik pada bahan pelapis (sebagai anoda) dan perhiasan yang akan disepuh (sebagai katoda) melalui cairan elektrolit. Selama proses ini logam pelapis lama-lama akan habis karena berubah menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian menempel pada perhiasan yang disepuh. Proses penempelan inilah yang membutuhkan energi listrik. (Anonim, 2010: 1)
Metode Eksperimen
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lai , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: (Siti Rohana, 2009: 1)
Kelebihan metode eksperimen: (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen: (a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Kondisi awal guru belum menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi energi dan perubahannya, maka aktivitas dan hasil belajar IPA masih rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Siklus I menggunakan metode eksperimen secara kelompok besar dan siklus II menggunakan metode eksperimen secara kelompok kecil. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharap aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya meningkat.
Kondisi akhir diduga dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 Semester II tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD Negeri Telukan 03, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03, dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 12 perempuan.
Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder).
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat Pengumpulan Data meliputi dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA meliputi aspek pengetahuan, sikap dan praktek.
Validitas dan Analisis Data
Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011 yaitu: 1) aktivitas belajar (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.
Indikator Keberhasilan
Peningkatan aktivitas indikatornya adalah adanya peningkatan aktivitas dari kurang baik menjadi baik. Peningkatan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 1
Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
No | Uraian | Nilai Ulangan Harian |
1 | Nilai terendah | 45 |
2 | Nilai tertinggi | 75 |
3 | Nilai rerata | 59,8 |
4 | Rentang nilai | 30 |
Sumber: data Januari, 2011
Gambar 1
Grafik Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
Gambar 2
Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik di atas tentang hasil nilai ulangan harian IPA sebelum diadakan penelitian pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011 ada 15 siswa (56%) yang masih belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 45, nilai tertinggi 75 dan nilai rata kelas 59,8.
Deskripsi Siklus I
Siklus I menggunakan metode eksperimen secara kelompok besar. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan), dengan standar kompetensi: mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kompetensi dasar: menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. Materi yang disampaikan pada siklus I ini adalah materi energi listrik dan sumber energi listrik.
Hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA materi energi dan perubahannya pada Siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 2
Nilai Aktivitas Belajar Siklus I
No | Aspek-aspek | Jumlah Skor | Rata-rata | Persentase | Kategori |
1 | Pengetahuan | 85 | 3,1 | 63,0 | baik |
2 | Sikap | 87 | 3,2 | 64,4 | baik |
3 | Praktek | 95 | 3,5 | 70,4 | baik |
Gambar 3
Grafik Aktivitas Belajar Siklus I
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan aktivitas belajar IPA materi energi dan perubahannya siklus I pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011, yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan praktek diperoleh skor rata-rata aktivitas kategori baik.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 3
Nilai Ulangan Harian Siklus I
No | Uraian | Nilai Ulangan Harian |
1 | Nilai terendah | 50 |
2 | Nilai tertinggi | 90 |
3 | Nilai rerata | 70,0 |
4 | Rentang nilai | 40 |
Gambar 4
Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus I
Gambar 5
Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai ulangan harian IPA materi energi dan perubahannya siklus I pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011 masih ada 4 siswa (15%) dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata kelas 70,0.
Deskripsi Siklus II
Siklus II merupakan revisi dari siklus I. Perencanaan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama rekan kolaborator adalah dengan menggunakan metode eksperimen secara kelompok kecil. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan), dengan standar kompetensi: mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kompetensi dasar: menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. Materi yang disampaikan pada siklus II ini adalah materi rangkaian listrik (pertemuan pertama), konduktor dan isolator listrik (pertemuan kedua) yang merupakan lanjutan dari materi yang telah dibahas di siklus sebelumnya.
Hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA Siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 4
Nilai Aktivitas Belajar Siklus II
No | Aspek-aspek | Jumlah Skor | Rata-rata | Persentase | Kategori |
1 | Pengetahuan | 122 | 4,5 | 90,4 | Amat baik |
2 | Sikap | 122 | 4,5 | 90,4 | Amat baik |
3 | Praktek | 123 | 4,6 | 91,1 | Amat baik |
Gambar 6
Grafik Aktivitas Belajar Siklus II
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan aktivitas belajar IPA materi energi dan perubahannya siklus II pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011, yang meliputi aspek: pengetahuan, sikap dan praktek diperoleh skor rata-rata aktivitas dalam kategori amat baik.
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.
Tabel 5
Nilai Ulangan Harian Siklus II
No | Uraian | Nilai Ulangan Harian |
1 | Nilai terendah | 65 |
2 | Nilai tertinggi | 100 |
3 | Nilai rerata | 80,9 |
4 | Rentang nilai | 35 |
Gambar 7
Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus II
Gambar 8
Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus II
Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai ulangan harian IPA materi energi dan perubahannya siklus II pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester II tahun pelajaran 2010/2011 Semua siswa yang berjumlah 27 anak (100%) dinyatakan tuntas, dengan nilai siswa terendah 65, nilai tertinggi 100 dan nilai rata kelas 80,9.
Pembahasan
Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 3 hal, meliputi tindakan, aktivitas belajar, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi energi dan perubahannya.
Tabel 6
Tindakan per Siklus
No | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Belum menggunakan metode eksperimen. | Menggunakan metode eksperimen secara kelompok besar | Menggunakan metode eksperimen secara kelompok kecil. |
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, pelaksanaan pembelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011 belum menggunakan metode eksperimen. Pada siklus I menggunakan metode eksperimen secara kelompok besar. Dilanjutkan siklus II menggunakan metode eksperimen secara kelompok kecil. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkombinasikan penggunaan metode eksperimen secara kelompok kecil agar siswa lebih paham.
Tabel 7
Aktivitas Belajar Siswa per Siklus
No | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | Refleksi |
1 | Siswa: Aktivitas dan semangat siswa mengikuti pembelajaran IPA masih kurang. | Pengetahuan: Nilai rata-rata: 3,1 Persentase: 63,0% Kategori: baik Sikap: Nilai rata-rata 3,2 Persentase: 64,4% Kategori: baik Praktek: Nilai rata-rata 3,5 Persentase: 70,4% Kategori: baik | Pengetahuan: Nilai rata-rata: 4,5 Persentase: 90,4% Kategori: amat baik Sikap: Nilai rata-rata 4,5 Persentase: 90,4% Kategori: amat baik Praktek: Nilai rata-rata 4,6 Persentase: 91,1% Kategori:amat baik | Aktivitas belajar IPA dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek pengetahuan (nilai rata-rata 3,1 menjadi 4,5, meningkat 1,4; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek sikap (nilai rata-rata 3,2 menjadi 4,5, naik 1,3; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek praktek (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,6, meningkat 1,1; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik). |
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar. Aktivitas belajar IPA materi energi dan perubahannya dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek pengetahuan (nilai rata-rata 3,1 menjadi 4,5, meningkat 1,4; persentase 63,0% menjadi 90,4%, naik 27,4%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek sikap (nilai rata-rata 3,2 menjadi 4,5, naik 1,3; prosentase 64,4% menjadi 90,4%, naik 26%; dari kategori baik menjadi amat baik); dan aspek praktek (nilai rata-rata 3,5 menjadi 4,6, meningkat 1,1; persentase 70,4% menjadi 91,1%, naik 20,7%; dari kategori baik menjadi amat baik).
Tabel 8
Hasil Belajar Siswa per Siklus
No | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | Refleksi |
1 | Ulangan harian pada kondisi awal diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 15 siswa (56%) dan yang tuntas sebanyak 12 siswa (44%). Nilai rata-rata kelas: 59,8 | Ulangan harian pada siklus I diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 4 siswa (15%) dan yang tuntas sebanyak 23 siswa (85%). Nilai rata-rata kelas: 70,0 | Ulangan harian pada siklus II diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 0 siswa (0%) dan yang tuntas sebanyak 27 siswa (100%) Nilai rata-rata kelas: 80,9 | Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 12 siswa (44%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 27 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 15 siswa (56%) dan nilai rata-rata kelas dari 59,8 menjadi 80,9, meningkat sebesar 21,1. |
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, dari 12 siswa (44%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 27 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 15 siswa (56%) dan nilai rata-rata kelas dari 59,8 menjadi 80,9, meningkat sebesar 21,1.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi energi dan perubahannya pada siswa Kelas VI SD Negeri Telukan 03 semester I tahun pelajaran 2010/2011.
Implikasi
Membantu siswa yang lambat dalam memahami pelajaran IPA khususnya materi energi dan perubahannya. Memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan dan sosial pada guru dan pada siswa. Merupakan cara praktis untuk membantu siswa dalam pelajaran IPA khususnya materi energi dan perubahannya.
Saran
Saran bagi Guru: pergunakan metode yang bervariasi dan sesuai dengan memperhatikan materi dan kondisi siswa dan gunakan alat peraga yang mudah diterapkan kepada siswa, sederhana tetapi dapat meningkatkan aktivitas siswa. Memotivasi siswa tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan. Mengajar dan mendidik siswa secara professional. Saran bagi Kepala Sekolah: Berikan dorongan dan motivasi kepada guru untuk selalu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Lengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pembelajaran Sains SD: Energi dan perubahannya.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah. 1994 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Palendeng. 2003. Strategi Pembelajaran Sains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwadarminta, 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.
Siti Rohana. 2009. Metode Eksperimen dalam Proses Pembelajaran. http://blog.umy.ac.id/sitirohana/2011/12/01/metode-eksperimen-dalam-proses-pembelajaran/
Sudjana, Nana. 1991. Penelitian dan penilaian dalam Pendidikan.Bandung: C.V.. Sinar Baru.
Biodata Penulis :
Nama : Titik Suharyati, S.Pd, Sd
NIP : 19640525 198903 2 008
Unit Kerja : SD NEGERI TELUKAN 03