BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi dan informasi berkembang dengan cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Pembaharuan mengiringi perputaran zaman tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Menurut Depdiknas tahun 2016, “peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali.”
Identifikasi berdasarkan masalah dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses pendidikan di sekolah secara keseluruhan, pembelajaran merupakan aktivitas paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Uno (2014:30)
Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:
a. Perhatian dan Motivasi
b. Keaktifan
c. Keterlibatan Langsung/Pengalaman
d. Pengulangan
e. Tantangan
f. Penguatan
g. Perbedaan individual
Sebenarnya istilah “social studies” yang berasal dari bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi IPS. Menurut Sapriya, dkk (2007, hlm. 3)
Karakteristik dari pendidikan IPS adalah berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sapriya (dalam Sahaja, 2014 )
Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan gambaran sebagai penekanan terhadap sasaran akhir yang hendak dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses dan mampu menyelesaikan pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Selain itu, menurut Sapriya, dkk (2007, hlm. 8)
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajran mengarahkan kita mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Adapun Soekamto, dkk
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogan. Abdulhak menjelaskan bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta belajar itu sendiri.” Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Menurut Priyanto, Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif, setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Make a match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah-langkah dalam metode ini yaitu:
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Nana Sudjana, tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar.
Materi monopoli perdagangan diberikan pada siswa kelas VIII SMP semester 1. Pembelajaran tentang monopoli perdagangan ini dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap dunia sekitar. Kemampuan tentang pengenalan monopoli perdagangan ini sudah mulai dikenalkan kepada siswa sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah. Oleh karena itu, dalam setiap pembelajaran guru memperhatikan penguasaan materi prasyarat yang diperlukan. Dalam setiap pembelajaran IPS hendaknya dimulai dengan masalah yang kontekstual.
Pembelajaran IPS di MTs masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru seperti metode ceramah, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah. Pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik akan berdampak positif pada peserta didik serta akan menghasilkan makna yang mendalam bagi peserta didik itu sendiri. Melihat dari latar belakang karakter siswa yang cenderung suka berfikir dan tersedianya fasilitas yang mencukupi, maka diperlukan baik metode maupun model yang mampu memaksimalkan kemampuan siswa yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
Menurut Sugiyono (2010:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah digambarkan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut “Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, Hasil Belajar IPS Materi Monopoli Perdagangan Siswa Kelas VIII MTs Tahun Pelajaran 2018/2019 Dapat Ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Karena tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, karena dalam melakukan tindakan kepada subyek penelitian yang sangat diutamakan adalah mengungkapkan makna, yakni makna dan proses pembelajaran.
Menurut Suharsimi Arikunto (2016:22), penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk pendekatan dalam penelitian dimana peneliti tidak menggunakan angka-angka dalam mengumpulkan data maupun dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Sedangkan Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian ini dilaksanakaan di Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan
Sumber data dalam Penelitian Tindakan ini adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 2018/2019. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs yang berjumlah 13 siswa. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini,maka teknik pengumpulan data penelitian ini meliputi:
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka peneliti melakukan analisis melalui pemaknaan atau proses interpretasi terhadap data-data yang telah diperolehnya. Analisa yang dimaksud merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang persoalan yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.
Kriteria keberhasilan tindakan ini akan dilihat dari: a) indikator proses dan b) indikator hasil belajar. Indikator proses maupun indikator hasil belajar dianggap berhasil dengan ketentuan persentasenya mencapai 85%.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Nilai IPS pada tes sebelumnya (tes awal) merupakan hasil awal. Sedangkan observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat untuk diberikan dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPS.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peneliti menyampaikan bahwa yang bertindak sebagai pelaksana tindakan adalah peneliti sendiri dan teman sejawat sebagai pengamat (observer). Peneliti menjelaskan bahwa pengamat bertugas mengamati semua aktifitas peneliti dan siswa di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan rencana atau belum. Untuk mempermudah pengamatan tersebut pengamat diberi lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
Pelaksanaan tindakan terbagi kedalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang membentuk suatu siklus. Secara lebih rinci, masing-masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pelaksanaan tindakan
c. Hasil observasi, wawancara, dan tes akhir
d. Refleksi
a. Tahap perencanaan
b. Tahap pelaksanaan tindakan
c. Hasil observasi, wawancara, dan tes akhir
d. Refleksi
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar materi monopoli perdagangan pada siswa kelas VIII. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match digunakan pada sesi review. Untuk melakukan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini yang perlu dipersiapkan adalah kartu soal dan kartu jawaban. Model pembelajaran tersebut dilakukan dengan kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya memiliki kemampuan heterogen dan berdiskusi untuk menemukan pasangan dari kartu soal yang dipegangnya. Hal ini dapat digunakan agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Setiap kelompok juga harus menyertakan penyelesaian beserta kartu jawaban yang ditemukan. Guru juga meminta perwakilan kelompok untuk menjelaskan hasil pekerjaannya. Bagi kelompok yang mendapatkan nilai terbaik mendapatkan reward.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan paparan data dan pembahasan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa:
Setelah ditemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar materi monopoli perdagangan pada siswa kelas
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2016. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2018. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.