OPTIMALISASI PEMANFAATAN ALAT PERAGA
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS VI DI SDN TEGALREJO 02
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Wariyanah
SDN Tegalrejo 02, Kecamatan Argomulyo-Salatiga
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VI di SDN Tegalrejo 02, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa; 1). Terdapat peningkatan prestasi hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran matematika di SDN Tegalrejo 02, Argomulyo, Salatiga Semester I, Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan tersebut sangat signifikan jika dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya optimalisasi pemanfatan alat peraga. Nilai rata-rata kelas pada Pra siklus 64% dan meningkat pesat pada siklus II, yaitu mencapai 78% atau meningkat 14%. 2)Terjadi peningkatan prosentase jumlah siswa yang tuntas belajar, artinya memperoleh nilai 75 atau lebih sesuai dengan batas ketuntasan belajar secara nasional. Angka ketuntasan belajar pada pra siklus sebesar 9% dan meningkat menjadi 45% pada siklus II, atau pertambahannya sebesar 36%. 3) Terjadi penurunan prosentase jumlah siswa yang belam/tidak tuntas belajar karena nilai mereka kurang dari 75. Kondisi pra siklus terdapat 91% yang tidak/belum tuntas dan menurun tajam menjadi 44% pada siklus II, artinya terjadi penurunan sebanyak 47%. Terjadinya penurunan prosentase jumlah siswa yang belum/tidak tuntas belajar itu berarti terdapat peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini juga didukung adanya peningkatan aktivitas siswa maupun aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Kata Kunci: Alat peraga, prestasi belajar
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar,. Tujuannya untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan supaya mereka dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Mata pelajaran matematika menjadi salah satu pelajaran yang kurang disukai dan diminati para peserta didik. Sehingga prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran matematika masih di bawah ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. hal ini terjadi karena adanya kompetensi dasar yang belum tuntas.
Belum tuntasnya kompetensi dasar menjadikan turunnya prestasi belajar peserta didik. Serta kurangnya peran penggunaan media pembelajaran pelajaran matematika. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik, yaitu dengan menggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika.
Media pembelajaran merupakan salah satu instrumen penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah penggunaan alat peraga pembelajaran. Penggunaan alat peraga pembelajaran menjadikan peserta didik lebih mengerti dan menguasai konsep matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Salah satu materi yang perlu alat peraga dalam proses pembelajaran adalah Kompetensi Dasar (KD) “3.1 Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana”. Materi pembelajaran tersebut terdapat Silabus Matematika Kelas VI pada Semester I.
Akan tetapi, terdapat fakta yang merupakan data hasil evaluasi tahun pelajaran 2014/2015, di SDN Tegalrejo 02, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, pada kompetensi dasar tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang dicapai hanya 64. Nilai tersebut tentu masih di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional, yaitu 75. Dari jumlah siswa sebanyak 34 anak, diperoleh nilai tertinggi 93 dan terendah 28. Hasil ini tentu jauh dari harapan karena hanya 9% yang memperoleh nilai di atas 75. Bahkan, sebagian besar memperoleh nilai di bawah 60.
Sekiranya penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran yang dilakukan maka menjadikan pesera didik lebih mengetahui dan menguasai indikator pembelajaran yang harus dicapai. Sehingga, para peserta didik dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.
Berdasarkan uraian di atas, terjadi hambatan dalam proses belajar dan penurunan prestasi belajar, maka penelitian berjudul “Optimalisasi pemanfaatan alat peraga untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas VI di SDN Tegalrejo 02 tahun pelajaran 2015/2016” perlu dilakukan.
Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan adalah “Apakah Optimalisasi pemanfaatan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas VI di SDN Tegalrejo 02 tahun pelajaran 2015/2016?”
TujuanPenelitian
Terdapat 2 (dua) tujuan dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1)Tujuan umum; Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VI pada mata pelajaran Matematika. 2) Tujuan khusus; a) Dengan penelitian ini diharapkan peserta didik memperoleh pengalaman langsung dalam Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana. b) Setelah penelitian ini, sangat diharapkan bahwa peserta didik dapat Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana secara benar.
Mafaat Penelitian
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mendifinisikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2007) mendifinisikan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam kapsitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2007) mendifinisikan pembelajaran sebagai usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan prestasi belajar sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Peraturan Mendiknas (Permen) Nomor 20 Tahun 2007, prestasi belajar disebut sebagai hasil belajar yang diperoleh melalui penilaian pendidikan. Selengkapnya bunyi Permen itu, “Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.”
Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses kegiatan belajar pada mata pelajaran Matematika yang disampaikan di Kelas VI SDN Tegalrejo 02 dalam waktu 2 (dua) siklus, pada semester I, tahun pelajaran 2015/2016. Penilaian kegiatan belajar siswa dilakukan melalui penilaian selama proses pembelajaran, yaitu pada LKS(1), LKS(2), dan presentasi yang mewakili kelompok.
Pengertian optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Dalam hal ini adalah meningkatkan prestasi belajar matematika dengan alat peraga.
Pengertian alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar mengajar.
Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk membntu dalam proses belajar-mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau guru.Dan menurut Faizal [2010] – Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik & membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud dengan tuntas belajar apabila siswa telah memperoleh nilai 75 atau lebih.
Kerangka Berpikir
Pada proses pembelajaran Matematika Kelas VI setahun yang lalu Kompetensi Dasar (KD) “3.1 Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana.” Belum menggunakan media alat peraga. Para siswa hanya ditanya guru secara lisan tentang menentukan luas bangun datar sederhana. Ketika itu, para siswa hanya menjawab dengan perkiraan, bukan kepastian, karena para siswa hanya mendengar penjelasan yang telah disampaikan oleh guru yang dilakukan beberapa waktu sebelumnya. Oleh sebab itu, penentuan luas bangun datar kurang benar.
Dalam pendekatan media Alat Peraga, siswa diberi kesempatan untuk memperoleh data lewat pengalaman langsung, yaitu menentukan luas bangun datar secara langsung dari peraga yang ada. Tentu saja, data yang diperoleh benar-benar valid dan pasti. Pengalaman mengukur luas bangun datar akan tertanam lebih kuat dalam ingatan mereka dibanding hanya memperkirakan.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis yang dapat disusun adalah Optimalisasi pemanfaatan alat peraga untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas VI di SDN Tegalrejo 02 tahun pelajaran 2015/2016.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Tegalrejo 02, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah siswa Kelas VI pada tahun pelajaran 2015/2016.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan menggunakan metode penelitian kelas dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan tindakan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan atau observasi dan tahap refleksi.
Sumber data
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri atas; 1)Instrumen Pembelajaran: RPP, LKS dan 2)Instrumen Pengumpulan Data : Lembar Obserfasi, angket/ tes
Teknis Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data dilakukan dengan beberapa cara. 1)Hasil pengamatan/observasi siswa selama proses pembelajaran melalui optimalisasi pemanfaatan alat peraga. Instrumen dalam LKS(1) yang digunakan memuat a) Kelompok, b) Nama Siswa, c) Keaktivan dalam menetukan luas bangun datar sederhana, d) menentukan luas segi banyak. 2)Hasil evaluasi di LKS(2) yang memuat urutan data dari yang terkecil hingga terbesar pada penentuan luas bangun datar dalam kelompok. 3) Hasil presentasi yang mewakili kelompok terutama dalam hal keterampilan menentukan luas bangun datar yang telah dikumpulkan.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dianggap berhasil apabila memenuhi indikator berikut ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini didasari adanya fakta bahwa rata-rata kelas prestasi hasil belajar Matematika Kelas VI di SDN Tegalrejo 02, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, pada semester I, tahun pelajaran 2014/2015, yaitu pada Kompetensi Dasar (KD) “Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana.” belum tuntas. Penilaian pada KD ini didapat dari 2 (dua) unsur, yaitu a) Keaktivan dalam menetukan luas bangun datar sederhana, b) menentukan luas segi banyak.
Kedua unsur penilaian tersebut pada akhirnya akan digabung menjadi nilai gabungan yang kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Nilai tersebut merupakan nilai prestasi siswa yang akan menjadi acuan dalam perhitungan berikutnya.
Cara memperoleh nilai menghitung luas segi banyak pada tahun pelajaran 2014/2015 dilakukan dengan bertanya langsung kepada setiap siswa. Pada umumnya, para siswa hanya mengingat-ingat penjelasan yang dilakukan guru pada awal tahun pelajaran. Hasil ingatan para siswa ada yang tepat, kurang tepat, dan tidak tepat ketika dicek pada hasil pendataan awal tahun. Ketepatan ingatan dengan penentuan tertulis itulah yang menjadi dasar penilaian unsur pengumpulan data.
Dari siswa sejumlah 34 anak, kurang dari setengahnya (3 siswa) yang sudah tuntas, yaitu memperoleh nilai di atas 75. Selebihnya (31 siswa) belum tuntas karena memperoleh nilai kurang dari 75.
Berikut ini nilai siswa dalam bentuk diagram.
Gambar 1. Diagram Nilai Menghitung Luas Segi Banyak (Prasiklus)
Pada gambar di atas, dari 34 siswa Kelas VI, tahun pelajaran 2014/2015, hanya 3 siswa yang nilainya melampaui batas garis ketuntasan, yaitu pada nilai 75. Selebihnya, (31 siswa) berada di bawah garis ketuntasan belajar.
Di bawah ini gambar diagram ketuntasan belajar Prasiklus
Gambar 2. Diagram Persentase Nilai Menghitung Luas Segi Banyak (Prasiklus )
Tampak hasil prestasi siswa bahwa strategi pembelajaran yang hanya mengandalkan tanya jawab dan ceramah belum menghasilkan ketuntasan belajar bagi seluruh siswa. Apalagi persoalan data (menentukan luas bangun datar sederhana) tidaklah cukup dengan bertanya jawab. Akan tetapi, lebih tepat dengan cara melakukan langsung dengan alat peraga. Pada bagian inilah, peneliti akan memperbaiki strategi pembelajaran, yaitu mengoptimalkan pemanfaatan alat peraga
Pada siklus I, kegiatan dimulai dengan pembukaan yang berisi salam, tanya jawab singkat, memeberi motivasi belajar kepada para siswa, dan penyampaian tujuan pembelajaran. Siswa Kelas VI berjumlah 34 anak, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Proses pembelajaran berikutnya adalah menjelaskan cara menentukan luas bangun datar. Guru menjelaskan bagaimana menentukan luas bangun datar. Para siswa memperhatikan dengan baik.
Selanjutnya, siswa Kelas VI dibagi dalam 8 (delapan) kelompok. Yang setiap Kelompok terdiri atas 4 dan 5 siswa. Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) dipergunakan untuk menghitung hasil luas segi banyak sekelompok.
Gambar 4. Siswa berdiskusi kelompok dibimbing guru
Usai menentukan luas bangun datar, masing-masing siswa menuliskan nama bangun dan luas bangun LKS (1) hingga seluruh anggota kelompok mengisi semua. LKS (1) yang telah terisi ini merupakan data yang menjadi sumber penilaian, yaitu Nilai Menghitung luas segi banyak. Guru melihat proses penghitungan dengan memperhatikan aktivitas siswa, di antaranya, cara menghitung luas, cara menentukan rumus luas bangun datar, dan hasil yang didapatkan dari perhitungan tersebut.
Pada tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa belum mendapat nilai 75 atau lebih. Nilai tertinggi 94 dan terendah 44. Berikut ini nilai siswa yang ditampilkan dalam bentuk gambar diagram.
Gambar 5. Diagram Nilai Menghitung luas segi banyak 2015/2016 (Siklus I)
Terlihat pada gambar diagram di atas bahwa sebagian besar siswa belum memperoleh nilai yang melewati garis batas ketuntasan belajar. Bahkan, ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 40. Namun demikian, nilai rata-rata kelas telah meningkat jika dibandingkan dengan kondisi Prasiklus. Ini tentunya tidak lepas dari pemenfaatan alat peraga dalam menghitung luas bangun datar.
Di bawah ini gambar diagram tentang tingkat ketuntasan belajar siswa pada Siklus I.
Gambar 6. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar (Siklus I)
Berikut ini adalah perbandingan hasil prestasi belajar, tingkat ketuntasan belajar, dan persentase ketidaktuntasan belajar siswa antara Prasiklus dan Siklus I.
Gambar 7. Diagram Perbandingan Prestasi belajar dan Persentase Ketuntasan Belajar (Prasiklus) dengan 2015/2016 (Siklus I)
Pada diagram di atas tampak bahwa terjadi peningkatan rata-rata prestasi hasil belajar siswa Kelas VI yang semula 64 menjadi 69 (meningkat 5%). Persentase jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan, semula 9% menjadi 45% (meningkat 36%). Terjadi pula pengurangan jumlah siswa yang tidak tuntas sehingga dapat dikatakan pula terjadi peningkatan kualitas, yang semula 91% menjadi tinggal 55 % atau menurun sebesar 36%.
Pencapaian Tindakan, terdapat 3 pencapaian siklus 1, yaitu a)Peningkatan nilai rata-rata kelas, semula 64 menjadi 69. b)Peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar, semula 9% menjadi 45%. c) Penurunan jumlah siswa yang belum tuntas dari 91% menurun menjadi 55%, artinya menurun sebesar 36%.
Proses pembelajaran pada siklus I telah membawa perubahan atau peningkatan prestasi hasil belajar siswa, namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi. akan tetapi secara keseluruhan nilai rata-rata kelas belum mencapai batas ketuntasan. Itulah perlunya dilanjutkan ke Siklus II.
Pada siklus II, kegiatan dimulai dengan pembukaan yang berisi salam, tanya jawab singkat, memeberi motivasi belajar kepada para siswa, dan penyampaian tujuan pembelajaran.
Kegiatan berikutnya adalah menjelaskan cara menentukan luas bangun datar. Guru menjelaskan bagaimana menentukan luas gabungan bangun datar. Selanjutnya, siswa dibimbing guru untuk melakukan pengukuran luas bangun datar dengan media pembelajaran yaitu berbagai bentuk model bangun datar. Ada tanya jawab dan diskusi tentang berbagai luas bangun datar. Kemudian siswa menghitung luas bangun datar dan luas segi banyak dalam kelompok. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang berkait dengan pendalaman materi pembelajaran, yaitu menggabungkan dua atau lebih jenis bangun datar sederhana menjadi bangun segi banyak,kemudian menuliskan luas bangun segi banyak ke dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan.
Kegiatan berikutnya, siswa Kelas VI dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 4 dan 5 siswa. Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) dipergunakan untuk penghitungan bangun segi banyak yang merupakan gabungan dari dua atau tiga bangun datar sederhana. Usai menentukan luas bangun datar, masing-masing siswa menuliskan nama bangun dan luas bangun LKS (1) hingga seluruh anggota kelompok mengisi semua.
LKS (1) yang telah terisi ini merupakan data yang menjadi sumber penilaian, yaitu Nilai Menghitung luas segi banyak. Guru melihat proses penghitungan dengan memperhatikan 1) cara menentukan luas bangun, 2) cara menghitung bangun segi banyak,dan 3) hasil menghitung bangun segi banyak.
Berikut ini nilai siswa Siklus II dalam bentuk gambar diagram.
Gambar 10. Diagram Nilai Menghitung luas segi banyak (Siklus II)
Pada gambar di atas, tampak sebagian besar siswa telah mendapat nilai yang melewati garis batas ketuntasan belajar. Namun, masih ada seorang siswa yang nilainya hanya 50.
Di bawah ini tingkat ketuntasan belajar siswa pada Siklus II yang ditampilkan dalam bentuk gambar diagram.
Gambar 11. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar (Siklus II)
Berikut ini perbandingan hasil belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Gambar 12. Perbandingan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Terlihat pada gambar diagram di atas bahwa prestasi hasil belajar siswa meningkat, persentase siswa yang tuntas meningkat, dan persentase siswa yang tidak tuntas menurun.
Pencapaian Tindakan
Terdapat 3 pencapaian selama Siklus II, yaitu
Selama proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa mengalami peningkatan kualitas.
Tabel 5. Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
No. | Aspek | Skor Rata-rata | |
Yang Diamati | Siklus I | Siklus II | |
1 | Memperhatikan penjelasan guru | 70 | 75 |
2 | Memanfaatkan buku (sumber, catatan) | 65 | 76 |
3 | Bekerja sama dengan anggota kelompok | 71 | 82 |
4 | Aktif berinteraksi dengan guru | 66 | 76 |
5 | Mengerjakan tugas selama pembelajaran | 63 | 75 |
6 | Menyajikan/Menunjukkan hasil pekerjaan | 67 | 78 |
7 | Menanggapi/Mengajukan pertanyaan/ide | 63 | 70 |
8 | Mencatat hal penting selama pembelajaran | 65 | 77 |
9 | Menyusun rangkuman/kesimpulan dan mencatatnya | 65 | 80 |
10 | Mengerjakan soal evaluasi | 72 | 80 |
| JUMLAH | 667 | 769 |
| Rata-rata | 67 | 77 |
Pada tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan pada seluruh aspeknya. Hal ini tentunya merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan peningkatan hasil prestasi belajar mereka.
Berikut ini gambar diagram perbandingan aktivitas siswa selama Siklus I dan Siklus II.
Gambar 13. Diagram Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Dengan memperhatikan gambar di atas, terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I ke Siklus II yang sangat signifikan, yaitu dari skor 67 menjadi 77. Ini merupakan salah satu faktor yang membantu peningkatan hasil prestasi belajar siswa di dalam kelas.
Pada Siklus II, aktivitas guru selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan kualitas seperti pada gambar berikut ini.
Tabel 6. Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
NO. |
| ASPEK YANG DIAMATI | Skor Rata-rata | |
|
|
| Siklus I | Siklus II |
I. | PENGELOLAAN PBM |
|
| |
A. | PENDAHULUAN |
|
| |
1. Memotivasi siswa | 75 | 75 | ||
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran | 75 | 75 | ||
B. | KEGIATAN INTI |
|
| |
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa | 75 | 75 | ||
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan | 50 | 75 | ||
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok | 75 | 75 | ||
4. Memberi kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar | 75 | 75 | ||
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan | 75 | 75 | ||
C. | PENUTUP |
|
| |
1. Melakukan reflesi | 75 | 100 | ||
2. Memberikan evaluasi | 75 | 75 | ||
3. Melakukan tindak lanjut (member tugas PR) | 75 | 75 | ||
II. | PENGELOLAAN WAKTU |
|
| |
A. | 1. Penggunaan waktu efektif | 75 | 75 | |
2. Waktu sesuai yang direncakan | 75 | 100 | ||
III. | PENGELOLAAN KELAS |
|
| |
A. | 1. Siswa aktif dan antusias | 75 | 75 | |
2. Guru bersemangat | 75 | 100 | ||
3. Interaksi guru dengan siswa | 50 | 75 | ||
JUMLAH | 1050 | 1175 | ||
Rata-rata | 70 | 78 | ||
Peningkatan aktivitas guru tentu sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang pada akhirnya ikut mempengaruhi pula terjadi peningkatan hasil prestasi belajar siswa.
Berikut ini gambar diagram perbandingan aktivitas guru selama Siklus I dan Siklus II.
Gambar 14. Diagram Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
Terjadinya peningkatan aktivitas guru tentu menjadi faktor penting dalam peningkatan nilai hasil prestasi siswa dalam pembelajaran. Pada gambar di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan signifikan pada aktivitas guru, dari 72 menjadi 80 atau meningkat sekitar 11%.
Secara jelas, proses pembelajaran pada Siklus II telah membawa perubahan atau peningkatan prestasi hasil belajar siswa dibanding Siklus I. Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas telah mencapai di atas batas tuntas. Perbaikan strategi pembelajaran dengan memanfaatkan benda tiruan berupa torso telah berhasil meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, meskipun masih terdapat sebagian siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Prestasi hasil belajar siswa yang berupa nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sekitar 9%, yaitu dari semula (Prasiklus) 64 menjadi 69 pada Siklus I. Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar, yaitu mendapat nilai di atas 75, telah meningkat juga sebesar 36%, dari semula (Prasiklus) 9% menjadi 45% pada Siklus I. Siswa yang belum/tidak tuntas belajar mengalami penurunan jumlah, semula (Prasiklus) sebesar 91% turun menjadi 55%. Penurunan jumlah siswa belum/tidak tuntas ini diartikan sebagai pencapaian peningkatan kualitas, yaitu sebesar 36%. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena penerapan strategi Optimalisasi Pemanfaatan Alat Peraga dalam menghitung luas segi banyak.
Pada Siklus II, prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibanding pada Siklus I. a) Nilai rata-rata kelas naik dari 69 (Siklus I) menjadi 78 pada Siklus II. Persentase peningkatan tersebut sebesar 9%. b) Jumlah siswa yang tuntas belajar juga bertambah, dari semula (Siklus I) sebesar 45% menjadi 56% pada Siklus II. Persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 11%. c) Jumlah siswa yang belum/tidak tuntas mengalami penurunan, yaitu dari 55% pada Siklus I menjadi 44% pada Siklus II. Itu artinya terjadi peningkatan/perbaikan kualitas, sekitar sebesar 11%.
Hal-hal di atas dapat terjadi disebabkan beberapa hal. a) Penggunaan media pembelajaran yaitu alat pada proses penghitungan luas segi banyak. b) Adanya peningkatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada Siklus I, nilai rata-rata aktivitas siswa sebesar 68 dan meningkat menjadi 78 pada Siklus II. c) Terdapat peningkatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran Siklus II. Pada Siklus I nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 67, sedangkan pada Siklus II meningkat menjadi 88.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori, maka dapat disimpulkan secara toeritik bahwa Melalui optimalisasi pemanfaatan alat peraga dapat ditingkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester I di SDN Tegalrejo 02 pada Tahun Pelajaran 2015/2016.
Dengan dilaksanakannya optimalisasi pemanfaatan alat peraga dapat ditingkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester I di SDN Tegalrejo 02 pada Tahun Pelajaran 2015/2016. Data sebelum pelaksanaan, yaitu pada prasiklus menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa 64 (di bawah angka ketuntasan nasional), persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar 91%, dan persentase jumlah siswa yang sudah tuntas sebesar 9%.
Pada Siklus I, nilai rata-rata prestasi belajar siswa meningkat menjadi 69 (terjadi peningkatan sebesar 9%), persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar menurun menjadi 45% (terjadi peningkatan kulaitas sebesar 36%), persentase jumlah siswa yang sudah tuntas belajar menjadi 55% (meningkat sebesar 36%).
Pada Siklus II, nilai rata-rata prestasi belajar siswa meningkat menjadi 78 (terjadi peningkatan dari Siklus I ke Siklus II sebesar 9%), persentase jumlah siswa yang belum tuntas belajar menurun menjadi 44% (terjadi peningkatan kulaitas dari Siklus I ke Siklus II sebesar 11%), persentase jumlah siswa yang sudah tuntas belajar menjadi 56% (meningkat dari Siklus I ke Siklus II sebesar 11%).
Apabila dibandingkan dengan kondisi prasiklus, maka hasil tindakan pada Siklus II sungguh signifikan. Nilai rata-rata kelas dari 69 meningkat menjadi 78, persentase jumlah siswa yang tidak tuntas belajar dari 55% menurun menjadi 44%, dan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar dari 45% meningkat menjadi 56%.
Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian tindakan kelas ini seperti berikut ini.
Saran-saran
Berdasarkan pengalaman dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menyarankan beberapa hal berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru. Bandung: Penerbit Yrama Widya
Anonim.2015.”Aktivitas dan Prestasi Belajar”. (diunduh 21 Agustus 2015,http://ipotes.wordpress.com)
Arikunto, Suharsimi. 2008. PenelitianTindakanKelas. Jakarta: BumiAksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2007. Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: BSNP
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).2007.Standar Penilaian Pendidikan KTSP. Jakarta: BSNP.
Daryanto. 2014.Penelitian Tindakan kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media
Depdiknas. 2006. Pengembangan Bahan Ujian dan Analisis Bahan Ujian. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono, 2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: RinekaCipta.
Hendriana dan Afrilianto, 2014. Panduan Bagi Guru penelitian Tindakan Kelas suatu Karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT Refika Aditama
KamusBesarBahasa Indonesia.https://kbbi.web.id/terampil
Moloeng, Lexy J. 2007.Metodologi PenelitianKualitatif.Bandung: RemajaRosdakarya Offset.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit RinekaCipta.
Sutopo, H.B. 2002.MetodologiPenelitianKualitatif: DasarTeori dan TerapannyaDalamPenelitian. Surakarta: SebelasMaret University Press.
Syah, Muhibbin. 1997. “ Hasil dan Prestasi Belajar”. (diunduh 28 Agustus 2015. http://spesialis-torch.com.).
Penulis : Wariyanah,S.Pd,
SDN Tegalrejo 02, Kecamatan Argomulyo-Salatiga
NIP 19660914 199803 2 002