UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KENAMPAKAN ALAM MELALUI PEMBELAJARAN ELABORATIF STRATEGI CONCEPT MAPPING BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I SD NEGERI BAKALREJO 01 SUSUKAN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh: Panut Riyanto
SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan, Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep melalui penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep (concept mapping) dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar “Kenampakan Alam ” bagi siswa Kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo Susukan, Semarang tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Setting Penelitian dilakukan di SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Kabupaten Semarang pada semester I tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IV Semester I di SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 18 orang siswa, 5 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep. Prosedur dalam penelitian ini dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empattahapan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya motivasi belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan; 2) Penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar 66,88% pada Kondisi awal, 70,31% Pada Siklus I dan 82,19% pada Siklus II dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan; 38,88% pada Awal Siklus, 50% pada Siklus I dan 10% pada Siklus II.
Kata Kunci: Hasil belajar IPS, pembelajaran elaboratif, strategi concept mapping
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah mata pelajaran IPS. Hal ini termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 37 UU Sisdiknas tahun 2003 mengamanatkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS yang merupakan ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dengan demikian, maka implikasi dari maksud dan tujuan Pendidikan IPS, maka kurikulum Pendidikan IPS berisikan garis-garis besar struktur disiplin ilmu dan model perilaku manusia yang tumbuh dalam masyarakat.
Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran IPS bagi siswa SD kelas IV pada semester I adalah “Kenampakan Alam ”. Sifat pembelajaran ini yang lebih berkaitan dengan sikap dianggap menjadi suatu mata pelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Hal ini berdampak pada rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Mengingat pentingnya mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral maka pembelajaran IPS di sekolah harus dapat mendukung ketercapaian misi tersebut. Kenyataan di lapangan, khususnya pada siswa kelas IV semester I di SD Negeri Bakalrejo 01 Ssusukan Semarang tahun pelajaran 2013/2014 , menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai materi.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap konsep “Kenampakan Alam ” masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang belum mencapai batas tuntas belajar sesuai dengan KKM yang ditentukan, yaitu dengan KKM > 70.0. Belum optimalnya penguasaan konsep “Kenampakan Alam ” cukup terlihat jelas. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas ini, yaitu baru mencapai 38,88% dari 18 siswa yang ada. Ditinjau dari perolehan nilai rata-rata kelas, nilai yang diperoleh secara klasikal adalah sebesar 66,88. Nilai ini masih di bawah batas ketuntasan belajar yang ditentukan dengan KKM > 70.0.
Rendahnya hasil belajar yang diperoleh tidak terlepas dari rendahnya motivasi siswa dalam belajar IPS. Hal ini dapat diketahui dari hasil sebaran kuesioner tentang motivasi belajar. Hasil sebaran kuesioner yang dilakukan guru terhadap siswa menunjukkan bahwa siswa dengan motivasi belajar kategori masih rendah. Kondisi tersebut mendorong diperlukannya suatu penanganan yang lebih intensif agar aktivtas belajar siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan,Semarang tahun ajaran 2013/2014 meningkat. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat menstimulasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menggunakan strategi pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep untuk meningkatkan penguasaan materi ajar pada siswa. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kenampakan Alam Melalui Pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping Bagi Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:Apakah penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar “Kenampakan Alam ” bagi siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Semarang tahun pelajaran 2013/2014 ?
Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi concept mapping dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar “Kenampakan Alam ” bagi siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Semarang tahun pelajaran 2013/2014 .
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:Bagi Siswa; a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendapatkan hasil yang optimal bagi siswa dan dapat mengembangkan kemampuan bekerjasama.Bagi Guru ; a)Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk menambah wawasan tentang penerapan metode pembelajaran yang bervariasi bagi siswa.b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk lebih memahami penggunaan metode pembelajaran elaboratif strategi peta konsep.Bagi Sekolah;a) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah sebagai dorongan dan stimulus kepada guru lain untuk lebih kreatif dalam proses pembelajaran.b) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah dalam memberikan informasi tentang bagaimana merancang atau menyusun sebuah usaha peningkatan prestasi belajar dengan menerapkan metode pembelajaran elaboratif strategi peta konsep (concept mapping).
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Teori Elaborasi
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu: 1) urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran , 2) urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran), 3) summarizer (rangkuman). 4) syintherizer, (sintesa) 5) analogi, 6) cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif), 7) kontrol belajar.Pengembang-pengembang teori pengajaran sesudah Gagne, seperti Rugeluth, Merrill, dan Bunderson memperkenalkan karakteristik lain dari struktur mata pelajaran yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang ada antarbagian isi mata pelajaran. Secara umum, struktur mata pelajaran dapat dideskripsikan atas struktur konseptual, struktur prosedural. struktur teoritik.
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan Teori Elaborasi dijalankan dengan tujuh prinsip, yaitu: 1) Menyajikan kerangka mata pelajaran pada fase atau pertemuan pertama; 2) Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya dielaborasi secara bertahap;3) Bagian yang terpenting hendaknya dielaborasi pertama kali; 4) Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal; 5) Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi, 6) Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata pelajaran; 7) Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis.
Pembelajaran Strategi Concept Mapping atau Peta Konsep
Pengertian peta konsep menurut Trianto (2007:159) adalah ilustrasi grafis konkrit yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada ketegori yang sama. Peta konsep adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antar konsep. Antar konsep dihubungkan dengan garis panah yang berlabel dalam suatu struktur hirarki yang bercabang ke bawah. Hubungan antar konsep ditunjukkan dengan proses penghubung, misalnya ‘memberi apa’, ‘dibutuhkan oleh’, ‘memberi sumbangan pada’ atau yang lain.
Sedangkan pengertian strategi peta konsep menurut Gwen Gawith adalah cara yang digunakan oleh dosen untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan konsep pelajar yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Konsep dan hubungan antar konsep pada konteks ini ditampilkan secara grafis dalam suatu map yang memiliki jejaring. Setiap garis hubungan ditulis label hubungan. Adapun label hubungan antar konsep dapat berupa; penggolongan, penjelasan, menunjukkan kesamaan, menggambarkan perbedaan phisik dan kuantitas, urutan kronologis, sebab-akibat dan sebagainya.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi peta konsep adalah cara yang digunakan oleh siswa mengorganisasikan konsep pelajaran dalam bentuk peta secara holistik, interrelasi dan komprehensif.
Karakteristik Pembelajaran dengan Strategi Peta Konsep
Sebagai sebuah sarana belajar, peta konsep memiliki sejumlah karakteristik, antara lain sebagai berikut: 1) Berstruktur hirarkhis dengan meletakkan konsep utama di bagian atas, dan konsep yang kurang ekslusif di bagian bawah; 2) Kata-kata hubungan berada di atas garis hubungan antar konsep; 3) Garis hubungan berbentuk garis panah yang menunjukkan arah hubungan;4) Peta konsep adalah sebagai representasi pemahaman mahasiswa tentang suatu masalah; dan 5) Kekuatan peta konsep berasal dari interkoneksi antar konsep-konsep.
Keuntungan Pembelajaran dengan Strategi Peta Konsep
Berdasarkan karakteristiknya, penggunaan strategi peta konsep dalam pembelajaran IPS kemungkinan memiliki tiga kegunaan yaitu: 1) Konsep-konsep dan proposisi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat; 2) Pengetahuan yang dapat tersimpan dalam struktur kognitif akan mengakibatkan peningkatan diferensiasi konsep dan proposisi, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; dan 3) Peta konsep merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kualitas hasil kerja siswa.Mencermati keuntungan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran di atas, maka dapat dikatakan bahwa peta konsep merupakan salah satu strategi pemecahan masalah untuk mencapai kebermaknaan belajar (meaningful learning) dan sebagai salah satu alat ukur dalam assessmen pembelajaran.
Prestasi Belajar IPS
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, dan Harold Spears dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut:Pengertian belajar menurut Cronbach adalah dikatakan “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Menurut Spears dikatakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. Belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (2003: 3).Belajar menurut Djamarah adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (2003: 13).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. Dikaitkan dengan pengertian mata pelajaran IPS di atas, maka prestasi belajar IPS adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian pustaka tentang pembelajaran elaboratif, strategi peta konsep, prestasi belajar dan karakteristik pembelajaran IPS, selanjutnya dapat disusun gambaran kerangka pikir tentang dampak dari penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep dalam meningkatkan prestasi belajar IPS. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Hasil belajar dari penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi peta konsep dapat dikelompokkan menjadi; dampak pembelajaran (instruction effect) yang ditimbulkan oleh mencakup pengembangan atas a) kemampuan menggambarkan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal; b) kemampuan mensitesis dan mengintegrasi informasi atau ide menjadi satu; dan c) kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian, serta dampak pengiring (nurturant effect) mencakup pengembangan a) kecakapan, strategi dan kebiasaan belajar; b) belajar konsep-konsep dan teori-teori materi ajar; c) belajar memahami perspektif dan nilai tentang mata kuliah; d) keterbukaan terhadap ide baru; dan e) kapasitas untuk memikirkan kemandirian.
Selain itu dampak pembelajaran tindakan ditinjau dari konsep proses output dapat dirinci menjadi dampak proses dan dampak produk. Dampak proses adalah perubahan perilaku atau aktivitas pembelajar yang dimanifestasikan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran sebagai akibat diberlakukannya pembelajaran kontekstual dengan strategi peta konsep, yang meliputi; proses inquiry yang dideteksi dari cara siswa memilih konsep umum dan mengelompokkannya menurut level konsep dan mengungkapkannya, proses questioning, cara bertanya dan inisiasi dalam diskusi kelas; learning community, cara berkomunikasi dalam diskusi kelas; dan learning motivation, yaitu dorongan dari dalam diri pembelajar untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka memenuhi harapan berupa penguasaan kompetensi akademis. Di dalamnya termasuk kemandirian belajar.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan pembelajaran elaboratif dengan strategi concept mapping/peta konsep dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kompetensi dasar “Kenampakan Alam” bagi siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Semarang tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, yaitu pada siswa Kelas IV semester I tahun pelajaran 2013/2014. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian .Penelitian ini dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang siswa terdiri atas 5 siswa pria dan 13 siswa perempuan. Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran IPS sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Data-data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas IV semester I dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subyek penelitian sebelum dilakukan tindakan. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa.Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode kontektual.
Validasi Data
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain meliputi: teknik triangulasi dan review informan kunci. Melalui teknik triangulasi, guru atau peneliti terhindar dari kesalahan mendapatkan informasi yang sudah tentu juga akan terhindar dari pengambilan keputusan. Review informan kunci adalah mengkomunikasikan unit-unit yang telah disusun dengan informannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang dapat mereka setujui sehingga peneliti dan informan memiliki pemahaman yang sejalan terhadap data atau hasil yang telah diperoleh .
Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada proses pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping di kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014. Observasi langsung dilakukan pada saat kondisi awal pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa peningkatan hasil belajar IPS . Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Teknik analisis kualitatif model alur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data;Merupakan proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna.
Indikator Kinerja
Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:
Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan oleh peneliti secara langsung adalah Jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan.(Arikunto, 2010: 6). Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut sebagai satu siklus (Sutama, 2012: 145).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil tes yang diperoleh dari 18 orang siswa kelas IV SD Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 55 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 80. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh sebesar 66,88. Mengingat nilai hasil belajar yang diperoleh tersebut < KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, maka secara klasikal siswa di kelas IV SD Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Semester I tahun pelajaran 2013/2014 dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPS .Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 7 orang siswa atau 38,88 % dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 11 orang siswa atau 61,12 % belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00.
Data ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal tindakan dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.
Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal
Deskripsi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 55 dan nilai tertinggi sebesar 80. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 70,31. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas IV Semester I di SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 pada tindakan Siklus I sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00. Namun secara klasikal, belum mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 9 orang siswa atau 50,00%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah orang siswa atau 50,00%. Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada tindakan Siklus I masih di bawah indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa. Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II sehingga indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa dapat dicapai.Hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus I dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.
Gambar 5 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
1) Penggunaan metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 75.00, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 82,19. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu > 70.00, maka secara klasikal siswa sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 1 orang siswa atau 100%. Adapun jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 0 orang siswa atau 0%.Ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II .Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.
Gambar 6 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
1)Penggunaan metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
2)Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan siklus sebelumnya seperti: (a) pola pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered learning sudah mulai berubah ke arah student-centered learning; (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sudah tercapai, yaitu dengan ketuntasan belajar sebesar 100%.
Pembahasan Hasil Tindakan
Metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi “Kenampakan Alam ” bagi siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar yang masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu baru mencapai sebesar 66,88. Rendahnya hasil belajar juga diindikasikan dengan rendahnya ketuntasan belajar sebagai salah satu indikator penguasaan penuh, yaitu baru mencapai sebesar 38,88% dari jumlah siswa.Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media bantu dalam pembelajaran. Melalui penggunaan metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping diharapkan dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari di sekitar mereka.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 66,88 pada kondisi awal, meningkat menjadi 70,31 pada tindakan Siklus I. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 38,88% pada kondisi awal meningkat menjadi 50,00% pada tindakan Siklus I.
Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini disebabkan karena meskipun nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, namun indikator penguasaan penuh secara klasikal berupa tercapainya jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar > 80.00% dari jumlah siswa belum terpenuhi. Atas dasar hal itu maka dilakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperkecil jumlah anggota kelompok dari 4 dan 5 orang pada tindakan Siklus I menjadi 2 dan 3 orang pada tindakan Siklus II. Langkah ini dimaksudkan untuk mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 70,31 pada pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 82,19 pada akhir tindakan Siklus II. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 50% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II.Peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 6
Nilai | Awal | Siklus I | Siklus II |
Nilai rata-rata | 66.88 | 70.31 | 82.19 |
Nilai Tertinggi | 80.00 | 80.00 | 100.00 |
Nilai Terendah | 55.00 | 55.00 | 75.00 |
Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Tabel 7
Data Peningkatan Ketuntasan Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Ketuntasan | Awal | Siklus I | Siklus II |
Tuntas | 7 | 9 | 18 |
Belum Tuntas | 11 | 9 | 0 |
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi “Kenampakan Alam ” bagi siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014” terbukti kebenarannya.
P E N U T U P
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa :Metode pembelajaran Elaboratif Strategi Concept Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi “Kenampakan Alam ” bagi siswa kelas IV semester I SD Negeri Bakalrejo 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswar Zain. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2003. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Komara, Endang. 2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Refika Aditama.
Muhibbin Syah. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santrock, W. John. 2011. “Perkembangan Anak”. Jakarta: Erlangga.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Sardiman Arief. S, dkk. 2005. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan). Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.
Sutopo, HB. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Penulis: Panut Riyanto,S.Pd
SD Negeri Bakalrejo 01 Susukan, Semarang
NIP 196105201984051001