Peningkatan Kompetensi Menghitung Volume Kubus dan Balok Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SD Negeri Manang 01 Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010

Bernadet Anik Irianti

ABSTRAK

        Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran, peningkatan kompetensi  volume kubus dan balok melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, dan perubahan perilaku pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together 

        Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009. Penelitian dilakukan pada waktu itu karena materi yang berhubungan dengan kompetensi menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas V masuk materi program semester I tahun pelajaran 2009/2010. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah kompetensi  menghitung volume kubus dan balok siswa kelas VI SD Negeri Manang 01, UPTD Pendidikan kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo provinsi Jawa Tengah dengan jumlah siswa 28 yang terdiri dari 14 laki-laki dan 14 perempuan.

Prosedur peneilitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yatu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Analisis data kualitatif model pembelajaran dianalisis menggunakan analisis deskritif kualitatif dengan membandingkan siklus I dan siklus ke II sedangkan data yang berupa angka (kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai siklus 1 dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi.

Hasil penelitian melalui menghitung volume kubus dan balok melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 meningkat, proses pembelajaran  berlangsung lancar dengan suasana menyenangkan dari  siklus I ke   siklus terdapat peningkatan tentang proses belajar. Dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan keaktifan dari cukup aktif menjadi aktif, peningkatan keberanian dari cukup berani menjadi berani, peningkatan  kerjasama dari cukup baik menjadi baik, dan peningkatan ketelitian dari kurang teliti menjadi teliti. Terdapat peningkatkan kompetensi menghitung volume kubus dan balok dari kondisi awal ke siklus II terdapat peningkatan yaitu , Nilai tuntas dari 10 siswa (35,71%) menjadi 28 siswa (100%) yaitu meningkat 18 siswa (64,39%). Nilai rata-rata 60,75 meningkat menjadi 82,36 yaitu meningkat 21,61 dan terjadi perubahan perilaku siswa  ke arah positip.

Kata Kunci : Kompetensi Menghitung Volume Kubus dan Balok. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

 Di Sekolah Dasar guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pengukuran sehingga siswa memahami konsep pengukuran dan mengembangkan kemampuan dalam menggunakan alat untuk mengukur benda di lingkungan sekitar anak. Kegiatan ini dimulai sejak Taman Kanak-kanak dan di Sekolah Dasar, misalnya kegiatan anak untuk mengukur panjang meja belajar, tinggi badan, berat badan, luas kelas, baik menggunakan ukuran tidak baku maupun ukuran baku dari benda-benda disekitar anak. Pembelajaran pengukuran volume bangun ruang sebenarnya merupakan materi yang sangat menarik untuk disajikan kepada siswa. Pengukuran vulume bangun ruang sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari dilingkungan siswa. Berdasarkan  kenyataan bahwa siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 pada materi  menghitung volume kubus dan balok masih mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran guru langsung menginformasikan rumus volume bangun ruang yang akan diajarkan dan siswa jarang sekali, bahkan tidak pernah diajak untuk mencari dan menemukan sendiri rumus dari bangun ruang tersebut. Dari jumlah 28 siswa yang mendapat nilai tunta 10 siswa ( 35%)  dan 18 siswa (65% ) mendapat nilai belum tuntas dengan nilai KKM 64. Nilai rata-rata ulangan harian 60,75.

Dalam konsep pembelajaran menghitung  volume kubus dan balok, guru seringkali langsung memberikan drill rumus, tanpa mengikut sertakan siswa dalam proses pencarian rumus tersebut melalui media peraga, sehingga siswa tampak bingung, kelas pasip, belum ada kerja sama, kurang disiplin, dan suasana kelas masih gaduh serta tampak kurang menyenangkan.

Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan  yaitu  dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Harapan setelah penelitian tindakan kelas dengan melalui pembelajaran  kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dalam proses pembelajaran matematika diperlukan adanya perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan yang dimaksud adalah pembelajaran dari teacher center ke student center, sehingga siswa lebih aktif, dapat bekerjasama dengan teman atau kelompoknya dalam suasana yang menyenangkan serta diharapkan ada peningkatan dari nilai rata-rata dan nilai ketuntasan siswa.

Rumusan Masalah

            Melalui  penelitian tindakan kelas ini akan diungkapkan rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kompetensi menghitung volume kubus dan balok melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01  semester I tahun pelajaran 2009/2010?
  2. Bagaimanakah peningkatan kompetensi menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together?
  3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas di bawah ini adalah sebagai berikut:

  1. Mendiskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran kompetensi menghitung volume kubus dan balok melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01  semester I tahun pelajaran 2009/2010.
  2. Mendiskripsikan peningkatan kompetensi menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
  3. Mendiskripsikan perubahan perilaku siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar aktif dalam suasana yang menyenangkan.

b. Manfaat bagi guru, meberikan bekal dan solusi dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran.

     c.        Manfaat bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.  

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian Teori

Hakikat Pembelajaran Matematika

                Agar pembelajaran di kelas dapat belangsung dengan baik dan hasil belajar siswa dapat dioptimalkan  menurut Martha Kaufeldt (2008:8) guru-guru dalam memberikan pengajaran berbeda dengan secara harmonis menyusun pengalaman-pengalaman pembelajaran yang kuat untum memenuhi kebutuhan unik dari setiap siswanya, dipandu dengan pengajaran dan konsep-konsep pembelajaran yang harmonis dengan otak yaitu menciptakan suatu iklim dan lingkungan yang aman dan terjamin, merancang pengalaman-pengalaman, tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan  yang berguna untuk melibatkan siswa, menggunakan pengelompokan dan kerjasama yang luwes, memberikan umpan balik dan penilaian yang segera terus menerus, menyediakan cukup banyak waktu untuk proses yang aktif, dan menyusun kesempatan-kesempatan untuk pilihan pribadi dalam suatu sistem yang terorganisir.        

        Belajar Matematika harus dipandang sebagai suatu proses untuk mengkontruksikan konsep-konsep matematika dan strategi penyelesaian suatu masalah. Dalam mengkontruksi itu si pembelajaran harus aktif. Menurut Marpaung (2007:3) bahwa matematika adalah aktivitas manusia. Si pembelajaran harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Si pembelajar bukan insan yang pasif menerima apa yang disampaikan oleh guru, tetapi aktif baik secara fisik, teristimewa secara mental mengolah dan menganalisa informasi, mengkontruksi pengetahuan matematika.

                        Hakikat pembelajaran matematika menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contekstual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.

                Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan  tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Menurut Heruman (2007:2-3) berikut ini adalah pemamaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika yaitu: 1) Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konflik tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini,  media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa; 2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan  dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya; 3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penananaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keeterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Kompetensi  Menghitung Volume Kubus  dan Balok

                Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas V Sekolah Dasar semester I memuat SK  dan KD. 4. Menghitung volume kubus dan balok menggunakannya dalam pemecahan masalah. 4.1 Menghitung volume kubus dan balok ( Depdiknas. 2007:25).

Langkah-Langkah Pembelajaran Volume Kubus

        Sumardi (2010:77) menjelaskan lanhkah-langkah pembelajaran kubus yaitu sebagai berikut:

Perhatikan gambar disamping! Berapa banyak kubus satuan. Lapisan pertama (bawah) = 4 x 4 kubus satuan = 16 kubus satuan. Keatas ada 4 lapisan. Jadi, volume kubus = 4x (4x4) = 64 satuan.

Kita dapat menghitung dengan cara lain, sebagai berikut.

Banyak kubus satuan ke kanan (AD) = 4

Banyak kubus satuan ke belakang (DC) = 4

Banyak satuan ke atas (AE) = 4

Banyak kubus satuan seluruhnya = 4 x 4 x 4 = 64

Jadi, volume kubus = 64 kubus satuan

Perhatikan bahwa kubus mempunyai panjang rusuk yang sama. AD,  DC, dan AE adalah rusuk-rusuk kubus, AD = DC = AE

        Volume Kubus = rusuk x rusuk x rusuk

                        V = r x r x r

Contoh

Sebuah lampion berbentuk kubus dibuat dari kertas berwana merah. Kerangka lampion itu dibuat dari kawat. Jika panjang rusuk kubus 25 cm, berapa meter kawat diperlukan untuk sebuah lampion?

Jawab:

Diketahui: Panjang rusuk        = 25 cm

                        Banyaknya rusuk        = 12

Ditanyakan: Panjang kawat untuk 1 lampion berbentuk kubus.

Penyelesainya : Panjang Kawat = 12 x 25 cm

                                        = 300 cm

                                        = 3 m

Jadi, panjang kawat yang diperlukan = 3m

Langkah-Langkah Pembelajaran Volume balok

        Sumardi (2010:78) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menghitung volume kubus dan balok yaitu sebagai berikut:

Perhatikan gambar baik-baik! 

Berapa banyak  kubus satuan?

Lapisan pertama (bawah) 8 x 5

Kubus satuan = 40 kubus satuan

Keatas ada 4 lapisan

Jadi, volume balok = 4 x (8 x 5)

                        = 160 kubus satuan

Cara lain:

Banyak kubus satuan ke kanan (AD) merupakan panjang (p) balok = 8

Banyak kubus satuan ke belakang (DC), merupakan lebar (l) balok = 5

Banyak kubus satuan ke atas (AE) merupakan tinggi (t) balok = 4.

Banyak kubus satuan seluruhnya 8 x 5 x 4 = 160.

Jadi volume balok = 160 satuan

Perhatikan bahwa balok mempunyai rusuk-rusuk yang merupakan panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t), yang tidak sama panjang.

        Volume Balok = panjang x lebar x tinggi

                V balok = p x l x t

Contoh:

Sebuah kolam panjang 6 m, lebarnya 4 ½, dan dalamnya 1 ½ m, jika kolam itu penuh, berapa liter isi air kolam?

Jawab:

Diketahui: Panjang Kolam        = 6m

                        Lebarnya                = 4m

                        Dalamnya                = 1 m

Ditanyakan : Isi air kolam

Penyelesaian: Volume kolam = 6m x 4 ½ m x 1 ½ m = 40 ½ m

Banyak air = 40 ½ m3  = 40.500 dm3 = 40.500 liter

Jadi, isi  air kolam = 40.500 liter

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

        Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2008:4). Marpaung, dkk (2002:35) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menerapkan prinsip-prinsip melalui tahapan persiapan, presentasi kelas, kegiatan kelompok, tes dan penghargaan. Hal-hal yang dipersiapkan pada tahap ini antara lain: (a) materi pelajaran, (b) membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif, (c) menentukan skor dasar siswa, (d) latihan kerjasama kelompok, dan (e) menentukan jadwal kegiatan. Kagan (1994:22) menyatakan ada empat prinsip pembelajaran kooperatif yaitu : (1) stimulasi, (2) interaksi, (3) ketergantungan yang positif, (4) keadaan yang bias dipertanggungjawabkan secara individual dan partisipasi yang sama.

        Nurhadi (2004:121) metode Numbered Heads Together ini dikembangkan oleh Spencer Kaagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup suatu pelajaran dan mengecek atau memerikasa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebaaagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh k guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut: 1) Penomoran (Numbering): Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda. 2) Pengajuan Pertanyaan (Questioning): Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik,3) Berpikir Bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahuhi jawaban tersebut. 4) Pemberian Jawaban (Answering): Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

        Menurut Suprijono (2009:92) pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Heads Together diawali dengan numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta dalam satu kelas terdiri dari 40 siswa dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk member jawaban atas pertanyaan yang diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

Supaya pembelajaran Numbered Heads Together dapat berjalan dengan lancar dan efektif maka perlu ditanamkan kepada peserta didik yaitu ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan pada landasan teori yang diuraikan di atas dapat dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut :

Gambar Skema Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

  1. Melalui  pembelajaran kooperatif type Numbered Heads Together dapat meningkatkan proses pembelajaran kompetensi menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010.
  2. Melalui pembelajaran kooperatif type Numbered Heads Together dapat meningkatkan kompetensi menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01semester I tahun pelajaran 2009/2010.
  3. Melalui pembelajaran kooperatif type Numbered Heads Together dapat merubah perilaku ke arah positip pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010.

METODE  PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Oktober 2009. Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Manang 01, UPTD Pendidikan kecamatan Grogol kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan karena peneliti bertugas di SD Negeri Manang 02 tahun pelajaran 2009/2010.

Subyek  dalam penelitian adalah kompetensi menghitung volume kubus dan balok  siswa kelas V SD  Negeri Manang 01 yang terdiri atas 28 siswa yaitu 14 laki-laki dan 14 perempuan.

Sumber  dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian dan dari bukan subyek. Sumber data dari subyek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa. Data primer tentang proses belajar berupa hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi tentang keaktifan, keberanian, kerja sama dan ketelitian siswa sedangkan data primer tentang hasil belajar berupa nilai ulangan harian. Sumber data selain dari subyek penelitian merupakan sumber data skunder yaitu data hasil pengamatan yang dilakukan dengan koloborasi dengan teman sejawat.

        Sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

  1. Tehnik Dokumen, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/ laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa.
  2. Teknik Tes, digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal.
  3. Teknik nontes, digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat abstrak tentang perubahan perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran tentang kompetensi menghitung volum kubus dan balok, berupa pedeomam observasi, pedoman wawancara dan catatan harian siswa dan guru. Adapun perubahan perilaku yang diamati yaitu tentang keaktifan,  keberanian, kerja sama dan ketelitian.

Validitas Data dan Analisis Data

        Untuk memperoleh data yang valid mengenai kompetensi menghitung volume kubus dan balok siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 yaitu :

  1. Proses pembelajaran yang berupa hasil pengamatan divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II.
  2. Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah istrumen tes yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka(data kuantitatif menggunakan analisis deskrrptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi).
  3.  Perubahan perilaku dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dan siklus II, kemudian direfleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Kondisi Awal

Tabel Nilai Ulangan Harian dan Ketuntasan belajar Kondisi Awal

NO

Interval Nilai

Frekuensi

Prosentase (%)

Keterangan

1

51-55

7

25

Belum tuntas

2

56-60

5

17,86

Belum tuntas

3

61-65

10

35,71

Belum tuntas

4

66-70

5

17,86

Tuntas

5

71-75

1

3,57

Tuntas

Jumlah

28

100

Berdasarkan dari tabel di atas tentang hasil nilai ulangan matematika kondisi awal kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 ada 18 siswa atau 64,28 % dinyatakan belum tuntas atau  nilai yang masih di bawah KKM 64. sedangkan yang nilainya telah tuntas ada 10 siswa atau 35,72 %. Nilai  terdiri dari 7 siswa memperoleh nilai antara 51-55, 5 siswa memperoleh nilai antara 56-60, 10 siswa memperoleh nilai antara 61-65,  5 siswa memperoleh nilai antara 66-70, 1 siswa memperoleh nilai antara 71-75 nilai rata-rata ulangan kondisi awal yaitu: 58,60.

Deskripsi Siklus I

Hasil pengamatan tentang proses pembelajaran siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini sebagai berikut :

Tabel Prosentase  Proses Pembelajaran Siklus I

No

Aspek

Jumlah Skor

Rata-rata

Persentase

Keterangan

1

Keaktifan

66

2,35

58,92

Cukup aktif

2

Keberanian

64

2,28

57,14

Cukup berani

3

Kerja sama

59

2,10

52,67

Cukup baik

4

Ketelitian

48

1,71

42,85

Kurang teliti

Berdasarkan tabel di atas perolehan proses pembelajaran siswa siklus I dari jumlah 28 siswa: aspek keaktifan memperoleh jumlah skor 66, rata-rata nilai 2,35 persentase 58,92 % dengan kategori cukup aktif. Aspek Keberanian memperoleh jumlah skor 64, rata-rata nilai 2,28, persentase 57,14  % dengan kategori cukup berani. Aspek kerjasama memperoleh skor 59, rata-rata nilai 2,10 persentase 52,67 % kategori cukup baik. Aspek ketelitian memperoleh skor 48, rata-rata nilai 1,71 persentase 42,85 % dengan kategori kurang teliti.

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel Nilai Ulangan Harian dan Ketuntasan Belajar Siklus I

NO

Interval Nilai

Frekuensi

Prosentase (%)

Keterangan

1

51-55

2

7,14

Belum tuntas

2

56-60

5

17,85

Belum tuntas

3

61-65

0

0

Belum tuntas

4

66-70

2

7,14

Tuntas

5

71-75

7

25

Tuntas

6

76-80

8

28,57

Tuntas

7

81-85

0

0

Tuntas

8

86-90

2

7,14

Tuntas

9

91-95

1

1,25

Tuntas

10

96-100

1

1,25

Tuntas

Jumlah

28

100

Berdasarkan dari tabel di atas tentang hasil nilai ulangan matematika siklus I kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 ada 7 siswa atau 25% dinyatakan belum tuntas atau  nilai yang masih di bawah KKM 64. sedangkan yang nilainya telah tuntas ada 21 siswa atau 75 %. Nilai  terdiri dari 2 siswa memperoleh nilai antara 51-55, 5 siswa memperoleh nilai antara 56-60, 0 siswa memperoleh nilai antara 61-65, 2 siswa memperoleh nilai antara 66-70, 7 siswa memperoleh nilai antara 71-75, 8 siswa memperoleh nilai antara 76-80, 0 siswa memperoleh nilai antara 81-85, 2 siswa memperoleh nilai antara 86-90, 1 siswa memperoleh nilai antara 91-95, dan 1 siswa memperoleh nilai antara 96-100. nilai rata-rata ulangan kondisi awal yaitu: 73,35.

Tabel nilai rata-rata tes siklus I

Nilai Tertinggi

100

Nilai Terendah

53

Rata-rata

73,35

Tabel Rekapitulasi Kentuntasan pada siklus I

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

1

Yang Tuntas

21

 75%

2

Yang Belum Tuntas

7

 25%

Jumlah

28

100%

Gambar  Diagram Kriteria Ketuntasan Minimal Siklus I

Tabel perubahan Perilaku Siswa Siklus I

No

Indikator Perilaku Siswa

Rata-rata

Persentase (%)

Keterangan

1.

Antusias siswa selama mengikuti pelajaran

 19

70

cukup

2

Rasa ingin tahu terhadap materi yang diajarkan

 22

81

baik

3

Siswa aktif mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasanya

 20

74

cukup

4

Siswa berani melakukan atau mencoba

 22

81

baik

5

Siswa berani bertanya

19

70

cukup

6

Siswa berani mengemukakan pendapat/gagasan

 22

81

baik

7

Partisipasi siswa dalam kelompok diskusi

 19

70

cukup

8

Keberanian siswa dalam mempersentasikan hasil diskusi

 20

74

cukup

9

Ketepatan dalam menjawab pertanyaan temannya

 21

78

baik

10

Ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas dan ulangan.

 20

74

cukup

Jumlah

194

753

Rata-rata

64,66

75,3

Deskripsi Siklus II

Hasil pengamatan tentang proses pembelajaran dapat dilihat dalam tabel  yaitu sebagai berikut :

No

Aspek

Jumlah Skor

Rata-rata

Persentase

Keterangan

1

Keaktifan

101

3,60

90,17

aktif

2

Keberanian

101

3,60

90,17

berani

3

Kerja sama

103

3,67

91,96

baik

4

Ketelitian

92

3,28

82,14

teliti

Berdasarkan tabel di atas perolehan proses pembelajaran siswa siklus II dari jumlah 28 siswa: aspek keaktifan memperoleh jumlah skor 101, rata-rata nilai 3,60 persentase 90,17 % dengan kategori aktif. Aspek Keberanian memperoleh jumlah skor 101, rata-rata nilai 3,60 persentase 90,17  % dengan kategori berani. Aspek kerjasama memperoleh skor 103, rata-rata nilai 3,67 persentase 91,96 % kategori  baik. Aspek ketelitian memperoleh skor 92 rata-rata nilai 3,28 persentase 82,14 % dengan kategori teliti.

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel Nilai Ulangan Harian dan Ketuntasan Belajar Siklus II

NO

Interval Nilai

Frekuensi

Prosentase (%)

Keterangan

1

66-70

3

10,71

Tuntas

2

71-75

6

21,14

Tuntas

3

76-80

8

28,57

Tuntas

4

81-85

0

0

Tuntas

5

86-90

3

10,71

Tuntas

6

91-95

4

14,28

Tuntas

7

96-100

4

14,28

Tuntas

Jumlah

28

100

Berdasarkan dari tabel di atas tentang hasil nilai ulangan matematika siklus II kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 seluruh siswa 28 siswa atau 100 % telah mencapai nilai di atas KKM 64. Nilai  terdiri dari 3 siswa memperoleh nilai antara 66-70, 6 siswa memperoleh nilai antara 71-75, 8 siswa memperoleh nilai antara 76-80, 0 siswa memperoleh nilai antara 81-85, 3 siswa memperoleh nilai antara 86-90, 4 siswa memperoleh nilai antara 91-95, dan 4 siswa memperoleh nilai antara 96-100. nilai rata-rata ulangan siklus II yaitu: 82,35.

Tabel nilai rata-rata tes siklus II

Nilai Tertinggi

100

Nilai Terendah

66

Rata-rata

82,36

Tabel Rekapitulasi Kentuntasan pada siklus II

No

Nilai

Frekuensi

Persentase

1

Yang Tuntas

28

 100%

2

Yang Belum Tuntas

0

 0%

Jumlah

28

100%

Gambar .Diagram Kriteria Ketuntasan Minimal Siklus II

Tabel perubahan Perilaku Siswa Siklus II

No

Indikator Perilaku Siswa

Rata-rata

Persentase (%)

Keterangan

1.

Antusias siswa selama mengikuti pelajaran

24

89

cukup

2

Rasa ingin tahu terhadap materi yang diajarkan

26

96

baik

3

Siswa aktif mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasanya

24

89

cukup

4

Siswa berani melakukan atau mencoba

25

93

baik

5

Siswa berani bertanya

25

93

cukup

6

Siswa berani mengemukakan pendapat/gagasan

25

93

cukup

7

Partisipasi siswa dalam kelompok diskusi

24

89

cukup

8

Keberanian siswa dalam mempersentasikan hasil diskusi

23

85

cukup

9

Ketepatan dalam menjawab pertanyaan temannya

24

89

cukup

10

Ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas dan ulangan.

26

96

cukup

Jumlah

224

912

Rata-rata

74,66

91,2

Pembahasan/Diskusi

Dalam pembahasan ini ada 3 hal yang akan dibahas, yaitu meliputi  proses pembelajaran,  hasil belajar siswa dan perubahan perilaku.

  1. Proses Pembelajaran

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi

1

Siswa :

pasif, kurang berani,  belum ada kerja sama,  dan kurang teliti

Keaktifan :

Jumlah skor : 66

Nilai rata-rata : 2,35

Prosentase : 58,92 %

Katagori : Cukup Aktif

Keberanian:

Jumlah skor : 64

Nilai rata-rata : 2,28

Prosentase : 57,14 %

Katagori : Cukup berani

Kerjasama :

Jumlah skor : 59

Nilai rata-rata: 2,10

Prosentase : 52,67 %

Katagori : Cukup baik

Ketelitian :

Jumlah Skor: 48

Nilai rata-rata: 1,71

Prosentase :  42,85%

Katagori : Kurang teliti

Keaktifan :

Jumlah skor : 101

Nilai rata-rata : 3,60

Prosentase : 90,17 %

Katagori : Aktif

Keberanian:

Jumlah skor : 101

Nilai rata-rata : 3,60

Prosentase : 90,17 %

Katagori :  berani

Kerjasama:

Jumlah skor : 103

Nilai rata-rata : 3,67

Prosentase : 91,96 %

Katagori : baik

Ketelitian :

Jumlah Skor: 92

Nilai rata-rata: 3,28

Prosentase : 82,14 %

Katagori : teliti

Dari siklus I ke siklus II, keaktifan terdapat peningkatan jumlah skor 66 menjadi 101 meningkat 35. Nilai rata-rata 2,35 menjadi 3,6 meningkat 1,25. Persentase meningkat dari 58,92% menjadi 90,17% meningkat 31,25%. Dari katagori cukup aktif menjadi aktif.

Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan keberanian, jumlah skor 64 menjadi 101 meningkat 37. Nilai rata-rata dari 2,28 menjadi 3,60 meningkat 1,32. Prosentase 57,14%  menjadi 90,17 % meningkat 33,93 %. Dari katagori cukup berani  menjadi berani

Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan kerjasama, jumlah skor 59 menjadi 103 meningkat 44. Nilai rata-rata dari 2,10 menjadi 3,67 meningkat 1,57 Prosentase 52,67%  menjadi 91,96% meningkat 39,29%. Dari katagori cukup baik  menjadi baik.

Dari siklus siklus I ke siklus II kerjasama terdapat peningkatan ketelitian. Jumlah skor 48 menjadi 92 meningkat 44. Nilai rata-rata 1,71 menjadi 3,28 meningkat 1,57. Persentase meningkat dari 42,857% menjadi 82,14% meningkat 39,27 %. Dari katagori kurang teliti menjadi teliti.

2.Hasil Belajar Siswa

Hasil Ulangan Harian

Kondisi Awal

Tindakan Siklus I

Tindangan Siklus II

Nilai Terendah

53

53

66

Nilai Tertinggi

71

100

100

Nilai Rata-rata

60,75

73,35

82,38

Nilai di atas KKM

10

21

28

Nilai dibawah KKM

18

7

0

PersentaseTuntas Belajar

35,71

75%

100%

3. Perubahan perilaku siswa

No

Indikator perilaku siswa

Refleski

Siklus I

Siklus II

1

Rata-rata 64,66

 Rata-rata 74,66

Terjadi perubahan 16,33

2

Persentase 75,3 %

Persentase 91,2 %   

Terjadi perubahan 8,1 %


Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan (diskusi) di atas hasil tindakan yang berupa proses , hasil belajar dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Proses Pembelajaran Siswa

Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan tentang proses belajar. Dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan keaktifan dari cukup aktif menjadi aktif, peningkatan keberanian dari cukup berani menjadi berani, peningkatan  kerjasama dari cukup baik menjadi baik, dan peningkatan ketelitian dari kurang teliti menjadi teliti.

2.   Hasil belajar Siswa

                Dari Kondisi awal  dengan siklus II mengalami peningkatan yaitu, Nilai tuntas dari 10 siswa (35,71%) menjadi 28 siswa (100%) yaitu meningkat 18 siswa (64,39%). Nilai rata-rata 60,75 meningkat menjadi 82,36 yaitu meningkat 21,61.

        3. Perubahan perilaku siswa

                Dari Siklus 1 ke siklus 2 terdapat perubahan skor dan prosentase, dari semua indikator  perilaku siswa yaitu kearah positif.

PENUTUP

Simpulan

Berdasakan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran kooperatif type Numbered Heads Together  ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Proses pembelajaran kompetensi menghitung volume kubus dan balok  pada siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 berlangsung lancar dengan suasana menyenangkan dari  siklus I ke siklus II  terdapat peningkatan keaktifan dari cukup aktif menjadi aktif, peningkatan keberanian dari cukup berani menjadi berani, peningkatan kerjasama dari cukup baik menjadi baik, dan peningkatan  kurang teliti menjadi teliti.

2.  Terdapat peningkatkan kompetensi menghitung volume kubus dan balok  Dari Kondisi awal  dengan siklus II mengalami peningkatan. Nilai tuntas dari 10 siswa (35,71%) menjadi 28 siswa (100%) yaitu meningkat 18  siswa (64,39%). Nilai rata-rata 60,75 meningkat menjadi 82,36 yaitu meningkat 21,61.

3.  Perubahan perilaku siswa kelas V SD Negeri Manang 01 semester I tahun pelajaran 2009/2010 mengalami perubahan perilaku kearah positip

Implikasi

Berdasarkan kajian teori serta melalui pembelajaran kooperatif type Numbered Heads Together untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

  1. Mendapat teori baru tentang  metode pembelajaran aktif dan inovatif.
  2. Sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas selanjutnya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.

Saran-saran

  1. Saran bagi siswa, memberikan pengalaman belajar dalam suasana yang menyenangkan tanpa rasa takut atau tekanan serta dapat menumbuhkan kerjasama antara siswa dengan kelompoknya serta lebih kreatif.
  2. Saran bagi guru, memberikan bekal dan solusi pemecahandalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.
  3. Saran bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan model pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model Silabus Kelas V. Jakarta: BSNP.

Heruman. 2007.Model Pembalajaran Matematika SD. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Kaufeldt Mantha. 2008. Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu.Jakarta: PT Indeks

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004.Jakarta: PT Grasindo.

Solihadatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Y. Marpaung. 2002 Pelatihan Terintergrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika (Model-model Pembelajaran). Depdiknas: Jakarta.

__________. 2007. Penilaian dan Evaluasi dalam Pendidikan Matematika Realistik. Semarang: LPMP Jawa Tengah

Sumadi. 2010. Pendalaman Materi Bidang Studi Matematika Sekolah Dasar.Surakarta; FKIP-UMS.

Suprijono Agus. 2009. Cooperative Lerning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BIODATA PENULIS

Nama                :   Dra. Bernadet Anik Irianti

NIP                                          :  1962104 1980304 2 009

Tempat tanggal lahir               :  Sukoharjo, 14 Oktober 1962

Pangkatan/Gol        :  Pembina, IV/a                                                                

Unit Kerja        : SDN Manang 01 UPTD  Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah