UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI SANGGRAHAN 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Yohanes Murtono
SD Negeri Sanggrahan 01, Grogol, Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika tentang Sifat bangun datar melalui pembelajaran Teams Games Tournament bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika tentang Sifat bangun datarmelalui pembelajaran Teams Games Tournament bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Februari 2014 sampai bulan April 2013. Penelitian dilakukan pada waktu itu karena materi yang berhubungan dengan permasalahan Sifat bangun dataruntuk siswa kelas V masuk pada materi program semester II tahun pelajaran 2013/2014.Prosedur penelitianyang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Analisis data kualitatif model pembelajaran dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dan siklus II sedangkan data yang berupa angka dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai siklus I dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi.Hasil penelitian melalui model pembelajaran pembelajaran Teams Games Turnament dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang Sifat bangun datar melalui pembelajaran Teams Games Tournament bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Dari kondisi awal ke siklus II yaitu dari kreativitas cukup baik menjadi amat baik dan melalui model pembelajaran pembelajaran Teams Games Turnament dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang Sifat bangun datar melalui pembelajaran Teams Games Tournament bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan yaitu 8 (40 %) siswa yang mendapat nilai tuntas menjadi 19 (95%) meningkat 11 (55 %). Nilai rata-rata dari 61,00 menjadi 75,41 meningkat 14,41.
Kata Kunci : Aktivitas dan hasil belajar,Bangun Datar,model Teams Games Turnament
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diikut sertakan dalam Ujian Nasional pada Pendidikan Dasar khususnya di Sekolah Dasar, maka perlu mendapat perhatian yang serius.Materi pelajaran Matematika kelas V khususnya materi pembelajaran Sifat bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. terlihat bahwa hasil belajarnya masih rendah belum sesuai dengan standar keberhasilan yang ditetapkan atau belum semua siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari 20 siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya ada 8 siswa (40 %) dan yang mendapat nilai di bawah KKM ada 12 siswa (60 %) dengan nilai rata-rata 61,5, rendahnya minat siswa dalam belajar matematika dalam proses pembelajaran siswa tampak bingung karena tidak mengetahui dengan jelas.
Pembelajaran matematika kurang berhasil karena guru dalam pembelajaran matematika tentang Sifat bangun datarbelum menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran matematika. Guru dalam pembelajaran matematika secara tradisional yaitu menjelaskan materi masih berfokus pada prosedure penyelesaian soal yaitu memecahkan masalah menjadi bagian-bagian yang berisi latihan-latihan soal.
Harapan setelah penelitian tindakan kelas dengan melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Dalam proses pembelajaran matematika diperlukan adanya perubahanparadigma pembelajaran. Perubahan yang dimaksud adalah yang dulu banyak menggunakan ceramah saja, anak diberi soal guru menjelaskan.Namun demikian belum membuahkan hasil belajar yang maksimal.Akhirnya dikembangkan dan digunakan model pembelajaran untuk membangkitkan minat siswa agar lebih aktif dan berhasil dengan maksimal.
Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan yaitu diadakan penelitian tindakan kelas, penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap silus dilaksanakan dengan 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Tindakan siklus pertama menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament tanpa bimbingan guru dan pada tindakan siklus kedua menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan bimbingan guru. Tindakan siklus pertama dan kedua digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran tentang minat dan hasil belajar matematika tentang Sifat bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti berdasarkan masalah di atas agar keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat dan tercipta pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, peneliti mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Tentang Sifat bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan khusus dalam penelitian tindakan kelas di bawah ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian tindakan kelas di bawah ini adalah sebagai berikut.
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Hakikat Pembelajaran Matematika
Sardiman (1994: 93) mengemukakan bahwa “pada prinsip belajar adalah berbuat, melakukan kegiatan.Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar”.Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar di luar kelas.Penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.
Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebag dalam melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama harmonis dikalangan siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan pemehaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Menurut Iskandar (2009: 102) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu keinginan berasal atau berubah lewat reaksi dan suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organism.
Dalam belajar mengenal tiga prinsip belajar yaitu sebagai berikut: pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, 2) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya, 3) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, 4) positif atau berkomunikasi, 5) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan diakukan, 6) permanen atau tetap, 7) bertujuan dan terarah, dan mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematis yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan yang fungsional dari berbagai komponen belajar.Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya (Suprijo, 2009: 4).
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Wina Sanjaya (2008: 110) menjelaskan bahwa belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Pada kurikulum 2004 mulai dikembangkan penilaian berbasis kelas dengan mengacu pada penilaian ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang masing-masing memiliki kekhasan pada teknik maupun hasil penilaian didalam kurikulum 2004, dikenal istilah bentuk ujian dan jenis tagihan yang merupakan penilaian ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pada pembelajaran matematika dilakukan secara komprehensif artinya penilaian tidak hanya dari hasil ujian saja tetapi meliputi penilaian proses dan pencapaian kompetensi yang diharapkan.
Kurikulum 2004 memuat sejumlah standar kompetensi untuk setiap pembelajaran satu standar kompetensi terdiri dari kompetensi dasar.Satu kompetensi dasar meliputi beberapa hasil belajar dan satu hasil belajar memuat lebih satu indikator.Penilaian dirancang mengacu pada indikator.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar, hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu meteri pelajaran.
Manusia melakukan kegiatan belajar dengan bermacam cara, sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegiatan belajar, maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan yang merupakan pernyataan perbuatan belajar. Perubahan tersebut disebut hasil belajar. Selanjutnya Hamalik (2001: 30) menyatakan bahwa “Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dak sikap.
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, merupakan proses puncak belajar.
Sedang menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pengertian penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan hasil belajar peserta didik. BSNP (2007: 4) secara umum tujuan hasil penilaian belajar yaitu: 1) menilai pencapaian kompetensi peserta didik, 2) memperbaiki proses pembelajaran, dan 3) sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa sedangkan tujuan secara khusus yaitu: 1) mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, 2) mendiagnosis kesulitan belajar, 3) memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar mengajar, 4) penentuan kenaikan kelas, dan 5) memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
Pengertian Bangun Datar
Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung (Imam Roji, 1997). Bangun-bangun geometri baik dalam kelompok bangun datar maupun bangun ruang merupakan sebuah konsep abstrak.Artinya bangun-bangun tersebut bukan merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat maupun dipegang.Demikian pula dengan konsep bangun geometri, bangun-bangun tersebut merupakan suatu sifat, sedangkan yang konkret, yang biasa dilihat maupun dipegang, adalah benda-benda yang memiliki sifat bangun geometri.Misalnya persegi panjang, konsep persggi panjang merupakan sebuah konsep abstrak yang diidentifiaksikan melalui sebuah karakteristik.Dari uraian di atas maka bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal.Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak.
Macam-macam bangun datar
Sifat –sifat bangun datar
Model pembelajaran Teams Games Tournament
Pengertian model dalam pembelajaran menurut Suprijono (2009: 45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2008: 5) istilah model secara khusus diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan belajar mengajar di kelas.
Marpaung, dkk (2002, 35) menyetakan bahwa pembelajaran kooperatif menerapkan prinsip-prinsip melalui tahapan persiapan, prestasi kelas, kegiatan kelompok, tes, dan penghargaan. Hal-hal yang dipersiapkan pada tahapan ini antara lain adalah (a) materi pembelajaran, (b) membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kooperatif, (c) menentukan skor dasar siswa, (d) latihan kerjasama kelompok, dan (d) menentukan jadwal kegiatan. Kagan (1992: 22) menyatakan bahwa ada empat prinsip pembelajaran kooperatif yaitu: (1) stimulasi, (2) interaksi, (3) ketergantungan yang positif, dan (4) keadaan yang bisa dipertanggung jawabkan secara individual dan partisipasi yang sama. Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe STAD, JIGSAW, TGT, NHT dan lain-lain. Masing-masing tipe pembelajaran kooperatif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa berada didalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Salvin, 2008: 4). Lebih lanjut Salvin (2008: 10) menerangkan bahwa setiap metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerjasama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya membuat diri mereka belajar sama baiknya.
Trianto (2007: 41) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menentukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membuat memecahkan masalah-masalah yang kompleks, jadi hakikat sosial penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Sanjaya (2008: 241), mendefinisikan bahwa rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam konsep pembelajaran yang kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Adapun aspek tujuan penerapan pembelajaran koopratif dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran kegiatan (Sanjaya, 2006: 242).Trianto (2007: 42) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalah sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilannya berhubungan dengan sasana manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2007: 48), bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah: (1) Fase pertama, menyampaikan tujuan dan motivasi siswa, (2) Fase kedua, guru menyajikan informasi, (3) Fase ketiga, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif, (4) Fase keempat, membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) Fase kelima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari, (6) Fase keenam, memberikan penghargaan.
Teknik Teams Games Tournament
Pembelajaran metode kooperatif TGT merupakan pendekatan pembelajaran yang dirasa bisa membuat atmosfer pembelajaran menjadi lebih rileks dan menyenangkan.Di sini para siswa bisa mempelajari aksara jawa dengan suasana yang lebih menyenangkan sehingga tidak ada kesan rumit dan sukar lagi.
Slavin (2008: 163), menyatakan bahwa secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen atau pertandingan akademik, dan menggunakan kuis-kuis sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara. TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengn STAD, dengan menambah turnament tertentu pada struktur STAD yang biasanya.
Diskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut : (1) Presentasi kelas. Materi dalam TGT dipresentasikan di depan kelas, (2) tim-tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik,jenis kelamin, ras, dan etnisita. Tim ini berfungsi memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik, (3) Game. Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari prestasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing, (4) Turnament.Turnament adalah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnament pertama guru menunjukkan siswa untuk berada pada meja turnament, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Setelah turnament pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka. Pada turnament terakhir pemenang pada tiap meja “naik” tingkat kemeja berikutnya yang lebih tinggi, skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan yang skornya paling rendah “diurutkan” dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatnya, untuk seterusnya mereka yang sesungguhnya, (5) Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lama apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Salvin, 2008: 166). Pembelajaran kooperatif memberi warna lain dalam proses pembelajaran. Konsep ini bisa menciptakan interaksi para siswa kondusif dan saling mendukung diantara mereka.
Kerangaka Berpikir
Berdasarkan pada landasan teori yang diuraikan di atas dapat dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut.
Gambar 1
Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:Melalui model pembelajaran Teams Games Tournament dapat meningkatkan Aktivitas belajar matematika tentang Sifat bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Februari 2014 sampai dengan April 2014. Penelitian dilaksanakan pada waktu itu karena Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan sifat bangun datar , masuk materi program semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Adapun tempat yang di gunakan dalam penelitian di kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 kecamatan Grogol , kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Sanggrahan 01 kecamatan Grogol, kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 20 orang terdidri dari laki-laki 8 siswa dan 12 siswa perempuan.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian merupakan sumber data primer yaitu tentang proses dan hasil belajar siswa.
Alat Pengumpulan Data
Validitas Data dan Analisis Data
Aktivitas proses pembelajaran siswa (pengamatan) divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah instrumen tes yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kwantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II.
Prosedur Tindakan
Seperti dinyatakan diatas bahwa desain penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dan tiap-tiap siklus berisi empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar pada mata pelajaran matematika selama ini kurang baik, dalam pembelajaran guru menggunakan metode pembelajaran konvensional.Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Nilai aktivitas belajar siswa kondisi awal.
No | Aspek | Kategori |
1 2 3 4 5 | Senang bertanya kepada guru/teman lain Antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru Mampu menjawab pertanyaan Senang diberi tugas belajar Mengerjakan soal dengan baik | Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik |
Hasil tes kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan kelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Nilai Ulangan Harian dan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No | Interval Nilai | Frekuensi | Prosentase (%) | Keterangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 | 26-35 36-45 46-55 56-65 66-75 76-85 86-95 96-100 | - 1 7 3 6 3 - | - 5 % 35 5 15 % 30 % 15 % - | - Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas - - |
Jumlah | 20 | 100% | ||
Berdasarkan tabel di atas tentang hasil nilai ulangan matematika kondisi awal bagi siswa kelas V SD Negeri Sanggrahan 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014ada 12 atau 60 % dinyatakan belum tuntas, nilai yang masih di bawah KKM 70 yaitu terdiri dari 12 siswa memperoleh nilai antara 66-75, dan 8 siswa memperoleh nilai antara 76-85. Nilai rata-rata kondisi awal yaitu 61,50.
Deskripsi Siklus I
Hasil pengamatan tentang aktivitas pembelajaran siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Nilai aktivitas belajar siswa siklus I
No | Aspek | Kategori |
1 2 3 4 5 | Senang bertanya kepada guru/teman lain Antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru Mampu menjawab pertanyaan Senang diberi tugas belajar Mengerjakan soal dengan baik | Baik Baik Baik Baik Baik |
Hasil belajar siswa pada siklus I dapar dilihar dalam tabel di bawah ini.
Hasil Ulangan Harian dan ketuntasan Belajar Siklus I
No | Interval Nilai | Frekuensi | Prosentase (%) | Keterangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 | 26-35 36-45 46-55 56-65 66-75 76-85 86-95 96-100 | - - 3 3 6 7 1 - | - - 15 % 15 % 30 % 35 % 5 % - | - - Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas - |
Jumlah | 20 | 100 % | ||
Berdasarkan tabel di atas tentang hasil nilai dan ketuntasan belajar siswa siklus I dari 20 siswa masih ada 6 siswa (30 %) yang memperoleh nilai di bawah KKM 70, yaitu terdiri dari 6 siswa memperoleh nilai antara 56-65. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tuntas di atas KKM sebanyak 14 siswa (70 %) yang terdiri dari 6 siswa memperoleh nilai antara 66-75, 7 siswa memperoleh nilaiantara 76-85,1siswa memperoleh nilai86-95.Nilai rata-rata ulangan pada siklus I yaitu 70.
Deskripsi Siklus II
Hasil pengamatan tentang aktivitas pembelajaran siswa dapat dilihat pada tabel di bawah.
Nilai Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No | Aspek | Kategori |
1 2 3 4 5 | Senang bertanya kepada guru/teman lain Antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru Mampu menjawab pertanyaan Senang diberi tugas belajar Mengerjakan soal dengan baik | Amat baik Amat baik Amat baik Amat baik Baik |
Nilai Ulangan Matematika dan Ketuntasan Belajar Siklus II
No | Interval Nilai | Frekuensi | Prosentase (%) | Keterangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 | 26-35 36-45 46-55 56-65 66-75 76-85 86-95 96-100 | - - - 1 5 9 2 2 | - - - 5 % 25 % 45 % 10 % 10 % | - - - Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas |
Jumlah | 20 | 100 % | ||
Berdasarkan tabel di atas hasil nilai ulangan dan ketuntasan belajar siswa pada siklus II dari 20 siswa masih ada 1 siswa (5%) yang memperoleh nilai di bawah KKM 70 , yaitu terdiri 1 siswa memperoleh nilai antara 56-65. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 19 siswa (95 %) yang tediri dari 5 siswa memperoleh nilai antara 66-75, 9 siswa memperoleh nilai antara 76-85, 2 siswa memperoleh nilai antara 86-95,2siswa memperoleh nilai antara 96-100. Nilai rata-rata ulangan siklus II yaitu 75,40.
Pembahasan/Diskusi
Dalam pembahasan ini ada 3 hal yang akan dibahas, yaitu meliputi tindakan, aktifitas proses pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
No | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Belum menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament. | Menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament tanpa bimbingan guru. | Menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament dengan bimbingan guru. |
No | Uraian Pengamatan | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Guru | Belum optimalnya guru dalam upaya meningkatkan nilai belajar siswa, terutama pada para siswa yang motivasi dan aktivitas belajar matematika masih rendah sehingga siswa kurang menyukai pelajaran matematika. | Guru sudah menguasai materi sifat bangun datar dengan baik dan sebagai fasilitator yang baik dalam proses pembelajaran. | Pelaksanaan pembelajaran telah dilaksanakan guru dengan baik. |
2 | Siswa | Tidak tertarik pada mata pelajaran matematika karena sudah dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan. | Siswa masih merasa kesulitan dalam mengerjakan tes ulangan harian. Siswa masih ada yang belum paham sehingga merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari guru. | Siswa semakin memahami materi sifat bangun datar. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang antusias dalam mengikuti pembelajaran dan hasil nilai tes meningkat. |
3 | Proses Pembelajaram | Proses pembelajaran matematika siswa kurang antusias, karena masih di dominasi oleh guru sehingga kurang membangkitkan keaktifan belajar karena siswa cenderung merasa bosan, siswa kurang dapat memahami materi . | Sudah terjadi interaksi antara guru dan siswa sehingga dapat dikatakan proses belajar mengajar sudah baik meskipun belum maksimal. | Pembelajaran semakin menyenangkan, siswa sudah dapat memahami materi dan dapat mengerjakan soal dengan baik. |
No | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | Refleksi |
1 | Dari 20 siswa yang mendapat nilai tuntas 8 siswa (40 %), dan siswa yang belum tuntas 12 siswa (60 % dengan nilai rata-rata 61,5. | Dari 20 siswa yang mendapat nilai tuntas 14 siswa (70 %), dan siswa yang belum tuntas 6 siswa (30 %), dengan nilai rata-rata 70,00. | Dari 20 siswa yang mendapat nilai tuntas 19 siswa (95 %), dan siswa yang belum tuntas 1 siswa (5%), dengan nilai rata-rata 75,40. | Dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 8 (40 %) siswa yang mendapat nilai tuntas menjadi 19 (95 %). Nilai rata-rata dari 61,50 menjadi 75,40 meningkat sebesar 13,90. |
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat dikatakan bahwa. (1) Guru secara bertahap telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, (2) keaktifan, umpan balik guru dengan siswa, siswa dengan siswa sudah dilaksanakan dan berjalan dengan baik, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif, (3) Guru dapat mengendalikan suasana belajar dengan baik, (4) kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan da memahami konsep tentang sifat bangun datarsemakin baik dan semakin paham dalam penerapannya.
Berdasarkan pemahaman di atas hasil tindakan yang berupa aktivitas dan hasil belajar.
Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar.Dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan aktivitas belajar dari cukup baik menjadi amat baik.
Dari kondisi awal ke siklus II terdapat mengalami peningkatan. Nilai rata-rata dari 61,5 menjadi 75,40 meningkat sebesar 13,90.
PENUTUP
Simpulan
Saran
Agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran lebih termotivasi, dengan suasana senang tanpa rasa takut, serta gunakan waktu luang untuk belajar.
Agar pembelajaran dapat berhaswil baik guru agar senantiasa menerapkan metode dan model pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
Memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan model pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: BNSP.
_________. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: BNSP.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.,
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaong Pustaka.
Marpaung. Y. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Depdiknas.
Moedjiono, Moh. Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali Press.
Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruksitivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
PENULIS
Drs.Yohanes Murtono
SD Negeri Sanggrahan 01, Grogol, Sukoharjo