BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Proses belajar mengajar keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slamento (1990:56) faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

Pendidikan keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan di luar sekolah yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dan pendidikan keluarga yang maksimal, memiliki kecenderungan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula terhadap belajar siswa. Sedangkan lemahnya pendidikan keluarga memiliki kecenderungan untuk melemahkan minat siswa dalam belajar dan akan melemahkan pula terhadap prestasi belajar siswa.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

  1. Apa makna dari pendidikan keluarga?
  2. Apa tujuan, fungsi, dan ruang lingkup dari pendidikan keluarga?

  1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

  1. Mengetahui makna dari pendidikan keluarga.
  2. Mengetahui  tujuan, fungsi, dan ruang lingkup dari pendidikan keluarga.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Pendidikan Keluarga

Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan pada pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik, nasional filosofis, maupun historis filosofik.

Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan-pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai utama.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, bab I pasal 1) pendidikan diartikan sebagai:”usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, bagi perannya dimasa yang akan datang”.

Yang dimaksud dengan Pendidikan Keluarga adalah pendidikan yang harus dilaksanakan dalam keluarga oleh orang tua kepada dirinya sendiri, anggota keluarga yang lain dan kepada anak-anaknya. Pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai tindakan dan upaya yang dilakukan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam bentuk bantuan, bimbingan, penyuluhan dan pengajaran kepada dirinya sendiri, anggota keluarga lain dan kepada anak-anaknya, sesuai dengan potensi mereka masing-masing, dengan jalan memberikan pengaruh baik melalui pergaulan antar mereka. Sehingga anggota keluarga dan anak yang bersangkutan kelak dapat hidup mandiri yang bertanggung jawab dan ia dapat dipertanggung jawabkan dalam lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku dan agama yang dianutnya.

  1. Tujuan Pendidikan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga  
  1. Tujuan Pendidikan Keluarga

Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusian sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dari beribadah kepada-Nya.

Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.

Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.

  1. Fungsi Pendidikan Keluarga

Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :

a. Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.

b. Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya akan diterima oleh masyarakat luas.

c. Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota keluarganya.

d. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

e. Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.

f. Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.

h. Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.

h. Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.

  1.       Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga

Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari jawaban pertanyaan “sampai berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.

C.  Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga

Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Brean Frenbrenner dalam Syakrani (2001) mengemukakan bahwa sejak dulu keluarga menjadi wahana pembentukan karakter dan keterampilan dasar manusia. Bahkan Brenner dan Couts menjabarkan lebih luas bahwa keluarga yang tangguh bersama lembaga keagamaan dan politik akan menjadi pilar penyangga terbentuknya civil society.

Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar anak.

D.  Strategi Pendidikan Keluarga

Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang antara pendekatan endogenous (menimbulkan dari dalam) dan conditioning (pembisaan, mempengaruhi dari luar) serta enforcement (pemaksaan).

Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana/alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.

Di dalam keluarga yang religius terjadi interaksi interpersonal yang bernilai sosial edukatif dan religius. Dan pendidikan agama itu perlu disesuaikan dengan taraf kematangan anak, tingkat penalaran, emosi, bakat, pengetahuan dan pengalamannya. Orang tua yang efektif dalam proses pendidikan ditentukan oleh kemampuannya dalam membimbing dan mengarahkan serta memecahkan persoalan-persoalan secara demokratis.

Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola asuh, pola asah dan pola asih.

Strategi yang dapat digunakan oleg orang untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, yaitu :

a.    Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.

b.   Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.

c.    Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.

d.   Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.

Menurut Popov dkk (1997) orang tua dapat berperan sebagai :

a.    Educator yaitu bisa menciptakan dan menyadari adanya teach able moment dalam keluarga.

b.    Autority yaitu bisa mengembangkan batas-batas normatif.

c.    Guide yaitu bisa share your skills kepada anak-anak.

d.   Conselor yaitu mampu memberi dukungan pada anak ketika mengalami dilema moral.

E. Jenis-Jenis Pendidikan Dalam Keluarga

Jenis-jenis pendidikan yang perlu diberikan pada anak. Dalam keluarga diberikan bermacam-macam kemampuan jika diperhatikan kegiatan di dalam rumah tangga maka terjadi transformasi nilai-nilai yang beraneka ragam. Anak laki-laki bersama-sama ayahnya mencuci sepeda motor, memperbaiki sesuatu di rumah, ia bersama-sama bersembahyang dengan ayahnya di rumah atau di masjid. Anak putri bersama ibu membantu memasak, mengatur tempat tidur, menyapu dan sebagainya. Fenomena kehidupan ini dapat dilihat sebagai suatu proses kegiatan mendidik. Di sini terjadi usaha ayah atau ibu untuk membawa anaknya ke dalam lingkungan (N. Driyarkara S.Y), orang dewasa ingin membawa ke dalarn dunia nilai.

Nilai ada bermacam-macam, Driyarkara S.Y. yang dikutip dalam Pengasuh Basis (1980), (1) nilai vital, (2) nilai estetik, (3) nilai kebenaran dan (4) nilai moral Anton Sukarno (1986) membagi nilai menjadi (1) nilai material, (2) nilai vital, dan (3) nilai rohaniah yang terdiri dari nilai kebenaran, nilai moral, nilai keindahan dan nilai religius.

Dari dua pendapat tersebut tidak terdapat perbedaan. Nilai material menurut Driyarkara termasuk nilai vital. Nilai material berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pakaian, bermacam-macam perhiasan, kendaraan, rumah dan sebagainya. Nilai vital semua barang yang dapat memenuhi kebutuhan hidup kejasmaniah , umpama beras, ketela, buah-buahan, daging, sayur-sayuran, air dan sebagainya. Menurut Driyarkara SY.nilai vital semua yang dapat menyelenggarakan, mempertahankan dan memperkembangkan hidup manusia menurut aspek kejasmanian disebkan nilai vital. Termasuk golongan nilai vital ini adalah perumahan, pakaian, obat-obatan dan sebagainya. Jadi Driyarkara menggabungkan antara nilai material dan nilai vital.

Nilai-nilai yang menyebabkan seseorang dapat merasakan bahagian dengan mengalami barang-barang yang bagus dan indah disebut nilai estetika atau nilai keindahan. Oleh karena itu orang menciptakan berbagai macam nilai keindahan. Oleh karena itu orang menciptakan berbagai macam nilai keindahan. Baju tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan nilai material atau alat vital, akan tetapi pakaian dibuat sedemikian rupa sehingga pakaian itu memberikan rasa indah bagi yang memakainya.

Nilai kebenaran :

Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita ketahui setiap orang ingin mengetahui dan mengerti tentang sesuatu hal baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun hal-hal yang diluar dirinya. Orang akan merasa senang jika dikatakan mengerti sesuatu hal, sebab orang mengerti sesuatu disebut pintar. Dia akan merasa susah jika dikatakan tidak mengerti sesuatu hal, sebab ia dikatakan bodoh. Dan kenyataan ini dapat kita ketahui bahwa orang itu mengejar suatu nilai. Dalam zaman sekarang nilai ini berkembang dalam bermacam-macam ilmu pengetahuan, sistem filsafat, teknologi dan sebagainya. Setiap orang akan mengejar ini semua, maka ia mengejar suatu nilai kebenaran. Nilai kebenaran berkaitan dengan berpikir logis manusia. Sesuatu itu bernilai kebenaran jika dipandang dari akal suatu hal itu benar. Jika seseorang dalam memecahkan suatu persoalan yang dihadapi maka ia merasa puas, sebab ia telah menemukan kebenaran terhadap sesuatu yang tadinya merupakan kesulitan tadi.

Nilai-nilai moral :

Manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. N. Driyarkara S.Y. menjelaskan bahwa untuk perkembangan manusia, manusia itu harus melaksanakan hukum-hukum yang melekat pada diri manusia sebagai manusia (Pengasuh Majalah Basis, 1980, p.110). Hukum-hukum ini disebut hukum moral atau kesusilaan. Menurut hukum moral manusia itu harus melaksanakan suatu kewajiban, harus cinta sejati kepada sesama, meluhurkan martabat dan derajat manusia. Hukum moral dan kebebasan adalah dua hal yang melekat pada diri manusia. Dengan hukum moral manusia terikat, tetapi manusia bebas untuk melaksanakan. Oleh karena itu manusia itu bebas tapi terikat. manusia itu bebas tapi bertanggung jawab. Nilai-nilai moral atau riilai susila berkaitan dengan perilaku yang baik dan buruk. Manusia harus bèrbuat baik dan menjauhi yang buruk.

Nilai religius atau nilai keagamaan:

Nilai religius merupakan manifestasi dari manusia sebagai makhluk Tuhan. Manusia sebagai makhluk Tuhan dapat mengalami dan merasakan suatu keharusan di dalam dirinya untuk mengakui bahwa adanya bukan adanya sendiri, tetapi adanya karena diadakan oleh Yang Maha Pencipta. Manusia mengakui suatu realitas bahwa dia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Oleh karena itu ia dapat disebut makhluk Tuhan yang harus taat dan taklim kepada-Nya. Dnyarkara SY. menga takan bahwa nilai keagamaan merupakan fondasi dari nilai-nilai moral. Manusia tidak bisa sempuma sebagai manusia, jika ia tidak sempurna sebagai makhluk Tuhan. Sikap adil terhadap sesama, berkasih sayang menjunjung tinggi manusia tidak mungkin terjadi jika tidak didasarkan pada pengakuannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai moral dan nilai agama ini merupakan tuntutan dari dalam diri manusia.

Dalam keluarga terjadi transformasi nilai-nilai. Seluruh nilai-nilai tersebut telah ditransformasikan ke dalam diri anak oleh orang tua. Oleh karena itu segala jenis pendidikan telah dilaksanakan dalam keluarga. Sudardjo Adiwikarta (1988, p.66) menyatakan bahwa di semua lingkungan pendidikan semua aspek mendapat tempat.

Seperti telah dijelaskan di muka, kita mengenal tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, llngkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Semua lingkungan pendidikan ini telah menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Berhubungan dengan pernyataan ini maka Sudardjo Adiwikarta menyatakan bahwa pernyataan ini adalah tidak benar jika dikatakan bahwa segi afektif dikembangkan di dalarn keluarga, segi kognitif di sekolah dan segi motorik di masyarakat. Juga tidak benar kalau dikatakan bahwa pendidikan di rumah dilandasi emosional dan pendidikan di sekolah dilandasi rasiorial, di masyarakat segi kepraktisan.

Pendidikan dalam keluarga memang telah memberikan segala jenis pendidikan, akan tetapi untuk ini pendidikan yang diberikan hanyalah dasar-dasarnya saja. Oleh karena itu Sikun Pribadi menyatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama bagi perkembangan anak. Pendidikan yang pertama merupakan pondasi bagi pendidikan selanjujtnya (Sikun Pribadi, 1981, p.67). Semua jenis pendidikan masih dikembangkan dan disempurnakan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dan akhirnya hanya pendidikan moral dan religius saja yang bertahan di lingkungan di rumah.

Sudardjo Adiwikarta menjelaskan lebih lanjut bahwa di dalam keluarga telah dipelajari pengetahuan dasar, keterampilan, aspek-aspek kerohanian serta kepribadian dasar yang dapat dikembangkan lebih jauh dalam lingkungan sekolah dan lingkungan kerja dan dalam lingkungan hidup lain dalam masyarakat. Dalam keluargalah anak-anak mulai berkenalan dengan orang lain dan benda-benda. Di sini pula ia mulai mempelajari cara-cara dan aturan berbuat dan berperilaku sesuai dengan norma sosial yang dianut masya rakat sekitarnya. Juga diawali disini belajar berbahasa yang meliputi berbagai seginya seperti pengenalan kata, penyusunan kalimat, sopan santun berbahasa, yang kesemuanya merupakan segi kehidupan paling penting dalam kehidupan masyarakat. Sosialisasi dalam berbagai segi kehidupan dipelajari dalam keluarga. Tentu hasilnya akan sangat tergantung kepada berbagai karakteristik keluarga tempat anak itu diasuh dan dibesarkan.

BAB III

SIMPULAN

Pendidikan dalam arti praktis adalah suatu proses pemindahan pengetahuan ataupun pengembangan-pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai utama.

Pendidikan Keluaraga merupakan aspek yang penting,  bertujuan untuk mengembangkan pola piker, sikap atau perilaku yang baik. Banyak macam dan cara pencapaian pendidikan keluarga yang baik untuk mengasah otak anak sedangkan Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak.

DAFTAR PUSTAKA