Published using Google Docs
Endang Ekowati.docx
Updated automatically every 5 minutes

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASHCARD DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA KELAS V SEMESTER II SD NEGERI GENTAN 01 KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:Endang Ekowati

SD Negeri Gentan 01,Baki,Sukoharjo

ABSTRAK

              Penelitian ini bertujuan untuk   Meningkatan Hasil  Belajar  dan aktivitas belajar siswa Mata Pelajaran IPA Tentang materi pokok  Proses Daur air dan dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. melalui  Penerapan model Make a Match dan Media Flashcard Pada siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Gentan 01 Kecamatan  Baki   Kabupaten  Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014 / 2015.            Penggunaan model pembelajaran ini untuk menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, komunikatif dan menyenangkan; Mengetahui sejauh mana penggunaan model pembelajaran mempengaruhi perubahan sikap peserta didik dalam pembelajaran. Penelitian ini  melalui  Penerapan model Make a Match dan Media Flashcard Pada siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Gentan 01 Kecamatan  Baki   Kabupaten  Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014 / 2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua (2) siklus, dengan subyek penelitian peserta didik kelas  V (lima) SD Negeri Gentan 01, Kecamatan Baki , Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian pada tingkat penguasaan materi Tentang materi pokok  Proses Daur air  kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya pada siklus I peserta didik rata-rata 74,14  dan pada siklus 2 penguasaan materi  peserta didik rata-rata  82,19..  Berdasarkan hasil pengolahan  data dari perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model  dalam materi pokok sistem pemerintahan pusat dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, meningkat hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA..

Kata kunci : Hasil Belajar,  ,model Make a Match , Media Flashcard

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG MASALAH

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai produk dari sebagai proses. Produk artinya fakta, konsep, prinsip, serta teori (M. Iskandar, 2001:1). Jadi pembelajarannya perlu diajarkan dengan cara tepat, berorientasi pada siswa, dan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum dicapai oleh peserta didik sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan ketrampilan proses, sikap ilmiah didasarkan pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, pengetahuan sendiri difasilitasi oleh guru. Sesuai kenyataan dilapangan, guru sering mengabaikan pembelajaran IPA, masih menggunakan model pembelajaran konvensional, terkadang tidak menggunakan media, sehingga siswa cepat bosan sedangkan materi yang disampaikan kurang dimengerti.

Berdasarkan temuan Depdiknas (2007) dalam naskah akademik kajian kebijakan mata pelajaran IPA masih banyak permasalahan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan pendidikan di Indonesia masih rendah. Ini terbukti dari hasil TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and Science Study) menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam bidang IPA berada pada urutan ke-38 (dari 40negara), masih minimnya pembelajaran IPA di SD belum melibatkan konsep- konsep ilmiah, baru terbatas pengungkapan gejala- gejala alam berupa fakta, seharusnya pembelajaran itu menekankan pemberian pengalaman langsung, kontekstual, berpusat pada siswa, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dengan memperkenalkan kerja ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Gentan 01 , peneliti menemukan permasalahan di kelas V, dimana hasil belajar IPA masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan. Nilai tearendah 50, nilai tertinggi 80 dan nilai rata-rata 62,68. Data menunjukkan dari 41 siswa, 11 siswa (26,82 %) mendapat nilai di atas KKM (≥70), 30 siswa (73,17%). Hasil  belajar siswa rendah disebabkan dalam pembelajaran aktivitas siswa kurang, cepat bosan, masih merasa malu ketika guru meminta untuk tampil di depan kelas karena tidak ada rasa percaya diri. Selain itu guru cenderung monoton, masih menggunakan ceramah, kurang bisa membangkitkan motivasi belajar, belum menggunakan media/ alat peraga dalam kegiatan pembelajaran sehingga materi yang disampaikan sulit dipahami oleh siswa, dan menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Berdasarkan latar belakang, permasalahan perlu diatasi. Pemecahan masalah dengan menerapan model pembelajaran inovatif sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar siswa. Berdasarkan diskusi dengan guru kelas V, untuk memecahkan masalah pembelajaran IPA, bersama tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan menggunaan model pembelajaran inovatif agar menyenangkan, siswa aktif, dan kreatif. Untuk memperbaiki, peneliti mengembangkan model Make a Match menggunakan media Flashcard.

 Model Make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Huda, 2011:135), mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana menyenangkan. Model Make a Match bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran di tingkatan kelas.      Flashcard adalah media pembelajaran berbentuk kartu bergambar ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25 x 30 cm. Kelebihan media flashcard: (1) mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya seukuran postcard, (2) praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapanpun anak didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini, (3) mudah diingat karena kartu ini sangat menarik, berisi huruf atau angka, simpel, merangsang otak lebih lama mengingat pesan pada kartu, (4) sangat menyenangkan digunakan sebagai media pembelajaran, dalam bentuk permainan (Indriana, 2011:68-69)

Berdasarkan  latar  belakang    dilakukan  penelitian  tentang “Penerapan Model Make a Match dengan Media Flashcard dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas   Siswa   Kelas   V   SD   Negeri Gentan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015”

PERUMUSAN MASALAH

Sesuai latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah: bagaimanakah cara meningkatkan aktivitas siswa melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Gentan 01?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard pada siswa kelas V SD Negeri Gentan 01.

Tujuan Khusus:

  1. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Make a Match dengan media Flashcard pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gentan 01.
  2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPA melalui model Make a Match dengan media Flashcard pada siswa kelas V SD Negeri Gentan 01.
  3. Meningkatkan  hasil  belajar  melalui  model  Make  a  Match  dengan  media Flashcard IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gentan 01. 

MANFAAT PENELITIAN

                 Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai:

           a. Bagi Siswa

1).  Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran

2). Meningkatkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.

3). Meningkatkan konsentrasi siswa dalam pembelajaran.

4). Menciptakan situasi belajar menyenangkan.

          b. Bagi Guru

1). Menggali kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas.

2). Membantu guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran di kelas.

3). Memberikan pengetahuan cara mengajar yang disenangi siswa

                 sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar.

          c. Bagi Sekolah

              Memberikan sumbangan pemikiran terhadap upaya peningkatan hasil belajar  yang lebih optimal.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

KAJIAN TEORI

Ilmu Pengetahuan Alam

 a.Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu produk dan proses. Produk adalah fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Prosedur yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mempelajari alam termasuk prosedur empirik dan analisis (M. Iskandar, 2001:1).Berdasarkan Depdiknas (2007) IPA (sains) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan berupa gejala- gejala alam.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan.

 Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari (KTSP, 2007:484).  IPA adalah suatu ilmu pengetahuan, berisi argument, konsep mempelajari tentang alam sekitar, diperoleh melalui pengalaman untuk proses penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan.

  1. Pembelajaran IPA di SD

                         Berdasarkan KTSP SD/ MI (2006:484-485) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari- hari dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Jadi, pembelajarannya di SD/MI menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan mengembangkan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

                         Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:        a)Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan serta keteraturan alam ciptaan-Nya. b)Mengembangkan pengetahuan pemahaman konsep-konsep yang bermanfaat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, kesadaran adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, masyarakat. d)Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah sehingga dapat membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  1. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI

               Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: a) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan, serta kesehatan. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. d)Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

              Teori belajar yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori piaget dan teori konstruktivisme. Teori piaget menguraikan perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teri kontruktivistik menekankan bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran di sekolah. Ide-ide yang mereka bentuk dan pengajaran IPA yang mereka dapat di sekolah disimpan di dalam struktur kognitif mereka (M. Iskandar, 2001:22-23). Anak-anak Sekolah Dasar mempunyai kecenderungan sebagai berikut: beranjak dari hal-hal yang kongrit, memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu kebutuhan, terpadu, dan melalui proses manipulatif. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif anak.

             Pembelajaran IPA di SD di sesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik serta karakteristiknya. Dilihat dari kemampuan berfikir dan karakteristik peserta didik maka strategi pembelajaran di Sekolah Dasar perlu dibedakan dengan pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi.

 Model Pembelajaran Kooperatif

                Cooperative learning berasal dari kata cooperative artinya mengerjakan sesuatu secara bersama- sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2011:15). Sejalan dengan pendapat Slavin (2010:4) pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.  Cooperative learning merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu.

                         Sesuai pendapat Suprijono (2010:54-65) mendiskripsikan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yaitu Make a Match. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Huda, 2011:135), yaitu siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Model Make a Match ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

            Langkah- langkah pembelajaran Make a Match:

  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian).
  2. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
  3. Mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan RUMPUT berpasangan dengan pemegang kartu KAMBING, atau pemegang kartu yang berisi MADU berpasangan dengan pemegang kartu LEBAH.
  4. Siswa dapat bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang berhubungan. Misalnya, pemegang kartu 3 + 3 membentuk kelompok dengan pemegang kartu 2 X 3 dan 12 : 2.

Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat/ wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan pesan pembelajaran (Sugandi, 2007:30).  Sedangkan menurut Indriana (2011:13-69) media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a source)dengan penerima pesan (a receiver).

            Ciri-ciri umum media pengajaran:

  1. Media menekankan pada keperagaan.
  2. Media merupakan bentuk komunikasi antara guru dengan siswa.
  3. Media merupakan alat bantu utama dalam kegiata pembelajaran.
  4. Media berkaitan erat dengan metode mengajar.

         Flashcard merupakan salah satu dari media pembelajaran. Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk  kartu bergambar   yang     ukurannya seukuran dengan postcard atau sekitar 25 x 30 cm. Gambar yang ditampilkan dalam kartu tersebut adalah gambaran tangan atau foto, atau gambar/foto yang sudah ada atau ditempelkan pada lembaran kartu- kartu tersebut. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya.

Media ini juga sangat menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam bentuk permainan  Flashcard merupakan suatu media pembelajaran yang berupa kartu gambar  disertai dengan sebuah pertanyaan atau jawaban. Cara bermainnya yaitu siswa mencari pasangan (jawaban) dari setiap pertanyaan yang telah ditulis dalam kartu tersebut.

Kerangka Berpikir

        

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Make a Match dengan Media Flashcard

Skema kerangka berpikir di atas menunjukan bahwa pada kondisi awal, pembelajaranIPA belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh faktor guru dan siswa. Guru cenderung monoton, masih menggunakan metode ceramah; aktivitas belajar siswa kurang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; siswa masih merasa malu ketika guru meminta siswa untuk tampil di depan kelas karena tidak adanya rasa percaya diri pada diri siswa; guru belum menggunakan media/ alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran; sehingga hasil belajar siswa rendah.

Kondisi seperti ini membuat peneliti bersama tim kolaborasi merencanakan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model Make a Match dengan media Flashcard. Dengan menggunakan model Make a Match dengan media Flashcard siswa dapat terlibat dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih aktif menemukan pasangannya. Siswa akan mencari dengan cepat pasangan yang cocok dengan kartu yang dia dapat. Melalui model pembelajaran ini diharapkan dapat menambah aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya.

Dengan menerapkan model Make a Match menggunakan media Flashcard diharapkan dapat memberikan peningkatan pada keterampilan guru, aktivitas dan hasil belajar siswa. Selanjutnya dapat memberikan kontribusi atau masukan bagi guru untuk selalu menerapkan pembelajaran inovatif dan menyenangkan agar siswa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

 HIPOTESIS TINDAKAN

Melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard, dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gentan 01.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo di kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai  bulan April 2015

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak  41 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi atau pengamatan dan tahap refleksi atau evaluasi.

Analisis Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriftif komparatif untuk membandingkan hasil tes antar siklus dan analisis diskriftif kualitatif untuk membandingkan data pada kegiatan pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

                         Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus menjadi empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum pelaksanaan tindakan kelas, dilakukan tes kemampuan awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang kegunaan dan daur air. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal pada tanggal 13 Oktober 2015 diketahui bahwa kemampuan memahami kegunaan air dan daur air siswa masih rendah.Adapun data nilai tes kemampuan memahami pada kondisi awal dapat disajikan dalam tabel 1 berikut:

          Tabel 4.1. Nilai Kondisi Awal

No

Nilai

Frekuensi

Prosentase

Kualifikasi

1.

90-100

0

0 %

Tuntas

2.

80-89

2

4,87 %

Tuntas

3.

70-79

9

21,95 %

Tuntas

4.

60-69

28

68,29 %

Belum Tuntas

5.

50-59

2

4,87 %

Belum Tuntas

Jumlah

41

100 %

Rata-rata

62,68

                    Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan sebanyak 11 siswa yang sudah tuntas sedangkan yang belum tuntas sebanyak 20 siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 26,82 %. Data pembelajaran kegunaan air dan daur air belum memenuhi batas ketuntasan sebesar 70. Nilai kondisi awal dapat dibuat grafik sebagai berikut:

          Grafik 4.1 Nilai Kondisi Awal

Deskripsi Tindakan Siklus I

                        Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap tindakan dapat dideskripsikan bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan dalam pembelajaran karena pengaruh dari berbagai faktor dalam pembelajaran. Pada saat pengamatan atau observasi masih yterlihat siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti menyampaikan pendapat dan ragu-ragu menggunakan alat peraga, hal ini dikarenakan kurang terbiasa.

          Pada kegiatan diskusi kelompok, kegiatan masih didominasi oleh siswa yang pandai sedang siswa yang lain hanya mengikuti saja dan kurang berani berpendapat. Hal ini karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi.  Dalam kegiatan melaporkan hasil melalui presentasi masih ada siswa yang kurang berani mengeluarkan pendapat dan kegiatan banyak didominasi oleh siswa yang pandai.

Tingkat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil observasi pada siklus I sebagai berikut:1). Siswa yang memperoleh nilai antara 50-59 seabanyak 1 siswa atau 2,43 %, 2). Siswa yang memperoleh nilai antara 60-69 sebanyak 24 siswa atau 58,53 %, 3). Siswa yang memperoleh nilai antara 70-79 sebanyak 14 siswa atau 34,14 %, 4). Siswa yang memperoleh nilai antara 80-89 sebanyak 2 siswa atau 4,87 %, 5). Sedangkan siswa yang memperoleh rentang nilai 90-100 sebanyak 0 siswa atau 0 %, 6). Siswa yang sudah tuntas secara klasikal sebanyak 16 siswa atau 39,02 %, sedangkan 7). Siswa  yang belum tutas secara klasikal sebanyak 25 siswa atau 60,97 %.

Berdasarkan  hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3

Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Nilai

       Frekuensi

     Persentase

Kualifikasi

50- 59

1

2,43%

Tidak Tuntas

60- 69

24

58,53%

Tidak Tuntas

70- 79

14

34,14%

Tuntas

80- 89

2

4,87%

Tuntas

90- 100

0

0 %

Tuntas

Jumlah

41

100%

Tabel 4.4

      Hasil belajar Siklus I

No

Pencapaian

                    Siklus I

1.

Nilai rata-rata

74,14

2.

Nilai terendah

60

3.

Nilai tertinggi

90

4.

Siswa yang belum tuntas

2

5.

Siswa yang Tuntas

39

6.

Persentase ketuntasan belajar

95,12%

    Grafik 4.2 Nilai Tes Evaluasi Siklus I

    Berdasarkan tabel dan grafik yang sudah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard siswa kelas V diperoleh nilai rata-rata pada kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 74,14 dengan ketuntasan belajar klasikal 95,12 % yaitu 39 siswa tuntas belajar dengan mendapatkan nilai70 dan≥masih ada 2 atau 4,87 % siswa belum tuntas sehingga perlu ditingkatkan untuk pertemuan selanjutnya.

      Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPA penerapan model Make a Match dengan media Flashcard perlu diperbaiki dengan melanjutkan ke siklus II karena indikator keberhasilan yang diinginkan belum terpenuhi secara menyeluruh, masih ada kekurangan setiap variabel sehingga perlu ditingkatkan.

  1. Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan melalui hasil observasi, catatan lapangan selama pembelajaran.
  2. Menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I.

  1. Membuat daftar permasalahan pembelajaran yang terjadi pada pelaksanaan tindakan dari segi aktivitas siswa, ketrampilan guru dan hasil belajar siswa siklus

Deskripsi Siklus II

            Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru selama proses  pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap tindakan dapat dideskripsikan bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan dalam pembelajaran karena pengaruh dari berbagai faktor dalam pembelajaran.Pada saat pengamatan atau observasi masih yterlihat siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti menyampaikan pendapat dan ragu-ragu menggunakan alat peraga, hal ini dikarenakan kurang terbiasa. Pada kegiatan diskusi kelompok, kegiatan masih didominasi oleh siswa yang pandai sedang siswa yang lain hanya mengikuti saja dan kurang berani berpendapat. Hal ini karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi.

             Dalam kegiatan melaporkan hasil melalui presentasi masih ada siswa yang kurang berani mengeluarkan pendapat dan kegiatan banyak didominasi oleh siswa yang pandai. Tingkat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil observasi pada siklus II sebagai berikut:1). Siswa yang memperoleh nilai antara 50-59 seabanyak 0 siswa atau 0 %, 2). Siswa yang memperoleh nilai antara 60-69 sebanyak 0 siswa atau 0 %, 3). Siswa yang memperoleh nilai antara 70-79 sebanyak 2 siswa atau 4,87 %, 4). Siswa yang memperoleh nilai antara 80-89 sebanyak 24 siswa atau 58,53 %, 5). Sedangkan siswa yang memperoleh rentang nilai 90-100 sebanyak 17 siswa atau 41,46 %, 6). Siswa yang sudah tuntas secara klasikal sebanyak 39 siswa atau 100 %. Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard diperoleh hasil belajar meningkat .

  1. Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan melalui hasil observasi, catatan lapangan selama pembelajaran pada siklus II.
  2. Menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus II
  3. Membuat daftar permasalahan pembelajaran yang terjadi pada pelaksanaan tindakan dari segi aktivitas siswa, ketrampilan guru dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan  hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard diperoleh data sebagai berikut:

     Tabel 4.3

      Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Nilai

       Frekuensi

     Persentase

Kualifikasi

50- 59

0

0 %

Tidak Tuntas

60- 69

0

0 %

Tidak Tuntas

70- 79

2

4,87 %

Tuntas

80- 89

24

58,53 %

Tuntas

90- 100

17

41,46  %

Tuntas

Jumlah

41

100%

    Tabel 4.4

 Hasil belajar Siklus I

No

Pencapaian

                    Siklus I

1.

Nilai rata-rata

82,19

2.

Nilai terendah

70

3.

Nilai tertinggi

100

4.

Siswa yang belum tuntas

0

5.

Siswa yang Tuntas

41

6.

Persentase ketuntasan belajar

100 %

Grafik 4.3 Nilai Tes Evaluasi Siklus II

 Berdasarkan tabel dan grafik yang sudah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard siswa kelas V diperoleh nilai rata-rata pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 82,19 dengan ketuntasan belajar klasikal 100 % yaitu 41 siswa tuntas belajar dengan mendapatkan nilai  ≥ 70. Berdasarkan hasil refleksi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPA penerapan model Make a Match dengan media Flashcard perlu diterapkan guru dalam pokok materi yang sesuai menggunakan model pembelajaran ini agar hasil belajar miningkat.

Pembahasan

Hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran tentang materi pokok proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disajikan sebagai berikut:      

       1.  Siklus I

                       Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap tindakan dapat dideskripsikan bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan dalam pembelajaran karena pengaruh dari berbagai faktor dalam pembelajaran. Pada saat pengamatan atau observasi masih yterlihat siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti menyampaikan pendapat dan ragu-ragu menggunakan alat peraga, hal ini dikarenakan kurang terbiasa.

           Pada kegiatan diskusi kelompok, kegiatan masih didominasi oleh siswa yang pandai sedang siswa yang lain hanya mengikuti saja dan kurang berani berpendapat. Hal ini karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi.   Dalam kegiatan melaporkan hasil melalui presentasi masih ada siswa yang kurang berani mengeluarkan pendapat dan kegiatan banyak didominasi oleh siswa yang pandai. Tingkat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil observasi pada siklus I sebagai berikut:1). Siswa yang memperoleh nilai antara 50-59 seabanyak 1 siswa atau 2,43 %, 2). Siswa yang memperoleh nilai antara 60-69 sebanyak 24 siswa atau 58,53 %, 3). Siswa yang memperoleh nilai antara 70-79 sebanyak 14 siswa atau 34,14 %, 4). Siswa yang memperoleh nilai antara 80-89 sebanyak 2 siswa atau 4,87 %, 5). Sedangkan siswa yang memperoleh rentang nilai 90-100 sebanyak 0 siswa atau 0 %, 6). Siswa yang sudah tuntas secara klasikal sebanyak 16 siswa atau 39,02 %, sedangkan 7). Siswa  yang belum tutas secara klasikal sebanyak 25 siswa atau 60,97 %.

2.Siklus II

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan oleh guru selama proses  pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap tindakan dapat dideskripsikan bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan dalam pembelajaran karena pengaruh dari berbagai faktor dalam pembelajaran.             Pada saat pengamatan atau observasi masih yterlihat siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti menyampaikan pendapat dan ragu-ragu menggunakan alat peraga, hal ini dikarenakan kurang terbiasa. Pada kegiatan diskusi kelompok, kegiatan masih didominasi oleh siswa yang pandai sedang siswa yang lain hanya mengikuti saja dan kurang berani berpendapat. Hal ini karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi.

Dalam kegiatan melaporkan hasil melalui presentasi masih ada siswa yang kurang berani mengeluarkan pendapat dan kegiatan banyak didominasi oleh siswa yang pandai. Tingkat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil observasi pada siklus II sebagai berikut:1). Siswa yang memperoleh nilai antara 50-59 seabanyak 0 siswa atau 0 %, 2). Siswa yang memperoleh nilai antara 60-69 sebanyak 0 siswa atau 0 %, 3). Siswa yang memperoleh nilai antara 70-79 sebanyak 2 siswa atau 4,87 %, 4). Siswa yang memperoleh nilai antara 80-89 sebanyak 24 siswa atau 58,53 %, 5). Sedangkan siswa yang memperoleh rentang nilai 90-100 sebanyak 17 siswa atau 41,46 %, 6). Siswa yang sudah tuntas secara klasikal sebanyak 39 siswa atau 100 %. Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPA melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard diperoleh hasil belajar meningkat .

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Gentan 01 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo  melalui penerapan model Make a Match dengan media Flashcard dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Penerapan model Make a Match dengan media Flashcard dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas V SD Negeri Gentan 01, aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya.. Pada siklus I pertemuan I dan II jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 15 dan 16,8 termasuk dalam kategori cukup. Rata- rata jumlah skor yang diperoleh siklus I yaitu 15,9 dengan kategori Cukup. Pada siklus II pertemuan I dan II, jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 23,8 dan 27,3 termasuk dalam kategori baik dan sangat baik. Rata- rata jumlah skor yang diperoleh siklus II yaitu 25,65 dengan kategori baik Peningkatan ini terjadi karena guru telah menggunakan media sesuai kebutuhan siswa yaitu Flashcard sehingga siswa dapat bermain sambil belajar. Melalui media ini siswa menjadi termotivasi mengikuti pembelajaran.
  1. Penerapan model Make a Match dengan media Flashcard dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas V SD Negeri Gentan 01, hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Nilai rata-rata siklus I yaitu 74,14  dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 60, dan ketuntasan belajar 95,12 %, sedangkan 4,87 % tidak tuntas.  Kemudian    pada   siklus  II   ketuntasan belajar

siswa naik menjadi 100 %, yang tidak tuntas 0 % dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 70. Peningkatan hasil belajar siswa didukung dengan meningkatnya keterampilan guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar meningkat.

Berdasarkan simpulan dan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian ini dinyatakan berhasil. Terbukti dengan terpenuhinya indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan.

SARAN

Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

  1. Sebaiknya model Make a Match tidak hanya diterapkan dalam pembelajaran IPA saja melainkan pada mata pelajaran lainnya. Hal ini dikarenakan selain dapat meningkatkan aktivitas siswa, model ini juga dapat meningkatkan keterampilan guru dan hasil belajar.
  2. Media Flashcard sangat cocok digunakan untuk anak SD dan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan serta karakteristik perkembangan siswa.
  3. Model Make a Match sebaiknya dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternative untuk melaksanakan pembelajaran inovatif, agar siswa merasa senang dan lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008: Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamid dan Herrhyanto. 2008. Statistika dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:

Alfabeta.

Kristiana. 2008. Hakikat IPA. Online ( http://kristinayantiportofolio.blogspot.com/), diakses pada tanggal 26 februari 2015  pukul 16: 06 WIB.

Kusumawati, Rita. 2011. Pengembangan Media Flashcard Tema Binatang Untuk Anak Kelompok B Di Taman Kanak- Kanak Asemjajar. Surabaya. Online ( http://jk.tp.ac.id/pengembangan-media-flashcard-tema-binatang-untuk- anak-kelompok-b-di-taman-kanak-kanak-asemjajar-surabaya), diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 19: 35 WIB

Lapono, Nabisi. dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Departemen Pendidikan Nasional.

M.  Iskandar,  Srini.2001.  Pendidikan  Ilmu  Pengetahuan  Alam.  Bandung:  CVMaulana.

Rifa’i, AchmadharinaTri Annidan.2009Cat.Psikologi  Pendidikan.  Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

 Slavin, Robert. E.2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Penulis:ENDANG EKOWATI, S.Pd

SD Negeri Gentan 01,Baki,Sukoharjo

NIP. 19670908 198806 2 002