Published using Google Docs
Sri Kusdwilastuti.docx
Updated automatically every 5 minutes

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II SDMUHAMMADIYAH PALUR MOJOLABAN

TAHUN 2014/2015

Oleh:Sri Kusdwilastuti

SD Muhammadiyah Palur

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dampak pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil  belajar  siswa  kelas  VI  pada  mata   pelajaran  PKn  di    SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015 semester II.Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :1)Dapat memberikan sumbangan dan kontribusi terhadap peranan guru Mata Pelajaran PKn sebagai perwujudan profesionalisme guru dalam pembelajaran dan pendekatan  Konstruktvisme.2)Dapat memberikan informasi yang memadai mengenai peranan guru yang berkaitan dengan prestasi belajar baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diwujudkan dalam perilaku, kepribadian dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan  menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar siswa  terhadap materi pelajaran PKN siswa kelas IV semester II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo  Tahun 2014/2015.

Kata Kunci:Aktivitas, Hasil belajar, konstruktivisme

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran PKn, guru belum semuanya melaksanakan pendekatan siswa aktif, dan peranan guru sebagai dinamisator belajar siswa belum diterapkan, namun guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam penyampaian materi pelajaran guru masih menggunakan buku-buku sumber dan buku pelengkap sebagaa sumber belajar, dan dalam penyampaian bahan ajar kepada siswa belum digunakan media belajar yang lain.

Berdasarkan studi awal yang penulis lakukan di Kelas IV SD Muhammadiyah, Palur, Mojolaban, Sukoharjo dalam mengajar guru belum mencobaka metode-metode yang direkomendasikan oleh Depdikbud di atas. Metode yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar masih sebatas ceramah dan tanya jawab. Dalam penelitian ini penulis akan mencobakan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode kontruktivisme yang merupakan metode yang belum pernah dicobakan sebelumnya pada siswa.

Salah satu tawaran yang dapat dijadikan acuan dalam mengatasi rendahnya kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SD Muahammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015  adalah dengan melalui pembelajaran konstruktivisme,  yaitu usaha maksimal untuk mengkonstruksi pemahaman bagi siswa atas apa yang dipelajarinya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil    belajar siswa kelas VI SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015  pada mata pelajaran PKn melalui pembelajaran konstruktivisme ?

Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini mempunyai tujuan : Mendeskripsikan/menganalisis dampak pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil  belajar  siswa  kelas  VI  pada  mata   pelajaran  PKn  di    SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015 semester II.

Manfaat Penelitian

Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

  1. Memberikan informasi yang berharga untuk kalangan akademisi atau para peneliti yang akan mengkaji bahwa peranan guru merupakan komponen yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan secara umum (universal).
  2. Memberikan sumbangan dan kontribusi terhadap peranan guru Mata Pelajaran PKn sebagai perwujudan profesionalisme guru dalam pembelajaran dan pendekatan  Konstruktvisme
  3. Dapat memberikan informasi yang memadai mengenai peranan guru yang berkaitan dengan prestasi belajar baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diwujudkan dalam perilaku, kepribadian dan kemandirian siswa.

KAJIAN PUSTAKA

  1. Kajian Teori
  1. Hakikat Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran konstruktivistik menurut (Woolfolk dalam Pribadi, 2009; 156) merupakan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami. Pembelajaran konstruktivistik menurut (Wuryanto) di dalam http:// agus wuryanto.wordpress.com/2010/08/06/ peningkatan-prestasi-belajar-ips-melalui model pembelajaran-konstruktivistik adalah model pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri dan memindahkan informasi yang kompleks. Guru memberi kesempatan kepada siswa dalam proses belajar dengan bersosialisasi yang berkesinambungan.

Pembelajaran konstruktivistik menurut (Gasong dalam Ifzanul dalam http:// ifzanul.blogspot.com/2010/05/teori-belajar konstruktivistik. html adalah pembentukan pengetahuan dan memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksi dengan lingkungan. Dengan adanya bantuan struktur kognitif ini, subyek menyusun pengertian realitas. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Berdasar definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivistik ialah pembelajaran yang mengutamakan peran serta siswa secara aktif dalam membangun pemahaman dan memberi makna secara mandiri dari informasi dan peristiwa yang dialami secara kompleks yang difasilitasi orang lain.

Para penganut konstruktivisme (Paul Suparno, 19997 dalam Hera Lestari Mikarsa, 2007) berpendapat bahwa pengetahuan itu adalah merupakan konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, tetapi merupakan konstruksi   kognitif    seseorang    terhadap    objek,    pengalaman,    maupunlingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada di sana dan orang tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus menerus dari seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisasi karena munculnya pemahaman yang baru. Von Glaserveld menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk proses pembentukan pengetahuan itu, seperti (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain. Von Glaserfeld membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan hubungan pengetahuan dan kenyataan, yakni konstruktivisme radikal, realisme hipotesis, dan konstruktivisme yang biasa.

Dengan mengacu pada pandangan konstruktivisme, Bredekamp dan Rosegrant (1992) akhirnya menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna apabila dalam proses pembelajaran tersebut : (1) anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi, (2) anak mengonstruksi pengetahuan, (3) anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, (4) anak belajar melalui bermain,  (5) minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui dapat terpenuhi, dan (6) unsur variasi individual anak diperhatikan.

Selanjutnya  M. Sholehudin (1999) merumuskan sejumlah pemikiran yang memungkinkan aktivitas belajar anak SD lebih bermakna dengan menerapkan prinsip   konstruktivisme.   Pandangan   ini   menghendaki   para   guru  untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak (child-centered teaching approach), yaitu :

  1. Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik
  2. Untuk membuat pelajaran bermakna bagi anak, topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman-pengalaman anak yang relevan.
  3. Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan.
  4. Dalam proses belajar, kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain perlu diprioritaskan.
  5. Bahan-bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan-bahan yang kongkret, dan kalau mungkin dengan bahan yang sebenarnya.
  6. Dalam menilai hasil belajar siswa, guru tidak hanya menekankan aspek kognitif (dengan tes tulis) saja, tetapi mencakup seluruh domain perilaku anak yang relevan dengan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.
  7. Ide di atas akhirnya mengimplikasikan perlunya para guru menampilkan peran utama sebagai guru dalam proses pembelajaran anak, dan bukannya sebagai transmitor pengetahuan kepada anak.
  1. Belajar 

Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah ia mengalami proses belajar, dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan atau yang dilaluinya. Penilaian hasil belajar perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tujuan untuk instruksional yang telah diajarkan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dikuasai siswa. Dalam   istilah   yang lebih umum hasil belajar disamakan dengan

Sebuah prestasi. Berikut ini akan paparan definisi tentang prestsi menurut pendapat para ahli :

  1. Menurut Kamus Umum W.J.S Poerwadarminta, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
  2. Dalam Kamus Edisi Ketiga (2000) didefinisikan bahwa prestasi adalah hasil yang telah diperoleh (dicapai dan lain-lain) ataupun pencapaian terhadap sesuatu.
  3. L.W.Rue (1993) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil pencapaian tugas yang merujuk kepada kerja bagi setiap individu.
  4. Philip Ricciardi (1996) menyatakan pula bahwa prestasi merupakan hasil yang berhasil dicapai dengan kuantitas tertentu atau nilai kerja yang dilakukan terhadap pelajaran atau hasil belajar. Menurut beliau juga, prestasi merupakan suatu kebolehan untuk menghasilkan sesuatu yang benar dengan cara yang benar dan dilakukan pada saat yang tepat dalam suatu usaha yang bersesuaian.

Menurut Tuty Haryati definisi dari prestasi adalah suatu hasil luar biasa/dahsyat yang telah dicapai. Menurutnya pula prestasi merupakan sebuah keberhasilan berstandar tinggi yang citranya hanya diperoleh segelintir orang. Dengan kemampuan   berfikir  dan  menilai,  prestasi   diasumsikan  sebagai kesuksesan dengan ukuran yang ditentukan sendiri berdasrakan hasil penilaian yang eksternal. Dengan nilai yang tinggi, beliau juga memaknai prestasi sebagai barang mewah dimana hanya sedikit orang saja yang sanggup menyandangnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:

  1. Prestasi adalah hasil pencapaian terhadap tugas yang diberikan kepada individu maupun organisasi.
  2. Prestasi tidak mengandung konotasi negatif, artinya keberhasilan dalam kebaikan, karena semua orang selalu mngharapkannya.

Dari definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai peserta didik dari hasil belajarnya. Hasil belajar siswa dapat diukur berdasarkan tingkah laku sebelum dan sesudah proses belajar dilakukan, dimana diwujudkan dengan prilaku dan pengetahuan. Sedangkan wujud prestasi belajar secara konkrit adalah dalam bentuk nilai (angka) hasil dari tes formatif dalam pembelajaran pada masing- masing peserta didik. Prestasi belajar ini dapat tercapai yaitu dengan belajar tekun, sungguh- sungguh serta kemauan keras dalam belajar bagi peserta didik dan sebagai pendidik juga harus mempunyai semangst dan tanggung jawab penuh dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

  1. Pengertian PKn

Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang teridiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Penjelasan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No 2 Tahun 1989).

Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalakan oleh bangsa dan negara (Penjelasan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No 2 Tahun 1989).

Berdasarkan Kurikulum 2004 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah "Mata pelajaran yyang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia". Untuk siswa  SD nilai luhir dan moral tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam wujud perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga, anggota masayarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Di sini tampak bahwa PKn mempunyai aspek pokok berupa pengembangan dan pelestarian nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Nilai luhur budaya Indonesia sangat beragam tergantung di daerah mana nilai itu berada. Benturan nilai vang berdasarkan budaya daerah yang satu dengan yang lainnya harus diketahui oleh siswa. Hal ini disebabkan nilai, budaya dan norma yang berlaku di satu daerah akan lain dengan nilai, budaya dan norma yang berlaku di daerah lain.

Kurikulum  Pendidikan Dasar telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 060/U/1443 tanggal 25 Februan 1993. Salah satu dari sebelas mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

PKn banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang apabila diajarkan menurut cara yang tepat akan lebih bermakna bagi siswa dan akan diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, namun apabila diajarkan dengan cara yang salah, maka PKn hanya akan merupakan pelajaran yang bersifat hapalan belaka dan hasilnya kurang bermakna bagi siswa, karena siswa tidak akan bisa mengaplikasikan-nya dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai anggota keluarga, anggota sekolah atau anggota masyarakat.

Agar guru dapat memberikan materi pelajaran PKn dengan baik dan supaya hasilnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya guru mengajar dengan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan kondisi siswa tidak hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab atau tugas saja.

Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam sistem kurikulum  Pendidikan Dasar. Fungsi mata pelajaran PKn yang diajarkan di sekolah adalah agar dapat diaplikasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Menurut Kurikulum  Pendidikan Dasar (Depdikbud, 1994: 81), mata pelajaran PKn berfungsi untuk :

  1. Mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
  2. Mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku dan berbudi pekerti luhur.
  3. Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota keluarga, sekolah, dan masyarakat serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari ketiga fungsi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa mata pelajaran PKn akan memberikan arah berpikir yang kritis kepada para siswa terhadap masalah-masalah, gejala perilaku, dengan harapan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik pada waktu siswa masih menjadi seorang pelajar terlebih lagi ketika siswa menjadi anggota masyarakat.

Tujuan yang akan dicapai dengan pembelajaran Mata pelajaran PKn di  SD dengan proses belajar mengajar PKn adalah menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP.(Depdikbud, 1994:2)

Tujuan tersebut di atas, dapat dicapai jika dalam proses belajar mengajar, guru dapat menciptakan suasana yang kondusif, di antaranya dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa, dan hasil belajar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

KERANGKA BERPIKIR

Dari kajian pustaka yang penulis kemukakan dan dari permasalahan yang timbul untuk diberikan solusi agar hasilnya bisa memuaskan,maka penulis memberikan gambaran singkat pada pembaca tentang alur berpikir dalam pelaksanaan perbaikan dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalahan yang timbul.Kerangka berpikir terhadap permasalahan yang timbul dapat diskemakan dengan diagram berikut:

Hipotesis Tindakan.

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka ( landasan teori ) yang telah diuraikan di depan, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme dapat meningkatkan Aktivitas  dan Hasil Belajar Mata Pelajaran PKn pada Siswa  kelas VI  semester II  SD Muhammadiyah Palur Mojolaban Tahun 2014/2015 “.

METODE PENELITIAN  

Setting Penelitian

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran, maka waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal pelajaran kelas IV semester genap SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015 .

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VI semester II  SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015 yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 12 laki-laki  orang dan perempuan 8 orang.

Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil belajar siswa kelas VI semester II  SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

Prosedur Penelitian  

Rosedur penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Crassroom Action Research (CAR).

Adapun pelaksanaan penelitian ini melalui langkah siklus sebanyak dua siklus,  dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting) .  

Sumber Data

        Data yang dimaksud adalah sejumlah fakta atau keterangan yang digunakan atau yang diperoleh untuk mernecahkan masalah dalam penelitian. Jenis data dalam penelitian ini adalah :  Data Kuantitatif,Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes.Data Kualitatif,Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada saat diterapkannya metode pembelajaran metode simulasi.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.

Teknik Pengumpulan Data

 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes dan nontes. Teknik tes yang digunakan untuk mendapatkan skor tulisan yang dihasilkan oleh siswa. Baik yang ada siklus I maupun siklus II.         Teknik nontes dengan menggunakan observasi. Observasi dilakukan guru kelas saat melaksanakan Proses Belajar Mengajar  ( PBM ). Data lain yang diperoleh melalui jurnal siswa dari beberapa siswa yang menonjol tentang pelaksanaan pembelajaran PKn berlangsung. Teknik ini dipilih karena sesuai dengan sata yang akan diperoleh, yaitu berupa kemampuan siswa atau hasil siswa. Untuk mengumpulkan data peneliti melakukan tes kepada siswa kelas VI SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014/2015.Pada penelitian ini, ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes.

Validasi Data

        Validasi data yang digunakan adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber adalah pengambilan data dengan menggunakan tiga sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari siswa, teman sejawat, dan guru yang menjadi subjek penelitian.

Analisis Data

 Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif meliputi: 1. Reduksi data yaitu kegiatan mengidentifikasi, klasifikasi dan kodefikasi data, 2. penyajian data, 3. penarikan kesimpulan.

Hasil yang diperoleh merupakan tolak ukur untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik dengan menerapkan teknik penilaian metode simulasi. Skala penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 sampai 10 dan komponen penilaiannya disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil penelitian
  1. Pra Siklus

        Pembelajaran pra siklus mata pelajaran PKn kelas VI semester II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran  2014 / 2015 dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Pebruari  2015 hasilnya belum memuaskan.Dari data hasil pembelajaran pra siklus diatas jika dilihat di grafik seperti pada gambar berikut ini:

Grafik diatas menjelaskan bahwa pembelajaran kurang berhasil karena nilai rata rata hanya 70,5 masih banyak anak yang belum tuntas.KKM yang diberikan untuk mata pelajaran PKn adalah 68 dan hanya 12 anak atau sekitar 60 % yang mendapat nilai sama atau diatas KKM. Siswa yang belum mendapatkan nilai diatas kkm sekiar 8 siswa atau 60 % dari jumlah keseluruhan 20 siswa.Karena hasil pada awal pembelajaran kurang memuaskan maka penulis mengadakan perbaikan dengan pembelajaran siklus I.

  1. Siklus I

                Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I, peneliti mencoba  melaksanakan pembelajaran  menggunakan pembelajaran konstruktivisme. Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2015 dengan objek siswa kelas VI semester II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban   Kabupaten Sukoharjo  tahun pelajaran 2014 / 2015. Dengan dibantu  oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Peneliti melaksanakan sesuai rencana. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilanHasil evaluasi menunjukkan  nilai siswa pada siklus I sangat rendah.

                Data tersebut menunjukkan bahwa, dari 20 orang siswa pada pelajaran PKn di SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo  tahun pelajaran 2014 / 2015 ada  17   siswa atau 85 %  yang sudah dapat dinyatakan tuntas dan 3 orang ( 15 %  ) siswa yang belum tuntas. Data tersebut dapat disajikan Dalam bentu gafik seperti dibawah ini.

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan dalam pembelajaran siklus I  yaitu ada 17 anak mendapat nilai diatas KKM dan 3 anak dibawah KKM.Walaupun sudah ada peningkatan yang signifikan,penulis merasa belum berhasil dalam pembelajaran siklus I ini. Pada siklus I membuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.        Untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran PKN , peneliti menggunakan  pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

  1. Siklus II

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari hari Kamis 19 Maret  2015  dengan objek siswa kelas VI semester  II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban   Kabupaten Sukoharjo  tahun pelajaran 2014 / 2015. Dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai rencana. Hasilnya dapat dilihat sebagaimana table  siklus II di bawah ini.

Tabel hasil evaluasi mata pelajaran PKN siklus II

        Data yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut, pada siklus II diperoleh hasil temuan dari 20 orang siswa pada mata pelajaran PKN sebanyak  20 orang siswa atau sekitar ( 100% ) orang siswa yang sudah dapat dinyatakan tuntas dan sebanyak 0 orang siswa atau sekitar (0% ) yang dinyatakan belum tuntas. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PKn kelas VI semester II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban   Kabupaten Sukoharjo  tahun pelajaran 2014 / 2015.Data diatas dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar dibawah ini.

Dari tabel pemelajaran awal sampai perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran  PKn VI  semester II di SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo  tahun pelajaran 2014 dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel Hasil Belajar dan Peningkatan Nilai Rata – Rata

No

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1

Tuntas

12

60

18

85

20

100

2

Belum Tuntas

8

40

3

15

-

-

3

Nilai rata -rata

70,5

77,2

87,5

Berdasarkan tabel dapat kita lihat bahwa pada Pra Siklus hanya 60% siswa yang meraih ketuntasan, 85% pada siklus I  sebanyak 100  % pada Siklus II hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan apabila kita menggunakan metode simulasi dan cara belajar yang tepat sehingga siswa dapat belajar dengan semangat dan meraih prestasi yang kita harapkan.Pada nilai rata – rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata – rata pada pembelajaran awal 70.5 pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 77.2  dan pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 87.5. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena semua tuntas

Pada gambar diatas menunjukkan grafik peningkatan nilai rata – rata mata pelajaran PKn kelas VI semester II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014 / 2015 .

Pembahasan setiap siklus

                Sebagaimana data yang diperolah dari kedua table tersebut di atas terlihat jelas peningkatan perestasi belajar siswa. Data menunjukkan bahwa pada siklus II perestasi belajar siswa lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I setelah menggunakan pembelajaran konstruktivisme, demikian juga daya serap siswa meningkat  menjadi lebih besar pada siklus II. Pada siklus I pelajaran PKN mencapai nilai rata – rata 77.2. Pada siklus II terjadi peningkatan perestasi belajar siswa di mana pada mata pelajaran PKn mencapai nilai rata – rata 87.5. Atau meningkat prestasi belajar siswa dari siklus I.

Jadi secara umum perestasi belajar siswa lebih meningkat pada siklus II setelah peneliti menggunakan pembelajaran konstruktivisme pada pembelajaran PKn di semester II di SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014 / 2015 bila di bandingkan dengan prestasi belajar siswa pada siklus sebelumnya.

1. Sebelum Perbaikan Pembelajaran/pra siklus

Sebelum perbaikan pembelajaran dari 20 siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 12 siswa atau hanya 60 % dan 8 siswa atau 40 % belum tuntas. Hal ini menunjukkan kegagalan  dalam pembelajaran. Kegagalan dalam pembelajaran PKn kelas VI semester II di SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014 / 2015, maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran siklus I.

2.         Siklus I

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat serta supervisor bahwa ketidaktuntasan siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan materi Sistem pemerintahan kelas VI semester II SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2014 / 2015, disebabkan oleh : a. Siswa kurang konsentrasi dalam pembelajaran. b. Tidak semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. c. Kurangnya motivasi guru terhadap siswa. d. Kurangnya keberanian siswa dalam mengutarakan pendapat.

Berdasarkan temuan masalah diatas, maka langkah yang ditempuh guru untuk meningkatkan hasil belajar adalah :a. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pengertian Sistem dengan Model pembelajaran kontruktivisme.Berdasarkan hasil refleksi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dihasilkan antara lain : 1) Belum terampil menggunakan pembelajaran konstruktivisme untuk membimbing temannya dalam melakukan pembelajaran tentang kebudayaan. 2) Masih ada beberapa siswa yang ragu dan tidak terlibat aktif dalamn melakukan Model pembelajaran kontruktivisme. Guru memberi pengarahan agar  siswa terlibat aktif dalam melakukan pembelajaran konstruktivisme .3) Dalam diskusi kelompok, masih ada beberapa siswa yang aktif dan kurang kerja sama dalam menyelesaikan tugas. 4) Hasil evaluasi siswa masih banyak yang rendah, masih ada 3 siswa yang nilainya dibawah KKM dan tingkat ketuntasan kelas 85 %. Dengan demikian maka tindakan perbaikan dilanjutkan pada siklus II.

3.      Siklus II

Adapun hasil refleksi pada siklus II adalah: a) Sudah terampil menggunakan alat peraga untuk membimbing temanya. b) Hampir semua siswa terlibat aktif dalam melakukan simulasi.c) Dalam diskusi kelompok, hampir semua siswa sudah aktif dan tercipta kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas. d) Hasil evaluasi belajar sudah baik dan tidak ada siswa yang nilainya dibawah KKM. Namun rata – rata nilai sudah diatas KKM  yaitu 87.5 dan tingkat ketuntasan 100%.

Dengan demikian tindakan perbaikan pembelajaran PKn kelas VI semester II di SD Muhammadiyah Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014 / 2015 melalui pembelajaran konstruktivisme dengan mengefektifkan alat peraga sudah cukup. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar atau hasil evaluasi nilai rata – rata sudah diatas KKM dan tingkat ketuntasan 100%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Metode pembelajaran konstruktivisme memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus.
  2. Pembelajaran dengan  menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan prestasi belajar  siswa   terhadap materi pelajaran PKN siswa kelas VI semester II SD  Muhammmadiyah Palur Kecamatan Mojolaban  Kabupaten Sukoharjo  Tahun 2014/2015.
  3. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan untuk mengukur  sejauhmana  peningkatan  penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
  4. Penerapan pembelajaran konstruktivisme mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan prestasi belajar siswa .
  5. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
  6. Model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

Saran

  1. Bagi rekan – rekan guru di lingkungan Sekolah Dasar ( SD ) diharapkan dapat menggunakan  pembelajaran konstruktivisme dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan.
  2. Bagi guru – guru yang belum mencoba untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), diharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD / MI. Lotim: Depdiknas: Ditjen Diknasmen.

Djamarah, Saiful Bahri. 1995. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Udin S. Winataputra, dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran Pkn SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Widihastuti, Setiati. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan; SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan

FKIP Tim. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka

Anitah, Sri, W, dkk. (2007) Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Syaefudin, Udin., Syamsuddin, Abin. (2005) Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Penulis:Dra.Sri Kusdwilastuti

19600314 198405 2 002

SD Muhammadiyah Palur