PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn KONSEP MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA BAGI SISWA KELAS VI SEMESTER GASAL SD NEGERI PALUR 03 UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN MOJOLABAN, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh: Sri Suharti
SD Negeri Palur 03, Mojolaban,Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester gasal SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 melalui metode pembelajaran resitasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI Semester gasal di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 35 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menyimpulkan bahwa Pembelajaran dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia” pada Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.83 pada kondisi awal, meningkat menjadi 71.86 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 74.29 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 51.43% pada kindisi awal meningkat menjadi 71.43% pada akhir tindakan Siklus I, dan meniningkat menjadi 91.43% pada akhir tindakan Siklus II.
Kata Kunci: Hasil belajar PKn, metode resitasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permbelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik. Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya. Hal yang substansial dalam PKn adalah mempelajari penanaman moral pada siswa sejak dini.
Arti pentingnya pembelajaran PKn bagi siswa ternyata tidak diikuti dengan adanya fakta yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain: guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis.
. Di sisi lain, penguasaan materi mata pelajaran PKn pada siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor guru yaitu yang berkaitan dengan metode mengajar. Betapa pun kesiapan peserta didik dan lengkapnya sarana pembelajaran, jika metode pembelajaran yang diterapkan tidak tepat, diduga prestasi belajar peserta didik kurang memuaskan. Selain itu, faktor metode yang digunakan guru juga dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Hal yang sama berlaku pula pada siswa kelas VI semester gasal di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo pada tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis terhadap nilai hasil ulangan harian, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn masih kurang optimal. Hal ini diindikasikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 67.83. Nilai tersebut masih berada di bawah KKM yang ditetapkan untuke pembelajaran PKn dengan KKM > 70.00.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 70.00 baru mencapai 18 orang dari 35 orang siswa yang ada. Dengan demikian maka tingkat ketuntasan kelas baru mencapai sebesar 51.43%. Atas dasar hal tersebut siswa kelas VI semester gasal di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran PKn.
Rendahnya nilai hasil belajar PKn yang diperoleh siswa kelas VI tersebut diindikasikan disebabkan karena motivasi belajar mereka yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Rendahnya tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru dapat diamati dari banyaknya siswa yang berbicara berbicara sendiri saat berlangsungya proses pembelajaran.
Kondisi tersebut perlu ditangani secara serius sehingga motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran semakin meningkat. Hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi. Metode ini berupaya memacu siswa dengan cara mengoptimalkan apa-apa yang telah dimiliki, diketahui atau dipelajari oleh siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji pengaruh penggunaan metode pembelajaran resitasi terhadap motivasi dan prestasi belajar PKn pada siswa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalah penelitian sebagai berikut: Apakah pembelajaran dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn konsep memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn konsep memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 melalui penggunaan metode resitasi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang penggunaan metode resitasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi guru dan kepala sekolah tentang penggunaan metode resitasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran PKn
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan (Djamarah dan Aswan Zain, 2006 : 11). Hal ini bisa diartikan bahwa tujuan dari kegiatan belajar untuk merubah perilaku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Sehingga dalam hal ini hakikat dari kegiatan belajar yaitu adanya suatu perubahan.
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar. Namun, tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orang harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaanya. Misalnya, setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa di dalam kelas, belum berarti siswa sedang belajar, selama siswa tidak melibatkan diri, dia tidak akan belajar. Maka, supaya terjadi belajar, dituntut orang melibatkan diri, harus ada interaksi aktif.
Akibat dari belajar terjadi perubahan yang bertahan lama, bahkan, sampai taraf tertentu, tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh, menjadi milik pribadi yang tidak akan hapus begitu saja. Hilgard dan Bower dalam kutipan M. Ngalim Purwanto (2008 : 84), mengemukakan bahwa :
"Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)."
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
Dikaitkan dengan mata pelajaran PKn, pembelajaran PKn dimaknai dari peraturan perundangan yang menaunginya. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Balitbang Diknas, 2002: 7).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ruang lingkup pembelajaran PKn diatur dalam Standar Isi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
Hasil Belajar
Hasil adalah sesuatu yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keteram-pilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya dituntujukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:486).
Sigit Saptono (2003:48) berpendapat bahwa hasil belajar adalah mengaitkan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki peserta didik. Hasil belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan suatu tugas pada saat tertentu pula.
Terdapat pengertian lain tentang hasil belajar yakni kemampuan yang dapat dinyatakan oleh siswa setelah mempelajari seluruh pokok bahasan. Kemampuan-kemapuan tersebut meliputi : menggambarkan, menyebut-kan, melaksanakan, menghitung atau segala yang mengacu pada tujuan instruksional khusus yang telah dirancang sebelumnya atau hasil akhir yang di capai sebaik-baiknya dalam jangka waktu tertentu. Cara memperoleh hasil belajar antara lain : 1). Mengetahui cara belajar yang efektif dan efisien, 2). Belajar secara kontinyu, 3). Motivasi belajar, 4). Membentuk Kelompok Belajar, 5). Gemar membaca, dan 6). Mengetahui cara meringkas/merangkum. Wujud hasil belajar apabila : 1). Menunjukkan hasil belajar yang baik/ tinggi, 2). Hasil yang dicapai seimbang dengan usaha yang dilakukan, 3). Cepat dalam mengerjakan tugas belajar, dan 4). Menunjukkan sikap yang wajar.
Agar kegiatan belajar dapat berhasil, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2009: 39) bahwa, hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu; faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan .
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa disebut faktor internal atau endogen. Faktor ini meliputi kondisi individu si pelajar atau kondisi fisiologis, kondisi panca indera dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologis meliputi keadaan jasmani pada umumnya, misalnya anak yang badannya segar berbeda dengan anak yang dalam keadaan lelah, anak yang terpenuhi gizinya berbeda dengan anak yang kekurangan gizi dan sebagainya. Kondisi pancaindera terutama penglihatan dan pendengaran, jika hal ini terganggu maka akan berpengaruh terhadap aktivitas belajarnya. Kondisi psikologis terutama berhubungan dengan minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif siswa.
Faktor yang datang dari luar diri siswa disebut juga faktor eksternal atau faktor eksogen. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumen atau alat. Mengenai faktor-faktor lingkungan telah diakui oleh para ahli pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan seseorang di dalam mempelajari sesuatu.
Metode Pembelajaran Resitasi
Pengertian metode dalam hal ini menunjuk pada metode mengajar. Pengertian metode mengajar menurut Tardif yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2007: 201), “Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur bahwa untuk melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.”
Roestiyah NK (2002: 1) mendefinisikan metode mengajar atau penyajian pelajaran, yaitu suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar. Pengertian lain teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.
Menurut pendapat Oemar Hamalik (2008:75), “metode mengajar adalah suatu cara yang merupakan alat untuk menyampaikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran.”
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang berisi prosedur untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam kelas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dari sini nampak bahwa keberhasilan belajar salah satunya ditentukan oleh metode mengajar yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.
Pemilihan metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu hal yang subyektif, khusus mengenai metode mengajar di dalam kelas selain faktor dari tujuan juga faktor murid, faktor situasi dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya sebuah metode, dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode baik mengenai seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. Metode banyak sekali jenisnya disebabkan oleh karena metode ini di-pengaruhi oleh banyak faktor misalnya: a) tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya; b) Anak didik yang beragam tingkat kematangannya; c) situasi yang beragam keadaannya; d) fasilitas yang beragam kualitas dan kuantitasnya; e) Kemampuan profesionalnya guru.
Pengertian metode resitasi menurut Ulih Bukit Karo-karo (2005: 39) adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali apa-apa yang dimiliki, diketahui atau dipelajari.” Lebih lanjut Ulih Bukit Karo-karo (2005: 39) menyatakan bahwa, “metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar-pelajar mempelajari sesuatu kemudian harus dipertanggungjawabkan.”
Winarno Surakhmad (2006: 91) mengartikan bahwa “metode resitasi mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar), dan fase ketiga siswa mempertanggung-jawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari.”
Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas untuk dilaksanakan oleh siswa di manapun berada asal tugas itu dapat dikerjakan untuk dipertanggungjawabkan.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode resitasi inilah yang biasanya digunakan oleh guru untuk mengatasinya.
Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium, dan lain-lain.
Tujuan metode resitasi agar hasil belajar siswa memuaskan, guru perlu merumuskan tujuan yang jelas yang hendak dicapai oleh siswa. Metode tugas biasanya digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas (resitasi) menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97), yaitu: “1) fase pemberian tugas, 2) langkah pelaksanaan tugas, dan 3) fase mempertanggungjawabkan tugas”. Dari ketiga langkah tersebut dapat diringkaskan ke dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 1
Langkah-langkah Pembelajaran Resitasi
Fase | Kegiatan |
Fase 1 | Fase Pemberian Tugas |
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertim-bangkan: tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut, sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. | |
Fase 2 | Langkah Pelaksanaan Tugas |
Fase ini meliputi: diberikan bimbingan/ pengawasan oleh guru, diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja, diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik | |
Fase 3 | Fase Mempertanggungjawabkan Tugas |
Fase ini meliputi: laporan siswa baik lisan/tertulis tentang yang telah dikerjakannya, ada tanya jawab/diskusi kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya |
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hasil pengamatan awal, pembelajaran PKn yang dilakukan guru kurang menarik bagi siswa. Hal ini ditunjang dengan karakteristik pembelajaran PKn yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara.
Karakteristik unik tersebut berdampak pada cara yang sering dipergunakan dalam menyampaikan pembelajaran PKn, yaitu diberikan dengan cara pengarahan. Dengan cara ini siswa harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn.
Cara konvensional yang dilakukan guru dalam penyampaian materi pembelajaran PKn tersebut berdampak pada munculnya rasa bosan pada diri siswa. Siswa cenderung menjadi pendengar pasif dalam pembelajaran sehingga berdampak pada kurangnya motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kurangnya motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran berdampak pada rendahnya daya serap terhadap materi sehingga hasil belajar menjadi kurang optimal. Berangkat dari kenyataan tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan. Langkah yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang aktif, yang ditandai oleh dua faktor yaitu: 1) adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) berfungsi secara optimal seluruh sence siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar.
Salah satu metode yang dipandang dapat mendorong siswa aktif dalam pembelajaran adalah menggunakan metode resitasi. Metode resitasi yang mempunyai tiga fase, yaitu: pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar), dan fase ketiga siswa mempertanggung-jawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari dipandang mampu mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.
Kerangka pikir tersebut di atas dapat divisualisasikan ke dalam diagram berikut ini.
Gambar 1. Diagram Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar PKn konsep memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia pada siswa kelas VI Semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelas VI semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Dipilihnya lokasi tersebut didasari alasan bahwa: 1) peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pencarian data; dan 2) siswa di kelas tersebut memerlukan perbaikan dalam pembelajaran PKn. Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014, yaitu selama 3 (tiga) bulan dimulai pada bulan Septemberr 2013 sampai dengan Nopember 2013.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VI semester I di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Adapun jumlah siswa kelas VI adalah sebanyak 35 orang siswa.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data yang berasal dari siswa, guru, maupun sumber lain. Sumber data yang berasal dari siswa berupa prestasi hasil belajar, tingkat aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan motivasi belajar siswa. Sumber data yang berasal dari guru berupa data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode resitasi untuk menyampaikan pembelajaran PKn materi “Sistem Pemerintahan Republik Indonesia” bagi siswa kelas VI semester I di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014
Prosedur Penelitian
Mengacu pada model penelitian tindakan yang digunakan, alur pikir dalam penelitian diawali dari diagnosis masalah dan faktor penyebab masalah dalam pembelajaran PKn, dilanjutkan dengan memilih tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan, penetapan desain penelitian dan prosedur pengumpulan data, analisis data, dan refleksi.
Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 62) yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.
Langkah analisis dalam penelitian ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
Desain penelitian tindakan kelas yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65) yang memiliki ciri khas menggunakan model siklus. Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan pembelajaran, sedangkan setiap tindakan pembelajaran mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi-evaluasi. Agar lebih jelas, model tindakan yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bagan skematis sebagai berikut:
Gambar 2 Diagram Model Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dalam pembelajaran PKn dengan metode resitasi Kompetensi Dasar “Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia” bagi siswa kelas VI semester I di SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.
Mekanisme kerja dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus tindakan. Agar lebih jelas, model tindakan yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bagan skematis sebagai berikut.
Tindakan Siklus I
Tahap Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini antara lain adalah sebagai berikut ini:
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode resitasi dengan melakukan tiga tahapan sesuai dengan tahapan kegiatan pembelajaran resitasi, yaitu: “1) fase pemberian tugas, 2) langkah pelaksanaan tugas, dan 3) fase mempertanggungjawabkan tugas”.
Tahap Observasi
Dalam tahap observasi ini, guru memberikan kuesioner untuk menjaring informasi tentang motivasi belajar siswa dan melakukan evaluasi terhadap hasil tes ujian yang dilaksanakan guru.
Refleksi Hasil Tindakan
Guru menggunakan hasil evaluasi untuk digunakan sebagai bahan refleksi tindakan pada siklus berikutnya.
Tindakan Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada tindakan Siklus II sama seperti tahapan yang dilakukan pada tindakan Siklus I.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen.
Tes yang dilakukan berupa tes yang dilaksanaan oleh guru pada awal tindakan, dan setiap akhir siklus tindakan yang dilakukan. Metode ini digunakan dengan cara memberikan tes tertulis kepada siswa. Tujuan tes adalah untuk mengukur kemampuan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Budiyono (2003: 53) mengemukakan bahwa “Observasi (atau pengamatan) adalah car pengumpulan data di mana peneliti (atu orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian demikian hingga si subjek tidak tahu bahwa ia sedang diamati”. Dalam melakukan observasi terhadap siswa selama pelajaran berlangsung, peneliti sebagai guru dibantu oleh guru mitra.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan pada ketiga siklus berlangsung. Data tersebut berupa nilai prestasi belajar siswa. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif.
Analisis data kualitatif diperoleh melalui pengamatan berupa aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn materi “Proses Pemilu dan Pilkada” dengan menggunakan metode PBI. Data diolah dengan menggunakan metode komparatif konstan seperti yang disarankan oleh Strauss dan Glasser (Moleong, 2004: 288-289). Strauss dan Glasser menyatakan bahwa, secara umum, proses analisis data mencakup reduksi data, klasifikasi data, sintesis data dan diakhiri dengan pembuktian hipotesis tindakan.
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penelitian mencakup indikator hasil belajar siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hipotesis yang menyatakan bahwa “pembelajaran dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi ”Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia” pada Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Ditinjau dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata hasil belajar PKn mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar hasil belajar PKn yang diperolah siswa pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan adalah sebesar 67.83. Nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 71.86. Pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan Siklus I, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 74.29.
Ditinjau dari tingkat penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 51.43%. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 71.43% pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 91.43% pada akhir tindakan Siklus II.
Besarnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir tindakan Siklus II sebesar 74.29 sudah melampaui KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70.00. Adapun indikator penguasaan penuh secara klasikal dengan ketuntasan kelas > 80.00% sudah terlampaui pada akhir tindakan Siklus II dengan ketuntasan kelas sebesar 91.43%. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran resitasi berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Data peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II selanjutnya dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal Hingga Tindakan Pembelajaran Siklus II
No. | Ketuntasan | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jumlah | % | Jumlah | % | Jumlah | % | ||
1. | Tuntas | 18 | 51.43 | 25 | 71.43 | 32 | 91.43 |
2. | Belum Tuntas | 17 | 48.57 | 10 | 28.57 | 3 | 8.57 |
Jumlah | 35 | 100 | 35 | 100 | 35 | 100 | |
Nilai Rata-rata | 67.83 | 71.86 | 74.29 | ||||
Nilai Tertinggi | 78.00 | 85.00 | 90.00 | ||||
Nilai Terendah | 60.00 | 65.00 | 65.00 | ||||
Perubahan tingkat ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
Gambar 3 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa
PENUTUP
Simpulan
Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti yang tertuang pada bab IV, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
Pembelajaran dengan metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Memahami Sistem Pemerintahan Republik Indonesia” pada Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Palur 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Ditinjau dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa, nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar PKn yang diperolah siswa pada kondisi awal adalah sebesar 67.83. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 71.86 pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 74.29 pada akhir tindakan Siklus II. Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 51.43%. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan menjadi sebesar 71.43% pada akhir tindakan Siklus I, dan meniningkat menjadi 91.43% pada akhir tindakan Siklus II.
Saran
Berdasarkan dari simpulan di atas selanjutnya dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
Siswa disarankan untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kelompok yang ditugaskan guru dalam pembelajaran sehingga daya serap terhadap materi semakin meningkat.
Guru disarankan untuk mau mencoba metode-metode yang bervariatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru dan terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Sekolah disarankan untuk mendorong para guru menggunakan metode pembelajaran yang mampu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Sukoharjo: UNS Press.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah. S. B., & Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Meniptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 2003.. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Saidihardjo. 2004. Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Silberman, Mel. 2001. “Active Learning”. Yogyakarta: Yayasan Pengkajian dan Pendidikan Islam
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumantri. M., & Permana, Johat. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV. Maulana.
Surachmad, Winarno. 2005. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: CV Jemmers
Suratinah, Tirtonegoro. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bio Data Penulis: | ||
Nama | : | Sri Suharti, S. Pd. |
NIP | : | 19611115 198510 2 001 |
Jabatan | : | Kepala Sekolah |
Unit Kerja | : | SD Negeri Palur 03 Mojolaban UPTD Pendidikan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo |