KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Serta salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, saran dan kritik sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Banjarmasin, Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Para Aschelminthes filum juga dikenal sebagai Nematoda, dan anggotanya adalah nematoda. Para anggota filum ini adalah cacing gelang, dan banyak yang mikroskopis.
Cacing gelang memiliki banyak karakteristik yang sama dengan cacing pipih, misalnya simetri bilateral dan cephalization. Mereka juga memiliki saluran pencernaan terbuka baik di mulut dan anus. Saluran ini ditangguhkan dalam rongga tubuh yang dikatakan palsu, sehingga disebut pseudocoela.
Banyak spesies cacing gelang adalah organisme yang hidup bebas dan mengkonsumsi tumbuhan mati dan hewan. Beberapa parasit cacing gelang menyebabkan penyakit manusia, termasuk cacingan, penyakit cacing tambang, dan kaki gajah.
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan, yaitu dengan cara mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan pembahasan makalah ini yaitu penggalian bahan dengan cara membaca literature, baik berupa buku maupun literatur dari internet.
BAB II
FILUM ASHCELMINTHES
Aschelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes. Pada Phylum Ashelminthes, bentuk umum agak panjang dan silindris terutama kelompok Nematoda. Tidak mempunyai bentuk kepala yang nyata.
Ciri khas Aschelminthes:
Aschelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes. Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing giling/ benang karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Ciri-ciri Nemathelminthes:
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
1. Kelas Nematoda
Ciri-ciri : tubuh simetris bilateral dan gilig, alat pencernaan sempurna, hidup bebas atau parasit, sifat jenisnya terpisah, (jantan, betina) belum mempunyai peredaran darah dan pernapasan. Contoh: Ascaris lumbricoides dan Wuchereria bancrofti.
Ascaris lumbricoides
Wuchereria bancrofti
Ordo : Strongylorida, rhabditorida, ascaridorida, spirurorida, camallanorida,
dorylaimorida, dioctophymatorida.
2. Kelas Nematophora
Ciri-ciri: Bentuk silindris panjang dan langsing. System syaraf terdiri dari ganglion cerebrale dan berkas syaraf medio-ventral. Larva bersifat parasite sedangkan bentuk dewasa hidup bebas. Contoh: Gordius sp.
Ordo gordiodea :
Ciri-ciri :
Ordo nectonematoidea:
Ciri-ciri
Sub-filum Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis, reproduksi secara partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut. Tubuh tidak beruas-ruas, triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi 3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha, dan Rotifera.
Loa loa (Cacing mata)
Klasifikasi Loa loa
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Spirurida
Famili : Filariidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.
Gejalanya khas dengan terbentuknya pembengkakan calabar swelling di sekitar sendi, lengan atas yang dapat menjadi sebesar telur ayam. Pembengkakan sering kali didahului oleh rasa gatal dan sakit yang terlokalisasi. Gejala ini disebabkan reaksi alergi terhadap cacing dewasa yang bermigrasi ke jaringan subkutan; timbul setelah tiga minggu. Pembengkakan akan berakhir dalam beberapa hari atau seminggu dan berkurang secara perlahan-lahan sebagai manifestasi supersensitif hospes terhadap parasit.
Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala iritis, mata sembab, sakit, pelupuk mata menjadi bengkak hingga mengganggu penglihatan, tetapi tidak sampai menimbulkan kebutaan. Aktifitas cacing tampak/dapat dilihat di jaringan subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya tidak menimbulkan dampak yang serius, hanya ditakutkan timbulnya ensefalitis bila cacing masuk ke otak. Ketika cacing dewasa berpindah melintasi jaringan subkutan dan juga hidung, akan menyebabkan rasa sakit, serta mengalamai Eosinofilia.
Eosinofilia adalah gejala lain yang merupakan karakteristik dari Loa loa. Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit, atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen). Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal. 50-70% eosinofilia sering kali ditemukan pada orang yang terinfeksi Loa loa, terutama bila terjadi pembengkakan. Indikator lain adalah peningkatan jumlah serum IgE, peningkatan antibodi antifilaria, tetapi orang yang terinfeksi kadang-kadang asimtomatik. Mikrofilaremia tidak selalu muncul.
Cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
2. Pembengkakan jaringan yang tidak sakit
3. Ensefalitis
`Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Manusia adalah satu-satunya reservoir alami. Diperkirakan 12-13 juta manusia terinfeksi larva Loa loa.
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata ataupun dalam jaringan subkutan.
BAB III
Penutup
Ciri-ciri ascheminthes yaitu tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan berupa cangkang, saluran pencernaan lengkap, susunan pernapasan dan peredaran darah tidak ada karena merupakan hewan air yang sangat kecil, protonefhridia kadang-kadang ada.
Ascelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan Nemathelminthes, nemathelminthes biasa disebut sebagai cacing giling/ benang karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang dan memiliki rongga pada tubuhnya, walaupun bukan rongga sejati. Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis, reproduksi secara partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut. Tubuh tidak beruas-ruas, triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi 3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha, dan Rotifera.
Aschelminthes parasit contonya Loa loa (Cacing mata), nama penyakit yang ditimbulkan Loa loa filariasis.
Kita harus menjaga, memperhatikan kebersihan karena dapat berakibat fatal pada tubuh kita. Beraktivitaslah dengan teratur dan pada tempat yang pas, hindari tempat-tempat yang kurang bersih. Kurangi kegiatan yang bertempat di alam bebas atau di hutan, apabila kita tidak mempunyai anti body yang kuat dan mempunyai persiapan yang matang kita dengan sangat mudah kita terkena penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin. Maskori. 1989. Sistematik Hewan Vertebrata dan Invertebrata. CV SINAR WIJAYA. Surabaya.
Soemadji. 2001. ZOOLOGI. Universitas Terbuka. Jakarta
Rusyana. Adam. 2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta. Bandung.