Published using Google Docs
Rahayu Endah Budi Astuti.doc
Updated automatically every 5 minutes

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KONSEP “MELAKUKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN” MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS III SEMESTER I SD NEGERI BAKALAN 01 KECAMATAN POLOKARTO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

        Oleh: Rahayu Endah Budi Astuti        

SD Negeri Bakalan 01, Polokarto, Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan  prestasi belajar siswa khususnya kelas III Semester 1 SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran Matematika konsep  “Melakukan Operasi Hitung Campuran” melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif metode Contextual Teaching And Learning .Penelitian ini dilakukan di kelas III Semester 1 SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas III Semester 1 SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 17 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester I. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan menggunakan dua siklus tindakan. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif metode Contextual Teaching And Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III Semester 1 SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015  dalam pembelajaran Matematika konsep “Melakukan Operasi Hitung Campuran”. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Berdasarkan hasil tes sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan serta perbaikan pembelajaran, nilai rata-rata hasil belajar siswa diketahui pada kondisi awal sebesar 68,00  meningkat menjadi 73,00 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 79,00 pada akhir Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 41% pada kondisi awal meningkat menjadi 71% pada akhir tindakan siklus I, kemudian meningkat menjadi 100% pada akhir tindakan Siklus II.

Kata Kunci: prestasi belajar, Contextual Teaching And Learning.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada umumya sebagian besar siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran Matematika. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang Ada beberapa siswa yang kurang aktif ketika pembelajaran berlangsung, mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran Matematika, tidak mengerjakan PR.Kondisi yang sama juga terjadi di SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo, khususnya di kelas III semester I tahun pelajaran 2014/2015. Terbukti hasil nilai kelas III SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo mata pelajaran Matematika semester I  tahun pelajaran 2014/2015 konsep “Melakukan Operasi Hitung Campuran” banyak yang tidak memenuhi standart ketuntasan belajar (KKM). Bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa baru mencapai 41,00. Nilai tersebut masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu dengan KKM > 70.00. Dengan demikian maka secara klasikal siswa dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 baru mencapai 7 orang siswa atau 41 % dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 10 orang siswa atau 59 % belum mencapai ketuntasan belajar.Hal itu disebabkan karena beberapa penyebab seperti kurangnya perhatian dari orang tua,  kurang adanya komunikasi antar guru dengan siswa, serta penerapan metode pembelajaran yang salah yang digunakan oleh guru disaat menyampaikan materi. Pada tingkatan tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus tertentu, siswa belum mampu untuk mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa.

Selain diperlukannya dukungan dari orang tua, guru juga harus berusaha mencari dan bisa menemukan metode yang tepat untuk membangkitkan minat belajar dan penguasaan materi ajar pada siswa. Adanya daya dukung lingkungan alam di sekitar sekolah sangat membantu guru untuk memanfaatkan alam sekitar sebagai media dalam pembelajaran. Dengan memanfaatkan media alam sekitar, maka pembelajaran kontekstual yang dilakukan akan semakin mendekatkan siswa kepada kehidupan nyata yang dialami siswa sehari-hari, membangkitkan minat siswa mau aktif dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran Matematika.

Berdasarkan hal itu, peneliti tertarik mencoba menggunakan metode pembelajaran kontekstual untuk memecahkan permasalahan diatas. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Metode ini diharapkan siswa memperoleh pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dan mencapai standar nilai ketuntasan yang telah ditentukan. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep “Melakukan Operasi Hitung Campuran” Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Bagi Siswa Kelas III Semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Perumusan Masalah dan Pemecahannya

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:Apakah metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar  Matematika  materi “Melakukan Operasi Hitung Campuran”? bagi siswa kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah yang sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :Meningkatkan hasil belajar Matematika  materi “Melakukan Operasi Hitung Campuran” bagi siswa kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 melalui metode pembelajaran kontekstual.

Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi :.

  1. Bagi Siswa
  1. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi siswa untuk belajar mengaitkan konsep yang dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari.
  2. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna dan meningkatkan hasil belajar.
  1. Bagi Guru
  1. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru untuk menambah wawasan dalam menghubungkan  alam sekitar dalam pembelajaran.
  2. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru untuk dijadikan tambahan informasi dalam penggunaan metode kontekstual dalam pembelajaran yang mereka lakukan di kelas.
  1. Bagi Sekolah
  1. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi sekolah untu menambah koleksi perpustakaan dengan karya ilmiah dari para guru.
  2. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi sekolah untuk dijadikan tambahan informasi mengenai penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

  1. Kajian Teori
  1. Pembelajaran Matematika
  1. Tujuan Pembelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan  matematika; c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

  1. Materi Matematika  kelas III Melakukan Operasi Hitung Campuran

Materi Matematika  kelas III yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini adalah tentang “Melakukan Operasi Hitung Campuran”. Materi ini terdiri atas 2 Kompetensi Dasar, yaitu: KD 4.1 Menentukan letak bilangan pada garis bilangan, dan KD 4.2 Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan     pembagian bilangan tiga angka, dan KD 4.3 Melakukan operasi hitung campuran.        

Metode Pembelajaran Kontekstual

  1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan informasi, idnividualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir. Menurut Riyanto (2010:27), pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.

 Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat Matematika hami bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.

  1. Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai berikut.

Pertama; saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.

Kedua; diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat.

Ketiga; pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri.

Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) menekankan pada pemecaham masalah; (2) mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja; (3) mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali; (4) menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; (5) mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama; dan (6) menggunakan penilaian otentik.

Lain halnya dengan Nurhadi (2009: 18), ia mengemukakan prinsip-prinsip pembelajara kontekstual yang perlu diperhatikan guru, yakni: (1) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial, (2) membentuk kelompok yang saling bergantung, (3) menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri, (4) mempertimbangkan keragaman siswa, (5) mempertimbangkan multi intelegensi siswa, (6) menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan masalah, dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, (7) menerapkan penilaian autentik.

 Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: (1) pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta; (2) kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan; dan (3) pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

  1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan komponen utama pembelajaran efektif seperti yang diuraikan di muka. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui dan memahami penerapan pembelajara kontekstual itu sendiri. Sagala (2009: 92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1)Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; 3)Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; 4)Menciptakan masyarakat belajar; 5)Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6)Melakukan refleksi di akhir pertemuan; dan 7)melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil identifikasi awal kondisi pembelajaran Matematika  di kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode konvensional. Pembelajaran sebagian besar dilakukan dengan metode ceramah sehingga menempatkan siswa sebagai passive receiver.

 Kondisi tersebut berdampak kurang baik bagi siswa. Siswa cenderung jenuh dan bosan sehingga kurang optimal dalam memahami konsep. Hal ini tercermin dari perolehan hasil belajar yang kurang optimal di mana nilai rata-rata kelas masih berada di bawah KKM dan ketuntasan belajar siswa masih rendah. Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan dalam pembelajaran. Upaya perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan menghubungkan alam sekitar dalam pembelajaran.

 Metode pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran ini dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran.

Dengan menghubungkan alam sekitar dalam pembelajaran, maka siswa akan lebih mudah dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki dengan konteks nyata kehidupan sehari-hari. Hal ini akan mendorong siswa terlibat secara lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. Kerangka pemikiran tersebut di atas selanjutnya dapat disajikan secara skematis ke dalam diagram berikut ini.

        

Gambar 1 Diagram Kerangka Pemikiran

Hipotesis Tindakan

Berpijak dari landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar Matematika  materi “Melakukan Operasi Hitung Campuran” bagi siswa kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015”.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, yaitu pada siswa kelas  V semester I tahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Desember 2014.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III semester I SD Negeri  Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo tahun  pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 19  orang siswa, yaitu terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran  Matematika  sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Data-data tersebut dapat dMatematika parkan sebagai berikut: 1) Data tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual dengan alam sekitar yang diperoleh dari guru dan siswa;2)Data tentang prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika  diperoleh dari siswa;3) Data tentang pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari dokumen berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan kurikulum yang disusun oleh guru.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas III  semester I dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subyek penelitian sebelum dilakukan tindakan.Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan  dengan  pengamatan  langsung  di  kelas  mengenai  kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa. Tes,  digunakan  untuk  memperoleh  data  hasil  belajar  siswa  (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode kontektual. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.

Validasi Data

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain meliputi: teknik triangulasi dan review informan kunci.Teknik triangulasi  adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi  yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan.Review informan kunci adalah mengkomunikasikan unit-unit yang telah disusun dengan informannya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang dapat mereka setujui sehingga peneliti dan informan memiliki pemahaman yang sejalan terhadap data atau hasil yang telah diperoleh (Sanjaya, 2010: 75). Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi peneliti dengan observer setelah kegiatan pengamatan maupun kegiatan dokumen.

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi  langsung pada proses pembelajaran Matematika  dengan metode pembelajaran kontekstual di kelas III semester I SD Negeri  Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Observasi langsung dilakukan pada saat kondisi awal  pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa peningkatan  hasil belajar Matematika. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.Data  kuantitatif  berupa  hasil  belajar  kognitif,  dianalisis  dengan  menggunakan  teknik  analisis  deskriptif  dengan  menentukan   presentasi ketuntasan belajar dan rata-rata kelas.

Indikator Kinerja

Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:

  1. Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai > 70.00.
  2. Pembelajaran dianggap berhasil  apabila siswa sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas > 70.00.
  3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebesar > 80% dari jumlah siswa.

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan oleh peneliti secara langsung adalah Jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian yang bertujuan memberikan sumbangan nyata peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tentang prilaku guru pengajar dan murid belajar. Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut sebagai satu siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  1. Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran Matematika  di kelas III SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015 dapat diketahui dari hasil tes ulangan harian yang dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran. Hasil-hasil ulangan yang diperoleh dari siswa di kelas tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

Hasil tes yang diperoleh dari 17 orang siswa kelas III SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 52.00 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 77.00. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh sebesar 68. Mengingat nilai hasil belajar yang diperoleh tersebut < KKM yang ditetapkan, yaitu dengan  KKM > 70.00, maka secara klasikal siswa di kelas III SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo semester I tahun pelajaran 2014/2015 dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Matematika .Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 7 orang siswa atau 41 % dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 10 orang siswa atau 59 % belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00. Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan upaya perbaikan guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III Semester I Tahun 2014/2015

Kondisi Awal

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

7

41%

2.

Tidak Tuntas

10

59%

Jumlah

17

100%

Nilai Rata-rata

68

Nilai Terendah

52

Nilai Tertinggi

77

KKM

70

Sumber: Arsip SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto, Sukoharjo

Rendahnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa disebabkan karena beberapa faktor. Faktor yang dianggap menjadi sumber masalah antara lain adalah berupa proses pembelajaran yang dilakukan guru belum mampu mendorong keterlibatan siswa dalam proses pemerolehan pengetahuan. Pembelajaran Matematika  masih sebatas pada Matematika sebagai produk sehingga siswa kurang optimal dalam memahami konsep yang diajarkan dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered, sehingga interaksi masih berjalan satu arah dengan guru mendominasi pembelajaran.

 Data ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal tindakan dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.

        

Gambar 4  Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

  1.  Deskripsi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 57 dan nilai  tertinggi sebesar 82. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 73. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas III Semester I di SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 pada tindakan Siklus I sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00. Namun secara klasikal, belum mencapai ketuntasan belajar.

 Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 12 orang siswa atau 71%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 5 orang siswa atau 29%. Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada tindakan Siklus I masih di bawah indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa.  Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II sehingga indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa dapat dicapai.

Hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:

Tabel 4

Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III Semester I Tahun 2014/2015

Siklus I

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

12

71%

2.

Tidak Tuntas

5

29%

Jumlah

17

100%

Nilai Rata-rata

73

Nilai Terendah

57

Nilai Tertinggi

82

KKM

70

Sumber: Arsip SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto, Sukoharjo

Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus I dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.

Gambar 5  Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.

  1. Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan alam sekitar sebagai media bantu pembelajaran pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
  1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 68 pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 73 pada akhir tindakan Siklus I;
  2. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 41% pada kondisi awal menjadi sebesar 71% pada akhir tindakan Siklus I.
  1. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) masih belum berubahnya pola pembelajaran yang bersifat teacher-centered learning ke arah student-centered learning; (b) nilai rata-rata hasil belajar sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu > 70.00, akan tetapi indikator  penguasaan kompetensi penuh secara klasikal belum tercapai, yaitu dengan ketuntasan kelas sebesar > 80.00% dari jumlah siswa. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada tindakan pembelajaran Siklus II.
  1. Deskripsi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 70.00, sedangkan nilai tertinggi adalah 95. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 83. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu > 70.00, maka secara klasikal siswa sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 17 orang siswa atau 100%. Adapun jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 0 orang siswa atau 0%.Ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:

Tabel 5

Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III Semester I Tahun 2014/2015

Siklus II

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

17

100%

2.

Tidak Tuntas

0

0%

Jumlah

17

100%

Nilai Rata-rata

79

Nilai Terendah

70

Nilai Tertinggi

88

KKM

70

Sumber: Arsip SD Negeri Bakalan 01 Kec. Polokarto, Sukoharjo

Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.

                

Gambar 6  Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.

  1. Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan menggunakan alam sekitar sebagai media bantu dalam pembelajaran pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
  1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 73 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 79 pada akhir tindakan Siklus II;
  2. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 71% pada tindakan Siklus, menjadi sebesar 100% pada akhir tindakan Siklus II.
  1. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan siklus sebelumnya seperti: (a) pola pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered learning sudah mulai berubah ke arah student-centered learning; (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sudah tercapai, yaitu dengan ketuntasan belajar sebesar 100%.
  2. Tidak adanya siswa atau 0% yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00, maka tidak ada pemberian perlakukan khusus berupa pembelajaran remedial hinga mencapai ketuntasan belajar.

Pembahasan Hasil Tindakan

Metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika  materi “Melakukan Operasi Hitung Campuran” bagi siswa kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan hasil identifikasn awal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika  masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar yang masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu baru mencapai sebesar 68. Rendahnya hasil belajar juga diindikasikan dengan rendahnya ketuntasan belajar sebagai salah satu indikator penguasaan penuh, yaitu baru mencapai sebesar 41% dari jumlah siswa.Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media bantu dalam pembelajaran. Melalui penggunaan metode pembelajaran kontekstual diharapkan dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari di sekitar mereka. Dalam metode ini siswa diajak untuk melakukan pengamatan terhadap hewan tumbuhan yang ada di sekitar sekolah.

 Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 69 pada kondisi awal, meningkat menjadi 73 pada tindakan Siklus I. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 41% pada kondisi awal meningkat menjadi 71% pada tindakan Siklus I.

Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dMatematika ndang belum optimal. Hal ini disebabkan karena meskipun nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, namun indikator penguasaan penuh secara klasikal berupa tercapainya jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar > 80.00% dari jumlah siswa belum terpenuhi. Atas dasar hal itu maka dilakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperkecil jumlah anggota kelompok dari 4 dan 5 orang pada tindakan Siklus I menjadi 2 dan 3 orang pada tindakan Siklus II. Langkah ini dimaksudkan untuk mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

 Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 73 pada pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 79 pada akhir tindakan Siklus II. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 83% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II. Peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.

Tabel 6

Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

No.

Ketuntasan

Awal

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Tuntas

7

41

12

71

17

100

2.

Belum Tuntas

10

59

5

29

0

0

Jumlah

17

100.00

17

100.00

17

100.00

Nilai Rata-rata

68

73

79

Nilai Terendah

52

57

70

Nilai Tertinggi

77

82

88

Data tingkat ketuntasan belajar siswa dari Kondisi Awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.

Gambar 7  Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika  materi “Melakukan Operasi Hitung Campuran” bagi siswa kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa :Metode pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Matematika  materi “Melakukan Operasi Hitung Campuran” bagi siswa kelas III semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

  1.   Bagi Siswa
  1. Siswa disarankan untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh semakin optimal.
  2. Siswa disarankan untuk belajar lebih giat sehingga hasil belajar meningkat.
  1.   Bagi Guru Kelas
  1. Guru disarankan untuk lebih optimal dalam memanfaatkan pembelajaran kontektual sehingga pembelajaran lebih dekat dengan konteks kehidupan nyata siswa.
  2. Guru disarankan agar mau mencoba berbagai metode pembelajaran yang bervariatif sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan.
  1.   Bagi Sekolah

Sekolah disarankan untuk mendorong para guru menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif guna memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Huda, Mihtahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Indriana, Dina. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.

Maufur, Fauzi, Hasan. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: Sindur Press.

Rositawaty, S.. 2008. Senang Belajar Matematika5 untuk Kelas III SD/ MI. Jakarta: Pusbuk, Depdiknas.

Rusman.  2011.  Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Sardiman Arief. S, dkk. 2011. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan).  Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2009.  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sulistyanto, Heri, dkk. 2008. Matematika5 untuk SD Kelas III. Jakarta: Pusbuk, Depdiknas.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.

Oleh: Rahayu Endah Budi Astuti, S.Pd

SD Negeri Baklan 01,Polokarto,Sukoharjo

NIP 19600915198012 2005