PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA
KELAS IV SEMESTER II DI SD NEGERI KUDU 01,
KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh:Drs.Haryana
SD Negeri Kudu 01,Baki,Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan dari pada Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk meningkatkan Prestasi belajar Pendidikan Kwarganeragaan dengan materi pokok Dewan Perwakilan Rakyat melalui Model pembelajaran Example Non Example. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, tempat pelaksanaan penelitian di SD Negeri Kudu 01 dengan subjek penelitian seluruh anak kelas IV SD Negeri Kudu 01, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 25 anak.Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan tes. Analisis data dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hipotesis menyatakan: diduga Prestai belajar PKn dengan materi pokok Dewan Perwakilan Rakyat melalui Penerapan model pembelajaran Example Non Example pada siswa kelas IV SD Negeri Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data empiris menyatakan bahwa Prestasi belajar PKn dengan materi Dewan Perwakilan Rakyat melalui Penerapan model pembelajaran Example Non Example dari kondisi awal nilai rata-rata siswa 54,6 dengan anak yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 0 anak (0 %) ke kondisi akhir nilai rata-rata siswa 73,6 dengan anak yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 24 anak (96%)atau ada 1 siswa yang nilainya di bawah KKM pada siswa kelas IV SD Negeri Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.Sehingga dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran Example Non Exampledapat meningkatkan Prestasi belajar Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri Kudu 01 semester II ,kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata kunci:Model Pembelajaran Example Non Example,Prestasi Belajar PKn.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945”.
Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik.
Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). SDN Kudu 01 sejak peneliti mengajar tahun 1990 dalam pembelajaran PKn, peneliti sering menggunakan model pembelajaran ceramah.
Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan siswa yang mau bertanya dan berani mengemukakan pendapat dari 25 orang siswa kelas IV hanya sekitar 1 orang (4 %) di atas (96 %) siswa tidak mau bertanya dan tidak berani mengemukakan pendapat. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan model pembelajaran lain yaitu model pembelajaran diskusi. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 2 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif, sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok.
Dalam melaksanakan diskusi kelompok, peneliti juga melihat di antara anggota kelompok ada yang suka mengganggu teman karena mereka beranggapan bahwa dalam belajar kelompok (diskusi) tidak perlu semuanya bekerja. Karena tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok (diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois sehingga tidak mau menerima pendapat teman. Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa di Kelas IV SDN Kudu 01dalam pembelajaran PKn sangat kurang. Dalam hal ini peneliti berani mengungkapkan karena memang aktivitas siswa SDN Kudu 01 masih jauh dari pengertian aktivitas yang diungkapkan dari para ahli, seperti Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 173), mengemukakan bahwa jenis aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa siswa SDN Kudu 01 dalam melaksanakan diskusi kelas jarang sekali mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran. Karena aktivitas siswa yang rendah itu, Prestasi belajar yang diperoleh juga menjadi rendah. Sumber Data Sekunder Nilai PKn SDN Kudu 01. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran PKn. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran PKn yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas.
Model pembelajaran yang akan di coba untuk melakukan penelitian adalah model pembelajaran example Non Example Ketertarikan peneliti mengambil model pembelajaran Example Non Example, karena peneliti melihat dalam model pembelajaran Example Non Example semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran Example Non Example dibanding dengan diskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu ada yang merupakan tanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok.
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Penerapan Model pembelajaran Example Non Example untuk Meningkatan Prestasi belajar PKn dengan materi pokok Badan perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV Semester II di SDN Kudu 01, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014, diharapkan aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan Prestasi Belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Kudu 01 ?
2. Apakah penerapan mopdel pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn dengan materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV SDN Kudu 01?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah “untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran Example Non Example.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penilitian ini bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berkualitas
b. Melatih guru agar lebih cermat dalam memperhatikan kesulitan belajar siswa
2. Bagi Siswa
a. Memberikan motivasi suasana pembelajaran yang menggairahkan
b. Menghilangkan anggapan bahwa belajar kelompok itu cukup dikerjakan oleh satu atau dua orang saja
c. Memotivasi pribadi siswa lebih aktif dan kreatif
d. Meningkatkan tanggung jawab individu maupun kelompok
3. Bagi Sekolah
1. Meningkatkan mutu proses belajar mengajar Pkn di SDN Kudu 01
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.Kajian Teori
Prestasi Belajar PKn
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik, yang tidak tahu menjadi tahu. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar.Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PKn adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar PKn.
Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasikan olah raga serta menanamkan kebiasan berpikir dan berperilaku yang kritis, kreatif dan mandiri.Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur 12 tahun.Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu apabila anak telah memiliki struktur kognitif (schemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkhis dan integratif.
Dari beberapa pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa Pembelajaran PKn di SD merupakan upaya menerapkan teori, konsep-konsep PKn yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui upaya ini, pembelajaran PKn melatih ketrampilan para siswa baik fisiknya maupun kemampuan berfikir, serta mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.Pada garis besarnya pembelajaran PKn bermaksud mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara PKn, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara lingkungan, dan meningkatkan hasil belajar PKn
Pengertian EXAMPLE NON EXAMPLE
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti : a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,b. kemampuan analisis ringan, dan c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:
1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.
2.Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.
Kerangka Berpikir
Dalam metode pembelajaran Explicit Instruction kegiatan dilakukan dalam tiga tahapan yaitu : tahap I (kooperatif inti ), tahap II (kelompok ahli), tahap III (kelompok gabungan). Untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu ada motivasi, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam halini peneliti meneliti dari aktivitas siswasampai hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, kerangka Berpikir dapat digambarkan sebagai berikut :
Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan model pembelajaran Example Non Example dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang Sistem Lembaga Pemeritahan Pusat di SDN Kudu 01, Kecamatan Baki, Prestasi belajar siswa dapat meningkat.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 .. Pemilihan waktu ini menyesuaikan dengan jadwal materi pelajaran PKn pada kelas IV.Penelitian ini dilakukan di SDN Kudu 01 Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 25 orang, terdiri dari 9 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Siswa belajar di Kelas dengan suasana belajar yang menyenangkan. Kelas IV dipilih sebagai subjek penelitian karena kondisi siswa pada kelas tersebut bermasalah sesuai dengan hasil belajar PKn tentang Dewan Perwakilan Rakyat rendah.Obyek penelitian adalah rendahnya hasil belajar konsep Dewan Perwakilan Rakyat rendah kelas IV SDN Kudu 01 Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013 /2014.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini meliputi hasil tes tertulis pada mata pelajaran PKn pada kondisi awal, siklus I, siklus II. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka yaitu nilai hasil tes pembelajaran PKn, sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang keefektifan pembelajaran di dalam kelas ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Example Non Example
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dan penerapan model pembelajaran Example Non Example pada kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah buku daftar nilai PKn siswa kelas IV. Data Prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dan penerapan model pembelajaran Example Non Example pada siklus I diperoleh melalui tes tertulis. Data Prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dan penerapan model pembelajaran Example Non Example pada siklus II diperoleh melalui tes tertulis.
Validasi Data
Validasi data nilai praktek prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dan penerapan model pembelajaran Example Non Example baik kondisi awal, siklus I, siklus II diperoleh dengan teknik observasi. Supaya data tersebut valid, peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil observasi teman sejawat.Validasi data prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dan penerapan model pembelajaran Example Non Example, baik kondisi awal, siklus I, siklus II diperoleh dengan teknik tes. Supaya data yang diperoleh valid perlu dilakukan validasi isi.
Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1) Data prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dan penerapan model pembelajaran Example Non Example meliputi nilai praktek dan nilai tes tertulis kondisi awal, siklus I, siklus II dihitung rata-ratanya, dengan bobot yang sama.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas ini adalah:
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan tiap siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan. 1 (satu) pertemuan untuk pelaksanaan tindakan sekaligus pengambilan nilai praktek dan 1 (satu) pertemuan terakhir untuk tes tertulis. Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Alur tindakan perbaikan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut.
PEMBAHASAN DAN HASIL TINDAKAN
Deskripsi Kondisi Awal
Masalah yang dialami oleh siswa kelas IV SDN Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pelajaran PKn adalah rendahnya metode/model pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan hasil belajar pemahaman materi pelajaran Dewan Perwakilan Rakyat. Hal tersebut terlihat dari nilai siswa yang rendah pada nilai tes tertulis maupun nilai praktik.Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada table dan grafik berikut.
Table 4.1 Hasil Prestasi siswa pada Kondisi Awal
Uraian | Nilai Praktel |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 65 45 54,6 70 |
Ketuntasan | 0 Siswa (0%) |
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan Prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat, Siswa pada Kondisi Awal
Dari data di atas, pada kondisi awal ini niIai rata-rata siswa hanya 54,6, jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dalam pembelajaran PKn di SDN Kudu 01, yaitu 70. Tidak ada siswa yang mencapai KKM dari total 25 siswa kelas IV yang mencapai nilai KKM, atau 25 siswa nilainya di bawah KKM.
Ada 2 faktor yang menyebabkan réndahnya, model pembelajaran untuk meningkatkan Prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV SDN Kudu 01, yaitu faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal siswa tersebut antara lain: motivasi, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor guru sebagai fasilitator kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana kurikulum dan orangtua (lingkungan).
Pada pembelajaran PKn selama ini masih menggunakan model pembelajaran yang monoton, yaitu ceramah dan instruksi langsung. Dengan metode ini membuat siswa kurang aktif, hanya guru yang aktif menyampaikan materi.Dan berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak tertarik atau jenuh dengan pelajaran PKn khususnya pada materi Dewan Perwakilan Rakyat sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah apalagi di rumah orang tua kurang perhatian terhadap anaknya khususnya dalam hal belajar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti sekaligus sebagai guru kelas akan melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan Prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV SD N Kudu 01, Kec. Baki, Kab. Sukoharjo.
Deskripsi Hasil Siklus I
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan, banyak siswa terlihat belum aktif dan canggung karena siswa belum terbiasa melaksanakan model pembelajaran Example Non Example, serta beberapa siswa yang kurang fokus dalam pembelajaran.Setelah guru memberi motivasi, siswa mengikuti pelajaran dengan baik.Meskipun demikian, motivasi pembelajaran explicit Instruktion terhadap siswa dalam menerirma penjelasan guru masih cukup tinggi.Siswa saling membantu dan bekerjasama dengan temannya, yang diam dan pasif terus berupaya untuk bisa.Demikian upaya guru dalam memotivasi para siswa.Ternyata upaya ini cukup berhasil, siswa berusaha untuk aktif dalam mengikuti pelajaran materi Dewan Perwakilan Rakyat dengan model pembelajaran example Non Example
Dan hasil tes praktik maupun tes tertulis pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan hasil belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Peningkatan Prestasi belajar pada Siklus I
Uraian | Nilai Praktel |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 75 60 66,4 70 |
Ketuntasan | 12Siswa (48 %) |
Gambar 4.1. Grafik Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I
Melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example pada siklus I, nilai rata-rata prestasi siswa adalah 66,4, nilai tertinggi 70 dan nilai terendah adalah 60. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 12siswa (48%) dari total 25 siswa kelas IV SDN Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
Refleksi hasil implementasi penerapan pada siklus I adalah sebagai berikut,
Uraian | Kondisi Awal | Siklus I |
Tindakan | Belum menerapkan model pembelajaran Example Non Example | Sudah menerapkan model pembelajaran Example Non Example |
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan | 45 65 54,6 0 siswa (0%) | 60 75 66,4 12 siswa (48%) |
Dari tabel di atas diperoleh fakta pengaruh pembelajaran Example Non Example belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat siswa pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, nilai rata-ratanya adalah 54,6 (jauh dibawah nilai KKM), nilai tertinggi 65, nilaiTerendah 45 dan hanya 0 siswa (0%) yang mencapai nilaiKKM.
Pada siklus I, melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat , siswa menunjukkan peningkatan. Nilai rata-ratasiswa menjadi 66,4(masih di bawah nilai KKM),nilai tertinggi 75, nilai terendah 60 dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 6 siswa ( 48 %)
Meskipun terjadi peningkatan pada siklus I ini,namun peningkatannya belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitan ini. Maka peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk melanjutkan tindakan penelitian ke siklus II dengan tetap menerapkan model pembelajaran Example Non Example belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat, dengan perbaikan pada kelemahan dan kekuranganyang terjadi pada siklus I.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pada kegiatan pembelajaran sigklus II, secara umum siswa prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat berjalan baik dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran Example Non Example . Siswa juga tampak semakin percaya diri, hal ini karena siswa telah melaksanakan diskusi dengan teman tim sebelumnya. Bila dibandingkan dengan penampilan kegiatan pembelajaran pada sikIus I, hasil belajar siswa Iebih baik, Hasil belajar siswa siswa pada siklus II dapat dilihat sebagai berikut,
Table 4.3 Prestasi belajar Siswa pada Siklus II
Uraian | Nilai Praktek |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 85 60 73,6 70 |
Ketuntasan | 24 Siswa (96%) |
Gambar 4.1. Grafik prestasi belajar, Siswa pada Siklus II
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa dengan langkah-langkah model pembelajaran Example Non Example pada siswa kelas IV SDN Kudu 01 pada siklus II adalah 73,6 (diatas nilai KKM), nilai tertinggi 85, nilai terendah 60 dan siswa yang berhasil mencapai nilai KKM sebanyak 24 siswa (96%), berarti ada 1 siswa yang nilainya di bawah KKM. Peningkatan hasil prestasi belajar dengan langkah-langkah model pembelajaran Example Non Example pada siswa kelas IV SDN Kudu 01 pada siklus II jika dibandingkan siklus I adalah sebagai berikut
Uraian | Siklus I | Siklus II |
Tindakan | Sudah menerapkan model pembelajaran Example Non Example pembelajaran PKn | Sudah menerapkan model pembelajaran pembelajaran PKn. Example Non Example |
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Ketuntasan | 60 75 66,4 12 siswa (48%) | 60 75 73,6 24 siswa (96%) |
Dari tabel di atas, secara empiris diperoleh fakta bahwa dalam model pembelajaran Example Non Exampledengan konsep Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa setelah pelaksanaan tindakan penelitian siklus II “Melalui penerapan model pembelajaran Example Non Examplemateri belajar Dewan Perwakilan Rakyat menunjukkan peningkatan dari pada siklus I. Pada siklus I, nilai rata-rata model pembelajaran Example Non Example konsep Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV adalah 66,4(di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 75, nilaiterendah 60 dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumIah 12siswa (48%).
Pada siklus II model pembelajaran Example Non Example belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV menunjukkan peningkatan, menjadi nilai rata-rata 71,8(di atas nilai KKM),nilai tertinggi 85, nilai terendah 60 dan siswa yang mencapai nilai KKM menjadi 24 siswa (96%), berarti ada 1 siswa yang nilainya di bawah KKM.
Peningkatan hasil pembelajaran materi Dewan Perwakilan Rakyat melalui model pembalajaran Example Non Examplepada siswa kelas IV SDN Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitan tindakan kelas ini.Akan tetapi peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk menghentikan penelitian ini,untuk melihat kevalidan efektivitas model pembelajaran Example Non Example dalam meningkatkan hasil prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi melalui penenerapan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV SDN Kudu 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
Pembahasan
Tujuan pelaksanaan tindakan kelas dalam ini adalah meningkatkan prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SDN Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Data prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut,
Table 4.5 Peningkatan prestasi belajar Siswa
Uraian | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata KKM | 65 45 54,6 0 siswa (0%) | 75 60 66,4 12siswa (48%) | 85 60 73,6 24 siswa (96%) |
Pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembelajaran Example Non Example pada siswa nilai rata-rata adanya 54,6 (jauh dibawah nilai KKM), nilai tertinggi 65, nilai Terendah 45 dan tidak ada siswa yang mencapai nilai KKM. Pada siklus I, melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa menunjukkan peningkatan. Nilai rata-rata siswa menjadi 66,4(masih di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 75, nilai terendah 60 dan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 12 siswa (48%).
Pada siklus II prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembelajaran Example Non Example pada siswa kelas IV menunjukkan peningkatan, menjadi nilai rata-rata 73,6(di atas nilai KKM), nilai tertinggi 85, nilai terendah 60 dan siswa yang mencapai nilai KKM menjadi 24 siswa (96%), berarti ada 1 siswa atau (4%) yang nilainnya di bawah KKM.
Hasil Tindakan
Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran Example Non Example belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV di SDN Kudu 01 ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus.Pada setiap siklus, data yang diambil adalah nilai praktek dan nilai tes tertulis pada akhir siklus. Secara empiris diperoleh hasil tindakan sebagai berikut : melalui penerapan model pembelajaran Example Non Exampledapat meningkatkan prestasi belajar materi Dewan Perwakilan Rakyat pada siswa kelas IV dari kondisi awal nilai rata-rata 54,6 dengan siswa yang mencapai kentuntasan KKM sejumlah 0 siswa (0%) ke kondisi akhir nilai rata-rata 73,6dengan siswa yang mencapai ketuntasan KKM sejumlah 24 siswa (96%) pada siswa kelas IV SDN Kudu 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran dapat meningkat antara lain :
Disamping itu berdasarkan pengalaman perbaikan pembelajaran kiranya perlu tukar pendapat dengan teman sejawat untuk keberhasilan mengajar di sekolah. Di akhir pembahasan ini, penulis menyampaikan saran-saran dengan harapan dapat member harapan dan memberi manfaat yang besar dalam usaha kita meningkatkan kualitas pendidikan.Adapun berikut ini saran-saran dan tindak lanjut yang kami tujukan kepada :
DAFTAR PUSTAKA
Anton M Mulyono, 2000, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Depdikbud, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Depdikbud
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Kurikulum dan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T., Bumi Aksara
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk, 1996, Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono, 2006, Laporan Penelitian Sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan. Jakarta, Februari 2006
Team Pelatih Penelitian Tindakan, 2000, Penelitian Tindakan (Action Research), Universitas Negeri Yogyakarta
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, 2003, Jakarta : Depdiknas
Oleh:Drs.Haryana
SD Negeri Kudu 01,Baki,Sukoharjo
NIP.:196406091986081001