Published using Google Docs
jurnal.TA.DWI.N.doc
Updated automatically every 5 minutes

MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEHNIK STAD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERDISKUSI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI  MATERI LAPORAN KEUANGAN BAGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN 2012-2013

Oleh :Th. A Dwi Nurani S

SMA Negeri 2 Surakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan keaktifan berdiskusi dan hasil belajar akuntansi  pada kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tehnik STAD (Student Teams Achievement Divisions). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilakukan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta yang berjumlah 32 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes, dokumentasi dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan metode. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknikanalisis secara kualitatif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui Peggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tehnik STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan keaktifan berdiskusi dan hasil belajar akuntansi. Peningkatan terjadi pada siklus I, walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus II menyebabkan keterampilan guru dan hasil belajar siswa mencapai kualifikasi sangat tinggi. Simpulan penelitian ini adalah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tehnik STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta.

Kata Kunci:Hasil Belajar, Pembelajaraan Kooperatif Teknik STAD

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi Seorang Guru, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.Bahkan agar kegiatan pembelajaran berjalan lancar, seorang Guru harus melakukan persiapan administrasi sampai dengan melakukan evaluasi. Namun demikian walaupun seorang Guru sudah melakukan persiapan, adakalanya hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.Hal ini menunjukkan bahwa rencana yang sudah dipersiapkan belum tentu menjamin hasil yang baik. Hal ini sering dipengaruhi faktor-faktor yang kurang kita sadari dan kita perhatikan. Berdasarkan pengalaman tersebut terdapat kenyataan bahwa siswa Kelas XI IPS 2 merupakan kelas yang yang masih memiliki tingkat hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan kelas XI IPS yang lain hal ini dapat dilihat dari nilai akuntansi yang belum memenuhi KKM yang diharapkan dari sekolah, kelas ini juga memiliki tingkat keaktifan berdiskusi yang amat rendah.Hal ini dapat dilihat dari beberapa sikap misalnya :

  1. Setiap Guru yang mengajar pada kelas tersebut selalu mengeluh dan mengalami   hambatan dalam proses belajar mengajar.
  2. Kelas cenderung pasif, masih banyak anak yang takut mengemukakan pendapat dan kalau diberi pertanyaan cenderung tidak direspon secara maksimal.
  3. Kerjasama antar individu di kelas XI IPS 2 sangat kurang jika berdiskusi

Keberhasilan pengajaran selalu ditentukan oleh persiapan dan metode mengajar yang tepat juga dipengaruhi oleh keterlibatan peserta didik.Tanpa ada perhatian yang tinggi dari peserta didik, maka tujuan dari pembelajaran tidak akan mencapai nilai yang maksimal.Partisipasi aktif dari peserta didik merupakan salah satu kunci keberhasilan dari proses pendidikan. Agar hasil proses belajar mengajar tercapai semaksimal mungkin, dalam proses belajar mengajar Guru harus dapat memilih strategi yang paling tepat.Berbagai model pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi aktif dari siswa.

Melihat keadaan kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta yang akan diteliti, masih memiliki nilai dan keaktifan berdiskusi yang rendah maka dalam usahanya untuk meningkatkan hasil belajar hendaknya digunakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan partisipasi aktif dari siswa. Kebanyakan guru di kelas ini masih menggunakan model pembelajaran dengan ceramah hal ini karena mengingat waktu pembelajaran yang disediakan menurut GBPP sangat terbatas sehingga banyak guru lebih senang memberikan pengajaran dengan cara ceramah, akan tetapi dengan model pembelajaran ceramah hanya guru yang aktif sedangkan siswa cenderung pasif akibatnya banyak siswa yang kurang merespon pembicaraan guru kalau tidak mengantuk ya mereka lebih senang ngobrol dengan temannya karena cara mengajar guru yang membosankan.

Harapan dari hasil penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan antara lain adalah adanya peningkatan hasil dari siswa yang melaksanakan proses belajar mengajar dengan maksimal, sehingga hasil rata-rata ada peningkatan dan siswa menjadi aktif dan senang melakukan diskusi .Sedangkan bagi Guru dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan dapat memberikan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan nilai peserta didik disamping juga dapat memberikan variasi dalam mengajar. Dalam penelitian  ini akan digunakan suatu model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan partisipasi aktif dari siswa selama mengikuti proses kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tehnik STAD.

Rumusan Masalah.

Dengan pembatasan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian tindakan dapat dirumuskan :

  1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tehnik STAD dapat meningkatkan keaktifan berdiskusi bagi siswa kelas XI IPS 2 SMA negeri 2 Surakarta pada semester 2 tahun pelajaran 2012-2013?
  2. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tehnik STAD dapat meningkatkan hasil belajar  bagi siswa kelas XI IPS 2 SMA negeri 2 Surakarta pada semester 2 tahun pelajaran 2012-2013?
  3. Apakah melalui model pembelajara kooperatif tehnik STAD dapat meningkatkan keaktifan berdiskusi dan  hasil belajar  bagi siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta pada semester 2 tahun pelajaran 2012-2013?

Tujuan Penelitin.

  1. Tujuan Umum
  1. Untuk meningkatkan keaktifan berdiskusi dan hasil belajar akuntansi  pada kelas XI IPS pada umumnya.
  1. Tujuan Khusus
  1. Untuk  meningkatkan keaktifan berdiskusi dan hasil belajar pada siswa kelas  XI-IPS2 SMA Negeri 2 Surakarta semester 2 tahun pelajara 2012-2013 melalui  model pembelajaran kooperatif tehnik STAD.

Manfaat Penelitian

  1. Manfaat penelitian bagi siswa
  1. Dapat meningkatnya keaktifan berdiskusi dan hasil belajar
  1. Manfaat penelitian bagi peneliti
  1. Dapat meningkatnya keaktifan berdiskusi dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tehnik STAD
  1. Manfaat penelitian bagi sekolah
  1. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga akan meningkat pula hasil hasil UAN

LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

  1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut ini merupakan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut para ahli.

  1. Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
  2. Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
  3. Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.
  4. Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

 Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Model Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang bersifat kerja sama dalam kelompok. artinya bahwa model pembelajaran kooperatif ini dapat menggalakkan siswa dan secara tidak langsung siswa dapat termotivasi, senang dalam mengikuti pelajaran/tidak jenuh, untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. ini artinya ada pertukaran ide antar siswa ke arah suasana yang  membangkitkan potensi siswa. Dalam model ini, proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa, namun siswa dapat saling membelajarkan sesama teman siswa lainnya.

  1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins, model belajar ini berorientasi pada pendekatan konstruktivis dan menekankan pada penerapan prinsip-prinsip belajar kognitif. Relevansi dari teori konstruktivis adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Slavin (2008: 143) mengatakan bahwa “STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatam kooperatif”.

STAD menitikberatkan pada pemberian motivasi kepada kelompok siswa dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif agar dapat berinteraksi dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini peran serta pendidik hanya sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi, sehingga diharapkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.

Menurut Slavin (2008: 143-145) menyebutkan bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu; a) Presentasi kelas .b) Kerja tim.c) Kuis.d) Skor Perbaikan Individu.e) Penghargaan Tim

  1. Hasil Belajar Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa SMA khususnya jurusan IS. Fungsi mata pelajaran ini di SMA adalah memberikan bekal pengetahuan dasar mengenai akuntansi. Menurut Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih (2003: 3), “Secara umum akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem informasi yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif dari suatu unit organisasi atau kesatuan ekonomi yang ditujukan kepada para pemakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi.”

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa akuntansi merupakan salah satu bidang akuntansi yang berhubungan dengan penyediaan informasi kuantitatif suatu kesatuan ekonomi yang ditujukan untuk pihak-pihak diluar perusahaan. Bidang ini pun menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya jurusan Ilmu Sosial (IS).

  1. Pembelajaran Akuntansi dengan model Pembelajaran Kooperatif

Sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan, maka perlu disusun rancangan pembelajaran akuntansi melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagai berikut:

  1. Presentasi kelas dilakukan oleh guru dengan menggunakan pengajaran langsung atau dengan ceramah.
  2. Guru membagi kelompok, kelompok tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku
  3. Kuis diadakan setelah satu sampai dua periode latihan kelompok. Ketika kuis berlangsung, siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu dengan teman yang lain..
  4. Skor Perbaikan Individu, tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dan selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin yang maksimal kepada tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka
  5. Penghargaan tim diberikan kepada kelompok apabila tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diuraikan kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, salah satunya adalah model pembelajaran.

Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku.  Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa belajar dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi tersebut dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep mata pelajaran akuntansi serta menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa.

Untuk SMA kelas XI IS akan mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa. Karakteristik yang sangat menonjol dari mata pelajaran akuntansi adalah banyak hitungan dan pembuatan kolom yang diperlukan pada hampir semua pokok bahasan. Sehingga untuk mata pelajaran akuntansi harus memahami konsep, dan siswa juga dituntut untuk terampil dan teliti dengan cara mempraktikkannya.

Untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi, masih ada beberapa permasalahan yang ditemukan dalam proses belajar mengajar. Permasalahan tersebut diantaranya adalah dalam penggunaan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional (ceramah) sehingga hasil belajar yang dicapai siswa tidak maksimal. Dalam hal ini siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru, sehingga para guru tidak mengetahui sampai dimana penjelasannya dapat diterima oleh siswa. Permasalahan yang lain adalah para siswa tidak mau bertanya kepada guru yang bersangkutan mengenai meteri pelajaran yang belum dipahaminya. Para siswa lebih menyukai untuk bertanya kepada teman sekelasnya (teman sebaya) mengenai materi pelajaran yang belum dikuasainya tersebut.

Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan pembaharuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions  (STAD) yang bertujuan agar dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan presentasi kelas dan kelompok belajar siswa. Melalui belajar dari teman sebaya dan tentunya dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman terhadap materi yang dipelajari khususnya mata pelajaran keterampilan akuntansi akan semakin mudah dan cepat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki dampak positif terhadap siswa yang masih rendah hasil belajarnya, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajarnya sehingga hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran dapat disimpan lebih lama. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 2 tahun ajar 2012/2013 khususnya mata pelajaran akuntansi dapat meningkat.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta, yang beralamat di Jalan Monginsidi No. 40 Surakarta.  Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah :Menurut pendapat beberapa siswa (khususnya kelas XI IPS 2) bahwa dalam pembelajaran akuntansi yang dilakukan saat ini kurang menarik sehingga banyak siswa kurang memahami materi dan hasil yang diperoleh menjadi kurang maksimal.Penulis melaksanakan penelitian dari bulan Januari 2013 sampai Juli 2013.  

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Alasannya, karena pada kelas tersebut ditemukan adanya permasalahan-permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran akuntansi. Sehingga sangat potensial sekali dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif guna meningkatkan keaktifan siswa untuk mencapai hasil belajar akuntansi yang memuaskan dan dapat pula memperbaiki proses pembelajaran yang telah berlangsung di dalam kelas.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: Observasi. Observasi dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan materi pelajaran. Observasi hanya dilakukan sebatas mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Tes, Tes merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Tes dilakukan dengan dua cara, yaitu tes tertulis dan praktek atau lisan dengan mempresentasikan pekerjaan mereka di depan kelas.Dokumentasi,Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.

Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan interpretasi, dan (4) Analisis dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan terdapat kenyataan bahwa siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Surakarta merupakan kelas yang yang masih memiliki tingkat hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan kelas XI IPS yang lain. Hal ini dapat dilihat dari nilai akuntansi yang belum memenuhi KKM yang diharapkan dari sekolah, kelas ini juga memiliki tingkat keaktifan berdiskusi yang amat rendah.Hal ini dapat dilihat dari beberapa sikap misalnya : a) Setiap Guru yang mengajar pada kelas tersebut selalu mengeluh dan mengalami   hambatan dalam proses belajar mengajar. b) Kelas cenderung pasif, masih banyak anak yang takut mengemukakan pendapat dan kalau diberi pertanyaan cenderung tidak direspon secara maksimal.c) Kerjasama antar individu di kelas XI IPS 2 sangat kurang jika berdiskusi

Diskripsi Siklus I

Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) mampu meningkatkan hasil belajarnya dan keaktifan siswapun meningkat. Untuk penilaian hasil belajar dari ranah kognitif dapat dilihat dari hasil post tesnya (tes hasil belajar) yang menunjukkan nilai rata-rata mereka adalah 76,97 terlihat meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yaitu 63.91. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan 65,00 sebanyak 26 siswa dari jumlah keseluruhan 32 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai yaitu 76,97% siswa telah memperoleh nilai diatas 65,00 dari 70% target yang direncanakan.

Untuk penilaian hasil belajar ranah psikomotorik siswa, peneliti melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan sekitar 78,37% siswa nilai psikomotoriknya telah mencapai 65,00. Dengan kata lain indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai yaitu sebesar 78,37% siswa telah memperoleh nilai minimal 65,00 dari target 70% yang telah direncanakan.

Berdasarkan pengamatan pada siklus I siswa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Siswa tampak aktif dalam diskusi dan kerja kelompok serta aktif saat pembeljaran berlangsung. Rata-rata keaktifan siswa pada siklus I mencapai 60,36% dengan demikian indikator ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 60% telah tercapai.

Diskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) mampu meningkatkan hasil belajarnya dan keaktifan siswapun meningkat. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan STAD karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) menjadi lebih efektif.  

Untuk penilaian hasil belajar dari ranah kognitif mengalami peningkatan pada siklus II ini yang dapat dilihat dari hasil post tesnya (tes hasil belajar) yang menunjukkan nilai rata-rata mereka adalah 87,31 terlihat meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka pada siklus I yaitu dengan rata-rata 76,97. Seluruh siswa mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan 65,00 yaitu dari jumlah keseluruhan 32 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada siklus II telah tercapai yaitu 100% siswa telah memperoleh nilai diatas 65,00 dari 75% target yang direncanakan.

Untuk penilain hasil belajar ranah psikomotorik siswa peneliti melakukan pengamatan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan pada siklus II sekitar 91,89% siswa nilai psikomotoriknya telah mencapai 65,00. Dengan kata lain indikator ketercapaian pada siklus II telah tercapai yaitu sebesar 91,89% siswa telah memperoleh nilai minimal 65,00 dari target 75% yang telah direncanakan.Untuk penilaian hasil belajar ranah afektif mengenai minat siswa dalam mengikuti pembelajaran akuntansi menunjukkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)  minat siswa semakin tinggi.

Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif  dalam mengikuti proses belajar mengajar dibandingkan dibandingkan pada saat siklus I. Siswa tampak lebih aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru saat KBM, aktif dalam diskusi dan kerja kelompok serta aktif saat mengerjakan soal latihan. Rata-rata keaktifan siswa pada siklus II mencapai 75,7% dengan demikian indikator ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 70% telah tercapai.Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siklus II dinilai telah berhasil dan memuaskan sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan model yang sama pada setiap siklusnya yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar. Selain itu dengan penerapan model pembelajaran STAD  dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada grafik berikut:

  1. Penilaian Hasil Belajar Siswa Kognitif

Tabel 3  Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif

Kriteria

Prosentase (%)

Sebelum STAD

Siklus I

Siklus II

Tidak Tuntas

36.09

23,03

0

Tuntas

63,91

76,97

100%

 (Sumber: data primer yang diolah, 2013)

Gambar 3. Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif

Penilaian aspek kognitif siswa pada saat diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dilakukan melalui pemberian post tes diakhir siklus. Sedangkan penilaian kognitif siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif  STAD diperoleh dari ulangan harian siswa. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa nilai rata-rata nilai ulangan siswa sebelum penerapan model pembelajaran STAD adalah 63,91% dengan prosentase siswa yang tuntas adalah sebesar 36,09%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa masih rendah sebab banyak siswa yang belum mencapai nilai 65,00 sebagai nilai batas tuntas keberhasilan siswa. Masih rendahnya nilai ulangan siswa dikarenakan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka belum faham terhadap materi yang bersangkutan, selain itu siswa juga cepat merasa bosan karena pembelajaran kurang inovatif.

Penyajian materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa. Hal ini terbukti pada nilai post tes diakhir siklus I nilai rata-rata siswa 76,64 dengan prosentase ketuntasan sebesar 76,97% terjadi peningkatan prosentase ketuntasan siswa yaitu sebesar 23,03% (prosentase sebelum siklus I yaitu 36,09%, prosentase siklus I 63,91%) peningkatan nilai rata-ratanya yaitu sebesar 11,86 (sebelum siklus I yaitu 63,91, nilai siklus I 76,97). Dengan demikian indikator ketercapaian belajar siswa pada siklus I sebesar 70% telah tercapai. Hal ini menunjukkan siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru sebab adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pada siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang terbukti dengan nilai rata-rata mereka adalah 87,31 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100% melampaui indikator ketercapaian ketuntasan belajar siswa yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 75%. Apabila dibandingkan dengan siklus I, prosentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan sebesar 21,62% ( siklus I 76,97%, siklus II 100%), dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 11,95 (rata-rata nilai siklus I 76,64, nilai rata-rata siklus II 87,31). Apabila dibandingkan dengan sebelum penerapan STAD, nilai rata-rata siswa siklus II mengalami peningkatan sebesar 23,81 (sebelum penerapan STAD 63,91, siklus II 87,31) dengan peningkatan prosentase ketuntasan siswa sebesar 59,46% (sebelum penerapan 36,09%, siklus II 100%).


  1. Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif  

Tabel 4.  Penilaian Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa

Kriteria

Jumlah siswa

Prosentase

Sebelum Penerapan STAD

Setelah Penerapan STAD

Sebelum penerapan STAD

Setelah Penerapan STAD

Tidak Minat

0

0

0%

0%

Kurang Minat

0

0

0%

0%

Cukup minat

14

0

40,54%

0%

Berminat

17

22

54,05%

64,87%

Sangat Minat

1

10

5,41%

35,13%

(sumber: data primer yang diolah, 2013)

 Gambar  4.Grafik Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam ranah afektif dilakukan dengan menyebar angket kepada siswa.  Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa minat siswa dalam mempelajari akuntansi mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Hal ini dapat terbukti bahwa siswa yang sangat berminat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi keuangan mengalami peningkatan sebanyak 10 orang (sebelum STAD 2, setelah STAD 13), peningkatan prosentase siswa yang sangat minat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi adalah 29,72% (sebelum STAD 5,41%, setelah STAD 35,13%). Hal ini menandakan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran STAD siswa lebih berantusias dalam mengikuti pembelajaran.

Tabel 5. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Ranah Kognitif

Ranah Psikomotorik

Tidak Tuntas

Tuntas

Tidak Tuntas

Tuntas

Sebelum STAD

59,46%

40,54%

75,68%

24,32%

Siklus I

21,62%

78,38%

21,62%

78,38%

Siklus II

0%

100%

8,1%

91,9%

 (Sumber: data primer yang diolah, 2013)

Apabila digambarkan dengan grafik maka peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Ketuntasan hasil belajar siswa untuk ranah afektif tidak diikutsertakan pada grafik diatas dikarenakan penilaian ranah afektifnya dilaksanakan pada saat sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif STAD, jadi pada penelitian ini penilaian ranah afektifnya tidak pada saat proses pembelajaran dengan STAD berlangsung.Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPS 2 sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa didalam kelas terus mengalami peningkatan yang akan ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 6.  Prosentase Keaktifan Siswa XI IPS 2

Sebelum diterapkan STAD

Ketika diterapkan STAD

Siklus I

Siklus II

Persentase

28,8%

60,36%

75,7%

(Sumber: data primer yang diolah, 2013)

                        Gambar 6. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa

Penilaian keaktifan siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan grafik diatas keaktifan siswa mengalami peningkatan pada siklus I dibandingkan sebelum diterapkan STAD yaitu sebesar 31,56% (sebelum STAD 28,8%, siklus I 60,36). Dengan demikian indikator ketercapain keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 60% telah tercapai. Pada siklus II keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu sebesar 15,34% (siklus I 60,36% dan siklus II 75,7%) sehingga indikator ketercapaian ketuntasan belajar siswa untuk siklus II sebesar 70% telah tercapai.  

Berdasarkan uraian diatas, guru berhasil melaksanakan pembelajaran akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga hasil atau hasil pembelajaran akuntansi dapat meningkat. Selain itu, peneliti juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, menarik, dan menyenangkan.

Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: 1) Siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. 2) Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terjadi karena siswa yang mulanya belum memahami benar materi yang disampaikan oleh guru dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa baik kepada guru secara langsung maupun kepada teman satu kelompoknya. 3) Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompok untuk mnyelesaikan suatu tugas bersama. Mereka terlihat aktif dalam mengikuti diskusi kelompok maupun diskusi pada saat presentasi.4) Siswa sudah tidak malu dan berani untuk maju ke depan kelas mempresentasikan tugas yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan siswa sudah paham tentang materi yang akan dipresentasikan, karena sebelumnya sudah melihat secara langsung guru menjelaskan dan memberikan contoh secara langsung mengenai materi yang sedang dipelajrari.

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Simpulan

        Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan:

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 2 Surakarta. Indikator peningkatan hasil belajar siswa antara lain :

  1. Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini bisa dilihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian hasil belajar siswa untuk ranah kognitif, siswa yang tuntas sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah 63,91%, pada siklus I siswa yang tuntas sebesar 76,97% dan pada siklus II 100% siswa tuntas.
  2. Minat siswa terhadap pembelajaran akuntansi meningkat. Hal ini dapat dilihat dari penilaian ranah afektif siswa, sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) 40,54% siswa cukup minat dalam belajar akuntansi, 54,05% siswa berminat dan 5,41% siswa sangat berminat dalam mempelajari akuntansi, sedangkan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terdapat 64,87% siswa berminat dalam mempelajari akuntansi dan sisanya sebesar 35,13% siswa sangat berminat dalam mempelajari akuntansi.
  3. Selain kedua ranah diatas, berdasarkan observasi kelas terlihat bahwa siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan peningkatan dari 28,8% (sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)) menjadi 60,36% (pada siklus I) dan pada siklus II sebesar 75,7%. Siswa sudah tidak malu lagi dan lebih berani untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru, siswa senang berdiskusi dengan teman sekelompoknya mengenai materi pelajaran serta siswa lebih bertanggungjawab saat mengerjakan tugas secara berkelompok.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

  1. Bagi Sekolah:
  1. Lebih mengusahakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.
  2. Hendaknya mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.
  1. Bagi Guru:
  1. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kodusif dan siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.
  2. Hendaknya guru selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas dengan menerapkan pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.
  3. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)  dapat menerapkan model tersebut dalam kegiatan belajar mengajar yang tentunya disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa.
  1. Bagi Siswa:
  1. Hendaknya  siswa berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran.
  2. Hendaknya siswa dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar.
  3. Hendaknya meningkatkan ketrampilan berkomunikasi yang baik sehingga tidak merasa malu atau canggung ketika hendak bertanya maupun mengutarakan pendapat kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alam. S. 2004. Akuntansi SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Asep Jihad. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press.

Dwi Permestiati. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) Disertai LKS untuk Penguatan Konsep Materi Pokok Ekosistem Sma Kelas X SMA Negeri I Ceper Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi Penelitian Tindakan Kelas Jurusan P.MIPA/ P.Biologi.

Etin Solihatin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning (Analisis Model Pembelajaran IPS).  Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://www.trisnimath.blogspot.com Pembelajaran Kooperatif.doc. diakses pada tanggal 29 Januari 2010 jam 14.25 WIB.`

http://www.penelitiantindakankelas. Blogspot.com. diakses pada tanggal 5 Mei 2010 pukul 15.00 WIB.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rochiati Wiriatmaja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Suharsini Arikunto,dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Soemarso. 2003. Akuntansi suatu pengantar. Bandung: Salemba Empat.

Slavin, RE. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Triyanto. 2007. Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Penulis:

Dra. Th. A Dwi Nurani S

SMA Negeri 2 Surakarta

NIP. 19600404 198803 2 005