Published using Google Docs
Heni Kartikawati.doc
Updated automatically every 5 minutes

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA NYATA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR AKAR PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI TAWANG 02 SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

Heni Kartikawati

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar melalui penggunaan metode demonstrasi dan media nyata pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan September 2012 sampai dengan bulan November 2012. Subjek dalam penelitian adalah motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 17 siswa yaitu 9 laki-laki dan 8 perempuan.

Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data kualitatif hasil pengamatan hasil belajar dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan metode demonstrasi dan media nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tawang 02 Semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tanggung jawab (nilai rata-rata meningkat 1,0; persentase naik 20%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali), aspek memperhatikan umpan balik (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); aspek mempertimbangkan resiko (nilai rata-rata naik 0,6; prosentase naik 11,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); dan aspek kreatif-inovatif (nilai rata-rata  meningkat 0,8; persentase naik 15,3%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 9 siswa (53%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 16 siswa (94%). Terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa (41%) dan nilai rata-rata kelas dari 65,3 menjadi 75,9, meningkat sebesar 10,6.

Kata Kunci : Motivasi dan Hasil Belajar IPA, Penggunaan Metode Demonstrasi dan Media Nyata

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA sangat ditentukan oleh kegiatan-kegiatan nyata, karena siswa SD belum dapat menghubungkan alasan yang bersifat hipotesis. Pengetahuan tumbuh kembang melalui pengalaman dan pemahaman akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Dalam hubungannya dengan uraian di depan, pembelajaran IPA pada umumnya masih dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan yang terkesan kaku dogmatis sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda konkrit. Selama ini, siswa kurang diberi kesempatan untuk melakukan observasi, penyelidikan, memahami sendiri, dan melakukan eksperimen terhadap konsep-konsep sains melalui pengalaman nyata. Siswa tidak menyadari apa yang terjadi dan apa yang dialami di sekitarnya mengandung konsep-konsep ilmiah yang dapat dipelajari melalui pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diberikan oleh guru di SDN Tawang 02, khususnya kelas IV terdapat permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu rendahnya nilai ulangan harian, pernyataan tersebut didasarkan pula pada hasil nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA yang cukup rendah dan daya serap siswa secara klasikal masih di bawah standar minimum yaitu 75%. Secara rinci dari 17 siswa kelas IV di SDN Tawang 02 yang mendapat nilai 80 adalah 3 siswa (19%), yang mendapat nilai 70 sebanyak 6 siswa (37%), yang mendapat nilai 60 sebanyak 6 siswa (37%), yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 siswa (7%). Fakta ini menunjukkan bahwa siswa SDN Tawang 02 belum mencapai ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPA. Permasalahan tersebut merupakan indikator bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan guru kurang berhasil, sehingga untuk mengetahui penyebab-penyebab ketidakberhasilan tersebut perlu diadakan penelitian tindakan kelas, agar dapat dibuat rencana perbaikan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal. Untuk mengidentifikasi masalah, peneliti mengadakan secara optimal.Untuk mengidentifikasi masalah, peneliti mengadakan observasi awal dan meminta bantuan teman sejawat untuk menemukan kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) kemampuan murid dalam memahami materi kurang; (2) murid cenderung pasif dan ngomong sendiri; (3) nilai prestasi belajar IPA masih rendah; (4) metode mengajar guru dan media tidak bervariasi; (5) kurangnya minat siswa dalam belajar; (6) Latar belakang keluarga yang kurang perhatian terhadap belajar anak.

Pada tahap berikutnya peneliti melaksanakan observasi langsung secara lebih mendalam terhadap proses belajar mengajar di kelas dibantu teman sejawat. Setelah diadakan observasi dan diskusi dengan teman sejawat ternyata yang menjadi penyebab anak tidak memahami materi tentang struktur akar adalah: (1) kemampuan siswa dalam memahami materi masih rendah. (2) siswa cenderung pasif dan ngomong sendiri. (3) nilai prestasi pelajaran IPA masih rendah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti akan menentukan judul “Penggunaan Metode Demonstrasi dan Media Nyata dapat Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA tentang Struktur Akar pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tawang 02 Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah melalui penggunaan metode demonstrasi dan media nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah mendeskripsikan peningkatanmotivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar melalui penggunaan metode demonstrasi dan media nyata pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini banyak manfaat yang diperoleh, diantaranya:
Bagi siswa dapat memotivasi siswa untuk belajar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan mempermudah siswa memahami dan menguasai pelajaran IPA tentang struktur akar. Bagi Guru, dapat lebih termotivasi untuk terus mengembangkan profesionalitas dan kinerja, melatih kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, serta memberikan pengalaman dalam penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.

KAJIAN TEORI

Motivasi belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001:71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003:110).

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk:1992:3).

Hasil belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: (1) Faktor individual
Seperti;  kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi: (2)   Faktor social Seperti; keluarga atau keadaan rumah tangga,
guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial (Purwanto, 2002: 102)

Terdapat empat aspek utama yang membedakan tingkat motivasi individu (Asnawi, 2002:99), yaitu: (a) Mengambil Tanggung jawab atas Perbuatan-perbuatannya, (b) Memperhatikan Umpan Balik Tentang Perbuatannya, (c) Mempertimbangkan Resiko, dan (d) Kreatif-Inovatif.

Hasil belajar

Hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian pengetahuan, dan apresiasi yang dikenal denga istilah kognitif, afektifm dan psikomotorik melalui perbuatan belajar (Abror, 1993:65).Sedangkan Hamalik menyatakan bahwa siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya, apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap (Hamalik, 1990:97). Pada bagian lain, Nawawi (1981:10) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. (Alwasilah, 2000:90-91).

Beberapa pendapat tersebut diatas menunjukkan bahwa hasil belajar adalah salah satu hasil ujian dalam proses pengajaran yang dilakukan secara formal. Tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah dinyatakan dengan symbol angka atau huruf dalam raport dan diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.Pengukuran hasil belajar siswa di ukur dari waktu ke waktu dan merupakan gabungan dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006:79) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Muslichah (2006:22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Materi Struktur Akar

Akar tumbuhan merupakan struktur tumbuhan yang terdapat di dalam tanah. Akar sebagai tempat masuknya mineral (zat-zat hara) dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan. Akar merupakan kelanjutan sumbu tumbuhan.

Coba amati sistem perakaran tumbuhan monokotil (misalnya rumput-rumputan) dan tumbuhan dikotil (misalnya tanaman cabe). Akar tumbuhan monokotil tersusun dalam sistem akar serabut, sedangkan akar tumbuhan dikotil tersusun dalam sistem akar tunggang.

(a) Akar tumbuhan monokotil (serabut)       (b) Akar tumbuhan dikotil (tunggang)

Secara morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Sedangkan secara anatomi (struktur dalam) akar tersusun atas epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Ukuran panjang akar tergantung pada jenis tumbuhan. Misalnya tumbuhan apel memiliki akar yang panjang. Selain itu panjang akar dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi panjang akar misalnya porositas tanah, tersedianya air dan mineral dalam tanah, serta kelembapan tanah. Misalnya, tumbuhan yang hidup di gurun memiliki akar yang panjang. Morfologi akar tersusun atas batang akar, ujung akar, tudung akar, dan rambut akar.

Morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar.

Ujung akar merupakan titik tumbuh akar. Ujung akar terdiri dari jaringan meristem yang sel-selnya berdinding tipis dan aktif membelah diri. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Tudung akar berfungsi untuk melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu menembus tanah. Untuk memudahkan akar menembus tanah, bagian luar tudung akar mengandung lendir.

Pada akar, terdapat rambut-rambut akar yang merupakan perluasan permukaan dari sel-sel epidermis akar. Adanya rambut-rambut akar akan memperluas daerah penyerapan air dan mineral. Rambut-rambut akar hanya tumbuh dekat ujung akar dan umumnya relatif pendek. Bila akar tumbuh memanjang ke dalam tanah maka pada ujung akar yang lebih muda akan terbentuk rambut-rambut akar yang baru, sedangkan rambut akar yang lebih tua akan hancur dan mati.

Bila akar tumbuhan dikotil maupun monokotil disayat melintang, kemudian diamati di bawah mikroskop akan tampak bagian-bagian dari luar ke dalam, yaitu epidermis, korteks, endodermis, dan stele (silinder pusat). Epidermis akar (kulit luar). Epidermis akar merupakan lapisan luar akar. Epidermis akar terdiri dari selapis sel yang tersusun rapat. Dinding sel epidermis tipis dan mudah dilalui oleh air. Sel-sel epidermis akan bermodifikasi membentuk rambut-rambut akar. Korteks akar (kulit pertama). Korteks akar terdiri dari beberapa lapis sel yang berdinding tipis. Di dalam korteks akar terdapat ruang-ruang antarsel. Ruang antarsel berperan dalam pertukaran gas. Korteks berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Endodermis akar. Endodermis akar terdiri dari selapis sel yang tebal. Bentuk dan sususan sel-sel endodermis berbeda dengan bentuk dan susunan sel-sel di sekitarnya. Oleh karena itu, batas korteks dengan endodermis terlihat jelas jika diamati di bawah mikroskop. Endodermis berperan sebagai pengatur jalannya larutan yang diserap dari tanah masuk ke silinder pusat. Stele akar (silinder pusat). Stele pada akar tersusun atas perisikel (perikambium), xilem (pembuluh kayu), dan floem (pembuluh tapis). Perisikel merupakan lapisan terluar dari silinder pusat yang terdiri dari satu atau beberapa lapisan sel. Perisikel berfungsi dalam pertumbuhan sekunder dan pertumbuhan akar ke samping. Sedangkan xilem dan floem yang merupakan berkas pembuluh angkat terletak di sebelah dalam perisikel. Pada akar tumbuhan monokotil terdapat empulur, sedangkan pada akar tumbuhan dikotil tidak terdapat empulur. (Wandy, 2012: 1)

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Metode ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran, disesuaikan dengan topic dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam Sri Anitah, (2007:5.25). Dalam metode demonstrasi cenderung bahan dan situasi yang digunakan adalah objek yang sebenarnya. Menurut Elizar (1996:45), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih keci, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru. Sedangkan menurut M. Basyirudin Usman (2002:46) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Adapun menurut Djamarah (2000:56) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan sebagai jenis penjelasan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena langsung diberikan contoh konkretnya. Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan.

Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut: (1) rumuskan tujuaninstruksional yang dapat dicapai oleh siswa; (2) susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan; (3) persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelun demonstrasi dimulai dan diatur sesuai scenario yang direncanakan: (4) teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan; (5) perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dan siswa bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan.

Media Pembelajaran

Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam proses komunikasi biasanya guru berperan sebagai komunikator yang bertugas menyampaikan pesan/bahan ajar kepada siswa. Siswa dalam hal ini bertindak sebagai penerima pesan.Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka perlu wahan penyalur pesan, yaitu media pembelajaran. Ada bermacam-macam media pembelajarn guru harus bisa memilih media yang sesuai dengan bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswanya. Salah satu bentuk media pembelajaran adalah media tiga dimensi.Media tiga dimensi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya yaitu media realita.Model ini merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang jarang ditemukan objek yang terlalu kecil atau objek yang mahal. Media realita (benda-benda nyata) merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

Menggunakan benda nyata dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat dianjurkan, sebab siswa akan lebih memahami materi yang diajarkan. Untuk mengajarkan pelajaran IPA materi struktur tumbuhan dalam hal ini adalah akar, maka guru menunjukkan akar yang sebenarnya. Hal ini akan memudahkan dalam pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Penerapan Penggunaan metode demonstrasi dan media nyata pada Pembelajaran IPA Tentang Struktur Akar

        Langkah- langkah pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dan media nyata adalah sebagai berikut: (        1) guru mengawali pelajaran dengan bertanya kepada siswa; (2)  guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (3)  guru bersama siswa bertanya jawab tentang jenis-jenis daun; (4) guru menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa yaitu mengidentifikasi dan mengamati daun untuk membedakannya; (5) siswa melaporkan hasil kerja kelompok dan kelompok lain memberi tanggapannya; (6) guru bersama siswa membahas hasil kerja kelompok dan menyimpulkannya; (7) sebagai kegiatan terakhir siswa mengerjakan tes tulis secara individu.

Kerangka Berpikir

Kondisi awal guru belum menggunakan metode demonstrasi dan media nyata dalam pembelajaran IPA tentang struktur akar, maka motivasi dan  hasil belajar IPA tentang struktur akar masih rendah.

Untuk memperbaiki dan meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan penggunaan metode demonstrasi dan media nyata. Siklus I menggunakan penggunaan metode demonstrasi dan media nyata secara individu dan siklus II menggunakan penggunaan metode demonstrasi dan media nyata secara berkelompok. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharap motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar meningkat.

Kondisi akhir diduga menggunakan metode demonstrasi dan media nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Melalui penggunaan metode demonstrasi dan media nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester I tahun pelajaran 2012/2013.

METODE  PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan September 2012 sampai dengan bulan November 2012. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Tawang 02, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02, dengan jumlah siswa 17 orang yang terdiri dari 9 laki-laki dan 8 perempuan.

Sumber Data

        Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder).

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat Pengumpulan data meliputi dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui motivasi siswa dalam aspek 1) Mengambil Tanggung jawab atas Perbuatan-perbuatannya, 2) Memperhatikan Umpan Balik Tentang Perbuatannya, 3) Mempertimbangkan Resiko, 4) Kreatif-Inovatif.

Validitas dan Analisis Data

Untuk memperoleh data yang valid mengenai motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester I tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: 1) motivasi (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II, 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.

Indikator Keberhasilan

Peningkatan motivasi membaca indikatornya adalah adanya peningkatan motivasi belajar dari rendah menjadi tinggi. Peningkatan hasil belajar IPA tentang struktur akar indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 1

Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

No

Uraian

Nilai Ulangan Harian

1

Nilai terendah

40

2

Nilai tertinggi

80

3

Nilai rerata

65,3

4

Rentang nilai

40

Sumber: data September, 2012

Gambar 2

Grafik Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal

Gambar 3

Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas dapat diketahui hasil nilai ulangan harian IPA sebelum diadakan penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 tahun pelajaran 2012/2013 ada 8 siswa (47%) yang masih belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 40, nilai tertinggi 80 dan nilai rata kelas 65,3.

Deskripsi Siklus I

Siklus I menggunakan penggunaan metode demonstrasi dan media nyata secara individu. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa, dan sumber bacaan siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan), dengan standar kompetensi: Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya dan Kompetensi dasar: Siswa mampu menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang disampaikan pada siklus I ini adalah materi struktur akar.

Hasil observasi tentang motivasi siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 2

Nilai Hasil belajar Siklus I

No

Aspek-aspek

Jumlah Skor

Rata-rata

Persentase

Kategori

1

Mengambil Tanggung jawab atas Perbuatan-perbuatannya

56

3,3

65,9

Tinggi

2

Memperhatikan Umpan Balik Tentang Perbuatannya

61

3,6

71,8

Tinggi

3

Mempertimbangkan Resiko

60

3,5

70,6

Tinggi

4

Kreatif-Inovatif

58

3,4

68,2

Tinggi

Gambar 4

Grafik Motivasi Siklus I

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan motivasi dalam pembelajaran IPA tentang struktur akar siklus I pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 semester I tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek 1) Mengambil Tanggung jawab atas Perbuatan-perbuatannya, 2) Memperhatikan Umpan Balik Tentang Perbuatannya, 3) Mempertimbangkan Resiko, 4) Kreatif-Inovatif, diperoleh skor rata-rata motivasi kategori tinggi.  

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 3

Nilai Ulangan Harian Siklus I

No

Uraian

Nilai Ulangan Harian

1

Nilai terendah

60

2

Nilai tertinggi

90

3

Nilai rerata

70,6

4

Rentang nilai

30

Gambar 5

Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus I

Gambar 6

Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus I

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil nilai ulangan harian IPA tentang struktur akar siklus I pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 tahun pelajaran 2012/2013 masih ada 5 siswa (29%) yang dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 60, nilai tertinggi 90 dan nilai rata kelas 70,6.

Deskripsi Siklus II

Siklus II merupakan revisi dari siklus I. Perencanaan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama rekan kolaborator adalah dengan penggunaan metode demonstrasi dan media nyata dengan bimbingan guru. Pembelajaran dilaksanakan dengan buku siswa dan sumber bacaan siswa selama 2x35 menit (2x pertemuan), dengan standar kompetensi: Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya dan Kompetensi dasar: Siswa mampu menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang disampaikan pada siklus II ini adalah materi struktur akar yang merupakan lanjutan dari materi yang telah dibahas di siklus sebelumnya.

Hasil observasi tentang motivasi siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 6

Nilai Hasil belajar Siklus II

No

Aspek-aspek

Jumlah Skor

Rata-rata

Persentase

Kategori

1

Mengambil Tanggung jawab atas Perbuatan-perbuatannya

73

4,3

85,9

Tinggi sekali

2

Memperhatikan Umpan Balik Tentang Perbuatannya

77

4,5

90,6

Tinggi sekali

3

Mempertimbangkan Resiko

70

4,1

82,4

Tinggi sekali

4

Kreatif-Inovatif

71114

4,2

83,5

Tinggi sekali

Gambar 7

Grafik Hasil belajar Siklus II

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil pengamatan motivasi dalam pembelajaran IPA tentang struktur akar siklus II pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek 1) Mengambil Tanggung jawab atas Perbuatan-perbuatannya, 2) Memperhatikan Umpan Balik Tentang Perbuatannya, 3) Mempertimbangkan Resiko, 4) Kreatif-Inovatif, diperoleh skor rata-rata hasil belajar dalam kategori tinggi sekali.

Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut.

Tabel 5

Nilai Ulangan Harian Siklus II

No

Uraian

Nilai Ulangan Harian

1

Nilai terendah

60

2

Nilai tertinggi

100

3

Nilai rerata

75,9

4

Rentang nilai

40

Gambar 8

Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus II

Gambar 9

Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus II

Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil nilai ulangan harian IPA tentang struktur akar siklus II pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 tahun pelajaran 2012/2013 masih ada 1 siswa (6%) yang dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 60, nilai tertinggi 100 dan nilai rata kelas 75,9

Pembahasan

Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 3 hal, meliputi tindakan, motivasi, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur akar.

Tabel 6

Tindakan per Siklus

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

1

Belum menggunakan metode demonstrasi dan media nyata

Menggunakan metode demonstrasi dan media nyata secara individu

Menggunakan metode demonstrasi dan media nyata secara berkelompok

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, pelaksanaan pembelajaran IPA tentang struktur akar pada siswa kelas IV SD Negeri Tawang 02 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013 belum menggunakan metode demonstrasi dan media nyata. Pada siklus I menggunakan metode demonstrasi dan media nyata secara individu. Dilanjutkan siklus II menggunakan penggunaan metode demonstrasi dan media nyata secara berkelompok. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkombinasikan penggunaan metode agar siswa lebih paham.

Tabel 7

Motivasi Siswa per Siklus

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi

1

Siswa:

Motivasi dan hasil belajar IPA masih rendah.

Tanggungjawab:

Nilai rata-rata: 3,3

Persentase: 65,9%

Kategori: tinggi

Memperhatikan umpan balik:

Nilai rata-rata 3,6

Persentase: 71,8%

Kategori: tinggi

Mempertimbangkan resiko:

Nilai rata-rata 3,5

Persentase: 70,6%

Kategori: tinggi

Kreatif-inovatif:

Nilai rata-rata 3,4

Persentase: 68,2%

Kategori: tinggi

Tanggungjawab:

Nilai rata-rata: 4,3

Persentase: 85,9%

Kategori: tinggi sekali

Memperhatikan umpan balik:

Nilai rata-rata 4,5

Persentase: 90,6%

Kategori: tinggi sekali

Mempertimbangkan resiko:

Nilai rata-rata 4,1

Persentase: 82,4%

Kategori: tinggi sekali

Kreatif-inovatif:

Nilai rata-rata 4,2

Persentase: 83,5%

Kategori: tinggi sekali

Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tanggung jawab (nilai rata-rata meningkat 1,0; persentase naik 20%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali), aspek memperhatikan umpan balik (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); aspek mempertimbangkan resiko (nilai rata-rata naik 0,6; prosentase naik 11,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); dan aspek kreatif-inovatif (nilai rata-rata  meningkat 0,8; persentase naik 15,3%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tanggung jawab (nilai rata-rata meningkat 1,0; persentase naik 20%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali), aspek memperhatikan umpan balik (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); aspek mempertimbangkan resiko (nilai rata-rata naik 0,6; prosentase naik 11,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); dan aspek kreatif-inovatif (nilai rata-rata  meningkat 0,8; persentase naik 15,3%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali).

Tabel 8

Hasil belajar Siswa per Siklus

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi

1

Ulangan harian pada kondisi awal diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 8 siswa (47%) dan yang tuntas sebanyak 9 siswa (53%). Nilai rata-rata kelas: 65,3.

Ulangan harian pada siklus I diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 5 siswa (29%) dan yang tuntas sebanyak 12 siswa (71%). Nilai rata-rata kelas: 70,6

Ulangan harian pada siklus II diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 1 siswa (6%) dan yang tuntas sebanyak 16 siswa (94%) Nilai rata-rata kelas: 75,9

Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 9 siswa (53%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 16 siswa (94%). Terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa (41%) dan nilai rata-rata kelas dari 65,3 menjadi 75,9, meningkat sebesar 10,6.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 9 siswa (53%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 16 siswa (94%). Terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa (41%) dan nilai rata-rata kelas dari 65,3 menjadi 75,9, meningkat sebesar 10,6.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode demonstrasi dan media nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar pada siswa Kelas IV SD Negeri Tawang 02 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tanggung jawab (nilai rata-rata meningkat 1,0; persentase naik 20%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali), aspek memperhatikan umpan balik (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); aspek mempertimbangkan resiko (nilai rata-rata naik 0,6; prosentase naik 11,8%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali); dan aspek kreatif-inovatif (nilai rata-rata  meningkat 0,8; persentase naik 15,3%; dari kategori tinggi menjadi tinggi sekali). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 9 siswa (53%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 16 siswa (94%). Terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa (41%) dan nilai rata-rata kelas dari 65,3 menjadi 75,9, meningkat sebesar 10,6.

Implikasi

Membantu siswa yang lambat dalam memahami pelajaran IPA khususnya materi struktur akar. Memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan dan sosial pada guru dan pada siswa. Merupakan cara praktis untuk membantu siswa dalam pelajaran IPA khususnya tentang materi struktur akar

Saran

Saran bagi guru: pergunakan metode yang bervariasi dan sesuai dengan memperhatikan materi dan kondisi siswa dan gunakan alat peraga dan media yang mudah diterapkan kepada siswa, sederhana tetapi dapat meningkatkan motivasi siswa. Memotivasi siswa tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan. Mengajar dan mendidik siswa secara professional. Saran bagi Kepala Sekolah: memberikan dorongan dan motivasi kepada guru untuk selalu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Lengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman. 2001. Interaksi dan Hasil belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Abror, A.R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Puastaka Jaya

Anita Sri W. 2007. Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta:Universitas Terbuka.

Asnawi, Sahlan. 2002. Teori Motivasi. Jakarta: Studia Press.

Bahri, Syaiful djamarah (2000).Kegunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Jakarta : Depdiknas

Elizar.1996. Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 1990. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Muslichah Asy'ari. 2006. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam. Pembelajaran Sains di SD. Jakarta : Dirjen Dikti.

Nasution S, dkk. 1992. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi.1981. Hasil Belajar Siswa. Bandung: Pustaka Martina.

Purwanto, Ngalim. 2002. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soeharto, Karti dkk. 2003. Teknologi Pembelajaran Pendekatan Sistem, Konsep, dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media. Jakarta: UI Press.

Sutarno Nono dkk.2007. Metode dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Usman, Basyirudin. 2002. Metode Demonstrasi dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

 Wandy. 2012. Struktur dan Fungsi Akar Tumbuhan. http://wandylee.wordpress.com/tag/struktur-akar-tumbuhan/

Biodata Penulis:

Nama           : Heni Kartikawati, S.Pd, SD

NIP              : 19650516 198610 2 008

Unit Kerja   : SD Negeri Tawang 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah