Published using Google Docs
MURYANI.doc
Updated automatically every 5 minutes

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI  PENERAPAN  METODE  BERMAIN  PERAN  PADA

SISWA KELAS VI  SD NEGERI 3 NANGGULAN KECAMATAN CAWAS KAB. KLATEN SEMESTER I TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh Muryani

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan ketrampilan berbicara di kelas V SD Negeri 3 Kedungtuban Kec. Kedungtuban semester I Tahun 2011/2012.

Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011, sejumlah 24 siswa. Teknik prngumpulan data yang digunakan adalah Observasi langsung yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung adalah observasi partisipatif agar hasilnya obyektif, selain itu observasi juga dilakukan untuk mengamati siswa dalam mengikuti pembelajaran dan Tes yang dilaksanakan pada awal penelitian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara siswa dan pada akhir setiap siklus untuk mengetahui prestasi belajar ketrampilan berbicara anak. Teknik analisis data adalah deskriptif komparatif tiap siklus.

Semula sebelum tindakan, nilai bahasa Indonesia dengan materi ketrampilan berbicara rata-rata kelasnya hanya 59. Setelah diadakan tindakan , yaitu mengajar dengan menggunakan metode bermain peran, pada siklus I nilai rata-ratanya naik menjadi 62. Pada siklus I ini masih terdapat 24 siswa yang nilainya belum mencapai KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian siklus II. Pada siklus II ini, nilai rata-rata kelas naik menjadi 68,5. keadaan tersebut belum dikatakan berhasil, karena masih terdapat 15 siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Kemudian pada siklus III ini, peneliti bisa dikatakan berhasil. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sudah mencapai 90 % siswa yang berhasil. Pada siklus III ini, presentase siswa yang sudah berhasil pembelajaran membaca permulaannya adalah sebanyak 92, 3 % dengan nilai rata-rata 78, 5 %.. Nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya menggunakan metode bermain peran adalah 78, 5, sedangkan nilai  rata-rata siswa pada pembelajarannya sebelum menggunakan metode bermain peran adalah 59.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011.

Kata Kunci : Peningkatan ketrampilan berbicara, Metode bermain peran.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang                                                                     bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar.

Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama keterampilan berbicara, diperlukan metode pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar aktif

dan kreativitas para siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurhatim (2009) yang mengatakan bahwa penggunaan suatu metode memiliki arti penting sebagai variasi pembelajaran dengan tujuan siswa dapat mengikuti aktivitas pembelajaran di kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk itu guru perlu mengubah metode mengajar konvensional dengan penerapan metode bermain peran. Bermain peran merupakan teknik bermain peran secara sederhana. Dalam bermain peran, siswa

dibagi untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu sesuai dengan tema pelajaran saat

itu.

Berdasarkan uraian di atas, maka penerapkan metode bermain peran dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan metode tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa metode ini dirasa lebih efektif dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain itu siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangkan dikatakan efisien, dimungkinkan karena proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Permainan adalah hal paling menarik untuk anak-anak usia sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011?

b. Apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas hasil

     pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan    

      Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian        

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan

kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011.

b. Mengetahui apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan

kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan penerapan

metode bermain peran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi siswa:

Penerapan metode bermain peran dalam pengajaran keterampilan berbicara dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa sehingga kemampuan berbicaranya dapat meningkat.

b. Bagi guru :

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru-guru untuk dapat mengembangkan pembelajaran dengan metode yang lebih inovatif dan lebih berorientasi pada proses sehingga kualitas pembelajarannya dapat meningkat.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

1.Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Menurut Suharyanti (1996: 5), berbicara merupakan pemanfaatan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk memberi tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang dapat dilihat (visible) agar maksud dan tujuan dari gagasan-gagasan pembicara dapat tersampaikan. Ini berarti bahwa berbicara merupakan sebuah kegiatan/aktivitas kebahasaan yang berfungsi sebagai sarana komunikasi secara lisan.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses belajar yang kompleks di mana siswa (pembelajar) dapat mengalami perkembangan mental sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 17-18).

3. Metode

Metode adalah suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sementara itu Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 34-35), memberikan batasan bahwa metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan

pengembangan bahan ajar. Sehingga berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan hakikat metode pembelajaran bahasa yaitu rencana  pembelajaran bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis.

4. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SD

Untuk mengajar atau melatih kemampuan komunikasi lisan pada siswa, seorang guru dapat memilih dan menerapkan beberapa aktivitas-aktivitas komunikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sri Utari Subyakto Nababan (1993: 175-180) bahwa aktivitas-aktivitas komunikatif untuk mencapai kemampuan komunikatif lisan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu aktivitas-aktivitas prakomunikatif dan aktivitas-aktivitas komunikatif.

Dikatakan prakomunikatif karena belum merupakan komunikasi yang sesungguhnya, belum ada unsur komunikasi yang wajar dan alamiah. Aktivitas-aktivitas prakomunikatif dapat berupa:

1) teknik dialog (yaitu menghafalkan kalimat-kalimat dalam suatu dialog dan

    mendramatisasikannya secara lancar);

2) dialog dengan gambar (guru membawa gambar dan menunjukkannya satu

    per satu sambil memberikan pertanyaan);

3) dialog terpimpin (guru memberikan tanya jawab);

4) dramatisasi suatu tindakan (misalnya dengan guru berjalan, berlari,

    maupun tersenyum sambil memberikan pertanyaan tentang apa yang sedang  

    dilakukannya);

5) penggunaan gambar orang yang mencerminkan profesi;

6) dialog dengan gambar;

7) teknik tanya jawab;

8) guru memberi kalimat yang belum selesai dan siswa diminta untuk

    menyelesaikannya.

5. Pengertian Metode Bermain Peran

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang berarti cara atau jalan sehingga dapat dikatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk memahami sebuah objek sebagai bahan ilmu yang bersangkutan, dikutip dari pendapat Moch. Zamroni (2006). Anang Prasetyo (2000) mengatakan bahwa salah satu komponen dalam pembelajaran yang dapat menentukan efektivitas mengajar seorang guru adalah penggunaan metode mengajar. Guru memiliki peran besar dalam memilih dan menentukan metode maupun langkah-langkah pembelajaran, karena penggunaan metode yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara adalah dengan metode bermain peran atau role play.

6.Tahapan Bermain Peran

Shaffel dan Shaffel (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 189) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi :

1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik;

2) memilih peran;

3) menyiapkan pengamat;

4) menyusun tahap-tahap peran;

5) tahap pemeranan (pentas di depan kelas);

6) diskusi dan evaluasi tahap I;

7) pemeranan ulang, diskusi dan evaluasi tahap II, serta pemecahan        

    masalah;

8) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kemampuan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011 masih tergolong rendah. Pembelajaran berbicara yang selama ini dilakukan di dalam kelas masih mengalami beberapa hambatan yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan tersebut. Adapun penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa antara lain sebagai berikut: (1) sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara rendah, (2) siswa kurang terampil berbicara sehingga saat disuruh tampil berbicara di depan kelas siswa merasa takut dan malu, (3) kurangnya pengetahuan guru mengenai metode atau strategi dalam melakukan pembelajaran keterampilan berbicara, dan (4) pembelajaran berbicara yang dilakukan guru dapat dikatakan masih sederhana dan konvensional karena masih bertumpu dari buku pelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode bermain peran . Dengan metode pembelajaran ini,

D. Hipotesis Tindakan

Dengan penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran keterampilan berbicara akan membantu meningkatkan kemampuan berbicara siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011.

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011, dengan jumlah siswa 24 anak yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

C. Bentuk dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan melalui siklus dan pada setiap siklus melalui empat tahapan perencanaan,pelaksanaan,observasi dan refleksi.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:

1. Peristiwa, yaitu kegiatan berbicara yang berlangsung di dalam kelas

   dengan penerapan metode bermain peran.

2. Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan guru dan siswa  

kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011.

3. Dokumen yang berupa catatan wawancara dengan guru dan siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik in dept interview (wawancara mendalam)

2. Obsevasi atau pengamatan

3. Angket

4. Tes

G. Indikator Kinerja

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikator indikator sebagai berikut:

          Tabel 3. Indikator Kinerja

Aspek

Pencapaian

Cara Mengukur

Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara

90 %

Diamati saat pembelajaran dan diukur dari jumlah siswa yang menyampaikan ketertarikan dan kesusungguhan dalam pembelajaran berbicara.

Keaktifan siswa dalam  mengikuti pembelajaran berbicara.

90 %

Diamati saat pembelajaran berlangsung dan dihitung  dari jumlah siswa yang dapat mengikuti pembelajaran berbicara secara aktif Sering bertanya,mampu mengungkapkan pendapat, dan  melakukan praktek berbicara dengan baik ).

Kemampuan siswa dalam melakukan aktifitas berbicara

90 %

Diukur dari  hasil tes kemampuan berbicara secara lesan  dan dihitung dari jumlah ketuntasan belajar siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Survei kondisi pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Survei ini dilakukan melalui beberapa langkah berikut: (1) wawancara, (2) observasi lapangan, dan (3) angket. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa terjadi permasalahan dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011. Menurut guru, pembelajaran berbicara masih sulit untuk dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran berbicara dan kurangnya pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran berbicara itu sendiri, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan berbicara siswa. Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa siswa mengenai minat mereka terhadap pelajaran berbicara.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, serta (4) analisis dan refleksi.

1. Siklus Pertama (I)

a.Pelaksanaan Tindakan

Adapun urutan pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan menggali

     pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

    materi berbicara.

2) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tetang jenis kegiatan berbicara.

3) Guru memberikan penjelasan tentang materi diskusi.

4) Guru memperdengarkan rekaman percakapan diskusi sambil  

    Membagikan transkrip hasil rekaman tersebut sebagai contoh.

5) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (masing-masing    

    beranggotakan 4-5 orang).

6) Guru menugasi masing-masing kelompok untuk melakukan diskusi  

dengan metode bermain peran. Tema diskusi adalah “Memilih Sesuatu yang Menarik”.

7) Guru dan siswa melakukan tahap persiapan, yaitu: membagikan  

Skenario role play, menentukan peran yang akan dimainkan setiap peserta, menjelaskan skenario, menentukan aturan permainan, dan menjelaskan tujuan pembelajaran.

8) Siswa melakukan role play secara berkelompok. Setiap kelompok diberi

waktu 8 menit, dengan rincian 5 menit untuk pemeranan dan 3 menit    

untuk refleksi dan evaluasi.

9) Guru bersama siswa lain mengamati penampilan kelompok pemain.

10) Di setiap akhir penampilan, guru melakukan refleksi dan evaluasi  

     tahap I(yaitu guru bersama siswa pengamat memberikan kritik,    

      masukan, dan  komentar).

11) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk melakukan  

       penampilan ulang pada pertemuan berikutnya.

      12) Guru menutup pelajaran.

b.Hasil Tes  siswa

Tabel 4.1 Perolehan Nilai Tes Berbicara pada Siklus I

No

Nama siswa

Aspek penilaian

Nilai

Ketuntasan

I

II

III

IV

V

VI

1

Deni Widiatmoko

3

2

2

3

2

2

46,7

Tidak

2

Nur Halimah

3

2

2

2

2

2

43,3

Tidak

3

Mentari Indah T

4

3

4

4

3

2

66,7

Ya

4

Nur Fitri Agustina

3

3

3

3

2

2

53,3

Tidak

5

Rini Indrawati

4

3

3

3

2

2

56,7

Tidak

6

Ardeliya Ayu R

4

4

4

3

3

3

66,7

Ya

7

Agus Agung N

3

3

3

2

3

2

56,7

Tidak

8

Andika Eka Putra

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

9

Arfan Rifai

3

3

3

2

3

2

56,7

Tidak

10

Berlian Iswari C

3

4

3

4

4

4

66,7

Ya

11

Erdiana Isnaini

4

4

3

3

4

2

63,3

Ya

12

Muh. Farhan M

4

4

4

4

4

3

70

Ya

13

Muh. Naufi alHafid

4

4

4

5

4

4

80

Ya

14

Melinda Suci R

4

3

4

3

4

4

70

Ya

15

Miftahul Huda

2

3

3

2

2

3

46,7

Tidak

16

Nandya Ayu

4

4

4

4

3

3

66,7

Ya

17

Reza Gustnia

3

4

3

4

4

4

66,7

Ya

18

Rafli Nur Prima

3

3

3

3

3

3

60

Ya

19

Septi Endraswati

4

3

4

3

4

3

63,3

Ya

20

Satria Muh. Fajar

2

3

2

3

3

3

50

Tidak

21

Tony Majid

4

3

3

3

4

3

63,3

Ya

22

Vara dina

3

3

3

4

4

4

60

Ya

23

Wildan Amardya P

3

3

3

4

2

2

56,7

Tidak

24

Arsa Adni

3

4

4

4

4

3

66,7

Ya

     Nilai  rata-rata

60,9

<60=9

     Ketuntasan belajar =  62 %

>60=15

Keterangan Aspek Penilaian:

I = lafal

II = intonasi/tekanan

III = tata bahasa

IV = struktur

V = kelancaran/kewajaran

VI = pemahaman

2. Siklus Kedua (II)

a.Pelaksanaan Tindakan

Adapun urutan pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran berbicara pada saat itu.

2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar pengetahuannya tetang        berbagai macam peristiwa faktual yang sedang terjadi di lingkungan sekitar.

3) Guru mengawali kegiatan inti dengan mengatur tempat duduk siswa sesuai        kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

4) Guru membagikan surat kabar kepada masing-masing kelompok, kemudian memintanya untuk mendata berbagai peristiwa faktual yang sedang terjadi didalamnya.

5) Guru bersama siswa mengidentifikasi sebuah peristiwa faktual yang sedang terjadi di berbagai daerah, yaitu banjir.

6) Guru menugasi setiap kelompok untuk melakukan diskusi tentang peristiwa “Banjir” dengan metode bermain peran.

7) Guru dan siswa melakukan tahap persiapan, yaitu: membagikan skenario role play, menentukan peran yang akan dimainkan setiap peserta, menjelaskan skenario, menentukan aturan permainan, dan menjelaskan tujuan pembelajaran.

8) Siswa melakukan role play secara berkelompok. Setiap kelompok diberi

waktu 8 menit, dengan rincian 5 menit untuk pemeranan dan 3 menit untuk refleksi dan evaluasi.

9) Guru bersama siswa lain mengamati penampilan kelompok pemain.

10) Di setiap akhir penampilan, guru melakukan refleksi dan evaluasi tahap I (yaitu guru bersama siswa pengamat memberikan kritik, masukan, dan komentar).

11) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk melakukan penampilan ulang pada pertemuan berikutnya.

12) Guru melakukan refleksi (memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami), kemudian menutup pelajaran.

b. Hasil Tes Siswa

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Tes Berbicara pada Siklus II

No

Nama siswa

Aspek penilaian

Nilai

Ketuntasan

I

II

III

IV

V

VI

1

Deni Widiatmoko

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

2

Nur Halimah

3

2

2

2

2

2

43,3

Tidak

3

Mentari Indah T

4

3

4

4

3

2

66,7

Ya

4

Nur Fitri Agustina

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

5

Rini Indrawati

4

3

3

3

2

2

56,7

Tidak

6

Ardeliya Ayu R

4

4

4

3

3

3

66,7

Ya

7

Agus Agung N

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

8

Andika Eka Putra

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

9

Arfan Rifai

3

3

3

2

3

2

56,7

Tidak

10

Berlian Iswari C

3

4

3

4

4

4

66,7

Ya

11

Erdiana Isnaini

4

4

3

3

4

2

63,3

Ya

12

Muh. Farhan M

4

4

4

4

4

3

70

Ya

13

Muh. Naufi alHafid

4

4

4

5

4

4

80

Ya

14

Melinda Suci R

4

3

4

3

4

4

70

Ya

15

Miftahul Huda

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

16

Nandya Ayu

4

4

4

4

3

3

66,7

Ya

17

Reza Gustnia

3

4

3

4

4

4

66,7

Ya

18

Rafli Nur Prima

3

3

3

3

3

3

60

Ya

19

Septi Endraswati

4

3

4

3

4

3

63,3

Ya

20

Satria Muh. Fajar

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

21

Tony Majid

4

3

3

3

4

3

63,3

Ya

22

Vara dina

3

3

3

4

4

4

60

Ya

23

Wildan Amardya P

3

3

3

4

2

2

56,7

Tidak

24

Arsa Adni

3

4

4

4

4

3

66,7

Ya

     Nilai  rata-rata

72,6

<60=4

     Ketuntasan belajar =  83 %

>60=20

Keterangan Aspek Penilaian:

I = lafal

II = intonasi/tekanan

III = tata bahasa

IV = struktur

V = kelancaran/kewajaran

VI = pemahaman

3. Siklus Ketiga  (III)

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan di ruang kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten. Dalam pelaksanaan tindakan III ini, guru yang juga peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang berada di belakang ruang kelas untuk mengamati jalannya pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan siklus III pertemuan pertama selama dua jam pelajaran, yaitu pukul 09.35- 10.45 WIB (jam pelajaran ke-5&6). Adapun urutan pelaksanaan tindakan III pertemuan pertama ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar pengetahuannya tetang materi drama.

2) Guru memberi penjelasan tentang materi drama dan menunjukkan contoh dialog drama dari buku pelajaran.

3) Guru meminta siswa membaca dialog drama tersebut.

4) Guru menugasi siswa untuk bermain drama dengan tema kesehatan, secara berkelompok.

5) Guru dan siswa melakukan tahap persiapan, yaitu: membagikan skenario role play yang akan dikembangkan menjadi kerangka naskah drama pendek oleh masing-masing kelompok, menentukan peran yang akan dimainkan setiap peserta, menentukan aturan permainan, dan menjelaskan tujuan pembelajaran.

 6) Setelah tahap persiapan selesai, guru meminta siswa untuk memulai kegiatan bermain drama berdasarkan skenario yang telah ditentukan dengan metode bermain peran secara berkelompok. Setiap kelompok mendapatkan waktu 8 menit dengan rincian 5 menit untuk pemeranan dan 3 menit untuk refleksi dan evaluasi.

7) Guru bersama siswa lain mengamati penampilan kelompok pemain.

8) Di setiap akhir penampilan, guru melakukan refleksi dan evaluasi tahap I (yaitu guru bersama siswa pengamat memberikan kritik, masukan, dan komentar).

9) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk melakukan penampilan ulang pada pertemuan berikutnya.

10) Guru melakukan refleksi (memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami), kemudian menutup pelajaran.

b. Hasil Tes siswa

  Ketuntasan hasil belajar yang berupa kemampuan siswa dalam mengungkapan pendapat, ide, gagasan, dan perasaannya dalam kegiatan bermain drama mencapai 100% . Hal ini terlihat dari hasil praktik berbicara dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 (batas ketuntasan) ke atas, yaitu sebanyak 24 siswa.

Tabel 6. Perolehan Nilai Tes Berbicara pada Siklus III

No

Nama siswa

Aspek penilaian

Nilai

Ketuntasan

I

II

III

IV

V

VI

1

Deni Widiatmoko

4

4

4

5

4

4

80

Ya

2

Nur Halimah

4

4

4

5

4

4

80

Ya

3

Mentari Indah T

4

3

4

4

3

2

66,7

Ya

4

Nur Fitri Agustina

4

4

4

5

4

4

80

Ya

5

Rini Indrawati

4

4

4

5

4

4

80

Ya

6

Ardeliya Ayu R

4

4

4

3

3

3

66,7

Ya

7

Agus Agung N

4

4

4

5

4

4

80

Ya

8

Andika Eka Putra

3

3

4

4

4

4

66,7

Ya

9

Arfan Rifai

4

4

4

5

4

4

80

Ya

10

Berlian Iswari C

3

4

3

4

4

4

66,7

Ya

11

Erdiana Isnaini

4

4

3

3

4

2

63,3

Ya

12

Muh. Farhan M

4

4

4

4

4

3

70

Ya

13

Muh. Naufi alHafid

4

4

4

5

4

4

80

Ya

14

Melinda Suci R

4

3

4

3

4

4

70

Ya

15

Miftahul Huda

4

4

4

5

4

4

80

Ya

16

Nandya Ayu

4

4

4

4

3

3

66,7

Ya

17

Reza Gustnia

3

4

3

4

4

4

66,7

Ya

18

Rafli Nur Prima

3

3

3

3

3

3

60

Ya

19

Septi Endraswati

4

3

4

3

4

3

63,3

Ya

20

Satria Muh. Fajar

4

4

4

5

4

4

80

Ya

21

Tony Majid

4

3

3

3

4

3

63,3

Ya

22

Vara dina

3

3

3

4

4

4

60

Ya

23

Wildan Amardya P

4

4

4

5

4

4

80

Ya

24

Arsa Adni

3

4

4

4

4

3

66,7

Ya

     Nilai  rata-rata

76,1

<60=0

     Ketuntasan belajar =  100 %

>60=24

Keterangan Aspek Penilaian:

I = lafal

II = intonasi/tekanan

III = tata bahasa

IV = struktur

V = kelancaran/kewajaran

VI = pemahaman

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penilaian dalam pembelajaran berbicara selama pelaksanaan tindakan dijabarkan dalam dua kategori, yaitu (a) penilaian proses dan (b) penilaian hasil. Dalam penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2) minat; (3) keaktifan; (4) kerja sama; dan (5) kesungguhan siswa. Dalam penilaian hasil praktik berbicara, beberapa aspek yang dinilai, yaitu: (1) ketepatan pengucapan; (2) ketepatan intonasi; (3) ketepatan bahasa; (4) keurutan; (5) kelancaran/kewajaran; dan (6) pemahaman. Guru menetapkan batas minimal ketuntasan belajar siswa sebesar 60, dari batasan tersebut diperoleh hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 62% atau sebanyak 15 siswa. Pada siklus II diperoleh hasil ketuntasan belajar siswa sebesar 83% atau sebanyak 20 siswa, dan pada siklus III diperoleh hasil ketuntasan belajar siswa sebesar 100% atau sebanyak 24 siswa.

Adapun hasil pelaksanaan tindakan siklus I hingga siklus III dapat digambarkan pada rekapitulasi data di bawah ini.

Tabel 7. Deskripsi Antarsiklus

No

Indikator

Persentase

Siklus I

Siklus II

Siklus III

1

Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara.

54 %

75 %

96 %

2

Keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berbicara.

25 %

58 %

92 %

3

Kemampuan siswa dalam melakukan aktifitas berbicara.

62 %

83 %

100 %

Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada indikator yang ditetapkan peneliti dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran cukup efektif untuk meningkatkan minat, keaktifan, serta kualitas hasil pembelajaran yang berupa keterampilan berbicara siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten semester I Tahun 2010/2011. Selain melihat ketercapaian indikator-indikator di atas, keberhasilan penerapan metode bermain peran juga dapat dilihat dari hasil wawancara dan pengisian angket pasca tindakan oleh siswa sebagai berikut.

Tabel 8. Hasil Angket Pascatindakan

No

Jumlah

Uraian

1.

100% siswa

Menyatakan siswa senang melakukan praktek berbicara didepan kelas secara berkelompok.

2.

96 % Siswa

Menyatakan senang mengikuti pelajaran  aspek berbicara dengan metode bermain peran

3.

92 % Siswa

Menyatakan sudah paham dengan metode bermain peran yang dijelaskan guru.

4.

54 % Siswa

Menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam bermain  peran

5.

83 % Siswa

Menyatakan merasa lebih mudah mengungkapkan perasaan  dan pikiran melalui bermain peran

6.

100% Siswa

Menyatakan  kemampuan berbicara mereka semakin meningkat dengan penerapan metode bermain peran.

PENUTUP

A.Simpulan

Simpulan dari penelitian ini, yaitu:

   1. Penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses      

pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini ditandai dengan persentase  minat,keaktifan, serta nilai rata-rata proses pembelajaran siswa mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata nilai proses pembelajaran berbicara siswa sebesar 41,7; Pada siklus II sebesar 57,3; dan pada siklus III sebesar 66,7. Di samping itu, siswa juga terlihat lebih rileks di dalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini disebabkan karena situasi pembelajaran yang diciptakan melalui penerapan metode bermain peran hampir sama dengan situasi bermain. Jadi siswa merasa lebih nyaman dan mudah dalam menginterpretasikan tugas mereka.

2.Penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar 60,9; siklus II sebesar 72,6; dan siklus III sebesar 76,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas hasil pembelajaran berbicara siswa kelas VI SD Negeri 3 Nanggulan Kecamatan Cawas Kab. Klaten Semester I tahun ajaran 2010/2011 telah meningkat. Terbukti dari 24 jumlah siswa, semuanya telah mengalami ketuntasan belajar dengan mendapatkan nilai di atas 60 (standarketuntasan).

C.Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1.Siswa seharusnya memahami bahwa keterampilan berbicara merupakan hal penting yang harus dikuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti pembelajaran berbicara dengan penuh kesungguhan agar siswa memiliki keterampilan berbicara yang baik. Siswa diharapkan dapat bekerja sama dengan baik jika guru menghendaki mereka untuk melaksanakan tugas secara berkelompok.

2.Guru hendaknya menerapkan metode bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada pengajaran berbicara, karena metode bermain peran lebih efektif dibandingkan dengan metode konvensional yang pada umumnya masih sering digunakan dalam pembelajaran berbicara. Pihak sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang memadai bagi para guru untuk dapat menerapkan metode bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

3.Mengingat metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbicara, maka untuk kelas dengan karakteristik yang relatif sama dapat menerapkan metode serupa untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra,

edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Standar Isi: Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Untuk SD/MI. Jakarta: Diknas.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gorys Keraf. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa,

cetakan XII. Ende: Nusa Indah.

Herman J. Waluyo. 2002. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widya.

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani. 2007. Strategi

Pembelajaran Aktif, cetakan keenam. Yogyakarta: CTSD Institut Agama

Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Kiranawati. 2007. Metode Role Playing. Dalam http://gurupkn.wordpress.com.

Diakses pada tanggal 2 Agustus 2008.

Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1991. Kemampuan Berbicara

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif

(Diterjemahkan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.

Mudairin. 2003. Role play: Suatu Alternatif Pembelajaran yang Efektif dan

Menyenangkan dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa

SLTP Islam Manbaul Ulum Gresik Dalam Buletin Pelangi Pendidikan

(Buletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP) Volume 6 No. 2.

Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara.

Ratri. 2008. Mengajar Dengan Bermain Peran (Role Play). Dalam

http://lead.sabda.org/03/sep/2008. Diakses pada tanggal 4 Mei 2009.

Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Rusliawarni. 2005. Berbicara Melalui Dramatisasi. Dalam

http://www.balipost.com/balipostcetak/htm. Diakses pada tanggal 16

September 2008.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif

(Diterjemahkan Raisul Muttaqien). Bandung: Nusamedia.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Supriyadi. 2005. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas

Rendah Sekolah Dasar Dalam Lingua: Jurnal Bahasa dan Sastra.

Volume 6 No. 2. 178-195. Palembang: PSPB-Program Pascasarjana

Universitas Sriwijaya.

Identitas Penulis

Nama        : Muryani, S.Pd

Nip        : 19620907 198304 2 006

Jabatan        : Guru

Unit kerja        : SDN 3 Nanggulan Kec. Cawas Kab. Klaten