UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DENGAN METODE RESITASI PADA SISWA KELAS III
SDN 1 NGLANDEYAN KECAMATAN KEDUNGTUBAN SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh Hj.Tri Helmiyati
ABSTRAK
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak terlepas dari cara memberi perlakuan kepada siswa. Bagi siswa kelas III SDN 1 NglandeyanKecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita sehingga hasil tesnya selalu rendah. Kesulitan tersebut karena siswa tidak mampu memahami soal cerita. Faktor yang lain adalah tugas-tugas yang diberikan oleh guru sering tidak menimbulkan keaktifan untuk memecahkan masalah.
Bertolak dari masalah tersebut diperlukan cara agar siswa dapat menyelesaikan soal cerita lebih optimal. Melalui pemberian tugas diharapkan dapat membantu pemahaman dan sekaligus meningkatkan keaktifan siswa.Penelitian ini dilakukan pada siswa siswa kelas III SDN 1 NglandeyanKecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011dengan jumlah siswa 22 orang. Guru pengamat dilibatkan untuk mengamati aktifitas siswa dan guru. Penelitian ini dikatakan berhasil setelah siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai > 80 % serta telah terjadi peningkatan aktifitas siswa.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus menempuh prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dari hasil penelitian siklus I siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai 54,54% dengan keaktifan cukup. Sesuai hasil refleksi pada siklus I maka dilanjutkan pembelajaran pada siklus II. Hasil tes pada siklus II siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai 81,81 % dengan keaktifan tergolong aktif. Sesuai dengan harapan maka penelitian ini berhasil mengoptimalkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siklus II.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas, kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa dapat dioptimalkan. Metode pemberian tugas mampu meningkatkan aktifitas siswa belajar siswa. Dalam hal ini diharapkan pada setiap guru, agar metode pemberian tugas digunakan dalam pembelajaran tentang soal cerita.
Kata Kunci: Resitasi, Soal Cerita
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan meyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang menyulitkan siswa dalam pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran, pemilihan metode mengajar, pengaturan suasana kelas yang kurang tepat memungkinkan hasil belajar siswa kurang optimal.
Pada siswa siswa kelas III SDN 1 NglandeyanKecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam menyelesaikan soal cerita selalu rendah, siswa yang memperoleh nilai >7.00 selalu kurang dari 80 %. Sebagian besar siswa tidak suka mengerjakan soal cerita. Siswa lebih suka mengerjakan latihan-latihan soal yang telah jelas operasi hitungnya.Dalam menyelesaikan soal cerita, siswa kadang-kadang hanya menjawab secara singkat. Untuk menguraikan jawaban, siswa mengalami kesulitan karena tidak paham terhadap pa yang dibaca akibatnya dalam menyelesaikan soal banyak kesulitan. Guru sangat jarang memberikan soal cerita kepda siswa sehingga siswa tidak terbiasa mengerjakan secara benar.
Masalah yang juga sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus menelan dan menghafal secara mekanis apa-apa yang telah di sampaikan oleh guru, sehingga menjadikan para siswa tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, tak kreatif dan mandiri, apalagi untuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan pembelajaran matematika masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu duduk dengar catat dan hafal. Pembelajaran jadi membosankan, tidak menarik dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu untuk mengerjakan soalpun terasa lebih lama, sehingga tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar.
Mata Pelajaran Matematika diberikan kepada siswa SD pada semester satu (I) untuk membekali siswa berpikir logis , analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai mata pelajaran matematika secara baik, diperlukan pemahaman konsep dan prosedur (algoritma) secara baik pula.
Pemahaman konsep matematika tidak lahir dengan sendirinya, tetapi diproses melalui tatanan kehidupan pembelajaran. Tatanan kehidupan pembelajaran di sekolah secara formal yang paling dominan adalah pembelajaran. Berarti, praktik pembelajaran di sekolah idealnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Akan tetapi, ada sinyalemen bahwa sebagian praktik pembelajaran model pada pelajaran matematika belum secara serius dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pengajaran di sekolah masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat.
B. Rumusan masalah
a.Apakah dengan metode pemberian tugas dapatkah kemampuan menyelesaikan
soal cerita pada siswa siswa kelas III SDN 1 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011dapat ditingkatkan ?
b. Apakah dengan metode pemberian tugas dapatkah aktifitas siswa meningkat ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita.
b. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
D. Manfaat penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas diharapkan memberi manfaat bagi :
a. Guru
Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan setiap guru dapat melakukan perbaikan terhadap pembelajaran menyangkut penyelesaian soal cerita sehingga diperoleh hasil belajar secara optimal.
b. Siswa
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa yang memiliki permasalahan dalam belajar untuk memperoleh solusi belajar
3.. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti terima khususnya yang berkaitan dengan matematika, serta untuk membekali peneliti sebagai calon peneliti untuk menentukan metode mengajar yang tepat khususnya dengan model pembelajaran Resitasi.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Proses belajar dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hamper selalu mendapat tempat yang luas dalam bergau disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya riset dan eksperimen psikologipun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai prose perubahan manusia tersebut.
Menurut Slameto (2010:2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Hilgrad dan Brower dalam Oemar Hamalik (2009:45) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman. Winkel (1996:53) mengungkapkan pula bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman di lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Menurut Oemar Hamalik yang dapat dikategorikan sebagai ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain:
1) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak stati. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
2. Hakekat Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Kata “matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains,ilmu pengetahuan,atau belajar”,juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola- pola dari struktur ,perubahan,dan ruang, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika. Ada pendapat yang terkenal yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan , matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain (Wikipedia Indonesia).
Matematika yaitu pengkajian logis mengenai bentuk, susunan,besaran dan konsep-konsep yang berkaitan;matematika seringkali dikelompokkan ke dalam tiga bidang : aljabar, analisis, dan geometri,walaupun demikian tidak dibuat pembagian yang jelas karena cabang-cabang ini telah bercampur baur; pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya analisis melibatkan kekontinuan dan limit,sedangkan geometri membahas bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan (Kamus Matematika,Balai Pustaka, Jakarta 2003).
3. Metode Resitasi
Menurut Erman Suherman (2003:221) metode tugas mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya pertangunjawaban dari siswa. Tugas dapat berbentuk suruhan-suruhan guru. Tetapi dapat pula timbul atas inisiatif siswa setelah disetujui oleh guru. Hasilnya dapat lisan atau tulisan. Cara menilai hasil tugas kadang-kadang menimbulkan kesukaran. Agar penilaian lebih objektif dan menimbulkan tanggungjawab, perlu dicek dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hasil pekerjaan yang dikumpulkan.
4. Penggunaan dan Pelaksanaan Tugas Kelompok
Di dalam format tugas kelompok ini setelah bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Selanjutnya guru memimpin diskusi tentang pekerjaan kelompok itu yang membutuhkan penjelasan atau klarifikasi.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika
Menurut Polya (Erman Suherman, dkk 2003 : 91) solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
Menurut Klurik dan Rudnick (1995 : 4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat dan harus diajarkan. Proses pemecahan masalah yang telah dianalisis dan disajikan sebagai suatu deretan langkah-langkah disebut sebagai heuristik. Langkahlangkah dalam heuristik tersebut merupakan aktfitas mental dan fisik seseorang yang terlibat dalam menyelesaikan kembali masalah.
B. Kerangka Berpikir
Melakukan pembelajaran dengan ceramah dan pemberian latihan evaluasi pada akhir pelajaran saja ternyata hasilnya kurang optimal apalagi dalam menyelesaikan soal cerita, banyak siswa yang mengalami kesulitan. Pemberian tugas diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi kesulitan menyelesaikan soal cerita. Tugas yang diberikan berupa masalah yang harus dipecahkan. Pemecahan masalah dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok. Dengan penugasan seperti ini akan timbul aktifitas positif pada siswa.
Dengan pemberian tugas, guru lebih leluasa untuk menentukan arah pembelajaran sehingga pelaksanaannya dapat lebih efektif. Menyelesaikan soal cerita dengan metode pemberian tugas yang menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah akan meningkatkan kemampuan siswa secara optimal.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan : Melalui metode Resitasi, kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa siswa kelas III SDN 1 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011, dapat ditingkatkan.
METODE PENELITIAN
A. Subyek penelitian
Yang terlibat sebagai subyek dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa siswa kelas III SDN 1 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 22 siswa, terdiri dari 10 laki-laki dan 12 perempuan.
b. Guru kelas III SDN 1 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.
c. Pengamat (teman sejawat).
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yanng dilaksanakan dalam dua siklus dengan setiap siklusnya terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar observasi siswa
b. Lembar observasi guru
c. Soal-soal tes tiap-tiap siklus
D. Cara Pengumpulan data
Cara yang di tempuh untuk mengumpulkan data adalah :
a. Hasil pengamatan guru pengamat (observer)
b. Analisis hasil tes tiap-tiap siklus
E. Indikator Keberhasilan
Dalam pembelajaran telah dinyatakan berhasil jika banyaknya siswa yang memperoleh nilai >7,00 mencapai >80 % dari seluruh siswa, dan terjadi peningkatan keaktifan siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.Siklus I
Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran, guru masih tampak dominan dalam pembelajaran, interaksi guru dan siswa. Selama berlangsung tanya jawab aktivitasnya masih rendah. Penataan waktu yang dirancang guru sering tidak tepat, sehingga tiap-tiap langkah pembelajaran ada kevakuman sehingga menimbulkan suasana yang tidak kondusif.
Dari hasil pengamatan pelaksanaan kerja kelompok rata-rata 2 siswa pada tiap kelompok aktif dalam melaksanakan tugas, anggota kelompok yang lain masih pasif. Hal tersebut mungkin adanya sikap kurang percaya diri sehingga mengandalkan tugas kelompok kepada temanya yang lebih pandai. Pada waktu guru melakukan pembahasan hasil kerja kelompok baru 15 siswa yang secara sunggguh-sungguh mengikuti pembahasan. Siswa yang lain cenderung pasif meskipun tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Secara keseluruhan aktivitas selama pembelajaran baru dikategorikan cukup aktif dengan persentase keaktifan 59,68%. Dari kenyataan tersebut keaktivan siswa perlu ditingkatkan. Setelah mengamati hasil tes akhir, 10 siswa mendapat nilai < 7,00 (tidak tuntas), 12 siswa > 7,00 (tuntas). Jadi siswa yang telah tuntas 54,54%.
Dari hasil penelitian Siklus I dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran belum mampu mencapai ketuntasan yang diharapkan. Hal itu karena guru masih mendominasi pembelajaran serta tidak tepat dalam mengalokasikan waktu. Dalam membimbing kerja kelompok guru kurang mampu memberi suport kepada siswa yang kurang aktif. Keengganan siswa masih tampak juga pada waktu pembahasan hasil kerja kelompok yang dibimbing oleh guru. Sebagian anggota kelompok masih gaduh, seolah-olah tidak memiliki kebanggaan terhadap kerja timnya.
Secara keseluruhan aktifitas siswa baru mencapai 59,68% (cukup aktif). Dari kendala pembelajaran di atas maka setelah diadakan tes, siswa yang memperoleh nilai > 7,00 baru mencapai 54,54%. Menyadari kenyataan tersebut perlu direncanakan pembelajaran lanjutan pada Siklus II.
2. Siklus II
Hasil penelitian pada siklus ini guru banyak memberi informasi tentang pembelajaran yang akan berlangsung. Komunikasi guru dengan siswa terjalin akrab. Siswa diberi banyak kesempatan untuk melakukan tanya jawab dengan guru, 68% siswa aktif dalam tanya jawab. Dalam kerja kelompok antar siswa saling bekerja. Siswa yang kurang pandai terlihat aktif bekerja menyelesaikan tugas kelompok , 82% siswa telah aktif dalam kerja kelompok. Presentasi hasil belajar kelompok yang menampilkan hasil kerja kelompok mendapat perhatian hampir seluruh siswa. Masing-masing penyaji sudah terjadi persaingan yang positif. 90% siswa antusius mengikuti presentasi. Dalam pembahasan hasil presentasi 90% siswa mengikuti dengan baik.
Dari hasil penelitian siklus II terjadi banyak kemajuan. Informasi yang lengkap dan jelas menjadikan siswa lebih tertib melaksanakan tugas-tugas. Guru lebih akrab dengan siswa sehingga siswa tidak malu untuk melakukan tanya jawab. Kerja kelompok yang dilaksanakan siswa tampak akrab dan bersahabat. Apalagi setelah diadakan presentasi. Antusias siswa cukup tinggi. Dari 3 orang penyaji tampil tidak canggung, hanya 1 orang masih kurang percaya diri dalam berbicara di depan kelas.
Dalam pembahasan hasil presentasi kelompok perhatian siswa sangat baik. Hal ini barangkali karena presentasi baru pertama kali dicobakan. Secara keseluruhan aktifitas siswa mencapai 82,4% (aktif). Pada siklus ini siswa yang memperoleh nilai > 7,00 (tuntas) mencapai 81,81%.
B. Pembahasan
Berlangsungnya pembelajaran pada siklus I ditemukan berbagai masalah diantaranya guru belum berhasil membawa aktivitas yang menuntut pada keberanian siswa untuk unjuk kemampuan. Penggunaan waktu yang kurang tepat juga menimbulkan suasana tidak kondusif. Kevakuman juga menjadi kendala macetnya kemunikasi timbal balik antara guru dan siswa. Kerja kelompok yang seharusnya menjadi wahana untuk saling bekerja menyelesaikan tugas, banyak didominasi oleh siswa yang pandai. Siswa yang kurang pandai hanya mengikuti secara formalitas saja.
Banyaknya permasalahan yang muncul pada siklus I ini mengakibatkan nilai pada tes belum optimal. Pada siklus II menunjukkan kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah mulai tertata. Alokasi waktu sudah digunakan secara tepat sehingga tidak terjadi kevakuman siswa sudah mulai banyak yang terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kerja kelompok yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas, sudah terjalin hubungan yang baik antar anggota kelompok. Siswa yang kurang pandai sudah timbul keberaniannya untuk bertanya. Presentasi yang dilakukan oleh tiap-tiap wakil kelompok mendapat perhatian penuh dari sebagian besar siswa. Secara keseluruhan pada siklus I, aktifitas siswa tergolong cukup aktif (59,68%). Setelah melalui perbaikan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan aktifitas (82,4%) tergolong aktif.
Dengan peningkatan keaktifan siswa maka berpengaruh kepada hasil tes siswa. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai > 7,00 (tuntas) baru mencapai 54,54%. Pada siklus II hasil tes siswa menunjukkan banyaknya siswa yang nilainya > 7,00 (tuntas) mencapai 81,81%. Sesuai indikator keberhasilan, siswa dinyatakan berhasil dalam pembelajaran jika siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai > 80% siswa. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas III SDN 1 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 dicapai pada siklus II.
Peningkatan Hasil Belajar Dan Keaktivan Siswa Dalam Penelitian Dapat Dilihat Pada Diagram Berikut :
Gambar 1. Diagram Aktivitas siswa
Gambar 2. Diagram Perolehan Hasil Tes Siswa
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :
1. Dengan metode pemberian tugas, kemampuan menyelesaikan soal cerita
pada siswa dapat dioptimalkan
2. Metode pemberian tugas mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa
3.Terjadi Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke Siklus (Diagram)
B. Saran.
1. Sebagai guru harus selalu mengamati permasalahan belajar siswa.
2. Keberanian melakukan tindakan bagi setiap permasalahan belajar sangat
berguna untuk peningkatan kemampuan siswa.
3. Guru diharapkan mampu membangkitkan minat, aktivitas dan kreatifitas
agar siswa mampu memecahkan kesulitan belajar.
4. Untuk mengotimalkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, guru dapat memilih metode pemberian tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Musono dan Siti M. Amin. 1995, Matematika Mari Berhitung 6. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Duta Nusindo. 1997, Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Jakarta : CV.
Duta Nusindo.
Erman Suherman. 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA.
Khafid M. dan Suyati, 2000. Pandai Berhitung Matematika 6B. Jakarta :
Erlangga.
Klurik dan Rudnick. 1995, The New Source Book for Teaching Reasoning and
Problem Solving in Elementary School. Boston : Allyn and Bacon.
Poerwodarminto. WJS. 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Anonim. 2003, Matematika Tangkas Berhitung 6B. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Winarno Surachmad. 1979, Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta : Jemmars.
Biodata Penulis
NAMA : Hj. Tri Helmiyati, S.Pd
NIP : 19590613 198201 2 007
PEKERJAAN : Guru
UNIT KERJA : SDN 1 Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban ,
Kab. Blora