LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Pengaruh Jumlah Serabut Akar Terhadap Transpirasi
Mengetahui pengaruh X serabut akar tanaman enceng gondok (Elchornia crassipes) terhadap volume air yang dihasilkan oleh transpirasi tanaman tersebut.
Tumbuhan dalam mengangkut air dan unsur hara dari akar ke daun membutuhkan suatu beda potensial. Beda potensial diakibatkan oleh potensial air pada akar dan potensial air pada daerah daun. Beda potensial yang tinggi akan mempengaruhi seberapa cepat air dan hara tersebut diangkut. Beda potensial yang tinggi pada daerah akar dan daun akan menyebabkan transpor air berjalan cepat, begitupula sebaliknya apabila beda potensialnya rendah maka transpor air berjalan lambat, dan hal ini berpengaruh pada volume air yang dihasilkan oleh transpirasi suatu tanaman (Dwidjoseputro, 1989: 97).
Transpirasi yang terjadi selain sebagai pemicu pengangkutan hara dan mineral yang terlarut dalam air akibat beda potensial, juga sebagai pembangkit turgiditas optimum. Beberapa tumbuhan tidak tumbuh baik apabila transpirasi sangat kurang, hal ini karena sel berfungsi paling baik dalam keadaan sedikit kahat air. Setiap tanaman memiliki tingkat turgiditas optimumnya sendiri yang memungkinkan tanaman tersebut dapat tumbuh. Keadaan kurang air atau potensial negatif dapat berpengaruh buruk pada metabolisme sel seperti fotosintesis, sintesis dinding sel, dan sintesis protein (Salisbury dan Ross, 1995: 90).
Absorbsi air dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang mempengaruhi gaya penggerak atau perbedaan potensial air dan faktor yang mempengaruhi hambatan pergerakan air di dalam tanah dan tanaman. Hambatan pergerakan air tergantung kepada faktor tanaman dan lingkungan. Hambatan pergerakan air pada tanaman terutama terdapat pada permukaan daun dan daerah kontak tanah, dalam hal ini permukaan akar. Oleh karena itu absorbsi air sangat dipengaruhi oleh kedua organ tanaman ini (Titiek Islami dan Wani Hadi Utomo,1995: 212). Akar merupakan organ tanaman ynag menjamin ketersediaan air, dalam hal ini melakukan fungsi absorbsi air sekaligus hara yang dibutuhkan (Titiek Islami dan Wani Hadi Utomo,1995: 113).
Akar memiliki daerah penyerapannya sendiri, tidak semua bagian akar dapat mengabsorbsi air dan hara. Absorbsi air terutama terjadi pada bagian akar muda yang tidak mengalami suberinasi, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada bagian akar yang telah mengalami suberinasi tidak terjadi absorbsi. Daerah yang telah mengalami suberinasi intensitas absorbsi airnya relatif lebih rendah dari akar muda (titiek Islami dan Wani Hadi Utomo,1995: 200-201).
Akar dalam memperluas permukaan kontaknya membetuk bulu akar. Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar. Bulu akar pada umumnya dibentuk dekat dengan daerah ujung akar (Benyamin Lakitan, 2004: 75). Peningkatan luas daerah perakaran menyebabkan tanaman makin efektif dalam penggunaan air tanah, hal ini terjadi terutama jika ketersediaan air terbatas. Besarnya volume akar biasanya diikuti dengan peningkatan luas permukaan akar, dan kontak antara tanah dan permukaan akar makin luas. Peningkatan volume akar berarti memperluas daerah penyebaran akar. Daerah yang ketersediaan airnya tinggi tidak menyebabkan perakaran meluas tetapi luasnya akar hanya memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Kasus tanaman air yang hidup pada kondisi air melimpah, transpirasi terjadi cukup tinggi dan untuk mengimbangi hal itu daerah penyerapan air sangat banyak dan hampir semua bagian akar efektif dalam absorbsi air (Titiek Islami dan Wani Hadi Utomo,1995: 212).
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah gelas plastik (jus) digunakan sebagai pot. Sebuah plastik transparan digunakan untuk membungkus tanaman. Sebuah gelas ukur 100 ml digunakan untuk mengukur volume air. Sebuah pipet tetes digunakan untuk menambah atau mengurangi volume air agar sesuai dengan volume air yang dibutuhkan. Sebuah neraca ohauss digunakan untuk menimbang massa plastik transparan. Kayu penyangga sebanyak empat buah digunakan untuk menyangga tanaman. Tali rafia secukupnya digunakan untuk mengikat sisa akar yang tidak digunakan dan mengikat plastik transparan pada tanaman. Sebuah cutter digunakan untuk memotong tali raffia. Sebuah jam tangan digunakan untuk memantau waktu 7 jam proses transpirasi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah sebuah tanaman enceng gondok (Elchornia crassipes) dengan kriteria tinggi tanaman, jumlah daun, besarnya tanaman relatif sama, kriteria akar kelompok satu dengan yang lain dibedakan berdaasarkan jumlah akar yang digunakan dalam percobaan ini X serabut akar. Air sebanyak 300 ml digunakan sebagai media tanam. Alumunium foil secukupnya digunakan untuk menutup mulut gelas plastik guna menghindari penguapan air dari dalam gelas plastik. Label secukupnya untuk melabeli gelas plastik.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Menghitung jumlah serabut akar enceng gondok (Elchornia crassipes) sebanyak X serabut kemudian memotong sisa serabut akar yang tidak digunakan, hal ini dilakukan sehari sebelum percobaan. Mengukur volume air sebanyak 300 ml dengan menggunakan gelas ukur kemudian memasukkanya ke dalam gelas plastik. Memasukkan serabut akar yang digunakan ke dalam gelas plastik yang telah berisi air. Menutup mulut gelas plastik dengan alumunium foil. Menyangga tanaman enceng gondok (Elchornia crassipes) dengan menggunakan penyangga kayu agar berdiri tegak. Menimbang plastik transparan dengan menggunakan neraca ohauss kemudian mencatat masssa yang diperoleh sebagai massa awal plastik transparan. Membungkus tanaman enceng gondok (Elchornia crassipes) dengan plastik transparan dan mengikat ujung plastik transparan pada pangkal batang dengan tali raffia. Meletakkan tanaman diluar ruangan yaitu daerah yang terkena sinar matahari langsung selama 7 jam. Setelah 7 jam melepaskan plastik transparan secara hati-hati agar air hasil transpirasi tidak tumpah. Menimbang plastik transparan bersama air dengan menggunakan neraa ohauss dan mencatat massa yang diperoleh sebagai massa akhir sesudah transpirasi.
Menghitung volume air yang ditranspirasikan dengan menggunakan rumus:
Dimana,
V = volume air yang dihasilkan oleh transpirasi (ml)
m = massa akhir plastik – massa awal plastik (garam)
= masssa jenis air (1 gram/ ml)
Rangkaian alat:
Kelompok | Jumlah Serabut | Selisih Massa Plastik (g) | Volume Air (ml) |
Kelompok | Jumlah Serabut | Selisih Massa Plastik (g) | Volume Air (ml) |
1 | 2 | 3.51 | 3.51 |
2 | 4 | 3.6 | 3.6 |
3 | 6 | 2.63 | 2.63 |
4 | 8 | 3 | 3 |
5 | 10 | 4.13 | 4.13 |
6 | 12 | 4 | 4 |
7 | 14 | 3.69 | 3.69 |
8 | 16 | 3.67 | 3.67 |
9 | 18 | 3.8 | 3.8 |
10 | 20 | 3.5 | 3.5 |
11 | 22 | 5.55 | 5.55 |
12 | 24 | 3.55 | 3.55 |
13 | 26 | 3.53 | 3.53 |
14 | 28 | 4.56 | 4.56 |
15 | 30 | 5.07 | 5.07 |
16 | 32 | 4.79 | 4.79 |
Air yang diangkut oleh jaringan pada batang berasal dari akar evaporasi dan oleh jaringan internal daun dikeluarkan melalui stomata dalam proses yang disebut dengan transpirasi (Sinnott & Wilson, 1955: 27).
Pada tanaman air yang hidup pada kondisi air melimpah, transpirasi terjadi cukup tinggi dan untuk mengimbangi hal itu daerah penyerapan air sangat banyak dan hampir semua bagian akar efektif dalam absorbsi air.
Pada praktikum digunakan tanaman air enceng gondok (Elchornia crassipes) dengan jumlah serabut akar yang berbeda dan diukur besarnya volume air yang dihasilkan dari transpirasi tanaman tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan grafik sebagai berikut.
Grafik di atas menunjukkan bahwa antara jumlah serabut akar dan volume air hasil transpirasi memiliki hubungan naik-turun yang yang berbanding lurus. Semakin banyak jumlah serabut akar maka volume air hasil tranpirasi juga semakin besar.
Berdasarkan teori, semakin banyak jumlah serabut akar menyebabkan luas permukaan bidang penyerapan semakin luas dan absorbsi air semakin banyak sehingga menghasilkan volume air hasil transpirasi yang semakai besar, ditunjukkan dengan grafik sebagai berikut.
Hasil percobaan tidak seseuai dengan teori, hal ini disebabkan oleh :
Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Islami, Titiek dan Wani H. U.1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang press.
Dwidjoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumuhan. Jakarta: Gramedia.
Salisbury,F. B dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Sinnott and Wilson. 1955. BOTANY: Principle and Problems. New York: Mc GRAW-HILL Book Company. Inc
1 lembar laporan sementara
3 lembar perencaaan
*) silahkan ditambahkan keterangan lain yang diperlukan.