UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn KONSEP MENGENAL SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT
BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD NEGERI BEKONANG 02 KEC. MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MELALUI METODE PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
Oleh:Sri Hastuti,
SD Negeri Bekonang 02, Mojolaban,Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Example Non example.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 38 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester II selama 2 bulan. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan menggunakan dua siklus tindakan. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Example Non example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat”. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, tindakan pembelajaran dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebelum tindakan adalah sebesar 47,37%. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada tindakan Siklus I menjadi sebesar 76,32%. Pada akhir tindakan Siklus II, tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi sebesar 100%.Ditinjau dari nilai rata-rata hasil belajar, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 68,42 pada kondisi awal menjadi 74,081 pada akhir tindakan Siklus I dan meningkat menjadi 81,71 pada akhir tindakan Siklus II.
Kata Kunci: prestasi belajar, Example Non example.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mengingat pentingnya mata pelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral maka pembelajaran PKn di sekolah harus dapat mendukung ketercapaian misi tersebut. Kenyataan di lapangan, khususnya pada siswa kelas IV di SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai materi yang diajarkan guru. Hal ini dikarenakan adanya bererapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran PKn.
Salah satu kendala yang dihadapi guru adalah berkaitan dengan rendahnya motivasi belajar siswa. Siswa terkesan kurang berminat mengikuti pelajaran PKn dikarenakan pelajaran PKn tidak termasuk ke dalam salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Hal ini diindikasikan dengan hasil pengamatan terhadap penguasaan materi pada siswa dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” masih belum optimal. Belum optimalnya penguasaan materi oleh siswa tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang belum mencapai batas tuntas belajar yang ditentukan, yaitu sebesar 70.
Belum optimalnya penguasaan konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” cukup terlihat jelas. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas ini, yaitu baru mencapai 47,37% atau setara dengan 18 siswa dari 38 siswa yang ada. Ditinjau dari perolehan nilai rata-rata kelas, nilai yang diperoleh secara klasikal adalah sebesar 68,42. Nilai ini masih di bawah batas ketuntasan belajar yang ditentukan sebesar 70.
Kondisi tersebut mendorong diperlukannya suatu penanganan yang lebih intensif agar siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban tahun pelajaran 2013/2014 dapat mencapai ketuntasan belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat menstimulasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.Rendahnya motivasi belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa kelas IV semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban tahun pelajaran 2013/2014 ditengarai disebabkan karena siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengamatan awal di mana masih banyak siswa yang belum serius dalam mendengarken penjelasan guru.
Kurang seriusnya siswa dalam mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru disebabkan karena metode pembelajaran yang dilakukan masih didominasi guru, sehingga siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Hal ini berakibat pada rendahnya penguasaan konsep pada siswa.Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan suatu pendekatan yang dapat mendorong siswa untuk ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berangkat dari permasalahan ini, guru mencoba menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Example Non Example .
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model Example Non Example untuk meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan materi ajar pada siswa. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Konsep Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat Bagi Siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 Melalui Metode Pembelajaran Example Non Example ”.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat”?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Example Non Example .
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran kooperatif bukanlah model baru dalam Proses Belajar Mengajar, karena sesungguhnya pembelajaran kooperatif telah dilaksanakan oleh guru dengan terprogram dalam Rencana Program Pengajaran (RPP) yaitu pada langkah-langkah pembelajaran, akan tetapi guru tidak mengetahui bahkan sering kali dalam proses pembelajaran tak dapat dilaksanakan sesuai program karena faktor intern dan ekstern yang terjadi saat jalannya proses belajar mengajar, dan guru akan mengubah model pembelajaran tersebut, misalnya menggunakan model pembelajaran tradisional dimana guru mendominasi kelas atau dengan model ceramah, tanya jawab atau pengerjaan soal-soal sebagai latihan.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Menurut Eggen & Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42), “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Sedangkan menurut Slavin (dalam Etin Solihatin & Raharjo, 2007: 4), “Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 6 orang , dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran example non example didasarkan atas contoh. Contoh dapat diambil dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar, Aqib (2003:17). Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa disebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
– Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
– non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering dilakukan, karena selama satu periode tertentu orang perlu mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh peserta didik. Banyak pendapat-pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai teori prestasi dan belajar. Untuk memperoleh konsep yang berhubungan dengan variabel prestasi belajar, berikut ini disajikan deskripsi singkat mengenai prestasi dan belajar.
Belajar dapat dikatakan berhasil apabila terjadi proses perubahan perilaku yang berprestasi optimal dalam suasana yang baik. Hal ini sependapat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hamalik (2003: 154) yang mengemukakan bahwa, ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Sedangkan menurut Soemarsono (2007: 6), ”Belajar merupakan proses perubahan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang berlangsung terus menerus dalam periode waktu yang panjang”. Belajar menurut Winkel (1996: 53), ”Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas ”.
Prestasi belajar mahasiswa adalah hasil yang telah dicapai mahasiswa dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar juga dapat dikatakan sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik. Menurut Hamalik (2001: 159), ”Prestasi belajar adalah indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Sedangkan menurut Arifin (1990: 3), ”Prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Syah (2002: 214) menjelaskan bahwa, “Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh individu setelah proses pembelajaran yang berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan dalam bentuk angka. Proses pembelajaran tersebut berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan belajar serta mampu mengungkapkan gagasan, maupun menganalisis, menciptakan sesuatu hal yang baru.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini digambarkan dengan skema secara sistematik.Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yaitu peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar yang optimal, diperlukan interaksi timbal balik yang positif antara guru dengan siswa melalui model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat adalah penggunaan model yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan selaras dengan materi yang disampaikan. Jika tidak, maka akan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak berdaya guna atau tidak optimal sehingga menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” di kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa terhadap mata pelajaran. Permasalahan tersebut diatasi dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Example Non Example
Metode pembelajaran Example Non Example dilandasi oleh empat filosofi dasar. Keempat filosofi dasar tersebut antara lain adalah: 1) filosofi pendidikan Dewey; 2) dinamika kelompok; 3) psikologi kognisi konstruktivis; dan 4) teori motivasi. Dengan langkah-langkah pelaksanaan yang tepat, model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar tersebut pada gilirannya akan meningkatkan penguasaan konsep pada diri siswa sehingga motivasi belajar meningkat.Dari alur penalaran di atas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Example Non Example dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester 2 SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn konsep “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat”.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, yaitu pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan.Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang siswa. Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai hasil belajar yang rendah dalam pembelajaran PKn sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Data-data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas IV semester II dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subyek penelitian sebelum dilakukan tindakan.Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa.Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode kontektual. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.
Validasi Data
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain meliputi: teknik triangulasi dan review informan kunci.Teknik triangulasi adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan (Sanjaya, 2010: 74).
Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan presentasi ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentasi dan angka.Teknik analisis kualitatif model alur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Milles & Huberman, 1989 dalam Zainal Aqib, 2008).
Indikator Kinerja
Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:
Prosedur Penelitian
Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut sebagai satu siklus (Sutama, 2012: 145).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil tes yang diperoleh dari 38 orang siswa kelas IV SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 55 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 80. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh sebesar 68,42. Mengingat nilai hasil belajar yang diperoleh tersebut < KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, maka secara klasikal siswa di kelas IV SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2013/2014 dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran PKn .
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 18 orang siswa atau 47,37 % dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 20 orang siswa atau 52,63 % belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00. Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan upaya perbaikan guna meningkatkan hasil belajar siswa. Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Semester II Tahun 2013/2014
Kondisi Awal
1 | Nilai Rata-rata | 68.42 |
|
2 | Nilai Terendah | 55.00 |
|
3 | Nilai Tertinggi | 80.00 |
|
4 | Tuntas | 18 | 47.37% |
5 | Tidak Tuntas | 20 | 52.63% |
6 | KKM | 70 | 100.00% |
Sumber: Arsip SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban, Sukoharjo
Rendahnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa disebabkan karena beberapa faktor. Faktor yang dianggap menjadi sumber masalah antara lain adalah berupa proses pembelajaran yang dilakukan guru belum mampu mendorong keterlibatan siswa dalam proses pemerolehan pengetahuan. Pembelajaran PKn masih sebatas pada PKn sebagai produk sehingga siswa kurang optimal dalam memahami konsep yang diajarkan dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat teacher-centered, sehingga interaksi masih berjalan satu arah dengan guru mendominasi pembelajaran.Data ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal tindakan dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.
Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal
Observasi dalam pembelajaran tindakan Siklus I dilakukan untuk mengetahui perilaku kelas dan dampak proses yang dihasilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dilakukan. Observasi yang diperoleh dari tindakan pembelajaran berupa hasil tes.Tes akhir tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 16 Februari 2014. Hasil tes tindakan Siklus I menunjukkan adanya peningkatan baik nilai hasil belajar maupun tingkat ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 65 dan nilai tertinggi sebesar 85. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 74,08.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas IV Semester II di SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 pada tindakan Siklus I sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00. Namun secara klasikal, belum mencapai ketuntasan belajar.Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 29 orang siswa atau 76,32%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 9 orang siswa atau 23,68%.
Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada tindakan Siklus I masih di bawah indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa. Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II sehingga indikator kinerja berupa tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal sebesar > 80.00% dari jumlah siswa dapat dicapai.Hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
Tabel 4
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Semester II Tahun 2013/2014 Siklus I
1 | Nilai Rata-rata | 74.08 |
|
2 | Nilai Terendah | 65.00 | |
3 | Nilai Tertinggi | 85.00 | |
4 | Tuntas | 29 | 76.32% |
5 | Tidak Tuntas | 9 | 23.68% |
6 | KKM | 70 | 100,00 |
Sumber: Arsip SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban, Sukoharjo
Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus I dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.
Gambar 5 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 75.00, sedangkan nilai tertinggi adalah 95. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 100. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu > 70.00, maka secara klasikal siswa sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 38 orang siswa atau 100%. Adapun jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 0 orang siswa atau 0%.
Ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
Tabel 5
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Semester II Tahun 2013/2014
Siklus II
1 | Nilai Rata-rata | 81.71 |
|
2 | Nilai Terendah | 75.00 | |
3 | Nilai Tertinggi | 100.00 | |
4 | Tuntas | 38 | 100.00% |
5 | Tidak Tuntas | 0 | 0.00% |
6 | KKM | 70 | 100.00% |
Sumber: Arsip SD Negeri Bekonang 02 Kec. Mojolaban, Sukoharjo
Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.
Gambar 6 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut.
Metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar yang masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu baru mencapai sebesar 68,42. Rendahnya hasil belajar juga diindikasikan dengan rendahnya ketuntasan belajar sebagai salah satu indikator penguasaan penuh, yaitu baru mencapai sebesar 47,37% dari jumlah siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran.Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media bantu dalam pembelajaran. Melalui penggunaan metode pembelajaran Example Non Example diharapkan dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari di sekitar mereka.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 68,42 pada kondisi awal, meningkat menjadi 74,08 pada tindakan Siklus I. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 47,37% pada kondisi awal meningkat menjadi 76,32% pada tindakan Siklus I.
Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini disebabkan karena meskipun nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00, namun indikator penguasaan penuh secara klasikal berupa tercapainya jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar > 80.00% dari jumlah siswa belum terpenuhi. Atas dasar hal itu maka dilakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperkecil jumlah anggota kelompok dari 4 dan 5 orang pada tindakan Siklus I menjadi 2 dan 3 orang pada tindakan Siklus II. Langkah ini dimaksudkan untuk mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 74,08 pada pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 81,71 pada akhir tindakan Siklus II. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 76,32% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 100% pada tindakan Siklus II.Peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 6
Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Nilai | Awal | Siklus I | Siklus II |
Nilai rata-rata | 68.42 | 74.08 | 81.71 |
Nilai Tertinggi | 80.00 | 85.00 | 100.00 |
Nilai Terendah | 55.00 | 65.00 | 75.00 |
Gambar 7 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Tabel 7
Data Peningkatan Ketuntasan Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Ketuntasan | Awal | Siklus I | Siklus II |
Tuntas | 18 | 29 | 38 |
Belum Tuntas | 20 | 9 | 0 |
Gambar 8 Diagram Peningkatan Ketuntasan Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Data tingkat ketuntasan belajar siswa dari Kondisi Awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat digambarkan ke dalam diagram berikut.Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014” terbukti kebenarannya.
P E N U T U P
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa :Metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi “Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat” bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Bekonang 02 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Aqib, Zainal. 2012. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Aqib, Zainal. 2013. Model Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontesktual. Bandung: Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Balitbang Diknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswar Zain. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Etin Solihatin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Huda, Mihtahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta
Nurseto, Tejo. 2012. Media Pembelajaran IPS. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Sardiman Arief. S, dkk. 2011. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan). Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.
Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pendekatan dalam Pembelajaran. http://akhmad-sudrajat.wordpress.com/2008/01/21/Pendekatan-Pembelajaran/. Diakses pada tanggal 29 Juli 2014
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Oleh:Sri Hastuti, S.Pd.
Sd negeri Bekonang 02, Mojolaban,Sukoharjo
NIP: 19610122 198405 2 002