PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN BAGI SISWA KELAS V SEMESTER GENAP SD NEGERI LENGKING 01 BULU, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014
Oleh: Umi Sa’adah
SD Negeri Lengking 01, Bulu, Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan prestasi belajar PKn pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V Semester genap di SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 18 orang siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pengertian Organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dari 66.94 pada kondisi awal, menjadi 73.06 pada tindakan Siklus I, dan kemudian menjadi 76.39 pada tindakan Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 44.44% mengalami peningkatan menjadi 66.67% pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 94.44% pada akhir tindakan Siklus II.
Kata kunci: Prestasi belajar PKn, pembelajaran CTL, Peta Konsep
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan pendidikan yang mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai dan dasar negara Pancasila atau dengan perkataan lain merupakan pendidikan Pancasila dalam praktek. Secara konseptual epistemologis, pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated knowledge system (Winataputra: 2006) yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki "civic intelligence" dan "civic participation" serta "civic responsibility" sebagai warga negara Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila (Winataputra, 2006).
Tujuan pembelajaran PKn sebagaimana tertuang dalam Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006, secara normatif dikemukakan bahwa ”Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.”
Dalam pembelajaran PKn, konsep pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar menuntut peran siswa yang sangat besar dalam berbagai aktifitas pembelajaran. Pertama, siswa dituntut untuk mampu memberdayakan diri dalam arti mampu untuk memahami, menemukan, dan menghayati cara belajar yang paling tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kedua, siswa juga dituntut untuk menjadi dirinya sendiri dengan segala potensi yang dimiliki diharapkan kedewasaannya. Ketiga, siswa juga diharapkan dapat memanfaatkan guru sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar yang berarti bahwa menuntut keberdayaan siswa.
Kenyataan secara umum yang terjadi di kelas berdasarkan pengamatan penulis maupun masukan dari beberapa guru, bahwa sebagian siswa di kelas belum memiliki keberdayaan seperti yang diharapkan. Hal ini tampak dari gejala sering terjadinya kemacetan komunikasi ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berkomentar, berdiskusi, mengajukan usul, berdialog, mengkomunikasi-kan gagasan, dan sebagainya.
Keadaan atau situasi kelas yang demikian inilah banyak guru yang ingin segera dapat memecahkannya, sehingga dalam pembelajaran berubah menjadi pembelajaran yang aktif. Dengan demikian, pembelajaran dapat menempatkan siswa sebagai pusat perhatian (orientasi).
Di pihak guru, memang diakui belum kooperatif, masih satu arah yaitu, guru sebagai nara sumber, pemilik tunggal kegiatan belajar mengajar, siswa sebagai objek, dan hanya menerima informasi maupun tugas dari guru. Di sisi lain, penguasaan materii mata pelajaran PKn pada siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor guru yaitu yang berkaitan dengan metode mengajar. Betapa pun kesiapan peserte didik dan lengkapnya sarana pembelajaran, jika metode pembelajaran yang diterapkan tidak tepat, diduga prestasi belajar peserta didik kurang memuaskan.
Selain itu, faktor metode yang digunakan guru juga dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Hal yang sama berlaku pula pada siswa kelas V semester II di SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis terhadap nilai hasil ulangan harian, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn termasuk cukup rendah. Hal ini diindikasikan dengan tingkat ketuntasan belajar yang baru mencapai 44.44% dalam pembelajaran PKn dengan KKM > 70.0.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas V pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian organisasi baru mencapai sebesar 66.94 atau masih di bawah KKM yang ditetapkan sekolah dengan KKM > 70.00. Adanya tingkat ketuntasan belajar sebesar 44.44% dapat diartikan bahwa dari 18 orang siswa yang ada, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 70.0 baru mencapai 8 orang siswa. Sisanya sebanyak m10 orang siswa atau 56.56% masih memperoleh nilai < 70.00.
Rendahnya nilai hasil belajar PKn yang diperoleh siswa kelas V tersebut diindikasikan disebabkan karena motivasi belajar mereka yang rendah. Rendahnya tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan guru dapat diamati dari banyaknya siswa yang berbicara berbicara sendiri saat berlangsungya proses pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi siswa dalam belajar kurang optimal.
Kondisi tersebut perlu ditangani secara serius sehingga motivasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih optimal pada semester berikutnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep. Metode ini berupaya memacu siswa dengan cara mengoptimalkan apa-apa yang telah dimiliki, diketahui atau dipelajari oleh siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji pengaruh penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep terhadap prestasi belajar PKn bagi siswa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalah penelitian sebagai berikut: Apakah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar PKn pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014?
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PKn pada Siswa Kelas V Semester II SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoretis maupun bersifat praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
Siswa dapat secara mudah memahami dan menguasai serta mampu menyerap dan memecahkan soal pada pelajaran.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu para guru dalam mengajar mata pelajaran PKn dengan penerapan metode mengajar yang berbeda sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang baru.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi guru dan kepala sekolah, tentang penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar PKn bagi siswa.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Balitbang, 2002: 7).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita. Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar merasa senang dan memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian tugas dengan bentuk portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang agar siswa tidak merasa kebosanan dalam mengikuti pembelajaran portofolio.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, merupakan program pengajaran yang membekali setiap siswa untuk menjadi warga negara yang baik, dan mampu berfikir kritis, cakap, disiplin, bertanggung jawab dan demokratis.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
Ruang lingkup pembelajaran PKn diatur dalam Standar Isi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
Hasil Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dengan optimal, sedangkan istilah belajar memang kerapkali terdengar dan disadari bahwa belajar amatlah penting bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu banyak pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian belajar.
Pengertian prestasi belajar menurut Pasaribu dan Simanjuntak (2003: 59), yang merupakan kutipan dari Roth menyatakan bahwa:
Belajar dilihat dari ilmu mendidik berarti tingkah laku yang baru dan kecakapan-kecapakan yang baru. Dengan belajar terdapat perubahan (perbaikan) kejiwaan seperti sebagai syarat perubahan tingkah laku (Pasaribu, 2003: 59)
Prestasi Belajar menurut Winkel yang dikutip kembali oleh Suratinah Tirtonegoro (2004: 17) mengartikan sebagai berikut:
Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan atau belajar yang dinyatakan dalam kegiatan atau belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sdahdicapai olehs etiap anak dalam periode tertentu.
Pengertian lain tentang prestasi belajar menurut Poerwodarminta (2004: 768) dijelaskan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan atau dikerjakan dengan jalan belajar”. Dari pendapat para ahli tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Prestasi belajar adalah suatu penilaian hasil usaha kegitan belajar yang dinyatakan dalam bentuk kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu denganjalan bekerja keras, ulet, giat, tekun, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, menurut Muhibbin Syah banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu: faktor intern dan faktor ekstern (2003: 144). Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu/ anak yang sedang belajar, faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu/ anak.
Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Hakekat CTL (pembelajaran kontekstual) adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Pembelajaran CTL didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang dilakukan untuk membantu siswa menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka dan dapat menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh dalam konteks kehidupan mereka (Depdiknas, 2004: 31).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kontekstual siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer imu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok (Depdiknas, 2004: 32).
Komponen-komponen CTL menurut Arends seperti dikutip oleh Depdiknas (2004: 32), terdiri dari tujuh elemen. Ketujuh elemen tersebut yaitu: konstruktivisme, inquiry, questioning, modeling, learning community, refleksi, dan authentic assessment.
Strategi Peta Konsep
Pengertian peta konsep atau Concept mapping adalah istilah yang digunakan oleh Novak dan Gowin (Zaini, dkk., 2002: 182) tentang cara yang dapat digunakan dosen untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan materi perkuliahan yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antar komponennnya. Rose dan Nicholl sebagaimana dikutip Zaini, dkk., (2002: 184) menyatakan:
Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka menggunakan format global atau umum, yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi-dalam pelbagai arah secara serempak.
Pengertian peta konsep menurut Wikipedia (http://en.wikipedia.org.wiki/Concept_map), adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antar konsep. Antar konsep dihubungkan dengan garis panah yang berlabel dalam suatu struktur hirarki yang bercabang ke bawah. Hubungan antar konsep ditunjukkan dengan proses penghubung, misalnya ‘memberi apa’, ‘menghasilkan apa’, ‘dibutuhkan oleh’, ‘memberi sumbangan pada’, atau yang lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi peta konsep adalah cara yang digunakan oleh siswa untuk mengorganisasikan konsep pelajaran dalam bentuk peta secara holistik, interrelatif, dan komprehensif.
Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat (Zaini, dkk., 2002: 183). Svantesson seperti dikutip Zaini, dkk., (2002: 183) mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan pelajaran serta ketika membutuhkan struktur.
Strategi peta konsep memiliki sejumlah karakteristik. Menurut Zaini, dkk., (2002: 42) karakteristik strategi peta konsep meliputi: 1) berstruktur hirarkhis dengan meletakkan konsep utama di bagian atas, dan konsep yang kurang eksklusif berada di bagian bawah; 2) Kata-kata hubungan berada di atas garis hubungan antar konsep; 3) Garis hubungan berbentuk garis panah yang menunjukkan arah hubungan; 4) Peta konsep adalah sebagai representasi pemahaman siswa mengenai suatu masalah; dan 5) Kekuatan peta konsep berasal dari interkoneksi antar konsep.
Penerapan peta konsep sebagai cara untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran menurut Zaini, dkk., (2002: 182) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Kerangka Pemikiran
Metode dan strategi pendekatan yang digunakan peneliti untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran PKn di SD adalah melalui strategi peta konsep. Di dalam pembelajaran dengan strategi peta konsep tersebut, guru melaksanakan pembelajaran dengan melibatkan siswa.
Tumbuhnya kesadaran akan kebutuhan siswa dalam membangun dinamika kelas yang positif akan mampu mendorong siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan bahwa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan materi menjadi lebih bermakna.
Alur kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pikir diatas dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut.
Gambar 1 Model Kerangka Pemikiran
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Pembelajaran Contextual teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar mendeskripsikan pengertian organisasi pada siswa kelas V semester II SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelas V semester II SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa di kelas V pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 terdiri dari 18 orang siswa. Alasan pemilihan lokasi adalah bahwa peneliti merupakan guru di sekolah ini sehingga memudahkan dalam pencarian data. Pelaksanaan tindakan dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yaitu dimulai pada bulan Pebruari sampai dengan bulan April tahun 2014. Penentuan waktu pelaksanaan penelitian didasari adanya pertimbangan bahwa selama kurun waktu tersebut, pembelajaran PKn di kelas V dilaksanakan untuk membahas Kompetensi Dasar mendeskripsikan pengertian organisasi.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V semester II di SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Adapun jumlah siswa kelas V di SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 adalah 18 orang siswa.
Objek penelitian tindakan dalam penelitian ini berupa pembelajaran PKn dengan menggunakan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan strategi peta konsep. Adapun materi yang diajarkan berupa “Mendeskripsikan pengertian organisasi” pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Model Penelitian
Desain penelitian tindakan kelas yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65) yang memiliki ciri khas menggunakan model siklus. Setiap siklus terdiri dari dua atau tiga tindakan pembelajaran, sedangkan setiap tindakan pembelajaran mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi-evaluasi.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan strategi peta konsep dalam pembelajaran PKn Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan pengertian organisasi” bagi siswa kelas V semester II di SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen.
Tes yang dilakukan berupa tes yang dilaksanaan oleh guru pada awal tindakan, dan setiap akhir siklus tindakan yang dilakukan. Metode ini digunakan dengan cara memberikan tes tertulis kepada siswa. Tujuan tes adalah untuk mengukur kemampuan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Budiyono (2003: 53) mengemukakan bahwa “Observasi (atau pengamatan) adalah car pengumpulan data di mana peneliti (atu orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian demikian hingga si subjek tidak tahu bahwa ia sedang diamati”. Dalam melakukan observasi terhadap siswa selama pelajaran berlangsung, peneliti sebagai guru dibantu oleh guru mitra.
Teknik Analisis Data
Mengacu pada model penelitian tindakan yang digunakan, alur pikir dalam penelitian diawali dari diagnosis masalah dan faktor penyebab masalah dalam pembelajaran PKn, dilanjutkan dengan memilih tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan, penetapan desain penelitian dan prosedur pengumpulan data, analisis data, dan refleksi.
Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 62) yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.
Langkah analisis dalam penelitian ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut.
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dalam 2 siklus, yang setiap siklus terdiri dan 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi hasil tindakan. Rincian tahapan tiap siklus dapat dipaparkan sebagai berikut.
Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.
Melasanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas.
Tindakan Siklus I
Perencanaan
Pada tahapan ini guru melakukan refleksi berupa analisis evaluasi terhadap hasil tes mid semester I yang dilakukan oleh guru bidang studi selama siswa mengikuti program pelajaran sebagai bahan masukan tahap awal dilakukannya tindakan. guru menyiapkan Rencana Pembelajaran (RP) program pembelajaran dengan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan strategi peta konsep pada mata pelajaran PKn Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan pengertian organisasi”
Pelaksanaan
Pembelajaran ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Observasi
Dalam tahap observasi ini, guru memberikan kuesioner untuk menjaring informasi tentang motivasi belajar siswa dan melakukan evaluasi terhadap hasil tes ujian yang dilaksanakan guru.
Refleksi Hasil Tindakan
Guru menggunakan hasil evaluasi untuk digunakan sebagai bahan refleksi tindakan pada siklus berikutnya.
Tindakan Siklus II
Siklus II yang merupakan kelanjutan penelitian tindakan kelas dari siklus I. Tindakan siklus II juga terdiri dari 4 tahapan sama seperti pada tindakan Siklus I dengan disertai beberapa perbaikan sebagai hasil dari refleksi hasil tindakan Siklus I.
Indikator Kinerja Penelitian
Dengan menggunakan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan strategi peta konsep akan dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi belajar siswa siswa yang ditandai dengan:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil tes ulangan harian yang diperoleh dari 18 orang siswa kelas V SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa dari 18 siswa, jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 70.00 adalah sebanyak 8 orang siswa atau 44.44%. Adapun siswa yang memperoleh nilai < 70.00 adalah sebanyak 10 orang siswa atau 55.56%.
Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60, sedangkan nilai tertinggi sebesar 80. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 66.94 atau masih dibawah KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 belum mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan.
Tabel 1
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 8 | 44.44% |
2. | Tidak Tuntas | 10 | 55.56% |
Jumlah | 18 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 66.94 | ||
Nilai Terendah | 60.0 | ||
Nilai Tertinggi | 80.0 |
Deskripsi Tindakan Siklus I
Hasil tes akhir pembelajaran tindakan Siklus I menunjukkan adanya peningkatan dalam hal tingkat ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 65.00, nilai tertinggi sebesar 90.00, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 73.06. Berdasarkan perolehan nilai tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sudah mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 70.00 atau 73.06 > 70.00. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa secara klasikal siswa kelas V sudah mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00, adalah sebanyak 12 orang siswa atau 66.67%. Jumlah siswa yang masih belum mencapai ketuntasan belajar dengan atau memperoleh nilai < 70.00 adalah sebanyak 6 orang siswa atau 33.33%.
Tabel 2
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 12 | 66.67% |
2. | Tidak Tuntas | 6 | 33.33% |
Jumlah | 18 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 73.06 | ||
Nilai Terendah | 65.0 | ||
Nilai Tertinggi | 90.0 |
Deskripsi Tindakan Siklus II
Hasil tes akhir pembelajaran tindakan Siklus II menunjukkan adanya peningkatan dalam hal tingkat ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil akhir dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 65.00, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 95.00, dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 76.39. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan Siklus II > KKM yang ditetapkan, yaitu 76.39 > 70.00.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas dengan KKM > 70.00 adalah sebanyak 17 orang siswa siswa atau 94.44%, sedangkan yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 1 orang siswa atau 5.56%.
Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 17 | 94.44 % |
2. | Tidak Tuntas | 1 | 5.56 % |
Jumlah | 18 | 100% | |
Nilai Rata-rata | 76.39 | ||
Nilai Terendah | 65.0 | ||
Nilai Tertinggi | 95.0 |
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis yang menyatakan bahwa “penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan dampak produk pembelajaran berupa meningkatnya prestasi belajar siswa kelas V semester II SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pengertian Organisasi” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya prestasi belajar siswa dari tahap ke tahap tindakan pembelajaran yang dilakukan, berupa meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.
Nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa kelas V semester II SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 pada kondisi awal adalah sebesar 66.94. Nilai tersebut masih dibawah KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70.0. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar pada kondisi awal baru mencapai 44.44%, yaitu lebih rendah dari ketuntasan kelas sebesar 80%. Dengan demikian, maka siswa kelas V semester II SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 belum mencapai ketuntasan belajar.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka guru melakukan perbaikan tindakan pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan strategi peta konsep. Langkah ini cukup berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 73.06, dan tingkat ketuntasan belajar siswa menjadi sebesar 66.67% pada akhir tindakan Siklus I.
Berdasarkan nilai rata-rata, siswa sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata > KKM atau 73.06 > 70.00. Akan tetapi tingkat ketuntasan kelas belum tercapai sesuai dengan ketentuan, yaitu 66.67% < 80.00%. Dengan demikian peningkatan belum optimal. Untuk itu guru melakukan perbaikan dengan memperkecil jumlah anggota dalam kelompok dari 6 orang pada tindakan Siklus I menjadi 3 orang pada tindakan Siklus II.
Perbaikan tersebut cukup efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73.06 pada akhir tindakan Siklus I menjadi 76.39 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 66.67% pada akhir tindakan Siklus I menjadi 94.44% pada akhir tindakan Siklus II.
Data peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut.
Tabel 4
Prestasi Belajar Siswa dari Kondisi Awal – Tindakan Siklus II
No. | Ketuntasan | Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jmlh | % | Jmlh | % | Jmlh | % | ||
1. | Tuntas | 8 | 44.44% | 12 | 66.67% | 17 | 94.44% |
2. | Belum Tuntas | 10 | 55.56% | 6 | 33.33% | 1 | 5.56% |
Jumlah | 18 | 100 | 18 | 100 | 18 | 100 | |
Nilai Terendah | 60.00 | 65.00 | 65.00 | ||||
Nilai Tertinggi | 80.00 | 90.00 | 95.00 | ||||
Nilai Rata-rata | 66.94 | 73.06 | 76.39 |
Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut.
Gambar 2. Diagram Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Data peningkatan tingkat ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas dapat disajikan secara visual ke dalam diagram berikut.
Gambar 3. Diagram Peningkatan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar menunjukkan bahwa hasil produk proses pembelajaran menjadi semakin jelas dan nyata. Hasil ini bila dikaji dari tingkat ketuntasan belajar siswa akan menjadi semakin jelas.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam setiap siklus pembelajaran sudah sesuai dengan pandangan Richards, yaitu dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) menetapkan dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran pada awal pembelajaran suatu unit; (2) memberikan umpan balik terhadap tujuan-tujuan tersebut; (3) meninjau ulang tujuan pembelajaran secara terus-menerus dan sistematis; dan (4) memberikan umpan balik yang bersifat sumatif terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Langkah tersebut ternyata mampu mendorong siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran pada gilirannya akan mampu menjadikan peserta didik untuk mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Melalui pembelajaran PKn konsep mendeskripsikan pengertian organisasi maka diharapkan peserta didik dapat menjelaskan pengertian organisasi, dapat menyebutkan contoh-contoh tujuan organisasi, dapat menyebutkan contoh-contoh anggota organisasi, dapat menyebutkan contoh struktur organisasi, dan dapat merumuskan contoh tata tertib organisasi, serta siswa memahami berbagai macam organisasi di masyarakat, serta menjelaskan tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib organisasi-organisasi tersebut.
Program-program yang berhasil dilakukan untuk memelihara tatanan dalam seluruh sistem mencakup empat prinsip yang bersifat proaktif, yaitu: 1) mengembangkan suatu rangkaian koheren perilaku yang diharapkan dilakukan siswa, 2) membekali siswa dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku yang sesuai, 3) secara terus-menerus mengukur keberhasilan pelaksanaan program tersebut, dan 4) menciptakan dan memelihara suatu lingkungan yang positif di mana semua yang disebutkan tersebut di atas dapat berlangsung.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan pembelajaran dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Lengking 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran PKn Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pengertian Organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan pembelajaran yang dilakukan.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 66.94 pada kondisi awal, meningkat menjadi 73.06 pada akhir tindakan Siklus I, dan kemudian meningkat lagi menjadi 76.39 pada akhir tindakan Siklus II. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada Siklus II mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi awal dan Siklus I. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 44.44% mengalami peningkatan menjadi 66.67% pada akhir tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 94.44% pada akhir tindakan Siklus II.
Saran
Berdasarkan dari simpulan di atas selanjutnya dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peta konsep dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada siswa disarankan agar lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peta konsep dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada para guru untuk mau meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada para kepala sekolah untuk lebih mendorong para guru agar mau mencoba menggunakan berbagai metode pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada para guru tentang metode-metode pembelajaran yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anni, C.T; Rifai, A; Purwanto, E; Purnomo, D. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UNNES.
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Puskur Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas
Ibrahim, H.M.,F.Rachmadiarti, M.Nur, Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UNESA Surabaya: University Press.
Mahmud, Mahdi. 2002. Pembelajaran Sebagi Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Gramedia
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Meniptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pasaribu dan Simanjuntak. 2003. Psikologi Pengembangan. Bandung: Tarsito
Poerwadarminta, WJS. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwanto, Ngalim. 2003.. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Poerwodarminto, W. J. S. 2004, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta.
Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tirtonegoro, Suratinah. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sugandi, A.,Haryanto. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Sutopo, HB. 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press.
Djamarah. Syaiful Bahri dan Aswar Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Winataputra, U. S. 2006. Konsep dan Strategi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah: Tinjauan Psiko-Pedagogis, Jakarta: Panitia Semiloka Pembudayaan Nilai Pancasila, Dit. Dikdas, Ditjen Mandikdasmen (Makalah)
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Zaini, Hisyam., Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN
Bio Data Penulis: | ||
Nama | : | Umi Sa’adah, S. Pd., M. Pd. |
NIP | : | 19600317 198206 2 001 |
Jabatan | : | Kepala Sekolah |
Unit Kerja | : | SD Negeri Lengking 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo |