Published using Google Docs
Jiman.docx
Updated automatically every 5 minutes

PENERAPANPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ELEMEN MODELLING 

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAKAN SENAM RITMIK

 PADA SISWA KELAS III SEMESTER I SD NEGERI SIWAL,

KECAMATAN BAKI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh:  Jiman

SD Negeri Siwal, Baki,Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan grakan senam ritmik melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, tempat pelaksanaan penelitian di SD Negeri Siwal dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas III SD Negeri Siwal Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 33 siswa. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan tes. Analisis data dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hipotesis menyatakan bahwa diduga melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik  pada siswa kelas III semester I SDN Siwal Tahun Pelajaran 2015/2015. Dari data empirik diperoleh fakta bahwa melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik siswa  dari kondisi awal nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik 69,1 dan 4 siswa (12,1 %) yang mencapai nilai KKM, ke kondisi akhir siklus II nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa 78,0 (di atas nilai KKM), dan 33 siswa (100 %) mencapai nilai KKM di kelas III SD Negeri Siwal Tahun Pelajaran 2015/2016.Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik  pembelajaran Penjaskes  pada siswa kelas III SDN Siwal Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: Pembelajaran kontekstual elemen modelling, gerakan senam ritmik

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan akan membantu para siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal baik fisik, motorik, mental dan sosial. Tujuan pengembangan aspek fisik akan berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dan berbagai organ tubuh (physical fitness). Pengembangan gerak berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skill full). Pengembangan mental berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterprestasikan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungan. Perkembangan sosial berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada kelompoknya (Mahendra, 2003).

Hakekat pendidikan jasmani adalah proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan dan olahraga. Pengembangan substansi pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga pada dasarnya bertolak dari kaidah yang sama yaitu penyesuaian dengan kematangan atau kesiapan belajar anak (Suherman, 2001). Selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spritual. Pendidikan jasmani diajarkan dar tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bahkan sampai di perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani. Salah satu cabang olahraga yang diajarkan adalah cabang olahraga senam.Sejalan dengan makin pesatnya perkembangan olah raga senam ritmik maka teknik-teknik dasarnya harus betul-betul dikuasai dengan baik oleh para pemain.  Dengan perkembangan itulah maka untuk mencapai prestasi yang optimal diperlukan pula model pengelolaan pembinaan yang diharapkan dapat berjalan berkesinambungan dengan tujuan akhir mencapai prestasi yang optimal.

Pelatihan  pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kompetensi. Di SD Negeri Siwal, tujuan pendidikan olahraga dan kesehatan bertujuan untuk memberi keterampilan maupun kemampuan pada peserta didik dan pengembangan melalui temu muka maupun ekstrakurikuler.

Dalam pelaksanaannya mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportifitas, spiritual, sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Namun pada kenyataannya, kemampuan gerakan senam ritmik siswa kelas III SD Negeri Siwal pada mata pelajaran penjaskes semester I tahun pelajaran 2015/2016 termasuk rendah. Nilai rata-rata kondisi awal kemampuan gerakan senam ritmik  siswa hanya 69,1, masih berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Dan siswa yang mencapai nilai KKM hanya 4 siswa (12,1%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan  gerakan senam ritmik  siswa masih rendah.  

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan gerakan senam ritmik siswa rendah, antara lain: (1) kurangnya minat siswa terhadap olahraga Senam, (2) metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang tepat, (3) kekurangan sarana belajar, (4) siswa kurang mendapatkan kesempatan memperoleh umpan balik atas proses belajar yang telah dilakukannya. (Syafi’ie dkk. 1997: 20).

Selama ini olahraga gerakan senam ritmik di SD Negeri Siwal dipandang kurang digemari oleh siswa hal ini terlihat dari kurang adanya respon yang baik dari siswa maupun sekolah. Terbukti dengan belum adanya kegiatan ekstrakurikuler olah raga senam ritmik di SD tersebut. Rendahnya hasil pengajaran penjas karena metode yang digunakan kurang tepat. Besar kemungkinan kurang baiknya hasil pengajaran penjas selama ini disebabkan oleh lemahnya metode dan teknik yang dipakai. Walaupun tentunya metode bukan mutlak merupakan penyebab rendahnya hasil pengajaran penjas sebuah metode yang baik pasti akan merupakan sarana penunjang untuk mencapai hasil yang lebih baik (Oka dalam Halim, 1980: 58).

Perlu adanya suatu upaya tindakan nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti sekaligus guru penjaskes akan menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling. Pendekatan pembelajaran konstekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna dalam materi akademik dengan konteks dalam kehidupan seharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya (Trianto, 2007: 101).

Melalui penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan guru, diharapkan akan ada peningkatan pada beberapa poin. Pertama,  kompetensi siswa dalam melakukan gerakan senam ritmik akan meningkat. Kedua, nilai rata-rata PJOK yang diharapkan setelah penelitian adalah 75 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar mata pelajaran PJOK. Ketiga, siswa menjadi aktif  dan termotivasi dalam pembelajaran PJOK.

Maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik pada siswa kelas III SD Negeri Siwal semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling.

Rumusan Masalah

Dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan masalah adalah: Apakah melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes  pada siswa kelas III SD Negeri Siwal  semester I Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran  Penjaskes  pada siswa kelas III SD Negeri Siwal  semester I Tahun Pelajaran 2015/2016.

  1. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modeling.

Manfaat Penelitian

  1. Manfaat bagi siswa

Meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes.

  1. Manfaat bagi guru
  1. Guru dapat memanfaatkan pembelajaran kontekstual elemen modeling untuk meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik siswa dalam pembelajaran penjaskes.
  2. Guru dapat mengembangkan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modeling.
  1. Manfaat bagi sekolah:
  1. Meningkatkan mutu pendidikan, khususnya mata pelajaran PJOK.
  2. Memberikan sumbangan yang positif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.  

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

  1. Kajian Teori  
  1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil dari usaha yang disengaja dan pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol. Menurut Miarso belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol, dan belajar merupakan proses pemerolehan keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan tingkah laku yang mempengaruhi deskripsi dan diagnosa terhadap peristiwa dan manusia.Dalam Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, istilah belajar tidak ditemukan. Istilah yang digunakan adalah pembelajaran.

Pembelajaran didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.

  1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
  1. Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dkk, 2002:4). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Menurut Masnur Muslich, (2007: 41) dalam (http://www.contextual.org/19/10/2001) bahwa Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Pendekatan kontekstual lebih mendorong pada peran aktif siswa dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat belajar lebih efektif dan bermakna.

CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini sistem tersebut meliputi delapan komponen yaitu: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik (Johnson, 2007: 67).

Dalam pembelajaran kontekstual ini menekankan pada pemikiran bahwa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui” nya. Pembelajarn yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang.

  1. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran:  (Masnur Muslich, 2009: 44-47).

  1. Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) dari pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk dipraktikkan. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka sendiri.

  1. Bertanya (Questioning)

Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh peserta didik untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.

  1. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan dan mengalami sendiri. Dalam inkuiri terdapat 4 langkah-langkah dalam penerapannya, yaitu: (a) merumuskan masalah, (b) mengumpulkan data melalui observasi, (c) menganalisi dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

  1. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar (learning community) merupakan hasil dari pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.

  1. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (modeling) yaitu dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para peserta didik untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar peserta didik dapat melakukannya sendiri. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.

  1. Refleksi (Reflection)

Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari itu semua adalah bagaimana pengetahuan mengendap atau membekas dibenak peserta didik. Mereka mencatat apa-apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru tersebut dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya.

  1. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessement)

Penilaian yang sebenarnya (authentic assessement) merupakan prosedur penilaian pada pembelajaran konekstual yang memberikan gambaran perkembangan belajar pada peserta didik. Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar pada peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik sudah mengalami proses pembelajaran yang benar atau belum. Jika data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa ada peserta didik mengalami kendala/ hambatan-hambatan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik bisa terbebas dari hambatan/ kendala yang dihadapinya.

  1. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Kelas

Langkah-langkah atau alur penerapan pembelajaran metode kontekstual sebagi berikut: Tahap I Persiapan:1) Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.2) Menentukan kompetensi atau garis besar materi yang akan disampaiakan. Tahap II Pelaksanaan;1) Memulai penjelasan; a) Mengadakan apersepsi, b) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan garis besar materi, c) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok (masyarakat belajar). 2) Membagi tugas kepada masing-masing kelompok. 3) Siswa mengobservasi didalam maupun diluar kelas sesuai dengan tugas yang diberikan (kontruktivisme, inkuiri, dan permodelan). Tahap III Penutup; 1) Guru mengadakan klarifikasi /penguatan. 2) Siswa mengadakan refleksi. 3) Melakukan penilaian akhir (assessment)

3.Olah raga senam Ritmik

Senam Ritmik atau senam irama, yaitu gerakan yang dilakukan dengan iringan musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama. Senam ritmik dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan alat yang dipegang seperti bola, tali, tongkat, sampai, dan gada. Senam ritmik menuntut kepala, lengan, togok, dan kaki bergerak selaras dengan irama yang mengiringi.
Ritmik adalah gerakan yang dilakukan diiringi musik ataupun lagu-lagu. Adapun pada aktivitas ritmik ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni fleksibilitas, kontinuitas, dan ketepatan dengan irama. Gerakan-gerakan dalam senam irama bertujuan untuk melemaskan otot-otot tubuh, memperluas gerak persendian, menghilangkan cedera otot, meningkatkan kesehatan,dankebugaranjasmani.
Gerak Dasar Langkah:Teknik gerak langkah dalam senam irama sangat penting. Sebab, gerak langkah mendominasi seluruh gerakan dalam senam irama.

4.Olah Raga .

  1. Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Olahraga merupakan suatu sarana untuk membentuk manusia-manusia Indonesia yang diharapkan dapat mengisi pembangunan. Dengan olahraga dapat membentuk manusia yang cakap, terampil serta memiliki kesegaran  jasmani  dan  mental  yang  baik.  Hal ini merupakan salah satu modal dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Manusia yang memiliki kesegaran jasmani dan  mental yang baik dapat menunjang produktivitas kerja. Sehingga dapat turut serta dalam pembangunan dan melakukan tugas masing-masing, akhirnya akan tercapailah hasil yang diharapkan (Mahendra, 2003).

Olahraga  pendidikan yang  dijalankan  disekolah-sekolah dikenal  dengan  pendidikan  jasmani.  Pendidikan  jasmani sebagai  salah satu alat guna mencapai tujuan pendidikan, selalu berusaha untuk memberikan keseimbangan  pertumbuhan dan  perkembangan  antara jasmani dan  rohani.  Pendidikan Jasmani  merupakan  suatu bagian dari  proses   pendidikan secara  keseluruhan.  Pendidikan secara  keseluruhan  yang dimaksud   adalah pendidikan yang meliputi  jasmani, rohani  dan sosial.

Pendidikan Jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran. Yang sering terjadi pada pembelajaran ‘pendidikan olahraga‘ adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar olah raga senam ritmik, mereka belajar keterampilan teknik gerakan senam ritmik secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan. Guru demikian akan berkata: “kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka DVD atau VCD , dan instruksikan anak supaya bermain langsung”. Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: “Kalau anda ingin anak-anak belajar renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa sendiri“.

  1. Olahraga senam

Olah raga senam  yang dilakukan sekarang ini, baik sebagai pengisi waktu luang maupun untuk pertandingan, telah melewati proses perkembangan yang menarik baik dari segi kualitas permainan dan peraturannya, dari segi teknik, taktik maupun dari segi sistem atau pola yang sering dipakai. Olahraga senam ritmik seperti halnya dengan olahraga permainan yang lain, dimana seseorang untuk dapat bermain paling tidak harus menguasai terlebih dahulu teknik-teknik permainan yang digunakan. Dalam hal ini teknik-teknik tersebut mempunyai karakteristik yang sesuai dengan permainannya. Dengan menguasai beberapa teknik dasar tersebut, olah raga senam dapat mengembangkan dalam kemampuan gerakanan maupun pada saat latihan. Dalam olah raga senam yang perlu dikuasai oleh seorang pemain selain teknik juga unsur kondisi fisik, taktik, mental dan kematangan  dalam usaha untuk mencapai prestasi yang optimal.

Olah raga senam ritmik ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.Mengingat  olah raga senam ini mengikuti musik, maka  kerjasama dan kekompakan pemain serta ketepatan musik sangatlah diperlukan.Faktor-faktor penentu keberhasilan di dalam olah raga senam , terdiri dari berbagai macam.  Diantaranya adalah teknik dasar gerak,pemahaman musik, fisik dan  kematangan  psikologi.  Dari  berbagai  faktor-faktor  penentu  di  atas,   saling    terkait dan tidak boleh dipisahkan satu dengan lainnya. Teknik adalah suatu proses melahirkan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olah raga senam. Dalam mempertinggi kemampuan gerakan senam ritmik, teknik ini erat hubungannya dengan kemampuan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental.

Karena seni dalam gerakan senam ritmik  akan terlihat  dari  pemain yang sudah  menguasai  teknik  tinggi hingga gerakkannya hampir menyerupai akrobatik penuh  keindahan serta mempesona para penonton  yang  menyaksikannya. Namun kesemuanya  itu  tidak terlepas dari penguasaan teknik dasar gerakan senam ritmik yang baik dan benar.

Kerangka Berpikir

Rendahnya kemampuan gerakan senam ritmik siswa pada pembelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: minat siswa, semangat belajar, proses pembelajaran, serta lingkungan belajar. Oleh karena itu perlu diupayakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga menumbuhkan minat dan semangat belajar serta lingkungan yang setiap unsurnya mendukung proses pembelajaran sehingga akan meningkatkan hasil pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual diharapkan target penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensinya. Pendekatan kontekstual adalah suatu konsep belajar dimana menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya terhadap lingkungan mereka. Dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran PJOK. Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam skema berikut,

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Diduga melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal  Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 selama 3 (tiga) bulan, dimulai bulan Agustus sampai bulan Oktober 2015.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Siwal, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah karena peneliti sebagai guru penjaskes di SD Negeri Siwal, merasa perlu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Masalah yang dihadapi oleh siswa kelas III adalah rendahnya kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Siwal  semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 33 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Siswa kelas III SD Negeri Siwal  termasuk siswa yang aktif dan enerjik dengan input rata-rata sedang.Objek penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal  semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling.

Sumber Data

Sumber data penelitian ini meliputi nilai praktek dan nilai hasil tes belajar Penjaskes pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Data penunjang lain yang mendukung pembelajaran siswa berasal dari informan, yaitu guru-guru teman sejawat SD Negeri Siwal,Kecamatan Baki. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka yaitu nilai praktek dan nilai hasil tes tertulis pembelajaran Penjaskes, sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang keefektifan pembelajaran di ketika guru mengajar Penjaskes dengan menggunakan pembelajaran kontekstual elemen modelling.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

  1. Data nilai praktek kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III pada kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah buku daftar nilai Penjaskes siswa kelas III.
  2. Data nilai praktek kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III pada siklus I dikumpulkan dengan teknik observasi dan teknik tes tertulis. Alatnya berupa lembar observasi.
  3. Data nilai praktek kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III pada siklus II dikumpulkan dengan teknik observasi dan teknik tes tertulis. Alatnya berupa lembar observasi.

Validasi Data

        Validasi data nilai praktek kemampuan gerakan senam ritmik, baik kondisi awal, siklus I, maupun siklus II diperoleh dengan teknik observasi. Supaya data tersebut valid, peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil observasi teman sejawat.Validasi data hasil belajar kemampuan gerakan senam ritmik, baik kondisi awal, siklus I,maupun siklus II diperoleh dengan teknik tes.

Analisis Data

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Data kemampuan gerakan senam ritmik  pada siswa kelas III meliputi nilai praktek dan nilai tes tertulis kondisi awal, siklus I,dan siklus II dihitung rata-ratanya, dengan bobot yang sama. Ada 3 (tiga) data kemampuan gerakan senam ritmik pada siswa kelas III, yaitu data kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK, data kemampuan gerakan senam ritmik siswa setelah pelaksanaan siklus I,dan kemampuan gerakan senam ritmik siswa setelah pelaksanaan siklus II dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif dan dilanjutkan dengan reflektif.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) Nilai kemampuan gerakan senam ritmik  siswa menunjukkan peningkatan dari kondisi awal ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. 2) Nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa mencapai nilai Kriteri Ketuntasan Minimal yang ditetapkan (KKM), yaitu 75. 3) Minimal 80% siswa kelas III, nilai kemampuan gerakan senam ritmik siswa mencapai KKM.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) siklus, masing-masing siklus 4 (empat) kali pertemuan dengan melewati tahap perencanaan, pelaksanaan penelitian, pengamatan, dan diakhiri analisis serta refleksi. Refleksi dilakukan untuk menentukan langkah tindakan selanjutnya.

PEMBAHASAN DAN HASIL TINDAKAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal, proses pembelajaran penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 berlangsung dalam kondisi yang kurang kondusif. Guru banyak menerapkan pembelajaran konvensional, yaitu memberi pengarahan dan tugas saja, sehingga siswa hanya bertindak sebagai objek pasif. Guru belum menggunakan metode yang bervariasi, guru hanya menggunakan metode yang monoton, sehingga hal ini berdampak kepada rendahnya kemampuan gerakan senam ritmik  siswa dalam pembelajaran Penjaskes. Akibat dari guru yang masih menggunakan metode pembelajaran yang lama itu, siswa menjadi kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Penggunaan metode yang lama yaitu metode ceramah akan membuat siswa merasa cepat bosan, sehingga tidak ada kemauan siswa dalam mengikuti pelajaran olahraga. Pada kondisi demikian perlu dilakukan suatu perubahan dalam sistem, metode, strategi atau model dalam suatu pembelajaran. Untuk memperbaiki permasalahan yang terjadi maka guru perlu melakukan perubahan guna meningkatkan kemampuan siswa. Adapun data kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III pada kondisi awal adalah sebagai berikut,

Tabel 4.1 Kemampuan Gerakan Senam ritmikSiswa pada Kondisi Awal

Uraian

Nilai Praktek

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai rata-rata

KKM

80

60

69,1

75

Ketuntasan

4 siswa (12,1%)

Gambar 4.1. Grafik Kemampuan gerakan senam ritmik Siswa pada Kondisi Awal

Hasil observasi pada praktek kondisi awal, diperoleh data bahwa nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa dalam pembelajaran Penjaskes kelas III adalah 69,1, masih jauh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dalam pelajaran penjaskes yaitu 75. Siswa yang nilainya mencapai KKM hanya 4 orang (12,1%) dari total 33 siswa kelas III  SD Negeri Siwal  Tahun Pelajaran 2015/2016.

Hal tersebut menunjukkan kemampuan gerakan senam ritmik siswa dalam pembelajaran Penjaskes  siswa kelas III SD Negeri Siwal masih rendah. Melihat kondisi tersebut, maka peneliti sebagai guru Penjaskes berencana untuk melaksankaan penelitian tindakan kelas melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling.

Deskripsi Hasil Siklus I

Peneliti dan rekan peneliti mengamati proses pembelajaran penjaskes di kelas maupun di lapangan menggunakan lembar observasi yang telah disusun dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan langkah pembelajaran kontekstual elemen modelling pada saat pembelajaran untuk meningkatkan. Hasil observasi pada siklus I diperoleh data kemampuan gerakan senam ritmik siswa kelas III sebagai berikut,

Tabel 4.2 Kemampuan gerakan senam ritmik Siswa pada Siklus I

Uraian

Nilai Praktek

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai rata-rata

KKM

82

68

72,8

75

Ketuntasan

9 siswa (27,2%)

Gambar 4.2. Grafik Kemampuan gerakan senam ritmik Siswa pada Siklus I

Berdasarkan data di atas, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III pada siklus I adalah 72,8, masih di bawah KKM. Nilai tertinggi adalah 82, nilai terendah 68 dan siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 9 siswa (27,2%). Melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling pada siklus I, kemampuan gerakan senam ritmik  siswa menunjukkan peningkatan.

Jika dibandingkan pada kondisi awal, kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III pada siklus I ini adaah sebagai berikut,

No

Uraian

Kondisi awal

Siklus I

1

Tindakan

Belum menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

Sudah menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

2

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai rata-rata

Ketuntasan

80

60

69,1

4 siswa (12,1%)

82

68

72,8

9 siswa (27,2%)

Pada kondisi awal, peneliti belum melaksanakan tindakan penelitian, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa kelas III adalah 69,1 (di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 80, nilai terendah 60 dan hanya 4 siswa (12,1%) yang mencapai nilai KKM.Setelah dilakukan tindakan penelitian pada siklus I dengan penggunaan langkah pembelajaran kontekstual elemen modelling, nilai rata-rata  kemampuan gerakan senam ritmik  siswa III dalam pembelajaran Penjaskes  pada siklus I mengalami peningkatan dengan rata-rata menjadi 72,8 (di bawah nilai KKM). Nilai tertinggi menjadi 82, nilai terendah menjadi 60 dan siswa yang mencapai nilai KKM menjadi 9 siswa (27,2%).

Walaupun sudah terjadi peningkatan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal  semester I Tahun Pelajaran 2015/2016, namun peningkatan yang dicapai belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Maka peneliti dan guru kolaborator memutuskan untuk melanjutkan tindakan penelitian ke siklus II dengan tetap menerapakan pembelajaran kontekstual elemen modelling dengan perbaikan pada kelemahan/kekurangan yang terjadi pada siklus I.

Deskripsi Hasil Siklus II

Peneliti dan observer mengamati proses pembelajaran penjaskes dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun dengan memuat aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling untuk meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal. Hasil observasi dan tes tertulis pada siklus II adalah sebagai berikut,

Tabel 4.3 Kemampuan gerakan senam ritmik Siswa pada Siklus II

Uraian

Nilai Praktek

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai rata-rata

KKM

86

76

78

75

Ketuntasan

33 siswa (100%)

Gambar 4.3 Grafik Kemampuan gerakan senam ritmik Passing Siswa pada Siklus II

Dari data di atas, pada siklus II ini nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik  dalam  pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III adalah 78, di bawah nilai KKM. Nilai tertinggi adalah 86, nilai terendah 76 dan siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 33 siswa (100%) dari total 33 siswa kelas III. Melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling pada siklus I, dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam  pembelajaran Penjaskes  pada siswa kelas III SD Negeri Siwal.

No

Uraian

Siklus I

Siklus II

1

Tindakan

Sudah menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

Sudah menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

2

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai rata-rata

Ketuntasan

82

68

72,8

9 siswa (27,2%)

86

76

78

33 siswa (100%)

Pada siklus I, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa Kelas III dalam pembelajaran Penjaskes  pada siklus I adalah 72,8 (di bawah nilai KKM). Nilai tertinggi adalah 82, nilai terendah 68 dan siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 9 siswa (27,2%). Pada siklus II, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III meningkat menjadi 78 (di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 86 dan nilai terendah adalah 76. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 33 siswa atau 100% yang mencapai nilai KKM. Karena peningkatan yang dicapai pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian ini ke siklus berikutnya.

Pembahasan

Peningkatan kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III dalam pembelajaran Penjaskes  dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 4.5 Peningkatan Kemampuan  gerakan senam ritmik Siswa

Uraian

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Metode

Belum menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

Sudah menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

Sudah menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai rata-rata

80

60

69,1

82

68

72,8

86

76

78

Ketuntasan

4 siswa (12,1%)

9 siswa (27,2%)

33 siswa (100%)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, peneliti belum menerapkan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa kelas III adalah 69,1 (jauh di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 80, nilai terendah 60 dan hanya 4 siswa (12,1%) yang mencapai nilai KKM.

Pada siklus I melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III dalam pembelajaran Penjaskes meningkat menjadi 72,8 (masih di bawah nilai KKM). Nilai tertinggi menjadi 82, nilai terendah 68 dan siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 9 siswa (27,1%). Dan pada siklus II melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dalam pembelajaran penjaskes, nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik  siswa kelas III meningkat menjadi 78 (di bawah nilai KKM), nilai tertinggi 86 dan nilai terendah adalah 76. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM juga meningkat menjadi 33 siswa (100%), atau tidak ada yang tidak mencapai nilai KKM.

Jadi melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik  siswa dalam pembelajaran Penjskes kelas III SD Negeri Siwal  semester  Tahun Pelajaran 2015/2016 dari kondisi awal nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik adalah 69,1 dan 4 siswa (12,1%) yang mencapai nilai KKM, ke kondisi akhir siklus II nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa adalah 78 (di atas nilai KKM), dan 33 siswa (100%) mencapai nilai KKM.

Hasil Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas III SD Negeri Siwal  ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus, data yang diambil adalah nilai praktek kemampuan gerakan senam ritmik siswa. Dari tahapan yang telah dilaksanakan, mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II secara empirik menyatakan bahwa: Melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik  siswa dalam pembelajaran Penjaskes dari kondisi awal nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik adalah  69,1 dan 4 siswa (12,1%) yang mencapai nilai KKM, ke kondisi akhir siklus II nilai rata-rata kemampuan  gerakan senam ritmik  siswa adalah 78 (di atas nilai KKM), dan 33 siswa (100%) mencapai nilai KKM.

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah dilaksanakan penelitian  tindakan kelas pada siswa kelas III SD Negeri Siwal Tahun Pelajaran 2015/2016 diperoleh hasil sebagai berikut: Hipotesis menyatakan bahwa diduga melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmi dalam pembelajran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal Tahun Pelajaran 2015/2016.

Dari data empirik diperoleh fakta bahwa melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik siswa dalam pembelajaran Penjaskes dari kondisi awal nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik adalah 69,1 dan 4 siswa (12,1%) yang mencapai nilai KKM, ke kondisi akhir siklus II nilai rata-rata kemampuan gerakan senam ritmik siswa  adalah 78 (di atasnilai KKM), dan 33 siswa (100%) mencapai nilai KKM di kelas III SD Negeri Siwal Tahun Pelajaran 2015/2016. Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat meningkatkan kemampuan gerakan senam ritmik dalam pembelajaran Penjaskes pada siswa kelas III SD Negeri Siwal  Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

Setelah dilaksanakan penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

  1. Bagi Guru
  1. Dengan pembelajaran kontekstual elemen modelling dapat membuat guru mendorong profesionalisme sebagai guru.
  2. Penerapan metode pembelajaran penjaskes hendaknya didasarkan pada pertimbangan pembinaan dan pengembangan skill siswa dan kebermaanfaatan pembelajaran bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, guru hendaknya mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan kehidupan dan dunia siswa
  1. Bagi siswa
  1. Dengan pembelajaran kontekstual elemen modelling, hendaknya siswa  dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga dapat meningkatkan  kemampuannya.
  2. Dalam pembelajaran kontekstual elemen modelling hendaknya siswa  lebih aktif dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Alumni Smangadawi. 2009. PengertianStrategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran.http://alumni.smadangawi.net/2009/06/28/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/. Diakses 10 September 2009.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Johnson, Elaine B..2009. Contextual teaching and learning, Penerjemah: Ibnu Setiawan, Bandung, Mizan Learning Center.

Mahendra, Agus. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Ditjen Dikdasmen. Bagian Proyek Pendidikan Kesehatan Jasmani Pendidikan Luar Biasa.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan Ke-2. Bandung: Sinar baru Algesindo

Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas

Sutikno, Sobri dan Faturrohman, Pupuh,. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama  

Zaifbio. 2009.Model-modelPembelajaran.

http://zaifbio.wordpress.com/2009/07/01/model-model-pembelajaran/. Diakses 20 Oktober2009.