Published using Google Docs
Sri Sularsi.doc
Updated automatically every 5 minutes

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA KONKRET BAGI SISWA KELAS V SEMESTER I

SD NEGERI BAKALAN 01 POLOKARTO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:Sri Sularsi

SD Negeri bakalan 01 Polokarto,Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1)sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA; dan 2) Prestasi Belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” bagi siswa kelas V semester 1 SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun pelajaran 2014/ 2015 melalui penggunaan alat peraga konkret.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Bakalan 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Polokarto , Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2014/ 2015 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V Semester I di SD Negeri Bakalan 01 Polokarto UPTD Pendidikan Kecamatan Polokarto , Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/ 2015 yang terdiri dari 19 orang siswa. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan;3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1)Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah dan ilmiah mengalami peningkatan dari sebesar 33.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.66% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 93.33% pada tindakan Siklus II; dan 2) Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” bagi siswa kelas V semester 1 SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.67 pada kondisi awal menjadi 72.00 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 76.00 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 53.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.67% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

Kata Kunci: sikap ilmah, prestasi belajar, pembelajaran IPA, alat peraga konkret.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA harus diajarkan baik sebagai produk maupun sebagai proses. Produk IPA terdiri atas fakta, konsep, prinsip, prosedur,  teori, hukum dan postulat. Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah (Trianto, 2010: 8).Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang mengajarkan IPA hanya sebatas IPA sebagai produk. Siswa jarang diajak untuk melakukan pembelajaran sebagai proses sehingga siswa kerap kali mempelajari IPA sebatas teori dan hukum-hukum, serta postulat-postulat dalam IPA. Pembelajaran hanya berorientasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal tersebut berdampak pada kurang optimalnya kemampuan siswa dalam mengembangkan sikap ilmiah yang sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran.

Pembelajaran yang bersifat teacher centered, di mana guru hanya  meyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual akan berdampak pada kurang berkembangnya sikap ilmiah siswa. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor.

Hal yang sama juga terjadi di SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto , Kabupaten Sukoharjo, khususnya di kelas V. Pembelajaran IPA yang dilakukan guru masih cenderung bersifat teacher-centered.  Siswa hanya didorong untuk belajar IPA dengan menghafal teori dan konsep-konsep sehingga sikap ilmiah tidak berkembang secara optimal yang pada gilirannya berakibat pada kurang optimalnya daya serap siswa terhadap materi ajar.Daya serap siswa terhadap materi ajar “Organ Pencernaan Manusia ” yang diajarkan bagi siswa kelas V pada semester I masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada materi tersebut.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa baru mencapai 67.67. Nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 70.00. Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 baru mencapai 53.33% dari jumlah siswa yang ada. Hal ini diartikan bahwa dari sebanyak 15 orang siswa kelas V yang ada, baru ada 8 orang siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sisanya sebanyak 7 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru dirasa perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengaplikasikan alat peraga konkret dalam pembelajaran IPA.Langkah guru menggunakan alat peraga konkret dilakukan dengan mengajak siswa mengamati secara langsung tentang Organ Pencernaan Manusia.  Dengan cara ini siswa dapat membedakan berbagai macam organ pencernaan manusia  secara langsung.

Penggunaan alat peraga konkret oleh guru diharapkan dapat membantu siswa membangun sikap ilmiah. Sikap ilmiah yang tinggi merupakan salah satu pra-kondisi yang diperlukan dalam pembelajaran sains. Dengan terbangunnya sikap ilmiah, maka hasil belajar sebagai dampak produk pembelajaran akan semakin meningkat.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini:

  1. Apakah penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA?
  2. Apakah penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga konkret.
  2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Bakalan 01  Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan alat peraga konkret.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa
  1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPA.
  2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan sikap ilmiah dalam pembelajaran.
  1. Bagi Guru Kelas
  1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru sebagai tambahan wawasan tentang penggunaan alat peraga konkret dalam pembelajaran.
  2. Hasil penelitian  ini dapat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas melalui peningkatan sikap ilmiah pada siswa mereka.
  1. Bagi Sekolah
  1. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah untuk memperkaya koleksi perpustakaan sekolah dengan karya ilmiah dari guru.
  2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah untuk dijadikan tambahan informasi mengenai penerapan alat peraga konkret dalam pembelajaran IPA.

KAJIAN PUSTAKA

  1. Landasan Teori
  1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.  

Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya.  Menurut Nash (Djojosoediro, 2008: 7) mengatakan bahwa “Science is away of looking at the world”. Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis , lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk satu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya itu. Menurut Rom Harre (Djojosoediro, 2008: 9) IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola yang penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori, kedua bahwa teori-teori itu  berfungsi untuk menjelaskan gejala alam. Menurut Susilowati (2013: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.  

Berdasarkan beberapa pendapat diatas memang benar bahwa IPA merupakan ilmu teoritis yang muncul dan didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala alam dan lingkungan. Suatu teori tidak dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil pengamatan/observasi. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan YME. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.  

Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan  pendidikan khususnya pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah perubahan perilaku mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilaksanakan dari hasil belajar dari suatu bidang studi yang dilambangkan dengan angka setelah proses pengukuran dan penilaian atau evaluasi dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar mempunyai arti atau kedudukan yang sangat penting yaitu dengan skor yang diperoleh dan itu dapat dijadikan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya usaha pendidikan yang sedang berlangsung.  

Prestasi belajar merupakan hasil tes yang disusun secara terencana guna mengetahui apakah materi yang kita ajarkan telah terkuasai secara maksimal oleh subjek pembelajaran. Dalam kegiatan formal di kelas, prestasi belajar diperoleh melalui ulangan-ulangan harian, tes formatif, ujian akhir sekolah dan ujian –ujian masuk ketingkat atasnya.

Dari definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai peserta didik dari hasil belajarnya. Hasil belajar siswa dapat diukur berdasarkan tingkah laku sebelum dan sesudah proses belajar dilakukan, dimana diwujudkan dengan prilaku dan pengetahuan. Sedangkan wujud prestasi belajar secara konkrit adalah dalam bentuk nilai (angka) hasil dari tes formatif dalam pembelajaran pada masing- masing peserta didik. Prestasi belajar ini dapat tercapai yaitu dengan belajar tekun, sungguh- sungguh serta kemauan keras dalam belajar bagi peserta didik dan sebagai pendidik juga harus mempunyai semangst dan tanggung jawab penuh dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

Alat Peraga Konkret

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:24), alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh anak didik.Menurut Jean Piaget, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsudin (2006:17), perkembangan kognitif anak sekolah dasar berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada anak usia ini akan lebih mudah dipahami jika menggunakan objek-objek konkrit dan anak terlibat langsung di dalamnya.

Menurut Nasution, sebagaimana dikutip oleh Udin S. Winata Putra (2006:915), pada dasarnya siswa memiliki minat (Sense of Interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (Sense of Reality). Upaya untuk mengembangkan dua potensi siswa tersebut, guru dituntut untuk dapat menentukan sumber pembelajaran yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar.Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadirkan di dalam kelas, sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah alat peraga. Alat peraga konkret untuk menjelaskan konsep bagian –bagian tumbuhan adalah tumbuhan di halaman sekolah. Alat peraga konkret di atas digunakan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan tentang konsep bagian –bagian  tumbuhan.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil identifikasi, dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA bagi siswa kelas V semester I di SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto  Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 kurang optimal. Hal ini khususnya terjadi dalam pembelajaran materi “Organ Pencernaan Manusia ”. Kurang optimalnya pembelajaran IPA di kelas V tersebut ditandai dengan hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa yang baru mencapai 67.67. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan sekolah dengan KKM > 70.00. Atas dasar hal ini, maka siswa kelas V dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi  “Organ Pencernaan Manusia ”.

 Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas V tersebut baru mencapai 53.33%. Hal ini diartikan bahwa dari 15 orang siswa yang ada, baru ada 8 orang siswa yang sudah memperoleh nilai > 70.00. Sisanya sebanyak 7 orang siswa masih memperoleh nilai < 70.00. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut tidak terlepas dari kurangnya sikap ilmiah pada siswa.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan sikap ilmiah pada siswa. Dengan meningkatnya sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar yang diperoleh secara otomatis akan meningkat.Upaya perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan alat peraga konkret guna menyampaikan materi “Organ Pencernaan Manusia ” kepada siswa. Dengan cara ini, siswa akan belajar IPA baik sebagai proses maupun sebagai produk.

Kerangka pemikiran selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini:

Gambar 1 Diagram Kerangka Pemikiran

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

  1. Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA.
  2. Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto  Sukoharjo tahun pelajaran 2014/ 2015.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas V semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto , Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 . Pemilihan lokasi dilandasi adanya pertimbangan bahwa peneliti adalah guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015  selama 3 (tiga) bulan, yaitu dimulai pada bulan September sampai dengan bulan Nopember.

 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V  semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto , Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015  yang terdiri dari 15 orang siswa. Pemilihan subjek dilandasi adanya alasan bahwa siswa kelas V belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ”.

Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa sikap ilmiah siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ”. Berdasarkan jenis data tersebut, maka data dalam penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:

  1. Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru kelas V semester I  SD Negeri Bakalan 01 , Polokarto tahun pelajaran 2014/2015 .
  2. Tempat atau lokasi berlangsungnya proses pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ”.
  3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku penilaian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, teknik tes, dan analisis dokumen. Adapun jenis tes dalam penelitian adalah tes prestasi belajar, dan tes kecerdasan. Teknik tes dilakukan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ”. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok.  Teknik dokumen dilakukan untuk mengkaji kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” bagi siswa kelas V semester I  SD Negeri Bakalan 01 , Polokarto,  Sukoharjo, tahun pelajaran 2014/2015 .

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan lembar pengamatan. Instrumen tes disusun berdasarkan kisi-kisi materi Organ Pencernaan Manusia ”. Tes terdiri dari 10 butir soal.Lembar pengamatan untuk mengamati sikap ilmiah siswa disusun berdasarkan aspek-aspek sikap ilmiah. Skoring diberikan dengan rentang antara 1 – 4 untuk setiap aspek pengamatan. Hasil skoring selanjutnya diklasifikasi ke dalam 3 kategori sikap, yaitu kategori ilmiah dengan rentang skor antara 25 – 32; kategori cukup ilmiah dengan rentang skor antara 16.5 – 24.5; kategori kurang ilmiah dengan rentang skor antara 8 – 16

Validasi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain adalah menggunakan teknik triangulasi, dan memperpanjang masa pengamatan.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif – kuantitatif. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif, seperti hasil observasi dan studi dokumentasi. Tahapan analisis data deskriptif kualitatif terdiri dari: pemaparan data, reduksi (data yang sudah ada di cek dan dicatat kembali), kategorisasi (data dipilah-pilah), penafsiran dan penyimpulan.Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisa data kuantitatif, seperti hasil tes.  Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa yang didapat dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif misalnya, mencari nilai rerata (Arikunto, 2010: 189).

Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator sikap ilmiah dan prestasi belajar. Atas dasar hal tersebut, maka indikator kinerja penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut ini:

  1. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah dan cukup ilmiah > 80.00% dari jumlah siswa.
  2. Siswa dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia  apabila sudah memperoleh nilai hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM  > 70.00.
  3. Siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia  apabila sudah memperoleh nilai rata-rata hasil belajar mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM  > 70.00.
  4. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM  > 70.00 sudah mencapai > 80.00% dari jumlah siswa.

Prosedur Penelitian

Prosedur PTK ini mnegikuti prinsip-prinsip PTK, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (tindakan), observing (observasi), dan reflecting (refleksi) yang kemudian diikuti dengan perencanaan ulang pada siklus kedua, dan seterusnya.Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Siklus pertama dilaksanakan selama dua minggu dan siklus kedua juga dilaksanakan selama dua minggu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  1. Deskripsi Kondisi Awal

Deskripsi kondisi awal pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” pada siswa di kelas V SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto  Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun pelajaran 2014/ 2015 dapat diketahui dari hasil non-tes maupun hasil tes. Hasil non-tes merupakan gambaran kondisi sikap ilmiah pada siswa, adapun hasil tes merupakan kondisi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sikap ilmiah siswa pada kondisi awal dapat diketahui dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 8 aspek sikap ilmiah. Ke delapan aspek tersebut terdiri dari aspek-aspek: 1) sikap ingin tahu; 2) sikap respek terhadap data; 3) sikap berpikir kritis; 4) sikap penemuan dan kreativitas; 5) sikap berpikir terbuka; 6) sikap ketekunan; 7) sikap peka terhadap lingkungan; dan 8) sikap kerjasama.Skoring diberikan dengan rentang skor antara 1 – 4. Dengan demikian maka skor yang diperoleh siswa adalah antara 8 – 32. Hasil skoring selanjutnya diklasifikasikan ke dalam 3 kategori sikap, yaitu kategori ilmiah, cukup ilmiah, dan kurang ilmiah.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada kondisi awal, diketahui bahwa skor rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 16.46 atau termasuk ke dalam kategori sikap kurang ilmiah. Hasil tersebut selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sikap ilmiah siswa berdasar kategori sebagai berikut ini:

Tabel 3

Sikap Ilmiah Siswa Kondisi Awal Berdasar Kategori

No.

Kategori Sikap

Jumlah

Persentase

1.

Ilmiah

(Skor 25 – 32)

2

13.33%

2.

Cukup Ilmiah

(Skor 16.5 – 24.5)

3

20.00%

3.

Kurang Ilmiah

(Skor 8 – 16)

10

66.66%

Jumlah

15

100%

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa dengan sikap kategori ilmiah adalah sebanyak 2 orang atau 13.33%. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah adalah sebanyak 3 orang atau 20.00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang ilmiah adalah sebanyak 10 orang atau 66.66%. Kondisi awal tingkat pemahaman siswa kelas V SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto  Kabupaten Sukoharjo semester I Tahun pelajaran 2014/ 2015 dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” dapat diketahui dari hasil nilai ulangan harian yang dilakukan guru.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 8 orang siswa atau 53.33% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 7 orang siswa atau 46.67%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2014/ 2015 SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto  Kabupaten Sukoharjo belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran IPA. Untuk lebih jelasnya, data ketuntasan belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat pada diagram  di bawah ini:

Gambar 3.  Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

Deskripsi Tindakan Siklus I

Pengamatan dilakukan terhadap dua aspek, yaitu  sikap ilmiah siswa dan hasil belajar siswa pada tindakan pembelajaran Siklus I.Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa skor rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 20.13 atau termasuk ke dalam kategori sikap cukup ilmiah. Hasil tersebut selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sikap ilmiah siswa berdasar kategori sebagai berikut ini:

Tabel 4

Sikap Ilmiah Siswa Tindakan Siklus I Berdasar Kategori

No.

Kategori Sikap

Jumlah

Persentase

1.

Ilmiah

(Skor 25 – 32)

4

26.66%

2.

Cukup Ilmiah

(Skor 16.5 – 24.5)

6

40.00%

3.

Kurang Ilmiah

(Skor 8 – 16)

5

33.33%

Jumlah

15

100%

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa dengan sikap kategori ilmiah adalah sebanyak 4 orang atau 26.66%. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah adalah sebanyak 6 orang atau 40.00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang ilmiah adalah sebanyak 5 orang atau 33.33%. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85.00 dan nilai terendah adalah 65.00. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 72.00 Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar.Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 10 orang siswa atau 66.67% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 5 orang siswa atau 33.33%. Untuk lebih jelasnya, data ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada diagram 2 di bawah ini:

Gambar 4.  Diagram Ketuntasan  Belajar Siswa Siklus I

Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya.. Melalui penerapan pembelajaran dengan alat peraga diharapkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupa meningkatnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.

Refleksi tindakan Siklus I ini mendiskusikan hasil pengamatan maupun hasil tes yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil-hasil tersebut di atas, selanjutnya dapat diperoleh hasil refleksi tindakan pembelajaran Siklus I sebagai berikut:

  1. Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkret pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah dn ilmiah dari sebesar 33.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.66% pada tindakan Siklus I.
  2. Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkret pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.15 pada kondisi awal menjadi 71.35 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Kegiatan pengamatan pada tindakan pembelajaran Siklus II dilaksanakan terhadap kegiatan siswa dan guru selama berlangsungnya proses pembelajaran.Hasil pengamatan sikap ilmiah menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa mengalami peningkatan dibandingkan kondisi sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa pada tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa skor rata-rata sikap ilmiah siswa adalah sebesar 25.13 atau termasuk ke dalam kategori sikap ilmiah. Hasil tersebut selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sikap ilmiah siswa berdasar kategori sebagai berikut ini.

Tabel 5

Sikap Ilmiah Siswa Tindakan Siklus II Berdasar Kategori

No.

Kategori Sikap

Jumlah

Persentase

1.

Ilmiah

(Skor 25 – 32)

9

60.00%

2.

Cukup Ilmiah

(Skor 16.5 – 24.5)

5

33.33%

3.

Kurang Ilmiah

(Skor 8 – 16)

1

6.66%

Jumlah

15

100.00%

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa dengan sikap kategori ilmiah adalah sebanyak 9 orang atau 60.00%. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah adalah sebanyak 5 orang atau 33.33%. Jumlah siswa dengan sikap kategori kurang ilmiah adalah sebanyak 1 orang atau 6.66%. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada tindakan Siklus II diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

Untuk lebih jelasnya, data hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5. Diagram Ketuntasan  Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85.00 dan nilai terendah adalah 70.00. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 76.00.  Data ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:Berangkat dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan terlampauinya indikator keberhasilan tindakan berupa nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa

Refleksi tindakan Siklus II ini mendiskusikan hasil pengamatan maupun hasil tes yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya.

Hasil refleksi tindakan pembelajaran Siklus II dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkret pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap kategori ilmiah dan cukup ilmiah dari sebesar 33.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.66% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 93.33% pada tindakan Siklus II. 2) Penggunaan pembelajaran dengan alat peraga konkret pada tindakan Siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.67 pada kondisi awal menjadi 72.00 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 76.00 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 53.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.67% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

Pembahasan Hasil Tindakan

Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori ilmiah dan cukup ilmiah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Peningkatan sikap ilmiah pada setiap siklus tindakan yang dilakukan dapat disajikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 6

Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II

No.

Kategori Sikap

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jmlh

%

Jmlh

%

Jmlh

%

1.

Ilmiah

2

13.33

4

26.66

9

60.00

2.

Cukup Ilmiah

3

20.00

6

40.00

5

33.33

3.

Kurang Ilmiah

10

66.66

5

33.33

1

6.66

Jumlah

15

100

15

100

15

100

Peningkatan sikap ilmiah pada tabel di atas, selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 6. Diagram Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa dari Kondisi Awal hingga         Tindakan Siklus II

Pembelajaran dengan alat peraga konkret dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” pada siswa kelas V semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto   Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel 7

Prestasi Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

No.

Ketuntasan Belajar

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jmlh

%

Jmlh

%

Jmlh

%

1.

Tuntas

8

53.33

10

66.67

15

100

2.

Belum Tuntas

7

46.67

5

33.33

0

0

Jumlah

15

100

15

100

15

100

Nilai Rata-rata

67.67

72.00

76.00

Data peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi “Organ Pencernaan Manusia ” dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 7.  Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan alat peraga konkret yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar tersebut dikaitkan dengan adanya penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Guru mengupayakan cara kreatif untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa juga didorong agar kreatif berinteraksi dengan teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran meningkat.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

  1. Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan alat peraga konkret dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori cukup ilmiah dan ilmiah   pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah siswa dengan sikap kategori cukup ilmiah dan ilmiah mengalami peningkatan dari sebesar 33.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.66% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 93.32% pada tindakan Siklus II.
  2. Hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa “Penggunaan alat peraga konkret" dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi “Organ Pencernaan Manusia” bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Bakalan 01 Kecamatan Polokarto Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
  1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67.67 pada kondisi awal menjadi 72.00 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, kemudian meningkat menjadi 76.00 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
  2. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 53.33% pada kondisi awal meningkat menjadi 66.67% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

Bagi Siswa; Siswa disarankan untuk mengembangkan sikap ilmiah secara optimal sehingga hasil belajar semakin meningkat.

Bagi Guru Kelas; Guru kelas disarankan untuk mau menggunakan alat peraga konkret guna memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa.

Bagi Sekolah;Pihak sekolah disarankan untuk lebih mendorong para guru agar mau mencoba menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran yang dilakukan. 

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Herson. 2009. “Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains”. Jurnal Pelangi Ilmu Vol. 2 No. 5, Mei 2009, hal. 103-114.

Arifin. 2011. Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Djojosoediro, Wasih. 2008. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA di SD. Bandung: UPI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta. Balai Pustaka.

Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Susilowati. 2013. “Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013Makalah. Disampaikan dalam PPM “Diklat Pengembangan Student Worksheet ntegrated Science bagi Guru SMP/MTs di Kabupaten Sleman” Tanggal 24 Agustus 2013.

Syamsuddin, Abin.2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda. Karya Remaja

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Winataputra, Udin S (2006).”Makna dan Tahap-tahap Proses Belajar” Psikologi. Belajar. Jakarta.

Wiriatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oleh:SRI SULARSI, S. Pd. SD.

SD Negeri bakalan 01 Polokarto,Sukoharjo

NIP. 19601126 198405 2 002