Published using Google Docs
PTK 1 B.IND KL 1 sriwidati KADOKAN 02 JURNAL.doc
Updated automatically every 5 minutes

PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA KONSEP DONGENG MELALUI PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADOKAN 02 SEMESTER 02 KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh: Sri Widiati

SD Negeri Kadokan 02, Grogol, Sukoharjo

ABSTRAK

                Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick  , Hipotesis tindakannya adalah apabila guru menggunakan model pembelajaran Talking Stick  dalam menyampaikan materi dongeng , akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian yang dilakukan ini merupakan tindakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran Bahasa Indonesia,  di kelas I SD Negeri Kadokan 02 . Penelitian ini dilakukan 2 siklus. Setiap siklus pelaksanaannya meliputi 3 tindakan yaitu, penggunaan model pembelajaran Talking Stick  pada pembelajaran Bahasa Indonesia,, pemberian motivasi, kegiatan belajar mengajar yang diakhiri dengan evaluasi atau ulangan harian. Untuk mengetahui perkembangan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru sebagai peneliti selalu memantau dan mencatat tindakan serta reaksi siswa.Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick  hasil belajar Bahasa Indonesia,  mengalami peningkatan dan siswa kelihatam antusias dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada setiap siklus. Nilai rata-rata ulangan harian dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick  sebagai alat peraga, nilai dan ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan,awal  siklus sebagai tes awal 35,3 % (6 siswa), siklus I 70,5 % (12 siswa), siklus II  95,5% (21  Siswa ). Hasil observasi terhadap sikap siswa juga menunjukkan adanya peningkatan menjadi lebih baik. Siswa lebih antusias menerima pelajaran dan pembelajaran menjadi menyenangkan.Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Talking Stick  dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,  sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kata kunci :belajar, motivasi, Pembelajaran Talking Stick

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.

Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP.

Kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.

Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan,    karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia.    Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya minat siswa pada mata pelajaran tematik dikelas I SDN Kadokan 02 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo, hal ini disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang kurang baik. Untuk mengetahui mengapa minat siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran tematik I.

Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan lebih santai dan menggairahkan. Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar. Ketidakpahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau malas mengikuti pelajaran.

Masih cukup banyak guru yang  memakai  metode konvensional dalam melaksanakan  pembelajaran. Tentu  metode  konvensional tersebut bukan satu kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara  monoton   tanpa ada variasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru mengembangkan  metode  pembelajaran  yang  digunakan  dalam   proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya meningkatkan  minat belajar siswa pada mata pelajaran tematik.

Pembelajaran  tematik  pada tingkat satuan Sekolah  Dasar pada   dasarnya diarahkan pada   pembelajaran  yang  menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas I cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas/abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam  mengaitkan  beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa.

Berdasarkan  pengamatan  diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional/klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode   tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan  bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran   tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari  alternatif-alternatif metode pembelajaran   yang   memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas  pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick.

Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan   pada  keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat  dilaksanakan  guru  dengan  berbagai  pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau  akhir  pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan  penghafalan  materi  dengan  terlebih dahulu  menetapkan  lamanya waktu yang  dibutuhkan   sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa  secara bersama menyanyikan  lagu  tertentu  sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang telah disepakati.

Berdasarkan   penjelasan di atas, maka alasan   utama   pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa  saat  untuk  menghafal  materi  pelajaran yang telah diberikan,  agar dapat  menjawab  pertanyaan  yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam  talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau  hukuman-hukuman yang sifatnya  positif  dan  menumbuhkan  motivasi  belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan   metode talking stick   murni  berorientasi  pada  aktivitas  individu siswa   yang  dilakukan dalam bentuk permainan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan permasalahan yang  dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan model pembejaran Talking Stick dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas I SDN Kadokan 02, Kabupaten Sukoharjo?

Tujuan

1.      Untuk mengetahui dengan  model pembejaran  Talking Stick  dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas kelas I  SDN Kadokan 02, Kabupaten Sukoharjo?

2.      Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I  SDN Kadokan 02 dalam  pelajaran BI dengan  model pembejaran  Talking Stick  ?

Manfaat

Manfaat bagi siswa :

a)      siswa lebih mudah memahami apa yang disampikan oleh seorang guru serta meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas siswa.

b)      Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

c)      pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dan bermakna dalam diri siswa.

Manfaat bagi guru :

a)  Guru memperoleh informasai tentang mengajar tematik menggunakan metode talking stick.

b)  Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar

c)  Guru mengetahui tentang kekurangan dalam mengajarnya.

d)  Menambah pengetahuan guru dalm mengajar.

Manfaat bagi Sekolah :

a)      Menambah daftar pustaka disekolah

b)      Ikut memajukan sekolah demi tercapainya proses belajar mengajar yang efektif

KAJIAN  TEORI

      Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian juga pengertian belajar sudah banyak dikemikakan oleh para ahli dari sudut pandang masing-masing. Hal ini justru akan menambah cakrawala dan pengetahuan belajar.Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya”.Menurut Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman”

Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit.

2. MOTIVASI

a.      Pengertian Motivasi (Motivation)

Menurut Sumadi  Suryabrata ( 1993:70)  Motifasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Tiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, yang disebut dengan motivasi.

        b.      Macam-macam Motivasi

Penggolongan berdasarkan atas terbentuknya motifasi dibedakan atas dua macam Menurut Sumadi  Suryabrata  ( 1993:71),  yaitu : Motifasi bawaan; Motivasi bawaan sejak lahir, jadi tanpa dipelajari misalnya dorongan untuk makan dan minum.  Motivasi yang dipelajari; Motivasi yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan untuk belajar sesuatu ilmu pengetahuan.

Penggolongan berdasarkan atas jalarannya, motivasi dibedakan atas dua macam yaitu :

Motivasi ekstrinsik; Motivasi yang berfungsi karena adanya rangasangan dari luar, seperti misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi ujian.  Motivasi Instrinsik

Motivasi yang berfungsi tidak uasah dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu telah  ada dorongan itu.

3. PEMBELAJARAN TEMATIK

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

4. METODE MENGAJAR

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran di dalam kelas baik individu maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Khusus metode mengajar didalam kelas efektifitas mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan secara umum berbagai sifat metode seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling sesuai untuk situasi  dan kondisi pengajaran.

5.      METODE TALKING STICK

a. Pengertian Metode Talking Stick

Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: “a) Pembelajaran penerimaan (reception learning), b) pembelajaran penemuan (discovery learning), c) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan d) Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran.

Istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Talking Stick

Menurut Suherman (2006:84) langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:1) Guru menyiapkan tongkat. 2)   Guru menyajikan materi pokok. 3) Siswa menbaca materi lengkap pada wacana. 4)   Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru. 5)Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya. 6) Guru membimbing siswa. 7) Guru dan siswa menarik kesimpulan. 8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran,

Kerangka Berfikir

Dengan menggunakan metode pembelajaran  dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, akan meningkatkan motivasi dan pretasi belajar  siswa terhadap materi, sehingga siswa akan berusaha meningkatkan kemampuan dirinya dalam menguasai berbagai bentuk perintah guru yang baik secara teori maupun praktek, dan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat. Kerangka berfikir itu dapat digambarkan sebagai berikut :

Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta kenyataan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : penggunaan model  pembelajaran talking stick untuk meningkatkan Prestasi dan motivasi belajar Bahasa Indonesia konsep dongen pada siswa kelas I  SDN Kadokan 02  Kecamatan Grogol  Kabupaten Sukoharjo  Tahun Pelajaran 2013/2014

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan,yaitu bulan Februari  sampai dengan April  2014 Pemilihan waktu  menyesuaikan dengan jadwal materi pelajaran Dongeng pada kelas I,

Subjek Penelitian

        Subjek penelitian ini adalah  siswa  kelas I dan guru Sekolah Dasar  Negeri Kadokan 02 Kecamatan Grogol  Kabupaten Sukoharjo.dengan jumlah siswa 22 orang,terdiri dari 11 siswa  laki-laki dan 11  siswa perempuan.Guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Sri Widati ,S.Pd.SD.Objek adalah peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia  dalam dongeng    dan penerapan model  pembelajaran talking stick

        Data dan Sumber Data

        Data dan sumber data penelitian ini meliputi data hasil tes tertulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia  pada kondisi awal, data hasil tes  tertulis tes siklus I,dan data hasil tes  tertulis tes siklus II. Data tersebut  adalah:: 1. Data kondisi awal,yaitu prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02  semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK. 2. Data siklus I,yaitu prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02  semester II tahun pelajaran 2013/2014  pada siklus I. 3. Datasiklus II,yaitu prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02  semester II tahun pelajaran 2013/2014  pada pada siklus II.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

                Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini  sebagai berikut: 1 .Data prestasi belajar Bahasa Indonesia pada kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK dikumpulkan dengan teknik dokumentasi..Instrumen yang digunakan adalah buku daftar nilai prestasi belajar Bahasa Indonesia  Siswa kelas I SDN Kadokan 02 tentang dongeng. 2.  Data prestasi  belajar Bahasa Indonesia pada siklus I diperoleh melalui tes tertulis prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02.Data prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siklus II diperoleh melalui tes tertulis Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02  semester II tentang dongeng

Validasi Data

                Validasi data dalam penelitian ini menggunakan dua Validasi data yaitu: 1.Validasi data prestasi  belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I,  kondisi awal, siklus I,dan siklus II diperoleh dengan teknik tes dilakukan validasi isi. 2. Validasi data observasi dilakukan dengan trianggulasi data,yaitu  peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil observasi teman sejawat.

Analisis Data

        Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik deskripstif komparatif dan dilanjutkan dengan refleksif.Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan prestasi belajar Bahasa Indonesia dari kondisi awal siklus ke siklus I,dari siklus I ke siklus II.Analisis difokuskan pada nilai tertinggi,nilai terendah,nilai rata-rata,dan nialai ketuntasan siswa dalam prosentase.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dapat dilihat dengan membandingkan prestasi belajar Bahasa Indonesia dari kondisi awal siklus ke siklus I,dari siklus I ke siklus II .Sedangkan indikator penelitian ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Nilai rata-rata nilai  prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02  semester II mencapai nilai KKM yang ditetapkan 72.
  2. Minimal 80 % siswa kelas IV SDN Kadokan 02  mencapai  nilai KKM pada pelajaran Bahasa Indonesia

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan  Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus Desain penelitian tindakan  menggunakan  model Kemmis dan Mc.Taggart, yang  setiap penelitian terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Keempat langkah  tersebut merupakan satu siklus.

HASIL PENELITIAN

Kondisi Awal

Pembelajaran  tematik  pada tingkat satuan Sekolah  Dasar pada   dasarnya diarahkan pada   pembelajaran  yang  menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas I cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas/abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam  mengaitkan  beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa.

Berdasarkan  pengamatan  diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional/klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode   tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan  bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran   tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari  alternatif-alternatif metode pembelajaran   yang   memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas  pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick.

Nilai Pra Siklus

TABEL I.  DATA  NILAI  HASIL   PRA SIKLUS

No.

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Siti Khotijah

50

Belum Tuntas

2

Rosa Dwi F.

50

Belum Tuntas

3

Isnaini Nur K.

80

Tuntas

4

Andini Tri A.

40

Belum Tuntas

5

Yobel Alviar R.

40

Belum Tuntas

6

Andika Arya S.

50

Belum Tuntas

7

Rewa Liana P.

75

Tuntas

8

Suhada M.

75

Tuntas

9

Wisnu Marindra

60

Belum Tuntas

10

Vernando Dena P.

50

Belum Tuntas

11

Nila Sevilla

40

Belum Tuntas

12

Fajar Fathimah

50

Belum Tuntas

13

Nisya Khoirun N.

80

Tuntas

14

Muh.Rizky

60

Belum Tuntas

15

Muh.Alubet It R.

80

Tuntas

16

Risya Khoirun N.

75

Tuntas

17

Fandi Harnanto

80

Tuntas

18

Neiza Allya P.

60

Belum Tuntas

19

Oksa Henry P.

80

Tuntas

20

Safira Rohmadina

50

Belum Tuntas

21

Muh.Alif S.

40

Belum Tuntas

22

Ridho Rhomatulloh

60

Belum Tuntas

Jumlah

1325

Rata-rata

60,2

Tertinggi

80

Terendah

40

Ketuntasan

12 Siswa (60 %)

                       

 Siklus I

        Hasil / nilai pembelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa, dijadikan sebagai pedoman oleh guru untuk memberikan motivasi. Sebagai penguat dan penghargaan kepada siswa, guru juga memberikan saran kepada siswa untuk terus berusaha meningkatkan belajarnya agar pada pertemuan berikutnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkat

        Pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian / evaluasi yang hasilnya dinilai oleh guru. Peningkatan kemampuan siswa yang diperoleh dalam menyelesaikan soal dan tugas kelompok (nilai ulangan) dicatat guru sebagai data dalam kegiatan refleksi untuk menganalisa tingkat ketercapaian penelitian tindakan kelas ini.

TABEL II DAFTAR NILAI SISWA  SIKLUS I

No.

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Siti Khotijah

76

Tuntas

2

Rosa Dwi F.

75

Tuntas

3

Isnaini Nur K.

80

Tuntas

4

Andini Tri A.

56

Belum Tuntas

5

Yobel Alviar R.

60

Belum Tuntas

6

Andika Arya S.

50

Belum Tuntas

7

Rewa Liana P.

89

Tuntas

8

Suhada M.

85

Tuntas

9

Wisnu Marindra

80

Tuntas

10

Vernando Dena P.

50

Belum Tuntas

11

Nila Sevilla

89

Tuntas

12

Fajar Fathimah

50

Belum Tuntas

13

Nisya Khoirun N.

90

Tuntas

14

Muh.Rizky

76

Tuntas

15

Muh.Alubet It R.

89

Tuntas

16

Risya Khoirun N.

78

Tuntas

17

Fandi Harnanto

80

Tuntas

18

Neiza Allya P.

60

Belum Tuntas

19

Oksa Henry P.

80

Tuntas

20

Safira Rohmadina

60

Belum Tuntas

21

Muh.Alif S.

80

Tuntas

22

Ridho Rhomatulloh

80

Tuntas

Jumlah

1550

Rata-rata

70,5

Tertinggi

80

Terendah

60

Ketuntasan

14  Siswa (63,6 %)

Belum Tuntas

8  Siswa (36,4 %)

REKAPITULASI   HASIL   PERBAIKAN SIKLUS I

No.

Nilai

Jumlah Anak

Keterangan

1.

91-100

-

2

81-90

5

.3

71-80

9

4

61-70

4

.5

51-60

1

.6

41-50

3

7

31-40

-

Jumlah

22

Hasil pengamatan sikap/perilaku siswa pada siklus I

No.

Nilai

Kriteria

Jumlah

Presentase

1

18 – 20

amat baik

4

18,2

2

14 – 17

Baik

10

45,5

3

10 – 13

Sedang

6

27,3

4

6 – 9

Kurang

2

9

5

0 -5

sangat kurang

0

0

Jumlah

22

100 %

Tabel  II. Histogram Hasil Pembelajaran  pada Siklus I

        Dari hasil yang diperoleh siswa, guru memberikan motivasi agar siswa tetap berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan untuk memahami pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat memperoleh nilai yang lebih baik. Pengembangan peningkatan kemampuan siswa selalu diamati guru untuk menganalisa tingkat perkembangan dan pemahaman konsep Bahasa Indonesia.

Pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian / evaluasi yang hasilnya dinilai oleh guru. Nilai tersebut dicatat guru sebagai data dalam kegiatan refleksi untuk menganalisa perkembangan kemampuan siswa dalam penguasaan dan pemahaman pelajaran Bahasa Indonesia.

TABEL III. :  DAFTAR NILAI SISWA  SIKLUS II

No.

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Siti Khotijah

76

Tuntas

2

Rosa Dwi F.

75

Tuntas

3

Isnaini Nur K.

90

Tuntas

4

Andini Tri A.

75

Tuntas

5

Yobel Alviar R.

80

Tuntas

6

Andika Arya S.

80

Tuntas

7

Rewa Liana P.

80

Tuntas

8

Suhada M.

85

Tuntas

9

Wisnu Marindra

80

Tuntas

10

Vernando Dena P.

80

Tuntas

11

Nila Sevilla

80

Tuntas

12

Fajar Fathimah

80

Tuntas

13

Nisya Khoirun N.

89

Tuntas

14

Muh.Rizky

76

Tuntas

15

Muh.Alubet It R.

89

Tuntas

16

Risya Khoirun N.

78

Tuntas

17

Fandi Harnanto

89

Tuntas

18

Neiza Allya P.

80

Tuntas

19

Oksa Henry P.

80

Tuntas

20

Safira Rohmadina

70

Belum Tuntas

21

Muh.Alif S.

80

Tuntas

22

Ridho Rhomatulloh

80

Tuntas

Jumlah

1772

Rata-rata

80,5

Tertinggi

90

Terendah

70

Ketuntasan

21  Siswa (95.5%)

Belum Tuntas

1  Siswa (4,5 %)

Hasil pengamatan sikap/perilaku siswa pada siklus II

No.

Nilai

Kriteria

Jumlah

Presentase

1

18 – 20

amat baik

6

27,3

2

14 – 17

Baik

15

68,2

3

10 – 13

Sedang

1

4,5

4

6 – 9

Kurang

0

0

5

0 -5

sangat kurang

0

0

Jumlah

22

100 %

TABEL IV.   REKAPITULASI   HASIL   PERBAIKAN SIKLUS II

No.

Nilai

Jumlah Anak

Keterangan

1.

91-100

0

-

2

81-90

5

22,7 %

.3

71-80

16

72,7 %

4

61-70

1

4,6 %

.5

51-60

0

.6

41-50

0

7

31-40

0

Jumlah

22

100 %

Tabel IV  Histogram Hasil Perbaikan Nilai Siklus II

        Terbukti dari hasil perolehan data sebelum perbaikan siklus II yang memperoleh nilai 80 lebih hanya 5 anak setelah perbaikan pembelajaran menjadi 6  anak. Nilai 60 – 70 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan (Siklus II )   1 anak dan nilai kurang dari 60 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan Siklus I hanya 0  anak. Data di atas membuktikan bahwa kegiatan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran menggunakan torso dan media gambar rangkanmanusia  dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Hasil Penelitian

        Setelah melakukan dan menyelesaikan tindakan pada setiap putaran / siklus peneliti mengadakan refleksi. Peneliti menganalisa hasil pengamatan untuk merefleksi pembelajaran dan tindakan yang telah dilakukannya. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat hasil perkembangan kemampuan siswa serta prestasi siswa dalam mata pelajaran  Bahasa Indonesia.

        Dalam pelaksanaan pembelajaran, bila dilengkapi dengan media atau alat peraga siswa aktif dan tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan guru membekas dan tahan lama di benak siswa. Bila dilihat data pengolahan nilai yang di dapat siswa sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran hasilnya meningkat.

        Terbukti dari hasil perolehan data sebelum perbaikan siklus yang memperoleh nilai 80 lebih hanya 3 anak setelah perbaikan pembelajaran menjadi 7  anak. Nilai 60 – 70 sebelum perbaikan 3 anak sesudah perbaikan (Siklus I) 8  anak dan nilai kurang dari 60 sebelum perbaikan 11 anak sesudah perbaikan Siklus I hanya 7  anak.

        Penjelasan guru dengan ceramah saja dan penggunaan alat peraga tanpa mengaktifkan siswa menyebabkan hasil pembelajaran kurang maksimal. Sehingga hanya sebagian siswa yang nilainya baik, hal ini menyebabkan hasil pembelajaran siklus I belum berhasil memuaskan. Dalam siklus ke 2 penjelasan guru dengan menerapkan media torso dan media gambar yang dibimbing dan diarahkan guru merangsang siswa lebih aktif dan senang karena dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Sehingga dalam pembelajaran perhatian dan pikirannya terpusat, dan materi yang disampaikan guru mudah diterima. Berarti dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran / hasil belajar siswa.

        Terbukti dari hasil perolehan data sebelum perbaikan siklus II yang memperoleh nilai 80 lebih hanya 5 anak setelah perbaikan pembelajaran menjadi 6  anak. Nilai 60 – 70 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan (Siklus II )   1 anak dan nilai kurang dari 60 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan Siklus I hanya 0  anak. Data di atas membuktikan bahwa kegiatan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran menggunakan torso dan media gambar rangkanmanusia  dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

TABEL V . DATA NILAI REKAP PEMBELAJARAN

No.

Nama Siswa

Nilai Awal

Nilai Perbaikan Siklus I

Nilai Perbaikan Siklus II

Ket.

1.

Siti Khotijah

50

76

76

2.

Rosa Dwi F.

50

75

75

3.

Isnaini Nur K.

80

80

90

4.

Andini Tri A.

40

56

75

5.

Yobel Alviar R.

40

60

80

6.

Andika Arya S.

50

50

80

7.

Rewa Liana P.

75

89

89

8.

Suhada M.

75

85

85

9.

Wisnu Marindra

60

80

80

10.

Vernando Dena P.

50

50

80

11.

Nila Sevilla

40

89

89

12.

Fajar Fathimah

50

50

80

13.

Nisya Khoirun N.

80

90

90

14.

Muh.Rizky

60

76

76

15.

Muh.Alubet It R.

80

89

89

16.

Risya Khoirun N.

75

78

78

17.

Fandi Harnanto

80

80

89

18.

Neiza Allya P.

60

60

80

19.

Oksa Henry P.

80

80

80

20.

Safira Rohmadina

50

60

70

Muh.Alif S.

40

80

80

Ridho Rhomatulloh

60

80

80

Jumlah

1325

1550

1772

Rata-rata

60,2

70,5

80,5

Data di atas diklasifikasikan menjadi :

TABEL VI. REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI

DAN PROSENTASE

Klasifikasi Nilai

Siklus I

Persen

Siklus II

Persen

Ket.

A

-

-

2

9  %

B

12

54,5 %

20

91 %

C

10

45,5 %

-

%

Jumlah

22

100%

22

100%

.           REKAPITULASI   HASIL   PERBAIKAN NILAI PRA,SIKLUS I, SIKLUS II

No.

Nilai

Pra Siklus

Jml Anak

Siklus I

Jmlh Anak

Siklus

II

Jml

Anak

Keterangan

1.

91-100

-

0

-

2

81-90

-

5

5

.3

71-80

8

9

16

4

61-70

-

4

1

.5

51-60

4

1

0

.6

41-50

6

3

0

7

31-40

4

0

0

Jumlah

22

22

22

TABEL  VI  HISTOGRAM NILAI SIKLUS II

Dari hasil keseluruhan siklus yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru telah dapat meningkatkan Prestasi dan motivasi belajar Bahasa Indonesia konsep dongeng pada siswa kelas I  SDN  Kadokan 02  Kecamatan Grogol  Kabupaten Sukoharjo  Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan  pembelajaran penggunaan model  pembelajaran talking stick .Hal itu tampak jelas pada data-data diatas, bahwa dalam setiap siklus selalu membawa dampak positif ke arah peningkatan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

        Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Penggunaan model  pembelajaran talking stick pada dongeng  ternyata sangat efektif untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
  2. Penggunaan model  pembelajaran talking stick pada dongeng juga dapat menumbuhkan keberanian, kreativitas dan tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok, sehingga tidak menimbulkan kebosanan selama proses pembelajaran

Saran

`        Berdasarkan kesimpulan diatas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran dapat meningkat antara lain : 1) Gunakan model pembelajaran  bervariasi dan alat peraga dalam menyampaikan materi.2) Pantaulah belajar siswa dan beri kesempatan bertanya.3) Beri pujian bagi siswa yang berhasil dalam tugas sebagai motivasi dan penguat.

        Disamping itu berdasarkan pengalaman perbaikan pembelajaran kiranya perlu tukar pendapat dengan teman sejawat untuk keberhasilan mengajar di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

        Anggoro Toha, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

        Setiawan, Denny. 2003. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

        Winataputra Udin, S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

        Wardani, I.G.A.K. 2006. Teknis Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

        Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.