PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA KONSEP DONGENG MELALUI PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADOKAN 02 SEMESTER 02 KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh: Sri Widiati
SD Negeri Kadokan 02, Grogol, Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick , Hipotesis tindakannya adalah apabila guru menggunakan model pembelajaran Talking Stick dalam menyampaikan materi dongeng , akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian yang dilakukan ini merupakan tindakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran Bahasa Indonesia, di kelas I SD Negeri Kadokan 02 . Penelitian ini dilakukan 2 siklus. Setiap siklus pelaksanaannya meliputi 3 tindakan yaitu, penggunaan model pembelajaran Talking Stick pada pembelajaran Bahasa Indonesia,, pemberian motivasi, kegiatan belajar mengajar yang diakhiri dengan evaluasi atau ulangan harian. Untuk mengetahui perkembangan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru sebagai peneliti selalu memantau dan mencatat tindakan serta reaksi siswa.Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick hasil belajar Bahasa Indonesia, mengalami peningkatan dan siswa kelihatam antusias dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada setiap siklus. Nilai rata-rata ulangan harian dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick sebagai alat peraga, nilai dan ketuntasan belajar mengalami peningkatan yang signifikan,awal siklus sebagai tes awal 35,3 % (6 siswa), siklus I 70,5 % (12 siswa), siklus II 95,5% (21 Siswa ). Hasil observasi terhadap sikap siswa juga menunjukkan adanya peningkatan menjadi lebih baik. Siswa lebih antusias menerima pelajaran dan pembelajaran menjadi menyenangkan.Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Talking Stick dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kata kunci :belajar, motivasi, Pembelajaran Talking Stick
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP.
Kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa.
Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya minat siswa pada mata pelajaran tematik dikelas I SDN Kadokan 02 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo, hal ini disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang kurang baik. Untuk mengetahui mengapa minat siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran tematik I.
Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan lebih santai dan menggairahkan. Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar. Ketidakpahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau malas mengikuti pelajaran.
Masih cukup banyak guru yang memakai metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran. Tentu metode konvensional tersebut bukan satu kesalahan, tetapi kalau terus-menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru mengembangkan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran tematik.
Pembelajaran tematik pada tingkat satuan Sekolah Dasar pada dasarnya diarahkan pada pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas I cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas/abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional/klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick.
Pada prinsipnya, metode talking stick merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilaksanakan guru dengan berbagai pendekatan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru menggunakan media tongkat sebagai alat bantu dalam pelaksanaan talking stick. Talking stick dapat dilakukan di sela-sela atau akhir pembelajaran. Setelah guru menjelaskan materi pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan penghafalan materi dengan terlebih dahulu menetapkan lamanya waktu yang dibutuhkan sampai talking stick akan dilaksanakan. Setelah hal tersebut dilakukan, maka guru dan siswa memulai talking stick. Guru terlebih dahulu memberikan tongkat kepada salah satu siswa secara acak, setelah itu guru dan siswa secara bersama menyanyikan lagu tertentu sambil menyerahkan tongkat dari siswa pertama ke siswa lainnya, begitu hingga lagu dinyatakan berhenti oleh guru dengan tanda-tanda tertentu yang telah disepakati.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan metode talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk menghafal materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman (punishmen) dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan permasalahan yang dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan model pembejaran Talking Stick dapat meningkatkan motivasi pembelajaran tematik kelas I SDN Kadokan 02, Kabupaten Sukoharjo?
Tujuan
1. Untuk mengetahui dengan model pembejaran Talking Stick dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas kelas I SDN Kadokan 02, Kabupaten Sukoharjo?
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I SDN Kadokan 02 dalam pelajaran BI dengan model pembejaran Talking Stick ?
Manfaat
Manfaat bagi siswa :
a) siswa lebih mudah memahami apa yang disampikan oleh seorang guru serta meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas siswa.
b) Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
c) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dan bermakna dalam diri siswa.
Manfaat bagi guru :
a) Guru memperoleh informasai tentang mengajar tematik menggunakan metode talking stick.
b) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar
c) Guru mengetahui tentang kekurangan dalam mengajarnya.
d) Menambah pengetahuan guru dalm mengajar.
Manfaat bagi Sekolah :
a) Menambah daftar pustaka disekolah
b) Ikut memajukan sekolah demi tercapainya proses belajar mengajar yang efektif
KAJIAN TEORI
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehingga tidak ada kata terlambat untuk belajar. Demikian juga pengertian belajar sudah banyak dikemikakan oleh para ahli dari sudut pandang masing-masing. Hal ini justru akan menambah cakrawala dan pengetahuan belajar.Menurut Morgan (Dalam M. Dalyono 2003:211) mengatakan “belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Menurut Rochman Natawijaya (2001:13) mengatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam reaksi dengan lingkungannya”.Menurut Herman Hudoyo (2002:21) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan mencari fakta-fakta dengan berbagai macam metode dari pengalaman individu melalui latihan dengan pendekatan yang konkrit.
2. MOTIVASI
a. Pengertian Motivasi (Motivation)
Menurut Sumadi Suryabrata ( 1993:70) Motifasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Tiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, yang disebut dengan motivasi.
b. Macam-macam Motivasi
Penggolongan berdasarkan atas terbentuknya motifasi dibedakan atas dua macam Menurut Sumadi Suryabrata ( 1993:71), yaitu : Motifasi bawaan; Motivasi bawaan sejak lahir, jadi tanpa dipelajari misalnya dorongan untuk makan dan minum. Motivasi yang dipelajari; Motivasi yang timbul karena dipelajari, misalnya dorongan untuk belajar sesuatu ilmu pengetahuan.
Penggolongan berdasarkan atas jalarannya, motivasi dibedakan atas dua macam yaitu :
Motivasi ekstrinsik; Motivasi yang berfungsi karena adanya rangasangan dari luar, seperti misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi ujian. Motivasi Instrinsik
Motivasi yang berfungsi tidak uasah dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu telah ada dorongan itu.
3. PEMBELAJARAN TEMATIK
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
4. METODE MENGAJAR
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran di dalam kelas baik individu maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Khusus metode mengajar didalam kelas efektifitas mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan secara umum berbagai sifat metode seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling sesuai untuk situasi dan kondisi pengajaran.
5. METODE TALKING STICK
a. Pengertian Metode Talking Stick
Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: “a) Pembelajaran penerimaan (reception learning), b) pembelajaran penemuan (discovery learning), c) pembelajaran penguasaan (mastery learning), dan d) Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran”.Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran.
Istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang drancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Talking Stick
Menurut Suherman (2006:84) langkah-langkah pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut:1) Guru menyiapkan tongkat. 2) Guru menyajikan materi pokok. 3) Siswa menbaca materi lengkap pada wacana. 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru. 5)Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya. 6) Guru membimbing siswa. 7) Guru dan siswa menarik kesimpulan. 8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran,
Kerangka Berfikir
Dengan menggunakan metode pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, akan meningkatkan motivasi dan pretasi belajar siswa terhadap materi, sehingga siswa akan berusaha meningkatkan kemampuan dirinya dalam menguasai berbagai bentuk perintah guru yang baik secara teori maupun praktek, dan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat. Kerangka berfikir itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta kenyataan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : penggunaan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan Prestasi dan motivasi belajar Bahasa Indonesia konsep dongen pada siswa kelas I SDN Kadokan 02 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan,yaitu bulan Februari sampai dengan April 2014 Pemilihan waktu menyesuaikan dengan jadwal materi pelajaran Dongeng pada kelas I,
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I dan guru Sekolah Dasar Negeri Kadokan 02 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.dengan jumlah siswa 22 orang,terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.Guru yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Sri Widati ,S.Pd.SD.Objek adalah peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam dongeng dan penerapan model pembelajaran talking stick
Data dan Sumber Data
Data dan sumber data penelitian ini meliputi data hasil tes tertulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada kondisi awal, data hasil tes tertulis tes siklus I,dan data hasil tes tertulis tes siklus II. Data tersebut adalah:: 1. Data kondisi awal,yaitu prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02 semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK. 2. Data siklus I,yaitu prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02 semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada siklus I. 3. Datasiklus II,yaitu prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02 semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada pada siklus II.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: 1 .Data prestasi belajar Bahasa Indonesia pada kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK dikumpulkan dengan teknik dokumentasi..Instrumen yang digunakan adalah buku daftar nilai prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02 tentang dongeng. 2. Data prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siklus I diperoleh melalui tes tertulis prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02.Data prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siklus II diperoleh melalui tes tertulis Bahasa Indonesia Siswa kelas I SDN Kadokan 02 semester II tentang dongeng
Validasi Data
Validasi data dalam penelitian ini menggunakan dua Validasi data yaitu: 1.Validasi data prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I, kondisi awal, siklus I,dan siklus II diperoleh dengan teknik tes dilakukan validasi isi. 2. Validasi data observasi dilakukan dengan trianggulasi data,yaitu peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil observasi teman sejawat.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik deskripstif komparatif dan dilanjutkan dengan refleksif.Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan prestasi belajar Bahasa Indonesia dari kondisi awal siklus ke siklus I,dari siklus I ke siklus II.Analisis difokuskan pada nilai tertinggi,nilai terendah,nilai rata-rata,dan nialai ketuntasan siswa dalam prosentase.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dapat dilihat dengan membandingkan prestasi belajar Bahasa Indonesia dari kondisi awal siklus ke siklus I,dari siklus I ke siklus II .Sedangkan indikator penelitian ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus Desain penelitian tindakan menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart, yang setiap penelitian terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus.
HASIL PENELITIAN
Kondisi Awal
Pembelajaran tematik pada tingkat satuan Sekolah Dasar pada dasarnya diarahkan pada pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karena siswa kelas I cenderung belum bisa untuk berfikir lebih luas/abstrak sehinggga perlu pembelajaran yang menggunkan suatu tema tertentu dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran agar anak lebih mudah menangkap materi yang disampaikan, sehingga apa yang disampikan guru bisa bermakna dan mudah diingat oleh siswa.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa guru kelas melaksanakan pembelajaran konvensional/klasikal tanpa mengembangkannya. Dari metode tersebut, siswa merasa jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran. Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas, dan salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah metode pembelajaran talking stick.
Nilai Pra Siklus
TABEL I. DATA NILAI HASIL PRA SIKLUS
No. | Nama Siswa | Nilai | Keterangan |
1 | Siti Khotijah | 50 | Belum Tuntas |
2 | Rosa Dwi F. | 50 | Belum Tuntas |
3 | Isnaini Nur K. | 80 | Tuntas |
4 | Andini Tri A. | 40 | Belum Tuntas |
5 | Yobel Alviar R. | 40 | Belum Tuntas |
6 | Andika Arya S. | 50 | Belum Tuntas |
7 | Rewa Liana P. | 75 | Tuntas |
8 | Suhada M. | 75 | Tuntas |
9 | Wisnu Marindra | 60 | Belum Tuntas |
10 | Vernando Dena P. | 50 | Belum Tuntas |
11 | Nila Sevilla | 40 | Belum Tuntas |
12 | Fajar Fathimah | 50 | Belum Tuntas |
13 | Nisya Khoirun N. | 80 | Tuntas |
14 | Muh.Rizky | 60 | Belum Tuntas |
15 | Muh.Alubet It R. | 80 | Tuntas |
16 | Risya Khoirun N. | 75 | Tuntas |
17 | Fandi Harnanto | 80 | Tuntas |
18 | Neiza Allya P. | 60 | Belum Tuntas |
19 | Oksa Henry P. | 80 | Tuntas |
20 | Safira Rohmadina | 50 | Belum Tuntas |
21 | Muh.Alif S. | 40 | Belum Tuntas |
22 | Ridho Rhomatulloh | 60 | Belum Tuntas |
Jumlah | 1325 | ||
Rata-rata | 60,2 | ||
Tertinggi | 80 | ||
Terendah | 40 | ||
Ketuntasan | 12 Siswa (60 %) |
Siklus I
Hasil / nilai pembelajaran Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa, dijadikan sebagai pedoman oleh guru untuk memberikan motivasi. Sebagai penguat dan penghargaan kepada siswa, guru juga memberikan saran kepada siswa untuk terus berusaha meningkatkan belajarnya agar pada pertemuan berikutnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkat
Pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian / evaluasi yang hasilnya dinilai oleh guru. Peningkatan kemampuan siswa yang diperoleh dalam menyelesaikan soal dan tugas kelompok (nilai ulangan) dicatat guru sebagai data dalam kegiatan refleksi untuk menganalisa tingkat ketercapaian penelitian tindakan kelas ini.
TABEL II DAFTAR NILAI SISWA SIKLUS I
No. | Nama Siswa | Nilai | Keterangan |
1 | Siti Khotijah | 76 | Tuntas |
2 | Rosa Dwi F. | 75 | Tuntas |
3 | Isnaini Nur K. | 80 | Tuntas |
4 | Andini Tri A. | 56 | Belum Tuntas |
5 | Yobel Alviar R. | 60 | Belum Tuntas |
6 | Andika Arya S. | 50 | Belum Tuntas |
7 | Rewa Liana P. | 89 | Tuntas |
8 | Suhada M. | 85 | Tuntas |
9 | Wisnu Marindra | 80 | Tuntas |
10 | Vernando Dena P. | 50 | Belum Tuntas |
11 | Nila Sevilla | 89 | Tuntas |
12 | Fajar Fathimah | 50 | Belum Tuntas |
13 | Nisya Khoirun N. | 90 | Tuntas |
14 | Muh.Rizky | 76 | Tuntas |
15 | Muh.Alubet It R. | 89 | Tuntas |
16 | Risya Khoirun N. | 78 | Tuntas |
17 | Fandi Harnanto | 80 | Tuntas |
18 | Neiza Allya P. | 60 | Belum Tuntas |
19 | Oksa Henry P. | 80 | Tuntas |
20 | Safira Rohmadina | 60 | Belum Tuntas |
21 | Muh.Alif S. | 80 | Tuntas |
22 | Ridho Rhomatulloh | 80 | Tuntas |
Jumlah | 1550 | ||
Rata-rata | 70,5 | ||
Tertinggi | 80 | ||
Terendah | 60 | ||
Ketuntasan | 14 Siswa (63,6 %) | ||
Belum Tuntas | 8 Siswa (36,4 %) |
REKAPITULASI HASIL PERBAIKAN SIKLUS I
No. | Nilai | Jumlah Anak | Keterangan |
1. | 91-100 | - | |
2 | 81-90 | 5 | |
.3 | 71-80 | 9 | |
4 | 61-70 | 4 | |
.5 | 51-60 | 1 | |
.6 | 41-50 | 3 | |
7 | 31-40 | - | |
Jumlah | 22 |
Hasil pengamatan sikap/perilaku siswa pada siklus I
No. | Nilai | Kriteria | Jumlah | Presentase |
1 | 18 – 20 | amat baik | 4 | 18,2 |
2 | 14 – 17 | Baik | 10 | 45,5 |
3 | 10 – 13 | Sedang | 6 | 27,3 |
4 | 6 – 9 | Kurang | 2 | 9 |
5 | 0 -5 | sangat kurang | 0 | 0 |
Jumlah | 22 | 100 % | ||
Tabel II. Histogram Hasil Pembelajaran pada Siklus I
Dari hasil yang diperoleh siswa, guru memberikan motivasi agar siswa tetap berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan untuk memahami pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat memperoleh nilai yang lebih baik. Pengembangan peningkatan kemampuan siswa selalu diamati guru untuk menganalisa tingkat perkembangan dan pemahaman konsep Bahasa Indonesia.
Pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian / evaluasi yang hasilnya dinilai oleh guru. Nilai tersebut dicatat guru sebagai data dalam kegiatan refleksi untuk menganalisa perkembangan kemampuan siswa dalam penguasaan dan pemahaman pelajaran Bahasa Indonesia.
TABEL III. : DAFTAR NILAI SISWA SIKLUS II
No. | Nama Siswa | Nilai | Keterangan |
1 | Siti Khotijah | 76 | Tuntas |
2 | Rosa Dwi F. | 75 | Tuntas |
3 | Isnaini Nur K. | 90 | Tuntas |
4 | Andini Tri A. | 75 | Tuntas |
5 | Yobel Alviar R. | 80 | Tuntas |
6 | Andika Arya S. | 80 | Tuntas |
7 | Rewa Liana P. | 80 | Tuntas |
8 | Suhada M. | 85 | Tuntas |
9 | Wisnu Marindra | 80 | Tuntas |
10 | Vernando Dena P. | 80 | Tuntas |
11 | Nila Sevilla | 80 | Tuntas |
12 | Fajar Fathimah | 80 | Tuntas |
13 | Nisya Khoirun N. | 89 | Tuntas |
14 | Muh.Rizky | 76 | Tuntas |
15 | Muh.Alubet It R. | 89 | Tuntas |
16 | Risya Khoirun N. | 78 | Tuntas |
17 | Fandi Harnanto | 89 | Tuntas |
18 | Neiza Allya P. | 80 | Tuntas |
19 | Oksa Henry P. | 80 | Tuntas |
20 | Safira Rohmadina | 70 | Belum Tuntas |
21 | Muh.Alif S. | 80 | Tuntas |
22 | Ridho Rhomatulloh | 80 | Tuntas |
Jumlah | 1772 | ||
Rata-rata | 80,5 | ||
Tertinggi | 90 | ||
Terendah | 70 | ||
Ketuntasan | 21 Siswa (95.5%) | ||
Belum Tuntas | 1 Siswa (4,5 %) |
Hasil pengamatan sikap/perilaku siswa pada siklus II
No. | Nilai | Kriteria | Jumlah | Presentase |
1 | 18 – 20 | amat baik | 6 | 27,3 |
2 | 14 – 17 | Baik | 15 | 68,2 |
3 | 10 – 13 | Sedang | 1 | 4,5 |
4 | 6 – 9 | Kurang | 0 | 0 |
5 | 0 -5 | sangat kurang | 0 | 0 |
Jumlah | 22 | 100 % | ||
TABEL IV. REKAPITULASI HASIL PERBAIKAN SIKLUS II
No. | Nilai | Jumlah Anak | Keterangan |
1. | 91-100 | 0 | - |
2 | 81-90 | 5 | 22,7 % |
.3 | 71-80 | 16 | 72,7 % |
4 | 61-70 | 1 | 4,6 % |
.5 | 51-60 | 0 | |
.6 | 41-50 | 0 | |
7 | 31-40 | 0 | |
Jumlah | 22 | 100 % | |
Tabel IV Histogram Hasil Perbaikan Nilai Siklus II
Terbukti dari hasil perolehan data sebelum perbaikan siklus II yang memperoleh nilai 80 lebih hanya 5 anak setelah perbaikan pembelajaran menjadi 6 anak. Nilai 60 – 70 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan (Siklus II ) 1 anak dan nilai kurang dari 60 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan Siklus I hanya 0 anak. Data di atas membuktikan bahwa kegiatan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran menggunakan torso dan media gambar rangkanmanusia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hasil Penelitian
Setelah melakukan dan menyelesaikan tindakan pada setiap putaran / siklus peneliti mengadakan refleksi. Peneliti menganalisa hasil pengamatan untuk merefleksi pembelajaran dan tindakan yang telah dilakukannya. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilihat hasil perkembangan kemampuan siswa serta prestasi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, bila dilengkapi dengan media atau alat peraga siswa aktif dan tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan guru membekas dan tahan lama di benak siswa. Bila dilihat data pengolahan nilai yang di dapat siswa sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran hasilnya meningkat.
Terbukti dari hasil perolehan data sebelum perbaikan siklus yang memperoleh nilai 80 lebih hanya 3 anak setelah perbaikan pembelajaran menjadi 7 anak. Nilai 60 – 70 sebelum perbaikan 3 anak sesudah perbaikan (Siklus I) 8 anak dan nilai kurang dari 60 sebelum perbaikan 11 anak sesudah perbaikan Siklus I hanya 7 anak.
Penjelasan guru dengan ceramah saja dan penggunaan alat peraga tanpa mengaktifkan siswa menyebabkan hasil pembelajaran kurang maksimal. Sehingga hanya sebagian siswa yang nilainya baik, hal ini menyebabkan hasil pembelajaran siklus I belum berhasil memuaskan. Dalam siklus ke 2 penjelasan guru dengan menerapkan media torso dan media gambar yang dibimbing dan diarahkan guru merangsang siswa lebih aktif dan senang karena dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Sehingga dalam pembelajaran perhatian dan pikirannya terpusat, dan materi yang disampaikan guru mudah diterima. Berarti dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran / hasil belajar siswa.
Terbukti dari hasil perolehan data sebelum perbaikan siklus II yang memperoleh nilai 80 lebih hanya 5 anak setelah perbaikan pembelajaran menjadi 6 anak. Nilai 60 – 70 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan (Siklus II ) 1 anak dan nilai kurang dari 60 sebelum perbaikan 4 anak sesudah perbaikan Siklus I hanya 0 anak. Data di atas membuktikan bahwa kegiatan proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode pembelajaran menggunakan torso dan media gambar rangkanmanusia dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
TABEL V . DATA NILAI REKAP PEMBELAJARAN
No. | Nama Siswa | Nilai Awal | Nilai Perbaikan Siklus I | Nilai Perbaikan Siklus II | Ket. |
1. | Siti Khotijah | 50 | 76 | 76 | |
2. | Rosa Dwi F. | 50 | 75 | 75 | |
3. | Isnaini Nur K. | 80 | 80 | 90 | |
4. | Andini Tri A. | 40 | 56 | 75 | |
5. | Yobel Alviar R. | 40 | 60 | 80 | |
6. | Andika Arya S. | 50 | 50 | 80 | |
7. | Rewa Liana P. | 75 | 89 | 89 | |
8. | Suhada M. | 75 | 85 | 85 | |
9. | Wisnu Marindra | 60 | 80 | 80 | |
10. | Vernando Dena P. | 50 | 50 | 80 | |
11. | Nila Sevilla | 40 | 89 | 89 | |
12. | Fajar Fathimah | 50 | 50 | 80 | |
13. | Nisya Khoirun N. | 80 | 90 | 90 | |
14. | Muh.Rizky | 60 | 76 | 76 | |
15. | Muh.Alubet It R. | 80 | 89 | 89 | |
16. | Risya Khoirun N. | 75 | 78 | 78 | |
17. | Fandi Harnanto | 80 | 80 | 89 | |
18. | Neiza Allya P. | 60 | 60 | 80 | |
19. | Oksa Henry P. | 80 | 80 | 80 | |
20. | Safira Rohmadina | 50 | 60 | 70 | |
Muh.Alif S. | 40 | 80 | 80 | ||
Ridho Rhomatulloh | 60 | 80 | 80 | ||
Jumlah | 1325 | 1550 | 1772 | ||
Rata-rata | 60,2 | 70,5 | 80,5 |
Data di atas diklasifikasikan menjadi :
TABEL VI. REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI
DAN PROSENTASE
Klasifikasi Nilai | Siklus I | Persen | Siklus II | Persen | Ket. |
A | - | - | 2 | 9 % | |
B | 12 | 54,5 % | 20 | 91 % | |
C | 10 | 45,5 % | - | % | |
Jumlah | 22 | 100% | 22 | 100% |
. REKAPITULASI HASIL PERBAIKAN NILAI PRA,SIKLUS I, SIKLUS II
No. | Nilai | Pra Siklus | Jml Anak | Siklus I | Jmlh Anak | Siklus II | Jml Anak | Keterangan |
1. | 91-100 | - | 0 | - | ||||
2 | 81-90 | - | 5 | 5 | ||||
.3 | 71-80 | 8 | 9 | 16 | ||||
4 | 61-70 | - | 4 | 1 | ||||
.5 | 51-60 | 4 | 1 | 0 | ||||
.6 | 41-50 | 6 | 3 | 0 | ||||
7 | 31-40 | 4 | 0 | 0 | ||||
Jumlah | 22 | 22 | 22 |
TABEL VI HISTOGRAM NILAI SIKLUS II
Dari hasil keseluruhan siklus yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru telah dapat meningkatkan Prestasi dan motivasi belajar Bahasa Indonesia konsep dongeng pada siswa kelas I SDN Kadokan 02 Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan pembelajaran penggunaan model pembelajaran talking stick .Hal itu tampak jelas pada data-data diatas, bahwa dalam setiap siklus selalu membawa dampak positif ke arah peningkatan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan guru dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Saran
` Berdasarkan kesimpulan diatas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran dapat meningkat antara lain : 1) Gunakan model pembelajaran bervariasi dan alat peraga dalam menyampaikan materi.2) Pantaulah belajar siswa dan beri kesempatan bertanya.3) Beri pujian bagi siswa yang berhasil dalam tugas sebagai motivasi dan penguat.
Disamping itu berdasarkan pengalaman perbaikan pembelajaran kiranya perlu tukar pendapat dengan teman sejawat untuk keberhasilan mengajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Toha, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Setiawan, Denny. 2003. Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Winataputra Udin, S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. 2006. Teknis Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.