Published using Google Docs
Renaning.docx
Updated automatically every 5 minutes

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Ilmu pengetahuan Alam tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup Dan penggolongannya Dengan Metode Discovery Learning Pada Siswa Kelas III SD Negeri Slembaran Kota Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015

Oleh. Renaning Wati S.Pd.SD

Abstrak :Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada saat percobaan mencari penemuan – penemuan ciri – ciri makhluk hidup melalui discovery learning. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas III SD Negeri Slembaran Kota Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 39 siswa, terdiri dari 25 siswa laki – laki dan 14 siswa perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pola : perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, revisi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode diskusi, observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (76,9%), siklus II (89,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah melaui metode Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Slembaran Kota Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 , serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran  IPA.

Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Metode Discovery Learning

PENDAHULUAN

Pembelajaran tematik di kelas rendah menuntut seorang guru harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Pembelajaran yang menarik akan menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.  Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang selalu menyajikan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan siswa diberi kebebasan dalam menggali kreatifitas yang dimiliki.

Pembelajaran IPA adalah pembelajaran konsep tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Pembelajaran IPA akan mudah diterima oleh siswa jika penyajiannya dikemas dalam pembelajaran yang menarik. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran (student centered). Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, siswa akan banyak menemukan hal – hal baru yang pada akhirnya dapat menciptakan daya cipta dan kreatifitas siswa. Daya cipta dan kreatifitas siswa inilah yang menjadikan pembelajaran menjadi bermakna karena siswa langsung belajar dan melakukan (learning to do) sendiri terhadap hasil hasil penemuan – penemuan selama proses pembelajaran.

Bila diperhatikan secara seksama, hal menjadi hambatan dalam pembelajaran IPA adalah kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi menarik. Yang umum kita temui adalah kebiasaan guru hanya bersumber pada buku paket siswa atau buku LKS. Hal ini menimbulkan kecenderungan kejenuhan pada siswa karena aktivitas siswa kurang. Pembelajaran yang berbasis siswa aktif akan lebih menarik dan memancing kreatifitas siswa sehingga menimbulkan temuan – temuan dari siswa. Pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan pada dasarnya bergantung pada kreativitas guru mengelola kelasnya. Selain menggunakan metode, model pembelajaran yang tepat, seyogyanya seorang guru saat menyampaikan materi atau proses pembelajaran menunjukkan penampilan yang menarik sehingga memotivasi siswa untuk semangat belajar.

Selama ini, materi yang diterima siswa, cenderung semata – mata memenuhi target guru sesuai tuntutan kurikulum. Sehingga ilmu yang diterima siswa cenderung sekedar hafalan tanpa diimbangi dengan penemuan – penemuan baru dari pada siswa yang menunjukkan adanya perkembangan informasi pengetahuan. Buku sebagai media pembelajaran, sebagai referensi perlu adanya perbaruan – perbaruan. Buku referensi yang digunakan guru sebatas buku paket, masih perlu pengembangan dari guru ataupun dari siswa.

Siswa yang terlatih dengan pembelajaran dengan berbagai penemuan – penemuan, akan memperoleh pembelajaran yang bermakna, karena mereka mengetahui sesuatu hal tidak hanya melalui konsep buku atau sekedar cerita guru, akan tetapi mereka membuktikannya melalu penemuannya sendiri.

Model pembelajaran Discovery Learning adalah salah satu model pembelajaran yang menciptakan suasana belajar bermakna dengan melalui belajar penemuan. Dengan penemuan – penemuan langsung yang dilakukan siswa diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat sesuai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan.

Ciri – ciri makhluk hidup sangat beraneka ragam sesuai dengan jenis dan golongannya.  Dalam proses pembelajaran ini siswa dapat diajak untuk memberi contoh fakta beberapa individu dari makhluk hidup dan meminta siswa untuk menemukan ciri – ciri apa saja yang terdapat pada individu makhluk hidup tersebut. Hal ini dapat dilakukan secara mandiri ataupun kelompok. Dengan siswa diminta menemukan ciri – ciri makhluk hidup tersebut, maka informasi yang ditemukan siswa akan lebih mudah diterima karena mereka terjun langsung untuk mengamati, tidak sekedar teori atau materi yang disampaikan guru berupa catatan materi atausekedar membaca buku paket.

Dari permasalahan yang telah dikemukan di atas, maka dari itu penulis mengadakan suatu penelitian tindakan kelas yang berorientasi pada perbaikan hasil belajar siswa dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Ilmu pengetahuan Alam tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup Dan penggolongannya Dengan Metode Discovery Learning Pada Siswa Kelas III SD Negeri Slembaran Kota Surakarta Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015”

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka permasalahan umum yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah dengan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa  kelas III  semester 1 SD Negeri Slembaran Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2014/ 2015? (2) Apakah dengan disampaikannya pembelajaran dengan model discovery learning  dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I SD Negeri Slemberan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ?(3)Apakah dengan metode discovery learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I SD Negeri Slemberan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2014/ 2015?

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui : (1) Peningkatan aktivitas belajar siswa pada saat percobaan mencari penemuan – penemuan ciri – ciri makhluk hidup melalui discovery learning. (2) Peningkatan hasil belajar siswa setelah melaksanakan percobaan mencari penemuan – penemuan ciri – ciri makhluk hidup melalui discovery learning. (3) Peningkatan ketrampilan siswa dalam menemukan ciri – ciri makhluk hidup melalu penemuan. 

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Hakikat Belajar Menurut Jerome Bruner

Pengertian Konsep Belajar Menurut Jerome Bruner

Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi  perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner ada tiga episode/tahap yang ditempuh oleh siswa, yaitu: tahap informasi (tahap penerimaan materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian materi). Dan konsep ini merupakan konsep belajar yang menentang konsep belajar aliran behavioristik. Nasution menjelaskan bahwa ketiga tahapan konsep penemuan Jerome Bruner tersebut saling berkaitan di antaranya:

  1. Pertama tahap informasi (tahap penerimaan materi)
  2. Kedua, tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
  3. Ketiga, tahap evaluasi (tahap penilaian materi

Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara sadar mengembangkan proses belajar siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu : Serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan linkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.

Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner

Bruner adalah tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan (discovery), Beliau juga seseorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif, dan  menandai perkembangan kognitif menusia sebagai berikut:

  1. Pertama Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
  2. kedua Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpanan informasi secara realis.
  3.  ketiga Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
  4. keempat  Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
  5. kelima Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
  6. keenam Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

Teori free discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap orang memiliki telah memiliki pengetahuan dan penglaman dalam dirinya. Pengalaman dan pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognetif. Maka dari itu Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognetif yang sudah dimilki oleh peserta didik.

Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.

Tahap enaktif pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.

Tahap ikonik pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, dalam memahami dunia sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

Tahap simbolik pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.

Menurut Bruner belajar untuk sesuatu  tidak usah ditunggu sampai peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu, yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognetif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Ciri Khas Pembelajaran Menurut Jerome Bruner

Terdapat dua ciri konsep belajar penemuan  Bruner ini, diantaranya:

Pertama tentang discovery itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana teori ini mengarahkan agar peserta didik mampu dalam menemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya.

kedua konsep kurikulum spiral dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam.

Adapun ciri khasnya yaitu:

Empat Tema tentang Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu

Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.

Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973). Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk

Keaktifan Belajar IPA

Hakikat Keaktifan Belajar

Proses  pembelajaran  pada  hakekatnya  untuk  mengembangkan aktivitas  dan  kreatifitas  peserta  didik  melalui  berbagai  interaksi  dan pengalaman  belajar.  Keaktifan  belajar  siswa  merupakan  unsur  dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan  adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas  fisik  maupun  psikis.  Aktifitas  fisik  adalah  siswa  giat  aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang  memiliki  aktifitas  psikis  (kejiwaan)  adalah  jika  daya  jiwanya bekerja  sebanyak–banyaknya  atau  banyak  berfungsi  dalam  rangka pembelajaran.

Keaktifan  siswa  dalam  kegiatan  belajar  tidak  lain  adalah  untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman  atas  persoalan  atau  segala  sesuatu  yang  mereka  hadapi dalam  proses  pembelajaran.  Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia aktif  berarti  giat  (bekerja,  berusaha).  Keaktifan  diartikan  sebagai  hal atau  keadaan  dimana  siswa  dapat  aktif.  Segala  pengetahuan  harus  diperoleh  dengan pengamatan  sendiri,  pengalaman  sendiri,  penyelidikan  sendiri,  dengan bekerja  sendiri  dengan  fasilitas  yang  diciptakan  sendiri  ,  baik  secara rohani maupun teknik.

Dapat  disimpulkan  bahwa  keaktifan  siswa  dalam  belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam  proses  kegiatan  belajar  mengajar  yang  optimal  sehingga  dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Ada empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu :

Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,

Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar,

Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya,

Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar :

Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana Sudjana (dalam Ratmi,04) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar, yakni: 1) stimulus belajar, 2) perhatian dan motivasi, 3) respon yang dipelajarinya, 4) penguatan, 5) pemakaian dan pemindahan (I Wayan Gede Wiradana,S.Pd)

Pembelajaran  IPA Di SD

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan prosesdan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Carin (dalam Yusuf, 2007:1) menyatakan bahwa:

IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hokum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan.

Pengertian IPA menurut beberapa ahli : menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9) menyatakan IPA adalah “Ilmu yang  sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan induksi”.

Menurut Nash (dalam Usman, 2006:2) IPA adalah “ Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisi ,lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati”.

Nokes (dalam Abdullah, 2003:18) IPA adalah “Pengetahuan teoritis yang di peroleh dengan metode khusus”.

Dari pendapat  diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan .

Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah “Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif “.

Menuruit BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

Hasil Belajar IPA Tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup

Hakikat Hasil Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Dalam pengertian lain dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya (Sardiman, 2001).

Arief S. Sadiman (2002), berpendapat belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Saifudin Azwar, 2000). Hasil belajar juga merupakan berbagai kapasitas yang diperoleh siswa sehubungan dengan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran. Disatu sisi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran, disisi lain hasil belajar merupakan penggal dan puncak belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern yang dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar adalah (1) sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3) konsentrasi belajar, (4) kemampuan mengolah bahan belajar, (5) kemampuan yang telah tersimpan, (6) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, (7) rasa percaya diri siswa, intelegensia dan keberhasilan belajar dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1) guru sebagai pembimbing belajar siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran, (4) kebijakan penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan sosial siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Hasil Belajar IPA Tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup

Hasil belajar IPA Tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup  merupakan berbagai kapasitas yang diperoleh siswa sehubungan dengan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran IPA tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup. Disatu sisi hasil belajar IPA tentang Ciri – Ciri Makhluk Hidup merupakan pencapaian tujuan pengajaran IPA tentang Ciri – Ciri makhluk Hidup.

Discovery Learning Model Bruner

Hakikat Discovery Learning

Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning

Menentukan tujuan pembelajaran

Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

Memilih materi pelajaran.

Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik

Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik

Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan strategi discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Data processing (pengolahan data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

Verification (pembuktian) Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).

Discovery Learning Model Bruner

Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran/belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, bukan hanya sekadar menerima penjelasan dari guru saja. Bruner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antarkonsep. Menurut Bruner, belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya. Saat ini model belajar penemuan menduduki peringkat atas dalam dunia pendidikan modern. Salah satu yang banyak diterapkan dalam pembelajaran di Indonesia adalah konsep belajar siswa aktif atau cara belajar siswa aktif (CBSA). Dalam menerapkan model belajar penemuan ini, seorang guru dianjurkan untuk tidak memberikan materi pelajaran secara utuh. Siswa cukup diberikan konsep utama, untuk selanjutnya siswa dibimbing agar dapat menemukan sendiri sampai akhirnya dapat mengorganisasikan konsep tersebut secara utuh. Untuk itu guru perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mendapatkan konsep-konsep yang belum disampaikan oleh guru dengan pendekatan belajar penemuan.

Hipotesis

Berdasarkan dari hasil refleksi, hasil tinjauan pustaka dan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Dengan metode discovery learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I SD Negeri Slemberan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2014/ 2015.”

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) karena penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola : perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, revisi (IGAK Wardhani,2007)

Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 semester ganjil 2014/2015 pada siswa kelas III (tiga) SD Negeri Slembaran yang berjumlah 39 anak dengan jumlah siswa perempuan 14 anak dan siswa laki – laki berjumlah 25 anak

Subjek Penelitian        

Subjek penelitian adalah siswa kelas III (tiga) SDN Slembaran Kecamatan Serengan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 39 orang , terdiri dari siswa perempuan 14 anak dan siswa laki – laki berjumlah 25 anak.

Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, subjek penelitian adalah siswa kelas III (tiga) pada SD Negeri Slembaran Kota Surakarta, tahun ajaran 2014/ 2015 pada semester 1 , setelah pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II.

Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data pendukung yang digunakan untuk mendukung sumber data primer nilai diperoleh dari guru kelas III ( tiga ) yang mengajar guru kelas III (tiga) di SD Negeri Slembaran Kota Surakarta, semester I tahun pelajaran 2014/ 2015.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini data yang diperoleh berdasarkan data nilai yang dimiliki guru kelas dan peneliti di SD Negeri Slembaran kota Surakarta semester I tahun pelajaran 2014/ 2015, teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode diskusi, observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi.

Alat Pengumpulan Data        

Alat pengumpulan data dalam penelitian menggunakan pedoman observasi dan pedoman tes

Validasi Data

Validasi Hasil Belajar

Yang dimaksud validasi merupakan ukuran yang menunjukkan tingkatan kevalidasian dan kesahihan suatu instrumen, uji validasi yang digunakan dalam penelitihan ini validitas isi, menurut pendapat Sutama, 2000:101 validasi isi merupakan sejauh mana item – item dalam tugas yang mencakup keseluruhan wawasan isi yang hendak diukur dalam tes tersebut, tes tidak hanya mencakup konprehensip tetapi mencakup isinya harus tetap relevan dan tidak keluar dari batas pengukuran. Dari uraianyang disampaikan di atas dapat diambil kesimpulan penelitian ini menggunakan validitas isi dengan menggunakan observasi, sedangkan dalam pemeriksaan indikatornya dan item soal tes menggunakan validasi triangulasi dengan cara berkolaborasi peneliti dengan teman sejawat ( guru pengamat dalam penelitian )

Validasi Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dapat dilakukan validasi dengan menggunakan triangulasi ( HB. Sutopo,  2002: 77). Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dari sumber yang berbeda, dari data peneliti dan data teman sejawat ( sebagai guru pengamat )

Analisis Data

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian tindakan kelas, data di analisis sejak pelaksanaan tindakan pembelajaran dikembangkan selama proses refleksi sampai dengan proses penyusunan laporan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yang dimaksud dengan analisis diskriptif komparatif adalah analisis yang menggambarkan perbandingan nilai tes antar siklus dengan indikator kerja.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas maka, prosedur penelitian yang digunakan sebagai acuan dari prosedur penilaian tindakan kelas pelaksanaannya melalui proses kolaborasi antara peneliti sebagai guru kelas III ( tiga ) pengampu mata pelajaran IPA SD Negeri Slembaran Kota Surakarta tahun pelajaran 2014/ 2015.

Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati oleh peneliti sebagai guru kelas III ( tiga ) dan teman sejawat ( guru pengamat ) dengan penerapan metode kontekstual. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki prestasi khususnya mata pelajaran IPA pada materi Ciri – Ciri Makhluk Hidup. Agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik, peneliti menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut :

  1. Perencanaan tindakan
  2. Pelaksanaan tindakan
  3. Observasi
  4. Refleksi

HASIL PENELITIAN DAN PENBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah saat penyampaian materi guru menerapkan metode percobaan dan penemuan secara kelompok dan metode demonstrasi bervariasi, tanya jawab secara kelompok satu kelas 1 objek percobaan, bahan materi disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan alokasi waktu dua jam pelajaran satu kali pertemuan. Pertama – tama guru menyampaikan materi ciri – ciri makhluk hidup menggunakan pembelajaran berbasis penemuan dengan menunjukkan satu kelompok dari siswa untuk mencari dan menemukan ciri – ciri makhluk hidup dari hewan / tumbuhan objek percobaan.

TABEL

HASIL BELAJAR SISWA PADA KEGIATAN BELAJAR SIKLUS I

No.

Nilai

F

%

Kategori

Ket.

1

90-100

8

20,5%

sangat baik

tuntas

2

80-89

22

56,4%

baik

tuntas

3

70-79

3

7,69%

sedang

tidak tuntas

4

60-69

5

12,8%

kurang

tidak tuntas

5

50-59

1

2,5%

sangat kurang

tidak tuntas

Jumlah total

39

Jumlah ketuntasan

30

76,9%

Jumlah tidak tuntas

9

23,1%

Berdasarkan tabel  di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas ada 30 dari 39 orang siswa dengan persentase ketuntasan 76,9%. Pada kegiatan belajar Siklus I sudah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning, meskipun belum mencapai  standar tingkat ketuntasan yaitu 85% dari jumlah siswa secara keseluruhan.

Refleksi Siklus I

Menurut pendapat ( Sugianto, 2007 : 26 ) suatu upaya pengkajian apa yang telah dilaksanakan atau dilakukan dan apa yang belum dilakukan atau apa yang belum terjadi, apa yang telah dihasilkan dan apa yang belum dihasilkan, apa yang perlu diulang, apa yang telah tuntas dan yang belum tuntas saat melakukan tindakan disebut refleksi.  Hal ini sesuai dengan pendapat dari ( Sukardi, 2010: 6) refleksi memberikan gambaran tentang aspek keberhasilan dan kelemahan dalam melakukan penelitian.

Kesimpulan dari uraian di atas, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan yang ditemukan saat pelaksanaan penyampaian materi untuk pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian tujuan akhir pada sebuah penelitian. Kegiatan refleksi pada penelitian ini berfokus pada tiga tahap antara lain : a)tahap menemukan masalah, b) tahap merancang tindakan, c) tahap pelaksanaan tindakan.

Peneliti dan guru kolaborasi menentukan langkah – langkah agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai rencana, peneliti dan guru menyiapkan : a) bahan ajar materi, b) alat praktek, c) lembar observasi, d) alat penilaian. Siswa yang sudah memahami materi memberi contoh kepada teman yang belum memahami materi, dan siswa yang belum memahami matrei akan dibimbing oleh guru diluar jam pelajaran.

Deskripsi Siklus II

Perencanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda dengan perencanaan  pada siklus II, pembelajaran tetap dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis discovery learning dengan melakukan percobaan penemuan secara berkelompok. Mekanisme pembagian kelompok sama dengan siklus I. Pelaksanaan siklus II masing – masing kelompok melakukan percobaan penemuan. Siswa melaksanakan diskusi untuk menyelesaikan tugas yang ada pada LKS. Selama percobaan berlangsung setiap kelompok diamati oleh guru observer yang bertugas mengamati  aktivitas siswa dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun oleh peneliti.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tindakan penelitian pada siklus II adalah berkaitan dengan model pembelajaran berdasarkan identifikasi masalah, model pembelajaran disepakati menggunakan metode percobaan berbasis discovery learning secara kelompok. Sedangkan penyampaian materi pembelajaran dengan demonstrasi dan ceramah bervariasi. Setiap masing – masing kelompok mendapat tugas untuk melakukan percobaan penemuan tentang ciri – ciri makhluk hidup. Pembelajaran ditekankan kepada peran aktif siswa dalam kelompok. Materi yang disampaikan adalah ciri – ciri makhluk hidup , pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan penyampaian materi menggunakan media pembelajaran. Penyampaian materi sesuai dengan RPP dengan alokasi waktu pelaksanaan  2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit ).

Urutan saat proses pembelajaran sebagai berikut : a) masing – masing kelompok mengadakan percobaan sesuai materi ciri – ciri makhluk hidup, b) siswa mencatat semua kegiatan percobaan, c) masing – masing kelompok  melaporkan hasil penemuannnya, d) masing – masing mempresentasikan hasil temuannya. Sebagai evaluasi dalam pelaksanaan siklus II peneliti memberi tes tertulis kepada masing – masing siswa.. Pada saat siswa mengerjakan soal tes peneliti berkeliling kelas untuk memantau pelaksanaan tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa. Diakhir pembelajaran pada siklus I peneliti bersama dengan siswa menyimpulkan materi ciri – ciri makhluk hidup.

Setelah proses pembelajaran berlaangsung, peneliti yang bertugas sebagai guru pelaksanan pembelajaran dibantu satu orang observer pada pelaksanaan tindakan ini, yang menjadi observer adalah guru kolaborasi. Observer mengamati siswa untuk tiap – tiap kelompok dengan menggunakan pedoman lembar observasi untuk mengetahuai tingkat keaktifan siswa pada saat melakukan percobaan. Pasa akhir tindakan guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadapt materi yang telah disampaikan. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai refleksi tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi pada siklus II dijadikan acuan perbaikan pembelajaran. Berikut hasil belajar pelajaran IPA kelas III pada materi ciri – ciri makhluk hidup pada siklus II :

TABEL HASIL BELAJAR SISWA PADA KEGIATAN BELAJAR SIKLUS II

No.

Nilai

F

%

Kategori

Ket.

1

90-100

10

25,6%

sangat baik

tuntas

2

80-89

25

64,1%

baik

tuntas

3

70-79

3

7,7%

sedang

tidak tuntas

4

60-69

1

2,5%

kurang

tidak tuntas

5

50-59

0

0

sangat kurang

tidak tuntas

Jumlah total

39

Jumlah ketuntasan

35

89,7%

Jumlah tidak tuntas

4

10,3%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas ada 35 dari 39 orang siswa dengan persentase ketuntasan 89,7%. Pada kegiatan belajar Siklus II sudah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning.

GRAFIK

HASIL BELAJAR SISWA PADA SIKLUS II

Refleksi Siklus II

Menurut pendapat ( Sugianto, 2007 : 26 ) suatu upaya pengkajian apa yang telah dilaksanakan atau dilakukan dan apa yang belum dilakukan atau apa yang belum terjadi, apa yang telah dihasilkan dan apa yang belum dihasilkan, apa yang perlu diulang, apa yang telah tuntas dan yang belum tuntas saat melakukan tindakan disebut refleksi.  Hal ini sesuai dengan pendapat dari ( Sukardi, 2010: 6) refleksi memberikan gambaran tentang aspek keberhasilan dan kelemahan dalam melakukan penelitian.

Kesimpulan dari uraian di atas, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan yang ditemukan saat pelaksanaan penyampaian materi untuk pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian tujuan akhir pada sebuah penelitian. Kegiatan refleksi pada penelitian ini berfokus pada tiga tahap antara lain : a)tahap menemukan masalah, b) tahap merancang tindakan, c) tahap pelaksanaan tindakan.

Keaktifan siswa pada siklus 2 telah merata, sudah dapat melakukan percobaan dengan baik tidak ada siswa yang bermalasan, semua aktif, siswa senang melakukan kerja kelompok, siswa telah mulai berani untuk bertanya kepada guru. Begitu juga dengan guru pada siklus II guru banyak membimbing yang belum memahami untuk melakukan percobaan.

Semakin efektifnya proses pembelajaran pada siklus II berdampak pada meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi ciri – ciri makhluk hidup. Hal ini terbukti dengan hasil belajar siswa yang telah mencapai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan rata nilai kelas sebesar 80,25 sedang KKM untuk pelajaran IPA 70,  ada 4 anak yang belum tuntas, nilai masih di bawah KKM, guru akan memberikan bimbingan khusus kepada 4 siswa tersebut. Dari perolehan hasil belajar siswa pada siklus II dari 39 siswa menunjukkan bahwa indikator keuntasan belajar yang ditetapkan telah tercapai. Dengan tercapainya teraget yang telah ditetapkan untuk keatifan dan hasil belajar siswa, aktivitas keaktifan siswa berada pada level sedang sedangkan KKM untuk mata pelajaran telah dicapai, maka tindakan siklua II dihentikan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Saat pelaksanaan tindakan siklus I, untuk aktivitas keaktifan siswa belum menonjol, dan hasil belajar siswa masih mencapai ketuntasan 76,9%, dalam hal ini masih banyak anak yang belum mencapai standar yaitu ada 9 siswa dari 39 siswa yang belum tuntas. Maka dari itu kegiatan siklus I dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus II. Pada pelaksanaan siklus II , untuk aktivitas keaktifan siswa sudah menonjol, dan hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan 89,7%, dalam hal ini hanya tersisa 3 anak siswa dari 39 siswa yang belum tuntas atau masih dibawah nilai KKM. Dengan penggunaan pembelajaran berbasis discovery lerning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Siswa dapat melakukan percobaan penemuan dengan materi ciri – ciri makhluk hidup dan mampu memahaminya. Siswa juga dapat meningkatkan nilai rata – rata mata pelajaran IPA yang semula di bawah KKM menjadi di atas KKM, belajar tuntas dapat dicapai siswa. Situasi pembelajaran sangat menyenangkan, tidak ada lagi siswa yang bermalas – malasan saat proses pembelajaran.

Implikasi

Bila dengan metode discovery learning aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas III semester I SD Negeri Slembaran Kota Surakarta tahun pelajaran 2014/ 2015 meningkat maka perlu dikembangkan dan diaplikasikan pada mata pelajaran lainnya agar nantinya juga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang lain.

Saran

Saran bagi guru, Guru saat menyampaikan materi pembelajaran harus mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dan memberdayakan potensi siswa. Potensi siswa perlu diberdayakan dan dioptimalkan dengan mencoba melakukan praktek percobaan penemuan, sehingga siswa bisa mengetahui secara langsung hasil dari penemuannya itu. Bila ini dilakukan siswa merasa memiliki kemampuan dan merasa lebih dihargai serta akan muncul rasa percaya diri pada siswa.

Saran bagi siswa, Dengan rajin belajar melaksanakan semua perintah guru, siswa akan mendapat nilai baik, hilangkan rasa malas yang selalu ada pada diri siswa, bagi yang belum mencapai ketuntasan belajar jangan putus asa, kiatlah dan senantiasa belajar dengan tekun dimanapun dan kapanpun.

        

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia

BSE IPA,  Ilmu Pengetahuan Alam 3, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Drs. Noerhi Basution, M.A, dkk, 2004, Pendidikan IPA Di SD, Jakarta: Universitas Terbuka

I.G.A.K Wardani, dkk, 2007, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Universitars Terbuka

I.G.A.K Wardani, dkk, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka

M. Toha Anggoro, dkk, 2007, Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka

Udin S. Winata Putra, dkk, 2007, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka