Makalah Ikan Kerapu Bebek (Chromileptes altivelis)

PENDAHULUAN

Ikan Kerapu Bebek atau kerapu tikus (Chromileptes altivelis) adalah jenis ikan dari keluarga Serranidae yang ditemukan mulai dari Pasifik Selatan hingga Palau, Guam, New Caledonia dan selatan Australia. Habitat alaminya adalah karang laguna pantai. Jenis ini terancam kehilangan habitatnya.

Dalam bahasa Inggris, kerapu bebek disebut humpback grouper atau panther grouper dan khususnya di Australia, lebih dikenal dengan nama barramundi cod.

Kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis. Ciri khasnya terletak pada kepala yang kecil mirip bebek menyebabkan jenis ikan ini populer disebut kerapu bebek, namun ada yang menyebutnya sebagai kerapu tikus, karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai moncong tikus. Ikan kerapu secara umum dikenal sebagai hewan karnivora yang buas dan rakus.

Kerapu bebek merupakan ikan karang yang menjadi komudiatas perikan laut yang mulai menjadi pilihan utama dalam mengambangkan usaha perikanan laut, hal ini didukung oleh mudahnya cara budidayanya dan harga yang semakin melonjak seiring dengan permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri yang tidak pernah berhenti dalam mengkonsumsi ikan air tawar sebagai sumber protein yang besar.

Rumusan Masalah

        Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :

  1. Klasifikasi kerapu bebek.
  2. Bagaimana habitat dan lingkungan hidup kerapu bebek?
  3. Bagaimana perkembangbiakan kerapu bebek?
  4. Bagaimana  bagian-bagian tubuh kerapu bebek?
  5. Apa manfaat maupun kerugian bagi  lingkungannya?

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi

         Ikan kerapu termasuk dalam jenis golongan serranidae, tubuhnya tertutup oleh sisik kecil. Banyak jenis ikan kerapu yang sudah dibudidayakan, termasuk kerapu tikus (Cromileptes altivelis) yang memiliki nilai jual yang tinggi. Di pasaran internasional seperti singapura, Hongkong, Taiwan, Korea selatan dan Jepang harga ikan kerapu akan lebih mahal bila dijual dalam keadaan hidup. Menurut Weber and Beofort, (1940) dalam Ahmad (1991), klasifikasi ikan kerapu tikus adalah :D:\kerapu bebek\Potensi sumber Daya Kelautan Lampung Budidaya Ikan Kerapu.jpg

Kingdom                :  Animalia

Phyllum                :  Chordata

Subphylum                :  Vertebrata

Class                        :  Osteichyes

Subclass                :  Actinopterigi

Ordo                        :  Percomorphi

Subordo                :  Percoidea

Family                        :  Serranidae

Subfamili                :  Epinephihelinae

Genus                        :  Cromileptes

Spesies                :  Cromileptes altivelis

B. Habitat dan Lingkungan Hidup

Distribusi geografis ikan kerapu dimulai dari Pasifik Selatan hingga Palau, Guam, New Caledonia dan selatan Australia. Pada bagian timur Samudra Hindia dimulai dari barat Australia dan Nicobars, sedangkan di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.D:\kerapu bebek\exp_7_pic_Fis-26129.jpg

Peta penyebaran kerapu bebek ( dengan tanda merah)

Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beru ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Seringkali hidup menyendiri dan menyukai naungan sebagai tempat sembunyi. Ikan kerapu lebih suka menghindar dari siar matahari langsung, kecuali sewaktu mencari makan dan saat memijah.

Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24o – 310o C, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8. Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.

C. Karakteristik

Ikan kerapu bebek ini berbentuk pipih dan warna dasar kulit tubuhnya abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh permukaan tubuh.

Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit. Kepala berukuran kecil dengan moncong agak meruncing. Kepala yang kecil mirip bebek menyebabkan jenis ikan ini populer disebut kerapu bebek, namun ada yang menyebutnya sebagai kerapu tikus, karena bentuk moncongnya yang meruncing menyerupai moncong tikus.

Pertumbuhan kerapu bebek sangat lambat dibanding dengan jenis kerapu lainnya. laju pertumbuhan kerapu bebek yang diberi pakan ikan rucah tumbuh dari bobot awal 13 g menjadi 51 g dalam waktu 90 hari, sedangkan ikan yang diberi pelet tumbuh dari bobot awal 14 g menjadi 52 g dalam waktu yang sama. panjang total maksimum yang pernah tercatat adalah 70 cm.

D. Perkembangbiakan

Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan, indeks matang kelamin, dan ukuran tubuh. Perubahan tersebut terjadi setelah berukuran di atas 2,5-3,0 kg. Seekor induk betina berukuran 3-4 kg dapat menghasilkan 200-300 ribu butir telur setiap kali memijah. Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina.  http://3.bp.blogspot.com/-q-_jjq7-_tI/TdJ0C9cg4zI/AAAAAAAAAAU/O_8vnop_Ics/s200/S3700124.JPG

Hasil pengamatan menunjukan bahwa pada ikan Kerapu Tikus induk betina mulai matang gonat pada ukuran panjang total 36 cm atau bobot 1,0 kg, sedangkan jantan mulai matang ukuran 48 cm atau 2,5 kg. Dihabitat aslinya kerapu melakukan pemijahan pada malam hari pada pukul 20.00 malam hingga pukul 03.00 pagi. Biasanya kerapu jantan akan berenang berputar-putar mengikuti kerapu betina. Setelah itu kerapu betina akan mengeluarkan telurnya, karapu jantan mengeluarkan spermanya, kemudian telur akan dibuahi oleh sperma tersebut. Induk ikan akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun.

Perkembangan larva

Berdasarkan pengamatan mikroskopis, telur ikan Kerapu Tikus berbentuk bulat tanpa kerutan, cenderung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi, kuning telurnya tersebar merata. Telur transparan dengan diameter sekitar 850-950 mikron dan mempunai gelemung minyak dengan diameter 170 – 220 mikron terletak pada bagian posterior, sehingga posisi embryo larva nungging ke bawah serta tidak mempunyai rongga telur.

Perkembangan sel pertama kali terjadi 40 menit setelah pembuahan, pembelahan sel berikutnya berlangsung setiap 15 – 30 menit sampai mencapai tahap multisel selama 2 jam 25 menit sejak penetasan. Setelah tahap multisel, tahapan berikutnya adalah blastula, gastrula, neurula dan embryo. Gerakan opertama pada embryo terjadi kurang lebih pada jam ke 16 setelah pembuahan, selanjutnya telur menetasmenjadi larva pada sekitar jam ke 19 pada suhu antara 27 – 29 oC. Larva yang baru meneta mempunyai panjang badan total antara 1,69 – 1,79 mm. Mata belum berpigmen, mulut dan anus belum terbuka. Perkembangan berikutnya tubuh semakin panjang, sedangkan kantong telur dan gelembung minyak semakin mengecil.

Panjang larva yang baru menetas 2,068 mm. Pembentukan sirip punggung, saluran pencernaan sudah mulai terlihat tetapi mulut dan anus masih tertutup, calon mata sudah mulai terbentuk berwarna transparan mulai terjadi pada hari ke-1. Hari ke-2sirip dada mulai terbentuk, jaringan usus berkembang sampai ke anus, bersifat planktonis, bergerak mengikuti arus, sistem penglihatan belum berfungsi serta masih mempunyai kuning telur. Hari ke-3 mulai terjadi pigmentasi saluran pencernaan bagian atas, mulut mulai membuka, Pigmen melanofor berupa bintik hitam mulai terbentuk dan terkonsentrasi di sekitar lambung. Hari-4 kuning telur sudah habis terabsorpsi. Melanofor mulai menyebar ke ventral lambung dan pangkal ekor saat larva berumur ke-6 hari. Hari ke-7 pigmentasi lebih banyak terbentuk pada pangkal ekor. Calon duri sirip dada terlihat pada hari ke-9 dan sirip punggung pada hari ke-10 dengan panjang total badan rata-rata 4,30 mm. Perkembangan bintik hitam yang semakin menebal pada bagian lambung menandakan ikan sehat dan berkembang, sebaliknya apabila semakin memudar ikan tidak mau makan dan pada akhirnya akan mati . Dua sirip punggung nampak terlihat dan semakin memanjang pada ikan umur 11 hari.

Perkembangan panjang spina yang menyerupai layang-layang terus berlangsung sampai larva berumur 20-21 hari dengan panjang total larva rata-rata 6,15 mm sdan selanjutnya mereduksi menjadi sirip keras perama pada sirip punggung dan sirip dada. Mereduksinya spina mulai terlihat pada larva sejak hari ke-22 sampai ke-25 hingga ikan berumur 30 hari. Selain proses hilangnya spina yang panjang, juga terbentuk piogmentasi pada bagian badan, berupa bintik-bintik yang merata pada tubuh ikan dan mulai terlihat pada umur 25 – 28 hari. Periode perkembangan larva Kerapu Tikus sampai pada tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35-40 hari.

Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol, di perairan Indo Pacifik puncak pemijahan berlangsung beberapa hari sebelum bulan purnama terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Perkembangan teknologi terakhir, menunjukkan bahwa dengan perlakuan manipulasi lingkungan dan pemberian pakan induk yang baik serta vitamin secara teratur aktivitas pemijahan ikan kerapu tikus sudah dapat diupayakan sepanjang tahun. Pemijahan juga dapat dilakukan dengan rangsangan hormon HCG dan Puberogen. Fekunditasnya antara 200.000 sampai 300.000 per kg induk, untuk pemijahan baik menggunakan metode manipulasi lingkungan maupun dengan rangsangan hormon.

Makanan larva

Setelah menetas sampai dengan hari ketiga larva mendapatkan pasokan makanan secara endogenous yaitu dengan mangabsorpsi kuning telur yang dibawanya, kemudian mulai mendapatkan makanan secara eksogenous pada hari ketiga seiring dengan mulai terbukanya mulut. Sesuai dengan ukuran bukaan mulut, larva kerapu tikus mampu memangsa rotifer  dan zooplankton lainnya sebagai pakan pertama dengan ukuran kurang dari 75 mikron.

Sebagaimana jenis-jenis ikan kerapu lainnya, kerapu tikus bersifat carnivora, terutama memangsa larva moluska (trokofor), rotifer, mikrokrustasea, kopepode dan zooplankton untuk larva; sedangkan untuk ikan kerapu tikus yang lebih dewasa memangsa ikan-ikan kecil, crustacea dan cephalopoda. Menurut Nybakken sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air. Kerapu mempunyai kebiasaan makan pada siang dan malam hari dan lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.

Berdasarkan perilaku makannya, ikan kerapu menempati struktur topik teratas dalam piramida rantai makanan Sebagai ikan karnivora, kerapu mempunyai sifat buruk yaitu kanibalisme. Kanibalisme merupakan salah satu penyebab kegagalan pemeliharaan dalam usaha pembenihan. Sifat kanibalisme mulai muncul pada larva kerapu umur ke-30 hari penyebab munculnya kanibalisme diantaranya adalah pasokan makanan kurang cukup, sehingga memaksa larva kerapu memangsa larva lain yang ukurannya lebih kecil atau lebih lemah. Dibandingkan ikan kerapu macan dan lumpur, kanibalisme ikan kerapu tikus tidak sebesar dua jenis kerapu tersebut di atas, karena lebar bukaan mulut rata-rata pada kerapu tikus lebih kecil.

E. Morfologi

Bentuk morfologi ikan keraapu bebek dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Pada umumnya tubuh ikan kerapu bebek sama halnya jenis ikan lainnya terbagi atas tiga bagian , yaitu:

1. Head/Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.

2. Trunk/Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang

sampai dengan permulaan sirip dubur. Pada bagian badan terdapat sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (pelvic fin), serta organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.

3. Tail/Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan

ujung sirip ekor bagian paling belakang. Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur (anal fin), sirip ekor (caudal fin).

Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang. Tulang-tulang tutup insang terdiri dari:

-  operculum, berupa tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal.

- preopercle, berupa tulang sempit yang melengkung seperti sabit dan terletak di depan sekali.

Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang di atasnya, disebut membrana branchiostega. Membrana ini diperkuat oleh radii branchiostega yaitu berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx.

Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat ditemukan baik pada ikan yang mempunyai sisik maupun tidak bersisik. Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi.

Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip tersebut. sirip punggung dengan 10 duri keras (dorsal spines) dan 18 – 19 duri lunak, sirip perut dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak, sirip ekor dengan 70 duri lunak. Setiap sirip disusun oleh “membrana”, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip” yang terdiri dari jaringan tulangatau tulang rawan. Thoracic, dimana letak sirip perut berada di bawah sirip dada. Bentuk ekor pada kerepu bebek berbentuk rounded (membundar).

F.  Manfaat dan Kerugian bagi Lingkungan

Ikan Kerapu bebek merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di pasar domestik maupun pasar internasional dan selain itu nilai jualnya yang cukup tinggi. Ikan Kerapu bebek mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi missal. Selain itu, juga merupakan sumber protein.

Kerugian yang diakibatkan kerapu bebek lebih kepada orang yang membudidayakannya. Dimana penyakit yang dapat menyerang ikan tersebut. Namun sifat kanibaalisme ikan juga salah satu yang merugikan pada kerapu bebek.

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Demikian makalah ini, penyusun sarankan kepada para pembaca untuk lebih mempelajari tentang ikan kerapu bebek dari sumber-sumber lainnya. Khususnya yang amat tertarik dunia perikanan dan bisnis, kerapu bebek ini dapat dijadikan sebuah peluang usaha yang potensial. Namun tentunya tidak hanya sekedar eksploitasi di alam. Sebuah usaha budidaya yang tidak hanya menjaga kelestariaan ikan juga dapat memberi nilai komersial lebih.

DAFTAR PUSTAKA

http://blogs.unpad.ac.id/alfarico/2012/02/13/kerapu-tikus/

http://fachrisuryari.wordpress.com/category/flora-fauna/page/10/

http://id.scribd.com/doc/93296353/BUKU-KERAPU

http:iktiologi-indonesia.org/jurnal/3-1/06_0001.pdf

http://mymerahmata.blogspot.com/2013/02/ikan-kerapu-bebek.html

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CD0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.perbenihanbudidaya.kkp.go.id%2Fteknologi%2Fmanajemen%2520induk%2520kerapu%2520tikus.pdf&ei=CCeUdaGcnMrQflw4H4DQ&usg=AFQjCNEtkHb40FP49Gzry1GvQAjXSEyugQ&sig2=yd2UqSw_QBI8Wgia0Kn0BQ&bvm=bv.46865395,d.b

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&sqi=2&ved=0CFYQFjAI&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F43198%2FBab%2520II.%2520Tinjauan%2520Pustaka%25202006msy1.pd%3Fsequence%3D7&ei=CCeUdaGcnMrQflw4H4DQ&usg=AFQjCNHdBp3_kJJe9_CxrEuqg12djw0OMg&sig2=23n4pkkCJm22pF1dUu3W7A&bvm=bv.46865395,d.bmk

http://zhe-anythingforyou.blogspot.com/2011/05/kerapu-bebek-cromileptes-altivelis.html