MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF JEJARING SOSIAL

PADA KECERDASAN INTELEKTUAL PELAJAR SMA

 

 

 

 

 

 

 

Hazmi Ramadhan Adli

Muhammad Ramdan Pamungkas

Reggy Fajar Radesta

Frengky F Pigay

 

 

 

Program Studi Ilmu Komputer, FPMIPA

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

 

 hazmiramadhan28@gmail.com

pamungkas1996@gmail.com

reggyfajarradesta@gmail.com

frengkypigay@yahoo.com

Abstrak

 

Karya ilmiah ini menjelaskan tentang dampak negatif sosial media bagi pelajar SMA. Sosial media adalah media berbasis jaringan internet yang bermanfaat sebagai sarana untuk bersosialisasi tanpa perlu bertemu langsung. Selain manfaat tersebut, media sosial memiliki  dampak negatif, beberapa kasus seperti penculikan dan tindakan asusila berawal dari perkenalan di media sosial. Karya ilmiah juga akan membahas tentang tanggung jawab dan cara untuk mengatasi ketergantungan kepada sosial media, sehingga dampak buruk yang diakibatkan oleh hal tersebut dapat diminimalisir.

 

This science article deliver about negative impact of social media for senior high school student. Social media is network based media that useful for socialize without meet face-to-face. Beside that, social media have negative impacts, several kidnap case and unethic behavioural started from media social. This science article also give concern about responsibility and steps to solving for addicted to social media, so that, negative impact from social media can be minimalized.

 

Kata Kunci

                     Media sosial, kecerdasan intelektual, pelajar SMA.

 

 

1.  Pendahuluan

 

1.1    Latar Belakang Masalah

 

Kehadiran internet disambut dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Masuknya internet ke Indonesia telah membawa banyak perubahan besar. Masyarakat Indonesia telah mengalami kemajuan di berbagai bidang akibat adanya internet. Beberapa hal yang memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit kini menjadi lebih efisien dan ekonomis bahkan bisa didapatkan dengan gratis.

 

Salah satu contohnya adalah  komunikasi, pada zaman dahulu untuk berkomunikasi orang perlu bertemu dengan orangnya langsung atau berkirim surat yang memakan waktu yang lama. Kini dengan adanya media sosial, orang tak perlu bertemu langsung untuk berkomunikasi, cukup dengan mengakses media sosial melalui perangkat elektronik seperti komputer dan telepon genggam. Sehingga mereka bisa mengakses media sosial dimanapun dan kapanpun.

 

Remaja senang mencoba berbagai macam hal baru dan relatif cepat bosan. Mereka juga kerap memiliki rasa akan diri yang tidak stabil, mencoba label baru dan mengasosiasikannya dengan berbagai kelompok. Adapun selama masa remaja, hubungan dengan teman sepermainan mulai menjadi hal yang utama dibandingkan dengan hubungan terhadap keluarga. Walaupun keluarga tetap menjadi prioritas, namun remaja kerap menempatkan pengaruh yang kuat terhadap persepsi dan nilai dari teman-temannya. Oleh sebab itu, selama masa remaja, para remaja mungkin memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku dan keyakinan dari kelompoknya. Tidak heran jika banyak remaja yang aktif di berbagai jejaring sosial lebih dikarenakan unsur konformitas, dimana keikutsertaannya bertujuan untuk tetap bisa “fit in ” dengan kelompok sebayanya. Kehadiran media sosial di dalam kehidupan remaja juga dirasa menjadi salah satu sarana bagi remaja untuk menegaskan identitasnya. Remaja bisa memanfaatkan media sosial dalam mendefinisikan diri serta mencari tempat yang tepat baginya di dunia. Misalnya saja pada kasus penggunaan Facebook di kalangan remaja  dimana mayoritas remaja pengguna Facebook mengaku bahwa mereka terhubung banyak orang khususnya keluarga dan teman-teman sekolahnya. Melalui berbagai informasi yang dipublikasikan pada profil Facebooknya, remaja bisa memperoleh ataupun menguatkan status sosialnya. Media sosial dirasa menjadi salah satu sarana bagi remaja untuk mengumpulkan kepercayaan diri serta dukungan dari lingkungannya. Maka tidak heran jika remaja banyak mengakui bahwa Facebook ataupun media sosial lainnya bermanfaat karena dapat membantu mereka dalam membangun jalinan pertemanan seluas mungkin.

 

Tak bisa dipungkiri lagi, kini media sosial sudah menjadi faktor penting interaksi antar manusia. Khususnya kaum remaja. Ingat saja bagaimana  sulitnya untuk berhubungan dengan orang lain di luar kota, luar pulau, atau luar negeri  beberapa tahun yang lalu.  Tarif telepon yang masih mahal atau surat yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengiriman, membuat orang, relasi, dan keluarga yang terpisah jauh akan sangat sulit untuk dihubungi. Namun perkembangan teknologi yang pesat membuat berhubungan dengan orang lain meskipun terpisah ribuan kilometer dan zona waktu yang berbeda pun menjadi sedekat saat bertatap muka.

 

Dengan adanya media sosial ini, menjadikan seseorang terlalu terbuka akan dirinya di hadapan orang lain atau pun dengan orang yang belum dikenalnya, khususnya para pelajar SMA. Di tambah lagi dengan munculnya smartphone yang menyediakan kebebasan ber-sosial media dan provider layanan internet yang menyediakan murahnya layanan sosial media. Hal ini jelas mengakibatkan remaja melupakan akan batasan-batasan pergaulan yang seharusnya mereka ketahui.

 

Banyak para pelajar SMA yang kecanduan untuk menggunakan jejaring sosial tanpa mengenal waktu sehingga menurunkan produktifitas dan rasa sosial diantara remaja pun berkurang.  Banyak para remaja yang lebih suka berhubungan lewat jejaring sosial dibanding dengan bertemu dengan teman-temannya dan susah untuk berkomunikasi dengan yang lain secara langsung. Para pelajar juga lebih sering menggunakan waktu mereka untuk bermain game yang ada pada salah satu jejaring sosial tersebut sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk belajar. Dan yang paling memprihatinkan adalah banyaknya kasus asusila dan penculikan yang berawal dari perkenalan di media sosial. Maka dari itu, peran orang tua sangatlah penting, walaupun orang tua tidak menggunakan jejaring sosial, tetapi orang tua harus lebih menjaga lingkungan dan pergaulan anak-anaknya dibantu dengan sahabat-sahabat terdekatnya sehingga jika ada perilaku dari anaknya tersebut berbeda, maka orang tua harus tanggap dan mencoba menghubungi sahabat-sahabatnya agar tidak lebih berlanjut.

 

1.2  Rumusan Masalah

 

1.    Apa dampak negatif yang diberikan media sosial untuk pelajar SMA?

2.    Bagaimana peran dan tanggung jawab orang tua untuk mencegah pengaruh negatif itu?

3.    Apa saja cara yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah ini?

 

 

1.3 Tujuan

 

1.         Mencari tahu apa dampak negatif yang diakibatkan oleh sosial media.

2.         Mencari tahu peran dan tanggung jawab orang tua dalam mencegah pengaruh negatif sosial media.

3.     Mencari tahu cara yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diakibatkan sosial media.

 

 

1.4  Metode

 

1.       Melakukan pengamatan di lingkungan sekitar, terutama di warnet-warnet.

2.       Melihat perilaku dan layanan apa saja yang sering diakses oleh pelajar SMA.

3.       Mengamati berapa frekuensi pelajar SMA dalam mengakses sosial media.

4.      Mewawancarai 10 orang siswa SMA setempat atau membuat kuisioner.

5.      Mewawancarai 10 orang tua pelajar SMA.

 

 

2.  Hasil dan Pembahasan

 

Dalam beberapa dekade belakangan seringkali terdengar kata social media atau media sosial atau jejaring sosial. Media sosial adalah salah satu perkembangan teknologi yang memiliki andil besar dalam memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan bersosialisasi.  Beberapa karakter dari media sosial antara lain :

1. Adanya partisipasi

2. Adanya keterbukaan

3. Adanya percakapan

4. Adanya komunitas                                

5. Adanya koneksi

Beragam riset tentang efek sosial media telah banyak dilakukan. Efek media sosial terutama terhadap pelajar memang masih menjadi perdebatan. Ada yang secara optimis menyatakan media sosial sangat positif untuk siswa SMA. Sebaliknya, ada juga yang secara tegas memvonis negatif terhadap efek media sosial bagi anak-anak. Memang tidak mudah untuk menjawab pertanyaan, apakah media sosial berpengaruh buruk terhadap siswa? Atau memberikan dampak yang baik bagi kehidupan mereka?

 

Media sosial juga diteliti pengaruhnya terhadap kebiasaan belajar. 1 dari 3 siswa yang menggunakan Twitter memanfaatkannya untuk kepentingan belajar. Sementara siswa yang memakai Facebook lebih sedikit belajar dibanding yang tidak menggunakan Facebook.

 

Dari riset yang dirilis oleh Education Database Online Blog (onlineeducation.net) ada dua hal menarik yang dicatat. Pertama, bahwa media sosial sebagai sebuah media efek baik buruknya sangat tergantung pada pengguna dan cara menggunakannya. Oleh karena itu jawaban untuk pertanyaan apakah media sosial berpengaruh positif atau negatif bagi siswa, bisa ya bisa tidak. Kedua, di antara dua media sosial paling populer yaitu Twitter dan Facebook, Twitter lebih banyak berdampak positif daripada Facebook. Apakah hasil penelitian ini bisa digeneralisasi dan dijadikan standar? Tentu saja jawabannya tidak sederhana. Tetapi paling tidak hasil riset ini bisa dijadikan pertimbangan terutama bagi guru dan orang tua.

 

Riset lain yang dilakukan oleh Bits Pedia Easy Learning menarik untuk dikaji. 63 persen responden mengaku lebih sering menggunakan media sosial tanpa terencana sebelumnya. 77 persen menyadari bahwa media sosial menyia-nyiakan waktu penting mereka. 61 persen mengalami kurang mampu mengontrol diri dan fokus pada pekerjaan karena penggunaan media sosial yang berlebihan. 75 persen kehilangan fokus untuk mencari hal penting di internet dan “tersesat” mencari hal-hal yang tidak penting. 75 persen mengaku media sosial membuat mereka ketagihan. 51 persen mengaku menyalakan komputer tanpa kejelasan apa yang akan dilakukan. Tapi untungnya, 78 persen dari responden merasa perlu belajar penggunaan media sosial untuk meningkatkan produktifitas, sementara 22 persen sisanya beranggapan media sosial hanya untuk bersenang-senang (just for fun).

 

Berikut adalah beberapa dampak negatif dari situs jejaring sosial:

- Membuat Seseorang Menjadi Penyendiri dan Susah Bergaul

Situs jejaring sosial di internet membuat penggunanya memiliki dunia sendiri, sehingga tidak sedikit dari mereka tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang telah kecanduan situs jejaring sosial sering mengalami hal ini. Yang mengakibatkan dirinya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya lagi.

 

- Kurangnya Sosialisasi dengan Lingkungan

Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial peserta didik (siswa). Mereka yang seharusnya belajar sosialisasi dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya bersama teman-teman di komunitas jejaring sosialnya, yang rata-rata membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya kemampuan interaksi siswa secara langsung akan  menurun.

 

- Menghamburkan Uang

Akses internet untuk membuka situs jejaring sosial jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan siswa (terlebih kalau akses dari warnet). Tidak jarang siswa menggunakan uang SPP mereka untuk pergi ke warnet sekedar untuk membuka situs jejaring sosial saja. Ini dapat dikategorikan sebagai pemborosan, karena menggunakan uang untuk hal yang kurang bermanfaat..

 

- Berkurangnya Waktu Belajar Siswa

Hal ini sudah jelas, karena dengan mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial siswa akan lupa waktu, sehingga yang dikerjakannya hanyalah itu-itu saja, akibatnya kegiatan belajar yang merupakan salah satu kewajiban pelajar menjadi terbengkalai.

 

- Memicu Tindakan Asusila dan Anarkis

Sosial media yang memiliki ruang lingkup konsumen luas, mencakup semua tingkatan umur merupakan sasaran empuk untuk sarana menyebarkan hal-hal menyimpang oleh pihak-pihak tertentu seperti ajaran sesat, paham yang separatis, dan lain-lain.

 

Objek pembahasan disini adalah pelajar SMA,  adalah tanggung jawab orangtua, jadi tentu saja yang memiliki peranan penting untuk melindungi dan mengatasi ketergantungan terhadap media sosial yang memberikan dampak negatif cukup banyak seperti yang telah diterangkan diatas.

 

Cara untuk mengatasi ketergantungan pelajar dari sosial media adalah melalui keluarga, berikut ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan :

1.     Luangkan waktu dengan anak saat belajar komputer dan internet

Meluangkan waktu lebih banyak bersama anak bisa dengan belajar bersama lebih dalam tentang komputer dan internet. Baik orangtua maupun anak harus tahu dan bisa mengoperasikan situs jejaring social.

2.     Ingatkan anak tentang konsep "orang asing"

Ingatkan pada anak agar tidak percaya begitu saja pada orang yang baru dikenalnya. Tekankan kepada anak agar tidak memberikan informasi pribadi, seperti email dan nomor telepon.

3.     Kenalkan etiket bergaul dengan teman "online"

Memperluas pergaulan sah saja, apalagi anak-anak kini sudah semakin terbuka dengan teknologi internet. Namun, perlu diajarkan kepada para remaja agar memperhatikan batasan pergaulannya. Jangan izinkan anak-anak bertemu langsung dengan teman baru yang dikenal lewat chatting.

 

3.  Simpulan dan Saran

Pada dasarnya membuat networking atau jejaring sosial itu sangatlah penting. Bila perlu buatlah jejaring pertemanan bukan hanya dari dalam negeri saja, melainkan hingga ke luar negeri.Karena hal ini dapat mempermudah manusia dalam dunia kerja nanti.Disinilah peran situs jejaring sosial yang sebenarnya, yakni memberikan seseorang sebuah tempat untuk dapat menjalin pertemanan dan berkomunikasi pada lebih dari satu orang. Tapi tidak dapat dikesampingkan bahaya yang bisa terjadi akibat kecanduan situs jejaring sosial ini. Banyak hal yang dapat terjadi jika lengah dalam berteman di dunia maya karena dibalik sana banyak sekali orang-orang tidak bertanggung jawab telah memanfaaatkan situs jejaring sosial untuk melakukan tindak kriminal. Oleh karena itu kewaspadaan dan pengawasan dari orang tua sangat diperlukan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dalam berjejaring di dunia maya seperti ini.

 

 

Internet merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi yang memiliki manfaat untuk semua orang, namun disamping itu, terdapat beberapa dampak negatif dari media sosial, seperti:

- Membuat seseorang menjadi penyendiri dan susahbergaul.

- Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan.

- Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi.

- Kejahatan seperti menipu dan mencuri dapat dilakukan di internet (kejahatan juga ikut berkembang).

- Menghamburkan Uang.

- Berkurangnya Waktu Belajar Siswa.

- Memicu tindakan asusila ataupun anarkis yang berasal dari pengaruh konten-konten pornografi atau provokasi di media sosial.

 

Orang tua disarankan untuk segera mengawasi anak-anaknya yang berumur dibawah 13-17 tahun dari saat menggunakan Facebook atau jejaring sosial sejenis. Memang banyak games menarik di Facebook yang bisa menggoda anak-anak. Namun tetap saja harus dikurangi bahkan dihindari sehingga kecanduan akan hal tersebut dapat diminimalisir. Masih banyak games lain yang menarik dan bisa dimainkan tanpa harus jadi anggota Facebook.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua sebagai langkah untuk menjaga anak-anak mereka dari dampak negatif situs jejaring sosial, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.   Berupaya belajar tentang internet serta situs jejaring sosial yang ada di internet tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar setidaknya para orang tua mengetahui seperti apa teknologi sekarang ini,  dan bisa mengawasi anaknya pada saat berselancar di internet.

2.   Beritahukan tentang bahaya yang mengintai dalam penggunaan situs jejaring sosial. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan jejaring sosial tersebut, dan mengerti batasan-batasannya.

3.   Sebisanya dampingi anak saat berselancar di dunia maya, terlebih pada saat anak tersebut membuka situs jejaring sosial.

4.   Tidak memberikan telepon seluler yang dapat mengakses internet pada anak yang belum cukup umur.

Dari paparan dampak situs jejaring sosial di atas, adapun langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengimplementasian gagasan yaitu sebagai berikut:

- Memberikan pemahaman kepada siswa tentang bahaya situs jejaring sosial.

- Usahakan untuk tidak memberikan telepon seluler yang dapat mengakses internet (situs jejaring sosial).

- Mengawasi siswa dalam berinternet atau berjejaring social.

 

Berbahaya atau tidaknya situs jejaring sosial itu tergantung pada bagaimana cara mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan itu agar tidak terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya para orang tua lebih mengawasi anak - anaknya ketika mereka sudah mulai berjejaring lewat dunia maya, peran pemerintah dan lembaga pendidikan juga penting disini, yakni memberikan penyuluhan tentang bahaya berjejaring di dunia maya. Dengan begitu mereka secara perlahan akan mengerti dan bisa bertindak waspada ketika mereka sedang bermain atau berjejaring di dunia maya serta secara tidak langsung tindakan tersebut dapat mengurangi dampak buruk akibat situs jejaring sosial.

 

 

 

 

 

 

   Referensi :

- Al Rayan, 2010. “Dampak dari Jejaring Sosial” [online]. Tersedia : http://rayandimas.blogspot.com/2010/02/dampak-dari-jejaringan-sosial.html. [Rabu, 17 Februari 2010].

- Anugerawan. Ferdi, 2009. “Dampak Negatif  dan positif  jaringan sosial” [online]. Tersedia : http://anugerawan.blogspot.com/2009/12/dampak-negatif-dan-positif-jaringan.html. [Sabtu, 26 Desember 2009].

- Hanjani, F. A. 2013. “Peningkatan Kebutuhan akan Media Sosial Pada Remaja, Salah Siapa?” [online]. Tersedia : http://www.personalgrowth.co.id/en/journal-viewarticle.php?id=91. [17 Juli 2013].

- Haryanto, S.Pd, 2013. “Remaja dan Pornografi Internet” [online]. Tersedia : http://belajarpsikologi.com/remaja-dan-pornografi-internet/. [July 24, 2010].

- Ikhwan, 2013. “Dampak Positif dan Negatif Jejaring Sosial” [online]. Tersedia : http://webikhwan.blogspot.com/2012/10/dampak-positif-dan-negatif-jejaring.html. [Oktober 2013].