BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plathyhelmintes berasal dari bahasa yunani yaitu paltys = pipih dan helmint = cacing. Jadi berati cacing yang berbentuk pipih. Ciri-ciri umum Plathyhelmintes antara lain tubuh pipih, triploblastik aselomata (mempunyai tiga lapis lembaga yaitu ektoderm, mesoderm, endoderm, tetapi tidak memiliki rongga tubuh), mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina.

        Firman Allah SWT dalam Surat An-Nuur ayat 45: 

Artinya: “Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

B. Rumusan Masalah

a. Apa saja karakteristik umum Plathyhelmintes ?

b. Bagaimana klasifikasi dari Plathyhelmintes ?

c. Bagaimana siklus hidup Plathyhelmintes ?

d. Apa saja peranan Plathyhelmintes bagi kehidupan makhluk hidup ?

C. Tujuan Makalah

a. Memberikan pengetahuan tentang karakteristik umum plathyhelmintes

b. Memberikan pengetahuan  tentang klasifikasi dari plathyhelmintes

c. Memberikan pengetahuan tentang  siklus hidup plathyhelmintes

d.  memberukan pengetahuan tentang peranan plathyhelmintes bagi kehidupan makhluk hidup

D. Manfaat Makalah

a. Mengetahui karakteristik umum Plathyhelmintes

b. Mengetahui klasifikasi dari Plathyhelmintes

c.Mengetahui siklus hidup Plathyhelmintes

d. Mengetahui peranan Plathyhelmintes bagi kehidupan makhluk hidup

BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik umum Plathyhelmintes

        Plathyhelmintes berasal dari bahasa yunani yaitu paltys = pipih dan helmint = cacing. Jadi berati cacing yang berbentuk pipih. Ciri-ciri umum Plathyhelmintes antara lain tubuh pipih, triploblastik aselomata (mempunyai tiga lapis lembaga yaitu ektoderm, mesoderm, endoderm, tetapi tidak memiliki rongga tubuh), mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina. Alat pencernaan tidak sempurna artinya hanya mempunyai mulut tanpa anus, sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui mulut, sistem pencernaan berupa sistem gastrovaskuler yaitu usunya digunakan untuk mencerna makanan dan mengedarkan zat-zat makanan keseluruh tubuh (ususnya bercabang-cabang), tidak memiliki sistem peredaran darah dan respirasi, respirasi terjadi sacara difusi melalui permukaan tubuh, simetri bilateral, alat ekskresi berupa sel api (solenosit = flame cell), sistem saraf tangga tali berupa ganglion anterior dengan dua benang saraf memanjang dan bercabang di seluruh tubuh, dan jenis kelamin hermafrodit (terdapat dalam satu individu). Perkembangbiakan secara seksual dengan perkawinan silang dan secara aseksual dengan membelah diri dan regenerasi. Perkembangan dengan cara  aseksual yaitu dengan  Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian tubuh yang hilang (lihat gambar A.1) . Sedangkan denga cara seksual Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.

Gambar A.1 Reproduksi Aseksual Plathyhelmintes

Sumber : Zona Siswa

B. Klasifikasi dari Plathyhelmintes

        Plathyhelmintes dibagi menjasi tiga kelas yaitu sebagai berikut :

1. Kelas Turbellaria (Cacing Rambut Getar/ bersilia)

        Kelompok cacing Turbellaria adalah cacing yang hidup bebas dan bergerak dengan bulu getarnya, contohnya Planaria dan Biplium. Cacing ini dapat digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air. Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air tersebut belum tercemar karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang jernih, sehingga apabila air tersebut tercemar maka cacing ini akan mati.  C:\Users\ahmadzahid\Pictures\avert\Platy.jpg

Gambar B.1 bagian-bagian tubuh turbelaria

Sumber : Zona Siswa

2. Kelas Trematoda (Cacing Isap)


        Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati).

        Kelas Trematoda ini umunya memiliki dua alat penghisap yaitu alat penghisap oral dan ventral, hidup parasit dalam usus, hati, dan paru-paru, pembuluh darah manusia dan hewan ternak. Contohnya Clonorchis sinensis, Schistosoma japonicum, dan Fasciola hepatica. Lihat gambar B.2

.Gambar B. 2 . daur hidup Trematoda (cacing isap)

Sumber : Zona Siswa

3. Kelas Castoda (Cacing Pita)


        Cacing ini dikenal sebagai cacing pita. Seperti cacing hati, cacing pita bersifat sebagai parasit pada hewan dan manusia, jumlahnya sekitar 1500 species. Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga panjangnya bisa mencapai 20 m atau lebih. Tubuh kita dapat dimasuki cacing ini apabila kita memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang tidak matang. Jenis yang terkenal adalah
 Taenia saginata (inangnya hewan sapi) dan Taenia solium (inangnya hewan babi).

        Bentuk tubuh dari kelas cestoda ini pipih seperti pita, hidup parasit, dan tubuh terdiri atas kepala (skoleks), leher, dan proglagtid, yang ukurannya makin besar dan makin dewasa kearah belakang menjauhi kepala. Kepala dilengkapi alat kait (rostelum) atau alat penghisap atau keduanya untuk melekatkan diri dan untuk menghisap sari-sari makanan dari usus inang. Proglatid  sebenarnya merupakan satu individu yang hernafrodit (memiliki testis dan ovarium), sedangkan alat ekskresi dan sistem saraf menjadi satu kesatuan untuk seluruh ruas tubuh. Tidak memiliki mulut alat pencernaan, makanan langsung diperoleh dengan menyerap zat makanan dari inangnya melalui seluruh permukaan tubuh. Lihat gambar B.3.

Gambar B.3 Daur Hidup Cestoda (Cacing Pita)

Sumber : Zona Siswa

C. Siklus hidup Plathyhelmintes

1. Kelas Turbellaria

Planaria s.p

Cacing ini dipakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas Turbellaria pada umumnya. Anggota genus Dugesia, yang umumnya dikenal sebagai Planaria, berlimpah dalam kolam dan aliran sungai yang tidak terpolusi. Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air. Bentuk tubuh anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing yang panjang tubuh sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan yang lebih kecil atau memakan hewan-hewan yang sudah mati. Planaria dan cacing pipih lainnya tidak memiliki organ yang khusus untuk pertukaran gas dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang pipih itu menempatkan semua sel-sel berdekatan dengan air sekitarnya, dan percabangan halus rongga gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh hewan tersebut.

Sistem saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring, oesofagus, dan usus. Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu kira-kira dekat dengan pertengahan agak ke arah ekor. Lubang mulut ini dilanjutkan oleh kantung yang bentuknya silindris memanjang yang disebut rongga mulut (Faring). Oesofagus merupakan persambungan daripada faring yang langsung bermuara kedalam usus; ususnya bercabang tiga, yaitu menuju ke arah anterior, sedang yang dua lagi sejajar menuju ke arah posterior.

Seperti halnya hewan tingkat rendah lainnya, Planaria juga belum mempunyai alat pernafasan yang khusus. Pengambilan O2 maupun pengeluaran CO2 secara osmosis langsung melalui seluruh permukaan tubuh.

Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang mulai dari sel-sel nyala (flame cells) yang di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh sistem ini terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Flame cells atau sel-sel api berfungsi sebagai alat ekskresi yang membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolisme dan juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut membantu mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat dipertahankan seperti ukuran normal.

Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya berhubungan silang, dan 2 ganglion anterior yang terletak dekat di bawah mata. Ganglion berfungsi sebagai otak dalam arti bertindak sebagai pusat susunan saraf serta mengkoordinir aktivitas-aktivitas anggota tubuh. Seonggok ganglion tersebut letaknya di bagian kepala persis di bawah lapisan epidermis agak di sebelah bintik mata. Ganglion ini karena terletak di bagian kepala dan berfungsi sebagai otak maka biasa disebut ganglion kepala atau ganglion cerebral. Dari ganglin cerebral ini keluarlah cabang-cabang urat saraf secara radier menuju ke arah lateral, anterior, dan pasterior. Cabang anterior menuju ke bagian bintik mata, cabang lateral menuju ke alat indera cemoreseptor, sedangkan cabang posterior ada satu pasang kanan kiri yang saling bersejajar yang membentang di bagian ventral tubuh yang disebut tali saraf.

Planaria sudah mempunyai alat indera yang berupa bintik mata, dan indera aurikel, yang kedua-duanya terletak di bagian kepala. Bintik mata merupakan titik hitam yang terletak di bagian dorsal daripada bagian kepala. Masing-masing bintik mata terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi dengan sel-sel saraf sensorik yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik mata itu sekedar dapat membedakan gelap dan terang saja.

Planaria bersifat hermafrodit, terdapat alat kelamin jantan dan betina. Alat kelamin jantan terdiri dari:

  1. Testis, yang berjumlah ratusan, berbentuk bulat tersebar di sepanjang sisi tubuh keduanya.
  2. Vasa eferensia, yang merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh lainnya.
  3. Vasa deferensia, merupakan pembuluh berjumlah dua buah yang masing-masing membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara ke dalam suatu kantung yang disebut vesiculus seminalis.
  4. Vesiculus seminalis, berfungsi untuk menampung sperma dan menyalurkan sperma menuju ke penis.
  5. Penis, yang merupakan alat pentransfer ke tubuh waktu mengadakan kopulasi pada perkawinan silang.

Sistem alat kelamin betina terdiri dari atas bagian-bagian seperti berikut:

  1. Ovari, berjumlah dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian anterior tubuh.
  2.  Oviduct, dari setiap ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah saluran yang disebut oviduct (saluran telur). Antara saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang masing-masing dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
  3. Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi sel telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
  4. Vagina, merupakan suatu aliran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari cacing planaria lain.
  5.  Uterus, merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung yang berfungsi untuk menyimpan spermatozoid. Uterus juga biasa disebut receptaculus seminalis.
  6.   Genital atrium (ruang genitalis) yaitu muara antara kedua buah saluran telur.

Planaria berkembang biak dengan cara seksual maupun aseksual. Planaria akan menghindarkan diri bila terkena sinar yang kuat, oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di bawah objek yang lain. Pada waktu istirahat biasanya Planaria melekatkanatau menempelkan diri pada suatu objek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir. Planaria melakukan dua macam gerak, yaitu gerak merayap dan meluncur.

2. Kelas Trematoda (Cacing Isap)

Zygot  Larva Myrasidium Sporosit   Redia  Sercaria  Metacercaria  Cacing dewasa.

        Keterangan:

  1.  Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita
  2. Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput
  3.  Di tubuh siput, larva myrasidium akan bermetamorfosis  menjadi sporosit
  4. Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
  5. Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
  6.  Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria
  7. Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.

Zygot  Larva Myrasidium   Sporosit   Redia  Sercaria  Metacercaria  Cacing dewasa.

Keterangan:

  1.  Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita
  2.  Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput
  3. Di tubuh siput, larva myrasidium akan bermetamorfosis  menjadi sporosit
  4. Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
  5. Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
  6. Sercaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria.
  7. Tumbuhan yang mengandung kista di makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa

  1. Kelas Cestoda (cacing Pita)

Taenia solium

 Larva, yang dilengkapi dengan scolex akan berkembang menjadi kista pada jaringan tubuh inang, misal pada otot. Manusia yang memakan daging yang terinfeksi, akan menyebabkan kista berkembang menjadi cacing pita  dewasa Cacing pita dewasa terdiri dari scolex dan proglotid.Proglotid pada bagian ujung mengandung telur yang telah dibuahi yang siap dikeluarkan bersama feses untuk menginfeksi kembali Di dalam telur yang telah dibuahi, embrio berkembang menjadi larva. Sapi mungkin akan memakan telur bersama rumput dan akan menjadi inang sementara bagi cacing pita.

D. Peranan Plathyhelmintes bagi makhluk hidup

Adapun peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

1.     Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme

2.    Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia maupun makhluk hidup , lainnya seperti :

  1. Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
  2. Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
  3. Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
  4. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus terjadi gejala diare kronis.
  5. Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap sari-sari makanan di usus manusia.
  6. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica. Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, diare

BAB III

PENUTUP

        A. Kesimpulan

Plathyhelmintes merupakan hewan yang mimiliki tubuh pipih, triploblastic aselomata, alat pencernaan tidak sempurna, sistem pencernaanya berupa gastrovaskuler, tidak memiliki sistem peredaran darah dan respirasi, respirasi terjadi secara difusi,simetri bilateral, alat ekskresi berupa sel api, sistem saraf tangga tali, jenis kelamin hermafrodit, perkembangbiakan secara aseksual dengan cara membelah diri dan regernasi sedangkan secara seksual dengan perkawinan.

Plathyhelmintes dibagi menjadi tiga kelas yaitu :

a. kelas Turbelaria (cacing bersilia) contoh : Planaria dan Bipalium

b. kelas Termatoda (cacing isap) contoh : Fasciolia hepatica, Clonorchis sinensis, Schistosoma japonicum

c. kelas Cestoda (cacing pita) contoh : Taenia saginata dan Taenia solium.

        

Siklus hidup dari Platyhelminthes parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari kelas Trematoda yaitu Clonorchis sp dan Fasciola hepatica. Dan dari kelas Cestoda yaitu Taenia saginata dan Taenia solium.

Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah: Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia.

        B. Saran

Sebaiknya kita sebagai manusia harus berhati-hati dalam pemilihan makan, khusunya daging.  Maupun itu daging sapi, domba, maupun babi dan ikan bila terkontaminasi oleh cacing yang berfilum Plathyhelmintes seperti kelas trematoda contohnya cacing Clonorchis sinensis dengan inang perantara 1 yaitu siput yang kedua pada ikan. Sedangkan pada kelas Cestoda cotohnya Taenia saginata pada daging sapi dan Taenia solium pada daging babi. Hal tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan manusia bahkan mengancam jiwa kita

DAFTAR PUSTAKA

Djarubito, Brotowidjoyo. M.1994. Zoologi Dasar, Jakarta: Erlangga.

Platyhelminthes. http://www.zonasiswa.com/2014/06/mengenal-phylum-platyhelminthes-cacing.html,

(Diakses tanggal 19 februari 2015)

Platyhelminthes.http://www.ucmp.berkeley.edu/platyhelminthes/platyhelminthes.html,

(Diakses tanggal 19 Februari 2015)