PENILAIAN SIKAP

  1. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.  

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

  1. receiving 

Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

  1. responding 

Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.

  1. valuing 

Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

  1. Organization

Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

  1. characterization by evalue or calue complex

Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan  suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.

Aspek afektif dalam pembelajaran Biologi

  1. Karakter : ada 18  searching
  2. Keterampilan sosial

Afektif biologi-lihat buku Nuryani

Afektif KTSP umumA1, A2-5

KTSPkarakter, sikap12-18

  1. Aspek afektif yang ditekankan pada kurikulum 2013

Standar Kompetensi Lulusan-Domain Sikap

DIKDAS: SD

SMP

SMA/K

memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain

memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

serta dalam menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

        Afektif kurikulum 2013  hampir sama, mengedepankan pendidikan karakter siswa, lebih kepada ketuhanan(perbaikan akhlaq/mental),

Copy kelompok’e deswid

  1. Cara melakukan penilaian harian dan akhir terhadap ranah afektif

Penilaian harian : dilakukan observasi dengan angket

Penilaian akhir : akumulasi nilai harian

Penilaian Proses:

Penilaian produk:

  1. Cara menyusun skala sikap, wawancara dan angket

Skala Sikap

Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkankonasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap   selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.

Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Skala Thrustone

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah

7

6

5

4

3

2

1

Saya senang balajar sejarah

 

 

 

 

 

 

 

Pelajaran sejarah bermanfaat

 

 

 

 

 

 

 

Pelajaran sejarah membosankan

 

 

 

 

 

 

 

Dst….

 

 

 

 

 

 

 

Skala Likert

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah

  1. Pelajaran sejarah bermanfaat

SS

S

TS

STS

  1. Pelajaran sejarah sulit

 

 

 

 

  1. Tidak semua harus belajar sejarah

 

 

 

 

  1. Sekolah saya menyenangkan

 

 

 

 

Keterangan:

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

Skala Guttmann

Wawancara

  1. Anecdotal record, inventori kepribadian, dan sosiometri

Anecdotal record

Anecdotal record merupakan catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai
kelakuan-kelakuan yang luar biasa. 

  1. Menerangkan tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan
    siapa yang menjadi observer.
  2. Melukiskan peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan
    yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
  3. Segera dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan.
  4. Harus dibuat oleh beberapa penyelidik.
  5. Harus bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya
    dengan perkembangan individu.
  6. Laporan harus faktuil, dipisahkan dari data dan interpretasi.

Bentuk-bentuk Anekdot Record

  1. Bentuk I :

hanya sampai data

Student’s Name .......................

Date........................
Observer’s Name ......................................................

Where Observed..................................

Comments and Suggestions :

  1. Bentuk II :

sudah ada interprestasi

  1. Bentuk III :

selain ada data dan interprestasi juga ada rekomendasi ( sudah ada
perumusan masalahnya penganalisaan ).

Catatan anekdot dapat dibuat oleh tenaga-tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru, yang sempat mengobservasi tingkah laku siswa dalam berbagai situasi
sekolah. Guru dapat membuat catatan anekdot, hanya sampai data ( bentuk I ). Bentuk
II dan III harus dibuat konselor, karena memerlukan ketrampilan tertentu. Interpretasi
atau rekomendasi , komentar hendaknya ditulis di ruang tersendiri yang terpisah dari
ruang untuk memuat diskripsi.

Konsekuensi bagi Konselor yang Menggunakan Catatan Anekdot

Tes inventori 

adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian.

Tes Sosiometri

ada dua macam , yaitu :

  1. Tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu ( criterium ) bersama- sama dengan teman-teman yang dipilih.
  2. Tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
  3. Tes sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di institusi-institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok,sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui jaringan hubungan sosial pada umumnya saja.


Ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri , yang terikat pada situasi pergaulan sosial atau kriterium tertentu.

  1. Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
  2. Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan pertama, kedua, dan ketiga. Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan masing-masing siswa terhadap kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometri diterapkan lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda ).


Ada kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang lain untuk belajar bersama di kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk pergi piknik bersama. Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai banyak teman, beberapa teman atau sama sekali tidak mempunyai teman.

  1. Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.

  1. Pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa

  1. Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai. menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis.

  1. Cara menskore nilai afektif dan memasukkan ke nilai akhir

Teknik Penskoran Pengukuran Afektif

skala 10 – 20 termasuk tidak berminat,

         21 – 30 kurang berminat,

31 – 40 berminat dan

41 – 50 sangat berminat.