EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PAIKEM DALAM MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CARA MAKHLUK HIDUP MENYESUAIKAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN BAGI SISWA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI WIROGUNAN 02 KARTASURA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh:Isdaryanti,
SD Negeri Wirogunan 02, Kartasura,Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan; dan 2) hasil belajar IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan bagi siswa kelas V Semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015 melalui penggunaan pembelajaran PAIKEM.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V Semester I di SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 21 orang siswa.Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Pembelajaran PAIKEM efektif untuk meningkatkan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sikap ilmiah siswa kategori sangat baik dan baik dari 28.57% pada kondisi awal, meningkat menjadi 42.86% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 71.43% pada tindakan Siklus II; dan 2) Pembelajaran PAIKEM efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan bagi siswa kelas V Semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan pembelajaran yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 65.81 pada kondisi awal menjadi 70.57 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 72.10 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52.38% pada kondisi awal menjadi 71.43% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 85.71% pada akhir tindakan Siklus II.
Kata Kunci: Hasil belajar, sikap ilmiah, pembelajaran IPA, metode PAIKEM.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sikap ilimah merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan, terutama dalam pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan sikap ilmiah berkaitan dengan ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan fakta dengan pendapat yang merupakan karakteristik dalam pembelajaran sains. Sikap ilmiah tersebut dapat menjadi kecenderungan dalam pembelajaran untuk memilih sesuatu dan sikap ilmiah dapat menimbulkan efek kepada pembelajar, baik positif atau negatif.
Adanya sikap ilimiah yang positif terhadap sains tentu saja akan memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya sikap yang negatif akan mengakibatkan siswa menjadi antipatif dan cenderung mengembangkan sikap-sikap yang tidak ilmiah.
Atas dasar hal tersebut, dalam pembelajaran IPA atau sains, guru perlu menekankan pada pemberian pengalaman langsung, lebih mengutamakan bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung, guna mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan keterampilan psoses sains. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa sebagai modal dasar memahami ilmu sains dan pembentukan sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru seringkali mengajarkan IPA sebatas pada IPA sebagai produk. Hal ini diartikan bahwa guru mengajar IPA hanya dengan tujuan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip, dengan cara ini siswa didorong untuk menghafal prinsip-prinsip atau dalil-dalil dalam IPA. Padahal karakteristik dari sains antara lain lain adalah bersifat abstrak, konsep-konsep yang disederhanakan dari yang sebenanya serta konsep-konsep yang saling berkaitan dan berurutan.
Konsep-konsep dalam sains yang bersifat abstrak akan cenderung lebih sulit dipelajari oleh siswa yang belum memiliki kemampuan berfikir formal. Akibat dari karakteristik tersebut, maka diperlukan waktu yang lebih lama untuk memahami suatu konsep dengan benar, terutama untuk materi yang lebih rumit atau kompleks yang memerlukan penguasaan konsep yang mendasarinya.
Pembelajaran yang demikian seringkali menjadikan siswa cepat bosan dan kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Dampak selanjutnya adalah bahwa hasil belajar siswa tidak optimal. Siswa hanya belajar menghafal konsep tanpa mengetahui proses yang mendasari dari adanya konsep itu sendiri.
Hal yang sama juga terjadi pada siswa di kelas V SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Metode mengajar yang digunakan guru seringkali dilakukan dengan model ceramah sehingga siswa didorong untuk menghafal dan mengingat konsep sains. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal.
Kurang optimalnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa di kelas V SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo ditunjukkan dengan rendahnya nilai hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan hasil ulangan harian pada materi “Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan” bagi siswa kelas V semester I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 56.00, dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 78.00. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 65.81 atau masih di bawah KKM yang ditetapkan dengan KKM > 68.00.
Ditinjau dari ketuntasan belajar, tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas V SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura, Kabupaten Sukoharjo pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebesar 52.38%. Hal ini diartikan bahwa jumlah siswa yang sudah memperoleh nilai > 68.00 baru mencapai sebanyak 11 orang dari 21 orang siswa yang ada. Sisanya sebanyak 10 orang siswa, atau 47.62% memperoleh nilai < 68.00 dalam pembelajaran IPA materi “Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan”.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan tindakan perbaikan pembelajaran. Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang dianggap menyenangkan dan mampu mendorong siswa aktif serta kreatif dalam proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar sikap ilmiah siswa terbangun dengan optimal.
Salah satu metode yang dianggap tepat untuk membangun sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran sains adalah metode pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Model pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi. Kedua, proses Komunikasi. Ketiga, proses Refleksi. Keempat, proses Eksplorasi. Dengan model ini diharapkan sikap ilmiah siswa dapat terbangun secara optimal sehingga penguasaan konsep akan semakin optimal pula.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan dalam dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA.
Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kompetensi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dan lebih memahami langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran PAIKEM.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah sebagai sumbangan informasi dalam pengembangan sumber daya manusia pendidikan.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Kata pembelajaran menurut Sagala (2004 : 45 ) adalah terjemahan dari “Instruction“ yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan cetak atau program televisi, gambar, audio dan lainnya.
Pembelajaran menurut Schunk (2010: 3) didefinisikan sebagai “... an enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results from practice or other forms of experience”. Pengertian tersebut mengandung adanya implikasi bahwa proses pembelajaran mencakup “acquiring and modifying knowledge, skills, strategies, beliefs, attitudes, and behaviors.”
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) (Djojosoediro, 2008: 3).
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah (Anonim, 2008b: 15).
Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah (Muslichah, 2006: 25).
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
Prestasi Belajar IPA
Pengertian prestasi belajar menurut Tirtonagoro (2001: 43) bahwa: “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.” Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:70) yang dimaksud prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.”
Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Dikaitkan dengan pembelajaran IPA, maka prestasi belajar IPA adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPA.
Sikap Ilmiah
Gagne dan Briggs, sebagaimana dikutip Annie, Catharina Tri (2004: 25) mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam lima kategori, yaitu: kemahiran intelektual (intelectual skill), strategi kognitif (cognitive strategies), informasi verbal (verbal information), kemahiran motorik (motor skills), dan sikap (attitudes). Hal yang dimaksud dengan sikap (attitudes) menurut Gagne ini adalah suatu kondisi yang internal. Sikap mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk memilih obyek terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja yang spesifik.
Sikap Ilmiah menurut Mulyono, sebagaimana dikutip oleh Catharina Tri (2004: 25), adalah sikap yang disiapkan bertindak untuk perbuatan yang berdasarkan pada pendirian/ pendapat/keyakinan. Sedangkan menurut Ledward, sebagaimana yang dikutip Iskandar (2004: 10) adalah “An attitude as degree of positive or negatif affect associated with some pychological objects”. Dimana Sikap berkaitan dengan obyek yang disertai dengan perasaan posititif (favourable) atau perasaan negatif (unfavorable). Jadi sikap ilmiah adalah “Scientific attitude” (Sikap keilmuan).
Gega, sebagaimana dikutip oleh Iskandar (2004: 11) mengemukakan bahwa empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam Sains terdiri dari sikap-sikap sebagai berikut: “(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence”. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat. Sedangkan, oleh American Association for Advancement of Science (AAAS: 1993) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yakni honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan).
Pengukuran sikap ilmiah siswa sekolah dasar dapat didasarkan pada pengelom-pokkan sikap sebagai dimensi sikap selanjutnya dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. Untuk lebih memudahkan dapat digunakan pengelompokkan/ dimensi sikap yang dikembangkan oleh Harlen (dalam Iskandar, 2004: 15) sebagai berikut:
Tabel 1
Dimensi Pengukuran Sikap Ilmiah
Dimensi | Indikator |
Sikap ingin tahu | Antusias mencari jawaban. Perhatian pada obyek yang diamati. Antusias pada proses Sains. Menanyakan setiap Iangkah kegiatan. |
Sikap respek terhadap data/fakta | Obyektif/jujur. Tidak memanipulasi data. Tidak purbasangka. Mengambil keputusan sesuai fakta. Tidak mencampur fakta dengan pendapat. |
Sikap berpikir kritis | Meragukan temuan teman. Menanyakan setiap perubahan/haI baru. Mengulangi kegiatan yang dilakukan. Tidak mengabaikan data meskipun kecil. |
Sikap penemuan dan kreativitas | Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi. Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas. Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta. Menggunakan alat tidak seperti biasanya Menyarankan pereobaan-percobaan baru. Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan. |
Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama | Menghargai pendapat/temuan orang lain. Mau merubah pendapat jika data kurang. Menerima saran dari ternan. Tidak merasa selalu benar. Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif. Berpartisipasi aktif dalam kelompok. |
Sikap ketekunan | Melanjuttkan meneliti sesudah "kebaruannya" hilang. Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan. Melengkapi satu kegiatan meskipun teman. Kelasnya selesai lebih awal. |
Sikap peka terhadap lingkungan sekitar | Perhatian terhadap peristiwa sekitar. Partisipasi pada kegiatan sosial. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah. |
Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan (Depdiknas, 2003).
Menurut Muhibbin Syah dan Kariadinata (2009: 1), PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi; 4) metode role-play; dan 5) metode simulasi.
Berdasarkan hasil pengembangan beberapa penjelasan di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Secara garis besar, pembelajaran PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut (Depdiknas, 2003):
Sesuai dengan kepanjangannya, yaitu PAIKEM merupakan kependekan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, maka penjabaran pembelajaran PAIKEM didasarkan dari beberapa kata tersebut di atas.
Kerangka Pemikiran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.
Dalam pembelajaran IPA, keterlibatan siwa dalam menemukan konsep sangat diperlukan. Dilibatkannya siswa secara aktif dalam penemuan konsep akan berdampak positif bagi siswa, yaitu siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Salah satu metode pembelajaran yang ikut melibatkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran PAIKEM. Prinsip-prinsip dan ciri-ciri pembelajaran PAIKEM menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Hal ini pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang bermuara pada meningkatnya penguasaan konsep pada siswa.
Kerangka pemikiran di atas secara lebih jelas dapat digambarkan ke dalam bagan berikut.
Gambar 1 Diagram Kerangka Pemikiran
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, kajian teori dan kerangka pemikiran yang sudah dibahas sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis tindakan sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas kelas V Semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu mulai bulan September hingga bulan Nopember 2014.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 21 orang siswa. Pemilihan subjek dilandasi alasan bahwa: a) Siswa kelas V perlu diberikan perbaikan dalam pembelajaran IPA karena sikap ilmiah dan hasil belajar kurang optimal; dan b) Peneliti adalah guru kelas di mana subjek tersebut belajar. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan dengan menggunakan metode pembelajaran PAIKEM bagi siswa kelas V Semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015.
Prosedur Penelitian
Terdapat beberapa bentuk atau model penelitian tindakan yang dikemukakan oleh para ahli yang menekuni penelitian tindakan, antara lain model yang dikemukakan oleh Lewin, Kemmis, Taggart, Elliot dan Hopkin. Ahli yang pertama kali menciptakan model penelitian tindakan adalah Lewin, tetapi yang sampai sekarang banyak dikenal adalah Kemmis dan Mc Taggart.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Lewin. Model dan strategi tindakan dalam penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 69) dengan dua siklus.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas V semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran IPA. Untuk itu dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah yang telah ditentukan.
Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Model tersebut dapat disajikan secara skematis ke dalam bagan berikut
Gambar 2. Skema Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahapan berikut
Tindakan Siklus I
Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini antara lain adalah sebagai berikut: 1) Guru menyusun RPP pembelajaran PAIKEM;2) Guru menyusun instrumen pengamatan dan instrumen tes; 3) Guru mempersiapkan materi pembelajaran; 4) Guru mempersiapkan materi pembelajaran; 5) Menyusun skenario pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan dengan menggunakan metode pembelajaran PAIKEM; 6) Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan pembelajaran; dan 7)Guru berkoordinasi dengan kolaborator untuk mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai pemberi tindakan, peranan guru pengamat dan evaluator hasil pembelajaran.
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metodep pembelajaran PAIKEM adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; 2) Guru menjelaskan metode yang akan digunakan; 3) Guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok besar; 4) Siswa diberi tugas kelompok untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri dan berdiskusi dalam kelompok; 5) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa; 6) Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dengan siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat; 7) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam pembelajaran; 8) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan; dan 9) Guru pengamat melakukan pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Observasi
Pengamatan dilakukan untuk merekam proses kegiatan dan dampak proses serta produk selama pembelajaran berlangsung. Objek pengamatan meliputi sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru.
Refleksi Hasil Tindakan
Refleksi dilakukan dalam rangka mengulas perubahan yang terjadi sebagai dampak proses dan dampak produk tindakan pembelajaran yang dilakukan. Pada kegiatan refleksi tersebut dikaji keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan akan digunakan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir penelitian tindakan.
Tindakan Siklus II
Tahapan yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus II sama dengan apa yang dilakukan pada tindakan pembelajaran Siklus I. Perencanaan dalam tindakan pembelajaran Siklus II dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi dari tindakan pembelajaran Siklus I.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah teknik tes, observasi, dan dokumen.
Tes yang digunakan adalah tes untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan. Tes terdiri dari 15 pertanyaan yang berupa 10 item pilihan ganda dan 5 butir soal dalam bentuk uraian.
Observasi adalah melakukan pengamatan untuk memperoleh data secara langsung ke objek penelitian sehingga dapat melihat dari dekat tentang hal-hal yang menjadi tujuan pengamatan. Objek penelitian bisa berupa aktivitas manusia, fenomena alam, proses kerja, dan lain sebagainya.
Instrumen untuk pengamatan terhadap sikap ilmiah siswa disusun berdasarkan aspek-aspek pengamatan yang selanjutnya dijabarkan sesuai dengan indikator masing-masing. Aspek pengamatan sikap ilmiah difokuskan pada 7 aspek sikap.
Skoring diberikan dengan rentang skor antara 1 – 4. Dengan demikian maka skor yang diperoleh siswa adalah antara 7 – 28. Hasil skoring selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 kategori sikap, yaitu: a) Sangat Baik (SB) skor antara 23.0 – 28.0; b) Baik (B) skor antara 17.0 – 22.5; c) Cukup Baik (C) skor antara 12.0 – 16.5; dan d) Kurang Baik (K) skor antara 7.0 – 11.5.
Tabel 2
Instrumen Pengamatan Sikap Ilmiah
No. | Dimensi Sikap | Skor Pengamatan | |||
SB | B | C | K | ||
4 | 3 | 2 | 1 | ||
1. | Sikap ingin tahu | ||||
2. | Sikap respek terhadap data/fakta | ||||
3. | Sikap berpikir kritis | ||||
4. | Sikap penemuan dan kreativitas | ||||
5. | Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama | ||||
6. | Sikap ketekunan | ||||
7. | Sikap peka terhadap lingkungan sekitar |
Teknik Analisis Data
Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil (Wiriaatmadja, 2006: 65).
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja dalam penelitian ini mencakup indikator keberhasilan tindakan pada aspek hasil belajar siswa. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sikap Ilmiah Siswa
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Pembelajaran PAIKEM efektif untuk meningkatkan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya sikap ilmiah siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Hasil identifikasi awal sebelum dilakukan tindakan, sikap ilmiah siswa masih kurang optimal. Hal ini diketahui dari hasil pengamatan pada kondisi awal bahwa jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori Sangat Baik (SB) adalah sebanyak 2 orang siswa (9.52%). Jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori Baik (B) adalah sebanyak 4 orang siswa (19.05%) . Jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori Cukup Baik (C) adalah sebanyak 6 orang siswa (28.57%). Jumlah siswa dengan sikap ilmiah kategori Kurang Baik (K) adalah sebanyak 9 orang siswa (42.86%).
Berangkat dari keadaan tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran guna meningkatkan sikap ilmiah siswa. Upaya yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I cukup berhasil dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa dengan sikap ilmiah kategori sangat baik dan baik mengalami peningkatan dari 28.57% pada kondisi awal, meningkat menjadi 42.86% pada tindakan Siklus I.
Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dianggap belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya siswa dengan sikap ilmiah kategori sangat baik dan baik baru mencapai 42.86% pada tindakan Siklus I. Untuk itu guru melakukan perbaikan pembelajaran pada tindakan Siklus II.
Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan pembelajaran Siklus II cukup efektif dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa dengan sikap ilmiah kategori sangat baik dan baik mengalami peningkatan dari 42.86% pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 71.43% pada tindakan Siklus II. Peningkatan sikap ilmiah siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 3
Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II
No. | Kategori Sikap | Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jmlh | % | Jmlh | % | Jmlh | % | ||
1. | Sangat Baik (Skor 23 – 28) | 2 | 9.52% | 4 | 19.05% | 7 | 33.33% |
2. | Baik (Skor 17 – 22.5) | 4 | 19.05% | 5 | 23.81% | 8 | 38.10% |
3. | Cukup Baik (Skor 12 – 16.5) | 6 | 28.57% | 7 | 33.33% | 4 | 19.05% |
4. | Kurang Baik (Skor 7 – 11.5) | 9 | 42.86% | 5 | 23.81% | 2 | 9.52% |
21 | 100.00% | 21 | 100.00% | 21 | 100.00% |
Data peningkatan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
Gambar 3 Diagram Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Hasil Belajar Siswa
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “Pembelajaran PAIKEM efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan bagi siswa kelas V Semester I SD Negeri Wirogunan 02 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan pembelajaran yang dilakukan.
Hasil identifikasi awal terhadap hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan pembelajaran PAIKEM menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa sebesar 56.81 dan tingkat ketuntasan belajar sebesar 52.38%.
Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan sikap ilmiah pada siswa. Langkah tersebut adalah dengan menerapkan metode pembelajaran PAIKEM. Melalui langkah tersebut diharapkan minat belajar dan perhatian siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat.
Upaya yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I cukup berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 65.81 pada kondisi awal menjadi 70.57 pada akhir tindakan Siklus I. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52.38% pada kondisi awal menjadi 71.43% pada akhir tindakan Siklus II.
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada tindakan Siklus I dianggap belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan belum terpenuhinya indikator penguasaan penuh secara klasikal dengan ketuntasan belajar sebesar > 80.00% dari jumlah siswa. Untuk itu guru berupaya melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran Siklus II.
Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan memperkecil jumlah anggota kelompok dari 7 orang pada tindaikan Siklus I menjadi 3 orang pada tindakan Siklus II. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Langkah perbaikan yang dilakukan guru cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 70.57 pada kondisi awal menjadi 72.10 pada akhir tindakan Siklus I. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 71.43% pada kondisi awal menjadi 85.71% pada akhir tindakan Siklus II.
Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 4
Peningkatan Nilai Hasil Belajar dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II
No. | Nilai Hasil Belajar | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1. | Nilai Terendah | 56.00 | 62.00 | 64.00 |
2. | Nilai Tertinggi | 78.00 | 82.00 | 84.00 |
3. | Nilai Rata-rata | 65.81 | 70.57 | 72.10 |
Data prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
Gambar 4 Peningkatan Nilai Hasil Belajar dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II
Ditinjau dari ketuntasan belajar, pembelajaran metode PAIKEM dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 52.38% pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 71.43% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi sebesar 85.71% pada akhir tindakan Siklus II. Data peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 5
Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
No. | Ketuntasan | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II | |||
Jmlh | % | Jmlh | % | Jmlh | % | ||
1. | Tuntas | 11 | 52.38 | 15 | 71.43 | 18 | 85.71 |
2. | Belum Tuntas | 10 | 47.62 | 6 | 28.67 | 3 | 14.29 |
Jumlah | 21 | 100.0 | 21 | 100.0 | 21 | 100.0 |
Ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II pada tabel di atas selanjutnya dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut.
Gambar 5 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
Hasil-hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran metode PAIKEM yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar tersebut dikaitkan dengan adanya penciptaan suasana belajar yang menyenangkan di mana siswa belajar dengan suasana yang nyaman sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru.
Dalam pembelajaran IPA materi Cara Makhluk Hidup menyesuaikan Diri dengan Lingkungan dengan metode PAIKEM, siswa dihadapkan langsung dengan beberapa binatang sebagai alat peraganya, yaitu cicak, kadal, dan landak atau bunglon. Siswa secara langsung dapat memegang, menyentuh, dan mengamati binatang-binatang tersebut sehingga siswa belajar lebih bermakna
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, penelitian tindakan kelas ini menyimpulkan sebagai berikut:
Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 65.81 pada kondisi awal menjadi 70.57 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 72.10 pada akhir tindakan Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52.38% pada kondisi awal menjadi 71.43% pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 85.71% pada akhir tindakan Siklus II.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
Siswa hendaknya lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mereka dapat menyerap materi pembelajaran dengan lebih baik yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.
Metode pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan pemahaman materi dan minat serta perhatian pada siswa. Untuk itu disarankan kepada guru agar mau menggunakan metode pembelajaran yang berbeda guna memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa-siswanya sehingga mereka lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Sekolah disarankan untuk dapat mendorong para guru guna menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong student-centered learning sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi belajar Siswa. Makalah disampaikan pada diskusi mahasiswa pasca sarjana UHAMKA. diambil dari: http://re-searchengines.com/art05-65.htm.
Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES.
Anonim. (2008). Inisiasi Pembelajaran IPA 1 : Hakekat IPA. diambil dari: http:// fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pengembangan_ pembelajaran_ipa_1.pdf
Anonim. (2008). Inisiasi Pembelajaran IPA 4 : Konsep Pembelajaran IPA SD. diambil dari: www.geocities.com/no_vyant/Ss_inisiasi_sem2/ Inisiasi_Pemngembangan_Pembelajaran_IPA_4.doc –
Anonim. (2008). Teori Pengembangan kognitif. diambil dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif.
Depdiknas. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Budimansyah, D. Suparlan, dan Meirawan, D. 2009. PAKEM, Pembelajaran. Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PT Genesindo.
Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Hidayat, E.M. 1992.Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk tahun 2000. Journal Pendidikan IPA. Bandung : Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Iskandar, Yul. 2004. Tes, Bakat, Minat, Sikap dan Personality MMPI-DG, Jakarta: Yayasan Darma Graha.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad Ali. 2009. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Setiawan. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengem- bang Matematika SMA Jenjang Dasar. Di PPPG Matematika Yogyakarta pada tanggal 6 – 19 Agustus 2004.
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia.
Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata. 2007. Bahan Pelatihan: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: PLPG UIN Sunan Gunung Jati Bandung.
Taslimuharrom. 2008. Metodologi PAKEM. Artikel Pendidikan [On-line] htttp://id.wordpress.com/tag/artikel-pendidikan / di akses tanggal 15 April 2008.
Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bio Data Penulis: | ||
Nama | : | Isdaryanti, S. Pd., SD. |
NIP | : | 19640216 198709 2 001 |
Jabatan | : | Guru Kelas V |
Unit Kerja | : | SD Negeri Wirogunan 02 UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo |