LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
Mengetahui daya cekam 200 gr tanah x terhadap 200 ml air PAM melalui perubahan massa tanah sebelum dan sesudah penyiraman.
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya berasal dari udara atau atmosfera. Terutama di daerah topis air hujan merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di permukaan bumi. Sebagian dari air itu dapat merembes ke dalam tanah yang disebut air infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran air permukaan (run off). Air infiltrasi tadi, bila dalam jumlah banyak dan terus merembes ke dalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerah perakaranya disebut air perkolasi, yang akhirnya sampai di lapisan yang kedap air, kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah (ground water). Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air (pengairan) pada tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekurangan.
Air pada cekaman tanah dapat menguntungkan yaitu :
Cekaman kekeringan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:
Cekaman berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun > 20%
Air di dalam tanah menurut jumlah dan keadaannya di bagi menjadi empat keadaan air tanah, yaitu:
Merupakan lapisan yang mengelilingi butir tanah, tetapi bukan berupa cairan karena jumlahnya paling sedikit, jadi paling tidak tersedia bagi tanaman. Nilai pF-nya hampir 7.
Juga bukan berupa cairan, jadi sebagian besar sudah berupa uap air
Dibagi dalam dua keadaan, yaitu keadaan titik layu permanen dan keadaan kapasitas lapang (Dwidjoseputro,1989: 44).
Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman (Penny Packer at all, 1990)
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kaca semprong berukuran 30 cm yang digunakan sebagai wadah untuk tanah x yang akan diberi perlakuan. Kain paris dengan ukuran 15 cm x 15 cm yang digunakan sebagai penyaring air agar tanah tanah tidak ikut keluar bersama air. Karet pentil 1 buah yang digunakan untuk mengikat kain paris ke kaca semprong yang digunakan sebagai penyaring. Neraca Ohauss yang digunakan untuk menimbang massa tanah sebelum dan sesudah perlakuan. Gelas ukur 100 ml satu buah untuk mengukur volume air yang akan digunakan. Gelas beker 200 ml 1 buah yang digunakan untuk menampung air yang akan dimasukkan ke tanah. Sebuah Aqua gelas 240ml untuk menampung air yang keluar dari tanah. Plastik yang digunakan untuk wadah tanah yang telah dikeringkan. Sebuah cethok yang digunakan untuk mengambil tanah x. Sebuah wajan sebagai media dalam penyangraian serta sebuah sothil untuk mengaduknya. Sebuah kompor untuk memanaskan wajan yang berisi pasir yang disangrai. Sebuah timbangan duduk untuk menimbang tanah x yang telah dikeringkan dan untuk memastikan massanya konstan.
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu tanah x sebanyak 1 kg yang akan dikeringkan dan kemudian diambil 200 gram untuk diuji daya cekamnya. Air PAM sebanyak 200 ml yang akan dimasukkan ke tanah x yang diuji daya cekamnya.
Menggali tanah x sedalam 10 cm dari permukaan tanah menggunakan cethok, hal ini dilakukan agar tanah yang diambil tidak terkontaminasi oleh zat-zat lain yang mungkin berada di permukaan tanah. Kemudian mengambil 1 kg tanah tersebut. Menyangrai tanah x menggunakan wajan yang dipanaskan diatas kompor dan diaduk dengan menggunakan sothil hingga kering untuk menetralkan kandungan air di dalam tanah tersebut sehingga dapat dihitung kadar airnya yang mencerminkan daya cekam tanah tersebut. Menimbang tanah yang telah disangrai menggunakan timbangan duduk. Kemudian mengulangi langkah menyangrai dan menimbang sampai massa tanah konstan hal ini bertujuan agar kandungan air di dalam tanah benar-benar hilang.
Mengukur 200 ml air PAM dengan menggunakan gelas ukur 100 ml dan menampungnya ke dalam gelas bekker. Mengambil kaca semprong kemudian menutup bagian ujung atas kaca dengan menggunakan kain paris dan mengikatnya dengan sebuah karet pentil hingga kencang. Menimbang kaca yang telah dimodifikasi menggunakan neraca ohauss yang sebelumnya kain paris dibasahi terlebih dahulu hal ini bertujuan untuk menyamakan massa kaca semprong sebelum dan sesudah penyiraman, karena sesudah penyiraman kondisi kain paris akan basah, sehingga mempengaruhi penimbangan oleh karena itu sebelum penimbangan kain paris dibasahi terlebih dahulu. Menimbang 200 gram tanah x kering kemudian memasukkannya ke dalam kaca semprong yang telah dimodifikasi. Menuangkan 200 ml air PAM secara perlahan dan merata. Menunggu hingga air berhenti menetes. Setelah itu menimbang tanah beserta wadahnya dan mencatat massanya ke dalam tabel pengamatan. Menghitung kadar air tanah X dengan rumus :
( (M1-M2) / M2) X 100%
Keterangan :
M1 = massa wadah + tanah X basah (sesudah penyiraman)
M2 = massa wadah + tanah X kering (sebelum penyiraman)
Membandingkan data yang diperoleh dengan data dari kelompok 1 – 16.
RANGKAIAN ALAT SILAHKAN DIGAMBAR SENDIRI
Jenis tanah | Volume air (ml) | ||
Sebelum | sesudah | Selisih | |
Data sub kelas (kelompok 1-8)
kelompok | Jenis tanah | Selisih Volume air (ml) |
1 | Pasir malang | 59 |
2 | Tanah clay | 125 |
3 | Tanah padas | 97 |
4 | Pasir sungai | 45 |
5 | Pasir gragal | 67 |
6 | Pasir pantai putih | 69 |
7 | Pasir pantai hitam | 66 |
8 | Pasir besi | 69 |
Jenis tanah | Volume air (ml) | ||
Sebelum | sesudah | Selisih | |
Data sub kelas (kelompok 9-16)
kelompok | Jenis tanah | Selisih Volume air (ml) |
9 | Pasir malang | 67 |
10 | Tanah clay (coklat) | 109 |
11 | Tanah padas | 91 |
12 | Pasir sungai | 59 |
13 | Pasir gragal | 168 |
14 | Pasir pantai putih | 70 |
15 | Pasir pantai hitam | 59 |
16 | Pasir besi | 32 |
(ANALISA UNTUK SUB KELAS 1 – 8)
Tabel pengamatan
Kelompok dan Jenis tanah → (sebagai X) | Selisih Volume air (ml) →Sebagai Y |
1 (Pasir malang ) | 59 |
2 (Tanah clay) | 125 |
3 (Tanah padas) | 97 |
4 (Pasir sungai) | 45 |
5 (Pasir gragal) | 67 |
6 (Pasir pantai putih) | 69 |
7 (Pasir pantai hitam) | 66 |
8 (Pasir besi) | 69 |
Grafik hubungan antara jenis tanah dengan selisih volume air yang tercekam oleh berbagai jenis tanah :
Menurut teori bahwa setiap jenis tanah mempunyai daya cekam air yang berbeda-beda tergantung :
adanya kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat kekilatan tanah. Semakin licin, lengket dan kenyal maka daya cekam air semakin sedikit udara yang terkandung di dalam tanah sehingga daya cekap tanah semakin kecil.
baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi oleh air sehingga jenuh air. Hal ini menunjukan besarnya daya pegang tanah terhadap air. Tanah terdiri atas partikel besar yang kurang dapat menahan air daripada tanah yang partikelnya halus, yaitu dengan membedakan adanya
tersusun dari bahan-bahan sisa tumbuhan dan hewan, jasad-jasad hidup mikro maupun makro organisme dan humus. Tanah yang berupa pasir sedikit mengandung bahan organik dibandingkan tanah pertanian yang biasa mengandung 25% bahan organik (Dwidjoseputro,1989: 44).
Sehingga dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa tekstur tanah yang licin, lengket, kenyal, pori-pori partikel tanah yang besar, kandungan bahan organik yang rendah maka semakin rendah pula daya cekam air pada tanah tersebut.
Dari data pengamatan yang telah dibuat grafik dengan hasil yang naik turun dapat diketahui bahwa:
(ANALISA UNTUK KELOMPOK 9-16)
Tabel pengamatan
Kelompok dan Jenis tanah → (sebagai X) | Selisih Volume air (ml) →Sebagai Y |
9(Pasir malang ) | 62 |
10 (Tanah clay) | 109 |
11(Tanah padas) | 91 |
12 (Pasir sungai) | 59 |
13 (Pasir gragal) | 168 |
14 (Pasir pantai putih) | 70 |
15 (Pasir pantai hitam) | 59 |
16 (Pasir besi) | 32 |
Grafik hubungan antara jenis tanah dengan selisih volume air yang tercekam oleh berbagai jenis tanah
Menurut teori bahwa setiap jenis tanah mempunyai daya cekam air yang berbeda-beda tergantung :
adanya kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat kekilatan tanah. Semakin licin, lengket dan kenyal maka daya cekam air semakin sedikit udara yang terkandung di dalam tanah sehingga daya cekam tanah semakin kecil.
baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi oleh air sehingga jenuh air. Hal ini menunjukan besarnya daya pegang tanah terhadap air. Tanah terdiri atas partikel besar yang kurang dapat menahan air daripada tanah yang partikelnya halus, yaitu dengan membedakan adanya
tersusun dari bahan-bahan sisa tumbuhan dan hewan, jasad-jasad hidup mikro maupun makro organisme dan humus. Tanah yang berupa pasir sedikit mengandung bahan organik dibandingkan tanah pertanian yang biasa mengandung 25% bahan organik (Dwidjoseputro,1989: 44).
Sehingga dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa tekstur tanah yang licin,lengket,kenyal; pori-pori partikel tanah yang besar; kandungan bahan organic yang rendah maka semakin rendah pula daya cekam air pada tanah tersebut.
Dari data pengamatan yang telah dibuat grafik dengan hasil yang naik turun dapat diketahui bahwa:
semakin besar daya cekam suatu jenis tanah maka semakin baik atau subur pula tanah tersebut untuk kehidupan tanaman
(KESIMPULAN KHUSUS UNTUK KELOMPOK 1-8)
(KESIMPULAN KHUSUS UNTUK KELOMPOK 9-16 )
DAFTAR PUSTAKA
Dwijosepoetro.1998.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta : Gramedia
Lakitan, Benyamin.1993.Dasar–dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Salisbury, Frank. 1982. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Press
Sastromihardjo. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Depdikbud
Mapegau.2006. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merr). Jurnal ilmiah Pertanian KULTURA Vol 41. No 1. Jambi : Universitas Jambi Press