Published using Google Docs
Jiyem.docx
Updated automatically every 5 minutes

        

“PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN PECAHAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI SIDOREJO 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

Jiyem

SD Negeri Sidorejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari

Kabupaten Sukoharjo  

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)  bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Penelitian dilakukan pada waktu itu karena materi yang berhubungan dengan matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan  untuk siswa kelas IV masuk materi program semester II tahun pelajaran 2013/2014. Adapun yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah siswa 22 yang terdiri dari 10 laki-laki dan 12 perempuan. Prosedur penelitian yang digunakan yaitu prosedur jenis penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisis data, data kualitatif hasil pengamatan proses pembelajaran dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan membandingkan siklus I dengan siklus II, sedangkan data yang berupa angka (data kuantitatif) dari hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan siswa dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi. Hasil penelitian, melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mrngurangkan pecahan bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II tahun pelajaran 2013/2014 dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dalam aspek yang diamati yaitu  keberanian dari kriteria baik/ berani menjadi sangat baik/ sangat berani, aspek kedisiplinan dari kriteria disiplin menjadi sangat  disiplin, aspek perhatian dari kriteria baik/ perhatian menjadi sangat baik/ sangat perhatian, dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II tahun pelajaran 2013/2014 meningkat dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 10 siswa (45,45%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 22 siswa (100%) meningkat 12 siswa (54,55%). Nilai rata-rata dari 66,36 menjadi 8,00 meningkat sebesar 13,64.  

Kata kunci : Minat dan Hasil Belajar Matematika. Model Team Assisted Individualization (TAI).  

Latar Belakang Masalah

             Matematika merupakan pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar sejak kelas I. Sudah bukan rahasia lagi bahwa matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang diminati atau bahkan dihindari oleh sebagian siswa. Rasa takut terhadap pelajaran ini seringkali menghinggapi perasaan siswa di sekolah dasar, padahal siswa seharusnya menyadari bahwa kemampuan berfikir logis, rasionalis, kritis, cermat, dan efektif yang menjadi ciri matematika sangat dibutuhkan siswa. Karena itu, penggunaan pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika merupakan faktor kunci agar matematika menjadi pembelajaran yang menarik di kelas. Siswa di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo 01 untuk materi menjumlahkan dan mengurangkan pecahan masih mengalami kesulitan. Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa kelas IV merupakan materi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun dalam kenyataannya pelaksanaan pembelajaran matematika kita jumpai suatu pembelajaran  yang hanya menekankan pada proses penyajian pengetahuan kepada siswa, sehingga  hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan merupakan masalah yang sulit bagi siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan kenyataan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 masih rendah. Dari 22 siswa yang mendapat nilai tuntas di atas KKM 65,00 hanya ada 10 (45,45%) siswa dan yang mendapat nilai di bawah KKM ada 12 (54,55%) siswa, dengan nilai rata-rata kelas 66,36. Sedangkan dilihat dari minat belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa juga masih rendah, dimana aspek keberanian masih kurang, aspek kedisiplinan kurang, dan aspek perhatian kurang. Hasil belajar siswa matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan belum dapat optimal.

        Minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan rendah disebabkan, karena dalam pembelajaran guru memberi tugas dan siswa mengerjakan soal, Hal ini menjadikan siswa bosan dan takut terhadap pelajaran matematika. Hal ini juga  disebabkan oleh penekanan berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar mengajar dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Hal ini menjadikan siswa tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Berbagai kesulitan ini muncul, karena mencari jawaban dipandang sebagai satu-satunya tujuan yang ingin dicapai. Karena hanya berfokus pada jawaban, anak sering kali salah dalam memilih teknik penyelesaian yang sesuai.

        Berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran matematika selama ini kebanyakan hanya dilakukan dengan model pembelajaran konvensional. Guru menyampaikan materi pelajaran, memberi kesempatan bertanya kepada siswa, dan sesekali diberi tugas rumah. Kondisi pembelajaran seperti ini belum sepenuhnya dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, juga belum dapat melibatkan mereka dalam proses pembelajaran secara aktif. Sudah sepatutnya guru dapat memfasilitasi belajar siswa. Penggunaan suatu model pembelajaran atau alat peraga merupakan salah satu alternatif agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta penguasaan materi. Selain itu pembelajaran matematika hanya menitik beratkan pada penguasaan hafalan saja. Proses pembelajarannya monoton, berpusat pada guru, sehingga memberikan suasana yang membosankan bagi siswa, dan belum menggunakan metode yang inovatif. Hal ini dapat membuat rendahnya rasa percaya diri, dan takut pada pelajaran matematika. Disinilah peran guru sebagai pendidik sangat diperlukan. Sebagai guru harus dapat mengembangkan kecerdasan dan memotivasi siswa dengan menciptakan pembelajaran yang bermakna. Proses pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman yang yang mengesankan. Dalam pembelajaran matematika belum melalui tahapan-tahapan yang benar, sehingga pada proses pembelajaran belum semua siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran dengan senang.

        Minat dan hasil belajar tentang materi menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa rendah perlu diupayakan agar minat dan hasil belajar  siswa dapat meningkat. Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa maka dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya memberi  tugas  saja. Adapun upaya guru dalam meningkatkan minat dan hasil belajar   siswa yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

        Berdasarkan masalah di atas perlu adanya cara pemecahan masalah atau solusi tindakan yaitu perlunya diadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian diadakan dengan 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Tindakan siklus pertama menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok besar dan siklus kedua menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok kecil.  Tindakan siklus pertama dan kedua digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II tahun pelajaran 2013/2014. Alasan memilih model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dalam penelitian ini adalah karena model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ini merupakan sebuah model dan cara pembelajaran yang menyenangkan siswa, dan sebuah strategi yang mendorong siswa agar pembelajaran berlangsung menyenangkan.

        Karena keterbatasan peneliti maka dalam penelitian ini mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Tentang Menjumlahkan dan Mengurangkan Pecahan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diungkapkan  rumusan masalah sebagai berikut: Apakah melalui penerapan model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan khusus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan melalui penerapan model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) bagi  siswa  kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Manfaat Penelitian:

  1. Manfaat bagi siswa. Penelitian ini dapat menumbuhkan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan, menambah pengetahuan dan wawasan siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran, serta mengatasi kejenuhan siswa, dan meningkatkan kerja sama dalam belajar.   
  2. Manfaat bagi guru, memperoleh teori baru tentang model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan kreativitas, pengetahuan guru dalam merancang suatu pembelajaran, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode, atau gaya pembelajarannnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kelasnya.
  3. Manfaat bagi Sekolah, Penelitian ini memberikan masukan yang positif, yaitu dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan hubungan kerjasama antara guru dan siswa, kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan pemanfaatan sumber belajar dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, serta meningkatan efisiensi pelaksanaan pembelajaran. 

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Minat Belajar Matematika di Sekolah Dasar

Hakikat Minat

        Minat seseorang terhadap suatu pelajaran akan mempengaruhi dalam belajar.  Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran, memperhatikan atau tidaknya dalam pembelajaran. Semakin sering minat dan mengekspresikan dalam kegiatan, semakin  kuatlah   minat tersebut.  Sebaliknya   minat   akan    padam   bila   tidak      disalurkan        (Depdiknas, 2002 : 9).

                Minat merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat bermuara dari berbagai dorongan batin (Gie, 1998: 130).         Minat menunjukkan jenis pengalaman perasaan yang disebut kegunaan, yang dihubungkan dengan perhatian pada objek, atau tindakan (Drever, 1988: 235). Dengan minat, seseorang dapat terdorong untuk melakukan apa yang diinginkannya. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu, maka orang itu akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala sesuatu yang diinginkan atau diminatinya (Walgito, 1983: 67).

Pengertian Belajar

        Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup (long live educational). Makna dari belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Iskandar (2009:102), bahwa belajar dapat didifinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu keinginan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan sementara dari organisme.

Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Hamalik (2003:32), meliputi kegiatan, penggunaan dan ulangan, latihan, suasana yang menyenangkan, asosiasi, pengalaman, masa lampau, kesiapan, minat dan usaha, fisiologis, serta intelegensi.

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik simpulan, bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar bukan sekadar mencari pengalaman, tetapi merupakan suatu proses di mana pembelajaran berlangsung. Di mana guru menyampaikan materi pembelajaran sedang peserta didik menerimanya.

 Minat Belajar Matematika di Sekolah Dasar

        Minat belajar matematika adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang matematika yang dituntutnya di sekolah. Minat belajar matematika adalah suatu usaha yang besar terhadap kegiatan, pikiran yang sungguh-sungguh untuk menggali keterangan dan mencapai pemahaman tentang segenap materi pelajaran matematika.

Hasil Belajar Matematika Tentang Mengurangkan dan Menjumlahkan Pecahan  

Hakikat Hasil Belajar Matematika

        Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Suprijono, 2009::4). Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mangajar, baik disengaja maupun tidak disengaja, disadari maupun tidak disadari. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut  hasil pengajaran, atau istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar dan sebagainya. Teori belajar menurut  Suprijono ( 2009:5 ),  menjelaskan tujuan belajar yang eksplesif  diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional , lazim dinamakan intruksional effects, yaitu bisa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan.  

 Materi Pembelajaran Menjumlahkan dan Mengurangkan pecahan.

         Pecahan berarti sebagai bagian dari keseluruhan, dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai suatu bilangan pecahan. Bilangan pecahan terdiri dari:  (a) Pecahan Setengah, (b) Pecahan seperempat, sepertiga, dan seperenam.

Membaca dan menulis lambang pecahan. Sebuah model persegi panjang dipotong menjadi dua bagian yang sama besar. Berarti setiap potongan sama dengan seperdua bagian. Jika setiap satu bagian dipotong lagi menjadi dua bagian yang sama besar, maka ada empat potong persegi panjang dan setiap potong sama dengan seperempat bagian.

        Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan sebuah pecahan tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama.

                 =         =          =        

                =         =          =

                =         =          =

Penjumlahan pecahan

        Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlah pembilang-pembilangnya sedang penyebutnya tidak dijumlahkan.

 +         =         =

 +         =  =

Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama dilakukan dengan menyamakan penyebut terlebih dahulu. Lalu menjumlah pembilangnya untuk menyamakan penyebut dengan mencari KPK penyebutnya.

 +         = KPK 6 dan 8 = 24

 +         =  +  =

Pengurangan Pecahan

Pengurangan pecahan dilakukan seperti pada penjumlahan. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.

Contoh: Ayah Marbun mengecat kayu panjang  meter dengan warna hijau dan kuning. Sepanjang  meter dicat berwarna hijau dan berapa meter panjang kayu dicat kuning?

Penyelesaian:

Panjang kayu  meter dicat hijau sepanjang  meter sisa dicat kuning.

Jadi yang dicat kuning =  -  =  -  =

Jadi yang dicat kuning =  m

 Pembelajaran Matematika tentang Menjumlahkan dan Mengurangkan Pecahan Melalui Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)          Hakikat Model Pembelajaran

        Pengertian model dalam pembelajaran menurut Suprijono (2009:45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono,  2009:46).

Kegiatan belajar mengajar melalui model pembelajaran dapat membantu siswa mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.

Model Team Assisted Individualization (TAI)

Menurut Robert Slavin (dalam Huda, 2013:200), menjelaskan bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik. Ibrahim dkk (2000:2-11), memberi pandangan bahwa semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward).

Menurut Suyitno (2006:10), model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen terseburt adalah sebagai berikut: (a) Teams, yaitu pembentukan kelompok yang heterogen  yang terdiri dari 4 – 5 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda, (b) pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, (c) melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, (d) tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, (e) pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas, (f) pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, (g) pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, dan (h) pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Langkah-langkah Model  Pembelajaran TAI 

Dalam melaksanakan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), sebelum kegiatan dilaksanakan perlu adanya persiapan. Persiapan itu antara lain: (1) persiapan perangkat pembelajaran yang akan digunakan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) alat peraga yang digunakan (3) daftar nilai.

Dengan mengadopsi model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam mata pelajaran matematika maka seorang guru mata pelajaran matematika dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut: (a) Guru menentukan suatu materi pokok yang akan disajikan kepada para siswanya dengan mengadopsi model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), (b) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran koopewratif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok, (c) Guru menyiapkan materi bahan yang harus dikerjakan kelompok, (d) Guru memberikan pre-tes kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan (mengadopsi komponen placement test). Pre-tes bisa diganti dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa, (e) Guru menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi komponen teaching group), (f) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa pada setiap kelompok. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok. Tingkat kepandaian dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian (mengadopsi komponen teams), (g) Guru memberikan soal-soal yang dikerjakan secara kelompok, dalam hal ini berupa LKS (mengadopsi komponen student creative), (h) Apabila ada kesulitan dalam kelompoknya, ketua kelompok dapat melapor kepada guru. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual (mengadopsi komponen team study), (i) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar yang diberikan guru, dan siap-siap untuk diberi ulangan, (j) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis (mengadopsi komponen team score), (k) Pada saat guru memberikan tes berupa kuis, tindakan ini mengasopasi komponen facts test, (l) Guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil jika ada (mengadopsi komponen team recognition), (m) Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah (mengadopsi komponen whole class units), (n) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan (Suyitno, 2006:9-10).

Penilaian Pembelajaran Matematika

      Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah hasil dari suatu proses dan hasil suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2004:5). Guru harus secara aktif dan berkesinambungan terlibat dalam kegiatan penilaian. Siswa pun dituntut ikut berpartisipasi.

Penilaian adalah suatu hal yang inheren dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Penilaian adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dari serangkaian kegiatan belajar mengajar yang mereka lakukan. Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

Kerangka Berpikir

     Berdasarkan pada landasan teori yang diuraikan di atas dapat  dijelaskan kerangka berpikir dalam penelitian sebagai berikut: bahwa kondisi awal sebelum dilakukan penelitian dan peneliti belum menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan, minat dan hasil belajar rendah.

Untuk memperbaiki dan meningkatkan minat dan hasil belajar tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan perlu adanya tindakan oleh peneliti yaitu dengan penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).  Siklus I dengan penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok besar dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok kecil. Dengan harapan tindakan yang berbeda dari siklus I dan Siklus II diharapkan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan meningkat.

Kondisi akhir yang diharapkan melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Hipotesis tindakan

Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian

Pelaksanaan penelitian selama 5 bulan yaitu bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Sidorejo 01, UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah siswa 22 terdiri dari 10 laki-laki dan 12 perempuan.

Teknik dan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik dokumentasi, teknik tes, dan teknik non tes.  Alat pengumpulan data dalam penelitian adalah: (a) dokumen yang berupa daftar nilai / laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal, (b) pengamatan, menggunakan lembar pengamatan yaitu, untuk mengetahui proses belajar mengajar tentang keberanian, kedisiplinan, dan perhatian siswa tehadap pembelajaran.

Validitas dan Analisis Data

Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II Tahun 2013/2014 yaitu: (a) Minat dalam proses pembelajaran siswa (Pengamatan) divalidasi dengan melalui trianggulasi sumber yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II, (b) Hasil belajar yang berupa nilai tes yang divalidasi adalah instrumen tes yang berupa butir soal tes dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I  dan nilai tes siklus II kemudian direfleksi.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau biasa disebut Classroom Action Research  dalam bahasa Inggris, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007:16). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil tes kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Nilai Tes  Matematika Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

No

Interval Nilai

Frekuensi

Prosentase

Keterangan

1

2

3

4

5

6

45 – 54

55 – 64

65 – 74

75 – 84

85 – 94

95 – 100

1

11

4

3

3

-

4,55%

50,00%

18,18%

13,64%

13,64%

-

Belum Tuntas

Belum Tuntas

 Tuntas

Tuntas

Tuntas

-

Jumlah

22

100 %

Berdasarkan dari tabel di atas tentang hasil  nilai tes matematika kondisi awal kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II tahun pelajaran 2013/2014 ada 12 siswa atau 54,55% dinyatakan belum tuntas, dan 10 siswa atau 45,45% dinyatakan  tuntas, nilai yang masih di bawah KKM 65,00 yaitu terdiri dari 1 siswa memperoleh nilai antara 45-54, 11 siswa memperoleh nilai antara 55-64 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM terdiri 4 siswa memperoleh nilai antara 65-74, 3 siswa memperoleh nilai antara 75-84, dan 3 siswa memperoleh nilai antara 85-94. Nilai rata-rata ulangan kondisi awal yaitu 66,36.

Deskripsi Siklus I

        Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dua kali     pertemuan dan  setiap  pertemuan selama  2  jam pelajaran dengan  model   pembelajaran model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok besar.

Hasil pengamatan tentang proses pembelajaran siswa dan aktivitas guru, hasil belajar matematika dapat dilihat dalam tabel di bawah , yaitu sebagai berikut.

Perolehan Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus I

No

Aspek yang diamati

Jumlah Skor

Rata-rata

Kategori

1

2

3

Keberanian

Kedisiplinan

Perhatian

74

72

75

3,36

3,27

3,41

 Berani

Disiplin

Baik

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di    bawah ini.

Nilai Tes Matematika dan Ketuntasan Siklus I

No

Interval Nilai

Frekuensi

Prosentase (%)

Keterangan

1

2

3

4

5

6

45-54

55-64

65-74

75-84

85-94

95-100

-

4

8

8

2

-

-

18,18%

36,36%

36,36%

9,10%

-

-

Belum Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

-

Jumlah

22

100%

 

Berdasarkan dari tabel di atas tentang hasil nilai pembelajaran Matematika siklus I kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 ada 4 siswa atau 18,18% dinyatakan belum tuntas dan ada 18 siswa atau 81,82% dinyatakan tuntas. Nilai yang masih di bawah KKM 65,00 yaitu terdiri dari 4 siswa memperoleh nilai antara 55-64, dan yang mendapat nilai di atas KKM ada 8 siswa memperoleh nilai antara 65-74, dan 8 siswa memperoleh nilai antara 75-84, dan 2 siswa yang memperoleh nilai antara 85-94. Nilai rata-rata hasil belajar matematika  siklus I yaitu 73,64.

Deskripsi Tindakan Siklus II

 Hasil pengamatan tentang proses pembelajaran siswa dapat dilihat dalam tabel 6, yaitu sebagai berikut.

Rekap hasil pengamatan proses pembelajaran siklus II

No

Aspek Yang Diamati

Jumlah Skor

Rata-rata

Keterangan

1

Aspek keberanian

79

3,59

Sangat Berani

2

Aspek kedisiplinan

81

3,68

Sangat Disiplin

3

Aspek Perhatian

81

3,68

Sangat Perhatian

 

Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Nilai Tes Hasil Belajar Matematika dan Ketuntasan Belajar Siklus II

No

Interval Nilai

Frekuensi

Prosentase (%)

Keterangan

1

2

3

4

5

6

45-54

55-64

65-74

75-84

85-94

95-100

-

-

8

9

2

3

-

-

36,36%

40,91%

9,10%

13,63%

-

-

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Tuntas

Jumlah

22

100%

Berdasarkan tabel di atas hasil tes nilai matematika dari ketuntasan belajar siswa siklus II dari 22 siswa tidak ada yang memperoleh nilai di bawah KKM 65,00. Sedangkan siswa yang mendapat nilai tuntas di atas KKM sebanyak 22 siswa (100%) yang terdiri dari 8 siswa memperoleh nilai antara 65-74, 9 siswa memperoleh nilai antara 75-84, dan 2 siswa yang memperoleh nilai antara 85-94, 3 siswa memperoleh nilai antara 95-100. Nilai rata-rata tes matematika siklus II adalah 80,00.

Untuk lebih jelasnya dapat  dilihat pada diagram di bawah ini.

Diagram Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II

Pembahasan/ Diskusi

Dalam pembahasan ini ada 3 hal yang akan dibahas, yaitu meliputi tindakan, aktivitas proses pembelajaran yaitu tentang hasil belajar matematika.

  1. Tindakan

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

1.

Belum menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok besar  

Menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan kelompok kecil

  1. Aktivitas Proses Pembelajaran

No

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi

1

Siswa

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika, aspek keberanian  kategori kurang, aspek kedisiplinan kategori kurang,  dan aspek perhatian kategori kurang.

Guru

Pembelajaran didominasi guru dan penyampaian materi dengan memberi tugas tanpa variasi serta belum dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, guru banyak menggunakan metode ceramah.

Aspek Keberanian

Jumlah skor: 74

Nilai rata-rata: 3,36

Prosentase: 84,09%

Kategori: Berani

Aspek Kedisiplinan

Jumlah skor: 72

Nilai rata-rata: 3,27

Prosentase: 81,82%

Kategori: Disiplin

Aspek Perhatian

Jumlah skor: 75

Nilai rata-rata: 3,41

Prosentase: 85,23%

Kategori: Baik/perhatian.

Aktivitas kinerja guru

Jumlah skor: 48

Nilai rata-rata: 3,69

Prosentase: 73,85%

Kriteria: Baik

Aspek Keberanian

Jumlah skor: 79

Nilai rata-rata: 3,59

Prosentase: 89,77%

Kategori: SangatBerani

Aspek Kedisiplinan

Jumlah skor: 81

Nilai rata-rata: 3,68

Prosentase: 92,05%

Kategori: Sangat Disiplin

Aspek Perhatian

Jumlah skor: 81

Nilai rata-rata: 3,68

Prosentase: 92,05%

Kategori:  Sangat Baik/ sangat perhatian.

Aktivitas kinerja guru

Jumlah skor: 60

Nilai rata-rata: 4,62

Prosentase: 92,31%

Kriteria: Sangat Baik  

Dari siklus I ke siklus II aspek keberanian terdapat peningkat jumlah skor 74 menjadi 79 meningkat 5. Nilai rata-rata dari 3,36 menjadi 3,59 meningkat 0,23. Prosentase dari 84,09% menjadi 89,77% meningkat 5,68%. Dari kategori berani menjadi sangat berani/sangat baik.

Aspek kedisiplinan terdapat peningkatan jumlah skor dari 72 menjadi 81 meningkat 9. Nilai rata-rata dari 3,27 menjadi 3,68 meningkat 0,41. Prosentase dari  81,82% menjadi 92,05% meningkat 10,23%. Dari kategori disiplin menjadi sangat disiplin.

Aspek perhatian terdapat peningkatan jumlah skor dari 75 menjadi 81 meningkat 6. Nilai rata-rata dari 3,41 menjadi 3,68 meningkat 0,27. Prosentase dari 85,23% menjadi 92,05% meningkat 6,82%. Dari kategori baik/perhatian menjadi sangat baik/ sangat perhatian.

Aktivitas kinerja guru siklus I dan siklus II terdapat peningkatan jumlah skor dari 48 menjadi 60 meningkat 12 Nilai rata-rata dari 3,69 menjadi 4,62 meningkat 0,93. Prosentase dari 73,85% menjadi 92,31% meningkat 18,46. Dari kategori baik menjadi sangat baik.

  1. Hasil Belajar Siswa

No.

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Refleksi Kondisi Awal ke Siklus II

1

Dari 22 siswa yang mendapat nilai:

Tuntas 10 siswa (45,45%) dan yang belum tuntas 12 siswa (54,55%). Nilai rata-rata 66,36.

Dari 22 siswa yang mendapat nilai:

Tuntas 18 siswa (81,82%) dan yang belum tuntas 4 siswa (18,18). Nilai rata-rata 73,64

Dari 22 siswa yang mendapat nilai:

Tuntas 22 siswa (100%). Nilai rata-rata 80,00

Dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 10 siswa (45,45%) siswa yang mendapat nilai tuntas menjadi 22 siswa (100%) meningkat 12 siswa (54,45%).  Nilai rata-rata dari 66,36 menjadi  80,00  meningkat sebesar 13,64

Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan /diskusi di atas hasil tindakan yang berupa proses pembelajaran dan hasil belajar dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1. Proses Pembelajaran Siswa

        Dari Siklus I ke Siklus II terdapat peningkatan minat dan hasil belajar  siswa dalam aspek yang diamati yaitu aspek keberanian dari  kategori baik/ berani menjadi sangat baik/ sangat berani, aspek kedisiplinan dari kategori baik/ disiplin menjadi menjadi sangat baik/ sangat disiplin, dan aspek perhatian dari kategori baik/ perhatian menjadi sangat baik/ sangat perhatian.

  1. Hasil belajar Siswa

Dari kondisi awal ke Siklus II mengalami peningkatan hasil belajar matematika yaitu dari 10 siswa (45,45%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 22 (100%) meningkat 12 siswa (54,55%). Nilai rata-rata dari 66,36 menjadi 80,00 meningkat sebesar 13,64.

PENUTUP

Simpulan

Menurut teoritik dan empirik hasil penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat disimpulkan sebagai berikut.

  1. Melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Minat belajar matematika bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 Semester II tahun pelajaran 2013/2014 meningkat dari Siklus I ke Siklus II terdapat peningkatan minat dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan  dalam  aspek yang diamati yaitu aspek keberanian  dari kategori baik/ berani menjadi sangat baik/ sangat berani, aspek kedisiplinan dari kategori  baik/ disiplin  menjadi sangat baik/ sangat disiplin, dan aspek perhatian dari kategori baik/ perhatian menjadi sangat baik/ sangat perhatian.
  2. Melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) hasil belajar  matematika bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II tahun pelajaran 2013/2014 meningkat dari kondisi awal ke siklus II yaitu dari 10 siswa (45,45%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 22 siswa (100%) meningkat 12 siswa (54,55%). Nilai rata-rata dari 66,36 menjadi 80,00 meningkat sebesar 13,64.
  3. Melalui penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)  minat dan hasil belajar matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan pecahan bagi siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo 01 semester II tahun pelajaran 2013/2014  meningkat dari kondisi awal ke kondisi akhir yaitu anak tidak merasa takut  yaitu  menjadi berani dalam mengikuti pembelajaran matematika, menjadi disiplin dalam mengikuti pembelajaran, perhatian dalam pembelajaran matematika, dan hasil belajar matematika juga meningkat.

Implikasi

Berdasarkan kajian teori serta penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

  1. Mendapat teori baru tentang berbagai model pembelajaran yang  menyenangkan yaitu model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).
  2. Sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas selanjutnya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran.

Saran

  1. Saran bagi siswa, agar siswa dapat mengikuti  proses pembelajaran lebih aktif, dapat bekerjasama, disiplin, dan dengan suasana yang menyenangkan tanpa rasa takut.
  2. Saran bagi guru, memberikan bekal dan solusi pemecahan agar dapat menerapkan dan mengembangkan dalam memilih serta menerapkan model pembelajaran inovatif  yang menjadi tanggungjawab professional guru.
  3. Saran bagi sekolah, memberikan berbagai alternatif tindakan pembelajaran dalam mengembangkan model pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Drever, James. 1998. Kamus Psikologi Terjemahan Simanjuntak. Jakarta: Bina Aksara.

Gie, The Liang. 1998. Cara Belajar yang Efesien. Pusat Belajar Ilmu Berguru   Pusat Belajar Ilmu Berguru: Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Muslim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.

Suprijono  Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Pubhliser.

Suwandi, Sarwiji. 2004. “Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam Seminar Nasional, Pascasarjana UNS”.

Suyitno, Amin. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-dasar Penelitian. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran I. Pemilihan Modul Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah.

Walgito, Bimo. 1993. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan penerbit Fakultas Psikologi Gajah Mada.

BIODATA PENULIS:

Nama                       : Jiyem, S.Pd.

NIP                           : 19620415 198201 2 010

Pangkat Golongan  : Pembina (IV/A)

Unit Kerja                : SD Negeri Sidorejo 01