PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI MEMBANDINGKAN
PECAHAN SEDERHANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
PADA SISWA KELAS III SDN JETIS 01
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH: Sularni
SD Negeri Jetis 01-Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetensi membandingkan pecahan sederhana. Penelitian mengambil data dari 40 siswa SDN Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung, adapun data kuantitatif diambil dari hasil tes formatif siswa yang dilaksanakan pada akhir kegiatan. Dari analisis data yang diambil baik kualitatif maupun kuantitatif dapat diambil simpulan dari kegiatan prasiklus sampai siklus kedua. Hasil dari prasiklus ini yang menjadi awal mula diadakan perbaikan pembelajaran dikarenakan pada kegiatan ini tingkat ketuntasan siswa hanya 37,5%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus pertama meningkat menjadi 62,5%, selanjutnya peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus yang kedua yaitu sebesar 92,5%.
Kata Kunci : prestasi belajar, contextual teaching and learning,
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan pada saat ini menjadi perhatian yang sangat penting. Sehingga pendidikan sekarang menjadi pilar utama berdirinya suatu bangsa. Oleh sebab itu, di dalam menjalankan peran penting dalam dunia pendidikan, guru harus bisa melakukan inovasi dalam pembelajaran, meningkatkan fasilitas dalam kegiatan belajar-mengajar.
Kinerja guru profesional diharapkan dapat meningkatkan kualitas mengajar yang efektif, menghasilkan anak didik yang produktif, berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Guru berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sebab upaya pembelajaran yang baik akan dapat menumbuhkan minat dan bakat siswa serta dapat mendorong siswa untuk mencapai pengetahuan yang lebih bervariasi agar dalam diri siswa tumbuh perasaan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan sehingga mereka ingin terus belajar untuk memahami hal-hal yang dianggap baru dalam proses pembelajaran aktivitas yang dilakukan oleh siswa adalah belajar.
Belajar menurut H.M. Suryo (1997:8) adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu yang memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila semua materi yang dipelajari dapat dikuasai siswa dengan hasil yang diperoleh pada kegiatan akhir pembelajaran yaitu dengan nilai evaluasi. Tingkat penguasaan materi dapat diukur dengan nilai yang diperoleh setiap siswa dalam proses pembelajaran ada perbaikan pembelajaran yang merupakan tujuan dari sebuah pembelajaran. Sesuai dengan hal tersebut maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pengalaman penulis dalam pembelajaran matematika tentang membandingkan pecahan sederhana di kelas 3 SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun 2013/2014, menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih rendah, melihat hal tersebut pula yang melatar belakangi untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
Rumusan Masalah
Sesuai dengan analisis masalah, maka rumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk :
Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah :
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan pengajaran yang mengkondisikan seseorang belajar. Dengan demikian pembelajaran lebih memfokuskan diri agar peserta didik dapat belajar secara optimal melalui beberapa kegiatan edukatif yang dilakukan pendidik. Menurut Slameto (1995 : 2) memberi batasan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ahmad (1992 : 130) menjelaskan bahwa prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: Faktor jasmani baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh, termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri dari:- Faktor intelektif (kecerdasan bakat), Faktor non intelektif antara lain : kepribadian tertentu seperti kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
Pembelajaran Matematika di SD
Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi. (Soejadi, 2000: 11) Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan berpola pikir deduktif. (Aristoteles dalam Franklin, 2009: 104) Matematika adalah ilmu tentang kuantitas. August Comte, 1851: 20) Matematika adalah suatu ilmu pengukuran tidak langsung, bagaimana menentuka jumlah yang tidak dapat diukur secara langsung. (Pierce dalam Eves, 1997: 150) Matematika adalah suatu ilmu yang menggambarkan bagaimana penarikan suatu kesimpulan.
Heruman (2008) menyatakan dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjutnya Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran yang bermakna (meaningful) siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to be) dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together).
Siswa sekolah dasar berada pada usia 7–12 tahun, pada tahap ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. (Herman, 2008) siswa SD masih terikat dengan objek yang ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, perserta didik lebih banyak menggunakan media sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Karena dengan penggunaan alat peraga dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru, sehingga siswa lebih cepat memahaminya.Pembelajaran matematika di SD tidak terlepas dari dua hal yaitu hakikat matematika itu sendiri dan hakikat dari anak didik di SD.
Suwangsih dan Tiurlina (2006) menyatakan ciri-ciri pembelajaran matematika SD yaitu:
Menggunakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya, topik sebelumnya merupakan prasyarat untuk topik baru yang merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep yang diberikan mulai dengan benda-benda konkret kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika
Materi pembelajaran matematikan diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit, selain pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret, dan akhirnya pada konsep abstrak
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, sesuai tahap perkembangan siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataanpernyataan sebelumnya yang telah diterima dengan kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif
Pecahan
Menurut Salim (2000:1111) pecahan adalah bilangan yang bukan bilangan bulat seperti dan ,
sebagainya. Pecahan menurut Negoro ialah bilangan yang menggambarkan bagian bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan. Pecahan pada matematika sekolah dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda himpunan atau beberapa bagian yang sama.
Pecahan telah terbukti sebagai materi yang kompleks dan sulit untuk dipahami oleh anak-anak (Niekrek, et al, 1999, p.1). Selain itu, makna pecahan yang bervariasi merupakan salah satu dari penyebab kesulitan anak dalam pembelajaran pecahan (Ayunika, Junianti & Patahudin, 2012, p.17). Di sisi lain, pecahan sangat berguna bagi siswa karena materi ini akan membantu mereka untuk mempelajari materi matematika yang lain di jenjang berikutnya. Kurangnya pemahaman siswa tentang pecahan merupakan faktor yang berkontribusi pada penguasaan matematika yang tidak memadai (Mullis, et al, 1997, p.28). Post, Behr & Lesh (Wheeldon, 2008, p.28) menemukan bahwa siswa tidak dapat membedakan antara operasi bilangan cacah dan operasi bilangan pecahan. Hal ini karena sebelumnya pada mereka telah terbentuk pengetahuan yang mapan tentang bilangan asli (Liu, Xin & Li, 2012, p.47). Di Indonesia hasil penelitian Soedjadi (Nalole, 2008, p.138) menyatakan bahwa salah satu masalah yang paling menonjol di pendidikan dasar adalah pada materi pecahan.
Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas dasar pemikiran tersebut, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Macam-macam pendekatan pembelajaran antara lain:
Pendekatan kontekstul atau Contextual Teaching and Learning/CT merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departmement of Education, 2001).
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreativitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.
Pendekatan merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstul atau Contextual Teaching and Learning/CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departmement of Education, 2001).
(1) Kerjasama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding dan lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
1) Melakukan hubungan yang bermakna (Making meaningful Connections). 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing Significant Works). 3) Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated Learning). 4) Bekerjasama (Collaboratin) siswa dapat bekerjasama. 5) Berpikir kritis dan kreatif (Critical and Creative Thinking). 6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nuturing The Individual). 7) Mencapai standar yang tinggi (Reaching High Standards). 8) Menggunakan penilaian yang otentik (Using Authentic Assessment)
Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut; Kondisi awal guru belum memanfaatkan model pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning, pada kondisi awal ini penguasaan siswa pada kompetensi membandingkan pecahan masih sangat rendah. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siklus I dan dilanjutkan pada siklus II. Diduga melalui model pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar kompetensi membandingkan pecahan sederhana.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kompetensi membandingkan pecahan sederhana dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran pendekatan contextual teaching and learning pada siswa kelas III SD Negeri Jetis 01, Sukoharjo, Tahun Pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Seting Dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2014.Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 40 anak, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing melalui empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan adalah data yang dikumpulkan selama kegiatan proses pembelajaran yang berupa: Lembar pedoman observasi yang berisi kriteria penilaian kualitas gagasan gagasan siswa keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Lembar pedoman observasi yang berisi kriteria penilaian kualitas pertanyaan dan jawaban siswa selama proses pembelajaran dan Catatan lapangan teman sejawat.
Data kuntitatif. Data kuantitatif yang digunakan antara lain: Hasil presentasi. Siswa dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana dengan baik dan dapat mempresentasikan di depan kelas dengan baik nilai 81-100. Siswa dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana dengan baik dan mempresentasikan di depan kelas dengan cukup baik nilai 71- 80. Siswa dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana tetapi tidak dapat mempresentasikan nilai 61 -70. Siswa tidak dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana dengan baik dan tidak dapat mempresentasikan nilai ≤ 60
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian - perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa.Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil tes formatif. Deskripsi penilaian pelaksanaan tiap-tiap aktivitas dan deskripsi hasil belajar siswa sebagai berikut :
Tabel 1
Rekap Nilai Ulangan Prasiklus Mata Pelajaran Matematika
No | Rentang Nilai | Jumlah Siswa | Keterangan |
1 | 40 – 49 | 2 | Belum Tuntas |
2 | 50 – 59 | 14 | Belum Tuntas |
3 | 60 – 69 | 9 | Belum Tuntas |
4 | 70 – 79 | 12 | Tuntas |
5 | 80 – 89 | 2 | Tuntas |
6 | 90 – 99 | 1 | Tuntas |
Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran prasiklus belum berjalan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata 60,25. Sedangkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 (pertama) sudah cukup baik dengan nilai rata-rata 70,5. Jadi ada kenaikan prestasi belajar siswa sebesar 66,7 persen dengan peningkatan nilai rata-rata 60,25 menjadi 70,5 atau ada kenaikan nilai rata-rata sebesar 10,25. Untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif. Kualitas perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus I dan hasil belajar disajikan pada tabel berikut:
Rekap Nilai Ulangan siklus 1 Mata Pelajaran Matematika
No | Rentang Nilai | Jumlah Siswa | Keterangan |
1 | 41 – 50 | 1 | Belum Tuntas |
2 | 51 – 60 | 14 | Belum Tuntas |
3 | 61 – 70 | 12 | Belum Tuntas |
4 | 71 – 80 | 9 | Tuntas |
5 | 81 – 90 | 3 | Tuntas |
6 | 91 – 100 | 1 | Tuntas |
Melihat hasil pembelajaran pada prasiklus dan siklus 1 yang masih rendah, maka peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 2 (dua) berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata prasiklus 60,25, siklus 1 (pertama) dengan nilai rata-rata 70,5 dan pada siklus 2 (dua) nilai rata-rata menjadi 80,25. Prestasi belajar siswa berhasil dibuktikan dengan kenaikan prestasi belajar dari 62,5 persen menjadi 92,5 persen, dengan kenaikan nilai rata-rata dari 70,5 menjadi 80,25. Untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif. Kualitas perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus 2 dan hasil belajar disajikan pada tabel berikut:
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas 3 SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo siklus I (pertama) dapat dilihat pada tabel berikut :
Deskripsi Temuan dan Refleksi
Hasil perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui prasiklus, siklus 1 (pertama), siklus 2 (dua) diperoleh data peningkatan keberhasilan mencapai 92,5%. Indikasi dari keberhasilan dapat dilihat dari grafik yang disajikan pada tiap siklus. Grafik prasiklus tingkat ketuntasan sebesar 37,5 %, siklus I sebesar 62,5 %, dan pada siklus II 92,5 %.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika di kelas 3 SD Negeri Jetis 01 dilaksanakan melalui dua siklus. Perbaikan pembelajaran melibatkan beberapa unsur, antara lain : penulis sebagai peneliti, teman sejawat, siswa, dosen pembimbing, kepala sekolah tempat penulis mengajar, ruang kelas, dan kondisi lingkungan sekitar. Dengan adanya berbagai unsur yang ada sudah pasti akan mempengaruhi lancar atau tidaknya pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran menurut peneliti berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, akan tetapi dalam suatu tindakan tentu ada dua kenyataan yang akan muncul yaitu keberhasilan dan kekurangan.
Keberhasilan yang diperoleh penulis dalam melaksanakan perbaikan tentu saja hasil perbaikan itu sendiri yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa pada pelajaran matematika kelas 3 SD Negeri Jetis 01. Peningkatan prestasi belajar siswa disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) yang memberikan kebebasan berpikir, berkreasi dan berimajinasi siswa.
Indikasi keberhasilan peningkatan prestasi siswa dari hasil pembelajaran mulai dari prasiklus, siklus I, dan siklus II, dapat dilihat dari data perolehan nilai rata–rata untuk mata pelajaran matematika pada prasiklus adalah 62,5 dengan ketuntasan klasikal 37,5%. Pada siklus I meningkat dengan nilai rata-rata 70,5 dengan ketuntasan klasikal 62,5%. Pada siklus II meningkat lagi dengan nilai rata–rata 80,25 dan ketuntasan klasikal 92,5%.
Baik keberhasilan maupun kekurangan yang muncul dalam perbaikan pembelajaran sudah tentu ada faktor pendorong maupun penghambat. Salah satu faktor penghambat dalam proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan penulis adalah masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru.
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang telah peneliti lakukan pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas 3 semester 2 di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Saran
Dengan melihat keberhasilan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika yang peneliti laksanakan, semoga dapat menjadi suatu motivasi bagi tenaga pendidik yang mengalami permasalahan serupa dalam upaya memperbaiki prestasi belajar siswa. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kita dapat merencanakan perbaikan pembelajaran dengan memperhatikan beberapa kegiatan yang memerlukan penekanan dalam pelaksanaannya, agar keberhasilan belajar siswa tercapai optimal sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan, maka peneliti menyarankan dalam proses pembelajaran untuk :
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan upaya guru untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelanjaran. Karena dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dapat mengetahui kekurangan atau kelemahansehingga guru akan berusaha memperbaiki demi terwujudnya keberhasilan pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar siswa. Di samping itu, berdasarkan pengalaman peneliti dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK), kiranya kepada teman guru untuk dapat melaksanakan PTK dengan menggunakan variabel masalah atau variabel tindakan yang sama dengan peneliti. Kepala sekolah sebagai leader dalam unit terkecil pendidikan di sekolah sebaiknya dapat memberikan PTK ini kepada guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) yang mungkin dapat bermanfaat untuk dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1984. Didaktik Metodik. Semarang: CV.Toha Putera.
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Asrori, Mohammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima.
Ausubel dan Robinson. 1969. An Aproach To Teaching Higher Order Thinking Skills.
Stanley D. Ivie. High School Journal.
Azwar, Saifudin. 2008. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran Penilaian Portopolio. Bandung: Genesindo.
Depdiknas. 2004. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dharma Bhakti.
Dimyati, Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Gramedia Pustaka
Joyce, et all. 2000. Model Of Teaching. USA: Allynd Bacon.
National Education Association. 1969.CreativityWhat Research Says. Bandung: PT. Rosdakarya.
Roestiyah, N.K. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Rusyan. 1977. Media, Teknologi, dan Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka.
Sisdiknas. 2006. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Wipress
Soekanto. 1997. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana. 2002. Dasar–dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.
Sumantri, M. Syaodih, N. 2005. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas Terbuka
Syamsudin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Tim Bina Karya Guru, 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas. III, Jakarta: Erlangga.
Tirtonegoro, Sutratinah. 1989. Anak Supernormal dan Program Pendidikanya. Jakarta: Balai Pustaka Jakarta.
Wardhani, IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Widyawartaya. 1991. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.
Anonim, 2005, Guru Harus Mampu Kembangkan Kreatifitas
Siswa.http://www.riau.go.id/index.php?module=roles&func=display&uid=3
Herdian. 2010. Teori-teori Belajar. http.//herdy07.wordpress.com/2010/05/27/ teoriteori-belajar- pieget- bruner-dewey- percival- ellington- vygotsky.
Herdy. 2007. http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajarancontextual-teaching-learning-ctl/
Tentang Penulis:
Nama : Dra. Sularni
NIP : 19641002 198601 2 003
Instansi : SD Negeri Jetis 01
Tempat Pembelajaran : SD Negeri Jetis 01
UPTD Kecamatan Sukoharjo