Published using Google Docs
Sularni.docx
Updated automatically every 5 minutes

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI MEMBANDINGKAN

PECAHAN SEDERHANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PADA SISWA KELAS III SDN JETIS 01

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH: Sularni

 SD Negeri  Jetis 01-Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran pendekatan contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar  siswa pada kompetensi membandingkan pecahan sederhana. Penelitian mengambil data dari  40 siswa SDN Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung, adapun data kuantitatif diambil dari hasil tes formatif siswa yang dilaksanakan pada akhir kegiatan. Dari analisis data yang diambil baik kualitatif maupun kuantitatif dapat diambil simpulan dari kegiatan prasiklus sampai siklus kedua. Hasil dari prasiklus ini yang menjadi awal mula diadakan perbaikan pembelajaran dikarenakan pada kegiatan ini tingkat ketuntasan siswa hanya 37,5%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus pertama meningkat menjadi 62,5%, selanjutnya peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus yang kedua yaitu sebesar 92,5%.

Kata Kunci :  prestasi belajar, contextual teaching and learning,

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan pada saat ini menjadi perhatian yang sangat penting. Sehingga pendidikan sekarang menjadi pilar utama berdirinya suatu bangsa. Oleh sebab itu, di dalam menjalankan peran penting  dalam dunia pendidikan, guru harus bisa melakukan inovasi dalam pembelajaran, meningkatkan fasilitas dalam kegiatan belajar-mengajar.

Kinerja guru profesional diharapkan dapat meningkatkan kualitas mengajar yang efektif, menghasilkan anak didik yang produktif, berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Guru berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sebab upaya pembelajaran yang baik  akan dapat menumbuhkan minat dan bakat siswa serta dapat mendorong siswa untuk mencapai pengetahuan yang lebih bervariasi agar dalam diri siswa tumbuh perasaan bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan sehingga mereka ingin terus belajar untuk memahami hal-hal yang dianggap baru dalam proses pembelajaran aktivitas yang dilakukan oleh siswa adalah belajar.

Belajar menurut H.M. Suryo (1997:8) adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu yang memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila  semua materi yang dipelajari dapat dikuasai siswa dengan hasil yang diperoleh pada kegiatan akhir pembelajaran yaitu dengan nilai evaluasi. Tingkat penguasaan materi dapat diukur dengan nilai yang diperoleh setiap siswa dalam proses pembelajaran ada perbaikan pembelajaran yang merupakan tujuan dari sebuah pembelajaran. Sesuai dengan hal tersebut maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pengalaman penulis dalam pembelajaran matematika tentang membandingkan pecahan sederhana di kelas 3 SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun 2013/2014, menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih rendah, melihat hal tersebut pula yang melatar belakangi untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

Rumusan Masalah

Sesuai dengan analisis masalah, maka rumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut

  1. Apakah dengan menggunakan metode contextual teaching and learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang membandingkan dua pecahan sederhana?
  2. Apakah  metode contextual teaching and learning dapat meningkatkan ketrampilan belajar siswa dalam  membandingkan dua pecahan sederhana?
  3. Apakah dengan media dan alat peraga berupa gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang membandingkan dua pecahan sederhana?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk :

  1. Bagi Guru
  1. Sebagai syarat tugas pemenuhan angka kredit  kenaikan pangkat dan golongan
  2. Untuk membantu guru dalam menganalisis kinerjanya sehingga dapat mengembangkan diri sebagai individu yang mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran di kelasnya
  3. Meningkatkan kemampuan penulis, sehingga dalam mengajar semakin mantap dan profesional guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya
  1. Bagi Siswa
  1. Meningkatkan prestasi belajar siswa
  2. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
  3. Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
  4. Meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran
  1. Bagi Sekolah
  1. Dapat mengatasi masalah-masalah sekolah terutama masalah belajar siswa
  2. Dapat menanggulangi masalah perbaikan kesalahan konsep
  3. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa

Manfaat  Penelitian

Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah :

  1. Manfaat Bagi Siswa
  1. Dapat meningkatkan prestasi, aktivitas dan keterampilan belajar siswa
  2. Siswa merasa senang dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru karena mendapat perhatian secara khusus dari guru
  3. Siswa mendapatkan perhatian khusus dari guru
  4. Meningkatkan kekreatifan dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
  1. Manfaat Bagi Guru
  1. Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena penelitian tindakan kelas bertujuan untuk perbaikan pembelajaran sehingga dalam diri guru akan timbul rasa puas karena sudah berupaya melalui penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya
  2. Meningkatkan rasa percaya diri guru
  3. Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat berkembang secara profesional sebab guru dapat membuktikan bahwa guru mampu menganalisis, menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dilakukan
  4. Guru lebih termotivasi untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya
  1. Manfaat Bagi Sekolah
  1. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dalam peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.
  2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pendidikan dalam rangka membina kemampuan guru melalui penelitian tindakan kelas.
  3. Prestasi rata-rata nilai sekolah dapat meningkat dan mutu pendidikan semakin meningkat

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran

Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan pengajaran yang mengkondisikan seseorang belajar. Dengan demikian pembelajaran lebih memfokuskan diri agar peserta didik dapat belajar secara optimal melalui beberapa kegiatan edukatif yang dilakukan pendidik. Menurut Slameto (1995 : 2) memberi batasan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ahmad (1992 : 130) menjelaskan bahwa prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: Faktor jasmani baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh, termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri dari:-  Faktor intelektif (kecerdasan bakat), Faktor non intelektif antara lain : kepribadian tertentu seperti kebiasaan, minat, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

Pembelajaran Matematika di SD

Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif,  yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi. (Soejadi, 2000: 11) Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan berpola pikir deduktif. (Aristoteles dalam Franklin, 2009: 104) Matematika adalah ilmu tentang kuantitas. August Comte, 1851: 20) Matematika adalah suatu ilmu pengukuran  tidak langsung, bagaimana menentuka jumlah yang tidak dapat diukur secara langsung. (Pierce dalam Eves, 1997: 150) Matematika adalah suatu ilmu yang menggambarkan bagaimana penarikan suatu kesimpulan.

Heruman (2008) menyatakan dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjutnya Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran yang bermakna (meaningful) siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to be) dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together).

Siswa sekolah dasar berada pada usia 7–12 tahun, pada tahap ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek  yang bersifat konkret. (Herman, 2008) siswa SD masih terikat dengan objek yang ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, perserta didik lebih banyak menggunakan media sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Karena dengan penggunaan alat peraga dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru, sehingga siswa lebih cepat memahaminya.Pembelajaran matematika di SD tidak terlepas dari dua hal yaitu hakikat matematika itu sendiri dan hakikat dari anak didik di SD.

Suwangsih dan Tiurlina (2006) menyatakan ciri-ciri pembelajaran matematika SD yaitu:

  1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Menggunakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya, topik sebelumnya merupakan prasyarat untuk topik baru yang merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep yang diberikan mulai dengan benda-benda konkret kemudian  konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika

  1. Pembelajaran matematika bertahap

Materi pembelajaran matematikan diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit, selain pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret, dan akhirnya pada konsep abstrak

  1. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, sesuai tahap perkembangan siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif

  1. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya  pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataanpernyataan sebelumnya yang telah diterima dengan kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif

Pecahan

Menurut Salim (2000:1111) pecahan adalah bilangan yang bukan bilangan bulat seperti dan   ,    sebagainya. Pecahan menurut Negoro ialah bilangan yang menggambarkan bagian bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan. Pecahan pada matematika sekolah dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda himpunan atau beberapa bagian yang sama.

Pecahan telah terbukti sebagai materi yang kompleks dan sulit untuk dipahami oleh anak-anak (Niekrek, et al, 1999, p.1). Selain itu, makna pecahan yang bervariasi merupakan salah satu dari penyebab kesulitan anak dalam pembelajaran pecahan (Ayunika, Junianti & Patahudin, 2012, p.17). Di sisi lain, pecahan sangat berguna bagi siswa karena materi ini akan membantu mereka untuk mempelajari materi matematika yang lain di jenjang berikutnya. Kurangnya pemahaman siswa tentang pecahan merupakan faktor yang berkontribusi pada penguasaan matematika yang tidak memadai (Mullis, et al, 1997, p.28). Post, Behr & Lesh (Wheeldon, 2008, p.28) menemukan bahwa siswa tidak dapat membedakan antara operasi bilangan cacah dan operasi bilangan pecahan. Hal ini karena sebelumnya pada mereka telah terbentuk pengetahuan yang mapan tentang bilangan asli (Liu, Xin & Li, 2012, p.47). Di Indonesia hasil penelitian Soedjadi (Nalole, 2008, p.138) menyatakan bahwa salah satu masalah yang paling menonjol di pendidikan dasar adalah pada materi pecahan.

Model Pembelajaran

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas dasar pemikiran tersebut, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Macam-macam pendekatan pembelajaran antara lain:

  1. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

Pendekatan kontekstul atau Contextual Teaching and Learning/CT merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departmement of Education,  2001).

  1. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreativitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.

  1. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.

Pendekatan merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

  1. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.

Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

  1. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep. Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

  1. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan kontekstul atau Contextual Teaching and Learning/CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departmement of Education, 2001).

  1. CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultur) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan yang lainnya.
  2. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa  bekerja, mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
  3. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar langkah-langkah yang harus di tempuh dalam CTL adalah sebagai berikut :
  1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
  3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
  4. Ciptakan masyarakat belajar
  5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
  7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
  1. Karakteristik Pembelajaran CTL

(1) Kerjasama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding dan lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

  1. Beberapa komponen utama dalam pembelajaran kontekstual menurut Johnson (2006: 65) dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Melakukan hubungan yang bermakna (Making meaningful Connections). 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (Doing Significant Works). 3) Belajar yang diatur sendiri (Self-Regulated Learning). 4) Bekerjasama (Collaboratin) siswa dapat bekerjasama. 5) Berpikir kritis dan kreatif (Critical and Creative Thinking). 6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nuturing The Individual). 7) Mencapai standar yang tinggi (Reaching High Standards). 8) Menggunakan penilaian yang otentik (Using Authentic Assessment)

Kerangka Berfikir

        Berdasarkan kajian teori di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut;  Kondisi awal guru belum memanfaatkan model pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning, pada kondisi awal ini penguasaan siswa pada kompetensi membandingkan pecahan masih sangat rendah. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning pada siklus I dan dilanjutkan pada siklus II. Diduga melalui model pembelajaran pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan prestasi belajar kompetensi membandingkan pecahan sederhana.

Hipotesis

        Hipotesis dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kompetensi  membandingkan pecahan sederhana dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran pendekatan contextual teaching and learning pada siswa kelas III SD Negeri Jetis 01, Sukoharjo, Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN

Seting Dan Subyek Penelitian

        Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2014.Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 40 anak, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing melalui empat tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan adalah data yang dikumpulkan selama kegiatan proses pembelajaran yang berupa: Lembar pedoman observasi yang berisi kriteria penilaian kualitas gagasan gagasan siswa keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Lembar pedoman observasi yang berisi kriteria penilaian kualitas pertanyaan dan jawaban siswa selama proses pembelajaran dan Catatan lapangan teman sejawat.

Data kuntitatif. Data kuantitatif yang digunakan antara lain: Hasil presentasi. Siswa dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana dengan baik dan dapat mempresentasikan di depan kelas dengan baik nilai 81-100. Siswa dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana dengan baik dan mempresentasikan di depan kelas dengan cukup baik nilai 71- 80. Siswa dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana tetapi tidak dapat mempresentasikan nilai 61 -70. Siswa tidak dapat mengerjakan soal membandingkan pecahan sederhana dengan baik dan tidak dapat mempresentasikan nilai ≤ 60

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian - perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa.Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan  pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil tes formatif. Deskripsi penilaian pelaksanaan tiap-tiap aktivitas dan deskripsi hasil belajar siswa sebagai berikut :

  1. Prasiklus

Tabel 1

Rekap Nilai Ulangan Prasiklus Mata Pelajaran Matematika

No

Rentang Nilai

Jumlah Siswa

Keterangan

1

40 – 49

2

Belum Tuntas

2

50 – 59

14

Belum Tuntas

3

60 – 69

9

Belum Tuntas

4

70 – 79

12

Tuntas

5

80 – 89

2

Tuntas

6

90 – 99

1

Tuntas


  1. Siklus 1 (pertama)

Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran prasiklus belum berjalan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata 60,25. Sedangkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 (pertama) sudah cukup baik dengan nilai rata-rata 70,5. Jadi ada kenaikan prestasi belajar siswa sebesar  66,7 persen dengan peningkatan  nilai rata-rata 60,25 menjadi 70,5 atau ada kenaikan nilai rata-rata sebesar 10,25. Untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif. Kualitas perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus I dan hasil belajar disajikan pada tabel berikut:

Rekap Nilai Ulangan siklus 1 Mata Pelajaran Matematika

No

Rentang Nilai

Jumlah Siswa

Keterangan

1

41 – 50

1

Belum Tuntas

2

51 – 60

14

Belum Tuntas

3

61 – 70

12

Belum Tuntas

4

71 – 80

9

Tuntas

5

81 – 90

3

Tuntas

6

91 – 100

1

Tuntas

  1. Siklus 2 (Dua)

Melihat hasil pembelajaran pada prasiklus dan siklus 1 yang masih rendah, maka peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 2 (dua) berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata prasiklus 60,25, siklus 1 (pertama) dengan nilai rata-rata 70,5 dan pada siklus 2 (dua) nilai rata-rata menjadi 80,25. Prestasi belajar siswa berhasil dibuktikan dengan kenaikan prestasi belajar dari 62,5 persen menjadi 92,5 persen, dengan kenaikan nilai rata-rata dari 70,5 menjadi 80,25. Untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif. Kualitas perbaikan pembelajaran Matematika pada siklus 2 dan hasil belajar disajikan pada tabel berikut:

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas 3 SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo siklus I (pertama) dapat dilihat pada tabel berikut :

Deskripsi Temuan dan Refleksi

Hasil perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui prasiklus, siklus 1 (pertama), siklus 2 (dua) diperoleh data peningkatan keberhasilan mencapai 92,5%. Indikasi dari keberhasilan dapat dilihat dari grafik yang disajikan pada tiap siklus. Grafik prasiklus tingkat ketuntasan sebesar 37,5 %, siklus I sebesar 62,5 %, dan pada siklus II 92,5 %.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika di kelas 3 SD Negeri Jetis 01 dilaksanakan melalui dua siklus. Perbaikan pembelajaran melibatkan beberapa unsur, antara lain : penulis sebagai peneliti, teman sejawat, siswa, dosen pembimbing, kepala sekolah tempat penulis mengajar, ruang kelas, dan kondisi lingkungan sekitar. Dengan adanya berbagai unsur yang ada sudah pasti akan mempengaruhi lancar atau tidaknya pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran menurut peneliti berjalan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, akan tetapi dalam suatu tindakan tentu ada dua kenyataan yang akan muncul yaitu keberhasilan dan kekurangan.

Keberhasilan yang diperoleh penulis dalam melaksanakan perbaikan tentu saja hasil perbaikan itu sendiri yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa pada pelajaran matematika kelas 3 SD Negeri Jetis 01. Peningkatan prestasi belajar siswa disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) yang memberikan kebebasan berpikir, berkreasi dan berimajinasi siswa.

Indikasi keberhasilan peningkatan prestasi siswa dari hasil pembelajaran mulai dari prasiklus, siklus I, dan siklus II, dapat dilihat dari data perolehan nilai rata–rata untuk mata pelajaran matematika pada prasiklus adalah 62,5 dengan ketuntasan klasikal 37,5%. Pada siklus I meningkat dengan nilai rata-rata 70,5 dengan ketuntasan klasikal 62,5%. Pada siklus II meningkat lagi dengan nilai rata–rata 80,25 dan ketuntasan klasikal 92,5%.

Baik keberhasilan maupun kekurangan yang muncul dalam perbaikan pembelajaran sudah tentu ada faktor pendorong maupun penghambat. Salah satu faktor penghambat dalam proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan penulis adalah masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Kesimpulan

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang telah peneliti lakukan pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas 3 semester 2 di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  1. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan baik pada siklus I dan lebih meningkat lagi pada pembelajaran siklus II.
  2. Prestasi belajar siswa meningkat dari nilai rata-rata 60,25 dengan prosentase nilai tuntas 37,5% pada prasiklus, 70,5 dengan prosentase nilai tuntas 62,5% pada siklus I, dan nilai rata-rata 80,25 dengan prosentase 92,5% pada siklus II. Maka kegiatan perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil.
  3. Dengan perencanaan pembelajaran yang matang, guru akan dapat menetapkan kerangka kerja yang jelas dalam pengajaran, aktivitas pengajaran yang dikehendaki dan kriteria yang digunakan dalam menentukan keberhasilan prestasi belajar siswa.
  4. Penyampaian materi pembelajaran secara rinci dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
  5. Dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan dapat mengembangkan daya pikirnya dan materi yang diajarkan lebih kuat dan lama dalam ingatan siswa.
  6. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika meningkat melalui  penggunaan metode contextual teaching and learning (CTL) dan di dalamnya terdapat penggunaan metode Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan, Penggunaan alat peraga/media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran matematika pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikatornya.

Saran

Dengan melihat keberhasilan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika yang peneliti laksanakan, semoga dapat menjadi suatu motivasi bagi tenaga pendidik yang mengalami permasalahan serupa dalam upaya memperbaiki prestasi belajar siswa. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kita dapat merencanakan perbaikan pembelajaran dengan memperhatikan beberapa kegiatan yang memerlukan penekanan dalam pelaksanaannya, agar keberhasilan belajar siswa tercapai optimal sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan, maka peneliti menyarankan dalam proses pembelajaran untuk :

  1. Pembahasan materi tidak terlalu cepat
  2. Menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami siswa
  3. Memanfaatkan media atau alat peraga yang relevan
  4. Menggunakan metode yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan  disampaikan pada siswa
  5. Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran
  6. Melakukan berbagai inovasi demi terwujudnya prestasi belajar siswa

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan upaya guru untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelanjaran. Karena dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dapat mengetahui kekurangan atau kelemahansehingga guru akan berusaha memperbaiki demi terwujudnya keberhasilan pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar siswa. Di samping itu, berdasarkan pengalaman peneliti dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK), kiranya kepada teman guru untuk dapat melaksanakan PTK dengan menggunakan variabel masalah atau variabel tindakan yang sama dengan peneliti. Kepala sekolah sebagai leader dalam unit terkecil pendidikan di sekolah sebaiknya dapat memberikan PTK ini kepada guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) yang mungkin dapat bermanfaat untuk dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1984. Didaktik Metodik. Semarang: CV.Toha Putera.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Asrori, Mohammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima.

Ausubel dan Robinson. 1969. An Aproach To Teaching Higher Order Thinking Skills.

Stanley D. Ivie. High School Journal.

Azwar, Saifudin. 2008. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran Penilaian Portopolio. Bandung:  Genesindo.

Depdiknas. 2004. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dharma Bhakti.        

Dimyati, Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Gramedia Pustaka

Joyce, et all. 2000. Model Of Teaching. USA: Allynd Bacon.

National Education Association. 1969.CreativityWhat Research Says. Bandung: PT. Rosdakarya.

Roestiyah, N.K. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Rusyan. 1977. Media, Teknologi, dan Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka.

Sisdiknas. 2006. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Wipress

Soekanto. 1997. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar–dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka.

Sumantri, M. Syaodih, N. 2005. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas  Terbuka

Syamsudin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Tim Bina Karya Guru, 2007. Terampil Berhitung Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas. III, Jakarta: Erlangga.

Tirtonegoro, Sutratinah. 1989. Anak Supernormal dan Program Pendidikanya. Jakarta: Balai Pustaka Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widyawartaya. 1991. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Anonim, 2005, Guru Harus Mampu Kembangkan Kreatifitas

Siswa.http://www.riau.go.id/index.php?module=roles&func=display&uid=3

Herdian. 2010. Teori-teori Belajar. http.//herdy07.wordpress.com/2010/05/27/ teoriteori-belajar- pieget- bruner-dewey- percival- ellington- vygotsky.

Herdy. 2007. http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajarancontextual-teaching-learning-ctl/

Tentang Penulis:

Nama                                         :  Dra. Sularni

NIP                                         :  19641002 198601 2 003

Instansi                                         :  SD Negeri Jetis 01

Tempat Pembelajaran                         :  SD Negeri Jetis 01

                                            UPTD Kecamatan Sukoharjo