Seorang perempuan dewasa, ia nampak kaya raya di dalam rumah yang bagus. Ia juga cukup perfeksionis dengan kehidupannya. Ia melihat figura besar keluarganya. Figura sepasang pengantin dan anak remaja.
Suaminya bermana Lee Tae O (Park Hae Joon) dan anaknya Lee Joon Young (Jeon Jin Seo). Adegannya sama sekali nggak ada dialog. Hanya berisi kehidupan perempuan, oh yaa ada adegan buka ba ju segala. Menunjukkan drama ini bukan untuk anak-anak ya guys. 19 tahun ke atas.
Malam hari. Saat hujan, Tae O pulang. Ia langsung menemui istrinya Ji Sun Woo (Kim Hae Ae). Suaminya ini nampak pulang membawa koper, dari LN rupanya.
Pagi pun datang. Saat membereskan baju yang tadinya dipakai Tae O. Sun Woo menemukan pelembab bibir. Ia tidak curiga sama sekali. Biasalah, di korea sih lelaki udah biasa pakai pelembab bibir.
"Aku beli satu untuk diriku sendiri karena di pesawat sangat kering."
"aku tak percaya kamu membeli yang ceri." Ucap sang istri mencium bau lipbalmnya.
"Aku tidak bisa bahasa cina."
"Aku akan mandi dulu."
***
Sun Woo mencuci tangannya bekas swatch lipstik dan masih biasa saja.
***
Sang anak remaja turun dari lantai atas dan mengeluh pada ayahnya. "Appa, ibu memberiku les matematika."
"Di atas pelajaran bahasa inggris dan piano? Apa kamu punya waktu?" ucap Tae O yang sedang memandang figura.
"Ini sangat menjengkelkan. Bisakah ayah mengobrol dengan ibu agar aku keluar dari les?"
Sun Woo pun turun. Bersiap dengan pakaian kantornya. "Kamu harus memahami matematika sebelum masuk SMP. Jika tidak, kamu akan kesulitan."
"Dia bilang nanti kamu akan kesulitan." Ucap Tae O.
"Appa."
"Haruskah dia melakukan apa yang dilakukan orang lain?" tanya Tae O. "Anak kita mungkin kurang dalam matematika, tapi dia kreatif seperti ayahnya."
"Betul." Ucap sang anak.
"Kreativitas itu baik. Tapi jika ia tidak memiliki dasarnya, bagaimana ia akan menampilkan kreativitasnya?"
"Bagaimanapun, pendidikan memang paling dihargai saat ini." Ucap Tae O.
Akhirnya, sang ayah kalah. Sebelum berangkat, pakai acara pelukan dulu. Nampak sangat bahagia. Walaupun Sun Woo merasa tua di foto pernikahan.
Sun Woo juga diberikan syal oleh Tae O sebelum ia kerja.
Acara kisseu segala yang membuat anak mereka jengah namun nampak bahagia.
***
Sun Woo pergi bekerja dengan menaiki mobil sendirian. Ia nampak berbincang dengan ahjumma di telepon.
"Onni. Gimana rencana pesta ulang tahun Pak Lee?"
"Tae O menolak membuat banner, jadi, kami membuangnya. Kita hanya memiliki beberapa bunga. Untuk minuman, kita punya wine dan craft beer."
"Siapa yang kamu undang." Orang di seberang nampak berjalan di bandara.
"Orang yang sama dengan pesta ulang tahun terakhirnya... ditambah ketua asosiasi, anggota dewan Cha."
"Baik. Kamu sangat sempurna." Perempuan ini bernama Koo Ye Rim.
"Bagaimana dengan pulau jeju? Apa cuacanya bagus? Apa kamu punya waktu romantis dengan Je Hyuk?"
"Ini bagus. Aku merasa seperti pengantin baru lagi." Suaminya Son Je Hyuk malah menyeret koper dengan wajah mengantuk.
Sun Woo sampai di tempat kerjanya. Ternyata dia adalah seorang direktur dari sebuah rumah sakit.
"Aku melihat ada mobil polisi di luar." Ucap Sun Woo pada salah satu dokter.
"Kita dapat masalah."
"Masalah?"
"Dr. Ma mencekik seseorang di sebuah bar."
***
Sun Woo masuk ke ruangan dan melihat dokter Ma yang masih teler beserta beberapa polisi.
"Apa yang sedang terjadi?" Tanya Sun Woo.
"Tadi malam seorang pria pingsan di bar dan masih tidak sadarkan diri. Menurut saksi, Ma Kang Suk masuk ambulance bersamanya dan mencekiknya."
"Apakah dokter Ma memberikan pertolongan pertama?"
"Itu yang dia lakukan, tapi keluarga korban bersikeras kalau dia mabuk melukainya. Mereka mengancam akan mengajukan tuntutan. Jika kamu mempekerjakan seorang dokter yang mentalnya tidak stabil sebagai dokter, mereka akan meminta pertanggung jawaban rumah sakit."
Dokter Kong (sudah senior) berkata. "Itu konyol. Kenapa rumah sakit harus disalahkan karena masalah pribadi?"
"Apa aku boleh melihat catatan paramedis?" tanya Sun Woo. Sun Woo pun membacanya. "Dia memberikan CPR, tapi masih belum ada denyut nadi, jadi dia menggunakan cara lain. Apa kamu menggunakan manuver tekanan krikoid untuk intubasi?" tanya Sun Woo pada dokter Ma.
"Krikoid apa?" tanya polisi bingung.
"Sebelum intubasi, kamu memberikan tekanan pada kartilagi krikoid untuk membuat napas terbuka." Sun Woo langsung memperagakannya pada dokter Kong. "Bagi kebanyakan orang, ini nampak seperti mencekik."
Yhaahhh begitulah ngelesnya para medis, dan sepertinya berhasil mengusir polisi pergi.
***
"Dokter Ma, berapa banyak yang kamu minum?" tanya Sun Woo pada dokter Ma yang masih teler. "Kamu masih bau alkohol. Pulanglah."
***
"Doktor Kong tolol itu, apa yang bisa dia lakukan tanpamu?" ucap dokter perempuan pada Sun Woo. "Bagaimanapun dia tidak berguna."
"Kita perlu melakukan sesuatu tentang dr. Ma. Aku merasa dia akan menyebabkan masalah yang lebih besar."
"Kamu terlihat bersemangat. Suamimu pulang rupanya."
"Bagaimana bisa tahu?"
"Melihat bagaimana banyaknya oksitosin yang kamu miliki. Kamu masih dalam tahap bulan madu."
"Dokter Sul..."
"Beri aku kelonggaran. Aku lajang." Wkwkwk.
***
Sun Woo masuk ruangannya. Ia mengganti jasnya. Dan melihat helaian rambut yang bukan miliknya di syal biru.
***
Ada pasien sedang konsultasi. "Aku ingin tidur, tapi... apakah kamu mendengarkanku?"
"Sudah berapa lama kamu kesulitan tidur?"
"3 bulan lalu."
"Ini nampaknya tren pengganti diet."
"Aku tidak tertarik untuk diet. Aku butuh tidur, itu saja."
"Itulah alasanmu kenapa kamu harus mengunjungi psikiater."
"Aku tahu. Aku ke sini karena tidak ingin meninggalkan catatan di sana. Aku sudah memastikan kalau dokter keluarga bisa meresepkan itu."
"Ya aku bisa, tapi... ini adalah kebijakanku untuk tidak meresepkan obat penenang dengan mudah. Juga bertentangan dengan etika untuk meresepkannya kepada seseorang yang menolak untuk evaluasi ke psikiater."
Pasien itu pun pergi.
***
Seorang perempuan kaya bernama Umh Hyo Jung memberikan undangan pada Sun Woo.
"Dokter harus datang."
"Terima kasih atas penawarannya. Tapi aku tidak yakin apakah aku punya waktu."
"Kamu bilang untuk mengatasi menopauseku dengan membangun kembali harga diriku. Kamu bilang harus mencari sesuatu yang aku sukai. Itu sebabnya aku melukis. Itu sebabnya dokter harus datang."
"Style-mu berubah sedikit."
"Jika seseorang ingin awet muda, mereka membutuhkan cinta seorang pria. Aku pikir bagus untuk mengubah style-ku. Aku bersenang-senang hari ini."
Sun Woo malah bengong. "Kamu sangat sehat. Tidak perlu datang lagi."
"Baik. Tapi kamu datang ke pameranku yaa.."
Sun Woo melihat helaian rambut panjang di syal birunya dan membuangnya ke tempat sampah.
***
Sun Woo menjemput putranya Joon Young dan selalu nampak gelisah saat melihat ibu-ibu yang berambut panjang dan diwarnai.
"Omma, kita akan tidur di tenda saat kemping. Apa ibu yakin ayah bisa pergi? Benar-benar yakin?"
"Tentu saja bisa. Dia berjanji untuk mengosongkan jadwalnya."
"Dia berjanji untuk pergi tahun lalu, sesuatu muncul di menit terakhir. Bagaimana jika terjadi tahun ini? aahh aku tidak mempercayai Appa."
"Ayahmu akan membawamu ke kemah tahun ini, apapun yang terjadi, jadi jangan khawatir."
Saat mereka akan masuk mobil. Seorang ahjumma menyapa.
Rambutnya merah lagi. Langsung oleng tuh Sun Woo.
"Anda tidak mengenaliku? Aku Jang Mi Yun. Aku asisten direktur Lee."
"Ahh yaa. aku ingat kamu. Dulu, rambutmu pendek saat itu."
"Iya, aku memakai ekstensi. Terlihat asli, bukan?"
"Apa yang membuatmu ke sini?"
"Bukankah Pak Lee memberitahumu? Aku bekerja sebagai asistennya lebih dari setahun. Aku membesarkan putriku sendirian, jadi, sulit untuk terus bekerja dalam produksi tim. Aku bercerai. Pak Lee tahu situasiku dan mempekerjakanku sebagai asisten pribadi. Aku sangat berterima kasih. Karena pekerjaan berakhir pada jam 5 sore, aku bisa menjemput putriku."
"Jam 5 sore?"
"Dia selalu pulang kerja tepat jam 5 sore."
****
*sedangkan....
Jam setengah 8 malam. Sun Woo baru sempat memasak. Jam 8 malam, suaminya bahkan belum pulang.
Sun Woo dan anaknya memilih kartu ulang tahun dan memotretnya.
"Kalau dia mendengar kamu berhasil, ayah akan sangat bahagia."
Suara pintu terbuka. Lee Tae O pulang.
"Kamu terlambat." Ucap Sun Woo.
"Aku tidak terlambat. Biasanya aku pulang jam segini."
"Betul."
"Apalah Ayah melakukan kesalahan?" tanya Tae O pada anaknya.
"Tidak tahu."
"Jun Young, naik ke atas dan kerjakan PR-mu." Ucap Sun Woo.
"Kenapa? Kita harus makan malam."
"Tulang rusuk perlu direbus sedikit lebih lama. Aku akan memanggilnya kalau sudah siap."
"Ahhh semur iga." Ucap Tae O mendekati istrinya.
"Aku bertemu dengan asistenmu hari ini."
"Siapa?"
"Kenapa tidak memberitahuku?"
"Bukankah aku sudah memberitahumu? Aku pikir aku sudah melakukannya," Tae O mengambil daging dan memakannya sampai menetes di atas meja.
"Apa kamu melakukan perjalanan bisnis bersamanya juga?"
"Tentu saja. dia punya pengalaman sebagai asisten direktur dan dia bagus dalam pekerjaannya." Tae O terus makan iganya. "Investor menjadi tidak fleskibel. Aku harus menjelaskan pada mereka selama berjam-jam di kamar hotel. Ini enak."
Sun Woo langsung membersihkan tumpahannya. "Aku kira kamu juga minum."
Tae O nampak sengaja melemparkan bekas tulangnya ke piring sehingga terdengar bunyi keras. "Aku harus meringankan suasana."
"Apa Mi Yun minum juga?"
"Haruskah aku minum?" Tae O memegang botol wine.
"Cuci tangan dulu."
"Ah mian."
Sebenernya, dari atas, sang anak mendengarkan semua ini.
***
Sun Woo datang ke rumah Ko Ye Rim. Ia membawakan makanan. "Kamu baru pulang, jadi aku pikir kamu akan lelah untuk memasak."
"Kamu begitu perhatian. Masuklah."
****
Ko Ye Rim mencicipi makanan itu. "Kamu membumbuinya dengan sempurna. Apa yang tidak bisa kamu lakukan?"
"Di mana Je Hyuk?"
"Dia ada di tempat kerja setelah liburan, jadi dia akan terlambat. Mau teh?"
"Tidak. Aku mau pergi. Apa warna rambut yang kamu pakai begitu populer? Aku sering melihatnya."
"Kamu tahu Uhm Hyo Jung? Dia terkenal sejak dia menjadi miss korea. Saat dia mengecat rambutnya, banyak orang mengikutinya. Terlihat bagus, jadi, aku mewarnai rambutku juga." Ko mengeluarkan lipbalm yang sama yang Sun Woo temukan di kantong suaminya. "Dia bahkan selebriti seumur hidup setelah menjadi Miss Korea sekali. Seorang wanita harus cantik bukan?" Ko pun memakainya.
Sun Woo penasaran. "Apa kamu dan Tae Oh baik-baik saja?"
"Kenapa tb-tb bertanya?"
"Sepertinya banyak yang dia pikirkan. Mengenai perjalanan bisnis baru-baru ini dan masalah investasi. Apa Je Hyuk mengatakan sesuatu?"
"Tidak, tidak ada."
"Begitukah?"
Ada suara pintu dibuka. Ko langsung menyambut suaminya. "Sun Woo ada di sini."
Kemudian Je Hyuk menyapa Sun Woo.
"Seorang direktur memasak? Tae Oh sungguh pria yang beruntung." Ucap Je Hyuk saat diberitahu kalau diberi makanan.
"Tae Oh sangat memperhatikan wanita." Ucap Ko. "Bukankah begitu Unie? Unie, bukankah kamu mendapatkan foto pernikahan? Aku ingin melihatnya."
"Ah kamu melalui pemotretan yang membosankan itu?" tanya Je Hyuk.
"Kenapa kamu bilang itu membosankan?" tanya Ko. "Mereka melakukannya untuk merayakannya. Juga, dia tidak bisa mengenakan gaun pengantin yang tepat karena bersama Joon Young. Tae Oh melakukan itu untuk menebusnya. Manis sekali bukan?"
"Yah. Dia profesional dalam hal merayu wanita." Ucap Je Hyuk.
Tb-tb Sun Woo pamit pulang.
****
Ada ponsel Lee Tae Oh sedang diisi daya. Sun Woo akan melihatnya tapi Tae Oh keburu datang.
Kemudian Sun Woo nampak menggeledah jas milik Tae Oh.
"Apakah Jae Hyuk di rumah?" Tanya Tae Oh pada istrinya.
"Ya."
"Aku akan mandi."
"Ya."
****
Sun Woo masih melirik pada ponsel suaminya. Ia mengambilnya dan melihat. Membuka menu pesan dan.....
Nggak ada yang aneh.
Menu galery dan... nggak ada yang aneh.
Tapi tb-tb ada pesan masuk berisi. "kami harap kamu mengunjungi kembali dan memperoleh malam yang indah." Sebuah pesan dari hotel tempat Tae Oh pernah menginap.
***
Sun Woo pergi ke hotel itu.
Ia hanya memandang dari depan.
***
Sun Woo curhat ke rekan dokter lain. "Kamu curiga hanya karena ada helaian rambut?"
"Kenapa dia tidak memberitahuku kalau punya asisten baru selama satu tahun lebih? Bukankah itu aneh?"
"Aku tidak berpikir dia mencoba menyembunyikannya darimu. Dia mungkin tidak mau memberitahumu. Atau mungkin kamu sudah lupa kalau dia sudah memberitahumu."
"Aku canggung karena asistennya sudah bercerai."
"Tidak semua wanita bercerai selingkuh dengan lelaki yang sudah punya suami."
"Dia bilang selalu pulang kerja jam 5 sore. Tapi dia bilang padaku jam 7. Kenapa dia berbohong dan apa yang dia lakukan selama 2 jam?"
"Maka itu berarti asistennya tidak bersalah. Saat itu dia menjemput anaknya di sekolah."
"Ahhh aku juga terganggu dengan Ye Rim juga."
"Aigo... kamu curiga dengan istri Je Hyuk?"
"Bukankah aneh dia tidak mengunci ponselnya? Seakan aku bisa melihatnya?"
"Kamu sepertinya yang tidak normal. Terlalu sensitif. Aku rasa telalu lelah punya suami tampan. Lihat? Kita nampak 40an dan Tae Oh 30an?"
***
Seorang pasien curhat pada Sun Woo. "Aku kehilangan 1kg BB. Rambutku juga rontok. Dan kulitku makin kering." Pasien menggaruk lehernya.
"Kamu meminum obat yang diresepkan sebelumnya?"
"Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak makan dengan benar."
"Kenapa kamu tidak makan?"
"Bagaimana kalau di makanan ada racun?"
"Kamu harus memakan makananmu." Dan waktu menunjuukan pukul setengah lima. Sun Woo malah memperhatikan jam.
"Tunggu sebentar. Apakah kamu menolak untuk memeriksaku?"
"Tidak bukan itu. Aku sedang tidak enak badan."
"Dokter merasa gatal juga? Apakah jantungmu merasa berdetak cepat? Waah anda juga sama sepertiku."
"Aku butuh istirahat." Eehh dokternya malah pergi guys.
Sun Woo buru-buru pergi. Ia menelepon Ko dan ternyata Ko sedang mengajari anaknya Sun Woo main piano.
Saat ini, Sun Woo sedang mamata-matai Tae O. Di depan kantor Tae O.
Mobil Tae O nampak bergerak dan Sun Woo mengikutinya.
Tae O pergi ke semacam toko bunga.
***
Saat menunggu. Ada seorang gadis muda yang diperlakukan buruk seorang pria di depan mobil Sun Woo. Gadis itu minta tolong pada Sun Woo. Tapi Sun Woo bingung sebab dia sedang jadi mata-mata.
Ia diam. Dan melihat Tae Oh pergi.
Sun Woo pun pergi kembali. Mengabaikan gadis yang minta tolong.
Sayangnya, saat adegan kejar-kejaran dan penuhnya mobil di jalanan. Nggak terkejar tuh. Tae Oh tetap melaju begitu saja.
Gadis ini yang sebelumnya minta obat tidur ke Sun Woo. namanya Nona Min.
****
Karena gagal. Akhirnya Sun Woo kembali ke klinik. Tapi bukan klinik tempat ia bekerja. Ia pergi ke tempat ibu mertuanya yang dalam perawatan.
Ternyata di sana ada Tae Oh.
"Tae Oh tidak bilang bahwa kamu akan datang." Ucap nenek.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Tae Oh.
"Aku belum mengunjunginya."
"Aku kira kamu punya waktu istriahat dalam kesibukanmu."
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Sun Woo.
"Selalu sama. Tidak akan mengejutkan jika aku mati besok."
"Ahh jangan katakan itu Omma." Ucap Tae Oh.
Tae Oh membawa bunga dan Sun Woo mengambil bunga itu untuk dimasukkan ke pot.
***
Tae Oh berterima kasih pada istrinya. "Sun Woo ya. gumawo, ibuku sangat berterima kasih."
"Aku kurang perhatian. Kamu seharusnya memintaku untuk ikut denganmu."
"Kamu sibuk. Aku tidak ingin membebanimu. Aku datang sendiri untuk sementara waktu. Omma keadaannya memburuk, jadi aku datang hampir setiap hari. Kenapa?"
"Aku langsung mengambil kesimpulan. Ketika Mi Yun bilang kamu pulang kantor jam 5 sore, kamu selalu bilang pulang jam 7 malam."
"Apa kamu pikir aku melakukan sesuatu selama 2 jam itu? Itukah sebabnya kamu datang ke sini?"
"Maaf. Aku pasti sudah gila. Jangan katakan apapun, aku sangat malu."
Tae Oh memeluk Sun Woo. "Kenapa kamu bersikap bodoh dan mengkhawatirkan hal-hal seperti itu?"
"Sekarang aku baik-baik saja."
"Sungguh?"
"Kembalilah ke ibumu."
***
Kemudian Sun Woo meminta vas ke perawat. Perawatnya bilang. "Dia sangat merindukan anaknya. Dia tidak datang sama sekali sejak Tahun Baru Imlek. Yang dia lakukan hanya menelepon sesekali."
Sedangkan baru saja Tae Oh mengaku datang setiap hari.
Eemmm.... Sun Woo mencium bau kebohongan lagi. Mimiknya berubah.
***
Ibu bertanya pada Tae Oh. "Apakah ada sesuatu diantara kalian berdua?"
"Tidak. Tidak sama sekali."
Ibu melihat Sun Woo sedang melamun melihat pemandangan di luar jendela.
***
Mereka pulang naik mobil sendiri-sendiri.
Musiknya dibuat orkestra mengerikan.
***
Dan kalian tahu? Ko memandang rumah Sun Woo yang tetanggaan dengannya dengan agak geram gitu.
***
Anak Sun Woo curhat pada Ibunya. "Omma. Yoon No Eul bilang ibunya punya pacar."
"Yoon No Eul? Siapa itu?"
"Kamu sudah melihatnya. Dia putri asisten ayah."
"Apakah ibunya punya pacar? Orang semacam apa dia?"
"Tidak tahu. Dia hanya bilang kalau ibunya punya pacar setelah perceraian. Tapi No Eul bilang dia baik-baik saja. Jika itu terjadi kepadaku, aku akan merasa dikhianati dan marah. Aku pikir dia pura-pura kuat. Ibu setuju?"
"Tidurlah."
Tae Oh baru akan pergi malam hari. Sun Woo bertanya. "Apakah kamu pergi ke suatu tempat?"
"Ya. ada acara yang dilakukan oleh alumni SMA. Dia adalah orang yang cukup berpengaruh di komunitas kita. Rupanya, sang istri adalah mantan Miss Korea. Dia mengadakan pamerean, jadi, aku pikir bagus untuk menghadirinya."
"Maksudmu, Uhm Hyo Jung?"
"Kamu tahu perempuan itu?"
"Ya. aku juga diundang."
"Bagaimana bisa?"
"Dia adalah pasienku."
"Ahhh. Begitu."
"Oke. Aku akan ikut denganmu. Tunggu sebentar. Aku akan ganti baju."
****
Tae Oh bilang di luar gedung pada Sun Woo. "Jangan membuat kesalahan dengan presdir. Dia adalah orang yang memiliki seluruh uang di kota ini. Aku benar-benar perlu melakukannya dengan baik untuk proyek baruku. Aku mungkin butuh bantuannya."
"Kenapa kamu sangat kaku?"
"Apa? karena aku merasa bersalah kepadamu. Aku merasa tidak enak karena kamu khawatir pada ibuku juga. Kamu banyak memberikan dukungan saat dilakukan pendirian perusahaan, tapi masih belum stabil. Jadi, aku belum bisa menafkahimu. Aku merasa bersalah atas segalanya."
"Begitukah?"
"Aku akan membayar apa yang telah kamu usahakan."
***
Pesta berisi dengan orang-orang kaya yang hadir.
Tae Oh menyapa presdir dengan ragu-ragu. "Aku lulusan ke 28 SMA busan. Namaku Lee Tae Oh. Selamat atas pameran istrimu."
"Terima kasih." Ucap Nyonya Uhm yang menjawab.
Namun, Tae Oh dicuekkin. Presdir terus bicara pada tamu lainnya.
Kemudian salah satu dari tamu bertanya pada Lee Tae Oh. "Apakah kamu adalah putra dari Lee Sang Do?"
"Ya benar."
"Siapa itu?" tanya presdir.
"Kamu tahu, pria yang bermain lama sekali. Tapi orang pasti sudah lupa." Nggak dijelasin sih latar belakangnya kayak gimana.
Kemudian Sun Woo gabung. "Selamat yaa.."
"Omo, tunggu sebentar, Yeoboe, ini adalah dr Jin Sun Woo dari rumah sakit cinta keluarga. Aku sudah memberitahu soal dia bukan? Aku berutang banyak padanya."
"Ahh yaaa aku dengar tentangmu. Istriku terus memujimu dan memberi tahu kamu adalah dokter yang hebat."
"Tae Oh suamiku."
"Ah benarkah?"
"Dia menjalankan perusahaan acara regional bernama T.O Entertaiment. Dia membuat film juga. Jika berminat, presdir bisa bergabung."
Dan barulah Lee Tae Oh sedikit ditanya basa-basi oleh presdir.
***
Masih ingat gadis yang bertemu Sun Woo di saat mematai Tae Oh. Dia menjadi pelayan di pesta. Ada Nona Min.
***
Nyonya Umh bicara dengan Sun Woo. "Kamu tidak hanya sukses dengan karirmu. Kamu juga punya berondong. Kamu sangat kompeten rupanya."
"Kami seumuran."
"Aahhh begitukah? Suamimu terlihat lebih muda ya."
"Ya."
Sun Woo malah oleng dengan kumpulan anggur. Karena suaminya pernah membawa pulang anggur yang sama.
Anak Uhm datang. Ia diperkenalkan pada Sun Woo. Tapi hanya sekilas.
Uhm masih bicara. "Aku selalu ingin berteman denganmu. Aku mau melanjutkan dengan pertemanan. Bagaimana?"
"Jika besok suamimu ada waktu. kita bisa membuat pertemuan."
"Besok?"
"Besok adalah hari ulang tahun suamiku. Akan ada acara reuni, akan baik jika presdir datang. Jika kamu bergabung dengan kamu."
"Waahh boleh. Apa yang disukai suamimu ya? aku akan memberikan hadiah yang bagus."
Sun Woo melihat pelayan sedang merokok. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Sun Woo. "Aku minta maaf karena hari itu. Aku sedang terburu-buru."
"Apa yang bisa kamu lakukan? Toh bukan urusanmu juga. Kamu tidak bisa berbuat banyak." Ucap Nona Min.
"Siapa pria itu?"
"Pacarku. Dia seperti itu karena kehabisan uang. Dia biasanya tidak seperti itu."
"Aku melihat semuanya dengan mataku sendiri. Apa kamu benar-benar ingin membelanya?"
"Aku iri padamu. Kamu punya solusi untuk semua masalahmu. Hidup itu mudah bukan?"
"Apa maksudmu?"
"Biasanya, orang tetap sengsara karena mereka tidak bisa melarikan diri."
"Itu hanya alasan." Ucap Sun Woo. "Kamu tahu itu bukan?"
"Kamu harus punya yang diperlukan untuk mengambil langkah maju dari tempat kamu jatuh. Tapi dokter tidak akan tahu karena kamu memiliki segalanya."
"Aku juga tidak berbeda kok."
"Suamimu memukulmu?"
Sun Woo tertawa.
"Lalu, apa dia mencuri uang darimu?"
"Menurutku dia selingkuh. Dan aku takut itu adalah kebenaran."
"Kenapa kamu takut akan hal itu? Kamu hanya perlu menemukan bukti kemudian mengusirnya. Bukankah hidup seharusnya mudah untuk perempuan yang sukses?"
"Pernikahan tidak semudah itu. Ini bukan game di mana kamu bisa bangun dan pergi hanya karena kamu kehabisan uang. itu melibatkan hidupku dan anakku."
"Aku kecewa, bahwa wanita sukses sepertimu tidak berbeda dengan perempuan sepertiku." Mereka pun saling menatap.
***
Malam hari. Sun Woo tidak bisa tidur dan mencari artikel tentang suaminya yang selingkuh.
Ia menemukan banyak tulisan dari membuat penyadap dan mengajukan gugatan cerai.
****
Pagi-pagi buta. Sun Woo pergi ke tempat gadis pelayan. Maaf belum tahu namanya. Mau ngecek internetnya uwuwuuw banget.
"Apa yang membawamu pagi-pagi begini?"
Sun Woo memberikan resep. (eehh ini pasien yang minta obat tidur). "Sebelum aku memberikannya kepadamu, katakan bahwa kamu pergi ke dokter yang berbeda untuk memberimu obat tidur."
"Aku tidak mencoba melakukan diet atau bunuh diri. Jadi, jangan khawatir."
"Sebenarnya, aku ingin meminta tolong."
****
Yep. Minta tolongnya adalah menjadikan pasiennya memata-matai Tae Oh.
Gadis itu pun menyanggupi. Ia mulai memata-matai Tae Oh saat Tae Oh pulang pukul 5 dari tempat kerjanya.
Tae Oh nampak turun di sebuah apartemen. Dan Sun Woo langsung mendapatkan laporan langsungnya.
"Tae Oh sudah tidak keluar selama 3 jam." Yhaaa. Masih menunggu.
Udah kayak detektif aja.
Dan Tae Oh turun.
***
Sun Woo pergi ke suatu tempat untuk mengambil kue. Tapi ia mendapatkan telepon dari Nona Min. Eehh Nona Min ini yang memata-matai Tae Oh ya.
Nampak dari kejauhan. Tae Oh memeluk perempuan namun wajah sang perempuan tertutup mobil.
"Dia bersama seorang perempuan." Ucap Nona Min.
"Apa kamu melihat wajahnya? Dia terlihat seperti apa?" Seo Woo sudah menangis. "Ambil foto atau video. Bisakah kamu melakukannya?"
"Aku tidak bisa melakukannya. ini terlalu jauh. Tunggu yaa..."
Kamera Nona Min mulai cekrak cekrek.
tapi... "Aku tidak mendapatkan foto saat mereka bersama." Ucap Nona Min.
"Apa kamu melihat wajahnya?"
"Tidak, hanya bagian belakang kepalanya. Dia memiliki rambut coklat panjang dan tingginya sama sepertimu."
Sun Woo menutup telepon dan mendapatkan kue pesanannya, desain anaknya sendiri.
"Samunim lihatlah. Ohhh tidak, sepertinya kamu tidak menyukainya."
"Bukan itu. Itu terlihat bagus. Sangat cantik. Anakku... yang menggambar ini."
"Lucunya. Aku ingin punya putra seperti itu."
"Dia mendesign-nya berhari-hari untuk ulang tahun ayahnya."
Sun Woo masih menjemput anaknya dengan wajah ceria. "Apakah harimu menyenangkan?"
"Ya."
****
Sun Woo mengendarai mobil dengan cukup ngebut. Bahkan saat ada kamera tilang otomatis.
Anaknya berkata. "No Eul bilang akan datang juga. Apa Omma tahu?" omaaa... kamu terlalu ngebut."
Kemudian sampai di depan apartemen Nona Min.
"Bukankah seharusnya ke tempat ayah?"
"Tetaplah di mobil." Ucap Sun Woo.
***
Sun Woo mendatangi Nona Min. Ia memberikan resepnya. "Apa yang kamu rencanakan?" tanya Nona Min.
"Aku butuh lebih banyak bukti."
"Kamu harus memeriksa bagasi suamimu. Dia menyembunyikan sesuatu di sana."
***
Yang terjadi adalah Lee Tae Oh mengeluarkan dua dus anggur dari bagasinya.
Dia masuk ke pesta ultahnya.
Sun Woo masih galau di dalam mobil. Dan ia menemukan plat mobil suaminya. Ia ingat untuk memeriksa bagasi. Tak lama, ia meminta kunci ke suaminya dengan alasan mau ambil kamera yang ada di mobil suaminya.
Sun Woo langsung menggeledah.
Ia tidak menemukan susuatu yang mencurigakan. Ia makin stres.
Namun. Ia menyadari sesuatu, ia membuka karpet dan menemukan tas ransel dongker.
Sun Woo mengeluarkan barang-barangnya.
Menemukan... emmm apa yaaa itu celana? Nggak tahu deh barang nggak jelas dan sesuatu di plastik kecil. Ia kesal.
Bukan hanya itu. Ia menemukan ponsel lain. Sun Woo pu menyalakannya.
Nyala.
Ada perempuan di wallpapernya.
Anak dari presdir dan nyonya Uhm. Si rambut coklat.
***
Sun Woo melihatnya dari kejauhan. Seorang perempuan muda diantara ayah dan ibunya. Ia kalut.
Bukan hanya itu. Galeri dilihat. Tanggal 9 oktober mereka bersama di foto.
Dan ada foto bareng.
Namanya Da Kyung. Sang penggoda.
Dan kalian tahu? Foto bareng ini..... ada tetangganya juga, Nona Ko dan Je Hyuk. Yang kemarin baru pulang liburan.
Ia menatap pesta.
Merasa dibohongi.
Ia memeriksa sms.
"Sun Woo pergi terburu-buru. Aku pikir dia sedang membuntutimu," ada juga tulisannya. "kamu sebaiknya berhati-hati untuk sementara waktu. menurutku Sun Woo akan pergi menemuimu. Jaga ponselmu dengan baik. Jangan biarkan siapapun melihatnya."
Sun Woo menangis. Teman curhatnya selama ini. Yang dokter itu. Ternyata menyembunyikan kebusukan.
"Semua nampak sempurna." Ucap Sun Woo dalam hati. "Setiap orang di sekitarku... aku tertipu dengan sempurna."
Dan Lee Tae Oh bahagia di tengah pesta ultahnya.
Sun Woo membereskan tas itu kembali, memasukkan semua barang bukti yang ia temukan.
Perlahan. Ia ke mobilnya. Mengambil sebuah gunting. Ia menaruhnya di belakang dirinya.
Perlahan.
Ia mendekat pada Tae Oh.
Sun Woo nampak dengan gaun pengantin dan Lee Tae Oh menghampirinya.
"Sun Woo, kini kamu dalam masalah besar."
"Kenapa?"
"Mulai sekarang kamu akan menjadi satu-satunya wanita yang kucintai. Ini akan selamanya."
***
"Bohong." Ucap Sun Woo saat ini.
Satu-satu sahabatnya dahulu kala menyambutnya. Dari dokter rekan kerjanya sampai Ko. Ia mengingat saat dulu pernah menyapa anaknya yang baru lahir.
Sun Woo mengingat suaminya yang dulu menggendong bayi. "Sarange. Selamanya."
"Pembohong. Semuanya bohong." Ucapnya dalam hati. Dan ia membayangkan suaminya ena-ena dengan Da Kyung.
Masih ada gunting di belakangnya. Ia langsung menusuk suaminya.
Semua tamu mendadak kaget.
Namun semuanya hanya bayangan saat sang putra memanggilnya.
"Omma, sudah menemukan kameranya? Berikan padaku, biar aku yang memotret." Kamera pun diambil sang anak.
Gunting masih ada di belakangnya.
***
Sun Woo membuka kotak dengan gunting itu.
Ko bertanya. "Hei. Kamu bisa membukanya seperti ini. kamu sangat tidak sabar. Kuenya terpotong, sayang sekali."
"Itu hanya kue beras."
***
Lilin ditiup dan semua orang bertepuk tangan.
"Kami menggunakan alasan ulang tahun sebagai alasan reunian." Ucap Lee Tae Oh. "Waktu berkumpul dan bersama. Tentu saja, ide bijaksana ini bukan ideku. Ini bisnis tahun ketigaku yang murni dijalankan di kampung halamanku."
Da Kyung melihat ini dengan senyuman.
"Jika bukan karena alumni. Aku pasti sudah tutup." Ucap Lee Tae Oh. "Do Chul anggota dewan, Sang Hyun, Pimpinan asosiasi pedagang. Dan Jae Hyuk mengatur semuanya."
Jae Hyuk menjawab. "Yak!! Jangan pura-pura berterima kasih."
Semua tertawa.
"Sun Woo. Gumawo." Ucap Lee Tae Oh. "Bertemu denganmu adalah hal terbaik yang pernah terjadi kepadaku."
Wajah Sun Woo tidak bahagia.
"Kamu bahkan mendukung impian konyolku. Dan menerima jiwaku yang gelisah untuk memberikan kedamaian. Sun Woo sarange. Lebih dari yang bisa kuungkapkan."
"Kamu harus memberikan pidatonya." Ucap Jae Hyuk mengatakan pada Sun Woo.
Sun Woo terdiam. Ia melangkah pada Oh Tae Suk dengan gunting di tangannya.
Yang terjadi adalah kisseu.
Dan Da Kyung nampak kesal.
"Kamu adalah bintangnya malam ini. selamat menikmati," Ucap Sun Woo.
***
Sun Woo memandang semua yang ia kira temannya dan suaminya yang berselingkuh. "Aku harus menyembunyikan deritaku dengan kemunafikan dan kebohongan. Ini sangat menyiksa."
Sun Woo bahkan melihat suaminya memegang tangan Da Kyung.
"Semua yang kulihat dengan siksaan ini. semuanya harus adil dan sempurna."
***
Nyonya Umh memuji Sun Woo. "Ahh kamu dan suamimu masih seperti pengantin baru. Mungkin kalian akan punya anak kedua."
"Bagaimana dengan putrimu?" tanya Sun Woo.
"Aku baik-baik saja." Ucap Da Kyung.
"Semua orang tua yang tidak kamu kenal. Apa yang menyenangkan?" tanya Sun Woo pada Da Kyung.
Da Kyung langsung senyum getir gitu.
***
"Da Kyung dan aku ikut pilates bersama." Ucap Ko pada Sun Woo.
"Benar. Kamu harus ikut kapan-kapan." Ucap Da Kyung. "Wanita harus tetap bugar seiring bertambahnya usia. Tanpa disadari, berat badanmu akan bertambah. Aku akan membantu agar sendimu tidak tegang."
"Aku akan melakukannya." Ucap Sun Woo.
Kita ke obrolan para lelaki. Lee Tae Oh akan pergi saat melihat Da Kyung pergi dari kerumunan.
Je Hyuk menyindir. "Ada apa denganmu? Kamu berkata, kamu menerima jiwaku yang gelisah?"
Semua lelaki di kerumunan tertawa.
"Berandal ini mabuk." Ucap Tae Oh.
"Kamu tidak tahu apa itu kegelisahan, dasar berengsek."
"Ada apa denganmu?" tanya Tae Oh.
"Aku benar. Kamu tidak perlu khawatir akan dipecat. Istrimu tidak pernah mengomel meski tidak dinafkahi. Kamu hidup berkat istri yang kaya dan sukses. Untuk apa kamu gelisah?"
"Kamu tahu apa?"
Yang lain mencoba memisahkan.
Je Hyuk masih mengomel. "Coba pikirkan. Kenapa wanita seperti Sun Woo begitu berbakti kepada orang sepertimu? Ajari aku rahasiamu. Hai teman-teman, kalian tahu tidak? Jelaskan padaku Tae Oh, bagaimana dia bisa menerima kecemasanmu? apa kamu memperlakukannya dengan baik siang dan malam?"
Dan dipukul deh Je Hyuknya.
****
Sun Woo mengobati luka suaminya dan melepaskan cincin suaminya.
"Memangnya Je Hyuk kenapa?"
"Kamu tidak perlu tahu. Kamu bicara dengan siapa tadi?"
"Siapa? Yeo Da Kyung?"
"Siapa dia?" wkwkkw anjing nih cowok.
"Dia anak dari Pak Yeo Byung Kyu. Kamu tidak tahu?"
"Ahhh... mereka datang bersama dengan putri mereka? Aku penasaran siapa dia. Aku sungguh-sungguh dengan semua perkataanku tadi."
"Tentang apa?" tanya Sun Woo.
"Bahwa aku mencintaimu."
Sun Woo langsung lemes dan pengen muntah.
Sun Woo memanggil anaknya Joon Young dan ia ingin pulang. Ia sudah tidak peduli ucapan suaminya. Pulang sendirianlah ia karena anaknya nggak tahu main ke mana.
***
Sun Woo pulang dan menangis di dalam gelap. Hari yang buruk bagi dirinya.
***
Da Kyung marah pada Lee Tae Oh. "Dia hal terbaik dalam hidupmu? Bagaimana kamu bisa sangat mencintainya?"
"Kamu terlalu muda untuk tahu, tapi..."
"Jangan memperlakukanku seperti anak kecil. Sekarang aku tahu kamu mempermainkanku."
Nampak lainnya sibuk dengan pesta. Mereka masih bicara.
"Apa kita datang kemari sebagai lelucon? Tatap mataku saat kamu menjawabku." Ucap Tae Oh. "Apa cintaku adalah lelucon bagimu?"
****
Di rumah, Sun Woo mengemasi barang suaminya.
***
"Kamu tahu betapa sedihnya aku sekarang?" tanya Da Kyung.
"Ini hanya sandiwara. Hatiku sebenarnya adalah milikmu. Baiklah jika kamu tidak memercayaiku. Aku akan memberi tahu ayahmu tentang kita sekarang."
"Kamu sudah gila."
Dan mereka kisseu.
Dua kali.
Plus dua lagi.
Dan ada nampak seperti kamera bergerak.
"Urus-urusan dengan istrimu."
"Baik. Tunggu saja." Ucap Lee Tae Oh. "Tunggu sebentar lagi."
"Waktunya sampai besok."
***
"Monogami." Ucap Je Kyung dalam kerumunan pesta. "Monogami tidak punya pilihan selain hanya punya status. Bagaimana kamu bisa tidur dengan satu orang saja seumur hidupmu? Begitukah Pak Yeo?"
"Tidak juga. Aku hanya hidup dengan istriku."
Nyonya Umh tertawa. "Ada banyak pasangan seperti kami. Dokter Sul carilah pasangan yang baik."
Dokter Sul bertanya pada Ko dan Je Hyuk. "Bagaimana dengan kalian berdua? Kalian nampak bahagia atau hanya berpura-pura?"
"Beri tahu kepada mereka bagaimana keadaan kita." Ucap Ko pada Je Hyuk.
"Menurutmu kenapa kami tidak punya anak? begitu kami punya bayi, itu akhir bagi pasangan. Kami memutuskan untuk saling mencintai sampai akhir."
"Waaaaaa..."
Dari pembicaraan ini. Dokter Sul melihat anak dari Lee Tae Oh berjalan di kejauhan.
Dan Ko menerima pemberitahuan di ponselnya bahwa hari ini dia ovulasi. Padahal mengharapkan anak guys.
Dokter Sul mengejar Joon Young.
"Joon Young, kamu mau kemana?"
"Aku mau pulang."
"Kamu bertengkar dengan teman?"
"Tidak. Aku hanya ingin pulang."
"Ke mana ayahmu?"
****
Lee Tae Oh menemui asistennya.
"Ada apa?" tanya Tae Oh.
"Kita menerima surel dari Tiongkok. Sepertinya, mereka tidak mau berinvestasi dengan kita. Sebaiknya kamu bicara dengan mereka esok hari."
Dan seorang pria yang juga pasien Sun Woo mengintip kejadian ini. Pria yang lehernya gatal-gatal.
***
Sun Woo minum sendirian di rumahnya. Ia merobek semua tulisan dan memasukkan di sampah tulisan di depan kulkas.
Joon Young masuk dan ia langsung pergi ke kamarnya tanpa menyapa ibunya.
"Joon Young denganku." Ucap dokter Sul. "Mungkin dia bertengkar dengan teman-temannya. Aku menanyakan apa yang terjadi dalam perjalanan ke sini, tapi dia tidak memberitahuku." Dokter Sul pun sudah melihat figura foto pengantin yang sudah masuk tong sampah.
****
Sun Woo menawari temannya minum.
"Kukira kamu pergi karena tidak sehat. Kamu minum sendirian?"
"Kurasa aku harus pergi agar Tae Oh bisa menikmati pestanya."
"Omong-omong, ada apa dengan koper itu?"
"Aku akan membuangnya."
"Bahkan foto itu?"
"Ya. aku tidak suka. Setelah digantung aku tidak suka. Rasanya konyol. Kenapa kamu nampak amat gelisah? Apa ada yang ingin kamu katakan?"
"Sama sekali tidak."
"Kenapa Tae Oh dan Je Hyuk bertengkar?"
"Mereka selalu bertengkar. Dari yang kudengar, Je Hyuk memprovokasi dia mengatakan dia pasti senang menerima banyak cinta. Dan istri yang kompeten. Aku tidak mengerti kenapa Je Hyuk iri kepadanya. Namun dia sudah cemburu sejak kamu pindah ke Gosan dan saat Tae Oh jadi ayah. Kamu tipe orang yang selalu diinginkan. Apa mungkin Je Hyuk menyukaimu?"
"Apa maksudmu?"
"Kami minum tadi dan dia bilang. Dia bilang mustahil untuk tidur dengan satu wanita saja. Astaagggaa.. kamu seharusnya melihat wajah Ye Rim saat dia mendengarnya."
"Apa itu lucu bagimu?"
"Tidak, maksudku, aku tidak percaya apa yang keluar dari mulutnya. Jadi, aku tercengang mendengarnya mengatakan itu saat istrinya berada tepat di sampingnya."
"Kamu tidak memedulikan perasaan orang lain, bukan?" tanya Sun Woo. "Kamu tidak peduli orang-orang menderita atau tidak. Kamu hanya melihatnya dari jauh dan bersenang-senang."
"Kenapa kamu bilang begitu?"
"Kamu mau bilang aku terlalu sensitif, bukan? Kamu bilang hidup dengan suami yang tampan itu sulit."
"Apakah kamu tahu semuanya?" tanya Sul kaget.
"Ya. aku juga tahu bahwa kamu memperingatkan Tae Oh bahwa aku mencurigainya."
Sul langsung ngeles. "Jangan salah paham. Dia bilang akan mengakhirinya. Dia memintaku merahasiakannya sampai saat itu. Bagaimana lagi? Kamu tidak tahu betapa marahnya aku kepadanya."
Sun Woo tersenyum getir. "Kapan itu?"
"Sekitar satu bulan lalu. Dia mengajakku minum tb-tb. Ada yang terasa aneh, aku menanyakan beberapa hal, dan akhirnya dia menceritakan semuanya. Maaf aku tidak memberitahumu. Tapi aku bersumpah tidak sengaja berbohong kepadamu. Itu juga menyiksaku."
"Kalian pasti berteman baik. Melihat bagaimana dia membagi rahasia denganmu."
"Aku tidak menganggap bedebah itu sebagai temanku. Kamulah temanku."
"Benarkah? Kamu yakin kamu temanku?"
"Tentu saja."
Sun Woo melepaskan gelasnya.
"Mulai sekarang, sebaiknya kamu berpikir sebelum bertindak!" Sun Woo benar-benar teriak menakutkan.
*****
Sul ada dalam perjalanan pulang dan ditelepon. "Kamu sudah mengantarkan anakku pulang? Bagaimana keadaan Sun Woo?"
"Kamu sungguh keterlaluan. Jangan tanya aku! Dia istrimu kenapa tidak tanya sendiri?" kemudian Sul mematikan ponselnya.
Ia bicara sendiri. "Jangan melibatkan wanita lajang di antara hubungan."
****
Sun Woo masuk ke akun pertemananan. Ia melihat akun Nyonya Uhm.
Dan akhirnya menemukan akun Da Kyung.
Ada foto Da Kyung sedang memegang tangan pria. Di tangan pria itu ada cincin. Sun Woo langsung merogoh kantongnya dan mengeluarkan cincin suaminya.
Tentu saja. cincin yang sama.
***
Lee Tae Oh pulang dalam keadaan mabuk.
"Ahh maafkan aku. Aku mabuk."
Tae Oh kelimpungan dan menabrak koper dan figura pernikahan.
"Hari ini adalah hari ulang tahun paling sempurna. Aah bukan, maksudku, kemarin."
Lee Tae Oh malah menyanyi-nyanyi.
****
Sun Woo masuk ke kamar anaknya. Ia melihat kalender anaknya dan akan pergi main bisbol dengan ayahnya. Sun Woo ingat ucapan anaknya yang katanya sang ayah suka ingkar janji. Barulah Sun Woo sadar.
***
Di dalam rumah. Sun Woo duduk sambil memandang koper dan figura.
***
Pagi hari.
Tae Oh langsung gabung makan bersama anaknya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Tae Oh.
"Baik-baik saja."
"Syukurlah."
"Cepat makan dan sadarlah. Hari ini kamu sibuk."
"Apa?"
"Jangan bilang kamu lupa."
"Tentu saja aku ingat."
"Bersenang-senanglah Nak." Ucap Sun Woo pada anaknya.
Kemudian ia akan pergi kerja.
Tae Oh ingin dipeluk Sun Woo. "Apakah aku berbuat salah tadi malam?"
"berkemih sambil berdiri."
"Ahh maaf. Kukira aku tidak minum sebanyak itu. Tapi aku pingsan. Aku juga merasa mual."
"Kamu bersenang-senang, jadi, kamu harus membayar konsekuensinya. Sampai jumpa." Sun Woo nyindirrrrrr....
****
Asisten Lee Tae Oh menelepon Tae Oh. "Mereka bilang akan membatalkan investasi itu. Apa yang harus kita lakukan?"
"Baiklah. Aku mengerti."
Telepon ditutup. Ada sms dari Da Kyung kalau minta Tae Oh untuk menepati janjinya.
***
"Pimpinan mengamuk, tanya kenapa kita diam saja." Ucap dokter pada Sun Woo. "Aku tidak bisa membelanya lagi. Dia tidak masuk kerja setengah bulan tanpa menelepon."
"Apa dewan direksi mengatakan hal lain?"
"Mereka akan mengikuti keputusan komite pendisiplinan."
***
Tiga orang dokter termasuk Sun Woo menemui dokter yang kemarin mabuk. Dokter Ma bertanya. "Kenapa kalian mendisiplinkanku? Aku tidak pernah salah mendiagnosis siapa pun selama 25 tahun di sini. Kamu tahu betapa banyak pasien di Gosan adalah pasienku? Aku mendirikan rumah sakit ini dengan pimpinan bodoh itu. Dia juga menentangmu karena kamu seorang wanita, dan aku membujuknya untuk membujukmu! Dasar kamu tidak tahu terima kasih. Kamu akan mendisiplinkanku?"
"Dokter Ma, tenanglah."
"Orang hanya menyukaiku ketika menguntungkan mereka. Aku satu-satunya dokter di sini yang menyembuhkan orang. Mengerti?"
"Dokter Ma, kamu mabuk?" tanya Sun Woo.
"Apa masalahnya? Aku kemari bukan untuk mengobati pasien."
"Ma Kang Suk, anda dipecat mulai hari ini." Ucap Sun Woo. "Anda absen lebih dari dua bulan. Pecandu alkohol dan rumah sakit tidak percaya kamu bisa menyembuhkan pasien."
"Sun Woo. Aku kehilangan keluargaku. Kamu pikir itu tidak akan pernah terjadi kepadamu?"
"Sesulit apapun itu, anda tidak melupakan kewajiban anda."
"Dasar ular dingin. Aku akan menyaksikan hari ini juga akan datang kepadamu." Dan kayaknya nanti sumpah dokter Ma. Kutukannya, akan sampe ke Sun Woo.
"Apa yang terjadi?" tanya Sun Woo pada Sul saat melihat ada pasien menangis keluar dari ruangan Sul.
"Kubilang dia tidak bisa melakukan aborsi. Ayah bayi itu berhenti menghubunginya ketika tahu dia mengandung."
"Mau bagaimana lagi. Kita harus mengikuti peraturan."
"Kamu sudah bicara dengan Tae Oh? Kukira kamu akan meninggalkannya. Kamu bahkan berkemas."
"Aku belum bicara dengannya."
"Kamu akan terus berpura-pura tidak tahu? Sampai kapan?"
"Aku akan menunggu sampai anakku kemah dengannya."
"Itu tidak penting." Ucap Sul.
"Dia sudah menunggunya selama dua bulan. Aku tidak mau menghukum putraku atas perbuatan ayahnya."
"Kamu yakin bukan kamu yang butuh lebih banyak waktu? Ahh tentu. Ini keputusan penting. Kamu harus bijaksana dan memikirkannya dengan serius."
Sun Woo beru saja balik badan dan melihat Da Kyung di antara bangku pasien. Sul juga melihat langsung mangap.
***
Ternyata Da Kyung adalah pasien dari dokter Sun Woo. Da Kyung datang atas rekomendasi dari ibunya.
Sul yang bingung.
"Apa yang mengganggumu?" Tanya Sun Woo.
"Seluruh tubuhku sakit dan tampaknya tidak bisa hilang."
"Sejak kapan?" Sun Woo memeriksan suhu badan dan menggunakan stetostkop.
"Dua atau tiga minggu."
"Ada batuk?"
"Tidak."
"Merokok?"
"Tidak. Aku minum sesekali. Tapi sudah lama sekali tidak minum."
"Kamu aktif melakukan hubungan seks?" *guys, ini pertanyaan normal dokter ya.
"Apakah aku harus memberitahumu?"
"Ini salah satu pertanyaan dasar, jadi, jawablah dengan jujur. Kamu melakukannya secara teratur? Atau kamu punya beberapa pasangan?"
"Satu saja. kami tidak bertemu setiap hari. Dua atau tiga kali dalam satu pekan. Dia sudah menikah."
"Apa istrinya tahu?"
"Dia tidak tahu."
"Begitukah? Apa kamu yakin?"
"Dia bilang kalau hubungannya dengan sang istri memakai topeng. Dia bilang tidak bahagia karena kehidupannya hanyalah cangkang."
"Jika dia tidak bahagia, kenapa tidak bercerai saja?"
"Aku yakin itu rumit. Mereka punya anak dan pasti ada masalah keuangan juga. Itu sebebnya menikah sangat memusingkan."
Sun Woo mengambil alat-alatnya dan akan mengambil darah.
"Bukannya perawat yang biasanya melakukannya?"
"Terkadang aku melakukannya sendiri." kenceng banget masangnya. Disuntiknya juga josss... sampai Da Kyung menahan sakit. Dan selesailah."
"Kamu akan mendapatkannya sampai dua jam." Ucap Sun Woo.
"Apa yang kamu uji?"
"Kamu demam ringan, jadi, kami memeriksa virus. Alergi, dan juga PMS."
"Kamu sudah selesai?"
"Kamu juga harus melakukan tes urine." Ucap Sun Woo.
Da Kyung mengambil gelasnya dengan kasar. Menutup pintu dengan membantingnya.
***
Da Kyung kesal sekali di toilet.
Sun Woo mulai berkaca dan membandingkan dengan Da Kyung yang masih muda.
***
Urine mulai dites. Dua garis.
Sun Woo sudah berkaca-kaca. "Kamu tidak menggunakan alat kontrasepsi?"
"Apa maksudmu?"
"Kamu hamil. Katamu, kamu hanya mengencani satu pria, jadi, kamu pasti tahu siapa ayahnya. Kamu mungkin kesulitan karena dia sudah menikah. Itu sebabnya menikah sangat memusingkan."
"Aku ingin ke dokter kandungan."
"Tentu."
Da Kyung pun pergi.
****
Dan yhaaa.... Sun Woo mulai puyeng.
***
Da Kyung nampak keluar dari ruangan dokter Sul. Dokter Sul langsung menghela nafas gitu.
Dokter Sul langsung menemui Sun Woo. "Kita harus bagaimana dengannya?"
"Apa dia bicara denganmu?" Tanya Sun Woo. "Apa katanya?"
"Dia memintaku untuk tidak memberitahu siapapun."
"Bahkan Lee Tae Oh?"
"Tidak, dia melarangku memberitahunya."
"Kenapa?"
"Dia ingin aborsi. Apa yang harus kulakukan?"
"Katakan kamu tidak bisa. Ini peraturan rumah sakit."
"Lalu, bagaimana jika dia memutuskan untuk melahirkan? Apa kamu benar-benar akan berpisah dengan Lee Tae Oh? Kamu akan bercerai? Apa yang kamu pikirkan?"
"Menurutmu kenapa dia bicara denganmu? Kenapa dia memberitahumu padahal dia tidak mau Lee Tae Oh tahu?" Tanya Sun Woo.
"Kurasa dia berpikir akan lebih mudah bicara denganku, alih-alih rumah sakit lain karena aku sudah tahu ceritanya."
"Jika dia mengajukan aborsi, apakah artinya memutuskan hubungan?"
"Mereka baru pacaran selama tiga bulan. Usianya 24 tahun. Mana mungkin dia menginginkan bayi? Mana mungkin dia mau punya anak dari pria beristri?"
"Mari kita lakukan. Aku yang akan mengoperasi. Dia ingin melakukannya."
"Dokter Sul. Kamu ingin izin praktekmu dipertaruhkan?"
"Sun Woo, ini tentang kamu. Gadis yang berselingkuh dengan suamimu sedang hamil."
"Bagaimanapun, dia tidak boleh aborsi di rumah sakit kita. Kita harus ikuti perraturan."
"Kamu sungguh lebih peduli pada pekerjaanmu di situasi seperti ini? kamu sulit dipercaya."
****
Di sebuah lapangan. Lee Tae Oh sedang bersama anaknya dan tim mereka mengalami kemenangan. Sangat gembira pokoknya.
***
Da Kyung kembali ke apartemennya.
Ia mengingat memasukkan lipbalmnya ke dalam jas milik Lee Tae Oh. Hal ini terjadi di bandara saat Lee Tae Oh sedang membelikan Da Kyung minuman.
Ia pun membuang alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis di lacinya. Kesal, ia membuangnya ke tempat sampah.
Ohhh jadi sudah tahu lebih dulu guys.
***
Di dalam mobil, Sun Woo sebenarnya sedang bersedih. namun ia tetap tersenyum saat menjawab telepon dari anaknya Joon Young yang timnya memenangkan pertandingan.
"Bagaimana kabar ayahmu?"
"Kenapa? Omma mau bicara dengannya?"
"Tidak hanya bertanya. Joon Young, kamu tidak sakit, bukan?"
"Tidak. Aku bukan anak kecil."
"Bersenang-senanglah dengan ayahmu. Lakukan semua yang tidak kamu lakukan tahun lalu."
***
Lee Tae Oh sedang menyambut Presdir Yeo. Rupanya Pak Yeo juga menyumbang untuk liga bisbol anak-anak. Tentu saja masih di tempat yang sama dengan anaknya.
***
Ko menekan bel rumah Sun Woo. Ia akan mengembalikan wadah makanan. Rupanya, tidak ada orang di rumah.
***
Sun Woo pergi ke kedai untuk bertemu Nona Min. Namun rekan kerja Nona Min berkata bahwa Nona Min tidak masuk karena sakit.
Sun Woo pun berusaha menelepon Nona Min karena takut Nona Min dicelakai oleh kekasihnya yang suka memukul.
***
Benar saja. Nona Min sedang dianiyaya oleh kekasihnya. Mengerikan.
Dan Sun Woo datang.
"Nona Min bangun."
"Perempuan memang merepotkan. Siapa dia? Kamu mengenal dia?" ucap kekasih Nona Min.
"Kemasi apapun yang kamu butuhkan sekarang." Ucap Sun Woo.
"Kamu sungguh membuatku marah."
Nona Min membawa sedikit barang. Saat tangan Nona Min akan ditarik kekasihnya. Sun Woo membanting pintu agar pintu kena kekasih Nona Min.
Si bajingan langsung kesakitan di tangannya.
"Gangguan kepribadian antisosial, gangguan eskplosif intermitten, gangguan kendali impulsif."
"Omong kosong apa ini?"
"Aku bisa mendiagnosis banyak penyakit pada tikus sepertimu yang berulang kali menyerang kekasihnya."
"Dia perempuan yang pantas dipukuli. Kamu tidak tahu apa-apa. Jangan ikut campur, wanita tua."
"Kamu masih tidak mengerti. Ingat ini untuk referensi masa depan. Orang dengan penyakit psikologis yang bisa melukai diri atau orang berada di kasus khusus dan bisa dimasukkan ke RSJ secara paksa."
"Lalu? Kamu akan membuatku gila dan masuk RSJ?" Langsung kerah Sun Woo ditarik. "Beraninya kamu mengancamku?"
"Aku bukan wanita tua bodoh. Aku direktur muda di rumah sakit keluarga. Aku bisa meminta bantuan sesama dokter dan dukungan banyak reporter. Satu semester tindakanmu ada di dalam evaluasi dalam catatan konsultasi Min Hyun Seo. Dan hidupmu akan berakhir, bocah."
Sun Woo dengan galak mendorong kekasih Nona Min.
***
Mereka pergi ke rumah sakit.
Nona Min mendapatkan jahitan di kepala. Lebih tepatnya di dahi.
"Kenapa kamu tb-tb datang?" tanya Nona Min.
"Aku pergi minum karena frustasi. Kudengar kamu tidak masuk karena sakit, aku datang untuk berjaga-jaga."
"Apakah kamu sudah tahu siapa selingkuhan suamimu?"
"Dia sedang mengandung."
"Hamil? Situasinya menjijikan."
"Dia ingin membuang bayi itu."
"Syukurlah. Setidaknya, hubungan mereka tidak serius."
"Entahlah."
"Itu perselingkuhan sesaat. Dia hanya tertarik dengan wanita muda, tidak lebih. Begitulah pria."
"Apa rencanamu sekarang?"
"Aku sudah pergi, tapi aku akan menginap di sauna selama beberapa hari lalu kembali."
"Kamu mau menyia-nyiakan hidupmu untuk bedebah seperti itu?"
"Bagaimana jika hidupnya amat bergantung kepadaku? Tidak ada yang mau menerimanya kecuali aku. Dia melampiaskannya kepadaku sesekali karena hidup begitu buruk. Dia bukan orang jahat. Aku akan menjadikannya pria yang baik."
"Orang itu tidak semudah itu. Kamu tidak pernah berpikir dia bisa membunuhmu?"
"Itu karena aku mencintainya."
***
Sun Woo membawa Nona Min ke hotel.
"Tinggalah di sini sementara. Jangan ke sana."
"Dokter, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"
***
Sun Woo menjemput anak dan suaminya. Masih kelihatan bahagia di permukaan.
***
Mereka bahkan makan dan bersulang. Lagi-lagi masih bahagia di permukaan.
Sun Woo memandang suami dan anaknya. Mengingat bahwa suaminya memakai topeng.
Ia juga ingat ucapan kekasih Nona Min yang mencintai kekasihnya walaupun suka dipukul.
***
Di sisi lain. Seorang pria yang merupakan pasien dokter Sun Woo yang lehernya gatal-gatal. Memutar video di laptopnya. Isinya Da Kyung dan Lee Tae Oh sedang kisseu.
***
"Apakah pekerjaanmu baik?" tanya Sun Woo pada Lee.
"Investor memintaku memperbaiki naskahnya. Selain itu lancar saja." Lee terus makan.
"Kamu punya wanita lain bukan?"
Pandangan Lee Tae Oh sudah berubah.
"Apa katamu?"
"Aku ingin kamu mengatakan hal yang sebenarnya. Kita membicarakan ini saat kita baru menikah. Kita pikir mungkin akan menyukai orang lain setelah beberapa saat. Kita berjanji untuk mengatakannya jika hal itu terjadi. Secara jujur. Kamu ingat? Tae Oh, jika kamu mengaku dan menyelesaikannya, aku mungkin akan memaafkanmu. Untuk sesaat, bukankah kamu hanya tertarik secara fisik? Bukankah begitu?"
"Meski hanya sesaat, sulit bagiku untuk bertahan." Ucap Sun Woo. "aku mungkin akan melupakannya suatu hari karena hidup ini panjang. Tapi aku tidak bisa memaafkan kebohongan. Berbohong akan benar-benar mengkhianatiku. Jadi, jujurlah kepadaku. Apa kamu mengencani wanita lain?"
"Aku mengencani seseorang? aku? Menyelingkuhimu?"
"Aku tahu kamu selingkuh."
"Kamu juga melakukan ini sebelumnya. Ada apa denganmu? Tidak ada wanita lain."
"Tolong jangan membohongiku."
Tae Oh berteriak. "kamu menganggapku apa? selemah inikah kepercayaan kita?"
"Berhenti membohongiku!" teriak Sun Woo. "Berhenti mengecewakanku."
"Kamu yang mengecewakanku. Bagaimana bisa bicara denganmu jika tidak masuk akal? Aku pria yang sibuk. Kenapa kamu membuang waktuku?"
Kemudian Sun Woo menangis.
"Kamu satu-satunya wanita dalam hidupku. Kamu tidak tahu? Kamu terlalu banyak bekerja dan stres. Sepertinya emosimu tidak stabil."
Kemudian Sun Woo tertawa. "Benar."
"Kamu baik-baik saja?"
"Kamu baru saja bilang bahwa aku wanita satu-satunya dalam hidupmu."
"Benar."
"Baiklah. Itu bagus. Itu jawaban yang cukup. Makanlah sarapanmu. Aku harus bersiap untuk kerja."
Sun Woo pun naik ke atas.
***
Sun Woo mengirim pesan pada dokter Sul.
"Beri tahu Lee Tae Oh, Da Kyung mengandung."
Balasan. "Kamu ingin memberitahu Tae Oh? Kamu sungguh-sungguh?"
"Ya." pesan dikirim.
"Apa yang kamu pikirkan.?"
"Teleponlah Tae Oh dalam lima menit."
***
Di sisi lain. Tae Oh mendapatkan sms dari Da Kyung.
"Aku meminta janjimu. Kenapa tidak menjawab?"
"Sudah keberitahu jangan sms dengan nomor ini. aku akan menelepon."
Tb-tb Da Kyung telepon. "Kita putus."
"Apa maksudmu? Kenapa kamu ingin putus?"
"Kamu pasti tidak membahasnya dengan istrimu meski sudah berjanji kepadaku."
"Baiklah. Aku akan bicara dengannya. Tidak sekarang. Begitu investor dikonfirmasi dan aku mulai syuting... halo.... halo...?"
Sun Woo pun turun.
"Siapa itu?"
"Salah sambung."
"Begitukah? Bereskan makanan kalau sudah."
"Ah yaa."
Tae Oh dapat telepon lagi.
"Kenapa kamu terkejut sekali. Angkat saja." Ucap Sun Woo.
Ternyata dari dokter Sul.
"Halo." Ucap Lee. "Ya." Tae Oh pun kaget. "Apa katamu? Baik. Aku mengerti."
"Aku ada urusan mendadak." Ucap Lee pada Sun Woo. "Aku harus pergi."
"Ada apa?"
"Ini tidak penting."
Dan Sun Woo langsung bergegas pergi membawa kunci dan jasnya.
Meninggalkan Sun Woo.
"Kamu merindukanku?" tanya Tae Oh di depan rumah sakit. "Kita sudah lama tidak bertemu. Coba kulihat senyummu."
"Jika tidak ada lagi yang mau dibicarakan, pergilah." Ucap Sun Woo. "Aku sibuk, aku harus bekerja."
"Bagaimana jika kita menikah?"
"Jika kamu merasa bertanggung jawab, jangan bertanya."
Sun Woo baru berjalan beberapa langkah. Langkahnya terhenti ketika musik keluar dari mobil Lee Tae Oh mulai terdengar.
"Aku menyiapkan ini agak lama." Ucap Lee Tae Oh membawa cincin. "Kamu tahu aku tidak bisa hidup tanpamu."
Sun Woo pun dipakaikan cincin. "Menikahlah denganku, Sun Woo ya, aku berjanji akan membuatmu dan bayi kita bahagia. Aku tidak melakukan ini karena kamu hamil. Karena aku mencintaimu, Sun Woo. Aku ingin berbagi hidupku bersamamu. Hiduplah bersamaku."
Musik melantun. Mereka berpelukan.
***
Sekarang? Lee Tae Oh pergi dengan mobil langsung ke apartemen Da Kyung.
Ia menekan tombol kunci. Tapi nggak bisa guys. Memanggil-manggil nama Da Kyung nggak bisa. Ia menelepon. Belum lama...
Da Kyung muncul.
***
Dokter Sul menemui Sun Woo yang baru saja masuk kantor.
"Apa yang kamu rencanakan?" tanya Dokter Sul. "Kenapa kamu ingin Tae Oh tahu bahwa dia hamil?"
"Dia harus tahu. Dia ayahnya. Dia harus bertanggung jawab. Sudah sepantasnya."
"Bagaimana jika dia bilang mau? Kamu berencana menceraikannya?"
"Itukah yang kamu inginkan?" tanya Sun Woo.
"Aku mencemaskanmu."
***
"Jangan mencemaskanku." Ucap Da Kyung pada Lee Tae Oh. "Aku akan memutuskan untuk mempertahankannya atau tidak."
"Baiklah. Kuserahkan padamu."
"Tidak masalah aku hamil. Tidak akan kupakai sebagai alasan untuk menempel kepadamu. Jangan langsung menyimpulkan."
****
"Apa yang ingin kamu simpulkan?" tanya Sul pada Sun Woo.
"Aku ingin melihat Tae Oh memilih. Bukan karena kami menikah atau karena Joon Young. Tapi karena aku, Ji Sun Woo."
***
Da Kyung masih berkata. "Yang penting adalah kamu mencintaiku atau tidak."
***
Sun Woo berkata. "Jika tidak, apa gunanya mempertahankan pernikahan ini? apa aku salah?"
"Aku yakin Tae Oh tidak akan memilihnya kecuali dia sudah gila. Aku yakin dia akan segera mengakhirnya."
***
Tae Oh memegang tangan Da Kyung. "Kamu tahu aku tidak bisa hidup tanpamu."
"Aku tidak mau bersembunyi. Aku akan menelepon kapan pun aku mau sekarang."
"Aku akan menelepon lebih sering." Ucap Lee Tae Oh.
"Aku akan menemuimu kapan pun."
"Tentu saja."
"Jangan berani-berani menutup teleponku lagi. Ini benar-benar akan berakhir."
"Aku tidak akan pernah melakukan itu. Aku berjanji." Dipeluklah Da Kyung. "Percayalah kepadaku. Mengerti?"
"Buktikan." Da Kyung langsung ke atas. Ia pergi ke kamarnya.
***
Da Kyung hanya memegangi perutnya.
***
"Tekanan darahnya juga buruk." Ucap salah satu dokter pada Sun Woo.
"Bukankah kamu memberinya fentanil?"
"Kami sudah beri dosis tinggi. Kami tidak bisa meningkatkannya. Jika kita melakukannya. Jantungnya bisa berhenti dan jatuh koma."
"Apa ada cara lain?"
"Kami tahu kami sudah melakukan segalanya secara medis."
Rupanya pasien yang dibicarakan adalah Ibu dari Tae Oh.
***
"Maaf membuatmu datang." Ucap Ibunya Tae Oh. "Saat kamu sibuk."
"Tidak perlu berkata begitu."
"Tae Oh tidak bisa bisa berbuat banyak meski datang. Untuk apa membuatnya khawatir?"
"Aku akan pergi setelah ibu tidur."
Ibu Tae Oh memegang tangan menantunya. "Dengan pria, jika kamu menerima mereka dengan pikiran yang luas. Akhirnya mereka akan sadar. Kamu tahu, kamu dan Joon Yiung adalah dunianya Tae Oh. Jadi, meski ibu tiada, tolong jaga dia baik-baik."
Kemudian Ibu Tae Oh mengalami kesakitan. Perawat langsung datang.
"Pasien perlu istirahat." Ucap perawat.
Perawat pun memberikan alat bantu pernapasan.
***
Dengan ragu-ragu, Da Kyung ke klinik. Di depan klinik. Ia bertemu dengan dokter Sul.
***
Sun Woo masih ada di depan rumahnya. Ia ragu untuk masuk. Walaupun akhirnya masuk juga.
Di dalam rumah. Lee Tae Oh nampak sedang memasak dan menyambut Sun Woo dengan biasa saja.
Dan Sun Woo malah memakaikan celemek pada Lee Tae Oh. Katanya noda minyak sulit dihilangkan.
"Kamu sudah menyelesaikan masalah mendesak pagi ini?"
***
Dokter Sul pernah berkata pada Lee Tae Oh. "Berapa lama kamu akan memberitahunya? Ini saatnya beri tahu kebenaran dan akhiri hubungan dengan Da Kyung."
"Begitu Sun Woo tahu, semuanya berakhir. Dia pasti akan menuntut cerai. Aku tidak bisa memberitahunya. Dia tidak akan mengizinkanku menemui Joon Young. Aku tidak bisa bayangkan hidup tanpa Sun Woo."
"Kalau begitu, akhiri secepatnya dengan Da Kyung."
"Lupakan saja. kamu tidak akan pernah mengerti."
"Apanya yang rumit?" tanya Sul.
"Saat bersama dengan Da Kyung. Aku merasa hidup. Kreativitasku mengalir deras. Aku mendapatkan inspirasi. Aku menyukainya dan meyayanginya. Aku mencintainya."
"Bagaimana dengan Sun Woo?"
"Tentu saja aku mencintainya."
"Omong kosong macam apa itu?"
"Hati manusia tidak hanya merasakan satu emosi. Kamu tidak berhenti mencintai hanya karena sudah menikah. Cintaku kepada Sun Woo dan cintaku kepada Da Kyung berbeda. Yang membuatku gila adalah aku mencintai mereka berdua di saat bersamaan."
Sul tertawa getir. "Kegilaan apa ini? bagaimana bisa kamu mencintai dua orang sekaligus? Bukankah kamu tidak tahu malu?"
"Bukan begitu. Kamu ingin tahu bagaimana itu mungkin, bukan? Tapi kamu tidak akan tahu sampai mengalaminya sendiri. Hatiku tulus kepada mereka berdua."
"Lalu, kamu akan terus begini?"
***
Lee Tae Oh menjawab pertanyaan Sun Woo. "Ya. aku sudah menyelesaikannya. Aku merasa tidak enak karena pergi br-br tadi pagi. Saat memikirkannya, aku sadar kamu punya alasan untuk berpikir begitu. Aku akan jauh lebih baik, jadi, jangan khawatir."
"Apa tidak ada lagi yang perlu kucemaskan?"
"Tentu saja tidak. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan."
***
Malam harinya, Lee Tae Oh menyelinap dengan ponselnya.
Eemmmm....
Sun Woo?
Tentu saja dia sadar akan hal itu.
***
Pengacara berkata pada Sun Woo. "Yaa tentu saja kamu unggul. Kamu tahu perselingkuhannya itu lebih baik bagi pihak kita. Ini bagus untuk kita melakukan persiapan. Kamu sudah mengamankan bukti untuk membuktikan perselingkuhannya?"
"Belum."
"Jika belum menemukan bukti langsung untuk membuktikan hubungan seksual. Permainan akan segera berakhir. Contohnya pakaian dalam, kondom, atau foto mereka wik wik. Tapi jangan ke agensi detektif untuk meminta bantuan. Jika mendapatkan buktinya secara ilegal, itu tidak akan memiliki kuasa hukum. Kamu bisa melanggar UU jaringan informasi atau perlindungan nama baik. Mereka juga bisa menuntut balik."
"apa?"
"Jika kamu memasang kamera pengawas atau GPS, kamu juga bisa terlibat masalah. Kamu bisa mendapatkan hukuman pidana."
"Kalau begitu, apa yang harus kulakukan?"
"Membuntuti suamimu di depan umum tidak masalah. Ambil banyak foto juga. Jika kamu bisa menangkap mereka memasuki hotel. Itu akan sempurna. Jika tidak sempat memotret, mintalah perintah pengadilan untuk meminta hotel menyimpan rekaman CCTV sebagai bukti."
"Kamu menyuruhku membuntutinya sendiri?"
"Jika terlalu merepotkan. Kamu bisa memeriksa komputer atau ponselnya. Kadang mereka bertukar foto rahasia. Atau bahkan video hubungan mereka."
Sun Woo membayangkan suaminya wik-wik dengan Da Kyung.
Langsung lemes dia kayak bihun.
"Kamu yakin ingin bercerai?" tanya pengacara. "Setelah melihat suamimu tidur dengan wanita lain, kamu tidak akan pernah bisa kembali seperti dahulu. Itu sebabnya. Kamu harus berhati-hati. Kamu memilih diam dan menganggap ini hubungan singkat? Atau kamu sungguh akan bercerai?"
Sun Woo malah kalut dan pergi dari tempat pengacara.
***
Sun Woo keluar kantor dan kayak orang stres gitu. Dia nampak terpukul. Bahkan suara klakson nampak amat mengganggunya. Pokoknya stres berat.
***
Seorang perempuan, teman dari Joon Young memainkan piano. Joon Young sendiri malah melamun.
"Seperti apa rasanya saat orang tuamu bercerai?" tanya Joon Young.
"Berisik sekali. Mereka berteriak dan melemparkan semuanya. Ayahku bahkan menghancurkan pintu."
"Lalu, apa kini sudah membaik?"
"Kenapa kamu terus bicara denganku?" piano dihentikan permainannya. "Permainanku jadi kacau."
"Mian."
"Menurutmu bagaimana?"
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana penampilanku?"
"Menurutku kamu baik-baik saja." Ucap Joon Young.
"Kamu benar."
"Jika suasana tenang setelah mereka bertengkar, artinya mereka tidak akan bercerai, bukan?"
"Kenapa kamu penasaran soal itu? Mereka mungkin hanya diam di depanmu."
Dan Ko yang ada di lorong mendengarkan semua ini.
****
Sun Woo melepaskan jahitan di kepala Nona Min. "Bukankah tidak nyaman tinggal di motel?"
"Lumayan. Aku sudah terbiasa sekarang."
"Bagaimana dengan kekasihmu? Apa dia masih mengganggumu?"
"Dia belum menghubungiku."
"Syukurlah."
"Berkat dokter, aku menyingkirkan pria jahat itu. Bagaimana dengan dokter sendiri?"
"Aku masih memikirkannya, dengan sekuat tenagaku."
"Kamu baru bisa melupakannya setelah memikirkannya?"
"Sudah kubilang, bercerai bukanlah keputusan yang mudah."
"Kamu bilang sendiri, orang tidak mudah berubah. Itu yang kamu katakan kepadaku. Beri tahu aku jika kamu membutuhkanku. Aku menyuruhmu memanfaatkanku kapan saja."
"Tidak. Itu tidak akan terjadi."
"Kuharap kamu tidak membutuhkanku, tapi untuk berjaga-jaga... kamu tidak pernah tahu apa yang akan terjadi." Nona Min pun pergi.
***
Sun Woo ke toko buku membelikan buku untuk anaknya. Ia pun membeli buku untuk perceraian.
Saat di kasir. Di sebelahnya, ia melihat Da Kyung membeli buku tentang bayi, kehamilan dan persalinan.
***
Keduanya sempat bicara.
"Kamu akan melahirkan anakmu?"
"Dia berjanji akan memberi tahu istrinya dalam dua bulan dan bercerai."
Sun Woo malah ngakak guys. "Bisakah kamu memercayai pria yang berselingkuh dari istrinya?" Sun Woo bicara sambil tertawa.
"Hubungan kami bukan sekadar hubungan singkat. Kami sudah bersama selama dua tahun dan dia masih sangat mencintaiku."
"Jika kamu sangat yakin tentangnya, kenapa menunggu dua bulan lagi?"
"Karena aku memercayainya. Aku tidak akan sampai sejauh ini jika tidak seyakin ini." Da Kyung pun pergi meninggalkan Sun Woo yang berkaca-kaca.
***
"Apakah Tae Oh masih menemui wanita itu?" Tanya Ko pada suaminya.
"Entalah. Kenapa?"
"Aku punya firasat. Unnie sudah tahu."
"Kamu yakin?"
"Mustahil pria terus berselingkuh dari istrinya tanpa sepengetahuan istri. Wanita memiliki intuisi yang gila."
"Menakutkan sekali."
"Benar. Jadi, kamu juga harus berhati-hati." Ucap Ko.
"Aku akan berhati-hati, sudahlah, Tae Oh ketahuan atau tidak. Bukan urusan kita."
Di dalam rumah, saat Sun Woo memotong apel. Ia melihat suaminya Tae Oh sedang menonton pertandingan basebal dengan putranya. Sedangkan Sun Woo masih saja memikirkan ucapan Da Kyung, tentang 2 bulan waktu Da Kyung menunggu.
Sun Woo juga memikirkan ucapan Ibu Mertuanya, jika iya memaafkannya, maka lelaki akan sadar.
Karena meleng. Keirislah jarinya.
****
Pengacara Sun Woo menelepon. "Kamu sudah memikirkan? Pertama, kamu harus memeriksa status keuangan suamimu."
***
Sun Woo ada di VIP room. Ia bertemu dengan pria yang memberikannya dokumen. Dokumen yang diberikan berisi dengan transaksi keuangan.
"Suami anda yang selalu datang, jadi, sudah lama sekali. Kudengar anda sibuk bekerja."
"Mulai sekarang, aku akan datang sendiri sesibuk apa pun aku. Aku merasa tidak enak suamiku harus menangani semuanya."
***
Pengacara memberikan nasehat. "Suamimu tidak boleh sadar sampai kamu memeriksa semuanya. Bersikaplah biasa saja. mengerti?"
***
"Tidak banyak yang bisa anda periksa karena hampir semua rekening bank kini dikelola oleh perusahaan suami anda. Tapi anda punya keterlambatan bunga." Ucap pegawai.
"Apa?"
"Maksudku, pinjaman hipotek. Sudah lewat tenggat empat bulan, jadi, kupikir anda datang untuk itu."
"Dia mengambil pinjaman hipotek? Kapan?"
"Sudah sekitar tiga tahun. Dia bilang anda sibuk dan membawa semua bahan yang dibutuhkan sendiri. Undang-undangnya berbeda saat ini. Tapi saat itu, dia hanya butuh surat kuasa. Kami diberi tahu bahwa anda sudah menyetujui semuanya. Jadi, kami hanya mengikuti prosedur."
"Suamiku tampak kesulitan belakangan ini. Sepertinya karena pinjaman. Dia tidak memberitahuku pasti karena merasa bersalah."
"ahhh begitu rupanya."
"ada hal lain yang perlu kuketahui selain itu?" tanya Sun Woo. "Aku harus tahu untuk mencegah masalah di masa depan. Tolong beri tahu aku."
"Dia juga mengambil pinjaman polis atas nama putra anda. Anda juga tidak tahu soal itu?". Uangnya dikeruk secara diam-diam.
Gagaplah Sun Woo. Ia mau menangis.
***
Sun Woo masuk ke rumah dan mencari sesuatu.
Ia kemudian menemukan tabungan. Ada tiga tabungan dengan saldo kecil-kecil. Hanya sekian dolar.
Sun Woo kemudian masih mencari. Ia menemukan setumpukan kertas. Utang saldo sebesar 15.457 dolar.
Ketika surat itu dibuka. Ada tulisan jajan di pasaraya gosan 9800 dolar. Untuk beli tas.
Ingat dong tas yang dipakai Da Kyung saat mereka ketemu di toko buku. Uang buat Da Kyung ternyata ngerampok istrinya sendiri.
Di remeslah kertasnya. Sayangnya, Sun Woo masih diam di sini.
Anaknya ada di pintu. "Omma. Apa yang Omma lakukan?"
"Bukan apa-apa. Ibu mencari sesuatu."
"No Eul bilang dia benci meninggalkan teman-temannya."
"Apa maksudmu?"
"Dia harus pindah kemari karena orang tuanya bercerai. Kurasa aku juga akan membencinya. Jika ibu dan ayah bercerai. Aku tidak mau pindah sekolah. Dan tidak mau pindah rumah. Itulah yang kurasakan." Joon Young pun pergi.
Saat malam hari. Sun Woo mendapatkan sms dari Lee Tae Oh bahwa dia akan lembur.
Sun Woo langsung pergi membawa mobilnya.
Dari dalam rumah. Anak dan tetangganya Je Hyuk melihat dari jendela.
***
Sun Woo sampai di sebuah bangunan. Melihat suaminya ada di salah satu jendela. Siap dengan kamera videonya. Namun nampak ragu-ragu.
Akhirnya Sun Woo malah naik. Kamera videonya masih menyala.
Di dalam ruangan. Lee Tae Oh sedang kiseeu dengan Da Kyung. Sampai dokumennya jatuh semua.
Tae Oh bahkan me lu cu ti kemejanya.
Dan mereka wik-wik di samping meja fotocopyan guys. Jwkwjjwjw.
Sun Woo sudah ada di depan pintu. Mengingat ucapan pengacaranya jika melihat suaminya bersama perempuan lain. Ia tidak akan menjadi perempuan yang sama.
Sun Woo tahu tombolnya. Ia pun masuk.
Daannn...
Ternyata Tae Oh sedang bekerja dengan tim lain. Yang tadi cuma bayangan Sun Woo.
Ternyata banyak staf di dalamnya.
"Sun Woo ya, ada apa kamu di sini? Apa ada masalah?" tanya Tae Oh.
Sun Woo gagap. "Kamu tb-tb bilang harus bekerja lembur, jadi, aku penasaran ada apa."
"Kamu baik-baik saja?"
"Kamu sudah makan?" tanya Sun Woo. "Mau kubelikan kopi?"
"Aku sudah minum kopi. Tapi, kamu sungguh baik-baik aja? Sun Woo yaaa.."
Sun Woo menghindar dan tidak mau dipegang.
Asistennya, ibunya No Eul melihat keadaan ini.
"Maaf sudah mengganggu," Sun Woo pun keluar. Ia mematikan rekamannya yang ternyata nggak dapat apa-apa hari ini.
****
Sun Woo pergi menemui Ibu Mertuanya.
"Kenapa kamu kemari?" tanya Ibu mertua.
"Apa yang harus kulakukan? Ibu juga punya firasat, bukan? Ibu tahu Tae Oh punya wanita lain."
"Sun Woo yaaa..."
"Ibu tahu segalanya tapi malah ingin aku menjaga Tae Oh? Teganya ibu melakukan itu kepadaku."
"Ibu menyuruhnya untuk menyelesaikan masalah tanpa memberitahumu. Tae Oh juga berjanji akan melakukan itu. Apa lagi yang bisa ibu lakukan?"
"Sudah terlambat untuk menyelesaikan masalah. Wanita itu hamil."
"Dia berjanji akan melindungi keluarganya apa pun yang terjadi. Dia bilang tidak akan meninggalkan anaknya seperti ayahnya. Semua akan baik-baik saja selama kamu bisa tetap kuat. Maafkan dia sekali saja. jika memaafkannya, semua akan berlalu."
"Satu kesalahan? Ibu membenci suami ibu sepanjang hidup ibu. Bagaimana bisa menyuruhku memaafkannya?"
"Kamu juga seorang Ibu. Jika Joon Young berbuat sama, menurut kamu akan berbeda? Kamu harus memaafkannya jika kamu peduli dengan masa depan anakmu."
"Dia berutang dengan menjadikan rumah sebagai jaminan. Dia mencuri uang asuransi putranya. Bagaimana aku bisa maafkannya demi masa depan anakku? Aku juga sadar, anakku butuh ayah. Tapi setelah mendengarkan Ibu. Aku sadar itu mustahil. Bagaimana jika aku memaafkannya dan Joon Young menjadi sepertinya?"
"Sun Woo yaa..."
"Aku akan bercerai. Dia akan diusir tanpa uang. Dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya di lingkungan ini lagi. Dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan Joon Young lagi. Mengerti?"
Nenek jahara itu teriak. "Putraku menjalani hidup yang melelahkan selagi hidup bersama orang angkuh sepertimu. Kamu tidak bisa menyalahkan Tae Oh. Kamu tidak memberikannya ruang untuk bernapas. Dia tidak akan berselingkuh darimu jika kamu mengizinkannya."
"Maksud ibu, ini salahku?" ucap Sun Woo. "Itukah maksudmu? Ommonie?"
"Hati ibu hancur karena putra ibu. Dia menjalani seluruh hidupnya tanpa seorang ayah. Sekarang kamu juga memisahkan dia dari putranya. Ibu tidak akan membiarkan itu terjadi. Kamu bisa bercerai setelah ibu mati. Jika kamu ingin bercerai, maka bunuh aku lebih dahulu."
Sun Woo dengan tatapan dingin melihat mertuanya yang nampak sesak napas. Ia membenarkan posisi bantal dan memmgang mertuanya.
"Ibu tidak boleh mati. Ibu harus menyaksikan bagaimana Lee Tae Oh hancur. Ibu bisa melihatnya dengan berbaring di sini."
Kemudian Sun Woo pergi.
***
Je Hyuk tidur bersama Ko. Malam itu, Je Hyuk pergi.
Ia mendekat pada jendela. Melihat mobil Sun Woo yang menyala.
***
Je Hyuk menemui Sun Woo di rumah sakit. "Kamu nampak kurus dan lemah." Ucap Je Hyuk. "Apa terjadi sesuatu?"
"Kamu punya kolesterol darah tinggi. Levermu mungkin bermasalah." Sun Woo pun memeriksa Je Hyuk. "Kamu belum perlu meminum obat. Tapi kamu tidak boleh mengabaikannya. Kamu harus mengubah dietmu terlebih dahulu. Kamu juga harus berolahraga secara teratur."
"Apa golf cukup?"
"Tidak, kamu harus berkeringat setidaknya dua, tiga kali sepekan."
"Aku malu. Sepertinya kamu tahu aku tidak begitu menarik."
"Kondisimu lumayan di usia 40an."
"Syukurlah."
"Omong-omong, kenapa kamu selalu diperiksa di tempat lain? Kamu juga bisa diperiksa di sini."
"Aku butuh keberanian untuk melakukannya di sini." Ucap Je Hyuk. "Aku akan diperiksa olehmu dan itu terasa aneh. Apa semuanya karena Tae Oh?"
"Ada apa dengan Tae Oh," Tanya Sun Woo.
"Aku hanya bertanya. Seperinya dia sedang kesulitan mencari investor. Kupikir mungkin kamu mengkhawatirkannya."
"Apa kondisi keuangan perusahaan sedang buruk?"
"Jika kamu menanyakan itu dengan serius, sulit untuk dijawab." Ucap Je Hyuk. "Aku tidak suka sikap Tae Oh, tapi dia tetap klienku. Sama seperti dokter yang wajib merahasiakan informasi pasien, seorang akuntan juga tidak boleh membicarakan klien mereka."
"Aku akan meneleponmu begitu hasil tes darahnya keluar. Sampai jumpa."
Je Hyuk sampai di pintu. "Telepon aku jika kamu butuh teman untuk minum. Kamu bisa berkonsultasi denganku."
***
Dokter Sul masuk ke ruangan Sun Woo. "Tae Oh meneleponku. Dia sedang menuju ibunya. Dia memintamu datang sekarang."
***
Sun Woo nampak bersama dengan kerumunan di pintu.
Di dalamnya, Tae Oh sedang menangisi ibunya yang meninggal.
***
Sun Woo bicara dengan staf. "Pemakaman akan diadakan di aula pemakaman RS Cinta Keluarga....."
***
Da Kyung sedang menyetir mobil. Mencoba menghubungi Tae Oh sampai kesal sendiri. Soalnya nggak nyambung juga.
Da Kyung pun keluar dan menemui kedua orangtuanya yang mau pergi.
"Da Kyung sedang apa kamu di sini?" tanya Nyonya Umh.
"Kalian mau pergi?"
"Ayah rasa tidak mau pergi. Tapi ibumu bersikeras."
"Alumnimu memberi tahu kita tentang pemakaman itu. Kita tidak bisa mengabaikan begitu saja." Ucap Umh. "Ibu mertua dokter Ji meninggal."
"Kami akan segera kembali. Menginaplah putriku." Ucap Ayah Yeon. "Ayo makan ayam dan bir."
Keduanya pun pergi meninggalkan Da Kyung.
***
Lee Tae Oh nampak seperti gembel saat di pemakaman.
Sementara orang-orang yang menjadi tamu sibuk bergunjing.
"Bukankah ibunya sehat saat di panti jompo?"
"Ya. tepat sekali. Dia meninggal dengan tidak terduga. Tapi Sun Woo pasti merasa bebannya berkurang sekarang."
"Ya benar. Dia pingsan saat Joon Young masih bayi. Sejak itu, Sun Woo membayar operasi ibu mertuanya, tagihan rumah sakit, perawat, dan panti jompo."
*Saat dua orang bergunjing. Je Hyuk nampak tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sun Woo.
"Yak, menurutmu kapan Tae Oh pernah melakukan hal yang menghasilkan uang? Sun Woo membayar rumah dan perusahaan hiburannya."
Ko melihat gelagat suaminya.
"Sun Woo memang luar biasa."
Je Hyuk menambahkan. "Kalian benar, tapi jangan menjelek-jelekkan Tae Oh hari ini. Ibunya tidak akan beristirahat dengan tenang."
Dari kejauhan. Nampak Sun Woo memberitakan ttd untuk mengurusi soal pemakaman.
***
Sun Woo bicara pada suaminya. "Sebentar lagi akan ada banyak orang. Kenapa kamu mabuk berat? aku tahu kamu sedih, tapi kamu harus menjaga sopan santun. Aku tidak mau Joon Young melihatmu seperti ini, dia akan mencontohmu. Kenakan jasmu kembali. Bereskan dasimu."
***
Kemudian datanglah orangtua dari Da Kyung. Lee Tae Oh langsung memakai jasnya kembali.
Tae Oh bahkan tidak segan-segan membereskan sepatu Pak Yeon dan mengantarkannya ke tempat makan.
Tae Oh bahkan ikut makan.
Sun Woo melihatnya nggak habis pikir aja.
***
Da Kyung ada di dalam mobil sportnya. Bingung mau masuk apa nggak.
Setelah cap cip cup. Ia menekan tombol parkir dan masuk ke tempat parkir. Mau layat guysss..
****
Sun Woo sendiri duduk sendirian. Ia melamun.
Kemudian dokter Sul datang. "Kamu baik-baik saja?"
"Tidak." Ucap Sun Wo.
***
Tae Oh malah tertawa-tawa bersama Pak Yeon di tempat makan. Ia juga minum lagi.
Kemudian terdengarlah panggilan telepon dari Da Kyung. Tae Oh bingung mau mengangkat atau tidak.
***
"Kamu sudah bicara dengan Tae Oh?" tanya Dokter Sul. "apa situasinya masih sama? Astaaaggg dasat kutukupret."
"Bagaimana jika aku bercerai?"
"Pikirmu kamu bisa hidup menjanda?"
"Apa masalahnya? Semua orang bercerai zaman sekarang."
"Ya, bercerai sudah jauh lebih umum." Ucap Sul. "Tapi menurutmu kenapa janda ragu memberi tahu orang bahwa mereka sudah bercerai? Kamu tidak tahu betapa menyedihkan hidup sebagai janda, bukan? Tae Oh mungkin yang selingkuh sementara kamu tidak salah. Tapi orang-orang tetap akan menjelekkanmu di belakang. Orang akan bertanya-tanya apa masalahmu dan mencurigai siapa yang kamu temui setiap malam. Bahkan kamu mencurigai sekretaris Tae Oh karena dia janda."
"Ibuku mengalami hal yang sama." Sul masih bicara. "Setelah bercerai, dia melalui banyak hal dan dihakimi semua orang saat dia membesarkanku sendirian. Tapi di sisi lain, ayahku menikah lagi dan hidup bahagia bersama dengan istri mudanya. Karma? Keadilan? Semua itu bohong. Hanya wanita yang hidupnya hancur setelah bercerai. Jadi, pikirkan baik-baik sebelum memutuskan ya?"
***
Joon Young resah sendirian. Karena tamu mulai berdatangan. Sedangkan Ayahnya nggak ada.
Joon Young mendekati Je Kyuk. "Ahjusshi. Tahu di mana ayahku? Kamu melihatnya?"
"Tidak. Di mana Tae Oh?"
"Bagaimana jika kamu mencarinya." Tanya Ko pada suaminya.
"Ah iya."
***
Ko Ye Rim mengirim pesan pada Sun Woo "Unnie, ada tamu menunggu. Kamu di mana?"
***
Sun Woo membacanya dan bergegas.
Di depannya. Ia melihat Lee Tae Oh kayak budaknya Pak Yeo.
Tae Oh sedang membukakan pintu mobil untuk Pak Yeo.
Setelah itu?
Tae Oh nampak menelepon. Kemudian pergi ke tempat lain.
***
Joon Young bersama dengan Ko Ye Rim sedangkan Je Kyung sibuk mencari Tae Oh.
***
Sun Woo nampak mengikuti Tae Oh dari belakang. Menuju ke tempat yang sepi. Ia terus berjalan.
"Ah apa yang kulakukan?" Sun Woo bicara sendiri.
Tapi ia terus mencari karena mendengar samar-samar lagu saat Tae Oh melamarnya.
Ia pun melihat mobil putih.
Di dalam mobil itu. Nampaklah Da Kyung sedang kisseu dengan Tae Oh. Sun Woo langsung berkaca-kaca.
***
Je Hyuk melihat Sun Woo dari kejauhan. Melihat Sun Woo yang menyaksikan siaran langsung suaminya selingkuh di dalm mobil.
Dengan ost saat Tae Oh melamar Sun Woo.
Kisseu nggak udah-udah di dalam mobil......
Sun Woo malah menjauh dari TKP.
***
Abu sudah dikremasi. Pemakaman dilakukan.
Saat orang-orang mulai pergi.
Sun Woo jalan paling belakang. Ia stres minta ampun.
***
Mereka akhirnya pulang.
Lee Tae Oh jelek kayak gembel. Berkata pada Sun Woo. "Sun Woo yaa..." eeh dipeluk dari belakang. "Gumawo."
Sun Woo langsung melepaskannya.
***
Da Kyung tinggal di nomor 321. Ia kedatangan tamu. Da Kyung yang cantik banget tapi nggak ada akhlak membuka pintu.
Tamunya adalah Nona Min.
"Halooo..." Nona Min menyapa dengan senyuman.
"Aku baru pindah ke rumah sebelah. Aku datang untuk menyapa." Kemudian Nona Min memberikan bingkisan.
"Gumawo." Ucap Da Kyung.
Nona Min membawa buku berjudul "semua tentang memiliki kehamilan dan persalinan yang bahagia."
"Berapa usia kehamilanmu?" tanya Da Kyung.
"Baru tiga bulan. Kamu juga hamil?"
"Ya, kamu mau masuk? Kita bisa minum teh."
"Ya."
***
"Sun Woo yaaa..." *Sun Woo ingat nasehat pengacara bahwa suaminya jangan sampai tahu kalau ia mau gugat cerai sebelum semua bukti ia dapatkan.
Dan yah, Sun Woo langsung memeluk Tae Oh, "Kamu pasti sedih."
"Aku bisa mengurus pemakaman berkat kamu. Omma juga akan berterima kasih padamu. Sarange"
"Ya. aku tahu."
***
Di sisi lain.
Da Kyung sudah mulai akrab dengan Nona Min.
"Kamu tahu aku mencintaimu bukan?" Tanya Lee Tae Oh.
"Tentu saja." Ucap Sun Woo namun dalam hati ia berkata. "Anakku, rumahku, dan hidupku, aku tidak ingin kehilangan apapun yang menjadi milikku. Aku hanya akan mendepak Lee Tae Oh dalam hidupku.
***
Kembali ke pengacara. Dulunya begini.
"Suamimu menggunakan rumah sebagai jaminan utang, dan bahkan rumah itu didaftarkan di bawah nama perusahaan suamimu. Aku harus katakan, ini hal sulit."
"Aku akan melakukan apapun agar mengembalikannya seperti semula. Normal kembali."
"Jika dia sudah mendaftarkannya di bawah nama orang lain. Kamu mungkin tidak bisa menyimpan uangnya sendirian. Baiklah, inilah hal yang sangat penting. Strategi terbaik untuk menggugat cerai adalah tetaplah bungkam dulu. Kamu tidak boleh membiarkan suamimu tahu dulu, jadi, kendalikan semua emosimu. Kamu perlu membodohinya. Jika kamu tidak bisa melakukan, tidak, kamu harus melakukannya."
****
Sun Woo sedang pakai skincare.
"Apakah menurutmu anak kita sedih?" Tanya Lee Tae Oh.
"Joon Young sangat menyukai neneknya. Dan ini adalah pengalaman pertamanya ditinggal meninggal orang terdekat. Aku akan memperhatikan Joon Young, jadi, jangan cemas. Jangan terlalu keras terhadap dirimu. Aku mulai mengkhawatirkan kesehatanmu."
Sun Woo selesai dengan skincarenya dan siap untuk tidur saja.
"Maafkan aku." Ucap Sun Woo. "sudah mencurigaimu dan menekanmu, berpikir kamu berselingkuh dariku. Aku pikir itu karena aku sangat menyukaimu. Kamu paham bagaimana pasangan bisa menjadi demikian kan. Aku harap kamu mencintaiku juga."
Hari nampak hujan.
Dan mereka kisseu.... wajah Sun Woo nampak menderita.
Hingga ada suara getar ponsel.
"Tunggu sebentar." Ucap Sun Woo. "Maafkan aku, ini pasienku."
Kemudian Sun Woo pergi.
***
Rupanya dari Nona Min. "Aku mencoba menjadi temannya, sehingga dia tidak curiga terhadapku. Kami berdua saling mengunjungi rumah satu sama lain."
Kemudian Sun Woo menutup teleponnya.
Menghapus bekas kisseu di bibirnya.
***
Hari hujan. Sun Woo keluar dan memeriksa di bagasi mobil Lee Tae Oh. Mungkin mencari ponsel itu lagi. Tapi nggak ketemu. Udah nggak ada.
Dan tb-tb... seseorang membawa payung dan memayunginya.
Dia adalah Je Hyuk.
Keduanya sama-sama terdiam.
Ada suara geledek doang.
***
Ada ahjumma Mago yang main di Hotel del Luna datang sebagai pasien Sun Woo.
"Aku dengar kamu dekat dengan pimpinan Yeo. Jadi, aku percaya rekomendasinya."
"STD tes menunjukkan positif kembali. Minumlah antobiotik, dan kamu akan baik-baik saja."
"Di usia seperti ini, saya malu."
"Jangan begitu... ini adalah penyakit umum pada orang dewasa."
"Benar bukan?" Ucap Pasien. "Jika kita tidak terkena hanya lewat itu, bukan?"
"Maksudmu lewat hubungan wik wik?"
"Kita bisa terkena karena sistem imun kita melemah akibat kelelahan atau stres. Kita bisa terkena dari orang lain di sauna atau spa., bukan begitu, Dok?"
***
Seorang pria berjas nampak cemas. Ia bersama dengan Pimpinan Yeo. "Kamu yakin bisa mempercayai dokter itu, bukan?"
"Kamu melihatnya memintaku untuk menjaga suaminya, dia cepat tanggap, dia akan paham untuk tidak membuat masalah. Jangan khawatir."
***
"Apa?" Ucap ahjumma pasien. Kaget dia.
"Selain hubungan wik wik, kecil kemungkinan untuk tertular. Kemungkinan tertular lewat wik wik adalah 99 persen."
***
Ahjumma tadi keluar. Ia langsung menampar pria yang bersama dengan Pimpinan Yeo.
"Yeobo." Ucap si pria.
"Terima kasih telah menjelaskan semuanya." Ucap Ahjumma pada dokter.
*btw, ini penyakit karena suaminya selingkuh. Terus yaahh menularkan pada istrinya.
***
Sun Woo berkata pada Pak Yeo. "Aku seorang dokter. Tugasku adalah memberi tahu pasien tentang penyebab dan pengobatan penyakit. Entah kenapa anda mengira aku akan menutupi perselingkuhan teman anda. Jika urusan anda sudah selesai, semoga hari anda menyenangkan."
"HAHAHAHAH... ya aku tahu. Aku salah membacamu, dokter."
***
Dokter Sul lagi jalan di lorong.
Dari jendela ia bisa melihat Pak Yeo bicara dengan dokter Sun Woo.
***
Dokter Sul menelepon Lee Tae Oh. "Ayahnya Da Kyung. Dia bersama dengan Sun Woo sekarang. Mereka bicara dengan sangat serius. Aku tidak tahu soal apa."
Kemudian Tae Oh langsung br-br membawa mobilnya.
****
"Keyakinanmu sebagai dokter, tentu. Maaf jika aku melukai harga dirimu." Ucap Pak Yeo. "Tapi sebelum menjadi dokter, kamu adalah seorang istri. Bergantung pada situasinya, akan jauh lebih baik jika merahasiakannya."
"Entahlah. Aku tidak bisa membenarkan rahasia antara suami dan istri."
"Maksudmu. Kamu tahu segalanya tentang suamimu?"
"Benar. Aku tahu segalanya tentang suamiku. Dia tidak tahu caranya menyimpan rahasia."
"Aku tidak tahu dia begitu lemah."
"Ah yaa... putrimu mengencani seseorang."
*Lee Tae Oh nampak sampai di rumah sakit.
"Astaga. Aku tidak bermaksud membongkar rahasia putri Anda. Mereka nampak serius. Jadi, kupikir seluruh keluarga tahu."
"Dia pasti memberi tahu kami jika itu masalahnya. Da Kyung naif karena selalu tertutup. Tapi dia gadis yang pintar. Tentu saja tidak secerdas dirimu."
"Sampai jumpa Pak." Sun Woo mengantarkan sampai Pak Yeo masuk mobil.
Munculah Lee Tae Oh.
"Bagaimana pemakamannya?" tanya Pak Yeo.
"Itu lancar. Terima kasih."
"Tegar yaaa.." Ucap Pak Yeo yang kemudian pergi dengan mobilnya.
***
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Sun Woo.
"Apa yang kamu dan Pimpinan bicarakan?"
***
Da Kyung disidang.
"Siapa pria itu? Kamu tidak menjawab kami?" Ucap Ibunya. "Bawa dia. Biarkan kami bertemu dengannya."
"Tidak perlu repot-repot. Kami hanya berkencan."
"Ada yang melihat kalian. Katanya cukup serius hubungan kalian." Ucap Umh.
"Siapa?"
"Sudahlah. Jika tidak serius. Akhiri." Ucap Pak Yeo. "Ayah akan mencarikanmu pria baik-baik. Jadi, jaga sikapmu dan tunggu kami menjodohkanmu."
"Tidak mau." Ucap Da Kyung.
Uhm menabok Da Kyung. "Apa yang kamu lakukan? Kamu bersikeras pindah, jadi, ibu membujuk ayah. Tapi kamu membiarkan dirimu menjadi bahan gosip bahwa kamu berkencan. Kamu membuat ibu terlihat buruk. Kamu tahu betapa menakutkannya Ayah saat dia marah."
"Aku sudah dewasa. Tolong hormati kehidupan pribadiku. Ayaah..."
Ayah meninggikan suaranya. "Jika tidak mau dijodohkan, pindah kembali ke rumah. Tidak ada bagusnya seorang gadis hidup sendirian, Nak." Ayah langsung keluar.
"Tapi, sepertinya berat badanmu bertambah." Ucap Ibu. "Kamu harus diet." Ibu pun pergi.
***
Sun Woo menjemput anaknya pulang les, ia melihat asisten suaminya dengan No Eul. "No Eul Ah... kamu mau kuantar pulang?" tanya Sun Woo.
***
Mereka pun diantar. Setelah sampai. No Eul masuk dahulu.
"Bukankah sulit membesarkan anak sendirian setelah bercerai?"
"Semua orang berjuang dan melakukan apa pun untuk bertahan."
"Dia tidak gelisah hidup terpisah dari ayahnya?"
"Kurasa dia sudah terbiasa sekarang. Dia tidak benar-benar bertanya tentang ayahnya. Terima kasih atas tumpangannya."
"Mi Yun Sshi, kamu tahu alasanku ke kantor malam itu, bukan?"
"Maafkan aku. Tapi aku tidak mengerti apa maksudmu."
"Begitu rupanya. Maaf sudah membuang waktumu. Aku pergi." Sun Woo sudah berkaca-kaca guys.
***
Nona Min baru saja memarkirkan mobilnya. Ia melihat Da Kyung dari jendela,
"Kubulang, kita putus. Pergi saja!"
Nona Min pun bersembunyi agar mendapatkan gambaran yang bagus. Memang ada Lee Tae Oh sedang berantem dengan Da Kyung. Tae Oh diminta pergi. Tak lama. Tae Oh pun pergi.
Tae Oh turun dan menendang-nendang mobilnya.
Tentu saja. kabar bertengkarnya mereka sudah sampai di telinga Sun Woo.
***
"Apa yang membuatmu kesal?" tanya Sun Woo pada Tae Oh saat di meja makan.
"Tidak juga. Aku hanya ingin minum."
***
Dokter memarahi Sun Woo.
"Apa yang kamu pikirkan? Kamu tahu, aku tidak mengatakan ini karena sumbangannya ditarik. Seharusnya kamu memperhalusnya agar tidak mengejutkan pasienmu."
"Pasiennya ingin tahu. Istrinya adalah pasienku."
"Benar sekali. Kamu tidak tahu dia istri sponsor terbesar rumah sakit kita?"
***
Sul berkata pada Sun Woo. "Kurasa menjadikan nurani doktermu sebagai alasan itu berlebihan. Sejujurnya, aku tahu kamu bisa memahami dia. Dia diselingkuhi suaminya. Sebagai orang luar, kurasa kamu mengambil risiko besar."
"Orang yang mengambil risiko besar adalah kamu."
"Apa?"
"Aku tahu kamu mata-mata ganda." Ucap Sun Woo. "Sampai kapan kamu akan melakukannya?"
***
Ahjumma Mago kembali menemui Sun Woo.
"Aku tidak perlu mencemaskanmu, tapi rumah sakit adalah tempat yang sering dikunjungi orang. Aku datang karena khawatir. Kamu tahu Gosan adalah tempat yang kecil, bukan? Tolong pastikan tidak ada yang mendengar tentang masalah keluarga kami."
"Aku tidak akan membocorkan hal pribadi. Jangan khawatir. Apa anda membenciku? Apa akan lebih baik jika anda tidak tahu?"
"Aku tidak akan bercerai. Orang yang tidak tahu apa-apa akan berasumsi aku hidup dengan uang suamiku. Tapi kami menghabiskan bertahun-tahun bersama. Uang bukan satu-satunya hal di antara kami."
"Anda bisa memaafkannya hanya karena sudah lama hidup bersama?" Tanya Sun Woo.
"Dia hanya bermain-main dengan wanita sekali. Tidak perlu ada hal yang dimaafkan. Bagi pria, wik wik sama aja kayak pipis. Aku orang yang mengubahnya menjadi pria seperti sekarang. Latar belakang, kekayaan, dan bahkan kepribadiannya. Aku tidak bisa membiarkan perceraian membuang-buang waktu dan usaha yang aku habiskan untuknya."
****
Lee Tae Oh galau karena smsnya sudah tidak dijawab oleh Da Kyung.
Kemudian entah dapat telepon dari siapa. Ia akan keluar. Saat mau pergi. Ketemulah dia dengan Sun Woo.
"Kamu mau pergi?"
"Ya. ada urusan di kantor. Stafku tidak bisa mengatasinya sendiri."
"Selarut ini?"
"Maafkan aku. Jangan menungguku dan tidurlah."
****
Nona Min kerja di bar. Ia langsung pergi begitu Sun Woo mengatakan bahwa Tae Oh telah pergi.
Saat Nona Min jalan. Mantan kekasihnya memperhatikan dari seberang jalan.
Saat Nona Min akan naik.
Tb-tb mantaannya datang.
"Hyun Seo... kamu punya mobil. Dan tempat tinggal. Baguslah. Kamu mengencani pria tua kaya?"
"Apa yang kamu lakukan? Hubungan kita sudah berakhir."
"Itukah yang kamu pikirkan? Sayang sekali karena aku belum selesai."
"Enyahlah."
"Hyun Seo. Wanita gila itu ternyata direktur muda rumah sakit. Itu dia, bukan? Ada apa diantara kalian? Kalian berkencan?"
"Dia hanya dokter yang merawatku. Hidupku tidak ada hubungannya dengannya, jadi, jangan ikut campur. Enyahlah dari hadapanku."
Mantan kekasih Hyun Seo ikut naik. Dia malah ada di depan rumah Da Kyung. Tekan bel dia.
"Apa kamu gila?" tanya Nona Min. Bel bahkan sudah dipencet si mantan bajingan. Tuhan, kenapa banyak sekali bajingan di drama ini.
Lee Tae Oh yang membuka pintu.
****
Sun Woo sudah gelisah karena Nona Min tidak menjawab panggilannya.
Sudah jam 2 lebih 10 dini hari.
Sun Woo akhirnya menelepon Tae Oh.
Tuttt tuttt...
"Halo, kenapa kamu belum tidur?" tanya Tae Oh.
"Kamu pergi terburu-buru. Jadi, aku khawatir. Bagaimana?"
"Kamu sudah mengutus hal yang mendesak, tapi akan butuh waktu untuk menyelesaikannya."
"Kamu harus bekerja semalaman?"
"Kurasa begitu."
"Kamu bekerja sangat keras. istirahat selagi bisa."
"Baik. Terima kasih."
"Sarange." Ucap Sun Woo.
"Aku juga."
Da Kyung pergi dan membanting pintu. Sun Woo sebenarnya paham itu.
****
Sun Woo langsung turun dan minum. Ia galau dan langsung lari malam.
Saat lari inilah ada Je Hyuk yang kebetulan lewat dengan mobilnya.
"Sun Woo shi..." Teriak Je Kyung. Je Kyung pun turun.
"Apa yang kamu lakukan malam begini?"
"Hal yang tidak penting." Jawab Sun Woo. "Kamu baru pulang kerja?"
"Apa ada yang mengganggumu?"
"Tidak. Aku hanya keluar untuk lari."
"Aku melihatmu melihat yang kamu lihat. Di tempat parkir."
"Aku ketahuan."
"Tae Oh tertangkap basah di tempat dan waktu yang buruk."
"Aku harus bagaimana sekarang??" tanya Sun Woo.
"Apa ada yang bisa kubantu?"
"Apakah bercerai adalah tindakan yang tepat? Entahlah." Sun Woo menangis. "Kurasa keluarga kami baik-baik saja jika aku mengabaikannya. "Tapi entah apa aku bisa hidup seperti itu seumur hidupku. Aku mulai meragukan seluruh hidupku. Aku penasaran apa aku tidak menarik lagi sebagai wanita."
"Itu omong kosong." Ucap Je Kyung.
"Ini tidak masuk akal. Aku tidak percaya sudah mengatakan ini kepadamu."
"Kamu bisa bicara padaku kapan saja. jika kamu mau, kita bisa minum di bar dekat sini."
"Lain kali saja. terima kasih Je Hyuk sshi.
****
Ko melihat gps. Ia tahu suaminya pulang.
Je Hyuk pulang dengan wajah yang... eeemmm....
"Kamu pulang larut."
"Ya. aku lelah."
"Kamu sudah makan malam?"
"Ya tentu saja. ini sudah lewat jam makan malam."
***
Sun Woo bicara pada seorang nenek. "Anda hebat."
"Terima kasih."
"Kembalilah dalam dua pekan. Pastikan anda menjaga pola makan yang terkendali sampai saat itu."
"Baik. Terima kasih."
***
Pacar dari Nona Min menemui Sun Woo. Sul tentu saja memata-matai.
"Haruskah aku masuk. Atau bicara di sini?"
"Ayo masuk." Ucap Sun Woo.
***
Si berengsek mengeluarkan kamera. "Kudengar kamu mencari ini."
"Di mana Min Hyun Seo?"
"Kenapa kamu ingin tahu? Pikirkan saja ini. ini merekam suamimu yang masuk ke rumah itu."
Sun Woo pun mengambil kameranya. Tapi memorynya masih di tangan si berengsek.
"Aku ingin membuat kesepakatan." Ucap Si berengsek. "Mengerti?"
"Ini rumah sakit. Apa yang kamu lakukan?"
"Benar sekali. Siapa yang lebih rugi jika aku berteriak di sini?"
"Apa maumu?" tanya Sun Woo.
"20,000 dolar. Tidak mau? Kalau begitu. 30,000 dolar."
"Aku tidak punya uang untuk diberikan ke sampah sepertimu."
"Siapkan pekan depan. Kecuali kamu ingin semua orang tahu kamu mempekerjakan seseorang untuk membuntuti suamimu."
"Apa Min Hyun Seo aman?"
"Kenapa? Kamu pikir aku mengurungnya di suatu tempat? Hyun Seo bilang, dia membencimu. Dia ingin mengambil uang itu dan mengakhirinya. Satu pekan."
Si berengsek pun pergi.
***
"Kamu bilang bisa mendapatkan buktinya. Apa yang terjadi? Kamu tidak tampak mampu memimpin pertarungan ini. Kalau begini, kamu akan tampak lebih buruk jika bercerai." Ucap pengacara dalam pikiran Sun Woo. Ia pun kemudian melemparkan gelasnya.
Seorang perawat memberikan bunga pada Sun Woo. Katanya itu dari Lee Tae Oh.
****
Sun Woo membaca kartu ucapan bertuliskan. "Kamu perempuan yang luar biasa."
Tapi ternyataaa eeehh ternyataaa... dari Je Hyuk.
"Kamu suka hadiahnya?" Je Hyuk menghubungi lewat telepon.
"Kenapa kamu mengirimiku ini?"
"Anggap saja seorang teman berusaha menghiburmu. Jangan terlalu memikirkannya. Ini juga managemen klien. Bagaimanapun, Lee Tae Oh adalah klienku."
"Gumawo."
"Aku tidak terlalu banyak berpikir saat keadaan menjadi rumit. Aku tidak memutuskan dengan otakku. Lagi pula, keadaan tidak berjalan sesuai rencana. Tidak ada jawaban dalam hidup. Menuruti hatimu dan mengikuti arus itu bagus."
***
Ahjussi yang garuk-garuk leher konsultasi lagi ke Sun Woo.
"Pernahkah kamu dikhianati seseorang yang dekat denganmu? Kamu mempercayai suamimu?"
"EKG dan fungsi endokrin normal. Tes alergi tidak menunjukkan hal yang tidak biasa."
"Bukankah kamu tidak bisa menemukan penyebabnya."
"Kurasa itu masalah psikologis. Bukan fisik. Aku merekomendasikanmu ke psikiater."
"Aku tahu penyakitku. Aku tidak butuh itu. Berikan saja obat biasaku."
"Kebanyakan orang mengira mereka tahu masalah masing-masing. Jangan lakukan itu. Sebaiknya kamu terima bantuan profesional."
"Bagaimana dengan dokter sendiri? kamu punya gejala yang sama denganku."
"Ha Dong Shik sshi."
"Jangan berusaha mengatasi sendiri. dapatkan bantuan dari profesional."
****
Ternyata Da Kyung adalah instruktur pilates.
Salah satu anggotanya adalah Ko Ye Rim.
Ye Rim sendiri mulai melirik perut Da Kyung dan curiga dengan Da Kyung yang muntah dan mual.
***
Da Kyung sedang membersihkan dirinya. Ko Ye Rim datang. "Aku punya tiga unnie. Jadi, aku bisa tahu dari belakang saat seseorang hamil."
"Lalu?"
"Apakah itu penyebabnya ini menjadi pekan terakhirmu? Aku agak tercengang."
"Aku tidak mengerti maksudmu, tapi jika keberatan aku berhenti, kamu bisa meminta pengembalian uang."
"Aku bisa membiarkanmu karena kamu mainan Direktur Lee Tae Oh. Tapi ini mengubah keadaan. Aku tidak bisa diam lagi."
"Beri tahu dia. Itu juga yang kuinginkan. Tapi kamu tidak akan bisa. Kamu sekongkol, tapi kini pura-pura menjadi teman setia? Itu lucu."
"Kamu pikir dia akan mundur semudah itu meski tahu? Dia mungkin akan membiarkanmu punya anak sendirian dan menghancurkan hidupmu. Pernahkah kamu berpikir bahwa Unnie mungkin tahu segalanya dan pura-pura bodoh? Dan Direktur Lee hanya mengulur waktu. Tidak ada obat untuk kebodohan."
****
"Mau pergi makan malam?" tanya Tae Oh di telepon. "Bagaimana jika kita ke tempat bagus untuk menghibur diri? Akan kukirim alamatnya, sampai nanti." Tae Oh menutup teleponnya.
Di pintu sudah ada asistennya.
"Ada apa?" tanya Tae Oh.
"Sepertinya kamu akan pergi ke tempat yang bagus." Dokumen diberikan. "Apa kita belum mendengar kabar dari investor?"
"Kenapa kamu banyak pertanyaan hari ini?"
"Maaf Pak."
****
Sun Woo ada di depan laptop. Memory sudah terpasang. Ia nampak sedih.
***
Uhm menyapa putrinya di jalanan. "Da Kyung Ah..."
"Kenapa ibu kemari? Ibu tidak bilang akan datang."
"Apa maksudmu? Ibu datang karena merindukanmu."
"Ibu sudah melihatku sekarang, jadi, pergilah. Aku sibuk."
"Yak!!! Bagaimana bisa ibu pergi setelah melihatmu begitu murung? Masuklah. Ayo belanja. Ibu juga harus membeli pakaian. Cepat. Ayooo anakku.... ayoooo...."
***
Uhm sudah membawa banyak belanjaan. "Kamu yakin tidak mau pakaian tadi? Omma akan membelikannya untukmu."
"Lupakan saja. aku tidak membutuhkannya."
"Ibu rasa akan cocok untukmu jika bobotmu turun sedikit."
"Berhenti mengatakan itu."
Uhm malah ke tempat pakaian bayi coba.
"Kenapa ibu ke sini? Ada yang hamil?"
"Putra teman ibu yang kuliah menghamili seorang gadis. Teman ibu akan menjadi nenek bulan depan. Kekanak-kanakan bukan? Anak-anak 20 tahun sangat pemberani. Dia bukan hanya menjadi nenek, tapi harus membesarkan anak itu juga. Ibu kasihan kepadanya."
"Ayo cepat pergi."
"Hei. Ibu tidak mau menjadi nenek terlalu cepat. Pastikan kamu mengingatnya."
Da Kyung pun wajahnya cemas.
***
Rupanya Sun Woo akan makan bersama anak dan suaminya.
"Bagaimana? Bukankah menyenangkan bisa keluar setelah sekian lama?" tanya Tae Oh.
"Joon Young, kamu pasti senang." Ucap Sun Woo.
"Sudah lama kita tidak pergi ke tempat seperti ini. aku senang." Ucap Joon Young.
"Tentu saja. ayah memesan restoran yang paling populer untuk kita."
Baru mau naik. Ketemu sama Da Kyung dan Nyonya Uhm.
"Dokter. Senang bertemu denganmu," Ucap Umh.
"Kamu makan di sini?" tanya Sun Woo.
"Kami datang tanpa pesan dan mereka tidak punya meja. Kami baru mau pergi."
"Ahh begitu rupanya. Jaga dirimu." Ucap Tae Oh.
"Kenapa tidak bergabung dengan kami?" tanya Sun Woo. "Kami sudah memesan tempat."
"Aigooo... aku tidak mau mengganggu."
"Aku tidak yakin bagaimana aku bisa berterima kasih atas kehadiranmu di pemakaman." Ucap Sun Woo. "Jika kamu tidak keberatan. Bergabunglah dengan kami."
"Begitukah?" ucap Umh. "Suamiku akan segera tiba. Jadi, kami juga khawatir."
"Tidak apa-apa Yeobo." Ucap Sun Woo pada Tae Oh.
"Tentu." Ucap Tae Oh.
Tak lama. Hadirlah Pimpinan Yeo. Ikut gabung.
***
Mereka makan berenam.
Da Kyung nampak galau kayak nggak punya kuota.
"Bagaimana kehidupan kencanmu?" tanya Sun Woo mancing. Wkkwkw.
Lee Tae Oh langsung batuk. Wkwkwkkwkw.
Pimpinan Yeo menjawab. "Da Kyung sangat ramah. Dia punya banyak teman. Karena itu banyak orang salah mengira dia. Tapi dia bilang tidak punya pacar."
"Begitu?"
"Ya."
"Mungkin aku salah dengar." Ucap Sun Woo.
Tb-tb Joon Young berdiri. "Aku harus mengerjakan PR. Aku harus pulang lebih dahulu."
"Maafkan aku. Kami harus pulang dahulu." Ucap Tae Oh.
Tae Oh pulang bersama anaknya.
***
"Suamiku sangat mencintai anaknya. Ke mana pun mereka pergi. Mereka selalu berdampingan." Ucap Sun Woo.
"Seorang putra istimewa bagi seorang ayah." Ucap Pak Yeo.
"Karena direktur Lee sangat tampan. Aku yakin banyak aktris mendekatinya." Ucap Umh.
"Tentu saja. banyak sekali. Tapi Tae Oh setia pada keluarganya. Jika terjadi sesuatu. Aku yakin itu hanya seperti pipis doang bagi pria."
Ekpresi Da Kyung berubah.
"Kamu benar. Semua pria membuat kesalahan." Ucap Umh.
Da Kyung pergi.
"Istri Pimpinan Choi memutuskan untuk mengabaikan kesalahannya juga. Dia berjanji akan memberinya gedung."
****
Tae Oh pulang dengan wajah kesal. Anaknya sadar itu.
****
Tb-tb, saat Sun Woo turun dari tangga resto ia mendapatkan telepon dari Da Kyung.
"Jika kamu dokter, jaga ucapanmu. Kamu tidak tahu harus melindungi privasi pasien?"
"Kamu bilang dia akan bercerai dalam dua bulan dan membesarkan bayi bersamamu. Kukira kamu sudah memperkenalkannya kepada orangtuamu. Maaf jika membuatmu tidak nyaman."
Da Kyung langsung menutup teleponnya.
***
Da Kyung mau merokok guys. Tapi ia urungkan. Kan lagi hamil.
*****
Sun Woo masih diparkiran. Ia mendapatkan telepon dari Nona Min.
***
Ada suara bel di rumah Da Kyung. Saat itu Da Kyung sedang menangis.
Rupanya. Nona Min datang dalam keadaan babak belur.
"Apa yang terjadi?" tanya Da Kyung.
"Maafkan aku. Tapi boleh aku tinggal di rumahmu sebentar?"
***
Da Kyung mendengar Nona Min. "Aku sudah memutuskan. Aku memutuskan untuk melakukan aborsi." Ucap Nona Min. "Keuanganku tidak stabil. Dan aku tidak punya orang tua yang bisa membantuku. Yang kulakukan hanyalah dipukuli oleh ayah bayi itu. Aku tidak pantas punya anak. Bayiku hanya akan menderita. Jangan melihatku seperti itu. Aku merasa jauh lebih baik setelah memutuskan. Hidupku juga penting bagiku. Aku tidak mau bayi ini menahanku. Aku iri padamu Da Kyung. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal semacam ini. Kamu punya orang tua yang bisa diandalkan. Dan kamu akan segera menikah. Ada apa? apa ada masalah?"
"Sebenarnya...pacarku sudah beristri." Da Kyung pun menangis. Ia nangis jadinya. "Apa yang harus aku lakukan? Ini membuatku gila."
***
"Tapi kamu bilang pria itu akan segera bercerai?"
"Dia ingin segera bercerai. Dia bilang tidak tahan pada istrinya."
Ucapannya sih Nona Min sama Da Kyung. Tapi gambarnya Sun Woo dan Tae Oh.
"Tapi masalahnya adalah istrinya. Dia cukup kurang ajar untuk menikah meskipun tahu tentang perselingkuhan suaminya."
"Wanita seperti apa dia?" tanya Nona Min.
"Dia merendahkan dan meremehkan orang. Dia sangat arogan." Kejadian ini direkam sama Nona Min.
"Suaminya pasti benci tinggal bersama wanita sepertinya."
"Pacarku bilang dia tidak tertarik kepadanya. Pacarku tidur dengannya karena merasa wajib. Tapi aku tidak terkejut. Istrinya sudah terlalu tua."
Sun Woo yang sedang menggosok baju sedang mendengarkan percakapan mereka lewat pelantang telinga.
***
"Ini sudah larut. Sudah cukup. Kamu tidak lelah?" Ucap Tae Oh.
"Aku hampir selesai."
"Aku akan ke atas."
***
Je Hyuk mengirimi Sun Woo sms. "Kamu sudah menemukan jawaban dari pertanyaanmu?"
Dibalas. "Belum."
Je Hyuk ada di bar.
"Besok ada acara? Mau minum?"
***
Sun Woo memakai pakaian hitam. Ia berdandan.
Pelan namun pasti. Ia juga menggunakan kalung mewah.
***
Lee Tae Oh pulang. Ia tanya pada anaknya. "Di mana Ommamu?"
Kemudian Sun Woo turun dengan siap rapi bener.
Sun Woo menganti ciki yang dimakan anaknya dengan buah. "Makanlah buah. Berhentilah makan keripik."
"Bukankah bibir ibu terlalu merah?" tanya Joon Young.
"Apakah terlihat aneh?"
"Tidak. Aku hanya mengatakannya."
"Bagaimana menurutmu?" tanya Sun Woo pada Tae Oh.
"Bukankah kamu akan pergi ke lokakarya? Itu agak berlebihan."
"Aku sudah lama tidak keluar. Jadi, aku berdandan sedikit. Tapi kalian nampak tidak terkesan."
"Itu agak berlebihan. Tapi bukan berarti tampak buruk."
"Aku sudah memasak makan malam. Kalian hanya perlu memanaskannya."
"Baiklah."
Dan kedua pria ini tidak peduli dengan Sun Woo.
***
Sun Woo jalan ke resto. Di sana sudah ada Je Hyuk menunggu.
Saling menatap ditambah suara biola.
***
"Kamu nampak cantik hari ini. tapi kamu memang selalu terlihat cantik."
"Boleh aku minta anggur?"
Anggur pun dituangkan. Sun Woo meminumnya.
"Aku bahkan tidak pernah membayangkan."
"Apa?"
"Berada di tempat seperti ini berdua denganmu."
"Tapi?"
"Ini lumayan."
"Lumayan? Aku sudah bekerja keras," Ucap Je Hyuk.
"Kenapa orang-orang berselingkuh?" tanya Sun Woo.
"Ada dua tipe pria di dunia ini. orang yang berselingkih dan yang ketahuan. Kamu tidak bisa menebak naluri kami."
"Bukan hanya pria yang memiliki naluri."
***
"Rumah baruku masih direnovasi." Ucap seorang pria di telepon. "Jadi, aku menginap di hotel untuk sementara. Ya. sampai jumpa di rumah sakit."
Pria itu pun chek in.
***
Sun Woo tertawa. "Itu tidak masuk akal."
"Kenapa kamu tidak memercayaiku? Ini benar-benar karena aku cemburu."
"Yang penting bagi pria adalah menegaskan posisinya. Tidak ada yang menunjukkannya dengan tegas. Tapi aku tahu posisi Tae Oh. Diantara teman-temannya. Yang membuatmu kehilangan akal hari itu adalah kegelisahan akibat posisi yang sudah lama ada itu terancam. Mengatakan itu karena aku hanyalah alasan. Bukankah begitu?"
"Kamu sungguh hebat." Ucap Je Hyuk. "Untuk bedebah seperti Tae Oh. Kamu tahu bukan? Bahwa aku menyukaimu."
"Aku punya firasat."
"Namun kamu datang hari ini." Ucap Je Hyuk.
Je Hyuk memberikan kunci kamar hotel.
"Ini bukan cara yang buruk untuk membalas Tae Oh." Ucap Je Hyuk. "Kamu bisa menolak. Itu pilihanmu."
****
Saat Sun Woo akan masuk kamar hotel. Seorang pria yang tadinya chek in. Baru saja keluar dari elevator. Pria itu nengok ke Sun Woo gitu.
***
Sun Woo ada di lorong hotel. Memegang kuncinya dengan ragu, kemudian ia pun masuk.
Di dalam, sudah ada Je Hyuk.
Je Hyuk akan mengkisseu tapi Sun Woo menolak.
Sun Woo melepaskan sendiri. eeemmmm...
Diikuti dengan Je Hyuk.
Dan karena reseletingnya di belakang. Yha kalian pahamlah.
Ostnya serem. Kemudian tidak ada musik guys.
Dan yhaa begitulah.
Kemudian nampak di parkiran. Ada alat pendekteksi GPS. Alat itu dipasang Ko Ye Rim di mobil suaminya. Dan ia sedang galau di rumahnya. Galau sambil mendengarkan musik klasik dan menonton gps suaminya yang terparkir di sebuah hotel.
***
Suami Ko Ye Rim lagi ada kesibukan dengan Sun Woo.
Tanpa kata. Gerakan demi gerakan. Pantaslah drakor ini masuk untuk usia 19 tahun ke atas.
Suara biola pun makin serem guys.
***
Lee Tae Oh dan anaknya sedang nonton TV.
Tb-tb ada Da Kyung datang bertamu.
***
Tae Oh menarik Da Kyung. "Kenapa ke sini? Kenapa kamu tidak meneleponku."
"Kita putus."
"Kejadian kemarin di luar kendaliku. Tenanglah."
"Aku sudah menyingkirkan bayi itu."
"Apa?"
"Kamu senang? Kita tidak perlu bertemu lagi, bukan?"
Da Kyung pun pergi membawa mobilnya. Naaahhh gimana? yang satu mau udahan? Yang satu baru dimulai? Terlebih dengan pria beristri?
***
"Kamu sudah mau pergi? Aku harap bisa melakukannya sekali lagi." Ucap Je Hyuk.
"Aku harus bersiap untuk kerja."
"Ini pukul 04.00."
"Aku punya keluarga."
Je Hyuk tertawa. "Astagaa, kamu merusak suasana."
"Kamu yang akan memberi tahu Ye Rim atau aku?"
"Soal apa? haruskah aku memberi tahu Tae Oh?"
"Jika kamu mau, silakan." Ucap Sun Woo. Waaahhh ni ahjumma pikirannya nggak ketebak. "Tapi, kamu tidak berniat pisah dengan Ye Rim."
"Jika ingin membalas dendam, balaslah Tae Oh."
"Wanita setia bukannya tidak tahu cara berselingkuh. Mereka menahan diri karena yakin saling percaya sebagai pasangan itu penting, itu sebabnya lebih baik kamu berhenti hidup seperti ini. Bawakan aku laporan akun perusahaan T.O Entertaiment. Serta rekening pribadi Lee Tae Oh. Cari semuanya dan serahkan kepadaku."
"Apa kamu mengancamku sekarang?" ucap Je Hyuk.
"Ya."
Sun Woo pun tersenyum.
***
Sun Woo ingat ucapan pasiennya yang lehernya gatal. "Jangan berusaha sendirian. Carilah bantuan profesional." Je Hyuk orangnya. "Aku menemukan ini di restoran pada hari ulang tahun suamimu." Memory diberikan. "Ini akan membantumu."
Daebaakkk daebakkkk...
****
Awalnya rekaman video wajar aja. Ada anak-anak yang makan.
Kemudian merekam semua percakapan Da Kyung dan Lee Tae Oh sampai mereka kisseu. Rekaman agak jauh. Tapi masih jelas.
Kali ini Sun Woo menemukan bukti yang bisa digunakan.
****
Sun Woo nampak keluar dari hotel.
"Putraku, rumahku, dan hidupku. Aku tidak akan kehilangan apa pun yang menjadi milikku. Aku akan menyingkirkan Lee Tae Oh dalam hidupku."
Sun Woo nampak mengenakan baju pengantin. Ia nampak ada di ilalang. Tak lama muncul Lee Tae Oh.
Ada suara kebohongan Tae Oh berkata. "Aku Lee Tae Oh, bersumpah untuk mencintai dan menghormati Ji Sun Woo sepanjang sisa hidupku."
Dan cuplikannya Sun Woo lagi wik-wik sama Je Hyuk.
"Aku tidak akan pernah berbohong apa pun kondisinya." Ucap Tae Oh.
"Aku tidak akan pernah berbohong apa pun kondisinya." Ucap Sun Woo membalas.
"Sun Woo, kamu tahu kamu adalah satu-satunya dalam hidupku, dan yang lainnya ... bla bla...
Dan cuplikannya adalah Tae Oh yang curi-curi untuk grapa grepe tangannya Da Kyung.
"Tolong jangan membohongiku." Ada suara Sun Woo.
"dan aku akan selamanya tetap jujur."
"Dan aku akan tetap jujur." Ucap Sun Woo.
"Aku bersumpah." Ucap Lee Tae Oh.
Cuplikannya dia wik wik sama Da Kyung.
Dan Sun Woo sama Je Kyung.
Ada suara Sun Woo berkata. "Semua kata-kata itu tidak ada artinya."
***
Di rumah. Lee Tae Oh galau karena Da Kyung nggak jawab teleponnya. Ia mengsms. "Da Kyung Ah... tolong jawab teleponmu. Apakah kita benar-benar akan putus seperti ini? bisakah kita bertemu dan bicara?"
****
Sun Woo berkata. "Janji... menghormati...cintaa.... aku tidak tahu bahwa kami bertekad untuk saling melindungi. Karena, sekarang tidak ada yang tersisa di antara kita."
Nampak Sun Woo pulang dengan taxi.
Di tempat lain. Ko sedang duduk dalam kegelapan. Ia terus melihat gps ponselnya dan suaminya masih di hotel.
Hingga pagi mulai menjelang. Kayak jam setengah 6 pagi.
Nampak suara taxi. Ko mendengar itu. Di luar rumahnya, Sun Woo baru saja sampai.
Ko menatap dari jendela seperti biasa.
****
Nah padahal waktu korea masih jam 6. 20. Lee Tae Oh gelisah kayak bocah popoknya udah penuh. Ia melihat jam.
***
Sun Woo sendiri malah tiduran di sofa. Ia nampak selonjoran.
Tae Oh melihat sepatu istrinya yang ditaroh tidak pada tempatnya. Tae Oh mendekat dan melihat ponsel istrinya.
Ponsel tidak dikunci. Dan ada semacam tagihan. Ibarat kata tagihan grab guys. Dari Buzzhill Hotel menuju kota Gosan.
Langsung Lee Tae Oh melihat istrinya. Ost udah kayak musik mau perang.
***
Waktunya makan pagi guys.
Sun Woo rambutnya masih basah dan langsung bikin kopi.
Hening. Nggak ada kata satu sama lain.
"Kapan kamu pulang?" tanya Tae Oh.
"Waktu fajar. Kami tidak bertemu dalam waktu yang lama. Makanya, punya banyak hal untuk dibicarakan."
"Emangnya ada tempat yang masih buka sampai larut malam?" tanya Lee Tae Oh.
"Setelah seminar. Kami chek in di hotel dan minum di sana. Joon Young Ah, ayo pergi, aku akan mengantarmu ke sekolah hari ini."
Mereka pun pergi.
Kemudian Lee Tae Oh menghubungi hotel tempat Sun Woo menginap.
***
Di dalam rumah sakit. Nampak perawat dan dokter berkumpul karena ada dokter baru.
"Kami membuka departemen baru. Dan kami sangat gembira karenanya." Ucap dokter pria yang ubanan."
Sun Woo muncul. "Ohh itu dia. Dia adalah direktur asosiasi kami." Ucap dokter pada dokter baru. Dokter uban mengenalkan dokter baru pada Sun Woo. "Dia adalah psikiater terbaru rumah sakit kita."
"Aku Kim Yoon Ki. Aku telah mendengarkan banyak tentang anda." Ucapnya pada Sun Woo dan mengulurkan tangan.
"Aku Ji Sun Woo."
"Hari kerja pertamanya mulai besok." Ucap dokter uban. "Dia akan menggunakan ruangan lama dokter Ma."
"Ah begitu." Ucap Sul.
"Dokter Kim mari kita minum sebelum pergi." Ucap dokter Uban.
"Baik."
Mereka pun bubar.
***
"Apa pendapatmu tentang dokter Kim Yoon Ki?" Tanya Sul pada Sun Woo. "Bukankah dia cukup tampan? Dia lajang. Bercerai dan tidak punya anak."
"Jika kamu menyukainya, kenapa tidak mencobanya?" tanya Sun Woo.
"Emm begitu ya? apakah kamu masih marah padaku?"
"Kenapa aku marah padamu?" tanya Sun Woo kemudian pergi.
****
Dokter Sul mendapatkan telepon dari Lee Tae Oh. "Ya, kenapa?"
"Apakah Sun Woo sedang bekerja?"
"Tentu saja."
"Pernahkah kamu memperhatikan sesuatu yang aneh pada Sun Woo belakangan ini?"
"Apa yang terjadi lagi sekarang?" Sul sudah ngeluh. "Bukankah kamu sudah berbaikan dengannya setelah kemarin memberikan keranjang bunga?"
"Keranjang bunga? Aku?"
***
Sun Woo ada di kantor Je Hyuk dan membaca laporan keuangan.
"Aku tidak mengerti ini. jadi, jelaskan saja." wkwkwk.
"Sederhananya, T.O Entertaiment adalah cangkang kosong." Namanya kok kayak organ tunggal di tempatku ya? "Perusahaan tidak membayar beberapa bulan uang sewa. Dia bahkan tidak membayar pekerja bulan lalu."
"Bagaimana tidak ada penghasilan?" Sun Woo nggak abis pikir. "Mereka sibuk dengan perencanaan acara."
"Apa gunanya? Ketika pengeluaran lebih tinggi dari pendapatan? Tae Oh bajingan itu, bahkan tidak bisa menghitung untung rugi secara sederhana."
"Mereka akan bangkrut."
"Dia bilang dia punya investor. Dia bertemu dengan mereka di Cina. Apakah semua itu adalah bohong?"
"Investor cina sudah lama jatuh. Dia nampaknya berbicara dengan investor potensial. Tetapi masih belum bisa dikonfirmasi. Dia sudah cukup menunggu hujan saat musim kemarau."
"Bagaimana dengan akun pribadi milik Lee Tae Oh? Apakah kamu sudah memeriksa? Apakah dia tidak memilikinya?"
"Ini yang bisa aku lakukan secara legal." Ucap Je Hyuk. "Aku tidak bisa mengakses akun pribadinya tanpa alasan yang tepat. Bahkan presiden bank pun tidak akan bisa."
Sun Woo mengambil dokumen itu lagi. "Begitukah? Kamu tidak bisa mengetahuinya?"
"Jika kamu memberiku waktu... tapi, resiko tinggi akan mendapatkan hasil yang tinggi bukan? Ini haruslah dua arah."
Sun Woo pun menatap Je Hyuk. "Lupakan saja. aku sudah berasumsi bahwa ini adalah batasanmu."
"Kamu benar-benar tidak membutuhkanku? Besok malam. Aku akan menunggu di tempat yang sama."
****
Sun Woo masuk mobil dan galaulah dia.
Ia pun keluar dari tempat parkir.
Di saat yang sama. Ada mobil Ko yang baru saja masuk. Ko langsung mengenali mobil Sun Woo.
***
Ada suara sepatu. Je Hyuk langsung tersenyum dan berkata. "Kamu mau minum?"
Dan cilukkk baaa... ternyata bininya. Bukan Sun Woo.
"Apakah tadi ada seseorang di sini?" tanya Ko.
"Klien yang dekat. Ada apa? kamu tidak bilang akan datang."
"Kamu nampak sibuk sepanjang malam. Aku membawakan kemeja baru. Kamu sibuk sekali."
"Aku sedang istirahat sih. Sudah lama sejak terakhir kamu datang. Ayo makan malam bersama." Ko diam saja. "Apa ada yang salah?"
"Aku akan pergi ke rumah sakit sore ini."
"Apakah kamu sakit?"
"Ke dokter kandungan. Aku baik-baik saka."
"Kamu menakutiku. Apa kamu pergi untuk pemeriksaan?"
"Aku ingin punya anak."
"Kamu mengatakannya dengan tb-tb."
"Bekerja samalah denganku." Ucap Ko. "Kamu tidak ingin anak, tapi bekerja samalah. Sekarang giliranmu bekerja sama denganku."
"Kita sudah selesai dengan diskusi seperti ini."
"Apakah kita benar-benar suami istri? Pikirkan lagi. Aku akan menunggumu di sana." Ko pun pergi.
***
Lee Tae Oh nampak di kamar sedang membaca berkas. Kemudian ponsel bergetar. Ternyata ponsel Sun Woo.
Kali ini. ponsel Sun Woo diberi kata sandi dan Tae Oh tidak bisa membukanya. Karena panik. Ia malah menjatuhkan ponselnya ke bawah ranjang.
Ia buru-buru tuh naro lagi.
Dan Sun Woo datang dari pintu.
"Maafkan aku. Aku tadi melihat ponselmu." Ucap Tae Oh.
"Kenapa?" tanya Sun Woo.
"Aku sedang berpikir untuk punya ponsel baru."
Sun Woo mendekat dan mengambil ponselnya. "Kamu ingin melihatnya?"
"Tidak. Aku tidak suka ponsel yang berat." kemudian Tae Oh malah pergi membawa dokumennya.
****
Sun Woo pun membaca pesan yang masuk. Dari Je Hyuk. "Aku mendapatkan apa yang kamu minta."
***
Da Kyung kesal membaca pesan dari Tae Oh yang kecewa hubungan mereka berakhir. Ia membaca pesan Lee Tae Oh yang ingin bertemu.
***
Sun Woo baru keluar dari mobil dan disapa dokter Kim. "Halo.. apakah kamu cukup tidur? matamu merah."
"Aku seorang ibu yang bekerja. Iatu berarti aku tidak cukup tidur."
"Ahhh super mom memang bisa berbahaya. Kamu harus berhenti menjadi perfeksionis agar bahagia."
Dan Sun Woo langsung masuk. Melengos.
Dari belakang ada Sul memanggil Kim tapi nggak kedengeran.
****
Kim mengejar Sun Woo.
"Ada yang dijanjikan dokter Kong ketika saya pindah ke sini." Ucap Kim. "Aku berjanji kepadanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas kesehatan mental staf rumah sakit. Aku akan memberikan konsultasi stres secara gratis. Itu sebabnya aku bicara seperti itu padamu."
"Baiklah." Ucap Sun Woo.
Sul pun melihat mereka. Aahhhhhhhh... mikir apa dia.
Sun Woo masuk ke ruangannya. Ia mengambil ponsel dan ada telepon dari Ko Ye Rim.
****
Ye Rim minum kopi di luar bersama Sun Woo.
"Sebenarnya. Aku sangat menginginkan anak. tapi Je Hyuk sangat menentangnya. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Jika hal seperti itu. Kamu seharusnya bicara dengan dokter Sul."
"Aku pikir dia tidak akan mengerti karena dia belum menikah. Ini adalah masalah sensitif anatara pasangan yang sudah menikah. Aku tidak punya orang lain untuk bicara terus terang seperti ini. selain Unnie."
"Aku berterima kasih kamu berpikir seperti itu. Tapi aku bertanya-tanya kenapa Je Hyuk sangat menentangnya. Bagaimana hubungannya dengan orang tuanya?"
"Orang tuanya adalah orang tua biasa. Mereka tidak pernah benar-benar ikut campur dalam hubungan kami."
"Mengapa kamu tidak mendapatkan konsultasi pasangan? Rumah sakit kami baru-baru ini kedatangan psikiater baru."
"Je Hyuk pasti menentang itu. Dia tidak akan mendengarkanku."
"Itu bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Aku harap kalian bisa menemukan jalan tengahnya. Aku menyesal. Tidak bisa membantu banyak."
"Bagaimana dengan Unnie? Apa hubungan dengan Tae Oh baik-baik saja?"
"Setiap pasangan memiliki masalah. Kami juga tidak berbeda. Begitulah halnya dengan kebanyakan pasangan yang ada. ohh yaa, apakah kamu melihatku kemarin? Aku pergi ke kantor Je Hyul. Aku pikir kamu datang saat aku pergi."
"Aku melihatnya."
"Kamu tidak menyapaku dan membiarkan aku pergi? Tidak penasaran ada urusan apa?"
"Je Hyuk adalah konsultan keuangan yang hebat. Maafkan aku unnie karena menyita waktumu yang sibuk."
Ko Ye Rim mau pergi tapi Sun Woo berkata. "Jika terjadi sesuatu yang harus kamu ketahui, aku akan menceritakan semuanya."
"Aku pergi ya."
****
Sun Woo mendapatkan pesan dari Je Hyuk.
"Mari kita bertemu jam 8 malam. Aku akan menunggumu."
***
Pacarnya Nona Min yang kurang ajar itu. Ia ada di apartemen dan mencari-cari makanan. Saat mencari makanan. Ia menemukan obat.
Ia pun mengambilnya.
Tb-tb Nona Min datang.
"Keluar. Keluar sekarang juga!!!!"
"Hyun Seo. Kamu sudah berjanji akan berhenti meminum pil ini."
"Apakah kamu tidak tahu siapa yang membuatku meminum pil itu? Aku sudah berhenti meminumnya. Aku tidak membutuhkannya jika kamu tidak ada di sini."
"Itu karena pil bukan? Aku bertanya-tanya bagaimana cara dokter itu meyakinkanmu. Itu karena pil-pil ini."
"Kamu sudah gila. Apa yang kamu pikirkan?" Ucap Nona Oh.
"Tunggu..."
"Tidak... bukan seperti itu."
"Apakah aku mengatakan sesuatu? Aku tidak mengatakan apapun." Si berengsek itu makan indomie.
***
Sun Woo pergi dengan lipstik merahnya.
Di tempat janjian, Je Hyuk sudah mandi.
Dan Sun Woo dalam kemacetan di jalanan.
***
Saat masuk ke hotel. Sun Woo malah ketemu Emaknya Da Kyung. Nona Umh.
"Halo. Apa yang membawamu kemari?" tanya Sun Woo.
"Aku datang bersama dengan teman-teman sekolah. Dan kami membiacarakan banyak hal. Bagaimana dengan dokter sendiri?"
"Ya. aku juga akan bertemu dengan seseorang."
"Yaaa ampunn. Kebetulan sekali. Aku dan kamu memang memiliki koneksi yang kuat. Kita sebelumnya bertemu di restoran. Dan kita ketemu di Seoul?"
"Tapi aku harus pergi sekarang." Ucap Sun Woo.
"Dok! Aku ingin mengundangmu ke rumah kami suatu hari."
"Apa?" Ucap Sun Woo.
"Kamu memperbolehkanku bergabung denganmu untuk makan malam tempo hari. Dan aku ingin membalas budi. Jadi, kamu harus datang dengan suamimu. Oke?"
"Ya."
"sampai ketemu yaaa..." nyonya Umh pamit dengan murah senyum sekali.
***
Sun Woo bertemu dengan pengacaranya di kafe hotel.
"Suamiku sepertinya agak curiga."
"Apakah dia tahu bahwa anda mengajukan perceraian?"
"Dia terus mencoba membuka kunci ponselku. Aku khawatir dia telah menemukan sesuatu."
"Cobalah memberi banyak waktu. mungkin dua sampai tiga minggu."
"Sampai tiga minggu?"
"Ya. sebelum anda melanjutkan dengan pembagian properti, itu pun akan memakan waktu dua sampai tiga minggu untuk pengandilan merevisi dan menyetujui. Pemberitahuan akan diberikan pada Lee Tae Oh setelah dua sampai tiga bulan."
"Aku akan mencoba yang terbaik. Meskipun aku tidak tahu berapa uang yang dia miliki."
****
Je Hyuk nampak menelepon tapi tidak bisa dan ia pun malah keluar hotel.
***
Sun Woo pulang.
"Kamu pulang." Ucap Je Hyuk.
"ahh kamu datang." Ucap Tae Oh.
Sun Woo sudah kikuk tuh.
"Je Hyuk apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku datang untuk bicara dengan Tae Oh."
Kemudian Tae Oh ada telepon dan pergi. Tae Oh naik ke lantai atas.
****
Sun Woo melihat ke atas. Kemudian dua kali ia mendorong Ja Hyuk.
"apa yang sedang kamu lakukan?"
"Kenapa kamu tidak muncul? Aku menunggumu."
"Aku tidak pernah mengatakan akan ada di sana." Ucap Sun Woo.
"Tae Oh tidak tahu bahwa kamu bersiap-siap mengajukan perceraian bukan? Atau mungkin dia memperhatikan sesuatu. Apakah kamu ingin aku bertanya padanya? Jangan khawatir. Aku belum mengatakan apapun padanya."
Sun Woo tertawa. Kemudian mendekat pada Je Hyuk kayak preman. "apakah kamu benar-benar berpikir kamu bisa memerasku seperti ini?"
"Aku tidak ingin mendefinisikannya sebagai pemerasan. Kita bersenang-senang malam itu. Setuju? 220.000 dolar. Tae Oh mengirimkan sejumlah uang ke rekening dana tertentu." Je Hyuk menyentuh tangan Sun Woo. "Dan dia juga mendapat 100.000 dolar untuk tunjangan kematian ibunya. Jadi total ia punya 320.000 dolar. Bagaimana? Bukankah ini kesepakatan yang cukup bagus?"
"Aku akan menghadapinya dengan pengacaraku. Tidak usah denganmu Je Hyuk."
Sun Woo melepaskan tangannya tapi malah ditarik.
"Bukankah itu membutuhkan waktu beberapa bulan? Dan kamu harus membagi uang itu dengannya. Aku dapat dengan mudah membantumu mendapatkan setiap sen. Tapi aku juga punya kemampuan untuk merusak segalanya." Tangan Sun Woo ditaruh di wajah Je Hyuk.
Ada suara Tae Oh turun dan sekuat tenaga Sun Woo melepaskan dirinya hingga lepas.
"Aku akan meninggalkan kalian untuk bicara." Ucap Sun Woo pada Tae Oh.
****
Sun Woo berpikir sambil memnggigit kukunya. Ia juga memikirkan ucapan Je Hyuk tentang uang barusan. Dan kayak gini sampai tangan Sun Woo luka.
"Kamu tidak tidur?" Tae Oh tb-tb membuka pintu.
"Apakah Je Hyuk pergi?"
"Ya. barusan."
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Hanya tentang hidup."
"Kamu tidurlah, aku masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan."
"Kamu selalu terlambat akhir-akhir ini. apa kamu sibuk?"
"Aku punya banyak pekerjaan."
"Kenapa kamu terlambat hari ini?" tanya Tae Oh.
"Apakah aku harus memberitahumu segalanya? Bersikaplah seperti biasanya. Kamu tidak pernah peduli apa yang aku kerjakan."
"Perhatikanlah Joon Young lebih baik." Kemudian Tae Oh menutup pintunya dengan keras.
Di tempat kerja Sun Woo. Pasien yang menggaruk leher karena gatal berkata. "Jujurlah kepadaku. Kamu ingin membunuh suamimu bukan? Itu akan membosankan untuk bercerai. Anda harus membalas dendam lebih dahulu. Setuju?"
"Ha Dong Sik-sshi."
"Beri aku perintah. Aku akan bersedia membantu."
"Terima kasih atas apa yang telah kamu lakukan. Tapi bisakah alihkan pembicaraan itu sekarang? Ini tentang keluargaku, jadi, aku bisa mengurusnya sendiri. jadi, tolong..."
"Mengapa kamu mengabaikan niat baikku?"
"Tidak. Aku tidak mengabaikan niat baikmu Ha Dong Sik. Saya mencoba fokus."
"Kenapa?" kemudian Ha menggebrak meja. "Kenapa kamu mengabaikanku?" kemudian menghempaskan barang di meja. "aku bisa mengurusnya untukmu!!!!"
"Ha Dong Shik Sshi. Tenang."
Kemudian komputer yang dilempar.
"Ini sangat menjengkelkan!!!" Dong Sik menangis. "Ini ada di antara kita. Kamu dan aku."
Sampai akhirnya Dong Sik mendekati Sun Woo.
Sun Woo sampai sesak napas.
Dokter Kim datang menarik Dong Sik. Kemudian munculah dua orang petugas keamanan. "Kamu akan menyesal melakukan ini padaku." Dong Sik teriak saat diseret.
****
"Apa kamu terluka?" ucap Kim. "Hati-hati, apakah kamu baik-baik saja?" Sun Woo masih sesak napas.
***
Dong Sik teriak di lorong.
"Aku bukan hanya seorang pasien! Kami lebih dari itu. Kami ada di pihak yang sama!"
Ucapan ini didengarkan oleh dokter Sul.
****
Sul langsung lari melihat Sun Woo yang akan pingsan.
****
Sun Woo menjadi lebih tenang dengan gelas di tangannya.
"Dia menemui dokter penyakit dalam dan kulit. Dan ia mulai datang padaku kurang lebih setahun. Dia nampak memiliki gangguan obsesif kompulsif. Jadi, aku merekomendasikannya untuk menemui psikiater."
"Dia tidak mendengarkan bukan?" tanya Kim. "Dia berpikir bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Tampaknya itu ada kemajuan. Apakah kamu tidak memperhatikannya sesekali?"
"Ini pertama kalinya dia melakukan kekerasan. Aku terkejut."
"Bukankah tidak mungkin bagi pasien yang menjadi bermusuhan dengan dokter? Tapi, apakah ada sesuatu yang memicu tindakannya? Ini belum pernah terjadi sebelumnya."
"Aku pikir kamu terlalu lancang." Ucap Sun Woo. "Aku selalu profesional dengan pasienku. Harap perhatikan apa yang kamu katakan. Kamu tidak tahu mengenai diriku. Terima kasih untuk tehnya."
"Bukankah kamu terlalu curiga? Pernahkah kamu melukai diri sendiri?"
"Aku tidak tahu apa yang kamu katakan. Tidak masuk akal."
Dokter Kim pun berdiri. "Apakah kamu pernah menderita dan mengalami gangguan stres paska trauma yang tidak pernah mendapatkan perawatan?"
*****
Sun Woo melamun di dalam mobilnya saat pulang.
Ia mengingat kejadian kecelakaan mobil terbaik.
Saat itu sulit dikeluarkan dan mobil harus dihancurkan.
Ia pun menangis mengingatnya. Ia baru saja akan menginjakkan gas namun tb-tb ada pacaranya Nona Min muncul di depannya.
"Bisakah kita bicara di sini?" ucap si bajingan. "Kita bisa pergi ke tempat lain."
****
Si bajingan kayak orang gila lari-lari di kolam renang yang kering nggak ada air.
"Aku sangat tidak sabar." Ucap si bajingan.
"buang atau berikan pada orang lain, apapun yang kamu punya itu. Aku tidak peduli akan sikapmu. Jangan ganggu aku lagi." Ucap Sun Woo. "Aku akan melaporkannya atas tindakan pemerasan."
"aigooo... sepertinya ahjumma cinta dengan hukum. Oke, aku juga akan mengikuti hukum juga. Kamu meresepkan obat untuk Hyun Seo dan menyuruhnya untuk membuntuti suamimu. Bisakah seorang dokter melakukan itu? Jika mereka tahu kamu mengancam orang sehat untuk dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Apa yang akan terjadi padamu? Dokter Ji Sun Woo? Dokter yang membual akan koneksinya dan mengancam akan memalsukan evaluasi psikis? Kenapa? Kamu takut sekarang?"
"itu untuk menyelamatkan pasienku dari pembunuhnya."
"Omong kosong apa itu?" si berengsek melemparkan jaketnya. "Kamu pura-pura bertindak seperti dokter, bukan? Kamu tidak memenuhi syarat bukan?"
"Jadi, apa rencanamu?" Sun Woo ketakutan.
"Aku punya banyak orang yang bisa aku laporkan. Rumah sakitmu, asosiasi dokter, studio TV. Siapkan dengan cepat. Kamu tidak punya waktu. untuk menjaga lisensi dokter, 30 juta won terlalu murah, bukan? Telepon aku. 30 juta won yaaaa..."
*****
Anak sun Woo menelepon ayahnya karena Sun Woo tidak juga menjemput. "Tidak diangkat. Bagaimana? Haruskah aku pulang sendiri?"
"Tidak tidak. Tunggu. Aku akan ke sana."
****
Dalam perjalan Tae Oh mencoba menghubungi Sun Woo. "Bagaimana dia bisa lupa tugasnya? Sial!!! Di mana dia?"
****
Akhir Joon Young makan dengan Tae Oh di luar.
"Apakah appa tidak tahu omma pergi ke mana?"
"Dia pasti mendapatkan pasien darurat. Cepat makan."
Tak sengaja ada Da Kyung masuk ke tempat yang sama dong. Ketiganya langsung tahu kehadiran satu sama lain.
"Aku tidak tahan dengannya." Ucap Joon Young pada ayahnya.
"Apa?"
"Aku benci dengan perempuan itu."
Kemudian karena Da Kyung nggak disamperin juga sama Lee Tae Oh. Ia ngambek dan keluar kedai.
"Kenapa tidak makan appa?"
"Aku harus pergi ke toilet." Ucap Tae Oh.
****
Tae Oh malah keluar dan mengejar Da Kyung. Ia mencoba menelepon Da Kyung sambil lari kecil.
Da Kyung sendiri terus berjalan. Nggak peduli ada telepon.
Hanya ada Tae Oh yang tersengal-sengal di jalan.
***
Sun Woo malah melamun di jalanan. Mobilnya hidup tapi ia tidak bergerak.
***
"Apakah kalian bertengkar?" tanya Sul di telepon.
"Tidak seperti itu. Katakan saja jam berapa dia pulang kerja."
"Aigoo aigooo... kamu belum putus dengan Da Kyung bukan?"
"Bukan itu. Sudah kubilang, aku sudah putus dengan Da Kyung. Tapi Sun Woo bertindak sangat aneh hari ini. begiti aku berbicara, dia mulai rewel. Tiba-tiba menginap..."
"HAH? Sun Woo menginap?"
"Tidak... lupakan saja. aku bilang lupakan saja. lagi pula, kita bisa bicara nanti." Tae Oh menutup teleponnya.
Kemudian Joon Young ada di pintu.
"Omma marah bukan? Karena ayah melakukan kesalahan."
"tidak. Tidak seperti itu."
"Ayah tidak melakukan kesalahan. Dan ibumu... ayah akan.... ayah akan membereskannya. Jangan khawatir. Oke?"
****
Sun Woo minum di kedai tenda.
Ia sendirian. Hujan turun. Ia pergi dan meninggalkan uang 10rb.
****
Di jalanan. Sun Woo hujan hujanan.
Ia melihat lampu mobil dan ingatan masa lalunya terbuka.
Hari itu. Ada kecelakaan mobil terbaik.
Darah mengucur dari dalam.
Sun Woo muda melihat di pinggir jalan. Ia sesak napas dan menangis.
Sun Woo malah oleh. Ia akan menyeberang. Beruntung ada seseorang menarik dirinya.
Orang itu adalah dokter Ma. Ingat dokter yang dipecat di minggu kemarin kan?
****
"Kamu seharusnya menelepon polisi. Kenapa kamu melakukan hal gila seperti itu?" Ucap dokter Ma di tempat penuh dengan buku. "Bagaimana jika dia benar-benar melaporkan apa yang terjadi?"
"Apa kamu bahagia? Kamu ingin melihatku hancur?"
"kamu mengatakan hal itu padaku. Dan lihat dirimu sekarang."
"Aku berlari ke arahnya dengan gunting di tanganku. Karena aku ingin membunuh Lee Tae Oh. Tentu saja, aku tidak bisa."
"Kamu harus pergi dengan Joon Young dan memulai hidup baru. Gosan adalah kota kelahiran Tae Oh."
"Aku tahu aku tidak punya tempat untuk pergi. Saat aku kehilangan kedua orangtuaku dan menjadi gadis menyedihkan yang tinggal sendirian. Apa kamu tahu berapa lama aku menghilangkan label itu? Apa yang aku punya, semuanya dibangun di sini. Ini kampung halaman putraku, dan sekarang kampung halamanku juga. Aku menyadari saat pria itu mengancamku untuk mengeksposnya. Sekarang aku tahu apa yang paling aku takuti. Setelah kami bercerai, apa aku akan menjadi wanita yang mampu bersimpati lagi? Itu sama saja untuk Joon Young."
"siapa peduli apa yang dipikirkan orang lain, apa itu simpati, atau tidak. Yakin untuk tidak kasihan dengan dirimu sendiri? sadarlah... kamu harus membencinya sama seperti kamu mencintainya, tapi akan lebih berbahaya kalau kamu melangkah lebih jauh. Satu salah langkah. Kamu akan menghancurkan hidupmu sepertiku."
Hujan terus turun.
****
Tae Oh hanya memegang ponselnya.
Kemudian terdengar suara Sun Woo pulang.
Sun Woo langsung membereskan piring yang ada di meja makan.
Ia nampak terpuruk. Ia menangis menyedihkan.
Tae Oh melihatnya dari tangga. Tapi tidak mendekat. Ia malah naik lagi ke atas seperti pecundang.
****
Esok pun datang.
Sun Woo membangunkan anaknya. "Omma akan bekerja. Sarapan sudah siap. Makanlah. Bersenang-senanglah di sekolah."
Kemudian Sun Woo pergi dari kamar Joon Young.
Ia melihat suaminya masih tertidur.
****
"Hyun Seo." Ucap si berengsek yang masih baring di kasur. "Ahjumma itu, jangan melakukan apa pun yang mencurigakan. Ingat, itulah caramu bisa hidup."
****
Nona Min turun dan bertemu dengan Da Kyung yang memasukkan barangnya ke bagasi.
"Kamu mau ke mana?"
"Aku akan pergi. Aku akan segera pindah."
"Ada apa?"
"Aku putus dengannya. Unnie juga harus putus. Berhentilah membiarkan dia mengendalikanmu. Atau telepon saja polisi. Sampai jumpa... tetap sehat yaaa." Da Kyung pergi membawa mobilnya.
****
"Maafkan aku. Aku seharusnya menyembunyikan obat tidur." Ucap Nona Min yang malah nambahin masalah buat Sun Woo aja.
"Ini semua diagnosa medis yang semua kamu alami." Sun Woo memberikan amplop putih.
"Aku sudah selesai membantumu bukan? Sekarang, beri aku uang yang kamu janjikan."
"Apa kamu punya rencana?"
"Jangan mengkhawatirkanku." Ucap Min. "Kamu mungkin tidak akan melihatku lagi. Da Kyung bilang padaku dia putus dengan suamimu. Dia berkemas pagi ini. Apa yang akan kamu lakukan?"
Nyonya Umh nampak mengetuk pintu kamar Da Kyung.
"Da Kyung Ah, kalau kamu tidak tidur, buka pintunya. Kamu benar-benar tidak mau makan? Aku senang kamu melakukan diet. Keluarlah. Aku akan membuatkan salad jagung."
Da Kyung berbaring sambil menangis.
****
"Kenapa? Dia tidak mau makan?" tanya bapaknya Da Kyung.
"Tidak. Dia nampak sangat emosional. Kamu harus bicara dengannya nanti dan membuatnya merasa lebih baik. Dan tanyakan kenapa dia berhenti bekerja."
"Aku senang dia kembali. Biarkan saja. saat dia ingin melakukan sesuatu, aku akan mendukungnya."
"Ya. aku tahu itu. Tapi sepertinya dia tidak bisa mengatakan apa yang ada di benaknya."
"Dan kenapa dia terlihat sangat lelah? Dia sangat menjengkelkan. Apa dia sakit?"
****
Sun Woo masih duduk sendirian.
Ia mulai merasa aneh. Gatal di leher? Gerak geriknya nampak hampa. Tak lama, ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon.
"Tae Oh ini aku."
***
Kini Tae Oh ada dengan Sun Woo di dalam mobil yang disupiri oleh Sun Woo.
"Mau ke mana sejauh ini. kita bisa pergi ke tempat yang dekat." Ucap Tae Oh.
"Tidak bisa. seseorang mengundang kita untuk makan. Dan dia meminta aku membawamu."
"Siapa?"
"Kamu akan tahu. Aku yakin kamu akan menyukainya.""
"Siapa yang mengirimi kamu bunga? Pasien?"
"Je Hyuk tidak memberitahumu? Dia bilang itu untuk klien."
"Si bajingan itu? Aaahhh berengsek. Kenapa dia mengirim bunga."
"Begitukah?" Sun Woo pun tertawa.
****
Je Hyuk sendiri baru dapat sms dari Sun Woo. "Sampai ketemu malam ini."
Balasannya adalah "Haruskah aku memberi tahu sesuatu yang lebih menarik dahulu? Orang yang berinvestasi dengan bisnis Lee Tae Oh, adalah Ketua Yeo (bapake Da Kyung)."
***
Sun Woo sampai di rumah Pak Yeo. Lee Tae Oh nampak pucat.
"Kenapa tidak turun?"
"Sun Woo, apa kita........?"
Mereka pun keluar dari mobil.
"Istrinya Pak Yeo mengundangku. Kamu selalu ingin menjadi dekat dengan Pak Yeo. Kamu sebaiknya berterima kasih padaku."
*****
"Sun Woo tunggu."
Tapi Sun Woo sudah menekan bel.
"Rapikan bajumu." Ucap Sun Woo santai.
Umh keluar. "Ommooo... dokter Ji."
"Kami datang." Sun Woo mengeluarkan anggur.
"Apa yang membawamu kemari?" Umh bingung.
"Apa ada yang datang?" Pak Yeo pun keluar. "Ohh dokter Ji, halo."
"Kamu mengundang kami. Itu sebabnya aku datang." Ucap Sun Woo.
"Apa aku mengatakannya hari ini?" Umh bingung.
"Itulah yang aku pikirkan. Apa aku salah?" tanya Sun Woo.
"Apa? kamu lupa hal sepenting ini?" tanya pak Yeo pada Umh.
"tidak... ahhh apa yang harus kulakukan? Di mana ingatanku?"
"Tidak apa-apa. kami bisa pergi." Ucap Lee Tae Oh.
"Tidak. Aku orang yang mengundangnya. Aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. silakan masuk."
"Ahh rumah yang luar biasa." Ucap Sun Woo. "Aku benar-benar menyukainya."
"Terima kasih." Ucap Umh. "aku mendesainnya sendiri."
"Benar saja. aku melihat gaya samumin di sini." (samunim itu Nyonya yaa)
"Luangkan waktumu untuk melihat-lihat. Aku akan menyiapkan makan malam."
****
"Apakah anda mendesign vila di jeju juga?" tanya Sun Woo pada Pak Yeo.
"Bagaimana kamu tahu?"
"Aku mendengar rumor. Pasti rumahnya mirip dengan suasana di sini."
"Tentu. Banyak orang di Gosan mengunjunginya."
"Bisakah aku melihat lantai dua juga?"
"Ya tentu."
"Yeobo itu tidak sopan." Ucap Tae Oh.
"Tidak apa-apa." Ucap Yeo. "Kamu harus melihat-lihat juga karena sudah mampir."
****
Tae Oh pun mengikuti Sun Woo.
Rumah orang kaya bagus banget.
"Sun Woo ya. kamu sangat tidak sopan." Ucap Tae Oh.
"Kenapa? Ketua Yeo meminta kita untuk berkeliling."
****
Sun Woo memegang vas. "Hah. Jangan memegang barang." Ucap Tae Oh.
Dan Da Kyung mendengar suara ini dari dalam kamarnya.
"Ini terlihat sangat mahal. Bukan?"
Dan Da Kyung muncul di lorong.
Tae Oh kayak lihat hantu.
Saat Da Kyung akan jalan ke arah mereka.
Sun Woo sengaja melepaskan vasnya.
"Oh tidak. Aku tidak memegangnya dengan kuat. Itu sebabnya kita tidak boleh menyentuh barang orang lain."
"Apa yang kamu lakukan setelah tb-tb masuk ke rumah orang lain?" tanya Da Kyung.
Sun Woo tegas berkata. "Apa maksudmu? Kamu cukup kasar. Kami adalah tamu ibumu."
"Bagaimana meminum anggur sambil menunggu...." Umh berhenti bicara ketika melihat pecahan vas. "Apa yang terjadi?"
"Maafkan aku. Ini kesalahanku." Ucap Sun Woo. Sun Woo pun turun. Wkwkwkkwkwkwkwkwk.
****
Pak Yeo membuka anggur. "Aromanya luar biasa. Dr Ji membawa angggur yang bagus."
"Aku memilih yang terbaik. Ada anggur yang aku punya dengan istriku. Aromanya mirip dengan ini. tapi sepertinya ini lebih baik. Baik. Kita bersulang untuk apa ya?"
"Kebahagiaan dua keluarga." Ucap Umh.
"Itu bagus."
"Tidak... untuk investor Tae Oh. Ketua Yeo." Ucap Sun Woo.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Tae Oh.
"Apa itu penting sekarang? Tidak bisakah bersulang untuk kami?"
"Aku tidak mau." Ucap Da Kyung.
"Baiklah." Sun Woo meminum anggurnya. "Anggurnya enak." Diteguk sampai abis.
"Dokter Ji bertingkah aneh hari ini." Ucap Umh. "Apa kamu sedang mengalami kesulitan?"
"Sepertinya begitu. Ini melelahkan." Ucap Ji Sun Woo.
"Omo. Apa yang terjadi? Kamu punya keluarga yang bahagia."
"Benar." Ucap Lee Tae Oh.
"Apa itu menyenangkan?" tanya Sun Woo.
"dia sedang stres. Aku minta maaf." Ucap Tae Oh. "Berhentilah minum."
"Itu karena kamu suamiku. Orang yang berselingkuh."
"Hentikan. Ayo pergi." Ucap Tae Oh. "Maafkan kami. Kami akan pergi."
"Ya." Pak Yeo dan Umh juga bingung. "Itu sepertinya baik." Ucap Yeo.
"Aku kira orang tua belum tahu kalau Da Kyung sedang hamil."
"Apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Umh. "Hamil? Siapa?"
"Putrimu. Berselingkuh dengan suamiku dan hamil. Ketua tidak tahu itu dan malah melakukan investasi besar."
Pak Yeo bengong.
"Ini kesalahpahaman Pak." Ucap Tae Oh. "Aku akan menjelaskannya padamu."
Umh berkata. "Da Kyung. Da Kyung Ah....."
Tae Oh pun menggeleng pada Da Kyung.
Sun Woo lanjut makan dong. "Lihat? Dia melarikan diri seperti pengecut. Seperti itulah Tae Oh. Kamu menjilat pria kesukaanmu dengan berlutut."
Yeo marah. "Bagaimana kamu memperlakukan putriku!!!!"
"Kamu seharusnya mengajari putrimu untuk lebih berhati-hati. Dia seharusnya tidak menyentuh lelaki dari suami orang lain. Dia seharusnya tidak mendekati pria yang sudah punya anak. tidak peduli bagaimana kamu menyukainya."
Da Kyung baru pergi dua langkah dan ia berhenti.
".... kamu hanya orang yang mengerikan yang memecah keluarga orang lain."
"dasar gila!!!" Da Kyung mendekati Sun Woo. Sun Woo kepalanya dipukul. "Kamu benar-benar gila."
"Hentikan itu!!!" Teriak pak Yeo.
Da Kyung duduk di pojokan sambil menangis.
"Sekarang. Silakan pergi." Ucap Pak Yeo.
"Ketua Yeo..."
"Tutup mulutmu...!!"
Sun Woo benerin rambut gitu guys. Mencoba woles. "Terima kasih makanannya samunim."
Suara menyeramkan...
Sun Woo pun berjalan dengan percaya diri.
Da Kyung menangis dan senderan sama tembok.
****
Je Hyuk berjalan di lorong.
Sampai di kamar itu kembali.
****
Sun Woo berjalan dan Tae Oh teriak. "Ji Sun Wo!!!!! Apa kamu harus melakukan ini? apa kamu datang ke sini untuk membuat keributan?"
"Itu sebabnya aku memberimu kesempatan untuk berterus terang. Kamu melarikan diri setiap saat. Rexona aja setia setiap saat kok. Apa kamu menyalahkanku sekarang?"
"Apakah kamu serendah ini? apa kamu senang membuat semua kekacauan ini? apa itu membuatmu senang?"
"Ini hanyalah permulaan. Masih banyak hal harus dilakukan."
"Apa lagi yang kamu lakukan?"
"Cerai. Jangan pikir untuk melihat Joon Young lagi."
"Dia anakku!!!" Teriak Tae Oh.
"Beraninya kamu mengatakan itu? Saat kamu bersenang-senang dengan wanita lain, seharusnya kamu sadar untuk tidak pernah melihat putramu lagi."
"Baik. Aku akui itu kesalahanku. Aku tidak bisa menahannya. Tapi aku tidak pernah berniat meninggalkan keluargaku. Apa jatuh cinta itu dosa?"
"Apa? cinta?"
"Semuanya sudah selesai. Jika kamu tidak melakukan hal semacam ini, investasi dan Da Kyung...akan diselesaikan dengan baik."
Sun Woo berkaca-kaca. "Aku bobo dengan Je Hyuk."
"APEE?"
*****
Je Hyuk sudah dandan dan masuk ruangan.
Eng.
Ing.
Eng...
Senyumnya memudar. Ia melihat Ko Ye Rim.
****
"Aku bobo dengan Je Hyuk."
"Apa kamu ingin balas dendam? Jadi, itu sebabnya?"
"Ya. awalnya, aku ingin balas dendam. Tapi, rasanya enak saat melakukannya."
"Saat aku melakukannya denganmu, nggak ada rasanya."
"Bagaimana kamu bisa melakukan ini kepadaku? Apa kamu sudah edan? Je Hyuk adalah temanku!!!! Bagaimana kamu bobo dengan lelaki lain?"
"Apa masalahnya? Apa kamu marah?" Sun Woo mendekat pada Lee Tae Oh. "Itu membuatmu jijik? Apa pengkhianatan membuatmu gila? Apa pun yang kamu rasakan saat ini. jangan pernah melupakannya. Karena itulah yang aku rasakan."
****
Ko Ye Rim mulai beranjak dari kursi. Ia melihat Je Hyuk.
****
Sun Woo sudah menangis.
Kali ini Joon Young makan dengan asisten ayahnya dan temannya.
"Yoon Young Ah. Perceraian bukan hal yang buruk." Ucap ahjumma. "No Eul juga sulit menerima di awal-awal, ..."
Joon Young nggak ramah dan melepaskan sumpinya sampai ahjumma berhenti bicara. Joon Young malah pergi.
*****
Ahjumma bicara pada No Eul. "Tunggu sebentar."
***
Joon Young masuk kamar dan membanting pintu. Ahjumma ada di luar.
"Apakah ibuku bertanya padamu untuk meyakinkanmu karena dia akan bercerai?"
"Tidak. Ahjumma hanya memikirkanmu. Itu saja. aku merasa bersalah."
Joon Young pun membuka pintunya.
"Kenapa ahjumma? Mengapa merasa bersalah?"
***
Sun Woo masih berantam dengan Tae Oh.
"Kamu tahu? Segalanya tidak akan sama lagi. Pernikahan kita. Anak kita. Kamulah yang menghancurkan segalanya. Apakah kamu sebelumnya memikirkan dengan benar?"
"Apakah itu kesalahanku? Tidak. Kejahatanmu adalah yang menghancurkan kita sekarang."
"Kamu tahu betapa menyedihkannya tumbuh tanpa ayah. Bagaimana kamu mengatakan? Kamu akan melakukan hal itu kepada Joon Young di depanku? Ini tidak benar. Kamu tidak berhak mengambil seorang ayah dari Joon Young."
"Tidak." Sun Woo bangkit. "Kamu sudah selesai. Joon Young bahkan sudah melihat semuanya. Dia melihat apa yang kamu lakukan dengan Yeon Da Kyung."
Kemudian Sun Woo pergi.
****
Ko Ye Rim mendekat pada Je Hyuk.
"Perempuan itu... sungguh-sungguh..." Ucap Je Hyuk.
"Aku tahu sekarang bahwa kamu berselingkuh. Tidak... mereka tidak pernah bertahan lebih dari semalam, jadi, mereka melakukannya lagi." (mereka dalam artian orang yang berselingkuh). "Aku pikir itu lebih dari candu."
"Mengapa kamu bertindak seperti ini jika memang sudah tahu?"
"Itu karena Ji Sun Woo."
"Mengapa hal itu menjadi berbeda?"
"Apakah kamu tidur dengan perempuan itu?"
"Aku hanya menikmati secara fisik. Aku tidak pernah memiliki perasaan padanya. Dengan begitu, Ji Sun Woo tidak ada bedanya dengan perempuan lain. Jangan pikir aku menyukainya."
"Apakah kamu merasa bangga pada dirimu sendiri karena tidak punya perasaan dengan para perempuan itu? Apakah kamu sangat membenciku?"
"Bukannya aku membencimu. Aku benci kebosanan. Aku pikir itu kalimat yang bisa mewakilkan."
"Apa yang kamu lakukan saat aku yang bosan? Bukankah pasangan seharusnya memperbaiki kekurangan masing-masing dan menemukan kesanangan bersama?"
"Sepertinya aku tidak bisa melakukan itu."
"Tidak ada lagi yang ingin kubicarakan." Ko Ye Rim pun pergi.
Je Hyuk menarik tangannya.
"Baik. Aku masalahnya. Aku akui aku sudah tidak waras."
"Apakah kamu meminta maaf?" Ko Ye Rim memandang jijik suaminya dan pergi.
****
Da Kyung akan pergi. Namun, masih melihat Tae Oh duduk di daerah rumahnya.
"Kenapa masih di sini?" tanya Da Kyung.
"Maaf. Aku sangat menyesal."
"Apakah kamu benar-benar memanfaatkanku karena uang milik ayahku?"
"Bahkan jika kamu percaya apa yang dikatakan wanita gila itu (nunjuk Sun Woo), tidak ada yang ingin aku katakan sekarang. Ketua Yeo berinvestasi dalam pekerjaanku. dia memutuskan murni karena pekerjaan dan keinginannya.
Da Kyung duduk pinggir jembatan. "Matikan rokoknya. Matikan. Itu buruk untuk bayiku. Aku bisa menyerahkan semuanya. Ibuku. Ayahku. Semua yang aku terima karena ayahku berikan."
"Da Kyung Ah..."
"Pilihan ada di tanganmu sekarang."
Lee Tae Oh pun langsung memeluk Da Kyung. "Terima kasih. Terima kasih, sungguh."
****
Sun Woo berjalan. Ada mobil Ko Ye Rim lewat dan langsung berhenti.
"Apakah kamu melihatnya?" tanya Sun Woo.
"Kenapa kamu melakukan ini kepadaku?"
"Aku bilang akan memberi tahu semua jika ada sesuatu yang seharusnya kamu ketahui."
Ye Rim mendekat pada Sun Woo.
"Kamu sungguh memuakkan. Kamu pikir kamu sangat keren bukan?" tanya Ye Rim. "Kamu mungkin berpikir orang lain berpikiran sama, tapi kamu harus ingat ini. Kamu sampah. Itulah dirimu."
"Bagaimana denganmu yang melakukan perjalanan dengan selingkuhan suamiku? Kamu bersenang-senang. Kamu juga sampah seperti aku."
"Begitukah? Apakah kamu sedang balas dendam denganku? Itukah sebabnya kamu bobo dengan suamiku?" Suara Ye Rim melengking.
"Ya."
"Kamu pasti ingin pernikahanku hancur seperti pernikahanmu, tapi tidak. Kamu sudah gagal. Kamu menimbulkan masalah tapi aku akan melindungi apa yang menjadi milikku. Hal ini tidak akan mengancam pernikahanku sama sekali."
"Aku tidak peduli kamu mau cerai apa nggak. Aku hanya ingin mengatakan yang sesungguhnya. Karena itulah yang aku rasakan. Karena kamu yang aku anggap teman, sudah menipuku. Membuatku sangat sedih."
"Kamu benar-benar perempuan yang mengerikan, aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai teman."
"Baiklah. Aku tahu yang kamu rasakan. Aku tidak akan terlalu bersedih." Sun Woo agak mabok gitu guys.
******
Sun Woo masuk ke rumahnya.
Asisten suaminya turun dari tangga. "Kamu sudah datang?"
"Di mana Joon Young?"
Kemudian Joon Young turun.
"Putriku dan aku akan pergi."
****
Saat akan pergi dengan No Eul. Sun Woo berkata. "Mi Yun Sshi, terima kasih."
***
Joon Young menatap Ibunya. "Di mana Appa?"
"Dia tidak akan pulang."
"Sampai kapan?"
****
Esok pun datang.
Lee Tae Oh abis wik wik dengan Da Kyung.
"Kita tidak akan putus lagi bukan?" tanya Da Kyung.
"Tentu saja."
"Kita akan bobo di tempat tidur yang sama bersama. Dan bangun juga. Kita akan bersama sepanjang hari bukan?"
"Aku akan ada di sisimu sepanjang hari. Dengan anak kita juga."
Da Kyung cantik banget Tuhaaannn.... "Aku akan menjadi pasangan yang mendukungmu. Film yang kamu buat akan sukses besar."
"Ya."
"Apa ada masalah?"
"Aku merasa proses produksi mungkin tidak akan terjadi."
"Apa maksudmu?"
"Seperti yang kamu tahu, ayahmu benar-benar kesal. Investasinya mungkin ditarik, jadi, aku harus mencari investor baru."
"Apakah kamu tidak punya investor lain selain ayahku?"
"Masalahnya membuat film sangat tidak mudah."
*****
Tae Oh dapat kiriman cepat. Sebuah koper dan dokumen dalam amplop coklat.
Sebuah aplikasi surat cerai.
Tae Oh langsung menelepon Sun Woo.
"Apa ini? konyol."
"Jangan membuang waktu dan selesaikan dengan cepat." Ucap Sun Woo.
"Tidak ada orang bodoh yang mau menyerahkan uang dan anaknya."
"Kamu memperoleh uang dari apa yang aku kerjakan sampai sekarang."
"Siapa yang membesarkan Joon Young saat kamu ada di pelatihan doktor? Kamu tidak ingat?" *Da Kyung nguping dari dalam. "Aku bahkan berperan dalam karir dan kamu mendapatkan lisensi dokter."
"Baik. Jika kamu mau memainkannya seperti itu, aku tidak akan membiarkannya begitu saja."
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Tae Oh.
"Kamu mendirikan perusahaan dari uangku. Dan kamu menyimpan dana tertentu. Aku akan menuntut atas nama penggelapan."
"Apa yang kamu katakan?"
"Jangan khawatir. Karyawanmu yang tidak mendapatkan gaji akan berterima kasih pada bos mereka yang sama sekali tidak kompeten karena telah bekerja sama denganku." Sun Woo menutup teleponnya.
Lee Tae Oh merobek suratnya dan menendang kopernya.
***
"Bagaimana dia tahu alamat rumahku?" tanya Da Kyung. "Apakah kamu memberitahunya?"
"Tidak."
"Lalu, sebanyak apa dia tahu tentang kita? Dia membuatku merinding..."
****
Si Berengsek pacarnya Nona Min datang ke bar tempat Nona Min bekerja. Ketemulah sama rekannya Nona Min.
Langsung seenaknya gitu ngambil bir.
"Di mana Min Hyun Seo?"
"Dia sudah berhenti kerja."
"Jangan berbohong."
"Sungguh. Dia telah berhenti beberapa hari lalu."
"Ke mana dia kabur?"
****
Sun Woo dapat telepon dari si berengsek.
"Di mana Min Hyeon Seo? Di mana kamu menyembunyikannya?"
"Kenapa kamu bertanya kepadaku?" Ucap Sun Woo di dalam mobil. "Aku pikir kalian berdua bekerja sama."
"Kenapa kamu tidak mengirimkan uang? cepat kirimkan."
"Aku tidak punya uang. jika ingin melaporkannya. Lakukan saja. aku tidak peduli."
"Apa kamu sedang membuat penyesalan dalam hidup?"
"Kamu sudah punya catatan kriminal atas penyerangan dan penipuan. Jika kamu tidak ingin menambahkan catatan kriminal atas pemerasaan, aku tidak akan menghentikanmu. Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Aku tidak akan hanya duduk dan menonton."
Pembicaraan berakhir.
****
Sun Woo ke rumah sakit dan orang-orang mulai bergunjing.
"Apa terjadi sesuatu? Aku merasa ada yang aneh." Ucap Sun Woo pada Sul dan beberapa perawat.
"Cepat lihat web rumah sakit." Ucap Sul.
***
Sun Woo melihat di PC.
Sul menjelaskan. "Itu sudah terjadi saat malam. Perawat kim yang pertama kalinya melihatnya, meminta untuk dihapus. Tapi semakin dihapus, semakin menjadi. Ini kemudian menyebar ke forum dan blog pribadi, sosmed, ini menyebar begitu saja tanpa kendali. Aku baru tahu beberapa saat yang lalu. Aku tidak tahu siapa itu. Tapi mereka jelas membuatmu kesulitan. Apa ada seseorang dalam pikiranmu? Siapa dia? Mungkinkah Ha Dong Sik? Atau apakah orang lain? Hei... itu pria yang menemuimu sebelumnya.? Siapa dia? Nampak bukan pasien? Mungkinkah pria itu? Yaa aampunnn..."
"Apa gunanya mencari tahu siapa yang menulis ini? tidak masalah, asalkan bukan kamu saja."
"Kamu terlalu sensitif hari ini. kamu tidak perlu khawatir..."
"Sangat wajar bagi pasien untuk membuat keluhan. Tapi ini juga tentang "waktu". kamu harus kembali bekerja." Ucap Sun Woo meminta Sul pergi.
Pengacara bicara di telepon. "Jika itu dimulai malam hari, itu bisa suamimu."
"Kenapa dia melakukan hal seperti itu?"
"Jika reputasimu hancur, itu akan membuat posisi suamimu dalam posisi yang menguntungkan. Kamu bilang dia tidak mau menyerah pada hak asuh anak."
****
Joon Young ada di sekolah bareng No Eul.
"Jadi, dengan siapa kamu akan tinggal?" tanya No Eul. "Kamu masih belum bisa memutuskan?"
Marah dong... "Berhenti bersikap menjengkelkan."
***
Lee Tae Oh nampak turun dari apartemen Da Kyung dengan br-br.
"Aku harus pergi ke kantor."
"Aku akan berbicara dengan Ayah agar dia mau berinvestasi padamu."
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bicara soal uang. Pimpinan bahkan tidak setuju soal hubungan kita. Saat ini, aku akan mengurus apa-apa yang mendesak."
Da Kyung menarik tangan Tae Oh. "Cepatlah bercerai."
"Aku harus mencari pengacara agar membelaku. Aku tidak akan membiarkan Sun Woo mendapatkan apa yang dia inginkan."
"Kenapa kamu tidak bisa melepaskan putramu?"
"Karena dia adalah putraku."
"Lalu kenapa? Apa yang kamu rencanakan dengan dia?"
"Dia akan tinggal bersamaku."
"Bagaimana dengan bayi kita? Bagaimana kamu mengharapkanku untuk menanggung anakmu?"
"Aku akan membereskannya oke?" Lee Tae Oh mengeraskan suaranya.
Si berengsek pacarnya Nona Min turun.
"Hei, kalian berdua!! Di mana Min Hyun Seo?"
"Kenapa kamu bertanya tentang Unnie padaku?" ucap Da Kyung. "Aku tidak tahu di mana dia."
"Kalian bukanya biasa bicara satu sama lain sepanjang malam? Dan sekarang, kamu bertingkah seolah tidak mengenalnya."
"Hei." Ucap Lee Tae Oh. "Mengapa kamu memulai pertengkaran dengan orang asing? Bagaimana kami bisa tahu di mana tetangga kami?"
Si Berengsek turun mendekati Lee Tae Oh.
"Orang asing? Apakah kamu tahu istrimu menggunakan pacarku untuk membuntutimu?"
Tae Oh langsung melongo jelek banget.
****
Kembali ke keluarga Je Hyuk.
"Sekarang apalagi?" tanya Je Hyuk. "Apa kamu ingin bercerai?"
Ye Rim tidak menjawab dan langsung naik tangga.
Ye Rim malah menyiapkan jas milik Je Hyuk.
"Katakan. Kita akan bercerai jika itu yang kamu inginkan."
"Aku tidak ingin bercerai." Ucap Ko Ye Rim. "Aku tidak punya pekerjaan atau anak. bahkan aku tidak punya warisan ayahku, aku tidak punya apa-apa."
"Kamu akan memanfaatkanku karena tidak mendapatkan warisan jika kita bercerai?"
"Aku bilang tidak bercerai bukan berarti aku memanfaatkanmu." Ko Ye Rim memberikan kemeja dan langsung dilempar Je Hyuk.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu. Lakukan yang terbaik sebagai seorang suami. Dan aku mau kita bekerja sama untuk mendapatkan anak."
"Oke. Aku akan berhenti bermain dengan wanita lain. Sebagai gantinya, aku tidak mau punya anak."
****
"Siapa pasienku selanjutnya?" tanya Sun Woo pada perawat.
"Tidak ada dok. Yang lain membatalkan janji temu mereka."
Ha Dong Sik mendatangi Sun Woo lagi. Dua perawat sudah menawarkan akan menghubungi polisi. Kemudian ada dokter Kim berkata akan menemani Sun Woo menghadapi Dong Sik.
Dong Sik berkata di ruangan Sun Woo. "Polisi bilang kamu menolak mengajukan tuntutan dan aku tidak perlu mengganti kompter yang rusak. Benarkah itu?"
*ada Kim di pintu.
"Kamu datang ke sini untuk memastikannya?"
"Tidak, aku datang untuk meminta maaf." Ucap Dong Sik. "Maafkan aku. Aku memutuskan seperti saranmu untuk menemui psikiater."
"Itu bagus. Aku harap yang terbaik dari perawatanmu."
Dong Sik baru pergi dua langkah dan berkata. "Kamu dokter yang hebat. Aku datang untuk mengatakan itu." Dong Sik pun pergi.
***
"Bagaimana? Tidak buruk untuk pertama kalinya bukan?" Kim masuk ke ruangan Sun Woo.
"Apa kamu menyuruhnya untuk mengatakan kalimat itu?"
"Tidak seutuhnya."
Sun Woo kemudian mendapatkan telepon panggilan.
***
Dari dokter yang udah ubanan itu. Ia masuk memenuhi panggilannya.
"Kamu memanggilku?"
Dan sudah ada si berengsek pacarnya Nona Min di ruangan itu. Bukan hanya dia, melainkan Lee Tae Oh juga.
"Aku sudah mengatakan semuanya. Jadi, aku akan pergi sekarang." Ucap si berengsek. Ia langsung pergi dan berbisik pada Sun Woo di pintu. "Kamu seharusnya memberiku uang saat aku memintanya."
"Benarkah kamu menyerang dan mengancam orang itu untuk menempatkannya di rumah sakit jiwa?" Ucap dokter Uban.
"Dia menyerang pasienku. Itu tindakan membela diri."
"Lalu, kamu menghasut pasien untuk membuntuti suamimu. Jelaskan!"
Tae Oh juga berkata. "Aku tahu kami bermasalah, tapi, bagaimana bisa....meminta pasien untuk membuntutiku? Kamu seorang dokter bukan?"
"Kenapa kamu di sini?" tanya Sun Woo.
"Aku jujur saja. aku khawatir akan istriku. Apa kamu melihat postingan di web rumah sakit?"
Sun Woo menyela. "Pertama, mari kita cari tahu siapa yang mengunggahnya. Seseorang jelas-jelas telah menjebakku."
"Kamulah yang mencoba menjebakku." Ucap Tae Oh. "Kamu sudah memikirkan perceraian?"
"Kalian akan bercerai?" tanya dokter Uban.
"Ini kehidupan pribadiku." Ucap Sun Woo.
"Nah, kamu sudah jelas melewati batas. Yang kamu lakukan telah bertentangan dengan etika medis." Wajah Tai Oh seneng banget. "Bahkan itu bisa diberikan hukuman pidana. Jika orang mengetahui kamu menggunakan pasien untuk keperluan pribadi, itu akan menimbulkan kerusakan pada citra rumah sakit."
"Aku akan menerima hukuman apapun." Teriak Sun Woo. "Yang layak aku dapatkan. Tapi bisakah kita membicarakan ini tanpa Tae Oh? Dia bahkan tidak bekerja di sini."
"Oke. Aku melakukan kesalahan dengan menipumu." Ucap Tae Oh. "Tapi kamu membuntutiku dan menyerang serta mengancam seseorang. kamu memang tidak waras."
Dari luar Dokter Kim mendengar.
"Apa yang sebenarnya kamu biacarakan?"
Tai Oh masih mbacot. "Bagaimana aku memercayai Joon Young padamu saat kamu tidak waras?"
"Apa ini tentang Joon Young?" tanya Sun Woo. "Kamu ingin membuatku tampak gila agar kamu bisa membawa Joon Young pergi?"
"Kamu jelas tidak waras. Apa dokter Kong tahu kedua orang tuamu meninggal karena kecelakaan yang tidak terduga? Apa kamu memberi tahu dia bahwa kecelakaan itu mencurigakan?"
"Diamlah."
"Kamu sendiri yang bilang kalau ibumu aneh hari itu." Ucap Tae Oh. "Ibumu yang mengemudi mungkin melakukannya dengan sengaja. Dia mengalami masa yang sulit, setelah mengetahui ayahmu selingkuh dan....."
Ditampar oleh Sun Woo.
"Apa kamu yakin tidak berakhir seperti ibumu?" Ucap Tae Oh. "Dokter Kong, bolehkah aku meminta evaluasi kejiwaan dokter Ji Sun Woo? Sepertinya aku perlu untuk proses penahanan."
"Kamu TAe BAJINGAN."
Dokter Kim melihat dengan serius. Tuhan, semoga dia dokter yang baik ya. terlalu banyak orang jahat di drama ini.
"Kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan." Ucap Sun Woo. Kemudian dia pergi.
*****
Tae Oh akan keluar tapi kayak sengaja banget dokter Kim ada di pintu.
***
Sun Woo keluar dengan amat sangat buru-buru.
Tae Oh mengejarnya. Kejar-kejaranlah mereka. Saking buru-burunya, Sun Woo nabrakkin spionnya di mobil lain.
Kali ini aksi kejar-kejaran dengan mobil. Salip sana dan sini. Udah kayak drama detektif sama psikopat guys.
Tae Oh berteriak dari jendela saat kena macet. "Sun Woo. Apa yang akan kamu lakukan? Apa yang kamu pikirkan? Hah?"
Sun Woo nampak memperlihatkan amarahnya. Saat Tae Oh akan keluar dari mobil. Ia tancap gas dan belok sampai mobilnya kena mobil Tae Oh.
Dan Sun Woo melenggang dengan mobilnya.
Ia ke SD Gosan.
anaknya masih SD.
****
Di SD, Joon Young lagi main alat musik bersama kawan lainnya. Ia tb-tb masuk dan anak-anak semuanya berhenti bermain.
"Berdiri." Ucap Sun Woo pada Anaknya.
Tae Oh datang juga ke sekolah. Tapi sudah telat karena Joon Young sudah dibawa oleh Sun Woo.
****
"Kemana kita akan pergi?" tanya Joon Young di dalam mobil.
Sun Woo diam saja.
****
Tae Oh bergegas lagi. Ia mengecek lokasi gps anaknya.
Tapi jalan yang ia tahu malah area terlarang untuk masuk. Hingga titik gps itu tidak dapat ditemukan.
****
Di dalam mobil. Sun Woo mengambil ponsel anaknya. Mereka rebutan di dalam mobil.
Mana jalan yang dilalui adalah jalan berkelok. Hingga kebuang juga di jalanan ponsel milik Joon Young.
"Aku akan membelikannya yang baru." Ucap Sun Woo. "Jadi diamlah."
"Ke mana? Ke mana kita akan pergi?"
"Aku akan menjelaskannya nanti."
"Aku akan menelepon ayah."
"Berikan ponsel omma."
"Sepertinya Omma sudah gila."
Lee Tae Oh mengangkat teleponnya. "Appa... appaaa...."
Dan di depan, ada mobil dan perbaikan jalan. Mereka hampir menabrak. Tapi nggak ketabrak...
"Joon Young Ah... apa kamu baik-baik saja?" teriak Tae Oh.
"Tutup teleponnya. Sekarang." Ucap Sun Woo tersengal-sengal. Sun Woo mengambil ponselnya dari Joon Young dan meneruskan perjalanan.
Ponsel Sun Woo tidak bisa dihubungi.
****
"Putraku hilang. Aku tidak bisa menghubunginya." Ucap Tae Oh menelepon polisi. "Berapa kali harus aku bilang? Ibunya membawanya keluar kelas. Aku juga tidak bisa menghubunginya!!! Itu sebabnya!!! Sepertinya mereka mengalami kecelakaan. Aku memintamu untuk memeriksa. Itu sebabnya aku menelepon."
Pokoknya Tae Oh marah-marah sampai teleponnya nggak diladeni.
Sun Woo sampai di pinggir laut. Tapi bukan pantai yaaa. agak mirip kayak daratan. Tapi itu airnya gede banget kayak laut. "Turun."
Ia turun lebih dulu. Dan memukakan pintu untuk anaknya.
"Joon Young Ah..." Sun Woo mulai bicara. "Kamu sangat marah sekarang?" kemudian Sun Woo memeluk anaknya. "Omma minta maaf sudah membuang ponselmu dan berteriak. Omma juga minta maaf karena membawamu ke sini. Kamu tahu kenapa ibu bersikap seperti ini bukan?"
"Itu karena ayah berselingkuh bukan? Terus ada apa dengan itu."
"Ayah mengkhianati kita. Kamu tahu segalanya bukan?"
"Ayah mengkhianatimu, bukan aku." Ucap Joon Young.
"Wanita itu sedang hamil. Ayahmu tidak membutuhkan kita lagi Joon Young."
"Jadi, apa dia akan tinggal bersama dengan wanita itu? Apa dia mencintai bayi itu melebihi mencintaiku?"
Joon Young dipeluk. "Tidak masalah. Kita berdua bisa hidup bahagia. Bahkan jika tanpa ayah."
"Tidak mau. Aku tidak ingin hidup hanya dengan ibu."
"Tidak mau?" Sun Woo sedih banget.
"Jangan bercerai. Maafkan appa kali ini saja. maafkan dia." Ucap Joon Young.
"Tidak bisa. ayahmu memutuskan untuk bersama dengan perempuan itu."
"Bagaimana hidup ayah? Ibu selalu sibuk. Pekerjaanmu lebih penting daripada aku. Ayah yang menemaniku. Ibu yang selalu pergi."
"Apa kamu tidak tahu kenapa Omma hidup seperti ini? aku melakukannya untukmu. Aku melakukan semuanya yang kubisa untukmu. Kamu yang paling berharga bagi Omma. Joon Young hanya kamu yang Omma miliki. Apa kamu tidak tahu?"
"Jangan berbohong. Aku akan ke ayah. Di mana ayah sekarang?"
"Jika kamu ke ayahmu. Omma akan mati. Apakah kamu masih mau ke ayahmu? Apa kamu tidak peduli kalau ibumu mati? Jawab aku. Katakan kamu akan pergi denganku."
"Biarkan aku pergi Omma. Aku takut."
Dorong-dorongan sampai hampir ke air. jatuhkah? belum jelas.
****
Ponsel Joon Young ditemukan polisi.
"Kami memeriksa signal terakhir, dan itu ada di sini. Hanya itu yang bisa kami lakukan."
"apa terjadi kecelakaan di sekitar sini?"
"Hanya itu yang bisa kami lakukan." Ucap Pak Pol.
"Tidak ada kecelakaan yang dilaporkan?"
"Tidak ada. dia bersama dengan ibunya, kamu harusnya menunggu di rumah."
Sun Woo tb-tb menelepon.
"Pulanglah. Kita harus bicara." Sun Woo yang bilang. Tae Oh langsung pergi.
****
"Di mana Joon Young? Hah?" Teriak Tae Oh saat datang.
Ia langsung lari ke atas dan memanggil-manggil nama anaknya. Tapi nggak ada.
"Di mana Joon Young?"
"Kamu sungguh ingin hidup bersama dengan Joon Young? Apa wanita itu setuju? Apakah kamu sudah berkata pada Joon Young agar memanggil wanita itu Omma?"
"Kamu benar-benar gila. Bukankah aku sudah minta maaf? Berapa banyak aku harus minta maaf?"
"Kamu tidak tahu, bukan? Kamu tidak pernah meminta maaf. Sudah berakhir sekarang. Kamu tidak bisa melihat Joon Young lagi."
"Apa maksudmu?"
"Kamu seharusnya tidak pernah membahas tentang ibuku. Aku selalu ingin melupakannya. Tapi kamu membuatku mengingatnya lagi."
"Jangan bicara omong kosong dan katakan di mana Joon Young berada. Apa yang kamu lakukan pada Joon Young?"
"Kamulah yang menghancurkan keluarga. Tapi dia memihak ayahnya."
"Berhentilah menjadi gila jika kamu tidak ingin aku membunuhmu." Ucap Tae Oh.
"Ya. bunuh aku dengan tanganmu. Aku tidak ingin hidup lagi!!!"
Kemudian Sun Woo dijambak oleh Tae Oh.
"Tidak mungkin kamu melakukan itu." Ucap Tae Oh. "Tolong katakan itu salah.
"Aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu menderita." Ucap Sun Woo. "Bagaimana perasaanmu tentang hidup di neraka tanpa anak?" walaupun dicekik. Sun Woo ketawa guys. "Kamu yang membuatku melakukan ini. mengerti?"
"Wanita gila."
Kemudian Sun Woo dicekik.
"Mati..." Ucap Tae Oh.
Kemudian tubuh Sun Woo dilempar. Jauh guys. Sampai kena meja TV. Sun Woo jelas terkapar. Kepalanya berdarah.
Dan Tae Oh menangis meraung-raung...
Sun Woo masih sadar. Ia dicengkram kaosnya. Ditarik. Di sudutkan ke tembok.
"Wanita gila."
Sun Woo ditekan. Hingga ia lemas dan pingsan dengan segala lukanya. Ia jatuh persis di bawah foto pernikahannya. Foto keluarga. Karena tepatnya ada Joon Young.
Dan tb-tb Joon Young masuk.
Melihat ibunya terluka. Dilukai ayahnya yang ia bela mati-matian.
"Joon Young, syukurlah." Ucap Tae Oh.
Joon Young yang didekati Tae Oh langsung mundur.
"Tidak seperti itu Joon Young."
"Jangan mendekat. Aku bukan anakmu lagi."
Kemudian Ko Ye Rim masuk. Ia kaget melihat apa yang terjadi. Sun Woo luka parah.
"Onni.... Oniii Onni..." Ko Ye Rim mendekat pada Sun Woo.
Sun Woo melambaikan tangannya pada Joon Young.
Joon Young tentu saja mendekat pada ibunya. Menangis. Sambil berkata. "Ommaaa... Ommaaaa....""
Inilah yang dikatakan Sun Woo. Ia akan melakukan segalanya demi anaknya.
Kemudian Koo Ye Rim memanggil ambulance.
*****
Sun Woo ada di kantor pengacara.
"Dia menyetujui persyaratanmu. Pengadilan juga mengeluarkan perintah penahanan sementara."
Sun Woo kemudian membubuhi stempel.
"Akhirnya selesai. Selamat." Ucap pengacara.
****
Tae Oh bebas dari penjara. Ia pergi ke kantornya. Yang ada hanya ATK yang berserakan. Dan ada surat dari perusahaan asuransi.
***
"Istriku sangat terkejut hari itu." Ucap Pak Yeo. "Jadi, dia menulis beberapa hal di web rumah sakit karena marah. Tolong izinkan aku meminta maaf atas namanya. Ini kota kecil. Dan reputasi sangat penting. Apa yang dia lakukan sangat tidak sopan. Dan aku tahu itu akan tetap menjadi kasus perdata. Tolong cabut tuntutan perzinahan pada Da Kyung. Apa yang harus aku lakukan?"
"Apa kamu membuat kesepakatan?" tanya Sun Woo.
***
Di super market. Da Kyung belanja sayur dan perutnya sudah sangat besar.
Para ahjumma bergunjing. "Aku tidak percaya dia masih tinggal di sini. Dia merusak lingkungan kita. Apa? dia belanja makanan setalah menghancurkan keluarga? Dia punya keberanian."
Da Kyung nggak nyaman dan langsung ke kasir.
"Kartu ini diblokir." Ucap kasir.
"Itu tidak mungkin silakan coba lagi."
Gesek dan ditolak.
"Tidak bisa."
***
Da Kyung marah pada Ayahnya.
"Kenapa memblokir kartuku?"
"Kamu bilang jangan ikut campur. Bukankah si berengsek itu memberimu uang?"
"Haruskah ayah bertindak sejauh ini?" Da Kyung sewott. Ia mewek. "Appa. Tidak bisakah Ayah membantu Tae Oh? Dia berbakat dalam wik-wik di atas mesin fotocopy. Dia akan sukses jika ayah mendukungnya."
"Karena itulah dia memeras istrinya selama ini?" Pak Yeo marah. "Da Kyung!!! Kamu tidak pandai menilai orang?"
"Diam dan keluarlah. Aku anggap diriku nggak punya anak."
Da Kyung berlutut.
"Appa Jebbal."
"Da Kyung Ah. Ini belum terlambat. Putuskanlah bedebah itu. Jika kamu melakukannya, ayah akan menjagamu dan bayimu. Dengarkan ayah, mengerti?"
"Aku mencintainya. Aku tidak bisa meninggalkannya."
"Dia memukul istrinya di depan anaknya dan ditangkap atas penyerangan. Tapi apa? cinteee? Kamu sudah edan!!!!"
"Bukan begitu! Wanita itu menjebaknya. Appaaa... baiklah. Anggap saja ayah tidak punya anak lagi. Aku tidak akan kembali."
Da Kyung pergi.
***
Nona Min kembali bertemu Sun Woo di dekat danau.
"Aku melaporkan In Kyu atas penyerangan. Pengacara bilang dia tidak akan bebas dengan mudah karena sudah memiliki beberapa catatan kriminal."
"Itu bagus."
"Itu semua berkat dokter."
"Aku tidak melakukan apapun. Semua karena upayamu sendiri."
"Kamu memberiku contoh cara untuk keluar."
"Aku memanfaatkan situasimu."
"Aku yang memintamu memanfaatkanku semaumu." Ucap Nona Min.
"Kenapa kamu melakukannya?"
"Bagaimana dengan dokter sendiri? kamu orang pertama yang membantuku saat dipukul. Kenapa kamu begitu terlibat dan bertindak sejauh itu untuk menyelamatkanku?"
Sun Woo mulai berkaca-kaca... ia tersenyum.
****
Dokter Kim menyapa Sun Woo. "Kamu habis keluar?"
"Kurasa direktur rumah sakit membuat kesalahan perhitungan besar. Psikiatri akan menjadi minus besar dalam keuntungan kita."
Kim tersenyum. "Haruslah aku memasarkan diriku jika ingin tetap bekerja?"
Kemudian mereka tertawa.
"Perceraian, itu seperti perang bukan?" tanya Kim. "Tidak ada yang menang atau kalah. Aku tahu dari pengalaman. Meski itu tidak biasa, aku menemukan sumber traumamu. Jadi, kenapa kamu tidak mencoba untuk perawatan? Aku sangat dihormati di Seoul."
"Aku baik-baik saja. kamu punya pengalaman mengobati pecandu alkohol? Aku ingin membuat rujukan."
"Siapa?"
****
Sul datang ke kantor Sun Woo. "Bagaimana dengan lukamu? Kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. sudah lebih baik."
"Joon Young terkejut bukan? Orang gila itu. Beraninya dia memukulimu. Bagus. Kamu bisa hidup dengan peselingkuh, tapi tidak dengan orang yang kasar."
"Maafkan atas segalanya. Aku sudah melampiaskan kejengkelanku padamu."
"Tidak perlu. Aku yang seharusnya minta maaf." Ucap Sul. "Aku sudah berbuat banyak salah kepadamu, Sun Woo. Apa kamu sudah dengar? Tae Oh meninggalkan Gosan. Rumor sudah menyebar di kota sekecil ini. bagaimana dia masih tetap tinggal di sini? Dia pasti punya malu. Dia pindah ke tempat dia tidak dikenal. Selamat atas awalmu yang baru. Semoga kamu bahagia ke depannya. Kamu harus berkencan jika menemukan pria baik dan tunjukka pada si berengsek itu."
"Jangan membuatku kesal. Aku muak dengan pria."
Ko Ye Rim sedang mencabuti rumput.
Ada Sun Woo pulang.
Keduanya nampak kikuk.
****
Tak lama. Je Hyuj pulang. Ia langsung membantu memindahkan pot. Tapi Ko Ye Rim malah masuk ke rumah.
***
"Apa artinya menikah? Apa artinya dari masa-masa bersama? Apa gunanya saling menyerang dengan kejam?"
Itu suara Sun Woo saat makan dengan Joon Young di luar.
Di seberang ada Da Kyung dengan belanjaan dan perut besarnya. Keduanya tahu kehadiran masing-masing.
Tak lama. Tae Oh datang menjemput Da Kyung.
Mereka hanya saling melihat. Kemudian mobil Tae Oh pergi.
"Kami mencintai... kami juga membenci. Pada akhirya, karena kita adalah manusia banyak pertanyaan muncul di kepalaku. Tapi aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi."
Sun Woo mencoba senyum.
****
2 TAHUN KEMUDIAN.......
Ada bazzar di mal. Orang-orang sibuk bersiap dan ada pemeriksaan gratis.
Ada surat sedang ditulis nama-nama.
"Jin San Hyung. Kepala direktur Kong Ji Chul." Seorang perempuan sibuk menulis nama-nama di undangan.
***
Sun Woo sedang memeriksa Dokter Kim.
"Apakah kamu serius? Haruskah aku dirawat saja?" tanya Kim.
"Deman sudah turun. Tapi kamu masih batuk. Terus minum obatnya untuk beberapa hari lagi."
"Bagaimana dengan insomniamu?"
"Lumayan. Tidak cukup buruk untuk mempengaruhi keseharianku."
"Kamu menanganinya dengan obat? Jangan bilang kamu mendiagnosis dirimu sendiri dan memberi resep." Ucap Kim yang memakai jasnya kembali."
"Kamu ingin mengobatiku?"
"Aku tidak berniat melakukan itu, tapi aku hanya penasaran kalau kamu mau menggunakan metode lain. Berkencan. Itu metode yang mudah dan sehat. Kamu mau melakukannya?"
"Apa kamu cukup andal menyingkirkan insomnia sekaligus?"
"Kamu ingin mencobanya?" dokter nembaknya gini ya?
"Aku akan mencobanya." Ucap Sun Woo. "Meski aku tidak tahu kapan. Bagaimanapun, terima kasih atas nasehatmu."
*****
Di sekolah. Joon Young sibuk main game dengan teman-temannya dan mengabaikan pesan ibunya.
***
Dokter Sul memegang undangan yang tulisannya "welcome back."
Saat ada Sun Woo pamit di pintu. Ia langsung menyembunyikannya.
"Aku pergi dulu yaaa..."
Sul mengejar Sun Woo yang pergi.
"Ada apa? ada yang ingin kamu katakan?" tanya Sun Woo.
"Jangan salah paham ya."
"Ada apa? kenapa ragu-ragu?"
"Ini soal Tae Oh. Kapan pelarangannya berakhir?"
"Itu sudah dua tahun jadi...."
"Benar bukan? Hampir berakhir?"
"Ya benar. Aku tidak memperhatikannya. Jadi, aku lupa. Kenapa kamu bertanya?"
"Aku hanya tb-tb mengingatnya. Apa Joon Young bicara dengan ayahnya?"
"Tidak. Kamu tahu Joon Young benci ayahnya."
"Begitu rupanya." Sul masih memegang undangan di belakangnya.
****
Keluarga Je Hyuk nampak baik-baik saja.
Ada amplop merah di meja. Ia melihatnya. "Apa ini?"
"Aku tidak akan pergi. Bagaimana denganmu?" tanya Ko Ye Rim.
"Tentu saja. aku tidak akan pergi. Kenapa aku harus pergi? Aku mau mandi." Je Hyuk menaruh undangannya.
****
Di rumah. Sun Woo menelepon anaknya. "Nak, kenapa kamu tidak mengangkat teleponmu?"
"Aku lupa."
"Kamu sibuk main game. Kamu pikir Omma tidak tahu?"
"Ayolahh. Aku baru menyelesaikan ujianku."
"Tebak Omma dari mana. Kompleks perumahan premium baru. Ibu melihat-lihat dan bagus."
"Kenapa? Apa kita akan pindah?"
"Tidak. Tapi bagus sekali."
"Lupakan Omma. Aku suka rumah sekarang."
Sun Woo mengecek undangan dan surat. Ada amplop merah untuk Joon Young.
Sun Woo kaget melihatnya.
***
Rumah mewah di Gosan.
Mobil masuk ke rumah itu.
Seorang pria keluar. Dari belakang nampak Tae Oh.
***
"Ommaa... Ommaaa.. haloo... aku bilang tidak mau pergi." Ucap Joon Young ditelepon. Sun Woo masih bengong atas apa yang ia lihat.
"Anda diundang ke rumah pesta Jenny."
Seorang anak perempuan ada di tengah Da Kyung dan Tae Oh.
"Rumah di sini adalah kompleks termahal. Aku tidak tahu siapa yang akan pindah. Tapi di sebelah, mereka sudah mengirim furnitur buatan asing selama berhari-hari." Ucap pegawai yang cerita pada Sun Woo saat Sun Woo melihat-lihat rumah baru.
"Begitukah?"
"Lokasi dan sekitarnya jelas luar biasa. Dan semuanya dibuat dengan mewah. tidak banyak rumah yang tersisa saat ini. dr Ji, mengapa anda tidak membayar DP dulu saja?"
"Beri aku waktu sampai akhir pekan ini untuk memikirkannya."
***
Mereka pun keluar. Ji diberikan brosur. "Aku harap akan segera mendengarkan kabar."
Dan Sun Woo sesaat sebelum masuk mobil. Ia melihat di depannya ada rumah besar sekali dan orang-orang yang sibuk dengan membawa perabotan masuk.
Sun Woo belum ngeh bahwa itu adalah rumah Tae Oh. Ia udah aja lihat dan masuk mobilnya.
Padahal....
Da Kyung dengan bangganya melihat ke bawah dari depan taman rumahnya.
***
Sun Woo dalam suasana natal masuk ke mal untuk baksos.
"Aku tidak terlambat bukan?"
"Kamu dari mana?" tanya Sul.
"Keluar. Aku akan meneruskannya. Kamu pergi saja."
"Kamu yakin bisa menanganinya sendiri?"
"Apa?"
Kemudian mereka berdua lihat di depan mereka ada segerombolan ibu ibu. Nampak ahjumma Mago.
Sul pun pergi dan menyerahkannya pada Ji Sun Woo.
***
"Ini semua berkat masyarakat Gosan." Ucap ahjumma Mago pada buibu. Di barisan buibu juga ada Ko Ye Rim. Yerim memandangi Sun Woo yang sedang melayani nenek-nenek.
***
Saat Joon Young turun dari sekolah. Para temannya menghampiri.
"Joon Young, apa kamu nonton Good Life? Itu sangat bagus."
"Tidak."
"Kenapa tidak? Ayahmu yang membuatnya."
"berhenti berbohong." Ucap bocah sebelahnya.
"Beneran kok, ayah Joon Young adalah produsernya. Ayahku adalah temannya."
"Daebak..." Ucap bocah satunya. "Yak. Mungkin ayahmu bisa memberikan tiket gratis untuk kami?"
"Joon Young tidak tinggal bersama dengan ayahnya." Ucap bocah oren.
"ya tapi mereka masih tetap berhubungan bukan?"
"Yakkk. Beli tiket sendiri coba. Kamu pengemis apa?" ucap bocah oren.
"Lupakan. Aku tidak menginginkannya." Ucap bocah satunya.
****
Baru beberapa jalan. Tae Oh sudah menunggu Joon Young.
"Joon Young ah." Ucap Tae Oh.
"Yak itu dia ayahmu?" tanya oren.
"Siapa itu?" anak yang lain nongol.
"Ayahnya Joon Young. Dia yang memproduseri Good Life." Anak-anak pun kaget.
Tae Oh membukakan pintu mobilnya untuk Joon Young "masuk."
***
Kita beralih ke Nyonya Umh yang pamer di depan para ibu ibu di bazar mal.
"Aku dengar film menantumu benar-benar bagus?"
"Aku juga menontonnya. Itu sangat bagus. Itu sebabnya mendapatkan 10 juta penonton."
"Tepat sekali." Ucap Umh. "Suamiku memujinya. Ayahnya Jenny memang sangat berbakat. Kami juga mendukungnya."
Ko Ye Rim yang ada di gerombolan juga membawa undangan merah.
"Yaa yaaa... tentu saja. dia sangat berbakat." Ucap para ahjumma.
"Jadi, kalian akan datang ke pesta ya."
"Ya. tentu saja."
"Permisi dulu yaa..."
***
Ko Ye Rim meletakkan undangannya di meja.
Ahjumma sebelahnya kepo, "Apakah kamu tidak dekat dengan dokter Ji?"
"Suamiku yang dekat. Kami tidak punya alasan untuk bertemu satu sama lain setelah dia bercerai. Itu terlalu aneh bagiku." Ucap Ye Rim.
"Tentu saja. itu aneh. Aku pun akan merasakan hal yang sama."
"Heiii coba lihat undangannya. Mereka pasti menghabiskan banyak uang." Ucap ahjumma bergunjing terus.
Dengan menyombongkan undangan yang akan disebar. Nyonya Umh mendekat ke arah dokter Ji.
Para ahjumma berbisik. "Omooo... apa yang akan dia lakukan?"
"Tidak mungkin."
Melangkah... tak tok... tak tok...
Dan kayak yang ngejek gitu, senyum aja dan menyapa para ahjumma lainnya.
***
Tae Oh mengajak anaknya makan bersama.
"Kamu melihat film ayah?"
"Belum."
"Apakah kamu tahu film ayah?"
"Mengapa jadi produser? Bukannya sutradara?"
"Karena produser bertanggung jawab atas segalanya."
"Hae Kang bilang itu bagus."
"Bukankah kamu merindukan appa? Appa sangat merindukanmu."
"Kamu tidak pernah menelepon atau sms sekali pun. Apakah kamu benar-benar berharap aku percaya itu?"
"Appa tahu kamu melihat Appa melakukan hal yang mengerikan. Dan mengecewakanmu. Ayah sudah berubah dan ingin menjadi ayah yang keren. Kemudian kembali dan membuatmu bangga. Joon Young, appa tidak mau kamu malu. Butuh beberapa waktu. appa harap kamu mengerti."
Tae Oh memberikan hadiah. Sebuah pemukul basebol. Joon Young membukanya.
"Kamu masih bermain baseball bukan?"
"Aku keluar dari tim bertahun yang lalu."
"Kurasa Ommamu membuatmu berhenti agar bisa fokus belajar."
"Aku sudah SMP sekarang."
"Ingat Kang Dong Hoon bukan? Kamu penggemarnya bukan? Appa akan membuatmu bertemu dengannya."
"Sungguh?"
"Ya. dia ada di rumah appa beberapa hari nanti."
"hari nanti?"
"Tidakkah kamu mendapatkan undangan dari Appa? Sudah Appa kirimkan."
Joon Young menggeleng.
***
Sun Woo membaca surat undangan Joon Young, melihat alamatnya yang sama persis dengan rumah yang ada di brosur yang baru ia dapatkan. Sebuah pesta di rumah Jenny.
Sun Woo pun mendapatkan telepon. "halo. Joon Young tidak pergi les hari ini? dia tidak memberitahku,"
Panik... langsung masuk mobil dan pergi.
Lalu. Tb-tb... berpapasan dengan Tae Oh dan Joon Young yang ada di dalamnya.
Joon Young keluar dan nggak menyapa ibunya sama sekali. Dia langsung masuk gitu aja.
****
Tae Oh menyapa Sun Woo.
"Sudah lama."
Di dalam rumah Ko, ia sedang membersihkan rumah dan langsung kepo ngelihatin Sun Woo dan Tae Oh di luar.
"Kamu baik-baik saja bukan?"
"Kita tidak peduli satu sama lain apa yang kita lakukan." Ucap Sun Woo.
"Aku bertanya-tanya apakah kamu bersama seorang pria dan hanya melihatmu seorang diri."
"kenapa kamu tertarik? Kenapa kamu kembali?"
"Jangan gitu dong. Sudah lama bukan? Aku datang bukan untuk bertengkar."
"Lalu?"
"Aku hanya ingin melakukan yang terbaik sebagai seorang ayah. Biarkan aku melihat Yoon Young."
"Kenapa? Tb-tb? Pikirkan bagaimana ini mengagetkan Joon Young."
Tae Oh mendekat. "Kenapa dia bingung melihat ayahnya? Tidak bertemu malah membingungkan, apakah aku salah?"
"Mulai sekarang, jangan berpikir untuk menemui Joon Young tanpa seizinku." Sun Woo berjalan ke arah mobilnya yang di depan rumah Ko Ye Rim.
"Kamu terlihat baik. Masih seorang wanita." Kalian paham kan maksudnya apa? Tae Oh bilang Yeoja nim dalam bahasa korea.
Sun Woo melihat Ye Rim mengintip dari jendela.
Ye Rim langsung masuk ngumpet.
****
Je Hyuk sedang bekerja di atas tempat tidur. Ko Ye Rim memberikannya makanan.
"Apa ada klien baru?"
"Lebih penting untuk mempertahankan klien yang ada saat ini. apakah bazzar berlangsung dengan baik?"
"Ya. kamu tahu Lee Tae Oh membuat film Good Life?"
"Aku tidak punya waktu untuk menonton film, bagaimana denganmu kali ini? kapan pekerjaan rumah kita selesai?" Je Hyuk memeluk istrinya. Wewww... baikan guys.
"Kenapa kamu mengubah topik pembicaraan?"
"Aku tidak ingin membicarakannya."
"Seluruh orang membicarakan tentang Lee Tae Oh. Dan dia kembali."
"Jangan fokus pada mereka. Fokus pada kita saja. oke?" Je Hyuk baik gitu guys. "Jika itu mengganggumu. Kita pindah saja."
"Kamu punya uang?"
"Tidak." Wkwkkw.
"Kamu ingat janji kita besok bukan? Jangan terlambat."
"Tentu saja."
Ye Rim pergi dan Je Hyuk mengeluarkan napas panjang.
Sun Woo nonton TV dengan Joon Young. "selamat sudah dapat nilai bagus. Semester ini sudah berakhir."
"Appa berkata dia mengirimiku undangan."
"Omma membuangnya. Apakah kamu kesal?"
"Tidak. Aku tidak mau pergi."
"Oh ya, kamu belum mendaftar untuk baseball. Mau Omma temani? Omma bisa izin kerja."
"Tidak usah. Omma tidak tahu banyak tentang baseball."
"Apakah kamu yakin tidak mau pergi? Lalu apa yang akan kita lakukan saat kamu libur? Apakah kita jalan-jalan saja?"
"Aku mengambil beberapa kelas di Sunhaeng akademi. Omma yang bilang terakhir kali. Bisakah mendaftarkanku?"
"Kamu terdengar seperti sedang membantu Omma. Omma tidak meminta kamu ikut di Sunhaeng akademi untuk Omma."
"Aku akan tidur."
"Aku akan mendaftarkanmu hanya untuk math dan bahasa inggris. Oke? Aku akan mendaftarkanmu di internet malam ini. selamat malam nak."
****
Sun Woo melihat kotak di bawah. Di dalamnya ada undangan milik Joon Young.
***
Saat di dalam kamar. Joon Young ingat ucapan Tae Oh di dalam mobil.
"Kamu bawa tongkat pemukulnya. Ayah akan mendapatkan ttd Kang untukmu. Hei Joon Young. Kamu tidak perlu khawatir tentang apa yang dipikirkan ibumu."
****
Sun Woo minum anggur sendiri. kemudian langsung dicuci gelasnya dan dikeringkan. Seperti biasa sang perfeksionis.
***
Sun Woo lari pagi dan para ahjumma bergunjing seperti ini...
"Kamu tahu? Mantan suaminya kembali."
"Ini gila. Seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyik membicarakannya."
"Tentu saja. suaminya selingkuh dan kembali dengan keluarga barunya. Tinggal di lingkungan dekat pula."
*Sun Woo sibuk belanja setelahnya.
"Selain itu, dia kembali dengan kesuksesan." Suaranya sih para ahjumma ya.
"Aku akan menjadi gila jika aku adalah dia."
di supermarket ada mantan asisten Tae Oh memperhatikan Sun Woo.
"Bagaimana dia bisa acuh tak acuh? Dia punya mental yang kuat."
Sun Woo dandan.
"Apakah semua nampak baik-baik saja baginya? Dia bertingkah seperti dia baik-baik saja karena semua orang mengawasinya. Aahh ya, dia juga dandan dan berpakaian modis."
Sun Woo nampak sedang mengenakan pakaian.
***
"Siapa?" tanya Sun Woo pada dua perawat.
"Kami hanya membicarakan tenang selebriti." Sun Woo memberikan berkasnya dan pergi.
Ternyata ini suara dua perawat.
"Lihat, dia menggunakan full makeup."
"Aku kasihan padanya."
****
Saat di lorong.
Sun Woo bertemu dengan Je Hyuk dan Ye Rim dari pintu dokter kim kayaknya. Mereka pergi tanpa saling sapa.
***
Sun Woo masuk ke ruangan dokter Kim.
"Aku dengar dia kembali." Ucap dokter Kim.
"Itu menyenangkan untuk semua orang. Semua orang membicarakannya sepanjang pagi." Sun Woo mendapatkan kopinya dari Kim.
"Apakah kamu baik-baik saja?"
"Apakah aku terlihat baik-baik saja?" tanya Sun Woo balik.
"Aku tidak yakin kamu gwencana. Tapi terlihat baik, tapi kayaknya tidak yakin deh."
"Aku berhasil membuatmu bingung."
"Bagaimana perasaanmu terlepas dari kamu yang nampak baik-baik saja?"
"Aku misuh-misuh di dalam hati. Aku tidak mengerti kenapa dia kembali. Dia mengatakan itu karena Joon Young. Tapi dia tidak peduli bagaimana kesulitannya Joon Young."
"Itu mungkin sungguh karena Joon Young. Tapi, kalau kamu? Punya alasan lain?"
"Aku pergi. Terima kasih atas kopinya."
"Datanglah kapan saja kamu memikirkannya."
"Maksudmu Tae Oh? Orang itu?"
"Tidak... kopi." Wkwkkwkw...
Sun Woo akhirnya kepo di internet. Ia kepo soal Tae Oh, ada berita juga akan dibangun kota di dekat Gosan.
***
Da Kyung sibuk didandani sedangkan Nyonya Umh sibuk ditelepon.
"Gumawo, tidak, kamu tidak perlu membawa hadiah. Aku hanya senang jika kamu datang. Oh sungguh? Aku sungguh ingin kamu ada di sini. Kamu harus datang meski kamu terlambat. Aku akan menunggumu," Ucap Umh.
Da Kyung berkata. "Berhentilah menelepon. Orang-orang yang tidak akan datang memang tidak akan datang apapun yang terjadi."
Tapi Umh malah menelepon terus. ada gratisan kalik.
***
Da Kyung dipilihkan baju oleh Ibunya. "Kamu harus pakai ini. pakai sesuatu yang mencolok."
"Itu cocok untuk pesta rumahan. Aku tidak ingin terlihat terlalu "niat.".
"Aku harap nggak sepi ya. bagaimana kalau banyak orang yang nggak hadir di pesta?"
"gpp. Kita sudah cukup mengundang orang-orang dari Seoul." Ucap Da Kyung.
"Aku berupaya keras untuk ini. aku tidak melakukannya hanya untuk orang-orang di Seoul."
"Setidaknya mereka tidak menjelek-jelekkanku dengan mengatakan bahwa aku mencuri suami orang lain. Aku tidak peduli bahwa mereka tidak akan datang."
"Kamu tidak mencurinya!!! Mereka bercerai karena mereka memiliki pernikahan yang mengerikan." Umh membela anaknya. "Aku geram tiap kali memikirkan apa yang dia lakukan kepada keluarga kita. Dia benar-benar mempermalukan kita. Astagaaaa serius deh. Tidak peduli apa yang orang katakan. Kamu adalah istrinya sekarang. Tetap tunjukkan rasa percaya diri pada siapa saja. kamu adalah pemenang sejati."
****
Da Kyung menerima telepon dari Tae Oh. "Yeobo kamu di mana?"
Ia melihat ke jendela dan melihat Tae Oh sedang bersama para pembawa perabot di bawah. Mereka dadah-dadah. "Periksalah sampanye dan bunga."
"Oke."
Ternyata persiapan pesta kali ini... Tae Oh pun memberikan petunjuk pada pegawai yang datang.
***
Di dalam mobil. Ko Ye Rim menutup telepon.
"Aku bilang tidak akan datang. Tapi Umh sangat gigih."
"Kamu bahkan mendapatkan telepon darinya. Jadi, kamu harus pergi." Ucap Je Hyuk.
"Aku pikir mereka akan mengumumkan pernikahan kepada semua orang. Semua orang di lingkungan tahu bahwa mereka memulai dengan perzinahan. Apakah mereka pikir mereka bisa memulai kembali dengan sesuatu yang bersih?"
"Aku sudah bisa membayangkan berapa uang yang mereka habiskan untuk membuat pesta."
"Aku pikir Umh berusaha membuat Da Kyung bergabung di perkumpulan. Apa yang harus kulakukan?"
"gimana? kamu kan profesional dalam hal berpura-pura seperti tidak pernah terjadi apa-apa."
***
"Apakah mereka gila? Mereka seharusnya tinggal jauh di luar sana." Ucap Sul pada Sun Woo di rumah sakit. "Setelah semua penghinaan ini. kenapa mereka repot-repot melakukan itu? Mereka tidak tahu malu mendekati orang-orang di Gosan."
"Kamu harus pergi untuk bersenang-senang." Ucap Sun Woo.
"Kenapa aku harus pergi ke sana. Setiap orang yang diundang tercengang. Orang-orang harus memikirkan kembali karena mereka telah melakukan perzinahan. Kebanyakan orang yang diundang bakalan tidak datang." Ucap Sul.
"Kamu tidak ingin makan malam bersama? Sudah lama. Joon Young tidak ada karena dia sedang ada proyek tugas dengan temannya."
"Astaaagaa... aku ada janji hari ini."
"Aku tidak bisa membatalkannya tbtb. Mian..."
"Mau bagaimana lagi?"
"Kalau ingin makan denganku. Bilang dari awal." Ucap Sul. "Aku lebih sibuk dari yang kamu lihat."
"Baiklah."
Sun Woo keluar rumah sakit dan disapa oleh dokter Uban yang nampak buru-buru. Ia buru-buru, katanya mau ketemu teman.
***
Sun Woo menelepon Joon Young. "Omma, aku ada di rumah Hae Kang."
"Pukul berapa kamu sudah akan selesai? Mau Omma jemput?"
"Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri. teman-teman memanggilku. Sampai nanti." Langsung ditutup lho.
****
Ibu Hae Kang ada di dalam mobil mau ke rumah Tae Oh. Ada sms dari Sun Woo. "Terima kasih sudah mengizinkan putraku ke rumahmu hari ini." begitu smsnya. "Anak-anak bisa datang lain kali."
"Ada apa?" tanya suaminya.
"Tidak, bukan apa-apa."
***
Ternyata memang banyak hadir. Mobil sampai susah masuk di rumah Tae Oh.
****
Salju pun turun. Sun Woo melamun di dalam mobilnya. Ia pun keluar.
Yang dilakukan Sun Woo adalah makan sendirian di kedai.
Ia makan dan malah bertemu dengan Je Hyuk. Keduanya menyadari kehadiran masing-masing tapi duduk berjauhan.
Je Hyuk nampak lusuh banget.
Nggak lama. Je Hyuk malah pergi.
Sun Woo makan sendirian dengan dua botol soju.
***
Pesta berjalan dengan amat banyak tamu.
Ahjumma mago hadir.
Wajah Nyonya Umh dan para tuan rumah nampak sangat bahagia. Ko Ye Rim pun datang guys.
"Selamat." Ucap Ye Rim.
"Je Hyuk tidak datang?"
"Dia sibuk bekerja. Dia memintaku memberimu selamat."
"Sayang sekali. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Bagaimana kabarmu."
"Baik. Tidak ada masalah."
"Syukurlah. Aku khawatir." Ucap Tae Oh.
Perempuan kita malam ini.... sang penggoda datang......
Da Kyung ada bersama Jenny.
"Lama tidak bertemu, terima kasih sudah datang." Ucap Da Kyung pada Ye Rim.
"Putrimu mirip denganmu."
"Tidak. Semua orang bilang dia versi mini dari ayahnya."
Jenny dicium oleh bapaknya terus.
Pesta terus berlangsung. Para nyonya dengan nyonya. Tuan dengan tuan.
***
Dokter Kim melihat Sun Woo dari luar kedai. Ia ikut bergabung.
"Ini hari jumat. Kamu tidak ada kencan?" tanya Sun Woo.
"Seharusnya aku yang bertanya karena kamu minum sendirian."
"Kamu benar. Kukira aku sudah berusaha maksimal, tapi aku minum sendirian di hari seperti ini."
"Hari seperti ini maksudnya apa?"
"Menurutmu berapa lama dua tahun ini?" tanya Sun Woo. "Bukankah itu terlalu singkat untuk memaafkan seseorang? aku harap setidaknya dia merasa bersalah. Aku tidak mengerti bagaimana dia punya niat untuk kembali ke sini."
"Waktu relatif bagi semua orang." Ucap Kim. "Dia mungkin berpikir masa lalu sudah berlalu."
"Pernikahan kami mungkin sudah berlalu di masa lalu, tapi perceraian kami masih berlangsung."
Tb-tb Sun Woo dapat pesan dari Tae Oh. Joon Young bersenang-senang dan baik-baik saja.
Sun Woo kaget.
***
Pemain baseball memberikan ttdnya untuk Joon Young. Ia nampak senang.
"Joon Young, kamu pasti senang memiliki Appa yang keren."
"Terima kasih ya."
"Rumahmu bagus juga."
Joon Young kemudian diajak ke atas dan Da Kyung melihatnya sampe muter-muter gitu.
***
Sun Woo bergegas. "Mau kemana?" tanya Kim.
"Aku harus menjemput putraku."
"Apakah masalah besar dia ada di rumah ayahnya?"
"Tentu saja. ini melanggar peraturan. Sudah kukatakan dengan jelas bahwa dia tidak bisa menemui Joon Young tanpa seizinku. Tapi lihat. Dia membawanya tanpa bertanya."
"Mungkin Joon Young yang ingin pergi."
"Aku tahu putraku. Joon Young membenci ayahnya." Sun Woo kayaknya nggak tahu kalau Joon Young nggak pernah benci bapaknya ya.
Sun Woo pergi.
Tae Oh membawa Joon Young ke sebuah ruangan.
"Bagaimana menurutmu? Ini cukup besar, bukan? Sinar mataharinya juga bagus."
"Kamar siapa ini?"
"Kamarmu. Bukankah wajar jika seorang putra punya kamar di rumah ayahnya? Ayah akan mengaturnya agar kamu bisa datang kapan saja. kita keluarga. Ayah akan memberikanmu komputer dan memasang semua gim keren."
Ada Da Kyung di pintu.
"Tae Oh Sshi, bisakah kita bicara?""
***
"apa maksudmu? Ini kamar Joon Young? Kamu tidak pernah bilang padaku."
"Toh ini kamar kosong, jadi, kupikir ini ide bagus."
"Kamu harus bicarakan denganku dahulu. Kenapa kamu memberitahunya lebih dahulu?"
"Kamu menolak? Kita sepakat bisa menemui Joon Young saat memutuskan untuk kembali ke Gosan."
"anak laki-laki itu punya kamar di rumahku. Itu lain cerita. Kuharap kamu tidak memutuskan apa pun tanpa bicara denganku dahulu."
Da Kyung pergi karena dipanggil ibunya.
***
Sun Woo terus menelepon Joon Young tapi ditolak terus panggilannya. Kemudian saat Sun Woo di luar saat salju. Kim menawarkan diri untuk mengantarkan Sun Woo.
Sun Woo pun tidak menolak.
***
Di dalam pesta. Da Kyung bersama dengan para ahjumma.
"Da Kyung sudah punya anak tapi masih bugar seperti saat belum menikah." Ucap ahjumma mago.
"Kamu pasti sempat kesulitan, tapi suamimu menjadi sukses." Ucap ahjumma lain. "Kamu pasti sangat bangga. Kamu tidak akan membuat ibumu khawatir lagi bukan?"
"Aku sudah tahu dari awal." Ucap Da Kyung. "Kedua orang tuaku akan menghormati keputusanku. Jika aku takut pada hal yang dibicarakan orang-orang. Jenny dan film laris tidak akan menjadi bagian dari hidupku."
"Kalian menerima Da Kyung sebagai anggota asosiasi wanita?" tanya Umh.
"Tentu saja." Ucap ahjumma Mago.
Mereka pun bersulang.
***
"Dia cukup percaya diri. dia bukan gadis muda yang menangis meninggalkan Gosan." Ucap salah satu ahjumma.
"Dia tidak sopan sejak awal." Ucap Ye Rim.
"Benar."
"Dia selalu kurang ajar." Ini ucapan para ahjumma di belakang.
"Begitulah dia mencuri pria yang sudah menikah."
Para ahjumma mendadak kaget ketika melihat.......
Sun Woo datang. Sun Woo ditemani oleh dokter Kim dan semua langsung auto nengok.
"Ada banyak orang untuk party rumah." Ucap Kim.
"Orang-orang yang berpengaruh di wilayah ini semua diundang." Ucap Sun Woo.
Dan ada Sul kaget melihat Sun Woo. Kayak lihat hantu.
"Sun Woo... sedang apa kamu di sini? Dokter Kim, kamu juga datang."
"Kamu melihat Joon Young?"
"Joon Young? Apa Joon Young datang? Aahh sepertinya aku melihatnya. Aku tidak melihatnya."
"Ada apa?" tanya Tae Oh dari tangga dengan sombongnya.
Tae Oh turun. Da Kyung akan ke Sun Woo tapi dicegah oleh Ibunya.
***
"Kamu tidak bisa mengendalikan rasa penasaranmu?" tanya Tae Oh.
"Kukira kamu ingin menunjukkannya." Ucap Sun Woo. "Itu sebabnya kamu mengirimkan foto itu."
"Kamu yakin tidak memakai Joon Young sebagai alasan untuk datang?"
"Tentu, anggap saja begitu."
"Jangan merusak pesta kami dan pergilah." Ucap Tae Oh. "Aku akan mengantar pulang Joon Young nanti."
"Sayangnya, aku tidak setuju."
Joon Young sebenarnya turun. Tapi dia malah naik lagi.
"Kita harus pergi." Ucap Kim.
"Tidak. Aku tidak akan pergi tanpa Joon Young."
"Sungguh?" ucap Tae Oh.
Da Kyung menghampiri Tae Oh.
"Halo. Aku tahu kamu memang hebat. Tapi aku tidak menduga ini." Ucap Da Kyung. "Bagaimana kamu bisa berpikir untuk datang ke sini?"
"Itu yang ingin kutanyakan. Beraninya kamu berpikir untuk kembali?"
"Kami berhak memutuskan ingin tinggal di mana." Ucap Da Kyung. "Kamu hal terakhir dalam pikiran kami saat membuat keputusan. Jadi, jangan khawatirkan itu dan tolong pergilah. Ini pesta khusus undangan."
Sun Woo mengeluarkan undangannya.
"Kukira kamu yang mengirimkan ini... atau... siapa yang mengirimkannya?" Sun Woo nengok ke Tae Oh. *Ohhhh undangan yang ada di lantai 1 rumahnya, saat Joon Young baru masuk kamar itu. Kupikir punya Joon Young.
Sun Woo masih bicara. "Aku kemari bukan karena penasaran bagaimana kehidupanmu. Aku tidak tertarik dengan itu, jadi, jangan khwatir. Aku akan membawa putraku dan pergi."
Undangan diberikan pada Da Kyung.
"Joon Young ah...." Sun Woo memanggil-manggil.
***
Da Kyung kesal ke Tae Oh. Tatapannya bokkkkk......
***
Da Kyung ada di WC.
Tae Oh mengetuk. "Da Kyung ah... kamu baik-baik saja?"
"Usir wanita itu dulu!!!! Sekarang juga!!!!!"
****
Sun Woo mencari Joon Young.
Ia malah sampai di kamar utama. Masuklah dia.
Melihat foto pernikahan Da Kyung dan Tae Oh.
Saat akan keluar. Dari luar ada suara Umh yang sedang sibuk memberi tahu keadaan rumah pada para tamu. Sun Woo pun bersembunyi.
Sun Woo sembunyi dan para ahjumma berkata. "Terang sekali seperti kamar pengantin baru."
"Tidak diragukan lagi pasangan tersebut jatuh cinta." Ucap mago.
Sun Woo masih sembunyi di ruangan sebelahnya. Ruangan tempat dandan. Dan para ahjumma berkata.
"Kalau dokter Ji melihat ini. dia pasti cemburu."
"Aku tahu mereka bercerai karena keadaan tidak berjalan lancar. Tapi masih menyakitkan melihat mereka hidup bahagia bersama."
Dan ponsel Sun Woo getar terus karena dokter Kim menelepon. Dokter Kim menunggu di luar. Di dalam mobil.
"Aku berusaha mendekorasi kamar ini karena mereka adalah pengantin baru." Ucap Umh. "Kita sudah melihat kamar tidur. ayo lanjutkan!!"
****
Sun Woo mengendap-endap keluar. Ia melihat kamar itu dan menyalakan tempat penyimpanan baju. Baju tidur yang tertata rapi serta parfume.
Ia nampak syok...
Lalu...
Tae Oh datang.
Sun Woo kaget banget.
"Kamu sudah gila? Sedang apa kamu di kamar kami?" tanya Tae Oh.
"Kenapa kamu kembali?" tanya Sun Woo. "Kudengar bisnismu berjalan lancar. Kenapa kamu tidak tinggal di Seoul saja? kenapa kamu harus kembali?"
"Istriku ingin tingga di dekat orang tuanya."
"Kamu pindah karena dia menginginkannya?"
"Mereka menerimaku saat kamu mengusirku. Orang tuanya mau kami di sini, sudah sewajarnya kami kembali."
"Kamu masih belum bisa melupakanku?"
"Kamu pasti sangat kesepian Ji Sun Woo."
***
Da Kyung ada di kerumunan bersama tamu pesta yang lain. Ia nampak celingak celinguk dan menatap ke atas.
***
"Aku bahagia menikah dengan Da Kyung." Ucap Tae Oh. "Aku bahkan tidak ingat bagaimana kita bersama."
"Kamu sungguh-sungguh?"
"Bukankah sudah jelas? Kamu tidak berarti bagiku. Kamu masa laluku. Satu-satunya wanita yang kucintai sekarang adalah Da Kyung."
"Kamu memakai Joon Young sebagai alasan untukku datang jauh-kauh ke rumah ini? kamu bukan hanya mengirim undangan. Tapi kamu juga mengirim foto itu. Kamu jelas melakukan semuanya untuk memprovokasiku. Kamu melakukannya karena aku. Kamu hanya ingin menemuiku. Apa aku salah?"
"Ya. kamu salah. Bisakah tinggalkan rumahku sekarang?"
"Sebelum kamu dipermalukan lagi." Lanjut Tae Oh bicara.
Mereka tatap tatapan.....
Sampai Da Kyung.... Da Kyung Cuma lihat Sun Woo di koridor dan melihat suaminya ada di dalam kamar.
Gemeslah dia.
****
Usai turun, Sun Woo masih mencari si bocah badung. Nggak ketemu.
Sampailah di acara Tae Oh, Jenny dan Da Kyung ada dikelilingi para tamu.
"Aku pasti akan kesal jika anggota dewan Cha tidak memberi kami perkenalan yang hebat." Ucap Tae Oh. "Terima kasih untuk menyelamati awal baru kami. Aku tahu kami pergi.... kejadian di masa lalu. Tapi kami selalu merindukan kampung halaman kami. Kami tidak akan pernah meninggalkan tempat ini lagi. Da Kyung tetap di sisiku saat aku mengalami yang terburuk. Dan hal yang sama berlalu bagi Jenny, putri semata wayangku dan putri berharga. Kami bertiga akan hidup di Gosan selama mungkin. Terima kasih."
Semua tepuk tangan.
Sun Woo nonton ini dong.
Jenny diberikan ke pengasuhnya. Da Kyung pegangan tangan dengan Tae Oh.
Dan kisseu.
Biar Sun Woo panas. Karena jelas Tae Oh melihat ke arah Sun Woo terus.
Sun Woo pun ingat ucapan Tae Oh yang mengusirnya.
Tb-tb Da Kyung berkata.
"Ji Sun Woo Sshi, terima kasih sudah datang hari ini. kamu datang untuk memberi kami selamat dan memberi restu, bukan? Kita akan sering bertemu sekarang. Biarkan yang lalu berlalu, dan mari saling mendoakan kebahagiaan dan akur. Kamu bersedia, bukan?"
Semua tamu melihat Sun Woo.
Sun Woo pergi begitu saja.
***
"Ayahmu pasti menghasilkan banyak uang." Ucap teman Joon Young. "Kamu beruntung."
No Eul berkata. "Dingin. Bukankah kita akan masuk kembali?"
"Jujurlah, kamu juga ingin tinggal di sini, bukan?" ucap si jaket merah. "Ini jauh lebih bagus daripada rumah Ommamu. Ibu tirimu juga cantik."
No Eul dan Joon Young langsung melirik saat lambe lemes bocah berkata ini.
"Diam." Ucap Joon Young.
"Apa? sepertinya kamu akan memukulku?"
"Apa masalahmu?" tanya No Eul. "Aku muak denganmu."
"bajingan gila." Joon Young mencengkeram kerah temannya.
"Hentikan." Ucap No Eul.
"Lee Joon Young..." Ucap Sun Woo. "Kemari sekarang."
****
Joon Young langsung jalan cepat banget. Nggak nyapa Sun Woo sama sekali.
Sun Woo masih di luar. Ia mendengarkan musik yang sama ketika Lee Tae Oh melamarnya.
Di dalam Tae Oh sedang berdansa dengan Da Kyung.
Sedangkan Sun Woo terluka.
***
"Kenapa kamu yang marah dengan Omma? Kamu yang salah." Ucap Sun Woo saat di depan rumah Tae Oh.
"Kenapa Ibu datang? Itu memalukan,"
Dan Dokter Kim muncul.
"Kamu datang dengannya?" tanya Joon Young.
"Masuklah sekarang."
Akhirnya sampai di rumah Sun Woo.
"Keluar." Ucap Sun Woo.
"Jangan terlalu memarahinya." Ucap Kim.
"Jangan ikut campur."
***
Sun Woo marah di dalam rumah.
"Omma membuatmu malu?"
"Omma sendiri nggak malu? Bayangkan apa yang dipikirkan orang-orang."
"Jangan menyalahkan orang lain. Katakan pendapatmu! Apa Omma membuatmu malu? Jika kamu mengatakan jujur dari awal. Omma akan membiarkanmu pergi. Ibu tidak akan ke sana mencarimu."
"Berhentilah berbohong. Ibu tidak akan membiarkanmu pergi."
"Kamu yang bilang tidak akan pergi. Itu yang kamu katakan pada Omma. Apa? kamu bersiap untuk ujianmu? Kamu sangat ingin pergi hingga membohongi ibu? Hah? Lee Joon Young, jawab Omma."
"Ya. aku ingin pergi. Ayah tahu apa yang aku sukai melebihi Omma."
Joon Young pun langsung naik ke atas.
***
Padahal....
Joon Young cemburu berat saat Ayahnya menggendong Jenny dan mengatakan putri semata wayangnya.
Saat itu, Joon Young bahkan meninggalkan tongkat baseballnya.
***
Pesta telah usai.
Kini pangku-pangkuan deh.
"Gumawo." Ucap Tae Oh. "Karena sudah mau menikah denganku."
"Aku melihat wanita itu keluar dari kamar kita. Apa yang terjadi?"
"Sejujurnya, aku tidak akan menduga dia akan bertindak sejauh itu. Kurasa kembalinya kita membuatnya trauma. Aku masa lalunya yang tidak ingin dia lihat lagi. Berkat itu, aku menyadari betapa aku mencintaimu. Kamu masa kiniku. Hanya kamu yang penting bagiku. Aku akan menarik kamar Joon Young jika kamu tidak terima."
Kisseu lagi.
Sun Woo malah mabok. Minum sendirian.
Yang ono malah wik-wik di sofaaa...
***
Yang dilakukan Sun Woo adalah ia ke lemarinya dan memasukkan semua gaun tidurnya yang mirip banget kayak punya Da Kyung di kamarnya. Mungkin seleranya Tae Oh kali yaa?
Sun Woo malah membayangkan Da Kyung wik wik di tempat penyimpanan baju dengan Tae Oh.
Ia tertawa seperti orang gila.
"Dasar bajingan,"
***
Esoknya Sun Woo bekerja dengan normal seperti biasa.
Sul yang mukanya dua mendekati Sun Woo.
"Apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Sun Woo.
"Ini soal kemarin. Aku benar-benar tidak berencana pergi."
"ah ya. aku melihat pesanan obat yang baru-baru ini kamu kirim. Aku melihat ada kesalahn data dari kuartal sebelumnya."
"benarkah?"
"Bisakah kamu memeriksa ulang dan mengirim ulang permintaan?"
"Apa kamu benar-benar marah kepadaku?" tanya Sul.
"Perawat Ahn, beri aku waktu satu jam rehat dari menemui pasien rawat jalan. Ada banyak yang harus aku periksa."
"Ya dok." Ucap perawat.
"Terima kasih."
***
Sul mendatangi ruangan Dokter Kim.
"Apa kamu stres karena sesuatu?" tanya Kim.
"Tidak. Aku tidak stres. Aku hanya lelah. Bagaimana kalian bisa datang ke pesta bersama kemarin?"
"Kami makan malam bersama. Dokter Ji bilang dia akan pergi ke pesta dan aku khawatir dia pergi ke sana sendirian. Itu sebabnya aku ikut."
"Kalau begitu. Kamu pergi usai mengantarnya?"
"Tidak. Aku menunggu di luar."
"Kamu menunggu Sun Woo?"
"Ya. aku khawatir." Kemudian Kim pergi.
"Apa ini? apa mereka pergi berkencan?" ucap sul kepo.
****
Sul mengangkat telepon dari Tae Oh.
"Yak... jangan undang aku lagi. Posisiku sulit karenamu."
"Omong-omong aku akan menemui direkturmu malam ini. kamu harus bergabung."
"lalu kenapa jika kamu menemui Direktur? Kenapa kamu meneleponku?"
"Ini akan bagus untukmu. Sampai jumpa nanti malam."
***
Tae Oh mengeluarkan ponselnya yang lain. Ada foto-foto Sun Woo di dalamnya. Termasuk semalam saat bersama Kim yang mengantarnya pulang.
Bahkan saat Sun Woo bekerja.
Dan saat Sun Woo makan di kedai bersama dengan Kim.
****
Usai kerja. Sun Woo pulang.
Kali ini ia sadar sepertinya ada sesuatu. Ada kayak suara dari luar. panik, mencari anaknya.
"Joon Young ah...."
Ia naik mencari anaknya.
"Joon Young ah..."
Dan ada di kamar dong.
****
"Yayasanmu akan memberikan donasi?" tanya direktur rs. Alias dokter uban.
"Aku setuju. Ayah mertuaku sangat ingin untuk berkontribusi dalam pengembangan regional."
"Semua orang di Gosan tahu Pimpinan Yeo adalah orang yang terhormat."
"Tidak masalah jika itu diberikan pada lansia dan anak-anak tanpa orangtua." Ucap Tae Oh. "Kami tidak pilih-pilih,"
"Aku yakin kamu kesulitan. Tapi masih memikirkan mereka yang membutuhkan pada momen kesukesanmu. Aku kagum. Pak Lee."
"Sebelum itu ada yang menggangguku. Mertuaku bukan orang yang suka mengeluh, tapi seperti yang kamu tahu, aku malu di depan mereka. Maksudku, Ji Sun Woo. Haruskah dia menjadi direktur mudamu?"
"Apa maksudmu...?" tanya uban...
Sul sih yang gantinya guys. Ia langsung terbelalak gitu. "Sun Woo harus mundur jika kami menginginkan donasi?"
"Ya. bukankah ada alasan kenapa aku kembali ke Gosan?"
***
Seorang pria akan ke rumah Sun Woo.
Di dalam rumah.
Sun Woo sedang makan bersama Joon Young.
Tb-tb ada suara pecahan. Ada yang melempar baru ke rumah Sun Woo lewat jendela.
***
"Jika berutang sesuatu. Aku harus membayarnya kembali." Ucap Tae Oh.
***
"Joon Young apa kamu baik-baik saja?" tanya Sun Woo dan kaget melihat jendela rusak.
Ada mobil polisi di depan rumah Sun Woo. Ada Ye Rim dan Je Hyuk yang baru pulang, tapi mereka tidak peduli.
"Tidak ada CCTV di belakang rumah. Jadi, sulit mengetahui penyebab jendelanya pecah," Ucap pak pol di depan rumah. "Kami sudah mengatur ulang pengaturan keamanannya. Dan kami akan patroli sementara, jadi, jangan khawatir."
"Baiklah. Kamu jangan khawatir Joon Young. Sudah dengar bukan?"
"Aku sudah membuat laporannya. Besok akan ada yang datang dan memperbaiki jendelanya." Dua orang petugas pun pamit.
****
Ye Rim berkata pada suaminya. "Bukankah ini aneh? Kejadian ini setelah Lee Tae Oh pindah kemari dengan keluarga barunya."
"Sikapmu tidak masuk akal. Aku mau mandi." Ucap Je Hyuk.
Saat Ye Rim melongok keluar jendela. Ia melihat pria dengan pakaian hitam yang melintas.
****
Sun Woo sedang nyapu bekas pecahan kaca dan bel ada yang menekan. Ternyata dia adalah Lee Tae Oh. Mereka berkomunikasi lewat interkom. Apasih namanya? Yang muncul di layar itu? Maap mimin orang biasa, kagak paham itu apa. tapi tahu, sering ada di drakor.
"Ada apa?" tanya Sun Woo.
"Biarkan aku masuk."
Kemudian Joon Young turun. "Aku menelepon Appa."
Joon Young pun membuka pintu untuk ayahnya.
Tae Oh membawa tongkat bisball dan melihat jendela yang rusak.
"Gwencana? Kamu tidak terluka?" tanyanya pada Joon Young.
"Aku baik-baik saja. aku tidak terluka."
Tae Oh untuk sementara menutup dengan plastik dan lakban.
"Dengan begini, setidaknya udara dingin tidak bisa masuk, bukan?"
"Ini bisa dilakukan oleh Omma, Joon Young Ah." Ucap Sun Woo.
"Tidak perlu meminta maaf. Hubungi aku kapan saja jika ada yang bisa kubantu. Ini membutuhkan sentuhan pria," Ucap Tae Oh.
"Itu tidak akan terjadi, jadi, tidak perlu repot-repot. Kami baik-baik saja tanpamu."
"Jangan seperti itu, bagaimana jika kamu izinkan Joon Young tinggal bersama kami untuk sementara? Di sini terlalu berbahaya. Tidak ada keamanan. Siapa yang tahu apa dan akan akan terjadi sesuatu?"
"Itu tidak akan terjadi lagi. Jangan khawatir Joon Young ah."
"Baiklah." Ucap Joon Young.
"Silakan pergi jika sudah selesai."
"Kamu melupakan tongkatmu. Appa akan datang." Ucap Lee Tae Oh. Padahal sengaja aja ditinggalin. "Kunci pintunya."
Joon Young langsung naik ke atas tanpa berkata apa-apa lagi.
***
"Kenapa lama sekali?" tanya Da Kyung.
"Jenny agak deman. Jadi, dia tambah manja."
"Benarkah Gungjunim..." Ucap Tae Oh pada Jenny.
"Kenapa kamu tidak menjawab teleponmu? Apa rapatnya baru saja selesai?"
"Aku mampir untuk menemui Joon Young. Jendela mereka pecah, jadi, aku memperbaikinya." Tae Oh pun pergi.
***
Sul ada di telepon.
"Lee Tae Oh, kamu memang bajingan yang setia."
"Benar, jadi, lakukan pekerjaanmu dengan bagus." Ucap Tae Oh. "Aku berusaha membalas semua bantuanmu."
"Jangan khawatir. Dokter Kong adalah pria yang serakah. Tapi, apa kamu sangat ingin mengusir Sun Woo? Kamu yakin itu yang kamu inginkan?"
"Kamu membuatku terdengar seperti bedebah. Aku hanya ingin berbuat kebaikan. Itu saja."
***
Sun Woo galau. Bahkan Da Kyung yang menidurkan anaknya pun resah.
Da Kyung berlatih menembak. Para ahjumma memujinya.
"Da Kyung kamu andal."
"Aku berlatih. Jika aku melakukan, pasti yang terbaik." Biasalah sombong.
Nyonya Umh berkata. "dia persis denganku, jadi, dia andal dalam semua yang dia lakukan."
Giliran selanjutanya yang menembak adalah Ko Ye Rim. Ye Rim nggak kalah hebat juga.
***
Kemudian para wanita nggak jelas ini makan bareng.
"aku dengar harga tanah di lokasi syuting TO Pictures naik sekarang." Ucap Mago.
"Bukan tanahnya saja. kudengar harga rumah premium untuk properti komersial di area ini lebih dari berlipat ganda. Suamiku bilang walikota sendiri yang akan menghadiri upacara pletakan batu di lokasi syuting."
"Ekonomi Gosan hampir meledak berkat itu. Tentu saja wali kota akan hadir."
Ye Rim berkata. "Aku akan mentraktir makan malam hari ini."
Da Kyung menarik tagihannya. "Tentu saja aku yang traktir. Ini hari pertamaku di asosiasi."
Kemudian pelayan datang.
"Pak Lee Tae Oh sudah membayar tagihannya."
Para ahjumma ini bahkan dapat bingkisan dari Lee Tae Oh. "Ini hadiah. Dia memesan lebih dahulu untuk diberikan saat kalian keluar."
"Begitulah menantuku." Ucap Umh. "Dia hanya memikirkan Da Kyung."
"Ahhh Pak Lee pasti sangat perhatian." *ternyata isinya anggur. "Kami sangat berterima kasih padamu Da Kyung sshi.."
"Ya." Ucap Da Kyung.
"Pesta rumah baru sudah cukup untuk sebuah inisiasi." Ucap Ye Rim. "Ini agak lebay deh. Kita semua di sini bercengkerama. Jika suamimu terlibat dan membayar secara sepihak untuk segalanya dan hal-hal seperti itu, sepertinya itu bertentangan dengan tujuan perkumpulan kita."
"Ahhh... apakah aku membuatmu tidak nyaman?" tanya Da Kyung.
"Dengarkan Ye Rim. Manusia itu jangan terlalu kaku." Ucap Umh. "Jangan menghina niat baik seseorang."
"Ye Rim juga benar. Kita bayar makanan kita sendiri tanpa memakai uang suami kita. Tidak apa-apa bukan?" Ucap Mago.
Mago pertama berdiri. Kemudian YeRim. Beberapa ahjumma tidak mengambil hadiahnya. Yang ngambil cuma Sul saja.
Mereka bubar duluan meninggalkan Da Kyung dan Nyonya Umh.
***
Sul malah memberikannya pada salah satu ahjumma.
"Ini."
"Tidak-tidak apa-apa. aku mengambilnya dan bilang ini untukku. Ambilah."
Ahjumma itu pun menerima. "Baiklah kalau begitu."
Bukan hanya itu sogokannya.
Sul memberikan bros mewah. eehh ini bininya yang direktur rumah sakit itu.
"Aku ke Seoul kemarin dan memikirkanmu."
"Kamu tidak boleh melakukan ini. aku tidak bisa menerima ini. suamiku akan mengamuk."
"ini diantara para perempuan. Dokter Kong tidak perlu tahu."
"Orang sepertimu seharusnya menjadi direktur muda."
"Kalau begitu. Tolong aku."
"Aku akan segera menyiapkan sesuatu dengan istri Pimpinan Choi."
****
Umh masih kesal saat perjalanan pulang. "Kita biarkan jalang itu masuk meskipun dia tidak cukup baik. Beraninya dia. Tae Oh pasti menghabiskan banyak uang. kamu harus memujinya,"
"Dahulu ibu sangat membencinya."
"Akan jauh lebih baik jika dia tidak punya anak."
"Tidak ada yang bisa kita lakukan soal itu." Ucap Da Kyung.
"Kita harus memutuskan hubungan dengan mereka. Ini membuatku pusing."
***
Di kelasnya Joon Young ada bocah yang kehilangan sesuatu. Sepertinya benda berharga. Tapi belum dijelaskan lebih detail.
***
"Bagaimana pertemuannya? Apa menyenangkan?" tanya Tae Oh pada Da Kyung yang baru pulang.
"Ya. kupikir akan membosankan bergaul dengan wanita tua. Ternyata menyenangkan. Omma terkesan denganmu. Dia menyuruhku memujimu."
"Itu bukan apa-apa."
Da Kyung memeluk Tae Oh. "Gumawo. Berkatmu, aku merasa lebih percaya diri. kamu mau ke kantor?"
"Ya."
"Aku bukannya tidak menyukai Joon Young. Aku butuh waktu untuk dekat dengannya."
"Aku tahu. Aku akan mengurusnya sendiri."
"Undang dia untuk makan malam kapan-kapan."
"Gumawo, Da Kyung ah."
Tae Oh pun pergi.
Lee Tae Oh menghadap mertuanya. "Kudengar kamu memberi tahu rumah sakit bahwa kamu akan menyumbang. Apa itu benar?"
"Aku akan memberi tahu Ayah setelah keputusannya keluar. Maafkan aku."
"Karena kamu sudah kuberi jabatan, bukan berarti kamu bisa mengendalikan uang perusahaan. Lalu? Dari mana kamu akan mendapatkan uang untuk menyumbang?"
"Tentu saja aku berencana mendiskusikannya dengan Ayah. Jika ayah tidak mengizinkannya, aku akan membatalkannya."
"Kamu yakin akan meluruskan semuanya?"
"Lakukan dengan benar jika kamu ingin melakukannya."
"Baik. Aku akan melakukannya dengan benar,"
***
Sun Woo di supermarket membeli banyak miras. Ia berpapasan dengan ahjumma Mago. "Tidak akan menyenangkan jika kamu sudah hancur." Melirik pada anggur yang dibeli.
"Ini tidak seperti kelihatannya."
"Aku ada yang sangat aku terimakasihi padamu. Kamu tahu bukan. Hati-hatilah. Mereka bukan tipe orang yang akan mengalah." Kemudian Mago pergi usai tatapan tajamnya.
***
Sun Woo pulang dan mendapatkan surat di depan rumahnya. Bertuliskan. "Ji Sun Woo, tinggalkan tempat ini."
Sun Woo mulai parno dan agak takut sama sekelilingnya.
Ia melihat jendelanya memang sudah diperbaiki.
Bahkan dia kaget mendengar getar telepon.
"Halo."
"Dokter Ji." Ucap perawat. "Anda lupa membawa dokumen yang harus anda tinjau. Mau aku antar?"
"Apa aku meninggalkannya? Tidak... aku akan kembali."
***
Sun Woo lewat di jalanan. Melihat anaknya di jalanan. Berusaha menelepon tapi ditolak oleh Joon Young.
Sun Woo akhirnya mengikuti anaknya. Sang anak masuk ke lingkungan rumah sakit.
Tanya ke perawat. "Apa kamu melihat Joon Young?" perawat diam saja. Sun Woo langsung ke ruangan dokter Kim karena curiga.
Langsung dibuka saja pintunya.
"Dokter Ji, bukankah hari ini kamu libur?"
"Joon Young Ah, sedang apa kamu di sini?" *sul dan yang lain menguping. "Kenapa tidak menjawab? Apa yang kamu lakukan di sini tanpa Omma?"
"Omma sendiri ada apa di sini? Ibu sudah mulai mengikutiku?"
"Kamu menyembunyikan sesuatu dari Omma?"
"Dokter Ji, tenanglah." Ucap Kim.
"Dokter Kim katakan kepadaku apa yang terjadi? Apa ada masalah dengan Joon Young?"
"Bisa hentikan Omma?"
"Dia masih di bawah umur. Kenapa kamu menemuinya tanpa wali?" Sun Woo posesif ya.
"Jebballl Ommmaa... aku merasa sesak setiap kali ibu bersikap seperti ini. ibu tahu?" kemudian Joon Young pun pergi.
***
Sun Woo akan mengejar tapi dihentikan Kim.
"Kamu seharusnya memberi Joon Young ruang. Dengan mengejarnya, kamu tidak bisa berbuat apapun."
"Kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Sun Woo di depan sul dan yang lain.
"Jika kamu tahu soal ini, Joon Young tidak akan datang untuk menjalani konseling."
Sul malah manggut-manggut.
***
Joon Young mengunci dirinya di kamar dan tidak mau keluar untuk makan meski ibunya mengetuk.
Joon Young membuka lacinya dan di sana ada kotak barang-barang yang ia curi dari para temannya. Ternyata Joon Young klepto.
***
Sun Woo membuka kotak di ruangannya. Ternyata isinya foto pernikahan lamanya yang sudah rusak.
Joon Young juga tb-tb berkata akan makan malam di rumah ayahnya besok. Ia bilang gitu aja dan masuk kamarnya.
"Itu omong kosong. Dia tahu kami bercerai karena perbuatan ayahnya. Kenapa dia menyalahkan dirinya sendiri?"
"Anak dari keluarga bercerai cenderung menyalahkan diri sendiri. Tapi dengan Joon Young, ini agak berbeda. Dia menemukan kartu memori, ada di kamarmu. Dia bilang ada rekaman perselingkuhan mantan suamimu. Dia pikir begitu caramu mengetahui bahwa mantan suamimu berselingkuh."
"Aku harus bagaimana? Ottoke?"
"Sudah kulakukan berkali-kali bahwa itu bukan salahnya. Dia sudah jauh lebih baik."
Sun Woo menangis. "Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan karena aku terlalu sibuk untuk mengurus diriku sendiri. ini semua salahku. Seharusnya aku membuangnya."
"Percayalah padaya dan tunggu saja. aku yakin dia akan mengatasinya. Dia sangat sensitif dan pintar. Biarkan dia menemui ayahnya untuk sementara. Itu akan membuang kekosongan yang ia rasakan. Tentu saja, ini akan sulit bagimu."
***
Je Hyuk dan Ye Rim menikmati kebersamaan mereka.
"Bagaimana jika kita merayakan natal di pulau jeju?" tanya Je Hyuk. Ada pramu saji membawakan minuman. Je Hyuk melirik perempuan itu terus.
"Main golf juga bagus."
"Oke."
"Kita harus membeli baju golf baru." Ucap Ye Rim.
Dan terus aja. Je Hyuk memandang perempuan itu.
***
Saat bayar. Perempuan itu berkata. "Anda menikmati makanannya?"
"Istriku sangat menyukainya." Terus aja dipandangi. Bahkan ke dada. Pelayan memberikan struk dan menuliskan nomor telepon di struk pembayaran. Ketemulah lagi sama fucek girl.
***
"Kurasa ada yang memata-matai rumah Joon Young." Ucap Ko di dalam mobil bersama dengan Je Hyuk.
"Berhentilah memedulikan mereka."
"Si peselingkuh sudah punya anak dan menikah dengan bahagia. Tapi Sun Woo masih sendirian. Dunia ini sangat tidak adil. Aku khawatir akan terjadi sesuatu."
"Aku lebih mencemaskanmu. Pastikan kamu mengunci pintunya saat sendirian di rumah."
"Ya."
***
"Anda sudah memikirkannya?" tanya Sul pada dokter Uban si Matre.
"Kamu tahu itu bukan keputusan yang bisa diputuskan semudah itu."
"Anda harus memulai dengan memberi tahu Pimpinan. Anda sudah memikirkan direktur muda berikutnya?"
"Pastikan dokter Ji tidak mendengarkan ini." Ucap Kong.
"Tentu saja."
****
Sun Woo masuk dan mengagetkan Kong. Ia membuat kopi.
"Joon Young baik-baik saja?" tanya Sul.
"Ya."
"Beri tahu jika kamu membutuhkan bantuanku."
"Kenapa kamu menawarkan bantuanmu?" tanya Sun Woo. "Apa? bagaimana kamu akan membantu?"
"Lupakan saja aku bilang begitu." Ucap Sul.
***
Sul mendatangi Mago di tempat spa.
"Dokter Sul, kamu mendatangi orang yang salah. Pimpinan rumah sakit cinta dan aku baru saja membicarakan soal masalah pribadi. Kami tidak membahas masalah penting." Ucap ahjumma mago. Kakinya sedang dicuci. Perempuan yang mencuci kakinya punya tato... ah jangan-jangan... salah satu pemain nih.
"Pimpinan Choi adalah penyumbang rumah sakit kami bertahun-tahun. Kenapa kamu merendah sekali?" tanya Sul.
"Kamu sudah bertemu dengan pimpinan?" tanya ahjumma yang satu lagi. Istrinya Kong?
"Pimpinan tidak tahu sama sekali." Ucap Mago.
"Suamiku sangat berhati-hati. Kurasa dia belum melaporkannya." Ucap Bini Kong.
"Jangan membuatku tertawa. Tidak ada yang lebih perhitungan dari dokter Kong." Ucap Mago. "Dokter Ji Sun Woo andal dalam pekerjaannya. Kudengar semua orang tahu pasiennya paling banyak diantara dokter di sana. Terima kasih." Ucap Mago pada mbak yang membasuh kakinya.
Kek nona min deh dari belakang guys.
Giliran ke sesi pijat 3 ahjumma ini.
"Kabarnya, TO pictures selesai membangun lokasi syuting. Kudengar lebih dari 100 staf akan datang untuk satu kali syuting." Ucap Sul. "memang dia temanku, tapi aku penasaran kapan dia menjadi orang penting. Aku masih kagum."
Bini Kong menambahkan. "Semua orang sempat mengira dia tidak berharga. Siapa sangka dia memenangkan tiket lotre?"
Mago berkata. "Kita lihat saja nanti. Dia menghasilkan semua uang itu, tapi dia memakai semuanya untuk mengejar mantan istrinya."
Dan bener deh... yang memijat Mago adalah Nona Min.
"Kurasa pikiranku tidak sehat. Aku meragukan itu." Ucap Sul. "Tae Oh sangat tulus. Dia hanya merasa bersalah kepada ayah mertuanya. Itu sebabnya dia melakukan itu."
Bini Kong lagi. "Tentu, bagaimana bisa dia menyumbangkan uang ke rumah sakit mantan istrinya bekerja? Orang bisa salah paham."
"Tentu saja, aku kasihan pada Ji Sun Woo. Dia berusaha keras di RS. Aku merasa dia digantikan karena masalah keluarganya." Ucap Sul. Dan Nona Min mendengarkan dengan saksama. "Tapi mau bagaimana lagi?"
"Aku tidak pernah tahu kamu, Dokter Sul, sangat ambisius." Ucap ahjumma Mago. "Aku sudah selesai." Ucap Mago.
"Kenapa kamu tidak melanjutkan?" tanya Bini Kong.
"Tidak. Aku akan pergi dahulu."
***
"Tidak apa. jangan khawatir dan tunggulah." Ucap Bini Kong pada Sul. "Suamiku bilang dia akan menimbang pro dan kontra antara donasi dan dokter Ji."
"Terima kasih samunim." Ucap Sul lemes.
Yaa... Nona Min muncul juga wajahnya kembali.
***
Tae Oh menjemput anaknya. Sun Woo hanya mengantar dengan hampa.
***
Sun Woo makan sendirian dan di tempat Tae Oh, mereka makan berempat. Joon Young hanya memainkan makanannya.
"Jenny pasti menyukai Oppanya." Ucap Tae Oh.
"Dia sepertinya belum bisa bicara." Ucap Joon Young.
"Jenny tidak mau makan jika ada orang yang tidak disukainya. Lihat, dia makan dengan lahap."
"Yeobo. Bisa ambilkan popok dan tisu Jenny?"
"Ya." Tae Oh pergi.
***
"Kamu tidak nyaman denganku bukan?" Ucap Da Kyung. "Sebenarnya, aku juga merasa begitu. Tapi aku ingin kita merasa nyaman sekarang. Aku sangat menyesal atas apa yang terjadi. Tapi aku mencintai ayahmu. Dan ayahmu sangat menyayangimu. Aku ingin kamu baik-baik saja dan merasa nyaman. Kamu harus bahagia agar ayahmu juga bahagia."
Dan Jenny menjatuhkan garpu. Keduanya refleks memberikan jenny garpu. Tae Oh yang melihatnya nampak senang.
***
Sun Woo masih sendirian. Mengingat ucapan Kim.
"Joon Young kehilangan cinta karena perceraian itu. Tolong pahami perasaannya yang bingung, yang merindukan sekaligus membenci ayahnya di saat bersamaan."
Ingatan selesai.
Sun Woo hanya menengok jam sebab Joon Young tidak pulang juga.
***
Joon Young sedang bermain dengan Jenny.
"Jenny lebih menyukai Oppanya daripada aku." Ucap Tae Oh.
"Makan buahnya Joon Young." Da Kyung membawa buah.
Mereka makan.
"Kita harus bersiap untuk pergi." Ucap Tae Oh. "Makan. Ayah akan ambil kunci,"
"Kamu mau menginap Joon Young?" Tanya Da Kyung. "Ini sudah larut. Ayahmu bisa mengantarkanmu ke sekolah besok pagi. Bukan begitu?"
"Tapi tidak ada tempat untuknya tidur," Ucap Tae Oh.
Da Kyung mengantarkan Joon Young ke kamar barunya.
"YAAAHHH...Kapan kamu menyiapkan semua ini?" tanya Tae Oh.
"Bagaimana? Kamu suka kamarmu?" tanya Da Kyung.
***
Seorang pria membawa besi ada di depan rumah Sun Woo. Pria itu membawa besi dengan menyeretnya.
***
Di dalam rumah, sudah pukul setengah 10. Sun Woo masih meminum anggurnya dan mendapatkan pesan dari Nona Min.
"Bagaimana kabarmu? Aku memikirkanmu dan berniat menyapa." Begitu pesannya.
Dan di saat yang sama pria dengan tongkat besi itu langsung memukul CCTV yang ada di rumah Sun Woo.
***
Sun Woo mendengar itu.
Setelah CCTV, kaca rumahnya dipukul dengan amat sangat bar bar.
Pria itu masuk ke rumah Sun Woo.
Langsung mencengkeram dan melemparkan Sun Woo.
Di saat yang sama, ada dokter Kim menelepon. Sun Woo sempat menerima panggilannya. Tapi penjahat itu langsung menendang ponsel Sun Woo.
Sun Woo teriak dan didengarkan oleh Kim. "Tolong!!! Tolong!!!
Sun Woo teriak dan Kim langsung ke rumah Sun Woo.
Ini sisi kamera bener-bener ada di bagian penjahat yaa... jadi. kita bisa melihat Sun Woo dianiaya dan sempat menggigit. Namun dilepaskan plus dilempar Sun Woonya sama penjahat tadi.
Sun Woo mau kabur tapi gagal terus.
Ia dicekik. "Siapa... siapa kamu?"
Sun Woo maraih botol anggur di sebelahnya dan memecahkannya di kepala penjahat.
Kontras banget yaaa...hidup Sun Woo sama Lee Tae Oh.
***
Pria itu luka di kepala.
Ada bunyi wiu wiu...
Pria itu lari dan sempat menabrak Ko Ye Rim yang ada di jalanan luar sebab kepo ada mobil wiu wiu. ehh dia yang laporin ke polisi. dia yang telepon.
Yerim bangkit dan dua mobil polisi datang.
****
Di luar, Ko Yerim memberikan keterangan pada polisi.
"Apa kamu melihat wajahnya?"
"Tidak, aku tidak bisa melihat wajahnya."
Kemudian dokter Kim datang.
***
Kim langsung menuju Sun Woo.
"Apa yang terjadi? Kamu terluka parah? Lukamu harus diobati dahulu. Di mana kotak P3K?"
Sun Woo meraih tangan Kim. "Tidak apa."
"Apa anda walinya?" tanya polisi yang muncul.
"Ya. kami rekan dari rumah sakit yang sama."
"Bolehkah aku bertanya?"
"Tunggu sebentar." Ucap Kim pada Sun Woo.
***
Joon Young menelepon Ibunya.
Tidak diangkat.
***
Joon Young main game dengan Tae Oh.
"Ada apa? Ibumu tidak mengangkatnya? Dia pasti sudah tidur."
"Omma tidak tidur secepat ini, biasanya dia susah tidur."
Joon Young pun ditelepon ibunya.
"Ya Joon Young. Omma tidak menjawab panggilanmu karena sedang mandi."
"Bagaimana makan malamnya? Kamu menikmatinya?"
"Ya. bolehkah aku menginap di rumah ayah?"
"Kamu mau menginap? Itu ide bagus. Boleh. Kamu boleh menginap."
"Omma sendirian gwencana?"
"Ya. tentu. Omma baik-baik saja. tidurlah di rumah ayahmu dan pastikan tidak terlambat ke sekolah. Selamat malam."
"Apakah ibumu menolaknya?" tanya Tae Oh.
"Tidak. Dia bilang itu ide bagus. Dia menyuruhku tidur di sini."
"Itu bagus. Mau bermain satu babak lagi?"
****
Para polisi sudah pergi.
"Mereka akan menanyaimu sebagai saksi besok." Ucap Kim. "Aku akan ikut denganmu."
"Gumawo."
"Kurasa dia berpapasan dengan ahjumma yang tinggal di seberang saat kabur. Dia juga yang melaporkan ke polisi."
****
Ye Rim berusaha menelepon suaminya tapi nggak nyambung.
***
Suaminya lagi kencan. "Ahjussi kamu kaya bukan? Kudengar anda seorang akuntan. Pokoknya, itu yang dikatakan bosku. Bahwa anda kaya."
"Aku? Aku tidak punya banyak uang."
"Anda punya uang yang cukup untuk membelikanku tas, bukan?"
"Kenapa aku harus membelikanmu tas, agasshi?" Tanya Je Hyuk.
Nona itu mendekatkan wajahnya. "Karena aku akan membiarkanmu berkencan denganku mulai sekarang. Tidak mau?"
****
Sun Woo diobati oleh Kim. "aku sudah mengeluarkan semua pecahan yang ada di tanganmu."
"Kamu terluka di tempat lain?" "Aku hanya sedikit terkejut."
"Siapa dia? Kamu tahu siapa dia?"
"Tidak. Wajahnya tertutup masker."
"aku terlalu khawatir. Kamu harus datang ke rumahku."
"Tidak apa-apa. aku hanya ingin istirahat."
"Kamu harus ke kamarmu dan berbaring."
****
Sun Woo jalan lemes banget.
Tbtb ada suara pintu dibuka.
Kim langsung memeriksanya.
Ternyata Joon Young ada sama Tae Oh. Kagak jadi nginep nih?
"Siapa yang datang? Ommoo... kenapa kamu di sini? Ibu kira kamu akan menginap."
"Aku bilang padanya begitu. Tapi dia pulang karena mencemaskan ibunya." Ucap Tae Oh.
Joon Young menuju ibunya.
"Omma terluka?"
"Sedikit. Omma baik-baik saja. tidak seburuk itu." Dan Joon Young melihat jendela benar-benar dibobol.
"Omma."
"Tidak Joon Young. Jangan khawatir. Pergilah ke kamarmu, ya? Gwencana."
*****
"Apa yang terjadi?" tanya Tae Oh. "Apa itu terjadi lagi?"
"Kamu tidak perlu tahu. Bisakah kamu pergi sekarang?"
"Kamu sudah menelepon polisi?"
Tae Oh akan mendekat pada Sun Woo tapi dihalangi oleh Kim. "Dia harus istirahat. Bagaimana jika kamu kembali nanti saja?"
Sun Woo pun naik ke atas.
Tae Oh pulang.
****
Tae Oh keluar dengan wajah penuh kebencian.
***
Je Hyuk melihat tangan Ye Rim. "Menelepon polisi sudah cukup. Kenapa kamu harus keluar. Akhirnya kamu terluka. Aku akan membawamu ke rumah sakit besok pagi."
"Aku meneleponmu beberapa kali. Tapi kamu tidak menjawab."
"Seorang klienku tb-tb menelepon. Aku tidak tahu kamu menelepon dan hal ini terjadi. Sakit? Astagaa... memar ini akan memburuk." Je Hyuk meniup tangan Ye Rim kayak lilin. Tapi Ye Rim kayaknya mulai curiga. "Mulai sekarang, jangan mencampuri urusan orang lain."
***
Sun Woo melihat ancaman suratnya lagi.
Ia login ke akun CCTV dan melihat rekamannya.
Seorang pria datang dengan tongkat besi dan memukul CCTV.
****
SALJU TURUN......
Sun Woo janjian ketemu dengan Nona Min.
"Lama tidak bertemu." Ucap Sun Woo.
"Kenapa kamu kemari?" tanya Nona Min.
"Kenapa kamu tb-tb mengirimiku pesan semalam?"
"Rasanya dokter Ji tidak berada dalam situasi yang baik."
"Apa maksudmu?"
"Kudengar suamimu kembali. Kamu tahu dia berusaha membuatmu dipecat dari rumah sakit?"
Sun Woo mengedor-gedor pintu dan menekan bel rumah Ye Rim. "Kudengar kamu menelepon polisi?"
"Ya."
"Kenapa?" tanya Sun Woo.
"Tidak ada alasan. Aku melihat orang asing mengawasi rumahmu beberapa hari lalu."
"Apa itu Lee Tae Oh?"
"Aku tidak yakin siapa itu. Tapi, lee Tae Oh pernah datang ke tempatmu. Dia datang siang hari saat rumah kosong."
****
Sun Woo membayangkan. Siang hari Tae Oh masuk ke rumahnya. Masuk ke kamarnya. Mengambil figura di kotak. Dan menginjaknya dengan sepatu.
***
un Woo pergi ke kantor Tae Oh. "Ada yang bisa aku bantu?" tanya petugas. Tapi Sun Woo masuk begitu saja. "Anda tidak bisa begini."
"Di mana Lee Tae Oh?"
"Anda tidak boleh begini."
Kemudian ada pria muda muncul. "Ada yang bisa kubantu?"
"Di mana kantor presdir?" Sun Woo masuk lagi.
"Anda tidak bisa begini. anda harus membuat janji."
"Katakan Ji Sun Woo ada di sini. Sekarang juga!"
Kemudian pegawai perempuan berkata. "Presdir meminta anda masuk."
****
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" tanya Sun Woo. "Aku yakin tujuanmu bukan hanya membuatku memgundurkan diri dari jabatanku."
"Kenapa kamu tidak meninggalkan tempat ini sebelum keadaan memburuk? Jika kamu mau, aku bisa memberikanmu pekerjaan bagus di Seoul."
"Jadi, itu tujuanmu? Kamu memecahkan jendelaku untuk mengancamku. Kamu diam-diam datang ke rumahku dan mengacaukan barang-barangku. Kamu juga menyuruh seseorang menyerangku. Kamu pikir itu akan membuatku takut sampai melarikan diri?"
"Kamu seharusnya memberitahu jika ada hal berbahaya seperti itu terjadi. Joon Young tidak boleh tinggal di sana lagi."
"Siapa pria yang kamu kirim?"
"Jangan mencoba menyalahkanku. Aku tidak ada hubungannya dengan itu. Bagaimanapun, kamu harus pergi sebelum makin berbahaya. Aku akan mengurus Joon Young, jadi, jangan khawatir"
"Teruslah bermimpi!!" teriak Sun Woo. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu memiliki Joon Young. Jangan membuatnya cemas hanya untuk menggangguku."
"Kurasa kamu tidak merasa bahwa kamu yang membuatnya cemas. Kudengar kamu tidak bisa tidur tanpa meminum alkohol. Apa yang kamu lakukan sampai seorang anak mengkhawatirkan ibunya? Kini, kamu menyeret pria-pria aneh ke rumah. Kamu bahkan tidak tahu Joon Young menjalani terapi. Apa menurutmu, kamu memenuhi syarat menjadi seorang Omma?"
"Hentikan."
"Jangan mempersulit keadaan dan kirimkan Joon Young kepadaku. Minum alkohol, berkencan, kamu melakukan apapun yang kamu mau!."
"Kubilang jangan ganggu aku." Ucap Sun Woo.
"Pergilah. Maka semua akan berakhir."
****
Dan Seorang pria di kantor Tae Oh teleponan dengan Da Kyung.
"Baiklah. Gumawo..." Ucap Da Kyung di rumah.
****
Sun Woo masih dikantornya dan dia kedatangan Da Kyung.
****
Ye Rim masih lagu lama menelepon Je Hyuk dan Je Hyuk sedang mandi di hotel sebab punya teman kencan baru.
Tujuh panggilan tidak terjawab.
Dan sang Nona mendapatkan tas barunya.
****
"Kenapa kamu datang ke kantor suamiku?" tanya Da Kyung.
"Jangan tanya aku. Kamu harus tanya suamimu."
"Kubilang kita harus akur tanpa menyimpan dendam. Bukankah kamu sudah berjanji?"
"Kamu sungguh ingin akrab denganku?" tanya Sun Woo.
"Bukankah seharusnya begitu?"
"Kalau begitu, awasi suamimu."
"Yang benar saja. ada apa denganmu?"
"Kamu masih tidak mengenal Tae Oh dan seperti apa dia."
****
Malam hari. Di semacam bangunan tua.
Tae Oh menemui seorang pria. Bangunan itu adalah kolam renang tidak digunakan. Jadi ingat bajingan pacarnya Nona Min yaaaaaa.
Pria itu masuk ke mobil Tae Oh. Di bagian belakang.
"Aku menyuruhmu menakutinya, bukan menyakitinya."
Dan emang bener... bajingan itu muncul lagi. Kekasihnya Nona Min. "Lihat aku. Kamu tidak mengerti? Kamu tahu dia tidak akan menerimanya meski aku hanya menakutinya."
"Jangan pernah menyentuh Ji Sun Woo. Apa pun yang terjadi."
"Aku membusuk di penjara selama setahun karena dirinya. Aku tidak sesuci itu."
Sun Woo nengok ke belakang. "Jika kamu melanggar perintahku dan menyakitinya lagi. Perjanjian kita batal. Kamu tidak akan mendapatkan uang sepeserpun, mengerti? Keluar... aku bilang keluar!!!" Tae Oh teriak.
***
Nyonya Umh bermain dengan Jenny.
Kemudian Da Kyung pulang.
"Kenapa kamu pulang larut?" tanya Nyonya Umh. Tapi Da Kyung malah ngacir masuk aja.
"Ada apa dengannya? Apa dia bertengkar dengan Tae Oh?" tanya Nyonya Umh pada Pak Yeo.
***
Da Kyung masuk ke kamarnya.
Mengingat ucapan Sun Woo.
"Hati-hati. Tidak ada jaminan kamu tidak berakhir sepertiku."
****
Sun Woo pada malam hari masuk ke rumah tradisional korea. Ia bertemu dengan ahjumma Mago. "Masuklah." Ucap Mago.
***
Di tempat perkumpulan para ahjumma.
Umh mampu menembak dengan baik dan semua orang bertepuk tangan.
Sun Woo tb-tb saja datang dan membawa senjata sendiri.
Semua bengong dong.
Tanpa kata.
Sun Woo langsung meletakkan senapannya di tempat senapan para ahjumma yang lain.
"Kalian nampak bersenang-senang. Aku juga ingin bergabung dengan asosiasi wanita. Bagaimana aku bisa bergabung?"
"Sebagai peraturan, kamu perlu persetujuan para anggota." Ucap Da Kyung. "Aku ragu kamu akan mendapatkannya."
"Persetujuan para anggota? Aku akan bisa masuk jika mendapatkan suara mayoritas?"
"Itu secara teknis yaa... tapi..." Ucap Sul.
"Kusarankan kamu pergi." Ucap Umh. "Sebelum kamu dipermalukan. Tidak ada orang di sini yang akan menerimamu."
"Kalau begitu jangan membuang-buang waktu. kita pastikan sekarang." Ucap Sun Woo.
"Baiklah, siapa yang setuju dokter Ji bergabung dengan asosiasi kita? Angkat tangan kalian." Ucap Umh.
Sun Woo santuyyy banget kali ini.
Ahjumma Mago angkat tangan duluan. "Aku setuju."
Kemudian ahjumma lain ikutan.
Dapat 2....
"Ini adalah posisi sulit untuk menolak direktur muda kita." Ucap Bini dokter Kong. Dia pun angkat tangan.
Dapat 3.
"Sayangnya, kamu tidak mendapatkan suara mayoritas." Ucap Umh.
Da Kyung angkat tangan. "Aku juga akan menyutujuinya."
Dapat 4...
"Gumawo yooo." Ucap Sun Woo.
Kilas balik saat Sun Woo bertemu dengan Ahjumma Mago.
"Kamu ingin bergabung dengan asosiasi wanita?" tanya Ahjumma Mago.
"Ya."
"Itu tidak berguna. Kupikir kamu datang untuk membicarakan pekerjaan. Dari yang kudengar, ada beberapa orang yang menggantikanmu sebagai Direktur Muda."
"Tidak benar meminta bantuan Anda terkait pekerjaan. Aku tahu itu." Ucap Sun Woo.
"Jadi, kamu tidak mau aku bertindak karena aku tidak terlibat langsung dengan rumah sakit?"
"Aku ingin berkontribusi membangun komunitas kita."
"Kamu mau masuk ke kandang macan? Itukah yang kamu rencanakan sekarang?"
"Tidak seperti itu."
"Secara pribadi, menurutku bukan ide bagus untuk melibatkan orang lain dalam perseteruan rumah tangga, dokter Ji,"
"Tapi aku juga tidak bisa terus menghindarinya. Aku yakin anda mengerti bagaimana posisiku."
"Ya. aku mengerti. Namun, aku tidak berniat untuk memihak siapapun. Menurutku itu tidak benar."
"Aku hanya meminta anda untuk tidak menolak." Ucap Sun Woo. "Untuk hal itu saja, aku berterima kasih."
"Jadi, apa rencanamu setelah bergabung dengan asosiasi wanita?"
****
"Selamat datang, dokter Ji." Ucap ahjumma Mago usai Da Kyung setuju.
"Terima kasih samunim." Ucap Ji.
"Selamat datang juga." Ucap Sul yang jelas ngeselin.
"Selamat datang." Da Kyung mengajak salaman.
"Terima kasih sudah mengizinkanku bergabung."
"Aku tidak punya alasan untuk menolak." Jawab Da Kyung.
****
Da Kyung ketemu Sun Woo di kamar mandi.
"Apa rencanamu?" tanya Da Kyung.
"Kupikir kamu ingin aku bergabung."
"Kamu tidak perlu melakukan itu. Apa kamu melakukan ini demi kedamaian? Atau kamu mencoba melawanku?
"Anggap saja sebagai caraku untuk memperingatkan Tae Oh. Dia mungkin akan lebih berhati-hati jika tahu aku bergabung dengan asosiasi."
"Apa yang dilakukan suamiku hingga kamu ingin dia berhati-hati?"
"Suamimu menguntitku."
Da Kyung tertawa.
"Aku tahu ini sulit dipercaya. Tapi itulah kenyataannya." Ucap Ji.
"Aku mencemaskanmu deh. Tidakkah kamu perlu menjalani konseling?"
"Kamu yang membuatku khawatir. Sudah kubilang, kamu tidak tahu apapun soal Tae Oh."
"Kamu pasti ingin membuatku goyah."
"Aku tidak mencoba memulai perkelahian. Aku hanya ingin mengatakan hal yang tidak kamu ketahui. Pastikan suamimu tidak melewati batas. Kumohon. Kumohon kepadamu." Sun Woo pergi.
*****
"Apa yang coba kamu lakukan?" kini Ye Rim tanya di koridor. "Tidak bisakah kamu diam saja?"
"Tidak." Sun Woo nggak peduli dan pergi.
***
Nyonya Umh memarahi Da Kyung di dalam mobil.
"Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu membiarkannya bergabung? Ibu mengirim mereka hadiah dan undang mereka makan malam setiap pergantian musim. Ibu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk asosiasi wanita. Ibu ingin memastikan mereka tidak menghina pernikahanmu."
"Cukup. Omma saja yang merasa itu memalukan. Jadi, coba bayangkan pendapat orang lain."
"Astaga..."
Tae Oh menelepon Da Kyung.
"Bagaimana kalau kita berkencan malam ini?" tanya Tae Oh. "Aku sudah memesan tempat di restoran bagus. Oke..."
*Tae Oh menaruh salah satu ponselnya di laci. Pemuda yang kemarin melapor ke Da Kyung mulai memata-matai.
***
Sun Woo makan malam dengan dokter Kim. mereka ada di resto mewah gitu.
"Polisi ada benarnya. Kamu tidak boleh mencurigai mantan suamimu hanya karena dia pernah mampir saat kamu di rumah."
"Apa kamu berpikir bahwa aku berlebihan?"
"Maksudku kita harus menunggu investigasinya. Bagaimana jika tinggal di rumahku untuk sementara? Mari kita lakukan. Aku sama sekali tidak keberatan."
Keduanya tertawa.
Ternyata ada Da Kyung dan Lee Tae Oh muncul di resto yang sama.
"Ayo ke tempat lain." Ucap Tae Oh.
"Kamu merasa tidak nyaman?"
"Tidak. Bukan berarti aku merasa seperti itu."
"Kalian merasa tidak nyaman?" Da Kyung langsung tanya ke Sun Woo dan Kim.
"Kurasa kami baik-baik saja."
***
Da Kyung dan Tae Oh duduk beda satu meja dengan Sun Woo dan Kim.
"Aku sangat suka anggur pinot noir yang mereka jual di sini pekan lalu." Ucap Kim. "Kamu mau mencobanya?"
"Tidak. Lain kali saja. sebaiknya aku tidak minum-minum hari ini."
Dan Kim memegang tangan Sun Woo dong. "Baik."
Tae Oh ngelirik gitu.
"Haruskah kita bergabung dengan mereka?" tanya Da Kyung pada Tae Oh.
"Kamu mau makan apa?" tanya Tae Oh. Kek mulai cemas.
***
Tae Oh ketemu dokter Kim di depan toilet.
"Kamu pasti sering datang ke sini." Ucap Tae Oh. "Sun Woo biasanya tidak suka tempat seperti ini."
"Tolong hentikan. Ji Sun Woo bukan istrimu lagi." Kim pergi.
*dan emang sih, tahulah Kim perhatian banget sama Sun Woo. Turun lift aja sampai dipencetin. Tae Oh melihat dengan tatapan aneh. Da Kyung menyadari hal itu.
***
"pasti kamu terganggu karena mantan istrimu berkencan." Ucap Da Kyung saat dalam perjalanan pulang.
"Aku tidak peduli apa yang mereka lakukan. Melihatnya saja membuatku tidak nyaman, itu saja."
"Mungkin karena mereka berdua dokter. Mereka tampak saling memahami."
Tae Oh langsung oleng gitu nyetirnya pas ada yang nyalip. Sampai misuh. "hahh... dasar bedebah. Dia harus belajar mengemudi. Apa dia mau mati?"
"Jujur saja." Ucap Da Kyung. "Katakan kamu kesal karena mantan istrimu mengencani pria lain."
"Ada apa denganmu hari ini?"
"Benar bukan? Kamu terus membuatku sensitif hari ini."
****
Sun Woo masih di dalam mobil bersama Kim. ini sudah di depan rumah Sun Woo yaaa "Kamu bilang baik-baik saja. tapi, kamu tidak nyaman, bukan?"
"Aku menyukainya. Aku suka ketegangannya." Eehh tangan Sun Woo dipegang lagi dong.
"Saat mendaki kita merencanakan jalurnya. Makin sulit pendakiannya, kita akan makin teliti. Apa kamu pikir aku tidak menduka hal ini saat mulai menyukaimu?" "Berhentilah bersikap seolah-olah kamu baik-baik saja dan pegang tanganku. Kamulah yang merasa ini berat."
Yang melihat kebersamaan mereka adalah Joon Young dari jendela.
***
Sun Woo memberikan kudapan pada Joon Young di kamar Joon Young.
"apa katanya?" tanya Joon Young.
"Kerahasiaan wajib dijaga dalam terapi. Dia tidak memberi tahu siapapun, bahkan ibumu. Jangan khawatir."
"Lalu kenapa ibu menghabiskan waktu dengannya?"
"Omma dan dokter Kim adalah rekan kerja. Kami bekerja bersama. Tidak ada apa-apa diantara kami, jadi, jangan khawatir. Kamu segalanya bagi Omma."
Dan Sun Woo mendapatkan telepon. Ia pergi.
****
"Kenapa kamu meninggalkan anak sendirian di rumah?" Tae Oh ngomel.
"Aku akan mengurusnya. Jangan ikut campur."
"Apa kamu dan bedebah itu serius?"
"Apa urusannya denganmu?"
"Ini penting. Jika kamu menikah lagi. Aku harus mengambil Joon Young."
"Lanjutkan saja ke intinya. Kenapa kamu menelepon?"
"Menjauhlah dari Da Kyung."
"Kenapa? Apa kamu takut akan kuberi tahu dia perbuatanmu?"
"Jaga mulutmu. Berhenti mengarang cerita."
"Kamu pasti takut aku memberi tahu faktanya."
"tetap saja. jangan libatkan Da Kyung dalam masalah kita."
"Kamu cukup tidak menggangguku saja." Sun Woo menutup teleponnya.
*dan Da Kyung nguping pembicaraan tadi dong.
***
"Bersikap terus waspada mungkin berasal dari delusi. Membenci orang sedalam itu membutuhkan banyak tenaga." Ucap Kim saat masih ada di mobil bersama Sun Woo.
"Kamu masih berpikir aku belum melupakan mantan suamiku?"
"Bagaimanapun, bukankah kamu ingin melupakannya dan memulai hidup baru?"
"Joon Young kesulitan menerima perceraian dan pernikahan kedua ayahnya. Aku tidak boleh menambah bebannya."
****
Tae Oh akan pergi ke luar saat Da Kyung membereskan mainan Jenny.
"Kamu akan pergi?"
"Aku akan minum dengan temanku." Nggak ngelirik Da Kyung sama sekali. Da Kyung kesal.
***
Je Hyuk sedang bersama dengan selingkuhannya di bar. Tb-tb Lee Tae Oh duduk di samping mereka.
"Sedang apa di sini?" tanya Je Hyuk.
"Apa lagi? Aku datang untuk minum-minum dan melihatmu."
"Aku akan memberi kalian sedikit privasi?" Nona selingkuhan pun pergi.
***
Sebelum pergi dengan taxi, Sun Woo melihat dulu ke tempat tidur anaknya. Joon Young sudah tertidur.
***
"Apa dia gadis barumu?" tanya Tae Oh.
"Dia bukan gadisku. Dia bersikap baik karena aku menghabiskan banyak uang di sini."
"Kamu sudah tidur dengannya." Tae Oh tertawa.
"Tidak. Tidak perlu basa-basi. Ceritakan soal bisnismu. Apa pembangunan di lokasi syuting berjalan dengan lancar?"
"Aku akan mengundangmu ke peletakan batu pertamanya."
"Kamu berhasil, lee Tae Oh."
"Kamu masih tidak memercayaiku."
"Tentu saja. aku iri padamu. Butuh keterampilan untuk bisa hidup dengan seorang wanita."
****
Sun Woo minum sendirian. Kemudian dokter Kong alias dokter Uban datang.
***
"Apa menyenangkan tidur dengan istriku?" tanya Tae Oh pada Je Hyuk. "Bagaimana Ji Sun Woo? Dia cukup cantik, bukan?"
"Kenapa kamu penasaran? Dia bukan istrimu lagi.
Mabok rupanya. "Jujurlah padaku. Dan berhenti bertele-tele."
"Ji Sun Woo sangat keren. Dia li aaaarrr... wik wik ena."
"Dasar bedebah."
Je Hyuk juga banyak minum. "Dia suka memimpin."
"kamu tahu bukan?"
"Dasar bedebah."
"Aku lebih baik daripada bedebah yang campakkan istri dan putranya. Apa aku salah?"
Dan Je Hyuk ditonjok oleh Tae Oh.
"Aku salah bicara?" tanya Je Hyuk.
Eehhh mereka berantem. Sampai bikin pengunjung geger.
***
Je Hyuk pulang.
"Kenapa kamu minum banyak sekali?" tanya Ye Rim. "Kamu minum dengan stafmu? Apa yang terjadi? Kamu terluka? Kamu berantem?"
"Aku bertemu dengan Tae Oh. Kami tidak sengaja bertemu."
Kemudian Je Hyuk diberikan minuman oleh Ye Rim. Yerim bahkan mengambilkan salep.
***
Kilas balik.
"Kamu baik-baik saja dengan istrimu? Bersikap baiklah padanya. Bercerai tidaklah sepadan." Ucap Tae Oh. Mereka temenan lagi guys.
"Kamu menjadi besar berkat perceraian."
"Itu berbeda. Istrimu cukup baik untuk bertahan denganmu. Kamu sangat egois. Kamu tidak akan muda selamanya. Kamu harus berubah pikiran sebelum terlambat. Makin tua, hal yang tersisa hanyalah anak-anak." Tae Oh pergi usai memberikan petuahnya..
***
"Haruskah kita punya anank?" tanya Je Hyuk pada Ye Rim. "Namun, kamu mungkin akan lebih kesulitan setelah kita punya bayi. Aku memang pria yang egois."
Kemudian Ye Rim menangis.
Je Hyuk hanya memeluknya.
*Tae Oh sendiri pulang dan ditemukan terkapar di sofa esok paginya oleh Da Kyung yang lagi mau turun tangga dengan Jenny.
***
Di dalam rumah sakit. Ada rapat. Sul mengatakan dia dokter kandungan yang kini punya banyak pasien.
"Kamu juga punya banyak keluhan. Kamu tahu betapa pintarnya pasien kita saat ini, bukan?" Sun Woo mulai menyerang. "Banyak orang mengeluhkan soal terlalu banyaknya perawatan dan penggunaan mesin yang berhubungan dengan OBGYN."
"Aku tidak seperti itu." Ucap Sul.
"Aku tahu. Mari hati-hati agar tidak salah paham. mari kita akhiri rapat pak Direktur."
"Bagitukah? Ayo." Ucap Pak Kong.
"Ahh tunggu. Apakah Joon Young masih menjalani konsultasi?" Sul mulai melancarkan serangannya di muka umum.
"Kurasa ini bukan tempat untuk membicarakan masalah keluarga." Ucap Sun Woo.
Kemudian orang-orang bubar.
***
Sul kesal dan menelepon. "Apa yang terjadi? Dokter Kong belum bertindak."
"Aku dalam perjalanan setelah mendapatkan konfirmasi." Ucap Tae Oh. "Aku tahu, masalah ini harus diselesaikan tanpa menunda-nunda." Ternyata Tae Oh ada di lorong rumah sakit. Sun Woo melihatnya. Ia sengaja ngomong keras supaya Sun Woo dengar. "Menyingkirkan satu orang akan menyelesaikan semuanya. Tidak perlu membuat sakit kepala. Yang harus diputuskan dan dituntaskan, harus dilakukan dengan cepat."
****
Tae Oh menemui Dokter Kong.
"Apa keputusan terkait direktur muda rumah sakit?"
"Aku juga mau menghubungimu soal masalah itu. Sebenarnya, aku harus menemui Pimpinan Yeo terpisah malam ini."
"Apa maksudmu dengan terpisah?"
"Dokter Ji memintaku melakukan itu."
***
Kilas balik pertemuan Kong dan Sun Woo di bar.
"Kamu akan menemui Pimpinan Yeo?"
"Ya. aku akan menemuinya untuk memutuskan segalanya."
"Beri tahu sekarang bahwa aku tidak berencana menyerahkan sumbangan itu. Paham?"
"Aku tahu."" Ucap Sun Woo.
"Apa kamu bisa melakukannya?"
"Selama kamu tidak menyingkirkan aku dari posisi direktur muda."
"Apa maksudmu? Tentu saja, aku lebih suka kamu daripada dokter Sul. Pasienmu paling banyak dan kamu sangat rapi dalam pekerjaan administratif kita. Jika kamu menerima sumbangan itu dan juga tidak diberhentikan, aku akan sangat puas."
"Aku akan berusaha keras untuk mewujudkannya."
"Kamu tidak pernah mengecewakanku. Aku sangat kesulitian dengan masalah itu. Aku akan membuat janji dengan Pimpinan Yeo."
***
Tae Oh dengan keras membuka pintu ruangan kerja Sun Woo.
"Kamu pikir bisa mengubah apapun?" tanya Tae Oh.
"Aku menunggu pasien lima menit lagi."
"Kamu pikir hanya aku yang ingin menyingkirkanmu? Pernahkah kamu berpikir itu mungkin keinginan Pimpinan?"
Sun Woo mengambil foto dari laci. "Siapa dia? Kamu mengirimnya ke rumahku bukan?"
"Tidak ada yang akan membelamu di Gosan. Pergilah sebelum akhirnya kamu mempermalukan dirimu sendiri. aku mengatakan ini demi kebaikanmu."
"Kamu mengkhawatirkanku?"
"Jika terus bertengkar, kamu hanya akan terluka."
"Jika sudah selesai, bisakah kamu pergi sekarang, Pak Lee?"
***
Tae Oh berjalan sambil menelepon.
"Sudah kubilang jangan membuat kesalahan."
"Berikan uangnya dulu." Ucap bajingan mantan kekasih Nona Min.
"Apa kamu tahu bahwa kamu tertangkap di CCTV?"
"Aku ingin uangku dulu."
"Jangan berharap aku akan membayar setelah bekerja dengan buruk. Jangan menghubungiku untuk sementara. Jika kamu melibatkanku dalam kejadian itu, aku bersumpah akan membunuhmu."
Tae Oh pun pergi dengan mobilnya. Dari jendela, Dokter Kim hanya mengamati.
****
Mantan kekasih Nona Min malah mengikuti dan menemukan mantan kekasihnya kembali. Nona Min sedang bekerja membersihkan ruangan. Sepertinya keduanya saling tahu kehadiran masing-masing.
***
"Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Ye Rim pada Da Kyung.
"Sepertinya Tae Oh bertemu dengan Je Hyuk semalam."
"Lalu kenapa?"
"Kita berdua anggota asosiasi wanita dan suami kita berteman. Jadi, kita akan terus bertemu, suka atau tidak."
"Lalu?"
"Aku tahu kamu tidak menyukaiku, namun, aku ingin berteman denganmu." Ucap Da Kyung.
"Kenapa kamu ingin berteman denganku? Apa kamu ingin kita bertemu agar bisa menjelek-jelekan Sun Woo di belakangnya?"
"Kenapa Ji Sun Woo bergabung dengan asosiasi wanita? Kamu menentangnya. Aku berharap kamu tahu kenapa dia memutuskan untuk bergabung."
"Sebesar apa kamu memercayai suamimu? Aku tahu datang kemari sudah sulit, aku akan jujur padamu. Aku lebih membeci Tae Oh daripada kamu Da Kyung. Aku bahkan melarang suamiku berteman dengannya. Aku tidak ingin terlibat lagi dalam urusan keluargamu."
****
Da Kyung keluar dan menatap rumah Sun Woo.
***
Lagi-lagi, teman Joon Young kehilangan barang mahalnya. Mereka sangat curiga dan Lee Joon Young ditanya apakah dia kehilangan juga?
Joon Young berkata tidak.
***
Joon Young ikut kelas melukis. Ia sengaja menjatuhkan tasnya dan minta izin ke toilet.
Ia malah ke kelasnya. Joon Young mengambil sesuatu dari loker.
Sebuah pulpen.
Joon Young ke lapangan tenis dan membuang pulpen itu.
Hingga No Eul melihat tingkah Joon Young.
"Itu pena Hae Kang, bukan?"
"Bukan." Ucap Joon Young. Joon Young naik tangga.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu melakukan ini?"
"Kamu tahu apa? kamu punya bukti?"
****
Je Hyuk sibuk kerja di tempat kerjanya. Ia dihubungi terus atas kontak bernama Joy yang kemudian ia blok. Ohhh selingkuhannya.
Pesan Je Hyuk kini tidak mau bertemu dengan selingkuhannya.
***
"Lee Joon Young. Beri tahu Hae Kang yang sebenarnya. Atau aku yang memberi tahunya." Sms No Eul pada Joon Young.
Tapi Joon Young tidak peduli.
*saat Joon Young turun dari sekolahnya. Nampak seseorang dengan jas hitam memotret.
***
Sul menemui Kong. "Tadi Tae Oh datang. Bagaimana semuanya?"
"Itu? Aku yakin akan segera diputuskan."
"Benarkah?"
***
Kong ke ruangan Sun Woo dan Sun Woo bilang akan menyusulnya.
Tb-tb Kang Paket datang saat Sun Woo akan menyusul Kong. Paket itu tanpa nama dan dari seorang pria. Awalnya Sun Woo hanya menaruhnya di atas meja.
Tapi ia menasaran dan membukanya,
Sun Woo teriak saat melihat ada bangkai burung di dalam paket.
Di dalamnya ada surat juga. Isinya adalah foto Joon Young yang ada di sekolah.
***
Lee Tae Oh baru saja turun dari kantor. Ia akan keluar. Pesan datang dari mantan kekasih Nona Min. Isinya adalah foto dari Joon Young.
"Apa maksudmu? Kenapa kamu punya foto putraku..."
Dan si berengsek langsung menutup teleponnya.
*****
Sun Woo pun keluar rumah sakit. Mencoba menelepon Joon Young tapi nggak aktif juga.
***
Dokter Kong ternyata menemui Pimpinan Yeo.
"Bagaimana dengan dokter Ji? Dia tidak ikut denganmu?" tanya Pak Yeo.
"Dia bilang akan menyusul. Apa Pak Lee Tae Oh tidak datang?"
"Aku yakin dia akan segera datang."
"Baiklah."
Sun Woo malah mencari Joon Young ke teman-teman Joon Young.
"Kamu tahu Joon Young?"
"Entahlah."
"Bukankah dia les denganmu?"
"Tidak."
****
Tae Oh menelepon Sun Woo. "Di mana kamu?"
"Joon Young menghilang. Dia tidak di tempat les."
"Kamu sudah memeriksa dia mungkin pergi kemana?"
"Tutup teleponnya. Aku harus menelepon polisi."
"Tunggu..."
****
Kong dan Yeo menunggu tapi Sun Woo dan Tae Oh nggak datang juga.
"Mungkin macet. Dokter Ji tidak mungkin melakukan ini." Ucap Kong. "Maafkan aku Pak"
"Pasti terjadi sesuatu."
"Kenapa Pak Lee juga tidak ada di sini... pasti kemacetan sangat parah. Tidak mungkin terjadi sesuatu pada mereka berdua bukan?"
****
Sun Woo sudah melapor pada polisi. Sedangkan Tae Oh resah menghubungi si berengsek.
"Kamu menculik putraku? Mari bicara secara langsung."
***
Sun Woo mencari ke warnet, ia tidak menemukan putranya.
Kemudian dokter Kim menelepon. "Kamu menemukan Joon Young? Di mana kamu sekarang?"
Sun Woo cuma nangis dong yaaa...
****
Sun Woo berlarian seperti orang gila di jalanan dan ditangkap oleh Lee Tae Oh.
"Kamu belum menemukannya?"
"Jika ada yang menyentuh rambut Joon Young saja, aku akan membunuhmu dengan tanganku!!!"
"Apa maksudmu?"
Sun Woo pun mendapatkan telepon yang mengatakan Joon Young sudah ketemu.
***
Demi mengejar Sun Woo. Tae Oh pun mengabaikan telepon dari ayah mertuanya.
***
Polisi menemukan Joon Young.
Joon Young mukanya langsung males melihat wajah ibunya.
"Kamu baik-baik saja? apa kamu terluka? Tidak bukan?"
"Dia kemari karena tidak mau les," Ucap polisi.
"Terima kasih... sungguh terima kasih..."
***
"Apa yang terjadi? Apa benar kamu bolos karena tidak mau pergi?" tanya Sun Woo. "Kenapa ponselmu mati?"
"Aku melakukan ini karena keinginanku."
"Apa??"
"Aku tidak boleh bolos sesekali? Apa ini pantas untuk diributkan? Ada apa dengan Omma lebay?"
Dan mantan kekasih Nona Min sengaja menyenggol Sun Woo. Ia memperlihatkan wajahnya pada Sun Woo kemudian pergi lagi.
***
"Dokter Ji." Ucap Kim.
Sun Woo seakan tidak percaya akan apa yang ia lihat.
Dan Kim sangat baik sama Joon Young. Dari jauh Lee Tae Oh melihatnya.
***
"Sepertinya tidak bisa malam ini." Ucap Yeo pada Kong. "Mari kita makan lain kali saja."
"Karena sudah di sini, biarkan aku mengatakan sesuatu. Aku berterima kasih atas sumbangannya. Tapi ini merepotkan bagi kami. Sejujurnya, dokter Sul tidak cakap menjadi direktur muda. Tolong pertimbangkan kembali."
"Kamu punya dokter hebat di rumah sakitmu."
"Ya. itu benar. Tapi tidak semua orang bisa cakap menjadi direktur muda."
"Psikiater dari Seol itu punya reputasi yang bagus, bukan?"
****
"Lupakan saja. tidak ada yang ingin kukatakan pada Omma." Ucap Joon Young saat di rumah.
"Joon Young Ah.. Joon Yong ah, tolong dengarkan Omma."
"Tolong jangan ganggu aku."
"Kenapa kamu bersikap seperti ini? kami pikir kamu benar?"
"Kubilang aku tidak mau bicara dengan Omma. Ibu macam apa yang menelepon polisi karena anaknya bolos?"
"Ibu tidak bisa menghubungimu dan tidak tahu kamu di mana. Tentu saja ibu khawatir. Buka pintunya sekarang!!!!"
"Aku akan bicara dengannya." Ucap Kim. "Marah-marah seperti ini tidak ada gunanya. Serahkan padaku. Joon Young, bisa bicara denganku?.... "Kamu sebaiknya turun." Ucap Kim pada Sun Woo.
****
"Kamu merasa sangat kesal. Kamu pasti merasa sangat dijahati." Ucap Kim. "Apa yang membuatmu kesal? Apa yang paling kamu benci? Mari kita atur perasaan negatif yang kamu miliki. Aku akan menunggu sampai kamu merasa tenang. Kamu bisa bicara pada dokter, sesama pria."
Joon Young membuka pintunya dan menangis. Kim diperbolehkan masuk.
***
Sun Woo masih memikirkan wajah yang ia temui tadi kemudian Kim datang.
"Joon Young bertengkar dengan teman-temannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi, kamu bisa tenang. Dia menyesal melampiaskannya padamu. Bagaimana kalau kamu mengurangi jam kerjamu di rumah sakit?"
"Bagaimana Direktur Muda mengurangi jam kerjanya? Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi pada rumah sakit?"
"Ini waktu yang penting bagi Joon Young. Kurasa lebih baik menghabiskan banyak waktu dengannya. Meski hanya sementara. Bukankah itu lebih penting daripada jabatanmu?"
"Aku juga harus menggantikan posisi ayahnya. Jika aku ingin memberikan yang terbaik untuknya, aku tidak bisa merelakan pekerjaanku."
"pada akhirnya kamu harus memilih antara memedulikan emosinya atau memberikan materi. Kamu serakah jika ingin melakukan keduanya."
"Apa kamu menyuruhku mengakui aku tidak cakap karena aku ibu yang sudah bercerai?"
"Bahkan ibu yang tidak mengalami perceraianpun tidak sempurana."
"Kamu tidak akan tahu, dok. Kamu bukan orangtua."
Kemudian bel berbunyi.
***
"Aku hanya ingin menemui Joon Young. Ada apa denganmu?" Sun Woo menolak Tae Oh yang masuk.
"Kamu tidak pantas menemuinya. Kenapa kamu sangat tidak tahu malu?"
"Kenapa kamu terus menyalahkanku? Bukan salahku kamu tidak bisa menghubunginya."
"Bajingan itu orangnya. Park In Kyu."
"Apa maksudmu?"
"Aku bersikap seperti ini bukan hanya karena tidak bisa menghubungi Joon Young. Seseorang mengirimiku burung mati dan foto Joon Young yang ada noda darah di atasnya. Bedebah itu mengamcamku bahkan mengikuti Joon Young."
"kamu yakin?"
"Aku melihat dia di tempat menemukan Joon Young. Aku melihat wajahnya, aku mengingatnya dengan jelas. Kamu orangnya, bukan? Kamu melibatkan si bajingan itu? Kamu menyuruhnya mengancamku, bahkan memintanya mengganggu putra kita?"
"Hentikan omong kosong itu. Untuk apa aku melakukan itu?"
"Itu pertanyaan yang harus kamu tanyakan sendiri. kenapa kamu melakukan ini? kenapa?" Sun Woo memukuli Lee Tae Oh. "Apa yang kamu dapatkan dengan membuatku gila seperti ini?"
"Bukan aku orangnya. Aku bersumpah."
"Jangan berani-berani bilang bahwa kamu tidak tahu ini bisa membahayakan Joon Young. Jika bedebah itu mendekati kami lagi. Aku bersumpah tidak akan tinggal diam."
Kejadian ini disaksikan oleh mimin dan kim.
***
Pemuda yang bekerja di perusahaan Tae Oh menemui Da Kyung. Memberikan kartu kunci masuk ke kantor Lee Tae Oh.
Da Kyung pun masuk untuk penggeledahan.
Da Kyung membuka laci dan menemukan ponsel kedua milik Tae Oh. Ia menyalakannya.
Ke menu foto dan menemukan semua foto Ji Sun Woo. Bahkan saat Sun Woo bersama dengan Kim.
Da Kyung langsung menangis. Karena ucapan Sun Woo benar soal Lee Tae Oh yang membuntutinya.
***
Nona Min mendapatkan foto mantan kekasihnya dan ditelepon oleh Ji Sun Woo.
"Park In Kyu, dia orangnya, bukan?" tanya Sun Woo.
"Entahlah. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan benar."
"Kamu tahu dia sudah keluar dari penjara bukan? Apa dia belum pernah mengunjungimu?"
"Tidak, dia tidak mungkin tahu di mana tempat tinggalku."
"Dia datang menemuiku. Dia juga mengancamku. Dia mungkin menghubungimu juga. Kenapa kamu tidak pergi untuk sementara?"
"Sudah kubilang. Dia tidak mungkin menemukanku. In Kyu dan aku sudah lama putus. Tolong jangan menelepon lagi untuk masalah ini."
Park malah sudah bareng Nona Min. "Mesin penjual otomatis sangat jauh. Siapa yang menelepon?"
"Teman sekamarku. Dia bertanya kapan aku pulang."
"Minumlah. Bagaimana pekerjaanmu? Baik-baik saja?"
"Ya."
"Aku senang melihat kamu baik-baik saja. hanya itu yang perlu aku ketahui. Apakah kamu masih sangat membenciku? Aku tidak pernah membencimu. Aku hanya sangat merindukanmu. Hyun Seo, apa kamu merindukanku."
"jangan begitu. Aku juga merasa bersalah."
"Bisakah kita memulai dari awal? Aku akan bersikap lebih baik kali ini. aku berbeda sekarang. Aku sudah banyak berubah. Aku tidak akan menyusahkanmu. Aku bersumpah."
"Apakah kamu sungguh berpikir kita punya masa depan?"
****
Lee Tae Oh langsung menemui Park In Kyu.
Langsung dicengkeram. "Kamu beraninya tersenyum? Siapa yang menyuruhmu mengganggu putraku? Apa kamu gila?"
"Kamu terlalu kejam. Aku tidak melakukan apapun padanya. Belum..."
"Belum?"
"Polisi sudah tahu wajahku. Kamu tidak bisa mengabaikanku. Jadi, bayar utangmu kepadaku. Jangan membuatku marah."
"Dasar bajingan. Kamu seharusnya tahu begitu kamu menyentuh putraku, kesepakatan batal. Jangan mendekatiku dan putraku."
"Kamu mau mundur sekarang?"
"Kamu yang lebih dahulu melanggar janjimu. Beraninya kamu mengancamku."
"Aku pernah dipenjara. Aku tidak keberatan dipenjara lagi. Aku tidak rugi. Polisi akan tahu semuanya. Itu pasti menyenangkan. Seorang produser film terkenal menyewa seseorang untuk menyerang mantan istrinya, media akan suka." *btw, kejadiannya kayak diputer gitu ya. giliran Tae Oh yang begini. dulu Sun Woo yang dibeginiin."
Kini Park yang marah. "Dengarkan Lee Tae Oh. Aku bahkan belum benar-benar mengancammu. Aku ingin dua kali lipat dari yang kamu janjikan. Hanya itulah cara agar transaksi kita selesai. Ingat dua kali lipat."
****
Tae Oh pulang.
Ia mencari Da Kyung yang tidak ditempat. Tak lama Da Kyung muncul dengan membawa Jenny.
Da Kyung pun menidurkan putrinya.
"Kamu dari mana? Da Kyung Ah..."
"Keluarlah dengan tenang. Nanti akan membangunkan Jenny."
****
"Apa ada masalah?" tanya Tae Oh.
"Aku bertemu dengan teman. Bagaimana denganmu? Kenapa kamu pulang larut malam?"
"Ada masalah dengan Joon Young."
"ahhh Joon Young. Apa lagi kali ini?"
"Bukan apa-apa."
"Apa ada masalah dengannya? Ibunya tidak bisa mengawasinya sendiri?"
"Dia tidak punya masalah. Jangan bilang begitu."
"Lalu kenapa kamu bergegas pergi setiap kali terjadi sesuatu? Kenapa kamu sangat peduli dengan keluarga itu? Apa kamu sangat merindukan mantan istrimu?"
"Aku berusaha menyingkirkannya dari kehidupan kita. Kamu bisa bertanya pada ayahmu jika tidak memercayaiku."
Dan ingatlah ucapan YeRim tentang sebesar apa kepercayaan Da Kyung pada Lee Tae Oh.
"Aku akan mempercayaimu. Aku percaya padamu." Ucap Da Kyung.
****
"Aku sungguh minta maaf Appannim." Ucap Tae Oh pada mertuanya. "Sesuatu tidak terduga terjadi. Aku tidak bisa menghubungi putraku, jadi, aku panik dan berpikir ada sesuatu yang buruk terjadi. Dia belum pernah melakukan itu. Aku tidak sadar ayah menelepon."
"Yang penting semua baik-baik saja." Ucap Pak Yeo. "Kamu tidak perlu menjelaskannya padaku."
"Apa yang harus kita lakukan soal masalah direktur muda?"
"Aku memikirkannya. Kamu tidak bekerja? Ada masalah yang harus kutangani."
"Baik."
*****
Kong bicara pada Sun Woo. "Kamu pasti sangat khawatir. Semua anak melakukan itu setidaknya sekali. Anak-anak kita sangat merepotkan saat mereka melewati masa pubertas. Aku mengerti perasaanmu."
"Maafkan aku. Aku tidak akan merugikan rumah sakit karena masalah keluarga lagi."
"Itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Kamu tidak tahu dia menjalani terapi selama enam bulan. Ini sebabnya putra membutuhkan ayahnya. Kamu tidak bisa mendapatkan bantuan dari Pak Lee? Aku terlalu fokus pada rumah sakit. Aku terlalu acuh pada situasimu. Jangan berlebihan. Jaga putramu dahulu. Anak-anak lebih penting. Aku yakin kamu kesal dan banyak hal terjadi. Bahkan jika dokter Kim membantu pun. Dia tidak bisa menggantikan ayahnya. Itu sebabnya, wanita tidak bisa mandiri. Apa aku salah?"
Dokter Uban. Ubannya mau dicabutin nih. Rahangnya lemes juga.
****
Sun Woo langsung menemui Sul. "Sudah kubilang jangan membicarakan keluargaku. Jika kamu mau jabatanku, kamu harus bermain adil dan pakai keahlianmu. Bukankah itu agak hina?"
"Apa hanya aku yang tahu bahwa Joon Young menemui dokter Kim? kenapa kamu tidak pernah mencurigai Kim Yoon Ki? Kenapa dia merawat putramu tanpa memberitahumu? Bukankah itu aneh? Berhentilah menyakiti perasaanku, Ji Sun Woo. aku mungkin satu-satunya sekutumu di Gosan."
*jadi ingat nasehat Kim untuk Sun Woo lebih fokus dengan anak.
***
Kong menemui Kim.
"kamu tahu Pak Yeo?"
"Siapa orang di Gosan yang tidak mengenal pimpinan Yeo? Aku sudah dua tahun di sini. Tentu saja aku mengenalnya."
"Bukan begitu maksudku. Aku bertanya apakah kamu mengenalnya secara pribadi?"
"Tidak. Aku tidak pernah menemuinya di lingkungan kerja. Kenapa kamu bertanya? Apa ada masalah?"
"Tidak. Bekerja keraslah."
***
Sun Woo kini curiga pada Kim.
"Kamu sudah bicara dengan Joon Yong?" tanya Kim.
"Bagaimana kamu bisa baik pada Joon Young?"
"Itu keahlianku."
"Bagaimana kamu bisa merawat putraku?"
"Sebenarnya, ada rahasia yang belum aku beritahu padamu, dokter Ji. Saat seusia Joon Young, aku benar-benar pembuat onar. Dahulu aku mencuri dan kabur dari rumah. Meski aku melewatinya dan kuliah di kedokteran setelahnya. Aku melihat Joon Young suatu hari di jalan dan langsung bisa melihatnya dalam sekilas. Aahhhh... dia sangat gelisah. Aku harus bicara dengannya. Itu sebabnya aku merangkulnya."
"jadi, kamu merawatnya bukan karena dia adalah putraku?"
"Sama sekali tidak."
****
Uang diberikan pada Park tapi dia tetap ngeyel. "Sudah kubilang aku ingin dua kali lipat. Ucapanku sangat jelas."
"Apa kamu menganganggapku lelucon karena masih berurusan denganmu? Berikan saja ponsel yang kamu pakai untuk meneleponku. Hubungan kita berakhir hari ini."
"Kamu membutuhkanku. Kamu bahkan tidak bisa melakukan separuh keinginanmu."
"Omong kosong apa itu?"
"Wanita itu. Aku tahu kamu menginginkannya. Apa aku salah? Kamu sangat menginginkannya sampai ingin membunuhnya karena kamu tidak mungkin memilikinya. Kamu ingin menghancurkannya agar dia tidak kemana-mana. Kamu ingin dia memohon kepadamu untuk menyelamatkannya. Itu yang mau kamu lihat. Kamu ingin dia hancur dan memastikan bahwa kamu satu-satunya pria dihidupnya."
****
Sun Woo sendiri meminum obat kemudian meminum anggur sebelum tidur.
***
Pak Yeo bertanya. "Kamu sendiri, apa pendapatmu tentang mereka berdua?"
Dan ngomong sama Kim dong....
"Mereka masih saling menyukai." Ucap Kim. "Maksudku, hubungan mereka belum berakhir."
****
Sun Woo membawa mobil dengan kebut.
Sun Woo melihat dua cincin nikah lamanya.
Joon Young ada di parkiran mobil. Yang ia lakukan kemudian adalah menggores mobil berwarna hitam. Tapi, ia ketahuan oleh Kim. Kim langsung mengambil paku dari tangan Joon Young.
"Lepaskan aku." Ucap Joon Young.
"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku sudah melihat perbuatanmu."
"Kubilang lepaskan aku."
"Bisa berikan alasan melakukan ini?"
"Apa pedulinya dengan Ahjussi?"
Kemudian Pak Yeo nongol. "Apa yang terjadi?"
"Apa ini mobil anda, pak?" tanya dr. Kim.
"Ah yaa."
"Hei, bukankah kamu anak dari dokter Ji?" kemudian Joon Young malah lari.
"Yakkk kamu..." Ucap Kim.
"Tidak apa." jawab Pak Yeo. "Tidak perlu repot-repot."
"Permisi. Boleh tahu siapa anda?" tanya Kim.
*begitulah awal mereka bertemu.
***
"Bagaimana emosi diantara keduanya? Kebencian? Kekesalan? Apa perasaan macam itu?" tanya Yeo.
"Mungkin itu obsesi, rasa kasihan, atau kasih sayang. Tapi aku belum tahu. Satu orang harus benar-benar hancur agar semuanya jelas."
"Jika masih ada api, kita harus menuang bensin untuk memeriksanya. Aku hanya ingin putriku bahagia."
"Haruskah anda melakukan ini? meski anda tidak mungkin tahu apa yang mungkin terjadi?"
"Bukankah kamu juga ingin memastikan? Setahuku, kamu sangat menyukai Ji Sun Woo."
"Anda salah. Aku tidak punya perasaan pada Ji Sun Woo. Aku hanya membuatnya merasa nyaman di dekatku agar dia lebih terlibat dalam konseling."
"Itu tidak terduga."
"dengan begitu, aku bisa tahu apa yang dipikirkannya."
****
Kilas saat Lee Tae Oh bersama Park.
"Kamu tahu rasanya membenci seseorang? kamu tidak tahan melihat orang itu di sekitarmu. Entah orang itu harus mati atau kamu yang harus mati. Satu orang harus menghilang agar kebencian ini berakhir."
"Aku tidak tahu soal orang lain, tapi aku mengerti maksudmu. Yang kamu rasakan sekarang adalah cinta."
"Tutup mulutmu. Kamu pikir aku sama sepertimu? Hah?"
***
Di jalanan. Saat lee Tae Oh pulang. Ia memikirkan bagaimana tangan Sun Woo dipegang oleh dr. Kim. juga saat Joon Young kertemu, yang ada di samping keduanya adalah Kim.
Kemudian kilas balik saat Sun Woo akan melakukan pemotretan dengan gaun pengantin.
"Omma benar-benar mirip aku." Ucap Joon Young.
"Kamu tampak cantik." Ucap Lee Tae Oh.
"Benar-benar cantik."
"Aku pria yang beruntung." Ucap Tae Oh. "Baik. Mari mulai rekaman ini,"
Ternyata...
Sun Woo lagi ngelihat rekamannya di dapur rumahnya. Bagaimana ketiganya nampak bahagia.
Kemudian seorang pria menggedor pintu.
Dia adalah Lee Tae Oh.
"Kenapa kamu ke sini lagi?" tanya Sun Woo.
Kemudian Tae Oh menerobos masuk.
"Kamu mau kemana? Jika ada yang ingin kamu katakan. Kita bisa bicara di luar."
Tae Oh ke dapur dan menuang anggur yang sedang diminum Sun Woo. Ia meminumnya kek kalian haus pas puasa kemudian buka.
"Apa tidak masalah jika istrimu tahu kamu sering datang ke sini?"
"sampai kapan kamu akan menggangguku seperti ini? aku hanya ingin hidup nyaman di kampung halamanku. Apa itu berlebihan?" tanya Tae Oh.
"Itu yang ingin kutanyakan. Kamulah yang menggangguku."
Tae Oh melirik di laptop dan tahu rekaman apa yang Sun Woo tonton.
"Apa yang kamu tonton?" tanya Tae Oh. Kemudian ia menekan tombol play. Kejadiannya pas di Lee Tae Oh mengkisseu Sun Woo saat sebelum pemotretan. Ia pun menutup laptopnya.
Kemudian ia memandang Sun Woo. Sun Woo langsung menutupi tubuhnya.
"Kamu masih belum menghapus ini?" tanya Tae Oh. "Apa kamu menontonnya setiap ada waktu? jangan bilang kamu berharap aku kembali kepadamu. Melihatmu saja sudah membuatku sangat marah. Berkat kamu, aku punya catatan kriminal atas penyarangan dan mendapatkan pelanggaran untuk tidak mendekati putraku. Itu masih membuatku sangat marah. Apa yang kamu bayangkan tentangku?"
"Apa yang kamu harapkan dariku dengan datang ke sini di jam seperti ini?"
Sun Woo di le pa s se li mu t nya...
"Jujur saja. mintalah, memohonlah. Katakan apa yang kamu inginkan dariku." Ucap Tae Oh. Kemudian melepaskan Sun Woo. "Meski itu tidak akan mengubah apapun. Entah apa yang mungkin akan kulakukan jika kamu terus melawan. Jadi, kumohon, menghilang dari hidupku. Aku akan baik-baik saja jika kamu tidak ada. tanpamu, hidupku sempurna."
Kemudian Lee Tae Oh pun pergi. Btw, Sun Woo umurnya sudah 50 tahun ke atas lho. Masih okee banget.
****
Kilas balik. Saat Tae Oh melihat hasil pemotretannya.
"Lihatlah. Kita sempurna."
Kemudian kali ini. Lee Tae Oh bilang hidupnya akan sempurna jika tanpa Sun Woo.
***
Je Hyuk dan Ye Rim pergi ke dokter kandungan.
"Aku senang sekali kalian di sini. Pemikiran yang bagus. Tingkat keberhasilan kami setinggi kebanyakan rumah sakit di Seoul." Ucap Sul.
"Ini bukan terlambat bukan?" tanya Ye Rim.
"Yang jelas, tidak lebih cepat. Kita akan tahu detailnya begitu melakukan tes. Tapi tingkat keberhasilan kami cukup baik dengan kasus yang lebih sulit. Kamu tahu stres juga mengurangi peluangmu, bukan? Pertama, kita melakukan dengan tes dasar."
****
Di tempat antri banyak sekali orang-orang. Para pasien menunggu dan Kong bertanya ada apa? ternyata Dokter Ji datang terlambat.
Kebetulan ditambah Sul, Yerim dan Je Hyuk yang baru keluar.
"Waahhh Dokter Ji, kamu baru datang? Kamu terlambat?"
"Ya. sedikit." Kemudian Sun Woo pergi membawa rekam medis para pasiennya.
***
"Dia pasti mabuk lagi semalam." Ucap Sul.
Dan Yerim berserta suaminya dirujuk untuk tes.
***
Ji datang ke Kong.
"Maafkan aku. Aku terlambat karena tidak enak badan pagi ini."
"Aku mengerti, itu karena kamu banyak pikiran."
"Aku akan berhati-hati."
"Beri tahu aku jika terlalu berat. akan kusesuaikan beban kerjamu."
"Tidak perlu. Aku sudah bekerja dengan baik selama ini."
"Apakah kamu tahu apakah Kim Yoon Ki memilih ikatan pribadi dengan pimpinan Yeo Byung Kyu?"
***
Ji langsung menemui Kim.
"Kenapa kamu menatapmu? Kamu ingin menanyakan sesuatu?" tanya Kim.
"Aku sudah memikirkannya dan kurasa kamu benar. Yang paling penting bagiku sekarang adalah Joon Young. Dan itu membuatku berpikir, apa pendapatmu tentang menjadi direktur muda? Jika kamu menerima jabatan itu, aku bisa mundur tanpa khawatir."
"Aku suka keadaan saat ini. itu juga tidak akan banyak membantu rumah sakit. Seseorang yang lebih bersemangat daripada aku harus melakukannya."
"Kamu sungguh tidak tertarik?"
"Tidak. Aku tidak tertarik.
****
"Kamu baik-baik saja?" tanya Je Hyuk.
"Masih ada beberapa tes lagi."
"Mungkin seharusnya kita datang lebih cepat. Maka kamu tidak akan terlalu cemas."
"Tidak apa-apa. aku tidak cemas. Meskipun tidak bisa hamil. Aku akan berterima kasih padamu."
Kemudian Je Hyuk yang dipanggil pemeriksaan.
Ye Rim yang sedang menunggu dikirimi foto-foto Je Hyuk sedang wik wik dengan wanita lain.
***
Ji Sun Woo mencoba menghubungi Nona Min tapi nggak aktif. Ia hanya mengirim sms dan mengatakan ia khawatir.
Kemudian Sun Woo izin selama 1 jam. Kong melihatnya keluar.
"Kenapa dia punya banyak sekali masalah pribadi? Wanita tidak pernah bisa menjaga kehidupan pribadi mereka dari tempat kerja saat sesuatu terjadi. Aigooo..."
Saat ke belakang kaget ada Sul. "Maksudmu, bukan wanita, tapi Ji Sun Woo." Ucap Sul. "Tidak adil jika kamu menyamakan kami semua."
****
Je Hyuk sudah keluar ruangan. Tapi Ko Ye Rim sudah tidak ada. Je Hyuk mencoba mencarinya. Belum curiga.
***
Da Kyung berada di hotel. Ia tidak sengaja melihat Nona Min.
Nona Min ternyata menemui Sun Woo.
"Sudah kubilang jangan mencariku."
"Kamu bertemu dengan Park In Kyu bukan? Jangan mencoba menipuku."
"Aku mengganti nomorku dan berusaha sembunyi. Entah bagaimana dia menemukanku lagi dan muncul."
"Hyun Seo, apakah kamu membutuhkanku?"
"Dia tidak boleh tahu aku menemuimu dokter. Cepatlah pergi. Dan jangan mencariku lagi."
Nona Min berjalan.
Padahal ada Da Kyung melihat dari jauh.
****
"Ibu pikir kamu mau ke toilet. Apa yang kamu lakukan?" tanya Umh. "Siapa itu? Bukankah itu dokter Ji? Kenapa dia kesini? Apa ini hari liburnya?" Ji nampak pergi. "Apa ini? dia bahkan tidak menyapa kita."
****
Rupanya. Umh dan Da Kyung datang untuk pijat.
Kemudian terapisnya, ndilalah adalah Nona Min.
"Kamu tidak akan mengantarkanku?" tanya Da Kyung.
"Silakan ikut aku."
***
Nona Min mulai bekerja. Dehhhhhhh Da Kyung, keknya lalat aja kepleset di kakinya guys.
Masih belum ada kata di sini.
***
Di parkiran rumah sakit saat Sun Woo kembali. Ia melihat Ko Ye Rim berjalan sendirian di dekat rumah sakit. Ye Rim nampak kehilangan semangat.
****
"ada apa? apa terjadi sesuatu?" Sun Woo datang ke meja perawat.
Sul menjawab. "Je Hyuk dan Ye Rim. Mereka datang untuk melakukan konsultasi dan tes kesuburan. Lalu tb-tb Ye Rim hilang tanpa sepatah katapun."
"Dia tb-tb menghilang?"
****
Je Hyuk mencoba mencari ke luar. Tapi yang telepon malah Tae Oh.
"Kamu sedang apa??" tanya Tae Oh. "Jika kamu senggang, kamu mau minum-minum?"
"Tidak. Tidak hari ini."
"Kenapa? Kamu sibuk?"
"Aku agak pusing sekarang. Mari bicara nanti."
****
"Aku permisi." Ucap Nona Min pada Da Kyung.
"Sejak kapan kamu bekerja di sini? Apa kamu masih berhubungan dengan Ji Sun Woo? Apa dia memberitahumu aku anggota di sini?"
"Aku bekerja di sini sudah lebih dari setahun. Aku butuh waktu untuk mendapatkan lisensi. Kudengar brbr ini kamu pindah ke Gosan. Aku tidak mengira akan bertemu kamu di sini."
"apa kamu melapor kepadanya apa yang aku lakukan?"
"apa kamu cemas?" tanya Nona Oh.
"Tidak. Kenapa?"
"Kudengar kalian sudah menikah. Tapi entah kenapa kamu sepertinya tidak terlihat bahagia. Lagi pula, seorang pria yang pernah selingkuh kemungkinan besar akan selingkuh lagi."
Usai kelas. No Eul mendekat pada Joon Young. "Lee Joon Young. Kita perlu bicara."
Kelas berbisik apakah mereka sedang pacaran, wkwkwkkwkw... sasar bocaahhh yaaa... mereka dicie cie pas keluar.
****
"Kenapa kamu peduli aku mencuri dan melakukan hal bodoh?" *btw, apakah kalian ngerasa kalau Joon Young adalah remaja yang menyebalkan?
"Apa yang kamu lakukan ada banyak hubungannya denganku. Kamu tidak boleh melakukan itu meski orang lain melakukannya. kamu harus memberi tahu Hae Kang yang sebenarnya dan berjanji tidak akan melakukannya lagi."
"Katakan saja kepadanya aku mencurinya. Aku tidak peduli. Berbuatlah sesukamu."
"Yak!!!!! Karena orang-orang sepertimulah, aku juga disalahkan. Karena pembuat onar sepertimulah, anak-anak dari orang tua yang bercerai dikritik. Apa kamu harus membuatnya sejelas itu?"
****
Hae Kang mendekati Joon Young. "Lee Joon Young, apakah kamu punya hubungan dengan No Eul?"
"Tidak mungkin."
"Apakah kalian sungguh berpacaran?"
"Apa kamu gila?"
"Kalau begitu. Bisakah kamu membantuku? Aku menyukai No Eul. Bisakah kamu membantuku? Kamu lebih akrab dengan No Eul dibandingkan aku."
***
Tae Oh sedang menjaga Jenny dan Da Kyung akan segera pulang.
Seorang pria menekan bel. Nampak seperti Park dari monitor kecil. Dan Emang Park. Ia terus menekan bel.
"Sedang apa kamu di sini?" Lee Tae Oh mulai bicara di interkom. "Beraninya kamu datang ke sini."
"Aku juga muak dan lelah melakukan ini. jadi, cepat berikan janjimu kepadaku. Mengerti?"
*da Kyung dalam perjalan pulang.
"Aku akan menemuimu besok. Jadi, pergilah. Pergilah sekarang juga."
Kemudian Park pun pergi. Ia melihat ada Da Kyung memarkirkan mobilnya.
Saat ia turun dari rumah Lee Tae Oh. Dari dalam mobil, Da Kyung melihatnya.
***
"Ada yang datang tadi?" tanya Da Kyung.
"Ya. dia ingin aku berlangganan koran dan aku menolak. Siapa yang membaca koran saat ini? dia membuang-buang waktunya. Benarkan Jenny?"
"Aku akan berganti pakaian."
****
Jenny makan bersama orangtua dan kakek neneknya. Nampak bahagia.
Karena akan membiarkan Da Kyung makan dengan fokus. Tae Oh membawa Jenny main.
***
"Mengenai ayahnya Jenny, dia sepertinya masih berhubungan dengan dokter Ji." Ucap Pak Yeo pada putrinya saat minum teh.
"Ya. aku tahu. Tae Oh memberi tahu semuanya. Dia selalu memberi tahu soal apa itu."
"Dan itu tidak mengganggumu?"
"Putranya tinggal bersama ibunya, jadi, aku harus mengerti. Aku sudah menduganya saat kami memutuskan untuk kembali ke sini. Kenapa? Apa ayah khawatir karena perempuan itu? Aku tidak terganggu olehnya. Jadi, ayah juga tidak perlu terganggu olehnya. Aku mempercayai Tae Oh dan hubungan kami baik-baik saja."
"Apakah kamu ingat ucapan ayah saat mengizinkanmu menikahinya? Sudah ayah bilang kamu bebas untuk kembali pada kami jika kamu tidak bahagia."
"Tentu saja. aku ingat. Appa, tahu aku mencintai ayah kan?"
"Tidak juga."
Mereka pun tertawa.
*****
Lee Tae Oh menelepon usai mertuanya pulang.
"Pak Lee. Maafkan aku menelepon malam. Bisakah kamu menarik uang tunai 100.000 dolar dari dana darurat besok? Ya... siapkan sebelum pulang."
****
Da Kyung dan Suaminya minum anggur. Mereka bersulang.
"Seseorang memberitahuku. Bahwa pria yang berselingkuh akan berselingkuh lagi. Aku yakin kamu juga pernah mendengarkannya."
"Apa itu mengganggumu?"
"Bagaimana denganmu?"
Tae Oh memeluk Da Kyung. "Hubungan kita bukan hanya hubungan singkat. Tidak penting apa kata orang. Kita tahu mereka salah. Jangan biarkan mereka menyakitimu seperti itu. Menyakitkan melihatmu seperti ini."
"Kamu benar. Aku selalu bangga dengan cinta kita. Tapi kenapa sekarang. Kita bahkan sudah menikah sekarang? Jadi, aku tidak mengerti kenapa selalu terganggu dengan kalimat itu. Aku tidak peduli dengan ungkapan orang lain. Hanya saja aku tidak bisa berhenti untuk memikirkannya. Itu sangat menggangguku."
Ye Rim tinggal di hotel dan tidak peduli seberapa banyak Je Hyuk meneleponnya.
***
Malamnya, Je Hyuk nampak lari saat masuk rumah.
Sun Woo melihatnya dari jendela dapur. Ia akan menelepon Ye Rim tapi ia tidak jadi melakukannya.
***
Je Hyuk masuk ke rumah. Mencari istrinya dan tentu saja tidak ada.
Tak lama Ye Rim menelepon.
"Yeobo apa yang terjadi?"
"Aku pergi ke rumah orangtuaku."
"Seharusnya kamu menelepon dan bilang mau pergi. Aku mencarimu kemana-mana. Apa yang terjadi? Apa ada masalah? Kenapa kamu tidak menjawab teleponmu?"
Dan telepon terputus.
****
Ye Rim berada di hotel tempat Je Hyuk wik wik.
***
"Kamu akan segera menjadi direktur muda?" ucap pria pada Sul yang membaca dokumen.
"Dari mana kamu tahu itu?"
"Tugas kami mengunjungi rumah sakit. Dinding punya telinga."
"Tunggu saja. sebenar lagi, kamu akan sering datang ke rumah sakit kami."
"Ya. sunbae memang yang terbaik."
Kemudian ada Sun Woo masuk mengajak minum kopi. Sun Woo tidak mau mengganggu dan Sul sempat bicara kalau teman SMAnya kenal Tae Oh juga. *apa hubungannya coba bilang begitu?
***
"Kenapa kamu begitu? Kamu membuatnya tidak nyaman." Ucap pria tadi pada Sul.
"Kenapa harus merasa tidak nyaman?"
***
Sun Woo tanya ke perawat.
"Siapa yang ada di kantor dokter Sul? Dia nampak tidak asing."
"Ahh dia dari Jaeho Medicine. Dia menjual peralatan medis. Dia sering datang belakangan ini."
"Terima kasih."
"Ya."
****
Kong bicara dengan Dokter Ji.
"Aku berniat menjadikan Kim Yoon Ki sebagai direktur muda."
"Pak..."
"Pimpinan dan aku mendiskusikan dan memutuskan berdasarkan situasinya. Tolong ikuti keputusan rumah sakit."
"Apakah pimpinan Yeo Byung Kyu?"
"Dokter Ji. Kita menerima bantuan atas nama TO PICTURES. 100.000 dolar pertahun selama 10 tahun. Dewan harus menyetujuinya tapi itu hanya formalitas. Latih dokter Kim dan serahkan semua kepadanya sedikit demi sedikit sebelum pengumuman resminya."
*****
Kim bertemu Sun Woo di lorong.
"Direktur memanggilku. Kamu tahu ini soal apa?" Sun Woo menyelonong. "Ada apa?"
"Selamat sudah menjadi direktur muda." Ada sul lewat depan mereka mendengarkan. "Bekerja dan bertanggung jawablah karena kamu harus melakukannya."
"Apa? direktur muda? Aku?"
Sul mangap-mangap dong.
***
Sul langsung mengejar Sun Woo.
"Aku tidak mempercayainya. Aku tidak tahu Kim Yoon Ki akan masuk dan merampasnya. Aku mencurigainya sejak dia menempel kepadamu, tersenyum, dan bersikap seolah-olah perhatian. Perlakukannya kepada Joon Young adalah bagian dari rencananya. Aahh aku merasa sangat terkhianati. Kamu pasti merasa lebih buruk."
***
Sun Woo langsung menemui Pimpinan Yeo di lapangan golf.
"Aku mengerti anda mendonasikan jumlah uang yang besar. Tapi mencampuri urusan personalia rumah sakit itu tidak pantas."
"Aku ingin kamu meninggalkan Gosan. Aku akan memberikan berapapun agar kamu bisa memulai kembali."
"Anda sudah keterlaluan."
"Tidak ada batasan yang tidak bisa kulewati. Aku berencana melakukan apapun demi kabahagiaan putriku."
"Jika demi kebahagiaan putri anda, seharusnya anda menjauhkannya dengan Lee Tae Oh. Putri anda masih muda dan pintar. Bukankah itu sia-sia?"
"Memang sia-sia, dia menjadi seorang ibu di usianya yang sangat muda dan punya suami yang bermasalah. Itu sebabnya aku menyingkirkan semua halangannya."
"Dan itu aku."
"Seseorang yang masih memikirkan mantan suaminya tidak pantas berada di dekat putriku."
"Dengan ini. aku pun tidak punya batasan yang tidak bisa kulewati. Karena aku harus melindungi putraku dan diriku sendiri."
"Kamu tahu Gosan ada di tanganku. Sebaiknya kamu mengikutiku."
****
Saat akan pulang, Ji Sun Woo bertemu dengan salah satu ahjumma perkumpulan.
"Dokter Ji, sedang apa di sini? Kamu jelas tidak datang untuk bermain golf."
"aku datang untuk menemui seseorang."
"aku dengar berita dari dokter Kong. Kudengar kamu mengundurkan diri dari posisi direktur muda."
"Ya. aku permisi."
"Aku kasihan padamu karena harus pergi setelah bekerja keras. tapi kamu harus menjaga batasan pekerjaan. Tidak baik bagi Direkur Kong terlihat bersama janda di bar saat larut malam. Itu bisa merusak martabatnya." Ohh ini bininya dokter Uban. "Orang mungkin berpikir itu tidak senonoh dan aku juga merasa malu dipermalukan."
****
Seorang pria muda melaporkan pada Pak Yeo.
"Dia menarik uang tunai 100.000 dolar dari dana darurat."
"Berapa totalnya?"
"sampai sekarang dia mengambil 400,000 dolar."
****
Je Hyuk masih mencoba menghubungi Ye Rim. Sampai akhirnya Ye Rim mengirimkan foto-foto yang ia dapatkan. Je Hyuk nampak pucat melihatnya. Foto ini pas dia bareng sama pelayan bar. Joy.
***
Je Hyuk langsung pergi menemui Joy di bar. Tapi beritanya adalah Joy telah berhenti bekerja.
***
Je Hyuk sangat kalap di luar bar. Kemudian ada Tae Oh yang meneleponnya. Sebenarnya, Tae Oh ada di mobil. Tepat di depan bar.
"Sudah kubilang untuk bersikap baik kepada istrimu, bukan?"
"Apa maksudmu?"
"Joy mudah marah bukan?"
"Apa ini adalah perbuatanmu?"
"Aku tidak memaksamu melakukan apapun. Dia ingin berkencan, jadi, aku teringat kepadamu dan memberinya petunjuk. Aku tidak mengira kamu akan jatuh ke dalam perangkap semudah itu. Jangan salahkan aku karena bersikap bodoh. Ini terjadi karena kamu berengsek."
***
Sun Woo pergi ke rumah dokter Kim.
"Bagaimana kamu mengenal Pimpinan Yeo?"
"Masuklah untuk berbincang."
****
"Kamu mau teh?"
"Kubilang, bagaimana kamu mengenalnya?"
"Kamu sudah makan malam?"
"Apa kamu sekongkol dengannya?"
"Dia meminta bantuanku, jadi, aku memberinya konsultasi."
"Apa yang dia minta darimu? Apa dia memintamu melakukan evaluasi kejiwaan terhadapku? Apa kamu dijanjikan posisi direktur muda? Bagaimana kamu menyebut dirimu dokter?"
"Ini mungkin terdengar aneh. Tapi aku melakukannya untukmu."
Sun Woo tertawa.
"Aku harus mencari tahu apa yang dipikirkan Pimpinan Yeo. Dia orang yang bisa mengancammu kapan saja."
"KAMU GILA..."
"Berhentilah melawan mereka yang memprovokasimu." Entah kenapa saya setuju sama nasehat ini.
"Bagaimana kamu bisa bilang begitu setelah mengkhianatiku?"
"aku tidak peduli dengan posisi itu. Aku akan mundur saat waktunya tiba. Apa boleh buat untuk saat ini karena aku harus meyakinkan Pimpinan Yeo. Aku harus melindungimu Sun Woo."
"Aku percaya padamu. Itu sebabnya aku menunjukkan semuanya tanpa ragu. Tapi bagaimana kamu mengkhianatiku? Kamu bukan dokter! Jangan pernah mendekati putraku lagi" ****
Sun Woo sedang menyetir. Ada telepon dari Joon Young.
"Omma kapan pulang? Sepertinya terjadi sesuatu dengan Bibi Ye Rim."
Yerim membuang pakaian ke jalanan.
Kemudian Sun Woo pulang.
Mereka menjadi bahan tontonan tetangga.
Ye Rim bahkan membuang cincinya. "Kumohon, mari kita bicarakan."
"aku akan mengirim surat cerainya ke kantormu saat sudah siap."
"Yeobo..."
Yerim masuk dan mengunci pintunya. Mengusir Je Hyuk.
"Ye Rim aah... aku salah. Aku sudah gila. Tolong jangan lakukan ini." Je Hyuk menangis.
****
"Apa yang terjadi?" tanya Sun Woo pada Je Hyuk. "Apa yang kamu lakukan sampai membuat Ye Rim marah?"
"Ini ulah Tae Oh. Tae Oh yang melakukannya. aku tahu perbuatanku salah. Tapi itu jebakan. Aku masuk ke perangkapnya."
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti maksudmu?"
"Dialah yang membuat wanita itu merayuku dan memberikan nomor Ye Rim agar bisa mengirim foto saat kami wik wik. Itu adalah rencananya. Kamu tidak pernah tahu apa yang mungkin dia lakukan padamu. Jadi, sebaiknya, kamu bersiap. Jika kamu tidak mau di posisiku, sebaiknya kamu tetap waspada. Bedebah itu sudah gila."
Je Hyuk pergi.
Yerim melihat mereka dari jendela.
****
"Kenapa kamu kemari? Kamu bahkan tidak menelepon." Ucap Nona Min pada Park.
"Hari ini kamu libur bukan? Ayo..."
"Ke mana?" Nona Min menahan saat Park menariknya.
"Lihat saja nanti."
Ternyata Park punya mobil baru.
****
Park membawa Nona Min ke toko perhiasan.
"Semuanya cantik. Aku tidak tahu harus memilih yang mana."
Park pun memilihkan.
Park bahkan memakaikan cincinya pada Nona Min.
"ini nampak terlalu mahal." Ucap Nona Min.
"Aku akan membeli ini."
"Apa kamu tidak tahu berapa harganya?"
"Aku bisa membayar sebanyak ini."
"Ini akan dibuat sesuai ukuran. Datanglah sepekan untuk mengambilnya." Ucap pelayan.
"ini cincin pernikahan kami." Ucap Park.
Ini sebenarnya muka Nona Min agak takut lho. Tapi dia masih sok senyum.
****
Ahjumma Mago kena flu dan pergi ke Sun Woo.
"Kamu sudah dengar antara Yerim dan suaminya? Seluruh warga membicarakan mereka. Dia bahkan menjual rumah itu. Kurasa dia akan pergi dan meninggalkan Gosan."
"aku tidak tahu itu,"
"Bercerai tidak selalu benar. Anak muda zaman sekarang, menganggap remeh perceraian."
"Mungkin dia merasa percuma mempertahankan pernikahan yang hancur."
"Tidak mudah hidup menjadi janda. Orang-orang curiga saat kamu minum dengan bosmu di luar pekerjaan. Orang-orang masih berprasangka. Aku yakin kamu lebih paham daripada siapapun."
****
Usai kerja. Sun Woo menemui Ye rim.
"Dua tahun lalu, aku seharusnya menerima bahwa pernikahan kami telah berakhir. Aku berusaha keras mengusahakannya, tapi semua itu percuma. Aku dengan bangga memberi tahu padamu bahwa aku akan melindungi keluargaku. Tapi apa yang terjadi."
"Seharusnya aku tidak membuat kalian berdua terlibat antara aku dan Tae Oh. Aku sangat merasa bersalah. Aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Karena ini sudah berakhir, akhirnya aku menyadari bahwa aku mempertahankan pernikahan kami bukan karena cinta. Aku hanya bersikap keras kepala. Aku belajar bahwa tidak ada gunanya terobsesi dan itu hanya akan memperparah rasa sakitmu." "Unnie, kamu juga harus berhenti memikirkan Lee Tae Oh. Bebaskan dirimu darinya. Lupakan semuanya dan tinggalkan tempat ini. siapa yang peduli dia mau balas dendam? Cukup tidak berinteraksi. Tapi kamu masih melawan. Itu tampak seperti obsesi bagiku."
"Apa itu pernikahan? Apa itu perceraian? Beberapa orang tetap menikah meski mereka tahu semua itu percuma. Di sisi lain, aku melepaskannya. Tapi sama saja. jadi, aku tidak mengerti mengapa kami tidak bisa bebas satu sama lain?"
"Tidak semua orang seperti itu. Itu semua tergantung padamu. Jika kamu terus bertengkar, ini tidak akan berakhir. Aku sendiri berpikir Unnie sama saja dengan Lee Tae Oh."
"Apa ini?"
"Apa cukup jika aku memberi uang sebanyak ini setiap bulan? Kamu bisa berhenti bekerja di sini kapan pun kamu mau. Aku akan mencari nafkah untukmu. Bagaimana menurutmu? Bukankah ini cukup membuatmu terkesan?"
"Boleh kutanya apa pekerjaanmu?"
"Kenapa kamu menanyakan itu? Kamu tidak memercayaiku?"
"Di mana kamu tinggal?"
****
Nona Min menelepon Sun Woo.
"In Kyu menemuiku."
"Kamu baik-baik saja?"
"Dia punya banyak uang. kurasa kecurigaanmu benar."
"Kamu tahu di mana dia sekarang?"
***
Sun Woo langsung menemui Park.
"Bekas luka yang cukup besar." Ucap Sun Woo. "Itu tidak akan berbekas jika kamu segera mengobatinya. Kamu sudah ke dokter?"
"Katakan yang ingin kamu katakan. Aku tidak ingin bicara denganmu."
"Aku tahu Tae Oh menyewamu untuk melakukan perbuatanmu padaku. Menerobos masuk ke rumahku, memanfaatkan Joon Young untuk mengancamku. Semuanya."
"Kamu punya bukti?"
"Bekas luka di wajahmu. Berapa banyak yang diperintahkan oleh Lee Tae Oh? Apa dia menyuruhmu mengancamku sampai aku meninggalkan kota ini? atau dia menyuruhmu untuk membunuhku?"
"Apa ahjumma tidak takut? Haruskah aku menyelesaikannya?"
"Berapa banyak Tae Oh memberikan bayaranmu? Apa sepadan dengan masa depanmu? Aku bertanya apakah sepadan dengan masa depanmu?"
Park parah dan mencengkram. "Apa hakmu membicarakan masa depanku? Karena kamu aku dipenjara."
"Kamulah yang harus membayar atas semua perbuatanmu. Apa kamu tidak belajar pada pengalaman? Kamu pikir Lee Tae Oh akan mengurusmu seumur hidup? Tae Oh menyuruhmu bukan? Kamu menuruti perintahnya, bukan? Katakan yang sebenarnya. Dengan begitu, aku akan meminta polisi untuk melunak padamu."
Sun Woo didorong.
"Keluar dari rumahku."
"Katakan bahwa Tae Oh menyewamu untuk melakukannya."
Sun Woo akhirnya dibanting.
Dan ponselnya jatuh. Ternyata Sun Woo merekam semuanya dan ketahuan oleh Park.
Park berhasil menghapusnya. Ia kemudian melemparkan Sun Woo yang berusaha mencegahnya menghapus file.
Sun Woo jatuh tak sadarkan diri.
Eeh masih ngomong dink. wkwkkw. "Tolong hentikan In Kyu. Kamu masih muda untuk menghancurkan hidupmu."
"Enyahlah sebelum aku membunuhmu."
****
Sun Woo masuk ke dalam mobilnya. Ia mengeluarkan perekam lain... ia memutarnya.
Nona Min membuka pintu mobil Sun Woo.
"Kamu merekamnya?"
"Ya. tapi aku tidak bisa membuatnya mengaku. Masuklah."
Nona Min masuk dan menaruh koper besarnya ke dalam bagasi Sun Woo. mereka ke stasiun kereta.
***
"Apa katamu?" tanya In Kyu.
"Min Hyun Seo berhenti." Ucap pegawai hotel.
"Kapan?"
"Dia keluar dan saat dia kembali, tb-tb dia berhenti. Kami juga terkejut."
"apa dia bilang mau kemana?"
"Tidak. Kurasa pindah ke kota lain. Busan atau Ulsan."
****
Park berlarian di terminal bus. Mencari Hyeon Seo. Tapi kagak nemu. Ia menelepon Tae Oh.
***
"Apa maksudmu minta uang lagi? Aku sudah memberikan semua yang kamu minta!" Tae Oh kesal di depan kantornya. Tak jauh dari sana, ada Dokter Kim tak sengaja dengar karena baru datang. "Kesepakatan kita sudah berakhir."
"Ji Sun Woo membawa Hyun Seo!!!! Bawakan aku 30.000 dolar sebelum kuberi tahu dia semuanya. Ke stasiun Gosan. Sekarang."
"Aku akan pergi sekarang. Jangan lakukan apa pun jika kamu mau uangnya."
Sun Woo minum dengan Hyun Seo.
"Kamu punya rumah?"
"Aku punya teman di Ulsan. Dia bilang ada lowongan di pabrik tempatnya bekerja. Aku berencana pergi ke sana."
"Lupakan semua yang terjadi hari ini. dan hiduplah bahagia di sana. Aku tidak akan menghubungimu lagi."
"Aku juga."
"Jangan pernah berniat untuk ke sini lagi."
****
Park masih di stasiun. Ia masih mencari.
Sun Woo masih dalam perjalanan mengantar Nona Min. Sun Woo bahkan memberikan syalnya pada Nona Min.
Nona Min pergi. Ia turun tangga. Mencari keretanya.
***
Park sampai mencari ke gerbong kereta.
Park menemukan koper Nona Min.
Nona Min tahu ada Park mencari, ia berusaha kabur dan meninggalkan kopernya. Nona Min amat sangat ketakutan.
Ia sembunyi di lift. Sayangnya. Park menemukannya. Tapi belum dikasih gambaran jelas guys.
****
Sun Woo sebenarnya sudah masuk mobilnya. Tapi, ia kembali lagi untuk memastikan apakah Nona Min sudah pergi dengan selamat.
Sayangnya. Ia menemukan koper Nona Min dan kudapan yang ia belikan di dekat kereta.
Min Hyeon Seo dicoba untuk ditelepon balik.
Tidak aktif.
***
Sun Woo masih distasiun. Terdengar suara wiu wiu dan banyak polisi datang.
Ia penasaran.
Sun Woo menerobos kerumunan.
Ada mayat dibawa. Ia melihat syal yang ia berikan pada Nona Min dipenuhi dengan darah.
Park berkata. "Andai saja kita tidak pernah bertemu dengannya. Sial, kamu dan aku hidup kita hancur karena kita bertemu dengannya."
Nona Min di sini masih hidup dan babak belur. Park mendekat. "Begitu dia membawa uang, kamu dan aku akan meninggalkan Gosan. Mengerti? Mari pergi ke tempat kita tidak dikenal dan mulai dari awal lagi. Mengerti?"
"Tidak."
"Tidak?"
"Ya. tidak mau."
"Kubilang aku sudah berubah. Aku tidak akan menyakitimu lagi.jebbal, jangan tinggalkan aku, ya? kamu tidak boleh meninggalkanku."
"Tidak ada harapan bagi kita."
"Tidak ada?"
"Bahkan jika menang lotre pun, kita masih tidak punya harapan. Jika aku tetap bersamamu, hidupku, akan berantakkan, seperti hari ini. jadi, kumohon, mari hentikan."
Park menangis.
"Hyun Seo yaaa..."
Nona Min berjalan pergi. Kemudian ia menutup pintu. Meninggalkan Park yang menangis.
Saat itu, syal milik Sun Woo yang dipakai Nona Min memang sudah jatuh.
*****
Nona Min turun tangga. Ia dikejar, tapi yang kelihatan cuma kaki doang. Dan disinilah terdengar suara "buk"
Hingga...
Seseorang jatuh dari ketinggian. Jauh membawa syal Sun Woo.
****
Seperti di episode sebelumnya. Sun Woo melihat kerumunan dan langsung menangis.
Kim pun langsung mendekat pada Sun Woo. "Ikut aku."
"Tunggu, aku harus memeriksa sesuatu. Mungkin itu orang yang kucari."
"Dia seorang pria. Dia bukan orang yang kamu cari. Tidak ada gunanya tetap di sini, jadi, ayo pergi."
Waahhhhh Park????
****
Suara mobil mengerem di depan rumah mewah. Lee Tae Oh pulang. Pukul 3 pagi. Da Kyung masih di dalam dan turun tangga.
Tae Oh sedang ngaca di wc.
"Kamu terluka?" tanya Da Kyung.
"Tidak, ada sesuatu di tubuhku." Tae Oh langsung menutupi lehernya. Kemudian keluar dan naik ke atas.
****
Tae Oh langsung mengecek lehernya dan ada luka.
Ia memeriksa tangannya. Cincinnya ilang.
Kejadiannya, suara orang dipukul. Cincinnya jatuh, bersama dengan Nona Min.
*pelakunya Tae Oh?
****
Hari sudah pagi. Saatnya sarapan.
"Omma sudah dengar?" tanya Joon Young. "Seseorang tewas di stasiun Gosan semalam."
"Kata siapa?" tanya Sun Woo.
"Itu ada di berita. Semua orang membicarakannya di sns."
"Cepat makan kamu akan terlambat ke sekolah."
"tapi jika sampai ke stasiun kereta, bukankah pasti akan melompat ke rel? Bukankah aneh melihat orang itu melompat dari atap?"
"Bukankah kamu bilang ada ujian bahasa inggris hari ini?"
"Orang-orang berpikir itu bukan bunuh diri. bagaimana menurut Omma?"
"kamu akan berkonstensasi hari ini bukan? Kamu membuat kesalahan waktu itu karena kamu teralihkan. Itu pertanyaan yang kamu tahu."
***
Yerim membaca berita di internet. "Seseorang jatuh di Stasiun Gosan dan tewas. Dia meninggal di pusat kota..." dan dia lupa, kini dia sendirian...
****
Saat Da Kyung dandan. Ponsel Tae Oh terus berbunyi. Mau diangkat tapi mati duluan. Eehhh bunyi lagi.
***
Sun Woo masuk ke ruangan Dokter Kim.
***
"Di mana kamu semalaman?" tanya Da Kyung.
"Di kantor."
"Dengan siapa?"
"Sendirian."
"Kapan kamu meninggalkan kantor?"
"Entahlah. Sekitar pukul 3 pagi?" Ucap Tae Oh.
*Padahal, kata pegawai mata-matanya mengatakan Tae Oh pergi dari kantor jam 10.30.
"Kenapa kamu bertanya?" tanya Tae Oh.
"Kudengar ada yang tewas di stasiun Gosan semalam. Kudengar itu adalah Park In Kyu."
"Bagaimana kamu tahu itu?"
***
Sun Woo melongo.
"Aku lewat karena ada urusan di sekitar sana." Kim ada di depan kantor Tae Oh saat Tae Oh dapat telepon dari Park In Kyu.
"Tapi, saat aku dengar ada orang tewas... di situlah aku melihatmu dokter Ji."
"Kamu kebetulan berada di Stasiun Gosan pada saat kecelakaan itu terjadi dan kamu hanya kebetulan melihatku?"
"Benar. Itu terjadi karena kebetulan."
"Bagaimana kamu tahu Park In Kyu yang tewas?"
****
"Kutanya. Bagaimana kamu tahu Park In Kyu yang tewas?" tanya Tae Oh. "Kamu tidak akan menjawabku?"
****
"Aku melihatnya jatuh." Ucap Kim. "Dialah yang kamu laporkan atas penerobosan rumahmu dan pemerasan."
"Lalu?"
"Kurasa akan buruk bagimu jika kamu berada di TKP."
"Apa menurutmu, aku mendorongnya?" tanya Sun Woo.
"Itu tidak terpikir olehku. Bagaimanapun, polisi tahu kamu tidak akur dengan Park In Kyu. Kupikir hal yang merepotkan mungkin akan terjadi. Itu sebabnya aku mengajakmu pergi."
"Kamu sudah berpikir jauh. Kamu memang gercep."
"Aku cenderung seperti itu."
"Itu saja?"
"Kenapa? Apa kamu punya pertanyaan lagi?" tanya Kim.
Ponsel Sun Woo berbunyi. Ia mengangkat. Dari Nona Min yang ada di telepon umum.
"Maafkan aku, dokter Ji. Aku mengacaukan semuanya."
Sun Woo keluar ruangan Kim.
"Di mana kamu sekarang? Apa yang terjadi?"
"Bukan aku pelakunya. Bukan aku, dokter Ji. Dia muncul entah dari mana."
"Dia? Siapa yang kamu bicarakan?"
****
"Polisi baru saja meneleponmu." Ucap Da Kyung. "Mereka ingin menanyaimu sebagai saksi."
"Apa?"
"Mereka bilang kamu orang terakhir yang menelepon Park In Kyu. Apa itu benar?"
***
"Lee Tae Oh." Ucap Nona Min.
"Siapa?"
"Pria itu lee Tae Oh."
Wewww suara musiknya serem bener.
****
Tae Oh bekerja seperti biasa. Tapi ia galau.
Begitu juga Da Kyung yang masih kepikiran Tae Oh membuntuti Sun Woo.
***
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Ucap Sun Woo.
"Seharusnya dari awal kamu tidak mundur semudah itu." Ucap Sul. "Seharusnya kamu bertahan apapun yang terjadi."
"Kamu memang punya harga diri. tapi kamu tidak punya apa-apa. hanya orang lain yang diuntungkan dari perbuatanmu."
"Maksudmu, bercerai itu salah?"
"Apa maksudmu? Maksudku posisi direktur muda. Kudengar Kim Yoon Ki menolak tawaran itu. Posisi itu malah diserahkan kepadanya. Kamu tahu alasannya menolak?"
"Jika kamu penasaran, tanya dokter Kong. Katakan saja kamu menginginkan posisi direktur muda."
"Astagaa... bagaimana bisa aku melakukan itu." Hadeeeehhh Sullll.
***
Ye Rim menelepon. "Unnie, bisa kita bicara sekarang?"
"Mian, aku agak sibuk sekarang."
"Polisi datang." Polisi datang dan menanyakan apakah kenal Park dan syal yang ada di samping Park. Yerim jelas tahu itu punya Sun Woo soalnya pernah lihat. "Bagaimana Unnie? Aku seharusnya tidak bicara? Apa aku membuat kesalahan?"
Pas Sun Woo membuka pintu ruangannya. Sudah ada polisi.
"Begitu ya? aku akan melepon lagi." Sun Woo mencoba untuk tenang.
"Apa yang kamu katakan pada polisi?" tanya Je Hyuk pada Ye Rim.
"Jangan tanya. Ini bukan urusanmu."
****
Je Hyuk diminta stempel perceraian. Buka tempat stempelnya pelan banget. Wkwkwkkwkw. Tapi akhirnya distempel.
"Aku bahkan tidak berniat menyewa pengacara." Ucap Je Hyuk.
"Jangan membuatnya terdengar seolah-olah kamu membantuku. Akulah yang memberikan keinginanmu. Aku melepaskanmu. Jadi. kamu bisa hidup sesukamu." Yerim mengambil berkasnya.
"Bagaimana jika bukan ini yang kumau? Kalau begitu, boleh kurobek ini? kurasa aku tidak bisa hidup tanpamu."
"Kamu tidak perlu merasa bersalah."
"Aku sungguh-sungguh. Kurasa kamu tidak akan mempercayaiku."
"Pastikan kamu datang ke pengadilan."
"Apa yang kamu katakan pada polisi? Apa yang terjadi?"
"Ini bukan tentang aku. Ini mengenai Sun Woo."
****
"Kamu mengenali syal itu?" tanya Polisi menunjukkan foto.
"Ini milikku. Aku memberikannya pada Min Hyun Seo."
"Menurutmu, kenapa Park In Kyu memegangnya saat dia meninggal?"
"Entahlah. Aku juga penasaran."
"Kapan kali terakhir kamu bertemu dengan Min Hyun Seo?"
"Di stasiun gosan. Dia menuju ke rumah teman dan aku berpamitan dengannya. Saat itulah aku memberikan syalku."
"Begitu rupanya."
"Kamu akan segera diselidiki sebagai saksi."
"Tentu saja. aku akan membantu penuh. Hubungi aku jika ada pernyataan lain."
***
Biasa. Sudah gosip aja si Sul.
"Apa dia menemui dokter ji? Apa yang terjadi?" Tanya Kong.
"Ada detektif datang."
"Kenapa?"
"Orang yang tewas di stasiun Gosan, pasti kenalan dokter Ji."
"Kenapa dia selalu membawa masalah ke rumah sakit?"
"Pak, bisa bicara sebentar?"
****
"Direktur muda?" tanya Kong. "Itu yang ingin kamu bicarakan? Aku sudah cukup kesulitan, kita bicarakan lain kali saja."
"Berdasarkan pengalamanku bertahun-tahun dan kontribusiku. Kurasa aku lebih kompeten. Aku sudah bekerja keras, Pak."
"Aku tahu kamu bekerja keras."
"Kalau begitu, beri aku kesempatan."
"Aku ingin memberikanmu kesempatan. Tapi kamu masih lajang."
"Apa?"
"Kenapa kamu sangat ambisius padahal kamu tidak punya keluarga untuk diberi makan?"
"Dokter Kim juga lajang."
"Eeiii...pria dan wanita berbeda."
"Jika pria tidak apa-apa. tapi wanita tidak boleh ambisius? Aku tidak serakah. Aku hanya mencoba bertahan hidup."
"Dokter Sul, dengarkan aku. Rumah sakit sudah berantakkan karena dokter Ji. Aku tidak senang dengan sikapmu saat ini. kamu bersikap seperti hanya memedulikan diri sendiri." Kali ini bener dah soal Sul. "Wanita selalu menyebabkan banyak masalah. Astaagaa."
"Kamu benar. Aku seorang wanita. Dan aku lajang. Tapi aku bekerja keras seperti yang lain. Karena aku tidak punya anak yang bisa kuandalkan usai pensiun dan aku tidak punya suami untuk melindungiku. Aku tidak percaya kamu memperlakukan Ji Sun Woo seperti ini. kamu menurunkan jabatannya agar bisa mendapatkan sumbangan itu. Tapi, kamu sekarang menganggap Ji sebagai gangguan? Kenapa? Apa menurutmu dia penjahat karena seorang detektif menemuinya?"
"Tidak. Aku tidak pernah menyebutnya penjahat."
"Setiap kami terjadi sesuatu di rumah sakit. Ji Sun Woo menggantikanmu dan mengurus semuanya. Tapi sekarang, kamu berpikir dia hanya pembuat onar? Kenapa? Apa karena Ji Sun Woo lajang juga??"
"Dokter Sul!!! Kenapa kamu berlebihan?"
"Kalau begitu, beri tahu aku kenapa kamu berpikir wanita adalah pembuat onar dan kenapa munurutmu wanita lajang adalah masalah?"
Sul pergi dengan membanting pintu.
***
Ia langsung menemui Sun Woo.
"Yak!!! Kita tidak punya masa depan di rumah sakit ini. kenapa kamu bercerai?" Sul malah kesel ke Sun Woo juga. Kemudian ia pergi.
***
Nona Min ada di tempat sauna di bagian warnet. Ia mencari tahu tentang kecelakaan di stasiun Gosan. Ia cemas membacanya dan malah pergi ketika ada pelanggan lain.
***
Umh mendorong kereta Jenny.
"Omma kau tidak bisa pergi hari ini." Ucap Da Kyung.
"Hei, ingat pria yang tewas di stasiun Gosan itu? Istri Pak Cha menyuruh semua orang mengatakan dia tahu sesuatu."
"Apa yang dia tahu?"
"Bagaimana aku tahu? Mari kita dengar soal itu."
"Ahh aku tidak percaya ini."
****
Da Kyung mendadak ingat kejadian luka di leher Tae Oh. Saat Ahjumma mau membersihkan pakaian. Da Kyung langsung gercep dan mengurusnya.
Da Kyung menggeledah dan ternyata ada noda darah.
Ada struk parkiran di stasiun gosan juga.
Da Kyung juga ingat bahwa Park In Kyu pernah datang ke rumahnya.
Lemes dia.
Sampai jatuh.
***
Berita tentang Sun Woo sudah sampai ke teman-teman Joon Young.
"Joon Young, kudengar Ibumu ditanyai polisi."
"Hei jangan katakan itu padanya.
"Kenapa? Itu ibunya, aku yakin dia tahu."
"Polisi? Kenapa?" tanya Joon Young.
"Pembunuhan Stasiun Gosan. Kudengar pria yang mati itu kekasih ibumu. Apa kamu tahu?"
"Tidak semua yang didatangi polisi bersalah." Ucap No Eul. "Dia mungkin pasien ibunya Joon Young. Kadang mereka meminta detail saat menyelidiki kasus. Asal bicara tanpa tahu detailnya sangatlah bodoh." Ada yang berpikiran jernih juga.
*yang lain malah ngosipin Joon Young pacaran sama No Eul.
****
Tae Oh menjemput Joon Young.
***
KE PARA IBU-IBU GOSIP GUYS.
"Apakah hubungan dokter Ji dengan pria meninggal itu?" tanya Umh.
Sama aja kayak bocah rupanya. "Seorang janda dengan pria yang lebih muda. Bukankah itu sudah jelas?"
"Omo..." Umh langsung senang.
"Apa yang sudah jelas?" tanya Yerim.
"Aku tidak mau mengatakannya dengan lantang. Grup-grup ibu Gosan menggila." Ucap ahjumma lambe lemes yang lain.
"Jangan bilang kamu percaya rumor tidak mendasar itu." Ucap Sul.
"Kenapa itu tidak mendasar? Barang dokter Ji ditemukan di TKP."
"Benarkah?" Umh langsung seneng lagi. "Lantas kenapa Ji Sun Woo membunuhnya?"
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Ye Rim.
"Suamiku menyelidikinya. Sayangnya, putra kami. Hae Kang, dekat dengan putranya. Jadi, kami harus tetap waspada."
"Ye Rim, kamu tidak punya anak, tidak paham perasaan kami."
Mago berkata. "Politikus terutama harus berhati-hati dengan gosip kejam dibandingkan hal lainnya. Istri seorang politikus tidak boleh asal bicara."
"Aku tidak mengatakan apa pun di tempat lain. Itu karena aku mempercayai semua orang di asosiasi kita."
"Tentu saja. kita harus tahu." Ucap Umh. "Semua orang di sini terlibat dengan Ji Sun Woo. Selain itu, dia anggota kita."
"Benar. Jika kita bisa bertukar informasi di saat penting. Maka asosiasi ini sia-sia." Ucap ahjumma lain.
"Bertukar informasi?" ungkapan yang hebat. Kenyataannya itu hanya rumor." Ucap Sul.
"Ada apa denganmu kali ini? kamu terus melewati batas."
"Omo.... menurutmu begitu?"
"Bukankah kamu harus kembali ke rumah sakit, dokter Sul?" tanya istrinya Kong.
"Aku mengatur janji temu dengan pasienku, Bu. Jabatanku cukup tinggi untuk melakukan itu."
"Ada yang ingin aku katakan." Ucap Ye Rim. "Aku akan ke pengadilan besok. Perceraianku akan selesai sebulan kemudian."
"Omo sungguh?"
"Seharusnya kamu menakutinya dan mengakhirinya di situ. Kamu bahkan tidak punya anak, kamu akan sendirian. Aku yakin dia sudah jera. Mengalah saja dan terima dia kembali."
"Ini bukan tindakan untuk menakutinya. Aku benar-benar ingin bercerai. Jika kalian bertanya kenapa aku mau bercerai, aku akan memberi tahu kalian kapan pun kalian mau. Jadi, tolong jangan berimajinasi. Jadi, aku akan pergi dulu. Bicaralah dengan bebas."
Yerim pergi.
Sul berkata. "Aku akan mencari tahu apa yang terjadi."
Wkwkwkwkkwkw...
"Kurasa grup ini juga hampir tamat." Ucap Mago.
****
Sul mengejar Ye Rim.
"Jika kamu mencoba menghentikanku, tidak usah repot-repot."
"Untuk apa aku menghentikanmu? Itu sangat konyol. Kamu hebat. Ayo kita minum-minum." Keduanya bahkan nampak senang.
***
"Kamu baik-baik saja dengan Ibumu?" Tanya Tae Oh. "Apa Omma bekerja hari ini?"
"Tentu saja."
"Pukul berapa dia pulang semalam? Apa dia pulang larut?"
"Kenapa ayah terus bertanya?"
"Tentu saja ayah harus bertanya. Ayah harus tahu dia membesarkanmu dengan baik atau tidak. Ada apa?"
"Lalu kenapa bercerai? Kenapa ayah kembali? Ayahlah masalahnya. Ayah yang berselingkuh dan meninggalkan kami. Ayah yang menikah dengan sesuka hati. Ayalah yang salah. Urus masalah ayah sendiri. berhentilah menggangguku." Joon Young pun pergi.
***
Malam hari. Sun Woo akan pulang. Dapat telepon dari Kim tapi nggak diangkat.
Sun Woo bekendara dan dibuntuti oleh pria.
Pria itu langsung dihadang oleh mobilnya Kim.
"Ada apa denganmu?" ucap si pegawainya Tae Oh.
"Kita pernah bertemu bukan? Kurasa aku melihatmu bersama Pimpinan Yeo beberapa kali."
"Apa yang kamu lakukan?"
"Kenapa kamu membuntuti Ji Sun Woo?"
"Aku tidak mengerti apa maksudmu."
"Ini makin menarik saja. apa insiden itu berkaitan dengan Pimpinan Yeo?"
***
Sun Woo menemui Nona Min di tempat penginapan sepi.
"In Kyu menelepon Lee Tae Oh dan menuntutnya membawa uang."
Saat itu...
Tae Oh yang turun tangga langsung mencengkeram Nona Min. "Di mana Park In Kyu. Aku akan membunuhnya, jadi, cepat katakan di mana dia!"
"Lepaskan aku!!!"
Cincin Tae Oh jatuh di sini. Di tangga.
***
"Aku sangat takut." Ucap Nona Min. "Itu sebabnya kubilang kepadanya. In Kyu ada di atap. Aku tidak menyangka. Hal seperti itu akan terjadi. Dialah pelakunya."
"Tapi kamu tidak melihatnya dengan matamu sendiri." Ucap Sun Woo.
"Dialah yang membunuh In Kyu."
"Tapi apakah orang-orang akan memercayaimu?"
"Aku juga tahu. Aku tidak punya uang dan koneksi. Jadi, siapa yang akan percaya? Itu sebabnya aku melarikan diri. aku berlari seperti pengecut. Polisi pasti mencariku juga. Jika mereka tahu aku bersamanya sampai akhir. Apa yang akan terjadi kepadaku?"
"Kamu akan dirugikan karena kamu bertengkar dengannya." Ucap Sun Woo.
"Bukan aku pelakunya. Lee Tae Oh pelakunya."
"Lee Tae Oh didukung Pimpinan Yeo. Dia akan berusaha mencegah Tae Oh dituntut setidaknya demi putrinya. Sebaiknya jangan bertindak gegabah."
Min Seo mendekat pada Sun Woo dan menunjukkan cincin. "Orang-orang tidak akan memercayaiku. Tapi mereka akan mempercayaimu. Aku ingin dokter menyimpannya." Ucap Nona Min. "Kamu satu-satunya orang yang bisa kupercaya sekarang."
Sun Woo menerimanya.
"Kamu akan membantuku bukan?"
"Sampai aku meneleponmu, tetaplah di sini dan jangan sampai ada yang melihatmu. Kamu mempercayaiku, bukan?"
****
Saat Sun Woo pulang dan sampai di depan rumahnya. Sudah ada Lee Tae Oh menunggu.
"Ada apa?" tanya Sun Woo.
"Aku makan dengan Joon Young. Kenapa kamu pulang sangat larut? Aku dihubungi polisi untuk datang diinterogasi."
"Mereka sudah datang menemuiku dan pergi."
"Kemarin kamu di stasiun Gosan bukan?" tanya Tae Oh. "Aku melihatmu di sana."
*Tae Oh melihat Sun Woo yang sibuk dengan telepon dan mencari nona Min.
"Kenapa? Apa kini kamu mencoba menjebakku atas pembunuhan?"
"Jaga ucapanmu. Kamu ibunya Joon Young."
"Ya. aku senang kamu mengatakan itu. Aku ibunya Joon Young dan kamu ayahnya Joon Young. Jadi, jujurlah padaku. Park In Kyu, apa ini perbuatanmu? Ada yang melihatmu ke atap."
"Kata siapa? Jangan bilang Min Hyeon Seo yang mengatakan itu? Apa kalian berdua bekerja sama untuk menjebakku?"
"Untuk apa aku melakukan itu?"
"Karena kamu yang melakukannya. kamu yang membunuh Park In Kyu. Apa aku salah?" tanya Tae Oh.
"Kamu yang naik ke atap setelah menakuti Min Hyeon Seo. Setelah itu, Park In Kyu jatuh."
"Dia sudah tergeletak di tanah saat aku ke atas. Entah Min Hyeon Seo pelakuknya, atau kamu yang melakukannya."
"Apa menurutmu itu masuk akal?"
"Maksudmu aku salah?" tanya Tae Oh.
"Kamu salah."
"Bisakah kamu bersumpah atas nama Joon Young?"
"Jangan libatkan dia dalam hal ini." Ucap Sun Woo. "Aku tidak melakukan kesalahan sampai pantas menerima ini."
"Bukan aku juga. Memang benar aku pergi ke sana dan marah tapi bukan aku yang melakukannya, mengerti? Baiklah, kita berdua tidak melakukannya, benar, bukan? Kalau begitu, pasti Min Hyeon Seo. Anggap saja Min Hyeon Seo yang melakukannya."
"Apa kamu edan? Kamu mengorbankan gadis malang itu agar bisa lolos? Kamu mencoba menjebaknya sebagai pembunuh?"
"Aku mengatakan itu agar kita berdua bisa lolos. Apa kamu tidak mengerti?"
Ada mobil putih datang. Ternyata Sul sedang mabuk.
"Yak!!!! Lee Tae Oh!!! Kamu!!! Aku senang bertemu denganmu."
Tae Oh berbisik pada Sun Woo. "Pikirkan saja yang terbaik bagi Joon Young. Mengerti?" kemudian Tae Oh pergi.
Sul masih meracau. "Kamu yang mengatakan akan membantuku menjadi direktur muda."
"Unnie, kamu akan jatuh." Ucap Ye Rim mabuk juga.
"Bedebah. Kembali ke sini!!!" Sul melemparkan sepatunya pada Tae Oh yang pergi dengan mobilnya.
"Unnie, kamu lucu sekali." Ucap Ye Rim.
"Kamu kenapa ada di sini?" tanya Sul pada Sun Woo. "apa dia kemari untuk membuatmu kesal lagi?"
"Dia datang untuk menemui Joon Young.
"Kamu akan minum-minum lagi." Ucap Ye Rim. "Unnie mau ikut?"
Sun Woo menelepon dari rumah Ye Rim.
"Ibu harus bicara dengan para Imo tentang sesuatu."
"Baiklah." Ucap Joon Young.
"Apa kamu banyak PR? Mau ibu buatkan kudapan?"
"Tidak perlu."
"apa makan malammu dengan ayah menyenangkan?"
"Ya."
"Tidurlah lebih awal jika kamu lelah."
"Jangan khawatir. Aku bisa sendiri."
"Baik. Sampai nanti."
****
"Yakkk. Dia sudah kelas 8. Biarkan saja dia." Ucap Sul. "Tidak ada gunanya mencemaskannya. Dia akan menganggapmu mengomel."
"Dia benar Unnie, kemarilah dan minum." Ucap Yerim.
"Kenapa kalian semabuk ini? apakah ada kabar baik?"
"Kami bukan lagi bagian dari asosiasi wanita. Jadi, kami minum-minum untuk merayakannya."
"Apa katamu?"
"Dia akan bercerai."
"Kami sudah menandatangani surat-suratnya. Dan kami akan ke pengadilan besok. Pernikahan kami akhirnya akan berakhir dalam sebulan." Ye Rim senang. "Jangan menatapku seperti itu. Aku sangat bahagia sekarang." Kemudian Yerim menangis.
"Yak kenapa menangis? Bahkan Ji Sun Woo berusaha keras untuk bertahan." Ucap Sul.
"Aku terkejut karena semudah ini." Ucap Ye Rim. "Semuanya sia-sia. Aku hanya perlu mendandatangani selembar kertas. Entah kenapa aku menyusahkan diriku dengan berusaha melindungi pernikahan ini? apakah pernikahan tidak berarti? Maksudku, tidak ada yang tersisa. Pernikahanku sudah berakhir dan aku tidak punya apa-apa. apa menikah tidak ada artinya?"
"Bagus sekali jika melupakan orang semudah itu, bukan?" tanya Sun Woo. "Sebaiknya kamu bersiap. Mengakhiri hubunganmu tidak semudah yang kamu pikirkan. Setidaknya itu keadaanku sekarang."
"Bagaimanapun, aku senang kalian lajang sekarang."
"Kamu, berhenti menangis. Dan kamu, jangan kalah sun woo. Aku... aku akan tetap keren." Wkwkkwkwkw
Mereka bersulang.
"Ji Sun Woo kamu harus berhati-hati. Orang berpikir kamulah yang membunuh pria di stasiun Gosan." Ucap Sul.
"Benarkah?"
"Kamu sudah tahu? Lupakan saja. kapan kamu peduli dengan pendapat orang lain? Dengar, berpura-puralah meski memang kamu pelakunya. Dan kamu harus jadi direktur muda lagi. Dapatkanlah keinginanmu dan jadilah ratu. Mengerti?"
Bersulang lagi.
****
Sun Woo pulang.
"kenapa kamu belum tidur? ini sudah larut malam." Ucap Sun Woo pada Joon Young.
"Apa ibu mengenal pria yang tewas di stasiun Gosan?"
"Siapa yang memberitahumu?"
"Kudengar polisi menemui Omma. Teman-temanku memberi tahu di sekolah."
"Dia pasien omma. Itu sebabnya polisi datang menemui Omma."
"Omma tidak membunuhnya. Ya?"
"Tentu saja tidak."
"Lalu kenapa orang-orang mencurigai Omma?"
"Mereka hanya bosan. Mereka hanya orang yang senang bergosip. Ibu yakin kamu juga punya teman yang seperti itu."
"Tapi sebagian besar, orang sama saja. kenapa ibu tidak bisa hidup dengan nyaman? Kenapa omma tidak normal seperti para omma lainnya? Bagaimana denganku? Kenapa aku harus hidup seperti ini? aku bahkan tidak melakukan kesalahan. Aku tidak pernah menyuruh omma bercerai. Dan aku tidak pernah menyuruh Appa menikahi wanita lain. Aku tidak pernah menginginkan itu."
"Ini semua salah Omma dan Appamu." Sun Woo menggenggam tangan anaknya. Tapi sang anak malah pergi.
****
Da Kyung main golf bersama ayahnya.
"Aku tidak banyak berlatih karena Jenny. Aku akan minta bermain dengan appa setelah cuacanya lebih baik."
"Dengan senang hati. Sebaiknya kamu menepati janjimu."
"Apa Tae Oh baik-baik saja?"
"Setiap kali appa menanyakan itu. Itu membuatku merasa seperti menunggu untuk dinilai."
"Benarkah? Maafkan ayah."
"Keadaan tidak selalu baik. Aku akhirnya paham setelah menikah. Aku tidak paham itu sebelumnya."
"Kamu bisa putus dengannya kapan pun kamu mau. Appa akan mengurusmu dan Jenny."
"Aku tahu Appa tidak menyukai Lee Tae Oh. Aku tahu. Aku bertanggung jawab atas pilihan yang aku buat. Aku tidak mau menyulitkan Omma dan Appa karena pernikahanku. Seorang ayah berarti segalanya bagi seorang putri. Dan Jenny harus punya ayah. Ayah mengerti maksudku, bukan?"
"Tidak."
"Mari bermain sembilan lubang hari ini Appa."
"Kenapa? Apa tidak menyenangkan?"
"Aku ingin pulang lebih awal agar bisa makan dengan Tae Oh."
****
Yerim bangun dan melihat Je Hyuk tidur di sofa.
Ye Rim sengaja membunyikan ponselnya untuk membangunkan Je Hyuk.
"Pukul berapa ini?"
"Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu tidur di sini?"
"Aku pasti salah memberi tahu supir. Aku ingin makan sup pereda pengar buatanmu."
****
"Aku senang karena tidak perlu memasak. Berhenti mengada-ada dan minum air saja."
"Entah kenapa aku tidur di sini. Tapi aku tidur nyenyak semalam."
"Bukankah kamu seharusnya bekerja?"
"Benar. Tapi aku harus mampir ke rumah Sun Woo dulu."
"Kenapa?"
****
"Salah satu teman sekolahku polisi. Ini bukan wilayah kerjanya. Dia bekerja di tempat lain." Ucap Je Hyuk pada Sun Woo. "Aku minum dengannya sampai larut malam dan menemukan sesuatu. Ini sangat aneh."
"Aneh maksudmu?" Tanya Sun Woo.
"Stasiun Gosan memasang kamera di seluruh tempat. Tapi servernya diperiksa hari itu, jadi, tidak ada rekaman. Dari siang sampai malam. Selama 12 jam penuh."
"Dari semua hari, itu terjadi saat mereka melakukan inspeksi?" tanya Sun Woo.
"Tidak. Itu karena kesalahan mendadak. Itu tidak dijadwalkan. Itu sebabnya polisi tidak bisa menyimpulkan itu bunuh diri. karena itu tampak mencurigakan."
"Mungkin Pimpinan Yeo dalangnya." Ucap Ye Rim.
"Tidak mungkin. Itu berlebihan Ye Rim." Ucap Je Hyuk.
"Terus terang, di kota kecil seperti ini. seseorang dengan kewenangannya bisa melakukan banyak hal. Kamu tahu itu, untuk Pimpinan Yeo, mudah mengendalikan kepala polisi dan menghindari surat perintah. Kamu setuju, bukan?"
****
"Ini salinan yang asli. Tidak ada copiannya." Pak Yeo menerima rekaman. "Kamu dan aku harus merahasiakan ini sampai mati. Bagaimana dengan Da Kyung?"
"Dia tidak banyak bicara setelah bertanya pukul berapa Pak Lee pergi."
"Da Kyung tidak boleh tahu. Kita harus mengubur diam-diam. Mengerti?"
"Anda pikir mengubur ini adalah yang terbaik baginya? Maaf Pak."
"Tidak, kamu tidak sepenuhnya salah. Mari kita putuskan mana yang terbaik setelah menonton ini."
"Apa yang kita lakukan dengan Ji Sun Woo?"
****
Sun Woo masih memegang cincin Tae Oh dan berpikir.
****
Nona Min masih dipenginapan dan menunggu telepon.
****
Kim mendapatkan telepon.
***
Da Kyung makan di luar dengan Tae Oh.
"Ada apa? ada yang kamu pikirkan?"
"Tidak. Tidak perlu cemas." Ucap Tae Oh.
"Kamu punya banyak hal yang tidak boleh kuketahui."
"Kepalaku pusing karena Park In Kyu."
"Kenapa?" tanya Da Kyung. "Kamu bilang kamu tidak ada hubungannya dengan itu."
"aku mungkin harus membawa Joon Young."
Da Kyung mendadak sedih.
"Kamu jahat sekali. Tidak. Tidak mungkin. Sebaiknya tidak. Kamu tahu apa yang kukatakan kepada diriku berkali-kali sehari? Tapi kamu hanya membicarakan Joon Young?"
"Apa maksudmu?"
"Di mana cincin pernikahanmu? Apa kamu memutuskannya untuk tidak memakainya lagi? Noda darah apa yang ada di kemejamu? Kenapa kamu pergi ke stasiun Gosan malam itu? Katakan kepadaku. Apa yang terjadi di Stasiun Gosan malam itu?" Da Kyung menangis dan pergi.
****
Tae Oh mengejar dan masuk mobil Da Kyung.
"Aku mengerti kenapa kamu bersikap seperti ini. tapi, bukan aku pelakunya. Aku tidak melakukannya. ya. aku ada di stasiun Gosan saat itu. Tapi aku bahkan tidak melihat bedebah itu. Saat aku di sana, dia sudah tergetak di jalan."
"Katakan itu kepada polisi. Itu sudah cukup."
"Ji Sun Woo ada di sana."
"Apa maksudmu? Apa maksudmu perempuan itu membunuhnya?"
"Aku tidak tahu pasti. Tapi, aku curiga. Entah Min Hyeon Seo atau Sun Woo. Lalu mereka menyuruhku pergi ke atap untuk menjebakku."
"Kenapa kamu tidak memberi tahu polisi?"
"Dia Joon Young Omma!!!! Bagaimana aku bisa menjadikan ibunya putraku seorang pembunuh?"
"Lalu?"
"Kamu akan melindungi orang yang mungkin membunuh seseorang? karena dia Ibunya Joon Young?" Da Kyung marah.
"Mari kita bawa Joon Young pulang dahulu, mengerti?"
"Jebbal..."
"Maaf aku tidak bisa jujur padamu karena aku tidak mau kamu khawatir. Tapi, sungguh, bukan aku pelakunya. Percayalah padaku, Da Kyung ah."
"Buat aku percaya padamu."
****
Min ada di depan rumah sakit. Ia menunggu Sun Woo.
Ia melihat Sun Woo pergi begitu saja. Lalu diikuti.
***
"Kenapa anda mengikuti Ji Sun Woo?" tanya Kim.
"Apa yang kamu rencanakan. Dokter kim?" tanya Pak Yeo.
"Aku melihat Lee Tae Oh malam itu.
*saat polisi datang. Kim melihat Tae Oh turun dan pergi.
"Kuharap anda tidak mengganggu Ji Sun Woo hanya untuk menutupi kejahatan menantu anda. Jika itu rencana anda, aku juga harus memberi tahu semua yang kulihat kepada semua orang."
"Apa yang ingin kamu katakan?"
****
Sun Woo pergi diikuti oleh Nona Min.
Kemudian suara diketuk. "Silakan masuk." Ucap Kim.
Sun Woo datang ke tempat makan ruangan privat Tuan Yeo.
Min Hyeon Seo melihat. Ia melihat adanya Tuan Yeo. Sayangnya, Nona Min pergi begitu saja.
***
Sun Woo makan enak banget. "Anda ingin menjebakku, sebagai pembunuhnya? Saat kita melihat keadaan dan saksi. Tae Oh lebih dirugikan daripada aku."
"Sebenarnya, koneksiku di Gosan sangat sedikit. Aku bukan orang yang cukup berkuasa untuk memanipulasi kasus." Ucap Pak Yeo. "Untuk apa aku melakukan itu?"
"Entah kenapa tidak ada CCTV di hari itu." Ucap Sun Woo.
"Aku bukan dari kepolisian, bagaimana aku tahu soal itu? Kamu setuju, bukan?"
"Kalau begitu, kami akan periksa rekaman pengawas dari keesokan harinya. Untuk melihat siapa yang mengambil CCTVnya. Mereka seharusnya punya rekamannya."
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Yeo.
"Lee Tae Oh dan aku tidak boleh menjadi pembunuh." Ucap Sun Woo. "Karena Park In Kyu bunuh diri."
****
Tae Oh masih ngegalau di kantornya. Kemudian ia mematikan lampu dan pergi.
Saat di parkiran. Terdengarlah suara wiu wiu terdengar.
Tae Oh mulai dipepet.
"Apa kamu Pak Lee Tae Oh?" tanya Polisi yang menunjukkan tanda pengenalnya. "Ayo ikut kami."
****
Min Hyeon Seo nampak menelepon.
"Aku ada di kantor polisi." Ucapnya pada Sun Woo yang masih ada di tempat makan. "Maag aku membuatmu pergi ke tempat seperti itu. Aku memutuskan untuk tidak mengganggumu lagi. Mulai sekarang, aku akan mengurus masalahku sendiri."
Nona Min menutup teleponnya.
****
Da Kyung masih memandangi Jenny. Putrinya yang tertidur.
Ponselnya berbunyi. Dari Tae Oh.
***
Tae Oh juga menelepon mertuanya yang masih di tempat makan.
"Ayo pergi." Ucap polisi.
Pak Yeo berkata.
"Sepertinya ada masalah dengan rencanamu, dokter Ji."
Kim hanya melihat Ji Sun Woo.
Jam 8 malam. Da Kyung hanya diam saat suaminya menelepon.
Tae Oh sudah ada di kantor polisi dengan resah.
****
"Anda benar." Ucap Sun Woo. "Semua usahaku sia-sia. Aku tidak menduga ini. apa yang akan anda lakukan? Kalau begini, menantu anda akan menjadi pembunuh."
Yeo tertawa. "Maaf mengecewakanmu. Tapi aku tidak peduli soal masa depannya. Aku hanya memedulikan putriku."
"Putri anda bisa bercerai saja. tapi bagaimana dengan cucu anda? Dia akan diberi label seorang putri dari pembunuh seumur hidupnya. Anda dan aku berada di posisi yang sama mengenai masalah ini. meskipun anda tidak mungkin ingin mengakui hal itu. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Kamu juga salah satu tersangka, dokter Ji. Jangan bilang kamu lupa soal itu."
Ji tertawa. "Jangan cemaskan aku. Aku hanya perlu memilih apakah anda akan menyelamatkan menantu anda."
****
"Aku tahu ini tidak nyaman. Tapi kami dapat laporan dan harus melakukan tugas kami." Ucap detektif. "Jadi, tolong beri tahu kami di mana kamu malam itu."
Tae Oh melirik pada Nona Min yang ada di ruangan lain.
"Kamu harus memberi tahu kami. Jika tetap diam, kamu bisa terkena masalah. Kenapa diam saja? aku mulai curiga"
Kemudian munculah Ji Sun Woo.
Perlahan. Ia menuju Lee Tae Oh. Tapi malah terhenti saat melirik Nona Min di pintu. Ada detektif menghentikannya..
"Ada perlu apa? kamu tidak perlu kemari untuk interogasi. Nona Min sudah memberi tahu kami bahwa dia menjatuhkan syalmu di stasiun."
"Aku datang untuk Lee Tae Oh." Sun Woo datang pada mantannya.
****
"Malam itu, saat Park In Kyu tewas. Dia bersamaku." Ucap Sun Woo. "Lee Tae Oh sedang bersamaku. Kami berdua ada di mobilku di tempat parkir."
"Bukan itu yang dikatakan Nona Min."
Nona Min pun keluar. "Itu tidak benar. Lee Tae Oh bersamaku di pintu darurat. In Kyu jatuh dari atap setelah dia naik ke sana."
"Kamu bilang dia ke atas sana, tapi itu hanya pendapatmu." Ucap Sun Woo. "Asumsi atau pendapat tidak cukup untuk menjadikan seorang pembunuh. Bukankah begitu detektif?"
"Ya. tentu saja. tapi karena ada saksi, kami harus menyelidiki apa yang terjadi."
"Dia sedang bersamaku pada saat itu."
"Kamu punya bukti?" tanya Detektif.
Sun Woo menyerahkan cicin Tae Oh. "Ini cincin pernikahan Lee Tae Oh. Aku menemukannya di mobilku." Sorry. Bukannya bukti ini bisa jadi manipulasi ya? maksudnya, bukan bukti kuat. "Ini adalah alibinya. Apa itu cukup?"
Min Hyeon Seo bingung deh. Sedih juga.
***
"Cincin?" Ucap Da Kyung di telepon. "Kenapa kamu bertanya?"
"Aku tidak bisa memberi tahu detail penyelidikan." Ucap polisi. "Jika ingin membantu suamimu, beri saja aku jawaban jujur. Kapan kamu menyadari suamimu tidak memakai cincin pernikahannya?"
"Cincin itu hilang sejak malam itu. Aku tidak tahu di mana."
"Terima kasih atas kerjasamanya."
*Sebagai yang suka nonton drakor investigasi. Harusnya konfirmasi alibi dilakukan nggak lewat telepon doang. Setidaknya Da Kyung harus ketemu langsung dengan polisi. Dikasih tahu pula cincinnya kayak apa. iihhh.
Saat keluar dari kantor polisi. Tae Oh minta bicara.
"Aku bertemu dengan Pimpinan Yeo sebelum datang ke sini." Ucap Sun Woo. "Apa sebesar itu kamu dinilai di keluargamu? Apa kamu mencampakkan Joon Young dan aku untuk diperlakukan seperti itu?"
Wewww.....
****
"Kamu bilang akan mengurusnya. Kenapa aku harus ditelepon begitu?" Ucap Da Kyung saat Tae Oh pulang.
"Kamu tidak akan ditelepon seperti itu lagi."
"Apa kamu sudah membersihkan namamu?"
"Ya. berkat Sun Woo."
"Apa?"
"Lucu bukan? Benar, bukan? Bukankah ini payah? Orang yang datang menyelamatkanku, ternyata malah Sun Woo."
"Katamu dia mungkin pembunuhnya."
"Aku tahu. Dia bisa dicurigai, tapi dia mengambil resiko dalam situasi ini."
"Kenapa? Untuk apa? apa dia masih menyukaimu?"
"Karena Joon Young!!!" Tae Oh teriak. "Karena aku ayahnya Joon Young!!! Tapi Da Kyung, aku juga ayahnya Jenny. Apa aku salah?"
****
Tae Oh masuk ke kamarnya dengan membanting pintu dan menangis.
Galau kaan.... sebab Sun Woo tidak mudah melupakan Tae Oh semudah itu. Sama kayak nasehatnya ke Ye Rim.
***
Sun Woo menyiapkan makanan untuk Joon Young. Tapi dengan kasar Joon Young menolaknya.
****
Da Kyung menelepon polisi.
"Ah Park In Kyu? Kasusnya ditutup."
"Itu bunuh diri?"
"Autopsi mendukungnya, dan menimbang situasinya. Keluarganya belum memprotes, jadi, kurasa akan berakhir seperti itu."
"Begitu rupanya."
"Aku yakin kamu sangat khawatir. Tapi itu tidak perlu." Ucap polisi. "Maaf karena mengganggu."
Saat Da Kyung menelepon. Ada Tae Oh lewat dan ia tidak memedulikan Da Kyung. Banting pintu terossss...
****
Hari bersalju. Nona Min keluar dari kantor polisi.
Sun Woo sudah menunggunya.
"Kenapa kamu melakukannya? kubilang percayalah padaku."
"Sudah kubilang, aku tidak ingin menyakitimu dok."
"Aku memastikan tidak ada yang tersakiti. Jika kamu tidak ikut campur. Semua akan berakhir dengan lebih mudah."
"Jadi, kesimpulannya bunuh diri? In Kyu meninggal karena aku putus dengannya."
"Jangan merasa bersalah. Park In Kyu sendiri yang memilih jalan begitu. Itu sudah berakhir sekarang. Mengerti?"
"Ini sudah berakhir bagiku. Tapi bagaimana dengan dokter? Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"
"Kamu harus mengkhawatirkan masa depanmu sendiri."
"Kamu tahu kenapa aku tidak bisa melepaskan diri dari In Kyu? Karena aku kasihan padanya. Dia manusia hina, tapi aku tidak bisa mencampakkannya karena kasihan padanya. Karena itu aku seperti ini. tapi itulah yang kulihat di matamu semalam." Ini Nona Min kalau ngomong suka bener deh. "Kamu tahu itu salah, sama seperti aku melindungi bedebah itu. Itulah yang kamu lakukan terhadap Lee Tae Oh. Hati-hati. Tidak ada jaminan segalanya akan berakhir seperti aku." Nona Min pun pergi.
****
Kembali ke ruangan minum kopi di rumah sakit.
"Berakhir semudah ini?" tanya Kim.
"Tergantung sudut pandangmu."
"Aku yakin polisi menyelidiknya dengan saksama, bukan?"
"Aku tidak mau membiarkan Joon Young menjadi anak pembunuh. Lagi pula, Lee Tae Oh tidak mungkin melakukan itu. Aku juga manusia yang egois."
"Tergantung sudut pandangmu." Aahh suka kalimat ini. "Hati-hati dengan Pimpinan Yeo. Dia hanya akan melihat keadaan seperti yang dia inginkan."
Tae Oh menemui Pak Yeo di lapangan golf.
"Maaf aku mencemaskan ayah dengan masalah memalukan."
"Jika ingin memukul bola dengan baik. Aku harus menyingkirkan pemikiran yang mengganggu. Tapi pemikiran seperti itu mustahil disingkirkan. Aku hanya perlu mengendalikannya. Jadi, apa rencana masa depanmu?"
"Ada investor yang tertarik dengan naskah yang aku kerjakan. Kami akan rapat."
"Bagaimana dengan Ji Sun Woo? Kupikir, kamu akan menyingkirkan perempuan itu. Apa kamu akan membiarkan keadaan seperti ini?"
"Entah dia di Gosan atau tidak, aku tidak ingin bertemu dengannya. Setiap bertemu dengannya, aku dan Da Kyung berselisih paham."
"Maksudmu kamu akan menjadikan Da Kyung alasan agar Ji Sun Woo tetap berada di sisimu?"
"aku melakukan berbagai hal saat memcoba membuatnya pergi. Tapi aku malah dituduh atas pembunuhan. Apa lagi yang harus kulakukan agar ayah memercayaiku?"
*****
Yeo mendapatkan penjelasan dari karyawannya. Kilas balik.
"Park In Kyu jatuh pada pukul 11.12.45 malam. Jika anda melihat waktu di bawah rekaman ini, waktu saat pak Lee masuk ke tangga darurat adalah 11.13.38 malam. Itu setelah Park In Kyu jatuh."
Bukan Tae Oh pelakunya.
***
"Kamu punya waktu akhir pekan? Mari bermain golf bersama Da Kyung."
"Maafkan aku. Aku rasa aku tidak punya waktu." Tae Oh memberi salam dan pergi.
***
"ibuku bilang, pria itu meninggal karena Ibu Joon Young mencampakkannya." Ini gosip pedas anak SMP.
"Apa itu benar-benar? Waaaahh daebak."
"Bunuh diri karena dicampakkan? Mustahil."
Mereka bergosip dan Joon Young melihat mereka.
"Apa?"
Joon Young mendekat pada mereka. "Kalian membicarakan ibuku?"
"Memangnya kenapa?"
"Aku penasaran. Aku ingin kamu mengatakannya kepadaku jika mengenai ibuku. Kubilang padaku, aku mendengarnya dengan jelas tadi."
"Yak... kenapa kamu ingin aku memberitahumu? Kamu tidak melihat berita?"
"Yang kamu bicarakan tidak ada di berita."
"Dia bunuh diri karena dicampakkan pacarnya. Pacarnya itu ibumu."
"Kata siapa?"
"Ibuku. Semua ahjumma di daerah ini juga tahu."
"Pria itu pasien ibuku. Orang tidak boleh bergosip jika tidak tahu apa-apa."
"Apa katamu?"
"Ibumu itu, seorang ahli bergosip. Dia selalu berbohong."
"Kamu mau mati?"
"Pukul aku. Apa kamu takut?"
Mereka mau berantem saat itu pun gurunya masuk.
****
"Kamu di rumah? Kamu tidak ikut les?" tanya Sun Woo yang tangannya ditampik oleh Joon Young. "Apa yang terjadi?"
"Aku tidak boleh bolos? Sehari saja."
"Apa sehari saja cukup? Kamu akan baik-baik saja besok? Sampai kapan kamu akan seperti ini?"
"Entahlah. Jangan ganggu aku." Ini Joon Young ngeluyur ke ruangan lain.
****
Sun Woo belanja di supermarket.
Ia bertemu dengan Ibunya No Eul yang bekerja di supermarket dan No Eul. Kemudian Sun Woo mengantarkan No Eul pulang.
"Kamu sangat baik pada ibumu."
"Kami hanya punya satu sama lain." Ucap No Eul saat di mobil.
"Kuharap Joon Young bisa akrab denganku seperti kamu dengan ibumu. Kurasa dia kecewa padaku. Dia tidak pernah bicara kepadaku. Bagaimana Joon Young di sekolah? Apa dia baik-baik saja? dia cepat marah dan bahkan tidak pergi les. Kuharap aku tahu apa yang terjadi agar bisa menjadikannya lebih baik. Tapi dia tidak pernah bilang apapun, jadi, aku tidak tahu. Kamu tidak mau memberi tahu ya?"
"Pria biasa bersikap kekanakan." Ucap No Eul. "Anak-anak lain terus mengatakan hal konyol."
"Seperti apa?"
"Mereka bilang bahwa pria yang tewas di stasiun Gosan adalah pacar ahjumma."
"Siapa yang bilang begitu?"
***
Sun Woo ngamuk.
Langsung melabrak ahjumma di lokasi menembak.
"Omoo dokter direktur muda. Aahh iya, kamu bukan direktur muda lagi. Ada apa? kamu tidak pernah meneleponku. Aku agak terkejoooddd."
"Apa kamu begitu penasaran dengan pacarku? Kenapa kamu mengada-ada di depan anak kecil? Kamu tidak melihatku bersama dengan kekasihku."
"Ada apa? apa kamu sudah gila?"
"Kamu harus memperhatikan siapa yang kamu hadapi. Suamimu ingin menjadi politikus bukan? Haruskah aku menuntutmu atas penghinaan dan pencemaran nama baik? Atau haruskah aku memulai skandal kotor? Aku tahu banyak cara menghancurkan masa depan suamimu dengan sekali serang. Bagaimana menurutmu? Kedengarannya menyenangkan, bukan? Jika kamu membiarkan Joon Young mendengar hal konyol lagi. Aku akan menghancurkan kamu dan suamimu."
****
Da Kyung melihat cincin pernikahan Tae Oh tergeletak di meja.
"Kamu memutuskan untuk tidak memakainya?" tanya Da Kyung pada suaminya. "Tae Oh Sshi. Jenny Appa."
Tae Oh pun mengambil cincinnya tanpa sepatah kata.
***
Tae Oh memandanginya di dalam mobil. Ia kemudian memakainya kembali.
****
Yerim masih menerima laundry dari Je Hyuk. Ia pun sangat kesal.
Rumahnya jadi berantakkan banget.
Ye Rim memberikan foto barang-barang Je Hyuk dan meminta Je Hyuk untuk mengambilnya.
Je Hyuk datang kembali ke rumah Ye Rim. Dengan tidak malunya, ia malah mengambil makanan yang dipesan Ye Rim.
"Jika tidak mau mengambil barangmu hari ini, aku akan membuangnya. Jadi, ingat itu." Ye Rim memakan ayam gorengnya.
"Ye Rim ah, apa kamu depresi?"
"Tidak. Aku sedang istirahat."
"Apa kamu selalu memesan makanan seperti ini?"
"Apa pedulimu?"
"Apa kamu tidur dengan nyeyak. Bagaimana jika kita berdua pergi ke rumah sakit dan menemui dokter kim untuk konseling?"
"Berhenti mengada-ada. bawa saja barang-barangmu dan pulanglah. Kenapa kamu tb-tb mencerewetiku?"
Ye Rim kemudian pergi.
***
Joon Young kini mengomeli Ibunya.
"Apa ibu menemui ibu Hae Kang? Apa yang ibu katakan kepadanya?"
"Itu antara ibu dan ibunya. Bukan urusanmu."
"Jebbaalll...ommma..."
"Jika kamu punya masalah. Kamu harus segera memperbaikinya. Kenapa kamu berjuang sendirian? Jangan biarkan dia mengejekmu lagi. Dia akan meremehkanmu. Memgerti?"
****
Joon Young ketemu Sul di lorong. Sul yang menyapa Joon Yong malah dicuekki.
***
Kini Tae Oh yang ngambek sama Da Kyung. Sekarang kita tahu, Joon Young kelakuannya mirip sapa. Ini sama-sama ngambek. Wkwkkwkw.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah."
"Ibuku berpikir kita harus pergi liburan keluarga. kapan kamu ada waktu luang?"
"Tidak dalam waktu dekat. Aku terlalu sibuk."
"aku membuang selimutmu yang ada di sini. Kamu harus tidur di kamar kita mulai sekarang."
"Kembalikan. Aku harus bekerja semalaman."
"Sampai kapan kamu akan..."
Dan tb-tb Tae Oh teleponan sama Joon Young.
"Oh yaaa Joon Young. Kamu baik-baik saja? Appa? Ayah sudah pulang. Yaaa... benar? Itu bagus."
Da Kyung menatap mata nanar....
Da Kyung menemui Joon Young di kafe.
"kamu pasti kesulitan belakangan ini. ayahmu sudah cerita semuanya. Jadi, aku tahu apa yang kamu alami."
"Apa yang dia katakan?"
"Rumor tentang ibumu itu."
"Itu tidak benar."
"Aku tahu. Aku tahu itu tidak benar. Tapi masalahnya, orang-orang berpikir bahwa itu benar. Tapi, Joon Young Aah, aku yakin ibumu juga cukup kesulitan."
"Aku tidak ingin membicarakan ibuku dengan ahjumma."
"Aku tidak punya perasaan negatif terhadap kamu dan ibumu. Sebenarnya aku ingin kalian berdua bahagia. Tapi sayangnya, hal seperti itu harus terjadi. Aku akan jujur padamu Joon Young ah. Jika aku menjadi ibumu, aku akan meninggalkan tempat ini. dia mungkin bilang baik-baik saja. tapi aku yakin sulit menghadapi rumor itu. Hanya ada satu alasan dia tidak bisa pergi. Itu kamu Joon Young. Dia menahan semuanya demi kamu. Karena dia seorang ibu. Aku mengerti setelah menjadi ibu. Seperti itulah para ibu."
"Jadi, aku berpikir, kenapa kamu tidak pindah dengan ayahmu? Ibumu dokter yang kompeten. karirnya akan sangat sukses setelah meninggalkan Gosan. Kamu tahu itu."
"Ahjumma menyuruhku meninggalkan ibuku dan tinggal bersama ayahku?"
"Maksduku, kamu harus memikirkan apa yang terbaik untukmu dan ibumu. Kamu siswa SMP sekarang. Kamu cukup dewasa untuk memikirkan hal itu sekarang. Lagi pula, ayahmu ingin kamu tinggal bersamanya. Aku pun senang melakukanya. Mengerti?"
****
"Bagus Unnie. Istrinya Pak Cha harus diberi pelajaran." Ucap Yerim. "Dia ketakutan bukan? Aku yakin dia takut."
"Aku tidak bisa membiarkannya. Jadi, aku pergi ke sana dan memberinya peringatan. Tapi Joon Young sangat marah soal itu. Dia berteriak kepadaku. Aku tidak tahu apa karena dia anak lelaki. Tapi terasa makin sulit untuk menanganinya. Aku penasaran apakah karena dia tumbuh tanpa ayah. Kamu harus bersyukur tidak punya anak."
"Aku tahu kamu tidak bisa hidup tanpa Joon Young. Kamu hanya pamer, bukan?"
"Apa terlihat?"
Ponsel Sun Woo berbunyi. Dari Tae Oh.
"Di mana kamu? Aku ingin kamu pulang ke rumah." Tae Oh ada di rumah Sun Woo guys.
****
Ye Rim pulang dan melihat rumahnya sudah bersih kembali.
Dia masuk kamar dan ada Je Hyuk di sana.
"Kenapa kamu amat terkejut? Ini hanya aku."
"Kenapa kamu begini?"
"Aku berbenah rumah dan mandi."
"Aku tidak pernah memintamu melakukannya. Pergilah jika sudah selesai."
"Gawaaatttt..." Je Hyuk panik.
"Kenapa?" Ye Rim bingung.
"Carikan aku celana dalam uwuwuw." Wkwkwk. Ini maaahhh kagak kayak orang pisah ya?
****
"Kupikir akan salah jika membawanya saat kamu tidak di rumah."
"apa maksudmu?" tanya Sun Woo.
Joon Young turun dengan membawa kopernya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sun Woo.
"Aku sudah selesai berkemas. Bisa pergi sekarang?" Ucap Joon Young pada Tae Oh.
"Tentu. Kamu harus pergi jika mau. Tapi kamu harus memberi tahu ibumu dulu."
"Apa? kamu akan tinggal dengan ayahmu sekarang?"
"Aku sudah memikirkannya dan aku merasa Omma tidak bisa hidup nyaman karena aku."
"Kenapa kamu berkata begitu? Ibu hidup untukmu."
"Jangan hidup untukku. Makin Omma melakukan itu, makin sulit bagiku. Aku akan tinggal dengan appa. Kurasa itu yang terbaik bagi kita berdua."
Joon Young keluar membawa kopernya.
"Kamu menekannya?" tanya Sun Woo. "Aku menyelamatkanmu dan inikah balasanmu."
"Joon Young meneleponku dan bertanya. Apa dia bisa tinggal denganku. Aku akan menjaganya beberapa hari dan bicara dengannya. Jangan khawatir, ya?" Ehhh Tae Oh nggak ngegas.
****
Yerim mengejar Je Hyuk.
"Tasmu."
"Aku akan sering datang." Ucap Je Hyuk.
Kemudian mereka berdua menyaksikan Joon Young yang dibawa oleh Lee Tae Oh.
Sun Woo turun dan memanggil Joon Young.
Joon Young ada di dalam mobil.
"Joon Young Ah. Bisakah kita bicara sebelum kamu pergi? Tolong lihat Omma."
"Kamu harus berpamitan dengan ibumu." Ucap Tae Oh.
"Lupakan saja. ayo."
Haahhhh.... patah hati seorang emak guys. Diabaikan anaknya.
****
"Aku senang kamu datang. Aku yakin kita akan akur." Ucap Da Kyung pada Joon Young yang baru datang.
Joon Young memberi hormat dan pergi ke kamarnya.
"Terima kasih atas pengertiannya." Ucap Tae Oh.
****
Tae Oh membuka koper Joon Young.
"Kamu harus menelepon Omma dan bilang kamu sudah sampai. Omma akan khawatir. Ya?"
"Akan lebih mudah baginya tanpa aku. Dia tidak perlu menghadapi rumor aneh karena aku."
"Rumor aneh? Apa?"
"Tidakkan orang dewasa sama saja? anak-anak tahu semuanya. Lebih menyebalkan lagi jika disuruh mengabaikan semuanya."
*****
Sun Woo ada di kamar Joon Young sambil galau. Tae Oh menelepon.
"Kamu sudah bicara dengan Joon Young?"
"Dia pikir kamu kesulitan menghadapi rumor itu karena dia. Dia bilang dia baik-baik saja, jadi, jika tidak mau tinggal di sini, kamu boleh pergi."
"Joon Young sungguh mengatakan itu? Bahwa aku boleh pergi? Kenapa dia tb-tb mengatakan itu? Apa kamu mengatakan sesuatu kepadanya?"
"Tidak.... entah kenapa Joon Young berpikir seperti itu. Dia bilang dia baik-baik saja jika ada aku ayahnya, itu saja."
"Ini hanya beberapa hari. Tepati janjimu." Sun Woo galak.
"Kita tidak punya pilihan jika itu adalah pilihan Joon Young."
"Jangan bilang begitu. Pastikan saja anggota dewan Cha tidak asal bicara. Jika masih berteman dengannya padahal tahu anakmu terluka, kamu tidak pantas menjadi ayahnya Joon Young. Mengerti?" Sun Woo ngamuk dan menutup teteponnya.
Dan si kompor Da Kyung nguping pembicaraan ini.
****
Saat Joon Young turun untuk sekolah. Ia melihat di ruangan makan ada Jenny main dengan Tae Oh.
Di kiri. Da Kyung sedang membuat sarapan.
Karena merasa entahlah. Cemburu sama Jenny? Joon Young memilih pergi tanpa mau diantarkan oleh ayahnya. Meski Tae Oh menawarkan mengantarkannya.
****
Joon Young malah makan mie instan di alfamart.
Kemudian ia mengangkat telepon dari Sun Woo.
"Apa kamu terkena flu?"
"Tidak." Ucap Joon Young.
"Telepon sesekali. Bagaimana kabarmu?"
"Omma bagaimana?"
"Omma baik-baik saja selain merindukanmu."
"Omma aku harus pergi."
"Baik. Belajarlah dengan giat di kelas dan bersenang-senanglah. Btw, kapan kamu akan pulang?"
"Aku tutup teleponnya. Mari bicara nanti."
"Baik. Mari bicara nanti."
*****
"Istriku bertanya apa terjadi sesuatu padaku, dokter Sul." Ucap Kong. "Dia bilang kamu tidak menghubunginya lagi."
"Posisi direktur muda rumah sakit sudah di luar jangkauan, jadi, untuk apa aku meneleponnya?"
"Kamu ternyata sombong."
"Tidak, aku cukup terbuka soal bersikap sombong sepertimu." Wkwkkw.
"Itu bukan alasan untuk memberi tahu orang lain soal pembicaraan kita. Kamu tahu berapa malunya aku melihat perawat kita?"
"Itu sebabnya kamu harus memikirkannya baik-baik." Ucap Sul. "sebelum mengatakan perbuatanmu."
"Yak!!!! SUL SONSENG!!!!"
Kemudian dokter Kim masuk. "Selamat pagi..."
"Ini saran yang kubuat untuk alasan bisnis." Ucap Sul. "Dokter Kim, kamu mau menikah?"
"Apa?"
"Untuk mendapatkan persetujuan dari rumah sakit ini, kamu harus menikah." Wkkwkwkw ini nyindir Kong. "Jika lajang, kamu bahkan tidak akan dipromosikan. Bukankah begitu direkturrr..."
"Bagaimana direktur? Aku harus menikah?" wkwkkwkw Kim menyambut gongnya Sul.
"Kamu mendendam sekali." Ucap Kong. Kemudian si uban pergi.
****
"para pegawai juga mengeluh, jadi, dia kesulitan." Ucap Kim. "Kamu harus berhenti menggodanya."
"Dia harus meminta maaf secara resmi entah mengganggunga atau membuatnya malu. Dia harus minta maaf kepada semua wanita yang bekerja di sini."
"Aku akan mendukungmu diam-diam." Kemudian Kim pergi.
Sul berbisik. "Kita bisa menikah." Kkwkwkkw.
****
"Ji Sonseng apa yang kamu pikirkan? Bagaimana dengan Joon Young?" tanya Kim. "Apa dia baik-baik saja?"
"Sepertinya dia baik-baik saja."
"Kamu mau nonton bareng? Kamu pasti kesepian sendirian."
"Mungkin lain kali."
***
Umh masuk ke kamar Joon Young dan kesal melihat ada seragam Joon Young.
"Sedang apa Omma di sini?"
"Kenapa kamu menerimanya? Kamu pikir akan mudah membesarkan anak orang lain?"
"Dia bukan anak orang lain. Dia anaknya Tae Oh."
"Omma tidak bisa memahamimu, tapi ibu lebih tidak memahami Ji sonseng. Bagaimana bisa dia mengirim putranya ke sini? Dia sangat tidak tahu malu."
"Hentikan. Aku yang menyarankannya."
"Itu sebabnya ibu menanyakan alasanmu. Kenapa kamu membuat lebih banyak masalah?"
"Jangan bilang begitu Omma. Sejujurnya, sapa salah anak itu? Orang dewasa yang bersalah. Aku juga ikut bertanggung jawab. Aku ingin mencari jalan terbaik untuk Joon Young. Jadi, tolong terima saja."
"Kamu memang putri Omma. Terkadang kamu mengejutkan Omma."
*****
Tae Oh menelepon Da Kyung dan berkata dia akan menjemput Joon Young.
"Kamu nampak seperti pengantin baru." Ucap pria berjas pada Tae Oh.
"Putraku ada di rumah sekarang."
"Kamu harus mengurus putramu meski sudah bercerai. Kamu Appa yang baik."
"Apa yang ingin kamu bicarakan sampai datang kemari?"
"Konser bukuku sebentar lagi." Si Pria memberikan buku.
"Apakah kamu sedang bersiap untuk memasuki dunia politik?"
"Selagi membahas itu, aku ingin kamu menjadi sponsorku. Dari semua teman kelas kita, kamu yang paling terkenal. Kamu akan setuju, bukan?"
"Entahlah. Aku sedang menyiapkan film baru dan aku fokus kepada Joon Young. Sulit meluangkan waktu."
"Tidak perlu meluangkan waktu hari ini. biarkan aku menulis namamu dan kamu bisa sekadar datang."
"Jika mau terlibat, aku harus berusaha maksimal. Tidak akan membantu jika aku ceroboh. Aku lebih baik tidak melakukannya daripada mendengarmu kecewa nantinya."
"Ada apa? kamu butuh persetujuan mertuamu?"
"Biar kukatakan satu hal karena kamu datang sebagai teman. Jaga ucapanmu di depan anakmu. Kamu tahu putra kita berteman. Tidak bisakah kamu tahu Joon Young kesal mendengarnya?"
"Kenapa kamu membahas anak-anak kita?"
"Seharusnya kamu lebih berhati-hati karena mereka terlibat. Kamu setuju, bukan? Aku tidak mengatakan perbuatan ibunya Joon Young bagus. Tapi, aku kecewa padamu. Putraku terluka. Berhentilah mendatangiku dan tanyakan pada Pak Yeo sendiri. bukan aku yang kamu butuhkan. Tapi Pak Yeo. Jangan hidup seperti itu, terlebih kamu akan masuk dunia politik. Itu memalukan."
"Bagaimana dengan Da Kyung?" Ucap Pak Yeo pada Umh.
"Kupikir dia mungkin gelisah, tapi dia baik-baik saja. dia ingin memperlakukan putra Tae Oh dengan baik. Kurasa ini akan lebih baik jika kita tidak ingin terlibat dengan ibunya."
"Kamu harus sering memeriksa keadaan Da Kyung. Pastikan dia baik-baik saja. dia tidak punya pengalaman membesarkan remaja. Ini tidak akan mudah baginya."
*****
Sementara itu Sun Woo galau di kantornya. Sampai malam.
****
Sun Woo ke mal dan melihat Joon Young sedang belanja dengan Da Kyung.
Bukan hanya ada Da Kyung. Tapi Tae Oh dan Jenny. Dari kejauhan mata Sun Woo memandang. Mereka nampak baik-baik saja.
****
Di mobil da Kyung berkata. "Joon Young kamu sebaiknya membeli mantel itu. Itu nampaknya bagus. Kenapa tidak membelinya?"
"Mungkin dia tidak suka gaya seperti itu."
"Kurasa aku masih harus banyak belajar." Ucap Da Kyung. "Lain kali katakan model yang kamu suka."
Pas nengok. Joon Young tidur.
***
"Kamu harus akrab dengannya. Dia berusaha keras untuk akrab." Ucap Tae Oh.
"Apa itu perlu? Apa aku harus meraih hatinya jika ingin tinggal di sini?"
"Tidak, bukan itu maksud Appa. Kita keluarga."
"Bagaimana bisa ayah berharap aku menganggapnya keluarga? Bukankah itu berlebihan?"
"Jika tidak menganggapnya keluarga. Kamu mau menganggapnya apa? jika kamu terus bersikap seperti ini, akan sulit bagi kita untuk tinggal bersama."
"Beri tahu jika ayah ingin aku tidak di sini. Aku bisa pergi kapan saja."
****
Sun Woo ke rumah Yerim sambil membawa anggur. Mereka sama-sama sendirian.
"Kamu akan tinggal di mana?"
"Seoul. Aku akan tinggal di dekat orang tuaku."
"Kamu bilang mereka tidak akan menyetujui perceraian dengan mudah. Tapi kurasa begitulah orangtua."
"Mereka hanya berpikir aku putri bodoh yang memberikan keputusan bodoh."
"Haruskah aku pergi juga?"
"Apa Joon Young ingin tinggal bersama ayahnya selamanya?"
"Sejujurnya, aku melihat Joon Young hari ini. dia tidak seperti itu saat bersamaku. Tapi dengan mereka, entah bagaimana, dia nampak bahagia. Dia juga tampak nyaman. Mereka nampak seperti keluarga bahagia. Itu sesuatu yang tidak bisa kuberikan kepadanya."
"Ya. Joon Young sudah besar. Kamu harus menghormati keputusannya. Mari jujur saja, Unnie juga butuh istirahat. Ingat ucapan waktu itu? Kamu bilang sulit memutuskan hubungan meski kalian bercerai. Kurasa kalian sudah terlalu bergantung terlalu lama. Unnielah yang harusnya mengakhirinya dengan benar. Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah salah satu dari kalian meninggalkan tempat ini."
"Je Hyuk sepertinya sering berkunjung."
"Entahlah. Dia sering datang. Dia sangat menyebalkan."
"Apa keinginanmu?"
*ada bayangan...
"Yerim aahh... haruskah kita mulai berkencan?" tanya Je Hyuk.
"Entahlah" Ucap Ye Rim pada Sun Woo.
****
Dokter Ji mulai mencari apartemen di internet. Ia mungkin akan ke Seoul. Kemudian ada Sul dan Kim ngajak makan. Ji langsung gagap dan Sul menggodanya. Lihat apa? kepo gitu dia.
Namun, Ji menolak ajakan mereka berdua makan.
***
"Dia sangat murung sejak Joon Young pergi." Ucap Kim pada Sul.
"Berapa kali kamu mencemaskannya dalam sehari?"
"Aku juga mencemaskanmu dokter Sul." Wkkwkw.
"Kalian hanya rekan kerja? Kamu sungguh berharap aku memercayainya?"
"Kamu pikir aku punya kesempatan lebih dari itu? Bagaimana menurutmu dokter Sul?"
"Ji Sun Woo hanya peduli pada Lee Tae Oh. Dia mungkin membencinya. Tapi kurasa dia tidak punya ruang di hatinya untuk orang lain. Setidaknya belum."
"Tapi kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan."
"Aku kelaparan. Kita mau makan apa?" wkwkkw.
*****
Ahjumma memberikan Joon Young makan. Tidak ada Tae Oh ataupun Emaknya Jenny.
Sementara itu Sun Woo terus mengirimi Joon Young sms.
Sun Woo sms Joon Young makan apa?
****
Sun Woo malah mengemasi barang Joon Young dan dimasukkan ke koper.
****
Tae Oh pulang. Ia masuk ruang penyimpanan baju dan tidak sengaja melihat setumpuk brosur belajar di LN.
Kemudian Da Kyung datang.
"Ini apa? in apa?" Tae Oh berteriak sampai Joon Young yang lagi belajar dengar. "Apa kamu berniat mengirim Joon Young ke LN? Karena itulah kamu bilang kita harus membawanya kemari?"
"Kenapa tidak? Itu tidak terlalu buruk untuk masa depan Joon Young."
"Aku membawanya kemari karena ingin menjaganya di sisiku. Dia datang untuk tinggal bersama dengan ayahnya, kenapa kamu mencoba mengusirnya?" Tae Oh melemparkan semua brosurnya. "Kamu tidak berpikir ini mungkin melukai perasaan Joon Young? Kamu sendiri punya anak. kenapa kamu egois sekali?"
"Aku egois?"
"Dia bukan anakmu, benar?"
"Jenny Appa!!!"
"Kamu pikir Sun Woo akan membiarkannya pergi semudah itu? Apa kamu lupa perbuatannya untuk mendapatkan hak asuh?"
"Apa? kamu pikir itu demi hak asuh? Jangan membuatku tertawa. Ini untuk mengalahkanmu. Untuk mengusirmu dari kota ini!!!"
Joon Young nonton guys.
"Berapa lama kamu akan membuat anak itu melihat orang dewasa bertengkar? Kamu juga tidak tahu dia tidak nyaman di sini. Itu lingkungan yang jauh lebih baik baginya. Dan itu bahkan tidak merugikannya. Kenapa itu egois?"
"Lalu? Maksudmu ini semua demi Joon Young?"
"Lebih baik belajar di lingkungan yang baik daripada terluka. Bolak-balik antara dua orang tua yang bercerai. Kamu harus berpikir rasional. Apa hal yang terbaik baginya?" Da Kyung memungut brosurnya. Kemudian membawanya keluar.
****
Tae Oh minum di bar dengan Je Hyuk.
"apa kamu tidak punya teman untuk diajak pergi?" tanya Je Hyuk.
"Cobalah berkaca. Kamu sendiri juga tidak punya tujuan."
"Bajingan lu."
"Kudengar kamu sudah bercerai. Apa kamu masih ke sana?"
"Ini masih masa penyesuaian."
"Ini sudah berakhir. Kamu tidak bisa menyatukannya kembali."
"Karena kini dia pergi. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Apa pilihan yang kupunya? Aku harus mencoba sesuatu."
"Itu seperti kebiasaan. Kamu sudah terbiasa. Itu sebabnya ini nyaman."
"Kamu juga sudah terbiasa. Tapi, karena kini hilang, aku menyadari dulu kupikir harus ada gairah untuk merasakan cinta. Aku bodoh sekali." Ucap Je Hyuk. "Ini seperti oksigen, air, sesuatu yang harus ada agar kamu bertahan hidup. Aku menyadari itu cinta. Aku kehilangan dia karena salah. Tapi akan kudapatkan dia kembali. Aku tidak ingin menyesalinya sepertimu."
"Apa aku tampak menyesalinya?"
"Kamu tidak terlihat bahagia. Itu pasti."
Kemudian Sun Woo sms meminta Tae Oh datang untuk membawa barang Joon Young.
"Kurasa Sun Woo berniat meninggalkan tempat ini." Ucap Je Hyuk.
***
Sun Woo sedang minum anggur di rumahnya. Kemudian Tae Oh datang.
SunWoo memberikan koper yang ia siapkan.
"Aku yakin dia tidak mengemas semua yang dia butuh karena terburu-buru. Suruh dia memberitahuku jika butuh hal lain."
"Kamu sungguh akan pergi?"
"Aku akan mempertimbangkannya."
"Kenapa?" tanya Tae Oh.
"Bukankah itu yang kamu inginkan?"
"Benar." Ucap Tae Oh.
"Aku akan bicara dengan Joon Young dan pergi jika dia mau aku pergi. Bisakah aku mempercayakan ini kepadamu? Kupikir dia ingin aku tidak mencemaskannya, tapi aku merasa mungkin dia ingin aku pergi. Seorang ibu yang digosipkan anak-anak pasti memalukan. Aku yakin dia muak. Kurasa yang terbaik baginya adalah aku menjaga jarak. Tapi aku akan membawanya kembali jika dan saat aku mau."
"Baiklah. Lakukan itu."
"Kamu mau minum?"
Tae Oh masuk dan mengambil gelasnya. Sun Woo menuangkan anggurnya.
"Bagaimana pernikahanmu?" Tanya Sun Woo. "Apa kamu masih mencintai perempuan itu?"
"Kenapa kamu tidak memberitahuku? Apa arti pernikahan bagimu? Dan apa arti cinta bagimu?"
"Bagiku, pernikahan hanya khayalan. Pagar yang melindungiku dan fondasi kukuh tempat hidupku dibangun... kupikir tidak ada yang bisa menghancurkan. Hal yang kupikir sepenuhnya milikku. Cinta adalah awal dari khayalan ini dan akhir dari rasa sakitku."
"Itu bisa saja menjadi perselingkuhan semata." Ucap Tae Oh. "Jika kamu membiarkannya seperti itu."
"Kamu masih mengatakan bahwa salahku kita menjadi seperti ini?"
"Aku hanya memberi pendapat. Jika kamu memaafkanku saat itu. Akan seperti apa sekarang?"
"Kamu harus pergi. Ini sudah malam."
"Bagaimana jika aku bilang bahwa aku menyesal menikah lagi? Cinta itu tidak ada bedanya. Apa mengatakan ini bisa membantumu? Begitu cinta menjadi pernikahan, semuanya terlihat sama. Bagaimana jika aku bilang sama saja? dan aku sudah muak. Akankah kamu juga mengatakan yang sebenarnya?"
"Kebenaran apa?" tanya Ji.
"Bahwa kamu menyesali apa yang terjadi. Karena tidak memaafkanku. Karena menjauhkanku dan menjadikanku bedebah. Katakan kamu menyesali semuanya! Katakan kamu masih menyukaiku."
"Kamu edan."
"Jika tidak, itu tidak masuk akal. Kenapa kamu datang jauh-jauh ke kantor polisi untuk menjadi alibiku? Kenapa kamu mengatakan kebohongan itu untukku?" teriaklah Tae Oh.
Kemudian Sun Woo ingat ucapan Nona Min saat ia pamit. Tentang rasa kasihan.
"Kamu sudah mabuk. Pulanglah."
"Bukankah kamu sesungguhnya menungguku kembali? Kamu menungguku berlutut dan memohon untuk rujuk. Bukankah itu yang kamu tunggu?"
"Kubilang pergi."
"Kamu memakai Joon Young sebagai alasan untuk tetap di sini. Bahkan saat ini pun, kamu ingin berada di pelukanku! Aku tahu ini menyiksamu. Apa aku salah?"
Tae Oh ditampar Sun Woo.
"Kamu gila?"
"Apa aku salah?"
Mau ditampar lagi. Kali ini ditangkis.
"Aku benar-benar salah?" tanya Tae Oh dan Sun Woo menangis.
Dan mereka kisseu. Begitu nepsong.
****
Da Kyung mencoba menelepon Tae Oh.
***
Dan pakaian sudah berterbangan di lantai.
"haruskah aku kembali kepadamu?" tanya Tae Oh.
"Tidak. Lindungi pernikahan itu."
"Apakah itu hanya tindakan kebiasaan, atau hal yang terpicu kasihan?" Ucap Sun Woo. Kondisinya sedang kisseu. "Apa itu permintaan maaf karena saling membenci dan menyakiti? Apa itu bentuk penyesalan atas keputusan sebelumnya? Atau hanya kepasrahan terdahap hasrat impulsif karen kesepian?"
****
Tae Oh sudah membasuh wajahnya. Semua sudah bersih dan rapi kembali dan Sun Woo kini membersihkan dapur.
"Kamu harus pergi." Ucap Sun Woo saat Tae Oh turun.
Tae Oh bersiap pergi. "Jangan terburu-buru meninggalkan tempat ini. maksudku, pikirkan baik-baik sebelum memutuskan. Cari tempat yang memperlakukanmu dengan layak sesuai tawaranmu. Jangan terburu-buru dan menerima lebih sedikit dari yang seharusnya."
****
Tae Oh pun pulang malam itu juga menggunakan taxi. Seperti biasa, seseorang melihatnya. Tapi belum jelas. Hanya kelihatan pucuk lengannya saja.
***
Tae Oh pulang dan langsung ke tempat Jenny karena Jenny menangis.
"Kenapa masih bangun?"
"Tb-tb Jenny demam."
"Separah apa?"
"Aku sudah memberi obat, tapi demamnya tidak mau turun. Kenapa tidak menjawab panggilan telepon? Kamu pergi ke mana?"
"Aku minum dengan Je Hyuk. Maaf, aku tidak mendengarkannya. Ayo ke rumah sakit besok."
"Aku akan mengambil kompres." Ucap Da Kyung.
"Maafkan Appa Jenny ah. Maafkan Appa."
***
Kilas balik.
"Kita harus melupakan kejadian ini. hapus dari ingatanmu. Aku akan melakukan hal yang sama." Ucap Sun Woo. "Itu kesalahan bagi kita berdua. Itu tidak boleh terjadi lagi."
"Benar. Aku merasakan hal yang sama."
***
Sun Woo bahkan langsung saja membereskan kamar mandi. Seperti membersihkan semua DNA Tae Oh dari rumahnya. Sarung bantal sofa pin di ganti.
****
"Maafkan aku pak, ini mendadak." Ucap Sun Woo di telepon.
"Boleh aku tanya alasannya? Apa ada masalah?" tanya Pak Dokter.
"Tidak. Aku hanya muak dengan Gosan. Lalu, apa menurutmu, akan ada posisi untukku?"
"Aku yakin ada banyak tempat yang menginginkanmu. Beri aku sedikit waktu, aku akan menghubungi beberapa orang. Apa ada tempat yang kamu pikirkan?"
"Di mana saja boleh. Asal bukan Gosan. Baik. Aku akan menunggu teleponmu."
*Sun Woo baru sadar bahwa koper Joon Young belum dibawa Tae Oh.
****
Ternyata. Joon Young tidur di warnet. Ia mimpi buruk, kejadiannya sama saat ibunya dipukuli. Setelah sadar, Joon Young segera pergi. Salah satu temannya yang kemarin bergosip soal ibunya mendapatinya baru saja keluar dari warnet.
***
Tae Oh nampak melamun.
"Kamu tidak bekerja? Jenny harus ke rumah sakit dan Joon Young harus ke sekolah."
"Ah ya. kamu sudah bersiap?"
"Ya."
"Bagaimana dengan Joon Young?"
Tae Oh ke kamar Joon Young dan mereka berdua tidak menemukannya.
Kemudian ia muncul.
"Kamu dari mana?" tanya Da Kyung.
"Aku keluar dari rumah tadi. Cari angin. Sebentar."
"Kamu akan terlambat. Cepatlah bersiap. Mari naik mobil Appa hari ini."
Da Kyung sedikit curiga atas aroma Joon Young.
****
Joon Young diantar ke sekolah.
"Joon Young Ah, kamu merokok?" tanya Da Kyung.
"Tidak."
"Baik. Aku senang kamu tidak merokok. Ahjumma percaya padamu."
Joon Young pun turun.
***
"Kenapa tb-tb bertanya itu padanya?"
"Aku bisa menciumnya bau rokok. Kamu tidak?"
"Aku tidak yakin. Apa kamu harus bertanya sebelum dia bersekolah?"
"Aku walinya. Dia bahkan tidak memberi tahu ke mana dia pergi pagi-pagi sekali. Tentu saja. aku harus bertanya saat mencium bau rokok."
Setelah memeriksa salah satu pasiennya. Sun Woo mengsms Joon Young seperti biasanya. Tapi, di sekolah, Joon Young malah lanjut tidur di perpustakaan. Hae Kang mulai curiga.
****
"Ya. ada apa." Ucap Sun Woo saat Tae Oh menelepon.
"Kamu sudah sampai di tempat kerja?"
"Apa kamu menelepon untuk menanyakan itu?"
"Tidak. Aku hanya bertanya karena penasaran. Joon Young tidak merokok, bukan?"
"Apa maksudmu? Apa kamu tidak tahu berapa usianya? Aku akan tahu jika dia merokok."
"Benar. Menurutku juga begitu. Aku hanya menelepon untuk memastikan. Jadi, jangan khawatir." Tae Oh menutup saat ada pegawainya masuk.
***
Pegawainya membawa dokumen. Ia minta persetujuan. Tapi melirik pada ponsel Tae Oh terus.
****
Sun Woo mendapatkan tawaran dari profesornya untuk kerja di Busan. Eehhh ngobrolnya sama Tae Oh coba?
"Busan? Bukankah itu terlalu jauh?"
"Persyaratannya tidak buruk, selagi membahas ini, biarkan aku bertemu dengan Joon Young. Liburan dimulai besok, jadi, kurasa tidak apa-apa kami bertemu. Dia tidak menjawab teleponku atau menelepon balik."
"Baik. Aku akan berbicara dengannya. Mari jadwalkan untuk besok."
"Baik sampai nanti."
"Jika Joon Young tidak menyukainya. Apakah kamu mau memikirkannya kembali? Maksudku, niatmu pergi ke Busan."
"Tentu saja. pendapat Joon Young penting bagiku."
*****
Tae Oh memberikan Da Kyung bunga. Dan Da Kyung nampak senang.
"Tentang Joon Young dia tidak merokok. Kurasa kamu salah."
"Aku yakin dia tidak merokok jika dia bilang begitu. Bahkan jika dia merokok. Kita bisa bicara dengannya. Dia sedang mengalami pubertas."
"Gumawo."
"Kamu juga harus lebih perhatian padanya."
*****
Joon Young ada di warnet. Ia hendak pergi.
Dan kali ini, Hae Kang memperhatikannya. Sampai Joon Young mengambil ciki milik warnet. Hae Kang kini tahu siapa biang keroknya.
***
"Kamu pulang terlambat." Ucap Tae Oh.
"Aku pergi dengan teman-temanku."
"Ayah dengar kamu libur mulai besok. Ayo temui ibumu besok malam. Appa rasa ada yang ingin dia katakan kepadamu."
"Tentang apa?"
"Ayah rasa ibumu akan pergi dan ia ingin membahasnya denganmu."
*Da Kyung denger dong dari kamar Jenny.
***
Di kamar yang gelap. Joon Young hanya memakan ciki curiannya. Makanan haram yang ia makan dengan sedih.
***
"Apa tidak enak?" tanya papa Upil pada Ye Rim. "Padahal aku membuatnya sesuai resep. Kamu membeli pakaian baru? Kamu selalu cantik memakai warna itu."
"Sudah terlambat bagi kita. Aku sudah membeli ini tiga tahun lalu. Kamu ingin melakukannya denganku? Aku tidak mau membodohi diriku sendiri. hentikan, ya?"
"Aku tahu sudah terlambat. Aku banyak melewatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah. Tapi, aku tidak mau mengakhirinya seperti ini. kita menikah dan bercerai. Tapi tidak terlambat untuk berkencan. Menikah karena orangtua berpikir kita cocok. Jadi, kita melewatkan semuanya. Dan tidak sempat saling mengenal. Di sana letak kesalahannya. Aku tahu ini bukan urutan yang tepat. Tapi aku ingin melakukan semua yang belum aku lakukan denganmu. Kita bisa mengakhiri setelah mencoba semuanya."
"Aku tidak tahu kenapa kamu begitu manja."
"Apa menyebalkan?"
"Aku tidak tertarik dengan ini."
"Aku selalu berpikir bahwa tugasku adalah menghasilkan uang untukmu. Aku tidak pernah berbenah atau memasak untukmu. Aku tidak tahu ini sebelumnya, tapi aku akhirnya menyadari sesuatu. Semua hal yang kamu lakukan, untuk mengurusku tanpa kusadari adalah perbuatan yang membuat pernikahan kita tetap utuh. Sungguh, aku tidak pernah menganggapnya sebagai mainan. Aku tidak tahu karena aku tidak peduli dan bodoh. Sekarang, aku melakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan. Aku hanya menerima apa yang kamu berikan, anggap saja aku membayar jasamu selama ini."
Ye Rim curhat ke Sul saat Sul memeriksanya.
"Kamu tidak mau melakukannya?"
"Entahlah. Tb-tb dia sangat berbeda. Jadi, itu agak menakutkan. Aku khawatir aku akan membuang waktu. itu yang kurasakan."
"Kurasa kamu masih menyukainya."
"Sudah jelas bagaimana akhirnya."
"Kamu harus mencoba semua yang kamu inginkan sebelum mati. Dengan begitu, kamu tidak akan menyesal. Bagaimana kamu percaya pada Je Hyuk kali ini?"
"Bagaimana keadaanku? Tahun lalu, aku baik-baik saja."
"Kamu bilang rasanya seperti kram bukan? Sepertinya fibroid, kurasa kamu tidak perlu biopsi. Ini bukan masalah serius. Ini hal yang lazim di usia kita."
"Kurasa karena stres, tapi kurasa aku tidak begitu sehat. Aku mulai depresi. Aku merasa sudah semakin tua."
"Tidak ada yang bisa mengalahkan waktu. mari kita lihat perkembangannya setelah kamu minum obat. Jika tidak membesar. Kita hanya bisa membiarkannya."
"Sudah waktunya makan siang bukan?"
****
Mereka berdua pun nyamper Sun Woo untuk makan bareng. Sun Woo mengiyakan dan ia juga akan ada yang dikatakan dengan dua ahjumma ini. kemudian, sebelum pergi, guru Joon Young menelepon dan Sun Woo kaget atas apa yang ia dengar.
Di sisi lain. Tae Oh juga kaget dan dari kantor ia br-br pergi.
"Maafkan aku, kita pergi lain kali saja." Ucap Sun Woo pada 2 ahjumma.
"Jangan khawatir. Kamu harus pergi."
"Ah ya. direktur tidak ada. jadi, aku tidak sempat bilang." Ucap Sun Woo. "Bisa bicarakan untukku?"
"Ya. aku akan menjelaskan. Jangan khawatir dan jaga Joon Young dengan baik." Ucap Sul.
****
Sun Woo dan Tae Oh datang ke sekolah bersamaan.
Dalam hati berkata. "Kami tidak menikah lagi. Tapi jika menyangkut anak, kami selalu diminta datang bersama. Kenapa? Berapa lama ikatan ini akan bertahan?" ini ucapan Sun Woo.
****
"Kudengar kalian berpisah. Boleh aku tahu Joon Young tinggal dengan siapa?" tanya guru. "Maaf jika membuat kalian tidak nyaman. Tapi aku ingin melihat situasi Joon Young secara objektif."
"Saat ini dia tinggal denganku." Ucap Tae Oh.
"Kudengar dia bertengkar dengan Hae Kang? Apa dia terluka parah?"
"Joon Young hanya mendapatkan beberapa luka goresan. Tapi, kondisi Hae Kang jauh lebih buruk. Jadi, orangtuanya membawanya pulang. Dilihat dari kondisinya, kami pikir Joon Young memukulinya."
"Apa maksudnya? Kamu yakin soal itu?" tanya Tae Oh.
"Kami mau bicara dengan Joon Young." Ucap Sun Woo.
"Menurut anak-anak, Joon Young memukulnya lebih dahulu." Ucap guru yang 1 lagi. "Ini terjadi di lapangan basket setelah pulang sekolah. Banyak anak menyaksikan kejadian ini. Beberapa anak bahkan merekam video."
"Bisakah kami bertemu dengan Joon Young?"
****
"Itu benar. Aku memukulnya lebih dahulu." Ucap Joon Young di depan orangtuanya.
"Kenapa kamu memukulnya?" tanya Sun Woo. "Omma yakin kamu punya alasan. Kamu tidak ingin memberi tahu kami?"
"Kamu harus mengatakannya pada kami Joon Young." Ucap Tae Oh. "Apa Hae Kang mengejek ibumu lagi? Apa karena itu kamu memukulnya?"
"Aku mencuri sekantong keripik di warnet. Hae Kang melihat itu. Dia bilang akan memberi tahu semua orang. Jadi, aku bilang silakan saja."
"Sebenarnya kamu apa? sampah?" tanya Hae Kang pada Joon Young. "Jalani hidup yang layak."
"Apa katamu. Jingin?"
Dan bak bik buk lah. Diawali oleh Joon Young. Joon Young kayak psikopat.
***
"Dia menyebalkan dan meremehkanku."
"Sepertinya Omma salah dengar. Kamu mencuri apa?"
"Baik. Anggaplah kamu memukul Hae Kang karena marah. Tapi kenapa kamu nyolong?" tanya Tae Oh. "Kenapa kamu melakukan itu?"
"Itu hanya kesalahan. Omma dan Appa saja membuat kesalahan. Ya, bukan?"
"Bagaimanapun, perbuatanmu salah. Kita harus memperbaikinya sebelum terlambat." Ucap Sun Woo.
"Bagaimana cara memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi?" tanya Joon Young. "Bukankah itu sudah terlambat?"
"Kamu harus minta maaf dengan tulus dan meminta maaf kepada Hae Kang dan pemilik warnetnya." Ucap Tae Oh.
"Mari kita lakukan satu persatu. Kepala sekolah bilang, dia akan melakukan sidang kekerasan di sekolah. Bukankah kita harus bertemu dengan orang tua Hae Kang dahulu?"
"Omma Appa, ini mudah sekali bagi kalian. Apa minta maaf menjadikan perbuatanku bisa dimaafkan? Apa seperti itu bagi orang dewasa?"
"Lee Joon Young. Kenapa kamu bicara seperti itu? Kita harus mencegah sidang kekerasan di sekolah."
"Biarkan saja mereka menggelarnya. Itu tidak penting."
"Lee Joon Young!"
"Aku tidak akan sekolah di sini. Aku akan keluar. Masalah selesai." Joon Young teriak. Ia pun langsung melipir pergi.
****
"Kenapa sikapmu begini? bagaimana kalau kamu dikeluarkan dari sekolah?" tanya Tae Oh.
"Kami tidak menyuruhmu minta maaf. Mari bicara dahulu tentang alasanmu melakukannya." Ucap Sun Woo.
"Ayo ke rumah ibumu dan bicara." Ucap Tae Oh.
"Kenapa aku harus ke sana? Appa boleh pergi jika mau."
"Kamu tidak mau ke rumah Omma?"
"Tidak. Tidak ada yang akan aku katakan lagi pada Omma."
Joon Young mengambil kunci mobil ayahnya dan langsung masuk mobil.
****
"Kenapa kamu bertanya apa dia merokok?" tanya Sun Woo. "Aku hanya mengabaikannya saat itu. Tapi, apakah terjadi sesuatu?"
"Sebenarnya, Da Kyung bilang dia mencium bau rokok."
"Itu mungkin karena dia di warnet. Bau rokok akan menempel jika di sana cukup lama. Mungkin dia tidak nyaman di rumahmu. Dia tidak melakukan ini saat tinggal denganku. Hal terburuk yang pernah dia lakukan hanya membolos. Dia nampak seperti anak yang sangat berbeda sekarang."
"Maksudmu dia mengalami masalah setelah tinggal denganku?"
"Aku bertanya apa terjadi sesuatu yang tidak kuketahui?"
"Bagaimana aku tahu kalau Joon Young saja tidak bicara. Do Chul, ayah Hae Kang bilang, mereka di rumah sakit dan akan mengambil rekam medisnya. Dan akan meminta sidang kekerasan."
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Sun Woo.
****
Da Kyung nampak bicara di telepon. "Tentu saja aku tahu. Bagaimana keadaan Hae Kang? Kamu pasti takut. Omong-omong, terima kasih sudah meneleponku, bu. Ya. baiklah. Sampai jumpa." Ternyata istri dewan Cha yang menelepon.
***
Si badung dan ayahnya pun pulang. Ia langsung ke atas tanpa menjawab sapaan Da Kyung.
"Aku memarahinya karena berkelahi dengan teman. Itu, sebabnya..."
"Kudengar dia memukul Hae Kang."
"Aku harus bertemu dengan orangtua Hae Kang. Jangan hawatir. Aku akan mengatasinya."
"Kamu turun tangan dan berbaikan dengan mereka tidak akan menyelesaikan masalah. Menghindari sidang kekerasan di sekolah tidak cukup. Bagaimana mengenai Joon Young yang mencuri? Apa dia bahkan tidak tahu bahwa perbuatannya salah?"
"Lalu? Apa yang harus kulakukan? Kamu ingin menghukumnya?"
"Aku yakin sekarang akan menyakitkan, tapi lebih baik jika Joon Young menerima hukuman." Kali ini saya di pihak Da Kyung. "Kamu setuju bukan?"
"Dia sedang melalui masa pubertas. Semua orang membuat kesalahan seperti itu di usianya. Dia tidak melakukan kejahatan serius. Aku akan membuatnya sadar. Joon Young akan membaik."
"Kamu pikir ini hanya kenakalan remaja?"
"Selama hal seperti ini tidak terjadi lagi, bukan?"
Sun Woo menemui Ibu Hae Kang. "Bagaimana keadaan Hae Kang? Boleh aku menemuinya dan melihat separah apa lukanya?"
"Apa gunanya Ji Sonseng melakukannya?" ahjumma kini mengomel.
"Aku ingin meminta maaf pada Hae Kang. Dan juga kepadamu. Maafkan aku."
"Kamu pasti berpikir itu hanya perkelahian antara anak-anak yang bisa diabaikan orang dewasa."
"Aku akan segera membawa Joon Young untuk meminta maaf. Kupikir sudah sepantasnya aku meminta maaf terlebih dahulu. Maafkan aku."
"Kamu. Kamu pikir aku memanfaatkan situasi dengan anak-anak untuk alasan pribadi? Kamu menganggapku apa?"
"Bukan itu maksudku. Anakku melakukan kesalahan besar. Dan Hae Kang terluka. Aku tahu tidak ada yang bisa menginginkan semua ini, tapi aku akan membayar biaya rumah sakit dan uang kompensasi sebanyak yang kamu mau. Itu sudah sepantasnya."
"Kamu pikir aku pengemis? Aku sangat kesal."
"Mereka akrab sejak kecil. Bagaimana ini bisa terjadi, itu membuatku sedih. Tolong maafkan Joon Young. Tidak akan terjadi lagi. Kamu tahu, dia tidak seperti itu bukan?"
"Dia tidak seperti itu?" ahjumma ketawa. "Tentu. Ada orangtua yang mengira mereka mengenal anak-anak mereka. Apa dia memberitahumu kenapa dia memukul anakku? Putraku mengkhawatirkan putramu dan memberinya nasihat. Itu sebabnya dia memukul putraku."
"Ya. aku sudah dengar. Ini salahku. Aku salah mendidiknya."
"Seolah-olah mendidiknya akan berpengaruh. Kamu tidak mengira ini bukan kali pertama dia mencuri, bukan? Kudengar barang-barang terus menghilang di kelas. Apa kamu tahu tentang itu? Kamu dokter, kamu pasti tahu. Kleptomania membutuhkan perawatan. Bukankah kamu harus membawanya ke rumah sakit?"
"Apa kamu punya bukti?" kini Sun Woo sombong lagi.
"Semua anak di kelas mencurigai Joon Young. Sebenarnya, dari yang kulihat, kurasa mereka yakin Joon Young pelakunya. Bagaimana kamu bisa tahu sangat sedikit soal putramu? Dokter Ji?"
"Aku meminta maaf karena dia memukul Hae Kang. Tapi jangan menuduhnya atas hal yang tidak dia lakukan. Kami juga tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Jika tidak? Apa yang akan kamu lakukan? Apa yang akan kamu lakukan Joon Young omma?" teriak ahjumma. "Kamu datang untuk meminta maaf dan kini mengancamku? Jangan bermimpi untuk berdamai! Kita akan mengikuti arahan komite kekerasan sekolah. jadi, kamu dan putramu sebaiknya bersiap.
****
Ji Sun Woo akhirnya menggeledah kamar Joon Young.
Ia membuka semua kotak dan tempat penyimpanan yang ada. hingga ia menemukan kotak kaleng di lemari atas. Sebelum sempat dibuka dengan benar, kotak itu jatuh saat ditarik.
Ketemulah. Barang-barang hasil curian Joon Young.
***
"Harganya tidak mahal untuk sekantorng keripik." Ucap mamang warnet pada Tae Oh. "Kamu tidak perlu mengganti rugi. Tapi kami harus membimbingnya agar dia tidak tidur di luar rumah. Aku mengerti menghasilkan uang itu penting. Tapi aku juga orang tua. Aku selalu mengusir anak-anak di atas jam 10. Tapi malam itu, aku melupakannya. Aku memarahi pegawaiku. Putramu bergegas keluar pagi hari. Hei Nak... ayahmu datang kemari untuk meminta maaf, jadi, kamu harus menjadi anak yang baik. Selain itu, jangan lupa kami punya CCTV di sini."
"Aku minta maaf." Ucap Tae Oh.
"Apa itu hari saat kami melihatmu datang di pagi hari?" tanya Tae Oh di dalam mobil. "Kamu bilang keluar sebentar. Tapi, kamu bermalam di warnet."
"Aku tertidur. Tidak sengaja melakukan itu."
"Kenapa kamu pergi begitu larut tanpa mengatakan apapun?"
"Aku mendengar kalian tentang mengirimku sekolah ke LN. Aku pergi karena tidak mau mendengarkan itu. Aku tidak mau pulang."
"Aku tidak akan mengirimmu ke LN jika kamu tidak mau. Ayah juga tidak ingin kamu pergi ke tempat yang jauh. Da Kyung tidak bermaksud apa-apa. dia hanya begitu demi kebaikanmu. Jadi, jangan tersinggung. Mari jangan membahas ini dengan Ommamu, itu akan membuatnya khawatir."
"Ayah takut Omma khawatir? Kenapa Appa memukul Omma saat itu? Ini sudah berakhir. Kalian berdua melihat sisi buruk satu sama lain. Tapi kenapa Appa menemuinya lagi sekarang? Kenapa kalian menjalani hidup yang rumit?" bukankah kalian sudah seperti orang asing karena sudah bercerai?"
"Meski kami bercerai, kamu tetap putra Appa. Pasangan bisa berpisah, tapi anak dan orangtua tidak. Itu pasti yang terberat bagimu. Tapi ibu dan ayahmu yang paling menyayangimu."
"Ayah menjadikanku alasan lagi?" bener nih. "Ayah tidak merasa itu tindakan pengecut?"
****
Kim berkata pada Sun Woo.
"Yang awalnya kulihat pada Joon Young adalah kebencian. Dia menggores mobil Pimpinan Yeo."
"Semua ini berawal karena perceraian, bukan?"
"Tidak ada gunanya mencari jawaban di masa lalu. Jika kamu ingin memperbaikinya, lebih baik melihat masa kini."
*kemudian Sun Woo dapat sms kalau persidangan sudah dibuat tanggalnya.
****
Malam hari. Tae Oh melihat putranya.
Di tempat lain. Sun Woo cuma bisa menenggak anggur.
Sun Woo mengsms Tae Oh untuk tidak lupa besok menemui Hae Kang. Da Kyunglah yang membaca pesan itu.
****Esoknya. Saat Tae Oh pergi. Da Kyung menelepon tentang bagaimana keadaan Hae Kang. "Bagaimana keadaan Hae Kang? Aku senang mendengarnya. Yaa... aku menelepon karena itu."
****
"Mungkin kamu harus tetap di luar. Kami tidak punya hubungan baik dengan Ibu Hae Kang." Ucap Tae Oh pada Sun Woo.
"Itu sebabnya aku yang harus menyelesaikan ini....." Sun Woo pun berkata pada Joon Young. "Jangan khawatir Joon Young. Omma akan membereskannya."
***
Mereka bertiga pun masuk.
"Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk kami." Ucap Tae Oh. Pada ayah Hae Kang. "Maafkan Do Chu. Seharusnya aku mendidik anakku dengan baik."
"Wajar bagi anak laki-laki untuk bertengkar sesekali." Do Chul tersenyum.
"Dokter bilang dia bisa saja membuat tulang wajah anak kita retak." Ucap ahjumma. "Kenapa kamu menganggap remeh hal ini?"
"Maafkan aku." Ucap Tae Oh. "Aku akan mengajari Joon Young dengan baik dan memastikan dia tidak melakukan ini lagi."
"Kuharap begitu. Aku sangat mengkhawatirkannya sebagai sesama orang tua. Jika orang bisa menjadi lebih baik setelah beberapa kali ditegur. Hakim dan polisi tidak perlu ada di negera ini."
"Maafkan aku." Ucap Sun Woo.
"Joon Young Ah, kami ingin mendengar pendapatmu." Ucap ahjumma.
"Maafkan aku. Aku tidak akan memukulmu lagi." Jawab Joon Young pada Hae Kang.
"Terserah. Aku ingin kamu meminta maaf karena memperlakukanku seperti psikopat. Kamu memang selalu menyebalkan. Tapi kamu tindak bertidak sembarangan. Dahulu kamu tidak pernah tidur di luar rumah atau mencuri barang."
Da Kyung perlahan menuju TKP.
"Aku melarangmu hidup seperti itu dan menyuruhmu hidup dengan baik karena khawatir." Lanjut Hae Kang masih bicara. "Kamu bilang tidak melakukannya dan bilang aku berbohong. Kamu memperlakukanku seperti orang bodoh."
"Katakan kepadanya kamu menyesal." Ucap Sun Woo.
"Kurasa Joon Young tidak siap untuk meminta maaf dengan tulus." Ucap ahjumma. "Kalian bisa pulang."
Sun Woo tb-tb berlutut.
"Maafkan aku Hae Kang Ah, maukah kamu memaafkannya demi kebaikanku? Aku juga ingin meminta maaf kepada ahjumma dan suaminya."
"Apa yang kamu lakukan? Kamu membuat kami merasa tidak nyaman." Ucap ahjumma. "Tolong bangun,"
"Kami akan memastikan Joon Young tidak melakukan ini lagi. Aku meminta maaf kepada kalian dengan sungguh-sungguh."
****
Da Kyung mengetuk pintu. Ia membawa hadiah.
"Halo samunim. Dan anggota dewan."
"Omona. Da Kyung Sshi."
Da Kyung langsung memberikan bingkisannya. "Semoga Hae Kang suka ini."
"Kamu tidak perlu datang jauh-jauh kemari. Kamu terlalu baik."
"Ini bukan apa-apa dibandingkan betapa sedihnya kamu." Da Kyung memegang tangan Hae Kang. "Hae Kang Ah, kamu sudah bicara pada Joon Young? Aku sungguh minta maaf."
Tae Oh menarik tangan Sun Woo. Tapi seperti biasa Sun Woo keras kepala.
"Ji Sun Woo Sshi. Bisakah kamu pergi?" tanya ahjumma. "Apa yang kamu lakukan? Kamu membuatnya nampak canggung. Orang mungkin berpikir kamu menyuruhmu berlutut di lantai. Bisakah kamu pergi sekarang?"
Sun Woo pun bangkit. Kemudian pergi seorang diri. saat di lorong, ia menangis.
****
"Saat seseorang sungguh menyesal. Maka mereka sulit menemukan kata untuk menunjukkan diri. Joon Young sangat menyesal atas perbuatan kepadamu." Ucap Da Kyung pada Hae Kang. "Bukankah begitu Joon Young Ah? Aku bersalah atas apa yang terjadi, Samunim. Aku menyarankan Joon Young belajar di LN. Tapi itu pasti membuatnya sangat kesal. Joon Young kesal karena ucapanku. Tapi aku meminta sidang di sekolah ditiadakan. Aku merasa bersalah atas perbuatanku pada Joon Young. Itu juga membuat Tae Oh kesal. Tolong maafkan Joon Young demi aku. Tae Oh dan aku akan bicara agar dia tidak mengulanginya lagi."
"Astaga. Kami tidak pernah menduga kamu akan meminta maaf seperti ini."
"Orang tuaku sangat mengkhawatirkan Joon Young." Udahlah. Kalau Pak Yeo jadi kartu.
Ayah Hae Kang langsung tertawa. "Itu hanya pertarungan anak-anak. kamu tidak perlu terlalu khawatir. Kita teman."
****
Sun Woo masih menunggu dan Joon Young tidak memedulikannya. Jadilah, Tae Oh dan Da Kyung pun hanya sekadar lewat saja.
"Gumawo. Kami bisa menyelesaikan semuanya berkat kamu." Ucap Tae Oh.
"Joon Young Ah, Ahjumma tidak sulit diajak bicara. Jadi, jika ada yang mengganggumu, bicaralah denganku seperti teman. Kita hanya akan merasa nyaman jika kamu merasa nyaman juga."
Tae Oh langsung memegang tangan Da Kyung.
***
Pak Kong akhirnya menggantikan Sun Woo.
"Pasti lelah Pak." Ucap Sul mengejek.
"Aku punya rencana penting yang tb-tb harus kubatalkan. Itulah alasannya."
"Golf?"
"Perkumpulan direktur RS."
"Itu golf.."
"Kapan Ji akan kembali?"
"Dia hanya pergi hari ini. masa depan putranya dipertaruhkan. Bersabarlah.
Tapi Sun Woo malah datang dan akan mengambil sisa pasien dokter Kong.
***
"Jangan khawatir. Sudah kujelaskan semuanya kepada dokter Kong."
"Terima kasih."
"Kudengar Da Kyung mengurusnya. Kamu tahu istri Anggota Dewan Cha suka membual. Semua orang sudah tahu."
Dan perawat langsung meminta Ji langsung menemui pasien.
Ajaibnya... Ji Sun Woo masih bekerja. Ia masih bisa mengurus pasien.
***
"Kamu yakin tidak salah?" tanya Tae Oh.
"Aku yakin. Aku yakin Ji Sun Woo juga sudah tahu. Itu sebabnya dia berlutut di depan istri anggota dewan Cha. Aku memastikan keluarga Hae Kang bungkam soal itu, tapi...kurasa kita harus mengawasi Joon Young."
"Aku merasa malu untuk menghadapimu."
"Aku merasa buruk jika Joon Young memilih jalan yang salah. Aku juga merasa bertanggung jawab. Dia harus tumbuh dengan baik agar aku bisa berdiri tegak. Kamu setuju, bukan?"
"Gumawo Da Kyung. Biarkan saja aku yang merasa bersalah. Kamu jangan. Aku akan merasa bersalah jika kamu begini."
"Aku sudah siap menghadapi itu saat kita membawa Joon Young ke sini. Jadi, percayalah padaku dan biar kuurus Joon Young."
"Baik. Gumawo."
****
Ji membaca sms Joon Young. "Aku tidak tahan melihat hidupku yang begitu rumit dan menyebalkan. Semua akan lebih baik kalau Omma tidak ada. itu juga yang terbaik untuk Appa. Omma harus pergi. Pergilah kemana pun Omma mau. Aku baik-baik saja." Ji sampai lemes di lorong RS.
***
Sul cerita pada Sun Woo. "Sepertinya Ye Rim dan Je Hyuk rujuk. Je Hyuk nampak tulus. Dia membuka lembaran baru."
"Kupikir begitu. Itu bagus."
"Bagaimana denganmu?"
"Aku apa?"
"Kamu bilang ingin mengatakan sesuatu kepada kami. Apa itu?"
"Aku akan meninggalkan Gosan."
"Apa?"
"Aku akan memberi tahu dokter Kong saat waktunya tepat. Aku akan melatih penerusku. Jadi, rumah sakit tidak rugi, jangan khawatir."
"Kamu bagaimana? Kamu akan berpisah dengan Joon Young?"
"Itu yang Joon Young inginkan."
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu kenapa dia menjauhiku. Bagaimana perasaanmu saat kedua orangtuamu berpisah?"
"Entahlah. Aku marah pada mereka berdua. Aku penasaran kenapa orang dewasa begitu. Bingung. Lucunya. Jika mereka tidak bicara aku marah. Tapi saat mereka bicara. Aku sangat marah."
"Kamu marah pada keduanya. Baiklah. Jika begitu, mungkin aku sebaiknya pergi. Aku pulang lebih dulu ya."
****
Sun Woo menelepon Tae Oh. Tae Oh masih di kantornya. Sun Woo ingin bertemu.
Sun Woo datang ke kantor Tae Oh.
"Aku harus memberitahumu sebelum aku pergi."
"Aku tahu. Ini bukan pertama kali Joon Young mencuri sesuatu."
"Bagaimana kamu tahu?"
"Da Kyung memberitahuku. Dia bicara dengan istri Anggota Dewan Cha. Kami mengurusnya dengan baik."
"Bagaimana?"
"Kami akan berunding dengannya. Kita sudah sangat melukai."
"Kleptomania tidak sesederhana itu."
"Aku tahu apa yang membuatmu gugup. Tapi serahkan pada kami sekarang. Aku akan membesarkan Joon Young dengan benar. Menjadi orang yang kuat dan bahagia."
"Kamu yakin bisa membesarkannya tanpa aku?"
"Ya."
"Apa benar yang dikatakan Hae Kang, Joon Young tidak pulang?"
"Itu saat kita wik wik."
"Tidak mungkin..."
"Mungkin dia... aaahh itu mustahil."
"Di mana Joon Young sekarang?"
****
Joon Young sedang main mukulin bola.
Kemudian Ibunya datang.
Juga ayahnya.
"Silakan. Bukankah ada yang ingin dikatakan?" tanya Joon Young.
"Mengenai saat kamu tidur di warnet."
"Kenape?"
"Apa kamu mendatangi rumah Omma?"
"Ya." wkwkkwkwk ketahuanlah kalian berdua!!!!! Lebih kejam dari satpol PP kan Joon Young tuh?
****
*Saat itu Joon Young membuka pintu.
Dan mereka sedang mantap-mantap di sofa.
"Kamu datang ke rumah Omma dan melihat Appamu juga?"
"Malam ini ada yang ingin ayah bicarakan dengan ibumu. Ada banyak hal yang harus dia selesaikan dan siapkan sebelum pergi."
Joon Young menjawab dengan membuang muka. "Kalian pikir aku tidak tahu apa-apa?" kemudian ia menghadap keduanya. "Kalian pikir sampai kapan kalian bisa membodohiku? Bukankah kalian berhenti menjadikanku alasan? Kalian membuatku gila setiap kali melakukan itu. Jadi, hentikan!" kemudian Joon Young pergi.
***
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Tae Oh.
"Cari saja Joon Young dan bawa dia pulang,"
"Sun Woo ya."
"Berusahalah sebisamu untuk menenangkannya. Pastikan ini tidak membuatnya semakin terluka. Hanya itu yang kuinginkan."
***
"Apa masalahnya? Aku sudah menyelesaikannya." Ucap Da Kyung pada Nyonya Umh.
"Ibu tidak mau membahasnya. Serahkan dia ke Sun Woo. Serahkan dia ke ibunya, kamu tidak bisa mengurusnya!"
"Dia putra Tae Oh. Aku tidak akan menyerahkannya kepada wanita itu. Aku membawanya ke sini, jadi, dia tanggung jawabku."
"Kamu sudah berusaha semampumu. Itu sudah lebih dari cukup! Omma dengar dia kasar. Bagaimana jika dia menyakiti Jenny."
"Dia marah dan membuat kesalahan. Dia baik-baik saja jika kita perhatian padanya. Aku bisa mengurusnya." Da Kyung menutup teleponnya. Umh sangat kesal.
***
"Aku membesarkan putri yang membesarkan putra orang lain!" Umh teriak. "Aku kesal sekali. Aku tidak tahan."
Yeo melihat istrinya kesal.
***
Da Kyung bahkan membereskan baju Joon Young guys.
****
"Lee Joon Young. Ini tidak rumit. Ibumu akan pergi." Ucap Tae Oh di dalam mobil. Joon Young malah sibuk dengan pelantang di telinganya,
***
"Kamu pergi ke suatu tempat," Tanya Da Kyung. "Yeobo, aku akan bicara dengan Joon Young sebentar.
****
"apa kamu ingat ucapanku saat pertama kali kamu pindah ke sini? Aku berharap kamu akan merasa nyaman di sini. Bahwa kamu harus bahagia agar ayahmu bahagia. Kamu terluka karena perbuatan orang dewasa dan aku bertanggung jawab atas setengahnya, jadi, aku akan memperbaikinya kali ini. tapi jika hal itu terjadi lagi. Aku tidak bisa melindungimu sepenuhnya. Jangan lakukan ini lagi. Itu akan menyulitkan kita semua. Lakukan demi dirimu sendiri. kamu bisa berjanji kepadaku?"
"Ya."
"Terima kasih. Mulai sekarang, mintalah izinku sebelum kamu pergi ke mana pun. Kamu tidak menjawabku?"
"Ya."
Joon Young pergi.
***
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Tae Oh.
"Aku menyuruhnya minta izin sebelum pergi. Kamu tahu teman Joon Young?"
"Aku tidak yakin."
"Kurasa kita harus mengawasi apa yang dia lakukan dan dengan siapa serta mengendalikan siapa yang dia temui."
"Baiklah. Aku akan bicara dengannya."
****
Yerim sedang sakit. Ia sakit perut. Berhadap Je Hyuk datang. Dan Papa Upil pun datang.
"Kamu sakit? Kamu belum makan?"
"Apa? kamu datang seolah sudah tahu."
"Myung Sook bilang kamu pergi ke RS dan kamu membeli banyak pil pereda nyeri."
"Dia sungguh bermulut besar,"
"Seharusnya kamu memberitahuku. Haruskah aku mendengar orang lain memberi tahu kamu sakit?"
"Aku akan sakit dan menua sendirian seumur hidupku. Aku harus terbiasa. Apa kotak itu?"
Je Hyuk membukanya dan isinya tiramisu. "Kamu selalu makan ini ketika sakit. Aku bingung apa itu cokelat atau tiramisu. Makanlah. Aku senang melakukannya. sejak aku bertanya-tanya apa yang bisa kubantu karena kamu sakit dan selama kemari membawa ini aku bahagia. Aku senang ada yang bisa kulakukan untukmu."
Keduanya tersenyum.
Ji Sun Woo tidak datang juga ke RS. Ada pasiennya perempuan datang dengan ayahnya yang kesakitan setelah minum obat dari Ji. Karena Ji nggak ada. Sul langsung menanganinya.
Kong marah melihat ini. Saat Ji datang, Kong langsung menyuruh Ji ke tempat Sul. Karena pasiennya ada di sana.
Teryata ada pendarahan setelah dilakukan USG oleh Sul.
***
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu tidak menyuruhnya untuk melakukan USG?" Tanya Sul.
"Apakah serious?"
"Diamlah dan jangan ikut campur. Aku akan berusaha menyelesaikannya."
***
Ayahnya langsung melabrak Ji. "Hei. Kamu bilang dia mengidap sindrom gangguan pencernaan! Kesalahan diagnosamu membuatnya dalam bahaya! Apa yang akan kamu lakukan!"
Sul datang. "Pak. Tolong tenang."
"Dia bahkan belum menikah. Bagaimana jika dia menjadi mandul? Apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana kamu akan bertanggung jawab?"
"Rasa sakitnya memburuk karena kistanya pecah." Ucap Sul. "Kita harus mengawasinya. Tapi saat ini, tidak ada masalah dengan indung telurnya. Orang tidak bisa mandul karena itu."
"Bagaimanapun, dia memang memberikan diagnosis yang salah. Apa aku salah."
Sun Woo berkata. "Maafkan aku."
Sul masih melerai. "Tidak masuk akal jika mengatakan itu salah diagnosis!"
"Jika ini bukan salah diagnosis, lalu apa? katamu kistanya pecah dan dia sekarang pendarahan."
"Tertulis di rekam medisnya dia direkomendasi untuk menemui seorang dokter kandungan."
"Apa putri anda tidak bilang begitu?"
"Tidak. Aku tidak dengar itu."
"Pastikan sendiri dengannya."
"Astaga. Aku sangat terkejut saat malam. Jika dia butuh operasi, aku tidak akan membiarkanmu lolos."
"Aku meresepkan obat pereda nyeri dan antibiotik agar dia bisa pulang usai anda tenang. Aku akan membuatnya janji temu tiga hari lagi. Jika dia merasa sakit atau pusing sebelum itu, segeralah datang ke rumah sakit."
"Sebaiknya putriku baik-baik saja. aku akan menuntut dokter itu dan rumah sakit ini." Ayah galak pun pergi.
****
"Jangan langsung minta maaf." Ucap Sul. "Saat mengatakan itu.. itu membuatmu salah."
"Lagi pula itu salahku karena tidak memeriksa USG."
"Mereka tidak akan peduli jika kamu melewatkan USG atau membuat diagnosis yang salah. Jangan menanggung semua kesalahan setelah meminta maaf dan hanya duduk. Aku akan mengurus sisanya."
****
Biasa Kong hanya bisa menyalahkan.
"Dokter Ji, ada apa denganmu belakangan ini? aku mengerti kamu cuti demi putramu. Tapi kamu tidak boleh melewatkan hal dasar pada pemeriksaan pertamanya. bagaimana ini bisa terjadi? Dahulu kamu bukan tahu penyebab penyakit yang tidak terdeteksi. Kamu adalah wajah RS kita. Kamu dahulu tidak pernah terlambat. Tapi kamu sekarang pulang lebih awal dan membuat kesalahan medis juga. Ada apa denganmu? Kamu merasa tidak punya masalah?"
"Maafkan aku. Ini karena kelalaianku. Aku akan mengundurkan diri."
"Ayolah. Aku direktur RS, apa aku tidak boleh berpendapat? Setiap kali mengatakan sesuatu, kamu ingin berhenti. Aku tidak berani membuka mulutku sekarang."
"Maafkan aku."
"Baiklah. Berapa lama yang kamu butuhkan? Dua tiga hari? Baiklah, seminggu. Kamu bisa menata dirimu seminggu."
"Maafkan aku." Ji lemes dan pergi.
****
Surat pengunduran diri sudah ditaroh di mejanya. Ia melihat sekeliling, plakat-plakat penghargaan yang ia dapatkan. Dan ia pergi hanya dengan membawa sekotak kardus ukuran indomie.
Kim dan Sul tahu itu. Saat Ji lewat. Tapi diam.
Dan di ruangan Kong. Sudah menerima surat itu.
****
Ji Sun Woo pulang ke rumahnya dan menggalau di sofa.
Ada Ahjumma Emaknya Hae Kang, Nyonya Umh dan Da Kyung plus ahjumma Mago. Intinya, kemarin Da Kyung diterima dengan baik adalah karena masalah politik ayahnya Hae Kang yang butuh dukungan Pak Yeo.
Umh sedikit menahan senyum. "Tentu mendukung. Kamu tahu persis ayahmu mendengarkanmu."
"Selagi membahas itu, kami juga sebaiknya mengundang anggota Dewan Cha dan Hae Kang ke rumah kami. Kita bisa bicara soal menjadi sponsor Anggota Dewan Cha. Itu akan membuat Hae Kang dan Joon Young berbaikan juga."
"Itu ide bagus." Ucap ahjumma.
"Pasti sulit bagimu mengurus anak suamimu dan mantan istrinya." Ucap Mago.
"Saat dia menerima Joon Young. Aku mulai berpikir dua kali soal Da Kyung." Ahjumma ratu gosippp ih. "Da Kyung sungguh luar biasa."
"Dia terlalu naif dan baik." Ucap Umh. "Dia bilang anak itu tidak bersalah. Tapi, dia malah merepotkan dirinya sendiri."
"Jika dia putra Tae Oh, dia juga putraku. Tidak ada orangtua yang mengabaikan anak mereka hanya karena satu kesalahan."
"Membesarkan anak, seperti menciptakan dunia. Jangan anggap dia sebagai tambahan dari suamimu atau itu tidak akan mudah bagimu." Mago selalu bijak. Bahkan di sini. Bukan di Hotel del Luna saja. "Sebanyak apa kehidupan anak itu yang mau kamu pertanggungjawabkan?"
"Aku akan memberikan yang terbaik. Sama seperti dengan Jenny. Aku tidak bisa membuat masa depannya, tapi setidaknya aku cukup percaya diri untuk menutup mulut orang yang berprasangka soal anak dari orang tua yang sudah bercerai."
"Bagus. Wanita yang menjaga rumah tangga. Kamu lebih berbesar hati daripada dugaanku." Ucap Mago. "Aku baru sadar sekarang."
Kemudian satu ahjumma pink bergabung. Dia bini Kong.
"Ada berita besar. Dokter Ji menyerahkan surat pengunduran dirinya. Selain itu, kudengar dia mungkin akan meninggalkan Gosan. Da Kyung bukankah ini kabar baik untukmu? Ini juga kabar baik untuk suamimu."
"Itu bukan seperti yang kami harapkan." Ucap Umh. "Tapi kurasa bukan kabar buruk."
****
"Apa yang kamu lakukan hari ini?" tanya Ayah pada Joon Young.
"Aku di rumah seharian."
"Bagaimana dengan lesmu?"
"Dia menyuruhku mencari tutor. Alih-alih ke luar rumah. Aku pada sadarnya dikurung, bukan?"
"Baiklah. Appa akan bicara padanya."
Joon Young ngambek dan pergi lagi.
***
Da Kyung pulang. "Ini liburan anak-anak. mau liburan? Kita berempat bisa pergi ke tempat yang dekat."
"Kedengarannya bagus. Soal Joon Young...."
"Ah ya. aku menemukan konselor untuk Joon Young dan membuat janji."
"Konselor?"
"Ya. Dia ahli dalam konseling remaja. Dia terkenal dalam memperbaiki perilaku bermasalah. Tidak mudah untuk membuat janji dengannya."
"Apa benar-benar harus menjalani konseling?"
"Dia harus diobati karena kleptomania. Kita tidak bisa membiarkannya."
"Apa kamu menyebutnya pencuri?"
"Maksudku, kita harus sangat berhati-hati soal itu."
"Tidak bisakah kamu memberikannya waktu? berikan dia sedikit kelonggaran. Kenapa kamu tidak bisa memercayainya dan menunggu saja?"
"Apa salahnya mencari bantuan profesional? Aku berusaha mencari cara agar bisa membantu Joon Young."
"Yaa... aku tahu."
"Jika kamu tahu, bekerjasamalah. Jangan katakan apa yang kamu inginkan dan pikirkan. Sekarang, kita harus melakukan yang terbaik untuk Joon Young. Mengerti?"
"Maafkan aku dan terima kasih." Ucap Tae Oh pada Da Kyung. "Kamu mau aku mengantar Joon Young ke sesi konselingnya?"
"Jika Jenny tumbuh dewasa dan menyebabkan masalah juga. Aku akan melakukan hal yang sama."
Dalam hati Da Kyung berkata. "Segalanya perlahan kembali ke tempat yang seharusnya. Mulai sekarang, kami akan sempurna."
*****
RS berjalan tanpa Sun Woo.
Joon Young didadah-dadahin Jenny dan Da Kyung saat akan pergi konseling.
Joon Young konseling ditemani Tae Oh.
"Bagaimana akhir pekanmu? Kamu merasa marah atau sedih?"
"Ya."
"Bisa katakan apa yang membuatmu merasa seperti ini?"
***
Je Hyuk dan Yerim bahkan terlihat bahagia. Yerim ke kantor Je Hyuk dan mereka melihat pertunjukan piano. Meski wajah Je Hyuk sangat mengantuk. Tapi ia tersenyum saat Yerim bersandar padanya.
****
Sul?
Dia pergi dengan Myung Seok saat teleponnya ke Sun Woo selalu nggak nyambung.
***
Kim?
Ia menekan tombol rumah Ji Sun Woo tapi tidak dibukakan. Akhirnya, Kim hanya putar balik.
***
Mata-mata Da Kyung? Tentu melaporkan bahwa semuanya aman saja.
****
"Menurutmu dia pergi ke mana? Dia bahkan tidak menjawab teleponku." Ucap Yerim pada Je Hyuk.
"Mungkin dia pergi mencari udara segar."
"Apa menurutmu dia gelisah karena berhenti bekerja?"
"Kenapa dia merasa gelisah? Kamu bilang dia berencana untuk pergi. Tapi aku yakin dia gelisah."
"Siapa maksudmu? Lee Tae Oh?"
"Ya. setidaknya, begitulah aku melihatnya."
"Kenapa dia gelisah? Hubungan mereka seperti neraka."
"Kamu bilang begitu karena tidak mengenal pria. Bahkan saat bersama seorang perempuan, pria bisa menyukai yang lainnya. Dan pria cukup sering memikirkan mantan kekasihnya. Begitulah pria. Tapi aku tidak seperti itu, aku membicarakan Tae Oh."
Yerim kesel gitu.
****
"Kamu tidak menelepon ibumu?"
"Tidak."
"Kamu yakin kamu bukannya mengabaikan panggilannya?"
"Tidak." Mereka bicara di dalam mobil saat pulang konseling.
****
Sebuah pantai yang indah. Seorang dokter senior yang Sun Woo pernah pecat di episode awal ada di sana. Ia menemukan mobil Sun Woo terparkir. Mengetik jendelanya yang ada Sun Woo tertidur di dalamnya.
Mereka pun memulai pembicaraan di ruangan si ahjussi.
"Kamu tidak mau menelepon bahkan setelah aku bilang ada lowongan. Lalu kenapa tbtb kemari?"
"Aku mencari udara segar. Aku meninggalkan rumah sakit."
"Kamu akan tinggal di Busan? Apa itu sudah pasti?"
"Belum. Aku ingin istirahat."
"Kenapa kamu datang jauh-jauh untuk menemuiku? Kamu punya psikiater yang bagus di sana. Ini saatnya aku berkeliling. Apa yang akan kamu lakukan?"
"Pergilah. Aku tidak akan pergi dalam waktu dekat."
"Kita akan bicara nanti. Tapi jangan ajak aku untuk minum." Dokter mulai memakai jasnya.
"Apa kamu sungguh berhenti minum?"
"Ya." dokter pun pergi.
***
Dokter menerima telepon. "Apakah kamu cenayang? Bagaimana kamu tahu dia akan datang kesini?"
"Syukurlah." Ucap Kim. "Bagaimana keadaannya?"
"Kondisinya memang terlihat buruk. Kurasa dia ingin menjernihkan pikirannya. Datang saja kemari jika kamu sangat khawatir."
"Dia mungkin ingin sendirian. Aku tidak berhak ikut campur."
"Baiklah. Aku akan menelepon jika terjadi sesuatu."
***
Sun Woo sendiri melihat ruangan dokter dan melihat ada soju di bawah mejanya.
"Aku? Direktur Muda?" tanya Sul kaget.
"Tidak ada alasan lagi untuk membiarkannya kosong. Itu keputusan Pimpinan. Apa kamu tidak sanggup? Katakan sekarang, aku akan menariknya."
"Tentu saja sanggup. Aku tahu aku bisa lebih baik daripada siapapun. Terima kasih sudah mempercayaiku."
"Aku sendiri yang membujuk Pimpinan. Jika kamu membuat masalah. Leherku akan dipertaruhkan. Ingat itu."
"Aku akan berusaha maksimal agar itu tidak terjadi. Selain itu, bagaimana dengan dokter Ji?"
"Apa yang bisa kulakukan? Dia sendiri yang pergi. Tapi dia wajah rumah sakit kita. Kita tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. pimpinan juga kesulitan dan bilang tidak pernah menemukan orang sehebat itu."
"Bagaimana jika kita menunggu beberapa hari?"
****
Pak Yeo mendatangi Tae Oh. "Soal RS. Aku akan menandatangani kesepakatan sponsor. Temui dokter Kong saat senggang dan bereskan semuanya."
"Baik."
"Kupikir akan butuh waktu lama, tapi semua diselesaikan dengan cepat. Bagus sekali."
***
"Sun Woo? Dia mengundurkan diri beberapa waktu lalu." Ucap Sul pada Tae Oh yang menelepon.
"Kalau begitu, di mana dia sekarang?"
"Aku juga tidak tahu. Kenapa kamu bertanya?"
Telepon ditutup.
***
Tae Oh mengetuk pintu rumah Sun Woo tapi nggak ada respon. Ia hendak pergi tapi didatangi Yerim.
"Apa Ji Sun Woo tidak ada di rumah?"
"Kenapa?"
"Kamu tahu kemana dia pergi?"
"Kalian berdua sudah cukup bertindak. Kamu sudah cukup menyiksanya. Kamu bahkan membawa Joon Young. Apa lagi yang kamu inginkan? Kumohon, lepaskan Unnie."
****
Tae Oh malah nampak murung. Ia jauh tidak bahagia.
"Kamu tidak mendengarkanku? Kubilang besok kita akan makan malam dengan keluarga Anggota Dewan Cha. Bersama Omma dan Appaku. Ayahku biasanya benci mensponsori politikus. Tapi dia mau melakukannya demi kamu dan Joon Young. Jadi, bicaralah dengan anggota dewan Cha."
"Ya. aku mau mandi."
***
Tae Oh hanya menyalakan kran dan melamun.
****
Malam hari.
Sun Woo ada di pinggir pantai.
Kali ini ia menyalakan ponselnya. Ia tahu banyak panggilan dari Tae Oh. Tapi kemudian ia mematikan dayanya kembali.
Dan ngobrol dengan dokter ahjussi.
"Kenapa aku merusak semua yang kuusahakan? Keluargaku, suamiku, dan putraku. Semuanya. Aku kehilangan banyak hal yang ingin aku lindungi."
"Apa arti melindungi bagimu? Obsesi itu beracun. Itu racun untuk orangtua dan anak."
"Aku sudah tidak ingin mempertahankannya di sisiku. Aku menerima kenyataan bahwa dia ingin tinggal dengan ayahnya. Yang aku tidak tahan adalah anakku membenciku. Andai aku bisa mengubah dia. Jika bisa, aku bisa melakukan apapun. Itu mustahil, bukan?"
"Kamu tidak bisa berharap dia mengerti setelah melukainya."
"Itu terlalu serakah. Entah itu kebencian atau rasa sesal. Kamu harus menghormati perasaan Joon Young. Begitu kamu melakukan itu, waktu akan mengurusnya."
"Apa waktu sudah mengurus semuanya untukmu? Rasa sakit tetap menyakitkan setelah beberapa waktu. kamu juga tahu itu."
"Hidup tidak bisa selalu manis. Entah bagaimana kamu bisa bertahan, itu saja. maka kamu akan menemukan beberapa hari yang cerah. Begitu waktu akan berlalu."
"Aku terlalu lelah untuk bertahan. Akan lebih mudah bagi semua orang jika aku menghilang. Bagiku, Joon Young, dan Lee Tae Oh juga."
"Apa permintaan maafku tidak cukup? Kenapa aku harus berteman dengannya?" tanya Joon Young pada Ayahnya. "Aku kesal sekali."
"Kami tidak memintamu memaksakan diri menjadi teman. Kalian masih harus bertemu di sekolah selama setahun lagi. Akan lebih baik berhubungan baik dengannya. Tolong menurut saja hari ini. Da Kyung menyiapkan pertemuan hari ini hanya untukmu."
Da Kyung nguping pembicaraan ini di luar.
***
Lee Tae Oh menemui dokter Kong di RS. Soal donasi.
"Awalnya. Aku pikir kesepakatanmu soal donasi berlebihan. Tapi sepertinya kamu bisa meramal masa depan. Dokter Ji banyak menyebabkan masalah belakangan ini. jika dia masih menjadi direktur muda, itu akan sangat mempersulit keadaan di rumah sakit. Apa rencanamu untuk ucapara kesepakatannya? Kamu pasti sudah punya ide."
"Entahlah. Aku belum punya rencana."
"Kami rumah sakit daerah kecil. Tapi TO Pictures terkenal di seluruh negeri. Kamu harus memperhatikan cara menerbitkan artikelmu. Kita harus membuat videp dan menayangkannya di saluran lokal. Itu akan menguntungkan kedua pihak."
"Aku akan meminta tim humas kita bekerja sama. Kamu pasti sibuk. Aku akan pergi."
***
Tae Oh memandang ruangan lama Sun Woo.
"Sun Woo yaa.. di mana kamu sekarang? Apa kamu baik-baik saja?"
****
Dokter ahjussi pergi ke tempat penginapan Sun Woo. Tapi, menurut petugas, Sun Woo sudah pergi sekali sejak subuh. Mungkin melihat mata hari terbit. Ahjussi menelepon Sun Woo. Tapi nggak diangkat. Nggak tahu Sun Woo di mana.
***
"Kamu tahu di mana Sun Woo?" tanya Lee Tae Oh pada Sul.
"Kenapa aku merasa nada bicaramu terdengar aneh? Ada apa? kamu kesal karena dia kini pergi?"
"Kamu tahu di mana dia sekarang?"
"Aku mungkin tahu di mana dia sekarang. Kenapa? Kamu ingin tahu?"
"Tidak. Tidak masalah selama dia baik-baik saja."
"Ada apa diantara kalian berdua?"
"Dia terkejut setelah insiden Joon Young. Dia bilang dia akan pergi. Tapi tb-tb dia berhenti dan menghilang. Itu membuatku khawatir. Aku penasaran apa sesuatu terjadi padanya. Aku yakin dia baik-baik saja."
***
"Ji Sun Woo menghilang?" Kim kaget saat ditelepon.
"Kuharap aku hanya terlalu khawatir. Tapi tidak bisa kuabaikan apa yang terjadi sebab aku melihat tandanya. Kurasa dia melakukan sesuatu. Aku khawatir. Apa yang bisa kulakukan?" ahjussi dokter menyisir bibir pantai."
Kim panik dan langsung menutup telepon. Melepas jasnya. Ia pergi. Sambil berlari. Ia langsung memberi tahu perawat untuk menunda semua pasiennya.
Sul kebetulan ada bersama Tae Oh di lorong. Sul langsung bertanya. "Ada apa? apa yang terjadi?"
"Dokter Ma baru saja menelepon dan dokter Ji..."
Eehh Tae Oh langsung melirik dan bertanya. "Apa yang terjadi pada Sun Woo? Di mana dia sekarang?"
Kim nggak jawab dan langsung pergi.
"Dimana dia?" tanyanya pada Sul.
"Tae Oh yaa.."
"Kubilang di mana dia?" Tae Oh marah dan teriak.
***
Tae Oh langsung bergegas dengan mobilnya.
Padahal, Sun Woo lagi jalan-jalan di tepi pantai.
***
Bukan hanya Dokter Ma yang mencari di pantai. Begitu Kim sampai, dia mencari di tepi pantai dengan mobilnya.
Sun Woo duduk di pantai. Melepaskan sepatunya dan jasnya.
Kali ini. ia berjalan ke arah laut.
Ostnya bikin merinding cuy.
Sun Woo nampak tertawa saat ombak mulai besar. Kemudian, yang terjadi adalah.... yang ditunjukkan hanya ombak saja.
***
Kim lebih dulu menemukan mobilnya Sun Woo yang terparkir di dekat pantai. Kim pun lari ke pantai. Ia menemukan baju dari Sun Woo.
"Ji Sonsaengnim!!!!!!!! Sun Woo Shi!!!!!!" Kim teriak dan mencari.
Hanya ombak yang ada. ombak yang menggulung indah.
***
Sun Woo muda nampak memakai baju hitam di hari kematian orangtuanya.
"Astaga. Kenapa mereka meninggalkan putri mereka seperti ini? kecelakaan yang mengerikan. Bagaimana gadis kecil itu akan mengatasi ini?" begitulah ucapan para pelayat.
"Kamu tidak tahu kisah ibunya? Setelah mengetahui perselingkuhan suaminya, kurasa itu bukan kecelakaan. Itu bunuh diri. dia bunuh diri karena suaminya selingkuh."
"Aku bisa mengerti kesedihannya. Tapi itu salah. Dia mungkin menyebabkan kecelakaan agar mereka mati bersama. Wanita yang luar biasa, jadi, dia meninggalkan putrinya?"
Ji Sun Woo muda menangis.
***
Dan kini yang menangis adalah Joon Young dengan setelan hitam.
***
Tae Oh menemukan kembali mobil Sun Woo yang terparkir. Ia langsung ke pantai.
Di pantai masih ada Kim yang berusaha menelepon. Ia tidak jadi menelepon ketika melihat Sun Woo ngambang di lautan.
Ia mendekat. Mencoba menarik Sun Woo.
Kim membawa Sun Woo ke pantai. Sun Woo masih hidup.
"Kamu baik-baik saja? baik. Bagus. Kamu baik-baik saja."
Kim pun memeluk Sun Woo. "Baiklah. Menangis sesukamu."
Sun Woo menangis kali ini.
Tae Oh melihat dari kejauhan.
"Menangislah sepuasmu." Ucap Kim.
Melihat hal ini. Tae Oh pun putar balik. Ia memilih pergi.
***
"Putra Tae Oh menjalani terapi. Tapi aku tidak tahu apakah terapi membantu." Ucap Umh.
"Da Kyung berusaha keras. kita berharap yang terbaik saja." Ucap Yeo.
"Benar. Aku tahu. Aku penasaran kenapa dia berusaha keras untuk putranya."
"Tapi melihat Ji Sun Woo mundur. Aku merasa Da Kyung melakukan hal yang benar.. tapi melihat Da Kyung kesulitan mengurus putra mantan istri Tae Oh membuatku sangat geram. Aku tidak tahu apa yang baik dan buruk."
"Kita akan telambat."
***
Da Kyung sudah siap dengan jamuannya dan menelepon Tae Oh. Tapi Tae Oh sudah pulang duluan.
"Kamu membuatku cemas. Kupikir kamu akan terlambat."
"Masih ada waktu bukan? Aku akan mandi." Tae Oh lemes kayak bihun di kondangan.
***
Da Kyung sampai menyiapkan Joon Young juga.
"Nenek dan Kakek adalah orang baik, jadi, jangan terlalu gugup. Bersikap sopanlah kepada orang dewasa, ya? Joon Young, kita benar-benar keluarga sekarang. Kamu mengerti maksudku, bukan?"
***
Tae Oh menangis saat mandi.
Ia melamun saat bersiap.
Dan pesta digelar.
Yeo berkata. "Lee Joon Young, Hae Kang. Kalian tahu orang bilang anak-anak bertengkar saat mereka tumbuh. Itu bohong. Kalian harus bertengkar dan berbaikan. Seperti itulah kalian tumbuh tinggi seperti ayah kalian."
"Anda benar sekali. Anak laki-laki makin akrab hanya jika mereka berkelahi beberapa kali." Ucap Cho. "Terima kasih atas undangannya."
Ahjumma juga berucap terima kasih.
Mereka bersulang. Dan emang nggak bisa ditutupi kalau Tae Oh nampak murung. Da Kyung menyadarinya.
Kini masuk ke obrolan orang dewasa tanpa Hae Kang dan Joon Young.
"Entah apa aku beruntung berteman baik atau punya putra yang baik. Tapi suatu kehormatan punya sponsor terbaik di Gosan, Pak." Ucap Cho.
"Anggap saja kamu beruntung dengan teman dan putra yang baik. Karena aku mendukungmu, kuharap kamu menang. Anggota dewan Cha." Ucap Yeo.
Mereka pun bersulang lagi sampai kembung.
"Kamu sukses meletakkan batu pertama?"
"Tentu? Jawab Tae Oh.
"Para tukanglah yang menyiapkan bangunan. Kapan film berikutnya tayang?" tanya ahjumma. "Kamu harus membuat film laris lagi."
"Sedang aku kerjakan."
Kemudian ada suara Jenny menangis. Da Kyung langsung ka atas.
****
Jenny tidak di tempatnya. Melainkan di kamar Joon Young.
"Apa yang kamu lakukan?" Teriak Da Kyung.
Hae Kang yang ada di lorong mendengar Da Kyung teriak. Kemudian ahjumma pembantu langsung masuk.
"Maafkan aku. Tadi aku pergi sebentar." Kemudian Jenny diberikan pada ahjumma.
Da Kyung marah lagi. "Apa kamu melakukan sesuatu ke Jenny?"
"Aku tidak melakukan apapun. Dia sendirian jadi..."
"Apa kamu memukulnya?" teriak Da Kyung.
Yang dibawah pada diam mendengar teriakkan. Tae Oh langsung naik.
"Kamu melakukannya. kamu punya segalanya sekarang. Tidak bisakah kamu menjaga sikap untuk satu hari saja? apa masalahnya?"
"Apa salahku?"
"Joon Young. Hentikan." Ucap Tae Oh.
"Aku tidak melakukan apapun. Dia terjatuh saat sendirian. Apa yang kalian inginkan dariku? Kenapa melampiaskannya padaku?"
"Ada tamu di bawah. Hentikan." Ucap Tae Oh.
"Aku harus sesabar apa denganmu?" tanya Da Kyung. "Sampai kapan aku harus tahan?" Da Kyung teriak lagi.
"Kapan aku meminta kesabaranmu?"
Dan Joon Young dipukul oleh Tae Oh.
Ada ucapan Sun Woo. "Berusalah sebisamu untuk menenangkan Joon Young. Pastikan ini tidak membuatnya makin terluka. Itu saja yang kuinginkan."
"Berengsek." Ucap Tae Oh. "Sadarlah! Berapa banyak orang yang harus menderita karena kamu? Sejauh apa lagi kami harus menderita!!!!"
****
Tae Oh keluar. Ia bicara pada dua mertuanya. "Tolong selesaikan makan malam kalian."
***
Sun Woo mendapatkan perawatan.
Ia seperti mendengar suara Joon Young memanggil "Omma...."
Ia bangun dari tidurnya. Melepaskan infusnya.
Sun Woo mengambil tasnya dan mencari ponselnya. Karena daya habis sambil nyokok deh tuh.
Sun Woo menelepon anaknya.
Joon Young masih ada di kamarnya.
"Joon Young Ah... Omma..... kamu mendengarkan?"
Joon Young hanya menangis.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Ommaaa.... aku sungguh minta maaf. Tapi bisakah ibu datang dan menjemputku?"
Sun Woo langsung keluar RS.
Ma dan Kim memanggilnya tapi dia terus pergi.
***
"Apa ibu bilang." Ucap Umh. "Sudah ibu bilang jangan menerima anak orang lain. Kenapa kamu membuang-buang tenaga?"
"Da Kyung Ah... apa yang membuatmu sangat gelisah?" tanya Yeo.
***
Sun Woo langsung datang ke rumah Da Kyung. Ia menekan bel dan ahjumma langsung melaporkan.
Umh langsung kaget.
"Apa dia sudah gila? Berani sekali dia datang ke sini."
Sun Woo terus menekan bel.
"Astagaa... bukankah dia sudah meninggalkan Gosan?" tanya Umh.
Da Kyung beranjak.
"Tidak. Jangan berurusan dengannya. Suruh dia pergi." Ucap Umh.
Tapi Da Kyung menekan tombolnya.
"Ada apa?"
"Aku datang untuk menjemput Joon Young."
"Kenapa tb-tb? Aku tidak mendengar apapun dari Tae Oh."
Sun Woo mengambil ponselnya. "Joon Young Ah... cepat keluar."
Joon Young langsung turun tangga.
"Berhenti di situ Joon Young." Ucap Da Kyung. "Kembali ke kamarmu sekarang. Kubilang kembali ke kamarmu!!!"
Nggak nurut. Malah ketakutan.
Joon Young keluar.
Ayahnya menghentikan. "Da Kyung. Hentikan. Biarkan saja Joon Young pergi."
"Appa cegah Joon Young pergi. Aku harus membuat wanita gila itu pergi. Lepaskan aku!!!!" Da Kyung histeris. "Apa ayah tahu betapa keras usahaku? Aku sudah berusaha keras. ayah tahu itu, bukan?"
"Ya."
"Aku hampir selesai. Aku tidak bisa membiarkan wanita itu mengacaukannya!!!"
"Yeo Da Kyung!!!!"
***
Joon Young keluar tanpa alas kaki. Hanya pakai kaos kaki dan langsung memeluk Ibunya.
"Mian. Omma datang terlambat."
"Omma. Ayo cepat pergi."
"Ya."
Da Kyung keluar.
"Kubilang berhenti!!!"
"Tunggulah di mobil." Ucap Sun Woo. Kemudian Joon Young langsung lari.
***
"Apa masalahnya?" tanya Sun Woo. "Akan lebih mudah bagimu jika Joon Young tetap bersamaku."
"Apa Tae Oh tahu soal ini?"
"Kami sudah sepakat aku akan membawa Joon Young kembali kapan pun Joon Young mau." Sun Woo mau pergi.
Da Kyung masih marah. "Obsesimu menghancurkan Joon Young. Kamu tidak tahu itu? Sejauh apa kamu akan membuatnya bingung? Dia mulai stabil. Alih-alih bersama ibunya yang tidak stabil dan obsesif. Lebih baik tumbuh di keluarga yang normal. Kamu harus berpikir rasional."
"Kenapa kamu terobsesi dengan Joon Young?"
"Karena ini yang terbaik bagi Joon Young." Ucap Da Kyung. "Kalian berdua terus bertengkar dan Joon Young di tengah. Itu membuatku lelah. Pasti sulit bagi Joon Young. Selain itu, kamu tidak normal. Kamu yakin kamu bisa membesarkan anak dengan baik? Akulah yang menghentikan Komite Kekerasan Sekolah. Apa aku salah?"
"Mari jujur saja. kamu melakukan ini bukan untuk Joon Young. Kamu melakukan ini untuk keluarga dan pernikahanmu. Kamu mulai gelisah karena kamu bisa melihat kegelisahan Lee Tae Oh. Aku memahamimu. Aku juga sama. Tapi kamu tahu? Keputusan yang amat nyata itu tidak ada artinya. Pernikahan dan pasangan bisa terguncang, terbalik, atau hancur karena hal sepele."
"pernikahanku berbeda."
"Kamu seharusnya lebih paham daripada aku karena kamu juga melakukannya."
"Apa maksudmu?"
"Aku dan Lee Tae Oh. Wik wik bersama. Kami mantap mantap."
Kembali ke adegan saat Da Kyung datang ke Gosan dan mengundang semuanya. "Kami sempurna. Aku tidak akan goyah sesulit apa pun keadaannya. Aku yakin kepada diriku berkali-kali."
Ucap Da Kyung nampak bahagia. "Dalam hidup, kesedihan, dan penderitaan, kebagiaan, kami dapat membaginya. Karena sudah menikah. Karena dia pasanganku yang berbagi takdir denganku. Karena aku tidak boleh goyah apapun yang terjadi. Tapi sekarang, apa maksudnya wanita ini?" tanya Da Kyung dalam hati.
Itulah. Kembali saat pengakuan Sun Woo.
"Sudah aku bilang bukan? Bahwa tidak ada jaminan kamu tidak akan menjadi sepertiku."
"Apa kamu sudah edan?" tanya Da Kyung. "Kamu pikir aku akan mempercayaimu? Kamu sudah berusaha menghancurkan keluarga kami sebelum kamu pergi."
"Haruskah kuberi tahu apa warna kolor yang dipakai Lee Tae Oh hari itu?" wkwkw. "Aku tidak berbohong. Terserah padamu mau mempercayaiku atau tidak." Kemudian Dokter Ji pun pergi. Baru aja selangkah.
Da Kyung bicara lagi. "Murahan sekali. Dasar kamu wanita kotor. Apa kamu tidak malu menghadapi Joon Young?"
"Itu malam saat Joon Young meninggalkan rumah dan tidur di warnet."
****
Da Kyung masih berusaha tenang. Ia masuk kembali ke rumahnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Umh. "Bagaimana dengan Joon Young?"
Da Kyung melirik pada Ayahnya. "Aku mengantarkan Joon Young pergi. Tidak apa-apa. Maafkan aku sudah membuat keributan. Omma dan Appa bisa pergi."
"Kami akan pergi setelah Lee Tae Oh pulang." Ucap Ayah.
"Ya. kami tidak bisa meninggalkanmu sendirian."
"Aku baik-baik saja." Ucap Da Kyung. "Malam sudah larut. Kalian sebaiknya pergi."
"Kamu nampak kacau sekarang." Ucap Umh. "Apa wanita itu mengatakan hal yang aneh?"
"Ini bukan kali pertamanya bersikap aneh Omma, itu tidak menggangguku. Aku akan mengabaikannya saja."
"Apa katanya?" tanya Pak Yeo.
"Kubilang tidak apa-apa. aku ingin beristirahat. Pulanglah ya..."
*akhirnya, Umh dan Yeo pun pergi dari rumah Da Kyung. Mereka pulang tanpa berkata apa-apa.
***
Joon Young sampai di rumahnya.
"Omma lapar. Mau makan sesuatu?"
Joon Young hampir menangis lagi.
***
Tae Oh ada di kedai tenda. Ia ingat apa yang terjadi pada Sun Woo dan Joon Young hari ini.
"Sadarlah. Kamu tahu bagaimana jauh mereka menderita. Sampah emang...."
***
Da Kyung masih galau di rumahnya. Kemudian, Tae Oh pulang. Tae Oh langsung menemui Da Kyung yang ada di dapur.
"Mianhae. Di mana Joon Young?"
Karena Da Kyung tidak menjawab. Tae Oh langsung ke atas dan melihat Joon Young sudah tidak ada. ia pun turun kembali.
"Di mana Joon Young?" tanya Tae Oh. "Apa yang terjadi?"
"Kamu wik wik dengannya? Ji Sun Woo? Kamu bobo dengannya? Jawab dengan bijak jika kamu tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Semuanya, tergantung pada jawabanmu. Kamu akan mengatakan yang sebenarnya atau berbohong kepadaku? Jika kamu jujur, aku akan membencimu seumur hidupku. Tapi, jika kamu berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu."
*Tae Oh jadi ingat ucapan Sun Woo dulu. Waktu Sun Woo tanya hal yang sama.
"Kudegar kejadiannya di malam saat Joon Young meninggalkan rumah. Pada malam aku begadang karena Jenny demam. Di malam kamu berbohong bahwa kamu bersama dengan Je Hyuk." Da Kyung mulai teriak. "Aku menelepon berkali-kali karena anak kita sakit. Tapi kamu malah melakukan itu dengan perempuan itu?"
"Apa Ji Sun Woo bilang begitu?"
"Jawab aku. Kamu melakukannya? benarkah?" Naga akan keluar dari mulut Da Kyung.
"Ya."
Da Kyung menangis sambul tertawa.
"Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Da Kyung.
"Itu kesalahan." Ucap Tae Oh. "Itu tidak berarti bagiku. Itu hanya kesalahan. Itu tidak salah. Tidak lebih. Itu kesalahan yang tidak ingin kubuat lagi. Dia tidak akan ada di sini lagi. Sun Woo sudah pergi. Dia sudah menyerahkan surat pengunduran dirinya. Jangan biarkan itu mengganggumu, Da Kyung Ah."
"Siapa peduli di mana dia padahal kamulah yang tidak kupercaya! Aku tidak percaya Ji Sun Woo saat dia bilang kamu menguntitnya. Bahkan saat aku melihat ponselmu penuh dengan fotonya, aku masih percaya padamu. Saat dia menjadi alibimu di kantor polisi, kupikir dia melakukannya karena kamu adalah ayah dari putranya. Kupikir dia melakukannya demi Joon Young. Tapi, kini aku mengerti. Kalian berdua masih sangat terikat. Kamu dan perempuan itu."
"Yang wanita itu pedulikan hanyalah menghancurkanku. Untuk apa lagi dia menceritakan hal yang memalukan itu kepadamu? Dia berusaha memisahkan kita! Jangan biarkan perkataannya menyesatkanmu. Hanya kamu yang ingin aku lindungi. Aku berusaha membuatnya pergi karena ingin bahagia bersamamu. Dan akhirnya, ini terjadi."
"Itukah alasanmu wik wik dengannya? Untuk membuatnya meninggalkan kota? Kamu berharap aku percaya?"
Da Kyung beranjak dan pergi.
***
Ke mana?
Menangis pilu di kamarnya. Da Kyung kini jadi Ji Sun Woo saat di awal-awal. Inilah lingkaran setan.
Tae Oh pun menangis.
***
"Kami mencinta dan membesarkanmu bersama. Orang yang paling sering bersama dengan Omma, adalah Appamu." Sun Woo cerita ke Joon Young. "Kami bertengkar hebat dan berpisah karena kami tidak bisa hidup bersama lagi. Tapi, bukan hanya kebencian yang saling kami rasakan. Sama seperti kamu merindukannya, Omma merindukan suami Omma, meski hanya sejenak. Merasa bingung dan terkhianati sangatlah wajar. Maafkan Omma." Sun Woo menangis di depan anaknya. "Omma tidak keberatan jika kamu terus membenci Omma. Omma akan tetap di sisimu untuk mendukung dan melindungimu. Yang Omma inginkan adalah, kamu menyayangi dirimu sendiri. itu saja. kamu berbeda dengan orangtuamu. Kamu bisa hidup berbeda. Ingat itu saja, mengerti?"
"Aku yakin seluruh sekolah tahu bahwa aku pencuri." Joon Young menangis.
"Itu akan sulit, tapi kamu bisa melawannya, kamu punya Omma. Omma akan melindungimu. Mari kita lalui bersama, ya?"
"Tidak bisakah kita pergi saja?" Joon Young menangis terus. "Ayo ke tempat kita tidak dikenal siapa pun."
"Apa kamu tidak masalah jika tidak bertemu dengan ayahmu lagi?"
"Ya. aku tidak ingin melihat Appa lagi."
"Baiklah. Ayo kita pergi. Ke mana pun itu. Beri Omma beberapa hari untuk membereskan semuanya. Ya?"
****
Tae Oh terbangun dari ruangannya. Ia turun ke lantai 1. Melihat Da Kyung sedang duduk di meja makan. Tae Oh mengambil air dengan ragu-ragu.
"Terima kasih sudah mengatakan yang sebenarnya." Ucap Da Kyung. "Aku yakin itu tidak mudah. Apa Joon Young tahu apa yang terjadi diantara kalian berdua? Aku kasihan kepadanya. Aku tidak akan membiarkan Jenny menjadi seperti Joon Young. Aku tidak seperti wanita itu. Aku tidak mau bertindak gila dan terpuruk. Aku tahu aku bisa mengatasi ini. Aku pasti akan mengatasinya meski hanya untuk Jenny. Aku akan melaluinya."
"Da Kyung Ah..."
"Tapi, beri aku waktu. Aku butuh waktu."
"Baiklah. Ambil sebanyak yang kamu butuhkan. Santai saja. aku akan menunggu. Aku juga akan berusaha sebaik mungkin." Ucap Tae Oh.
"Makanlah."
Tae Oh pun duduk untuk makan. "Terima kasih." Dan makanlah dia. "Supnya enak."
"Bagus. Makanlah. Aku akan memeriksa Jenny."
Tae Oh pun bersiap kerja. Ia pamit pada Jenny dan Da Kyung. Berusaha bersikap normal.
***
Joon Young ada di kamarnya. Ia berkemas. Sama, Sun Woo juga berkemas.
Kemudian ada suara bel. Joon Young langsung menemui Ibunya. "Aku sungguh tidak ingin bertemu dengan Appa."
Sun Woo pun turun dan memeriksa siapa yang datang.
"Di mana Joon Young." Ucap Tae Oh.
"Katakan apa yang ingin kamu katakan. Aku pasti akan memberitahunya."
"Aku datang ingin meminta maaf. Aku ingin menemuinya langsung."
"Dia tidak mau bertemu denganmu."
Tae Oh malah menyerobot masuk. Berteriak-teriak nama Joon Young. Dan saat mau ke atas.
Ada Joon Young di ujung tangga.
"Maafkan Appa. Maafkan Appa telah memukulmu. Bisa kita bicara? Appa memukulmu bukan karena benci. Appa hanya sangat marah..."
"Pergi."
"Seharusnya kita menyelesaikan masalah ini."
"Jika Appa tidak pergi, aku akan menelepon polisi." Joon Young pun menyingkir. Mungkin masuk ke kamarnya.
"Kamu bisa pergi sekarang. Berhentilah mengganggunya." Ucap Sun Woo. "Semua sudah berakhir. Pergilah." Teriak Sun Woo.
Tae Oh mendekati dengan wajah marah.
*di luar sudah ada mata-mata Da Kyung.
****
Sun Woo dan Tae Oh keluar. Sang mata-mata memperhatikan mereka dari jarak yang cukup dekat.
"Apakah ini adalah rencanamu?" tanya Tae Oh.
"Apa?" Sun Woo tangannya kesakitan karena diseret. "Apa maksudmu?"
"Kenapa kamu memberi tahu Da Kyung? Katamu kamu harus merahasiakannya! Kamu sendiri yang mengatakannya. Apa kamu masih menyukaiku?"
"Aku melakukan apa yang kamu minta. Aku merelakan semuanya dan mundur. Aku hanya memintamu memastikan Joon Young tidak terluka. Kamu berjanji akan membesarkannya dengan baik. Kamu bilang kamu akan membuatnya bahagia. Tapi beraninya kamu memukul putraku di depan Da Kyung dan keluarganya?"
"Lalu kenapa? Kamu memberitahunya untuk membalasku? Apa kamu sungguh ingin melakukan ini?"
"Kenapa? Kamu takut dia akan meninggalkanmu?"
"Da Kyung tidak seperti kamu. Dia bersedia meaafkanku atas kesalahan yang kuperbuat. Sayang sekali bukan? Kamu pasti kecewa."
"Kamu sungguh berpikir dia bisa memaafkanmu? Kamu sungguh berpikir dia dan aku berbeda?"
"Jangan pernah berpikir Joon Young menyukaimu. Dia bersikap seperti itu karena marah padaku. Aku tidak akan merelakan Joon Young."
Tae Oh masuk mobil dan Sun Woo mencegahnya menutup pintu.
"Ini peringatan terakhir. Relakan Joon Young dan akhiri pertengkaran di sini. Jika tidak, aku tidak akan tinggal diam. Aku bersumpah akan menghabisimu. Akan aku robek-robek hidupmu."
Dan kepancing. Tae Oh keluar lagi dan marah. "Tidak. Kamu baru saja menghancurkan hidupmu. Kamu mencoba membalasku dengan kesalahan satu malam itu, tapi, kamu malah dipermalukan. Kamu masih tidak tahu di mana posisimu? Apa yang bisa kamu lakukan kepadaku? Apa yang akan kamu lakukan? Tidak akan aku biarkan perempuan sepertimu membesarkan Joon Young. Aku akan segera membawanya kembali. Ingat itu."
Dan Sun Woo dilempar.
Tae Oh pun pergi.
****
Kilas balik.
"Bagaimana jika Ayah datang. Bagaimana jika dia membawaku kembali?" tanya Joon Young.
"Jangan khawatir. Ayahmu tidak akan pernah bisa mengganggumu lagi. Sudah kubilang. Omma akan melindungimu."
***
Sun Woo masih di luar dan melirik tajam.
Ia mengetuk mobil di mana ada mata-mata.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Si mata-mata.
"Beri tahu pimpinan Yeo. Bahwa aku ingin bertemu dengannya."
"Sampai kapan anda akan membuntutiku." Ucap Sun Woo pada Pak Yeo. "Atau anda membuntuti Tae Oh?"
"Aku yakin sudah katakan dengan tegas bagwa aku akan melakukan apapun untuk memastikan putriku bahagia."
"Kurasa itu artinya anda pada akhirnya mengakui putri anda tidak bahagia." Umh mendengarkan ini dari kursi lain.
"Apa yang kamu katakan pada putriku semalam?"
"Maksud anda, anda ingin tahu apa yang terjadi antara aku dan Lee Tae Oh? Aku sudah lama tahu anda tidak memercayai Lee Tae Oh. Jadi, aku yakin anda sudah bisa menebak apa yang terjadi. Apa impinan Da Kyung?" tanya Sun Woo.
"Putriku suka bepergian sejak kecil. Jadi, aku mengajaknya ke berbagai tempat. Dia sangat suka pergi ke galeri seni. Kalau dipikir-pikir, masa itu sangatlah menyenangkan. Dia bilang ingin menambah pengalaman dan mengembangkan selera yang lebih baik untuk seni. Lalu mengelola galeri seni."
"Anda sangat bisa mewujudkan hal itu jika dia mau."
"Tentu saja." Ucap Pak Yeo.
"Dia bisa saja memenuhi mimpinya dan hidup bebas. Dia ditahan secara tidak terduga oleh Lee Tae Oh. Putri kesayangan anda menyia-nyiakan masa mudanya karena seorang pria. Bukankah itu tragis? Melihatnya kesulitan karena menjadi istri setelah perpisahan suaminya dengan istri sebelumnya, membuatku mengasihaninya. Sebagai sesama wanita. Itu sebabnya aku datang hari ini walaupun tahu aku akan tidak diterima. Karena anda akan melakukan apapun demi putri anda."
****
Foto saat Tae Oh mengancam Sun Woo dilihat oleh Da Kyung.
Ada suara biola. Da Kyung terdiam. Kemudian ada telepon dari Ibunya. "Da Kyung, kamu baik-baik saja?" tanya Umh.
"Tentu saja. aku baik-baik saja. Semua baik-baik saja. kenapa Omma menelepon?"
"Omma rasa Ji Sun Woo benar-benar sudah pergi. Agen real estat itu bilang rumahnya dijual. Dia mengemas barang-barangnya dan pergi bersama anaknya. Jadi, kamu tidak perlu khawatir lagi."
****
"Apa kita melakukan hal yang benar?" tanya Umh pada Yeo. Setelah Umh menelepon Da Kyung.
Yeo hanya diam.
****
"Kamu mau pergi ke mana?" tanya No Eul pada Joon Young di kafe.
Joon Young memberikan kotak hitam. Hasil curiannya. "Kembalikan itu kepada anak-anak."
No Eul membukanya. Joon Young berkata. "Katakan pada mereka aku minta maaf mewakiliku. Aku juga minta maaf kepadamu. Maaf memintamu melakukan ini."
"Joon Young Ah. Itu karena aku menyukaimu." "Karena aku khawatir. Itu karena aku berharap kamu akan berhenti. Aku tidak bersikap sok suci. Jadi, maaf, jika menyinggungmu. Aku juga minta maaf."
"Terima kasih." Joon Young pun pergi.
****
Joon Young masuk ke mobil ibunya.
"Kita pergi sekarang?" tanya Sun Woo.
"Ya."
Dan No Eul hanya mampu memandang Joon Young dari jauh. Mereka pergi.
****
Dokter Kong melihat para perawat yang banyak menganggur main hape.
"Sepi sekali."
Para perawat pun kaget.
"Banyak pasien dokter Ji pergi, jadi, rumah sakit agak sepi."
"Apa dokter Ji bilang kapan dia akan kembali?"
"Tidak. Dokter Sul bilang dia sudah pergi."
"Dia pergi? Selamanya?"
***
Sul sms. "Apa yang terjadi dengan kalian? Sun Woo bilang dia dan Joon Young pergi. Benarkah itu?"
Sms di kirimkan pada Tae Oh.
***
Kim nampak bicara di telepon. "Aku yakin kamu sudah memikirkannya sebelum memutuskan. Aku hanya ingin Ji Sonseng bahagia. Aku ingin memberitahumu itu."
Dan itu rupanya hanya pesan suara.
Uhhhhh....
Pemilik real estat menawarkan rumah Ji Sun Woo. Ternyata calon pembelinya adalah Da Kyung.
Da Kyung dipersilahkan untuk melihat-lihat. Keknya Da Kyung lagi hobi mengorek luka.
Ia masuk ke kamar Sun Woo. Membuka laci dan lemari. Rupanya masih ada sedikit barang.
****
Di bawah, Ye Rim bicara pada pegawai real estat.
"Menurutmu kapan rumah kami akan terjual?"
"Entahlah. Pasar sedang sepi belakangan ini."
"Kami tidak bisa menurunkan harganya sebanyak itu. Aku khawatir."
"Aku yakin akan segera ada pembeli. Setiap rumah pasti punya pemilik."
Da Kyung mengendap-endap turun. Tapi... Ye Rim keburu mengenalinya.
"Da Kyung Sshi. Ada apa kemari?"
"Apa kalian saling mengenal?" tanya si bapak.
"Bolehkah kami mengobrol? Kamu boleh pergi."
"Tentu."
****
"Unnie memberikanku kunci dan memintaku mengemas barang-barangnya. Aku tidak menduga akan bertemu denganmu di sini."
"Aku hanya memastikan apakah Ji Sun Woo benar-benar pergi."
"Bukan hanya itu yang ingin kamu konfirmasi. Bukankah kamu gelisah karena tidak yakin apa semua sudah berakhir diantara mereka? Aku mengerti. Aku juga sama."
"Aku pamit."
"Tae Oh tidak akan melupakan Ji Sun Woo semudah itu. Sun Woo kabur seperti itu karena dia tahu hal ini."
"Atas dasar apa kamu membuat pernyataan seperti ini? apa Sun Woo menyuruhmu mengatakan ini kepadaku? Aahhh kurasa begitu. Sudah kuduga."
"Je Hyuk mengatakan ini kepadaku. Bahkan saat seorang pria memiliki wanita di sampingnya. Dia tidak akan bisa melupakan cinta sebelumnya. Dia pikir, Lee Tae Oh seperti itu. Kamu tahu Sun Woo pernah bersembunyi, bukan? Tae Oh datang menemuiku saat itu, dia minta memeriksa apa Sun Woo baik-baik saja. matanya tampak sangat putus asa. Menurutmu kenapa Tae Oh bersikap seperti itu? Aku sangat tahu betapa menyiksanya hidup sambil meragukan suamimu. Itu sebabnya aku ingin memberitahumu sebagai seorang wanita dan sebagai orang yang pernah mengalaminya. Jika tidak mempercayaiku, kamu bisa datang ke rumahku. Aku akan menunjukkan beberapa CCTV. Dan mengirimkan datanya untuk perusahaan keamanan. Kamu akan bisa melihat sesering apa Tae Oh datang dan berapa kali dia berkeliaran di rumah kosong ini."
Ye Rim mengambil ponselnya. Seperti memilih data. Dan Da Kyung kabur keluar. Da Kyung langsung membanting pintu.
****
Pegawai Real Estat masuk lagi dan Ye Rim langsung memberikannya uang.
*****
Sun Woo dan anaknya datang ke tempat tujuan pada malam hari.
"Anggap saja ini liburan. Maka jangan pikirkan apa pun untuk sementara dan bersantai saja." Ucap Sun Woo sambil membuka kopernya.
"Aku merasa aneh." Ucap Joon Young.
"Itu karena tempatnya tidak familier. Kamu akan segera terbiasa. Jangan khawatirkan apapun dan berpikir postiflah. Pilih saja mau ke mana dan apa yang kamu inginkan. Ibu akan melakukan segalanya untukmu. Kita bisa kembali jika kamu mau."
****
Je Hyuk mengajak Yerim berlibur.
"Kemana?" tanya Yerim.
"Kamu bekerja terlalu keras. jadi, bagaimana jika ke tempat hangat untuk memulihkan diri? mungkin bali atau hawai?"
"Baiklah. Aku bisa pergi kapan saja, jadi, pilihlah tanggal yang pas untukmu."
Dan merekaaaa...... Yerim menolak saat Je Hyuk akan mengkisseu.
"Maafkan aku."
"Bolehkah aku menginap untuk malam ini?" tanya Je Hyuk.
"Lain kali saja."
"Maafkan aku. Aku sudah keterlaluan. Aku tidak pandai membaca suasana. Astagaaaa.... apakah kamu kesal?"
Yerim hanya menggeleng.
Tentu saja Je Hyuk pergi. Ia keluar dengan wajah lemas.
*****
Da Kyung nampak stres berat.
Tae Oh pulang. "Di mana Jenny?"
"Dia sedang tidur."
"Tidak ada yang terjadi, bukan?"
"Tidak."
"Aku akan membuat ramyeon. Kamu mau makan denganku?"
"Tidak."
"Baiklah."
***
Tae Oh makan mie sendirian. Mau makan aja galau guys. Sampai tersedak.
Da Kyung datang dan memberikan kimchi. Kemudian pergi lagi.
*padahal kimchi itu nggak enak.
***
"Kamu sungguh tidak peduli ke mana kita pergi?" tanya Sun Woo pada Joon Young.
"Setiap sekolah sama saja. Rumah sakit Omma lebih penting."
"Apa kita mencari tempat di Seol saja?" Sun Woo sambil browsing. "Kita juga harus memikirkan universitasmu."
"Omma juga harus bertemu dengan orang lain. Omma harus mengencani pria baik-baik. Aku tidak keberatan."
"Kenapa kamu tidak menyukai dokter Kim Yoon Ki?"
"Karena Omma terlalu baik untuknya."
"Apa?"
"Aku serius. Dia tidak cukup baik untuk Omma." Keduanya tersenyum.
Ada sms dari Kim. "Bagaimana kabar Joon Young? Kamu baik-baik saja?"
****
Kim malah ditelepon.
"Maafkan aku. Aku pergi tanpa berpamitan." Ucap Sun Woo.
"Aku tahu seharusnya aku tidak merasa seperti ini. Tapi aku tidak bisa berhenti mencemaskanmu. Apa semua baik-baik saja?"
"Joon Young dan aku sedang merencanakan masa depan. Dia jauh lebih tenang. Kami bahkan tertawa bersama."
***
Joon Young dapat sms dari No Eul.
"Anak-anak bilang mereka mengerti dan kamu tidak perlu minta maaf. Tidak bisakah kamu tetap di sini?"
***
"Cukup tentang Joon Young. Bagaimana denganmu?" tanya Kim. "Kamu baik-baik saja?"
"Udara di sini bagus. Bintang-bintang terlihat sangat jelas. Dan karenanya, keadaan menjadi lebih jelas sekarang. Terima kasih dokter Kim. aku tidak bisa melupakan bantuanmu."
"Sun Woo Sshi. Bisakah kamu memberitahuku begitu memutuskan ke mana kamu akan pergi?"
****
Masih dengan Da Kyung yang galau sampai nggak bisa tidur.
Dan tb-tb menelepon Sun Woo.
Sun Woo menjawabnya. "Apa maumu?"
***
Tb-tb Da Kyung datang.
Sun Woo sudah menunggunya.
"Aku akan meyakinkan Tae Oh dan membuatnya melepaskan hak asuhnya untuk Joon Young." Ucap Da Kyung. "Jadi, jangan mengharapkan biaya pengasuhan anak."
"Kapan aku pernah memintanya?"
"Itu karena kamu mungkin memakai alasan itu untuk menemuinya. Pastikan kalian tidak bertemu lagi karena Joon Young."
"Kamu tahu Joon Young hanya alasan. Itu sebabnya kamu datang jauh-jauh kemari."
"Itu hanya kesalahan satu malam. Aku akan mempercayai itu. Jika tidak mau dipermalukan, berjanjilah kamu tidak akan pernah muncul di hadapan kami. Jika tidak, aku akan menuntutmu atas perzinahan. Aku tidak takut lagi. Kamu pikir aku tidak bisa melakukannya?"
"Apa sebenarnya yang ingin kamu lindungi? Lee Tae Oh? Keluargamu? Atau harga dirimu? Apa kecemasanmu akan hilang jika aku berjanji tidak akan datang?"
"Itu bukan urusanmu."
"Kamu benar. Itu hakmu untuk memilih. Itu bukan urusanku." Ucap Sun Woo. "Tapi sebelum kamu memilih, ada yang perlu kamu ketahui." Sun Woo mengeluarkan ponselnya. Mencari data.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aku akan menunjukkan jati diri Lee Tae Oh yang sebenarnya."
Ternyata Sun Woo memperdengarkan lagu.
"Ini adalah lagu kesukaanku. Dan karena itu, Tae Oh juga menyukainya. Ini bukan sekadar lagi kesukaan kami. Ada arti khusus untuk itu. Dia melamarku saat lagu ini diputar... mari menikah Sun Woo yaa... aku berjanji akan membuatmu dan bayi kita bahagia... aku akan melakukan ini bukan karena kamu hamil. Tapi karena aku mencintaimu, Ji Sun Woo. Aku ingin berbagi hidupku denganmu. Mari hidup bersama. Dia mengatakan itu. Apa dia bilang bahwa kamu cinta satu-satunya? Apa dia membisikkan kata-kata cinta?"
"Jangan berbohong." Ucap Da Kyung. "Kamu tidak punya bukti."
Sun Woo mengambil ponselnya lagi. "Ikuti aku. Akan kubuktikan bahwa aku tidak berbohong."
"Kamu akan membawaku kemana?"
Sun Woo membuka mobilnya. "Ke rumahku."
****
Sun Woo sampai dan mengeluarkan kotak besar.
"Apa semua ini?" tanya Da Kyung.
"Aku terkejut saat pertama kali pertama melihat kemiripannya. Kamu tidak mengerti? Lihat baik-baik. Aku melihat semua yang ada di kamarmu saat ke rumahmu. Kita punya pafrume yang sama. Pakaian dalam yang sama. Bahkan memakai gaun pengantin yang sama. Semuanya sama dan itu membuatku sangat takut. Apa Lee Tae Oh memilihkannya untukmu? Atau, kamu memilihnya sendiri?"
"Kamu menggeledah barang-barangku dan membeli barang yang sama. Mau separah apa lagi kamu?" tanya Da Kyung.
Sun Woo menarik Da Kyung. Sun Woo mengambil sesuatu dari laci.
"Aku tidak punya bukti tidak terbantahkan yang kamu inginkan." Ternyata album foto. "Tapi, aku tidak berbohong." Sun Woo menunjukkan foto. "Aku tidak tahu Tae Oh sadar atau tidak, tapi, kamu sangat mirip denganku. Bagaimana menurutmu?"
Bajunya sama kayak yang dipakai Da Kyung saat ini guys.
"Banyak orang yang berpakaian seperti itu. Jangan memaksakannya."
"Dia teliti dan mendetail, bukan? Semua harus berjalan sesuai dengan rencana. Kamu mungkin berpikir dia berjiwa bebas dan itu membuatmu tertarik kepadanya. Dia mungkin jatuh cinta padamu yang menghormati dan melayaninya. Kamu dan aku adalah tipe yang dia sukai."
"Apa kamu bersikeras bahwa dia masih menyukaimu? Kenapa aku mendengerkan delusimu?"
"Bagaimana jika wanita seperti itu muncul lagi? Kamu benar. Itu tampilan yang umum. Ada banyak wanita yang seperti kita. Sayangnya, Lee Tae Oh berjiwa bebas. Dia tertarik pada wanita yang merawatnya dengan baik. Tapi, begitu merasa tercekik, dia akan mencari tempat untuk bernapas. Seperti saat dia jatuh cinta kepadamu ketika masih bersamaku. Aku yakin saat itu Jenny akan seusia Joon Young. Bisakah kamu menjamin itu tidak akan terjadi?"
Da Kyung menangis. Ia pergi turun.
Nampak shok di dapur. Ia bahkan kesulitan bernapas.
Sun Woo turun dan duduk di tangga.
"Segalanya sia-sia. Seperti itulah cinta yang seharusnya sangat hebat. Apa itu pernikahan? Kamu dibutakan sebentar oleh kesalahpahaman bahwa itu takdir, lalu menikah. Apakah sepadan memberikan segalanya sebagai jaminan hanya karena kalian tinggal bersama selama beberapa tahun? Kamu tahu bawa kamu akan menderita. Aku masih tidak mengerti. Satu hal yang pasti, jangan membesarkan anak dengan pria yang kamu tahu akan menyakitimu. Pikirkanlah. Itu mungkin kesempatan terakhirmu untuk lari dari semuanya."
****
Da Kyung pulang dalam perjalanan. Ia menangis. Pilu sekali. Tapi, Da Kyung beruntung. Ia tahu lebih dahulu betapa busuknya Lee Tae Oh.
****
Tae Oh sedang mencetak proposal film barunya. Ia pun bersiap dan turun dari ruangannya.
"Apakah tidurmu nyenyak?" tanya Tae Oh pada Da Kyung. "Investor yang kutemui hari ini sangat menyukai naskahnya. Firasatku bagus soal ini."
"Itu bagus." Ucap Da Kyung.
"Aku akan meneleponmu begitu investasinya dikonfirmasi. Mari kita rayakan. Sampai nanti." Tae Oh pun men ci um pi pi Da Kyung.
Kali ini Da Kyung masih diam.
Seorang Bapak-Bapak membaca proposal Tae Oh sambil manggut-manggut. Ia makan di tempat mewah. bapak-bapak itu pun pergi dan bilang akan mengabari kembali.
Tae Oh membayar tagihannya. Ternyata kartu kredit yang dia pakai tidak bisa digunakan untuk membayar.
Tae Oh mencoba kartu lain.
Kemudian ada Pak Cho menyapa (Ini Bapaknya Hae Kang).
"Maafkan tempo lalu." Ucap Tae Oh.
"Kenapa kamu kemari?"
"Aku menemui investor. Apa perbincangan pendanaan berjalan lancar dengan Pimpinan Yeo?"
Cho tertawa. "Pimpinan Yeo sudah lama tidak menyepakati janji itu. Kamu tidak tahu?"
"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
"Kamu seharusnya lebih tahu daripada aku." Kemudian Cho pergi.
Ternyata kartu kedua Tae Oh nggak bisa dipakai juga. Ia membayar secara tunai.
***
Tae Oh panik dan ke kantornya. Ia teriak dan memanggil Pak Lee.
Pak Lee nampak berkemas.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Tae Oh. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kartu kredit perusahaan tidak bisa dipakai?"
"Aku disuruh Pimpinan menutup semua dan mengusirmu."
"Apa? omong kosong macam apa ini? akhirnya kutemukan investor dan kami akan membuat kesepakatan! Jika dia pergi, siapa yang akan mengambil alih?"
"Sudah kubilang, semua sudah berakhir."
Tae Oh marah. "Apa kamu sudah gila? Memangnya kamu siapa bisa mengatakan itu?"
"Jika ingin bertemu putrimu untuk kali terakhir, kamu sebaiknya sadar dan pulang."
****
Tae Oh nampak dalam perjalanan dan menelepon Da Kyung tapi nggak diangkat. Ia memberikan pesan suara dan curhat bahwa nampaknya sang mertua marah padanya.
Saat sampai. Barang-barang nampak dibawa oleh pegawai pindahan. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Tae Oh.
Tapi para petugas tidak menjawab dan Pak Yeo datang. "Semuanya sudah berakhir. Ttdlah dokumen." Pak Yeo melemparkan satu tas pada Tae Oh. "Ambil ini dan pergilah. Aku tidak mau bicara denganmu lagi. Bawa mobil ke lokasi." Mobil Tae Oh diambil dan dibawa supir.
"Kenapa mobil... dokumen? Dokumen apa?"
"Perceraian! Serahkan hak asuh Jenny. Selain itu, jabatan yang kuberikan kepadamu di perusahaan! Semua sudah berakhir! Kamu tidak mengerti?"
"Appanim kenapa tb-tb seperti ini? pasti ada kesalahpahaman."
"Aku bukan ayahmu!!!! Berengsek." Dan dijotoslah Lee Tae Oh. "Yang kuinginkan darimu hanyalah memastikan putriku hidup bahagia. Jika saja kamu bisa melakukan itu, aku akan menyayangimu seperti putra dan teman. Saat seorang ayah sangat menyayangi putri mereka, itulah impian mereka. Tapi sayangnya, ternyata hanya sejauh ini. Sama seperti prediksiku, mari kita akhiri di sini. Jangan pernah, muncul di hadapanku lagi."
"Aku akan bicara pada Da Kyung. Di mana dia sekarang? Di mana Da Kyung?"
Tae Oh pun lari ke rumahnya.
Di parkiran, ia melihat Jenny baru dimasukkan ahjumma ke dalam mobil.
Kemudian Da Kyung keluar dari rumah.
"Abaikan dia. Masuk ke mobil." Teriak Pak Yeo.
"Aku akan mengurusnya. Appa tunggu saja di mobil."
****
"Kamu bilang kamu akan memaafkanku. Kita berjanji akan berusaha. Kemau tidak bisa tb-tb begini."
"Itu saat kamu hanya membuat satu kesalahan. Tapi, ternyata tidak. Aku tidak akan tertipu lagi. Semuanya sudah berakhir."
"Tidak perlu mendengarkan semua perkataan ayahmu. Mari urus masalah kita sendiri."
"Appa tahu semuanya! Dia menyiapkan semuanya dari awal karena mencemaskanku. Aku sangat mengasihani Jenny karena kamu adalah ayahnya. Tapi jauh lebih baik jika kamu tidak ada. jangan perah mencoba menemuinya lagi."
"Hanya kamu yang kumiliki. Aku mencintamu, Da Kyung Ah. Kumohon."
"Lagu yang dahulu kamu putar saat melamarku juga dipakai untuk wanita itu. Parfume yang kamu belikan untukku juga yang dia pakai, serta pakaian dalam, gaun pernikahan, dan semuanya. Apa artinya diriku bagimu? Apa arti diriku?"
"Apa maksudmu?"
"Ternyata bukan wanita itu yang berkhayal. Tapi aku. Aku tahu semuanya sekarang. Bagimu, aku hanya pengganti Ji Sun Woo. Pergilah ke wanita itu."
Da Kyung meninggalkan Tae Oh dan masuk mobil bersama dengan ayahnya. Tae Oh mengetuk-etuk kaca mobil. Namun, mobil malah melaju.
Tae Oh mencoba membuka pintu rumahnya. Tapi gagal. Ia pun menangis di depan rumahnya.
Di bawah. *ini posisi rumah Tae Oh agak tinggi gitu ya. nampak Ji Sun Woo di dalam mobil. Tae Oh langsung menghampiri dan minta Dr. Ji membuka pintu mobilnya.
"Ini semua salahmu. Aku kehilangan semuanya karena kamu!!!" teriak Tae Oh. "Apa kamu merencanakan semuanya untuk menghancurkanku? Apa yang kamu katakan kepada Da Kyung?"
Tae Oh terus memukul-mukul sampai akhirnya menangis. "Rumah, uang, dan keluargaku juga. Aku tidak punya apa-apa."
Sun Woo diam tanpa kata. Ia pun memundurkan mobilnya dan pergi.
*ini sengaja datang untuk melihat masa kejatuhan Tae Oh kali ya?
***
Sun Woo menelepon anaknya saat masih di dalam mobil. "Omma sudah menyelesaikan semuanya. Omma akan segera ke sana. Tunggu di sana sampai Omma tiba."
"Bagaimana dengan Appa? Omma sudah menyelesaikan semua dengannya?" Sun Woo diam dan minggir ke bahu jalan. Ia berhenti padahal lampu hijau ada di depannya.
Ternyata ia kembali menemui Tae Oh yang berjalan lunglai di jalanan.
Yang dilakukan Ji Sun Woo adalah....
Mengeluarkan uang dari dompetnya dan melemparkannya ke jalanan. "Gunakan uang ini untuk memesan kamar motel atau semacamnya. Dan pikirkan apa yang akan kamu lakukan sekarang. Beritahu aku bergitu kamu punya rencana. Aku akan membantumu menyewa studio."
"Kamu monster. Seharusnya aku tidak bertemu denganmu. Kamu menghancurkan hidupku. Seharusnya kamu bunuh aku saja. itu lebih baik bagi kita berdua."
"Kamu masih belum sadar? Pikirkan semua perbuatanmu sebelum menyalahkan orang lain. Kamulah yang menghancurkan hidupmu, bukan aku. Apa kamu masih tidak mengerti?"
"Joon Young tahu semuanya."
"Tahu apa?"
"Dia tahu alasanku memukulmu. Joon Young tahu semuanya. Joon Young membencimu. Tidak... dia amat membencimu. Dia tahu betapa mengerikannya dirimu. Dia tidak akan pernah bahagia bersamamu."
Kemudian Sun Woo pergi. Baru 3 langkah.
Tae Oh masih berteriak. "Kamu mungkin bisa meninggalkanku. Tapi Joon Young tidak! Aku akan menemuinya dan mengatakan kepadanya apa yang kamu lakukan kepadaku hari ini. Akan kuberi tahu bagaimana kamu menghancurkan hidupku. Joon Young pantas mengetahuinya, bukan?"
Kemudian Sun Woo sempat melihat Tae Oh. Ia kesal. Kemudian masuk ke mobil. Mau putar balik.
Ia melaju dan berhenti di depan Tae Oh. Di dalam mobil. Sun Woo menangis. Kemudian membelokkan setirnya dan pergi.
****
Tae Oh menangis melihat uang yang ada di jalanan. Ia memungutnya.
***
Kembali pada perkumpulan Ahjumma.
"Kudengar lahan lokasi syuting akan dibangun dan akan dijual dengan harga sangat rendah." Ucap Emaknya Hae Kang. "Kurasa Pimpinan Yeo dan keluarganya tidak berencana kembali."
"Suamiku juga berpikir begitu." Ucap Ahjumma Mago.
"Tapi sepertinya Dokter Ji kembali." Ucap istri Kong.
"Lee Tae Oh dipaksa bercerai dan diusir. Pimpinan Yeo dan keluarganya meninggalkan Gosan. Sekarang Ji Sun Woo kembali seperti rencananya. Bukankah terjadi sesuatu diantara mereka?"
"Ada rumor bahwa dokter Ji lah yang membuat mereka bercerai." Ucap istri Kong.
"Semua pasutri punya kisah yang tidak kita ketahui." Ucap Mago. "Jangan terlibat masalah karena membicarakan keluarga orang lain. Hati-hati. Omong-omong, apa rencana direktur?"
"Pimpinan sepertinya cukup tegas soal itu." Ucap istri Kong. "Dan suamiku juga berpikir sulit menemukan orang seperti Ji Sun Woo. Jadi, dia akan berusaha keras membawa wanita itu kembali."
"Itu bagus." Ucap Mago.
****
Sun Woo datang ke rumah sakit kembali. Ia parkir di tempat parkir pegawai.
Para perawat menyapa. "Bagaimana kabarmu?"
"Lama sekali tidak bertemu." Ucap para perawat.
"Aku tahu...."
Dan Sul kaget melihat Ji.
****
"Bagus sekali. Selamat sudah menjadi direktur muda." Ucap Ji pada Sul. Di ruangan Sul.
"Kapan kamu akan mulai bekerja di sini lagi? Aku memintamu datang karena Direktur yang memintaku. Aku harus meyakinkanmu. Dia tahu kamu sudah cukup lama kembali. Dan berpikir kamu akan segera kembali bekerja. Dia sangat gugup karena kamu mungkin akan bekerja di RS lain."
"Apa menurutmu itu ide bagus? Aku merasa terlalu malu kembali ke sini."
"Jangan khawatir dan mulailah bekerja di sini lagi. Kami membiarkan ruanganmu kosong selama ini. berhentilah membuat Direktur merasa sangat gelisah."
"Terima kasih."
"Soal Tae Oh.... kurasa dia tidak pergi untuk selamanya. Kamu ingat Woo Ho Sang? Teman SMA-ku yang kamu temui waktu itu. Dia bilang melihat Tae Oh br-br ini."
"Di mana?"
"Di Gosan. Dia tampak lesu dan melawan pemilik kedai tenda karena tidak mau membayar dengan benar. Temanku kasihan, dan dia membayarkan tagihannya. Tapi, begitu dia melihat ke belakang. Dia sudah pergi."
"Kapan itu?"
"Sekitar sepekan lalu. Kenapa kamu tidak mencarinya? Aku khawatir dia akan terkena masalah."
"Untuk apa aku melakukannya? dia mungkin berpikir lebih jernih sekarang."
****
"Kapan Omma pulang?" tanya Joon Young lewat telepon. "Baiklah..."
Joon Young lanjut makan ciki dan nonton.
Kemudian ada suara bel berbunyi.
****
Sun Woo membeli bunga di jalan. Ia pulang sambil membawa banyak bunga.
"Joon Young.... Omma pulang...." tapi, nggak ada respon.
Akhirnya. Sun Woo naik ke lantai 2.
Ke kamar Joon Young. Tapi nggak ada.
Sun Woo menelepon. Tapi ponsel Joon Young ada di rumah. Ada di ruang tempat dia nonton TV tadi.
Di samping ponsel Joon Young ada memo.
"Aku membawa Joon Young."
Kaget. Joon Young dibawa oleh Tae Oh.
Kejadian mundur ke 3 minggu sebelumnya. Saat Joon Young makan bareng Sun Woo.
"Kamu yakin ingin tetap di sekolahmu saat ini?"
"Aku lebih baik menghadapinya langsung. Daripada mencoba beradaptasi di tempat baru."
"Sepertinya kamu sudah mengumpulkan keberanian. Untuk itu, Omma gumawo."
Dan ada suara pintu di buka.
Kilas baliknya adalah ketika mereka masih bersama. Saat Lee Tae Oh belum ketahuan selingkuh dan keluarga mereka nampak baik-baik saja. Saat itu seperti biasanya, mereka mesra-mesraan sampai membuat Joon Young kesal. Lee Tae Oh menceritakan dia akan ke Tiongkok selasa depan. *ini pas cerita pulang dari Tiongkok ada di episode 1.
Kilas balik selesai.
"Aku selesai makan." Ucap Joon Young.
"Baik. Beristirahatlah."
Joon Young naik ke kamarnya. Membuka ponsel dan menghapus satu-satu foto kebersamaannya dengan Lee Tae Oh. Hingga album menjadi kosong.
***
Sun Woo mendapatkan telepon dari Ye Rim.
"Aku menelepon setelah melihat lampu menyala. Kapan Unnie kembali? Kamu baik-baik saja, Unnie?"
"Aku lega Joon Young bisa bertahan. Kurasa semuanya kini sudah berakhir. Bagaimana denganmu Yerim? Kamu baik-baik saja?"
***
Sun Woo kini seperti biasanya bersih-bersih rumah. Kali ini, ia membuang semua barang kenangan dan foto saat bersama Lee Tae Oh. Ia benar-benar menaruhnya di kantung sampah sebelum pergi.
Joon Young sendiri minta jajan dan mau pergi dengan seseorang yang dirahasiakan. *sama No Eul guys.
****
No Eul dan Joon Young ada di toko buku. No Eul menggoda Joon Young dengan merekomendasikan buku bahasa inggis anak-anak. sebab Joon Young banyak tidak masuk sekolah.
***
Sun Woo sibuk belanja. Saat di toko tas. Ia bertemu dengan Emaknya Hae Kang. Sun Woo menyapa lebih dahulu.
"Dokter Ji. Kudengar kamu sudah kembali."
"Kamu baik-baik saja? apa Hae Kang juga baik-baik saja?"
"Ahh tentu saja. kuharap kamu dan putramu baik-baik saja. sampai jumpa."
"Tunggu dulu. Apa kamu masih tidak merasa nyaman denganku?" tanya Sun Woo.
"Ahh tidak begitu. Anak-anak sudah berbaikan. Kenapa merasa tidak nyaman? Jika kamu merasa tersinggung dengan kejadian waktu itu, aku ingin minta maaf." Ucap Emak Hae Kang kayak takut gitu.
"Ah gumawo."
"Biarlah yang lalu berlalu. Dan bersikaplah seperti dulu, ya? sampai jumpa."
****
Saat di parkiran. Sun Woo ketemu sama Ahjumma Mago.
"Halo samunim."
"Haruskah aku mengucapkan selamat atau memujimu? Bagaimanapun, aku suka semangatmu yang pantang menyerah."
"Jika itu mengacu kepada kembalinya aku, kamu terlalu baik. Aku hanya memutuskan tinggal karena itu yang diinginkan putraku."
"Tidak perlu merendah. Aku tahu siapa yang berperan paling besar soal keluarga Pimpinan Yeo meninggalkan Gosan. Aku yakin semua wanita di kota kita ini sangat berhati-hati agar tidak membuatmu kesal. Tetap saja, bukankah lebih baik tidak berbuat apa pun dan membiarkan segalanya mengalir dengan sendirinya? Apapun hubungan itu, orang-orang akan terluka jika mereka terlalu bersemangat. Kuharap itu tidak ada lagi. Aku yakin kamu sudah cukup merasakannya."
****
Sun Woo memberikan beberapa potong pakaian baru pada Joon Young.
"Ibu tahu siapa pemakai busana yang terburuk di sekolah?"
"Siapa?"
"Anak yang bajunya dibeli ibunya."
"Anak nakal. Apakah kamu sudah besar? Omma akan mengembalikannya kalau begitu."
"Tidak perlu. Ini juga tidak terlalu buruk."
"Baik. Lain kali Omma akan memberimu kartu kredit Omma."
"Aku ingin kembali les pekan depan."
"Kamu tidak perlu memaksakan diri. Kamu bisa beristirahat selama yang kamu mau."
"Kurasa itu akan lebih baik daripada merasa bosan. Beberapa anak bahkan sudah bersiap untuk kuliah."
"Baiklah. Omma akan mendaftarkanmu."
Sun Woo baru melangkah beberapa langkah dan mendengar ponsel Joon Young bergetar. Joon Young langsung mengeceknya. Sun Woo malah kembali ke Joon Young.
"Tidak pergi?" tanya Joon Young.
"Joon Young Ah..."
Joon Young malah memberikan ponselnya. Sun Woo memeriksa. Itu dari No Eul yang tanya Joon Young sedang apa.
"Maaf." Ucap Sun Woo.
****
Je Hyuk ada di bar. Saat itu dia merasa melihat Tae Oh baru keluar dari bar. Mencoba mengikutinya namun Tae Oh sudah tidak terlihat.
***
Ye Rim malah galau di rumah sebab Je Hyuk belum menghubunginya. Mau mengsms tapi nggak jadi dan malah pergi ke kantornya Je Hyuk.
"Kenapa kamu tidak mencari tempat tinggal? Sampai kapan kamu akan tinggal di sini seperti ini?"
"Apa kamu datang untuk mengomel? Malam ini?"
"Kamu sudah terlalu lama marah hanya karena aku menolakmu satu kali."
"Lalu?"
"Aku kesal kamu sudah menyerah."
"Lalu?"
"Aku khawatir kamu mungkin sakit." Ucap Yerim.
"Itu saja?"
"Dan aku merindukanmu."
Je Hyuk langsung senang dan memeluk Yerim. "Aku juga merindukanmu."
"Maafkan aku."
"Kamu tidak perlu bilang apapun. Mari tetap begini sebentar saja."
****
Kilas Balik 1 minggu lalu.
Joon Young dan Sun Woo akan pergi.
"Lipstik Omma terlalu gelap." Wkwkw.
"Benarkah? Haruskah Ibu memakai sesuatu yang netral?"
"Tidak. Omma terlihat cantik."
****
"Selamat atas pernikahan kalian." Sul dan yang lain bersulang.
"Kalian membuatku malu. Kenapa merencakan ini? kubilang jangan membesar-besarkan." Ucap Yerim."
"Berikutnya adalah kata sambutan. Tapi karena Yerim terlalu malu, jadi, kita lewatkan saja." Ucap Je Hyuk.
"Ini hal yang luar biasa." Ucap Sul. "Bisa saling mengatasi kesulitan bersama dan saling memaafkan. Kalian pantas diberi selamat. Jadi, nikmatilah, Yerim sshi."
"Semuanya terima kasih." Ucap Je Hyuk.
"Selamat atas kembalinya dirimu. Mulai sekarang, hidup kalian akan lebih mudah." Ucap Sul pada Sun Woo.
"Terima kasih atas perhatian kalian. Kami akan baik-baik saja agar tidak membuat kalian cemas lagi. Joon Young juga akan begitu."
"Beri tahu aku jika ada yang bisa kubantu Unnie, Joon Young juga."
Joon Young pun permisi ke toilet.
"Tidak apa-apa. semua akan baik-baik saja." Ucap Kim pada Sun Woo.
"Apakah kamu sudah mendengar kabar dari Tae Oh?" tanya Sul.
"Sama sekali tidak."
"Aku yakin dia meninggalkan Gosan." Jawab Yerim. "Dia tidak akan muncul lagi."
"Benar. Tidak ada yang melihatnya." Sul juga yakin begitu.
Padahal...
Tae Oh ada di samping tembok kaca melihat mereka. Karena takut ketahuan. Ia pun pergi lagi.
Sun Woo sebenarnya merasa aneh saat nengok ke luar. Tapi saat itu memang nggak ada Tae Oh sebab udah ngacir.
Setelah cukup bersenang-senang. Mereka saling pamit untuk pulang. Kim mencoba memberi tumpangan pada Sun Woo. Tapi Sun Woo menolak.
****
Joon Young dan Sun Woo jalan di pinggir jalan. Sebenarnya, Tae Oh membuntuti mereka. Tapi belum ketahuan aja.
***
"Makan malam hari ini menyenangkan. Terima kasih." Ucap Yerim saat jalan bareng Je Hyuk.
"Aku tidak pernah membayangkan bisa berjalan seperti ini denganmu. Kupikir semua akan berakhir begitu saja. tanpamu, aku akan menjalani hidup yang hancur. Kamu penyelamatku. Kamu menyelamatkanku."
Je Hyuk memeluk Yerim lagi.
"Aku tidak akan melepaskanmu kali ini."
"Jangan membesar-besarkan. Kamu tidak diselamatkan. Kamu bertanggung-jawab menyelamatkan diri kita sendiri. Aku juga baru sadar setelah kamu menghilang. Ternyata, aku sangat mencintaimu. Itu sebabnya aku mencobanya kembali. Kata orang kita akan menyesal menikah atau tidak. Karena aku sudah melakukannya, kenapa tidak mencobanya dua kali?"
"Istriku sangat keren."
"Kurasa dokter Kim pria yang baik. Sepertinya dia tertarik pada Sun Woo."
"Sebenarnya, sepertinya aku melihat Tae Oh baru-baru ini. Ini hanya sekelebat, jadi, aku tidak yakin. Itu sebabnya aku pikir mereka lebih baik tidak tahu. Daripada mengkhawatirkannya. Mungkin seharusnya aku memberitahu mereka?"
"Entahlah."
Saat akan masuk ke dalam rumah. Lagi-lagi Sun Woo merasa ada yang membuntuti dari belakang. Ia mencoba melihat dari jendela saat di dalam rumah. Tapi nggak ada orang.
Padahal?
Tentu saja ada Tae Oh.
****
Kali ini. Ye Rim menjalani kehidupannya yang bahagia. Dan saat Je Hyuk diantarnya pergi ke depan untuk kerja.
Ia kembali merasakan ada yang aneh. Tahulah. Mungkin pakai celana dalem kebalik.
***
Joon Young dijemput Ibunya. Saat itu ia bersama No Eul, No Eul hanya memberi salam dan langsung pergi.
Sun Woo terus memandangi anaknya kemudian tertawa.
"Astagaaa..." Ucap Sun Woo. Mungkin sadar anaknya sudah punya pacaaarrr.....
***
"Omma akan mengantarmu selama beberapa hari."
"Omma tidak perlu melakukannya."
"Ibu hanya bosan di rumah seharian."
"Baiklah."
Joon Young langsung lari ke dalam rumahnya. Br-br ke toilet dan Sun Woo mengambil surat dari kotak surat. Ada amplop coklat tanpa pengirim. Sun Woo membukanya.
Kaget. Karena isinya foto pernikahannya dengan Tae Oh yang disusun kembali. Padahal saat itu sudah ia robek dan buang ke plastik.
Joon Young yang habis dari toilet pun melihatnya.
"Omma. Jangan pernah meneleponnya. Jangan mencari tahu keberadaannya atau apa yang terjadi kepadanya. Jangan goyah karena ini dan abaikan saja dia. Jika dia melakukan ini lagi, laporkan saja ke polisi." Joon Young malah yang kesal dan langsung naik ke kamarnya.
*****
"Pembaharuan pernikahan? Tidak perlu. Itu akan merepotkan." Ucap Sun Woo pada Tae Oh di masa lalu. Saat itu sambil melihat album foto pernikahan lama mereka.
"Astagaa... aku tidak punya apa-apa saat itu. Cuma punya tytyd. Tapi aku mempercepat semuanya karena tidak mau kehilanganmu. Kita bahkan tidak mengadakan pernikahan yang layak."
"Aku membeli gaun ini di mal dengan cicilan tiga bulan. Aku yakin masih kusimpan di sini. Apa kamu tahu aku membeli cadar ini di internet,"
"Makanya. Mari kita lakukan pemotretan lagi. Aku tahu kamu cantik mengenakan apapun. Tapi aku selalu ingin membelikanmu gaun pengantin yang layak."
"Begitukah?"
"Mari kita lakukan sebelum terlambat. Ini bukan masalah besar. Kita bisa melakukan lebih awal. Tidak ada salahnya."
"Kalau begitu, aku harus melakukan perawatan kulit sebelum pemotretan."
"Kamu tidak perlu melakukannya. Selagi membahas ini, mari lakukan pemotretan setiap 10 tahun. Joon Young makin tua setiap tahunnya. Jadi, mari kita memotret bagaimana kita menua bersama. Kita harus menyimpan catatan. Setiap momen bersama menjadi berharga."
"Bahkan setelah Joon Young menikah dan punya anak?"
"Tentu saja. Aku yakin Ji Sun Woo akan cantik bahkan menjadi nenek-nenek."
"Kurasa aku berhasil membuatmu menjadi pria baik." Sun Woo berkata sambil menampar-nampar Tae Oh.
Mereka tertawa dan saling bercanda.
Kilas balik selesai.
***
Sun Woo terdiam di kamarnya. Memandang foto yang tersusun kembali itu.
****
Tae Oh kembali ke kontrakannya yang sempit. Ia masih menggunakan setelan jas. Di salah satu dindingnya. Ia memasang kembali foto kebersamannya dengan Sun Woo yang disatukan kembali setelah dirobek.
Para Ahjumma ada di rumah Sun Woo. Mereka habis makan dengan Joon Young. Joon Young usai bersih-bersih naik ke atas.
"Kurasa Joon Young punya pacar." Ucap Sun Woo.
"Ah sungguh? Itu manis sekali." Ucap Yerim. Pas saya SMP kalau ortu tahu punya pacar. Aku mesti diomelin.
"Kamu pasti sangat sedih." Ucap Sul.
"Aku hanya senang dia baik-baik saja."
"Dia akan baik-baik saja. Dia memilikimu sebagai Omma. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan." Sul menenangkan Sun Woo. "Kamu hanya perlu memastikan untuk tetap kuat."
"Sebenarnya Unnie, ada yang ingin kukatakan. Je Hyuk bilang melihat Tae Oh beberapa hari lalu. Di bar yang biasanya didatangi Je Hyuk di dekat kantornya. Dia tidak sepenuhnya yakin saat memberitahuku. Tapi aku pikir Unnie harus tahu."
"Tae Oh pasti minum-minum setiap hari. Apa menurutmu dia mungkin akan menghancurkan hidupnya sama seperti ayahnya sebelum dia meninggal?" tanya Sul. "Apa menurutmu dia sengaja pergi ke sana?"
"Dahulu dia juga sering ke sana. Mungkin itu alasannya dia ada di sana." Jawab Sun Woo. "Dia tidak mungkin pergi ke sana untuk bertengkar dengan Je Hyuk."
"Ya. kamu benar. Lagi pula. Mungkin itu bukan Tae Oh. Yang penting dia tidak ada di Gosan. Jangan dipikirkan. Aku yakin dia bisa bertahan sendirian. Tentu saja, mungkin akan butuh waktu."
"Kalau begitu. Aku sungguh berharap dia sadar dan akhirnya hidup dengan baik." Ucap Sun Woo. "Agar kami tidak perlu bertemu lagi."
****
Saat Yerim kembali. Di rumah, Je Hyuk sedang teleponan dan cekikikan. Ia menutup teleponnya saat Ye Rim datang.
"Kamu bersenang-senang?" tanya Je Hyuk.
"Ya. siapa itu?"
"Seorang teman kuliah. Kami bahkan tidak seakrab itu, tapi tb-tb dia meneleponku."
"Kamu tidak tidur?"
"Aku akan tidur usai baca sedikit."
*Kecurigaan muncul lagi di benak Yerim.
****
Sampe pas tidur pun curiga. Heran aja saja.
Saat malam hari. Yerim tidak ada di kamarnya dan Je Hyuk mencari. Ternyata Yerim ada di bawah.
"Kamu tidak tidur?" tanya Je Hyuk. Ye Rim nampak memegangi kepalanya seperti iklan oskadon dan ada ponsel Je Hyuk tergeletak di meja.
"Kamu pikir aku akan baik-baik saja." Ucap Yerim. "Semua itu sudah berlalu. Aku tahu kamu tidak akan berselingkuh dariku lagi. Aku tahu... tapi... Tapi sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Ini tidak akan membaik. Aku terus mencurigaimu. Aku gugup. Aku berusaha tidak begitu, tapi aku terus memikirkannya." Nangislah ia. Mungkin karena momen kekecewaannya sudah panjang guys. "Aku tidak bisa memaafkanmu. Andai aku bisa membencimu. Karena aku mencintaimu... karena aku tahu aku mencintaimu, aku malah makin tersiksa. Bagaimana jika aku terus seperti ini? bagaimana jika aku tidak bisa memaafkanmu, tidak bisa melupakannya, dan terus menyiksamu seperti ini?"
*****
"Kubilang aku baik-baik saja." Ucap Joon Young saat belajar.
"Kamu tidak mau keluar, bukan?" tanya Sun Woo.
"Tidak. Jangan khawatir. Pergilah."
"Jika ingin berkumpul dengan temanmu. Ajak mereka ke sini saja."
"berhentilah mengkhawatirkanku. Apa Omma akan menganggur selamanya?"
****
Dan hari inilah yang nyambung sama episode 15. Di mana Sun Woo saat itu pergi ke RS menyapa perawat dan ketemu Sul. Ingat Sul yang bilang teman SMAnya ketemu Tae Oh di Gosan? Nahh diputar lagi bagian ini. sama persis. Mian nggak saya tulis lagi. Ini sama plek.
Setelahnya Sun Woo mulai sadar bahwa kemungkinan ia selama ini telah dibuntuti oleh Lee Tae Oh.
Ingat saat Sun Woo telepon Joon Young yang lagi makan ciki? Aslinya dia cemas saat itu.
Kejadian Sun Woo pulang dengan membawa bunga diputar lagi. Nyari Joon Young nggak ketemu dan ponselnya ada di rumah.
Dan ada memo dari Tae Oh bahwa dia membawa Joon Young.
Sun Woo mencoba menelepon Tae Oh dan nggak diangkat. Ia turun dari rumahnya. Mencoba berkali-kali. Nyambung sih......
Dan diangkat.
"Tae Oh Sshi?"
"Sun Woo yaa.... maafkan aku."
"Kamu membawa Joon Young?"
"Ya. dia bersamaku."
"Di mana kamu?"
"Aku merindukan Joon Young. Aku ingin bersamanya. Itu alasannya. Itu saja, Sun Woo. Maafkan aku."
"Aku tahu. Aku mengerti. Dia baik-baik saja bukan? Semua baik-baik saja bukan? Aku akan mendatangimu. Mari bicara langsung ya? mari makan bersama. Mari kita lakukan itu. Mari makan bersama." Aslinya Sun Woo ketakutan. "Kita bertiga dengan Joon Young. Lalu kita bisa bicara."
"Apa kamu sungguh akan datang menemuiku?"
"Tentu saja. aku pasti datang. Aku yakin Joon Young juga akan menyukainya. Dia bersamamu, bukan? Akan aku tanyakan kepadanya. Bisa sambungkan dengannya?"
Tae Oh melirik ke air terus.
"Halo... Tae Oh sshi..." Sun Woo pun teriak.
Sun Woo bergegas membawa mobilnya. Kebut...
****
"Saat ayah seusiamu, kakekmu pergi dari rumah." Ucap Tae Oh. "Dia tidak pernah kembali. Sampai akhirnya dia meninggal. Ayah tidak ingin kamu menjadi seperti ayah. Ayah ingin kamu ada di sisi ayah. Karena kita terpisah, kamu akan berpikir bahwa ayah meninggalkanmu. Ayah tidak bisa melalukan itu karena ayah tidak pernah meninggalkanmu, tidak sedetik pun. Hanya itu yang ayah inginkan, Joon Young."
Joon Young ada di samping Tae Oh. Mereka pegangan tangan.
Kemudian Sun Woo datang. Kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Obrolan beberapa menit datang.
Saat itu. Tae Oh mencengkeram tangan Joon Young dan Joon Young melepaskan diri dan langsung lari ke Emaknya.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Dia meminta aku bersamanya. Dia tidak yakin apa yang akan dia lakukan jika dia sendirian. Itu sebabnya aku datang bersamanya." *btw, Joon Young emang manggil dia. Bukan Appa.
Tae Oh pun bangkit dengan wajah kumalnya.
"Ada sesuatu yang harus aku katakan kepadanya, Sun Woo yaaa.. aku tidak bermaksud jahat. Tolong jangan salah paham."
"Masuklah." Ucap Sun Woo pada Tae Oh.
"Omma." Joon Young seakan nggak percaya atas apa yang ia dengar.
"Kita harus makan. Bukankah kita sudah sepakat." Ucap Sun Woo.
Tae Oh berjalan dan masuk ke dalam mobil Sun Woo. Joon Young nampak kesal sih. tapi, yaaah sudahlah kita tonton saja.
"Kamu minum-minum?" tanya Sun Woo.
"Ya. sedikit."
***
Mereka makan di tempat makan mewah.
Tae Oh kayak lapar gitu. Dia ngambil banyak. Langsung kunyah-kunyah sangat lahap.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Sun Woo.
Tae Oh menutupi wajahnya dan menangis. Sun Woo memberikannya tisu. Wajah Joon Young masih kesal.
"Maafkan aku." Ucap Tae Oh. "Aku melihatmu dan Joon Young makan di sini. Beberapa hari lalu. Seharusnya aku juga ada di sana. Seharusnya aku duduk di sebelahmu. Seharusnya aku bersama teman dan keluargaku."
"Apa gunanya mengatakan hal itu sekarang?"
"Ayahlah yang menghancurkan semuanya."
"Joon Young Ah..."
"Kenapa Omma mengusulkan untuk datang ke sini? Sekarang aku hanya merasa semakin jijik."
"Kurasa kamu harus memberi waktu ayahmu untuk menenangkan dirinya. Hanya ini cara untuk memulai kembali. Maksud Omma kita bertiga."
"Baik. Mari mulai kembali." Ucap Tae Oh. "Mari lupakan semua kesalahan yang kita buat sejauh ini. aku akan memaafkanmu, jadi, kau juga harus memaafkanku."
"Apa?" tanya Sun Woo.
"Mari lakukan demi Joon Young. Mari kita lakukan yang terbaik sebagai orang tua Joon Young. Awalnya akan sulit, tapi dia akan stabil jika kita semua berusaha keras. kita bisa kembali seperti dulu."
Sun Woo dan Joon Young melongo bareng.
"Tidak." Ucap Sun Woo.
"Kita bisa menjadi keluarga lagi."
"Kamu tahu itu tidak boleh terjadi."
"Aku baru menulis naskah baru. Kurasa aku bahkan bisa meminta seseorang untuk berinvestasi. Jika kamu tidak ingin melakukan itu, aku akan berhenti menulis naskah dan mencari pekerjaan lain. Mari saling mengalah agar masa depan kita lebih baik."
"Hentikan." Ucap Sun Woo menutup telinganya. "Semua sudah berakhir, Tae Oh. Kita sudah selesai."
"Sejak pertama kali kita bertemu. Kamu segalanya bagiku. Tapi aku terlambat menyadarinya."
"Bisakah kamu menerimaku kembali. Sun Woo? Aku tahu kamu juga menginginkan itu. Bukankah karena itu kita di sini?"
"Sungguh Omma? Omma akan menerimanya kembali?" tanya Joon Young.
"Tidak mungkin. Tidak!!!! Bukan begitu. Kamu ada di sekitar kami alih-alih sadar diri. kupikir kamu harus berhenti melakukannya dan menjalankan hidupmu sendiri. jadi, aku memberimu kesempatan untuk menyelesaikan semuanya di depan Joon Young. Tapi kamu juga akan mengacaukan ini? Tae Oh, kamu sangat keterlaluan. Apa sungguh ini adalah usaha terbaikmu?"
"Aku tidak punya apa-apa lagi. Aku kehilangan segalanya. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Bukankah itu yang dilakukan terbaik untuk keluarga?"
Joon Young sangat kesal. Ia pun pergi.
"Jika kamu terus melakukan ini, bunuh saja dirimu." Ucap Sun Woo.
***
Joon Young menangis di toilet.
***
Sun Woo keknya butuh oskadon beneran. Ia masih pegangan pala. Ia juga menangis.
"Aku akan membantu keuanganmu sampai kamu mapan." Ada yaaaaa perempuan begini.
"Aku kemari bukan untuk meminta uang. jangan membuatku tampak lebih menyedihkan."
"Ini mungkin kali terakhir kamu bertemu dengan Joon Young. Apa kamu sungguh ingin mengakhiri seperti ini? kamu harus berhenti hidup tanpa rasa malu demi Joon Young. Ini hal terakhir yang bisa kamu lakukan demi Joon Young."
Joon Young datang dan minta pulang.
***
"Beri salam pada ayahmu." Ucap Sun Woo.
"Joon Young Ah... jangan pernah menjadi seperti Appa. Orang yang paling berharga adalah orang yang berada di sisimu. Jika melupakan itu, kamu akan mempermalukan dirimu sendiri seperti Ayah. Jika lupa siapa yang paling menyayangi dan mencintaimu, kamu akan kehilangan segalanya. Jangan pernah lupa itu, ya?"
Joon Young masih dengan wajah kesal.
"Lupakan saja Appa. Appa tidak akan muncul lagi. Ini sungguh akhirnya."
"Jika sudah selesai. Kami akan pergi." Ucap Sun Woo. Mereka berdua pun pergi. Berjalan menuju mobil diparkiran dan tangis Joon Young pecah lagi.
Dengan matanya sendiri.
Joon Young melihat Tae Oh menyebrang saat mobil box lewat.
"Apppaaa!!!!!!" menangislah Joon Young.
Dalam hati Sun Woo berkata.
"Orang-orang mencabik-cabik hatiku. Musuh yang kubunuh. Pasanganku yang sangat kubenci dan juga kucintai dari lubuk hatiku. Dia musuh sekaligus rekan seperjuanganku. Dia teman baik dan musuh bebuyutanku. Suamiku."
Sun Woo pun mendatangi depan mobil Box. Di sana masih ada Tae Oh berdiri kayak itik yang nggak makan-makan.
Sun Woo langsung mengambil Tae Oh dari tengah jalan. Joon Young melihat ini dengan terdiam.
Tae Oh lagi-lagi menangis di depan Sun Woo.
Sun Woo menengok pada Joon Young. Joon Young menggeleng. Joon Young lari pergi menjauh. Bahkan Joon Young membuang ponselnya saat lari.
"Pilihan apa yang seharusnya kubuat?" Ucap Sun Woo dalam hati. "Apa aku bahkan punya pilihan?" Sun Woo mengejar Joon Young. "Apa setidaknya, aku punya kesempatan untuk membatalkan kesalahan."
Sun Woo memungut ponsel yang dibuang oleh Joon Young.
Tae Oh lari juga. Ia memanggil-manggil nama Joon Young.
"Semua yang kudekap erat tidak berharga." Ucap Sun Woo dalam hati. "Saat aku menyadarinya. Semuanya sudah terlambat."
Sudah ada Tae Oh melaporkan atas kehilangan Joon Young.
Sun Woo hanya menangis.
"Joon Young... aku kehilangan yang paling berharga dalam hidupku."
*************
1 tahun kemudian.
Tae Oh keluar dari rumah susun. Ia pergi mengirimkan beberapa dukumen ke agensi perfilman. Di suatu kantor, seorang perempuan hanya menerima lamarannya dan menaruh berkasnya begitu saja.
****
Tae Oh menghabiskan waktu siangnya di sebuah kafe.
Ada laptop di depannya. Ia mungkin sedang mengerjakan naskah.
Tae Oh pun melihat-lihat foto Joon Young di ponselnya.
Ia mengirim pesan. "Apakah ada kabar dari Joon Young?"
****
Sun Woo masih bekerja di RS Gosan. Ada pasien datang.
Tapi malah ada suara Yerim. "Bagaimana Unnie, apa kabar? Apa kamu belum mendengar kabar dari Joon Young? Aku mulai merasa nyaman sekarang." Yerim sedang mengirimkan email. Kini aku banyak pelannggan." Rupanya Yerim punya bisnis yang lancar.
Belum selesai mengirim pesan. Sudah ada tamu yang datang.
***
Je Hyuk bersama wanita lain.
"kamu mau kue?" tanya si Mbak.
"Tidak. Aku hanya melihat-lihat."
"ayo pulang."
***
Yerim masih melanjutkan emailnya. Dengan suara.
"Aku tidak menyesali keputusanku."
***
Da Kyung sendiri sibuk mempelajari galeri seni.
Seorang pria mendekatinya dan memberinya kopi dan duduk beberapa meja dari Da Kyung berada..
Pria itu hanya mengangguk.
Da Kyung malah membereskan buku-bukunya. Dan tidak mengambil kopinya.
****
"Aku berusaha tidak menyesal. Karena hidupku adalah hasil keputusanku. Kuharap email ini menenangkanmu, Unnie."
***
Sun Woo malah sangat sibuk untuk mengatur jadwal seminar dan pekerjaannya.
Kemudian ada pria dengan jas yang menyapanya.
"Lama tidak jumpa. Dokter Ji." *ini ahjussi pasien lamanya yang gatel-gatel di leher.
"Kamu nampak jauh lebih baik."
"Penampilan tidak menunjukkan keseluruhan ceritanya, tapi aku sempat lebih baik. Tapi aku sadar aku tidak bisa sendiri hanya karena aku berusaha keras. Saat bersantai, hidupku malah mendatangkan masalah. Hidup adalah kegelisahan terus menerus, bukankah begitu dokter?"
"Ya. semoga harimu menyenangkan. Ada pasein menungguku."
"Itu kehidupan singkat yang kamu jalani untukmu sendiri. Orang-orang tidak tertarik dengan penderitaan orang lain." Ucap ahjussi.
"Kamu sudah cukup menyesali dan menyalahkan dirimu." Eehh masih ada suara Ye Rim.
Dokter Kim yang tanya pada perawat di mana Ha melihat Sun Woo di lorong bersama dengan Ahjussi Ha.
"Ha Dong Shik." Ucap Kim.
Eeehh malah pergi Ahjusiinya.
"Kuharap kamu sudah memaafkan semuanya sekarang. Dan yang paling penting, diri Unnie sendiri."
Sun Woo pulang. Ia mengambil surat di kotak. Dua anak kecil dan ahjumma memberinya salam. Tapi dia hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumah.
Ia mendapatkan surat pusat konseling surat. Surat konseling remaja jalanan.
"Sekeras apa pun aku berusaha, kurasa aku tidak akan pernah bisa mengucapkan kata "memaafkan".
Dan ada surat lagi bertuliskan.
Kembali ke dekapan keluargamu yang penuh cinta. Kami berusaha keras untuk mempertemukan anda dengan anak anda.
ini email balasan untuk Ye Rim.
"Karena aku belajar bahwa memaafkan seseorang sama arogannya dengan menghakimi seseorang. Aku hanya akan bertahan sebisa mungkin dan tetap di tempatku, menunggu putraku yang akan kembali suatu hari nanti. Berpegang pada harapan yang tidak pasti. Menahan kegelisahan itu, mengesampingkan pikiran arogan bahwa aku membuat peraturan, menghakimi, dan bertanggung jawab, mungkin adalah hal terbaik yang bisa kulakukan."
Sun Woo hanya makan sendirian dan membalas email Yerim.
"Memutuskan hubungan dengan pasangan yang sudah berbagi sebagian besar hidupmu, rasanya seperti memotong bagian tubuhmu sendiri. dan rasa sakit itu akan terus menghantui keduanya. Jika menyangkut pasangan suami istri, tidak ada penjahat atau korban yang tidak bersalah. Hal semacam itu tidak bisa ditetapkan. Selagi merenungkan kesalahan menyakitkan yang kita buat atau menahan setiap hari tanpa mengembalikan rasa sakit menguasaimu. Mungkin momen penebusan itu akan datang."
Sun Woo makan sendirian di pagi hari. Suara pintu nampak terbuka dan terdengar orang masuk.
"Momen ketika aku akhirnya bisa memaafkan diriku sendiri."
"Kamu datang." Ucap Sun Woo.
Ia pun berjalan menuju seseorang itu
Sudah. TAMAT.