Published using Google Docs
Jumiyem.docx
Updated automatically every 5 minutes

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

MENJAGA KEUTUHAN NKRI  MELALUI METODE BERMAIN

PERAN DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

  KELAS V SD NEGERI KARTASURA 04

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

oleh: Jumiyem

SD Negeri kartasura 04,Kartasura,Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Kartasura 04 Kec. Kartasura tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan metode pembelajaran Bermain Peran Dengan Cooperative Learning.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di kelas V Semester 1 SD Negeri Kartasura 04 Kec. Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Kartasura 04 Kec. Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 38 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester I selama 3 (tiga) bulan. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan menggunakan dua siklus tindakan. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Bermain Peran Dengan Cooperative Learning. dapat meningkatkan hasil belajar PKn bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Kartasura 04 Kec. Kartasura tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. .Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada Siklus II mengalami kenaikan dibandingkan dengan tindakan Siklus I maupun kondisi awal. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada kondisi awal sebanyak 14 orang siswa atau 38,8% mengalami peningkatan menjadi 26 orang siswa atau 68,4% pada Siklus I, dan meningkat menjadi 36 orang siswa atau 94,7% pada akhir tindakan Siklus II.

Kata Kunci: Hasi belajar, metode pembelajaran Bermain Peran, Cooperative Learning.

.PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan  jati  diri  bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes,  nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan rata – rata kurang dari KKM.

Seperti yang dialami penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata – rata anak di bawah 70. Termasuk  pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Nilai rata – rata formatif  hanya 68.  Dari 38 siswa hanya 18 siswa sekitar 47,36 %  yang memperoleh nilai 70 ke atas. Sedangkan 20 siswa yang lain  52,63  mendapat nilai dibawah 70.

Menghadapi kenyataan tersebut di atas,  penulis tertarik untuk mendalami dan melakukan tindakan – tindakan perbaikan pembelajaran PKn, khususnya materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang  penulis lakukan mengenai penerapan metode bermain peran pada materi pengambilan keputusan bersama. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran, sebagai berikut;1)  Siswa kurang memahami konsep pengambilan keputusan bersama.2)   Siswa kurang aktif dalam berdiskusi.3) Siswa kurang terampil dalam berkomunikasi dengan teman sebaya.4) Hasil belajar siswa rendah

Peneliti berusaha mencari faktor penyebab masalah dengan melakukan refleksi, bertanya kepada siswa dan melakukan diskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan bersama seperti berikut; 1) Guru tidak menggunakan alat peraga.2) Bahwa semua siswa yang terlibat dalam pembelajaran saat melakukan diskusi hanya beberapa siswa yang aktif, sedangkan yang lain hanya mendengarkan.3) Kurangnya contoh dan latihan.4) Kurangnya bimbingan guru secara menyeluruh.

Dari analisis masalah di atas, peneliti menemukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut.;1) Guru perlu menerapkan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.2) Guru perlu memberikan contoh nyata melalui Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan kelompok.3) Guru perlu memberikan latihan dan bimbingan secara menyeluruh pada pembelajaran PKn tentang pengambilan keputusan bersama.

Rumusan Masalah

Setelah menemukan faktor penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan bersama pada pelajaran PKn, peneliti berusaha merumuskan permasalahan. Rumusan masalah tersebut seperti berikut :Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas V SD Negeri Kartasura 04 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : Meningkatkan penguasaan konsep hubungan pengambilan keputusan bersama dengan menggunakan alat peraga berupa gambar dan benda – benda di sekitar.

1.    Mencari informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.    Mendiskripsikan penerapan metode bermain peran dengan model cooperative Leraning  untuk meningkatkan hasil belajar pengambilan keputusan bersama siswa kelas V SD Negeri Kartasura 04 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Manfaat Penelitian

1.   Bagi Peneliti

a.    Memperbaiki pembelajaran yang sudah dikelolanya.

b.    Memupuk rasa percaya diri karena telah berhasil melakukan analisis terhadap hasil kinerjanya sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan, kemudian mengembangkan alternative untuk mengatasi kelemahannya.

c.    Dapat berkembang secara profesional.

2.  Bagi siswa

a.    Dapat memperbaiki hasil belajar.

b.    Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran.

3.  Bagi sekolah

a.    Dapat digunakan untuk mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik.

b.    Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran PKn di SD

PKn merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa ( nasional character building ) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.

Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut :1.  Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara ( civic intelligence ). 2. Membina tanggungjawab warga Negara ( civic intelligence ). 3. Mendorong partisipasi warga Negara ( civic intelligence).

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan informasi serta peka terhadap keadaan yang selalu berubah / tidak pasti.Menurut hasil penelitian Cogan ( 1998 ), ada delapan karakter yang dapat dibentuk melalui belajar PKn yaitu sebagai berikut : 1.    Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat di sekitar. 2.    Kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggungjawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat. 3.  Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan – perbedaan pendapat.4.Kemampuan berfikir kritis dan sistematis. 5.Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan. 6.Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana.7.Memiliki  kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hak – haknya dalam masyarakat. 8. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap – sikap tertentu mengenai hal – hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari – hari.

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar ( Anni, 2004 : 4 ).Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya (Hamzah : 2007 : 213).Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah berupa penguasaan konsep.

Dalam pembelajaran PKn pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas siswa yaitu dengan melakukan aktivitas langsung dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Melalui aktivitas tersebut pembelajar akan lebih mengena pada siswa. Selain itu siswa juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan benar.Dalam penelitian ini hasil belajar pada pelajaran PKn materi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diukur melalui tes formatif dengan KKM 68. Bagi siswa yang nilainya kurang dari 68 diberi soal perbaikan dan bagi siswa yang nilainya 68 ke atas diberi soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.

Pengertian Model Mengajar

Menurut Joyce dan Weil 1971 model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model mengajar merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan – bahan pengajaran, dan bimbingan pengajaran di kelas atau yang lain.

Macam – macam Model Mengajar

Secara khusus Joyce dan Weil ( 1972 ) telah mengklasifikasikan empat model mengajar seperti berikut.

1.    Kelompok Model – model pengolahan informasi, terdiri dari : Model Pencapaian Konsep, model Berfikir Induktif ( Inductive Thinking ), pemandu Awal ( Advance Organizer ), latihan Penelitian ( Inquiry Training ), model Memorisasi, penelitian Ilmiah ( Scientivic Inquiry ), pengembangan Intelek ( Developing Intellect )

2.    Kelompok Model – model Interaksi Sosial atau “ social models “, terdiri dari: Bermain Peran ( Role Playing ), penelitian Yurisprudensial, investigasi Kelompok, latihan Laboratorium, model Inquiry Studi Social

3.    Kelompok model – model personal atau “ personal models “, terdiri dari : Pengajaran Tanpa Arahan ( Non Directive Teaching ), model Sintetiks ( Sinectics ), pelatihan Kesadaran ( awareness training), model Pertemuan Kelas ( Classroom meeting )

4.   Kelompok  model - model perilaku atau “ Behavioural system “, terdiri dari : Kontrol Diri (Melalui beberapa metode operan mengatur lingkungan kita sendiri), Latihan Asertif (Pengungkapan perasaan secara jujur dan langsung.), belajar tuntas ( Mastery Learning )

 Metode Bermain Peran

1.  Pengertian Bermain Peran

Metode bermain peran adalah berperan atau mamainkan peranan dalam dramatisir masalah social atau psikologis.Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain ( Depdikbud, 1964 : 171 ).Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok social yang anggotanya teman – temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah – masalah hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.

Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang : ( Hasan, 1996 : 266 ).

2.   Tujuan Penggunaan Bermain Peran

Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut : a)Untuk motivasi siswa. b) Untuk menarik minat dan perhatian siswa.c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat, dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan social anak.d) Menarik siswa untuk bertanya.e) Mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.f) Melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.

Penggunaan Model Bermain peran dalam mata pelajaran PKn

Menurut  Sumantri ( 2001 ) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari pendidikan. Model ini mencoba membantu indivisu untuk menemukan makna pribadi dalan dunia sosial dan memecahkan dilema – dilema dengan bantuan kelompok sosial. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara – cara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut.

Dalam model mengajar bermain peran, sebagian siswa adalah pemain peran yang lainnya mengamati. Seseorang meletakkan dirinya pada posisi orang lain yang juga bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan baik / berhasil.Hal penting dalam model mengajar bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi suatu masalah bersama. Pemahaman siswa dalam model belajar bermain peran dapat memberikan contoh pada siswa dalam kehidupan sehari – hari.

Langkah-Langkah Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn.

Shaffel dalam bukunya “ Role Playing For Social Studies “ menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam role playing yaitu sebagai berikut.

1.      Membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan siswa dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yangt harus dipelajari.

2.       Pemilihan peserta, guru dan siswa menggambarkan berbagai karakter / bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan.  

3.       Menentukan arena panggung, para pemain peran membuat garis besar scenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus.

4.       Melibatkan pangamat secara aktif sehingga seluruh anggota kelompok mengalami kegiatan itu dan kemudian dapat menganalisisnya. Cara guru melibatkan siswa pengamatan ilmiah dengan menugaskan mereka untuk mengevaluasi, mengomentari efektifitasnya serta urutan – urutan perilaku pemain dan mendefinisikan perasaan – perasaan serta cara – cara berfikir individu yang sedang diamati.

5.      Pelaksanaan kegiatan; para pemeran mengasumsi perannya dan menghayati situasi secara sepontan dan saling merespon secara realistik.

6.      Berdiskusi dan mengevaluasi, apakah masalahnya penting dan apakah peserta dan pengamat terlibat secara intelektual dan emosional.

7.      Melakukan lagi permainan peran, siswa dan guru berbagi interpretasi baru tentang peran dan menentukan apakah harus dilakukan oleh individu – individu baru atau tetap oleh orang terdahulu. Dengan demikian permainan peran menjadi kegiatan konseptual yang dramatis.

8.      Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi, siswa mungkin mau menerima solusi, tetapi guru mendorong solusi yang realistik.

9.     Guru harus mencoba untuk membentuk diskusi, setelah mengalami setrategi bermain peran yang cukup lama, untuk dapat menggeneralisasi mengenai pendekatan terhadap situasi masalah serta akibat dari pendekatan itu. Semakin memadai pembentukan diskusi ini, kesimpulan yang dicapai akan semakin mendekati generalisasi.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran di SD Negeri Kartasura 04 , Kecamatan Kartasura  Kabupaten Sukoharjo.Letak SD Negeri Kartasura 04 ada di Gunung Kunci, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V semester I Sd Negeri Kartasura 04 Kartasura.Jumlah siswa kelas V ada 38 siswa terdiri dari 21 laki – laki dan 17 perempuan. Dari 38 siswa peserta didik  pada awal pembelajaran  hanya 18 siswa 47,36% yang telah mencapai KKM. Sedangkan 20 siswa yang lain  52,63 % belum mencapai KKM. Sebagian siswanya dari masyarakat sekitar sekolah yang memiliki tingkat ekonomi menengah sampai ke bawah. Kesadaran akan pendidikan anak kurang.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal. Pelaksanaannya dilakukan tiga kali yaitu  pembelajaran awal (pra siklus), siklus I, dan siklus II. Masing – masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

 Teknik Analisis Data

Adapun data – data yang dianalisis diperoleh dari 1.    Hasil Data Kualitatif. Dalam kegiatan pengumpulan data secara kualitatif, pengamat menggunakan lembar observasi guru. Pengamat memberikan tanda cek (√ ) pada kolom kemunculan sesuai indikator tersebut.Pengamatan yang dilakukan oleh pengamat ( observer ) adalah tentang keefektifan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn khususnya tentang materi pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.  Hasil Data Kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil nilai tes formatif. Dari hasil tersebut dapat untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Dari hasil nilai tes formatif tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi siswa.Data kuantitatif tersebut dibuat sesuai dengan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh guru. Setelah guru memberikan penilaian lalu menganalisis perbutir soal. Hasil analisis siswa terlampir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

1.   Pra Siklus

Pembelajaran pra siklus mata pelajaran PKn kelas V semester I di SD Negeri Kartasura 04, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2013 / 2014 dengan materi pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2013 hasilnya belum memuaskan.Dari hasil tes siswa yang mendapat  nilai di atas 70 sebanyak 14  siswa, atau 36,8 % sedangkan nilai kurang dari 70 sebanyak 24 siswa atau 63,2% dari 38 siswa.

Tabel 4.2

Analisis Hasil Tes Formatif Pra Siklus

        Mata Pelajaran PKn        

No

Rentang

Frekuensi

1

2

3

4

5

6

41 -50

51 – 60

61 – 70

71 – 80

81 -90

91 -100

4

14

8

10

2

-

Jumlah

38

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, penguasaan materi  pembelajarn pra siklus bahwa dari jumlah 38 siswa yang mendapat nilai 41 sampai 50 sebanyak 4 siswa, yang mendapat nilai 51 sampai 60 sebanyak 14 siswa, nilai 61 sampai 70 sebanyak 8 siswa, nilai 71 sampai 80 sebamyak 10 siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 2 siswa dan tidak ada yang mendapat nilai diatas 91.Apabila hasil evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran PKn dengan indikator Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri  Kartasura 04, Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2013/2014 jika disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar  4.1 berikut.

Gambar 4.1

Grafik Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan Pembelajaran

Pada pra siklus ini pembelajaran berlangsung, siswa belum aktif dalam pembelajaran, siswa pada waktu diskusi kelompok belum bisa bekerja sama, waktu diberi penjelasan oleh guru ada siswa yang bermain sendiri. Sedangkan hasil pengamatan terhadap guru yaitu guru kurang menguasai materi, guru belum bisa mengontrol keaktifan siswa, guru belum menggunakan alat peraga, sehingga siswa kurang memahami struktur daun dan fungsinya.

 Dari hasil refleksi yang dilakukan oleh guru melalui diskusi dengan teman sejawat sebagai observer diperoleh beberapa kekurangan selama proses pembelajaran. Sebelum pelajaran dimulai guru tidak mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran, sehingga siswa belum siap menerima pelajaran. Pada waktu pemberian materi guru hanya ceramah, sehingga siswa hanya menggambarkan materi NKRI itu seperti apa. Dari refleksi  itu guru menyadari kekurangannya dalam proses pembelajaran oleh karena itu guru akan memperbaikinya pada perbaikan pembelajaran siklus berikutnya. 

2.    Siklus I

Peneliti melaksanakan sesuai rencana. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Siswa yang mendapat  nilai di atas 70 sebanyak 26 siswa, sedangkan nilai kurang dari 70 sebanyak 12 siswa dari jumlah 38 siswa. Untuk mengetahui presentasi rentang nilai maka diadakan analisis yang disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.2

Analisis Hasil Tes Formatif  Siklus I

No

Rentang

Frekuensi

1.

41 – 50

-

2.

51 – 60

3

3.

61 – 70

11

4.

71 – 80

17

5.

81 – 90

7

6.

91  - 100

-

Jumlah

38

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, penguasaan materi sebelum perbaikan  pembelajaran bahwa dari jumlah 38 tidak ada yang mendapat nilai 41 sampai 50, nilai 51 sampai 60 sebanyak 3 siswa, nilai 61 sampai 70 sebanyak 11 siswa, nilai 71 sampai 80 sebanyak 17 siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 7 siswa dan tidak ada yang mendapat nilai diatas 91. Apabila hasil evaluasi  perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran PKn dengan indikator  Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri  Kartasura 04, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2013/2014 jika disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar  4.2 berikut :

Gambar 4.2

Grafik Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Dari hasil observasi guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, hambatan dan kendala yang terjadi pada proses pembelajaran.Dengan dasar hasil tes formatif yang menunjukkan menunjukkan pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi. Dalam proses ini diperoleh data bahwa : -  Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dipahami siswa

- Kurang memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya

- Perhatian guru pada siswa masih kurang.

Peningkatan pada pembelajaran sebelumnya, namun untuk mencapai ketuntasan 75% belum tercapai. Maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran tahap berikutnya yang menjadi fokus perbaikan adalah  sebagai berikut.1)   Memberikan materi yang jelas dan lengkap sehingga mudah dipahami siswa. 2)   Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. 3)   Menggunakan model pembelajaran yang tepat.

    3. Siklus II

Dari tabel dapat kita lihat siswa yang mendapat  nilai diatas 70 sebanyak 36 siswa, sedangkan nilai kurang dari 70 sebanyak 2 siswa dari jumlah 38 siswa. Untuk mengetahui presentasi rentang nilai maka diadakan analisis yang disajikan pada tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6

Analisis Hasil Tes Formatif  Siklus II

No

Rentang

Frekuensi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

41 -50

51 – 60

61 – 70

71 – 80

81 - 90

91 -100

-

-

5

16

14

3

Juml ah

38

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, penguasaan materi sebelum perbaikan  pembelajarn bahwa dari jumlah 38 siswa. Apabila hasil evaluasi  perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran PKn dengan indikator Negara Kesatuan republic Indonesia kelas V semester I di SD Negeri  Kartasura 04, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, tahun pelajaran 2013/2014  jika disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar  4.3 berikut.

Gambar 4.3

Grafik Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II


 Setelah melakukan beberapa perbaikan yaitu perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menyadari betul kekurangan – kekurangan pada proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan materi Negara Kesatuan Republik Indonesia  pada siklus II. Walaupun peneliti sudah mempersiapkan proses pembelajaran sebaik mungkin, tetapi tetap masih ada kekurangannya diantaranya guru kurang memberi pertanyaan kepada siswa. Dari hasil refleksi yang dilakukan tersebut teman sejawat selaku observator juga menemukan beberapa kekurangan yaitu guru tidak memberi bimbingan kepada siswa yang belum jelas atau memahami materi pelajaran.

Dari tabel pembelajaran awal sampai perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran PKn V semester I tentang NKRI di SD Negeri Kartasura 04 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, dapat disajikan pada tabel 4.7 berikut :Tabel 4.7

Hasil Belajar dan Peningkatan Nilai Rata – Rata

No

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Tuntas

14

36,8

26

68,4

36

95,7

2.

Belum tuntas

24

63,2

12

31,6

2

4,3

3.

Nilai rata-rata

64

75

82

Berdasarkan tabel 4.7 dapat kita lihat bahwa pada Pra Siklus hanya 36,8% siswa yang meraih ketuntasan, 68,4 % pada siklus I dan pada Siklus II sebanyak 95,7% hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan apabila kita menggunakan metode dan cara belajar yang tepat sehingga siswa dapat belajar dengan semangat dan meraih prestasi yang kita harapkan. Pada nilai rata – rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata – rata pada pembelajaran awal 64, pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 75  dan pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 82. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena tuntas dari 38 siswa ada 36 siswa atau 95% hanya 2 siswa atau 5% yang belum tuntas termasuk siswa yang lamban belajarnya.Hasil evaluasi pembelajaran awal hingga perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran matematika jika disajikan dalam bentuk diagram maka dapat dilihat pada diagram 4.4 berikut.

                                            

Gambar 4.4

Grafik peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar

Pada gambar 4.4 menunjukkan grafik peningkatan nilai rata – rata mata pelajaran PKn dengan materi Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri Kartasura 04, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, bahwa sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata – rata 64, pada perbaikan siklus I nilai rata – rata 75 kenaikan nilai rata – rata 1. Pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata – rata 82.

Pembahasan Setiap  Siklus

1.    Sebelum Perbaikan Pembelajaran

Sebelum perbaikan pembelajaran dari 38 siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 14 siswa atau hanya 37% dan 24 siswa atau 63 % belum tuntas. Hal ini menunjukkan kegagalan  dalam pembelajaran. Setelah penulis merefleksi diri, maka  kegagalan iti disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a.  Dalam penggunaan alat peraga kurang bervariasi. b.  Pembelajaran masih didomonasi guru. c.  Rendahnya tingkat penguasaan materi oleh siswa. d.   Kurang relevannya metode yang digunakan.

Kegagalan dalam pembelajaran PKn dengan materi Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri Kartasura 04, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran siklus I.

2.    Siklus I

Berdasarkan hasil diskusi denagn teman sejawat serta supervisor bahwa ketidaktuntasan siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan materi Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri Kartasura 04, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo disebabkan oleh : a.  Siswa kurang konsentrasi dalam pembelajaran. b.  Tidak semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. c.   Kurangnya motivasi guru terhadap siswa. d.  Kurangnya keberanian siswa dalam mengutarakan pendapat.

Berdasarkan temuan masalah diatas, maka langkah yang ditempuh guru untuk meningkatkan hasil belajar adalah :

a.   Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan metode bermain peran.

b.    Meningkatkan keberanian siswa dalam mengutarakan pandapat melalui pendekatan model cooperative learning.

Berdasarkan hasil refleksi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dihasilkan antara lain :  Hasil evaluasi siswa masih banyak yang rendah, masih ada 12 siswa yang nilainya dibawah KKM dan tingkat ketuntasan kelas 68 %. Dengan demikian maka tindakan perbaikan dilanjutkan pada siklus II.

3.   Siklus II

Adapun hasil refleksi pada siklus II adalah:

b.    Hampir semua siswa terlibat aktif dalam melakukan bermain peran.

c.    Dalam diskusi kelompok, hampir semua siswa sudah aktif dan tercipta kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas.

d.    Hasil evaluasi belajar sudah baik walaupun masih ada 2 siswa yang nilainya dibawah KKM. Namun rata – rata nilai sudah diatas KKM yaitu 82 dan tingkat ketuntasan 95%.

Dengan demikian tindakan perbaikan pembelajaran PKn dengan materi pokok Negara Kesatuan Republik Indonesia kelas V semester I di SD Negeri Kartasura 04, Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo melalui model pembelajaran cooperative learning melalui metode bermain peran dengan mengefektifkan alat peraga kebudayaan dan globe dipandang sudah cukup. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar atau hasil evaluasi nilai rata – rata sudah diatas KKM dan tingkat ketuntasan 95%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui pembelajaran siklus I dan siklus II dengan materi Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Kartasura 04 Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan metode bermain peran melalui pendekatan model cooperative learning dengan mengefektifkan alat peraga kebudayaan dan globe telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan ini terjadi pada siklus I maupun siklus II dengan bukti adanya peningkatan pada :

1.      Menggunakan media pembelajaran kebudayaan dan globe dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.      Model pembelajaran cooperative learning melalui penerapan metode bermain peran untuk dengan mengefektifkan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3.      Prosentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 14 siswa atau 37% dari 38 siswa. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat, siswa yang nilainya 70 keatas menjadi 26 atau 68% dari jumlah 38 siswa dan pada perbaikan siklus II menjadi 36 siswa atau 95%.

Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo peneliti kemukakan saran dan tindak lanjut sebagai berikut :

1.    Guru sebaiknya mengusahakan media pembelajaran benda – benda konkret yang berada disekitar siswa dapat menghilangkan verbalisme dan menyenangkan.

2.    Guru harus memberi motivasi dan bimbimngan pada siswa yang mengalami kesulitan.

3.    Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

4.    Di era kompetisi siswa perlu dilatih untuk berani mengemukakan  pendapat oleh karena itu latihan membimbing kawan – kawannya dalam melakukan bermain peran merupakan ajang latihan yang cukup kreatif.

5.    Siswa perlu dilatih untuk bergaul dan bekerjasama yang harmonis dalam kelompoknya denagn kegiatan yang positif. Oleh karena itu bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas tertentu merupakan cara yang efektif untuk melatih sifat social pada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2010, Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta, Universitas Terbuka.

Aswani, Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta, Universitas Terbuka.

Denny, Setyawan, 2005, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka.

Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk, 2007, Pembelajaran PKN, Jakarta, Universitas Terbuka.

Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta, Universitas Terbuka.

Samsudin, Abin, 2004, Profesi Keguruan 2, Jakarta, Universitas Terbuka.

Suciati, Drs. Dkk, 2004, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K, 2008, Penelitian Tindakan KelasJakarta, Universitas Terbuka.

Wahyudi Duin, Supaiyati, Ishak, Abduhak, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Universitas Terbuka.

Dra. Dyah Sriwilujeng, M.Pd, Buku PKn untuk SD Kelas V, Jakarta, Esis.

Pranaja S dkk, Buku Fokus PKn untuk SD Kelas V, Jakarta, Sindutama.

Penulis: JUMIYEM, S.Pd

SD Negeri kartasura 04,Kartasura,Sukoharjo

NIP. 19580325 197701 2 001