Published using Google Docs
Sinopsis Gu Family Book
Updated automatically every 5 minutes

Episode-1.1        

Ini adalah gunung misterius. Tidak terjamah kaki manusia. Tempat di mana makhluk gaib yang melindungi gunung kadang-kadang menampakkan diri. Tempat yang disebut Taman Cahaya Bulan. Dalam taman ini, makhluk gaib pelindung Gunung Jiri telah tinggal selama seribu tahun."

Dan ke tempat inilah biksu So Jung pergi. Ia mencari Wol Ryung. Nampaknya mereka berteman akrab. Namun Wol Ryung yang dicarinya tidak tampak di manapun. Biksu itu menyadari sesuatu.

"Tidak, mungkinkah dia...," katanya khawatir.

Seseorang melewati hutan dengan sangat cepat. Lompatannya ringan namun sangat tinggi melebihi pohon-pohon yang tertinggi sekalipun. Dialah Wol Ryung, pelindung Gunung Jiri.

Wol Ryung mendengar suara genderang ditabuh. Ia tertarik mendengar suara keramaian itu dan melihat ada keramaian pesta di tengah kota di bawah gunung. Wol Ryung tersenyum senang.

Di tengah pesta, seorang wanita cantik menabuh 5 genderang yang disusun berkeliling. Ia menari dan berputar sambil memukul genderang bergantian.

Wol Ryung berlari mendekati tempat pesta. Ia melihat sebuah rombongan "tak biasa" mendekati tempat pesta. Rombongan itu adalah kerangkeng kayu berisi 3 manusia. Dua orang gadis dan seorang pemuda. Mereka dibawa ke luar tempat pesta oleh beberapa pengawal.

Kerangkeng dibuka dan pengawal menyuruh mereka turun. Ketiganya diam saja, tapi akhirnya salah seorang gadis turun dari kerangkeng. Gadis yang satunya sepertinya wanita terhormat, namun pakaiannya bernoda darah. Pengawal tak sabaran dan menarik kaki gadis itu hingga gadis itu terjatuh ke tanah. Wol Ryung heran melihat kejadian itu. Ia mengamati dari atas pohon tak jauh dari sana.

"Nona!" seru gadis yang pertama turun menghampiri gadis yang jatuh. Rupanya ia seorang pelayan.

"Kakak, apa kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" seru si pemuda khawatir. Ia adik dari gadis yang terjatuh tadi. Lalu ia memarahi pengawal yang tadi menarik kakaknya.

Pengawal itu menertawakan si pemuda. Menyebutnya keturunan pengkhianat dan menyuruhnya berhenti bersikap seperti bangsawan.

Pemuda itu membentaknya seperti seorang atasan membentak bawahan. Pengawal itu marah dan mencengkeram pakaian pemuda itu. Sang pelayan berusaha menolong tuan mudanya.

"Lepaskan dia! Tidak bisakah kau memiliki sedikit perasaan? Siapa yang mengurus seluruh keluargamu selama ini? Bukankah Tuan kita? Bagaimana bisa kau berubah begitu drastis?" kata si pelayan.

Pengawal itu bertambah kesal dan menghempaskan di pemuda ke tanah. Ia lalu mengetuk pintu tempat pesta. Dua orang pelayan muncul. Pengawal itu berkata ia sudah melakukan tugasnya dan menyerahkan ketiga tawanan pada mereka.

Pelayan yang wanita menghampiri ketiganya dan menyuruh mereka masuk.

"Tempat apa ini?" tanya sang nona. Ia adalah Yoon Seo Hwa.

"Tempat apa? Apa kau tidak tahu apa itu Chunhwagwan?" tanya si pelayan.

"Chunhwagwan?! Bukankah itu tempat gisaeng?" kata Dam, si pelayan, kaget.

Seo Hwa juga tahu tempat apa itu Chunhwagwan. Ia nampak marah.

Sementara itu wanita penabuh genderang telah menyelesaikan tariannya dengan sempurna. Ia mendapat tepuk tangan yang meriah. Ia adalah Kepala Gisaeng Chunhwagwan, Chun Soo Ryun. (beda banget kan sama perannya di Naughty Kiss sebagai ibu Seung Joo?^^)

Di luar, Seo Hwa bersikeras tidak mau masuk. Kepala pelayan berkata Seo Hwa telah dijual sebagai gisaeng negara. Jika menolak maka akan dihukum mati.

"Bunuh saja aku! Aku lebih baik mati daripada masuk ke sana!"

"Dengar ya, aku benar-benar sibuk sekarang karena ada pesta pejabat. Jadi masuklah selama aku masih meminta baik-baik. Cepat masuk!" kepala pelayan tak sabar lagi dan mulai menarik Seo Hwa.

"Lepaskan aku! Sudah kubilang aku tidak mau masuk!" kata Seo Hwa tegas. Dam dan Yoon (adik Seo Hwa) membantu Seo Hwa agar kepala pelayan melepaskannya.

"Keributan apa ini?!" terdengar suara wanita yang sangat tegas. Mereka semua menoleh.

Gisaeng Chun keluar bersama para pengawalnya. Ia mengamati ketiga orang di hadapannya. Hanya si gadis bangsawan yang berani menatapnya balik dengan berani dan penuh tekad.

"Mereka anak siapa?" tanyanya pada kepala pelayan.

"Anak wakil menteri Yoon, yang baru-baru ini dieksekusi karena pengkhianatan," kata kepala pelayan.

"Pengkhianat? Kalau begitu mereka anak-anak pengkhianat negara," kata Gisaeng Chun.

"Hati-hati kalau berbicara," ujar Seo Hwa marah. "Ayah kami telah difitnah dan dijebak! Beliau tidak mungkin melakukan pengkhianatan."

"Itu bukan urusanku," sahut Gisaeng Chun dingin. "Pokoknya kau telah dijual sebagai gisaeng negara. Mulai sekarang kau harus mengikuti aturan gisaeng."

"Tidak akan."

"Terserah, kau tidak punya pilihan!"

"Tidak peduli bagaimanapun, aku tidak akan masuk! Tidak akan menjadi gisaeng rendahan," kata Seo Hwa tegas.

"Gisaeng rendahan? Begitu ya..... Jang So!" Gisaeng Chun memanggil pelayannya. "Telanjangi dia!"

Seo Hwa tertegun. Para pengawal Gisaeng Chun mengelilingi mereka bertiga. Tanpa ragu, Jang So merobek pakaian luar Seo Hwa.

"Nona!" seru Dam kaget. Yoon berteriak agar mereka berhenti. Tapi mereka dipegangi oleh para pengawal Gisaeng Chun.

Jang So merobek rok Seo Hwa lalu merobek rok dalamnya. Tubuh Seo Hwa hanya terbalut pakaian dalam sekarang. Seo Hwa gemetar, menahan tangis, menahan amarah karena penghinaan yang dialaminya. Pelan-pelan ia menutupi tubuhnya dengan tangan. Tapi ia tetap berusaha menguasai dirinya dan menggenggam pakaian dalamnya erat-erat. Walau tubuhnya gemetar, tapi wajah Seo Hwa tetap wajah seorang wanita bangsawan, yang penuh harga diri.

"Ikat dia." Kata Gisaeng Chun.

Para pengawal mengikat Seo Hwa pada sebatang pohon. Gisaeng Chun lalu memerintahkan agar Yoon dan Dam dikurung di gudang. Ia memerintahkan Seo Hwa tetap diikat sampai ia menyuruh melepaskannya, juga tidak boleh diberi makan dan minum tanpa perintahnya.

Seo Hwa menatap Gisaeng Chun, shock dan benci. Gisaeng Chun balik menatapnya, tidak terpangaruh sedikitpun, lalu masuk ke dalam. Para pengawal membawa Dam dan Yoon ke dalam, meninggalkan Seo Hwa sendirian di luar. Dam dan Yoon dikurung di gudang.

Kepala pelayan membereskan pakaian Seo Hwa yang berserakan. Seo Hwa bertanya sebenarnya apa yang terjadi, mengapa ia diikat?

"Apa kau tidak tahu kau diikat pada pohon apa? Itu pohon aib. Gadis dari keluarga bangsawan sepertimu yang keras kepala akan dijinakkan oleh pohon aib ini. Lepaskan harga dirimu sebagai bangsawan. Tinggalkan harga dirimu pada pohon itu. Saat pagi tiba, mintalah belas kasihan pada kepala gisaeng. Mintalah maaf. Atau kau akan menderita hal yang lebih buruk," kepala pelayan menasihati.

Kepala pelayan lalu masuk meninggalkan Seo Hwa. Seo Hwa berusaha memanggilnya lagi tapi kepala pelayan tidak mempedulikannya.

"Bagaimana bisa....kau melakukan hal ini pada manusia? Tolong lepaskan aku! Tolong lepaskan aku!" serunya sambil menangis menyayat hati.

Wol Ryun mengamati semua kejadian tadi dan merasa tersentuh. Butiran-butiran cahaya biru seperti kunang-kunang melayang-layang di sekitarnya.

"Tidak, aku tidak bisa. Aku sudah berjanji pada So Jung untuk tidak ikut campur urusan manusia. Aku tidak bisa," katanya pada diri sendiri. Ia beranjak pergi.

"Tolong aku....tolong aku....." terdengar suara lirih Seo Hwa. Wol Ryung tidak jadi pergi. Ia tak tega melihat Seo Hwa yang terus menangis.

Kilas balik:

Seo Hwa pulang ke rumahnya dan melihat ayahnya berlutut di tanah dikelilingi para pengawal kerajaan. Ternyata Raja telah memberi perintah agar ayah Seo Hwa, Yoon Gi Soo, dihukum mati karena telah berkhianat.

Wakil Menteri Yoon terpana.

"Gwang Woon, mengapa kau menuduhku dengan tuduhan palsu seperti ini setelah persahabatan kita selama bertahun-tahun?" sesal ayah Seo Hwa.

Jo Gwang Woon tertawa sinis.

"Kau menyebutku teman tapi kau selalu menganggapku rendah karena asal-usulku. Itu sebabnya aku datang untuk memberikan pelajaran padamu. Kau tidak boleh memperlakukanku seperti itu."

Ayah Seo Hwa menghela nafas panjang. Seo Hwa berteriak-teriak memanggil ayahnya tapi ia dipegangi oleh dua orang pengawal agar tidak mendekat. Jo Gwan Woong menoleh melihat Seo Hwa dengan licik. Ia lalu menghampiri ayah Seo Hwa dan berbisik.

"Jangan terlalu sedih. Aku akan membuat puteri kesayanganmu menjadi gisaeng negara dan memperlakukannya dengan baik. Aku bertanya-tanya apa rasanya tidur dengan wanita bangsawan dari keluarga terhormat?" Jo Gwan Woong tertawa.

Ayah Seo Hwa marah mendengar perkataan menghina seperti itu. Ia berteriak lalu menarik pedang dari seorang pengawal.

"AYAAAAAH!!!" teriak Seo Hwa.

Teriakannya terhenti saat darah memuncrat ke wajah dan pakaiannya. Ayahnya telah ditebas oleh Jo Gwan Woong. Seo Hwa shock melihat kematian ayahnya.

Jo Gwan Woong menoleh pada Seo Hwa sambil tersenyum menang. Air mata mengalir di pipi Seo Hwa. Ia berteriak histeris.

Benar-benar pria mengerikan. Jo Gwan Woon saat ini berada di dalam Chunhwagwan bersenang-senang dengan para gisaeng. Gisaeng Chun masuk menemuinya. Kelihatannya ia tidak menyukai Jo Gwan Woong tapi dengan sopan ia memberi hormat.

"Selamat, Tuan. Saya dengar Tuan dipromosikan menjadi pejabat senior ranking 5."

"Cepat sekali. Begitu cepatnya rumor beredar," ujar Gwan Woong senang. Tapi Gisaeng Chun tidak tersenyum sama sekali.

Gwan Woong berkata ia mendapat kenaikan pangkat setelah menangkap pengkhianat.

"Maksud Tuan, Wakil Menteri Yoon? Saya rasa Tuan pernah membawanya ke sini beberapa kali sebagai teman," kata Gisaeng Chun.

"Kami pernah berteman. Walau aku berasal dari keluarga miskin, aku tetaplah pejabat negara. Aku tidak mungkin memihak pengkhianat walau dia temanku. Apa kau mengerti?"

"Tentu saja saya mengerti," tatapan tajam Giseang Chun tidak pernah beralih dari Gwan Woong.

Gwan Woon berkata memikirkan Wakil Menteri Yoon tetap saja membuatnya sangat sedih. Karena itu ia datang menemui Gisaeng Chun. Ia telah membuat janji dengan Wakil Menteri Yoon sebelum beliau meninggal.

"Puteri Yoon Gi Soo, saat ia menjadi gisaeng negara, aku berjanji padanya menjadi pria yang menidurinya untuk pertama kali."

Tentu saja Gisaeng Chun tahu Gwang Woon berbohong tapi ia tidak berani menentang.

"Karena itu aku ingin mengadakan ritual pertamanya sebagai gisaeng. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkannya?"

"Ia harus dilatih sebagai gisaeng dan didaftarkan. Sedikitnya membutuhkan waktu 2-3 bulan."

Gwan Woong merasa itu terlalu lama. Ia memberi waktu 5 hari.

"Aku beri waktu 5 hari untuk mempersiapkannya."

"Tapi Tuan...."

"Kubilang 5 hari! Mengerti?" Gwan Woon menatap Gisaeng Chun dengan tegas. Jelas ia tak mau dibantah.

Keesokan paginya Seo Hwa terbangun dan mendapati dirinya menjadi tontonan penduduk. Mereka menertawakannya dan menghinanya. Bahkan anak-anak kecil melemparinya dengan batu hingga kepalanya terluka.

Seo Hwa teringat perkataan kepala pelayan semalam mengenai pohon aib.

"Aku tidak akan menyerah karena ini. Tidak akan. Aku tidak akan menjadi gisaeng. Tidak akan!" ujarnya pada diri sendiri.

Tak jauh dari sana, Wol Ryung masih mengamatinya dari atas pohon. Hari-hari berlalu, Seo Hwa semakin lemah dan pucat. Sementara itu Wol Ryung masih bimbang apakah ia harus menolong Seo Hwa.

Tiga hari berlalu dan Seo Hwa tetap belum menyerah. Tiga hari tanpa makan dan minum. Kepala pelayan bertanya apa yang akan Gisaeng Chun lakukan. Waktu yang diberikan Gwan Woon tinggal 3 hari lagi. Mendengar itu Gisaeng Chun yang awalnya bersikap tenang mau tak mau mulai berpikir.

Seo Hwa akhirnya jatuh pingsan. Tak tahan lagi, Wol Ryung turun dari pohon dan hendak menolong. Tapi seseorang menahannya. Biksu So Jung.

"Jika aku tahu kau ada di sini, aku tidak akan menjelajahi seluruh hutan," gerutunya. "Hentikan, biarkan manusia yang menyelesaikannya (masalah Seo Hwa)."

"Tapi ini terlalu kejam, dan dia masih sangat muda. Dia diikat seperti itu sudah tiga hari."

"Ya, dia masih muda. Dan benar, ini kejam. Tapi ini takdirnya. Kau seharusnya tidak ikut campur."

Wol Ryung menoleh melihat Seo Hwa yang masih pingsan. Ia lalu melayang menuju Seo Hwa. So Jung melemparkan untaian tasbihnya ke arah Wol Ryung. Untaian tasbih itu melingkari pergelangan tangan Wol Ryung. Wol Ryung kehilangan kekuatannya dan terjatuh ke tanah.

"Apa kau sudah lupa janji yang kau buat denganku?" tanya So Jung.

Wol Ryung tidak peduli. Ia sudah memutuskan ingin menolong Seo Hwa. So Jung menghalanginya dengan tongkat. Wol Ryung menepisnya berkali-kali. So Jung terpaksa melawannya.

Keduanya bertahan tidak mau mengalah. Wol Ryung berkata ia hanya ingin membantu anak malang yang tidak berdaya.

"Kau berjanji padaku kau tidak akan ikut campur urusan manusia!"

"Satu kali saja! Apa salahnya satu kali saja!"

"Pengecualian yang pertama adalah kesalahan yang paling utama. Sekalinya kau melakukan pengecualian, yang kedua dan ketiga menjadi lebih mudah, "So Jung terus bertahan.

Wol Ryung berteriak kesal sambil mencampakkan tongkat So Jung ke tanah.

"Berhentilah mengacaukan takdir manusia. Ingatlah bahwa kau sangat berbeda dengan manusia," ujar So Jung.

Ia berjalan kembali menuju hutan. Tiba-tiba mata Wol Ryung menyala. Ia memungut tongkat So Jung lalu melemparnya kuat-kuat ke arah So Jung.

So Jung yang sedang memungut topinya untunglah cepat mengelak. Tongkat itu menancap di pohon. So Jung terkejut dan menatap Wol Ryung tak percaya, apakah Wol Ryung hendak membunuhnya?

Mata Wol Ryung kembali seperti semula. Ia terlihat lega. So Jung menoleh ke arah tatapan Wol Ryung. Di pohon menancap sebuah ular besar. Wol Ryung mendekati pohon dan mengulurkan tangannya ke arah ular itu. Ular itu perlan-pelan terurai menjadi serpihan-serpihan dan hilang terbawa angin.

Wol Ryung melirik temannya yang masih bengong.

"Bukankah aku baru saja mengacaukan takdirmu? Apakah aku sudah melewati batas yang seharusnya tidak kulewati?" tanyanya. Apakah tadi seharusnya ia tidak menolong So Jung jika itu yang dimaksud mengacaukan takdir?

Wol Ryung sekali lagi menegaskan ia hanya ingin membantu anak malang yang tidak berdaya. So Jung tidak bisa berkata apa-apa lagi. Wol Ryung berjalan menuju tempat Seo Hwa diikat. Tapi Seo Hwa sudah tidak ada. Hanya tersisa tali yang pernah mengikatnya. Wol Ryung menghela nafas panjang dan terlihat kecewa.

Seo Hwa membuka matanya. Dam yang khawatir menangis senang melihat nonanya sudah sadar. Tadinya ia kira nonanya akan mati karena demam semalaman. Seo Hwa melihat sekelilingnya. Ia berada dalam sebuah kamar.

"Di mana aku?"

"Apa maksud Nona? Tentu saja di Chunhwagwan. Kepala gisaeng berubah pikiran dan memerintahkan agar Nona dibawa masuk."

Mendengar itu Seo Hwa segera bangkit. Ia menyuruh Dam minggir.

"Sudah kubilang walau aku mati, aku tidak akan masuk ke tempat ini. Cepat menyingkir, aku tidak akan pernah tinggal di tempat seperti ini."

"Apa yang akan kaulakukan jika kau tidak tinggal di sini," seru Gisaeng Chun yang sejak tadi mendengar di ambang pintu. "Sekalinya seorang gadis dijual menjadi gisaeng negara, ia tidak memiliki pilihan selain hidup sebagai gisaeng. Ia harus menjual minuman, tawanya, bahkan tubuhnya."

"Aku lebih baik diikat di pohon aib. Lebih baik aku di sana dan mati," kata Seo Hwa tegas. Ia bangkit berdiri dibantu oleh Dam karena tubuhnya masih sangat lemah.

Gisaeng Chun memberi isyarat pada kepala pelayan. Kepala pelayan membuka jendela. Seo Hwa terkejut melihat adiknya diikat dan dikelilingi beberapa pengawal.

Yoon malah senang melihat kakaknya tidak apa-apa. Gisaeng Chun bertanya lagi apakah Seo Hwa masih menolak menjadi gisaeng.

"Pikirkan baik-baik. Jawabanmu akan menentukan apakah adikmu akan hidup atau mati."

"Kakak, jangan khawatirkan aku. Aku tidak peduli pada apa yang akan terjadi padaku. Jangan menjadi gisaeng!" seru Yoon.

Seo Hwa menatap Gisaeng Chun dengan penuh kebencian. Gisaeng Chun bertanya apa yang akan Seo Hwa lakukan.

"Kakak...!"

"Apa yang akan kaulakukan!"

Seo Hwa tidak menjawab. Gisaeng memerintahkan pukulan dilaksanakan. Tubuh Yoon ditelungkupkan di atas bangku kayu lalu di tutupi dengan tikar. Kemudai empat orang bergantian memukuli Yoon dengan tongkat.

Seo Hwa melihat adiknya dengan hati hancur. Yoon berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit walau darah mulai keluar dari mulutnya. Ia sama sekali tidak berteriak karena tidak mau Seo Hwa menyerah demi dirinya.

Melihat pukulan bertubi-tubi yang dialami adiknya dan tampaknya Yoon tak tahan lagi., Seo Hwa berteriak.

"Hentikan! Hentikan!"

Gisaeng Chun mengangkat tangannya menyuruh mereka berhenti.

"Lepaskan adikku. Aku...akan melakukan apapun yang kauinginkan. Lepaskan adikku."

"Kakak!!" teriak Yoon.

Gisaeng Chun menyuruh kepala pelayan mendandani Seo Hwa. Yoon terus berteriak memanggil kakaknya sambil menangis.

Maka Seo Hwa mulai dipersiapkan untuk menjadi gisaeng. Ia dimandikan. Pundaknya ditato sebagai tanda ia adalah gisaeng negara. Seo Hwa menjalani semuanya seakan-akan ia sudah mati dan tak merasakan apapun lagi.

Yoon telah dilepaskan dan bekerja sebagai pelayan di Chunhwagwan membantu Jang So. Jang So melihat Seo Hwa yang telah didandani melintas di depan mereka dan terkagum-kagum dengan kecantikannya yang seperti peri.

Yoon melihat kakaknya dengan sedih.

"Sayang sekali, mengapa harus Pejabat Jo," keluh Jang So.

"Apa maksudmu? Pejabat Jo?"

"Maksudku Jo Gwan Woong. Ia akan tidur dengan kakakmu malam ini," kata Jang So. Hmm...berarti banyak yang tidak menyukai Jo Gwan Woong. Ya iyalah.....

Yoon memberitahu Dam mengenai hal ini. Dam terkejut, pria yang menghancurkan keluarga Tuannya akan meniduri Nonanya malam ini? Yoon membenarkan. Gwan Woong tidak puas hanya dengan menghancurkan kelurga mereka dan sekarang hendak menodai kakaknya.

"Jadi, bisakah kau membantu kami, Dam?"

"Saya? Bagaimana caranya?"

Yoon membisikkan sesuatu. Dam terkejut. Jika ketahuan mereka akan berada dalam masalah besar.

"Aku tahu kau yang akan bertanggungjawab sendirian. Aku sendiri sangat terluka memintamu melakukannya. Tapi tidak ada lagi yang bisa melakukannya kecuali kau. Bagaimanapun juga kita harus menghentikan Jo Gwan Woong menodai kakakku."

Yoon menggenggam tangan Dam dan memohonnya untuk menolong kakaknya.

Seo Hwa sedang didandani oleh kepala pelayan dan beberapa gisaeng. Mereka memuji kecantikan Seo Hwa.

"Apa gunanya cantik jika hanya menjadi seorang gisaeng rendahan?" kata seorang dari mereka. "Ia harus menuangkan minuman jika disuruh. Ia juga harus menyerahkan tubuhnya jika diminta."

Mereka bertanya-tanya mengapa Seo Hwa melakukan ritual pertama padahal belum terdaftar secara resmi. Seorang dari mereka berkata itu semua karena Jo Gwan Woong. Jika Jo Gwan Woon tidak senang, ia bisa membunuh siapa saja. Bahkan Gisaeng Chun pun selalu berhati-hati jika berhadapan dengannya.

Mendengar nama pembunuh ayahnya, Seo Hwa tertegun. Kepala pelayan khwatir melihat reaksi Seo Hwa. Ia menyuruh para gisaeng itu keluar.

"Apa maksudnya itu? Jo Gwan Woong?" tanya Seo Hwa pada kepala pelayan. "Jangan-jangan....aku akan tidur dengannya?"

Kepala pelayan sebenarnya merasa iba pada Seo Hwa tapi ia berkata tidak ada yang bisa Seo Hwa lakukan. Ini semua karena Seo Hwa lahir dengan takdir buruk.

Masih tergambar di benak Seo Hwa bagaimana ayahnya tewas di tangan Jo Gwan Woong. Ia mengambil sebuah tusuk konde yang panjang. Dengan penuh tekad ia mengangkat tusuk konde yang tajam itu.

Episode-1.2        

Seo Hwa siap membunuh dirinya dengan tusuk konde (why its sound so funny??). Tiba-tiba terdengar suara Dam memanggil namanya. Melihat Dam, Seo Hwa buru-buru menyembunyikan tusuk kondenya.

Dam masuk lalu mengunci pintu. Tanpa berkata apa-apa, ia cepat-cepat membuka pakaiannya.

"Apa yang kaulakukan?" tanya Seo Hwa bingung.

"Kita tidak punya waktu. Tuan Muda menunggu di luar di pintu belakang. Cepat tanggalkan pakaian Nona," ujar Dam cepat. Melihat Seo Hwa masih bengong, Dam menjelaskan kalau Seo Hwa bertukar pakaian dengannya lalu melarikan diri (kenapa ngga lari bareng-bareng aja yaaa).

"Apa yang kaukatakan? Melarikan diri? Bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan jika aku melarikan diri?"

"Aku akan baik-baik saja setelah dipukul beberapa kali. Tapi Nona berbeda. Nona tidak boleh dinodai oleh orang kejam yang telah membunuh ayah Nona."

"Dam-ah...." Seo Hwa terharu mendengar perkataan Dam.

Dam berkata Seo Hwa harus keluar hidup-hidup. Seo Hwa harus hidup agar bisa membersihkan nama ayahnya. Agar bisa membalas dendam pada Jo Gwan Woong. Seo Hwa menangis lalu memeluk pelayannya.

"Juga, Nona harus tetap hidup...agar bisa menerima saya lagi. Jadi, Nona tidak boleh mati. Jika Nona mati, Nona tidak bisa mencapai apapun."

"Dam-ah...."

"Nona..."

Keduanya menangis sambil berpelukan.

Menjelang malam, Gisaeng Chun memasuki kamar Seo Hwa. Ia berkata orang yang akan tidur dengan Seo Hwa sebentar lagi tiba. Ia menyuruh Seo Hwa mempersiapkan diri dan bersikap baik.

Gadis di balik tirai hanya menunduk dan tak mengatakan apapun. Gisaeng Chun menghela nafas panjang lalu berbalik pergi. Tapi ia merasa ada yang tak beres.

Ia berjalan ke belakang tirai dan menyuruh gadis itu mengangkat kepalanya. Dam gemetar ketakutan karena takut ketahuan. Ia tidak mau mengangkat kepalanya. Kepala pelayan mengangkat wajahnya dan terkejut karena melihat Dam, bukannya Seo Hwa. Dam menatap Gisaeng Chun dengan takut.

Sementara itu Seo Hwa dan Yoon berlari menembus hutan yang gelap.

Gisaeng Chun menampar Dam. Ia bertanya di mana Seo Hwa. Dam berkata ia tidak tahu, ia hanya bertukar pakaian dengan Seo Hwa. Gisaeng Chun mengancam akan menghukumnya. Tapi Dam benar-benar tidak tahu. Ia bersumpah ia hanya bertukar pakaian dengan Seo Hwa dan tidak tahu apa-apa.

Masalah semakin gawat karena Jo Gwang Woon sudah tiba di Chunhwagwan. Gisaeng Chun memerintahkan kepala pelayan untuk menyuruh Jang So menangkap Seo Hwa secepatnya tanpa sepengetahuan Jo Gwan Woong.

"Dan kau, Dam. Kau harus melayani Pejabat Jo malam ini."

"Aku mengerti. Apaaa?! Kepala Gisaeng, aku tidak bisa melakukannya," kata Dam ketakutan. Ia memohon pada Gisaeng Chun agar menyelamatkannya dan terus menerus memohon ampun.

"Kau harus melayaninya baik-baik dengan mulut tertutup (tidak bersuara). Jika ia tahu kau orangnya (dan bukan Seo Hwa) sebelum ritual pertama, aku sendiri yang akan memenggal kepalamu. Apa kau mengerti??!" kata Gisaeng Chun tegas. Poor Dam T_T

Orang-orang Gisaeng Chun mulai mencari Seo Hwa dan Yoon di hutan. Wol Ryung duduk di guanya sambil memandangi tali yang pernah dipakai untuk mengikat Seo Hwa. Tiba-tiba burung beterbangan dari pohon dan bersuara riuh. Wol Ryung bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia melihat pohon-pohon bergerak gelisah.

Gisaeng Chun menemui Jo Gwan Woong yang kesal karena ia sudah menunggu lama. Gisaeng Chun meminta Gwan Woong mengerti, Seo Hwa masih sangat muda. Ia mengajukan permintaan agar lilin dipadamkan saat ritual pertama berlangsung.

"Kami tidak bisa memberitahunya kalau ia akan melayani Tuan. Sekarang ia adalah gisaeng negara tapi Tuan telah membunuh ayahnya. Saya khawatir ia akan mencoba membunuh dirinya sendiri setelah melihat Tuan."

"Kurasa jika ia menggigit lidahnya (sampai mati) atau semacamnya sebelum kesenangan dimulai, maka itu sama sekali tidak akan menyenangkan. Baiklah, aku mengerti maksudmu," Jo Gwan Woon meniup lilin di mejanya.

Kamar gelap gulita. Gisaeng Chun memerintahkan agar gadis itu dibawa masuk. Dam dibawa nasuk. Ia gemetar ketakutan. Saat ia melihat Gisaeng Chun hendak keluar kamar, ia menatapnya dengan pandangan memohon.

Sebelumnya, rupanya Gisaeng Chun sudah mewanti-wanti agar Dam tidak bersuara sedikitpun sebelum ritual pertama dimulai. Bukan hanya demi nyawa Dam tapi juga demi Seo Hwa yang melarikan diri. Mengingat perkataan Gisaeng Chun, Dam hanya bisa pasrah karena ini demi keselamatan nyawanya dan Seo Hwa.

Gisaeng Chun keluar kamar lalu mengunci pintu. Dam tersentak. Rasa takut menguasainya. Ia berusaha membuka pintu. Tapi Jo Gwan Woon menariknya.

Dam berusaha berontak tapi Jo Gwan Woong malah semakin senang. Pria itu seperti kesetanan. Dam menangis dalam hati menjerit memanggil Seo Hwa.

Seo Hwa tersandung dan terjatuh. Ia serasa mendengar suara Dam memanggilnya.

"Apa kakak tidak apa-apa?" tanya Yoon.

"Dam-ah...." gumam Seo Hwa.

Yoon mengingatkan waktu mereka tidak banyak. Mereka harus terus berlari. Seo Hwa teringat permintaan Dam agar ia terus hidup agar bisa membersihkan nama ayahnya dan membalas dendam. Demi keluarganya, juga demi Dam. Hal itu membuat semangat Seo Hwa kembali bangkit. Mereka terus berlari.

Para pengejar semakin dekat. Mereka menemukan jejak Seo Hwa yang tadi terjatuh. Mereka semakin gigih mengejar.

Kaki Seo Hwa yang terkilir membuatnya tak bisa berlari kencang. Dan ia sudah kelelahan. Berkali-kali ia jatuh.

Kepala Pelayan dan Gisaeng Chun merasa miris mendengar teriakan-teriakan Dam dari dalam kamar. Kepala pelayan khawatir Dam akan mati. Gisaeng Chun menghela nafas panjang.

"Kau harus bertahan. Hanya jika kau bertahan maka Seo Hwa akan hidup dan kita semua juga akan hidup," gumam Gisaeng Chun, seakan berbicara pada Dam.

Seo Hwa akhirnya tak sanggup lagi berlari. Ia menyuruh adiknya melarikan diri sendirian. Yoon tidak mau. Ia lebih baik mati bersama kakaknya daripada hidup sendirian.

"Apa aku bilang aku akan mati? Aku akan bersembunyi, jadi pergilah. Jika kita terus seperti ini, kita berdua akan mati. Jadi kita harus berpisah dan menemukan cara untuk tetap hidup."

"Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kakak!"

"Kumohon, lakukan seperti apa kataku. Jika kita berdua ditangkap di sini, tidak ada seorang pun yang bisa membersihkan nama ayah. Juga demi Dam. Apa kau tak merasa bersalah padanya? Jadi pergilah sekarang. Aku hanya bisa hidup jika kau pergi. Pergilah. Sekarang!" Seo Hwa mendorong adiknya karena Yoon tak juga pergi.

"Kakak harus tetap hidup. Aku akan menemukan kakak tak peduli di manapun kakak berada. Tak peduli bagaimanapun juga, tetaplah hidup."

Seo Hwa mengangguk. Yoon dengan berat hati pergi meninggalkan kakaknya.

Seo Hwa bangkit berdiri. Ia melihat cahaya obor pengejarnya semakin mendekat. Ia tahu ia pasti tertangkap. Ia mengeluarkan tusuk konde dari balik pakaiannya.

"Dam, maafkan aku. Kurasa ini adalah akhirku. Tapi setidaknya, Jung Yoon akan hidup. Tolong maafkan aku."

Seo Hwa mengangkat tusuk kondenya. Tiba-tiba sebutir cahaya biru melintas di depan matanya. Seo Hwa terpana melihat butiran cahaya itu beterbangan di sekitarnya. Kesadarannya menghilang, tusuk konde terjatuh dari genggamannya.

Seo Hwa jatuh pingsan, tapi seseorang menopangnya sebelum ia jatuh ke tanah. Siapa lagi kalau bukan Wol Ryung. Wol Ryung menatap Seo Hwa yang pingsan dalam pelukannya. Pelan-pelan Seo Hwa membuka matanya menatap Wol Ryung.

"Tolong...tolong aku..." Seo Hwa kembali pingsan.

Para pengejar tiba-tiba melihat butiran cahaya biru yang sama beterbangan di sekita mereka. Mereka berhenti.

"Apa ini? Kunang-kunang?" tanya Jang So sambil tetap waspada.

"Bukan," kata pemimpin mereka.

"Jika bukan kunang-kunang, lalu apa? Jangan-jangan...cahaya gaib (cahaya yang menurut legenda dipercaya sering terlihat jika ada makhluk gaib)?!" Jang So mulai takut.

"Cahaya gaib?!" yang lain ikut ketakutan.

Mereka lalu melihat ada sesuatu di tengah kegelapan.

"Apa kau manusia?" tanya pemimpin kelompok pada sosok itu. "Jika iya, jawab kami!"

Sosok itu hanya diam tak menjawab. Tentu saja semua semakin takut karena itu artinya sosok itu bukan manusia. Mereka bertanya-tanya apakah sosok itu harimau atau serigala. Tapi pemimpin kelompok berpendapat sosok itu bukan binatang.

Pemimpin kelompok yang berani, mencabut pedangnya lalu berjalan mendekati sosok itu. Tiba-tiba ia seperti menabrak dinding yang tak terlihat dan jatuh terjengkang. Pedangnya terlempar ke atas lalu jatuh menancap di tanah, tepat di antara kedua kakinya.

Wol Ryung dikelilingi oleh sinar suram hingga sosoknya mulai terlihat. Tapi para pengejar masih ragu apakah Wol Ryung manusia atau bukan.

"Keluar dari hutan ini" seru Wol Ryung dengan suara menggeram.

Pemimpin kelompok mencoba mengusir Wol Ryung. Wol Ryung menggeram marah. Matanya bersinar.

Ia menggerakkan tangannya. Angin bertiup kencang di sekitar mereka, menerbangkan daun-daunan kering. Tiba-tiba dedaunan kering itu membentuk wajah gumiho lengkap dengan mata yang bersinar. Para pengejar ketakutan.

"Tinggalkan gunung ini!!" Geram Wol Ryung. Ia mengerahkan kekuatannya. Daun-daunan kering membentuk aliran-aliran yang menerjang para pengejar. Para pengejar menutup telinga mereka karena tidak tahan mendengar suara berdesing yang keras. Mereka akhirnya melarikan diri.

Jo Gwan Woong keluar dari kamarnya sambil berteriak memanggil Gisaeng Chun. Ia tampak sangat sangat marah. O-ow...

Begitu melihat Gisaeng Chun, ia langsung menamparnya dengan keras. Gisaeng Chun tidak nampak takut.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Beraninya kau menipuku! Beraninya kau membodohiku dengan pelayan!"

Gisaeng Chun melihat Dam sedang menangis di kamar. Mereka sudah ketahuan. Ia hanya bisa terdiam pasrah. Jo Gwang Woon mencengkeram Gisaeng Chun.

"Di mana Seo Hwa! Berikan Seo Hwa padaku sekarang juga!" Ini orang udah gila kali ya ~,~

"Tuan hanya bisa meniduri gisaeng negara seteah ia terdaftar resmi. Jadi, jika Tuan ingin menidurinya, kembalilah setelah ia terdaftar resmi. Dengan senang hati saya akan menyerahkannya pada Tuan."

"Kau pasti ingin mati! Kau pasti benar-benar ingin mati!" kata Jo Gwan Woong marah.

"Jika saya mati, apa Tuan akan merasa lebih baik?" tantang Gisaeng Chun.

"Apa? Ambil pedangku! Ambil pedangku di kamar sekarang juga!" seru Jo Gila Woong Edan.

Sebenarnya Gisaeng Chun ingin menyembunyikan berita kaburnya Seo Hwa lebih lama lagi, berharap Seo Hwa tertangkap anak buahnya dan semuanya akan baik-baik saja. Tapi pelayan kepala ketakutan. Ia memberitahu Jo Gwan Woong kalau Seo Hwa telah melarikan diri.

"Diamlah, kepala pelayan!" Gisaeng Chun mengingatkan. Tapi kepala pelayan terus menyerocos kalau Seo Hwa melarikan diri setelah mereka mendandaninya. Seo Hwa-lah yang harus dibunuh, bukan Gisaeng Chun.

Jo Gwang Woon terkejut. Gisaeng Chun meminta Jo Gwang Woon melupakan apa yang baru saja ia dengar. Jika penguasa tahu Seo Hwa melarikan diri maka Seo Hwa akan mati.

"Anak itu masih muda. Mohon berikan kesempatan satu kali lagi padanya, Tuan. Saya berjanji akan membawanya kembali."

Jo Gwang Woon melepaskan cengkeramannya pada Gisaeng Chun. Alih-alih mengikuti permintaan Gisaeng Chun, ia malah menyuruh anak buahnya melaporkan pada penguasa kalau ada budak negara yang melarikan diri. Bahkan ia memerintahkan untuk mempersiapkan para pemburu budak agar menangkap budak yang kabur (jadi inget Chuno).

Gisaeng Chun terpekur mendengar perintah itu. Ia melihat Dam dengan sedih. Tampaknya ia bukan orang yang dingin seperti yang diperlihatkannya.

Yoon terbangun di hutan. Ia pergi membasuh wajahnya di sungai kecil. Ia memikirkan bagaimana nasib kakaknya sekarang ini. Terdengar langkah kaki mendekatinya.

Yoon menoleh. Tiga orang aneh dan lusuh menatapnya sambil tersenyum mengerikan. Ternyata mereka pemburu budak yang dikerahkan Jo Gwan Woong. Tanpa membutuhkan waktu lama, Yoon tertangkap.

Dam mendengar kabar ini dari seorang gisaeng. Ia segera berlari ke kota karena kabarnya Yoon akan dieksekusi hari ini. Ia menerobos kerumunan orang yang berkumpul di tempat eksekusi.

Yoon berdiri di depan tali gantungan dengan wajah babak belur. Dam menangis memanggil Tuan Mudanya.

"Dam-ah..." panggil Yoon.

Tapi belum sempat ia berbicara lagi, tali gantungan dilingkarkan ke lehernya. Jo Gwan Woong mengendarai kudanya ke tempat eksekusi.

"Kutanya kau untuk yang terakhir kalinya. Ke mana Seo Hwa melarikan diri?"

"Sungguh sebuah tragedi aku harus mati sebelum mematahkan lehermu! Hanya itulah penyesalanku!" seru Yoon tanpa takut.

Jo Gwang Woon tersenyum sinis. "Gantung dia!"

Seluruh penduduk memalingkan wajah mereka melihat eksekusi mengerikan itu. Dam tertegun melihat Tuan mudanya. Dengan sisa kekuatannya, Yoon menatap Dam.

"Dam-ah, terima kasih. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu bahkan setelah kehidupan berikutnya," katanya dalam hati.

"Tuan muda..." panggil Dam dalam hati.

Mereka mengenang masa lalu mereka yang menyenangkan saat bersama.

Dam kembali ke Chunhwagwan dengan hati hancur. Ia memandang tiang penopang kamar.

Jang So melaporkan apa yang ia lihat pada Gisaeng Chun. Gisaeng Chun awalnya tak percaya. Tapi Jang So yakin ia telah melihat gumiho. Bahkan ia melebih-lebihkan kalau gumiho itu berekor sembilan (dalam legendanya, gumiho memang rubah berekor sembilan, tapi biasanya berwujud wanita).

Di tempat lain, Jo Gwan Woong juga tidak percaya saat mendengar laporan itu. Tapi saksi matanya ada 7-8 orang hingga tak mungkin itu hanya ilusi semata. Ia bertanya di mana Seo Hwa.

Jang So yakin Seo Hwa sudah menjadi korban gumiho. Gumiho dikenal menyukai hati(liver) manusia. Gisaeng Chun nampak sedih mendengar kabar itu. Ditambah lagi kabar buruk yang dibawa seorang gisaeng.

Mereka menemukan Dam telah mati menggantung diri.

Seo Hwa terbangun. Ia mengernyit karena kakinya sakit. Tapi kakinya telah dibalut kain. Ia lalu melihat sekelilingnya. Ternyata ia berada di dalam sebuah gua.

Seo Hwa berjalan keluar gua. Di luar gua beterbangan cahaya-cahaya biru yang sempat dilihatnya sebelum ia pingsan. Aneh namun sangat indah.

"Apa kau sudah bangun?" terdengar suara dari belakangnya.

Seo Hwa berbalik. Wol Ryung tersenyum ramah padanya.

"Siapa kau?" tanya Seo Hwa.

"Aku khawatir karena kau tidak bangun juga. Bagaimana keadaanmu?"

"Siapa kau?!" kata Seo Hwa waspada.

"Aku Gu Wol Ryung. Jangan khawatir, aku telah mengusir mereka yang mengejarmu. Di tempat ini tidak ada yang bisa mengejarmu. Tidak ada yang akan mengikatmu di pohon atau mengancam hidupmu."

Seo Hwa melihat Wol Ryung dengan penuh rasa ingin tahu. Is he a good guy or a bad one? Jelas baik dong, liat aja senyumnya ;)

Jo Gwan Woon memanggil Dam Pyung Joon (sepertinya ia kepala polisi. Dan ia ayah Yeo Wool). Ia tahu ia dipanggil karena ada kabar mengenai keberadaan gumiho di gunung.

"Tak peduli benar ada gumiho atau tidak. Makhluk seperti itu tidak seharusnya berkeliaran bebas. Bagaimana bisa rakyat hidup tenang? Tidakkah kau setuju?"

"Tentu saja, Tuan. Saya, Dam Pyung Joon, akan mengobrak-abrik hutan jika perlu untuk menangkapnya."

Dam Pyung Joon membawa pasukan untuk menyisir hutan mencari gumiho. Mereka dipandu oleh pemimpin kelompok Gisaeng Chun yang masih ingat tempat semalam.

Biksu So Jung melihat barisan itu dari balik pohon. Ia merasa Wol Ryung dalam bahaya dan pergi mencarinya.

Tapi di sekitar gua Wol Ryung, ia malah melihat seorang gadis. So Jung bengong.

"Ada apa, So Jung?" sapa Wol Ryung. " Kau bilang kau baru kembali sebulan lagi."

"Begini, ada sekelompok tentara di gunung. Tapi, siapa wanita itu?"

Wol Ryung tersenyum hangat sambil meliat Seo Hwa. "Yoon Seo Hwa."

"Yoon Seo Hwa?"

So Jung menoleh melihat Seo Hwa. Seo Hwa mengangguk hormat.

"Dia yang diikat di pohon aib," Wol Ryung mengingatkan. "Apa kau tidak ingat?"

"Jadi kau melakukannya juga?"

"Dia dulu yang datang ke hutanku. Ia meminta pertolongan, jadi..."

"Keluarkan dia dari gunung ini sekarang juga!" kata So Jung. Mereka berbicara agak berbisik hingga Seo Hwa tak bisa mendengar.

Wol Ryung berkata Seo Hwa bisa tertangkap dan mati jika keluar dari gunung.

"Mati atau tidak, itu adalah takdirnya! Itu bukan urusanmu! Berapa kali aku harus memberitahumu?" kata Do Jung frustrasi.

"Tidak. Ini menjadi urusanku sekarang."

"Sejak kapan takdir manusia menjadi urusanmu?!"

Wol Ryung kembali melihat Seo Hwa. Sambil tersenyum ia berkata ia telah memberikan hatinya pada Seo Hwa.

"Maksudku, bagaimana bisa kau..... eh, apa?" tanya So Jung kaget.

"Jadi aku sedang berpikir, bagaimana aku bisa menemukan buku keluarga Gu?"

"Untuk apa kau menyebut-nyebut buku keluarga Gu?" So Jung tersadar, "Jangan-jangan,....."

"Ya, aku ingin menjadi manusia," kata Wol Ryung mantap.

Perintah yang dIterima Dam Pyung Joon adalah menangkap gumiho dan menemukan mayat Seo Hwa. Mereka telah tiba di tempat Wol Ryung menampakkan diri semalam.

Seekor elang terbang dari hutan, melintasi tempat Wol Ryung tinggal.

"Ini adalah gunung misterius. Tidak terjamah kaki manusia. Tempat di mana makhluk gaib yang melindungi gunung kadang-kadang menampakkan diri. Di tempat yang disebut Taman Cahaya Bulan ini, kisah sedih mereka baru saja dimulai."

"Apa kau bilang? Kau ingin menjadi manusia?" tanya So Jung.

"Benar."

"Kau? Kau?"

"Benar. Aku ingin menjadi manusia."

Seo Hwa melihat ke arah mereka. Wol Ryung tersenyum padanya.

Episode-2.1        

Ini adalah tempat yang misterius. Tempat berbahaya yang tak boleh terjamah manusia. Makhluk gaib melindungi tempat ini  dan konon kabarnya hanya muncul sesekali di tempat ini. Taman Cahaya Bulan. Di tempat inilah terjadinya awal dari legenda yang menyedihkan itu.

Di bawah tatapan Seol Hwa yang melihat mereka dari jauh, Biksu So Jung mencoba mengembalikan akal sehat Wol Ryung dengan mengatakan kalau banyak tentara yang mencari wanita yang baru saja Wol Ryung selamatkan. Dan yang lebih berbahaya lagi adalah tentara itu dipimpin oleh kepala polisi Dam Pyeong Joon.

Wol Ryung heran mendengar nama yang disebut Biksu So Jung dengan nada yang berbeda. Biksu So Jung menjelaskan siapa Dam Pyeong Joon. Satu dari sedikit manusia yang mempunyai kemampuan khusus, berbeda dengan kebanyakan orang yang bisa diusir dengan hanya menggunakan pedang saja, "Menyimpan seorang wanita di dalam hatimu akan sangat membahayakan jiwamu!"

Mendengar nasehat temannya, Wol Ryung hanya bisa menatap wanita yang sedang mereka perbincangkan, nampak dari wajahnya ia sedang berperang batin.

Dan inilah Dam Pyeong Joo, sedang mencari jejak Seol Hwa. Pria yang tak banyak bicara. Salah satu anak buahnya menemukan obor yang dibawa Seol Hwa, menguatkan keyakinan mereka kalau arah pencarian mereka sudah benar. Dam Pyeong Joo juga menemukan tusuk konde milik Seol Hwa.

Terdengar pekik suara elang yang terbang menjauh, dan Dam Pyeong Joo mengamati elang yang terbang itu.

Elang itu memekik lagi dan terbang jauh, melintasi hutan, sungai dan hingga sampai di taman cahaya bulan. Si Elang memekik lagi, melewati Wol Ryung yang wajahnya menampakkan kekhawatiran saat mendengar pekikan si Elang.

Tapi ekspresi khawatir itu sirna saat mendengar panggilan lembut Seol Hwa. Wajahnya berubah ceria saat ia menghampiri gadis itu.

Seol Hwa tak ingin membahayakan pria yang menyelamatkannya itu dan ia merasa kalau ia sebaiknya pergi meninggalkan Wol Ryung. Ia adalah putri pengkhianat dan sekarang menjadi budak negara yang melarikan diri.

"Terus?" tanya Wol Ryung polos.

"Selama aku masih di sini, mereka akan terus mencariku di gunung ini dan kau akan mendapat kesulitan karena telah menyembunyikanku."

Wol Ryung mengangguk seakan ia memahami kekhawatiran Seo Hwa, "Terus?"

"Aku tak ingin membahayakan penyelamatku," ungkap Seo Hwa sopan dan lembut, "Karena itulah aku ingin mengucapkan selamat tinggal."

Wol Ryung tertawa, membuat Seo Hwa heran. Wol Ryung menjelaskan kalau ia tak akan pernah mendapatkan bahaya karena masalah itu. Begitu pula dengan Seo Hwa yang ada berada di sisinya.

Seo Hwa menyela ingin membantah, tapi Wol Ryung tak mendengarkan. Ia malah mengacungkan karung yang ia bawa dari tadi, "Kupikir kau pasti lapar maka aku membawakanmu makanan. Apa kau mau lihat?"

Seo Hwa terkaget-kaget mendengar menu makanan yang di bawa Wol Ryung. Wol Ryung mengangkat kelinci hidup ke depan wajah Seo Hwa, "Kau suka mana? Ini?" dan tangan satunya mengacungkan kura-kura, "Atau ini?"

Seo Hwa speechless melihat kedua binatang yang bisa menjadi binatang piaraan itu. Ia mencari-cari makanan lain yang dibawa Wol Ryung dan ia menemukannya. Ia mengambil salah satu apel di meja dan menyatakan kalau ia akan memakan apel saja.

Wol Ryung tersenyum senang dan menyuruh Seo Hwa menunggu sebentar.

Ia kembali lagi dengan membawa apel yang baru saja ia petik dari pohon. Dengan bangga ia menaruh apel yang ia petik di atas meja. Sekitar 5 kiloan, "Untuk mengisi perutmu, kau harus makan sebanyak ini."

Bwahaha..  Seo Hwa tersenyum mendengar ucapan Wol Ryung. Tapi ia segera menangkap tangan Wol Ryung, menahan Wol Ryung yang ingin mengambilkan apel lagi untuk Seo Hwa, "Sudah cukup. Terima kasih atas makanan ini."

Seakan tersengat akan sentuhan  itu, Wol Ryung terpana merasakan sentuhan Seo Hwa dan kemudian tersenyum lebar. Aww...

Wol Ryung ini sepertinya tipe pria yang tak mengenal kata sedikit. Saat Seo Hwa menciumi harumnya bunga yang ada di dekat gua mereka, Wol Ryung membawakan sepelukan besar bunga yang sama.

Saat Seo Hwa terpesona pada kupu-kupu biru yang saling berkejaran, Wol Ryung membawakan karung, yang saat dibuka ada berpuluh-puluh kupu-kupu biru yang terbang mengitari Seo Hwa. Seo Hwa tertawa gembira walau kesedihan (mungkin karena teringat adik dan Dam) masih tetap terpancar di wajahnya.

Maka Wol Ryung menarik tangan Seo Hwa dan membawanya ke tepi tebing. Dan Seo Hwa kembali terpesona pada keindahan tempat yang didiami Wol Ryung ini. Matanya tak puas-puas memandang danau yang dikelilingi tebing, "Cantiknya.. Benar-benar cantik.."

Sedangkan Wol Ryung? Ia terpesona melihat wajah Seo Hwa, "Kau cantik saat kau tersenyum. Benar-benar cantik.."

Malam harinya, mereka berbincang-bincang dan Seo Hwa bertanya sejak kapan Wol Ryung tinggal di gunung ini. Wol Ryung tersenyum dan berkata kalau ia tak lagi menghitung karena sudah sangat lama. Saat ditanya tentang keluarganya, Wol Ryung mengatakan kalau ia selalu tinggal sendiri.

Seo Hwa pun menceritakan dirinya yang memiliki seorang adik laki-laki dan seorang pelayan yang sudah seperti saudara sendiri, Dam. Saat ditanya keberadaan mereka, Seo Hwa pun menjawab kalau adiknya terpisah di gunung saat mereka melarikan diri sedangkan Dam berada di Choonhwagwan agar mereka bisa melarikan diri, "Walaupun aku sangat khawatir pada keselamatan mereka, aku tak dapat berbuat apapun selain tetap tinggal di sini bersamamu."

Wol Ryung menatap wajah murung Seo Hwa, "Apakah kau akan merasa lebih tenang jika kau dapat mendengar kabar dari mereka? Apakah saat itu kau juga bisa sering tersenyum?" Seo Hwa tak mengerti kenapa Wol Ryung begitu baik padanya dan Wol Ryung pun menjawab, "Aku ingin melakukan segalanya untukmu. Itu yang ingin hatiku lakukan sekarang."

Betapa terkejutnya Wol Ryung saat ia melihat tubuh seorang pria yang dikerangkeng bersama Seo Hwa sekarang telah menjadi mayat di tiang gantungan.

Gisaeng Chun meminta pada Jo Gwan Woong agar menurunkan mayat Yoon sekarang karena sudah 4 hari berlalu. Tapi Jo Gwan Woong malah berencana untuk menggantung mayat itu 4 hari lagi untuk memberi peringatan pada masyarakat agar patuh padanya dan contoh nyata adalah hal yang paling efektif. Saat diingatkan kalau Yoon adalah putra temannya sendiri dan juga adalah bangsawan, Jo Gwan Woong hanya menjawab sinis, "Sekarang ia tak lebih dari putra pengkhianat dan budak yang melarikan diri."

Gisaeng Chun heran dengan sikap Jo Gwan Woong yang tak berperasaan. Dan pejabat itu semakin sinis dan bertanya menyudutkan, "Dan kenapa kau sangat menaruh perhatian pada hal ini. Apakah kau dulu punya hubungan gelap dengan Wakil Menteri Yoon?" Dan Jo Gwan Woong menyuruh Gisaeng Chun untuk tutup mulut atau ia akan menyuruh Gisaeng Chun bertanggung jawab atas pelarian Seo Hwa.

Tiba-tiba terdengar suara pelayan Jo yang memberitahu kalau mayat Yoon sudah hilang.

Wol Ryung kembali dengan murung. Seo Hwa yang sudah tak sabar menunggu kedatangannya langsung bertanya tentang kondisi adik dan pelayannya. Untuk sesaat Wol Ryung ragu. Ia teringat pada beberapa saat yang lalu ia menguburkan mayat Yoon. Namun ia  kemudian tersenyum dan berkata, "Keduanya... tampak baik-baik saja."

Seo Hwa hampir tak percaya mendengar kabar membahagiakan ini. Matanya berkaca-kaca saat mendengar ucapan Wol Ryung berikutnya, "Jadi kuminta tenangkanlah hatimu sekarang. Jangan berpikir untuk pergi lagi dan tinggallah di sini bersamaku. Mulai sekarang aku akan melindungimu."

Mendengar janji Wol Ryung, Seo Hwa tak kuasa menahan air matanya. Ia menghambur ke pelukan Wol Ryung dan berterima kasih kepadanya, "Sekarang aku merasa tenang. Aku merasa akhirnya aku dapat bernafas kembali."

Sepertinya Wol Ryung baru pertama kali mendapat pelukan dari orang lain (atau lebih tepatnya makhluk lain). Dan ini juga kebohongan yang pertama kali ia ucapkan pada Seo Hwa. Tangannya diam di udara, tak berani menyentuh punggung Seo Hwa untuk membalas pelukannya.

Seo Hwa pun menyadari tindakannya yang tak patut. Ia segera melepaskan pelukannya dan minta maaf. Tapi Wol Ryung malah menyentuh pipinya, mengusap air matanya. Dan seketika itu muncul cahaya seperti kunang-kunang, yang kali ini berwarna hijau.

Wol Ryung seakan sadar akan tindakannya. Ia berbalik pergi meninggalkan Seo Hwa. Namun sedetik kemudian ia kembali lagi menghampiri..

.. dan menciumnya. Cahaya hijau itu terus menyertai mereka walau ciuman itu telah usai dan Wol Ryung tiba-tiba meminta, "Maukah kau menikah denganku?"

Seo Hwa tergeragap mendengar pertanyaan yang mendadak itu, "Tapi aku adalah putri penjahat negara."

"Maukah kau menikah denganku?"

"Dan aku juga adalah budak negara yang sedang buron."

"Maukah kau menikah denganku?"

Seo Hwa melihat kesungguhan di mata Wol Ryung, dan ia pun memeluk Wol Ryung dengan tersenyum bahagia.

Biksu So Jung kaget mendengar cerita Wol Ryung yang mengatakan kalau ia akan menikahi Seo Hwa dan ingin mengetahui cara untuk mendapatkan buku keluarga Gu.

Maka mereka ke perpustakaan biara dan Biksu So Jung mulai mencari-cari buku yang menjelaskan tentang buku keluarga Gu. Rupanya ia lupa dimana ia menyimpan buku itu. Wol Ryung kesal mendengarnya, "Harusnya kau menjaga buku itu baik-baik karena buku itu tentang aku!"

"Siapa juga yang berpikir kalau kau mau jadi manusia?" kilah Biksu So Jung. Ia masih belum habis pikir, kenapa Wol Ryung mau melakukan hal seperti ini.

Wol Ryung menjawab kalau temannya itu tak pernah hidup seribu tahun, sendiri dan kesepian, "Percayalah padaku. Menjadi fana itu lebih mengagumkan daripada hidup abadi. Dan karena itulah manusia menjadi lebih indah."

"Tapi tetap saja kalau kau punya tubuh yang tak bisa aus dimakan usia sepertimu.. Jika aku memiliki wajah tampanmu, kurasa aku dapat hidup seribu tahun atau sepuluh ribu tahun sendirian," bantah Biksu So Jung. Wol Ryung tertawa dan berkata kalau temannya itu belum pernah merasakan betapa membosankannya hidup seribu tahun itu.

Ada satu yang masih menjadi pertanyaan Biksu So Jung. Apakah Seo Hwa sudah tahu tentang jati diri Wol Ryung yang sebenarnya? Sambil mencari-cari buku itu, Wol Ryung menjawab belum dan ia berencana untuk menyimpan rahasia selamanya, "Karena aku akan menjadi manusia sebelum ia mengetahui siapa diriku sebenarnya."

Hmm..

Biksu So Jung mendesah kesal melihat keras kepalanya Wol Ryung. Ia tak bisa menyetujui pernikahan ini. Baginya tak ada yang lebih rumit daripada mencintai seorang wanita, "Kau pikir kenapa aku meninggalkan kehidupan duniawi? Bahkan pria yang manusia saja tak bisa mengendalikan seorang wanita! Dan ini akan lebih parah lagi untuk makhluk sepertimu."

Wol Ryung hanya tersenyum mendengar curhat temannya itu. Tapi perhatiannya beralih pada buku yang ia buka karena, "Ah, ketemu!"

Biksu So Jung segera meraih buku yang dipegang Wol Ryung dan mulai membacanya. Ternyata tak ada seorang pun yang pernah melihat Buku Keluarga Gu itu yang berarti tak pernah ada makhluk seperti Wol Ryung yang pernah menjadi manusia. Dengan kata lain menjadi manusia itu sangatlah sulit.

"Tentu saja sangat sulit," kata si biksu. "Maka dari itu menyerah sajalah."

Wol Ryung mendelik pada temannya dan menyuruhnya untuk terus membaca.

Menurut buku itu, untuk mendapatkan Buku Keluarga Gu, Wol Ryung harus berdoa selama 100  hari. Dan selama 100 hari itu, Wol Ryung harus menjalani 3 pantangan yaitu : Pertama, tak boleh membunuh makhluk apapun. Kedua, jika seorang manusia membutuhkan bantuan, Wol Ryung harus mau membantu dan tak boleh menolak. Ketiga, Wol Ryung tak boleh menunjukkan jati dirinya yang asli kepada manusia.

"Susah, kan?" tanya Biksu So Jung. Wol Ryung pun mengakui hal itu dan Biksu So Jung meminta Wol Ryung untuk melupakan keinginannya itu. Jika Wol Ryung bisa melakukan dalam 100 hari itu, buku itu akan muncul dan sumpah Hwan Woong akan muncul di hadapannya.

Tapi jika Wol Ryung gagal melakukan satu saja pantangan itu, Wol Ryung tak hanya kehilangan kesempatan untuk menjadi manusia, tapi Wol Ryung akan menjadi iblis selama 1000 tahun, "Kesempatan untuk menjadi manusia sangatlah tipis. Apakah kau masih ingin tetap mencoba?"

"Dan sejarah baru akan tertorehkan," kata Wol Ryung ceria. "Makhluk kedua yang akan menjadi manusia setelah Woong Nyeo adalah Gu Wol Ryung!"

Sebagai teman, biksu So Jung meminta Wol Ryung untuk memikirkannya lagi karena pada akhirnya Wol Ryunglah yang akan sangat tersakiti. Wol Ryung berkata kalau ini adalah pertama kalinya dalam 100 tahun ia bertemu dengan seorang wanita yang membuat hatinya berdebar-debar, "Jika aku melepaskannya sekarang, mungkin aku harus menunggu 1000 tahun lagi."

Dan menikahlah Wol Ryung dengan Seo Hwa.

Sementara itu, Jo Gwan Woong mendatangi temuan pasukan pencari. Sebuah nisan yang kira-kira dibuat dalam waktu yang bersamaan dengan hilangnya mayat Yoon.  Jo Gwan Woong mencabut nisan kayu itu dan menyimpulkan kalau Seo Hwa masih hidup.

Nisan kayu itu dibawa Jo Gwan Woong pulang dan ia bertanya-tanya bagaimana seorang wanita bisa membawa mayat itu sendirian ke hutan. Dan sebuah jawaban melintas di pikirannya.

O oh..

Tiga bulan berlalu dan sepasang suami istri baru itu menjalan perkawinannya dengan bahagia. Seo Hwa selalu membawakan kotak makan untuk makan siang suaminya. Wol Ryung sendiri selalu lupa untuk membawa kotak makan itu.

Melihat Seo Hwa membawa keranjang, Wol Ryung bertanya apa yang akan Seo Hwa lakukan hari ini? Ternyata Seo Hwa berencana untuk mengambil beberapa tanaman dan bersikeras untuk melakukannya sendiri. Dan ia menenangkan suaminya kalau ia sudah benar-benar mengenal daerah ini, "Aku bahkan dapat menemukan jalan pulang dengan mata tertutup!"

Tapi Wol Ryung masih tetap khawatir. Ia mencoba mengambil keranjang itu, tapi Seo Hwa malah menyembunyikan keranjang itu di belakang dan mencium pipi Wol Ryung.

Tiga bulan pernikahan mereka, tapi Wol Ryung masih terkesima saat Seo Hwa mencium dirinya.  Seo Hwa pun tahu hal itu, "Semoga kau menikmati makan siangmu, suamiku. Aku akan kembali sebelum saatnya makan siang." Dan Seo Hwa kembali mencium pipi Wol Ryung yang masih mematung karena kecupan pertama tadi.

LOL. Dan Seo Hwa pun buru-buru pergi sebelum Wol Ryung pulih dari kesadaran.

Setelah pulih dari kagetnya, Wol Ryung tersenyum lebar dan meraba bekas kecupan di pipi itu.

"Kau benar-benar sudah termehek-mehek, ya," seru Biksu So Jung dari kejauhan. Ia sempat melihat kejadian itu. Ia juga melihat wajah Wol Ryung yang tak tampak segar karena pantangan 100 hari itu.

Dengan ceria Wol Ryung berkata kalau ia sudah tak makan daging selama 3 bulan dan tinggal 11 hari lagi, "Kecuali saat aku kadang memimpikan kelinci panggang, yang lainnya tak begitu buruk."

Biksu So Jung berkata kalau pantangan daging itu tak sebanding dengan memiliki istri cantik seperti Seo Hwa, "Ia bahkan membuatkan makan siang untukmu!" Biksu So Jung membuka kotak makan Wol Ryung dan memakannya sedikit. Namun sedetik kemudian makanan itu ia keluarkan lagi dari mulutnya.

Wol Ryung yang tadi mencoba mencegahnya, hanya tersenyum minta maaf, "Ahh.. kemampuan memasaknya masih harus diperbaiki lagi."

"Kau makan makanan seperti ini selama 3 bulan?" tanya Biksu So Jung muak. Wol Ryung yang tetap tersenyum penuh cinta berkata kalau Biksu So Jung akan terbiasa dengan rasanya jika tetap memakannya. Biksu So Jung hanya bisa geleng-geleng kepala, "Wahh, kekuatan cinta itu benar-benar mengagumkan!"

Kedatangan Biksu So Jung itu adalah untuk memberitahu cara untuk menolak hukuman jika Wol Ryung gagal. Ia menyerahkan sebatang tongkat kayu kecil, "Ini adalah kayu yang berusia 100 tahun. Kau tinggal menjalani 11 hari lagi. Namun untuk berjaga-jaga, bawalah selalu tongkat ini sampai hari terakhir."

Seo Hwa yang sibuk mengambil tananaman, tak menyadari kalau ada dua orang tentara yang melihat keberadaannya. O oh..

Dam Pyung Joon menemui Jo Gwan Woong dan menyatakan keinginannya untuk membubarkan pasukan pencarian. Rupanya Jo Gwan Woong mengira kalau gumiholah yang membawa mayat Yoon pergi dan bermaksud mencari gumiho itu agar bisa menemukan Seo Hwa.

Tapi Dam Pyung Joon yang sudah mengerahkan pasukan selama 3 bulan dan tak menemukan jejak gumiho atau mendengar berita tentang orang yang terluka karenanya, "Jadi lebih baik hentikan saja pencarian yang tak ada gunanya ini."

Jo Gwan Woong marah mendengarnya. Ialah yang memutuskan apakah pencarian ini ada gunanya atau tidak. Tapi Dam Pyung Joon mengatakan kalau ia adalah pegawai kerajaan yang tak bertugas untuk melakukan kepentingan pribadi. Jadi ia meminta Jo Gwan Woong untuk mencari orang lain saja.

Belum sempat Dam Pyung Joon pergi, salah satu anak buah datang melaporkan kalau ada yang melihat keberadaan wanita yang mirip Seo Hwa di gunung. Dan Jo Gwan Woong memintanya untuk mencari wanita itu, "Jika ia bisa hidup selama 3 bulan di gunung, pasti ada seseorang yang menyembunyikannya. Entah itu penjahat ataupun gumiho, kau harus menangkapnya dulu."

Wol Ryung kembali ke gua dan tak sengaja menjatuhkan tongkat yang diberikan So Jung padanya. Ia memandangi tongkat itu dengan skeptis, tapi ia tetap memasukkan tongkat itu ke dalam bajunya. Dan ia memanggil-manggil istrinya. Tapi tak ada sahutan.

Ternyata Seo Hwa masih asyik mengambil tanaman. Dan ia akhirnya merasakan ada orang yang mengikutinya. Ia pun melarikan diri.

Tentara yang mengikuti Seo Hwa pun segera mengambil panah dan memanahkan anak panah ke atas. Dan sekejap panah itu menyemburkan asap.

Dam Pyung Joon melihat asap itu.

Begitu pula Wol Ryung, "Seo Hwa.."

Ia berlari secepat-cepatnya dan akhirnya melompat terbang untuk segera tiba ke tempat Seo Hwa.

Seo Hwa pun berlari secepat-cepatnya. Di sebuah semak-semak, ia berhenti dan bersembunyi, sehingga tentara yang mengejarnya kehilangan jejak. Dan tentara itu pergi meninggalkannya. Seo Hwa pun berbalik untuk pergi ke arah yang berlawanan.

Tapi ternyata pasukan Dam Pyung Joon berada di sisi itu dan melihatnnya. Ia segera melarikan diri lagi, walaupun kali ini tak hanya satu orang yang mengejarnya tapi satu pasukan.

Para pengejar itu semakin mendekat, dan Seo Hwa kembali memohon dalam hati. Kali ini pada suaminya, "Tolong aku! Tolonglah aku, Wol Ryung!"

Dan sama seperti yang dulu, ia ditarik oleh seseorang. Suaminya. Seo Hwa berseru lega melihat suaminya.

"Ssst..!" Wol Ryung memintanya untuk diam. Ia merasakan para tentara itu semakin mendekat dan tak ada waktu bagi mereka untuk melarikan diri. Maka ia pun memeluk Seo Hwa erat.

Dan sekejap itu pula tanaman merambat imajiner menyelimuti mereka sehingga pasukan yang melewati mereka tak melihat keberadaan dua orang itu.

Seiring dengan tanaman merambat itu menghilang, Wol Ryung melepaskan pelukannya dan berkata menenangkan, "Sekarang semua sudah baik-baik saja. Mari kita pulang"

Tanpa suara, mereka pun beranjak meninggalkan tempat itu.

Untuk terpaku dan terkesiap kaget.

Dam Pyung Joon ada di hadapan mereka, duduk di atas kuda dengan tenang dan berkata,"Kau memiliki kekuatan yang sangat menarik. Mendadak kau dapat menutupi dirimu dengan tanaman-tanaman itu."

"Siapa dirimu sebenarnya? Apakah kau manusia atau makhluk lainnya?"

Episode-2.2        

 Wol Ryung menggenggam tangan istrinya semakin erat, tak menjawab pertanyaan Dam Pyung Joon dan malah berkata, "Saya tak ingin berkelahi denganmu."

"Apakah kau ingin mengatakan kalau kau melawan, maka kau percaya kalau kau akan menang?" tanya Dam Pyung Joon menyudutkan.

Wol Ryung mencoba berdalih kalau ia dan istrinya tak pernah melukai orang lain dan mengapa tentara melakukan hal seperti ini pada mereka. Dengan sopan Dam Pyung Joon mengatakan jika wanita yang bersama Wol Ryung bukanlah budak Negara yang sedang mereka cari, maka ia akan meminta maaf, "Jadi maukah kalian ikut bersamaku?"

Menghadapi Dam Pyung Joon yang sopan, Wol Ryung tak bisa menolak tapi juga tak mau menurut. Matanya terlihat panik dan mencari-cari jalan keluar, hingga matanya bertemu dengan mata kuda Dam Pyung Joon. Dan seperti menerima pesan Wol Ryung, kuda itu langsung meringkik dan mendompak, membuat Dam Pyung Joon harus menenangkan kuda itu.

Wol Ryung menggunakan kesempatan itu untuk lari. Namun Dam Pyung Joon yang kehilangan targetnya, langsung menembakkan anak panah ke udara, memberi isyarat pada pasukannya untuk bersiaga di tempatnya masing-masing.

Seo Hwa sudah tak kuat lari dan ingin menyerah.Ia minta maaf karena tak menuruti kata-kata Wol Ryung pagi tadi. Wol Ryung mencium kening Seol Hwa, berjanji untuk tetap melindunginya dan memintanya untuk bertahan.

Ternyata Wol Ryung dan Seo Hwa lari ke arah pasukan itu. Sudah ada beberapa orang yang menunggu di atas pohon, dan saat Wol Ryung dan Seo Hwa lewat, mereka menjerat Wol Ryung dengan rantai besi.

Dam Pyung Joon datang dan anak buahnya memastikan kalau wanita yang ada di depan mereka adalah budak Negara Yoon Seo Hwa. Maka Dam Pyung Joon pun menyuruh pasukannya untuk menangkap Seo Hwa.

Tapi menangkap Seo Hwa bukah hal yang mudah karena walau sudah terikat, Wol Ryung tetap melindungi istrinya, "Jangan sentuh dia! Dia adalah milikku."

Salah satu tentara itu memukul perut Wol Ryung hingga Wol Ryung tersungkur, dan Seo Hwa pun langsung diseret menjauhi Wol Ryung.

Seo Hwa berteriak memanggil suaminya dan Wol Ryung yang dipukuli ramai-ramai hanya bisa menatap istrinya yang panik. Suara biksu So Jung yang menyebutkan pantangan untuk tak membunuh makhluk apapun terngiang di telinganya.

Suara Seo Hwa yang memanggil namanya juga terngiang di telinganya. Pantangan untuk tak menunjukkan wujud aslinya di depan manusia pun terngiang, seolah memperingatkannya.

Tapi peringatan itu tak dapat menghentikannya karena ia melihat Seo Hwa diseret semakin menjauh darinya. Kemarahan memenuhi matanya, kedua tangannya mengepal, dan seketika itu pula butiran cahaya biru muncul dari tanah di sekitar tubuh Wol Ryung.

Para pasukan itu terkesima melihat butiran cahaya itu, namun belum sempat mereka melakukan apapun, semua tentara yang mengerubuti Wol Ryung terpental ke udara, mengagetkan kelompok pasukan yang menyeret  Seo Hwa.

Di tempat Wol Ryung terikat, mereka melihat semua tentara tersungkur di tanah kecuali satu tentara yang kini tergantung di udara karena lehernya tercekik.

Oleh wujud asli Wol Ryung. Walau mereka sudah menduga, tapi Dam Pyung Joon dan pasukannya terkejut melihat wujud asli Wol Ryung. Sedangkan Seo Hwa hanya bisa terpana saat melihat suaminya yang mencekik leher tentara itu lebih keras sehingga orang itu tewas seketika, "Wol Ryung.."

Para tentara itupun langsung maju untuk menyerang, tapi Wol Ryung yang sudah buas, melumpuhkan para tentara itu dengan tangan kosong yang sekarang sudah berubah menjadi cakar. Dalam hatinya, Wol Ryung berkata sesuai janjinya pada istrinya, "Jangan sentuh Seo Hwaku."

Tapi Seo Hwa yang melihat kebuasan suaminya, hanya bisa terpaku ketakutan. Tanpa sadar air matanya mengalir, melihat bagaimana Wol Ryung menebas para tentara itu dengan tangannya dan bahkan menggigit leher salah satu tentara seperti binatang.

Dan Wol Ryung pun berteriak, mengaum memekakkan telinga, sehingga angin  menerbangkan daun-daun sehingga menimbulkan pusaran angina yang hebat. Para tentara yang masih belum terkapar, satu per satu mulai tersungkur dengan menutup telinga karena tak tahan mendengar suara itu. Bahkan Dam Pyung Joon yang kemampuan bela dirinya paling tinggi pun akhirnya juga tersungkur, pingsan.

Sepertinya auman itu tak ditujukan pada Seo Hwa., karena sekarang hanya tinggal Wol Ryung dan Seo Hwa yang masih berdiri tegak. Wol Ryung berjalan menghampiri Seo Hwa. Namun Seo Hwa yang sudah ketakutan, meminta dalam hati, "Tidak, jangan mendekatiku..."

Suara hati Seo Hwa sepertinya terdengar oleh Wol Ryung karena ia menatap Seo Hwa putus asa dan tatapannya memohon. Tapi Seo Hwa yang baru saja melihat pemandangan yang mengerikan itu berteriak, "Tidakkk!!" dan ia pun jatuh pingsan. Wol Ryung kembali mengaum putus asa.

Wol Ryung membawa Seo Hwa ke dalam gua. Seo Hwa yang akhirnya sadar malah berteriak, meminta makhluk itu agar tak mendekatinya.

Masih dengan wujud aslinya, Wol Ryung berkata perlahan meminta agar Seo Hwa tak takut kepadanya karena ia adalah Wol Ryung. Seo Hwa bertanya tak percaya, "Apakah ini benar-benar dirimu?"

Wol Ryung mengangguk dan minta maaf karena menunjukkan wujud aslinya pada Seo Hwa. Dan karena kelelahan dan tubuhnya yang penuh luka, Wol Ryung pun terjatuh pingsan.

Seo Hwa menggeleng-gelengkan tak percaya. Ia pun keluar gua dan bergumam, "Tidak. Ia tak mungkin Wol Ryung." Dan ia pun pergi meninggalkan tempat yang pernah menjadi rumahnya.

Kembali butiran cahaya biru muncul dan secara ajaib menyembuhkan luka-luka yang diderita Wol Ryung yang tak sadarkan diri.

Sementara di tenda pasukan, Dam Pyung Joon iba melihat seluruh anggota pasukannya terluka parah. Anak buahnya melaporkan kalau pesan Dam Pyung Joon sudah disampaikan kepada Jo Gwan Woong yang akan segera  datang kemari.

Mendadak, mereka dikejutkan oleh kedatangan Seo Hwa yang tak terduga menyerahkan diri.

Biksu So Jung yang sebelumnya merasakan kekhawatiran akan temannya, menemukan Wol Ryung tergeletak pingsan. Ia pun segera merawat Wol Ryung. Tapi Wol Ryung yang kemudian sadar, meminta temannya untuk menemukan Seo Hwa karena Seo Hwa sekarang takut padanya.

Betapa kesal dan putus asanya Biksu So Jung melihat Wol Ryung masih mengkhawatirkan Seo Hwa yang menyebabkan semua ini. Tapi Wol Ryung tetap memohon, sehingga temannya itu menyanggupi. Sebelum pergi ia mengingatkan Wol Ryung tentang pisau kayu dan di saat terakhir, Wol Ryung harus melakukan apa yang dulu pernah ia katakanya.

Seo Hwa berhadapan dengan pembunuh ayahnya. Jo Gwan Woong menampar Seo Hwa, menyalahkan Seo Hwa yang telah mengorbankan nyawa pembantu dan adiknya untuk hidup dengan makhluk gaib.

Tentu saja Seo Hwa shock mendengar ucapan Jo Gwan Woong yang berbeda dengan ucapan Wol Ryung sebelumnya. Apalagi Jo Gwan Woong menjelaskan secara rinci bagaimana Dam mati gantung diri setelah meloloskan Seo Hwa, sedangkan Yoon mati digantung olehnya setelah ditemukan oleh para pemburu budak.

Jo Gwan Woong menyalahkan Seo Hwa. Kalau saja Seo Hwa mau tidur dengannya, maka nyawa Yoon akan selamat. Seo Hwa semakin shock mendengarnya. Tiba-tiba ia merasa mual, dan lari menjauh untuk muntah.

Jo Gwan Woong menyuruh Dam Pyung Joon untuk memaksa Seo Hwa menunjukkan arah ke sarang Gumiho dan memotong leher Gumiho itu, sekaligus leher Seo Hwa.

Dam Pyung Joon hanya diam, dan memandangi Seo Hwa yang menangis mengingat kedua orang terdekatnya.

Wol Ryung terbangun dan betapa terkejutnya ia saat keluar, ia melihat Dam Pyung Joon dan pasukannya telah bersiaga menunggu dirinya. Ia heran bagaimana Dam Pyung Joon bisa menemukan tempat tinggalnya karena tepat tinggalnya ini tak bisa dijamah oleh manusia.

Dan muncullah Seo Hwa dari balik punggung Dam Pyung Joon, memandang tajam kepadanya.

Wol Ryung tak menyangka Seo Hwa mengkhianatinya. Tapi Seo Hwa berkata dingin, "Dan bagaimana dengan kau yang membohongiku? Dam telah mati, Yoon juga telah mati. Kenapa kau mengatakan kalau mereka baik-baik saja?"

Wol Ryung menjawab kalau ia tak tahan melihat Seo Hwa tenggelam dalam kesedihan. Tapi Jo Gwan Woong muncul dan mengatakan motif Wol Ryung sebenarnya, "Sebagai seorang Gumiho, kau ingin merebut hatinya dengan membohonginya, menculiknya dan membuatnya bingung. Bukannya seperti itu?"

Tentu saja Wol Ryung membantah tuduhan itu. Tapi Seo Hwa bertanya bagaimana dengan Wol Ryung yang tak pernah memberitahukan kalau Wol Ryung adalah makhluk gaib? "Kenapa kau berpura-pura menjadi manusia?! Kukira kau adalah manusia biasa, dan semua yang kau katakan, yang kau tunjukkan padaku semuanya nyata."

Wol Ryung menatap istrinya dengan putus asa. Tanpa sadar ia meneteskan air mata mengingat kata-kata Biksu So Jung saat menyerahkan pisau kayu itu.

Jika wanita yang kau cintai itu tetap mencintaimu setelah mengetahui siapa dirimu sebenarnya, maka kau akan selamat. Namun, jika ia mengkhianatimu, maka bunuhlah ia dengan pisau in, maka kau masih tetap akan menjadi penjaga gunung ini dan bukannya iblis seribu tahun. Jadi jika situasi terburuk itu terjadi, gunakan pisau ini apapun yang terjadi.

Wol Ryung mengeluarkan pisau kayu itu, dan berteriak putus asa memanggil nama Seo Hwa. Jo Gwan Woong memerintahkan pasukan untuk memanahnya. Tapi dengan mudah Wol Ryung menangkisnya dengan pisau kayu itu.

Dan ia lari merangsek maju yang dicoba ditahan oleh pasukan yang menghalanginya. Tapi Wol Ryung dengan mudah meloloskan diri dengan terbang tinggi melompatinya dan sekejap ia sudah ada di hadapan istrinya. Tanpa ada pisau di tangannya

Wol Ryung meraih pundak istrinya. Namun belum sempat ia berkata atau melakukan apapun, Dam Pyung Joon sudah menghunuskan pedang ke perutnya. Wol Ryung mengernyit kesakitan apalagi saat Dam Pyung Joon menghunus pedang semakin dalam.

Tapi pandangan Wol Ryung hanya tetap pada Seo Hwa dan ia berkata perlahan, "Mengapa kau melakukannya? Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Mengapa...?"

Seo Hwa terpana mendengar kata-kata Wol Ryung yang hanya berupa bisikan. Begitu pula Dam Pyung Joon yang mendengar pengakuan tulus Wol Ryung. Namun Jo Gwan Woong berteriak padanya, menyuruhnya untuk segera menghabisi makhluk itu.

Dan ketika wujud asli Wol Ryung muncul, cakarnya mencengkeram bahu Seo Hwa sehingga Seo Hwa berteriak kesakitan. Saat itu pulalah Dam Pyung Joon mendorong Wol Ryung menjauh dari Seo Hwa dan menebas Wol Ryung.

Tubuh Wol Ryung tak terjatuh, tapi malah terangkat tinggi dan butiran cahaya biru itu kembali muncul, kali ini sangat banyak karena tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi butiran cahaya itu.

"Wol Ryung..." Seo Hwa memandang Wol Ryung yang terus menatapnya walau seluruh badannya sudah mulai menghilang dan menjadi butiran cahaya. Wol Ryung pun lenyap digantikan oleh butiran cahaya biru yang seolah adalah jiwa Wol Ryung, yang sekarang terbang dan menghilang.

Seo Hwa terduduk lemas. Jo Gwan Woong memuji Dam Pyung Joon dan memintanya untuk menyelesaikan tugas akhirnya di sini. Dam Pyung Joon menatap Jo Gwan Woong tak percaya. Tapi Jo Gwan Woong tak peduli dan ia pun pergi meninggalkan mereka.

Dam Pyung Joon melihat satu orang yang harus ia bunuh lagi. Mendadak suara Biksu So Jung mengalihkan perhatiannya. Biksu So Jung bertanya dimanakah Wol Ryung berada. Menyadari Dam Pyung Joon hanya diam, ia segera menyadari kalau temannya itu telah gagal. Ia menangis putus asa memanggil-manggil nama temannya.

Ia berteriak marah menyalahkan Dam Pyung Joon yang telah membinasakan Wol Ryung, penjaga suci gunung ini. Wol Ryung tak pernah melukai siapapun. Dam Pyung Joon membantah hal itu karena separuh pasukannya terbunuh oleh Wol Ryung. Namun Biksu So Jung menyela, "Apakah ia yang memulai serangan? Apakah ia duluan menyerang?"

"Yang ingin ia lakuan hanyalah menjadi manusia biasa dan menjadi tua bersamanya," kata Biksu So Jung dan ia menatap Seo Hwa, "Semua ini karena cintanya padamu! Apa kau tahu?"

Seo Hwa terpana mendengar kata-kata teman suaminya yang mengatakan kalau hanya dalam 10 hari lagi, Wol Ryung akan menjadi seorang manusia.  Ia terpaku, dan saat melihat pisau kayu yang tertinggal di tempat Wol Ryung berdiri, bersama dengan anak panah yang berserakan, ia menyadari kalau Wol Ryung tak pernah berniat untuk membunuhnya.

Dan perasaan mualpun datang kembali. Ia menutup mulutnya dan segera berlari menjauh, memuntahkan rasa mual itu.

Dam Pyung Joon mendekati Seo Hwa dan menyadari apa yang telah terjadi. Seo Hwa terbelalak, juga menyadari apa yang telah terjadi pada tubuhnya. Ia menolak percaya kalau hal ini terjadi padanya. Dam Pyung Joon hanya bisa menghela nafas.

Di kediamannya, Jo Gwan Woong menatap tusuk konde yang penuh darah yang dikirimkan Dam Pyung Joon kepadanya. Dam Pyung Joon telah menyelesaikan semuanya.

Dan untuk pertama kalinya ia terlihat sedih. Ia teringat saat ia melewati rumah Seo Hwa, dan dari jauh mengagumi kecantikan Seo Hwa yang sedang bersama Dam.

Hmm.. Apakah kejadian ini semua terjadi karena ia jatuh cinta pada Seo Hwa?

Wol Ryung ternyata berubah wujud kembali menjadi manusia. Entah sudah mati atau belum. Tapi tanaman merambat kembali menyelimuti tubuhnya, menyembunyikannya dari dunia manusia.

Musim berganti dan Taman Cahaya Bulan sekarang sepi, tak terjamah oleh siapapun.

Dan Seo Hwa yang hamil besar sekarang berada di Chunhwagwan, mencoba bunuh diri atau menggugurkan bayinya. Soo Ryun meminta Seo Hwa untuk menerima takdirnya. Tapi Seo Hwa tak mau, "Takdirku? Apa takdirku adalah menjadi gisaeng? Apakah takdirku adalah menjadi istri makhluk gaib? Atau takdirku menjadi ibu dari seorang monster? Aku tak dapat menerimanya. Semua itu bukan takdirku!"

Seo Hwa memohon agar ia bisa menggugurkan bayi ini sebelum ia melahirkan monster. Tapi Soo Ryun mengingatkan Seo Hwa yang telah meminum racun dan melompat dari ketinggian, tapi bayi itu tetap tumbuh sehat di kandungan Seo Hwa, "Anak ini pasti tak bisa mati sebelum kau mati!"

Maka Seo Hwa pun memohon agar ia bisa bunuh diri. Tapi Soo Ryun telah berjanji pada seseorang yang membawa Seo Hwa ke Chunhwagwan, maka ia menolak untuk membiarkan Seo Hwa melakukan hal itu.

Ditinggal sendirian, Seo Hwa merasakan kontraksi di perutnya. Dan ia pun mengambil keputusan.

Seo Hwa pun berjalan memasuki hutan. Suara Wol Ryung yang memanggilnya terngiang-ngiang di telinganya.

Dan sampailah ia di Taman Cahaya Bulan. Melihat bunga bermekaran, ia teringat saat-saat Wol Ryung dengan bahagia membawakannya bunya sepelukan besar. Ia kembali teringat betapa Wol Ryung membawakan kupu-kupu sekarang penuh dan membuka karung itu di hadapannya.

Kontraksi semakin terasa dan rasa sakit mulai menghebat. Seo Hwa pun melahirkan sendirian di goa, hanya ditemani kenangan saat pernikahan mereka.

Ia meredam jeritannya dengan kain dimulut, namun ia tak dapat meredam kenangan saat Wol Ryung mencoba menyelamatkan dirinya hingga ia harus menunjukkan wujud aslinya. Saat Wol Ryung tertusuk pedang Dam Pyung Joon, namun hanya dirinya yang Wol Ryung lihat. Betapa sebelum Wol Ryung lenyap, kata terakhirnya adalah Aku mencintamu. Sangat mencintaimu. Mengapa..?

Suara jeritan bayi terdengar pertama kali di malam hari. Dan butiran cahaya biru itupun muncul kembali.

Biksu So Jung yang kembali melihat butiran cahaya yang sangat ia kenal dan bertanya-tanya sendiri, "Wol Ryung..?"

Seo Hwa mendengar jeritan bayinya yang berada jauh dari sisinya. Bayi itu berada di sudut yang gelap, seolah-olah Seo Hwa tak ingin melihat wujud monster pada bayi yang baru saja ia lahirkan.

Bayi itu terus menangis. Dan dengan tekad bulat, Seo Hwa membuka bungkusan yang ia bawa, yang ternyata adalah sabit.

Ia pun mendekati bayi itu, "Maafkan aku, Wol Ryung. Tapi aku harus melakukannya. Maafkan aku.." dan mengayunkan sabitnya

Bayi itu kembali menangis. Dan butiran cahaya biru bermunculan seolah memanggil bulan untuk mengeluarkan sinarnya, menerangi goa itu sehingga ibunya dapat melihat wajahnya. Wujud aslinya.

Dan Seo Hwa pun tersentak melihatnya, "Astaga.."  dan ia pun perlahan mulai menyentuh bayi itu, membuka selimut yang tadi ia balutkan ke badan bayinya. Bayi itu seperti bayi kebanyakan pada umumnya, "Kau bukan monster. Kau bukan monster.."

Seo Hwa menangis. Menangisi bayinya. Menyesali semuanya yang sekarang sudah terlambat.

Di pinggir sungai, Park Mu Sol sedang bersantai di pinggir sungai bersama dengan teman-temannya dan pelayannya Choi Chun Ho. Tiba-tiba mereka mendengar suara bayi menangis dan melihat sebuah keranjang berisi bayi mengambang di sungai, melintasi mereka.

Buru-buru Park Mu Sol mengambil keranjang bayi itu dan membawanya ke tepian. Semua heran pada orang yang tega membuang bayi itu ke sungai.

Tiba-tiba muncul seorang biksu yang memberitahukan betapa beruntungnya Park Mu Sol mendapatkan bayi keberuntungan. Biksu itu memperkenalkan namanya sebagai So Jung.

Ia mengatakan kalau ia telah berkelana dan telah mempelajari tanda-tanda yang diberikan oleh langit, "Sepertinya jika kau memungut anak ini dan membesarkannya, kau akan mendapat sebuah keberuntungan yang besar."

Teman-temannya memuji keberuntungannya dan salah satu temannya berinisiatif untuk memberikan nama, yaitu Kang (sungai) dan Chi (ditinggalkan). Bayi yang ditinggalkan di sungai, Kang Chi. Dan bayi ini akan mendapat marga Choi seperti marga pelayan Park Mu Sol.

Chun Ho berdalih kalau ia belum menikah, tapi Biksu So Jung berkata, "Choi Kang Chi, nama yang sangat bagus. Bagaimana menurutmu, Tuan Park?"

Park Mu Sol terdiam dan menatap bayi yang sekarang diam saat berada di gendongannya.

Ini adalah tempat yang misterius. Sisi liar dari alam yang tak terjamah oleh kaki manusia. Walaupun kisah cinta Wol Ryung dan Seo Hwa telah berakhir, legenda baru telah bermula.

Park Mu Sol terpesona melihat mata bayi yang tersenyum menatapnya, "Kang Chi.. Choi Kang Chi." Dan ia tersenyum menatap bayi itu.

Episode-3.1        

So Jung bergegas menuju gua Wol Ryung karena mengira Wol Ryung telah kembali. Tapi yang ia temui adalah seorang yang sedang terpekur dan seorang bayi mungil.

"Siapa kau?" tanyanya.

Seo Hwa mengangkat kepalanya. So Jung menghela nafas panjang melihat Seo Hwa. Ia lalu membuatkan makanan. Tapi Seo Hwa hanya diam.

"Anak ini memiliki mata Wol Ryung," kata So Jung sedih.

"Benarkah? Aku tidak tahu seperti apa wajahnya...seperti apa matanya...senyumnya...aku tidak ingat," kata Seo Hwa getir. Menurutku Seo Hwa bukannya tidak ingat. Ia hanya tidak ingin mengingat Wol Ryung. Wol Ryung yang polos atau Wol Ryung yang buas.

Tampaknya So Jung sedikit kesal mendengar perkataan Seo Hwa. Ia mengeluarkan pisau kayu yang pernah diberikannya pada Wol Ryung.

"Aku menyuruhnya menusuk jantungmu dengan pisau itu. Ia bisa selamat jika ia menusukmu dengan pisau itu."

Mendengar itu Seo Hwa terkejut. Ia bertanya mengapa Wol Ryung tidak menusuknya waktu itu.

"Kau membuat jantungnya berdebar untuk pertama kalinya dalam seribu tahun. Aku yakin ia tidak bisa melukaimu untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Itu adalah cinta Wol Ryung."

Air mata Seo Hwa mengalir.

"Simpanlah pisau itu. Itu adalah milik terakhir Wol Ryung yang benar-benar mencintai dan mempercayaimu."

Seo Hwa meraih pisau itu dan mendekapnya di dadanya sambil menangis. Too late Seo Hwa....too late....

"Aku berencana untuk membunuhnya...aku berpikir seorang bayi monster akan lahir jadi aku berencana untuk membunuhnya. Itu adalah pikiran-pikiranku yang kejam."

Seo Hwa berjalan selangkah demi selangkah menyusuri jalan di kota. Air mata terus mengalir dari wajahnya yang sarat dengan penderitaan dan kepedihan.

Jo Gwan Woong menerima tamu yang datang dari Jepang. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya orang-orang itu para samurai. Rakyat berkerumun untuk melihat orang asing yang datang ke kota mereka. Di antara mereka, Seo Hwa melihat Jo Gwan Woong dengan penuh kebencian.

"Manusia sangat lemah dan rapuh."

Seo Hwa menggenggam pisau kayu di tangannya erat-erat lalu ia berjalan maju menerobos kerumunan. Ia melangkah mendekati Jo Gwan Woong.

"Makhluk bodoh yang hanya menyesal setelah kehilangan sesuatu yang berharga."

Samurai Jepang itu yang pertama kali melihat Seo Hwa. Jo Gwan Woong menoleh. Seo Hwa mengangkat pisaunya tinggi-tinggi.

"Jangan maafkan wanita seperti aku."

Seo Hwa mengayunkan pisaunya kuat-kuat. Jo Gwan Woong berteriak sambil memegangi pipinya yang berdarah. Seo Hwa menatapnya dengan penuh kemarahan. Sang samurai terkejut dengan apa yang dilakukan Seo Hwa.

"Aku menyebabkan kematian orang yang kucintai. Bahkan hendak membunuh puteranya. Jangan maafkan wanita kejam seperti aku. Aku akan membawa semua beban ini denganku."

Seo Hwa berteriak sambil mengangkat pisaunya sekali lagi. Pengawal Jo Gwan Woong mengayunkan pedangnya menebas perut Seo Hwa.

"Kasihanilah anak ini. Jangan biarkan ia menjalani hidup yang sedih dan kesepian seperti Wol Ryung. Bantulah ia hidup sebagai manusia di antara yang lainnya."

Seo Hwa tak kuat lagi. Ia terjatuh ke tanah. Matanya masih menatap tajam Jo Gwan Woong.

"Ini adalah harapan terakhir ibu yang tak pantas ini."

Seo Hwa menghembuskan nafas terakhirnya.

*Samurai yang disambut Jo Gwan Woong sepertinya akan memegang peranan cukup penting karena ia cukup banyak disorot. Dan lagi pemerannya adalah Otani Ryohei.

Semua itu adalah isi surat Seo Hwa pada So Jung. So Jung memikirkan isi surat itu, yang memintanya membiarkan putera Wol Ryung tumbuh di antara manusia. Seakan mengetahui ibunya tak ada lagi, bayi itu mulai menangis dengan keras.

Di pinggir sungai, Tuan Park Mo Sul mengadakan jamuan bisnis untuk rekan-rekannya. Sebenarnya ia sendiri tidak suka minum tapi ia sengaja mengadakan pesta itu untuk kelancaran bisnisnya.

Tiba-tiba ia mendengar suara bayi menangis. Pegawai kepercayaannya, Choi Chun Ha, tidak merasa mendengar apapun. Tapi Tuan Park yakin ada suara bayi menangis. Ia menyuruh para pemain musik berhenti memainkan musik.

Sekarang semua orang bisa mendengar suara tangisan itu. Choi yang pertama kali melihat keranjang berisi bayi hanyut di tengah sungai. Tanpa pikir panjang Tuan Park langsung berjalan masuk ke air lalu mengangkat keranjang itu dan membawanya ke darat.

Semua orang berkerumun dan menyayangkan mengapa ada orang yang tega membuang bayinya di sungai. Tapi tentu saja itu bukan kebetulan. So Jung muncul menghampiri mereka.

"Sepertinya Tuan menemukan keberuntungan!" katanya sambil tertawa.

"Siapa kau?" tanya Tuan Park curiga.

"Namaku So Jung. Setelah berkelana dari satu tempat ke tempat lain, aku belajar mengenali tanda-tanda langit. Jika Tuan membesarkan anak ini, banyak keberuntungan akan mengikuti Tuan. Melihat wajah Tuan, aku bisa melihat Tuan akan mengelola kekayaan yang besar. Tapi sekarang semuanya tidak berjalan baik."

"Jadi jika aku mengambil anak ini maka semua masalahku akan berakhir?" tanya Tuan Park tak percaya.

So Jung mengeluarkan gelang tasbih (gelang yang pernah dikenakannya pada Wol Ryung) lalu memakaikannya pada bayi itu.

"Apakah Tuan bisa berjanji tidak akan melepaskan gelang ini sampai usianya 20 tahun?"

"Gelang apa ini?"

"Gelang penolak iblis."

"Penolak Iblis?"

"Jika Tuan membesarkannya sampai ia berusia 20 tahun tanpa melepaskan gelang itu, seluruh kebaikan Tuan akan kembali Tuan. Tuan akan sukses dalam apapun yang Tuan lakukan."

Tuan Park masih tidak percaya pada perkataan So Jung.

"Hutan, pohon-pohon, dan angin akan menjadi saksi perkataanku," kata So Jung.

Tiba-tiba angin bertiup kencang mnerpa mereka. So Jung tersenyum. Tuan Park terpana.

Rekan-rekan bisnisnya pun ikut senang untuk Tuan Park. Mereka menyarankan menamai anak itu Kang Chi (Kang=sungai, Chi=dibuang). Dan marganya diambil dari marga pelayan kepercayaan Tuan Park, Choi. Choi Kang Chi.

"Tuan-tuan, aku bahkan belum menikah," protes Choi.

"Choi Kang Chi. Nama yang bagus," kata So Jung. Ia lalu bertanya bagaimana keputusan Tuan Park.

Tuan Park melihat bayi yang sedang digendongnya.

"Ini adalah tempat misterius. Gunung berbahaya di mana tidak ada manusia yang berani mendekatinya. Legenda baru dimulai di sini."

"Namanya Kang Chi. Choi Kang Chi," Tuan Park tersenyum. So Jung tersenyum puas.

Bertahun-tahun kemudian kisah itu segera menjadi legenda di tengah masyarakat. Pendongeng kerap kali menceritakannya di tengah pasar. Anak-anak terpukau mendengar kisah itu, karena Tuan Park benar-benar menjadi orang yang sangat kaya setelah menerima anak itu di rumahnya. Sejak hari ia memungut anak itu, semua yang dilakukannya sukses besar dan menjadi salah satu orang terkaya.

Sekarang ini Tuan Park memiliki penginapan terbaik di propinsi selatan. Namanya "Penginapan Seratus Tahun". Di penginapan itu ada lebih dari seratus pelayan, lebih dari 10 bungalow, dan lebih dari 50 kamar. Belum lagi istal kuda dan kandang sapi. Kamar-kamar pemandian, dapur di setiap bungalow dengan makanan terbaik. Tamunya pun bukan hanya dari delapan propinsi yang ada, tapi dari seluruh penjuru dunia. Bisa dipastikan, Tuan Park bukan hanya memiliki banyak emas dan perak, tapi juga permata di seluruh tempat penyimpanannya.

Tapi yang terpenting bukanlah hal itu. Kekayaan Tuan Park mengundang banyak pencuri. Setelah Tuan Park memiliki pasukan pengawal sendiri, tidak ada lagi pencuri yang berani beraksi.

Suatu ketika ada pencuri nekat yang berhasil tertangkap. Ia memohon ampun dan menceritakan kalau ia memiliki ibu yang sudah lanjut usia, seorang istri dan tujuh anak yang sudah 5 hari tidak makan. Pencuri itu menangis memohon diampuni pada Tuan Park.

Brukk...dua karung beras dijatuhkan di hadapan pencuri itu. Tuan Park menyuruh pencuri itu menggunakan satu karung sebagai makanan untuk keluarganya, dan satu karung lagi sebagai benih untuk modal bertani. Hasil panen dari sawah itu akan dibelinya dengan harga bagus.

Pencuri itu bengong. Ia berterima kasih pada Tuan Park dan bertanya bagaimana ia bisa membalas budinya.

"Hiduplah dengan baik. Cukup kau hidup dengan baik sebagai balasannya."

Pencuri itu terharu dan bersedia memberikan nyawanya untuk Tuan Park.

Begitulah, Tuan Park dikenal sebagai orang yang kaya, baik hati dan bijaksana. Berkat Tuan Park, semakin sedikit rakyat yang menderita kelaparan dan rakyat sangat menghormatinya. Anak-anak pun bercita-cita menjadi seperti Tuan Park.

So Jung yang ikut mendengarkan cerita itu tersenyum puas.

"Aku ada pertanyaan!" tiba-tiba seseorang mengangkat tangannya. Ia membuka topinya. Dam Yeo Wool.

So Jung menoleh melihat Yeo Wool.

"Apa yang terjadi dengan bayi itu?" tanya Yeo Wool. "Aku penasaran apa yang terjadi dengan bayi yang diangkat Tuan Park dari sungai."

So Jung mengamati Yeo Wool lekat-lekat. Sementara pendongeng tampak kebingungan menjawab pertanyaan Yeo Wool.

"Kang Chi, dimana kau?! Choi Kang Chi!!" seru Choi, pelayan setia Tuan Park. Para pelayan yang sedang bekerja berhenti sejenak. Ok Man, salah seorang dari mereka, berkata kalau Kang Chi tidak ada di sana. Shoi mnegomel ia sudah menyuruh Kang Chi bekerja di sana sampai jam 5 sore. Ok Man bertanya apakah Kang Chi membuat ulah lagi.

"Benar. Ia membuat masalah besar!" kata Choi panik.

Di tengah halaman, seorang preman berwajah sangar berteriak-teriak mencari Kang Chi. Di sebelah kanan dan kirinya duduk dua orang anak buahnya yang babak belur. Tebak perbuatan siapa itu ;D

Seorang pemuda bangsawan keluar menemuinya. Ia adalah Park Tae Soo, putera Park Mu Sol. (Fiuhhhh...untung penampilannya tidak seperti di Werewolf Boy >,< )

"Mengapa kau mencari Choi Kang Chi?" tanyanya. Ia memperkenalkan dirinya dan bertanya mengapa preman itu membuat keributan di penginapan.

Si preman, Bong Chool, menunjuk dua anak buahnya yang babak belur.

"Menurutmu siapa yang melakukan kerusakan pada wajah mereka?"

"Kaubilang Choi Kang Chi pelakunya?"

"Jika kau tahu bawa dia ke sini sekarang juga. Pokoknya aku harus membereskannya hari ini juga."

Tae Soo menarik nafas panjang. Ia menyarankan Bong Chul pulang dulu, nanti ia akan memanggilnya lagi setelah tahu masalah sebenarnya. Tapi Bong Chul tidak mau. Ia tidak akan pergi sebelum berurusan dengan Kang Chi.

Tae Soo hanya diam. Bong Chool berteriak-teriak menyuruh Tae Soo membawa Kang Chi ke hadapannya.

Sementara yang dicari sedang sibuk mengintip di bawah pohon. Jadi inget film India ^^

Mengintip siapa? Park Chung Jo, puteri Park Mu Sol, yang sedang merias diri di kamarnya. Chung Jo sedang menanti kedatangan Nyonya Oh, istri dari asisten Menteri. Artinya, seorang pejabat ranking 2.

Chung Jo rupanya dijodohkan dengan putera keluarga Oh. Karena pejabat Oh akan ditugaskan di Han Yang, maka mereka pasti membutuhkan uang. Karena itu mereka ingin menikahkan putera mereka dengan puteri Park Mu Sol, orang terkaya di daerah itu.

Kang Chi mengendap-endap masuk ke kamar Chung Jo. Ia berencana hendak mengejutkan Chung Jo. Belum sempat kang Chi beraksi, Chung Jo menoleh.

Malah Kang Chi yang terkejut dan jatuh terduduk. Ia mengeluh Chung Jo tidak lagi berbicara dengan hormat padanya padahal ia lebih tua 2 tahun.

"Memangnya kenapa kalau kau lebih tua 2 tahun? Kau selalu bersikap seperti anak-anak yang lebih kecil dariku."

Kang Chi berkata Chung Jo dulu selalu memanggilnya "orabbi, orabbi" (kakak) tapi sekarang tidak lagi.

"Dulu aku masih kekanakkan...tapi sekarang...." Chung Jo berhenti bicara.

"Sekarang?"

"Aku akan segera menjadi menantu asisten menteri."

Mendengar itu senyum Kang Chi lenyap sesaat. Tapi ia menutupinya dengan tertawa dipaksakan. Ia berkata Chung Jo tidak cocok menjadi menantu pejabat.

"Tidak cocok? Kenapa?"

Kang Chi mendekati Chung Jo.

"Karena setahuku, aku bukanlah seseorang yang bisa menjalani hidup membosankan. Rumah asisten menteri? Tidak mungkin kau bahagia di tempat membosankan seperti itu. Aku mengenalmu lebih baik dari orang lain."

Chung Jo menatap Kang Chi.

Melihat itu pelayan Chung Jo ketakutan. Ia berkata Kang Chi tidak boleh ada di sini, sebentar lagi ibu Chung Jo akan datang. Baru saja ia selesai berbicara, ibu Chung Jo dan Nyonya Oh berjalan masuk ke halaman. Pelayan Chung Jo langsung menutup pintu. Chung Jo dan Kang Chi nampak khawatir.

Ibu Chung Jo memanggil puterinya dari luar. Tapi yang keluar menyambut mereka adalah pelayan Chung Jo. Ia berkata Chung Jo sedang mempersiapkan diri. Ibu Chung Jo terlihat curiga.

Chung Jo membuka jendela dan menyuruh Kang Chi segera melarikan diri. Tapi Kang Chi ingin mengetahui satu hal. Apakah Chung Jo sungguh-sungguh akan melakukan pernikahan ini? Pernikahan ini terjadi karena memberi keuntungan bagi dua keluarga, apakah Chung Jo benar-benar ingin pernikahan yang seperti itu?

Ibu Chung Jo hendak masuk ke kamar puterinya, tapi pelayan Chung Jo menghalangi. Dengan tegas ibu Chung Jo menyuruh pelayan itu minggir. Ia masuk ke kamar Chung Jo.

Untunglah Kang Chi sudah tidak ada. Chung Jo berkata ia baru saja hendak keluar. Ibu Chung Jo melihat keluar jendela.

"Apa Kang Chi ke sini lagi?" tanyanya kesal.

"Tentu saja tidak, aku bahkan tidak melihat bayangannya," kata Chung Jo berbohong. Ia beralasan membuka jendela karena udaranya sangat segar.

Nyonya Yoon (ibu Chung Jo � menurut penjelasan yang kubaca setelah menikah, para wanita tidak memakai marga suaminya) memarahi puterinya. Ia berkata pernikahan ini sangat penting.

"Walau kau tumbuh besar bersama Kang Chi, tetap saja ia hanya rakyat jelata. Kau sudah cukup dewasa untuk bisa membedakan kelas. Apa kau mengerti?"

Chung Jo tersenyum walau sorot matanya nampak sedih. Ia mengerti dan meminta ibunya tidak khawatir. Nyonya Yoon menyuruh Chung Jo ke gazebo untuk menyiapkan teh bagi calon mertuanya. Chung Jo menurut, lalu pergi menutup jendela. Ia tidak tahu kalau Kang Chi duduk di atap dan selama ini mendengar percakapan mereka. Wajahnya nampak sedih.

Ia turun dari atap dan terkejut saat melihat Tae Soo sedang memperhatikannya.

"Tae Soo," sapanya.

"Apa kau lupa Ibu menyuruhmu untuk tidak datang kemari?" tanya Tae Soo dengan wajah seriusnya.

Kang Chi berbohong ia tidak lupa dan hanya lewat. Ia hendak pergi tapi Tae Soo menahan lengannya. Kang Chi kira Tae Soo tidak percaya padanya. Ia meyakinkan kalau ia hanya lewat.

"Ma Bong Chool datang mencarimu." Kata Tae Soo.

Maka Kang Chi pun menemui mereka. Tae Soo berbisik agar Kang Chi membereskan masalah ini dengan tenang agar para preman ini pergi, karena ada tamu penting di penginapan.

Tapi Kang Chi malah menghampiri mereka.

"Apa kalian mencari mati?!"

"Kang Chi..." Tae Soo mengingatkan.

"Kau! Kaupikir tempat apa ini?" Kang Chi menunjuk Bong Chool. Tae Soo speechless.

"Tentu saja penginapan Seratus Tahun."

"Kalau begitu siapa aku?"

"Kau adalah CHOI KANG CHI!!!"

"Jadi kau tahu. Maka kau juga seharusnya sudah tahu, siapapun yang datang ke sini membuat keributan, aku Choi Kang Chi akan membereskan mereka."

"Apa? Lihat siapa yang bicara. Kau ini kan bukan siapa-siapa, cuma anak yatim piatu yang dibawa masuk," ejek Bong Chool.

"Beraninya kau berkata seperti itu!" kali ini Tae soo yang marah. Aww...ternyata ia dekat dengan Kang Chi.

"Kau mempunyai temperamen buruk untuk seseorang yang tak jelas asal-usulnya. Kau benar-benar membuatku muak karena hanya bergantung pada dukungan Tuan Park. Kau menjadi bajingan yang mengganggu orang baik!"

Kang Chi tak bisa menahan kemarahannya dan menendang dada Bong Chool hingga jatuh terjengkang.

"Choi Kang Chi!" Tae Soo nampak cemas.

"Aku tidak akan bicara banyak. Tutup mulutmu dan pergi dalam hitungan ketiga. Satu..."

Bong Chool makin marah. Sementara Tae Soo mengingatkan kalau ia sudah menyuruh Kang Chi membereskan masalah ini dengan tenang.

"Dua!"

"Ada tamu penting di dalam, hentikan Kang Chi-ah!"

"Tiga!" Kang Chi mengayunkan tinjunya.

"Sudah kubilang berhenti!" Tae Soo menghalangi Kang Chi.

"Dasar kau binatang!" seru Bong Chool.

"Kau juga, hentikan!" Bentak Tae Soo sambil berbalik.

"Seperti yang kaulihat, aku yang sudah dipukul!" protes Bong Chool.

"Apa 10 nyang cukup?" tanya Tae Soo.

"Park Tae Soo!" Giliran Kang Chi yang protes.

Bong Chool mempergunakan kesempatan ini untuk meminta uang lebih. Ia meminta 20 nyang. Tae Soo dan Kang Chi kaget.

Kang Chi yang marah menarik kerah baju Bong Chool. Tae Soo hanya bisa menggeleng. Bong Chool malah menaikkan permintaannya. Ia minta 30 nyang.

Tae Soo langsung menyetujui sebelum terjadi sesuatu.

"Apa kau gila? Bagaimana bisa kau memberi 30 nyang padanya!" protes Kang Chi.

"Kau yang membuatnya menjadi 30 saat seharusnya bisa selesai dengan 20, jadi tutup mulutmu," ujar Tae Soo kesal.

Bong Chool menyetujui masalah ini beres dengan 30 nyang.

"50 nyang!!" Kang Chi berteriak.

Semua terkejut. Kang Chi berkata ia akan memberi 50 nyang jika.....

Kang Chi mengambil sebatang sapu lalu menancapkan gagangnya ke tanah, menembus lantai batu. Gelang di tangan Kang Chi bersinar (sepertinya gelang itu bersinar jika Kang Chi mengeluarkan kekuatannya, namun kekuatan yang dikeluarkan masih terkendali).

"Jika kau bisa menarikku kembali ke sapu ini, aku akan memberimu 50 nyang," tantang Kang Chi.

"Kang Chi-ah!"

"Apa 50 nyang tidak cukup? Maka aku akan memberimu 50 nyang dan berlutut meminta maaf padamu. Hanya sebanyak itu yang bisa kutawarkan. Bagaimana? Kau mau menangkapku?"

Tentu saja jumlah uang sebanyak itu sangat menggiurkan. Bong Chool menyuruh para anak buahnya menangkap Kang Chi.

Kucing-kucingan pun terjadi di halaman penginapan. Tae Soo hanya bisa menghela nafas pasrah.

Chung Jo sedang menyeduh teh untuk calon mertuanya. Tapi keheningan pertemuan itu terganggu dengan suara perkelahian. Ternyata Bong Chool mengejar Kang Chi hingga ke kediaman keluarga Park. Tentu saja tidak mudah untuk mengalahkan Kang Chi yang begitu lincah.

Nyonya Yoon menenangkan tamunya kalau kadang-kadang ada tamu penginapan yang membuat keributan, tapi rumah dan penginapan merupakan tempat yang terpisah jadi tidak perlu khawatir.

Nyonya Oh mengangguk. Tiba-tiba pintu terbuka. Kang Chi berusaha terus menghindar dari tangkapan anak buah Bong Chool. Chung Jo nampak khawatir, sementara ibu Chung Jo sangat marah.

Akhirnya Kang Chi tertangkap dan dilemparkan ke dalam gazebo. Para wanita di gazebo itu menjerit.

Bong Chool tertawa menang. Ia memerintahkan para anak buahnya menangkap Kang Chi untuk mendapatkan 50 nyang.

"Berhenti!!" terdengar suara teriakan.

Sepasukan pengawal berseragam biru masuk diikuti Tae Soo. Para pengawal itu menghunus pedang mereka.

Tuan Park Mu Sol melangkah masuk bersama Choi. Bahkan Bong Chool nampak takut dan hormat melihat Tuan Park.

"Ada keributan apa ini?!" tanya Tuan Park.

"Tuan..." Kang Chi terkejut melihat kedatangan Tuan Park. Ia bangkit berdiri tapi terpeleset dan jatuh kembali.

"Kang Chi, apa kau tak apa-apa?" tanya Chung Jo khawatir.

Kang Chi langsung berbunga-bunga.

"Kang Chi! Berdiri sekarang juga!" bentak Nyonya Yoon.

Kang Chi buru-buru berdiri lalu memberi hormat pada Tuan Park.

Tuan Park mengangguk menatap Kang Chi.

Episode-3.2        

Kang Chi berlutut di halaman. Di hadapan Tuan Park dan yang lainnya. Choi melemparkan serenceng uang ke hadapan Bong Chool. Tuan Park berkata itu adalah uang 50 nyang yang dijanjikan Kang Chi dan Kang Chi telah berlutut meminta maaf.

"Apakah itu cukup?" tanyanya.

"Tentu saja, Tuan," kata Bong Chool tertawa puas.

Kang Chi hanya bisa melirik kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Bong Chool dan anak buahnya pergi.

"Dasar brengsek itu," gumam Kang Chi kesal.

Choi menghampirinya dan mengomelinya dengan kesal. Ia menyuruh Kang Chi meminta maaf pada Tuan Park. Kang Chi menunduk hormat pada Tuan Park, terlihat penyesalan di wajahnya.

"Sekarang apa?" tanya Tuan Park, "Jika kau berkelahi, alasannya hanya 2. Dia merusak penginapan kita atau kau melihatnya mengganggu orang lemah. Yang mana?"

Kang Chi terharu mendengar kepercayaan Tuan Park padanya. Ia berkata ia tidak boleh membuat alasan atas perbuatan yang telah dilakukannya.

"Semua ini karena temperamenku dan kurangnya pengendalian diri. Aku minta maaf."

Tuan Park tersenyum. Ia berkata berkelahi di usia muda bukanlah suatu kesalahan besar.

"Tapi, Kang Chi..kau sekarang sudah dewasa. Tak lama lagi kau akan membantu Tae Soo mengurus penginapan ini. Kau seharusnya lebih bertanggung jawab dalam menangani masalah ini. Berlututlah dan pikirkan apa yang kaulakukan hari ini."

Tuan Park masuk ke dalam. Choi memukul Kang Chi dengan gemas, memintanya untuk tumbuh dewasa. Kang Chi ditinggal berlutut sendirian di halaman. Ia menghela nafas panjang.

Nyonya Yoon menemui suaminya dan bertanya berapa lagi ia harus bersabar mengenai Kang Chi. Tuan Park bertanya apakah Nyonya Gong (calon mertua Chung Joo) sudah pulang. Nyonya Yoon berkata ia telah mengantar Nyonya Gong pulang dan telah memberinya kain sutera. Ia merasa sangat malu.

Tuan Park cuek saja mendengar keluh kesah isterinya.

"Aku mohon padamu untuk mengusir Kang Chi dari rumah kita."

"Hanya ada waktu sebulan lagi sebelum dia berusia 20 tahun."

"Pada saat itu, apa kau akan mengusirnya pergi?"

"Isteriku!" tegur Tuan Park.

"Aku tidak tahan dengan anak itu. Aku tidak tahan dengannya sejak ia tiba di rumah ini."

Tuan Park menatap istrinya sambil menghela nafas panjang.

Kilas balik:

Nyonya Yoon sedang hamil tua saat Tuan Park membawa Kang Chi yang masih bayi pulang ke rumah. Ia tidak setuju merawat bayi itu sementara ia sendiri akan melahirkan. Tuan Park berkata ia tidak tega meninggalkan bayi itu di sungai.

"Tidak, aku tidak setuju. Kita tidak bisa membiarkan bayi tanpa asal usul yang jelas ke dalam rumah kita. Bagaimana jika dia malah membawa kesialan? Sudah 2 bulan kita tidak mendengar kabar dari kapal yang kita kirim ke Cina dan uang kita tidak banyak."

"Istriku!"

Tiba-tiba terdengar suara Kang Chi menangis dari ruangan lain. Rupanya Choi tak sengaja menjatuhkan tempat lilin dan mengenai kepala Kang Chi hingga berdarah. Tuan Park segera menggendong Kang Chi. Saat itulah gelang yang melilit tangan Kang Chi terjatuh.

Ajaibnya, luka di kepala Kang Chi sembuh dengan sendirinya. Tuan Park, isterinya, dan Choi terkejut melihat peristiwa itu. Tapi Nyonya Yoon jadi ketakutan.

"Apa yang kaubawa ke rumah kita ini?" tanyanya panik.

Tuan Park menyentuh dahi Kang Chi dan terlihat shock saat mendapati sama sekali tidak ada bekas luka. Seakan-akan peristiwa tadi tak pernah terjadi.

"Ini pertanda buruk. Keluarkan bayi itu dari rumah kita sekarang juga. Sekarang juga!" ujar Nyonya Yoon. Saking kagetnya, Nyonya Yoon merasakan kontraksi yang hebat di perutnya. Ia akan melahirkan.

Tuan Park menanti di halaman sementara semua pelayan sibuk mondar mandir untuk membantu proses kelahiran. Terdengar suara Nyonya Yoon berteriak-teriak kesakitan tapi bayinya tidak keluar juga.

Choi menghampiri tuannya dan berkata apa yang harus mereka lakukan, Nyonya mengalami kesulitan melahirkan. Nyawa ibu dan bayinya mungkin dalam bahaya.

Tuan Park melihat gelang Kang Chi di tangannya. Ia teringat ucapan So Jung kalau gelang itu bisa menolak roh jahat. Jika Tuan Park merawat bayi itu hingga usia 20 tahun tanpa melepaskan gelang itu dari tangannya, makan kebaikan Tuan Park akan mendapat balasannya dan semua yang dilakukan Tuan Park akan menghasilkan kesuksesan.

Tuan Park kembali ke kamar dan memandangi bayi Kang Chi.

"Siapa kau?" tanyanya. "Apa kau benar-benar pembawa keberuntungan atau bayi yang dikutuk?"

Terdengar teriakan keras Nyonya Yoon.

Tuan Park merasa ia harus mencoba segala hal dalam keadaan segenting ini. Ia mengikatkan gelang itu kembali ke tangan bayi Kang Chi. Mendadak angin bertiup kencang dalam kamar itu.

Terdengar teriakan Nyonya Yoon yang sangat keras. Tuan Park bergegas keluar. Teriakan isterinya disusul dengan suara tangis bayi. Choi menghampiri tuannya. Ia mengucapkan selamat karena Tuan Park sudah menjadi ayah. Ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.

Bukan itu saja, tiba-tiba seorang pelayan datang memberitahukan kalau kapal mereka yang mereka kira hilang di laut telah kembali. Bukan hanya satu kapal, ketiga kapal yang mereka kirim ke Cina telah kembali. Semua orang bersorak karena itu artinya krisis keuangan keluarga ini telah terlewati.

Tuan Park sangat senang. Tiba-tiba ia sadar lalu menoleh ke kamar tempat Kang Chi terbaring di sana. Kata-kata So Jung bergema di pikirannya. Di dalam kamar, butiran-butiran cahaya biru melayang-melayang di sekitar bayi Kang Chi. Angin kembali berhembus dengan kencang seakan mengukuhkan keyakinan Tuan Park bahwa Kang Chi memanglah pembawa keberuntungan.

Dan sekarang Kang Chi si pembawa keberuntungan itu duduk berlutut di halaman sambil memegangi perutnya yang kelaparan. Tiba-tiba seseorang mengulurkan apel.

"Chung Jo!" seru Kang Chi senang. Ia bertanya bagaimana Chung Jo bisa masuk padahal wanita dari keluarga Tuan Park dilarang masuk ke sana (ke area penginapan).

"Jadi kau tak mau makan?" tanya Chung Jo.

Kang Chi mengambil apel yang dibawa Chung Jo lalu memakannya.

Chung Jo tersenyum senang, tapi ia nampak khawatir.

"Mengapa kau melakukan hal tadi? Walau kau melakukannya, pernikahan tidak akan dibatalkan. Kau juga tahu, kan? Dalam hidup ini ada hal-hal yang harus kaulakukan walau kau tidak ingin melakukannya. Pernikahan ini termasuk di dalamnya." (Jadi Kang Chi sengaja membuat keributan agar pernikahan Chung Jo batal?)

"Mengapa kau harus melakukan hal yang tidak kausukai?" tanya Kang Chi kesal.

"Kita harus bersabar dan berkorban demi melindungi apa yang kita sayangi."

Kang Chi bertanya apa yang sedang dilindungi Chung Jo. Keluargaku, jawab Chung Jo. Ia hanya seorang gadis lemah dalam keluarganya, tapi jika pernikahannya bisa menjamin kesejahteraan ayahnya dan keluarganya, dan membantu penginapan berkembang, maka ia sudah bahagia.

"Aku bisa melakukanya. Aku bisa melindungi hotel, Tuan, kau, dan seluruh keluargamu. Aku akan melindungi semuanya. Aku kuat, kau juga tahu itu."

Chung Jo tersenyum, tentu saja ia tahu kekuatan Kang Chi. Tapi kadangkala kekuatan saja tidak cukup dalam politik dan kerjasama yang saling menguntungkan (koalisi kali ya istilah singkatnya^^).

Kang Chi bertanya apa yang benar-benar Chung Jo inginkan, di luar semua itu.

"Apa kau menyukaiku?" Wow....to the point ^^

"Kang Chi..."

"Aku tidak perlu tahu yang lainnya. Katakan saja. Satu....Dua...Tiga..."

Chung Jo tetap diam. Kang Chi terlihat kecewa tapi ia tidak menyerah.

"Satu...Dua....T...."

Chung Jo mengecup pipi Kang Chi. Kang Chi tertegun.

Chung Jo mengajak Kang Chi masuk karena udara dingin. Kang Chi masih bengong. Chung Jo bangkit berdiri lalu tersenyum pada Kang Chi. Anehnya, ketika ia berbalik senyum itu lenyap. Hmm... gugup?

Chung Jo masuk ke dalam. Kang Chi menyentuh pipinya dengan tangan. Persis seperti yang dilakukan Wol Ryung ketiak Seo Hwa mengecupnya. Kang Chi melompat berdiri lalu melolong dan tertawa bahagia sambil berputar-putar. Sayangnya, Nyonya Yoon melihat semua kejadian tadi.

Nyonya Yoon teringat pada keputusan Tuan Park untuk membiarkan Kang Chi tinggal sebulan lagi. Tapi Nyonya Yoon khawatir terjadi sesuatu dalam waktu satu bulan itu.

"Kau tahu Kang Chi menyukai Chung Jo, iya kan?" tanyanya pada suaminya saat itu. Tapi Tuan Park hanya tersenyum dan berkata Chung Jo dan Kang Chi tumbuh bersama sebagai adik kakak, apa yang dikhawatirkan Nyonya Yoon tidak akan terjadi. Insting ibu dalam hal seperti ini biasa benar......

Dan sekarang Nyonya Yoon melihat dengan mata kepala sendiri kalau Kang Chi dan Chung Jo saling menyukai. Ia memutuskan akan mengusir Kang Chi jika Tuan Park tidak mau melakukannya. Woi ahjumma! Apa kau tidak ingat jasa Kang Chi? Kalau bukan karena Kang Chi, kau dan bayimu mungkin tidak selamat waktu itu ~,~

Yeo Wool menyodorkan telapak tangannya pada seorang nenek peramal nasib. Nenek itu melihat tangan dan wajah Yeo Wool lalu cemberut.

"Tidak bagus."

"Apa maksudnya?"

"Kau tidak akan beruntung mendapatkan jodoh."

Gon tersenyum mendengar penuturan si nenek.

"Pria harus punya sedikit lemak di wajah mereka. Mereka juga harus punya pundak yang lebar. Barulah para gadis akan suka," si nenek menasihati. "Kau begitu kurus dan berwajah lemah."

"Tapi nek, aku ini wanita," Yeo Wool membetulkan.

"Heh?" Nenek itu membuka topi Yeo Wool lalu berdecak kesal. " Lebih buruk! Bahkan lebih buruk! Pria seperti apa yang akan jatuh cinta padamu jika kau berpakaian seperti ini ke mana-mana? Seorang gadis itu harus lembut dan feminin untuk mendapatkan pria."

"Ya?" Yeo Wool bengong. Gon tersenyum geli.

"Aku tidak mau lihat lagi. Satu koin," Nenek itu mengulurkan tangan.

Mereka duduk di sebuah kedai. Yeo Wool meletakkan kepalanya di atas meja dengan frustrasi (gaya khas Suzy dalam tiap dramanya hehe...coba liat deh di Dream High dan Big juga dia pernah melakukan hal yang sama^^).

"Kurasa takdirku hidup sendirian sampai mati. Lembut dan feminin? Obat apa yang bisa membantuku menjadi seperti itu?"

Walau merasa geli tapi Gon berusaha menghibur Yeo Wool. Ia menasihati agar Yeo Wool tidak perlu terlalu menanggapi perkataan nenek peramal tadi. Yeo Wool duduk dengan tegak.

"Aku benar-benar penasaran. Gadis yang mahir menggunakan pedang dan panah benar-benar tidak menarik untuk pria? Benarkah seperti itu?" tanyanya ingin tahu.

Gon tak berani menatap Yeo Wool. Ia berdehem dan berkata ia tidak tahu. Tapi Yeo Wool mengira Gon pun berpendapat seperti itu.

"Bukan, bukan itu maksudku, " ujar Gon cepat. Hehe..penampilan sih garang tapi nervous kalau masalah perasaan XD

"Tidak apa-apa, tidak usah menghiburku. Aku akan mati sendirian. Tidak apa-apa, tak perlu mengkhawatirkan aku," Yeo Wool kembali bersandar di meja. Gon tersenyum.

"Bahkan sepatu tua pun ada pasangannya," terdengar seseorang menimpali. "Bagaimana bisa manusia tidak ada pasangannya."

Yeo Wool menoleh dan melihat seorang biksu mabuk. Ia adalah So Jung. Yeo Wool tertarik dan langsung duduk di depan So Jung.

"Apa kau pintar meramal?" tanyanya.

"Nona memiliki jiwa yang bersih dan polos."

"Ooo..kau pintar sekali." LOL^^

Ia mengulurkan telapak tangannya dan meminta So Jung melihat apakah ia akan memiliki jodoh atau tidak.

Gon hendak mencegahnya. "Nona..."

"Sssstttt....." Yeo Wool mengulurkan tangannya. "Jangan berisik."

"Mari kita lihat...." So Jung melihat telapak tangan Yeo Wool. Wajahnya berubah serius. Ia menatap Yeo Wool lalu memeriksa sekali lagi.

"Kenapa? Apa aku benar-benar tidak memiliki jodoh? Aku benar-benar akan mati sendirian seperti kata nenek itu?" tanya Yeo Wool.

"Tidak, itu tidak benar. Nona akan segera menemukan jodoh."

"Benarkah? Kapan? Di mana? Dia seperti apa?" tanya Yeo Wool bersemangat.

"Jika bisa, sebaiknya Nona menghindari takdir ini."

"Kau bilang dia jodohku, bukankah itu artinya langit yang telah menentukan? Jika aku bisa menghindarinya, bagaimana ia bisa disebut jodohku?" kata Yeo Wool bingung.

"Pertemuan kalian mungkin tidak bisa dicegah. Tapi Nona bisa memilih takdir Nona. Walau sudah menjadi takdir tapi jika Nona tidak memilih jalan itu....takdir Nona bisa berubah."

Yeo Wool bertanya apa tidak ada jalan lain, seperti jimat atau semacamnya.

"Seorang teman baikku bertemu dengan seseorang yang tidak seharusnya ia temui. Pada akhirnya ia mati. Tidak ada cara lain untuk menghentikan cinta yang telah ditakdirkan kecuali menghindari cinta itu."

"Jadi kau menyuruhku hidup sendirian sampai tua dan mati? Begitukah?"

So Jung tertawa dan berkata Yeo Wool orang berhati baik. Ia yakin jika Yeo Wool sabar menunggu pasti akan menemukan seseorang yang baik.

"Sudahlah, tidak perlu menghiburku," kata Yeo wool cemberut. Ia lalu beranjak pergi.

"Pohon sakura di bawah cahaya bulan adalah pertanda buruk untuk Nona. Jika Nona bertemu seseorang di sana, Nona harus menghindarinya tak peduli bagaimanapun juga. Nona mengerti, kan?" ujar So Jung.

Yeo Wool mengerutkan kening mendengar perkataan So Jung.

Seorang pembawa pesan menuju rumah Tuan Park dan memberikan surat dengan gambar tanda panah di sampulnya. Begitu membaca isi surat itu, Tuan Park langsung berangkat.

Ia bahkan tidak memberitahukan ke mana ia hendak pergi pada isterinya. Nyonya Yoon nampaknya memiliki rencana lain dengan tidak adanya Tuan Park di rumah.

Tae Soo membawa bertumpuk-tumpuk buku pada Kang Chi. Itu adalah buku-buku pembukuan penginapan selama tiga bulan terakhir. Tae Soo menyuruh Kang Chi memeriksa buku-buku itu dan memastikan semua perhitungannya benar.

"Kenapa kau melakukan ini?" protes Kang Chi. "Apa ini hukuman atas apa yang terjadi kemarin?"

"Kami kehilangan 50 nyang karena dirimu. Apa kau pikir kau tidak perlu menebusnya?"

"Lebih baik berikan aku pekerjaan fisik. Seperti membersihkan istal kuda? Atau membersihkan 12 gudang?"

"Duduk," Kata Tae Soo tegas. Melihat keseriusan Tae Soo, Kang Chi duduk sambil cemberut.

"Jangan berpindah dari sana sebelum semuanya selesai. Apa kau mengerti?"

Kang Chi mengomel pelan. Tae Soo berkata ia peduli pada Kang Chi makanya memberikan Kang Chi hukuman ringan. Ia tersenyum geli lalu buru-buru keluar.

"Tae Soo!!" Hehe...Jadi inget Jae Ha sama Shi Kyung di TK2H. Sayangnya hubungan Kang Chi dan Tae Soo tidak akan sebaik itu nantinya :(

Kang Chi menggebrak meja dengan kesal. Tanpa menyadari kekuatannya, meja itu langsung rubuh. Tiba-tiba pelayan Chung Jo datang. Ia menyerahkan sepucuk surat pada Kang Chi lalu pergi.

Kang Chi membaca surat itu. Ia mengira itu surat dari Chung Jo. Padahal dari Nyonya Yoon. Jebakan.

Tuan Park pergi sendirian ke sebuah benteng jauh di dalam hutan. Rupanya itu sebuah tempat pelatihan militer. Dan itu adalah tempat milik Dam Pyung Joon. Ayah Dam Yeo Wool. Yup, orang yang telah menusuk Wol Ryung 20 tahun lalu dan juga yang telah menyelamatkan Seo Hwa.

Dam Pyung Joon menyambut Tuan Park dengan ramah.

Hari sudah gelap. Tae Soo nampak senang mengetahui hari ini Kang Chi tidak membuat keributan. Ia yakin Kang Chi sudah tertidur saat ini. Sayangnya rasa senang itu lenyap ketika melihat kamar tempat Kang Chi dihukum kosong melompong. Lagi-lagi Tae Soo hanya bisa menghela nafas panjang.

Kang Chi pergi ke tempat kincir air. Ia memanggil-manggil Chung Jo. Berkelebat beberapa bayangan melewatinya, ia juga mendengar langkah beberapa orang melewati tempat itu. Pelayan Chung Jo keluar dari ruangan kincir.

"Gob Dan! Ada apa ini? Mengapa Chung Jo ingin menemuiku di sini? Apa ada masalah?" tanyanya khawatir saat melihat wajah Gob Dan yang gugup.

Gob Dan berkata Chung Jo menunggu Kang Chi di dalam. Ia menyuruh Kang Chi menanyakannya langsung.

Kang Chi masuk ke dalam ruangan yang gelap itu sambil memanggil Chung Jo. Ia keluar dari pintu yang lain. Nyonya Yoon sudah menunggunya di sana.

"Nyonya...."

"Pepatah lama memang tidak salah. Katanya kita tidak boleh mengambil anak dan dibesarkan seperti anak sendiri. Contohnya kau. Beraninya kau menyukai puteriku padahal kau tidak tidak tahu asal usulmu. Bagaimana kau bisa mendekati Chung Jo dengan maksud tersembunyi?"

"Maafkan aku, Nyonya. Tapi aku tidak punya maksud tersembunyi padanya."

"Kalau begitu apa?"

"Aku benar-benar tulus. Aku seorang rendahan tanpa asal-usul jelas. Tapi aku tulus."

Nyonya Yoon semakin marah. Ia berteriak memanggil para pengawal. Kang Chi kaget Nyonyanya berbuat sejauh itu.

Sementara itu Tuan Park sedang berdiskusi dengan Dam Pyung Joon mengenai Bi Joo (jabatan Joo Gwan Woon sekarang yaitu asisten menteri di Han Yang). Rupanya dua bulan terakhir ini terjadi serangkaian peristiwa pembunuhan dimulai dari daerah Jinju berlanjut ke propinsi selatan.

Orang-orang yang menyelidiki kejadian ini pun ditemukan mati. Dan mayat mereka ditemukan di dekat penginapan Tuan Park.

"Apa Tuan berpikir semua ini ada kaitannya dengan Bi Joo?" tanya Tuan Park.

Dam Pyung Joon berkata orang-orang Jo Gwan Woong telah mengambilalih berbagai bisnis di propinsi selatan. Setiap orang yang menentang akan dilenyapkan. Orang-orang itu mati tanpa ada yang tahu dan mereka kehilangan semua harta benda mereka.

Tuan Park mulai mengerti ke mana arah pembicaraan Dam Pyung Joon.

"Kalau begitu..."

"Kurasa penginapan Tuan menjadi target selanjutnya. Penginapan Seratus Tahun milik Tuan."

Walau sudah bisa menduga, Tuan Park kaget juga.

Perkiraan Dam Pyung Joon benar. Rombongan Jo Gwang Woong bergerak menuju kota tempat keluarga Park tinggal. Tak jauh dari tempat mereka, Yeo Wool dan Gon mengawasi. Gon mengirim surat rahasia melalui burung merpati.

"Ada lebih dari 10 pengawal yang terlihat. Aku yakin sedikitnya ada lebih dari 30 orang yang tidak terlihat."

Gon setuju dengan pendapat Yeo Wool. Mereka terus mengawasi rombongan Jo Gwan Woong.

Kang Chi dipukuli oleh para pengawal. Nyonya Yoon menyuruh Kang Chi memilih: pergi dari penginapan dan tidak pernah kembali, atau ...

"Penginapan Seratus Tahun adalah rumah dan keluargaku. Ke mana aku harus pergi? Mohon tarik perintah Nyonya," pinta Kang Chi.

"Aku tidak punya pilihan lain. Jika kau tidak mau pergi, aku akan membuatmu tidak bisa kembali." Ia lalu memerintahkan kepala pengawal menggulung Kang Chi dengan tikar lalu memukulinya hingga tikar hancur lalu buang Kang Chi ke jalan. Kejaaaaaam >,<

Kepala pengawal, Han Noh, merasa keberatan karena Tuan Park sedang tidak ada.

"Aku yang akan memberitahunya. Jika beliau tahu orang rendahan ini beraninya menyukai puterinya, beliau juga akan terkejut. Ia akan merasa terkhianati sebanyak rasa percayanya padamu," ujar Nyonya Yoon. Ia lalu pergi dari sana.

Kang Chi berusaha memanggil Nyonya Yoon. Tapi kepala pengawal menghadangnya.

"Aku merasa tak enak padamu. Tapi aku harus mengikuti perintah Nyonya," kata Han Noh. "Tolong jangan salahkan kami."

Kang Chi telah tinggal di rumah ini selama 20 tahun, tentu saja ia mengenal semua orang di sini. Semua pelayan dan semua pengawal.

Para pengawal memegangi Kang Chi tapi Kang Chi meronta lalu melarikan diri. Ia menggunakan kekuatannya untuk melepaskan tali yang mengikat tubuhnya. Para pengawal mengejarnya.

Gon dan Yeo Wool berada di daerah itu. Yeo Wool bertanya pada Gon mengenai perkataan So Jung.

"Kenapa biksu itu berbicara mengenai pohon sakura di bawah bulan sabit? Apa kaupikir ada arti misterius di baliknya?"

"Nona sebaiknya tidak terlalu mendengarkan perkataan orang seperti itu," kata Gon.

"Aku juga tidak mau tapi kata-katanya terus terngiang di pikiranku."

Ssst...Gon merasa ada sesuatu. Mereka mendengar langkah seseorang. Yeo Wool memutuskan untuk turun dan Gon menyerang dari arah lain. Mereka pun berpisah.

Para pengawal mengepung Kang Chi. Kang Chi meminta mereka berhenti, ia tidak mau bertarung melawan mereka. Para pengawal itu melemparkan serbuk putih, yang rupanya obat bius untuk melumpuhkan Kang Chi. Tapi Kang Chi masih bisa melawan.

"Mungkin dia memang monster. Bagaimana bisa ia masih bertahan," bisik seorang pengawal pada Han Noh.

"Tangkap dia tanpa terlalu melukainya," kata Han Noh.

Kang Chi lama kelamaan bertambah lemah. Saat Han Noh hendak menangkapnya, tiba-tiba sebuah panah melesat melewati mereka. Yeo Wool melompat dan berdiri di antara Kang Chi dan para pengawal. Wajahnya ditutupi topi bercadar.

"Siapa kau?" tanya Han Noh.

"Itulah yang seharusnya kutanyakan. Siapa kalian yang menyerang pria tak bersenjata?"

"Jangan ikut campur. Silakan pergi."

"Pertama, perkenalkan dulu diri kalian. Apa kalian orang-orang yang bertanggungjawab atas serangkaian pembunuhan di propinsi selatan?"

Han Noh menyuruh Yeo Wool pergi. Tapi Yeo Wool tidak mau. Jika ia sudah melibatkan diri maka ia akan terlibat sampai akhir.

Para pengawal mengeluarkan pedang mereka dan mulai menyerang Yeo Wool. Kang Chi tak bisa membantu karena terpengaruh obat. Samar-samar ia melihat seseorang berkelahi dengan para pengawal.

Tiba-tiba seseorang meraih tangannya dan menariknya untuk melarikan diri. Para pengawal hendak mengejar tapi dihalangi oleh Gon yang menutupi wajahnya dengan kain.

Seorang dari pengawal berlari mengejar Yeo Wool dan Kang Chi. Gon nampak khawatir tapi ia harus mengalahkan para pengawal lebih dulu.

So Jung berdiri di luar penginapan Seratus Tahun.

Dam Pyung Joon berkata ia sudah mengirim 2 orang yang paling dipercayainya ke Penginapan Seratus Tahun dan mengawasi di dekat Tuan Park (well...siapa lagi kalau bukan Yeo Wool dan Gon). Tuan Park hanya bisa pasrah.

Yeo Wool membawa Kang Chi kabur. Saat berlari, topi Yeo Wool terlepas hingga rambutnya terurai. Kang Chi hanya bisa melihatnya samar-samar.

"Chung Jo...Apa kau Chung Jo?" tanyanya dalam hati.

Pengawal yang mengejar mereka tiba-tiba ada dihadapan mereka sambil menghunus pedangnya. Yeo Wool hendak mengeluarkan pedangnya. Tapi tiba-tiba Kang Chi memutar tubuhnya dan melepas sarung pedang Yeo Wool hingga sarung pedang yang tumpul itu yang memukul perut si pengawal. Yeo Wool terkejut.

Pengawal itu jatuh ke tanah.

Kang Chi menatap Yeo Wool. Lalu mengulurkan tangannya menyentuh pipi Yeo Wool.

"Jangan khawatir. Kak Kang Chi akan melindungimu."

Yeo Wool terpana. Kang Chi kehilangan kesadaran dan bersandar di pundak Yeo Wool.

Butir-butir cahaya biru melayang-layang di sekitar mereka. Barulah Yeo Wool menyadari di mana mereka berada. Ia melihat pohon sakura di bawah bulan sabit di hadapannya.

"Jika Nona bertemu seseorang di sana, Nona harus menghindarinya tak peduli bagaimanapun juga..."

Yeo Wool melirik Kang Chi yang sedang bersandar padanya.

Episode-4.1        

Mengulang kisah Wol Ryung dan Seo Hwa, kita seperti diingatkan janji Wol Ryung pada Seo Hwa saat pertama kali mereka bertemu, "Percayalah padaku. Apapun yang terjadi, aku akan menjagamu."

Dan kita kembali pada Kang Chi yang berhalusinasi. Pada Yeo Wool yang ia anggap adalah Chung Jo, ia berkata, "Jangan khawatir. Aku akan melindungimu."

Kata-kata Kang Chi membuat Yeo Wool terpana dan bertanya dalam hati, "Di mana.. di mana aku pernah mendengar kata-kata ini?"

Yeo Wool pun teringat akan suara gonggongan anjing yang akan menerkamnya saat ia kecil dan saat itu ada anak laki-laki yang meneriakkan hal yang sama padanya.

Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir Kang Chi karena setelah itu ia pingsan di pelukan Yeo Wool. Tak hanya kaget karena Yeo Wool harus menangkap tubuh Kang Chi, tapi ia juga melihat kerlip cahaya biru yang berterbangan, dan salah satu kerlip itu membawanya ke pohon sakura yang berdiri di bawah bulan sabit.

Yang langsung mengingatkannya pada larangan seorang biksu yang pernah ia temui, "Pohon sakura yang berdiri di bawah bulan sabit. Jika kau bertemu dengannya di sana, kau harus melarikan diri."

Biksu So Jung berada di depan Penginapan Seratus Tahun. Ia hanya melihat bangunan itu, tapi tak masuk ke dalamnya.

Sementara itu, Tuan Park mendapat peringatan dari Dam Pyung Joon kalau ia harus berhati-hati pada Jo Gwan Woong, karena Jo Gwan Woong sedang mengincar dirinya dan Penginapan Seratus Tahun.

Namun peringatan itu sedikit terlambat. Karena Tae Soo diberitahu oleh pelayannya kalau ada tamu yang tak diharapkan, yaitu Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong yang datang di malam hari, meminta Tae Soo untuk mengosongkan beberapa kamar untuknya dan para pengawalnya.

Tae Soo yang mewakil ayahnya meminta maaf karena ia tak dapat memenuhi permintaan karena semua kamar sudah penuh. Tapi pengawal Jo Gwan Woong menyela dan menuntut kalau mereka harus mendapat kamar yang mereka inginkan.

Jo Gwan Woong pun membuka tirai tandunya, untuk menunjukkan wajah super pentingnya (yang sudah dihiasi codet akibat pisau kayu Seo Hwa) dan memperkenalkan dirinya sebagai Jo Gwan Woong.

Nama itu sepertinya cukup popular, namun dengan artian buruk karena Tae Soo pun memerintahkan para pelayan untuk memeriksa berapa kamar yang benar-benar bisa dikosongkan. Dan hasilnya sungguh mencemaskan karena sesuai laporan hanya ada 2 kamar saja yang bisa disiapkan untuk rombongan Jo Gwan Woong.

Tentu saja Tae Soo sangat khawatir mendengar hal ini dan bertanya tentang keberadaan Kang Chi. Pelayannya, Oh Man, menjawab kalau Kang Chi belum nampak sedikitpun dan ia akan mencari pemuda itu. Tae Soo menghela nafas frustasi, "Kenapa ia juga harus menghilang di saat-saat seperti ini?"

Pemuda yang dicari Tae Soo ternyata terbaring di sebuah rumah tua, dengan Yeo Wool duduk di samping, mengamati wajah Kang Chi. Kata-kata Biksu itu terngiang kembali di telinganya. Ia menghela nafas dan mulai memanggil Kang Chi untuk menyadarkannya.

Tapi Kang Chi benar-benar pingsan. Yeo Wool pun kemudian mencolek pipinya. Namun tak ada reaksi. Ia kembali mencolek pipinya lebih dalam.

Tiba-tiba Kang Chi bersuara keras, mengagetkan Yeo Wool. Karena suara yang keluar adalah ngoroknya Kang Chi. Grook.. Grookk...

Setelah pulih dari rasa kagetnya, Yeo Wool mendesah kesal, "Uhh.. ternyata.. . Aku benar-benar beruntung menemukan anak babi," dan Yeo Wool pun menggusah, seperti menghalau binatang ternak, "Huss huss... "

Gon datang dan memberitahukan kalau orang-orang itu telah pergi dan ingin tahu kondisi Kang Chi sekarang. Yeo Wool memberitahu kalau orang-orang itu pasti telah membius Kang Chi tadi. Gon mencoba membangunkan Kang Chi dengan menyepak lengannya, tapi pemuda itu malah semakin ngorok. Grokk.. grokk.. grooookk..

Gon pun mencoba trik lain. Ia mengeluarkan pedangnya dan menghunuskan pedang ke arah kepala Kang Chi.

Yeo Wool berteriak kaget. Namun ia semakin kaget karena Kang Chi membuka mata,  langsung melompat berdiri dan berteriak,"Apa-apaan ini?! Kau hampir saja membunuhku!"

Yeo Wool dan Gon sama-sama terkejut melihat refleks Kang Chi yang tak terduga itu. Tapi tidak dengan Kang Chi. Kang Chi marah dan bertanya siapa sebenarnya mereka berdua. Gon menjawab pertanyaan Kang Chi dengan balik bertanya, "Bukankah seharusnya kau yang harus memperkenalkan diri dulu pada kami?"

Hilang kagetnya, Kang Chi menngerutkan kening seperti berpikir apa seharusnya etikanya seperti itu, ya?, namun ia pun menuruti kehendak Gon dengan menjawab, "Aku Kang Chi dari penginapan Seratus Tahun. Sekarang, siapa kalian? Siapa dan darimana asal kalian?"

Yeo Wool terkejut mendengar jawaban Kang Chi. Tapi Gon hanya tersenyum simpul (beneran simpul banget, senyumnya tidak lebar terurai tapi kecil seperti simpul tali) dan menjawab, "Maaf, aku tak pernah memberikan namaku pada orang asing."

LOL. Tentu saja Kang Chi mendelik mendengar jawaban itu, apalagi saat mendengar Gon meneruskan, "Aku itu orangnya pilih-pilih. Memang seperti itulah aku."

Kang Chi kesal, "Hei! Apa kau ingin membuat gara-gara denganku? Kenapa kau melakukan ini?" Tapi Gon malah mengolok-oloknya, "Apa kau memang tak mengerti? Atau ini adalah hari special kebodohanmu?"

Tentu saja Kang Chi marah mendengarnya. Ia pun melayangkan tinjunya. Tapi Gon dengan mudah menghindari serangan Kang Chi, bahkan menjatuhkannya. Kang Chi tak menyerah dan mencoba lagi. Dan lagi-lagi gagal. Ia pun mencoba untuk ketiga kalinya.

Tapi serangannya berhenti karena Yeo Wool menghadangnya dan berkata tajam. "Hei, babi. Ada apa denganmu? Kami telah menolongmu dan kau malah menyerang kami?"

Kang Chi melotot mendengar kata-kata Yeo Wol dan ia menatap Yeo Wol dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia pun tertawa meremehkan, "Siapa yang menyelamatkan siapa? Apa kau ini bergurau?"

Dan Kang Chi mendapat tendangan berputar ala Van Damme yang akhirnya mendarat ke pipinya. Kang Chi shock mendapat tendangan yang tak terduga itu.

Ia hanya dapat terduduk dan memegang pipinya, tak percaya, apalagi saat mendengar Yeo Wool bertanya, "Apa sekarang aku kelihatan sedang bergurau?"

Sepertinya Kang Chi memang kalah kelas dengan Gon dan Yeo Wool, karena mereka bisa mengikat Kang Chi seperti sekarang ini, dan menggiringnya ke Penginapan Seratus Tahun.

Ha. Kang Chi pun mengeluh, "Apa kau perlu melakukan ini? Aku bukan anak anjing, kan? Tolong lepaskan aku." Kang Chi mengeluarkan senyum manisnya.

Tapi Yeo Wool tak mau, "Tadi kami telah menyelamatkanmu tapi kau malah menyerang kami. Bagaimana mungkin kami bisa percaya padamu." Senyum Kang Chi langsung lenyap dan menunjuk pada Gon, "Ia duluan yang mulai, mau menusukku saat aku tidur."

"Dan kenapa juga putra dari penginapan Seratus Tahun dikejar-kejar oleh banyak orang?" tanya Yeo Wool menyudutkan.

Kang Chi tak dapat menjawab pertanyaan itu karena alasan pribadi. Tapi Gon memotong ucapannya dengan mengatakan kalau Kang Chi ini pasti adalah pencuri. Tentu saja dugaan Gon itu membuat Kang Chi marah. Tapi mukanya sudah menjelaskan semuanya saat Gon mengutarakan dugaannya yang kedua, "Atau karena masalah gadis?"

Yeo Wool menatap Kang Chi yang membisu dan langsung menyimpulkan, "Ya ampun.. jadi kau ini seorang playboy?"

Nada Kang Chi langsung tinggi saat membantahnya, "Hei! Semua orang di Yosu tahu kalau aku adalah si Tuan Perawan." Hehe.. Tapi Yeo Wool tak percaya mendengarnya dan menyuruh Kang Chi untuk terus berjalan. Tapi Kang Chi meminta agar Yeo Wool melepaskan ikatannya dulu, "Jika ada yang melihatku seperti ini, aku akan mati. Serius!"

Mati karena malu, maksudnya. Karena sedetik kemudian ada suara yang menyapa Kang Chi, tak percaya, "Kang Chi, apakah itu kau?"

LOL, Kang Chi kaget melihat Oh Man melihatnya terikat seperti anjing. Ia buru-buru berbalik dan berbisik pada Yeo Wool, memintanya untuk segera melepaskannya.

Tapi Yeo Wool hanya tersenyum manis padanya, dan melewati pundak Kang Chi ia bertanya pada Oh Man, "Apakah kau sedang mencari Choi Kang Chi?" Dan ia pun membalikkan badan Kang Chi yang melotot padanya dan bertanya kembali, "Apakah dia yang kau cari? Choi Kang Chi?"

Bwahaha... Kang Chi hanya bisa memasang muka polos menghadapi Oh Man yang bertanya panik, "Apa yang telah terjadi padamu? Siapa mereka?" dan ia pun menjawab kalau mereka berdua adalah temannya.

Untuk membuktikan pertemanan mereka, Kang Chi mengalungkan tangannya pada leher Yeo Wool, membuat Gon mendelik kesal. Yeo Wool pun juga sama, "Hei babi, lepaskan tanganmu!"

Tapi Kang Chi tak mau melepaskan Yeo Wool, dan Gon pun juga mencoba membantu Yeo Wool dengan melepakan tangan Kang Chi. Maka mereka bertiga pun sedikit tarik-tarikan.

Oh Man menghentikan tingkah ketiga orang itu dan meminta mereka berhenti bercanda, karena penginapan sedang dilanda masalah.

Dengan sopan, Tae Soo memberitahukan kalau mereka tak dapat menerima Jo Gwan Woong karena tak ada lagi kamar kosong, dan mereka tak dapat mengusir tamu. Jo Gwan Woong tersinggung karena mendapat perlakuan seperti tamu lainnya, para pedagang yang sering melakukan perjalanan.

Tapi Tae Soo menjelaskan kalau penginapan mereka selalu menghargai semua tamu yang datang, "Kami tak akan pernah mengusir tamu, tidak untuk siapapun. Itu adalah filosofi ayah saya."

"Bahkan tidak untuk Jo Gwan Woong?"

"Bahkan tidak untuk bangsawan manapun," kata Tae Soo tegas.

"Hei, kau!!" teriak Jo Gwan Woong marah. Dan sekejab, salah satu pengawal mengeluarkan pedang dari sarungnya dan menghunuskan pedang itu ke leher Tae Soo.

Tapi Tae Soo tak gentar. Ia balik menatap Jo Gwan Woong yang gemetar karena amarah yang luar biasa besar.

Nyonya Yoon kaget mendengar kabar dari pelayan Chung Jo kalau ada kericuhan yang melibatkan pedang hanya karena karena kamar untuk menginap. Dan betapa paniknya ia mendengar orang yang membuat gara-gara itu adalah rombongon Jo Gwan Woong. Chung Jo juga ikut panik mendengar hal itu dan bertanya kemana para penjaga dan Kang Chi sekarang ini?

Pelayan Chung Jo itu tak dapat menjawab dan ia melirik ibu, meminta bantuannya. Ibu teringat saat-saat ia menyuruh Kang Chi untuk meninggalkan rumah sekarang dan jangan pernah kembali. Sepertinya ibu menyesal, kenapa ia tak menunggu sehari saja untuk mengusir Kang Chi.

Dan ingatan Kang Chi pun juga masih jelas bagaimana ancaman Nyonya Yoon padanya. Melihat Kang Chi hanya termangu, Oh Man meminta Kang Chi untuk segera melakukan sesuatu. Gon pun menyadari kalau masalah gadis yang dialami Kang Chi tak sesederhana yang ia kira.

Kang Chi pun menoleh pada Yeo Wool dan kali ini dengan sungguh-sungguh ia meminta, "Tolong lepaskan aku. Keluargaku di Penginapan Seratus Tahun membutuhkanku. Kumohon padamu."

Dan sekali lagi Yeo Wool merasa dejavu saat memandang mata Kang Chi dan bertanya-tanya dalam hati, "Kapankah itu? Aku seperti pernah melihat mata itu."

Tae Soo marah melihat tamunya berani mengeluarkan pedang padanya. Tapi Jo Gwan Woong menganggap Tae Soo melakukan pengkhianatan karena berani menolak tamu bangsawan dengan alasan semua tamu adalah sama, "Bangsawan adalah ayah dari negeri. Jika Yang Mulia Raja ingin menginap, apakah kau juga akan menolaknya? Sama? Tak ada pengecualian untuk siapapun?  Apakah Penginapan ini ingin menggurui bagaimana cara bangsawan untuk bersikap?"

"Kami tak bermaksud seperti itu," jawab Tae Soo.

"Lalu bagaimana dengan penghinaanmu tadi saat ada bangsawan datang dan memperkenalkan diri? Bagiku ini adalah sebuah pengkhianatan."

"Pengkhianatan?" tanya Tae Soo tak percaya. "Anda memperlakukan saya dengan tidak adil."

Tapi Jo Gwan Woong benar-benar kelewatan. Ia tak menggubris pernyataan Tae Soo dan bertanya kembali, "Jadi apakah kau memperlakukan semua tamu, sama? Tak ada pengecualian, bahkan untuk para bangsawan?"

Tae Soo sangat marah mendengar pertanyaan itu, tapi ia pun tak bisa menjawabnya tanpa menyinggung Jo Gwan Woong yang bermartabat.

Terdengar suara Nyonya Yoon yang menyela dan meminta maaf karena putranya yang masih muda dan belum berpengalaman. Walau Tae Soo mencoba mencegahnya, tapi Nyonya Yoon meminta Jo Gwan Woong untuk bersabar sebentar karena ia akan menyiapkan kamar untuk mereka.

Tapi Jo Gwan Woong malah berkata, "Apakah ini hanya masalah tentang kamar? Aku sedang menyelidiki sebuah kejahatan karena tidak menghargai seorang bangsawan."

Ughh..

Nyonya Yoon pun buru-buru berlutut dan meminta maaf. Jika ada yang harus dihukum, orang itu adalah dirinya karena gagal mendidik putranya. Tae Soo tak tega melihat ibunya merendahkan dirinya seperti ini. Ia menatap marah pada Jo Gwan Woong yang membalas tatapannya dengan penuh kemenangan.

Tapi tatapan Jo Gwan Woong sesaat kemudian berubah. Ia terpana.

Karena tepat pada saat itu, muncul Chung Jo yang khawatir akan kericuhan di penginapan keluarganya itu. Ia menyelinap di antara para pekerja dan kaget melihat ibunya berlutut. Ayah angkat Kang Chi menahan Chung Jo agar tetap di sampingnya.

Tapi bagi Jo Gwan Woong, ia seperti melihat Seo Hwa kembali, namun kali ini Seo Hwa memanggil Nyonya pemilik penginapan dengan panggilan ibu. Dan wajah Seo Hwa kembali menjadi wajah seorang gadis muda, seusia Seo Hwa saat ia melihatnya pertama kali. Dan pandangannya tak pernah lepas dari wajah gadis yang mirip Seo Hwa itu.

Ewww...

Mendadak seseorang berdiri tepat di hadapan Chung Jo sehingga Jo Gwan Woong tak dapat melihat gadis itu lagi. Ternyata Kang Chi.

Dan angin pun bertiup sangat kencang, seolah menandakan kedatangannya. Chung Jo dan ayah angkat Kang Chi menatap lega pada Kang Chi. Begitu pula Tae Soo. Kang Chi mengangguk hormat pada Nyonya Yoon dan pada temannya, ia meminta maaf karena terlambat datang. Tae Soo tersenyum lega dan berkata, "Sudah biasa, kok."

Aww.. cute.

Dari atas atap, Yeo Wool dan Gon mengawasi kerumunan di Penginapan Seratus Tahun dan menyadari kalau kedatangan Jo Gwan Woong ke Penginapan itu yang lebih cepat dari yang mereka duga.

Dengan nada meremahkan, Jo Gwan Woong bertanya siapa diri Kang Chi. Kang Chi pun memperkenalkan nama dan pekerjaannya, "Saya adalah orang yang bertanggung jawab untuk menjaga kedamaian di Penginapan Seratus Tahun ini, Tu-an!"

Jo Gwan Woong jelas tak suka pada Kang Chi yang menjawab dengan nada sinis. Nyonya Yoon mencoba mencegah tindakan Kang Chi, tapi Tae Soo menahannya. Rupanya Tae Soo sangat percaya pada kemampuan Kang Chi.

Kang Chi maju selangkah dan berkata, "Untuk bangsawan yang terhormat dan berumur, Anda sangatlah kasar." Jo Gwan Woong kaget mendengarnya, apalagi saat mendengar lanjutannya, "Bagaimana lagi Anda menyebut orang yang menghunuskan pedang pada pria yang dengan sopan mengatakan kalau penginapannya sudah penuh kemudian menuduhnya melakukan pemberontakan. Jika itu bukan kasar, lalu apa namanya?"

Jo Gwan Woong mencoba mengancam dengan menggunakan namanya yang telah terkenal, tapi Kang Chi tak peduli, "Anda adalah calon tamu di Penginapan kami. Tak kurang dan tak lebih. Jadi sekarang silahkan pilih. Anda meninggalkan tempat ini tanpa keributan.."

"Kauu!!" Jo Gwan Woong menggeram marah.

".. atau Anda ingin merasakan kemampuanku?" tantang Kang Chi balas berteriak.

Sontak semua pengawal Jo Gwan Woong mencabut pedang mereka, membuat kubu Penginapan mengkeret takut.

Yeo Wool pun beranjak hendak melompat turun, membantu Kang Chi. Tapi Gon mencegahnya, ia menduga kemampuan Kang Chi tak seenteng penampilannya tadi.

Dan rupanya feeling Gon benar. Kang Chi tak berkedip melihat pedang yang terhunus ke arahnya. Ia tersenyum kecil, dan hanya butuh beberapa detik untuk melumpuhkan beberapa pengawal terdepan, dan dengan tangan kosong ia merebut salah satu pedang dan mengarahkan ke salah satu dari mereka.

Gelang Kang Chi sesaat berpendar merah, dan kepala pengawal Jo Gwan Woong melihatnya.

Kubu Penginapan tersenyum lega karena Kang Chi berhasil mengalahkan para tamu. Begitu juga Yeo Wool yang merasa Kang Chi cukup lihai juga. Gon hanya terdiam dan terus mengawasi.

Masih dengan pedang di leher salah satu pengawal, Kang Chi bertanya, "Apa kalian perlu mendapat pelajaran lagi?" Karena tak ada yang menjawab, Kang Chi menoleh pada Jo Gwan Woong dan bertanya lebih keras, "Apa perlu?!"

Tak dinyana, Jo Gwan Woong tertawa terbahak-bahak dan menganggap semua ini lucu. Ia bertanya lagi siapa nama Kang Chi. Jo Gwan Woong berkata kalau Penginapan ini adalah tempat yang menarik. Dan saat itu, pandangannya mengarah pada Chung Jo.

Ugh.. so eww...

Namun senyum Jo Gwan Woong hilang saat ia masuk ke dalam tandu. Dan pandangannya pun menjadi menyeramkan.

Kepala pengawal itu sekali lagi melihat gelang Kang Chi sebelum meninggalkan tempat.

Gon memuji penyelesaian masalah ini yang lebih cepat dari yang ia duga. Tapi Yeo Wool seakan tak mendengar kata-kata Gon, hanya memandangi Kang Chi dari jauh.

Keesokan harinya, kepala penjaga penginapan harus menghadapi kemarahan Tuan Park yang menginvestigasi kemana perginya para penjaga di malam itu. Nyonya Yoon menatap khawatir, takut kepala penjaga buka mulut dan kedoknya terbuka.

Tapi belum sempat kepala buka mulut, Kang Chi sudah maju, bersimpuh di sebelah kepala pengawal dan mengaku, "Semua ini adalah salah saya. Saya pergi tanpa ijin, dan mereka mencari saya dan kami berselisih jalan."

"Butuh 7 orang penjaga untuk melacak satu orang?" Tuan Park jelas tak mudah percaya dengan pengakuan Kang Chi.

"Hah? Ahh.. tujuh.." Kang Chi menyadari kalau yang dipertaruhkan di sini bukan hanya teman yang ada di sebelahnya, tapi juga ketujuh temannya.

Maka ia pun hanya bisa berteriak dan bersujud mohon ampun, "SAYA PANTAS MATI, TUAANNNN..."

Tae Soo, Tuan Park, Nyonya Yoon, bahkan kepala penjaga juga bengong mendengar teriakan pengakuan Kang Chi, "SEMALAM SAYA MABUK DAN MEMBUAT KERIBUTAN DAN MEREKA TERPAKSA HARUS MENGHIMPUN KEKUATAN UNTUK MEMBANTU SAYAAAA...."

LOL. Tae Soo dan Kepala penjaga hanya bisa mendesah, karena Kang Chi kelihatan bohongnya. Tapi Kang Chi belum menyadari, sampai Tuan Park bertanya, "Bukannya tadi kau bilang mereka berselisih jalan denganmu?"

Kepala Kang Chi langsung mendongak dan bertanya, "Tadi saya bilang begitu?" LOL. "Ah.. benar.. uhmm..." Kang Chi mulai mengarang alasan lain, "Kemarin saya sangat mabuk hingga saya terhuyung-huyung pergi ke gunung.. mereka mencari saya.. dan kehilangan saya..," Kang Chi mencoba tersenyum ceria.." Ya.. pasti seperti itu"

Tuan Park menggebrak meja, "Jangan berbohong lagi! Katakan sejujurnya!"

Kepala penjaga membungkuk dan meminta Tuan Park menghukumnya karena ialah yang bersalah. Tapi Kang Chi ikut membungkuk, mengatakan kalau ialah yang bersalah. Tae Soolah yang menengahi dan berkata kalau yang paling penting sekarang adalah mengetahui niat Jo Gwan Woong yang sebenarnya.

Tapi menurut ibu yang harus dilakukan terlebih dulu adalah meminta maaf atas apa yang telah Kang Chi lakukan kemarin, "Kita tahu bagaimana Jo Gwan Woon sebenarnya. Dan kita harus meminta maaf jika kita ingin menjaga kelangsungan penginapan ini."

Kang Chi hanya bisa diam menunduk, mendengar Nyonya Yoon yang menimpakan semua kesalahan padanya.

Jo Gwan Woong yang sedang bersama para gisaeng kedatangan dua orang tamu. Mereka adalah Tuan Park dan Tae Soo. Jo Gwan Woong hanya melirik malas pada kedua orang yang berdiri di depan ruangannya.

Sama seperti Tuan Park dan Tae Soo, Kang Chi pun juga duduk bersimpuh di depan ruangan, menghadap Nyonya Yoon. Nyonya Yoon bertanya alasan Kang Chi yang kembali ke penginapan ini. Kang Chi menjelaskan kalau ia tak bisa tinggal diam saat mendengar Penginapan itu sedang ada masalah. Nyonya Yoon malah menyalahkan Kang Chi, karena jika Kang Chi tak kembali, maka suaminya sekarang tak akan pergi ke tempat itu.

Kang Chi menatap Nyonya Yoon sedih dan bertanya mengapa Nyonya Yoon sangat membencinya, "Anda tak pernah sekalipun tersenyum pada saya selama bertahun-tahun. Salah saya apa? Tolong katakan pada saya, dan saya akan mengoreksinya."

Nyonya Yoon menjawab kalau keberadaan Kang Chi membuatnya marah, "Kau itu adalah kutukan di rumah ini. Keberadaanmu mengancam Tae Soo dan Chung Jo. Aku benci melihatmu di sini."

Kang Chi menenangkan Nyonya Yoon kalau ia bukanlah ancaman. Ia bersumpah akan selalu melindungi Tae Soo dan Chung Jo.

"Sumpah? Apa bagusnya sumpahmu itu jika aku bahkan tak yakin kalau kau itu manusia."

Kang Chi terkejut mendengar ucapan Nyonya Yoon, "Maksud Anda.. apa?"

Belum sempat Kang Chi mendapat jawaban, terdengar suara pelayan yang memanggil Nyonya Yoon. Dan Nyonya Yoon pun pergi meninggalkan Kang Chi yang masih termangu.

Kang Chi berjalan gontai dan memandang Chung Jo dari kejauhan. Saat itu Chung Jo sedang dikelilingi oleh para pelayan, tertawa-tawa saat mencoba kain-kain yang pantas untuk pernikahannya nanti dengan putra wakil menteri. Ia pun berjalan meninggalkan tempat itu, tak menyadari kalau Chung Jo mengawasi kepergiannya.

Ia masih termenung mengingat semua kejadian yang baru saja dilihatnya.

"Ohh.. jadi begitu ceritanya," seru Yeo Wool dari belakang, mengagetkan Kang Chi. "Kasih tak sampai. Kau jatuh cinta pada putrinya dan ibunya marah hingga mengusirmu pergi. Cerita klasik, iya kan?"

Episode-4.2        

"Kau kenapa kemari?" salak Kang Chi. Tapi Yeo Wool menjawab santai kalau ia sedang menginap di sini. Maka Kang Chi pun menyuruh untuk mengurusi urusannya sendiri dan berbalik pergi.

Tiba-tiba Yeo Wool mengangkat tongkat bambunya dan seperti yang dilakukan Gon kemarin, ia  memukulkan tongkat kayunya sekuat tenaga ke kepala Kang Chi.

Praakk!!

Kang Chi membeku merasakan pukulan itu, membuat Yeo Wool kaget dan minta maaf. Kang Chi berbalik dan menarik tongkat Yeo Wool sehingga tubuh Yeo Wool pun ikutan tertarik maju. Kang Chi melotot padanya, "Apa-apaan sih?! Kau mau mati, ya?"

Yeo Wool yang langsung membela diri, "Kupikir kau bisa menghindarinya. Kenapa kau tak menghindar?"

"Karena aku tak bisa menghindar. Puas?!" bentak Kang Chi kesal. Ia mengusap-usap kepalanya yang sakit.

Yeo Wool tak percaya karena Kang Chi sangatlah gesit malam sebelumnya. Tapi Kang Chi berkilah kalau kemarin keadaannya terdesak. Jika ia tak melakukan apapun, ia akan mati, "Aku hanya melawan jika terpaksa."

Jawaban Kang Chi ini malah membuat Yeo Wool penasaran dan ia menantang Kang Chi untuk sebuah pertempuran, satu lawan satu, nanti malam. Kang Chi tertawa meremehkan, "Mimpi kali, ya? Kemarin kau bisa mengalahkanku. Tapi yang jelas kemampuanmu hanya separuh dariku. Tak ada pertempuran, tak ada penasaran. Karena kau nanti yang akan terluka."

Kang Chi berbalik, tapi berhenti saat Yeo Wool menyebutkan kata laba-laba dan mengatakan kalau binatang itu sangat ditakuti oleh Kang Chi. Dari ekspresi Kang Chi terlihat kalau tebakan Yeo Wool itu benar. Tapi ia membantahnya dan langsung berbalik pergi.

"Awas! Laba-laba!" teriak Yeo Wool sambil menunjuk ke arah kaki Kang Chi.

Sontak Kang Chi menari kesetanan, meloncat-loncat mundur menghindari laba-laba itu, "Laba-laba? Dimana?! Ahhh!!" Dan ia tersandung hingga harus berpegangan pada Yeo Wool.

Yeo Wool hanya menatap Kang Chi kalem dan bertanya, "Benar-benar tak takut?" Ha. Kang Chi terpana, menyadari laba-laba itu hanya tipuan Yeo Wool. Ia pun menegakkan diri, pura-pura tangguh dan membantah kalau ia benar-benar tak takut pada laba-laba.

Kesal, bingung, penasaran, Kang Chi meninggalkan Yeo Woo dan setelah hanya sendirian, ia memegang dadanya yang masih berdebar dan bertanya-tanya, "Siapa dia sebenarnya?"

Sementara Yeo Wool pun bergumam sendiri, "Ternyata itu kamu.."

Tuan Park dan Tae Soo tetap sabar menunggu Jo Gwan Woong yang hanya leyeh-leyeh mendengarkan  alunan musik. Seorang gisaeng yang memberanikan diri mengungkit tentang kedatangan Tuan Park, sehingga Jo Gwan Woong pun akhirnya menyuruh mereka masuk.

Kedatangan Tuan Park dan putranya menemui Jo Gwan Woong adalah untuk meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh Jo Gwan Wong. Tanpa basa-basi, Jo Gwan Woong pun meminta, "200 pukulan untuk Choi Kang Chi."

Betapa kagetnya Tuan Park yang merasa 200 pukulan itu terlalu banyak. Walaupun Choi Kang Chi gampang marah dan kasar, tapi Kang Chi tak seburuk itu dan harus mendapat hukuman seperti seorang pembunuh. Tapi ia bersedia mengganti apapun untuk meredakan kemarahan Jo Gwan Woong.

Mendengar kata apapun Jo Gwan Woong pun meminta, "Bahkan Penginapan Seratus Tahunmu?" Dan melihat wajah shock Tuan Park, Jo Gwan Woong tersenyum, "Sepertinya tidak. Kalau begitu... Bagaimana dengan putrimu? Dia muda dan cantik, persis seperti seleraku."

Ughhh..

Butuh ketenangan luar biasa untuk Tuan Park dan Tae Soo agar bisa menahan amarah. Jo Gwan Woong tersenyum, tahu kalau permintaannya tak akan terpenuhi. Jadi semua permintaannya tak dapat dipenuhi. Jalan yang paling mudah adalah menyerahkan Kang Chi agar dihukum 200 pukulan.

Tuan Park menarik nafas panjang dan teringat peringatan Dam Pyung Joon yang mengatakan kalau ia adalah target Jo Gwan Woong berikutnya. Maka iapun bangkit dan berlutut, "Dosa seorang putra adalah dosa ayahnya. Saya akan menggantikan Kang Chi untuk menerima hukuman 200 pukulan. Apakah cukup?"

Yang terjadi kemudian adalah Tuan Park dan Tae Soo pulang dengan tubuh utuh. Kepala pengawal bertanya pada Jo Gwan Woong, mengapa atasannya itu melepaskan mereka.

Jo Gwan Woong berkata kalau rakyat di daerah ini menganggap Tuan Park seperti raja. Jika ia memukulinya 200 kali, rakyat pasti akan membela Tuan Park. Maka ia punya rencana lain, "Kali ini aku akan menyerang. Dalam beberapa hari, nyawa Park Mu Sol ada ditanganku. Dan yang akan disalahkan adalah Choi Kang Chi."

Sementara itu si amazing super spy, Choi Kang Chi, sedang membuntuti Yeo Wool dan Gun di kota. Ia benar-benar penasaran dengan Yeo Wool.

Gon dan Yeo Wool sebenarnya tahu akan aksi si super spy itu. Tapi mereka membiarkannya. Hingga suatu saat, ketika ada orang menghalangi pandangan Kang Chi, Gon dan Yeo Wool menghilang. Dan Kang Chi terbingung-bingung melihat kedua buruannya lenyap.

Yeo Wool dan Gon ternyata masih berada di dekat Kang Chi, melihat kebingungannya. Yeo Wool hanya bisa geleng-geleng kepala, heran, "Dia itu pintar atau bodoh sih? Apa orang itu sama dengan orang yang kemarin malam mengalahkan banyak orang?"

Gon memberikan kemungkinan penjelasan yang masuk akal, "Ia merespon sesuai situasi." Gon pun mengajak Yeo Wool untuk pergi karena ada seseorang yang menunggu mereka.

Kang Chi masih tak habis pikir pada kedua orang yang ia buntuti itu tiba-tiba menghilang. Dan penjelasan paling mungkin baginya adalah, "Hantu.. Sesaat mereka ada, dan sesaat kemudian.. syuuuhh..."

Tapi perhatian Kang Chi langsung beralih saat melihat komplotan preman yang telah mendapat 50 nyang dari Tuan Park, sekarang tetap memalak para penjual di pasar. Saatnya untuk balas dendam..!!

Ternyata kepergian Gon dan Yeo Wool ke kota adalah untuk menemui seorang bangsawan. Mereka memberi laporan tentang rute pembunuhan misterius yang baru-baru ini terjadi yang sama dengan rute perjalanan bisnis Jo Gwan Woong.

Bangsawan itu  merasa tak masuk akal jika pembunuhan itu hanya untuk mencaplok bisnis-bisnis yang ada di daerah dan bangsawan itu merasa pasti ada sesuatu yang lebih besar lagi yang diincar Jo Gwan Woong.

Pembicaraan mereka terhenti karena keributan yang ditimbulkan oleh Kang Chi. Akhirnya Kang Chi berhasil membekuk orang-orang itu tanpa melukai mereka. Dan Kang Chi menyeret kepala preman, Bong Chool, ke jalan utama.

Yeo Wool mengerutkan kening melihat Kang Chi mulai merusuh lagi. Bangsawan itu bertanya apakah Yeo Wool mengenal pemuda itu, dan Yeo Wool pun menjelaskan kalau Kang Chi adalah orang dari Penginapan Seratus Tahun. Bangsawan itu sepertinya tertarik mendengarnya.

Mereka melihat Kang Chi menjejerkan beberapa orang yang ia ringkus tadi dan menyuruhnya untuk berlutut. Kang Chi juga meminta uang dari mereka. Tapi mereka menolak memberikan.

"Aku akan menghitung sampai tiga," kata Kang Chi dan ia mulai menghitung, "Satu.. dua.."

"Baik! Aku akan bayar!" seru Bong Chool kesal dan mulai mengeluarkan uang dari sakunya, "Selalu dengan hitungan satu-dua-tiga," dan melemparkan tiga keping uang perak.

Kang Chi melotot melihat uang yang tak seberapa itu, "Hanya segini? Apa aku harus menggoncang kalian satu per satu, hah?" Kang Chi mencontohkan goncangan yang akan ia lakukan, dan para penonton mulai kegirangan, "Begitu?"

Tak hanya Bong Chool, tapi semua yang berlutut mulai mengeluarkan uang di saku mereka, sehingga terkumpul banyak sekali. Dan Kang Chi pun puas. Ia mulai memunguti uang itu satu per satu.

Ulah Kang Chi sangat mengesalkan ketiga penonton yang belum pernah pergi ke kota Yosu. Bangsawan itu hanya mendesah sinis, tak suka melihat Kang Chi yang memeras orang di siang bolong. Yeo Wool pun berkata kalau ia akan turun tangan.

Yeo Wool belum sempat melakukan apapun saat mendengar Kang Chi berteriak, "Ayo semuanya berbaris!" Dan mereka bertiga kaget karena seluruh penduduk berteriak kegirangan dan mulai berbaris.

Satu per satu penjual mulai menerima uang jerih payah mereka bekerja di hari itu, yang diperas semena-mena oleh komplotan Bong Chool. Tak lupa mereka berterima kasih pada Kang Chi yang mau memikirkan nasib mereka.

Kang Chi memberi nasehat pada komplotan Bong Chool agar merampas kekayaan dari orang-orang kaya dan bukannya dari orang yang tak punya. Kata-kata Kang Chi itu disambut oleh elu-elukan semua orang yang menyaksikannya.

Bangsawan yang mulanya sinis itu menjadi kagum, menyadari kalau ternyata Kang Chi sedang memalak preman yang suka memeras para penjual. Begitu pula Yeo Wool yang menatap Kang Chi dengan berbeda. Tatapan Yeo Wool itu tak luput dari mata Gon.

Biksu So Jung ternyata juga menyaksikan hal ini. Ia tersenyum bangga melihat perbuatan Kang Chi. Kehadiran Biksu So Jung itu terlihat oleh Yeo Wool yang buru-buru mengejarnya.

Yeo Wool ingin bertanya tentang takdir yang pernah Biksu So Jung katakan, "Apa yang akan terjadi jika aku tak menghindari takdir itu? Jika aku tak dapat menghindarinya, apa yang akan terjadi?"

Biksu So Jung menatap Yeo Wool lama, dan setelah itu ia menjawabnya, "Salah satu dari kalian akan mati."

"Mati? Siapa? Aku?" seru Yeo Wool kaget. "Atau dia?"

"Hidup, mati, takdir. Semua itu adalah kehendak dari langit. Hanya itu yang bisa kukatakan," dan Biksu So Jung pun beranjak pergi.

Yeo Wool termangu mendengar jawaban itu. Saat ia kembali ke jalan utama, ia melihat Kang Chi masih dielu-elukan oleh para penduduk. Dan ia pun makin gamang.

Kang Chi baru pulang ke penginapan setelah malam tiba. Ayah angkatnya, Pelayan Choi, menunggui Kang Chi dengan rasa khawatir yang dimiliki oleh seorang ayah. Kang Chi memberikan anggur kepada ayahnya dan menjelaskan kalau anggur itu pemberian dari penjual di pasar yang tadi ia bantu. Tadi siang ia baru saja membalas dendam pada komplotan Bong Chool.

Lagi-lagi ayah angkatnya khawatir kalau gerombolan Bong Chool akan membuat gara-gara lagi. Tapi Kang Chi menenangkan kalau ia tak melukai mereka sedikitpun dan ia pun bertanya apakah Tuan Park sudah pulang?

Tuan Park ternyata sedang berkumpul dengan keluarganya, menikmati waktu bersama keluarganya yang nantinya akan sulit mereka lakukan karena Chung Jo sebentar lagi akan menikah. Ibu memberitahukan pada dua anaknya kalau ayah sangat sedih dengan pernikahan Chung Jo ini, "Jika saja kakakmu sudah lebih dulu menikah, pasti kami tak merasa sangat kehilangan."

Tae Soo menenangkan ibunya karena setelah Chung Jo pergi, ia akan membawa seorang gadis yang secantik adiknya ke rumah ini. Ibu mengingatkan kalau Tae Soo sudah berkali-kali kabur di acara perjodohan yang telah ia atur. Chung Jo yang penasaran pun bertanya, "Apa kau sebenarnya takut pada wanita?"

Tentu saja Tae Soo membantahnya. Tapi ibunya menceritakan kalau ayah mereka dulunya juga tak berani menatap matanya saat pertama kali mereka bertemu.

Kang Chi memandangi keceriaan keluarga Park dengan tatapan merindu. Kepala penjaga, Han No yang juga temannya, memintanya untuk tak bermimpi. Kang Chi tersenyum dan berkata kalau ia hanya suka memandangi mereka, "Dengan hanya memandanginya saja, membuatku merasa kalau aku adalah bagian dari keluarga itu."

Han No bertanya tentang Chung Jo yang akan menikah sebentar lagi. Apakah Kang Chi tak apa-apa? Kang Chi tak menjawab. Ia malah memberikan bungkusan kue yang ia bawa itu kepada Han No dan berkata kalau ia akan menggantikan Han No berjaga malam ini.

Han No hanya dapat memandangi temannya yang menjauh pergi.

Sepertinya Yeo Wool masih galau sejak pertemuannya dengan Biksu So Jung siang tadi. Ia berusaha mengenyahkan peringatan Biksu itu dengan berlatih pedang di halaman penginapan yang telah sepi. Tapi sia-sia. Ucapan Biksu So Jung terus terngiang di telinganya. Dan janji Kang Chi di malam itu untuk terus melindunginya, sangat mirip dengan janji anak laki-laki yang pernah ia temui di hutan saat ia kecil, "Dari semua orang.. kenapa harus dia?"

Di jurus terakhirnya, ia mengeluarkan semua rasa frustasinya pada gerakan pedangnya, sehingga menggetarkan pohon sakura sehingga semakin banyak kelopak bunga sakura yang berguguran.

Terdengar suara tepuk tangan. Ternyata Kang Chi yang melihat latihan Yeo Wool. Ia kagum melihat kekuatan jurus pedang Yeo Wool yang mampu menggerakkan dahan pohon tanpa Yeo Wool menyentuhnya.

Yeo Wool yang moodnya lagi jelek, memilih meninggalkan Kang Chi. Tapi Kang Chi mencegatnya. Kang Chi ingin tahu bagaimana Yeo Wool tahu tentang rahasia laba-laba yang tak pernah ia beritahukan pada siapapun, "Apakah kau mengenalku atau kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Dan apakah kau pernah mengenalku? Pernahkah kita bertemu sebelumnya?" tanya Yeo Wool mengembalikan pertanyaan itu pada Kang Chi. Kang Chi sendiri tak yakin, tapi seingatnya, mereka belum pernah bertemu.

"Kalau begitu, kita belum pernah bertemu," kata Yeo Wool muram, "Jika kita tak mengingatnya, hal itu tak berarti apapun." Dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi.

"Kalau aku mengingatnya," kata-kata Kang Chi menghentikan langkah Yeo Wool, "apakah itu berarti sesuatu?"

Yeo Wool berbalik menatap Kang Chi, tapi tak dapat menjawabnya. Mereka bertatapan cukup lama, hingga Kang Chi mendadak berlari menghampiri dan langsung memeluk Yeo Wool sehingga mereka berdua merunduk.

Detik berikutnya sebuah senjata rahasia melayang ke atas kepala mereka. Senjata rahasia yang hanya dimiliki oleh para ninja. Yeo Wool dan Kang Chi melihat seorang ninja terbang ke atap penginapan. Kang Chi berteriak, mencoba menghentikan ninja itu. Han No mendengar teriakan Kang Chi dan berlari meninggalkan tempatnya tadi berdiri (dekat gazebo tempat keluarga Park bercengkerama).

Namun ternyata ninja lain sudah menunggu kepergiannya. Mereka turun dan menuju rumah keluarga Park.

Di kamarnya, Tuan Park sedang membaca buku. Ia merasakan sesuatu yang tidak biasanya. Ia membuka jendela, tapi tak ada siapapun. Tiba-tiba ada angin kencang masuk dan meniup lilinnya hingga mati.

Setelah menyalakan lilin, ia terkejut karena melihat seseorang ada di dalam kamarnya. Ternyata Biksu So Jung. Tuan Park menyambut kedatangan Biksu itu dengan gembira. Biksu itu dengan tenang balas menyapa, "Bagaimana kabar Anda, Tuan?"

Di tempat lain, Jo Gwan Woong sedang bermain baduk dengan seorang gisaeng. Ia pun berkata sendiri kalau perburuan telah dimulai. Dan dengan bidaknya, ia mulai memakan bidak-bidak si gisaeng.

Kang Chi dan Yeo Wool mengejar ninja itu hingga menjauhi penginapan.

Tuan Park bertanya mengenai maksud kedatangan Biksu So Jung. Apakah kedatangannya karena sudah hampir 20 tahun berlalu? Biksu So Jung mengiyakan, dan Tuan Park bertanya apa sebenarnya Kang Chi ini? Dan kekuatan apa yang tersimpan di gelang itu?"

Biksu So Jung tetap diam, menunggu Tuan Park bercerita lagi. Dan memang benar. Setelah sekian lama tak bertemu, Tuan Park mulai menceritakan apa yang terjadi pada Kang Chi saat gelang itu jatuh dan lepas dari tangannya.

Biksu So Jung meminta Tuan Park untuk menjelaskan lebih rinci lagi. Maka Tuan Park pun bercerita pada hari pertama ia membawa Kang Chi pulang, Kang Chi sempat terluka.

Tapi sinar mata Biksu So Jung membuat Tuan Park curiga. Ia segera berteriak, "Siapa kau? Tunjukkan siapa sebenarnya dirimu!"

Biksu So Jung tersenyum dan berkata kalau ia adalah So Jung. Tapi Tuan Park sudah tak percaya. Ia memanggil penjaga, namun tak ada siapapun.

Ternyata Biksu So Jung bukanlah Biksu So Jung, karena dalam sekejab biksu itu berubah menjadi ninja yang langsung mengarahkan pedang ke leher Tuan Park dan meminta Tuan Park untuk menjelaskan siapa Kang Chi sebenarnya.

Yeo Wool mendongak ke atap dan menajamkan penglihatannya. Kang Chi mengikuti arah pandangan Yeo Wool dan terkejut. Ada seorang berbaju hitam berdiri di atas atap. Dan sebentar kemudian, ada orang yang sama muncul dari udara tipis, berdiri di sisinya. Dan satu lagi. Dan satu lagi.

Tiga orang.. empat.. lima.. sepuluh.. sebelas .. belasan, puluhan. Ada puluhan ninja yang muncul mengelilingi mereka, tak hanya berdiri di atap, tapi juga di tanah. Mengelilingi mereka.

"Ilusi," kata Yeo Wool menjelaskan tentang munculnya puluhan ninja yang muncul dari udara.  Tapi saat ilusi itu mengeluarkan pedangnya, Yeo Wool berkata, "Ilusi atau tidak, pedang yang mereka pegang dapat melukaimu."

Kang Chi mengernyit, "Kau bercanda, kan? Baiklah, bertempur mati-matian." Tapi Yeo Wool mengkoreksi ucapan Kang Chi, "Salah. Mati adalah titik akhir. Sekarang kita harus berjuang agar tetap hidup."

Dengan pedang dan tangan kosong, mereka berdua bersiap untuk bertempur.

Episode-5.1        

Di Penginapan Seratus Tahun, Kang Chi dan Yeo Wool melihat ninja-ninja bermunculan di atap dan dari bawah tanah. Awalnya seperti asap lalu membentuk tubuh manusia.

Tuan Park kedatangan tamu yang awalnya dikira So Jung namun ternyata samaran seorang ninja. Entah bagaimana ninja ini bisa menjadi So Jung. Apakah Tuan Park hanya melihat apa yang ingin dilihatnya?

Para ninja di halaman mengeluarkan pedang mereka. Yeo Wool dan Kang Chi bertempur melawan mereka. Tapi setiap kali Yeo Wool menusuk salah satunya dengan pedang, ninja itu menghilang bagai asap. Demikian juga ketika Kang Chi meninju mereka, mereka berubah menjadi asap dan hilang.

"Apa ini?" tanyanya bingung.

"Sudah kubilang mereka adalah ilusi."

Kang Chi masih terbengong-bengong hingga seorang ninja ilusi melukai tangannya dengan pedang.

"Walau mereka ilusi tapi mereka bisa melukaimu," Yeo Wool menambahkan. "Berhati-hatilah."

Sementara itu ninja penyamar menyuruh Tuan Park melanjutkan apa yang akan dikatakannya mengenai Kang Chi dan gelangnya. Tuan Park tidak menjawab. Ninja itu bertanya dengan sikap mengancam. Tiba-tiba pedang terhunus ke arah ninja penyamar itu.

Horeee... Han No dan para pengawal Tuan Park datang^^

Melihat Tuan Park tidak akan memberikan informasi yang dimintanya, ninja itu hendak menebasnya. Tentu saja Han No tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia menangkis pedang ninja itu dengan sekuat tenaga.

Sementara itu Kang Chi dan Yeo Wool mulai lelah karena lawan mereka tidak kunjung habis. Kang Chi bahkan sudah berkali-kali terkena sabetan pedang.

"Ini gila. Mereka tidak ada habisnya," ujarnya pada Yeo Wool.

"Lawan kita satu."

"Hanya satu?" tanya Kang Chi kaget.

"Benar, dari semua ilusi ini, hanya satu. Kita harus menemukannya." Oke...but which one???

Yeo Wool berusaha terus melawan para ninja itu dan tangannya sempat terluka. Kang Chi berusaha mencari ninja asli yang menjadi lawannya. Tapi ia malah melihat salah satu ninja itu melompat menerjang Yeo Wool.

Jleb! Pedang ninja itu menancap di lengan Kang Chi yang menjadikan tubuhnya sebagai tameng Yeo Wool. Yeo Wool terkejut.

Ia teringat saat ia kecil ia hendak diserang oleh seekor anjing besar. Kang Chi kecil menyuruhnya untuk terus menatap anjing itu lalu bergerak mendekati Yeo Wool.

"Bagaimana ini, ia akan menggigitku," kata Yeo Wool kecil ketakutan.

"Jangan khawatir, aku akan melindungimu." Kata-kata yang sama yang diucapkan Kang Chi di dekat pohon sakura.

Yeo Wool menoleh, lupa dengan arahan Kang Chi. Anjing itu berlari menerjang. Yeo Wool menjerit sambil menunduk. Tapi Kang Chi melompat ke depan Yeo Wool hingga tangannya yang digigit oleh anjing itu. Yeo Wool shock melihat tangan Kang Chi berdarah-darah digigit anjing itu.

Dan sekarang tangan Kang Chi kembali terluka karena melindunginya. (Lee Seung Gi benar-benar terluka dalam adegan perkelahian ini >,<)

Kang Chi meraih pedang si ninja dengan tangan yang satunya. Gelangnya bersinar.

"Aku menemukanmu," ujar Kang Chi. Ninja itu terkejut. Kang Chi menendangnya hingga jatuh tergeletak. Seketika itu juga seluruh ninja ilusi lenyap tak berbekas.

Han No dan para pengawal lainnya melawan ninja si penyamar. Dalam keadaan terdesak, ninja itu melemparkan bom asap dan melarikan diri.

Kang Chi memegangi tangannya yang terluka oleh pedang. Yeo Wool terus memandanginya dengan khawatir.

"Jangan khawatir. Ini tidak ada apa-apanya," Kang Chi menenangkan.

Dan ingatan Yeo Wool pun kembali pada kata-kata yang sama saat Kang Chi digigit anjing.

Pakk! Yeo Wool menepak kepala Kang Chi dengan keras. Kang Chi terkejut.

"Apa kau punya dua nyawa?" sergah Yeo Wool. "Jika kau melihat pedang, kau seharusnya menghindarinya. Orang bodoh mana yang menghalangi pedang dengan tangannya sendiri? Mungkin saja mengenai lehermu. Jika ia tersilap sedikit saja, kau mungkin sudah mati. Apa kau tahu?!"

Kang Chi jadi kesal. Yeo Wool seharusnya berterima kasih jika memang merasa seperti itu. Bukankah Yeo Wool bisa berterima kasih karena ia telah menyelamatkan nyawanya?

"Apa aku memintamu menyelamatkan nyawaku?"

"Tapi aku menyelamatkanmu. Itu kenyataan."

Pakkk!! Yeo Wool malah memukul Kang Chi lagi. Kang Chi berteriak kesakitan.

"Aku tidak memerlukanmu untuk menyelamatkan nyawaku. Aku tidak selemah itu. Jadi berhentilah unjuk gigi. Aku bisa mengurus diriku sendiri," kata Yeo Wool marah.

Kang Chi tak pecaya ia malah dimarahi setelah menyelamatkan nyawa orang lain.

Tapi rupanya bagi Yeo Wool, peristiwa masa kecil itu menjadi semacam trauma baginya. Ia tak berdaya ketika melihat Kang Chi digigit anjing dan anjing itu terus menggigit tak mau melepas tangan Kang Chi. Yeo Wool saat itu hanya bisa menangis kebingungan.

Kang Chi lalu mengelus anjing itu dengan lembut sambil berbicara menenangkannya. Anjing itu akhirnya melepas tangan Kang Chi dan pergi. Tapi Yeo Wool terlanjur shock melihat tangan Kang Chi yang penuh darah dan ia menangis tersedu-sedu. Kang Chi kebingungan. Lebih bingung daripada waktu liat anjing galak kayanya ;D

Setelah Yeo Wool tenang, Kang Chi membawakan minum. Yeo Wool bertanya apakah tangan Kang Chi sakit. Untuk menenangkan Yeo Wool, Kang Chi berkata tangannya tidak apa-apa dan melakukan gerakan-gerakan namun pada akhirnya mengaduh kesakitan.

Kang Chi bertanya di mana Yeo Wool tinggal, ia tak pernah melihat Yeo Wool sebelumnya. Yeo Wool berkata ia sedang menginap di Penginapan Seratus Tahun.

Kang Chi berkata ia tinggal di sana tapi ia suka bermain seharian di hutan. Yeo Wool bertanya apa Kang Chi tidak takut di hutan.

"Tidak ada yang harus ditakuti di hutan. Ayahku bilang yang harus paling ditakuti adalah manusia. Tapi aku juga tidak takut manusia. Jadi apa kesimpulannya? Tidak ada yang kutakuti di dunia ini." Well....kecuali....

AAAAAARGH!! Kang Chi berteriak melihat laba-laba besar menggantung dari pohon. Sedangkan Yeo Wool dengan antengnya meraih benang laba-laba besar itu.

"Apa yang kaulakukan?!" teriak Kang Chi panik.

"Ini laba-laba. Memangnya kenapa?" tanya Yeo Wool sambil mengulurkan laba-laba itu. Kang Chi semakin mundur ketakutan hingga kepalanya membentur pohon.

"Katanya tidak ada yang kautakuti di dunia ini," olok Yeo Wool. Kang Chi menyangkal kalau ia takut.

"Tidak takut?"

"Tidak!"

"Laba-laba!" Yeo Wool menunjuk kaki Kang Chi. Maka Kang Chi pun melompat-lompat heboh hingga menubruk Yeo Wool. Upsss.... (kenapa setelah besar adegan ini tak terulang ya ^^)

Keduanya merasa kikuk. Kang Chi buru-buru bangkit dan duduk berjauhan dengan Yeo Wool. Ia bahkan tidak berani melirik Yeo Wool.

Yeo Wool tertawa geli. Kang Chi ternyata takut banyak hal (laba-laba dan anak perempuan). Kang Chi memintanya agar tidak memberitahukan pada orang lain.

"Jika kau melakukannya, maka..."

"Maka apa? Apa yang akan kaulakukan?"

"Aku....aku akan menikahimu!!" Whuuut??? LOL XD So cute

Hmm...jangan-jangan Kang Chi cinta pertama Yeo Wool. Kalau gitu tinggal kasih tahu semua orang kalau Kang Chi takut laba-laba, terus Kang Chi jadi harus menikahi Yeo Wool. Iya kan? *abaikan*

Sepertinya Yeo Wool tidak ingin ada orang lain lagi yang terluka karena melindungi dirinya. Mungkin itu sebabnya ia belajar bela diri dan bersikap kuat. Tapi lagi-lagi Kang Chi terluka karena melindunginya. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri. Dan melampiaskannya pada pohon sakura di halaman. Ia menendangi pohon itu. Pohon yang malang >,<

"Apa yang sedang kaulakukan?" tanya Gon yang sudah berada di belakang Yeo Wool.

"Tidak ada apa-apa," kilah Yeo Wool.

Gon melihat luka di tangan Yeo Wool. Ia sangat khawatir dan bertanya dengan marah siapa yang telah melukai nonanya. Yeo Wool berkata ada pembunuh di penginapan ini dan ia yakin itu orang suruhan Jo Gwan Woong. Pembunuh itu menggunakan ilusi. Ia pernah mendengar tentang ilmu itu tapi baru pertama kali benar-benar menghadapinya, karena itu ia terluka. Ia meminta Gon tidak mengkhawatirkannya.

Sebelum pergi ia memberitahu Gon kalau Kang Chi telah menyelamatkan nyawanya.

Chung Jo mendengar Kang Chi terluka. Ia menjadi sangat khawatir.

Kang Chi berteriak-teriak heboh saat ayah angkatnya Choi membalut lukanya. Choi mengomelinya seperti seorang ayah yang mengomeli anaknya. Ia berkata Kang Chi seharusnya mencari bantuan dan bukannya melawan para pembunuh itu seorang diri. Kang Chi berkata ia tidak sendirian. Ia baru sadar kalau ia belum tahu siapa nama Yeo Wool. Note: Kang Chi masih mengira Yeo Wool itu seorang pria.

"Namanya Dam do-ryung (do ryung adalah istilah lama Korea untuk menyebut pria muda bangsawan yang belum menikah)," kata Gon yang mendengar percakapan mereka.

Ia menyodorkan obat untuk luka Kang Chi, pemberian Dam do-ryung. Obat itu akan membuat luka Kang Chi sembuh dengan cepat.

"Ia bersikap kejam tapi sebenarnya ia khawatir. Tapi kenapa ia memberiku obat, seperti anak perempuan saja?"

"Kalau begitu lupakan," Gon hendak mengambil kembali obat itu.

Kang Chi tidak mau memberikannya. Pria seperti apa yang mengambil kembali apa yang sudah diberikannya? Ia meminta Gon menyampaikan ucapan terima kasih pada Yeo Wool.

Gon kembali ke kamar Yeo Wool. Tapi ia segera membalikkan badan begitu melihat Yeo Wool tidak berpakaian lengkap. Sementara Yeo Wool cuek. Ia bertanya apakah Gon sudah memberikan obat itu pada Kang Chi.

"Sudah," kata Gon gugup.

"Apa kau sudah memberitahunya untuk memakainya siang dan malam tanpa lupa satu kalipun?"

"Saya yakin ia melakukannya."

"Apa kau juga bilang kalau aku sangat berterima kasih?"

"Ehm...begitulah..." (padahal yang dikatakan Gon adalah: "Kau adalah kutukan seribu tahun" Ha. Naughty Gon.)

"Lalu apa yang ia katakan sebagai balasannya?" tanya Yeo Wool.

Kang Chi: Kau ...kau mau mati?!

Gon: Matilah sendiri...

Kang Chi: Hei! Kemari kau!! Kembali ke sini pada hitungan ketiga!! Satu...Dua ...Kau brengsek!!

"Apa yang kaupikirkan? Apa yang ia katakan?" tanya Yeo Wool lagi.

"Eh...ia tidak berkata banyak."

"Bahkan setelah aku mengucapkan terima kasih, ia tidak mengatakan apapun?"

Gon yang gugup cepat-cepat keluar dari kamar Yeo Wool. Yeo Wool cemberut, karena mengira Kang Chi tidak memaafkannya setelah ia menepak kepalanya tadi.

Han No melaporkan pada Tuan Park kalau ninja penyamar berhasil melarikan diri tapi Kang Chi berhasil menangkap ninja ilusi.

Kang Chi dan para pengawal menginterogasi ninja ilusi agar mau mengatakan siapa yang telah mengirimnya. Ninja itu tidak mau membuka mulut tapi Kang Chi ingat ninja itu adalah salah seorang pengawal Jo Gwan Woong.

Mendengar itu, Tae Soo ingin menyekap ninja ilusi itu dan menyiksanya untuk mengetahui apa rencana Jo Gwan Woong sebenarnya. Mereka tidak boleh membiarkan ninja ilusi itu lolos.

Han No bercerita tadi ada seorang biksu misterius mendatanginya dan menyuruhnya memeriksa Tuan Park saat itu juga. Biksu itu bernama So Jung dan berkat biksu itu maka mereka berhasil datang tepat pada waktunya. Han No bertanya apa Tuan Park mengenal So Jung.

Dalam hatinya Tuan Park menghitung tinggal 10 hari lagi Kang Chi berusia 20 tahun.

Di luar, So Jung melihat ke langit. "Tak banyak waktu lagi, Kang Chi-ah," gumamnya.

Kang Chi duduk di halaman dan mengeluarkan obat pemberian Yeo Wool. Di mangkuk obat itu tertera tanda panah yang sama dengan tanda panah pada surat Dam Pyung Joon untuk Tuan Park.

Chung Jo datang menemuinya. Tanpa banyak bicara ia memeriksa tangan Kang Chi yang terluka. Ia terkejut melihat luka Kang Chi yang cukup dalam. Sedikit marah, ia bertanya mengapa Kang Chi tidak menemui tabib.

Kang Chi tersenyum dan berkata lukanya telah diobati oleh ayahnya. Ia meyakinkan kalau ia baik-baik saja.

"Kenapa kau selalu baik-baik saja? Saat dalam kenyataannya kau tidak baik-baik saja dan terluka. Kau sakit dan perih. Katakan saja, tidak perlu menahannya."

"Chung Jo..."

"Di depanku kau tidak perlu bersikap kau baik-baik saja," Chung Jo berusaha menahan air matanya yang hampir keluar.

Kang Chi tersenyum lalu mendorong dahi Chung Jo dengan jarinya.

"Dasar bodoh. Siapa yang menahannya. Aku benar-benar baik-baik saja. Melihatmu aku merasa baikan. Bagiku, kau lebih ampuh dari obat apapun di dunia ini."

Mendengar itu, Chung Jo memeluk Kang Chi erat-erat. Kang Chi tertegun.

"Apakah aku bisa meninggalkanmu? Apa aku bisa hidup tanpamu?" kata Chung Jo.

Kang Chi balas memeluk Chung Jo dengan erat.

"Kang Chi..." gumam Chung Jo.

Mereka berpelukan tanpa menyadari ada yang melihat mereka. Yeo Wool. Dan obat Yeo Wool pun terlupakan di bangku halaman.

Dam Pyung Joon menerima surat yang dikirim melalui burung merpati. "Menggunakan bela diri ilmu hitam."

Tae Soo menemui Jo Gwan Woong. Ia memberitahu kalau ia telah menangkap seorang dari anak buah Jo Gwan Woong.

"Ia adalah pembunuh yang Tuan kirim ke penginapan kami semalam."

Jo Gwan Woong pura-pura tidak tahu. Untuk apa ia mengirim pembunuh ke penginapan? Tae Soo berkata Jo Gwan Woong harus ke penginapan untuk menjelaskan persoalan ini.

"Apa? Menjelaskan? Kau anak tidak tahu sopan santun. Memangnya kau siapa hingga berani mengucapkan kata-kata itu?"

"Nyawa ayahku terancam! Jika ini terserah padaku, aku akan membawa Tuan sekarang juga. Tapi ayahku menghormati Tuan karena Tuan pernah menjadi asisten menteri. Aku berusaha bersikap sesopan mungkin. Pertama, datanglah ke penginapan dan minta maaf pada ayahku. Setelah itu, jelaskan mengapa Tuan memainkan permainan yang begitu kejam."

O-oww....Tae Soo sepertinya belum tahu sekejam apa Jo Gwan Woong ini >,<

Tampaknya hari pernikahan Chung Jo semakin dekat. Tapi Chung Jo malah semakin tidak yakin dengan pernikahan ini. Ia merasa sesak dan gelisah saat teringat akan segera menikah.

Ia ingat percakapannya dengan Kang Chi semalam saat mereka berpelukan.

"Aku hanya ingin terkubur saja seperti ini. Jika itu tidak mungkin, aku ingin menjadi debu dan menghilang tanpa jejak," katanya sedih.

Kang Chi melepaskan pelukannya. Ia bertanya pada Chung Jo apa yang sebaiknya ia lakukan.

"Aku akan melakukan apa yang kauinginkan. Apapun yang kauinginkan, aku akan berada di sisimu. Katakan padaku, apa yang kauinginkan? Apa yang bisa kulakukan?"

"Apa kau bisa mengkhianati Ayah? Kau akan menyakiti hatinya dan menjadi musuh Kak Tae Soo? Apa kau bisa hidup hanya dengan melihatku?"

Kang Chi terdiam.

"Tidak, kau tidak bisa. Kau tidak akan pernah bisa mengkhianati ayah atau keluargaku. Sama seperti aku juga tidak bisa."

"Chung Jo..."

"Sudah cukup. Mari kita hentikan. Kudengar wanita menjadi ragu saat mendekati hari pernikahannya. Lupakan saja apa yang baru kukatakan," kata Chung Jo. Lalu ia pergi meninggalkan Kang Chi.

Kang Chi pun teringat hal itu dan menghela nafas panjang. So Jung muncul dan duduk di sebelahnya.

"Siapa kau?" tanya Kang Chi.

"Aku hanya seorang tamu di sini. Kudengar makanan di penginapan ini enak. Aku datang untuk makan. Apa kau bekerja di sini?"

"Ya, kurasa begitu," jawab Kang Chi. Ia melihat So Jung memperhatikan gelangnya dan merasa tak nyaman. Ia menutupi gelangnya dan pamit pada So Jung.

"Tersisa 10 hari lagi," ujar So Jung.

Kang Chi berhenti berjalan dan menoleh.

"Menjelang 20 tahun kau tiba di sini. Bukankah tinggal 10 hari?"

"Sebenarnya, sisa 11 hari lagi," kata Kang Chi walau ia merasa bingung.

So Jung tersenyum. Ia ingat Wol Ryung pernah mengatakan hal yang sama. Sebelas hari lagi menjadi manusia. Hmmm...apakah Kang Chi juga akan menjadi manusia jika memakai gelang itu hingga berusia 20 tahun?

Kang Chi bertanya mengapa So Jung tahu. Apakah So Jung mengenalnya? So Jung menghampiri Kang Chi.

"Jangan tinggal di penginapan malam ini. Saat segala sesuatu akan berakhir, selalu ada kekuatan jahat yang bekerja. Sama seperti 20 tahun lalu, ada kekuatan yang sama di udara. Segala sesuatunya akan berubah tempat. Itu adalah kekuatan yang menimbulkan kekacauan."

Kang Chi tak mengerti kata-kata So Jung. So Jung berkata Kang Chi harus pergi dari penginapan sebelum matahari terbenam dan tidak kembali sampai matahari terbit esok pagi.

Kang Chi masih kebingungan. So Jung meraih tangan Kang Chi dan memperhatikan gelangnya.

"Tolong lakukan apa yang kukatakan, Kang Chi-ah."

Kang Chi bengong. Bagaimana biksu ini bisa tahu namanya? Tapi saat ia berbalik, So Jung sudah menghilang.

Tae Soo kembali ke penginapan. Han No melaporkan ada tamu yang menunggu Tae Soo. Rupanya Yeo Wool dan Gon.

"Lama tak jumpa," sapa Yeo Wool.

Tae soo langsung tersenyum cerah.

"Nona Yeo Wool," ia berjalan menghampiri. Gon langsung menatapnya dengan tatapan "ada satu lagi?".

Tae Soo bertanya apa yang membuat Yeo Wool datang. Yeo Wool berkata ia sudah datang sejak beberapa hari yang lalu tapi ada hal yang perlu dilakukannya lebih dulu.

"Apa Guru Dam baik-baik saja?"

"Iya, ia sedang bersama Tuan Park."

"Aku senang bertemu denganmu lagi," kata Tae Soo. Wow, dia ngga pernah senyum selebar ini^^

Sementara Gon...sigh, poor Gon >,< saingannya bertambah.

Dam Pyung Joon membahas mengenai Jo Gwan Woong bersama Tuan Park. Mereka sama-sama merasa aneh karena Jo Gwan Woong belum menunjukkan pergerakan. Tidak tahu apa yang sedang direncanakannya.

"Kudengar orang-orangnya menggunakan ilmu hitam," kata Guru Dam.

"Satu orang menggunakan bubuk untuk menciptakan ilusi. Dan orang yang tertangkap juga bisa menciptakan ilusi. Mengejutkan melihat teknik seperti itu di negeri kita."

Guru Dam berkata itu teknik ninja. Dia pernah ke luar negeri beberapa tahun lalu dan melihat ninja menggunakan teknik yang sama.

"Apa menurumu dia (Jo Gwan Woong) bekerja sama dengan orang asing?" tanya Tuan Park.

Guru Dam berkata lokasi pembunuhan dan tempat yang Jo Gwan Woong datangi selalu berhubungan. Jika Jo Gwan Woong bersekutu dengan orang asing, maka rangkaian pembunuhan itu sudah jelas dilakukan oleh para ninja.

"Gubernur yang baru terpilih juga memfokuskan diri pada masalah ini. Kami telah membawa masalah ini ke pemerintah tapi selalu diabaikan."

"Apa maksudmu mungkin akan terjadi perang?"

"Begitulah yang beliau pikirkan. Karena itu aku bertanya bisakah kau membantunya?"

Tuan Park bingung, bagaimana caranya membantu.

"Tanyakan saja sendiri," kata Guru Dam.

Masuklah seorang berpakaian putih. Bangsawan yang pernah ditemui Yeo Wool dan Gon di dekat pasar. Tuan Park bangkit berdiri untuk menyambutnya.

Guru Dam memperkenalkan keduanya.

"Biar kuperkenalkan. Ini adalah gubernur yang baru terpilih."

"Senang bertemu denganmu. Aku adalah Lee Soon Shin."

Episode-5.2        

Kang Chi berlari ke sana kemari mencari So Jung. Ok Man menghampirinya dan menegurnya karena tidak beristirahat (karena tangan Kang Chi yang terluka semalam). Kang Chi bertanya apakah Ok Man melihat seorang biksu. Ok Man tidak melihatnya. Ia bertanya mengapa Kang Chi mencari biksu itu. Kang Chi berkata sepertinya biksu itu mengetahui sesuatu mengenai dirinya.

Ok Man bercerita ada seorang tamu di penginapan. Tamu itu bukan tamu biasa. Ok Man berbisik kalau tamu itu seorang gubernur. Hmmm...pangkat Lee Soon Shin sama Jo Gwan Woong tinggi mana ya? Kalau pangkat Lee Soon Shin lebih tinggi kan harusnya lebih gampang menangani Jo Gwan Woong.

Rupanya Lee Soon Shin menemui Tuan Park karena ingin meminta bantuan untuk dana militer. Tuan Park menanyakan dana itu akan digunakan untuk apa. Guru Dam menegur Tuan Park agar bersikap lebih sopan.

"Aku memiliki darah pebisnis. Seorang pebisnis sangat cermat mengenai bagaimana uangnya digunakan. Bisakah Tuan memberitahu untuk apa dana militer itu?"

"Seandainya terjadi perang, kita memerlukan perahu untuk melindungi perairan kita. Sebelum aku diangkat, perlengkapan militer sangat sedikit. Pelatihan, senjata, dan meriam sedang diperlengkapi tapi membuat perahu lain lagi ceritanya."

Tuan Park tahu membangun perahu akan membutuhkan banyak dana. Dan lagi untuk perang tidak mungkin hanya membuat satu perahu kan? Lee Soon Shin yakin jika pihak luar hendak menyerang melalui laut, mereka pasti memiliki ratusan perahu.

"Jika kita tidak bisa mengimbangi jumlah itu, kita memerlukan takting perang yang tak biasa dan perahu yang besar. Begitulah pendapatku."

"Perahu seperti apa yang akan sekuat itu?" tanya Tuan Park.

Guru Dam berkata Tuan Park bertanya terlalu banyak. Ini adalah rahasia utama militer. Tapi Tuan Park tidak bergeming.

Lee Soon Shin mengamati Tuan Park. Akhirnya ia menunjukkan sebuah gambar. Gambar perahu yang besar dilengkapi dengan barisan meriam dan dayung di samping kiri dan kanan perahu. Bagian atas perahu tertutup dan dipenuhi duri-duri runcing. Inilah perahu kura-kura yang terkenal itu.

Tuan Park terpana. "Tuan berniat membangun perahu ini?"

"Inilah sebabnya aku ke sini mencarimu."

"Kami sudah mengajukan rencana untuk membuat perahu ini tapi ditolak. Ini adalah perahu untuk melindungi negara tapi pemerintah tidak mau mendanainya," Gur Dam menjelaskan.

"Kau bertanya bagaimana dana militer itu akan digunakan? Itu akan menyelamatkan negara dan perairan kita. Apa sudah menjawab pertanyaanmu?" tanya Lee Soon Shin.

Tuan Park nampak sangat kagum dengan desain perahu di depannya. Ia menyuruh Tae Soo menutup semua pintu dan jendela. Tae Soo awalnya nampak ragu tapi ia menuruti perintah ayahnya.

Yeo Wool dan Gon menunggu di halaman. Muncullah Kang Chi yang penasaran dengan tamu besar yang dikatakan Ok Man. Melihat Yeo Wool dan Gon, ia tersenyum jahil.

"Mengapa kalian ke sini? Apa kalian ke sini untuk menemui Tuan Park? Ada apa?"

"Gon, katakan padanya ini bukan urusannya," ujar Yeo Wool tanpa mau melihat Kang Chi.

"Kau dengar? Dia bilang ini bukan urusanmu."

"Dengar ya Dam do-ryung, kurasa kau tidak tahu, semua yang terjadi di penginapan ini adalah urusanku. Bahkan walau aku tidak mau, itu tetap menjadi urusanku."

"Cerewet sekali. Gon, suruh dia tutup mulut."

"Kau dengar? Dia bilang tutup mulutmu."

Kang Chi jadi kesal dan hendak melabrak Yeo Wool. Tapi ia harus melewati Gon dulu yang dengan sigap menghalangi.

"Singkirkan tanganmu sebelum aku memotong keduanya." Ancam Gon dengan galak.

"Apa? Potong apa?" (fanny: potong bebek angsa...masak di kuali....)

Kang Chi mencengkeram baju Gon dan balik mengancam. Keduanya bertengkar sementara Yeo Wool tenang-tenang saja melihat keduanya. Pertengkaran semakin memanas hingga Gon hendak mencabut pedangnya.

"Hei, apa yang kalian berdua lakukan? Hentikan," ujar Yeo Wool. Tapi keduanya tidak mau melepaskan diri....eh maksudnya tidak mau melepas lawannya.

Han No yang turun tangan melepas keduanya.

"Aku tidak mengijinkan kalian membuat keributan di sini. Jika kalian tidak berhenti, aku akan menggulung kalian dan menggantung kalian terbalik di pohon selama 4 hari," kata Han No tegas.

Haha...Gon dan Kang Chi langsung tak berkutik. Ooooo....Yeo Wool kagum dengan ketegasan Han No. (satu lagi ciri khas Suzy... dia suka kedip-kedip^^)

Setelah semua pintu dan jendela tertutup, Tae Soo membuka pembatas dinding di belakang meja ayahnya. Di sana terdapat lukisan. Tae Soo menggeser lukisan itu. Di baliknya ada dinding yang menjorok. Tae soo mendorong bagian dinding tersebut. Di baliknya ternyata terdapat ruang rahasia.

Tuan Park mendekatkan lilin pada sebuah peti. Isinya ternyata uang emas.

"Mulai sekarang, semua ini akan digunakan sebagai dana militer Tuan," kata Tuan Park.

Tae Soo menyalakan setiap obor di ruangan rahasia itu. Ternyata ruangan itu dipenuhi bertumpuk-tumpuk peti uang emas. Seluruh kekayaan Tuan Park selama bertahun-tahun ada di sana. Wow....coba di negara kita ada yang sedermawan ini ya^^

"Tolong terimalah. Gunakan untuk membuat perahu yang bisa menyelamatkan negara kita dan melindungi perairan kita," kata Tuan Park.

Tapi berita kedatangan gubernur Lee Soon Shin ke Penginapan Seratus Tahun tidak luput dari telinga Jo Gwan Woong. Ia tahu sejak ditunjuk sebagai gubernur, Lee Soon Shin telah melatih tentara dan memperkuat militer.

"Kurasa ini waktunya bagiku untuk bergerak," ujarnya.

Ia pergi menemui kepala polisi dan melaporkan kalau satu anak buahnya hilang. Tapi ini bukan masalah orang hilang biasa, melainkan pengkhianatan pada negara.

Ia berkata ia sedang menyelidiki kasus pemberontakan dan mengutus orangnya untuk menyelidiki kasus itu ke suatu tempat yang ia curigai. Tapi setelah beberapa hari orang itu tidak juga memberi kabar.

"Ke mana Tuan mengirimnya?" tanya kepala polisi.

"Penginapan Seratus Tahun."

Kepala Polisi terkejut.

Padahal di Penginapan Seratus Tahun sedang berlangsung acara gembira. Hari ini akan diadakan acara seserahan mas kawin sebelum pernikahan Chung Jo (ternyata acara seserahan bukan cuma di kita aja ya^^). Rombongan kerabat mempelai pria akan membawa seserahan itu ke kediaman Tuan Park.

Nyonya Yoon meminta Choi memanggil Tuan Park karena kerabat mempelai pria akan segera tiba.

Tuan Park sedang mengantar kepergian Lee Soon Shin. Tapi sebelum pergi, Lee Soon Shin melihat Kang Chi dengan pandangan tertarik. Tuan Park segera menyuruh Kang Chi memberi salam pada Lee Soon Shin.

"Siapa dia? Apa dia puteramu?" tanya Lee Soon Shin.

"Benar. Aku membawanya sebagai anak terbuang, tapi ia kuanggap seperti anakku. Dia setia dan bertanggungjawab. Terlebih dari itu, ia memiliki hati yang baik (turunan papanya dong^^). Jika ada kesempatan, tolong bimbing dia. Ia mungkin akan lebih maju di bawah bimbingan Tuan."

Lee Soon Shin nampak senang.

"Aku tidak mau," ujar Kang Chi.

"Kang Chi!" tegur Tuan Park.

"Aku tidak akan pergi ke manapun. Tuan adalah majikanku satu-satunya. Aku tidak akan melayani orang lain kecuali Tuan."

"Jika kau keluar ke dunia, kau akan menjadi orang yang lebih besar."

"Bagiku tidak ada yang lebih besar dari Tuan dan Penginapan Seratus Tahun. Aku hanya ingin membantu Tae Soo dan melayani di penginapan," ia lalu beralih pada Lee Soon Shin, "Tolong jangan mengambil saya. Saya minta maaf."

Lee Soon Shin tidak nampak marah. Ia malah semakin tertarik dengan kesetiaan Kang Chi.

"Siapa namamu?" tanyanya.

"Saya Choi Kang Chi, putera dari kepala pelayan Choi."

"Choi Kang Chi. Kau diberkati dengan banyak orang baik," puji Lee Soon Shin pada Tuan Park.

Dasar bodoh, gumam Yeo Wool. Guru Dam mengamati Kang Chi lekat-lekat.

Choi datang untuk memanggil Tuan Park. Tuan Park menjelaskan pada Lee Soon Shin kalau puterinya akan segera menikah. Lee Soon Shin memberi selamat. Sementara wajah Kang Chi langsung tersaput mendung. Yeo Wool menyadari hal ini.

Yeo Wool dan Gon mengantar Guru Dam. Guru Dam bertanya Kang Chi orang seperti apa.

"Dia cuma anak-anak yang menganggap dirinya yang paling hebat (Gon senyum). Ah, tapi dia tidak sejelek itu (senyum Gon lenyap.. hee XD). Dia jujur dan berhati murni."

"Apa kau dekat dengannya?"

"Apa? Tidak, kami tidak dekat sama sekali. Jika bisa, aku ingin menghindari anak itu. Benar, Ayah. Tapi kenapa Ayah bertanya?" Penyangkalan yang berlebihan malah menimbulkan kecurigaan, iya kan?

"Tidak ada apa-apa. Hanya saja ada yang menggangguku. Kalian berdua tetap di sini dan awasi. Berhati-hatilah agar tidak terluka."

"Ya, Ayah."

Guru Dam pergi diantar Gon. Yeo Wool menghela nafas lega setelah ayahnya pergi.

"Kenapa aku membicarakan hati murni segala? Benar-benar....ada apa dengan diriku?" gumamnya pada diri sendiri.

Di luar, Guru Dam menyuruh Gon mengawasi Kang Chi. Jika ada yang aneh, Gon harus melaporkannya segera. Jangan lupa, Dam Pyung Joon ini memiliki kelebihan. Sepertinya ia bisa merasakan kalau Kang Chi bukan manusia biasa.

Kepala polisi mempersiapkan anak buahnya. Sementara itu kerabat mempelai pria mulai berdatangan. Chung Jo tidak nampak gembira. Ia menutupi telinganya saat mendengar keramaian di luar. Kang Chi melihat keramaian itu dengan sedih.

Acara seserahan dilakukan. Kerabat mempelai pria menaruh bawaannya ke atas meja kendi yang disediakan keluarga mempelai wanita. Tiba-tiba meja itu rubuh. Firasat buruk.

Tepat saat itu, kepala polisi dan rombongannya menerobos masuk kediaman Tuan Park. Ia memerintahkan anak buahnya mencari pria yang hilang dengan seksama di kediaman Tuan Park, juga di Penginapan Seratus Tahun. Mereka juga diperintahkan mencari bukti yang menunjukkan ada kegiatan pemberontakan.

Tae Soo protes. Kepala polisi berkata Jo Gwan Woong melaporkan ada anak buahnya yang hilang dan berpendapat Penginapan Seratus Tahun bertanggung jawab atas hilangnya orang itu.

Kepala polisi berkata ia sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Tapi masalah pemberontakan bukanlah masalah sepele.

Nyonya Yoon bertanya pada suaminya sebenarnya apa yang terjadi. Tuan Park hendak menjelaskan pada Kepala Polisi tapi pada saat itu seorang polisi melaporkan ia menemukan orang Jo Gwan Woong yang hilang. Si ninja ilusi.

Kang Chi mengetahui berita itu dari ayahnya. Choi menyuruh Kang Chi untuk segera ke kediaman Tuan Park. Tapi saat Kang Chi hendak melangkah tiba-tiba ia mendengar suara So Jung memanggil namanya.

Kang Chi menoleh. Tidak ada seorangpun. Tapi Kang Chi teringat dengan perkataan So Jung agar ia menjauh dari penginapan malam ini dan Kang Chi harus pergi dari penginapan sebelum matahari terbenam.

Kang Chi melihat ke langit. Matahari hampir terbenam. Choi mengajak Kang Chi segera pergi. Sementara So Jung berdiri di luar penginapan dan menanti dengan cemas.

"Kang Chi segeralah keluar. Cepat," gumamnya.

Para polisi mengobrak-abrik kamar Tuan Park. Untunglah mereka tidak menemukan ruang rahasia di balik lukisan. Tapi mereka menemukan surat dengan tanda panah di depannya. Surat yang pernah dikirim Dam Pyung Joon pada Tuan Park.

Jo Gwan Woong telah tiba di penginapan. Kepala polisi bertanya apakah orang yang ditemukan di kediaman Tuan Park adalah anak buah Jo Gwan Woong.

"Benar, dia orang yang kukirim untuk menyelidiki komplotan pemberontak."

"Itu bohong! Dia adalah pembunuh yang kaukirim untuk mencelakai ayahku!" ujar Tae Soo.

"Pembunuh? Ada apa ini?" tanya kepala polisi kebingungan.

"Biar kutanya padamu, jika dia pembunuh mengapa kau tidak melaporkannya pada pihak berwajib? Kau hendak menyembunyikan sesuatu jadi kau menyembunyikannya dan mengurungnya."

Tae Soo berteriak marah.

"Tae Soo, hentikan," ujar Tuan Park. Ia bertanya apa yang sedang Jo Gwan Woong rencanakan.

"Aku sedang menyingkirkan pemberontak untuk membantu Raja."

"Aku bertanya apa yang sedang kaurencanakan dengan menyewa ninja berilmu hitam?"

Wajah Jo Gwan Woong berubah mendengar pertanyaan itu. Tapi keadaan bagi Tuan Park bertambah buruk karena tepat saat itu seorang polisi menyerahkan surat bertanda panah yang ia temukan di kamar Tuan Park. Jo Gwan Woong membaca surat itu.

"Bi Joo...?" kepala polisi membaca surat itu.

"Itu adalah panggilan para pemberontak terhadapku. Dan tanda panah ini adalah kode rahasia yang mereka gunakan saat saling berkirim pesan," kata Jo Gwan Woong.

"Ayah..." Tae Soo sadar keadaan sangat buruk sekarang ini.

"Kau pemimpin komplotan pemberontak ini? Tangkap pemberontak ini sekarang juga! Cepat!"

Kepala polisi ragu tapi Jo Gwan Woong mengancam akan menuduh kepala polisi dengan pemberontakan juga. Kok gampang amat ya nuduh-nuduh orang >,<

Kepala polisi ketakutan dan menyuruh anak buahnya menangkap Tuan Park dan Tae Soo. Tae Soo dan Tuan Park diikat dengan tali. Han No siap bergerak tapi Tuan Park menyuruhnya tidak ikut campur. Mungkin agar Han No tidak ikut ditangkap. Tuan Park tidak kelihatan gentar sama sekali.

"Ayah! Ayah!" panggil Chung Jo khawatir.

Tuan Park memandang puterinya dengan penuh kasih. Jo Gwan Woong melirik Chung Jo. Ia menghampiri Tuan Park.

"Jangan khawatirkan puterimu. Aku akan menjualnya ke rumah gisaeng negara dan aku akan sering-sering mengunjunginya." O-ow...ia menggunakan taktik yang sama >,<

Tuan Park dan Tae Soo menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kemarahan. Jo Gwan Woong tersenyum licik.

"Kata siapa!!" seru Kang Chi.

Senyum di wajah Jo Gwan Woong langsung lenyap begitu ia melihat Kang Chi. Sementara yang lain melihat Kang Chi dengan penuh harap. Kang Chi berjalan menghampiri lalu mendorong para polisi yang memegangi Tae Soo dan Tuan Park. Ia melepaskan tali yang mengikat Tuan Park dan Tae Soo.

"Jika kau tidak mau mati, pergi dari sini," ujar Kang Chi pada Jo Gwan Woong.

"Kang Chi..." tegur Tuan Park.

"Aku tidak akan berbicara banyak. Sebelum hitungan ketiga, kau sebaiknya pergi dari sini. Satu! Dua!"

"Kang Chi, kau sebaiknya tidak ikut campur," kata kepala polisi. " Ini adalah pemberontakan."

"Pemberontakan? Apa kau bergurau? Beliau bekerja keras dan membayar semua pajaknya. Beliau membantu yang miskin dan kelaparan. Jika beliau bersalah karena itu, lalu bagaimana denganmu? Kau hidup dari pajak negara. Kau bersikap bak orang hebat dengan keluar masuk setiap waktu di rumah-rumah gisaeng. Dan saat kau bosan kau mengganggu orang tak bersalah. Apa kau bersalah karena kebosanan dan kemalasan?"

Amarah Jo Gwan Woong meledak. "Tangkap dia!!!"

Ninja penyamar maju dengan pedangnya. Kang Chi menangkap tangan yang memegang pedang dengan tangan kirinya dan tangan kanannya mencekik leher si ninja penyamar. Ninja penyamar terpaksa melepaskan pedangnya. Jo Gwan Woong cemas juga melihat kekuatan Kang Chi.

"Kau tidak bisa menang dengan kata-kata, jadi kau menggunakan pedang?" ujar Kang Chi. "Sudah kuperlihatkan kalau itu tak berhasil padaku."

Ia melepaskan ninja penyamar tapi ninja ilusi mengambil pedang hendak menusuk Kang Chi.

"Tidak!!" seru Tuan Park. Ia menghambur ke depan Kang Chi.

Tuan Park tertusuk pedang! Semua orang kaget. Bahkan Jo Gwan Woong sendiri tidak menyangka akan terjadi seperti ini.

"Tuan..." Kang Chi tertegun. Sambil berteriak marah ia meninju ninja ilusi lalu menopang tubuh Tuan Park.

"Tuan!! Tuan!!" panggilnya panik. Air matanya menetes.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Tuan Park.

"Tuan..."

Tuan Park mengangkat tangannya memegang wajah Kang Chi.

"Jangan lupa. Kau sudah kuanggap anakku," air mata Tuan Park mengalir. "Tolong awasi dan lindungi Tae Soo dan Chung Jo."

Tangan Tuan Park terkulai lemas. Ia menghembuskan nafas terakhirnya.

"Tuan...Tuan...." Panggil Kang Chi tak percaya.

"Ayah...Ayah!!!" Seru Tae Soo sambil menangis.

Chung Jo terpaku tak percaya. Nyonya Yoon jatuh pingsan.

"Tidak. Tuan, bangunlah. Kumohon bangunlah. TUAAAAANN!!" teriak Kang Chi.

Angin bertiup kencang menyapu kediaman Tuan Park. Bulan tertutup awan. So Jung yang berada di luar penginapan merasakan sesuatu. Demikian juga Yeo Wool yang sedang berlatih di bagian lain penginapan itu.

Semua orang melindungi wajah mereka dari angin. Jo Gwan Woong berusaha melihat ke arah Kang Chi. Kang Chi menatapnya dengan penuh amarah. Matanya berubah hijau menyala. Jo Gwan Woong terkejut.

"Aku akan membunuhmu," geram Kang Chi.

Episode-6.1        

Kang Chi kecil sangat marah. Walau wajahnya babak belur, tapi kemarahannya sangat nyata di matanya.

Menatap mata kecil yang penuh amarah itu, bukannya marah, Tuan Park malah tersenyum sayang. Di hadapannya tak hanya Kang Chi yang berlutut padanya. Tapi juga lima anak laki-laki yang semuanya juga babak belur. Dengan sabar, Tuan Park bertanya alasan Kang Chi memukuli teman-temannya.

"Karena mereka mengatakan kalau aku adalah anak yang dibuang di sungai!" teriak Kang Chi.

"Apakah kau merasa malu karena kau dibuang di sungai?"

Mata Kang Chi meredup, dan sambil menunduk ia menjawab, "Ya."

Tuan Park tersenyum dan memahami duduk persoalannya. Dengan berjongkok di depan Kang Chi, ia berkata pelan, "Tapi Kang Chi.. Kurasa itu adalah kejadian yang sangatl baik." Kang Chi mendongak heran dan Tuan Park pun meneruskan, "Jika saat itu kau tak dilarung di sungai .. Aku tak akan pernah bertemu denganmu."

Mata Kang Chi berkaca-kaca menahan haru mendengar kata-kata itu, "Tuanku.."

"Walau tak berhubungan darah, kita dapat menjadi keluarga karena cinta. Di dalam hatiku, kau sudah kuanggap sebagai anakku. Apakah kau mengerti?"

Kang Chi mengangguk-angguk, tapi air matanya malah mengalir. Tuan Park menepuk bahu Kang Chi, bangkit dan berkata pada teman-teman Kang Chi, "Jadi, kalian jangan pernah lagi mengejek Kang Chi kalau ia adalah anak buangan. Mengejeknya sama dengan mengejekku."

Anak-anak itu mengkerut segan pada Tuan Park, sedangkan Kang Chi menatap Tuan Park sambil tersedu-sedu. Tuan Park kembali menoleh pada Kang Chi dan berkata, "Apakah kau sudah tak apa-apa?"

Kang Chi tertawa sambil terisak dan mengangguk-angguk bahagia.

Suara tawa Kang Chi kecil itu terngiang saat Tuan Park menghambur ke depan, menghalangi pedang yang akan menusuk Kang Chi.

Dan suara tusukan pedang  itu mengagetkan semuanya.

"Tuanku...!"

Semua diam terpaku, kaget melihat Tuan Park tertusuk pedang. Kang Chi yang lebih dulu pulih dari rasa kagetnya, mengaum dan memukul ninja itu hingga terjatuh. Ia berbalik langsung menangkap tubuh Tuan Park dan memanggil, "Tuanku.. Tuanku..!"

Dengan nafas tersengal-sengal, Tuan Park malah bertanya pada Kang Chi, "Apakah kau baik-baik saja?" Tuan Park membelai pipi Kang Chi yang basah oleh air mata. Terpatah-patah, ia berkata, "Jangan pernah lupa, .. kau sudah kuanggap anakku... Kumohon.., lindungilah .. Tae Soo .. dan .. Chung Jo.."

Nafas Tuan Park tiba-tiba tersentak dan tangan yang tadi membelai pipi Kang Chi sekarang terkulai lemah. Kang Chi shock melihat Tuan Park tak bergerak lagi di pelukannya. Ia menggoncangkan tubuh Tuan Park perlahan dan memanggil Tuan Park, tapi tubuh itu tetap tak bergerak

"Ayaahh..!" teriak Tae Soo memanggil ayahnya, menyadarkan semua kalau Tuan Park sudah tiada.

Chung Jo dan Han No terpaku tak percaya. Nyonya Yoon jatuh ke tanah, tak kuat menerima kenyataan ini. Bahkan Kepala Polisi pun tak percaya melihat Tuan Park terbunuh.

"Tidak, Tuanku. Bangunlah," pinta Kang Chi, menolak untuk percaya kalau Tuannya sudah meninggal. "Kumohon kembalilah.." Tapi Tuan Park tetap tak bergerak. Menyadari hal ini, Kang Chi hanya dapat berteriak sekeras-kerasnya meluapkan emosinya.

Dan teriakan Kang Chi itu seakan memanggil angin untuk bertiup kencang dan menyuruh awan untuk menutup bulan. Kelopak bunga sakura berterbangan dan api obor pun hampir padam.

Di luar, Biksu So Jung memandangi penginapan Seratus Tahun dengan khawatir. Di dalam Yeo Wool dan Gon heran merasakan perubahan cuaca itu.

Mereka mencoba mengintip dari atap penginapan, dan merasakan angin yang sangat kencang. Gon menutupi Yeo Wool agar tidak tertiup angin secara langsung.

Semua merasakan terpaan angin itu, hanya  Kang Chi yang tak mempedulikannya. Matanya menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kebencian dan berteriak, "Aku akan membunuhmu!"

Jo Gwan Woon kaget melihat mata Kang Chi yang sekarang berubah menjadi kehijauan. Ia tak sempat menghindar saat Kang Chi melompat menyerangnya sambil berteriak, "AKU AKAN MEMBUNUHMU!!"

Tapi niat Kang Chi terhenti karena tiba-tiba Biksu So Jung muncul di hadapannya dan langsung menohoknya di perut. Tak disangka, tongkat Biksu So Jung itu menahannya sehingga ia tak mampu menggerakkan badannya. Ia mencoba mengerahkan tenaganya tapi sia-sia.

Gelang Kang Chi berpendar lagi, Kepala pengawal dan Jo Gwan Woong melihatnya, membuat mereka penasaran. Namun mereka tak dapat memandangi lama karena angin bertiup semakin kencang. Mereka pun melindungi diri dari terpaan angin yang semakin ribut.

Mendadak angin menghilang dan bulan pun muncul kembali. Suasana hening, dan mereka semua menyadari kalau Kang Chi dan Biksu itu telah menghilang! Para tentara itu ribut mempertanyakan hilangnya Kang Chi.

Tapi tatapan Tae Soo dan Chung Jo hanya terpaku pada jasad ayahnya yang terbaring di tanah. Perlahan, Tae Soo mendekat dan memanggil ayahnya. Tapi mata Tuan Park sudah kosong. Tae Soo menangis tersedu-sedu saat menutup mata ayahnya.

Dam Pyung Joon terkejut saat mendapat kabar kalau sahabatnya, Tuan Park, telah tewas. Begitu pula Lee Soon Shin, dan ia semakin terkejut saat mendengar kalau Tuan Park dituduh telah melakukan pengkhianatan.

Kediaman Tuan Park telah berantakan. Tapi dinding rahasia itu masih tertutup. Begitu pula ruang penyimpanan harta masih tak terjamah oleh para tentara.

Bong Chul kaget mendengar Tuan Park dituduh melakukan pengkhianatan. Ia terkejut dan membanting sendoknya saat diberitahu kalau tuduhan itu didasarkan dugaan kalau Tuan Park membiayai para pemberontak. Bong Chul pun bertanya-tanya dimana Kang Chi saat itu?

Para penduduk berkerumun di depan penginapan, dan mereka terkesiap kaget melihat sebuah mayat terbungkus dan digotong untuk dibawa oleh lembu. Mereka semakin kaget saat keluarga dan para pelayan Tuan Park didorong-dorong dengan kasar. Chung Jo yang sudah lemah, terjatuh.

Tapi kepala pasukan malah menyambar kerah baju agar Chung Jo berdiri dan membentaknya, "Jalanlah yang benar!"

Chung Jo bangkit dan menepis tangan tentara itu, "Beraninya kau! Singkirkan tanganmu!" Tapi tentara itu langsung menamparnya hingga Chung Jo terjatuh, "Wanita jalang! Kau ini hanyalah putri seorang penjahat tapi kau malah bertingkah seperti bangsawan?"

Chung Jo bangkit lagi dan menatap penuh rasa marah pada kepala pasukan itu.

Salah satu dari orang yang berkerumun langsung berteriak membela, "Tak mungkin! Bagaiamana mungkin Tuan Park adalah seorang penjahat?"

Pembelaan itu seolah menular, dan teriakan-teriakan protes mulai mengalir dan semakin lama semakin tak terkendali. Kepala pasukan itu langsung menghunus pedangnya, "Siapa yang berani memihak pada pemberontak? Yang akan mengeluarkan sepatah kata, akan langsung dibunuh!"

Dan semua tentara itu berdiri dengan posisi menyerang pada rakyat yang berkerumun. Orang-orang pun terkesiap ketakutan dan langsung mundur. Kepala pasukan itu memerintahkan anak buahnya untuk segera mengangkut jasad Tuan Park.

Tapi gerobak itu tak mau bergerak. Lembu yang menarikpun juga tak mau maju. Bahkan ketika empat orang tentara mendorong gerobak itu dari belakang, roda kereta itu tak maju bahkan sesenti pun.

Orang-orang mulai ramai bergunjing melihat hal itu. Semakin  keras para tentara itu mendorong, gerobak itu tetap kembali ke tempatnya. Nyonya Yoon menatap mayat suaminya iba, dan menyuruh para tentara itu untuk minggir.

Nyonya Yoon dengan lembut mengusap  tikar jerami yang menutupi tubuh almarhum suaminya dan berkata, "Kurasa kau juga tak ingin pergi.. Apakah kau masih ingin di sini? Semuanya sudah berakhir sekarang.. Jadi.." Nyonya Yoon tercekat dan berkata pelan, "Lepaskanlah semuanya ini, suamiku..."

Tae Soo terisak, menangis tersedu-sedu mendengar kata-kata ibunya, "Lepaskanlah semua kebencian yang kau rasakan. Pergilah.."

Chung Jo menirukan apa yang dilakukan ibunya, meletakkan tangan di badan ayahnya. Begitu pula Tae Soo.

Pelayan Choi dan Han No juga mengikuti langkah Tae Soo. Bersama-sama mereka memegang gerobak itu dan mulai mendorongnya.

Dan keajaiban terjadi. Gerobak itu bergerak perlahan saat didorong oleh keluarga Tuan Park. Kepala pasukan itu terkejut melihat kejadian itu.

Begitu juga orang-orang yang menyaksikannya. Semua terisak, tak peduli pria maupun wanita, rakyat biasa maupun para bangsawan, menangisi kepergian Tuan Park. Suasana haru, tangis pilu dan doa menyertai perjalanan almarhum Tuan Park dan seluruh keluarga yang sekarang menjadi tawanan.

Bong Chul heran karena tak melihat Kang Chi, bahkan ujung rambutnya. Salah satu kroninya menduga kalau Kang Chi melarikan diri. Tapi Bong Chul tak percaya hal itu.

Suara seorang tentara membenarkan dugaan itu. Sambil menempelkan kertas pengumuman, tentara itu mengatakan kalau Kang Chi melarikan diri setelah membunuh Tuan Park. Bong Chul kaget mendengar pernyataan yang tak masuk akal itu. Walaupun imbalan jika bisa menyerahkan Kang Chi sangatlah menggiurkan. 200 nyang.

Yeo Wool marah, tak percaya kalau Kang Chi dituduh sebagai pembunuh Tuan Park. Malam itu, semua orang menyaksikan bagaimana Tuang Park ditusuk oleh pengawal Jo Gwan Woong.

Gon menduga kalau kubu Jo Gwan Woong takut pada kemarahan rakyat Yosu yang menganggap Tuan Park sebagai dewa. Dan dengan hilangnya Kang Chi, kubu Jo Gwan Woong langsung menimpakan tuduhan pembunuhan itu pada Kang Chi.

Begitu mudah gossip menyebar. Orang-orang langsung melihat pengumuman pencarian Kang Chi dan menuduh Kang Chi sebagai orang yang tak tahu berterima kasih dengan membunuh ayah angkatnya sendiri. Mereka juga berkomentar kalau itu sebabnya orang sebaiknya tak memungut anak yang dibuang.

Dari kejauhan, Biksu So Jung mengatai perkembangan ini dengan sedih dan khawatir.

Gon mencoba mencegah Yeo Wool yang berniat untuk mencari Kang Chi. Ia menyarankan agar Yeo Wool untuk tidak membuat kekacauan dan segera kembali ke rumah.

Sambil tetap berjalan, Yeo Wool menolaknya.

"Bicaralah dulu pada Tuan (Dam)," saran Gon kembali.

"Tak mau."

"Yeo Wool-ssi!," Gon menarik tubuhnya Yeo Wool.  Tapi saat itu Yeo Wool berteriak mengungkapkan kekhawatirannya, "Saat itu pasti sudah terlambat!"

"Jika kita berpikir dan berdiskusi terus, mungkin semuanya akan terlambat," kata Yeo Wool lebih tenang. "Semalam, kita tak dapat melakukan apapun dan hanya bisa melihat Tuan Park meninggal. Jika anak itu ditangkap dengan tuduhan pembunuhan, jelas ia pasti akan mati."

Gon bertanya apa yang akan Yeo Wool lakukan jika telah menemukan Kang Chi? Apakah Yeo Wool akan menyembunyikannya? Dan Gon naik darah mendengar Yeo Wool mengiyakannya, "Dan bagaimana jika nona dituduh sebagai kroninya? Tuan dan semua orang kita akan ikut terseret. Apakah nona tak memikirkannya?"

"Saat ini yang akan aku lakukan adalah menemukannya dulu," tekad Yeo Wool, "Setelah itu aku akan memikirkan langkah berikutnya." Dan Yeo Wool pun berbalik pergi.

"Mengapa?" tanya Gon menghentikan langkah Yeo Wool. "Mengapa kau sangat peduli padanya?"

Yeo Wol berbalik dan menjawab, "Ia telah menyelamatkan nyawaku. Dua kali. Tentu saja aku sangat peduli padanya. Bukankah harusnya begitu?"

Dan Yeo Wool pun berlalu pergi. Gon hanya bisa mendesah frustasi.

Seluruh anggota keluarga Park termasuk para pelayan dibawa ke kantor polisi. Semua akan dijebloskan ke dalam penjara. Kecuali Tae Soo yang akan diinterogasi.

Chung Jo dan Nyonya Yoon terkejut. Diinterogasi itu sama saja dengan disiksa. Nyonya Yoon berkata kalau anaknya tak tahu apa-apa. Tapi Nyonya Yoon malah didorong hingga jatuh.

Dibantu Chung Jo berdiri, Nyonya Yoon bertanya marah, "Kejahatan apa yang kami lakukan? Kau mengambil nyawa suamiku. Kenapa kau sekarang mengambil anakku? Tak boleh. Bawa saja diriku. Bunuh saja diriku!"

Tae Soo menenangkan ibunya, "Ibu, jangan lakukan ini," tapi Nyonya Yoon masih belum bisa tenang, sehingga Tae Soo harus menggoncangkan tubuh ibunya dengan lebih keras, "Ibu!"

Menatap wajah ibunya, Tae Seo mencoba tegar dan memaksakan senyum padanya, "Aku akan baik-baik saja. Tak akan terjadi apa-apa padaku selama ibu masih ada di sini. Aku tak akan menjadi anak yang  tak berbakti. Jangan khawatir.."

Ibu menangis dan memeluk Tae Soo. Tapi para tentara itu segera menarik Tae Soo dari pelukan ibunya sehingga ibu berteriak histeris, tak rela melepaskan anaknya.

Dan Tae Soo dibawa ke lapangan untuk diinterogasi. Hatinya sedikit ciut melihat alat-alat penyiksaan yang disediakan untuknya.

Kepala polisi muncul dan memimpin interogasi. Tapi dari anggukannya pada ruangan yang tertutup kelambu, menunjukkan kalau pimpinan sebenarnya adalah orang di dalam ruang tertutup itu.

Si Jo Gwan Woong. Ia duduk sambil menyesap tehnya. Dan interogasi itupun dimulai.

Di penjara, mereka semua menunggu. Pak Choi, ayah angkat Kang Chi, bertanya-tanya kemana Kang Chi menghilang? Han No hanya bisa mendengarkan tanpa tahu jawabannya juga.

Tiba-tiba terdengar erangan Tae Soo. Ibu mendongak ke atas, mendengarkan asal suara itu. Ia pun berdiri dan meminta penjaga untuk melepaskannya, "Apa yang kalian lakukan pada anakku? Buka pintu ini!"

Penjaga itu menyuruh ibu untuk tak membuat keributan. Tapi ibu terus menangis dan memohon penjaga itu untuk melepaskannya. Penjaga itu tak menggubris kata-kata ibu malah berlalu pergi. Suara erangan itu terdengar lagi.

Chung Jo buru-buru menutup telinga ibunya, "Jangan dengarkan itu. Ibu harus bisa bertahan. Ibu harus bisa menahannya."

Ibu semakin menangis mendengar erangan Tae Soo lagi. Terus menangis hingga akhirnya badannya tak kuat menahan penderitaan itu. Ibu pun pingsan.

Para pelayan langsung mengerubuti ibu, menangis, tak tahu apa yang akan terjadi pada nyonya mereka. Masih menangis, mereka mencoba membangunkan ibu.

"Diam! Jangan menangis!" perintah Chung Jo. Para pelayan baik pria maupun wanita, memandang nona muda mereka yang bersikap tegar, "Jangan mengeluarkan suara tangisan. Jangan merasa lemah. Kita harus menahannya. Kita harus bisa bertahan."

Tapi dalam hati Chung Jo menangis, bertanya pada Kang Chi, "Kang Chi, dimanakah dirimu? Kang Chi-ah!"

Dan Kang Chi tiba-tiba tersentak bangun. Dan Ia heran melihat tempat yang belum pernah ia lihat. Masih merasakan efek pukulan tongkat Biksu So Jung, ia pun keluar dari gua dan terheran-heran melihat daerah itu. Taman Cahaya Bulan.

Tiba-tiba Biksu So Jung muncul. Ia membawakan makanan untuk Kang Chi dan bertanya bagaimana sakit di perut akibat tongkatnya.

Kang Chi merasakan sakit di perutnya. Tapi rasa itu juga mengingatkannya pada hal lain, "Tuanku.. " Ia pun bertanya pada Biksu So Jung, apa yang terjadi pada Tuan Park, Chung Jo dan Tae Soo, "Apa yang terjadi pada yang lainnya? Mengapa aku hanya sendirian di sini?"

Biksu So Jung tak menjawab malah mengajak Kang Chi untuk makan karena ia telah membawa beberapa makanan untuknya.

Tahu ia tak akan mendapat jawaban, Kang Chi berbalik pergi. Tapi Biksu So Jung menghentikannya, "Tak ada hal lain yang dapat kau lakukan sekarang." Kang Chi berbalik menghadap Biksu So Jung yang berkata, "Bahkan jika kau kembali pun kau tak dapat merubahnya lagi. Jadi lupakan tentang Penginapan Seratus Tahun. Tinggallah di sini dengan tenang selama 10 hari."

Kang Chi menganggap ucapan Biksu itu tak masuk akal dan merasa sangat kesal. Rumah yang harus ia tinggali adalah Penginapan Seratus Tahun. Keluarganya ya keluarga di sana. "Kau memintaku untuk melupakannya? Dan apa yang akan aku lakukan di sini?"

"Akulah yang seharusnya marah padamu!" Biksu So Jung balas berteriak, "Percuma juga membaca tanda-tanda langit dan meramalkannya untukmu karena kau tak mau mendengarka ramalanku!

Kang Chi mengerutkan kening, heran. Biksu So Jung mengingatkan Kang Chi kalau sebelumnya ia sudah mengingatkan Kang Chi untuk tak memasuki penginapan sampai keesokan harinya, "Jika kau tak di sana, Tuan Park pasti tak akan mati seperti itu."

Kang Chi terkejut mendengar kata-kata pahit Biksu So Jung. Tapi Biksu So Jung tetap memintanya untuk mendengarkannya dan tetap tinggal di tempat ini sebelum sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Tak mau!" Kang Chi berbalik pergi.

"Ini adalah keinginan terakhir dari ibumu." Kata-kata Biksu So Jung membuat Kang Chi terpaku.

"Apa yang kau bilang?" Kang Chi menatap So Jung tak percaya, "Ibuku? Apakah kau mengenal ibuku?"

"Aku adalah sahabat ayahmu dulu," kata Biksu So Jung, membuat Kang Chi menatapnya, antara percaya dan tak percaya.

Tae Soo sudah babak belur dan berdarah-darah. Jo Gwan Woon menghampiri Tae Soo dan dengan kipasnya, ia memeriksa wajah Tae Soo yang kemudian hanya bisa mendecakkan lidah, pura-pura menyesali mengapa Tae Soo ragu untuk melaporkan dirinya ke aparat pemerintah.

Tae Soo teringat pertemuan terakhir itu. Saat itu ia mengatakan kalau ia sebenarnya ingin menjebloskan Jo Gwan Woong ke penjara, tapi ayahnya mencoba menghormati Jo Gwan Woong yang pernah menjabat sebagai Asisten Menteri.

Dan seakan menabur luka di hati Tae Soo, Jo Gwan Woong berkata, "Ckckck.. Kelakuanmu itu yang telah membunuh ayahmu."

Ughh.. si Jo Gwan Woong ini menyalahkan semua orang atas kematian Tuan Park, kecuali dirinya sendiri.

Tae Soo bersumpah akan membunuh Jo Gwan Woong bagaimanapun caranya. Sumpah serapah itu hanya ditanggapi enteng oleh Jo Gwan Woong yang berkata, "Dulu, banyak orang yang mengatakan hal seperti itu padaku.. dan aku telah membunuh mereka yang pernah mengatakan itu padaku. Apa kau mengerti sekarang? Apa artinya kalau kau bertentangan denganku?"

Jo Gwan Woong meninggalkan Tae Soo yang berteriak marah padanya.

Di ruangannya kepala pengawal memberitahukan kalau mereka tak berhasil menemukan Kang Chi walau sudah mencarinya  kemana-mana. Jo Gwan Woong merasa terusik dengan Kang Chi karena tatapan Kang Chi yang menggangu. Jo Gwan Woong bertanya pada Kepala penjaganya, apa yang mungkin terjadi.

Kepala pengawal menduga kalau hal itu pasti berkaitan dengan gelang yang Kang Chi pakai. Setiap Kang Chi berkelahi, ia melihat gelang itu bersinar misterius. Ia mendengar kalau ada yang  beberapa orang yang memakai aksesoris untuk membantu mereka untuk bertempur.

Dan Jo Gwan Woong pun semakin penasaran atas identitas asli Kang Chi, "Jangan bunuh dia. Bawa dia padaku hidup-hidup."

Kepala polisi datang menghadap untuk memberitahukan hasil interogasinya yang nihil. Tak ada pengakuan yang dapat diambil dari Tae Soo.  Tapi bagi Jo Gwan Woong, semua itu bukan masalah karena mereka sudah memiliki bukti di tangan. Dan Kang Chi yang membunuh Park Mu Sol.

Kepala polisi agak ragu. Ia pun bertanya apa yang akan terjadi pada Penginapan 100  tahun dan keluarga setelah kejadian ini. Jo Gwan Woong tersenyum dan menyuruh untuk melakukan cara yang biasa, "Bunuh ahli warisnya dan jual seluruh anggota keluarga yang lainnya sebagai budak. Dan aku akan membeli penginapan itu dengan harga yang pantas."

Kepala polisi terbelalak mendengar Jo Gwan Woong sendiri yang ingin membeli penginapan itu. Tapi matanya semakin terbelalak, kali ini penuh antusiasme setelah Jo Gwan Woong berjanji untuk memberikan posisi Kepala polisi di provinsi.

Mata Kepala Polisi semakin berbinar-binar saat Jo Gwan Woong mengatakan, "Selama kita ada di pihak yang sama, aku akan dapat membantumu agar dinaikkan di ranking yang lebih tingi."

Terbata-bata, Kepala Polisi menyembah Jo Gwan Woong dan berterima kasih padanya. Ia berjanji untuk menyiapkan segalanya agar Jo Gwan Woong dapat mengambil alih penginapan Seratus tahun itu sebagai miliknya.

Episode-6.2        

Tae Soo dijebloskan kembali ke penjara, berkumpul bersama keluarganya. Kondisinya sangat menyedihkan. Untung ibu masih pingsan, jadi tak tahu betapa menderitanya Tae Soo. Chung Jo  bertanya kondisi kakaknya. Tapi Tae Soo malah menanyakan Kang Chi, "Bagaimana dengan Kang Chi? Apa yang terjadi padanya?"

Tak mendapat kabar sedikitpun tentang Kang Chi, membuat para pelayan pria mengira Kang Chi telah meninggalkan mereka dan melarikan diri. Dan mereka juga menyalahkan Kang Chi atas kematian Tuan mereka.

Tae Soo hanya mendengar ucapan para pelayan dengan tatapan kosong.

Sementara di kota, Bong Chul menunjukkan gambar Kang Chi pada orang-orang  yang berjualan dan memberitahukan kalau wajah di kertas itu adalah pembunuh Tuan Park. Sepertinya Bong Chul ingin mencari informasi gratis dengan menggunakan tuduhan Jo Gwan Woong. Karena, begitu mereka tahu kalau Kang Chi yang membunuh Tuan Park, maka orang-orang pun emosi dan berkata kalau tanpa hadiah uangpun mereka akan memberitahukan kalau melihat orang seperti Kang Chi.

Yeo Wool dan Gon melihat tindakan Bong Chul dan anak buahnya. Yeo Wool menduga Kang Chi pasti melarikan diri ke gunung. Gon merasa sulit untuk mencari Kang Chi, seperti mencari jarum di dalam jerami. Yeo Wool tersenyum, "Kang Chi itu lebih besar dan lebih ribut daripada jarum. Dia itu ceroboh, jadi kukira ia pasti meninggalkan beberapa petunjuk."

Gon menatap pasrah pada Yeo Wool, "Bagaimana aku dapat merubah kekeraskepalaanmu?"

"Tak tahu. Mungkin dengan aku mati?" tanya Yeo Wool polos. Dan Yeo Wool terkekeh melihat Gon yang mematung mendengar jawabannya, "Bahkan kalau aku sudah tua pun kau tak akan dapat mengubah keraskepala-ku ini."

Yeo Wool pun mengajak Gon untuk mulai pergi mencari.

Dan ternyata Bong Chul berada di balik tembok dan mendengarkan percakapan mereka. Ia dan anak buahnya pun mengikuti Yeo Wool dan Gon hingga ke gunung.

Tapi anak buahnya mulai ribut dan mengeluh, sehingga Bong Chul harus menutup mulutnya dan diam. Tetap saja anak buahnya itu terus mengeluh sampai Bong Chul harus mengancamnya agar diam.

Namun jantung mereka hampir copot saat menyadari Gon berdiri di samping mereka dan bertanya apa yang mereka inginkan. Bong Chul tergagap-gagap mencoba berbohong, tapi Gon melihat kertas pencarian Kang Chi. Setelah melihat isinya, Gon pun menyobek-nyobek kertas itu, membuat Bong Chul berteriak panik.

Dari kejauhan Yeo Wool tersenyum melihat kekesalan Bong Chul. Ia melihat ada seseorang bersembunyi darinya. Pengawal Jo Gwan Woong.

Gon menyuruh mereka untuk meninggalkan gunung ini dan beranjak meninggalkan Bong Chul. Tapi Bong Chul berteriak menghentikannya. Gon berbalik dan pandangannya seperti berkata, Ape lagii ini...""

"50/50," kata Bong Chul sok bergaya pebisnis, "Siapapun yang menemukannya pertama kali, ayo kita bagi uangnya sama rata. Dua lebih baik daripada satu. Dan empat itu lebih baik daripada dua, kan?"

Gon  tersenyum menahan sabar dan tetap menyuruhnya untuk pergi. Tapi Bong Chul masih belum mau menyerah. "Jadi 60/40?" Bong Chul tertawa, "60/40? Kau ambil 60-nya dan aku 40. Aku sekarang sedang bermurah hati."

Tapi tawa Bong Chul berhenti saat Gon menunjukkan pedangnya. Bong Chul pun langsung mengkeret dan berbalik menatap anak buahnya, "Kenapa kau hanya diam? Ayo pergi!"

Gon berbalik dan kaget melihat Yeo Wool sudah menghilang. Ia pun mulai khawatir dan memanggil-manggil Yeo Wool. Tenyata Bong Chul masih belum pergi, ia mengintai Gon di balik pohon.

Yeo Wool mengikuti orang itu. Namun ia merasa kalau ini adalah jebakan dan menyadari kalau jumlah lawan lebih banyak darinya, maka ia pun melarikan diri. Para pengawal Jo Gwan Woon pun mulai mengejarnya.  Ia pun semakin cepat berlari.

Namun tiba-tiba ia ditarik dan mulutnya dibekap oleh seseorang. Pedang Yeo Wool terlepas. Namun Yeo Wol segera menelikung orang itu, membantingnya ke tanah, dan medudukinya.

Yeo Wool mencabut pisau kecilnya, hendak membunuh orang itu. Tapi matanya melebar melihat siapa orang yang ditelikungnya, "Choi Kang Chi?"

Suara langkah para pengawal itu terdengar mendekat ke arah mereka, dan Kang Chi ganti mendorong Yeo Wool dan tubuhnya menutupi tubuh Yeo Wool agar tak terlihat. Yeo Wool merasa canggung dengan kedekatan fisik mereka, tapi Kang Chi tak menyadarinya.

Para pengawal itu mulai mencari-cari dan salah satu kaki Kang Chi tersembul di balik gundukan tempat mereka bersembunyi. Namun pengawal itu tak melihat kaki Kang Chi karena secara ajaib, muncul tanaman merambat yang  menutupi kaki Kang Chi dari pandangan.

Hmm.. kekuatan Kang Chi kan? Atau kekuatan Gunung Jiri yang mengetahui keturunan siapa Kang Chi ini sebenarnya?

Kang Chi pun menghela nafas lega melihat para pengawal itu mulai pergi. Masih memeluk Yeo Wool, Kang Chi menoleh padanya dan mematung. Yeo Wool bertanya kemana Kang Chi menghilang selama ini? "Apa kau bersembunyi?"

Tapi Kang Chi seolah tak mendengarkan pertanyaan Yeo Wool dan malah bertanya, "Apa-apaan ini? Kau kok kelihatan cantik kalau dilihat dari dekat seperti ini? Kalau aku tak mengenalmu, aku pikir kau itu adalah seorang gadis."

Yeo Wool mengerutkan kening, merasa perlu mengkoreksi. Tapi ada yang lebih mendesak untuk dikoreksi, "Di desa, mereka mencari-carimu. Mereka menginginkanmu hingga menyebar poster dan bahkan imbalan uang. Apa kau tak tahu?"

"Apa kau sibuk belajar bela diri sehingga tak pernah belajar tata karma?" tanya Kang Chi. "Aku selalu menyelamatkanmu, tapi kau tak pernah berterima kasih padaku."

"Choi Kang Chi!" bentak Yeo Wool.

"Kalau kau selalu melakukan hal itu, nanti akan jadi kebiasaan," kata Kang Chi menasehati.

Belum sempat Yeo Wool menjawab, kerah baju Kang Chi ditarik oleh seseorang,. Belum sempat Kang Chi bereaksi, ia pun ditonjok keras. Oleh Gon yang berkata marah, "Kau yang harusnya tahu kalau ngelanturmu itu bisa menjadi kebiasaan."

Kang Chi marah dan mereka pun hampir berkelahi. Tapi Yeo Wool menghentikan mereka karena sekarang bukan saat yang tepat untuk berkelahi apalagi bagi Kang Chi, "Kau seharusnya tak ada disini. Sudah dua hari jasad Tuan Park dipajang di luar. Keluarganya dipenjara dan disiksa setiap saat. Semua orang menganggapmu sebagai pembunuhnya. Semua orang sedang mencarimu dan ingin menangkapmu."

Mata Kang Chi  berkaca-kaca mendengar ucapan Yeo Wool, dan ia pun berteriak meluapkan rasa marahnya. Ia berbalik agar mereka tak melihat air matanya. Yeo Wool menyarankan agar mereka bersembunyi dan memikirkan cara untuk membuktikan kalau ia tak bersalah.

Untuk menutupi perasaannya, Kang Chi mengabaikan ucapan Yeo Wool dan malah berkata pada Gon kalau Gon sedang beruntung karena ia ada urusan dan harus pergi ke suatu tempat. Dan Kang Chi pun beranjak meninggalkan mereka.

Yeo Wool merentangkan tangannya, menuntut untuk tahu kemana Kang Chi akan pergi. Tentu saja tempat satu-satunya bagi Kang Chi, yaitu penginapan. Yeo Wool kesal dan mengingatkan Kang Chi kalau ia itu sekarang sedang buron karena tuduhan pembunuhan. Tapi Kang Chi tak takut, "Bagus. Aku memang berencana untuk membunuh seseorang setelah turun gunung ini."

"Apakah kau mau menyerah seperti ini?" tanya Yeo Wool heran. Dan kata-kata itu mengingatkannya pada anjuran Biksu So Jung, Hanya 10 hari. Tinggallah 10 hari di sini dan aku akan menceritakan semuanya. Siapa orang tuamu sebenarnya dan mengapa kau dibuang di sungai.

Tapi saat itu Kang Chi berkata kalau ia tak mau tahu alasan orang tuanya meninggalkannya, "Mereka meninggalkanku 20 tahun yang lalu. Demi orang tua seperti mereka, aku harus meninggalkan Tuan Park dan keluarganya yang telah membesarkanku selama 20 tahun?"

Biksu So Jung berkilah kalau orang tua Kang Chi memiliki alasan tersendiri dan takdirnya berhubungan dengan alasan itu. Tapi Kang Chi tak peduli dengan alasan itu. Ia tak peduli dengan takdirnya karena ia hanyalah anak yang dibuang di sungai, "Jadi pergilah dan jangan ganggu aku."

"Kang Chi-ah!"

"Aku memiliki keluarga yang harus kulindungi!!" seru Kang Chi marah dan pergi meninggalkan Biksu So Jung.

Pada Yeo Wool, Kang Chi berterimakasih sebelum mereka berpisah. Yeo Wool mencoba menghentikan Kang Chi, tapi Gon menghentikannya. Yeo Wool sudah melakukan apa yang ia bisa. Yeo Wool  menghela nafas khawatir.

Dan Biksu So Jung yang mengawasi mereka dari jauh pun juga menghela nafas khawatir. Ia melihat Kang Chi berjalan menuruni gunung.

Begitu pula Bong Chul. Tapi ia tak menunjukkan wajah khawatir. Malah mungkin terdengar suara Cring.. Cring..Cring.. di kepalanya dan ia mulai sibuk menghitungnya.

Kang Chi menyelinap masuk ke dalam penginapan. Matanya berkaca-kaca melihat betapa berbedanya kondisi penginapan sebelum kejadian malam itu. Penginapan yang selalu ramai dan meriah, penuh senyum dan tawa, sekarang sepi terabaikan.

 "Apakah itu kau, Kang Chi?" terdengar suara Oh Man tak percaya. Oh Man pun segera menghambur memeluknya, "Kau kemana saja? Semua orang dipenjara. Dan kami di sini juga dikungkung di sini selama 2 hari ini.

Kang Chi terkejut mendengar penjelasan temannya yang sama dengan ucapan Yeo Wool. Kang Chi menenangkan Oh Man dan berkata kalau ia sudah kembali dan yang pertama yang akan ia lakukan adalah menyelamatkan orang-orang yang ada di penjara. Oh Man.

Sebelum pergi, Oh Man mengatakan kalau semua yang terjadi ini bukanlah karena Kang Chi, "Meninggalnya Tuan Park bukanlah kesalahanmu."

Kang Chi mengepalkan tangannya, namun tak ada jawaban keluar dari mulutnya.

Tak dinyana, Chung Jo dikeluarkan dari penjara. Chung Jo menuntut untuk tahu kemana ia akan pergi. Petugas itu menjawab kalau keluarga Park terbukti bersalah dan penerus keluarga (Tae Soo) akan dihukum mati besok pagi dan wanita Park, satu menjadi pelayan dan satu akan dijadikan gisaeng. Sedangkan seluruh pelayan Keluarga Park akan mejadi budak para pejabat pemerintah.

Chung Jo tak mau mengakui putusan itu, karena tak ada bukti yang membuktikan ayahnya adalah pengkhianat, "Kami ingin naik banding. Kirimkan kasus kami ini ke Han Yang dan kami akan buktikan kalau ayah tak bersalah."

Petugas itu mengingatkan kalau mereka menemukan surat bukti mereka memberontak. Tae Soo pun menyela, "Sungguh keterlaluan! Keadilan macam apa yang bisa menghancurkan sebuah keluarga karena sebuah surat?"

Petugas itu bertanya sinis, "Apa kau masih belum tahu? Hukum ada di tangan penguasa. Jadi karena itulah banyak hal yang berlawanan dengan kenyataan." Sebelum pergi petugas itu berkata, "Kau akan dihukum mati saat matahari terbit. Bawa gadis itu pergi!"

Tae Soo dan para pelayan berteriak mencegahnya. Tapi sia-sia. Perlahan ibu membuka mata, tapi tatapan matanya kosong. Tae Soo jatuh pingsan setelah memanggil nama adiknya sekali lagi. Para pelayan panik dan mencoba membangunkan tuannya.

Kepala polisi melaporkan kalau ia sudah melakukan apa yang telah Jo Gwan Woong perintahkan. Jo Gwan Woong puas mendengarnya dan mengatakan kalau ia akan menangani sisanya. Ia yakin kalau Choi Kang Chi akan muncul malam ini.

Ternyata keyakinan Jo Gwan Woong ini karena Bong Chul datang menemuinya.

Ugghhh... rasanya pengen ikut ngelempar Bong Chul ke pulau terpencil itu, deh, bareng-bareng 2 orang yang ada di depannya. Apa kamar itu dikunci terus panggil Genie untuk mengecilkan ruangan itu, dan dilemparkan ke laut, ya?

Chung Jo dibawa masuk ke kurungan di atas gerobak, tapi petugas yang membawanya tiba-tiba sakit perut dan berkata kalau ia akan ke toilet sebentar.

Sendirian, ketegaran Chung Jo lenyap. Ia berbisik penuh harap, "Tolong aku. Kang Chi-ah.. tolonglah aku.."

Dan Chung Jo tersentak merasakan ada tangan yang menggenggam kedua tangannya. Ia mendongak dan berseru lega, "Kang Chi ah.."

Kang Chi meminta maaf karena Chung Jo lama menunggu dan pasti sangat ketakutan. Tapi ia akan segera membebaskan Chung Jo sekarang. Kang Chi hendak membuka gembok kurungan itu, tapi Chung Jo menghentikannya. Ia meminta Kang Chi menolong Tae Soo lebih dulu, jika tidak Tae Soo akan meninggal di penjara.

Mulanya Kang Chi tak mau, tapi Chung Jo meyakinkan Kang Chi kalau sudah tak ada waktu lagi bagi Tae Soo, karena saat matahari terbit, Tae Soo akan dieksekusi, "Jika kau tertangkap di sini, kau akan tak akan dapat membantu Tae Soo. Jika kau tertangkap, kita tak akan punya harapan lagi. Jadi.. kumohon tolonglah kak Tae Soo dulu."

"Chung Jo-ya.."

"Kumohon.." pinta Chung Jo, "jangan biarkan ada yang terluka ataupun terbunuh lagi. Ya?"

Sesaat Kang Chi berperang batin. Tapi setelah itu ia telah memutuskan dan ia menggenggam tangan Chung Jo, "Tunggulah aku. Aku akan segera kembali."

"Terima kasih, Kang Chi.."

"Apapun yang terjadi," janji Kang Chi, "Aku akan kembali padamu."

Chung Jo mengangguk, tegar. Kang Chi pun berbalik pergi. Namun mendadak Chung Jo meraih lengan baju Kang Chi dan menggenggamnya erat.

Kang Chi menatap tangan yang gemetar dan memegang lengan bajunya erat. Ia menyadari kalau Chung Jo sebenarnya sangat ketakutan karena Kang Chi akan meninggalkannya walaupun untuk sementara.

Ia pun mencium kening Chung Jo untuk menguatkan gadis itu. Diusapnya pipi Chung Jo dan ia pun segera pergi.

Chung Jo menatap kepergian Kang Chi dan berkata sendiri, "Cepatlah kembali. Aku akan menunggumu."

Ternyata ada pengawal Jo Gwan Woong yang mengintai mereka dari atap.

Para pelayan terkejut namun gembira saat melihat kedatangan Kang Chi. Kang Chi sudah memegang kunci sel dan membuka sel penjara pria. Yang pertama kali dilakukan Pelayan Choi adalah menangis bahagia dan memeluk putra angkatnya,

Kang Chi meminta maaf pada ayah angkatnya yang sangat khawatir padanya. Namun betapa terkejutnya ia melihat Tae Soo yang terkapar pingsan. Han No mengatakan kalau mereka tak punya banyak waktu lagi karena racun akibat penyiksaan, telah menyebar di tubuh Tae Soo. Kabar itu membuat Kang Chi bergerak cepat.

Namun seakan baru sadar, ia menghampiri sel kurungan wanita dan membuka gemboknya. Ia menghormat pada Nyonya Yoon dan memintanya untuk naik ke punggungnya.  Ia sendiri yang akan menggendong Nyonya Yoon.

Tapi Nyonya Yoon malah memintanya untuk pergi tanpa membawa drinya, "Jikapun aku mengikutimu, maka aku akan menjadi beban bagimu. Dengan kondisiku yang seperti ini, lebih baik aku menjadi tawanan daripada aku menjadi buronan."

Semua pelayan yang tadinya bangkit dan berniat untuk melarikan diri  bersama Kang Chi, satu per satu duduk dan mengikuti tindakan Nyonya Yoon. Tinggal di penjara dan menjadi tawanan. Nyonya Yoon meminta untuk tak mengkhawatirkannya, "Larilah dan pergi ke tempat yang aman. Kumohon hiduplah dan buktikan kalau ayahmu tak bersalah. Buatlah ayahmu beristirahat tenang di sana."

Kang Chi berlutut di depan Nyonya Yoon dan berkata, "Saya akan melindungi Tae Seo dan Chung Jo dengan sepenuh jiwa saya. Saya berjanji."

Nyonya Yoon menatap Kang Chi. Tak disangka ia mendengar kata janji itu dari mulut Kang Chi terngiang kembali, Kang Chi yang dahulu pernah berjanji padanya, namun ia remehkan karena ia tak tahu janji itu keluar dari mulut manusia atau bukan. Dan sekarang ibu menatap Kang Chi hampir menangis, "Aku sangat memohon padamu, kumohon lindungilah Tae Soo dan Chung Joku."

Kang Chi pun berjanji. Menyadari sekarang saatnya berpisah, Ibu pun mengalihkan tatapannya ke samping dan menyuruh Kang Chi untuk segera pergi.

Kang Chi pun bersiap. Pelayan Choi memutuskan untuk tetap tinggal untuk menjaga Nyonya Yoon. Walau berat, Kang Chi juga tahu prioritas mana yang dipilih ayah angkatnya.

Han No dan salah satu pelayan membawa Tae Soo yang pingsan, sementara Kang Chi berjalan di depan. Namun di depan mereka dicegat oleh pengawal Jo Gwan Woong yang sudah menunggu mereka. Kang Chi dan Han No pun bertempur, tapi kekuatan mereka tidaklah seimbang.

Kang Chi meminta Han No untuk membawa Tae Soo pergi dan ia akan menahan mereka. Tapi Han No menyarankan yang sebaliknya, Ia yang akan menahan mereka. Kang Chi melihat luka menganga di  kaki Han No. Han No juga masih ingin melakukan perhitungan dengan para pengawal itu, "Apapun yang terjadi, jagalah Tuan Muda dengan baik. Hanya dengan itulah kita menghormati almarhum Tuan Park."

Kang Chi menatap temannya dan berkata, "Mari kita bertemu lagi nanti." Han No menoleh dan tersenyum pada Kang Chi. Ia pun menghadang para pengawal itu sementara Kang Chi dan pelayan itu membawa Tae Soo.

Kepala pengawal menyuruh anak buahnya untuk mengejar Kang Chi dan ia akan menangani Han No sendiri di sini. Anak buahnya pun mengikuti perintah itu.

Dengan mudah mereka keluar dari tempat itu, menginggalkan Han No dan pemimpinnya untuk berperang. Sementara Kang Chi melarikan Tae Soo, Chung Jo menunggu di kurungan dengan cemas.

Han No melawan namun tombaknya berhasil dipatahkan. Ia mencoba bertahan tapi kepala pengawal itu berhasil menebas dadanya.

Para pengawal itu kehilangan jejak Kang Chi. Mereka pun memutuskan untuk menyebar. Kang Chi bersembunyi di balik tembok, hampir hilang akal tak tahu apa yang harus ia lakukan. Dan ada suara seseorang menyapanya dan bertanya apakah mereka butuh tempat bersembunyi? Ia akan membantu mereka karena ia sangat berhutang budi pada Tuan Park.

Kang Chi ingat wajah orang itu. Orang itu adalah pencuri yang diberi 2 karung beras oleh Tuan Park. Kang Chi tersenyum, mendapat harapan lebih besar.

Namun mendadak muncul salah satu pengawal, bersiap membunuh Kang Chi. Kang Chi terbelalak melihatnya. Tapi tiba-tiba pengawal itu tersungkur dan mati.

Dan di belakangnya, muncul Yeo Wool yang ternyata memanah orang itu. Yeo Wool meminta mantan pencuri beras itu untuk menyembunyikan Tae Soo sementara ia dan Kang Chi akan menarik perhatian para pengawal itu. Ia berjanji akan menyuruh orang untuk menjemput Tae Soo nanti.

Mantan pencuri beras itu mengerti. Bersama pelayan Tae Soo, ia mulai membawa pergi Tae Soo yang pingsan.

Kang Chi menatap Yeo Wool. Ia ingin mengucapkan terima kasih tapi tak bisa berkata-kata. Kali ini ia memanggil Yeo Wool dengan lebih sopan, yaitu Tuan Muda Dam. Tapi Yeo Wool hanya nyengir dan berkata kalau Kang Chi tak perlu berterima kasih, "Kadang kau tak perlu mengucapkan terima kasih itu dengan kata-kata."

Mereka pun berpisah dengan kelompok Tae Soo. Dan memang benar. Para pengawal itu mengejar Kang Chi dan Yeo Wool yang lari ke hutan. Di tengah jalan, mereka berpisah dan para pengawal itu mengejar Kang Chi.

Di dalam kurungan, Chung Jo masih menunggu dengan cemas. Dan matanya terbelalak ketakutan melihat petugas itu muncul dan menyuruh lembu itu untuk mulai berjalan. Di dalam kurungan yang mulai bergerak, Chung Jo memohon dalam hati, "Kang Chi-ah.. segerala datang. Kang Chi-ah..!"

Tapi Kang Chi yang Chung Jo harapkan masih berada di gunung dan sekarang dikepung oleh para pengawal itu. Ia mulai bersiap. Dan pengawal itu melihat gelang yang dipakai Kang Chi dan teringat kata-kata atasannya, Ada sesuatu dengan gelangnya. Jika kau ingin mengalahkannya, musnahkan dulu gelang itu.

Pertempuran pun terjadi. Dan target utama pengawal itu adalah gelang Kang Chi yang akhirnya ia berhasil memutuskan gelang itu. Biji-biji gelang itu jatuh berserakan di tanah.

Dan seakan biji-biji itu menghantam bumi, air danau di Taman Cahaya Bulan mulai bergelombang. Burung-burungpun beterbangan, menyadari perubahan alam. Biksu So Jung yang sedang meditasi pun merasakannya. Begitu pula Yeo Wool.

Angin mulai bertiup sangat kencang, jauh lebih kencang daripada saat Tuan Park meninggal. Petir bersahut-sahutan. Bahkan bulan pun berani menutupi matahari, sehingga terjadi gerhana. Siang menjadi malam. Merasakan perubahan alam yang sangat mendadak itu, Biksu So Jung berpaling cemas.

Para pengawal mulai menebas badan Kang Chi. Punggung, kaki, lengan Kang Chi, semua itu ditebas dengan mudah karena Kang Chi tak bergerak.  

Kang Chi tersungkur dalam hatinya memohon, "Berhentilah.. berhentilah.! Chung Jo masih menungguku," tapi bukan pedihnya luka tebasan pedang itu yang ia rasakan, "Sakit sekali. Tubuhku terasa panas seperti terbakar. "

Yeo Wool kembali ke dalam hutan, mencari jejak Kang Chi. Ia akhirnya menemukannya, dan hendak turun membantunya. Tapi ia terhenyak melihat butiran cahaya biru yang muncul, semakin lama semakin banyak.

Butiran cahaya itu sekarang mengelilingi Kang Chi, membuat para pengawal itu juga keheranan dan sedikit gentar.

Mata Kang Chi bersinar kehijauan. Satu persatu lukanya pulih, dan tangannya berubah menjadi cakar. Para pengawal itu mulai mundur perlahan-lahan saat Kang Chi mulai berdiri.

Semua terkesiap kaget dan ketakutan pada sosok Kang Chi. Di hadapan mereka telah berdiri seorang monster yang matanya bersinar kehijauan..

Yeo Wool terbelalak melihatnya dan terhenyak, "Choi Kang Chi.." . Dan monster itu mengaum keras saat ia mulai menyerang.

Episode-7.1        

Yeo Wool melarikan diri bersama Kang Chi. Tapi saat ia berbalik, Kang Chi tidak ada. Ia mencari-cari Kang Chi dan melihatnya dikepung anak buah Jo Gwan Woong. Yeo Wool hendak menolongnya. Tiba-tiba bermunculan butir-butir cahaya biru di sekitarnya. Yeo Wool terpaku.

"Pada waktu itu aku tidak percaya kata-katanya," ujar Yeo Wool dalam hati. Butir-butir cahaya itu mengingatkannya pada malam ia pertama kali bertemu Kang Chi. Saat itu di dekat pohon sakura di bawah bulan sabit juga muncul butir-butir cahaya yang sama.

Yeo Wool teringat peringatan So Jung untuk menghindari Kang Chi sebisa mungkin. Juga peringatannya bahwa salah satu dari mereka akan mati jika ia tidak menghindari takdir itu.

"Tadinya aku hendak mengabaikan perkataannya (So Jung)...tapi..." (Yeo Wool mengira Kang Chi akan mati)

Yeo Wool melihat dengan mata kepalanya sendiri Kang Chi berubah.

"Choi Kang Chi.....apa itu? Monster di depanku ini, siapa dia?" Yeo Wool tertegun tak percaya.

Kang Chi berteriak lalu membantai para pengawal yang mengepungnya.

Yeo Wool lari ketakutan. Tiba-tiba seseorang muncul di hadapannya. Yeo Wool berteriak.

"Nona Yeo Wool, ini aku!" Gon berusaha menenangkan Yeo Wool yang meronta-ronta panik.

"Kenapa Nona seperti ini? Apa yang terjadi?"

"Ada yang salah....benar-benar salah," gumam Yeo Wool.

Gon tak mengerti. Tiba-tiba terdengar suara raungan Kang Chi. Gon menoleh kaget.

Para pengawal yang mengepung Kang Chi semua mati. Kang Chi terhuyung-huyung berjalan menjauhi tempat itu. Yang bisa ia pikirkan hanyalah Chung Jo sedang menunggunya dan ia harus pergi menolongnya.

Tapi Kang Chi terlalu lelah. Ia jatuh tergeletak di tanah dan pingsan. Hujan mulai turun.

Chung Jo dibawa ke Chunhwagwan. Ia terkejut saat tahu Chunhwagwan adalah tempat gisaeng. Kepala Gisaeng di sana masih gisaeng Chun Soo Ryun. Gisaeng Chun terkesiap saat tahu gadis yang baru datang adalah puteri Park Mu Sol.

Chung Jo tidak mau masuk. Jang So (pelayan gisaeng Chun) bertanya memangnya apa yang akan Chung Jo lakukan jika tidak masuk. Chung Jo bersikeras tidak mau masuk.

"Aku tidak akan pernah melewati pintu itu. Mati ya mati, tapi aku tidak akan pernah menjadi gisaeng rendahan!"

Gisaeng Chun keluar.

"Jika kau tidak mau menjadi gisaeng, apa yang akan kaulakukan?" tanyanya.

Chung Jo terdiam.

"Ayo katakan padaku. Sebagai anak pemberontak, kau dijual ke sini untuk menjadi gisaeng. Jika tidak menjadi gisaeng, apa yang akan kaulakukan?"

"Ayahku tidak memberontak, ia difitnah!"

Gisaeng Chun berkata bukanlah pekerjaannya untuk membuktikan Tuan Park tak bersalah. Tugasnya adalah menjadikan Chung Jo gisaeng di Chunhwagwan.

"Bunuh saja aku! Daripada menjadi gisaeng, lebih baik mati!"

Kata-kata itu mengingatkan Gisaeng Chun pada Seo Hwa 20 tahun silam. Gisaeng Chun terdiam sejenak. Lalu ia memerintahkan Chung Jo diikat ke pohon aib.

Maka terjadilah pada Chung Jo seperti yang terjadi pada Seo Hwa. Pakaiannya dibuka lalu ia diikat di pohon yang sama.

Chung Jo berteriak-teriak marah dan panik minta dilepaskan.

"Menyerahlah. Semakin cepat kau menyerah, penderitaanmu akan semakin berkurang," ujar Gisaeng Chun.

"Dasar jalang! Setelah melakukan ini padaku, kau pikir kau akan selamat? Aku adalah Park Chung Jo, puteri dari pemilik Penginapan Seratus Tahun Park Mu Sol. Aku Park Chung Jo!!"

"Ayahmu sudah mati! Sekarang nama Park Mu Sol tidak bisa melindungimu ataupun menyelamatkanmu. Berhentilah bergantung pada nama ayahmu. Saat ini jika kau tidak berusaha sendiri, tidak mungkin kau tetap hidup."

"Aku...aku tidak akan pernah melupakanmu," kata Chung Jo dengan penuh kebencian. "Suatu hari nanti kau akan membayar rasa malu yang kuterima ini!!"

Gisaeng Chun memerintahkan agar Chung Jo tidak diberi minum setetespun sampai ia memerintahkan. Lalu ia masuk ke dalam bersama para pelayannya meninggalkan Chung Jo sendiri.

Chung Jo berteriak-teriak histeris memanggil mereka. Tapi tidak ada seorangpun yang mempedulikannya.

Di dalam, kepala pelayan dan Jang So bertanya-tanya mengapa Gisaeng Chun memerintahkan Chung Jo diikat ke pohon aib. Sejak peristiwa Seo Hwa 20 tahun lalu, Gisaeng Chun tidak pernah mengikat satu orangpun ke pohon itu.

Chung Jo menangis memanggil-manggil ayahnya. Hujan turun.

Dalam hujan, So Jung menemukan mayat-mayat pengawal Jo Gwan Woong bergelimpangan di hutan. Ia juga menemukan butiran batu dari gelang Kang Chi yang terlepas. Ia nampak kesal.

Yeo Wool menceritakan semua yang ia lihat pada ayahnya. Ia nampak masih terguncang.

"Apa kau yakin ia tidak seperti manusia?" tanya ayahnya.

"Ya, Ayah."

"Kami sudah memeriksa mayat-mayat di hutan. Semuanya terkena luka cakar yang mematikan," kata Gon.

Serta merta Guru Dam teringat pada Wol Ryung. Ia membunuh Wol Ryung waktu itu karena cakar Wol Ryung melukai Seo Hwa. Ia juga teringat Seo Hwa yang hamil.

"Bagaimana anak itu bisa dibesarkan Mu Sol?" gumamnya. Ia tahu Kang Chi adalah anak Wol Ryung dan Seo Hwa.

Gon meminta tiga orang. Ia akan membereskan semuanya. Jika Kang Chi dibiarkan pasti akan menimbulkan masalah nantinya, sebelum itu terjadi ia akan menyingkirkan Kang Chi lebih dulu.

"Gon-ah," protes Yeo Wool.

"Tolong ijinkan aku, Guru," kata Gon.

Yeo Wool dengan khawatir melihat ayahnya. Ia takut ayahnya menyetujui permintaan Gon.

"Bagaimana jika kita menerimanya?" terdengar suara Lee Soon Shin. Rupanya sejak tadi ia juga mendengar laporan Yeo Wool dan Gon.

Kang Chi adalah seseorang yang dianggap anak oleh Park Mu Sol. Mereka seharusnya menerimanya dan mendiskusinya lebih lanjut setelah itu. Yeo Wool langsung mendukung usul Lee Soon Shin.

"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu lagi? Orang-orang kita akan terluka, Tuan," ujar Gon.

"Dia orang Park Mu Sol!" bela Yeo Wool. "Dia orang yang disayangi Park Mu Sol. Ini masalah nyawa, kita tidak bisa memutuskannya dengan enteng."

Guru Dam menyuruh Yeo Wool keluar. Yeo Wool keluar dengan kesal. Tanpa mempedulikan hujan yang membasahi tubuhnya, ia menegur Gon.

"Menyingkirkannya dengan membunuhnya? Bagaimana bisa kau berkata seringan itu?"

"Dia bukan lagi manusia. Nona telah melihat sendiri mayat-mayat itu."

"Tetap saja kau harus mencari tahu situasinya terlebih dulu! Bagaimana ia bisa menjadi seperti itu? Apa yang terjadi padanya? Sudah sewajarnya untuk mengkhawatirkannya."

"Yang kukhawatirkan hanyalah Nona dan Guru," ujar Gon tegas. "Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain."

Yeo Wool nampak kecewa.

"Benar. Selalu begitu. Kau tidak tahu apapun selain tanggungjawab dan tugasmu, iya kan? Bahkan memikirkan hal lain selain perintah Ayah pasti terlalu menyusahkanmu hingga kau bisa mati. Tapi apa kau tahu, Gon-ah? Itulah sebabnya aku merasa kau bagai sebuah tembok untukku. Tembok dingin tanpa hati atau perasaan." Oucchh....

Yeo Wool berbalik pergi.

"Apa Nona menyukainya?" tanya Gon. "Apa Nona memiliki perasaan seperti itu padanya?"

Yeo Wool terdiam sesaat.

"Apa otakmu terbuat dari batu? Sudah kubilang dia adalah penyelamat hidupku," jawab Yeo Wool.

Benarkah hanya seperti itu? Baik Gon dan Yeo Wool tampaknya tidak yakin.

Guru Dam Pyung Joon menceritakan pada Lee Soon Shin bahwa 20 tahun lalu ia pernah membunuh makhluk gaib bernama Gu Wol Ryung. Dan setelah membunuhnya ia baru tahu wanita itu mengandung. Mereka berkesimpulan bayi itu adalah Kang Chi.

Guru Dam yakin Kang Chi tidak akan selamat jika Jo Gwan Woong tahu Kang Chi bukanlah manusia. Lee Soon Shin berkata jika itu yang terjadi maka itu melegakan. Kang Chi adalah makhluk setengah manusia, setengah siluman (aku menggunakan kata siluman agar lebih mudah ya, walau sebenarnya Wol Ryung bukanlah siluman melainkan roh pelindung Gunung Jiri), kekuatannya belum bisa diketahui tapi sudah pasti melebihi kekuatan manusia.

Ia lebih khawatir Jo Gwan Woong akan menarik Kang Chi ke pihaknya jika Jo Gwan Woong mengetahui kekuatan Kang Chi. Jika itu terjadi, maka mereka tidak akan bisa menghentikan ambisi Jo Gwan Woong.

"Pertama, kita harus menemukan anak itu."

"Tapi bagaimana jika ia berbahaya seperti yang Gon katakan? Apa yang akan kita lakukan jika ia melukai orang-orang tak bersalah?" tanya Guru Dam.

"Maka....aku sendiri yang akan menebas lehernya."

Keesokan paginya, Gon menemukan kamar Yeo Wool kosong.

Kang Chi terbangun. Ia bangkit berdiri dan mengerang karena perutnya masih terasa sakit. Ia teringat peristiwa semalam, saat ia berubah dan membantai para pengejarnya.

Kang Chi berlari kembali ke tempat semalam tapi mayat-mayat itu tidak ada. Ia bertanya-tanya apakah semalam hanya mimpi.

So Jung muncul. Ia melihat Kang Chi dengan kecewa.

Jo Gwan Woong menerima laporan kalau para pengejar Kang Chi lenyap tak berbekas. Demikian juga pengejar Tae Soo tidak bisa menemukan Tae Soo.

"Bukan hanya 1-2 orang, setengah lusin orang menghilang tanpa jejak?"

"Sepertinya jejak mereka tersapu hujan semalam," kata ninja penyamar (abis ngga tau namanya sih). Ia minta maaf karena tak bisa menangkap baik Kang Chi maupun Tae Soo.

"Menarik....." ujar Jo Gwan Woong. Ia tidak terlihat marah. "Aku mempunyai perasaan kalau ia bukan orang biasa, tapi melenyapkan 7 orang tanpa jejak? Jika begitu maka aku menginginkannya." (Hmm...jika ia mendapatkan Kang Chi di bawah kendalinya maka ia mempunyai mesin pembunuh yang tidak terlacak.)

Kang Chi tidak percaya dengan kata-kata So Jung.

"Siluman? Ayahku siluman? Makhluk apaan itu?"

"Jaga mulutmu!" tegur So Jung. "Dia makhluk suci yang melindungi gunung ini selama ribuan tahun!"

"Biksu, apa ini dongeng? Omong kosong macam apa ini?! Jadi kau bilang aku ini bukan manusia? Begitukah?"

"Ibumu manusia, jadi kurasa kau setengah manusia."

Kang Chi benar-benar tak habis pikir mengapa So Jung menipunya. Apa So Jung cari mati? Ia tidak bisa...mmm lebih tepatnya tidak mau menerima penjelasan So Jung mengenai asal-usulnya.

"Kau tahu betul daripada siapapun kalau tubuhmu tidak seperti biasanya. Bukankah kau merasa kesakitan di seluruh tubuhmu saat kau berubah? Bukankah kau masih merasakan rasa sakit itu? Bukankah aku sudah menyuruhmu tenang selama 10 hari saja? Jika kau tidak membuat masalah hingga kau berusia 20 tahun, kau bisa hidup sebagai manusia selamanya," kata So Jung.

Errr....kenapa baru ngomong sekarang???? Sigh, tapi seandainya So Jung waktu itu memberitahu Kang Chi pasti Kang Chi tidak akan percaya seperti sekarang. Bahkan lebih tidak percaya lagi karena waktu itu Kang Chi belum berubah.

"Omong kosong. Jadi aku sekarang ini bukan manusia?!" Kang Chi masih dalam tahap penyangkalan.

So Jung menyarankan agar Kang Chi tinggal di Taman Cahaya Bulan untuk sementara waktu. Itu adalah tempat terbaik sampai Kang Chi bisa mengendalikan kekuatannya. Orang-orang tak bersalah bisa terluka oleh Kang Chi.

"Jangan sembarangan!" bentak Kang Chi marah. Matanya bersinar hijau. Tangannya mulai berubah. Kang Chi terkejut. Ia memandangi kedua tangannya dengan shock.

"Kembalikan aku. Kembalikan aku ke wujudku yang semula," ia memohon pada So Jung.

"Terima saja. Inilah wujudmu yang sebenarnya, Kang Chi."

"Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku menjadi monster seperti ini!"

So Jung hanya diam. Kang Chi memunguti butiran batu merah dari gelangnya yang terlepas. Ia menyodorkannya pada So Jung.

"Apa ini cukup? Apa ini cukup untuk mengembalikan aku seperti semula?" tanyanya penuh harap.

"Kang Chi-ah..."

"Kumohon! Kumohon bantulah aku kembali menjadi manusia! Kumohon bantulah kembalikan aku!"

So Jung hanya menghela nafas sedih.

Kang Chi jatuh berlutut di tanah. "Aku tidak bisa kembali jika aku seperti ini. Pada Chung Jo...pada yang lainnya...aku tidak bisa kembali dalam keadaan seperti ini. Kumohon kembalikan aku seperti semula. Ya? Kumohon...kembalikan aku seperti semula!" Kang Chi menangis. Tapi So Jung tidak bisa menjawab.

Tak jauh dari sana Yeo Wool melihat mereka. Ia melihat Kang Chi yang terpuruk. Ia telah mendengarkan semua percakapan mereka dan sama shocknya dengan Kang Chi.

Chung Jo terbangun. Ia masih terikat di pohon aib. Orang-orang yang lewat berbisik-bisik membicarakannya. Chung Jo kembali menangis.

"Kakak....Kang Chi..." panggilnya dalam hati.

Kang Chi merenung di Taman Cahaya Bulan. Yang ada di pikirannya hanyalah Chung Jo.

Hari berganti hari...Chung Jo semakin lemah. "Bagaimana bisa tak ada seorangpun yang datang? Aku bahkan menunggu seperti ini. Mengapa tidak ada seorangpun yang datang? Mengapa?" Chung Jo akhirnya jatuh pingsan.

Gisaeng Chun menghela nafas panjang melihat Chung Jo.

Chung Jo terbangun di sebuah kamar. Begitu membuka mata, ia melihat semangkuk makanan. Tanpa pikir panjang ia langsung makan dengan lahap. Kepala pelayan menasihati agar Chung Jo makan pelan-pelan setelah berhari-hari tak makan.

"Sepertinya kau sudah memutuskan untuk hidup," ujar Gisaeng Chun.

Chung Jo mengangkat kepalanya. Ia baru sadar sejak tadi Gisaeng Chun memperhatikannya. Serta merta ia menurunkan sendoknya. Wajahnya menunjukkan kemarahan.

"Apa kau masih berpendapat sama? Apa kau masih memiliki harga diri seorang bangsawan? Jika begitu..kau mungkin masih harus melewati beberapa hari lagi di pohon aib.," kata Gisaeng Chun.

Kemarahan berganti rasa takut begitu Chung Jo mendengar pohon aib.

"Kenapa? Tentu saja kau tidak mau kembali ke sana. Kalau begitu lebih baik lepaskan harga dirimu. Hentikan dan tinggalkan semuanya sekarang. Jika kau siap melepaskan segalanya, kau bisa makan bubur di sini. Apa yang akan kaulakukan? Terikat di pohon aib? Atau makan bubur hangat di sini?" tanya Gisaeng Chun.

Pelan-pelan Chung Jo menyendok buburnya lalu kembali makan. Air mata amarah, malu, dendam, perasaan terhina, sedih bercampur jadi satu saat ia menyadari apa yang ia lepaskan demi bertahan hidup. Gisaeng Chun menghela nafas panjang.

Yeo Wool tiba di Taman Cahaya Bulan. Ia melihat So Jung membawakan makanan untuk Kang Chi tapi Kang Chi sudah 4 hari tidak mau makan. So Jung jadi kesal. Berapa lama lagi Kang Chi akan duduk diam di situ?

Yeo Wool menghampiri mereka lalu tanpa tedeng aling-aling menggeplak kepala Kang Chi dari belakang. So Jung ikut terkejut.

Kang Chi menoleh marah. Yeo Wool terkejut juga melihat mata Kang Chi yang hijau. Kang Chi terkejut melihat Yeo Wool.

"Kau ....bagaimana bisa..."

"Apa kau mau membuat dirimu lapar hingga mati? Mengapa menolak makanan yang dibawakan orang secara khusus untukmu? Kau seharusnya makan dan berterima kasih."

Yeo Wool mengambil makanan yang dibawa So Jung lalu menyodorkannya pada Kang Chi. Ia bersikap biasa seakan tidak terjadi apapun pada Kang Chi.

Kang Chi diam menatap Yeo Wool. Yeo Wool mengingatkan kalau Kang Chi sudah 4 hari tidak makan. Memangnya Kang Chi tidak lapar?

"Kau...apa yang kaulakukan di sini? Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?"

"Aku mengikutimu sejak dari hutan. Kau tidak perlu terkejut. Apa yang terjadi padamu telah aku dengar semuanya. Termasuk apa yang dikatakan biksu padamu."

"Dan kau masih mengikutiku?"

"Ya."

"Kenapa? Apa kau tidak menganggapku aneh?"

"Tentu saja kau aneh. Memangnya kenapa? Sejak awal kau memang aneh. Matamu berubah warna, terus kenapa? Bukan berarti hidupmu berakhir kan? Apa kau mau bersembunyi hingga mati? Mengapa membuat dirimu lapar padahal ada makanan enak? Ini." Yeo Wool kembali menyodorkan makanan.

Kang Chi terpana mendengar perkataan Yeo Wool. Sesaat ia nampak tersentuh tapi ia tidak mau makan dan menyuruh Yeo Wool pergi.

"Memangnya kenapa kalau aku mati. Aku lebih baik mati kelaparan daripada berwujud seperti ini."

PLAKKK! Yeo Wool kembali menggeplak Kang Chi. Aya! Kang Chi mengaduh kesakitan.

"Mengapa orang gunung lemah seperti ini? Memangnya ada apa dengan dirimu yang membuatmu duduk bermuram durja di sini?" ujar Yeo Wool kesal.

"Apa ini seperti perubahan kecil bagimu?" Kang Chi bangkit berdiri dengan kesal. "Aku menjadi monster, aku bukan lagi manusia!"

"Tapi kau masih hidup!" Yeo Wool berkata tadinya ia mengira Kang Chi akan mati malam itu. Tapi Kang Chi masih hidup, bukankah seharusnya Kang Chi merasa bersyukur?

Kang Chi berkata apa yang bisa ia lakukan dengan wujud seperti ini. Bagaimana ia bisa hidup sebagai monster dan bukan manusia?

Yeo Wool berkata memangnya apa yang akan Kang Chi dapatkan dengan duduk seperti ini.

"Jika kau yakin akan memperoleh jawabannya setelah ratusan atau ribuan tahun duduk di sini, maka silakan! Aku akan berdiri di sampingmu dan menyemangatimu!"

"Terlalu!" umpat Kang Chi frustrasi.

"Ya, memang terlalu!"

"Sialan!"

"Iya, memang sialan! Benar-benar sialan! Aku juga sulit mempercayainya. Aku yakin kau merasa terpukul dan takut. Aku mengerti, tapi kau tetap Choi Kang Chi."

Kang Chi menatap Yeo Wool.

"Tak peduli seperti apa kau terlihat dari luar, di dalam kau selalu Choi Kang Chi. Benar kan?"

"Aku tidak tahu lagi," jawab Kang Chi. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa berubah pada malam itu. Ia tidak ingat bagaimana ia bertarung dan berapa banyak yang mati. Seluruh tubuhnya terasa terbakar. Seluruh tulang di tubuhnya terasa sakit seakan dihancurkan.

"Mataku telah beberapa hari seperti ini. Aku bisa mencium bau apapun. Aku bisa mendengar suara burung dan kebisingan bermeter-meter jauhnya. Aku tidak yakin apakah aku masih Choi Kang Chi atau aku telah menjadi monster. Aku tidak tahu," kata Kang Chi sedih.

"Tentu saja kau masih Choi Kang Chi," kata Yeo Wool yakin. "Jika kau benar-benar monster maka kau tidak akan sebingung ini. Bukankah begitu?"

Mata Kang Chi berubah hitam mendengar kata-kata Yeo Wool. Yeo Wool dan So Jung terkejut melihatnya. Tapi hanya sesaat mata Kang Chi berubah hijau kembali.

"Lupakan, walau kau menghiburku tetap tidak bisa mengubah apapun," kata Kang Chi getir. Ia menyuruh Yeo Wool pergi.

"Kang Chi-ah," Yeo Wool mengulurkan tangan hendak memegang pundak Kang Chi. Tapi ia mengurungkan niatnya dan hanya memandangi Kang Chi dengan sedih.

So Jung mengamati keduanya. "Mungkinkah.....mereka berdua...."

Episode-7.2        

Jo Gwan Woong menjadi pemilik baru Penginapan Seratus Tahun. Bagaimana dengan para pelayan? Sesuai peraturan, mereka tetap bekerja namun sekarang majikan mereka adalah Jo Gwan Woong. Tidak ada yang berani membantah karena mereka tahu kekejaman Jo Gwan Woong.

Lalu Nyonya Yoon dan pelayan lain yang selama ini dipenjara dibawa ke hadapan mereka. Para pelayan yang selama ini tertahan di penginapan berseru-seru memanggil nyonya mereka yang tampak lemah karena menderita.

Kepala polisi berkata seharusnya para tahanan dijadikan budak tapi berkat kebaikan hati Jo Gwan Woong (hueeekk...) maka mereka semua dijadikan pelayan di penginapan ini, termasuk Nyonya Yoon. Mending jadi budak daripada harus kerja buat Jo gila wong edan kaleee ~,~

Mungkin inilah yang ada di benak Nyonya Yoon karena ia menatap Jo Gwan Woong dengan tajam.  

"Aku bertanya-tanya berapa lama kau bisa bertahan hanya dengan gelar kosong," katanya dengan nada menghina.

Para pelayan khawatir melihat keberanian nyonya mereka. Jo Gwan Woong menghampiri Nyonya Yoon.

"Hanya gelar kosong?"

"Kau mungkin bisa mencuri gelar pemilik Penginapan Seratus Tahun tapi kau tidak akan pernah bisa mengambil alih seluruh penginapan ini. Dendam keluargaku terkubur di sini dan kami mengutukmu! Kau akan lebih menderita. Kau akan menangis darah lebih dari air mata yang pernah kau keluarkan dari yang lainnya. "

"Tutup mulutmu."

"Kekuasaan yang kau peroleh berasal dari pertumpahan darah orang-orang tak bersalah. Kau kira kau bisa membersihkan garis darah kotormu yang hina dengan melakukan itu? Bahkan jika kau mengambil kekuasaan di seluruh dunia ini, seberapa keras kau berusaha, kau tidak akan pernah bisa mengubah darah kotormu! Kau manusia rendah dan hina!"

Tampaknya sebutan "darah kotor" menjadi kelemahan Jo Gwan Woong (jadi inget Hermione yang sedih kalau dipanggil muggle). Ia menghunus pedang ke leher Nyonya Yoon.

"Kubilang tutup mulutmu."

Nyonya Yoon sama sekali tidak takut. Ia mengambil bilah pedang yang tajam dekat lehernya lalu menusukkannya ke perutnya sendiri. Seluruh orang kaget, tak menyangka sama sekali kejadian ini. Begitu juga Jo Gwan Woong.

"Jo Gwan Woong, kau brengsek! Tempat ini akan menjadi kuburanmu!"

Jo Gwan Woong menarik pedangnya lalu mengayunkannya menebas Nyonya Yoon. Para pelayan segera menolong nyonya mereka dan mulai menangis.

"Diam! Siapapun yang membuat keributan akan dihukum!" kata Jo Gwan Woong gusar.

Seluruh pelayan menangis tak bersuara. Tapi begitu Jo Gwan Woong pergi, mereka menangisi nyonya mereka. Dalam keadaan sekarat, Nyonya Yoon memanggil anak-anaknya.

"Tae Soo.....Chung Jo...."

Tae Soo sedang dirawat di suatu tempat dan masih tak sadarkan diri. Sementara itu Chung Jo masih berduka untuk ayahnya, sama sekali tidak tahu ibunya telah menyusul ayahnya. Nyonya Yoon menghembuskan nafas terakhirnya.

Jo Gwan Woong menempati ruangan Tuan Park. Kepala polisi penjilat memuji-muji Jo Gwan Woong sangat cocok berada di ruangan ini.

"Jadi ini akan menjadi kuburanku?"

"Heh? Bukan itu maksudku," kata Kepala Polisi ketakutan.

"Aku penasaran. Apa itu? Apa yang tidak bisa kumiliki walau aku memiliki penginapan ini? Apa ada rahasia lain di penginapan Seratus Tahun ini?"

Kepala Polisi berkata Nyonya Yoon hanya berusaha membuat kekacauan. Tapi Jo Gwan Woong tampaknya masih penasaran. Ia tidak tahu bahwa di bawah ruangan tempatnya duduk tersimpan harta karun berlimpah.

Harta yang sudah diserahkan Tuan Park pada Lee Soon Shin untuk mendanai pembuatan perahu kura-kura. Dan sekarang pembuatan perahu itu terancam gagal jika Lee Soon Shin tidak bisa mendapatkan kembali Penginapan Seratus Tahun.

Terdengar raungan keras Kang Chi dari dalam gua. Yeo Wool yang menunggu di luar terkejut mendengarnya. So Jung berkata di dalam tubuh Kang Chi sedang terjadi perang. Perang antara sisi manusia dan sisi siluman. Dan perang itu hanya bisa diselesaikan oleh Kang Chi sendiri. Yeo Wool tidak bisa ikut campur. So Jung sendiri sedang kembali merangkai gelang Kang Chi.

"Tapi, bagaimana jika terjadi sesuatu?" tanya Yeo Wool cemas.

"Entah dia mati atau hidup, itu adalah takdirnya. Terserah padanya apakah ia mau menerima atau menolak sisi silumannya. Apapun pilihannya, itu akan menjadi takdirnya."

"Seberapa besar kau tahu tentang takdir manusia?"

"Aku hanya tahu kau tidak seharusnya menunjukkan kepedulian padanya lagi," kata So Jung.

Yeo Wool berkata ia tidak memiliki alasan untuk peduli. Kang Chi menyukai gadis lain.

"Itu karena dia seorang yang bodoh yang tidak bisa menyadari perasaannya sendiri. Jangan terlibat lagi dan pergilah. Kang Chi akan menemui takdirnya sendiri."

Di dalam gua, Kang Chi bergumul dengan batinnya dan tubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit hingga rasanya mau mati. Bayangan kematian Tuan Park, Chung jo, dan Jo Gwan Woong memenuhi pikirannya.

"Tolong, tolong selamatkan aku. Sakit sekali...aku akan mati!"

"Kang Chi-ah...." terdengar suara Yeo Wool memanggil namanya. Kang Chi tersentak (entah ia menyadari atau tidak kalau itu suara Yeo Wol).

"Tolong bertahanlah," kata Yeo Wool dari luar gua. "Kau adalah Choi Kang Chi. Jangan lupakan namamu."

Sesaat Kang Chi nampak membaik. Tapi ingatan akan Chung Jo yang sedang menantinya dan Jo Gwan Woong yang kejam membuat amarahnya kembali mendidih. Dan kemarahan itu membuat sisi silumannya yang kembali menguasai.

"Aku ingin membunuh...Aku ingin membunuh kalian semua," geramnya. Lalu ia berteriak sangat keras.

Yeo Wool dan So Jung tersentak kaget. So Jung berkata Yeo Wool sebaiknya meninggalkan tempat ini. Yeo Wool mungkin saja berada dalam bahaya jadi sebaiknya Yeo Wool pergi.

"Ada apa? Bagaimana dengan Choi Kang Chi?!"

"Sepertinya ia telah kalah dalam pertempuran ini."

Terdengar suara raungan Kang Chi dari dalam gua. Yeo Wool segera melarikan diri.

Guru Dam dan Gon mengkhawatirkan Yeo Wool yang pergi entah kemana selama 4 hari tanpa ada kabar sama sekali. Gon merasa ini adalah kesalahannya. Tiba-tiba Yeo Wool muncul dengan terengah-engah.

Gon bergegas menghampirinya dengan khawatir, ia mengira Yeo Wool terluka. Guru Dam menegurnya karena pergi tanpa memberitahu.

"Tolong....Choi Kang Chi...dia dalam bahaya. Tidak ada waktu lagi! Tolong hentikan dia, Ayah!" ujar Yeo Wool. Kasian Gon, dia mencemaskan Yeo Wool sementara Yeo Wool mencemaskan Kang Chi. Nasib second lead >,<

Sementara itu So Jung berusaha menghalangi kepergian Kang Chi dengan tongkatnya. Ia bertanya Kang Chi hendak pergi ke mana.

"Aku akan membunuh semua orang yang telah membunuh Tuanku dan penginapan. Satu per satu, aku akan membunuh mereka!"

"Benar, saat ini di dalam tubuhmu darah siluman mendidih setelah tertahan selama 20 tahun. Pasti rasanya tak tertahankan bagimu. Tapi jika kau terus mengikuti bau darah, maka akan mengeluarkan lebih banyak darah. Pada akhirnya kau akan lupa siapa dirimu!"

"Kubilang minggir!"

"Aku cukup kuat untuk menghadapi ayahmu, jangan remehkan aku."

Kang Chi menggeram lalu merebut tongkat So Jung dan melemparkannya. Ia mencekik leher So Jung. (apa ini artinya Kang Chi lebih kuat dari ayahnya? Atau karena selama ini Wol Ryung memang mengalah pada So Jung?)  

"Sadarlah, Kang Chi!"

Kang Chi melemparkan So Jung ke tanah lalu pergi. Tak peduli walau So Jung memanggil namanya.

Seorang gisaeng menemui Chung Jo dan menyuruh Chung Jo mengikutinya.

Chung Jo tercengang melihat perilaku orang-orang di Chunhwagwan ini. Jika ia menjadi gisaeng, apakah ia juga harus melakukan hal yang sama? Kepala pelayan melihat Chung Jo mengikuti gisaeng itu.

Gisaeng itu berhenti di depan sebuah kamar lalu membuka pintu. Chung Jo terkesiap saat melihat siapa yang ada dalam kamar itu. Siapa lagi kalau bukan pembunuh ayahnya.

Kang Chi berjalan memasuki desa. Desa tampak sepi karena hari sudah larut malam. Kang Chi merobek selebaran mengenai pencarian dirinya sebagai pembunuh. Amarahnya masih menyala-nyala.

Ia dihadang oleh Gon.

"Kau berubah cukup mengerikan," ujar Gon.

"Aku sedang tidak mood meladenimu. Minggir," kata Kang Chi dengan suara silumannya.

"Aku juga tidak mau tapi ini perintah Guru jadi aku tak punya pilihan."

Kang Chi tak mempedulikannya dan berjalan melewati Gon. Gon mengambil pedangnya dan mulai menyerang Kang Chi. Ia berhasil melukai tangan Kang Chi. Tapi kemenangan yang dirasakannya tidak lama karena luka Kang Chi menutup dengan sendirinya. Kali ini Kang Chi balas menyerang. Keduanya bertempur. So Jung menyusul mereka. Ia menggenggam gelang Kang Chi di tangannya.

Beberapa orang mencoba mengikat Kang Chi tapi Kang Chi dengan mudah menjatuhkan mereka. Cakarnya sudah teracung hendak menyerang Gon.

"Kang Chi!!" seru So Jung. Ia melemparkan gelang ke tangan Kang Chi.

Begitu gelang itu melilit tangannya, kekuatan siluman Kang Chi melemah. Gon mempergunakan kesempatan itu untuk memukul Kang Chi hingga terjatuh ke tanah. Kang Chi yang marah hendak melepaskan gelangnya. Tapi So Jung mengetukkan tongkatnya di hadapan Kang Chi.

"Jika kau melepasnya maka kau tidak akan bisa lagi kembali menjadi Kang Chi. Jika kau masih ingin melepasnya dan bertempur, silakan. Maka itu akan menjadi takdir dan pilihanmu. Hanya ini yang bisa kulakukan untukmu."

Kang Chi terlihat bimbang tapi akhirnya ia melepaskan tangannya.

"Sudah tidak apa-apa sekarang," kata So Jung pada Gon.

Guru Dam dan Yeo Wool menghampiri mereka.

Kepala pelayan Chunhwagwan memberitahu Gisaeng Chun kalau ia melihat Chung Jo mengikuti Wol Sun ke kamar Jo Gwan Woong. Gisaeng Chun nampak kesal.

Chung Jo tak bergerak di depan kamar Jo Gwan Woong. Wol Sun menyuruhnya memberi salam pada Jo Gwan Woong. Tapi Chung Jo tetap diam tak bergeming. Wol Sun mulai marah dan menyebutnya tak sopan.

"Biarkan saja dia. Tidak begitu buruk walau hanya melihatnya."

"Aku minta maaf, Tuan. Dia belum terlatih."

"Tidak apa-apa, Wol Sun. Jika kau menikmati minuman yang bagus, pertama kau harus mengamatinya lebih dulu. Lalu menghirup aromanya. Dan akhirnya menikmati rasanya. Sekarang ini mataku cukup puas."

Jijik dan shock dengan perkataan Jo Gwan Woong, Chung Jo meminta diri pada Wol Sun agar ia diperbolehkan kembali ke kamarnya. Tapi Wol Sun malah menamparnya.

"Mengapa kau lakukan ini?" tanya Chung Jo marah.

"Di tempat ini, mereka yang tidak tahu diri harus diperlakukan dengan keras. Aku adalah gisaeng terbaik di sini. Beraninya orang serendah kau menatapku dan menentangku!"

Melihat Chung Jo masih menatapnya dengan marah, Wol Sun mengangkat tangannya lagi untuk menampar.

"Turunkan tanganmu!" tegur Gisaeng Chun. Ia bertanya mengapa gisaeng yang tidak terlatih bisa berkeliaran di sini. Wol Sun kebingungan menjawab.

"Sepertinya ia tersesat. Itulah sebabnya kau harus mengawasi gadis baru," sindir Jo Gwan Woong.

Gisaeng Chun menyuruh kepala pelayan membawa Chung Jo pergi. Lalu ia meminta maaf pada Jo Gwan Woong karena mengirim orang yang belum siap.

"Bukankah itu bukti kau sudah semakin tua?" ujar Jo Gwan Woong. Wol Sun tersenyum licik mendengarnya (hmmm....sepertinya ia menginginkan posisi Gisaeng Chun).

"Gadis itu bernama Chung Jo, bukan? Melihatnya mengingatkanku pada peristiwa lama. Seo Hwa. Apa kau ingat? Tidak boleh ada kesalahan lagi, bukankah begitu Gisaeng Chun?"

Chung Jo masuk ke kamarnya dengan marah. Ia benci melihat pembunuh ayahnya namun ia tidak bisa melakukan apapun.

Kang Chi diikat. Ia protes mengapa ia diperlakukan seperti penjahat. Yeo Wool mencoba menenangkannya kalau mereka sedang membantunya.

"Aku tidak membutuhkan bantuan! Segera lepaskan tali ini!"

"Kang Chi-ah!"

"Percuma, tidak ada gunanya menjelaskan padanya," ujar Gon kesal.

Guru Dam menyuruh Gon menyerahkan Kang Chi ke polisi. Yeo Wool terkejut. "Ayah!"

Guru Dam berjalan pergi. Yeo Wool menyusulnya.

"Ayah, kenapa Ayah melakukan ini? Ayah bilang akan membantunya."

"Itulah sebabnya, Ayah sedang membantunya."

Yeo Wool tak mengerti. Membantu apanya? Kepala polisi sekarang dikendalikan oleh Jo Gwan Woong. Guru Dam berkata ini adalah keinginan Lee Soon Shin.

Keesokan paginya, Kang Chi diserahkan ke polisi. Penduduk desa berbondong-bondong hendak melihatnya. Mereka menyalahkan Kang Chi atas kematian Tuan Park.

"Apa kau tahu kejahatanmu?!" kata kepala polisi.

"Tidak, aku tidak tahu. Kejahatan apa?" kata Kang Chi tenang.

"Ckck..." Kepala polisi menoleh dengan khawatir ke arah ruangan di mana Jo Gwan Woong duduk dengan angkuhnya.

"Kau benar-benar tidak tahu kejahatanmu?!" katanya lagi.

"Sudah kubilang aku tidak tahu. Itulah sebabnya aku bertanya. Apa kesalahanku?"

"Kesalahan membunuh pemilik penginapan Seratus Tahun Park Mu Sol! Bukan hanya itu, menerobos penjara dan mengeluarkan tahanan dan membunuh para penjaga. Untuk tiga kejahatan ini kau pantas dijatuhi hukuman mati!"

Kang Chi malah tersenyum sinis.

"Hukuman mati? Baik, aku akan menyerahkan nyawaku dengan senang hati. Tapi aku tidak akan menyerahkannya dengan percuma. Cukup membunuh satu orang lagi saja di sini. Orang yang memfitnah Tuan Park atas pengkhianatan. Menghancurkan keluarganya dan mengambil alih penginapan Seratus Tahun, si brengsek itu Jo Gwan Woong!!"

Penduduk desa berkasak-kusuk mendengar tuduhan Kang Chi.

"Biarkan aku membunuh satu orang itu saja dan aku akan memberikan lebih dari sekedar nyawaku. Bagaimana?"

"Ini...ini..." kepala polisi kehabisan kata-kata. Ia takut Jo Gwan Woong marah. Karena itu ia memutuskan untuk mengeksekusi Kang Chi sekarang juga. Ia lalu berteriak memanggil para eksekutor.

Yeo Wool siap bergerak tapi Gon menahannya.

"Mereka akan membunuhnya, apa kau akan diam saja?" kata Yeo Wool.

"Bukankah kau bilang kau akan memberikan lebih dari hidupmu?" terdengar suara Jo Gwan Woong. Ia keluar dari ruangannya.

Melihat musuhnya, Kang Chi langsung berdiri dan hendak menyerang. Tapi ia ditahan para penjaga.

Jo Gwan Woong menghampirinya. Ia bertanya apa yang lebih berharga bagi Kang Chi dibandingkan nyawanya.

"Itu adalah kebulatan tekadku untuk membunuhmu!"

"Kebulatan tekad katamu? Sungguh menyentuh. Hanya itu? Apa itu yang membuatmu menarik? Atau kau memiliki hal lain...." Jo Gwan Woong menyentuh gelang Kang Chi dengan kipasnya.

Kang Chi dan Yeo Wool agak kaget karena Jo Gwan Woong tahu mengenai gelang Kang Chi (ngga sepenuhnya tahu sih. Jo Gwan Woong mengira gelang itu yang memberi kekuatan pada Kang Chi, padahal justru gelang itu yang meredam kekuatan siluman Kang Chi).

"Aku akan memberimu kesempatan terakhir. Bekerjalah untukku maka aku akan mengampuni nyawamu," kata Jo Gwan Woong.

"Aku tidak tahu omong kosong apa yang kaukatakan ini."

"Aku bisa memberimu kekuasaan dan kekayaan."

"Bahkan anjing yang lewat saja tidak akan menerimanya. Nikmati saja sendiri! Aku tidak mau apapun kecuali nyawamu."

"Sayang sekali. Apa lagi yang kalian tunggu! Jalankan eksekusinya!" seru Jo Gwan Woong.

Kang Chi melihat gelangnya. Ia ingat So Jung memperingatkannya kalau ia melepas gelang itu maka ia tidak bisa kembali menjadi manusia. Tapi melihat Jo Gwan Woong yang tersenyum licik di hadapannya dan juga sebentar lagi ia akan dieksekusi, Kang Chi memutuskan membunuh Jo Gwan Woong sebelum ia mati atau menjadi siluman adalah jauh lebih baik. Ia meraih gelangnya dan siap menariknya.

"Hentikan!!" seru seseorang.

Kang Chi menoleh. Lee Soon Shin berjalan masuk. Yeo Wool nampak lega.

"Siapa kau?" tanya Jo Gwan Woong.

"Aku adalah Gubernur Jeolla, Lee Soon Shin."

Kepala polisi buru-buru menghampirinya dan bertanya mengapa Lee Soon Shin datang ke sini.

"Kudengar orangku ditangkap di sini jadi aku segera datang."

"Apa? Orang Gubernur? Siapa dia?"

"Namanya Choi Kang Chi. Orang yang berdiri di sini."

Kepala polisi dan Jo Gwan Woong terkejut. Lee Soon Shin tersenyum hangat pada Kang Chi.

"Apa kau baik-baik saja, Kang Chi? Aku datang menjemputmu."

Kang Chi terpana.

Episode-8.1        

Tak hanya menolak tawaran Jo Gwan Woong, Kang Chi juga mengatakan keinginannya untuk mengambil nyawa Jo Gwan Woong. Maka Jo Gwan Woong pun memerintahkan tentara untuk membunuh Kang Chi.

Kang Chi sudah bersiap untuk melepas gelangnya. Tapi belum sempat para tentara itu menyentuh Kang Chi, muncul suara yang menyuruh Jo Gwan Woong mengentikan eksekusi ini. Semua berpaling ke pintu gerbang, heran pada keberanian seseorang yang berani melawan Jo Gwan Woong.

Yeo Wool tersenyum memandang orang itu yang memperkenalkan diri sebagai Lee Soon Shin, pemimpin angkatan laut dari provinsi Jeolla.

Kepala polisi kaget dan segera turun menyambutnya. Ia bertanya alasan Lee Soon Shin datang kemari dan kembali kaget saat Lee Soon Shin menjelaskan kalau kepolisian telah menangkap salah satu orangnya.

Dan Lee Soon Shin berpaling pada Kang Chi, dengan hangat bertanya, "Apakah kau baik-baik saja, Kang Chi? Aku datang untuk menjemputmu."

Kang Chi terkejut mendengarnya. Ia teringat bagaimana Tuan Park menitipkan dirinya pada Tuan Lee dan mengatakan kalau ia sudah menganggap Kang Chi sebagai putranya sendiri.

Lee Soon Shin pun tak melupakan kata-kata Tuan Park. Walau Dam Pyung Joon khawatir karena Kang Chi mungkin berbahaya dan membunuh orang yang tak bersalah, ia tetap akan menolong Kang Chi. Jika Kang Chi melakukan sesuatu seperti yang dikhawatirkan Dam Pyung Joon, ia sendiri yang akan membunuh anak itu.

Jo Gwan Woong pun turun tangan dan bertanya, "Apakah Anda ingin menjemput pembunuh ini?"

Lee Soon Shi dengan kalem bertanya, "Dan siapa Anda yang bertanya seperti itu pada saya?"

Ha. Kepala polisi buru-buru memperkenalkan Jo Gwan Woong sebagai asisten menteri yang baru saja pension. Lee Soon Shin pun bertanya mengapa juga Jo Gwan Woong masih ikut menyelidiki padahal sudah pensiun?

Jo Gwan Woong menjelaskan kalau ia adalah saksi yang melihat Kang Chi membunuh Tuan Park.

Mendengar hal itu,  hati Kang Chi sangat panas dan ia berteriak kalau bukan dirinya  yang membunuh Tuan Park tapi Jo Gwan Woong. Ia langsung meringsek maju, tapi para pengawal langsung meringkusnya lagi dan membuatnya berlutut.

Jo Gwan Wong hanya mendengus mendengar tuduhan itu dan mengatakan Kang Chi berani sekali menuduhnya sebagai pembunuh setelah durhaka pada ayah angkatnya.

Kang Chi semakin marah dan hampir hilang kendali. Tapi mendadak ia merasakan sebuah tangan memegang pundaknya, menenangkannya. Tangan Tuan Lee.

Lee Soon Shin bertanya apakah Jo Gwan Woong memang melihat Kang Chi membunuh Tuan Park? Jo Gwan Woong mengiyakan. Lee Soon Shin pun kembali bertanya apakah Tuan Park itu tak bersalah? Kali ini Kepala Polisi yang menjawab kalau Tuan Park bersalah karena membiayai para pengkhianat.

"Jadi, mengapa kau menangkap Choi Kang Chi sebagai pembunuh?" sergah Lee Soon Shin, membuat senyum Kepala Polisi lenyap. "Jika ia membunuh seorang pengkhianat, berarti itu bukan pembunuhan. Ia malah harus diberi penghargaan. Bagaimana mungkin kau malah melakukan kesalahan dalam menghukum orang?"

Kepala Polisi tergagap-gagap menjelaskan kalau rakyat sangat menghormati Tuan Park-lah maka mereka menangkap Kang Chi agar tak membingungkan rakyat. Tentu saja Lee Soon Shin menganggap tak masuk akal. Mengapa harus memikirkan perasaan rakyat saat pemerintah menangani seorang pengkhianat, "Atau kau memiliki rahasia yang harus ditutupi sehingga mengkambinghitamkan Kang Chi?"

Kepala polisi semakin tergagap saat membantahnya. Maka Lee Soon Shin pun bertanya semakin menyudutkan, "Atau kau menjadikan orang yang tak bersalah sebagai seorang pengkhianat?"

Jo Gwan Woong mencoba menggertak, tapi Lee Soon Shin memberikan dua pilihan, "Apakah Park Mu Sol adalah pengkhianat sehingga Choi Kang Chi bukanlah pembunuh dan malah harus diberi hadiah, atau Choi Kang Chi bersalah yang berarti Park Mu Sol tidak bersalah. Yang mana?"

Kepala polisi bingung dan menatap Jo Gwan Woong yang marah bukan main karena disudutkan seperti ini.

Yeo Wool dan Gon tersenyum melihat keadaan yang sekarang berbalik ini. Gon mengatakan kalau sudah saatnya mereka untuk pergi karena situasi sudah terkendali. Yeo Wool mengepalkan tangan, gembira.

Serasa dejavu, Kang Chi memandang Tuan Lee dan ingatannya kembali pada almarhum Tuan Park, yang membelanya di depan teman-teman yang mengoloknya. Senyum Tuan Park saat mendengar tawa dan tangisnya saat itu, tak pernah hilang dari ingatan Kang Chi. Dan sekarang, mata Kang Chi berkaca-kaca saat menatap Tuan Lee.

Kepala polisi merasa tak punya pilihan lain kecuali melepaskan Kang Chi. Tapi Jo Gwan Woong kesal karena ia tak berhasil mendapatkan Kang Chi yang mampu melenyapkan 7 orang pengawalnya dan malah diambil oleh Lee Soon Shin. Bagaimana jika nanti malam Kang Chi akan datang dan membunuhnya? Apa Kepala polisi itu tak takut?

Kepala polisi ketakutan, menyadari konsekuensi yang harus ia hadapi jika melepaskan Kang Chi. Maka ia mengusulkan agar Kang Chi tetap dilepaskan namun Lee Soon Shin yang akan bertanggung jawab atas semua tindakan Kang Chi, dengan membuat surat perjanjian.

Dan yang terjadi berikutnya adalah Lee Soon Shin datang ke penjara dan melepaskan Kang Chi. Tapi Kang Chi tak mau. Ia lebih baik mati daripada menjalani sisa hidupnya sebagai orang yang membunuh penyelamatnya, ayahnya dan sekaligus gurunya, "Menyelamatkanku? Lebih baik aku membunuh semua orang yang ada di sini dan kemudian bunuh diri."

"Kau pikir mati itu sangatlah mudah?" tanya Lee Soon Shin. Kang Chi mengiyakan, membuat Lee Soon Shin bertanya-tanya mengapa Kang Chi tak menghargai kehidupannnya.

"Karena hidupku sekarang tak berarti lagi," jawab Kang Chi pahit, "Sekarang aku tak lagi menjadi manusia."

Lee Soon Shin mengatakan kalau ia mengerti. Ia pun mengeluarkan uang 3 nyang, "Berikan masing-masing satu koin ke tiga orang yang ingin kau ucapkan selamat tinggal . Ia menyuruh Kang Chi untuk memberikan uang 3 nyang kepada 3 orang yang akan ditemui Kang Chi sebelum mati. Jika  Kang Chi melakukan hal itu dan kembali ke markas sebelum jam 3 sore, maka ia tak akan mencampuri keputusan yang akan diambil Kang Chi.

Kang Chi bertanya mengapa juga ia harus mendengarkan Lee Soon Shin. Lee Soon Shin mengingatkan kalau ia pernah diminta Park Mu Sol untuk menjaganya dan ia juga berhak karena ia telah menyelamatkan Kang Chi.

Kang Chi terdiam, kali ini mendengarkan dan tak membantah lagi.

Kang Chi pun keluar dari penjara, menghadapi para penduduk yang langsung mundur. Ia berbalik menatap penuh dendam pada Jo Gwan Woong yang berdiri di depan kantor pemerintahan. Tapi Lee Soon Shin muncul di belakangnya, membuat ia teringat akan janji yang ia buat dengan pria itu.

Entah Kang Chi tahu atau tidak, jika sebenarnya Lee Soon Shin pun juga membuat janji dengan Jo Gwan Woong dengan membuat surat perjanjian  bercap darah, yang mengatakan kalau ia bersedia menyerahkan Kang Chi untuk dibunuh dan menyerahkan jabatannya jika Kang Chi terbukti membahayakan jiwa Jo Gwan Woong dan Kepala Polisi.

Para penduduk mundur memberikan jalan pada Kang Chi yang berjalan pergi, tapi Bong Chool mengungkapkan kekesalannya karena pemerintah melepaskan pembunuh Tuan Park.

Dam Pyung Joon mengungkapkan kekhawatirannya akan surat perjanjian yang dibuat Lee Soon Shin karena saat ini mental Kang Chi tak stabil dan Kang Chi dapat melukai Jo Gwan Woong sewaktu-waktu.

Tapi Lee Soon Shin menyerahkan semuanya kepada langit yang membuat takdir karena manusia hanya berusaha sebaik-baiknya, "Aku hanya menunggu langit yang tergerak oleh usahaku."

Pada kepala pengawalnya, Jo Gwan Woong mengungkapkan keheranannya pada Lee Soon Shin yang bersedia mempertaruhkan nyawa demi Kang Chi. Ia menduga pasti ada sesuatu yang spesial dari Kang Chi dan ia ingin tahu apakah sesuatu itu. Ia memerintahkah pengawalnya (mungkin satu-satunya sekarang) untuk mengawasi Kang Chi tapi tak mengusiknya sampai ia memberi perintah.

Pengawal itu mengingatkan kalau Kang Chi sangatlah berbahaya. Tapi Jo Gwan Woong bersedia melakukannya karena ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan Lee Soon Shin dan Kang chi, "Jika Kang Chi sangat berharga, maka aku bersedia menanggung resiko ini. Dan jika kita tak menghentikan laksamana itu, ia akan menjadi lawan besar di kemudian hari. Jika Choi Kang Chi tak bisa menjadi orangku, kita akan membunuhnya."

Jo Gwan Woong pun bertanya pada persiapan yang telah dibuat oleh pengawal itu. Pengawal itu berkata kalau ia telah menghipnotisnya.

Rupanya orang yang mereka bicarakan adalah Tae Soo. Karena di dalam tidurnya, hipnotis pengawal itu terus menghantui mimpinya.

Ternyata saat ia pingsan setelah disiksa habis-habisan, pengawal itu meniupkan wewangian di mukanya dan mendoktrin Tae Soo kalau yang membunuh ayahnya adalah Choi Kang Chi.

Ia pun melihat kejadian di malam pembunuhan itu dengan pandangan yang berbeda. Ia melihat Kang Chi berada dibelakang ayahnya, namun dengan pedang yang menusuk ayahnya dari belakang, dan ucapan pengawal itu muncul di mimpinya, "Saat kau melihat Choi Kang Chi, kau akan langsung membunuhnya."

Tae Soo terbangun dan melihat sekeliling dengan waspada. Rupanya Tae Soo sudah berada di markas Dam Pyung Joon. Ia keluar kamar. Hanya ada satu orang yang sedang menyapu halaman.

Tubuhnya terlalu lemah untuk berdiri sehingga ia terjatuh. Ia teringat pada Chung Jo yang diseret pergi untuk dijadikan gisaeng. Ia juga teringat pada ibunya yang menangis dan terus memeluknya agar ia tak disiksa. Tae Soo menangis mengingat hal itu dan kata-kata itu muncul lagi di telinganya, "Semua ini karena Choi Kang Chi. Semua ini karena Choi Kang Chi. Bunuh dia."

Namun untuk bangkit saja Tae Soo masih sangat lemah. Ia pun hanya bisa mengepalkan tangannya, meremas tanah dengan penuh dendam dan berteriak, "CHOI KANG CHI!"

Sepanjang perjalanan, Kang Chi merasa ia dibuntuti. Dan ternyata benar. Yeo Wool-lah yang membuntutinya.

Kang Chi pun mencegat Yeo Wool dan menuduh Yeo Wool sedang membuntutinya. Yeo Wool menjawab santai kalau ia tak mengikuti Kang Chi tapi hanya mengawasi, berjaga-jaga agar Kang Chi tak melakukan sesuatu yang bodoh pada Jo Gwan Woong.

"Kalau aku melakukannya, kau pikir kau dapat menghentikanmu?" tantang Kang Chi.

"Kenapa? Apa kau mengira aku tak mampu?" tantang Yeo Wool balik.

"Kalau begitu coba hentikan aku," kata Kang Chi sambil berjalan pergi.

Yeo Wool langsung menghentikan Kang Chi dan mengingatkan kalau Kang Chi telah memberikan janjinya pada Tuan Lee. Tapi menurut Kang Chi janji itu dibuat oleh orang, sementara ia sudah bukan orang lagi. Yeo Wool mengernyit heran. Tapi Kang Chi mengatakan ini dengan sikap cuek, "Ahh.. iya. Karena ibuku adalah manusia, maka kukira aku itu setengah manusia."

Yeo Wool menegur Kang Chi, "Kau ini kenapa, sih? Bagaimana jika ada orang mendengarnya?"

Ditegur seperti itu, Kang Chi pun mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Yeo Wool dan berkata lebih pelan, "Maka dari itu.. berhati-hatilah. Aku tak tahu kapan monster yang ada di tubuhku akan keluar untuk menerkammu."

Belum sempat Yeo Wool membalas, beberapa barang terlempar ke arah mereka. Ternyata para penduduk yang benci pada Kang Chi yang mereka anggap tak tahu terima kasih karena membunuh Tan Park dan ingin mengusir Kang Chi dari desa mereka.

Mereka pun melempar makanan busuk ke arah Kang Chi. Kang Chi hanya diam saja dilempari seperti itu. Malah Yeo Wool yang berdiri di depan Kang Chi, menjelaskan kalau semua ini adalah kesalahpahaman. Orang-orang menganggap Yeo Wool memihak si pembunuh dan juga melempari Yeo Wool.

Kang Chi segera menarik Yeo Wool pergi dari kerumunan itu. Yeo Wool meminta Kang Chi agar tak sakit hati, "Kau dapat memperbaiki kesalahpahaman ini dan membuktikan kalau Tuan Park tak bersalah."

"Bagaimana jika aku tak dapat membuktikan kalau Tuan Park tak bersalah? Seumur hidup aku akan divonis sebagai pembunuh Tuan Park," jawab Kang Chi skeptis.

Kang Chi pun menyuruh Yeo Wool pergi. Namun langkahnya terhenti saat Yeo Wool memberitahukan sesuatu, "Ia ada di Chunhwagwan." Kang Chi terperangah kaget saat mendengar Yeo Wool menyebutkan nama Chung Jo.

Ia menoleh dan Yeo Wool pun meneruskan, "Aku yakin ia adalah orang yang paling ingin kau temui."

Chung Jo duduk berjajar dengan calon gisaeng lain. Sementara senior mereka duduk di hadapan mereka. Mewakili para senior, Wol Sun berkata kalau mereka akan mengajarkan tentang minum.

Wol Sun pun menyuruh calon gisaeng itu untuk menuangkan arak ke dalam mangkuk dan meminumnya. Soo Ryun akan mengajarkan tradisi gisaeng, tapi ia berbaik hati dengan mengajarkan cara minum yaitu tanpa menumpahkan setetes pun air dan tanpa mengernyit karena rasa arak itu.

Para calon gisaeng pun mulai meminumnya, walau mereka tetap mengernyit merasakan rasanya. Dan para senior pun menertawakan yuniornya. Wol Sun menoleh pada Chung Jo. Ternyata Chung Jo belum menyentuh mangkuk araknya. "Kurasa permainan ini tak mengasyikkan sama sekali," kata Chung Jo pelan namun tegas.

Wol Sun marah melihat Chung Jo tak mematuhinya, "Ini bukanlah permainan tapi pelajaran. Apakah kau takut merasakan rasanya yang keras?" Wol Sun pun menyuruh salah satu gisaeng untuk mengambil mangkuk Chung Jo dan membantu Chung Jo untuk mengencerkan arak itu.

Gisaeng di depan Chung Jo mengambil mangkuk itu dan meludah ke dalam mangkuk. Setelah itu ia memberikan pada gisaeng sebelahnya. Satu persatu gisaeng itu meludah ke dalam mangkuk. Eww...

Setelah itu Wol Sun membawa mangkuk itu ke hadapan Chung Jo, dan dengan sinis ia berkata, "Sekarang rasa arak ini tak begitu keras lagi. Sekarang minumlah."

Chung Jo tetap menolak. Wol Sun terus memaksa Chung Jo, "Jika kau berpakaian seperti gisaeng, kau harus bertindak seperti Gisaeng. Bertingkah sok suci dan sok tinggi, walaupun kau berlaku seperti bangsawan, kau tetap hanyalah seorang gisaeng yang menjual arak dan tubuhnya."

Tampak sekali Chung Jo marah mendengar kata-kata Wol Sun. Tapi Wol Sun tetap meneruskan, "Kenapa? Kau tak suka minum? Jadi, apa aku harus mengajarkanmu bagaimana melucuti pakaianmu di depan seorang pria? Apakah aku harus melihat bagaimana penampakan tubuh seorang gadis bangsawan?"

Wol Sun meringsek maju tapi Chung Jo menyiram arak penuh ludah itu ke wajah Wol Sun. Go girl! Para gisaeng marah melihat  tindakan Chung Jo dan mereka langsung mengeroyok Chung Jo.

Kang Chi berdiri di depan Chunhwagwan, mempersiapkan diri untuk menemui Chung Jo.

Chung Jo disidang di depan Soo Ryun. Wol Sun langsung menjelaskan kejadian itu dengan versinya yaitu para gisaeng ingin minum bersama dan mengajak para calon gisaeng untuk ikut menikmati arak tapi Chung Jo malah menyiramkan arak itu padanya. Soo Ryun mencoba bertanya pada Chung Jo tapi Chung Jo tak membela diri dan gisaeng lain menyela dengan mengatakan kalau ucapan mereka benar adanya.

Soo Ryun pun menyuruh pelayan untuk membawakan tongkat pemukul. Wajah Chung Jo pucat seketika sementara para gisaeng tertawa-tawa puas.

Maka Chung Jo pun mendapat pukulan tongkat di kakinya, jenis pukulan yang mungkin belum pernah diterima Chung Jo dari kedua orang tuanya. Tapi Chung Jo menerima pukulan itu dengan tabah.

Kang Chi menerobos masuk ke dalam Chunhwagwan, menyingkirkan satu pelayan yang menghalangi jalannya. Ia tak mempedulikan teriakan pelayan yang memanggil penjaga. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan Soo Ryun dan menemukan Chung Jo yang sedang dihukum.

Chung terpana melihat kedatangan Kang Chi. Reflek Chung Jo menurunkan roknya saat Kang Chi melihat ke arah kakinya.

Tapi terlambat, karena Kang Chi sudah melihat betapa menderitanya Chung Jo. Ia tak menjawab pertanyaan Soo Ryun dan malah menggandeng tangan Chung Jo dan dengan lembut berkata, "Ayo kita pergi.."

Soo Ryun menghentikan langkah Kang Chi dengan bertanya siapa Kang Chi sebenarnya. Ia juga menyuruh Kang Chi untuk melepaskan Chung Jo. Kang Chi berbalik dan menjawab, "Tempat ini bukan tempat untuknya. Jadi aku akan membawanya pergi." Ia pun menarik tangan Chung Jo dan meninggalkan para gisaeng itu.

Soo Ryun hanya bisa menghela nafas. Chung Jo mencoba menghentikan Kang Chi dengan memanggil namanya. Tapi Kang Chi sudah bulat keputusannya.

Di depan, sudah menyambut para pengawal Chunhwagwan yang mengepung Kang Chi dan Chung Jo. Chung Jo khawatir melihat para pengawal itu, tapi Kang Chi tak gentar sedikitpun.

Soo Ryun muncul dan memperingatkan kalau mereka akan dipukuli sampai mati jika mereka kabur dan tertangkap. Kang Chi menenangkan Chung Jo kalau ia pasti dapat mengeluarkan gadis itu dari Chunhwagwan. Tapi Soo Ryun mengatakan kalaupun berhasil kabur, Chung Jo tetap akan menjadi buronan, "Kalian akan hidup selalu bersembunyi sebagai penjahat. Hidup seperti orang rendahan. Kau harus bertahan hidup dengan makan tumbuhan"

Pada Kang Chi, Soo Ryun meminta untuk melepaskan Chung Jo sebelum semuanya terlambat. Tapi Kang Chi malah meraih tangan Chung Jo dan menggenggamnya. Soo Ryun menyuruh Kang Chi melepaskan tangan itu, tapi Kang Chi berseru menolaknya, "Aku tak bisa! Aku tak akan pernah melepaskannya."

Chung Jo menatap Kang Chi yang sudah bersiap untuk bertarung.

Pada para penjaga yang mengepungnya, Kang Chi memperingatkan akan membunuh mereka semua jika ada yang berani menyentuhnya. Kang Chi menggenggam tangan Chung Jo lebih erat lagi dan berkata, "Jangan khawatir, Chung Jo. Aku tak akan membiarkanmu tinggal di sini sendiri lebih lama lagi."

Air mata Chung Jo menetes mendengar kata-kata Kang Chi. Ia menatap tangan yang menggenggam tangannya. Dan ia menangis saat mendengar Kang Chi berkata, "Percayalah padaku."

Saat itu juga Chung Jo melepaskan genggaman tangan Kang Chi.

Kang Chi terkejut dan berbalik menatap Chung Jo. Ia mencoba meraih tangan Chung Jo, tapi Chung Jo menghindar mundur dan berkata, "Pergilah."

Kang Chi bingung akan reaksi Chung Jo, "Aku kemari untukmu. Aku ingin membawamu pergi dari sini."

"Sebelum kau melakukannya, kau harus bisa membuktikan kalau ayahku memang tak bersalah," Chung Jo meminta Kang Chi untuk membuat dunia tahu kalau ayahnya tak bersalah. "Saat itu datanglah untuk menjemputku. Sebelum itu terjadi, aku tak akan bergerak selangkahpun dari sini."

Kang Chi mencoba meraih Chung Jo kembali, tapi Chung Jo tetap bersikeras menyuruh Kang Chi pergi dan ia pun meninggalkan Kang Chi yang masih terpaku.

Soo Ryun berkata pada Kang Chi, "Jika kau ingin membawa anak itu pergi dari sini, pertama-tama pikirkan apa yang harus kau lakukan terlebih dulu."

Sendirian, Chung Jo menangis, menyadari betapa berat keputusan yang ia ambil ini.  

Kang Chi masih terpaku, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia pun pergi meninggalkan Chunhwagwan dengan gontai. Ada 3 keping uang di tangannya.

Episode-8.2        

Di luar Chunhwagwan, Kang Chi memandang 3 keping koin yang diberikan Lee Soon Shin kepadanya.

Yeo Wool memandang Kang Chi dari kejauhan. Ia teringat ucapan ayahnya yang meminta tak ragu untuk membunuh Kang Chi jika Kang Chi terlihat akan melakukan sesuatu yang aneh, karena Kang Chi dapat membuat komandan Lee Soon Shin dalam bahaya.

Gon menyela dan mengatakan kalau ia yang akan melakukannya jika Yeo Wool tak mampu. Tapi Yeo Wool mengatakan kalau ia yang akan melakukannya. Ayahnya berpesan jika Yeo Wool tak boleh salah, karena tak hanya Lee Soon Shin yang akan mendapat masalah tapi mereka semua.

Sesaat Yeo Wool termangu teringat pesan ayahnya. Namun hal itu membuat Yeo Wool kehilangan Kang Chi. Namun ia bisa menebak kemana Kang Chi pergi.

Gon diberitahu mata-matanya kalau Yeo Wool kehilangan Kang Chi. Maka ia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Seperti yang diduga, Kang Chi pergi menuju Penginapan Seratus Tahun. Yeo Wool masih sempat melihat sosok Kang Chi yang akan memasuki penginapan. Tapi ia juga melihat Gon sudah menarik anak panah dan mengarahkannya pada Kang Chi.

Maka Yeo Wool pun bergerak cepat. Ia juga menarik anak panah dan mengarahkannya pada Kang Chi.

Namun itu hanya sedetik karena detik berikutnya, anak panahnya mengarah kepada Gon dan ia pun melepaskan anak panah itu, .. dan tepat mengenai anak panah Gon yang langsung patah jadi dua. Kereenn..!

Gon kaget melihatnya, dan matanya bersinar marah saat melihat Yeo Wool yang melakukannya. Ia langsung menghampiri Yeo Wool dan bertanya apakah Yeo Wool sadar akan resiko yang diambilnya? Dengan kalem Yeo Wool menjawab ia tahu.

Kesal akan keputusan Yeo Wool, ia pun beranjak meninggalkan gadis itu. Tapi Yeo Wool menghentikannya dan mengatakan kalau tak akan terjadi sesuatu. Kang Chi telah berjanji kalau ia tak akan melakukan apapun, "Kali ini percayalah padaku. Apakah kau tak dapat mempercayai janjinya?"

Kang Chi masuk ke dalam penginapan dan segera disambut oleh teman-temannya. Mereka mengerubuti Kang Chi yang terus berjalan, khawatir karena Kang Chi sekarang mengambil sapu halaman dari tangan Oh Man dan mematahkan bagian sapu lidinya, sehingga hanya menjadi tongkat.

Tak bisa menghentikan Kang Chi, Oh Man pun memanggil ayah angkat Kang Chi, memberitahukannya kalau Kang Chi sudah datang tapi sekarang pergi ke ruangan Jo Gwan Woong.

Choi Ma Reum kaget dan bergegas ke halaman depan. Tapi terlambat. Kang Chi sudah masuk ke menghilang dan kemana lagi kalau bukan ke bekas ruangan Tuan Park yang sekarang di tempati oleh Jo Gwan Woong.

Jo Gwan Woong sepertinya sudah menunggu, karena di dalam ruangan itu juga ada kepala penjaga yang mengawalnya. Kang Chi memberitahukan alasan kedatangannya kemari adalah untuk memberi jawaban atas pertanyaan tentang bergabung dengan Jo Gwan Woong.

Kang Chi menggenggam erat tongkat itu dan maju ke depan. Kepala penjaga itu langsung mencabut pedangnya, tapi Jo Gwan Woong mengangkat tangannya, memberi isyarat menunggu Kang Chi menyerang.

Dengan sekuat tenaga, Kang Chi menghantamkan tongkat itu ke meja itu hingga meja patah menjadi dua dan menancap di lantai.

Lantai yang dipijak bergetar dan ruang rahasia di bawahnya juga ikut bergetar. Debu berjatuhan, namun ruangan itu masih tetap tak utuh.

Kang Chi menatap Jo Gwan Woong tajam dan berkata, "Aku akan mengambil kembali penginapan Seratus Tahun, seperti aku akan mencabut nyawamu." Kang Chi tersenyum  setelah memberikan jawabannya. Dan tanpa menunggu jawaban, Kang Chi pun pergi meninggalkan ruangan itu.

Ditinggalkan Kang Chi, Jo Gwan Woong berteriak marah, murka melihat tongkat yang tertancap di meja seakan mengejeknya. Kepala penjaga itu pun juga kaget merasakan kekuatan Kang Chi.

Kang Chi keluar dan kaget melihat semua temannya, semua keluarganya telah menunggunya. Ia segera menghampiri ayah angkatnya dan berjanji, "Aku akan kembali lagi dengan Tae Soo dan Chung Jo. Sementara itu, tolonglah jaga penginapan ini."

Ayah angkatnya berjanji dan diikuti oleh semua yang mengangguk walau dengan menitikkan air mata.

Dam Pyung Joon khawatir akan Choi Kang Chi. Tapi Lee Soon Shin tetap percaya kalau Kang Chi akan datang padanya, walau apa yang akan ia lakukan pada sikap Kang Chi selanjutnya.

Sepertinya semuanya tak sesuai dengan harapan Lee Soon Shin karena ada pesan dari kepolisian yang memberitahukan tentang Choi Kang Chi yang menyerang Penginapan Seratus Tahun.

Lee Soon Shin mendatangi penginapan itu namun hanya terdiam saat melihat tongkat yang tertancap di tanah dan mematahkan meja kayu. Jo Gwan Woong berkata kalau semua ini adalah ulah Choi Kang Chi. Lee Soon Shin bertanya apakah Choi Kang Chi benar-benar melakukannya?

Walau sedikit tersinggung karena Lee Soon Shin mempertanyakan pernyataannya, tapi Jo Gwan Woong tetap mengiyakan. Tak ada orang lain yang bisa melakukannya dan banyak orang yang dapat menjadi saksi kalau Choi Kang Chi melakukan hal ini yaitu pengawalnya, pegawai penginapan dan juga dirinya sendiri.

Lee Soon Shin meminta agar ia dapat bertemu dengan para pegawai penginapan. Para pegawai pun dikumpulkan dan komandan itu bertanya, "Apakah ada diantara kalian yang melihat Choi Kang Chi melakukan kekerasan di sini? Jika kalian melihatnya, aku  membutuhkan 3 orang untuk maju ke depan."

Para pegawai saling berpandangan, ragu. Jo Gwan Woong pun maju ke depan dan menggertak, "Kalian semua melihat Choi Kang Chi memaksa masuk dan melakukan kekerasan di sini. Bersaksilah apa yang kalian telah lihat!"

Ayah angkat Kang Chi menatap Jo Gwan Woong kemudian menatap kepala pengawal yang menatapnya penuh ancaman. Maka ia pun maju ke depan dan berkata, "Maafkan saya. Tapi saya tak tahu apa yang Anda bicarakan."

Senyum Jo Gwan Woon lenyap mendengar kata-kata itu, "Apa?"

"Semenjak Anda datang kemari, saya tak pernah melihat Kang Chi di sini," jawab Pelayan Choi polos.

Oh Man dan pelayan Chung Jo pun buru-buru maju ke depan dan menjawab kalau mereka tak pernah melihat Kang Chi. Dan semua pegawai pun mengekor jawaban pelayan Choi.

Ha.. sepertinya ucapan Nyonya Yoon benar. Jo Gwan Woong memang mempunyai penginapan ini, tapi ia tak pernah menjadi pemilik penginapan Seratus Tahun.

Lee Soon Shin tersenyum mendengar jawaban para pegawai yang sangat setia itu. Ia berkata pada Jo Gwan Woong kalau Jo Gwan Woong ingin menjatuhkan posisinya, Jo Gwan Woong harus memiliki bukti yang lebih kuat lagi. Ia pun meminta diri dan beranjak pergi diiringi tatapan marah dari Jo Gwan Woong.

Tapi tak ada yang dapat dilakukan oleh Jo Gwan Woong lagi kecuali berjalan ke arah ayah angkat Kang Chi, "Apakah namamu Choi Ma Reum?" Ayah angkat Choi yang sebenarnya takut pada Jo Gwan Woong, mundur perlahan-lahan saat mengiyakan.

Tapi Jo Gwan Woong sudah mengambl keputusan, "Gulung dia dengan tikar dan pukuli dia. Penjarakan dia dan biarkan ia kelaparan selama 5 hari," ia pun melirik pada kedua orang di belakangnya, "Dan beri hukuman yang sama pada kedua orang itu."

Pelayan Choi berteriak memohon tapi bukan memohon ampun, "Tuanku, saya benar-benar tak melihat apapun!"

Jo Gwan Woong kembali ke ruangannya dan kekesalannya bertambah melihat tongkat yang masih menancap itu. Sekuat tenaga ia mencabut tongkat kayu itu dan membantingnya ke lantai.

Kepala pengawal datang dan menenangkannya karena mereka masih mempunyai senjata rahasia. Jo Gwan Woong yang masih kesal, mempertanyakan apakah hipnotis itu pasti bekerja? Kepala pengawal itu sangat yakin sekali, "Ia pasti akan membunuh Choi Kang Chi."

Dan yang kita lihat selanjutnya, adalah Tae Soo yang mendatangi ruang senjata bagaikan robot dan mengambil sebuah pedang panjang. "Choi Kang Chi," kata-kata itu kembali terngiang di telinganya, "bunuh dia."

Kang Chi menemui Lee Soon Shin dan meletakkan 3 nyang yang pernah diberikan padanya. Lee Soon Shin bertanya apa maksud Kang Chi dengan memberikan uang itu. Kang Chi menjawab yakin, "Saya harus tetap hidup. Saya akan mengucapkan selamat tinggal nanti di lain waktu."

"Apa yang membuatmu berubah pikiran?"

"Pertama, saya ingin membuktikan kalau Tuan Park tak bersalah.  Kedua, saya ingin mengambil kembali penginapan dan mengembalikannya pada Tae Soo dan Chung Jo," Kang Chi berhenti sejenak, dan suaranya yang tadi keras berubah pelan dan ragu, "Dan yang ketiga adalah.."

"Ya.. dan alasan ketiga adalah.." tanya Lee Soon Shin, mendorong Kang Chi untuk tak ragu meneruskan.

"Jika memungkinkan, saya ingin menjadi manusia," jawab Kang Chi perlahan. "Sekarang saya hanya separuh manusia dan separuh makhluk mistis. Saya tak dapat menyebut diri saya sebagai manusia."

"Selama hidupku, aku telah melihat banyak orang yang terlahir seperti manusia tapi bertingkah seperti binatang," ujar Lee Soon Shin dengan arif, "Apa yang membuatmu manusia bukanlah dari mana kau dilahirkan tapi dari apa yang kau percayai di dalam hatimu."

Tapi Kang Chi merasa tak dapat kembali ke penginapan atau pada keluarganya, jika masih dalam kondisi yang tak stabil seperti ini. Lee Soon Shin pun bertanya apakah Kang Chi mengetahui cara untuk menjadi manusia? Kang Chi mengangguk yakin, "Buku Keluarga Gu."

Lee Soon Shin heran, seperti baru sekali ini mendengarnya. Kang Chi pun baru sekali ini mendengarnya. Ia mendengar nama itu dari Biksu So Jung saat di Taman Cahaya Bulan.

Saat itu Biksu So Jung tak bersemangat mendengar keinginan Kang Chi. Ia malah asyik membuat gelang baru untuk Kang Chi. Biksu So Jung menjelaskan kalau ayah Kang Chi juga pernah berusaha memilikinya dengan berdoa selama 100 hari, tapi tetap gagal juga pada akhirnya.

Kang Chi bersikeras dapat melakukannya. Tapi Biksu So Jung masih tak yakin karena Ayah Kang Chi yang sudah 1000 tahun saja gagal, apalagi Kang Chi, "Kau pikir kau dapat memperolehnya? Tak mungkin."

Kang Chi langsung menyergah marah, "Memang ada apa denganku?"

Biksu So Jung dengan kalem menjawab, "Lihatlah sekarang. Kau itu gampang marah. Kau tak dapat mengendalikan perasaanmu dan menimbulkan banyak masalah," Kang Chi mendelik tersinggung, tapi Biksu So Jung tetap melanjutkan kata-katanya, "Bagaimana mungkin kau dapat berdoa selama 100 hari dengan sabar? Tak mungkin.. Aku juga tak ingin kehilangan dirimu. Lupakan saja buku keluarga Gu itu."

Biksu So Jung berjalan pergi, tapi Kang Chi buru-buru berlutut dan memegang ujung bajunya, "Apa yang dapat kulakukan agar Anda mau membantuku untuk memperolehnya?"

Biksu So Jung pun berjongkok di hadapan Kang Chi dan meminta Kang Chi untuk membangun kekuatan mentalnya sehingga Kang Chi dapat mempertahankan wujud manusianya tanpa bantuan gelang, "Tapi untuk ayahmu saja butuh waktu beberapa ratus tahun untuk menguasai hal itu. Maka seumur hidupku pasti akan terasa sulit," keluh Biksu So jung setengah menyindir.

Tapi Kang Chi tak peduli. Ia yakin akan dapat menguasainya. Biksu So Jung pun juga melarang wanita untuk mendekati Kang Chi, "Jangan biarkan ia mendapatkan hatimu. Jangan tersentuh pada apapun bentuk perasaannya. Tapi kau sudah memiliki wanita di dekatmu yang tak dapat kau hindari. Pasti akan sulit."

Kang Chi kesal melihat Biksu So Jung masih ragu. Apa Biksu itu ingin melihat ia mati karena ini? Biksu So Jung menunjukkan keunggulan Kang Chi yaitu Kang Chi tak perlu khawatir bisa mati, karena hidup Kang Chi selalu abadi, selama Kang Chi tak mencoba menjadi manusia. Tapi Kang Chi tak mau hidup abadi, "Kumohon bantu aku menjadi manusia. Kumohon bantulah aku menemukan Buku Keluarga Gu. Ya?"

Biksu So Jung hanya bisa menghela nafas panjang, tak sanggup menolak permintaan Kang Chi.

Lee Soon Shin menitipkan Kang Chi pada Dam Pyung Joon agar bisa melatih Kang Chi. Kang Chi pun segera berlutut pada Dam Pyung Joon dan memohon agar Dam Pyung Joon membantunya agar memiliki kesabaran, pengendalian diri dan kekuatan untuk menjadi manusia tanpa bantuan gelang, "Saya tak akan melupakan kebaikan Tuan. Saya mohon, terimalah saya!"

Dam Pyung Joon masih ragu. Tapi Lee Soon Shin juga mendukung dengan mengatakan kalau bergabungnya Kang Chi ke dalam kubu mereka adalah sesuatu hal yang baik.

Yeo Wool melihat hal itu dari kejauhan. Tapi ia sangat senang dengan perkembangan ini. Gon yang masih kesal, mengingatkan Yeo Wool kalau keputusannya tadi siang dapat membuat mereka kehilangan Komandan Lee Soon Shin.

Yeo Wool malah berkata kalau Gon selalu cenderung meremehkan Komandan mereka, "Apa kau belum sadar? Saat aku menembak panahmu, bukannya aku percaya pada Choi Kang Chi, tapi aku percaya pada Komandan. Aku percaya kalau Komandan tak akan membahayakan dirinya sendiri seperti itu.  Jika ia tak percaya pada janji yang sudah ia buat, ia tak mungkin membiarkan Choi Kang Chi untuk pergi sendiri. Gunakan hal ini sebagai pelajaran untuk bisa mempercayai orang lain."

Yeo Wool pun meninggalkan Gon yang terpana mendengar kata-katanya.

Keesokan harinya, Kang Chi bertanya pada Lee Soon Shin apa yang akan terjadi jika ia menggunakan 3 keping uang itu, "Apa yang akan anda lakukan? Bagaimana jika saya benar-benar ingin membunuh Jo Gwan Woong kemudian bunuh diri?"

Lee Soon Shin pun memberi jawaban jujur, yaitu ia akan membunuh Kang Chi, "Orang yang tak menghargai jiwanya, tak akan dapat menghargai apapun yang dimilikinya. Aku tak dapat berharap pada orang seperti itu."

Kang Chi sesaat berpikir, dan tertawa canggung, "Gurauan Anda seperti sungguh-sungguh, ya.."

Lee Soon Shin hanya tertawa kecil mendengar kebingungan Kang Chi. Yeo Wool muncul dan mengatakan kalau mereka sudah harus berangkat. Kang Chi pun pamit dan berjanji akan menemui Lee Soon Shin lagi. Lee Soon Shin meminta Kang Chi untuk datang kapanpun Kang Chi mau."

Salah satu gisaeng memberikan bungkusan kepada Chung Jo dan memberitahukan kalau pria yang kemarin datang menjemputnya yang memberikan bungkusan itu. Pria itu meminta Chung Jo untuk mengoleskan obat dalam bungkusan itu pada luka pukulan yang diderita Chung Jo.

Chung Jo membuka bungkusan itu, dan ia terkejut karena yang ada di tangannya adalah guci kecil yang pernah diberikan Yeo Wool pada Kang Chi.

Di perjalanan, Yeo Wool separuh mengeluh kalau sekarang ia harus melihat wajah Kang Chi setiap hari. Kang Chi tersenyum dan bertanya apa Yeo Wool segembira itu? "Jangan khawatir, setelah aku dapat mencapai tujuanku, aku akan pergi."

Yeo Wool penasaran, apa tujuan Kang Chi itu? Kang Chi berkata sok rahasia, "Anak kecil tak perlu tahu," senyumnya lebar sambil mengacak-acak rambut Yeo Wool.

Dikatai anak kecil, tentu saja hal itu membuat Yeo Wool kesal, "Anak kecil?!"

Yeo Wool langsung mengejar Kang Chi untuk menghajarnya. Di belakang Gon hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan kedua anak kecil iltu.

Yeo Wool mengejar Kang Chi dan pura-pura mencekik Kang Chi dengan lengannya. Kang Chi pun tak mau kalah dan membalas Yeo Wool.  Mereka berdua berkejaran dengan gembira, sesaat tak memikirkan masalah yang ada di depan mata.

Dari kejauhan Biksu So Jung mengawasi mereka dan berkata dalam hati, "Aku berdoa agar takdirmu akan menuju kepada kebahagiaan dan bukan kesedihan. Begitu juga kau, Yeo Wool-ssi."

Chung Jo berjalan dengan tegak menemui Wol Sun. Tangannya membawa nampan berisi botol arak dan minuman. Para gisaeng mengikuti Chung Jo yang duduk di hadapan Wol Sun dan menuangkan arak untuk ia minum sendiri.

Dengan ketus Wol Sun bertanya maksud Chung Jo melakukan hal ini. Tapi Chung Jo tetap meminum mangkuk keduanya, membuat Wol Sun bertambah kesal, "Kau, jalang!" Chung Jo menaruh mangkuknya dengan keras dan berkata, "Nama saya Chung Jo. Saya bukan jalang. Park Chung Jo. Mulai sekarang panggil saya dengan nama itu.. Wol Sun eonni."

Wol Sun tak tersenyum mendengar kata-kata itu. Malah Soo Ryun yang tersenyum melihat kejadian itu.

Kang Chi sudah sampai di sekolah beladiri Dam Pyung Joon, dan ia terkesima kagum melihat seoklah itu.  Ia sedikit gugup saat berdiri di hadapan seluruh anggota sekolah. Dam Pyung Joon memperkenalkan  Kang Chi sebagai anggota baru mereka dan meminta Kang Chi untuk memperkenalkan diri.

Kang Chi semakin gugup. Ia menyapa dengan sapaan non formal dan tertawa canggung, tapi Yeo Wool menyuruhnya untuk melakukan dengan serius. Kang Chi pun mencoba dengan lebih sopan, "Saya Choi Kang Chi, putra Choi Ma Reum dari penginapan Seratus Tahun. Senang bertemu dengan kalian semua."

Krik.. krik.. krikk... Sepinya... orang-orang yang di hadapannya hanya diam saling berpandangan, tak ada yang menyambut kata-kata Kang Chi. Sepertinya mereka tak terkesan, membuat Kang Chi semakin bingung.

Yeo Wool pun turun tangan. Ia meraih leher Kang Chi dan mendorongnya agar membungkuk ke hadapan teman-temannya dan berujar keras, "Ia berkata senang bertemu dengan kalian. Jika ada anggota baru memperkenalkan diri, kalian harus menerimanya."

Serentak mereka membungkuk dan bersama-sama meminta maaf. Kang Chi bengong melihat kemampuan anak kecil di sampingnya itu, "Whoaa.. Dam gun, kau pasti punya kuasa lebih disini."

"Begitulah..," sahut Yeo Wool cuek.

Tiba-tiba muncul seseorang membawa pedang. Tae Soo. Tae Soo berjalan gontai tapi dengan wajah penuh dendam.

Setelah perkenalan selesai, Dam Pyung Joon pun membubarkan pasukan. Kang Chi mengungkapkan kekagumannya, tak menyangka tempat ini lebih besar dari yang diperkirakan. Dan Yeo Wool mengatakan kalau Kang Chi harus bersyukur karena jika bukan karena Komandan Lee Soon Shin, Kang Chi tak mungkin akan diterima di tempat ini.

Kang Chi mengangguk-angguk. Ia melihat kedatangan Tae Soo dan berseru gembira.

Ia berlari menghampiri Tae Soo, tapi Tae Soo segera menghujamkan pedang ke perut Kang Chi.

Kang Chi berteriak kaget. Yeo Wool terkejut melihat hal yang tak terduga itu. Begitu pula Dam Pyung Joon dan Gon.

Kang Chi mencoba bertahan tapi mulutnya sudah mengeluarkan darah.

Di ruangannya, Jo Gwan Woong berkata sendiri, "Jika aku tak dapat memilikinya, maka aku akan mencurinya. Jika aku tak dapat mencurinya, aku akan menghancurkannya. Itulah caraku."

Kang Chi menatap Tae Soo tak percaya. Ia mencoba menyentuh pundak Tae Soo. Tapi Tae Soo malah berkata dengan geram, "Matilah kau! Matilah!!"

Ia pun menusukkan pedang itu semakin dalam ke tubuh Kang Chi.

Episode-9.1        

Kang Chi begitu lega melihat Tae Soo telah sadarkan diri. Ia berlari menghampirinya. Namun tak dinyana Tae Soo malah menusuknya dengan pedang. Kang Chi menatap Tae Soo tak percaya.

"Tae Soo....mengapa?"

"Itulah yang ingin kutanyakan...Mengapa kau melakukannya? Bagaimana bisa kau membunuh ayah dengan begitu keji? Aku tidak akan memaafkanmu. MATI kau!!!!

Tae Soo menghujamkan pedangnya lebih dalam hingga menembus tubuh Kang Chi. Kang Chi menggapai pundak Tae Soo. Tae Soo menarik pedangnya. Kang Chi terhuyung-huyung ke belakang dan terjatuh.

Tae Soo berteriak dan kembali mengayunkan pedangnya. Tapi Yeo Wool menahan pedang Tae Soo dengan pedangnya dan menyuruh Tae Soo melepaskan pedang. Tae Soo tak peduli, ia hendak menyerang kembali. Gon menetak punggungnya hingga Tae Soo jatuh.

Yeo Wool menghambur ke sisi Kang Chi yang mengeluarkan banyak darah. Yeo Wool sangat cemas. Ia menaruh tangannya di perut Kang Chi untuk menahan keluarnya darah.

"Dam-gun..."

"Tak apa-apa Kang Chi, kau akan baik-baik saja," Yeo Wool berusaha menenangkan.

Kang Chi pingsan dalam pelukan Yeo Wool. Yeo Wool berseru-seru memanggil Kang Chi. Barulah Guru Dam dan yang lain datang menghambur. Emmm....reaksinya telat banget ya >,<

Sementara itu Chung Jo dengan berani menghadapi Wol Sun. Ia meledek inikah keanggunan Wol Sun yang menyebut dirinya gisaeng terbaik di Chunhwagwan.

"Memaksa junior meminum minuman keras dan mengerjai mereka, apakah itu level gisaeng terbaik di Chunhwagwan?"

Wol Sun menyiram wajah Chung Jo dengan minuman.

"Kau pasti ingin mati! Kau pasti tidak takut apapun!"

"Aku sudah menukar harga diriku dengan semangkuk bubur. Aku tidak memiliki harga diri lagi. Tentu saja tidak ada lagi yang perlu kutakutkan."

Wol Sun bangkit berdiri lalu membuka pakaian luarnya dan melemparkannya pada Chung Jo. Para gisaeng lain mengikuti.

"Apa kau mempertanyakan keanggunan dan levelku? Sebelumnya, aku akan mengajarimu apa yang terjadi jika kau membuatku marah. Pertama, cuci dan setrika semua pakaian di depanmu. Selesaikan sebelum besok pagi."

Wol Sun dan gisaeng lain pergi meninggalkan Chung Jo. Seorang dari mereka menasihati Chung Jo seharusnya menahan diri. Chung Jo hanya bisa menahan kekesalannya.

Guru Dam berbicara dengan Tae Soo. Ia bertanya mengapa Tae Soo melakukan hal tadi.

"Dia musuh yang membunuh ayahku. Tidak cukup walau membunuhnya ratusan kali. Mengapa Guru melindunginya?" tanya Tae Soo marah.

"Choi Kang Chi mencelakai Park Mu Sol? Apa maksudnya itu?" tanya Guru Dam pada Gon.

Gon merasa Tae Soo salah paham. Ia melihat sendiri yang membunuh Park Mu Sol adalah orangnya Jo Gwan Woong, bukan Kang Chi.

"Apa kaubilang? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Di depanku Choi Kang Chi...ayah...ayah..."

"Tae Soo, tataplah aku. Pada waktu itu, siapa saja yang ada di sana selain Mu Sol dan Kang Chi?"

"Itu..." Tae Soo berusaha mengingat.

"Tatap aku dan jawablah! Siapa lagi yang ada di sana?"

"Ayah...Kang Chi...dan...." Tae Soo nampak bingung, "Pokoknya aku yakin Kang Chi yang membunuh ayah. Percayalah padaku! Aku melihatnya sendiri!"

"Kurasa kau berada di bawah pengaruh hipnotis yang kuat," ujar Guru Dam.

Tae Soo terkejut.

Yeo Wool mengetahui hal itu dari ayahnya. Masalahnya Tae Soo dihipnotis alam bawah sadarnya. Hipnotis seperti itu hanya bisa dipatahkan oleh orang yang menghipnotisnya.

Yeo Wool bertanya bagaimana jika mereka tidak bisa menemukan orang yang menghipnotisnya, apa yang akan terjadi pada Tae Soo?

"Dia akan berusaha membunuh Choi Kang Chi sampai akhir," jawab Guru Dam.

"Sampai akhir? Sampai Kang Chi mati?"

Guru Dam diam membenarkan.

Luka Kang Chi mengeluarkan banyak darah dan darahnya sulit dihentikan. Dalam keadaan tak sadar, Kang Chi teringat perbincangannya dengan Tae Soo pada masa lalu.

Saat itu Tae Soo bertanya apa impian Kang Chi. Kang Chi berkata ia hanya ingin Tuan Park, Chung Jo, Tae Soo, ayah angkatnya, dan semua anggota penginapan Seratus Tahun hidup bersama untuk waktu lama. Ia bertanya bagaimana dengan Tae Soo.

"Aku ingin menjadi seseorang seperti ayah. Agar aku mendapat pengakuan Ayah."

"Kau sudah diakui dari pekerjaanmu di penginapan," kata Kang Chi. "Yang perlu kaulakukan sekarang adalah menikah."

Kang Chi bertanya mengapa Tae Soo menolak semua tawaran pernikahan. Apa Tae Soo takut pada wanita seperti kata Chung Jo?

"Takut? Untuk apa aku takut?"

"Kalau begitu sudah ada seseorang yang kausukai?"

Tae Soo tersenyum simpul.

"Oh, ada ya! Siapa?" kata Kang Chi girang.

Tae Soo tidak mau memberitahu. Akibatnya Kang chi menggelitiknya. Keduanya tertawa-tawa gembira.

Entar apakah Tae Soo juga mengingat hal yang sama karena ia menangis.

Chung Jo selesai mencuci pakaian para gisaeng.

Para gisaeng senior datang dan berkata cucian Chung Jo masih kotor. Mereka lalu mencampakkan hasil cucian Chung Jo ke tanah. Chung Jo menyuruh mereka berhenti. Para gisaeng itu menyuruh Chung Jo mencuci kembali. Mereka berjalan pergi sambil menginjak-injak pakaian itu. Siapa lagi dalangnya kalau bukan Wol Sun?

Kepala pelayan melaporkan hal ini pada Gisaeng Chun. Ia tidak tahan melihat sikap kejam Wol Sun. Tapi Gisaeng Chun berkata biarkan saja.

"Hidup tidak selalu manis. Kadang kala terasa pahit dan pedas. Ia harus mengalaminya lebih dulu agar bisa menghadapinya."

Chung Jo menahan tangisnya. Ia menguatkan hatinya lalu memunguti pakaian-pakaian yang berserakan.

Yeo Wool mondar-mandir di depan kamar Kang Chi dengan khawatir. Senior sekolah yang merawat Kang Chi keluar. Ia berkata arteri Kang Chi sepertinya ada yang terluka parah hingga pendarahannya tidak bisa dihentikan. Jika terus seperti itu, akan sulit bagi Kang Chi untuk melewati malam ini dengan selamat.

Yeo Wool masuk ke kamar Kang Chi lalu duduk di sampingnya. Kang Chi tampak pucat dan berkeringat dingin. Tak sengaja Yeo Wool melihat bekas-bekas luka di tangan Kang Chi. Dengan lembut ia menyentuh bekas-bekas luka itu.

Ia teringat itu adalah bekas luka pedang saat Kang Chi menyelamatkannya malam itu. Juga bekas gigitan anjing saat mereka kecil.

Tatapannya teralih pada gelang Kang Chi. Ia ingat luka-luka Kang Chi sembuh sendiri saat gelang itu putus oleh pengawal Jo Gwan Woong (saat Kang Chi berubah menjadi siluman dan membantai anak buah Jo Gwan Woong). Yeo Wool mengulurkan tangannya ke gelang Kang Chi.

"Tidak boleh!" terdengar suara So Jung di benak Yeo Wool. So Jung pernah memperingatkan Yeo Wool agar tidak terlibat dalam takdir Kang Chi. Ia meminta Yeo Wool mengabaikan entah Kang Chi menjadi siluman atau manusia.

Yeo Wool berkata bagaimana itu mungkin padahal Kang Chi akan tinggal bersama mereka untuk sementara waktu.

"Perasaan melibatkan dua orang. Kau mengerti maksudku, kan?"

"Ia bilang ia ingin menjadi manusia. Aku ingin membantunya."

"Nona!" tegur So Jung tak setuju.

"Jangan khawatir. Ia mengira aku seorang pria. Dan aku hanya ingin membantunya sebagai seorang teman."

So Jung menghela nafas panjang. Ia meminta Yeo Wool berjanji tidak menginginkan lebih selain hubungan pertemanan. Juga tidak akan terlibat dalam masalah hidup dan mati.

Yeo Wool ingat pada janjinya.

"Tapi, ia sekarat di hadapanku. Dan aku tidak bisa duduk diam saja melihatnya mati," kata Yeo Wool dalam hati.

"Maafkan aku, biksu," ujar Yeo Wool pelan. Lalu ia meraih gelang Kang Chi dan melepasnya.

Yeo Wool memejamkan mata karena takut akan apa yang terjadi. Tapi tidak terjadi apa-apa. Kondisi Kang Chi tetap sama.

Ia membuka perban yang menutupi luka Kang Chi, luka itu masih ada. Yeo Wool kebingungan.

Tiba-tiba bermunculan butir-butir cahaya biru. Cahaya itu melebur dalam luka Kang Chi dan menyembuhkannya. Yeo Wool sangat lega.

Hanya saja tiba-tiba Kang Chi membuka matanya. Mata hijau terang. Kang Chi menggeram lalu menyerang Yeo Wool.

Yeo Wool terjatuh, tangannya menyenggol tempat lilin dan terluka. Kang Chi mengeluarkan cakarnya sambil menggeram marah pada Yeo Wool. Sebelah tangannya mencekik leher Yeo Wool.

Gon merasa ada yang tak beres. Ia berlari keluar meninggalkan Tae Soo di aula.

Kang Chi menggeram dan bertanya apa yang Yeo Wool lakukan padanya. Yeo Wool mengulurkan gelang Kang Chi.

"Tenanglah...aku berusaha menyembuhkan lukamu."

Kang Chi ingat tikaman Tae Soo. Ia mundur ke belakang dan melihat lukanya sudah sembuh. Tapi cakarnya masih teracung dan ia bersikap waspada.

Yeo Wool duduk. Ia mengulurkan gelang Kang Chi.

"Tidak apa-apa. Ini..."

Kang Chi masih menggeram dengan penuh curiga.

"Pasanglah lagi. Ulurkan tanganmu," bujuk Yeo Wool lembut. Kang Chi tidak menurut.

Tapi begitu Yeo Wool memanggil namanya," Kang Chi-ah...." Tatapan di mata Kang Chi berubah. Pelan-pelan ia mengulurkan tangannya.

Yeo Wool memasangkan gelang kembali di tangan Kang Chi. Kang Chi tidak melawan sedikitpun. Yeo Wool tersenyum. Mata Kang Chi kembali seperti semula. Namun ia jatuh pingsan menimpa Yeo Wool.

Tepat saat itu Gon masuk. Yeo Wool segera meminta Gon membantunya, tanpa menyadari wajah Gon yang tersaput cemburu.

Gon memegangi Kang Chi dalam posisi duduk agar Yeo Wool bisa membalut kembali perut Kang Chi dengan perban. Yeo Wool melakukannya agar tidak ada yang curiga mengapa Kang Chi sembuh secepat ini.

Gon melihat luka di tangan Yeo Wool. Begitu Yeo Wool selesai membalut, Gon langsung melepaskan Kang Chi begitu saja dan pergi keluar.

Yeo Wool menyusulnya. Ia bertanya Gon tidak akan melaporkan hal ini pada ayahnya, bukan?

"Melaporkan apa? Bahwa Nona mencabut gelangnya untuk menyelamatkannya? Atau ia hampir membunuh Nona karena melepas gelangnya?"

"Apa maksudmu? Siapa?"

Gon meraih tangan Yeo Wool yang terluka. Yeo Wool berkata luka itu tidak ada apa-apanya. Ia hanya terluka tempat lilin.

"Jika terjadi sesuatu pada Nona karena dia, maka aku akan membunuhnya." Gon menghempaskan tangan Yeo Wool lalu berjalan pergi dengan kesal.

Yeo Wool menghela nafas lelah lalu berjongkok sambil memegangi tangannya yang sakit. Diam-diam Tae Soo mengamatinya.

Kang Chi tertidur lelap malam itu.

Gisaeng Chun menemukan Chung Jo tertidur di halaman setelah selesai mencuci pakaian. Chung Jo terbangun. Ia menyangkal kalau ia kelelahan.

Gisaeng Chun mengajak Chung Jo mengikutinya ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu terdapat alat musik tambur bersusun lima (yang sering dimainkan Gisaeng Chun). Chung Jo terpesona melihatnya.

"Beberapa orang mungkin menganggap gisaeng adalah wanita rendahan yang menjual tubuh dan minuman. Tapi aku sama sekali tidak berpikir begitu. Ada banyak kesempatan untuk mempelajari hal unik dan mencapai banyak hal. Mengikuti hukum sebagai seorang anak perempuan bukanlah cara hidup satu-satunya seorang gadis. Aku yakin wanita juga bisa memiliki impian dan bekerja keras mencapainya."

"Mencapai impian?"

"Hanya karena keluargamu hancur bukan berarti hidupmu harus berakhir. Jadilah gisaeng seniman. Jadilah gisaeng seniman dan mulailah hidup baru, Chung Jo-ya."

Chung Jo terdiam. Ia memandang tambur di hadapannya dengan secercah sinar di matanya.

Keesokan paginya Guru Dam menerima laporan kalau Kang Chi telah menghilang tanpa jejak. Yeo Wool langsung berlari mencarinya.

Padahal Kang Chi sedang duduk tenang di dapur melahap kentang rebus. Seorang murid bernama Sung memergokinya. Sung langsung mengenali Kang Chi.

"Kau mengenalku?"

"Kau terkenal di sini."

"Aku?"

"Iya, kau murid pertama yang ditikam begitu tiba kemari." Hahaha XD Kang Chi langsung asem deh tampangnya.

Sung menanyakan luka Kang Chi. Kang Chi menjawab ia baik-baik saja. Ia malah bertanya di mana ia bisa makan daging. Sung meminta maaf, ia tidak diijinkan menyentuh makanan di dapur.

"Jika Guru Gong Dal tahu, aku akan berada dalam bahaya." Ia menjelaskan Guru Gong Dal adalah orang yang bertangggungjawab dalam bidang rumah tangga sekolah ini.

"Orang yang bertanggungjawab dalam rumah tangga? Aku berani bertaruh ia seorang yang pelit," gerutu Kang Chi.

Sung tersenyum geli mendengar ocehan Kang Chi. Tapi senyumnya lenyap saat melihat siapa orang yang berdiri di depan Kang Chi dengan sapu di tangan.

Yup, Master Gong Dal. Penyapu halaman dengan cincin di jari. Orang yang sedang dikata-katai Kang Chi. (Yeeaaaay...Jae Ha reuni dengan ayah mertuanya di King 2 Hearts^^)

Kang Chi tidak menyadari kehadiran Guru Gong Dal. Ia meminta Sung menunjukkan tempat penyimpanan makanan. Ia akan mengambilnya sendiri. Sung berusaha memberi isyarat pada Kang Chi.

"Kau tenang saja, aku yang akan menangani si Gong Dal itu."

"Bagaimana kau menanganinya?"

"Apa maksudmu bagaimana? Jika aku melihatnya, aku tinggal..." Kang Chi tersadar yang bertanya barusan bukanlah Sung. Ia menoleh dan berseru kaget.

"Siapa kau?" tanyanya.

Sung buru-buru memberi hormat pada gurunya dan memperkenalkan kalau ini adalah Guru Gong Dal.

"Apa? Kakek ini?" tanya Kang Chi tak percaya.

Tok! Kepala Kang Chi digetok dengan gagak sapu. Kang Chi protes. Guru Gong Dal berkata ia sedang menghukum anak yang tidak sopan.

"Jika melihat seorang yang lebih tua, kau harus memperlihatkan rasa hormat. Mengapa kau duduk-duduk saja di situ tanpa mempedulikan keberadaanku?"

"Hei, kakek tua. Apa kau mengenalku? Memangnya kapan kita bertemu?" Kang Chi bangkit berdiri.

Segera saja Kang Chi menjadi sasaran gagang sapu Guru Gong Dal (wah jurusnya mirip jurus Hang Ah nih XD). Dengan segera Kang Chi berlutut tak berkutik.

"Perlihatkan rasa hormat saat kau berada di tempatku. Pertama, berlututlah."

Kang Chi berusaha bangkit berdiri tapi Guru Gong Dal menahan pundak Kang Chi dengan sapu.

"Lalu bungkukkan kepalamu, beri salam dan perkenalkan dirimu. Itulah cara memperlihatkan rasa hormat pada orang tua, mengerti?"

PLAKK! Belum sempat Kang Chi menjawab, seseorang telah memukulnya. Ternyata Yeo Wool yang memarahinya.

Guru Gong Dal menurunkan sapunya. Yeo Wool segera memberi hormat. Ia memperkenalkan Kang Chi sebagai anggota baru yang datang kemarin. Sambil meminta maaf, Yeo Wool berkata ia akan segera membawa Kang Chi pergi.

Guru Gong Dal menggerutu sambil keluar. Kang Chi heran melihat guru tua itu sekarang jalan tertatih-tatih bagai orang tak bertenaga padahal tadi sudah menghajarnya.

"Dam-gun, orang tua itu..."

Belum selesai Kang Chi bicara Yeo Wool telah menjewernya dan menariknya keluar dari dapur. Kang Chi mengaduh-aduh kesakitan.

Sung mengungkapkan keheranannya tentang Kang Chi. Bagaimana bisa pria yang kemarin sekarat bisa pulih dalam waktu sehari? Guru Gong Dal pura-pura tak percaya tapi ia tampaknya memikirkan sesuatu.

Yeo Wool membawa Kang Chi ke tempat sepi dan memarahinya. Apa Kang Chi bodoh? Bagaimana jika ada yang curiga mengenai Kang Chi? Kemarin sekarat dan sekarang sehat berkeliaran ke sana kemari, bagaimana jika ada yang curiga?

"Tapi aku sangat lapar. Kau ingin aku kelaparan?"

"Kau akan mati jika melewatkan satu kali makan?"

"Bukan hanya satu, tapi makan malam semalam juga," ujar Kang Chi.

Yeo Wool berkata Guru Gong Dal paling tidak tahan dengan orang yang tidak memiliki rasa hormat pada orang tua. Jika Guru Gong Dal tak menyukai Kang Chi, Kang Chi akan sulit tinggal di sekolah ini.

"Dia cuma orang tua di dapur," gerutu Kang Chi.

"Anak ini...padahal aku sudah mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkanmu," ujar Yeo Wool.

"Setiap kali kau membuka mata dan mulutmu, aku jadi ingin memukulmu. Bagaimana kau bisa begitu berbakat? Apa ada yang mengajarimu?" Olok Yeo Wool.

Tapi Kang Chi malah jadi serius. Ia bertanya apa Yeo Wool melepas gelangnya. Yeo Wool masih saja bercanda tapi Kang Chi semakin serius.

"Mengapa kau melepasnya?"

"Karena kukira kau akan mati. Darahmu keluar begitu banyak. Kudengar kau akan sulit bertahan melewati waktu semalam."

"Terima kasih."

"Tentu saja kau harus terima... Apa?" Yeo Wool bengong.

"Terima kasih telah menyelamatkanku. Tapi lain kali, jangan lakukan itu lagi. Jangan lepaskan gelangku saat aku tidak sadar. Aku tidak peduli yang lain tapi aku tidak ingin melukaimu. Apa kau mengerti?"

Untuk sesaat Yeo Wool terdiam, tersentuh dengan kata-kata Kang Chi.

Gon datang memberitahu kalau mereka dipanggil menghadap Guru Dam. Gon dan Kang Chi hampir bertengkar lagi karena Gon mengata-ngatai Kang Chi. Yeo Wool langsung menjewer Kang Chi dan menariknya pergi.

Gon entah harus merasa senang Kang Chi dijewer atau kesal karena itu artinya Yeo Wool menyentuh Kang Chi ;p

Episode-9.2        

Yeo Wool membawa Kang Chi ke aula. Kang Chi membaca papan nama sekolah itu. Mu berarti kebajikan, Ji berarti kebenaran.

"Bela diri dikuasai berdasarkan kebajikan dan kebijaksanaan dikuasai melalui kebenaran. Itulah moto dasar sekolah kami," kata Guru Dam yang baru saja masuk ke aula.

Kang Chi memberi salam dan memanggil Guru Dam dengan sebutan "Tuan". Yeo Wool mengajari Kang Chi agar memanggil "Guru".

"Guru," dengan patuh Kang Chi memberi salam.

Guru Dam menanyakan keadaan Kang Chi setelah terluka kemarin. Sambil tertawa Kang Chi berkata ia baik-baik saja. Yeo Wool langsung menyikutnya. (ayahnya tidak tahu ia melepas gelang Kang Chi semalam untuk menyelamatkan Kang Chi)

Kang Chi pura-pura menahan sakit dan berkata ia bisa menahan rasa sakitnya. Yeo Wool bercanda Kang Chi bahkan cukup kuat untuk makan besi.

"Ia pasti sembuh dengan cepat," kata Yeo Wool sambil tertawa. Kang Chi ikut tertawa agar Guru Dam tidak curiga.

Gon masuk dan memberitahu kalau Tae Soo juga sudah datang. Tae Soo masuk dengan mata tertutup kain.

Keduanya duduk berdampingan di aula tanpa bicara satu sama lain. Guru Dam berkata ia bersedia menerima Tae Soo dan Kang Chi karena Park Mu Sol. Tapi keduanya harus berusaha keras agar tetap diterima di sana.

"Jika aku memutuskan salah satu dari kalian tidak cocok berada di sini, maka aku akan mengeluarkan kalian tanpa ragu."

Kang Chi bertanya apakah Guru Dam yang memutuskan mereka cocok atau tidak.

"Keempat Guru yang memutuskan."

"Empat guru?"

"Selain diriku, ada 4 guru lain di sekolah ini. Keempat guru ini akan memperhatikan kalian dan memutuskan bisa tidaknya kalian diterima sebagai murid di sini."

Hmm...salah satunya pasti Guru Gong Dal. Tiga lagi? Jangan-jangan salah satunya Gon???

Guru Dam berkata Tae Soo harus melawan hipnotis yang mempengaruhinya. Tae Soo harus mengendalikan keinginan yang tak terkendalikan dengan kekuatan tekad. Kang Chi baru tahu kalau Tae Soo berada di bawah pengaruh hipnotis.

Guru Dam menyuruh Kang Chi untuk berhati-hati dan menghindari bertemu Tae Soo. Tidak ada yang tahu kapan dan di mana Tae Soo akan tiba-tiba menyerang. Tapi itu bukanlah kehendak Tae Soo karena Tae Soo berada di bawah hipnotis.

"Apa kau mengerti?"

Kang Chi tak menjawab. Ia menoleh melihat Tae Soo yang matanya tertutup kain.

"Aku tanya apa kau mengerti?"

Kang Chi tetap tak menjawab.

"Kang Chi-ah..." panggil Yeo Wool, khawatir Kang Chi membuat ayahnya marah.

"Jadi itu? Kau hendak membunuhku karena hipnotis? Karena itu aku harus menghindarimu? Aku harus menghindarimu seperti anjing pengecut melarikan diri dari musuhnya? Maaf tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak tahu kau berada dalam hipnotis seperti apa. Tapi aku tidak akan menghindarimu."

"Lakukan seperti yang dikatakan Guru," kata Tae Soo dingin.

"Bukan ini alasan aku menyelamatkanmu! Han No dan Chung Jo mengorbankan diri mereka bukan untuk melihatmu selemah ini di bawah pengaruh hipnotis. Kau mengerti? Kau harus mengatasinya. Apapun yang harus kaulakukan, kau harus mengatasi hipnotis ini. Entah kau menusukku atau tidak. Entah kau bermaksud untuk itu atau tidak, aku tidak akan pernah menghindarimu."

Ia bertanya apakah jawabannya sudah cukup. Guru Dam hanya menghela nafas.

Kang Chi keluar dari aula dengan kesal. Ia marah karena Jo Gwan Woong menghipnotis Tae Soo. Ia berjalan sambil mengomel dan terlonjak kaget saat melihat Guru Gong Dal duduk di depan aula.

"Apa yang kakek lakukan di sini? Mengagetkanku saja," gerutu Kang Chi. Eh, Guru Gong Dal malah menyuruh Kang Chi makan.

Kang Chi heran melihat Guru Gong Dal mendadak baik. Guru Gong Dal berjalan pergi sambil mengeluh mengenai pinggang dan tangannya yang sakit (karena sudah tua). Kang Chi makin bingung, kenapa tadi Guru itu begitu kuat memukulnya?

Tae Soo masih di aula bersama Guru Dam, Yeo Wool, dan Gon. Ia melepaskan penutup matanya. Guru Dam tak menyangka Kang Chi seteguh itu. Tae Soo berkata Kang Chi memang selalu seperti itu. Jika Kang Chi telah menetapkan pikirannya maka ia tidak akan mendengarkan apapun.

"Itulah sebabnya aku bersikeras meminta Guru tidak melibatkannya dalam rencana kita."

Yeo Wool terlihat agak kaget. Guru Dam mengajak mereka membicarakan hal ini di dalam.

Tae Soo membentangkan denah penginapan Seratus Tahun di hadapan Guru Dam, Yeo Wool, dan Gon. Ia telah menggambarnya semalaman. Ia menunjukkan tempat di mana harta itu disimpan, Gong Myung Gwan. Tempatnya terletak di tengah-tengah areal penginapan.

Yeo Wool baru mengetahui adanya harta itu. Tae Soo berkata total perak dalam ruang rahasia itu sekitar 5000 nyang. Yeo Wool dan Gon terkejut mendengar jumlahnya.

"Masalahnya semua perak itu bersama Jo Gwan Woong sekarang. Kita harus mengambilnya tanpa sepengetahuan Jo Gwan Woong," kata Guru Dam.

Sementara itu di Penginapan Seratus Tahun, Jo Gwan Woong memanggil tukang untuk memperbaiki lantai yang berlubang akibat tongkat yang ditancapkan Kang Chi. Tukang itu berkata memperbaiki lantai hanya membutuhkan waktu 1-2 hari saja. Ia mengusulkan seluruh ruangan diperbaiki.

"Berapa lama?" tanya Jo Gwan Woong sambil memandangi lukisan penutup pintu ruang rahasia.

Tukang berkata membutuhkan waktu setidaknya 7-8 hari untuk mengganti batu dan semuanya.

"Selesaikan dalam 4 hari."

"Ya? Em-empat hari? Mengapa Tuan tergesa-gesa?"

Jo Gwan Woong tidak mau tahu. Ia menyuruh tukang itu pergi.

Jo Gwan Woong terus mengamati lukisan. Ia berkata pada Ninja Seo semakin ia melihat lukisan itu, semakin ia merasa tertarik ke dalamnya.

Kemudian ia memanggil Choi untuk menemuinya. Kasihan ayah angkat Kang Chi. Ia babak belur setelah dipukuli karena menutupi kedatangan Kang Chi.

Jo Gwan Woong bertanya apa Choi sudah mengetahui kesalahannya. Choi mengiyakan. Jo Gwan Woong berkata ia akan menanyakan sesuatu dan hidup matinya Choi bergantung pada jawaban yang diberikan.

"Selama hidupnya, apa Park Mu Sol menyimpan pembukuan terpisah mengenai kekayaannya?"

Choi nampak kebingungan. Jo Gwan Woong melemparkan pembukuan penginapan ke hadapan Choi.

"Kekayaan Park Mu Sol, orang terkaya di daerah Selatan, apa masuk akal hanya sejumlah yang tertulis di sini? Aku yakin ia memiliki penyimpanan terpisah dan pembukuan terpisah."

Choi berkata ia tidak tahu mengenai itu. Jo Gwan Woong marah dan kembali mengancam Choi. Tapi Choi memang tidak tahu menahu.

"Bunuh saja aku! Aku benar-benar tidak tahu apapun," katanya ketakutan.

Untunglah Jo Gwan Wong percaya.

Tae Soo memberitahu jalan masuk ke ruang rahasia itu hanya melalui satu pintu. Guru Dam berkata tanpa semua uang itu semua rencana Lee Soon Shin akan berantakan. Demikian juga strategi perang angkatan laut.

"Apakah Ayah memiliki rencana?" tanya Yeo Wool.

Seseorang datang menghadap. Ia adalah tukang yang akan memperbaiki ruangan Jo Gwan Woong, Tukang Chun. Rupanya Tukang Chun sudah tahu rencana pembobolan ini sejak awal.

Semua ini berkat Lee Soon Shin yang sudah menduga Jo Gwan Woong akan memanggil orang untuk memperbaiki lantainya. Karena itu mereka memanggil Tukang Chun.

Tukang Chun memberitahu kalau Jo Gwan Woong ingin seluruh ruangan itu dibongkar. Dan pekerjaan itu dimulai malam ini juga dan mereka hanya mempunyai waktu 4 hari.

Waktunya lebih singkat dari yang diperkirakan tapi mereka harus bisa melakukannya. Tae Soo bertanya apakah Tukang Chun bisa dipercaya. Tukang Chun berkata Tuan Park telah membantunya selama 10 tahun terakhir. Walau ia tidak berpendidikan, tapi ia tahu membalas budi. Tae Soo terharu mendengarnya.

Yeo Wool bertanya bagaimana Guru Dam tahu Jo Gwan Woong akan memperbaiki lantai ruangannya. Guru Dam teringat perkataan Lee Soon Shin.

"Semua ini berkat Choi Kang Chi. Karena Kang Chi menancapkan sapu di lantai ruangan itu. Mungkin terdengar aneh, tapi aku terus berpikir Kang Chi akan membantu kita," kata Lee Soon Shin.

"Apa Tuan percaya pada anak itu?" tanya Guru Dam.

"Dia berkata ingin menjadi manusia. Di dunia ini, banyak manusia yang menyerah menjadi manusia. Keserakahan dan kebohongan menjadi hal biasa. Dunia dipenuhi kebusukan dan fitnah. Dalam dunia tak bermoral seperti ini, dia sungguh-sungguh memiliki impian menjadi manusia. Ia ingin menjadi manusia seperti apa? Tidakkah kau ingin tahu?"

Wajah Kang Chi berubah cerah begitu melihat deretan meja dengan makanan enak di ruang makan. Para murid berlari masuk ke ruangan makan dan duduk di meja mereka masing-masing. Senior mereka menanyakan keadaan luka Kang Chi.

"Apa kau mengenalku?" tanya Kang Chi.

"Aku yang merawatmu."

"Aaah...terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku," kata Kang Chi gembira. Senior itu menatap Kang Chi dengan curiga. Kang Chi langsung pura-pura kesakitan. "Aku belum sembuh betul."

"Tetap saja kau sembuh dengan cepat," ujar si senior. "Kukira kau akan pingsan selama beberapa hari."

"Itu semua berkat pertolonganmu," kata Kang Chi.

Senior itu berkata meja makan Kang Chi terletak di paling ujung. Ia menyuruh Kang Chi makan.

Kang Chi berlari ke mejanya. Melongo. Di depannya hanya ada semangkuk bubur cair polos dan kecap asin. Sementara di meja lain dipenuhi nasi dan lauk pauk lengkap.

Sung datang dan duduk di meja sebelah Kang Chi. Ia bertanya mengapa Kang Chi tidak makan. Apa Kang Chi tidak enak badan?

"Apa kau bercanda? Yang seperti ini kau sebut makanan?"

"Dia bilang bubur akan lebih baik untukmu karena kau belum sembuh benar."

"Siapa yang mengatakan omong kosong seperti itu?"

"Guru Gong Dal," jawab Sung pelan.

Brakkk!! Kang Chi menggebrak meja.

"Gong Dal," gumamnya kesal, "Si tua bangka itu!!!"

Kemarahan Kang Chi bertambah saat melihat Guru Gong Dal dengan asyiknya makan ayam di dapur. Kang Chi melempar mangkuknya ke lantai. Guru Gong Dal menoleh.

"Kukira kau hanya tidak hormat pada orang tua. Rupanya kau juga tidak punya rasa hormat pada makanan."

"Kau memberi bubur dan kecap pada orang muda sementara kau sudah lanjut usia makan daging sendirian? Inikah yang disebut menghormati makanan? Tak peduli seberapa kejamnya dunia ini, kau tidak boleh mendiskriminasi orang tua dengan makanan, dasar tua bangka."

Guru Gong Dal malah tertawa geli. "Memangnya kau yakin kau manusia?"

Kang Chi terkejut, apa maksudnya?

Guru Gong Dal menyodok perut Kang Chi (yang terkena tikaman Tae Soo) dengan tongkatnya. Ia berkata tidak mungkin manusia sembuh secepat itu. Tidak mungkin Kang Chi itu manusia.

"Hati-hati kalau bicara. Jika kau terus menerus seperti itu, aku akan menghajarmu."

"Kau bukan lawan sapuku. Kau hanya besar mulut."

"Aku benar-benar akan mematahkan sapumu," ancam Kang Chi.

"Baik, silakan," Guru Gong Dal bangkit berdiri. "Jika kau berhasil melakukannya, aku akan membolehkanmu makan semua ayam ini. Ini."

Guru Gong Dal memegangi sapunya di hadapan Kang Chi. Kang Chi menelan ludah melihat ayam yang lezat itu. Kesempatan ini tidak akan disia-siakannya.

"Kau tidak boleh berubah pikiran, aku tidak akan segan-segan jika menyangkut makanan."

"Kau omong besar saja. Ayo," tantang Guru Gong Dal.

Kang Chi berusaha merebut sapu Gong Dal tapi ia malah terkena pukulan berkali-kali. Gong Dal asyik tertawa-tawa melihat Kang Chi.

Akhirnya ia berhasil memegangi sapu Gong Dal. Kang Chi tersenyum. Tapi Gong Dal menendang perut Kang Chi lalu siap memukul lagi. Kang Chi segera melindungi kepalanya tapi kakinya malah diinjak Gong Dal.

Kang Chi bertanya siapa Gong Dal sebenarnya (ia belum ngeh Gong Dal mungkin salah satu dari empat guru senior yang disebut Guru Dam). Gong Dal berkata ia hanya pelayan dapur.

"Kau bukan hanya pelayan dapur. Siapa kau sebenarnya?"

"Panggilan lainnya mungkin....aku adalah satu dari Empat Guru di sekolah ini. Dengan bambuku ini aku juga dipanggil Guru Jook Dal."

Kang Chi terpana.

Yeo Wool melihat lukanya yang belum sembuh. Tampaknya luka itu mulai terinfeksi. Ia membubuhkan obat ke atasnya (obat yang sama dengan yang ia berikan pada Kang Chi lalu diberikan Kang Chi pada Chung Jo).

Gon memanggilnya hingga ia segera keluar kamar. Mereka siap menjalankan rencana untuk menyelinap ke penginapan. Yeo Wool bertanya di mana Kang Chi. Tae Soo berkata ia dan Guru Dam sependapat Kang Chi tidak akan diikutsertakan dalam rencana ini.

Yeo Wool tidak setuju. Kang Chi paling tahu kondisi penginapan dibanding yang lainnya.

"Dia keras kepala dan sulit diatur. Mungkin ia akan mengacaukan rencana. Sejujurnya aku juga tidak ingin kau pergi."

"Kenapa?"

"Kurasa akan terlalu berbahaya bagimu."

"Apa kau berpikir begitu karena aku wanita? Jika aku tidak bisa menolong Jenderal Lee karena aku wanita, maka aku akan sangat tertekan," kata Yeo Wool.

Gon tersenyum mendengar penuturan Yeo Wool. Tae Soo minta maaf jika ia telah menyinggung perasaan Yeo Wool.

"Aku yakin Kang Chi juga merasakan hal yang sama. Ia keras kepala tapi aku yakin ia ingin membantu. Aku tidak tahu apa rasanya berada dalam pengaruh hipnotis. Tapi aku harap kau tidak kehilangan sahabatmu karenanya." Yeaaaay...hidup Yeo Wool^^

Gong Dal menghukum Kang Chi menggosok semua peralatan dapur. Melihat Kang Chi menggosok dengan tidak bersemangat, Gong Dal menegurnya.

Kang Chi protes ia lapar seharian dan disuruh mengerjakan pekerjaan berat.

"Kau tidak suka di sini?" tanya Gong Dal.

Kang Chi langsung menggosok kuat-kuat. Khawatir diberi pekerjaan lebih banyak oleh Gong Dal.

"Bukan, mari kita bertaruh. Kudengar kau dekat dengan Jenderal Lee. Apa itu benar?"

"Kami bukan saja dekat. Ia bahkan mempertaruhkan kedudukannya untuk menyelamatkanku."

"Kalau begitu bawakan buktinya. Bukti bahwa kau dekat dengan Jenderal Lee."

"Apa kau selalu tertipu selama hidupmu? Mengapa kau memerlukan bukti?"

"Sepertinya kau dekat dengannya hanyalah kabar bohong. Iya kan?"

Kang Chi jadi kesal. Ia berjanji akan membawakan buktinya tapi sebagai gantinya Gong Dal harus melakukan sesuatu untuknya. Gong Dal berkata jika Kang Chi gagal membuktikan, maka Kang Chi harus pergi dari sekolah ini.

Kang Chi terdiam.

"Kenapa? Apa kau tak percaya diri?" tanya Gong Dal.

"Bukti seperti apa yang kauinginkan?" Kang Chi merasa tertantang.

Jo Gwan Woong pergi ke Chunhwagwan. Para gisaeng menyambutnya dengan gembira, terutama Wol Sun. Karena kamarnya di penginapan sedang diperbaiki, Jo Gwan Woong akan tinggal selama beberapa hari di Chunhwagwan.

Saat berjalan masuk, ia melihat Chung Jo sedang membersihkan lantai. Jo Gwan Woong mengamatinya lekat-lekat. Wol Sun mengajak Jo Gwan Woong masuk tapi Jo Gwan Woong malah menghampiri Chung Jo.

Chung Jo berjalan ke arah berlawanan tapi Jo Gwan Woong menyuruhnya diam di tempat. Ia mendekati Chung Jo lalu memalingkan wajah Chung Jo ke arahnya. Chung Jo sama sekali tidak mau menatapnya.

"Kau benar-benar cantik...seperti matahari dan bulan."

Chung Jo menatap Jo Gwan Woong dengan penuh kebencian. Gisaeng Chun melihat mereka dari jauh dengan khawatir.

Kang Chi mengendap-endap masuk ke penginapan dengan mengenakan penutup wajah. Ia bergabung dengan rombongan tukang yang akan memperbaiki ruangan Tuan Park.

Tiba-tiba ia berpapasan dengan Ninja Seok. Kang Chi segera berpaling.

"Hei, kau!" seru Ninja Seok. Kang Chi terpaku di tempat.

Ternyata Ninja Seok memanggil Tukang Chun. Ia bertanya mengapa seluruh bangunan di tutupi dengan kain. Tukang Chun berkata supaya debunya tidak keluar. Ninja Seok menerima penjelasan itu.

Tapi sesuatu membuatnya merasa curiga.

Yeo Wool dan Gon menyamar sebagai tukang. Mereka masuk ke ruangan Tuan Park.

"Hei, kalian muncul juga!" ujar Kang Chi.

Yeo Wool dan Gon kaget melihat Kang Chi telah menunggu mereka di sana.

"Kalian tidak mengikutsertakan aku dalam proyek besar ini, sungguh mengecewakan," sindirnya.

"Bagaimana kau bisa kemari? Apa Ayah yang mengirimmu?"

"Tidak, Guru mungkin tidak tahu aku di sini."

"Kau datang tanpa seijin Ayahku?" sergah Yeo Wool.

Kang Chi berkata ia memiliki alasan tersendiri. Ia bertanya apa yang bisa ia bantu. Yeo Wool menyuruh Kang Chi kembali dan tidak terlibat.

Kang Chi menatap Yeo Wool. Bukannya marah karena Yeo Wool menyuruhnya pergi, ia malah melihat dahi Yeo Wool yang berkeringat.

"Kenapa kau tidak menjawab? Ayo pergi."

Kang Chi menaruh tangannya di dahi Yeo Wool. Gon langsung menarik tangan Kang Chi.

"Apa kau tidak punya pikiran? Tuan Muda-mu demam. Apa kau yakin ia tidak sakit?"

Yeo Wool berdiam diri karena takut ketahuan. Kang Chi kembali meraba dahi Yeo Wool.

"Kenapa? Apa kau flu?" tanya Kang Chi khawatir.

Yeo Wool menepis tangan Kang Chi. Ia berkata ia tidak apa-apa. Tapi Kang Chi bersikeras Yeo Wool demam dan hendak meraba dahi Yeo Wool lagi. Gon semakin kesal dan menyuruh Kang Chi menyingkirkan tangannya.

"Kenapa kau bereaksi berlebihan? Kenapa? Kau malu karena aku mengetahui kondisi Dam-dun lebih dulu sebelum kau mengetahuinya?"

Gon marah dan menarik baju Kang Chi. Kang Chi balas mencengkeram baju Gon.

"Jika kau malu kau tinggal memperbaikinya. Mengapa kau melampiaskannya padaku?"

Yeo Wool menegur keduanya. Apa keduanya tidak ingat mereka sedang berada di mana? Ia berusaha melerai keduanya.

Tiba-tiba terdengar suara Tukang Chun di luar. Ia berusaha menghalangi Ninja Seok masuk ke ruangan Tuan Park. Ninja Seok berkata ia hendak memeriksa sesuatu dan menyuruh Tukang Chun minggir. Gon, Kang Chi, dan Yeo Wool terancam ketahuan.

Tukang Chun berusaha menghalangi jalan Ninja Seok untuk memberi waktu. Ketika mereka akhirnya masuk, Tukang Chun merasa lega karena yang ada hanya Gon sedang menyapu. Tukang Chun berkata Gon adalah pegawainya.

"Mengapa lukisan itu masih di sini?" tanya Ninja Seok. "Itu lukisan kesukaan Tuan, aku tidak mau lukisan itu rusak. Cepat, lepaskan lukisan itu."

Tukang Chun terkejut.

Demikian juga Kang Chi dan Yeo Wool yang berada di balik pintu di belakang lukisan. Kang Chi memberi isyarat agar mereka menjauh dari pintu.

Yeo Wool berjingkat menjauhi pintu tapi ia tersandung dan hampir jatuh. Kang Chi menangkapnya.

Masalahnya Ninja Seok mendengar ada suara di balik lukisan. Tukang Chun dan Gon bersikeras mereka tidak mendengar apapun. Apa Ninja Seok percaya?

Yeo Wool dan Kang Chi tertegun. Ehh...tangan Kang Chi berada di dada Yeo Wool XD Naughty hand^^

Ninja Seok menyuruh Gon minggir dari depan lukisan. Kang Chi dan Yeo Wool terkejut.

Episode-10.1        

Mata Kang Chi melebar merasakan apa yang dipegangnya. Ia memandang ke tempat tangannya berada, otaknya seperti memproses informasi dari tangan itu. Ia berkedip dan memandang Yeo Wool.  Yeo Wool pun juga terbelalak.

Canggung... bingung..

Saat itu juga mereka sadar, dan langsung melepaskan diri, saling menjauh. Tapi tangan Kang Chi masih dalam posisi yang sama, dan Kang Chi memandang tangannya itu dengan aneh. Ia melirik pada Yeo Wool, yang juga meliriknya. Saat pandangan itu bertemu, mereka pun saling buang muka.

Ha.. tapi tangan Kang Chi masih belum bergerak.

Namun kecanggungan mereka berakhir karena mendengar Pengawal Seo (Ha.. akhirnya ketahuan namanya kepala pengawal itu, Seo Beo Gu) menyuruh Gon untuk menyingkir. Gon tak dapat menolak karena takut samarannya ketahuan. Ia pun berdiri di samping tukang kayu itu dan mulai waspada.

Para pengawal lain mulai berdatangan, dan mereka mencoba memindahkan lukisan itu. Tapi lukisan itu tetap tak bergerak. Pengawal Seo melihat ada kenop di bawah lukisan, dan menariknya.

Voila.. lukisan itu sekarang dengan mudah ia geser dan tampak satu dinding lagi di balik lukisan itu. Pengawal Seo terbelalak seperti anak kecil menemukan kotak permen rahasia yang disimpan ibunya.

Kang Chi dan Yeo Wool menguping dari balik dinding, mengira-ngira apa yang akan dilakukan Pengawal Seo berikutnya. Saat mereka merasakan dorongan dari luar, mereka pun menahan pintu itu agar tidak bergeser.  Semakin pengawal Seo mendorong, semakin kuat mereka mendorong balik, hingga pintu itu tak bisa bergerak.

Pengawal Seo pun menyerah namun tetap berkesimpulan kalau dinding itu mencurigakan. Ia memerintahkan anak buahnya untuk berjaga di sini sampai Jo Gwan Woong kembali dan melihatnya. Dan pada si tukang kayu, ia menyuruh untuk menghentikan renovasi ruangan itu hingga ia memerintahkan hal lain.

Tukang kayu dan Gon tak dapat berbuat apa-apa melihat ada dua pengawal berdiri menjaga dinding itu.

Di dalam Kang Chi dan Yeo Wool menghela nafas lega karena sementara masalah mereka sudah terselesaikan.

Namun hal itu malah menimbulkan ingatan pada masalah sebelumnya. Kang Chi melirik Yeo Wool yang pura-pura acuh dan malah melihat ke arah lain. Kang Chi pun melihat tangan kanannya dan memukul tangan itu.

LOL.

Dam Pyung Joon dan Tae Soo mendapat laporan tentang terperangkapnya Kang Chi dan Yeo Wool di ruang rahasia. Ia pun segera bergerak cepat. Ia pun menulis surat dan menyuruh orang untuk mengantarkannya.

Tae Soo hanya diam  mendengarkan perkembangan ini, dan wajahnya menampakan kecemasan.

Sementara itu Jo Gwan Woon masih menikmati musik dengan memandangi Chung Jo yang duduk di hadapannya dengan membuang muka. Wol Sun menawari Jo Gwan Woong untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan. Tapi Jo Gwan Woong tetap diam dan terus memandangi Chung Jo, tak mempedulikan Wol Sun yang merajuk karena tak dipedulikannya.

Ia malah menyuruh Chung Jo untuk mendekat ke arahnya. Chung Jo tak mendekat malah mengancam untuk bunuh diri dengan menggigit lidahnya saat ini juga.

Wol Sun mencoba menyela ucapan Chung Jo yang ia anggap tak sopan, tapi Chung Jo tetap meneruskan, "Walaupun aku sudah dijual sebagai gisaeng Negara dan hidup menyedihkan setiap hari, aku tak mau menjadi mainan untuk musuhku. Seharipun aku menolak untuk hidup seperti itu."

Mendengar ucapan itu, Jo Gwan Woong malah semakin tertarik, "Gayamu, ucapanmu. Bagaimana mungkin kau bisa sangat mirip dengan gadis itu?"

Untunglah Soo Ryun datang menyela dan memberitahu kalau muridnya kembali tersesat saat pelajaran berlangsung. Jo Gwan Woong menjawab kalau calon gisaeng itu tak tersesat karena ia memintanya untuk datang kemari. Dan Jo Gwan Woong berniat untuk bersenang-senang dengannya selama renovasi kamarnya.

Soo Ryun beralasan kalau Chung Jo belum lulus menjadi gisaeng.

Tapi Jo Gwan Woong mengingatkan kalau ia memang setuju tak akan menyentuh Chung Jo sebelum ia resmi menjadi gisaeng, tapi.. sebagai gantinya, biarkanlah ia menikmati sedikit walau hanya dengan matanya.

Eww...

Di ruangan Soo Ryun, Chung Jo menolaknya. Lebih baik ia mati daripada berada di ruangan yang sama dengan pembunuh ayahnya satu menit saja dan menjadi mainannya. Soo Ryun meminta Chung Jo untuk bersabar dan  tetap bertahan.

Chung Jo pun bertanya apa yang akan ia dapatkan dengan ia bertahan dari aib dan hinaan ini? Soo Ryun pun menjawab, "Kesempatan untuk membalas dendam atas semua penghinaan dan aib yang selama ini kau rasakan.Tetaplah hidup agar kau bisa mendapatkan kesempatan itu. Apakah kau mengerti."

Chung Jo mengerti tapi tak bisa menerimanya. Ia menangis dan berkata kalau ia akan membenci Soo Ryun selamanya karena hal ini. Tapi Soo Ryun mengatakan jika kebencian itu bisa membuat Chung Jo untuk terus hidup, maka ia bersedia menerima kebencian itu.

Soo Ryun meminta kepala pelayan untuk membawa Chung Jo kembali, tapi Chung Jo memberontak dan berlari pergi. Kepala pelayan tak mengejarnya dan malah berkata kalau saat ini Chung Jo pasti merasa sangat takut.

Salah satu pengawal Soo Ryun, Jang Seh,  datang dengan membawa kiriman surat. Mendadak wajah Soo Ryun sangat serius dan menyuruh kepala pelayan untuk mempersiapkan minuman Myoanjoo  dan memasukkan satu gelas Moanjoo ke dalam minuman Jo Gwan Woong setiap hari.

Kepala pelayan heran atas intsruksi yang tiba-tiba (dan sepertinya Myoanjoo adalah minuman yang sangat spesial). Soo Ryun menunjukkan sampul surat itu yang bertanda panah, tanda milik Dam Pyung Joon, "Apapun yang terjadi, selama 4 hari kita harus menjaga agar dia tetap berada di dalam rumah ini."

Dan minuman pun disajikan. Jo Gwan Woong sangat menyukainya bahkan minta tambah. Chung Jo pun juga ada di depannya. Jo Gwan Woong pun memandanginya dengan leluasa. Tarian pun terus ditampilkan. Jo Gwan Woong sangat puas.

Namun tidak dengan pengawal Seo. Ia datang untuk mengabarkan berita tentang kamar rahasia itu. Tapi sepertinya para gisaeng pun sudah diinstruksikan hal yang sama, karena Wol Sun menyuruh gisaeng lain untuk menolak pengawal Seo untuk bertemu dengan alasan tuannya sedang bersenang-senang dan tak ada rencana untuk pergi.

Untuk sementara Yeo Wool dan Kang Chi aman di tempat rahasia, walau mereka terjebak di dalamnya. Dan duduk berjauhan. Jauhhh... sekali. Dan canggung sekali. Kang Chi bertanya apakah Yeo Wool masih bisa bertahan? Yeo Wool hanya menjawab pendek dengan, "Hmm.. bisa."

Dan rasanya kalau ada jangkrik di sini, bunyinya lebih ramai, deh. Krik.. krik.. krik..

Tak tahan diam-diaman seperti itu, mereka pun bersuara. Bersamaan. Ha. Sama-sama bingung, mereka pun diam kembali. Krik.. krik.. krik..

Karena tak tahan, Kang Chi pun mengalihkan perhatiannya dengan perak-perak yang ada di ruangan itu. Berapa banyak, ya? Ia mulai menghitung: satu.. dua.. tiga.. Ha. Sepertinya Kang Chi tuh senang sekali berhitung, ya? Yeo Wool pun menjawab 5000 nyang, dan bisa dipakai untuk membuat 10 sampai 12 kapal.

Kang Chi segera menyadari kalau Yeo Wool semakin pucat dan ia pun melepaskan baju luarnya untuk disampirkan ke badan Yeo Wool. Tak sengaja ia menyentuh tangan Yeo Wool yang terinfeksi, membuat Yeo Wool mengernyit kesakitan. Walau Yeo Wool berkata bukan apa-apa, Kang Chi tak percaya dan membuka lengan baju Yeo Wool.

Dan nampak kalau luka itu sudah bernanah, Kang Chi bertanya bagaimana Yeo Wool bisa terluka seperti ini? Yeo Wool masih tak mau menjawab. Tapi Kang Chi teringat kalau ialah yang menimbulkan luka itu di malam saat ia menjadi buas dan hampir mencekik leher Yeo Wool.

Kang Chi memutuskan untuk keluar dari ruangan ini bagaimanapun caranya. Tapi Yeo Wool tak menyetujuinya, karena jika mereka bertindak gegabah, 5000 nyang ini akan melayang. Kang Chi tak mengerti, mengapa uang ini menjadi prioritas utama mereka, sementara ada nyawa yang sedang dipertaruhkan.

Yeo Wool mengatakan karena uang ini bukan hanya sekedar 5000 nyang, "Jika kita melakukan kesalahan, Angkatan Laut Joseon akan kehilangan 12 kapal. Jika semua ini karena kesalahanku, aku tak akan dapat hidup tenang seumur hidupku. Karena itu, kita tunggu di sini dengan diam-diam. Ya?"

Sudah malam dan Pengawal Seo sudah tak sabar melihat tuannya tak selesai dalam menghibur diri. Ia pun berencana masuk ke dalam. Jang Seh melihat  hal ini.

Jo Gwan Woong sudah mulai mabuk dan kali ini mendekati Chung Jo dan mengagumi wajah Chung Jo, "Benar-benar cantik.," Jo Gwan Woong mengelus pipi Chung Jo yang tetap membuang muka, jijik. "Apakah kau tahu, aku tak pernah melupakanmu. Bahkan satu jam pun aku tak pernah melupakanmu, Seo Hwa."

Chung Jo kaget mendengar nama asing yang disebutkan Jo Gwan Woong dan ia pun menoleh. Jo Gwan Woong pun bergerak mendekati wajah Chung Jo.

Ugghh.. somebody, do something!

Wajah Jo Gwan Woong sudah hampir menyentuh Chung Jo. Chung Jo yang tak tahan, akhirnya memalingkan mukanya dengan jijik dan ketakutan. Melihat hal ini, Wol Sun pun turun tangan dan membujuk Jo Gwan Woong untuk segera beristiratah karena telah minum banyak.

Tapi Jo Gwan Woong malah membaringkan kepalanya di pangkuan Chung Jo dan berkata kalau ia suka di sini dan ingin tiduran di sini. Ughh.. Dan di saat yang bersamaan muncul Pengawal Seo yang sudah tak sabar.

Terlambat. Jo Gwan Woong sudah tertidur karena mabuk. Ia malah bergulir menyamping, lebih mendekat pada Chung Jo yang bergidik semakin ketakutan. Untungnya Soo Ryun muncul dan menyuruh orang-orangnya untuk membawa Jo Gwan Woong kembali ke kamarnya.

Soo Ryun pun menghalangi Pengawal Seo yang ingin mengikuti tuannya. Ia juga menyuruh seluruh gisaeng untuk beristirahat, termasuk Chung Jo. Masih shock akan kejadian terakhir itu, Chung Jo meninggalkan tempat itu. Soo Ryun hanya dapat memandang simpati pada gadis itu.

Sendiri di kegelapan, Chung Jo berjalan gontai tanpa nyawa. Namun kelopak bunga sakura yang jatuh perlahan di depannya, membuat ia teringat kembali. Teringat kembali pada Kang Chi. Teringat pada saat ia mencium Kang Chi di bawah pohon sakura di rumah mereka.

Chung Jo tak kuasa menahan tangisnya. Apakah Kang Chi masih mengingatnya? Masih teringat betapa jijik perasaannya saat didekati Jo Gwan Woong. Walau ia memutuskan untuk tinggal di Chunhwagwan, tapi ia tetap sangat merindukan Kang Chi. Ia berharap Kang Chi masih tetap mengingatnya. Ia tak pernah melupakan Kang Chi, tak sekalipun lupa. Karena ia mencintai Kang Chi.

Note: perasaan Chung Jo ini saya ambil dari lagu Dont Forget Me yang muncul pertama kali di adegan ini.

Di aula, Tae Soo bangkit dari meditasinya dan mengambil pedang. Sepertinya ia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Sementara itu Kang Chi  mulai merasakan kondisi Yeo Wool semakin memburuk. Ia memanggil gadis itu dengan Dam gun, tapi Yeo Wool menjawab, "Yeo Wool, namaku Yeo Wool." Kang Chi terkejut karena nama itu terngiang di telinganya, namun dengan suara anak-anak.

Yeo Wool tak dapat bertahan lebih lama, dan iapun pingsan. Untung Kang Chi sempat menangkapnya.

Nama itu mengembalikan kenangan Kang Chi akan seorang gadis kecil yang ia selamatkan dan menakut-nakutinya dengan laba-laba besar. Dan ia juga teringat saat Dam Gun menakut-nakutinya dengan laba-laba yang tak nyata. Ia sekarang teringat semuanya. Bahkan saat rambut Yeo Wool terurai saat menyelamatkan dirinya di malam ia ditangkap oleh Han No.

Tak sengaja rambut Yeo Wool terurai, namun Kang Chi lebih panik karena merasakan kalau demam Yeo Wool semakin naik. Ia harus segera melakukan sesuatu.

Guru Dam akhirnya mengetahui kalau Tae Soo menghilang. Ternyata Tae Soo pergi ke Penginapan Seratus Tahun dengan membawa pedang. Di dalam ia bertemu dengan Hong Man (dulu saya sebut Oh Man) yang terkejut melihat kedatangannya.

Tapi Tae Soo tak mengindahkan keterkejutan Hong Man, malah menyuruhnya untuk menemui seseorang yang bernama Gon dan menyampaikan pesan untuk menjemput orang yang terjebak di dalam sementara ia mengalihkan perhatian.

Hong Man pun segera berlari pergi sementara para pengawal Jo Gwan Woong datang dan mengepung Tae Soo. Mereka pun menyerang Tae Soo dan.. whoa.. Tae Soo ternyata bisa bela diri?

Gon mendengar suara perkelahian, begitupun dengan para pengawal yang menjaga ruang rahasia. Hong Man datang dan memberitahu mereka kalau Tae Soo datang. Para pengawal pun langsung keluar meninggalkan ruangan Tuan Park.

Hong Man segera memberitahu Gon yang bersembunyi di balik ruangan dan memberitahu pesan tuannya kepada Gon. Gon segera masuk ke ruang rahasia dan marah melihat Yeo Wool yang pingsan di pelukan Kang Chi.

Hmm.. entah marah karena Yeo Wool pingsan atau marah karena pelukan Kang Chi.

Gon pun segera membawa Yeo Wool pergi meninggalkan Kang Chi yang masih duduk di ruang rahasia. Kang Chi tak mengikuti Gon, tetap terpaku dan melihat tangannya.

Bukaann.. bukan tangan yang tadi memegang, tapi tangan satunya lagi yang telapaknya sekarang terdapat bekas sayatan.

Hong Man yang penasaran dengan ruang rahasia itu, pelan-pelan membukanya...

.. hanya untuk berteriak kaget, mengagetkan orang di balik pintu itu yang juga ikut berteriak. LOL. Dua anak kecil ini..

Hong Man terjatuh kaget. Namun kekagetannya berganti dengan keheranan karena Kang Chi berkata kalau ia membutuhkan bantuannya.

Di tengah pertempuran Tae Soo, ia diam-diam menarik tirai besar yang menutupi bangunan kamar Tuan Park, dan men-sstt temannya, menyuruh mereka diam.

Sementara Tae Soo masih bertempur dengan para pengawal Jo Gwan Woong, Gon menaruh Yeo Wool dalam sebuah gerobak dan menyuruh orang untuk membawanya kembali ke sekolah.

Dan ia pun kembali untuk membantu Tae Soo. Tapi Tae Soo meminta Gon untuk segera kembali karena jika identitas Tae Soo ketahuan, akan membahayakan sekolah Guru Dam juga. Lagipula ia masih memiliki urusan yang belum selesai dengan mereka.

Gon pun mengerti dan menuruti perintah Tae Soo.

Rupanya urusan yang belum selesai itu berkaitan dengan pengawal Seo. Tapi saat pengawal Seo kembali, kepalanya langsung berdenging kesakitan. Ia masih ingat ucapan Guru Dam yang mengatakan kalau hanya ada dua cara untuk melepas pengaruh hipnotis itu, yaitu orang yang menghipnotis harus mau melepaskannya atau membunuh orang yang menghipnotis itu.

Tae Soo segera menyadari kalau pengawal Seo-lah yang menghipnotis dirinya. Pengawal Seo heran apakah kedatangan Tae Soo karena ia penasaran tentang hipnotis itu? Tentu saja tidak, karena Tae Soo berniat untuk membunuhnya. Ia pun langsung berlari menyerang.

Pengawal yang tersisa maju untuk menghadang. Tapi pengawal Seo hanya tersenyum diam, seakan tak takut akan serangan Tae Soo.

Dan pedang Tae Soo sudah hampir mengiris leher pengawal Seo. Tapi nyaris, karena pedang itu tak sanggup menyentuh tubuh pengawal Seo, seakan ada tameng yang tak kasat mata yang melindungi tubuh pengawal Seo. Pengawal Seo berkata kalau Tae Soo tak akan sanggup membunuhnya, bahkan ia juga bisa menyuruh tangan Tae Soo untuk menurunkan pedangnya.

Tae Soo tak percaya melihat tangannya tak mengikuti perintah otaknya. Bahkan saat pengawal Seo menyuruhnya untuk mengatakan maksud kedatangan Tae Soo yang sebenarnya, Tae Soo menatap horror pada tangannya yang terangkat sendiri dan mengarahkan telunjuknya pada ruangan almarhum ayahnya.

Pengawal Seo segera masuk ke dalam ruang yang direnovasi itu. Ia mengambil palu dan segera menghancurkan tembok itu. Betapa kagetnya dia melihat ruang kosong di dalamnya.

Ia segera masuk dan melihat kotak bertumpuk-tumpuk di setiap penjuru ruangan. Ia membuka salah satu kotak itu dan matanya berbinar-binar saat melihat kilauan perak terjajar rapi di dalamnya.

Sementara itu Tae Soo terduduk lemas tak berdaya disandera oleh pengawal Jo Gwan Woong. Ia meneteskan air mata, tak berdaya.

Episode-10.2        

Gon kembali ke sekolah Dam dan mengabarkan kalau rencana mereka gagal, ruang rahasia itu telah diketahui, bahkan ia pun juga tak dapat membantu Tae Soo.

Puhleasee... Gon, siapa yang tadi meninggalkan Tae Soo di sana?

Guru Dam merasa kecewa karena semua usaha mereka akhirnya sia-sia. Tapi si tukang kayu memberitahukan kalau mereka masih punya harapan karena ada satu orang yang masih tersisa di dalam.

Satu orang itu, siapa lagi kalau bukan Kang Chi yang ternyata masih berada di dalam ruang rahasia.

Guru Dam tak pernah mengikutsertakan Kang Chi ke dalam rencana mereka, jadi hanya satu orang yang mungkin memberitahu rencana itu. Maka ia pun pergi ke ruangan Yeo Wool.

Tersangkanya sedang memeriksa nadi Yeo Wool. Guru Gong Dal memberitahu kalau nadi Yeo Wool sudah kembali normal. Tapi Guru Dam malah mengatakan tentang keberadaan Kang Chi di Penginapan 100 tahun. Guru Gong Dal malah berujar kalau ia sudah memberikan ginseng merah agar Yeo Wool lebih cepat pulih. Tapi Guru Dam malah bertanya apakah Guru Gong Dal yang memberitahukan rencana mereka pada Kang Chi?

Ha.. dua topik yang nggak nyambung. Guru Dam akhirnya setengah menegur dan memanggil, "Guru.."  Guru Gong Dal pun akhirnya menjawab kalau ia tak mengirim Kang Chi ke penginapan. Ia tak tahu mengapa Kang Chi pergi ke penginapan, "Aku hanya bertaruh dengan anak itu."

Guru Dam bingung mendengar kata taruhan. Tapi Guru Gong Dal hanya nyengir tanpa menjawab kebingungan Guru Dam.

Hmm.. taruhan seperti apa, ya? Tapi yang kita lihat selanjutnya adalah Kang Chi berdiri di ruang rahasia yang penuh perak. Ia meregangkan lehernya untuk pemanasan dan sambil tersenyum ia pun berkata, "Sekarang.. haruskah kita mulai sekarang, .. Kakek tua?"

Keesokan paginya pegawal Seo menerobos masuk ke Chunhwagwan untuk menemui Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong langsung terbangun saat diberitahu kalau ruang rahasia itu telah ditemukan.

Mereka pun langsung kembali ke Penginapan 100 tahun. Namun di depan penginapan, mereka melihat kalau para pelayan membawa tumpukan yang katanya adalah beras untuk dikirim ke Angkatan Laut.

Pelayan Choi menjelaskan kalau sudah merupakan kebiasaan bagi orang-orang kaya di desa ini untuk menyumbangkan beras untuk Angkatan Laut Joseon. Beras itupun mulai diangkut pergi. Pengawal Seo memandangi tumpukan itu, tapi ia tak berkata apapun dan mengikuti Jo Gwan Woong masuk.

Pelayan Choi dan Hong Man menghela nafas lega. Sepertinya rencana mereka berhasil.

Di ruangan Tuan Park, Pengawal Seo menggeser lukisan dan juga pintu rahasia. Mata Jo Gwan Woong berbinar-binar dan ia menolak tawaran Pengawal Seo yang ingin memandunya. Ia ingin memeriksanya sendiri.

Bagai Zafar yang masuk ke goa harta, Jo Gwan Woong masuk ke dalam ruang rahasia itu. Betapa kagetnya ia setelah melihat isi ruangan itu. Ia berteriak memanggil pengawal Seo yang buru-buru datang, "Apakah ini perak yang kau katakan?!"

Ruangan itu masih gelap dan Pengawal Seo pun menyalakan obor di tiang. Saat api obor menerangi ruangan, ia tersentak kaget. Tumpukan perak yang kemarin malam dilihatnya telah lenyap!

Pengawal Seo menatap ruangan itu tak percaya. Semua kotak telah lenyap. Bahkan tumpukan kotak yang tersusun di pinggir pun juga ikut lenyap.

Jo Gwan Woong menggeram saat bertanya bagaimana mungkin semua ini terjadi? Pengawal Seo menjawab kalau ia telah memerintahkan anak buahnya agar terus menjaga pintu rahasia itu. Jo Gwan Woong melihat karung beras dan ia langsung teringat tentang tumpukan beras yang dibawa ke markas Angkatan Laut.

Ia pun mulai menggabungkan satu per satu dan menggeram marah, "Bajingan-bajingan itu!"  Ia menyuruh Pengawal Seo untuk menyeret pelayan Choi dan Hong Man ke hadapannya.

Keduanya pun dipaksa untuk mengaku isi karung yang dibawa ke markas Angkatan Laut. Pelayan Choi menjawab seperti yang ia katakan tadi kalau karung itu adalah bahan makanan untuk militer.

Tapi Jo Gwan Woong sudah tak percaya. Ia menendang dan menginjak kepala pelayan Choi, mengancamnya, "Jika yang ada di karung itu bukanlah makanan, aku sendiri yang akan memotong lidahmu dan mematahkan tanganmu."

Jo Gwan Woong menyuruh semua pengawalnya untuk mengikutinya, "Aku sendiri yang akan mendatangi markas Angkatan Laut itu."

Ditinggalkan pergi oleh Jo Gwan Woong, pelayan Choi malah menatap Hong Man dengan tersenyum dan mengisyaratkan sesuatu. Hong Man pun mengerti dan buru-buru pergi.

Di markas Angkatan Laut, Laksamana Lee Soon Shin mulai mengkhawatirkan tentang persedian makanan mereka yang mungkin tak akan cukup jika terjadi perang. Oleh karena itu ia berencana untuk menimbun bahan makanan. Ia pun berencana untuk menginspeksi kantong-kantong pertahanan di berbagai tempat dan meminta bawahannya untuk bersiap-siap.

Mendadak salah satu tentara masuk dan meminta agar Laksamana Lee keluar karena ada hal yang mendesak. Ternyata hal yang mendesak itu adalah Jo Gwan Woong yang membawa lengkap pasukannya. Melihat tumpukan karung di hadapannya, Jo Gwan Woong pun semakin yakin.

Saat Laksamana Lee datang menemuinya, Jo Gwan Woong mengatakan kalau ia telah kehilangan barang yang mungkin terselip dalam karung yang dikrimkan oleh  orang dari penginapannya. Saat ditanya barang apa itu, Jo Gwan Woong tak mau menjawab tapi ia ingin memeriksa barang itu sendiri.

Lee Soon Shin pun menyuruh anak buahnya untuk minggir. Walaupun enggan, mereka pun menurut. Dan sekarang ganti anak buah Jo Gwan Woong yang mengerubuti karung beras itu. Dengan pedang, mereka merobek karung-karung itu.

Karung itu ternyata benar berisi .. beras. Tapi para pengawal itu tak putus asa. Mereka mengoyak karung beras itu semakin dalam, membuat para tentara mengeluh kesal karena bahan makanan itu terbuang sia-sia.

Ceceran beras di tanah itu meruntuhkan keyakinan Jo Gwan Woong, namun ia mencoba menutupinya.

Di dalam ruang rahasia, Pelayan Choi memanggil putranya dan memberitahukan kalau semua pengawal sudah pergi seperti dugaan Kang Chi. Ia pun bertanya apakah perak-perak itu aman?

Kang Chi tersenyum mengangguk dan menyibak kain besar di belakangnya. Dan tampak tumpukan kotak yang berisi perak memenuhi dinding paling dalam di ruang rahasia itu.

Whoaaa.. cool. Tipuan dibalik tipuan..

Pelayan Choi terkejut melihat banyaknya kotak itu. Kang Chi pun tersenyum dan berkata, "Sekarang, apa kita bisa pergi?"

Para pengawal Seo bingung melihat karung-karung yang ternyata memang berisi beras itu. Begitu pula Jo Gwan Woong.

Tapi tidak dengan Laksamana Lee. Ia menghardik Jo Gwan Woong yang tak menemukan barang yang ia cari, dan bahkan membuang bahan makanan yang bisa mencukupi pangan tentara selama sebulan. Walau tahu salah, tapi Jo Gwan Woong  tetap sombong dan mengatakan kalau ia akan mengirimkan gantinya nanti walau ia merasa sia-sia memberi makan tentara pada saat kerajaan tidak dalam keadaan perang.

Laksamana Lee pun marah mendengar ucapan Jo Gwan Woong. Ia menyuruh anak buahnya untuk mengambil seluruh beras yang jatuh ke tanah karena beras itu adalah hasil jerih payah rakyat, "Mulai sekarang, kita tak akan menerima apapun dari Penginapan 100  Tahun. Dan juga, aku melarang orang dari Penginapan untuk melangkahkan kakinya ke markas kita ini. Mengerti?"

Para tentara mengepung mereka agar mereka pergi. Pengawal Seo melihat kembali karung-karung itu, seakan tak mengerti kenapa bukan perak yang ada di dalam karung itu. Jo Gwan Woong pun juga diam, bukan termenung oleh ucapan Lee Soon Shin tapi lebih pada hilangnya perak itu.

Mendadak ada suara di belakangnya yang menyapa mereka, "Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Jo Gwan Woong menoleh dan melihat Kang Chi berdiri dengan membawa tiga gerobak pengangkut.

Kang Chi menyayangkan beras yang berceceran dan berkata kalau Jo Gwan Woong pasti akan masuk neraka karena menyia-nyiakan makanan.

Jo Gwan Woong kesal melihat Kang Chi, "Sialan. Kenapa kau ke sini dan menggangguku?"

 "Aku hanya sedang menjalankan tugas dari almarhum Tuan Park," jawab Kang Chi sambil tersenyum. Dan ia pun melenggang santai melewati mereka dengan ketiga gerobak itu.

Haha... keren.. Seneng banget lihat ekspresi Jo Gwan Woong dan pengawal Seo saat melihat ketiga gerobak itu. Mereka pasti menebak-nebak apa mungkin.. apa mungkin ..

Pengawal Seo maju untuk menghadang Kang Chi, tapi salah satu tentara menghunus pedang ke lehernya dan menyuruhnya berhenti karena sesuai perintah kalau orang dari penginapan tak boleh melangkah masuk ke dalam.

Pengawal Seo pun bertanya dengan marah, "Bagaimana ini bisa terjadi? Aku bahkan tak membiarkan seekor tikuspun masuk ataupun keluar. Bagaimana kau bisa mencuri perak-perak itu?"

Kang Chi mendekat dan menjawab, "Apa kau belum tahu? Aku kan bukan manusia," Kang Chi menoleh pada Jo Gwan Woong dan memberi senyumannya.

Jo Gwan Woong berusaha untuk kelihatan tenang walau dia marah luar biasa. Beratus-ratus perak yang ada di kotak-kotak itu hampiirr... saja bisa menjadi miliknya, namun sekarang melenggang pergi tepat di bawah hidungnya sendiri.

Ia meluapkan kemarahannya saat berada di ruang rahasia yang sudah tak ada rahasianya lagi. Ia berteriak dan melempari kotak-kotak kosong di dinding.

Sementara itu kotak yang berisi perak sekarang sedang diraba oleh Lee Soon Shin. Ia berterima kasih pada Kang Chi karena telah membawanya kemari. Kang Chi menjawab kalau ia hanya menjalankan wasiat dari almarhum Tuan Park. Dan juga, "Bukti yang saya inginkan kemarin.. Dapatkah Anda memberikan pada saya?" tanya Kang Chi sedikit ragu.

"Tentu saja. Janji adalah janji. Aku akan memberikannya padamu," jawab Lee Soon Shin yang membuat Kang Chi menghela nafas lega.

Yang kita lihat berikutnya adalah wajah Guru Gong Dal yang terharu melihat topi LaksamanaAngkatan Laut Joseon ada di tangannya. Ia tertawa kegirangan saat mengagumi topi itu.

Kang Chi tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan gaya, ia memamerkan hubungannya dengan Laksamana yang memang sedekat itu. "Beliau tak meminjamkan topi itu ke sembarang orang."

LOL, ternyata perak-perak itu adalah barter untuk topi ini toh.. kekeke..

Guru Gong Dal mengangguk-angguk. Ia pun mengangkat topi itu untuk ia pakai, tapi Kang Chi buru-buru mencegahnya, "Eh.. hati-hati.. Saya harus mengembalikan topi ini besok pagi."

Guru Gong Dal memakaikan topi itu ke kepalanya dan kembali tertawa kegirangan, "Bagaimana tampangku? Dengan topi ini aku kelihatan oke, kan?" tanyanya. Saat Kang Chi menawarinya untuk dibelikan topi baru lainnya, Guru Gong Dal mengatakan kalau sekarang satu dari tujuan hidupnya telah tercapai. Dan Guru Gong Dal pun sekarang akan memenuhi apapun permintaan Kang Chi.

Mata Kang Chi berbinar-binar. Apa sih permintaan Kang Chi?

Mata Kang Chi semakin berbinar-binar menyambut yang ia harapkan, "Ayam! Senang sekali bertemu denganmu!"

Gubrak.. dan topi itu adalah barter untuk ayam? Jadi perak seharga 5000 nyang ditukar dengan ayam? LOL.

Seperti Guru Gong Dal tadi, Kang Chi pun tertawa kegirangan saat menyantap makanan yang ia idam-idamkan.

Dua orang ini..  Mereka sama-sama kegirangan mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Dari kejauhan Guru Dam menyaksikan Kang Chi yang makan ayam dengan lahap. Pada Gon, ia berkata

"Mungkin pendapat Laksamana yang mengatakan kalau Kang Chi adalah faktor keberuntungan kita itu ada benarnya. Atau mungkin karena Laksamana-lah yang membuat Kang Chi menjadi seperti itu."

Pengawal Seo berhasil memaksa Tae Soo untuk mengaku kalau selama ini ia bersembunyi di Sekolah Bela Diri Moohyung yang berhubungan erat dengan Laksamana dan ia tinggal bersama Kang Chi. Setelah mendapat laporan itu, Jo Gwan Woong malah menyuruh untuk melepaskan Tae Soo dan memerintahkannya untuk mencari tahu rencana Laksamana dengan uang 5000 nyang itu.

Tae Soo tak mau. Ia memilih disiksa daripada menjadi anjing pesuruh Jo Gwan Woong. Tapi Jo Gwan Woong punya kartu As lain, "Pikirkanlah adikmu yang sudah dijual menjadi gisaeng negara. Jika kau tak kembali saat matahari terbenam besok dengan membawa informasi itu, adikmu yang akan menerima akibatnya."

Dulu Tae Soo melihat Chung Jo diseret pergi dari penjara. Tapi sepertinya ia tak menyangka kalau adiknya benar-benar menjadi gisaeng. Di Chunhwagwan, Tae Soo melihat dengan mata kepala sendiri kalau Chung Jo tak hanya dijadikan gisaeng, tapi juga pesuruh.

Bahkan saat itu ada pelanggan mabuk yang menabrak Chung Jo, bukannya minta maaf, pelanggan itu malah memarahi Chung Jo.

Tae Soo menangis melihat adik yang ia sayangi itu berkali-kali membungkukkan badannya, minta maaf pada pelanggan namun hanya hinaan yang ia terima.

Yeo Wool akhirnya tersadar walau heran mengapa ia bisa ada di kamarnya sendiri. Dan yang pertama diingatnya adalah perak 5000 nyang itu. Ia pun segera bangun dan keluar kamar. Orang pertama yang ia lihat adalah Kang Chi yang sedang sibuk menyapu halaman.

Ia pun menyapa Kang Chi. Namun hanya setengah nama itu terucap, saat kejadian di ruang rahasia itu terulang kembali. Yeo Wool langsung menutupi dadanya dan berjingkat-jingkat pergi.

Tapi Kang Chi keburu melihatnya. Ia pun memanggil Yeo Wool masih dengan panggilan Dam Gundan memegang dahi Yeo Wool untuk memeriksa suhunya. Ia gembira saat merasakan suhunya sudah kembali normal.

Merasa Kang Chi tak terpengaruh akan kejadian kemarin, Yeo Wool pun melakukan hal yang sama. Ia segera menepis tangan Kang Chi dan bertanya tentang nasib perak-perak itu, "Apakah karenaku, rencana itu gagal?"

Kang Chi menatap Yeo Wool lama membuat Yeo Wool tak sabar dan bertanya lagi, "Apakah benar-benar gagal?"

Kang Chi pun mencondongkan tubuhnya pada Yeo Wool  dan berkata, "Inilah kenapa aku benar-benar tertipu. Pada situasi seperti ini, biasanya wanita tak akan mencemaskan perak-perak itu. Ya, kan?"

"Ho hoh!" gertak Yeo Wool sehingga Kang Chi menegakkan diri kembali. "Kenapa kau mengubah topik pembicaraan? Aku bertanya apa yang terjadi dengan perak-perak itu?"

Kang Chi menenangkan Yeo Wool dengan mengatakan kalau ia telah mengirimkan perak-perak itu ke pangkalan AL. Yeo Wool gembira dan reflek mengacak-acak rambut Kang Chi.

"Terima kasih.. terima kasih. Kerja yang bagus!"

Kang Chi tertawa menerima pujian itu. Tapi itu hanya sesaat, karena setelah itu mereka saling menarik diri. Kang Chi teringat akan ucapan Yeo Wool yang mengatakan kalau awal pertemuan mereka adalah suatu hal yang tak berarti jika ia tak mengingatnya.Saat itu ia bertanya apakah pertemuan itu menjadi sesuatu yang berarti jika ia bisa mengingatnya? Namun saat ini ia tak memberitahukan Yeo Wool kalau ia sudah bisa mengingatnya.

Yeo Wool melihat telapak tangan Kang Chi yang terluka dan langsung panik bertanya asal luka itu. Apakah luka itu karenanya? Kang Chi diam.

Dan kita melihat bagaimana luka itu terjadi. Di ruang rahasia, Kang Chi panik saat Yeo Wool pingsan di ruang rahasia. Saat ia bingung apa yang harus ia lakukan pada Yeo Wool, ia melihat beberapa butiran cahaya biru muncul dan mengitari luka itu tapi tak menyembuhkannya.

Maka ia pun mencoba dengan mengambil belati milik Yeo Wool dan menggores telapak tangannya. Darah pun keluar dan ia meneteskan darah itu ke luka Yeo Wool. Butiran cahaya biru kembali muncul, kali ini lebih banyak dan menutup luka itu hingga kembali normal seperti sedia kala.

Yeo Wool pun mengetahui kalau karena Kang Chi-lah ia bisa sembuh. Kang Chi tersenyum menenangkan (dengan tangan tergenggam di belakang) namun Yeo Wool meminta Kang Chi untuk tak mengulanginya lagi, "Aku juga tak ingin melihat kau terluka."

Sejenak mereka berpandangan.

Tiba-tiba terdengar suara Tae Soo memanggil Kang Chi. Mereka menoleh dan mendapati Tae Soo berdiri dengan mata tertutup kain.

Di Chunhwagwan, Jo Gwan Woong tiba-tiba berubah pikiran dan meminta Soo Ryun agar mengirimkan Chung Jo ke kamarnya, "Malam ini, aku akan mengambilnya untuk pertama kali."

Dan Chung Jo mendengarnya. Nampan yang ia bawa terjatuh. Ia mencoba kuat di hadapan musuhnya, tapi saat sendiri, ia terduduk lemas, tak berdaya.

Di aula Moohyung, Tae Soo berlutut memohon pada Kang Chi untuk mengeluarkan adiknya dari rumah gisaeng itu secepatnya, "Kita tak tahu hal buruk apa yang akan menimpanya nanti. Kumohon padamu, Kang Chi. Kumohon selamatkanlah Chung Jo."

Tak jauh dari mereka, Yeo Wool berdiri di balik pilar, mendengar semuanya.

Episode-11.1        

Kembali saat Kang Chi menerima hadiah ayamnya dari Guru Gong Dal. Guru Gong Dal bertanya mengapa Kang Chi ingin menjadi manusia. Kang Chi berkata ia ingin kembali pada keluarganya.

"Keluarga? Keluarga yang mana?"

"Tae Soo dan Chung Jo, juga semua penghuni Penginapan Seratus Tahun," kata Kang Chi riang. "Impianku adalah hidup bersama mereka dengan bahagia seperti sebelumnya."

"Emm..bagaimana kalau mereka tidak menginginkanmu lagi? Apa yang akan kaulakukan?" tanya Guru Gong Dal. "Seperti kau yang telah berubah, bagaimana jika mereka juga berubah? Bagaimana jika mereka tidak lagi menganggapmu keluarga mereka? Apa yang akan kaulakukan? Apa kau tetap ingin menjadi manusia?"

Kang Chi terdiam mendengar pertanyaan itu.

Chung Jo shock mendengar percakapan Jo Gwan Woong dan Gisaeng Chun. Ia menjatuhkan cangkir yang dibawanya. Jo Gwan Woong berjalan keluar, tak lupa mengingatkan ia akan datang malam ini saat berjalan melewati Chung Jo. Chung Jo terpekur.

Tae Soo berlutut di hadapan Kang Chi. Ia memohon agar Kang Chi menyelamatkan Chung Jo. Kang Chi membantu Tae Soo berdiri tapi Tae Soo mencengkeram baju Kang Chi.

"Kumohon! Pergilah ke manapun juga. Sebelum aku melukaimu. Bawalah Chung Jo dan pergi jauh dari sini. Hiduplah bahagia bersama. Sebagai kakaknya, aku merestui kalian."

Yeo Wool mendengar percakapan mereka dari balik tiang. Heartbreak.....

Chung Jo masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Gisaeng Chun tidak tahu harus berkata apa. Dalam kekalutannya, Chung Jo meraih pecahan mangkuk dan mengancam hendak bunuh diri dengan mengerat pergelangan tangannya. Gisaeng Chun terkejut.

"Apakah tidak cukup aku menjadi objek hinaannya? Sekarang kau ingin aku tidur dengannya?" ujar Chung Jo. "Kau pikir aku bisa mempertahankan kewarasanku seperti itu? Aku lebih baik membunuh diriku sendiri. Daripada hidup dalam rasa malu lebih baik..."

Plak! Gisaeng Chun menampar Chung Jo.

"Pikirkan! Tidak ada yang peduli jika seorang gisaeng sepertimu mati. Jangan mimpi. Banyak orang di dunia ini yang mati lebih mengenaskan. Banyak orang yang keadaannya lebih menyesakkan daripadamu. Kukatakan lagi padamu. Kau tidak bisa mengubah apapun jika kau mati. Jadi, berhentilah berpikir untuk mati sia-sia. Pikirkan bagaimana kau bisa hidup hingga akhir. Apa kau mengerti?" kata Gisaeng Chun tegas.

Chung Jo menangis putus asa. Sebenarnya Gisaeng Chun tidak sekeras itu. Ia juga galau memikirkan nasib Chung Jo.

Yeo Wool tidak bisa berkonsentrasi melatih setelah mendengar permintaan Tae Soo pada Kang Chi. Gon dan para murid heran melihatnya.

Yeo Wool menemui Kang Chi yang sedang merenung. Saking seriusnya Kang Chi merenung, ia tidak menyadari Yeo Wool mondar-mandir di hadapannya untuk menarik perhatiannya.

Yeo Wool duduk di samping Kang Chi. Ia bertanya apa Kang Chi akan pergi. Kang Chi menoleh. Yeo Wool bertanya apakah Kang Chi akan melarikan Chung Jo seperti permintaan Tae Soo.

"Walau aku mengajaknya pergi, ia tidak akan mau. Ia bahkan tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku bahkan tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Walau aku menjelaskan, aku tidak yakin bagaimana tanggapannya."

Yeo Wool menenangkan Kang Chi, mungkin saja Chung Jo bisa menerima dengan baik.

"Entah kau setengah siluman atau tidak, dia mungkin tidak peduli dengan penampilan luarmu. Tak peduli bagaimana mata dan wajahmu berubah, di dalam kau tetap Choi Kang Chi. Dia mungkin tidak peduli. Dia mungkin bisa menerimanya. Jika ia menyukaimu...jika perasaannya tulus...hal itu mungkin saja bagi wanita."

Kang Chi tertawa geli. "Apa yang kau tahu mengenai wanita?"

"Oy, aku juga wanita," sergah Yeo Wool.

Haha...Kang Chi lupa^^  

Merasa tak enak hati ia berusaha menjelaskan kalau maksud perkataannya tadi adalah Chung Jo dan Yeo Wool tumbuh dalam lingkungan berbeda. Chung Jo dibesarkan dalam lingkungan terlindungi, jadi mungkin saja akan shock.

"Hei, tak peduli di manapun wanita dibesarkan, wanita yang jatuh cinta semuanya sama. Kau tidak tahu apa-apa," kata Yeo Wool kesal.

"Apa? Cinta? Kau tahu tentang cinta?"

"Tentu saja."

"Bagaimana kau tahu? Kau pernah jatuh cinta?"

"Kaupikir aku ini apa? Tentu saja....be...lum."

Kang Chi menertawakannya. Yeo Wool berkata memangnya orang bisa mengerti cinta hanya jika sudah pernah jatuh cinta. Cinta kan bisa dirasakan dan dikira-kira.

"Bagaimana bisa kau tahu hanya dengan mengira-ngira? Kaubelum merasakan tidak bisa tidur karena jantungmu berdebar begitu kencang. Kau belum mengalami seluruh kekhawatiranmu hilang hanya dengan melihat senyumnya. Kau belum pernah merasa hatimu hancur saat melihatnya menghela nafas kecewa. Tanpa pengalaman seperti itu, jangan bicarakan tentang cinta. Kau mengerti?"

"Baiklah, bagus untukmu. Kau pasti bangga memiliki segudang pengalaman," sindir Yeo Wool.

"Jangan khawatir, aku tidak akan pergi tanpa mengucapkan perpisahan." Kang Chi berjanji akan memberitahu Yeo Wool lebih dulu dari yang lainnya jika ia memutuskan untuk membawa Chung Jo pergi.

Yeo Wool menatap Kang Chi. Kang Chi mengolok kapan Yeo Wool bisa merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Ia mengacak-acak rambut Yeo Wool. Yeo Wool memukulnya sambil main-main. Keduanya tertawa-tawa.

Guru Dam melihat keduanya dari jauh. Ia teringat percakapannya dengan Guru Gong Dal. Guru Gong Dal awalnya tidak mau memberitahu pendapatnya mengenai Kang Chi tapi Guru Dam tahu Guru Gong Dal tidak akan membuat taruhan jika tidak tertarik pada Kang Chi. Guru Gong Dal malah balik bertanya mengapa Guru Dam tidak menyukai Kang Chi.  

Guru Dam menghela nafas. Ia mengaku ia yang membunuh ayah Kang Chi 20 tahun yang lalu. Guru Gong Dal bertanya apa Guru Dam takut Kang Chi akan membalas dendam jika tahu hal itu atau ada kekhawatiran lainnya.

Kekhawatiran Guru Dam tentu saja Yeo Wool, yang saat ini tertawa riang bersama Kang Chi. Gon menemui Guru Dam. Guru Dam berkata ia akan pergi sebentar. Selama ia pergi, ia meminta Gon yang mengurus semuanya.

Chung Jo kedatangan tamu. Gob Dan, pelayannya di Penginapan Seratus Tahun. Keduanya langsung berpelukan dan bertangis-tangisan. Chung Jo menanyakan kabar Tae Soo dan ibunya.

"Nona belum dengar?" tanya Gob Dan kaget. "Nyonya telah tiada....tapi kudengar Tuan Muda selamat."

Chung Jo menangis mendengar ibunya telah tiada.

"Tentu saja Tuan kami yang baru," kata Gob Dan. Wol Sun melihat bungkusan di lantai dan bertanya apa isinya. Gob Dan mengambil bungkusan itu dan berkata itu kiriman Jo Gwan Woong untuk Chung Jo.

Wol Sun kesal dan menyuruh gisaeng lain membuka bungkusan itu. Isinya penuh perhiasan indah. Semua kaget karena Wol Sun pun belum pernah menerima hadiah sebanyak ini.

"Dia akan menghabiskan malam dengan orang yang membunuh ayahnya, tentu saja sedikitnya ia harus menerima hadiah itu," ujar Wol Sun sinis. Chung Jo menatapnya dengan marah.

Gob Dan terkejut. Apa maksud perkataan Wol Sun? Chung Jo hanya diam.

Gob Dan memberitahu hal itu pada Ok Man dan Choi. Ia ingin tahu di mana Kang Chi. Ok Man dan Choi saling melirik, keduanya tahu di mana Kang Chi tapi tidak mau membocorkannya pada Gob Dan. Ok Man berkata ia sendiri yang akan mencari Kang Chi. Choi meminta Ok Man berhati-hati agar tidak ada yang mengikuti.

Sayangnya ini memang termasuk rencana Jo Gwan Woong. Ia memerintahkan Ninja Seo menempatkan pengawal di sekitar Chunhwagwan. Ia yakin malam ini Kang Chi akan datang ke Chunhwagwan untuk mati.

Ok Man memberitahu Kang Chi kalau Chung Jo akan menghabiskan malam bersama Jo Gwan Woong. Yeo Wool dan Gon yang juga ada di sana ikut prihatin mendengarnya. Ok Man berkata tidak ada waktu lagi, sebentar lagi matahari akan terbenam.

Kang Chi bergegas pergi tapi Yeo Wool menghalanginya. Ia merasa Jo Gwan Woong menggunakan Chung Jo sebagai umpan. Ok Man jadi kesal, apa itu artinya ia juga umpan? Ia menegaskan ia selalu berada di pihak Kang Chi.

Yeo Wool berkata mungkin saja Jo Gwan Woong menggunakan kesetiaan Ok Man. Tapi Kang Chi berkata ia tetap harus pergi walau ini memang jebakan. Chung Jo mungkin sedang menunggunya.

"Kalau begitu ayo kita pergi bersama," ujar Yeo Wool. "Jika memang ini jebakan, diatasi kita berdua akan lebih baik."

"Tidak boleh," sahut Kang Chi dan Gon berbarengan.

Yeo Wool bengong melihat keduanya.

Kang Chi berterimakasih atas perhatian Yeo Wool tapi kali ini ia tidak bisa menerima bantuan Yeo Wool. Gon mengingatkan ayah Yeo Wool sedang pergi jadi Yeo Wool harus tinggal.

"Kau dengar? Kau harus tinggal. Aku akan mendapat masalah dari Guru jika kau membantuku. Kau sebaiknya tinggal di sini. Mengerti?"

"Dengarkan perkataan Choi Kang Chi," kata Gon.

"Sejak kapan kalian berdua akur?" ujar Yeo Wool. LOL^^

Yeo Wool berkata Gon bisa tetap mengawasi sekolah walau ia tidak ada. Kang Chi dan Gon langsung protes. Tapi Yeo Wool berkata Kang Chi akan sulit melarikan Chung Jo jika memang benar ini jebakan. Kang Chi membutuhkan bantuan.

"Walau sulit, aku akan mengurusnya."

"Aku memiliki kemampuan bela diri lebih baik darimu. Aku akan menjadi bantuan, bukan bebanmu. Jadi mari kita pergi tanpa protes apapun lagi."

"Tapi Nona..."

"Aku akan pergi dengan Kang Chi. Titik!"

Kasian Gon sampe bengong dibentak Yeo Wool. Dua-duanya kalah nih sama Yeo Wool XD

Ok Man menginterupsi mereka dan bertanya apakah mereka tidak perlu memberitahu Tae Soo. Kang Chi meminta Ok Man tidak memberitahu Tae Soo untuk sekarang. Lebih baik bagi Tae Soo jika tidak tahu.

Mereka tidak tahu Tae Soo ada di depan pintu mendengar percakapan mereka. Ia ingat ancaman Jo Gwan Woong kalau Chung Jo akan menjadi korban jika Tae Soo tidak memberi informasi mengenai sekolah guru Dam dan perak 5000 nyang itu.

Tae Soo membulatkan tekadnya lalu berjalan pergi. Ia berpapasan dengan Guru Gong Dal.

"Ada apa?" tanya Guru Gong Dal. "Matamu sepertinya gelisah."

Tae Soo berbalik. Apa Guru Gong Dal tahu apa rencananya? Guur Gong Dal berkata rasa takut dan kemarahan bisa mengacaukan pertimbangan.

"Jangan biarkan itu mempengaruhimu dalam mengambil keputusan, Tae Soo."

Tae Soo tak menjawab dan berjalan pergi.

Jo Gwan Woong menaiki tandunya menuju Chunhwagwan. Chung Jo menanti malam tiba dengan cemas. Demikian juga Gisaeng Chun.

Malam tiba, para pelayan Chunhwagwan mulai menyalakan lentera. Tapi Gisaeng Chun memerintahkan mereka memadamkan semua lentera. Hari ini Chunhwagwan tidak menerima tamu, alias tutup. Seluruh Chunhwagwan harus dalam keadaan gelap. Ia juga memerintahkan Jang So menggelar tikar di depan pintu masuk.

Jo Gwan Woong tiba di depan Chunhwagwan. Ia merasa curiga dengan keadaan Chunhwagwan yang gelap gulita dan sepi. Pintu gerbang dibuka, ia melihat Gisaeng Chun duduk di tikar di halaman.

Jo Gwan Woong masuk. Para gisaeng dan pelayan mengintip tak jauh dari sana. Gisaeng Chun meminta maaf pada Jo Gwan Woong, malam ini Chunhwagwan tidak menerima tamu.

Tentu saja Jo Gwan Woong tidak terima. Ia sudah jelas-jelas mengatakan akan bermalam di sini malam ini. Apa Gisaeng Chun menentangnya?

"Dua puluh tahun lalu aku kehilangan nyawa 2 orang yang masih sangat muda karena aku tidak menentang perkataan Tuan. Apa Tuan ingat? Walau kami gisaeng, kami tetap memiliki peraturan dan prinsip. Adalah tanggungjawabku untuk mendidik dan mempertahankan mereka."

"Jadi apa rencanamu untuk menentangku?"

"Tolong tarik permintaan Tuan. Jika Tuan tidak menarik permintaan Tuan (untuk bermalam dengan Chung Jo), Chunhwagwan tidak akan menyalakan lampu."

"Jika aku tidak menarik permintaanku, apa yang akan kaulakukan?"

"Bunuh aku. Jika aku tidak bisa melindungi seorang murid di sini, bagaimana aku bisa mengemban tugas sebagai kepala gisaeng. Bunuh saja aku dan dapatkan yang Tuan inginkan. Sebelum itu, aku tidak akan membiarkan Tuan lewat."

Ehm...berani sih, tapi.....

"Apa kau benar-benar ingin dipenggal?"

"Sebagai gisaeng negara aku adalah milik negara. Jika Tuan mengambil nyawaku, Tuan mengambil milik negara dan harus mempertanggungjawabkannya."

Jo Gwan Woong menertawakan Gisaeng Chun. Jika ia membunuh Gisaeng Chun apakah itu artinya ia melakukan kejahatan besar?

"Kalau begitu bunuh aku."

Ditantang seperti itu, Jo Gwan Woong menghunus pedangnya, siap menebas Gisaeng Chun. Semua melihat dengan khawatir.

"Sudah cukup!" terdengar sebuah suara.

Semua menoleh ke atap. Kang Chi berdiri dengan tegak di sana. Ia melompat turun lalu tanpa mempedulikan Jo Gwan Woong ia menghampiri Gisaeng Chun dan berjongkok di depannya.

"Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakan kesediaanmu untuk melindungi Chung Jo. Mulai sekarang aku akan mengurus hal ini, jadi mundurlah," kata Kang Chi lembut.

Barulah ia berdiri menghadapi Jo Gwan Woong dan Ninja Seo.

"Kau lagi...Apa kau tidak berpikir kita terlalu sering bertemu?" ledeknya. "Jika kau terus menginginkan apa yang bukan milikmu, kau hanya membawa masalah bagi dirimu sendiri. Berhati-hatilah."

"Jika Chung Jo bukan milikku, apa ia milikmu?" ujar Jo Gwan Woong.

"Bagaimana kau bisa memiliki seseorang? Hati seseorang tidak bisa dimiliki seperti itu," jawab Kang Chi.  

Jo Gwan Woong memberi isyarat pada Ninja Seo. Seluruh anak buah Seo muncul dari berbagai penjuru.

Kang Chi teringat nasihat Yeo Wool agar tidak melawan dalam keadaan bagaimanapun juga. Tujuan mereka adalah menyelamatkan Chung Jo, bukan melawan Jo Gwan Woong. Ia memiliki rencana. Ia menyuruh Kang Chi melarikan diri ke restoran di pusat kota.

Ninja Seo dan anak buahnya menyerang Kang Chi. Kang Chi melakukan perkataan Yeo Wool. Ia berlari keluar. Orang-orang itu lari mengejar.

Jo Gwan Woong melirik Gisaeng Chun dengan tajam lalu pergi dari Chunhwagwan. Fiuh....

Chung Jo pelan-pelan keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Tiba-tiba seseorang membekap mulutnya. Yeo Wool. Yeo Wool meminta Chung Jo jangan takut dan memperkenalkan diri sebagai teman Kang Chi.

Kang Chi berlari ke restoran tengah kota. Para pengejarnya menyusul tak lama kemudian. Tapi anehnya mereka melihat Kang Chi berlarian di mana-mana. Sebentar di kiri, sebentar di kanan, terus berpindah-pindah. Seakan-akan Kang Chi menggandakan diri berkali-kali lipat. Para pengejarnya kebingungan. Ninja Seo memerintahkan mereka berpencar mengejar Kang Chi.

Gisaeng Chun menyuruh pelayannya menutup semua pintu. Ia berjalan ke kamar Chung Jo dan membukanya. Chung Jo tidak ada. Gisaeng Chun sangat kecewa. Ia memerintahkan agar Chung Jo ditemukan tanpa sepengatahuan gisaeng lainnya.

"Mengapa kau melarikan diri?" keluh Gisaeng Chun.

Yeo Wool dan Chung Jo berlari melewati hutan. Chung Jo terjatuh karena tidak terbiasa berlari di hutan. Yeo Wool memberinya semangat agar terus berlari karena sebentar lagi Chung Jo bisa menemui Kang Chi. Chung Jo mengangguk. Mereka bergandengan lalu kembali berlari.

Anak buah menangkap Kang Chi yang mereka kejar. Tapi ternyata mereka bukan Kang Chi. Mereka adalah murid-murid sekolah Guru Dam yang berdandan persis Kang Chi. Mereka segera melapor pada Ninja Seo.

Mereka tidak menemukan Kang Chi yang asli, padahal Kang Chi sedang mengintip mereka dari atap. Ninja Seo memerintahkan salah seorang dari mereka untuk melapor ke kantor polisi dan mengusut siapa yang bertanggung jawab dalam kasus ini. Eh, emang kasus ya? Perasaan tidak ada kejahatan yang terjadi kok >,<

Tapi mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang tidak disangka-sangka. Tae Soo. (sayangnya Kang Chi tidak melihat cukup lama hingga tidak melihat kedatangan Tae Soo)

Gon mondar-mandir di halaman sekolah menanti Yeo Wool. Guru Gong Dal menghampirinya. Gon berkata ia sedang menanti Yeo Wool. Guru Gong Dal tersenyum mengerti.

"Apa kau cemas? Mengenai Kang Chi dan Yeo Wool? Jika kau begitu cemas, mengapa kau tidak mengungkapkan dirimu lebih banyak?"

"Aku hanya...bayangan Nona Yeo Wool. Aku bisa peduli, tapi bukan aku yang memutuskan," jawab Gon.

Guru Gong Dal tertawa. Ia bertanya-tanya ke mana Guru Dam pergi.

Episode-11.2        

Kemana Guru Dam pergi? Rupanya ia menemui So Jung. So Jung sudah menunggunya di halaman. Ia bisa merasakan akan kedatangan tamu, karena itu ia menunggu di luar. Wah, enak juga ya kaya So Jung...ngga akan kemalingan ;p

Yeo Wool membawa Chung Jo ke sebuah gedung tua (sepertinya gedung tempat ia dulu menyelamatkan Kang Chi). Chung Jo menanyakan nama Yeo Wool.

"Kau tidak ingat? Aku puteri Guru Dam. Dam Yeo Wool. Dulu aku pernah bertemu denganmu di Penginapan Seratus Tahun."

Chung Jo teringat pada seorang anak perempuan yang dengan ramah menyapanya.

Terdengar pintu dibuka, para murid Guru Dam masuk. Chung Jo memalingkan wajahnya ke arah lain. Yeo Wool menanyakan keadaan mereka. Ia memuji mereka karena telah melakukan tugas dengan baik.

"Tapi di mana Kang Chi? Ia belum datang?" tanya Yeo Wool.

"Aku baru tiba," ujar Kang Chi melangkah masuk.

Mendengar suara Kang Chi, Chung Jo langsung menoleh. Ia berdiri di tempat gelap hingga Kang Chi tidak langsung melihatnya.

Yeo Wool bertanya apakah Kang Chi berhasil melarikan diri dari kejaran anak buah Jo Gwan Woong tanpa melawan mereka. Kang Chi berkata ia sudah melakukannya. Yeo Wool tersenyum.

"Di mana Chung Jo?" tanya Kang Chi.

Yeo Wool menoleh ke arah Chung Jo. Kang Chi segera menghampiri Chung Jo. Ia menanyakan keadaan Chung Jo. Chung Jo menangis melihat Kang Chi.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Kang Chi khawatir.

"Tidak. Aku sama sekali tidak baik-baik saja, Kang Chi-ah," Chung Jo menghambur memeluk Kang Chi.

Teman-teman sekolah Kang Chi berdehem dan meninggalkan mereka berdua. Eh, bertiga....Yeo Wool masih di sana.

Kang Chi memeluk Chung Jo.

"Sekarang tidak apa-apa. Kau sudah bersamaku sekarang, tidak apa-apa."

Chung Jo menangis terisak-isak. Kang Chi menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkannya. Yeo Wool melihat mereka dengan sedih.

Menjelang pagi, Gon yang masih menanti di halaman melihat Yeo Wool kembali dengan selamat. Begitu melihat Yeo Wool ia langsung tersenyum lega. Yeo Wool tersenyum pada Gon. Terus terang untuk sesaat aku berharap Gon bersama Yeo Wool saja >,<

Di belakang Yeo Wool, berbaris murid-murid sekolah, Kang Chi dan Chung Jo. Misi berhasil.

Gon membungkuk memberi hormat pada Yeo Wool. Yeo Wool berjalan melewatinya, namun ia sempat menepuk pundak Gon sambil tersenyum. Seakan memberi tahu bahwa semua baik-baik saja. Have I told you that I love this girl so much? ^^

Akhirnya Tae Soo dan Chung Jo kembali bertemu. Mereka berpelukan sambil menangis. Tae Soo menanyakan keadaan adiknya. Chung Jo berusaha mengatakan mengenai ibu mereka. Tapi Tae Soo mengangguk, ia sudah tahu.

"Kakak, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Chung Jo.

"Jangan khawatir, mulai sekarang kakak akan mengurusmu," kata Tae Soo penuh tekad.

Kang Chi berdiri di luar mendengarkan mereka. Saat ia berbalik, ia melihat Yeo Wool.

Dari adegan ini, aku merasa seperti ketika Kang Chi melihat keluarga Park bercengkerama dari jauh. Saat itu Han No berkata Kang Chi jangan berangan-angan untuk menjadi anggota keluarga Park. Kang Chi saat itu menjawab ia tahu, melihat keluarga Park dari jauh saja sudah cukup baginya. Sama seperti saat ini, walau ia menganggap dirinya keluarga Tae Soo dan Chung Jo, tapi ia tetap berdiri di luar. Ia tidak bisa masuk. Ia tetap orang luar, tak peduli betapa dirinya menginginkan menjadi keluarga mereka.

Namun ketika ia berbalik, ia melihat Yeo Wool. Walau Kang Chi belum menyadarinya saat ini, bukankah Yeo Wool adalah kesempatan bagi Kang Chi untuk mempunyai keluarga sendiri?

Guru Dam meminta So Jung mengatakan semua yang ia ketahui mengenai Kang Chi.

"Apa anak itu benar-benar bisa menjadi manusia? Apakah akan aman jika anak itu berada di tengah-tengah manusia?"

"Kau pasti mengkhawatirkan puterimu. Tapi, tidak mungkin untuk membatalkan takdir. Begitu hubungan yang ditakdirkan dimulai, tidak ada yang bisa membatalkannya."

Guru Dam merasa ini adalah karma karena ia telah membunuh Wol Ryung dan membiarkan Seo Hwa tetap hidup. Ia yang membiarkan Kang Chi dilahirkan. Ia yang memulai semuanya, termasuk takdir di antara Kang Chi dan Yeo Wool.

Ketika pulang, ia mendapati Chung Jo ada di sekolahnya. Ia marah besar. Ia memarahi Gon karena ia telah menyuruh Gon mengurus semuanya saat ia pergi.

"Ini adalah keputusanku, Ayah. Kudengar Jo Gwan Woong akan menghabiskan malam dengan Nona Chung Jo. Aku tidak bisa diam saja."

"Jadi Choi Kang Chi berulah lagi dan kau membantunya lagi?" kata Guru Dam marah.

"Ayah..."

"Kepala Gisaeng Chun seharusnya membantu Chung Jo. Ia telah berjanji padaku. Jadi mengapa kau membuat kekacauan seperti ini?!"

Yeo Wool terdiam.

"Semua ini salahku," kata Tae Soo. "Aku yang meminta Kang Chi untuk menyelamatkan Chung Jo. Semua ini karena aku. Hukum aku."

Guru Dam bertanya apa yang akan Tae Soo lakukan sekarang. Jo Gwan Woong sedang mencari Tae Soo dan sekarang Tae Soo membuat Jo Gwan Woong bertambah marah. Tae Soo tidak bisa menjawab. (padahal Jo Gwan Woong jelas tahu di mana Tae Soo dan sengaja melepasnya untuk dijadikan mata-mata di bawah pengaruh hipnotis)

"Aku akan pergi," Kang Chi muncul di hadapan mereka. "Aku akan membawa Chung Jo pergi."

Yeo Wool tidak setuju. Tapi menurut Kang Chi ini jalan yang terbaik, Dengan kepergiannya, semua orang akan selamat. Tentu saja jika Tae Soo mengijinkannya pergi dari sini membawa Chung Jo. Semua melihat ke arah Tae Soo.

Tae Soo teringat percakapannya dengan Ninja Seo semalam. Tae Soo meminta Ninja Seo tidak melibatkan sekolah Guru Dam, silakan salahkan dirinya saja dan tangkap dirinya (karena Tae Soo sebenarnya seorang buronan). Tapi Ninja Seo berkata yang ia inginkan bukanlah Tae Soo, melainkan Kang Chi.

"Jadi jika kau ingin melindungi sekolah Guru Dam dan adikmu, kau harus membawa apa yang kuinginkan. Itu baru kesepakatan yang adil."

Kang Chi menanyakan apa keputusan Tae Soo, apa ia boleh membawa Chung Jo pergi. Eh, Tae Soo ngga pake penutup mata lagi ya ~,~

Semua menanti keputusan Tae Soo. Yeo Wool memandang Tae Soo dengan penuh harap. Ia kecewa saat Tae Soo akhirnya memberi restu pada Kang Chi untuk membawa Chung Jo pergi.

Chung Jo menanti di halaman. Ia melihat patung di tengah malam dan merasa mengenali bentuknya. Itu adalah gambar naga dan panah yang tertera di botol obat pemberian Kang Chi. Dan kata-kata Yeo Wool kalau mereka pernah bertemu di Penginapan Seratus Tahun.

Kilas balik:

Yeo Wool kecil memberikan botol obat yang sama pada Chung Jo kecil. Ia meminta Chung Jo memberikan botol obat itu pada Kang Chi (yang telah terkena gigitan anjing). Tapi diam-diam Chung Jo malah membuang obat itu ke danau karena cemburu.

Dan sekarang ia melihat Kang Chi mengejar-ngejar Yeo Wool begitu keluar dari ruang pertemuan.

Kang Chi ingin berbicara dengan Yeo Wool tapi Yeo Wool tidak mau berbicara dengan Kang Chi saat ini.

"Dam-gun," panggil Kang Chi (selama ini ia tetap memanggil Dam-gun pada Yeo Wool).

"Kau berjanji akan mengatakannya padaku lebih dulu!" seru Yeo Wool marah. " Bagaimana bisa kau mendadak pergi begitu saja?! Apalagi di hadapan semua orang."

Kang Chi berkata Guru Dam telah membahayakan diri dengan melindungi Tae Soo di sini. Ia tidak bisa meminta Guru Dam melindungi Chung Jo juga.

"Jika kau pergi, ke mana kau akan pergi? Memangnya kau punya tempat tujuan?"

"Aku yakin ada tempat bagi kami berdua untuk bersembunyi."

"Kukira kau ingin menjadi manusia! Itulah sebabnya kau datang ke sini. Dan sekarang kau akan menyerah begitu saja?" sergah Yeo Wool.

"Dam-gun..."

"Sebegitu lemahnya kah keputusanmu untuk menjadi manusia?!" ujar Yeo Wool berapi-api.

Kang Chi berusaha menenangkan Yeo Wool dengan memegang tangannya.

"Lepaskan. Aku tidak mau bicara dengan orang sepertimu," Yeo Wool menepi Kang Chi lalu berbalik.

"Yeo Wool..." panggil Kang Chi sambil membalikkan Yeo Wool agar menghadapnya kembali.

Yeo Wool tercekat mendengar Kang Chi untuk pertama kalinya memanggil namanya, tanpa terasa air matanya keluar. Kang Chi terkejut melihat Yeo Wool menangis. Yeo Wool buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Ia menghapus air matanya.

"Aku minta maaf, Dam Yeo Wool. Aku minta maaf karena tidak memberitahumu lebih dulu kalau aku akan pergi. Aku juga minta maaf karena begitu mudah menyerah atas keputusan yang telah kubuat. Dan juga, terima kasih. Karena tetap berpihak padaku setelah mengetahui segala kelemahanku. Alasan aku bisa bertahan setelah kematian Tuan Park, alasan aku bisa melewati setiap keadaan yang tidak bisa kukendalikan, semua berkat kau. Aku tidak akan pernah melupakannya. Aku tidak bisa melupakannya."

Yeo Wool menangis tanpa suara. Dan saat ia tak bisa menahannya lagi, ia menutup mulutnya agar Kang Chi tidak bisa mendengar isak tangisnya.

Kang Chi mengulurkan tangannya ke pintu Yeo Wool. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu itu dan berjalan pergi.

Chung Jo melihat Kang Chi duduk merenung dengan wajah sedih. Ia bisa merasa kesedihan Kang Chi ada kaitannya dengan Yeo Wool.

Jo Gwan Woong sangat marah karena Ninja Seo lagi-lagi tidak berhasil menangkap Kang Chi. Ninja Seo meminta diberi kesempatan sekali lagi karena ia memiliki sebuah rencana. Tapi Jo Gwan Woong yang marah tidak mau mendengarnya.

Sebagai gantinya, Jo Gwan Woong memanggil Bong Chul. Bong Chul berkata ia yang paling mengenal Kang Chi di kota ini, bukankah ia yang menemukan Kang Chi sebelum ini (ketika Kang Chi menyelamatkan Tae Soo dan akhirnya berubah menjadi siluman). Jo Gwan Woong memerintahkan Bong Chul mencari dan menyingkirkan Kang Chi. Ia akan memberi hadiah besar.

Bong Chul berkata ia akan kembali setelah mengirim Kang Chi ke liang kubur. Ninja Seo kesal Tuannya memberi tanggungjawab orang lain.

Kang Chi dan Chung Jo bersiap meninggalkan sekolah. Mereka mengucapkan perpisahan pada Gon, Guru Dam, dan Guru Gong Dal. Kang Chi meminta Guru Dam menyampaikan permintaan maafnya pada Lee Soon Shin karena pergi tanpa pamit. Ia tidak akan pernah melupakan apa yang telah dilakukan Lee Soon Shin untuknya.

Kang Chi melihat sekeliling. Gon tahu Kang Chi mencari Yeo Wool. Ia berkata Yeo Wool saat ini sedang berlatih pedang. Kang Chi nampak sedih mendengarnya. Hal ini tak luput dari pengamatan Chung Jo.

Yeo Wool berlatih habis-habisan untuk mengusir kesedihannya.

Guru Dam berkata Kang Chi sebaiknya bergegas pergi agar tiba di bukit Neung Gok sebelum gelap. Kang Chi dan Chung Jo menoleh ke arah Tae Soo. Tae Soo mengangguk pada mereka. Maka pergilah Kang Chi bersama Chung Jo.

Tapi baru beberapa langkah ia menoleh ke arah gedung tempat Yeo Wool sedang berlatih.

"Aku tetap ingin mengucapkan salam perpisahan terakhirku padamu. Selamat tinggal, Dam Yeo Wool."

Guru Gong Dal berkata Kang Chi benar-benar telah pergi. Ia berharap Guru Dam tidak akan menyesali keputusannya ini nanti. Guru Dam tidak menanggapinya. Ia berjalan masuk.

"Jika aku bisa menghentikan takdir mereka, aku ingin melakukannya," ujarnya dalam hati. Takdir Kang Chi � Yeo Wool.

Lee Soon Shin marah saat mengetahui kepergian Kang Chi. Ia langsung memutuskan pergi ke sekolah Guru Dam.

Kang Chi dan Chung Jo berjalan menyusuri hutan. Melihat Chung Jo kelelahan, Kang Chi menggandeng tangannya lalu tersenyum.

Mereka tak menyadari Bong Chul dan anak buahnya sudah menanti mereka. Demikian juga Ninja Seo dan anak buahnya. Ninja Seo menyuruh Bong Chul dan anak buahnya mendahului Kang Chi ke Bukit Neung Gok.

Setelah kepergian mereka, Ninja Seo menoleh.

"Kerja bagus. Kau banyak membantu kami," katanya pada seseorang.

Tae Soo.

Ia berkata ia telah memberikan Kang Chi pada mereka, jadi mereka harus menyerahkan Chung Jo padanya. Ninja Seo menghampirinya lalu mengulurkan pedang.

"Pergilah bersama mereka dan bunuh Choi Kang Chi dengan tanganmu sendiri. Jika kau melakukannya, aku akan langsung menyerahkan adikmu saat itu juga."

Tae Soo mengambil pedang itu. Ninja Seo merasa puas dan mengingatkan agar Tae Soo melepas gelang Kang Chi terlebih dulu sebelum membunuhnya.

Tae Soo memandang pedang di tangannya sambil berurai air mata. Teringat perkataan Ninja Seo bahwa Chung Jo akan segera dinodai pria lain di Chunhwagwan walaupun bukan oleh Jo Gwan Woong. Jika Chung Jo melarikan diri bersama Kang Chi, keduanya berarti buronan dan harus hidup bersembunyi seumur hidupnya. Jika tertangkap, Chung Jo akan dipenggal. Ia menyuruh Tae Soo memutuskan apakah ia akan membiarkan Chung Jo hidup seperti itu atau menyerahkan Choi Kang Chi.

Perkataan Ninja Seo itulah yang membuat Tae Soo akhirnya mengkhianati Kang Chi. Bagi Tae Soo, ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Chung Jo. Sigh....

Ninja Seo memerintahkan anak buahnya menanti di bawah bukit. Setelah Bong Chul dan anak buahnya melakukan perkerjaan mereka, mereka harus dibunuh.

Yeo Wool keluar dari tempatnya berlatih. Gon bertanya Yeo Wool hendak pergi ke mana.

"Aku pasti sudah gila. Tidak seharusnya aku membiarkannya pergi seperti itu. Seharusnya aku mengucapkan salam perpisahan padanya," kata Yeo Wool menyesal. Ia berkata jika ia menyusul mereka sekarang, ia pasti akan tiba saat malam hari.

"Nona akan mengikuti mereka lalu apa selanjutnya? Dia telah memiliki wanita lain," kata Gon pelan.

"Aku tidak akan melakukan apapun," kata Yeo Wool menahan tangisnya. "Aku hanya ingin mengucapkan selamat berpisah. Aku ingin mengharapkan ia dapat hidup dengan baik. Aku hanya ingin mengatakan itu."

Kang Chi dan Chung Jo duduk beristirahat. Chung Jo berkata sejak mereka pergi dari sekolah Guru Dam, Kang Chi belum mengatakan sepatah katapun padanya. Kang Chi malah tidak menyadarinya. Ia berkata ia sedang banyak pikiran untuk hari-hari mendatang.

"Apa aku menjadi beban bagimu?" tanya Chung Jo.

"Apa maksudmu? Beban? Kau orang yang harus kulindungi," kata Kang Chi kaget.

Chung Jo membaringkan kepalanya di pundak Kang Chi.

"Aku tidak tahu, aku hanya merasa sepertinya kau telah berubah. Kau seperti berubah menjadi orang lain dan terasa jauh."

Kang Chi melihat gelangnya. Ia mengira Chung Jo merasa seperti itu karena bisa merasakan dirinya telah berubah. Padahal menurutku, yang dimaksud Chung Jo lebih ke arah Yeo Wool. Dulu Chung Jo adalah pusat hidup Kang Chi dan sekarang mungkin ia merasa tidak seperti itu lagi.

Kang Chi teringat pada kata-kata Yeo Wool bahwa Chung Jo mungkin bisa menerima dirinya apa adanya. Walau berbeda penampilan luar, di dalam tetaplah Choi Kang Chi. Kang Chi merangkul pundak Chung Jo.

"Sebenarnya Chung Jo-ya...ada yang ingin kukatakan padamu. Sebelum itu, aku ingin memberitahumu hal ini. Aku akan melakukan apapun untukmu. Melindungimu dan bahkan menyerahkan nyawaku. Kau tahu, kan?"

Chung Jo bertanya sebenarnya apa yang hendak Kang Chi katakan.

"Aku...aku menemukan siapa orang tuaku yang sebenarnya."

"Orang tuamu yang sebenarnya? Orang tua kandung?

"Sebenarnya....ayahku...ayahku..."

Belum sempat Kang Chi meneruskan, Bong Chul telah muncul di hadapan mereka. Dalam sekejap mata mereka telah dikepung anak buah Bong Chul. Bong Chul berkata ia diutus Jo Gwan Woong untuk membunuh Kang Chi dan telah bersusah payah mengumpul pemburu buronan di daerah Selatan ini.

"Tangkap dia!!" seru Bong Chul.

Para pemburu itu melemparkan rantai dan mengikat Kang Chi. Sama seperti yang terjadi pada ayahnya 20 tahun lalu.

"Kang Chi!" seru Chung Jo. Ia hendak menghampiri Kang Chi tapi Chung Jo dipegangi oleh orang-orang itu.

Namun yang paling membuat Kang Chi terkejut adalah kemunculan Tae Soo.

"Kakak..." panggil Chung Jo.

"Tae Soo..."

"Aku datang untuk membunuhmu, Kang Chi."

Chung Jo terkejut. Kang Chi menatap Tae Soo tak percaya. Masih terngiang percakapannya dengan Guru Gong Dal.

"Bagaimana jika mereka tidak lagi menginginkanmu? Apa yang akan kaulakukan? Seperti kau telah berubah, bagaimana jika mereka juga berubah dan tidak lagi menganggapmu keluarga?"

"Tidak akan terjadi. Tae Soo dan Chung Jo tidak akan mengkhianatiku," jawab Kang Chi sambil tersenyum.

"Tapi Kang Chi.....manusia jauh lebih lemah dari yang kaupikirkan. Karena mereka lemah, seringkali mereka menjadi kejam..." nasihat Guru Gong Dal waktu itu.

"Tae Soo...kenapa?" tanyanya

"Chung Jo adalah keluargaku satu-satunya. Untuk melindunginya, aku tidak punya pilihan lain."

"Apa?" Kang Chi sangat terpukul.

"Maafkan aku, Kang Chi," Tae Soo menghampiri Kang Chi.

Ia meraih gelang Kang Chi. Kang Chi sangat ketakutan.

"Tae Soo, jangan!! Kumohon..."

Bong Chul melihat dengan curiga, sementara Chung Jo bingung dengan sikap kakaknya.

Tae Soo melepas gelang Kang Chi.

"TIDAAAAK!!!" seru Kang Chi.

Episode-12.1        

Di kediaman Biksu So Jung, Guru Dam bertanya apakah aman jika Kang Chi berada di sekitar manusia? Biksu So Jung tahu apa yang sebenarnya dikhawatirkan Guru Dam, "Aku tahu kau pasti mengkhawatirkan putrimu. Aku sudah memintanya untuk menghindar jika memungkinkan. Salah satu dari mereka mungkin akan mati, jadi ia harus menghindari takdir mereka."

"Tapi tak mungkin jika membatalkan takdir. Ketika takdir itu terjadi, tak seorang pun dapat membatalkannya," kata Biksu So Jung, "Ini adalah sesuatu yang tak dapat dihentikan."

Guru Dam terkejut mendengar akibat dari takdir ini, "Salah satu dari mereka mungkin akan mati?"

Kang Chi menatap panik saat Tae Soo menarik gelangnya, "Jangan Tae Soo-ya.. Kumohon.. Jangannn!!"

Namun terlambat karena Tae Soo sudah menarik gelang tersebut. Dan Bong Chul pun memukul perut Kang Chi hingga terjatuh. Angin mulai bertiup kencang.

Di bagian hutan yang lain, Yeo Wool merasa mendengar sesuatu walau Gon tak mendengarnya.

Setelah beberapa saat, angin pun mereda namun digantikan dengan suara auman dan rantai yang mengikat Kang Chi tiba-tiba patah. Bong Chul dan kroninya menatap sosok Kang Chi sekarang dengan ketakutan.

Tae Soo dan Cung Jo pun tersentak saat melihat mata hijau kang Chi dan wujud Kang Chi yang baru.

Bong Chul mencoba menyerang Kang Chi dari belakang, begitu pula Tae Soo. Namun dengan mudah Kang Chi menangkap tombak Bong Chul dan menahan pedang Tae Soo dengan menggunakan cakarnya. Dan cakar itu melukai dada Tae Soo. Tae Soo pun terjatuh.

Melihat Tae Soo tersungkur, Kang Chi seakan tersadar. Ia menatap cakarnya dan mencoba mendekati Tae Soo. Tapi Chung Jo yang sudah ketakutan malah melemparinya dengan batu dan berteriak memintanya untuk tidak mendekat. Semakin panik, Chung Jo pun pingsan.

Kang Chi mendekati Chung Jo tapi tak berani menyentuh karena cakar yang dimiliknya. Ia mengaum dan  meluapkan emosinya pada gerombolan Bong Chul yang menyerangnya.

Yeo Wool dan Gon mendengar auman Kang Chi. Begitu pula dengan kelompok Pengawal Seo. Mereka pun segera menuju arah suara itu.Dan Yeo Wool menemukan komplotan Bong Chul sudah terkapar dan berdarah. Gon menemukan gelang Kang Chi dan menyimpulkan kalau Kang Chi pasti menjadi buas lagi dan Chung Jo pun menghilang.

Mereka tak mengetahui kalau Tae Soo juga berada di tempat kejadian karena Tae Soo sudah melarikan diri walau dadanya berdarah.

Laksamana Lee Soon Shin menemui Guru Dam dan bertanya mengapa Kang Chi pergi. Guru Dam menjawab kalau ia tak mampu menjaga Kang Chi. Komandan Lee tak percaya pada ucapan Guru Dam, "Bukannya kau tak mampu, tapi kau memang tak mau. Apa kau tak tahu apa yang kurasakan pada Kang Chi?"

Guru Dam mengalihkan pandangannya, tak menjawab pertanyaan Komandan Lee. Tiba-tiba salah satu murid muncul dan memberitahu laporan terbaru yaitu para pengawal Jo Gwan Woong sedang menuju Bukit Neung Gok.

Komandan Lee Soon Shin kaget karena tahu kalau Kang Chi pun melewati bukit itu. Guru Dam pun menyuruh muridnya untuk mencari Gon, tapi murid itu menjawab kalau Gon juga tak ada di tempat.

Saat melakukan pencarian, Yeo Wool dan Gon hampir saja berpapasan dengan rombongan Pengawal Seo. Untung mereka sempat bersembunyi. Namun kecurigaan mereka pun muncul. Darimana Pengawal Seo tahu kalau Kang Chi melewati bukit Neung Gok ini?

Yeo Wool menatap gelang yang ia pegang dan memutuskan kalau mereka segera menemukan Kang Chi (dan memasangkan gelang itu sehingga Kang Chi menjadi manusia lagi). Dan ia bisa menduga kemana Kang Chi pergi.

Dugaan Yeo Wool benar karena Kang Chi pergi ke Taman Cahaya Bulan dengan membawa Chung Jo yang pingsan. Chung Jo yang sadar dari pingsannya, terkejut melihat tempat asing itu. Melihat Kang Chi yang masih berubah wujud, Chung Jo pun bertanya apakah Kang Chi bukan manusia?

Kang Chi meminta maaf karena menunjukkan wujud lainnya pada Chung Jo. Chung Jo menatap Kang Chi tak percaya dan bertanya bagaimana dengan Tae Soo? Dimanakah kakaknya? Kang Chi tak dapat menjawab, membuat Chung Jo terbata-bata bertanya apakah Kang Chi membunuh kakaknya?

Chung Jo shock melihat Kang Chi tak dapat menjawab pertanyaannya. Melihat Kang Chi malah mendekatinya, ia malah semakin ketakutan. Ia pun berlari meninggalkan goa, meninggalkan Kang Chi yang masih termangu.

Setibanya di luar, Chung Jo terkejut melihat tempat asing itu. Namun ia lebih takut lagi saat mendengar teriakan Kang Chi yang membahana dari dalam goa. Tanpa pikir panjang, Chung Jo pun berlari meninggalkan tempat itu.

Yeo Wool berlari menuju taman cahaya bulan, sementara Chung Jo berlari meninggalkan tempat itu. Rombongan Pengawal Seo juga berlari mencari-cari.

Yeo Wool bingung mencari taman yang dulu pernah ia singgahi saat ia mengikuti Kang Chi yang berubah wujud pertama kali. Tapi ia tak dapat menemukannya. Gon mengatakan kalau mereka hanya berputar-putar di tempat yang sama.

Chung Jo terjatuh dan terkesiap ketakutan melihat Pengawal Seo yang menemukannya. Ia mencoba melarikan diri, tapi para pengawal itu mengepungnya.

Soo Ryun memutuskan kalau mereka harus segera menemukan Chung Jo karena semakin lama Chung Jo menghilang akan semakin berbahaya bagi gadis itu. Dan ia semakin khawatir mendengar para pengawal Jo Gwan Woong pergi ke gunung.

Ternyata tak hanya para pengawalnya, Jo Gwan Woong sendiri juga pergi ke gunung dan terkejut melihat luka yang diderita Bong Chul dan anak buahnya karena Kang Chi. Apalagi Bong Chul juga memberitahu kalau mata Kang Chi berubah menjadi hewan saat gelangnya dicopot oleh Tae Soo.

Jo Gwan Woong langsung teringat pada Wol Ryung dan Seo Hwa yang muntah. Ciri-ciri Wol Ryung pun juga sama seperti penjelasan Bong Chul. Sangat kuat dan tak tergoyahkan walau diserang banyak orang.

Pengawal Seo pun menduga hal yang sama, karena waktu kejadian itu hampir bersamaan dengan umur Kang Chi, 20 tahun yang lalu.

Mengetahui hal ini, Jo Gwan Woong pun sangat geram. Ia pun bertanya pada Chung Jo untuk memberitahukan keberadaan Kang Chi. Chung Jo tak tahu dimana Kang Chi, dan hal itu dibenarkan oleh pengawal Seo karena ia menemukan Chung Jo tersesat di hutan.

Pengawal Jo Gwan Woong membawa seseorang yang sangat mengagetkan Chung Jo. Kakaknya, Tae Soo. Ia mencoba menghampiri kakaknya, tapi para pengawal itu memeganginya juga memegangi Tae Soo.

Tae Soo memohon pada Jo Gwan Woong agar ia melepaskan Chung Jo. Tapi Jo Gwan Woong malah menendangnya, "Aku tak membutuhkanmu! Serahkan dia kepada polisi!"

Chung Jo meminta agar kakaknya dilepaskan. Jo Gwan Woong mau asal Chung Jo memberitahukan letak persembunyian Kang Chi. Tapi Chung Jo memang benar-benar tak tahu karena semua tempat di dalam hutan itu kelihatan sama.

Maka keputusan Jo Gwan Woong sudah final. Ia menyuruh Pengawal Seo untuk menyerahkan Tae Soo pada aparat polisi  dan ia akan pergi ke suatu tempat. Pengawal Seo bertanya tentang nasib Chung Jo. Jo Gwang Woong menyuruh untuk membawa gadis itu ke penginapan.

Sedangkan Bong Chul dan kroninya? Chung Jo menatap horror saat melihat para pengawal Jo Gwan Woong mulai membunuhi mereka satu per satu.

Jo Gwan Woong ternyata pergi ke Moo Hyung Do dan mengamati patung naga yang mengigit tombak . Guru Dam datang dan mereka pun bertukar sapa atau lebih tepatnya sindiran. Guru Dam bertanya apa yang keperluan Jo Gwan Woong kemari.

Jo Gwan Woong mendekat dan bertanya alasan Guru Dam yang tak membunuh Seo Hwa 20 tahun yang lalu, "Bukannya membunuhnya, mengapa kau malah membiarkannya melahirkkan?"

"Aku tak akan pernah melakukan kekerasan pada orang yang lemah," jawab Guru Dam.

"Jadi itukah alasanmu yang membiarkan seorang monster lahir?" tanya Jo Gwan Woong lagi, "Aku sedang membicarakan Choi Kang Chi."

Melihat Guru Dam terdiam saja sudah menguatkan Jo Gwan Woong kalau dugaannya benar, Kang Chi adalah anak Seo Hwa. Guru Dam tak mau menjawab dan meminta Jo Gwan Woong pergi.

Tapi Jo Gwan Woong malah menahan bahu Guru Dam, "Mengapa kau malah menjaganya? Kau yang telah membunuh ayahnya. Apa rencanamu?"

Guru Dam tetap tak menjawab. Para murid langsung mencabut pedangnya, menyuruh Jo Gwan Woong untuk menyingkirkan tangannya. Tapi pihak lawan juga mencabut pedangnya. Guru Dam meminta murid-muridnya untuk menurunkan pedangnya dan berbalik pada Jo Gwan Woong, "Pergilah sekarang!"

"Aku tahu kalau kau sedang merencanakan sesuatu dengan Laksamana. Buktinya kau mengambil semua perak dan menaruh orang untuk mengawasi di pegunungan. Mencurigakan. Jika kau berkomplot dengan Laksamana untuk melakukan sesuatu, aku tak akan duduk diam saja," ancam Jo Gwan Woong.

Menanggapi ancaman itu, Guru Dam malah menyuruh muridnya, "Jin Sung, segera lemparkan garam!"

Ha. Jo Gwan Woong kesal dikatai seperti itu, yang artinya adalah mengusir hal-hal yang jahat. Jadi yang makhluk jahat bukannya Kang Chi tapi dirinya? Ia segera maju untuk mengejar Guru Dam, tapi kali ini para murid tak membiarkan. Mereka segera menghunus pedang ke arah lawan. Jo Gwan Woong geram dan berjanji akan membalas Guru Dam yang memperlakukannya seperti ini.

Ternyata Laksamana Lee masih berada di Moo Hyung Do dan Guru Dam memintanya untuk menginap malam ini karena khawatir kalau ada orang Jo Gwan Woong yang mengawasi sekolah ini.

Yeo Wool memandangi gelang Kang Chi dan berkata pada Gon kalau ia mengkhawatirkan Kang Chi yang mungkin sekarang mengalami kesulitan karena kehilangan gelang.

Di dalam goa, Kang Chi duduk terpekur, mengingat reaksi Chung Jo saat melihat wujud aslinya. Ia pun segera bangkit dan teringat akan gelangnya yang hilang.

Ia pun pergi ke hutan, ke tempat yang tadi ia tinggalkan. Hanya ada Bong Chul dan komplotannya yang terkapar. Ia mulai mencari-cari gelang itu tapi tak ketemu. Ia pun mengendus-endus dan menyimpulkan, "Yeo Woo!"

Ia pun segera berlari meninggalkan tempat itu. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar rintihan orang minta tolong. Bong Chul.

Ternyata Bong Chul masih hidup walau nyawanya sudah di ujung dan memohon pada Kang Chi agar menyelamatkannya. Kang Chi menggeram, tak mau, "Kau tadi ingin membunuhku. Kenapa juga aku harus menyelamatkanmu?" Bong Chul meminta maaf, tapi Kang Chi tak tergerak, "Kau sering mengambil uang dari orang kecil. Jadi lebih baik kalau kau mati saja."

Bong Chul merintih dan memohon lagi untuk menyelamatkannya kali ini saja. Kang Chi terdiam dan ia pun berbalik. Ia menghunus belati di pinggang Bong Chul membuat Bong Chul berteriak ketakutan.

Di dalam ruangan, Laksamana Lee mengisi waktu dengan menulis sebuah puisi.

Kang Chi mengendap-endap masuk ke halaman Moo Hyung Do. Tapi sayang, sebelum ia sampai ke dalam bangunan, salah satu murid memergokinya. Kang Chi buru-buru membungkuk, menyembunyikan wajahnya. Tapi para murid sudah mengepungnya dan meminta ia menunjukkan identitas dirinya.

Kang Chi terdiam, namun karena tak ada cara lain, maka perlahan-lahan ia pun mendongak. Semuanya terkesiap kaget dan ketakutan melihat wujud Kang Chi yang sekarang.

Guru Dam muncul mendengar suara keributan itu. Melihat wujud Kang Chi sekarang, ia teringat pada wujud asli Wol Ryung.  Ia mendekati Kang Chi dan menyapanya, "Kau kelihatan sedang tak baik. Kenapa kau datang kemari dengan kelihatan sangat menakutkan?"

Kang Chi meminta bertemu dengan Yeo Wool. Tapi Guru Dam tak mengijinkannya pergi menemui Yeo Wool dengan wujudnya sekarang. Kang Chi berteriak marah, "Aku butuh untuk bertemu dengannya sekarang!"

Salah satu murid tiba-tiba menyerang Kang Chi yang dengan mudah langsung dijatuhkan. Ia mencekik leher murid itu dan menyuruh yang lainnya untuk mundur, "Jika ada yang mencoba untuk membunuhku, aku akan membunuh kalian juga!"

Guru Dam meminta Kang Chi untuk melepaskan orang itu, tapi Kang Chi tak mau karena orang itu mencoba melukainya terlebih dulu dan ia tak memiliki pilihan lain.

Guru Dam pun menghela nafas, "Aku juga tak memiliki pilihan lain, dan aku harus membunuhmu." Ia pun menggenggam gagang pedangnya, berniat menghunusnya hingga terdengar suara, "Jangan, ayah!"

Yeo Wool berlari menghampiri ayahnya, memohon agar tak melukai Kang Chi. Tapi Guru Dam menyuruh Yeo Wool untuk tak ikut campur, "Dia bukanlah manusia sekarang. Minggirlah!"

"Aku tak mau!" ujar Yeo Wool keras, mengagetkan Kang Chi apalagi ayahnya. "Ayah sendiri yang mengatakan kalau tak ada orang jahat di dunia ini, yang ada hanyalah situasi yang buruk. Kang Chi juga seperti itu. Ia berubah seperti ini bukan karena ia jahat. Ia sedang berada di situasi yang buruk. Ayah sendiri juga mengetahuinya."

Guru Dam mencoba menyela, tapi Yeo Wool tetap melanjutkan, "Jadi kumohon, turunkan pedang ayah kembali. Kang Chi tak bersalah. Ini bukan salahnya!"

Kang Chi terpana melihat sikap Yeo Wool. Perlahan-lahan tangannya melepaskan leher yang ia cekik.

Tapi Guru Dam tetap memegang gagang pedang, bersiap mencabutnya, "Ini adalah perintah dari gurumu! Aku menyuruhmu untuk  menyingkir!"

Yeo Wool menatap ayahnya lama. Dan ia pun telah mengambil keputusan.

Ia berbalik dan berdiri di samping Kang Chi.

Dan memegang tangan itu. Tanpa menoleh dan tetap memandang ayahnya, ia menggenggam tangan Kang Chi yang bercakar.

Semua terkejut, bahkan Kang Chi pun tak dapat menyembunyikan rasa kagetnya. Namun Yeo Wool tetap menatap ayahnya dan menggenggam tangan Kang Chi semakin erat sambil berkata, "Tidak. Aku tak akan pernah menyingkir."

Kang Chi menatap Yeo Wool. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya, tapi perasaan itu bukanlah marah ataupun benci. Karena perlahan-lahan wujud Kang Chi pun berubah dan cakarnya menghilang.

Para murid berteriak kaget melihat perubahan Kang Chi. Gon pun melihat perubahan itu. Ayahnya menghela nafas melihat Yeo Wool mengalihkan pandangan darinya ke arah Kang Chi yang tersenyum pada putrinya.

Dan terngiang kembali ucapan Biksu So Jung malam itu. Ketika takdir itu terjadi, tak ada seorang pun yang dapat membatalkan takdir itu Ini bukanlah sesuatu yang dapat dihentikan."

Guru Dam melepaskan tangan dari gagang pedangnya. Dan hanya bisa menghela nafas.

Episode-12.2        

Dengan lesu, Guru Dam kembali ke ruangannya. Lagi-lagi ia hanya bisa menghela nafas.

Kang Chi duduk menghadap Laksamana Lee.

Laksamana Lee yang tadi menyaksikan apa yang terjadi di halaman sekarang menatap gelang yang sekarang melingkar di tangan Kang Chi. Dengan tenang,  ia bertanya tentang orang yang pergi bersamamanya sebelum ini.

Kang Chi menjawab dengan getir, "Dia melihat wujud saya yang sebenarnya dan melarikan diri."

"Apakah karena itu alasan matamu memancarkan kebencian dan darah?" tanya Laksamana Lee lagi.

"Orang yang saya anggap sebagai saudara sendiri, mengkhianati saya. Orang yang sangat saya cintai, melempari saya dengan batu. Mereka yang saya percayai sebagai satu-satunya keluarga, menolak saya."

Menurut Laksamana Lee, orang yang paling dicintai biasanya yang akan paling menyakiti, "Kau terluka karena kau mencintai dan menyayangi mereka."

Kang Chi menceritakan bagaimana Chung Jo mengatainya monster. Laksamana Lee mencoba membesarkan hati Kang Chi kalau tidaklah penting anggapan orang pada dirinya, tapi yang penting adalah bagaimana Kang Chi memandang diri sendiri. Tapi bagi Kang Chi, bagaimanapun juga ia sudah bukan manusia lagi. Ia hanya separuh manusia.

Laksamana Lee mengerti maksud Kang Chi dan ia pun bertanya bagaimana hidup yang diinginkan Kang Chi sekarang? Kang Chi tak tahu karena ia hanya makhluk setengah ini dan setengah itu. Maka Laksamana Lee mengatakan, "Seorang pria butuh teman untuk berbagi impian, butuh wanita untuk berbagi hati, dan membutuhkan negara untuk diabdi dengan segenap hati. Itulah hidup terbaik yang bisa dilakukan oleh seseorang."

Tapi Kang Chi yang sudah putus asa mengatakan kalau tak ada yang mau membagi hati untuknya, "Darah gaib kotor mengalir di dalam tubuh saya."

Dengan suara perlahan, Laksamana Lee mengingatkan Kang Chi kalau di luar sana banyak manusia yang bertingkah lebih buruk dari binatang, "Yang menentukan dirimu manusia bukanlah darah yang mengalir di tubuhmu, tapi kemauan dan keputusanmu untuk hidup dengan baik."

Kang Chi berkaca-kaca mendengar ucapan Laksamana Lee yang juga melontarkan pertanyaan yang sama sekali lagi, "Sekarang...,  bagaimana hidup yang kau inginkan? Kau ingin hidup sebagai apa?"

Di luar Yeo Wool menunggu Kang Chi dengan cemas. Dan saat ia melihat kemunculan Kang Chi, Yeo Wool langsung memberondongnya dengan pertanyaan, "Apa yang terjadi? Apa yang dikatakan Laksamana Lee? Apakah beliau marah? Separah itu?"

Kang Chi tak menjawab, hanya menatap Yeo Wool dan malah bertanya, "Mengapa.. mengapa kau sangat baik padaku?"

Yeo Wool pun bingung menjawabnya, "Itu karena.. aku hanya ingin melakukan segala yang bisa kulakukan untukmu." Kang Chi tertegun mendengar jawaban Yeo Wool yang kemudian melanjutkan, "Karena itulah keinginanku."

Kang Chi teringat jawaban yang ia berikan pada Laksamana Lee sebelumnya, yaitu, "Saya ingin menjadi manusia. Bukan separuh manusia seperti ini, tapi seutuhnya. Saya ingin menjadi manusia."

Kang Chi menangis terisak-isak dan Laksamana Lee pun trenyuh, matanya ikut berkaca-kaca. Perlahan ia mengambil tangan Kang Chi dan menggenggamnya lembut, yang malah membuat Kang Chi semakin tersedu-sedu.

Di hutan, Bong Chul tersadar dan melihat kalau tak ada luka di leher dan perutnya. Hanya baju yang robek dan tangan berlumuran darah saja yang membuktikan kalau ia pernah terluka. Dan ia teringat bagaimana Kang Chi menarik belatinnya untuk mengiris tangannya sendiri dan mengucurkan darah di sekitar lukanya.

Saat itu Bong Chul bingung akan tindakan Kang Chi, tapi Kang Chi pun juga bingung mengapa ia mau melakukan hal ini pada orang seperti Bong Chul. Ia hanya dapat menghela nafas, "Aku pernah melakukan hal ini untuk menyelamatkan seseorang. Aku ingin tahu apakah cara ini juga manjur bagimu."

Dan Bong Chul terbelalak melihat butiran cahaya biru mulai muncul dan hinggap di lukanya. Saking terkejutnya, ia malah pingsan.

Sekarang, di malam hari, Bong Chul terkejut menyadari kalau Kang Chi tak hanya menyembuhkannya tapi juga membuatkan api unggun untuknya. Ia hanya bisa mengumpat, bersyukur dengan setengah menangis dan setengah tertawa.

Chung Jo yang sudah didandani, dibawa di kamar Jo Gwan Woong  yang menyuruh gadis itu untuk menuangkan anggur untuknya. Chung Jo menolaknya mentah-mentah, tapi Jo Gwan Woong mengingatkan tentang Tae Soo dan ia akan memutuskan nasib kakaknya dari sikap yang ditunjukkan oleh Chung Jo.

Dengan menahan geram, Chung Jo mengangkat poci minuman itu. Tapi Jo Gwan Woong malah meletakkan gelasnya dan menarik Chung Jo dan berkata, "Jadilah milikku dan aku juga akan menjadi milikmu."

Chung Jo memilih mati daripada diperlakukan seperti ini oleh orang yang membunuh kedua orangtuanya. Tapi Jo Gwan Woong mulai bermain kata dan mengatakan kalau orang tuanya tak mempertaruhkan nyawanya untuk Chung Jo, melainkan untuk Kang Chi dan ibunya meninggalkannya dengan membuang nyawanya sendiri, "Siapa yang akan melindungimu selain dirimu sendiri?"

Ughh.. the worst part of this drama. I hate him who said that in order to live she must threw away everything she can and enjoyed everything she can. And no. I wont transcribe more of his disgusting words.

Chung Jo ketakutan dan meminta Jo Gwan Woong untuk melepaskannya. Tapi sia-sia.

Sebuah bunga jatuh sebagai simbol apa yang terjadi malam itu. Dan Tae Soo pun juga tersentak kaget, merasakan firasat buruk di dalam selnya.

Keesokan paginya, Yeo Wool mengintip ke dalam ruang kerja ayahnya dengan penuh was-was. Tapi ia memasang wajah paling ceria saat masuk ke dalam ruangan dan menyapa ayahnya, "Selamat pagi ayahanda.."

Guru Dam tak menjawab, masih menekuni dokumen di hadapannya. Dan Yeo Wool pun menyapanya lagi, "Ayah bangun pagi-pagi sekali. Apakah ayah sudah sarapan?"

Tapi Guru Dam malah mengambil satu dokumen lagi dan benar-benar mengacuhkan putrinya, hingga Yeo Wool harus merengek memanggilnya, "Ayah..."

"Kenapa?" tanya Guru Dam ketus, dan Yeo Wool pun juga menyadarinya apalagi mendengar lanjutannya, "Kang Chi bukanlah orang yang dapat kau tangani. Ia bukanlah orang yang dapat memiliki hubungan dengan seorang manusia."

Yeo Wool optimis kalau Kang Chi dapat memperoleh Buku Keluarga Gu, maka Kang Chi dapat menjadi manusia, "Jika ia menjadi manusia, maka takdirnya juga akan berubah dan ramalan biksu itu juga akan berubah, kan?"

Guru Dam mencoba menyela, tapi Yeo Wool tetap mengungkapkan apa yang ia yakini, "Takut akan masa depan yang bahkan belum ada. Aku tak ingin hidup menghindari masa kini yang ada di hadapanku. Aku ingin menghadapinya dengan penuh percaya diri.  Ayah yang mengajariku untuk hidup seperti ini. Benar kan, ayah?"

Lagi-lagi Guru Dam hanya bisa menghela nafas.

Sementara itu Kang Chi masih duduk diam di kamar, sepertinya tak tidur sepanjang malam. Ia memandangi gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Dan bagaimana tangannya itu digenggam oleh Yeo Wool tanpa ragu sedikitpun. Dan Jawaban Yeo Wool masih terngiang-ngiang di benaknya : Aku hanya ingin melakukan segala yang kubisa untukmu. Karena itulah keinginanku.

Seakan tanpa jiwa, Chung Jo memakai bajunya lagi. Namun ia tak dapat menutupi kecemasannya saat mendengar pengawal berkata kalau ia membawa Tae Soo ke hadapan Jo Gwan Woong.

Ughh.. kejam dan licik. Chung Jo menatap jijik pada Jo Gwan Woong, tapi Jo Gwan Woong dengan santai mengatakan kalau Chung Jo tak perlu malu karena Chung Jo telah menyelamatkan nyawa kakaknya. Chung Jo tak menjawab dan beranjak pergi.

Tapi terlambat, karena Tae Soo sudah dibawa masuk. Betapa kaget luar biasa Tae Soo melihat Chung Jo yang ada di kamar Jo Gwan Woong dan berpenampilan acak-acakan. Chung Jo hanya bisa menyapa kakaknya dengan pedih.

Rasanya ingin membungkam mulut Jo Gwan Woong yang menyuruh Tae Soo berterima kasih pada adiknya karena telah diselamatkan. Tae Soo menangis dan bertanya apakah ucapan itu benar? Chung Jo tak tahan  dan tak tega melihat wajah kakaknya. Ia pun segera berlari pergi.

Tae Soo berteriak marah dan mencabut pedang yang dipegang oleh salah satu pengawal, menyerang semua orang yang ada di hadapannya. Tujuannya hanya satu. Membunuh Jo Gwan Woong.

Tapi Jo Gwan Woong tenang dan tetap berbaring di tempatnya. Saat Tae Soo sudah hampir mendekatinya, Pengawal Seo memukul Tae Soo dari belakang dan menelikungnya. Tae Soo tetap berteriak, bersumpah akan membunuh Jo Gwan Woong. Sementara Jo Gwan Woong sendiri hanya berdecak meremehkan Tae Soo yang hanya bisa berteriak-teriak.

Dan sekali lagi, Jo Gwan Woong menyuruh Tae Soo untuk mencari informasi tentang penggunaan perak Tuan Park dan mengancam Tae Soo dengan keselamatan adiknya.

Jo Gwan Woong pun bangkit meninggalkan Tae Soo yang hanya bisa berteriak, menangis sedih melihat dua bantal tergeletak di atas tempat tidur itu.

Chung Jo kembali ke Chunhwagwan. Para gisaeng yang sedang duduk-duduk langsung menghadang Chung Jo dan mengatakan kalau Chung Jo sangat berani datang setelah kabur kemarin.

Chung Jo tak menjawab. Ia malah berbalik menghadap mereka dan dengan dingin bertanya pada Wol Sun, "Kau dulu pernah berkata kalau hidupku akan berkembang lagi seperti bunga musim semi? Jika hal itu terjadi, apa yang akan terjadi pada gisaeng terbaik di Chunhwagwan ini?"

Wol Sun terkejut mendengar pertanyaan sekaligus ancaman yang mengarah pada dirinya. Tapi Chung Jo tak menunggu jawaban dan melangkah pergi meninggalkan para gisaeng yang mematung tertegun.

Soo Ryun kaget melihat kedatangan Chung Jo yang menahan tangis dan terbata-bata bertanya apakah ia masih bisa bermimpi dan semua ini bukanlah akhir dari segalanya, "Dapatkah saya mempercayainya?"

Soo Ryun bertanya apa yang telah terjadi pada Chung Jo selama ia pergi? Chung Jo tak menjawab dan malah berkata kalau ia akan menjadi yae gi (gisaeng khusus yang mempelajari seni), "Saya akan menjadi yae gi dan memulai hidup saya dari awal lagi."

Tae Soo kembali ke Moo Hyung Do dengan gontai. Di aula, ia bertemu dengan Guru Dam dan ia pun tak kuasa menahan perasaannya. Ia menangis tersedu-sedu di hadapan orang yang mengenal ayahnya dengan baik.

Kang Chi mengikuti Tae Soo yang masuk ke dalam aula. Mulanya ia hendak mengkonfrontir, tapi ia kemudian memilih bersikap tak peduli akan orang yang telah mengkhianatinya. Tapi kata-kata terakhir Tuan Park terngiang di telinganya : Kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Lindungilah Tae Soo dan Chung Jo.

Di dalam aula, Tae Soo menceritakan cita-citanya yang ingin seperti ayahnya. Jika ia terus mencoba, ia merasa bisa menjadi seperti ayahnya, "Tapi di dunia dimana Ayah sudah tak ada lagi, saya hanyalah orang yang lemah tak berdaya. Saya benci melihat diri saya yang menyedihkan ini."

Guru Dam pun melontarkan dugaannya kalau Tae Soo adalah orang yang menyebabkan wujud Kang Chi berubah. Belum sempat Tae Soo menjawab, terdengar teriakan dari pintu, "Sampai kapan kau terus mengasihani dirimu sendiri, hah?

Ternyata Kang Chi kembali. Tae Soo memalingkan wajah, tak berani melihat Kang Chi karena ia masih berada di bawah pengaruh hipnotis. Tapi Kang Chi menyuruhnya untuk menatap ke arahnya.

Ia menarik kerah Tae Soo agar berdiri dan berkata keras, "Lihatlah aku! Kenapa kau tak mau melihatku? Kau takut aku berubah wujud lagi dan melukaimu? Atau karena kau ada dalam pengaruh hipnotis? Mengapa kau sangat takut?"

Tae Soo tetap menghindari tatapan mata Kang Chi, tapi Kang Chi memohon agar Tae Soo melihatnya. Melihat ke arahnya. "Kumohon, Tae Soo-ya. Kau harus melihat ke arahku agar aku dapat menunjukan diriku. Apa yang telah terjadi padaku, mengapa aku nampak seperti monster. Betapa takutnya aku,.. betapa kesepiannya aku.., hanya kau satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara!

Tae Soo menangis, dan begitu pula Kang Chi. Tae Soo memenuhi permintaan Kang Chi dan menatapnya. Seperti tombol yang dinyalakan, hipnotis itu muncul kembali.

Tae Soo berteriak penuh kemarahan dan segera memukuli Kang Chi. Berkali-kali. Tapi Kang Chi tetap diam dan menatap Tae Soo, pasrah menerima pukulan itu. Namun tinju Tae Soo terus dan terus mendarat ke muka Kang Chi.

Yeo Wool dan Gon masuk. Mereka kaget melihat Kang Chi yang sudah babak belur dan Yeo Wool bergegas untuk menghentikan Tae Soo. Tapi Guru Dam mengangkat tangannya, menghentikan niat itu.

Dan seakan jumlah kebencian Tae Soo menipis seiring banyaknya pukulan yang diterima Kang Chi,  di satu titik, tangan Tae Soo terangkat namun ia tak mampu memukul lagi walau ia menatap Kang Chi.

Kang Chi berkata, "Benar seperti itu. Teman seharusnya melihat wajah temannya seperti ini, Tae Soo-ya."

Dan seakan suara dan tatapan Kang Chi yang memusnahkan hipnotis itu, Tae Soo menurunkan tinjunya, terjatuh dan menangis. Kang Chi memeluk temannya dan Tae Soo menangis dalam pelukannya.

Guru Dam menceritakan hal ini pada Guru Gong Dal dan Guru Gong Dal menyimpulkan kalau ketulusan hati Kang Chi-lah yang meruntuhkan hipnotis itu.

Apaa? Jadi hipnotis itu bisa hilang dengan cara lain? Kenapa mereka nggak ngomong dari dulu? Kan semua hal buruk ini nggak akan kejadian. *ngebalik meja*

Guru Gong Dal pun bertanya apa rencana Guru Dam berikutnya. Guru Dam mengatakan kalau mereka harus segera mempersiapkan pertempuran dengan Jo Gwan Woong, karena tak boleh lagi ada kesedihan akibat Jo Gwan Woong. Guru Gong Dal tertawa dan menyukai ide itu, "Jadi apakah sudah tiba saatnya untuk mengumpulkan keempat Guru?"

Jo Gwan Woong pun ternyata pernah mendengar Empat Guru yang menguasai Moo Hyung Do. Empat guru itu adalah empat orang misterius yang memiilki uang, pengetahuan dan keahlian beladiri, dan bahkan menurut kabar mereka adalah yang mendukung  Pergerakan Dae Dong. Pengawal Seo menduga kalau Empat Guru itu sekarang membantu Laksamana Lee Soon Shin.

Pelayan Choi muncul dan memberitahu kalau ada tamu yang ingin menemui Jo Gwan Woong dan ia memberikan sapu tangan bersimbol suatu klan tertentu. Jo Gwan Woong gembira mendengar kabar itu.

Kang Chi dikejutkan oleh Yeo Wool yang menaruh kantung berisi kedelai ke hadapannya. Lebih terkejut lagi saat Yeo Wool memberitahu kalau atas perintah Guru Dam, ia yang akan mengawasi Kang Chi selama ini. Belum sempat Kang Chi protes, Gon muncul dan mengatakan kalau ia juga diserahi tanggung jawab yang sama.

Heheh.. dan tugas pertamanya? Menghitung jumlah kedelai yang ada di dalam karung itu. LOL. Kang Chi langsung memeriksa isi kantung itu yang mungkin berisi puluhan ribu kedelai. Yeo Wool mengatakan jika Kang Chi ingin menjadi manusia, maka inilah tugas pertama yang harus diselesaikan.

Bwahaha.. ekspresinya Kang Chi itu loh, seperti tak percaya kalau tugas yang harus dilakukan seperti ini. Mungkin Kang Chi stress karena ia biasanya hanya menghitung sampai tiga saja dan sekarang.. wakkss, ribuan? Hahaha... *dicakar Kang Chi*

Dan Yeo Wool juga tak membuat tugas Kang Chi semakin mudah. Karena saat Kang Chi menghitung kedelai itu sampai 1200-an, bukannya diam, Yeo Wool malah bertanya, "Ngomong-ngomong tentang orang tuamu, bagaimana mereka meninggal?" Kang Chi tetap sibuk menghitung dan Yeo Wool kembali bertanya, "Kau benar-benar tak tahu?"

Kang Chi mendelik kesal pada Yeo Wool karena hitungannya buyar. Yeo Wool pun hanya nyengir dan berkata , "Maaf," tapi tanpa nada menyesal.

Kang Chi pun menenangkan diri dengan bermeditasi sebentar, untuk kemudian menuang kembali kedelai yang dihitungnya dan mulai dari satu lagi.. Bwahahaha..

Jo Gwan Woong menyambut kedatangan tamunya yang ternyata adalah para samurai dari Jepang. Tapi perwakilan mereka yang memakai hanbok menunjukkan kalau tamu yang dinanti-nanti oleh Jo Gwan Woong adalah seorang wanita Jepang bercadar yang duduk di dalam tandu.

Wanita itu diperkenalkan sebagai janda dari mendiang Miyamoto, pedagang yang sering bekerja sama dengan Jo Gwan Woong. Dan sekarang wanita itu adalah pemilik sebenarnya yang bertanggung jawab penuh terhadap bisnis mereka.

Di dalam tandu, wanita itu tersenyum dan angin di gunung pun mulai bertiup. Kang Chi pun merasakannya, walau Yeo Wool tidak. Dan di suatu tempat di pegunungan, tanaman merambat yang telah menyebar selama 20 tahun, tiba-tiba layu dan mati seakan tersedot energinya oleh tubuh yang berada di bawahnya.

Yang sekarang membuka mata dan berwarna merah darah.

Kang Chi tersentak kaget dan langsung bangkit.

Episode-13.1        

"Ia bertanya padaku...."

Lee Soon Shin bertanya Kang Chi ingin hidup seperti apa mulai sekarang. Kang Chi ingin menjadi apa.

"Aku bertanya padanya, kenapa....kenapa kau begitu baik padaku."

Yeo Wool menjawab ia hanya ingin melakukan apapun yang ia bisa untuk Kang Chi. Itulah isi hatinya sekarang ini.

"Karena itulah aku ingin menjadi manusia. Aku...ingin menjadi manusia lagi."

Jadi, Kang Chi ingin menjadi manusia karena Yeo Wool....

Yeo Wool ingin menjadi pelatih Kang Chi tapi ayahnya tak mengijinkannya. Yeo Wool berjanji akan melatih Kang Chi dua, bahkan tiga kali lipat lebih keras dari biasanya. Guru Dam malah menyuruh Gon yang melatih Kang Chi.

"Ayah tidak bisa membiarkan mereka berdua sendirian. Begitu mereka bertatapan, mereka langsung ingin berkelahi. Aku harus menengahi mereka," kata Yeo Wool.

"Kau benar-benar ingin Kang Chi diusir dari sini?" tanya ayahnya. "Semakin kau seperti ini, semakin sulit posisi Kang Chi."

Yeo Wool cemberut dan menunduk kecewa. Melihatnya seperti itu, Gon turun tangan.

"Guru, kali ini Nona Yeo Wool benar. Choi Kang Chi dan aku adalah pasangan terburuk. Setidaknya ia akan menurut jika ada Nona. Jadi biarkan aku dan Nona yang melatihnya bersama-sama."

Yeo Wool tersenyum penuh terima kasih pada Gon. Sementara Gon hanya bisa menghela nafas. Ha.

Guru Dam tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena itulah Yeo Wool dan Gon menjadi pelatih Kang Chi. Dan tugas pertama yang mereka berikan adalah menghitung kacang sekarung. Tampaknya keduanya menikmati tugas ini hehehe^^

"Bagaimana bisa kau menghentikan perasaan satu sama lain? Bagaimana bisa kau menghentikan angin yang bertiup?" kata Lee Soon Shin.

Guru Dam khawatir Kang Chi suatu saat mengetahui dialah pembunuh ayahnya dan keduanya akan terluka. Lee Soon Shin berkata kekhawatiran membuat masa depan semakin tak pasti. Mereka seharusnya tidak menghakimi dan mencampuri hidup anak-anak itu. Yang mereka harus lakukan adalah membuat jalan agar anak-anak itu menuju ke arah yang baik.

"1231...1232...1233...1234...." Kang Chi menghitung kacang.

"Ngomong-ngomong Kang Chi-ah...bagaimana orangtuamu meninggal?" tanya Yeo Wool.

"1235....1236..."

"Kau tidak tahu apa-apa?"

Kang Chi jadi kesal karena hitungannya terganggu.

"Maaf," kata Yeo Wool tenang.

"1235..."

"Kurasa tadi kau sudah menghitungnya."

"1236..."

"Itu juga sudah...."

Kang Chi menatap Yeo Wool. Yeo Wool tersenyum geli dan meminta maaf. Haha...siapa yang bisa marah melihat wajah manis seperti itu :D

Kang Chi berseru frustasi lalu mengembalikan semua kacang yang telah ia hitung ke dalam karung dan menghitung lagi dari awal.

"Jika aku jadi kau, aku pasti akan sangat penasaran," Yeo Wool kembali mengoceh. Mungkin bukan ayahmu, tapi kau memiliki banyak kesempatan untuk mencari tahu tentang ibumu. Dia berasal dari keluarga mana...atau apakah ia memiliki saudara..."

"Ia membuang bayi baru lahir ke sungai, aku tidak penasaran dengan orang seperti itu," kata Kang Chi tegas.

Jo Gwan Woong menemui tamunya, wanita Jepang itu. Ia berbicara dengan asisten wanita itu yang berbahasa Korea. Asisten itu berkata Jo Gwan Woong mengambil alih penginapan ini dalam yang singkat. Hmmm...tampaknya rencana pengambilalihan penginapan Seratus Tahun juga atas permintaan wanita ini.

Jo Gwan Woong berkata ia sudah berkata pengambilalihan penginapan ini akan berlangsung cepat. Sekarang semua sudah berada dalam kendalinya, baik pejabat maupun tentara.

Samurai pendamping wanita itu mengatakan ada satu hal yang belum diselesaikan Jo Gwan Woong. Dan itu adalah pangkalan militer angkatan laut, yang berada di bawah kendali Lee Soon Shin. Jo Gwan Woong berkata ia akan mengurusnya dalam waktu singkat. Wanita Jepang itu tersenyum di balik kain penutup topinya.

Jo Gwan Woong keluar dengan rasa curiga. Tampaknya orang-orang Jepang ini mengetahui lebih banyak dari yang ia duga. Tampaknya mereka tahu semua situasi di sini. Ia menduga ada mata-mata di pihaknya dan menyuruh ninja Seo mengawasi mereka. Ia juga merasa aneh pemimpin kelompok pedagang Jepang itu seorang wanita.

Di dalam, asisten wanita itu bertanya apakah wanita itu tidak apa-apa. Wanita itu tersenyum.

Tiba-tiba angin bertiup kencang. Kang Chi merasakan sesuatu dan menoleh ke arah hutan. Yeo Wool bertanya ada apa.

Di hutan, daun-daunan dan pepohonan mengering dan layu. Wol Ryung membuka matanya.

Kang Chi tiba-tiba bangkit berdiri menghadap ke arah hutan hingga karung kacang terjatuh dan kacang bertebaran di lantai. Yeo Wool heran melihat sikap Kang Chi. Lebih kaget lagi saat melihat tangan Kang Chi gemetaran.

"Ada apa, Kang Chi? Apa kau sakit?"

"Aku tidak tahu....ada yang aneh...," Kang Chi bergidik, "Ada apa ini? Tiba-tiba aku merasa sangat takut..."

Yeo Wool membawa Kang Chi menemui guru Gong Dal. Guru Gong Dal memeriksa penglihatan Kang Chi.

"Ckckck...kau menjadi lemah. Aku memiliki obat yang tepat. Dibuat secara khusus olehku."

Ia mengambilkan air ginseng merah yang telah dibuatnya sendiri. Jika Kang Chi meminumnya, Kang Chi akan kembali kuat.

"Guru bisa membuat obat juga?"

"Begitu aku mendapat penggantiku, aku ingin pergi menjual obat keliling. Impianku adalah berjalan-jalan ke seluruh negeri. Aku bisa menjual obat. Aku juga bisa mendapatkan wanita," Guru Gong Dal tertawa senang.

"Cukup menjual obat saja. Mengenai wanita, itu terlalu berlebihan," ujar Kang Chi.

"Di hatiku, aku lebih muda daripadamu," seloroh Guru Gong Dal. Mereka tertawa.

"Anjing yang lewat saja akan tertawa," kata Kang Chi.

"Kembalikan obatnya!" Hahahaha...dua orang ini ya XD

Kang Chi cepat-cepat meminum obatnya sebelum diambil kembali oleh guru Gong. Yeo Wool bertanya apa Guru Gong sudah menemukan penggantinya.

"Ada seseorang....tapi anak itu bertemperamen tinggi," jawabnya. Haha...Yeo Wool sepertinya sudah tahu jawabnya dan tidak percaya orang itulah yang dimaksud guru Gong.

Kang Chi berkata menghadapi orang bertemperamen tinggi tidak bisa dengan kata-kata. Orang itu harus dipukuli sejak awal agar menurut. Yeo Wool dan Guru Gong menatap Kang Chi.

"Jadi, apakah aku perlu menanganinya untukmu?" Kang Chi menawarkan diri.

Taaakk! Kepala Kang Chi jadi sasaran bambu guru Gong.

"Tidak usah! Pergilah dan hitung kacang-kacang itu," ujarnya. Lalu ia pergi sambil tertawa geli.

Kang Chi protes kenapa Guru Gong selalu memukul kepalanya.

"Kau yang bilang hanya itu caranya untuk mengajar," kata Yeo Wool.

Kang Chi si bodoh masih saja tak mengerti kalau dirinya lah yang dimaksud guru Gong Dal sebagai calon penggantinya. Yeo Wool tidak berminat menjelaskan dan menyuruh Kang chi menghitung kacang lagi.

Kang Chi mengalami masalah dengan sesama murid di sekolah. Mereka berubah sikap saat bertemu Kang Chi. Sung yang selama ini ramah sekarang terlihat takut pada Kang Chi.

Para seniornya mengacuhkannya. Kang Chi meminta maaf pada senior Kim yang pernah ia cekik saat ia berubah menjadi monster. Senior Kim dengan sinis berkata Kang Chi tidak perlu meminta maaf karena ia yang duluan menyerang, tapi ia tidak punya pilihan lain karena ia tidak pernah melihat monster ganas sebelumnya.

Guru Dam memanggil Tae Soo di hadapan Gon dan Guru Gong. Ia menyerahkan sebuah bungkusan pada Tae Soo dan berkata Tuan Park yang menitipkan benda itu untuk diberikan pada Tae Soo.

Tae Soo meraih bungkusan itu. Sepertinya Tuan Park sudah memiliki firasat. Ia meminta Guru Dam memberikan bungkusan itu pada Tae Soo jika terjadi sesuatu padanya. Ia juga menitipkan pesannya pada Tae Soo melalui Guru Dam. Bahwa ia benar-benar menyayangi Tae Soo dan akan sangat bersyukur jika Tae Soo bisa menjadi pria hebat yang dapat meneruskan Penginapan Seratus Tahun.

Tae Soo membuka bungkusan itu. Isinya sebuah plakat kayu.

"Dia antara keempat Guru, Mu Sol mewakili lambang krisantemum. Dengan kekayaannya, ia membantu rakyat yang kelaparan dan menyokong keuangan mereka yang berjuang bagi negara ini," kata Guru Dam.

Guru Dam berkata ia memberikan plakat ini pada Tae Soo dengan harapan Tae Soo meneruskan keinginan ayahnya. Dan juga ada tugas yang hendak diberikannya pada Tae Soo. Tentu saja Tae Soo boleh memutuskan menerima atau tidak tugas tersebut.

Tae Soo menanyakan tugas apa itu. Ketiganya terdiam. Guru Dam meminta Tae Soo menjadi orang Jo Gwan Woong. Tae Soo terkejut.

Kang Chi menghitung kacang-kacangnya lagi. Tapi ia tidak bisa melupakan reaksi murid-murid lain saat melihatnya. Saat ia menoleh, ia melihat Yeo Wool tertidur. Kang Chi tersenyum geli.

Yeo Wool hampir terjatuh menimpa Kang Chi. Kang Chi menahan kepala Yeo Wool dengan dua jarinya. Ia menoleh ke sekeliling. Saat menyadari tidak ada yang melihat mereka, Kang Chi menyandarkan kepala Yeo Wool ke pundaknya.

"Sebenarnya aku juga ingin tahu...seperti apa orangtuaku? Mengapa mereka membuangku ke sungai? Tapi jika aku memikirkan semua itu, aku takut aku akan mulai menyalahkan mereka. Dan aku akan membenci mereka. Itulah sebabnya," Kang Chi curhat pada Yeo Wool yang sedang tidur.

Tapi Yeo Wool tidak tidur. Ia membuka matanya.

"Tapi terima kasih Yeo Wool, karena sudah menanyakannya."

Yeo Wool tersenyum lalu memejamkan matanya kembali.

Pikiran Kang Chi beralih ke hutan. Perasaan apa yang tadi dirasakannya?

Wol Ryung berjalan menuju Taman Cahaya Bulan.

Tae Soo memikirkan tugas yang ditawarkan Guru Dam. Guru Dam berkata tugas ini beresiko tinggi, apakah Tae Soo sanggup menanganinya. Saat Tae Soo sedang merenung, Kang Chi memanggilnya. Mereka pun mengobrol.

Tae Soo bertanya seberapa banyak yang diketahui ayahnya tentang siapa Kang Chi sebenarnya. Kang Chi tidak tahu, Tuan Park tidak pernah menyinggung hal ini padanya (hmmm...tapi Nyonya Yoon pernah, kan?).

Tae Soo bertanya apa yang Kang Chi rasakan saat berubah. Kang Chi berkata saat itu pikirannya terasa menjauh. Seluruh tubuhnya terasa sakit seperti terbakar. Ia juga menjadi terlalu peka, bisa mendengar dan melihat berbagai suara dan berbagai hal sekaligus.

"Mungkin itu sebabnya aku menjadi sangat sangat lapar," Kang Chi tertawa.

Tae Soo ikut tertawa. Ia bertanya apa pada saat berubah Kang Chi masih ingat kalau ia adalah Kang Chi.

"Awalnya aku tidak bisa. Tapi lambat laun aku mulai menyadari dan ingat siapa aku. Setelah itu aku mulai bisa mengontrol perasaanku. Sebenarnya, Yeo Wool sangat membantu. Bahkan setelah melihatku berubah, ia tidak jijik atau takut. Ia terus memanggil namaku. Begitulah caranya membantuku mengingat bahwa aku adalah Choi Kang Chi. Anehnya, hatiku merasa tenang saat aku bersamanya. Rasa sakit dan amarahku juga berkurang."

"Kau pasti mencintainya," kata Tae Soo.

"Hmm.." Kang Chi mengangguk. Lalu ia tersadar, "Eh? Tidak! Cinta? Jatuh cinta pada anak itu? Tidak mungkin, Tae Soo-ya."

Kang Chi tertawa. Tae Soo tersenyum dan berkata Kang Chi tidak perlu menyangkalnya.

"Tidak ada yang aneh dalam mencintai seorang gadis seperti Nona Yeo Wool."

Kang Chi menyangkalnya. "Bukan seperti itu! Ia hanya...ia hanya..."

"Jika karena Chung Jo, maka kau jangan khawatir. Bagimu, Chung Jo adalah masa lalu," kata Tae Soo sedih, mengingat bagaimana keadaan Chung Jo sekarang.

Kang Chi berkata Tae Soo dan Chung Jo tidak akan pernah menjadi masa lalu baginya. Mereka adalah keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang yang harus ia lindungi.

"Aku ingin kau terbebas dari kewajiban itu. Begitu ayah tiada; kau , Chung Jo, dan aku terpisahkan oleh takdir yang berbeda. Sama seperti kita tidak bisa memutar waktu kembali, kita juga tidak bisa mengembalikan takdir kita."

"Kita tidak bisa mengembalikannya tapi kita bisa meraihnya kembali. Penginapan Tuan dan semua orang di sana, aku akan meraih kembali mereka semua."

"Itu adalah tugasku."

"Tuan mati menggantikanku, karena melindungiku," kata Kang Chi.

"Walau itu orang lain, Ayah tetap akan melakukan hal yang sama. Begitulah Ayahku. Jadi ini bukan salahmu, Kang Chi."

Kang Chi terharu mendengar kata-kata Tae Soo. Bravo Tae Soo!

"Semua pengorbanan yang telah kaulakukan untuk keluargaku, sudah cukup bagiku untuk berterima kasih padamu seumur hidupku. Jadi jangan terbebani lagi oleh kami. Jalanilah hidupmu. Persahabatanmu sama pentingnya dengan Penginapan Seratus Tahun bagiku."

Kedua sahabat itu saling tersenyum. Entah penting atau tidak, di langit ada bintang jatuh. Jika itu penting, mungkinkan itu pertanda kalau persahabatan mereka tidak akan tergoyahkan lagi dan Penginapan Seratus Tahun akan kembali pada Tae Soo? I really really hope so^^

Yeo Wool mencari Kang Chi ke kamarnya. Tapi Kang Chi tidak ada. Saat ia hendak kembali, ia tak sengaja mendengar percakapan para murid lain di sebuah kamar. Mereka merasa terganggu karena harus berlatih bersama Kang Chi.

Bagaimana jika Kang Chi berubah lagi lalu melukai mereka? Selain itu Kang Chi menghilang semalam dan kembali menjelang subuh. Mereka ingin mengeluarkan Kang Chi dari sekolah. Yeo Wool menghela nafas.

Gon sedang bermeditasi di kamarnya. Tiba-tiba ia merasa sesuatu. Gon segera mencabut pedangnya dan berbalik. Ternyata itu adalah Kang Chi.

Seorang pria berjalan di hutan. Ia merasa ada yang mengikutinya. Lalu ia melihat sesosok pria menggeram. Pria itu berlari sekuat tenaga. Saat ia kelelahan, sosok itu, yang adalah Wol Ryung, telah berdiri di hadapannya. Wol Ryung mencekik pria itu dan menghisap seluruh jiwanya. Pria itu mati dengan tubuh mereput.

Namun anehnya, saat jiwa pria itu memasuki tubuhnya, urat-urat di leher Wol Ryung memudar hingga Wol Ryung semakin seperti manusia. Seperti kata Dee, kira-kira butuh berapa banyak jiwa manusia yang harus dihisap Wol Ryung agar kembali seperti dulu?

Chung Jo memulai latihan menabuh tambur. Ia berlatih dengan tekun di bawah bimbingan Gisaeng Chun.

Tiba-tiba Wol Sun menerobos masuk bersama gisaeng lainnya. Chung Jo berhenti berlatih. Gisaeng Chun menegurnya agar tidak teralihkan dengan hal lain saat berlatih. Chung Jo kembali berlatih.

Wol Sun protes mengapa Gisaeng Chun melatih Chung Jo dan bukan dirinya. Gisaeng Chun tidak mempedulikannya dan terus melatih Chung Jo.

Wol Sun marah. Ia meraih tongkat pemukul tambur dari tangan Chung Jo dan melemparnya ke lantai. Gisaeng Chun marah dan menyuruhnya mengambil tongkat itu.

"Kenapa dia, bukan aku? Akulah gisaeng terbaik di Chunhwagwan."

"Gisaeng terbaik ditentukan berdasarkan apa? Wajah cantik dan kemampuan untuk tersenyum di hadapan pria-pria? Apakah itu yang menentukan gisaeng terbaik? Jika begitu, maka benar kau gisaeng terbaik di Chunhwagwan."

"Mengapa kau begitu memandang rendah diriku? Sebenarnya apa salahku?!"

"Sejak awal kau tidak berminat mempelajari seni. Kau senang bermanja-manja dengan pria dan menuangkan mereka minuman. Alasan kau ingin mempelajari tarian 5 tambur hanyalah untuk menyenangkan para pria itu. Tarian ini bukan aksesoris yang bisa kau gantung pada pakaianmu. Kau menganggap seni hanya sebagai aksesoris. Aku tidak bisa meneruskan tarian ini padamu," kata Gisaeng Chun tegas.

Wol Sun sangat kesal hingga hampir menangis. Gisaeng Chun menyuruh Chung Jo terus berlatih, ia akan memeriksanya lagi nanti. Gisaeng Chun pergi dari ruang tambur.

Chung Jo memungut tongkat pemukul tamburnya. Ia bertanya apakah Wol Sun tidak bisa minggir, ia harus berlatih.

"Apa kau berani menyuruhku karena kepala gisaeng menjadi pendukungmu?" kata Wol Sun marah.

"Jangan begitu marah, wajahmu jadi terlihat jelek, Wol Sun oenni," kata Chung Jo tenang tanpa ekspresi.

Wol Sun menampar Chung Jo. Chung Jo balas menampar dengan lebih keras. Para gisaeng lain terkejut. Chung Jo mendekati Wol Sun dan menatapnya dengan tajam.

"Jika kau menaruh tanganmu di wajahku lagi, aku akan menghancurkan wajahmu."

Wol Sun begitu shock hingga tak bisa berkata-kata. Dengan tenang, Chung Jo kembali berlatih tanpa mempedulikan lagi keadaan sekelilingnya.

Kepala pelayan Chunhwagwan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Chung Jo hingga ia begitu berubah. Apakah ia harus membiarkannya?

"Jangan tanyakan apapun padanya. Jangan ingin mengetahui apapun. Apakah kau tidak dengar? Saat ini, anak itu menangis begitu sedih.," kata Gisaeng Chun.

Chung Jo menangis melalui pukulan tamburnya. Ia berlatih dan terus berlatih.

Yeo Wool tersenyum saat melihat Kang Chi tertidur ketika sedang menghitung kacang. Ia diam-diam mendekatinya dan hendak mengejutkannya. Tapi Kang Chi bisa merasakannya dan langsung menyerang. Ia terkejut saat melihat Yeo Wool.

Yeo Wool berkata ia hanya main-main. Ia menyuruh Kang Chi minggir agar ia bisa bangun. Tapi Kang Chi terus memegangi tangan Yeo Wool dan menahannya agar terus berbaring.

"Kau bilang kau pelatih padahal kau bermain-main seperti itu? Bagaimana standarmu di sekolah ini? Aku harus memberimu pelajaran."

Kang Chi menaruh tangannya di leher Yeo Wool. Yeo Wool menyuruh Kang Chi minggir. Kang Chi meledek Yeo Wool yang menyebut dirinya pemimpin tapi begitu lemah.

Tapi gigitan Yeo Wool tidak lemah. Ia menggigit tangan Kang Chi hingga Kang Chi berteriak kesakitan dan melepaskan Yeo Wool.

"Salah sendiri," kata Yeo Wool.

"Mengapa kau menggigitku?!"

"Ini aturan dasar penyerangan balik. Dalam situasi darurat, serang titik vital. Sebenarnya aku mau menyerang bagian yang lebih sakit, tapi aku hanya sedikit menggigitmu. Kau seharusnya berterima kasih."

"Aku begitu berterima kasih hingga aku hampir menangis." LOL^^

Yeo Wool bertanya semalam Kang Chi pergi ke mana. Kang Chi beralasan ia hanya mencari udara segar. Yeo Wool berkata ia dengar Kang Chi dua malam terakhir selalu keluar. Para murid yang lain khawatir.

"Mereka tidak khawatir. Mereka takut padaku."

"Itu karena mereka belum mengenalmu. Sama seperti kau membutuhkan waktu untuk menerimaku, mereka juga membutuhkan waktu untuk menerimamu. Kau juga tahu, kan?"

Kang Chi menghela nafas panjang. Tiba-tiba ia bergeser mendekati Yeo Wool.

"Apa kau sadar akhir-akhir ini kau begitu mencerewetiku?"

"Begitukah? Maaf," kata Yeo Wool sungguh-sungguh.

Kang Chi tersenyum senang campur geli.

"Apa kau tahu yang lainnya?"

"Apa?"

Kang Chi mendekatkan wajahnya pada wajah Yeo Wool.

"Saat ini kau terlihat seperti wanita."

Yeo Wool terpana menatap Kang Chi dan tak bisa berkata-kata.

"Mengapa kau begitu diam? Biasanya kau pasti sudah memukulku."

Yeo Wool baru sadar Kang Chi sedang main-main. Ia mengangkat tinjunya siap memukul Kang Chi.

"Guru! Guru!" Sung berlari menemui Yeo Wool dengan wajah cemas.

Yeo Wool buru-buru bangkit berdiri dan kembali bersikap serius. Ia bertanya ada apa. Sung berkata ada mayat yang ditemukan di hutan. Tiga mayat. Dan semua mayat itu sangat aneh, tidak seperti hasil perbuatan manusia. Sung mengatakan itu sambil menatap Kang Chi dengan takut-takut.

Episode-13.2        

Pihak berwajib mengamankan mayat-mayat yang mereka temukan di hutan. Para warga berkerumun. So Jung berada di antara mereka. Melihat kondisi mayat yang mereput dan mulai membusuk, So Jung nampak shock.

Jo Gwan Woong juga mendengar kabar mengenai mayat-mayat aneh tersebut. Ia mengira semua ini perbuatan Kang Chi. Ninja Seo bertanya kapan Jo Gwan Woong akan melaporkan siapa Kang Chi sesungguhnya pada polisi. Jo Gwan Woong berkata sekarang belum saatnya.

Ia menyuruh Ninja Seo menyebarkan gosip yang dilebih-lebihkan agar masyarakat takut. Semakin takut rakyat maka ia akan semakin mudah menyerang Lee Soon Shin. Jadi Jo Gwan Woong ingin menggunakan gosip ini untuk menjatuhkan Lee Soon Shin (karena Lee Soon Shin melindungi Kang Chi yang ia yakini sebagai pelakunya).  

Sementara itu Lee Soon Shin memerintahkan anak buahnya pergi ke kantor polisi untuk meminta laporan mengenai peristiwa ini sekaligus menawarkan bantuan untuk mengungkap kasus ini. Ia juga mewanti-wanti akan menindak tegas siapapun yang melebih-lebihkan kasus ini dan membuat takut rakyat.

Para murid di sekolah mendatangi Kang Chi.

Yeo Wool meminta ayahnya menghentikan para murid itu. Tapi Guru Dam berkata walau ia membela Kang Chi, akan bertahan berapa lama. Kang Chi harus menghadapi mereka sendiri dan meraih sendiri kepercayaan mereka. Ini bukan sesuatu yang bisa ia atau Yeo Wool lakukan untuk Kang Chi.

Senior bertanya ke mana Kang Chi pergi selama dua malam terakhir. Kang Chi bertanya untuk apa ia menjawab pertanyaan itu.

"Apa kau tidak dengar? Mereka menemukan 3 mayat di hutan."

"Jadi?"

"Keadaan mayat-mayat itu sangat aneh, mereka pikir ini bukan perbuatan manusia. Bagaimana menurutmu?"

"Apa Senior pikir aku yang melakukannya?"

Senior menyangkalnya tapi Kang Chi berkata memang itu alasannya mereka semua berkumpul untuk menanyainya. Senior berkata mereka hanya ingin tahu di mana Kang Chi setiap malam.

"Aku tidak akan mengatakannya. Kalian memang sudah mencurigai aku pelakunya. Apa gunanya aku menyangkal? Hanya akan terdengar seperti sebuah alasan dan kalian tidak akan mempercayai alasan itu."

"Jika kau tidak mengatakan apapun maka kecurigaan akan semakin besar," kata Senior.

Kang Chi berkata ia tidak peduli. Ia sudah terbiasa menghadapi sikap seperti ini (difitnah membunuh Tuan Park).

"Sekelompok orang maju bersama-sama untuk menyerang satu orang. Aku sudah sering mengalaminya sejak aku kecil. Jika kalian ingin mencurigaiku, silakan."

Senior nampak ragu. Tapi Senior Kim berkata dia bilang juga apa, Kang Chi tidak akan mendengar mereka. Senior lain maju dan berkata sungguh menjijikkan Kang Chi bersikap seperti manusia padahal bukan manusia.

Kemarahan Kang Chi meluap. Ia mencengkeram baju senior itu.

"Aku juga merasa jijik setiap kali melihat manusia sepertimu," ujar Kang Chi.

Senior Kim menyuruh Kang Chi melepaskan senior itu sambil mengeluarkan pedangnya. Murid yang lain mengeluarkan pedang mereka.

"Ada apa di sini!!" seru Guru Gong Dal. Ia menghampiri mereka dan bertanya mengapa mereka menghunus senjata pada sesama murid.

"Apa Guru Dam mengajari kalian seperti itu? Apa aku yang mengajarinya?!"

"Tapi, guru..."

"Sekarang! Taruh senjata kalian sekarang!"  

Terpaksa para murid menurunkan pedang mereka. Guru Gong juga menyuruh Kang Chi berhenti. Kang Chi melepaskan senior itu.

"Jin Sung, sebagai pemimpin, kau harus mengendalikan yang lain agar hal seperti ini tidak terjadi," tegur Guru Gong pada murid paling senior. "Mengapa bisa terjadi hal seperti ini?"

Jin Sung (senior yang merawat luka Kang Chi setelah ditusuk Tae Soo) menunduk mengerti.

Senior Kim berkata ini bukan salah Senior Jin Sung, mereka memiliki perasaan yang kuat mengenai hal ini. Senior satu lagi berkata sejak awal mereka seharusnya tidak tinggal dalam satu tempat bersama yang bukan manusia. Senior Kim berkata tidak adil jika mereka harus merasa tidak nyaman karena kehadiran Kang Chi. Murid yang lain mendukung.

"Kalau begitu, berikan aku buktinya. Bukti bahwa Choi Kang Chi mencelakai kalian. Juga bukti bahwa Choi Kang Chi yang bertanggung jawab atas mayat-mayat yang ditemukan di hutan. Jika kalian membawa buktinya bahwa Kang Chi bertanggung jawab, aku sendiri yang akan mengusirnya dari sini," Guru Gong menepuk pundak Kang Chi.

"benarkah? Guru benar-benar berjanji?" tanya Senior Kim. Ia sangat yakin Kang Chi pelakunya.

"Tapi jika tuduhan kalian salah, kalian harus berlutut dan meminta maaf pada Kang Chi. Bagaimana? Dalam sebuah taruhan, kedua pihak harus mempertaruhkan sesuatu. Bagaimana?" tantang Guru Gong.

Kang Chi mengikuti Guru Gong ke dapur. Ia bertanya mengapa Guru Gong bertaruh seperti tadi.

"Kenapa? Apa kau memang bersalah?"

"Tentu saja tidak."

"Kalau begitu mengapa kau khawatir?"

"Aku tidak ingin diganggu. Sekarang mereka akan mengikuti setiap gerak-gerikku seperti burung elang mencari mangsa."

"Jika kau tidak ingin diganggu maka katakan padaku ke mana saja kau selama 2 malam terakhir."

Kang Chi tadinya hendak menjawab tapi tidak jadi. Ia pamit pada Guru Gong.

"Apa kau ingin tinggal lama di sini bersama Yeo Wool?" tanya Guru Gong. Kang Chi menoleh.

"Jika begitu, kau harus belajar untuk berteman dengan yang lainnya di sini," Guru Gong menasihati.

Kang Chi berjalan keluar. Gon sudah menunggunya. Ia bertanya mengapa Kang Chi tidak mengatakan saja yang sebenarnya.

"Kau tidak membocorkannya pada Yeo Wool, kan?" kata Kang Chi khawatir.

"Kau ingin aku merahasiakannya?"

"Ya, ini rahasia. Sampai aku memperbolehkannya, jangan katakan pada siapapun. Mengerti? Kalau begitu, sampai nanti." Hmm...ini duaan kok main rahasia-rahasiaan >,<

Kang Chi dan Gon berjalan ke arah berlawanan. Malang bagi Gon karena Yeo Wool ternyata telah menunggunya dan ia telah mendengar percakapan mereka tadi. Dan Gon benar-benar mati kutu di depan Yeo Wool.

"Ada apa?" tanya Yeo Wool penuh selidik. Gon langsung terlihat gelisah seperti anak kecil yang baru ketahuan menyontek.

"Apa maksud Nona?"

"Rahasia apa yang kau bicarakan dengan Kang Chi?"  

"Tidak ada rahasia," kata Gon tanpa berani menatap Yeo Wool. Ia buru-buru pergi tapi Yeo Wool menghalanginya.

"Lihat, matamu bergerak gelisah. Katakan padaku yang sebenarnya selama aku masih bicara baik-baik. Rahasia apa?"

Gon menatap Yeo Wool dan menghela nafas menyerah. Hehehe^^

Gisaeng Chun pergi ke Penginapan Seratus Tahun atas perintah Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong menatap sulaman bunga pada hiasan yang tergantung di hanbok Gisaeng Chun.

"Sulaman itu dijahit dengan sangat baik. Anggrek itu terlihat seperti sungguhan," ujarnya.

Gisaeng Chun meminggirkan hiasan itu dengan tenang. Ia bertanya mengapa Jo Gwan Woong ingin menemuinya. JO Gwan Woong berkata ia ingin mendiskusikan sesuatu mengenai Festival Lentera yang akan datang.

"Aku mendapat kunjungan tamu penting. Aku ingin menjamunya dengan pesta pada festival itu."

"Kudengar ada pedagang asing yang baru tiba. Apa mereka yang Tuan maksud?"

Jo Gwan Woong menyindir kemampuan Gisaeng Chun begitu cepat mendapatkan berita. Gisaeng Chun berkata banyak orang yang datang ke Chunhwagwan, tentu saja banyak hal yang ia dengar dari percakapan orang-orang itu.

Jo Gwan Woong bertanya apakah mungkin Gisaeng Chun memainkan tarian 5 tambur pada jamuan itu. Gisaeng Chun agak kaget. Sudah 10 tahun ia tidak menarikannya. Jo Gwan Woong berkata ini adalah permintaan dari tamunya.

Gisaeng Chun bingung, orang asing ingin melihat tariannya? Jo Gwan Woong berkata dengan nada mengancam, ia harap Gisaeng Chun tidak merusak nama baiknya dengan menolak permintaan kecil ini. Tamu itu adalah tamu penting baginya.

Malam itu Kang Chi kembali ke luar sekolah. Kedua senior yang sangat mencurigainya diam-diam mengikutinya. Senior Kim mengikuti Kang Chi hingga ke hutan. Kang Chi merasa diikuti dan menoleh. Ia tidak melihat siapapun karena senior Kim bersembunyi di balik semak.

Senior Kim keluar dari persembunyiannya dan kehilangan jejak Kang Chi. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah berkelebat di sekelilingnya. Senior Kim melihat sesosok gelap di balik pepohonan. Wol Ryung.

"Siapa di sana?" tanyanya takut-takut.

Wol Ryung menggeram dan matanya bersinar merah. Senior Kim berteriak ketakutan dan lari sekencang-kencangnya.

Ia terjatuh. Seseorang mendekatinya dari belakang dan memegang pundaknya. Senior Kim berteriak keras.

"Ssssttt..." Kang Chi menyuruhnya diam. "Jangan ribut."

Wol Ryung muncul di hadapan mereka. Senior Kim memegang pedangnya. Kang Chi maju untuk melindungi Senior Kim.

"Siapa kau?" tanyanya. "Keluar sekarang juga!"

Wol Ryung menggeram. Kang Chi mengerahkan kekuatannya. Gelangnya bersinar.

Melihat gelang itu, Wol Ryung pergi dari hadapan mereka.

Kang Chi dan Senior Kim bingung, mengapa makhluk itu tiba-tiba pergi.

Kang Chi menoleh pada Senior Kim yang terlihat malu.

"Mengapa kau mengikutiku?"

"Habis setiap malam kau bertindak aneh," senior Kim membela diri.

"Tidak ada yang aneh," Yeo Wool dan Gon menghampiri mereka. "Kang Chi merasa ada yang aneh dengan suasana hutan. Jadi ia pergi bersama Gon malam itu."

"Dasar ember (ini istilahku saja, abis lucu^^)..." gumam Kang Chi pada Gon. "Mengapa tidak kuceritakan saja pada seluruh desa?"

"Aku bukan ember..." sahut Gon sedikit malu.

LOL^^

Yeo Wool berkata ia yang pintar mencari informasi. Yah, kalau sumbernya Gon sih....

"Dan lagi mengapa kau merahasiakannya hingga semua orang mencurigaimu?" tanya Yeo Wool.

"Aku tidak ingin mereka khawatir saat aku bahkan belum tahu makhluk apa ini. Padaku saja mereka sudah setakut ini. Bayangkan perasaan mereka jika tahu ada makhluk aneh berkeliaran bebas di hutan. Akibatnya tidak akan baik bagi sekolah."

Yeo Wool menatap Senior Kim. "Apa kau sudah mengerti sekarang?"

Senior Kim menoleh pada Kang Chi.

Yeo Wool berkata mereka harus merahasiakan hal ini hingga mengetahui identitas makhluk ini. Senior Kim mengerti. Ia nampak tak enak hati pada Kang Chi.

So Jung sedang membaca ketika tiba-tiba angin bertiup. Ia pergi ke ruang buku. Dari kegelapan, sosok Wol Ryung muncul.

"Ini aku, So Jung."

So Jung kaget. "Wol Ryung, kaukah itu?"

"Ya, ini aku," kata Wol Ryung dengan suaranya yang rendah.

So Jung tidak terlihat senang melihat kemunculan sahabatnya ini. Ia tahu betul apa arti kemunculan Wol Ryung sekarang. Wol Ryung tersenyum dingin.

Kang Chi masih dijauhi murid-murid lain. Saat makan, ia diberi meja yang terpisah sendirian. Bahkan ketika ia sudah duduk, murid lain menggeser meja mereka sejauh mungkin seakan jijik berdekatan dengan Kang Chi. Senior yang kemarin sangat menentang Kang Chi mogok makan dan keluar dari ruang makan. Tapi Kang Chi masih mengucapkan selamat makan pada semuanya.

Senior Kim tidak tahan. Ia mengangkat meja makannya dan menaruhnya berhadapan dengan Kang Chi. Tanpa berkata apapun, ia makan di hadapan Kang Chi. Kang Chi tersenyum. Senior Kim ikut tersenyum. Murid yang lain kebingungan.

Guru Gong Dal: "Awalnya mungkin terlihat ribuan...bahkan puluhan ribu....Tapi saat semuanya disatukan, sebenarnya hanya ada satu."

Entah apa maksudnya? Kacang? Atau kepercayaan dari para murid? Ilmunya belum nyampe nih >,<

Yeo Wool membuka sebuah kotak. Isinya sebuah hanbok yang cantik. Ia tersenyum malu membayangkan dirinya mengenakan hanbok itu.

Lalu ia mengajak Kang Chi pergi ke Festival Lentera. Ia ingin menggantung harapannya pada lentera harapan. Kang Chi mau pergi bersama Yeo Wool. Yeo Wool mengajak bertemu di depan restoran di desa.

"Tunggu! Kita tidak pergi bersama?" tanya Kang Chi.

Yeo Wool beralasan ia harus mengurus sesuatu lebih dulu di desa. Yeo Wool meraih bungkusannya lalu pergi dengan gembira. Hehe...mau berdandan ria dulu sepertinya^^

Tapi begitu Yeo Wool pergi, Kang Chi kedatangan tamu. Gob Dan.

Para gisaeng membicarakan kalau Chung Jo terpilih sebagai Gisaeng Bunga untuk festival lentera. Dan saat ini sedang disahkan sebagai gisaeng negara. Wol Sun nampak marah mendengarnya.

Chung Jo didandani sebagai seorang gisaeng.

"Namaku Chung, berarti jernih. Jo, artinya fajar. Chung Jo. Dan sekarang namaku sebagai gisaeng adalah...Chung, berarti biru. Dan Jo, artinya baru. Chung Jo."

Sekarang Chung Jo resmi seorang gisaeng negara. Sesuai namanya, ini adalah hidup baru bagi Chung Jo.

Kang Chi terpukul saat mendengar berita ini dari Gob Dan. Gob Dan berkata Chung Jo melarangnya memberitahu Kang Chi tapi ia merasa Kang Chi harus tahu.

"Saat Festival Lentera malam ini, ia akan menghadiri pesta di Penginapan Seratus Tahun. Kau harus menemuinya setidaknya sekali saja."

Kang Chi langsung berlari pergi. Aaaa...gimana dengan Yeo Wool??

Iring-iringan para Gisaeng berjalan menuju Penginapan Seratus Tahun. Sebagai Gisaeng Bunga, Chung Jo diarak mengendarai keledai. Para pelayan Penginapan Seratus Tahun menangisi nona mereka yang sekarang sudah menjadi seorang gisaeng.

Chung Jo menatap papan nama penginapan yang dulu menjadi milik dan kebanggan keluarganya. Hantinya terguncang. Gisaeng Chun mengingatkannya agar tidak memperlihatkan emosi.

"Singkirkan ekspresi yang lain, selain senyuman di wajahmu."

Gisaeng Chun berjalan masuk ke dalam penginapan. Chung Jo menguatkan hatinya untuk melangkah.

"Chung Jo."

Chung Jo terpaku mendengar suara Kang Chi. Ia menoleh mencari-cari Kang Chi. Namun saat ia melihat Kang Chi, ia memalingkan wajahnya.

Kang Chi menghampiri Chung Jo.

"Chung Jo-ya..."

Chung Jo menahan tangisnya. Dengan wajah dingin ia berbalik.

"Ada urusan apa kau memanggilku? Jika kau ingin menemuiku, datanglah ke Chunhwagwan."

Kang Chi terkejut. Chung Jo berjalan masuk ke penginapan.

Sementara Yeo Wool telah menunggu Kang Chi di tempat yang sudah disepakati. Ia mengenakan hanboknya.

Kang Chi malah merenung sendirian di depan penginapan hingga matahari tenggelam. Setelah melihat anak-anak berlarian membawa lentera barulah ia ingat janjinya dengan Yeo Wool. Ia segera berlari ke arah restoran. Kang Chi bodoh >,<

Yeo Wool mulai kesal menunggu begitu lama. Ia menendang sesuatu hingga mengenai orang. Haha...Yeo Wool tetap Yeo Wool^^

Ia berjongkok kesal. Saat ia melihat ke depan ia berseru senang. Ia melihat Kang Chi sedang mencarinya. Tapi Kang Chi malah berjalan melewatinya dan tak sengaja menyenggolnya.

"Maaf," kata Kang Chi tanpa menyadari siapa yang disenggolnya.

"Kang Chi-ah," panggil Yeo Wool.

Kang Chi berhenti. Ia berbalik dan terpana melihat Yeo Wool.

"Kau terlambat," kata Yeo Wool sambil tersenyum manis.

Kang Chi tak mampu berkata-kata.

"Bagaimana kau bisa menghentikan perasaan terhadap satu sama lain? Bagaimana kau bisa menghentikan angin yang bertiup?"

Episode-14.1        

Walau terkejut, Biksu So Jung senang melihat kedatangan teman lamanya itu dan berkomentar kalau Wol Ryung tak berubah sedikitpun. Wol Ryung menjawab kalau temannya itu sudah kelihatan menua.

Biksu So Jung tersenyum dan berkata kalau tak ada manusia yang dapat menipu waktu. Wol Ryung heran dengan sikap manusia yang tak dapat hidup 100 tahun tapi bertingkah seakan-akan bisa hidup selama 1000 tahun, "Benar-benar menyedihkan"

Melihat wujud Wol Ryung sekarang, Biksu So Jung bertanya bagaimana Wol Ryung bisa hidup kembali. Apa mungkin Wol Ryung sekarang sudah menjadi Iblis seribu tahun?

Wol Ryung malah balik bertanya. Di hutan, ia bertemu seseorang yang berpenampakan aneh. Bukan manusia bukan pula gumiho, seperti gabungan antara keduanya, "Dan ia memakai gelangmu. Siapakah dia?"

Sementara Kang Chi berlari untuk menepati janji pertemuannya, Yeo Wool berjongkok dan menggerutu, menduga kalau Kang Chi mungkin lupa akan janji mereka. Dan ia senang melihat Kang Chi datang.

Ia segera berdiri menyambutnya. Tapi Kang Chi tak mengenali Yeo Wool, hanya melewatinya malah tak sengaja menyenggolnya. Jubah Yeo Wool terlepas.

Kang Chi menoleh dan buru-buru meminta maaf pada gadis yang ditabraknya. Ia pun berbalik lagi, namun langkahnya terhenti saat gadis itu memanggilnya, "Kang Chi-ya."

Ia berbalik dan melihat gadis itu sekali lagi. Dari ujung rambut ke ujung kaki dan bertanya, "Dam Yeo Wool, itu kau?"

Yeo Wool salah tingkah dan mengangguk. Kang Chi terus memandangi Yeo Wool, terpana melihatnya.

Di Penginapan 100 tahun, Soo Ryun memainkan tarian 5 Tamburnya di hadapan tamu wanita Jepang itu. Chung Jo tersenyum bangga melihat pertunjukkan Soo Ryun itu.

Masih terkesima, Kang Chi mendekati Yeo Wool yang terus tersenyum dan mulai bertanya, "Kau.." tapi berhenti dan ia menatap Yeo Wool dari atas ke bawah lagi, "Kenapa kau kelihatan seperti ini?"

Gubrak! Senyum Yeo Wool hilang, tak menyangka pada reaksi Kang Chi, "Kadang aku berdandan seperti ini. Kenapa? Apa tampak aneh?"

Tatapan Kang Chi tetap tak lepas dari wajah Yeo Wool. Ia terus dan terus memandang, dan kemudian mengangguk, "Euhh.."

"Aneh dimananya?"

"Hanya.." Kang Chi masih tetap terkesima, "Semuanya.."

Haduhhh... Kayanya otak dan mulut Kang Chi nggak sinkron, deh..

Sekarang ganti Yeo Wool yang ternganga mendengar jawaban Kang Chi. Dan ia langsung pergi dengan kesal. Kang Chi buru-buru mengejarnya. Ia masih belum mengerti kenapa Yeo Wool meninggalkannya, yang segera dijawab ketus oleh Yeo Wool, "Katamu aku kelihatan aneh. Kau pasti tak ingin kelihatan bersama si aneh ini."

"Bukan itu maksudku," Kang Chi mencoba meng-undo ucapannya tadi. Yeo Wool pun berbalik, membuat Kang Chi membeku karena sekarang wajah Yeo Wool sangat dekat dengannya dan bertanya, " Kalau begitu katakan padaku, dimana anehnya?"

Kang Chi terbata-bata menjawabnya, "Itu.." dan Yeo Wool juga tak membantunya, malah terus bertanya, "Itu apa?"

"Itu.." Kang Chi kembali memandangi Yeo Wool, "Karena ini tak seperti dirimu. Kau kelihatan seperti orang lain dan ini mengejutkanku. Itu sebenarnya maksudku."

"Tapi ini juga aku," cetus Yeo Wool.

"Iya.. Aku mengerti. Jangan marah," bujuk Kang Chi.

Kemarahan Yeo Wool pun surut tapi ia tetap menggerutu sendiri, "Hhh.. aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan dirimu." Yeo Wool pun beranjak pergi.

Kang Chi terbelalak melihat Yeo Wool yang tetap akan meninggalkannya. Ia pun menahan gadis itu dengan mengambil sejumput kain di bahunya dan bertanya kemana Yeo Wool akan pergi. LOL, dikit amat megang baju Yeo Wool? Bukannya biasanya Yeo Wool malah di-smack down?

"Sekarang kan Festival Lampion.  Aku harus membeli lampion untuk membuat harapan," kata Yeo Wool sambil mengedikkan bahunya. Pegangan Kang Chi yang sejumput itu langsung lepas, dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi yang kebingungan.

Yeo Wool dan Kang Chi tersenyum melihat lampion yang baru saja digantungkan. Yeo Wool bertanya pendapat Kang Chi tentang lampion itu. Kang Chi sangat menyukainya, tapi bertanya mana lampion Yeo Wool?

"Aku baru saja menggantungkannya," jawab Yeo Wool, membuat Kang Chi menoleh lagi pada lampion yang ia kira adalah miliknya karena harapan yang tertulis itu adalah harapannya. Tapi Yeo Wool mengatakan kalau itu adalah lampionnya dan itu adalah harapannya, "Menemukan buku keluarga Gu dengan cepat dan membuatmu menjadi manusia seutuhnya. Itulah harapanku."

Kang Chi terpana mendengar jawaban Yeo Wool. Tanpa menoleh, Yeo Wool berkata pada Kang Chi, "Berhenti menatapku seperti itu. Kau membuat wajahku memerah."

Kang Chi tersipu malu dan mengangguk. Dan kali ini Yeo Wool tersenyum padanya, membuat Kang Chi semakin salah tingkah. Mereka pun memandangi lampion itu bersama-sama dan kadang saling mencuri pandang. Aww.. so cute.

Tapi ada yang mengawasi mereka dari kejauhan. Wol Ryung. Dan Kang Chi dapat merasakan kalau ia sedang diawasi. Namun saat ia menoleh ke arah Wol Ryung berdiri, Wol Ryung telah menghilang.

Soo Ryun mempertunjukkan tariannya dengan sangat mengesankan. Semua orang bertepuk tangan, puas. Tapi tidak dengan wanita itu. Dalam bahasa Jepang, ia berkomentar kalau pertunjukan itu sangatlah mengecewakan. Soo Ryun jelas sudah berumur dan tak mampu lagi menunjukkan tarian sebagus tariannya dulu.

Tak seorang pun mengerti ucapan wanita itu dalam bahasa Jepang, bahkan Jo Gwan Woong pun juga tak mengerti bahasa Jepang. Wanita itu beranjak pergi, namun (entah Soo Ryun mengerti bahasa Jepang atau melihat dari bahasa tubuh wanita itu) Soo Ryun (dalam bahasa Korea) meminta maaf atas tariannya tak mampu menyenangkan hati wanita itu.

Jo Gwan Woong bertanya apakah tarian Soo Ryun tak sesuai dengan keinginan tamunya? Asisten wanita itu menjelaskan apa yang dikatakan nyonyanya kalau tarian Soo Ryun sangatlah memalukan. Semua orang terkejut.

Wol Sun yang berada di samping Jo Gwan Woong tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjatuhkan Soo Ryun, "Sebagai kepala gisaeng mendapat kritikan pedas seperti itu, pasti tak ada yang lebih memalukan daripada ini. Bukan begitu, Tuan?"

Chung Jo yang tak terima Soo Ryun dikritik seperti itu. Ia langsung maju ke depan dan bertanya pada tamu Jepang itu untuk menjelaskan bagian mana dari pertunjukan Soo Ryun yang memalukan, "Walau sudah 10 tahun tak menari lagi, tarian yang dipertontonkan ini sangatlah anggun dan lebih gemulai daripada seekor burung. Jadi di bagian mana Anda merasa tak puas?"

Semua terdiam mendengar pertanyaan tajam Chung Jo. Soo Ryun meminta maaf atas kelancangan muridnya yang masih baru dan belum sempurna.

Tapi tamu itu memberi jawaban yang mengagetkan. Dalam bahasa Korea yang fasih, tamu itu mengatakan kalau tarian Soo Ryun tak memiliki emosi dan si penari tak memberikan seluruh hatinya untuk pertunjukan tadi. Dan ia pun beranjak pergi.

Jo Gwan Woong juga ikut meninggalkan tempat setelah menghina Soo Ryun yang ia anggap merusak malam ini. Wol Sun senang mendengarnya. Tapi tidak dengan Chung Jo.

Jo Gwan Woong menemui tamu itu yang akan kembali ke ruangannya, dan meminta maaf karena ketidakpuasan ini. Tapi ia juga mengomentari kefasihan bahasa Korea wanita itu. Asisten wanita itu yang memberi jawaban kalau Nyonya dan mendiang Tuannya mempelajari bahasa Korea bersama-sama dan bahkan ia juga mengajarkan bahasa itu.

Namun Jo Gwan Woong masih tetap berkomentar kalau dari kefasihan wanita itu, membuat orang menyangka kalau tamunya ini adalah asli orang Korea. Dari balik topi cadarnya, wanita Jepang itu hanya diam dan berlalu pergi.

Jo Gwan Woong terus memandangi wanita itu hingga rombongan itu pergi.

Soo Ryun menemui Jo Gwan Woong untuk meminta maaf. Tapi Jo Gwan Woong menyuruh Soo Ryun untuk meminta maaf secara langsung pada tamunya, atas ketidakpuasan tadi dan aksi Chung Jo.

Chung Jo berjalan-jalan keluar, menikmati festival lampion dengan ditemani oleh pelayan Chunhwagwan. Dan tanpa terasa, ingatannya kembali pada festival lampion tahun lalu, dimana ia bergembira bersama Kang Chi dan Tae Soo.

Saat melihat lampion harapan Tae Soo terpasang, Kang Chi dan Chung Jo langsung mengoloknya yang membuat harapan yang sama terus menerus dari tahun ke tahun. Tapi memang itulah harapan Tae Soo, "Aku berdoa untuk kesehatan orang tuaku dan .."

"... kesuksesan Penginapan 100 tahun!" potong Kang Chi dan Chung Jo bersamaan. Mereka pun berdua terbahak-bahak saat mengatakannya. "Bagaimana mungkin tiap tahun kau menulis harapan yang bahkan kata perkatanya pun tetap sama?" olok Kang Chi.

Walau tersipu, tapi Tae Soo mengatakan kalau hanya itulah memang harapannya. Maka Kang Chi pun menyuruh agar Tae Soo menambahkan satu harapan lagi di lampionnya, "Kumohon agar aku dapat bertemu dengan gadis cantik dan menikahinya. Titik."

Chung Jo menyela dan mengatakan kala ia sudah menuliskan harapan itu di lampionnya, "Bagaimana mungkin aku membiarkan kakakku satu-satunya menghabiskan hidupnya sendirian saja?"

Tae Soo kesal karena mereka terus mengolok-oloknya dan mengejar mereka. Kang Chi pun tertangkap dan ia pura-pura mencekiknya. Sambil tertawa-tawa, Chung Jo memukuli punggung kakaknya.

Betapa bahagia masa-masa itu. Chung Jo hanya dapat menatap lampion yang bergelantungan dengan penuh kenangan.

Dan kenangan itu seakan menjadi kenyataan, saat Chung Jo melihat Kang Chi berjalan ke arahnya dan tertegun saat melihatnya. Chung Jo pun tercekat, tak mampu menyapa.

Beberapa orang yang berada di antara mereka, pergi, dan saat itulah Chung Jo melihat kalau Kang Chi tak sendiri. Ada Yeo Wool yang berdandan cantik dan memakai hanbok yang akhirnya juga melihat Chung Jo.

Perlahan Kang Chi menyapa, tapi Chung Jo berbalik pergi. Hanya saja ia tak melihat depan sehingga menabrak seorang pria. Buru-buru ia minta maaf, tapi orang yang mabuk itu melihat kalau ia ditabrak seorang gisaeng cantik dan mulai menggodanya.

Pria itu hendak menyentuh Chung Jo, tapi Kang Chi menahan tangannya dan mengusir pria itu pergi. Dan Kang Chi pun mengantar Chung Jo pulang, meninggalkan Yeo Wool.

Mereka berjalan, tak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya sesampainya di depan Chunhwagwan, Kang Chi bertanya apakah Chung Jo masih takut padanya? "Maafkan aku yang tak memberitahu sebelumnya. Aku tak tahu bagaimana mengatakannya sehingga aku menundanya terus."

"Apakah ia tahu?" tanya Chung Jo. Tak mendapat jawaban, ia pun menjelaskan maksudnya, "Gadis yang bersamamu sebelumnya, Dam Yeo Wool. Apakah ia tahu tentang wujudmu yang sebenarnya?"

Kang Chi mengiyakan dan Chung Jo merasa sedih mendengarnya. Tapi saat ia berbalik, ia memasang wajah gisaeng terbaiknya dan berterima kasih atas bantuan Kang Chi "Jika kau mengunjungi Chunhwagwan, aku akan membalas kebaikanmu ini dengan minuman."

"Chung jo-ya.. apa yang kau.."

"Seorang gisaeng sedang menawarimu minum, kenapa kau tak menerimanya?" tanya Chung Jo menyela.

"Jangan berkata seperti itu," hardik Kang Chi. "Apapun yang kau pakai, dimanapun kau tinggal, bagiku... Kau tetap menjadi Park Chung Jo. Jadi jangan berpura-pura menjadi seseorang yang lain dan jangan pernah berkata seperti itu lagi."

"Jadi apa kau ingin mengatakan seorang gisaeng harus menjalani hidupnya, berpura-pura dengan tak menjadi gisaeng?" balas Chung Jo. "Sama seperti seorang monster yang berpura-pura tak menjadi monster dan hidup sebagai manusia? Aku ingin tahu mana yang lebih berat: Menerima takdir dan hidup sebagai takdir itu atau mengingkari takdir itu seumur hidupmu."

Kang Chi tertegun mendengar jawaban Chung Jo yang langsung masuk ke Chunhwagwan.

Tak diketahui oleh Kang Chi, Chung Jo menahan tangis di balik pintu.

Menjelang pagi, Kang Chi kembali ke tempat semula dengan gontai. Tak disangka-sangka, Yeo Wool ternyata masih berdiri di tempat yang sama walau sekarang sudah berganti baju seperti biasanya.

Astaga.. Yeo Wool menunggui Kang Chi dari tadi malam? Kang Chi-yaa... don�t break her heart, please.

Yeo Wool akhirnya melihat Kang Chi dan memasang senyumnya saat menghampiri, "Apakah ia sudah kembali dengan selamat?" Kang Chi mengangguk dan berkata kalau Yeo Wool telah kembali menjadi Yeo Wool yang sebelumnya.

Kang Chi mengajak Yeo Wool pergi, tapi Yeo Wool menghentikannya dan berkata kalau Chung Jo masih tetap orang terpenting bagi Kang Chi, "Yang tak akan pernah tergantikan dari pikiranmu. Iya, kan?"

Kang Chi tak tahu bagaimana menjawabnya, dan Yeo Wool pun minta maaf karena membuat Kang Chi canggung. Ia pun berbalik pergi.

Kang Chi tertegun melihat Yeo Wool yang berjalan menjauh darinya. Ia buru-buru mengejar Yeo Wool dan menarik tangannya. Yeo Wool berbalik, menunggu Kang Chi berbicara. Tapi Kang Chi hanya memandang Yeo Wool, matanya menyiratkan banyak hal, Dan akhirnya mulutnya berkata, ".. aku lapar."

Gubrak! Beneran deh.. Kang Chi. Mata laparmu tuh bukan seperti itu. Mata laparmu tuh saat disiksa oleh Guru Gong Dal.

Kang Chi pun sepertinya juga terkejut pada apa yang keluar dari mulutnya. Ia pun buru-buru berkata kalau mereka sudah terjaga semalaman, dan mungkin enak kalau sekarang makan sup. Yeo Wool hanya tertawa mendengar penjelasan Kang Chi.

Gon marah mendengar laporan Sung yang mengatakan kalau Kang Chi dan Yeo Wool tak di tempat. Semakin marah saat mendengar kalau mereka pergi semalaman. Gon menggeram kalau ia akan mencari Kang Chi untuk membunuhnya. Tapi Guru Gong Dal langsung menghalanginya dan menyuruh Sung untuk memegangi Gon.

Gon meminta mereka untuk melepaskannya agar ia bisa membunuh Kang Chi. Tapi Guru Gong Dal mengingatkannya kalau Guru Dam mengetahuinya, maka tak hanya Kang Chi, Yeo Wool pun bisa mati.

Dan orang itu pun muncul. Mereka pun saling melepaskan diri dan Guru Gong Dal berkata kalau ia dan Gong hanya sedang berolah raga "Ya, kan Gon?"

Gon menunduk dan mengiyakan. LOL, Gon ini sepertinya polos banget dan tak bisa berbohong. Karena saat Guru Dam menanyainya tentang keberadaan Yeo Wool, Gon hanya bisa, "Eeee... Eeee..."

"Aku menyuruhnya pergi untuk suatu urusan," Guru Gong Dal yang menjawabnya,  Guru Dam pun bertanya tentang keberadaan Kang Chi dan Guru Gong Dal menjawab kalau ia menyuruh mereka berdua pergi, "Betul, kan, Gon?"

Gon kembali menunduk dan mengiyakan walau mendongkol. Haha... mukanya itu loh.. Untung Guru Dam percaya dan berlalu pergi.

Mendadak seorang murid terburu-buru datang dan memberitahukan kalau salah satu murid ditemukan tewas

Semua ternganga melihat mayat gosong yang tergantung di atas pohon. Guru Dam bertanya pada Guru Gong Dal, kemana sebenarnya Kang Chi dan Yeo Wool. Kali ini Guru Gong Dal tak bisa menjawab.

Keduanya ternyata sedang sarapan dan Kang Chi bahkan menghabiskan sup milik Yeo Wool karena Yeo Wool merasa tak bisa makan banyak saat sarapan.

Tiba-tiba terdengar suara dari meja sebelah yang membatalkan pesanan sup mereka karena, "Rasanya nafsu makanku hilang karena sampah itu."

Pria yang bersuara itu seperti preman dan Yeo Wool tahu apa yang dimaksud dengan kata-kata itu, maka ia pun bertanya, "Apa yang kau maksud dengan sampah? Apa yang kau maksud sampah itu, kami?"

Pria itu membenarkan karena Kang Chi adalah pembunuh berarti Kang Chi adalah sampah.  Yeo Wool menggebrak meja dan mendatangi kedua pria itu, "Siapa yang kau maksud dengan pembunuh?!"

Kang Chi mencoba menenangkan Yeo Wool, tapi Yeo Wool tak mau. Mereka harus mengkoreksi pendapat orang-orang ini dan sampai kapan Kang Chi akan menerima tuduhan ini? Kang Chi memberitahu kalau Tuan Park meninggal karena ia tak dapat melindungi Tuan Park, "Jadi walau mereka menyumpahiku, aku akan menerimanya."

Pria itu buka mulut,  menyuruh Yeo Wool berhati-hati karena Kang Chi bisa berbalik menyerangnya juga. Yeo Wool langsung mengganjarnya dengan tendangan ke wajah. Cool..

Pria itu marah dan menyerang Yeo Wool. Tapi kali ini Kang Chi yang menahan tinjunya, "Kami mengerti maksudmu, jadi jangan cari masalah lagi."

Pria itu masih ingin mencari gara-gara lagi, tapi mendadak muncul suara, "Siapa yang pagi-pagi sudah membuat keributan?" Para pelanggan lainnya langsung kabur karena  yang datang adalah si preman Bong Chul yang pura-pura kaget melihat Kang Chi.

Bong Chul pun bertanya lagi mengapa pagi-pagi sudah membuat keributan? Anak buah Bong chul membentak Kang Chi yang tak menjawab. Tapi Bong Chul malah memukul anak buahnya, "Bodoh!"

Ia menatap Kang Chi dan bersuara manis, "Aku tak menanyai mereka," dan suaranya mengertak saat menghadap pria itu, "Tapi menanyainya. Kalian, preman kacangan. Kenapa kau menganggu Kang Chi-ku?"

Jiaahhh.. Kang Chi-ku?

Pria itu bengong melihat perlakukan Bong Chul yang berubah, begitu pula dengan anak buah Bong Chul. Apalagi saat Bong Chul mengusir mereka dengan keras dan menyapa Kang Chi dengan lembut, "Wahh.. apakah kamu sudah sarapan?" tanya Bong Chul sambil mengelus perut Kang Chi.

Bwahaha.. Bong Chul yang baru ini sama ngerinya dengan Bong Chul yang lama.

Kang Chi buru-buru menepis tangan Bong Chul dan anak buah Bong Chul juga bertanya, mengingatkan bosnya kalau yang mereka hadapi sekarang adalah Choi Kang Chi.

Lagi-lagi anak buah itu mendapat pukulan, "Kenapa menyebutnya Choi Kang Chi? Mulai sekarang kau harus memanggilnya dengan sebutan Kang Chi-nim atau aku akan memotongmu."

Kang Chi pun juga merasa tak enak dengan perlakuan Bong Chul, ia bertanya mengapa Bong Chul seperti ini? Kembali Bong Chul menjawab dengan lembut kalau Kang Chi tak perlu malu. Ia adalah orang yang mengenal balas budi.

Yeo Wool menyenggol Kang Chi, bertanya apa maksudnya? Kang Chi tak menjawab, malah menyuruh Bong Chul untuk menutup mulut. Dan Bong Chul pun menyetujuinya.

"Tentu saja. Jika kau memintanya, aku akan menutup mulutku, Penyelamat hidupku," kata Bong Chul manis, "Jika kau menghadapi masalah, panggil saja diriku. Tak peduli apa yang terjadi, aku akan datang dan menyelesaikannya," janji Bong Chul dan ia  menyegel janji itu dengan mengedipkan matanya.

Bwahahaha... tak hanya satu kali tapi dua kali. Tak hanya Kang Chi dan Yeo Wool yang bergidik, anak buahnya pun juga ngeri melihat bosnya yang kecentilan.

LOL LOL LOL LOL... Astaga.. dulu sudah mengira kalau Bong Chul akan memihak Kang Chi, tapi nggak mengira akan secentil ini keberpihakannya.

Kang Chi dan Yeo Wool pergi diantar oleh para preman itu dan Yeo Wool menyelamati Kang Chi yang sekarang mempunyai orang kuat yang menjaganya.

Di tengah jalan, mereka menemukan Gon yang ternyata sedang mencari-cari mereka. Buru-buru Yeo Wool menyembunyikan bungkusan hanbok ke belakang. Ia kaget saat diberitahu kalau ayahnya sedang mencarinya, "Apakah aku ketahuan? Apakah Kang Chi juga ketahuan?" tanyanya panik.

"Tak mungkin.." kata Kang Chi menenangkan, tapi ia pun bertanya dengan khawatir, "Apakah kami ketahuan?" Ha.. siapa suruh ngajak anak gadis pulang pagi?

Walaupun Gon kesal, tapi ada hal yang lebih penting yang harus mereka tahu, yaitu salah satu murid telah meninggal.

Kang Chi menuju ruang tempat mayat dibaringkan untuk melihatnya. Tapi murid-murid tak mau Kang Chi mendekati mayat temannya  dan malah bertanya kemana Kang Chi pergi semalam tadi. Tae Soo mengingatkan mereka untuk menghormati orang yang sedang berduka. Tapi murid-murid itu tak peduli dan tetap bertanya apa yang Kang Chi lakukan semalam tadi. Kang Chi tak bisa menjawab.

Tapi Yeo Wool berani mengakui pada ayahnya kalau ia pergi ke Festival Lampion dengan Kang Chi. Guru Dam marah karena sekarang semua sedang mengkhawatirkan langkah Jo Gwan Woong yang ingin menangkap Lee Soon Shin, tapi mereka malah jalan-jalan mendatangi festival lampion?

"Kenapa kau jadi seperti ini ?" tanya ayah Yeo Wool. Ia menghela nafas dan mengatakan kalau Yeo Wool tak pernah menjadi putri yang melakukan hal seperti ini. "Karena itulah aku selalu bisa mempercayaimu. Tapi sekarang.."

"Tapi sekarang Ayah tak dapat mempercayai perasaanku pada Kang Chi?" potong Yeo Wool.

Guru Dam mengatakan kalau sekarang ia benar-benar merasa kecewa pada putrinya, dan Yeo Wool hanya bisa meminta maaf dan ia ingin menjelaskan lagi. Tapi Guru Dam tak mau mendengarnya. Ia pergi meninggalkan putrinya yang mematung di dalam.

Episode-14.2        

Guru Dam keluar meninggalkan Yeo Wool dan bertemu dengan Tae Soo yang menyatakan kalau ia sudah memutuskan. Ia mendengar kalau Jo Gwan Woong sudah mengetahui tentang jatidiri Kang Chi dan ia menduga kalau Jo Gwan Woong-lah dalang dibalik pembunuhan orang-orang itu untuk menyulitkan Kang Chi dan Moo Hyung Do. "Sudah saatnya saya kembali ke Penginapan 100  tahun."

Soo Ryun menemui wanita Jepang untuk meminta maaf atas kelakuan Chung Jo dan tariannya yang tak memuaskan. Wanita Jepang itu malah bertanya sudah berapa lama Soo Ryun menjadi tinggal di Chunhwagwan? Soo Ryun menjawab sopan kalau sekitar 22 � 23 tahun.

Wanita Jepang itu mengejutkan Soo Ryun dengan memberitahu kalau sebenarnya ia sangat menyukai tarian Soo Ryun. Tapi ia mendengar kalau Soo Ryun adalah gisaeng yang tak pernah menerima tamu ataupun undangan pribadi. Jadi ia menggunakan cara ini agar bisa bertemu dengan Soo Ryun, oleh karena itu ia meminta maaf.

Wanita itu juga minta agar ia diundang untuk masuk ke dalam Chunhwagwan. Soo Ryun menolak permintaan itu karena mereka tak mengijinkan wanita untuk masuk ke dalam Chunhwagwan. Dan tempat itu bukanlah tempat yang tepat untuk didatangi dan dinikmati oleh wanita seperti wanita Jepang itu.

Maka wanita Jepang itu bertanya bagaimana jika ia bersikeras untuk masuk? Menurut Soo Ryun, hanya ada dua cara seorang wanita bisa masuk ke dalam Chunhwagwan, "Menjadi gisaeng atau menjadi pemilik Chunhwagwan."

Soo Ryun keluar meninggalkan wanita itu,walau rasa heran masih tersisa di benaknya. Sedangkan wanita itu tersenyum dan mengulang ucapan Soo Ryun yang terakhir, "Menjadi gisaeng atau menjadi pemilik Chunhwagwan.."

Jo Gwan Woong masih tak dapat mengenyahkan bayangan wanita Jepang itu dari benaknya. Ia merasa pernah melihat wanita Jepang itu, tapi entah dimana. Pengawal Seo menawarkan diri untuk mencari tahu lebih banyak tentang wanita itu. Jo Gwan Woong mengiyakan tapi mengingatkan Pengawal Seo agar tak gegabah karena ia masih harus kelihatan baik di depan mereka.

Dan walau kita tak melihat wajah wanita itu, kita dapat menebak siapa sebenarnya dia. Saat mandi, pelayan yang membantu wanita itu untuk melepaskan bajunya kaget melihat punggung wanita itu penuh tanda.

Tato gisaeng yang pernah ditorehkan di punggung Seo Hwa. Dan bekas cakar Wol Ryung yang pernah mencengkeram pundaknya. Tak ayal lagi, wanita itu adalah Seo Hwa.

Guru Dam dan Guru Gong Dal memanggil Kang Chi, Tae Soo, Gon dan Yeo Wool untuk memberitahukan tugas-tugas baru mereka.

Tae Soo akan meninggalkan Moo Hyung Do dan akan kembali ke Penginapan 100 hari. Kang Chi tak setuju namun Tae Soo berkata kalau harus ada seseorang yang pergi ke sana dan mencari tahu apa sebenarnya tujuan Jo Gwan Woong. Dan ia adalah orang yang tepat untuk menjadi mata-mata karena Jo Gwan Woong masih belum tahu kalau hipnotis yang diterimanya telah hilang.

Tapi Kang Chi tetap tak setuju dan menawarkan diri untuk menggantikan posisi Tae Soo menyelinap ke dalam penginapan. Guru Dam tak mengijinkan Kang Chi pergi karena tindakan Kang Chi akan selalu terkait dengan Lee Soon Shin.

Guru Dam memberikan tugas Kang Chi untuk menuruti apa yang diperintahkan Guru Gong Dal padanya. Kang Chi beralasan kalau salah satu murid telah tewas dan begitu pula banyak orang mati di hutan. Tak ada yang tahu alasannya.

Tetap saja, Guru Dam tak mengijinkan Kang Chi menyelidiki, karena itu adalah tugas Gon (yang ternyata bernama lengkap Gon Yi). Gon menerima tugas itu.

Dan tugas untuk Yeo Wool? "Setelah Tae Soo kembali dari misinya, kalian berdua akan menikah."

Whaatt?? Semua terkejut mendengar hal ini. Yeo Wool berkata kalau masalah ini terlalu cepat. Tapi tidak bagi Guru Dam karena ia telah memikirkan hal ini cukup lama, "Kau tak akan dilibatkan lagi ke dalam kegiatan Moo Hyung Do, dan mulai sekarang kau harus belajar bagaimana menjadi seorang wanita dan seorang istri." Dan keputusannya itu telah final.

Guru Dam meninggalkan keempat orang yang tetap terdiam di tempatnya tapi pikiran yang pasti berkecamuk. Guru Gong Dal mengejar rekannya dan bertanya apakah Guru Gong Dal tak merasa terlalu keras akan hal ini? Guru Dam memutuskan hal ini karena jika tak segera dilakukan, maka mereka tak akan dapat mengendalikan situasi.

Yeo Wool-lah yang meninggalkan tempat pertama kali dan dikejar oleh Gon. Sementara Kang Chi dan Tae Soo masih duduk terdiam  dengan pikirannya masing-masing.

Gon mengejar Yeo Wool dan melihat isi bungkusan yang tadi pagi dibawa oleh gadis itu. Gon mencoba mengajak Yeo Wool bicara, namun Yeo Wool memilih untuk sendiri. Gon pun keluar kamar, namun ia masih bisa mendengar isak tangis yang sejak tadi ditahan oleh Yeo Wool.

Sementara Chung Jo kembali berlatih tambur. Tapi pukulan tamburnya cepat dan bernada marah. Ia marah pada diri sendiri yang melepaskan tangan Kang Chi saat Kang Chi mencoba menjemputnya dari Chunhwagwan. Ia marah pada dirinya sendiri yang melemparkan batu dan mengatai Kang Chi monster. Ia marah pada dirinya sendiri saat melihat Kang Chi jalan berduaan dengan Yeo Wool di festival lampion.

Pukulan tamburnya semakin cepat, hingga akhirnya tongkat terlepas dari tangannya dan mengenai tangannya sendiri. Chung Jo tak hanya marah, tapi ia juga menyesali semua tindakannya, "Dasar Park Chung Jo. Katamu kau sudah tak menginginkan dirinya. Katamu kau tak menginginkannya karena ia adalah monster."

Chung Jo mendapat tamu, siapa lagi kalau bukan Jo Gwan Woong. Dan perasaan yang ia rasakan di ruang tambur tersembunyi di sana, dan sekarang ia menampilkan wajah gisaengnya untuk menemui Jo Gwan Woong.

Kedatangan Jo Gwan Woong kemari adalah untuk memberi hadiah pada Chung Jo, yaitu Gob Dan, pelayannya yang ada di penginapan boleh dimiliki Chung Jo. Gob Dan sangat gembira dapat melayani nonanya kembali. Jo Gwan Woong pun meminta imbalan dengan ia memberi hadiah pada Chung Jo. Ia ingin Chung Jo menuangkan arak.

Tapi gisaeng Chung Jo bukanlah Chung Jo yang lama. Ia merasa tak perlu berterima kasih atas kembalinya Gob Dan padanya, "Bagaimana mungkin anak itu adalah hadiah? Anak itu memang milikku sebelum Tuan mengambilnya."

Semua terkejut dengan mulut pedas Chung Jo. Wol Sun pun mengatakan kalau ia sudah mengingatkan Jo Gwan Woong kalau Chung Jo adalah gadis yang sangat kasar dan keras kepala. Tapi Jo Gwan Woong malah bertanya, apa yang harus dihadiahkan agar Chung Jo merasa senang?

"Bagaimana jika Tuan memberikan Penginapan 100 tahun pada saya? Saya rasa dengan pemberian itu, hati saya  akan tenang," jawab Chung Jo tenang.

Wol Sun menghardik Chung Jo yang kurang  ajar, tapi Chung Jo memotong ucapan seniornya itu, "Mungkin Tuan dapat mulai dengan menyingkirkan wanita yang berdiri di samping Anda. Maka saya pikir saya akan merasa lebih baik."

Wol Sun mulai merengek dan bertanya sampai kapan Jo Gwan Woong mentoleransi kekasaran Chung Jo? Tapi tanpa berkedip, Jo Gwan Woong malah memenuhi permintaan Chung Jo dan menyuruh Wol Sun keluar sekarang juga, "Apa kau tak dengar? Chung Jo memintamu untuk minggir. Tunggulah di luar."

Wol Sun terkejut, tapi perintah Jo Gwan Woong tak dapat dibantah. Ia pun meninggalkan ruangan dengan kesal. Para gisaeng saling berpandangan, dan saya tebak sekarang mereka tak akan berani lagi bersikap kasar pada Chung Jo jika tak ingin bernasib sama seperti Wol Sun. Go girl..!

Setelah memenuhi permintaan Chung Jo, Jo Gwan Woong meminta Chung Jo untuk menuangkan anggur ke gelasnya. Chung Jo pun melakukannya. dan Jo Gwan Woong memujinya yang menerima hal ini lebih baik dari yang ia kira.

Chung Jo pun berkata manis, "Bukankah Anda yang mengajariku? Melakukan semuanya sebisa saya. Dan itulah yang saya akan lakukan. Saya akan bertahan dan apapun yang terjadi saya akan membunuh anda dengan menusuk hati Anda."

Para gisaeng sangat terkejut mendengar ucapan Chung Jo, begitu pula Jo Gwan Woong. Tapi setelah pulih, ia pun tertawa dan mengatakan kalau ia suka dengan sikap Chung Jo, "Bagus. Itulah tatapan mata yang harus kau miliki. Aku menyetujuinya. Sampai hari itu tiba, aku akan membuatmu tetap berada di sampingku."

Chung Jo pun tersenyum, tapi matanya tidak.

Kang Chi masih belum move on dari tugas menghitung kedelai. Tapi kali ini ia melakukan tugasnya dengan setengah hati. Hingga ia mendengar suara, "Kenapa wajahmu suntuk sekali?"

Kang Chi terbelalak kaget melihat Guru Gong Dal sudah duduk di sebelahnya dan berkipas-kipas. Haha.. Kang Chi kagetnya telat banget! Kang Chi meminta Guru Gong Dal untuk bersuara saat datang, jika tidak akan Guru Gong Dal akan menakut-nakuti orang.

Guru Gong Dal malah mengira kalau Kang Chi tak dapat fokus karena masalah pernikahan Yeo Wool. Tentu saja Kang Chi membantahnya. Guru Gong Dal pun bertanya, hitungan kacang Kang Chi sudah sampai berapa?

Kang Chi memandang kacang kedelai yang ada di piring, dan berpikir sejenak sebelum menjawab, "Kupikir sekitar 6000-an." LOL, Kang Chi ini ngehitung atau ngira-ngira?

"Dan dengan melepas gelang, sudah berapa kacang yang kau hitung?" tanya Guru Gong Dal lagi. Kang Chi mendelik, "Bagaimana mungkin Guru mengatakan hal seperti itu? Di Moo Hyung Do, aku bersumpah aku tak akan melepaskan gelang ini."

Guru Gong Dal tersenyum, "Benarkah?" Kang Chi tegas menjawab,"Iya, benar."

"Berarti memang iya."

"Memang itulah yang kukatakan."

"Aku mengerti," Guru Gong Dal pun cengar-cengir dan beranjak pergi. Tapi ia kemudian duduk lagi dan bertanya, "Eh.. Kang Chi-ya.. apakah mungkin Yeo Wool.. adalah alasan kau bisa tak berubah bahkan tanpa memakai gelang?"

Kang Chi tak menjawab, hanya terbelalak menatap Guru Gong Dal. Tapi bagi Guru Gong Dal jawaban di mata Kang Chi sudah cukup dan ia pun berseru (pura-pura) heran, "Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, ya?"

Haha.. Sepertinya Guru Gong Dal sudah tahu apa yang dilakukan oleh Kang Chi sebelumnya. Apakah Kang Chi pernah melepaskan gelang itu?

Ternyata Kang Chi pun juga pernah penasaran. Saat Yeo Wool tertidur dan bersandar di bahunya, Kang Chi menutup mata dan perlahan-lahan melepaskan gelangnya. Betapa kaget dan senangnya ia melihat ia masih tetap sama, tak berubah sedikitpun.

Begitu pula saat memasang lampion harapan. Kang Chi memandangi Yeo Wool, Sesaat angin bertiup, membuat Yeo Wool menoleh pada Kang Chi. Kang Chi yang masih berwujud sama, pura-pura tak mengerti. Walau sebenarnya ia tahu, kenapa angin itu bertiup. Karena ia kembali mencobanya dan kali ini tanpa kontak fisik.

"Jujur, aku juga tak tahu alasannya. Mengapa ini terjadi saat Yeo Wool berada di sisiku," kata Kang Chi dalam hati.

Tiba-tiba ia menyadari keberadaan seseorang. Ia berbalik dan melihat seorang pria berdiri sambil tersenyum padanya. Wol Ryung.

Kang Chi bertanya siapa dia dan bangkit untuk menghadapi pria itu. Tapi tak sengaja ia menjatuhkan piring kacangnya, sehingga pandangannya sejenak teralih. Ketika ia melihat ke arah pria itu lagi, ternyata ia telah lenyap.

Guru Dam membawa Gon, Guru Gong Dal dan Tae Soo untuk menghadap pada Lee Soon Shin. Satu demi satu memperkenalkan diri mereka sebagai anggota Man of Honor dengan Tae Soo berdiri sebagai pengganti ayahnya.

Note : Saya benar-benar tak tahu apa terjemahan Man of Honor. Sebelumnya 4 orang itu disebut Four masters yang saya terjemahkan sebagai Empat Guru. Tapi ternyata mereka bukanlah guru. Jadi saya tetap sebut Man of Honor saja, ya.

Apakah orang keempat adalah Guru Dam? Ternyata tidak, karena orang keempat itu adalah Soo Ryun. Bersama-sama, mereka memberi sumpah setia kepada negara.

Lee Soon Shin berterima kasih namun mengingatkan mereka kalau apa yang akan mereka lakukan ini tidaklah mudah dan mungkin akan terasa sunyi. Tapi Guru Dam mengatakan kalau Lee Soon Shin merasa tidak mudah, maka mereka berlima akan menemani perjalanan Lee Soon Shin.

Dan satu persatu dari Man of Honor itu menyatakan kesediaannya karena akan berarti bagi hidupnya (Guru Gong Dal), dan mereka akan melakukan sekuat tenaga (Soo Ryun),  walau harus mengorbankan nyawa mereka (Tae Soo). Jadi mereka berharap Lee Soon Shin menerima  niat mereka (Gon).

Maka dimulailah tugas itu. Tae Soo menemui Jo Gwan Woong dan memberitahu apa rencana Lee Soon Shin, yaitu untuk membuat kapal. Tae Soo memberitahukan kalau kapal yang akan dibuat bukan kapal  perang biasa, tapi model baru.

Whoaa.. apakah hipnotis Tae Soo sudah benar-benar  hilang? Mengapa Tae Soo membocorkan rahasia penting ini?

Ternyata itu memang niat awal Lee Soon Shin. Menurut Lee Soon Shin, mereka harus memberikan umpan yang cukup besar sehingga Jo Gwan Woong percaya dan Tae Soo dapat mengetahui rencana Jo Gwan Woong sebenarnya.

Maka Tae Soo pun memberikan gambar kapal yang katanya berhasil ia ambil dari Lee Soon Shin. Jo Gwan Woong pun melihat denah itu dengan tertarik. Tapi apakah Jo Gwan Woong percaya? ia

Biksu So Jung sadar dari pingsannya. Ternyata ia sudah lama tergeletak di perpustakaan dan teringat percakapan terakhirnya dengan Wol Ryung. Saat itu ia menjawab pertanyaan Wol Ryung tentang siapa Kang Chi sebenarnya dengan jawaban kalau ia adalah anak Seo Hwa.

Sedikit mengherankan saat Wol Ryung sepertinya lupa akan Seo Hwa, sehingga Biksu So Jung harus menjelaskan kalau Seo Hwa adalah manusia yang Wol Ryung nikahi dulu. Wol Ryung malah bertanya apakah Seo Hwa memiliki anak, yang dijawab kalau anak itu adalah anak Wol Ryung juga, "Setelah ia melahirkan anak, ia akhirnya meninggal."

Dan reaksi Wol Ryung benar-benar aneh. Ia seperti tak peduli dan berkata, "Sayang, padahal aku ingin mematahkan lehernya dengan tanganku sendiri."

Biksu So Jung juga merasa aneh dengan sikap Wol Ryung, maka Wol Ryung pun memberitahu alasan ia kembali adalah, "Untuk menghancurkan semuanya."

Dan Wol Ryung pun mencekik leher Biksu So Jung dan melemparkannya ke dinding hingga pingsan.

Whoaa... Apakah Wol Ryung sudah benar-benar menjadi iblis dan melupakan persahabatan mereka? Atau mungkin ini adalah wujud Wol Ryung menghargai persahabatan itu? Sementara ia mencekik orang lain hingga gosong, ia hanya melemparkan Biksu So Jung ke dinding hingga pingsan.. Tak tahulah.. agak susah saya memahami pikiran iblis.

Menyadari hal itu, Biksu So Jung sadar kalau Kang Chi berada dalam bahaya besar.

Yeo Wool mencari Kang Chi, tapi Sung mengatakan kalau Kang Chi tak kelihatan. Satu murid yang kemarin melarang Kang Chi untuk melihat mayat temannya, mengatakan kalau Kang Chi mungkin sedang bersembunyi di hutan lagi. Dan ia juga mengingatkan Yeo Wool agar berhati-hati saat malam hari, karena Kang Chi mungkin akan menyerang Yeo Wool.

Yeo Wool tak suka mendengar kata-kata itu. ia mengingatkan ajaran dari Guru Gong Dal yang melarang  menuduh seseorang tanpa bukti. Tentu saja murid itu kesal karena semua orang memihak Kang Chi. Ia bukanlah manusia.

Tapi Yeo Wool mengatakan kalau Kang Chi datang kemari untuk menjadi manusia, "Sama seperti kalian yang datang kemari untuk menjadi manusia yang lebih baik.  Aku tak memihak pada Kang Chi, karena aku pun akan bersikap sama jika kalian berada di posisi Kang Chi."

Murid itu hanya menunduk malu. Namun karena itulah ia tak dapat menghentikan Yeo Wool yang pergi. Saat mendengar laporan muridnya ini, Guru Dam  hanya bisa menghela nafas dan menyuruh Gon untuk mencari Yeo Wool.

Yeo Wool ternyata mencari Kang Chi di hutan. Dan ia belum menyadari kalau ada yang mengawasinya. O ohh..

Kang Chi ternyata pergi ke rumah biksu So Jung. Dan ia menemukannya di perpustakaan bawah tanah dan masih tergeletak di tanah. Kang Chi segera menghampiri Biksu So Jung.

Tapi Biksu So Jung malah menyuruhnya untuk segera pergi sejauh mungkin karena Wol Ryung mengincarnya. Biksu So Jung menjelaskan kalau Wol Ryung adalah ayahnya., "Pergi dan larilah sejauh mungkin ke tempat dimana ia tak bisa menemukanmu. Cepatlah.."

Yeo Wool akhirnya menyadari kalau ada orang yang mengintainya. Ia segera mencabut pedangnya saat melihat bayangan itu memiliki mata merah. Yeo Wool merasakan kalau bayangan itu mendekat tapi ia tak dapat melihat sosok itu. Menyadari kalau ini adalah bahaya yang tak dapat ia hadapi, ia pun lari.

Secepat mungkin ia  berlari, tapi sosok itu tetap mengikutinya. Dan yang menghentikan Yeo Wool adalah ketika kakinya terkilir dan ia pun terjatuh, membuat ikat rambutnya lepas. Ia pun segera mengambil pedangnya yang terjatuh.

Tapi ia merasakan sosok itu mendatanginya. Ia mendongak dan melihat sosok yang sekarang terlihat jelas itu tersenyum. Yeo Wool terpaku, namun dalam hatinya ia berteriak, "Kang Chi! Tolonglah aku!"

Kang Chi menghentikan larinya dan menoleh ke dalam hutan, "Yeo Wool ah.."

Wol Ryung menghampiri Yeo Wool dan menunduk. Dengan tangannya, ia mengangkat dagu Yeo Wool dan tersenyum melihatnya.

Episode-15.1        

Yeo Wool kecil berjalan menuju meja tempat pedang disimpan. Ada 4 pedang di sana. Yeo Wool hendak mengambil salah satunya tapi ia tidak kuat mengangkatnya. Seseorang mengambilkan pedang itu untuk Yeo Wool.

"Ayah," panggil Yeo Wool senang.

Guru Dam berjongkok di depan puterinya dan menyodorkan pedang itu pada Yeo Wool. Yeo Wool memegangnya tapi ia merasa pedang itu terlalu berat.

Guru Dam tertawa kecil dan mengambil kembali pedang itu dari tangan Yeo Wool.

"Pedang adalah kekuatan. Jika kau mengayunkannya dan membunuh orang tak berdosa, beratnya akan sulit ditangani."

"Apakah Ayah pernah membunuh orang tak berdosa?" tanya Yeo Wool polos.

Guru Dam menatap puterinya.

"Sekali itu saja, aku pernah melakukannya," jawabnya dalam hati.

Yeo Wool mencari Kang Chi ke dalam hutan. Di balik kegelapan, Wol Ryung telah mengincarnya. Yeo Wool bisa merasakan ada yang sedang mengintainya.

So Jung memberitahu Kang Chi mengenai Wol Ryung.

"Ayahku? Bukankah kaubilang ayahku sudah mati?"

"Dia kembali sebagai iblis seribu tahun. Ia berusaha menghancurkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Seo Hwa. Termasuk kau, anak Seo Hwa. Dia akan menghancurkan semua yang ada di sekelilingmu. Cepat, larilah!"

Yeo Wool terjatuh saat berlari. Kakinya terkilir. Ia hendak meraih pedangnya tapi tiba-tiba seseorang muncul di hadapannya. Wol Ryung.

"Kang Chi, tolong aku!" teriaknya dalam hati.

Kang Chi bisa mendengar bahasa kalbu Yeo Wool. Ia berlari ke arah suara itu. Sementara Wol Ryung mendekati Yeo Wool dan berjongkok di depannya. Ia mengangkat dagu Yeo Wool.

Yeo Wool meraih pedangnya tapi Wol Ryung memegangi tangannya. Ia tersenyum bengis.

Kang Chi berteriak memanggil Yeo Wool. Yeo Wool menoleh tapi Wol Ryung menyuruhnya diam dan jangan bergerak.

"Siapa kau?" tanya Yeo Wool.

"Namaku Wol Ryung." Ia menanyakan nama Yeo Wool.

"Aku Dam Yeo Wool dari Moo Hyung Do."

"Dam Yeo Wool? Apa kau puteri dari Dam Pyung Joon?" tanya Wol Ryung.

Yeo Wool nampak heran Wol Ryung mengenal ayahnya. Wol Ryung bertanya bagaimana Yeo Wool bisa mengenal Kang Chi.

"Kau mengenal Choi Kang Chi?" tanya Yeo Wool bingung.

"Aku mengenal ayahnya. Ia adalah makhluk gaib yang dibunuh Dam Pyung Joon 20 tahun lalu."

Yeo Wool terhenyak. "Apa?"

"Kau tidak tahu? Orang yang membunuh ayah Choi Kang Chi adalah Dam Pyung Joon, ayahmu."

Melihat reaksi Yeo Wool, Wol Ryung sadar Yeo Wool benar-benar tidak tahu hal ini. Ia mendekatkan wajahnya pada Yeo Wool.

"Kalau begitu, Choi Kang Chi juga tidak tahu? Begitukah?"

Yeo Wool marah dan bangkit berdiri sambil menghunus pedangnya ke arah Wol Ryung.

"Kau sebenarnya siapa? Mengapa kau muncul di hadapanku dan mengatakan hal omong kosong semacam itu?"

Wol Ryung tersenyum geli dan bangkit berdiri. Ia berkata Yeo Wool tidak akan bisa menghancurkannya dengan pedang. Yeo Wool nekat menyerang Wol Ryung. Wol Ryung memutarnya dan menangkap tangan Yeo Wool hingga pedang mengarah ke leher Yeo Wool sendiri.

Terdengar suara jeritan burung gagak (atau Yeo Wool ya?). Kang Chi segera berlari ke arah suara itu.

Tangan Yeo Wool terasa lemas. Ia jatuh terduduk dalam keadaan shock. Sendirian. Wol Ryung telah melepasnya.

Kang Chi menemukannya dalam keadaan seperti itu. Ia menghampiri Yeo Wool dan terus memanggil namanya. Akhirnya Yeo Wool menatap Kang Chi.

Kang Chi merengkuh wajah Yeo Wool. Dengan khawatir ia menanyakan keadaan Yeo Wool dan memeriksa keadaannya. Yeo Wool tidak menjawab dan mulai menangis. Kang Chi terkejut.

"Ada apa? Apa yang kaulihat?" tanyanya. "Yeo Wool-ah.."

Yeo Wool memeluk Kang Chi lalu menangis tersedu-sedu. Mendengar tangisan Yeo Wool, Kang Chi ikut menangis. Ia menepuk-nepuk punggung Yeo Wool untuk menenangkannya.

Tae Soo membeberkan rencana pembuatan kapal kura-kura Lee Soon Shin pada Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong tidak percaya begitu saja. Memangnya Lee Soon Shin sanggup membuat kapal seperti itu? Tae Soo berkata kapal itu belum dibuat jadi ia juga tidak tahu Lee Soon Shin sanggup atau tidak membuatnya. Tapi ia yakin kapal ini akan dibuat dengan perak peninggalan ayahnya.

"Bagaimana aku bisa percaya kalau kau tidak bohong? Mungkin saja kau membawa informasi palsu untuk menipuku. Bukan begitu?"

"Saat ini aku berada di tepi jurang. Jurang tempat aku tak bisa berpegangan maupun berpijak. Aku hanya bertahan untuk menyelamatkan adikku yang malang. Aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk bertahan," kata Tae Soo marah. "Jadi jangan desak aku lagi... Jangan mengujiku lagi. Apa kau mengerti?"

Walau begitu Jo Gwan Woong masih ragu. Ninja Seo berkata sepertinya tidak mungkin membuat kapal seperti itu. Jo Gwan Woong bertanya apa menurut Ninja Seo, rencana kapal itu hanya perangkap? Ninja Seo berkata mungkin saja. Hanya ada satu cara untuk membuktikannya, kata Jo Gwan Woong.

Kang Chi membebat kaki Yeo Wool yang terkilir. Ia bertanya apa yang Yeo Wool lihat hingga Yeo Wool bisa jatuh dan terkilir. Yeo Wool berbohong ia tidak melihat apa-apa karena ia mengingat perkataan Wol Ryung bahwa ayahnya yang membunuh ayah Kang Chi.

Kang Chi mengomelinya karena seorang gadis berkeliaran sendirian di hutan pada tengah malam. Yeo Wool berkata ia khawatir mendengar Kang Chi menghilang tanpa mengatakan apapun. Astaga....jadi ia takut Kang Chi meninggalkannya.

"Kau tahu di hutan berbahaya akhir-akhir ini. Sebagai seorang gadis apa kau tidak punya rasa takut?"

"Mengapa kau terus menerus menekankan kalau aku seorang gadis?"

"Kau seorang gadis, kan? Masa aku panggil pria?" ujar Kang Chi.

"Kau melihatku sebagai seorang gadis?" tanya Yeo Wool.

"Memangnya kenapa? Tentu saja aku melihatmu sebagai seorang gadis," kata Kang Chi. He...dua-duanya langsung malu-malu. Jadi inget waktu mereka kecil lirik-lirikkan ;D

Kang Chi telah selesai membebat kaki Yeo Wool. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Yeo Wool berdiri. Yeo Wool meraih tangan Kang Chi.

Entah karena tenaga Kang Chi yang memang kuat, atau Yeo Wool yang terlalu ringan, Yeo Wool mendarat terlalu dekat dengan Kang Chi. Keduanya terpana.

Kang Chi berusaha melepaskan pandangannya dari bibir Yeo Wool. Sementara Yeo Wool tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Kita harus pergi sekarang. Guru akan khawatir," kata Kang Chi pelan.

"Benar."

"Kalau begitu...."

"Kalau begitu...."

Kang Chi dengan berat hati melepaskan Yeo Wool dan berjalan pergi. Yeo Wool masih terdiam mematung.

Kang Chi tiba-tiba berbalik. Ia menghampiri Yeo Wool lalu...mengambilkan sepatu dan pedang Yeo Wool. Ha^^

Tae Soo ditemani Choi dan Ok Man melihat keadaan penginapan. Suasananya begitu sepi dan dingin tidak seperti dulu. Choi berkata Jo Gwan Woong sepertinya tidak tertarik menjalankan penginapan. Ok Man berkata ia tidak tahu mengapa Jo Gwan Woong mengambil alih penginapan ini jika tidak tertarik untuk menjalankannya.

Hmmm...benar juga. Bukankah ia mengambil alih penginapan ini atas keinginan orang Jepang alias Seo Hwa?

Tae Soo bertanya akankah ia bisa mengambil alih penginapan ini kembali? Setelah itu, apakah ia bisa bermimpi mengembalikan hidupnya seperti dulu? Ia memandang penginapan itu dengan sedih.

Tae Soo sama sekali tidak menyadari ada orang yang sedang mengamatinya dari jauh. Seo Hwa dan asistennya. Asistennya berkata Tae Soo adalah putera pemilik terdahulu penginapan ini. Seorang yang pintar dan berbudi. Tertangkap dan sepertinya sekarang bekerja untuk Jo Gwan Woong.

"Jika masih hidup, anak itu akan seusianya," ujar Seo Hwa.

"Apa Nyonya membicarakan putera Nyonya?"

Seo Hwa diam dengan sedih.

Sementara puteranya yang asli sedang asyik berjalan di hutan. Yeo Wool mengaduh kesakitan. Tapi ia bersikeras ia tidak apa-apa. Kang Chi berjongkok di depannya dan menyuruh Yeo Wool naik.

Yeo Wool kaget. Ia tidak mau. Rasanya memalukan.

"Kalau begitu apa aku harus menggendongmu?" tanya Kang Chi.

Mata Yeo Wool membelalak lebar. "Apa?"

"Pilih salah satu, naik ke punggungku atau aku menggendongmu?"

Yeo Wool berkata kakinya kan tidak patah. Ia hanya terkilir. Ia bisa jalan sendiri.

Tapi Kang Chi langsung beraksi. Syuuutt...Ia menggendong Yeo Wool. Yeaaayyy^^

"Kalau begitu aku menggendongmu saja."

"Yaa..aku tidak apa-apa. Turunkan aku."

"Tidak bisa."

"Perjalanannya jauh ke sekolah. Turunkan aku."

"Sshh...kubilang tidak."

"Kau akan keberatan."

"Ssshh.. Kau bahkan tidak lebih berat dari sekarung beras. Jadi diamlah. Anggap saja tidak ada apa-apa. Dan biarkan aku yang mengurusmu. Gadis seperti apa yang tidak bisa melakukan itu?"

Yeo Wool hendak protes kembali. Ia merasa tidak enak pada Kang Chi karena telah menyusahkannya. Ehem...Kang Chi ngga keliatan susah tuh ;D

"Walau aku harus berjalan seperti ini semalaman, aku bisa melakukannya. Jadi diam saja. Hm?"

Yeo Wool tidak bersuara lagi.

"Itu baru benar. Sekarang kau menurut."

Kang Chi berjalan sambil menggendong Yeo Wool.

"Kang Chi-ah..."

"Hm?"

"Terima kasih..."

Kang Chi tersenyum. "Hm..."

Yeo Wool mengetatkan pegangannya pada Kang Chi. Kaya pengantin baru hehehe ^_^

Tapi momen indah itu tidak berlangsung lama. Gon dan para murid tiba-tiba muncul. Gon nampak geram. Lebih parah lagi, Guru Dam muncul dan menatap keduanya dengan marah.

Begitu tiba di sekolah, Guru Dam langsung memarahi Yeo Wool.

"Sudah kubilang agar berhati-hati. Apa yang kaulakukan dengannya selarut ini?" cecar Guru Dam.

"Sudah kukatakan aku terkilir."

"Kau sekarang sudah dijodohkan dengan Tae Soo!"

"Ayah bahkan tidak menanyakan pendapatku. Itu keputusan Ayah sendiri!"

Guru Dam berkata sudah hukumnya seorang gadis menikah dengan pria yang dipilih orangtuanya.

"Apa ini karena ayah Kang Chi?" tanya Yeo Wool. "Kudengar Ayah membunuh ayah Kang Chi. Apakah itu benar? Itukah sebabnya Ayah sangat dingin pada Kang Chi? Itukah sebabnya Ayah begitu menjaga jarak dengannya?"

"Apa Kang Chi juga tahu?"

"Kang Chi tidak tahu apapun."

Guru Dam bertanya darimana Yeo Wool tahu hal ini. Yeo Wool meminta Guru Dam menjawab pertanyaannya. Mengapa ayahnya membunuh ayah Kang Chi?

Guru Dam menghela nafas panjang dan berkata kejadian itu sudah lama berlalu. Ia tidak menghiraukan protes Yeo Wool dan tidak mau menjelaskan lebih jauh.

Yeo Wool teringat perkataan Wol Ryung di hutan tadi.

"Begitu....melihatmu menghunus pedangmu pada orang tak bersalah, kau sama saja seperti ayahmu."

"Ayah tidak akan pernah menggunakan pedangnya pada orang tak bersalah."

"Tapi makhluk gaib itu murni dan tak bersalah."

Yeo Wool tak percaya tapi Wol Ryung berkata ini kebenarannya. Yeo Wool menggeleng tak percaya.

"Apa yang harus kulakukan, Kang Chi-ah?" gumamnya.  

Kang Chi duduk termenung di kamarnya. Mungkin memikirkan Yeo Wool yang sedang dimarahi dan bertanya-tanya kapan gilirannya.

Guru Dam memanggil Gon. Ia memerintahkan agar Yeo Wool dan Kang Chi dipisahkan.

"Apa? Ayah memboikotku?"

"Ya, ia melarang Nona keluar dari kamar Nona."

"Minggir, aku akan bicara sendiri dengan ayahku. "

Tapi Gon menghalanginya. Mulai sekarang tiap murid bergiliran jaga di depan kamar Yeo Wool. Jika Yeo Wool keluar kamar, maka semua murid termasuk Gon akan dihukum. Ia menasihati agar Yeo Wool menurut.

Yeo Wool menghela nafas pasrah.

"Bagaimana dengan Kang Chi? Di mana Kang Chi sekarang?" tanyanya. Gon lagi-lagi cemberut mendengar nama Kang Chi disebut >,<

Kang Chi muncul di penginapan, di kamar Tae Soo. Anehnya ia berpakaian hitam...dan membawa pedang. Melihat pedang itu, Tae Soo yang tadinya gembira langsung curiga.

"Apa yang kaulakukan di sini ?" tanyanya.

"Aku ingin menegaskan sesuatu. Apakah aku pergi ke markas angkatan laut dan mencuri rencana pembuatan kapal?"

Tae Soo pura-pura tidak mengerti.

"Kapal yang direncanakan untuk dibuat Lee Soon Shin. Apa kau tidak tahu? Apa kau benar-benar mengkhianati kami?" Hm...Kang Chi kan udah tau rencana pembelotan Tae Soo.

"Aku harus melindungi adikku satu-satunya. Chung Jo. Seperti yang kautahu, ia satu-satunya keluargaku yang masih hidup."

"Begitu....jadi kau benar-benar telah berubah."

"Jika kau mengenal dirimu dan musuhmu..." Tae Soo mendadak berperibahasa.

"Apa?"

"Kau akan memenangkan setiap pertempuran," ujar Tae Soo. Ia meraih gagang lilin lalu menyerang Kang Chi.

Kang Chi menghunus pedangnya untuk menahan serangan Tae Soo.

Tiba-tiba Jo Gwan Woong muncul menghentikan mereka. Dan Kang Chi berubah kembali menjadi Ninja Seo. Tae Soo mundur karena terkejut. Jo Gwan Woong dan Ninja Seo sekarang percaya kalau Tae Soo memberi informasi yang benar.

Tae Soo pura-pura marah dengan berkata ia melakukan ini semua demi adiknya. Jadi jangan sentuh hati nuraninya yang telah ia singkirkan demi adiknya. Jo Gwan Woong menertawakan hati nurani yang seharusnya membentuk harga diri para bangsawan. Semua itu tidak ada gunanya dan omong kosong belaka.

Ia menasihati agar Tae Soo realistis. Sekarang Tae Soo bahkan lebih terlihat manusiawi setelah membuang seluruh harga dirinya demi keselamatan diri sendiri dan Chung Jo.

Tae Soo menghela nafas lega setelah Jo Gwan Woong pergi. Kedoknya masih aman. Tapi ia semakin menyadari Jo Gwan Woong harus dihadapi dengan sangat berhati-hati.

So Jung sadarkan diri di gubuknya. Kang Chi telah merawatnya semalaman hingga tertidur. Ia bahkan membawakan ramuan obat guru Gong Dal untuk So Jung.

"Aku menyuruhmu melarikan diri. Mengapa kau masih di sini?"

"Bagaimana bisa aku lari membiarkan orang yang sakit? Aku bukan anak yang kejam."

So Jung berkata sekarang bukan saatnya Kang Chi mengkhawatirkan orang lain. Saat ini Wol Ryung mencari-cari di hutan untuk membunuhnya.

"Bagaimana bisa dia itu ayahku? Walau ia makhluk gaib, ada hukum alam yang pasti. Jika ia hendak membunuhku, mana bisa ia disebut ayahku?"

"Kau bisa saja terbunuh."

"Kau bilang aku tidak akan bisa mati."

"Sesama makhluk gaib bisa saling membunuh."

"Jika ia bisa membunuhku, berarti aku juga bisa membunuhnya. Bukankah begitu, biksu?"

So Jung berkata Kang Chi tidak mungkin bisa menang dari Wol Ryung. Mengapa harus bersikeras menghadapi orang yang tidak bisa dikalahkan?

"Ia menyentuh sesuatu yang tidak boleh ia sentuh. Jadi jangan khawatirkan aku. Pergilah ke tempat yang aman. "

"Kang Chi..."

"Sssh..jangan khawatirkan aku. Aku hanya perlu tahu siapa dia. Seperti peribahasa lama: Jika kau mengenal dirimu dan musuhmu...."

"Kau akan memenangkan semua pertempuran," sambung So Jung.

"Bukan. Jika kau mengenal dirimu dan musuhmu, kalian bisa menjadi musuh atau menjadi teman. Bukan begitu?"

Di tempat lain Tae Soo tertawa, karena peribahasa itulah yang membuatnya yakin Kang Chi hitam bukanlah Kang Chi.

Kang Chi meninggalkan kediaman So Jung di hutan. Diam-diam Wol Ryung mengawasi dan mengikutinya. Kang Chi bisa merasakan ada yang mengikutinya.

Ia berbalik tapi tidak melihat siapapun. Ia berjalan mendekat. Wol Ryung menggeram. Matanya berubah merah. Kang Chi bisa mendengar geramannya.

Tapi Kang Chi tidak bisa bergerak. Sulur-sulur tanaman merambat membelit kaki hingga ke pundaknya. Melihat itu Wol Ryung terkejut dan pergi. Sepertinya hutan melindungi Kang Chi agar tidak bertempur dengan ayahnya.

Kang Chi kembali ke sekolah berteriak-teriak memanggil Yep Wool. Ia ingin menceritakan hal yang baru saja dialaminya.

Gon muncul. Kang Chi langsung bercerita mengenai sulur tanaman yang merambati kakinya. Awww..ia menganggap Gon sahabatnya hehehe ;D

Tapi Gon menanggapinya dengan cuek. Kang Chi kembali mencari Yeo Wool. Gon memberitahu kalau Yeo Wool dilarang keluar kamar.

Yeo Wool akan memulai pelajarannya menjadi wanita. Bahkan ia sudah terlihat bosan walau belum memulai. Pelajaran pertama: menjahit dan menyulam. (Wah sekretaris ottoke jadi gurunya^^ - Nice Guy)

"Apa? Menjahit?" Seru Yeo Wool horror. Kayanya dia lebih takut sama menjahit daripada sama Wol Ryung >,<

Episode-15.2        

Saat itu juga Yeo Wool langsung menemui ayahnya. Brakkk! Ia menggebrak meja.

"Menjahit? Ayah ingin aku belajar menjahit?!!" seru Yeo Wool.

"Kau sudah bertunangan, jadi kau harus belajar menjadi seorang istri."

"Ayah yang bilang agar aku tidak pernah melupakan berat sebuah pedang. Ayah yang mengajariku ilmu pedang untuk melindungi orang lain. Ayah yang mengajarku."

Ayah Yeo Wool menyuruh Yeo Wool hidup sebagai seorang wanita mulai sekarang.

"Tanggalkan pedangmu dan temukan kebahagiaan sebagai seorang istri. Itulah yang Ayah inginkan untukmu."

"Jika bukan Kang Chi, aku tidak mau."

"Apa kau bilang?"

"Jika bukan dengan Kang Chi, aku tidak hidup sebagai apapun," kata Yeo Wool tegas.

Guru Dam marah. Apa itu perkataan yang pantas diucapkan seorang anak perempuan pada ayahnya? Ayah mana di dunia ini yang akan memberikan puterinya pada manusia setengah siluman? Dan apa reaksi Kang Chi jika tahu ia yang membunuh ayahnya? Jika Kang Chi hendak membalas dendam, apa yang akan Yeo Wool lakukan?

Yeo Wool terdiam.

"Ayah mohon..jangan biarkan ayah mengotori pedang ayah dengan darah orang tak bersalah untuk keduakalinya."

Dengan itu Guru Dam mengakhiri percakapan dengan puterinya.

Kang Chi protes pada Gon. Bagaimana bisa mereka mengurung orang yang sehat? Gon berkata ini semua salah Kang Chi. Guru Dam melakukan ini karena sikap Kang Chi pada Yeo Wool.

"Jadi jangan tunjukkan dirimu lagi di depan Nona."

"Apakah dengan mengurungnya, kalian bisa mengurung hatinya juga? Apakah dengan mengikat kakinya, kalian bisa mengikat hatinya juga?"

"Hati-hati kalau kau bicara," kata Gon marah.

Kang Chi menyuruh Gon untuk mengusirnya saja daripada mengurung Yeo Wool.

"Tenang saja, aku memang berencana mengusirmu segera."

Ia melemparkan sebuah ikat pinggang yang sekelilingnya telah digantungi bel. Ia menyuruh Kang Chi memakainya.

"Kenapa?"

"Lakukan saja."

Kang Chi memakai ikat pinggang itu. Syuuuut! Dalam sekejap satu lonceng terlepas. Kecepatan pedang Gon sangat luar biasa. Kang Chi tertegun. Ia bertanya apa yang Gon baru saja lakukan.

"Sekarang tersisa 9 lonceng. Selama tiga hari ke depan sebaiknya kau menjaga lonceng-lonceng itu. Begitu kau kehilangan seluruh lonceng itu, kau akan dikeluarkan dari sekolah ini."

"Apa? Dasar...memangnya kau siapa? Kau pikir kau memiliki hak khusus dari Guru Dam? Apa hakmu untuk mengeluarkanku?"

Gon memperlihatkan ukiran pada pedangnya. Ada tiga buah ukiran bunga.

"Aku adalah salah satu dari Empat Guru dengan simbol bunga sakura." Dengan ini identitas Gon jelas sudah -_-

Kang Chi melongo.

"Tiga hari. Dalam tiga hari aku akan membuatmu menghilang dari sini untuk selamanya," kata Gon.

Kang Chi sampai tidak bisa berkata-kata saking kagetnya. Demikian juga Yeo Wool yang berkata tidak masuk akal ia harus belajar menjahit.

"Kau tidak berbicara saat menjahit. Kau menjahit dengan tanganmu," kata guru menjahitnya dengan tenang.

He...Gon versi wanita. Ehm...Gonita??

Kang Chi melampiaskan rasa frustasinya di dapur dan mulai curhat pada Guru Gong yang sedang asyik membuat obat.

"Apa ini masuk akal? Kukira Empat Guru adalah yang terbaik dari yang terbaik. Gon adalah yang terbaik? Sejak kapan? Aku mulai mempertanyakan level Empat Guru itu."

"Kau sama sekali tidak boleh meremehkan Gon. Ia yang terbaik dalam ilmu pedang setelah Guru Dam."

Kang Chi tertawa. Selama ini Gon kan kerjanya cuma mengejar-ngejar Yeo Wool dan bersikap sebagai bodyguardnya.

Ting! Satu lonceng terjatuh ke tanah. Gon tiba-tiba sudah berada di belakang Kang Chi.

"Tinggal delapan," kata Gon tenang, lalu pergi begitu saja.

"A-apaa? Hei, bagaimana bisa kau muncul dari belakang? Kau curang! Curang!" protes Kang Chi.

Guru Gong tersenyum simpul. Bagaimana bisa disebut curang jika tidak ada aturannya?

"Apa?"

"He...kelihatannya kau akan dikeluarkan dalam waktu sehari. Ini, haruskah aku memberimu ini? Ini obat khususku yang kedua," Guru Gong menyodorkan sebutir obat. "Aku membuatnya dari ginseng merah. Mungkin kau harus makan satu untuk memberimu kekuatan."

Ginseng merah..lagi?

"Tidak, terima kasih," ujar Kang Chi. Tapi ia tertarik juga dan mulai mengendus obat itu.

Terdengar suara langkah kaki di belakangnya.

"Siapa?!" bentak Kang Chi sambil berbalik mengacungkan....sendok.

Sung terkejut. "Ini aku, kak Kang Chi. Ada apa?" tanyanya bingung. Seumur-umur pasti baru sekarang dia ditodong sendok >,<

Kang Chi berlagak cool. Ia menaruh sendok itu di tangan Sung dan menepuk pundaknya. "Tidak ada apa-apa."

Guru Gong tersenyum. Sung bertanya apakah ujian lonceng sudah dimulai. "Sudah," kata Guru Gong sambil tertawa geli.

"Begitu ya...kelihatannya kak Kang chi akan segera dikeluarkan dari sini. Bukan begitu, Guru?" tanya Sung.

"Siapa tahu?"

Dan sepanjang hari itu menjadi hari yang paling mengejutkan....atau mengerikan(?) bagi Kang Chi. Saat ia kebelet hendak ke WC, tiba-tiba Gon keluar dari WC dan menebas satu loncengnya. Tujuh.

Ngomong-ngomong Gon kok tahu ya Kang Chi mau ke WC? ^_^

Saat ia mencuci muka. Ting! Satu lonceng terjatuh di dekat kakinya. Enam.

Kang Chi menyerang Gon karena kesal. Gon dengan mudah memiting lengannya. Kang Chi menginjak kaki Gon hingga ia terlepas dari pitingan Gon.

Gon menumbuk perut Kang Chi dengan gagang pedang dan siap mengeluarkan pedangnya. Kang Chi menahan agar pedang Gon tetap di sarungnya.

Gon menantang Kang Chi untuk merebut pedangnya. Tapi lagi-lagi Kang Chi tidak berhasil, sama seperti ketika ia mencoba merebut sapu Guru Gong. Dengan kesal ia terus berusaha menyerang Gon. Alhasil, loncengnya tinggal 5.

"Kau!" seru Kang Chi kesal. Tapi ia tidak berani lagi memprovokasi Gon dan memegangi pinggangnya erat-erat.

Kalau Kang Chi harus menjaga loncengnya, Yeo Wool harus menjaga jarinya. Agar tidak tertusuk jarum jahit. Setiap kali tertusuk dengan kesal ia melempar lain yang dijahitnya.

"Aku tidak bisa melakukannya. Begini ya, aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa merasakan ke mana jarumnya akan mencuat."

"Kudengar kau mampu menangani pedang yang besar," kata Gonita (panggilan sementara, soalnya aku belum tahu namanya :p).

"Aku memegang pedang bagai tanganku sendiri selama hampir 10 tahun."

"Kalau begitu anggap jarum ini sebagai pedang dan lakukanlah."

Yeo Wool berkata ia tidak pernah belajar menjahit. Gonita berkata tidak ada yang selesai hanya dalam waktu 1 hari.

"Jadi optimislah dan bersabarlah melakukannya jahitan demi jahitan."

Yeo Wool cemberut.

"Sekarang," ujar Gonita dengan tenang.

Yeo Wool terpaksa mengambil kain dan jarumnya lagi. Tidak sampai 5 detik ia sudah mengaduh lagi.

Kang Chi berjalan di tempat sepi agar tidak bertemu dengan Gon. Sebentar-sebentar ia menoleh karena takut Gon sudah berada di belakangnya. Ironis, siluman yang takut pada manusia dan bukannya sebaliknya ;D

Saat melihat tanaman yang merambati tembok, ia teringat pada tanaman-tanaman yang merambati kakinya di hutan. Ia mendekati tembok dan mengulurkan tangannya ke arah tanaman merambat di sana.

"Tumbuhlah...tumbuhlah....tumbuhlah!" Kang Chi merapal mantra buatannya sendiri. Tidak ada yang terjadi.

"Aneh, tadi tanaman itu tumbuh sendiri," gumamnya. Ia mendapat ide lalu melepas gelangnya.

Angin bertiup kencang dan mata Kang Chi berubah menjadi hijau. Tapi ia tidak menyeramkan seperti sebelumnya. Mungkin karena masih dekat dengan Yeo Wool? Atau karena ia sudah mampu mengendalikan perubahan tubuhnya?

"Tumbuhlah....tumbuhlah....tumbuhlah!" Ia kembali merapal mantra. Dan tanaman itu pun tumbuh. Kang Chi tertawa kesenangan.

Wol Ryung diam-diam memperhatikannya. Ia mendekatkan tangannya ke arah bunga di hadapannya. Bukannya tumbuh, tanaman itu malah menghitam dan kering.

Sementara itu rumor mengenai Kang Chi keturunan seorang gumiho yang dibunuh 20 tahun lalu mulai beredar di masyarakat. Juga beredar kabar kalau pembunuhan di hutan adalah perbuatan Kang Chi.

Bong Chul tentu saja tahu Kang Chi memang gumiho, tapi ia marah saat mendengar rumor Kang Chi yang membunuhi orang-orang di hutan.

"Omong kosong apa itu? Jika Kang Chi keturunan gumiho, aku pasti sudah mati," katanya pada anak buahnya.

"Jika aku menangkap siapa saja yang menyebarkan rumor tak benar mengenai orang lain, aku akan menghancurkannya. Apa kalian mengerti!" serunya di desa.

"Apa kalian mengerti?!!" Teriaknya lagi.

"Iya!" semua mengangguk ketakutan.

Bong Chul bertanya-tanya mengapa rumor seperti ini tiba-tiba beredar. Ia merasakan firasat buruk mengenai hal ini.

Kepala polisi menemui Lee Soon Shin. Lee Soon Shin menanyakan perkembangan kasus pembunuhan di hutan. Kepala Polisi berkata ia datang karena ada laporan mengenai hal itu.

"Anda mungkin tidak tahu, 20 tahun lalu ada gumiho yang muncul di sini. Kepala Polisi Dam Pyung Joon mencarinya selama 3 bulan dan membunuhnya. Lalu kami menemukan bahwa gumiho itu memiliki keturunan. Dan itu adalah Choi Kang Chi."

"Apa?"

"Kudengar semua mayat di hutan dibunuh oleh Choi Kang Chi."

"Kau pikir itu masuk akal? Siapa yang melaporkan hal omong kosong seperti itu?" sergah Lee Soo Shin.

Kepala polisi dengan terbata-bata menjawab Jo Gwan Woong yang melaporkannya. Jo Gwan Woong rupanya meminta Lee Soon Shin menyerahkan Kang Chi ke polisi untuk diselidiki jika Lee Soon Shin tidak mau dipersalahkan karena telah melindungi keturunan gumiho. Jika Choi Kang Chi tidak bersalah tentunya tidak masalah untuk diselidiki.

Tapi Lee Soon Shin berkata tidak benar membawa seorang tak bersalah untuk diinvestigasi di kepolisian (biasanya mereka melalui serangkaian penyiksaan). Jo Gwan Woong mengingatkan perjanjiannya dengan Lee Soon Shin masih berlaku. Jika Choi Kang Chi melakukan pembunuhan itu di hutan, maka Laksamana Lee Soon Shin juga harus dihukum karena telah melindunginya.

Lee Soon Shin tahu Jo Gwan Woong sedang mengancamnya dengan surat perjanjian itu. Tapi Jo Gwan Woong berkata yang saat ini terancam adalah warga desa.

Kepala polisi menyarankan Lee Soon Shin menyerahkan Kang Chi ke polisi untuk diperiksa. Bukankah itu lebih baik daripada membuat masyarakat resah?

Lee Soon Shin berada dalam dilema.

Tae Soo bertanya mengapa Jo Gwan Woong menyerang Lee Soon Shin. Jo Gwan Woong berkata itu karena Lee Soon Shin tidak akan pernah memihaknya. Karena itu ia harus menghancurkannya.

Ninja Seo mengumumkan kedatangan pedagang Jepang. Saat Tae Soo keluar, ia berpapasan dengan pedagang itu (asisten Seo Hwa). Ia tadinya hendak tahu lebih banyak tapi Ninja Seo memelototinya hingga Tae Soo terpaksa pergi.

Guru Dam, Gon, Gisaeng Chun, dan Guru Gong membicarakan masalah yang sedang dialami Lee Soon Shin.

Yeo Wool membuka jendela kamarnya dan meregangkan tubuhnya setelah seharian duduk menjahit. Kang Chi pergi menemuinya. Ia tersenyum melihat Yeo Wool.

"Kang Chi-ah..." sapa Yeo Wool dengan gembira.

"Kau dilarang keluar?"

"Iya...lihat ini," keluh Yeo Wool mengulurkan kedua tangannya. Jari-jarinya dibebat perban karena beberapa kali tertusuk jarum. "Apa kau percaya aku harus belajar menjahit setelah sebesar ini?"

"Aigoo..pasti sakit sekali," ujar Kang Chi prihatin.

"Lebih baik aku tertikam pedang. Tertusuk jarum rasanya sangat sakit. Aku tidak tahan."

"Tapi aku tetap merasa lebih baik. Sekarang kau tidak akan pergi ke hutan sendirian dan tidak akan berusaha menyelamatkan dunia sendirian."

"Oy Choi Kang Chi, bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?"

"Dan juga, kau tidak akan berada dalam bahaya lagi karena diriku," kata Kang Chi sungguh-sungguh.

Yeo Wool mendesah, tetap saja rasanya tidak enak. Rasanya menyesakkan dikurung di kamar. Kang Chi mendekati Yeo Wool lalu mengulurkan setangkai bunga. Eerr...bunganya mana?

"Tanaman apa ini?" tanya Yeo Wool.

"Ini bukan bunga biasa," ujar Kang Chi. "Lihatlah baik-baik."

Yeo Wool memperhatikan baik-baik. Cahaya biru bermunculan dan bunga itu mekar dengan sangat cantik. Yeo Wool terkejut dan takjub. Ia bertanya bagaimana Kang Chi melakukannya.

Kang Chi tertawa, ia juga tidak tahu.

"Eeeh? Bagaimana bisa kau melakukannya tapi tidak tahu caranya?"

"Aku hanya melihatnya dan menyuruhnya: tumbuhlah...tumbuhlah.... Dan ia tumbuh!"

"Wah, kau punya bakat mengesankan! Kau hebat!" puji Yeo Wool.

"Ini..." Kang Chi menyodorkan bunga itu untuk Yeo Wool.

Yeo Wool meraih bunga itu. Jarinya bersentuhan dengan jari Kang Chi. Keduanya terdiam saling memandang.

Kang Chi akhirnya menurunkan tangannya. Yeo Wool tersenyum memandangi bunga di tangannya. Ia berterima kasih pada Kang Chi. Kang chi tersenyum melihat senyum Yeo Wool.

Apa rahasianya? Kang Chi ternyata melepas gelangnya dan memeganginya erat-erat saat ia menumbuhkan bunga itu. Karena ia tahu, di dekat Yeo Wool ia tidak akan berubah.

Gob Dan menemui Chung Jo yang terlihat gusar. Ia bertanya apa Chung Jo berhasil menemui Tae Soo. Rupanya mereka bertandang ke sekolah guru Dam. Dan Chung Jo diberitahu kalau Tae Soo tidak tinggal di sekolah ini lagi.

"Lalu bagaimana dengan Kang Chi? Apa ia juga tidak di sini?" tanya Gob Dan.

Chung Jo hanya menatap Gob Dan.

Gisaeng Chun menghampiri mereka dan bertanya apa urusan Chung Jo sudah selesai.

"Sudah, Gisaeng Kepala. Aku ingin menghirup udara segar, terima kasih telah membawaku ke sini," kata Chung Jo.

Gisaeng Chun mengajak mereka pulang.

Chung Jo pulang dengan enggan. Ternyata ia melihat saat Kang Chi memberikan bunga pada Yeo Wool dan bagaimana keduanya saling tersenyum malu-malu. Hati Chung Jo hancur.

Ia kembali ke kamarnya di Chunhwagwan. Saat melihat botol obat pemberian Kang Chi, ia menangis lalu melempar botol itu ke lantai hingga pecah.

Yeo Wool menaruh bunga pemberian Kang Chi dalam vas dan tak henti-hentinya memandanginya sambil tersenyum. Tapi ingatan bahwa ayahnya yang membunuh Kang Chi dan pertanyaan ayahnya apa yang akan Yeo Wool lakukan jika Kang Chi hendak membalas dendam, membuyarkan seluruh senyumnya.

"Jika itu yang terjadi, apa yang akan terjadi pada kita, Kang Chi?" gumamnya sedih.

Kang Chi menaruh karung kacang di depan Guru Gong.

"Akhirnya, aku telah menghitung semua kacang dalam kantung iniiii!" serunya senang.

"Aigooo!! Benarkah? Jadi berapa banyak kacang di sana?" tanya Guru Gong tak kalah semangatnya.

"13.786 kacang!" Buset dah, aku udah nyerah kalau disuruh ngitung sebanyak itu -_-

Guru Gong tertawa. "Berapa?"

"13.786 kacang!"

"Aiyaaa bagaimana bisa?!" seru Guru Gong.

"Itu juga yang kutanyakan, bagaimana bisa aku menghitung kacang sebanyak itu?!" ujar Kang Chi bangga. "Aku sangat bangga dengan diriku sendiri. Jadi, jumlahnya benar, kan?"

"Kau salah."

Gubrakkkk!!

"Aku salah?" tanya Kang Chi tak percaya.

"Ya, kau salah."

"Kalau begitu 13. 787? 13. 788?"

Semua salah. Guru Gong berkata jawaban Kang Chi sangat jauh dari jawaban yang benar. Tapi Kang Chi berkeras ia sudah menghitung dengan benar. Ia menghitungnya dengan usaha keras, satu demi satu.

"Apa bagusnya itu? Kau tidak mendapatkan jawabannya."

"Apa karena memang tidak ada jawaban yang betul?"

"Masalah seperti apa di dunia ini yang tidak ada jawabannya?" sergah Guru Gong.

"Kalau begitu kumohon beri aku petunjuk," kata Kang Chi memelas.

Guru Gong malah mengulurkan sapunya.

"Apa ini?" tanyanya.

"Sapu."

Lagi-lagi Guru Gong menantang Kang Chi untuk merebut sapunya. Dan lagi-lagi Kang Chi gagal. Kang Chi beralasan gerakan Guru Gong lebih cepat dari gerakannya hingga ia tidak bisa menangkap sapu itu.

"Salah. Kau tidak bisa menangkapnya karena fokusmu hanya pada sapunya."

"Apa artinya?" tanya Kang Chi bingung.

"Jadi apa artinya? Hal yang paling penting adalah dasarnya. Apa kau mengerti?"

Kang Chi cuma bengong. Guru Gong tertawa. Ia menepuk pundak Kang Chi lalu berjalan keluar.

Kang Chi berusaha memikirkan arti perkataan Guru Gong. Guru Gong tersenyum menoleh melihat Kang Chi. Tapi senyumnya lenyap berganti dengan kesedihan ketika ia mengingat pembicaraannya tadi dengan Guru Dam dan Gon.

Guru Dam berkata jika Kang Chi menjadi penghalang rencana Lee Soon Shin maka ia harus mengorbankan Kang Chi.

Guru Gong dengan sedih melihat Kang Chi.

Wol Ryung muncul di sekolah. Ia melihat Kang Chi berjalan melewati halaman. Pikiran Kang Chi masih dipenuhi petunjuk Guru Gong. Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang. Guru Gong juga merasakannya.

Tae Soo diam-diam memperhatikan gedung tempat Seo Hwa menginap. Asisten Seo Hwa menyapanya.

Kang Chi mencari-cari siapa yang telah membuntutinya tadi. Terdengar suara menggeram di belakangnya. Ia pelan-pelan menoleh.

Untuk pertama kalinya ia berhadapan dengan ayahnya. Mata papa gumiho berkilat merah.

"Siapa kau?" tanya Kang Chi waspada.

Tae Soo menemui Seo Hwa. Seo Hwa bertanya mengapa Tae Soo mencarinya malam-malam begini. Apa karena Tae Soo penasaran akan dirinya?

Tae Soo tidak menjawab.

"Sepertinya begitu. Baguslah kau di sini. Aku juga ingin tahu mengenai dirimu."

Dan Seo Hwa membuka topinya, memperlihatkan wajahnya pada Tae Soo.

Cahaya bulan menerangi Wol Ryung hingga Kang Chi bisa melihat jelas rupa Wol Ryung. Ia agak kaget karena rupa Wol Ryung juga seperti dirinya, seperti manusia.

"Siapa kau?" tanyanya.

"Apa kau Choi Kang Chi?"

"Kutanya siapa kau?"

"Aku Gu Wol Ryung."

Kang Chi terkesiap.

Episode-16.1        

Kang Chi kaget mendengar pria itu menyebutkan namanya, "Wol Ryung" dan juga bertanya apakan dia adalah anaknya Seo Hwa.  Kang Chi menjawab kalau itulah yang dikatakan Biksu itu  padanya. Dan ia merasa kalau Biksu So Jung telah bercerita banyak tentangnya karena Wol Ryung juga tahu kalau ia sedang mencari Buku Keluarga Gu.

Namun yang tak ia duga adalah tebakan Wol Ryung yang bertanya alasan Kang Chi mencari Buku Keluarga Gu, "Apakah karena Dam Yeo Wol? Jika memang karenanya, lupakan saja. Aku akan mengampunimu jika kau berhenti berkeinginan menjadi manusia dan tetap menjadi gumiho."

Kang Chi merasa ucapan Wol Ryung tak masuk akal. Memang siapa diri Wol Ryung yang bisa menyuruhnya untuk menghentikan keinginannya menjadi manusia? Tanpa ekspresi Wol Ryung menjawab kalau Kang Chi tahu betul siapa dirinya sebenarnya.

Tapi Kang Chi tak peduli siapa Wol Ryung sebenarnya, dan bahkan jika ia tahu pun ia tak akan mengakui hal itu, "Jadi pergilah dariku. Kembalilah ke tempat asalmu dan jangan pernah kembali lagi!"

Tanpa ia duga lagi, Wol Ryung melesat menghampirinya, mendorongnya ke dinding dan mencekik lehernya. Kang Chi mencoba menahan tangan Wol Ryung dengan mencengkeram pergelangan tangannya, tapi sia-sia. Ia tetap tersengal-sengal mencari nafas, dan Wol Ryung pun juga tak peduli,

"Percayalah padaku. Mempercayai manusia hanya akan berakhir pada pengkhianatan. Mereka tak pernah akan menerimamu dan mempercayaimu. Mereka akan mengucilkanmu karena berbeda dan akan melukaimu. Ini adalah peringatan dariku. Tinggalkan dunia manusia secepatnya."

"Kau ingin aku pergi dan tinggal di hutan sendiri menjadi monster sepertimu?" terengah-engah Kang Chi bertanya.. Ia mencengkeram tangan Wol Ryung masih mencoba melepaskannya. Tapi tetap sia-sia.

"Tak pernah mati, tak pernah sakit, tak pernah tahu kapan hidup abadi ini akan berakhir, sendiri tanpa dapat menemui orang yang aku cintai? Kau ingin aku hidup sendirian seperti itu?" Kang Chi meneteskan air mata, "Maaf. Tapi aku tak bisa. Impianku adalah hidup seperti manusia."

Mendadak muncul Guru Gong Dal yang memuji jawaban Kang Chi, "Kau benar-benar adalah muridku." Guru Gong Dal pun menebak kalau Wol Ryung adalah pelaku pembunuhan di dalam hutan dan menyuruhnya untuk segera melepaskan Kang Chi.

Kang Chi panik melihat keberanian Guru Gong Dal dan meminta gurunya untuk tak mendekati mereka. Tapi terlambat karena sekarang Wol Ryung melepaskannya dan menyerang Guru Gong Dal. Namun walau sudah lepas dari cengkeraman Wol Ryung, tubuh Kang Chi masih merasa lemas.

Guru Gong Dal sempat memberikan perlawanan. Tapi hanya beberapa jurus saja karena Wol Ryung dengan mudah melumpuhkannya dan sekarang ia mencekik Guru Gong Dal. Jauh lebih keras dan mengerikan karena sekarang mata Wol Ryung memerah.

Kang Chi berteriak melihat gurunya berkelojotan karena cekikan Wol Ryung. Yeo Wool mendengar teriakan itu. Begitu pula Guru Dam dan Gon. Namun sayang Yeo Wool tak bisa keluar kamar karena Gonita melarangnya pergi, apapun yang terjadi.

Kang Chi langsung melepas gelangnya. Walau wujudnya tak menjadi gumiho, tapi matanya menghijau. Wol Ryung melihat perubahan wujud Kang Chi dan ia pun menyuruh Kang Chi untuk melepaskan keinginannya menjadi manusia, "Jika tidak aku akan menghancurkan semua yang berhubungan denganmu."

Nyawa Guru Gong Dal sudah hampir di ujung saat Kang Chi menyerang Wol Ryung. Tapi ia hanya menyerang angin karena Wol Ryung telah lenyap. Kang Chi mencoba membangunkan gurunya, tapi Guru Gong Dal sudah hampir tak bernafas karena bekas cengkeraman tangan Wol Ryung sudah meninggalkan luka di lehernya,

Masih tetap dengan mata gumihonya, tanpa pikir panjang Kang Chi mengambil batu dan dengan sisi batu yang tajam, ia mengoyak tangannya sehingga mengucurkan darah. Buru-buru ia tempelkan tangannya pada leher Guru Gong Dal.

Hingga ia merasakan sebuah pedang mengarah ke arahnya. Oleh Guru Dam yang menyuruhnya menyingkir dari tubuh Guru Gong Dal.

Ternyata tak hanya Guru Dam, tapi juga Gon dan sebagian murid Moo Hyung Do telah mengepungnya dengan pedang terhunus. Kang Chi pun mengangkat tangannya, dan dalam sekejap darahnya berubah menjadi cahaya kebiruan, menyembuhkan luka itu. Namun tak ada yang menyadari perbuatan Kang Chi karena Guru Gong Dal masih pingsan.

Beberapa murid langsung membopong Guru Gong Dal pergi dan Sung memungut gelang Kang Chi yang tergeletak di tanah. Guru Dam tetap menghunuskan pedang ke arah Kang Chi, tak menggubris tatapan memohon Kang Chi.

Wol Ryung kembali ke goa dan menarik lengan bajunya. Cengkeraman tangan Kang Chi ternyata bisa melukainya. Dan lukanya tetap seperti itu, tak sembuh dengan sendirinya.

Sementara itu, wanita Jepang itu menebak alasan Tae Soo kemari adalah karena Tae Soo penasaran pada dirinya. Dan ia senang Tae Soo kemari karena iapun juga penasaran akan diri Tae Soo. Perlahan ia pun membuka topi cadarnya dan tersenyum memandang Tae Soo.

Ia pun menawarkan teh dan kesempatan baginya dan Tae Soo untuk saling memberi pertanyaan. Tae Soo pun bertanya apakah wanita Jepang itu adalah wanita asli Jepang? Wanita Jepang itu tersenyum dan membenarkan dugaan Tae Soo. Ia pun bertanya apakah Tae Soo memihak Jo Gwan Woong?

Tae Soo berkata kalau tindakannya ini hanyalah demi untuk melindungi adiknya. Wanita itu mengangguk maklum. Ketika Tae Soo bertanya tentang apa hubungan wanita itu dengan Jo Gwan Woong, wanita itu menjawab kalau hubungannya adalah saling tukar informasi dan uang sesuai apa yang mereka butuhkan.

Tapi saat Tae Seo bertanya bagaimana cara penggunaannya, wanita itu menolak menjawab karena sekarang adalah gilirannya untuk bertanya. Dan ia pun melemparkan pertanyaan terakhir (yang berarti tak ada kesempatan lagi bagi Tae Soo untuk bertanya),

"Apakah kau ingin merebut penginapan ini kembali? Jika kau mau, aku dapat melakukannya untukmu."

Keesokan paginya, Gon menemui Yeo Wool. Ia menceritakan kalau semalam Kang Chi telah menyerang Guru Gong Dal dan Gon menduga kalau hal itu terjadi karena Kang Chi semakin susah untuk mengendalikan diri. Sekarang Guru Gong Dal masih belum sadarkan diri dan Kang Chi dijaga ketat.

Yeo Wool kaget mendengarnya dan bersikeras untuk memeriksanya sendiri. Tapi Gon melarangnya pergi.

Yeo Wool tetap memaksa karena yakin kalau Kang Chi tak akan tega melakukan ini, sehingga Gon pun berkata keras,

"Guru Gong Dal sudah terluka parah! Dan saat itu Kang Chi berada disebelah beliau dengan wujud aslinya. Apakah aku perlu menceritakan lebih banyak lagi?"

Yeo Wool terpaku mendengar cerita Gon.

Ternyata benar. Kang Chi sekarang bersimpuh di aula dan dijaga oleh tak hanya satu atau dua murid, tapi 9 murid yang bersenjata tombak. Salah satu murid (yang dulu pernah diceramahi oleh Yeo Wool) berkata kalau ia sudah menduga kalau hal ini akan terjadi dan sekarang korbannya adalah Guru Gong Dal.

Tapi Sung meragukan kalau Kang Chi adalah pelakunya. Murid itu pun berkata kalau bukti mengarah pada Kang Chi. Perbuatan itu bukan perbuatan manusia.

Sebagian murid menghadap Guru Dam dan mengungkapkan kekhawatiran mereka akan jatuhnya korban lagi setelah teman mereka yang tewas dan Guru Gong Dal.

Mereka dikejutkan oleh kedatangan Lee Soon Shin yang mendadak datang ke Moo Hyung Do karena dikabari tentang kejadian semalam.

Rupanya Kang Chi tak tahan berdiam di aula terus. Tanpa memedulikan kepungan itu, ia berdiri dan melangkah keluar. Para murid langsung mengejar dan menahannya dengan tombak yang teracung ke arahnya. Tapi Kang Chi tak peduli. Ia ingin menemui guru mereka. Tombak semakin teracung mendekati tubuhnya, maka ia pun menggertak mereka dengan menggenggam tombak itu.

Murid-murid itu pun ketakutan. Tombak masih teracung, tapi mereka gemetar untuk menghadapi Kang Chi. Kang Chi tahu tak sulit baginya untuk mengalahkan mereka, tapi terngiang kata-kata yang pernah diucapkan Yeo Wool, "Kang Chi-ya, Jangan lakukan hal itu. Mereka juga perlu waktu untuk menerimamu. Kau tahu itu, kan?"

Whoaa.. bahkan ingatan akan ucapan Yeo Wool pun bisa menjaga emosi Kang Chi, karena ucapan Yeo Wool-lah yang menghentikan niat Kang Chi untuk berkelahi.

Untung Kang Chi dapat mengingat ucapan Yeo Wool karena Yeo Wool sendiri sekarang masih tertahan di ruangannya di hadapan Gonita yang menyuruhnya untuk duduk tegak dan tak menggigiti kukunya. Yeo Wool hanya bisa menuruti perintah itu dan menatap bunga ungunya dengan cemas.

Sementara itu Kang Chi merasa disidang oleh Lee Soon Shin yang bertanya apa yang dilakukan Kang Chi malam tadi, karena walau Kang Chi mengatakan tak melakukannya tapi semua bukti mengarah padanya. Jika bukan Kang Chi maka Lee Soon Shin pun bertanya siapa pelakunya?

Kang Chi langsung teringat ucapan Wol Ryung yang mengatakan kalau manusia tak akan pernah mempercayai mereka (gumiho) dan akan mengucilkan  mereka. Ia pun bertanya setengah menuduh, "Anda juga tak mempercayai saya? Karena saya bukan manusia, dan saya berbeda dari mereka, jadi Anda mencurigai saya?"

Lee Soon Shin hanya bertanya siapa pelakunya. Tapi Kang Chi menganggap kalau Lee Soon Shi memang tak mempercayainya. Lee Soon Shin pun menjawab kalau rasa percaya itu tak langsung  muncul dalam satu hari seperti jatuh dari langit, "Kepercayaan itu adalah hal yang harus dibangun melalui sebuah hubungan. Jika orang-orang itu tak mempercayaimu, berarti kau tak membangun hubungan dengan lebih baik. Jangan salahkan orang lain."

"Jadi semua ini adalah salah saya?"

"Kaulah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi dalam hidupmu," tandas Lee Soon Shin.

"Tak peduli apa yang telah saya lakukan, tak seorangpun mau mengakuinya..."

"Jika apa yang kau lakukan hanya untuk mendapatkan pengakuan orang lain, itu adalah munafik, Kang Chi-ya!" potong Lee Soon Shin keras membuat Kang Chi tertegun.

Damn.. this old man is so wise..

Kang Chi pun mengatakan kalau bukan ia pelakunya. Lee Soon Shin menatap Kang Chi, dan berkata kalau kadar kepercayaan akan seseorang itu sebesar hubungan antar kedua orang itu, "Jika kau ingin dipercaya, pertama-tama belajarlah untuk bergaul dengan mereka."

Kembali Kang Chi tertegun, karena kata-kata Laksamana Lee Soon Shin mirip dengan ucapan Guru Gong Dal, "Kau ingin tetap bersama Yeo Wool? Pertama-tama bergaullah dengan murid yang lainnya juga."

Kang Chi keluar ruangan dan di hadapannya sudah menunggu seluruh penghungi Moo Hyung Do. Ia pun berjalan menghampiri Guru Dam dan memintanya untuk memberikan kesempatan satu kali lagi. Ia masih memiliki waktu 2 hari lagi, "Jika saya tak dapat menjaga sisa lonceng dalam 2 hari ini, saya akan pergi dari tempat ini secara suka rela. Apakah Guru mengijinkannya?"

Guru Dam memandang Kang Chi, ragu. Namun tak lama, Lee Soon Shin keluar dari aula dan berdiri di belakang Kang Chi.

Gonita menjahit sambil terkantuk-kantuk. Dan tak lama pun ia pulas dalam duduknya. Yeo Wool pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini karena begitu Gonita membuka mata, tangan-kaki-dan mulutnya sudah terikat kain.

Tak hanya itu, sekarang Yeo Wool pun sudah tak berhanbok lagi. Gonita mendelik dan (mencoba) berteriak-teriak minta untuk dilepaskan. Tapi Yeo Wool hanya tersenyum bersalah dan minta maaf, "Saya hanya pergi sebentar saja. Anggap saja Guru sekarang sedang beristirahat."

Gonita semakin mendelik dan meraung. LOL, raungannya mirip Kang Chi si gumiho. Yeo Wool kembali minta maaf, tapi langsung meloncat jendela tanpa mempedulikan teriakan Gonita.

Sepeninggal Yeo Wool, Gonita mencoba berdiri dan berjalan ke arah pintu. Tapi susah sekali berjalan dengan kaki tangan terikat. Tak ayal Gonita terjatuh dan akhirnya ia menyerah.

Ia pun mengguling-gulingkan badannya untuk sampai ke depan pintu. Bwahahaha... Dengan kakinya ia menggedor-gedor pintu. Tapi pengawal di depan yang mendengarnya mungkin menganggap itu adalah gedoran nona mudanya, makanya ia cuek saja.

Tak ditanggapi, Gonita kali ini tak menyerah. Dengan jempol kakinya yang tertutup kain, ia mencungkil pintu sedikit demi sedikit hingga terbuka lebar, membuat pengawal di depan terbelalak kaget. Bwahahaha..

Kang Chi yang sedang mendalami esensi sapu, kaget tapi senang melihat kedatangan Yeo Wool yang langsung menariknya ke dapur. Yeo Wool mengatakan ia hanya dapat kabur sebentar dan harus segera kembali. Ia hanya ingin mengetahui apakah Kang Chi baik-baik saja?

"Bagaimana kondisi Guru Gong Dal sekarang? Kenapa juga kau ada di sana? Semua orang pasti mengiramu yang mencelakai Guru Gong Dal, bukan? Apakah ayah marah padamu? Marah sekali, ya?"

Kang Chi hanya tersenyum menatap Yeo Wool yang sibuk mengkhawatirkannya. Bukannya menjawab sejuta pertanyaan Yeo Wool, ia malah bertanya kondisi pergelangan kaki Yeo Wool yang terkilir. Yeo Wool sedikit kaget ditanyai seperti itu dan menjawab kalau ia sudah sembuh. Tapi menurut Kang Chi jika kaki sudah pernah terkilir, akan mudah terkilir lagi, "Jangan lari-lari dulu dan hati-hati. Oke?"

Yeo Wool mengangguk patuh tapi, "Oy. Apa kau sadar kalau kau itu semakin cerewet akhir-akhir ini?"

Kang Chi tertawa dan meminta Yeo Wool untuk berhenti bergurau. Tapi ada satu hal lagi yang Kang Chi belum tahu, "Kau ini.. juga semakin kelihatan seperti laki-laki akhir-akhir ini."

Kang Chi tersenyum dan kali ini menjawab lebih perlahan dan lebih menggoda, "Jadi.. apa itu membuatmu bahagia?"

"Kelihatannya seperti apa?" tantang Yeo Wool dan semakin mendongakkan kepalanya menatap Kang Chi.

"Coba kita lihat," jawab Kang Chi yang semakin menunduk mengamati wajah Yeo Wool, "Kedua matamu menunjukkan kalau kau sekarang hampir mati karena bahagia."

Yeo Wool mengedikkan kepalanya. Matanya membulat saat menggoda kalau Kang Chi cocok untuk jadi penyair. Yeo Wool tak menyadari, tapi Kang Chi terpesona melihat Yeo Wool. Saat tersadar, ia pun berdehem canggung dan menjauhkan dirinya.

Kang Chi memberitahukan kondisi guru Gong Dal yang sudah membaik. Saat ditanya tentang kondisinya sendiri, Kang Chi hanya tersenyum tipis, "Masih ada harapan. Walau semua senior ingin mengusirku, tapi aku masih punya 5 lonceng yang tersisa."

Yeo Wol terkejut mendengar Kang Chi sudah mendapat ujian lonceng, "Sejak kapan?" Dan matanya semakin membulat (namun kali ini tak menggoda), mendelik kesal pada Kang Chi yang menjawab sejak kemarin, "Dan kau hanya punya 5 lonceng yang tersisa?"

Dengan percaya diri Kang Chi menenangkan Yeo Wool kalau ia masih punya 5 lonceng, "Dan jika aku dapat menjaganya selama 2 hari ini, Guru bilang aku boleh tetap tinggal di sini."

Ting..!

"Sekarang kau hanya punya sisa 4."

Bwahahaha... Yeo Wool kaget melihat Gon yang muncul tiba-tiba. Tapi kekesalan Kang Chi sudah di ubun-ubun, "Aku tak tahu kalau kau ini benar-benar tak tahu malu."

"Kau yang begitu karena memanggil seorang nona untuk menyelinap keluar dan menemuimu," balas Gon tak mau kalah.

"Kang Chi tak memanggilku keluar, aku sendiri yang menyelinap kabur," bela Yeo Wool membuat Kang Chi melipat tangannya menang dan berkata kalau sebegitu tinggi rasa peduli Yeo Wool kepadanya.

Haha.. sakit kepala kayanya si Gon akhir-akhir ini. Gon meminta Yeo Wool untuk segera kembali dan ia akan berpura-pura tak melihat Yeo Wool sekarang. Yeo Wool mencoba menawar waktunya di luar ini sebentaaaarrr... saja.

"Tidak," seru seseorang yang membuat Yeo Wool terlompat kaget dan menyebut namanya, "Nyonya Yeo Joo.."

Haa... Gonita-nim ini ternyata bernama Nyonya Yeo Joo. Enaknya dipanggil Gonita or Nyonya Yeo Joo, ya? Vote-vote-vote..

Nyonya Yeo Joo ini ternyata bisa buat Yeo Wool mengkeret dan langsung kembali ke ruangannya. Nyonya Yeo Joo mengancam akan melaporkan hal ini pada  Guru Dam jika hal ini terjadi lagi. Kali ini Yeo Wool bertanya bermanis pada Nyonya Yeo Joo, mau buat apa mereka hari ini? Ahh... baju..

Guru Dam khawatir masalah Kang Chi akan menyulitkan Lee Soon Shin. Apalagi sekarang Jo Gwan Woong menyebarkan isu tentang Kang Chi ke telinga masyarakat desa yang dapat menyudutkan posisi Lee Soon Shin. Ia meminta agar Lee Soon Shin memberikan perintah berkaitan dengan hal ini.

Lee Soon Shin berkata kalau dengan bantuan Empat Guru sudah cukup dengan Tae Soo menyusup menjadi antek Jo Gwan Woong, sehingga mereka akan dapat informasi tentang apa rencana Jo Gwan Woong  dan tujuan rombongan Jepang kemari. Jadi untuk masalah Kang Chi, ia akan menanganinya sendiri. Dan ia akan bertemu muka dengan Jo Gwan Woong sendiri.

Rencana itu disampaikan kepada Kepala Polisi yang kemudian menyampaikan pada Jo GwanWoong agar bisa menentukan tempat pertemuan. Jo Gwan Woong pun jual mahal dan mengatakan kalau ia bersedia ditemui di penginapannya. Kepala Polisi terbelalak mendengarnya. Lee Soon Shin adalah seorang laksamana yang tak bisa disuruh-suruh datang tapi Jo Gwan Woong maunya begitu.

Kepala Polisi pun menyampaikan tanggapan Jo Gwan Woong, tapi Lee Soon Shin tak mempermasalahkannya dan akan datang jam 5 sore.

Guru Gong Dal siuman saat Sung sedang merawatnya. Masih dengan mata terpejam, Guru Gong Dal membisikkan sesuatu ke telinga Sung.

Di dapur Kang Chi masih memegang sapu Guru Gong Dal dan tetap belum memahami isi sapu yang dibicarakan oleh Guru Gong Dal. Muncullah Sung yang langsung diminta Kang Chi untuk merebut sapu itu dari tangannya.

Dan dengan mudah Sung merebut sapu itu dari tangan Kang Chi. Dua kali.

Ha. Sung pun bertanya apakah Kang Chi ingin tahu bagaimana ia bisa merebutnya? Kang Chi pun memohon Sung untuk mengajarkan bagaimana caranya dan Sung pun menjelaskan, "Yang paling penting adalah isinya."

LOL. Kang Chi menatap Sung tak percaya, "Isi lagi? Bukan isinya. Ajarilah aku jurus."

Sung pun meminta Kang Chi untuk berpikir jika ada sapu yang bergerak, siapa isi yang ada di belakang sapu tersebut? Dengan penuh keheranan Kang Chi bertanya, "Memangnya ada siapa?"

"Tentu saja itu kau," jawab Sung langsung. Kang Chi semakin heran mendengar penjelasan Sung yang mengatakan kalau ia adalah isi dari sapu itu karena ialah yang mengendalikan sapu itu, "Aku tak melihat sapu itu, tapi melihat gerakanmu."

Kang Chi tertawa, ia mengerti maksud Sung. Kali ini ia meminta Sung untuk memegangnya dan ia akan merebutnya. Kali ini ia yakin bisa merebut sapu itu.

Sung pun memegang sapu itu dan memberi aba-aba, "Mulai!" Kang Chi pun fokus dan mencoba merebut sapu itu.

Ia melongo melihat ia gagal merebutnya. Ha.

Tapi ia tak menyerah. Ia kembali berkonsentrasi. Kali ini ia berhasil menangkap sapu itu di udara pada gerakan kedua. Namun hanya sementara karena pertahanan Kang Chi terbuka dan Sung dengan mudah memukul perut Kang Chi, sehingga pegangan Kang Chi pada sapu itu terlepas.

Sung mengarahkan sapu itu hingga hampir menyentuh lonceng di pinggang Kang Chi dan berkata, "Jika sapu ini adalah pedang Gon, ia pasti sudah menebas lonceng itu." Haha.

Kang Chi melongo menatap sapu itu, kemudian pada lonceng di pinggangnya dan ia berbisik pelan, "Apa mungkin.. kau adalah satu dari Empat Guru itu?" Bwahahaha...

Tentu saja Sung membantahnya. Kemampuannya itu tak ada apa-apanya dari Gon yang adalah terbaik di Joseon setelah Guru Dam. Kang Chi terduduk tak percaya mendengar kata-kata Sung. Sung menyemangatinya untuk tak menyerah, "Laksamana Lee berusaha keras untuk tetap melindungimu bahkan sampai membahayakan dirinya sendiri. Jadi kau tak boleh menyerah di sini."

Kang Chi kaget mendengar hal ini. Ia pun bertanya pada Gon apakah muncul rumor jelek tentang dirinya dan Jo Gwan Woong menggunakan rumor itu untuk menyudutkan Lee Soon Shin? Gon membenarkan dan Kang Chi bertanya mengapa Gon tak memberitahukannya? Jika ia tahu, ia akan dapat mencegahnya untuk menyebar.

Tapi Gon tak yakin Kang Chi bisa melakukannya, "Kau saja tak dapat meyakinkan teman-temanmu di sini, bagaimana mungkin kau bisa meyakinkan orang-orang di desa sana? Berhentilah membuat masalah dan pikirkan saja cara untuk menjaga lonceng-lonceng itu."

Kang Chi berkata kalau ia memiiki sebuah rencana untuk mematahkan gossip itu dan  membantu Lee Soon Shi, "Jadi apakah kau mau membantuku?"

Para murid langsung menyuarakan ketidaksetujuannya. Mereka tak percaya pada Kang Chi. Kang Chi pun melepaskan sabuk loncengnya dan berjanji kalau tindakannya nanti akan membahayakan Lee Soon Shin, ia akan keluar dari Moo Hyung Do, tak peduli bagaimana hasil ujian loncengnya, "Aku tak akan pernah kembali dan menampakkan wajahku lagi di sini."

"Termasuk pada Yeo Wool-ssi?" tanya Gon serius.

"Ya, termasuk dengannya," jawab Kang Chi yakin. "Waktu sudah mendekati jam lima. Apakah kau ingin melihat Laksamana Lee dalam masalah atau maukah kau menolongku? Apa keputusanmu?"

Para murid menatap Gon menanti keputusannya.

Episode-16.2        

Kita tak mendengar persetujuan Gon tapi kita tahu kala Gon setuju karena Gon sendiri yang memimpin operasi penyelamatan Yeo Wool.

Pertama, ia memanggil Gonita dan mengajaknya untuk berbicara mengenai suatu hal. Gonita agak enggan. Tapi melihat Yeo Wool masih sibuk menjahit, ia pun mengikuti Gon pergi.

Kedua, Sung muncul sepeninggal Gonita dan langsung masuk ke dalam kamar Yeo Wool. Ia datang untuk menyampaikan pesan dari Guru Gong Dal.

Guru Gong Dal? Memang Guru Gong Dal sudah sembuh? Ternyata memang benar. Walau masih terlihat pucat, Guru Gong Dal pergi menemui Guru Dam dan memintanya untuk duduk karena ada yang ia ingin bicarakan.

Tapi Guru Dam memiliki urgensi yang lebih penting, karena ia baru saja mendengar dari salah satu murid kalau Kang Chi pergi ke desa. Guru Gong Dal mengangguk dan dengan nafas terengah-engah ia tetap meminta Guru Dam agar duduk, "Aku akan menceritakan sebenarnya."

Guru Dam menatap Guru Gong Dal dan ia masih belum mau duduk. Ih, Guru Dam cuek banget ih. Padahal Guru Gong Dal nyuruh duduk kan karena ia juga mau duduk. Mukanya aja capek banget.

Kita tak tahu apakah Guru Dam akhirnya mau duduk atau tidak karena kita kembali ke langkah ketiga penyelamatan Yeo Wool, yaitu Gon mengajak Gonita terus berbicara sementara Yeo Wool menyelinap keluar.

Mulanya Gon bertanya keadaan Yeo Wool sekarang yang dijawab baik-baik saja oleh Gonita.  Gon mengangguk-angguk sambil mencari bahan pertanyaan lain yang pada akhirnya  keluarlah pertanyaan, "Dan bagaimana kabarmu?"

Whaat? LOL. Dasar Gon ini.

"Apa?" tanya Gonita kaget, "Mengapa kau bertanya ..?" Gonita tak meneruskan pertanyaannya, malah tersipu dan menjawab malu-malu, "Aku baik-baik saja.."

Wkwkwk..

"Hmm... Aku mengerti," jawab Gon kaku. Matanya jelalatan mencari-cari sosok Yeo Wool, dan akhirnya melihat kemunculan Yeo Wool yang mengacungkan tanda oke dan langsung kabur. Tatapan Gon yang terlalu lama ini membuat Gonita heran dan ia ingin menoleh untuk melihat arah mata Gon.

Buru-buru Gon langsung memegang kedua lengan Gonita, menahannya untuk tak melirik ke belakang. Ia  mengerutkan kening, berpikir keras untuk mengatakan sesuatu, "Terima kasih telah merawat Yeo Wool-ssi."

Gonita kembali ke ruangan dan melihat kalau Yeo Wool sedang berbaring menghadap tembok, Walau heran karena tak biasanya Yeo Wool tidur siang, ia pun berbalik pergi untuk membiarkan Yeo Wool tidur.

Hingga ia mendengar desahan nafas lega dari Yeo Wool Dan desahan itu bukan desah feminim seorang gadis. Gonita langsung kembali dan membalikkan badan Yeo Woo.

Sung! LOL.

Yeo Wool bergegas pergi tapi muncul empat murid yang menghadangnya.

Sementara itu di desa orang-orang berlarian menuju suatu tempat membuat Gob Dan yang menemani Chung Jo jalan-jalan, heran, "Apakah ada perkelahian?"

Bukan perkelahian, tapi orang-orang itu melihat Kang Chi berjalan di antara mereka dan mereka pun mulai bergosip menyebutkan Kang Chi adalah pembunuh Tuan Park. Kang Chi pun berhenti dan berkata nyaring,

"Adakah di antara kalian yang ingin tahu apakah aku adalah keturunan Gumiho?" Kang Chi mengangkat tangannya, menyuruh orang lain yang penasaran juga melakukan hal yang sama.

Bong Chul yang kebetulan lewat, segera menghampiri Kang Chi selain bertanya keras untuk pencitraan, ia juga berbisik, mengapa juga Kang Chi melakukan hal seperti ini, "Apa yang terjadi jika mereka benar-benar mengetahui identitasmu?"

Tapi Kang Chi sepertinya punya rencana sendiri dan tak menghiraukan pertanyaan Bong Chul malah bertanya lagi pada orang-orang desa. Akhirnya Bong Chul pun menuruti kemauan Kang Chi dan menyuruh orang-orang desa itu untuk mengacungkan tangannya jika memang penasaran.

Takut-takut, satu demi satu orang-orang desa itu mengacungkan tangannya, termasuk para anak buah Bong Chul. Kang Chi pun meminta mereka yang penasaran untuk berkumpul di depan Penginapan 100 tahun, "Di sana aku akan menunjukkan apakah aku keturunan gumiho atau bukan."

Chung Jo yang hadir di sana kaget. Bong Chul pun juga kaget mendengarnya. Kang Chi pun menuju penginapan setelah menepuk pundak Bong Chul.

Lee Soon Shin datang menemui Jo Gwan Woong yang tetap duduk dan tak mau berdiri menyambutnya. Tanpa basa-basi Lee Soon Shin bertanya alasan Jo Gwan Woong yang melaporkan Kang Chi ke polisi. Apakah Kang Chi adalah sebuah ancaman untuk Jo Gwan Woong?

Tentu saja alasan Jo Gwan Woong adalah Kang Chi adalah gumiho yang telah membunuh dan membahayakan banyak orang. Kenapa juga Lee Soon Shin mau melindungi monster seperti itu?

"Guru Mu Hak pernah berkata pada Raja Tae Jo, Butuh seorang yang sejenis untuk mengenali kaumnya. Mata babi melihat babi. Mata Budha melihat Budha. Jika kau menganggap Kang Chi monster, berarti di dalam hatimu kau juga adalah monster."

Jo Gwan Woong geram dikatai seperti itu. Tapi Lee Soon Shin belum selesai. Jika Jo Gwan Woong masih tetap mengacau seperti ini, meresahkan masyarakat dan menyibukkan polisi, ia akan menggunakan hukum militer untuk menghukum tindakan Jo Gwan Woong. Dan ini adalah ancamannya.

Lee Soon Shin menunduk sopan dan beranjak pergi. Tapi Jo Gwan Woong menghentikannya dan bertanya tujuan Lee Soon Shin membangun perahu model baru yang jelek bentuknya dan menimbun ransum untuk pasukan padahal negara sedang dalam kondisi siaga perang, "Bukannya untuk memberontak dan mengambil alih pemerintahan? Apakah itu juga alasanmu melindungi Kang Chi yang separuh gumiho?"

Lee Soon Shin pun menjawab, "Rencana pembuatan perahu itu adalah rencana rahasia kami. Bagaimana kau tahu? Apakah kau telah memasukkan mata-mata di Angkatan Laut kami?"

Nice, Pak. Jo Gwan Woong tak bisa menjawab karena hal ini akan membuka kedoknya yang menyuruh Tae Soo sebagai mata-mata.

Tapi pembicaraan mereka terhenti karena terdengar suara Kang Chi yang berteriak dari luar, meminta orang yang di dalam penginapan untuk keluar.

Pelayan Choi dan Man Bo yang lebih dulu keluar. Mereka bertanya cemas mengapa Kang Chi kemari apalagi setelah isu jahat yang berkembang di masyarakat.

Kang Chi mengatakan kalau kedatangannya kali ini malah untuk meluruskannya, "Aku ini adalah Choi Kang Chi, putra dari Choi Ma Reum dari Penginapan 100 Tahun. Bagaimana mungkin mereka menyebutku anak gumiho? Aku sangat marah saat mendengarnya sehingga aku tak bisa duduk diam saja."

Jo Gwan Woong muncul bersama dengan Lee Soon Shin. Tak menghiraukan Jo Gwan Woong, Kang Chi menyapa Lee Soon Shin dan membungkuk hormat padanya. Ia memberitahukan kedatangannya untuk meluruskan gosip jahat tentang dirinya yang disebarkan oleh seorang bajingan.

Lee Soon Shin meminta Kang Chi agar pulang dan tak menimbulkan masalah. Tapi Kang Chi menegaskan kalau ia tak ingin mengecewakan orang yang telah melindunginya apalagi membuat pelindungnya itu terlibat masalah, "Ini adalah bentuk kepercayaan saya yang paling besar yang dapat saya tunjukkan pada Anda."

Pada Jo Gwan Woong Kang Chi bertanya apa yang bisa membuat Jo Gwan Woong percaya kalau ia bukan anak gumiho tapi anak Choi Ma Reum? Jo Gwan Woong menyuruhnya untuk melepas gelangnya, "Kudengar gelangmu itu adalah penangkal agar kau tak berubah wujud menjadi gumiho."

Orang-orang kaget mendengarnya dan langsung berbisik-bisik. Kang Chi pun bertanya, apa yang terjadi jika ia melepas gelang dan tak terjadi perubahan? "Apa kau akan memohon ampun karena telah menyebarkan gosip yang tak benar?"

Jo Gwan Woong tak menjawab, malah menyuruhnya untuk segera melepaskan gelangnya. Kang Chi menoleh kiri-kanan, yang kita tahu pasti mencari Yeo Wool, tapi ia tak menemukannya. Jo Gwan Woong kembali mendesaknya untuk melakukannya sekarang. Kang Chi mengangkat tangannya, tapi masih ragu.

Chung Jo menatapnya khawatir. Ia tahu persis apa yang akan terjadi jika gelang itu terlepas. Ia maju ke depan untuk menghentikan Kang Chi.

Tapi ada seseorang yang lebih cepat mendahuluinya.

Yeo Wool.

Yeo Wool memanggil Kang Chi dan itu cukup untuk membuat Kang Chi menoleh dan tersenyum kepadanya. Ketika Jo Gwan Woong kembali mendesaknya, kali ini ia tak ragu lagi.

Semua mata menatap pada Kang Chi. Sebagian cemas, sebagian penasaran dan orang seperti Jo Gwan Woong dan Pengawal Seo merasa menang. Dengan anggukan Yeo Wool yang menyemangatinya, Kang Chi melepas gelang itu dan menggenggamnya.

Angin bertiup kencang setelah gelang itu terlepas, membuat semua orang melindungi diri dari terpaan angin.

Saat angin reda, mereka kembali memandang Kang Chi untuk melihat perubahan wujudnya. Betapa terkejutnya mereka, "Itu Kang Chi! Ia tak berubah sama sekali!"

Yang paling LOL adalah Bong Chul. Ia menutup mata seperti anak kecil yang menonton film horror di bioskop, dan mengintip di sela-sela jari tangannya.

Orang yang dulu pernah melihat perubahan Kang Chi, terkejut melihat Kang Chi tetaplah Kang Chi. Jo Gwan Woong jelas tak suka dengan perkembangan ini apalagi Kang Chi menatapnya dengan tersenyum menang.

Kang Chi menatap Yeo Wool dan dalam hati pun bertanya-tanya sendiri, "Aku sendiri tak tahu mengapa hal ini hanya bisa terjadi saat Yeo Wool berada di sebelahku."

Hahaha.. si Kang Chi ini benar-benar, ya.. But what should you expect from someone who doesnt recognize a pretty girl is a girl?

Yeo Wool memuji tindakan Kang Chi. Begitu pula dengan Lee Soon Shin yang dengan tatapannya memberi pujian pada Kang Chi.

Tapi tidak dengan Jo Gwan Woong. Ia geram dan bertanya pada Pengawal Seo, mengapa hal ini bisa terjadi? Pengawal Seo tak tahu, tapi ia pun juga geram dan mencabut pedangnya untuk menguji Kang Chi. Yeo Wool terbelalak kaget melihat tindakan pengecut Pengawal Seo itu.

Tapi ternyata sudah ada yang melindungi Kang Chi. Gon!

Ahh... I love you, Gon. Dan I love Mr Dam too, karena ia pun muncul bersama beberapa murid (yang tadi menahan Yeo Wool) dan berkata lantang, "Turunkan pedangmu! Kang Chi adalah muridku. Jika kau melukainya tanpa alasan jelas, aku, Dam Pyung Joon, tak akan pernah memaafkan orang yang menghunus pedang itu."

Aww.. kerenn!!

Lee Soon Shin pun bertanya apakah Jo Gwan Woong masih menganggap Kang Chi sebagai monster? Jo Gwan Woong tak bisa menjawab, jadi ia pun memilih masuk ke dalam.

Lee Soon Shin pun sekarang menghampiri Kang Chi, "Aku tersentuh oleh keberanianmu. Tapi jika kau melakukan hal seperti ini lagi di masa yang akan datang.."

..matilah kau."

Haha.. nggak ding. Nggak mungkin Lee Soon Shin mengatakan juggeule or something like that.

Lee Soon Shin tak meneruskan ucapannya sehingga Kang Chi pun bertanya menggoda, "Apakah Anda tadi cemas?" Lee Soon Shin hanya tertawa dan menepuk-nepuk pundak Kang Chi. Ia pun pergi diiringi tundukan hormat dari seluruh warga desa.

Kali ini Guru Dam yang memarahi Kang Chi, "Kenapa kau melakukan hal yang sangat membahayakan ini? Jika aku tak mengijinkan Yeo Wool, apa yang akan terjadi?"

"Saya tahu hal itu tak mungkin akan terjadi," jawab Kang Chi sambil tersenyum, "Karena saya percaya pada kesetian Tuan pada Laksamana."

Guru Dam hanya memandang Kang Chi. Ingatannya kembali pada percakapannya dengan Guru Gong Dal yang mengatakan kalau pelakunya adalah makhluk lain yang sejenis dengan Kang Chi yang bertanya apakah Kang Chi adalah anak Seo Hwa.

Guru Dam menyadari kalau Kang Chi tahu siapa pelakunya tapi tak menceritakan hal itu kepadanya. Guru Gong Dal menduga karena Kang Chi memiliki hubungan dengan makhluk itu. Guru Dam pun bukan pria bodoh. Ia dapat menduga, tapi ia meminta Kang Chi untuk berbicara lebih banyak lagi saat mereka kembali ke Moo Hyung Do.

Pada Yeo Wool, Guru Dam menyuruh putrinya untuk segera kembali untuk menerima hukuman karena kabur. Yeo Wool pun mengiyakan dengan lesu.

Tapi kelesuannya hilang saat melihat Kang Chi tertawa bahagia saat menatapnya. Di tengah kerumunan yang mulai mencair itu, mereka tetap berdiri saling memandang dan melempar senyum.

Mereka tak menyadari kalau dari kerumunan yang mulai hilang itu berdiri dua orang yang sedih saat memandangi mereka.

Chung Jo dan Tae Soo.

Di Moo Hyung Do, Gon mengangkat sabuk Kang Chi dan bertanya siapa diantara para murid yang masih keberatan dengan Kang Chi tinggal di sekolah mereka? Ia akan menarik lonceng berdasarkan tangan yang teracung.

Dua orang mengacungkan tangan dan Gon pun menarik lonceng dari sabuk itu. Gon pun bertanya siapa lagi yang keberatan?

Sung berteriak pada teman-temannya meminta mereka tak salah paham pada Kang Chi. Bukan Kang Chi yang menyerang Guru Gong Dal. Ia malah mencoba untuk melindungi Guru.

"Dia memang berbeda dari kita. Tapi hal ini tak boleh dijadikan alasan kita untuk mengucilkan dan membencinya. Banyak dari kita yang datang kemari karena karena dikucilkan di kampung kita. Tapi sekarang lihat. Kita tak ada bedanya dengan orang-orang yang telah mengucilkan kita dulu."

Ahh.. si Sung juga awesome, deh. Jadi ngefans sama Sung :)

Para murid tertunduk, menyadari kebenaran ucapan Sung. Gon pun kembali bertanya apakah ada yang masih keberatan? Kali ini tak ada yang mengacungkan tangan. Kang Chi pun bertanya pada Gon apakah ia bisa meminta sabuknya kembali?

Gon pun mencabut satu lonceng membuat Kang Chi bengong, "Yang itu untuk apa? Tak ada yang mengacungkan tangan, kenapa kau menariknya?"

"Itu dariku. Aku tetap ingin kau meninggalkan sekolah ini," jawab Gon sambil melemparkan sabuk itu pada Kang Chi, "Jagalah sabuk itu hingga matahari terbenam jika kau tak ingin diusir dari tempat ini."

Bwahaha.. si Gon ini bisa kumat juga jahatnya. Tapi taruhan, pasti dia tak akan menebas lonceng terakhir. Ia hanya menyuarakan pendapatnya tapi tetap mengijinkan Kang Chi tinggal.

Para murid membubarkan diri, namun sebelum mereka pergi, Kang Chi berterima kasih pada mereka karena mengijinkannya tinggal di sini, "Sejujurnya, aku tak punya tempat lain untuk dituju."

Kang Chi pun membungkuk dan sebagian menepuk pundak mereka untuk menunjukkan penyesalan mereka. Pada Sung Kang Chi mengucapkan terima kasih sekali lagi. Sung tersenyum dan menjawab, "Sekarang kau akhirnya menjadi satu dari kacang-kacang yang ada di dalam karung."

Maksudnya Sung sih Kang Chi sekarang menjadi bagian dari keluarga besar Moo Hyung Do. Tapi Kang Chi juga mengerti maksud Sung. Ia berteriak senang, dan itu membuat Sung tertawa.

Kang Chi pun menemui Guru Gong Dal dan memberi jawaban, "Satu karung. Tak peduli berapa banyak kacang yang ada, setelah dimasukkan ke dalam karung, kacang-kacang itu menjadi sekarung." Kang Chi tersenyum dan bertanya apakah jawabannya kali ini benar?

"Mungkin iya, mungkin tidak," jawab Guru Gong Dal yang membuat Kang Chi bingung. Sebenanarnya jawabannya benar atau salah? Guru Gong Dal malah menyuruh Kang Chi untuk mencuci piring-piring yang sudah menumpuk dan meninggalkan Kang Chi menggaruk-garuk bingung.

Pada Sung, Guru Gong Dal mencubit pipinya karena memberi jawaban sebenarnya. Sung kan seharusnya hanya memberi petunjuk. Sung berkilah kalau ia memang hanya memberi petunjuk, tapi Kang Chi yang pintar langsung menyimpulkan petunjuk itu.

Guru Gong Dal tertawa senang mendengarnya dan mereka melihat Kang Chi yang masih sibuk menghitung bingung. Haha.. Kang Chi ini pin pin bo, ya..?

Ternyata Soo Ryun menempatkan mata-mata di Penginapan 100 Tahun. Mata-mata itu adalah pelayan yang ikut memandikan wanita Jepang sebelumnya. Dan ia memberitahukan tentang tato gisaeng bekas cakar di pundak wanita Jepang.

Soo Ryun teringat saat mentato pundak Seo Hwa dan juga kata-kata Dam Pyung Joon saat menitipkan Seo Hwa yang hamil kalau Seo Hwa mengalami luka yang disebakan oleh makhluk gaib. Dan itu membawanya pada satu kesimpulan, "Tak mungkin. Anak itu tak mungkin masih hidup."

Karena identitas wanita itu sudah ketahuan, kita wanita Jepang itu dengan Seo Hwa saja, ya?

Tae Soo menemui Seo Hwa dan bertanya apa syarat yang harus ia penuhi? Ia yakin kalau ada bantuan pasti ada pula syaratnya. Seo Hwa pun mengakui hal itu dan ia pun berkata, "Jadilah putraku."

Whaa..?? Beneran Putra yang Tertukar, nih? Atau di Jepang Seo Hwa streaming nonton sinetron itu?

Tae Soo terkejut mendengarnya. Seo Hwa mengatakan kalau hal itu sudah lebih dari cukup untuknya.

Yeo Wool kembali dengan pelajaran menjahitnya. Dan Gonita pun kembali terkantuk-kantuk karena sekarang hari sudah malam. O ohh.. bukan pertanda bagus nih kalau melihat wajah usil Yeo Wool.

Gonita lagi-lagi mendelik dan meraung karena terbangun dengan tangan-kaki-mulut terikat. Yeo Wool lagi-lagi meminta maaf, "Kumohon..  bantulah aku kali ini saja, ya."

"^%(#*$@&%.." Gonita mendelik marah.

"Kali ini aku akan segera kembali dan sementara itu tidurlah," kata Yeo Wool lagi sebelum kabur untuk melakukan sesuatu hal yang penting meninggalkan Gonita yang berteriak, "&*x*  %&>%<& $ @#)@*$&^*@x@!!?!!"

Hal gawat darurat  apa sih yang membuat Yeo Wool kabur lagi?

Untuk berkencan dengan Kang Chi. Cie ciee...

Kang Chi ternyata sudah menunggu di luar dan tersenyum saat melihat Yeo Wool. Mereka telah janjian sebelumnya dan Kang Chi pun memberitahu alasan pertemuan mereka.

Ia mengulurkan lonceng terakhir pada Yeo Wool, "Loncengku masih tersisa satu."

Yeo Wool menerima lonceng itu, bersyukur melihatnya. Kang Chi berkata kalau teman-teman satu sekolah membantunya untuk mendapatkan lonceng itu.

Tiba-tiba muncul sekelompok murid, membuat mereka terkejut dan Kang Chi buru-buru menarik Yeo Wool bersembunyi di dalam semak-semak.

Dekaaattt... sekali. Seperti siang tadi. Tapi kali ini Kang Chi tak merasa canggung dan ia mendekatkan wajahnya untuk mencium..

Yeo Wool gugup, namun tangan Kang Chi menggenggam tangannnya sehinnga ia pun menutup mata, menanti ciuman Kang Chi..

"Kang Chi-nim! Kang Chi-nim! Kang Chi-nim!!"

Ahh!!! Sung, kamu nggak awesome lagi!!

Mereka sejenak terpaku, tapi kemudian dengan matanya, Yeo Wool mengisyaratkan untuk keluar, tapi Kang Chi tak mau, sehingga Yeo Wool harus mendorongnya keluar.

Kang Chi keluar dengan posisi canggung, membuat Sung heran. Tapi Sung mengabaikan keheranannya dan berkata kalau Guru Dam sedang mencarinya.

Ah.. Radar Guru Dam bener-bener hebat, deh.. Anaknya mau pacaran kok bisa-bisanya tahu, ya? :p

Sepeninggal Sung, Kang Chi pun berbalik lagi untuk pamit pada Yeo Wool. Yeo Wool tak bisa mengatakan apa-apa hanya bisa melihat Kang Chi pergi. Tapi Kang Chi berbalik lagi dan meraih bahu Yeo Wool kembali.. dan berkata, "Tidur yang nyenyak!"

Akkkhhh... Kang Chi!

Yeo Wool tergagap, "Kau juga." Tapi ia tersenyum saat wajah frustasi Kang Chi saat pergi meninggalkannya.

Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan membekap mulutnya dan menariknya pergi.

Kang Chi menemui Guru Dam yang ingin tahu siapa makhluk yang sebenarnya menyerang Guru Dam, "Apakah kau tahu siapa dia?"

Kang Chi menjawab tahu tapi ia ragu memberitahukannya. Guru Dam hendak berkata sesuatu pada Kang Chi tapi mendadak Nyonya Yeo Joo muncul dan mengatakan kalau Yeo Wool menghilang lagi dari sekolah.

Guru Dam kaget mendengar Yeo Wool tak ada di sekolah. Begitu pula Kang Chi karena setahu dia, Yeo Wool pasti sudah kembali ke ruangannya sekarang. Kang Chi pun menyadari sesuatu. Ia pun keluar dan mencari Yeo Wool di tempat pertemuannya tadi.

Di sana ia tak menemukan Yeo Wool. Hanya ada lonceng tergeletak di tanah. Ia memungutnya dan teringat peringatan Wol Ryung, "Musnahkanlah keinginanmu untuk menjadi manusia, atau aku akan memusnahkan semua yang berkaitan denganmu."

Kang Chi menggenggam lonceng itu erat-erat dan berkata geram, "Wol Ryung."

Episode-17.1        

Kang Chi: Mengapa waktu itu aku tidak dapat menjawabnya?

Yeo Wool: Aku hanya ingin melakukan apapun yang bisa kulakukan untukmu. Itulah kata hatiku saat ini.

Kang Chi: Mengapa waktu itu aku tidak bisa mengatakannya padamu? Sebenarnya....sebenarnya, Yeo Wool-ah...

Kang Chi menduga Wol Ryung yang menculik Yeo Wool. Sementara Wol Ryung berdiri sendirian di dalam gua. Ia sepertinya merasakan sesuatu.

Yeo Wool dipanggul oleh dua orang berpakaian hitam-hitam menuju hutan. Mulut dan matanya diikat.

Kang Chi memberitahu Guru Dam mengenai Wol Ryung. Wol Ryung adalah ayahnya dan telah kembali menjadi Iblis Seribu Tahun. Ia mengetahui hal itu dari So Jung.

Guru Dam bertanya apakah Wol Ryung yang telah menyerang Guru Gong. Kang Chi membenarkan. Guru Dam bertanya mengapa Kang Chi tidak memberitahunya sejak awal. Kang Chi menunduk.

"Bagaimanapun juga itu adalah ayahnya. Ia ingin melindunginya," kata Guru Gong bijak.

Kang Chi melepas gelangnya dan menaruhnya di atas meja Guru Dam. Matanya berubah menjadi hijau.

"Aku akan membawa kembali Yeo Wool dengan selamat bagaimanapun caranya. Jika aku tidak bisa membawanya kembali, aku juga tidak akan kembali."

"Kang Chi..."

"Aku akan kembali."

Kang Chi pergi. Guru Dam dan Guru Gong menghela nafas panjang.

Gon memberi pengarahan kepada para murid untuk menyebar mencari Yeo Wool. Ia melihat Kang Chi keluar dengan wujud silumannya. Kang Chi berkata ia hendak mencari Yeo Wool. Gon khawatir Kang Chi membuat masalah lagi tapi Kang Chi berkata ia tidak akan kembali sebelum menemukan Yeo Wool.

Yeo Wool dikepung beberapa orang berpakaian hitam. Melalui gemerisik langkah mereka, Yeo Wool bisa memperkirakan mereka lebih dari satu. Rupanya pemimpin mereka adalah Ninja Seo.

Penutup mulut Yeo Wool dibuka tapi matanya masih ditutup. Ninja Seo bertanya apakah Yeo Wool anak Dam Pyung Joon. Yeo Wool balik bertanya siapa penculiknya.

"Mengapa kau melakukan ini?!"

"Salahkan ayahmu. Semua ini karena ayahmu."

Rupanya Jo Gwan Woong sakit hati karena Guru Dam berkali -kali mempermalukannya. Ia memerintahkan Ninja Seo untuk menyingkirkan hal yang paling disayangi Dam Pyung Joon untuk memberinya pelajaran.

"Penggal dia dan tinggalkan kepalanya di halaman Moo Hyung Do Gwan (sekolah Guru Dam). Tinggalkan tubuhnya di hutan agar dimakan binatang," perintah Ninja Seo pada anak buahnya. Sadis >,<

Ninja Seo pergi bersama anak buahnya hingga tersisa 3 orang yang menghunus pedang mereka ke arah Yeo Wool. Dengan mengandalkan nalurinya dan indera pendengarannya, Yeo Wool melawan mereka sekuat tenaga

Tapi ia bukan lawan mereka. Yeo Wool terjatuh. Tepat saat seorang dari mereka hendak menebas Yeo Wool, muncul seseorang yang membunuh ketiga orang tadi. Yeo Wool hanya mendengar suara jeritan dan suara orang terjatuh ke tanah.

"Siapa di sana?" tanya Yeo Wool.

Wol Ryung berjongkok di hadapan Yeo Wool. Ia membuka tali yang mengikat tangan Yeo Wool dan penutup matanya. Yeo Wool terkejut.

"Sudah kuduga...memang kau," ujar Wol Ryung dengan senyum sinisnya. Yeo Wool melihat ke sekelilingnya, para penculiknya telah mati.

Ninja Seo yang bersembunyi terkejut melihat Wol Ryung. Dan ketakutan. Ia mencegah anak buahnya menyerang Wol Ryung karena Wol Ryung bukan lawan mereka. Mereka hendak melarikan diri.

Tiba-tiba Wol Ryung berdiri di hadapan mereka. Tak lama terdengar jeritan. Yeo Wool mempergunakan kesempatan ini untuk lari. Sementara Kang Chi berlari dari arah berlawanan.

Yeo Wool terpekik kaget saat Wol Ryung tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Pergi..." kata Yeo Wool.

"Apa kau baru saja melarikan diri dariku?" ujar Wol Ryung, nampak sakit hati karena Yeo Wool lari darinya.

"Pergi!!" seru Yeo Wool.

"Kau tidak akan bisa lari dariku. Kecuali aku yang membiarkannya."

Yeo Wool terus mundur ke belakang. Wol Ryung mendekatinya. Terdengar suara geraman di belakang Yeo Wool. Wol Ryung berhenti. Yeo Wool menoleh.

Kang Chi telah menemukannya. Yeo Wool hendak menghampiri Kang Chi tapi Wol Ryung tiba-tiba mencekiknya.

"Lepaskan Yeo Wool."

"Hanya ada 1 cara untuk menyelamatkan wanita ini. Menyerahlah menjadi manusia. Bukankah aku sudah memberitahumu siapa aku? Aku adalah ayah Choi Kang Chi."

Yeo Wool terkejut.

"Menyingkirlah dari Yeo Wool!" seru Kang Chi.

Wol Ryung mengetatkan tangannya di leher Yeo Wool.

"Putuskan lebih dulu," ancam Wol Ryung.

"Jangan, Kang Chi. Jangan menyerah," ujar Yeo Wool.

Wol Ryung menghadapkan Yeo Wool padanya. Ia menyuruh Yeo Wool diam.

"Jangan ganggu Kang Chi lagi. Walau kau tidak mendesaknya seperti ini, ia sudah mengalami kehidupan yang sulit. Jadi tolong hentikan. Jika kau memang ayah Kang Chi, jangan lukai dia lagi. Apa kau mengerti?"

Wol Ryung untuk sesaat seakan tersentuh dengan perkataan Yeo Wool. Tapi Ia kembali mencekik lebih kencang dan menyuruh Yeo Wool diam. Kang Chi menyerang ayahnya agar melepaskan Yeo Wool.

Kang Chi bertanya apakah Yeo Wool tidak apa-apa. Wol Ryung marah karena Kang Chi berani menyerangnya. Matanya berubah merah. Ia menggeram marah. Kang Chi menyerangnya. Tapi Kang Chi sama sekali bukan tandingan ayahnya. Ia babak belur dipukuli ayahnya. Yeo Wool hanya bisa menangis melihat Kang Chi terluka.

Kang Chi kesulitan untuk berdiri.

"Kau tidak akan menang melawanku. Menyerahlah," kata Wol Ryung. Ia berbalik menghampiri Yeo Wool.

"Tidaaak!" seru Kang Chi. Walau tubuhnya terluka, ia berdiri di depan Yeo Wool untuk menghalangi ayahnya. "Jangan dekati Yeo Wool."

Wol Ryung memukul Kang Chi.

"Menyingkirlah dari Yeo Wool!" Kang Chi bertahan.

Bukk! Wol Ryung kembali memukul Kang Chi. Kang Chi tetap menghalangi. Wol Ryung hendak mengayunkan pukulannya kembali.

"Yeo Wool adalah orangku! Jangan sentuh wanitaku.." seru Kang Chi.

Ucapan Kang Chi memicu ingatan Wol Ryung akan kata-kata yang sama yang pernah ia ucapkan lebih dari 20 tahun lalu.

"Kau seharusnya menjadi ayahku," kata Kang Chi sedih.

Wol Ryung teringat saat ia diikat dengan rantai dan dipisahkan dari Seo Hwa.

"Jangan lukai wanitaku!" seru Kang Chi sambil meneteskan air mata.

Tangisan Seo Hwa memanggil namanya terngiang di hati Wol Ryung. Cahaya biru mulai bermunculan. Wol Ryung menangis. Tangannya diturunkan.

Angin bertiup kencang. Wol Ryung menatap puteranya. Kang Chi memeluk Yeo Wool untuk melindunginya. Pelan-pelan Wol Ryung menghilang. Saat Kang Chi dan Yeo Wool berbalik, Wol Ryung sudah tidak ada.

Kang Chi menanyakan keadaan Yeo Wool. Yeo Wool menangis dan menanyakan keadaan Kang Chi. Kang Chi merengkuh wajah Yeo Wool.

"Kukira aku akan kehilanganmu. Itu...sangat menakutkan."

"Kang Chi-ah..." Yeo Wool memeluk Kang Chi erat-erat.

"Sebenarnya Yeo Wool-ah , kaulah orang terpenting bagiku. Tanpamu....aku tidak ada artinya," kata Kang Chi dalam hatinya.

Kang Chi mencium Yeo Wool.

Yeo Wool menatap Kang Chi. Mata Kang Chi kembali menjadi hitam walau tanpa memakai gelang. Kang Chi menjadi manusia walau tak memakai gelang. Yeo Wool sangat terharu dan kembali mencium Kang Chi. (hmmm...Jadi mereka sudah berciuman saat Kang Chi jadi siluman, juga saat Kang Chi menjadi manusia. Dirapel sekaligus ;p)

So Jung pergi ke ruang bukunya. Ia menemukan Wol Ryung duduk di lantai dengan tubuh terluka. Ia bingung mengapa luka Wol Ryung tidak sembuh dengan sendirinya seperti biasanya.

"Aku tidak lagi mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan diriku sendiri. Hanya kemarahan, kebencian, kehancuran, kematian dan kehilangan yang kumiliki sekarang."

Wol Ryung bertanya-tanya kapan dan mengapa ia mengatakan kata-kata yang sama dengan kata-kata Kang Chi. "Jangan sentuh wanitaku." Ia bahkan tidak ingat  kepada siapa ia mengucapkan kata-kata itu. Tapi kok dia inget Guru Dam yang bunuh dia ya??

"Wol Ryung..."

"Jika sedikit kenangan yang kumiliki ini pergi...saat itu aku benar-benar telah menjadi Iblis. Aku ingin mati sebelum itu terjadi. Hanya anak itu yang bisa membunuhku."

"Maksudmu Kang Chi?" tanya So Jung.

"Aku ingin mati dan pergi ke mana Seo Hwa berada..." Wol Ryung menangis.

Seo Hwa menatap Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong bertanya ada apa Seo Hwa mencarinya. Seo Hwa berkata ia ingin membeli sesuatu dari Jo Gwan Woong. Apa itu, tanya Jo Gwan Woong.

Seo Hwa memberi isyarat pada asistennya. Asistennya membuka pintu. Tae Soo masuk ke dalam. Jo Gwan Woong terkejut. Apa Seo Hwa hendak memberi Tae Soo?

Seo Hwa membenarkan. Tae Soo adalah putera Park Mu Sol dan mengetahui bagaimana menjalankan penginapan. Ia bersedia membayar banyak untuk membebaskan Tae Soo dan menempatkan Tae Soo untuk bertanggung jawab di penginapan.

Jo Gwan Woong tidak percaya dengan apa yang baru saja Seo Hwa katakan. Seo Hwa berkata ia sudah melihat bagaimana penginapan ini dijalankan. Jika terus menerus seperti ini, penginapan ini akan segera bangkrut.

"Sebentar, kau pasti salah paham...akulah pemilik penginapan ini. Entah aku bangkrut atau tidak, entah aku mengubah siapa pengurus penginapan ini, semua terserah padaku."

"Pasti kau yang salah paham," ujar Seo Hwa. "Siapa yang mendanaimu untuk membeli penginapan ini? Bukankah kami? Dana untuk membeli kapal pedagang Lee Gab Soo di Nam Hae, dana untuk membeli bisnis Choi Joong Mok di Jin Joo, dan dana untuk membeli kediaman Nam Gil Man di Choon Chun, semua dari kami. Apa kau lupa?"

Pasti nama-nama yang disebutkan tadi adalah nama-nama orang yang terbunuh secara misterius pada kasus di episode-episode awal saat Jo Gwan Woong baru datang ke Penginapan Seratus Tahun.

Jo Gwan Woong meradang. Semua itu bukan untuk kepentingannnya. Semua itu untuk menaklukkan bisnis di sana sini dan mengumpulkan bahan makanan yang cukup untuk....

Asisten Seo Hwa berdehem. Ia tidak ingin Jo Gwan Woong mengungkapkan lebih banyak di depan Tae Soo.

Seo Hwa berkata ia akan membeli Tae Soo dengan harga bagus. Jo Gwan Woong bertanya bagaimana jika ia tidak mau. Apa yang akan Seo Hwa lakukan?

"Kau sebaiknya tidak menolak tawaranku," kata Seo Hwa.

"Apa itu ancaman."

"Anggap saja desakan."

Jo Gwan Woong menatap Seo Hwa dengan marah. Asisten Seo Hwa menasihati agar Jo Gwan Woong segera pergi. Tapi Jo Gwan Woong bangkit berdiri dan membuka tirai pemisah. Seo Hwa memalingkan wajahnya.

Samurai bodyguard Seo Hwa menghalangi Jo Gwan Woong. Ia memerintahkan Jo Gwan Woong mundur. Tanpa Ninja Seo, sebenarnya Jo Gwan Woong kehilangan giginya.

"Tidak akan baik bagimu memperlakukanku seperti ini," katanya pada Seo Hwa.

"Itu yang ingin kukatakan padamu," kata Seo Hwa tenang.

Jo Gwan Woong pergi dengan marah. Seo Hwa mencengkeram pakaiannya erat-erat untuk mengendalikan kemarahannya.

Jo Gwan Woong mencari Ninja Seo tapi Ninja Seo belum juga kembali. Ninja Seo dalam keadaan sekarat di hutan. Tapi ia tidak mati.

Yeo Wool dan Kang Chi telah kembali ke sekolah. Guru Dam menanyakan siapa pelakunya. Yeo Wool tidak mau ayahnya merasa bersalah (Ninja Seo berkata Yeo Wool diculik karena kesalahan Guru Dam) karena itu ia berkata ia tidak melihat penculiknya. Memang ngga liat sih...

"Apa kau yakin pelakunya bukan Wol Ryung?" tanya Guru Dam.

"Bukan," jawab Kang Chi dan Yeo Wool berbarengan.

Gon menduga Jo Gwan Woong yang berada di balik semua ini. Yeo Wool meminta ayahnya berhenti mengurungnya. Jika ia memegang pedang, mereka tidak akan bisa melakukan apa-apa padanya.

"Tidak, aku sama sekali tidak setuju. Kurasa Guru harus mengikat kakinya dengan rantai," ujar Kang Chi.

"Rantai? Apa kau pikir itu tidak keterlaluan?" sahut Yeo Wool.

"Itu karena kau tidak menurut. Bagaimana bisa wanita tidak punya rasa takut berkeliaran malam-malam? Jika kau pria aku pasti sudah menghajarmu." Heh? Apa-apaan ini? Mungkin begitu pikir Guru Dam dan Gon.

"Apa? Karena aku bersikap longgar dan ramah, kau pikir kau bisa bicara seenaknya?" sergah Yeo Wool.

"Siapa yang bersikap longgar dan ramah?" sahut Kang Chi.

Yeo Wool memukul Kang Chi dengan kesal. Kang Chi berteriak kesakitan.

"Jangan over akting...kau ini lebay sekali," gerutu Yeo Wool.

"Aku tidak over akting. Tangan ini senjatamu (bukan pedang)," Kang Chi memegangi tangan Yeo Wool.

"Hei, Choi Kang Chi!!" Yeo Wool menepis tangan Kang Chi.

"Hentikan, kalian berdua!" tegur Guru Dam.

"Maaf Ayah, aku tidak tahan berada di dekatnya. Aku akan kembali ke kamarku." Brakkk! Yeo Wool menggebrak meja lalu pergi.

"Aku juga tidak tahan lagi di sini. Aku permisi." Brak!!! Kang Chi menggebrak meja lalu pergi.

Guru Dam bertanya pada Gon apa yang terjadi pada Kang Chi dan Yeo Wool. Gon juga bingung.

Yeo Wool dan Kang Chi pergi keluar. Keduanya saling melempar pandangan kesal.

Senyum Yeo Wool merekah. "Tadi seperti betulan, kan?"

"Tentu saja seperti betulan," kata Kang Chi tertawa.

Tapi ingatan akan semalam membuat keduanya malu-malu. So cute^^

Gon tiba-tiba keluar. Fighting mode: on^^

"Apa? Senjata tangan?!" seru Yeo Wool

"Lebay?!" seru Kang Chi.

Keduanya bubar jalan ke arah berlawanan. Pfft....

Yeo Wool kembali ke kamarnya.

Kilas balik saat ia dan Kang Chi bergandengan tangan kembali ke sekolah. Yeo Wool mengusulkan agar mereka pura-pura bertengkar sampai ayahnya berhenti mengurungnya. Jika ia membawa pedang, hal semalam tidak akan terjadi.

"Tapi..."

"Juga, mari kita rahasiakan pertemuan kita dengan Wol Ryung di hutan dari ayahku untuk sementara."

"Kenapa?" tanya Kang Chi bingung.

"Maaf Kang Chi, aku belum bisa memberitahumu. Bahwa ayahku yang membuat ayahmu seperti itu," kata Yeo Wool dalam hatinya.

"Aku tidak ingin ia khawatir. Dan lagi Wol Ryung adalah ayahmu," Yeo Wool beralasan.

"Seorang ayah yang mendesakku seperti itu. Aku tidak benar-benar ingin melindunginya," ujar Kang Chi. Tapi ia menyetujui permintaan Yeo Wool.

Kang Chi senyum-senyum di dapur. Saat ia berbalik ia terlonjak kaget melihat Guru Gong Dal.

"Guru membuatku kaget! Jantungku...."

"Ada apa denganmu? Apa kau memikirkan gadis?"

"Tidak. Aku bertengkar dengan Yeo Wool. Ia menyebutku lebay. Aku bertengkar hebat dengannya. Betulan."

"Memangnya aku menanyakan Yeo Wool?"

"Heh?"

"Aku bisa melihatnya dengan jelas," kata Guru Gong Dal tertawa. Ia terbatuk-batuk.

Kang Chi jadi khawatir. Guru Gong meminta Kang Chi menuangkan obat spesialnya.

"Bertambah lanjut itu menyusahkan," seloroh Guru Gong Dal. "Walau ini tubuhku, aku tidak bisa mengendalikannya sesuka hatiku."

"Maaf," kata Kang Chi sedih. "Bagaimanapun juga ia ayahku. Aku berada di sana tapi tidak bisa melindungi Guru."

"Itu bukan salahmu. Jangan merasa bersalah, tidak baik bagi jantungmu," Guru Gong menghibur Kang Chi. Ia bertanya apa yang akan Kang Chi lakukan selanjutnya. Kang Chi tak mengerti.

Guru Gong Dal berkata Kang Chi sudah bisa mengendalikan perubahan wujudnya walau tanpa gelang. Bukankah Kang Chi pernah berkata jika ia berhasil melakukan itu maka sudah waktunya bagi Kang Chi untuk pergi dan mencari Buku Keluarga Gu?

Kang Chi termenung.

Episode-17.2        

Asisten Seo Hwa menyodorkan sepeti uang pada Jo Gwan Woong. Ia berkata majikannya bersedia membayar 2 kali lipat dari harga budak biasa untuk Tae Soo.

"Walau ia membayar 10 kali lipat, aku tidak ingin menjualnya," kata Jo Gwan Woong.

"Jangan berusaha untuk mencapai hal besar dengan hal-hal kecil," Asisten Seo Hwa menasihati.

"Kalian yang seharusnya tidak bersikap buruk karena hal kecil. Kalian seharusnya tahu akulah satu-satunya yang bisa memberi apa yang kalian inginkan dari negeri ini."

Asisten Seo Hwa bertanya mengapa Jo Gwan Woong merusak hubungan mereka hanya karena seorang pelayan biasa. Bukankah Jo Gwan Woong memiliki tujuan lebih besar?

"Aku berbicara mengenai kedudukan kepala pemerintahan propinsi Selatan," kata si asisten.

Diam-diam Choi Ma Reum (ayah angkat Kang Chi) menguping pembicaraan mereka. Ia tidak tahu kalau salah seorang samurai Seo Hwa memata-matainya.

Choi menyampaikan apa yang didengarnya pada Tae Soo. Tae Soo menduga Jo Gwan Woong bukan saja menjual rahasia negara tapi juga membuat kesepakatan dengan pihak asing untuk menyerahkan negara mereka.

Gon sedang melatih para murid berlatih tongkat ketika ia melihat Kang Chi yang ikut berlatih dengan gerakan kacau.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya.

"Aku sedang ikut berlatih. Silakan lanjutkan, Senior Gon," ujar Kang Chi dengan wajah penuh tekad.

"Posisi 2-5, 2-7, 2-3!" Gon memberi perintah.

Para murid melakukannya. Kang Chi berusaha mengikuti tapi malah tak sengaja memukul kepala Senior Yoon (senior yang sebelumnya paling tak menyukai Kang Chi). Kang Chi buru-buru minta maaf.

Gon menarik Kang Chi dan menyuruhnya berhenti bermain-main. Ia menyuruh Kang Chi pergi.

"Aku tidak bermain-main. Aku benar-benar ingin belajar."

"Bukankah tujuan utama tinggal di sini untuk belajar mengendalikan dirimu? Kau telah belajar mengendalikan dirimu, jadi carilah buku keluarga Gu dan pergilah."

Kang Chi berkata saat ini bukan itu yang terpenting. Tapi ia tidak mengatakan apa yang terpenting ketika Gon mengatakannya. Sebenarnya Kang Chi memikirkan ayahnya. Ia berkata ia harus bertambah kuat (untuk bisa melawan Wol Ryung).

"Karena itu tolong katakan siapa dua Guru yang lain. Aku ingin belajar dari mereka. "

"Walau kau mencarinya, kau tidak akan menemukan mereka. Sampai mereka memberimu tugas, kau harus menunggu. Apa kau mengerti?"

"Begitukah? Jangan-jangan kau juga tidak tahu siapa kedua guru yang lain itu. Aku masih tidak percaya kau salah satu dari Empat Guru itu," ledek Kang Chi.

Gon bersiap mengeluarkan pedangnya. "Apa kau mau mati?"

Kang Chi tertawa. "Maaf, tapi aku tidak bisa dibunuh dengan mudah."

Gon berkata ada orang-orang yang diberi kemampuan untuk membunuh makhluk mistis. Kang Chi menantang Gon untuk mencobanya. Untunglah mereka tidak jadi berkelahi karena ada yang memanggil Kang Chi. Tae Soo.

Wajah Kang Chi langsung cerah begitu melihat sahabatnya. Tae Soo tersenyum.

Kang Chi menemani Tae Soo melapor pada Guru Dam. Tae Soo menceritakan ada kemungkinan ia dibebaskan dan dijadikan pengurus penginapan.

"Siapa yang begitu berbaik hati padamu?" tanya Kang Chi ikut senang.

"Dia seorang pedagang. Namanya Ja Hong Myeong. Ia kepala pedagang yang tinggal di Penginapan Seratus Tahun. Keluarga Miyamoto adalah pedagang yang sangat berkuasa di Osaka. Aku tidak tahu apa hubungan antara Ja Hong Myeong dengan Jenderal Jepang tapi aku yakin ia bekerjasama dengan Jo Gwan Woong untuk mencuri informasi pemerintah."

Kang Chi sangat marah pada Jo Gwan Woong hingga menggebrak meja. Beraninya ia menjual rahasia negara demi uang?

"Bukan untuk uang. Ia menginginkan kedudukan pejabat kepala di propinsi Selatan."

Guru Dam segera menyampaikan hal ini pada Lee Soon Shin. Guru Dam berkata ia berencana untuk mengirimkan tim ke penginapan malam ini untuk mencari tahu lebih banyak mengenai pedagang Jepang ini. Lee Soon Shin berkata mereka harus mencari tahu informasi apa yang telah berhasil dikumpulkan oleh para orang Jepang itu. Dengan mengetahuinya, mereka bisa memperkirakan kapan perang akan meletus.

Yeo Wool kesal saat tahu ia tidak diikutsetakan dalam tim yang akan pergi ke penginapan malam ini,karena masih berada dalam tahanan kamar. Ia bertanya bagaimana dengan Kang Chi. Gon berkata Guru Dam juga tidak mengikutsertakan Kang Chi. Yeo Wool bertambah kesal.

Gonita masuk ke kamar Yeo Wool. Begitu melihat Gon, ia langsung tersipu-sipu dan berkali-kali tersenyum pada Gon. Ia memberitahu Yeo Wool kalau Tae Soo hendak bicara dengannya. Hehe...Yeo Wool sampai kedip-kedip keheranan melihat tingkah Gonita di depan Gon.

Yeo Wool menyapa Tae Soo dengan ramah. Ia juga menyemangati Tae Soo dalam misinya. Tae Soo menanyakan keadaan Yeo Wool.

"Kau tidak dengar kalau aku dilarang keluar?"

"Mengetahui betapa aktifnya dirimu, pasti berat tinggal di kamar seharian," kata Tae Soo.

Yeo Wool mengeluh ia juga tidak diikutsertakan dalam misi malam ini ke penginapan.

"Jika kau ingin ikut, aku juga akan memintamu untuk tidak ikut."

"Kenapa? Karena aku wanita?"

"Walau ini merupakan keputusan sepihak dari Guru Dam, tapi kau adalah calon istriku. Aku tahu, dalam keadaanku sekarang ini, aku bahkan tidak berani memimpikannya. Mungkin Guru menyebutkan pernikahan ini untuk memberiku tanggung jawab."

Yeo Wool nampak kaget melihat keseriusan Tae Soo dalam menanggapi perintah pernikahan mereka. "Tanggung jawab?"

"Alasan bagiku untuk tetap ingin bertahan hidup. Kau lebih dari cukup untuk menjadi alasanku agar ingin tetap hidup," ujar Tae Soo.

Yeo Wool tidak bisa mengatakan apa-apa.

Dari jauh, Kang Chi melihat keduanya dengan sedih. Ia berbalik dan melihat Gon. Perasaan Kang Chi sedang tidak enak hingga ia berjalan melewati Gon tanpa mengatakan apapun.

"Ini batasnya," kata Gon. "Hanya sejauh ini kau bisa mendekati Nona Yeo Wool. Kau sebaiknya tidak lebih mendekat. "

"Apa yang kaubicarakan? Bukankah kau lihat kami sedang bertengkar?"

"Kau pikir aku seorang idiot yang bisa dibodohi begitu saja? Kau dan Nona Yeo Wool pada akhirnya akan terluka. Sebelum itu terjadi, sebaiknya kau menyerah."

Kang Chi bertanya apakah Gon tidak tahu Yeo Wool paling benci menyerah sebelum mencoba. Ia tidak akan melakukan apapun yang Yeo Wool benci. "Apa kau mengerti?"

Gon terdiam mendengar perkataan Kang Chi. Dengan wajah sedih, ia menoleh melihat Yeo Wool dan Tae Soo di kejauhan.

Kang Chi pergi ke dapur. Perkataan Gon terngiang-ngiang di pikirannya. Dengan lesu ia mulai mengambil sapu dan menyapu asal-asalan.

Yeo Wool mengendap-endap masuk ke dapur.

"Kangi Chi, apa kau sudah dengar? Gon dan beberapa murid akan pergi ke penginapan. Kau dan aku tidak diikutsertakan. Apa itu masuk akal?" curhat Yeo Wool berapi-api.

Berbeda dari biasanya, Kang Chi tidak nampak antusias. Ia hanya menunduk diam.  

"Aku paling bagus memata-matai dan kau yang paling mengenal penginapan," kata Yeo Wool, tidak menyadari sikap diam Kang Chi.

"Bagaimana dengan Tae Soo?" tanya Kang Chi. Yeo Wool heran. Darimana Kang Chi tahu ia tadi berbicara dengan Tae Soo?

"Huh? Karena..." Kang Chi menunduk.

"Ada apa? Mengapa kau tak mau menatapku? "

"Tidak..." kilah Kang Chi.

"Lihat, kau bertingkah aneh."

"Apanya yang aneh?" timpal Kang Chi sambil berbalik membelakangi Yeo Wool.

Yeo Wool tersenyum mengerti.

"Kang Chi, kau cemburu?"

"Apa maksudmu? Kenapa aku cemburu?"

"Itulah maksudku. Kenapa kau cemburu? Cemburu hanyalah untuk orang-orang yang tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan kau tidak seperti itu, bukankah begitu?"

Maksud Yeo Wool adalah Kang Chi sudah mendapatkannya, jadi Kang Chi tidak memiliki alasan untuk cemburu^^

"Sejujurnya aku tidak tahu. Aku tidak pernah memiliki apapun untuk diriku sendiri. Aku hanya dimiliki orang lain. Aku tidak memiliki seorangpun untukku," kata Kang Chi. Dalam hatinya ia berkata itulah sebabnya ia tidak tahu apakah ia boleh memiliki perasaan seperti ini pada Yeo Wool.

"Kau tidak sendirian. Aku juga seperti itu. Ini juga pertama kalinya aku memiliki perasaan seperti ini," kata Yeo Wool sambil tersenyum.

Kang Chi tersenyum lega. Artinya Yeo Wol bersikap seperti ini hanya padanya. Tidak pada Tae Soo, juga tidak pada Gon.

"Jadi, apa yang hendak kaulakukan malam ini?" tanya Yeo Wool.

Kang Chi tergagap malu. "Malam ini? Ada apa dengan malam ini?"

Sadarlah Yeo Wool kalau Kang Chi sedang memikirkan hal yang berbeda hehehe...Memikirkan kiss semalam?

"Apa yang kaupikirkan? Aku membicarakan mengenai penyusupan ke penginapan malam ini," ujar Yeo Wool.

"Ah..penyusupan ke penginapan," sahut Kang Chi. Yeo Wool tersenyum geli.

Kang Chi menguping Gon yang sedang mengatur tugas para murid yang ikut menyusup ke penginapan malam ini.

Yeo Wool mengajak Gonita berjalan-jalan ke pasar untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan para gadis. Berbelanja, makan, dan bersenang-senang.

"Tidak bisa. Guru Dam tidak di tempat. Kita belum memiliki ijin."

"Kalau begitu apa aku harus mengikatmu lagi dan melarikan diri?" tanya Yeo Wool.

"Nona..." Gonita cemberut.

"Hehe..." Yeo Wool tersenyum nakal.

Mereka berjalan-jalan ke pasar melihat kain. Gonita menjelaskan mengenai macam-macam kain. Yeo Wool berkata baginya semua terlihat sama saja. Gonita berkata itu sebabnya Yeo Wool harus banyak melihat, merasakan, dan mencoba berbagai macam bahan untuk mengetahui nilai masing-masing bahan itu. Yeo Wool mengangguk serius (padahal kata-kata Gonita masuk telinga kanan keluar telinga kiri ;p).

Saat Gonita sedang memperlihatkan sebuah bahan kain, Yeo Wool diam-diam menendang kayu penyangga meja tempat kain-kain itu dipajang. Meja itu langsung roboh. Saat Gonita sibuk membereskan kain-kain yang jatuh, diam-diam Yeo Wool melarikan diri.

Chung Jo yang berada tak jauh dari sana sempat melihat Yeo Wool.

Yeo Wool pergi ke tempat sepi lalu melepaskan hanboknya. Ia merasa sangat nyaman.

Saat ia menoleh, ia melihat Chung Jo.

Gon curiga saat diberitahu penjaga kamar kalau Yeo Wool sedang Gonita sedang berjalan-jalan ke pasar. Ia tahu betul Yeo Wool bukan tipe yang seperti itu. Kecurigaannya semakin bertambah ketika ia tidak menemukan Kang Chi di dapur. Sung berkata Kang Chi tadi pamit pergi ke pasar dan berkata akan pulang terlambat.

Dasaaaar...kalau ngga mau ketahuan harusnya tempatnya beda dong ya >,<

Senior Yoon datang melapor. Seragam hitamnya hilang.

Siapa lagi yang mencurinya kalau bukan Kang Chi. Kang Chi telah mengenakan pakaian hitam dan siap menemui Yeo Wool.

Yeo Wool menanyakan keadaan Chung Jo. Chung Jo menjawab tidak ada yang baik jika tinggal di tempat gisaeng. Yeo Wool jadi tak enak hati.

"Apa Kang Chi baik-baik saja?" tanya Chung Jo.

"Iya, dia berlatih keras akhir-akhir ini. Ia mulai terbiasa tinggal di Moo Hyung Do Gwan," kata Yeo Wool sambil tersenyum.

"Kau terlihat bahagia," ujar Chung Jo dengan iri. "Aku tahu, begitulah Kang Chi. Ia memang berbakat membuat orang lain senang. Tapi apa kau tahu? Kang Chi sangat setia pada orang-orang yang ada di hatinya. Bahkan jika aku memanggilnya sekarang, ia tidak akan bisa menolak."

"Apa maksudmu?" tanya Yeo Wool.

"Entahlah, menurutmu apa maksudku?" Chung Jo tersenyum kecil. Ia lalu pergi begitu saja.

Gisaeng Chun pergi menemui Jo Gwan Woong. Ia hendak mengundang Jo Gwan Woong ke Chunhwagwan malam ini untuk meminta maaf atas penampilannya di Festival Lentera. Ia juga hendak mengundang Ja Hong Myeong.

"Kau sendiri tahu ia seorang wanita. Bagaimana bisa ia pergi ke Chunhwagwan?"

"Kalau begitu apa acaranya bisa diadakan di penginapan?" tanya Gisaeng Chun. Ia akan mempersiapkan acara ini dengan gisaeng-gisaeng terbaik Chunhwagwan.

Jo Gwan Woong menyukai ide itu. Ia berkata ia hendak meminta bantuan Gisaeng Chun. Hmmm...bantuan apa ya?

Seo Hwa tahu Jo Gwan Woong sudah sangat penasaran akan dirinya. Ia akan hadir di acara perjamuan yang diadakan Jo Gwan Woong.

Seo Hwa lalu bertanya pada asistennya apakah mereka sudah menemukan keberadaan So Jung . Asistennya berkata ia kesulitan menemukan So Jung tapi ia meminta Seo Hwa tidak khawatir. Ia akan segera membawa kabar mengenai putera Seo Hwa.

Yeo Wool berjalan dengan wajah murung setelah pertemuannya dengan Chung Jo tadi. Ia baru bisa tersenyum setelah melihat senyum cerah Kang Chi yang sejak tadi menantinya.

Gonita menemukan pakaian Yeo Wool yang berserakan. Ia sangat kesal.

"Nonaaaaa!!!" teriaknya.

Gisaeng Chun dan para gisaeng telah tiba di Penginapan Seratus Tahun. Ia mengangguk sedikit saat melihat Tae Soo. Tae Soo balas mengangguk lalu pergi. Mata-mata Seo Hwa diam-diam memperhatikan mereka.

Kang Chi dan Yeo Wool juga telah masuk ke penginapan. Mereka siap beraksi. Tiba-tiba Gon muncul di hadapan mereka.

"Apa yang kaulakukan di sini, Nona Yeo Wool?" tanyanya.

"Mengapa kau bertanya jika kau sudah tahu? Apa kau pikir aku tidak akan datang?"

"Dan kau menyelidiki gudang Penginapan Seratus Tahun. Siapa yang paling tahu mengenai 12 gudang itu? Itu adalah aku, Choi Kang Chi," Kang Chi menunjuk dirinya.

Yeo Wool mengangguk setuju. "Benar."

"Apa kau lupa dengan perjanjian yang ditandatangani Lee Soon Shin? Jika kau ketahuan terlibat, Laksamana Lee akan mendapat masalah."

"Di penginapan ini, ada 28 tempat kau bisa bersembunyi tanpa ketahuan. Dan siapa yang tahu mengenai semua 28 tempat itu? Aku, Choi Kang Chi. Jadi siapa yang bisa keluar masuk dari tempat ini dengan aman? Pastilah aku juga. Choi Kang Chi," celoteh Kang Chi.

"Betul. Betul," sahut Yeo Wool.

"Guru akan marah," Gon mengingatkan

"Itu urusanku," timpal Yeo Wool.

"Nona Yeo Wool..."

"Apa kau akan di sini semalaman? Kau tidak akan masuk?" Yeo Wool dan Kang Chi memelototi Gon. Gon menghela nafas menyerah.

Dalam acara perjamuan, Jo Gwan Woong dan Gisaeng Chun terus menerus melirik Seo Hwa yang duduk dengan topi bercadar. Seo Hwa duduk diam, tanpa memperhatikan pertunjukan para gisaeng.

Kang Chi memberi petunjuk kepada dua orang murid ke mana mereka harus mulai mencari. Ia juga memberi petunjuk kepada Yeo Wool dan Gon untuk mencari di gudang lain. Ia sendiri akan pergi ke gudang di dekat istal kuda. Yeo Wool meminta Kang Chi untuk berhati-hati. Kang Chi tersenyum, ia sudah berkeliaran di tempat ini sejak ia bisa berjalan. Maka mereka pun berpisah.

Alasan Kang Chi berpisah sendiri adalah karena ia ternyata paling mencurigai gudang di dekat istal. Ia tidak mau membahayakan Yeo Wool dan murid lain.

Jo Gwan Woong bertanya mengapa kepala pedagang selalu menutupi wajahnya. Asistennya berkata ia tidak suka memperlihatkan wajahnya pada orang lain.

"Tetap saja, bukankah lebih tepat jika saling melihat saat membuat kesepakatan? Menutupi wajah artinya menutupi maksud lain, bukan begitu Gisaeng Chun."

Gisaeng Chun menatap Seo Hwa. Ia ingin membuktikan kecurigaannya kalau wanita Jepang di hadapannya ini adalah Seo Hwa.

Jo Gwan Woong meminta Seo Hwa membuka cadarnya. Asisten Seo Hwa protes. Jo Gwan Woong berkata ia demi kepercayaan antara 2 pihak. Jika Seo Hwa memperlihatkan wajahnya, ia akan membiarkan Tae Soo menjadi pelayan Seo Hwa.

Wanita itu menoleh lalu tersenyum.

Kang Chi tiba di depan gudang. Ia mengenakan penutup wajahnya dan bersiap masuk. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Kang Chi menoleh kaget.

"Apa yang kaulakukan di sini?" tanya seorang ninja dalam bahasa Jepang.

Kang Chi tertegun melihat tiga orang ninja di hadapannya.

Ia teringat petunjuk Yeo Wool saat mereka belum berangkat ke penginapan.

"Jika orang Jepang berbicara padamu. Ada dua cara untuk menjawabnya. Jika kau pikir mereka sedang menyuruhmu melakukan sesuatu, katakan: hai. Jika kau tidak yakin, katakan: anoo..."

Kang Chi berpikir apa yang harus ia lakukan.

"Apa yang kau lakukan di sini dan bukannya masuk ke dalam," bentak ninja itu.

Kang Chi mengikuti petunjuk Yeo Wool yang kedua. Ia menaruh tangannya di dagu seakan berpikir. "Anoo..." (kalo bahasa Indo sih: "anu.." kali ya^^)

"Dasar bodoh," ujar ninja itu. Ketiga ninja itu masuk ke dalam. Fiuuuh...Kang Chi menghela nafas lega lalu ikut masuk ke dalam.

Alangkah terkejutnya ia karena di dalam gudang itu penuh ninja. Ia bergabung bersama yang lainnya ketika samurai bodyguard Swo Hwa masuk bersama samurai mata-mata (yang selama ini mengikuti gerak-gerik Tae Soo).

Samurai bodyguard bertanya apakah para ninja itu sudah membawa barang yang ia inginkan. Para ninja itu mengeluarkan selembar kertas lalu meletakkannya di atas meja. Itu adalah peta yang terbagi menjadi 8 lembar. Kang Chi mengamati dengan seksama.

Tiba-tiba seorang ninja maju dan berkata ada penyusup di antara mereka. Jumlah mereka seharusnya 20 orang tapi ada 21 ninja di dalam gudang itu. O-ow...

Samurai bodyguard memerintahkan agar pintu dan ditutup dan menyuruh para ninja melepaskan penutup wajah mereka. Semua membuka masker mereka kecuali Kang Chi (hehe....kalau kata Dizchu sih, sebenarnya udah ketauan siapa yang palsu soalnya cuma Kang Chi yang keliatan poninya XD).

Semua menoleh melihat Kang Chi yang masih berpenutup wajah.

"Siapa kau?" tanya samurai bodyguard.

Kang Chi malah berpose. Para ninja mengeluarkan pedang mereka dan menghunusnya ke arah Kang Chi.

Kang Chi membalikkan tubuhnya lalu melepas gelangnya. Para ninja terkejut melihat mata Kang Chi yang hijau. Kang Chi menggeram.

Tak lama kemudian terdengar suara jeritan. Yeo Wool dan Gon terkejut mendengar suara jeritan  itu. Kang Chi berlari keluar dari gudang. Di gudang itu para ninja bergelimpangan.

Jo Gwan Woong mendesak Seo Hwa membuka penutup wajahnya. Asisten Seo Hwa protes. Seo Hwa mengangkat tangannya untuk menghentikan protes si asisten. Ia lalu melepaskan topinya. Semua melihat dengan penuh ingin tahu.

Wanita itu mengangkat wajahnya dan tersenyum pada Jo Gwan Woong dan Gisaeng Chun. Gisaeng Chun nampak kecewa. Bukan Seo Hwa.

Seo Hwa yang asli berada di kamarnya, tersenyum dalam kegelapan.

Kang Chi melarikan diri dari para pengejarnya dan masuk ke kamar penginapan yang dikiranya kosong.

"Siapa di sana?" tanya seorang wanita dalam bahasa Jepang. Kang Chi ternyata masuk ke kamar Seo Hwa.

Seo Hwa menyalakan lampu dan meraih pisau.

"Siapa kau?" tanyanya waspada dalam bahasa Jepang.

Pelan-pelan Kang Chi berbalik. Pertemuan pertama ibu dan anak.

Episode-18.1        

Kang Chi memakai kembali gelangnya dan melarikan diri. Yeo Wool yang melihat sekelebat Kang Chi yang dikejar oleh para ninja ingin membantunya. Tapi Gon menahannya, melarang Yeo Wool karena langkah ini malah akan membahayakan semua.

Kang Chi masuk ke dalam salah satu ruangan penginapan kosong yang gelap dan menghela nafas lega. Jadi betapa kagetnya ia mendengar suara wanita  di belakangnya. Berbicara bahasa Jepang yang tak ia mengerti.

Seo Hwa menyalakan lilin dan mencabut pisaunya. Masih dalam bahasa Jepang ia bertanya, "Siapa kau?"

Kang Chi berbalik, melihat wanita itu bertanya lagi dalam bahasa Jepang (Siapapun dirimu, jawab aku.) dan ragu-ragu mengangkat tangannya. Kembali ia mempraktekkan ajaran Yeo Wool, menaruh tangan di dagu dan menjawab, "Anoo.. (Jadi....) ?"

Seo Hwa mengerutkan kening mendengar jawaban aneh itu, membuat Kang Chi hanya bisa nyengir bingung. LOL.

Soo Ryun dan Jo Gwan Woong melihat wajah wanita Jepang itu dan menyadari kalau wanita itu tak mereka kenali. Setelah mendapat bisikan dari anak buahnya, si asisten pun menyudahi pertemuan mereka dengan alasan nyonya mereka sudah lelah.

Tapi Soo Ryun tak percaya begitu saja. Ia masih mempunyai rencana lain. Pada kedua gisaeng yang menunggu di luar, ia menganggukkan kepala memberi isyarat. Kedua gisaeng yang membawa nampan minum pun berjalan dan tak sengaja menabrak wanita Jepang itu.

Mereka buru-buru minta maaf karena baju wanita itu basah. Seolah-olah membersihkan kimono itu, mereka tak sengaja menarik kimononya sehingga punggung kanannya terlihat. Tapi tak ada tato di sana. Soo Ryun pun menyadari kalau wanita itu palsu dan meminta maaf atas kelancangan gisaengnya.

Soo Ryun memberitahu Jo Gwan Woong kalau wanita itu adalah palsu. Dan ia berani jamin kalau temuannya ini adalah benar. Ia juga heran, padahal Jo Gwan Woong sudah berbisnis selama 20 tahun, tapi mengapa tak mengenali wajah kliennya.

Kang Chi yang mencoba menjawab sebisanya pertanyaan wanita Jepang itu. Tapi karena kosakatanya terbatas dan anoo tadi sepertinya tak ada gunanya, maka ia pun menggunakan kata lain yang diajarkan Yeo Wool. "Siapa dirimu yang sebenarnya?" (Haik) "Apakah kau pencuri?" (Haik, haik..) LOL.

Wanita Jepang itu pun akhirnya bertanya dalam bahasa korea,"Apakah kau orang Joseon?" Kang Chi pun langsung menjawab, "Ah, Anda bisa bahasa Korea? Saya pikir kamar ini tak ada yang menempati, karena biasanya jika kamar ini dipakai akan ada lampu yang menyala di depannya."

Mendadak salah satu anak buah Seo Hwa berdiri di depan kamar dan bertanya keadaan Seo Hwa karena mereka sedang mengejar penjahat. Seo Hwa bertanya pada Kang Chi, apakah yang dimaksud oleh mereka itu adalah Kang Chi?

Kang Chi berbisik menjelaskan kalau bukan ia yang jahat, tapi orang-orang yang mengejarnya yang jahat. Seo Hwa percaya pada Kang Chi maka ia pun mengatakan pada anak buahnya kalau ia baik-baik saja di dalam dan menyuruh mereka pergi.

Kang Chi pun menghela nafas lega dan berterima kasih karena wanita itu telah mempercayainya. Mengetahui kalau wanita itu adalah orang Korea yang sedang singgah ke Jepang, Kang Chi pun mendekati wanita itu dan mengacungkan tangannya, membuat Seo Hwa sedikit panik.

Tapi tangan Kang Chi teracung untuk menyebutkan 3 makanan di dalam Penginapan 100 Tahun, "Anda harus mencoba ketiga hidangan ini karena makanan itu adalah makanan yang paling enak."

Seo Hwa tersenyum dan menduga kalau Kang Chi pasti mengenal penginapan 100 Tahun. Kang Chi tersenyum sedih dan berkata, "Sebelum Tuan Park meninggal, saya memang mengenal penginapan ini dengan baik."

Seo Hwa merasakan kesedihan itu, tapi Kang Chi segera menghilangkannya dan tersenyum pada Seo Hwa, memintanya untuk mencoba ketiga hidangan yang tadi ia sebutkan, "Anda tak akan menyesal mencobanya."

Kang Chi pun pamit pergi, tapi Seo Hwa menghentikannya untuk bertanya siapa namanya. Kang Chi pun menjawab, "Saya Kang Chi. Choi Kang Chi."

"Choi Kang Chi?"

Tetap tersenyum Kang Chi menjelaskan, "Saya dibuang di sungai. Kang untuk sungai, Chi untuk dibuang. Jadilah Choi Kang Chi."

Seo Hwa tertegun mendengar penjelasan nama itu. Kang Chi, yang tak tahu apa yang berkecamuk di hati ibu yang tak ia kenal itu, pun pamit dan meninggalkan Seo Hwa.

Kali ini kesedihan terpancar di wajah Seo Hwa, mungkin teringat pada putra yang juga ia tinggalkan. Seo Hwa melihat kertas yang tercecer dari Kang Chi dan menyadari kalau Kang Chi telah mencuri peta rencana mereka. Ia pun berteriak memanggil anak buahnya.

Yeo Wool masih mengintai di tempatnya berdiri dan khawatir akan nasib Kang Chi karena melihat begitu banyak orang yang berjaga.

"Kau sedang melihat apa?" bisik seseorang yang suaranya sangat akrab.

Yeo Wool terkejut namun senang karena Kang Chi malah muncul di belakangnya. Yeo Wool bertanya apa yang telah Kang Chi lakukan sehingga membuat penginapan menjadi ribut seperti ada lebah ngamuk.

Sambil menggenggam tangan Yeo Wool, Kang Chi mengatakan kalau ia akan menceritakan nanti setelah mereka keluar dari penginapan itu.  Tiba-tiba ada suara muncul melarang mereka untuk pergi.

Jo Gwan Woong dilapori kalau katanya ada pencuri di tempat para tamu dari Jepang, tapi anak buahnya menduga kalau ada penyusup yang masuk untuk memata-matai mereka.

Ternyata Tae Soo yang muncul bersama Gon, mengatakan kalau mereka tak bisa keluar melalui gerbang karena terjaga ketat. Tanpa sengaja Tae Soo melihat tangan Kang Chi yang menggenggam tangan Yeo Wool. Yeo Wool menyadari arah pandangan Tae Soo, tapi tidak dengan Kang Chi.  

Gon melihat ke arah pandangan mata Tae Soo. Dan saat melihat genggaman tangan itu, Gon mendengus tak percaya. Kang Chi mengusulkan untuk lewat pintu belakang atau samping, walau menurut Tae Soo para ninja menjaga ketat, tapi dengan kekuatan bertiga, mereka pasti akan lolos.

Tapi Tae Soo menyentaknya dan mengatakan kalau misi mereka harus dilakukan dengan diam-diam, "Tak seorang pun boleh tahu kalau kalian ada di sini. Jadi berhentilah membuat masalah semakin sulit dan ikutilah aku."

Kang Chi terdiam mendengar suara Tae Soo yang sedikit keras, tak mengerti mengapa Tae Soo marah.

Jo Gwan Wong akhirnya mengetahui kalau yang hilang adalah sesuatu yang berkaitan dengan rencana besar mereka. Maka ia pun mencegat rombongan Chunhwagwan yang akan pulang. Ia menuduh Soo Ryun sengaja membuat pesta untuk mencuri barang dari tamu pentingnya. Ia menyuruh anak buahnya untuk menggeledah rombongan itu.

Tae Soo mengatakan kalau ia tadi sudah memeriksa mereka, tapi Jo Gwan Woong tetap menyuruh untuk tetap memeriksanya.

Walau Soo Ryun marah, tapi ia mempersilakan para pengawal Jo Gwan Woong untuk memeriksa rombongannya. Para gisaeng pun membuka sseugaechima-nya dan tak seorang pun menemukan hal yang mencurigakan.

Tak menemukan apapun, Jo Gwan Woong menyuruh anak buahnya untuk melaporkan kejadian ini ke polisi agar mengejar anggota Moo Hyung Do di desa. Ia curiga kalau orang-orang Moo Hyung Do terlibat dalam urusan ini.

Rombongan Chunhwagwan pun pergi dan diam-diam ada tiga gisaeng menyelinap ke dalam rombongan mereka.

Kang Chi yang hanya terlihat poni dan wajahnya, mengangguk pada Tae Soo sebelum ia masuk ke dalam rombongan. Tae Soo menghela nafas lega. Ia bisa mengeluarkan ketiga temannya tepat di bawah hidung Jo Gwan Woong.

Ketiga gisaeng itu pun dibawa oleh kepala pelayan ke dalam kamar Chung Jo. Wol Sun melihat ini dan merasa curiga. Chung Jo, yang sedang menjahit baju yang kainnya mirip dengan baju merah Kang Chi, terkejut.

Namun Kang Chi segera membuka sseugaechima-nya dan menyapa Chung Jo. Kepala pelayan meminta Chung Jo untuk menyembunyikan mereka malam ini saja dan ia pun pergi.

Chung Jo memandangi mereka yang berdiri canggung, dan perlahan-lahan senyum gelinya muncul melihat balutan rok yang membungkus tubuh mereka. Menyadari betapa lucunya mereka dengan rok warna-warni itu, mereka pun buru-buru melepas rok itu, membuat senyum Chung Jo semakin lebar.

Soo Ryun muncul. Ia mengajak Gon dan Kang Chi untuk berdiskusi dengan Guru Dam dan Lee Soon Shin yang telah datang ke Chunhwagwan.

Soo Ryun menyambut Guru Dam dan Lee Soon Shin dan meminta maaf karena harus mengundang mereka ke rumah gisaeng, karena ada masalah yang akan dibicarakan sangatlah penting.  Dan Lee Soon Shin pun sangat cool. Ia tak mempermasalahkan tempat pertemuan jika ada masalah penting.

Mereka masuk dan melihat Gon dan Kang Chi sudah menunggu di dalam. Guru Dam bertanya apa yang Kang Chi lakukan di sini. Kang Chi bingung menjawab apa.

"Saya yang membawanya, Guru," sela Gon. Aww... bahkan Kang Chi pun terkejut mendengar ucapan Gon yang membelanya, "Saya pikir kami akan memerlukan bantuannya karena ia tahu penginapan ini dengan baik."

Guru Dam menebak Yeo Wool juga ikut. Atas dugaan itu, keduanya hanya bisa berpandang-pandangan, membuat Guru Dam menatap tajam pada Gon, seolah berkata, "Sekarang kau pun juga berpindah kubu?"

Lee Soon Shin memecahkan keheningan dan meminta Kang Chi untuk menunjukkan hal yang penting itu. Kang Chi mengatakan sebuah peta.

Kang Chi menyusun lembaran peta itu satu per satu. Lee Soon Shin terkejut dengan detail daratan Korea yang tergambar di peta itu, yang mungkin sudah dilakukan selama 6 bulan. Guru Dam mengatakan kalau pembunuhan yang selama ini berhubungan dengan gambar di peta itu. Hal ini bisa digunakan untuk menangkap Jo Gwan Woong dan menyelidiki rencananya dengan pihak Jepang.

Tapi menurut Lee Soon Shin, peta ini tidak cukup kuat untuk menangkap Jo Gwan Woong. Bahkan jika mereka gegabah, mereka dapat diserang balik oleh sekutu Jo Gwan Woong di partai Noron, "Mereka menipu kita dengan mengatakan tak ada kemungkinan perang. Saran Hwang Young Kil tak didengar. Kata-kata Kim Sung Il juga diabaikan. Jadi kita harus berusaha sendiri untuk menghentikan gerakan mereka."

Sementara para guru berunding, Kang Chi masih sibuk mencari-cari selembar peta yang hilang. Ia yakin kalau sudah membawa semuanya. Dan ia terbelalak menyadari dimana ia meninggalkan satu lembar itu.

Dan benar saja. Seo Hwa mengumpulkan anak buahnya. Setelah memarahi mereka karena ceroboh menghilangkan peta yang telah dikerjakan berbulan-bulan, Seo Hwa menaruh peta yang ia temukan ke atas meja beserta perintah, "Temukan pemuda yang bernama Choi Kang Chi. Ia yang telah mencuri peta kita. Kita tahu betapa pentingnya peta itu. Bawa kembali sisa peta itu, kalau perlu bunuh Choi Kang Chi."

Saat hanya bertiga, Yeo Wool memarahi Kang Chi yang bisa menghilangkan selembar peta itu. Kang Chi mengakui keteledorannya.

"Kau tak memperlihatkan wajahmu ke tamu itu, kan?" tanya Yeo Wool dan dijawab ragu oleh Kang Chi, "Kalau itu.." Yeo Wool mendelik dan bertanya lagi, "Kau memperlihatkannya?"

Kang Chi berkilah kalau ia hanya menunjukkan sekilas saja, kok. Gon menenangkan Yeo Wool kalau hal itu tak masalah selama Kang Chi tak memberitahukan namanya. Ha. Dan Kang Chi pun berkata lagi, "Kalau itu..."

Gon mendelik tak percaya. Apalagi Yeo Wool, "Kau memberitahukan namamu?"

"Bagaimana mungkin aku tak menjawab saat ia bertanya siapa namaku?" tanya Kang Chi balik. Dan seolah membela diri, ia berkata, "Aku sangat bersyukur karena ia telah menyembunyikanku. Dan ia kelihatan sangat pengertian dan murah hati. Dan juga..."

Tapi Gon langsung mengerti, "Dia pasti cantik, kan?" Hahaha... Ekspresi Kang Chi membenarkan dugaan Gon, membuat Yeo Wool kesal dan juga bertanya, "Dia cantik?"

Kang Chi langsung tertawa canggung dan membantahnya, "Bukan. Bukan karena ia cantik. Tapi wajahnya seperti pernah kulihat dimana."  Tapi Yeo Wol hanya melipat tangannya dan mengulangi ucapannya lagi, "Berarti ia cantik."

LOL. Sia-sia saja Kang Chi membantahnya. Gon  menyindir dengan memuji Kang Chi yang telah bekerja sangat baik, "Jo Gwan Woong sudah mencurigai sekolah kita dan kau menyebutkan namamu?"

Kang Chi meminta agar Gon tak mengada-ada karena wanita itu adalah penyelamatnya. Tapi Yeo Wool mengabaikan Kang Chi yang telah membuat masalah baru, membuat Kang Chi bersikeras, "Itu bukan karena dia cantik! Aku serius!"

Dan Yeo Wool pun membuang muka, khusus hanya untuk Kang Chi. LOL.

Pada Guru Dam, Soo Ryun mengungkapkan kecurigaannya kalau Ja Hong Myung sebenarnya adalah Seo Hwa. Belum dapat dipastikan, tapi sudah ada bukti yang mengarah ke sana. Dan menurut Soo Ryun, ini seperti isyarat buruk bagi negara mereka, "Ada yang kembali dari kematian, dan ada Wol Ryung, iblis 1000 tahun, yang juga bangkit."

Guru Dam mengkhawatirkan nasib Kang Chi, tapi Soo Ryun lebih mengkhawatirkan Ja Hong Myung karena apa alasannya untuk kembali dan berpihak pada Jo Gwan Woong?

Mereka tak menyadari kalau Chung Jo mendengar pembicaraan mereka. Chung Jo pun mendesak kepala pelayan untuk mengetahui hubungan Seo Hwa dengan Kang chi dan bagaimana ia mengenal Soo Ryun dan Guru Dam?

Jo Gwan Woong pun juga mengkonfrontasikan apa yang terjadi kemarin pada Seo Hwa. Selain peta dan Ja Hong Myung palsu, apa pula yang disembunyikan wanita itu darinya? Jika Seo Hwa ingin menguasai bisnis provinsi Selatan maka ia menyuruh Seo Hwa untuk memilih memperlihatkan wajahnya atau melupakan perjanjian kerja antar mereka.

Mulanya Seo Hwa menolak, tapi karena Jo Gwan Woong tetap bersikeras dengan kedua pilihan itu, maka Seo Hwa pun menyuruh anak buahnya untuk mengangkat tirai pembatas.

Jo Gwan Woong tersenyum mendengar ancamannya berhasil dan ia menunggu tirai dibuka seperti anak kecil yang menunggu dibukakan kantong permen. Sementara Seo Hwa memalingkan wajahnya.

Dan Jo Gwan Woong terbelalak akhirnya melihat wajah Ja Hong Myung yang sebenarnya. Ia segera menghampiri wanita itu, tapi samurai Jepang itu menghalanginya.

Jo Gwan Woong kembali ke ruangannya masih tetap shock. Ia langsung bisa mengenali wajah asli Ja Hong Myung. Tanpa sadar nama wanita yang selalu menghantuinya keluar dari mulutnya, "Yoon.. Seo Hwa?"

Wanita itu sekarang menatap Jo Gwan Woong dan menantang, seperti 20 tahun yang lalu, "Apa maksudmu? Aku adalah ketua serikat Goon Boon. Namaku Ja Hong Myung."

Jo Gwan Woong mengulang nama itu dengan tak percaya. Seo Hwa mengingatkan kalau ia sudah memperlihatkan wajahnya, maka peta itu harus ia dapatkan kembali.

Di ruangannya, Jo Gwan Woong serasa ingin membalik meja karena frustasi. Tapi yang ia lakukan hanyalah melempar barang-barang di ruangan itu dan memanggil pengawal Seo yang tak kunjung muncul.

Hmm.. sebenarnya pengawal Seo itu masih hidup nggak, sih? Tae Soo mengintip melihat kejadian ini dan melaporkan pada Lee Soon Shin.

Soo Ryun berterima kasih atas apa yang telah dilakukan oleh Kang Chi. Melihat Kang Chi sekarang, Soo Ryun mengatakan kalau mata Kang Chi sangat mirip dengan ibunya. Kang Chi terkejut mendengar nama ibu kandungnya disebut, "Anda mengenal ibuku?"

Soo Ryun hanya tersenyum. Alih-alih menjawab, ia malah menuliskan sebuah huruf dan menyerahkannya pada Kang Chi.

Kang Chi bingung menerima kertas bertuliskan huruf pohon yang disertai pernyataan Soo Ryun yang mengatakan kalau ini adalah tugas dari Soo Ryun untuk Kang Chi. Apa maksudnya?

Soo Ryun memberitahukan kalau ia adalah salah satu dari Empat Guru dan menunjukkan symbol dirinya, bunga Anggrek. Kang Chi semakin terkejut membuat Soo Ryun bertanya, "Kau terkejut karena aku seorang wanita atau karena aku seorang gisaeng?"

Kang Chi merasa tak enak hati dan segera membantah keduanya. Tapi Soo Ryun hanya tersenyum dan menjelaskan, "Tak ada perbedaan tingkat antara Empat Guru. Entah kau adalah majikan atau budak, orang biasa atau bangsawan, pira atau wanita. Kami hanyalah orang yang bertemu karena tujuan yang sama."

Kang Chi mengerti dan bertanya tentang tugasnya. Soo Ryun pun memberi tugas, "Pergi dan potonglah pohon yang tertulis di sana."

Kang Chi bengong, karena di sana yang ditunjukkan Soo Ryun adalah tulisan pohon yang ada di kertas. Ditambah permintaan berikutnya dari Soo Ryun, "Potonglah pohon itu dan buatkanlah rumah yang dibangun dari kayu-kayu pohon itu."

Hahaha.. Kang Chi benar-benar blank  melihat tugas dari Soo Ryun. Sorry Kang Chi, nggak bisa bantu. Saya juga nggak ngerti bagaimana caranya membuat rumah dari tulisan itu. Mungkin goresan-goresan tulisan itu disusun menjadi rumah. Kaleee.... Anyone, anybody can help?

Yeo Wool menunggu di ruangan Chung Jo dan Chung Jo pun bertanya apakah Yeo Wool mengetahui nama Seo Hwa? "Aku mendengar kalau nama itu adalah nama ibu Kang Chi. Ibu Kang Chi adalah gadis bangsawan yang menjadi gisaeng, dan kemudian jatuh cinta dengan ayah Kang Chi yang adalah makhluk gaib. "

Yeo Wool tak pernah mendengar tentang ini. Tapi Chung Jo bertanya lagi "Apakah kau tahu siapa yang membunuh ayah Kang Chi?" Yeo Wool menoleh dan kaget mendengar pertanyaan Chung Jo.

Kang Chi berjalan melintasi kamar Chung Jo masih dengan melihat tulisan pohon itu dan bingung mencari jawabannya.

Sepertinya kepala pelayan telah menceritakan semuanya pada Chung Jo, karena Chung Jo melanjutkan ucapannya, "Kudengar yang membunuh adalah kepala polisi saat itu. Kepala Polisi Dam Pyung Joon. Aku sedang membicarakan tentang ayahmu."

Melihat wajah Yeo Wool yang sekarang tak menampakkan kekagetan, Chung Jo menyimpulkan kalau Yeo Wool mengetahui hal itu, "Jadi, apakah Kang Chi juga mengetahuinya? Atau kau menyembunyikannya dari Kang Chi, berpura-pura tak terjadi apapun dan tersenyum dengan senyum polosmu itu?"

Yeo Wool meminta Chung Jo untuk tak berkata seperti itu. Tapi Chung Jo menatap tajam dan berkata, "Hal yang paling buruk adalah berbohong. Bagaimana mungkin berbohong itu berbeda dengan berkhianat?"

Yeo Wool tak mau membicarakan hal ini dan memilih pergi. Tapi betapa kagetnya ia saat ia membuka pintu.

Ada Kang Chi yang berdiri mematung, tercenung karena tak sengaja mendengar pembicaraan mereka dan bertanya, "Apa maksud semua ini, Yeo Wool-ah?"

Episode-18.2        

Tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Kang Chi, Yeo Wool pergi meninggalkannya. Kang Chi hanya bisa melihat kepergiannya, tapi terlalu shock untuk mengejarnya.

Di luar, Yeo Wool menangis . Kebetulan Gon melihatnya dan langsung menghampirinya. Ia khawatir melihat Yeo Wool dan bertanya apakah Yeo Wool sakit?

Hanya pada Gon, Yeo Wool mengungkapkan kecemasannya,"Apa yang harus kulakukan, Gon? Semua sudah berakhir. Kang Chi pasti tak akan mau menemuiku lagi," Yeo Wool terisak dan menutup wajahnya.

Kang Chi masih terpaku, tak menyadari kalau Chung Jo menghampirinya. Ia baru menyadari saat Chung Jo bertanya apa yang sudah didengar oleh Kang Chi. Ia menjawab kalau ia mendengar semuanya.

Chung Jo minta maaf. Ia tak ingin Kang Chi tahu dengan cara seperti ini. Kang Chi bertanya apakah yang tadi didengarnya itu benar? Chung Jo pun memberitahu apa yang sudah diketahuinya, "Aku mendengar kalau Kepala Polisi Dam Pyung Joon membunuh ayahmu. Ibumu yang ditinggal sendiri, kemudian melahirkanmu. Dan .. ia meninggal."

Kang Chi menangis mendengarnya.

Sementara Seo Hwa duduk dan masih memikirkan peta yang telah dicuri oleh Kang Chi, Wol Ryung terengah-engah kesakitan. Dan sepertinya kondisi Wol Ryung semakin memburuk. Bukan kondisi fisiknya, tapi kondisi keiblisannya. Ia tak tahu dimana ia sekarang dan malah mencekik Biksu So Jung yang sudah membuatkan ramuan untuk lukanya, "Siapa kau?"

Biksu So Jung terbata-bata menjawab, "Aku So Jung. Teman manusiamu satu-satunya." Setelah beberapa saat, Wol Ryung sepertinya baru bisa mengingatnya. Ia pun melepaskan cekikannya. Tapi ia mundur saat Biksu So Jung ingin mengoleskan obat untuknya, "Pergilah. Jangan mendekatiku."

Wol Ryung pun pergi meninggalkannya. Biksu So Jung hanya bisa menatap temannya, iba. Sepertinya ingatan Wol Ryung bisa datang dan pergi kapan saja, hingga ia benar-benar menjadi iblis.

Biksu So Jung datang menemui Guru Dam. Kita tak tahu apa yang  mereka bicarakan, tapi setelah itu Guru Dam sudah duduk menunggu dengan pedang di atas meja.

Yeo Wool dan Gon kaget saat mereka tak menemukan Kang Chi di ruangan Chung Jo. Chung Jo berkata pelan, "Aku tak tahu ia pergi kemana. Tapi kupikir ia akan pergi untuk bertemu orang yang telah membunuh ayahnya."

Gon tak mengerti arah pembicaraan Chung Jo, tapi Yeo Wool mengerti dan tahu kemana tujuan Kang Chi. Ia pun segera kembali ke Moo Hyung Do dengan diiringi oleh Gon, berharap dalam hati Kang Chi tak melakukannya.

Namun mereka terlambat, karena Kang Chi sudah muncul di hadapan Guru Dam yang tak tampak kaget melihatnya. Ia bahkan melemparkan pedang itu kepada Kang Chi dan berkata, "Itulah pedangnya. 20 tahun yang lalu, aku gunakan pedang itu untuk membunuh ayahmu."

Kang Chi bertanya apa alasan Guru Dam melakukannya. Guru Dam menjawab, "Ia telah membunuh 15 anak buahku. Dan ketika ia akan membunuh ibumu juga, aku tak punya pilihan lain.

"Apakah ayah saya sejahat itu? Apakah ia sejahat itu hingga bisa membunuh istri yang dicintainya?" tanya Kang Chi tak percaya.

"Ayahmulah yang dikhianati," Guru Dam menjelaskan apa yang terjadi dulu. "Kudengar ayahmu juga ingin menjadi manusia, maka ia juga mencari buku keluarga Gu. Untuk mendapatkan buku itu, ia harus berdoa selama 100 hari. Tapi ibumu mengetahui identitas asli ayahmu dan ketakutan. Jadi.."

"Jadi.. " potong Kang Ch marah. Air mata mengalir di wajahnya. "Jadi Anda membunuh ayah saya? Untuk menyelamatkan ibu saya. Itulah alasan Anda?" Kang Chi mencabut pedang yang sudah ditangan, "Tragedi keluarga saya bermula dari pedang ini?"

Yeo Wool dan Gon sampai ke Moo Hyung Do. Mereka terkejut dan semakin cemas saat mendengar informasi dari Sung kalau Kang Chi sudah sampai dan sekarang sedang menemui Guru Dam.

Orang yang mereka cari sekarang sudah keluar dari ruangan Guru Dam. Kang Chi memandangi Yeo Wool dengan pandangan yang sulit dimengerti. Mulanya Yeo Wool khawatir melihat wajah Kang Chi yang pucat, namun ia sangat terkejut saat melihat tangan Kang Chi yang berlumuran darah.

Begitu pula Gon yang langsung berlari ke ruangan Guru Dam dan diikuti oleh Sung. Yeo Wool memandang Kang Chi dan Kang Chi memanggilnya. Yeo Wool berjalan gontai ke arahnya.

.. dan melewatinya untuk kemudian pergi ke ruangan ayahnya.

Kang Chi tertegun melihat reaksi Yeo Wool. Ucapan Wol Ryung dulu seakan menyengat perasaannya, "Bahkan jika kau mempercayai manusia, yang kau dapatkan hanyalah pengkhianatan."

Gon dan Yeo Wool terkejut namun lega melihat ayahnya masih segar bugar berdiri di balik meja. Hanya ada pedang yang patah menjadi dua yang menandakan ada kejadian sebelum ini.

Ternyata pedang itu patah karena diremas dan dipatahkan oleh Kang Chi, "Tak peduli apapun yang terjadi 20 tahun yang lalu, semua itu terjadi sebelum kami lahir. Jadi... saya mohon jangan biarkan masa lalu mengganggu kami. Anda selesaikanlah sendiri urusan itu."

Dan Yeo Wool pun menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Kang Chi tak pernah ada niat untuk membunuh ayahnya. Merasa bersalah karena baru menyadari hal itu, ia langsung berbalik, segera pergi keluar mencari Kang Chi.

Tapi Kang Chi sudah menghilang.

Yeo Wool segera mencari Kang Chi. Dan ia menemukannya sedang berdiri hanya ditemani oleh butiran cahaya biru yang mengelilingi, menyembuhkan tangannya.

Yeo Wool tak segera memanggilnya. Tak berani tepatnya. Ia hanya berjalan perlahan-lahan menghampiri Kang Chi, hingga Kang Chi merasakan kehadirannya. Tapi Kang Chi hanya melirik sekilas dan memandang ke depan lagi. Yeo Wool semakin gugup dan merasa bersalah.

Kang Chi akhirnya menoleh dan menatap Yeo Woool. Tapi hanya itu. Tak ada kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Gugup, Yeo Wool pun berkata , "Kang Chi ya.. kau tahu.."

Kang Chi perlahan menghampirinya. Yeo Wool menarik nafas, berharap.

Dan harapannya pecah saat Kang Chi berjalan melewatinya. Air matanya merebak. Tapi ia tahu kesalahannya. Tak mempercayai Kang Chi dan percaya pada kesimpulannya sendiri. Semua ini adalah kesalahannya.

Yeo Wool tetap mematung dan sudah tak kuasa menahan tangis.

Namun tangan itu memeluknya. Tangan yang tadi ia percayai akan membunuh ayahnya itu memeluknya erat. Dan ia mendengar Kang Chi berbisik di telinganya, "Jangan lakukan hal itu lagi. Jangan menyimpan rahasia lagi dariku. Jangan pernah berjalan melewatiku seolah aku ini orang asing."

Tercekat menahan tangis, Yeo Wool berkata, "Aku melakukannya karena aku merasa bersalah. Aku sangat menyesal. Aku tak tahu bagaimana memberitahukanmu, karena itu aku melakukannya. Maafkan aku."

Kang Chi membalikkan Yeo Wool, tapi Yeo Wool masih merasa bersalah tak berani menatap Kang Chi. Kang Chi mengangkat wajah Yeo Wool dan memintanya  untuk memandangnya. Ia menghapus air mata Yeo Wool dan berkata, "Aku.. menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu."

Yeo Wool menangis dan memeluknya. Kata-kata Wol Ryung kembali terngiang di telinganya, memperingatkannya, Kau tak bisa mempercayai mereka. Kau tak akan pernah bisa bersama dengan mereka.

Kali ini hati kecil Kang Chi bisa menjawab, Aku ingin mempercayainya. Hingga akhir waktu, aku ingin bersama dengannya. Dan Kang Chi pun semakin mempererat pelukannya.

Di perpustakaan, butiran cahaya hitam merasuk ke tubuh Wol Ryung, menghitamkan nadinya. Wol Ryung membuka mata, dan tak muncul tatapan kesakitan yang tadi dirasakan. Hanya tatapan dingin yang membuat hati bergidik ketakutan.

Dan hati itu adalah milik Seo Hwa yang tiba-tiba merasakannya. Apakah Seo Hwa masih mempunyai ikatan dengan suaminya? Dan karena itu ia bisa merasakannya? Apakah itu salah satu tujuan kedatangannya ke Joseon?

Sementara itu Jo Gwan Woong masih tetap curiga kalau Ja Hong Myung adalah Seo Hwa dan ia menanyakan hal itu pada asisten Seo Hwa. Tapi asisten itu menegaskan kembali kalau majikannya itu bernama Ja Hong Myung.

Jo Gwan Woong pun menyerahkan surat budak atas nama Tae Soo dan juga mengembalikan uang pembelian Tae Soo. Ia tak berminat untuk menerimanya dan menghadiahkan uang itu pada si asisten, "Setiap kali melihatmu, aku selalu merasa kau menyia-nyiakan kemampuanmu. Jika majikanmu tak memperlakukanmu dengan baik, kau bisa bekerja padaku."

Asisten itu hanya tersenyum dan pamit pergi, dengan hanya mengambil surat budak Tae Soo tanpa menyentuh kotak uang itu. Sebelum pergi, Jo Gwan Woong memastikan apakah benar Choi Kang Chi yang mencuri peta itu. Asisten itu membenarkan dan ia pun pergi.

Sendirian, Jo Gwan Woong seperti orang gila berbicara sendiri, "Apakah kau tadi mengatakan kalau Choi Kang Chi menginap di Chunhwagwan?"

Namun ternyata ia tak gila, karena muncul Wol Sun dari balik pembatas dan menjawab, "Benar. Ia tinggal di kamar Chung Jo. Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri."

Kang Chi mendapat tamu, yaitu Gob Dan yang membawa undangan dari Chung Jo. Chung Jo meminta agar Kang Chi mampir untuk menemuinya.

Di Moo Hyung Do, Nyonya Yeo Joo aka Gonita-nim memberitahu Gon kalau ada gisaeng bernama Chung Jo yang ingin menemui Yeo Wool. Ia mengijinkan karena sepertinya Yeo Wool mengenal gisaeng itu.

Gon kaget menerima informasi ini, karena sebelumnya Kang Chi meminta ijin ke Chunhwagwan karena Chung Jo ingin bertemu dengannya. Gon segera pergi ke ruangan Yeo Wool.

Chung Jo ternyata memang menemui Yeo Wool. Begitu pula Kang Chi yang menemui Chung Jo di Chunhwagwan.

Namun di kamar Chung Jo, terdapat dupa menyala dan Chung Jo yang ini berbeda dengan Chung Jo asli. Tapi Kang Chi tak merasakan perbedaannya. Tak seperti biasa, Chung Jo meminta Kang Chi untuk minum dengannya. Tak hanya satu gelas tapi sampai 5 gelas.

Gon masuk ke ruangan Yeo Wool tanpa ijin, membuat Yeo Wool marah. Chung Jo belum sempat mengatakan maksud tujuannya. Tapi Gon tak peduli dan bertanya pada Chung Jo,"Kudengar kau ingin bertemu dengan Kang Chi di Chunhwagwan. Kenapa kau ada di sini?"

Chung Jo mengerutkan kening bingung, "Apa maksudmu? Kang Chi ingin menemuiku?"

O oh..

Dan benar saja. Gob Dan yang cemas dengan apa yang sedang terjadi, semakin gugup saat melihat kedatangan Soo Ryun yang langsung merasakan keanehan dengan bau dupa yang menyengat. Ia segera membuka kamar Chung Jo dan menyuruh kepala pelayan untuk membuka jendela untuk menghilangkan asap dupa itu.

Betapa kaget saat ia melihat ada Kang Chi di sana dengan.., "Wol Sun, apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Kang Chi menoleh bingung mendengar nama lain yang disebut. Betapa kagetnya melihat ternyata bukan Chung Jo, melainkan Wol Sun yang tersenyum sinis dan berkata, "Memang kenapa? Aku hanya minum-minum Chihon dengannya."

Dan muncul Jo Gwan Woong beserta anak buahnya yang memuji Wol Sun dan menangkap Kang Chi. Kang Chi segera bangun untuk melawan, tapi pusing kepalanya sangat menghebat sehingga ia terduduk kembali.

Soo Ryun meminta Kang Chi untuk tak bergerak karena akan memperparah kondisinya. Betapa marahnya ia mendengar Kang Chi menenggak 5 gelas Chihon, "Apakah kau tak tahu kalau minuman sebanyak itu bisa membuat orang mati?" Dan Wol Sun pun membela diri, "Terus aku harus bagaimana kalau ia tak juga pingsan?"

Jo Gwan Woong mengatai Kang Chi monster karena bisa tahan minuman yang tak seperti orang pada umumnya. Soo Ryun marah dan meminta penjelasan, tapi Jo Gwan Woong malah menghardiknya, "Diam kau! Aku baru saja menangkap pencuri di penginapanku. Jika kau tak dicurigai sekutu pencuri ini, tutup mulutmu."

Soo Ryun tak dapat berbuat apa-apa, bahkan ketika Kang Chi diseret pergi.

Seo Hwa diberitahu kalau Choi Kang Chi telah tertangkap dan ia diminta untuk memastikan wajah pencuri peta itu. Seo Hwa pun datang menemui Jo Gwan Woong. Di sana ia melihat Kang Chi terikat rantai dalam kondisi hampir tak sadarkan diri. Ia pun meminta peta yang telah dicuri. Tapi Jo Gwan Woong mengatakan kalau Kang Chi tak dapat ditanyai karena dalam kondisi setengah sadar.

Tentu saja hal itu membuat Seo Hwa heran, karena Kang Chi dirantai dengan erat. Jo Gwan Woong menjawab dengan licik kalau ia memiliki alasan sendiri, "Kang Chi ini bukan manusia. Ia separuh siluman dan separuh manusia.. turunan dari ibunya."

Seo Hwa tertegun, tapi ia mencoba memasang wajahnya sewajar mungkin. Jo Gwan Woong tersenyum dan mengatakan kalau ia juga belum pernah melihat wujud Kang Chi sesungguhnya, "Aku membawamu ke sini karena ingin melihatnya bersama-sama. Jadi bagaimana menurutmu?"

Seo Hwa tetap terdiam, dan Jo Gwan Woong pun tak menunggu jawaban, menyuruh anak buahnya untuk melepaskan gelang Kang Chi. Kang Chi meminta untuk tak melakukan itu dan mencoba memberontak, tapi ia tak berdaya. Gelang dengan mudah dilepaskan.

Kang Chi mencoba bertahan.. tapi tak bisa. Ia menjerit kesakitan dan tertunduk. Seo Hwa melihat putranya dengan berkaca-kaca. Ia mencoba menahan diri, tak menangis. Tapi Kang Chi terus terengah-engah, dan kali ini ia mendongak..

.. dengan mata kehijauan, menatap Seo Hwa.

Seo Hwa tercekat, terdengar suara Jo Gwan Woong bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah itu monster yang kau cari? Apa diakah orang itu?"

Episode-19.1        

Kilas balik saat Seo Hwa mencoba membunuh Jo Gwan Woong tapi gagal. Samurai Jepang, yang menjadi tamu Jo Gwan Woong saat itu, terkejut melihat peristiwa yang terjadi di hadapannya.

Setelah Seo Hwa ditebas oleh anak buah Jo Gwan Woong, ia rubuh ke tanah. Jo Gwan Woong segera dibawa oleh anak buahnya menemui tabib. Samurai Jepang berjongkok di dekat tubuh Seo Hwa dan memeriksa nadinya. Ia terkejut saat tahu Seo Hwa masih hidup.

Ia mengeluarkan selembar sapu tangan dan menutupi wajah Seo Hwa dengan sapu tangan itu. Ninja Seo menghampirinya dan bertanya mengapa samurai itu melakukannya. Apa Seo sudah mati? Samurai itu membenarkan.

Ninja Seo memerintahkan agar tubuh Seo Hwa dibawa pergi. Malam harinya, anak buah samurai Jepang menyogok anak buah Jo Gwan Woong, lalu membawa tubuh Seo Hwa ke hadapan samurai Jepang. Samurai Jepang kembali memeriksa nadi Seo Hwa. Ia lega saat tahu Seo Hwa masih hidup dan memerintahkan Seo Hwa dibawa masuk ke dalam.

Kembali pada adegan di akhir Episode 18. Seo Hwa teringat pada bayi yang dilahirkannya 20 tahun lalu. Dan sekarang bayi itu telah menjadi seorang pemuda. Makhluk setengah manusia, setengah siluman.

"Ia bukan monster...ia bukan monster...kau bukan monster...Anakku!!!" kata-kata dan teriakannya 20 tahun lalu bergema di hati Seo Hwa.

"Apakah monster itu penjahat yang kau cari, kepala pedagang? Dialah yang kaucari, bukan?" ujar Jo Gwan Woong.

Seo Hwa menyadari Jo Gwan Woong sedang mengujinya dengan memperlihatkan Kang Chi, puteranya.

Kang Chi berteriak keras lalu pingsan. Pertahanan Seo Hwa hampir bobol. Ia berusaha menahan tangisnya.

Gisaeng Chun menginterogasi Gob Dan, pelayan Chung Jo. Gob Dan berkata Wol Sun berkata kalau Chung Jo bisa ditangkap karena telah menyembunyikan buronan (Kang Chi). Wol Sun menyuruhnya melakukan apa yang diperintahkan jika ingin Chung Jo selamat. Wol Sun menyuruhnya untuk membawa Kang Chi. Gisaeng Chun hanya bisa meghela nafas kesal melihat kebodohan Gob Dan.

Guru Dam mendapat sebuah surat dari Gisaeng Chun mengenai Kang Chi yang telah ditangkap Jo Gwan Woong. Yeo Wool dan Chung Jo juga mendengar berita itu dari Gon.

Yeo Wool segera mengambil pedangnya. Gon menahannya. Ia berkata saat ini Gisaeng Chun dan Tae Soo sedang mengamati keadaan. Guru Dam telah memerintahkan mereka untuk tetap tenang sambil melihat perkembangannya.

"Jika Kang Chi tidak bisa pulang sendiri itu artinya terjadi sesuatu yang buruk. Mungkin ia sudah terluka parah."

"Ia bisa sembuh sendiri dan tidak akan mati," Gon mengingatkan.

"Tidak mati bukan berarti ia tidak bisa terluka! Kang Chi juga merasa sakit ketika ia terluka. Ia berdarah jika ditikam dan mendapat luka dan memar jika dipukuli. Walau tidak mati, ia dapat merasa dan menderita seperti kita. Apa kau tahu?" ujar Yeo Wool.

Gon terdiam. Entah apa yang dirasakan Chung Jo saat ini setelah mendengar perkataan Yeo Wool. Yeo Wool bersikeras ingin pergi. Waktu Gon menahannya, ia mengancam akan menyerang Gon jika Gon menahannya lagi.

"Tunggu sebentar, Nona Yeo Wool. Ada sesuatu yang hendak kukatakan sebelum kau pergi," kata Chung Jo.

"Aku minta maaf tapi aku tidak bisa berbicara lebih lama. Permisi," Yeo Wool beranjak pergi.

"Ini mengenai ibu Kang Chi," ujar Chung Jo. "Kudengar ibu Kang Chi mungkin masih hidup."

Yeo Wool terkejut.

Jo Gwan Woong menantang So Hwa. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan pada Kang Chi, yang bahkan bukan manusia. Mendengar anaknya disebut bukan manusia, Seo Hwa meradang.

"Yang kuinginkan adalah peta kami yang hilang," katanya tegas.

"Begitukah? Jadi kau tidak peduli dengan apa yang akan kami lakukan padanya? Walau kami memukulinya sampai mati dan mencekiknya sampai mati, asalkan kau mendapatkan kembali petanya? Apa kau tak peduli?"

"Kau benar-benar banyak bicara, Tuan. Pada anak yang bahkan bukan manusia maupun monster, entah kau menginjaknya, mencekiknya, atau apapun juga yang kaulakukan padanya, itu adalah urusanmu bukan urusanku!! Satu-satunya yang kuperlakukan adalah peta itu! Apa kau mengerti??! Jadi bawakan aku petanya," kata Seo Hwa marah.

Ia beranjak pergi, tapi pandangannya beradu dengan mata Kang Chi yang memandangnya dengan tatapan sedih. Seo Hwa mengeraskan hatinya lalu berbalik pergi. Dengan pandangan yang mulai kabur, Kang Chi melihat sosok Seo Hwa yang makin lama makin jauh.

Seo Hwa kembali ke kamarnya. Seluruh tubuhnya gemetar. Ia teringat pertemuannya dengan Kang Chi malam itu. Saat Kang Chi menceritakan darimana asal namanya. Ia adalah anak yang dibuang ke sungai. Lalu mata hijau Kang Chi yang tadi memandangnya dengan sedih.

Seo Hwa menangis tanpa suara.

Jo Gwan Woong menghampiri Kang Chi dan memandangnya dengan jijik.

"Apa yang kaulakukan padaku?"

"Aku membuatmu minum arak Chihoon. Jika kau meminumnya, pikiranmu akan kacau balau dan kau kehilangan kendali atas tubuhmu. Jadi kau akan mati pelan-pelan. Jadi, apa kau akan mengatakan mengenai peta yang kaucuri? Di mana peta itu? Di tangan Dam Pyung Joon? Atau telah sampai ke tangan Lee Soon Shin?"

Kang Chi berteriak dan merangsek maju. Jo Gwan Woong mundur. Ada rasa takut di wajahnya. Tapi ia tahu Kang Chi tidak bisa berbuat apa-apa dengan tubuh teracuni seperti itu.

"Pantas saja kau dibuang ke sungai begitu kau lahir. Itulah sebabnya bahkan setelah 20 tahun tak bertemu puteranya, ia begitu dingin dan tidak berperasaan."

Kang Chi tertegun. Apa maksud perkataan Jo Gwan Woong barusan?

"Yoon Seo Hwa. Ibumu."

"Apa maksudmu? Siapa ibuku?"

"Pertanyaan yang salah. Seharusnya yang kautanyakan adalah apakah benar ia ibumu. Aku juga bertanya-tanya apakah wanita itu ibumu," olok Jo Gwan Woong.

Kang Chi kembali hendak merangsek maju. Jo Gwan Woong berdecak dan menasihati Kang Chi agar tidak berusaha terlalu keras. Semakin keras Kang Chi mengerahkan tenaga, efek racun semakin mematikan dan menyakitkan. Jika Kang Chi ingin bertahan sampai besok, sebaiknya Kang Chi duduk baik-baik.

Kang Chi berteriak marah akibatnya ia terbatuk-batuk. Kang Chi berteriak kesakitan.

Seo Hwa menderita mendengar jeritan Kang Chi tapi ia tidak melakukan apa-apa. Ia terus menangis.

Gisaeng Chun menyerahkan sebutir obat penawar pada Tae Soo untuk diberikan pada Kang Chi. Jika tidak diberi penawarnya dalam waktu 24 jam, walau Kang Chi makhluk gaib, ia akan menderita kesakitan yang amat sangat sepanjang hidupnya. Apapun yang terjadi, Kang Chi harus memakan obat ini sebelum matahari terbenam.

Tae Soo diam-diam memanggil Choi dan Ok Man. Mereka bisa menebak di mana Kang Chi saat ini disekap. Tae Soo menyuruh Choi memerintahkan para pelayan untuk membuat bola-bola nasi.

Ia mengeluarkan obat penawar pemberian Gisaeng Chun. Choi segera mengambil obat itu. Ia bersedia mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan Kang Chi. Bagaimanapun juga Kang Chi adalah puteranya.

Gonita masuk ke kamar Yeo Wool dan terkejut. Apa Yeo Wool menghilang lagi? Bukan, ia melihat Yeo Wool berpakaian tempur, lengkap dengan panah dan pedang terikat di punggung.

"Nona, apa yang kaulakukan?"

"Aku harus pergi ke suatu tempat."

Gonita berkata Yeo Wool harus meminta ijin lebih dulu pada Guru Dam.

"Pernahkah kau menyukai seseorang dengan sepenuh hatimu? Kepala dan hatimu dipenuhi orang itu. Jika ia tersenyum, kau tersenyum. Ketika ia menangis, kau menangis. Hanya dengan berada di sisinya, hidupmu terasa lengkap, dan kau merasa tenang. Pernahkah kau memiliki orang seperti itu?"

"Nona..." Gonita tersentuh dengan kata-kata Yeo Wool.

"Bagiku, Kang Chi adalah orang seperti itu."

Gonita keluar dari kamar Yeo Wool lalu menghela nafas panjang. Ia berpapasan dengan Gon. Gon bertanya apakah Yeo Wool sudah bangun.

"Ya?...I-iya."

"Bisakah aku masuk sebentar?"

Syuuuut, Gonita menghalangi Gon dengan mengusap-usap pintu kamar. Haha^^

"Ada masalah?" tanya Gon.

"A-apa?"

Gon melewati Gonita dan masuk ke kamar Yeo Wool. Yeo Wool tidak ada.

"Apa yang terjadi? Di mana Nona Yeo Wool?" tanya Gon.

"Eh..itu..."

"Nona pendamping!"

"Saudara Gon, pernahkah kau menyukai seseorang dengan sepenuh hatimu?" Gonita mencoba trik Yeo Wool.

Gon bengong.

Yeo Wool mencari Bong Chul ke pasar. Ia menemukan Bong Chun sedang berjudi. Bong Chul mengenali Yeo Wool sebagai teman Kang Chi, dongsaeng (adik)-nya. Ia bertanya ada apa Yeo Wool mencarinya.

"Sebenarnya aku mau meminta bantuanmu."

"Aku tidak mendengar permintaan orang lain kecuali ada imbalannya. Ada apa?"

"Maukah kau merampok penginapan Seratus Tahun bersamaku?"

"Penginapan Seratus Tahun? Untuk apa?"

"Untuk mengambil Choi Kang Chi."

"Choi Kang Chi?"

"Ya, Choi Kang Chi."

Choi mengintip dari luar pintu gudang. Ia melihat Kang Chi yang lemas dan kesakitan. Ia memberanikan masuk ke dalam sambil membawa keranjang berisi bola-bola nasi. Ia mengikuti perkataan Tae Soo dengan mengatakan makanan itu pemberian Seo Hwa atas kerja keras para pengawal. Untunglah pengawal itu percaya.

Choi membagi-bagikan bola nasi pada para pengawal. Setelah selesai, ia berkata pada kepala pengawal kalau ia juga membawakan bola nasi untuk Kang Chi.  

Kepala pengawal mengambil bola nasi yang tersisa lalu melemparnya ke hadapan Kang Chi. Tapi terlalu jauh hingga Kang Chi tidak bisa memakannya.

"Tangannya terikat, ia tidak akan bisa makan," kata Choi. Ia memungut bola nasi itu lalu berjongkok di hadapan Kang Chi.

Kang Chi menatap Choi. Choi terkejut. Ia baru tahu kalau Kang Chi bukanlah manusia.

"Ayah...." panggil Kang Chi.

Choi menahan tangisnya. Ia menggigiti bagian yang kotor dari bola nasi untuk Kang Chi. Setelah bersih, ia menyodorkannya pada Kang Chi.

"Aku sangat kesakitan...Ayah, aku mungkin akan mati.."

"Itulah sebabnya, makanlah segigit saja, " kata Choi sambil menangis. "Ini, ayo makan.."

Choi memperlihatkan obat yang tersembunyi dalam bola nasi dan memberi isyarat dengan matanya. Untunglah Kang Chi mengerti.

Tapi saat ia hendak memakannya, kepala pengawal menepis tangan Choi hingga bola nasi terjatuh ke tanah. Ia berkata jika Kang Chi mau makan, ambil sendiri dengan mulut.

"Anak serigala seharusnya makan dengan mulut, bukan dengan tangan," ledeknya. Para pengawal menertawakan Kang Chi.

Choi memungut bola nasi itu dan hendak menyuapkannya lagi pada Kang Chi tapi ia langsung diseret keluar. Ia terus berteriak agar Kang Chi makan bola nasi itu.

"Ayah! Ayah!" seru Kang Chi.

Ia lalu berusaha mengambil bola nasi dengan mulutnya. Tapi si kepala pengawal yang jahat malah menendang bola nasi itu jauh-jauh dari Kang Chi. Untunglah ia tidak melihat obat yang tersembunyi dalam bola nasi itu.

Tae Soo bertanya pada Choi apakah Kang Chi sudah memakan obat penawarnya. Choi berkata ia tidak sempat melihat Kang Chi memakannya. Tae Soo berharap Kang Chi segera memakannya agar Kang Chi selamat.

Jo Gwan Woong menemui Seo Hwa. Ia berniat mengikat Kag Chi di depan umum dan memperlihatkannya pada rakyat agar semua orang tahu Kang Chi adalah keturunan gumiho.

"Biarkan rakyat melemparinya dengan batu. Ajukan petisi ke pengadilan untuk menghukum Lee Soon Shin yang telah merawatnya."

Seo Hwa mencengkeram tangannya sendiri kuat-kuat untuk mengendalikan perasaannya. Ekspresinya tidak berubah saat ia berbicara.

"Ia seorang laksamana, mungkinkah petisi kecil seperti itu akan membuatnya dipecat?"

Jo Gwan Woong berkata itu bukan petisi kecil. Ia mengenal Perdana Menteri, petisi itu akan diterima dengan baik.

"Ah, jika kau tidak sibuk mengapa kau tidak melihatnya sendiri? Tidak setiap hari kau bisa melihat anak gumiho dilempari batu hingga mati. Bukan begitu?" kata Jo Gwan Woong. Lalu ia pergi.

Tangan Seo Hwa sampai gemetar saking marahnya.

"Pil Mong, " panggilnya pada asistennya. "Kurasa kita harus membunuhnya."

Pil Mong menentang perintah Seo Hwa. Mereka belum bisa membunuh Jo Gwan Woong karena masih memerlukan bantuannya.

"Berapa lagi aku harus menunggu?" ujar Seo Hwa kesal.

"Tolong tenanglah! Bukankah Nyonya sudah bersumpah pada klan Miyamoto untuk melakukan yang terbaik? Jangan biarkan perasaan pribadimu menghalangi misi kita."

Di luar, Jo Gwan Woong menoleh ke arah kediaman Seo Hwa dan tersenyum licik.

"Kita lihat berapa lama lagi kau bisa menyembunyikan identitasmu," gumamnya.

Tiba-tiba terdengar keributan di halaman penginapan. Ma Bong Chul dan anak buahnya sudah datang. Jo Gwan Woong bahkan tidak ingat Bong Chul pada awalnya. Ia tak menduga Bong Chul masih hidup.

"Aku tidak punya uang maupun kekuasaan, setidaknya aku harus menikmati hidup, bukan begitu?" kata Bong Chul.

Jo Gwan Woong bertanya mengapa Bong Chul datang ke sini dan membuat keributan. Bong Chul menagih uang yang seharusnya dibayarkan Jo Gwan Woong padanya dan juga Jo Gwan Woong telah mengkhianatinya dan menghabisi anak buahnya.

Maka mereka pun menggelar demo di halaman penginapan. Mereka berbaring di halaman penginapan sampai Jo Gwan Woong bersedia membayar mereka.

Sebenarnya, itu hanya pengalihan agar pengawal Jo Gwan Woong melengahkan penjagaan terhadap Kang Chi. Kepala pengawal dan anak buahnya pergi ke halaman untuk menangani demo Bong Chul. Tersisa tiga orang pengawal yang menjaga Kang Chi.

Satu dari mereka tiba-tiba mati terpanah. Yeo Wool. Ia mengeluarkan pedangnya lalu melawan dua pengawal yang tersisa. Sementara Yeo Wool sibuk menghadapi dua pengawal itu, Kang Chi memusatkan perhatiannya pada bola nasi yang tertendang ke sana kemari. Tegang...tapi lucu...aneh >,<

Kepala pengawal mengacungkan pedang ke leher Bong Chul. Para anak buahnya berdiri ketakutan. Bong Chul menyuruh anak buahnya kembali berbaring. Bukan sekali ini saja mereka diancam. Hal paling buruk yang bisa terjadi adalah mereka dibunuh. Tapi sebenarnya Bong Chul merasa gugup dan takut, ia terus menoleh ke arah gudang tempat Kang Chi disekap.

Jo Gwan Woong dengan jeli menangkap arah pandangan Bong Chul. Ia menyadari demo ini hanya pengalihan. (hmmm...kalo demo di kita, pengalihan juga ngga ya *abaikan*)

Tersisa satu pengawal yang harus dikalahkan Yeo Wool. Kang Chi melihat bola nasi tertendang ke arahnya. Yeo Wool hampir membunuh pengawal terakhir ketika tiba-tiba pintu dibuka.

"Turunkan pedangmu sekarang juga!" bentak Jo Gwan Woong.

Kang Chi sepertinya telah menelan obat penawar itu.

Pengawal Jo Gwan Woong merebut pedang Yeo Wool. Lalu mereka membawa masuk Bong Chul yang telah babak belur dipukuli. Bong Chul melihat Kang Chi lalu meminta maaf. Bong Chul pingsan.

"Apa kau pikir taktik menyedihkan seperti ini akan mempan terhadapku?"

"Cepat lepaskan Choi Kang Chi! Mengapa kau mengikat orang tak bersalah?" kata Yeo Wool.

"Dia bukan orang, dia monster. Bukankah pantas memperlakukan seorang monster sebagai monster?"

"Heh..dari yang kulihat, yang monster itu adalah kau!" ujar Yeo Wool.

Jo Gwan Woong menampar Yeo Wool dengan keras. Kang Chi sangat marah.

Jo Gwan Woong memerintahkan agar Yeo Wool diikat. Yeo Wool diikat ke tiang. Kang Chi menggeram.

Ok Man melapor pada Tae Soo kalau Kang Chi akan diperlihatkan pada khalayak umum dan situasi sangat kacau saat ini. Tae Soo tertegun. Ia teringat perkataan Gisaeng Chun.

"Jika ia menggunakan Kang Chi untuk memfitnah Laksamana, hal itu harus dihentikan bagaimanapun caranya." (Apa maksudnya? membunuh Jo Gwan Woong? Atau membunuh Kang Chi? Sepertinya yang terakhir >,<)

Tae Soo melihat pedangnya.

Kang Chi dibawa ke halaman penginapan dalam keadaan terikat.

"Lihat baik-baik. Inilah wujud Choi Kang Chi yang sebenarnya," Jo Gwan Woong mengumumkan.  

Kang Chi menoleh pada para pelayan yang dulu bekerja bersamanya. Mereka terkejut melihat wujud Kang Chi. Jo Gwan Woong memerintahkan agar Kang Chi dibawa ke tengah kota agar rakyat melemparinya dengan batu sampai mati.

Choi berlutut dan memohon-mohon pada Jo Gwan Woong.

"Tuan, tolong selamatkan dia. Sekali ini saja, mohon selamatkan dia. Setelah Park Mu Sol mengangkatnya, aku membesarkannya seperti anakku sendiri. Kumohon jangan biarkan ia dilempari sampai mati. Aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan. Puteraku...tolong selamatkan nyawa puteraku!" Choi memohon sambil menangis.

Choi malah diseret para pengawal Jo Gwan Woong lalu ditendangi dan diinjak-injak. Kang Chi berteriak-teriak memanggil ayahnya. Choi terus menerus memanggil Kang Chi. T_T *tersedu*  

Tak tahan lagi melihat ayahnya didera, kemarahan Kang Chi tak terbendung. Rantai yang mengikatnya terlepas. Dengan mudah ia menjatuhkan semua pengawal Jo Gwan Woong.

Jo Gwan Woong mulai takut. Tapi ia kembali tersenyum saat melihat Kang Chi memuntahkan darah.

"Kau pasti benar-benar ingin mati. Jangan remehkan kekuatan arak Chihoon. Seluruh pembuluh darahmu akan segera meledak di dalam tubuhmu."

"Jangan khawatir. Masih banyak waktu untuk membunuhmu sebelum aku mati," kata Kang Chi.

Ia berteriak dan menyerang Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong mundur ketakutan.

Episode-19.2        

Kang Chi berlari mendekati Jo Gwan Woong tapi tiba-tiba perutnya ditumbuk pedang. Samurai bodyguard Seo Hwa menghalangi Kang Chi membunuh Jo Gwan Woong. Dan Kang Chi dengan mudah dijatuhkannya.

Samurai itu memberi jalan bagi Seo Hwa, yang sekarang telah berganti pakaian dengan mengenakan hanbok.

Seo Hwa menatap Kang Chi. Kang Chi menatap Seo Hwa. Kata-kata Jo Gwan Woong terngiang-ngiang di kepalanya. Bahwa ibunya membuangnya ke sungai karena ia seorang monster. Kang Chi jatuh pingsan.

Ok Man, Choi, dan para pelayan menghambur ke sisi Kang Chi. Mereka memanggil-manggil Kang Chi. Ternyata mereka tetap menerima Kang Chi walau tahu Kang Chi setengah siluman.

"Melihatmu dengan pakaian itu, aku hampir salah mengira kau orang lain lagi," sindir Jo Gwan Woong pada Seo Hwa. Ia memerintahkan agar Kang Chi diseret ke kota saat ini juga.

Para pengawal hendak membawa Kang Chi, tapi para pelayan menghalangi mereka.

"Cukup, hentikan!" seru Seo Hwa. "Kau menang. Aku mengaku aku adalah Yoon Seo Hwa yang kaubunuh 20 tahun yang lalu."

Samurai bodyguard Seo Hwa terkejut Seo Hwa membeberkan identitasnya.

"Sekarang setelah kau tahu, apa yang akan kaulakukan?" tantang Seo Hwa. "Apa yang akan kaulakukan?!! Tuan Bi Joo."

Jo Gwan Woong nampak kesal. Ia jelas tidak bisa melakukan apapun karena Seo Hwa sekarang adalah kepala Goon Bon Miyamoto. Dan lagi ada samurai bodyguard yang selalu melindunginya. (Goon Bon sepertinya semacam serikat pedagang atau klan)

Tae Soo melihat Kang Chi telah selamat. Ia menarik nafas lega. Hmmm..dia tahu ngga ya kalau Seo Hwa itu ibu kandung Kang Chi? Berarti tadi sebenarnya dia mau membunuh siapa?

Guru Dam bertanya pada Lee Soon Shin mengapa mereka tidak membunuh Jo Gwan Woong sekarang. Lee Soon Shin berkata kematian Jo Gwan Woong bukan berarti pertempuran telah usai. (iya tapi kan berkurang satu orang jahat di dunia ini >,<)

Lee Soon Shin berkata mereka membutuhkan daftar nama para pejabat dari propinsi selatan yang bersekutu dengan pedagang Jepang.

"Tapi kekejaman Jo Gwan Woong semakin menjadi hari demi hari."

"Ada waktu yang tepat untuk segalanya. Hanya orang yang bisa menangkap waktu yang tepat yang bisa meraih kemenangan. Bukan begitu?"

Guru Dam menghela nafas pasrah. Lee Soon Shin bertanya apa yang menyebabkan Guru Dam khawatir. Guru Dam menceritakan biksu So Jung datang menemuinya beberapa waktu lalu.

So Jung berkata pada Guru Dam kalau mereka harus menghentikan Wol Ryung. Begitu semua ingatan Wol Ryung hilang, pembantaian besar-besaran akan terjadi. Hanya satu orang di dunia ini yang bisa menghentikan Wol Ryung. Guru Dam bisa menduga Kang Chi lah orangnya. So Jung membenarkan. Hanya Kang Chi yang bisa menghentikan Wol Ryung.

Wol Ryung berada di ruang buku So Jung. Ia berubah menjadi Iblis Seribu Tahun. Urat-urat di seluruh tubuh dan wajahnya menghitam. Ketika So Jung kembali, Wol Ryung telah pergi. So Jung terkejut, menyadari Wol Ryung telah berubah menjadi Iblis.

Wol Ryung melakukan pembunuhan besar-besaran di hutan. Setiap kali ia menghisap jiwa seseorang, urat hitam di tubuhnya berkurang sedikit demi sedikit.

Lee Soon Shin menganggap adalah hal kejam jika Kang Chi harus membunuh ayahnya sendiri.

Choi dan Seo Hwa menunggui Kang Chi yang masih tak sadarkan diri.

"Kau bilang ia diangkat dari sungai?" tanya Seo Hwa. "Selama ini kau menjadi ayahnya."

Choi membenarkan Kang Chi diangkat dari sungai. Tapi yang selama ini dilakukannya adalah memberi Kang Chi makan, memberi pakaian dan menidurkannya.

"Sebenarnya, orang yang lebih menjadi ayahnya adalah Tuan Park Mu Sol."

"Begitu..."

Seo Hwa hendak menyentuh Kang Chi tapi ia menahan dirinya.

Choi berkata sejak kecil Kang Chi selalu ceria dan pintar dan terkenal karena kesetiaanya. Hormat pada orang lebih tua dan sangat perhatian pada orang yang lemah.

Seo Hwa mulai menangis karena ia sama sekali tidak mengenal puteranya.

"Tidak ada putera yang lebih baik darinya," ujar Choi bangga.

Hati Seo Hwa serasa tertusuk. Ia tak tahan lagi lalu bangkit berdiri. Kembali dengan wajah tegasnya, ia meminta Choi tidak mengatakan apapun tentang dirinya pada Kang Chi. Ia berkata ini lebih baik, ia minta Choi merahasiakannya. Choi terpaksa menyanggupi.

Seo Hwa bergegas keluar dari kamar. Choi mengantarnya keluar. Kang Chi membuka matanya. Apa selama ini ia mendengar percakapan ibunya dan Choi? Sepertinya begitu.

Seo Hwa pergi menemui Tae Soo. Ia bertanya apa Tae Soo ingat ia meminta Tae Soo menjadi puteranya.

"Ya, aku ingat."

"Kalau begitu bisakah kau melepaskan masa lalumu dan bersekutu dengan Goon Bon kami?"

"Apa maksud Nyonya?"

"Aku tahu kau masih berpihak pada Moo Hyung Do Gwan. Dan kau juga mengirim informasi pada Laksamana. Tinggalkan pekerjaan sia-sia seperti itu dan jadilah putera Goon Bon kami. Ambil alih posisi Jo Gwan Woong."

"Apa Nyonya memintaku menjadi pengkhianat negara?" tanya Tae Soo marah.

"Pengkhianat? Apa yang negara ini telah lakukan untukmu, Tuan Muda? Apakah negara ini membersihkan nama ayahmu yang mati tidak adil? Atau, apakah negara ini menghentikan adikmu menjadi gisaeng? Saat kau menghantam titik terendah dalam hidupmu, kehilangan keluargamu, kehormatan, dan segalanya, apa yang telah negara ini lakukan untukmu, Tuan muda?!"

"Nyonya..."

"Sampah seperti Jo Gwan Woong berkuasa di Joseon. Ada harapan apa di negeri ini? Tinggalkan usaha sia-siamu dan rebut kembali Penginapan Seratus Tahun! Rebut kembali adikmu dan jadilah putera Goon Bon kami! Maka, aku akan membunuh Jo Gwan Woong."

Tae Soo terpana.

Sementara itu Jo Gwan Woong melampiaskan kemarahannya pada Pil Mong, asisten Seo Hwa.

"Yoon Seo Hwa, si jalang itu!"

"Ia pemimpin Goon Bon kami!"

"Yoon Seo Hwa, si jalang itu!" Jo Gwan Woong bersikeras. "Selama ini sebagai kepala Goon Bon ia telah merencanakan untuk menikamku dari belakang."

Pil Mong berkata ini adalah kesalahpahaman. Pedagang Goong Bon hanya berkomitmen untuk satu hal. Tidak ada maksud lain. (hmm...bukannya seharusnya mereka sudah tahu Seo Hwa hendak membalas dendam? Bukannya samurai yang dulu menyelamatkan Seo Hwa juga tahu betapa dendamnya Seo Hwa pada Jo Gwan Woong?)

"Tutup mulutmu! Sepertinya sekutu antara aku dan Goon Bon telah berakhir. Kau pikir aku tidak bisa melakukannya? Kau pikir aku tidak bisa membunuh wanita itu, Yoon Seo Hwa, dua kali? Aku akan melakukan apapun dengan kekuasaanku untuk memastikan tidak ada pedagang Goon Bon yang bisa menginjakkan kaki di Joseon."

Pil Mong meminta Jo Gwan Woong memberinya waktu. Jo Gwan Woong berkata ia tidak memiliki banyak kesabaran.

"Jadi pilihlah. Aku Jo Gwan Woong, atau Yoon Seo Hwa?!" ancamnya.

Pil Mong terdiam. Hmm...ada aroma pengkhianatan tercium dari sini *lebay*

Choi mengantarkan obat untuk Kang Chi tapi Kang Chi telah pergi.

Kang Chi melihat Seo Hwa merenung di halaman. Kata-kata Jo Gwan Woong kembali terngiang di kepalanya.

"Pantas saja monster sepertimu dibuang ke sungai begitu dilahirkan."

Lalu kata-kata Seo Hwa: "Pada anak yang bahkan bukan manusia maupun monster, entah kau menginjaknya, mencekiknya, atau apapun juga yang kaulakukan padanya, itu adalah urusanmu bukan urusanku!!"

Juga ia mendengar saat Seo Hwa meminta Choi merahasiakan siapa dirinya.

Seo Hwa menoleh. Ia tersenyum melihat Kang Chi (mengira Kang chi belum tahu siapa dirinya sebenarnya).

"Kau sudah sadar?" tanyanya.

"Iya. Lagi-lagi aku berhutang budi."

"Apa kau hendak pergi? Kalau begitu pergilah dengan selamat."

Kang Chi sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi ia berbalik pergi. Baru beberapa langkah, ia berhenti lalu berbalik.

"Begini...jadi....karena aku benar-benar penasaran. Apa Anda begitu membenciku?"

Seo Hwa tertegun. Ia tidak siap dengan pertanyaan seperti itu.

"Begitu benci hingga membuangku begitu aku dilahirkan? Apa aku begitu mengerikan?" tanya Kang Chi. Tidak ada kemarahan dalam suaranya. Hanya ada kesedihan dan rasa ingin tahu yang mendalam.

Seo Hwa tidak mampu menjawab. Ia menahan tangisnya. Kang Chi berkata ia hanya ingin menanyakannya satu kali saja. Tapi jawaban yang diinginkan Kang Chi, entah itu baik atau buruk, tidak keluar dari mulut Seo Hwa.

Kang Chi semakin sedih. Diamnya Seo Hwa dianggap sebagai jawaban ya untuk pertanyaannya. Wajahnya memancarkan kepedihan dan luka hati yang mendalam. Ia berkata itu cukup, lalu ia berbalik meninggalkan Seo Hwa.

Setelah Kang Chi tak terlihat lagi, air mata Seo Hwa tak henti-hentinya mengalir. Ia tak sanggup berdiri lagi dan duduk di tanah. Menangis tanpa suara sambil memukuli dadanya. (menurut softy dari blog cadence, wanita Korea biasanya menangis sambil memukuli dada saat mereka kehilangan orang yang mereka cintai, tanda bahwa hati mereka menanggung kesedihan yang sangat mendalam)

Pil Mong menyaksikan Seo Hwa menangis seperti itu dari jauh.

Chung Jo menuangkan minuman untuk Wol Sun. Ia berkata ia tidak mau lagi berselisih dengan Wol Sun dan ingin berdamai. Wol Sun pikir Chung Jo berbaik-baik padanya karena Jo Gwan Woong sekarang kembali pada Wol Sun hingga ingin menjilatnya.

Chung Jo tidak menjawab. Ia memberikan sekotak perhiasan sebagai hadiah untuk Wol Sun. Melihat mewahnya perhiasan yang diberikan Chung Jo, Wol Sun bersedia meminum arak yang dituangkan Chung Jo.

"Aku memaafkanmu hanya sekali ini saja," katanya. "Jadi sebaiknya kau tidak membuatku marah lagi. Mengerti?"

"Kau yang seharusnya tidak membuatku marah lagi."

"Apa?!"

Wol Sun memegangi lehernya. Ia bertanya apa yang dimasukkan Chung Jo dalam minuman itu. Chung Jo menatap Wol Sun tajam, hilang sudah segala kelembutan dan keramahan yang ditunjukkan tadi.

"Arak Chihoon. Jangan khawatir, penawarnya akan datang padamu besok malam. Hingga saat itu, penderitaan dan siksaan yang Kang Chi rasakan, kau akan merasakannya."

"Chung Jo, kau brengsek!"

"Jangan pernah lagi kau menggunakan aku untuk siasat apapun. Jika kau melakukannya lagi, aku tidak akan menggunakan arak chihoon. Tapi racun yang akan langsung kutuangkan ke tenggorokanmu. Apa kau mengerti, Wol Sun?"

Wol Sun diam ketakutan.

Chung Jo keluar diikuti Gob Dan.

"Dengarkan baik-baik," kata Chung Jo dingin. "Aku tidak akan bisa diancam oleh siapapun. Aku akan pastikan tidak ada seorangpun yang macam-macam denganku. Kau juga, angkat kepalamu dan jangan kecewakan aku lagi."

"Nona..."

Dari dalam terdengar Wol Sun memaki Chung Jo lalu berteriak kesakitan. Sama sekali tidak ada rasa kasihan di wajah Chung Jo. Hiiiy...Chung Jo serem. Tapi Wol Sun memang menyebalkan sih >,<

Yeo Wool dan Bong Chul masih terikat di gudang. Bong Chul belum sadarkan diri. Yeo Wool berseru-seru memanggilnya.

"Bong Chul!!"

"Ibu, apa kau memanggilku?" Bong Chul terbangun.

"Ini aku, bukan ibumu!" seru Yeo Wool kesal.

"Ini di mana?"

"Di gudang Penginapan Seratus Tahun. Bisakah kau melepaskan talinya?"

Jangankan melepaskan tali, Bong Chul malah baru sadar kalau ia diikat. Keduanya meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari tali yang mengikat mereka. Tiba-tiba terdengar suara perkelahian di luar. Tak lama kemudian Kang Chi menerobos masuk.

"Kang Chi!" seru Yeo Wool senang.

"Dongsaeng!!" Bong Chul ikut senang. "Kukira sesuatu yang buruk terjadi padamu. Maksudku adalah aku menangis bahagia bukan karena aku masih hidup tapi karena dongsaengku telah kembali."

Hehe...Kang Chi malah sibuk membebaskan Yeo Wool tanpa mempedulikan Bong Chul. Sigh....dunia memang milik berdua.

Yeo Wool langsung menanyakan apakah Kang Chi baik-baik saja. Kang Chi berkata ia sempat memakan obat penawar dari ayahnya tepat pada waktunya jadi ia sekarang sudah lebih baik.

"Tapi mengapa wajahmu seperti itu? Kau terlihat pucat seperti orang sakit," kata Yeo Wool.

Kang Ci menatap Yeo Wool. Terharu karena hanya Yeo Wool yang mengenal dirinya. Saat ini bukan fisiknya yang sakit tapi hatinya yang sakit. Kang Chi memeluk Yeo Wool erat-erat seakan mencari ketenangan.

"Ada apa Kang Chi? Apa terjadi sesuatu?" tanya Yeo Wool khawatir.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya saja...hanya saja..."

Yeo Wool tidak bertanya lagi. Ia menepuk-nepuk punggung Kang Chi dengan lembut.

Bong Chul yang terlupakan beringsut-ingsut agar bisa melihat apa yang terjadi. Mungkin ia bingung mendadak sunyi sepi. Ia terkejut saat melihat Yeo Wool dan Kang chi berpelukan. Errr...sepertinya dia belum tahu kalau Yeo Wool itu wanita XD

Gon dan Sung menanti di halaman sekolah. Ia langsung memanggil Kang Chi begitu melihat Kang Chi dan Yeo Wool pulang. Ia berkata ia menunggu Kang Chi bersama Gon.

"Jangan-jangan kau juga mengkhawatirkan aku?"

"Mengapa aku harus mengkhawatirkanmu?" kilah Gon.

"Guru memang mengkhawatirkannya. Seharian ia terlihat khawatir hingga merpati datang membawa surat dari Tuan Muda Tae Soo yang memberitahukan kalau kalian berdua selamat. Hampir saja Guru (Gon) pergi ke penginapan sendirian," celoteh Sung.

Gon langsung memelototinya agar tidak banyak bicara hehe... Ia lalu menanyakan keadaan Yeo Wool. Yeo Wool berkata ia baik-baik saja. Yang ia khawatirkan adalah ayahnya. Apakah ayahnya tahu ia diam-diam keluar dari sekolah.

"Guru sedang berada di tempat Laksamana," kata Gon.

"Ah, syukurlah," Yeo Wool tersenyum lebar.

Sung bertanya apa mereka sudah makan. Kang Chi mengeluh ia kelaparan hingga mau mati rasanya. Sung berkata mereka juga belum makan karena menunggu Kang Chi dan Yeo Wool. Yeo Wool mengajak mereka makan bersama.

Kang Chi merangkul pundak Yeo Wool lalu merangkul pundak Sung. Ketiganya berlari ke dapur. Gon tersenyum melihat tingkah ketiganya.

Guru Gong Dal telah memasak banyak makanan untuk mereka. Mereka mengobrol dan tertawa bersama (kecuali Gon tentunya).

Kang Chi memperhatikan sekelilingnya. Guru Gong dan Sung yang saling memperhatikan dengan ceria. Gon yang makan dengan tenang. Tiba-tiba ia merasa kesedihannya kembali menyeruak. Sepertinya ia teringat pada Seo Hwa, ibunya. Di saat semua orang begitu baik padanya, ibunya sendiri tidak mengakuinya dan membuangnya.

Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya dan tangisnya dengan tersenyum dan makan dengan lahap. Tapi Yeo Wool dan yang lainnya menyadari ada sesuatu yang membuat Kang Chi sedih. Diam-diam Yeo Wool meletakkan tangannya di atas paha Kang Chi.

Kang Chi tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Apa rasanya sangat enak hingga kau menangis?" tanya Gon.

"Sepertinya begitu..." Kang Chi tetap tersenyum.

"Aku akan membuatnya lebih banyak, jadi makanlah sebanyak yang kau mau," kata Guru Gong.

"Iya, aku akan makan yang banyak."

Guru Gong dan Gon ikut sedih melihat Kang Chi seperti itu (aku juga T_T). Gon lho...Gon!

Untung tiba-tiba muncul Gonita membawakan minuman untuk mereka. Heh...sepertinya ia juga menanti Yeo Wool pulang^^ Guru Gong sangat gembira. Ia langsung mengajak Gonita bergabung bersama mereka. Suasana kembali ceria. Mereka makan dan minum sambil tertawa bersama.

Di desa, Bong Chul juga minum-minum ditemani salah satu anak buahnya. Berbeda dengan suasana di dapur sekolah, Bong Chul malah terlihat sedih. Padahal ia baru saja selamat dari kematian. Anak buahnya juga bingung, ia bertanya apa Bong Chul masih shock karena tadi dipukuli.

"Dongsaeng...ini mengenai dongsaengku Kang Chi," Bong Chul menangis. "Ia menyukai pria!!!" Pffttt...

"Apa????"

"Jangan katakan pada siapapun atau kusumpal mulutmu."

Ia kembali menangis seperti anak kecil, bertanya-tanya mengapa Kang Chi jatuh cinta pada pria padahal dunia ini dipenuhi wanita. Hehe...dramatis banget.

Kang Chi memandang tulisan "kayu" pemberian Gisaeng Chun. Ia tadi bertemu Senior Yoon dan senior Yoon memberitahu Kang Chi bahwa di hutan ditemukan lebih banyak mayat. Dan semakin lama mayat yang ditemukan semakin dekat ke desa. Ia bertanya apa Kang Chi sudah tahu. Kang Chi tidak tahu tapi ia jelas tahu siapa pelakunya.

Gon berlatih pedang sendirian. Kang Chi muncul. Ia bertepuk tangan dan memuji ilmu pedang Gon. Ia bertanya bagaimana cara Gon melakukannya.

"Ini bukan sesuatu yang bisa kaupelajari hanya dengan kata-kata."

"Kalau begitu aku tanyakan lagi. Bagaimana caranya agar aku lebih kuat? Kurasa aku harus lebih kuat. Banyak yang harus kulindungi saat ini."

"Menjadi lebih kuat artinya menanggung lebih banyak tanggung jawab."

"Contohnya?"

"Contohnya..." Gon tak sampai hati melanjutkan kata-katanya.

"Seperti aku harus membunuh ayahku sendiri?"

Gon terkejut. Kang Chi sudah tahu? Ia bertanya apa Kang Chi tidak apa-apa harus membunuh ayah kandungnya sendiri.

"Meski apa-apa, tidak ada yang bisa kulakukan mengenai itu. Hanya aku yang bisa melakukannya. Bukankah begitu?"

Gon berpikir sejenak lalu menyuruh Kang Chi mengikutinya.

Wol Ryung telah tiba di desa.

Tae Soo menemui Seo Hwa. Seo Hwa bertanya apakah Tae Soo sudah mengambil keputusan. Tae Soo bertanya jika ia bergabung dengan Seo Hwa, apa yang akan ia peroleh sebagai balasannya.

Seo Hwa berkata Tae Soo akan mendapatkan penginapan dan Chung Jo kembali. Juga, dukungan penuh dari pedagang-pedagang Goon Bon.

"Kalau begitu apa yang harus kulakukan untuk Goong Bon?"

"Pertama, pergilah ke pangkalan angkatan laut dan ambil kembali peta yang telah dicuri. "

"Hanya itu?"

"Untuk sekarang, hanya itu."

"Kalau begitu, kapan Jo Gwan Woong akan mati?" tanya Tae Soo.

"Dia akan mati malam ini," jawab Seo Hwa sambil tersenyum. Pil Mong mendengarkan pembicaraan mereka.

Jo Gwan Woong mendengar ada suara di luar kamarnya. Ia berseru curiga menanyakan apa ada orang di luar. Saat ia keluar, ia melihat para pengawalnya telah jatuh bergelimpangan. Jo Gwan Woong mulai takut. Tiba-tiba sebilah pedang terhunus ke lehernya dari belakang.

Jo Gwan Woong bertanya apakah orang itu diutus oleh Seo Hwa untuk membunuhnya. Ia menoleh dan melihat seorang ninja. Ninja itu mengayunkan pedangnya hendak menebas Jo Gwan Woong. Darah memuncrat ke wajah Jo Gwan Woong.

Gon membawa Kang Chi ke pelataran sekolah. Di sana Guru Dam sudah menunggu dengan pedangnya. Kang Chi terkejut.

Wol Ryung berdiri di depan Penginapan Seratus Tahu. "Siapa yang memanggilku ke sini?" ujar suara hatinya.

Seo Hwa duduk di kamarnya. Ia tersenyum lalu menyapa orang di hadapannya.

"Annyeong, aku Dam Yeo Wool," Yeo Wool balas menyapa dan memperkenalkan diri. Wah memperkenalkan diri pada calon mertua nih^^

Seo Hwa mengetahui Yeo Wool adalah puteri Dam Pyung Joon. Ia bertanya mengapa Yeo Wool menemuinya malam-malam begini. Yeo Wool berkata ia ingin mengatakan sesuatu mengenai Kang Chi. Seo Hwa terkejut.

Guru Dam berhadapan dengan Kang Chi. Kang Chi nampak shock. Ia bertanya apa yang baru saja Guru Dam katakan.

"Lepaskan gelangmu. Lepaskan gelangmu dan hadapi pedangku, Kang Chi-ah." Guru Dam menghunus pedangnya ke arah Kang Chi.

"Guru..." Kang Chi menatap Guru Dam tak percaya.

Episode-20.1        

Seo Hwa mengadakan perjanjian dengan Tae Soo. Ia minta peta yang dicuri dan sebagai gantinya Tae Soo meminta agar Seo Hwa membunuh Jo Gwan Woong. Seo Hwa menyanggupi.  Jo Gwan Woong akan mati hari ini. Asisten Seo Hwa kaget mendengar rencana ini.

Malam itu, orang berbaju hitam suruhan Seo Hwa menyerang Jo Gwan Woong. Namun sebelum pedang menggorok leher Jo Gwan Woong, ninja itu ditebas hingga Jo Gwan Woong terkena cipratan darah.

Oleh pengawal Seo. Ya ampun.. masih hidup?

Pengawal Seo meminta maaf karena ia datang terlambat. Lama tak bersua dengan anak buahnya, bukannya bersyukur, Jo Gwan Woong malah menghardik pengawal Seo, "Kemana saja kau selama ini sampai kau baru muncul sekarang?!"

Pengawal Seo sepertinya sudah biasa dengan perlakuan majikannya dan hanya mengatakan kalau ceritanya sangat panjang dan sekarang mereka dalam situasi yang berbahaya dan meminta Jo Gwan Woong untuk segera pergi dari tempat ini.

Mereka pun keluar dan Jo Gwan Woong mendapat jawaban mengapa pengawal  Seo terburu-buru. Di depan ada beberapa anak buah Seo Hwa yang tewas dengan wajah gosong. Wol Ryung ada di sekitar mereka.

Untuk membunuh Jo Gwan Woong? Like, like, like!

Angin bertiup kencang dan saat mereda, Wol Ryung telah berdiri di hadapan mereka. Sementara para penjaga mencabut pedang mereka dengan was-was, Jo Gwan Woong  tak percaya pada sosok yang berdiri di hadapannya, "Apakah kau.."

Pertanyaan itu membuat si iblis Wol Ryung penasaran, "Apa kau mengenalku?"

Di Moo Hyung Do, Guru Dam meminta Kang Chi untuk melepas gelangnya dan menerima serangannya. Kang Chi tentu saja menolaknya, tapi Guru Dam bersikeras untuk menyerangnya, dengan ataupun tanpa gelang, "Jika kau tak ingin terluka, lepaskan gelang itu. Lepaskan!"

Jo Gwan Woong tak percaya melihat Wol Ryung hidup kembali, "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kau ditebas sampai mati. Jadi bagaimana mungkin..?"

"Kau melihatku mati, jadi kau yang membuatku seperti ini. Kau yang memanggilku kemari?" geram Wol Ryung.

Pengawal Seo meminta tuannya untuk segera meninggalkan tempat ini dan menyuruh anak buahnya untuk menerang Wol Ryung. Tapi dengan mudah Wol Ryung mengalahkannya.

Hanya tinggal pengawal Seo yang akhirnya juga menyerang. Tapi hanya dengan satu tangan, Wol Ryung menangkap Pengawal Seo dengan mudah dan mencekiknya, "Nyawa manusia itu sangat lemah. Lebih lemah daripada angin."

Jo Gwan Woong marah dan menyuruh Wol Ryung berhenti. Tapi Wol Ryung tak akan melepaskan hingga Jo Gwan Woong mengatakan apa yang terjadi pada dirinya dulu, "Apakah kau yang membuatku seperti ini?"

"Bukan aku! Orang itu adalah Seo Hwa. Yoon Seo Hwa," jawab Jo Gwan Woong. Tapi nama itu seperti tak pernah melekat di ingatan Wol Ryung. Ia pun bertanya siapakah Seo Hwa itu, membuat Jo Gwan Woong berkata lagi, "Dia yang membuatmu seperti ini."

Wol Ryung melepaskan Pengawal Seo dan secepat kilat menghampiri Jo Gwan Woong. Dan sepertinya ini pertama kali Jo Gwan Woong terpaku ketakutan melihat Wol Ryung mendekatinya. Tapi pandangan ketakutannya langsung berbinar saat Wol Ryung menuntut untuk dijelaskan siapa Seo Hwa itu.

Uhh.. pasti Jo Gwan Woong memutarbalikkan fakta, deh.. Cuman iblis yang bisa mengelabuhi iblis.

Yeo Wool ternyata pergi untuk menemui Seo Hwa. Setelah menjelaskan hubungannya dengan Kang Chi (teman satu sekolah beladiri), Yeo Wool memberitahukan alasan kedatangannya, "Tak dapatkah Anda kembali pada Kang Chi?"

Seo Hwa terkejut mendengar permintaan Yeo Wool yang melanjutkan, "Anda adalah ibunya. Walau saya tak tahu apa alasan Anda meninggalkan Kang Chi di hutan, tapi bisakah Anda menjadi ibunya mulai sekarang?"

Seo Hwa berusaha memasang wajah setenang mungkin saat mendengar alasan Yeo Wool yang berkata kalau selama ini luka Kang Chi terluka tanpa seorang ibu, "Dapatkah Anda memeluk dan menyayanginya? Kebersamaan yang tak pernah didapat selama ini, dapatkah Anda mulai dari sekarang? Ya?"

Kang Chi tetap menolak melawan Guru Dam dengan pedang yang sebenarnya dan meminta Guru Dam menjelaskan alasannya terlebih dahulu. Tapi Guru Dam tak menjawab, malah langsung menebasnya. Kang Chi tak sempat berkedip, dan sabuknya telah ditebas oleh Guru Dam. Ini adalah peringatan kalau Guru Dam tak main-main.

Kang Chi semakin terkejut karena setelah itu Guru Dam terus menyerangnya. Ia segera memungut tongkat yang tergeletak di tanah dan mulai bertahan akan serangan Guru Dam.

Gon tetap mengawasi pertempuran ini dari samping arena. Hanya beberapa jurus, Guru Dam dapat membuat Kang Chi jatuh. Ia menghunus pedang ke leher Kang Chi, "Kalahkanlah aku. Jika kau tak dapat mengalahkanku, aku yang akan menikammu."

Dari percakapan Guru Gong Dal dan Sung, kita mengetahui kalau ini adalah jenis latihan Guru Dam yang tak akan berhenti hingga pedang rusak. Sung terkejut mendengar latihan yang sangat ekstrim itu karena berarti salah seorang harus terluka parah atau mati. Apa itu berarti Guru Dam ingin membunuh Kang Chi?

Guru Gong Dal mengkoreksi dengan bertanya apa arti latihan itu? Sung menjawab, "Sesuatu yang kita pelajari dan kita latih." Guru Gong Dal pun bertanya apa tujuan dari latihan? "Untuk melatih siswa.. agar menjadi kuat." Sung terkejut dengan jawabannya sendiri, "Jika begitu.. berarti.. Guru Dam.."

Guru Gong Dal membenarkan dugaan Sung, "Untuk menjadikan Kang Chi lebih kuat, beliau mengorbankan nyawanya. Dan jika dilihat lebih dalam lagi, jenis latihan ini hanya akan diberikan sekali seumur hidup."

Ya ampun..  Guru Dam, masa iya sih Kang Chi harus membunuh calon mertua agar lebih kuat?

Yang tak setuju ternyata tak hanya saya, tapi juga Gon yang mempertanyakan alasan Guru Dam melatih Kang Chi seperti itu. Pada Gon, Guru Dam memberitahukan alasannya, "Karena hanya dia yang bisa mengalahkan iblis 1000 tahun. Untuknya yang memiliki takdir membunuh ayahnya sendiri. Hanya ini yang bisa kulakukan."

Gon masih belum bisa menerima alasan gurunya, tapi Guru Dam mengatakan kalau ialah yang membuat ayah Kang Chi berubah menjadi iblis, "Ini adalah kewajiban yang harus kulakukan. Maafkan aku jika kau tak setuju. Juga aku tak memberikan latihan terakhirku ini padamu. Sekarang bawalah Kang Chi kemari."

Sayangnya, semua ini tak diketahui oleh Kang Chi yang merasa bingung dan terluka karena mengira Guru Dam masih marah padanya. Apalagi Guru Dam tiba-tiba menyayat lengannya, membuat Kang Chi berdiri dan bertekad, "Jika itu yang Anda inginkan, aku akan melakukannya. Mulailah."

Kang Chi pun melepas gelangnya dan melemparkannya pada Gon. Guru Dam pun memasang kuda-kuda saat mata Kang Chi berubah warna.

Seo Hwa pun merasakannya. Sepertinya ia selalu merasakan jika Kang Chi dan Wol Ryung berubah wujud.

Seo Hwa memasang wajah dinginnya saat mendengar asistennya (namanya Pil Mo!) masuk. Pil Mo bertanya apakah Seo Hwa yang menyerang Jo Gwan Woong semalam? Seo Hwa membenarkan hal itu karena itulah perjanjiannya dengan Tae Soo.

Separuh menceramahi, Pil Mo mengatakan kalau mereka belum bisa mempercayai Tae Soo sepenuhnya dan dari segi koneksi informasi dan pengaruh, Tae Soo baru bisa menyamai Jo Gwan Woong dalam 10 tahun mendatang.

Tapi Seo Hwa pun juga ingin melihat Jo Gwan Woong menjadi mayat. Pil Mo menghela nafas dan meminta majikannya untuk keluar sebentar.

Seo Hwa terkejut melihat Jo Gwan Woong berdiri di hadapannya dan tersenyum menyapanya. Ia melihat mayat anak buahnya tergeletak dan ia pun menuduh Jo Gwan Woong yang membunuh mereka.

Jo Gwan Woong membalikkan tuduhan itu kalau Seo Hwa-lah yang berniat membunuhnya. Seo Hwa tersenyum sinis dan bertanya, "Jika itu yang terjadi, memang apa yang akan kau lakukan?"

Pil Mo mencoba mengingatkan Seo Hwa. Tapi Seo Hwa malah memanggil anak buahnya (kagemusha) untuk mengepung Jo Gwan Woong.

Melihat Pil Mo dan kepala samurai saling mengangguk, membuat perasaan saya tak tenang.

Tapi Seo Hwa tak melihat kode itu. Saat Jo Gwan Woong bertanya apa yang akan ia lakukan, Seo Hwa menjawab, "Menghentikan nafasmu. Bau nafasmu sangat tak tertahankan. Aku tak tahan lagi. Mati sajalah!"

Jo Gwan Woong marah, tapi Seo Hwa lebih marah lagi dan menyuruh anak buahnya membunuh Jo Gwa Woong.

Seo Hwa tersenyum mendengar suara pedang terhunus. Tapi senyumnya memudar saat merasakan kalau pedang itu tak terhunus pada Jo Gwan Woong, melainkan kepadanya.

Dan Pil Mo pun berjalan ke sisi Jo Gwan Woong, membuat Seo Hwa marah. Tapi Pil Mo yang juga bernama Jae Ryung berkata kalau ia tak akan mengikuti perintah Seo Hwa yang tak berkaitan dengan tugas Seo Hwa sebagai pemimpin bisnis Gung Bon, "Karena itu, tarik kembali perintah yang berhubungan dengan perasaan Anda."

Seo Hwa terdiam marah, merasa terkhianati. Jo Gwan Woong tersenyum sinis, menang.

Dari kejauhan, Tae Soo melihat semua yang terjadi ini dan melaporkan pada Soo Ryun. Soo Ryun membaca pesan Tae Soo dan memberitahu Chung Jo kalau tindakan pedagang Jepang di penginapan sangatlah mencurigakan dan Tae Soo menduga terjadi pemberontakan.

Chung Jo pun bertanya cemas, apa itu berarti terjadi sesuatu yang buruk pada pemimpin Gung Bon? Soo Ryun tak menjawabnya, tapi wajahnya menunjukkan kecemasan yang sama.

Yeo Wool mengendap-endap, berjingkat-jingkat seperti kelinci masuk ke dalam ruangannya. Tapi begitu masuk, ia hampir terjengkang karena terkejut melihat Gonita sudah berdiri di hadapannya dengan marah,

"Nona..!"

"Gonita-nim, kau menakutiku..Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Yeo Wool mencoba bersikap tenang saat ditanyai kemana saja ia pergi, "Aku hanya keluar untuk menghirup udara segar."

"Udara segar?!!" bentak Gonita-nim, mengagetkan Yeo Wool. Hilang sudah sopan santun Gonita, " Jadi kau pergi semalaman?!"

"Eihh.. apa maksudmu semalaman? Bagaimana mungkin kau bisa berkata seperti itu?" bujuk Yeo Wool manis.

Ha. Dan Gonita-nim hanya cemberut seperti anak kecil. Yeo Wool pun bertanya apakah gurunya itu memberitahu ayahnya? Gonita mengatakan kalau ia tadinya berniat begitu, tapi urung karena sejak semalam Guru Dam terus melatih muridnya tanpa sedikitpun beristirahat.

Yeo Wool terkejut mendengar hal ini. Ia pun segera ke halaman dan diberitahu kalau latihan ini sudah berlangsung sejak tadi malam dan belum berhenti. Ia maju untuk menghentikan ayahnya, tapi Guru Gong Dal menghentikannya.

Yeo Wool bertanya mengapa ayahnya melakukan latihan pedang ekstrim ini pada Kang Chi? Guru Gong Dal menjawab, "Ini adalah keputusan ayahmu."

Yeo Wool menyaksikan pertempuran ini dengan cemas. Tapi ternyata yang dilakukan Kang Chi semalaman hanyalah menghindar dan menghindar dari serangan pedang Guru Dam. Guru Dam memarahi Kang Chi yang tak menggunakan kekuatannya dan mengatainya pengecut dengan menghindar dan melarikan diri.

Tapi bagi Kang Chi, ia bersembunyi bukan karena ia pengecut, "Saya bersembunyi karena tak mau bertempur melawan Guru."

"Jika kau tak bisa melawanku," hardik Guru Dam, "Bagaimana kau bisa bertempur melawan ayahmu? Ayahmu, yang telah menjadi iblis, membunuh banyak orang dan yang bisa mengalahkannya hanyalah dirimu. Tapi jika hatimu selemah ini, bagaimana mungkin kau bisa mengalahkannya?

Kang Chi terperangah mendengar alasan Guru Dam yang sebenarnya. Guru Dam menyuruh Kang Chi untuk melawannya, seolah-olah melawan Wol Ryung, "Jika kau tak bisa mengalahkanku, kau tak akan pernah bisa mengalahkan ayahmu."

Gon memberi semangat pada Kang Chi untuk melakukan yang terbaik, "Jujur, tak ada yang tahu batas kemampuanmu. Mengeluarkan kemampuanmu itu tergantung akan kemauan dan pikiranmu. Guru ingin kau mengeluarkannya. Kau menghina beliau jika kau tak melakukan yang terbaikmu, Kang Chi."

Gon keren! Mendapat suntikan semangat dari Gon, Kang Chi pun melawan dengan lebih bersemangat, lebih gesit dan lebih lincah. Tapi tetap saja Kang Chi bisa dipukul jatuh.

"Dengan kondisi seperti ini, kau tak mungkin bertahan. Kau terlalu lemah!" seru Guru Dam. "Ingat saat-saat dimana kau pernah mengumpulkan kekuatanmu yang paling kuat!"

Dan Kang Chi pun teringat saat Yeo Wool ditangkap oleh Wol Ryung, dan ayahnya diinjak-injak oleh pengawal Jo Gwan Woong. Guru Dam melihat perubahan itu dan bersiap-siap. Kang Chi mengaum dan menyerang Guru Dam.

Kali ini pertempuran lebih seimbang. Bahkan di suatu titik, Kang Chi berhasil mendapatkan killing moment yang dapat melukai bahkan membunuh Guru Dam.

Tapi Kang Chi ragu dan menghentikan serangannya. Guru Dam menyadarinya dan menusuk pinggang Kang Chi.

Semua terkejut melihatnya. Tapi tusukan itu ternyata tak mematikan. Guru Dam mengatakan jika Kang Chi memutuskan untuk menyerang, jangan pernah ragu karena hal itu akan membunuhnya. Dan yang mati tak hanya Kang Chi, tapi semua orang yang akan Kang Chi lindungi juga akan mati,

"Menjadi kuat berarti tahu batas antara belas kasihan dan kejam. Menjadi kuat juga harus memiliki hati yang panas untuk keadilan sekaligus kepala yang dingin untuk menilai. Karena itu menjadi kuat itu sangatlah kesepian. Hanya jika kau bisa mengendalikannya, maka kau dapat menang. Ingatlah itu, Kang Chi."

Guru Dam meminta agar Kang Chi datang berlatih kembali pada pukul 3 sore nanti.

Yeo Wool dan Sung segera menghampiri Kang Chi. Begitu pula Gon yang meminta Kang Chi untuk segera memahami apa yang telah diajarkan oleh Guru Dam.

Jika selama ini kita mengira kalau Guru Dam tak merasakan apapun setelah bertempur dengan Kang Chi, ternyata salah. Karena tangan Guru Dam ternyata berdarah karena menggenggam pedang lebih kuat untuk menahan dan menyerang Kang Chi.

Pil Mo menghadap Jo Gwan Woong dan memberikan hadiah sebagai permintaan maaf atas kejadian sebelumnya. Jo Gwan Woong terkejut dan girang melihat hadiah itu yang ternyata adalah senapan. Jo Gwan Woong pun membalas dengan memberi hadiah pada Pil Mo.

Hadiah itu adalah gambar denah perahu besi dari Angkatan Laut Joseon.

Namun ternyata perahu yang dibuat bukanlah sesuai dengan denah itu, karena mereka memiliki desain kapal baru, yang dinamakan kapal kura-kura. Dan yang menyertai kapal itu adalah meriam dengan berbagai ukuran.

Jika jaman sekarang ada uji coba rudal, maka di jaman Joseon pun mereka melakukan uji coba meriam. Ada meriam langit, meriam yang paling kuat dan meriam bumi. Lee Soon Shin memeriksa hasil uji coba ini. Dan ia juga memeriksa denah kapal AL yang terbaru dan berbeda.

Pil Mo menyangsikan apakah kapal ini benar-benar akan diproduksi. Jo Gwan Woong menenangkan, "Jikapun memang benar mereka akan membuatnya, aku akan yakinkan agar mereka semua dapat musnah."

Dan Jo Gwan Woong mengangkat senapan, seolah-olah ia menjadi dewa dengan hanya membawa senapan itu. Hmm.. senapan dengan meriam, menang siapa, ya?

Di kamar, Kang Chi masih terngiang ucapan Guru Dam yang mirip dengan ucapan Gon di malam sebelumnya. Ia terpekur lesu.

Yeo Wool muncul dan membawakan baju bersih untuknya. Yeo Wool juga menanyakan kondisi luka Kang Chi. Kang Chi menenangkannya kalau lukanya sudah membaik.

Tapi Yeo Wool tak percaya. Tanpa peringatan sedikitpun, Yeo Wool langsung menarik ikat baju Kang Chi dan membukanya.

Ha. Kang Chi bengong melihat Yeo Wool membuka bajunya dengan semena-mena. Ia merasa canggung dengan perlakuan Yeo Wool. Tapi tidak dengan Yeo Wool, yang memeriksa bekas luka itu dengan serius, "Walau begitu, pasti rasanya sakit sekali. Benar, kan?"

Kang Chi tergagap-gagap saat menjawabnya. Dan jawabannya hanya , "Ohh.. ehmm... ya.."

Yeo Wool heran dengan sikap Kang Chi yang aneh. Apalagi saat Kang Chi menutup bajunya lagi, "Kau kan seharusnya ganti baju, kenapa juga kau memakai baju itu lagi?"

LOL. Yeo Wool mungkin sudah terbiasa melihat pria ganti baju karena murid Moo Hyung Do semuanya pria. Tapi tidak dengan Kang Chi. Ia hanya dapat tersenyum canggung dan ragu-ragu. Yeo Wool tetap memandanginya dengan polos, membuat Kang Chi semakin salah tingkah.

Ia pun akhirnya berbalik, tapi Yeo Wool tetap memandanginya. Kang Chi  mencoba menunda waktu dengan meregangkan tangannya, tapi Yeo Wool tetap tak bergerak. Berkedip pun juga tidak. Haha..

Kang Chi senyum-senyum nggak jelas, membuat Yeo Wool heran. Dengan tangannya, akhirnya Kang Chi mengisyaratkan agar Yeo Wool berbalik.

Yeo Wool pun mengerti, dan mereka berpunggung-punggungan. Kang Chi pun berani membuka baju. Namun ada satu masalah lagi. Bajunya masih ada di dekat Yeo Wool. Tanpa melihat, ia pun meraba-raba lantai mencari baju ganti.

Menyadari Kang Chi mencari baju, tanpa melihat, ia pun menyodorkan baju itu.

Dan tanpa sengaja, tangan mereka bersentuhan. Aww... mereka terkejut, dan sama-sama berbalik, saling menatap.

Kemudian mata Yeo Wool turun menatap badan Kang Chi, membuat Kang Chi malu dan segera memakai bajunya yang malah membuatnya gerah.

Yeo Wool baru menyadari kalau Kang Chi sangat malu, dan ia pun cekikikan tak dapat menyembunyikan rasa gelinya.

Mendengar suara tawa Yeo Wool, Kang Chi pun berbalik dan bertanya, "Apakah kau segembira itu melihat tubuh pria yang telanjang?"

Episode-20.2        

Yeo Wool mendelik digodai seperti itu, "Kapan aku begitu?" Kang Chi nyengir, "Kupikir kau itu gadis yang polos. Tapi ternyata melihat itu saja kau sudah senang."

Yeo Wol berkilah kalau ia tak sembarangan suka melihat tubuh pria. Jawaban itu malah membuat cengiran Kang Chi bertambah lebar, "Jadi.. kau hanya suka karena melihat tubuhku saja, Yang (gudae/sayang)?"

Yeo Wool malah balas menggoda, "Tuh kan, tuh kan.. Lagi-lagi kau menganggap dirimu hebat  ya, Yang?"

Melihat wajah lucu Yeo Wool, Kang Chi menjadi gemas. Tak mempedulikan protes Yeo Wool, Kang Chi meraih wajah Yeo Wool dan menekan kedua pipinya.

Dan Kang Chi mengecup bibir Yeo Wool. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Yeo Wool terbelalak mendapat kejutan tak terduga ini.

Kang Chi memeluk Yeo Wool. Bukan untuk menenangkan Yeo Wool, tapi menenangkan dirinya. Ia pun bertanya, mengungkapkan apa yang ia cemaskan sekarang, "Aku.. benarkah aku dapat menjadi lebih kuat? Bisakah aku mengendalikannya?"

"Kau sudah kuat, hanya saja kau belum menyadarinya," jawab Yeo Wool membuat Kang Chi tersenyum lebih tenang dan mempererat pelukannya.

Gon datang dan di depan pintu, ia memberitahukan kedatangannya. Tak mendengar jawaban apapun, ia pun langsung masuk ke dalam. Dan ia mengerutkan kening karena di dalam ruangan ia mendapatkan pemandangan yang tak biasa.

Kang Chi tekun membaca buku dan Yeo Wool menjahit. Mereka tersenyum menyapanya.

LOL, nggak mungkin banget. Taruhan berapa, Kang Chi dan Yeo Wool pasti grubak grubuk waktu mendengar suara Gon di depan pintu tadi, deh.. Hayoo... :))

Gon pun sepertinya juga merasa aneh. Tapi ia membiarkan perasaannya dan memberitahukan kalau ada tamu yang ingin bertemu dengan Kang Chi.  Dan masuklah Chung Jo yang kaget melihat Kang Chi dan Yeo Wool berduaan.

Chung Jo datang untuk memberitahukan pesan penting tentang ibu Kang Chi yang sepertinya sedang berada dalam masalah.

Si asisten sekarang mencoba merangkak menjadi kepala pedagang dengan meminta Seo Hwa untuk pulang dengan kapal yang akan berangkat ke Jepang di akhir bulan ini, "Sebaiknya Anda berangkat sekarang jika tak ingin ketinggalan kapal."

Seo Hwa menuduh Pil Mo sebagai pengkhianat. Namun menurut Pil Mo, Seo Hwa-lah yang telah berubah pikiran sekarang. Ia meminta Seo Hwa untuk bersiap-siap karena Seo Hwa harus berangkat satu jam lagi. Dan keputusan itu sudah final.

Kang Chi tertegun mendengar Chung Jo memberitahukan kalau rombongan ibunya akan berangkat sekitar jam tiga. Chung Jo bertanya apa yang akan Kang Chi lakukan, "Mungkin ini adalah kesempatan terakhir kau melihatnya. Bukankah seharusnya kau menemuinya sekarang?"

Yeo Wool pun menyuarakan pendapatnya, sama dengan Chung Jo. Tapi dengan dingin Kang Chi berkata kalau di jam yang sama ia harus berlatih dengan Guru Dam.

Ia pun beranjak meninggalkan mereka, tapi Yeo Wool berseru menghentikannya, "Dia adalah ibumu.Akhirnya kau bisa menemukan ibumu setelah 20 tahun. Kau tak boleh melepasnya pergi dengan cara seperti ini. Jangan menyesal di kemudian hari. Pergi dan temuilah ibumu. Ya?"

Kang Chi berbalik dan berkata tajam, "Dia adalah orang yang melahirkanku dan berpikir kalau aku sangat buruk sehingga ia membuangku ke sungai. Selama 20 tahun, ia selalu mengatakan kalau ini bukanlah urusannya, tak peduli apakah aku dipukuli atau diikat sampai mati! Apa itu adalah ibu? Ibu apa yang berlaku seperti itu?"

Yeo Wool mencoba menyela, tapi sakit hati Kang Chi nampaknya sangat dalam, "Dia tak pernah ada. Saat ia membuangku, ia telah lenyap dari kehidupanku! Aku telah menghapusnya dalam kehidupanku! Menyebutnya dengan panggilan ibu adalah sia-sia. Jadi jangan pernah membicarakan orang itu lagi, Yeo Wool-ah.. Kumohon padamu."

Kang Chi meninggalkan mereka, walau kemudian ia merasa menyesal telah berkata seperti itu dan ingin kembali. Tapi ia urungkan keinginan itu. Ia pun berbalik pergi, tak menyadari kalau Yeo Wool mengikutinya.

Tetap tinggal di kamar, Chung Jo meninggalkan baju untuk Kang Chi, yang telah ia sulamkan gambar burung (phoenix?).n Dan ia pun meninggalkan ruangan itu setelah memandang baju itu untuk terakhir kalinya.

Asisten wanita Seo Hwa (yang menjadi Ja Hong Myung palsu) menemui Tae Soo untuk memberikan pesan dari Seo Hwa. Sementara Seo Hwa menunggu di kamarnya dengan diam.

Sepertinya Jo Gwan Woong berhasil meyakinkan Wol Ryung kalau ia tak bersalah, karena Wol Ryung menunggu Jo Gwan Woong di sebuah gudang. Mulanya Jo Gwan Woong bergaya sok seperti biasa, mengatakan kalau ia terlambat karena sedang menangani masalah penting.

Tapi kesok-annya itu tak bertahan lama karena Wol Ryung membuat Jo Gwan Woong gentar dengan muncul tiba-tiba di belakangnya dan bertanya apakah Jo Gwan Woong sudah membawa Seo Hwa untuknya?

Jo Gwan Woong mencoba untuk berbisnis seperti biasanya. Ia akan mengabulkan permintaan Wol Ryung  jika Wol Ryung memberinya sesuatu. Wol Ryung mencemooh Jo Gwan Woong, "Dan kau yang hanya seorang manusia berani menawar padaku?"

Bagi Jo Gwan Woong itulah cara manusia berbisnis.

Maka Wol Ryung menawarkan sesuatu. Ia mencekik leher Jo Gwan Woong dan bertransaksi, "Aku menawarkan untuk tak membunuhmu kali ini. Jika kau tak ingin mati, beritahu padaku dimana Seo Hwa sekarang."

Ahh.. rasanya senang sekali Jo Gwan Woong kalah trading.

Di pasar, Bong Chul mencoba taruhan dengan orang. Betapa senangnya ia melihat Kang Chi muncul dan ikut menebak taruhannya, "Kau mengagetkanku!"  seru Bong Chul, "Astaga, Dek Kang Chiii! Apa yang sedang kau lakukan di sini, Dik?"

Swear, itu panggilan Bong Chul pada Kang Chi. Apa terjemahan dari Kang Chi dongsaeng kalau bukan Dek Kang Chi? :p

Bong Chul melihat Kang Chi sedang mencemaskan sesuatu dan bertanya apakah terjadi sesuatu pada Kang Chi? Kang Chi hanya tersenyum tipis dan mengajak Bong Chul makan.

Maka mereka pun makan dengan Bong Chul yang mentraktir. Kang Chi bertanya tentang kondisi ibunya.

Bong Chul mengatakan kalau ibunya sehat walau selalu mencerewetinya, menyuruhnya untuk segera menikah, "Walau ia tak bisa melihat, ia punya standar yang tinggi. Ia benar-benar pemilih dalam mencari calon istri yang cocok untukku."

"Ibu-ibu.. semuanya pasti seperti itu, kan?" tanya Kang Chi pelan. "Mereka selalu khawatir dan sangat cerewet."

Bong Chul membenarkan ucapan Kang Chi. Tapi pertanyaan Kang Chi itu membuatnya heran dan bertanya apa alasan Kang Chi bertanya tentang para ibu, "Apa ada sesuatu yang mengkhawatirkanmu, Dik  Kang Chi?"

Kang Chi mencoba membantahnya, tapi Bong Chul tak dapat dibohongi dan menebak sumber kegalauan Kang Chi, "Apa mungkin kau seperti ini karena dicampakkan?"

Kang Chi terkejut mendengar pertanyaan Bong Chul yang tepat sasaran. Tapi ternyata tidak, karena Bong Chul meneruskan, "Ahh.. aku tahu pasti ini akan terjadi. Bagaimana mungkin Dik Kang Chi ini dengan pria berbunga.. Benar-benar omong kosong!"

Ha. Bahkan Bong Chul pun menasihati Kang Chi, "Tak peduli betapa cantiknya pemuda itu, itu adalah cinta terlarang!"

LOL. .. Bong Chul ini sok tau, deh...  Kang Chi bertanya siapa pria berbunga yang dimaksud dan Bong Chul menjawab, "Apa maksudmu bertanya siapa? Orang yang selalu bersama denganmu! Kau tahu itu siapa!"

"Apa yang kau maksud itu adalah aku?" tanya Yeo Wool yang muncul tiba-tiba, membuat Bong Chul langsung mengiyakan, tapi langsung ia koreksi, "Eh bukan.."

Kang Chi pun bertanya apakah Yeo Wool itu mirip seperti tuan muda? Tentu saja Bong Chul mengiyakan, "Berkeliaran dengan celana. Tentu saja pria. Jika bukan, lalu siapa?"

Kang Chi langsung senang karena perkiraannya dari mula memang tak salah, "Aku juga mengira ia adalah seorang pria saat kami pertama kali bertemu."

Bong Chul pun terkejut, "Apa? Jadi pemuda ini sekarang bahkan bersikeras kalau ia bukan seorang pria?

Hahaha.. Yeo Wool kesal mendengarnya dan menjewer telinga kedua pria bodoh itu.

Yeo Wool menyusul Kang Chi karena ada yang ingin ia katakan tentang Seo Hwa, ibu Kang Chi yang ia temui semalam tadi.

Di penginapan, Seo Hwa pergi dengan tandu. Sebelum ia pergi, ia sempat bertukar pandang dengan Tae Soo yang mengawasinya dari kejauhan. Walau Pil Mo mendoakan agar ia selamat di perjalanan, tapi pandangannya pada salah satu samurai mengisyaratkan sebaliknya.

Pemimpin Samurai meminta Pil Moo untuk tak melampaui batas, tapi Pil Mo mengatakan kalau hal ini dilakukan untuk melindungi usaha mereka. Tapi dari wajah samurai itu, tersirat ketidaksetujuan akan tindakan Pil Mo.

Jo Gwan Woong juga mengawasi dari kejauhan, bergumam, "Yoon Seo Hwa. Dengan ini, berakhirlah hubungan buruk kita sekarang."

Latihan dengan Guru Dam dimulai. Kang Chi yang telah melepas gelangnya berkata kalau ia akan mengakhiri latihan ini dengan segera dan kali ini ia tak akan ragu.

Kang Chi yang sekarang berdiri telah berbeda. Ia telah mendengar cerita Yeo Wool yang bertemu dengan ibunya. Yeo Wool mengatakan kalau ibunya menyebut dirinya sendiri sebagai pendosa.

"Selama 20 tahun ini, aku tak pernah bisa tidur nyenyak. Karena aku telah berdosa. Dosa karena membiarkannya meninggal seperti itu. Dosa karena meninggalkan anakku seperti itu. Jadi bagaimana mungkin seorang pendosa bisa tidur dengan nyenyak? Aku bahkan tak berani meminta maaf dari anak itu. Aku tak dapat kembali padanya."

Dan siang itu Yeo Wool menyadarkan Kang Chi kalau sekaranglah waktunya untuk memaafkan ibunya. Karena jika ia tak memaafkannya, ibunya tak akan pernah berani kembali padanya.

Sebelum bertempur, Kang Chi bertanya akan arti pedang bagi Guru Dam. Guru Dam pun menjawab saat ia bertarung, pedang adalah segalanya baginya. Kang Chi mengangguk, mengerti.

Pertarungan itu pun terjadi. Kang Chi yang sekarang jauh lebih gesit, bergerak secepat kilat seperti Wol Ryung. Dan hanya beberapa jurus, ia berhasil menangkap tangan Guru Dam.

Dan mencakarnya.

Semua terkejut, tak menyangka hal ini akan terjadi. Darah mengucur dari tangan Guru Dam dan pedang pun terjatuh.

Tapi Guru Dam masih berdiri tegak. Hanya tangan kirinya yang terluka. Masih terengah-engah, Kang Chi berkata. "Karena saya berhasil menjatuhkan pedang  Anda, berarti saya menang, Guru."

Sekilas nampak Guru Dam terkejut melihat senyum Kang Chi.

Kang Chi segera pergi meninggalkan Moo Hyung Do untuk mengejar ibunya. Guru Dam muncul bersama Guru Gong Dal dan Gon, kali ini mengangguk, mengijinkan putrinya untuk menemani Kang Chi.

Ehm.. restu calon mertua?

Yeo Wool pun pergi bersama Kang Chi dengan riang. Guru Dam meminta Gon untuk menjaga Yeo Wool. Gon pun mematuhi perintah Guru Dam dengan senyum di bibir. Gon berkata kalau mereka harus segera mengejar rombongan Seo Hwa yang menuju Yong Dam Gol. Dan ia tahu jalan pintas menuju kesana.

Yay.. Trio kwek-kwek bersatu kembali!

Saat Guru Gong Dal membalut luka di tangan Guru Dam, ia bertanya, apa yang Guru Dam lihat sebelumnya, karena di saat-saat terakhir ia melihat Guru Dam nampak terkejut. Guru Dam menjawab kalau ia merasa Kang Chi telah menemukan sebuah cara.

Dan hanya Guru Dam yang berada di dekat Kang Chi, yang melihat perubahan Kang Chi saat itu. Saat itu Kang Chi berkata karena pedang adalah segalanya baginya, maka karena pedangnya telah jatuh, berarti Kang Chi menang.

Tapi bukan itu yang membuat Guru Dam terkejut. Karena senyum Kang Chi yang mengembang, yang membuat matanya berangsur-angsur menjadi hitam kembali.

Guru Dam berkata, "Saat itu Kang Chi, tanpa memakai gelang dan tanpa ada Yeo Wool di sampingnya, berhasil kembali ke wujud manusianya." Guru Dam merasa sekarang adalah waktunya untuk memintanya pergi untuk mencari Buku Keluarga Gu.

Sementara Seo Hwa ditandu melintasi hutan, tiga orang itu juga lari memasuki hutan. Mereka harus berpacu dengan waktu, karena sudah ada ninja yang mengintai tandu Seo Hwa. Seo Hwa bertanya pada pelayannya, apakah suratnya pada Tae Soo sudah disampaikan? Pelayan itu menjawab kalau Tae Soo akan datang sebelum mereka melewati Yong Dam Gol.

Namun belum sempat mereka keluar dari hutan, muncul suruhan Pil Mo yang akan mengawal Seo Hwa. Entah mengawal kemana karena setelah itu mereka malah menyerang temannya sendiri untuk mendapatkan Seo Hwa.

Seo Hwa segera kabur bersama pelayan wanitanya. Tapi pelayan itu tak kuat berlari dan meminta ia ditinggalkan saja. Tapi Seo Hwa tak tega meninggalkannya. Ia pun meminta agar pelayannya bertahan karena ia tak mau meninggalkan pelayannya.

Sayang para suruhan Pil Mo itu berhasil mengejar mereka. Dan saat pembunuh itu hendak menebas Seo Hwa, pelayannya menghalangi pedang itu, sehingga ialah yang terbunuh.

Seo Hwa hanya sendirian dan tak berdaya saat pembunuh itu mengangkat pedangnya untuk kembali menebas Seo Hwa.

Tak disangka ada anak panah yang meluncur dan menancap di dada pembunuh itu. Seo Hwa melihat arah anak panah itu dan melihat kalau Yeo Wool yang memanah. Dengan Kang Chi berdiri di sampingnya.

Kang Chi mengolok para pembunuh yang ia anggap keterlaluan karena hanya berani melawan seorang wanita. Seo Hwa menyuruh Kang Chi segera pergi karena masalah ini bukan urusannya. Tapi Kang Chi tak mau, "Sifatku tak mengijinkanku hanya duduk dan melihat situasi seperti ini."

Kang Chi mulai menghitung para pembunuh itu, "1, 2, 3, 4.. Kelihatannya ada lebih dari 10 orang."

LOL, Gon mengkoreksi kalau para pembunuh itu ada 12 orang. Kang Chi pun melakukan pembagian, mereka bertiga akan mendapat jatah masing-masing 4 orang. Tapi menurut Yeo Wool, ia dan Gon saja sudah cukup, " Kau antarkanlah ibumu hingga selamat."

Kang Chi menatap keduanya penuh rasa terima kasih. Ia meminta mereka agar tak sampai terluka.

Pertempuran pun dimulai. Seo Hwa diseret pergi, dan Yeo Wool menyuruh Kang Chi untuk segera mengejarnya.

Seo Hwa berhasil dipisahkan, dan salah satu ninja itu sudah mengangkat pedang untuk membunuhnya. Namun pedang itu tak sempat menyentuh tubuhnya karena Kang Chi berhasil melumpuhkan mereka.

Kang Chi menoleh, menatap ibunya dan memintanya berdiri, "Mari kita pergi bersama.. denganku."

Tapi Seo Hwa mengambil pedang yang tergeletak dan malah memintanya untuk pergi, "Aku masih harus menyelesaikan urusanku."

Kang Chi mencoba menghentikan ibunya, tapi Seo Hwa tak mau, "Aku harus membunuhnya. Dia yang telah menghancurkan keluargaku dan membuat ayahmu dan aku seperti ini! Orang yang mencoba membunuhku, dia akan kubunuh dengan tanganku sendiri. Jadi lepaskanlah tanganku! Lepaskan!"

"Bagaimana denganku?!" teriak Kang Chi putus asa, mengejutkan Seo Hwa. "Kau hanya melihat orang yang ingin kau bunuh. Apakah kau tak mau melihatku?"

Lidah Seo Hwa kelu mendengar pertanyaan putranya, "Aku membahayakan nyawaku untuk datang kemari.  Apakah kau tak melihat kalau anakmu lari kemari hanya untuk menyelamatkanmu?"

Seo Hwa terisak mendengar hal itu. Ia menjatuhkan pedang dan memegang pipi Kang Chi. Air mata tak dapat berhenti mengalir saat ia minta maaf karena telah menjadi ibu yang buruk bagi Kang Chi. Dan pertahanannya benar-benar runtuh saat Kang Chi memanggilnya, "Ibu.."

Seo Hwa pun tersedu-sedu memeluk putranya, putra yang telah ia buang 20 tahun yang lalu.

Sementara itu Yeo Wool dan Gon mulai kewalahan menghadapi para ninja yang tak berkurang jumlahnya , malah semakin banyak. Di saat yang kritis, muncul seorang pria bercadar yang membantu mereka.

Gon langsung mengenali pria itu dari ketrampilan bela dirinya. Tae Soo. Dan mereka pun bertempur bersama untuk mengalahkan para ninja itu.

Kang Chi meminta ibunya untuk duduk karena ini adalah tempat pertemuannya dengan teman-temannya. Ia akan pergi sebentar untuk melihat kondisi teman-temannya.

Ia beranjak pergi, namun Seo Hwa meraih tangannya dan menggenggamnya penuh kasih sayang, "Jagalah dirimu."

Kang Chi terkejut namun mengangguk sambil tersenyum. Ia pun segera pergi mencari Gon dan Yeo Wool. Namun belum jauh, ia pergi, ia merasakan firasat yang tak enak.

Begitu pula Seo Hwa. Ia menoleh saat merasakan kehadiran seseorang. Dan betapa terkejutnya ia melihat orang itu berjalan mendekatinya.

"Wol Ryung..?" panggilnya, "Wol Ryung .. apakah ini kau?"

Wol Ryung sedikit terkejut mendengar wanita di depannya itu memanggil namanya, "Siapa kau? Mengapa kau tahu namaku?"

Seo Hwa tak menjawab. Ia hanya memanggil nama itu tanpa rasa takut ataupun jijik. Hanya ada sayang dan penyesalan saat ia kembali menyebut nama itu, "Wol Ryung..."

Wol Ryung memandangi Seo Hwa lama, mencoba mencerna semua ini. Tapi pandangannya terhalang oleh sosok yang menutupi Seo Hwa. Kang Chi ternyata kembali.

Kang Chi menatap Wol Ryung dan berkata, "Tidak. Tak akan lagi. Aku tak akan membiarkanmu untuk membunuh orang lagi. Aku akan menghentikanmu... , Wol Ryung."

Mata Wol Ryung berkilat mendengar ucapan Kang Chi. Sementara Seo Hwa menatap kedua pria yang ada di hadapannya.

Episode-21.1        

"Siapa wanita itu? Mengapa hanya dengan melihatnya saja membuat hatiku sakit?" batin Wol Ryung saat ia melihat Seo Hwa.

"Wol Ryung....Wol Ryung..." kilasan Seo Hwa tersenyum memanggil namanya di masa lalu berkelebat di ingatan Wol Ryung. Sejenak ia terpaku.

"Wol Ryung?" panggil Seo Hwa di hadapannya. "Wol Ryung...apakah ini kau?"

"Siapa kau?" tanya Wol Ryung. "Apa kau mengenalku?"

Seo Hwa menangis melihat wujud Wol Ryung saat ini dan kenyataan Wol Ryung tidak bisa mengingatnya.

Kang Chi muncul dan berdiri di antara mereka untuk melindungi ibunya.

"Tidak boleh."

"Kang Chi-ah," panggil ibunya.

"Kau tidak boleh melakukannya lagi. Jangan bunuh siapapun lagi. Aku tidak akan membiarkanmu membunuh. Aku akan menghentikanmu, Wol Ryung," kata Kang Chi walau dengan berat hati.

Wol Ryung menatapnya. Kang Chi menyerang Wol Ryung dengan mencekiknya, tapi dalam sekejap posisi mereka berbalik. Wol Ryung mencekik Kang Chi.

"Hentikan. Aku tahu kau menderita dan aku tahu ini bukan wujudmu yang sesungguhnya. Juga, selain aku tidak ada yang bisa menghentikanmu. Aku tahu itu juga," ujar Kang Chi.

Wol Ryung menatap Kang Chi dengan matanya yang merah. Kang Chi berkata ia akan menghentikan Wol Ryung.Ia memukul Wol Ryung di perut. Wol Ryung marah. Ia balik menyerang Kang Chi dan kembali mencekiknya. Saat ia hendak meluncurkan pukulan maut, Seo Hwa menjerit.

"Jangan, Wol Ryung! "

Wol Ryung tersentak. Sejenak ada kebimbangan dalam matanya.

"Jangan," Seo Hwa memohon sambil menangis. "Jangan...dia anakmu. Dia putera kita. Jadi jangan seperti itu."

Saat Wol Ryung ragu, Kang Chi mempergunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri. Keduanya kembali bertarung. Masing-masing bertahan dan tidak mau mengalah. Seo Hwa khawatir melihat keduanya.

Tiba-tiba terdengar sesuatu. Kang Chi melihat ada beberapa pengawal Jo Gwan Woong bersiap menembakkan panah ke arah Wol Ryung.

"Tidak!" teriaknya. Ia bergerak memutar hingga tubuhnya yang menjadi sasaran panah. Panah-panah itu ditembakkan.

DoooRRR!! Jo Gwan Woong menembak guci sasarannya. Pil Mok memuji keahlian Jo Gwan Woong menembak. Jo Gwan Woong sangat senang dengan senjata barunya ini.

Kang Chi mengernyit kesakitan. Wol Ryung dan Seo Hwa terpana. Di punggung Kang Chi tertancap 4 anak panah. Para pengawal Jo Gwan Woong kebingungan. Mereka kembali bersiap memanah.

Tapi kali ini Wol Ryung yang menghentikan mereka. Dengan penuh kemarahan ia menghabisi para pengawal itu.

Kang Chi jatuh berlutut kesakitan. Seo Hwa menghambur ke hadapan puteranya. Saat ia melihat ke arah Wol Ryung, Wol Ryung sudah menghilang.

Gon, Tae Soo, dan Yeo Wool akhirnya melarikan diri karena para ninja terus berdatangan tak ada habisnya. Untunglah para ninja itu tidak diperintahkan mengejar mereka.

Mereka pergi ke tempat Kang Chi dan Seo Hwa. Yeo Wool terkejut saat melihat keadaan Kang Chi. Dengan segera ia memeluk Kang Chi erat-erat dan menyuruh Gon melakukan sesuatu.

Kang Chi berpegangan erat pada Yeo Wool. Tae Soo ikut memegangi Kang Chi. Sementara Gon....mencabut panah di punggung Kang Chi.

Setiap kali satu panah tercabut, Kang Chi berteriak kesakitan. Seo Hwa menangis melihat puteranya harus mengalami penderitaan itu. Sementara Yeo Wool terus menyemangati Kang Chi dan memeluknya erat-erat.

Akhirnya semua panah tercabut. Butir-butir cahaya bermunculan. Luka di punggung Kang Chi sembuh. Walau begitu Yeo Wool tidak melepaskan pelukannya pada Kang Chi. Seo Hwa melihat mereka dan memikirkan sesuatu.

Dari jauh, Wol Ryung memperhatikan mereka. Ia terlihat bingung dan seakan berusaha mengingat sesuatu. Seo Hwa merasakan kehadirannya. Ia menoleh, tapi Wol Ryung tidak ada.

Kelimanya kembali ke sekolah Guru Dam. Guru Dam, Guru Gong, dan para murid telah menanti mereka. Ini adalah pertemuan kembali Guru Dam dan Seo Hwa sejak 20 tahun lalu. Keduanya mengangguk saling memberi hormat.

Yeo Wool dan Kang Chi berpandangan lalu saling tersenyum.

Ninja Seo melihat mayat para pengawalnya yang hitam karena dihisap jiwanya oleh Wol Ryung. Ia melaporkan hal itu pada Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong sangat marah.

Tapi itu belum seberapa dibandingkan saat ia tahu Seo Hwa juga berhasil meloloskan diri. Pil Mok melaporkan Seo Hwa ditolong oleh Kang Chi. Ninja Seo menduga mereka membawa Seo Hwa ke Moo Hyung Do Gwan.

Tapi bukan sekolah itu yang membuat Jo Gwan Woong gelisah. Melainkan Lee Soon Shin. Apa artinya jika Seo Hwa bertemu Lee Soon Shin?

Lee Soon Shin pergi ke Moo Hyung Do. Ia masuk menemui Seo Hwa, Kang Chi, dan Guru Dam. Kang Chi memperkenalkan ibunya. Seo Hwa memperkenalkan diri sebagai Ja Hong Myeong, pemimpin Goon Bon. Ternyata Seo Hwa yang ingin menemui Lee Soon Shin. Lee Soon Shin bertanya apa yang hendak dibicarakan Seo Hwa dengannya.

Seo Hwa meminta Kang Chi keluar dari ruangan itu. Kang Chi nampak enggan berpisah dengan ibunya walau sedetik. Tapi akhirnya ia menurut.

Gon, Tae Soo, dan Yeo Wool sudah menanti di luar. Yeo Wool bertanya apakah mereka sudah selesai berbicara, mengapa Kang Chi keluar sendirian. Kang Chi berkata sepertinya ibunya hendak mengatakan sesuatu pada Laksamana.

Tiba-tiba terdengar suara aneh. Semua menoleh ke arah Yeo Wool. Yeo Wool melongo lalu menunduk malu. Ketiga pemuda di hadapannya masih menatapnya.

"Bukan aku!" katanya.

"Kalau bukan kau, lalu...."

"Itu....perutku...yang melakukannya," Yeo Wool memotong ucapan Kang Chi sambil memegangi perutnya.

Kang Chi tertawa diikuti Gon dan Tae Soo. Yeo Wool ikut tertawa tapi malu banget pastinya^^

Untunglah mereka memiliki Guru Gong yang selalu siap sedia dengan makanan lezat. Ia menghidangkan ayam untuk mereka berempat. Keempatnya sangat gembira. Guru Gong berkata mereka harus makan banyak setelah bekerja keras.

Kang Chi mengambil paha ayam lalu menyerahkannya pada Yeo Wool, orang yang paling kelaparan. Yeo Wool balik menyerahkan ayam itu untuk Kang Chi karena tadi telah terluka. Ia bahkan menambahkan ginseng.

Tae Soo dan Gon menyaksikan dengan wajah asem. Bagaimana tidak? Kang Chi dan Yeo Wool malah dorong-dorongan paha ayam.

Tae Soo tak tahan lagi. Ia mengambil piring di hadapan Yeo Wool dan Kang Chi yang berisi paha ayam.

"Jika kalian tidak mau memakannya, aku yang akan memakannya," Tae Soo pun makan dengan lahapnya.

Yeo Wool dan Kang Chi terbengong-bengong melihat paha ayam mereka disantap. Gon nyengir di sebelah Tae Soo. Dengan cueknya ia mengambil paha ayam sebelah lagi lalu menyantapnya.

Yeo Wool mengambil sayap. Tapi Kang Chi malah merebutnya kali ini. Gadis apaan yang makan sayap ayam? Eh, memangnya kenapa sih dengan sayap?

Yeo Wool protes, dia akan makan bagian apa saja yang ia mau. Ia menyuruh Kang Chi makan ginseng saja dan ia akan makan ayamnya. Mwahahaha....lenyap sudah kemesraan barusan. Dan sekarang keduanya rebutan sayap ayam. Gon dan Tae Soo tertawa geli melihat keduanya.

"Ah...muda itu menyenangkan," ujar Guru Gong yang memperhatikan mereka di ujung dapur. Ia tersenyum melihat keributan di dapurnya.

Seo Hwa berkata Jepang yang dipimpin Toyotomi HideYoshi akan memulai perang pada Joseon. Lee Soon Shin sudah bisa menduganya. Tapi yang ia khawatirkan adalah serangan dari dalam, bukan dari luar.

"Selama 20 tahun terakhir, Jo Gwan Woong didanai oleh Goon Bon untuk melebarkan jaringan politiknya di sepanjang Joseon. Dana itu merambah ke tokoh-tokoh penting dalam dewan dan juga bangsawan lainnya. Jaringannya lebih lebar dan lebih dalam dari yang Tuan perkirakan."

"Jadi apa yang ingin kaukatakan padaku?"

"Ada 11 pejabat dari propinsi Selatan yang menerima dana bantuan dari Goon Bon. Aku mengetahui semua nama mereka. Aku akan memberikan nama mereka semua tapi sebagai gantinya aku memiliki sebuah permintaan."

Apa permintaan Seo Hwa?

Tae Soo menemui Kang Chi. Ia akan kembali ke Penginapan. Kang Chi khawatir Tae Soo akan mengalami bahaya tinggal sendirian di Penginapan. Tae Soo berkata ia harus mengawasi Goon Bon. Kang Chi meminta Tae Soo mengirim ayahnya (Choi) untuk memberitahunya jika ada yang mulai membahayakan. Ia akan datang membantu tak peduli bagaiamanapun juga. Tae Soo tersenyum.

"Apa yang sedang kaulakukan?" tanyanya.

"Ah ini? Ini tugas yang diberikan kepala gisaeng padaku," Kang Chi memperlihatkan kertas pemberian Gisaeng Chun pada Tae Soo. "Aku seharusnya memotong pohon ini dan membangun rumah dengannya. Mungkin kau tahu apa artinya?"

Tae Soo berkata untuk mengubah "pohon" menjadi rumah, kita harus memotong pohon dari bawah. Ia mengeluarkan pedangnya dan menebas kertas itu.

"Apa yang kaulihat?" tanyanya.

" Huruf bon (=akar)? Apa ini lagi-lagi tentang dasar?"

"Tanpa mengetahui asal usulnya, seseorang tidak bisa mengenal dirinya seutuhnya. Begitu kau mengetahuinya, kau juga akan menghargai siapa dirimu sebenarnya. Kupikir itulah tujuan utama tugas ini."

Seo Hwa tersenyum melihat puteranya menyiapkan tempat tidur untuknya.

"Ibu bisa beristirahat di sini. Mulai sekarang jangan tidur dalam posisi duduk. Berbaringlah dengan nyaman di malam hari."

Seo Hwa menanyakan keadaan luka Kang Chi. Kang Chi berkata lukanya cepat sembuh berkat darah gaib yang mengaliri tubuhnya.

Seo Hwa meraih tangan Kang Chi dan menggenggamnya dengan hangat.

"Walau orang yang kaupanggil ibu ini tidak menjalani hidup dengan baik, kau tumbuh dengan baik."

"Apakah Ibu melihatnya seperti itu?"

Seo Hwa mengangguk sambil tersenyum haru. "Aku sangat bangga padamu. Dan aku sangat bersyukur."

Kang Chi merasa lega mendapat pujian dari ibunya.

"Sebenarnya, aku mencarimu. Begitu aku sadarkan diri, aku kembali ke Taman Cahaya Bulan tempat aku meninggalkanmu di sana. Tapi gunung tidak mau membuka jalannya. Selama lebih dari sebulan aku berusaha mencari jalan terus menerus, tapi aku tidak bisa menemukan jalan untuk menemukanmu. Aku tidak bermaksud membuangmu, Kang Chi-ah. Selama aku hidup hingga saat ini, tidak satu haripun hatiku melupakanmu," Seo Hwa bercerita sambil menangis.

"Iya, Ibu," Kang Chi menggenggam tangan ibunya dan tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Yeo Wool tersenyum mendengar mereka dari luar. "Ternyata memiliki ibu adalah hal yang baik," katanya dalam hati.

Yeo Wool dan Gon mengobrol. Yeo Wool berkata hubungan orangtua dan anak benar-benar aneh. Tidak ada yang lebih bisa menyakiti hati orang tua daripada anak, dan begitu juga sebaliknya.

"Apa Guru pernah melukai hatimu?" tanya Gon.

"Setiap kali ia bersikap tidak baik pada Kang Chi, rasanya sakit. Karena ia hanya bersikap seperti itu pada Kang Chi."

"Aku mengerti perasaan Guru. Beliau mendengar kalian berdua seharusnya tidak bersama. Karena takdir akan membunuh salah satu dari kalian berdua. Tidaklah mengejutkan jika beliau takut."

Walau cukup terkejut dengan apa yang dikatakan Gon, Yeo Wool berkata ia tidak takut akan masa depan yang belum terjadi.

"Sebenarnya masa depan itu apa? Bukankah masa depan adalah kelanjutan dari masa sekarang? Jika aku berubah sekarang karena masa depanku, apa artinya hidup di masa sekarang?"

Gon tersenyum mendengar kata-kata Yeo Wool.

Yeo Wool meregangkan tubuhnya lalu merangkul pundak Gon seperti seorang sahabat. Saat ini ia sedang ingin berlatih dan ia mengajak Gon berlatih bersama.

Lee Soon Shin menerima laporan bahwa telah terjadi pembunuhan besar-besaran di beberapa daerah. Semakin lama, alur pembunuhan itu semakin mendekati Penginapan Seratus Tahun.

Wol Ryung membunuh setiap orang yang dilihatnya. Jo Gwan Woong dan Lee Soon Shin menyadari tempat berikut yang akan dilewati Wol Ryung adalah Penginapan Seratus Tahun.

Lee Soon Shin memberi perintah untuk mengungsikan warga desa di sekitar penginapan serta memberitahu sekolah mengenai hal ini.

"Seseorang hentikan aku! Rasa hausku tidak juga terpuaskan. Aku hanya ingin membunuh semuanya. Seseorang tolong hentikan aku!" jerit batin Wol Ryung.

Wol Ryung meraung penuh kepedihan dan kemarahan. Ia sangat menderita.

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya Kang Chi tidur di pangkuan ibunya. Seo Hwa tersenyum sambil membelai lembut rambut puteranya. Tapi senyum Seo Hwa berubah menjadi kesedihan. Ia mengeluarkan pisau kayu yang selama ini menemaninya.

Yeo Wool dan Gon berlatih hingga larut malam. Yeo Wool menuduh Gon tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya. Gon berkata jika ia bertempur sungguh-sungguh, Yeo Wool akan kalah dan Yeo Wool benci kekalahan.

"Aku lebih benci lagi menang bohongan. Lakukan dengan serius," ujar Yeo Wool.

"Bagaimana jika Nona terluka?"

"Apa kau meremehkanku?" sindir Yeo Wool.

Keduanya bertarung lebih serius. Dan kali ini Yeo Wool dengan mudah dikalahkan. Yeo Wool tidak mudah menyerah. Tapi ia berkali-kali dikalahkan. Yeo Wool tidak marah. Kalau saja ia lebih cepat ia akan bisa mengalahkan Gon.

Gon baru sadar kalau ia memegangi tangan Yeo Wool. Ia langsung menunduk dan menghibur kalau Yeo Wool sudah lama tidak berlatih karena dikurung selama beberapa hari ini. Yeo Wool membenarkan, sama sekali tidak menyadari sikap gugup Gon. Ia berkata ia harus berlatih lebih banyak besok.

Keduanya heran saat melihat Seo Hwa. Seo Hwa tersenyum pada Yeo Wool.

Utusan Lee Soon Shin membawa surat untuk Guru Dam. Guru Dam membaca surat itu lalu melihat pada Seo Hwa. Seo Hwa mengangguk mengerti.

Yeo Wool masuk ke kamar Kang Chi. Ia duduk di samping Kang Chi yang tertidur lelap. Pelan-pelan ia membelai rambut Kang Chi dan teringat pada pertemuannya dengan Seo Hwa tadi.

"Tolong jaga anakku. Kumohon jagai dan sayangi dia."

Yeo Wool bertanya mengapa Seo Hwa mendadak berkata seperti itu. Seakan mereka hendak berpisah.

"Aku akan pergi menghentikannya. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa menaruh beban seperti itu pada anakku (beban membunuh ayah kandungnya, alias Wol Ryung). Aku yang akan menghentikannya (Wol Ryung)."

Yeo Wool khawatir. Ia dengar Wol Ryung kehilangan ingatannya. Tidak ingat pada siapapun juga dan hanya ingin memusnahkan semuanya. Apalagi Kang Chi baru bertemu ibunya. Kang Chi begitu gembira. Bagaimana bisa Seo Hwa meninggalkannya lagi seperti ini?

Seo Hwa berkata saat ia melihat Yeo Wool di samping Kang Chi, ia menyadari Yeo Wool bisa memberi lebih banyak kebahagiaan pada Kang Chi dibanding dirinya. Karena itu ia mengambil keputusan ini.

Seo Hwa berkata setiap anak suatu saat akan meninggalkan orang tua mereka. Kang Chi telah menjadi pria yang hebat dan telah bertemu dengan seorang wanita cantik. Ia tidak memiliki harapan lain.

Ia meraih tangan Yeo Wool dan menggenggamnya seperti ia menggenggam tangan Kang Chi.

"Kuharap kalian melindungi cinta kalian, cinta yang pernah tidak bisa kulindungi karena kebodohanku," kata Seo Hwa.

Yeo Wool membangunkan Kang Chi. Kang Chi terkejut saat melihat Yeo Wool dan langsung mencari ibunya.

"Beliau pergi ke desa. Untuk menghentikan Wol Ryung."

"Apa?"

"Ia memintaku merahasiakan ini padamu. Tapi aku merasa aku tidak seharusnya merahasiakannya. Kupikir kau harus tahu."

Kang Chi terhenyak.

Di desa, keadaan kacau balau. Para warga sibuk mengungsi. Kecuali Jo Gwan Woong. Kepala polisi bingung kenapa Jo Gwan Woong tidak mengungsi. Jo Gwan Woong berkata ia tidak akan melarikan dari iblis sekalipun. Sekalipun iblis, pasti tidak akan bisa hidup tanpa kepala.

Kepala polisi melihat ninja Seo membawa senapan di belakang Jo Gwan Woong. Pil Mok memperhatikan dari jauh. Ia berkata pada kepala samurai kalau keadaan saat ini bisa menguntungkan mereka.

Ia dengar angkatan laut mengirimkan pasukan ke desa ini. Artinya saat ini pangkalan militer kosong. Kakeshima, sang kepala samurai, tersenyum mengerti. Malam ini adalah saat yang tepat untuk merebut peta mereka kembali dari pangkalan militer.

Tae Soo berpakaian hitam-hitam dan diam-diam menguping pembicaraan mereka. Celakanya, ia ketahuan oleh Pil Mok dan para samurai itu.

Kang Chi berjalan keluar. Gon telah berjaga di luar. Kang Chi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Ia ibuku, Gon!" seru Kang Chi dengan nada memohon.

Akhirnya Gon memberitahu Kang Chi bahwa Wol Ryung telah membantai seluruh penduduk dari beberapa desa. Dan saat ini Seo Hwa pergi ke sana untuk menghentikan Wol Ryung sendirian.

"Apa?" Kang Chi terkejut.

Episode-21.2        

Kang Chi tentu saja ingin menyusul ibunya. Ia bertanya ke mana ibunya pergi. Gon masih berusaha menahan Kang Chi. Tapi Yeo Wool bisa menebak Seo Hwa pergi ke Penginapan Seratus Tahun.

Kang Chi beranjak pergi. Yeo Wool menahan Kang Chi, ia ingin ikut. Ia meminta Kang Chi menunggu karena ia hendak mengambil pedangnya lebih dulu. Tatapan Kang Chi menyiratkan ia tidak ingin Yeo Wool ikut. Tapi ia tidak mengatakan apapun.

Barulah saat Yeo Wool berlari ke dalam, Kang Chi meminta Gon menjaga Yeo Wool. Gon mengangguk mengerti.

Gonita protes Yeo Wool hendak pergi ke mana. Ia bertanya Yeo Wool hendak pergi ke mana membawa pedang dan panah.

"Melindungi seseorang." Eh...melindungi siapa ya? Seo Hwa? Kang Chi?

Saat Yeo Wool keluar kamar, Gon sudah menunggunya. Gon berkata ia menerima permintaan dari Kang Chi untuk menyampaikan pesan. Bahwa ia akan kembali.

"Kau tahu Kang Chi selalu menepati perkataannya," hibur Gon. "Jadi kali ini dengarkan dia dan tunggu di sini. Ini bukan pertempuran untuk manusia."

Yeo Wool berkata Kang Chi tidak bisa sendirian. Ia harus berada di sisi Kang Chi agar Kang Chi tidak berubah wujud seperti dulu. Gon berkata Kang Chi bisa melakukannya sendiri. Tanpa Yeo Wool dan tanpa gelang, Kang Chi sudah bisa mengendalikan perubahan wujudnya.

"Dia bisa melakukannya tanpa kehadiranku?"

"Karena itu jangan khawatir. Kang Chi mungkin lebih kuat dari yang kita maupun ia sendiri sadari."

Kang Chi melepaskan gelangnya lalu melompat dan berlari sangat kencang dengan kemampuan gumihonya.

Barikade telah dibentuk di depan Penginapan Seratus Tahun. Jo Gwan Woong, kepala polisi, dan para tentara berjaga di balik barikade.

Tak lama kemudian kabut beserta butir-butir hitam bertiup ke arah mereka. Sosok Wol Ryung menampakkan diri.

Para polisi dan tentara terlihat takut melihat Wol Ryung sementara Jo Gwan Woong menatap dengan pandangan menantang. Wol Ryung marah melihat Jo Gwan Woong.

Jo Gwan Woong mengambil senjatanya lalu melangkah maju. Wol Ryung sangat geram. Jo Gwan Woong mengarahkan senjatanya ke arah Wol Ryung. Wol Ryung tersenyum sinis dan melangkah maju. Hmmm....apa mungkin Wol Ryung ingin mati? Atau ingin membunuh Jo Gwan Woong? Jika Wol Ryung ditembak kepalanya hingga hancur, benarkah ia tidak akan bisa hidup lagi?

Sayangnya kita tidak akan tahu semua jawaban pertanyaan itu karena tiba-tiba Seo Hwa muncul di hadapan Wol Ryung. Semua orang terkejut.

"Sudah cukup. Hentikan, Wol Ryung," ujar Seo Hwa dengan lembut dan tatapan memohon. "Kumohon hentikan di sini, Wol Ryung."

Wol Ryung maju mencekik Seo Hwa. Seo Hwa semakin sulit bernafas. Ia memanggil nama Wol Ryung sambil menangis.

Wol Ryung tersentak saat air mata Seo Hwa menetes di tangannya.

Jo Gwan Woong mengangkat senjatanya lalu menembak. Wol Ryung bergerak melindungi Seo Hwa hingga punggungnya yang tertembak.

Jo Gwan Woong kembali menembak. Kali ini tembakannya menembus hingga menyerempet lengan Seo Hwa. Seo Hwa terkejut.

Kang Chi terkejut mendengar suara tembakan. Ia sudah berada di pintu desa tapi seseorang telah menunggunya. Lee Soon Shin.

Seo Hwa shock melihat luka Wol Ryung yang terus mengeluarkan darah. Ia menjerit memanggil Wol Ryung lalu berusaha menutupi luka di dada Wol Ryung dengan tangannya untuk menghentikan darah.

Wol Ryung diam mematung. Tatapannya tak lepas dari Seo Hwa yang terus menangis.

Pelan-pelan matanya berubah kembali hitam. Seo Hwa melihatnya.

"Wol Ryung....."

"S-Seo Hwa..." panggil Wol Ryung.

"Ya? Kau ingat...." Seo Hwa menangis.

"Aku merindukanmu," kata Wol Ryung sambil menangis.

"Wol Ryung!" Seo Hwa memeluk suaminya. Keduanya berpelukan sambil menangis.

"Mari kita kembali sekarang. Ke Taman Cahaya Bulan tempat kita dulu tinggal," batin Seo Hwa.

Angin bertiup sangat kencang hingga semua orang melindungi wajah mereka. Saat angin berhenti bertiup, Wol Ryung dan Seo Hwa telah menghilang.

"Tidak. Aku tidak bisa membiarkannya pergi seperti ini," kata Kang Chi.

"Biarkan dia pergi. Kau harus membiarkannya pergi, Kang Chi. Ini adalah pilihan terakhir ibumu untukmu."

Jadi apa permintaan Seo Hwa pada Lee Soon Shin? Pada pertemuan mereka, Seo Hwa berlutut di hadapan Lee Soon Shin.

"Ini adalah permintaan terakhir seorang ibu yang tidak berguna. Tolong biarkan Kang Chi menjalani hidup yang ia inginkan. Berikan dia bimbingan dan perhatian. Aku tidak ingin puteraku melihatku pergi menjalani langkah terakhir dalam hidupku. Aku mohon."

"Tidak. Akhirnya aku bertemu dengannya. Akhirnya sekarang aku bisa melihat wajah ibuku. Akhirnya aku bisa mencurahkan isi hatiku dan memanggilnya "ibu". Aku tidak bisa! Aku tidak bisa membiarkannya pergi, Tuan!" Kang Chi menangis. "Biarkan aku pergi!"

Lee Soon Shin meminta Kang Chi tidak membiarkan keinginan ibunya menjadi sia-sia.

"Tuan!" seru Kang Chi frustrasi.

"Tolong pahami hati orang tua yang ingin melindungi anaknya," kata Lee Soon Shin lembut.

Kang Chi duduk di tanah dan menangis sambil memukuli dadanya. Lee Soon Shin berjongkok di hadapan Kang Chi. Ia meraih tangan Kang Chi lalu mengusap air mata Kang Chi dengan tangannya.

"Tuan...." Air mata semakin membanjir di wajah Kang Chi. Dan wajahku juga T_T

Lee Soon Shin memeluk Kang Chi. Kang Chi menangis tersedu-sedu hingga Lee Soon Shin pun tak dapat menahan air matanya.

Jo Gwan Woong bertemu dengan Seo Hwa. Ia bertanya bagaimana rasanya balas dendam yang telah direncanakan 20 tahun berakhir dengan sia-sia. Seo Hwa tidak mempedulikannya.

Jo Gwan Woong berkata ia memberi kesempatan terakhir. Datang padanya maka ia akan melupakan semuanya dan menerima Seo Hwa.

"Ini adalah hukuman untukmu. Bahkan setelah kau memiliki kekuasaan, uang dan jabatan untuk menguasai Propinsi Selatan, kau tidak akan pernah merasa puas. Kau akan lebih haus, lebih lapar, lebih nekat, tapi kau tidak akan bisa mendapatkan apa yang kauinginkan. Dan itu adalah hukumanmu," kata Seo Hwa dingin.

Seo Hwa pergi meninggalkan Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong berteriak marah memanggil nama Seo Hwa.

Semua itu hanya mimpi Seo Hwa. Ia terbangun di dalam gua Taman Cahaya Bulan. Ia melihat sekelilingnya. Semua masih tampak sama.

Seo Hwa berjalan keluar gua, persis seperti 20 tahun lalu ketika ia baru pertama kali ke tempat ini. Ketika itu tempat ini dipenuhi butir-butir cahaya biru. Tapi sekarang tidak ada butir-butir cahaya itu.

"Apa kau sudah bangun?" terdengar suara Wol Ryung.

Seo Hwa melihat Wol Ryung seperti 20 tahun lalu. Tersenyum dan lembut. Tapi itu hanya bayangannya. Wol Ryung masih iblis seribu tahun. Dengan tatapan penuh penderitaan.

Seo Hwa teringat luka di dada Wol Ryung. Ia bertanya apa Wol Ryung baik-baik saja. Wol Ryung berkata pada akhirnya ia hanya ingat nama dan wajah Seo Hwa. Dengan kata lain, ia tidak ingat hubungan dan cinta di antara mereka.

Tapi ia menyuruh Seo Hwa kembali ke tempat manusia setelah matahari terbit. Karena ia tidak tahu kapan ingatan yang dimilikinya sekarang akan menghilang. Sewaktu-waktu ia bisa membunuh Seo Hwa.

Wol Ryung berbalik pergi.

"Maafkan aku, Wol Ryung!"

Wol Ryung berhenti tapi tetap membelakangi Seo Hwa.

"Waktu itu aku sangat muda. Perasaanku tidak cukup besar untuk menanggung cintamu padaku. Aku minta maaf karena telah melukaimu. Aku minta maaf karena membuatmu merasa sakit," ujar Seo Hwa sungguh-sungguh.

Wol Ryung menahan tangis mendengar kata-kata Seo Hwa. Seo Hwa mengeluarkan pisau kayu dari balik hanboknya. NOOOO!!!!!

Wol Ryung merasakan sesuatu dan berbalik. Seo Hwa berkata pisau itu selalu bersamanya seakan sebuah barang yang berharga.

"Suatu hari... jika aku bertemu denganmu...jika aku bisa bertemu denganmu, jika mungkin aku ingin mengembalikanmu seperti dulu. Aku akan mengembalikan semuanya seperti dulu."

"Seo Hwa, apa yang sedang kaukatakan sekarang?" tanya Wol Ryung tak mengerti.

"Dalam kehidupan abadimu, aku mungkin tak ubahnya sekelebat angin yang bertiup. Tapi tetaplah mengingatku. Bagiku, kau adalah segalanya, Wol Ryung."

Seo Hwa mengacungkan pisau kayu itu mengarah ke jantungnya sendiri.

"Tidak!!!"

Seo Hwa menancapkan pisau itu ke dadanya kuat-kuat.

"Seo Hwa!!!" Wol Ryung berlari ke sisi Seo Hwa dan menangkapnya. "Tidak, Seo Hwa!! Seo Hwa!!"

Seo Hwa menatap Wol Ryung. Wol Ryung telah mengingatnya. Di mata Wol Ryung, ia adalah Seo Hwa seperti 20 tahun lalu.

Wol Ryung hendak mencabut pisau kayu itu. Tapi Seo Hwa terus memegang pisau itu erat-erat dan tidak mau melepasnya.

"Lepaskan tanganmu. Seo Hwa! Lepaskan tanganmu."

"Aku mencintaimu, Wol Ryung. Dan aku minta maaf. Hanya ini yang bisa cintaku lakukan," ujar Seo Hwa terbata-bata.

Ia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Wol Ryung. Wol Ryung menangis. Ia menggenggam tangan Seo Hwa.

Seo Hwa tersenyum.

"Seo Hwa..."

Dan Seo Hwa pun pergi.....

"Tidak!!! Tidaaaaakk!! Seo Hwa! Tidak, Seo Hwa!! Seo Hwa!" Wol Ryung menangis sambil memeluk Seo Hwa.

Butir-butir cahaya biru bermunculan. Wol Ryung kembali seperti Wol Ryung yang dulu. Ia tidak lagi menjadi iblis. Seo Hwa yang dilihatnya adalah Seo Hwa yang sekarang.

"Kau tidak boleh, Seo Hwa! Aku tidak membencimu. Aku hanya sangat merindukanmu. Kau tidak boleh! Aku tidak menyalahkanmu. Aku hanya sangat mencintaimu , Seo Hwa. Aku mencintaimu. Seo Hwa! Seo Hwa! Tidak, Seo Hwa! Bukalah matamu," ratap Wol Ryung.

Langit pun ikut menangis. Hujan turun dengan deras. So Jung melihat ke luar jendela dengan sedih.

Kepala pelayan Chunhwagwan menyerahkan surat untuk Gisaeng Chun. Surat itu ditinggal Kang Chi sebagai jawaban untuk gisaeng Chun. Gisaeng Chun membuka kertas itu. Hanya ada satu huruf. "Ibu"

"Ketika menebang pohon, aku melihat huruf "bon" (akar). Rumah yang menjadi akar bagiku adalah orang yang melahirkan aku. Ibuku."

Gisaeng Chun menaruh kertas itu di meja. Ia menghela nafas panjang melihat lebatnya hujan.

Kang Chi berjalan terseok-seok kembali ke sekolah. Ia sama sekali tidak mempedulikan hujan yang terus membasahi tubuhnya.

Ia berhenti saat melihat Yeo Wool berjongkok di tengah hujan menunggunya dengan membawa payung. Melihat Yeo Wool, Kang Chi kembali sedih.

Yeo Wool bangkit berdiri. Ia melihat Kang Chi.

"Kang Chi-ah.."

"Yeo Wool-ah..."

Yeo Wool melihat Kang Chi tidak memakai gelang namun tetap berwujud manusia. Kata-kata Gon terngiang di benak Yeo Wool. Bahwa sekarang Kang Chi sudah bisa mengendalikan perubahan wujudnya walau tanpa Yeo Wool maupun tanpa gelang.

Yeo Wool teringat percakapannya dengan ayahnya.

"Sekarang saatnya kau berhenti dan membiarkannya pergi, Yeo Wool."

"Ayah, apa yang Ayah katakan?"

"Agar Kang Chi bisa mencari Buku Keluarga Gu sekarang, Ayah rasa Kang Chi harus pergi dan kita harus membiarkannya pergi." Oke, now I hate that book >,<

"Ayah..."

"Buatlah ia pergi, Yeo Wool. Kau harus melepaskannya agar Kang Chi bisa pergi."

Yeo Wool menghampiri Kang Chi dan memayunginya.

"Kau sudah kembali."

Kang Chi mengangguk. "Aku kembali."

"Dan ibumu?"

"Ibuku...ibuku..."

Yeo Wool langsung tahu terjadi sesuatu. Kang Chi memeluk Yeo Wool erat-erat.

"Ibuku pergi. Ibuku...Ibuku...." Kang Chi tak bisa meneruskan kata-katanya. Air mata terus mengaliri wajahnya.

Yeo Wool tak banyak berkata-kata. Ia hanya menepuk-nepuk punggung Kang Chi dan bersedih bersamanya.

"Yeo Wool-ah..." Kang Chi memeluk Yeo Wool lebih erat

"Sekarang biarkan dia pergi, Yeo Wool-ah," kata-kata ayahnya kembali terngiang. Yeo Wool menangis. "Kau harus melepaskan agar Kang Chi bisa pergi."

Episode-22.1        

Kang Chi berjalan pulang ke Moo Hyung Do dengan gontai. Dan ia menemukan Yeo Wool sedang berjongkok, termenung dengan payung di tangan. Ia tak segera memanggil Yeo Wool, hanya memandanginya.

Yeo Wool bangkit dan akhirnya menyadari kalau Kang Chi sudah kembali. Ia melihat Kang Chi tak memakai gelangnya dan ucapan ayahnya terngiang kembali, "Kau tak dapat menghentikannya untuk mencari Buku Keluarga Gu. Sekaranglah saat untuk Kang Chi pergi."

Ia menghampiri dan mengangsurkan payung, memayungi Kang Chi, "Kau sudah kembali? Apakah kau lelah?" Kang Chi mengangguk sedih akan kejadian hari itu, tapi ia memeluk Yeo Wool dan hanya berkata, "Sedikit."

Yeo Wool menepuk-nepuk punggung Kang Chi seakan menenangkannya. Tapi yang sebenarnya adalah ia juga gelisah akan ucapan ayahnya yang memintanya untuk ikhlas melepaskan Kang Chi pergi.

"Apa yang akan kita lakukan jika Kang Chi berubah seperti Wol Ryung? Hal itu bisa saja terjadi jika ia gagal menemukan Buku Family Gu," tanya Yeo Wool saat itu.

Guru Dam menjawab kalau semua ini tergantung pada Kang Chi nanti. Yeo Wool masih ragu, tapi Guru Dam menegaskan kalau hanya Kang Chi yang dapat melakukannya, "Aku tahu kalau kaulah orang yang paling dekat dengan Kang Chi. Jika kau tak sanggup mengatakannya, aku yang akan memberitahu Kang Chi."

Yeo Wool berkaca-kaca, tangannya gemetar, "Aku yang akan berbicara padanya. Aku yang akan melakukannya. Tapi beri aku waktu sebentar, Yah. Seminggu atau setidaknya tiga hari. Setelah itu aku akan melakukannya."

Saat ini, Yeo Wool semakin mempererat pelukannya, menangis dan berkata dalam hati, Waktu kita hanya tinggal tiga hari lagi, mampukah aku melepasmu, Kang Chi?

Keesokan paginya, Kang Chi terbangun dan merasakan ada tangan di dadanya. Ia bingung karena ia ada di kamarnya, dengan Yeo Wol tertidur di sisinya. Tak berniat buru-buru, ia menghadap Yeo Wool, menggenggam tangannya dan bertanya, "Yeo Wool-ah, kenapa kau ada di sini?"

Rupanya Yeo Wool sudah separuh terbangun. Dengan mata tertutup, Yeo Wool yang masih ngantuk pun menjawab, "Karena kau menangis terus semalam, aku tak dapat meninggalkanmu." Yeo Wool membuka matanya sedikit dan bertanya, "Apakah sekarang perasaanmu lebih baik?"

Kang Chi tersenyum mengiyakan. Ia memandangi Yeo Wool yang tetap memejamkan mata dengan sayang, "Tapi Yeo Wool-ah, sekarang sudah pagi."

Yeo Wool tetap memejamkan mata. Kang Chi tersenyum jahil dan tangannya mengacungkan satu per satu jarinya, menghitung.. satu.. dua.. tiga..

Yeo Wool terbelalak dan meloncat bangun, "Apa?!" Ia melihat jendela dan panik, "Apa yang harus kulakukan? Sudah siang! Bagaimana ini?"

Kang Chi pun bangun dan juga melontarkan pertanyaan yang sama. Yeo Wool berbalik, heran memang kenapa Kang Chi harus bingung? Kang Chi menjawab, "Malam pertama kita, dan tak ada satupun kenangan di dalamnya karena kita hanya tidur sepanjang malam.. Benar-benar memalukan."

Ha. Jadi mau Kang Chi ada kenangan gitu? Kenangan yang gimana, ya?

Mendengar itu, Yeo Wool merasa pasti Kang Chi sudah baikan karena bisa bercanda seperti itu. Tapi Yeo Wool teringat sisa waktu bagi mereka berdua, maka ia pun menyuruh Kang Chi untuk membuat 3 permintaan yang akan ia penuhi.

Kang Chi heran mendengar ucapan Yeo Wool yang tak seperti biasanya. Yeo Wool berkata kalau ia melakukan hal ini untuk menghibur Kang Chi, "Katakanlah satu per satu, dan aku akan mengabulkannya."

Kang Chi berpikir sejenak dan kemudian menyebutkan, "Permintaan pertama. Nasi."

Yeo Wool mengerutkan kening mendengar permintaan Kang Chi yang sepele. Nasi? Kang Chi mengangguk, "Nasi yang kau masak."

Yeo Wool langsung mati gaya mendengar permintaan itu, "Nasi yang itu?" Kang Chi mengangguk yakin, membuat Yeo Wool berpikir, kemudian ia melanjutkan, "Kalau permintaan keduamu?"

Ha.  Mungkin Yeo Wool mau men-skip permintaan pertama Kang Chi dan akan melakukan permintaan kedua jika permintaan kedua itu lebih mudah.

Belum sempat Kang Chi menjawab, terdengar suara dari luar.

"Kang Chi, apakah kau sudah bangun?" Gon mengetuk pintu. Tapi karena tak ada jawaban, ia pun membuka pintu dan melihat kalau Kang Chi masih tertidur. Ia pun menutup pintu perlahan, agar Kang Chi tak terbangun.

Tapi sebelum pintu tertutup,  ia melihat payung yang tersandar di tembok kamar Kang Chi. Ia menyipitkan mata, kesal, dan menutup pintu lebih keras dari biasanya.

Setelah pintu tertutup, Kang Chi membuka mata. Begitu pula Yeo Wool yang muncul dari balik selimut dan bertanya, "Apakah ia sudah pergi?" Kang Chi mengiyakan dan mereka pun menghela nafas lega.

Pintu terbuka kembali, mengagetkan mereka. Yeo Wool dan Kang Chi meminta Gon untuk tidak salah paham. Tapi siapa juga yang tak salah paham saat melihat Kang Chi dan Yeo Wool berada di tempat tidur, di pagi hari lagi.

LOL. Gon pun langsung dan menyerang Kang Chi, "Diam kau. Aku akan menutup mulutmu!"  Ia menindih Kang Chi agar tak bisa bergerak dan tak sengaja menarik bajunya.

Yeo Wool mencoba memisahkan mereka berdua, namun tersingkir karena Gon menyikutnya. Yeo Wool panik dan meminta Gon untuk menghentikan aksinya. Tapi Gon tetap menyerang Kang Chi, hingga..

"Ya ampun!! Gon Sahyung.. apa yang kau...?" LOL Gonita speechless melihat posisi Gon dan Kang Chi itu loh..

Bwahaha.. Siapa juga yang tak salah paham saat melihat Gon menindih tubuh Kang Chi. Dengan baju Kang Chi tersingkap lagi.  Gonita buru-buru menutupi matanya dan memarah tindakan mereka yang anonoh (is it a word?).  Ujung matanya menangkap sosok Yeo Wool dan ia pun memarahi muridnya, bertanya mengapa Yeo Wool ada di sini?

Yeo Wool pun menjawab terbata-bata, "Aku? Aku sedang mencegah.. mereka untuk melakukan.. sesuatu.. yang tak seharusnya mereka lakukan.."

LOL, Gon mendelik mendengar jawaban Yeo Wool.

Gonita mencoba berpikir jernih dengan bertanya apa itu sesuatu yang tak seharusnya mereka lakukan. Yeo Wool pun menjawab, "Uhmm.. bagaimana dengan sesuatu yang seharusnya sama sekali dilarang untuk dilakukan?"

Tak hanya Gon, tapi Kang Chi pun berteriak menghardik Yeo Wool. LOL LOL. Gonita pun kabur karena tak tahan melihat pemandangan dan penjelasan Yeo Wool.

"Yeo Wool-ssi, kenapa kau mengatakan hal seperti itu?" tanya Gon kesal.

Yeo Wool pun menjawab polos, "Kalian kan sedang berkelahi, kan? Berkelahi bukan?"

Ha. Berkelahi memang dilarang, tapi sesuatu yang lain yang pasti terlintas di pikiran Gonita itu juga dilarang, kan? "Bagaimana kalau dia menyebarkan kesalahpahaman itu?" tanya Gon panik.

"Seperti itulah," jawab Yeo Wool santai, "Kesalahpahaman adalah sesuatu yang menakutkan, Gon. Jadi jangan salah paham kepadaku dan Kang Chi.

Hahaha.. smart girl. Gon tak dapat berkata apapun. Apalagi saat Gonita muncul dan menyuruh Yeo Wool untuk ikut dengannya. Ia hanya mendelik melihat pandangan Gonita yang benar-benar salah paham.

Lagian.. kenapa juga posisi Gon dan Kang Chi masih seperti itu? LOL.

Gon benar-benar kesal dan mencoba mengejar Gonita untuk memberi penjelasan, tapi Gonita sudah menghilang. Kang Chi tersenyum dan kemudian tertawa. Gon berbalik, bertambah kesal, "Kau masih bisa tertawa di saat-saat seperti ini?"

Kang Chi malah semakin tertawa terbahak-bahak. Dan dalam hati ia bersyukur, "Semua kesedihan ini akan berlalu. Aku berterima kasih pada orang-orang yang ada di sampingku, karena mereka aku bisa tersenyum lagi."

Gon pun membiarkan kejadian tadi pagi, dan untuk kejadian semalam, "Janganlah terus bersedih. Bersedih terlalu lama bukanlah hal yang baik bagi seorang pria."

Kang Chi mengangguk dan berterima kasih. Aww.. thats what friends are for.

Begitu pula Biksu So Jung yang terkejut campur gembira, tak percaya melihat kedatangan temannya dengan wujud yang dulu selalu ia temui, "Apakah ini benar-benar dirimu?"

Wol Ryung tersenyum dan mengangguk, "Ini benar-benar aku, temanmu." Biksu So Jung pun memeluk Wol Ryung dan tak henti-hentinya bersyukur karena temannya sudah kembali.

Biksu So Jung pergi ke Moo Hyung Do dan menemui Kang Chi karena ia membawa seseorang yang ingin bertemu dengan Kang Chi.

Ayahnya, Wol Ryung.

Sementara itu Yeo Wool meminta Gonita-nim untuk mengajarinya menanak nasi. Gonita heran mendengar permintaan Yeo Wool yang tiba-tiba.

Kang Chi menatap penampilan Wol Ryung yang sudah tidak hitam-hitam dan bertanya apakah ini wujud asli Wol Ryung? Wol Ryung mengangguk. Sepertinya baju Wol Ryung menyesuaikan dengan dia iblis atau tidak.

Saat Kang Chi bertanya tentang keadaan ibunya, Wol Ryung hanya menjawab, "Mulai sekarang, ia akan selamanya bersama denganku. Kami tak akan terpisah lagi."

Kang Chi pun bertanya apakah ibunya memang mengkhianati Wol Ryung? Wol Ryung menjawab kalau ia mungkin yang lebih dulu menghancurkan kepercayaan Seo Hwa padanya, karena ia takut kalau Seo Hwa akan mengkhianatinya, "Aku menjadi iblis seribu tahun mungkin bukan salah siapapun, tapi karena hatiku sendiri.  Ketakutanku sendiri yang membuatku menjadi seorang iblis."

Kang Chi merasa ia harus membenci seseorang atas nasib yang ia terima, tapi ia tak tahu harus menyalahkan siapa. Pada putranya ia meminta agar Kang Chi melepaskan perasaan dendam itu karena perasaan dendam itu menyalahi hukum alam, "Percayalah pada karma. Orang akan mendapatkan balasannya saat mereka menjalani hidup."

Mendengar jawaban itu, Kang Chi tersenyum dan berkata kalau Wol Ryung berkata seperti layaknya makhluk gaib yang hidup abadi. Wol Ryung balas tersenyum dan bertanya tentang keinginan Kang Chi untuk menjadi manusia kembali. Kang Chi membenarkan. Maka Wol Ryung pun berpesan,

"Janganlah takut pada apa yang kau pilih. Saat kau ragu dan takut akan kehilangan, maka kau akan kehilangan segalanya."

Kang Chi mengangguk mengerti. Wol Ryung pun menghampiri putranya, dan memegang bahunya. Sama seperti yang pernah dilakukan Tuan Park dan Lee Soon Shin padanya. Kang Chi merasakan sentuhan itu.

Saat Wol Ryung melepaskan tangannya dan beranjak pergi, Kang Chi pun bertanya, "Apakah ini pertemuan kita yang terahir kali?

Tanpa menoleh, Wol Ryung menjawab, "Mungkin."

"Tapi sewaktu-waktu.. sewaktu waktu.," mata Kang Chi berkaca-kaca, "Aku akan merindukanmu."

Wol Ryung berbalik dan tersenyum menatap putranya untuk yang terakhir kalinya. Dan ia pun berbalik dan berjalan pergi.

Kang Chi memandangi ayahnya untuk yang terakhir kali. Pandangannya tak pernah lepas menatap punggung ayahnya. Biksu So Jung muncul dan menepuk pundaknya, mencoba menghiburnya. Dalam hati Kang Chi berkata, Sekali lagi, perpisahan setelah pertemuan."

Oh My.. jika boleh dihitung, berapa perpisahan yang sudah dialami oleh Kang Chi? Ayah yang menemukannya di sungai, ibu kandungnya, ayah kandungnya..

Wol Ryung kembali ke Taman Cahaya Bulang, di rumah tempat Seo Hwa terbaring kaku. Wol Ryung duduk di samping Seo Hwa, mengenggam tangannya yang sudah dingin. Tempat tidur mereka sudah dihiasi oleh tanaman yang bunganya sangat disukai oleh Seo Hwa.

Tetap menggenggam tangan itu, ia pun berbaring di samping Seo Hwa. Dan menutup mata.

Butiran cahaya biru muncul memenuhi rumah mereka. Berterbangan hingga keluar dari jendela, menyentuh setiap tanaman yang ada di luar sehingga merambati gua yang menjadi rumah mereka, dan menutup Taman Cahaya Bulan itu untuk selamanya.

Jo Gwan Woong masih termenung, sama seperti hari sebelumnya. Pengawal Seo masuk dan memberitahu kalau Pil Mo telah menangkap seorang penyusup dan sekarang akan dibawa kepada Jo Gwan Woong.

Muncullah Pil Mo yang membawa Tae Soo dan mengatakan kalau Tae Soo sering memata-matai kegiatan mereka. Ia membawa Tae Soo agar Jo Gwan Woong dapat melakukan interogasi.

Biksu So Jung skeptis mendengar keinginan Kang Chi yang ingin mencari Buku Keluarga Gu. Bukankah ia sebelumnya pernah mengatakan kalau Kang Chi harus mengendalikan kemampuan gaibnya terlebih dahulu?

Tanpa banyak kata, Kang Chi pun menutup mata dan melepas gelangnya. Kemudian salah satu matanya terbuka, mengintip  dulu, dan saat mata satunya terbuka, ia tersenyum.

Biksu So Jung terkejut melihat Kang Chi tetap seperti semula, "Bagaimana kau bisa melakukannya dengan sangat cepat?"

Kang Chi tersenyum bangga.

Ha. Ini nih calon lulusan Moo Hyung Do. Sepertinya Moo Hyung Do bisa menarik banyak murid, para makhluk gaib lainnya, dengan mengeluarkan iklan. Menerima calon mahasiswa makhluk gaib. Akan lulus ujian mengendalikan kekuatan gaib dengan singkat. Garansi 100%

"Saya sudah bisa mengendalikannya. Seperti yang dulu pernah dijanjikan, maukah Anda mengajarkan bagaimana cara untuk memperoleh Buku Keluarga Gu?" tanya Kang Chi bersemangat.

Biksu So Jung membawanya ke perpustakaan dan memberikan buku yang dulu pernah ia berikan pada Wol Ryung. Kang Chi sudah bersemangat, ingin membuka buku itu, tapi Biksu So Jung menahannya.

"Pikirkan lagi, Kang Chi. Apakah kau benar-benar ingin menjadi manusia?"

"Saya sudah berpikir ribuan kali. Saya harus menjadi manusia," Kang Chi hendak membuka buku itu lagi.

Biksu So Jung kembali menahan, "Kau baru merasakan hidup sebentar menjadi makhluk gaib. Belum terlambat jika kau mau hidup seperti itu."

"Aku ingin hidup menua bersama Yeo Wool," kata Kang Chi sambil tersenyum. Biksu So  Jung pun mengalah. Ha.. siapa juga yang tahan jika melihat senyum Kang Chi.

Kang Chi pun membuka-buka buku itu. Biksu So Jung pun memberitahukan pantangannya. Selama 100 hari, tidak boleh membunuh satu makhluk pun (Aku percaya bisa melakukannya). Jika ada manusia yang membutuhkan bantuan, Kang Chi harus mau membantu (Aku juga percaya bisa melakukannya).

Dan yang ketiga adalah, Kang Chi tak boleh menunjukkan wujud aslinya pada manusia. Yang artinya tak ada satu manusia pun yang boleh tahu kalau Kang Chi adalah makhluk gaib.

Untuk syarat itu, Kang Chi tertegun. Karena sudah banyak orang yang mengetahui jati dirinya. Menurut Biksu So Jung, Kang Chi harus meninggalkan orang-orang yang mengenalnya dan pergi ke satu tempat baru.

"Tapi setelah 100 hari, aku bisa kembali lagi, kan?" tanya Kang Chi berharap.

"Selama ini tak ada yang pernah berhasil melakukan hal ini," kata Biksu So Jung mengecilkan harapan Kang Chi. "Contohnya saja ayahmu, Wol Ryung."

Kang Chi tetap bersikukuh untuk mencari buku  itu, karena ia tak bisa membayangkan hidup tanpa Yeo Wool, dan ia ingin menua bersama Yeo Wool. Mendengar hal ini Biksu So Jung menghela nafas, "Kau benar-benar tak tahu, ya?"

Biksu So Jung akhirnya memberitahu ramalan yang dulu pernah ia katakan pada Yeo Wool kalau Kang Chi dan Yeo Wool harus menghindari takdir pertemuan mereka. Jika tidak, maka salah satu dari mereka akan mati.

Yeo Wool sepertinya benar-benar Miss Clumsy di dapur. Hanya untuk menanak nasi saja, dapur sudah sangat berantakan. Gonita benar-benar frustasi menghadapi Yeo Wool yang benar-benar kaku.

Tapi Yeo Wool juga tak tahu bagaimana ia bisa sekikuk itu, "Kenapa bisa tanganku yang hanya menyentuh guci, gucinya langsung pecah?"

Bwahahaha... kok bisa ya? Tapi yang membuat mereka cemas, guci yang dipecahkan Yeo Wool itu adalah guci obat khusus milik Guru Gong Dal.

Dan yang dikhawatirkan langsung muncul. Guru Gong Dal, sang pemilik dapur kaget melihat dapurnya berantakan, "Apa yang kalian lakukan di dapurku?"

Gonita-nim panik, namun mencoba untuk tetap tenang saat menjawab, "Saya sedang mengajar, Guru."

Yeo Wool pun menambahkan kalau gurunya sedang mengajarkannya tentang makanan. Dan diam-diam, iapun menendang pecahan guci obat ke bawah meja.

Begitu pula Gonita-nim yang ikut-ikutan menendang pecahan guci sisanya. Hihihi.. Gonita-nim jadi ikutan bandel, nih..

Kang Chi tak percaya pada kata-kata Biksu So Jung yang mengatakan karena Kang Chi adalah makhluk abadi, maka yang mati terlebih dulu adalah Yeo Wool. Kang Chi mengatakan kalau ia akan menyelamatkan Yeo Wool seperti dulu, dengan darahnya, "Aku sudah pernah melakukan hal itu sebelumnya."

Tapi lagi-lagi  Biksu So Jung memberitahukan sesuatu hal yang belum diketahui Kang Chi. Kang Chi hanya bisa menggunakan hanya sekali saja untuk satu orang dengan menggunakan darah gaib, "Itu berarti kau hanya bisa menyelamatkan orang itu sekali saja. Kau tak dapat menyelamatkannya untuk kedua kali. Jadi menyerah dan pergilah."

Kang Chi tak mau, "Bagaimana jika aku berhasil menjadi manusia setelah menemukan buku keluarga Gu? Bukankah takdir itu juga akan berubah?"

"Takdir itu bukanlah takdirmu, tapi takdir Nona Yeo Wool," kata Biksu So Jung dan menjelaskan takdir Yeo Wool yang harus menghindari  orang yang ia temui di dekat pohon sakura di bawah bulan sabit.

Kang Chi teringat saat ia diselamatkan oleh seseorang di malam bulan sabit bersinar dan tertegun, "Tak mungkin..Apakah orang itu .. adalah Yeo Wool?"

Biksu So Jung mengatakan kalau menemukan Buku keluarga Gu memang tergantung pada Kang Chi, tapi takdir Yeo Wool tak dapat berubah karena Kang Chi.

Kang Chi pulang dengan hati galau. Sementara Yeo Wool sudah menungguinya di halaman, Kang Chi malah duduk di tangga depan gerbang, tak mau masuk.

Yeo Wool pun akhirnya keluar dan menemukan Kang Chi duduk termenung. Ia pun menduga kalau Kang Chi sedang memiliki masalah karena duduk di luar. Tapi Kang Chi menyembunyikan perasaannya dan berkata kalau Yeo Wool pun juga sendirian di luar. Itu karena Yeo Wool sedang menunggu Kang Chi untuk memberikan permintaan pertamanya.

Yeo wool pun membawanya ke dapur dan dengan bangga ia menarik taplak penutup makanan yang telah ia siapkan "Bersiaplah untuk terkesima. Nasi pertama yang dimasak oleh Dam Yeo Wool!"

Kang Chi tertegun melihatnya. Tertegun karena di atas meja ada nasi dan kimchi. Sudah, itu saja. Tapi Yeo Wool benar-benar menyombongkan nasi yang ia buat itu, "Bukankah ini kelihatan sangat enak? Ayo cepat makan!"

Kang Chi heran menatap Yeo Wool yang bersemangat dan bertanya, "Jadi kau hanya memasak nasi?"

Yeo Wool malah menghardik Kang Chi, "Hohoh.. Apakah kau tahu betapa lamanya aku membuat nasi ini?"

Kang Chi pun mengambil sendok dan mulai menyuap sesendok besar ke dalam mulutnya. Ia pun mengangguk-angguk setuju sambil terus mengunyah. Ia berhenti mengunyah saat terdengar suara gemelutuk di mulutnya dan terasa itu bukan nasi.

Ahh.. ada batu

Yeo Wool yang mendengar pun langsung mengulurkan tangan, meminta Kang Chi untuk mengeluarkannya. Tapi Kang Chi malah berkata kalau ia tak mendengar apapun, langsung menelan bulat-bulat nasi itu dan berkata kalau ia hanya merasakan kelezatan, "Mungkin karena kau yang membuatnya, sehingga batu pun terasa enak."

Eaaa.... Kang Chi makin pinter ngegombal, deh..

Yeo Wool tersenyum mendengar ucapan Kang Chi. Tapi dalam hatinya ia masih merasakan kegelisahan yang sama,

"Kita hanya dapat menghabiskan waktu selama 3 hari mulai sekarang."

"Kau dan aku.. salah satu dari kita akan mati."

"Apakah aku mampu mengantar kepergianmu?"

"Apa yang harus kulakukan, Yeo Wool?"

Episode-22.2        

Sejenak mereka berpandangan, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi kemudian Yeo Wool memecahkan keheningan dengan menanyakan permintaan Kang Chi yang kedua. Belum sempat Kang Chi menyebutkan, muncul Sung yang memberitahukan kalau ada tamu yang datang untuk menemui Kang Chi.

Ternyata tamu itu adalah Man Bo yang muncul dengan wajah panik. Kedatangan Man Bo itu berkaitan dengan Tae Soo yang ditangkap Jo Gwan Woong.

Tapi ternyata Tae Soo sangat tenang menghadapi Jo Gwan Woong. Ia mengakui kalau ia adalah mata-mata ganda dan ia hanya mencari keuntungan untuk dia sendiri.

Jo Gwan Woong pun penasaran apa yang sebenarnya yang diinginkan Tae Soo dengan melakukan itu. Tae Soo pun tersenyum dan menawarkan kerja sama dengan Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong mencemooh Tae Soo, "Apa kau tak paham, kalau aku bisa menggorok lehermu saat ini juga?"

Tapi Tae Soo pun punya kartu as, "Saat Anda menggorok leher saya, begitu juga hidup Anda juga akan segera berakhir, Tuan. Setahu saya Anda akan segera mati oleh pedang Laksamana Lee Soon Shin."

Jo Gwan Woong heran sekaligus bingung melihat rasa percaya diri yang ditunjukkan Tae Soo.

Kang Chi melaporkan informasi dari Man Bo ini pada Guru Dam. Dan bersama-sama, mereka berempat pergi ke Pangkalan Angkatan Laut untuk menemui Lee Soon Shin.

Dan ternyata masalah itu tak hanya Tae Soo yang ditangkap. Lee Soon Shin memberitahukan ketika malam saat Wol Ryung masuk desa dan menyerang, peta yang Kang Chi ambil dicuri dan ia menduga kalau itu adalah ulah dari ninja Jepang.

Memang benar. Pemimpin Samurai menyerahkan peta itu pada Pil Mo. Ia juga memberitahukan kalau saat ia ada di ruangan Lee Soon Shin, ia melihat sebuah model perahu yang bentuknya aneh. Ia tak pernah melihat bentuk perahu itu sebelumnya.

Pil Mo terkejut dan ia pun mengeluarkan denah kapal yang diberikan Jo Gwan Woong padanya. Pemimpin samurai itu membenarkan kalau perahunya mirip seperti itu. Pil Moo tak menyangka kalau Lee Soon Shin akan benar-benar membuat perahu itu, "Apakah kau benar-benar melihatnya?"

"Aku melihat dengan kedua mataku sendiri," jawab pemimpin samurai itu yakin.

Model perahu yang dilihat oleh pemimpin samurai itu memang ada di ruangan Lee Soon Shin, karena sekarang Lee Soon Shin menunjukkan model perahu itu pada keempat tamunya. Kang Chi terkesima melihat bentuk perahu itu dan Lee Soon Shin memberitahukan kalau itu adalah perahu kura-kura.

Perahu itu masih perlu diuji coba beberapa kali namun pada pertengahan bulan ini, kapal yang sebenarnya akan selesai dibuat. Kang Chi benar-benar terkesima dengan penjelasan Lee Soon Shin.

Lee Soon Shin pun memberitahukan kabar baiknya. Denah rancangan asli dari perahu itu aman di dalam ruang rahasia, dan..

Lee Soon Shin menarik kain penutup yang tergantung di tembok dan tarraaa....

Peta yang mirip dengan yang tercuri sekarang tertempel di tembok, "Peta yang mereka curi adalah yang palsu."

Whoaa... keren. Lee Soon Shin ini benar-benar pintar. Ia sudah merubah semua informasi di peta palsu itu sehingga Goon Bon tak dapat menentukan kekuatan tentara mereka yang sebenarnya.

Kang Chi yang memikirkan keselamatan Tae Soo, meminta Lee Soon Shin memberi perintah padanya untuk mengeluarkan Tae Soo yang ditahan oleh Jo Gwan Woong.

Yeo Wool menatap Kang Chi yang sangat setia kawan pada Tae Soo, sementara Lee Soon Shin.. hmmm.. apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya sekarang?

Itu juga mungkin yang dipikirkan oleh Jo Gwan Woong, karena ia berpikir lama, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menemui Tae Soo dan bertanya apa yang diinginkan Tae Soo darinya.

Tae Soo pun berkata, "Setelah mengungkap kematian ayahku yang tak adil, mengembalikan penginapan kembali, dan juga mengembalikan adikku, maka Anda bisa mendapatkan hidup Anda kembali."

Jo Gwan Woong mengancam kalau ia akan membunuh Tae Soo jika Tae Soo memberikan informasi palsu atau tak penting.

"Laksamana Lee Soon Shin memiliki daftar orang yang diberikan Ja Hong Myung," informasi ini tentu saja mengejutkan Jo Gwan Woong karena selanjutnya Tae Soo juga mengatakan, "Daftar tentang  11 orang yang bergabung dengan Anda setelah mendapat uang sogokan dari Goong Bon dan sebentar lagi orang-orang itu akan diinterogasi oleh Lee Soon Shin. Dan jika salah satu dari  mereka menyebutkan nama Anda, apa yang akan terjadi?"

Jo Gwan Woong geram dan bertanya apa solusinya. Tae Soo pun mengusulkan untuk membunuh mereka semua sebelum Lee Soon Shin menangkap mereka, "Hanya itu satu-satunya jalan keluar yang ada."

Ternyata benar. Lee Soon Shin memang memiliki daftar itu dan sesuai ucapan Tae Soo, Lee Soon Shin sudah menyuruh anak buahnya untuk membawa orang-orang itu ke markas mereka.

Ia meminta Guru Dam untuk mengawasi gerak-gerik para pedagang Jepang dan juga Jo Gwan Woong. Dan ia memberikan tugas yang berbeda untuk untuk Gon, Yeo Wool dan Kang Chi.

Anak buah Lee Soon Shin pun mendatangi rumah orang-orang yang ada di dalam daftar itu. Tapi ternyata satu per satu orang itu sudah tewas terbunuh. Mereka kalah cepat dengan pengawal Jo Gwan Woong yang memang berniat untuk menyelesaikannya sebelum berganti hari.

Pil Mo datang untuk menemuinya. Ia sudah mendengar kalau sekutu-sekutu mereka dibunuh oleh Jo Gwan Woong dan menuntut penjelasan dari Jo Gwan Woong.

Jo Gwan Woong pun mengatakan kalau hal ini terjadi karena Pil Mo tak berhasil membunuh Seo Hwa yang akhirnya menyerahkan kesebelas nama para pejabat kepada Lee Soon Shin, "Jika sesuatu terjadi padaku, maka kau pun juga akan dieksekusi."

Pil Mo terdiam, menyadari kegentingan ini. Dan menurut Jo Gwan Woong, Hubungan kerja sama dapat dbangun kembali, yang  paling penting adalah menyelamatkan nyawa mereka terlebih dahulu."

Pengawal Seo melaporkan kalau tiga orang yang masih hidup ingin bertemu dengan Jo Gwan Woon dan mereka sekarang ada di Chunhwagwan, "Jika mereka tak bisa bertemu dengan Tuan, mereka akan pergi ke Markas Angkatan Laut untuk menemui Laksamana Lee Soon Shin."

Rupanya prinsip ketiga sekutu itu juga sama dengan Jo Gwan Woong. Yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa terlebih dahulu.

Lee Soon Shin pun mendapatkan informasi tentang keberadaan tiga orang tersisa ini dari Soo Ryun. Maka ia pun memutuskan untuk segera pergi ke Chunhwagwan untuk menemui mereka dengan membawa 10 tentara yang paling ahli.

Jo Gwan Woong dan Lee Soon Shin sama-sama pergi ke Chunhwagwan. Siapa yang paling cepat?

Gon, Kang Chi dan Yeo Wool mengintip kepergian Jo Gwan Woong.  Mereka berniat pergi ke paviliun dan Yeo Wool mengusulkan untuk ia masuk terlebih dahulu. Tapi Kang Chi mencegahnya. Ia tak ingin Yeo Wool masuk ke dalam, "Kau ingin aku mengatakan permintaan keduaku, kan? Tunggulah aku di sini. Itulah permintaan ketigaku."

Yeo Wool mengatakan kalau permintaan itu tak berlaku sekarang. Mereka sekarang sedang mengerjakan tugas penting dari Lee Son Shin. Tapi Kang Chi mengatakan kalau janji tetaplah janji, "Sampai Gon dan aku kembali, kau tetap tinggallah di sini."

Yeo Wool protes kan keputusan Kang Chi yang sepihak.Tapi Kang Chi tetap pada keputusannya. Hanya dia dan Gon yang akan masuk dan menyelesaikan tugas dari Lee Soon Shin, "Aku akan segera kembali."

Ketiga orang itu sekarang sedang dilayani oleh para gisaeng. Tapi mereka tak menikmati hiburan itu. Mereka cemas dan terus menerus menanyakan kedatangan Jo Gwan Woong.

Mereka pun bertanya-tanya apakah mereka memihak pada kubu yang salah, dan berniat untuk pindah kubu. Chung Jo muncul menyapa dan menyapa mereka. Rupanya Soo Ryun berniat menyusupkan Chung Jo di antara para gisaeng untuk memata-matai apa yang akan terjadi.

Tapi hal itu tak bisa dilakukan karena Jo Gwan Woong muncul dengan anak buahnya. Ia memerintahkan para gisaeng untuk keluar, termasuk Chung Jo. Ada hal yang penting yang akan ia bicarakan. Ketiga pejabat itu lega melihat kedatangan Jo Gwan Woong.

Mereka pun melaporkan apa yang mereka tahu. Teman-teman mereka sudah tewas dan hanya tersisa mereka saja. Mereka menduga ini adalah ulah Lee Soon Shin. Tentu saja Jo Gwan Woong membantahnya, karena Lee Soon Shin tak mungkin akan membunuh mereka, "Setelah menangkap salah satu dari kalian, ia akan menginterogasi hingga namaku disebut."

Mereka terkejut karena itu berarti orang yang membunuh mereka adalah orang yang tak ingin namanya tersebut, dan itu berarti, "Mungkinkah Anda yang .."

Belum sempat mereka menyelesaikan kalimatnya, muncul pengawal Jo Gwan Woong yang membunuh mereka dari belakang. Jo Gwan Woong menatap mayat-mayat itu dengan kalem dan berkata, "Untuk tetap hidup, seseorang harus tahu bagaimana menyingkirkan sebuah gangguan."

Di luar, Jo Gwan Woong bertemu dengan Lee Soon Shin yang terlambat datang. Jo Gwan Woong pun jumawa dan mengoloknya karena seorang laksamana mau masuk ke rumah gisaeng.

Lee Soon Shin mengatakan tujuannya kemari karena ia menerima laporan adanya mengkhianati negara demi Jepang, dan ia akan menangkap mereka. Jo Gwan Woong pun memuji Lee Soon Shin yang bekerja giat demi negara.

Terdengar teriakan gisaeng yang muncul dan berteriak panik. Lee Soon Shin pun menyuruh anak buahnya untuk memeriksa. Dan ternyata ada mayat di dalam rumah gisaeng, dan anak buahnya itu memastikan kalau mayat-mayat itu adalah para pengkhianat itu.

Jo Gwan Woong tersenyum menang. Tapi senyumnya hilang saat Lee Soon Shin bertanya retoris, "Apa kau tahu strategi 2 harimau? Biarkan  dua harimau berkelahi hingga aku mendapatkan apa yang aku mau tanpa bersusah payah."

Dan wajah Jo Gwan Woong berubah marah saat Lee Soon Shin mengatakan kalau ia senang bisa melenyapkan 11 pengkhianat tanpa interogasi yang berbelit-belit.

Jo Gwan Woong melihat kemunculan Tae Soo dan ia sadar apa yang sebenarnya terjadi. Melihat wajah Jo Gwan Woong, Lee Soon Shin menyindirnya, "Mengapa kau terdiam? Apa kau juga terlibat dalam kasus ini juga?"

Hahaha.. Jo Gwan Woong benar-benar merasa terjebak. Nauri..  Itulah sebabnya mengapa dramanya IU diberi judul The Best Lee Soon Shin dan bukannya The best jo gwan woong.

Tak ada yang bisa dilakukan Jo Gwan Woong selain mengancam Lee Soon Shin, jika Lee Soon Shin memang berniat mencari gara-gara maka Lee Soon Shin harus bersiap-siap. Lee Soon Shin pun menjawab dengan kalem, "Aku mungkin harus akan bersiap-siap. Kalau begitu, hati-hatilah di jalan."

Jo Gwan Woong pun keluar, setelah melengos pada Tae Soo yang juga tersenyum menang. Lee Soon Shin mengangguk dan tersenyum memuji Tae Soo.

Kang Chi dan Gon menyusup masuk ke pavilion Goong Bon. Namun mereka disergap oleh para ninja. Terjadilah pertempuran, dan Kang Chi pun melepaskan gelangnya sehingga ia bisa dengan mudah mematahkan serangan para ninja itu. Bahkan ia pun sempat menahan serangan para ninja yang mengepung Gon.

Yeo Wool, yang menunggu di luar, ternyata tak luput dari serangan ninja itu. Ia mencoba bertahan, namun salah satu ninja itu berhasil melukainya. Ia pun lari masuk ke dalam penginapan.

Di sana ia melihat lebih banyak ninja yang menyerang Kang Chi dan Gon. Dan ia pun masuk ke dalam pertempuran itu untuk membantu keduanya.

Kang Chi sibuk mengalahkan semua ninja itu. Dan ia merasa ada seseorang di belakangnya. Refleks, ia langsung mencakarnya.

Dan terpana.

Begitu pula Yeo Wool yang lengannya terkena cakar Kang Chi. Ia terbelalak, dan menangis merasakan luka itu.

Kang Chi juga tertegun, hatinya mencelos, tak percaya kalau ternyata tangannya sendiri yang melukai Yeo Wool, hal yang paling ia hindarkan. Air matanya menetes, menyadari kalau dirinyalah yang membuat Yeo Wool terluka.

Yeo Wool terjatuh lemas, untung Gon menangkapnya. Para ninja mulai menyerang mereka, tapi suara pimpinan samurai menghentikan mereka.

Gon bertanya apakah dia adalah Kageshima? Pemimpin samurai itu mengangguk (eihh.. dia ngerti bahasa Joseon) dan mengiyakan (dalam bahasa Jepang). Gon pun menyerahkan surat dan berkata kalau ia disuruh mengantarkan surat itu. Salah seorang ninja mengambil surat itu dan ia berikan pada Kageshima yang segera dibaca.

Setelah pulih dari kagetnya, Kang Chi segera menghampiri Yeo Wool dan merobek lengan baju Yeo Wool. Dengan batu yang ia pungut, ia menyayat tangannya hingga berdarah dan darah itu ia kucurkan ke lengan Yeo Wool yang terluka. Tak terjadi apapun.

Kata-kata biksu So Jung terngiang kembali, kau hanya bisa menggunakan darah gaibmu sekali saja untuk menyembuhkan orang itu.

"Kumohon.. kumohon..," Kang Chi menatap darah itu penuh harap. Tapi luka Yeo Wool tetap menganga.

Dan tangannya kembali pulih seperti sedia kala. Yeo Wool menggelengkan kepala, meminta Kang Chi tak melukai dirinya. Tapi tidak. Kang Chi tetap tak putus asa. Ia kembali menyayat tangannya lagi, dan ia kucurkan lagi ke luka Yeo Wool.

Tapi luka itu tetap menganga. Kang Chi berteriak frustasi melihat hanya luka di tangannya kembali menutup. Sekuat tenaga ia menghantamkan batu itu ke tangannya.

Tapi Gon menahan tangannya, "Hentikanlah hal itu sekarang."

"Kang Chi-ya.." pinta Yeo Wool lemah.

Dan Kang Chi berhenti. Ia menangis melihat Yeo Wool yang terkulai lemah. Seperti bukan tangannya yang tersayat batu. Tapi hatinya.

Mereka telah kembali ke Moo Hyung Do dan lengan Yeo Wool sudah dibalut oleh Guru Gong Dal. Gon hanya bisa memperhatikan dalam diam.

Guru Dam muncul dan mencemaskan keadaan putrinya yang katanya terluka parah karena Kang Chi. Dengan wajah ceria, Yeo Wool menenangkan ayahnya kalau sekarang ia baik-baik saja dan Kang Chi sibuk melawan musuh, "Ia tak membiarkanku masuk karena khawatir aku terluka. Aku tak mendengarkan, malah masuk dan akhirnya terluka."

Guru Gong Dal juga mencoba menenangkan rekannya kalau luka Yeo Wool akan segera membaik. Gon hanya diam mendengar hal ini dan pergi meninggalkan ruangan.

Di luar ia bertemu dengan Kang Chi. Tampak sekali kalau perasaan Kang Chi sangatlah kacau. Ia tersenyum, mencoba menghibur temannya, tapi Kang Chi tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan Gon.

Jo Gwan Woong membanting semua barang-barangnya karena lagi-lagi rencananya gagal. Ini bukan yang pertama kalinya ia tantrum. Yang pertama adalah saat ia kehilangan peraknya Tuan Park.

Hmm.. kalau kejadian lagi, yang ketiga dapat piring cantik, loh..

Atas permintaan Jo Gwan Woong, Pil Mo datang dan bertanya apa yang diinginkan oleh Jo Gwan Woong sekarang. Dengan geram Jo Gwan Woong berkata, "Berikan 10 ninja terbaikmu. Lee Soon Shin, aku harus membunuhnya."

Yeo Wool mencari-cari Kang Chi. Tapi Kang Chi tak ada di kamarnya. Juga di dapur.

Ternyata Kang Chi masih terduduk di tempatnya tadi.

Yeo Wool mengagetkan Kang Chi. Tapi keceriaan Yeo Wool tak menular ke Kang Chi dan Yeo Wool pun menyadarinya, "Aku tahu kau pasti akan seperti ini."

Kang Chi bertanya muram, "Bagaimana lukamu?"

"Tak terasa sakit sedikitpun. Obat-obatan Guru Gong Dal sangatlah banyak. Aku telah minum ramuan dan lukaku juga diolesi obat. Lukaku sudah tak berdarah lagi dan aku juga sudah sadar," kata Yeo Wool tetap ceria.

Kata-kata Yeo Wool tak merubah suasana hati Kang Chi. Kang Chi malah bangkit dan mengajak Yeo Wool segera masuk.

"Kang Chi-ya," Yeo Wool mencoba menghibur. "Kenapa kau seperti ini? Ini bukanlah kesalahanmu!"

"Pikiranku sedang tak benar. Aku seperti hilang kendali saat aku berkelahi dan mencium bau darah.

"Kang Chi-ya.."

"Lain kali mungkin akan lebih parah daripada luka di lengan," kata Kang Chi tanpa menoleh pada Yeo wool, ".. bahkan aku mungkin bisa membunuhmu."

Yeo Wool langsung menebak kalau Kang Chi sudah mendengarnya. Dan Kang Chi pun membenarkan dengan berkata, "Orang yang kau temui di bawah bulan sabit dan pohon sakura itu membahayakanmu," Kali ini Kang Chi menatap Yeo wool, "Dan orang itu adalah aku. Jika kau tahu hal itu kenapa kau tak segera pergi?!"

"Takdir yang tak penting itu.." jawab Yeo Wool, "Aku tak pernah merasa takut pada takdir itu."

"Kau bisa mati!"

"Aku tak ingin kehilanganmu hanya karena takdir yang kita tak tahu kebenarannya."

Suara ayahnya terngiang di benak Kang Chi, Saat kau merasa takut, saat itulah kau akan kehilangan segalanya.

Dan kali ini ia menjawab, Tapi saya sekarang merasa takut. Yeo Wool dapat mati.

Yeo Wool menatap dan memohon, "Kang Chi-ya.."

Kang Chi tak dapat menahan air matanya saat ia berkata, "Takdir kita.. berhenti sampai di sini."

Yeo Wool tertegun mendengar ucapan Kang Chi, tak percaya mendengar Kang Chi yang berkata, "Dam Yeo Wool.. itulah permintaanku yang ketiga."

Episode-23.1        

Kilas balik pada Park Mu Sol yang tersenyum. Seo Hwa tersenyum sambil menggenggam tangan Kang Chi dengan kehangatan seorang ibu. Wol Ryung menaruh tangannya di pundak Kang Chi lalu tersenyum sedih dan pergi meninggalkan puteranya.

"Aku tidak ingin lagi mengucapkan selamat tinggal. Dia satu-satunya orang yang berani kunyatakan sebagai milikku. "

Kilas balik pada ucapan Kang Chi di hutan, bahwa ia takut kehilangan Yeo Wool. Lalu kata-kata So Jung bahwa salah satu dari mereka akan mati, karena itu ia harus meninggalkan Yeo Wool. Dan malam ini, Yeo Wool terluka karena tidak sengaja terkena cakar Kang Chi.

"Aku ingin memastikan ia tidak akan mengeluarkan air mata yang dipenuhi kesedihan. Tapi...Yeo Wool mungkin akan mati."

Maka Kang Chi mengatakan pada Yeo Wool bahwa hubungan mereka berakhir di sini. Air mata menetes di pipi Yeo Wool, setengah tak percaya dengan apa yang baru saja Kang Chi katakan.

"Ini adalah keinginanku yang ketiga, Dam Yeo Wool," Walau hatinya terasa sangat sakit, Kang Chi mengucapkan kata-kata itu dengan tegas. Lalu ia berbalik pergi.

"Mengapa kau seperti ini?" sergah Yeo Wool. "Jika kau bilang berakhir maka semuanya berakhir? Jika kau memutuskan hubungan perasaan maka semuanya berakhir begitu saja? Bagaimana bisa begitu? Apa kau bisa?"

"Apa lagi yang bisa kulakukan? Kau mungkin akan mati!" Kang Chi tak tahan lagi mengungkapkan isi hatinya.

"Semua orang pasti mati. Beberapa orang panjang umur lalu mati secara alami. Beberapa orang mati lebih awal karena penyakit. Seperti ibuku, orang bisa mati saat melahirkan. Seperti Park Mu Sol, orang bisa mati karena melindungi seseorang. Kau mungkin tahu kapan kau dilahirkan, tapi tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahu kapan mereka akan mati." (eeeeppp...apa writer-nim baca surat Dee buat So Jung ya???)

"Tapi ini kau!! Dari semua orang, kau mungkin akan mati. Dan dari semua alasan, kau mungkin akan mati karena aku! Bagaimana aku bisa tinggal di sisimu? Hidupmu yang menjadi taruhan di sini. Bagaimana bisa...."

Yeo Wool berkata mengapa mereka harus seperti ini untuk hal yang bahkan belum terjadi. Kang Chi berkata So Jung sudah memberinya peringatan sebelum Tuan Park meninggal. Ia mengabaikan peringatan itu dan karena itulah Tuan Park meninggal.

"Itukah sebabnya kau hendak pergi dariku sekarang?" tanya Yeo Wool.

Kang Chi meraih tangan Yeo Wool yang terluka. Apa Yeo Wool tidak melihat akibat perbuatannya? Jika ia meleset sedikit saja, ia mungkin sudah merobek jantung Yeo Wool.

"Apa kau tahu saat ini kata-katamu lebih merobek hatiku?" tanya Yeo Wool pedih.

"Luka akan menutup dan sembuh seiring berjalannya waktu. Tapi kematian bukanlah sesuatu yang bisa dipulihkan. Jika aku benar-benar harus kehilanganmu...jika itu karena aku... aku tidak akan bisa menanggungnya. Aku tidak akan bisa hidup dengan baik."

"Kang Chi-ah.."

"Karena itu Yeo Wool, lakukan seperti yang kukatakan. Esok pagi aku akan berpamitan pada Guru dan aku akan pergi dari sini," Kang Chi memegang pundak Yeo Wool.

Kang Chi menguatkan hatinya lalu pergi meninggalkan Yeo Wool. Setelah Kang Chi tak lagi terlihat, barulah tangis Yeo Wool pecah.

Gon melihatnya dengan sedih. Seseorang berdiri mengawasi di balik pohon. Gon bisa merasakannya dan berbalik, tapi orang itu tidak ada.

Kang Chi pergi ke kediaman Lee Soon Shin. Saat Lee Soon Shin menemuinya, ia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa. Lee Soon Shin mengajaknya berjalan-jalan.

"Tuan, ada yang membuatku penasaran. Seandainya seorang yang paling Tuan cintai mungkin akan mati karena Tuan, apa yang akan Tuan lakukan? "

"Aku akan melakukan yang terbaik agar hal itu tidak terjadi."

"Bagaimana jika itu artinya aku harus meninggalkan orang itu? Jika orang itu hanya bisa hidup jika aku pergi, yang terbaik adalah aku meninggalkannya. Iya kan?"

Lee Soon Shin bertanya apa yang paling Kang Chi takuti.

"Kehilangan orang itu. Bahwa akan terjadi sesuatu padanya karena aku."

"Kalau begitu apa yang paling orang itu takutkan? Apa yang paling ditakuti oleh orang yang paling kaucintai?"

Belum sempat Kang Chi menjawab, tiba-tiba muncul beberapa orang ninja mengepung mereka.

Jo Gwan Woong meminjam 10 ninja pada Pil Mok untuk membunuh Lee Soon Shin. Pil Mok tidak mau meminjamkan karena misi mereka hanyalah membuat peta dan mengumpulkan informasi. Ia tidak mau terlibat dalam pembunuhan Lee Soon Shin.

Jo Gwan Woong berkata Pil Mok tidak perlu turun tangan sendiri untuk melakukan itu. Ia menyuruh seseorang masuk. Seseorang berpakaian hitam melangkah masuk. Ia adalah Senior Yoon. Senior yang paling membenci Kang Chi sejak awal karena Kang Chi bukan manusia. Rupanya ia telah didekati oleh Pengawal Seo dan telah disogok uang.

Tugas pertamanya saat itu adalah membuat Kang Chi dan Wol Ryung bertempur. Karena itu ia yang melaporkan penemuan banyak mayat di hutan pada Kang Chi, dengan tujuan agar Kang Chi mencari Wol Ryung (episode 19).

Pil Mok bertanya apa sebenarnya rencana Jo Gwan Woong.

"Lee Soon Shin akan dibunuh Choi Kang Chi," ujar Jo Gwan Woong. Hmmm....akal licik apa lagi ini >,<

Kang Chi melindungi Lee Soon Shin. Ia berkata ia akan menghadapi para ninja ini dan Lee Soon Shin diminta menyelamatkan diri.

"Tidak perlu melakukan itu, Kang Chi," kata Lee Soon Shin tenang. "Aku yang mengundang mereka."

Kang Chi bingung. Samurai bodyguard Seo Hwa muncul. Lee Soon Shin menyapanya.  

"Pejuang Goon Bon, Kageshima Lojyo. Benar, bukan?"

Kageshima menunduk hormat. Ia bertanya ada apa Lee Soon Shin memanggilnya.

"Untuk memberimu nasihat," kata Lee Soon Shin. "Aku memberimu waktu 3 hari. Dalam 3 hari ini tinggalkan tempat ini. Jika kau tidak pergi dalam 3 hari, tidak ada satupun dari pedagang Goon Bon yang akan kembali ke Jepang hidup-hidup. Dan juga mulai sekarang, selama aku menjadi laksamana Jeolla, pedagang Jepang dengan nama Goon Bon tidak akan menginjakkan kakinya di propinsi selatan dan aku juga tidak mengijinkan kegiatan mata-mata dalam bentuk apapun. Aku Lee Soon Shin pasti melakukannya. Jadi kembalilah ke negaramu sekarang."

Kageshima melaporkan kata-kata Lee Soon Shin pada Pil Mok. Pil Mok berang, beraninya Lee Soon Shin mengancam mereka padahal bukan dalam keadaan perang. Kageshima berkata jika mereka dalam keadaan perang, Lee Soon Shin tidak akan memberi peringatan dulu pada mereka dan akan langsung menyerang. Ia menyarankan agar mereka mundur. Tapi Pil Mok tidak setuju. Ia dan Jo Gwan Woong telah membuat kesepakatan.

Kang Chi dan Lee Soon Shin kembali ke kediaman Lee Soon Shin. Kang Chi bertanya bagaimana bisa Lee Soon Shin menemui orang-orang itu tanpa pengawalan sedikitpun. Untung saja ia ada di sana, apa yang akan terjadi jika tadi ia tidak datang?

"Mati tidaklah semenakutkan itu, Kang Chi. Apa yang benar-benar kutakutkan adalah bagaimana jika aku mengambil keputusan yang salah saat aku hidup. Dan melukai orang-orang tak bersalah. Itulah yang kutakuti. Jika perang terjadi, ratusan hingga ribuan, bahkan puluhan ribu jiwa akan menjadi taruhannya. Karena itu keputusan yang kubuat haruslah dengan sangat berhati-hati dan sungguh-sungguh. Aku berada dalam jurang kesendirian dan ketakutan, tapi ada satu alasan mengapa aku tidak menghindari tugas ini. Aku ingin melindungi."

Lee Soon Shin berkata para prajuritnya diminta untuk mengorbankan nyawa mereka demi negara ini. Karena itu ia ingin melindungi beban nyawa mereka. Dan untuk melindungi mereka, pilihan terbaik adalah berada di sisi mereka.

Mendengar itu, Kang Chi tersentak. Ia teringat percakapannya dengan Yeo Wool beberapa waktu lalu. Saat itu ia menanyakan apa yang paling ditakuti Yeo Wool.

"Hal yang paling kutakutkan?" Yeo Wool terdiam sejenak. "Kau."

"Aku?? Aku yang paling menakutkan?"

"Hmm..Satu hari nanti kau akan menghilang dari sisiku. Itulah yang paling kutakutkan."

Saat itu Kang Chi tersenyum dan bertanya mengapa Yeo Wool mengkhawatirkan hal semacam itu. Saat itu ia sama sekali tidak terpikir akan meninggalkan Yeo Wool seperti sekarang.

"Biasanya kau akan seperti itu jika kau menyukai seseorang. Kau mengkhawatirkan mereka sebesar kau menyukai mereka. Juga banyak rasa takut," kata Yeo Wool.

"Contohnya?"

"Bagaimana jika kau bosan padaku suatu hari nanti? Satu hari nanti aku akan menjadi tua dan lemah, dan kau mungkin akan mengabaikan aku karena aku telah menjadi perempuan tua."

Kang Chi tertawa.

"Tidak saja aku tidak bisa hidup tanpamu, tapi aku juga putera Wol Ryung. Siapa itu Wol Ryung? Seorang lugu yang menemukan cinta pertamanya setelah seribu tahun. Dan setelah menjadi iblis seribu tahun, ia tetap mengingat ibuku. Seorang romantis sejati. Ini turunan keluarga. Kami hanya bersama satu wanita tak peduli bagaimanapun juga (seperti Chul Soo Werewolf Boy dan Jacob Twilight ;p).

Karena itu pastikan kau tidak akan bosan padaku. Karena mataku hanya akan tertuju padamu....selamanya."

"Beneran beneran?" tanya Yeo Wool.

"Beneran beneran."

"Janji janji?"

"Janji janji," ujar Kang Chi sambil tertawa melihat kelucuan Yeo Wool. Saat itu Yeo Wool tersenyum dan tertawa sangat bahagia.

Kang Chi keluar dari kediaman Lee Soon Shin. Hanya satu nama yang keluar dari mulutnya. "Yeo Wool-ah..."

Yeo Wool hanya berbaring tanpa melakukan apapun. Gonita bertanya mengapa Yeo Wool seperti ini. Tiba-tiba Yeo Wool duduk.

"Choi Kang Chi si brengsek itu. Bagaimana bisa ia melakukan itu? Bukankah begitu, Nyonya?"

"Ya?" tanya Gonita bingung.

"Lupakan saja," Yeo Wool kembali berbaring. Gonita bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Dia bahkan bilang "beneran beneran" dan "janji janji". Bagaimana bisa hanya dengan satu kata dari biksu, ia melakukan ini padaku? Bukankah begitu, Nyonya?"

"Kau harus bilang apa yang terjadi supaya aku bisa mengerti, Nona," protes Gonita. "Aku tidak tahu apapun, benar-benar membingungkan. Ya?"

Yeo Wool berkata lupakan saja. Ia merasa hatinya seakan hendak meledak. Ia akan keluar berlatih pedang. Yeo Wool mengambil pedangnya lalu keluar dari kamar.

Di luar, ternyata Senior Yoon sudah menunggunya. Si pengkhianat itu berkata ada yang hendak ia katakan pada Yeo Wool dan meminta Yeo Wool mengikutinya. Nooo!!!

Untunglah Gonita mendengar mereka. Ia pergi keluar mencari Yeo Wool dan berpapasan dengan Gon. Ia bertanya apa Gon sempat melihat Yeo Wool. Bukankah sekarang sudah waktunya bagi Yeo Wool untuk beristirahat, tanya Gon.

"Seorang murid bernama Yoon mengajaknya keluar karena ada hal penting yang hendak dibicarakan. Tapi ia belum juga kembali."

Gon heran untuk apa Yoon memanggil Yeo Wool malam begini. Ia bertanya sudah berapa lama Yeo Wool pergi. Sekitar kurang dari setengah jam yang lalu. Gon berpikir sejenak. Lalu ia meminta Gonita membangunkan Sung dan mencari Yeo Wool dan Yoon di dalam sekolah. Ia sendiri akan mencari di sekitar sekolah.

Yoon membawa Yeo Wool ke hutan. Yeo Wool mulai bosan, sebenarnya apa yang hendak dikataka Yoon padanya.

"Ini mengenai Choi Kang Chi," kata Yoon.

Yeo Wool terkejut, ada apa dengan Kang Chi?

Sementara itu Kang Chi kembali ke sekolah. Sung menyapanya. Kang Chi bertanya apa yang Sung lakukan malam-malam begini. Sung menceritakan ia sedang mencari Yeo Wool.

"Apa yang kaubicarakan?" tanya Kang Chi s.

"Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi. Senior Yoon membawa Guru Dam (Yeo Wool) ke suatu tempat, kami tidak bisa menemukan mereka," jawab Sung. Karena itu ia mencarinya bersama Nyonya Gonita. Sedangkan Gon mencari di sekitar sekolah.

"Ada apa dengan Kang Chi? Apa terjadi sesuatu padanya?" tanya Yeo Wool panik.

"Lihat, kau selalu saja berada di pihaknya dan melindungi si brengsek Choi Kang Chi yang bahkan bukan manusia. Kurasa aku tidak bisa mengikutimu lagi."

Yeo Wool terkejut. Belum selesai ia berbicara, ia merasa ada orang lain di dekatnya. Ia berbalik tapi wajahnya dilempar bubuk putih lalu perutnya dipukul dengan gagang pedang. Yeo Wool jatuh tak sadarkan diri.

Orang yang melempar bubuk putih ternyata ninja. Dua ninja lainnya muncul. Mereka menutupi kepala Yeo Wool dengan kain hitam lalu memanggulnya.

Merasa tugasnya beres, Yoon beranjak pergi. Alangkah terkejutnya ia ketika Gon tiba-tiba muncul. Yoon pura-pura tidak terlibat dan berkata Yeo Wool hendak dibawa ketiga ninja itu.

Gon maju menghadapi ketiga ninja itu dan menyuruh mereka menurunkan Yeo Wool. Tak disangka, Yoon yang berdiri di belakangnya mengeluarkan pedang. Lalu menusuk pinggang Gon.

Gon terkejut. Ia berbalik tak percaya telah dikhianati muridnya sendiri.

"Melihat kalian semua membela Choi Kang Chi yang bahkan bukan manusia, lebih dari saudara kalian yang manusia, aku muak pada kalian. Matilah, Senior Gon!" Yoon kembali mengayunkan pedangnya.

Untunglah Gon lebih cepat. Ia menebas Yoon hingga Yoon mati. Ketiga ninja buru-buru hendak membawa Yeo Wool pergi tapi Gon menghalangi mereka.

Para ninja bermunculan untuk menghalangi Gon. Gon berusaha menghentikan ketiga ninja yang membawa Yeo Wool. Tapi lukanya terlalu parah dan ninja yang dihadapinya terlalu banyak. Dengan sekuat tenaga ia melawan para ninja itu.

Satu per satu ninja berjatuhan. Gon semakin lemah tapi ia bertahan. Tiba-tiba seorang ninja menebas punggungnya. Gon jatuh berlutut.

"Nona....Nona Yeo Wool...Nona Yeo Wool..." hanya Yeo Wool yang saat itu berada dalam pikirannya.

Seorang ninja mengayunkan pedangnya hendak membunuh Gon. Kang Chi muncul tepat pada waktunya dan membunuh ketiga ninja yang tersisa. Ia menghambur ke hadapan Gon yang semakin melemah.

"Cepat...selamatkan Nona Yeo Wool..," gumam Gon. Ia lalu jatuh pingsan.

Kang Chi menyembuhkan luka Gon dengan darahnya. Ia lalu berlari mengejar penculik Yeo Wool. Tapi ia kehilangan jejak mereka karena para penculik itu melempar bom asap untuk menhilangkan bau mereka.

Bong Chul dan anak buahnya sedang buang air kecil ketika sanak buahnya melihat ada ninja memanggul Yeo Wool. Bong Chul melihat mereka lalu buru-buru bersembunyi.

Gon terbangun di tempat tidurnya. Guru Dam dan Guru Gong sedang menungguinya. Gon langsung berlutut di hadapan Guru Dam.

"Aku minta maaf. Aku gagal melindungi Nona Yeo Wool. Aku benar-benar minta maaf," ujar Gon sedih.

Guru Dam berkata Tae Soo yang menemukan Gon di hutan. Ternyata Tae Soo juga ada di kamar Gon. GuruDam berkata ia dengar di pakaian Gon terdapat banyak darah.

"Apa Kang Chi yang menyelamatkanmu?"

Gon membenarkan.

"Kalau begitu ke mana Kang Chi pergi?" tanya Guru Dam.

Kang Chi pergi ke Penginapan Seratus Tahun. Jo Gwan Woong sudah menunggunya. Kang Chi bertanya di mana Yeo Wool. Apa yang Jo Gwan Woong lakukan padanya?

"Entahlah..." jawab Jo Gwan Woong tersenyum licik.

Kang Chi dengan marah bergerak cepat menuju Jo Gwan Woong. Tapi ia berhenti saat sebilah pedang terhunus di depan lehernya. Pedang Kageshima.

"Berhati-hatilah, kepalamu mungkin terpenggal," ujar Pil Mok. Ia berkata Kang Chi setengah manusia. Jika kepala Kang Chi dibuang ke laut, tidak mungkin Kang Chi akan tetap hidup walau Kang Chi berdarah abadi.

"Apa kaupikir kau bisa membunuhku?"

"Aku yakin pedang Kageshima bisa," jawab Pil Mok.

"Jika kau melukaiku, kau tidak akan bisa melihat Dam Yeo Wool dalam keadaan hidup."

"Lepaskan Yeo Wool sekarang juga!!"

"Jika kau ingin ia kembali dengan selamat maka pertama, bunuhlah Lee Soon Shin. Jika kau membunuh Lee Soon Shin, aku akan menyelamatkan Dam Yeo Wool. Tapi jika kau tidak bisa membunuhnya, Dam Yeo Wool akan mati. Bukan hanya itu..."

Choi dan Ok Man diseret dalam keadaan terikat. Mereka diperhadapkan pada Kang Chi.  

"Ayah! Ok Man!" seru Kang Chi.

Jo Gwan Woong berkata tadinya ia hendak membunuh keduanya karena telah menjadi mata-mata Kang Chi. Tapi ia memberi kesempatan terakhir pada Kang Chi untuk menyelamatkan mereka. Jika Kang Chi membunuh Lee Soon Shin, maka nyawa ketiga orang yang terdekat dengan Kang Chi akan selamat.

"Bukankah cukup untuk ditukar dengan nyawa Lee Soon Shin?"

"Tidak, Kang Chi. Kau tidak boleh melakukannya, ya," kata Choi. "Kau akan selamanya dikenal sebagai orang yang membunuh Laksamana. Bagaimana kau bisa hidup seperti itu? Tidak, walau kami dipukuli, kau tidak boleh membunuh Laksamana."

Ninja Seo langsung memukuli Choi. Kang Chi sangat menderita melihat ayahnya dipukuli.

"Apakah kekejamanmu tidak ada akhirnya?!" serunya marah pada Jo Gwan Woong.

"Kekejaman?"

"Jika menukar nyawa orang untuk membunuh orang lain bukan kekejaman, maka apa namanya?"

"Apa macan yang kuat memakan kucing kecil disebut kejam? Elang memangsa tikus, apa itu juga disebut kekejaman?"

"Kau mungkin terlihat manusia, tapi di dalam kau adalah monster!"

"Siapa yang kau sebut moster padahal kau sendiri adalah monster," ujar Jo Gwan Woong sinis. Duh pengen banget jitak nih orang pake kebo supaya sadar >,<

Jo Gwan Woong memberi waktu pada Kang Chi sampai matahari terbit esok hari. Jika besok pagi Kang Chi tidak membawa kepala Lee Soon Shin, nyawa Yeo Wool-Choi-Ok Man akan lenyap selamanya.

Kang Chi terdiam. Dalam hatinya ia memanggil Yeo Wool.

"Kang Chi-ah..." panggil Yeo Wool dalam hati. Ia disekap dalam sebuah peti tertutup di sebuah gudang. Tangan, kaki, dan mulutnya terikat. Yeo Wool masih dalam keadaan lemah.

Pil Mok menyuruh samurai penjaga untuk terus menyalakan dupa agar Kang Chi tidak bisa mencium bau Yeo Wool.

Kang Chi diusir dari penginapan Seratus Tahun. Kata-kata Lee Soon Shin terngiang di benaknya.

"Karena aku ingin melindungi mereka. Untuk melindungi mereka, berada di sisi mereka adalah pilihan terbaik."

"Yeo Wool, apa yang kulakukan padamu," kata Kang Chi dengan penuh penyesalan dalam hatinya. Ia mengerti kata-kata Lee Soon Shin. Jika ingin melindungi orang yang kita cintai, kita harus berada di sisi mereka, bukan meninggalkan mereka.

Episode-23.2        

Gisaeng Chun dan Chung Jo pergi ke sekolah Guru Dam. Mereka telah mendengar mengenai menghilangnya Yeo Wool. Tae Soo menyambut mereka dan melaporkan keadaan Guru Dam saat ini sangat sedih.

Gisaeng Chun dan Tae Soo pergi menemui Guru Dam yang menyendiri di kamar Yeo Wool. Guru Dam bertanya apakah Gisaeng Chun sudah mendapatkan informasi. Gisaeng Chun berkata Jo Gwan Woong dan orang-orang Goon Bon sudah jelas sedang sibuk mengerjakan sesuatu tapi ia belum mendapatkan petunjuk mengenai Yeo Wool. Ada kemungkinan Yeo Wool tidak dibawa ke penginapan.

Mendengar itu, Guru Dam semakin putus asa. Jika Gisaeng Chun saja kehilangan jejak Yeo Wool, maka tidak tertutup kemungkinan Yeo Wool sudah mati.

Guru Dam menyuruh Tae Soo memanggil Kang Chi yang saat ini berada dalam pengawasan Gon. Kang Chi sudah tidak sabar menunggu. Ia berkata nyawa Yeo Wool saat ini dalam bahaya, tidak ada waktu lagi.

"Aku lebih tahu dari siapapun! Karena itu aku hampir gila lebih dari orang lain! Tapi...saat ini yang paling terluka di antara kita semua adalah Guru Dam. Apa kau mengerti?" ujar Gon. Yang berhak memutuskan adalah Guru Dam.

Baru kali ini melihat wajah Guru Dam begitu putus asa. Ia telah mengumpulkan semua orang. Gisaeng Chun, Guru Gong, Gon, Tae Soo, dan Kang Chi. Kang Chi berkata tidak ada waktu lagi. Ia akan pergi mencari Yeo Wool sekarang juga.

"Walau aku berterima kasih untuk itu, tapi hentikanlah. Aku tidak bisa lagi menerima kelicikan dan kekejaman Jo Gwan Woong. Karena itu, menyerahlah akan Yeo Wool."

Kang Chi tertegun. Bahkan Gon dan Tae Soo pun tidak percaya Guru Dam hendak mengorbankan puterinya sendiri.

"Saat ini keselamatan Laksamana lebih penting. Jika kita terguncang karena ancaman seperti ini dan menjadi lemah, Jo Gwan Woong akan terus menggunakan ancaman yang sama untuk membuat kita dan Laksamana menderita. Karena itu kita tidak boleh terpancing olehnya. Ini adalah keputusanku," Guru Dam mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Tapi, Guru..." protes Kang Chi.

"Dan juga kau, Kang Chi. Bukankah ini sudah waktunya bagimu untuk memulai perjalananmu? Temukan Buku Keluarga Gu. Bukankah itu tujuanmu sejak awal?"

"Jangan katakan hal seperti itu pada saat seperti ini. Meninggalkan Yeo Wool begitu saja? Omong kosong!"

"Lakukan saja!"

"Aku tidak mau. Aku tidak bisa menyerah atas Yeo Wool. Yeo Wool adalah puteriku satu-satunya. Walau begitu aku tetap harus memutuskannya. Turuti saja, Kang Chi."

"Yeo Wool juga satu-satunya bagiku!!"

Semua langsung menoleh melihat Kang Chi.

"Jika aku tidak bisa melindungi satu-satunya orang yang kumiliki, untuk apa aku menjadi manusia? Aku tidak menghadapi semua kesulitan itu hanya untuk menjadi manusia menyedihkan, Guru!"

Tae Soo dan Gon terpaku mendengar ucapan Kang Chi.

"Aku tidak apa-apa jika tidak menjadi manusia atau apapun itu. yang pasti aku tidak akan menyerah atas Yeo Wool. Aku tidak bisa menyerah," tanpa sadar Kang Chi menangis.

Gon berdiri di sisi Kang Chi. Ia meminta maaf pada Guru Dam. Untuk kali ini, ia setuju dengan Kang Chi. Tae Soo berdiri di sebelah Gon dan mengatakan hal yang sama.

"Kami akan pergi dan menemukan Yeo Wool. Tolong berikan ijinmu," kata Kang Chi.

Guru Dam menatap mereka. Gisaeng Chun berjanji akan mencari informasi lagi mengenai keberadaan Yeo Wool. Guru Dam bertanya mengapa Gisaeng Chun juga menentangnya.

"Mengapa kita melayani negara ini?" tanya Gisaeng Chun. "Pada akhirnya, bukankah untuk melindungi orang-orang yang kita cintai? Orang terpenting bagi Guru Dam adalah Nona Yeo Wool. Karena itu kita harus melindunginya."

"Terkadang tidak apa-apa kita mengabaikan beban tugas kita demi hal yang lebih baik, Guru Dam," Guru Gong ikut menasihati.

Guru Dam memandang mereka semua.

"Guru..." panggil Kang Chi dengan tatapan memohon.

Chung Jo mendengar percakapan mereka dari luar. Lalu ia pergi ke kamar Kang Chi. Rompi merah buatannya masih terlipat rapi di meja. Kata-kata Kang Chi tadi masih terpatri dengan jelas.

"Aku tidak bisa menyerah atas Yeo Wool. Yeo Wool juga satu-satunya bagiku!"

"Begitukah? Nona Yeo Wool begitu berarti bagimu, Kang Chi?" gumam Chung Jo sedih. "Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya saat aku masih berada di sisimu?"

Chung Jo menangis penuh penyesalan.  

Bong Chul diam-diam menyelinap ke sekolah. Sung memergokinya. Bong Chul memperkenalkan namanya. Ia ingin bertemu dengan Kang Chi dongsaengnya.

Chung Jo melihat Bong Chul berbicara dengan Tae Soo, Gon, dan Kang Chi. Bong Chul berkata ia melihat Yeo Wool dipanggul orang-orang berpakaian hitam dan dibawa ke bagian kanan penginapan. Tae Soo menyadari itu adalah bagian tempat gudang-gudang yang disewa pedagang Goon Bon. Jika benar apa yang Bong Chul lihat, mungkin Yeo Wool disekap di salah satu gudang itu. Bong Chul yakin ia melihatnya.

Mereka berempat pergi ke penginapan. Bong Chul menunjukkan ke arah mana para ninja itu membawa Yeo Wool pergi. Tae Soo berkata pedagang Goon Bon menyewa sekitar 6 gudang. Tiga gudang di dekat pintu timur, dan tiga lagi di dekat pintu utara.

Kang Chi menyarankan agar mereka berpencar. Tae Soo langsung pergi bersama Gon. Sementara Kang Chi menarik Bong Chul untuk ikut bersamanya. Sayangnya mereka tidak menyadari seorang ninja telah memantau gerak gerik mereka.

Semua gudang rupanya telah dipasangi dupa untuk mengecoh mereka. Yeo Wool yang telah sadarkan diri mulai menendangi peti.

Yeo Wool mendengar suara ribut. Ia diam karena tidak tahu yang datang kawan atau lawan. Kang Chi membuka peti-peti. Lalu ia melihat peti yang berlubang. Ia membuka tutup peti.

Yeo Wool melihat pintu petinya dibuka. Ia terbelalak kaget.

Kang Chi kecewa saat melihat isi peti itu hanya jerami. Yeo Wool melihat para penyekapnya adalah samurai Jepang dan ninja. Yeo Wool ditarik keluar dari peti.

Gon dan Tae Soo memeriksa sebuah gudang. Mereka menemukan sebuah peti yang terbuka. Mereka terlambat.

Ninja Seo melapor pada Jo Gwan Woong bahwa seperti yang Jo Gwan Woong perkirakan, mereka akan mencari Yeo Wool. Jo Gwan Woong tersenyum.

Keempat sekawan berkumpul di pasar setelah pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Bong chul tak mengerti mengapa Yeo Wool tidak ditemukan. Ia benar-benar melihatnya. Ia menyesal ia sedang mabuk saat itu. Jika saja ia tidak minum, ia pasti melihat lebih jelas. Ia minta maaf pada Kang Chi.

Gon berkata para penculik itu benar-benar sudah mempersiapkan segalanya. Mereka bahkan membakar dupa untuk mengelabui indera penciuman Kang Chi. Tae Soo bertanya pada Kang Chi apa yang harus mereka lakukan sekarang.

Kang Chi berkata ia harus menemui Lee Soon Shin sekarang. Tae Soo tidak setuju. Mereka tidak boleh melibatkan Lee Soon Shin dalam hal ini.

"Apa kau percaya padaku?" tanya Kang Chi pada Tae Soo. "Sebagai teman, seberapa besar kau mempercayaiku, Tae Soo?"

Tae Soo menatap Kang Chi.

Kang Chi menemui Lee Soon Shin.

Ninja Seo bertanya apakah Jo Gwan Woong yakin Kang Chi akan membunuh Lee Soon Shin. Jo Gwan Woong sendiri tidak tahu. Jika Kang Chi membunuh Lee Soon Shin, maka akan sempurna. Tapi seandainya tidak, Lee Soon Shin juga akan betindak. Jo Gwan Woong menyodorkan senjatanya pada Ninja Seo.

"Jika kesempatan itu datang, tembak dia (Lee Soon Shin) dengan senjata ini. Mengerti?"

Lee Soon Shin bertanya mengapa Kang Chi datang menemuinya. Kang Chi berkata ia datang untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi.

"Apa yang kauinginkan dariku?" tanya Lee Soon Shin.

"Apa Tuan percaya padaku? Sejauh apa Tuan bisa mempercayaiku?" tanya Kang Chi.

Yeo Wool dipindahkan ke tempat lain. Untunglah kali ini salah satu pelayan mata-mata Gisaeng Chun melihatnya dan melaporkannya pada Gisaeng Chun. Gisaeng Chun memerintahkan kepala pelayan untuk memberitahu hal ini pada Guru Dan.

Chung Jo menawarkan diri untuk memberitahu Kang Chi dkk mengenai informasi ini. Ia tahu saat ini Kang Chi dan yang lainnya sedang bersama Bong Chul dan ia tahu di mana Bong Chul biasa berkumpul.

Yeo Wool diikat di sebuah kursi di dalam gudang. Choi dan Ok Man juga diikat di sana. Yeo Wool mendongak dan kaget saat ia melihat sebauh bola besi berduri tergantung di atas kepalanya. Ia melihat bola besi itu terhubung dengan sekarung beras.

Ninja penyekapnya melubangi karung beras itu. Beras tercurah keluar. Ninja itu berkata begitu setengah karung beras itu keluar, bola besi itu akan jatuh menghancurkan kepala Yeo Wool.

Yeo Wool meronta-ronta.

Chung Jo memberitahukan keberadaan Yeo Wool pada Tae Soo, Gon, dan Bong Chul. Yeo Wool pasti dipindahkan saat mereka berempat mencari di gudang. Gon berkata itu artinya para penculik tahu mereka mencari Yeo Wool.

Kang Chi bergabung bersama mereka. Tae Soo bertanya apakah Kang Chi sudah menemui Lee Soon Shin. Kang Chi mengiyakan. Tae Soo berkata kalau begitu mereka juga harus bergerak. Hmmm...sepertinya mereka memiliki rencana ;)  Eh Gon sama Chung Jo cocok juga yaaaa^^

Mereka segera bergerak.

"Kang Chi," panggil Chung Jo. "Pastikan kau menyelamatkan Nona Yeo Wool."

Kang Chi mengangguk. Tampaknya Chung Jo bisa menerima kalau saat ini Kang Chi bukan lagi miliknya.

Lee Soon Shin pergi menemui Jo Gwan Woong. Sendirian???

Jo Gwan Woong pergi menemuinya dan bertanya ada apa Laksamana mencarinya.

"Kudengar kau menyandera orang tak bersalah untuk mendapatkan aku. Aku minta kau lepaskan mereka sekarang juga."

"Kau datang ke sini sendirian hanya untuk mengatakan itu?" sindir Jo Gwan Woong.

"Benar."

Three Musketeers pergi menuju tempat Yeo Wool disekap. Tapi mereka dihadang oleh pengawal Jo Gwa Woong juga para ninja. Mereka bertiga bertempur melawan para ninja itu.

Sementara itu, beras terus mengalir keluar. Bola besi lambat laun turun seiring bertambah ringannya karun beras itu. Yeo Wool meronta-ronta panik. Ok Man dan Choi juga berusaha meronta tapi mereka tidak berdaya menyelamatkan Yeo Wool.

Tiba-tiba Kang Chi merasa angin bertiup. Ia bisa merasakan keberadaan Yeo Wool. Tae Soo menyuruh Kang Chi pergi meyelamatkan Yeo Wool. Ia dan Gon yang akan melawan para ninja ini. Kang Chi setuju. Untunglah Bong Chul juga datang membantu bersama para anak buahnya.

Kang Chi membuka pintu gudang. Alangkah leganya saat ia melihat Yeo Wool masih hidup. Choi berteriak agar Kang chi bergegas, bola besi akan segera jatuh.

Kang Chi berlari pada Yeo Wool dan berusaha melepas tali yang mengikat Yeo Wool. Untunglah ia sempat menarik Yeo Wool tepat saat bola besi itu jatuh menghantam kursi dan menghancurkannya.

"Kang Chi, apa kau tidak apa-apa?" seru Choi.

Kang Chi menatap Yeo Wool yang saat ini berada dalam dekapannya.

"Yeo Wool...."

Yeo Wool malah mendorong Kang Chi lalu bangkit berdiri.

"Yeo Wool?" Kang Chi kebingungan.

Duaaakk! Yeo Wool menendang wajah Kang Chi. Kang chi terkejut. Yeo Wool mulai memukuli Kang Chi.

"Jahat! Kau jahat!" Yeo Wool mulai menangis. "Jahat! Jahat!"

Kang Chi memegang tangan Yeo Wool.

"Kau jahat!" Yeo Wool menangis terisak-isak.

Kang Chi menarik Yeo Wool dalam pelukannya.

"Maafkan aku," ujarnya lembut. "Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak akan melakukannya lagi. AKu benar-benar minta maaf, Yeo Wool."

Yeo Wool memeluk Kang Chi sambil terus menangis.

Dan lagi-lagi dunia hanya milik berdua. Choi dan Ok Man hanya bisa pasrah menunggu mereka dilepaskan XD nasiiib....nasiib....

"Seharusnya aku lebih sering mengatakannya padamu..."

"Seharusnya aku lebih sering memelukmu...bahwa aku sangat menyukaimu,"

Kang Chi menghela nafas sambil memeluk Yeo Wool lebih erat.

"Bahwa aku sangat mencintaimu..." batin Yeo Wool.

Ninja Seo bersembunyi di balik tumpukan jerami dan mulai mengarahkan senjatanya ke arah Lee Soon Shin.

Jo Gwan Woong membantah ia telah menyandera orang. Lee Soon Shin berkata ia ingin menanyakan sesuatu pada Jo Gwan Wong.

"Mengapa kau hidup?" Haha...good question^^

Sebenarnya apa yang coba dilindungi Jo Gwan Woong dengan mengambil begiitu banyak nyawa orang tak bersalah. Apa itu kekuasaan? Kekayaan? Atau hal lain?

"Diriku sendiri," jawab Joo Gwan Woong. Ia hidup hanya untuk dirinya sendiri. Melakukan apa yang ia mau, mengambil apa yang ia inginkan. Jika ia ingin membunuh, maka ia membunuh. Ia hanya setia pada keinginannya.

"Aku hanya melihat seorang pria yang egois, kesepian, dan kotor yang terobsesi dengan nafsu kotornya. "

Jo Gwan Woong berkata setidaknya ia hidup lebih sederhana dan jujur dibandingkan dengan seorang munafik seperti Lee Soon Shin.

"Itukah sebabnya kau menjual negaramu sendiri?"

"Aku akan menguasai propinsi selatan sebagai gantinya. Itu bukan kesepakatan buruk untukku."

"Apa ini artinya kau mengaku sebagai pengkhianat negara di hadapanku?"

"Dan lagi kau akan mati, tidak ada masalah mengungkapkannya," kata Jo Gwan woong.

Lee Soon Shin melangkah maju. Para pengawal Jo Gwan Woong menghunus pedang mereka. Ninja Seo siap membidik dengan senapannya.

"Selama ini cukup menyenangkan. Selamat tinggal, Laksamana," ujar Jo Gwan Woong. Ia berbalik pergi.

"Ini belum selesai!" seru Kang Chi.

Kang Chi dan kawan-kawannya, termasuk Yeo Wool, berdiri melindungi Lee Soon Shin.

"Apa kau baik-baik saja, Yeo Wool?" tanya Lee Soon Shin.

"Ya, Tuan. Aku minta maaf telah membuat Tuan cemas."

Tae Soo berkata mulai sekarang mereka akan melindungi Laksamana.

"Apa kau ingat apa yang pernah kukatakan? Aku menancapkan sebatang sapu di lantai dan kukatakan padamu aku akan kembali untuk mengambil kembali Penginapan Seratus Tahun. Dan itu adalah hari ini, Jo Gwan Woong."

Anehnya, Jo Gwan Woong malah tersenyum. Ninja Seo menyalakan senjata, siap menarik pelatuk.

"Selamat tinggal, Choi Kang Chi," kata Jo Gwan Woong.

Kang Chi menoleh. Yeo Wool dan yang lainnya juga.

Ninja Seo menembak.

Semua terkejut. Siapa yang tertembak?

"Kang Chi-ah...." batin Yeo Wool.

"Yeo Wool-ah..."

Episode-24.1        

Kang Chi menghadap Lee Soon Shin dan bertanya sampai sejauh mana Lee Soon Shin bisa mempercayainya? Ia ingin menghentikan Jo Gwan Woong hari ini karena kelakuan Jo Gwan Woong sudah tak termaafkan.

Lee Soon Shin pun akan mempercayai Kang Chi sepenuhnya, tapi, "Kau juga harus berjanji padaku. Tak peduli apapun yang terjadi, kau tak boleh membunuh orang," tentu saja Kang Chi protes mendengarnya, tapi Lee Soon Shin punya alasannya sendiri.  

Jika Kang Chi mengotori tangannya dengan darah maka itu akan membuat dirinya sama dengan Jo Gwan Woong, "Kau harus berjanji padaku. Apakah aku dapat mempercayaimu?"

Kang Chi mengangguk. Maka bersama Gon, Tae Soo dan Bong Chul, penyeranganpun dilakukan.  Ia berhasil menyelamatkan Yeo Wool di saat yang kritis. Begitu pula dengan ayah dan Hong Man.

Gon dan Tae Soo lega melihat Yeo Wool selamat. Sedangkan Bong Chul dan anak buahnya sibuk mengagumi bola besi berduri yang seharusnya jatuh dan menghantam Yeo Wool. Kang Chi mengingatkan kalau mereka harus cepat karena sekarang Lee Soon Shin sudah datang.

Ia memberitahu Yeo Wool rencana mereka hari ini adalah untuk mengakhiri kekejaman Jo Gwan Woong, "Semuanya akan ada di sana. Jadi Yeo Wool-ah, kau.."

"Bagus kalau begitu," ujar Yeo Wool bersemangat, "Aku memang berencana untuk memberinya tendangan berputarku."

Ha.. kalau Kang Chi saja bisa ditendang, apalagi Jo Gwan Woong yang jadi biang kerok semua ini. Tapi Kang Chi keberatan dan menyuruh Yeo Wool untuk kembali ke Moo Hyung Do, menunggu mereka bersama Guru Dam, "Kau sekarang pasti lelah karena terikat semalaman."

Tapi Yeo Wool membujuk Kang Chi  karena ia baik-baik saja, "Aku ingin pergi bersama. Ini adalah saat yang bersejarah karena Jo Gwan Woong akan digulingkan, dan aku juga ingin berada di sana. Apakah tidak boleh, Kang Chi-ya?"

Lee Soon Shin dikepung dan Jo Gwan Woong pun mengucapkan selamat tinggal dan beranjak pergi. Tapi terdengar suara Kang Chi yang memintanya untuk tak buru-buru.

Kang Chi muncul, ditemani oleh semua temannya. Termasuk Yeo Wool. Ia mengingatkan Jo Gwan Woong akan ucapannya dulu, "Saat aku mendirikan sapu, aku berkata  kalau aku akan kembali untuk mengambil Penginapan 100 Tahun. Hari ini adalah harinya, Jo Gwan Woong."

Pengawal Seo yang sedari tadi membidik Lee Soon Shin, mulai menyulut sumbu senapannya.

Yeo Wool merasakan kehadiran Pengawal Seo yang bersembunyi dan menoleh. Betapa kagetnya ia melihat Pengawal Seo yang bersembunyi dan mengacungkan senjata dari kejauhan. Ia memanggil Kang Chi. Kang Chi pun menoleh.

Tapi terlambat. Terdengar letusan tembakan, mengejutkan semuanya. Termasuk Pengawal Seo. Ia terkejut sekaligus ketakutan karena tembakannya luput. Lee Soon Shin masih berdiri tegak.

Tak percaya, Kang Chi menatap Yeo Wool yang tertembak pundak belakangnya. Ia segera menangkap tubuh Yeo Wool yang akan jatuh, dan memeluknya. Ia terbelalak saat merasakan tangannya berlumuran darah, "Yeo Wool-ah..!"

"Kang Chi-ya.." Yeo Wool menangis menatap Kang Chi. Dengan sisa kekuatannya, ia menggenggam lengan baju Kang Chi, "Jangan kemana-mana." Dan Yeo Wool pun terkulai dan menutup mata.

Kang Chi terpukul melihat Yeo Wool tertembak. Dengan kesedihan dan kemarahan yang luar biasa, ia pun segera menghampiri Pengawal Seo yang gugup dan segera mengisi mesiu di senapannya. Para pengawal lainnya mencoba menghalangi Kang Chi, tapi Kang Chi menghajar mereka satu persatu. Hingga ia sampai di depan  Pengawal Seo.

Pengawal Seo semakin gugup, namun mesiu sudah terisi dan ia pun mulai menarik pelatuknya. Sayang sekali ia lupa menyalakan sumbunya. Senapanpun hanya menjadi tongkat pajangan.

Mata Kang Chi berkilat hijau saat ia merebut tongkat senapan itu dan membuangnya. Ia pun melempar Pengawal Seo hingga terjatuh dan memukulinya. Berkali-kali.

Semua orang terpana dengan kebuasan Kang Chi. Bahkan Jo Gwan Woong pun cukup gentar melihatnya.

Tidak puas dengan memukul, Kang Chi pun  mendorong Pengawal Seo ke tembok dan mencekiknya. Matanya menghijau saat ia mencekik Pengawal Seo, "Matilah. Kalian orang yang tak berguna, mati sajalah."

Pengawal Seo mulai tersengal-sengal kehilangan nafas. Tapi Kang Chi tak mengendurkan cekikannya sedikitpun, malah semakin kuat, menyiksanya. Lee Soon Shin memanggil Kang Chi, tapi Kang Chi seakan tak mendengarnya. Lee Soon Shin memanggilnya lagi, kali ini lebih keras.

Kang Chi menoleh. Menatap wajah Lee Soon Shin, ia teringat akan janjinya yang tak akan membunuh orang karena itu hanya akan membuatnya menjadi orang jahat. Ia pun berkata pada Lee Soon Shin kalau pengawal Seo harus mati, "Tak masuk akal jika dia kubiarkan hidup,"

Dan Kang Chi pun bersiap untuk menghabisi nyawa Pengawal Seo, tak peduli perkataan Lee Soon Shin yang mengatakan kalau darah Pengawal Seo akan membebani kehidupannya kelak. Hanya suara lirih Yeo Wool yang membuatnya berhenti, "Kang Chi-ya.."

Eih.. itu suara Yeo Wool?  Ataukah suara roh Yeo Wool yang akan menemani Kang Chi selamanya?

Ternyata Yeo Wool masih hidup, namun kondisinya sangat lemah. Mata hijau Kang Chi meredup melihat Yeo Wool masih hidup. Dan suaranya pun kembali normal saat ia menyebut nama Yeo Wool dan berlari menghampiri Yeo Wool.

Gon berkata kalau kondisi Yeo Wool sudah kritis dan mereka harus segera membawanya pulang. Tapi Jo Gwan Woong tak menghendaki satu orang pun keluar dari penginapannya hidup-hidup dan menyuruh anak buahnya untuk menyerang.

"Hentikan sekarang juga dan mundurlah!" bentak Lee Soon Shin. Ia maju ke depan dengan garang dan berkata kalau Jo Gwan Woong membuatnya muak. Ia pun berteriak, "Jung Woo!"

Dan itulah sandi bagi para prajurit Lee Soon Shin yang sedari tadi mengepung penginapan muncul. Dari pintu depan, pintu samping bahkan di atap bangunan.

Lee Soon Shin memerintahkan mereka untuk menangkap Jo Gwan Woong karena telah bersalah melakukan pembunuhan dan  juga mencuri kekayaan negara dan menjualnya. Tak hanya itu, Jo Gwan Woong juga melakukan percobaan pembunuhan padanya, "Karena itu, aku akan menangkapmu. Apakah kau mau menyerahkan nyawamu di sini atau membuang pedangmu dan menyerah?"

Menghadapi pilihan itu, Pil Mo berbisik pada Kageshima tentang kebenaran tawaran Lee Soon Shin semalam yang memberi waktu 3 hari untuk mereka pergi. Kageshima mengiyakan, maka Pil Mo pun memutuskan untuk angkat kaki dari penginapan ini.

Jo Gwan Woong geram melihat sekutunya meninggalkannya. Tapi begitulah karma. Pengawal Seo yang sudah ditahan, berteriak memerintahkan anak buahnya untuk mengawal tuan mereka pergi. Para pengawal itu pun melemparkan bom asap dan mereka pun melarikan diri.

Para prajurit pun mengejar mereka, meninggalkan Kang Chi cs di halaman. Kang Chi menangis dan memeluk Yeo Wool erat.

Aihh.. Kang Chi, cepat bawa Yeo Wool pergi. Jangan cuman dipeluk!

Kabar tentang tertembaknya Yeo Wool sampai juga ke Chunhwagwan dan itu mengejutkan Soo Ryun. Chung Jo yang belum paham tentang senjata baru itu bertanya, senjata jenis apakah itu. Soo Ryun pun juga tak tahu pasti karena ia belum pernah melihatnya, tapi katanya jika orang tertembak dengan senjata pasti akan mati.

Chung Jo terkejut mendengarnya, "Apakah itu berarti Yeo Wool-ssi akan meninggal?" Soo Ryun hanya bisa menghela nafas, "Apa yang harus kita lakukan?"

Guru Dam memandangi putrinya yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Guru Gong Dal memberitahu kata-kata tabib kalau hanya tersisa sedikit waktu bagi Yeo Wool.

Guru Dam teringat pada putrinya waktu masih kecil dulu. Saat itu Yeo Wool kecil meminta ayahnya untuk mengajarinya ilmu pedang. Karena dirinya, seorang anak laki-laki terluka dan menangis, "Untuk bisa melindung seseorang, satu-satunya cara adalah menjadi lebih kuat. Karena itulah aku ingin mempelajari ilmu pedang."

Guru Dam terdiam, hanya mengepalkan tangan. Apakah ia menyesali telah mengajari putrinya ilmu pedang? Tak tahu. Guru Bong Dal dan Guru Yeo Joo hanya bisa memandang sedih pada Guru Dam yang meninggalkan ruangan.

Kang Chi menemui Biksu So Jung dan menanyakan cara untuk menyelamatkan Yeo Wool. Tapi Biksu So Jung menggeleng muram, "Tak ada cara untuk menangkal takdir. Karena ia tak menghindari takdir itu, maka sekarang ia harus menerima resikonya."

Kang Chi masih tak percaya kalau tak ada cara untuk menyelamatkan Yeo Woo, "Aku harus bisa menyelamatkannya. Yeo Wool tak boleh mati." Dan Biksu So Jung pun berkata, "Bagaimana jika itu adalah takdirmu juga? Kau tak punya pilihan lain selain menerimanya. Pergi dan temanilah Nona Yeo Wool. Hanya itulah yang bisa kau lakukan."

Tanpa hasil, Kang Chi kembali ke Moo Hyung Do. Ia hanya mampu memandang kamar Yeo Wool dari kejauhan. Sung datang dan memberitahu kalau Guru Dam membawa para murid ke hutan untuk mengejar Jo Gwan Woong.

Guru Dam, Gon dan Tae Soo berpencar di hutan dengan masing-masing membawa sekelompok murid. Pengawal Jo Gwan Woong melaporkan hal ini pada tuannya dan meminta petunjuk apa yang harus mereka lakukan sekarang. Tapi Jo Gwan Woong malah balik bertanya dimana Pengawal Seo sekarang, "Coba tanyakan padanya, apa yang harus kita lakukan. Kita akan melakukan perintah Pengawal Seo."

Ih.. Jo Gwan Woong kayanya shock deh kehilangan Pengawal Seo. Soulmate, sih..

Salah satu murid melihat persembunyian Jo Gwan Woong dan ia pun menembakkan panah asap berwarna biru ke udara. Guru Dam, Gon dan Tae Soo pun segera menuju kearah isyarat panah itu ditembakkan.

Jo Gwan Woong pun melihat panah asap itu dan menyadari kalau jejak mereka sudah terlacak. Ia dan pengawalnya pun segera melarikan diri, meninggalkan tempat mereka sekarang.

Tapi mereka sudah terkepung. Guru Dam, Gon dan Tae Soo datang dari ketiga sisi yang berlainan, mengepung Jo Gwan Woong. Pertempuran pun terjadilah. Jo Gwan Woong yang melihat celah kosong, melarikan diri bersama kedua pengawalnya.

Namun betapa kagetnya ia melihat Kang Chi datang dari sisi itu. Mata Kang Chi berubah hijau, membuat Jo Gwan Woong dan kedua pengawalnya yang sudah takut semakin takut. Kang Chi mengancam mereka, "Kalau kalian ingin hidup, buang pedang kalian dan menyingkirlah. Jika tidak kalian akan mati."

Dan rasanya pengen ketawa melihat kedua pengawal yang sebelumnya garang mengawal Jo Gwan Woong sekarang membuang pedang dan kabur meninggalkan Jo Gwan Woong seorang diri. Ya, seorang diri karena pengawal lainnya sibuk melawan pasukan dari Moo Hyung Do.

Jo Gwan Woong pun memungut pedang yang tadi dijatuhkan dan dengan gemetar ia masih bisa mengancam Kang Chi, "Majulah kalau berani. Akan aku gorok lehermu."

Tanpa melepaskan pandangannya, Kang Chi maju perlahan-lahan sementara Jo Gwan Woong tetap berkoar-koar, "Apakah kau benar-benar ingin mati? Hahh?"

Secepat kilat, Kang Chi mendekati Jo Gwan Woong, dan menebasnya.

Pedang itu terjatuh dengan cipratan darah. Terdengar raungan keras, membuat semua orang berhenti sejenak. Raungan itu milik Jo Gwan Woong yang memegangi tangannya yang berdarah-darah. Dengan dingin Kang Chi bertanya, "Apakah sakit? Sakit yang kau rasa tak sebanding dengan sakit yang kami rasakan selama ini."

Jo Gwan Woong pun tersungkur setelah sekali lagi meraung kesakitan.

Wol Sun terkejut mendengar informasi dari teman-temannya yang memberitahukan  kalau Jo Gwan Woong ditangkap karena terbukti menjual informasi rahasia negara pada orang-orang Jepang dan sekarangi ditahan di pangkalan Angkatan Laut, "Dan katanya juga tangannya terpotong."

Wajah Wol Sun pucat pasi, ketakutan karena ia memihak orang yang salah. Chung Jo yang berpapasan dengannya dengan kalem bertanya, "Apa kau sudah mendengar tentang kabar Lord Bi Jo?"

Wol Sun tak bisa menjawab. Ia hanya dapat minggir dan memberi jalan pada Chung Jo dan Gob Dan. Yay!

Yeo Wool akhirnya siuman, dan orang yang ia lihat saat membuka mata adalah Kang Chi yang bertanya khawatir, "Apakah kau baik-baik saja?"

Yeo Wool tersenyum dan meminta Kang Chi untuk membantunya bangun. Perlahan-lahan, Kang Chi membantu Yeo Wool untuk duduk. Tapi ia masih tetap khawatir. Yeo Wool menyandarkan kepalanya pada Kang Chi dan mengatakan kalau ia baik-baik saja. Ia juga bertanya tentang ayahnya. Ia merasa bersalah pada ayahnya.

Kang Chi meminta Yeo Wool untuk segera sembuh. Tapi Yeo Wool tahu waktunya hampir berakhir. Maka ia meminta, "Kang Chi, aku memiliki 3 permintaan. Maukah kau mengabulkannya?"

Permintaan Yeo Wool yang pertama adalah makan malam bersama orang-orang terdekatnya. Mereka pun makan malam dengan suasana ceria, hanya Guru Dam yang tertunduk muram mendengarkan Guru Gong Dal yang menceritakan kalau Gon yang setinggi itu ternyata kecil saat anak-anak. Yeo Wool membenarkan, "Ia lebih pendek dariku sampai umur 10 tahun."

Gon malu dan berkilah kalau ia melampaui tinggi Yeo Wool setelah ia berumur 11 tahun. Yeo Wool menggoda Gon kalau ia suka pilih-pilih makanan. Gonita langsung mengernyit, "Kau tak suka apa?" Yeo Wool membantu menjawabnya, "Wortel. Gon tak suka wortel."

Semuanya tertawa, termasuk Tae Soo. Kang Chi pun berkata pada sahabatnya, "Bukannya kau juga tak suka?" Senyum Tae Soo hilang, dan semuanya pun tertawa. Guru Gong Dal mengatakan kalau dilihat-lihat Tae Soo dan Gon itu mirip, "Sama-sama tak berpikiran fleksibel."

Sung bertanya apa arti ucapan Guru Gong Dal dan Guru Gong Dal pun menjelaskan. Gon dan Tae Soo berdebat mereka tidak seperti itu.

Mereka tak memperhatikan kalau tangan Yeo Wool mulai gemetar dan menahan sakit. Guru Dam, yang sejak tadi tak pernah menoleh sekalipun pada Yeo Wool, ternyata memperhatikan putrinya. Begitu pula Kang Chi yang selalu mengkhawatirkannya.

Sumpit Yeo Wool terlepas dari tangannya, menimbulkan suara hingga yang lain pun menoleh. Dan menyadari kalau kondisi Yeo Wool bertambah buruk.

Darah mulai menetes dari pundak Yeo Wool. Kang Chi yang melihatnya meminta Yeo Wool untuk tak memaksa diri. Tapi Yeo Wool berkata kalau ia ingin tinggal lebih lama lagi. Semua memandang Yeo Wool dengan khawatir dan iba. Tapi Yeo Wool tetap pada pendiriannya.

"Kembalilah ke kamar dan beristirahatlah," pinta Guru Dam. Untuk pertama kalinya ia menatap putrinya, matanya berkaca-kaca  mencoba menahan air mata.

Tapi Yeo Wool tak dapat menahan tangisnya. Ia hanya bisa meminta maaf dan terus minta maaf pada ayahnya. Guru Dam meraih tangan Yeo Wool dan menggenggamnya, matanya sudah basah, "Bagiku, kau adalah gadis yang paling hebat, Yeo Wool."

Yeo Wool menangis tanpa suara. Semuanya terdiam mendengar ucapan itu dan ikut menangis. Guru Dam memanggil Kang Chi, "Kang Chi-ya.. kuserahkan Yeo Wool padamu."

Kang Chi menelan air matanya dan mengiyakan.

Kang Chi menggendong Yeo Wool agar bisa beristirahat di kamar. Tapi Yeo Wool mengatakan permintaan keduanya, "Aku ingin jalan-jalan. Bersamamu. Hanya berdua."

Kang Chi  pun membawa Yeo Wool ke tepi sungai. Dengan bersandar ke bahu Kang Chi, Yeo Wool bertanya mengapa Kang Chi takut pada laba-laba? "Karena punya banyak kaki." Yeo Wool mengangkat kepalanya, "Hanya karena itu kau takut?"

Kang Chi mengangguk sayang pada Yeo Wool, "Memang tidak boleh?" Yeo Wool tersenyum lemah, "Boleh,"

Dan sekarang ganti Kang Chi bertanya. Masih tetap pada kenangan masa kecil mereka, "Apakah kau ingat ketika aku mengatakan kalau aku akan menjadikanmu sebagai pengantinku? Jika aku menanyakan hal yang sama denganmu sekarang, apa yang akan kau jawab?"

Yeo Wool terkejut mendengar hal itu, "Sejak kapan kau mengingatnya?" Kang Chi tersenyum dan berkata kalau ia ingat sesaat setelah ia mengetahui namanya, Dam Yeo Wool. Tapi mengapa Kang Chi tak mengatakan apapun?

"Karena dari sebelum itu, kau sudah mulai berarti bagiku," jawab Kang Chi yang melanjutkan dengan pertanyaannya, "Apakah kau mau menikah denganku?"

Sejenak Yeo Wool tak menjawab, tapi kemudian ia berkata, "Aku tak bisa  memasak nasi yang enak."

"Maukah kau menikah denganku?"

"Tapi aku tak bisa menjahit dengan baik."

"Maukah kau menikah denganku?"

Yeo Wool menatap Kang Chi yang terisak dan berlinang air mata, "Jangan menangis, Kang Chi-ya. Aku tak ingin menjadi kenangan yang menyedihkan. Aku ingin menjadi kenangan yang membahagiakan. Aku juga tak ingin menjadi air matamu. Lebih baik aku menjadi senyumanmu. Aku berharap kau selalu berbahagia. Itulah permintaanku yang ketiga."

Kang Chi menggenggam tangan Yeo Wool dan meminta, "Kita akan bertemu lagi. Aku akan menunggumu."

Yeo Wool mengangguk dan mereka pun berkata, "Aku mencintaimu." Mereka pun berciuman.

Dan butiran cahaya biru muncul mengiringi suara hati Kang Chi, "Ketika kita bertemu lagi.. saat itu aku akan mengenalimu terlebih dulu. Ketika kita bertemu lagi.. saat itu aku akan mencintaimu lebih dulu."

Tangan Yeo Wool tiba-tiba terlepas dari genggaman Kang Chi dan kepalanya terkulai ke bahunya. Kang Chi memanggil-mangil Yeo Wool, tapi tak ada suara. Kang Chi pun menangis, memeluknya,

"Dan seperti suara nafasnya yang berhenti, saat itu pulalah waktuku juga berhenti."

Episode-24.2        

Semua tahu kalau malam ini adalah malam terakhir Yeo Wool. Gon hanya bisa berdiri mematung di halaman, menangis menatap pintu gerbang yang terbuka, "Yeo Wool-ssi.."

Kang Chi duduk termenung di kamar Yeo Wool. Bunga pemberiannya sudah layu. Tae Soo muncul dan berkata kalau tebakannya benar, "Kau pasti ada di sini."

Kang Chi menatap kosong pada bunga layu itu dan berkata kalau ia tak percaya Yeo Wool sudah tiada, "Orang itu, yang selalu tersenyum dan menangis di depanku beberapa saat yang lalu, telah hilang," ia menghela nafas."Aku tak dapat menemukannya atau menemuinya lagi. Aku bertanya-tanya, jika aku tak bertemu dengannya, apakah ia akan lebih baik lagi? Mungkinkah ia lebih berbahagia?"

Tae Soo pun mengatakan kalau jika ia disuruh memilih antara hidup 100 tahun sendiri atau 100 hari bersama orang yang ia cintai, maka ia akan memilih yang kedua, "Yeo Wool merasa lebih berbahagia karenamu. Bukankah itu sudah cukup?"

Kang Chi tersenyum mendengar kata-kata Tae Soo yang menghibur. Tapi ia tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat melihat bunga itu lagi.

Tae Soo pun mengajak Kang Chi keluar karena saatnya telah tiba.

Saatnya telah tiba? Untuk apa?

Ternyata Kang Chi berniat untuk meninggalkan Moo Hyung Do. Ia berpamitan dengan seluruh penghuni Moo Hyung Do. Guru Dam bertanya apakah Kang Chi akan memulai pencarian Buku Keluarga Gu?

Kang Chi menggeleng, "Saya berpikir untuk hidup di dunia ini sebagai makhluk abadi untuk sementara waktu. Sampai saya bertemu dengan seseorang yang membuat saya ingin menjadi manusia lagi, saya  berencana untuk menunda pencarian itu."

Guru Gong Dal menyerahkan sebungkus obat pada Kang Chi, "Kau melakukan perjalanan jauh dan jika kau merasa tubuhmu kurang sehat, makanlah obat ini. Ini obat khusus racikan Gong Dal."

Ia juga memberikan cincin yang selalu ada di ibu jarinya pada Kang Chi, sebagai tanda ia telah menerima Kang Chi sebagai muridnya. Kang Chi berterima kasih.

Pelayan Choi maju ke depan dan memeluk Kang Chi. Ia tak dapat menutupi kesedihannya namun ia mengerti perasaan putranya, "Jagalah dirimu baik-baik." Eok Man bertanya apakah Kang Chi akan sering mampir? "Ya, aku akan sering datang kemari." Pelayan Choi mengusap air matanya, begitu pula Eok Man.

Sebelum Kang Chi benar-benar pergi, Guru Dam memberikan sesuatu pada Kang Chi. Pedang Yeo Wool, "Jagalah pedang ini baik-baik. Kali ini jangan patahkan lagi."

Kang Chi menatap pedang itu dan sontak kerinduan dan kesedihan itu datang kembali. Matanya berkaca-kaca saat ia mengangguk pada Guru Dam. Sung menangis karena harus melepas hyung-nya. Tae Soo lebih tabah. Ia mengangguk, menenangkan Kang Chi, "Sampai bertemu lagi."

Kang Chi pun membungkuk, menghormat untuk yang terakhir kali pada semua dan berjalan pergi meninggalkan gerbang Moo Hyung Do.

Gon yang selama perpisahan itu menghilang, ternyata diam-diam mengantar kepergian Kang Chi. Ia menatap punggung Kang Chi dan berkata dalam hati, "Jaga dirimu baik-baik."

Kang Chi merasakan kehadiran Gon. Tanpa menoleh ke belakang, ia pun melambaikan tangan yang membawa pedang Yeo Wool dan berkata dalam hati, "Hiduplah dengan baik, temanku."

Chung Jo mendapat kiriman. Rompi yang khusus ia jahit untuk Kang Chi. Ia tersenyum sedih melihat isinya dan berkata, "Cho Ryeon Soo In, Jin Yeon Wan In."

Gob Dan bingung mendengar ucapan Chung Jo, maka Chung Jo pun menjelaskan isi peribahasa itu, "Cinta pertama membantu seseorang untuk tumbuh dewasa, sedangkan cinta terakhir yang menyempurnakan orang itu. Sepertinya hati Kang Chi sekarang  sudah sempurna."

Chung Jo mendatangi penjara dan menyuap penjaga agar bisa masuk ke dalam dan menemui Jo Gwan Woong. Jo Gwan Woong sekarang hanya terpekur diam. Tangan kanannya sekarang hanya menyisakan tangan tanpa tangan.

Chung Jo menyapa Jo Gwan Woong yang kelihatannya sudah tanpa semangat hidup. Hmm.. karena kehilangan tangannya atau kehilangan soulmate-nya?

Kedatangan Chung Jo kali ini untuk menemani Jo Gwan Woong minum untuk terakhir kalinya sebelum Jo Gwan Woong diasingkan. Hal yang sangat jarang terjadi. Jo Gwan Woong pun enggan menerimanya, hingga Chung Jo harus menaruh gelas itu ke dalam tangan pria itu.

Jo Gwan Woong menerima gelas itu dengan tatapan hampa. Chung Jo meminta Jo Gwan Woong untuk meminum air di gelas itu, "Sekarang .. ini adalah saatnya kau mengakhiri kehidupanmu yang menjijikkan."

Jo Gwan Woong heran melihat Chung Jo yang sangat baik padanya. Tapi Chung Jo tak berniat baik, "Aku hanya ingin mengakhiri hidupmu dengan tanganku sendiri."

Tetap tersenyum, Jo Gwan Woong meminum racun itu dan meminta, "Terus tuangkan." Chung Jo pun menuangkannya lagi, mendengarkan Jo Gwan Woong yang mengeluh kalau kehidupannya sangat hambar dan membosankan, "Aku tidak serakah, aku hanya ingin merasakan kalau aku hidup."

Whaa... filosofi hidup yang aneh. Gini kali ya pikiran para koruptor?

Racun itu mulai bekerja. Jo Gwan Woong pun memuntahkan darah. Terus memuntahkan darah.. walau Chung Jo sudah pergi meninggalkannya.

Dan Jo Gwan Woong pun mati sendirian dalam penjara.

Kang Ch berjalan sendiri dalam gelap. Dan ia terkejut melihat Lee Soon Shin berdiri menunggunya seakan tahu kalau ia akan datang. Mereka pun berjalan berdua dengan dikawal beberapa prajurit.

Lee Soon Shin berkata setelah kejadian di penginapan, anak buahnya tak mau meninggalkannya walau hanya sejenak. Kang Chi  tersenyum, "Jika saya jadi mereka, saya pun juga akan melakukan hal yang sama."

Lee Soon Shin bertanya kemana Kang Chi akan pergi. Kang Chi sendiri tak tahu, membuat Lee Soon shin bertanya lagi, "Apakah kau akan pergi tanpa tujuan?" Kang Chi mengiyakan.

Maka Lee Soon Shin pun memberi nasehatnya untuk yang terakhir kali, "Tak ada jawaban yang benar untuk menjawab bagaimana kita hidup sebagai manusia, Kang Chi. Tapi untuk menjadi manusia yang lebih baik, kau harus mengerahkan seluruh usahamu.

"Jangan pernah tunduk pada ketakutanmu.  Semakin kau berusaha, kau akan semakin kuat." Kang Chi mengangguk, memasukkan nasehat itu dalam hati. Lee Soon Shin pun melanjutkan, "Dari sekian banyak orang yang pernah aku temui, kau adalah orang yang paling baik."

Kang Chi berkata jika Lee Soon Shin membutuhkan bantuannya dalam peperangan nanti, ia akan datang membantunya. Namun ada pertanyaan yang masih mengganjal di hatinya dan ia ingin tanyakan pada Lee Soon Shin, "Menurut Anda, apakah Buku Keluarga Gu benar-benar ada?

Sejenak Lee Soon Shin terdiam, dan kemudian ia berkata, "Kalau kau percaya bisa menjadi manusia, maka buku itu mungkin ada."

Kang Chi tersenyum, membungkuk pada Lee Soon Shin dan ia pun berjalan pergi di bawah bulan sabit.

Kamar Yeo Wool kosong, tanpa penghuni. Hanya bunga ungu yang telah layu saja yang menghuni kamar itu. Dan hanya cahaya bulan yang menerobos jendela, yang menerangi ruangan itu.

Mendadak muncul butiran cahaya biru yang bertebaran, mengecup bunga itu hingga mekar kembali.

Dan inilah lompatan waktu terbesar di kdramaland. 422 tahun kemudian di Seoul. Tahun 2013. Di sebuah penthouse yang tampak modern, terpajang beberapa barang kuno.

Guci obat yang mirip guci obat milik Guru Gong Dal. Pedang yang terpajang di dalam kotak kaca dengan tiga bunga seperti pedang Gon. Selempang bergambar bunga anggrek milik Soo Ryun dan kotak kayu yang saya tebak adalah milik Tae Soo. Dan di atas semua itu, ada sebuah pedang berwarna kebiruan, yang tak pelak lagi adalah milik Yeo Wool.

Di atas meja di dalam sebuah vas ada terpajang bunga ungu, mirip dengan bunga yang pernah mekar kembali 422 tahun yang lalu.

Di dalam kamar mandi ada seorang pria yang sedang bersantai, berendam di bathtub sambil membaca majalah yang menampilkan seorang pria yang mirip Guru Gong Dal menerima penghargaan atas penemuan obatnya. Kotak obat berwarna kuning yang mirip dengan guci yang tadi kita lihat di lemari kaca.

Handphone pria itu berbunyi, namun pria itu tak mendengarnya karena asyik mandi, mengeringkan rambut dan memilih baju. Di ibu jarinya, tersemat cincin yang dulu pernah diberikan Guru Gong Dal pada Kang Chi.

Dan di dalam lemarinya tergantung rompi merah milik Kang Chi.

Ia akhirnya mengangkat handphone yang tak berhenti berdering. Dari Yoo Yeon Seuk (Nama asli Tae Soo). Dan Yeun Seuk pun langsung ngomel karena pria itu belum datang juga, padahal pria itu adalah bintang dalam pesta yang sedang berlangsung.

Kang Chi-kah itu? Atau keturunannya? Atau reinkarnasinya?

Pria itu adalah Kang Chi, karena dari jendela penthousenya, ia menatap bulan sabit dan berkata dalam hati, "Itu adalah bulan sabit yang ke-5221 yang kujalani sendirian."

Sementara di bawah ada seorang wanita yang berlari terburu-buru, pria itu memandang pedang Yeo Wool dan berkata dalam hati, "Dan ini adalah tahun ke-422.."

Seorang pria memanggilnya, sehingga ia menoleh. Dan benar, itu adalah Kang Chi.

Kang Chi menoleh  dan tersenyum pada Pelayan Choi, yang setelah 422 tahun pun tetap menjadi pelayan.

Kang Chi turun dan disambut dengan Eok Man yang juga tetap menjadi pelayan. Mungkin di jaman dulu Eok Man ini adalah yang mengurusi kuda, karena sekarang ia menjadi petugas valet service. Dan Kang Chi pun sekarang memanggilnya dengan Eok Man.

Dan, eih.. si Eok Man ini memanggil kang Chi dengan panggilan Sajang-nim? Berarti Kang Chi punya perusahaan, dong.

Eok Man yang sekarang tak mau dipanggil dengan nama itu karena nama sebenarnya adalah Ki Bang. Tapi Kang Chi tertawa dan mengatakan kalau ia selalu mengatakan hal itu karena ia sudah tua. Ki Bang ikut tertawa, tapi setelah Kang Chi pergi dengan mobil putihnya, Ki Bang pun ngomel, "Becanda, ya.. Dia kan lebih muda dariku."

Kang Chi menikmati suasana Seoul dan berkata dalam hati, "Kehidupan berlalu dengan cepat. Dan cara manusia hidup pun juga sangat berubah," ia melewati patung Lee Soon Shin dan tersenyum, "Begitu pula sejarah yang ada."

Mobil Kang Chi berhenti karena lampu merah, dan saat itu ia melihat ada seorang wanita yang berlari melintas di depannya. Mirip, mirip sekali dengan Yeo Wool, dan itu membuat Kang Chi tertegun. Namun ia tak sempat berpikir panjang karena lampu sudah berganti hijau dan mobil di belakang sudah memburunya dengan klakson.

Kemampuan Kang Chi sepertinya semakin terasah, karena sekarang ia bisa mendengar dari jauh teriakan orang minta tolong. Kang Chi yang baru saja turun dari mobil, mendesah kesal dan mencoba mengabaikan teriakan itu. Tapi teriakan itu terus bergaung di telinganya.

Ternyata yang berteriak adalah Gonita yang sedang ditagih hutang. Bukan hutangnya  sendiri, melainkan hutang kakaknya. Oleh siapa? Tak lain dan tak bukan oleh Ma Bong Chul yang sekarang juga menjadi preman plus rentenir.

Eh, ngomong-ngomong sekarang kriting spiral lagi ngetrend, ya? Rambut Gonita itu sekarang dikeriting spiral dan kemudian baru diikat.

Bong Chul merampas tas Gonita, namun tas itu tak bertahan lama ia pegang karena ada seseorang mengambil tas itu. Bong Chul berbalik kesal, dan menantang pria itu.

Kang Chi yang mengambil tas itu. Ia terbelalak kaget namun senang saat melihat Bong Chul dan Guru Yeo Joo ada di hadapannya, "Dan kau masih suka memalak? Bahkan setelah kau lahir kembali pun, bagaimana mungkin.."

Bong Chul tak tahu apa yang Kang Chi bicarakan. Ia tak tahu siapa Bong Chul, ia hanya ingin tas itu. Maka Kang Chi pun berkata, "Pergilah sebelum hitungan ketiga. Satu, dua.... tiga."

Eih.. bahkan setelah 422 tahun pun Kang Chi pun masih suka menghitung?

Mata Kang Chi berkilat kehijauan sebelum ia melawan Bong Chul cs. Dan seperti 422 tahun yang lalu, ia pun dengan mudah mengalahkan mereka.

Kang Chi mengembalikan tas pada Gonita yang malu-malu menerimanya. Namun terdengar teriakan, "Diam di tempat! Angkat tanganmu!"

Bong Chul pun reflek mengangkat tangannya, tapi sesaat kemudian ia dan kroninya kabur dengan merampas tas Gonita. Gonita pun ikut lari mengejarnya, begitu pula Kang Chi.

Tapi suara itu tetap menyuruhnya untuk diam di tempat atau ia akan menembak Kang Chi. Kang Chi yang akhirnya mengangkat tangannya lagi, walau dengan menghela nafas, berbalik dan berkata, "Maaf, kau pasti salah sangka. Aku hanya.."

Dan ucapannya berhenti karena ia melihatnya.

Ia melihat bayangan seorang gadis menghampirinya dengan pistol di tangan. Semakin dekat, wajah itu semakin jelas. Wajah milik seseorang yang ia tunggu selama 5221 bulan.

Yeo Wool.

Dan tak sadar, nama itu terlontar dari mulut Kang Chi, membuat gadis itu terkejut, "Bagaimana .. kau tahu namaku?"

Kang Chi tetap diam terpana, dan Yeo Wool pun menurunkan pistolnya dan bertanya lagi, "Bagaimana kau tahu namaku?"

"Jika aku bertemu denganmu lagi, maka saat itu aku akan mengenalimu lebih dulu. Jika aku bertemu denganmu lagi, maka saat itu aku akan mencintaimu lebih dulu."

"Apakah kau mengenalku?" tanya Yeo Wool ragu.

Mata Kang Chi berkaca-kaca, larut dalam kebahagiaan dan menjawab, "Mungkin aku mengenalmu. Mungkin juga tidak."

Dan ia menyadari kalau ia menemukan Yeo Wool di sebuah tempat dengan pohon sakura yang berdiri di bawah bulan sabit.

"Dan waktuku yang berhenti itu, sekarang berjalan kembali."

Ia pun tersenyum.  Tanpa keraguan, tanpa ketakutan.

Tamat