Published using Google Docs
Retno Sri Hartiningsih.docx
Updated automatically every 5 minutes

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn

PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SDN SAPEN 03

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh:Retno Sri Hartiningsih

SD Negeri Sapen 03, Mojolaban, Sukoharjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw. Bentuk  penelitian  ini  adalah  penelitian  tindakan  kelas  terdiri  dari  dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,  dan  refleksi.  Sebagai  subjek  penelitian  adalah  siswa  kelas  IV  SD Negeri Sapen 03 tahun ajaran 2013/2014. Sejumlah 17 siswa yang terdiri dari 6 siswa   perempuan   dan   11   siswa   laki-laki.   Teknik   pengumpulan   data menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerinahan pusat pada siswa kelas IV  SDN Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo  tahun  pelajaran  2013/ 2014.  Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata – rata nilai pemahaman konsep siswa sebelum tindakan yaitu 67,47, pada siklus I nilai rata-rata pemahaman  konsep  siswa  menjadi  67,53,  dan  pada  siklus  II  meningkat  lagi menjadi  73,71.  Sebelum  dilaksanakan  tindakan,  siswa  yang  memperoleh  nilai diatas KKM ( ≥60) hanya sebanyak 10 siswa (58,82%), pada siklus I meningkat menjadi 12 siswa (70,59%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 16 siswa (94,12%).

KataKunci:Jigsaw, Pemahaman Konsep, Pembelajaran PKn

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas IV SD Negeri Sapen 03, diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi pada pelajaran PKn khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut:1) Siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2) Materi Pkn yang terlalu banyak, 3) Siswa sulit menghafalkan materi yang ada,4) Guru kurang mampu membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan,5) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi6) Media yang digunakan guru kurang menarik. Dalam mengajarkan materi tersebut,sebenarnya guru telah berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan menggunakan media berupa gambar (Struktur), mamun para  siswa  tetap  pasif  dalam mengikuti  pelajaran.  Para  siswa  kurang  antusias  dalam  belajar.    

Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 17 siswa masih rendah. Terbukti dengan nilai ulangan pada materi Susunan Pemerintahan pusat adalah sebagai berikut: nilai tertinggi yaitu 74 ada 1 siswa, nilai 68 ada 1 siswa, nilai 66 ada 4 siswa, nilai 64 ada 4 siswa, nilai 62 ada 5 siswa, selebihnya yaitu 10 siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM (KriteriaKetuntasanMinimal).

Tujuan pembelajaran pada materi pemerintahan tingkat pusat adalah siswa dapat  menjabarkan lembaga-lembaga tingkat pusat dan dapat  mengenal lembaga,tugas,danwewenang padalembagapemerintahan ditingkatpusat. Jika tujuan pembelajaran itu tidak dapatdicapaikarenasiswa tidak memahamimateri padababinimakasiswaakankesulitankedepannyadalam memahami susunan pemerintahan  pusat,  tidak  mengerti apa itu MPR,DPR, atau bahkan tidak mengertisiapapresiden dinegaranyasendiri, selain itu siswa juga tidak mengerti apasaja instansi–instansi yang ada dalam pemerintahan pusat,siswa juga tidak mengerti tugas dan wewenang pada lembaga–lembaga pusat. Serta siswa tidak bisa  membedakan  sistem pemerintahan negaranya sendiri dengan  negara  lain. Dengan mempelajari PKn, diharapkan siswa bisa berkembang secara positif dan demokratis untuk menjadikan warga Negara yang baik,yaitu warga negara yang tahu,mau,dansadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas,dan bersikap baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma ditanamkan pada siswa sejak usia dini.

Guna menunjang keberhasilan pembelajaran supaya tujuan pembelajaran bisa tercapai pada materi susunan pemerintahan pusat guru perlu melakukan inovasi atau pembaharuan dalampembelajarannya. Dari pengalaman guru yang seperti itu penulis mencoba menggunakan model kooperatif dalam pembelajarannya.Sugiyanto berpendapat bahwa (2009:37) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)adalah pendekatan pembelajaranyang berfokus pada penggunaan kelompok kecil  siswa untuk bekerjasama  dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam prakteknya nanti penulis akan menerapkan model kooperatif  tipe   jigsaw yang  akan di terapkan dalampembelajaran.

Dalam metode Jigsaw terdapat kelompok ahli (expertgroups)   dan kelompok asal (home teams). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, karena siswa bertanggungjawab sebagai nara sumber dikelompoknya. Tujuan dari model kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Dengan diterapkannya metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan teman yang lain saat membahas materi yang sama dan bisa saling bertukar materi dengan kelompoknya. Dengan begitu, diharapkan siswa dapatmenjadi lebih pahamdalammenguasai materisusunan pemerintahan pusat.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui permasalahan yang ada berkaitan dengan peningkatan pemahaman konsep susunan pemerintah pusat melalui model kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 Mojolaban, Sukoharjo. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan  Kelas  (PTK)  dengan  judul  “Penerapan  Model  Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa  Kelas IV SD N 03 Sapen Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran2013/2014.“

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SDN Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo?”

Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan  penelitian ini  adalah sebagai berikut: “Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo melalui model kooperatif tipe jigsaw”.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Bagi Siswa
  1. MempermudahsiswadalammemahamimateripelajaranPKntentang susunan Pemerintah Pusat.
  2. MeningkatkanaktivitasbelajarsiswapadapembelajaranPKnmateri susunan pemerintahan pusat.
  3. Meningkatkan hasilbelajar siswaterutama pada  mata pelajaran PKn materisusunan pemerintahan pusat.
  1. Bagi Guru
  1. Dapatmeningkatkankemampuangurudalammengatasimasalahpada pembelajaran PKn dengan menggunakanmodelkooperatiftipejigsaw.
  2. Dapatmenambahwawasanguruterutamayangberhubungandengan pembelajaran PKn.
  1. Bagi Sekolah
  1. Sebagai bahan untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah terutamadidalamkelas.
  2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk perbaikan pada proses pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

  1. Kajian Teori
  1. PengertianModel Kooperatif TipeJigsaw

Pembelajaran   kooperatif   dengan   model  pembelajaran   tipe  jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E.Slavin. Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008)  dalam  (http://akhmadsudrajat.wordpress.com)  diunduh  tanggal  19Desember2011mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut model pembelajaran kooperatif tipe  jigsaw menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota relatif kecil dan bersifat heterogen.

Model jigsaw adalah pemberian tugas yang dikerjakan dalam kelompok yang jumlahnya 3 atau 4 siswa. Salah seorang siswa dalam kelompok itu mempelajari materi yang diberikan bersama siswa dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya masing– masing perwakilan kelompok tersebut kembali  kekelompok asalnya  untuk mengajarkan pada kelompoknya yang lain. Guru sebaiknya tidak mengembangkan ke bab selanjutnya sampai siswa mengembangkannya sendiri dalam kelompok ahli di pembelajaran yang kooperatif. Jadi tugas guru disini sebagai fasilitator dalam pembelajaran  yang  mengarahkan dan memotivasi siswa untuk  belajar  mandiri dan  menumbuhkan  rasa  tanggung  jawab  serta siswaakanmerasasenang berdiskusi tentang materi itu dengan teman sebayanya.

Pada model pembelajaran kooperatif  tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal (home team), yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang yang beragam. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan mempunyai topik yang sama yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas – tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepadakelompok asal. Para anggota kelompok asal yang berbeda, bertemu dengantopik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran PKn

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan ditingkat SD/MI/SDLB. Matapelajaran ini merupakan mata pelajaran  yang   memfokuskan  pada  pembentukan  warga  negara  yang memahami dan mampu melaksanakan hak–hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasiladan UUD1945. PKn  mengkaji seperangkat peristiwa,  fakta,  konsep,  dan  generalisasi yang berkaitan dengan moralitas kehidupan berbangsa. Matapelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan, analisis terhadap kondisi kehidupan berbangsa. PKn disusun secara sistematis, komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari PKn.

Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis  dari membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan.Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang memaparkan berbagai macam konsep yang bersifat abstrak.Untuk itu, sebagai guru harus bisa menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan untuk siswanya. Model dan metode apapun yang diambil seorang guru haruslah tetap tertuju padaketercapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat itu penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran akan membuat siswaa ktif.Melalui aktivitas bersama dalam kelompok, siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing–masing kearah yang lebih baik.

Berikut ini adalah penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn pada materi susunan pemerintahan pusat, langkah– langkahnya yaitu :

  1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiridari 4atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen, kelompok awal ini dinamai kelompok asal.
  2. Tiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda–beda,misalnya dari 4 orang anggota masing–masing mendapatkan sub materi dari materi lembaga pemerintahan yaitu struktur pemerintahan pusat,lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan, lembaga yudikatif.
  3. Siswa yang mendapat sub materi yang sama berkumpul menjadi satu kelompok membentuk kelompok ahli, misalnya ada kelompok ahli legislatif yang merupakan kumpulan  dari siswa – siswa di tiap kelompok asal yang mempunyai materi tentang lembaga legislatif.
  4. Masing– masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka.
  5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali kekelompokasalnyauntuk berbagiinformasipada anggotalain mengenaimateriyang telah dipelajaridalamkelompok ahli.
  6. Setelahdiadakanpertemuandandiskusidalamkelompokasal,siswa dievaluasisecara individual mengenaibahanyangtelah dipelajari.

Dengan  diterapkannya   model   kooperatif   tipe   jigsaw   dalam pembelajaran PKn diharapkan bisa memotivasi siswa untuk menerapkan informasi yang baru diperolehnya dalam situasi yang baru, selain dapat meningkatkan  pemahaman  siswa  diharapkan  juga  dapat  meningkatkan kecakapan siswa dalam berfikir, berbicara dan menulis.

Materi SusunanPemerintahanPusat

Susunan pemerintahan pusatmerupakan salah satu pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa kelas IV semester II. Yang dipelajari dalam pokok materi ini terdiri dari 2 sub pokok materi, yaitu system pemerintahan pusat dan Lembaga–lembaga dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, presiden, MA,MK, dan BPK.

Menurut Prayoga Bestari (2008:55) Setiap negara memiliki system dan lembaga Pemerintahan, Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan  di Indonesia. Indonesia menganut paham pembagian kekuasaan,bukan pemisahan kekuasaan. Berikut ini adalah bagan struktur pemerintahan pusat sebelum amandemen UUD 1945. Montesquieu dalam Kusnardidan Saragih (1994: 222) kekuasaan Negara diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan yang menjalankan undang–undang atau kekuasaan yang menjalankan pemerintahan, kekuasaan legislative yang berarti kekuasaan membentuk undang–undang,kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang– undang.

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1974, Pemerintahan pusat selanjutnya disebut pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik  Indonesia  yang   terdiri  dari  Presiden  beserta  pembantu  – pembantuya. Sistem pemerintahan Negara Indonesia berdasarkan UUD  1945 setelah  diamandemen. Bentuk pemerintahan  adalah republik sedangkan sistem  pemerintahan   presidensial.   Presiden   adalah   kepala  Negara  dan sekaligus kepala pemerintahan.presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggungjawab kepada presiden.

 Pengajaran materi susunan pemerintahan pusat dimaksudkan  agar siswa dapat menjabarkan lembaga-lembaga Negara dalam susunan pemerintahan pusat seperti MPR, DPR,DPD, presiden,MA,MK, Komisi Yudisial, dan kejaksaan, menyebutkan lembaga-lembaga Negara dalam susunan pemerintahan pusat, menghafal struktur lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah pusat, menerangkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, membagankan organisasi pemerintahan tingkat pusat, dan membuat simpulan tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.

Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, terbukti dari 41,18% siswa mempunyai nilai dibawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya: 1)siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn,2) materi susunan pemerintahan pusat pada pelajaran Pkn yang terlalu banyak, 3) siswa  sulit  menghafalkan  materi  yang  ada,  4)    guru  kurang  mampu membangkitkan  suasana pembelajaran  yang  menarik sehingga siswa mudah merasa bosan,5) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6) media yang digunakan guru kurang menarik.

 Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Diantaraberbagai model dalam pembelajaran ,model kooperatif tipe jigsaw adalah model yang diharapkandapat membantu meningkatkan pemahamankonsep siswa, khususnyapemahaman konsep pada  materi susunan pemerintahan pusat.  Penggunaan  metode  jigsaw dalampembelajaran akan membuatsiswaaktif.Melaluiaktifitas bersamadalam kelompok, parasiswaberbagipengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan merekasaling belajaruntukmembentukkompetensidiri masing–masing kearah yanglebih baik.

 Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan  model kooperatif  tipe jigsawdapat meningkatkan  pemahamankonsep susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Secaraskematiskerangkaberpikir dapatdilihatpadaGambar 5 sebagaiberikut:

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN

        Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sapen 03KecamatanMojolaban,Kabupaten Sukoharjo, yaitu pada siswa kelasIVsemester IItahun pelajaran 2013/2014. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulanFebruari sampai dengan bulan April 2014.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SD Negeri  Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun  pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa. Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai kendala di dalam memahamai konsep tentang susunan pemerintahan pusat dalam pembelajaran PKn sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Data-data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

  1. Data tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas IV SD Negeri Sapen 03.
  2. Data tentang prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn yang diperoleh dari siswa;
  3. Data tentang pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari dokumen berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan kurikulum yang disusun oleh guru.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas IV  semester II dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan  dengan  pengamatan  langsung  di  kelas  mengenai  kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa.Tes,  digunakan  untuk  memperoleh  data  hasil  belajar  siswa  (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode eksperimen. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi  langsung pada proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas IV semester II SD Negeri  Sapen 03 KecamatanMojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun  pelajaran 2013/2014. Observasi langsung dilakukan pada saat kondisi awal  pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa peningkatan  hasil belajar PKn. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Indikator Kinerja

Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:

  1. Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai >65.00.
  2. Pembelajaran dianggap berhasil  apabila siswa sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas >65.00.
  3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 75%, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebesar > 75% dari jumlah siswa.

Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung,,  Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatankualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subjek penelitian sangat diutamakan adalah mengungkap makna yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan sebagimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1998) sebagaimana dikutip oleh Sutama (2012: 164). Sifat PTK yang dilakukan adalah kolaboratif partisipatoris, yakni kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan. Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipadang sebagai satu siklus (Sutama, 2012: 145).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

        Hasil Penelitian

  1. Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Februari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi, masih terdapat kekurangan, beberapa diantaranya yaitu guru   kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), dan guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, selain permasalahan yang ada pada guru ada juga permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung, antara lain: a) Siswa masih ragu – ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. b.   Tidak berani tampil di depan kelas. b)Kurang antusias saat merespon tindakan guru.c) Menunjukkan  sikap  jenuh  saat  pembelajaran  yang  ditunjukkan  dengan siswa mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan menguap.

Rendahnya pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dari nilai sebelum tindakan tentang materi susunan pemerintahan pusat dari 17 anak terdapat 58,82 % atau 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan yang lainnya berada di bawah KKM. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

                Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

10

58,82%

2.

Tidak Tuntas

7

41,18%

Jumlah

17

100.00%

Nilai Rata-rata

67,47

Nilai Tertinggi

98,00

Nilai Terendah

50,00

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Gambar 1. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

Analisis  hasil   pemahaman   konsep   dari   nilai   siswa   sebelum tindakan  diperoleh  nilai  rata-rata  kemampuan  siswa  menjawab  soal dengan  benar  adalah  67,47  di  mana  hasil  tersebut  sebenarnya sudah diatas standar yang diharapkan, tetapi besarnya   persentase   siswa tuntas   pada   materi   susunan   pemerintahan   pusat   adalah   sebesar 58,82% dari yang diharapkan sebesar 75%.   Dari   hasil   analisis   nilai   sebelum   tindakan   tersebut,   maka dilakukan     tindakan     lanjutan     untuk     meningkatkan     kemampuan siswa dalam memahami pelajaran PKn khususnya materi susunan pemerintahan pusat.

  1. Deskripsi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa siswa yang masih di   luar   kelas   meskipun   jam   pelajaran   sudah   mulai.   Pada   saat berlangsungnya  diskusi  belum berjalan begitu  maksimal  karena  siswa ingung harus berpindah – pindah kelompok dari kelompok asal ke kelompok ahli dan kembali lagi ke kelompok asal, hal itu menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh dan siswa tidak konsentrasi dalam membahas soal diskusi bersama teman kelompoknya. Kegaduhan juga terjadi karena jumlah siswa dan materi yang tidak seimbang, misalnya pada materi yang dibahas dalam kelompok ahli struktur pemerintahan, jumlah siswanya terlalu banyak sehingga ada  siswa  yang berbicara sendiri dan bermain bersama teman yang lain.   Saat siswa kembali ke kelompok asal, belum semua siswa dapat menginformasikan hasil diskusinya dikelompok ahli. Kemudian saat kelompok pertama menyampaikan hasil diskusi, tampak beberapa  anggota  kelompok  yang  lain  tidak  memperhatikan.  Mereka malah asyik berbicara sendiri. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh. Melihat hal tersebut, guru memberi tahu siswa tentang pentingnya menghargai seseorang yang sedang berbicara jadi harus memperhatikan teman lainnya yang sedang membacakan hasil diskusinya.

 Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari pertemuan pertama. Saat diskusi juga siswa sudah agak mengerti dan tidak bingung lagi ketika berpindah – pindah dari kelompok asal ke kelompok ahli dan kembali lagi ke kelompok asal. Ketika kembali ke kelompok asal siswa masih belum bisa menginformasikan materi kepada temannya yang lain. Saat ada kelompok  yang maju membacakan hasi diskusinya juga masih  banyak  siswa  yang tidak  memperhatikan,  dan  juga  baru  sedikit sekali siswa yang berani menungkapkan pendapat di depan kelas untuk mengajukan  pertanyaan  juga  tampak  kebanyakan  siswa  masih  terlihat malu – malu.

 Analisis   hasil   tindakan   siklus   I   direfleksi   sesuai   dengan proses  pembelajaran   yang   dilakukan.   Data   yang   diperoleh   melalui observasi    dikumpulkan    kemudian    dianalisis.    Berdasarkan    hasil observasi    yang    dilakukan    selama    proses    pelaksanaan    tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut

  1. Berdasarkan  hasil  evaluasi  PKn  pada  siklus  I  siswa  yang memperoleh  nilai  <  60  (KKM)  ada  5  siswa  atau  29,41%  dan  siswa yang  memperoleh  nilai  ≥  60  (KKM)  yaitu  12  siswa  atau  70,59%.
  2. Meskipun  terjadi  peningkatan  dalam  nilai  PKn  siswa,  akan  tetapi terdapat   beberapa   kekurangan   dalam   pembelajaran   yang   perlu dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain:
  1. Keseriusan    dalam    aktivitas    yang    dilakukan    siswa    masih kurang,  hal  ini  bisa  dilihat  dari  beberapa  siswa  yang  ramai sendiri.
  2. Pembagian tugas dalam kelompok yang masih kurang rapi.
  3. Kemampuan      siswa      dalam      berbagi      informasi    dengan temannya di kelompok awal.
  4. Pada   saat   kelompok   melakukan   presentasi,   kelompok   lain ada yang ramai dan tidak memperhatikan.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi factor penyebab dari permasalahan tersebut, antara lain:

  1. Penjelasan dari guru tentang penerapan model jigsaw dalam pembelajaran masih kurang jelas.
  2. Pembagian kelompk yang homogen, karena siswa memilih sendiri kelompoknya sehingga anggotanya tidak heterogen.
  3. Di kelompok ahli siswa tidak terfokus membahas materi apa yang seharusnya dibahas karena tidak ada lembar kerja siswa.
  4. Penyampaian  hasil  diskusi  oleh  kelompok  lain  kurang  dapat menarik perhatian siswa.
  5. Kurangnya waktu dalam pembelajaran karena pembelajaran menggunakan metode jigsaw memerlukan waktu yang banyak, karena waktunya kurang saat mengerjakan evaluasi siklus I waktunya sangat terbatas.
  6. Media yang digunakan guru tidak begitu menarik perhatian siswa.

Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari kekurangan  yang  terdapat  dalam  proses  pembelajaran,  yaitu:  (1)  guru memberikan penjelasan tentang langkah – langkah menggunakan metode jigsaw dalam pembelajaran sebagi gambaran supaya siswa tidak bingung dan gaduh saat pembelajaran, (2) pembagian tugas kelompok ditentukan dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua kelompok agar mau bekerja sama dengan anggota lain sehingga hasil yang diperoleh pun lebih maksimal, (4) kelompok yang akan maju membacakan hasil diskusinya, jawaban dari kelompok itu dipegang guru sehingga kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, (5) mengatur waktu pembelajaran  supaya  lebih  efisien  lagi  sehingga  dalam  pelaksanaan evaluasi siklus II siswa tidak terburu – buru dalam mengerjakan soalnya, (6)  menggunakan  media  yang  lebih  menarik  lagi.  Berdasarkan  hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan, penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan ketuntasan siswa mencapai 75%, namun pada tindakan siklus I ini baru mencapai 70,59% hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal karena masih ada siswa yang nilainya dibawah KKM dan masih ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus I maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II. Untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

                Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Siklus I

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

12

70,59%

2.

Tidak Tuntas

5

29,41%

Jumlah

17

100.00%

Nilai Rata-rata

67,53

Nilai Tertinggi

98,00

Nilai Terendah

55,00

        

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Gambar 2. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Siklus I

  1. Deskripsi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama, suasana kelas sudah cukup tertib siswa antusias dan semangat sebelum  pembelajaran dimulai. Pada saat  berlangsungnya  diskusi  juga berjalan tertib siswa sudah paham saat berpindah dari kelompok awal ke kelompok ahli, dan di kelompok ahli pun siswa berdiskusi dengan cukup baik karena sudah ada lembar kerja sehingga diskusi siswa menjadi lebih terarah. Kegaduhan yang terjadi di kelas dapat diatasi dengan baik oleh guru,  saat  suasana  kelas  guru  mengucapkan  kata  “hai”  dan  siswa menjawab “halo” atau sebaliknya dengan kegiatan seperti itu siswa bisa kembali tenang dan berdiskusi dengan baik. Saat siswa kembali ke kelompok asal, mereka sudah mulai bisa bekerjasama dengan baik untuk saling bertanggung jawab dalam menginformasikan materi pada teman di kelompoknya, karena dengan kerja sama yang baik mereka nantinya dapat memahami materi itu dengan baik. Pada saat guru meminta kelompok yang sudah selesai untuk maju kedepan kelas dan membahas hasil diskusinya hanya ada beberapa kelompok yang mau maju kedepan karena mereka disuruh membahas hasil diskusinya tanpa membaca jawaban yang ada di lembar kerja kelompok, jadi siswa harus bisa paham tentang apa yang sudah mereka diskusikan. Dengan cara seperti itu saat ada kelompok yang maju maka siswa yang lain akan memperhatikan dan tidak ramai sendiri.

 Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran hampir sama pada pertemuan 1 siklus II, pada saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tiap kelompok mulai berani dan bisa menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang lancar dan baik. Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama saat teman mereka maju karena bila teman yang sedang maju tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka kelompok lainnya akan langsung menjawab sehingga poin sebagai kelompok aktif akan bertambah dan bisa memperoleh reward dari guru.

Analisis   hasil   tindakan   siklus   I   direfleksi   sesuai   dengan proses  pembelajaran   yang   dilakukan.   Data   yang   diperoleh   melalui observasi    dikumpulkan    kemudian    dianalisis.    Berdasarkan    hasil observasi    yang    dilakukan    selama    proses    pelaksanaan    tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:

  1. Seluruh  siswa  mengikuti  pembelajaran  PKn.  Hasil  evaluasi  rata–rata PKn siswa pada siklus II yaitu 73,71.
  2. Berdasarkan   hasil    evaluasi    PKn    pada    siklus   II   siswa    yang memperoleh  nilai  <60  (KKM)  ada  1  siswa  atau  5,88%  dan  siswa yang  memperoleh   nilai   ≥60   (KKM)   yaitu   16  siswa   atau   94,12%.

Untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4

                Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Siklus II

No.

Ketuntasan

Jumlah

%

1.

Tuntas

16

94,12%

2.

Tidak Tuntas

5

5,88%

Jumlah

1

100.00%

Nilai Rata-rata

73,71

Nilai Tertinggi

60,00

Nilai Terendah

98,00

        

Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang diperoleh pada masing – masing pertemuan, maka pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat menggunakan metode jigsaw   pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga tidak  perlu  dilanjutkan  pada  siklus  berikutnya.  Hal  ini  menunjukkan bahwa    pembelajaran    melalui    penerapan    metode    jigsaw    dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 tahun pelajaran 2013/2014

PEMBAHASAN

Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata –rata nilai evaluasi PKn dan ketuntasan belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Sapen 04, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan  yaitu  siklus  I  dan  siklus  II  yang  masing  –  masing  terdiri  dari  2 pertemuan. Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep PKn rata – rata, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata – rata hanya mencapai  67,47dengan  persentase  ketuntasan  klasikal  58,82%  pada  siklus I bisa meningkat menjadi 67,53 dengan persentase ketuntasan klasikal 70,59% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 73,71 dengan persentase ketuntasan klasikal 94,12%.

 Hal ini merefleksikan bahwa penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn kelas IV dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep PKn pada materi susunan  pemerintahan pusat. Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan. Aadanya   peningkatan   pada   kinerja   guru   dan   aktivitas   siswa.   Walaupun peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan dalam   jangka   waktu   yang   cukup   lama   secara   terus   –   menerus   akan memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.

Hambatan yang ditemui pada masing – masing siklus berbeda – beda. Hambatan – hambatan itu antara lain :

  1. Siswa masih kesulitan dengan model pembelajaran yang diterapkan guru, karena harus berpindah – pindah tempat dari kelompok asal ke kelompok ahli lalu kembali lagi ke kelompok asal.
  2. Ketika berkumpul di kelompok ahli, diskusi siswa belum terarah hal itu membuat kondisi menjadi gaduh karena siswa ramai sendiri.
  3. Saat kembali ke kelompok asal siswa belum bisa menginformasikan hasil diskusinya di kelompok ahli pada temannya di kelompok asal dengan baik.
  4. Pembagian   kelompok   yang   homogen   membuat   kelas   menjadi   tidak seimbang, ada kelompok yang selalu aktif tapi ada juga kelompok yang sangat pasif.
  5. Selain itu saat penyampaian hasil diskusi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat kelompk lain sedang membacakan hasilnya.

Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I sudah disempurnakan pada siklus II yaitu dengan memberi pengarahan dan bimbingan sebelum kegiatan inti dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bingung kenapa harus selalu berpindah – pindah kelompok. Saat berada di kelompok awal guru membagikan lembar kerja siswa dengan soal yang berbeda  – beda tiap siswa untuk didiskusikan bersama teman yang lain di kelompok ahli sehingga diskusi di kelompok ahli lebih terarah dan lebih kondusif. Setelah kembali lagi ke kelompok awal siswa menginformasikan pada temannya yang lain dengan cara saling bertukar lembar kerja siswa yang mereka miliki dan menjelaskan apabila teman yang lain belum jelas. Pembagian kelompok diatur oleh guru menjadi heterogen sehingga  tidak  ada  kelompok  yang  lebih  mendominasi  akan  tetapi  semua kelompok  bisa  terlibat  aktif  dalam  pembelajaran.  Kelompok  yang  akan  maju membacakan   hasil   diskusinya terlebih dahulu    memberikan   hasil   lembar diskusinya pada guru sehingga jawaban dari kelompok itu dipegang guru lalu kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara seperti itu siswa yang lain akan memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila kelomok yang di depan tiak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain berhak menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.

Hambatan yang ditemui guru pada pembelajaran PKn menggunakan metode jigsaw ini diantaranya yaitu:

  1. Guru masih kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang kondusif intuk pembelajaran.
  2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih kurang.

  1. Ketepatan  guru  dalam  menerapkan  metode  jigsaw  juga  masih  kurang sehingga masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru menggunakan media powerpoint sehingga materi yang disampaikan lebih jelas dan menarik perhatian siswa. Guru juga memberikan pengarahan pada siswa tentang langkah – langkah menggunakan metode jigsaw supaya siswa tidak kesulitan  dalam  mengikuti  pembelajaran.  Dengan  begitu  hambatan  yang  ada dalam pembelajaran dapat diperbaiki Hambatan – hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat dikurangi hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran PKn dapat meningkat

Hal itu dikarenakan penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran PKn menjadi bermakna karena pembelajaran lebih menyenangkan  memudahkan siswa untuk memahami materi yang ada dengan bertukar informasi bersama teman – teman, meningkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawab dalam satu kelompok untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa memahami materi bersama – sama. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe jigsaw maka kendala – kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PKn yang lain menjadi tidak berarti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep PKn khususnya materi susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 yaitu dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw.  Hal ini terjadi karena penerapan model kooperatif tipe jigsaw  dapat  menjadikan  pembelajaran  PKn   menjadi  lebih  menyenangkan sehingga pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep PKn materi susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban tahun ajaran 2013/2014.

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn materi Susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep Susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

 Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep pada setiap siklusnya,yaitu sebelum tindakan nilai rata– rata pemahaman konsep siswa 67,47, siklus I nilai ratarata pemahaman konsep siswa sebesar67,53,dansiklus IInilairata–ratapemahamankonsepsiswasebesar73,71. Tingkatketuntasanbelajar siswasebelum tindakansebanyak10siswaatau58,82%. PadasiklusI sebanyak12siswaatau70,59%.SedangkanpadasiklusIIsebanyak16siswa  atau  94,12%.  Dengan demikian, penerapan metodejigsawdalampembelajaran PKn materi SusunanPemerintahPusatdapatmeningkatkanPemahaman konsepPKnsiswa kelasIVSDNegeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakanbeberapa saran sebagai berikut:

  1. Bagi Siswa
  1. Siswa hendaknyadapat berperan  aktifdengan  menyampaikan  ideatau pemikiranpadaproses pembelajaran,sehinggaprosespembelajarandapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasilbelajar yangoptimal.
  2. Siswadapat mengaplikasikan hasilbelajarnyakedalamkehidupan sehari-hari.
  3. Para  peserta  didik  sekolah  dasar  khususnya  kelas  VI  dapat meningkatkan prestasi belajar.
  1. Bagi GuruKelas
  1. Hendaknyaguru menerapkan modelkooperatif tipejigsaw dalam pembelajaran PKn materisusunan pemerintahan pusat.
  2. Dalampembelajaransecaraumumhendaknyagurulebihberinovasidalam menerapkanmodelataupunmetodeyangdikuasaisesederhana apapunitu untuk menarik minatsiswadalampembelajaran.
  3. Dalampembelajaran PKnmaterisusunanpemerintahan pusatguru hendaknyakerjasamadansaling membantudengangurulaindalam kelompokkerjagurusesamagurukelasIV   dalammenerapkanmetode kooperatiftipe jigsaw.
  1. Bagi Sekolah

Sekolahsebaiknyameningkatkankualitas tenagapendidiknyadengan mengadakan pelatihan bagiguru agar dapatberinovasi menerapkan model pembelajaranyang tepatpadapembelajaran,terutamamodelpembelajaran yang menyenangkanmisalnyamodelkooperatif tipejigsaw.Kualitastenaga pendidik yang  lebih baik  akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karenapastinyaakanterdapatinovasidalampenggunaanmodelpembelajarandan tujuan pembelajaran dapattercapaisesuaidenganyangdiharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.

Daryanto. 2008.Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PTRinekaCipta

Isjoni.2010.Pembelajaran KooperatifMningkatkan kecerdasanKomunikasi antarPeserta Didik. Yogyakarta:PusatakaPelajar

Kusnardidan Bintan R. Saragih. 1994. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media Pratama

KartikaDewi,Ressidkk.2008.Pendidikan Kewarganegaraan 4UntukSekolah Dasar&MadrasahIbtidaiyahKelas IV.Jakarta:PusatPerbukuan Depdiknas

NanaSudjana.2009.Penilaian HasilProsesBelajarMengajar.Bandung: RemajaRosdakarya

NanaSyaodih.2004.LandasanPsikologiProsesPendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya

NikenAryanidanDany Haryanto.2010.PembelajaranMultiMediadiSekolah PedomanpembelajaranInspiratif,Konstruktif,danProspektif. Jakarta: PTPrestasiPustakakarya

NoviEmildadiany. 2008.PenerapanModel PembelajaranCooperaitve LearningTipe Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses tanggal 19 Desember 2011

Oemar Hamalik. 2003.KurikulumdanPembelajaran. Jakarta:BumiAksara

PrayogaBestari. 2008.PendidikanKewarganegaraan: MenjadiWarga Negara yang Baik. Jakarta:PusatPerbukuan Depdiknas

Purwanto. 2010.Evaluasi HasilBelajar.Yogyakarta:PustakaPelajar

Ruminiati. 2007.PendidikanKewarganegaraanSD.Depdiknas

Sarjan. 2008.PendidikanKewarganegaraanBangga MenjadiInsanPancasilaUntuk  SD/MIKelasIV.Jakarta:PusatPerbukuan Depdiknas

SarwijiSuwandi.2009.Penelitian Tindakan kelas (PTK)danPenulisan Karya Ilmiah.Surakarta :  Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta

Slavin, Robert E. 2008.CooperativeLearning (Teori, Riset, danPraktek).Bandung:NusaMedia

SuharsimiArikunto,Suhardjono,danSupardi.2006.PenelitianTindakanKelas.Jakarta:BumiAksara.

Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.

Sutopo, H.B. 2006.Metodologi PenelitianKualitatif.Surakarta:UNS Pres

Winkel, WS. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Oleh:Retno Sri Hartiningsih, S. Pd.

SD Negeri Sapen 03, Mojolaban, Sukoharjo

NIP. 19590219 197802 2 005