PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn
PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SDN SAPEN 03
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh:Retno Sri Hartiningsih
SD Negeri Sapen 03, Mojolaban, Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 tahun ajaran 2013/2014. Sejumlah 17 siswa yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerinahan pusat pada siswa kelas IV SDN Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/ 2014. Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata – rata nilai pemahaman konsep siswa sebelum tindakan yaitu 67,47, pada siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep siswa menjadi 67,53, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 73,71. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai diatas KKM ( ≥60) hanya sebanyak 10 siswa (58,82%), pada siklus I meningkat menjadi 12 siswa (70,59%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 16 siswa (94,12%).
KataKunci:Jigsaw, Pemahaman Konsep, Pembelajaran PKn
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas IV SD Negeri Sapen 03, diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi pada pelajaran PKn khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut:1) Siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2) Materi Pkn yang terlalu banyak, 3) Siswa sulit menghafalkan materi yang ada,4) Guru kurang mampu membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan,5) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi6) Media yang digunakan guru kurang menarik. Dalam mengajarkan materi tersebut,sebenarnya guru telah berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan menggunakan media berupa gambar (Struktur), mamun para siswa tetap pasif dalam mengikuti pelajaran. Para siswa kurang antusias dalam belajar.
Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 17 siswa masih rendah. Terbukti dengan nilai ulangan pada materi Susunan Pemerintahan pusat adalah sebagai berikut: nilai tertinggi yaitu 74 ada 1 siswa, nilai 68 ada 1 siswa, nilai 66 ada 4 siswa, nilai 64 ada 4 siswa, nilai 62 ada 5 siswa, selebihnya yaitu 10 siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM (KriteriaKetuntasanMinimal).
Tujuan pembelajaran pada materi pemerintahan tingkat pusat adalah siswa dapat menjabarkan lembaga-lembaga tingkat pusat dan dapat mengenal lembaga,tugas,danwewenang padalembagapemerintahan ditingkatpusat. Jika tujuan pembelajaran itu tidak dapatdicapaikarenasiswa tidak memahamimateri padababinimakasiswaakankesulitankedepannyadalam memahami susunan pemerintahan pusat, tidak mengerti apa itu MPR,DPR, atau bahkan tidak mengertisiapapresiden dinegaranyasendiri, selain itu siswa juga tidak mengerti apasaja instansi–instansi yang ada dalam pemerintahan pusat,siswa juga tidak mengerti tugas dan wewenang pada lembaga–lembaga pusat. Serta siswa tidak bisa membedakan sistem pemerintahan negaranya sendiri dengan negara lain. Dengan mempelajari PKn, diharapkan siswa bisa berkembang secara positif dan demokratis untuk menjadikan warga Negara yang baik,yaitu warga negara yang tahu,mau,dansadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas,dan bersikap baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma ditanamkan pada siswa sejak usia dini.
Guna menunjang keberhasilan pembelajaran supaya tujuan pembelajaran bisa tercapai pada materi susunan pemerintahan pusat guru perlu melakukan inovasi atau pembaharuan dalampembelajarannya. Dari pengalaman guru yang seperti itu penulis mencoba menggunakan model kooperatif dalam pembelajarannya.Sugiyanto berpendapat bahwa (2009:37) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)adalah pendekatan pembelajaranyang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam prakteknya nanti penulis akan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw yang akan di terapkan dalampembelajaran.
Dalam metode Jigsaw terdapat kelompok ahli (expertgroups) dan kelompok asal (home teams). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, karena siswa bertanggungjawab sebagai nara sumber dikelompoknya. Tujuan dari model kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Dengan diterapkannya metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan teman yang lain saat membahas materi yang sama dan bisa saling bertukar materi dengan kelompoknya. Dengan begitu, diharapkan siswa dapatmenjadi lebih pahamdalammenguasai materisusunan pemerintahan pusat.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui permasalahan yang ada berkaitan dengan peningkatan pemahaman konsep susunan pemerintah pusat melalui model kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 Mojolaban, Sukoharjo. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SD N 03 Sapen Mojolaban Sukoharjo Tahun Pelajaran2013/2014.“
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SDN Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo?”
Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo melalui model kooperatif tipe jigsaw”.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh Robert E.Slavin. Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008) dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19Desember2011mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota relatif kecil dan bersifat heterogen.
Model jigsaw adalah pemberian tugas yang dikerjakan dalam kelompok yang jumlahnya 3 atau 4 siswa. Salah seorang siswa dalam kelompok itu mempelajari materi yang diberikan bersama siswa dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya masing– masing perwakilan kelompok tersebut kembali kekelompok asalnya untuk mengajarkan pada kelompoknya yang lain. Guru sebaiknya tidak mengembangkan ke bab selanjutnya sampai siswa mengembangkannya sendiri dalam kelompok ahli di pembelajaran yang kooperatif. Jadi tugas guru disini sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswaakanmerasasenang berdiskusi tentang materi itu dengan teman sebayanya.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal (home team), yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang yang beragam. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan mempunyai topik yang sama yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas – tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepadakelompok asal. Para anggota kelompok asal yang berbeda, bertemu dengantopik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan ditingkat SD/MI/SDLB. Matapelajaran ini merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak–hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasiladan UUD1945. PKn mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan moralitas kehidupan berbangsa. Matapelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan, analisis terhadap kondisi kehidupan berbangsa. PKn disusun secara sistematis, komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari PKn.
Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan.Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang memaparkan berbagai macam konsep yang bersifat abstrak.Untuk itu, sebagai guru harus bisa menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan untuk siswanya. Model dan metode apapun yang diambil seorang guru haruslah tetap tertuju padaketercapaian tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat itu penggunaan metode jigsaw dalam pembelajaran akan membuat siswaa ktif.Melalui aktivitas bersama dalam kelompok, siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing–masing kearah yang lebih baik.
Berikut ini adalah penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn pada materi susunan pemerintahan pusat, langkah– langkahnya yaitu :
Dengan diterapkannya model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn diharapkan bisa memotivasi siswa untuk menerapkan informasi yang baru diperolehnya dalam situasi yang baru, selain dapat meningkatkan pemahaman siswa diharapkan juga dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berfikir, berbicara dan menulis.
Materi SusunanPemerintahanPusat
Susunan pemerintahan pusatmerupakan salah satu pokok materi yang harus dipelajari oleh siswa kelas IV semester II. Yang dipelajari dalam pokok materi ini terdiri dari 2 sub pokok materi, yaitu system pemerintahan pusat dan Lembaga–lembaga dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, presiden, MA,MK, dan BPK.
Menurut Prayoga Bestari (2008:55) Setiap negara memiliki system dan lembaga Pemerintahan, Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Indonesia menganut paham pembagian kekuasaan,bukan pemisahan kekuasaan. Berikut ini adalah bagan struktur pemerintahan pusat sebelum amandemen UUD 1945. Montesquieu dalam Kusnardidan Saragih (1994: 222) kekuasaan Negara diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan yang menjalankan undang–undang atau kekuasaan yang menjalankan pemerintahan, kekuasaan legislative yang berarti kekuasaan membentuk undang–undang,kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang– undang.
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1974, Pemerintahan pusat selanjutnya disebut pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu – pembantuya. Sistem pemerintahan Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 setelah diamandemen. Bentuk pemerintahan adalah republik sedangkan sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala Negara dan sekaligus kepala pemerintahan.presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggungjawab kepada presiden.
Pengajaran materi susunan pemerintahan pusat dimaksudkan agar siswa dapat menjabarkan lembaga-lembaga Negara dalam susunan pemerintahan pusat seperti MPR, DPR,DPD, presiden,MA,MK, Komisi Yudisial, dan kejaksaan, menyebutkan lembaga-lembaga Negara dalam susunan pemerintahan pusat, menghafal struktur lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah pusat, menerangkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, membagankan organisasi pemerintahan tingkat pusat, dan membuat simpulan tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.
Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, terbukti dari 41,18% siswa mempunyai nilai dibawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya: 1)siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn,2) materi susunan pemerintahan pusat pada pelajaran Pkn yang terlalu banyak, 3) siswa sulit menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan,5) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6) media yang digunakan guru kurang menarik.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Diantaraberbagai model dalam pembelajaran ,model kooperatif tipe jigsaw adalah model yang diharapkandapat membantu meningkatkan pemahamankonsep siswa, khususnyapemahaman konsep pada materi susunan pemerintahan pusat. Penggunaan metode jigsaw dalampembelajaran akan membuatsiswaaktif.Melaluiaktifitas bersamadalam kelompok, parasiswaberbagipengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan merekasaling belajaruntukmembentukkompetensidiri masing–masing kearah yanglebih baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa dengan model kooperatif tipe jigsawdapat meningkatkan pemahamankonsep susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Secaraskematiskerangkaberpikir dapatdilihatpadaGambar 5 sebagaiberikut:
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sapen 03KecamatanMojolaban,Kabupaten Sukoharjo, yaitu pada siswa kelasIVsemester IItahun pelajaran 2013/2014. Pemilihan lokasi dilandasi adanya alasan bahwa peneliti merupakan guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulanFebruari sampai dengan bulan April 2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa. Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut mempunyai kendala di dalam memahamai konsep tentang susunan pemerintahan pusat dalam pembelajaran PKn sehingga memerlukan perbaikan dalam pembelajaran.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Data-data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas IV semester II dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa.Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode eksperimen. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.
Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada proses pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas IV semester II SD Negeri Sapen 03 KecamatanMojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Observasi langsung dilakukan pada saat kondisi awal pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa peningkatan hasil belajar PKn. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Indikator Kinerja
Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung,, Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatankualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subjek penelitian sangat diutamakan adalah mengungkap makna yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan sebagimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1998) sebagaimana dikutip oleh Sutama (2012: 164). Sifat PTK yang dilakukan adalah kolaboratif partisipatoris, yakni kerjasama antara peneliti dengan praktisi di lapangan. Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipadang sebagai satu siklus (Sutama, 2012: 145).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Februari terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi, masih terdapat kekurangan, beberapa diantaranya yaitu guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), dan guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, selain permasalahan yang ada pada guru ada juga permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung, antara lain: a) Siswa masih ragu – ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. b. Tidak berani tampil di depan kelas. b)Kurang antusias saat merespon tindakan guru.c) Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan siswa mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan menguap.
Rendahnya pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dari nilai sebelum tindakan tentang materi susunan pemerintahan pusat dari 17 anak terdapat 58,82 % atau 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan yang lainnya berada di bawah KKM. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 10 | 58,82% |
2. | Tidak Tuntas | 7 | 41,18% |
Jumlah | 17 | 100.00% | |
Nilai Rata-rata | 67,47 | ||
Nilai Tertinggi | 98,00 | ||
Nilai Terendah | 50,00 |
Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
Gambar 1. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal
Analisis hasil pemahaman konsep dari nilai siswa sebelum tindakan diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 67,47 di mana hasil tersebut sebenarnya sudah diatas standar yang diharapkan, tetapi besarnya persentase siswa tuntas pada materi susunan pemerintahan pusat adalah sebesar 58,82% dari yang diharapkan sebesar 75%. Dari hasil analisis nilai sebelum tindakan tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran PKn khususnya materi susunan pemerintahan pusat.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa siswa yang masih di luar kelas meskipun jam pelajaran sudah mulai. Pada saat berlangsungnya diskusi belum berjalan begitu maksimal karena siswa ingung harus berpindah – pindah kelompok dari kelompok asal ke kelompok ahli dan kembali lagi ke kelompok asal, hal itu menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh dan siswa tidak konsentrasi dalam membahas soal diskusi bersama teman kelompoknya. Kegaduhan juga terjadi karena jumlah siswa dan materi yang tidak seimbang, misalnya pada materi yang dibahas dalam kelompok ahli struktur pemerintahan, jumlah siswanya terlalu banyak sehingga ada siswa yang berbicara sendiri dan bermain bersama teman yang lain. Saat siswa kembali ke kelompok asal, belum semua siswa dapat menginformasikan hasil diskusinya dikelompok ahli. Kemudian saat kelompok pertama menyampaikan hasil diskusi, tampak beberapa anggota kelompok yang lain tidak memperhatikan. Mereka malah asyik berbicara sendiri. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh. Melihat hal tersebut, guru memberi tahu siswa tentang pentingnya menghargai seseorang yang sedang berbicara jadi harus memperhatikan teman lainnya yang sedang membacakan hasil diskusinya.
Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari pertemuan pertama. Saat diskusi juga siswa sudah agak mengerti dan tidak bingung lagi ketika berpindah – pindah dari kelompok asal ke kelompok ahli dan kembali lagi ke kelompok asal. Ketika kembali ke kelompok asal siswa masih belum bisa menginformasikan materi kepada temannya yang lain. Saat ada kelompok yang maju membacakan hasi diskusinya juga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan juga baru sedikit sekali siswa yang berani menungkapkan pendapat di depan kelas untuk mengajukan pertanyaan juga tampak kebanyakan siswa masih terlihat malu – malu.
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi factor penyebab dari permasalahan tersebut, antara lain:
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru memberikan penjelasan tentang langkah – langkah menggunakan metode jigsaw dalam pembelajaran sebagi gambaran supaya siswa tidak bingung dan gaduh saat pembelajaran, (2) pembagian tugas kelompok ditentukan dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua kelompok agar mau bekerja sama dengan anggota lain sehingga hasil yang diperoleh pun lebih maksimal, (4) kelompok yang akan maju membacakan hasil diskusinya, jawaban dari kelompok itu dipegang guru sehingga kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, (5) mengatur waktu pembelajaran supaya lebih efisien lagi sehingga dalam pelaksanaan evaluasi siklus II siswa tidak terburu – buru dalam mengerjakan soalnya, (6) menggunakan media yang lebih menarik lagi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan, penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan ketuntasan siswa mencapai 75%, namun pada tindakan siklus I ini baru mencapai 70,59% hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal karena masih ada siswa yang nilainya dibawah KKM dan masih ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus I maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II. Untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Siklus I
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 12 | 70,59% |
2. | Tidak Tuntas | 5 | 29,41% |
Jumlah | 17 | 100.00% | |
Nilai Rata-rata | 67,53 | ||
Nilai Tertinggi | 98,00 | ||
Nilai Terendah | 55,00 |
Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
Gambar 2. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama, suasana kelas sudah cukup tertib siswa antusias dan semangat sebelum pembelajaran dimulai. Pada saat berlangsungnya diskusi juga berjalan tertib siswa sudah paham saat berpindah dari kelompok awal ke kelompok ahli, dan di kelompok ahli pun siswa berdiskusi dengan cukup baik karena sudah ada lembar kerja sehingga diskusi siswa menjadi lebih terarah. Kegaduhan yang terjadi di kelas dapat diatasi dengan baik oleh guru, saat suasana kelas guru mengucapkan kata “hai” dan siswa menjawab “halo” atau sebaliknya dengan kegiatan seperti itu siswa bisa kembali tenang dan berdiskusi dengan baik. Saat siswa kembali ke kelompok asal, mereka sudah mulai bisa bekerjasama dengan baik untuk saling bertanggung jawab dalam menginformasikan materi pada teman di kelompoknya, karena dengan kerja sama yang baik mereka nantinya dapat memahami materi itu dengan baik. Pada saat guru meminta kelompok yang sudah selesai untuk maju kedepan kelas dan membahas hasil diskusinya hanya ada beberapa kelompok yang mau maju kedepan karena mereka disuruh membahas hasil diskusinya tanpa membaca jawaban yang ada di lembar kerja kelompok, jadi siswa harus bisa paham tentang apa yang sudah mereka diskusikan. Dengan cara seperti itu saat ada kelompok yang maju maka siswa yang lain akan memperhatikan dan tidak ramai sendiri.
Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran hampir sama pada pertemuan 1 siklus II, pada saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tiap kelompok mulai berani dan bisa menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang lancar dan baik. Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama saat teman mereka maju karena bila teman yang sedang maju tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka kelompok lainnya akan langsung menjawab sehingga poin sebagai kelompok aktif akan bertambah dan bisa memperoleh reward dari guru.
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
Untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4
Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Siklus II
No. | Ketuntasan | Jumlah | % |
1. | Tuntas | 16 | 94,12% |
2. | Tidak Tuntas | 5 | 5,88% |
Jumlah | 1 | 100.00% | |
Nilai Rata-rata | 73,71 | ||
Nilai Tertinggi | 60,00 | ||
Nilai Terendah | 98,00 |
Tabel di atas dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang diperoleh pada masing – masing pertemuan, maka pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat menggunakan metode jigsaw pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 tahun pelajaran 2013/2014
PEMBAHASAN
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata –rata nilai evaluasi PKn dan ketuntasan belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Sapen 04, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing – masing terdiri dari 2 pertemuan. Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep PKn rata – rata, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata – rata hanya mencapai 67,47dengan persentase ketuntasan klasikal 58,82% pada siklus I bisa meningkat menjadi 67,53 dengan persentase ketuntasan klasikal 70,59% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 73,71 dengan persentase ketuntasan klasikal 94,12%.
Hal ini merefleksikan bahwa penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn kelas IV dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep PKn pada materi susunan pemerintahan pusat. Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan. Aadanya peningkatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Walaupun peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus – menerus akan memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.
Hambatan yang ditemui pada masing – masing siklus berbeda – beda. Hambatan – hambatan itu antara lain :
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I sudah disempurnakan pada siklus II yaitu dengan memberi pengarahan dan bimbingan sebelum kegiatan inti dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bingung kenapa harus selalu berpindah – pindah kelompok. Saat berada di kelompok awal guru membagikan lembar kerja siswa dengan soal yang berbeda – beda tiap siswa untuk didiskusikan bersama teman yang lain di kelompok ahli sehingga diskusi di kelompok ahli lebih terarah dan lebih kondusif. Setelah kembali lagi ke kelompok awal siswa menginformasikan pada temannya yang lain dengan cara saling bertukar lembar kerja siswa yang mereka miliki dan menjelaskan apabila teman yang lain belum jelas. Pembagian kelompok diatur oleh guru menjadi heterogen sehingga tidak ada kelompok yang lebih mendominasi akan tetapi semua kelompok bisa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kelompok yang akan maju membacakan hasil diskusinya terlebih dahulu memberikan hasil lembar diskusinya pada guru sehingga jawaban dari kelompok itu dipegang guru lalu kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara seperti itu siswa yang lain akan memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila kelomok yang di depan tiak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain berhak menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Hambatan yang ditemui guru pada pembelajaran PKn menggunakan metode jigsaw ini diantaranya yaitu:
Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru menggunakan media powerpoint sehingga materi yang disampaikan lebih jelas dan menarik perhatian siswa. Guru juga memberikan pengarahan pada siswa tentang langkah – langkah menggunakan metode jigsaw supaya siswa tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu hambatan yang ada dalam pembelajaran dapat diperbaiki Hambatan – hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat dikurangi hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran PKn dapat meningkat
Hal itu dikarenakan penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran PKn menjadi bermakna karena pembelajaran lebih menyenangkan memudahkan siswa untuk memahami materi yang ada dengan bertukar informasi bersama teman – teman, meningkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawab dalam satu kelompok untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa memahami materi bersama – sama. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe jigsaw maka kendala – kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PKn yang lain menjadi tidak berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep PKn khususnya materi susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03 yaitu dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw. Hal ini terjadi karena penerapan model kooperatif tipe jigsaw dapat menjadikan pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan sehingga pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep PKn materi susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban tahun ajaran 2013/2014.
P E N U T U P
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn materi Susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep Susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep pada setiap siklusnya,yaitu sebelum tindakan nilai rata– rata pemahaman konsep siswa 67,47, siklus I nilai ratarata pemahaman konsep siswa sebesar67,53,dansiklus IInilairata–ratapemahamankonsepsiswasebesar73,71. Tingkatketuntasanbelajar siswasebelum tindakansebanyak10siswaatau58,82%. PadasiklusI sebanyak12siswaatau70,59%.SedangkanpadasiklusIIsebanyak16siswa atau 94,12%. Dengan demikian, penerapan metodejigsawdalampembelajaran PKn materi SusunanPemerintahPusatdapatmeningkatkanPemahaman konsepPKnsiswa kelasIVSDNegeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakanbeberapa saran sebagai berikut:
Sekolahsebaiknyameningkatkankualitas tenagapendidiknyadengan mengadakan pelatihan bagiguru agar dapatberinovasi menerapkan model pembelajaranyang tepatpadapembelajaran,terutamamodelpembelajaran yang menyenangkanmisalnyamodelkooperatif tipejigsaw.Kualitastenaga pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karenapastinyaakanterdapatinovasidalampenggunaanmodelpembelajarandan tujuan pembelajaran dapattercapaisesuaidenganyangdiharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.
Daryanto. 2008.Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PTRinekaCipta
Isjoni.2010.Pembelajaran KooperatifMningkatkan kecerdasanKomunikasi antarPeserta Didik. Yogyakarta:PusatakaPelajar
Kusnardidan Bintan R. Saragih. 1994. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media Pratama
KartikaDewi,Ressidkk.2008.Pendidikan Kewarganegaraan 4UntukSekolah Dasar&MadrasahIbtidaiyahKelas IV.Jakarta:PusatPerbukuan Depdiknas
NanaSudjana.2009.Penilaian HasilProsesBelajarMengajar.Bandung: RemajaRosdakarya
NanaSyaodih.2004.LandasanPsikologiProsesPendidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya
NikenAryanidanDany Haryanto.2010.PembelajaranMultiMediadiSekolah PedomanpembelajaranInspiratif,Konstruktif,danProspektif. Jakarta: PTPrestasiPustakakarya
NoviEmildadiany. 2008.PenerapanModel PembelajaranCooperaitve LearningTipe Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses tanggal 19 Desember 2011
Oemar Hamalik. 2003.KurikulumdanPembelajaran. Jakarta:BumiAksara
PrayogaBestari. 2008.PendidikanKewarganegaraan: MenjadiWarga Negara yang Baik. Jakarta:PusatPerbukuan Depdiknas
Purwanto. 2010.Evaluasi HasilBelajar.Yogyakarta:PustakaPelajar
Ruminiati. 2007.PendidikanKewarganegaraanSD.Depdiknas
Sarjan. 2008.PendidikanKewarganegaraanBangga MenjadiInsanPancasilaUntuk SD/MIKelasIV.Jakarta:PusatPerbukuan Depdiknas
SarwijiSuwandi.2009.Penelitian Tindakan kelas (PTK)danPenulisan Karya Ilmiah.Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta
Slavin, Robert E. 2008.CooperativeLearning (Teori, Riset, danPraktek).Bandung:NusaMedia
SuharsimiArikunto,Suhardjono,danSupardi.2006.PenelitianTindakanKelas.Jakarta:BumiAksara.
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.
Sutopo, H.B. 2006.Metodologi PenelitianKualitatif.Surakarta:UNS Pres
Winkel, WS. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Oleh:Retno Sri Hartiningsih, S. Pd.
SD Negeri Sapen 03, Mojolaban, Sukoharjo
NIP. 19590219 197802 2 005