Published using Google Docs
TAMPA BLORA.doc
Updated automatically every 5 minutes

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG  MELALUI PEMANFAATAN ALAT PERAGA BAGI SISWA KELAS VI SDN  2 GADU  KECAMATAN  SAMBONG KAB.BLORA SEMESTER I TAHUN 2010/2011.

Oleh. Tampa

ABSTRAK

Agar pembelajaran matematika berhasil dengan baik, maka guru harus merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif baik mental maupun fisiknya.

Fungsi media dalam kegiatan pengajaran matematika tidak lagi sekedar sebagai alat bantu bagi guru dalam proses kegiatan belajar mengajar, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pengajaran yang dibutuhkan oleh siswa. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah  21  siswa beserta guru kelasnya.

Metode penelitian tindakan kelas yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap-tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Diakhir setiap siklus siswa diberi latihan soal secara individual guna mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar matematika dalam pembelajaran. Untuk siklus I diperoleh nilai rata-rata 7,8. siklus II diperoleh nilai rata-rata 7,6 dan siklus III dipeoroleh nilai rata-rata 9,6 (berada diatas nilai rata-rata 6,5) dan ketuntasan kelas mencapai 85 % (di atas 65 %, skor minimum ketuntasan kelas). Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar matematika dalam pengerjaan hitung volume bangun ruang kubus, limas segiempat, kerucut dengan menggunakan alat peraga buatan siswa dan guru. Maka guru hendaknya menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika baik untuk menanamkan konsep kepada siswa maupun variasi dalam mengajar.

Kata kunci : Alat Peraga bangun ruang, hasil belajar.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran di sekolah sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Salah satu diantaranya adalah mengajar dengan menggunakan alat peraga/media. Mengingat manfaat alat peraga/media ini begitu penting maka perlu menjadi pemikiran bagi setiap guru di sekolah. Selain merencanakan mengusahakan adanya alat peraga dan memahami penggunaannya, seorang guru harus dapat mengembangkan kreasi dan keterampilannya untuk membuat sendiri alat bantu pengajaran yang dibutuhkan tersebut. Agar pengajaran matematika berhasil baik maka guru juga harus merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif, kreatif dan terampil. Fungsi alat peraga/media dalam kegiatan pengajaran matematika tidak hanya sekedar sebagai alat bantu bagi guru dalam proses kegaitan belajar mengajar, tetapi juga sebagai pembawa informasi atau pesan pengajaran yang dibutuhkan. Alat peraga kubus, limas dan kerucut adalah bagian alat peraga hasil dari kreasi penulis yang diharapkan dapat menjadi media dalam menyampaikan informasi pengajaran pada pokok bahasan bangun ruang khususnya kubus, limas dan kerucut diharapkan juga dapat memberi motivasi belajar siswa  yang  efektif dan mencapai sasaran.

Berdasarkan pengalaman mengajar bahwa kemampuan siswa dalam menjelaskan volum kubus, limas dan kerucut masih rendah, karena nilai rata-rata kelas pada tes formatif maupun sumatif 5 tahun terakhir ini kurang dari 6. Padahal bentuk-bentuk materi volum sering dijumpai dalam materi-materi penerapan pada jenjang kelas yang lebih tinggi atau pada mata pelajaran yang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti kemukakan latar belakang masalah yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut :

1. Bahwa penelitian ini berkaitan langsung dengan mata pelajaran matematika,

     sesuai dengan tugas peneliti yang saat ini mengajar matematika di kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011.

2. Kegiatan penelitian semacam ini belum pernah dilaksanakan di sekolah

    tersebut.

3. Peneliti ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan materi

    volum bangun ruang kubus, limas, kerucut yang pada akhirnya akan

    meningkatkan prestasi belajar matematika bagi siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011

B. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah alat peraga bangun ruang kubus, limas dan kerucut dapat meningkatkan hasil belajar pada operasi hitung volume kubus, limas dan kerucut bagi siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bangun ruang melalui pemanfaatan alat peraga bagi siswa kelas V mencakup : pengertian belajar, belajar matematika, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, alat peraga, desain alat peraga.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang penulis lakukan diharapkan memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung.

1. Manfaat bagi siswa

Siswa lebih termotivasi dalam belajar karena dikenalkan dengan hal baru bangun ruang kubus, limas, dan kerucut. Siswa terlibat langsung yang pada akhirnya siswa tidak mudah lupa, paham dan mengerti sehingga hasil belajarnya meningkat.

2. Manfaat bagi guru

Mendorong guru untuk kreatif dalam proses belajar mengajar, dapat merencanakan, merancanag dan membuat alat peraga matematika dengan baik.

3. Manfaat bagi sekolah

Informasi yang didapat dari penelitian ini dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. Salah satunya dengan memberikan fasilitas dan sarana bagi pengadaan alat peraga pengajaran matematika.

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan  Teori

1. Belajar Matematika

a. Pengajaran Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa latin dari bahasa latin mantheneim atau mathena yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran  sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian dalam pembelajaran pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh dan fakta yang teramati. Penerapan dari cara kerja matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika.

Menurut kurikulum 2004 (Depdiknas 2003 : 3) bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui

     kegiatan penyelidikan.

2) Mengembangkan aktifitas kreatif

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi/ gagasan.

Salah satu materi matematika di sekolah adalah volum bangun ruang khususnya kubus, limas dan kerucut. Aspek yang dipilih menurut kurikulum 2006 adalah operasi hitung pengukuran volume dan satuannya dalam pemecahan masalah. Materi volum kubus, limas dan kerucut (kurikulum 2006: 5) termasuk dalam standar kompetensi 1 yaitu “melakukan pengukuran dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.

Beberapa indikator yang tertulis dalam kurikulum 2006 tentang volum bangun ruang sederhana khususnya kubus, limas dan kerucut adalah sebagai berikut.

1) Menentukan volum kubus dengan menggunakan kubus satuan

2) Mengenal dan menggunakan volum limas dan kerucut.

b. Tahapan pengajaran matematika

Dalam pengajaran matematika langkah-langkah pengajarannya

secara garis besar adalah sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Tahap awal dalam pengajaran matematika ini meliputi pemberian motivasi, apersepsi dan pretest. Tujuan dari tahap ini adalah mempersiapkan siswa untuk materi yang akan dipelajari.

2) Pengembangan

Kegiatan pada tahap ini guru menyampaikan materi baru, menanamkan konsep baru. Peranan guru adalah mengamati, mengawasi dan membimbing di samping memberikan materi. Hal-hal yang mendasar yang diberikan agar siswa termotivasi untuk mencari informasi selanjutnya.

3) Penerapan

Untuk langkah penerapan ini kegiatan siswa adalah mengerjakan soal-soal latihan yang sesuai dengan materi yang telah dijelaskan.

4) Penutup

Bagian ini merupakan tahapan akhir dalam tatap muka. Pada bagian ini guru menekankan hal-hal yang penting yang baru saja dikembangkan. Siswa dengan bimbingan guru membuat rangkuman, dilanjutkan dengan pemberian pekerjaan rumah (PR) apabila perlu.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa meliputi faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).

a. Faktor internal, meliputi hal-hal berikut

1) Kondisi fisiologis, baik fisiologis permanen maupun temporer meliputi

kemampuan, keutuhan anggota badan, keadaan guru dan kondisi panca indera.

2) Kondisi psikologis, baik psikologis permanen maupun temporer, meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

b. Faktor eksternal, meliputi hal-hal berikut

1) Faktor lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial. Adapun lingkungan alam yaitu suhu, udara, cuaca, kondisi geografis, iklim dan suasana tata ruang, sedang lingkungan sosial meliputi masyarakat dan teman belajar.

2) Faktor instrumen mencakup kurikulum yang berlaku atau materi, metode pengajaran, sarana dan prasarana, dan guru. Jean Piaget (1886-1980) seorang ahli psikologi Swiss, selama 50 tahun lebih mempelajari bagaimana anak berpikir dan proses-proses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual. Dalam penjelasan tentang bagaimana perkembangan intelektual. Dalam penjelasan tentang bagaimana perkembangan intelektual pada anak kecil, Piaget menegaskan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini, menurut Piaget,  memotivasi mereka untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. Pada saat mereka tumbuh semakin dewasa dan memperoleh lebih banyak kemampuan bahasa dan memori, tampilan mental mereka tentang dunia menjadi lebih luas dan lebih abstrak.

3. Alat peraga/ Media Pengajaran

Alat peraga pengajaran menurut Muh Uzer Usman (1996:31) adalah “alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa”.

Belajar akan efektif jika dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret untuk menuju kepada pengalaman abstrak. Untuk itu perlu bantuan alat peraga pengajaran. Nilai-nilai lebih dari alat peraga antara lain :

a. Meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir, mengurangi verbalisme.

b. Memperbesar perhatian siswa dan gairah belajar.

c. Membuat pelajaran lebih menetap, tidak mudah lupa.

d. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu

e. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan

   berusaha sendiri di kalangan siswa.

4. Desain Alat Peraga

a. Pembuatan

Pembuatan alat peraga kubus, limas dan kerucut dimulai dari membuat jaring-jaring kubus, limas dan kerucut pada kertas manila kemudian menggunting, menoreh di setiap rusuknya, melipat, mengelem/ mengisolasi sehingga menjadi kubus, limas dan kerucut. Model kubus limas dan kerucut dengan ukuran sisi kubus 5 cm, alas limas berbentuk persegi dengan sisi 5 cm dan tingginya 2,5 cm dan kerucut dengan jari-jari lingkaran 7 cm dan tingginya 10 cm. Masing-masing dibuat sebanyak 21 atau lebih. Dalam kondisi pembelajaran bangun ruang khususnya kubus, limas dan kerucut yang akan digunakan, misal lebih dari 21 maka dibuat alat peraga bangun ruang khususnya kubus, limas dan kerucut sesuai kebutuhan.

b. Penggunaan/Pemanfaatan

Penggunaan alat peraga model kubus, limas dan kerucut dalam pengajaran diperlukan jumlah sebanyak siswa. Contoh model alat peraga dibuat dari karton/ kertas manila, ditempel berjajar pada papan tulis dari kiri ke kanan bersebelahan dengan jaring-jaringnya. Ukuran kubusnya bersisi 5 cm, ukuran limasnya berbentuk persegi dengan sisi 5 cm dan tingginya 2,5 cm dari kubus yang ditarik garis diagonal ruangnya sedangkan ukuran kerucut alasnya berjari-jari 7 cm dan tingginya 10 cm.

Gambar di Papan tulis

Proses penemuan volum kubus dari siswa sebagai berikut Kubus

satuan disusun oleh siswa seperti gambar di bawah ini

                                                

       Rusuk  Kubus  5 satuan

Maka siswa dapat menghitung volum kubus di atas dengan cara siswa menghitung rusuk kubus kekanan, kebelakang dan ke atas, didapat 5 x 5 x 5 = 125. Jadi volumnya = 125 kubus satuan. Rusuk kubus 5 satuan

Proses penemuan volum limas dari siswa seperti di bawah ini. Dari kubus besisi 5 cm ditarik diagonal ruangnya dengan 2 lidi dan menemukan titik potong yang terjadi puncak limas yang tingginya 2,5 cm di tengah-tengah ruang kubus. Dari itu siswa dapat membuat 6 limas dari kubus tersebut seperti gambar di bawah ini.

6 limas masing-masing alas persegi dengan sisi 5 cm dan tinggi 2,5 cm.

Proses penemuan volum kerucut dari siswa sebagai berikut.  Siswa membuat bangun ruang kerucut dan tabung dari kertas manila dengan jari-jari alas 7 cm dan tingginya 10 cm. sesudah jadi kerucut tersebut untuk menakar beras sebanyak 3 X dan dimasukkan ke tabung dan hasilnya tepat memenuhi tabung. Jadi untuk menemukan volume kerucut siswa dapat menghitung dengan cara 1/3 x luas alas x

tinggi.

Seperti gambar di bawah ini.

Kubus satuan digunakan untuk menghitung volum kubus dalam jumlah isi relatif sedikit, dalam jumlah banyak siswa harus dapat menghitung tanpa peraga. Misal menyusun kubus satuan menjadi kubus berisi 8 satuan dan 27 satuan.

Limas dibuat dari kubus yang ditarik garis diagonal ruangnya sehingga masing-masing kubus dapat terbentuk 6 limas segi empat beraturan yang tingginya ½ sisi kubus satuan sehingga jika dihitung volum masing-masing limasnya1/6 volum kubus satuan, misal : sebuah kubus bersisi 6 cm. apabila ditarik garis diagonal ruangnya akan terbentuk 6 buah limas yang sama dan sebangun. Maka untuk mencari volum masing-masing limasnya 1/6 x volum kubus. Jadi cara menghitungnya 1/6 x 6 x 6 x 6 x 1 cm3 = 36 cm3 atau  1/6 x 6 cm x 6 cm x 6 cm = 36 cm3

Kerucut adalah bangun ruang yang dapat dihitung volumnya. Volum kerucut dapat dihitung dengan rumus 1/3 x luas alas x tinggi. Luas alasnya berbentuk lingkaran. Semua siswa sudah dapat menghitung luas lingkaran jika sudah diketahui jari-jarinya. Volum kerucut merupakan bagian dari volum tabung. Jika dibuktikan dengan mengukur 3 volum kerucut sama dengan volum tabung.

Contoh pemanfaatan

Contoh 1 : Menerangkan volum kubus dari kubus bersisi 5 cm langkah-langkah :

    1) ambil sebuah alat peraga kubus bersisi 5 cm

    2) Menghitung volum kubus dengan cara mengalikan sisinya yaitu sisi x

     sisi x sisi ( 5 x 5 x 5 ) Terbaca : 5 cm x 5 cm x 5 cm = 125 cm3

3) Ambil sebuah kubus yang berbeda sisinya. Misal kubus bersisi 6 cm.

untuk menghitung volumnya sisi x sisi x sisi sehingga terbaca : 6 cm x 6        

cm x 6 cm = 216 cm3

Urutan dan langkah-langkah tersebut dapat dituliskan secara sistematis sebagai berikut:

Sebuah kubus bersisi 5 cm. Volumnya : 5 cm x 5 cm x 5 cm = 125 cm3

Sebuah kubus bersisi 6 cm. Volumnya : 6 cm x 6 cm x 6 cm = 216 cm3

Contoh 2 : Menerangkan volum limas dari menarik garis diagonal ruang

      kubus bersisi 5 cm dan 6 cm.

Langkah-langkah

1) Ambil alat peraga limas segi empat beraturan dari menarik diagonal

    ruang kubus bersisi 5 cm dan 6 cm.

2) Hitung masing-masing limasnya.

3) Volum masing-masing limas segi empat dari menarik garis diagonal

ruang kubus bersisi 5 cm : x 5 cm x 5 cm x 5 cm = 125 cm   =20,83 cm3                                                                                                                                      

                                                                                     6

Volum masing-masing limas segi empat dari menarik garis diagonal ruang kubus bersisi 6 cm =  1/6  x 6 cm x 6 cm x 6 cm =36 cm3

Contoh 3 : Menerangkan volum kerucut berjari-jari alas 7 cm dan  

       tingginya 10 cm.

Langkah-langkah :

1) Ambil alat peraga kerucut berjari-jari alas 7 cm dan tingginya 10 cm.

2) Ambil tabung berjari-jari alas 7 cm dan tingginya 10 cm

3) Takarlah/ ukurlah beras seperes kerucut dan ratakan dengan penggaris

30 cm kemudian tiangkan ke tabung sebanyak 3 kali.

4) Hitung volum kerucut tersebut.

5) Volum kerucut berjari-jari alas 7 cm dan tingginya 10 cm =  1/3  x 22/7  

    X 7 cm x 7 cm x 10 cm = 1/3  x 1540 cm3 = 513,33 cm3 maka terbaca =

    22/7 x7 cm x 7 cm x 10 cm

Urutan dan langkah-langkah tersebut dapat dituliskan secara sistimatis sebagai berikut :

Sebuah kerucut berjari-jari alas 7 cm dan tingginya 10 cm.

volumnya adalah :  22/7 x 7 cm x 7 cm x 10 cm = 513,33 cm3

Langkah-langkah sistematis seperti itulah yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa kelas VI SDN Malangan 02 dalam menyelesaikan materi volum kubus, limas dan kerucut.

B. Kerangka Berpikir

Hasil belajar pokok pelajaran bangun ruang masih perlu ditingkatkan. Rendahnya hasil belajar ini dikarenakan guru kurang memanfaatkan alat peraga. Menurut pengetahuan taraf berpikir siswa kelas V SD adalah kongkrid sehingga diperlukan alat peraga di dalam pembelajaran bangun ruang.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas hipotesis penelitian dirumuskan

sebagai berikut. Melalui pemanfaatan alat peraga bangun ruang hasil belajar siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011dapat ditingkatkan.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan kelas (PTK) dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011..

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 anak, terdiri dari 12 siswa perempuan dan 9 laki-laki, guru kelas V yang sekaligus  sebagai peneliti.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

D. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data

Dalam penelitian tindakan kelas dengan metode penelitian terbimbing ini dibutuhkan data yang dapat dianalisis dan direfleksikan sehingga terbentuk suatu perencanaan tindakan untuk memperbaiki kondisi awal. Adapun sumber data yang

digunakan adalah sebagai berikut.

1. Hasil pengamatan atau observasi

Sumber data ini diperoleh dengan cara pengamatan yang dilakukan secara

langsung oleh pengamat pada saat kegiatan belajar mengajar dilakukan.

Pengamatan meliputi kegiatan yang dilakukan oleh siswa, kegiatan guru, dan pengamatan pengelolaan pembelajaran.

2. Hasil belajar siswa

Sumber data ini diperoleh dengan melakukan tes tertulis untuk mengetahui

seberapa jauh siswa menguasai materi yang diajarkan.

E. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011 untuk Materi kubus, limas dan kerucut mencapai minimal 6,5 dan ketuntasan belajar mencapai minimal 65% dari keseluruhan siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk guru diperoleh data bahwa pada siklus I kinerja guru mencapai 7,9 dari kinerja maksimal yang diharapkan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 16. Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (terlampir) dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 9,7 %.

Data analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus I (terlampir) menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 76. Dari 21 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 12 siswa (57%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 9 siswa (43%).

         Tabel 1

Analisis Hasil Penelitian Kemampuan Menyelesaikan Latihan Soal Siklus I

Hasil analisis sebagai berikut :

1. Ketuntasan belajar perorangan 15 siswa dari 21 siswa

2. Ketuntasan belajar klasikal=      15           x       100%    =  71 %1

       21

2. Siklus II

Hasil pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk guru menunjukkan bahwa kinerja guru mencapai 7,8 dari kinerja maksimal yang diharapkan (terlampir). Dan dari hasil pengamatan aktifitas siswa dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus II mencapai 9,7 (terlampir). Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,6 (terlampir). Siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 12 siswa (57%) sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 9 siswa (43%).

Tabel 2

Analisis Hasil Penelitiankemampuan Menyelesaikan  Latihan Soal Siklus II

Hasil analisis sebagai berikut :

1. Ketuntasan belajar perorangan 12 siswa dari 21 siswa

2. Ketuntasan belajar klasikal =  12      x 100%=  57%

                                    21

3. Siklus III

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk guru diperoleh hasil pengamatan bahwa kinerja guru mencapai 80% dari kinerja maksimal yang diharapkan (terlampir). Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (terlampir) dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus III mencapai 97%. Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus III menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 9,6 (terlampir). Siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 21 siswa (100%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 0 siswa (0%).

Tabel 3

Analisis Hasil Penelitian Kemampuan Menyelesaikan

Latihan Soal  Siklus III

Hasil analisis sebagai berikut :

1. Ketuntasan belajar perorangan 21 siswa dari 21 siswa

2. Ketuntasan belajar klasikal=  21    x   100%=  100 %

    21

B. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian pada siklus I belum menunjukkan bahwa penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mempelajari tentang kubus, hal tersebut dapat terlihat dari nilai ratarata evaluasi siklus I yang mencapai 7,6 sudah mencapai nilai rata-rata evaluasi yang diharapkan, yaitu 6,5. Dari analisis daya serap siswa juga dapat dilihat bahwa siswa yang belajarnya hanya 57% dari semua siswa di kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011. Ketidakberhasilan penelitian siklus I ini terjadi karena baik guru maupun siswa baru pertama kali melaksanakan pembelajaran metode ini. Pengelolaan pembelajaran oleh guru pada siklus I ini belum maksimal dilakukan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan untuk guru yang menunjukkan bahwa skor kinerja guru baru mencapai 7,9 % dari skor maksimal yang diharapkan. Kekurangan guru antara lain terletak pada perencanaan pembelajaran, dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I ini.

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I, siswa sudah menunjukkan aktivitas yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari skor aktivitas siswa baru mencapai 9,7 dari skor maksimal yang diharapkan. Pada siklus I ini siswa sudah paham dengan apa yang harus dikerjakannya, sehingga tidak banyak minta bimbingan dan bertanya pada gurunya. Walaupun pembelajaran sudah didominasi oleh siswa, namun bimbingan guru masih sangat diperlukan oleh siswa. Proses penemuan dalam kerja kelompok berlangsung sangat lama sehingga menghabiskan banyak waktu dan kegiatan lain tidak bisa terlaksana. Interaksi siswa dalam kelompok juga sudah maksimal karena setiap kelompok terdiri dari kelompok laki-laki dan perempuan sehingga mereka merasa bebas dan saling membantu.

Semua kekurangan pada siklus I ini dimungkinkan karena siswa belum siap secara mental melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, dan siswa sedang mengalami masa penyesuaian atau adaptasi dari cara lama ke metode ini.

Penelitian siklus I ini menuntut untuk diadakannya siklus lanjutan yaitu siklus II, yang pada dasarnya merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Perbaikan pada siklus II dilakukan dengan memperbaiki kinerja guru, memberi rangsangan agar secara mental lebih siap untuk pembelajaran, dan memacu agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Pada siklus II ini guru membuat rencana pembelajaran dan membuat kelompok baru yang lebih baik, dan guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik pula. Guru telah memperjelas peran dan fungsi siswa dalam pembelajaran dan memberi perhatian lebih dan bimbingan pada siswa yang kurang aktif. Siswa mendapat kelompok yang lebih baik dibanding kelompok pada siklus I, setiap kelompok terdiri dari siswa saja atau terdiri dari siswi saja, sehingga rasa malu bertanya, canggung untuk bekerjasama dapat berkurang dan siswa menjadi lebih aktif dalam kelompoknya. Proses penemuan juga tidak lagi memerlukan waktu yang lama.

Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus II masih stabil dilihat dari kinerja pengelolaan pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa, maupun hasil evaluasi siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan untuk guru yang turun skornya dari 7,9 pada siklus I menjadi 7,8 pada siklus II, skor hasil pengamatan siswa stabil dari 76% pada siklus I menjadi 76% pada siklus II.

Hasil evaluasi siswa stabil dari nilai rata-rata 7,6 tetap 7,6 tetapi ketuntasan belajar naik dari 57% menjadi 71%. Meskipun hasil evaluasi siklus II menunjukkan nilai rata-rata yang dicapai siswa stabil dari tolok ukur keberhasilan penelitian, namun ketuntasan belajar belum tercapai sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus III.

Pada siklus III guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik. Pelaksanaannya hampir sama dengan siklus II, pada siklus ini tiap kelompok terdiri dari 3 siswa. Setiap kelompok dibuat berjauhan tempat duduknya, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif dan mandiri dalam melakukan proses pembelajaran. Pada siklus ini siswa juga dituntut untuk lebih percaya diri dalam memprediksi dan membuat kesimpulan, selain itu proses penemuan juga berlangsung lebih cepat dari sebelumnya.

Hasil pengamatan untuk guru menunjukkan bahwa kinerja guru mencapai 80%, aktivitas siswa mencapai skor 9,7 dan hasil evaluasi siklus III menunjukkan nilai rata-rata siswa mencapai 9,6 dan ketuntasan belajar 100%. Hasil belajar ini telah mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, dengan demikian penelitian telah berhasil, dan pelaksanaan siklus berikutnya tidak perlu dilakukan.

PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah melalui pemanfaatan alat peraga, hasil belajar materi bangun ruang siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011 dapat ditingkatkan  setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yaitu bila dilihat perkembangannya baik guru maupun murid dari siklus pertama belum mencapai  indikator  kinerja yang ditentukan akan tetapi pada siklus kedua  sudah semakin meningkat dibanding siklus pertama dan pada puncaknya siklus ke III diperoleh nilai akhir siklus III skor rata-rata 9,6 dengan ketuntasan belajar klasikal 100%.Dengan demikian telah melampaui indikator kinerja yang ditentukan yaitu nilai rata-rata 6,5 dan  nilai  ketuntasan belajar  65% dari keseluruhan siswa.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas pada materi bangun ruang pada siswa kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Diharapkan dalam pembelajaran matematika pada Materi  bangun ruang, guru kelas VI SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong Kab. Blora Semester I tahun pelajaran 2010/2011menggunakan alat peraga kubus, limas dan kerucut. Dengan alat tersebut dapat membantu penalaran dan  mengurangi verbalisme siswa pada operasi hitung volum kubus, limas dan kerucut.

2. Proses belajar mengajar yang baik disarankan melibatkan siswa secara aktif. Misal siswa diberi tugas membuat alat peraga, mendemonstrasikan, berdiskusi dalam memecahkan masalah dan soal-soal matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno dkk, Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I, Jurusan

Pendidikan Matematika F MIPA UNNES, 2001.

Dedi Junaedi dkk, 2000. Penuntun Matematika untuk SLTP Jilid 3. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Emi Pujiastuti, Suhito, Hand Out Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran

Matematika 2.

Muh Uzer Usman. 2006, Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2002. Psykologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Program Semester, Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 1994 yang disempurnakan Kelas VI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 1999.

Piaget Jean. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya.

Suharsimi Arikunto. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Suhito. 1997. Diagnosis Kesulitan dan Pengajaran Remedial, Semarang.

                        Biodata  Penulis

NAMA                : Tampa, S.Pd

NIP                        : 19561221 197911 1 001

PEKERJAAN                : Kepala Sekolah

UNIT KERJA                : SDN 2 Gadu Kecamatan Sambong,

                                      Kab. Blora